Jornal Nuno
-
Upload
luqni-kaharudin -
Category
Documents
-
view
12 -
download
4
description
Transcript of Jornal Nuno
PETUNJUK PENULISAN UMUM BAGI PENULIS Penyunting menerima naskah hasil penelitian
bidang ilmu Teknik dalam Bahasa Indonesia dan/ atau Bahasa Inggris yang belum pernah dipublikasikan disertai pernyataan dari penulis diatas materai Rp. 6.000,-.
Setiap artikel akan di-review oleh saya. Penulis yang artikelnya diterbit akan diberikan nomor bukti terbit dan cetak jurnal sebanyak tiga eksemplar. Isi artikel diluar tanggung jawab pengelola. Penyunting berhak mengedit redaksional tanpa mengubah arti. Tata cara penulisan sebagai berikut:
JUDUL ARTIKEL (11 pt, all cap, center, bold)
Nama penulis (10 pt, center, cap each word, bold)
Institusi dan e-mail (10 pt rata kiri) dituliskan sebagai footer.
Abstrak Maka diawali dengan abstrak maksimal 300 kata
dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Abstrak ditulis dengan huruf Times New Roman 10 pt, satu spasi. Abstrak memuat rangkuman latar belakang penelitian, tujuan penelitian, metode penelitian dan hasil yang dicapai.
Kata kunci : terdiri atas 3 sampai 5 kata
Artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, dikertas ukuran A4 (210 x 297 mm) menggunakan huruf Times New Roman 10 pt dengan format 1 kolom, 1 spasi dan batas kiri 25 mm, batas kanan 25 mm, atas 25 mm dan bawah 25 mm. Jumlah halaman keseluruhan (termasuk lampiran) 6-10 halaman.
PENDAHULUAN Menguraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan, dan urgensi (keutamaan), serta temuan/inovasi yang dicapai dalam penelitian. Pendahuluan ditulis dalam bentuk alenia, dengan memberi tab untuk alenia baru, tanpa spasi tambahan dan tanpa bullets dan numbering. Tinjaun pustaka sebaiknya diintegrasikan pada bagian pendahuluan, metodologi dan pembahasan.
METODE PENELITIAN Menguraikan tentang kerangka konseptual, bahan penelitian, metode pengambilan data dan metode analisis. Metode penelitian ditulis dalam bentuk alenia, dengan memberikan tab untuk setiap alenia baru, tanpa spasi tambahan dan tanpa bullets dan numbering.
HASIL DAN PEMBAHASAN Menguraikan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan, berupa gambar, grafik dan tabel yang
mudah dipahami. Hasil hendaknya dibahas secara detail, mengacu pada tujuan penelitian.
SIMPULAN Berisi pernyataan hasil penelitian yang telah dibahas sesuai dengan tujuan penelitian
UCAPAN TERIMA KASIH Ditulis apabila perlu
DAFTAR PUSTAKA
Disusun dan diberi nomor urut berdasarkan urutan abjad nama penulis. Penulisan pustaka: nama penulis (tanpa gelar), tahun, judul, penerbit, kota dan halaman. Berikut diberikan contoh penulisan sebagai berikut:
Format Buku: Koestalam, Pinardi dan Sutoyo, 2010. Perencanaan
Tebal Perkerasan Jalan, Jenis Lentur dan Jenis Kaku, Penerbit PT. Mediatama Saptakarya.
Format Artikel Jornal: Ferdian T. 2008, Analisis Struktur Perkerasan Lentur
Menggunakan Program Everseries dan Metoda AASHTO 1993 Studi kasus: Jalan Tol Jakarta - Cikampek, Jornal Vol. 15 No. 3 Desember 2008. Jakarta.
Format prosiding Seminar: Bourassa, S 1999, ‘Effects of child care on young
children’, Proceedings of the third annual
meeting of the International Socienty for
child psychology, Atlanta, Georgia, pp.44-56
Format Tesis: Exelby, HRA 1997, ‘Aspects of gold and mineral
liberation’, PhD thesis, University of Queensland, Brisbane.
Penulisan Gambar Nomor urut dan nama dibawah gambar
berdasarkan urutan kemunculan, ditulis rata kiri-kanan.
Penulisan Tabel Nomor urut dan nama diatas tabel berdasarkan
urutan kemunculan, ditulis rata kiri-kanan.
Penulisan Persamaan Nomor urut persamaan diatas tabel berdasarkan
kemunculan, ditulis rata kiri-kanan.
Alamat Redaksi Fakultas Teknik Universitas Widyagama Malang Jl. Taman Borobudur Indah no.3 Malang 65125
Telp. (0341) 491648, 492282 Fax. (0341) 496919
e-mail: [email protected]
ANALISIS PERBANDINGAN PERENCANAAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN DUA
LAPIS DAN TIGA LAPIS PERKERASAN JALAN RAYA
(Studi Kasus Pada Ruas Jalan Tibar – Gleno Timor-Leste)
Ambrosio Martins Nuno1) Aji Suraji2) Agus Tugas S.3)
ABSTRAK
Salah satu pandangan dari berbagai persoalan pembangunan Nasional Timor-Leste adalah berkaitan dengan pembangunan lintas sektor, khususnya pembangunan prasarana jalan District. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu dan biaya antara dua lapis dan tiga lapis perkerasan jalan raya. Berdasarkan latar belakang maka ada tiga metode yang akan dibandingkan dalam penelitian ini : “Metode Analisis Komponen” SKBI-2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor-Leste) yaitu dua lapis perkerasan, Metode Analisis Komponen SKBI-2.3.26.1987 tiga lapis perkerasan dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor-2-M-BM-2013 tiga lapis perkerasan.Penelitian dilakukan pada Infrastruktur jalan raya diruas jalan Tibar-Gleno Timor-Leste dengan panjang jalan 31,86 KM. Mulai dari KM 13+985,80 - KM 45+855,57. Jenis penelitian ini dilakukan merupakan penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan. Dua lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor-Leste) Surface Course (Laston MS 744) tebal 75 mm, Base Course (Batu Pecah kelas A) dtebal 200 mm, tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 Surface Course (Laston MS 744) tebal 50 mm, Base Course (Batu Pecah kelas A) tebal 200 mm, Sub base Course (Sirtu Kelas A) tebal 250 mm dan tiga lapis perkerasan berdasarkan Manual Desain Lapis Perkerasan Jalan Nomor-02-M-BM-2013 AC WC 40 mm dan AC BC 135 mm, LPA kelas A CTB tebal 150 mm dan LPA Kelas A tebal 150 mm. Biaya yang dibutuhkan untuk dua lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor-Leste) senilai Rp 83.622.092.000,00, biaya yang dibutuhkan untuk tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 senilai Rp 107.390.292.000,00 dan Biaya yang digunakan tiga lapis perkerasan berdasarkan Manual desain perkerasan jalan Nomor-02-M-BM-2013 senilai Rp 124.066.851.000,00.
Kata Kunci : Jalan Raya, Perkerasan, SKBI 1987, MDPJ 2013.
PENDAHULUAN
Salah satu pandangan dari berbagai persoalan pembangunan Nasional Timor-Leste adalah berkaitan dengan pembangunan lintas sektor, khususnya pembangunan prasarana jalan District. Untuk memenuhi target dan sasaran pembangunan tersebut maka Pemerintahan Timor-Leste bekerja sama dengan Pemerintahan District Ermera membuat pembangunan jalan District diruas Tibar – Gleno, untuk menghubungkan antara District Lequiça dan District Ermera.
Tanah asli di alam jarang sekali dalam kondisi mampu mendukung beban berulang dari lalu-lintas kendaraan tanpa mengalami deformasi yang besar. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu struktur yang dapat melindungi tanah dari beban roda kendaraan. Struktur ini disebut perkerasan (pavement). Perkerasan berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade) dan lapisan-lapisan pembentuk perkerasan supaya tidak mengalami tegangan dan regangan yang berlebihan oleh akibat beban lalu-lintas (Hardiyatmo. H.C. 2006).
Perkerasan aspal atau perkerasan beton aspal (aspal concrete pavement), juga disebut perkerasan Lentur (flexible pavement), merupakan campuran agregat batu pecah, pasir, material pengisi dan aspal, yang menghamparkan dan dipadatkan.
FHWA (2006) Perkerasan aspal kedalaman penuh (full depth asphalt pavement) adalah perkerasan yang di seluruh ketebalannya menggunakan material aspal, tanpa adanya agregat lapis Pondasi dan Lapis bawah. Tipe perkerasan semacam ini digunakan untuk perkerasan lentur yang melayani lalu-lintas sangat tinggi.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (1987) yang dimaksud dengan perkerasan lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang umumnya menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai lapisan dibawahnya. Bagian perkerasan jalan umumnya terdiri dari lapis pondasi bawah (sub base course), lapis pondasi (base course), dan lapis permukaan (surface course).
Berdasarkan latar belakang di atas dan permasalahan yang terjadi pada ruas jalan Tibar-
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Gleno Timor-Leste, dimana adanya dua lapis perkerasan jalan raya pada ruas jalan tersebut. Maka dalam penelitian ini akan di lakukan penelitian berupa perbandingan mutu dan biaya antara dua lapis dan tiga lapis perkerasan jalan raya.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,
maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Berapa tebal lapis perkerasan jalan antara metode Timor-Leste dua lapis perkerasan jalan, “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor-02-M-BM-2013 pada ruas Jalan Tibar-Gleno?
2. Berapa biaya yang dibutuhkan lapis perkerasan jalan antara metode Timor-Leste dua lapis perkerasan jalan, “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor-02-M-BM-2013 pada ruas Jalan Tibar-Gleno?
3. Metode manakah yang lebih cocok atau efisien digunakan pada ruas jalan Tibar-Gleno Timor Leste?
Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tebal lapis perkerasan jalan antara metode Timor-Leste dua lapis perkerasan jalan, “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor-02-M-BM-2013 pada ruas Jalan Tibar-Gleno.
2. Untuk Mengetahui biaya yang dibutuhkan lapis perkerasan jalan antara metode Timor-Leste dua lapis perkerasan jalan, “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor-02-M-BM-2013 pada ruas Jalan Tibar-Gleno.
3. Untuk mengetahui metode yang lebih cocok atau efisien digunakan pada ruas jalan Tibar-Gleno Timor Leste.
1. Penulis dapat mengevaluasi tebal lapis perkerasan ruas jalan tersebut.
2. Sebagai suatu referensi atau pedoman untuk perencanaan tebal perkerasan jalan raya di Negara Timor Leste pada masa
yang datang.
METODE PENELITIAN
Objek studi kasus untuk penulisan Tugas Akhir ini adalah ruas jalan Tibar – Gleno Timor –Leste. Jalan tersebut adalah jalan Arteri dengan lebar jalan 7,5 m dan arah pada ruas jalan tersebut adalah dua lajur dua arah tampa median kecuali dalam kota
Gleno. Penelitian ini untuk membandingan antara dua lapis dan tiga lapis perkerasan jalan raya menggunakan “metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 yang diadopsi dari Negara Timor-Leste menjadi dua lapis perkerasan, menggunakan “metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 tiga lapis perkerasan dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02-M-BM-2013 tiga lapis perkerasan. Dari ketiga metode tersebut untuk mengetahui mutu dan biaya yang digunakan pada ruas jalan Tibar-Gleno Timor-Leste.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan Volume Lalu lintas
Untuk menghitung volume lalu lintas dengan menggunakan “metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987
Tabel 1. Nilai LHRs (Survei Lalu lintas daerah Tibar -Gleno tahun 2012)
LHRs
Kendaraan / jam
/ 2 arah
1. Kendaraan Ringan 2 ton (1 + 1) 197
2. Pick-up 2 ton (1 + 1) 68
3. Bus 6 ton (2 + 4) 72
4. Truk 2 as 13 ton (5 + 8) 42
5. Truk 3 as 20 ton (6+7.7) 9
388
No. Jenis Kendaraan
Konfigurasi
Roda
TOTAL
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
4
8160
Kg dalam gandasumbu satu Beban 0,086= E
Untuk menghitung Volume lalu-lintas harian menggunakan rumus Rumus LHR 2013 = LHR2012 (1 + i1)
n1
Rumus LHR 2023 = LHR2013 (1 + i2)n
2
Tabel 2. Perhitungan Lalu-lintas Harian Rata - rata LHRs awal
perencanaan
LHR Awal Umur
Rencana (LHR2013)
LHR Akhir Umur
Rencana (LHR2023)
1. Kendaraan Ringan 2 ton 197 202 397
2. Pick-Up 2 ton 68 70 137
3. Bus 6 ton 72 74 145
4. Truk 2 as 13 ton 42 43 85
5. Truk 3 as 20 ton 9 9 18
No. Jenis Kendaraan
Perhitungan Angka Ekivalen (E) Masing-
Masing Kendaraan
Angka Ekivalen (E) dari suatu suambu kendaraan adalah angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban sumbu standar (Ws) seberat 8,16 ton (18.000 lb).
Berdasarkan buku Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Daftar III Angka Ekivalen (E) atau pada persamaan dibawah ini beban sumbu kendaraan dapat dihitung sebagai berikut:
4
8160
Kg dalam galsumbu tungsatu Beban = E
Tabel 3. Tabel Perhitungan Angka Ekivalen (E) No. Jenis Kendaraan
1. Kendaraan Ringan 2 as 2 0,0002 0,0002 0,0004
2. Pick-Up 2 as 2 ton (1+1) 0,0002 0,0002 0,0004
3. Bis 2 as 6 ton (2+4) 0,0036 0,0577 0,0613
4. Truk 3 as 13 ton (5+8) 0,1410 0,9238 1,0648
5. Truk 3 as 20 ton (6+7.7) 0,2923 0,7452 1,0375
Angka Ekivalen
+
++
+
+
=
=
==
=
Perhitungan Lintas Ekivalen
Perhitungan Lintas Ekivalen untuk kendaraan ringan 2 ton menggunakan persamaan 2.6, 2.7, 2.8 dan 2.9 :
a. Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP) Rumus : LEP = LHR2012 x C x E = 202 x 0,5 x 0,0004 = 0,0404
b. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) Rumus : LEA = LHR2024 x C x E = 397 x 0,5 x 0,0004 = 0,0794
c. Lintas Ekivalen Tengah (LET) Rumus :
= 0,0599
d. Lintas Ekivalen Rencana (LER) Umur rencana ruas jalan tersebut adalah 10 tahun
Rumus : 10
URLETxLER =
= 0,0599 x 10
10 = 0,0599
Sumber : (buku Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan
Metode Analisa Komponen SKBI
2.3.26.1987).
Tabel. 4 Perhitungan Lintas Ekivalen No. Jenis Kendaraan LEP LEA LET LER
1. Kendaraan Ringan 2 ton 0,0404 0,0794 0,0599 0,0599
2. Pick-Up 2 ton 0,0139 0,0274 0,0207 0,0207
3. Bus 6 ton 2,2639 4,4535 3,3587 3,3587
4. Truk 2 as 13 ton 22,9215 45,0900 34,0058 34,0058
5. Truk 3 as 20 ton 4,7856 9,4141 7,0998 7,0998
30,0254 59,0644 44,5449 44,5449Total ( ∑ )
Penentuan CBR Desain Tanah Dasar
Harga CBR yang digunakan untuk menetapkan daya dukung tanah dasar (DDT), berdasarkan grafik korelasi DDT dan CBR. Yang dimaksud dengan harga CBR disini adalah CBR lapangan dan CBR Laboratorium.
Dari pengujian DCP (Dinamic Cone Pnetrometer) setiap 200 meter didapat hasil prosentase CBR seperti tabel 4.6 dibawah ini : Tabel 5. Perhitungan Jumlah dan Prosentase CBR yang sama atau lebih besar
No. HARGA CBR
FREKUENSI JUMLAH YANG SAMA /LEBIH BESAR
PROSENTASE YANG SAMA/LEBIH BESAR
1 2 3 4 = 4-3 5 = (4/total 3)*100%
1. 4 5 161 100%
2. 4,5 9 156 97%
3. 5 14 147 91%
4. 6 21 133 83%
5. 7 26 112 70%
6. 8 25 86 53%
7. 9 23 61 38%
8. 10 10 38 24%
9. 10,5 12 28 17%
10. 11 4 16 10%
11. 12 12 12 7%
∑ 161
Maka Persamaan Parabolanya : Y = ax2 + bx + c Atau : Y = cx2 + bx + a
Y = 0,031 x2 – 12,32 x + 153,3
Pengambaran Kurva Regresi Parabola : Untuk mencari nilai X pada Y = 90% adalah sebagai berikut : Y = 0,031 x2 – 12,32 x + 153,3 90 = 0,031 x2 – 12,32 + 153,3 = 0,031 x2 – 12,32 x + 63,3
Digunakan rumus ABC :
)031,0(2
)3,63)(031,0(4)32,12()32,12(5.1
2 −−±−−=X
213,392062,0
)997,11(32,121 =
+=X
2
LEALEPLET
+=
2
0794,00404,0 +=LET
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
209,5062,0
)997,11(32,122 =
−=X
Persyaratan minimum CBR tanah dasar adalah 6. Hasil perhitungan CBR dilapangan adalah 5,209. Karena nilai CBR hasil perhitungan lapangan lebih kecil (<) dari pada persyaratan CBR minimum maka yang dipakai untuk Perencanaan perkerasan jalan hasil CBR = 6 dengan ketentuan CBR lapangan dilakukan perbaikkan tanah dasar sehingga mencapai CBR 6%.
Grafik 1. Grafik CBR Rencana (Hasil Analisis).
Penentuan Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) DDT = 4,3 log CBR + 1,7 = 4,3 log 6 + 1,7
= 5,05
Gambar 1. Korelasi DDT dan CBR (SKBI 2.3.26.
1987) 1. Berdasarkan gambar diatas diperoleh nilai
CBR rencana = 6 dan nilai DDT 5,05
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan
Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.
1987. Gambar korelasi DDT dan CBR hal
13.
2. Jalan arteri primer (jalan utama) dua lajur dua arah tanpa median kecuali dalam kota Gleno empat lajur dua arah.
3. Penentuan nilai Faktor Regional (FR) a. Porsentase Kelandaian berat =
%1002012
xLHR
beratKendaraanJumlah
= %100
388
123x
= 31,7 % > 30 % b. Curah hujan berkisar 100-400
mm / tahun Sehingga dikategorikan < 900 mm/tahun, termasuk pada iklim I. Seperti kita lihat Pada Bab II di tabel 2.4 Faktor Regionalnya 1,0 – 1,5 maka dalam penelitian ini yang diambil adalah 1,5
Penentuan Indeks Permukaan (IP)
Indeks Permukaan Awal (IPo)
Direncanakan jenis lapisan Laston dengan Roughness >1000 mm/tahun, Maka berdasarkan
Buku Petunjuk Perencanaan Tebal perkarasan lentur jalan raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI2.3.26.1987. Daftar VI Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo) maka diperoleh IPo = 3,9 – 3,5.
Indeks Permukaan Akhir (IPt)
Dari data klasifikasi manfaat Jalan Arteri dan hasil perhitungan LER yaitu didapat nilai LER = 44,5449 ~ 45 maka berdasarkan Buku Petunjuk Perencanaan Tebal perkerasan lentur jalan raya dengan Metode Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Daftar V Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana (IPt) maka diperoleh Ipt = 2,0.
Penentuan Indeks Tebal Perkerasan (ITP) dari No
mogram Data :
IP o = 3,9 – 3,5
IPt = 2,0
LER = 44,5449 ∼ 45
DDT = 5,05
FR = 1,0 – 1,5
Nilai IP0 sama dengan 3,9 – 3,5 dan IPt sama dengan 2,0 sehingga dalam penelitian ini nomogram yang digunakan adalah nomogram 4. Seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2. Grafik Penentuan Nilai Indek Tebal Perkerasan (ITP).
Dengan nomogram no.4 Petunjuk Perencanaan
Tebal Perkarasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode
Analisa Komponen SKBI 2.3.26.1987. Gambar
Nomogram Lampiran 1, didapat nilai ITP = 5,8
Menghitung Dua Lapis Perkerasan
berdasarkan“Metode Analisa Komponen” SKBI
2.3.26.1987 (Diadopsi Metode Timor-Leste) Dari nilai ITP = 5,8 berdasarkan Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkarasan Lentur Jalan Raya
Dengan Metode Komponen SKBI 2.3.26.1987
Daftar VIII Batas – batas Minimum Tebal Lapis
Permukaan (D), yang direncanakan oleh konsultan
perencana susunan lapis perkerasannya sebagai
berikut :
a. Lapis permukaan (surface course) A1 = 0,4 (Laston MS 744)
D1 = ..........? b. Lapis Pondasi (base course)
A2 = 0,14 (batu pecah kelas A CBR 100%)
DDT CBR
5,05
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
D2 = 20 cm Dimana : A1 dan A2 adalah koefisien relatif bahan perkerasan (SKBI 2.3.26.1987). D1 dan D2 adalah tebal masing-masing lapis perkerasan. Maka tebal lapis permukaan (D1) yang dicari dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
ITP = (a1.D1) + (a2. D2) 5,8 = (0,4 x D1) + (0,14 x 20) 5,8 =(0,4 x D1) + 2,8
4,0
8,28,51
−=D = 7,5 cm
Gambar 2. Susunan Tebal Perkerasan Berdasarkan Metode Timor-Leste.
Menghitung Tiga Lapis Perkerasan
Berdasarkan “Metode Analisis Komponen”
SKBI 2.3.26.1987
Dari nilai ITP = 5,8 berdasarkan Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkarasan Lentur Jalan Raya
Dengan Metode Analisis Komponen SKBI
2.3.26.1987 Daftar VIII Batas – batas Minimum
Tebal Lapis Permukaan (D), yang direncanakan
oleh konsultan perencana susunan
lapis perkerasannya sebagai berikut :
a. Lapis permukaan (surface course) A1 = 0,4 (Laston MS 744) D1 = .....cm
b. Lapis Pondasi (base course) A2 = 0,14 (batu pecah kelas A CBR 100%) D2 = 20 cm
c. Lapisan Pondasi Bawah (sub Base Course) A3 = 0,13 (Sirtu/pitrun kelas A CBR 70%) D3 = 25 cm Dimana : A1, A2 dan A3 adalah koefisien relatif bahan perkerasan (SKBI 2.3.26.1987). D1, D2 dan D3 adalah tebal masing-masing lapis perkerasan. Maka tebal lapis permukaan (D1) yang dicari dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
ITP = (a1.D1) + (a2. D2) + (a3. D3) 5,8 = (0,4 x D1) + (0,14 x 20) + (0,13 x 25) 5,8 =(0,4 x D1) + 2,8 + 3,25
4,0
8,505,61
−=D = 0,625 cm Karena ITP 5,8 cm
maka tebal minimum dapat dilihat pada BAB II
tabel 2.8, sehingga tebal minimum ada pada ITP 3,00 – 6,70 sehingga D1 = 5 cm
Gambar 3. Susunan Tebal Perkerasan Yang telah direvisi mengunakan metode Analisa Komponen.
Perhitungan Desain Perkerasan Jalan dengan
Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02-M-
BM-2013. Solusi pekerasan yang banyak dipilih yang didasarkan pada pembebanan dan pertimbangan biaya terkecil diberikan dalam Bagan Desain 3 Perkerasan Lentur, Bagan Desain 4 Perkerasan Kaku, Bagan Desain 5 Pelaburan, Bagan Desain 6 Perkerasan Tanah Semen, dan Bagan Desain 7 Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Kerikil. Solusi lain dapat diadopsi untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat tetapi disarankan untuk tetap menggunakan bagan sebagai langkah awal untuk semua desain. Proses desain untuk perkerasan kaku menurut Pd T-14-2003 atau metode 10 Austroad 2004 membutuhkan jumlah kelompok sumbu dan spektrum beban dan tidak membutuhkan nilai CESA. Jumlah kelompok sumbu selama umur rencana digunakan sepagai input Bagan Desain 4 dan Bagan Desain 4A. Jenis struktur perkerasan yang diterapkan dalam desain struktur perkerasan jalan rayaterdiri atas:
1. Struktur perkerasan pada permukaan tanah asli;
2. Struktur perkerasan pada timbunan; 3. Struktur perkerasan pada galian.
Kapasitas Jalan Antar Kota
C = CO x FCW x FCSP x FCSF (smp/jam) Diketahui : Co : 2900 smp/jam (2/2 UD tipe jalan gunung) FCW : 1,00 (2/2 UD dengan lebar jalan total 2 meter) FCSP: 1,00 (2/2 UD pemisah arah 50 % - 50 %) FCSF: 0,91 (2/2 UD dengan kelas hambatan
samping sedang dan lebar bahu efektif 1,00 m
C = 2900 x 1,00 x 1,00 x 0,91 = 2639 smp/jam
Volume Capacity Rasio
Volume capacity rasio merupakan perbandi-ngan antara volume yang melintas(smp) den-gan kapasitas pada suatu ruas jalan tertentu (smp).
Tabel 6. Perhitungan Volume kendaraan smp/jam
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
VJP
Kend/ jam
/ 2 arah
LHRs *EMP
1. Kendaraan Ringan 2 ton (1 + 1) 197 1 197
2. Pick-up 2 ton (1 + 1) 68 1 68
3. Bus 6 ton (2 + 4) 72 2 144
4. Truk 2 as 13 ton (5 + 8) 42 2 84
5. Truk 3 as 20 ton (6+7.7) 9 2 18
388 511
No. Jenis Kendaraan
Konfigurasi
Roda EMPVJP
(smp/jam)
TOTAL
Untuk menghitung pertumbuhan lalu-lintas setiap tahun 4% dapat menggunakan persamaan seperti berikut :
2012100
42012 2013 VLHR xLHRLHR +=
Tabel 7. Perhitungan Volume Kapasitas Rasio (VCR) (Hasil analisis)
NO. TAHUNVJP
(kendaraan/jam)
VJP
(smp/jam)
Kapasitas
(smp/jam)
Volume/Capasity
(V/C)
1 2013 388 511 0,194
2. 2014 404 531 0,201
3. 2015 420 553 0,209
4. 2016 436 575 0,218
5. 2017 454 598 0,227
6. 2018 472 622 0,236
7. 2019 491 647 0,245
8. 2020 511 672 0,255
9. 2021 531 699 0,265
10. 2022 552 727 0,276
2639
Grafik 2 Grafik pertumbuhan volume Lalu-lintas 10 tahun (Hasil Analisis)
Grafik 3.Grafik pertumbuhan Lalu-lintas terhadap
kapasitas jalan (V/C) (Hasil Analisis)
Berdasarkan grafik 4.3 dan 4.4 tersebut diatas menjelaskan bahwa dengan metode MKJI 1997 pertumbuhan lalu-lintas 4% setiap tahun, selama 10 tahun dinyatakan aman karena Volume Capacity Rasio (VCR) < 1, jika > 1 maka perencanaan jalan tersebut tidak aman maka harus mengurangi tahun perencanaannya.
Hitungan CBR Tanah Dasar
Berdasarkan CBR tanah dasar dari proyek ruas jalan Tibar – Gleno Timor-Leste dengan panjang 31,68 km dibagi menjadi 4 segmen dan setiap segmen dibatasi oleh jembatan. Untuk mendesain sebuah perkerasan menurut “Metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 CBR yang
digunakan adalah porsentase CBR 90%. Maka pada ruas jalan tersebut mayoritas nilai CBR (90%) dibawah 6%. Oleh karena itu, pada ruas jalan itu dianggap homogen sehingga CBR 90% yang digunakan adalah 5,3% nilai CBR tanah dasarnya dilihat seperti pada tabel dan Grafik dibawah ini. Tabel 8. Perhitungan Jumlah dan Prosentase CBR yang sama atau lebih besar No.
HARGA
CBRFREKUENSI
JUMLAH YANG SAMA
/LEBIH BESAR
PROSENTASE YANG
SAMA/LEBIH BESAR
1 2 3 4 = 4-3 5 = (4/total 3)*100%
1. 4 5 160 100
2. 4,5 9 155 96,875
3. 5 14 146 91,25
4. 6 21 132 82,5
5. 7 25 111 69,375
6. 8 25 86 53,75
7. 9 23 61 38,125
8. 10 10 38 23,75
9. 10,5 12 28 17,5
10. 11 4 16 10
11. 12 12 12 7,5
160∑
y = 0,038x2 - 12,20x + 152,8
0
20
40
60
80
100
120
0 2 4 6 8 10 12 14
Pors
enta
se y
ang
sam
a/le
bih
besa
r (%
)
CBR TANAH DASAR
CBR Rencana atau CBR Desain 90%
90
5,3
Grafik 4 Grafik hubungan CBR tanah dasar
Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESA) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas desain pada lajur desain selama umur rencana, yang ditentukan sebagai : ESA = (Σjenis kendaraan LHRT x VDF) CESA = ESA x 365 x R Diketahui : R = 12,01
Tabel 9. Perhitungan Nilai ESA dan CESA LHRs
Kendaraan / hari / 2 arah
Kendaraan Ringan 2 as 2 ton (1+1) (1 + 1) 197 0,30 59,10 259073,715
Pick-Up 2 as 2 ton (1+1) (3 + 5) 68 0,80 54,40 238470,56
Bis 2 as 6 ton (2+4) (4 + 6) 72 1,00 72,00 315622,8
Truk 2 as 10 ton (5+8) (6 + 7.7) 42 7,30 306,60 1344027,09
Truk 3 as 20 ton (6+7.7) (5+5+6+7.7) 9 28,90 260,10 1140187,37
752,20 3297381,53
Konfigurasi
RodaVDFJenis Kendaraan ESA CESA
TOTAL Untuk mencari nilai faktor equivalen beban
(VDF) dilihat pada tabel 2.22 pada penelitian ini yang diambil VDF pangkat4
dan untuk mencari ESA4 menggunakan persamaan dibawah ini :
Tabel 10. Perhitungan ESA4 (Hasil Analisis)
NO Jenis Kendaraan LHRT DL VDF4 ESA 4
1 Kendaraan Ringan 2 as 2 ton (1+1) 197 80% 0,30 47,28
2 Pick-Up 2 as 2 ton (1+1) 68 80% 0,80 43,52
3 Bis 2 as 6 ton (2+4) 72 80% 1,00 57,6
4 Truk 2 as 10 ton (5+8) 42 80% 7,30 245,28
5 Truk 3 as 20 ton (6+7.7) 9 80% 28,90 208,08
601,76Total
Traffic Multiplier lapisan aspal Nilai TM kelelahan lapisan aspal (TM
lapisan aspal) untuk kondisi pembebanan yang berlebih di Indonesia adalah berkisar 1,8 - 2. Untuk
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
menghitung ESA5 TM yang digunakan adalah sebesar 1,9 Menghitung ESA5
ESAaspal = ESA5 = TMlapisan aspal x ESA4 ESAaspal = ESA5 = 1,9 x 601,76 ESAaspal = ESA5 = 1143,34 = 0,001 x 106
Menghitung CESA5
CESA5 = ESA5 x 365 x R = 1143,34 x 365 x 12,01 = 5012002,39 = 5,01 x 106
Tabel 11. Bagan Desain 2: Solusi Desain Pondasi Jalan Minimum3
(MDP 2013)
Dari tabel 4.22 Bagan Desain 2 diambil Kelas Kekuatan Tanah Dasar adalah SG6, Prosedur Desain Pondasi A, Tebal Minimum tidak perlu peningkatan karena CBRnya ≥ 6 berdasarkan ““Metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 CBR minimum 6% sehingga memenuhi syarat tidak perlu peningkatan. Dari Bagan Desain 2, digunakan Prosedur Desain Pondasi A, yaitu perbaikan tanah dasar, meliputi stabilisasi kapur atau timbunan pilihan sehingga desain perkerasannya mengunakan bagan desain 3 : desain perkerasan lentur aspal opsi biaya minimum termasuk (CTB)1.
Penentuan Struktur Perkerasan Yang
Memenuhi Syarat Sesuai dengan bagan desain 2 maka
struktur perkerasan yang memenuhi syarat untuk mendesain lapis perkerasan jalan dengan menggunakan metode MDP Nomor-02-M-BM-2013 adalah bagan desain 3 : Desain perkerasan lentur opsi biaya minimum termasuk (CTB)1. Tabel 12. Bagan Desain 3: Desain Perkerasan Lentur opsi biaya minimum termasuk CTB)1(MDP Nomor-02-M-BM-2013)
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8
Pengulangan beban sumbu
desain 20 tahun terkoreksi
di lajur desain (pangkat 5)
(106 CESA5)
< 0,5 0,5 - 2,0 2,0 - 4,0 4,0 - 30 30 - 50 50 - 100 100 - 200 200 - 500
Jenis Permukaan
berpengikatHRS, SS,
atau Penmac
ACc atau
ACf
Jenis lapis Pondasi dan
Lapis Pondasi Bawah
HRS WC 30 30 30
HRS Base 35 35 35
AC WC 40 40 40 50 50
Lapisan beraspal AC BC5 135 155 185 220 280
CTB4 150 150 150 150 150
LPA Kelas A2 150 150 150 150 150 150 150 150
150 125 125
Lapis Pondasi berbutir A Cement Treated base (CTB) (Cement treated base A)
KETEBALAN LAPIS PERKERASAN (mm)
CTB atau LPA Kelas A
LPA Kelas A, LPA Kelas B atau kerikil alam atau
lapis distabilisasi dengan CBR > 10%
STRUKTUR PERKERASAN
Lihat desain 5 & 6 Lihat bagan desain 4 untuk alternatif lebih murah 3
HRS (6) AC c
Dalam tahap ini, diketahui nilai CESA5 berada diantara 4 – 30 juta, sehingga struktur perkerasan yang memenuhi syarat adalah F4, dan dengan mengacu pada tahap ini, maka ketebalan lapis perkerasan dengan AC WC minimum adalah 40 mm.
Gambar 4. Tebal Perkerasan berdasarkan MDP Nomor 02-M-BM-2013
1. Tebal Lapis Perkerasan a. Jenis bahan yang dipakai dua lapis
perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor-Leste) :
Surface Course : Laston MS 744 = 75 mm
Base Course: Batu Pecah kelas A (CBR 100 %) = 200 mm
b. Jenis bahan yang dipakai tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 :
Surface Course : Laston MS 744 = 50 mm Base Course : Batu Pecah kelas A (CBR 100 %) = 200 mm Sub base Course : Sirtu Kelas A (CBR 70 % ) = 250 mm
c. Jenis Perkerasan yang dipakai Manual desain lapis Perkerasan jalan Nomor-02-M-BM-2013 Surface Course : AC WC = 40 mm
AC BC = 135 mm Base Course : LPA kelas A atau CTB = 150 mm Sub Base Course : LPA kelas A = 150 mm Tabel 13. Tebal rekaptulasi tebal perkerasan
Surface course Base Course Sub Base Course
1. Metode Timor-Leste 75 mm 200 mm -
2.Metode Analisis Komponen
SKBI 2.3.26.198750 mm 200 mm 250 mm
3.MDPJ Nomor 02-M-BM-
2013
AC WC 40 mm, AC BC
135 mm, 150 mm 150 mm
TEBAL PERKERASANNo. METODE
Rencana Anggaran Biaya
Dalam melaksanakan suatu proyek, diperlukan perencanaan yang matang agar waktu pelaksanaan proyek dapat selesai tepat waktu dengan biaya yang efisien. Biaya yang dipergunakan dalam proyek Rehabilitas proyek ruas jalan Tibar – Gleno Timor Leste dengan biaya sebesar US$ 29,292,168.42 atau Rp 351,506,021,040.00 Besarnya biaya pelaksanaan suatu proyek dapat dihitung dari analisis harga satuan pekerjaan. Untuk melakukan analisis ini diperlukan harga satuan dasar tenaga, bahan, dan peralatan yang sesuai dengan kondisi di lokasi proyek.
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Dari ketiga metode tersebut dapat dibandingkan biaya antara metode Timor-Leste dengan “Metode Analisis Komponen” SKBI 2.3.26.1987 dan Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02-M-BM-2013 seperti pada tabel 4.26.
Tabel 14. Tebal rekaptulasi tebal perkerasan
Surface course Base Course Sub Base Course
1. Metode Timor-Leste 75 mm 200 mm -
2.Metode Analisis Komponen
SKBI 2.3.26.198750 mm 200 mm 250 mm
3.MDPJ Nomor 02-M-BM-
2013
AC WC 40 mm, AC BC
135 mm, 150 mm 150 mm
TEBAL PERKERASANNo. METODE
KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dua lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor-Leste) Surface Course (Laston MS 744) tebal 75 mm, Base Course (Batu Pecah kelas A) dtebal 200 mm, tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 Surface Course (Laston MS 744) tebal 50 mm, Base Course (Batu Pecah kelas A) tebal 200 mm, Sub base Course (Sirtu Kelas A) tebal 250 mm dan tiga lapis perkerasan berdasarkan Manual Desain Lapis Perkerasan Jalan Nomor-02-M-BM-2013 AC WC 40 mm dan AC BC 135 mm, LPA kelas A CTB tebal 150 mm dan LPA Kelas A tebal 150 mm.
2. Biaya yang dibutuhkan untuk dua lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 (diadopsi metode Timor-Leste) senilai Rp
83.622.092.000,00 biaya yang dibutuhkan untuk tiga lapis perkerasan berdasarkan “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 senilai Rp 107.390.292.000,00
dan Biaya yang digunakan tiga lapis perkerasan berdasarkan Manual desain perkerasan jalan Nomor-02-M-BM-2013 senilai Rp
124.066.851.000,00. 3. Dari ketiga metode tersebut yang lebih cocok
atau efisien digunakan pada ruas jalan Tibar-Gleno Timor-Leste adalah “Metode Analisa Komponen” SKBI-2.3.26.1987 tiga lapis perkerasan karena tebal surface course 50 mm, base course 200 mm dan sub base course 250 mm, bila dibanding dengan dua lapis tebal perkerasan dengan metode yang sama biayanya pekerjaan beda 28,4 % dibandingkan dua lapis perkerasan.
DAFTAR PUSTAKA
American Association of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO), 1993, Guide for The Design of Pavement
Structures, AASHTO, Washington, DC Ansyori, A. A., 2001. Rekayasa Jalan Raya. UMM Press, Malang Jawa Timur. Atmaja. J. dan Liliwarti, 2009. Studi Laboratorium
Penggunaan Dinamic Cone Penetrometer (DCP) pada Tanah Lempung yang Dipadatkan pada Sisi Basah untuk Lapisan
Fondasi Jalan, Jornal Rekayasa Sipil Volume V, Nomor 1, April 2009 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang.
Departemen Pekerja Umum, 1976, Manual Pemeriksaan Bahan Jalan, Penerbit Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum, SKBI.2.3.26.1987, UDC. 625.73 (02), SNI 1732-1989-F.
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan Metode Analisa Komponen. Yayasan Badan Penerbitan P.U. Jakarta.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Bina Marga. 036/TBM/1997 Manual Kapasitas Jalan Indonesia, (MKJI).
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga. (2011). Standar Satuan Harga Dasar Konstruksi Jalan dan Analisa Harga Satuan No 050/0614/110/2011. Jawa Timur.
Departemen Pekerja Umum, 2013, Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor 02/M/BM/2013, Jakarta.
Ferdian T. 2008, Analisis Struktur Perkerasan Lentur Menggunakan Program Everseries dan Metoda AASHTO 1993 Studi kasus: Jalan Tol Jakarta - Cikampek, Jornal Vol. 15 No. 3 Desember 2008. Jakarta.
FHWA (Federal Highway Administration), 2006, Geotechnical Aspects Of Pavements, Reference Manual/Participant workbook, Publication No. FHWA NHI-05-037, U.S. Depart. Of Transportation Federal Highway Administration.
Hardiyatmo, H.C. 2006. Perancangan Perkerasan Jalan dan Penyelidikan Tanah, Universitas Gajah Mada.
Koestalam, Pinardi dan Sutoyo, 2010. Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan, Jenis Lentur dan Jenis Kaku, Penerbit PT. Mediatama Saptakarya.
Nageim H. K. Al dan Nunn M. (2009), Durable Pavement Maintenance Using Reinforced Asphalt, 20 Years of Experience, The International Journal of Pavement Engineering & Asphalt Technology Vol 10 Issu 1 ISSN 1464-8164, May 2009, PEAT.
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang
Oglesby, C.H. dan Hicks, R.G. , 1982, Teknik Jalan Raya, Edisi Keempat, Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Rajbongshi P1+. 2014, Reliability Based Cost Effective Design of Asphalt Pavements Considering Fatigue and Rutting, The International Journal of Pavement Research and Technology Vol.7 No.2 Mar. 2014.
Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Edisi Kedua, Penerbit Nova, Bandung.
Sukirman, S., 2003. Buku Beton Aspal Campuran Panas. Edisi ke-1. Jakarta : Granit.
Waruwu A., 2013, Korelasi nilai kuat tekan dan CBR tanah lempung yang distabilisasi dengan abu batu dan semen, Institut Teknologi Medan.
Wiyanti D.S. 2011, Keuntungan dan Kerugian Flexible Pavement Dan Rigid Pavement, Jornal Teodolita Vol. 12, No. 2, Desember 2011.