Jenis Kopling

3
Jenis – jenis kopling 1. Kopling RC Gambar 8-11a menggambarkan kopling resistansi- kapasitansi (RC), metode ini paling banyak dan umum digunakan untuk mengkopling sinyal dari suatu tingkat ke tingkat berikutnya. Dalam pendekatan ini, sinyal yang dibangkitkan pada tahanan kolektor dari tiap tingkat dikopel pada basis tingkat berikutnya. Tingkat – tingkat yang dihubungkan secara kaskade akan memperkuat sinyal, dan pengutan keseluruhannya (overall gain) sama dengan hasil kali dari pengutan masing – masing tingkat. Kapasitor kopling akan melewatkan AC tetapi menahan DC. Karena itu, tingkat-tingkat diisolasi sejauh yang menyangkut DC. Hal ini perlu unutk mencegah pengaruh DC dan bergesernya titik Q. Kekurangan dari pendekatan ini, adalah batas frejuensi rendah ditentukan oleh besarnya oleh kapasitor-kapasitor kopling. Kapasitor-kapasitor pintas dibutuhkan karena mereka memintas emiter –ditanahkan. Tanpa mereka, penguatan tegangan-tegangan pada tiap tingkat akan hilang. Kapasitor –kapasitor pintas ini juga menentukan batas bawah dari frekuensi response. Dengna perkataam lain, jika frekuensi berkurang, pada suatu saat kita mencapai suatu titik di mana kapasitor pintas tidak melewatkan AC. Pada frekuensi ini, penguatan tegangan mulai berkurang karena adanya umpan balik setempat (Local feedback), dan penguatan keseluruhan dari penguat akan turun dalam besaran yang cukup berarti. Jika anda tertarik pada penguatan sinyal-sinyal AC dengan frekuensi yang lebih besar dari 10 Hz, penguat dengan kopel-RC biasanya cocok. Untuk rangkaian-rangkaian diskrit (yang di mana tahanan, kapasitor, dan transistor yang terpisah disambung bersama), suatu cara yang paling menyenangkan dan murah adalah membuat suatu penguat bertingkat banyak. 2. Kopling Impedansi

description

tugas Elka

Transcript of Jenis Kopling

Jenis jenis kopling1. Kopling RCGambar 8-11a menggambarkan kopling resistansi-kapasitansi (RC), metode ini paling banyak dan umum digunakan untuk mengkopling sinyal dari suatu tingkat ke tingkat berikutnya. Dalam pendekatan ini, sinyal yang dibangkitkan pada tahanan kolektor dari tiap tingkat dikopel pada basis tingkat berikutnya. Tingkat tingkat yang dihubungkan secara kaskade akan memperkuat sinyal, dan pengutan keseluruhannya (overall gain) sama dengan hasil kali dari pengutan masing masing tingkat.Kapasitor kopling akan melewatkan AC tetapi menahan DC. Karena itu, tingkat-tingkat diisolasi sejauh yang menyangkut DC. Hal ini perlu unutk mencegah pengaruh DC dan bergesernya titik Q. Kekurangan dari pendekatan ini, adalah batas frejuensi rendah ditentukan oleh besarnya oleh kapasitor-kapasitor kopling. Kapasitor-kapasitor pintas dibutuhkan karena mereka memintas emiter ditanahkan. Tanpa mereka, penguatan tegangan-tegangan pada tiap tingkat akan hilang. Kapasitor kapasitor pintas ini juga menentukan batas bawah dari frekuensi response. Dengna perkataam lain, jika frekuensi berkurang, pada suatu saat kita mencapai suatu titik di mana kapasitor pintas tidak melewatkan AC. Pada frekuensi ini, penguatan tegangan mulai berkurang karena adanya umpan balik setempat (Local feedback), dan penguatan keseluruhan dari penguat akan turun dalam besaran yang cukup berarti. Jika anda tertarik pada penguatan sinyal-sinyal AC dengan frekuensi yang lebih besar dari 10 Hz, penguat dengan kopel-RC biasanya cocok. Untuk rangkaian-rangkaian diskrit (yang di mana tahanan, kapasitor, dan transistor yang terpisah disambung bersama), suatu cara yang paling menyenangkan dan murah adalah membuat suatu penguat bertingkat banyak.2. Kopling ImpedansiSering kali kopling impedansi dilihat pada frekuensi tinggi. Berikut ini adalah ide dasarnya : Ganti setiap RC dari gambar 8-11a dengan sebuah induktor, seperti ditunjukkan pada gambar 8-11b. Jika frekuensi bertambah XL akan mencapai tak berhingga, dan tiap induktor terbuka dengan perkataan lain, induktor-induktor melewatkan besaran DC dan menahan besaran AC. Jika digunakan cara ini, induktor-induktor disebut RF chokes. Keuntungan dari kopling impedansi adalah tidak ada daya sinyal yang terbuang pada tahanan kolektor, karena tahanan kolektor telah diganti dengan induktor-induktor yang mempunyai disipasi daya yang sangat kecil. Kerugiannya adalah bahwa RF choke relatif mahal dan impedansinya turun pada frekuensi yang rendah. Sebagai pedoman kopling impedansi hanya cocok pada frekuensi-frekuensi radio (RF). Frekunsi ini di atas 20 KHz.3. Kopling TransformatorGambar 8-11c menggambarkan kopling transformator. R1 dan R2 memberikan bias pembagi tegangan. Sebuah kapasitor intas dipasang pada dasar setiap gulungan primer untuk menghasilkan kawat penghubung induktansi yang terhubung dengan sumber, kembali mendapat tegangan DC. Hal yang sama, sebuah kapasitor intas dipasang pada dasar setiap gulungan sekunder untuk mendapatkan ground AC, hal ini untuk menghindari hilangnya daya sinyal di kople dengan kopling transformator. Pada suatu saat, transformator banyak digunakan pada penguat audio (20 Hz sampai 20 KHz), walaupun harganya mahal dan membutuhkan banyak tempat. Sejak transformtor ditemukan, pengikut emiter dan penguat darlington telah menggantikan fungsi transformator pada sebagian besar pemakaian audio.Tetapi transformator masih digunakan dalam penguat penguat RF. Sebagai contoh, pada penerima radio AM, sinyal- sinyal RF mempunyai frekuensi dari 535 1605 KHz. Pada penerima TV, sinyal sinyal RF mempunyai frekuensi dari 54 216 MHz (kanal 2 sampai 13). Pada frekuensi frekuensi yang lebih tinggi, ukuran trasformator lebih kecil dan hargnya lebih murah. Biasanya sebuah kpaitor diparalel pada salh satu atau kedua gulungan dari transformator untuk mendapatkan frekuensi resonansi. Sebagai contoh, setiap gulungan prrimer dari gambar 8 11c mempunyai kapsitor tala (tuning capasitor). Hal ini berguna untuk menyaring semua frekuensi kecuali frekuensi resonansi dan frekuensi disekitar frekuensi resonansi. (ini merupakan prinsip dalam menala, pada suatu stasiun radio atau kanal TV ).

4. Kopling LangsungPada frekuensi dibawah 10 Hz (kira-kira), kapasitor kopling dan pintas menjadi terlalu besar, baik secara elektrik maupun secara fisik. Sebagai contoh, untuk meminta suatu tahanan emiter 100 pada 10 Hz, kita membutuhkan kapasitor kira-kira sebesar 1590 F. Makin rendah tahanan dan frekuensi yang kita inginkan, makin sulit persoalan yang kita hadapi. Untuk menyelesaikan persoalan frekuensi rendah, kita dapat menggunakan kopling langsung. Hal ini berarti dalam merancang tingkat-tingkat dari penguat kita tidak menggunaka kapasitor kopling dan kapasitor pintas, agar supaya AC di kopel sebaik DC. Akibatnya tidak ada batas frekuensi rendah. Penguat akan memperbesar sinyal-sinyal, tidak peduli besar rendahnya frekuensi sinyal tersebut, termasuk DC atau frekuensi nol.