JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

12
Jejak Tantrayana di Situs Bumiayu -Sondang Martini Siregar (13-24) 13 Diterima 6 Januari 2016 Direvisi 14 Maret 2016 Disetujui 6 April 2016 JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Demang Lebar Daun Kancil Putih, Palembang; email [email protected] Sondang Martini Siregar PENDAHULUAN Tantra berarti tenunan atau keadaan bengkok, atau sesuatu yang terus-menerus dan rangkaian yang tak terputus dalam kebiasaan agama sebagai peraturan atau upacara yang tertib.Tantra merupakan penjelmaan Dewa Trimurti dalam agama Hindu, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa, tetapi dalam pelaksanaannya bergantung kepada Siwa sendiri yang mengadakan tanya-jawab kepada istrinya. Dewi Durga atau Kali, yang membuka rahasia mistik dan menetapkan peraturan agama yang diterima dan dianut oleh para pemeluknya. Selanjutnya, paham disempurnakan dan dimasukkan dalam agama Hindu maupun Buddha. Sekitar abad ke-6 Masehi kepercayaan kepada sakti dan paham Tantarayana berpengaruh baik dalam agama Hindu dan Buddha. Kedua agama memuja sakti baik dalam bentuk Dewi Laksmi ataupun Dewi Tara sebagai pemujaan yang tertinggi. Dalam paham Tantrayana, yang dipuja adalah wanita TANTRIC TRACES IN BUMIAYU Abstrak. Agama Hindu Buddha mengenal aliran Tantrayana. Aliran ini bersifat gaib dan diajarkan secara lisan kepada pemeluknya. Aliran ini pernah berkembang di Nusantara dan sisa-sisa arca yang dipuja masih ditemukan di beberapa situs di Indonesia. Aliran Tantrayana juga berkembang di situs Bumiayu. Selanjutnya, permasalahan yang muncul adalah bagaimana penggambaran arca Tantrayana yang ada di Bumiayu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis dan ciri arca Tantrayana di situs Bumiayu, dan hubungannya dengan arca Tantrayana lainnya di Pulau Sumatera (Padang Lawas dan Sungai Langsat). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dengan penalaran induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal perkembangan agama Hindu di Bumiayu berkisar pada abad ke-9 Masehi, yang selanjutnya mendapat pengaruh aliran Tantrayana. Arca dengan aliran Tantrayana digambarkan dalam bentuk menyeramkan dan memiliki hiasan tengkorak. Umat Hindu melakukan upacara Tantrayana dengan tujuan untuk melindungi daerah Bumiayu dari serangan Raja Kertanegara yang melakukan ekspedisi Pamalayu ke Sumatera pada tahun 1275. Kata kunci: arca, Tantrayana, Bumiayu, penggambaran Abstract. Hindu-Buddhist religion had known Tantrayana stream. Tantrayana was supernatural and had been taught orally to its adherents. This stream had ever grown in the archipelago and the remains of revered statues were found in several sites in Indonesia. Tantrayana had also developed in Bumiayu site. An important issue is how the depiction of Hindu- Tantric statues in Bumiayu. This study aims to gain the types and characterictics of Hindu-Tantric statues in Bumiayu, and its relationship with other Tantric statues found in Sumatera (Padang Lawas and Sungai Langsat). The method used in this research is a qualitative method, by descriptive analysis and inductive reasoning. The result showed that the development of Hindu in Bumiayu began during 9 th century, and then It had gotten Tantrayana influence. Some Hindu-Tantric statues were depicted in horrific form with skull ornaments. The aim of Hindu-Tantric follower performed their religious ceremonies was to protect Bumiayu from Kertanegara attack who did Pamalayu expedition to Sumatera in 1275. Keywords: statue, Tantric, Bumiayu, depiction

Transcript of JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Page 1: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Jejak Tantrayana di Situs Bumiayu -Sondang Martini Siregar (13-24) 13

Diterima 6 Januari 2016 Direvisi 14 Maret 2016 Disetujui 6 April 2016

JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU

Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Demang Lebar Daun Kancil Putih, Palembang;email [email protected]

Sondang Martini Siregar

PENDAHULUAN

Tantra berarti tenunan atau keadaan bengkok,atau sesuatu yang terus-menerus dan rangkaianyang tak terputus dalam kebiasaan agamasebagai peraturan atau upacara yang tertib.Tantramerupakan penjelmaan Dewa Trimurti dalamagama Hindu, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa,tetapi dalam pelaksanaannya bergantung kepadaSiwa sendiri yang mengadakan tanya-jawabkepada istrinya. Dewi Durga atau Kali, yang

membuka rahasia mistik dan menetapkanperaturan agama yang diterima dan dianut olehpara pemeluknya. Selanjutnya, pahamdisempurnakan dan dimasukkan dalam agamaHindu maupun Buddha. Sekitar abad ke-6 Masehikepercayaan kepada sakti dan pahamTantarayana berpengaruh baik dalam agamaHindu dan Buddha. Kedua agama memuja saktibaik dalam bentuk Dewi Laksmi ataupun DewiTara sebagai pemujaan yang tertinggi. Dalampaham Tantrayana, yang dipuja adalah wanita

TANTRIC TRACES IN BUMIAYU

Abstrak. Agama Hindu Buddha mengenal aliran Tantrayana. Aliran ini bersifat gaib dan diajarkan secara lisan kepadapemeluknya. Aliran ini pernah berkembang di Nusantara dan sisa-sisa arca yang dipuja masih ditemukan di beberapa situsdi Indonesia. Aliran Tantrayana juga berkembang di situs Bumiayu. Selanjutnya, permasalahan yang muncul adalahbagaimana penggambaran arca Tantrayana yang ada di Bumiayu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis danciri arca Tantrayana di situs Bumiayu, dan hubungannya dengan arca Tantrayana lainnya di Pulau Sumatera (PadangLawas dan Sungai Langsat). Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif denganpenalaran induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal perkembangan agama Hindu di Bumiayu berkisar pada abadke-9 Masehi, yang selanjutnya mendapat pengaruh aliran Tantrayana. Arca dengan aliran Tantrayana digambarkan dalambentuk menyeramkan dan memiliki hiasan tengkorak. Umat Hindu melakukan upacara Tantrayana dengan tujuan untukmelindungi daerah Bumiayu dari serangan Raja Kertanegara yang melakukan ekspedisi Pamalayu ke Sumatera pada tahun1275.

Kata kunci: arca, Tantrayana, Bumiayu, penggambaran

Abstract. Hindu-Buddhist religion had known Tantrayana stream. Tantrayana was supernatural and had been taughtorally to its adherents. This stream had ever grown in the archipelago and the remains of revered statues were found inseveral sites in Indonesia. Tantrayana had also developed in Bumiayu site. An important issue is how the depiction of Hindu-Tantric statues in Bumiayu. This study aims to gain the types and characterictics of Hindu-Tantric statues in Bumiayu, andits relationship with other Tantric statues found in Sumatera (Padang Lawas and Sungai Langsat). The method used in thisresearch is a qualitative method, by descriptive analysis and inductive reasoning. The result showed that the developmentof Hindu in Bumiayu began during 9th century, and then It had gotten Tantrayana influence. Some Hindu-Tantric statueswere depicted in horrific form with skull ornaments. The aim of Hindu-Tantric follower performed their religious ceremonieswas to protect Bumiayu from Kertanegara attack who did Pamalayu expedition to Sumatera in 1275.

Keywords: statue, Tantric, Bumiayu, depiction

Page 2: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Naditira Widya Vol. 10 No. 1 April 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan14

sebagai sumber kekuatan. Penganut Tantrayanaberanggapan bahwa sakti adalah ibu alamsemesta sehingga segala sesuatu berasal darisakti dan akan kembali kepadanya (Surasmi 2007:22).

Pada mulanya aliran Tantrayana muncul diIndia, yaitu pemujaan kepada Ibu di LembahSungai Indus. Pemujaan terhadap dewaperempuan dilakukan denganmempersembahkan seekor domba. Di Bengal,masyarakat sudah biasa menjalankan pemujaankepada sakti (kali) yang juga dikenal sebagaidewi kemakmuran. Pemujaan kepada sakti danupacara-upacara Tantrayana merupakankepercayaan India kuno. Menurut aliranTantrayana, untuk mencapai tujuan hidup setiaporang mengucapkan mantra dan melakukanupacara gaib agar dapat bersatu dengan sakti.Dalam kitab agama Hindu digambarkan DewiDurga (kali) dan Siwa (Mahakala) saling bercakap.Gambaran itu juga diwujudkan dalam relief diBenggala, yaitu gambaran Dewa Siwa sedangberkasih-kasihan dengan Dewi Pertiwi. Makadalam agama Siwa terdapat aliran Tantrayana,yaitu ajaran yang bertujuan mempersatukan diridengan Tuhan. Pemeluk Tantrayana melakukanibadah dengan cara bernyanyi, menghisap candu,minuman keras dengan tujuan untuk mencapaimokhsa dalam waktu singkat. Percakapan antaraseorang dewa dengan saktinya (Dewa Siwa danDewi Durga) tidak hanya diwujudkan di dalamrelief, tetapi juga diwujudkan dalam bentuk lingga(dewa) dan yoni (rahim ibu) (Surasmi 2007: 22).

Magetsari berpendapat bahwa apabila aliranTantrayana bersifat vulgar, menggunakan unsurilmu sihir, melakukan perbuatan mabuk-mabukandan pemujaan kepada kekuatan baik dengantujuan jahat ataupun sebaliknya, berarti aliranTantrayana sudah mengalami kemunduran dalamperkembangan agama. Hal ini dikarenakan KitabSang Hyang Kamahayanikan menyebutkanbahwa aliran Tantrayana hanyalah ajaran lisan yangdisampaikan turun-temurun kepada murid-muridnya secara rahasia. Seorang muriddiwajibkan belajar secara tepat dan teliti. Olehkarena itu, seorang guru harus mampumempersiapkan dan menuntun muridnya secarabenar. Tanpa bimbingan seorang guru, seorang

murid akan memperoleh kesengsaraan, kegilaan,dan kematian bahkan masuk neraka, bukannyamencapai kebuddhaan. Untuk merahasiakanajaran ini maka dalam ajaran lisan seorang harusmemperoleh bimbingan guru sedangkan dalambentuk naskah, rahasia itu harus dipertahankandengan mempergunakan bahasa semu, yaitumempunyai arti kiasan dan harafiah. Adapun yangdimaksud dengan arti kiasan adalah alirandiberikan dan diterangkan oleh guru kepadamurid yang telah dipersiapkannya sendiri.Demikian pula dengan ajaran yang dirumuskandalam arti harafiah adalah pokok-pokok ajaransaja, sedangkan pelaksanaannya diajarkansecara lisan (Magetsari 1997: 375).

Pada masa Sriwijaya aliran Tantrayana pernahberkembang sekitar abad ke-7 Masehi. Hal iniditunjukkan dalam isi prasasti Telaga Batu bahwaseluruh anak negeri adalah orang-orang yangsangat baik, taat terhadap raja, maka rajamembalas dengan Tantramala. Tantramala adalahrumus rahasia yang memberikan bermacam-macam kebahagiaan dalam hidup di duniamaupun di akhirat (Surasmi 2007: 60-61).

Beberapa situs di Pulau Sumatera yangmendapat pengaruh aliran Tantrayana, yaitu situsPadang Lawas (Sumatera Utara), situsPadangroco dan situs Sungai Langsat (SumateraBarat), dan situs Bumiayu (Sumatera Selatan).Situs-situs yang mendapat pengaruh Tantrayanaumumnya berlatar belakang Buddha, kecuali situsBumiayu yang berlatar belakang agama Hindu(Siregar 2001: 8-9).

Situs Bumiayu berada di Desa Bumiayu,Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Muaraenim.Situs Bumiayu memiliki luas sekitar 40 hektar,dikelilingi oleh Sungai Lematang beserta anak-anak sungainya. Situs Bumiayu telah lama ditelitioleh peneliti, baik dari dalam maupun luar negeri.Tahun 1993 Pusat Penelitian Arkeologi Nasionalmelakukan penelitian di situs Bumiayu, danmenemukan gundukan-gundukan tanah yangberisikan struktur bata. Pusat Penelitian ArkeologiNasional menamakan gundukan-gundukan tanahtersebut sesuai dengan urutan waktupenemuannya, yaitu Candi Bumiayu 1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8, 9, 10. Dari kesepuluh candi tersebut hanyaCandi Bumiayu 1, 2 ,3 , 7 dan 8 yang telah dipugar,

Page 3: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Jejak Tantrayana di Situs Bumiayu -Sondang Martini Siregar (13-24) 15

sedangkan yang lainnya masih tertimbun dalamtanah. Di dalam situs Bumiayu ditemukankompleks percandian Bumiayu 1, 2 dan 3,dilengkapi dengan arca-arca (Ferdinandus 1993:33-38).

Pembangunan situs Bumiayu diperkirakanberlangsung dalam dua tahapan. Tahap pertamasekitar abad ke-9 Masehi, yaitu pembangunankompleks Candi 1 beserta arca-arca yang terbuatdari batu putih (tufa) dan pembangunan kompleksCandi 2. Pembangunan tahap kedua sekitar abadke-13 Masehi, yaitu penambahan pilaster Candi1 dan pembangunan kompleks Candi 3 (Satari2002: 113-128).

Satyawati Suleiman beranggapan bahwa arca-arca tersebut bergaya seni Jawa Tengah, abadke-9 Masehi. Hal ini dikarenakan adanyaketurunan Jawa Tengah berkuasa di Sumatera danketika dia berkuasa turut mempengaruhi dalampendirian bangunan candi dan pembuatan arca-arca di Sumatera. Arca-arca tersebut memiliki ciri-ciri, rambut keriting sampai ke bahu danmengenakan kain panjang dengan hiasan wiru dibagian tengah kain (Suleiman 1985: 385). Arca-arca dari Candi Bumiayu memiliki kesamaandengan arca-arca dari Jawa Tengah, diperkirakandibuat pada abad ke-9 Masehi.

Pada masa selanjutnya, situs Bumiayumendapat pengaruh aliran Tantrayana. Arca-arcanya digambarkan dengan raut wajah berbedadibandingkan dengan arca-arca dari CandiBumiayu 1. Arca-arca umumnya terbuat dari bahantanah liat. Hal tersebut menarik diteliti untukmengetahui bagaimana jenis dan gambaran arca-arca Tantrayana dari situs Bumiayu danhubungannya dengan arca Tantrayana lainnya diPulau Sumatera.

Satyawati Suleiman (1985: 26) menyatakanbahwa arca-arca Tantrayana digambarkan dalamwujud seram karena dihubungkan dengan ritualTantrayana. Pemeluk Tantrayana melakukanpemujaan kepada dewa/raksasa untuk mencapaikelepasan (mokhsa), yaitu dengan memakai sihir,bersemadi, dan mengucapkan mantra-mantra.Upacara yang terpenting adalah melakukanupacara Bhairawa, yang dilakukan di atas ksetra.Ksetra adalah halaman kuburan, tempat jenazah-jenazah dikuburkan sebelum dibakar. Tempat itu

menjadi tempat menarik bagi hantu, setan, danburung hantu. Di tempat tersebut dilakukanupacara rahasia oleh pemeluknya sepertibersemadi, menari-nari, mengucapkan mantra-mantra, membakar jenazah, minum darah, tertawa-tawa, dan mengeluarkan bunyi seperti banteng.

METODE

Metode yang dipakai dalam penulisan iniadalah metode kualitatif, dengan penalaraninduktif. Metode kualitatif diterapkan untukmengkaji arca-arca dari situs Bumiayu sehinggadiketahui ciri arca aliran Tantrayana dari situstersebut. Selanjutnya, gambaran arca-arcaTantrayana dari situs Bumiayu diperbandingkandengan arca Tantrayana di luar situs Bumiayuseperti dari situs Padang Lawas dan situs SungaiLangsat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Arca-arca dari Situs Bumiayu

Arca Siwa Mahadewa dari Candi Bumiayu 1Di situs Bumiayu ditemukan arca Siwa

Mahadewa. Arca Siwa ini terlihat dalam posisiduduk. Ukuran tinggi secara keseluruhan 62 cm,sedangkan tinggi arca 51 cm, lebar 36 cm, tebal24 cm, dan tebal sandaran 5 cm. Arca memiliki 4(empat), kedua telapak tangan di bagian depansudah pecah. Arca yang dibuat dari batu putih(limestone) ini mempunyai sandaran yangberbentuk setengah lonjong tanpa memilikihiasan. Sirascakra dipahat polos, berbentuk bulattelur sampai di belakang bahu. Asananya berupapadmasana ganda berbentuk segiempat polosdi bagian bawah, sementara lapik bagian atasberhias pola segienam. Mahkota yang dikenakanberbentuk jatamakuta berhias pola lengkungandengan untaian manik-manik di dalamnya. Arcatidak memiliki anting, mengenakan ikat kepala(jamang) namun sudah pecah, mengenakan duakalung berbentuk untaian manik-manik danjumbai, tidak memiliki antingan (Siregar 2005: 7).

Arca Siwa Mahadewa merupakan dewa yangdipuja umat Hindu. Dewa Siwa merupakan dewayang paling ditakuti oleh pemeluknya karena

Page 4: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Naditira Widya Vol. 10 No. 1 April 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan16

memiliki kuasa merusak dan menghancurkan.Dewa Siwa juga diwujudkan di dalam bentuklingga dan saktinya (pasangannya) diwujudkandengan yoni (lihat gambar 1). Di situs Bumiayuditemukan beberapa lingga dan yoni. Hal inimenunjukkan bahwa kedua dewa tersebut sangatdipuja oleh pemeluknya pada masa itu. Jadi adabeberapa lokasi aktivitas keagamaan pada masaitu, yaitu pemujaan kepada Dewa Siwa yangdiletakkan di bagian tengah bangunan candi.Lingga dan yoni juga dipuja oleh pemeluknya,ditaruh di tempat lain, tetapi masih berada dikompleks percandian Bumiayu.

sumber: dok. pribadi

Gambar 1. Lingga dan yoni dari Candi Bumiayu 1

Gambar 2. Arca yokoh 1 dari Candi Bumiayu 1

sumber: dok. pribadi

yang bagian depannya terdapat semacamgesper berhias pola sulur. Arca memiliki duagelang kaki polos, demikian juga dengan gelangtangan. Arca ini tidak memakai uncal, sedangkansampur yang dikenakan berbentuk polos berlipat-lipat, tidak ada simpul. Kain yang dikenakanpanjang sampai ke betis dan berhias bungadengan pola geometris, tepinya berhias deretanbulatan dengan pola sulur. Selain hiasan tersebutmasih terdapat sumping di belakang telinga.Asananya berbentuk memanjang ke depansehingga lebih tebal dari badan arca. Hiasanterdapat pada asana berupa pola bunga dan sulur.Arca ini berukuran tinggi keseluruhannya 62 cm,tinggi arca 50 cm, lebar 36 cm, dan tebal 4,5 cm(Siregar 2005: 9).

Berdasarkan penggambaran arca tokoh 1adalah perwujudan dari arca dewa (lihat gambar2). Hal ini dikarenakan arca tokoh 1 memiliki ciriarca kedewaan, yaitu mengenakan mahkotajatamakuta, memiliki sandaran arca di bagianbelakang badannya, dengan hiasanprabhamandala (lidah api). Begitu pula arcamemiliki sandaran di belakang kepala berbentuklonjong (sirascakra). Ciri-ciri tersebut

Arca Tokoh 1 dari Candi Bumiayu 1Arca diwujudkan dalam sikap duduk di atas

padmasana ganda berbentuk segi empat. Bahanarca adalah batu putih (limestone). Arca memilikisandaran arca dan di bagian belakang kepalaterdapat sirascakra berbentuk lonjong. Sikapkedua tangan berada di atas pangkuan, telapaktangan kiri di bawah telapak tangan kanan, dan diatas telapak tangan kanan terdapat bunga padmamekar. Arca mengenakan mahkota yangmerupakan pilinan rambutnya sendiri (jatamakuta)yang tinggi dengan hiasan simbar. Jamang (ikatkepala) berbentuk pita lebar berhias deretanmanik-manik dihiasi lima simbar dengan polasulur. Arca mengenakan dua kalung berhias sulurdan manik-manik. Hiasan telinga berupa ratnakundala dengan pola sulur. Gelang tanganberbentuk pita dengan deretan manik-manikberhias simbar dengan pola sulur. Ikat pinggangyang dikenakan berupa deretan manik-manik

Page 5: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Jejak Tantrayana di Situs Bumiayu -Sondang Martini Siregar (13-24) 17

Gambar 3. Arca leluhur dari Candi Bumiayu 1sumber: dok. pribadi

menunjukkan bahwa arca tokoh 1 bukanlah arcaperwujudan manusia, tetapi perwujudan dewayang dipuja oleh umat Hindu.

Arca Leluhur dari Candi Bumiayu 1Arca digambarkan berbadan gemuk,

ditemukan di sebelah timur bangunan CandiBumiayu 1 dalam keadaan retak pada bagiandada dan sandaran atas. Bahan yang digunakanuntuk membuat arca ini adalah limestone.Penggambaran arca ini dalam sikap dudukpadmasana di atas asana yang berupa lapik polossetengah bulat. Mempunyai tangan dua yangterletak di atas pangkuan, telapak kiri di bawahtelapak tangan, yang di atasnya terdapat bungamekar. Sandaran tepi berjenjang, bagian bawahlebar, kemudian mengecil berbentuk lonjong,polos. Sirascakra digambarkan polos berbentukbulat telur sampai ke belakang bahu. Pada keduabahu terdapat rambut ikal menjurai. Hiasan yangdikenakan terdiri dari mahkota berupajatamakuta, jamang (ikat kepala) berbentuk pitalebar polos, berhias tiga simbar dan memakaisumping. Kalung yang terdapat arca ini berjumlahdua yang berhias pola sulur tetapi dalam keadaanaus. Hiasan telinga berbentuk bulatan danujungnya berhias jumbai. Hiasan lain adalahgelang tangan berupa pita dengan deretan manik-manik berhias simbar dengan pola sulur. Ikatpinggang yang dikenakan berbentuk pita berhias,

tetapi aus berlekuk-lekuk. Gelang berupa untaianmanik-manik bersusun dua, sedangkan gelangkaki ada dua polos. Arca ini tidak memakai uncal,tetapi memakai sampur yang tidak jelas, karenahanya tampak bagian ujungnya yang menjurai diasana dan bagian yang menempel di paha,berhias geometris tetapi agak aus. Memakai kainyang panjangnya sampai betis dan berhias polabunga, tetapi sudah aus (Siregar 2005: 9).

Arca ini merupakan perwujudan tokohmanusia dan tidak menunjukkan ciri arcakedewaan (lihat gambar 3). Arca tidak memilikilingkaran di belakang badannya (prabhamandala).Arca ini kemungkinan adalah arca leluhur daripejabat/raja yang berkuasa pada masa itu, danpejabat tersebut terlibat dalam pendirianbangunan candi di situs Bumiayu.

Arca Pendeta dari Situs BumiayuDi situs Bumiayu ditemukan tokoh pendeta

dalam dua perwujudan. Di Candi Bumiayu 1ditemukan tokoh pendeta dalam wujud arcaAgastya dalam posisi berdiri, sedangkan di CandiBumiayu ditemukan tokoh pendeta dalam posisiwujud manusia. Hal ini cukup menarik karenaAgastya merupakan perwujudan Dewa SiwaMahayogi yang menjadi seorang pendeta,penyebar ajaran Hindu di India Selatan. Arcanyaditemukan dalam dua wujud, yaitu sebagai arcaAgastya dan arca pendeta.

Arca Agastya yang digambarkan berdiri,bertangan dua dan berjanggut panjang (gambar4). Agastya ini termasuk dalam kelompok DewaPariwara (pendamping) bersama Ganesya danDurga Mahisasuramardhini. Dalam konstelasi arcapada candi Hindu, Agastya diletakkan pada salahsatu sisi ruang atau relung candi utama (induk),yaitu pada sisi selatan. Adapun ciri-ciri Agastyadari Bumiayu ini antara lain membawa kamandalu(kendi), aksamala (tasbih), berperut buncit, danmemiliki trisula. Arca Agastya dari Candi Bumiayu1 digambarkan dalam posisi berdiri di ataspadmasana ganda berbentuk segiempatmembulat, bagian atas berhias pola geometrissegienam yang menggambarkan bentuk bijiteratai. Asana ini terdiri dari dua bagian, satubagian menjadi satu dengan tokoh arca,sedangkan bagian lainnya berupa asana yang jika

Page 6: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Naditira Widya Vol. 10 No. 1 April 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan18

Gambar 4. Arca Agastya dari Candi Bumiayu 1

sumber: dok. Balar Sumatera Selatan

sumber: dok. Balar Sumatera Selatan

Gambar 5. Arca pendeta dari Candi Bumiayu 3

digabungkan membentuk rongga. Arcadipahatkan bertangan dua, tangan kanan beradadi depan perut memegang aksamala dan tangankiri lurus ke bawah memegang kendi (kamandalu).Sandaran arca merupakan bentuk sisi sejajar,polos yang pecah pada bagian puncaknya.Sirascakra tidak ditemukan pada arca Agastya ini.Ukuran arca adalah tinggi (keseluruhan) 69 cm,lebar 29 cm, tinggi lapik 14 cm, dan tebalsandaran 3,5 cm. Mahkota dan jamang yangterdapat pada arca pecah sehingga tidakteridentifikasi. Meskipun demikian terlihat adanyasumping di bagian telinganya. Pada kedua bahuterdapat rambut ikal menjurai. Hiasan lain yangdikenakan adalah kalung berhias pola bunga dansulur, sedangkan hiasan telinga membentukbulatan dengan jumbai. Gelang lengan berupapita polos, berhias simbar dengan sulur. Ikatpinggang lebar dengan hiasan yang tidak jelas,sedangkan ikat pinggul berhias semacam gespertetapi sudah aus. Arca memiliki dua gelangtangan dan dua gelang kaki (Siregar 2005: 9).

Arca pendeta dari Candi Bumiayu 3 memilikirambut yang diikat ke atas, berjenggot, matamenghadap ke bawah (lihat gambar 5). Badannya

mengenakan upavita berbentuk tali polos yangdiselempangkan dari bahu kiri ke pinggul kanan.Arca pendeta ini berada di dalam mulut makaraCandi Bumiayu 3 (Siregar 2005: 14).

Arca-Arca Makhluk Gana dari Situs BumiayuArca makhluk gana dari situs Bumiayu

ditemukan dalam bentuk bervariasi, yaitu arcamakhluk gana sebagai arca stambha dari CandiBumiayu 1 terbuat dari bahan batu granit dan arcamakhluk gana sebagai hiasan pipi tangga danpanil pada Candi Bumiayu 3 terbuat dari bahantanah liat (lihat gambar 6).

Arca makhluk gana dalam bentuk arcastambha merupakan perwujudan 3 tokoh yangsaling mendukung, yaitu gajah, gana, dan singa,dalam posisi gana menunggangi gajah denganmenggendong singa. Pola gajah dan singa inimerupakan pola yang populer di Indonesia danIndia Timur antara abad ke-10-12 Masehi. Padabelalai gajah terdapat setangkai bunga dan daun-daunan, serta mempunyai dua gading. Arcamemiliki tinggi 55 cm, lebar 18 cm, dan tebal 17,5cm. Ada kemungkinan arca ini menggambarkankarivairi suatu bentuk yang sangat populer diwilayah Orissa sekitar abad ke-11-12 Masehi.Dalam sistem percandian yang dikenal di Indiabiasanya terdapat bangunan menara di setiap

Page 7: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Jejak Tantrayana di Situs Bumiayu -Sondang Martini Siregar (13-24) 19

Gambar 6. Arca Stambha dari Candi Bumiayu 1

sumber: dok. pribadi

sudut dekat pagar. Di atas menara-menara inilahbiasanya ditempatkan suatu arca (biasanyaberupa binatang singa atau gajah) stambhasebagai hiasan puncaknya. Adanya kemungkinanarca stambha ini juga berasal dari suatu menarayang mungkin didirikan di sekitar Candi Bumiayu1 tidak menutup kemungkinan bahwa di sinilahlokasi semula arca stambha tersebut (Siregar2005: 11).

Bambang Budi Utomo memperkirakan bahwaarca stambha adalah arca candrasangkala yangmenjadi petunjuk pertanggalan situs Bumiayu.Arca singa adalah pertanggalan angka 8, ganaadalah angka 1 dan gajah menunjukkan angka 8,sehingga apabila digabung menjadi angka 818Saka atau 896 Masehi (Utomo 1994: C6-1-11).

Arca makhluk gana sebagai hiasan pipitangga Candi Bumiayu 3 memiliki ukuran tinggiarca 51 cm, lebar 45 cm, dan tebal 13,5 cm. Arcatersebut digambarkan dalam posisi berdiri dengankedua tangan terangkat ke atas dan kakimengangkang. Jari-jari terbuka dan telapaktangan menghadap ke atas, mata melotot memilikialis, hidung besar. Nampak mulutnya terbukadengan deretan gigi runcing menutup rahangbawah. Rambut lurus disisir ke belakang kepala,memiliki telinga lebar, subang berbentuk cincin,berjenggot dan mahkota berupa tengkorak yangdiuntai dengan sulur-suluran. Hiasan kalungberupa tengkorak, mengenakan dua gelang ditiap tangan, yang berbentuk tali polos denganperut buncit, dan buah dada menonjol. Arcamakhluk gana ini diletakkan pada pipi tanggaCandi Bumiayu 3 (Siregar 2005: 14).

Arca makhluk gana juga digambarkansebagai hiasan panil Candi Bumiayu 3 (lihat

gambar 7). Arca-arca digambarkan dalam rautwajah yang bervarisi, menjadi hiasan sudut daripanil bata candi. Arca-arca makhluk ganadigambarkan dengan wajah melongo dan matamelotot (Siregar 2002: 2). Penggambaranmakhluk gana dalam berbagai variasi di situsBumiayu menunjukkan keberadaannya sangatpenting untuk Candi Bumiayu 3. Di dalambangunan suci terdapat arca-arca penjagabangunan suci, arca makhluk gana adalah arcapelindung bangunan suci (Susanto 1998: 15-24).Arca makhluk gana berfungsi sebagai penolakbahaya terhadap musuh yang inginmenghancurkan bangunan Candi Bumiayu 3.

Gambar 7. Arca-arca makhluk gana menjadi hiasan panil candi Bumiayu 3

sumber: dok Balar Sumatera Selatan

Page 8: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Naditira Widya Vol. 10 No. 1 April 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan20

Gambar 8. Badan arca Dewi Bhairawi dari Candi

Bumiayu 3

sumber: dok Balar Sumatera Selatan

Gambar 9. Arca dwalapara dari Candi Bumiayu 3

sumber: dok Balar Sumatera Selatan

Arca NandiDi situs Bumiayu banyak digambarkan arca-

arca binatang seperti burung nuri, kura-kura,anjing, buaya, ular, gajah, singa, dan nandi(Budisantoso 2000: 13). Akan tetapi, arca singadan nandi digambarkan sendiri, sedangkan arca-arca binatang lainnya merupakan bagian hiasanpanil bangunan candi. Arca nandi adalah binatanglembu (sapi), terbuat dari bahan batu putih(limestone). Arca nandi merupakan kendaraan(vahana) dari Dewa Siwa. Arca dalam posisimendekam dengan kedua kaki berlipat di ataslapik berbentuk segiempat. Hiasannya berupakalung dengan bandul genta-genta kecil. Arcamengenakan hiasan kepala. Pada bagianmoncongnya terdapat untaian manik-manik yangberfungsi sebagai pengikatnya. Arca ini berukuranpanjang 85 cm dan tinggi 35 cm, sedangkanukuran lapik arca memiliki panjang 70 cm, lebar37 cm, dan tebal 4,5 cm (Siregar 2005: 11).

Fragmen Badan Dewi BhairawiDi Candi Bumiayu 3 ditemukan fragmen badan

arca Dewi Bhairawi, sayangnya kepalanya sudahhilang (lihat gambar 8). Ukuran arca adalah tinggi44 cm, lebar 48,5 cm, dan tebal 42 cm. Arcatersebut digambarkan mengenakan upavitaberupa hiasan enam kepala tengkorak yangdiuntai dari bahu kiri sampai ke pertengahanperut. Kedua buah dadanya menonjol, tangankanannya patah, sedangkan tangan kirinya dilipatke bahu kiri dengan jari-jari tangan terbuka,telapak tangan menghadap ke depan, hanya jarijempol yang masih utuh, keempat jari lainnya telahpatah. Kelat bahu pada tangan kiri dihias dengankepala tengkorak dan untaian biji mutiara. Dibagian belakang badan arca terdapat sambunganupavita dengan hiasan empat kepala tengkorak.Arca Dewi Bhairawi merupakan sakti (pasangan)dengan Dewa Bhairawa, yang ditemukan padaCandi Bumiayu 3 (Siregar 2005: 13).

Selain arca Bhairawi ditemukan juga kepalaarca Siwa Bhairawa dari Candi Bumiayu 3. Sayang,kepala arca Siwa ini telah hilang, meskipundemikian data tentang arca tersebut masih tercatat,yaitu ukuran kepala arca, tinggi 23 cm, lebar 14,5cm, dan tebal 18 cm. Kondisi alis, hidung, danmulut arca sudah aus. Matanya melotot, dengan

memiliki bulu mata, dan mengenakan jatamakuta,yaitu rambut ikal disusun ke ujung dahi.Telinganya panjang dengan hiasan subangberbentuk bulat hati.

Di tepi Sungai Lematang ditemukan prasastiemas (suwarnnapattra). Berdasarkan paleografi,prasasti ini diperkirakan berasal dari abad ke-10-12 Masehi. Prasasti ditulis pada dua sisi, isinyaberkaitan dengan mantra ajaran agama Hinduseperti dengan kata prthiwi dan pageni(Kartoatmodjo 1993: C6-3). Prthiwi jugamerupakan sakti (pasangan) Siwa Mahadewa.Jadi diperkirakan dahulu di situs Bumiayu telahdilaksanakan pemujaan kepada Dewi Ibu. Hal inididukung juga dengan ditemukannya arca Bhairawidi Candi Bumiayu 3.

Kepala Arca Raksasa dari Candi Bumiayu 3Di situs Bumiayu ditemukan 3 kepala arca

raksasa (dua arca memiliki wajah sama). Arca-arca tersebut diperkirakan adalah dwalapara, yaitu

Page 9: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Jejak Tantrayana di Situs Bumiayu -Sondang Martini Siregar (13-24) 21

arca penjaga bangunan suci (lihat gambar 9).Selain arca dwalapara juga ditemukan arca singa,kepala kala, dan makhluk gana (Susanto 1998:15-24). Arca dwalapara dari Candi Bumiayu 3digambarkan dalam raut wajah yang seram,memiliki mata melotot, bertaring, dan memilikihiasan tengkorak di atas dahinya.

Situs-situs di Sumatera yang MendapatPengaruh Aliran Tantrayana

Bangunan-bangunan kuno di Padang Lawashampir semuanya terdiri dari biaro-biaro danstupa-stupa yang berhubungan dengan agamaBuddha Wajrayana, yaitu suatu aliran dari agamaBuddha yang mempunyai sifat-sifat keraksasaan.Di dalam situs Padang Lawas ditemukan arcamaupun relief yang menggambarkan wajah-wajahyang menyeramkan dan prasasti singkat yangbertuliskan mantra-mantra aliran Tantris (Suleiman1985: 26).

Situs Padang LawasDi situs Padang Lawas ditemukan prasasti

Aek Sangkilon dan prasasti Tandihet. PrasastiAek Sangkilon berisi upacara yang ditujukankepada arca Yamari yang mempunyai delapanmuka, 24 mata, dan untaian tengkorak. Yamariadalah dewa terpenting dalam aliran Tantrayana,sekarang arca ini telah hilang. Prasasti Tandihetberisi tentang bunyi suara orang tertawa. Salahsatu ritual aliran Tantrayana adalah membunyikansuara pada saat melaksanakan upacarakeagamaan. Selain prasasati, di situs PadangLawas juga ditemukan arca Heruka dari BiaroBahal II. Arca digambarkan menari di atasjenazah, tangan kanan di atas kepala memegangwajra, tangan kiri diletakkan di dada memegangmangkuk tengkorak dan sebuah tengkorak yangdijepitkan di bawah lengan kiri. Selempangtengkorak menghiasi badan. Muka arca tampaksudah aus, diduga di kepala terdapat hiasan arcaAksobya kecil. Di Biaro Bahal II ditemukan arcakecil, yang diduga adalah perwujudan Bhairawi.Arca memiliki rambut keriting, beranting-antingbundar, dengan badan dihiasi selempang untaiantengkorak. Tangan kirinya memegang mangkuk,tengkorak berada di hadapan dada, dan tangan

kanannya diletakkan di pinggang sambilmemegang wajra dan pisau. Kakinya berdiri diatas jenazah. Arca ini mungkin dulu dihiasi lapisanemas. Di halaman Biaro Pamutung ditemukan duakepala arca yang merupakan sepasang bhairawa/bhairawi. Mereka mempunyai mata terbelalak,dengan kening yang membentuk air mukamenunjukkan amarahnya. Dari mulut merekakeluar sepasang taring. Tidak diketahui dimanakah tempat asal kedua arca tersebut.Kemungkinan mereka bertempat di atas baturpendopo yang terdapat di depan Biaro induktersebut. Pada batur terbawah candi induk BiaroBahal 1 terdapat relief raksasa yang sedang menaridan mengenakan kain yang ditarik ke atas lutut,dengan lipatan kain yang berada di tengah.Perhiasan badan berupa subang, gelang, kelatbahu, dan gelang kaki. Tangan kanan memegangsenjata, tangan kiri memegang sebuah benda lainyang tidak jelas bentuknya dan mempunyai rambutkeriting (Suleiman 1985: 23-28).

Peninggalan di Padang Lawas membuktikanbahwa antara abad ke-13-14 Masehi, BuddhaTantrayana berkembang. Bangunan di PadangLawas dinamakan Biaro. Biaro 1 dibangun abadke-11-12 M. Pada Biaro Bahal 2 ditemukan arcaHeruka dengan tinggi 118 cm. Heruka adalah arcayang paling mengerikan dalam agama Buddha,karena sifatnya menghancurkan. Atribut arcaHeruka adalah vajra (kilat disertai petir) pada tangankanan dan mangkuk tengkorak pada tangan kiri.Tangkai khatvangga (trisula dihiasi dengantengkorak-tengkorak, kepala manusia, dan lain-lain) yang dipakai pada badannya. Tengkorakmenghiasi kepala dan dadanya. Salah satu bentukupacaranya adalah dengan tertawa hebat yangdipahatkan dalam salah satu prasastinya“hahahahhahhumhum” (Suleiman 1985: 29).

Situs Rambahan (Sumatera Barat)Di situs Rambahan ditemukan arca

Amoghapasa. Arca Amoghapasa adalahperwujudan Raja Adityawarman. Arca ini dikirimoleh Raja Kertanegara dari Kerajaan Singhasaripada tanggal 22 Agustus 1286, sebagai hadiahuntuk Tribhuwanaraja, raja Melayu di Dharmasrayapada tahun 1286 Masehi. Arca digambarkandengan 14 (empat belas) pengikut Amoghapasa.

Page 10: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Naditira Widya Vol. 10 No. 1 April 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan22

Empat orang berdiri di kedua sisi dengan sikaptubuh menengadah sambil menghormat danmemuliakan Amoghapasa, sedangkan sepuluhlainnya duduk di atas padma. Pada bagian bawahterukir tujuh ratna berupa lambang-lambangbuddhisme, yaitu stupa, cakra, tara, boddhisatwa,kijang, dan gajah. Di bawah lapik arca dipahatkanempat baris tulisan dengan aksara Jawa Kuna danmemakai dua bahasa yaitu bahasa Melayu Kunadan bahasa Sansekerta (Utomo 2011: 92).

Situs Padangroco (Sumatera Barat)Di situs Padangroco ditemukan arca Bhairawa

pada tahun 1930. Arca Buddha Bhairawa yangmerupakan perwujudan dari raja Melayu bernamaAdityawarman. Adityawarman merupakanbangsawan Majapahit dan kemudian berkuasa diSumatera (Utomo 2011: 88). Arca terbuat dari batuandesit, dengan ukuran 4,41 meter. Arcadigambarkan berdiri di atas jenazah dengan lapikyang berhiaskan tengkorak. Makutanyaberbentuk umbi dan ada hiasan arca Aksobyakecil. Arca memakai jamang serta hiasan telingaseperti yang dipakai arca-arca Majapahit. Selainitu, ia memakai anting-anting, gelang berbentukular pada lengan dan tangannya, seperti yangbiasa dikenakan arca-arca dwarapala. Sarungnyaberpola tengkorak dengan pinggiran bawahnyasampai ke lutut dan kaki telanjang. Arca memakaiikat pinggang dengan ikatannya berhiaskan manikserta hiasan permata berbentuk kala. Di belakangkepala, yaitu di pundaknya terdapat nimbus yangmenyala. Ajaran yang berkembang di Sumaterapada masa itu adalah ajaran Buddha. Ajaran inipada umumnya dihubungkan dengan sikap sabardan perdamaian terhadap sesama umat manusia.Akan tetapi, pada masa Adityawarman, ajaran iniseolah-olah menjadi agresif dan penuh amarahkepada sesama umat manusia, sebagaimanadigambarkan dalam arca Bhairawa yang bersifatdemonis (Suleiman 1985: 29).

Pada tahun 1343, Raja Adityawarmanmembuat prasada untuk merenovasi Candi Jagoyang dahulu ditujukan untuk Wisnuwardana diJawa Timur. Setelah itu, Adityawaraman keSumatera dan menjadi raja Melayu tahun 1347Masehi. Ketika dia berkuasa, Raja Adityawarman

memerintahkan untuk membuat arca sangat besardalam penjelmaannya sebagai Bhairawa. DiPagaruyung banyak inskripsi peninggalan RajaAdityawarman. Salah satu inskripsi berisikanpendirian makdis pada tahun 1375 Masehi. Didalam inskripsi disebutkan adanya upacarapenyucian berdarah yang dijalankan oleh rajayang dikultuskan menjadi Bhairawa. Raja yangdikultuskan itu adalah Adityawarman yangmenyucikan dirinya menjadi Dewa Bhairawa(Utomo 2011: 89).

Aliran Tantrayana di Sumatera

Aliran Tantrayana pernah berkembang diPulau Sumetera, yaitu di situs Padang Lawas,situs Rambahan dan Padangroco, dan situsBumiayu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannyaarca-arca Tantrayana yang digambarkan denganraut wajah seram dan memiliki hiasan tengkorakpada badannya. Pemeluk aliran Tantrayana disitus Padang Lawas memuja Bhairawa Heruka.Raja Adityawarman mewujudkan dirinya sebagaiBhairawa Kalacakra dan Raja Kertanegaradiwujudkan dalam arca Bhairawa Heruka. Raja-raja diwujudkan sebagai Bhairawa denganmaksud mereka sebagai dharmapala/pelindungagama dalam wujud menakut-nakuti untukmenghukum musuh agamanya (Suleiman 1985:28). Penggambaran ini juga bertujuan untukmelindungi raja dan wilayah kekuasaannya dariserangan musuh.

Di situs Bumiayu juga ditemukan arca-arcaTantrayana. Pada Candi Bumiayu 3 ditemukanarca Siwa Bhairawa beserta saktinya. Keberadaanarca-arca ini menunjukkan dahulu di situs Bumiayuberlangsung pemujaan kepada Dewa Bhairawadan Dewi Bhairawi. Dahulu diperkirakan upacararitual Tantrayana di Bumiayu dipimpin olehseorang raja/pejabat yang berkuasa pada masaitu. Pejabat tersebut diwujudkan dalam bentukarca. Di Candi Bumiayu 1 ditemukan arca leluhuryang diperkirakan adalah perwujudan raja/pejabatyang berkuasa pada masa itu. Raja/pejabattersebut merupakan pendiri bangunan candi disitus Bumiayu.

Page 11: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Jejak Tantrayana di Situs Bumiayu -Sondang Martini Siregar (13-24) 23

Keberadaan arca Bhairawa dan Bhairawi diCandi Bumiayu 3 menunjukkan bahwa CandiBumiayu 3 merupakan bangunan suci yangditujukan untuk ritual Tantrayana, dengan pusatpemujaan kepada Dewa Bhairawa dengansaktinya (Bhairawi).

Arca Tantrayana lainnya dari situs Bumiayuadalah dua arca penjaga candi (dwalapara) dariCandi Bumiayu 3. Kedua arca dwalapara tersebutdigambarkan dengan mata melotot, memilikihiasan tengkorak di atas kepalanya. Arcadwapalara dari Candi Bumiayu diperkirakan dahuludiletakkan di depan pintu gerbang Candi Bumiayu3. Arca pendeta dari Candi Bumiayu 3 jugamemiliki hiasan tengkorak, arca pendeta menjadihiasan pada mulut makara Candi Bumiayu 3.

Arca singa dari situs Bumiayu digambarkanbervariasi. Arca singa dari Candi Bumiayu 1 lebihsederhana hiasannya. Arca singa dari CandiBumiayu 3 tampak dalam posisi memegang ular,di bawah badannya terdapat pahatan arca kura-kura. Fungsi dari arca singa adalah penjagabangunan candi, dahulunya diletakkan di depanpintu masuk bangunan candi. Arca singa dari situsBumiayu memiliki kemiripan dengan arca singadari situs Padang Lawas.

Arca makhluk gana dari situs Bumiayuditemukan dalam bentuk yang bervariasi, yaitupada Candi Bumiayu 1 dan Candi Bumiayu 3.Makhluk gana dipahat sebagai arca stambha, dansebagai hiasan pipi tangga dan hiasan panilbangunan candi. Makhluk gana yang menjadihiasan panil ditemukan dengan wajah seram danmata melotot. Penggambaran rupa makhluk ganatersebut dihubungkan dengan bangunan CandiBumiayu 3 sebagai bangunan suci bagi pemelukaliran Tantrayana. Penggambaran wajah tersebutmerupakan ekspresi muka para penganutTantrayana dalam mengucapkan mantra, tertawa,dan mengeluarkan bunyi seperti banteng.

Arca makhluk gana juga ditemukan di Biaro2, situs Padang Lawas (Sumatera Utara). Arcadalam posisi menari. Para penganutnyamelakukan ritual Tantrayana dengan memujaDewa Heruka, arcanya dipahat pada reliefbangunan Biaro Bahal 2. Makhluk gana dariPadang Lawas disebut Yaksa, ada 6 relief yaksadipahat pada Biaro Bahal 1. Yaksa digambarkan

dalam posisi menari, merupakan salah satu sikapdalam rangka melakukan ritual Tantrayana,khususnya bertujuan untuk memuja dewa yangtinggal di Biaro Bahal 1.

Agama Hindu masuk dan berkembang disitus Bumiayu sekitar abad ke-9 Masehi. Hal initerlihat dari arca-arca dari Candi Bumiayu 1 yangmendapat pengaruh gaya seni Jawa Tengahsejak abad ke-9 Masehi. Arca-arca sebagianbesar memiliki kesamaan dengan arca-arcaperiode Jawa Tengah, yaitu diwujudkan dalamsikap santa (tenang) (Suleiman 1980: 375).Selanjutnya, aliran Tantrayana berkembang disitus Bumiayu, arca-arca digambarkan krodha(menyeramkan). Umat Hindu melakukan ritualTantrayana dengan memuja Siwa Bhairawabeserta saktinya yaitu Dewi Bhairawa.

Penguasa Bumiayu pada masa itu menganutTantrayana dengan tujuan untuk membendungpasukan Kertanegara yang melakukan ekspedisiPamalayu ke Sumatera. Ekspedisi Pamalayuadalah ambisi Raja Kertanegara dari KerajaanSinghasari yang bertujuan untuk menaklukkankerajaan-kerajaan Sumatera sehingga dapatmemperkuat pengaruhnya di Selat Malaka yangmerupakan jalur ekonomi dan politik. Ekspedisiini juga bertujuan untuk menghadang pengaruhkekuatan Mongol yang hampir menguasai seluruhdaratan Asia. Pengiriman pasukan ke Sumateradilakukan pada tahun 1275 di bawah pimpinanKebo Anabrang. Pada tahun 1286 Bhumi Melayudapat ditundukkan. Selanjutnya, Kertanegaramengirim kembali utusannya yang dipimpinrakyan maha mantri dwayabrahma untukmembawa arca Amoghapasa sebagai tandapersahabatan dan hubungan diplomatik denganKerajaan Dharmasraya yang saat itu rajanyabernama Sri Maharaja SrimattribhuwanarajaMauliwarmmadewa. Pada tahun 1284, rajaKertanegara juga berhasil menaklukkan Bali danmembawa rajanya sebagai tawanan menghadapke Singhasari. Kertanegara meninggal tahun 1292Masehi, terbunuh akibat pemberontakanJayakatwang. Dalam bidang agama, Kertanegaramemperkenalkan penyatuan agama Hindu danSiwa dengan agama Buddha Tantrayana. Olehkarena itu, dalam Pararaton, ia disebut BhataraSiwa Buddha. Menurut kitab Negarakertagama,

Page 12: JEJAK TANTRAYANA DI SITUS BUMIAYU TANTRIC TRACES IN …

Naditira Widya Vol. 10 No. 1 April 2016-Balai Arkeologi Kalimantan Selatan24

DAFTAR PUSTAKA

Budisantoso, Tri Marhaeni. 2000. “Analisis CandiBumiayu 3”. Berita Penelitian Arkeologi BalaiArkeologi Palembang 5: 1-32.

Ferdinandus, Peter. 1993.”Peninggalan Arsitekturdari situs Bumiayu, Sumatera Selatan”.Amerta 13: 33-38.

Kartoatmodjo, M.M. Soekarto. 1993. TemuanPrasasti Boom Baru di Sumatera Selatanan Masalah Taman Sri Ksetra dari KerajaanSriwjaya. Palembang: Museum NegeriProvinsi Sumatera Selatan Balaputadewa.

Magetsari, Nurhadi. 1997. “Candi BorobudurRekonstruksi Agama dan Filsafatnya”.Disertasi. Depok: Universitas Indonesia.

Satari, Sri Soejatmi. 2002. Sebuah Situs Hindu diSumatera Selatan: Temuan Kelompok Candidan Arca di Bumiayu. Jakarta: PusatPenelitian Arkeologi dan EcoleFrancaised’Extreme-Orient.

Siregar, Sondang M. 2001. “Tantrayana diSumatera”. Siddhayatra 6 (1): 7-12.

_____. 2002. “Topeng-Topeng Tanah Liat dariCandi Bumiayu 3.” Siddhayatra 7(1): 1-4.

_____.2005. “Kompleks Percandian Bumiayu”.Berita Penelitian Arkeologi Balai ArkeologiPalembang 12: 1-25.

Suleiman, Satyawati. 1980. “Studi Ikonografi MasaSailendra di Jawa dan Sumatera”. Hlm. 375-391 dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologicibulan 21-25 Februari 1977. Jakarta: PusatPenelitian Purbakala dan PeninggalanNasional.

_____.1985. “Peninggalan-Peninggalan Purbakaladi Padang Lawas.” Amerta 2: 23-38.

Surasmi, I Gusti Ayu. 2007. Jejak Tantrayana diBali. Bali: CV Bali Media Adhikara.

Susanto, R.M. 1998. “Beberapa Bentuk PenjagaCandi.” Berkala Arkeologi Sangkhakala III:15-28.

Utomo, Bambang Budi. 1994. “MenyingkapLumpur Lematang”. Hlm. C6-1-12 dalamSriwijaya dalam Perspektif Arkeologi danSejarah. Palembang: Pemerintah DaerahTingkat 1 Sumatera Selatan.

_____. 2011. Kebudayaan Zaman Klasik Indonesiadi Batanghari. Jambi: Dinas Kebudayaandan Pariwisata.

ia telah menguasai ajaran Hindu dan Buddha, gelarkeagamaannya adalah Jnanabajreswara,sedangkan dalam prasasti Tumpang ia bergelarSri Jnaneswarabajra. Kertanegara diwujudkandalam patung Jina Mahakshobhya, simbolpenyatuan dari Siwa dan Buddha, masyarakatmengenalnya sebagai patung Joko Dolog.

PENUTUP

Agama Hindu pada mulanya muncul danberkembang di situs Bumiayu sekitar abad ke-9Masehi. Arca-arca yang dipuja oleh umatnyadigambarkan dalam bentuk santa (tenang) sepertiarca Siwa Mahadewa, arca Agastya, arca Tokoh1, arca leluhur, dan arca Nandi. Berbeda halnyadengan arca-arca yang ditemukan pada Candi

Bumiayu 3 yang digambarkan dalam wujudseram, seperti arca Siwa Bhairawa, arca DewiBhairawi, arca makhluk gana, dan arca dwalapara.Hal ini menunjukkan situs Bumiayu selanjutnyamendapat pengaruh aliran Tantrayana.Penggambaran arca dengan wajah serambertujuan memberi rasa takut bagi setiap orangyang melihatnya sehingga musuh tidak beranimenyerang dan menghancurkan Bumaiyu.

Pemeluk Tantrayana dari situs Bumiayumemuja Dewa Bhairawa beserta saktinya(Bhairawi), yang arcanya ditemukan pada CandiBumiayu 3. Pendiri bangunan Candi Bumiayumelakukan upacara Tantrayana dengan tujuanuntuk menghadang pasukan Singhasari yangmelakukan ekspedisi Pamalayu ke Sumaterapada tahun 1275 Masehi.