jdih.pom.go.idjdih.pom.go.id/produk/peraturan menteri/Peraturan Menteri Kesehatan... · Created...

6
\Ienimbang a. b. \Iengingat 2. t. d. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : T22IMENKES/PERiIX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONEISIA. bahwa makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak sesuai dengan ketentuan mempunyai pengaruh langs_ung terhadap derajatkesehatan manusia; bahwa masyarakat perlu dilindungi dari makanan yang menggunakan bahantambahan makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan; bahwa PeraturanMenteri Kesehatan Nomor 235/N{enkes/PerlYll79 tentang Bahan Tambahan Makanan , PeraturanMenteri KesehatanNomor 231 /Men. Kes/Per/VI/ 79 tentang PerubahanWajib Daftar Makanan, dan Keputusan'Menteri Kesehatan Nomor 238/Men.Kes/SK/VI/79tentang Keharusan Menyertakan Sertifikat Analisa Pada Setiap Impor Bahan Tambahan Makanan, sudah tidak lagi memenuhi perkembangan ilmu dan teknologi sehingga perlu diatur kembali; bahwa sehubungan dengan huruf a, b, dan c tersebutdi atas perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Bahan Tambahan Makanan. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor l3l, Tambahan LembaranNegara Nomor 2068); Undang-Undang Nomor i0 Tahun 196I tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun l96i tentang Barang menjadi Undang- Undang (Lembaran NegaraTahun 1961 Nomor 215, Tambahan LembaranNegara Nomor 2210); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 196J tentang Hygiene untuk Usaha-Usaha Bagi Umum (LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2a1 5J; 4. Undang-Undang Nomcir 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209\: 7. 'Ordonansi Nomor 377 Tahun 1949tentang Bahan-bahan Berbahaya (Staatsblad 1949 Nomor 377); Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 329lMenkes/PerlXIll 191 6 tentang Produksi dan Peredaran Makanan; PeraturanMenteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 330/MenkeslPerlXll/ 1918 tentang Wajib Daftar Makanan; Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79lMenkes/Per/Ill/1978 tentang Label Dan Periklanan Makanan; 3. 6. 8.

Transcript of jdih.pom.go.idjdih.pom.go.id/produk/peraturan menteri/Peraturan Menteri Kesehatan... · Created...

Page 1: jdih.pom.go.idjdih.pom.go.id/produk/peraturan menteri/Peraturan Menteri Kesehatan... · Created Date: 12/8/2004 2:04:53 PM

\ Ien imbang a .

b .

\ Iengingat

2 .

t .

d .

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIANOMOR : T22IMENKES/PERiIX/88

TENTANGBAHAN TAMBAHAN MAKANAN

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONEISIA.

bahwa makanan yang menggunakan bahan tambahan makanan yang t idak sesuaidengan ketentuan mempunyai pengaruh langs_ung terhadap derajat kesehatan manusia;

bahwa masyarakat per lu d i l indungi dar i makanan yang menggunakan bahan tambahanmakanan yang t idak memenuhi persyaratan kesehatan;

bahwa Peraturan Menter i Kesehatan Nomor 235/N{enkes/Per lYl l79 tentang BahanTambahan Makanan , Peraturan Menter i Kesehatan Nomor 231 /Men. Kes/Per/VI /79 tentang Perubahan Waj ib Daf tar Makanan, dan Keputusan'Menter i KesehatanNomor 238/Men.Kes/SK/VI /79 tentang Keharusan Menyertakan Sert i f ikat Anal isaPada Se t i ap Impor Bahan Tambahan Makanan , sudah t i dak l ag i memenuh iperkembangan i lmu dan teknologi sehingga per lu d iatur kembal i ;

bahwa sehubungan dengan hu ru f a , b , dan c t e r sebu t d i a tas pe r l u d i t e tapkanPeraturan Menter i Kesehatan Republ ik Indonesia tentang Bahan Tambahan Makanan.

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan (LembaranNegara Repub l i k I ndones ia Tahun 1960 Nomor l 3 l , Tambahan Lembaran NegaraNomor 2068);

Undang-Undang Nomor i0 Tahun 196 I tentang Penetapan Peraturan Pemer intahPenggan t i Undang -Undang Nomor 1 Tahun l 96 i t en tang Ba rang men jad i Undang -Undang (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 215 , Tambahan Lembaran NegaraNomor 2210);

Undang -Undang Nomor 11 Tahun 196J ten tang Hyg iene un tuk Usaha -Usaha Bag iUmum (Lembaran Negara Repub l i k I ndones ia Tahun 1962 Nomor 48 , TambahanLembaran Negara Nomor 2a1 5J;

4 . Undang -Undang Nomc i r 8 Tahun 1981 ten tang Hukum Aca ra P idana (LembaranNegara Repub l i k I ndones ia Tahun 1981 Nomor 76 , Tambahan Lembaran NegaraNomor 3209\:

7 .

'O rdonans i Nomor 377 Tahun 1949 ten tang Bahan -bahan Be rbahaya (S taa tsb lad 1949Nomor 377);

Peraturan Menter i Kesehatan Republ ik Indonesia Nomor 329lMenkes/Per lXI l l 191 6tentang Produksi dan Peredaran Makanan;

Peraturan Menter i Kesehatan Republ ik Indonesia Nomor 330/MenkeslPer lXl l / 1918tentang Waj ib Daf tar Makanan;

Peraturan Menter i Kesehatan Republ ik Indonesia Nomor 79lMenkes/Per/ I l l /1978tentang Label Dan Per ik lanan Makanan;

3 .

6 .

8 .

Page 2: jdih.pom.go.idjdih.pom.go.id/produk/peraturan menteri/Peraturan Menteri Kesehatan... · Created Date: 12/8/2004 2:04:53 PM

9. Keputusan Menter i Kesehatan Republ ik Indonesia Nomor 55S/Menkes/SK/1984

tentang Organisasi Dan Tata Ker ja Departemen Kesehatan;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 239lMenkeslPer/Y/1985

tentang Zat Warna Tertentu Yang Dinyatakan sebagai Bahan berbahaya.

M E M U T U S K A N

MenetapKan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG BAHAN

TAMBAHAN MAKANAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal I

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

l. Bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya

bukan merupakan ingredien khas makanan mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan

sengaja ditambahkan kedalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan,

pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan

makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu

komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan.

2. Nama bahan tambahan makanan adalah nama generik, nama Indonesia atau nama Inggris.

3. Kemasan eceran adalah kemasan berlabel dalam ukuran yang sesuai untuk konsumen, tidak ditujukan

untuk industri pengolahan makanan.

4. Sertif ikat analisis adalah keterangan hasil pengujian suatu produk yang diterbitkan oleh suatu

laboratorium penguji yang diakui oleh Departemen Kesehatan atau produsen untuk yang diimpor.

5. Antioksida adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat oksidasi.

6. Anti kempal adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah mengempalnya makanan yang

berupa serbuk.

7. Pengaturan keasaman adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan

mempertahankan derajat keasaman makanan.

8. Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyababkan rasa manis pada makanan,

yang tidak atau hampir t idak mempunyai nilai gizi. .

g. Pemutih dan pematang tepung adalah 6ahan ta4,bahan makanan yang dapat mempercepat proses

pemuJihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan.

10. Pengemulsi, pemantap, dan pengental adalah bahan tambahan makanan yang dapat membantu terbentuknya

atau memantapkan sistim dispersi yang homogen pada makanan.

11. Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman

atau peruraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

12. Pengeras adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah melunaknya

makanan.

13. Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi warna pada makanan'

14. Penyedap rasa dan aroma, penguap rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat memberikan,

menambah atau mempertegas rasa dan aroma.

15. Sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada dalam makanan.

Page 3: jdih.pom.go.idjdih.pom.go.id/produk/peraturan menteri/Peraturan Menteri Kesehatan... · Created Date: 12/8/2004 2:04:53 PM

BAB I I

BAHAN TAMBAHAN MAKANAN YANG DIIZINKAN

Pasal 2

. tsahan tambahan makanan yang d i iz inkan dalam makanan dengan batas maksimum penggunaannya

. : r rerapkan sepert i tercantum dalam Lampiran I yang t idak terp isahnya dar i peraturan in i .

I tsshan tambahan makanan sela in yang d isebut pada ayat (1) hanya boleh d igunakan sebagai bahan

:arnbahan makanan sete lah mendapat persetu juan lebih dahulu dar i Di rektur Jenderal Pengawasan Obat

:an \ Iakanan berdasarkan peni la ian sepert i yang d imaksud pada pasal 5.

BAB III

BAHAN TAMBAHAN YANG DILARANG

Pasal 3

tsahan tambahan yang d i larang d igunakan sebagai bahan tambahan makanan d i tetapkan sepert i tercantum

Jalama Lampiran II yang tidak terpisahkan dari peraturan ini.

I - \e la in yang d isebut pada ayat (1) , khusus untuk bahan pewarna yang d i larang d igunakan sebagai bahan

:arnbahan makanan, ditetapkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Zat

\\-arna Tertentu Yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya.

Pasal 4

tsahan yang d imaksud dalam pasal 3 ayat ( l ) d inyatakan sebagai bahan berbahaya b i la d igunakan pada

makanan .

I \ Iakanan yang mengandung bahan yang d isebut pada ayat ( l ) d inyatakan sebagai makanan berbahaya

BAB IV

PRODUKSI. IMPOR DAN PEREDARAN

Pasal 5

3; i . ran tambahan makanan sela in yang d isebut pada.Lampiran I apabi la d igunakan sebagai bahan tambahan-:akanan, hanya boleh berproduksi , d i impor dan d iedarkan sete lah mela lu i proses peni la ian o leh Direktorat

. - : rCeral Pengawasan Obat dan Makanan.

Pasal 6

Et t ran tambahan makanan yang d iproduksi , d i impor atau.d iedarkan harus memenuhi persyaratan yang

:3rcantum pada Kodeks makanan Indonesia tentang Bahan Tambahan Makanan atau persyaratan la in yang

: : :etapkan o leh Menter i Kesehatan. '

Pasal 7

p:r-r,Jusen yang memproduksi bahan tambahan makanan harus didaftarkan pada Direktorat Jenderal

Fensawasan Obat dan Makanan.

Pasal 8

tsa6an tambahan makanan tertentu yun'g ai,"rupkan Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan harus

: :Jaf tarkan pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Pasal 9

i rpor t i r bahan tambahan makanan harus segera melaporkan secara ter tu l is kepada Direktur Jenderal POM

:3rrang bahan tambahan makanan yang d i impor sete lah bahan tersebut t iba d i Pelabuhan.

Pasal 10

tsahan tambahan makanan yang d i impor harus d iser ta i dengan ser t i f ikat anal is is dar i produsennya d i nega! 'a

a \ d l .

Page 4: jdih.pom.go.idjdih.pom.go.id/produk/peraturan menteri/Peraturan Menteri Kesehatan... · Created Date: 12/8/2004 2:04:53 PM

Pasal 1 l

Bahan tambahan makanan impor hanya boleh d iedarkan j ika ser t i f ikat anal is is yang d imaksud pasal l0d isetu ju i o leh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Pasal 12

Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan menetapkan tata cara peni la ian yang d imaksud padapasal 5, ta ta cara pendaf taran yang d imaksud pada pasal 7 dan 8, ta ta cara pelaporan yang d imaksud padapasal 9, ketentuan tentang ser t i f ikat anal is is yang d imaksud pada pasal 10.

Pasal 13

( l ) Pada wadah bahan tambahan makanan harus d icantumkan label .

(2) Label bahan tambahan makanan harus memenuhi ketentuan peraturan Menter i Kesehatan Republ ikIndonesia tentang Label Dan Per ik lanan Makanan.

(3) Sela in yang d imaksud pada ayat (2) pasal in i , pada label bahar i tambahan makanan harus d icantumkanpu la :a. Tul isan : "Bahan Tambahan Makanan" atau "Food Addi t ive;b. Nama bahan tambahan makanan, khusus untuk pewarna d icantumkan pula nomor indeksnya;c. Nama golongan bahan tambahan makanan;d. Nomor pendaftaran produsen;e. Nomor pendaf taran produk, untuk bahan tambahan makanan yang harus d idaf tarkan.

(4) Sela in yang d imaksud pada ayat (2) dan (3) pada label bahan tambahan makanan dalam kemasan eceranharus d icantumkan pula takaran penggunaannya.

Pasal 14

Sela in yang d imaksud pada pasal 13 Direktur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan menetapkan labelbahan tambahan makanan ter tentu, yang harus memenuhi ketentuan khusus.

Pasal 15

(1) Makanan yang mengandung bahan tambahan makanan, pada labelnya harus d icantumkan nama golonganbahan tambahan makanan.

(2) Sela in yang d imaksud pada ayat ( l ) pasal in i , pada label makanan yang mengandung bahan tambahan

makanan golongan ant ioks idan, pemanis buatan, pengawet, pewarf la dan penguat rasa harus d icantumkanpula nama bahan tambahan makanan, dan nomor indekg khusus untuk pewarna.

Pasal -16

Sela in yang d isebut pada pasal 15, Di rektur Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan menetapkan labelmakanan yang mengandung bahan tambahan makanan ter tentu, yang harus memenuhi ketentuan khusus.

BAB VLARANGAN

Dilarang menggunakan bahan,u.nuutrun."o""J" * '"rt tot"r"or"o pada pasal 2 dalam hal ini :

a. Untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang t idak memenuhi persyaratan;

b. Untuk menyembunyikan cara ker ja ber tentangan dengan cara produksi yang baik untuk makanan;

c. Untuk menyembunyikan kerusakan makanan.

Page 5: jdih.pom.go.idjdih.pom.go.id/produk/peraturan menteri/Peraturan Menteri Kesehatan... · Created Date: 12/8/2004 2:04:53 PM

Pasal 18

Dilarang memploduksi, mengimpor atau mengedarkan bahan tambahan makanan yang dimaksud pada

resal 2 ayat (2) sebagai bahan tambaha,r makanan sebelum mendapat persetujuan lebih dahulu dari Direktur

Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Pasal 19

Di larang memproduksi , mengimpor, mengedarkan atau menggunkan yang d imaksud pada pasal 3 sebagai

:ahan tambahan makanan.

Pasal 20

Di larang memproduksi , mengimpor atau mengedarkan makanan sepert i d imaksud pada pasal 4 ayat (2)

Jan bahan tambahan makanan yang belum melalui proses penilaian oleh Direktorat Jenderal Pengawasan

Obat dan Makanan seperti dimaksud pada pasal 5.

Pasal 2 l

Dilarang memproduksi, mengimpor atau mengedarkan bahan tu.buhun makanan yang tidak memenuhi

:ersvaratan yang d imaksud pada pasal 6.

Pasal 22

Dilarang mengedarkan bahan tambahan makanan yang diproduksi oleh produsen yang tidak terdaftara yang

l imaksud pada pasal 7.

Pasal 23

Dilarang mengedarkan bahan tambahan Ynakanan tertentu yang dimaksud pada pasal 8 sebelum didaftarkan

pada Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Pasal 24

Dilarang mengedarkan bahan tambahan makanan impor yang dimaksud pada pasal 1 1 sebelum sertif ikat

analisisnya mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Pasal 25

Dilarang mengedarkan makanan dan bahan tambahan makanan yang tidak memenuhi persyaratan tentang

nabel .

Pasal 26 :

Dilarang menggunakan bahan tambahan makanan melamiaui batas maksimum penggunaan yang ditetapkan

untuk masing-masing makanan yang bersangkutan.

BAB VI

W E W E N A N G

Pasal 27

Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan atau pejabat yang ditunjuk, berwenang melakukan

lengawasan terhadap pelaksanaan aturan ini.

BAB VII

S A N K S I

Pasal 28

Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, pelanggaran terhadap

nasal 19 dan 20 dapat dikenakan sanksi berdasarkan pasal 2 ayat (l) Ordonansi Bahan-Bahan Berbahaya.

Page 6: jdih.pom.go.idjdih.pom.go.id/produk/peraturan menteri/Peraturan Menteri Kesehatan... · Created Date: 12/8/2004 2:04:53 PM

Pasal 29

Pelanggaran terhadap ketentuan la innya pada peraturan in i dapat d ikenakan t indakan adminis t rat i f dan atau

tindakan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI I I

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 30

(1) Perusahaan yang te lah memproduksi atau mengimpor bahan tambahan makanan atau makanan yang

mengandung bahan tambahan makanan pada saat ber lakunya peraturan in i d iber i jangka waktu enam

bulan untuk menyesuaikan dengan ketentuan peraturan ini.

(2) Makanan yang terdapat dalam peredaran yang mengandung bahan tambahan makanan, harus d isesuaikan

dalam batas waktu dua belas bulan sejak berlakunya peraturan ini.

BAB IX

P E N U T U P

Pasal 31

Dengan berlakunya peraturan inii maka tidak berlaku lagi :

l. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 235lMenkes /perlYI/ 1979 tentang Bahan

Tambahan Makanan.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 237lMenkes/Per/Yll 1979 tentang Perubahan

Tentang Wajib Daftar Makanan;

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 238/Menkes/SKlVl/19'79 tentang Keharusan

menyertakan sertif ikat Analisa Pada setiap Impor Bahan Tambahan Makanan.

Pasal 32

Hal-hal yang bers i fat teknis yang belum diatur dalam peraturan in i , akan d i tetapkan lebih lanjut o leh

Direktur Jenderal Pensawasan Obat Dan Makanan.

Pasal 33

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.Agar set iap orang mengetahuinya memer intahkan pengundangan Peraturan Menter i in i dengan

menempatkannya dalam Ber i ta Negara Republ ik Indonesia. .

D i t e t a p k a n d i : J A K A R T APada tanggal : 20 September 1988

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

rtd.

DT. ADHYATMA, MPH