jbptunpaspp-gdl-agungfirma-2435-2-babii(-)
-
Upload
ganti-phaing-kanisa -
Category
Documents
-
view
219 -
download
1
description
Transcript of jbptunpaspp-gdl-agungfirma-2435-2-babii(-)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1. Pengertian Audit
Sejarah pengertian audit yang mempunyai arti diberi informasi (be
informed/told) yang pada waktu itu berhubungan dengan suatu pemerintah,
kekuasaan atau orang yang telah melakukan kesewenangannya. Saat ini
pengertian audit dapat berarti suatu penyelidikan yang sistematis atau penilaian
prosedur/operasi untuk menentukan kesesuaian dengan kriteria akuntansi
termasuk analisis, pengujian, konfirmasi atau pembuktian lainnya. Apabila
dikaitkan dengan akuntan publik maka audit merupakan penyelidikan atau
penelaahan secara kritis oleh akuntan publik yang berdasarkan pada sistem
pengendalian intern dan catatan akuntansi dari suatu badan usaha atau unit
ekonomis lainnya, sebelum memberikan pendapatnya tentang laporan keuangan
badan usaha atau unit ekonomis tersebut.
Sebenarnya ada banyak literatur yang mengungkapkan tentang definisi
dari audit atau pemeriksaan, dimana semua arti pengertian itu adalah hampir
sama. Secara garis besar, audit merupakan proses membandingkan antara kondisi
dengan kriteria untuk menguji apakah kondisi yang ada telah sesuai atau standar.
9
10
Adapun yang dimaksud dengan kondisi adalah kenyataan yang ada atau
keadaan yang sebenarnya yang melekat pada objek yang diperiksa, sedangkan
kriteria adalah standar tertentu atau hal yang seharusnya dikerjakan atau hal yang
seharusnya melekat pada objek yang diperiksa.
Definisi audit atau pemeriksaan akuntansi menurut Arens & Loebbecke
dalam Amir Abadi Yusuf (2003: 1) yaitu:
“Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.”
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan audit
adalah suatu fungsi penilaian yang independen untuk memeriksa dan menilai
kegiatan-kegiatan perusahaan sebagai jasa pelayanan terhadap organisasi
perusahaan.
Sedangkan menurut (Mulyadi 2002: 9) pengertian auditing adalah:
“Pemeriksaan akuntan (auditing) adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”
11
Sementara itu, menurut (Abdul Halim 2003: 1) definisi audit adalah
sebagai berikut:
“Audit adalah proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif bukti-bukti yang berhubungan dengan suatu asersi mengenai kegiatan dan transaksi ekonomi untuk memastikan tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil pemeriksaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan.”
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit
adalah kegiatan pengumpulan, pengevaluasian bahan bukti yang dilakukan oleh
seorang yang independen dan kompeten dengan tujuan untuk meningkatkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan dengan kriteria yang telah
ditetapkan, yang akan berguna bagi pihak yang berkepentingan.
2.1.1. Pengertian Audit Manajemen
Audit manajemen pada umumnya adalah pemeriksaan untuk menilai
efektifitas dan efisiensi operasi perusahaan serta adanya rekomendasi perusahaan
(pemberian saran kepada manajemen untuk membenahi jalannya perusahaan),
dimana rekomendasi ini disampaikan setalah audit manjemen selesai
dilaksanakan.
Audit manajemen dapat dijadikan salah satu alat bagi manajemen dalam
melakukan fungsi pengendalian dan pengawasan fungsional perusahaan, selain itu
juga audit manajemen dilaksanakan untuk mengurangi terjadinya penyimpangan
dalam kegiatan operasional perusahaan.
12
Pengertian audit manajemen menurut Alejandro R Gorospe yang
dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya Audit Manajemen
Kontemporer (2000 : 2) adalah :
“audit manajemen adalah suatu teknik yang secara teratur dan sistematis digunakan untuk menilai efektifitas unit atau pekerjaan dibandingkan dengan standar perusahaan dan industry, dengan menggunakan petugas yang ahli dengan lingkup objek yang di analisis, untuk menyakinkan manajemen bahwa tujuannya dilaksanakan, dan keadaan yang membutuhkan perbaikan di temukan .”
Sementara itu, menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya Auditing
(pemeriksaan akuntan) oleh KAP (2004: 175) dikemukakan bahwa:
“Audit manajemen, disebut juga operasional audit, audit fungsional, audit sistem, adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.”
Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa audit manajemen
adalah suatu pemeriksaan yang sistematis dn teratur untuk menilai cara-cara
manajemen di dalam mengelola sumber daya yang tersedia untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan dan sesuai dengan yang diharapkan secara efektif,
efisien dan ekonomis serta penyampaian saran perbaikan kepada manajemen
untuk memperbaiki pengelolaan perusahaan.
13
2.1.2. Tujuan Audit Manajemen
Dalam melakukan fungsinya, manajer lebih memusatkan perhatiannya
pada sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Audit manajemen akan lebih
mengembangkan teknik-teknik pemeriksaan yang lebih baik dengan memberikan
saran atau rekomendasi perbaikan kepada manajemen sehingga dapat memberikan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk mencapai hasil yang lebih
baik.
Tujuan audit manajemen menurut sukrisno agoes dalam bukunya
Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh KAP (2004 : 175) adalah :
1. untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan.
2. untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, dan harta lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
3. untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah ditetapkan oleh top management.
4. untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top management untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan efektivitas dari kegiatan operasi perusahaan.
Tujuan audit manajemen menurut AICPA yang dikutip oleh Sofyan Syafri
Harahap dalam bukunya Auditing Kontemporer (2004 : 275) adalah :
“Untuk memeriksa dan menilai operasi perusahaan serta prosedur pelaksanaan, juga menyangkut pemberian informasi kepada manajemen tentang masalah-masalah operasional yang diperlukan untuk melaksanakan koreksi dalam peningkatan, penghematan dan produktivitas”.
14
Dari kedua pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan audit
manajemen adalah untuk menilai kinerja (performa) dari manajemen dan berbagai
informasi kepada manajemen mengenai efektifitas suatu unit atau fungsi serta
memberikan rekomendasi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada
dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas dan ekonomis kegiatan
operasional perusahaan.
Seperti telah disebutkan di atas, tujuan audit manajemen yang utama adalah
memeriksa efektivitas, efisiensi dan ekonomisasi aktivitas, prosedur dan metode
kegiatan operasi perusahaan. berikut ini akan diuraikan pengertian kedua istilah
tersebut.
Menurut Ruchyat Kosasih yang dikutip oleh Sukrisno Agoes dalam bukun
ya Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik (2004 :
182) pengertian efektivitas, efisiensi, ekonomisasi adalah sebagai berikut :
“efektivitas yaitu perbandingan antara masukan dengan keluaran dalam berbagai kegiatan, sampai dengan pencapaian tujuan yang ditetapkan, baik ditinjau dari kuantitas (volume) hasil kerja, kualitas hasil kerja maupun batas waktu yang ditargetkan.
Efisinsi adalah diartikan sebagai bertindak untuk pengorbanan yang paling tepat dibandingkan dengan hasil yang dikehendaki .
Sedangkan ekonomisasi adalah cara penggunaan sumber daya (masukan) secara hati-hati dengan bijak agar diperoleh biaya yang paling murah, tanpa merusak mutu”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan derajat
keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
sedangkan efisiensi adalah berkaitan dengan kemampuan organisasi
15
menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dan ekonomisasi adalah penggunaan sumber daya yang dimiliki organisasi secara
bijak.
2.1.3. Kebutuhan Audit Manajemen bagi Organisasi
Menurut Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya manajemen audit
suatu pengantar (2006 : 20 ) kebutuhan audit manajemen bagi organisasi adalah:
“Suatu audit manajemen dibutuhkan apabila manajemen sedang menghadapi salah satu masalah yaitu: adanya petunjuk bahwa aspek manajemn kegiatan operasi perusahaan atau pekerjaan tertentu menuntut adanya perbaikan untuk meningkatkan ekonomi, efisiensi, efektivitas yang mencakup penilaian performa manajemen, perencanaan manajemen,sistem pengendalian kualitas (Quality Control Management), serta aktifitas operasi khusus dan departemen”.
Skala usaha yang semakin berkembang dari perusahaan, mengakibatkan
kebutuhan akan informasi yang berkaitan dengan pengawasan pengelolaan operasi
perusahaan semakin meningkat pula.Perusahaan memerlukan informasi yang
objektif untuk menunjang kelangsungan kemajuan perusahaan.
Audit manajemen yang modern merupakan suatu alat yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan informasi tersebut, sebab sesuai dengan tujuan dari audit
manajemen yaitu usaha perbaikan pengelolaan aktivitas perusahaan untuk
meninkatkan efiktivitas, efisiensi, dan ekonomisasi serta untuk mencapai tujuan
yang telah direncanakan.
16
2.1.4. Manfaat Audit Manajemen
Audit manajemen merupakan alat bantu bagi manajemen dalam menilai
aktivitas operasi perusahaan yang memberi penekanan pada efisiensi, efektivitas,
dan ekonomisasi, atau performa suatu kesatuan usaha.
Manfaat Audit Manajemen menurut Amin Widjaja Tunggal dalam
bukunya Audit Manajemen Kontemporer (2000: 14-15) adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi Operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan keputusan.
2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan, dan pengendalian.
3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan, rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.
4. Mengidentifikasikan area maslah potensial pada tahap dini untuk menentukan tindakan preventif yang akan diambil.
5. Menilai ekonomisasi dan efisiensi pengunaan sumber daya termasuk memperkecil pemborosan.
6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.
7. Menyediakan tempat pelatihan untuk personil dalam seluruh fase operasi perusahaan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat audit
manajemen adalah untuk memberikan informasi operasi yang relevan dan tepat
waktu, membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan
pengendalian, memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah
ditetapkan, rencana-rencana, prosedur, serta persyaratan peraturan pemerintah,
17
sebagai alat ukur untuk mengukur performa manajemen pada semua tingkatan
dalam melakukan perbaikan-perbaikan sehingga tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dapat tercapai.
Perbedaan audit manajemen dengan audit keuangan menurut Amin
Widjaja Tunggal dalam bukunya Audit Manajemen Kontemporer (2000: 8)
adalah:
Tabel 2.1
Perbedaan Audit Manajemen dengan Audit Keuangan
Karakteristik Audit Keuangan Audit Manajemen
1. Tujuan
2. Ruang lingkup
3. Keperluan
4. frekuensi
5. orientasi waktu
Menyatakan Pendapat
mengenai kewajaran
laporan keuangan
(stewardship). Data atau
catatan keuangan.
Organisasi secara
keseluruhan .
Secara hukum disyaratkan
(untuk perusahaan go
public).
Regular paling sedikit
setahun sekali
Urusan keuangan pada
periode yang telah lalu
Menilai dan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas
metode dan kinerja
manajemen.
Fungsi usaha atau sub unit
yang saling berhubungan.
Manajemen
Periodik, tetapi kebanyakan
saatnya tidak tentu.
Urusan operasional pada
periode yang telah lalu,
sekarang dan yang akan
18
6. Metoda
7. Realisasi
8. Persyaratan
Laporan
9. Penerima
10. Standar
penilaian
Penekanan pada keterampilan akuntansi
Aktual
Secara normal laporan
bentuk pendek untuk
menyertai laporan
keuangan
Pemegang saham ekstern,
pemerintah, publik.
Pinsip-prinsip akuntansi
yang lazim digunakan atau
diterima secara umum.
datang.
Penekanan pada
keterampilan teknik-teknik
operasi manajemen otensial.
Potensial
Laporan yang konprehensif
termasuk tujuan ruang
lingkup, pendekatan,
temuan, dan rekomendasi.
Manajemen internal
Prinsip-prinsip operasi
manajemen
Menurut Sukrisno Agoes dalam bukunya Auditing (Pemeriksaan
Akuntan) Oleh Kantor Akuntan Publik (2004 : 178), disamping perbedaanya
adapun persamaan antara audit manajemen dengan audit keuangan yaitu :
1. Keduannya haruslah independen. Audit keuangan haruslah independend in fact maupun in appeanrance. Sedangkan audit manajemen mungkin in appearance kurang independen, karena ia merupakan orang dalam perusahaan tetapi in fact haruslah independend.
19
2. Auditor manajemen maupun keuangan haruslah mengumpulkan bukti-bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung opininya.
3. Beberapa teknik dan prosedur audit yang biasa digunakan baik oleh auditor manajemen maupun auditor keuangan yaitu :
a. Teknik inquiry, observation dan inpection,
b. Menggunakan internal control questionaires atau management control questionnaires dan flowchart atau narrative memo untuk mempelajari sistem dan prosedur akuntansi serta mengevaluasi internal control atau sistem pengendalian manajemen yang terdapat di perusahaan,
c. Penggunaan statistical sampling atau jugement sampling untuk pemilihan sample yang akan di tes,
d. Penggunaan jasa computer specialist jika perusahaan yang di audit sudah menerapkan computerized accounting system.
4. Pelaksanaan audit harus dipimpin dan disupervisi oleh orang yang mempunyai pengalaman yang cukup di bidang audit serta memiliki latar belakang pendidikan akuntansi.
5. Auditor Manajemen dan Auditor keuangan harus mendokumentasikan prosedur audit yang dilakukan, bukti-bukti yang dikumpulkan dan temuan-temuan audit dalam kertas kerja pemeriksaan dengan rapih dan disusun secara sistematis.
2.1.5. Independensi Pelaksanaan Audit Manajemen oleh Pemeriksaan
Internal
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus mempunyai sikap mental
yang independen, agar laporan yang diberikan sesuai dengan hasil yang di
auditnya yaitu berisi keadaan yang sebenarnya terjadi sehingga dapat diambil
tindakan perbaikan.
20
Independensi yang lengkap secara tidak lasung menyatakan kebebasan
dari semua depedensi, termasuk depedensi keuangan. Indepedensi bukan sekedar
slogan atau semboyan, tetapi merupakan keadaan organisasai pemeriksaan yang
hidup, bernafas dan berfungsi.
Menurut Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya Audit Manajemen
Kontemporer (2000 : 15) independensi audit manajemen adalah :
“ Agar fungsi manajemen dapat berjalan efektif, audit manajemen harus independen dari aktifitas yang diperiksa”.
Dari pernyataan tersebut diatas terdapat 2 unsur yang dapat dijadikan
ukuran dalam pencapaian independensi, yaitu organisasi dan objektifitas. :
Menurut Dan M.Guy yang dialihbahasakan oleh Paul A. Rajoe dalam bukunya
Auditing (2003 :421) pengertian kedua unsurtersebut adalah :
1. Organisasi
Status organisasi membantu auditor internal mempertahankan independensinya. Status organisasinya juga harus mencukupi untuk memastikan luas ruang lingkup audit, pertimbangan yang memadai dan tindakan yang efektif atas temuan-temuan audit serta rekomendasi-rekomendasi.
2. Objektif
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor internal harus bersikap subjektif mungkin. Statement of Res Pinsibility of Internal Auditor mensyaratkan auditor internal memiliki sikap mental objektif dan independen ketika melaksanakan audit. Akibatnya, auditor internal tidak boleh mengurangi pertimbangannya atas suatu masalah auditnya dibawah pertimbangan yang lain. Objektivitas dapat menjadi lemah apabila auditor internal melakukan audit atas setiap kegiatan yang menjadi wewenang atau tanggungjawabnya. Penugasan staf audit internal harus daapat mencegah terjadinya konflik kepentingan.
21
Sedangkan independensi menurut Sondang P. Siagia dalam bukunya
Audit Manajemen (2004 :14), independensi atau kebebasan pelaksanaan audit
menjadi semakin penting untuk mendapat perhatian karena tiga alesan pokok
yaitu:
1. Maksud diselenggarakannya audit adalah untuk menilai tingkat efisiensi, efektifitas dan produktivitas perusahaan, terlepas dari pendapat apakah yang di audit adalah perusahaan sebagai keseluruhan atau hanya terbatas pada satuankerja tertentu atau bidang fungsional tertentu saja.
2. Siapapun yang telah melakukan audit atau menjadi objek kegiatan pasti mengetahui bahwa teknik-teknik yang digunakan melakukan audit mencakup berbagai prosedur, metode evaluasi dan pendekatan.
3. Hasil audit harus memenuhi persyaratan factual dan objektif, diserahkan kepada manajemen puncak untuk digunakan dalam mengelola perusahaan dimasa depan.
2.1.6. Tipe Audit Manajemen
tipe audit manajemen menurut Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya
Manajemen Audit Suatu Pengantar (2006 :35-36) adalah sebagi berikut :
1. Audit Fungsional (Funcsional Audit)
2. Audit Organisasi (Organization Audit)
3. Penugasan Khusus (Special Assignment)
Adapun penjelasan dari tipe audit diatas adalah sebagai berikut :
1. Audit Fungsional (funcsioanl Audit)
Fungsi adalah suatu alat untuk mengkategorikan aktivitas usaha, seperti fungsi penagihan atau fungsi produksi. Terdapat banyak cara yang berbeda untuk mengkategorikandan menbagi fungsi menjadi
22
sub-sistem yang lebih kecil. Suatu audit fungsi berhubungan dengan satu atau fungsi yang lebih banyak dalam suatu organisasi.
2. Audit Organisasi (Orgazation Audit)
Suatu audit organisasi berhubungan dengan unit organisasi secara keselurahan, seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Tekanan dalam suatu audit organisasi adalah bagaimana efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi berinteraksi. Rencana organisasi dan metode untuk mengkoordinasikan aktivitas khususnya adalah penting untuk tipe audit ini.
3. Penugasan Khusus (Special Assignment)
Penugasan audit manajemen khusus timbul karena permintaan manajemen. Sebagai contoh, audit ini termasuk menentukan sebab-sebab suatu sistem EDP yang tidak efektif, penyelidikan kemungkinan adanya kecurangan dalam devisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi.
2.1.7. Tahap – Tahap Audit Manajemen
Agar tujuan audit manajemen dapat tercapai maka perlu disusun rencana
tahap-tahap pemeriksaan yang dirancang sedemikian rupa sehingga setiap tahap
dapat mencapai tujuannya karena tahap sebelumnya akan sangat mempengaruhi
keberhasilan tahap selanjutnya.
Tahap-tahap dalam pelaksanaan audit manajemen menurut Sukrisno
Agoes dalam bukunya Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan
Publik (2004 :176) adalah sebagai beikut:
1. Tahap pemeriksaan Pendahuluan
2. Tahap Perencanaan Pemeriksaan
3. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan
4. Tahap pelaporan
23
Tahap dalam pelaksanaan audit manajemen dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Tahap Pemeriksaan Pendahuluan
Tahap pemeriksaan pendahuluan ini bertujuan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan dan berpengaruh dalam tahap perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan secara lengkap. Pemeriksa mengumpulkan informasi
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan agar pemeriksa
memperoleh pemahaman yang memadai terhadap objek yang akan diperiksanya.
Informasi umum dan latar belakang yang dibutuhkan, misalnya:
1. Untuk organisasi:
a. Lokasi.
b. Manajemen.
c. Jumlah Pegawai.
d. Kebijakan Manajemen.
e. Kewajiban/Aspek Hukum.
f. Akte pendirian, dan perubahan
2. Untuk suatu aktivitas:
a. Jenis aktivitas.
b. Lokasi.
c. Orang yang bertanggung jawab atas aktivitas tersebut.
d. Kebijakan yang menyangkut aktivitas.
e. Prosedur khusus untuk penyelesaian aktivitas.
3. Untuk suatu program:
a. Tujuan program.
24
b. Hubungan antara organisasi/unit yang dibentuk untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Kebijakan dan prosedur untuk menyelesaikan program tersebut.
2. Tahap Perencanaan Pemeriksaan
Pemeriksaan yang baik memerlukan suatu rencana kerja yang berisi
mengenai hal-hal yang akan dilakukan. Pemeriksa dapat menjalankan audit
internal dengan baik dengan cara mempersiapkan suatu program tertulis yang
menguraikan secara terperinci langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan sehingga dapat diperoleh suatu temuan
pemeriksaan dan menyiapkan laporan dengan baik.
Perencanaan pemeriksaan disusun berdasarkan informasi yang telah
diperoleh pada tahap pemeriksaan pendahuluan. Perencanaan bertujuan untuk
memberikan petunjuk pelaksanaan pemeriksaan. Perencanaan pemeriksaan dapat
berupa ringkasan laporan dari temuan-temuan yang diperoleh, identifikasi
informasi yang terkumpul, dan uraian mengenai cara memperoleh dan
menganalisa suatu informasi.
Hal-hal yang perlu dimuat dengan jelas dalam perencanaan, yaitu:
a. Identifikasi komponen perusahaan yang akan menjadi sumber data.
b. Jangka waktu pelaksanaan audit.
c. Pengorganisasian kegiatan audit.
d. Penentuan alat pengumpulan data.
e. Teknik analisis yang akan dilakukan.
25
3. Tahap Pelaksanaan Pemeriksaan
Tahap berikutnya dalam pelaksanaan audit internal setelah tahap
perencanaan adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini dilakukan pengujian dan
evaluasi secara mendalam terhadap suatu program secara spesifik. Selain itu pada
tahap ini juga dilakukan pengumpulan bukti-bukti yang memadai, kompeten,
material dan relevan sehingga dapat ditarik kesimpulan atas tindakan-tindakan
yang telah dilakukan baik oleh manajemen maupun pegawai perusahaan yang
merupakan sesuatu penyimpangan terhadap kriteria dalam tujuan audit, dan akibat
dari penyimpangan-penyimpangan tersebut serta besar kecilnya kerugian yang
dialami oleh perusahaan yang ditimbulkan atas akibat tersebut.
Bukti-bukti yang telah terkumpul kemudian diikhtisarkan, sehingga dapat
ditemukan audit findings yang mengakibatkan terjadinya ketidakefisienan dan
ketidakhematan (pemborosan) di dalam operasi perusahaan.
4. Tahap Pelaporan
Suatu kegiatan audit tidak dapat dikatakan berhasil apabila tidak diakhiri
dengan penyusunan laporan yang bermanfaat bagi manajemen puncak untuk
membantu mengambil keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan
keefisienan dan keefektifan.
Suatu laporan harus dirancang sesuai dengan permasalahan dan temuan
pemeriksaan. Laporan harus disajikan secara jelas, singkat, wajar dan dapat
26
dimengerti oleh pembaca laporan. Selain itu, suatu laporan harus memuat
rekomendasi yang diperlukan untuk tindakan perbaikan (corrective action).
Dari keempat tahap diatas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
audit manajemen harus mengikuti tahap-tahap yang telah ditentukan. Mulai dari
tahap pemeriksaan pendahuluan sampai dengan tahap pelaporan, sehingga
tercapai suatu kesimpulan yang kemudian diajukan rekomendasi perbaikan
kepada manajemen.
2.1.8. Kriteria Laporan Audit
Standar kualitas laporan yang baik diungkapkan Hiro Tugiman (2002:
6-11) oleh YPIA (Yayasan Pendidikan Internal Auditor) sebagai berikut:
Langsung
Dalam gaya bahasa langsung, penulis mengungkapkan gagasan atau ide utama pada awal paragraf.
Lugas
Laporan yang lugas biasanya akan “berbicara” lebih banyak daripada laporan yang ditulis dengan bahasa yang berputar-putar. Untuk mendapatkan laporan yang lugas, auditor internal perlu menjaga agar laporan audit senantiasa ringkas dan hanya berisi informasi yang relevan. Laporan lugas menuntut auditor untuk menyusun prioritas informasi sesuai dengan tingkat signifikansi atau keseriusannya. Laporan tugas hanya menyajikan data-data pendukung yang telah diikhtisarkan dalam suatu rekapan yang ringkas.
Sesuai dengan kondisi
Sebagai laporan yang mengharapkan tindak lanjut dari pembacanya, laporan audit internal perlu menggunakan nada dan gaya yang cocok dengan kondisinya. Untuk mencapai tujuan ini, auditor perlu memahami minat pembaca, menggunakan penekanan yang tepat, dan hanya menyajikan informasi yang relevan dan valid.
27
Persuasif
Faktor penting yang dapat mendorong pembaca untuk melakukan tindak lanjut atas laporan adalah keyakinan. Agar pembaca menjadi persuasif, maka laporan harus valid atau menunjukkan dukungan atas semua data dan kesimpulan yang ada.
Konstruktif
Laporan konstruktif tidak menggunakan nada yang kritikal dan dapat dicapai dengan memberi penekanan pada penyebab, bukan gejalanya. Komentar atau “temuan” positif dan negatif harus seimbang. Dengan mengungkap satu temuan positif, seluruh laporan menjadi mudah diterima oleh auditee. Cara lain agar konstruktif adalah dengan memberi perspektif yang proporsional terhadap suatu masalah dan menghargai tindakan manajemen.
Orientasi pada hasil
Laporan audit harus menunjukkan bahwa auditor lebih mengutamakan terciptanya hasil bagi organisasi. Auditor harus menunjukkan bahwa pada prinsipnya bukan ingin mencari masalah tetapi ingin mengetahui solusi.
Yang lebih penting menarik
Laporan harus membuat orang tertarik untuk membacanya. Format maupun volume laporan sebaiknya tidak ‘menakutkan’ calon pembacanya. Tujuan menarik biasanya dapat diperoleh dengan membuat ringkasan eksekutif, menggunakan format yang profesional dan heading yang jelas.
Tepat waktu
Agar memiliki nilai manfaat, laporan audit harus disampaikan secara tepat waktu. Laporan yang tepat waktu adalah yang memungkinkan pelaksanaan tindak lanjut secara efektif. Untuk dapat menyampaikan informasi secara tepat waktu, dalam kondisi tertentu auditor perlu melakukan pembahasan langsung dengan auditee (manajemen lini). Untuk masalah-masalah yang penting, auditor dapat mengeluarkan laporan interim tanpa menunggu keseluruhan proses audit selesai. Satuan audit intern perlu menetapkan kebijakan yang mengatur standar ketepatan waktu.”
28
2.1.9. Kriteria Penilaian Audit Manajemen
Kesulitan utama yang ditemukan dalam audit manajemen adalah
menentukan kriteria khusus untuk menilai apakah efisien atau efektivitas telah
terjadi. Salah satu dalam pendekatan untuk menentukan kriteria dalam audit
manajemen adalah menyatakan bahwa apakah tujuan yang ditentukan dalam
beberapa aspek kesatuan usaha efektif atau efisien dan untuk merekomendasikan
perbaikan sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat. Pendekatan ini mungkin memadai untuk auditor yang berpengalaman
dan terlatih.
Menurut Amin Widjaja Tunggal dalam bukunya Audit Manajemen
Kontemporer (2000 : 39-40) terdapat beberapa sumber yang dapat digunakan
auditor manajemen untuk mengembangkan kriteria penilaian yang spesisifik,
yaitu sebagai berikut:
1. Performa historis (historical performance)
2. Performa yang dapat diperbandingkan (comparable performance)
3. Standar teknik (engineered standard)
4. Diskusi dan persetujuan
Dari keempat kriteria di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum audit
manajemen di mulai, maka kriteria penilaian harus sudah ditentukan sebelumnya
untuk menilai efisiensi dan efektivitas yang telah terjadi.
29
2.2. Tindak Lanjut Rekomendasi Audit Manajemen
Meskipun laporan audit telah diterbitkan, bukan berarti bahwa tahap audit
yang dilakukan telah selesai. Pemantapan dan evaluasi terhadap tindakan-tindakan
perbaikan objek pemeriksaan berdasarkan rekomendasi yang diberikan sangat
penting dalam audit internal. Audit akan kurang bermanfaat apabila hasil temuan
audit yang ada tidak ditindaklanjuti oleh pihak manajemen.
Masalah tindak lanjut ini tidak akan terlepas dari pelaksanaan tahap audit
sebelumnya. Temuan yang tidak tuntas akan dibicarakan, termasuk rekomendasi
yang tidak disepakati oleh objek pemeriksaan karena akan sangat berpengaruh
terhadap kelancaran tindak lanjut.
Tindak lanjut ini harus mencakup penentuan kelayakan yang akan diambil
oleh auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi.
Menurut (Hiro Tugiman,2006) dalam bukunya dijelaskan kedalam
beberapa jenis tindak lanjut rekomendasi audit manajemen,yaitu:
1. Follow-Up Assurance (tindak lanjut kepastian/jaminan)Tindak lanjut adalah : auditor harus melakukan tindak lanjut untuk
meyakinkan bahwa tindakan tepat telah diambil dalam melaporkan temuan audit.
Manajemen Auditee bertanggung jawab untuk menindaklanjuti temuan audit.
Manajemen eksekutif mengawasi proses tindak lanjut. Manajemen eksekutif membantu proses tindak lanjut Peninjauan atas tindak lanjut. Laporan pelaksanaan tindak lanjut.
30
2. Communication and Cooperation (komunikasi dan kerjasama)Komunikasi adalah : bahwa auditor internal harus melaporkan hasil
pekerjaan audit yang mereka kerjakan.Kerjasama adalah : suatu usaha untuk mmpersatukan kepentingan
karyawan dan kepentingan organisasi sehingga tercipta kerjasama yang baik dan menguntungkan.
Pengkomunikasian rekomendasi. Pengkomunikasian perkembangan pelaksanaan tindak lanjut. Tanggapan atas tindak lanjut. Kerjasama dalam penindaklanjutan.
3.Timing (waktu)Adalah : salah satu factor yang sangat membatasi bagi pemeriksa, karena
ia harus dapat memberikan informasi yang secepatnya kepada manajemen untuk memecahkan permasalahan yang sedang di hadapi.
Waktu tanggapan auditee terhadap rekomendasi. Waktu peninjauan tindak lanjut. Pelaporan tindak lanjut.
4 .Integrity of the Organizational Function (fungsi integritas organisasi)Fungsi integritas adalah : merupakan usaha untuk bertindak konsisten
sesuai dengan nilai-nilai dan kebijakan organisasi serta kode etik profesi,walaupun dalam keadaan yang sulit untuk melakukan ini.
Fungsi organisasi adalah : merupakan alat untuk mencapai tujuan organisasi, seorang pemimpin mengarahkan karyawan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.
Auditor menghargai tanggung jawab auditee. Proses tindak lanjut tidak mengganggu kegiatan operasi. Auditee menghargai auditor dalam proses tindak lanjut. Hubungan kerja yang baik dalam peninjauan tindak lanjut. Manajemen eksekutif mengawasi proses peninjauan.(Hiro Tugiman, 2006)
Menurut (Hiro Tugiman 2006: 75) dalam bukunya Standar Profesional
Audit Internal, menyatakan bahwa:
31
“Pemeriksa internal harus terus-menerus meninjau dan melaksanakan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa untuk temuan pemeriksaan yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat.”
Auditor harus menetapkan suatu prosedur tindak lanjut untuk memonitor
dan meyakinkan bahwa manajemen telah mengambil tindakan perbaikan atas
rekomendasi audit internal, atau manajemen yang bersangkutan menerima resiko
untuk tidak menindaklanjuti rekomendasi audit tersebut.
2.2.1. Rekomendasi
Rekomendasi audit dimuat dalam laporan audit. Rekomendasi pastilah
menyangkut tindakan perbaikan yang dianggap perlu oleh auditor. Namun,
pelaksanaannya tetap diserahkan pada auditee, auditee dapat melaksanakan
rekomendasi tersebut atau menolaknya dengan menanggung resiko yang mungkin
terjadi atau melakukan tindak lanjut lain yang dianggap oleh auditee lebih efektif.
Rekomendasi atau saran adalah bentuk laporan hasil audit dari auditor
internal untuk disampaikan kepada pihak manajemen perusahaan untuk
selanjutnya ditindak lanjuti oleh pihak manajemen.
Pengertian Rekomendasi menurut Hiro Tugiman (2007:94) menyatakan
bahwa:
“Rekomendasi merupakan pendapat auditor yang telah dipertimbangkan mengenai suatu situasi tertentu dan mencerminkan pengetahuan penilaian dan merancang memperbaiki kondisi dalam suatu temuan-temuan pengauditan”.
32
Sedangkan pengertian Rekomendasi auditor menurut Sawyer yang
diterjemahkan oleh Desi Andharini (2001:11) yaitu:
“Rekomendasi Auditor merupakan pendapat auditor yang dipertimbangkan mengenai suatu situasi tertentu dan harus mencerminkan pengetahuan dan penilaian auditor mengenai pokok persoalannya dalam arti apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya”.
Berdasrkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa rekomendasi
adalah merupakan pendapat auditor yang akan disampaikan kepada pihak
manajemen dan telah dipertimbangkan mengenai suatu situasi tertentu yang
mencerminkan pengetahuan penilaian dan merancang, memperbaiki kondisi
dalam suatu temuan-temuan pengauditan.
2.2.2. Rekomendasi Hasil Laporan
Rekomendasi harus dirancang sedemikian rupa guna memperbaiki kondisi
yang memerlukan perbaikan. Apabila auditor mengajukan rekomendasi, maka
bagian temuan yang berhubungan dengannya harus memuat pernyataan jelas
tentang tujuan yang hendak dicapai atau alasan auditor untuk berpendapat bahwa
diperlukan tindakan korektif.
Rekomendasi harus disusun secara logis namun tidak berarti bahwa
rekomendasi tersebut hanya berhubungan dengan masalah-masalah
diidentifikasikan dalam temuan-temuan pengauditan. Biasanya rekomendasi juga
harus dihubungkan dengan pribadi dari prilaku-prilaku masing-masing.
Rekomendasi tertentu harus ditujukan untuk temuan-temuan tertentu sehingga ada
mata rantai hubungan antara temuan dan rekomendasi.
33
Menurut Hiro Tugiman (2007:97) Rekomendasi diberikan oleh
departemen internal audit harus mempertimbangkan beberapa faktor yaitu:
1. Memperbaiki kondisi yang ada atau menyelesaikan masalah.
2. Dapat ditindak lanjuti secara logis, praktis dan reasonable.
3. Bersifat korektif dan konstruktif.
4. Sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang dan
5. Merupakan pelaksanaan dari proses audit yang dijalankan secara benar.
Rekomendasi-rekomendasi yang memenuhi kriteria diatas merupakan
bentuk pelyanan paling bernilai yang diberikan departemen internal audit kepada
pihak manajemen. Dalam Statement of Responsibilities of internal auditor
dikatakan bahwa rekomendasi ini merupakan salah satu tugas departemen internal
audit, selain melakukan berbagai analisis dan penilaian, petunjuk dan informasi
sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa. Ini merupakan pelaksanaan audit
internal yang bertujuan untuk membantu para anggota organisasi agar dapat
melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
2.2.3. Efektivitas Rekomendasi
Inti dari efektivitas pada dasarnya adalah mengerjakan sesuatu dengan
benar atau “do the right things”. Sehingga dapat dianalogikan terhadap efektivitas
rekomendasi diartikan sebagai hubungan antara output dengan tujuan dari hasil
pemeriksaan.
34
Menurut Hiro Tugiman (2007:100) Rekomendasi yang efektif adalah
rekomendasi yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1. Memperbaiki kondisi yang ada atau dapat menyelesaikan masalah
Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit dapat memperbaiki
kondisi yang ada pada perusahaan sebelum rekomendasi tersebut
disampaikan, untuk kearah yang lebih baik atau dapat meningkatkan
produktivitas perusahaan atau bagian yang diaudit.
2. Dapat ditindak lanjuti secara logis, praktis dan reasonable
Rekomendasi yang diberikan dapat ditindak lanjuti, tidak hanya sekedar
saran tetapi harus diterapkan didalam pelaksanaan aktivitas perusahaan.
Praktis adalah menggunakan kalimat yang sederhana dan mudah dipahami
serta berdasarkan data-data dari hasil pemeriksaan dengan
mempertimbangkan segala kesulitan auditee dilapangan, sedangkan
reasonable adalah yang mendukung rekomendasi tersebut dapat diterima
oleh auditee.
3. Bersifat korektif dan konstruktif
Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit dapat memotivasi
tindakan koreksi yang diperlukan selanjutnya oleh auditee sehingga tidak
ada unsur keterpaksaan.
4. Sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang
Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit dapat dijadikan atau
diimplementasikan sebagai solusi jangka pendek dan jangka panjang.
35
5. Merupakan hasil pelaksanaan dari proses audit yang dijalankan secara
benar. Rekomendasi yang diberikan oleh internal audit telah melalui tahap
atau proses audit yang benar.
Dari syarat-syarat Rekomendasi yang efektif diatas maka akan tercapai
suatu tujuan Rekomendasi yang diharapkan adapun Tujuan Rekomendasi yang
efektif Menurut Hiro Tugiman (2007:100) adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan Prestasi.
Relevan, menegaskan bahwa suatu sistem penilaian prestasi kerja hanya
mengukur penilaian temuan pemeriksaan sesuai dengan fakta.
Akseptabel, suatu sistem penilaian prestasi harus dapat diterima dan
dimengerti baik oleh penilai maupun yang dinilai.
Praktis, menghendaki agar suatu sistem penilaian prestasi harus praktis dan
mudah dilaksanakan, tidak rumit baik yang menyangkut administrasi dan
interprestasi serta tidak memerlukan biaya yang besar.
b. Mengurangi resiko kerugian.
Risiko bawaan atau melekat, risiko yang sudah ada pada aktivitas, operasi,
atau bagian sebelum ada pengendalian manajemen.
Risiko pengendalian, risiko yang mungkin ada yang tidak dapat ditemukan
oleh adanya sistem pengendalian manajemen.
Risiko deteksi, risiko tidak terdeteksinya suatu salah saji material yang ada,
besar sampel yang ditetapkan berbanding terbalik dengan risiko deteksi.
36
c. Memberikan dan menawarkan pilihan dalam memecahkan masalah atau
persoalan.
Rekomendasi harus terkait erat dengan setiap temuan atau observasi yang
menunjukan adanya kekurangan atau kelemahan.
Setiap rekomendasi harus didukung oleh hasil-hasil temuan observasi.
Setiap perkataan rekomendasi harus ditulis secara jelas apa yang diinginkan
untuk mengatasi masalah yang timbul.
Rekomendasi perlu dirinci lebih lanjut oleh manajemen fasilitas agar lebih
operasional penerapannya.
d. Memperbaiki kondisi yang perlu perbaikan.
Laporan hsrus menunjukan sifat dan kondisi yang baik, sebelum diserahkan
kepada klien dan memastikan informasi temuan-temuan laporan audit.
2.2.4. Rekomendasi Audit Yang Baik
Rekomendasi menggambarkan bentuk tindakan yang harus
dipertimbangkan oleh manajemen dalam meralat kondisi yang telah berlangsung
serba salah atau memperbaiki kelemahan sistem dan pengawasan, ataupun
keduanya. Rekomendasi harus bersifat positif, spesifik, dan harus
mengidentifikasi siapa yang melaksanakannya. Lebih diutamakan supaya internal
auditor mengajukan suatu metode atau beberapa alternatif metode untuk
37
mamperbaiki suatu kondisi. Selain itu, mereka juga harus menjelaskan bahwa
memilih suatu tindakan perbaikan merupakan tugas manajemen perusahaan.
Rekomendasi auditor internal merupakan pilihan yang potensial yang harus
dipertimbangkan bersamaan dengan pilihan lain yang memungkinkan untuk
diambil, karena manajemen perusahaan (bukan auditor internal) yang akan
melaksanakan tindakan perbaikan tersebut.
Menurut (Sukrisno Agoes 2004: 233) dalam bukunya Auditing
(Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik mengemukakan beberapa
prinsip yang harus diikuti agar bisa diperoleh rekomendasi yang efektif, yaitu:
“1. Rekomendasi harus komprehensif.
2. Rekomendasi harus spesifik.
3. Rekomendasi harus disusun dengan baik.
4. Rekomendasi harus mudah dilaksanakan.
5. Rekomendasi harus beralasan.”
2.3. Pengertian Tindak Lanjut
Tindak lanjut berarti suatu aksi atau tindakan koreksi (corrective action)
sebagai lanjutan langkah dalam mencapai perbaikan dan atau mengembalikan
segala kegiatan pada tujuan yang seharusnya.
Pengertian Tindak lanjut menurut Hiro Tugiman (2006 : 72) adalah:
“Suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh
38
manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan audit yang dilaporkan.”
Sedangkan Definisi kegiatan korektif atau tindak lanjut menurut Hiro
Tugiman (2000;75) adalah sebagai berikut :
“Tindak lanjut oleh pemeriksa (audit) internal didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan (audit) yang dilaporkan.”
Pekerjaan audit internal hanya mungkin efektif apabila pihak manajemen
memanfaatkan hasil-hasil pekerjaan tersebut serta memberikan tindak lanjut atas
hasil pekerjaan audit internal itu dan sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2.3.1. Tujuan dan Manfaat Tindak Lanjut
Tindak lanjut audit manajemen bertujuan untuk memberi keyakinan bahwa
manajemen telah mengambil tindakan koreksi atas berbagai temuan yang
dilaporkan atau manajemen telah menetapkan besarnya resiko yang dihadapi jika
tidak dilakukan tindakan koreksi.
Manfaat tindak lanjut rekomendasi audit manajemen adalah untuk
meningkatkan kinerja perusahaan agar apabila terjadi ketidakhematan,
ketidakefesienan, dan ketidakefektifan dalam melaksanakan kegiatan operasional
dapat segera diperbaiki, sehingga kegiatan operasional perusahaan tetap
mendukung perusahaan dalam mencapai tujuan utamanya.
39
2.3.2. Tindak Lanjut Hasil Temuan Audit Intern
Proses terakhir dalam pelaksanaan pemeriksaan yang juga merupakan
elemen penting dalam pelaksanaan pemeriksaan adalah tindak lanjut hasil temuan
pemeriksaan (follow up).
Menurut Hiro Tugiman (2006:75) Tindak Lanjut adalah :
“Tindak lanjut (follow up) oleh audit internal diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan”.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa audit intern harus terus-
menerus meninjau atau melakukan tindak lanjut untuk memastikan bahwa
terhadap temuan-temuan audit yang dilaporkan telah dilakukan tidakan yaang
tepat dan tidak berulang untuk hal yang sama. audit intern harus memastikan
apakah suatu tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan.
Dalam hal ini manajemen bertanggung jawab untuk menentukan tidakan
yang perlu untuk dilakukan sebagai tanggapan terhadap temuan-temuan audit
yang dilaporkan. Sedangkan Kontrol Intern bertanggung jawab untuk
memperkirakan suatu tindakan yang diperlukan manajemen, agar berbagai hal
yang dilaporkan sebagai temuan audit tersebut dapat diselesaikan dan
ditanggulangi secara tepat waktu.
40
Menurut Hiro Tugiman (2006 : 76) Berbagai faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan berbagai prosedur tindak lanjut:
a. Pentingkan temuan yang dilaporkan b. Tingkat dari usaha dan biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki
kondisi yang dilaporkan. c. Risiko yang mungkin terjadi bila tindakan korektif yang dilakukan
gagal d. Tingkat kesulitan dari pelaksanaan tindakan korektif e. Jangka waktu yang dibutuhkan.
Sebagaimana dibutuhkan sebelumnya, pimpinan audit intern bertanggung
jawab untuk membuat jadwal kegiatan tindak lanjut sebagai bagian dari
pembuatan jadwal pekerjaan pemeriksaan. Penjadwalan tindak lanjut harus
didasarkan pada resiko dan kerugian yang terkait, dan juga tingkat kesulitan dan
perlunya ketepatan waktu dalam tindakan korektif.
Sedangkan dalam menetapkan berbagai prosedur dalam tindak lanjut,
pimpinan audit intern harus mendasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
1. Suatu jangka waktu yang disediakan kepada manajemen untuk memberikan tanggapan
2. Mengevaluasi tanggapan manajemen
3. Mengadakan verifikasi terhadap tanggapan manajemen (bila perlu)
4. Pemeriksaan terhadap tindak lanjut
5. Prosedur laporan kepada tingkatan manajemen yang sesuai tentang tindakan yang tidak memuaskan, termasuk pemeriksaan resiko akibat tidak dilakukannya tindak korektif.
Disamping prosedur, juga diperlukan cara untuk menyelesaikan tindak
lanjut dalam pelaksanaan audit. Hiro Tugiman (2006:78) mengemukakan :
41
“ Berbagai teknik yang dipergunakan untuk menyelesaikan tindak
lanjut secara efektif, yaitu:
1. Pengiriman laporan tentang temuan pemeriksaan kepada tingkatan
manajemen yang tepat, yang bertanggung jawab untuk melakukan
tindakan-tindakan korektif.
2. Menerima dan mengevaluasi tanggapan dari manajemen terhadap temuan
pemeriksaan selama pelaksanaan dilakukan, atau dalam jangka waktu
yang wajar setelah laporan hasil pemeriksaan diterbitkan. Tanggapan-
tanggapan akan lebih berguna apabila mencantumkan berbagai informasi
yang cukup bagi pimpinan pemeriksaan intern untuk mengevaluasi
kecukupan dan ketepatan waktu dari tindakan-tindakan korektif.
3. Menerima laporan perkembangan perbaikan dari manajemen secara
periodik, untuk mengevaluasi status usaha manajemen untuk
memperbaiki kondisi yang sebelumnya dilaporkan.
4. Menerima dan mengevaluasi laporan dari berbagai organisasi yang lain
yang ditugaskan dan bertanggung jawab mengenai berbagai hal yang
berhubung dengan proses tindak lanjut.
5. Melaporkan kepada manajemen atau dewan tentang status dari tanggapan
terhadap berbagai temuan pemeriksaan.
42
2.4. Ruang Lingkup Jasa
Ada beberapa pengertian jasa yang ditemukan oleh para ahli, antara lain
sebagai berikut :
Definisi jasa menurut Philip Kotler yang diadaptasi oleh AB Susanto
dalam Manajemen Pemasaran di Indonesia (2001 : 602-603) adalah :
“Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain. Pada dasarnya tidak berwujud dan tidak meningkatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin atau tidak berkait dengan produk fisik”.
Sedangkan menurut William J Stanton yang dikutip oleh Buchari Alma
dalam bukunya Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (2004 : 243)
adalah :
“jasa adalah kegiatan yang dapat didefinisikan secara tersendiri, yang pada hakekatnya bersifat tidak teraba (intangible) yang merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk jasa lain. Untuk menghasilkan jasa mungkin perlu atau mungkin pula tidak diperlukan penggunaan benda (tangible). Akan tetapi, sekalipun penggunaan benda itu perlu, namun tidak terdapat adanya pemindahan hak milik benda tersebut (pemilik permanen)”.
Dari kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jasa
merupakan sesuatu yang memiliki sifat tidak berwujud yang bias memenuhi
keinginan dan kebutuhan konsumen. Untuk menhasilkan jasa mungkin perlu
mengetahui mungkin pula tidak diperlukan penggunaan benda nyata.
43
2.4.1. Karakterisk jasa
Menurut fandy Tjiptono dalam bukunya Manajemen Jasa (2004 : 15-
18) menyatakan bahwa jasa memiliki 4 karakteristik utama yaitu:
1. Tidak Berwujud (Intangibility)
2. Tidak Terpisahkan (Inseparability)
3. Variabilitas (Variability)
4. Tidak Tahan Lama (Perishability)
Bahwa jasa memiliki 4 karakteristik yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Intangibility (Tidak Berwujud)Jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud. Tidak seperti hal produk fisik, jasa tidak dapat dibatasi, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu sendiri.
2. Inseparability (Tidak Terpisahkan)Umumnya jasa yang dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Artinya bahwa jasa tidak dapat dipisahkan dengan sumber yang menghasilkannya. Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan melewati berbagai penjual, dan kemudian baru dikonsumsi. Untuk mengatasi keterbatasan ini maka penyedia jasa dapat bekerja sama dengan kelompok yang lebih besar, bekerja lebih cepat, dan memberi latihan pada orang-orang yang mampu serta dapat dipercaya.
3. Variability (Variabilitas)Jasa sangat bervariasi, karena dapat tergantung pada siapa yang menyediakan dan kapan serta dimana jasa itu dilakukan. Perusahaan jasa dapat mengambil langkah ke arah kontrol kualitas, yaitu:a. Investasi dalam seleksi dan pelatihan karyawan yang baik.b. Menstandarisasi proses pelaksanaan jasa di seluruh organisasi.c. Memonitor kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan,
survey pelanggan dan belanja perbandingan, sehingga pelayanan yang kurang dapat di deteksi dan di perbaiki.
4. Perishability (Tidak Tahan Lama)Jasa tidak dapat disimpan. Hal itu berkaitan dengan produksi dan konsumsi jasa yang terjadi secara bersamaan.
44
Lama tidaknya jasa tidak menjadi masalah jika permintaan tetap. Untuk itu perusahaan harus menciptakan kesesuaian antara permintaan dan penawaran.
2.4.2. Klasifikasi Jasa
Menurut Lovelock yang dikutip oleh Fandy Tjiptono dalam bukunya
Manajemen Jasa (2004 : 8-12) Klasifikasi Jasa dapat dilakukan berdasarkan
tujuh kriteria, yaitu :
1. Segmen Pasar
2. Tingkat Keberwujudan
3. Keterampilan Penyedia Jasa
4. Tujuh Organisasi Jasa
5. Regulasi
6. Tingkat Intensitas karyawan
7. Tingkat Kontak penyedia jasa dan pelanggan
Klasifikasi Jasa Dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Segmen PasarBerdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa kepada konsumen akhir (misalnya taksi, asuransi jiwa serta pendidikan), dan jasa kepada konsumen organisasional (misalnya jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultasi manajemen dan jasa konsultasi hukum).
2. Tingkat KeberwujudanBerhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan konsumen, yang dapat dibedakan menjadi tiga macam:a. Rented Goods Service
Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan produk-produk tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu tertentu pula. Contohnya: penyewaan mobil, kaset video, vila serta apartemen.
b. Owner Goods ServicePada owner goods service, produk-produk yang dimiliki konsumen direparasi, dikembangkan atau ditingkatkan untuk kerjanya, atau
45
dipelihara oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga mencakup perubahan bentuk pada produk yang dimiliki konsumen. Contohnya: jasa reparasi (arloji, mobil, sepeda motor, komputer dan lainnya) serta pencucian mobil, perawatan rumput dan lain-lain.
c. Non Goods ServiceKarakteristik khusus pada jenis jasa ini adalah jasa bersifat intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada pelanggan. Contohnya: sopir, dosen, pemandu wisata, ahli kecantikan dan lainnya.
3. Keterampilan Penyedia JasaBerdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa, jasa terdiri atas professional service (misalnya konsultan manajemen, konsultan hukum, konsultan pajak, konsultan sistem informasi dan lain-lain) dan non conventional service (misalnya sopir taksi, penjaga malam).
4. Tujuan Organisasi JasaBerdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat dibagi menjadi commercial service atau non profit service (misalnya penerbangan, bank dan jasa parsel) dan non profit service (misalnya sekolah, yayasan dana bantuan, panti asuhan, perpustakaan dan museum). Jasa komersial masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa jenis, yaitu:a. Perumahan atau penginapan, mencakup penyewaan apartemen,
hotel, vila, motel, cottage dan rumah.b. Operasi rumah tangga, meliputi utilitas, perbaikan rumah, relasi
peralatan rumah tangga, pertamanan, dan household cleaning.c. Rekreasi dan hiburan, meliputi penyewaan dan reparasi peralatan
yang digunakan untuk aktivitas-aktivitas rekreasi dan hiburan, serta admisi untuk segala macam hiburan, pertunjukkan dan rekreasi.
d. Personal care, mencakup laundry, dry cleaning dan perawatan kecantikan.
e. Perawatan kesehatan, meliputi segala macam jasa medis dan kesehatan.
f. Pendidikan swasta.g. Bisnis dan jasa profesional lainnya, meliputi biro hukum,
konsultasi pajak, konsultasi akuntansi, konsultasi manajemen, dan jasa komputerisasi.
h. Asuransi, perbankan dan jasa finansial lainnya, seperti asuransi perorangan dan bisnis, jasa kredit dan pinjaman, konseling.
i. Transportasi, meliputi jasa angkutan dan penumpang, baik melalui darat, laut maupun udara, serta reparasi dan penyewaan kendaraan.
j. Komunikasi, terdiri atas telepon, telegraf, komputer dan jasa komunikasi bisnis yang terspesialisasi.
46
5. RegulasiDari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated service (misalnya makelar, katering dan pengecatan rumah).
6. Tingkat Intensitas KaryawanBerdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja), jasa dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu equipment based service (seperti cuci mobil otomatis, jasa sambungan telepon jarak jauh, ATM (Automatic Teller Machine), vending machine dan binatu serta people based service (seperti pelatihan sepak bola, satpam, jasa akuntansi, konsultan manajemen, dan konsultan hukum). People based service masih dapat dikelompokkan menjadi kategori tidak terampil, terampil, dan profesional.
7. Tingkat Kontak Penyedia Jasa dan PelangganBerdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dibagi menjadi high contact service (seperti universitas, bank, dokter dan pegadaian) dan low contact service (misalnya bioskop).
2.5. Kualitas Pelayanan Jasa
2.5.1. Pengertian Kualitas
Kualitas telah menjadi harapan dan impian semua orang baik
konsumen maupun produsen.
Pengertian kualitas menurut Goetsch Davis, yang dikutip oleh (Fandy
Tjiptono 2004 : 51) dalam bukunya “Manajemen Jasa” adalah sebagai
berikut:
“Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.”
Pengertian kualitas menurut W. Edwards Deming yang dikutip oleh
Zulian Yamit (2004 : 7) dalam bukunya Manajemen Kualitas Produk dan
Jasa adalah:
47
“Kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.”
Dari kedua pengertian di atas, jelas sudah bahwa pada perusahaan jasa
kualitas pemegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup sebuah
perusahaan jasa.
2.5.2. Pengertian kualitas Pelayanan Jasa
Salah satu cara untuk membedakan perusahaan jasa dengan perusahaan
manufaktur adalah perusahaan jasa yang memberikan jasa dengan kualitas
pelayanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing secara konsisten.
Kuncinya adalah memenuhi dan melebihi ekspektasi kualitas pelayanan jasa
pelanggan sasaran. Dengan dasar tersebut pelanggan dapat memilih penyedia jasa
dan setelah menerima jasa tersebut mereka akan membandingkan kualitas
pelayanan jasa yang dialami dengan kualitas pelayanan jasa yang diharapkan.
Jika kualitas pelayanan jasa yang dialami memenuhi atau melebihi
harapan mereka maka mereka akan menggunakan penyedia jasa itu lagi. Untuk itu
penekanan terhadap peningkatan kinerja pada kualitas pelayanan akan dirasakan
sangat penting untuk sebuah perusahaan jasa apalagi dalam era persaingan dewasa
ini.
48
Pengertian kualitas jasa menurut Wyckop (dalam Lovelock) yang dikutip
oleh (Fandy Tjiptono, 2004 : 59) dalam bukunya “Manajemen Jasa” adalah
sebagai berikut:
“Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu exected service dan perceived service.”
Sedangkan pengertian pelayanan jasa menurut (Zulian Yamit, 2004 : 22)
dalam bukunya “Manajemen Kualitas Produk dan Jasa” adalah sebagai
berikut:
“Pelayanan jasa adalah sekelompok manfaat yang berdaya guna baik secara eksplisit maupun implisit atau kemudahan untuk mendapatkan barang maupun pelayanan jasa.”
Selanjutnya pengertian kualitas pelayanan jasa menurut Collier, yang
dikutip oleh (Zulian Yamit, 2004 : 22) dalam bukunya “Manajemen Kualitas
Produk dan Jasa” adalah sebagai berikut:
“Kualitas pelayanan jasa adalah lebih menekankan pada kata pelanggan, pelayanan, kualitas dan level atau tingkat. Pelayanan terbaik pada pelanggan (excellent) dan tingkat kualitas pelayanan merupakan cara terbaik yang konsisten untuk dapat mempertemukan harapan konsumen (standar pelayanan eksternal dan biaya) dan sistem kinerja cara pelayanan (standar pelayanan internal, biaya dan keuntungan).”
Dari devinisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pelayanan terbaik
pada pelanggan dan tingkat kualitas dapat dicapai secara konsisten dengan
memperbaiki pelayanan dan memberikan perhatian khusus pada standar kerja
pelayanan baik standar internal maupun standar pelayanan eksternal.
49
2.5.3. Karakteristik Kualitas pelayanan Jasa
Karakteristik kualitas pelayanan jasa menurut Zulian Yamit dalam
bukunya “Manajemen Kualitas Produk dan Jasa (2004: 21)” adalah sebagai
berikut:
1. Tidak dapat diraba (intangibility).2. Tidak dapat disimpan (inability to inventory).3. Produksi dan konsumsi secara bersama.4. Memasukinya lebih murah.5. Sangat dipengaruhi faktor dari luar.
Karakteristik kualitas pelayanan jasa dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tidak dapat diraba (intangibility)Jasa adalah sesuatu yang seringkali tidak dapat disentuh atau tidak dapat diraba. Jasa mungkin berhubungan dengan sesuatu secara fisik, seperti pesawat udara, kursi dan meja. Bagaimanapun juga pada kenyataannya konsumen membeli dan memerlukan sesuatu yang tidak dapat diraba.
2. Tidak dapat disimpan (inability to inventory)Misalnya ketika kita menginginkan jasa tukang rambut, maka apabila pemotongan rambut telah dilakukan tidak dapat sebagiannya dilakukan untuk besok.
3. Produksi dan konsumsi secara bersamaJasa adalah sesuatu yang dilakukan secara bersama dengan produksi. Misalnya tempat praktek dokter, restoran dan lain-lain
4. Memasukinya lebih murahMendirikan usaha di bidang jasa membutuhkan investasi yang lebih sedikit, mencari lokasi lebih mudah dan banyak tersedia, tidak membutuhkan teknologi tinggi. Untuk kebanyakan usaha data, hambatan usaha untuk memasukinya lebih rendah.
5. Sangat dipengaruhi oleh faktor dari luarJasa sangat dipengaruhi oleh faktor dari luar seperti: teknologi, peraturan pemerintah dan kenaikan harga energi.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik
kualitas pelayanan jasa itu diantaranya tidak dapat diraba, tidak dapat disimpan,
diproduksi dan dikonsumsi secara bersama, masuknya lebih murah, dan
dipengaruhi oleh faktor luar.
50
Dalam memasuki dunia usaha di bidang jasa tidak begitu sulit dan jasa
dipengaruhi oleh berbagai faktor dari luar seperti peraturan pemerintah dan
teknologi.
2.5.4. Pengendalian Kualitas Pelayanan Jasa
Pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus
dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas
produk dan jasa pelayanan yang diproduksi.
Pengendalian kualitas pelayanan jasa pada dasarnya adalah pengendalian
kualitas kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan
(quality is customers satisfaction) yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap
bagian dalam organisasi.
Perusahaan memerlukan cara untuk menilai sistem manajemen secara
keseluruhan dalam arti bagaimana sistem tersebut mempengaruhi setiap proses
dan setiap karyawan serta diperluas pada setiap produk dan pelayanan.
Pengendalian proses jasa adalah sebuah pertanda untuk peningkatan kualitas
pelayanan jasa, tetapi hal itu bergantung pada kesehatan dan vitalitas dari
organisasi, kepemimpinan dan komitmen.
Pengendalian kualitas pelayanan jasa dimulai dengan pengidentifikasian
masalah yang akan dipecahkan dan pencarian sebab-sebabnya serta penentuan
tindakan koreksinya, harus selalu didasarkan pada fakta.
51
Hal itu dimaksudkan untuk menghindarkan adanya unsur subjektivitas
dan pengambilan keputusan yang terlalu cepat serta keputusan yang bersifat
emosional. Selain itu, untuk memudahkan identifikasi masalah yang akan
dipecahkan dan sebagai patokan perbaikan selanjutnya, perusahaan harus
menetapkan standar pelayanan. Hubungan pengendalian kualitas pelayanan jasa
dengan peningkatan kualitas pelayanan jasa adalah proses pelayanan yang akan
menghasilkan suatu pelayanan yang berkualitas tinggi dalam setiap tahap dan
prosesnya.
Dimana, dalam setiap tahapan proses dapat dijamin adanya keterpaduan,
kerjasama yang baik antara kelompok karyawan dengan manajemen, sebagai
tanggung jawab untuk menghasilkan kualitas pelayanan jasa yang baik.
2.5.5. Usaha Kualitas Pelayanan Jasa
Persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa yang diberikan oleh
perusahaan maupun instansi pelayanan umum merupakan dasar dalam usaha
kulaitas pelayanan jasa tersebut.
Menurut Zulian Yamit dalam bukunya Manajemen Kualitas Produk
dan Jasa (2004 : 32-33), usaha yang dapat dilakukan untuk kualitas pelayanan
jasa adalah sebagai berikut:
1. Keandalan (Reliability)
2. Daya tanggap (Responsiveness)
3. Kemampuan (Competence)
52
4. Kepercayaan (Credibility)
5. Bukti yang nyata (Tangible)
6. Pengertian kepada pelanggan (Understanding the Customer)
7. Komunikasi (communication)
Dan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reability (Keandalan)Yaitu suatu usaha perbaikan dengan cara peningkatan fungsi pelayanan yaitu konsistensinya kerja dan kemampuan untuk dipercaya. Hal itu berarti perusahaan memberikan jasanya secara tepat waktu semenjak saat pertama. Selain itu juga perusahaan yang bersangkutan dapat memenuhi janjinya.
Dapat dilakukan pengaturan fasilitas Meningkatkan efektivitas jadwal kerja Meningkatkan koordinasi antar bagian
2. Responsiveness (Daya Tanggap)Untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan pelanggan dengan cara kemauan atau kesigapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.
Mempercepat pelayanan yang lebih baik Pelatihan karyawan Komputerisasi dokumen Memberikan pelayanan yang terpadu.
3. Competence (Kemampuan)Usaha perbaikan dengan cara peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan.
Meningkatkan profesionalisme karyawan Meningkatkan mutu administrasi
4. Credibility (Kepercayaan)Suatu perbaikan yang berhubungan dengan sikap jujur, dapat dipercaya, kredibilitas mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakteristik pribadi, contact personel, dan interaksi dengan pelanggan.
Meningkatkan sikap mental karyawan untuk giat bekerja Meningkatkan kejujuran karyawan Menghilangkan kolusi
5. Tangible (Bukti Nyata)Suatu usaha perbaikan dengan cara perbaikan fisik dan peralatan yang digunakan untuk memberikan pelayanan kepada para pelanggan.
Perluasan kapasitas dan penataan fasilitas Meningkatkan infrastruktur Menambah peralatan
53
Menambah fasilitas komunikasi6. Understanding the Customer (Memahami Konsumen)
Suatu usaha perbaikan dengan cara memahami apa yang diinginkan oleh konsumen atau pelanggan.
Sistem dan prosedur yang menghargai pelanggan Meningkatkan keberpihakan kepada pelanggan
7. Communication (Komunikasi)Suatu usaha perbaikan dengan cara memberikan informasi kepada pelanggan dengan jelas dan mendengarkan saran serta keluhan dengan baik.
Memperjelas pihak yang bertanggung jawab dalam setiap kegiatan
Membuat sistem informasi manajemen yang terintegrasi
Sedangkan menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Buchari Alma dalam
bukunya Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (2004 : 284)
mengungkapkan ada 5 (lima) faktor dominan dalam kualitas pelayanan jasa yaitu:
1. Berwujud (Tangible)
Yaitu berupa penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai materi komunikasi yang baik, menarik, terawatt dan lancer.
2. Empati (Emphaty)
Yaitu ketersediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada langganannya.
3. Cepat tanggap (Resvonsiveness)
Yaitu kemauan dari karyawan dan pengusaha untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan dari konsumen.
4. Keandalan (Reliability)
Yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan, terpercaya, akurat serta konsisten.
5. Jaminan (Assurance)
54
Yaitu berupa kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan dan kepercayaan terhadap janji perusahaan yang telah dikemukakan kepada konsumen.
Apabila kelima elemen ‘TERRA’ di atas diperhatikan, maka diharapkan
akan memberikan kepuasan kepada konsumen. Dari penjelasan di atas dapat di
ambil kesimpulan bahwa berbagai cara dapat dilakukan dalam usaha kualitas
pelayanan jasa. Oleh sebab itu, perusahaan harus lebih serius dalam melakukan
usahanya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis.
Menurut Zulian Yamit dalam bukunya Manajemen Kualitas Produk
dan Jasa (2004 : 32), ada beberapa faktor yang dapat menghambat dalam
Kualitas Pelayanan Jasa yaitu :
1. Kurangnya otoritas yang diberikan pada bawahan.
2. Terlalu birokrasi sehingga lambat dalam menanggapi keluhan konsumen.
3. Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada ijin dari atasan.
4. Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberi jalan keluar yang baik.
5. Petugas sering tidak ada di tempat pada waktu jam kerja sehingga sulit untuk dihubungi
6. Banyak interest pribadi.
7. Budaya tip.
8. Aturan main yang tidak terbuka dan tidak jelas.
9. Kurang professional (kurang terampil menguasi bidangnya).
10. Banyak instansi atau bagian lain yang terlibat.
11. Disiplin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu.
55
12. Tidak ada keselarasan antar bagian dalam memberikan layanan.
13. Kurang control sehingga petugas agak ‘ nakal ‘.
14. Ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan.
15. Belum ada system iformasi manajemen (SIM) yang terintegrasi.
2.6. Pengaruh Tindak Lanjut Rekomendasi Audit Manajemen terhadap
Kualitas Pelayanan Jasa
Sektor jasa saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Sehingga banyak berkembang perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam
industry jasa. Untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan diperlukan rencana
pelayanan pelanggan sehingga perusahaan memiliki standar pelayanan yang
sesuai dengan keinginan pelanggan.
Penetapan standar pelayanan dapat dilakukan dengan berbagai tahapan, yaitu :
a. Menetapkan berbagai visi, misi dan elemen-elemen sistem kualitas
(infrastruktur)
b. Melakukan evaluasi (audit)
1. Evaluasi eksternal : mempelajari seluruh aspek kualitas yang berkaitan
dengan hubungan antara personel organisasi dengan pelanggan
eksternal.
2. Evaluasi internal : mempelajari seluruh aspek kualitas yang berkaitan
dengan hubungan diantara pelanggan internal. Hal ini berkaitan
56
dengan departemen yang akan terlibat dalam pelayanan pelanggan.
Evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan audit manajemen.
c. Melakukan audit dan analisis perbandingan
Salah satu manfaat audit manajemen menurut Teguh Pudjo Mulyono
dalam bukunya Aplikasi Audit Manajemen dalam Industri Perbankan (2000 :
45) adalah :
“Sebagai alat untuk melakukan perbaikan-perbaikan yang menyangkut standar pelayanan, sistem prosedur kerja, dan lain-lain sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan yan diberikan.”
Standar pelayanan merupakan tingkat keberhasilan pelayanan yang
diberikan kepada pelanggan termasuk pedoman-pedoman untuk seluruh
komponen-komponen produk tidak nyata yang selanjutnya dapat menghasilkan
kepuasan bagi pelanggan.
Karena jasa merupakan intangible, konsumen akan cenderung melihat
aspek fisik dan harga untuk memperoleh informasi kualitas pelayanan yang akan
mereka terima. Aspek fisik seperti bangunan kantor, penempilan fisik, penataan
fasilitas fisik dan harga jasa yang mengandung janji perusahaan kepada
konsumen.
Sistem prosedur kerja disini adalah sistem yang digunakan untuk
memuaskan pelanggan. Misalkan, dengan peningkatan teknologi maka pelayanan
yang diberikan kepada konsumen dapat dilakukan dengan waktu yang lebih
57
singkat, dan para personel pun lebih kompeten dalam melakukan tugas-tugas
mereka. Hasil dari audit manajemen ini hendaknya dilaporkan kepada pihak
manajemen perusahaan agar dapat digunakan sebagai masukan dalam
pengambilan tindakan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
Dari uraian di atas sudah jelas bahwa pengaruh tindak lanjut rekomendasi
audit manajemen terhadap kualitas pelayanan jasa adalah bahwa tindak lanjut
audit manajemen merupakan salah satu usaha yang dilakukan dengan tujuan untuk
membantu manajemen dalam rangka usaha kualitas pelayanan jasa sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai.
Peneliti sebelumnya dilakukan dengan menggunakan populasi di PDAM
Karawang dengan kesimpulan Audit Manajemen yang dilaksanakan oleh PDAM
memiliki hubungan dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Jasa. Jadi hipotesis
yang menyatakan bahwa “ Terdapat Hubungan Pelaksanaan Audit Manajemen
Dengan Peningkatan Kualitas Pelayanan Jasa”.
Sedangkan penulis melakukan penelitian di PT INTI (Persero) Bandung
dengan populasi pada bagian SPI dan Pelayanan Jasa dengan asumsi bahwa
terdapat Pengaruh Tindak Lanjut Rekomendasi Audit Manajemen Terhadap
Kualitas Pelayanan Jasa pada Bagian Pelayanan Jasa dapat diterima.
2.7. Kerangka Pemikiran
58
Proses terakhir dalam pelaksanaan pemeriksaan yang juga merupakan
elemen penting dalam pelaksanaan pemeriksaan adalah tindak lanjut hasil temuan
pemeriksaan (follow up).
Menurut Hiro Tugiman (2006 :75) menyebutkan bahwa :
“tindak lanjut (follow up) oleh audit manajemen diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan.
Sedangkan Pengertian Tindak Lanjut menurut (Hiro Tugiman 2006: 72)
adalah:
“Sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan dan ketepatan waktu dari beberapa tindakan yang dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan audit yang ditemukan.”
Rekomendasi yaitu: saran auditor untuk mengatasi resiko atau untuk
mengatasi masalah yang ada (what should be don?). Hubungan antara
rekomendasi dan penyebab yang mendasarinya haruslah jelas dan logis.
Rekomendasi harus secara tepat mengarah kepada apa yang harus diperbaiki atau
di ubah dan siapa yang bertanggungjawab melakukannya.
Menurut (Sukrisno Agoes 2004: 175) yang berjudul Auditing
(Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik, mengemukakan:
“Management Audit, disebut juga operasional audit, fungsional audit, sistem audit adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien, dan ekonomis.”
59
Rekomendasi dibuat agar berbagai hal yang dilaporkan sebagai temuan
audit dapat dipecahkan secara tepat waktu. Suatu perusahaan dinilai baik apabila
rekomendasi yang diberikan oleh auditor manajemen ditindaklanjuti oleh
manajemen dan dilaksanakan oleh auditee. Dalam pelaksanaannya, auditor
manajemen diharuskan untuk memantau dan meyakini apakah tindakan korektif
telah dilaksanakan dan memberikan hasil yang diharapkan.
Menurut SPAI (2004 : 18) Standar Kinerja 2510 tentang Penyusunan
Prosedur Tindak Lanjut, yaitu:
“Penanggungjawaban fungsi audit internal harus menyusun prosedur tindak lanjut untuk memantau dan memastikan bahwa manajemen telah melaksanakan tindak lanjut secara efektif, atau menanggung resiko karena tidak melakukan tindak lanjut.”
Audit manajemen juga berperan dalam membantu mengefektifkan
realisasi anggaran perusahaan, karena tindakan preventif (pengelolaan dan
pengendalian resiko) yang diambil atas permasalahan yang ditemukan oleh audit
manajemen pada auditable unit akan memudahkan para pelaksana dalam
melakukan actual performance sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
Anggaran (target) yang terealisasi dengan baik dan sesuai merupakan salah satu
bentuk indikator bahwa tujuan perusahaan telah tercapai. Untuk itu, pelaksanaan
proses tindak lanjut rekomendasi atas audit manajemen yang efektif oleh
manajemen (auditee) akan memberikan pengaruh yang cukup besar bagi
perusahaan untuk mencapai tujuannya.
60
Menurut Hiro Tugiman (2006 : 75) dalam bukunya Standar Profesional
Auditor Internal, menyatakan bahwa:
“Pemeriksa Internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan pemeriksaan yang dilaporkan sudah dilakukan tindakan yang tepat.”
Meskipun laporan telah diterbitkan, tidaklah berarti bahwa tahapan audit
yang telah dilaksanakan telah selesai. Pemantapan dan evaluasi terhadap tindakan-
tindakan perbaikan objek pemeriksaan berdasarkan rekomendasi yang diberikan
sangat penting dalam audit manajemen.
Audit akan kurang bermanfaat apabila hasil temuan dan rekomendasi yang
ada tidak ditindaklanjuti oleh pihak dari objek pemeriksaan. Masalah tindak lanjut
ini tidak akan terlepas dari pelaksanaan tahap audit sebelumnya. Temuan yang
tidak tuntas dibicarakan, termasuk rekomendasi yang tidak disepakati oleh objek
pemeriksaan akan sangat berpengaruh terhadap kelancaran tindak lanjut. Tindak
lanjut ini harus mencakup penentuan kelayakan tindakan yang akan diambil oleh
auditee dalam mengimplementasikan rekomendasi.
Auditor juga harus menetapkan suatu prosedur tindak lanjut untuk
memonitor dan meyakinkan bahwa tindakan manajemen telah dilaksanakan secara
efektif sesuai dengan rekomendasi atau manajemen yang bersangkutan menerima
resiko apabila tidak menindaklanjuti rekomendasi penugasan audit.
Sementara itu, sektor jasa pada saat ini telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Pada perusahaan jasa, kualitas pelayanan merupakan bagian
61
yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas perusahaan, karena kualitas pelayanan
jasa merupakan sumber utama perusahaan dalam mendatangkan keuntungan.
Sedangkan pengertian jasa menurut William J. Stanton yang dikutip oleh
Buchari Alma (2002 : 243) dalam bukunya “Manajemen Pemasaran dan
Pelayanan Jasa” adalah sebagai berikut:
“Jasa adalah sesuatu yang dapat diidentifikasi secara terpisah, tidak berwujud, ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan. Jasa dapat dihasilkan dengan menggunakan benda tidak berwujud.”
Perusahaan berusaha memberikan manfaat ataupun pelayanan tambahan
dari produknya (jasa) sehingga diharapkan produknya (jasa) dapat lebih
memuaskan konsumen, dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan jasa
menjadi lebih tinggi.
Menurut Fandi Tjiptono (2004 : 54) dalam bukunya “Manajemen Jasa”
menyatakan bahwa:
“Kualitas memiliki hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama mengenai harapan dan kebutuhan pelanggan.”
Pengertian kualitas menurut Zulian Yamit (2004: 7) dalam bukunya
“Manajemen Kualitas Produk dan Jasa” adalah sebagai berikut:
“ Kualitas adalah apapun yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen.”
62
Sedangkan pengertian pelayanan jasa menurut Zulian Yamit (2004 : 22)
dalam bukunya “Manajemen Kualitas Produk dan Jasa” adalah:
“Pelayanan jasa adalah sekelompok manfaat yang berdaya guna baik secara eksplisit maupun implisit atau kemudahan untuk mendapatkan barang maupun pelayanan jasa.”
Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan
dengan cara meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang
kurang menyenangkan. Jadi pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat
menciptakan kesetiaan atau loyalitas kepada perusahaan yang memberikan
kualitas memuaskan.
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk mempertahankan
kontinuitas perusahaan diperlukan adanya peningkatan kualitas pelayanan jasa
yang lebih terarah. Sehingga perusahaan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
jasa agar lebih unggul dan mampu bersaing dengan tingkat perusahaan sejenisnya,
serta dapat memberikan pelayanan yang berkualitas.
2.7.1. Skema Kerangka Pemikiran
PT. INTI (Persero) merupakan BUMN
63
2.8. Hipotesis
Menurut Jonathan Sarwono dalam bukunya yang berjudul ”Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif (2006:26)”, pengertian hipotesis adalah:
Audit Manajemen JIT (Jasa Integrasi Teknologi)
Tindak Lanjut Rekomendsi Audit
Manajemen
Kualitas Pelayanan Jasa
Pelaksanaan proses tindak lanjut rekomendasi atas audit manajemen yang efektif oleh manajemen (auditee) akan memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perusahaan untuk mencapai tujuannya.
Untuk mempertahankan kontinuitas perusahaan diperlukan adanya kualitas pelayanan jasa yang lebih terarah.
Hipotesis:
Terdapat Pengaruh yang signifikan antara Tindak Lanjut Rekomendasi Audit Manajemen Terhadap Kualitas Pelayanan
Jasa.
64
“Hipotesis merupakan jawaban sementara dari persoalan yang kita teliti”.
Maka dari kerangka pemikiran tersebut, dapat diambil suatu hipotesis bahwa:
“Tindak Lanjut Rekomendasi Audit Manajemen mempunyai Pengaruh Terhadap Kualitas Pelayanan Jasa”.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengajukan hipotesis bahwa : “tindak
lanjut rekomendasi audit manajemen sangat berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan jasa.”
2.8.1. Paradigma Penelitian
Untuk menguji hipotesis tersebut penulis menetapkan paradigma
penelitian, bahwa variable X → Y saling mempengaruhi satu dengan yang
lainnya. Dimana variable X adalah tindak lanjut rekomendasi audit
manajemen, dan variable Y adalah kualitas pelayanan jasa.
Paradigma Penelitian
Tindak lanjut Rekomendasi Audit Manajemen
Variabel X
Kualitas Pelayanan Jasa
Variabel Y