Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

151
PENOLAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PROTOKOL KYOTO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USAHA INTERNASIONAL UNTUK MEMINIMALISIR PEMANASAN GLOBAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Strata Satu (S1) Pada Jurusan Hubungan Internasional Disusun Oleh : Ingga Suwandana 012030094 Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan Hunungan Internasional Universitas Pasundan Bandung 2006

description

Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka uJbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka uJbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Transcript of Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Page 1: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

PENOLAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PROTOKOL KYOTO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USAHA INTERNASIONAL UNTUK

MEMINIMALISIR PEMANASAN GLOBAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Strata Satu (S1) Pada Jurusan Hubungan Internasional

Disusun Oleh :

Ingga Suwandana 012030094

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan Hunungan Internasional

Universitas Pasundan Bandung

2006

Page 2: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

LEMBAR PENGESAHAN

PENOLAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PROTOKOL KYOTO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USAHA

INTERNASIONAL UNTUK MEMINIMALISIR PEMANASAN GLOBAL

Oleh : Ingga Suwandana NIM 012030094

Telah Diujikan tanggal

……………………….

Menyetujui : Pembimbing,

Oman Heryaman, S.IP., M.Si., NIPY 151 10 30

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Ilmu Hubungan Internasional

Prof. Dr. Hj. Ummu Salamah, MS Iwan Gunawan Drs, M.Si

NIP 131 411 843 NIPY 151 101 37

Page 3: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar-benar hasil pekerjaan

penelitian saya sendiri. Adapun ssemua referensi / kutipan (baik kutipan langsung

maupun kutipan tidak langsung) dari hasil karya ilmiah orang lain tiap-tiap

satunya telah saya sebutkan sumbernya sesuai etika ilmiah. Apabila di kemudian

hari skripsi ini terbukti hasil meniru / plagiat dan terbukti mencantumkan kutipan

karya orang lain tanpa menyebutkan sumbernya, saya bersedia menerima sanksi

penangguhan gelar kesarjanaan dan menerima sanksi dari lembaga yang

berwenang.

Bandung, 8 mei 2006,

Ingga Suwandana

012030094

Page 4: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Pemahaman sejati jauh lebih bermakna daripada sekedar kata-kata,

dan penting karena hasilnya,

bukan sekedar retorika yang indah.

Mereka yang bisa menumpahkan kebahagiaan mereka dalam kata-kata,

sebenarnya hanya merasakan sedikit kebahagiaan.

Karena apa yang kurasakan telah tumbuh begitu besar,

Sampai-sampai setengahnya pun tak bisa kugambarkan dengan kata-kata -Juliet in “Romeo and Juliet by William Shakespeare-

Ku Persembahkan karya yang kecil ini buat

Kedua orang tuaku yang tercinta,

adik-adikku

Dan semua keluarga

Page 5: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

ABSTRAK

Suhu bumi yang semakin panas dari waktu ke waktu mulai merebut

perhatian para ahli. Mereka mulai memikirkan suatu tindakan bersama untuk menghadapi ancaman pemanasan global. Konferensi digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan kerjasama internasional antar Negara. Berbagai konferensi diadakan untuk membicarakan masalah pemanasan global dan dampaknya terhadap perubahan iklim. konferensi-konferensi ini menghasilkan keputusan bersama yang salah satunya adalah Konferensi Kyoto tahun 1997 yang menghasilkan sebuah protocol yang disebut “PROTOKOL KYOTO” yang isinya mewajibkan bagi Negara-negara khususnya Negara industri maju untuk mengurangi tingkat emisi karbondioksidanya sebesar 5,2 % dibawah level tahun 1990 pada tahun 2010. namun penolakan Amerika Serikat yang juga merupakan penghasil emisi terbesar di dunia untuk meratifikasi Protokol Kyoto menghambat efektivitas Protokol ini.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengeksplorasi dan mendeskripsikan factor-faktor penolakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto. Selanjutnya juga ingin mengetahui, memahami dan mendeskripsikan bagaimana implikasinya terhadap usaha dunia internasional untuk meminimalisir pemanasan global. Sedangkan manfaat atau kegunaan penelitian ini adalah secara teoristis, penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah khasanah pengembangan ilmu hubungan internasional, khususnya yang menyangkut politik luar negeri dan politik internasional.

Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah deskripsi yang bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena dalam hal ini kebijakan Amerika Serikat untuk tidak meratifikasi Protokol Kyoto mengesampingkan usaha internasional untuk menyelamatkan bumi dari bahaya pemanasan global.

Hasil dari penelitian ini adalah ada dua factor yang menjadi sebab mundurnya Amerika Serikat dari Proses Ratifikasi yaitu faktor internal yaitu factor ekonomi dimana dengan mengurangi emisi sebesar 7 % maka perekonomian Amerika Serikat akan terancam dan kelompok-kelompok kepentingan seperti kelompok industri menjadi actor yang mempengaruhi actor Negara (Presiden George W. Bush) dalam membuat kebijakan ini. Tekanan-tekanan dari Domestik juga membuat Amerika Serikat mengambil kebijakan yang bertolak belakang dengan dunia internasional. Sedangkan factor eksternal yang melatar belakangi pernyataan Amerika Serikat adalah tidak diikut sertakannya Negara berkembang seperti India dan China dalam protokol ini. Bagi Amerika Serikat tidak diikut sertakannya negara-negara berkembang adalah suatu ketidakadilan bagi Negara mereka. Dan usaha-usaha internasional meminimalisir pemanasan global dengan pembentukan Protokol Kyoto. Kata Kunci : Penolakan AS terhadap Protokol Kyoto

Page 6: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

ABSTRACT The earth hot temperature begins to attract the experts attention. They

begin to think the collective action to face the threat of global heating. Conference is used to the tool to establish the international co-operation. Many conference are held to talk about this and its effect on climate changing. These conference result many decision. One of these is Kyoto Conference in 1997 which resulted a protocol called Kyoto Protokol which obliges countries to reduce the carbondioxide emission as much as 5,2 % under 1990 level in 2010. the United State of America refuses to ratify this protocol. This refusal become the biggest hindrance on the efectivity of this protocol.

This research intended to understand, explore and describe the factor of USA refusal on the Kyoto Protocol. The writer want also to know, understand and describe what implication of the world efforts to minimalize the global heating. While the aim and purpose of this research, theoretically, is that, this research will be expected to increase the develoving the science of international relations, especially in related with the foreing politicsl snd international politics.

The method in dealing with this research is a descriptive that intended to desribe a phenomena, in this case the political wisdom of the United State of America not to ratify Kyoto Protocol avoid the international effort to save the eart from the danger of global heating.

The results of this research are : two factor which are the cause of United State of America resignation from the ratification process which is the internal factor. It is economic factor because by reducing the emission as much as 7 %, United State of America will be threatened and the need group like industrial group who are the influential group who influence the most important actor George W. Bush (American President) to take the will. Domectic Preassure also make United State of American take the wisdom which is against international want. While the external factor is because develoving countries like China and India do not take part of this protocol. And it is an unfairness for them. And also this research result international effort minimalize the global heating with this Kyoto Protocol. Key word : United State of American Refusal to the Kyoto Protoco

Page 7: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

ABSTRAK Suhu bumi nu janten panas ti waktos ka waktos ngawitan nyandak

perhatian para ahli. Anjeunna ngawitan ngemutan hiji tindakan sadayana kanggo ngahadapi ancaman pamanasan global. Konferensi dianggo kanggo sarana ngawujudkeun kerjasama internasional antar bangsa. Tos seueur konferensi diayakeun kanggo nyarioskeun masalah keputusan sarerea nu salah sahijina nyaeta Konferensi Kyoto taun 1997 nu ngahasilkeun hiji protocol nu di sebatna “Protokol Kyoto” nu eusina ngawajibkeun kanggo Negara-negara khususna Negara industri maju supados tiasa nyaeutikkeun tingkat emisi karbondioksida na sa ageing 5,2 % dihandap level taun 1990 dina taun 2010. tapi penolakan Amerika Sarikat nu oge mangrupakeun penghasil emisi nu paling ageing di dunia kanggo ngaratifikasi Protokol Kyoto ngahambat efektifitas protocol iyeu.

Nu janten udagan panalungtikan ieu nyaeta hoyong terang, ngaeksplorasi sarta ngadeskripsikan factor-faktor penolakan Amerika Serikat kana protocol Kyoto. Salajengna oge hoyong apal paham tur ngadeskripsikeun kumaha implikasina kana usaha dunia internasional kanggo ngaminimalisir pamanasan global. Sedangkeun mangpaat atanapi gunana panalungtikan ieu nyaeta secara teoritis, panalungtikan ieu dihareupkeun mangfaat kanggo nambihan elmu pangaweruh ngenaan Hubungan Internasional khususna nu nyangkut Politik Luar negeri sareng politik internasional.

Metode nu digunakeun dina panalungtikan ieu nyaeta deskripsi nu ngagaduhan udagan kanggo ngagambarkeun hiji kaayaan dina ha lieu kebijakan Amerika Serikat supados teu ngaratifikasi Protokol nganyampingkeun usaha internasional kanggo nyalametkeun bumi ti bahaya pamanasan global.

Hasil tina panalungtikan ieu nyaeta : aya dua factor nu janten sabab mundurna Amerika Serikat tina proses ratifikasi nyaeta factor internal, nyaeta factor ekonomi numana upami ngurangan emisi saageung 7 %, perekonomian Amerika Serikat bakal ka ancam sareng kelompok-kelompok kepentingan sapertos kelompok industri janten aktor nu ngapengaruhan aktor Negara (Presiden George W. Bush) kana ngadamel kebijakan ieu. Tekanan-tekanan ti domestic oge ngajieun Amerika Serikat nyandak kebijakan nu ngalatar belakang na pernyataan Amerika Serikat nyaeta moal diajak nyartakeun Negara berkembang sapertos India sareng China kana protocol ieu. Kanggo Amerika Serikat teu diajak nyartakeun Negara-negara berkembang nyaeta hiji ka teu adilna kanggo Negara eta. Sareng usaha-usaha internasional ngaminimalisir pamanasan global sareng ngabentuk Protocol Kyoto Kecap Konci : Penolakan Amerika Serikat kana Protokol Kyoto

Page 8: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warohmatullaahi wabarokaatuh,

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai

dengan harapan dan kemampuan yang penulis miliki. Skripsi yang mengangkat

judul “Penolakan Amerika Serikat Terhadap Protokol Kyoto dan

Implikasinya Terhadap Usaha Internasional Untuk Meminimalisir

Pemanasan Global”, disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menempuh ujian siding strata satu (S1) pada jurusan Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

Bandung.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan, pengetahuan dan

pengalaman penulis yang masih terbatas, sehingga penulis senantiasa

mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan saran dan kritiknya.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada

bapak Oman Heryaman, S.IP., M.Si., selaku dosen pembimbing yang selalu

penuh dengan kesabaran dan kebijaksanaannya telah meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, nasehat serta saran yang sangat berguna dalam

membantu menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis

juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

Page 9: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

1. Bapak. Prof. Dr. H. M. Didi Turmudzi. M.Si. Selaku Rektor Universitas

Pasundan Bandung.

2. Ibu. Prof. Dr. Hj. Ummu Salamah. M.Si. Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

3. Bapak. Drs. Aswan Haryadi M.Si. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

4. Bapak. Drs. H. Asep Kusdiman Jauhari. M.Si. Selaku Pembantu Dekan

II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

5. Bapak. Drs. Awang Munawar M.Si. Selaku Pembantu Dekan III

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan Bandung.

6. Bapak. Drs. Iwan Gunawan M.Si. Selaku Ketua Jurusan Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

Bandung.

7. Bapak. Drs. Kunkunrat M.Si. Selaku Sekretaris Jurusan Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pasundan

Bandung.

8. Bapak Drs. Iwan B. Irawan, M.Si., Bapak Drs. Fahremi Imri, M.Si.,

Bapak Drs. Setia Permana, Bapak M.Budiana, S.IP., Bapak Drs. T.

May Rudi, SH., MIR., MSC., Bapak Drs. Sigit Harimurti, Bapak Drs.

Alif Oktavian, Bapak Drs. Agus Herlambang, M.Si., Bapak Anton

Winardi, S.IP., M.Af., Ibu Dra. Dewi Astuti Mudji, Ibu Dra. Hj. Rini

Page 10: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Afriantari, beserta seluruh staff dosen jurusan Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Pasundan Bandung.

9. Tidak lupa untuk Pak Ridwan Wijaya, Pak Jajang, Bu Sri, Bu Yeni, Bu

Kiki, Pak Adeng, Pak Jono, Pak Cucu dan seluruh staff Tata Usaha dan

Perpustakaan yang telah banyak membantu penulis untuk kelancaran

penulisan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan TERIMA KASIH YANG TAK TERHINGGA pada :

1. Kedua Orang Tua, Bapak…Maaf AA belum bisa seperti bapak, kelak satu

hari nanti AA pengen membuktikan kalo AA bias lebih dari Bapak…and

My Lovely Mom, Mamah maaf AA selalu nyusahin Mamah, Doain AA

biar bias jadi orang yang berguna buat semua…Amien…Sekali lagi AA

minta beribu-ribu maaf….!!!

2. My Big Family, semua Keluarga Besar Hj. DEDEH Jamaras di

Bandung dan Keluarga Besar H. S.D SUWANDA Garut…Terima Kasih

untuk semuanya, maafin AA kalo AA banyak salah, kalo AA sering

ngerepotin..!!!

3. My Little Brother, Dimaz Yudatama…Kuliah yang bener !!!! kasian

Mamah !!!! hehehe ntar motor AA pasti Lebih Keren dari Mio Item jelek

ntu !!! Yudha Ramdhana Jelek…!!! AA ntar pasti bakalan jadi orang

sukses ga ? Liatin lah jangan orang aja yang diliatin teh…AAnya juga

diliatin dunk…!!! LOVE U ALL…

4. My Lovely Honey, ANGRENI E. SULASTRI…27 January 2001 until

forever, Makasi ya sayang, apa yang pernah Hany pernah kasi ke AA ga

Page 11: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

bakalan pernah AA lupain semuanya, satu hari nanti AA pengen bales

semuanya biar AdHe bias ngebuktiin Kalo Adhe ga salah Pilih

Orang….!!! Skarang Kita mesti Nyari duit Buat tumpengan hehehe…!!!

5. THE ONYETrs…!! Whole member of Onyet Family EH Kita Lulus

euy..!!! Ogie…Ayah Tarung teh bawa modal nu loba, langgeng yah ma

EA ☺ !!!! Iyus….Bagong kumaha EO the urang can papangih wae,

jangan sakit aja atuh inget skripsi !!! Ivan Pante…NARUTO sampe ka

sabaraha euy, Tropic lagi yuk…kangen nech..!!! Egie & Sandy, Bos di

Rumah ge kering PISAn…dah lama euy kpengen…!!!!

Alby…sombonglah ci onyet mah geus S2 teh, dagoan Urang di Jogja !!

Erie…Ceut, PUNCAK Gmana? Aduh sayang Bro…CP aja lah yang

deket…!!! I Am Gonna Miss U all My Beloved Fren

6. Semua Anak-Anak HI B 2001 ULY, ly…lu ninggalin gw..awas lu !!

Kendedes, Dini, Tedy, Dimas Hendra PRAYA, Agung, Didit, Yoyo,

Andri, Buyung, Gani, Andri…Mex iraha maneh lulus?? Makasi

semuanya

7. Temen-Temen ku…Teh Ine..Buruan Bu selesein kul-nya masa kalah ma

adhe, Vie Markunyun khatur nuhun…makasi dah bantuin..!!! Tesna Woi

manager iraha da event lagi ?, Teh Melly Makasi dah ngenalin Unpas

hehehe , Fili n Risa skarang pada dimana euy ?? Rurie….neng umbrella

kapan atuh, ga kuat ney..!!!!!

8. Temen-Temen WARTEL 86…Aji & Emon (HATUR NUHUN NU

KAPUNGKUR nya…!!!), Ble’E (big Bro..), Erwin, Brur, Bubun Evan,

Page 12: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Iki BkoQ, dadaNg, Panji, Thanks Bro..!!! Arie, Meta,Uba…UMAR

Bro…..!!!!

9. The Last, Buat NU AINK….!!! PERSIB MAUNG BANDUNG…!!!

Come On Bantai Semua Lawan Mu…!!

Semoga Allah SWT membalas kebaikan yang diberikan kepada penulis, dan

tanpa mengecilkan peran mereka, penulis mengucapkan terima kasih. Amin

Yaa Rabball’allamiin…..

Bandung Mei 2006

Penulis

Page 13: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

DATA PRIBADI PENULIS

1. Nama Lengkap : Ingga Suwandana

2. Tempat, tanggal lahir : Mataram, 6 Maret 1983

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama : Islam

5. Alamat : Gg. Jamaras III no 87 Bandung Timur 72

6. Telp : (022) 7230577 081809225125

DATA ORANG TUA PENULIS

1. Nama Ayah : Ir. Asep Suwandi, Sp-1

2. Nama Ibu : Ir. Etty Rukhmiati Sopian, MM

3. Alamat Orang tua : Jl. Lalu Mesir no 196 Turida Babakan

Cakranegara Mataram NTB

DATA PENDIDIKAN FORMAL PENULIS

1. Tahun 1995 : Lulus SDN 4 Karang Jangkong Cakranegara

2. Tahun 1998 : Lulus SMPN 2 Mataram

3. Tahun 2001 : Lulus SMUN 5 Mataram

4. Tahun 2001 : Diterima sebagai mahasiswa jurusan Hubungan

Internasional Universitas Pasundan Bandung

Page 14: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………...……i

PERNYATAAN …………………………………………………..…ii

MOTTO DAN DEDIKASI ……………………………………………iii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ……………………………………iv

ABSTRACT (Terjemahan Abstrak Bahasa Inggris) ……………………iv

ABSTRAK (Terjemahan Abstrak Bahasa Sunda) …………………….v

KATA PENGANTAR ……………………………………………………vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………xi

DAFTAR ISI …………………………………………………………...xii

DAFTAR TABEL …………………………………………………………...xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………10

1. Pembatasan Masalah ……………………………………11

2. Perumusan Masalah ……………………………………11

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian ……………………………………12

1. Tujuan Penelitian ……………………………………………12

2. Kegunaan Penelitian ……………………………………12

D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis ……………………………………13

1. Kerangka Teoritis ……………………………………………13

2. Hipotesis ……………………………………………24

3. Operasional Variabel dan Indikator ……………………………24

4. Skema Kerangka Pemikiran ……………………………………26

E. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ……………………27

1. Metode Penelitian ……………………………………………27

2. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………27

F. Lokasi dan Lamanya Penelitian ……………………………………28

1. Lokasi Penelitian ……………………………………………28

Page 15: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

2. Lamanya Penelitian ……………………………………………28

G. Sistematika Penulisan ……………………………………………29

BAB II PENOLAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP

PROTOKOL KYOTO …………...……………………………....31

A. Pandangan Amerika Serikat Terhadap Lingkungan Hidup

……………31

1. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Mengenai

Lingkungan Hidup …………………………………..………..31

2. Kebijakan Amerika Serikat Atas Lingkungan Hidup ……………36

B. Aktor-aktor Pembuat Keputusan Atas Lingkungan Hidup

……………38

1. Presiden dan Kongres ……………………………………………38

2. Departemen Luar Negeri ……………………………………39

3. Departemen Energi ……………………………………...…….40

4. Environmental Protection Agency (EPA) ……………...…….40

C. Faktor-faktor Penolakan Amerika Serikat Terhadap

Protokol Kyoto ………………………………..…………………..41

1. Faktor Internal …………………...……………………………….43

1.1 Pengaruh Kelompok Kepentingan Dalam

Kebijakan Lingkungan Amerika Serikat ……………43

2. Faktor Internal ……………..……………………………………..45

2.1 Persaingan Ekonomi Antar Negara-negara Maju…………..45

BAB III PROTOKOL KYOTO SEBAGAI USAHA INTERNASIONAL

UNTUK MEMINIMALISIR PEMANASAN GLOBAL ……48

A. Kondisi Lingkungan Hidup Global ………..…………………………..48

B. Pemanasan Global Sebagai Isu Lingkungan HidupInternasional ……51

1. Efek Rumah Kaca ………………...………………………….51

2. Ancaman yang ditimbulkan pemanasan Global…...………………53

C. Munculnya Isu Lingkungan Hidup dan Signifikasinya dalam

Page 16: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Hubungan Internasional ……………………………………………60

1. Konferensi PBB, Stockholm 1972 …...……………………….60

2. The Earth Summit, Rio de Janeiro, 1992 ……..……………..64

3. Tindak Lanjut KTT Bumi, 1992 ……………………………68

4. KTT Kyoto, Jepang 1997 …………..………………………..69

D. Konferensi menjelang terbentuknya Protokolm Kyoto…………………..70

1. Conference on Parties I (CoP 1), Berlin, 1995 ……………………70

2. Conference on Parties II (CoP II), Jenewa 1996……….………….73

3. Conference on Parties III (CoP III), Kyoto, 1997…………………73

BAB IV MEMAHAMI USAHA INTERNASIONAL UNTUK

MENGHAMBAT PEMANASAN GLOBAL MELALUI

PROTOKOL KYOTO DENGAN PENOLAKAN AMERIKA

SERIKAT………………………………………………………..…..76

A. Implementasi penolakan Amerika Serikat dalam Protokol Kyoto ……76

1. Statement Resmi Terhadap Protokol Kyoto …………...……….76

2. Pakta Lingkungan Baru …………………………………....80

B. Implikasi Penolakan Amerika Serikat Terhadap Lingkungan hidup...…..82

1. Tidak Bulatnya Komitmen Dunia ….………………………..82

2. Ekologi Lingkungan Hidup akan Semakin Terancam……..…….87

C. Efektifitas Protokol Kyoto Pasca Penolakan ……………..……………..99

1. Kepentingan Negara-negara Yang Berkaitan Dengan Aspek

Topografi ……………………………………………………99

2. Kepentingan Negara Dibidang Ekonomi …………..………101

BAB V KESIMPULAN ………………………………..…………………105

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

DAFTAR TABEL

Tabel Operasionalisasi Variabel dan Indikator ……………………………25

Tabel Skema Kerangka Pemikiran ……………………………………26

Page 18: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lingkungan Hidup Makin banyak menarik perhatian masyarakat luas.

Baik kalangan pemerintah, universitas, media massa maupun msyarakat umum

membicarakannya. Permasalahan lingkungan hidup, atau secara pendek

lingkungan mendapat perhatian yang besar di hampir semua negara. Ini terutama

terjadi dalam dasawarsa 1970-an setelah diadakannya konferensi PBB tentang

lingkungan hidup di Stokholm dalam tahun 1972. konperensi itu terkenal pula

sebagai Konperensi Stokholm. Hari pembukaan konperensi itu, 5 Juni telah

disepakati sebagai Hari LIngkungan Hidup Sedunia. Dalam konperensi Stokholm

telah disetujui banyak resolusi tentang lingkungan hidup yang digunakan sebagai

landasan tindak lanjut. Salah satu diantaranya ialah didirikannya badan khusus

dalam PBB yang ditugasi untuk mengurus permasalahan lingkungan, yaitu United

Nation Environmental Programme, disingkat UNEP. Badan ini bermarkas besar

di Nairobi, Kenya.

Terdapat kesan dan dalam pengertian umum, permasalahan lingkungan

hidup adalah sesuatu hal yang baru. Hal ini disebabkan oleh perhatian terhadap

dan kegiatan dalam bidang lingkungan hidup yang meningkat selama dasawarsa

1950-an dan 1960-an, dan memuncak dalam dasawarsa 1970-an. Namun

sebenarnya permasalahan itu telah ada sejak manusia ada di bumi.

Page 19: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Bahkan apabila kita meninjaunya lebih luas daripada segi manusia,

permasalahan itu ada sejak bumi ini tercipta. Jika perubahan iklim,

kejadian geologi yang bersifat malapetaka dan kepunahan massal hewan

serta tumbuhan kita gunakan sebagai petunjuk permasalahan lingkungan,

dapatkah kita ketahui, bumi kita telah banyak mengalami permasalahan

lingkungan yang besar.

Perubahan iklim sudah hampir menjadi kosakata umum dalam percakapan sehari-hari. Namun demikian, fenomena ini masi belum dipahami secara tepat oleh masyarakat karena prosesnya memang cukup rumit. Sehingga tidak jarang terjadi kesalahpahaman atau kesulitan dalam membedakan antara perubahan iklim dengan variasi iklim yang kadang-kadang terjadi dengan gejala yang agak ekstrem dan membawa dampak seketika yang cukup signifikan. Perubahan iklim adalah fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan bakar fosil (BBF) dan kegiatan alih-guna lahan.

Pemanasan global adalah peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca (ERK). ERK terjadi karena adanya gas dalam atmoser yang menyerap sinar panas, yaitu sinar inframerah, yang dipancarkan oleh bumi. Gas itu disebut gas rumah kaca (GRK). Dengan penyerapan itu sinar panas terperangkap sehingga naiklah suhu permukaan bumi.

Istilah efek rumah kaca (greenhouse effect) berasal dari pengalaman petani di daerah iklim sedang. Dalam musim rontok, musim dingin dan musim semi pada waktu suhu masih dingin, petani menanam sayuran dan bibit tanaman dalam rumah kaca. Pada siang hari pada waktu hari cerah suhu dalam rumah kaca itu lebih tinggi daripada di luar bangunan rumah kaca. Kenaikan suhu dalam rumah kaca itu disebut efek rumah kaca. Kenaikan itu disebabkan oleh terperangkapnya panas dalam rumah kaca. Keterangan di atas menunjukan efek rumah kaca tidaklah berkaitan dengan dibangunnya banyak gedung yang berdinding kaca.

Seandainya tidak ada GRK dan arena itu tidak ada ERK, suhu permukaan

bumi rata-rata akan hanya -180C saja, terlalu dingin bagi kehidupan mahluk

hidup. Dengan adanya ERK suhu bumi adalah rata-rata 150C, seperti yang kita

kenal. Jadi ERK sanagt berguna bagi kehidupan di bumi. Tetapi pada akhir-akhir

ini tercatat naiknya kadar GRK dalam atmosfer, yaitu CO2 dan beberapa gas lain.

Dengan naiknya kadar GRK dikhawatirkan intensitas ERK pun akan meningkat

Page 20: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

sehingga suhu permukaan bumi akan naik pula. Inilah yang disebut pemanasan

global, seperti disebut diatas.1

Pemanasan global akan mempunyai berbagai macam dampak ; Pertama dengan naiknya suhu daerah pertanian di Amerika Utara dan Eropa akan bergeser ke utara. Dampak ini menguntungkan bagi negara di daerah yang letahknya di utara, misalnya Kanada, Finlandia, Swedia, dan Norwegia.

Kedua, naiknya suhu akan menyebabkan perubahan iklim sedunia, yaitu perubahan curah hujan. Misalnya di daerah pertanian di Amerika Serikat yang sekarang merupakan lumbung gandum diperkirakan curah hujan akan berkurang. Sebaliknya di sebagian Afrika curah hujan akan bertambah. Tetapi kenaikan curah hujan ini kurang dapat dimanfaatkan karena tidak adanya prasarana pertanian yang baik. Dengan adanya perubahan iklim itu bermilyar dollar akan diperlukan untuk membangun prasarana pertanian untuk dapat memanfaatkan curah hujan yang lebih banyak itu.

Ketiga, pemanasan global akan menaikkan frekuensi maupun intensitas

badai. Negara yang kini telah banyak mengalami badai, seperti Bangladesh dan

Filipina, akan menderita lebih berat lagi. Satu contoh terbaru adalah Badai Katrina

yang memporakporandakan New Orleans, Amerika Serikat. Dalam penelitian

yang telah dikaji, ternyata suhu di Teluk Mexiko lebih tinggi 2-3° C lebih tinggi

dari biasanya. Suhu tinggi menyediakan sumber energi yang luar biasa sehingga

merupakan kondisi yang sempurna bagi pembentukan badai.2

Keempat, pemanasan global juga akan menaikan suhu permukaan laut. Kenaikan suhu itu akan menyebabkan bertambahnya volume air laut. Pemanasan global juga akan menyebabkan melelehnya air es abadi (gletser) di pegunungan dan daerah kutub. Inipun akan menaikan volume air laut. Dengan naiknya volume air laut permukaan laut akan naik. Dengan laju kenaikan kadar GRK seperti sekarang diperkirakan pada sekitar tahun 2030 suhu akan naik dengan 1,5-4,5°C. kenaikan suhu ini akan menyebabkan naiknya permukaan laut dengan 25-140 cm.

Dampak naiknya permukaan laut ialah tergenangnya daerah pantai yang

rendah, misalnya tambak, sawah di daerah pasang surut dan bagian kota yang

1 Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, ( Jakarta :

Djambatan, 2004), hlm. 15. 2 “Tahukah Anda Mengurangi Emisi”, Harian Kompas, Jakarta 29 Oktober 2005, hlm. 39

Page 21: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

rendah seperti daerah pantai di Jakarta, Surabaya dan Semarang atau negara-

negara yang memiliki daratan lebih rendah dari daerah pantai, seperti Belanda dan

Bangladesh. Masalah peresapan air air laut di sungai dan di bawah tanah juga

akan makin berat. Kenaikan permukaan laut juga akan menyebabkan naiknya laju

erosi pantai. Untuk setiap kenaikan permukaan laut 1 cm garis pantai akan

mundur 1 m sehingga kenaikan permukaan laut 25 sampai 140 cm akan

menyebabkan mundurnya garis pantai sejauh 25 sampai 140 m. Sudah lama Pulau

Tuvalu, Kiribati, dan Kepulauan Marshall di Samudra Pasifik tenggelam di musin

hujan sehingga pindah ke Selandia Baru.3

Banyak ahli meramalkan penenggelaman pulau akan semakin meningkat, terutama di samudra Pasifik dan Samudra India. Indonesia sendiri menjelang pertengahan abad ke-21 diperkirakan menderita penenggelaman 2.000 pulau kecil di musim hujan dan peni9ngkatan frekuensi banjir di kawasan pesisir.

Uraian di atas menunjukan betapa besarnya kerugian sosial-ekonomi yang dapat diakibatkan oleh pemanasan global. Harapan untuk dapat diambilnya tindakan yang tepat nampaknya mulai banyak digalakkan oleh berbagai pihak, baik itu secara individu perorangan, organisasi, maupun oleh negara-negara. Dengan harapan kelangsungan hidup umat manusia yang lebih lama, kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dapat ditumbahkan dan ditanamkan oleh seluruh masyarakat. Misalnya pada bulan Juni 1992, di Rio de Janeiro, Brazil, telah diadakan Konperensi PBB tentang lingkungan hidup. Konperensi ini yang bernama Konperensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nations Conference on Environment and Development) terkenal juga dengan nama KTT Bumi karena yang hadir adalah para kepala negara dan pemerintahan yang membicarakan adalah tentang masalah keselamatan bumi. KTT Bumi yang dihadiri oleh lebih dari 100 kepala negara dan kepala pemerintahan yang menghasilkan

(1) Deklarasi Rio,

(2) Konvensi tentang Perubahan Iklim,

(3) Konvensi tentang Keanekaan Hayati,

3 “Membangun Tanpa Gas Rumah Kaca”, Harian Kompas, Jakarta 21 Maret 2005,

hlm. 10

Page 22: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

(4) Prinsip tentang Hutan.4

Mengadopsi dari KTT Bumi di Rio de Janeiro tersebut maka dibuatlah

sebuah Protokol kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim

yang dilakukan di kota Kyoto, Jepang pada Desembar 1997. Nama resmi

persetujuan ini adalah Kyoto Protocol to the United Nations Framework

Convention on Climate Change (Protokol Kyoto mengenai Konvensi Rangka

Kerja PBB tentang Perubahan Iklim). Dibuka untuk penanda tanganan pada 16

Maret 1998 dan ditutup pada 15 Maret 1999. Persetujuan ini mulai berlaku pada

16 Februari 2005 setelah ratifikasi resmi yang dilakukan oleh Rusia pada 18

November 2004. menurut syarat-syarat persetujuan protocol, ia mulai berlaku

pada hari ke-90 setelah tanggal saat di mana tidak kurang 55 Pihak Konvensi telah

memberikan alat ratifikasi mereka, penerimaan, persetujuan atau pemasukan. Dari

syarat tersebut, bagian “55 pihak” dicapai pada 23 Mei 2002 ketika Islandia

meratifikasi dan ratifikasi oleh Rusia pada 18 November 2004 memenuhi syarat

“55 persen” dan menyebabkan persetujuan itu mulai berlaku 16 Februari 2005.

Hingga Februari 2005, 141 negara telah meratifikasi protocol tersebut termasuk

Indonesia, Kanada, Jepang, Selandia Baru dan 24 negara anggota Uni Eropa. Ada

enam negara yang telah menandatangani namun belum meratifikasi protocol

Kyoto. Antara lain Australia, Monako, Amerika Serikat. Sisanya adalah : Kroasia,

Kazakhstan, dan Zambia.5

4 Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, ( Jakarta : Djambatan

, 2004), hlm. 19 5 “Kyoto Detail”, dalam http://www.climnet.org/EUenergy/ratification/calendar.html. ,

diakses 23 November 2005

Page 23: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk

mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya,.

Protokol Kyoto diprediksikan akan mengurangi emisi gas rumah kaca di negara-

negara industri sebesar 5.2% dibandingkan keadaan pada tahun 1990. Tetapi

dibandingkan dengan tanpa adanya Protokol Kyoto, target ini berarti pengurangan

emisi sebesar 29%. Ketentuan utama Protokol Kyoto yaitu mewajibkan negara-

negara maju untuk mengurangi total emisi rata-rata mereka sebesar 5,2% di

bawah tingkat emisi mereka pada tahun 1990 dalam periode tahun 2008 – 2012.6

Protokol Kyoto juga bertujuan untuk membantu negara-negara

berkembang dalam proyek-proyek yang berhubungan untuk memperbaiki keadaan

iklim bumi atau bekerja sama dalam perdagangan emisi jika mereka menjaga

jumlah atau menambah emisi gas-gas tersebut, yang telah dikaitkan dengan

pemanasan global. Setiap negara-negara industri yang setuju dengan Protokol

Kyoto dapat melakukan jual beli emisi untuk menjual atau membeli batas emisi

sesuai Protokol Kyoto. Misalnya, Rusia yang saat ini memiliki emisi gas rumah

kaca di bawah kuota, dapat saja menjual ‘emisi’ kepada Kanada yang emisinya di

atas kuota Protokol Kyoto. Negara-negara juga dapat menerima bantuan dalam

bentuk carbondioxide sinx. Carbondioxide sink adalah kebalikan dari sumber

karbon. Carbondioxide sink berfungsi untuk menjerat karbon dari atmosfer bumi.

Contoh-contoh carbondioxide sink adalah:

6 “The Kyoto Protokol ; Status Of Agreement”, dalam

http://www.cnn.com/SPECIALS/1997/global.warming/stories/treaty.html., diakses 23 November 2005

Page 24: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

• Hutan. Pohon-pohon menyerap karbondioksida dan mengeluarkan

oksigen.

• Lautan. Lautan dapat menyimpan karbondioksida, sedangkan plankton-

plankton akan mengkonversi karbondioksida menjadi oksigen.

• Pemampatan geologis, yaitu penyimpanan limbah karbondioksida pada

lapisan bumi.

Amerika Serikat yang merupakan negara yang paling banyak

mengeluarkan emisi gas rumah kaca sepertinya tidak punya niatan untuk

memperbaiki kondisi bumi. Sikap Amerika Serikat juga mempengaruhi negara-

negara lain seperti Kanada dan Australia dalam menyikapi Protokol

Kyoto.Penolakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto yang dituangkan

dalam surat tertanggal 12 Maret 2001. Presiden George W Bush mengatakan

bahwa Protokol Kyoto akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi AS. Amerika

Serikat beralasan bahwa Protokol Kyoto terlalu mahal untuk diikuti. Mematuhi

protocol berarti AS harus mengganti bahan bakar pabrik dan desain mesin-

mesinnya. Hal ini pada gilirannya akan membuat industri Amerika merosot daya

saingnya. Bush mengatakan bahwa protokol Kyoto akan menghancurkan ekonomi

Amerika Serikat dalam sebuah wawancara televisi di London Inggris. Menurut

Bush, menyangkut soal isu pemanasan global, AS akan berbicara kepada

pemimpin lainnya mengenai teknologi baru sebagai jalan keluar untuk mengatasi

masalah pemanasan global.

Page 25: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Amerika juga berpendapat bahwa motif protokol adalah politik dan

ekonomi, dan diterapkan secara tidak fair, karena penerapan pembatasan tidak

dilakukan terhadap Negara-negara yang pesat perkembangan industrinya. Dalam

hal ini RRC dan India, yang jumlah penduduknya sepertiga penduduk dunia.

Lebih dari itu, AS juga menilai bahwa pemahaman tentang pemanasan

global tidak didasarkan pada sains yang akurat. Namun untuk yang terakhir ini,

sikap AS terlihat aneh, lebih-lebih apabila mengingat bahwa AS adalah Negara

yang amat maju perkembangan sainsnya. Menengok ke belakang, riset mengenai

pemanasan global juga bukan mulai dilakukan setahun atau satu decade terakhir,

tetapi sudah lebih dari seabad silam. Adalah seorang ilmuan asal Perancis yang

muncul pada abad ke 19 pertama kali meneliti mengenai pemanasan global yang

kemudian diperkuat oleh ilmuan lain, seperti Svante Arrhenius dari Swedi dan tak

kurang oleh ilmuan Amerika sendiri, yakni Charles David Keeling. Bahkan

dalam sebuah laporan yang dikeluarkan oleh The Intergovernmental Panel on

Climate Chage yang dikeluarkan tahun 1990 menegaskan berdasarkan

pengamatan selama 50 tahun terakhir, pemanasan global yang berdampak pada

perubahan iklim adalah akibat aktivitas manusia.7

Syarat sebuah protokol kini telah terpenuhi sehingga protocol bisa

diberlakukan. Secara umum harus dikatakan bahwa protocol merupakan satu

monument kesepakatan global yang ditujukan dalam upaya mengamankan masa

depan Bumi. Tetapi jelas ia belum sempurna, karena Amerika Serikat – dengan

7Nasru Alam Aziz, “Mekanisme Pembangunan Bersih, Berdagang Karbon Untuk Anak

Cucu”, Harian Kompas, Jakarta 29 Oktober 2005, hlm. 39

Page 26: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

statistic yang telah dikemukakan diatas – belum ikut dalam protocol. Pemanasan

global adalah masalah semua umat manusia sehingga diperlukan upaya

penanggulangan secara global, oleh seluruh warga dunia.

Kasus pemanasan global ini menarik dikaji dalam hal melihat

keselamatan Bumi dan Umat manusia. Dalam hal ini penulis tertarik dalam

mengkaji dan menganalisa masalah tersebut, dengan menitik beratkan pada

penolakan Amerika Serikat untuk bergabung (meratifikasi) dalam Protokol Kyoto

Maka penulis mengambil judul “PENOLAKAN AMERIKA SERIKAT

TERHADAP PROTOKOL KYOTO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USAHA INTERNASIONAL UNTUK MEMINIMALISIR PEMANASAN

GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DUNIA”

B. Identifikasi Masalah

Masalah lingkungan adalah sebuah masalah yang kompleks, maka diperlukan sebuah usaha bersama secara terpadu untuk menanggulanginya. Perubahan iklim menuntut satu tanggapan global bersama. Protokol Kyoto adalah satu langkah kecil guna memperlambat pemanasan global.

Posisi Amerika Serikat sebagai negara adikuasa dan merupakan negara

maju yang memiliki kelebihan diberbagai bidang. Namun disamping itu

Amerika Serikat merupakan negara penghasil emisi gas pemanas bumi

terbesar di dunia. Usaha untuk memperbaiki lingkungan akan belum

terasa sempurna tanpa bantuan Amerika yang memiliki banyak kelebihan

dalam berbagai macam bidang untuk membantu mengurangi berbagai

dampak buruk dari pemanasan global yang merupakan sebuah ancaman

yang begitu besar bagi keselamatan bumi. Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengajukan beberapa indentifikasi masalah sebagai berikut :

Page 27: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

1. Apa Alasan-alasan Amerika Serikat tidak meratifikasi Protokol

Kyoto ?

2. Bagaimana usaha dunia internasional dalam meminimalisir

pemanasan global ?

3. Bagaimana dampak penolakan Amerika Serikat untuk bergabung

dalam Protokol Kyoto terhadap usaha dunia internasional untuk

meminimalisir pemanasan global ?

1. Pembatasan Masalah

Dalam hal ini penulis membahas khususnya masalah penolakan Amerika

Serikat bergabung dalam Protokol Kyoto dan implikasinya terhadap usaha

memperlambat pemanasan global. Penulis juga membatasi penelitian pada tahun

1997-2005. Tahun dimana Prosoes pembentukan Protokol Kyoto dilakukan.

2. Perumusan Masalah

Dari uraian yang telah dikemukakan dalam identifikasi masalah dan

pembatasan masalah tersebut di atas, maka penulis mengajukan perumusan

masalah sebagai berikut : “Faktor-faktor apa yang mendorong pemerintah

Amerika Serikat untuk tidak bergabung dalam usaha memperlambat

pamanasan global yang tertuang dalam Protokol Kyoto dan implikasinya

terhadap usaha dunia internasional dalam meminimalisir pemanasan

global”.

Page 28: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian mengenai penolakan Amerika Serikat bergabung

dalam Protokol Kyoto serta implikasinya terhadap usaha-usaha untuk

memperlambat pemanasan global ini adalah :

a) Untuk mengetahui latar belakang penolakan Amerika serikat bergabung dalam

Protokol Kyoto.

b) Untuk mengetahui bagaimana usaha-usaha dunia internasional dalam

meminimalisir pemanasan global.

c) Untuk mengetahui bagaimana dampak penolakan Amerika Serikat terhadap

Protokol Kyoto untuk meminimalisir pemanasan global.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

a) dengan penelitian ini diharapkan akan memperoleh dan menambah

pengetahuan teoritis maupun praktis khususnya yang berkaitan dengan scope

Ekonomi Politik Internasional dan Organisasi Internasional serta Hukum

Internasional yang merupakan salah satu scope Ilmu Hubungan Internasional.

b) dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan teori-teori hubungan internasional, dan dapat memberikan

Page 29: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

wawasan bagi peneliti maupun para akademis ilmu Hubungan Internasional

lainnya yang menaruh minat khususnya pada politik internasional yaitu,

penolakan Amerika Serikat bergabung dalam Protokol Kyoto dan

implikasinya terhadap usaha memperlambat pemanasan global.

c) untuk memenuhi syarat dalam menempuh ujian sarjana Strata Satu (S1)

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik jurusan Hubungan Internasional Universitas

Pasundan Bandung.

D. Kerangka Teoritis dan Hipotesis

1. Kerangka Teoritis

Kerangka pemikiran ini mempunyai tujuan untuk menentukan arah serta

mempermudah dalam menyelesaikan konsep-konsep yang diharapkan dapat

mendukung keakuratan data yang akan diteliti. Untuk mengkaji masalah tersebut,

penulis menggunakan pendekatan institusi (pendekatan kelembagaan).

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam kerangka pemikiran

ini, maka penulis mengutip beberapa pendapat atau teori dari para ahli yang

tentunya berkaitan dengan objek yang diteliti. Hal ini dilakukan untuk

memberikan dasar pemikiran yang mendukung suatu penelitian sehingga diakui

kebenarannya.

Studi hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional,

yaitu perilaku para aktor, negara maupun non-negara, di dalam arena transaksi

internasional. Perilaku itu bias berwujud perang, konflik, kerjasama, pembentukan

aliansi, interaksi dalam organisasi internasional, dan sebagainya.

Page 30: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Adapun pengertian Hubungan Internasional adalah :

sesuai untuk mencakup segala macam hubungan antara bangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia dan kekuatan tekanan-tekanan, proses-proses yang menentukan cara hidup, cara bertidak dan cara berfikir manusia8

Pengertian lain mengenai hubungan internasional, adalah

hubungan yang terjadi dengan melampaui batas ketatanegaraan. Hubungan internasional tidak saja menyangkut politik internasional, melainkan mencakup juga bentuk-bentuk hubungan yang non politis antara berbagai subjek yang tidak memegang monopoli kekuasaan seperti yang terjadi dengan Negara.9

Persoalan pertama yang ditimbulkan oleh istilah hubungan internasional

terletak pada kenyataan, bahwa istilah itu sering disamakan dengan istilah politik

internasional. Penyamaan itu sebagian dapat dibenarkan, tetapi untuk sebagian

lain tidak dapat dibiarkan. Pada akhirnya inti hubungan internasional ialah politik

internasional.

Adapun pengertian politik internasional adalah

politik internasional mencakup kepentingan dan tindakan beberapa atau semua negara serta proses interaksi antar negara maupun antara negara dan organisasi internasional pada tingkat pemerintah.10

Politik internasional sebenarnya studi tentang kebijakan politik luar negeri

dimana kebijakan ini didefinisikan sebagai keputusan-keputusan yang

merumuskan tujuan, menentukan prosedur atau tidakan-tindakan tertentu.11

Adapun pengertian lain mengenai politik internasional adalah

merupakan situasi yang berlangsung apabila suatu negara melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi situasi politik negara lain, atau yang mengakibatkan

8 Suwardi Wiriaatmadja, Pengantar Hubungan Internasional, (Surabaya : Pustaka Tinta

Mas, 1983), hlm. 3 9 Budiona Kusumohamidjojo, Hubungan Internasional Kerangka Studi Analitis,

(Bandung : Bina Cipta, 1987), hlm. 11 10 Ibid. 11 K.J Holsti, Politik Internasional Suatu kerangka analitis, diterj. Oleh Wawan Djuanda,

(Bandung : Bina Cipta, 1987), hlm. 28

Page 31: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

terjadinya dampak politik. Perhatian utama dalam politik internasional adalah masalah distribusi kekuasaan internasional, perlombaan kekuatan antar negara-negara dan pola-pola konflik dan kerjasama antar negara-negara non blok dan blok lain (alignment); hubungan antar bangsa yang didorong oleh perdagangan, ekonomi dan saling ketergantungan; usaha-usaha terhadap pengawasan persenjataan dan pelucutan senjata; dan lembaga-lembaga yang memberikan kesempatan perdamaian dan kerjasama internasional.12

Politik internasional, sebagaimana halnya dengan semua politik, ialah

perjuanagn untuk mencapai kekuasaan. Apapun yang menjadi tujuan utama

politik internasional, kekuasaanlah yang menjadi tujuan terdekatnya.13 Negarawan

dan bangsa pada akhirnya mungkin secara pokok mencari kebebasan,

kesejahteraan, kemakmuran, atau kekuasaan itu sendiri.

Politik internasional tidak dapat dikurangi menjadi peraturan hukum dan

lembaga hukum. Politik internasional beroperasi dalam rangka kerja peraturan-

peraturan demikian dan melalui peralatan lembaga-lembaga tersebut. Dalam

politik internasional khususnya, kekuatan bersenjata sebagai suatu ancaman atau

suatu kekuatan, merupakan pembuat factor material terpenting bagi kekuatan

politik bangsa. Apabila hal ini terjadi suatu keadaan yang sesungguhnya dalam

masa perang, ini berarti penggantian militer dengan kekuasaan politik.

Adapun pengertian dari kekuasaan politik adalah

hubungan psikologis antara mereka yang menjalankannya dengan mereka atas siapa dijalankan. Ia memberikan kepada yang disebut pertama penguasaan atas tindakan tertentu dari yang disebut belakangan melalui pengaruh yang digunakan oleh yang disebut pertama kepada pikiran yang disebut belakangan. Pengaruh itu mungkin digunakan melalui perintah, ancaman, bujukan, atau kombinasi dari ketiganya.14

Politik internasional dan politik dalam negeri hanyalah merupakan dua

manifestasi yang berbeda dari suatu kejadian yang sama, perjuangan untuk

12 BN Marbun, Kamus Politik, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan Bangsa, 2003), hlm. 446 13 Hans J.Morgenthau, Politik Antarbangsa Perjuangan Untuk Kekuasaan dan

Perdamaian, diterj. Oleh MANNA, (Bandung : Binacipta, 1990), hlm. 15 14 Ibid., hlm. 16

Page 32: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

mencapai kekuasaan. Manifestasinya berbeda dalam dua lingkungan yang berbeda

disebabkan perbedaan moral, politik, dan keadaan social umum yang berlaku

dalam tiap lingkungan.15

Dalam hubungan satu sama lain, negara-negara biasanya melakukan

diplomasi, baik itu dalam bidang ekonomi, militer, dan politik. Adapun pengertian

diplomasi adalah Praktek pelaksanaan hubungan antarnegara melalui perwakilan

resmi. Diplomasi dapat mencakup seluruh proses hubungan luar negeri,

pembentukan kebijaksanaan luar negeri, serta pelaksanaannya.16

Berdasarkan judul penelitian, maka penulis menekankan pada penolakan

Amerika untuk meratifikasi, bergabung dalam protocol Kyoto sebagai usaha

untuk memperlambat pemanasan global dan perubahan iklim dunia. Untuk lebih

memahaminya, maka penulis memberikan gambaran mengenai perjanjian, hukum

internasional dan komponen-komponen di dalamnya.

Adapun pengertian dari Protokol Kyoto adalah

Protokol Kyoto adalah sebuah perjanjian yang membahas mengenai usaha-usaha untuk mengatasi atau pencegahan dari pemanasan global yang memiliki kekuatan hukum. Atau sebuah instrument hukum (legal instrument) yang dirancang untuk mengimplementasikan KOnvensi Perubahan Iklim yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi Gas Rumahkaca (GRK) agar tidak mengganggu system iklim bumi17

Protokol Kyoto dibuat atas usaha bersama untuk mengurangi efek dari

pemanasan global yang sangat mengancam kehidupan umat manusia. Adapun

pengertian dari pemanasan global adalah

15 Ibid., hlm. 26 16 Jack C.Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional, diterj. Oleh Wawan

Juanda, (Putra A Bardin 1999), hlm. 201 17 Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto Implikasinya bagi Negara Berkembang, (Jakarta :

penerbit buku Kompas, 2003), hlm. 8

Page 33: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Pemanasan global adalah peristiwa naiknya intensitas efek rumah kaca (ERK). ERK terjadi karena adanya gas dalam atmoser yang menyerap sinar panas, yaitu sinar inframerah, yang dipancarkan pleh bumi. Gas itu disebut gas rumah kaca (GRK). Dengan penyerapan itu sinar panas terperangkap sehingga naiklah suhu permukaan bumi.

Istilah efek rumah kaca (greenhouse effect) berasal dari pengalaman petani di daerah iklim sedang. Dalam musim rontok, musim dingin dan musim semi pada waktu suhu masih dingin, petani menanam sayuran dan bibit tanaman dalam rumah kaca. Pada siang hari pada waktu hari cerah suhu dalam rumah kaca itu lebih tinggi daripada di luar bangunan rumah kaca. Kenaikan suhu dalam rumah kaca itu disebut efek rumah kaca. Kenaikan itu disebabkan oleh terperangkapnya panas dalam rumah kaca. Keterangan di atas menunjukan efek rumah kaca tidaklah berkaitan dengan dibangunnya banyak gedung yang berdinding kaca.

Seandainya tidak ada GRK dan arena itu tidak ada ERK, suhu permukaan bumi rata-rata akan hanya -180C saja, terlalu dingin bagi kehidupan mahluk hidup. Dengan adanya ERK suhu bumi adalah rata-rata 150C, seperti yang kita kenal. Jadi ERK sanagt berguna bagi kehidupan di bumi. Tetapi pada akhir-akhir ini tercatat naiknya kadar GRK dalam atmosfer, yaitu CO2 dan beberapa gas lain. Dengan naiknya kadar GRK dikhawatirkan intensitas ERK pun akan meningkat sehingga suhu permukaan bumi akan naik pula. Inilah yang disebut pemanasan global, seperti disebut diatas.18

Pemanasan global tidak terjadi secara seketika, tetapi berangsur-

angsur. Namun demikian, dampaknya sudah mulai kita rasakan disini dan

sekarang. Ketika revolusi industri baru dimulai sekitar tahun 1850,

konsentrasi salah satu GRK penting yaitu CO2 diatmosfer baru 290 ppmv

(part per million by volume), saat ini (150 tahun kemudian) telah mencapai

sekitar 350 ppmv. Jika pola konsumsi, gaya hidup[, dan pertumbuhan

penduduk tidak berubah, 100 tahun yang akan datang konsentrasi CO2

diperkirakan akan meningkat menjadi 580 ppmv atau dua kali lipat dari

zaman pra industri. Akibatnya, dalam kurun waktu 100 tahun yang akan

datang suhu rata-rata bumi akan meningkat hingga 4,5°C dengan dampak

terhadap berbagai sector kehidupan manusia yang luar biasa besarnya.

Menurunnya produksi pangan, terganggunya fluktuasi dan distribusi

18 Otto Soemarwoto, Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan, ( Jakarta :

Djambatan, 2004), hlm. 15.

Page 34: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

ketersediaan air, penyebaran hama dan penyakit tanaman, dan manusia

adalah diantara dampak social ekonomi yang dapat ditimbulkan.19

Hukum internasional dapat dirumuskan sebagai kumpulan hukum (body of

law) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya ditaati

dalam hubungan antara negara-negara satu sama lain, yang juga meliputi :

a. Peraturan-peraturan hukum mengenai pelaksanaan fungsi lembaga-lembaga dan organisasi-organisasi itu masing-masing serta hubungannya dengan negara-negara dan individu-individu.

b. Peraturan-peraturan hukum tersebut mengenai individu-individu dan kesatuan-kesatuan bukan negara, sepanjang hak-hak atau kewajiban-kewajiban individu dan kesatuan itu merupakan masalah persekutuan internasional.20

Adapun pengertian lain dari hukum internasional adalah

hukum internasional publik, yang harus dibedakan dari hukum perdata internasional. Hukum internasional public adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.21

Perjanjian internasional dapat didefinisikan dalam dua buah pengertian ;

a. Treaty Contract maksudnya adalah perjanjian-perjanjian yang seperti suatu kontrak atau perjanjian dalam hukum perdata hanya mengakibatkan hak-hak dan kewajiban antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu. Atau dengan kata lain perjanjian yang berlaku bersifat khusus yaitu mengikat negara-negara yang menandatangani perjanjian tersebut.

b. Law Making Treaties atau Traite-Lois maksudnya adalah perjanjian yang ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah hukum bagi masyarakat internasional sebagai keseluruhan. Atau dengan kata lain perjanjian yang berlaku mengikat semua negara walau negara tersebut tidak turut serta menandatanganinya.22

Dari uraian diatas dapat kita dapat menyimpulkan Protokol Kyoto

termasuk ke dalam Treaty Contract.

Adapun pengertian dari protocol adalah Merupakan suatu persetujuan yang sifatnya kurang resmi dibandingkan treaty atau konvensi dan pada umumnya tidak dibuat oleh kepala Negara. Istilah ini melipati : sebagai tambahan pada konvensi, sebagai alat tambahan

19 Ibid., hlm 2 20 Teuku May Rudy, Hukum Internasional 1, (Bandung : Refika Aditama, 2002), hlm. 1 21 Ibid., hlm. 1 22 Ibid., hlm. 12

Page 35: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

bagi konvensi, traktat yang sama sekali berdiri sendiri, sebagai catatan mengenai pemufakatan

Dalam membuat perjanjian internasional dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu :

a. Perundingan (negotiation)

b. Penandatanganan (signature)

c. Pengesahan (ratification)

Apabila suatu Negara berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu

tidak dapat menyetujui sepenuhnya isi dari perjanjian yang bersangkutan. Dalam

hal demikian Negara itu tentu saja bias memutuskan untuk sama sekali tidak turut

serta dalam perjanjian itu. Untuk mengatasi kesukaran yang dihadapi oleh Negara

tersebut maka Negara yang bersangkutan dapat turut serta dalam perjanjian itu

dengan mengajukan suatu atau beberapa persyaratan (reservation). Ini berarti

bahwa Negara itu menerimaisi perjanjian itu dengan syarat-syarat yang diajukan

atau bahwa beberapa bagian dari perjanjian tidak berlaku baginya. Persyaratan

demikian bias diajukan pada waktu perjanjian ditandatangani, pada waktu

melakukan ratifikasi atau pada waktu menyatakan turut serta pada perjanjian

(accession). Mengenai persyaratan ini terhadap perjanjian multilateral, praktek

yang berlaku hingga beberapa tahun lalu adalah bahwa suatu persyaratan hanya

berlaku apabila peserta-peserta lain dalam perjanjian itu menerima persyaratan

yang diajukan. Dengan kata lain suatu Negara yang mengajukan persyaratan

terhadap suatu perjanjian tidak dapat menjadi peserta perjanjian itu apabila satu

Negara saja menjadi peserta perjanjian tersebut menolak persyaratan yang

diajukan.

Page 36: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Adapun tahapan-tahapan membuat perjanjian atau traktat internasional

antara lain :

1. Penunjukan para negosiator, kuasa penuh dan surat-surat kepercayaan

Sekali suatu Negara memutuskan untuk memulai negoisasi-negoisasi

dengan Negara-negara lain untuk pembuatan traktat tertentu, maka

langkah pertama yang dilakukan adalah mengangkat wakil-wakil untuk

melakukan negoisasi-negoisasi. Jelas penting bahwa setiap wakil itu harus

diakreditasi sebagaimana mestinya ke Negara lain dan harus dilengkapi

dengan kuasa yang diperlukan yang bukan saja statusnya sebagai utusan

resmi, melainkan juga kewewenangannya untuk menghadiri dan ikut serta

dalam negoisasi-negoisasi, juga untuk menutup dan menandatangani Final

Act traktat, meskipun secara tegas kewewenangan untuk mendatangani

tidak diperlukan untuk tahap negoisasi-negoisasi.

2. Negoisasi dan Adopsi

Negoisasi-negoisasi mengenai suatu traktat yang dilakukan baik melalui

pourparlers dalam hal traktat bilateral maupun melalui Konferensi

Diplomatik, prosedur ini lebih lazim jika suatu traktat multilateral akan

diadopsi. Dalam kedua hal tersebut para delegasi tetap memelihara

hubungan dengan pemerintahnya, mereka boleh mengadakan konsultasi

dengan pemerintahnya serta, dipandang perlu, meminta instruksi-instruksi

baru.sebagai praktek yang umum, sebelum membubuhkan tanda tangan

mereka pada Final Act traktat, para delegasi meminta instruksi-instruksi

Page 37: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

baru untuk menandatangani instrument tersebut yakni mengenai apakah

harus ada reservasi atau tidak.

3. Penandatanganan dan Pertukaran Instrumen-instrumen

Apabila rancangan akhir traktat atau perjanjian telah disepakati, maka

instrument tersebut siap untuk dilakukan penandatanganan.

4. Ratifikasi

Secara teori, ratifikasi adalah persetujuan oleh kepala Negara atau kepala

pemerintahan dari Negara penandatangan yang dibubuhkan pada

perjanjian itu wakil-wakil yang berkuasa penuh yang telah diangkat

sebagaimana mestinya. Namun dalam praktek modern ratifikasi lebih

penting daripada konfirmasi saja, yang dianggap merupakan pernyataan

resmi oleh suatu Negara tentang persetujuannya untuk terikat oleh traktat.

5. Aksesi dan Adhesi

Dalam prakteknya, apabila suatu Negara tidak menandatangani suatu

perjanjian, maka Negara tersebut hanya dapat melakukan aksesi (accede)

atau adhesi (adhere) pada perjanjian itu. Aksesi meliputi kesertaan sebagai

peserta keseluruhan perjanjian dengan penerimaan penuh dan utuh atas

semua ketentuannya kecuali reservasi-reservasi terhadap suatu klausa,

sedangkan adhesi dapat berupa penerimaan hanya sebagian dari perjanjian.

6. mulai berlakunya perjanjian

mulai berlakunya perjanjian bergantung atas ketentuan-ketentuan

perjanjian itu atas apa yang disepakati Negara-negara peserta perjanjian (

konvensi Wina Pasal 24 ayat 1 ). Banyak perjanjian-perjanjian yang

Page 38: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

berlaku sejak tanggal penandatanganannya, tetapi apabila diperlukan

ratifikasi, penerimaan atau persetujuan, maka kaidah umum hukum

internasional adalah bahwa perjanjian yang bersangkutan mulai berlaku

hanya setelah pertukaran dan penyimpanan ratifikasi, penerimaan atau

persetujuan oleh semua Negara penandatanganan.

7. Pendaftaran dan Publikasi

Charter Perserikatan Bangsa-bangsa dalam pasal 102 menentukan bahwa,

semua traktat dan perjanjian internasional yang dibentuk oleh anggota

PBB harus mungkin “sesegera mungkin” didaftarkan kepada Sekretariat

Organisasi dan dipublikasikan oleh secretariat.

8. Pemberlakuan dan Pelaksanaan

Ada ketentuan pemberlakuan perjanjian sebelum mulai dilaksanakan

apabila perjanjian itu sendiri mengatur demikian dan disetujui oleh

pesertanya. Dalam prakteknya diperlukan kesiapan tugas tindak lanjut

untuk menjamin bahwa pesrta benar-benar memberlakukan instrument

yang mengikat mereka tersebut.23

Ketika pemerintah berbagai Negara mengadopsi Konvensi Kerangka

Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nations

Fremework Convention on Climate Change, UNFCCC) di Rio de Janeiro, Brazil,

pada tahun !992, mereka menyadari bahwa konvensi tersebut dapat merupakan

suatu landasan peluncuran yang lebih kuat untuk tindakan di masa depan. Melalui

konvensi juga dapat dilakukan proses peninjauan, diskusi, dan pertukaran

23 Ibid., hlm. 20

Page 39: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

informasi untuk mengadopsi komitmen tambahan untuk memberikan tanggapan

terhadap perubahan dalam ilmiah dan kemauan politik.24

Tinjauan pertama dilakukan terhadap komitmen Negara-negara maju

sebagaimana diisyaratkan dalam siding pertama Konferensi Para Pihak

(First Session of the Conference of Parties, CoP1) yang diadakan di Berlin

Jerman, tahun 1995. para pihak memutuskan bahwa komitmen Negara-

negara maju yang bertujuan untuk mengembalikan emisi ke tingkat tahun

1990 menjelang tahun 2000, sangat tidak memadai untuk mencapai tujuan

jangka panjang konvensi untuk menghindari pengaruh manusia yang

membahayakan system iklim Bumi. Oleh karena itu, para menteri dan

para pejabat tinggi lainnya menanggapinya dengan menekankan

dimulainya suatu proses yang memungkinkan pengambilan tindakan pada

periode setelah tahun 2000, termasuk penguatan komitmen negara-negara

maju.

Penolakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto yang dianggapnya

cacat cukup merepotkan banyak pihak.. Sekiranya protocol dilaksanakan,

AS sebagai pembuang utama gas rumah kaca di dunia, harus menutup

sejumlah pabriknya yang menjadi sumber polusi.AS kelihatanya tidak rela

meski taruhannya besar bagi lingkungan. Tindakan ini telah membuat

efektivitas Protokol Kyoto tertunda dari perkiraan banyak orang,

penolakan ini menghambat upaya bersama mengurangi bahaya

pemanasan global. Padahal , bumi sedang berada di pinggiran krisis

ekologi yang besar. Lingkungan terus dihancurkan antara lain oleh proses

pembangunan yang merusak.

Berdasarkan konsep dan teori diatas, sekaligus sebagai kerangka konseptual bagi

penelitian ini, peneliti merumuskan serangkaian asumsi, yaitu :

1) Amerika Serikat beralasan bahwa Protokol Kyoto bersikap tidak adil,

pasalnya, kewajiban mengurangi emisi karbon dioksida tidak mencakup

24 Daniel Murdiyarso, Op.Cit, hlm. 3

Page 40: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Negara-negara yang tengah berkembang pesat industrinya, seperti Cina atau

India. Amerika Serikat juga beranggapan bahwa Protokol Kyoto akan

merugikan perekonomian Amerika karena harus menutup sejumlah pabrik

yang menjadi sumber polusi.

2) Protokol Kyoto dibuat sebagai usaha bersama dunia internasional untuk

mengurangi efek dari pemanasan global yang sangat membahayakan ekologi

lingkungan dunia dan mangancam keselamatan umat manusia. Dunia

internasional disyaratkan untuk menekan emisi gas rumah kaca hingga kurang

dari 2,5 persen.

3) Tanpa Amerika Serikat sebagai penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di

dunia, usaha internasional untuk meminimalisir pemanasan global yang

tertuang dalam Protokol Kyoto akan mengalami hambatan

2. Hipotesis Berdasarkan keseluruhan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di

atas, maka penulis menarik kesimpulan sementara, yaitu : “Jika Amerika Serikat

tetap bersikukuh untuk tidak meratifikasi Protokol Kyoto maka upaya

internasional untuk meminimalisir pemanasan global dan perubahan iklim

dunia akan mengalami hambatan”

3. Operasionalisasi Variabel Dan Indikator

Kemudian untuk membantu didalam menganalisa masalah penelitian

lebih lanjut, maka penulis membuat pengoperasian variabel, agar dapat melakukan

verifikasi atau pembuktian terhadap hipotesis, dengan tolak ukur menggunakan

tolak ukur berdasarkan konsep teoritik, konsep empirik dan konsep analisis

melalui tabel operasionalisasi variabel dibawah ini :

Page 41: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Tabel I

Operasional Variabel dan Indikator

Variabel (Konsep Teoritik)

Indikator (Konsep Empirik)

Verifikasi (Konsep Analisis)

Variabel bebas : “Jika Amerika Serikat

tetap bersikukuh tidak

meratifikasi Protokol

Kyoto

1) Adanya penolakan

Amerika Serikat untuk

meratifikasi Protokol

Kyoto

2) Adanya kebijakan

Amerika Serikat untuk

tetap menolak

meratifikasi Protokol

Kyoto

1) Mengenai data dan fakta

penolakan Amerika

Serikat untuk meratifikasi

Protokol Kyoto

2) Mengenai data dan fakta

Amerika Serikat untuk

tetap menolak

meratifikasi Protokol

Kyoto

Variabel terikat :

Maka Usaha

internasional untuk

meminimalisir

3) Adanya komitmen

untuk mengurangi

emisi atau pengeluaran

3) Data dan fakta komitmen

internasional untuk

mengurangi emisi

Page 42: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

perubahan iklim akan

terhambat

karbon dioksida

4) Ekologi lingkungan

hidup akan semakin

terancam

5) Efektifitas Protokol

Kyoto Dipertanyakan

4) Data dan fakta ekologi

lingkungan hidup yang

semakin terancam

5) Data dan Fakta

efektifitas Protokol

Kyoto

Gambar 1

Alur pemikiran Penolakan Ratifikasi AS dalam Protokol Kyoto

Page 43: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

E. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian

Amerika Seikat

Usaha Untuk Meminimalisir

Pemanasan Global

Konflik Antara Kebijakan Di

Bidang Ekonomi dan

Usaha Mengurangi Pemanasan

Global

Protokol Kyoto

Penolakan Meratifikasi

Protokol Kyoto

Ketentuan Negara Maju

Wajib Mengurangi

Emisi

Proses

Ratifikasi

Ancaman Terhadap Keadaan Ekologi Lingkungan Dunia

- naeknya suhu permukaan bumi - mencairnya es di kutub - naiknya permukaan air laut - penenggelaman pulau - badai

Page 44: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Metode penelitian berfungsi sebagai data dalam penyusunan penelitian ini.

Untuk penelitian ini, penulis menggunakan dua bentuk metode penelitian, yaitu :

Metode Deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan

fenomena-fenomena yang sedang berlangsung, yang kemudian hasil penelitian

dianalisis berdasarkan teori-teori yang ada dan selanjutnya dapat disimpulkan oleh

penulis.

Dengan metode penelitian ini, penulis memaparkan tentang penolakan

Amerika Serikat untuk meratifikasi Protokol Kyoto, dan akibat yang ditimbulkan

penolakan tersebut.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang

menunjang dalam menyusun laporan penelitian yang dilakukan melalui dtudi

kepustakaan yang bersumber dari bahan-bahan tulisan, baik dari buku, dokumen-

dokumen, media massa, majalah, jurnal, kliping, dan data-data dari internet.

Dalam memperoleh data juga dilakukan dengan melakukan wawancara dengan

orang atau pihak yang berkaitan dengan laporan penelitian.

F. Lokasi Dan Lamanya Penelitian

Page 45: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dalam penyusunan laporan skripsi ini akan penulis lakukan pada

lokasi-lokasi :

a. Kantor PBB ( United Nations Environmental Programme (UNEP) )

Jl. M.H Thamrin No 15, Jakarta Pusat

b. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Jl. Gatot Soebroto No. 10, Jakarta

a. Center For Strategic International Studies (CSIS)

Jl. Tanah Abang III No. 23-27, Jakarta Pusat

b.Departemen Luar Negeri

Jl. Taman Pejambon No. 4, Jakarta Pusat

c. United Nation Information Centre (UNIC)

Jl. M.H Thamrin, Kav ( lt. 14 Surya Building, Jakarta Pusat

d.Pusat Informasi Kompas

Jl. Palmerah Selatan No. 23-24, Jakarta

2. Lamanya Penelitian

Lamanya penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih enam bulan, dari

bulan Februari sampai bulan Juli 2005, lebih jelasnya dapat dilihat dari table

jadwal rencana kegiatan penyusunan skripsi ini.

Page 46: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

TABEL 1 JADWAL RENCANA KEGIATAN PENELITIAN

Januari-Juni 2006

G. Sistematika Penulisan

Dimana dalam sistematika penulisan penulis menggambarkan penyusunan

penulisan ini. Adapun gambarannya, sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan.

Dimana dalam bab ini penulis menjelaskan latar belakang penelitian, identifikasi

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis,

metode penelitian dan teknik pengumpulan data, lokasi dan lamanya penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II Latar Belakang Penolakan Amerika Serikat Terhadap Protokol

Kyoto

Bab ini penulis mencoba untuk menjelaskan faktor-faktor penolakan Amerika

Serikat untuk meratifikasi Protokol Kyoto.

Bulan Minggu 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Persiapan a.Konsultasi judul b.Pengajuan judul

Penyusunan Proposala.Seminar Proposal b.Pengurusan surat izin

3 Pelaksanaan pengumpulan data 4 Analisis data

Penyusunan Laporan Dalam bentuk skripsi

1

2

5

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

NO Kegiatan

Januari Februari Maret April Mei Juni

Page 47: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

BAB III Protokol Kyoto Sebagai Usaha Internasional Untuk meminimalisir

Pemanasan Global

Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai bagaimana latar belakang

diadakannya Protokol Kyoto, apa dan bagaimana isi perjanjian dari Protokol

Kyoto tersebut, tujuan dan maksud dibuatnya Protokol Kyoto.

BAB IV Memahami Usaha Dunia Internasional Untuk Menghambat

Pemanasan Global Melalui Protokol Kyoto dengan Penolakan Amerika

Serikat

Pada bab ini penulis mencoba menganalisa dari hasil pengamatan berdasarkan

pengujian hipotesis, serta menjelaskan keterkaitan atara veriabel-veriabel

penelitian sebelumnya, yang didukung oleh gambaran data dan analisis data.

BAB V Kesimpulan

Pada bagian bab ini penulis membuat suatu kesimpulan dari bab-bab sebelunya,

yang merupakan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan pada

bagian awal, sesuai dengan sistematika penulisan skripsi ini.

Page 48: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

BAB II

PENOLAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP PROTOKOL

KYOTO

A. Pandangan Amerika Serikat Terhadap Lingkungan Hidup

1. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Mengenai Lingkungan Hidup

Pola-pola kebijakan merupakan suatu cara menurunkan dan

menggambarkan tujuan Politik Luar Negeri. Politik Luar Negeri terdiri dari

tujuan-tujuan dimana para pejabat negara berusaha untuk mencapainya di luar

wilayah negaranya dengan nilai-nilai yang mendukung tujuan tersebut dan cara-

cara untuk mencapainya. Tujuan-tujuan Politik Luar Negeri Amerika Serikat

secara relatif konstan bila dibandingkan dengan cara yang digunakan untuk

mewujudkan tujuan-tujuan tersebut.25 Namun tujuan Politik Luar Negeri Amerika

Serikat pada umumnya ini dapat dirubah oleh Presiden yang memiliki

kewenangan akibat tekanan-tekanan dari domestik dan juga sejarah.

Politik Luar Negeri Amerika Serikat setelah periode Perang Dunia II

menandai suatu era politik luar negeri yang mengglobal.26 Secara garis besar

Politik Luar Negeri Presiden George W. Bush pada dasarnya masih mengacu pada

kebijakan umum politik luar negeri pemerintah / administrasi sebelumnya, dimana

faktor dalam negeri banyak menentukan arah politik luar negerinya. Disamping

itu kondisionalitas dalam melangsungkan hubungan bilateral dan perdagangan

internasional semakin menonjol. Dalam kaitan menyongsong abad ke 21, Amerika

Serikat menekankan tekad membangun yaitu pendekatan baru di bidang kebijakan

25 Charles W. Kegley & Eugene R Witkoft. American Foreign Policy : Patern and Process, (5th Ed. New York : Saint Martin Press, 1996), hlm3.

26 Ibid.

Page 49: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

politik luar negeri. Kebijakan ini dikatakan akan melihat kedepan dan

menjawab berbagai tantangan di masa yang akan datang. Dengan kata lain,

kebijakan tersebut tidak melihat kebelakang dan bukan meruakan kebijakanpasca

perang dingin. Untuk itu mulai dicanangkan pembnagunan kerangka hubungan,

kemitraan dan berbagai lembaga yang baru, disamping yang telah ada dalam

rangkat memperkuat keamanan dan kemakmuran masyarakat Amerika Serikat.27

Pemerintah memberikan prioritas utama pada kepentingan nasional, ekonomi,

kepentingan perdagangan dan hak asasi manusia menjadi fokus dalam tingkat

yang berbeda-beda.28

Ancaman militer terhadap kepentingan nasional Amerika Serikat masa

perang dingin telah digantikan oleh datangnya ancaman dari perubahan

lingkungan hidup yang berpengaruh terhadap perekonomian gaya hidup dan

kepentingan Politik Luar Negeri Amerika Serikat.29 Dalam hal ini, isu lingkungan

hidup telah memaksa Pemerintah Amerika Serikat secara serius

mempertimbangkan gagasan mengenai keadilan sebab masalah lingkungan hidup

merupakan jantung bagi politik dan ekonomi Amerika Serikat.

Pemerintah Amerika Serikat saat ini bersedia menerima keadilan dalam

politik lingkungan hidupnya: dimana hal ini erat kaitannya dengan banyak hal

seperti perekonomian Amerika Serikat dan keamanan lingkungan hidup. Hal ini

27 Departemen Luar Negeri, Laporan Operasional Amerika Serikat 2001/2001, hlm 32 28 China Institute of Contemporary Internasional Relation, Contemporer Internasional

Relation, vol 12, 2002, hlm 8 29 Paul G Harris, Environment Security & Internasional Equity : Burden of America and

Other Great Power dalam PACIFICA Review : Peace, Security & Global Change, (vol 11, 1999), hlm 31.

Page 50: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

termasuk tekanan politik dari domestik dan internasional yang telah menyerukan

ide tentang keadilan sebagai nilai dalam lingkungan hidup Amerika Serikat.

Tujuan Politik Luar Negeri Amerika Serikat mengadopsi gagasan

mengenai keadilan adalah untuk pertama, menjaga kesehatan dan kesejahteraan

umat manusia.

Kedua, mempromosikan isu HAM secara nasional. Ketiga, membantu

mengentaskan kemiskinan. Keempat, bertanggung jawab atas ketidakadilan yang

diterima negara-negara berkembang di masa lalu. Serta kelima membantu

mendamai perbaikan kerusakan lingkungan hidup global.30

Pada dasarnya tidak ada perbedaan kebijakan antara Presiden Bush dan

pendahulunya. Hanya saja ada sedikit perubahan kebijakan setelah tragedi 11

September 2001 terjadi. Hal ini dapat dijelaskan dengan dikeluarkannya kebijakan

pengunduran diri Amerika Serikat dari Anti Ballistic Missile (ABM) Treaty tahun

1972 pada tanggal 13 Desember 2001 Amerika menarik diri dari perjanjian ini

dikarenakan Amerika Serikat beranggapan bahwa perjanjian ini dianggap gagal

juga menganggap bahwa perjanjian initidak melindungi kepentingan nasionalnya

terutama keamanan nasionalnya. Demikian hanya dengan lingkungan hidup,

Amerika Serikat yang menarik diri protokol Kyoto yang sudah ditanda tangani

oleh 178 negara pada tahun 1997.31

Saat ini Amerika Serikat memasukan lingkungan hidup dalam politik luar

negerinya dengan alasan bahwa, petama kerusakan lingkungan hidup global telah

mengancam kesehatan bangsa Amerika dan masa depan ekonomi Amerika

30 Ibid., hlm 38 31 China Institute of Contemporary, Op.Cit., hlm 30

Page 51: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Serikat. Pertumbuhan penduduk yang tinggi emakin memperburuk masalah ini

dan mempunyai konsekuensi yang melewati batas-batas nasinal. Lingkungan

hidup dapat dijaga dengan sangat efektif jika bangsa-bangsa yang diterapkan

menjadi perhatian utama politik luar negeri Amerika Serikat.

Kedua, masalah lingkungan hidup merupakan jantung dari politik dan

ekonomi yang menantang Amerika Serikat untuk menghadapi dunia. Amerika

Serikat, tidak melalsakanakan tugasnya sebagai “Peace Makers” dan pencetus

demokreasi jika tidak mampu mengatasi masalah lingkungan hidup gobal.

Ketiga, seperti yang dikatakan Presiden Kennedy “Problem Oriented by

Man can be Solued by Man”. Masalah lingkungan hidup saat ini bukanlah sebagai

akibat dari adanya kekuatan alam, melainkan disebabkan oleh umat manusia.

Masalah ini dapat diatasi jika bangsa amerika dapat bekerja sama dengan

Pemerintah NGO’S dan kelompok bisnis yang memahami komitmen Amerika

Serikat akan dunia yang lebih bersih dan sehat.32

Politi Luar Negeri Amerika Serikat dipengaruhi oleh struktur dan proses

yang tergabung dalam suatu sistem politik internasional. Sehingga apabila ada

perubahan dalam sistem tersebut maka kebijakan yang diambil harus disesuaikan.

Begitu pula halnya dalam lingkungan, Amerika Serikat menyesuaikan diri dengan

sistem yang ada dimana dengan bermunculannya negara-negara saingan membuat

Amerika Serikat mengambil kebijakan yang disesuaikan dengan kepentingan

nasional Amerika Serikat.33

32 “The Kyoto Protokol ; State Agreement”, dalam www. State. Gov

/www/global/oes/earth.html. diakses 6 Maret 2006 33 Charles W Kegley, Op.Cit., hlm 182

Page 52: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat memusatkan perhatiannya pada

5 isu utama lingkungan hidup global saat ini yang hanya dapat diatasi secara

bersama-sama oleh bangsa-bangsa di dunia. Ke 5 isu tersebut adalah masalah

perubahan lingkungan iklim global, limbah kimia beracun dan pertisida,

kelangkaan keanekaragaman hayati, kerusakan hutan serta penurunan kualitas

laut.

Sebagai negara ekonomi terbesar dan penghasil emisi terbesar, Amerika

Serikat mempunyai tanggung jawab khusus untuk bertindak mengatasi masalah

perubahan iklim. Bertindak sendiri tidak akan mengatasi masalah. Lebih dari ¾

emisi global berasal dari luar Amerika Serikat. Sebagian negara berkembang

seperti India dan Cina akan terus meningkat secara ekonomi sehingga ekonomi

merekapun akan meningkat. Hal ini akan memperbesar masalah yang dihadapi.

Amerika Serikat bekerja sama dengan negara-negara utama di eluruh

dunia untuk mengembangkan inisiatif dalam mengatasi masalah perubahan iklim.

Hal ini dilakukan dengan mengusulkan efisiensi energi, menjaga kelestarian hutan

serta mempromosikan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan.

Kemampuan tiap negara dalam mengatasi masalah lingkungan hidup di

wilayahnya masing-masing mempunyai implikasi penting bagi stabilitas politik

dan perekonomian internal negara tersebut, bagi wilayah sekitarnya dan juga bagi

Politik Luar Negeri Amerika Serikat. Saat ini pengimplementasikan Politik Luar

Negeri Amerika Serikat oleh Diplomat Amerika Serikat diseluruh dunia berarti

berusaha bagi kebaikan lingkungan hidup.

Page 53: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Dengan pernyataan penarikan diri Amerika Serikat dari protokol Kyoto,

Presiden Bush dianggap telah mengabaikan ancaman pemanasan global dan

penipisan lapisan ozon. Padahal sebagai negara penghasil polusi terbesar didunia

seharusnya Amerika Serikat membuat kebijakan-kebijakan yang lebih bersahabat

dengan lingkungan. Dengan jumlah penduduk hanya 4% dari seluruh total jumlah

penduduk dunia, Amerika Serikat menjadi penyumbang emisi (emitor terbesar di

dunia yaitu lebih dari 30%.34

Ada beberapa ancaman lingkungan hidup yang tidak dapat dihadapi publik

Amerika Serikat sendiri. Tetapi dunia menghadapi masalah yang sama. Bumi

sedang dalam keadaan kritis karena perubahan iklim global, penipisan lapisan

ozon dan pertumbuhan populasi yang pesat.35 Hal ini berarti Amerika Serikat

memegang peranan penting dalam isu ini. Jika Amerika Serikat tidak mengambil

inisiatif untuk melakukan tindakan bersama dengan negara-negara di dunia maka

hasilnya tidak akan maksimal sedangkan protokol Kyoto mewakili sikap negara-

negara dalam meningkatkan rezim iklim internasional. Setiap bangsa-bangsa

seharusnhya diwajibkan untuk menerima keputusan-keputusan yang dibuat

didalam Protokol Kyoto dalam rangka untuk mesntabilkan gas rumah kaca pada

level yang aman dan juga sebagai awal untuk kemudian negara-negara mengambil

tindakan-tindakan lebih jauh dalam mengurangi emisi rumah kaca.

34 “United State Departement of Energy, Energy Information Administration and The

Carbon Emissions from the Consumption” dalam Http : // worldbank.org / wbi/climate/pdf/UNCCF., diakses 6 Maret 2006.

35 “Governor Bill Clinton & Senatore Al Gore, Putting People First, How We Can All Change” dalam Http : // www. Epa. Gov/ globalwarming/actions/global/us.html., diakses 6 Maret 2006.

Page 54: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

2. Kebijakan Amerika Serikat Atas Lingkungan Hidup

Ditingkat internasional, Amerika Serikat memainkan peranan aktif dalam

mempromosikan konferensi lingkungan hidup di Stockholm pada tahun 1972, dan

juga berperan dalam mendirikan United Nation Environment Program (UNEP).

Pemerintah Amerika Serikat seringkali mendapat banyak kritikan dari

beberapa negara Eropa dan juga kaum pemerhati lingkungan Amerika

dikarenakan terlalu lemah dalam menanggapi permasalahan perubahan iklim

global.

Dalam pandangan Amerika Serikat, potensial perubahan iklim

berpengaruh pada sistem awal, ekonomi dan kualitas lingkungan hidup fakta yang

diungkapkan oleh para ilmuan menyatakan bahwa perubahan iklim mengganggu

kesehatan umat manusia, ekosistem penyediaan makanan dan air di beberapa

wilayah di dunia.36

Amerika Serikat mempunyai sejarah yang mengagumkan dengan

teknologi. Hal ini dipahami sebagai komponen dari kesejahteraan AS. Baru-baru

ini Amerika Serikat menyadari bahwa penerapan teknologi yang salah dapat

menjadi sumber masalah utama, termasuk kerusakan lingkungan hidup. Namun

Amerika Serikat tetap mempertahankan kehidupan mereka. Amerika Serikat akan

selalu menghadapi masalah polusi jika tanpa secara radical mengubah gaya hidup

mereka. Amerika Serikat merupakan bagian dunia dengan pertumbuhan populasi

yang cepat. Dengan standar taraf hidup yang tinggi menunjukkan kebutuhan yang

36 Ibid.

Page 55: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

tinggi pula akan konsumsi energi dan bahan-bahan mentah. Amerika Serikat

menjadi ketergantungan pada bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui.37

Sebagai negara penghasil polusi (Polluter) terbesar di dunia, Amerika

Serikat memiliki kewajiban utama untuk memperbaiki kesalahan masa lalu yang

menyebabkan terjadinya polusi global, sementara pemerintah Amerika Serikat

mulai menyadari bahwa perubahan lingkungan dapat mengancam kepentingan

Amerika Serikat. Namun sudah terlambat bagi Amerika Serikat untuk memajukan

keadilan mengurangi ancaman yang mempengaruhi kepentingan Amerika

Serikat.38

Perubahan iklim merupakan tantangan lingkungan hidup di abad 21 dan

resiko yang ditimbulkannya membutuhkan langkah-langkah pencegahan yang

bijaksana. Menanggapi hal ini merupakan salah satu yang penting bagi Amerika

Serikat karena menyangkut generasi saat ini dan generasi yang akan datang.39

Dalam masyarakat domestik, masalah ada pada para ahli politik yang

masih mempertimbangkan pengurangan emisi CO2 merupakan ancaman bagi

ekonomi Amerika Serikat dalam waktu dekat. Sehingga mereka mengelak

mendukung kebijakan pengurangan emisi pada tingkat Internasional. Perjanjian

antar bangsa seringkali terganggu oleh adanya pemikiran akan daya saing

internasional dan pembayaran ekonomi.

37 Ibid. 38 Donald R Kelly, Kenneth R Stunkel, Richard R Nescott, The Economics Super Power

and the Environment (San Fransisco : WH Freeman & Co, 1976), hlm 266-269. 39 Paul G. Harris, Op.Cit., hlm 30

Page 56: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Pada tingkat internasional situasi ini digambarkan pada posisi Amerika

Serikat bahwa segala tindakan secara unilpteral hanya akan menempatkan

perekonomian Amerika Serikat pada persaingan yang tidak menguntungkan.40

B. Aktor-aktor Pembuat Keputusan Atas Lingkungan Hidup Amerika

Serikat

1. Presiden dan Kongres

Presiden mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses

pembuatan keputusan dalam politik Luar Negeri Amerika Serikat. Selain itu,

Presiden pun mengeluarkan inisiatif mengenai perubahan iklim seperti ide untuk

memotong pajak. Kedua hal tersebut akan terus brlangsung atau berlanjut untuk

mengurangi emii namun tetap bijaksana secara ekonomi.41 Presiden Amerika

Serikat memegang kekuasaan eksekutif tertinggi. Presiden menjalankan peran

kepemimpinan dan pelaksanaan kebijakan domestik dan luar negeri. Dalam

perumusan Politik Luar Negeri, Presiden membagi wewenang dan tanggung

jawab dengan kongres. Dalam Pemerintah Amerika Serikat, peranan kongres

dapat dikatakan sebagai pengimbang kekuasaan Presiden. Akan tetapi, Presiden

sebagai perancang utama Politik Luar Negeri memegang peranan penting dalam

penyusunan kesepakatan dengan negara lain Presiden memerlukan dukungan dari

banyak pihak terutama dari kongres yang mewakili rakyat. Biasanya komposisi

kongres dikuasai anggota partai lawan dari Presiden yang sedang menjabat di

Gedung Putih.

40 Governor Bill Clinton & Senator Al Gore, Op.Cit. 41 David Harum, Internasional Cooperation on Global Warming & The Right of Future

Generation, (Netherland : Kluwer Academic Publiser, 1993) hlm 25-33

Page 57: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

2. Departemen Luar Negeri

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mmepunyai peranan penting

dalam proses pembuatan Politik Luar Negeri Amerika Serikat. Pengaruh dan

tekanan dari kelompok bisnis dan industri seringkali mempengaruhi keputusan

yang dibuat. Sehingga keputusan tersebut umumnya mencerminkan kepentingan

dari kelompok bisnis dan industri di Amerika Serikat.42

Deplu menggabungkan isu lingkungan hidup ke dalam agendanya untuk 3

tujuan. Pertama membantu menciptakan kestabilan karena polusi atau kelangkaan

sumber daya alam mendorong terciptanya ketegangan politik.

Tujuan memasukan isu lingkungan hidup dalam proses perdamaian adalah

untuk mengubah sumber konflik menjadi sumber bagi perdamaian. Kedua, untuk

memungkinkan bangsa-bangsa bekerja sama untuk mengembangkan inisiatif

dalam mengatasi masalah lingkungan hidup. Ketiga untuk lebih memperat

hubungan diantara bangsa-bangsa.

3. Departemen Energi

Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat adalah berusaha untuk menjaga

kepentingan, menjamin daya saing ekonomi dan menciptakan pasar baru bagi

ekspor Amerika Serikat sambil berusaha untuk membatasi kerusakan lingkungan

hidup global dari perkembangan ekonomi internasional. Hal ini dilaksanakan

melaui penerapan kebijakan dan kerjasama multilateral untuk mengatur energi dan

42 Governor Bill Clinton & Senatore Al Gore, Op.Cit.

Page 58: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

lingkungan hidup, sebagaimana kebijakan yang mendukung posisi persaingan

industri Amerika Serikat di Luar Negeri.

Meningkatnya penyatuan ekonomi global dan aspek-aspek global dari isu

lingkungan hidup menambah nilai kerjasama internasional dalam pembuatan dan

penerapan kebijakan. Departemen Energi memimpin sebagian besar aktivitas ini

dengan mempengaruhi kabinet atau rekan setingkat Menteri dinegara maju dan

juga di negara berkembang.43

4. Environmental Protection Agency (EPA)

EPA didirikan pada bulan Juli tahun 1970 dalam rangka menanggapi

meningkatnya permintaan publik atas lingkungan hidup yang bersih. EPA

dipimpin oleh administrasi yang dipilih oleh Presiden. EPA merupakan gabungan

dari seluruh pembuat Undang-Undang Lingkungan Hidup Federal. Badan ini

mengawasi kualitas lingkungan hidup dan berusaha mengontrol polusi yang

disebabkan oleh limbah racun, pestisida, polusi suara dan radiasi.

EPA bertugas menangani berbagai riset (penelitian), pengawasan serta

pelaksanaan fungsi secara cepat dalam membantu menyampaikan setiap informasi

kepada publik mengenai masalah pemanasan belajar memahami manfaat

pengurangan emisi gas rumah kaca.44

C. Faktor-faktor Penolakan Amerika Serikat Terhadap Protokol Kyoto

43 United States Departement of Energy, Op.Cit 44 United States Departemen of Energy, Energy & US Economic Productivity,

Environment Quality & National Security, (The Departemen of Energy Organization Act, Juli, 1995), hlm 65.

Page 59: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Pada saat ini, perekonomian Amerika Serikat masih cukup kuat bila

dibandingkan dengan bangsa lainnya. Kenyataan ini menjamin bahwa Amerika

Serikat masih tetap mempunyai pengaruh atas kekuatan politik dan ekonomi

untuk beberapa dekode mendatang. Dalam hal ini, termasuk melanjutkan

kepemimpinan di bidang teknologi di beberapa wilayah, sektor pertanian yang

efisien serta orientasi ekonomi pasar bebas.45

Sejauh perekonomian Amerika Serikat cukup sehat dan kuat maka

keadaan ini akan tetap dipertahankan. Tetapi kekacauan ekonomi yang terjadi

khususnya di Asia tetap membawa dampak terhadap perekonomian dunia secara

keseluruhan termasuk Amerika Serikat, maka upaya membuat dampak tersebut

sekecil mungkin merupakan hal terbaik yang dapat dilakukan Amerika Serikat.

Dalam hal ini kebijakan yang ditempuh Amerika Serikat sudah jelas yaitu bahwa

bisa suatu negara menunjukkan kesungguhan untuk melakukan reformasi

ekonomi, maka wajib bagi Amerika Serikat untuk memberikan bantuan.

Perekonomian Amerika Serikat yang cukup kuat bila dibandingkan

dengannegara-negara lain didukung dengan tindakan-tindakan oleh pemimpin

negara yang mana khususnya dalam masa kepemimpinan Bus ini memiliki 3

tujuan utama yaitu pertama, mendorong publik memiliki keinginan untuk

menabung dimana dengan menabung akan menciptakan suatu perbaikan ekonomi

dan menciptakan lapangan pekerjaan : kedua, memberikan peluang pada individu

dan kalangan bisnis untuk menginvestasikan modal yang mereka miliki dan

ketiga, memberikan bantuan pada warganya yangmenjadi pengangguran.

45 Ibid

Page 60: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Sejak awal kepemimpinannya, Bush mulai melakukan tindakan-tindakan

yang dapat mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan

pekerjaan. Misalnya, pada tahun 2001, Bush memenuhi janjinya untuk

mengurangi beban pajak warganya. Dengan mengurangi resensi ekonomi

merupakan masalah yang dangkal dalam sejarah modern Amerika, membantu

pengangguran termasuk menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi para

pengangguran.46

Pemerintah Amerika Serikat menyadari bahwa banyak kalangan yang

enggan untuk mengadakan perjanjian perdagangan dengan negara mitra dagang,

yang didasarkan atas kekhawatiran bahwa perjanjian semacam itu akan berakibat

standar yang lebih rendah dibidang lingkungan dan perburuhan, serta dampaknya

yang buruk terhadap lapangan pekerjaan di dalam negeri. Dibidang perdagangan

internasional, pemerintah menekankan pada pentingnya pengembangan ekspor

Amerika Serikat melalui negosiasi perdagangan dengan negara mitra dagang.

Perdagangan merupakan kunci untuk meningkatkan daya saing Amerika

Serikat dimasa depan, Amerika Serikat harus siap terikat dalam ekonomi global

dan tetap terjaga posisinya sebagai pemimpin untuk mendapatkan keuntungan dari

datangnya abad baru yang penuh dengan persaingan.

Kepemimpinan Amerika Serikat dalam hal tanggung jawab dalam

mengatasi tantangan atas perubahan global khususnya berupaya untuk

melanjutkan dampak pertumbuhan lingkungan hidup dunia. Untuk mengatasi

46 Thomas D Lairson & David SkidMore, IPE : The Stugle for Power and Wealth, (Orlando : Harcourt Brace College Publisher, 1997), hlm 38

Page 61: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

masalah ini perlu pengorbanan yang mungkin akan mengganggu daya saing

perdagangan dan kesejahteraan masyarakat Amerika Serikat.

Keadaan ini telah menimbulkan perdebatan dan diskusi panjang dalam

Protokol Kyoto. Dalam menilai kebaikan Protokol Kyoto, Amerika Serikat

berusaha memahaminya sebagai langkah awal dan kerangka kerja bagi tindakan

masa depan untuk menghadapi tantangan yang datang.

1. Faktor Internal

1.1 Pengaruh Kelompok Kepentingan Dalam Kebijakan Lingkungan

Hidup Amerika Serikat

Pembuatan kebijakan lingkungan hidup Amerika Serikat ditandai oleh

adanya persaingan hebat antara lobi lingkungan hidup dengan kelompok bisnis

dan industri. Ketika lobi lingkungan hidup kekurangan power, kebijakan biasanya

mengekspresikan kepentingan kelompok bisnis dan industri.

Kelompok bisnis dan industri Amerika Serikat telah melakukan lobi yang

sangat efektif melawan penggunaan emisi gas rumah kaca.

Kelompok kepentingan menggunakan beragam teknik untuk

mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh birokrasi federal, antara lain melobi

secara langsung atau mempengaruhi birokrasi dengan mempengaruhi kongres atau

anggota kongres.47 Kelompok bisnis dan industri serta kelompok masyarakat

(kelompok konsumen/lingkungan hidup) adalah peserta efektif dalam proses

pembngunan, kelompok bisnis lebih efektif secara umum. Ada kombinasi

47 “ Democracy History” , dalam Http : //www.whitehouse.gov/news/relese/2003.html

diakses 6 Maret 2006

Page 62: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

pengaruh politik di kelompok bisnis dan industri melawan tindakan pemerintah

yang menentang keputusan kelompok tersebut. Sikap pemerintah yang

mendukung Protokol Kyoto ini terwujud mendapat tanggapan negatif dari

kelompok kepentingan khususnya kelompok industri. Seperti contohnya Exxon

Mobile yang menyatakan bahwa dengan meratifikasi Protokol Kyoto akan

menyebabkan banyaknya terjadi pengangguran. Exxon Mobile merupakan salah

stu penyumbang dalam anggaran dana negara. Melihat kepentingannya dalam

mempertahankan industrinya, Exxon Mobile menjadi “Otak” dalam kebijakan

Presiden dalam lingkungan hidup.

Partai Republik yang mencalonkan George W Bush sebagai pemimpin

atau terteinggi dalam pemerintahan pun tak lain banyak mendapat dukungan dana

dari kalangan industri saat berkampanye. Maka dari itu, kelompok industri

memiliki posisi yang menguntungkan dalam pemerintahan karena kelompok ini

dianggap sudah berjasa bagi partai Republik yang sedang berkuasa saat ini.48

Kelompok industri berargumen bahwa penjelasan teori mengenai

pemanasan global dan dampaknya yang diakibatkan oleh gas rumah kaca yang

dihasilkan dari industri belum dapat diterima kebenarannya. Oleh sebab itu

mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai pemanasan global dengan

kelompok lainnya.

Berlawanan dengan kelompok industri, keputusan Bush mendapat

kecaman dari kelompok lingkungan hidup seperti World Wide Fund (WWF) dan

48 Departemen Luar Negeri, Laporan Operasional Amerika Serikat, 200/2001 hlm 97

Page 63: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Green Peace mereka menentang kebijakan Amerika Serikat yang dianggap tidak

bersahabat dengan lingkungan.

Banyak para pelobi adalah para ahli dalam berbagai bidang yang dapat

berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan

kebijakan maupun Undang-undang. Dan aktivitas para pelobi ini menjadi lebih

efektif karena dilengkapi dengansejumlah dana.

2. Faktor Eksternal

2.1 Persaingan Ekonomi antar Negara-negara Maju

Menganalisis hubungan antara kebijakan lingkungan hidup dan daya saing

internasional adalah suatu hal yang sulit. Kebijakan lingkungan hidup dapat

mempunyai dampak positif dan negatif terhadap daya saing. Daya saing sering

kali dipandang sebagai sumber potensial bagi konflik antara lingkungan hidup dan

kebijakan perdagangan.49

Proses negoisasi antara Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang pada KTT

Kyoto berlangsung cukup sukar. Hal ini meyakinkan Amerika Serikat bahwa Uni

eropa dan Jepang adalah pesaing dagang yang tangguh. Perjuangan kedua negara

tersebut dalam pasar global serta keputusan yang diambil pada KTT Kyoto tidak

hanya menyuarakan lingkungan hidup tetapi juga kepentingan hubungan masing-

masing negara satu sama lain.

Salah satu tantangan utama yang akan melanda Amerika Serikat beberapa

dekade mendatang yakni akan adanya persaingan efektif dalam pasar internasional

49 Paul S. Hernson, The Interest Group Connection : Electioneering, Lobbying and policy Making in Washington, (New Jersey, Chatham House Publisher Inc., 1998), hlm 214

Page 64: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

untuk energi dan teknologi lingkungan hidup. Penggunaan dan perubahan bentuk

energi merupakan sumber utama dari polusi udara dan gas rumah kaca. Perubahan

iklim global berpotensi menyebabkan masalah lingkungan hidup yang sering kali

berhubungan dengan produksi dan penggunaan energi.

Sebagaimana lingkungan hidup global, ekonomi internasional dibentuk

oleh suatu hubungan yang sangat kompleks, melewati batas-batas nasional dan

mempengaruhi seluruh area global. Tidak semua negara yang terlibat dalam

ekonomi internasional menerima keuntungan yang sama dari arus perdagangan

internasional dan kegiatan ekonomi lainnya.50

Hubungan ekonomi internasional tidak dapat dipisahkan dari kepentingan

politik suatu negara. Perdagangan menjadi penting ketika suatu negara tidak

memiliki sumber daya alam atau negara bagian ekonomi lainnya atau ketika

negara mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. Setiap

negara saat itu cenderung ntuk berpacu dalam meningkatkan pembangunan

ekonominya karena muncul persaingan antar negara dalam perekonomian global.

Sebagai reaksi dari peristiwa ini adalah tumbuhnya proteksionisme. Misalnya

dengan mengeluarkan produk-produk sejenis di pasar Internasional dengan harga

yang jauh lebih murah. Hal ini ditunjukkan untuk mengeluarkan negara saingan

dari bisnis tersebut.51

50 “Global Economic” dalam Http : //www.heatisonline.org/disinformation.cfm, diakses 6

Maret 2006 51 Enhancing Trade & Environment Linkages in Selected Environmentally Vunerably

Export Oriented Sector of Escap Region, (New York : United Natiom, 1996) hlm 99

Page 65: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Realitas ekonomi memberikan dorongan kuat bagi para pembuat

keputusan untuk memiliki kerjasama ekonomi. Walaupun ada pertumbuhan utnuk

bekerjasama namun perlu dipahami pula akan dampak dari konflik kepentingan.

Dunia ekonomi kapitalis memiliki kekuatan untuk mendorong terciptanya

persaingan bagi negara ataupun juga bagi perusahaan. Kerjasama dan konflik

merupakan 2 situasi yang berbeda dan dunia nyata hampir selalu dipenuhi

percampuran keduanya. Kerjasama bukanlah suatu situasi dimana 2 negara

bertindak dalam hubungan yang harmonis. Kerjasama termasuk proses tawar

menawar antara 2 negara atau lebih yang membatasi tingkah laku masing-masing

negara agar menerima sikap balasan serupa dengan negara lain. Tujuannya adalah

untuk kembali pada situasi dimana negara mengatur tingkah laku mereka untuk

mencapai tujuan utama yang tidak dapat dicapai sendiri.

Kerjasama diantara negara industri, maju penting dan bertambah sulit

dalam 2 dekade terakhir ini. Kemampuan negara untuk mengadakan tawar

menawar dan mengatur tingkah laku serta kebiasaan menjadi ebih penting karena

adanya globalisasi. Hal ini banyak dipengaruhi oleh suatu sistem dominasi

Amerika Serikat. Tawar menawar dan kepentingan merupakan prasyarat untuk

bekerja sama. Kerjasama telah menuntut kebebasan yang tidak seimbang oleh

Jepang dan Uni Eropa.

Page 66: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

BAB III

USAHA INTERNASIONAL UNTUK MEMINIMALISIR PEMANASAN

GLOBAL

Pemanasan Global dalam Hubungan Internasional

Bumi tempat kita tinggal, kini dirasakan kian hari kian panas.

Dibandingkan dengan zaman sebelum revolusi industri terjadi, suhu atmosfer

telah meningkat cukup signitifan meningkatnya suhu udara membawa berbagai

macam perubahan pada kehidupan manusia dan juga pada itu sendiri. Masalah-

masalah yang timbul akibat-akibat semakin panasnya suhu dibumi demi

kelangsungan kehidupan manusia itu sendiri.

A. Kondisi lingkungan Hidup Global

Lingkungan hidup dapat diartikan sebagai berikut: “lingkungan hidup

adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup,

termasuk didalamnya manusia&perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

perikehidupan & kesejahtraan mausia, beserta mahluk hidup lainnya.52

Secara ekologis manusia adalah, bagian dari lingkungkungan, komponen yang ada

disekitar manusia yang sekaligus sebagai sumber mutlak kehidupannya.

Lingkungan hidup inilah yang menyediakan berbagai sumberdaya alam

merupakan segala sesuatu yang terdapat di alam untuk masa yang akan datang.

52 N.H.T. Siahaan, Ekologi Pembangunan dan Tata Lingkungan, (Jakarta : Penerbit

Erlangga, 1991), hlm 230

Page 67: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Kelangsungan hidup manusia tergantung dari keutuhan lingkungannya,

sebaiknya keutuhan lingkungan tergantung dari kearipan manusia dalam

mengelolanya. Oleh karena itu,lingkungan hidup tidak semata-mata dipandang

sebagai penyedia sumber daya alam serta sebagai tempat hidup yang

mensyaratkan adanya keserasian dan keseimbangan antara manusia dan

lingkungan hidup.

Masalah lingkungan hidup muncul karena adanya pemanfaatan sumber

daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang berlebihan, sehingga meningkatkan

berbagai tekanan terhadap lingkungan hidup baik dalam bentuk kelangkaan

sumber daya alam dan pencemaran,maupun kerusakan lingkungan hidup ainnya.

Berbagai masalah lingkungan hidup terutama yang berkaitan dengan pemanasan

global, kepunahan jenis flora dan fauna serta berlubangnya ozon, pencemaran dan

kemiskinan telah menjadi masalah global, karena dampaknya mempengaruhi

seluruh bagian bumi.53

Diakui pua bahwa kemajuan ilmu pengetahuan danteknologi yang pesat

saat ini menjadikan Sumber Daya Alam bukan lagi satu-satunya penentu tingkat

kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Teknologi berfungsi sebagai alat

pengolah Sumber Daya Alam yang akan dimanfaatkan untuk pemenuhan

kebutuhan tersebut.

Selain itu manusia harus berusaha agar lingkungan hidup yang

mengelilinginya tidak menjadi rusak atau tercemar, yang mana hal tersebut dapat

53 Otto Soemarwoto, Indonesia dalam Isu Lingkungan Hidup Global, (Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm 1-2.

Page 68: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

menyulitkan mutu hidup, baik bagi dirinya pada masa itu maupun bagi manusia di

masa yang akan datang.

Bumi merupakan suatu sistem yang terbatas, dimana bumi menerima

energi dari matahari untuk tetap menjaga siklus hidup dan hal ini dapat terganggu

oleh adanya sedikit perubahan baik dari lingkungan internal maupun eksternal.

Maka dari itu, kemudian muncul suatu bukti bahwa aktifitas manusia mempunyai

dampak langsung terhadap nasib bumi ini. Karena sifatnya yang fleksibel, bumi

akan bereaksi dengan kebiasaan manusia dan hasilnya akan dirasakan dimasa

yang akan datang.54

Masalah lingkungan hidup sebenarnya telah memerlukan ozon sejak lama,

seperti masalah perubahan iklim, penipisan ozon, penebangan hutan, limbah

beracun, pencemaran (air, udara, tanah) serta kelangkaan keanekaragaman hayati.

Yang paling membedakan masalah perubahan iklim dengan masalah lingkungan

hidup lainnya adalah dampak yang ditimbulkannya tidak dirasakan pada waktu

yang sekarang ini, tetapi lebih dirasakan pada waktu yang sekarang ini, tetapi

lebih dirasakan dikemudian hari, sehingga dalam hal ini yang paling dirugikan

dan menderita adalah generasi yang akan datang. Pemanasan global dan

perubahan iklim merupakan masalah global yang dapat mempengaruhi seluruh

masyarakat.55 Malah dapat dikatakan bahwa pemanasan global merupakan

masalah yang paling rumit yang dapat mempengaruhi bumi kita ini.

54 Peter F. Smith, Option for A Flexibel planet : The Euidence, The Policies and Possible

Remedies, (Great Britain : University of East London, 1996), hlm 5 55 Andrew Hurrel and Benedict Kingsbury, The Intenasional Politics of Environment :

Actor, Interest and Situation, (Clarendon Press, Oxford, 1992), hlm 256-257

Page 69: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Kebijakan lingkungan harus mempertimbangkan hak-hak generasi

mendatang akan kondisi lingkungan yang lebih sehat. Jadi pembuatan kebijakan

yang sulit harus diambil sebagai dasar pertimbangan antara resiko-resiko masa

depan yang masih suram dan sejumlah konsekuensi ekonomis maupun

konsekuensi lainnya yang mungkin lebih cepat tumbuh. Dari sekian banyak

masalah lingkungan hidup, yang paling rumit dan sensitif secara ekonomis adalah

masalah perubahan iklim.56

Kelangsungan hidup manusia sangat bergantung pada keutuhan

lingkungannya, dan sebaliknya keutuhan lingkungan juga bergantung pada

kearifan manusia dalam mengelolanya. Namun, dengan semakin pesatnya

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masalah lingkungan juga mengalami

peningkatan, salah satunya adalah masalah pemanasan global yang kemudian

akan berpengaruh pada perubahan iklim global.

B. Pemanasan Global sebagai Isu Lingkungan Hidup Global

1. Efek Rumah Kaca

Peningkatan suhu bumi disebabkan oleh timbunan gas rumah kaca di

Atmosfer, gas-gas yang dimaksud adalah karbondioksida, metana, ditroksida,

hidrofluorokarbon sulfurhexaflorida dan ozon. Menurut IPCC ada 2 hal dapat

dipastikan mengenai pemanasan global. Pertama ada efek rumah kaca. Efek

rumah kaca disebabkan oleh radiasi gelombang panjang yang dipantulkan kembali

oleh sisa-sisa gas di atmosfer paling atas, sehingga suhu bumi dipermukaan

56 Ibid., hlm 166

Page 70: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

bertambah panas. Matahari merupakan sumber energi bagi pengendalian iklim.

Dengan adanya radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi, 31 dipantulkan

kembali ke angkasa dan sisanya diserap oleh tanah, biota, laut, es dan atmosfer.

Dalam keadaan alamiah, tenaga matahari yang diserap bumi diimbangi

dengan lepasnya radiasi di bumi dan atmosfer. Radiasi ini berbentuk gelombang

panjang infra merah yang dipisahkan oleh suhu dan sistem atmosfer bumi.

Keseimbangan antara radiasi dan penyerapan dapat berubah karena peristiwa alam

di bumi.57

Kedua gas-gas yang menyebabkan emisi rumah kaca ini meningkat

jumlahnya di atmosfer akibat ulah manusia ; contohnya : karbondioksida (CO2),

berasal dari pemakaian energi transportasi, proses-proses industri dan

pengundulan hutan, metana (CH4), berasal dari pemakain energi untuk produksi

sehari-hari dari bentuk yang digunakan untuk agrikulkur, nitrooksida (N2O),

berasal dari zat penyubur tanah, pembakaran biomasa dan pembakaran bahan

bakar fosil dan klorofluorokarbon (CFC), berasal dari aktifitas industri,

penggunaan lemari pendingin dan Aerosol.

Namun sebenarnya, bila gas-gas polutan tersebut jumlahnya tidak

berlebihan maka suhu bumi akan tetap stabil. Bagaimana tidak, tanpa gas-gas

yang mampu menahan pantulan gelombang panas ini, suhu rata-rata bumi

hanyalah minus 18oC. Suhu sedingin ini tentu saja sangat tidak nyaman bagi

kehidupan manusia dan segenap makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang

biak dimuka bumi ini. Dengan adanya gas-gas penahan panas, bumi akan menjadi

57 Peter F. Smith, Op.Cit, hlm 10-11

Page 71: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

lebih hangat. Kemampuan gas-gas tersebut menahan panas agar tidak keluar ke

angkasa ini kemudian lebih dikenal dengan nama efek rumah kaca.

Karbon dioksida merupakan gas rumah kaca terpenting yang mampu

menimbulkan pemanasan global dan perubahan iklim. Emisi gas ini

menyumbangkan lebih dari setengah keseluruhan panas yang ditimbulkan oleh

gas-gas rumah kaca lainnya (kurang lebih 80%), sehingga menimbulkan asumsi

bahwa karbondioksida merupakan satu-satunya kekuatan utama yang mengancam

bumi melalui pemanasan global.58 Lebih jauh lagi, karbondioksida telah berada di

atmosfer sejak ratusan tahun yang lalu. Inilah saat pertama pemanasan global

terbentuk yang terus berlanjut seiring dengan pertambahan waktu. Bertambahnya

gas rumah kaca secara langsung berhubungan dengan naiknya fluktuasi iklim

yang menimbulkan ketidakpastian pada kondisi alam semesta.59 Dampak yang

ditimbulkan oleh pemanasan global sudah jelas, dari khatulistiwa sampai pada

kutub-kutub.

Penebangan hutan secara global yang menjadi sumber emisi CO2 yang

memberi sumbangan terhadap pemanasan global. Telah diprediksikan bahwa

pemanasan global akan membawa kerusakan besar terhadap ekosistem dan akibat

dari pengrusakan hutan akan menjadi sumber lebih lanjut terhadap emisi CO2,

yang membuat pemanasan global menjadi ebih buruk.

Perubahan iklim sebagai salah satu akibat dari meningkatnya jumlah emisi

gas karbondioksida dapat diartikan sebagai perubahan di daam “Cuaca rata-rata”

yang diaami oleh berbagai kawasan. Cuaca rata-rata yang dimaksud disini

58 International Project for Sustainable Energy Patths/ IPSEP, vol.2 59 Peter F. Smith, Op.Cit, hlm 10-11

Page 72: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

termasuk semua ciri-ciri yang kita hubungkan dengan cuaca dan besarnya

perubahan iklim global yang terjadi dalam waktu yang lama akan membawa

implikasi bagi ekosistem alamiah.

2. Ancaman yang ditimbulkan oleh Pemanasan Global

Berikut dapat dijelaskan sejumlah ancaman kerusakan lingkungan akibat

perubahan iklim global.

1. Perubahan Suhu Global60

Peningkatan suhu akan membawa perubahan pada berbagai aspek dari

cuaca, seperti pola angin, jumlah dan tipe hujan salju, dan juga tipe dan

frekuensi dari badai angin dan angin topan yang lebih hebat dan akan lebih

sering terjadi. Perubahan pola angin diperkirakan akan membawa perubahan

pula pada frekuensi banjir, kekeringan dan kebakaran hutan. Sebaliknya,

penurunan suhu global akan mengakibatkan masyarakat dunia, khususnya

yang berada di belahan bumi utara akan menghadapi “zaman es”. Kenaikan

suhu global yang drastis sebaliknya akan menyebabkan mencarinya es di

kutub-kutub bumi sehigga meningkatkan permukaan air laut. Hal ini

mengancam kota-kota dan daerah-daerah di pesisir. Kenaikan air laut sebesar

15 kali saja sudah cukup menjadi ancaman serius bagi kota-kota utama di

dunia. Bencana alam juga mulai banyak terjadi, seperti banjir besar yang

melanda Korea dan Bangladesh pada tahun 1987, kemudian tahun 1988

60 Mochtar Mas’oed dan Rita Noerafni, Isyu-isyu Global Masa Kini, (Pusat antar

Universitas Sosial, UGM, 1992), hlm 205

Page 73: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Bangladesh mengalami banjir lagi dan banyak korban meninggal akibat angin

puyuh pada awal tahun 1991.

Sedangkan Kepulauan Maladewa mengalami banjir akibat ombak

pasang pada tahun 1987. banjir besar juga melanda Asia Selatan, seperti India,

Bangladesh Nepal dan Cina. Banjir yang melanda pertengahan Jui 2004

kemarin mencatat sebagai banjir terburuk dalam satu dekade ini.61

Perubahan suhu secara global juga mengancam bidang pertanian.

Pemanasan global akan menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan

bagi pertanian di beberapa negara, terutama karena perkembangan populasi

serangga yang meningkat. Produktivitas pangan akan menurun tajam,

khususnya bagi negara-negara agraris, karena aliran sungai yang sedianya

digunakan untuk pengairan mengering. Tanaman-tanaman pun akan

mengalami kelambatan pertumbuhan, bahkan cenderung kerdil.62

2. Meningkatnya Kadar dan Konsentrasi Karbondioksida di

Atmosfer.63

Seperti sudah diuraikan, peningkatan unsur-unsur CO2 menciptakan

apa yang dikenal dengan efek rumah kaca yang menyebabkan sinar matahari

yang masuk ke bumi tidak dapat dipantulkan kembali ke ruang angkasa,

sehingga menyebabkan permukaan bumi semakin panas. Hal yang terkait

dengan masalah ini adalah penggunaan bahan-bahan yang berasal dari fosil

(seperti minyak bumi dan batu bara) sebagai bahan bakar utama dan hutan.

61 “Asia Selatan Terendam”, Pikiran Rakyat, 31 Juli 2004 62 “Ozonku Sayang, Bumiku Malang”, Harian Kompas, Jakarta 12 September 2004 hlm

41 63 Mochtar Mas’oed dan Rita Noerafni, Op.Cit., hlm 188.

Page 74: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Penggunaan bahan bakar gosil adalah penghasil utma CO2. Masalahnya adalah

belum ditemukannya bahan bakar alternatif yang lebih bersih dan efiesien.

Sedangkan keberadaan hutan juga terancam oleh berbagai usaha

industrialisasi.

3. Penipisan Lapisan Ozon (Ozon Pepletion)

Lapisan ozon yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultraviolet, telah

menipis selama tahun-tahun terakhir. Bahkan suatu gambaran hasil penelitian

pada tahun 1985, menunjukkan bahwa terjadi penipuan lapisan ozon secara

drastis diatas kutub selatan, tepatnya di Hally Bay, Antartika.64 Secara umum,

menipisnya lapisan ozon mengakibatkan kanker kulit pada manusia, bahkan

kanker dapat menyerang beberapa hewan65, dan membahayakan ekosistem

perairan. Selain dapat menyebabkan kanker kulit, sinar ultraviolet yang terlalu

banyak masuk ke permukaan akibat menipisnya lapisan ozon juga dapat

menyebabkan kerusakan mata, penurunan kekebalan tubuh dan perusakan sel-

sel hidup pada manusia dan hewan.66

4. Perubahan Iklim Global yang datang dari Pencemaran air.

Pencemaran air, baik dari sungai, danau atau laut, biasanya diakibatkan

oleh limbah buangan. Unsur besi adalah pencemar utama, disusul dengan

pestidida dan minyak. Akibat langsung dari pencemaran air terhadap iklim

64 “American Council for Capital Formation” dalam

http://www.accf.org/publications/testimonies/test-impactkyoto-march25-1999.html 65 Jonathan A.Lesser, Daniel E. Dodds and Richard O. Zerbe Jr., Environmental

Economic and Policy, (Addison-Wesley Education Publiser Inc. 1997), hlm 654 66 Ozon, Payung Dunia yang terkoyak, Pikiran Rakyat, Bandung, 09 Desember 2004 hlm

18

Page 75: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

adalah terjadinya hujan asam. Hujan ini berasal dari sumber-sumber air,

seperti sungai dan danau yang tercemar oleh sulfurdioksida (SO2). Selain SO2

pengaseman juga disebabkan oleh nitrogenoksida (NOX), yang berasal dari

pembakaran bahan bakar fosil dan amonia (NH3) yang berasal dari proses

pertanian. Kandungan yang berlebihan akan meningkatkan keaseman air hujan

dan seringkali korban hujan asam berada sangat jauh dari sumber

pencemarnya. Hujan asam berdampak pula dengan berkurangnya

pertumbuhan beberapa pula dengan berkurangnya pertumbuhan beberapa jenis

tanaman tertentu dan berkurang populasi beberapa jenis spesies sungai atau

danau.

5. Peningkatan Populasi Serangga.

Perubahan iklim akan menciptakan kondisi yang mendukung bagi

pertumbuhan populasi serangga. Hal ini sepertinya akan membawa efek yang

tidak menguntungkan pada bidang pertanian dan kesehatan manusia,

contohnya adalah penyebaran malaria dan penyakit tropis lainnya. Pemanasan

global mengakibatkan arbovirus seperti dengue danm parasit protozoa seperti

malaria sudah menyebar ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak ada.

Dengan adanya pemanasan global, nyamuk yang menjadi vektor, mampu

untuk berkembang biak di daerah yang sebelumnya dianggap terlalu dingin

untuk bisa berkembang biak67

6. Peningkatan Ketinggian Pemrukaan Air Laut

67 Nyamuk Ganas Akibat Pemanasan Global, Pikiran Rakyat, Bandung, 20 September

2004, hlm 19

Page 76: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Permukaan air laut dalam beberapa tahun ini akan naik, suhu bumi

yang semakin panas akan menyebabkan es di kutub utara akan mencair.

Gletser (sungai es) yang mencair karena udara yang semakin panas, akan

meningkatkan udara yang semakin panas, akan meningkatkan ketinggian

permukaan air laut, kemudian sebesar 0,6 meter pada akhir abad selanjutnya.68

Belum lama ini dewan Kutub Utara mengeluarkan peringatan bahwa suhu di

Kutub Utara memanas 2 kali lebih cepat dibanding berbagai kawasan lain di

muka bumi. Hal ini disebabkan karena air dan daratan yang terbuka (tidak lagi

tertutup es) makin cepat menyerap panas.69 Selain itu peningkatan suhu dalam

lau takan menyebabkan penghancuran dan oemutihan batu karang (coral

bleacting) di seluruh dunia.70

7. Ancaman Lainnya

Ancaman-ancaman lain dari pemanasan global diantaranya adalah kebakaran

hutan, terjadinya musibah kelaparan, karena hasil-hasil produksi pangan yang

berkurang dan terjadinya peningkatan urbanisasi. Selain ancaman kerusakan

lingkungan yang disebabkan oleh pemanasan global, bahaya akan perubahan di

sektor sosial dan politik. Kejadian-kejadian klimatik yang ekstrem menyebabkan

biaya sosial yang tinggi. Seperti yang terjadi pada tahun 1982, angin topan saat

merusakan lebih dari setengah produksi pertanian di Tonga dan pada tahun 1988

68 Kutub Utara Meleleh, Ancaman Bagi Semua, Harian Kompas, Jakarta, 22 November

2004, hlm 10 69 Ibid. 70 “Coral Bleching” dalam Http : //archive.greenpeace.org/climate/cbt.html

Page 77: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Topan Gilbert menyebabkan kerugian yang diperkirakan lebih dari US$ 870 juta

di Jamaika.71

Memperlambat pemanasan global dapat mungkin dilakukan mellaui

pengontolan atas emisi block carbon dan bahan-bahan organik. Emisi black

carbon berasal dari penggunan bahan bakar diesel, dan pembakaran rumput dan

kayu. Pengontrolan emisi black carbon dapat memperlambat pemanasan global

lebih cepat dibandingkan pengontrolan tas karbondioksida dan metana.

Mengurangi emisi balck carbon dan bahan-bahan organik juga dapat memperbaiki

kesehatan manusia. Partikel yang terbang diudara seperti black carbon dapat

memperburuk kondisi pernapasan seperti asma dan bronchitis yang akan

membawa pada kematian sebelum waktunya.

Emisi ERK juga dapat dikurangi dengan mengembangkan suatu teknologi

yang dapat menekan emisi penyebab GRK, seperti pembangkit listrik tenaga air

untuk dikonversi menjadi energi listrik. Reboisasi juga dapat membantu

mengurangi emisi GRK asalkan ada komitmen yang jelas dari negara-negara

untuk menggiatkan penanaman pohon yang bertujuan untuk memperlambat

penimbunan GRK.

Masalah dunia global itu merupakan tanggung jawab global. Sudah

saatnya dunia internasional memikul tanggung jawab bersama dalam menghadapi

masalah lingkungan hidup ini. Partisipasi dan kesadaran akan bahaya yang akan

dihadapi jika tidak ada pencegahan dini perlu terus untuk disosialisasikan.

Pembangunan yang ramah lingkungan pun harus terus ditingkatkan. Selain itu,

71 H.Jhamtani, Pemanasan Global, (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, Kophalindo, 1993),

hlm 40.

Page 78: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

dukungan untuk penelitian mengenai pemanasan global ini perlu untuk terus

ditingkatkan guna mendapatkan perhatian dan dukungan dari dunia internasional

adalah pelaksanaan protokol Kyoto. Diharapkan dengan adanya Protokol Kyoto

ini, dunia internasional mulai melihat, mengetahui dan tidak meremehkan masalah

lingkungan hidup, khususnya yang menyangkut masalah pemanasan global.

Pemanasan global yang ditimbulkan karena berebihnya jumlah gas-gas

rumah kaca di atmosfer akan seperti diantaranya adalah perubahan akibat

perubahan suhu global, penipisan lapisan ozon, peningkatan ketinggian

permukaan air laut dan yang lainnya. Masalah pemanasan global ini memerlukan

tanggung jawab global, sudah saatnya dunia internasional memikul tanggung

jawab bersama dalam menghadapi masalah ini.

C. Munculnya Isu Lingkungan Hidup dan Signifikansinya dalam Hubungan

Internasional

1. Konferensi PBB, Stockholm, 1972.

Persoalan lingkungan hidup dan ekologi mengemukakan sebagai agenda

dalam pembicaraan internasional. Pada tahun 1970 an, isu ini mendapat perhatian

dari sejumlah forum internasional, dalam bentuk misalnya, konferensi. Salah

satunya adalah konferensi PBB tentang lingkungan hidup pada tahun 1972 di

Stockholm Swedia. Forum ini terbentuk setelah delegasi Swedia di ECOSOC

(Economic dan Social Council) mengajukan persoalan lingkungan hidup pada

tahun 1968. Sidang Umum PBB kemudian merekomendasikan penyelenggaraan

Page 79: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

konferensi mengenai persoalan ini di Stockholm pada tahun 1972. Konferensi ini

membicarakan isu-isu lingkungan hidup yang terjadi dan selain itu juga

membicarakan bagaimana kebijakan lingkungan di buat, bagaimana program aksi

dirancang, dijalankan dan dikelola, bagaimana dana disesuaikan dan oleh siapa,

jenis organisasi internasional apa yang akan dibentuk menangani persoalan-

persoalan ini dan bagaimana ia di bentuk.72

Konferensi ini menghasilkan keputusan, yaitu pertama, sebuah deklarasi

tentang prinsip-prinsip lingkungan hidup yang dapat dijadikan patokan dalam

menyusun kebijakan lingkungan hidup, baik ditingkat nasional maupun

internasional. Kedua, 20 butir program disepakati bersama sebagai untuk memulai

memecahkan permasalah-permasalahan yang dihadapi bumi kita. Meskipun butir-

butir tersebut lebih banyak bersifat seruan daripada menerapkan suatu tindakan

tertentu, konferensi tersebut berhasil membuat sistem pemantauan global yang

disebut Earthwatch untuk mengawasi dan mengukur tingkat pencemaran

lingkungan hidup global. Ketiga, pembentukan dewan dan sekretariat permanen di

PBB untuk mengkoordinasikan upaya-upaya perbaikan lingkungan hidup

diseluruh dunia yang kemudian dikenal dengan nama UNEP (United Nations

Environment Programme). Keempat, penyediaan dana sebesar US $ 100 juta,

yang akan digunakan untuk menjalankan program-program lingkungan hidup di

seluruh dunia.

Konferensi Stolkholm dihadiri oleh 114 negara, 500 organisasi non

pemerintah dan individu yang mewakili berbagai gerakan masa. Kelompok-

72 Mochtar Mas’oed dan Rita Noerafni, Op.cit., hlm 209.

Page 80: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

kelompok tertentu. Meskipun akor-aktor non negara tidak mempunyai hak suara,

mereka ikut berpengaruh dalam konferensi tersebut. Aktor-aktor non negara dapat

menyampaikan sikap dan pandangan mereka langsung kepada anggota delegasi

resmi dalam sebuah forum lingkungan hidup yang diadakan oleh PBB. Aktor-

aktor non negara juga memiliki peranan penting dalam persiapan konferensi yang

memakan waktu 2 tahun. Panitia persiapan menyusun agenda umum konferensi

dan menyerahkan pengembangannya kepada berbagai organisasi internasional

antar pemerintah, non-pemerintah dan lembaga penelitian swasta, misalnya

International Union for Concervation of Nature and Natural Resources, diberi

kepercayaan besar untuk merancang usulan mengenai isu konservasi.73

Bagaimana konferensi ini dikelola juga mencerminkan peran penting

aktor-aktor non nasional. Berbagai keputusan final diusahakan agar benar-benar

disepakati bersama secara bulat. Sekjen konferensi, Mourise Strong beserta

stafnya tidak mewakili negara manapun, namun ia berperan sebagai perantara

dalam konferensi, mengkompromikan aktor-aktor serta menyiapkan prosedur

untuk memastikan bahwa setiap negara dapat menyepakati usulan agenda

konferensi.74

Meskipun peranan aktor non negara tidak dapat dikatakan kecil, namun

aktor utama tetaplah negara bangsa karena dalam konferensi tersebut hanya aktor

negara saja yang memenuhi hak suara. Dalam konferensi ini terjadi perdebatan

sengit antara negara-negara maju, yang mendominasi adalah negara-negara Barat,

melawan negara-negara berkembang di pihak lain.

73 Ibid., hlm 210-211 74 Ibid., hlm 212

Page 81: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Mengingat pencemaran adalah masalah utama yang dirasakan oleh negara-

negara maju, dan karena merekalah yang mendominasi percaturan tentang

lingkungan, maka isu pencemaran menjadi sinonim dengan masalah lingkungan.

Hal ini terlihat pada konferensi Stockjolm, pusat perhatian adalah pada masalah

pencemaran lingkungan.

Bagi negara berkembang, pencemaran bukanlah masalah mereka,

melainkan masalah negara maju. Negara berkembang mempunyai kekuatiran

kalau isu lingkungan hidup menjadi penghambat bagi mereka untuk melakukan

pembangunan, karena masalah lingkungan ini menjadi prasyarat baru untuk

mendapatkan bantuan negara maju misalnya, Amerika Serikat pada tahun 1969

membuat sebuah peraturan yang mengharuskan dilakukannya analisa mengenai

dampak penting bagi lingkungan hidup. Peraturan itupun diikuti dengan ketentuan

bahwa persyaratan tersebut juga berlaku bagi bantuan luar negeri, karena itu

dikuatirkan akan menyusutkan bantuan pembangunan bagi negara berkembang.75

Pada waktu itu terdapat pandangan umum bahwa kerusakan lingkungan

tidak dapat dihindari dalam proses pembangunan. Isu yang berkembang pada

waktu itu adalah “mana yang harus didahulukan, pembangunan atau

lingkungan?”. Negara dihadapkan pada pilihan membangunm atau melindungi

lingkungan. Keduanya saling berlawanan dan tidak dapat dipertemukan. Bagi

negara berkembang, pilihannya jelas, yaitu untuk mengurangi kemelaratan dan

keterbelakangan. Industri merupakan komponen penting dalam pembangunan.

Kekuatiran akan terdesaknya pembangunan oleh isu lingkungan hidup

75 Otto Soemarwoto, Dari Stockholm ke Rio : Implikasinya Bagi Pembangunan Nasional,

(Jakarta, CSIS, Analisis no 6 tahun XXI, Nov-Des 1992), hlm 500

Page 82: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

menyebabkan timbulnya sikap menentang dari negara-negara sedang berkembang

terhadap konferensi Stockholm.76

Dengan adanya tantangan ini Sekjen Maurice Strong melakukan usaha-

usaha untuk mengatasi masalah tersebut dan mengadakan konferensi persiapan

yang diadakan di Swiss. Dalam konferensi persiapan tersebut disimpulkan bahwa

kerusakan lingkungan yang ada di negara berkembang dikarenakan tidak adanya

atau kurangnya pembangunan, meskipun dimensi itu tidak dinyatakan secara

eksplisit dalam nama konferensi pendapat ini meluluhkan tantangan dari negara-

negara berkembang.

Walaupun diperlkukan, pembnagunan haruslah memenuhi persyaratan

tidak merusakan lingkungan, maka berkembangkah konsep “decode velopment”

(pembangunan berwawasan lingkungan). Menurut konsep ini, pembangunan dan

kerusakan lingkungan tidaklah bertentangan.

Bahkan jika dinegara berkembang tidak ada pembangunan, lingkungan

tidak akan berkembang dan akan mengalami kemerosotan, misalnya yang telah

terjadi di daerah Sahel Afrika, terjadi over gracing (perumputan oleh ternak) dan

pebenangan pohon oleh pendudukan setempat untuk diambil kayunya, sehingga

terjadi penggurunan didaerah tersebut. Hal tersbeut dapat diatasi dengan

pembangunan sistem pertanian dan peternakan yang memperhatikan aspek-aspek

lingkungan.77 Dengan dimasukannya konsep ecodevelopment tersebut, tentangan

dari negara berkembang surut dan mereka bersedia ikut serta dalam konferensi

Stockholm.

76 Ibid. 77 Ibid., hlm 501

Page 83: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Namun setelah konferensi Stokholm diselenggarakan, sangat sedikit hasil-

hasil yang diimplementasikan konsep pembangunan berwawasan lingkungan pun

masih belum ditetapkan danakibatnya kerusakan lingkungan makin bertambah.78

Sementara itu berkembang pula isu mengenai perubahan iklim dan pemanasan

global, serta menurunnya tingkat keanekaragaman hayati. Karena masalah-

masalah tersebut bersifat global dan penyebabnya juga bersifat global,

penanganannya akan efektiof jika dilakukan secara global. Maka PBB

mensponsori kembali sebuah konferensi mengenai lingkungan hidup yang

diselenggarakan di Rio de Janeiro pada bulan Juni Tahun 1952.

2.The Earth Summit, Rio de Janeiro, 1992

Pada bulan Juni tahun 1992, PBB mensponsori sebuah konferensi tingkat

tinggi mengenai lingkungan hidup dan pembangunan (United Nations Conference

on Environment and Development) atau yang lebih dikenal dengan nama The

Earth Summit atau KTT Bumi Tema Sentral dalam KTT ini adalah pembangunan

berkelanjutan (Sustainable Development) dan melalui tema ini negara maju dan

negara berkembang sama-sama merasakan diperhatikan kepentingannya.

Konferensi ini dihadiri oleh 114 Kepala pemerintahan dan beberapa ribu

perwakilan lain, termasuk perwakilan dari PBB, pemerintahan, NGGOs dan

media massa. 79Harapan dilaksanakannya konferensi ini adalah bahwa konferensi

ini tidak hanya menjelaskan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah

kemunduran lingkungan, merehabilitasi, ekosistem yang telah rusak, dan

78 Ibid., hlm 502. 79 Mitchell Beazley, Caring For the Earth : A Strategi for Survival (Reer Internasional

Book Ltd, 1993), hlm 152.

Page 84: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

mempertinggi pembangunan, tetapi juga menjamin komitmen untuk menyediakan

dana untuk kegiatan-kegiatan tambahan dan meletakan dasar bagi terjadinya

reformasi di dalam sistem PBB.80

Isu pembangunan berkelanjutan mencuat setelah diumumkannya laporan

komisi dunia tentang lingkungan hidup dan pembangunan (World Commision on

Environment and Development/WCED) atau yang lebih dikenbal dengan nama

Komisi Bruntland, pada tahun 1987. Kepedulian terhadap lingkungan hidup

disatukan dalam konsep pembangunan dengan menjunjung bendera pembangunan

berkelanjutan. Sebagai sebuah tahap baru pertumbuhan ekonomi, masa depan

bersama untuk kemanusiaan hanya dapat dicapai dengan pembangunan

berkelanjutan.

Yang paling penting dari laporan komisi tersebut adalah dampak

politiknya. Konsep pembangunan berkelanjutan tersebut dengan cepat dapat

diterima oleh banyak pemimpin negara dan menjadi isu utama dalam percaturan

internasional. Di kalangan lembaga swadaya masyarakat dan masyarakt ilmiah,

pembangunan berkelanjutan mendapat perhatian yang besar pula. Tidaklah

mengherankan jika pembangunan berkelanjutan menjadi tema sentral dalam KTT

Bumi.

Dalam konferensi ini, negara maju memiliki kepentingan dalam

mengendalikan berbagai masalah lingkungan yang gawat, misalnya pemanasan

global dan perubahan iklim. Negara maju juga sangat membutuhkan Sumber Daya

Genetik yang terdapat di negara-negara sedang berkembang untuk pembangunan

80 Ibid.

Page 85: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

industri mereka. Negara-negara lingkungan tersebut, misalnya dalam kasus

pemanasan global dan perubahan iklim, akan terjadi peningkatan intensitas dan

frekuensi badai, sehingga rata-rata negara seperti Bangladesh dan Filipina akan

menderita akibat bad ai yang akan sering menimpa mereka. Disamping itu,

pemanasan global dan perubahan iklim juga akan meningkatkan ketinggian air

laut. Negara-negara yang mempunyai daerah-daerah delta yang luas seperti Mesir

dan Bangladesh akan mengalami kerugian yang lebih besar dari kenaikan air laut

tersebut. Bahkan, beberapa negara juga terancam keberadaannya kalau permukaan

air laut terus naik. Negara-negara kecil Maladewa lama-kelamaan akan

tenggelam.81

Uraian diatas menunjukkan adanya saling ketergantungan antar negara

maju dan negara berkembang. Kesaling ketergantungan itu membuat KTT Rio

berbeda dengan KTT Stockholm. Di KTT Rio, negara berkembang mnempunyai

posisi tawar menawar, karena baik negara maju maupun negara berkembang

sama-sama merasa terancam oleh masalah lingkungan hidup. Terasa pula adanya

suasana urgensy untuk dapat berhasilnya KTT Bumi. Hal tersebut membuat kedua

kelompok negara tersbeut berkompromi.

Dalam konferensi ini dihasilkan 5 perjanjian utama yang beberapa tahun

lalu sangat sulit untuk dinegoisasikan. Dua diantara perjanjian tersebut adalah

perjanjian kerangka kerja. Dalam dua perjanjian ini, diatur prinsip-prinsip yang

lebih jelas apa saja tindakan yang harus dilakukan berdasarkan kerangka kerja,

protokol-protokol pengorientasian tindakan-tindakan tersebut akan segera

81 Ibid., hlm 505

Page 86: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

dicocokan. Climate Change Conventaion/konvensi perubahan iklim ditanda

tangani oleh 154 negara, dimana konvensi ini ditujukan terutama untuk

memperlambat dan akhirnya penghentian global warming/pemasanasan global.

Kemudian, Biodiversity Convention yang ditandatangani oleh 153 negara yang

ditujukan untuk melindungi ekosistem dan species yang ada di bumi. Ke dua

konvensi ini perlu untuk diratifikasi oleh setidaknya 30 negara agar konvensi ini

dapat menghasilkan suatu perubahan yang nyata. Kemudian ke-3 perjanjian lain

yang berhasil dicapai dalam KTT Bumi ini adalah Deklarasi Rio, Agenda 21 dan

pernyataan prinsip-prinsip kehutanan/The Statement of Forest Principles.

Walaupun ke 3 perjanjian ini tidak mengikat, namun merupakan komitmen moral

yang mana pemerintah akan sulit untuk tidak memperhatikannya.82

Deklarasi Rio sebagai salah satu hasil dari KTT Bumi, menyerukan

pentingnya pembangunan berkelanjutan sebagai dasar kemitraan global yang

baru; sementara konvensi perubahan iklim dan keanekaragaman hayat, kemudian

prinsip tentang hutan dan Agenda 21, merupakan program-program yang disetujui

untuk dilaksanakan demi tercapainya pembangunan berkelanjutan.

Sementara itu, ruang lingkup agenda 21 sangat luas karena mencakup

berbagai aspek, baik fisik maupun non-fisik. Agenda 21 merupakan rekomendasi

bagi langkah-langkah untuk menghadapi masalah lingkungan, termasuk

perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, pencemaran air dan udara,

penggundulan daratan, pengrusakan hutan, terkikisnya tanah, limbah beracun dan

lenyapnya cadangan ikan dan sumber laut lainnya. Agenda tersebut juga

82 Andrew Hurrel and Banedict Kingsbury, Op.Cit., hlm 204.

Page 87: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

membahas tentang pola-pola mendasar dari pembangunan yang menyebabkan

tertekannya lingkungan, antara lain kemiskinan dan hutang luar negeri dari negara

berkembang, pola produksi dan konsumsi yang tidak berkelanjutan, tekanan

penduduk dan perekonomian internasional.83 Untuk menjamin diwujudkannya

Agenda 21 ke dalam tindakan, konferensi ini merekomendasikan pembangunan

satu komisi tingkat tinggi mengenai pembangunan berkelanjutan yang akan

berfungsi sebagai salah satu badan tambahan di Dewan Ekonomi dan Sosial

(ECOSOC).84

Komisi mengenai pembangunan berkelanjutan akan memantau kemajuan

dalam pelaksanaan Agenda 21. Komisi akan menerima laporan dan

pemberitahuan dari pemerintah mengenai kegiatan mereka dalam menggalakkan

pembangunan berkelanjutan dan juga dari organisasi-organisasi antar pemerintah,

seperti Bank Dunia dan lembaga-lembaga Swadaya masyarakat yang relevan,

termasuk dari para ilmuan dan sektor swasta.

3.Tindak Lanjut KTT Bumi, 1992

Perjanjian yang terjadi dalam The United Nation Framework Convention

on Climate Change (UNFCC) merupakan agenda dari The United Nation

Conference on Economic Developmentdi Rio de Janeiro pada belum Juni 1992.

Amerika Serikat merupakan negara peraktifikasi pertama perjanjian tersebut

bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada titik

tertentu, sehingga dapat mencegah pengaruh tidak baik yang mungkin

83 Michell Beazley, Op.Cit., hlm 152-153 84 Kantor Penerangan PBB, Pengetahuan Mendasar dari PBB, (Jakarta, UNIC, 1993),

hlm 143.

Page 88: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

ditimbulkan akibat aktifitas manusia terhadap sistem iklim global. Kerangka kerja

konvensi menjadi dasar bagi kerjasama internasional untuk mewajibkan negara

industri maju menurunkan emisinya pada level 1990 pada tahun 2000.

Sejak kerangka kerja konvensi memasuki pembicaraan internasional, para

ilmuan terus menerus melaksanakan peringatan akan efek negatif perubahan iklim

global terhadap kehidupan manusia. Dikatakan bahwa akan terjadi perubahan

lingkungan hidup dan hal ini pun akan berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi.

Melalui Intergoverment Panel on Climate Change (IPCC) yang menghadirkan

lebih dari 200 ilmuan, diperkirakan bahwa rata-rata suhu global akan meningkat.

Untuk menindaklanjuti KTT Bumi 1992, maka diadakan pertemuan persiapan

KTT Bumi + 5 yang berlangsung pada tanggal 6-17 Februari 1995 di New York.

Dalam pertemuan ini terjadi perdebatan sengit antara negara industri maju

(annex I) dengan negara-negara berkembang (non-Annex I)

Negara industri maju umumnya berpendapat bahwa target Rio, yang

menginginkan pengurangan semisi Co2 sebesar 5% pertahun, tidaklah cukup

mencegah jumlah signifikasi CO2 di atmosfer untuk menghambat pemanasan

global. Negara-negara penghasil minyak yang tergabung di dalam OPEC, seperti

Rusia dan Cina berpendapat bahwa target Rio terlalu muluk, sedangkan Amerika

Serikat berjanji akan menekan negara peserta yang masih enggan berkomitmen

untuk mengurangi emisinya sebelum tahun 2000.

4. KTT Kyoto, Jepang 1997

KTT Kyoto yang diselenggarakan pada tanggal 1 – 10 Desember 1997,

Merupakan pertemuan yang diadakan khsusu untuk membahas pemanasan global

Page 89: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

dan dampaknya secara global. Sebelum KTT Kyoto (COP 3) ini berlangsung,

sudah diadakan pertemuan-pertemuan sebelumnya, yaitu COP 1 di Berlin,

Jerman, tahun 1995, dan COP 2 di Jenewa Swiss, tahun 1996. COP 3

menghasilkan Protokol Kyoto sebagai kesepakatan bersama antara negara-negara

untuk memperlambat terjadinya kenaikan suhu bumi dengan mengurangi emisi

CO2 sebesar 5,2 %. Ketiga Konferensi ini akan dibahas lebih mendalam di sub

bab selanjutnya.

D. Konferensi Menjelang Terbentuknya Protokol Kyoto

1. Conference on Parties I, Berlin 1995

COP I negara peratifikasi UNFCCC dibuka secara resmi oleh sekretaris

eksekutif konvensi, Michael Zammit Gutajen do Berlin Jerman. Konferensi yang

berlangsung 28 Maret sampai 7 April 1995 ini akan membahas komitmen negara

maju dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, khususnya CO2, COP I bertujuan

untuk mendiskusikan kemajuan yang didapat dari kerangka kerja konvensi tentang

perubahaniklim (The United Framework Convention on Climate

Change/UNFCCC) yang ditanda tangani dalam KTT Bumi di Rio de Janeiro pada

tahun 1992. COP I dihadiri oleh 170 delegasi yang berasal dari delegasi negara-

negara, organisasi non pemerintah dan organisasi antar pemerintah.85 Ketika para

anggota konvensi mengadakan konferensi yang pertama diBerlin ini. COP

membentuk sebuah kelompok Ad Hoc (Adhoc Group on Berlin mandate. A

GBM) yang ditugasi menyiapkan sebuah protokol tentang penurunan emisi gas

85 World News, UNEP Industry and Environment, April-September 1995, hlm 109-110

Page 90: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

rumah kaca. Namun selama beberapa hari, konferensi berlangsung, COP I masih

belum mengadopsi masalah utama yaitu dihasilkannya protokol pengurangan

emisi CO2 oleh negara-negara industri maju.

Seperti negoisasi-negoisasi internasional lainnya, kesepakatan akhir yang

akan dicapai dalam COP I menyimpan beberapa pandangan yang berbeda COP I

diselenggarakan terutama untuk membahas komitmen negara-negara maju dalam

mengurangi gas rumah kaca. Tetapi negara-negara maju tidak ingin memberikan

komitmennya dalam bentuk protokol yang mengikat pada pertemuan ini.

Walaupun tidak menghasilkan protokol pengurangan emisi CO2, COP I

menghasilkan mandat Berlin mellaui konsensus. Mandat Berlin merupakan suatu

proses untuk memungkinkan negara-negara peserta mengambil langkah tepat

dalam periode setelah tahun 2000. Termasuk juga menekankan komitmen negara

annex I untuk menurunkan emisinya. Beberapa hal penting dari COP I Berlin

antara lain adalah dihasilkannya fase percobaan bagi Joint Implementation,

dimana suatu negara menanamkan modal dalam suatu proyek penurunan emisi

gas rumah kaca (efisiensi energi) di negara lain jika proyek ini berhasil

mengurangi emisi gas rumah kaca maka negara pemilik modal tidak berhak

mendapatkan penghargaan selama fase percobaan masih berhubungan dengan

joint implementasi adalah dihasilkannya alih teknologi bagi negara berkembang

mengurangi emisi gas rumah kacanya seiring dengan pertumbuhan ekonomi

negara berkambang.

Konvensi menuntut negara maju untuk mengambil langkah-langkah

seperti mempromosikan, memajukan dan membantu proses langkah-langkah

Page 91: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

teknologi beserta perdanaannya kepada negara berkembang. Selain itu, pada COP

1 ini ditentukan sekretariat tetap konvensi. Tujuannya adalah untuk memudahkan

pelaksanaan alih teknologi yang efektif dan menyuarakan kepentingan lingkungan

hidup sekaligus tidak menghambat proses perekonomian negara maju. Sesuai

dengan kesepakatan negara peserta konferensi maka kota Bonn, Jerman

ditetapkan sebagai sekretariat tetap konvensi.

Seperti negoisasi internasional lainnya, perjanjian akhir yang dicapai

dalam konferensi di Berlin ini menyimpan beberapa pandangan yang berbeda.

Beberapa negara maju ingin pertemuan berjalan lebih jauh dan menyetujui target

mengikat pengurangan emisi gas rumah kaca dengan cepat.

Jalannya konferensi banyak pemanasan global karena industri banyak

menggunakan bahan-bahan yang menghasilkan energi dan aktivitasnya juga

menghasilkan emisi gas rumah kaca. Implementasinya konvensi perubahan iklim

mempunyai implikasi penting bagi sektor industri.

COP 1 ditandai oleh banyaknya perhatian dari kelompok industri yang

mendukung konvensi dan ingin melihat kemajuan atas usaha joint implementation

yang dipandang mampu menurunhkan emisi mereka. Hal ini mengekspresikan

perhatian kelompok industri terhadap seputar dampak yang ditimbulkan

perubahan iklim terhadap kelanjutan industri di masa depan. Dengan kaca serta

dampak potensial pada iklim dunia menuntut solusi internasional yang egektif.

Mandat Berlin merupakan langkah awal dari proses negoisasi selama 2

tahun untuk menghasilkan suatu protokol yang lebih spesifik, secara legal

mengikat target dan waktu untuk pengurangan emisi gas rumah kaca dalam

Page 92: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

kerangka waktu yang spesifik pula. Setelah konferensi di Berlin maka untuk

penyempurnaan langkah berikutnya setelah disusun dengan COP II yang

berlangsung di Jenewa, Swiss.

2. Conference of Parties II, Jenewa, 1996

COP II diadakan di Jenewa pada tanggal 08-19 Juli 1996. Turut ambil

dalam petemuan tersebut wakil dari pemerintah, organiasi antar pemerintah dan

juga organisasi non pemerintah.86 COP II merupakan suatu kesempatan bagi

negara-negara untuk membuat keputusan mengenai aktivitas perlindungan

masalah perubahan iklim di masa yang akan datang pada tingkat nasional dan

internasional. Ada beberapa faktor yang menentuukan keberhasilan COP II yang

harus dilakukan oleh negara-negara Annex I dalam mengurangi emisi yaitu

pertama, COP II pada akhirnya khusus mengadopsi seluruh prosedur peraturan-

peraturan. Kedua, harus segera diambil keputusan yang penting mengenao

dampak kebijakan dari IPCC Second Assesment Report. Ketiga, COP II harus

memutuskan bahwa negara-negara annex I yang diproyeksikan pada tahun 2000

mengurangi emisinya di bawah level tahun 1990 harus segera melakukan

tindakan-tindakan penting pada level nasional.87

3. Conference of Parties III, Kyoto, 1997

86 “The Kyoto Protokol ; State Agreement”, dalam www. State. Gov

/www/global/oes/earth.html. diakses 6 Maret 2006

87 Ibid.

Page 93: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

COP III kembali diadakan pada tanggal 01-10 Desember 1997 dan dihadiri

oleh perwakilan 170 negara. Yang menjadi topik bahasan dalam konferesi ini

masih mengenai pemanasan global dan upaya-upaya untuk mengatasinya.

Tujuan dari COP III adalah memenuhi amanat mandate Berlin. Konferensi

ini merupakan ajang pertemuan yang menegoisasikan protokol penurunan emisi

sehingga pertemuan baru dinilai berhasil bila mampu menghasilkan suatu

protokol. COP III menghasilkan sebuah protokl yaitu protokol Kyoto sebagai

kerangka kerja internasional untuk menentukan target peurunan emisi gas rumah

kaca. Protokol Kyoto bersifat mengikat negara-negara mengenai pengurangan

emisi CO2 sebesar 5,2 %. Protokol ini mencakup diantaranya mengenai masalah

penetapan mekanisme joint implementation diantara negara industri dan negara

berkembang yang menginginkan pembangunan berkelanjutan serta mendukung

dan utama protokol Kyoto.88

Pertemuan di Kyoto mempunyai arti penting bagi AS karena menyangkut

kepentingan utama AS. Berdasarkan ilmu pengetahuan dan konsensus

internasional, AS datang ke Kyoto dengan 2 tujuan. Pertama untuk memenuhi

target dan kerangka waktu pengurangan emisi gas rumah kaca diantara negara-

negara industri dengan menerapkan mekanisme pasar. Kedua AS menuntut

partisipasi negara berkembang dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.89

Sebelum UNFCC di Kyoto dimulai, kebanyakan negara peserta akan

mengumumkan posisi apa yang mereka inginkan untuk dibawa ke negoisasi.

Dalam hal ini AS mengumumkan proposalnya yag dinyatakan dalam pidato

88 Ibid. 89 Ibid

Page 94: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Presiden Clinton pada tanggal 22 Oktober 1997 di National Geographic Society di

Washington.

AS menyatakan akan mengurai emisi karbondioksida pada level 1990

untuk tahun 2008-2012 dan pengurangan selanjutnya akan menyusul 5 tahun

kedepan. Pemerintah AS merencanakan $5 juta untuk Research and Development

(R&D), pajak, standar efisiensi energi, insiatif energi pemerintah federal, serta

sistem perdagangan emisi secara nasional & internasional.

Isu yang dibahas dalam COP III ini tidak hanya soal pengurangan emisi,

karena ada masalah-masalah lain yang di bicarakan dalam referensi ini seperti

masalah administrasi prosedural, keuangan, alih teknologi, dll.

Page 95: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

BAB IV

MEMAHAMI USAHA INTERNASIONAL UNTUK MENGHAMBAT

PEMANASAN GLOBAL MELALUI PROTOKOL KYOTO DENGAN

PENOLAKAN AMERIKA SERIKAT

A. Implementasi penolakan Amerika Serikat dalam Protokol Kyoto

1. Statement resmi terhadap Protokol Kyoto.

Suatu penanganan bersama telah terbentuk pada tahun 1997 di Kyoto,

Jepang, dimana sebelumnya telah diadakan pertemuan-pertemuan antar aktor

untuk membicarakan lebih lanjut masalah pemanasan global.

Seperti yang diadakan di NewYork yang lebih dikenal dengan KTT Bumi

+5 pada bulan Juni 1997 dan Conference on Parties I di Bonn, Berlin, Jerman

pada bulan November 1995. Pertemuan-pertemuan yang dihadiri oleh wakil-wakil

negara-negara berkembang ini tidak menunjukkan adanya kemajuan. Pertemuan-

pertemuan yang diadakan tidak menghasilkan kesepakatan bersama yang dapat

dijadikan sebagai aturan yang mengikat negara-negara anggotanya. Negara-negara

besar seperti Amerika Serikat masih mengutamakan kepentingan nasionalnya

sehingga Amerika Serikat masih bersikap untuk menolak seruan negara-negara

Eropa dan negara berkembang untuk mengurangi emisi karbondioksidanya.

Pada awalnya, Amerika Serikat dalam KTT Bumi di markas PBB, New

York, yang diwakili oleh Presiden Bill Clinton menolak untuk mengikuti

kesepkatan dengan negara-negara lain untuk mengurangi kadar emisi

karbondioksida bumi. Clinton hanya dapat berjanji bahwa ia akan berusaha untuk

Page 96: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

meyakinkan masyarakat negaranya bahwa pemanasan global yang berakibat pada

perubahan iklim sudahlah nyata dan tidak dapat diselesaikan hanya dengan teori-

teori alam yang ada.

Amerika Serikat sebagai negara adidaya merupakan negara industri yang

mengeluarkan emisi karbondioksida terbesar dibandingkan dengan negara-negara

lainnya di dunia. Dengan jumlah populasi penduduk hanya 4% dari populasi

dunia, Amerika Serikat menyumbangkan emisi lebih dari 30% dari emisi total

yang diproduksi negara-negara didunia. Dan hal ini diakui oleh Clinton dalam

KTT Bumi di New York pada bulan Juni 1997.90 Maka dari itulah clinton hanya

dapat berjanji bahwa beliau akan berusaha membawa komitmen Amerika Serikat

untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dalam konferensi Kyoto bulan Desember

1997.91 Dengan hanya berjanji mengandung suatu arti bahwa Amerika Serikat

belum mau terikat pada pengurangan emisi karbondioksidanya sebesar 7% selama

10 tahun terhitung dari kadar emisinya pada tahun 1990-an.

Sikap Amerika Serikat ini bertolak belakang dengan sikapnya pada saat

diadakan KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 dimana pada saat itu

Amerika Serikat berjanji untuk menstabilkan emisi karbondioksidanya pada level

tahun 1990 sampai 2000. Namun pada kenyatannya Amerika Serikat mengingkari

komitmen yang sudah dibuatnya sendiri, karena lima tahun setelah KTT di Rio de

Janeiro tersebut, emisi karbondioksida Amerika Serikat naik menjadi 15% lebih

banyak.

90 “Anggap Tidak Adil dan Merugikan Ekonomi, Amerika Serikat Tanggalkan Protokol

Kyoto 1997”, Media Indonesia, 30 Maret 2001 91 Ibid

Page 97: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Sikap Amerika Serikat dalam KTT New York ini mendapat banyak

kecaman dari negara-negara anggota konferensi lainnya seperti negara-negara

Eropa yang sudah bersedia untuk mengurangi emisi karbondioksidanya sampai

15% pada tingkat 1990 sebelum 2010.92

Penolakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto yang dianggapnya

“cacat” memang cukup merepotkan banyak pihak. Dalam situasi kecemasan dunia

akan bahaya yang ditimbulkan oleh perubahan iklim, Amerika Serikat justru

menolak untuk menerima dan meratifikasi Protokol Kyoto. Penolakan Presiden

Bush atas Protokol Kyoto tersebut memanglah sangat tidak mengejutkan, bila

melihat arah kebijakan lingkungannya.

Statement resmi Amerika Serikat dikeluarkan Presiden George W. Bush

pada tanggal 28 Maret 2001 melalui juru bicara Gedung Putih, Ari Fleisher,

mengumumkan bahwa Amerika Serikat hendak meninggalkan Protokol Kyoto.

Berikut kutipan pernyataan Presiden George W. Bush melalui juru bicaranya :

“ I oppose The Kyoto Protocol because it exempts 80 percents of

the world, including major population centres such as China and

India, from compliance, and world cause serious harm to the

Unites States economy”.93

Secara garis besar penolakan Amerika Serikat atas Protokol Kyoto didasarkan

atas 6 alasan utama, yaitu :

1. Jika Amerika Serikat harus mengurangi emisi gas rumah kaca sesuai

dengan ketentuan Protokol Kyoto, maka akan berdampak negative bagi

92 “Clinton Dikecam NGO INternasional”, Kompas, 28 Juni 1997 93 “State Leave Behind the Kyoto Protocol” dalam Http ://www.cseindia.org/html/au4.

diakses 6 Maret 2006

Page 98: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

ekonomi Amerika Serikat. Khususnya pengurangan emisi gas rumah kaca

akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, karena Amerika Serikat harus

mengurangi produksi industrinya, hal ini dapat menyebabkan

pengangguran, dan harga barang-barang konsumsi naik. Selain itu juga

dikatakan bahwa penggantian pembangkit energi dari batubara menjadi

gas akan sangat mahal.

2. Tidak masuk diakal Negara berkembang besar seperti China dan India yang

termasuk mengemisi Gas Rumah Kaca cukup besar, tidak diharuskan

mengurangi emisinya dalam Protokol Kyoto. Amerika Serikat mengaggap

bahwa negar-negara tersebut juga ikut andil dalam peningkatan suhu

global.

3. Protokol Kyoto adalah cara mengatasi masalah perubahan iklim global

yang tidak adil dan tidak efektif

4. CO2 menurut Undang-Undang Amerika Serikat, “Clean Air Act” tidak

dianggap sebagai pencemar sehingga secara domestic tidak perlu diatur

emisinya.

5. Kebenaran Ilmiah Perubahan iklim dan cara-cara untuk memecahkan

persoalannya didukung oleh pemahaman ilmiah yang terbatas.

6. Target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca tidak berdasarkan

pertimbangan sains yang cukup. Amerika Serikat, berdasarkan Protokol

Kyoto diharuskan mengurangi emisi sebanyak 7% dari tingkat emisi tahun

1990.

Page 99: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

2. Pakta Lingkungan Baru.

Menengok kembali riwayat Protokol Kyoto yang mana tercatat bahwa

Amerika Serikat tetap menarik diri. Setelah itu Amerika Serikat selalu menjadi

sasaran ancaman kecaman dunia yang merisaukan bumi yang semakin panas

sehingga gunung-gunung es dikawasan kutub meleleh, tingginya permukaan air

laut serta perubahan cuaca dan iklim dunia.

Semakin tak menentunya iklim dunia dan efek dari pemanasan global yang

ditimbulkan Amerika Serikat beserta enam Negara lainya, menyepakati pakta

kerja sama lingkungan dikawasan Asia-Fasifik untuk mengembangkan teknologi

energi yang lebih bersih dan menangani persoalan lingkungan.

Enam Negara tersebut, selain Amerika Serikat yang menjadi pemimpin,

adalah China, Jepang, Korea Selatan (Korsel) dan India. Kesepakatan yang

disebut dengan “The Asia-Pasific Partnership on Clean Development and

Climate” itu berupaya mencari teknologi yang lebih baru, yang bias

meminimalisasi pengaruh rumah kaca sehingga tidak merugikan perkembangan

perekonomian di masa mendatang.94

Keenam Negara, yang mayoritas tergolong sebagai Negara industri dan

penyumbang polusi terbesar di dunia, itu dalam kesepakatan bersama secara

94 “Pakta Lingkungan Baru AS cs Tak Mau Saingi Protokol Kyoto”, Kompas, 29 Juli

2005., hal 1

Page 100: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

tertulis menyatakan, mereka akan mencari jalan untuk menangani isu-isu energi,

perubahan iklim, dan polusi udara dalam paradigma perkembangan ekonomi.

Kesepakatan ini diyakini akan membuka berbagai kemungkinan untuk

pengembangan, penggunaan, dan penciptaan teknologi yang lebih efisien,

termasuk misalnya nuklir, angin, dan tenaga surya.

Pakta baru ini telah disepakati pada tanggal 28 Juli 2005 setelah

berlangsungnya acara ASEAN Ministerial Meeting ke-38 di Vientiane, Laos.

System dan mekanisme yang lebih jelas dibicarakan di Adelaide, Australia pada

bulan November 2005 atau tepatnya sebelum konferensi Perserikatan Bangsa-

Bangsa tentang perubahan iklim global yang digelar di Kanada.95

Para anggotanya juga beranggapan bahwa pakta lingkungan baru ini

merupakan win-win solution bagi semua Negara, baik untuk Negara berkembang

maupun Negara maju. Namun kerjasama lingkungan yang baru ini memunculkan

kekhawatiran, hal tersebut akan menyaingi kesepakatan-kesepakatan yang telah

terjadi melalui Protokol Kyoto. Bahkan muncul tudingan bahwa keenam Negara

yang menjadi anggota pakta lingkungan tersebut mencoba untuk mengalihkan

perhatian dan menghindari persyaratan yang telah ditetapkan Protokol Kyoto.

Seperti yang diketahui bersama, selama ini Amerika Serikat dan Australia

termasuk dalam dua Negara maju yang menolak ratifikasi Protokol Kyoto dengan

alasan, Protokol Kyoto akan membatasi perkembangan perekonomian di kedua

Negara tersebut. Protokol Kyoto mensyaratkan agar emisi gas rumah kaca bias

dikurangi hingga kurang dari 5,2 persen. Sebaliknya China dan India telah

95 Ibid.

Page 101: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

meratifikasi Protokol Kyoto, namun sebagai Negara berkembang mereka tidak

harus memenuhi kewajiban dalam fase pertama Protokol Kyoto yang berakhir

tahun 2012.

Kecaman terhadap pakta lingkungan ini juga datang dari para aktivis

lingkungan di Australia yang menurut mereka sangat mementingkan diri sendiri

dan menutupi kegagalan pemerintah Australia meratifikasi Protokol Kyoto. Uni

Eropa juga ikut meragukan pakta lingkungan yang dipelopori Amerika Serikat

yang berupaya mengembangkan teknologi energi bersih demi mengatasi

pemanasan global. Uni Eropa menilai, teknologi energi bersih tidak akan cukup

untuk mengatasi pemanasan global dan kerusakan lingkungan. Pakta ini juga

tidak dapat menggantikan Protokol Kyoto, karena hal ini hanya sekedar

pelengkap. Uni Eropa berkeyakinan perubahan lingkungan hanya bias ditangani

oleh rezim global dan dalam konteks global. Namun mereka juga menyambut

baik pakta itu, munculnya pakta ini telah menunjukan adanya kesadaran akan

pentingnya Negara-negara di dunia mengatasi pemanasan global.96

B. Implikasi Penolakan Amerika Serikat Terhadap Lingkungan Hidup.

1. Tidak Bulatnya Komitmen Dunia.

Negara maju maupun negara berkembang memiliki pendangan yang

berbeda dalam menghadapi isi pemanasan global. Oleh sebab itu negara meju dan

negara berkembang memiliki kebijakan yang berbeda pula dalam mencari

kesepakatan bersama terutama mengenai masalah distribusi, masalah biaya.

96 “Pemanasan Global EROPA MERAGUKAN PAKTA LINGKUNGAN BARU”,

Kompas, 30 Juli 2005, hlm 9

Page 102: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Negara maju mengaggap bahwa negara-negara berkembang turut andil dalam

meningkatkan suhu global, terutama negara-negara di Asia seperti Taiwan, Korea

Selatan dan Cina. Untuk itulah mereka menuntut suatu pembagian biaya yang

adil. Sedangkan berpendapat bahwa kerusakan lingkungan hidup adalah akibat

dari aktivitas industri negara-negara maju. Pada awalnya, negara-negara

berkembang berada di posisi yang tidak mengutungkan. Namun setelah konferensi

Stockholm 1972, posisi negara-negara berkembang berubah secara substansian.

Posisi negara-negara berkembang menjadi lebih kuat dalam usahanya melindungi

lingkungan hidup dan juga pergerakan pola pembangunan ekonomi yang

berkelanjutan.

Dengan posisi yang menguntungkan ini, negara-negara berkembang

memanfaatkannya dengan mengeluarkan suatu tuntutan pada negara-negara maju

terutama dalam pembagian biaya yaitu, pertama, negara berkembang menuntut

negara maju yang seharusnya mempunyai inisiatif pertama dalam menghadapi

ancaman lingkungan global. Kedua, negara berkembang menuntut negara maju

untuk menyediakan bantuan bagi negara-negara untuk menutup biaya yang

diperlukan untuk melakukan suatu tindakan dalam mengatasi ancaman global.

Ketiga, negara berkembang meminta supaya tidak terlalu dilibatkan dalam

masalah-masalah lingkungan di negara mereka yang secara tidak langsung

mempengaruhi negara-negara maju.97

Perdebatan tidak hanya terjadi antara negara maju dan negara berkembang

tetapi perdebatan juga terjadi antar negara maju. Perdebatan itu terjadi seputar

97 Andrew Hurrel & Benedict Kingsbury..The Intenasional Politics of Environment :

Actor, Interest and Situation, (Clarendon Press, Oxford. 1992).hlm 40

Page 103: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

masalah pembagian biaya dalam melakukan suatu hal tindakan bersama antar

negara maju.98 Kemudian timbul suatu kesadaran bahwa yang diperlukan

sebenarnya adalah suatu kerjasama antar negara bukanlah hanya perdebatan-

perdebatan saja. Namun sayangnya hal ini juga mendapat hambatan karena

meskipun kesadaran kerjasama antar negara-negara berkembang dan negara maju

muncul atau itu timbul, tetap saja ada hambatan yang menghalangi terjadinya

suatu kerjasama yang lebih baik lagi. Negara-negara berkembang mengajukan

persyaratan bahwa negara-negara berkembang mau bekerja sama dengan negara

maju dalam mengurangi emisi karbondioksida di atmofer sepanjang perjanjian

kerjasama itu tidak terlalu mengikat negara berkembang.99 Hal ini dapat

disebabkan karena setiap negara memiliki kepentingan nasional yang ingin

mereka capai.

Setelah konferensi Stockholm 1972, negara-negar maju terus bergerak

dengan peningkatan industri dan transportasinya dengan laju yang tinggi.

Pencemaran semakin meningkat dan dampaknya sudah tidak lagi bersifat lokal

melainkan global.

Demikian pula setelah KTT Bumi 1992, masalah lingkungan hidup

semakin bertambah. Konferensi yang semula diharapkan mampu mengurangi

masalah pada lingkungan hidup global justru tidak sama sekali membawa hasil

yang maksimal. Negara-negara industri terus melakukan pembangunan di segala

bidang tanpa menghiraukan keselamatan lingkungan hidup global. Kesepakatan

yang dicapai yang dalam konferensi di Stockholm maupun KTT Bumi telah

98 Ibid. hlm 306. 99 Ibid., hlm 307

Page 104: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

dilanggar oleh negara-negara maju yang tak lain hany untuk mengejar

kepentingannya sendiri, terutama bagi kemajuan perekonomian negara-negar

tersebut.

Memasuki era pasar bebas ( Free Trade Area) ini, secara tidak langsung

setiap negar akan berusaha untuk bertahan supaya negaranya dapat bersaing

secara ekonomi dengan negara lain. Pasar bebas membuat negar-negar akan

meningkatkan aktivitas ekonominya tanpa harus dipungkiri bahwa untuk meraih

perekonomian yang lebih baik lagi, seringkali mereka mengabaikan keseimbangan

lingkungan hidup. Persaingan ekonomi membuat negara maju dan negara

berkembang melakukan apapun untuk meningkatkan perekonomian mereka tanpa

dimbangi dengan kesadaran lingkungan.

Perekonomian yang semakin liberal, membuat negara-negara harus siap

bersaing secara bebas untuk melindungi kepentingan ekonomi nasional negaranya.

Sehingga dalam era pasar bebas ini terdapat kompetisi dan konflik. Pasar bebas

membuat negar-negara bebas melakukan apa saja untuk mempertahankan

eksistensi perekonomian negaranya. Kompetisi dapat didefinisikan sebagai

kemampuan negara untuk memperoleh banyak keuntungan dalam industri. Dalam

suatu kerjasama tidak jarang pula terjadi suatu konflik dimana suatu negara

mempertahankan kepentingan ekonominya terhadap negar lain. Benturan

kepentingan ini membuat negar-negara menyadari perlu adanya suatu aturan yang

harus dipatuhi bersama.

Untuk itulah kemudian dibentuk General Agreement on Tarrifs and Trade

(GATT) pada tahun 1947. disepakatinya GATT didasarkan pada pertimbangn

Page 105: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

bahwa hubungan antar negara dibidang ekonomi dan perdagangan harus

dijalankan dengan sasaran untuk meningkatkan standar hidup, menjamin lapangan

kerja dan meningkatkan penghasilan dan pemenuhan kebutuhan, pemanpaatan

sumber daya dunia sepenuhnya, serta memperluas produksi serta pertukaran

barang. Namun meskipun sudah dibentuk GATT masih terdapat masalah yang

selalu mengancam kelancaran dan ketertiban perdagangan internasional yang

tidak hanya efisien dan efektif tetapi juga adil (Fair Trade), yakni karena masi

terjadi ketidakpatuhan negara-negara (terutama negara-negara dengan

perekonomian yang kuat) terhadap ketentuan GATT.

Dalam tahun-tahun berikutnya berbagai tambahan dan penyempurnaan

telah dilakukan melalui berbagai perundingan yang biasa disebut putaran

perundingan (Round). Putaran terakhir diselenggarakan di Uruguay sehingga

putaran ini terkenal dengan nama Uruguay Round (1986-1994). Putaran terakhir

ini mengahasilkan suatu perjanjian pembentukan organisasi perdagangan yang

dinamakan WTO ( World Trade Organization) pada tahun 1995. berdirinya WTO

merupakan suatu jawaban akhir dari perdebatan negara mengenai keefektifan dan

keefesienan GATT. Bahkan beberapa peraturan GATT diintegrasikan ke dalam

salah satu perjanjian yang merupakan Anex perjanjian WTO yakni Multilateral

Agreement on Trade in Goods. WTO didirikan dengan maksud bahwa kegiatan-

kegiatan ekonomi negara-negara anggota harus dilaksanakan dengan maksud

untuk meningkatkan standart hidup, menjamin lapangan kerja sepenuhnya,

peningkatan penghasilan nyata, memperluas produksi dan perdagangan barang

dan jasa. Dengan penggunaan optimal sumber-sumber daya dunia sesuai dengan

Page 106: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

tujuan pembangunan berkelanjutan sebagai organisasi perdagangan internasional

WTO pun memiliki perhatian terhadap lingkungan hidup. Bagi WTO ada

hubungan antar perdagangan dan lingkungan hidup. WTO menghadapi suatu

tantangan tersendiri dengan menigkatnya secara kompleks hubungan antara

kebijakan perdagangan dan lingkungan hidup. WTO tidak menghalangi

pemerintah suatu negara yang berusaha melindungi lingkungan hidup dari

perusakan yang dihasilkan dari produksi dan konsumsi produk yang diproduksi

yang melewati batas negar-negara. Beberapa prinsip dasar WTO juga dihasilkan

dan disesuaikan dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Perlu diambil suatu tindakan untuk mencapai tujuan perubahan iklim.

Bagaimanapun fleksibilitas WTO hanya memperpanjang peraturan-peraturan

produk-produk domestik yang diproduksi, produk import dan proses domestik.

Tetapi aturan-aturan ini tidak mencakup tindakan-tindakan yang berhubungan

dengan proses produksi bagi negara pengekspor. Jika sebuah produk yang di

impor ke sebuah negara telah di produksi melalui sebuah proses yang

menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih banyak dianggap dapat menerima

menurut peraturan yang dibuat negara pengimpor, hal ini dapat diperlukan secara

berbeda dengan produsi sejenis yang merupakan produk domestik semata-mata

hanya karena proses yang dilakukan dalam pengerjaan barang tersebut. Hal ini

hanyalah merupakan salah satu aturan WTO yang mengatur perdagangan antar

negara yang dikaitkan dengan lingkungan hidup. Peraturan WTO seharusnya

dapat diterapkan tanpa mengorbankan lingkungan sehingga kerjasama

Page 107: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

internasional dan perlindungan lingkungan dapat dilaksanakan tanpa

mengorbankan prinsip-prinsip perdagangan dan hak-hak.

2. Ekologi Lingkungan Hidup akan Semakin Terancam

Penolakan Amerika Serikat terhadap pelaksanaan Protokol Kyoto

membawa implikasi yang sangat besar terhadap usaha dunia internasional yang

berupaya untuk meminimalisir pemanasan global. Penolakan ini akan

mengurangi target maksimum yang dicanangkan oleh Protokol Kyoto. Hal ini

tentu akan mengakibatkan meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang

diakibatkan tingginya jumlah emisi gas rumah kaca diatmosfer.

Pemanasan global akan membawa dampak terjadinya perubahan iklim,

yang mempengaruhi kehidupan di bumi, seperti meningkatnya curah hujan di

sebagian belahan bumi sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan

belahan bumi yang lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan

disebabkan adanya kenaikan suhu.100

Seperti diketahui, pemanasan global disebabkan oleh pelbagai pencemaran

yang kompleks. Kontributur pemanasan global terbesar adalah karbondioksida,

nitrogendioksida, metana dan chorofluorkarbon (CFCs). Meningkatnya

konsentrasi ketiga gas pertama sebenarnya merupakan konsekuensi dari

pertambahan penduduk bumi. Sedangkan meningkatnya konsentrasi gas terakhir,

semata-mata karena meningkatnya kebutuhan tersier manusia, seperti alat

pendingin (kulkas), AC, plastic dan lain-lain. Padahal dalam jangka panjang gas

CFC inilah yang sangat membahayakan. Gas ini mengakibatkan efek rumah kaca

100 Makalah Perubahan Iklim dan Pemanasan Global, LSM PELANGI Indonesia, hlm 12.

Page 108: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

seperti halnya karbondioksida yang menjadi factor utama timbulnya pemanasan

global. Selain itu, gas ini juga menghancurkan lapisan ozon di stratosfer yang

berfungsi menahan sinar ultraviolet yang dipancarkan matahari.

Dewasa ini pelbagai upayatelah dilakukan untuk menghentikan pemakaian

gas CFC tersebut, namun kepentingan beberapa gelintir perusahaan multinasional

tampaknya jauh lebih berpengaruh di berbagai forum dunia dibandingkan

kepentingan sebagian besar umat manusia.

Kenyataannya memang mendukung, betapa Negara-negara berkembang

banyak yang kurang peduli terhadap masalah lingkungan. Pembangunan industri

di Negara berkembang yang masyarakatnya belum well concerned terhadap

pencemaran, telah mengdegradasikan kualitas lingkungan hidup secara pasif.

Perbagai industri, pabrik dan industri perkayuan (penebangan hutan) telah

mengakibatkan kerusakan lingkungan secara global.

Bagi Negara-negara maju, kerusakan hutan tropis di Negara-negara

berkembang sangat menghawatirkan. Sebeb hutan tropis dianggap sebagai paru-

paru yang mampu mensirkulasikan dan mentransformasikan karbondioksida

menjadi oksigen. Bila hutan tropis hancur, maka bisa dibayangkan seluruh dunia

akan terkena dampaknya. Dewasa ini, menurut World Bank, tiap tahun 10 sampai

20 juta hektar hutan tropis hancur. Padahal, hutan tropis merupakan ekosistem

yang amat penting bagi bumi. Sebagian besar mahluk hidup di bumi berada di

hutan tropis. Bila keadaan demikian terus dibiarkan maka diperkirakan pada abad-

21 hutan tropis akan lenyap dari muka bumi. Saat ini di dunia hanya Brazil dan

Indonesia yang mempunyai hutan tropis yang laus, namun hutan tropis di kedua

Page 109: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Negara it uterus berkurang.101 Bias kita bayangkan, seandainya hutan tropis

musnah maka tidak hanya global warming yang semakin menjadi, tapi juga

biodiversitas (keanekaragaman hayati) akan musnah, seperti kita ketahui, hutan

tropis merupakan tempat kehidupan lebih dari 70 % jenis species yang ada di

bumi. Bila hutan tropis musnah berarti sama dengan kiamat sebagian besar

mahluk hidup. Padahal, berdasarkan system ekobiologis, tiap species sebenarnya

merupakan mata rantai kehidupan yang tidak bias dipisahkan satu sama lain. Bila

mata rantai itu putus, niscaya bahaya akan terjadi pada manusia. Jarring-jaring

produsen makanan untuk manusia pun akan terputus. Dunia akan dilanda krisis

pangan yang parah.

Perubahan iklim akibat pemanasan global bias menggiring jutaan species

hewan dan tumbuhan di dunia menuju kepunahan pada tahun 2050, suatu

kematian missal seperti dinosaurus punah. Selain itu, berdasarkan studi atau

penelitian yang dimuat jurnal Nature dikatakan bahwa seperempat hewan dan

tumbuhan yang hidup di daratan akan musnah, bila polusi dan efek rumah kaca

akibat gas buangan telah membentuk semacam selimut di atmosfer yang

menghalangi panas keluar dari bumi, dan mengakibatkan perubahan iklim.

Dalam laporan berjudul “Resiko Kepunahan Karena Perubahan Iklim”,

para ilmuan mendeskripsikan penelitian mereka terhadap enam wilayah yang kaya

keanekaragaman hayati yang mewakili 20 % wilayah daratan bumi. Menggunakan

model computer, para peneliti menstimulasikan bagaimana sekitar 1.103 species

termasuk berbagai tumbuhan, mamalia, reftil, burung, katak, kupu-kupu, dan

101 Hadi S. Alikondra “Global Warming dan Ambisi Kekuasaan”, Suara Pembaruan, 14

Mei 2000.

Page 110: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

berbagai macam hewan yang tak bertulang belakang akan terpaksa berpindah

karena perubahan iklim dan suhu. Mereka ingin melihat bagaimana kemampuan

hewan dan tumbuhan itu bertahan atau berpindah menghadapi perubahan iklim,

baik pada tingkat minimum, sedang, atau maksimum. Adapun data perubahan

suhu dan perkiraannya diperoleh dari Intergovermental Panel on Climate Change.

Hasilnya menunjukan sekitar 15-37 % species di wilayah yang diteliti

Australia, Brazillia, Eropa, Mexico, Afrika Selatan, dan Costa Rica akan punah

karena perubahan iklim, dalam jangka waktu sekarang hingga tahun 2050.102

Selain itu, species yang bertahan tidak akan memiliki lagi habitat yang

nyaman sementara sebagian lain harus bermigrasi cukup jauh untuk memperoleh

tempat yang lebih mendukung hidupnya. Padahal banyak species memiliki

keterbatasan dalam kemampuan beradaptasi sehingga bila iklim terus berubah,

maka mereka akan punah.

Species-species yang terancam punah antara lain pelbagai tumbuhan di

Amazon, Kupu-kupu Australia, Elang Imperial Spanyol, Burung Hantu Kerdil,

Burung Layang-layang Merah, mamalia kecil seperti tikus rusa, kadal Boyd

Australia, bunga kebanggan Afrika Selatan King Protea dan masih banyak lagi.

Sementara itu, Dr.Klaus Toepfer, pemimpin UNEP mengatakan “bila

species punah maka bukan hanya dunia hewan dan tumbuhan serta keindahan

planet itu yang akan hilang, milyaran orang, terutama di Negara-negara

102 Perubahan Iklim Ancaman Jutaan Species, Kompas, 12 Januari 2004

Page 111: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

berkembang juga akan menderita karena banyak diantaranya yang mengandalkan

alam untuk hidupnya.103

The United State National Climatik Data Center menampilkan dengan

mengemukakan bahwa Juli 1998 merupakan tahun tertinggi temperature

globalnya dan merupakan tahun terpanas dan decade 90-an merupakan decade

terpanas 600 tahun kebelakang.

Hal tersebut diatas juga semakin memperkuat dengan diperolehnya kabar

baru dampak pemanasan global dan perubahan iklim dari beberapa daerah di

dunia. Gunung Kalimanjaro di Tanzania salah satu tempat di equator dimana

dapat dijumpai es dan salju, diperkirakan akan kehilangan es abadinya pada tahun

2015 karena perubahan iklim. Tepatnya pada bulan Februari 2002 telah dicapai

bahwa paling tidak 1/3 permukaan es di gunung Kalimanjaro telah hilang, atau

meleleh pada belasan tahun terakhir. Lebih dari 80 % permukaan es tersebut

hilang semenjak pertama kali dipetakan pada tahun 1912. hal ini akan menjadi

bencana besar, khususnya bagi Negara-negara di Afrika sebagai Negara pertama

yang akan merasakan gejala perubahan iklim terburuk yang merupakan salah satu

dampak dari pemanasan global. Namun bukan hanya mencairnya es dan gletser

yang menjadi kekhawatiran masyarakat internasional, masalah yang tidak kalah

pentingnya akan timbul adalah terjadinya musim kemarau yang berkepanjangan.

Hal ini sudah mulai terlihat pada Negara Maroko yang diperkirakan 2/3 dari

Negara tersebut akan mengalami kusim kemarau terburuk selama 3 tahun

103 Ibid.

Page 112: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

berturut-turut, dan permukaan es di pegunungan Atlas akan diperkirakan mencair

dan hilang, yang akan mengakibatkan persediaan air minum akan sedikit.

Bahkan IPCC, suatu kelompok yang terdiri dari 2500 ilmuan di seluruh

dunia, mengeluarkan laporan terakhirnya mengenai perubahan iklim. Menurutnya,

dalam jangka waktu 100 tahun, suhu global rata-rata akan mengalami kenaikan

sebesar 6º C. hal ini ternyata akan sangat mengahawatirkan mengingat

kemampuan dari ekosistem lingkungan hidup dunia yang hanya mampu

mentolelir kenaikan suhu global sebesar 2º C sehingga kenaikan 6º C tersebut

dikhawatirkan kan menimbulkan resiko serta kerusakan dan ketidakseimbangan

ekosistem lingkungan hidup dunia.104 Jika jumlah emisi gas rumah kaca terus

terbentuk di atmosfer maka diperkirakan pada tahun 2030 temperature bumi akan

mengalami kenaikan sampai 1,5ºC-4,5ºC

Peningkatan temperature panas bumi akan menimbulkan perubahan iklim

yang mengakibatkan naiknya permukaan laut, meluasnya padang pasir,

pengasinan sumber air minum, banjir besar disetiap Negara kepulauan dan

bencana kelaparan di seluruh dunia karena daerah-daerah pertanian akan musnah

serta ekosistem akan mengalami kehilangan sebagian besar keanekaragaman

species.

Dampak dari perubahan iklim global memunculkan ancaman baru.

Menurut kajian para ahli lingkungan, peningkatan temperature global akan

berdampak laur biasa. Abad ini jutaan orang diberbagai belahan dunia

104. “Tahun 2015, Permukaan Es di Gunung Kalimanjaro akan Hilang karena Perubahan

Iklim”, dalam www.pelangi.or.id/berita/html diakses 6 Maret 2006

Page 113: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

diperkirakan akan menderita kelaparan sebagai akibat langsung dari perubahan

iklim.

Mereka menyimpulkan produksi pertanian akan menurun cukup tajam di

Asia. Kemudian menyusul persediaan air di Australia dan Selandia Baru, serta

meningkatnya resiko banjir di Eropa. Sedangkan daerah pesisir timur Amerika

Seikat diperkirakan akan mengalami gelombang badai besar dan erosi di wilayah

pantai dan pesisir. Meskipun secara keseluruhan wilayah Amerika Serikat

mempunyai sedikit daerah yang mudah diserang akibat perubahan iklim global,

namun wilayah seperti Florida memiliki resiko tertinggi atas naiknya permukaan

air laut. Sedangkan di Afrika, ancaman yang mungkin terjadi adalah meluasnya

padang pasir gersang di benua ini.

Tidak ada Negara yang dapat menghindar atau mengabaikan transformasi

alami yang akan segera terjadi pada manusia dan lingkungan. Ada beberapa

perubahan fisik yang memang sudah terjadi saat ini diantaranya adalah lautan es

di kutub utara akan menyusut sampai 10-15 % yang menyebabkan mencairnya

kutub es ini. Sementara itu laut Es Antartika mundur ke selatan sebesar 2,8 derajat

pada tahun 1970-an sampai sekarang ini.

Peristiwa-peristiwa yang menggambarkan dampak dari gejala perubahan

iklim dan pemanasan global yang terjadi di dunia, dapat dilihat beberapa

diantaranya dibawah ini.105

1. Agustus, 1999, Amerika Serikat, lebih dari 250 korban tewas akibat

gelombang panas yang banyak melanda daerah timur laut. Areal pertanian

105 Information Sheet, LSM Pelangi Indonesia hlm 3-4

Page 114: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

dinyatakan rusak pada 15 negara bagian. Untuk wilayah West Virginia

diperkirakan menelan kerugian lebih dari US $ 80 juta.

2. November, 1999, India, angin topan melanda daerah timur India,

menewaskan lebih dari 10.000 orang dan menyapu bersih seluruh desa di

Teluk Bangal.

3. Desember, 1999, Venezuela, lebih dari 30.000 korban tewas dan 150.000

kehilangan tempat tinggal akibat bencana banjir.

4. Desember, 1999, Perancis, hujan badai melanda Perancis, menewaskan 83

orang dan menyebabkan banyak daerah yang aliran listriknya terputus

selama 2 tahun.

5. Februari, 2000, Afrika bagian selatan, bencana banjir yang menyebabkan

100.000 orang kehilangan tempat tinggal di Mozambique, Botswana dan

Afrika Selatan.

6. April, 2000, Ethiopia, bencana kekeringan dan kebakaran hutan

menggagalkan panen secara langsung mengancam kelangsungan hidup 8

juta orang di Kenya dan Ethiopia.

7. Agustus, 2000, India, banjir besar yang melanda daerah timur laut India,

menyebabkan paling sedikit 4,5 juta orang kehilangan tempat tinggalnya,

menewaskan lebih dari 400 orang dan menggagalkan panen serta merusak

infrastruktur.

8. Agustus 2000, Amerika Serikat, kebakaran hutan melanda Amerika

Serikat dan merusak lebih dari 1,74 juta hektar. Kebakaran ini tercatat

Page 115: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

sebagai salah satu kebakaran hutan terparah yang pernah melanda Amerika

Serikat dengan kobaran api setinggi 26m

9. sepanjang tahun 2000, Indonesia, tercatat ada 33 kejadian banjir,

kebakaran hutan, kemarau, dan bencana angina topan yang membawa

kerugian sebesar US$ 150milyar dan 690 nyawa hilang.

Karena itulah ancaman global mesti diantisipasi melalui pengurangan gas emisi

rumah kaca. Berikut ini perkiraan kerusakan yang diakibatkan oleh pemanasan

global menurut Draft Geneve IPCC 2001.106

1. Afrika

Hasil tanaman pangan diperkirakan akan menurun

Ketersediaan air bersih makin berkurang

Pembentukan padang pasir atau disertivikasi diperburuk oleh reduksi

atau berkurangnya rata-rata curah hujan tahunan, khususnya dibagian

selatan dan barat Afrika.

2. Asia

Temperatur meningkat, musim kering panjang, banjir dan degradasi

lapisan tanah. Ini mengakibatkan berkurangnya produksi pangan di

bagian kawasan kering dan tropis di Asia.

Kawasan utara Asia, produktivitas mungkin terlihat justru meningkat,

namun terjadi peningkatan air laut dan topan badai tropis lebih sering

terjadi

106 “perubahan Iklim Memunculkan Kelaparan”, Refublika, 20 Februari 2001

Page 116: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Penduduk kawasan di pesisir yang lebih rendah dengan suhu tropis

Asia perlu dipindahkan, jumlahnya diperkirakan mencapai 10 juta

orang

3. Eropa

Eropa bagian selatan cenderung mudah terkena musim kering dan di

wilayah lain banjir meningkat

Sebagian dari sungai atau gletser Alpina akan menghilang pada akhir

abad 21

4. Daerah kutub

Perubahan iklim dikawasan kutub diperkirakan akan berpengaruh

paling besar dibantingkan kawasan lainya di muka bumi ini

Saat ini sudah terjadi pentusutan dan pengurangan ketebalan kutub es

di kutub utara

Distribusi dan limpahan spesies akan berpengaruh

Stabilitas gas rumah kaca dan pengaruhnya pada sirkulasi global dan

tingkat permukaan air laut

5. Pulau-pulau kecil

Diperkirakan permukaan air laut akan meningkat sekitar 2/10 inci

pertahunnya selama 100 tahun kedepan. Ini tentunya akan

mengakibatkan erosi di pesisir pantai, kerusakan ekosistem,

tenggelamnya pulau-pulau kecil dan dislokasi penduduk

Terumbu karang akan rusak dan tentu akan berpengaruh pada

kehidupan ikan di dalam laut

Page 117: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Bahkan dalam laporan Pentagon (Markas Departemen Pertahanan AS)

memperingatkan, perubahan iklim bias melahirkan malapetaka global yang

mengancam nyawa jutaan orang. Ancaman itu lebih besar dibandingkan dengan

bahaya terorisme. Laporan itu dibuat ats permintaan penasihat pentagon, namun

pimpinan Departemen Pertahanan AS menutup-nutupi laporan itu selama empat

bulan, yang kemudian diperoleh sebuah mingguan Inggris The Observer.107

Kebocoran laporan itu sangat mengundang amarah atas kebijakan militer

dan lingkungan AS, soalnya Washington menolak meratifikasi Protokol Kyoto.

Laporan Pentagon yang dikomandoi Andrew Marshall, meramalkan bahwa

perubahan iklim yang tiba-tiba dan kasar bias membuat planet kea rah anarki.

Soalnya banyak Negara mengembangakn teknologi nuklir untuk mempertahankan

dan mengamankan bahan makanan, air, dan pasokan energi. Gangguan dan

konflik akan mewarnai kehidupan sehari-hari. Sekali lagi, peperangan akan

dijadikan alasan untuk menyelamatkan kehidupan.

Penulis laporan itu adalah Peter Schwartz, seorang konsultan CIA dan

mantan Kepala Perencanaan di Group Royal Dutch/Shell (perusahaan Minyak)

dan Doug Randall dari Global Business Network yang bermarkas di California.

Dituliskan, perubahan iklim itu harus dijadikan sebagai isu utama untuk dibahas

segera di jajaran militer dan politik, tidak semata-mata menjadi perdebatan di

tingkat sains tetapi di keamanan nasional Amerika Serikat. Dibeberkan sejumlah

scenario yang mungkin muncul dalam laporan yang dramatis itu, seperti Inggris

akan memiliki musim dingin yang setara dengan Siberia (suhu bias mencapai

107 “Bencana 8.200 tahun lalu Bisa Terulang Kembali”, Kompas, 25 Februari 2004

Page 118: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

minus 40 derajat Celcius) sekarang ini karena suhu di Eropa akan anjlok drastic

pada 2020. Pada tahun 2007 badai besar dan dahsyat akan membuat sebagian

besar lahan di Belanda tak bias dihuni. System pengairan di California yang

memasok air ke wilayah berpenduduk padat di California selatan akan kering atau

hancur.

Eropa dan Amerika Serikat akan menjadi Negara terbuka untuk

membiarkan jutaan bermigrasi karena tempat tinggal mereka lenyap akibat

naiknya permukaan air laut atau juga akibat kekeringan besar. Kekurangan besar

air minum dan bahan baker akan mendorong terjadinya perang yang meluas pada

2020. Randall menyebutkan temuan itu sebagai hal yang menakutkan dan

mengatakan “barangkali langkah untuk mengatasi hal itu sudah terlambat”

Efek perubahan iklim diatas menunjukan betapa berbahayanya pengaruh

dari perubahan iklim bagi kebutuhan lingkungan serta kehidupan di bumi. Apabila

efek-efek tersebut diatas benar-benar terjadi secara terus menerus maka dapat

dipastikan bahwa kebutuhan lingkungan hidup dan kehidupan umat manusia di

bumi akan mengalami kepunahan.

Page 119: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

C. Efektifitas Protokol Kyoto Pasca Penolakan Amerika Serikat.

Protokol Kyoto Akhirnya resmi berkekuatan hokum secara internasional

tepat pada tanggal 16 Februari 2005, setelah melewati berbagai negoisasi yang a

lot dan cukup panjang sejak 1997. Dan keberhasilan dunia membuat Protokol

Kyoto berkekuatan hokum tanpa Amerika Serikat sebagai kontributor emisi

terbesar dunia menunjukan bahwa komunitas internasional mengakui perubahan

iklim merupakan masalah global yang harus ditangani bersama. Mungkin saja

Traktat Kyoto terlampau ambisius dengan target pengurangan emisi yang

ditetapkan, yakni 5, 2 % dibawah tingkat emisi tahun 1990 pada periode 2008-

2012. tetapi, dipihak lain memang juga kenyataan bahwa emisi it uterus berlanjut

di Negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat dan Jepang. Pelanggaran

terhadap kesepakatan ini akan dikenakan sanksi politis dan penambahan penalty

30 persen pada period eke II. Sebagai contoh, bila ketentuan reduksi karbon 10

ton hanya terpenuhi 9 ton, pada periode berikutnya akan ada penambahan

kewajiban 30 persen dari 1 ton yang belum terpenuhi.108 Negara-negara yang ikut

meratifikasi Protokol Kyoto ini umumnya memiliki kepentingan-kepentingan

yang ingin dicapai. Mereka menganggap bahwa Protokol Kyoto ini perlu untuk

diratifikasi :

1. Kepentingan Negara-negara Yang Berkaitan Dengan aspek Topografi.

Salah satu ancaman terbesar dalam kaitannya dengan masalah lingkungan

bagi semua Negara-negara kepulauan adalah perubahan iklim glonal. Dengan

adanya beberapa Negara kepulauan kecil yang ketinggian permukaannya hanya

108 “Protokol Kyoto Berlaku Efektif 16 Februari 2005”, Kompas, 12 Februari 2005

Page 120: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

beberapa meter diatas permukaan air laut, bahkan peningkatan permukaan air laut

yang kecilpun dapat dianggap sebagai ancaman yang potensial bagi keberadaan

mereka.109

Bagi beberapa Negara kepulauan kecil yang tergabung dalam AOSIS

(Alliace of Small Island States), ancaman yang ditimbulkan dari pemanasan

global khususnya kenaikan permukaan air laut, sangat berbahaya bagi keberadaan

Negara mereka dan oleh karena itu perlu adanya tindakan pencegahan yang

didukung semua pihak. Banyak Negara-negara AOSIS yang ketinggian

daratannya hanya beberapa meter diatas permukaan air laut. Peningkatan

ketinggian permukaan air laut yang disebabkan oleh melelehnya kantung-kantung

es di kutub karena pemanasan global dapat dengan cepat memusnahkan

keseluruhan pulau. Salah satu Negara yang terancam keberadaanya adalah

Tuvalu,sebuah Negara kepulauan kecil yang terletak 3400 km dari Australia.

Perdana Menteri Tuvalu, Bikenibeu Paeniu mengatakan bahwa korban pertama

dari pemanasan bumi adalah Tuvalu. Akhir-akhir ini setiap 2 tahun terjadi air

pasang tinggi yang merusak lahan-lahan pertanian mereka.

Bagi sebagian besar Negara-negara yang tergabung dalam AOSIS, selain

ancaman akan hilangnya Negara mereka, negara-negara kecil tersebut pada

umumnya bergantung pada mata pertanian sebagai mata pencaharian utama.

Kenaikan suhu yang dipicu pemanasan global akan berakibat langsung terhadap

pertanian mereka. Selain itu peningkatan ketinggian air laut juga dapat

mengganggu keterbatasan persediaan air tawar. Air laut yang semakin tinggi akan

109 Davis W. J., The Alliance of Small Island States (AOSIS) : The International

Conscience, (Asia-Pacific Magazine No.2,1996), hlm 17-22

Page 121: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

memaksa masuk ke dalam persediaan air bawah tanah, yang merupakan kolam air

utama bagi kebanyakan Negara-negara kepulauan. Suhu air laut yang menghangat

juga akan mengganggu beberapa habitat karang yang ikut menyumbang dalam

daur biologi bagi kehidupan ikan-ikan tropis, hal ini dapat mengancam

mengurangi sumber pokok ekonomi Negara-negar pulau yang memang sudah

terbatas. Dengan kata lain, kenaikan temperature suhu yang drastic akan

menghancurkan suatu Negara.

2. Kepentingan Negara-Negara di Bidang Ekonomi.

Jika bagi negara Amerika Serikat, Protokol Kyoto akan berdampak

negative bagi perekonomian Amerika Serikat, maka tidak dengan Negara-negara

yang tergabung dalam Uni Eropa. Uni Eropa sebaliknya malah mengatakan bahwa

GDP akan naik jika meratifikasi protocol tersebut.

Kenaikan GDP tidak hanya berlaku bagi Negara-negara Uni Eropa saja.

Studi simulasi yang dibuat oleh WWF (World Wide Fund for Nature) bersama

dengan Shonan Environmental Research Force, Shonan Econometrics. Inc Tokyo

menunjukan Jepang akan menikmati manfaat pertumbuhan ekonomi dan

mendapatkan pangsa pasar dalam teknologi baru jika mereka meratifikasi

Protokol Kyoto.110

Bagi Jepang, jika secara proaktif melaksanakan ketentuan Protokol Kyoto

akan memberikan kenaikan GDP sebesar 0,9 % atau 47,3 milyar dollar AS.

Simulasi ekonomi yang menghitung produksi, impor dan ekspor, konsumsi dan

110 Http : //www.pelangi.or.id/reports.php diakses 6 Maret 2006

Page 122: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

butir ekonomi lainnya di beberapa Negara besar di 9 kawasan, juga menunjukan

dampak perkembangan ekonomi ekonomi Jepang akan memberi keuntungan bagi

sebagian negar Asia dan Eropa Timur. Studi menunjukan akan terjadi kenaikan

GDP kurang lebih 11,5 milyar dollar AS di Asia Tenggara serta India dan

peningkatan sebesar 13,9 milyar dollar AS di Eropa Barat. Sebaliknya, GDP

Amerika Serikat akan menurun sekitar 0,6 % atau sekitar 4,5 milyar dollar AS,

terutama akibat industri permesinan tidak terdorong untuk menjadi inovatif.

Pertumbuhan ekonomi di Jepang terutama, menurut studi itu, karena harus

mengurangi emisi gas rumah kaca, industri di Jepang menjadi inovatif

menghasilkan teknologi baru yang bersih dan meningkatkan efisiensinya.

Studi lain yang dilakukan di Eropa juga menunjukan bahwa Uni Eropa

Bisa memenuhi target pengurangan emisi gas rumah kaca hingga 85 % tanpa

mengurangi daya saing ekonominya. Jika Uni Eropa mencapai target Protokol

Kyoto, hanya akan berdampak pada 0,06 % dari GDP tahun 2010. Selain itu,

karena pencapaian target tersebut berarti pengurangan pencemaran udara di

Eropa, maka untuk biaya teknologi pencegahan pencemaran untuk mengurangi

hujan asam pun dihemat. Jadi tidak benar jika Jepang dan Uni Eropa meratifikasi

Protokol Kyoto akan mengurangi daya saing perekonomian mereka.111

Kemudian, IPCC (Intergoverment Panel on Climate Change) juga

mengatakan bahwa mobil-mobil mesin Hybrid dan teknologi Fuel-Cell atau

teknologi bahan baker hydrogen telah berkembang pesat. Mobil yang

111 “Amerika Serikat Tolak Protokol Kyoto Demi Konglomerat”, Sinar Harapan, Jakarta

22 Juli 2001

Page 123: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

menggunakan Fuel-Cell ini telah ada dipasaran tahun 2003 yang lalu. Semakin

banyak teknologi yang secara ekonomi makin menguntungkan112

Negara-negara berkembang juga sudah menunjukan kepeloporan dalam

pengurangan emisi Gas Rumah Kaca. China dengan jumlah penduduk terbanyak

di dunia telah berhasil mengurangi emisi Gas Rumah Kacanya sebesar 19 %

antara tahun 1997-1999. sementara pertumbuhan ekonominya tidak terhambat,

bahkan semakin pesat. Pengurangan ini sama besarnya denagn emisi dari sector

transport Amerika Serikat sebesar 450 juta ton karbon pertahun.

Bagi Negara berkembang lain, khususnya Indonesia, partisipasi dalam

Protokol Kyoto juga membawa keuntungan ekonomi tersendiri, secara teknis

dapat berpartisipasi melalui salah satu dari tiga mekanisme Kyoto, yaitu

mekanisme pembangunan bersih atau Clean Development Mechanism (CDM).

Dan Indonesia adalah salah satu Negara peratifikasi Protokol Kyoto pada tanggal

19 Oktober 2004.

Dari segi bisnis, ratifikasi Protokol Kyoto akan menarik dana investasi

baru melalui CMD, dimana kegiatan investasi itu akan memberikan dana

tambahan sebagai kompensasi atas penghambatan emisi Gas Rumah Kaca karena

proyek tersebut dilaksanakan pada sector-sektor yang mampu menekan emisi atau

meningkatkan penyerapan karbon. Sebagai catatan Indonesia memiliki potensi

CDM 3 % dari potensi pasar dunia atau setara dengan 125 juta ton karbon,

beberapa pakar lain bahkan mengatakan bahwa potensi besar karbon Indonesia

112 Ibid.

Page 124: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

dapat mencapai 5 % dari pasar dunia atau setara 125-300 juta ton karbon.113 Dari

segi lingkungan jelas proyek-proyek semacam ini akan menyumbang secara

langsung pengurangan konsentrasi Gas Rumah Kaca di atmosfer.

Selain Indonesia yang berharap akan mendapatkan keuntungan melalui

perdagangan emisi adalah Polandia. Polandia juga berharap hal yang sama dengan

meratifikasi Protokol Kyoto ini. Mereka dapat berpartisipasi dalam mekanisme

fleksibel yang akan membrikan tambahan investasi bagi Negara mereka.

Partisipasi dalam protocol ini juga akan mengintensifkan kolaborasi dngan

Negara-negara lain, seperti Jepang, Kanada, Uni Eropa dalam sector energi.

Pemerintah Jepang menunjukan komitmennya terhadap Protokol Kyoto

untuk menghadapi pemanasan global dengan menyediakan dana lingkungan hidup

690 milyar yen atau sekitar Rp 5,175 trilyun. Selain berupa dukungan materi

Jepang juga menyiapkan 4.600 sumber daya manusia selama tiga tahun untuk

khusus menangani dan mengantisipasi segala sesuatu yang berkaitan dengan

lingkungan hidup. Dana dan bantuan itu disediakan sebagian besar berasal dari

Official Development Assistance (ODA) yang disediakan khusus oleh Negara

maju untuk Negara-negara berkembang.114

113 Protokol Kyoto dan Mekanisme Pembangunan Bersih, Harian KOMPAS, 01 Juli 2004 114 “Jepang Siapkan Dana Lingkungan”, Kompas, 22 Juli 2004, hlm 10

Page 125: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

BAB V

KESIMPULAN

Berakhirnya perang dingin membawa suatu perubahan bagi studi

hubungan internasional secara keseluruhan, termasuk juga terhadap isu-isu yang

pada masa pasca perang dingin mulai mengemuka yang salah satu diantaranya

yaitu lingkungan hidup yang mulai mendapat perhatian lebih dari aktor-aktor

hubungan internasional terutama Negara-negara di dunia.

Suhu bumi yang semakin panas dari waktu ke waktu mulai merebut

perhatian para ahli. Mereka mulai memikirkan suatu tindakan bersama untuk

menghadapi ancaman pemanasan global. Konferensi dipakai sebagai sarana untuk

mewujudkan kerjasama internasional antar Negara. Berbagai konferensi diadakan

untuk membicarakan masalah pemanasan global dan dampaknya terhadap

perubahan iklim. Konferensi-konferensi ini menghasilkan keputusan bersama

salah satunya adalah Konferensi Kyoto pada tahun 1997 yang menghasilkan

sebuah protocol yang disebut “Protokol Kyoto” yang isinya mewajibkan bagi

Negara-negara khususnya Negara industri maju untuk mengurangi tingakt emisi

karbondioksida sebesar 5,2 % dibawah level tahun 1990 pada tahun 2010.

Keberhasilan pelaksanaan pengurangan emisi karbondioksida tergantung

pada kerjasama dan tindakan Negara-negara yang terlibat di dalam protocol

tersebut. Negara-negara industri maju yang memiliki emisi karbondioksida lebih

besar, memiliki tanggung jawab lebih dibandingkan dengan Negara-negara

berkembang.

Page 126: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Namun secara mengejutkan Presiden George W. Bush melalui juru

bicaranya Ari Fleischer pada tanggal 28 Maret 2001 mengumumkan penarikan

diri Amerika Serikat dari perjanjian bersama ini. Sedangkan tanpa keterlibatan

Amerika Serikat, sebagai penghasil emisi karbondioksida terbesar, maka Protokol

Kyoto ini tidak akan berjalan dengan efektif, dan tidak dapat mencapai tujuan

yaitu memperlambat kenaikan suhu bumi. Ketidakkonsistenan (inkonsistensi)

Amerika Serikat dalam membuat suatu kebijakan dan menentukan sikap,

menimbulkan tanggapan dan reaksi dari Negara-negara dan aktor-aktor lainya di

dunia.

Rezim internasional diperlukan bagi Negara-negara untuk dapat mengatasi

permasalahan pemanasan global. Dalam penelitian ini rezim internasional berupa

tindakan bersama antar Negara untuk memperlambat terjadinya pemanasan

global. Peraturan-peraturan (rezim) ini dibuat bertujuan supaya ada tindak lanjut

dari Negara-negara berupa tindakan-tindakan pencegahan kenaikan suhu bumi

(Collective action). Interdepedensi atau saling ketergantunagan dipakai untuk

menjelaskan penelitian ini, juga karena keefektifan dari pelaksanaan Protokol

Kyoto ini tergantung dari kebersediaan Amerika Serikat dalam menjalankan

komitmennya untuk mengurangi emisi karbondioksidanya sebesar 7 %.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan pluralis dimana

agenda yang dibahas bersifat meluas tidak hanya politik dan ekonomi. Selain itu

aktor yang berperan dalam pengambilan keputusan bukanlah hanya aktor Negara

yaitu Presiden George W. Bush tetapi juga aktor non Negara (kelompok

Page 127: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

kepentingan yaitu kelompok industri yang memanfaatkan kerjasama mereka

dengan aktor Negara.

Didalam penelitian ini dijelaskan bahwa Amerika Serikat merupakan

penyubang emisi (emitor) terbesar di dunia sebesar lebih dari 30 % dengan jumlah

penduduknya yang hanya 4 % dari total jumlah penduduk dunia. Tanpa

keterlibatan Amerika Serikat maka Protokol Kyoto akan menjadi kurang efektif.

Untuk itu penulis mengambil kesimpulan bahwa factor-faktor yang

melatar belakangi penolakan Amerika Serikat atas Protokol Kyoto ini berupa

factor internal yaitu factor ekonomi dimana Amerika Serikat menyatakan bahwa

Protokol Kyoto akan mengancam perekonomian Amerika Serikat. Apabila

Amerika Serikat mengikuti aturan-aturan dalam protocol ini maka Amerika

Serikat akan mengalami kerugian besar karena dengan mengurangi 7 % emisi

karbondioksidanya maka Amrika Serikat harus mengurangi produksi industrinya.

Selain itu kelompok industri misalnya Exxon Mobile juga mempunyai

kepentingan dalam hal ini. Kelompok industri menyatakan bahwa banyak

industri-industri yang akan dirugikan bila pengurangan emisi ini diberlakukan.

Hal ini juga akan menimbulkan terciptanya pengangguaran. Tekanan dari

domestic khususnya kelompok kepentingan membuat Amerika Serikat menarik

diri dari Protokol Kyoto. Dalam hal ini Negara sebagai pembuat jeputusan

dipengarushi oleh aktor lain yang mana hal ini adalah kelompok industri untuk

membuat suatu kebijakan yang bertentangan dengan kepentingan global

Sedangkan factor eksternal yang melatar belakangi adalah persaingan

ekonomi Amerika Serikat dengan Negara-negara lainnya baik Negara

Page 128: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

berkembang ataupun Negara maju. Amerika Serikat merasa khawatir tersaingi

oleh keberadaan Negara-negara pesaingnya seperti Uni Eropa, Jepang dan China

terutama dalam perekonomiannya. Ketidakterlibatan Negara berkembang yang

dianggap juga sebagai penyumbang emisi karbondioksida seperti India dan China

mengundang keberatan Amerika Serikat. Hal ini tersirat dalam pernyataan Bush

dimana dikatakan bahwa tidak adil apabila hanya Amerika Serikat dan Negara

industri lainnya yang diwajibkan mengurangi emisi karbondioksidanya. Amerika

Serikat menganggap bahwa Negara-negara berkembang seperti Cina dan India

turut adil juga dalam peningkatan suhu global, akan tetapi Negara tersebut tidak

dibebani hal yang sama seperti yang dibebankan kepada Amerika Serikat.

Dalam situasi seperti ini, kesan yang kita tangkap dari Negara seperti

Amerika Serikat adalah “rupanya kepentingan Politik dan ekonomi lebih penting

daripada masa depan bumi”. Amerika Serikat mengakui adanya ancaman dan

pentingnya untuk menghambat pemanasan global, tetapi itu harus upaya seluruh

dunia, tanpa menyadari bahwa pihaknyalah yang paling besar memancarkan gas

yang menyebabkan pemanasan tersebut.

Namun Protokol Kyoto Akhirnya resmi berkekuatan hukum secara

internasional tepat pada tanggal 16 Februari 2005, setelah melewati berbagai

negoisasi yang a lot dan cukup panjang sejak 1997. Dan keberhasilan dunia

membuat Protokol Kyoto berkekuatan hukum tanpa Amerika Serikat sebagai

kontributor emisi terbesar dunia menunjukan bahwa komunitas internasional

mengakui perubahan iklim merupakan masalah global yang harus ditangani

bersama. Secara umum harus dikatakan bahwa protocol Kyoto merupakan satu

Page 129: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

monument kesepakatan global yang ditujukan dalam upaya mengamankan masa

depan bumi. Tetapi jelas ia belum sempurna, karena Amerika Serikat-dengan

statistic tang telah dikemukakan-belum eikut dalam protocol.

Sebaliknya, keberatan Amerika Serikat pun baik juga satu hari nanti

menjadibahan pertimbangan bahwa Negara-negara berkembang juga harus ikut

dalam pemangkasan emisi, apalagi yang industrinya maju seperti China dan India.

Page 130: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

LAMPIRAN

Terjemahan Protokol Kyoto115

PROTOKOL KYOTO UNTUK KONVENSI KERANGKA KERJA PBB

TENTANG PERUBAHAN IKLIM

Para Pihak Protokol ini, Adalah Para Pihak Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim, yang selanjutnya disebut “Konvensi”, Untuk mencapai tujuan utama Konvensi sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 2, Mengingat ketentuan Konvensi, Dibimbing oleh Pasal 3 Konvensi, Menurut Mandat Berlin yang disetujui melalui Keputusan 1/CP.1 dari Konferensi Para Pihak Konvensi dalam siding pertamanya, Telah menyetujui hal-hal sebagai berikut :

PASAL 1

Untuk kepentingan Protokol ini, maka definisi-definisi yang terdapat dalam Pasal 1 Konvensi Perubahan Iklim juga berlaku. Sebagai tambahan :

1. “Konferensi Para Pihak” berarti Konferensi Para Pihak Konvensi. 2. “Konvensi berarti Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim

yang diadopsi di New York pada tanggal 9 Mei 1992. 3. “Panel Antarpemerintah tentang Perubahn Iklim” berarti Panel

Antarpemerintah tentang Perubahn Iklim yang didirikan pada tahun 1988 secara bersama-sama oleh Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan Program Lingkungan PBB (UNEP).

4. “Montreal Protocol” berarti Protokol Montreal tentang Bahan Perusak Lapisan Ozon, yang diadopsi di Montreal pada tanggal 16 September 1987 dan yang kemudian disesuaikan dan diamandemen.

5. “para Pihak yang hadir dan memberi suara” berarti Para Pihak yang hadir dan memberikan suara yang setuju atau negative (tidak setuju)

115 Daniel Murdiyarso, Protokol Kyoto Implikasinya bagi Negara Berkembang, (Jakarta :

penerbit buku Kompas, 2003), hlm. 131-169

Page 131: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

6. “Pihak” berarti jika tidak ditentukan lain oleh konteksnya adalah Pihak Protokol ini.

7. “Pihak yang termasuk dalam Annex I” berarti suatu Pihak yang termasuk dalam AnneI Konvensi, yang dapat diamandemen atau suatu Pihak yang telah memberitahukan keberadaannya menurut Pasal 4, ayat 2 (g) Konvensi.

PASAL 2

1. Setiap pihak yang termasuk dalam Annex I, dalam mencapai pembatasan emisi yang ditentukan dan komitmen pengurangan menurut Pasal 3, untuk meningkatkan pembangunan berkelanjutan, harus : (a) Melaksanakan dan atau lebih menyempurnakan kebijakan dan

tindakan sesuai dengan keadaan nasionalnya, seperti : (i) Peningkatan efisiensi energi dalam sector-sektor yang relevan

dengan ekonomi nasional ; (ii) Perlindungan dan peningkatan rosot (sinks) dan cadangan

(reservoirs) gas-gas rumah kaca yang tidak diatur oleh Protokol Montreal, dengan memperhatikan komitmennya menurut perjanjian lingkungan internasional yang bersangkutan, mendorong pengelolaan hutan yang berkelanjutan, aforestasi dan reforestasi ;

(iii) Mendorong bentuk-bentuk kegiatan pertanian yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan perubahan iklim ;

(iv) Riset tentang promosi, pengenbangan, dan peningkatan penggunaan bentuk-bentuk energi baru dan terbarukan, teknologi penyerapan karbondioksida, serta teknologi maju dan inovatif yang ramah lingkungan ;

(v) Pengurangan progresif atau penghapusan serta bertahap terhadap ketidaksempurnaan pasar, insentif fiscal, pembebasan pajak, bead an subsidi dalam semua sector yang mengeluarkan gas rumah kaca yang bertentangan dengan tujuan konvensi dan penggunaan instrument pasar ;

(vi) Mendorong dilakukannya pembaruan yang tepat dalam sector-sektor yang relevan yang bertujuan untuk meningkatkan kebijakan dan tindakan yang membatasi atau mengurangi emisi gas-gas rumah kaca yang tidak diatur oleh Protokol Montreal ;

(vii) Tindakan untuk membatasi dan atau mengurangi emisi gas-gas rumah kaca yang tidak diatur oleh Protokol Montreal dalam sector transportasi ;

(viii) Pembatasan dan atau pengurangan emisi metana melalui penangkapan dan pemanfaatan dalam pengolahan limbah serta dalam produksi, transportasi dan distribusi energi ;

(b) Bekerjasama dengan Para Pihak lain untuk meningkatkan efektivitas kebijakan dan tindakan individu dan gabungan yang diadopsi

Page 132: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

menurut Pasal ini, sesuai dengan Pasal 4, ayat 2 (e) (i) Konvensi. Untuk mencapai tujuan ini, Para Pihak ini harus mengambil langkah-langkah untuk berbagi pengalaman mereka dan bertukar informasi tentang kebijakan dan tindakan tersebut, termasuk mengembangkan tindakan untuk meningkatkan komparabilitas ; transparansi, dan efeektivitas mereka. KOnferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak ini harus, dalam sidangnya yang pertama atau sesegera mungkin setelah itu, mempertimbangkan tindakan untuk mempermudah kerjasama dengan mempertimbangkan tindakan untuk mempermudah kerjasama dengan mempertimbangkan semua informasi yang relevan.

2. Para Pihak yang termasuk dalam Annex I harus melanjutkan pembatasan atau pengurangan emisi gas-gas rumah kaca yang tidak diatur oleh Protokol Montreal dari penerbangan dan bahan baker yang tersimpan di lautan, berturut-turut melalui Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) dan Organisasi Kelautan Internasional (IMO)

3. Para Pihak yang termasuk dalam Annex I harus berupaya keras untuk melaksanakan kebijakan dan tindakan menurut Pasal ini sedemikian rupa sehingga mengurangi dampak yang merugikan, termasuk dampak merugika dari perubahan iklim, dampak terhadap perdagangan internasional dan dampak social, lingkungan dan ekonomi yang terjadi atas Para Pihak lain, terutama Para Pihak Negara-negara berkembang khususnya yang diidentifikasi dalam Pasal 4, ayat-ayat 8 dan 9 Konvensi, dengan memperhatikan Pasal 3 Konvensi. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan dari Para Pihak Protokol ini boleh mengambil tindakan lebih lanjut, yang sesuai, untuk meningkatkan implementasi ketentuan ayat ini.

4. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini, jika akan mengambil keputusan yang menguntungkan koordinasi setiap kebijakan dan tindakan dalam ayat 1 (a) di atas, perlu memperhatikan keadaan nasional dan pengaruh potensial yang berbeda, dan harus mempertimbangkan tindakan untuk menyempurnakan koordinasi kebijakan dan tindakan.

PASAL 3

1. Para Pihak yang termasuk dalam Annex I, secara individu atau bersama-sama, memastikan bahwa agregat emisi setara karbon dioksida gas-gas rumah kaca antropogenik yang tercantum dalam Annex A mereka tidak melebihi jatah yang ditetapkan, yang dihitung menurut komitmen pembatasan dan pengurangan emisi yang tercantum dalam annex B dan sesuai dengan ketentuan Pasal ini, dengan mengingat pengurangan emisi gas-gas tersebut secara keseluruhan paling sedikit 5 persen dibawah tingkat emisi pada tahun 1990 dalam periode komitmen dari tahun 2008 sampai 2012

Page 133: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

2. Setiap pihak yang termasuk dalam Annex I harus, menjelang tahun 2005, telah mencapai kemajuan yang dapat ditujuakan dalam mencapai komitmennya menurut Protokol ini.

3. Perubahan neto dalam emisi gas rumah kaca oleh sumber dan penyerapan oleh rosot yang diakibatkan oleh pengaruh langsung manusia melalui kegiatan alih guna lahan dan kehutanan, khususnya aforestasi, reforestasi dan deforestasi sejak tahun 1990, yang diukur sebagai perubahan yang dapat dibuktikan dalam bentuk cadangan karbon pada setiap periode komitmen, harus digunakan untuk memenuhi komitmen menurut pasal ini dari setiap Pihak yang termasuk dalam Annex I. Emisi gas rumah kaca oleh sumber dan penyerapan oleh rosot yang berkaitan dengan kegiatan tersebut harus dilaporkan dalam suatu cara yang transparan dan dapat diperiksa atau dibuktikan kebenarannya dan ditinjau kembali sesuai dengan Pasal-pasal 7 dan 8.

4. Sebelum siding pertama Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini, masing-masing Pihak yang termasuk dalam Annex I harus memberikan data kepada Badan Pembantu untuk Saran Ilmiah dan teknologi untuk menentukan tingkat cadangan karbon pada tahun 1990 dan untuk memperkirakan perubahannya pada tahun-tahun berikautnya. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini dalam siding pertamanya atau sesegera mungkin setelah itu harus menentukan aturan, cara dan pedoman mengenai cara dan jenis kegiatan tambahan yang dilakukan manusia yang berkaitan dengan perubahan dalam emisi gas rumah oleh sumber dan penyerapan oleh rosot dalam kategori tanah pertanian dan kegiatan alih guna lahan dan kehutanan harus ditambahkan pada atau dikurangkan dari, besarnya jatah emisi Para Pihak yang termasuk dalam Annex I, dengan memperhatikan ketidakpastian, transparansi dalam pelaporan, kebenaran laporan, metodologi Panel Antar Pemerintah tentang perubahan iklim, saran yang diberikan oleh Badan Pembantu untuk Saran Ilmiah dan Teknologi sesuai dengan Pasal 5 dan keputusan tentang Konferensi Para Pihak. Keputusan tersebut harus berlaku dalam periode komitmen kedua dan selanjutnya. Suatu Pihak boleh memilih untuk menerapkan keputusan tentang kegiatan tambahan yang dilakukan manusia pada periode komitmen pertamanya, asalkan kegiatan tersebut dilakukan sejak tahun 1990.

5. Para Pihak yang termasuk dalam Annex I yang sedang mengalami proses transisi ke suatu ekonomi pasar yang tahun atau periode awalnya ditentukan menurut keputusan 9/CP.2 Konferensi Para Pihak dalam siding keduanya harus menggunakan tahun atau periode awal tersebut untuk mengimplementasi komitmen mereka menurut pasal ini. Setiap pihak lain yang termasuk dalam Annex I yang sedang mengalami proses transisi ke suatu ekonomi pasar yang belum menyerahkan komunikasi nasional pertamanya menurut Pasal 12 Konvensi, boleh juga memberitahu Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini bahwa Pihak tersebut bermaksud menggunakan suatu tahun atau periode awal histories selain dari tahun 1999 untuk implementasi komitmen

Page 134: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

menurut pasal ini. Konferensi Para Pihak yang berfungsi sebagai pertemuan Para Pihak Protokol ini harus memutuskan tentang penerimaan pemberitahuan tersebut.

6. Dengan memperhatikan Pasal 4, ayat 6 Konvensi, para Pihak yang termasuk dalam Annex I yang mengalami proses transisi ke suatu ekonomi pasar, selain menurut Pasal ini harus diizinkan oleh Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak untuk mengimplementasikan komitmennya dengan tinggkat keluwesan tertentu.

7. Dalam pembatasan dan pengurangan emisi pada periode komitmen pertama dari tahun 2008 sampai 2012, jatah emisi setiap Pihak yang termasuk dalam Annex I harus sama dengan persentase yang tercantum dalam Annex B dari agregat emisi setara karbondioksida gas-gas rumah kaca antropogenik yang tercantum dalam Annex A dalam tahun 1990 atau tahun awal atau periode awal yang ditetntukan sesuai dengan ayat 5 diatas, dikalikan dengan lima.jika kegiatan alih guna lahan dan kehutanan Para Pihak termasuk dalam Annex I merupakan sumber neto emisi gas rumahkaca pada tahun 1990, harus memasukan dalam tahun atau periode awal emisi pada tahun 1990, agregat emisi setara karbondioksida gas-gas rumah kaca antropogenik oleh sumber dikurangi penyerapan oleh rosot pada yahun 1990 dari alih guna lahan untuk tujuan menghitung jatah emisi.

8. Setiap Pihak yang termasuk dalam Annex I boleh menggunakan tahun 1995 sebagai tahun awalnya untuk hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksaflo\uorida, untuk tujuan menghitung seperti yang dimaksudkan dalam Ayat 7 diatas.

9. Komitmen untuk periode berikutnya untuk Para Pihak yang termasuk dalam Annex I harus ditetapkan dalam amandemen atas Annex B Protokol ini, yang harus diadopsi sesuai dengan ketentuan Pasal 21 ayat 7. konferensi Para pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus membuat pertimbangan komitmen tersebut paling sedikit 7 tahun sebelum berakhirnya periode komitmen pertama yang dimaksudkan dalam Ayat 1 diatas.

10. Setiap unit pengurangan emisi, atau sebagian dari jatah emisi, yang diperoleh oleh suatu Pihak dari Pihak lain sesuai dengan ketentuan Pasal 6 atau pasal 17 harus ditambahkan kepada jatah emisi Pihak yang memperolehnya.

11. Setiap unit pengurangan emisi atau sebagian dari jatah emisi, yang dialihkan oleh suatu Pihak ke Pihak lain sesuai dengan ketentuan Pasal 6 atau Pasal 7 harus dikurangkan dari jatah emisi Pihak yang mengalihkan.

12. Setiap pengurangan emisi yang disertifikasi yang diperoleh suatu Pihak dari Pihak lain sesuai dengan ketentuan Pasal 12 harus ditambahkan kepada jatah emisi Pihak yang memperoleh.

13. Jika emisi dari suatu Pihak yang termasuk dalam Annex I dalam suatu periode komitmen lebih kecil dari jatah emisi menurut Pasal ini, perbedaan ini harus, atas permintaan Pihak itu, ditambahkan ke Pihak itu untuk periode komitmen berikutnya.

Page 135: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

14. Setiap Pihak yang termasuk dalam Annex I harus berupaya keras untuk melaksanakan komitmen yang disebut dalam ayat 1 diatas sedemikian rupa untuk mengurangi dampak social, lingkungan dan ekonomi yang merugikan terhadap Pihak Negara-negara berkembang, khususnya yang diidentifikasi dalam Pasal 4, ayat 8 dan 9 Konvensi. Sejalan dengan keputusan yang relevan dari Konferensi Para Pihak tentang implementasi ayat-ayat tersebut, Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini dalam siding pertamanya harus mempertimbangkan tindakan yang diperlukan untuk meminimumkan pengaruh merugikan dari perubahan iklim dan atau dampak dari tindakan untuk menanggapi perubahan iklim terhadap Para Pihak yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut. Diantara isu-isu yang harus dipertimbangkan adalah pengadaan dana, asuransi dan alih teknologi.

PASAL 4

1. Para Pihak yang termasuk dalam Annex I yang telah mencapai suatu

perjanjian untuk memenuhi komitmen bersama mereka menurut Pasal 3, harus dianggap telah memenuhi komitmen itu, asalkan agregat emisi setara karbondioksida gas-gas rumah kaca antropogenik yang tercantum dalam Annex A tidak melebihi jatah emisi, yang dihitung menurut pembatasan emisi dan komitmen pengurangan yang ditentukan dalam Annex B dan sesuai dengan ketentuan Pasal 3. tingkat emisi yang dialokasikan kepada masing-masing Pihak yang melakukan perjanjian harus ditetapkan dalam perjanjian itu.

2. Para Pihak dalam perjanjian tersebut harus memberitahukan kepada secretariat tentang kerangka perjanjian pada saat menyerahkan instrument ratifikasi, penerimaan atau persetujuan Protokol ini, atau aksesi.selanjutnya secretariat harus memberitahukan kepada Para Pihak dan para penandatangan Konvensi tentang kerangka perjanjian tersebut.

3. Setiap perjanjian harus tetap berlaku selama periode komitmen yang ditentukan dalam Pasal 3 ayat 7.

4. Jika Para Pihak bertindak bersama, hal itu dapat dilakukan dalam organisasi integrasi ekonomi regional, jika keanggotaan organisasi tersebut mengalami perubahan setelah Protokol ini diadopsi komitmen terhadap Protokol tidak terpengaruh. Perubahan keanggotaan hanya diterapkan untuk keperluan Pasal 3 menyusul perubahan tersebut.

5. Jika Para Pihak dalam perjanjian tersebut gagal mencapai pengurangan emisi gabungan, masing-masing Pihak harus bertanggung jawab atas tingkat emisinya sendiri, yang dinyatakan dalam perjanjian.

6. Jika Para Pihak bertindak secara bersama, hal itu dapat dilakukan dalam organisasi intregasi ekonomi regional yang merupakan Pihak Protokol ini, jika terjadi kegagalan dalam mencapai pengurangan emisi gabungan total masing-masing Negara anggota dari organisasi integrasi ekonomi regional secara individu dan bersama-sama dengan organisasi integrasi ekonomi

Page 136: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

regional yang bertindak sesuai dengan Pasal 24 bertanggung jawab untuk tingkat emisinya sebagaimana diberitahukan sesuai dengan pasal ini.

PASAL 5

1. Masing-masing Pihak yang termasuk dalam Annex I paling lambat satu tahun sebelum periode komitmen pertama satu tahun sebelum periode komitmen pertama dimulai sudah harus memiliki suatu system nasional untuk memperkirakan emisi antropogenik oleh sumber dan penyerapan oleh rosot atas semua gas rumah kaca, yang tidak diatur oleh Protokol Montreal. Pedoman untuk system nasional itu yang harus menggabungkan metodologi yang ditentukan dalam Ayat 2 di bawah ini, harus diputuskan oleh Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini dalam siding pertamanya.

2. Metodologi untuk memperkirakan emisi antropogenik oleh sumber dan penyerapan oleh rosot semua gas rumah kaca yang tidak diatur oleh Protokol Montreal harus merupakan metodologi yang diterima oleh Panel Antar pemerintah tentang perubahan iklim dan disetujui oleh Konferensi Para Pihak dalam siding ketiganya. Jika metodologi tersebut digunakan, penyesuaian yang tepat harus digunakan sesuai dengan metodologi yang disetujui oleh Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini dalam siding pertamanya. Menurut hasil kerja Panel Antar pemerintah tentang Perubahan Iklim dan saran yang diberikan oleh Badan Pembantu untuk Saran Ilmiah dan Teknologi, Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus secara teratur meninjau kembali dan jika diperlukan, merevisi metodologi dan penyesuaian itu, dengan memperhatikan sepenuhnya keputusan yang relevan yang dibuat oleh Konferensi Para Pihak tetapi revisi atas metodologi atau penyesuaian harus hanya digunakan untuk kepentingan memastikan penaatan terhadap komitmen menurut Pasal 3 dalam periode komitmen manapun yang diadopsi menyusul revisi tersebut.

3. Potensi pemanasan global yang digunakan untuk menghitung kesetaraan karbondioksida dari emisi antropogenik oleh sumber dan penyerapan oleh rosot terhadap gas-gas rumah kaca yang tercantum dalam Annex A harus yang diterima oleh Panel Antar pemerintah tentang perubahan iklim dan disetujui oleh Konferensi Para Pihak dalam siding ketiganya. Menurut hasil kerja Panel Antarpemerintah tentang perubahan iklim dan saran yang diberikan oleh Badan Pembantu untuk Saran Ilmiah dan Teknologi, KOnferensi Para Pihak yang berfungsi sebagai pertemuan Para Pihak Protokol ini harus secara bertahap tetap meninjau kembali dan sebagaiman perlu merevisi potensi pemanasan global dari setiap gas rumah kaca tersebut dengan sepenuhnya memperhatikan keputusan yang relevan oleh Konferensi Para Pihak. Setiap revisi atas potensi pemanasan global hanya berlaku terhadap komitmen manapun diadopsi menyusul revisi tersebut.

Page 137: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

PASAL 6

1. Untuk kepentingan memenuhi komitmennya menurut Pasal 3, setiap Pihak

yang termasuk dalam Annex I boleh mengalihkan atau memperoleh unit pengurangan emisi kepada atau dari Pihak lain yang diperoleh dari proyek yang bertujuan untuk mengurangi emisi antropogenik oleh sumber atau meningkatkan penyerapan antropogenik oleh rosot gas-gas rumah kaca di setiap sector ekonomi, asalkan : (a) Proyek tersebut telah disetujui oleh Para Pihak yang terlibat ; (b) Proyek tersebut memberikan suatu pengurangan dalam emisi oleh

sumber ; atau suatu peningkatan penyerapan oleh rosot, yang bersifat tambahan terhadap proyek yang dengan cara lain akan terjadi ;

(c) Unit pengurangan emisi tersebut menaati kewajiban yang diisyaratkan menurut Pasal 5dan 7 ; dan

(d) Perolehan unit pengurangan emisi harus bersifat suplemen terhadap tindakan domestic untuk memenuhi komitmen menurut Pasal 3.

2. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini dalam siding pertamanya atau segera setelah itu, boleh menyempurnakan pedoman untuk implementasi Pasal ini, termasuk untuk verifikasi dan pelaporan.

3. Setiap Pihak yang termasuk dalm Annex I boleh memberi wewenang kepada entisitas hokum untuk ikut serta, tetapi Pihak tersebut bertanggung jawab, dalam kegiatan untuk menghasilkan, memperoleh, mengalihkan unit pengurangan emisi menurut Pasal ini.

4. Jika teridentifikasi suatu pertanyaan tentang implementasi Pasal ini oleh suatu Pihak yang termasuk dalam Annex I, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 8 yang relevan, pengalihan dan perolehan unit pengurangan emisi boleh tetap dilakukan setelah pertanyaan tersebut telah diidentifikasikan, asalkan unit tersebut tidak boleh digunakan oleh suatu Pihak untuk memenuhi komitmrnnya menurut Pasal 3 sampai isu tentang penaatan itu selesai.

PASAL 7

1. Setiap Pihak yang termasuk dalam Annex I harus memasukan emisi antropogenik oleh sumber dan penyerapan oleh rasot gas-gas rumah kaca yang tidak diatur oleh Protokol Montreal dalam inventaris tahunnannya, untuk diserahkan sesuai dengan keputusan Konferensi Para Pihak yang releven, informasi tambahan yang diperlakukan untuk memastikan penaatan terhadap Pasal 3, yang akan ditentukan sesuai dengan ayat 4 dibawah ini.

2. Setiap Pihak yang termasuk dalam Annex I harus memasukan dalam komunikasi nasional informasi tambahan yang diperlukan untuk

Page 138: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

menunjukan penaatan terhadap komitmen menurut Protokol ini, yang diserahkan menurut Pasal 12 Konvensi, yang akan ditentukan sesuai dengan Ayat 4 dibawah.

3. Setiap Pihak yang termasuk dalam Annex I setiap tahun harus menyerahkan informasi yang disyaratkan oleh ayat 1 diatas ; dimulai dengan inventarisasi pertama yang telah diselesaikan menurut Konvensi pada tahun pertama periode komitmen setelah Protokol ini efektif. Setiap Pihak tersebut harus menyerahkan informasi yang diisyaratkan oleh Ayat 2 diatas sebagai bagian dari komunikasi nasional pertama menurut Pasal ini harus ditentukan oleh konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini dengan memperhatikan jadwal penyerahan komunikasi nasional yang diputuskan oleh Konferensi Para Pihak.

4. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol dalam siding pertamanya harus mengadopsi dan meninjau kembali secara periodic setelah itu, pedoman untuk penyusunan komunikasi nasional oleh Para Pihak yang termasuk dalam Annex I yang diasopsi oleh Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini juga harus, sebelum periode komitmen pertama, memutuskan modalitas perhitungan jatah emisi.

PASAL 8

1. Informasi yang diserahkan menurut Pasal 7 oleh setiap Pihak yang termasuk dalam Annex I harus ditinjau kembali oelh tim peninjau ahli menurut keputusan Konferensi Para Pihak yang relevan dan sesuai dengan pedoman yang disetujui untuk keperluan ini oleh Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini menurut Ayat 4 dibawah. Informasi yang diserahkan menurut Pasal 7 ayat 1, oleh setiap Pihak yang termasuk dalam Annex I harus ditinjau kembali sebagai bagian dari kompilasi dan perhitungan tahunan inventarisasi emisi dan jatah emisi. Selain itu, informasi yang diserahkan menurut Pasal 7 Ayat 2 oleh masing-masing Pihak yang termasuk dalam Annex I harus ditinjau kembali sebagai bagian dari tinjauan komunikasi.

2. Tim peninjau ahli harus dikoordinasikan oleh secretariat dan harus terdiri dari ahli-ahli yang dipilih dari mereka yang dicalonkan oleh Para Pihak kepada Konvensi itu dan, sebagai mana perlu oleh organisasi-organisasi Antar pemerintah, sesuai dengan pedoman yang diberikan untuk kepentingan ini oleh Konferensi Para Pihak.

3. Proses peninjauan itu harus memberi suatu penilaian teknis yang menyeluruh mengenai semua aspek implementasi oleh suatu Pihak Protokol ini. Tim peninjau ahli tersebut harus menyusun suatu laporan kepada Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini, dengan menilai implementasi komitmen dari Pihak itu dan mengidentifikasi masalah-masalah potensial didalamnya, dan factor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan komitmen. Laporan itu harus diedarkan

Page 139: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

oleh secretariat kepada semua Pihak Konferensi. Secretariat harus mencantmkan pertanyaan-pertanyaan implementasi yang ditijukan dalam laporan tersebut untuk dipertimbangkan lebih lanjut oleh Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini.

4. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini dalam siding pertamanya, harus mengadopsi dan meninjau kembali secara periodic setelah itu, pedoman untuk meninjau kembali implementasi Protokol ini oleh tim peninjau ahli dengan memperhatikan keputusan-keputusan Konferensi Para Pihak yang relevan.

5. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus, dengan bantuan badan Pembantu Implementasi dan jika diperluakan, Badan Pembantu untuk Saran Ilmiah dan Teknologi mempertimbangkan (a) Informasi yang diserahkat oleh Para Pihak menurut Pasal 7 dan

laporan tentang tinjauan para pakar yang dilakukan menurut pasal ini ; dan

(b) Pertanyaan-pertanyaan tentang implementasi yang dicantumkan oleh secretariat menurut ayat-ayat 3 diatas serta pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh Para Pihak.

6. Dengan mempertimbangkan informasi yang dimaksud dalam ayat 5 diatas, Konferensi pertemuan Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus mengambil keputusan tentang hal yang dibutuhkan untuk implementasi Protokol ini

PASAL 9

1. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus secara berkala meninjau kembali Protokol ini menurut informasi ilmiah terbaik yang tersedia, penilaian tentang perubahan iklim dan dampaknya serta informasi teknis, social, dan ekonomi yang relevan. Peninjauan tersebut harus dikoordinasikan dengan tujuan yang berkaitan peninjauan Konvensi, khususnya yang disyaratkan oleh Pasal 4 Ayat 2 (d) dan Pasal 7 Ayat 2 (a) Konvensi. Berdasarkan peninjauan ini Konferensi Para Pihak yang merupakan Pertemuan Para Pihak Protokol ini harus mengambil tindakan yang sesuai.

2. Peninjauan pertama harus dilakukan pada siding kedua Konferensi para Pihak yang bertindak sebagai pertemuan Para Pihak Protokol. Peninjauan selanjutnya harus terjadi pada interval yang teratur dan tepat waktu.

PASAL 10

Semua Pihak, dengan memperhatikan tanggung jawab bersama yang dibedakan dan prioritas tujuan dan persoalan pembangunan nasional dan regional mereka yang spesifik, tanpa memperkenalkan komitmen baru untuk Para Pihak yang tidak termasuk dalam Annex I, tetapi memperkuat komitmen yang ada menurut Pasal 4

Page 140: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Ayat 1 Konvensi, dan tetap mengupayakan implementasi komitmen ini untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, dengan memperhatikan Pasal 4 Ayat-ayat 3,5, dan 7 Konvensi, harus :

(a) Merumuskan, jika relevan dan memungkinkan, program nasional dan jika sesuai regional yang hemat, untuk memperbaiki kualitas factor emisi local, data kegiatan dan atau model-model yang mencerminkan kondisi social ekonomi dari masing-masing Pihak untuk mempersiapkan perbaikan berkala inventarisasi nasional emisi antropogenik oleh sumber dan penyerapan oleh rosot semua gas rumah kaca yang tidak diatur oleh Protokol Montreal dengan menggunakan metodologi yang dapat dibandingkan yang akan disetujui oleh Konferensi Para Pihak dan konsisten dengan pedoman untuk persiapan komitmen nasional yang diadopsi oleh Konferensi Para Pihak.

(b) Merumuskan, mengimplementasikan, menerbitkan, dan secara teratur memperbaharui program nasional dan jika sesuai program regional yang berisi tindakan untuk mitigasi perubahan iklim dan tindakan untuk mempermudah adaptasi yang memadai bagi perubahan iklim : (i) Program tersebut antara lain akan berkenaan dengan sector-sektor

energi, trnsportasi dan industri serta pertanian, kehutanan dan pengelolaan limbah, selanjutnya teknologi dan metode adaptasi untuk meningkatkan perencanaan tataruang akan meningkatkan adaptasi terhadap perubahan iklim, dan ;

(ii) Para Pihak yang termasuk dalam Annex I harus menyerahkan informasi tentang tindakan menurut Protokol ini, termasuk program nasional, sesuai dengan Pasal 7 dan Para Pihak lain harus berusaha memasukan dalam komunikasi nasional mereka, sebagaimana perlu, informasi tentang program yang berisi tindakan yang dipercaya Pihak tersebut akan memberikan kontribusi untuk mengatasi perubahan iklim dan dampak yang merugikan, termasuk pengurangan kenaikan dalam emisi gas rumah kaca dan peningkatan oleh penyerapan prosot, pengembangan kapasitas dan tindakan adaptasi.

c) Bekerjasama dalam peningkatan modalitas yang efektif untuk pengembangan, penggunaan dan difusi, dan mengambil semua langkah yang praktis untuk meningkatkan, mempermudah dan membiayai pengalihan dari atau akses terhadap teknologi ramah lingkungan, keterampilan, praktik-praktik dan proses-proses yang berkaitan dengan perubahan iklim khususnya di Negara berkembang, termasuk perumusan kebijakan dan program untuk pengalihan secara efektif teknologi ramah lingkungan yang dimiliki oleh masyarakat atau yang terdapat di dalam domain masyarakat dan penciptaan suatu keadaan yang memungkinkan bagi sector swasta untuk memajukan dan meningkatkan pengalihan dari, dan akses ke, teknologi ramah lingkungan.

d) Bekerjasama dalam riset dan teknik ilmiah dan meningkatkan pemeliharaan dan pengembagan pengamatan yang sistematik dan pengembangan arsip data untuk mengurangi ketidakpastian yang berkaitan

Page 141: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

dengan system iklim, dampak yang merugikan dari perubahan iklim dan konsekuensi ekonomi dan social dari berbagai strategi tanggapan dan meningkatkan pengembangan dan memperkuat kapasitas dan kapabilitas endogen untuk ikut serta dalam usaha internasional dan antar pemerintah, program dan jaringan riset dan pengamatan sistematis, dengan memperhatikan Pasal 5 Konvensi.

e) Meningkatkan kerja sama tingkat internasional, jika tepat, dengan menggunakan badan-badan yang ada, untuk pengembangan dan implementasi program pendidikan dan pelatihan, termasuk penguatan kapasitas nasional, khususnya kemampuan manusia dan kelembagaan dan pertukaran atau dukungan personel untuk melatih para pakar dalam bidang ini, khususnya untuk Negara-negara berkembang, dan mempermudah proses penyadaran masyarakat tentang perubahan iklim pada tingkat nasional dan akses masyarakat terhadap informasi tentang perubahan iklim. modalitas yang cocok harus dikembangkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ini melalui badan-badan Konvensi yang relevan dengan memperhatikan Pasal 6 Konvensi.

f) Memasukan dalam komunikasi nasional Para Pihak, informasi tentang program dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan menurut Pasal ini, sesuai dengan keputusan-keputusan relevan dari Konferensi Para Pihak ; dan

g) Memberikan pertimbangan penuh dalam melaksanakan komitmen menurut Pasal ini terhadap Pasal 4, ayat 8 dari Konvensi.

PASAL 11

1. Dalam implementasi pasal 10, Para Pihak harus memperhatikan ketentuan Pasal 4, ayat-ayat 4, 5, 7, 8, dan 9 Konvensi.

2. Dalam konteks implementasi Pasal 4 Ayat 1 Konvensi, sesuai dengan ketentuan Pasal 4 Ayat 3 dan Pasal 11 Konvensi, dan melalui entitas-entitas yang dipercaya untuk menyelenggarakan mekanisme keuangan Konvensi, maka Para Pihak Negara maju dan Para Pihak maju lainnya yang termasuk dalm Annex II Konvensi harus : (a) Menyediakan sumberdaya keuangan baru dan tambahan untuk

memenuhi seluruh biaya yang disetujui yang dikeluarkan oleh Para Pihak Negara berkembang dalam memajukan implementasi komitmen yang ada menurut Pasal 4 Ayat 1 (a) Konvensi yang dicakup dalam Pasal 10 sub-ayat a, dan

(b) Juga menyediakan sumberdaya keuangan, termasuk untuk alih teknologi yang diperlukan oleh Para Pihak negara berkembang untuk memenuhi seluruh biaya tambahan yang telah disetujui untuk memajukan implementasi komitmen yang ada menurut Pasal 4 Ayat 1 Konvensi yang dicakup oleh Pasal 10, dan yang disetujui antara suatu Pihak Negara berkembang dengan entitas atau entitas-entitas

Page 142: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

internasional yang dimaksud dalm Pasal 11 Konvensi, sesuai dengan pasal itu.

Implementasi komitmen yang ada ini harus mencukupi dan dapat diperkirakan arus dananya dan penting berbagi beban yang sesuai diantara para Pihak Negara maju. Pedoman untuk entitas atau atita-entitas yang dipercaya untuk menyelenggarakan mekanisme keuangan Konvensi dalam keputusan relevan dari Konferensi Para Pihak, termasuk yang disetujui sebelum persetujuan Protokol ini, harus berlaku mutatis mutandis terhadap ketentuan ayat ini.

3. Para Pihak Negara maju dan para Pihak Negara maju lain dalam Annex II Konvensi juga boleh menyediakan sumberdaya keuangan untuk implementasi pasal 10 melalui jalur-jalur bilateral, regional, dan multilateral kepada para Pihak Negara berkembang

PASAL 12

1. Suatu mekanisme pembangunan bersih dengan ini diberikan definisinya. 2. Tinjauan dari mekanisme pembangunan bersih adalah untuk membantu

Para Pihak yang tidak termasuk dalam Annex I dalam mencapai pembangunan berkelanjuatan dan untuk membantu Para Pihak yang termasuk dalam Annex I dalam mencapai penaatan terhadap komitmen pengurangan dan pembatasan emisi menurut Pasal 3.

3. Dibawah mekanisme pembangunan bersih : a) Para Pihak yang tidak termasuk dalam Annex I akan mendapat

keuntungan dari kegiatan proyek yang menghasilkan pengurangan emisi yang disertifikasi ; dan

b) Para Pihak yang termasuk dalam Annex I boleh menggunakan pengurangan emisi yang disertifikasi yang diperoleh dari kegiatan proyek tersebut untuk memberikan kontribusi untuk memenuhi komitmen pengurangan dan pembatasan emisi menurut Pasal 3, sebagaimana yang ditentukan oleh Konferensi para Pihak yang merupakan pertemuan para Pihak Protokol ini.

4. Mekanisme pembangunan bersih harus tunduk kepada wewenang dan pedoman dari Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini dan harus diawasi oleh suatu badan eksekutif mekanisme pembangunan yang bersih.

5. Pengurangan emisi yang dihasilkan dari setiap kegiatan proyek harus disahkan oleh entitas operasional yang akan ditunjuk oleh Konferensi Para Pihak yang merupakan Pertemuan Para Pihak Protokol ini atas dasar ; a) Partisipasi sukarela yang disetujui oleh masing-masing Pihak yang

terlibat b) Keuntungan nyata, dapat diukur dan berjangka panjang yang

berkaitan dengan mitigasi perubahan iklim ; dan

Page 143: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

c) Pengurangan dalam emisi yang merupakan tambahan atas pengurangan yang akan terjadi jika tidak ada kegiatan yang disahkan.

6. Mekanisme pembangunan bersih harus membantu dalam mengadakan pendanaan yang memadai atas kegiatan proyek yang disahkan.

7. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan para Pihak Protokol ini harus dalam sidang pertamanya, menyempurnakan modalitas dan prosedur dengan tujuan menjamin transparansi, efisien dan pertanggungjawaban melalui pemeriksaan dan verifikasi yang independent atas kegiatan proyek.

8. Konferensi para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protkol ini harus memastikan bahwa suatu bagi hasil dari kegiatan proyek yang disahkan digunakan untuk menutup biaya administrasi serta untuk membantu Negara-negara berkembang yang sangat rawan terhadap pengaruh yang merugikan dari perubahan iklim untuk memenuhi biaya adaptasi.

9. Partisipasi dalam mekanisme pembangunan bersih, termasuk kegiatan-kegiatan yang disebut dalam ayat-ayat 3 (a) diatas untuk menghasilkan pengurangan emisi yang disertifikasi, boleh melibatkan entitas swasta dan atau pemerintah dan akan harus tunduk terhadap semua pedoman yang diberikan oleh badan eksekutif mekanisme pembangunan bersih.

10. Pengurangan emisi yang disertifikasi yang diperoleh dari suatu periode setelah tahun 2000 sampai dengan permulaan periode komitmen pertama dapat digunakan untuk mencapai penaatan dalam periode komitmen pertama.

PASAL 13

1. Konferensi Para Pihak, badan tertinggi Konvensi, harus yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini.

2. Para Pihak Konvensi yang bukan Para Pihak Protokol ini boleh berpartisipasi sebagai pengamat dalam acara-acara siding Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan para Pihak Protokol ini. Ketika Konferensi Para Pihak merupakan pertemuan Para Pihak Protokol harus mengambil keputusan Protokol, maka keputusan harus diambil hanya oleh mereka yang merupakan Para Pihak protocol ini.

3. jika Konferensi Para pihak merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini, setiap anggota Biro Konferensi Para Pihak yang mewakili suatu Pihak Konvensi, yang pada waktu itu tidak merupakan suatu Pihak Protokol ini, harus diganti oleh anggota tambahan yang dipilih oleh dan dari antara Para Pihak Protokol ini.

4. Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus secara teratur meninjau implementasi Protokol ini dan harus mengambil, dalam batas-batas mandatnya, keputusan-keputusan yang perlu untuk meningkatkan efektivitas implementasinya. Pertemuan

Page 144: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

tersebut harus melaksanakan fungsinya yang diberikan oleh Protokol dan harus : a) Melakukan penilaian terhadap inplementasi Protokol yang

dilakukan oleh para Pihak atas dasar informasi yang tersedia sesuai dengan ketentuan Protokol ini, pengaruh yang ditimbulkan oleh implementasi Protokol ini, khususnya pengaruh terhadap lingkungan, ekonomi social serta dampak kumulatif dan tingkat kemajuan dalam mencapai tujuan Konvensi.

b) Memeriksa secara berkala kewajiban-kewajiaban para Pihak menurut Protokol ini dengan memberikan pertimbangan yang wajar atas tinjauan yang diisyaratkan oleh Pasal 4 Ayat 2 (d) dan Pasal 7 Ayat 2 Konvensi, menurut tujuan Konvensi tersebur, pengalaman yang diperoleh dalam implementasinya dan evolusi pengetahuan ilmiah dan teknologi dan dalam hal ini mempertimbangkan dan menyetujui laporan rutin tentang implementasi Protokol ini.

c) Meningkatnya dan mempermudah pertukaran informasi tentang tindakan yang diambil oleh Para Pihak untuk mengatasi perubahan iklim dan pengaruh-pengaruhnya, dengan memperhatikan keadaan, tanggung jawab, dan kemampuan yang berbeda dari Para Pihak dan komitmen mereka masing-masing menurut Protokol ini.

d) Atas permintaan dua Pihak atau lebih mempermudah koordinasi tindakan yang diambil oleh mereka untuk mengatasi perubahan iklim dan pengaruhnya dengan mempertimbangkan keadaan, tanggung jawab dan kemampuan yang berbeda-beda dari Para Pihak dan Komitmen mereka masing-masing menurut Protokol ini.

e) Meningkatkan dan membimbing sesuai dengan tujuan Konvensi dan ketentuan Protokol ini dan sepenuhnya memperhatikan keputusan-keputusan Konferensi Para Pihak yang relevan, pengembangan dan penyempurnaan berkala metodologi yang dapat diperbandingkan untuk implementasi protocol ini secara efektif, untuk disetujui oleh Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini.

f) Membuat rekomendasi tentang setiap hal yang perlu untuk mengimplementasi Protokol ini.

g) Berusaha untuk menggunakan sumberdaya keuangan tambahan sesuai dengan Pasal 11 Ayat 2.

h) Mendirikan badan-badan pembatu jika dipandang perlu untuk melaksanakan Protokol ini.

i) Mencari dan memanfaatkan, jika tepat, pelayanan, kerjasama dan informasi yang diberikan oleh organisasi-organisasi internasional yang kompeten, badan-badan antarpemerintah dan non pemerintah ; dan

j) Melaksanakan fungsi-fungsi lain sebagaimana diisyaratkan untuk implementasi Protokol ini dan mempertimbangkan tugas yang timbul dari suatu keputusan Konferensi Para Pihak.

Page 145: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

5. Aturan prosedur Konferensi Para Pihak dan prosedur-prosedur keuangan yang digunakan berdasarkan Konferensi harus berlaku mutatis mutandis atas Protokol ini, kecuali diputuskan berdasarkan consensus Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini.

6. Sidang pertama Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus diadakan oleh secretariat sehubungan dengan siding pertama Konferensi Para Pihak yang dijadwalkan setelah Protokol Kyoto efektif. Sidang biasa Konferensi Para Pihak Protokol berikutnya harus diadakan setiap tahun dan sehubungan dengan siding-sidang biasa Konferensi Para Pihak, jika tidak ditentukan lain oleh Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini.

7. Sidang-sidang luar biasa Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus diadakan pada waktu-waktu lain jika dipandang perlu oleh Konferensi Para Pihak Protokol ini, atau atas permintaan tertulis setiap Pihak, asalkan dalam waktu 6 bulan permintaan tersebut telah dikomunikasikan kepada Para Pihakoleh secretariat dan didukung oleh paling sedikit 1/3 dari Para Pihak.

8. PBB, badan-badan khususnya, dan Badan Atom Internasional serta Negara pengamat atau bukan anggota Konvensi, boleh diwakili pada sidang-sidang Konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini sebagai pengamat. Badan-badan nasional atau internasional, pemerintah atau non pemerintah yang layak dalam hal yang sedang diliputi oleh Protokol ini dan yang telah memberitahu kepada secretariat tentang keinginannya untuk diwakili di sidang konferensi Para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini sebagai seorang pengamat, dapat diizinkan kecuali jika paling sedikit 1/3 dari Para Pihak yang hadir menolaknya. Pengizinan dan partisipasi para pengamat harus tunduk kepada aturan prosedur, seperti yang dimaksud dalam Ayat 4 di atas.

PASAL 14

1. Sekretariat yang dibentuk melalui Pasal 8 konvensi akan menjadi secretariat Protokol.

2. pasal 8 Ayat 2 Konvensi tentang fungsi secretariat dan pasal 8 Ayat 3 Konvensi tentang pengaturan berfungsi secretariat, harus berlaku mutatis mutandis atas Protokol ini. Selain itu, secretariat harus melaksanakan fungsi-fungsi yang diberikan Protokol ini.

PASAL 15

1. Badan pembantu untuk Saran Ilmiah dan teknologi dan Badan Pembantu untuk Implementasi yang dibentuk berdasarkan Pasal-pasal 9 dan 10 Konvensi akan menjadi Badan pPembantu untuk Saran Ilmiah dan Teknologi dan Badan Pembantu untuk Implementasi Protokol ini.

Page 146: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Ketentuan yang berkaitan dengan berfungsinya dua badan tersebut menurut Konvensi harus berlaku mutatis dan mutandis atas Protokol ini. Sidang-sidang dari pertemuan Badan Pembantu untuk Saran Ilmiah dan Teknologi dan Badan Pembantu untuk Implementasi Protokol ini harus diadakan sejalan dengan pertemuan-pertemuan Badan pembantu untuk Saran Ilmiah dan teknologi dan badan Pembantu untuk Implementasi Konvensi.

2. Para Pihak Konvensi yang bukan merupakan Para Pihak protocol ini boleh berpartisipasi sebagai pengamat acara-acara sidang badan-badan pembantu. Jika badan-badan pembantu subsidiary merupakan badan-badan pembantu Protokol ini, keputusan-keputusan protocol ini harus diambil hanya oleh mereka yang merupakan Para Pihak Protokol ini.

3. Jika badan-badan pembantu yang dibentuk berdasarkan Pasal-pasal 9 dan 10 Konvensi tersebut melaksanakan fungsi-fungsi mereka mengenai hal-hal tentang Protokol ini, setiap anggota Biro dari badan-badan pembantu tersebut yang mewakili suatu Pihak Konvensi, tetapi pada waktu itu bukan merupakan Pihak Protokol ini, harus diganti oleh anggota tambahan yang akan dipilih oleh dan dari antara Para Pihak Protokol ini.

PASAL 16

Konferensi para pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus sesegera mungkin mempertimbangkan penerapan Protokol ini dan jika perlu memodifikasi proses konsultasi multilateral yang dimaksud dalam Pasal 13 Konvensi, sehubungan dengan keputusan-keputusan yang relevan yang dibuat oleh Konferensi para Pihak. Setiap Proses Konsultasi multilateral yang boleh digunakan untuk Protokol ini harus beroperasi tanpa mengurangi arti prosedur dan mekanisme yang ditentukan sesuai dengan Pasal 18

PASAL 17

Konferensi Para Pihak harus menentukan prinsip, modalitas, aturan dan pedoman yang relevan, khususnya untuk verifikasi, pelaporan dan pertanggungjawaban untuk perdagangan emisi untuk memenuhi komitmen mereka berdasarkan Pasal 3. setiap perdagangan harus merupakan kegiatan tambahan dari tindakan domestic untuk memenuhi komitmen pembatasan dan pengurangan emisi menurut pasal itu.

PASAL 18

Konferensi para Pihak yang merupakan pertemuan Para Pihak Protokol ini harus dalam sidang pertamanya menyetujui prosedur dan mekanisme yang tepat dan efektif untuk menentukan dan mengemukakan kasus-kasus ketidaktaatan terhadap

Page 147: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

ketentuan Protokol ini, termasuk melalui pengembangan suatu daftar indikatif tentang konsekuensi dengan memperhatikan sebab, jenis, tingkat dan frekuensi ketidaktaatan. Setiap Prosedur dan mekanisme menurut Pasal ini yang memiliki konsekuensi yang mengikat harus diadosi dengan cara amandemen atas Protokol ini.

PASAL 19

Ketentuan pasal 14 Konvensi tentang penyelesaian perselisihan harus berlaku mutatis mutandis atas Protokol ini.

PASAL 20

1. Setiap Pihak Boleh mengusulkan amandemen atas Protokol ini. 2. Amandemen atas protocol harus disetujui dalam suatu sidang biasa

Konferensi Para Pihak yang merupakan Pertemuan Para Pihak ini. Teks dari setiap amandemen yang diusulkan atas Pihak Protokol ini harus dikomunikasikan ke Para Pihak oleh secretariat paling sedikit enam bulan sebelum pertemuan yang akan membahas dan mengadopsi amandemen dilaksanakan. Secretariat juga harus mengkomunikasikan teks amandemen yang diusulkan kepada Para Pihak dan para penandatangan Konvensi dan kepada Depositori unutk informasi.

3. Para Pihak harus berusaha untuk mencapai persetujuan secara consensus atas setiap amandemen Protokol. Jika semua usaha yang ditempuh melalui consensus telahhabis dan belum mencapai persetujuan, maka sebagai pilihan terakhir amandemen tersebut harus disetujui oleh tiga per empat suara mayoritas Para Pihak yang hadir dan memberi suara pada pertemuan tersebut. Amandemen yang diadopsi harus dikomunikasikan oleh secretariat kepada Depositori, yang akan mengedarkan kepada semua Pihak untuk diterima oleh mereka.

4. Instrumen penerimaan dalam hal amandemen harus disimpan pada Depositori. Suatu amandemen yang disetujui dengan Ayat 3 diatas harus berlaku efektif bagi Para Pihak yang telah menerimanya pada hari ke-90 setelah tanggal penerimaan oleh paling sedikit tiga per empat dari Pihak Protokol ini.

5. Amandemen tersebut akan berlaku efektif untuk Pihak lain pada hari ke-90 setelah Pihak tersebut menyerahkan instrument yang menerima amandemen yang dimaksud kepada Depositori.

PASAL 21

1. Annex-annex Protokol ini harus merupakan suatu bagian integral dari perjanjian ini, kecuali jika dinyatakan tidak demikian, pada waktu yang

Page 148: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

sama rujukan kepada Protokol ini juga merupakan rujukan untuk setiap annex tersebut. Setiap annex yang diadopsi setelah berlakunya Protokol ini harus dibatasi pada daftar, formulir, dan bahan-bahan lainnya yang bentuknya deskriftif atau bersifat ilmiah, teknis, procedural atau administrative.

2. Setiap Pihak boleh membuat usulan-usulan untuk suatu annex atas Protokol ini dan boleh mengusulkan amandemen atas annex-annex Protokol ini.

3. Annex-annex Protokol ini dan amandemen atas annex-annex Protokol ini harus diterima dalam satu sidang biasa dari Konferensi Para Pihak Protokol ini. Teks setiap annex atau amandemen atas suatu annex yang diusulkan harus dikomunikasikan kepada Para Pihak oleh secretariat paling sedikit enam bulan sebelum pertemuan yang akan membahas dan mengadopsi dilaksanakan. Secretariat juga harus mengkomunikasikan teks setiap annex atau amandemen atas suatu annex yang diusulkan kepada para Pihak dan para penandatangan Konvensi dan kepada Depositori untuk informasi.

4. Para Pihak harus berusaha untuk mencapai suatu persetujuan atas suatu annex atau amandemen atas suatu Annex yang diusulkan melalui consensus. Jika semua usaha yang ditempuh melalui consensus telah habis dan belum mencapai persetujuan, maka sebagai pilihan terakhir annex atau amandemen atas suatu annex tersebut harus disetujui oleh tiga per empat suara mayoritas Para Pihak yang hadir dan memberi suara pada pertemuan tersebut. Annex atau amandemen atas suatu annex yang diadopsi harus dikomunikasikan oleh secretariat kepada depositori, yang harus mengedarkannya kepada semua Pihak untuk diterima mereka.

5. Suatu annex atau amandemen atas suatu annex selain Annex A atau Annex B, yang telah diadopsi sesuai dengan ayat-ayat 3 dan 4 diatas harus berlaku bagi semua Pihak Protokol ini enam bulan setelah tanggal komunikasi oleh Depositori kepada Para Pihak tenyang adopsi annex atau amandemen atas annex, kecuali untuk Para Pihak yang telah memberitahukan kepada Depositori secara tertulis dalam jangka waktu 6 bulan tentang ketidaksetujuan mereka tentang annex atau amandemen atas annex tersebut. Annex atau amandemen atas suatu annex harus berlaku bagi Para pihak yang menarik kembali pemberitahuan mereka tentang ketidaksetujuan pada hari ke-90 setelah tanggal penarikan pemberitahuan tersebut telah diterima oleh Depositori.

6. Jika adopsi suatu annex atau amandemen atas suatu annex melibatkan suatu amandemen atas Protokol ini, annex atau amandemen atas suatu annex tidak boleh berlaku sampai amandemen atas protocol ini berlaku.

7. Amandemen atas Annex-annex A dan B Protokol ini harus diadosi dan berlaku sesuai dengan prosedur yang ditentukan dalam Pasal 20, asalkan amandemen atas Annex B harus diadopsi hanya dengan persetujuan tertulis dari Pihak yang bersangkutan.

PASAL 22

Page 149: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

1. Masing-masing Pihak harus menpunyai satu hak suara, kecuali

sebagaimana yang ditentukan dalam Ayat 2 di bawah. 2. Organisasi-organisasi integral ekonomi regional, dalam hal-hal sebatas

konpetensi mereka, harus melaksanakan hak mereka untuk menggunakan hak suara mereka dengan jumlah hak suara yang sama dengan jumlah Negara anggota mereka yang merupakan Para Pihak Protokol ini. Organisasi semacam itu tidak boleh melaksanakan hak-haknya untuk hak suara jika setiap Negara anggotanya melaksanakannya haknya dan sebaliknya.

PASAL 23

Sekretariat Jendral PBB harus merupakan Depositori Protokol ini.

PASAL 24

1. Protokol ini harus terbuka bagi tandatangan dan dapat dilakukan ratifikasi, penerimaan atau persetujuan oleh Negara-negara dan organisasi-organisasi integrasi ekonomi regional yang merupakan Para Pihak Konvensi. Protokol ini juga harus terbuka bagi tandatangan di Markas Besar PBB di New York dari 16 Maret 1998 ke 15 Maret 1999. Protokol ini harus terbuka bagi aksesi setelah tertutup bagi tandatangan. Intrumen-instrumen ratifikasi, penerimaan, persetujuan dan aksesi harus disimpan oleh Depositori.

2. Setiap organisasi integrasi ekonomi regional yang menjadi suatu pihak Protokol ini tanpa Negara anggotanya yang menjadi Pihak harus terikat oleh semua kewajiban menurut Protokol ini. Dalam hal organisasi semacam itu, jika suatu Negara anggota atau lebih yang menjadi Pihak protocol ini, maka organisasi itu dan Negara anggotanya harus memutuskan tanggung jawab mereka masing-masing atas implementasi kewajiban-kewajiban mereka menurut Protokol ini. Dalam kasus-kasus semacam itu, organisasi tersebut dan Negara-negara anggiotanya tidak layak untuk melaksanakan hak-hak menurut Protokol ini secara bersama-sama.

3. dalam hak instrument ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau aksesi mereka, organisasi-organisasi integrasi ekonomi regional harus menyatakan tingkat kompetensi mereka tentang hal-hal yang diatur oleh protocol ini.

4. organisasi-organisasi ini juga harus memberitahu kepada Depositori yang pada gilirannya harus memberitahu mengenai perubahan substansial dalam tingkat kompetensi mereka.

Page 150: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

PASAL 25

1. Protokol ini harus berlaku pada hari ke-90 setelah tidak kurang dari 55 Pihak dalam Konvensi, termasuk para Pihak yang termasuk dalam Annex I yang telah memberikan paling sedikit 55 persen dari jumlah emisi karbondioksida untuk tahun 1990 dari Para Pihak yang termasuk dalam Annex I, telah menyerahkan atau aksesi mereka

2. Untuk kepentingan pasal ini, jumlah emisi karbon dioksida untuk 1990 dari Para pihak yanmg termasuk dalam Annex I berarti jumlah yang dikomunikasikan pada atau sebelum tanggal adopsi Protokol ini oleh Para Pihak yang termasuk dalam Annex I dalam komunikasi nasional mereka yang diserahkan sesuai dengan Pasal 12 Konvensi.

3. untuk setiap Negara atu organisasi integrasi ekonomi regional yang meratifikasi, menerima atau menyetujui Protokol ini atau yang mengaksesi setelah syarat-syarat yang diterangkan dalam ayat 1 diatas untuk berlakunya telah dipenuhi, Protokol ini harus berlaku pada hari ke 90 setelah tanggal penyerahan intrumen ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau aksesi.

4. Untuk kepentingan pasal ini, setiap instrument yang disimpan oleh suatu organisasi integrasi ekonomi tidak boleh dianggap sebagai suatu instrument yang disimpan oleh Negara-negara anggota organisasi tersebut.

PASAL 26

Tidak ada reservasi yang boleh dilakukan untuk Protokol ini.

Pasal 27

1. Pada suatu saat setelah 3 tahun sejak protocol ini berlaku bagi suatu Pihak, Pihak itu boleh mengundurkan diri dari Protokol ini dengan memberikan pemberitahuan tertulis kepada Depositori.

2. Setiap pengunduran diri harus berlaku setelah satu tahun kadaluarsa terhitung dari tanggal penerimaan oleh Depositori, tentang pemberitahuan pengunduran diri atau pada tanggal yang lebih dulu mundur yang ditentukan dalam pemberitahuan pengunduran diri.

3. Setiap Pihak yang mengundurkan diri dari Konvensi harus juga dianggap telah mengundurkan diri dari Protokol ini.

PASAL 28

Page 151: Jbptunpaspp Gdl Inggasuwan 374 1 Penolaka u

Bentuk asli Protokol ini merupakan naskah berbahasa Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia, dan Spanyol yang sama-sama otentik, harus disimpan pada Sekretaris PBB. DILAKUKAN di Kyoto pada hari kesebelas bulan Desember tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh tujuh. SEBAGAI SAKSI DEMIKIANLAH penandatangan, yang benar-benar diberi wewenang untuk hal itu, telah membubuhkan tanta tangan mereka atas Protokol ini pada tanggal yang ditujukan