Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2

7
9 BAB II Kerangka Tektonik dan Geologi Regional II.1. Kerangka Tektonik Dalam kerangka tektonik Indonesia, Pulau Sulawesi dan Selat Makassar berada dalam pengaruh tektonisasi yang komplek oleh beberapa lempeng dan lempeng (gambar 2.1) Berdasarkan data gravitasi regional, Cekungan Makassar adalah cekungan yang memiliki sedimentasi yang tebal, dan berdasarkan analisis data gravitasi lokal di sekitar Selat Makassar, Cekungan Makassar di laut Selat Makassar saat ini memiliki ketebalan kerak benua yang lebih tipis dibanding daratan Sulawesi barat maupun daratan Kalimantan timur (gambar 2.2). Gambar 2.1 Cekungan Makassar dalam posisi kerangka tektonik regional Indonesia,Asia Tenggara dan Dunia

Transcript of Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2

Page 1: Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2

9

BAB II Kerangka Tektonik dan Geologi Regional

II.1. Kerangka Tektonik

Dalam kerangka tektonik Indonesia, Pulau Sulawesi dan Selat Makassar berada dalam

pengaruh tektonisasi yang komplek oleh beberapa lempeng dan lempeng (gambar 2.1)

Berdasarkan data gravitasi regional, Cekungan Makassar adalah cekungan yang

memiliki sedimentasi yang tebal, dan berdasarkan analisis data gravitasi lokal di

sekitar Selat Makassar, Cekungan Makassar di laut Selat Makassar saat ini memiliki

ketebalan kerak benua yang lebih tipis dibanding daratan Sulawesi barat maupun

daratan Kalimantan timur (gambar 2.2).

Gambar 2.1 Cekungan Makassar dalam posisi kerangka tektonik regional Indonesia,Asia Tenggara dan Dunia

Page 2: Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2

10

II.2. Kerangka Geologi Regional

Dalam kerangka geologi regional, di Cekungan Makassar terdapat sesar-sesar

mendatar regional berarah WNW/NW – ESE/SE. Sesar mendatar yang telah dikenali

dan sering termuat dalam publikasi adalah Sesar mendatar Sangkulirang-Palu-Koro

yang berada di sebelah utara cekungan, serta Sesar mendatar Adang-Lupar di bagian

tengah cekungan. (gambar 2.3.a).

Secara fisiografi, Cekungan Makassar dibatasi sebelah barat oleh daratan Kalintantan

Timur dengan Delta Mahakam, sumbu perlipatan SSW-NNE dan Paternoster

platform, sebelah utara oleh Tinggian Mangkalihat, sebelah timur oleh daratan

Sulawesi barat dan jalur thrust-fold berarah sumbu SSW-NNE, dan sebelah selatan

oleh Laut Jawa. (gambar 2.3.b).

Fase tektonik kompresif pada awal Neogen menjadikan Kalimantan mengalami

pengangkatan yang menyebabkan pengendapan turbidit ke arah timur yang mengisi

laut dalam di Cekungan Makassar (Sinchia dkk, 2005).

Gambar 2.2 Cekungan di Selat Makassar mengalami penipisan kerak benua dengan sedimentasi yang tebal

Page 3: Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2

11

Fase tektonik kompresif pada kala Pliosen mengakibatkan Sulawesi mengalami

pengangkatan dan membentuk strukturasi fold-belt di Sulawesi Barat. Sejak Pliosen

hingga Resen, Strukturasi Fold Belt Sulawesi Barat diperkirakan mempengaruhi arah

dan material pengendapan sedimen ke Cekungan Makassar bagian timur.

II.3. Kronotratigrafi

Kronostratigrafi Cekungan Makassar adalah kronostratigrafi selama tersier karena

berdasarkan data geologi permukaan dan data pemboran, sedimen tertua di cekungan

Makassar dan sekitarnya berumur Eosen (gambar 2.4).

ESE

Near Top Pliocene

Upper Miocene

Mid Miocene

Top Berai CarbLower Oligocene

Unc.

Top Basement

Sea bottom

WNW

am   

KALIMANTAN SULAWESISELAT MAKASSAR

Gambar 2.3 Fisiografi di sekitar Cekungan Makassar

(a) (b)

Gambar 2.4 Kolom Kronostratigrafi Cekungan Makassar dan sekitarnya

Page 4: Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2

12

II.4. Stratigrafi umum

Kesetaraan stratigrafi untuk Cekungan Makassar ke arah barat adalah dengan

mempertimbangkan stratigrafi umum yang ada di Kalimantan timur, antara lain

stratigrafi di Sub-cekungan Kutei sebagaimana terdapat pada gambar 2.5.

Sedangkan kesetaraan stratigrafi ke arah timur dengan mempertimbangkan stratigrafi

umum yang terdapat di daratan Sulawesi barat, antara lain dengan daerah Lariang-

Karama, seperti ditunjukkan pada gambar 2.6.

II.4. Tinjauan penelitian sebelumnya

Gambar 2.5 Kolom stratigrafi umum Sub-cekungan Kutei, Kalimantan timur.

Gambar 2.6 Kolom stratigrafi dan paleogeografi daerah Lariang- Karama,Sulawesi barat

Page 5: Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2

13

Beberapa penelitian telah dilakukan di Cekungan Makassar, tetapi mungkin karena

keterbatasan data bawah permukaan, maka pada bagian timur Cekungan Makassar

belum ada penelitian yang mengkaji lebih rinci mengenai sistem dan mekanisme

pembentukan Cekungan Makassar, evolusi lingkungan tektonik dan pengaruhnya

dalam pembentukan tatanan megasekuen/sekuen tektono-stratigrafi.

Debat pendapat dari berbagai peneliti masih berlanjut mengenai jenis kerak yang

mengalasi Cekungan Makassar, apakah Kerak Samudra atau Kerak Benua. Terdapat

juga pendapat yang lebih disukai, bahwa alas cekungan berupa Kerak Benua yang

tipis (Sinchia dkk, 2005), tetapi hanya sedikit yang meneliti lanjut tentang mekanisme

lain dari pembentukan Cekungan Makassar, selain dari pendapat bahwa Cekungan

Makassar terbentuk sebagai cekungan pemekaran (rift basin) pada kerak benua dalam

sistem passive margin.

Pembentukan Cekungan Makassar, oleh beberapa penulis, terkait erat dengan

peristiwa dispersal dari lempeng benua Paparan Sunda (Sundaland) ke arah tenggara

ketika awal paleogene, seperti yang dinyatakan oleh Satyana et al., 2003

(gambar.2.7).

Gambar 2.7 Pembukaan Cekungan Makassar akibat dari dispersal dari bagian tenggara Sundaland

(Satyana et al., 2003)

Page 6: Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2

14

Peristiwa dispersal ini dianggap memicu terjadinya fase tektonik regangan yang

menimbulkan pemekaran benua sehingga Kalimantan Timur terpisah dengan

Sulawesi Barat. Pemekaran membentuk Cekungan Makassar dengan banyak patahan

dan graben di alas cekungan yang diikuti dengan pengisisian sedimen tersier.

Menurut Satyana, 2003, Pada zaman Kapur, di ujung tenggara lempeng kontinen

Sundaland, yaitu di bagian barat Kalimantan, terjadi akresi dari mikrokontinen

gondwana, yaitu: Sumba, Paternoster, Pompangeo dan Mangkalihat (gambar 2.8).

Meskipun tektogenesa pembukaan cekungan Makassar disebutkan akibat dispersal

dari bagian tenggara Paparan Sunda, namun rincian mekanisme pembentukan

Cekungan Makassar tidak dibahas dengan jelas, apakah sebagai rift basin dengan

penyerta sesar-sesar transform, ataukah karena mekanisme yang lain.

Gambar 2.8 Rekonstruksi paleotektonik SE Sundaland serta jejak terakresi selama zaman Kapur menurut Satyana, 2003.

Page 7: Jbptitbpp gdl-brahmantyo-34557-3-2009ts-2

15

Nur’Aini et.al., 2005, menyusun tektono-megasekuen Cekungan Makassar utara

berdasarkan asumsi cekungan Makassar sebagai cekungan rekah (rift basin) sehingga

menggunakan istilah genetis: pre-rift, synrift dan post-rift untuk satuan tektono-

megasekuen (gambar 2.9.a). Tetapi pada satu penampang seismik yang ditunjukkan

dalam publikasinya, terlihat adanya keberadaan horst dan graben yang cenderung

terbentuk di periode post-rift (gambar 2.9.b).

Gambar 2.9 (a) Tektono-megasekuen Cekungan Makassar utara menurut Nur’Aini et.al., 2005. (b). Penampang seismik WNW-ESE di Cekungan Makassar utara dalam publikasi Nur’Aini et.al., 2005, Terdapat horts dan

graben did b k t b t k d t if