Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum...

60
61 Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum Pertanian III.1 Profil Jawa Barat Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan Propinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor: 378). Propinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat. Selama lebih kurang 50 tahun sejak pembentukannya, wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Barat baru bertambah 5 wilayah, yakni Kabupaten Subang (1968), Kota Tangerang (1993), Kota Bekasi (1996), Kota Cilegon dan Kota Depok (1999). Padahal dalam kurun waktu tersebut telah banyak perubahan baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, maupun kemasyarakatan. Berikut peta Propinsi Jawa Barat: Gambar III.1 Peta Propinsi Jawa Barat (http://www.jabar.go.id)

Transcript of Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum...

Page 1: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

61

Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum Pertanian

III.1 Profil Jawa Barat

Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat merupakan Propinsi

yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor: 378). Propinsi Jawa

Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang Pembentukan Propinsi

Jawa Barat. Selama lebih kurang 50 tahun sejak pembentukannya, wilayah

Kabupaten/Kota di Jawa Barat baru bertambah 5 wilayah, yakni Kabupaten Subang

(1968), Kota Tangerang (1993), Kota Bekasi (1996), Kota Cilegon dan Kota Depok

(1999). Padahal dalam kurun waktu tersebut telah banyak perubahan baik dalam

bidang pemerintahan, ekonomi, maupun kemasyarakatan. Berikut peta Propinsi Jawa

Barat:

Gambar III.1 Peta Propinsi Jawa Barat (http://www.jabar.go.id)

Page 2: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

62

Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki alam dan

pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat diberdayakan,

antara lain menyangkut Sumber Daya Air, Sumber Daya Alam dan Pemanfaatan

Lahan, Sumber Daya Hutan, Sumber Daya Pesisir dan Laut serta Sumber Daya

Perekonomian. Dalam kurun waktu 1994-1999, secara kuantitatif jumlah Wilayah

Pembantu Gubernur tetap 5 wilayah dengan tediri dari : 20 kabupaten dan 5

kotamadya, dan tahun 1999 jumlah kotamadya bertambah menjadi 8 kotamadya.

Kota administratif berkurang dari enam daerah menjadi empat, karena Kotip Depok

pada tahun 1999 berubah status menjadi kota otonom.

Tabel III.1 Data Kab/Kota Jawa Barat (Sumber: Survei Sosial Ekonomi Daerah Tahun 2005)

No Kabupaten/Kota Luas Wilayah (Km2)

Jumlah Penduduk

Kepadatan (Jiwa/Km2)

1 2 3 4 5 1 Kab. Bogor 3.440,71 3.945.111 1.147 2 Kab. Sukabumi 3.934,47 2.210.091 562 3 Kab. Cianjur 3.432,96 2.079.306 606 4 Kab. Cirebon 988,28 2.084.572 2.109 5 Kab. Indramayu 2.000,99 1.749.170 874 6 Kab. Kuningan 1.178,58 1.073.172 911 7 Kab. Majalengka 1.204,24 1.184.760 984 8 Kab. Bekasi 1.484,37 1.917.248 1.292 9 Kab. Karawang 1.737,53 1.939.674 1.116 10 Kab. Purwakarta 969,82 760.22 784 11 Kab. Subang 2.051,76 1.406.976 686 12 Kab. Bandung 2.000,91 4.134.504 2.066 13 Kab. Sumedang 1.522,21 1.043.340 685 14 Kab. Garut 3.065,19 2.260.478 737 15 Kab. Tasikmalaya 2.680,48 1.635.661 610 16 Kab. Ciamis 2.556,75 1.522.928 596 17 Kota Depok 200,29 1.353.249 6.756 18 Kota Bogor 21,56 833.523 38.661 19 Kota Sukabumi 12,15 278.418 22.915 20 Kota Cirebon 37,54 276.912 7.376 21 Kota Bekasi 210,49 1.931.976 9.178 22 Kota Bandung 167,27 2.290.464 13.693 23 Kota Cimahi 48,42 482.763 9.97 24 Kota Tasikmalaya 471,62 579.128 1.228 25 Kota Banjar 1.135,90 166.868 147

Jumlah 34.816,96 39.140.812

Page 3: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

63

Dengan lahirnya UU No.23 Tahun 2000 tentang Provinsi Banten, maka Wilayah

Administrasi Pembantu Gubernur Wilayah I Banten resmi ditetapkan menjadi

Provinsi Banten dengan daerahnya meliputi : Kabupaten Serang, Kabupaten

Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten/Kota Tangerang serta Kota Cilegon.

Adanya perubahan itu, maka saat ini Provinsi Jawa Barat terdiri dari : 16 Kabupaten

dan 9 Kotamadya, dengan membawahkan 584 Kecamatan, 5.201 Desa dan 609

Kelurahan. Adapun monografinya Data tahun 2005

III.1.1 Visi dan Misi Jawa Barat

Visi Jawa Barat

Perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan melalui

pembaharuan mekanisme perencanaan pembangunan daerah dengan melibatkan

semua komponen masyarakat dalam setiap tahapan pelaksanaan. Pelibatan potensi

masyarakat tersebut antara lain ditempuh melalui berbagai dialog, seperti Dialog

Sunda 2010, Dialog Jawa Barat 2010, Dialog Rencana Regional Makro, Dialog

Rencana Tata Ruang Wilayah, Dialog Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, dan Dialog

Delapan Kawasan Andalan yang diikuti oleh unsur masyarakat, pakar Penguruan

Tinggi, dan Birokrat yang memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

Di samping itu dilaksanakan pula forum koordinasi pembangunan sebagai formulasi

baru RAKORBANG dengan nuansa dan semangat yang baru, serta diawali dari

motivasi untuk lebih menyerap aspirasi Kabupaten/Kota dan masyarakat.

Setelah mengalami proses yang panjang dan telaahan yang mendalam dari berbagai

pihak terkait dalam dialog-dialog interaktif, maka diformulasikan visi Jawa Barat

yaitu:

'JAWA BARAT DENGAN IMAN DAN TAKWA SEBAGAI PROVINSI

TERMAJU DI INDONESIA DAN MITRA TERDEPAN IBU KOTA NEGARA

TAHUN 2010'

Pada penetapan visi tersebut didasarkan kepada beberapa pengertian yaitu untuk

mencapai cita-cita Bangsa Indonesia, seluruh lapisan masyarakat Jawa Barat terutama

Page 4: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

64

Penyelenggara Negara, para Elit Politik, para Cendekiawan dan Pemuka Masyarakat,

harus bersatu dan bekerja keras untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa

Barat. Jawa Barat sudah selayaknya berupaya menjadi Provinsi termaju di Indonesia

mengingat banyaknya potensi baik berskala daerah maupun berskala nasional.

Seperti; potensi industri strategis, potensi perguruan tinggi, dukungan sumber daya

alam, faktor iklim dan budaya gotong royong dan ditunjang oleh kehidupan

masyarakat yang agamis.

Pengertian 'termaju' memberi implikasi munculnya ketergantungan provinsi-provinsi

lain kepada Jawa Barat. Sedangkan ketergantungan Provinsi Jawa Barat kepada

provinsi lain diusahakan sekecil mungkin. Provinsi Jawa Barat selama ini dijadikan

sebagai penyangga ibu Kota Negara dengan segala konsekuensinya harus bergeser

dan menjadi 'mitra' terdepan yang dilandasi dengan asas kesetaraan dan kesepahaman

dalam arti tidak lagi terekploitasi segala potensinya.

Misi Jawa Barat

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, maka telah dirumuskan beberapa misi

dengan rincian sebagaimana berikut dibawah ini.

1. Menciptakan situasi kondusif melalui terselenggaranya reformasi politik sehat.

2. Mendorong berkembangnya masyarakat madani yang dilandasi nilai-nilai agama

dan nilai-nilai luhur budaya daerah ( silih asih, silih asah, silih asuh pikeun

ngawujudkeun masyarakat anu cageur, bageur, bener, pinter tur singer)

3. Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat melalui pemerintahan yang

bersih dan terbuka.

4. Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan.

5. Menjadikan Jawa Barat sebagai kawasan yang menarik untuk penanaman modal.

6. Memberdayakan potensi Lembaga Keuangan untuk mendorong usaha ekonomi

masyarakat.

Page 5: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

65

7. Memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan IPTEK yang bersumber dari

Perguruan Tinggi serta Lembaga Penelitian Dan Pengembangan.

Provinsi Jawa Barat, sejak berdirinya sampai sekarang telah dipimpin oleh 11 orang

Gubernur, yaitu :

1) M Sutardjo Kartohadi (1945-1946),

2) Mr.Datuk Djamin (1946),

3) M.Sewaka (1946-1952),

4) R.Muhamad sanusi Hardjadinata (1952-1956),

5) R.Ipik Gandamana (1956-1960),

6) H. Mashidu (1960-1970),

7) Solihin GP (1970-1975),

8) H.Aang Kunaefi (1975-11985),

9) HR.Yogie SM (1985-1993),

10) R.Nuriana (1993-2003) dan

11) H.Danny Setiawan (2003 – sekarang).

Pemerintah Provinsi Jawa Barat, terdiri dari unsur Sekertariat Daerah (Setda) yang

meliputi : Sekertaris daerah dan Assisten-Assisten : Pemerintahan, Perekonomian,

Adminsitrasi dan Kesejahteraan Sosial serta biro-biro yang seluruhnya 13 biro ; 20

Dinas ; 16 Badan ; 1 Kas Daerah, 1 Kantor Perwakilan pemerintah Provinsi Jawa

Barat, yang berkedudukan di Jakarta.

III.1.2 Kondisi Geografi

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5°50 - 7°50 LS dan 104°48 -

104°48 BT dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut

Jawa bagian barat dan Banten serta DKI Jakarta di utara, sebelah timur berbatasan

dengan Provinsi Jawa Tengah, antara Samudra Indonesia di Selatan dan Selat Sunda

di barat. Dengan daratan dan pulau-pulau kecil (48 Pulau di Samudera Indonesia, 4

Pulau di Laut Jawa, 14 Pulau di Teluk Banten dan 20 Pulau di Selat Sunda), luas

wilayah Jawa Barat 44.354,61 Km2 atau 4.435.461 Ha.

Page 6: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

66

Gambar III.2 Peta Administrasi Jawa Barat (http://www.jabar.go.id)

Kondisi geografis yang strategis ini merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat

terutama dari segi komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan daerah

berdatar rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai

serta dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah.

Dengan ditetapkannya Wilayah Banten menjadi Provinsi Banten, maka luas wilayah

Jawa Barat saat ini menjadi 34.816,96 (Data berdasarkan Survei Sosial/Ekonomi

2005)

III.1.3 Topografi

Ciri utama daratan Jawa Barat adalah bagian dari busur kepulauan gunung api (aktif

dan tidak aktif) yang membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung

utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam di

selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng

Page 7: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

67

bukit yang landai di tengah ketinggian 100 1.500 m dpl, wilayah dataran luas di utara

ketinggian 0 . 10 m dpl, dan wilayah aliran sungai.

III.1.4 Iklim

Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 90 C di Puncak Gunung Pangrango

dan 340 C di Pantai Utara, curah hujan rata-rata 2.000 mm per tahun, namun di

beberapa daerah pegunungan antara 3.000 sampai 5.000 mm per tahun.

III.1.5 Populasi

Berdasarkan hasil Sensusnas tahun 1999 jumlah penduduk Jawa Barat setelah Banten

terpisah berjumlah 34.555.622 jiwa. Pada tahun 2000 berdasarkan sensus penduduk

meningkat menjadi 35.500.611 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 1.022 jiwa

per Km2. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk selama dasawasra 1990 - 2000

mencapai angka 2,17 %.

Sedangkan pada tahun 2003, jumlah penduduk telah bertambah menjadi 38.059.540

jiwa. Selanjutnya berdasarkan Survei Sosial dan Ekonomi pada Tahun 2004, jumlah

penduduk Jawa Barat, berkembang menjadi 39.140.812 jiwa.

Berdasarkan data dari BPS Jawa Barat menunjukan bahwa jumlah penduduk Jawa

Barat tahun 2005 terus berkembang dengan jumlah 39.960.869 jiwa dan pada tahun

2006 perkembangan jumlah penduduk terus meningkat menjadi 40.737.594 jiwa.

Penduduk Jawa Barat setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan karena

dalam setiap tahunnya jumlah penduduk Jawa Barat mengalami peningkatan di atas

2%, kepadatan penduduk ini dapat dilihat pada gambar peta kepadatan penduduk di

Jawa Barat di bawah ini:

Page 8: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

68

Gambar. III.3 Peta Kepadatan Penduduk Jawa Barat (http://www.jabar.go.id)

III.1.6 Sosial Budaya

Masyarakat Jawa Barat di kenal sebagai masyarakat yang agamis, dengan kekayaan

warisan budaya dan nilai-nilai luhur tradisional, serta memiliki prilaku sosial yang

berfalsafah pada silih asih, silih asah, silih asuh, yang secara harfiah berarti saling

mengasihi, saling memberi pengetahuan dan saling mengasuh diantara warga

masyarakat.

Tatanan kehidupannya lebih mengedepankan keharmonisan seperti tergambar pada

pepatah; “Herang Caina Beunang Laukna” yang berarti menyelesaikan masalah tanpa

menimbulkan masalah baru atau prinsip saling menguntungkan.

Masyarakat Jawa Barat memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebajikan.

Hal ini terekspresikan pada pepatah “Ulah Unggut Kalinduan, Ulah gedag

Kaanginan”; yang berarti konsisten dan konsekuen terhadap kebenaran serta

Page 9: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

69

menyerasikan antara hati nurani dan rasionalitas, seperti terkandung dalam pepatah

“Sing Katepi ku Ati Sing Kahontal ku Akal”, yang berarti sebelum bertindak tetapkan

dulu dalam hati dan pikiran secara seksama. Jawa Barat di lihat dari aspek sumber

daya manusia memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia dan sebagai provinsi

yang mempunyai proporsi penduduk dengan tingkat pendidikan, jumlah lulusan strata

1, strata 2 dan strata 3, terbanyak dibandingkan dengan provinsi lain.

III.2 Gambaran Umum Pertanian di Jawa Barat

Sektor pertanian agribisnis dalam kebijakan pembangunan propinsi Jawa Barat tahun

2003 – 2008 diletakkan sebagai core pembangunan bidang ekonomi dimana

kebijakan pembangunan daerah, yaitu: 1). Kebijakan pembangunan sosial, 2).

Kebijakan pembangunan ekonomi, 3). Kebijakan infrastruktur, tata ruang dan

lingkungan hidup. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, khususnya sub sektor

pertanian tanaman pangan dan holtikultura, telah diletakan sebagai andalan sekaligus

diharapkan mampu menjadi motor penggerak pembangunan sektor lainnya.

Kebijakan ini telah menunjukkan kesejalanannya dengan kebijakan pembangunan

bidang ekonomi nasional yaitu: Revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan

sebagai agenda dan peroiritas pembangunan ekonomi 2005 – 2009. Fokus kebijakan

tersebut adalah untuk memecahkan masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia

saat ini, yaitu kemiskinan, pengangguran, dan daya saing produk baik di pasar

domestik maupun di pasar internasional.

Berdasarkan Perda Nomor 2 tahun 2003, tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah

Propinsi Jawa Barat, maka peluang untuk pengembangan pembangunan disemua

sektor di Jawa Barat sangat terbuka lebar bila melihat potensi dan karakteristik yang

dimiliki masing-masing wilayah, dalam perda tersebut ditetapkan 8 (delapan)

kawasan andalan yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi bagi

kawasan tersebut (counter magnit), prioritas pembangunan ekonomi juga diarahkan

pada kawasan dimaksud, adapun kawasan andalan di Jawa Barat adalah:

Page 10: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

70

1. Bogor-Depok-Bekasi (Bodebek) Menjadikan Kawasan Andalan Bodebek unggul

dalam bidang industri, pariwisata, perdagangan dan jasa, sumber daya manusia

yang mempunyai keterkaitan dengan sumber daya lokal, berdaya saing,

berorientasi ekspor dan ramah lingkungan.

2. Bogor-Puncak-Cianjur (Bopunjur). Mengembangkan Bopunjur sebagai kawasan

unggulan agribisnis dan pariwisata dengan memberdayakan masyarakat setempat

dan tetap mempertahankan fungsi konservasi.

3. Sukabumi dsk. Mengembangkan sektor agribisnis, peternakan, pariwisata dan

bisnis kelautan yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan modal

investasi untuk menghasilkan daya saing global.

4. Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan. Mengembangkan Kawasan Ciayu-

majakuning menjadi kawasan agribisnis yang didukung sektor industri,

perdagangan dan jasa, perikanan laut dan darat, pertanian tanaman pangan,

kehutanan, perkebunan dan peternakan dengan meningkatkan fungsi pelabuhan.

5. Cekungan Bandung dsk Kawasan Cekungan Bandung sebagai pusat

pengembangan sumberdaya manusia dalam rangka mendukung industri,

perdagangan dan jasa, pertanian hortikultura, pariwisata, perkebunan, perikanan,

peternakan, pendidikan dan pengetahuan.

6. Priangan Timur dsk Mewujudkan kawasan Priangan Timur menjadi sentra bisnis

dengan memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan produktivitas pada

sektor agribisnis, industri, perkebunan, peternakan, perikanan laut dan darat,

kehutanan serta pariwisata.

7. Pangandaran dsk Mengembangkan Kawasan Pangandaran sebagai tujuan wisata

utama yang mempunyai daya saing dan berbasis masyarakat yang mampu

mengoptimalkan sumberdaya alam dengan menerapkan IPTEK untuk menjamin

peningkatan kesejahteraan pelaku ekonomi dengan tanpa merusak lingkungan

dan nilai-nilai budaya setempat.

8. Purwakarta-Subang-Karawang (Purwasuka) dsk Mengembangkan Purwasuka

sebagai kawasan unggul industri pengolahan, pariwisata, perkebunan, pertanian

tanaman pangan, perikanan darat, peternakan dan bisnis kelautan yang berdaya

Page 11: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

71

saing tinggi dan berorientasi ekspor. (Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Jawa Barat, 2006)

Adapun 8 kawasan andalan apabila dilihat dalam bentuk gambar peta seperti pada

peta kawasan andalan dan kawasan tertingal Propinsi Jawa Barat pada gambar di

bawah ini:

Gambar III.4 Kawasan Andalan dan Kawasan Tertinggal Propinsi Jawa Barat (http://www.jabar.go.id)

Dengan melihat kondisi di atas, maka untuk mewujudkan akselerasi peningkatan

kesejahteraan masyarakat dengan indikator tercapainya IPM = 80 pada tahun 2010,

tentunya merupakan hal yang sangat berat. Sehubungan dengan kondisi tersebut,

maka pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura mulai

tahun 2005 perlu melaksanakan implementasi revitalisasi dan akselerasi dengan lebih

efektif dan efisien. Dalam kaitanya dengan hal ini, kebijakan dan langkah strategis

serta prioritas dan fokus kegiatan pembangunan pertanian tanaman pangan dan

Page 12: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

72

holtikultura, ditempuh melalui tiga program pokok, yaitu: 1). Program Peningkatan

Ketahanan Pangan. 2). Program Pengembangan Agribisnis. 3). Program

Pemberdayaan SDM Pertanian.

Keadaan topografi Jawa Barat sangat beragam, yaitu sebelah utara terdiri dari daratan

rendah, sebelah tengah daratan tinggi bergunung-gunung dan disebelah selatan terdiri

dari daerah bukit-bukit dan pantai. Berdasarkan fisiografi, Jawa Barat dapat

distrasifikasikan kedalam tiga strata wilayah yaitu:

1. Strata wilayah daratan rendah pantai utara, yaitu wilayah yang dengan topografi

datar, dengan dominasi lahan sawah dan lahan keringnya sangat terbatas. Meliputi

Kabupatem Bekasi, Karawang, Subang, Indramayu, dan Cirebon. Dengan

dominasi lahan tersebut, maka usaha tani yang dominan juga adalah padi sawah,

sehingga dijuluki dengan lumbung padi/beras, baik bagi Jawa Barat maupun bagi

Nasional.

2. Strata wilayah daratan tinggi bagian tengah, dimana antara lahan sawah dan lahan

kering hampir berimbang, dengan topografi umumnya berbukit sehingga berbagai

komoditi dapat dikembangkan: padi, palawija, sayuran, buah-buahan, tanaman

hias dan aneka tanaman lainnya. Meliputi Kabupaten Bogor, Purwakarta,

Bandung, Sumedang, Kuningan, Majalengka, serta bagian utara Kabupaten

Sukabumi, Cianjur, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis.

3. Strata Wilayah Jawa Barat Selatan, dengan topografi didominasi oleh bukit

pegunungan, dengan hanya sekidit lahan datar, sehingga luas sawah terbatas

umumnya disekitar sungai dan sekitar pantai. Pengembangan usaha tani tanaman

pangan harus hati-hati dengan mempertimbangkan kemiringan lahan dan dengan

usaha tani konservasi. Meliputi bagian selatan dari Kabupaten Sukabumi, Cianjur,

Garut, Tasikmalaya dan Ciamis.

Page 13: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

73

III.2.1 Jenis Tanah

Jenis tanah di Jawa Barat dilihat dari sifat morfologisnya yang didasarkan kepada

azas-azas terjadinya tanah dan reaksi tanah, tanaman dan aktivitas manusia, maka

tanah di Jawa Barat bisa dibagi dalam Sembilan (9) jenis tanah (soil group).

Perbedaan jenis tanah tersebut akan sangat berpengaruh terhadap jenis usaha tani

yang dilaksanakan pada tanah tersebut.

Sebaran tiap jenis tanah yang ada di propinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel

dibawah ini. Luas setiap jenis tanah dihitung dari peta tanah tinjau Propinsi Jawa

Barat yang dikeluarkan oleh Lembaga Pusat Penelitian Tanah. Dari tabel tersebut

terlihat bahwa di Propinsi Jawa Barat terdapat 3 jenis tanah utama yaitu: Latosol,

Podsolik merah kuning dan Aluvial.

Tabel III.2 Perkiraan Luas Tanah Jawa Barat Penggunaan Menurut Jenisnya (Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat 2000)

No. Jenis Tanah Luas

Penggunaan Km2 %

1 Latosol 17.138.871 37.017 Padi, Palawija, Kopi, Coklat, Lada, Buah-buahan, Sayuran, Ubi kayu

2 Podsolik merah kuning 12.081.059 26.093 Ladang, Hutan, Karet 3 Aluvial 7.456.152 16.104 Padi, Palawija, Perikanan darat 4 Andosol 3.152.567 6.809 Sayuran, Bunga, Teh, Kina, Kopi

tropis, Baik untuk obyek turisme. 5 Regosol 1.925.617 4.159 Kedelai, Kacang tanah, Kentang,

Tebu, Kapas, Sisal, Karet, Kina, Kelapa, Kelapa Sawit, Coklat, Teh,

Kina 6 Glei 1.822.831 3.937 Padi, Lada, Ubi jalar 7 Grumusol 1.792.736 3.872 Perkebunan, Padi, Kedelai, Tebu,

Kacang-kacangan, Tembakau, Hutan Jati

8 Mediteran 911.647 1.969 Padi, Jagung, Kapas 9 Organosol 19.446 0.042 Palawija, Padi, Karet Jumlah 46.300.926 100.00

III.2.2 Potensi Penggunaan Sumber Daya Lahan Pertanian

Lahan adalah merupakan salah satu faktor produksi, yang ketersediannya merupakan

salah satu syarat untuk dapat berlangsungnya proses produksi di bidang pertanian.

Page 14: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

74

Produktivitas dari lahan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan, tekstur tanah,

serta ketersediaan air dan iklim yang cocok. Berdasarkan data Dinas Pertanian

Propinsi Jawa Barat mengenai data lahan pertanian Kabupaten/Kota terlampir.

Adapun rekapitulasi luas lahan pertanian di Jawa Barat dari tahun 1995 sampai

dengan tahun 2006 adalah sebagai berikut:

Tabel III.3 Rekapitulasi Luas Lahan Pertanian Jawa Barat Tahun 1995 – 2006 (Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat)

No Penggunan

Lahan Luas (Ha)

1995 1996 1997 1998 1999 2000

1 Lahan Sawah 1,152,074 1,139,699 1,129,209 1,129,019 1,132,558 1,127,088

2 Lahan Kering 3,249,752 3,262,127 3,272,617 3,272,807 3,270,270 3,275,740

4,401,826 4,401,826 4,401,826 4,401,826 4,402,828 4,402,828

No Penggunan

Lahan Luas (Ha)

2001 2002 2003 2004 2005 2006

1 Lahan Sawah 933,493 927,377 934,095 932,337 925,900 926,782

2 Lahan Kering 2,615,455 2,621,571 2,614,730 2,675,197 2,681,633 2,668,989

3,548,948 3,548,948 3,548,825 3,607,534 3,607,533 3,595,771

Data yang berkaitan dengan luas lahan baku pertanian di Jawa Barat berdasarkan

jaringan irigasi dan penggunaannya dikelompokkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel III.4 Potensi Lahan Sawah Pertanian Berdasarkan Jaringan Irigasi dan Penggunaan di Jawa Barat Tahun 1995 – 2000

(Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat)

No. Jenis Lahan Sawah Luas Tahun (Ha)

1995 1996 1997 1998 1999 2000 1 Pengairan Teknis 474,646 468,287 466,429 463,397 463,549 458,240

2 Pengairan 1/2 Teknis 122,224 127,379 121,191 123,408 122,464 127,766

3 Sederhana PU 101,893 107,593 102,413 105,357 108,107 109,257 4 Sederhana Non PU 205,129 202,607 203,769 203,582 199,140 206,677 5 Tadah Hujan 235,914 230,314 234,665 231,220 238,270 225,038 6 Pasang Surut 152 - - 746 - - 7 Lebak 945 505 8 493 160 8

8 Sementara tidak diusahakan 11,171 - - - - -

9 Polder & Lainnya - 3,014 734 816 868 102 Jumlah 1,152,074 1,139,699 1,129,209 1,129,019 1,132,558 1,127,088

Page 15: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

75

Lahan pertanian khususnya untuk lahan sawah di Jawa Barat dari tahun 1995 sampai

dengan tahun 2000 mengalami pengurangan lahan, ini terlihat pada tabel di atas

menunjukkan bahwa pada tahun 1995 sampai dengan tahun 1996 potensi lahan sawah

berkurang, begitu juga tahun 1997 dan tahun 1998 pada setiap tahunnya potensi lahan

sawah mengalami pengurangan lahan sawah, baru pada tahun 1999 mengalami

peningkatan lahan sawah semula 1.129.019 hektar menjadi 1.132.558 hektar, namun

pada tahun 2000 kembali lahan sawah mengalami pengurangan lahan sawah menjadi

1.127.088 hektar. Data lahan sawah pertanian Jawa Barat dari tahun 1995 sampai

dengan tahun 2000 di atas apabila dilihat dalam bentuk grafik seperti pada gambar

sebagai berikut:

Data Lahan Sawah Pertanian Tahun 1995 – 2000 di Jawa Barat

1,110,000

1,120,000

1,130,000

1,140,000

1,150,000

1,160,000

1995 1996 1997 1998 1999 2000

Tahun

Jum

lah

(hek

tar)

Lahan Sawah

Gambar III.5 Grafik Data Potensi Lahan Sawah Pertanian Jawa Barat Tahun 1995 – 2000

Potensi lahan kering (non sawah) di Jawa Barat dari tahun 1995 sampai dengan tahun

2000 berdasarkan jaringan irigasi dan penggunaannya mengalami peningkatan luas

lahan dalam setiap tahunnya, data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 16: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

76

Tabel III.5 Potensi Lahan Kering Pertanian Berdasarkan Jaringan Irigasi dan Penggunaan Jawa Barat Tahun 1995 – 2000

(Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat)

No. Jenis Lahan Kering Luas Tahun (Ha)

1995 1996 1997 1998 1999 2000 1 Pekarangan 478,729 492,538 501,321 506,681 501,658 502,600 2 Tegal/Kebun 809,658 822,306 831,929 849,269 851,025 849,888 3 Ladang/Hama 231,943 207,977 191,800 189,922 192,174 191,477 4 Pengembalaan 37,999 37,329 37,858 35,300 32,845 33,271 5 Rawa-rawa 12,306 12,354 12,325 13,271 20,916 20,932 6 Tambak-Kolam 70,171 72,272 70,122 68,348 69,237 70,196 7 Tidak diusahakan 47,840 41,984 39,244 41,048 39,497 39,054 8 Hutan Rakyat 207,656 215,466 231,862 235,571 234,466 240,986 9 Hutan Negara 788,349 779,106 775,080 751,306 751,561 752,573

10 Perkebunan 379,577 379,075 379,471 376,779 375,922 370,629 11 Lain-lain 185,524 201,720 201,605 211,915 200,969 204,134

Jumlah 3,249,752 3,262,127 3,272,617 3,272,807 3,270,270 3,275,740 Jumlah Total 4,401,826 4,401,826 4,401,826 4,401,826 4,402,828 4,402,828

Data lahan kering (non sawah) pertanian Jawa Barat dari tahun 2001 sampai dengan

tahun 2006 di atas apabila dilihat dalam bentuk grafik seperti pada gambar sebagai

berikut:

Data Lahan Kering (non sawah) Pertanian Tahun 1995 – 2000 di Jawa Barat

3,230,000

3,240,000

3,250,000

3,260,000

3,270,000

3,280,000

1995 1996 1997 1998 1999 2000

Tahun

Jum

lah

(Hek

tar)

Lahan Kering

Gambar III.6 Grafik Data Lahan Kering (non sawah) Pertanian di Jawa Barat

Tahun 1995 – 2000

Page 17: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

77

Potensi lahan sawah di Jawa Barat dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006

berdasarkan jaringan irigasi dan penggunaannya mengalami perubahan luas lahan

dalam setiap tahunnya, data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel III.6 Potensi Lahan Sawah Pertanian Berdasarkan Jaringan Irigasi dan Penggunaan di Jawa Barat Tahun 2001 -2006

(Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat)

No. Jenis Lahan Sawah Luas Tahun (Ha)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 1 Pengairan Teknis 398,276 386,686 376,865 381,345 380,996 380,348

2 Pengairan 1/2 Teknis 112,966 120,123 121,964 120,412 116,443 116,544

3 Sederhana PU 90,933 99,487 101,495 99,432 92,543 102,501 4 Sederhana Non PU 172,524 156,710 160,097 153,655 158,304 151,094 5 Tadah Hujan 158,187 162,756 170,755 174,984 174,060 172,932 6 Pasang Surut - 50 50 96 46 13 7 Lebak - - - 465 567 470

8 Sementara tidak diusahakan - - - - -

9 Polder dan Lainnya 607 1,565 2,869 1,948 2,941 2,880 Jumlah 933,493 927,377 934,095 932,337 925,900 926,782

Data lahan sawah pertanian Jawa Barat dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 di

atas apabila dilihat dalam bentuk grafik seperti pada gambar sebagai berikut:

Data Potensi Lahan Sawah Pertanian Tahun 2001 – 2006 di Jawa Barat

920,000922,000924,000926,000928,000930,000932,000934,000936,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Jum

lah

(Hek

tar)

Lahan Sawah

Gambar III.7 Grafik Data Potensi Lahan Sawah Pertanian Jawa Barat

Tahun 2001 – 2006

Page 18: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

78

Untuk potensi lahan kering (non sawah) pertanian di Jawa Barat dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

Tabel III.7 Potensi Lahan Kering Pertanian Berdasarkan Jaringan Irigasi dan Penggunaan di Jawa Barat Tahun 2001 -2006

(Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat)

No. Jenis Lahan Kering Luas Tahun (Ha)

2001 2002 2003 2004 2005 2006 1 Pekarangan 398,373 398,350 393,299 389,499 390,311 387,327 2 Tegal/Kebun 657,155 646,675 613,203 604,233 605,963 548,182 3 Ladang/Hama 146,440 162,887 171,156 182,849 201,909 243,435

4 Pengembalaan/Padang Rpt 32,426 33,406 31,396 34,456 32,794 31,615

5 Sementara tdk diusahakan 16,130 13,846 12,270 10,281 11,300 11,447

6 Ditanami pohon/Htn rakyat 201,145 211,624 218,741 237,152 239,134 248,234

7 Hutan Negara 595,440 579,521 572,995 622,519 622,793 601,118 8 Perkebunan 315,780 315,770 318,289 321,654 313,209 314,641 9 Lain-lain 185,652 190,557 213,510 190,715 192,653 211,016

10 Rawa-rawa 9,762 9,914 10,543 20,832 10,524 10,675 11 Tambak 33,582 35,940 36,218 36,420 36,703 34,898 12 Kolam/Tebat/Empang 23,569 23,034 23,111 24,588 24,340 26,401

Jumlah 2,615,455 2,621,571 2,614,730 2,675,197 2,681,633 2,668,989 Jumlah Total 3,548,948 3,548,948 3,548,825 3,607,534 3,607,533 3,595,771

Data lahan kering (non sawah) pertanian Jawa Barat dari tahun 2001 sampai dengan

tahun 2006 di atas dalam setiap tahunnya mengalami penambahan luas lahan kering

(non sawah), ini terlihat pada tahun 2001 – 2002 tidak mengalami penambahan luas

lahan karena tetap luas lahan pertaniannya.

Pada tahun 2003 lahan kering (non sawah) pertanian mengalami pengurangan luas

lahan, pada tahun 2004 terdapat perubahan luas lahan kering (non sawah) dimana luas

lahan kering (non sawah) pertanian meningkat atau lahan kering (non sawah)

bertambah, pada tahun 2005 mengalami sedikit perubahan lahan kering (non sawah)

pertanian dan pada tahun 2006 lahan kering mengalami perubahan luas lahan atau

pengurangan lahan kering (non sawah) pertanian. Apabila dilihat dalam bentuk grafik

seperti pada gambar di bawah ini.

Page 19: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

79

Data Lahan Kering (non sawah) Pertanian Tahun 2001 – 2006 di Jawa Barat

2,580,0002,600,000

2,620,0002,640,000

2,660,0002,680,000

2,700,000

2001 2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Jum

lah

(Hek

tar)

Lahan Kering

Gambar III.8 Grafik Data Lahan Kering (non sawah) Pertanian di Jawa Barat Tahun 2001 – 2006

Data di atas menunjukkan bahwa luas lahan sawah dan luas lahan kering (non sawah)

berdasarkan jaringan irigasi menunjukkan untuk lahan sawah semakin lama

mengalami pengurangan luas lahan sawah dan berubah menjadi lahan kering (non

sawah) dan untuk lahan kering (non sawah) semakin lama menunjukkan penambahan

luas lahan ini karena adannya perubahan dari lahan sawah sebagian berubah menjadi

lahan kering (non sawah).

Perubahan lahan tersebut oleh masyarakat di wilayah Jawa Barat dipergunakan

sebagai lahan pemukiman penduduk, lahan industri dan lainnya. Tentunya dengan

perubahan lahan ini akan mempengaruhi produktivitas padi di seluruh wilayah Jawa

Barat.

Adapun sebaran lahan sawah dan sebaran lahan kering (non sawah) untuk wilayah di

Kabupaten dan Kota di Jawa Barat berdasarkan Kabupaten / Kota adalah sebagai

berikut:

Page 20: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

80

13

BEKASI

PURWAKARTA

BANDUNG

TASIKMALAYA

SUBANGINDRAMAYU

BOGORCIREBON

SUMEDANG

CIAN

JUR

SUKABUMI KUNINGAN

CIAMIS

KARAWANG

GARUT

MAJALENGKA

LUAS SAWAH : 75.000 - 100.000 HA

LUAS SAWAH : > 100.000 HA

LUAS SAWAH : 50.000 - 75.000 HA

LUAS SAWAH : 25.000 - 50.000 HA

LUAS SAWAH : < 25.000 HA

Gambar III.9 Sebaran Kab/Kota Berdasarkan Luas Lahan Sawah (Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat 2007)

Berdasarkan data gambar di atas lahan sawah berdasarkan wilayah Kabupaten / Kota

di Jawa Barat menunjukkan bahwa lahan sawah yang mempunyai luas lahan sawah

lebih dari 100.000 hektar adalah berada di wilayah Indramayu dan untuk wilayah

yang mempunyai luas lahan sawah kurang dari 25.000 hektar adalah daerah

Purwakarta.

Untuk sebaran lahan kering (non sawah) yang ada di Kabupaten / Kota di Jawa Barat

seperti pada gambar di bawah ini:

Page 21: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

81

BEKASI

PURWAKARTA

BANDUNG

TASIKMALAYA

SUBANG INDRAMAYU

BOGOR

CIREBON

SUMEDANG

SUKABUMI KUNINGAN

CIAMIS

KARAWANG

GARUT

MAJALENGKA

LAHAN KERING : > 100.000 HA

LAHAN KERING : 50.000 - 75.000 HA

LAHAN KERING : 25.000 - 50.000 HA

LAHAN KERING : < 25. 000 HA

LAHAN KERING : 75.000 - 100.000 HA

CIANJUR

Gambar III.10 Sebaran Kab/Kota Berdasarkan Luas Lahan Kering (Sumber: Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat 2007)

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa data wilayah yang mempunyai lahan

kering (non sawah) di atas 100.000 hektar adalah berada di wilayah Sukabumi,

Cianjur, Garut dan Tasikmalaya dan daerah yang mempunyai lahan kering (non

sawah) di bawah 25.000 hektar adalah terdapat di daerah Bekasi, Karawang,

Purwakarta, Indramayu dan Cirebon. Sumber daya lahan pertanian produktif

khususnya lahan sawah di Jawa Barat sebagian telah mengalami penciutan akibat

adanya desakan kawasan pemukiman penduduk, industri, sarana transportasi dan alih

Page 22: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

82

fungsi lahan lainnya yang setiap tahunnya terus bertambah baik di wilayah Kabupaten

maupun Kota di Jawa Barat dan akan tidak menutup kemungkinan wilayah lain yang

berada di Indonesia.

Perubahan alih fungsi lahan yang lain salah satunnya adalah pelepasan aset lahan oleh

keluarga tani yang mencoba bermigrasi ke lapangan kerja lain dan dibeli oleh

investor untuk kepentingan non pertanian, kondisi inilah yang sering terjadi, sehingga

akibatnya terjadi penyimpangan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan Rencana

Tata Ruang dan Wilayah Pembangunan, yang telah ditetapkan baik oleh pemerintah

Kab/Kota maupun Propinsi Jawa Barat.

Adapun perubahan tata guna lahan di Jawa Barat berdasarkan data dari Badan

Perencanaan Jawa Barat dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2005 adalah sebagai

berikut:

Error! Objects cannot be created from editing field codes.

Gambar III.11 Perubahan Tata Guna Lahan Jawa Barat 1994 – 2005 (Sumber: Bapeda Jabar 2007)

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa untuk lahan sawah di Jawa Barat dari

tahun 1994 sampai dengan tahun 2005 menunjukkan adanya pengurangan lahan

sawah sebesar 27,1 %. Kondisi seperti ini akan mempengaruhi dan berdampak kurang

baik terhadap produktivitas pertanian dan mempengaruhi turunnya daya dukung

lingkungan di Jawa Barat. Adapun gambar perubahan tata guna lahan sawah di

Propinsi Jawa Barat dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2005 adalah dapat dilihat

pada gambar dibawah ini sebagai berikut:

Error! Objects cannot be created from editing field codes.

Gambar III.12 Perubahan Tata Guna Lahan Sawah Jawa Barat 1994 – 2005 (Sumber : Bapeda Jabar 2007)

Page 23: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

83

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa lahan sawah di Jawa Barat dari tahun

1994 sampai dengan tahun 2005 menunjukkan perubahan lahan sawah ke lahan non

sawah dan perubahan tersebut yang paling besar berubah menjadi kebun campuran

seluas 86.489,7 hektar dan perkebunan seluas 40.405,5 hektar.

III.2.3 Penduduk

Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2006 mencapai 40, 74 juta orang. Pada

tahun 2003 baru mencapai 38,13 juta orang, dan pada tahun 2004 meningkat lagi

mencapai 39,14 juta orang, sedangkan pada tahun 2005 menjadi 39, 96 juta orang.

Pada tahun 2006 penduduk terbanyak di Jawa Barat terdapat di Kabupaten Bandung

yang mencapai kepadatan sebesar 4,4 juta orang yang kemudian diikuti oleh

Kabupaten Bogor 4,22 juta orang sedangkan jumlah penduduk terkecil pada tahun

2006 terdapat di Kota Banjar dengan jumlah penduduk 0,18 juta orang.

Berikut data rekapitulasi jumlah penduduk di Jawa Barat dari tahun 1995 sampai

dengan tahun 2006 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat, seperti

dalam tabel berikut:

Tabel III.8 Jumlah Penduduk Tahun 1995 – 2006 (Sumber : BPS Jawa Barat)

No. Tahun Jumlah Penduduk

1 1995 35,494,829

2 1996 37,285,131

3 1997 39,206,787

4 1998 40,325,820

5 1999 42,428,584

6 2000 43,552,923

7 2001 36,075,355

8 2002 36,914,883

9 2003 37,980,422

Page 24: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

84

10 2004 39,472,185

11 2005 39,960,869

12 2006 40,737,594

Data penduduk Jawa Barat dari tahun 1995 - 2006 di atas apabila dilihat dalam

bentuk grafik seperti pada gambar sebagai berikut:

Data Jumlah Penduduk Jawa Barat Tahun 1995 - 2006

-

5,000,000

10,000,000

15,000,000

20,000,000

25,000,000

30,000,000

35,000,000

40,000,000

45,000,000

50,000,000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Jum

lah

(Jiw

a)

Jumlah Penduduk

Gambar III.13 Jumlah Penduduk Tahun 1995 – 2006

III.2.4 Produk Pangan Beras di Jawa Barat

Tanaman pangan meliputi tanaman bahan makanan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

Tanaman bahan makanan terdiri dari padi-padian, jagung, umbi-umbian dan kacang-

kacangan. Secara umum luas lahan sawah menurun dibandingkan dengan tahun lalu

sekitar 0,15 %. Sedangkan luas lahan kering bila dilihat menurut penggunaannya,

yang utama adalah jenis hutan negara mencapai 601.118 Ha atau 22,52% dari jumlah

lahan kering disusul oleh tegal/kebun 548.182 Ha (20,53%).

Page 25: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

85

Pada tahun 2006 luas lahan padi mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan

dengan tahun 2005 demikian pula hasil produksinya. Untuk padi sawah luas panen

dan produksinya mengalami penurunan masing-masing sebesar 5,1 dan 3,98 persen.

Sementara padi ladang luas panen dan produksinya mengalami penurunan sebesar

4,98 %. Tetapi produksinya mengalami sedikit kenaikan sebesar 2,72 %. Hal ini

dimungkinkan oleh penggunaan teknik intensifikasi pertanian oleh petani seperti

penggunaan pupuk atau penggunaan bibit unggul dalam bercocok tanam. Hasil per

hektar mengalami kenaikkan yaitu sebesar 0,64 kuintal per hektar untuk padi sawah

dan 2,14 kuintal per hektar untuk padi ladang. Berikut penulis sajikan rekapitulasi

luas tanam, luas panen, hasil per hektar dan produksi padi di Jawa Barat dari tahun

1995 – 2006 sebagai berikut:

Tabel III.9 Rekapitulasi Data Pertanian Tahun 1995 – 2006 (Sumber: Data Statistik Dinas Pertanian Jawa Barat)

No. Tahun Keterangan

Luas Tanam (Ton)

Luas Panen (Ton)

Produktivitas (Kuintal/Ton)

Produksi (Ton)

1 1995 2,218,166 2,125,666 50.30 10,722,717

2 1996 2,208,227 2,118,956 50.72 10,747,659

3 1997 2,162,433 2,040,680 50.73 10,352,650

4 1998 2,313,072 2,182,996 46.79 10,213,812

5 1999 2,307,444 2,186,165 47.30 10,340,868

6 2000 2,326,946 2,206,929 49.27 10,873,344

7 2001 1,939,307 1,866,069 49.50 9,237,593

8 2002 1,923,797 1,792,320 51.15 9,166,872

9 2003 1,787,027 1,664,386 52.73 8,776,889

10 2004 2,013,571 1,880,142 51.07 9,602,302

11 2005 1,968,788 1,894,796 51.65 9,787,217

12 2006 1,940,876 1,798,247 52.38 9,417,864

Apabila produksi padi Jawa Barat tahun 1995 – 2006 dilihat dalam bentuk grafik

sebagai berikut:

Page 26: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

86

Data Produksi Padi Jawa Barat Tahun 1995 - 2006

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Tahun

Jum

lah

(Ton

)

Produksi Padi (Ton)

Gambar III.14 Produksi Padi Jawa Barat Tahun 1995 – 2006

III.2.5 Kecukupan Gizi dan Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketersediaan pangan yang cukup bagi

setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang mempunyai akses untuk

memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi (Soetrisno, 1998). Fokus

ketahanan pangan tidak hanya pada penyediaan pangan tingkat wilayah tetapi juga

penyediaan dan konsumsi pangan tingkat daerah dan rumah tangga bahkan individu

dalam memenuhi kebutuhan gizinya (Braun et al.1992) .

Ketahanan pangan Indonesia selama tiga dekade lalu, berada dalam kondisi yang

relatif baik yaitu ditunjukkan dengan ketersediaan pangan perkapita meningkat dari

2000 kkal/hari pada tahun 1960 an menjadi sekitar 2700 Kkal/hari awal tahun 1990-

an (FAO,1996). Tingkat kemiskinan menurun dari 40 % pada tahun 1976 menjadi

11 % pada tahun 1996. Kombinasi antara peningkatan ketersediaan pangan dan

penurunan tingkat kemiskinan tersebut membawa dampak pada peningkatan

ketahanan pangan dan perbaikan gizi baik pada tingkat nasional maupun tingkat

rumah tangga, akan tetapi krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada akhir tahun

Page 27: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

87

1990-an sampai sekarang telah membawa dampak negatif terhadap ketahanan pangan,

kemiskinan dan status gizi masyarakat (Tabor, et al. 2000).

Krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok

meningkat tajam sehingga banyak keluarga mengalami kesulitan untuk memenuhi

kebutuhan pangan yang bergizi. Hal tersebut berdampak pada pemenuhan gizi anak

balita, khususnya baduta. Sehingga pada dua tahun terakhir ini kembali muncul

masalah gizi kurang (kwashiorkor, marasmus, dan kombinasi keduanya). Anak yang

bergizi baik akan tumbuh sesuai dengan potensi genetisnya namun sebaliknya anak

yang kekurangan gizi akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya (Meylina,

2000).

First Informal Consultation on Growth of Children (UNICEF, 1998) menyepakati

bahwa pertumbuhan anak merupakan indikator kunci (key indikator) dalam kesehatan

dan perkembangan anak sehingga dapat menggambarkan bagaimana suatu

masyarakat akan melaksanakan pembangunan. Jika pertumbuhan anak menjadi

indikator penting maka perhatian harus lebih diarahkan pada bagaimana agar anak

tetap berada pada garis pertumbuhan yang optimal sehingga sumber daya manusia

yang berkualitas dapat tercapai.

Sumber daya manusia yang berkualitas sebagai salah satu modal dasar pembangunan

karena dimensinya yang begitu kompleks dan salah satu yang paling mendasar adalah

faktor gizi masyarakat yang tercermin oleh keadaan gizi individu (Syarif, 1997).

Selain itu kualitas SDM dapat ditentukan oleh pembinaan kesehatan dan konsumsi

pangan. Pembinaan pertama dan utama terhadap anak terjadi di dalam keluarga,

seorang ibu mempunyai peran dan andil yang sangat besar dalam pembinaan anak.

Untuk mempersiapkan anak tersebut menjadi manusia yang berguna maka harus

dimulai sejak usia dini melalui peran ibu dan pola asuh yang baik (Darmadji, 1993).

Pengasuhan yang baik sangat penting untuk dapat menjamin tumbuh kembang anak

Page 28: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

88

yang optimal. Pengasuhan anak dalam hal perilaku yang dipraktekkan sehari-hari

seperti pemberian makan, pemeliharaan kesehatan, dan stimulasi mental serta

dukungan emosional dan kasih sayang akan memberikan kontribusi yang nyata

terhadap pertumbuhan dan perkembangan intelektual anak (Engel et al, 1998; Husaini,

1997).

Anak baduta merupakan anggota keluarga yang memerlukan perhatian khusus dari

orang tuanya atau orang yang dekat dengannya dan sangat bergantung baik secara

fisik maupun emosi sehingga memerlukan pertolongan dalam berbagai kegiatan.

Namun yang terpenting bahwa pertumbuhan otak seorang anak sangat ditentukan

pada masa awal (baduta). Apabila anak pada usia tersebut mengalami kurang gizi

maka dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak yang mempengaruhi kualitas

dan tingkat kecerdasannya.

Faktor lain yang berkaitan dengan pertumbuhan anak baduta adalah penyakit infeksi.

Data Unicef (1998) menunjukkan bahwa 1000 anak balita di Indonesia meninggal

setiap hari selama tahun 1996 karena penyakit infeksi. Gangguan gizi pada masa

anak-anak berdampak negatif bukan hanya pada pertumbuhan fisik tetapi juga pada

perkembangan mental dan intelektual masa remaja dan dewasa (Seifert & Hoffnung,

1997).

Ketahanan pangan rumah tangga adalah kemampuan setiap rumah tangga dalam

memenuhi kebutuhan konsumsi pangan bagi anggota keluarganya dan memiliki

kemampuan untuk mengakses pangan secara fisik yang ditunjukkan oleh ketersediaan

pangan maupun secara ekonomi yang berkaitan dengan pendapatan dalam keluarga.

Ketahanan pangan rumah tangga dapat dilihat dari kecukupan konsumsi maupun

ketersediaan pangan yang sesuai dengan norma gizi dan didukung oleh kemampuan

daya beli setiap rumah tangga. Jika konsumsi pangan merupakan indikator kerawanan

pangan rumah tangga maka dapat dikatakan bahwa rumah tangga yang rawan

Page 29: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

89

ketahanan pangan, anggota keluarganya apabila mengkonsumsi makanan kurang dari

70 % kecukupan energi yang dianjurkan 2200 Kkal/hr.

Masalah ketahanan pangan secara nasional tidak berhenti pada saat suplai terpenuhi,

namun perlu diusut lebih lanjut untuk mengetahui pola distribusi dan tingkat

konsumsi hingga ke level rumah tangga. Dalam tahun terakhir kasus hunger paradox

banyak terungkap di berbagai daerah bahkan terjadi di sentra produsen beras. Kasus

kekurangan gizi, gizi buruk dan busung lapar di tengah tercukupinya pangan secara

nasional menggambarkan tidak meratanya distribusi dan akses oleh seluruh lapisan

masyarakat.Berdasarkan ketersediaan pangan sebagai sumber energi dan protein

jumlahnya lebih dari cukup. Pada tahun 2004 ketersediaan energi mencapai 3.031 k

kal/kap/hari dan protein sebesar 76,28 g/kap/hari, jauh melebihi angka kecukupan

gizi seperti yang direkomendasikan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi

yakni energi sebesar 2.200 K/kap/hari dan protein sebanyak 57 g/kap/hari.

Namun demikian besaran rata-rata energi dan protein yang dikonsumsi oleh

masyarakat masih lebih rendah. Konsumsi pada tahun 2004 untuk energi sebesar

1986 k kal/kap/hari dan protein 54,65 g/kap/hari. Hingga tahun 2005 pun tingkat

konsumsi masih berada dibawah rekomendasi kecukupan gizi. Faktor tersebut

mencerminkan bahwa masih banyak kelompok masyarakat yang menghadapi kendala

dalam mengakses kecukupan pangan terutama berkaitan dengan faktor ekonomi.

III.3 Kebijakan dan Program Pertanian

III.3.1 Kebijakan Nasional

Strategi dan kebijakan pembangunan pertanian 2005-2009 disusun berlandaskan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Agenda pembangunan

ekonomi dalam RPJMN yang terkait dengan pembangunan pertanian, antara lain:

a) revitalisasi pertanian,

b) peningkatan investasi dan ekspor nonmigas;

c) pemantapan stabilisasi ekonomi makro;

Page 30: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

90

d) penanggulangan kemiskinan;

e) pembangunan perdesaan; dan

f) perbaikan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Revitalisasi pertanian antara lain diarahkan untuk meningkatkan:

a) kemampuan produksi beras dalam negeri sebesar 90-95 persen dari kebutuhan;

b) diversifikasi produksi dan konsumsi pangan;

c) ketersediaan pangan asal ternak;

d) nilai tambah dan daya saing produk pertanian; dan

e) produksi dan ekspor komoditas pertanian.

Revitalisasi pertanian dalam arti luas dilakukan untuk mendukung pencapaian sasaran

penciptaan lapangan kerja terutama dipedesaan dan mendukung pertumbuhan

ekonomi nasional. Sektor pertanian yang mencakup tanaman bahan makanan,

pertenrnakan, hortikultura, perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pada tahun 2003

menyerap 46,3 persen tenaga kerja dari total angkatan kerja, menyumbang 6,9 persen

dari total nilai ekspor nonmigas, dan memberikan kontribusi sebesar 15 persen dari

PDB nasional. Sektor pertanian juga berperan besar dalam penyediaan pangan untuk

mewujudkan ketahanan pangan dalam rangka memenuhi hak atas pangan

Sasaran akhir dari Revitalisasi Pertanian adalah tingkat pertumbuhan sektor pertanian

rata-rata 3,52 persen per tahun dalam periode 2004-2009 dan meningkatnya

pendapatan dan kesejahteraan petani.

Sasaran antara lain :

1. Meningkatnya kemampuan petani untuk dapat menghasilkan komoditas yang

berdaya saing tinggi.

2. Terjaganya tingkat produksi beras dalam negeri dengan tingkat ketersediaan

minimal 90 persen dari kebutuhan domestik, untuk pengamanan kemandirian

pangan.

Page 31: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

91

3. Diversifikasi produksi, ketersediaan dan konsumsi pangan untuk menurunkan

ketergantungan pada beras.

4. Meningkatnya ketersediaan pangan ternak dan ikan dari dalam negeri.

5. Meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap protein hewani yang berasal dari

ternak dan ikan.

6. Meningkatnya daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan.

7. Maningkatnya produksi dan ekspor hasil pertanian dan perikanan.

8. Meningkatnya kemampuan petani dan nelayan dalam mengelola sumber daya

alam secara lestari dan bertanggung jawab.

9. Optimalnya nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu.

10. Meningkatnya hasil hutan nonkayu 30 persen dari produk tahun 2004.

11. Bertambahnya hutan tanaman minimal seluas 5 juta ha dan penyelesaian

penetapan kesatuan pemangkuan hutan sebagai acuan pengelolaan hutan produksi.

Arah kebijakan revitalisasi pertanian, dalam revitalisasi pertanian ditempuh dengan

empat langkah pokok, yaitu peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga

pendukungnya, pengamanan ketahanan pangan, peningkatan produktivitas, produksi,

daya saing dan nilai tambah produk pertanian dan perikanan, serta pemanfaatan hutan

untuk diversifikasi usaha dan mendukung produksi pangan dengan tetap

memperhatikan kesetaraan gender dan kepentingan pembanguanan berkelanjutan.

Kebijakan dalam peningkatan kemampuan petani dan nelayan serta pelaku pertanian

dan perikanan lain serta penguatan lembaga pendukungnya, diarahkan untuk:

1. Revitalisasi penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan,

dan pembudidayaan ikan.

2. Menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian dan pedesaan untuk

meningkatkan akses petani dan nelayan terhadap sarana produktif, membangun

delivery system dukungan pemerintah untuk sektor pertanian, dan meningkatkan

skala pengusahaan yang dapat meningkatkan posisi tawar petani dan nelayan.

3. peningkatan kemampuam/kualitas SDM pertanian.

Page 32: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

92

Kebijakan dalam pengamanan ketahanan pangan diarahkan untuk:

1. Mempertahankan tingkat produksi beras dalam negeri dengan ketersediaan

minimal 90 persen dari kebutuhan domestik, agar kemandirian pangan nasional

dapat diamankan.

2. Meningkatkan ketersediaan pangan ternak dan ikan dari dalam negeri. Kebijakan

pengembangan peternakan diarahkan untuk meningkatkan populasi hewan dan

produksi pangan hewani dari produksi dalam negeri agar ketersediaan dan

keamanan pangan hewani dapat dapat lebuh terjamin untuk mendukung

peningkatan kualitas SDM.

3. Melakukan diversifikasi pangan untuk menurunkan ketergantungan pada beras

dengan melakukan rekayasa sosial terhadap pola konsumsi masyarakat melalui

kerjasama dengan industri pangan, untuk meningkatkan minat dan kemudahan

konsumsi pangan alternatif.

Kebijakan dalam peningkatan produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah

produk pertanian dan perikanan diarahkan untuk:

1. Peningkatan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam mendukung ekonomi dan

tetap menjaga kelestariannya, melalui: (1) penataan dan perbaikan lingkungan

perbaikan budi daya; (2) penataan industri perikanan dan kegiatan ekonomi

masyarakat di wilayah pesisir; (3) perbaikan dan peningkatan pengelolaan sumber

daya perikanan tangkap, terutama di wilayah ZEEI; (4) pengembangan perikanan

samudera dan bioteknologi perikanan; (5) peningkatan peran aktif masyarakat dan

swasta dalam pengelolaan sumber daya perikanan; (6) peningkatan kualitas

pengelolaan dan nilai tambah produk perikanan melalui pengembang teknologi

pasca tangkap/panen; (7) percepatan peningkatan produk perikanan budidaya; (8)

peningkatan kemampuan SDM, penyuluh, dan pendamping perikanan; dan (9)

perkuat sistem kelembagaan, koordinasi, dan pengembangan peraturan

perundangan sebagai instumem penting untuk mempertegas pengelolaan sumber

daya perikanan yang ada.

Page 33: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

93

2. Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kewilayahan terpadu dengan

konsep pengembangan argobisnis. Pendekatan ini akan meningkatkan kelayakan

dalam pengembangan/skala ekonomi, sehingga akan lebih meningkatkan efisiensi

dan nilai tambah serta mendukung pembangunan pedesaan dan perekonomian

daerah.

3. Penyusunan langkah-langkah untuk meningkatkan daya saing produk pertanian

dan perikanan, misalnya dorongan dan insentif untuk peningkatan pasca panen

dan pengolahan hasil pertanian dan perikanan, peningkatan standar mutu

komoditas pertanian dan keamanan pangan, melindungi petani dan nelayan dari

persaingan yang tidak sehat.

4. Penguatan sistem pemasaran dan menejemen usaha untuk mengelola resiko usaha

pertanian serta untuk mendukung pengembangan argoindustri.

Pemanfaatan hutan untuk diversifikasi usaha dan mendukung produksi pangan

dilakukan melalui optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan

tanaman dan hasil hutan nonkayu secara berkelanjutan dengan kebijakan yang

diarahkan pada:

1. Peningkatan nilai tambah dan manfaat hasil hutan kayu;

2. Pemberian insentif pengembangan hutan tanaman industri (HTI);

3. Peningkatan partisipasi kepada masyarakat luas dalam pengembangan hutan

tanaman;

4. Peningkatan produksi hasil hutan nonkayu untuk kesejahteraan masyarakat sekitar

hutan.

Arah kebijakan dalam program pembangunan pertanian untuk program peningkatan

ketahanan pangan bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan

ketahanan pangan sampai ke tingkat rumah tangga sebagai bagian dari ketahanan

nasional. Kegiatan pokok yang dilakukan dalam program ini adalah:

Page 34: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

94

1. Pengamanan ketersediaan pangan dari produksi dalam negeri, antara lain melalui

pengamanan lahan sawah daerah irigasi, peningkatan mutu intensifikasi, serta

optimalisasi dan perluasan area pertanian.

2. Peningkatan distribusi pangan, melalui penguatan kapasitas kelembagaan pangan

dan peningkatan infrastruktur perdesaan yang mendukung sistem distribusi

pangan, untuk menjamin keterjangkauan masyarakat atas pangan.

3. Peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil, melalui optimalisasi pemanfaatan

alat dan mesin pertanian untuk pasca panen dan pengolahan hasil, serta

pengembanan dan pemanfaatan teknologi pertanian untuk menurunkan

kehilangan hasil (looses).

4. Diversifikasi pangan, melalui peningkatan ketersediaan pangan hewani, buah dan

sayuran, perekayasaan sosial terhadap pola konsumsi masyarakat menuju pola

pangan dengan mutu yang semakin meningkat, dan peningkatan minat dan

kemudahan konsumsi pangan alternatif/pangan lokal.

5. Pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, melalui peningkatan bantuan

pangan kepada keluarga miskin/rawan pangan, peningkatan pengawasan mutu

dan keamanan pangan, dan pengembangan sistem antisipasi dini terhadap

kerawanan pangan.

Progran pengembangan agribisnis ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya

usaha agrobisnis yang mencakup usaha di bidang agrobisnis hulu, on farm, hilir, dan

usaha jasa pendukungnya.

Kegiatan pokok yang akan dilakukan dalam program ini meliputi:

1. Pengembangan diversifikasi usaha tani, melalui pengembangan usaha tani dengan

komoditas bernilai tinggi dan pengembangan kegiatan off-farm untuk

meningkatkan pendapatan dan nilai tambah;

2. Peningkatan nilai tambah produk pertanian dan perikanan melalui peningkatan

penanganan pascapanen, mutu, pengolahan hasil dan pemasaran, dan

pengembangan argoindustri di pedesaan;

Page 35: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

95

3. Pengembangan dan rehabilitasi infrastruktur pertanian dan pedesaan, melalui

perbaikan jaringan irigasi dan jalan usaha tani, serta infrastruktur pedesaan

lainnya;

4. Peningkatan akses terhadap sumber daya produktif, terutama pemodalan;

5. Pengurangan hambatan perdagangan antarwilayah dan perlindungan dari sistem

perdagangan dunia yang tidak adil;

6. Peningkatan iptek pertanian dan pengembangan riset pertanian melalui

pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna dan spesifik lokasi yang

berwawasan lingkungan; dan

7. Pengembangan lembaga keuangan pedesaan dan sistem pendanaan yang layak

bagi usaha pertanian, antara lain melalui pengembangan dan penguatan lembaga

keuangan mikro/pedesaan, intensif pemodalan, dan pengembangan pola-pola

pembiayaan yang layak dan sesuai bagi usaha pertanian.

Program Peningkatan Kesejahteraan Petani bertujuan untuk meningkatkan kapasitas

dan daya saing masyarakat pertanian, terutama petani yang tidak mendapat

menjangkau akses terhadap sumber daya usaha pertanian. Kegiatan pokok yang akan

dilakukan dalam program ini adalah:

1. Revitalisasi sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang secara

intensif perlu dikoordinasikan dengan pemerintah daerah baik provinsi maupun

kabupaten;

2. Penumbuhan dan penguatan lembaga pertanian dan pedesaan untuk meningkatkan

posisi tawar petani dan nelayan;

3. Penyederhanaan mekanisme dukungan kepada petani dan pengurangan hambatan

usaha pertanian;

4. Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia pertanian (a.1. petani, nelayan,

penyuluh dan aparat pembina)

5. Perlindungan terhadap petani dari persaingan usaha yang tidak sehat dan

perdagangan yang tidak adil; dan

6. Pengembangan upaya pengentasan kemiskinan.

Page 36: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

96

Strategi umum untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pertanian adalah

sebagai berikut:

a. Melaksanakan manajemen pembangunan yang bersih, transparan dan bebas KKN.

b. Meningkatkan koordinasi dalam penyusunan kebijakan dan manajemen

pembangunan pertanian.

c. Memperluas dan memanfaatkan basis produksi secara berkelanjutan.

d. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan memberdayakan SDM pertanian.

e. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian.

f. Meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi tepat guna.

g. Mempromosikan dan memproteksi komoditas pertanian.

Empat belas (14) Arah kebijakan yang perlu ditempuh dalam pembangunan pertanian

jangka panjang adalah:

a. Membangun basis bagi partisipasi petani;

b. Meningkatkan potensi basis produksi dan skala usaha pertanian;

c. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan sumberdaya insani pertanian yang

berkualitas;

d. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan infrastruktur pertanian:

e. Mewujudkan sistem pembiayaan pertanian tepat guna;

f. Mewujudkan sistem inovasi pertanian;

g. Penyediaan sistem insentif dan perlindungan bagi petani;

h. Mewujudkan sistem usahatani bernilai tinggi melalui intensifikasi, diverdifikasi

dan pewilayahan pengembangan komoditas unggulan;

i. Mewujudkan Agroindustri berbasis pertanian domestik di pedesaan;

j. Mewujudkan sistem rantai pasok terpadu berbasis kelembagaan pertanian yang

kokoh;

k. Menerapkan praktek pertanian dan manufaktur yang baik; dan

l. Mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan berpihak kepada petani dan

pertanian.

Page 37: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

97

Banyak kebijakan dan strategi yang terkait langsung dengan pembangunan pertanian,

namun kewenangannya berada di berbagai instansi lain. Kebijakan tersebut meliputi

kebijakan makro, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan pengembangan

industri, kebijakan perdagangan, pemasaran, dan kerjasama internasional, kebijakan

pengembangan infrastruktur khususnya pengelolaan jaringan irigasi, rawa, dan

jaringan pengairan, kebijakan pengembangan kelembagaan (termasuk di dalamnya

lembaga keuangan, fungsi penelitian dan pengembangan, pengembangan SDM, dan

pengembangan organisasi petani), kebijakan pendayagunaan dan rehabilitasi

sumberdaya alam dan lingkungan, kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan baru,

dan kebijakan pengembangan ketahanan pangan.

Beberapa kebijakan strategis yang perlu ditekankan dan memerlukan penanganan

segera yaitu:

a. Kebijakan ekonomi makro yang kondusif yaitu inflasi yang rendah, nilai tukar

yang stabil dan suku bunga riil positif.

b. Pembangunan infrastruktur pertanian meliputi pembangunan dan rehabilitasi

jaringan irigasi, perluasan lahan pertanian terutama di luar Jawa, pencegahan

konversi lahan terutama di Jawa, pengembangan jalan usaha tani dan jalan

produksi serta infrastruktur lainnya.

c. Kebijakan pembiayaan untuk mengembangkan lembaga keuangan yang khusus

melayani sektor pertanian, lembaga keuangan mikro, pembiayaan pola syariah,

dan lainnya.

d. Kebijakan perdagangan yang memfasilitasi kelancaran pemasaran baik di pasar

dalam negeri maupun ekspor. Selain itu, untuk melindungi sektor pertanian dari

persaingan di pasar dunia, diperlukan: (a) memperjuangkan konsep Strategic

Product (SP) dalam forum WTO; (b) penerapan tarif dan hambatan non-tarif

untuk komoditas-komoditas beras, kedelai, jagung, gula, beberapa produk

hortikultura dan peternakan.

Page 38: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

98

e. Kebijakan pengembangan industri yang lebih menekankan pada agroindustri

skala kecil di perdesaan dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan pendapatan

petani.

f. Kebijakan investasi yang kondusif untuk lebih mendorong minat investor dalam

sektor pertanian.

g. Pembiayaan pembangunan yang lebih memprioritaskan anggaran untuk sektor

pertanian dan sektor-sektor pendukungnya.

h. Perhatian pemerintah daerah pada pembangunan pertanian meliputi: infrastuktur

pertanian, pemberdayaan penyuluh pertanian, pengembangan instansi lingkup

pertanian, menghilangkan berbagai pungutan yang mengurangi daya saing

pertanian, serta alokasi APBD yang memadai.

Beberapa kebijakan yang langsung terkait dengan sektor pertanian dan dalam

kewenangan atau memerlukan masukkan dari Departemen Pertanian adalah sebagai

berikut:

b. Kebijakan dalam pelaksanaan manajemen pembangunan yang bersih, transparan,

dan bebas KKN, diarahkan untuk menyusun kebijakan peningkatan kesejahteraan

pegawai disertai penerapan reward and punishment secara konsisten.

c. Kebijakan dalam peningkatan koordinasi dalam penyusunan kebijakan dan

manajemen pembangunan pertanian, diarahkan untuk: (a) peningkatan

keterbukaan dalam perumusan kebijakan dan manajemen pembangunan

pertanian, (b) peningkatan evaluasi, pengawasan, dan pengendalian manajemen

pembangunan pertanian, (c) penyelarasan pembangunan pertanian antar sektor

dan wilayah.

d. Kebijakan dalam memperluas dan meningkatkan basis produksi secara

berkelanjutan diarahkan untuk: (a) peningkatan investasi swasta, (b) penataan

hak, kepemilikan dan penggunaan lahan, (c) kebijakan pewilayahan komoditas,

dan (d) penataan sistem pewarisan lahan pertanian.

e. Kebijakan dalam meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan SDM pertanian

diarahkan untuk: (a) menyusun kebijakan 16 revitalisasi penyuluhan,

Page 39: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

99

pendampingan, pendidikan dan pelatihan pertanian, (b) peningkatan peran serta

masyarakat, (c) peningkatan kompetensi dan moral aparatur pertanian, (d)

penyelenggaraan pendidikan pertanian bagi petani, dan (e) pengembangan

kelembagaan petani.

f. Kebijakan dalam meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pertanian

diarahkan untuk: (a) pengembangan sarana dan prasarana usaha pertanian, (b)

pengembangan lembaga keuangan perdesaan, (c) pengembangan sarana

pengolahan dan pemasaran.

g. Kebijakan dalam meningkatkan inovasi dan diseminasi teknologi tepat guna

diarahkan untuk: (a) merespon permasalahan dan kebutuhan pengguna, (b)

mendukung optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian spesifik lokasi, (c)

pengembangan produk berdayasaing, (d) penyelarasan dan integrasi dengan

penguasaan IPTEK pertanian, dan (e) percepatan proses dan perluasan jaringan

diseminasi dan penjaringan umpan balik inovasi pertanian.

h. Kebijakan dalam meningkatkan promosi dan proteksi komoditas pertanian,

diarahkan untuk: (a) menyusun kebijakan subsidi tepat sasaran dalam sarana

produksi, harga output, dan bunga kredit untuk modal usahatani (b) peningkatan

ekspor dan pengendalian impor, (c) kebijakan penetapan tarif impor dan

pengaturan impor, (d) peningkatan produktivitas dan efisiensi usaha, (e)

perbaikan kualitas dan standardisasi produk melalui penerapan teknologi

produksi, pengelolaan pasca panen dan pengolahan hasil, dan (f) penguatan

sistem pemasaran dan perlindungan usaha.

Dalam Perpres Nomor 7 tahun 2005 tentang RPJMN tahun 2004-2009 antara lain

diarahkan kemampuan produksi beras dalam negeri sebesar 90-95 persen dari

kebutuhan. Artinya kebutuhan beras dalam negeri sebaiknya dapat dipenuhi oleh

produksi dalam negeri paling tidak 90-95 %.

Bahwa pemerintah menargetkan agar terjaganya tingkat produksi beras dalam negeri

minimal 90 % menunjukan produksi beras sangat penting dan strategis karena

Page 40: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

100

merupakan makanan pokok sebagian besar rakyat. Hal ini dikarenakan pasar beras

internasional yang sangat tipis (thin market). Kebutuhan beras dalam waktu yang

sangat singkat sangat sulit dipenuhi pasar internasional dan karena pasarnya yang

sangat tipis, maka impor yang besar akan mendorong meningkatnya harga beras

dunia. Oleh sebab itu, upaya meningkatkan produksi di atas 90 % juga terus

diupayakan bahkan dapat menjadi eksportir beras dunia. Toleransi impor sebesar

10 % dapat dibenarkan dan bisa saja terjadi bila produksi gagal tercapai.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas maka pemerintah membuat kebijakan

ketahanan pangan nasional yaitu sebagai berikut:

• Ketersediaan

• Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan

• Mengembangkan infrastruktur pertanian dan pedesaan

• Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

• Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pemerintah dan

masyarakat

• Distribusi

• Meningkatkan sarana dan prasarana untuk efisiensi distribusi dan

perdagangan pangan

• Mengurangi dan atau menghilangkan Perda yang menghambat distribusi

pangan antar daerah

• Mengembangkan kelembagaan dan sarana fisik pengolahan dan pemasaran di

pedesaan

• Menyusun kebijakan harga pangan untuk melindungi produsen, pedagang dan

konsumen

• Konsumsi

• Meningkatkan kemampuan akses pangan rumah tangga sesuai kebutuhan

jumlah, mutu, keamanan dan gizi seimbang

Page 41: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

101

• Mendorong, mengembangkan dan memfasilitasi peran serta masyarakat

• Mempercepat proses diversifikasi pangan kearah konsumsi yang beragam dan

bergizi seimbang

III.3.2 Kebijakan Propinsi Jawa Barat

Kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Barat, yang telah menetapkan kasawan-

kawasan andalan dengan penetapan skala-skala prioritas (core) disetiap kawasan

andalan, dimana “ Pengembangan Agribisnis” telah menjadi pilihan sebagai core

hampir disetiap kawasan andalan, telah menunjukkan kesejalannya dengan kebijakan

pembangunan bidang ekonomi nasional yaitu “ revitalisasi pertanian, perikanan, dan

kehutanan” sebagai agenda dan prioritas pembangunan ekonomi 2005 – 2009.

Fokus dari kebijakan tersebut adalah untuk memecahkan masalah utama yang

dihadapi bangsa indonesia saat ini, yaitu tingginya kemiskinan dan pengangguran,

serta rendahnya daya saing produk indonesia, baik di pasar domestik maupun di pasar

internasional.

Dalam pemanfaatan ruang khususnya alih fungsi lahan pertanian di Propinsi Jawa

Barat. Pemerintah telah membuat suatu kebijakan yang dapat membantu kepentingan

Jawa Barat dalam pengelolaan lahan, dalam perspektif pengembangan wilayah

kepentingan Jawa Barat dalan hal penataan ruang adalah:

a. Mewujudkan keseimbangan daya beli, tingkat pendidikan dan derajat kesehatan

penduduk antar wilayah

b. Melaksanakan pembangunan berkelanjutan, berwawasan lingkungan termasuk

penghematan konsumsi energi

c. Menciptakan keserasian antara kawasan berfungsi lindung dan kawasan budidaya

d. Mewujudkan struktur ruang yang menjamin efisiensi infrastruktur wilayah dan

menarik bagi penanaman modal

Page 42: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

102

Dalam hal penataan ruang adapun aspek pemanfaatan ruang di Jawa Barat adalah:

a. Mengarahkan pemanfaatan ruang yang berdasarkan sumberdaya potensial

setempat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat

b. Menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan daya dukung dan daya tampung DAS

c. Menata struktur ruang dan mengembangkan infrastruktur dengan fungsi yang

optimal terutama sebagai unsur yang menunjang aksesibilitas dan mampu

melayani kegiatan sosial ekonomi masyarakat

Rencana pola tata ruang Jawa Barat tahun 2010 terbagi dalam 2 (dua) kawasan yaitu

kawasan lindung dan kawasan budidaya. 1). Untuk kawasan lindung 45% yang

terbagi 2 yaitu: dalam kawasan hutan 19 % yang meliputi hutan konservasi dan hutan

lindung.

Luas kawasan hutan 26 % yang merupakan kawasan lindung non hutan. 2). Kawasan

budidaya 55 % yang terdiri dari dalam kawasan hutan 3 % yang merupakan hutan

produksi dan kawasan luar hutan 52 % yang terdiri dari sawah dan budidaya lain.

Titik berat pada pencapainan kawasan lindung 45% dan pengelolaan kawasan

budidaya khususnya lahan sawah.

Adapun kawasan budidaya sawah dalam Rencana Tata Ruang Jawa Barat seperti

pada gambar di bawah ini.

Page 43: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

103

Gambar III.15 Kawasan Budidaya Sawah dalan Rencana Pola Tata Ruang Jawa

Barat 2010 (Sumber : Dokumen RTRWP Bapeda Jawa Barat, 2007)

Kebijakan alih fungsi lahan sesuai dengan PERDA RTRWP Jabar 2010 bahwa

Pengembangan kawasan budidaya lahan sawah bertujuan menjamin ketersediaan

produksi beras untuk swasembada beras Jawa Barat.

Rencana pengembangan kawasan budidaya lahan sawah :

a. Mempertahankan fungsi lahan di kawasan pertanian lahan basah, terutama lahan

sawah beririgasi teknis.

b. Meningkatkan produktivitas lahan sawah melalui upaya intensifikasi.

c. Mengembangkan infrastruktur sumberdaya air untuk menjamin ketersediaan air

dan jaringan irigasi.

Sasaran pengembangan kawasan budidaya lahan sawah :

a. Tidak adanya alih fungsi lahan sawah.

b. Meningkatnya produktivitas lahan sawah.

c. Terjaminnya ketersediaan air dan jaringan irigasi.

Page 44: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

104

Pasal 17 (Perda 2/2003 tentang RTRWP Jabar) Untuk mewujudkan pola tata ruang

sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) Pasal 11 Peraturan Daerah ini, maka kebijakan

pola tata ruang kawasan budidaya adalah mempertahankan lahan sawah.

Pasal 73 Untuk mempertahankan lahan sawah terutama yang beririgasi teknis,

program pengembangannya adalah sebagai berikut :

a. pengukuhan kawasan pertanian lahan basah khususnya lahan sawah beririgasi

teknis;

b. peningkatan pelayanan infrastruktur pertanian untuk mempertahankan keberadaan

fungsi lahan sawah beririgasi teknis;

c. mengendalikan alih fungsi lahan sawah.

Pasal 74 yaitu

1. Pengukuhan kawasan pertanian lahan basah khususnya lahan sawah beririgasi

teknis sebagaimana dimaksud dalam huruf a Pasal 73 Peraturan Daerah ini,

dilakukan melalui kegiatan pemetaan dan penetapan lahan sawah beririgasi

teknis.

2. Peningkatan pelayanan infrastruktur pertanian untuk mempertahankan

keberadaan fungsi lahan sawah beririgasi teknis sebagaimana dimaksud dalam

huruf b Pasal 73 Peraturan Daerah ini, diprioritaskan melalui kegiatan

peningkatan jaringan irigasi, baik pada irigasi primer, sekunder dan tersier,

termasuk irigasi desa.

3. Pengendalian alih fungsi lahan sawah sebagaimana dimaksud huruf c Pasal 73

Peraturan Daerah ini dilákukan melalui mekanisme perizinan pemanfaatan

ruang.

Kebijakan ketahanan pangan di Jawa Barat tahun 2008 melalui Program Peningkatan

Ketahanan Pangan adalah sebagai berikut:

1) Pengendalian tingkat kerawanan pangan masyarakat

Page 45: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

105

2) Peningkatan keragaman konsumsi, kualitas dan menurunnya ketergantungan pada

pangan pokok beras serta ketersediaannya sepanjang tahun

3) Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi

pangan yang beragam, bergizi dan berimbang

Kesepakatan bersama Gubernur/Ketua dewan ketahanan pangan Propinsi dalam

konferensi dewan ketahanan pangan 2006 mengenai perwujudan ketahanan pangan

wilayah dan nasional adalah sebagai berikut:

1. Memperkuat upaya penurunan tingkat kelaparan dan kemiskinan sekurang-

kurangnya 1 persen per tahun sebagaimana komitmen Indonesia dalam Deklarasi

Roma tahun 1996 pada Konferensi Tingkat Tinggi Pangan Dunia serta untuk

mencapai Millenium Development Goals.

2. Meneguhkan dan memantapkan upaya-upaya diversifikasi konsumsi pangan yang

beragam, dan bergizi seimbang serta aman, sesuai dengan kondisi dan situasi

daerah, dengan mengutamakan sumber pangan lokal untuk mencegah

ketergantungan terhadap beras, sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH).

3. Melaksanakan pengamatan dini kerawanan pangan serta mengembangkan

cadangan pangan daerah dalam bentuk lumbung pangan masyarakat dan

kelembagaan cadangan pangan lainnya, untuk mengantisipasi kondisi darurat

(bencana alam, kerawanan pangan kronis dan lain-lain), yang mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat yang bersangkutan minimal 3 bulan.

4. Menjaga ketersediaan pangan melalui upaya-upaya peningkatan produksi dan

produktivitas pangan nabati dan hewani sesuai potensi wilayah masing-masing,

mengendalikan alih fungsi lahan pertanian, serta memperlancar distribusi pangan.

5. Mempermudah akses petani terhadap sarana produksi termasuk lahan dan

permodalan.

6. Mengembangkan Desa Mandiri Pangan dengan melibatkan sektor terkait dan

mengalokasikan anggaran daerah serta menggalang sumber-sumber dana

masyarakat yang memadai.

Page 46: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

106

7. Memantapkan kelembagaan struktural yaitu Badan Ketahanan Pangan dan

Penyuluhan Pertanian dalam arti luas serta kelembagaan fungsional Dewan

Ketahanan Pangan, serta menyediakan dana APBD yang memadai untuk

mewujudkan ketahanan pangan.

8. Meningkatkan sistem penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan pertanian,

kependudukan, pangan dan gizi, kesehatan serta lingkungan, menuju keluarga

sejahtera yang sadar pangan dan gizi.

9. Mengusulkan kepada Presiden untuk mempertimbangkan pembentukan

Kementerian/Lembaga setingkat Menteri yang bertanggungjawab penuh dalam

peningkatan ketahanan pangan dan gizi.

10. Meminta Dewan Ketahanan Pangan untuk menyusun indikator, instrumen,

monitoring dan evaluasi serta target : Indonesia Tahan Pangan dan Gizi 2015.

Adapun sasaran ketahanan pangan Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1) Sasaran ketahanan pangan manusia/rumah tangga yaitu: Masyarakat (manusia)

mampu mengkonsumsi pangan dengan gizi seimbang (tercapai status gizi baik)

2) Sasaran swasembada pangan komoditi yaitu: Produksi (komoditi) pangan cukup

untuk memenuhi kebutuhan domestik (tidak diperlukan impor)

Indikator ketahanan pangan adalah:

1) Ketersediaan : Pangan tersedia cukup untuk seluruh penduduk (volume,

keragaman, mutu, aman dikonsumsi)

2) Distribusi : Pasokan pangan merata ke seluruh wilayah, harga stabil dan

terjangkau

3) Konsumsi : Rumah tangga mampu mengakses cukup pangan dan mengelola

konsumsi sesuai kaidah gizi dan kesehatan

Adapun kerangka sistem ketahanan pangan di Jawa Barat adalah sebagai berikut:

Page 47: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

107

Gambar III.16 Kerangka Sistem Ketahanan Pangan di Jawa Barat

(Pemprop Jabar 2007)

Jawa Barat sampai saat ini dalam mempertahankan ketahanan pangan masih terfokus

pada komoditi beras, karena beras merupakan komoditi unggulan di Jawa barat,

antara lain:

1) Jawa Barat sebagai kontributor beras terbesar di Indonesia (18% = 6,24 juta

ton/tahun)

2) Jawa Barat penghasil beras kualitas terbaik (beras cianjur, sumedang, setra,

jembar)

3) Beras sebagai komoditi unggulan merupakan komitmen seluruh warga Jawa Barat

sejak tahun 2001

Adapun siklus perberasan di Jawa Barat adalah sebagai berikut:

NASIONAL, PROVINSI, KABUPATEN

RUMAH TANGGA INDIVIDU

KETERSEDIAAN

DISTRIBUSI

KONSUMSI

PENDAPATAN DAN AKSES

PANGAN

PENGELOLAAN

KONSUMSI & POLA ASUH

KELUARGA

SANITASI & KESEHATAN

KONSUMSI SESUAI

KEBUTUHAN GIZI

PEMANFAATAN OLEH TUBUH

OUTPUT Pemenuhan Hak Atas Pangan Sumber Daya Manusia Berkualitas Ketahanan Nasional

S T A T U S G I Z I

IINNPPUUTT Kebijakan dan Kinerja Sektor Ekonomi, Sosial dan Politk :

• Ekonomi

- Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Prasarana/Sarana

- Lahan/Pertanahan

- Sumberdaya Air/Irigasi

- Perhubungan/ Transportasi

- Permodalan

Kesra

- Kependudukan

- Pendidikan

- Kesehatan

Stabilitas dan Keamanan Nasional

Page 48: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

108

Gambar III.17 Model Siklus Perberasan di Jawa Barat

(Sumber: Pemprop Jabar 2007)

Melalui sistem yang dikembangkan oleh Jawa Barat diharapkan beras mempunyai

nilai tambah tersendiri bagi warga Jawa Barat dan memberikan nilai tambah bagi para

petani agar dapat meningkatkan kehidupan petani di daerah. Terobosan strategi

perberasan di Jawa Barat telah dibentuk dan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Error! Objects cannot be created from editing field codes.

Gambar III.18 Strategi Perberasan di Jawa Barat

(Sumber: Pemprop Jabar 2007)

III.3.3 Kebijakan, Program, dan Prioritas Pertanian Jawa Barat

Kebijakan dasar Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat dalam menjawab tantangan

pembangunan ke depan, pemerintah pusat telah menetapkan “Revitalisasi Pertanian”

sebagai perioritas dan agenda pembangunan bidang ekonomi tahun 2005 – 2009.

PASAR BERAS YANG TIDAK TERORGANISIR

PEDAGANG GABAH

INDUSTRI BERAS/ PENGGILINGAN PADI

PRODUSEN

PETANI

KONSUMEN

• LUEP

• RESI GUDANG

• LUMBUNG PANGAN

• TEKNOLOGI PASCA PANEN

PENATAAN PASAR BERAS

PANEN :

• HARGA GABAH JATUH

• KURANGNYA PENYULUHAN PASCA PANEN, PEMASARAN DAN MANAJEMEN USAHA

• PENURUNAN KUALITAS BERAS

• MUNCULNYA SPEKULAN BERAS

• DISTORSI RANTAI NIAGA

• PENINGKATAN TARGET RENDEMEN (65% )

• PERBAIKAN PENANGANAN PASCA PANEN

• KEMITRAAN USAHA DENGAN BULOG (SILO)

• REVITALISASI KELEMBAGAAN PETANI

• PERBAIKAN SISTEM PASAR

• GANGGUAN OPT

• AKSES LAHAN

• PENINGKATAN INFRASTRUKTUR

• PENYELAMATAN LAHAN PRODUKTIF/BERIRIGASI TEKNIS

PEDAGANG BERAS

Page 49: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

109

dalam agendanya pula Pemerintah Propinsi Jawa Barat tahun 2003 – 2008 telah lebih

dahulu menetapkan kebijakan yang sejalan dengan kebijakan pembangunan nasional

yaitu ditetapkannya Visi “Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Guna

Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat Tahun 2010“.

Mengacu pada kebijakan pola Dasar Pembangunan Propinsi Jawa Barat di atas, Dinas

Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat telah merumuskan dan menetapkan

Rencana Strategis (Renstra) Tahun 2006 – 2010, yang substansi mendasarnya

dituangkan dalam Visi “Sebagai Pengatur Handal Dalam Mewujudkan Agribisnis

Tanaman Pangan Termaju di Indonesia Tahun 2010“.

Untuk memberikan arah dan acuan dalam implementasi pelaksanaan kegiatan

operasional untuk mewujudkan visi tersebut, ditetapkan 3 misi berikut:

1. Mewujudkan sumberdaya manusia pertanian tanaman pangan yang maju, mandiri

dan produktif.

2. Mengembangkan pengaturan agribisnis tanaman pangan yang bernilai tambah,

berdayasaing tinggi, ramah lingkungan dan berkelanjutan.

3. Meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya buatan

secara bijaksana, berwawasan lingkungan, serta menjamin kelestarian daya

dukungnya bagi pengembangan agribisnis tamanan pangan yang berkelanjutan.

Adapun kerangka logis program pembangunan pertanian tanaman pangan dan

holtikultura adalah sebagai berikut:

Page 50: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

110

Pokok Permasalahan Faktor Penyebab

Gambar III.19 Kerangka Logis Program Pembangunan Pertanian I

(Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2006)

1. Pemilikan lahan sempit <0,25 Ha = 54,37 % RTP, 0,25-1,0 Ha= 37,34 % dan > 1,0 Ha = 8, 29% dengan petani gurem mencapai 2,5 juta (79%) dan buruh tani sekitar 2, 69 juta RTP.

2. Standar kompetensi petani rendah, akibat regenerasi tidak berlangsung secara baik (hanya 16% AKP berumur<30 tahun, sementara >50 tahun masih > 38% AKP, kinerja penyuluhan sangat menurun, serta standar pendidikan AKP umumnya rendah (lebih dari 80% standar pendidikan SR/SD dengan usia lanjut.

3. Nilai tambah usaha tani rendah, akibat rendahnya penerapan teknologi, modal, dan manajemen efisiensi proses produksi (tingkat terapan teknologi sekitar 65,53% dan efisiensi usaha tani sekitar 65,78%)

4. Optimalisasi lahan masih rendah (sekitar57%) perkembangan luas tanam palawija dan holtikultura unggulan masih terbatas dilahan kering, sementara dilahan sawah terbatas (<15%)

5. Produktivitas angkatan kerja pertanian rendah, akibat daya serap lapangan kerja terbatas pada on-farm, dengan tingkat kemampuan penyediaan sekitar 48,0% (627 juta hok dari kebutuhan sekitar 1,35 Milyar hok/th) serta tingkat upah yang belum layak (upah tenaga kerja pria sekitar Rp. 15.000 dan wanita sekitar Rp. 7.500/hari.

I Tingginya kemiskinan,

Pengangguran dan rendahnya daya saing

produk pertanian

Kemiskinan dan pengangguran di bidang pertanian lebih dari 50%

dari sekitar 27,18% RTP/10,15 juta

penduduk miskin di Jabar

Page 51: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

111

Pokok Permasalahan Faktor Penyebab

1. Tingkat keunggulan kompetitif komoditi

padi secara umum berada di bawah komoditi palawija dan holtikultura unggulan

2. Menurunya tingkat kesuburan lahan sawah,

baik secara fisik, kimiawi maupun biologi 3. Lambatnya saya serap inovasi petani dan

rendahnya akses petani dalam off-farm hulu dan hilir

4. Bangan kelembagaan ekonomi petani

dipedesaan dan kelembagaan ekonomi pendukung

5. Terbatasnya investasi swasta/BUMN dalam

mengembangkan industri hulu dan industri hilir (agroindustri) di pedesaan

6. Masih kurangnya kelengkapan dan kualitas

sarana, prasarana dan infrastruktur di perdesaan, khususnya pada ekologi lahan sawah (kualitas sarana irigasi semakin menurun)

7. Semakin meningkatnya permintaan produksi

padi akibat laju pertumbuhan penduduk masih cukup tinggi (sekitar 2% per tahun)

8. Semakin kecilnya skala usaha tani, akibat

alih fungsi lahan dan budaya waris.

II Semakin beratnya

upaya melestarikan peningkatan produksi

bahan pangan khususnya beras guna

meningkatkan ketahanan pangan

Page 52: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

112

Gambar III.20 Kerangka Logis Program Pembangunan Pertanian II (Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2006)

Program Prioritas & Fokus Kegiatan Sasaran

1. Pemantapan dan penajaman kegia-tan program dan rencana kerja tahunan, peningkatan kualitas data statistik dan informasi, serta pe-ningkatan optimal monitoring ke-giatan dan evaluasi proses dan hasil pelaksanaan kegiatan program

2. Percepatan peningkatan kualitas dan daya ubah keadaan SDM petani serta produktivitas angkatan kerja pertanian.

3. Pengembangan skala usaha tani, sentra produksi, kawasan andalan, melalui peningkatan keberdayaan lembaga petani

4. Percepatan peningkatan optima-lisasi lahan dan penataan pola produksi dengan usaha tani terpadu komoditi unggulan

5. Percapatan peningkatan produk-tivitas den efisiensi proses pro-duksi, untuk mendorong nilai tambah dan daya saing produk pertanian TPH

6. Pengembangan kesempatan kerja-/usaha dengan peningkatan akses petani pada of-farm hulu dan hilir

7. Motivasi investasi dalam pengem-bagnan ogroindustri di pedesaan dan kemitraan agribisnis

8. Pengembangan regenerasi petani yang berjalan lebih baik ke kualitas SDM petani memenuhi standar kompetensi pelaku agribisnis yang kompetitif

9. Pengembangan agribisnis ramah lingkungan (organik, agen hayati dll)

1. Peningkatan ketahanan pangan

2. Peningkatan lapangan kerja/usaha, daya saing dan nilai tambah

3. Peningkatan kontribusi terhadap PDRB

4. Peningkatan daya dorong terhadap pembangu-nan sektor lain

5. Peningkatan devisa

Daya beli pendidikan

harapan hidup (kesehatan)

IPM

KESEJAHTERAAN

Agribisnis

Ketahanan Pangan

Pember-dayaan SDM Pertanian

Page 53: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

113

Gambar III.21 Kerangka Logis Program Pembangunan Pertanian III (Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2006)

Berdasarkan kerangka logis permasalahan utama yang mengakibatkan kemisknan,

pengangguran dan daya saing produk pertanian tanaman pangan. Sejalan dengan

program akselerasi pemerintah daerah, departemen pertanian melalui Direktorat

Jenderal Tanaman Pangan dan Holtikultura, mengembangkan 3 program pokok, yaitu

program peningkatan ketahanan pangan, program peningkatan nilai tambah (program

agribisnis), dan program peningkatan kesejahteraan masyarakat tani (pemberdayaan

SDM petani).

Potensi pembangunan pertanian kedepan mempunyai peluang/prospek kedepan yang

cukup besar ini dikarenakan:

1. Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya dan nilai tambah agribisnis seperti

ditunjukkan antara lain oleh pemanfaatan sumberdaya pertanian masih belum

optimal dan masih banyak tersedia lahan potensial yang belum dimanfaatkan.

2. Keanekaragaman hayati yang dimiliki belum dimanfaatkan dan dikembangkan

secara maksimal

3. Masih tingginya tingkat kehilangan hasil/kerusakan pasca panen dan masih

rendahnya mutu produk, sehingga sangat dimungkinkan terjadinya peningkatan

nilai tambah melalui perbaikan pasca panen dan mutu produk

4. Masih belum aksesnya petani/kelembagaan petani dalam memanfaatkan peluang

kesempatan kerja/kesempatan usaha dan nilai tambah yang tersedia pada off-farm

hulu dan hilir.

Kebijakan operasional pembangunan pertanian Jawa Barat masih ditekankan pada

upaya peningkatan kesejahteraan, pendapatan petani melalui upaya sebagai berukut:

Page 54: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

114

1. Peningkatan adopsi inovasi dan kemampuan manajemen petani dalam proses

produksi usaha tani

2. Peningkatan mutu itensifikasi

3. Peningkatan areal tanam

4. Penyebaran penerapan teknologi

5. Pengembangan produksi dan peningkatan nilai tambah

6. Pengembangan sarana dan prasarana

7. Pengembangan kelembagaan

8. Pengembangan pemasaran

Sejalan dengan tuntutan akselerasi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat

dan revitalisasi pertanian, maka tujuan pembangunan pertanian tahun 2005 – 2009

memprioritaskan kepada:

1. Meningkatkan produksi bahan pangan yang berdaya saing untuk memenuhi

kebutuhan pangan/pakan didalam negeri dalam rangka mewujudkan kelestarian

dan peningkatan ketahanan pangan, serta memenuhi tuntutan pemenuhan bahan

baku industri pengolahan hasil pertanian, sejalan dengan tuntutan permintaan

pasar baik domestik, maupun internasional/ekspor

2. Meningkatkan optimalisasi lahan dengan penataan pola produksi terpadu melalui

keragaman komoditi unggulan, baik dalam upaya peningkatan produksi,

perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dan peningkatan daya

dukung lahan bagi peningkatan pendapatan petani dan keluarganya

3. Meningkatkan efisiensi proses produksi agribisnis dalam rangka peningkatan nilai

tambah dan daya saing produk, dalam rangka peningkatan produktivitas dan

pendapatan angkatan kerja pertanian.

4. Meningkatkan akses petani dan kelembagaannya dalam pengloahan sub hulu dan

hilir, dalam rangka perluasan kesempatan kerja/kesempatan berusaha dan nilai

tambah/pendapatan

Page 55: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

115

5. Mengembangkan kualitas produk primer dan keragaman produk olahan untuk

mendukung diversifikasi pangan, pemenuhan peluang permintaan pasar, dan

peningkatan kesempatan kerja dan produktivitas tenaga kerja pedesaan

6. Meningkatkan peluang investasi dan kemitraan swasta/BUMN/BUMD dalam

bidang agribisnis

7. Mendorong pembangunan ekonomi pedesaan melalui pengembangan sistem dan

perusahaan agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan

terdesentralisasi.

8. Meningkatkan kelestarian dan kesinambungan usaha pertanian dalam rangka

pembangunan struktur perekonomian pedesaan yang tangguh

Program dan berbagai kegiatan prioritas yang dilaksanakan dalam pembangunan

pertanian di Jawa Barat, dalam upaya pencapaian sasarannya, sasaran pencapaian

produksi tanaman pangan dan holtikultura di Jawa Barat, berdasarkan pendekatan

untuk menunjang peningkatan ketahanan pangan dan peningkatan nilai

tambah/pendapatan bagi petani.

Tujuan dari sasaran pembangunan pertanian akan terwujud bila mampu menciptakan

iklim yang kondusif, dimana semua faktor yang terkait baik secara langsung maupun

tidak langsung mulai dari hulu, on farm, sampai hilir berada dalam kondisi yang ideal

dan optimal. Kebijakan tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Pengembangan Sub Sistem Off-Farm Hulu

Pengembangan infrastruktur, sarana dan prasarana pertanian, seperti jalan

usaha tani, jaringan irigasi dan tata guna air dalam keadaan normal sehingga

penyediaan air bagi tanaman dapat terjalin sesuai kebutuhan

Pengembangan produsen benih unggul bermutu, dan kemandirian lembaga

petani dalam usaha perbenihan

Page 56: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

116

Penyediaan pemodalan baik melalui skim kredit ketahanan pangan dapat

ditingkatkan realisasinya, serta skim micro finance dan model/skim kredit

lainnya berjalan sesuai dengan program yang telah ditetapkan.

Penyediaan dan pendistribusian pupuk dari lini I sampai IV dan sampai ke

petani berjalan lancar dan dapat memenuhi prinsip enam tepat ( jenis, waktu,

lokasi, mutu, jumlah dan harga) sehingga petani dapat memperoleh dan

penerapan pemupukan sesuai anjuran

Penyediaan dan pendistribusian benih varitas unggul bermutu dan bersertifikat

berjalan lancar.

Sarana dan prasarana pengendalian OPT tersedia di tingkat petani saat

dibutuhkan, dan tepat digunakan untuk pengamanan dari serangan OPT secara

dini, pengendalian daerah sumber serangan dan eksplosi OPT.

Usaha pelayanan jasa alsintan dapat melayani jasa mulai dari pra sampai

pasca panen sesuai jadwal dan kebutuhan petani.

b. Pengembangan Sub Sistem Proses Produksi (On-Farm)

Penataan pola produksi sejalan dengan pola permintaan pasar, dengan

pengembangan berbagai komoditi unggulan, baik pada lahan sawah maupun

pada lahan kering.

Peningkatan manajemen proses produksi efisien, dengan pengembangan

usaha tani berskala ekonomis dan penglolahan secara kooperatif (kelompok

tani harapan, gapoktan wilayah harapan, koperasi tani sentra produksi, dan

asosiasi komoditi kawasan andalan agribisnis)

Penigkatan keberdayaan petani dalam upaya penguasaan dan penggunaan

teknologi maju lokalita dan tepat guna sesuai anjuran sehingga produktivitas

dapat meningkat.

Peningkatan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produk sejalan dengan standar

permintaan pasar/konsumen

Page 57: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

117

Adanya peningkatan penyuluhan teknologi produksi (penyiapan lahan,

pemanfaatan air, pola tanam, pemupukan, penggunaan benih unggul bermutu,

pengendalian OPT, panen dan pasca panen)

Pengembangan koordinasi/penetapan kuota produksi antar sentra produksi,

antar kawasan andalan, antar kabupaten/kota dan antar propinsi.

c. Pengembangan Sub Sistem Off-Farm Hilir (Pengolahan dan Pemasaran Hasil)

Peningkatan kemandirian kelembagaan petani dalam mengembangkan usaha

pengolahan hasil dan kerjasama dalam pemasaran

Pengembangan kemitraan, terutama dalam pengolahan dan pemasaran hasil,

serta motivasi dan fasilitasi investasi dalam pengembangan agrobisnis di

pedesaan

Promosi produk-produk pertanian tanaman pangan dan hotikultura unggulan,

serta regulasi kebijaksanaan impor berbagai produk pertanian.

Pengembangan sistem kucuran kredit dana talangan pengolahan hasil dan

pemasaran

Peningkatan kerjasama regional

Adapun alur pikir pengembangan sistem dan usaha agribisnis tanaman pangan Jawa

Barat dapat di lihat pada gambar di bawah ini:

PELAYANAN & FASILITASI

SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS

HULU ON FARM HILIR

KEBIJAKAN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS

TUJUAN - KETAHANAN

PANGAN - PENDAPATAN - KESEMPATAN

KERJA - EK. NASIONAL - EK. REGIONAL - DEVISA

KEBIJAKAN MAKRO

SDM & SDA

KELEMBAGAAN

TEKNOLOGI

MODAL

Page 58: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

118

Gambar III.22 Alur Pikir Pengembanan Sistem dan Usaha Agribisnis Tanaman Pangan Jawa Barat (Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, 2006)

Pencapaian program kegiatan untuk meningkatkan produksi padi di Jawa Barat

diukur berdasarkan atas keberhasilan serta kegagalan dalam mencapai sasaran dan

tujuan yang telah ditetapkan. Indikator yang ukur adalah pencapaian areal tanam,

panen, produksi, dan produktivitas, penyaluran sarana produksi, perkembangan alat

mesin pertanian dan kegiatan lainnya yang merupakan pendukung untuk

meningkatkan produksi padi di Jawa Barat.

Untuk meningkatkan produksi padi di Jawa Barat karena adanya konversi lahan

pertanian setiap tahun maka untuk menanggulanginnya maka program peningkatan

produksi padi dari Dinas Pertanian Jawa Barat antara lain dengan penyediaan sarana

produksi pupuk, penyediaan benih dan pengembangan alat mesin pertanian. Untuk

pemberian pupuk, adapun jenis pupuk yang digunakan yaitu urea, SP-36, ZA, dan

NPK/Phonska. Dengan intensifikasi pemberian pupuk yang berkualitas diharapkan

dapat meningkatkan produksi padi di Jawa Barat.

Untuk penyediaan benih berupa benih sumber dan sebar yang berfungsi untuk

meningkatkan produksi padi dan nilai tambah proses produksi, unsur teknologi benih

unggul bermutu sangat menentukan, adapun jenis benih padi unggul yang digunakan

di Jawa Barat yaitu jenis benih sumber dan jenis benih sebar dari balai pengembangan

benih padi cinea. Pengembangan jenis benih unggul tersebut dari tahun 2003 – 2006

untuk komoditi padi menunjukkan peningkatan penggunaan benih unggul yang

dilakukan oleh Dinas maupun petani di Jawa Barat.

Page 59: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

119

Untuk meningkatan produksi padi juga dilakukan dengan pengembangan alat mesin

pertanian, peningkatan jumlah dan kualitas alat mesin pertanian (mekanisasi

pertanian), merupakan faktor penting dalam mendukung perkembangan agribisnis,

karena akan sangat tinggi peranannya dalam percepatan/penertiban tata dan pola

tanam, peningkatan efisiensi proses produksi, peningkatan kualitas produk sesuai

standar mutu serta mengatasi keterbatasan tenaga kerja manusia pada saat akumulasi

kegiatan usaha tani sedang sangat tinggi.

Permasalahan mendasar dalam pengembangan alat mesin pertanian oleh masyarakat

petani, khususnya berkaitan dengan terbatasnya kemampuan pengelolaan usaha alat

mesin, serta terbatasnya modal akibat masih sangat terbatasnya kelembagaan

keuangan (bank) memberikan dukungan kredit. Kalaupun ada umumnya terkendala

oleh permasalahan kelayakan syarat administrasi agunan yang pada umumnya tidak

dimiliki oleh masyarakat petani. Perkembangan alat mesin pertanian di Jawa Barat

tahun 2003 – 2007 adalah sebagai berikut:

Tabel III.10 Perkembangan Alat Mesin Pertanian Jawa Barat Tahun 2003 – 2007

(Sumber: Data Dinas Pertanian Jawa Barat 2008)

NO. JENIS ALAT MESIN JUMLAH (UNIT)

Tahun 2003

Tahun 2004

Tahun 2005

Tahun 2006

Tahun 2007

1 Traktor 14.840 14.589 15.249 15.283 - 2 Pompa Air 7.441 8.441 8.607 8.684 8.607 3 Hand Spreyer - 183.663 158.507 185.577 - 4 Power Spreyer - 400 614 668 - 5 Mist Blower - 1.027 1.118 1.118 - 6 Emposan Tikus - 59.141 62.718 62.718 - 7 Banting Bertirai 1.391 512.682 513.985 513.945 497.305 8 Pedal Threser 4.695 4.994 5.126 5.126 4.399 9 Power Threser 868 1.694 2.016 2.016 2.001 10 Winower - 2.782 2.885 2.885 2.236 11 Drayer 39 394 462 462 661 12 Lantai Jemur - 1.897.638 2.611.656 2.611.656 2.611.61113 Huler - 16.539 26.271 26.815 - 14 Sabit Bergerigi - 808.309 938.641 938.641 44.504 15 Alat Pasca Panen 4.691 10.416 14.620 14.620 12.431 a. Pengglingan padi besar - 176 1.187 1.187 3.287

Page 60: Bab III Profil Jawa Barat dan Gambaran Umum …digilib.itb.ac.id/.../jbptitbpp-gdl-muhamadnur-33272-4-2009ts-3.pdf · Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, ... Kabupaten

120

b. Pengglingan Padi Kecil - 9.732 12.852 12.852 8.516 c. RMU 4.540 242 268 268 310 d. Pemipil Jagung 151 266 313 313 318 Jumlah 38.656 3.533.125 4.377.095 4.404.834 3.196.186

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa peningkatan mesin pertanian terjadi pada tahun

2003 dan tahun 2004 namun pada tahun berikutnya terjadi perubahan yang tidak

signifikan karena disebabkan keterbatasan dukungan pemerintah dalam memfasilitasi

sarana prasarana alat mesin pertanian.