JAWABAN FIQIH

6
1. Orang Yang Paling Baik Bacaannya Di antara syarat yang paling utama untuk menjadi imam dalam shalat berjama’ah adalah orang yang paling baik bacaannya atau disebut dengan aqra’uhum. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits beliau: # Dari Abi Mas’ud Al-Anshari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Yang menjadi imam shalat bagi manusia adalah yang paling baik bacaan kitabullahnya (Al-Quran Al-Karim). Bila mereka semua sama kemampuannya dalam membaca Al-Quran, maka yang paling banyak pengetahuannya terhadap sunnah(HR. Jama’ah kecuali Bukhari) 2. Orang Yang Paling Wara’ Lalu peringkat berikutnya adalah orang yang paling wara’, yaitu orang yang paling menjaga dirinya agar tidak jatuh dalam masalah syubhat # Dari Abi Martsad Al-ghanawi bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Rahasia diterimanya shalat kamu adalah yang jadi imam (seharusnya) ulama di antara kalian. Karena para ulama itu merupakan wakil kalian kepada Tuhan kalian.” (HR. At-Thabrani dan Al-Hakim). 3. Orang Yang Lebih Tua Usianya Peringkat berikutnya adalah yang lebih tua usianya. Dengan pertimbangan bahwa orang yang lebih tua umumnya lebih khusyu` dalam shalatnya. Selain itu memang ada dasar hadits berikut: # Hendaklah yang lebih tua diantara kalian berdua yang menjadi imam (HR. Imam yang enam). 4. Hal-Hal Lain Yang Perlu Diperhatikan a) Pembesar Negara & Tuan Rumah Imam bagi pembesar-pembesar negara (apabila shalat bersama- sama mereka) & tuan rumah (kecuali jika ia idzinkan yang lain sebagai imam).

description

sharing :)

Transcript of JAWABAN FIQIH

1. Orang Yang Paling Baik BacaannyaDi antara syarat yang paling utama untuk menjadi imam dalam shalat berjamaah adalah orang yang paling baik bacaannya atau disebut dengan aqrauhum. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits beliau:

# Dari Abi Masud Al-Anshari bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Yang menjadi imam shalat bagi manusia adalah yang paling baik bacaan kitabullahnya (Al-Quran Al-Karim). Bila mereka semua sama kemampuannya dalam membaca Al-Quran, maka yang paling banyak pengetahuannya terhadap sunnah (HR. Jamaah kecuali Bukhari)

2. Orang Yang Paling WaraLalu peringkat berikutnya adalah orang yang paling wara, yaitu orang yang paling menjaga dirinya agar tidak jatuh dalam masalah syubhat

# Dari Abi Martsad Al-ghanawi bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Rahasia diterimanya shalat kamu adalah yang jadi imam (seharusnya) ulama di antara kalian. Karena para ulama itu merupakan wakil kalian kepada Tuhan kalian. (HR. At-Thabrani dan Al-Hakim).

3. Orang Yang Lebih Tua UsianyaPeringkat berikutnya adalah yang lebih tua usianya. Dengan pertimbangan bahwa orang yang lebih tua umumnya lebih khusyu` dalam shalatnya. Selain itu memang ada dasar hadits berikut:

# Hendaklah yang lebih tua diantara kalian berdua yang menjadi imam (HR. Imam yang enam).

4. Hal-Hal Lain Yang Perlu Diperhatikana) Pembesar Negara & Tuan RumahImam bagi pembesar-pembesar negara (apabila shalat bersama-sama mereka) & tuan rumah (kecuali jika ia idzinkan yang lain sebagai imam).

# Dari Ibnu Masud, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Janganlah seseorang mengimami seseorang di dalam rumah tangga orang yang di imami itu dan di dalam pemerintahannya. (HR. Muslim, hadits shahih)

b) Kaum Yang Tidak Menyukai KitaJanganlah mengimami suatu kaum yang tidak menyukai kita.

# Dari Abu Amir Ibnu Ash, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Janganlah engkau mengimami suatu kaum, sedangkan mereka membencimu. (HR. Abu Dawud

Salat jamak boleh dilaksanakan karena beberapa alasan (halangan), yakni:

1. Dalam perjalanan jauh minimal 81 km (menurut kesepakatan sebagian besar imam madzhab)

2. Perjalanan itu tidak bertujuan untuk maksiat.

3. Dalam keadaan sangat ketakukan atau khawatir misalnya perang, sakit, hujan lebat, angin topan dan bencana alam.

Salat fardu dalam sehari semalam yang boleh dijamak adalah pasangan salat duhur dengan asar dan salat magrib dengan isya. Sedangkan salat subuh tidak boleh dijamak. Demikian pula orang tidak boleh menjamak salat asar dengan magrib.

Salat jamak dapat dilaksanakan dengan dua cara:

1. Jamak Takdim (jamak yang didahulukan), yakni menjamak dua salat yang dilaksanakan pada waktu yang pertama. Misalnya menjamak salat duhur dengan asar, dikerjakan pada waktu duhur ( 4 rakaat salat duhur dan 4 rakaat salat asar) atau menjamak salat magrib dengan isya dilaksanakan pada waktu magrib (3 rakaat salat magrib dan 4 rakaat salat isya).

2. Jamak Takhir (jamak yang diakhirkan), yakni menjamak dua salat yang dilaksanakan pada waktu yang kedua. Misalnya menjamak salat duhur dengan asar, dikerjakan pada waktu asar atau menjamak salat magrib dengan isya dilaksanakan pada waktu isya.

Dalam melaksanakan salat jamak takdim maka harus berniat menjamak salat kedua pada waktu yang pertama, mendahulukan salat pertama dan dilaksanakan berurutan, tidak diselingi perbuatan atau perkataan lain. Adapun saat melaksanakan jamak takhir maka harus berniat menjamak dan berurutan. Tidak disyaratkan harus mendahulukan salat pertama. Boleh mendahulukan salat pertama baru melakukan salat kedua atau sebaliknya.

Cara Melaksanakan Salat Jamak Takdim

Misalnya salat duhur dengan asar: salat duhur dahulu empat rakaat kemudian salat asar empat rakaat, dilaksanakan pada waktu duhur.

Tata caranya sebagai berikut:

1) Berniat salat duhur dengan jamak takdim. Bila dilafalkan yaitu:

Saya niat salat salat duhur empat rakaat digabungkan dengan salat asar dengan jamak takdim karena Allah Taala

2) Takbiratul ihram

3) Salat duhur empat rakaat seperti biasa.

4) Salam.

5) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (asar), jika dilafalkan sebagai berikut;

1.

Saya niat salat asar empat rakaat digabungkan dengan salat duhur dengan jamak takdim karena Allah taala.

6) Takbiratul Ihram

7) Salat asar empat rakaat seperti biasa.

8) Salam.

Catatan: Setelah salam pada salat yang pertama harus langsung berdiri,tidak boleh diselingi perbuatan atau perkataan misalnya zikir, berdoa, bercakap-cakap dan lain-lain).

Cara Melaksanakan Salat Jamak Takhir.

Misalnya salat magrib dengan isya: boleh salat magrib dulu tiga rakaat kemudian salat isya empat rakaat, dilaksanakan pada waktu isya.

Tata caranya sebagai berikut:

1) Berniat menjamak salat magrib dengan jamak takhir. Bila dilafalkanyaitu:

2)

Saya niat salat salat magrib tiga rakaat digabungkan dengan salat isya dengan jamak takhir karena Allah Taala

3) Takbiratul ihram

4) Salat magrib tiga rakaat seperti biasa.

5) Salam.

6) Berdiri lagi dan berniat salat yang kedua (isya), jika dilafalkan sebagai berikut;

7)

Saya berniat salat isya empat rakaat digabungkan dengan salat magrib dengan jamak takhir karena Allah Taala.

8) Takbiratul Ihram

9) Salat isya empat rakaat seperti biasa.

10) Salam.

PERTANYAAN SI ALFAN

Menurut jumhur ulama, keringanan menjamak shalat ketika dalam perjalanan, tidak hanya sewaktu dalam perjalanan tapi juga ketika singgah di suatu tempat. Selama seseorang masih dalam perjalanannya, ia boleh mengqashar dan menjamak shalatnya berapa lama pun ia dalam perjalanan.Begitu juga, jika seseorang menetap di suatu tempat untuk melakukan atau mengurus keperluannya, tetapi dia tidak meniatkan dan tidak tahu berapa lama ia akan tinggal di tempat tersebut, jumhur ulama dari kalangan mazhab Hanafi, Maliki, Hambali, dan sebagian ulama mazhab Syafii berpendapat masih dianggap dalam perjalanan. Adapun jika seseorang berniat untuk menetap beberapa waktu di suatu tempat, seperti untuk wisata, tugas kerja, dan belajar, jumhur ulama berpendapat bahwa berakhirlah hukum safarnya dan ia harus melakukan ibadah-ibadahnya sebagaimana ibadah orang yang menetap.Jumhur ulama dari kalangan mazhab Maliki dan Syafii dan salah satu riwayat dari mazhab Hambali berpendapat, jika seseorang berniat menetap di suatu tempat selama empat hari, habislah masa keringanan baginya untuk mengqashar dan menjamak shalat. Mazhab Hambali berpendapat, jika ia berniat menetap lebih dari 20 kali shalat fardu (lebih dari empat hari), maka ia mesti menyempurnakan shalatnya dan melaksanakannya pada waktu yang telah ditentukan. Sedangkan, menurut mazhab Hanafi, jika seseorang berniat menetap selama 15 hari di suatu tempat, maka habislah masa safarnya dan ia harus melaksanakan kewajiban shalatnya sebagaimana orang yang menetap.Setiap pendapat ulama ini ada dalilnya dan perbedaan pendapat mengenai hal ini adalah suatu perbedaan pendapat yang kuat. Tentunya yang lebih selamat adalah pendapat jumhur ulama.

Yang berniat menetap empat hari atau lebih di suatu tempat, hilanglah keringanan seorang musafir baginya. Ia harus melaksanakan ibadahnya sebagaimana orang-orang yang menetap. Wallahu alam bish shawwab.