JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL...

132
JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL ABAD 20, STUDI JARINGAN ULAMA DI PECINAN, JAMBI Skripsi Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh : Ubaidillah NIM : 11140220000105 PRODI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVESITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2019 M

Transcript of JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL...

Page 1: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL

ABAD 20, STUDI JARINGAN ULAMA DI PECINAN, JAMBI

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh :

Ubaidillah

NIM : 11140220000105

PRODI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVESITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2019 M

Page 2: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

LEMBARAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ubaidillah

NIM : 11140220000105

Jurusan : Sejarah dan Peradaban Islam

Fakultas : Adab dan Humaniora

Judul Skripsi : Jaringan Ulama Jambi Pada Akhir Abad

19 dan Awal Abad 20, Studi Jaringan

Ulama di Pecinan, Jambi.

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan

hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu di

Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sumber

yang saya gunakan dalam menulis skripsi ini sudah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan penulisan yangberlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini bukan

hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya

orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat

yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 08 Juli 2019

Ubaidillah

Page 3: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN

AWAL ABAD 20, STUDI JARINGAN ULAMA DI

PECINAN, JAMBI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

Ubaidillah

NIM: 11140220000105

Pembimbing

Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, MA.

NIP: 196701191994031001

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 4: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf
Page 5: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

ABSTRAK

Pada akhir abad 19 seorang ulama Jambi berhasil masuk

ke dalam jaringan ulama internasional. Ulama tersebut adalah

Syekh „Abd al-Majid Jambi. Dia berhasil menjalin hubungan

dengan Sayid Ahmad Zaini Dahlan, seorang ulama Syafi‟i yang

sangat keras menentang paham wahabi, sebagai seorang murid.

Dia juga berguru kepada Sayid Bakri Syatha, pengarang kitab

I‟anat At-Thalibin. Murid Syekh „Abd al-Majid Jambi, „Abd Ash-

Shomad, Ibrahim, Utsman, Ahmad dan Kemas Muhammad Saleh

kemudian juga berhasil masuk ke dalam jaringan ulama.

Sebagai pisau analisa, digunakanlah teori J. O. Voll yang

mengatakan bahwa ada tiga tipe imigran yang datang ke

Haramayn. Tipe pertama adalah little immigrant. Little immigrant

adalah imigran yang datang ke Haramayn untuk ziarah, entah itu

haji atau umrah. Kemudian mereka menetap di Haramayn karena

berharap berkah dari kedua kota tersebut atau kehabisan ongkos

kembali. Mereka jarang dikenal dan dicatat dalam sejarah. Tipe

kedua adalah grand immigrant. Yaitu mereka yang sudah

memiliki ilmu agama, kemudian datang ke Haramayn untuk

memperdalam ilmu agama. Mereka berhasil menjadi sentral

jaringan ulama. Tipe terakhir adalah pelajar pengembara. Mereka

datang ke Haramayn untuk menuntut ilmu. Kemudian setelah

dirasa cukup mereka kembali ke kampung halaman masing-

masing untuk mengajarkan agama Islam. Merekalah yang

menyambung jaringan ulama internasional ke kawasan lokal

seperti Nusantara.

Page 6: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji syukur semoga selalu

tercurahkan kepada Allah Subhanahu wa ta‟ala yang telah

memberikan nikmat yang paling utama, yaitu nikmat iman dan

Islam. Tak lupa pula salawat serta salam selalu kita kirimkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya yang

telah berjuang menegakkan keadilan dan kemanusiaan di atas

bumi.

Dalam rangka memenuhi dan menyelesaikan syarats studi

strata satu (SI) di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

maka penulis telah menulis karya ilmiah berbentuk skripsi

dengan judul ”Jaringan Ulama Jambi Pada Akhir Abad 19

dan Awal Abad 20, Studi Jaringan Ulama di Pecinan,

Jambi”.

Sejarah Jambi merupakan salah satu daerah yang paling

sedikit diteliti oleh, baik sejarawan lokal maupun internasional.

Berbanding terbalik dengan dua daerah tetangganya, Sumatera

Barat dan Sumatera Selatan. Hal ini dikarenakan sedikit sekali

sumber yang dapat kita temukan. Kekurangan ini, meskipun

akhirnya menyulitkan penelitian ini, membuat penulis, selaku

Putra Daerah tertantang untuk meneliti apapun terkait sejarah

Jambi.

Dari sekian banyak sejarah Jambi, sejarah ulama adalah

salah satu sejarah yang paling realistis untuk diteliti. Meskipun

hanya sedikit kajian yang mendalam tentang sejarah ulama,

begitupula sejarah Islam di Jambi, masih banyak warisan seperti

Page 7: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

ii

naskah, madrasah dan tradisi lisan yang dapat ditemukan dengan

mudah. Penemuan sumber tersebut merupakan sebuah

kenikmatan tiada tara bagi penulis. Penulis selalu terkejut, bangga

dan membuat jantung berdetak lebih kencang laiknya muda-mudi

yang sedang jatuh cinta.

Selama menulis skripsi ini penulis mendapat begitu

banyak bantuan dan dorongan dari orang-orang terdekat. Oleh

karena itu izinkan penulis mengucapkan terima kasih sebagai

bentuk apresiasi atas bantuan yang penulis terima selama

menyusun skripsi ini. Baik bantuan moril maupun materil.

1. Ayahanda Husin, Ibunda Nafsiah dan kedua adik tercinta

Muhammad Khoiri (Ncik) dan Nisa Ussarifah (Nining)

yang tidak pernah mengeluh kepada anaknya dan tidak

pernah lupa mendoakan anaknya untuk sukses di dunia

dan akhirat.

2. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Lubis, Lc, M.A, selaku

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2019-

2023.

3. Saiful Umam, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Awalia Rahmah, M.A, selaku Ketua jurusan Sejarah

dan Peradaban Islam (SPI), dan ibu Hikmah Irfaniah, M.

Hum selaku sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 8: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

iii

5. Dosen pembimbing akademik Bapak Dr. Saidun Derani,

M.A, selaku pembimbing akademik yang telah

mengarahkan penulis dari semester satu hingga kini.

6. Dosen pembimbing skripsi Bapak Prof. Dr. Jajat

Burhanuddin, M.A, yang telah memberikan masukan yang

membantu penulis dalam menulis skripsi ini.

7. Kepada seluruh civitas akademika fakultas Adab dan

Humaniora, khususnya dosen-dosen SPI yang telah

mengajarkan penulis selama kuliah di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Kepada teman-teman SPI 2014, khususnya Yongers :

Rika, Vida, Novi, Ziah, Rina, Ika, Adam, Tarjo, Dika,

Opang, Fahri, Ari dan Raden yang telah memberikan

semangat, waktu dan dukungannya selama penulis kuliah

dan berproses di organisasi. Saat-saat bersama kalian

merupakan waktu yang tidak akan dilupakan.

9. Keluarga besar Lingkar Kajian Ilmu Sosial dan Sejarah

(LKISSAH) Irvan Hidayat, Rian Wahyudin, Tarjo, Dika,

Fahri, Muklis, Isna, Arif, Ami dan lainnya yang tidak

penulis sebutkan satu persatu. Kalian sudah setia menjadi

teman diskusi sejak penulis masuk ke kampus tercinta ini.

10. Keluarga besar Lembaga Seni Mahasiswa Islam (LSMI)

Abong, Bang Agus, bang Ivang, Alm. Bang Slash, Mas

Ni‟am, Mahesa, Vida dan Ami dan adik-adik baru yang

sedang bersemangat berorganisasi. Meskipun penulis

tidak begitu kompeten dalam bidang seni, tetapi berada di

antara kalian membuat masalah sejenak terlupakan.

Page 9: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

iv

11. Kepada teman kelas SPI C dan angkatan SPI 2014 yang

mau menjadi teman penulis sejak pertama kali penulis

menginjakkan kaki di kampus UIN.

12. Dan, secara khusus kembali penulis ucapkan kepada

teman-teman yang sangat dekat dengan penulsi seperti

Tati Sumiyati, Tarjo, Irvan Hidayat dan Bos Alif yang

hampir setiap hari bertemu. Bersama-sama kita

menjalankan usaha Sahurable dan kegiatan-kegiatan

lainnya.

` Demikian ucapan terima kasih penulis. Penulis sangat

sadar masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik

dari segi kandungan maupun tulisan. Oleh karena itu, penulis

sangat membutuhkan masukan dan kritik dari pembaca sekalian.

Pada akhirnya tidak ada yang mencapai kesempurnaan selain

Allah SWT. Semoga dengan segala kekurangan dan

kelebihannya, skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

sekalian.

Ciputat, 19 April 2019

Penulis

Page 10: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

v

Daftar Isi

ABSTRAK ......................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................... i

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................. vii

DAFTAR ISTILAH ..................................................................... ix

DAFTAR SINGKATAN ............................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ........................................................... 5

C. Batasan Masalah................................................................. 6

D. Rumusan Masalah .............................................................. 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 8

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................... 11

A. Landasan Teori ................................................................. 11

B. Kajian Pustaka .................................................................. 13

C. Metode.............................................................................. 17

1. Pendekatan .................................................................... 17

2. Sumber Data ................................................................. 17

3. Analisis Data ................................................................ 19

4. Tahapan Penyajian Data ............................................... 20

D. Kerangka Berpikir ............................................................ 20

BAB III SEJARAH PERKEMBANAN ISLAM DI JAMBI ...... 23

A. Masuk dan berkembangnya Islam di Jambi ..................... 23

B. Perkembangan Islam di Jambi Setelah Orang Kayo Itam 30

Page 11: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

vi

C. Kesultanan Jambi Pada Abad 19 ...................................... 34

D. Kampung Pecinan Sebagai Pusat Kajian Islam ................ 38

BAB IV JARINGAN ULAMA JAMBI PADA ABAD 19 ......... 51

A. Jaringan Ulama Nusantara pada akhir abad 19 ................ 51

B. Syekh „Abd al-Majid al-Jambi ......................................... 54

1. Riwayat hidup Syekh „Abd al-Majid al-Jambi ............. 56

2. Jaringan Ulama Guru „Abd al-Majid Jambi.................. 64

BAB V JARINGAN ULAMA HOOFD PENGHULU „ABD

ASH-SHOMAD .......................................................................... 77

A. Sejarah singkat Hoof Penghulu „Abd Ash-Shomad ......... 78

B. Jaringan Ulama Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad ...... 82

BAB VI GERAKAN HOOFD PENGHULU „ABD ASH-

SHOMAD .................................................................................... 93

1. Perukunan Tsamaratul Insan ............................................ 94

2. Madrasah-Madrasah di Pecinan........................................ 97

3. Pemikiran Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad ............. 100

BAB VII KESIMPULAN .......................................................... 105

Daftar Pustaka ........................................................................... 107

LAMPIRAN .............................................................................. 113

Page 12: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Nama Huruf

latin

Keterangan

ء

ب

ت

ث

ج

ح

خ

د

ذ

ر

س

س

ش

ص

ض

ط

ظ

ع

غ

ف

ق

Hamzah

Ba

Ta

Tsa

Jim

Ha

Kha

Dal

Dzal

Ra

Zai

Sin

Syim

Shod

Dhad

Tha

Zha

„ain

Ghain

Fa

Qaf

`

B

T

Ts

J

H

Kh

D

Dz

R

Z

S

Sy

Sh

Dh

Th

Zh

Gh

F

Q

Apostrop

-

-

(t) dan (s)

-

-

(k) dan (h)

-

(d) dan (z)

-

-

-

(s) dan (y)

(s) dan (h)

(d) dan (h)

(t) dan (h)

(z) dan (h)

Koma terbalik (di atas)

(g) dan (h)

-

-

Page 13: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

viii

ك

ل

م

ن

و

ھ

ي

Kaf

Lam

Mim

Nun

Waw

Ha

ya

K

L

M

N

W

H

y

-

-

-

-

-

-

-

2. vokal panjang

uu = فو ii = فی aa = فا

3. vokal pendek

u = ٶ I = إ a = أ

4. diflong

ay = اي aw = او

5. pembauran

asy = الش al = ال

ys aw = و الش wa al = وال

6. setiap kata ditulis terpisah

Misal = la hawla wa la quwwata illa billah

7. Tasydid ditulis ranggkat seperti Allah

8. huruf capital untuk awal kalimat, nama, kata ganti Tuhan.

9. Ta marbuthah ditulis (h) untuk pertengahan kalimat dan (t)

untuk akhir kalimat

Page 14: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

ix

DAFTAR ISTILAH

„Alim : seorang ahli agama Islam.

Aparteid : kebijakan pemisahan wilayah berdasarkan

etnis atau kelas sosial.

Bilal : jabatan pengurus masjid di bawah Ketib.

Datuk : gelar bangsawan Melayu

Guru : panggilan ahli agama di

Jambi, setara kiyai di Jawa.

Gurutta : panggilan ahli agama di Sulewesi.

Habaib : kata jamak dari Habib.

Habib : keturunan Nabi Muhammad SAW.

Haramayn : dua kota suci Islam, Mekah dan Madinah.

Hoofd Penghulu : jabatan kepala penghulu bentukan

Belanda untuk satu residen.

Iliran : kawasan hilir sungai Batang Hari.

Jawi : sebutan Arab untuk Nusantara.

Kemas : gelar bangsawan rendah di Jambi.

Ketib : jabatan pengurus masjid di bawah imam.

Kiblat : arah menghadap ketika sholat. arah

menuju bangunan Ka‟bah di Mekah.

Madrasah : lembaga pendidikan Islam.

Madzhab : aliran syari‟at dalam Islam.

Marga : klan atau sebuah daerah berskala

kecamatan yang dipimpin seorang Pasirah.

Page 15: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

x

Mudik : sama dengan hulu.

Mufti : penentu hukum dalam Islam.

Nusantara : sebutan untuk kawasan melayu sebelum

abad 20.

Rajam : hukuman untuk pezina.

Residen ` : sebutan provinsi pada masa Belanda.

Sanad : rentetan hubungan guru dan murid.

Rentetan periwayat hadis.

Sayid : sama dengan habib.

Sekoja : singkatan Seberang Kota Jambi.

Sebutan lain untuk kawasan Pecinan.

Sultan : raja dalam Islam.

Sunnah : pebuatan yang dianjurkan Nabi tetapi

tidak wajib.

Syara’ : hukum dalam al-Quran dan Hadis.

Syekh : sebutan untuk ahli agama.

Tashih : pengesahan.

Tengku : gelar bangsawan Melayu.

Tuan Guru : guru besar.

Ulama : jamak „alim.

Uluan : kawasan hulu sungai Batang Hari.

Page 16: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

xi

DAFTAR SINGKATAN

KH Kiyai Haji

SI Serikat Islam

HBA Hasan Basri Agus

Page 17: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah Islam Jambi merupakan satu dari sedikit kajian

sejarah Jambi yang mendapat perhatian dari sejarawan. Walaupun

demikian belum ada upaya yang cukup serius membahas ulama

Jambi selain beberapa karya yang ditulis oleh sejarawan Jambi.

Di antaranya Ali Muzakir dalam disertasinya Pemikiran Islam di

Jambi; Memperkuat Kajian Naskah di Indonesia Melalui

Naskah-Naskah Lokal di UIN Syarig Hidayatullah. Sebagian

lainnya membahas lembaga pendidikan Islam yang ada di Jambi.

Dari semua kajian tersebut belum ada yang membahas jaringan

ulama Jambi.

Jaringan ulama Jambi mulai terlihat pada abad ke-19,

ditandai dengan terdapat nama Syekh Muhammad Zayn Asy-

Syafi‟i al-Asy‟ari An-Naqsyabandi al-Jambi yang wafat 1815.

Namanya diinisiasikan kepada mazhab Syafi‟i dan Asy‟ari serta

tarekat Naqsyabandiah. Hanya saja catatan tentang Syekh

Muhammad Zayn al-Jambi tidak lebih dari sebuah kitab Qurrat

al-„ayn yang ditulisnya.1

1 Ali Muzakir, Pemikiran Islam di Jambi; Memperkuat Kajian

Naskah-naskah di Indonesia melalui Naskah-naskah lokal, (Jambi, Sulthan

Taha Press 2012), 165.

Page 18: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

2

Syekh Muhammad Zayn al-Jambi memberikan kesan

bahwa sejarah ulama Jambi sangat terbatas. Bahkan tidak dapat

diketahui siapa Syekh Muhammad Zayn al Jambi selain sebuah

karya yang ditinggalkannya.

Barulah pada paruh kedua abad 19 bermunculan nama-

nama ulama Jambi yang dapat ditelusuri jejaknya. Walaupun

masih terdapat banyak kendala, pada masa ini cukup memberikan

penulis sumber untuk memberikan gambaran tentang ulama

Jambi pada masa itu.

Kemunculan ulama Jambi berasal dari kampung Pecinan.

Pecinan adalah kawasan pendatang Cina yang populer pada masa

politik aparteid.

Pada tahun 1708, Pecinan kedatangan seorang ulama dari

Hadramaut. Ulama itu bernama Habib Husin bin Ahmad

Baragbah (w. 1743). Tidak banyak catatan tentang dirinya.

Namun, namanya bergulir dari mulut ke mulut menjadi tradisi

lisan penduduk Pecinan. Diceritakan dia adalah seorang ulama

yang berpengaruh besar terhadap kemajuan Islam di Jambi.2

Habib Husin menikah dengan putri Datuk Sin Tai, seorang

saudagar kaya yang diangkat kesultanan menjadi Ngebi3 di

Pecinan. Datuk Sin Tai kemudian turut membantu upaya dakwah

Habib Husin. Keberadaan mereka berdua sangat diingat oleh

masyarakat sebagai tokoh yang telah menancapkan tradisi

keislaman di Pecinan.

2 Junaidi T. Noor, Sekilas Tentang Sejarah dan

Peradaban/kebudayaan Islam di Provinsi Jambi, Makalah seminar Sejarah

Islam di Jambi tahun 2010, 17. 3 Setingk at lurah.

Page 19: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

3

Pada akhir abad ke-18 Kampung Pecinan didatangi orang

Arab keturunan Nabi Muhamad keluarga al- Jufri dari

Hadramaut.4 Sebagaimana di Palembang

5, para Habaib ini sangat

berpengaruh di kesultanan maupun di mata Masyarakat. Karena

mereka dianggap sebagai orang yang memiliki keilmuan tentang

Islam lebih otoritatif ketimbang ulama biasa yang bukan

keturunan Nabi Muhammad. Salah satu keluarga al-Jufri

memiliki pengaruh yang sangat kuat baik di mata Belanda

maupun di Kesultanan Jambi adalah Sayd Idrus al-Jufri.6

Adapun ulama yang disebutkan hidup pada akhir abad 19

adalah Syekh „Abd al-Madjid al-Jambi (w. 1896). Dia belajar

kepada Bapak Jaringan Ulama di Jambi, Ketib Mas‟ud (w.

1306/1889) yang masih dalam lingkaran keluarganya. Sangat

sulit untuk mengetahui apa saja yang dipelajarinya dari Ketib

Mas‟ud. Bahkan hanya untuk mengetahui biografinya. Namun,

tentu saja Ketib Mas‟ud adalah seorang guru yang berkompeten

untuk perkembangan ilmu Syekh „Abd al- Madjid, sehingga

mendapat gelar tersebut.7

Pada akhirnya Syekh „Abd al-Majid al-Jambi telah

berhasil mengembangkan pendidikan Islam di Jambi. Setelah

kembali dari Mekah dia mengajar di Langgar Putih. Langgar

Putih menjadi lembaga pra-modern sebelum para murid Syekh

4 Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara

Kolonial, (Jakarta,KITLV, 2008), h. 165. 5

6 Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara

Kolonial. h. 167. 7 Ali Muzakir, Pemikiran Islam di Jambi; Memperkuat Kajian

Naskah-naskah di Indonesia melalui Naskah-naskah lokal, (Jambi, Sulthan

Taha Press 2012), 75.

Page 20: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

4

„Abd al-Majid al-Jambi membawa pembaharuan metode

pendidikan dari Mekah.

Di antara murid Syekh „Abd al-Majid al-Jambi adalah

Guru Ibrahim bin Syekh „Abd al-Madjid (w. 1926), Guru

Muhammad Soleh, Guru Ahmad bin „Abd Asy-Syakur (w. 1923),

Kemas Soleh Muhammad Yasin (w. 1925), Guru Utsman bin „Ali

dan .8 Hoof Penghulu „Abd Ash-Shomad Ibrahim Arif (w. 1942)

pada 1908.

Masuknya para murid Syekh „Abd al-Majid al-Jambi ke

dalam jaringan ulama memberikan perubahan yang signifikan

terhadap perkembangan pendidikan Islam di Jambi. mereka

mendirikan lembaga pendidikan yang modern yaitu madrasah.

Selain mendirikan madrasah, mereka juga mendirikan

organisasi kemasyarkatan pada 1913 Tsamarat al-Insan dan

diresmikan Belanda pada 1915. Untuk mendirikan organisasi ini,

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad mendapat bantuan dari

Sayid„Ali bin „Abd Ar-Rahman Alwi al-Musawa, seorang habib

asal Palembang.9 Sayid „Ali bin „Abd Ar-Rahman al-Musawa

juga menjadi perancang bangunan ketika madrasah Nur al-Iman

dan Sa‟adat Ad-Darain dibangun pada 1915.

Selain menjadi organisasi kemasyarakatan yang

konsentrasi pada bidang kematian dan musibah, Tsamarat al-

Insan juga merupakan wadah perkumpulan ulama di Pecinan.

8 Hasan Basri Agus, Ulama Pejuang Pejuang Ulama Negeri, 42.

9 Ali Muzakir, Pemikiran Islam di Jambi, Memperkuat Kajian

Naskah-naskah di Indonesia melalui Naskah-naskah lokal di Jambi, h. 76.

Page 21: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

5

Keberadaan sekolah-sekolah ini menjadi periode baru

dalam sejarah pendidikan Islam di Jambi. Para ulama Jambi

memanfaatkan jaringannya, untuk mendatangkan beberapa ulama

dari berbagai daerah khususnya Haramayn seperti Syekh Ustman

dari Sarawak pada 1919, Syekh Said Yamani mufti mazhab

Syafi‟i di Mekah pada tahun pada 1924, bahkan mereka juga

mendatangkan Syekh. Muhammad Ali Maliki (w. pada 1925,

mufti mazhab Maliki di Mekah. Nama lainya adalah, Syekh Saleh

Yamani, Syekh Hasan Yamani pada 1930, Sayyid Muhammad al

Hadi, Mahmud al Bukhari antara 1913 dan 15., Sayid Abdullah

Dahlan mufti Mazhab Syafi‟i pada tahun 1923, yang semuanya

dari Mekah. Selain mereka, ada pula Syekh „Arif Asy Syami dari

Syam, dan Syekh Tengku Muhammad Zuhdi bin Tengku „Abd Ar

Rahman al-Fatani.10

Dengan kedatangan ulama dari berbagai wiilayah dari

dunia Islam, berduyun duyun pula para pelajar Islam dari

berbagai wilayah seperti Palembang.Sehingga simpul simpul

jaringan keulamaan di Nusantara semakin padu sekaligus, juga

luas.

B. Identifikasi Masalah

Baik abad 19 dan 20 adalah abad yang gemilang bagi

ulama–ulama Nusantara di Mekah. Pada masa ini, ulama-ulama

Nusantara tidak lagi hanya menjadi ulama yang memiliki halaqah

kecil, melainkan sudah menjadi ulama besar yang memiliki murid

10

Masykuri dan Sutrisno, Ed., Sejarah Pendidikan Daerah Jambi, (

Jambi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Jambi, 1981),h. 45-

46.

Page 22: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

6

yang banyak dan halaqah yang besar. Bahkan, beberapa di

antaranya menjadi imam Masjid al Haram dan mufti mazhab

Syafi‟I seperti Syekh Nawawi Banten (w. 1896) dan Syekh

Ahmad Khatib Minangkabawi (w. 1915). Pada saat inilah Syekh

Abd al Madjid Jambi dan muridnya Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shomad dan kawan-kawannya datang ke Haramayn dan ikut serta

berperan dalam jaringan ulama internasional, khususnya

perluasannya di daerah Jambi.

Dari keterangan di atas, maka penulis merasa perlu untuk

mengkaji bagaimana jaringan ulama Jambi pada abad akhir abad

19 dan awal 20. Masalah ini mencakup siapa berguru kepada

siapa dan siapa berteman dengan siapa. Dari pertanyaan tersebut,

penulis berharap dapat menemukan jaringan ulama Nusantara di

Mekah dengan ulama di Jambi yang kemudian terhubung ke

daerah pelosok di Jambi.

C. Batasan Masalah

Telah dijelaskan di atas pada abad 19 dan 20, banyak

ulama Nusantara yang menjadi ulama besar di Timur Tengah.

Selain itu, banyak pula para pelajar di Nusantara yang belajar ke

Timur Tengah khususnya Mekah. Selain itu Syekh Abdul Madjid

adalah salah satu ulama Nusantara asal Jambi yang belajar ke

Mekah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis membatasi

ruang lingkup penelitian ini hanya menjadi beberapa tempat dan

waktu saja. Agar penelitian ini tetap fokus terhadap masalah yang

akan diteliti.

Page 23: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

7

Besarnya minat pelajar Nusantara terhadap Timur Tengah

tidak dapat dipungkiri lagi. Namun, di sini penulis hanya meneliti

jaringan ulama Jambi di Mekah. Selain Mekah, penulis juga

fokus kepada para pelajar yang datang dari Jambi, khususnya lagi

pelajar dari Jambi yang berada di Pecinan saja, di mana kampung

ini menjadi media penyambung jaringan ulama internasional ke

ruang lingkup yang lebih kecil lagi di Nusantara, khususnya

daerah di Jambi.

Sedangkan batasan waktu, penulis fokus pada abad paruh

akhir abad 19 dan awal abad 20. Pada masa ini tradisi keilmuan

di Jambi mulai berkembang ke arah yang sangat positif dari masa

sebelumnya. Abad 19 menjadi abad pembuka masuknya jaringan

ulama ke arah yang lebih luas lagi. Sedangkan abad 20 menjadi

momen masuknya ide pembaharuan serta tantangan yang juga

baru.

D. Rumusan Masalah

Untuk membuat penelitian ini terstruktur dan tetap pada

jalurnya, maka harus dibuat rumusan masalah. Adapun masalah

utama yang menjadi pertanyaan besar penelitian ini adalah :

Bagaimana jaringan ulama Jambi pada akhir abad 19 dan awal

20.. Dirumuskan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana jaringan ulama Syekh „Abd al-Majid Jambi

pada akhir abad 19? .

2. Bagaimana jaringan ulama Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shomad pada abad 20?

Page 24: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai pemenuhan

tugas akhir sebagai mahasiswa. Selain itu, di antaranya penelitian

ini bertujuan untuk :

1. Untuk mengetahui jaringan ulama Syekh „Abd al-Majid

Jambi pada akhir abad 19.

2. Untuk mengetahui bagaimana jaringan ulama Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad pada awal abad 20.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat

sebagai berikut: pertama, agar dapat memberikan wawasan

kepada mahasiswa maupun masyarakat tentang jaringan ulama

yang tersebar di Jambi pada abad 19 dan 20. Kedua, sebagai

acuan untuk penelitian-penelitian berikutnya terkait jaringan

ulama Jambi pada abad 19 dan 20. Ketiga, tentu saja sebagai

upaya untuk menghormati perjuangan ulama dalam usahanya

mencerdaskan anak negeri, khususnya Jambi. Dan kelima,

menambah literatur sejarah Jambi yang masih sangat minim

dibanding daerah tetangganya seperti Riau, Sumatera Selatan dan

Sumatera Barat.

F. Sistematika Penulisan

Untuk menjaga fokus penelitian ini, diperlukan suatu

sistematika penulisan agar tidak terjadi kerancuan dalam

penulisan dan penguraiannya. Karenanya, penulis membaginya

menjadi ke dalam enam bab. Berikut sistematika penulisan

penelitian ini:

Page 25: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

9

Bab pertama, pendahuluan. Dalam bab ini akan

menguraikan latar belakang, permasalahan yang akan menjadi

pokok pembahasan, tujuan dan manfaat penelitian dan diakhiri

dengan sistematika penulisan supaya penelitian ini tidak bias dan

rancu.

Bab kedua, akan menguraikan landasan teori, kajian

pustaka, metodologi dan kerangka berpikir.

Bab ketiga, akan membahas sejarah Islam di Jambi dari

awal masuk hingga abad ke 20. Dalam bab ini akan diceritakan

penyebaran Islam hingga perkembangan para ulama Jambi

hingga abad ke 20.

Bab keempat, penulis akan mendeskripsikan peran Mekah

sebagai jantung umat Islam sedunia. Sehingga banyak umat Islam

dari pelosok dunia belajar agama ke sana. Kemudian, penulis

juga akan membahas ulama-ulama Nusantara yang populer di

Mekah pada abad ke 19 dan 20 dan masuknya ulama Jambi abad

20 ke dalam jaringan ulama Nusantara dan internasional di

Mekah. pada bab ini penulis fokus membahas jaringan Syekh

Abd al-majid Jambi.

Bab kelima, penulis akan membahas tentang jaringan yang

dibangun oleh Hoofd Penghulu „Abd As-Shomad dan

pemikirannya..

Bab keenam, penulis membahas gerakan yang dilakukan

oleh „Abd Ash-Shomad dan kawan-kawannya setelah kembali

dari Mekah.

Bab ketujuh, adalah kesimpulan.

Page 26: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Untuk memudahkah sebuah penelitian, maka dibutuhkan

sebuah teori sebagai pisau analisis masalah. Dalam diskursus

jaringan ulama, penulis tidak dapat lepas dari Azyumardi Azra

sebagai akademisi yang paling otoritatif terhadap masalah ini.

Azra mengumpulkan sumber yang begitu luas dan penyajian apik

sehingga tersaji karya yang begitu komprehensif membicarakan

cikal bakal terbentuknya jaringan ulama Timur Tengah dan

Nusantara.

Dalam bukunya Jaringan Ulama Timur Tengah dan

Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, Azra menyatakan

bahwa kedatangan umat Islam ke Mekah tidak hanya sebatas naik

haji saja. Dia menggunakan pendapat Voll11

yang membagikan

imigran di Haramayn12

menjadi tiga tpe.

Tipe pertama disebut sebagai little immigrants; yakni

orang-orang yang datang dan bermukim di Haramayn dan dengan

diam-diam terserap dalam kehidupan sosial keagamaan

setempat.13

Mereka adalah orang-orang yang mungkin

menunaikan haji tetapi tidak mempunyai cukup biaya untuk

11

J. O Voll pada artikelnya yang berjudul Scholary Interrelation

between South Asia and the Middle East in the 18th

Century, dalam P.

Gaeffke D.A. Utz (peny), The Countries of South Asia: Boundaries,Extension,

and Interrelations, Philadelphia. Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama

Timur Tengah dan Nusantara XVII & XVIII, h. 74. 12

Istilah untuk menyebut dua kota suci umat Islam, Mekah dan

Madinah. 13

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara

XVII & XVIII, h. 74.

Page 27: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

pulang atau memang ingin menetap di Haramayn. Mereka

menjalani hidup layaknya masyarakat biasa dan tidak berperan

dalam jaringan ulama.

Tipe kedua adalah grand immigrants. Mereka adalah para

imigran unggulan. Berbeda dengan kategori yang pertama,

kategori ini merupakan orang yang telah mempunyai dasar Islam

yang kuat yang diperoleh dari tempat asalnya. Ketika tiba di

Haramayn, mereka langsung dapat bergabung dengan diskursus

keislaman yang lebih luas dan kosmopolitan. Berkat kealiman

dan kesalehan mereka, grand immigrants mampu menarik

penuntut ilmu dari berbagai penjuru Dunia Muslim. Merekalah

yang berperan aktif dalam inti jaringan ulama internasional.14

Adapun ulama Indonesia yang mencapai posisi ini Syekh

Nawawi Banten dan Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi.

Tipe terakhir adalah para ulama dan murid yang

mengembara untuk menuntut ilmu di Mekah. Mereka belajar

kepada sejumlah ulama yang mengajar di Haramayn. Setalah

merasa cukup dan menerima ijazah dari gurunya mereka pulang

ke kampung halaman membawa ilmu, gagasan dan metode yang

dipelajarinya dari Haramayn. Sebagian besar ulama Nusantara

masuk ke dalam tipe ini. Adapun ulama Jambi yang masuk ke

dalam tipe ini adalah Syekh „Abd al-Majid Jambi, Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad, Guru Ibrahim bin „Abd al-Majid,

Guru Ahmad bin „Abd Asy-Syakur, Guru Utsman bin „Ali,

Kemas Muhammad Saleh Merekalah yang membawa jaringan

14

Azyumardi Azra, h. 75.

Page 28: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

ulama internasional sampai ke pelosok dunia, dalam hal ini

Nusantara khususnya Jambi.15

B. Kajian Pustaka

Tidak banyak akademisi yang menulis tentang Jambi, baik

itu dari luar maupun dalam negeri, bahkan oleh peneliti dari

Jambi sendiri. Sulitnya sumber terkait membuat para peneliti kian

enggan untuk meneliti sejarah Jambi. Susanto Zuhdi dalam

pengantarnya pada buku “Mencari Jejak Sangkala”16

mengatakan bahwa buku Elsbeth Locher-Scholten yang berjudul

“Sumatraans sultanaat en koloniale staat: de relatie Djambi-

Batavia (1830-1907)”merupakan salah satu buku yang mendalam

menulis tentang Jambi. Bahkan menurut penulis, mungkin salah

satu yang paling baik sejauh ini.

Kelangkaan literasi tersebut cukup beralasan, karena

sulitnya sumber yang berhubungan dengan Jambi. Hal ini pun

juga diakui oleh Scholten sendiri dalam bukunya. Oleh karena itu

tulisan tentang ulama pun cukup sulit untuk ditemukan.

Pertama, tentu saja penulis tidak dapat terhindar dari

Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara Pada Abad XVII

dan XVIII karya Azyumardi Azra jika membahas jaringan ulama

Nusantara. Karya Azra dalam bidang ini merupakan literatur

paling otoritatif. Azra, memaparkan bagaimana asal mula

Nusantara masuk ke dalam jaringan internasional serta

membantah anggapan dunia bahwa Islam Asia Tenggara adalah,

15

Azyumardi Azra, h. 75-76. 16

Junaidi T. Noor, Mencari Jejak Sangkala, h. vii.

Page 29: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

yang disebut, Islam Periperi yaitu Islam Pinggiran. Dia

menyebutkan banyak nama ulama besar yang mengajar di

Haramayn serta jaringannya dengan ulama Nusantara pada abad

XVII hingga XVIII.

Dalam buku tersebut, Azra menjelaskan bagaimana

transmisi paham neosufisme dari diskursus keilmuan Timur

Tengah ke Nusantara. Nama-nama seperti Ahmad Qusyasyi (w.

1661), Ibrahim al-Kurani (w. 1690) dan jaringannya di Nusantara

seperti Nur Ad-Din Ar Raniri (w. 1658), Abdul al-Rauf As

Singkili (w. 1693) dan lain lain menjadi ulama yang berperan

penting dalam jaringan. Namun, Azra tidak membahas jaringan

ulama di Jambi, bahkan Jawa. Hal ini dapat dimaklumi karena

belum ditemukan Jaringan ulama Jambi pada abad 17 dan 18.

Dalam pada itu, penelitin ini akan mengisi kekosongan atau lebih

tepatnya melanjutkan “jaringan ulama” Azra yang akan fokus

pada daerah Jambi pada akhir abad 19 dan awal 20.

Selain kajian terdahulu tentang jaringan ulama, perlu juga

kiranya melihat kajian tentang ulama Jambi. Seperti telah

disebutkan di atas, kajian tentang Jambi sangat minim ditemukan.

Literatur tentang Jambi dapat ditemui sedikit demi sedikit dari

kajian-kajian yang lebih luas. Dalam perburuan singkat penulis

terhadap kajian tersebut, penulis hanya menemukan setidaknya

beberapa tulisan yang membahas sejarah ulama di Jambi.

Page 30: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Kedua adalah “Pejuang Ulama, Ulama Pejuang karya

Hasan Basri Agus (HBA).17

Buku ini merupakan salah satu usaha

untuk menelusuri jejak sejarah Jambi, khususnya tentang ulama;

yang sedari awal memang sedikit. HBA bukanlah seorang

sejarawan yang mengerti metodologi penulisan sejarah. Sehingga

sangat wajar jika ditemukan banyak kesalahan yang tidak perlu

seperti salah dalam menentukan abad.

Namun di dalam buku tersebut cukup banyak memberikan

informasi kepada penulis tentang ulama-ulama yang

menyebarkan Islam mazhab Syafi‟i di Jambi. Untuk alasan yang

penulis belum mengerti, HBA mulai menjelaskan sejarah Imam

Syafi‟i dan perkembangannya. Kemudian dia menjelaskan

tentang sejarah Islam masuk Jambi hingga berkembang ke dalam

wacana intelektual pada abad 20, tepatnya setelah masuknya

Jambi ke dalam jaringan ulama internasional.

Kajian ketiga adalah “Pemikiran Islam di Jambi:

Memperkuat Kajian Islam di Indonesia Melalui Naskah-Naskah

Lokal” karya Ali Muzakir.18

Buku ini jelas lebih baik dari

sebelumnya. Di dalam karya ini dia memfokuskan kajiannya

terhadap filologi di Jambi. Dia mendeskripsikan wacana

intelektual di Jambi pada abad 19 melalui manuskrip-manuskrip

yang ditemukan atau ditulis oleh ulama Jambi pada abad tersebut.

17

Lihat Hasan Basri Agus, Ulama Pejuang, Pejuang Ulama Negeri

Melayu Jambi, (Jambi, Pusat Kajian Pengembangan Sejarah dan Budaya

Jambi, 2012). 18

Lihat Ali Muzakir, Pemikiran Islam di Jambi: Memperkuat Kajian

Islam di Indonesia Melalui Naskah-Naskah Lokal di Jambi, (Jambi, Sulthan

Thaha Press, 2012).

Page 31: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Selain itu, dia juga menjelaskan sedikit tentang ulama-ulama

Jambi yang menjadi fokus pada kajian ini.

Keempat sebuah disertasi karya Fauzi Mo Bafadhal yang

berjudul Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi : Studi

Terhadap Madrasah Nurul Iman. Dalam disertasinya, Bafadhal

menulis keadaan sosial di Jambi sebelum didirikan madrasah Nur

al-Iman. Kemudian dia menjelaskan profil Madrasah Nur al-Iman

termasuk para guru-guru yang mengajar. Di sini dia memberikan

penulis informasi berhaga yang tidak penulis dapatkan dari buku

lain atau wawancara kepada para guru di Pecinan. Hanya saja,

meskipun Bafadhal menulis banyak ulama Mekah yang menjadi

guru ulama di Jambi, dia tidak fokus pada jaringannya. Bafadhal

fokus membahas madrasah sebagai lembaga yang berkontribusi

terhadap sosial pendidikan di Jambi.19

Dari empat kajian di atas, tidak ada satupun yang

membahas jaringan ulama Jambi. Mereka fokus menulis ulama di

Jambi tanpa menjelaskan siapa guru ulama Jambi selama belajar

di Mekah. Padahal, dengan mengetahui wacana pemikiran guru

ulama Jambi dapat memudahkan penulis dalam mengetahui

wacana Islam yang berkembang di jambi. Oleh karenanya,

penelitian ini diharapkan dapat mengisi kekosongan dari

penelitian sebelumnya.

19

Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi,

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, (Disertasi UIN Syarih Hidayatullah

Jakarta, 2018)

Page 32: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

C. Metode

1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-intelektual.

Di mana penulis akan membahas gagasan ulama serta transmisi

gagasan dari Timur Tengah ke Jambi. Selain itu penulis mencoba

menggunakan politik, seperti pengaruh politik Belanda terhadap

kemajuan Islam di Jambi.

Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah

penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan

proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau (historis).20

Tujuan penelitian ini

adalah untuk mencapai penulisan sejarah oleh karena itu, upaya

merekonstruksi masa lampau dari objek yang diteliti itu ditempuh

melalui metode sejarah dan menggunakan deskripsi analisis, yaitu

mencoba memaparkan jaringan serta gagasan ulama Jambi pada

akhir abad 19 dan awal abad 20.

2. Sumber Data

Sumber data penelitian sejarah dapat dibedakan menjadi

sumber-sumber penelitian berupa data primer dan data sekunder.

Dalam penelitian sejarah, perlu dilakukan metode heuristik atau

teknik mencari, mengumpulkan data atau sumber.21

Maka dalam

hal ini, penulis mengumpulkan data-data sebagai bahan penulisan

dan melakukan penelitian kepustakaan (library research) dengan

merujuk kepada sumber-sumber yang berhubungan dengan tema

20

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah (Jakarta: UI Press, 1983), h.

32. 21

Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah (Yogyakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 54.

Page 33: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

dalam skripsi ini seperti: buku-buku, dan wawancara kepada

sejumlah tokoh ulama di Jambi. Penulis mengunjungi beberapa

tempat seperti Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Adab dan Humaniora,

Perpustakaan Daerah Jambi, dan tentu saja madrasah di Pecinan

yang menjadi saksi jaringan ulama Jambi.

Di samping menggunakan sumber dari buku kontemporer,

penulis banyak menggunakan wawancara. Di dalam penelitian

sejarah, wawancara disebut sejarah lisan, yaitu sejarah yang

dituturkan oleh saksi atau pelaku peristiwa. Sumber ini dianggap

primer karena behubungan langsung dengan peristiwa. Akan

tetapi, penulis tidak menemukan seorang pun yang masuk ke

dalam kriteria sebagai sumber sejarah lisan. Wawancara yang

penulis lakukan hanya kepada orang-orang yang sekiranya

mengetahui cerita-cerita terdahulu yang sulit diketahui

kebenarannya. Sumber yang seperti ini disebut tradisi lisan.

Umumnya tradisi lisan dianggap tidak layak dijadikan

sumber sejarah. Tradisi lisan banyak mengandung unsur mistisme

yang sulit dibenarkan. Namun, belakangan muncul upaya untuk

mengesahkan tradisi lisan sebagai sejarah. Gagasan ini ditulis

oleh Jan Vansina dalam bukunya Oral Tradition as History.

Vansina menganggap baik tradisi lisan maupun sumber tertulis

sama-sama merupakan pesan dari masa lalu. Keduanya berdiri

sejajar tanpa ada kesan pemain pengganti seperti dalam

pertunjukan teater : jika pemain utama (sumber sejarah) tidak

dapat muncul di panggung maka diajukan pemain pengganti

Page 34: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

(tradisi lisan). Bahkan jika tidak ditemukan sumber tertulis maka

tradisi lisan yang menanggung beban rekonstruksi sejarah.22

Untuk memperkuat sumber tradisi lisan hal pertama yang

harus dilakukan adalah harus menyediakan penafsiran, rekaman

tradisi sebagai bahan evaluasi.23

Meskipun sulit dilakukan,

penulis tetap mempertimbangkan tradisi lisan sebagai sumber

sejarah. Karena selain kekurangan sumber tertulis, tradisi lisan di

Pecinan sarat dengan unsur sejarah. Cerita tentang ulama Jambi

pada abad 19 dan 20 selalu diceritakan para guru yang mengajar

di madrasah secara turun temurun. Lagi pula jarak antara para

ulama Jambi dengan guru yang mengajar di Pecinan hanya

terpaut satu sampai dua generasi saja. Meskipun cerita yang

disampaikan telah mengalami reduksi makna, penulis masih

dapat memilah kebenaran informasi yang disampaikan melalui

penafsiran dan rekam tradisi di Pecinan.

3. Analisis Data

Semua data yang telah diperoleh, untuk selanjutnya

dilakukan kritik sumber terkait dengan keaslian sumber

(otentisitas) terhadap semua sumber-sumber yang telah terkumpul

baik berupa buku-buku, manuskrip dan lain-lain. Maka penulis

melakukan kritik dan uji terhadapnya untuk mengindentifikasi

keabsahannya tentang keaslian sumber yang dilakukan melalui

kritik ekstern, dan keabsahan tentang kesahihan (kredibilitas)

narasumber yang ditelusuri melalui kritik intern.

22

Jan Vansina, tradisi Lisan Sebagai Sejarah, (Yogyakarta, Ombak,

2014), h. 310. 23

Jan Vansina, h. 310.

Page 35: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Data-data yang sudah didapatkan, kemudian dilakukan

interpretasi atau penafsiran sejarah, yaitu mencoba menguraikan

sebab dan akibat suatu kejadian. Karena itu, data-data yang sudah

terkumpul dilakukan metode kritik sumber, biasanya masih

berbeda-beda dalam isinya. Oleh sebab itu, dalam teknik

interpretasi ini, diharapkan penulis mampu menemukan fakta-

fakta yang mendekatkan dengan peristiwa yang sesungguhnya.

Jadi penulis memaparkan data-data yang sudah diperoleh,

diseleksi, dan dianalisis itu dalam bentuk deskripsi sehingga

menghasilkan paragraf dengan menggunakan bahasa baku dan

bahasa penulis sendiri.

4. Tahapan Penyajian Data

Tahap terakhir dalam penelitian sejarah adalah

historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau laporan

hasil penelitian sejarah yang telah di lakukan. Adapun teknik

penulisan dalam penulisan skripsi ini berpedoman pada buku

pedoman penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Adab

dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2017.

D. Kerangka Berpikir

Sejarah jaringan ulama Jambi adalah sejarah antara

hubungan ulama Jambi dan guru serta kenalannya di Mekah.

Hubungan antara guru dan murid ini merupakan proses transmisi

ilmu serta ide yang berkembang di Mekah. Kemudian ilmu

tersebut di disampaikan ke Jambi sebagai lanjutan dari proses

Page 36: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

transmisi. Sederhannya penelitian ini memiliki konsep berpikir

sebagai berikut:

Page 37: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Jaringan Ulama Jambi

Sumber (primer)

Bagaimana Jaringan Ulama Jambi pada pergantian

abad 19 dan 20?

Masalah

Manuskrip : Peraturan Perukunan Tramaratul Insan,

Perpustakaan Madrasah Nur al-Iman.

Naskah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiya koleksi

Guru Daud.

al-Jambi, „Abd al-Majid bin „Abd al-Ghaffar, Bahjat

al-Hidayah .

Dll.

Literature review

Fauzi Mo Bafadhal : Sejarah Sosial Pendidikan Islam

di Jambi (2008).

Ali Muzakir : Pemikiran Islam di Jambi: Memperkuat

Kajian Islam di Indonesia Melalui Naskah-Naskah

Lokal di Jambi (2012).

Metodologi

Metode Historis

Pendekatan Sosio-intelektual

Teori J.O. Voll : Imigrant Haramayn

Temuan Syekh ‘Abd al-Majid

merupakan perintis

jaringan ulama Jambi.

HP ‘Abd Ash-Shomad,

dkk, melanjutkan

jaringan yang telah

dirintis Syekh ‘Abd al-

Majid. HP „Abd Ash-Shomad mengajak

gurunya di Mekah untuk mengajar di

Pecinan.

HP ‘Abd Ash-Shomad, dkk, mendirikan organisasi dan madrasah sebagai

media pengembangan Islam di Pecinan.

Page 38: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

23

BAB III

SEJARAH PERKEMBANAN ISLAM DI JAMBI

A. Masuk dan berkembangnya Islam di Jambi Sejarah Jambi, seperti yang sudah diakui oleh banyak

sejarawan, sangat sulit untuk ditelusuri. Tentu saja kendala

utamanya adalah minimnya sumber yang mencatat tentang Jambi.

Bahkan, Belanda yang dikenal sebagai kolonial yang rapih dalam

pendataan tidak memiliki catatan yang cukup banyak mengenai

Jambi.

Catatan-catatan tradisional kerajaan hampir ludes terbakar

semuanya ketika istana Kesultanan Jambi, Tanah Pilih diserang

Belanda pada 25 September 1858. Nahasnya data-data yang

dikumpulkan Belanda juga mengalami hal yang sama ketika

Jepang berhasil mengambil alih kekuasaan di Indonesia.

Beruntung Umar Ngebi Sutho Dilago Priyayi Rajo menulis

Undang-undang Piagam Pecacahan Jambi dan Kisah Negeri

Jambi (1897) yang sekarang menjadi harta paling berharga untuk

menelusuri sejarah Jambi.

Jambi terletak di pesisir timur bagian tengah pulau

Sumatera. Bagian utaranya berbatasan langsung dengan

Kepulauan Riau, sebelah timur terdapat pulau Berhala, sebelah

selatan berbatasan dengan Sumatera Selatan dan sebelah barat

berbatasan dengan provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu. Dalam

seloko24

adat Jambi, batas wilayah jambi ditulis secara lebih

terperinci:

24

Petatah petitih

Page 39: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

“Bermulo dari Durian ditakuk Rajo, lepas kesialang belantak

besi - melayang ke Tanjung Samalidu - Menepat ke Beringin

nan sebatang - Beringin gedang nan sekah dahan - Mendaki

bukit kelirik nan basibak - lalu meniti pematang panjang -

menepat ke singkil tujuh belarik - ke sipasau - pisau hilang -

mendaki bukit alun babi - menepat ke bukit Cindaku - lalu ke

ulu parit sembilan - menuju ke sungai Retih sungai Enggang -

merenah tanjung Labuh - terjun ke laut nan mendidih -

menempuh ombak nan bedebur - merapat ke pulau nan tigo -

sebelah laut Pulau Berhalo - naik ke Setakak Air Hitam -

menuju bukit Siguntang - mendaki bukit tuo - lepas sungai

Bayung Lincir - Laju ke Hulu Singkut - menepat Kulim

Sebatang - dikurung begandeng Bukit Tigo - mudi ke Serintik

hujan Paneh - Meniti Bukit Barisan - tutun ke Renag Sungai

Buntal - menuju sungai Air Dikit - menepat ke hulu sungai

Ketaun - mendaki bukit Sitinjau Laut - sayup sayup laut lepas

- menuju gunung berapi - disitu tetegak Gunung Kerinci -

menepat ke Muaro Danau Bento - menempuh Bukit Kaco -

meniti pematang Lesung Teras - menuju Batu Angit dan Batu

Kangkung, teratak Tanjung Pisang, Siangkak Siangkang - hilir

pulo ke Durian ditakuk Rajo. Dari situ bebalik bejalan

ketempat semulo bajalan meniti batas, menepati janji lamo.”25

Batas adat ini sekarang menjadi batas Provinsi Jambi.

Kawasan ini pernah menjadi pusat pendidikan biksu Budha pada

abad ke-7 Masehi. Seperti dilaporkan I-tsing, terdapat 1.000

biksu yang belajar agama di sini.

Kedatangan Islam di Jambi tidak terlalu berbeda dengan

sejarah kedatangan Islam di Nusantara, khususnya daerah

Sumatera lainnya. Jika kedatangan para pedagang Islam ke

kawasan ini menjadi acuan, maka Jambi termasuk salah satu yang

pertama menerima Islam di Nusantara.

25

https://melangun.wordpress.com/2001/03/15/pucuk-jambi-sembilan-

lurah/. diakses pada 1 November 2018 pukul 14.45 WIB.

Page 40: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

25

Surat dari raja Sriwijaya kepada Khalifah Muawiyah dan

Umar bin „Abd al „Aziz dicurigai berasal dari Jambi

(Sriwijaya).26

Bahkan pada masa Umar bin „Abd al „Aziz,

kerajaan Sriwijaya meminta dikirimkan seorang guru yang dapat

mengajarkan Islam kepadanya. Namun sangat disayangkan, raja

Sri Indravarman yang berkuasa saat itu meninggal dunia akibat

revolusi yang didalangi angkatan laut Cina pada 730 M. Dan, dua

tahun setelahnya dinasti Umayah jatuh membuat terputusnya

komunikasi antar kerajaan dan berujung terhentinya dakwa secara

diplomatis ke kerajaan Sriwijaya hingga empat ratus tahun

kemudian.27

Lebih jelas lagi, Sulaiman pada abad ke-10 yang menulis

tentang kerajaan Zabaj yang kaya. Azra juga mencatat bahwa

pada abad demikian Sriwijaya28

menggunakan jasa pada

pedagang Arab untuk menjadi utusan ke Cina.29

Memang sulit untuk memastikan Sriwijaya berada di Jambi

atau di Palembang atau tempat lainnya. Bahkan, Junaidi T. Noor

berpendapat bahwa kerajaan yang mengirim surat ke Khalifah di

26

Sebenarnya terlalu berani jika mengatakan bahwa raja yang mengirim

surat tersebut berasal dari Jambi. Seperti diketahui hingga saat ini letak

kerajaan Sriwijaya masih menjadi perdebatan para ahli. Namun tidak salah jika

mencurigai surat yang terima Khalifah Islam di Damaskus berasal dari Jambi.

Hal inilah yang dipercaya oleh Sirajuddin Abbas dalam bukunya Sejarah dan

Keagungan Mazhab Imam Syafi‟i. 27

Aulia Tasman, Menelusuri Jejak Kerajaan Melayu Jambi dan

Perkembangannya (Jakarta, Gaung Persada Press Group, 2016), h. 60. 28

Aulia Tasman cukup berani menyebut nama-nama yang selama ini

diidentifikasi sebagai Palembang berada di Jambi. Dia menyebutkan bahwa

Tupo adalah Thu-po, Tchu-po, Ch-po berada di Muaro Tebo, Zabaq, Djaba,

Djawa, Jawa adalah Muaro Sabak, Fo-ts‟i, San-Fo-ts‟i, Fo-che, Che-li-fo-che

adalah Muaro Tembesi. Lihat, Aulia Tasman, h. 3. 29

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan

Nusantara Abad XVII-XVIII, h. 26.

Page 41: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Damaskus adalah kerajaan Barus, mengingat kedua daerah

sebelumnya tidak memiliki komoditas kamper yang menjadi

komoditas utama Barus. Akan tetapi berbeda halnya jika

menyebut Zabaj. Zabaj adalah nama daerah di Jambi yang hingga

sekarang masih ada yaitu, Muaro Sabak.

Mengetahui Zabaj adalah Muaro Sabak dapat ditandai

bahwa Jambi sudah masuk ke dalam dunia perlayaran orang

Islam Arab setidaknya sejak abad 10. Meskipun sulit untuk

mengtahui apakah sudah terdapat penduduk asli yang masuk

Islam, setidaknya mereka sudah mengenal Islam sejak lama.

Kedatangan Islam di Jambi yang sudah populer diketahui

adalah informasi yang didapat dari naskah Undang-undang

Piagam Pencacahan Jambi dan Kisah Negeri Jambi.

Undang-undang Piagam Pencacahan Jambi misalnya

mencatat sejarah Jambi menjadi tiga bahagian. Pertama adalah

“zaman dahulu kala” di mana Jambi dipimpin oleh Dewa

Sekarabah dan mentrinya mata empat. Kemudian pada periode

selanjutnya Jambi dipimpin oleh Tun Telanai.30

Bagian ke tiga

adalah masa Putri Selaro Pinang Masak. Putri Selaro Pinang

Masak adalah seorang Putri dari Pagaruyung. Dia diutus ke Jambi

karena kawasan ini tidak memiliki seorang pemimpin setelah Tun

Telanai berkuasa.31

30

Ada banyak perdebatan mengenai siapa sebenarnya Tun Telanai.

Junaidi T, Noor menulis dua artikel mengenai siapa sebenarnya Tun Telanai.

Lihat Junaidi T. Noor, Menjcari Jejak Sangkala, h. 65-68. 31

Ali Muzakir, Pemikiran Islan di Jambi, Memperkuat kajian Naskah

Islam di Indonesia melalui Naskah-Naskah Lokal Jambi, h.32.

Page 42: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

27

Putri Selaro Pinang Masak diperkirakan berkuasa pada

1460-80. Pada masa pemerintahannya, datang seorang asal Turki

bernama Ahmad Barus atau Ahmad Salim II. Ahmad Barus

berhasil mengislamkan Putri Selaro Pinang Masak dan

menghancurkan berhala yang ada di pulau Berhala. Oleh

karenanya dia dipanggil Datuk Paduko Berhalo. Di pulau ini pula

dia kemudian dimakamkan.

Datuk Paduko Berhalo kemudian menikah dengan Putri

Selaro Pinang Masak. Dari pernikahan tersebut lahir empat orang

anak. Tiga di antaranya laki-laki dan satu orang perempuan. Anak

pertama adalah Orang Kayo Pinggai, kedua Orang Kayo

Pedataran, Ketiga Orang Kayo Hitam dan Si Bungsu, Orang

Kayo Gemuk.32

Islam di Jambi mengalami kemajuan pada masa

pemerintahan Orang Kayo Hitam (1500-1515). Islam memang

sudah melekat dengan kerajaan Jambi sejak Datuk Paduko

Berhalo menikahi Putri Selaro Pinang Masak, namun berlakunya

syari‟at Islam terjadi pada masa Orang Kayo Hitam. Hal ini

dijelaskan dalam naskah Ini Sajarah Kerajaan Jambi sebagai

berikut:

“peri menyatakan awal Islam ini Jambi pada zaman Orang

Kayo Hitam bin Datuk Paduka Berhala yang meng-islam-

kannya. Kepada Hijrat Nabi yang 700 tahun Alif bilangan

Khamsiah, dan kepada sehari bulan Muharram, hari Kamis,

pada waktu zuhu masa itulah awal Islam ini Jambi mengucap

dua kalimat syahadat, sembahyang lima waktu, puasa sebulan

32

Junaidi T. Noor, Menjcari Jejak Sangkala, h. 193.

Page 43: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Ramadhan, dan zakat fitrah, baharulah berukun Islam yang

lima.33

Sebelum Orang Kayo Hitam menjadi raja di Jambi, penduduk

Jambi menggunakan hukum Adat Jumhur sebagai aturan. Adat

Jumhur berbunyi “adat bersendi alur, alur bersendi patut, patut

bersendi kebenaran”.34

Penerapan hukum adat banyak dilakukan

oleh penduduk pedalaman (mudik) hingga Minangkabau. Hukum

adat juga disebut “undang”. Sedangkan penduduk pesisir (ilir)

cenderung mengikuti ajaran Islam yang disebut “teliti”.

Orang Kayo Hitam melihat banyak ketidaksesuaian antara

Adat Jumhur dengan ajaran Islam. Hal serupa juga dilihat

anaknya yang belajar Islam di Jawa, Pangeran hilang Di Air

bergelar Mangku Agamo.

Melihat keadaan di atas,Orang Kayo Hitam berinisiatif

untuk mengumpulkan para datuk, tuo tengganai, alim-ulama,

cerdik-pandai dan para raja melayu tetangga Kerajaan Jambi.

perkumpulan ini bertujuan untuk membahas pertentangan antara

adat dan ajaran Islam. Sebagian besar raja yang diundang tidak

hadir. Beberada di antaranya hanya mengirim utusuan. Satu-

satunya raja yang menghadiri undangan tersebut adalah Raja

Pagaruyung, Sultan Bakilap Alam. Rapat yang mungkin

merupakan rapat besar adat pertama tersebut diadakan di Bukit

Siguntang (Sumai) Tebo. Pertemuan ini kemudian dikenal dalam

seloko adat yang berbunyi “ Undang talanjuo ilir, taliti telangsung

33

Ali Muzakir, Pemikiran Islan di Jambi, Memperkuat kajian Naskah

Islam di Indonesia melalui Naskah-Naskah Lokal Jambi, h. 33-34. 34

Muchtar Agus Chotib, Hukum Adat Kerajaan Islam Melayu Jambi di

Luak XVI, (Jambi, Tanpa Penerbit, 2010), h. 168.

Page 44: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

29

mudik. Bertemu di Sungai Dani, bejumpo di ujung lentik tanah

Tanjung Samalidu”.35

Pada pertemuan tersebut lahir ketetapan baru yang berbunyi

:

1. Jambi adalah kerajaan Islam Melayu Jambi

2. Adat dipadu dengan syara‟

3. Hukum dasar kerajaan Islam adat nan empat.

4. Hukum adat sembilan pucuk.

5. Berbahasa melayu, tulisan Arab Melayu Jambi.

6. Dasar negara pucuk adat rumput teliti.36

Kemudian Orang Kayo Hitam menyuruh para alim menyalin al

Quran untuk disebarkan ke seluruh Jambi.

Pada tahun 1530 kerajaan Jambi kembali mengadakan

Rapat Adat. Pertemuan kali ini diadakah di Bukit Sitinjau Lauik,

Kerinci. Pada pertemuan ini ditetapkan :

1. Titian keras tango batu (al-Quran).

2. Cermin gedang dak kabur (al-Quran).

3. Lantak dalam dak goyah (Hadis).

4. Kato mufakat (musyawarah).

5. Dak lapuk dek hujan, dak lekang dek paneh (hukum

yang abadi).37

Pada pertemuan ini kalimat “pucuk adat rumpun teliti” berubah

menjadi “pucuk undang-undang” serta muncul kalimat yang

terkenal “adat bersendi syara‟, syara‟ bersendi kitabullah.38

35

Muchtar Agus Chotib, h. 169. 36

Muchtar Agus Chotib, h. 172. 37

Muchtar Agus Chotib, h. 174-77. 38

Muchtar Agus Chotib, h. 173.

Page 45: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Meskipun adat tetap mendominasi hingga akhir

kesultanan, terutama di kawasan hulu, Orang Kayo Hitam telah

berhasil menanam pondasi masyarakat yang kuat di Jambi.

Hukum yang diterapkan tidaklah seperti hukum Islam yang

berlaku pada umumnya. Sebagai contoh, hukum adat untuk

kejahatan zina yang diterapkan di Marga Jujuhan.39

Pelaku zina

tidak diberikan hukuman rajam sebagaimana seharusnya dalam

Islam. Pelaku zina cukup membayar denda dan diusir dari

kampung.40

Hanya saja, meskipun yang bertugas dalam

penerapan hukum adalah ketua adat, mereka cenderung

mengikuti ucapan para alim jika ditemukan adat yang berselisih

dengan ajaran Islam.

B. Perkembangan Islam di Jambi Setelah Orang Kayo

Hitam

Telah diketahui bahwa masa pemerintahan Orang Kayo

Hitam pada 1500 adalah awal mula Islam menjadi identitas

kerajaan Jambi.41

Selain berperan dalam mengislamkan penduduk

Jambi pada awal adab ke-16 dia juga yang memindahkan42

pusat

39

Sekarang sebuah kecamatan berada di wilayah administrasi kabupaten

Muaro Bungo. 40

Di dalam adat, zina diungkapkan dalam bentuk seloko : mencacak

telur, menikam bumi, memetik bunga setangkai dan mandi di pancuran

gading. 41

Meskipun agama Islam sudah melekat dengan kerajaan Jambi pada

masa Orang kayo Hitam, kerajaan Jambi baru secara resmi menjadi kesultana

pada 1615, tepatnya ketika Sultan „Abd al-Kahar naik tahta. 42

Menurut cerita rakyat Jambi, setelah menikah dengan Putri Mayang

Mangurai, mertuanya, Temenggung Merah Mato dari Tembesi memberikan

sepasang angsa. Dia memerintahkan Orang Kayo Hitam dan Putri Mayang

Mangurai untuk menghanyutkan angsa tersebut di sungai Batang Hari. Di

mana angsa itu naik ke daratan dan tinggal di situlah mereka harus tinggal.

Setelah dihanyutkan, kedua angsa tersebut akhirnya naik ke daratan dan

Page 46: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

31

kerajaan Jambi dari Tanjung Jabung ke pedalaman sungai Batang

Hari, yaitu Tanah Pilih Pesako, Kota Jambi saat ini.43

Orang Kayo Hitam memiliki pengetahuan agama Islam

yang cukup mendalam dari sumber yang paling utama.

Gagasannya untuk mengkolaborasi antara adat dan Islam adalah

salah satu bukti keluasan ilmu yang dimilikinya. Bersama

anaknya, Pangeran Rantau Kapas, dia merumuskan Pucuk

Undang Nan Delapan dan Pucuk Undang nan Dua Puluh44

agar

berdasarkan al-Quran dan hadis.45

Namun sangat disayangkan, penulsi tidak dapat mengetahui

siapa tokoh selain Orang Kayo Hitam dan anaknya Pangeran

Rantau Kapas.

Setelah Orang Kayo Hitam mangkat dari tahtanya pada

1515, dia digantikan anaknya Pangeran Rantau Kapas (1515-

40).46

Pangeran Rantau Kapas memiliki perhatian khusus

tinggal di tempat tersebut. Termpat tersebut kemudian disebut Tanah Pilh

Pesako yang sekarang menjadi ibu kota provinsi Jambi. Sedangkan tempat

kedua angsa tersebut naik dari sungai didirikan istana Tanah Pilih.. 43

Adrianus Chatib, Subhan dkk, Kesultanan Jambi Dalam Konteks

Sejarah Nusantara, h. 56. 44

Undang-undang Nan Delapan adalah hukum pidana bagi rakyat yang

Jambi yang melakukan kejahatan. Terdapat delapan pasal yang menjelaskan

kejahatan-kejatahan umat manusia. Selain Undang-undang Nan Delapan ada

pula undang-undang Nan Dua Belas, berisi sama dengan Undang-undang Nan

Delapan. Namuan Undang-undang Nan Dua Belas disertai dengan hukuman

yang akan diterima oleh pelaku. 45

Aliyas, “Meninjau Kembali Sejarah Masuk Islam di Jambi”, Media

Akademika, vol. 28, No. 3, 2013, h.310. 46

Orang Kayo Hitam memiliki dua orang istri, Putri Mayang Mangurai

dan seorang putri dari Jawa. Dari istrinya yang kedua dia memperoleh anak

bernama Pangeran Hilang di Air. Orang kayo Hitam mengutus Pangeran

Hilang di Air ke Jawa untuk belajar agama Islam. Kembali dari Jawa,

Pangeran Hilang di Air mendapat gelar Pangeran Mangku ugamo. Selain

Orang kayo Hitam, Pangeran Hilang di Air merupakan salah seorang yang

paling berperan dalam merumuskan dasar hukum adat yang dubuat pada Rapat

Page 47: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

terhadap hukum adat di Jambi. Setelah berhasil merumuskan

dasar hukum adat bersama ayahnya pada 1502, dia kembali

mengadakan Rapat Adat pada tahun 1530.47

Kerajaan Jambi berubah menjadi Kesultanan seratus tahun

setelah Orang Kayo Hitam meninggal dunia. Raja yang berperan

atas perubahan tersebut adalah Pangeran Kedak bergelar Sultan

„Abd al Qahhar (1615-1648).48

Abad 17 merupakan masa puncak Kesultanan Jambi. Pada

masa ini pelabuhan Jambi hanya kalah dari pelabuhan Kesultanan

Aceh alias menjadi yang kedua di Sumatera. Komoditas utama

saat itu tentu saja lada. Kapal VOC mulai mendatangi Jambi.

Kapal tersebut bernama Het Waven van Amsterdam yang

dipimpin oleh Abraham Sterk. Sultan „Abd al-Qahhar memberi

izin VOC untuk membangun kantor dagangnya (loji) di Muaro

Kumpeh pada 1616.49

Pada tahun 1666 pecah perang antara Jambi dan Johor.

Keduanya sama-sama memperbutkan pengaruh atas perdagangan

di Selat Malaka. Peperangan ini tidaklah muncul secara tiba-tiba.

Keduanya saling bersaing secara ketat satu sama lain. Bahkan

telah terjadi usaha untuk berdamai dengan mengawinkan pewaris

tahta Kesultanan Johor dengan seorang Putri Kesultanan Jambi.

Namun perkawinan ini justeru gagal dan malah mempertajam

sentiment antara keduanya. Berdasarkan konflik tersebut

Adat 1502. Setelah Orang kayo Hitam mangkat, Pangeran Hilang di Air

diangkat menjadi raja Jambi bergelar Pangeran Rantau kapas. 47

Muchtar Agus Chotib, h. 179. 48

Adrianus Chatib, Subhan dkk, Kesultanan Jambi Dalam Konteks

Sejarah Nusantara, h.49. 49

Adrianus Chatib, Subhan dkk, h. 50.

Page 48: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

33

akhirnya pecahlah perang pertama antara Jambi-Johor tahun

1666.50

Setelah perang 1666, serangan terus berlajut secara

sporadis. Pada 1673 Jambi berhasil memasuki ibu kota Johor.

Jambi memperoleh harta rampasan yang banyak dari kemenangan

tersebut. Namun, mereka harus mengembalikannya pada 1679

karena Johor berhasil mengalahkan Jambi pada tahun terebut.51

Pencapaian Jambi pada abad ini menggambarkan bahwa

Kesultanan Jambi merupakan salah satu kerajaan lokal yang patut

diperhitungkan. Bahkan setelah kekalahannya terhadap Johor,

Jambi dan Johor beralih bekerja sama menyerang Palembang

dengan alasan yang hampir sama.52

Namun, sangat sulit untuk menemukan informasi terkait

kemajuan sosio-intelektual pada masa ini. Seharusnya dengan

pengaruhnya yang cukup diperhitungkan di Selat Malaka dapat

menarik para pendakwah agama Islam untuk mengajarkan agama

Islam di sini. Sekelumit informasi dapat diketahui dari catatan

Belanda pada tahun 1640-an bahwa perhatian rakyat dan para

bangsawan Jambi dalam memperlajari dan mentaati syariat Islam

meningkat. Pangeran Jambi pada 1649 meminta Belanda untuk

mengirimnya buku bersih dan tidak berjudul dari Batavia untuk

dituliskan undang-undang dan khotbah.53

Kemudian pada tahun

50

Adrianus Chatib, Subhan dkk, h. 67. 51

Adrianus Chatib, Subhan dkk, h. 67. 52

Adrianus Chatib, Subhan dkk, h. 68. 53

Barbara Watson Andaya, Hidup Bersaudara Sumatera Tenggara pada

XVII dan XVIII, (Yogyakarta, Ombak, 20160, h. 120.

Page 49: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

1687 seorang Ulama dari Surat, India datang ke Jambi untuk

menyiarkan ajaran Islam.54

C. Kesultanan Jambi Pada Abad 19

Pada awal abad 19 Jambi mengalami nasib yang hampir

serupa dengan kebanyakan kesultanan lainnya di Sumatera. Pada

paruh pertama, Belanda sedang disibukkan perang melawan

kelompok Paderi dan Kesultanan Palembang. Pada saat yang

sama, Belanda secara „tidak sengaja‟ mulai melirik Jambi.

Pada awal abad 19, Jambi dipimpin oleh Sultan Mohildin

yang sibuk dengan urusan intern. Selain skandal istrinya yang

memperbudak dan membunuh gadis-gadis, dia juga tidak mampu

melawan lawan politiknya dari keluaga istana lainnya.55

Pada

masa ini juga keluarga al-Jufri mulai memiliki pengaruh di

Istana.56

Di antara tahun 1817 dan 1819 terjadi beberapa

pertempuran kecil yang berujung dengan kekalahan Sultan

Mohildin. Akan tetapi, konflik tersebut juga menyebabkan lawan

politiknya terbunuh.

Pada tahun 1821, Fakhruddin, anak Sultan Mohildin dan

nanti menjadi ayah Sultan Taha secara sepihak mengangkat

dirinya menjadi sultan Jambi. Pengangkatan ini spontan

mengakibatkan istana semakin kisruh. Karena pengangkatan

54

Muzakir, Pemikiran Islan di Jambi, Memperkuat kajian Naskah Islam

di Indonesia melalui Naskah-Naskah Lokal Jambi, h.37. 55

Adrianus Chatib, Subhan dkk, Kesultanan Jambi Dalam Konteks

Sejarah Nusantara, h. 81. 56

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial,

h. 166.

Page 50: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

35

Fakhruddin tidak sesuai dengan janji ayahnya untuk mengangkat

Raden Tabun57

. Akibatnya Sultan Fakhruddin tidak diangkat

secara adat dan tidak tinggal di istana. Dia tinggal di uluan dan

memerintah Jambi dari sana. Hal tidak terlalu dipermasalahkan

karena bagi rakyat Jambi sultan memimpin rakyat bukan

wilayah.58

Mungkin dari sini lah basis kekuatan Sultan Taha

mulai terbentuk.

Kondisi Kesultanan Jambi tidak hanya kacau dalam politik.

Ekonomi kesultanan tidak pernah mencapai masa jaya sejak abad

17. Usaha perdagangan uang sempat maju pada abad 17 perlahan

mulai turun hingga menjadi sangat lemah pada abad 19. Mutu

produk yang jelek adalah salah satu alasannya.59

Kesultanan

cukup senang ketika Belanda menjanjikan segelintir dana untuk

sultan dalam perjanjiannya. Kemiskinan ini mulai dilihat Belanda

menjanjikan uang sebesar 4.400 gulden kepada Fakhruddin (yang

ketika itu belum menjadi sultan) pada 1821 supaya besedia

membantu Belanda melawan Sultan Badaruddin dari

Palembang.60

Hanya saja ia segera menyadari resiko berurusan dengan

Belanda. Ketika Belanda mengintervensinya dalam mengurusi

perompak, Sultan Fakhruddin semakin gelisah. Ditambah lagi

57

Raden Tambun adalah sepupu Sultan Mohildin, ayah Sultan Fahruddin.

Sultan Mahmud, sultan sebelum Sultan Mohildin pernah meminta bantuan

kepada ayahnya, Raden Rangga dan menjanjikan tahta kepada anaknya, Raden

Tabun. 58

Adrianus Chatib, Subhan dkk, Kesultanan Jambi Dalam Konteks

Sejarah Nusantara, h. 91. 59

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial,

h. 47. 60

Adrianus Chatib, Subhan dkk, Kesultanan Jambi Dalam Konteks

Sejarah Nusantara, h.91.

Page 51: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Belanda tidak pernah menggubris permintaan bertemu Sultan

Fakhruddin pada 1832 dan 1833. Merasa kesal atas sikap

Belanda, Sultan Fakhruddin membawa pasukannya ke Batu

Rawas untuk mengancam Belanda. Tidak ada hasil yang positif

dari upaya ini. Belanda segera dapat mengantisipasi strategi

sultan dengan memecah belah antara Sultan Fakhruddin dengan

Raden Tabun.61

Ketika Sultan Fakhruddin mangkat pada 1841, sejatinya

Belanda belum mengikat kesultanan Jambi secara utuh. Sultan

„Abdurrahman Nazaruddin yang menggantikan Sultan

Fakhruddin masih dipilih secara adat resmi. Sedangkan kepada

Belanda, sultan hanya cukup melapor ke Batavia.62

Namun,

ketika Sultan Taha yang menggantikan Sultan „Abdurrahman

pada 1856 dan menolak perjanjian baru dari Belanda, Belanda

mengambil alih kesultanan Jambi pada tahun 1858.

Sultan Taha menjadi sultan setelah berumur 25 tahun.

Meskipun Sultan Taha lebih perpengetahuan dari sultan-sultan

sebelumnya. Akan tetapi usianya masih muda dan penuh dengan

ambisi yang membara. Ketika Belanda menyodorkan isi

perjanjian baru yang lebih menyudutkan kekuasaan sultan. Sultan

Taha tanpa pandang bulu menolak mentah-mentah setiap isi dari

perjanjian tersebut. 63

Merasa upaya untuk mengendalikan Jambi melalui

diplomasi menemui jalan buntu Belanda mengirim kapal

61

Adrianus Chatib, Subhan dkk, h. 94-99. 62

Adrianus Chatib, Subhan dkk, h. 102. 63

Adrianus Chatib, Subhan dkk, h. 105.

Page 52: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

37

perangnya dari Muaro Kumpeh ke Kota Jambi. Istana takluk

hanya dalam waktu tiga jam saja. Sultan Taha beserta

pengikutnya melarikan diri ke hutan di belakang istana. ketika

Belanda memasuki istana, mereka hanya menemukan istana

kosong beserta mayat pasukan Jambi yang gugur. Peristiwa ini

terjadi pada 1858.64

Sultan Taha membangun kembali kekuatannya di uluan dan

bertahan sampai 1904. Pada satu sisi dia secara tegas menolak

menjadi bawahan Belanda. Namun, di sisi lain kadang dia

memperlihatkan kelunakan hatinya terhadap Belanda, seperti

ketika dia mengirim anaknya ke kota untuk diangkat menjadi

Pangeran Ratu (putra mahkota).65

Belanda mencoba mengurangi pengaruh Sultan Taha

dengan mengangkat sultan bayang beberapa kali.66

Namun upaya

ini selalu gagal karena pengangkatan tersebut tidak berdasarkan

adat yang sah dan pusaka yang menjadi simbol kesultanan masih

berada di tangan Sultan Taha. Sehingga di mata rakyat Jambi,

sultan Jambi tetaplah Sultan Taha, bahkan bagi sultan bayang

yang diangkat oleh Belanda sekalipun. Merasa dirinya diakui

oleh rakyat dan sultan bayang yang diangkat Belanda, Sultan

64

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial,

h. 126. 65

Elsbeth Locher-Scholten, h. 194. 66

Untuk melegitimasi kekuasaannya di Jambi, Belanda mengangkat

sultan bayang dari keluarga kerajaan. Di antaranya 1. Sultan Ahmad

Nazaruddin bin Mahmud (1858-81), Sultan Muhammad Muhieddin bin „Abdul

Ar-Rahman (1881-85), dan Sultan Zainul „Abidin bin Muhammad (1885-

1900).

Page 53: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Taha bahkan tidak ragu untuk meminta kucuran dana yang

diberikan Belanda kepada Sultan Nazaruddin.67

Sikap menentang Belanda ini terus dipertahankan sampai

Belanda menyergapnya di hutan, di daerah Betung Bedarah, Tebo

pada 1904. Selama berjuang melawan Belanda dia beberapa kali

mengirim utusan baik kepada duta Kekhalifahan Turki di

Singapura maupun langsung ke Turki. Kabarnya, Syekh „Abd al-

Majid pernah menjadi salah satu utusan yang dikirim sultan.

Namun upaya ini lebih terlihat sia-sia daripada upaya apapun

yang pernah dia lakukan. Dia juga bekerja sama dengan Si

Singamangaraja yang ketika itu juga sedang berperang melawan

Belanda. Dia secara rahasia bertemu dengan Si Singamangaraja

di Sungai Limau pada 1902.

Di tengah gejolak politik di Kesultanan Jambi, tepat di

seberang istana dan kota, keilmuan Islam mulai bersinar secara

perlahan. Kelompok ini di kemudian hari akan menjadi cara baru

untuk melawan Belanda. Tempat tersebut dikenal dengan sebutan

Pecinan.

D. Kampung Pecinan Sebagai Pusat Kajian Islam

Kampung Pecinan berada tepat di seberang kota Jambi.

Kampung ini sering pula disebut dengan Sekoja, singakatan dari

Seberang Kota Jambi. Disebut Pecinan karena terdapat banyak

keturunan pedagang asal Cina yang bermukim di sini.

Diperkirakan mereka mulai menempati kawasan ini sejak abad

67

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial,

h. 162.

Page 54: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

39

ke- 17. Hal ini didukung dengan bukti arkeologis yaitu ditemukan

bejana dari porselen asal Dinasti Ming di Seberang Kota Jambi.68

Sejatinya para pedagang asal Cina sudah ramai

mengunjungi Jambi pada abad ke-16 (mungkin lebih awal). Pada

awal abad ke-17 di Kuamang (sekarang termasuk kabupaten

Muaro Bungo) dan Tembesi (sekarang termasuk kabupaten

Batang Hari) sudah terdapat pedagang Cina yang tinggal. Mereka

tinggal di daerah ini karena terdapat tanaman lada.69

Tidak diketahui berapa jumlah pedagang Cina yang tinggal

di Pecinan pada saat itu. Akan tetapi, dari nama tempatnya

penulis dapat berasumsi bahwa terdapat banyak orang Cina yang

tinggal di sini. Nama Pecinan tidaklah asing di dalam sejarah

Indonesia, khususnya Cina di Indonesia. Kampung Pecinan

adalah kampung para pedagang Cina yang tinggal di Nusantara.

Kampung Pecinan juga terdapat di Jakarta dan daerah Jawa

lainnya. Sejak pemerontakan Cina di Batavia pada 1740, VOC

memberlakan kebijakan sejenis apartheid yaitu upaya mengontrol

orang Cina dengan cara mewajibkan mereka tinggal di satu

tempat yang disebut Pecinan.70

68

Usman Abu Bakar, Pendidikan Islam di jambi Corak Madrasah dari

kebudayaan Masyarakat Seberang Kota”, (Jakarta, Disertasi UIN Syarif

Hidayatullah jakarta, 1992), h. 88. 69

Kwee Hui Kian, “The Expansion of Chinese Inter-insular and

Hindterland Trade in Southeast Asia, c. 1400-1850”, Brill, chapter 10, 2015, h.

151. 70

Onghokham, Migrasi Cina, Kapitalisme Cina dan Anti Cina,(Depok,

Komunitas Bambu, 2017), h. 139-140.

Page 55: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Meskipun pengaruh VOC di Jambi cukup kuat pada saat

itu71

tidak diketahui apakah kebijakan ini juga berlaku di Jambi

atau hanya di daerah kekuasaannya saja.

Sebelum adad 20, tidak ada perempuan Cina yang datang

Ke Nusantara. Oleh karenanya, para pedagang tersebut banyak

yang menikah dengan penduduk lokal. Keadaan seperti ini

akhirnya mengakibatkan terjadinya akulturasi budaya antara Cina

dan Nusantara. Bahkan tidak sedikit di antaranya menjadi

muslim. Seperti yang ditulis Onghokham, mereka yang menjadi

muslim ini kemudian disebut Cina Peranakan karena sudah

bercampur dengan penduduk lokal. Saking banyaknya orang Cina

yang muslim, diperlukan dua orang pemimpin untuk orang Cina

di Batavia.72

Meskipun tulisan Onghokham tentang Cina lebih terpusat

di Jawa pola ini juga berlaku di Sumatera, khususnya Jambi.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, komunitas Cina sudah

menetap di beberapa tempat di Jambi seperti Koamang dan

Tembesi. Namun tempat tersebut tidak diidentifikasikan sebagai

kampung orang Cina. Kampung Cina justeru berada di seberang

pusat pemerintahan Kesultanan Jambi. Pada sekitar paruh

pertama abad ke-18 kampung ini dipimpin oleh seorang Cina

Muslim, Sin Tai yang diberi gelar datuk ngebi. Dia seorang

saudagar Cina kaya yang diangkat menjadi Ngebi, setara kepala

kampung atau lurah.73

Dengan diangkatnya seorang Cina Muslim

71

Syahrial De Saputra, Kesenian Masyarakat Melayu di Jambi, (Tanjung

Pinang, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,2008), h. 11. 72

Onghokham, Migrasi Cina, Kapitalisme Cina dan Anti Cina, h. 133. 73

Buku tangan Museum Gentala Arys, Jambi.

Page 56: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

41

menjadi pemimpin, sangat mungkin terdapat banyak orang Cina

yang beragama Islam sebagaimana diungkapkan Onghokham di

atas.

Sin Tai, oleh masyarakat Pecinan dipanggil Datuk Sin Tai

adalah seorang Cina muslim yang datang ke Jambi pada 1676.

Dia memiliki kemampuan diplomasi sehingga mampu mendekati

sultan Jambi. Dia menjadi penghubung antara pedagang Cina

dengan Sultan dalam urusan dagang. Karena kepiawaiannya itu

dia menjadi seorang Cina Muslim yang kaya dan berpengaruh di

Jambi.74

Selain orang Cina, terdapat pula orang Arab yang mendiami

kawasan ini. Orang Arab diperkirakan mulai mendiami Pecinan

pada abad 18. Habib Husin bin Ahmad Baragbah yang datang ke

Jambi pada 1716 menjadi peristiwa yang sangat diingat

masyarakat Pecinan. Dalam beberapa catatan Habib Husin bin

Ahmad Baragbah justru datang ke Jambi jauh lebih awal. Dia

dikatakan datang ke Jambi pada 1615 dan meninggal pada

162575

, hampir satu abad lebih awal.76

74

Hasan Basri Agus, Ulama Pejuan - Pejuang Ulama Negeri Melayu

Jambi, h. 23. 75

Masalah perbedaan tahun ini Usman, dalam disertasinya mengatakan

bahwa Abdur Rahman, yang merupakan keturunan Habib Husin mempunyai

catatan mengatakan bahwa 1035 H (1615). Berbeda dengan M. A. Rahman

yang mengatakan bahwa Habib Husin datang pada tahun 1668. Lihat), h. 151.

Berdasarkan keterangan dari Sayyid Salim bin Abu Bakar al-Mudhor Junaidi

T. Noor menulis Habib Husin datang ke Jambi pada 1138 H/ 1708 M. Junaidi

T. Noor, Sekilas Tentang Sejarah dan Peradaban/Kebudayaan Islam di

Provinsi Jambi, (Makalah pada seminar melayu di Makassar), h. 6. Penulis

lebih cenderung kepada pendapat yang terakhir karena pada nisan Habib Husin

tercatat angka meninggal pada tahun 1173 H yang bertepatan dengan 1743 M.

Dari sumber yang cukup banyak, Agus menulis sedikit lebih banyak tentang

Habib Husin dibanding yang lainya. Dia menulis Habib Husin datang ke Jambi

Page 57: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Habib Husin memang bukan ulama yang pertama datang ke

Jambi. Seperti dijelaskan sebelumnya Jambi telah kedatangan

seorang ulama asal Surat pada 1687. Namun, sepertinya seorang

ulama asal Surat tersebut tidak mendapat ingatan yang mendalam

bagi masyarakat Jambi. Lain halnya dengan Habib Husin bin

Ahmad Baragbah yang mendapat tempat istimewa diingatan

masyarakat Pecinan. Namanya masih dikenal dan makamnya

masih diziarahi sampai sekarang.

Habib Husin lahir pada 1683 di kota Tarim. Pendidikan

Islam pertamanya didapat dari ayahnya yang mengajarinya al-

Quran dan ilmu-ilmu Islam. Kemudian dia berguru kepada „Abd

Allah bin Alwi al-Haddad (w. 1720), Habib Zain al-‟Abidin bin

Mustafa al-Idrus, Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi (w. 1733),

Habib „Abd Allah bin Ahmad Bilfaqih, Syekh Muhammad bin

„Abd Allah Bajamal dan Syekh Ahmad bin „Abd Allah

Basyarahil. Dia berkelana ke pusat-pusat ilmu di Yaman seperti

kota Siwan, Sibam, Taris, Zilak, dan Sihir.77

Setalah melalui perjalanan menuntut ilmu dari kota satu ke

kota lain, Habib Husin mulai melakukan perjalanan dakwah ke

timur. Bersama saudaranya Habib Zein bin Ahmad Baragbah dia

sampai ke India pada 1710. Dari India kemudian dia berlayar ke

Malaka dan Johor. Di sinilah mereka mempelajari bahasa

pada tahun 1129 H/1716 M. Hasan Basri Agus, Ulama Pejuan - Pejuang

Ulama Negeri Melayu Jambi, h. 23. Mengingat pernikahaannya dengan putri

Datuk Sintay dan kematiannya pada 1743. Penulis lebih cenderung kepada

kedua pendapat yang terakhir. 76

http://e-

journal.iainjambi.ac.id/index.php/Innovatio/article/view/514/478, h. 7. 77

Hasan Basri Agus, Ulama Pejuang - Pejuang Ulama Negeri Melayu

Jambi, h. 30.

Page 58: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

43

Melayu. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Palembang

dan diteruskan ke Jambi setelah beberapa tahun di Palembang,

tepatnya pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Mansyur

Joyo Ingologo 1706/1714.78

Sepertinya Habib Husin memiliki pengaruh yang cukup

besar di Istana Palembang. Dia dinikahkan dengan putri seorang

pembesar kerajaan dan dikaruniahi dua orang anak Ali dan „Abd

Allah.

Pada tahun 1716, dia akhirnya tiba di Pecinan Jambi. Ali

Muzakkir mengatakan kedatangan dia ke Jambi karena sudah

banyak ulama yang mumpuni mengajar Islam di Palembang. Jika

kedatangan Habib Husin memang dikarenakan kekosongan ahli

agama untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Jambi, maka

Habib Husin berhasil menancapkan pengaruh yang begitu besar

kepada Islam di Jambi. Dia menjadi orang yang paling berperan

atas berkembangnya Islam di Pecinan yang nanti akan menjadi

salah satu tujuan menuntut ilmu Islam dari kawasan melayu

lainnya seperti Palembang dan daerah-daerah di Semenanjung

Malaya.

Sepertinya „menikah‟ menjadi salah satu cara Habib Husin

untuk menancapkan pengaruh pada suatu wilayah. Setelah

menikah dengan salah satu putri pembesar Kesultanan

Palembang, dia kembali menikah dengan Nyai Resik, putri Datuk

Sin Tai yang merupkan orang yang berpengaruh di Pecinan.79

Dari pernikahan ini dia memperoleh beberapa orang anak yang

78

Hasan Basri Agus, h. 31. 79

Hasan Basri Agus, h. 32. h. 56.

Page 59: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

nanti akan menggantikan posisinya mengajar Islam di Pecinan.

Habib Husin meninggal dunia dan dimakamkan di kampung Arab

Melayu pada tahun 1743.80

Kedatangan orang Arab cukup besar terjadi pada akhir abad

ke-18 hingga awal abad ke-19. Mereka didominasi keluarga

habaib81

marga al-Jufri. Beberapa diantaranya mendapat

kepercayaan sultan bahkan menikah dengan keluarga sultan

seperti Sayid Hasan al-Jufri.82

Sayid Idrus al-Jufri, anak Sayid Hasan al-Jufri menjadi

orang Arab yang paling berpengaruh di Pecinan. Dia memiliki

sejumlah tanah perkebunan yang luas di kawasan Jambi. Jaringan

perdagangannya hingga ke luar negeri. Ketika Sultan Taha

mengutus orangnya ke Turki, jaringan al-jufri-lah yang banyak

membantu mereka selama di Turki. Berkat ayahnya, pengaruhnya

masuk ke dalam Istana Jambi. Dia mendapat gelar Pangeran Wiro

Kusumo dan menjadi orang kepercayaan Sultan Taha ketika

Sultan bersembunyi di pedalaman.83

Sayid Idrus al-Jufri mendirikan masjid di dekat rumahnya

pada 1880. Hingga pertengahan abad ke 20 masjid ini masih

menjadi pusat kegiatan masyarakat seperti pengambilan sumpah

dan belajar agama.

80

Kisah tentang Habib Husen bin Ahmad Baragbah tidak mempunyai

kejelasan yang pasti. Penulis banyak menemukan perbedaan catatan tentang

kiprahnya di Nusantara. Dari kesekian kisah tentan dirinya,hanya tahun

kematiannyalah yang dapat dipastikan kebenarannya. Pada makamnya tertera

angka 1173 H yang bertepatan dengan 1760 M. Bandingkan dengan makalah

Junaidi T. Noor tahun 2010. 81

Gelar yang diberikan kepada keturunan Nabi Muhammad SAW. 82

Elsbeth Locher-Scholten, Kesultanan Sumatra dan Negara Kolonial,

h. 165. 83

Elsbeth Locher-Scholten, h. 165.

Page 60: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

45

Tentu saja Sayid Idrus bukan satu-satunya Arab yang

tinggal di Pecinan. Orang Arab tinggal kampung Olak Kemang,

tempat Sayid Idrus al-Jufri berada dan kampung Arab Melayu.

Sedangkan orang Cina tinggal di Olak Kemang Hilir, Ulu

Gedong, Tengah dan Jelmu.84

Habib Husin bukan satu-satunya ulama di Jambi. Nama

lainnya muncul dalam penelitian Tim Penelitian IAIN Sultan

Taha Saifuddin Jambi. Mereka adalah H. Ishak bin H. Karim (w.

1700), Kemas H. Muhammad Zain bin Kemas H. „Abd Ar-Rauf

al-Jambi Asy-Syafi‟i al-Asy‟ari An-Naqsyabandi (w.1815).85

Pangeran Penghulu Noto Agomo Magatsari (w. 1852), Syekh

Muhammad Syafi‟i Bafadhal, Sayid Alwi al-Baithi, al-Qadhi

„Abd al-Ghani bin Haji „Abd al-Wahhab (w.1888).86

dan yang

menjadi pembahasan dalam skripsi ini, Syekh „Abd al-Madjid bin

Haji Muhammad Yusuf Keramat (w. 1893).87

Sebagian besar dari

mereka berada di Pecinan.

Perkembang Islam di Pecinan sangat terlihat pada abad 19.

Pada abad ini muncul nama-nama penduduk asli sebagai pendidik

84

Usman Abu Bakar, Pendidikan Islam di jambi Corak Madrasah dari

kebudayaan Masyarakat Seberang Kota, h. 56. 85

Kemas Muhammad Zain adalah salah satu ulama Jambi yang diketahui

memiliki karya tulis. Dia menulis sebuah kitab berjudul Qurrat al-„Ayn yang

diselesaikannya pada tahun 1815. 86

Al-Qadhi „Abd al-Ghani adalah ulama yang cukup diingat oleh

beberapa guru di Pecinan Sekarang. Dia adalah ulama yang sezaman dengan

Ketib Mas‟ud dan Abu Bakar. Dia juga merupakan guru Hoofd Penghulu „Abd

Ash-Shomad pada masa kecilnya. Kitab mukhtasar yang disalin Abu Bakar

dikatakan milik „Abd al-Ghani. Anaknya, „Abd al-Ghaffar juga merupakan

seorang guru. Yang paling menonjol dari keturunan „Abd al-Ghani adalah

cucunya, „Abd al-Majid bin „Abd al-Ghaffar yang menulis kitab tidak kurang

dari tiga belas. 87

Tim Peneliti IAIN STS Jambi, “Sejarah Perkembangan Islam di

Jambi,” (IAIN STS Jambi 1979), h. 15.

Page 61: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

agama Islam. Bahkan beberapa di antaranya menghasilkan karya

dan mengajar di Mekah. Tidak berlebihan jika penulis menyebut

Pecinan sebagai pusat kajian Islam di Jambi pada masa itu.

Nama lainnya yang tidak terdaftar dalam hasil penelitian

adalah Ketib Mas‟ud (w. 1889). Tidak banyak yang dapat

diketahui tentang dirinya. Namun menurut Ali Muzakkir, Ketib

Mas‟ud merupakan salah seorang pelopor jaringan ulama

Jambi.88

Ketib Mas‟ud bernama Haji Muhammad Mas‟ud.

Kemungkinan gelar khatib diberikan oleh Sultan Jambi sebagai

khatib masyarakat Pecinan. Jabatan khatib juga berlaku di

Palembang. Di Palembang pegawai agama terdiri dari khatib dan

penghulu. Keduanya diangkat oleh Kesultanan atau Pemerintah

Hindia Belanda setelah kejatuhan kesultanan. Masing-masing

marga diangkat seorang khatib dan penguhulu sebagai pengurus

masalah keagamaan di tiap marga. Para khatib dan penghulu ini

diangkat oleh para khatib dan penghulu yang berada di sekitar

Masjid Agung Palembang. Pucuk tertinggi kepemipinan para

pegawai agama ini dipimpin oleh seorang yang diberi gelar

Penghulu Nata Agama.89

Di Jambi diketahui ada seorang yang

mempunyai jabatan Penghulu Nata Agama pada paruh pertama

abad ke-19 dengan gelar Pangeran Penghulu Noto Agomo

Magatsari (1852).

88

Muzakir, Pemikiran Islan di Jambi, Memperkuat kajian Naskah Islam

di Indonesia melalui Naskah-Naskah Lokal Jambi, h.75. 89

Jerome Peeters, Kaum Tuo – Kaum Mudo, Perubahan Religius di

Palembang 1822-1942, (Jakarta, INIS, 1997), h. 74.

Page 62: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

47

Hingga sekarang jabatan khatib masih ditemukan dalam

hirarki „Pegawai Syarak‟ di Jambi. khatib berada di bawah

pimpinan seorang hakim dan imam dan di atas bilal. Model

jabatan yang seperti ini sudah berlaku sejak masa kesultanan.

Mereka merupakan salah satu instrument dalam pembembuatan

undang-undang adat bersama para tokoh adat tentu saja.90

Karena

dialek kata khatib disebut ketib oleh masyarakat Pecinan.

Selain Ketib Mas‟ud, nama lainnya yang memiliki peran

dalam keilmuan Islam di Pecinan adalah Abu Bakar al-Jambi. Dia

menyalin beberapa kitab karya ulama Palembang abad ke-18.

Penulis tidak dapat mengidentifikasi secara pasti siapa

sebenarnya Abu Bakar al-Jambi.

Abu Bakar al- Jambi menyalin beberapa kitab seperti

Mukhtasar karya Kemas Fakhr Ad-Din dari Palembang pada

1883, dan Tanbih al-Ghafilin pada tahun 1873. Di dalam salinan

yang ditulis Abu Bakar al-Jambi, ditulis bahwa dia

menyelesaikan kitab Tanbih al-Ghafilin milik „Abd al-Ghani

kemudian diturunkan kepada anaknya „Abd Ghaffar.91

Sepertinya

Abu Bakar al-Jambi adalah murid „Abd al-Ghani, seorang qadhi

yang namanya juga disebut dalam laporan Tim penelitian IAIN

STS Jambi.

Kegiatan menulis Abu Bakar al-Jambi dilakukan di dalam

masjid Kampung Tengah. Masjid dan surau, seperti di daerah

manapun di Nusantara adalah sarana pendidikan Islam yang

90

Hasan Basri dan Dimyati, “Guru H. Jaddawi di Jambi” (Jakarta,

Departement Agama RI, 1987), h. 47. 91

Muzakir, Pemikiran Islan di Jambi, Memperkuaat kajian Naskah Islam

di Indonesia melalui Naskah-Naskah Lokal Jambi, h. 58.

Page 63: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

paling berperan sebelum metode pesantren dan madrasah dikenal

oleh masyarakat, terlebih khusus daerah Minangkabau, Jambi dan

Palembang.

H. Muhammad Yusuf92

mendirikan langgar untuk

melakukan aktivitas mengajar di yang biasa disebut Langgar

Putih. H. Muhammad Yusuf mempunyai anak bernama „Abd al-

Madjid yang kemudian menjadi salah satu ulama Jambi paling

berperan terhadap kemajuan Islam di Jambi pada paruh pertama

abad 20.

Berjarak tiga rumah dari Langgar Putih berdiri Langgar

Besak (baca: besar) tempat melaksanakan solat Jumat. Langgar

Besak juga salah satu langgar yang berumur tua di Pecinan. Tidak

diketahui secara pasti kapan Langgar Besak berdiri. Jika merujuk

pada catatan Abu Bakar al-Jambi yang mengatakan Masjid Baru

Kampung Tengah, kemungkinan yang dimaksud adalah Langgar

Besak. Karena jika dilihat dari ukuran Langgar Besak lebih cocok

disebut masjid ketimbang Langgar Putih yang lebih kecil. Tidak

ada kemungkinan lain karena tidak ada langgar lain yang

diketahui lebih tua dari kedua langgar ini baik di Kampung

Tengah maupun Pecinan sekalipun.

Ketika Syekh „Abd al-Madid berumur dua puluh, dia mulai

mengajar di langgar ayahnya. „Abdullah dan Burhanuddin (Tuk

Han) adalah murid-murid pertamanya. Kemudian menyusul

Ibrahim (anak „Abd al-Madjid al-Jambi), Kemas Muhammad

Soleh bin Kemas Muhammad Yasin, Utsman bin „Ali dan Ahmad

92

H. Muhammad Yusuf adalah seorang haji yang kaya.

Page 64: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

49

bin „Abd Asy-Syakur.93

HBA mengatakan bahwa Sultan Taha

turut menuntut ilmu kepadanya.94

Namun penulis meragukan

pendapat ini mengingat pada saat itu Sultan Taha sedang

bersembunyi ke Tembesi dalam perlawanannya terhadap

Belanda.

Kiranya baik masjid di kampung Tengah maupun di Olak

Kemang menjadi tempat pendidikan Islam di Jambi. Di masjid

Kampung Tengah ada Abu Bakar al-Jambi, „Abd al-Ghani dan

anaknya „Abd al-Ghaffar yang menjadi guru. Sedangkan di

Langgar Putih ada Syekh „Abd al-Madjid Jambi yang kemudian

dilanjutkan oleh muridnya, Tuk Han.

Murid-murid yang belajar di masjid hanya terdiri dari

murid laki-laki saja. Sedangakan murid perempuan diajar di

rumah-rumah. Kondisi seperti ini tetap dipertahankan ketika

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad dan kawan-kawannya

mendirikan madrasah-madrasah di Pecinan.

93

Hasan Basri Agus, Ulama Pejuan - Pejuang Ulama Negeri Melayu

Jambi, h. 39. 94

Hasan Basri Agus, h. 38.

Page 65: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

51

BAB IV

JARINGAN ULAMA JAMBI PADA ABAD 19

A. Jaringan Ulama Nusantara pada akhir abad 19

Jaringan ulama di dunia tidak terlepas dari peran

Haramayn yang menjadi kiblat, tidak hanya dalam perihal ibadah

juga diskursus ilmu pengetahuan Islam di dunia. Ilmu yang

didapat di Mekah dianggap lebih tinggi derajatnya daripada yang

didapat dari tempat lain. Anggapan ini muncul karena di sinilah

muncul ajaran Islam dan Mekah merupakan kiblat setiap muslim

mengerjakan solat.95

Sejak awal Islam, Haramayn sudah menjadi kota yang

homogen. Banyak umat Islam berdatangan dari seluruh penjuru

untuk berhaji hingga barang tinggal beberapa waktu untuk

mendalami ilmu agama. Biasanya para guru duduk di salah satu

pojok di masjid al-Haram kemudian murid-murid berdatangan

membuat lingkaran, halaqah. „Ibn Bathuthah (w.1368)

menyampaikan bahwa pengajian seperti ini banyak ditemukan di

sudut Masjid Nabawi dan „Ibn Jubayr (w. 1217) menyampaikan

hal serupa di Masjid al-Haram, Mekah.96

Jauh sebelum „Ibn

Bathuthah dan „Ibn Jubayr, halaqah sudah disebut dalam kisah

populer antara Hasan Bashri dan Wasil bin Atha yang „uzlah

(memisah) dari halaqah pengajiannya. Sedangkan madrasah,

meskipun sudah diperkenalkan pada sekitar abad ke-9 baru

95

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan

Nusantara Abad XVII & XVIII; Akar Pembaharuan Islam Indonesia, h. 53. 96

Azyumardi Azra, h. 83.

Page 66: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

didirikan di Mekah pada 1175 dan Madinah lebih terbelakang,

yaitu pada 1323.97

Umat Islam yang datang untuk belajar agama di sini

sangat banyak dan beragam. Voll kemudian mengklasifikasi

mereka ke dalam tiga tipe. Pertama disebut little immigrants.

Mereka adalah pendatang biasa yang tinggal di Haramayn karena

kekurangan ongkos pulang atau ingin mengambil berkah seperti

Said bin Yusuf al-Hindi yang menjadi pembentang tikar di

Masjid al-Haram. Mereka bukan ulama atau orang yang

berpengaruh sehingga sulit ditemukan catatan tentang mereka.

Yang kedua adalah grand immigrants. Adalah para

pendatang yang sudah memiliki bekal ilmu pengetahuan untuk

menuntut ilmu di Haramayn. Mereka berhasil memuncaki tingkat

keilmuan sehingga banyak murid yang datang menuntut ilmu.

Karena ketenarannya sebagai orang saleh dan berilmu, mereka

menarik para pelajar dari daerah lain datang ke Haramayn untuk

berguru. Azra memberi contoh Ahmad al-Qusyasyi dan Ibrahim

al-Kurani sebagai grant immigrants pada abad ke-17. Nanti

penulis akan membahas grant immigrants asal nusantara pada

akhir abad ke-19 dan awal abad 20.

Dan ketiga adalah ulama dan murid pengembara yang

berkelana untuk menuntut ilmu. Mereka datang ke Mekah untuk

haji sekaligus menuntut ilmu. Biasanya setelah dirasa cukup

mereka kembali ke negeri masing-masing dan menyebarkan ilmu

dan gagasan yang mereka dapat selama di Haramayn. Tipe inilah

yang menyambung jaringan ulama internasional ke daerah-daerah

97

Azyumardi Azra, h. 62.

Page 67: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

53

terpencil setelah kembali ke negeri masing-masing.98

Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad dan rekannya termasuk tipe ini.

Setelah Syekh Nur Ad-Din Ar-Raniri (w. 1658), Syekh

Yusuf al-Maqassari (w. 1699) dan „Abd Ar-Rauf As-Singkili (w.

1693) memulai jaringan ulama Nusantara pada abad ke-17, para

ulama Nusantara berhasil mempertahan jaringan tersebut hingga

abad ke-20, bahkan hingga sekarang. Bahkan pada abad ke-19

beberapa ulama Nusantara tidak lagi menjadi imigran tipe ketiga.

Mereka berhasil menjadi salah satu pucuk jaringan ulama

internasional dengan kata lain menjadi tipe kedua.

Menurut Azra, para pelajar yang datang ke Haramayn

memiliki tiga karakteristik.

1. Wacana utama intelektual keagamaan berdasarkan Al-

Qur`an dan as-Sunnah dengan doktrin yang lebih

skriptulistik. Wacana ini terfokus pada bagaimana

mendamaikan konflik antara syariah dan tasawuf. Wacana

ini dikenal dengan sebutan neosufisme.

2. Pelajar bebas mengikuti pemikiran dan aliran Islam yang

berbeda. Makanya tidak heran jika banyak ulama

Nusantara yang berguru Syekh Muhammad „Ali al-Maliki

yang notabene bermadzhab Malikiyah, termasuk ulama

Jambi.

3. Terdapat semangat jihad melawan kolonialisme yang

melanda hampir seluruh negara muslim hingga

98

Azyumardi Azra, h. 74-75.

Page 68: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

pertengahan abad 20.99

Semangat ini tetap terlihat pada

sikap ulama Jambi, meskipun dilakukan secara diam-

diam. Ulama Jambi sepeti Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shomad dan kawan-kawannya mengikuti anjuran

gurunya, Syekh „Abd al-Majid Jambi melawan Belanda

melalui pendidikan.

B. Syekh ‘Abd al-Majid al-Jambi

Seperti dijelaskan sebelumnya, sangat sulit mengetahui

sejarah ulama Jambi. Berita yang didapat hanya potongan-

potonan ingatan masyarakat yang sudah sangat memudar.

Beberapa di antaranya memang menulis kitab seperti Abu Bakar

al-Jambi. Namun, anehnya tidak ada yang mengetahui Abu Bakar

bin Tajwal seperti yang tertulis pada naskah Mukhtasar.

Meskipun demikian, penulis cukup beruntung mengetahui nama

mereka. Ketib Mas‟ud misalkan, namanya disebutkan sebagai

pelopor jaringan ulama Jambi.

Ingatan masyarakat sangat terbatas. Mereka hanya

mengetahui bahwa pernah ada seorang ulama yang bernama “Si

Anu”. Namun, masyarakat tidak mengetahui tentang ulama Jambi

lebih lanjut. Hal ini sangat wajar mengingat rentang waktu yang

sudah sangat jauh. Masyarakat pun sebagian besar tidak bertemu

dengan ulama tersebut. Melainkan hanya mendapat keterangan

dari cerita guru atau orang tua mereka.

99

Saidun Derani, “Ulama Betawi Perspektif Sejarah”, (Jakarta,

Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta), h.

129.

Page 69: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

55

Dalam Museum Siginjei, setidaknya terdapat tidak kurang

dari lima belas naskah yang diidentifikasi bersasal dari Pecinan.

Sebagian kecil di antaranya dikenal oleh penduduk Pecinan dan

selebihnya tidak dikenal sama sekali. Misalkan Abu Bakar bin

Tajwal al-Jambi yang menulis naskah Mukhtasar. Namanya sama

sekali tidak diketahui oleh guru-guru di Jambi. Setidaknya ada

tiga orang guru yang bernama Abu Bakar. Dua di antaranya

adalah Guru Abu Bakar bin Syafruddin yang menjadi mudir

madrasah Sa‟adatudarain pada 1924-45 dan Guru Abu Bakar bin

Azra‟i menjadi guru madrasah Nur al-Iman pada 1929. Jelas

mereka bukan Abu Bakar yang dimaksud. Satu lagi adalah Abu

Bakar dari Tanjung Johor. Menurut Guru Sirojuddin,100

Abu

Bakar Tanjung Johor juga merupakan seorang guru. Anaknya,

„Abd al-Kaffi adalah orang yang mendirikan masjid al-Kafi pada

1915 dan juga seorang haji. Memang ada kemungkinan bahwa

Abu Bakar al-Jambi yang dimaksud adalah Abu Bakar Tanjung

Johor. Tapi kemungkinan tersebut sangatlah kecil. Selain penulis

tidak dapat mengetahui nama orang tuanya, Abu Bakar bin

Tajwal menulis naskahnya di Masjid Baru, Kampung Tengah. Di

sisi lain, dalam naskah Dur An-Nafis tulisan Muhammad Hasyim

menulis sebuah nama Haji Halijinah binti Haji Kamaludin bin

Haji Tajwal „Arifin.101

Meskipun tidak ditemukan keterangan

mengenai Abu Bakar, akan tetapi nama Tajwal kembali

disebutkan sebagai orang tua Haji Kamaluddin. Tajwal („Arifin),

100

Guru Sirojuddin adalah cicit Guru Utsman bin Ali dan sekarang

menjabat sebagai mudir di al-Jauharen. 101

Muhammad Hasyim, Dur An-Nafis, (Museum Siginjei Jambi, No.

07.32, 1932).

Page 70: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

seperti diketahui adalah nama orang tua Abu Bakar al-Jambi.

Pendapat ini sedikit lebih kuat daripada Abu Bakar yang

dimaksud berasal dari Tanjung Johor. Akan tetapi tetap saja Abu

Bakar al-Jambi, di luar dari kontribusinya dalam menyalin kitab

Mukhtasar dan Tanbih al-Ghafilin, namanya sama sekali telah

dilupakan oleh para guru di Pecinan. Yang mereka ingat justru

Abu Bakar yang lain. Ada pula yang

sangat diingat karena jasanya yang besar. Di antaranya, tidak ada

yang lebih diingat daripada Syekh „Abd al-Majid al-Jambi.

1. Riwayat hidup Syekh ‘Abd al-Majid al-Jambi

Syekh ‘Abd al-Majid al-Jambi lahir pada 1850 di

Kampung Tengah, Pecinan, Jambi. Ayahnya bernama

Muhammad Yusuf, seorang haji yang kaya di Pecinan. Agus

menulis Bahwa Ketib Mas‟ud adalah kakek Syekh „Abd al-

Majid. Namun pernyataan ini sepertinya keliru. Sebagian besar

guru di Pecinan, termasuk keturunannya percaya bahwa nama

kakek Syekh „Abd al-Majid adalah „Abid. Seorang guru

menuturkan kepada penulis bahwa hubungan Syekh „Abd al-

Majid Jambi dengan Ketib Mas‟ud hanya sebatas keluarga

saja.102

Ketib Mas‟ud sebenarnya adalah saudara Muhammad

Yusuf. Mungkin kekeliruan Agus bermula, karena memang Ketib

Mas‟ud mengangkat Syekh „Abd al-Majid Jambi sebagai anak

102

Wawancara, Guru Ramzi Sulaiman Olak Kemang pada 09 Januari

2019.

Page 71: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

57

oleh Ketib Mas‟ud.103

Nasab Syekh „Abd al-Majid berakhir di

„Abid bin Bagindo Jantan. Kemungkinan Bagindo Jantan semasa

dengan Habib Husin dan Datuk Sin Tai.

Masa kecilnya dia belajar kepada ayahnya, Muhammad

Yusuf. Dia juga belajar kepada Ketib Mas‟ud dan „Abd al-Ghani.

Sangat wajar pula jika penulis berasumsi Syekh „Abd al-Majid

Jambi mengenal Abu Bakar al-Jambi. Karena masjid tempat Abu

Bakar al-Jambi terletak di Kampung Tengah.

Berada di lingkungan yang religius dan keluar terpandang

menjadikannya cepat mendapat pengaruh di Pecinan. Pada umur

20 dia sudah mengajar di Langgat Putih, Kampung Tengah. Di

antara muridnya yang adalah „Abd Allah, Burhan Ad-Din (Tuk

Han), dan entah bagaimana caranya Sultan Taha dikatakan

berguru kepadanya.

Tentu saja murid Syekh „Abd al-Majid tidak hanya

mereka yang disebutkan di atas. Hanya saja mereka bukan orang

yang memiliki pengaruh yang cukup besar sehingga terlupakan

oleh masyarakat.

Ayah Syekh „Abd al-Majid termasuk saudagar yang kaya.

Dia juga seorang haji. Dia membangun langgar yang nanti

menjadi tempat Syekh „Abd al-Majid mengajar agama. Merasa

belum cukup belajar di Pecinan Syekh „Abd al-Majid

melanjutkan pendidikannya` ke Haramayn. Tidak diketahui

kapan Syekh „Abd al-Majid berangkat haji. Namun jika melihat

103

Muhammad Fadhil, Pembaharuan Pendidikan Islam KH. Abdul

Qadir Di Madrasah As‟ad Seberang Kota Jambi, (Jakarta, Sekolah Pasca

Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 70.

Page 72: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

pelajar Nusantara pada umumnya yang berangkat haji antara

umur belasan hingga tiga puluhan, maka kemungkinan dia

berangakat pada umur dua puluhan, yaitu antara tahun 1870-an.

Asusmsi ini juga berdasarkan keterangan keturunannya bahwa

Syekh „Abd al-Majid turut serta menulis kitab I‟anat Ath-

Thalibin yang terkenal itu, yang ditulis pada 1298 H/1881 M.104

Di Mekah dia berkawan dengan ulama asal Nusantara

lainnya. Di antaranya yang paling terkenal Syekh Ahmad Khatib

Minangkabawi.

Bersama Syekh Ahmad Khatib, Syekh „Abd al-Majid

beguru kepada Syekh Bakri Dimyati Syatha pengarang I‟anat

Ath-Thalibin. Selain Syekh Ahmad Khatib, belajar pula Syekh

Ali bin „Abd Allah al-Banjari cicit Syekh Arsyad al-Banjari dan

sejumlah ulama Nusantara lainnya. Mungkin pada saat inilah

Syekh „Abd al-Majid menjadi penulis kitab yang sangat populer

di kalangan santri Nusantara tersebut. Klaim serupa juga

dinyatakan oleh keturunan Syekh „Ali bin „Abd Allah al-Banjari

(w. 1951).105

Syekh „Abd al-Majid juga belajar kepada ulama Syatha

lainnya seperti Syekh Umar bin Muhammad bin Mahmud Syatha

al-Makki Asy-Syafi‟i (w. 1330 H/ 1912 M) dan Syekh „Utsman

bin Muhammad Syatha al-Makki Asy-Syafi‟i (w. 1295/ 1878 M).

Dia juga belajar kepada Syekh Ahmad bin Zayni Dahlan

104

Wawancara dengan „Abdul Qadir pada 5 Januari 2019. 105

hpps://steemkr.com/history/@boteva/syekh-ali-al-banjari-

authorized-of-this-bible-thalibin-syarah-fathul-muin-20179256t13331332z,

diakses pada 8 Januari 2019.

Page 73: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

59

(w.1304/1886), Yahya al-Qalyubi, Syekh Muhammad Salih

Kurdi dan lain-lain.106

Selain keilmuannya, Syekh „Abd al-Majid juga dikenal

karena kedermawanannya. Dia merupakan keturunan yang cukup

kaya di Jambi. Ayahnya merupakan haji yang disegani. Beberapa

keluarganya yang lain juga merupakan orang yang menyandang

gelar haji. Kekayaannya tersebut kerap digunakan untuk

membantu ekonomi pelajar lain yang sedang kesusahan.

Sehingga tidak hanya sebagai guru, Syekh „Abd al-Majid juga

dihormati karena sering membantu.

Setelah beberapa waktu Syekh „Abd al-Majid

memperoleh izin mengajar di salah satu tempat di serambi Masjid

al-Haram. Muridnya terdiri dari pelajar asal Jambi dan

Minangkabau. Para pelajar Jambi tidak mungkin melewatkan

untuk belajar kepadanya. Oleh karenya dia dijuluki syaikh al-

masyaikh al-jambi107

- guru para guru Jambi.

Syekh „Abd al-Majid kembali ke Jambi setelah beberapa

tahun belajar di Mekah. Tidak diketahui secara pasti tahun berapa

dia kembali. Namun, agaknya dapat diperkiranakan pada akhir

tahun 1880-an. Karena dikatakan setelah kematian Ketib Mas‟ud

pada 1889, guru di Langgar Putih digantikan oleh Syekh „Abd al-

Majid. Pada masa inilah Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad,

Guru Ahmad bin „Abd Asy-Syakur, Guru Utsman bin Ali, Guru

106

Sanad fiqh Guru „Abdul Qadir bin Guru Ibrahim bin Guru „Abd al-

Majid Jambi. 107

Sanad fiqh Guru „Abd al-Qadir bin Guru Ibrahim.

Page 74: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Kemas Muhammad Soleh dan Sayid Alwi bin Syihab mulai

belajar kepadanya.

Ketika perseteruan antara Sultan Taha dengan Belanda

kian memuncak, Belanda mencurigai setiap perkumpulan, apalagi

dilakukan oleh seorang yang pernah haji. Seorang haji dicurigai

menambah sikap panatisme yang akan menumbuhkan sikap

perlawanan terhadap Belanda.108

Pengajian Syekh „Abd al-Majid

tidak terlepas dari kecurigaan Belanda.109

Oleh karenanya, Syekh

„Abd al-Majid memindahkan pengajiannya ke pinggir Danau

Teluk,110

kawasan yang sepi penduduk ketika itu. Nama

pengajian tersebut disebut Ma‟had „Ali.

Ada sebuah streotipe yang patut dikritisi namun tidak

dapat ditolak begitu saja. Umum ditulis di dalam karya terdahulu

seperti disertasi Fauzi Mo Bafadhal bahwasanya Syekh „Abd al-

Majid adalah penasehat, atau bahkan guru Sultan Taha.111

Sedangakan Sultan Taha sudah meninggalkan Istana Tanah Pilih

pada tahun 1858. Saat itu Syekh „Abd al-Majid baru berumur

lebih kurang delapan tahun. Tidak hanya itu, secara umum,

108

Kecurigaan ini merupakan salah satu alasan Belanda menertibkan

orang Nusantara yang hendak melaksanakan haji. M. Dien Majid, Berhaji di

Masa Kolonial, (Jakarta, CV Sejahtera, 2008), h.84. 109

Ali Muzakir, Pemikiran Islam di Jambi; Memperkuat Kajian

Islam di Nusantara Melalui Naskah-Naskah Lokal. h. 76. 110

Danau Teluk adalah sebuah danau yang berada di Pecinan, Jambi.

lokasi danau ini sedikit jauh dari pinggiran sungai Batang Hari yang ramai

penduduk. Sekarang Danau Teluk menjadi salah satu kecamatan di daerah

Pecinan. Sedangkan lokasi Guru „Abd al-Majid pernah mengajar menjadi

lokasi Pesantren Ma‟had „Ali As‟ad yang didirikan oleh cucunya, Guru „Abd

al-Qadir. 111

Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi.

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, h. 103. Hasan Basri Agus, Pejuang

Ulama, Ulama Pejuang Negeri Melayu Jambi, h. 39.

Page 75: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

61

wilayah Kesultanan Jambi terdiri dari dua kawasan, ilir dan hulu.

Kawasan ilir dikuasai Belanda sehingga penduduknya sangat sulit

menyatakan sikap dukungan terbuka kepada sultan yang kabur ke

kawasan hulu.

Sedangkan kawasan hulu lebih bebas menyatakan

dukungannya karena jauh dari kekuasaan Belanda. Di sisi lain

kawasan hulu memang sudah menjadi tempat persembunyian

Sultan Taha sejak kekalahannya pada 1858.

Agus mengatakan bahwa Sultan Taha mengutus Syekh

„Abd al-Majid ke Turki untuk mengirim surat permintaan bantuan

atas perjuangan yang sedang dilakukannya.112

Namun, agaknya

berita ini kurang tepat. Selain fakta kawasan hulu dan ilir di atas,

dalam surat-surat Sultan Taha kepada orang kepercayaannya baik

di Singapura maupun di Kuala Lumpur sama sekali tidak

menyebut nama „Abd al-Majid.113

Akan tetapi, sumber yang mengatakan bahwa Syekh „Abd

al-Majid ikut dalam rombongan utusan Sultan Taha juga tidak

dapat di kesampingkan.

Agaknya benar jika Syekh „Abd al-Majid diincar Belanda.

Bukan hal aneh jika Belanda mencurigai para haji yang baru

pulang dari Mekah. Pengalamannya melawan Aceh membuat

Belanda tidak mau masuk ke dalam lobang yang sama.114

Perlawanan Jambi pun selalu erat kaitannya dengan perjuangan

112

Hasan Basri Agus, Pejuang Ulama, Ulama Pejuang Negeri

Melayu Jambi, (Jambi, Jambi Heritage, 2012), 39. 113

Transkrip surat Sultan Taha, koleksi Sofhie. 114

Perlawanan masyarakat Aceh kepada Belanda sangat kental

dengan semangat jihad yang diajarkan para ulama.

Page 76: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Islam. Kapal-kapal Belanda kerap diserang oleh orang-rang

berbaju putih serta teriakan „Allahu Akbar‟. Untuk menghindari

Belanda, mungkin saja Syekh „Abd al-Majid ikut dalam

rombongan utusan Sultan Taha yang ada di Singapura. Nahasnya,

rombongan ini kemudian diketahui Belanda sehingga Syekh „Abd

al-Majid terpisah dari rombongan di Batu Pahat.

Kemudian Syekh „Abd al-Majid melarikan diri ke Mekah.

Dia tidak pernah lagi ke Jambi setelah keberangkatannya

tersebut. Sebelum ke Mekah Syekh „Abd al-Majid singgah dua

tahun di Batu Pahat.115

Guru Daud, mengatakan bahwa Syekh

„Abd Al-Majid meninggal dalam perjalanan kembali ke Jambi.

Dia meninggal di atas kapal pada 1893116

dan mayatnya tidak

pernah sampai ke daratan.117

Selama hidupnya Syekh „Abd al-Majid patut dikatakan

sebagai pejuang atas lahirnya ulama di Jambi. Meskipun

sebelumnya sudah terdapat banyak ulama di Jambi, namun tidak

ada dari mereka yang begitu dikenal oleh masyarakat Pecinan

Jambi. Nama mereka hanya tercatat di dalam naskah-naskah yang

disimpan di museum, menanti ada seseorang yang berminat

115

Agus menulis bahwa peristiwa ini terjadi pada 1903 di mana pada

1902 Sultan Taha mengirim utusan ke Turki. Lihat Pejuang Ulama, Ulama

pejuang Negeri Melayu Jambi, h. 40. Hal ini berbeda dengan hasil tim

penelitian IAIN Sultan Taha Syaifuddin Jambi. Tim ini menulis bahwa Guru

„Abd al-Majid Jambi meninggal dunia pada 1893 sesuai dengan sanad fikih

Guru „Abd al-Qadir bin Ibrahim. 116

Ali Muzakir, Pemikiran Islam di Jambi, Memperkuat Kajian

Naskah Islam di Indonesia Melalui Naskah-Naskah Lokal, h. . Versi lainnya,

pengutusan ke Turki terjadi sekitar tahun 1903 dan 1904. Syekh „Abd al-Majid

kembali ke Jambi pada 1904 setelah mengirim surat tersebut. Namun, karena

Belanda mencurigainya, dia kembali ke Mekah pada tahun itu juga. Syekh

„Abd al-Majid wafat pada tahun 1915. lihat 117

Wawancara, Guru Daud pada 5 Januari 2019.

Page 77: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

63

menelitinya. Berbeda halnya dengan murid-murid Syekh „Abd al-

Majid. Nama mereka harum bersama lembaga pendidikan yang

mereka dirikan.

Syekh „Abd al-Majid berpikiran bahwa pendidikan adalah

hal yang sangat penting. Pendidikan merupakan cara ampuh

untuk melawan Belanda yang sangat dibenci118

oleh rakyat Jambi

baik yang di hulu maupun ilir. Menurutnya jika semua orang

Jambi sudah terdidik, maka dengan sendirinya akan mampu

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.119

Syekh „Abd al-Majid memahami beberapa disiplin ilmu

pengetahuan agama. Dikatakan dia juga menulis kitab tasawuf

yang sekarang disimpan oleh salah seorang keturunannya. Tidak

diketahui apakah dia juga mempelajari tarekat. Jika melihat

kondisi keislaman masyarakat Pecinan sekarang, tidak satu pun

guru yang mengamalkan tarekat. Ajarannya lebih fokus kepada

syariat Imam Syafi‟i, tauhid Asy‟ariyah dan tasawuf akhlaqi al-

Ghazali.

118

Jambi merupakan salah satu daerah yang cukup lama melakukan

perlawanan terhadap Belanda. Terutama sejak Belanda menguasa Istana Tanah

Pilih pada 1858. Kemudian perlawanan demi perlawanan dilakukan oleh

masyarakat Jambi di bawah komando Sultan Taha. Ketika Sultan Taha wafat

pada penyergapan di Betung Berdarah pada 1904, perlawanan dilanjutkan oleh

Raden Mataher yang kemudian juga gugur pada 1906. Perlawanan terhadap

Belanda tidak terhenti begitu saja. Pada 1916, masyarakat Jambi yang

tergabung ke dalam Serikat Abang di Sarolangun melakukan pemberontakan

terhadap Belanda. Tidak hanya itu, pada awal abad 20, muncul idiom anti kafir

di kalangan masyarakat Jambi yang tertuju kepada orang Eropa. Fauzi Mo

Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi, Studi Terhadap

Madrasah Nurul Iman,h. 65. 119

Alamsah, Perukunan Tsamaratul Insan, Sebagai Pelopor

Pendidikan Islam di Kota Jambi 1915-2013,(Skripsi, UNBARI, 2015), h.30.

Page 78: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

2. Jaringan Ulama Guru ‘Abd al-Majid Jambi

Baik pada abad 17 hingga abad 20, jaringan ulama masih

bertumpu pada dua metode pendidikan, halaqah dan madrasah.

Pada abad 19 madrasah sudah sangat tidak asing di dunia

pendidikan Islam. Para pelajar dari Nusantara biasa mendaftarkan

dirinya ke madrasah-madrasah yang ada di kampung halaman

masing-masing maupun ke Timur Tengah. Tahun 1874, seorang

perempuan India mendirikan madrasah dan mewakafkan

sejumlah tanah untuk mengurus madrasahnya di Mekah.

Madrasah tersebut diberi nama Shaulatiyah, sesuai nama

pendirinya. Seorang ulama India dipercaya memimpin madrasah,

Rahmat Allah bin Khali al-Utsmani (w. 1891). Dia adalah

seorang yang India militan dan dihormati. Di India, dia menjadi

salah satu tokoh yang sangat gencar melawan kolonialisme.120

Tentu saja orang India banyak yang menuntut ilmu di sini.

Selain orang India, Shaulatiyah juga menjadi madrasah yang

paling banyak menerima murid dari Nusantara atau Jawi. Saking

banyaknya orang Nusantara di sana, mereka mempunyai

perkampungan sendiri dan sering menggunakan bahasa melayu

yang nanti akan menjadi konflik antara orang India dan

Nusantara.

Madrasah lainnya didirikan oleh orang India di Mekah

pada 1921, Madrasah al-Falah. Bruinessen mengira tidak ada

murid Jawi di madrasah ini. Bagaimana pun juga madrasah ini

berada di kota Mekah yang homogen. Sehinga sangat besar

120

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

(Bandun, Mizan, 1995),h. 35-36.

Page 79: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

65

kemungkinan untuk diketahui pelajar dari Nusantara. Setidaknya

pada 1936 dua orang murid asal Pecinan, Jambi pernah belajar di

sini. Mereka adalah Guru Jaddawi bin Abu Bakar (w. 1989) dan

Fakhruddin bin Guru Ibrahim bin „Abd al-Majid al-Jambi.121

Madrasah al-Falah sepertinya mendapatkan hatinya pada

para pelajar asal Jambi. menurut salah seorang guru di Nur al-

Iman, madrasah Al-Falah dan Shaulatiyah menjadi tujuan utama

murid asal Jambi. sebagian besar guru Madrasah Nur al-Iman

pada periode pertama pernah menempuh pendidikan di madrasah

ini.122

Di tengah tuntutan kemajuan metode pendidikan, metode

tradisional, halaqah tidak ditinggalkan. Bahkan pada akhir abad

19 metode ini menjadi salah satu yang paling digemari. Seorang

syekh dipilih sebagai pimpinan. Seseorang tidak boleh mengajar

di Masjid al-Haram tanpa izin darinya.123

Banyak ulama

nusantara yang mendapat izin mengajar di sini. Di antaranya

adalah Syekh „Abd al-Majid, dan tentu saja tiga orang yang

paling terkemuka Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1896), Syekh

Ahmad Khatib Minangkabawi (w. 1915) dan KH Mahfuzh

Termas (w. 1919-20).124

Martin Van Bruinessen menyebut tiga ulama Nusantara

yang paling berpengaruh pada periode ini. Pertama adalah Syekh

Nawawi al-Bantani. Kealimannya tidak diragukan lagi. Dia

121

Hasan Basri dan Dimyati, Guru H. Jaddawi di Jambi, h. 61. 122

Wawancara dengan Guru „Abd Ar-Rahman bin „Abd al-Qadir

pada 25 Desember 2015. 123

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,h.

34. 124

Martin Van Bruinessen, ,h. 37-38.

Page 80: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

sangat dihormati oleh para ulama Nusantara. Hampir setiap murid

Nusantara yang ke Mekah pada dasawarsa akhir abad 19 berguru

kepadanya. Dia dicurigai Belanda karena memiliki banyak murid

asal Nusantara. Snouck Hurgronje yang menyamar sebagai

muslim bertemu dengannya di Mekah antara 1885-86 dan

langsung kagum akan kealiman dan kerendahan hatinya. Dia

menyebutnya dengan “Doktor Ketuhanan”.125

Murid

Nusantaranya yang paling berpengaruh adalah Syekh Ahmad

Khatib al-Minangkabawi yang akan dibahas nanti.

Syekh Nawawi al-Bantani adalah penulis yang produktif.

Karya-karyanya merupakan salah satu yang paling banyak

digunakan di pesantren Indonesia. Kitab yang ditulisnya

kebanyakan menggunakan bahasa Arab, berbeda dengan ulama-

ulama asal Nusantara sebelumnya yang banyak menggunakan

bahasa melayu. Karena pengaruh kitab-kitabnya yang banyak

digunakan di Indonesia dia diberi gelar Bapak Kitab Kuning

Indonesia. Sangat kecil kemungkinan Syekh „Abd al-Majid tidak

mengenal Syekh Nawawi. Hanya saja tidak dapat dipastikan dia

berguru kepadanya atau tidak.

Sedangkan Syekh Nawawi sendiri memiliki sejumlah

guru ternama pada masanya. Ada tiga orang syekh Mekah yang

memberikan pengaruh yang cukup kuat kepadanya. Mereka

adalah Syekh Ahmad Nahrawi (w. 1927), Syekh Junaid al-Betawi

(w. 1840) dan Syekh Ahmad Dimyati. Selain mereka bertiga,

125

Rohimuddin Nawawi Al Bantani, Syekh Nawawi Al-Bantani:

Ulama Indonesia Yang Jadi Imam Besar di Masjidil Haram, (Jawa Barat,

Mentari Media,2017), h. 165.

Page 81: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

67

setidaknya ada dua ulama Madinah yang cukup memengaruhi

Syekh Nawawi. Mereka adalah Syekh Muhammad Khatib

Sambas (w. 1872) dan Syekh Ahmad Zaini Dahlan.126

Selanjutnya, tidak diragukan lagi Syekh Ahmad Khatib

adalah seorang grant immigrants dari Nusantara. Dia adalah

orang Nusantara pertama yang menjadi imam besar di Masjid al-

Haram. Tentu saja bukan sembarang orang yang dapat

menduduki jabatan tersebut. Menduduki posisi tersebut

menghantarkan dirinya berada di lingkaran inti jaringan ulama,

tidak hanya untuk kawasan Asia Tenggara melainkan

internasional.

Syekh Ahmad Khatib dipercaya sebagai Bapak Reformis

Indonesia.127

Perdebatan dirinya tentang tarekat Naqsyabandiah

dengan rekan sesama Minangkabau adalah salah satu bukti

argumen tersebut. Syekh Ahmad Khatib sangat menentang

praktik adat Minangkabau yang menurutnya tidak sesuai dengan

ajaran Islam. Penentangannya terhadap adat lebih keras

dibandingkan terhadap tarekat Naqsyabandiah. Dia menulis dua

buku untuk menentang adat Minangkabau terutama masalah harta

waris. Salah bukunya yang membahas hak waris adalah Ad-Da‟I

al-Masmu‟fi „il-Radd „ala Yuwarritsu‟ Ikhwahwa Awlad al-

Akhawat ma‟a Wujud al-Ushul wal Furu‟.128

126

Rizem Aizid, Biografi Ulama Nusantara Disertai Pemikiran dan

Pengaruh Mereka, (Yogyakarta, DIVA Press, 2016) , h. 145. 127

Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,h.

38. 128

Rizem Aizid, Biografi Ulama Nusantara Disertai Pemikiran dan

Pengaruh Mereka, h. 168.

Page 82: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Dia juga mengarang kitab Tanbihul Anam fir Radd „ala

Risalah Kaffil „Awwam sebagai bantahan atas muridnya, KH

Hasyim Asy‟ari (w. 1947) yang melarang rakyat Jawa bergabung

dengan Serikat Islam (SI).129

Sikap reformisnya ini memengaruhi

murid-murid Nusantara yang belajar kepadanya. Banyak

organisasi pergerakan didirikan oleh murid-muridnya seperti KH

Ahmad Dahlan (w. 1923) murid- yang mendirikan

Muhammadiyah di Yogyakarta, Haji Abdul Karim bin Amrullah

(w. 1945) mendirikan Persatuan Tarbiyah (Perti) di

Minangkabau, Syekh Hasan Maksum (w. 1937) mendirikan al-

Washliyah di Medan dan Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad

mendirikan Tsamaratul Insan di Jambi.

Syekh „Abd al-Majid berkawan dekat dengan Syekh

Ahmad Khatib. Ketika murid-murid Jambi-nya belajar di Mekah

dia merekomendasikan mereka berguru kepadanya.130

Adapun guru Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi di

antaranya adalah Sayyid „Umar bin Muhammad Syatha al-Makki

Asy-Syafi‟i, Sayid „Utsman bin Muhammad Syatha, Sayid Bakri

bin Muhammad Zainal „Abidin Syatha ad-Dimyati al-Makki Asy-

Syafi‟i, Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan, Syekh Yahya Qalyubi

dan Syekh Muhammad Salih Kurdi. Semuanya ini juga

merupakan guru Syekh „Abd al-Majid Jambi.

Yang ketiga adalah Syekh Mahfud Termas. Syekh

Mahfudz Termas bahkan lebih populer di kalangan kiai Jawa dari

129

Rizem Aizid, h. 169. 130

Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi,

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, (Disertasi UIN Syarih Hidayatullah

Jakarta, 2018), h. 112.

Page 83: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

69

kedua ulama Nusantara di atas. Umurnya lebih muda dua dekade

dibanding kedua ulama Nusantara di atas. Sebelum ke Mekah dia

terlebih dahulu belajar kepada Kiai Soleh Darat beberapa kitab

populer seperti kitab tafsir Jalalain dan Syarah al-Hikam.131

Pada akhir abad 19 bersama adiknya dia berangkat ke

Mekah untuk memperdalam ilmu. Di Mekah Syekh Mahfudz

Termas belajar kepada banyak ulama hebat di Mekah. di

antaranya yang paling populer adalah Syekh Ahmad al-

Munsyawi, Syekh Bakri Syatha Ad-Dimyathi, Syekh Ahmad

Zamawi dan Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan. Dia juga belajar

kepada ulama Nusantara seperti Syekh Nawawi Bantani dan

Syekh Daud bin Mustafa al-Fatani.132

Syekh Mahfudz Termas memahami berbagai disiplin ilmu

agama. Pemahamannya tentang agama yang luas kemudian

ditulisnya menjadi berbagai kitab. Salah satu karyanya yang tidak

terkenal namun menggambarkan kematangan ilmunya adalah

Muhibbah zil Fadhli „ala Syarh al-„Allamah Ibnu Hajar

Muqaddimah. Sebuah kitab fikih besar empat jilid yang hanya

menjadi rujukan para kiai saja. Karyanya yang paling

monumental adalah Manhaj Zawin Nazhar fi Syarhi Manzhumati

„Ilmi Atsar. Kitab ini berisi tentang ilmu telaah hadis yang

bahkan hanya menjadi rujukan ulama dari Nusantara melainkan

juga belahan dunia.133

Selain dua kitab di atas, sekurangnya

131

Rizem Aizid, h. 250. 132

Rizem Aizid, h. 251-252. 133

Rizem Iazid, h. 526.

Page 84: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Syekh Mahfudz Termas menulis lebih kurang lima belas kitab

lainnya dari berbagai disiplin ilmu.

Pada saat yang sama Syekh „Abd al-Majid juga sedang

mempelajari ilmu agama di Mekah. dari keterangan di atas,

nampak terdapat beberapa ulama yang yang menjadi guru

ketiganya juga merupakan guru Syekh „Abd al-Majid. Meskipun

tidak ada catatan yang mengatakan bahwa ada hubungan antara

Syekh „Abd al-Majid dengan kedua ulama Jawa di atas, akan

tetapi dapat diasumsikan mereka saling mengenal atau sekurang-

kurangnya Syekh „Abd al-Majid mengenal keduanya.

Ada dua ulama yang menjadi titik temu antara Syekh

„Abd al-Majid dengan ketiga ulama di atas. Ulama tersebut

adalah Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan, dan Syekh Bakri Syahta,

dua orang ulama yang menjadi sumbu jaringan ulama

internasional Haramayn pada akhir abad 19.

Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan adalah ulama besar pada

abad 19. Dia lahir pada tahun 1816 dari rumah keluarga Dahlan

yang dikenal mencintai ilmu pengetahuan. Dia menjabat sebagai

mufti madzhab Syafi,i dan merupakan ulama yang keras

menentang gerakan pembaharuan Wahabi. Kitabnya untuk

menentang gerakan wahabi adalah Ad Durar As-Saniyah Fi Ar-R

adi „alal Wahabiyah.134

Di dalam kitab tersebut terdapat bantahan

atas argumentasi kelompok Wahabi yang melarang beberapa

ritual yang dianggap mubah bahkan sunnah oleh ulama Sunni,

134

Sirojuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi‟i,

(Jakarta, Pustaka Tarbiyah Baru, 2010), h. 244.

Page 85: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

71

seperti hukum ziarah kubur Nabi, tawasul dan tabarruk kepada

Nabi, sahabat, dan ulama.135

Bantahan Syekh Ahmad Zaini Dahlan terhadap gerakan

pembaharuan seperti Wahabi mendapat respon dari sejumlah

ulama yang hidup setelahnya. Diantara yang mengkritisi Syekh

Ahmad Zaini Dahlan adalah Muhammad Rasyid Ridha yang

dikenal sebagai salah satu Bapak Pembaharuan Islam.

Menurutnya Syekh Ahmad Zaini Dahlan bukan seorang ahli

hadis, sejarah dan ilmu kalam. Dia hanyalah taklid kepada orang-

orang yang juga taklid dan hanya menukil dari kitab-kitab

muta`akhirin (orang-orang belakangan).136

Meskipun demikian,

Syekh Ahmad Zaini Dahlan tetap memiliki banyak murid,

terutama dari golongan pelajar Sunni seperti sebagian besar

pelajar Nusantara. Salah satu murid Syekh Ahmad Zaini Dahlan

adalah Syekh Bakri Syatha137

yang juga memiliki banyak murid

asal Nusantara.

Syekh Bakri Syatha biasa disebut Sayid Bakri Syatha.

Aktif mengajar di Masjid Al-Haram pada akhir abad 19. Syekh

Bakri Syatha lahir di Mekah pada tahun 1266 H (1850 M). tiga

bulan setelah kelahirannya, ayahnya, Sayid Muhammad Zayn al-

„Abidin wafat. Dia kemudian dididik oleh kakaknya Sayid Umar

135

Lihat,Ahmad bin Zaini Dahlan, Ad Durar As-Saniyah fi Ar-Raddi

„Ala al-Wahabiyah, (Riyadh, al-Ahbab, 2003). 136

Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As Sidawi, Catatan Terhadap

Buku 37 Masalah Populer Karya H. Abdul Shomad, Lc, M.A. (Gresik, Media

Dakwah al-Furqon, tanpa tahun), h.62. 137

Yasin al-Fadani, Maslak al-Jayli fi Asanid Fadhilah Asy-Syaikh

Muhammad Ali al-Maliki, (Beirutm Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1408 H), h. 8.

Page 86: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Syatha.138

Pada usia tujuh tahun dia sudah menghafal al-Quran

dan sejumlah kitab-kitab dasar seperti Matn al-Jazuriyah, Matn

Abi Syuja‟, Matn Zubad, Matn Ar-Ruhabiyah dan Matn al-

alfiyah. Dia kembali mempelajari kitab-kitab yang telah dihafal

tersebut kepada Sayid Ahmad Zayni Dahlan. Kemudian dia

melanjutkan belajar di Masjid al-Haram sehingga menguasai ilmu

„aql dan naql.139

Syekh Bakri Syatha memiliki beberapa karya. Kitabnya

fikihnya, I‟anat Ath-Thalibin merupakan salah satu yang paling

banyak digunakan di pesantren-pesantren Indonesia.140

Kitab ini

merupakan kumpulan catatan muridnya atas komentar Syekh

Bakri Syatha terhadap kitab Fath al-Mu‟in. Beberapa murid asal

Nusantara turut serta mencatat kitab I‟anat Ath-Thalibin yang

kemudian disatukan menjadi kitab tersebut, termasuk Syekh „Abd

al-Majid Jambi.

Syekh Bakri Syatha memiliki beberapa karya fiqh dan

tafsir al-Quran. Sebagian besar karyanya tentang hukum syari‟ah

seperti I‟anat At-Thalibin yang membahas fikih Syafi‟i secara

keseluruhan,141

hasyiah Tuhfah juga membahas fikih, hasyiah

138

Sayid „Umar Syatha adalah kakak Syekh Bakri Syata. Dia lahir

pada 1259 H dan wafat pada 1330 H. Dia dikenal sebagai sosok yang

bertakwa, zuhud dan wara‟. Lihat, Umar „Abd al-Jabbar, Siyar wa Tarajim

Ba‟dhi Ulamaina fi al-Qarn Ar-Rabi‟ „Asyar lil Hijrah,(Jedah, Tihama, 1982),

h. 80. 139

„Umar „Abd al-Jabbar, Siyar wa Tarajim Ba‟dhi Ulamaina fi al-

Qarn Ar-Rabi‟ „Asyar lil Hijrah, h. 80. 140

Sirojuddin Abbas, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi‟i, h.

247. 141

Maksud keseluruhan di sini adalah mencakup ubudiyah,

munakahah, mu‟amalah dan jinayah.

Page 87: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

73

„Umdat al-Abrar membahas tentang hukum haji dan, dan satu

kitab tafsir yang hanya sampai pada surat al-mu`minun.142

Dari karyanya dapat diketahui bahwa Syekh Bakri Syatha

lebih menguasai ilmu fikih dibandingkan dengan disiplin ilmu

lainnya. Akan tetapi, bukan berarti dia tidak menguasai disiplin

ilmu yang lain. Dia juga mengajar ilmu hadis, ilmu al-Qur`an,

ilmu tafsir, ilmu kalam, fara`idh, dan ushul al-fiqh.143

Hanya saja

dia dikenal sebagai ulama fikih Syafi‟i.

Kedua ulama di atas sama-sama memiliki keunggulan

dalam keilmuan fikih, terutama fikih Syafi‟i. Adapun dalam hal

teologi keduanya sama-sama menganut paham Asy-„Ariyah.

Syekh „Abd al-Majid nampaknya terpengaruh oleh kedua ulama

tersebut, terutama dalam hal fikih (syari‟ah) maupun akidah.

Kedua ulama di atas memiliki banyak murid asal

Nusantara. Sebagian besar dari meraka adalah ulama besar di

tempat lahirnya masing-masing. Secara tidak langsung menjadi

ulama yang sangat berperan dalam perkembangan Islam madzhab

Syafi‟i di Indonesia hingga sekarang.

Berada di tengah-tengah aktivitas ulama besar seperti

Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Sayyid Ahmad bin Zaini

Dahlan, Sayid Bakri Syatha dan lain-lain membuat Syekh „Abd

al-Majid, setidaknya kecipratan ilmu para ulama besar tersebut.

Hal ini menghantarkannya menjadi ulama yang memiliki izin

142

Umar „Abd al-Jabbar, Siyar wa Tarajim Ba‟dhi Ulamaina fi al-

Qarn Ar-Rabi‟ „Asyar lil Hijrah. H. 81. 143

Lihat Yasin al-Fadani, Maslak al-Jayli fi Asanid Fadhilah Asy-

Syaikh Muhammad Ali al-Maliki, (Beirutm Dar al-Basyair al-Islamiyah, 1408

H).

Page 88: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

untuk mengajar di Masjid al-Haram. Di antara murid-muridnya

adalah Syekh Jamil Jambek (w. 1947) dan Hoofd Penghulu „Abd

Ash-Shomad serta kawan-kawannya.

Syekh „Abd al-Majid memiliki jaringan ulama yang

berkualitas. Jaringanya langsung kepada puncak jaringan ulama

internasional. Selain itu jaringannya tidak terputus karena dia

juga menjadi guru para ulama Nusantara khususnya ulama

Pecinan Jambi.

Page 89: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

75

Jaringan ulama Syekh ‘Abd al Majid Jambi

Syekh ‘Abd al-Majid

Jambi Syekh Nawawi Banten

Syekh Ahmad Khatib

Minangkabawi

Hoofd Penghulu ‘Abd

Ash-Shomad dkk Syekh Jamil Jaho

Keterangan :

: berteman atau mengenal

: hubungan guru murid

Sayid Ahmad bin

Zaini Dahlan

Sayid Abu Bakar

Syatha

Syekh Muhammad

Salih Kurdi

Page 90: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

77

BAB V

JARINGAN ULAMA HOOFD PENGHULU ‘ABD ASH-

SHOMAD

Sebelumnya telah dijelaskan jaringan ulama Syekh „Abd

al-Majid Jambi, seorang ulama yang memiliki peran besar atas

berkembangnya ilmu pengetahuan Islam di Jambi. Abad ke 19

dapat dikatakan sebagai awal mula kemajuan Islam di Jambi.

Dimulai dari Syekh Muhammad Zain An-Naqsyabandi Asy-

Syafi‟i hingga Syekh „Abd al-Majid Jambi bermunculan karya-

karya agama yang sebelumnya sulit ditemukan di Jambi.

Meskipun ulama Jambi cukup produktif menulis kitab

pada abad ini, belum ada inisiatif untuk mendirikan wadah

semacam pesantren di Jawa, yaitu sebuah lembaga yang memang

dibuat untuk menunjang pendidikan agama di Jambi. Metode

yang sejauh ini dilakukan adalah pendidikan Langgar laiknya di

Minangkabau. Upaya seperti demikian barulah ada sejak Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad, Guru Ibrahim bin „Abd al-Majid,

Guru Utsman bin „Ali, Guru Ahmad bin Syakur, Guru Kemas

Muhammad Soleh dan Sayid „Alwi bin Muhammad bin Syihab

kembali dari masa pendidikannya di Mekah. Tidak hanya

mendirikan madrasah, mereka juga mendirikan organisasi

Tsamaratul Insan sebagai wadah masyarakat dan juga bagi para

ulama Jambi yang muncul setelahnya.

Penulis tidak akan membahas jaringan mereka satu

persatu. Penulis hanya fokus kepada Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shomad saja. Karena selain sebagai Hoofd Penghulu, dia juga

Page 91: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

yang paling dihormati dan dipercaya memimpin Tsamaratul

Insan. Yang terpenting adalah jaringan ulama Hoofd Penghulu

„Abd Ash-Shomad cenderung sama dengan ulama Jambi lainnya.

A. Sejarah Singkat Hoof Penghulu ‘Abd Ash-Shomad

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad lahir di Kampung

Tengah144

, Pecinan pada tahun 1870. Ayahnya, Ibrahim adalah

seorang saudagar kaya di Pecinan. Masa kecil „Abd Ash-Shomad

dijalani di kampung Pecinan saja. Tidak ada keterangan yang

menyatakan bahwa pada masa kecil ia berlajar ke tempat lain.

Seperti anak laki-laki pada umumya, Hoofd Penghulu

„Abd Ash-Shomad menerima pendidikan pertamanya dari orang

tua dan guru yang mengajar di Masjid Baru dan Langgar Putih

Kampung Tengah. Pada saat itu yang aktif mengajar adalah Guru

„Abd al-Ghani dan Ketib Mas‟ud serta, mungkin Abu Bakar al-

Jambi. Menurut cerita masyarakat, masa kecil Hoofd Penghulu

juga belajar kepada Syekh Hasan Yamani yang entah bagaimana

caranya ada di Jambi.145

Tidak diketahui secara pasti tahun berapa Hoofd Penghulu

„Abd Ash-Shomad berangkat haji. Namun dari beberapa naskah

yang disimpan di rumahnya agaknya „Abd Ash-Shomad sudah di

Mekah pada tahun 1316 H (1899 M).146

Yaitu sekitar tiga tahun

setelah Syekh „Abd al-Majid meninggal dunia.

144

Sekarang rumah „Abd Ash-Shomad berada di kampung Ulu

Gedong karena pembagian wilayah kelurahan di kecamatan Danau Teluk,

Jambi. wawancara, Guru Daud pada 5 Januari 2019. 145

Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi,

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, h. 102. 146

T anpa judul, Naskah milik pribadi guru Daud.

Page 92: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

79

Sebagian besar guru di Pecinan percaya bahwa Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad berangkat haji bersama dengan para

ulama Pecinan lainnya. Akan tetapi tidak ada yang menyebutkan

tahun 1899. Guru „Abd Ar-Rahman mengatakan bahwa Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad berangkat haji pada tahun 1900.147

Sedangkan Agus justru mengatakan mereka berangkat haji pada

tahun 1908.148

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad memiliki hubungan

yang cukup dekat dengan para gurunya. Ketika dia ditawarkan

Belanda menjadi Hoofd Penghulu Jambi, Hoofd Penghulu „Abd

Ash-Shomad menolak karena jabatan tersebut diberikan dan

menggunakan bahasa Belanda. Barulah dia menerima jabatan

tersebut setelah gurunya datang ke Jambi menganjurkan untuk

menerima jabatan tersebut.149

Peristiwa tersebut terjadi pada

antara tahun 1913-15; yaitu sebelum berdiri organisasi

Tsamaratul Insan pada 1915.

Ada dua kemungkinan yang menyebabkan Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad menerima jabatan sebagai hoofd

penghulu. Pertama adalah bujukan gurunya, Syekh Mahmud al-

Bukhari. Namun, tidak diketahui apa alasan yang lebih tepatnya.

Kedua, karena untuk mempermudah perizinan pendirian

organisasi Tsamaratul Insan dan madrasah. Hoofd Penghulu „Abd

Ash-Shomad nampaknya mengetahui risiko jika dia memilih

147

Wawancara, Guru „Abd Ar-Rahman bin „Abd al-Qadir pada 25

Desember 2018. 148

Hasan Basri Agus, Pejuang Ulama, Ulama Pejuang Negeri

Melayu Jambi, (Jambi, Jambi Heritage, 2012), h.42. 149

Wawancara, Guru Daud pada 5 Januari 2019.

Page 93: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

untuk non-koperatif kepada Belanda. Sehingga akhirnya dia

menerima jabatan tersebut. Sikap koperatif yang ditunjukan

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad ini akhirnya disenangi oleh

Belanda. Belanda memberinya sebuah bintang kehormatan atas

prestasinya sebagai hoofd penghulu.150

Guru „Abd Ar-Rahman151

mengatakan bahwa sebelum

didirikan Madrasah Nur al-Iman pada 1915, sebelumnya Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad, Guru Ibrahim bin „Abd al-Majid

dan kawan-kawannya mengajar di rumah bambu, di tepi sungai

Batanghari. Pada saat itu seorang gurunya di Mekah, Syekh

Mahmud Bukhari datang ke Jambi untuk mengajar.152

Kemungkinan Syekh Mahmud Bukhari-lah orang yang berhasil

membujuk Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad untuk menerima

jabatan sebagai Hoofd Penghulu.

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad kembali ke Jambi

pada 1913. Dia langsung mendirikan sekolah bambu yang disebut

kuttab153

di tepi sungai Batanghari seperti yang sudah disinggung

di atas. Sekolah inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya

madrasah di Pecinan.

Belanda melihat berdirinya kuttab ini sebagai ancaman

sekaligus peluang. Sebagai ancaman karena menjadi wadah

150

Wawancara, Guru Daud pada 5 Januari dan foto Hoofd Penghulu ‘Abd Ash-Shomad.

151 Salah seorang guru senior di Madrasah Nur al-Iman

152 Wawancara, Guru „Abd Ar-Rahman bin „Abd al-Qadir pada 25

Desember 2018. 153

Rumah Bambu adalah rumah apung yang terbuat dari bambu.

Bambu tersebut dari sisa rakit petani karet untuk membawa karet dari hulu

sungai. Sebelum paruh kedua abad 20 pemandangan rumah bambu sangat

banyak ditemukan di daerah kota Jambi dan sekitarnya. Sekarang sudah tidak

ditemukan satupun rumah bambu yang tersisa.

Page 94: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

81

pergerakan baru rakyat Jambi untuk menentang Belanda. Apalagi

pengikut Sultan Taha masih banyak berkeliaran di daerah hulu.

Sebaliknya sebagai peluang untuk memecah belah rakyat Jambi

karena sebelum didirikan madrasah, di Jambi sudah berdiri

Sarikat Islam (SI) cabang Jambi.

Pada tahun 1915 Belanda mengambil inisiatif kedua, yaitu

menjadikan madrasah yang didirkan ulama Jambi sebagai

peluang. Pada tahun itu juga Belanda melegalkan organisasi

Tsamaratul Insan. Belanda menjadikan Sayid „Ali bin „Abd Ar-

Rahman al-Musawa (setelah ini disebut Sayid „Ali al-Musawa)

sebagai orang yang membantu berdirinya organisasi sekaligus

menjadi arsitek bangunan madrasah yang dipindahkan dari tepian

sungai. Sayid „Ali al-Musawa adalah seorang habaib kaya asal

Palembang. Dipilihnya Sayid „Ali al-Musawa bukan tanpa alasan.

Dia adalah menantu Sayid Idrus al-Jufri, orang yang paling

dihormati setelah Sultan Taha di Jambi. Dia memiliki pengaruh di

Kesultanan maupun Pemerintahan Hindia Belanda.

Sejak 10 September 1915 Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shomad menjadi ketua Perukunan (organisasi) Tsamaratul

Insan.154

Tidak diketahui sampai kapan dia menjabat sebagai

ketua organisasi tersebut. Akan tetapi, jabatan Hoofd Penghulu ia

pegang hingga meninggal dunia pada 1942.155

Sepertinya Belanda cukup puas dengan kerja Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad sehingga memberikannya bintang

154

Peraturan Perukunan Tsamaratul Insan, no.1141/198 tahun 1333

H/ 1915 M. 155

Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi,

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, h. 107.

Page 95: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

kehormatan. Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad sendiri

diketahui bersikap kooperatif dan cukup moderat kepada

Belanda. Pada suatu waktu Belanda pernah berkunjung ke

Madrasah Nur al-Iman, tempat Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shomad mengajar.156

Masuknya Jepang pada Maret 1942 menjadi era baru

dalam sejarah Indonesia. Jepang memeras rakyat jauh lebih

menyakitkan dari yang pernah dilakukan Belanda selama

berabad-abad. Hal ini sangat dirasakan oleh Hoofd Penghulu

„Abd Ash-Shomad. Meskipun sudah tua, dia juga dipaksa oleh

serdadu Jepang untuk kerja paksa. Mereka dipaksa untuk

membabat hutan guna keperluan militer Jepang.157

Banyak guru

yang menajar di madrasah Tsamaratul Insan sembunyi ke

pedalaman untuk menghindari kekejaman Jepang. Tiga dari

madrasah yang didirikan Tsamaratul Insan terpaksa harus ditutup.

Hanya Madrasah Nur al-Iman yang bertahan pada masa ini.

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad tidak terlalu lama

merasakan pahitnya jajahan Jepang. Tidak lama setelah Jepang

menduduki Jambi, Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad

meninggal dunia. Dia meninggalkan beberapa karya dan jasa

yang sangat besar atas berkembangnya pendidikan Islam di Jambi

dan Indonesia.

156

Foto kunjungan Belanda ke Madrasah Nur al-Iman. Koleksi Guru

„Abd Ar-rahman bin „Abd al-Qadr. 157

Wawancara, Guru Daud 5 Januari 2019.

Page 96: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

83

B. Jaringan Ulama Hoofd Penghulu ‘Abd Ash-Shomad

Telah dijelaskan sebelumnya Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shoma sudah berada di Mekah pada 1899, tiga tahun setelah

meninggal Syekh Nawawi Banten. Pada pergantian abad ini

terdapat beberapa ulama, baik Nusantara maupun dari wilayah

lainnya yang mengajar di Masjid al-Haram dan madrasah

Shaulatiyah. Beberapa sudah disebutkan sebelumnya. Adapun

ulama lainnya akan disebutkan sebagai ulama yang muncul pada

abad 20.

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad berada di Mekah

bersama dengan beberapa ulama populer Nusantara lainnya

sepertinya KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim „Asy‟ari (w. 1947),

Syekh Musthafa Husein Purba (w. 1955), Syekh Sulaiman Ar-

Rasuli Candung, dan sejumlah ulama Nusantara lainnya. Mereka

semua belajar kepada Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi.

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad sendiri nampaknya

terpengaruh oleh pemikiran Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi

yang reformis. Setelah kembali dari Mekah, layaknya para murid

Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi lainnya, dia juga

mendirikan organisasi yang bernama Tsamaratul Insan.

Selain mendirikan organisasi masyarakat, pengaruh

lainnya dapat dilihat dari tidak ditemukannya tradisi tarekat di

antara guru di Pecinan. Syekh Muhammad Ali dari Tungkal yang

merupakan lulusan Nur al-Iman justru mendapatkan sanad tarekat

Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah dari Banjarmasin.158

158

Wawancara, Guru Daud pada 11 Januari 2019 dan Ustadz Fadhli

pada 5 Januari 2019.

Page 97: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Meskipun tidak ditemukan tradisi tarekat di Pecinan,

secara mengejutkan Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad

menyimpan naskah yang menerangkan tata cara menjalankan

tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.159

Hanya saja dalam

naskah tersebut sama sekali tidak disebutkan nama Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad. Agaknya Hoofd Penghulu „Abd

Ash-Shomad menerima naskah tersebut dari seorang guru atau

kenalannya yang bernama „Abd Ad-Daim bin „Abd Ar-Rahman

dari Dusun Teluk Jambi. 160

Kepada Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi, Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad belajar ilmu kalam. Di antara

naskah yang disimpannya, salah satu di antaranya adalah karya

Syekh Ahmad Khatib Minangkabawi, yaitu Mu‟in al-Jaizi ila

Tahqiqi Ma‟na al-Jaizi, 1315 H. Kitab tersebut menjelaskan

tentang ilmu kalam, tepatnya sifat dua puluh.161

Kitab Mu‟in al-Jaizi ditulis berdasarkan permintaan

penduduk Mentuku (?) dari Jawi (Nusantara).162

Rizem Aizid

telah mencatat empat puluh enam kitab karya Syekh Ahmad

Khatib Minangkabawi. Namun, Aizid tidak mencantumkan kitab

tersebut sama sekali.163

Agaknya Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shomad memintanya secara pribadi kepada gurunya tersebut.

159

Naskah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiya koleksi Guru Daud. 160

Naskah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, koleksi Guru

Daud, h. 4. 161

Mu‟in al-Jaizi ila Tahqiqi Ma‟na al-Jaizi, 1315 H. koleksi Guru

Daud. 162

Mu‟in al-Jaizi ila Tahqiqi Ma‟na al-Jaizi, 1315 H. koleksi Guru

Daud, h.1. 163

Rizem Aizid, Biografhi Ulama Nusantara Disertai Pemikirannya

dan Pengaruh Mereka, h. 169.

Page 98: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

85

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad – dan kawan-kawan

dari Pecinan – menjalin hubungan yang sangat dekat dengan para

gurunya di Mekah. Sehingga para gurunya dengan senang hati

datang ke Pecinan untuk mengajar di madrasah yang didirikan

oleh Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad dan kawan-kawannya.

Di antara gurunya yang mempunyai hubungan paling dekat

adalah Syekh Mahmud al-Bukhari dari Bukhara.

Syekh Mahmud al-Bukhari segera datang ke Jambi ketika

muridnya tersebut mendirikan madrasah kecil di tepian sungai

Batanghari. Kemungkinan dia pula yang membujuk Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad untuk menerima jabatan sebagai

Hoofd Penghulu dari Pemerintah Belanda. Lebih daripada itu,

Syekh Mahmud al-Bukhari menjadi mudir Madrasah Nur al-Iman

pada 1922 setelah Guru Ibrahim bin „Abd al-Majid meninggal

dunia.164

Dia kembali ke Bukhara tahun 1927 ketika merasa

sudah ada orang yang pantas menggantikannya.165

Selain Syekh Mahmud al-Bukhari, setidaknya ada

delapan hingga sepuluh166

ulama luar Jambi lainnya yang

164

Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi,

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, h. 114. 165

Fauzi Mo Bafadhal, h. 116. 166

Penulis menemukan delapan nama di dalam buku R. Zainuddin,

Sejarah Pendidikan di Daerah Jambi, h. 45. Di sisi lain Madrasah Nur al-

Iman menyimpan foto guru-guru yang pernah mengajar di madrasah tersebut.

Dari foto tersebut terdapat beberapa nama ulama yang tidak ada di daftar

dalam buku R. Zainudin dan sebaliknya. Menurut Guru Mong, semuanya itu

memang pernah mengajar di Madrasah Nur al-Iman. Wawancara Guru Mong

pada 25 Desember 2018. Penulis curiga bahwa beberapa di antaranya memang

tidak pernah mengajar tetap di Pecinan. seperti Syekh Muhammad Ali al-

Maliki dan Habib Ali Kwitang. Kedatangan mereka hanya karena terdapat

beberapa ulama Mekah yang mengajar tetap seperti At-Turbusi, dan Syekh

Page 99: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

mengajar atau sekadar mengunjungi madrasah Nur al-Iman dan

dua di Madrasah Sa‟adah Ad-Darain. Sebagian besar dari mereka

adalah guru ulama Pecinan dan sebagiannya lagi kawan belajar di

Mekah. Mereka adalah Syekh Utsman Sarawak, Syekh Sa‟id

Yamani (w.1933), Syekh Saleh Yamani (w. 1941), Syekh

Muhammad al-Ahdali, Syekh Arif Asy-Syami, Syekh

Muhammad Ali al-Maliki (w. 1949),167

Syekh Hasan Yamani,168

Syekh Mahmud al-Bukhari,169

Habib Ali Kwitang (w. 1968) dan

Syekh At-Turbusi170

mengajar di Nur al-Iman. Sedangkan

Tengku Muhammad Zuhdi bin Tengku „Abd Ar-Rahman al-

Fatani (w. 1957) serta Sayid „Abd Allah Dahlan (w. 1941)

mengajar di Madrasah Sa‟adah Ad-Darain.171

Di antara para ulama di atas, Syekh Sa‟id Yamani

merupakan salah seorang yang paling banyak memiliki murid

asal Nusantara. Dia menjadi guru sejumlah ulama Nusantara

seperti Gurutta As‟ad (w. 1952) dari Sulawesi Selatan, KH

Hasyim „Asy‟ari pendiri organisasi Nahdhatul Ulama, KH Anwar

Musaddad (w. 2000) dari Garut, KH Zain Mun‟im (w. 1976) dari

Mahmud al-Bukhari; di mana ingatan masyarakat Pecinan sangat membekas

tentang mereka. 167

R. Zainuddin, Sejarah Pendidikan di Daerah Jambi, h.45. 168

Berdasarkan wawancara dengan keturunan pendiri Pesantren

Syekh Hasan Yamani, dikatakan bahwa Syekh Hasan Yamani berada di

Sulawesi Selatan pada 1926 sampai 1933. Indra, Aktivitas Dakwah Pada

Pondok Pesantren Syekh Hasan Yamani di Kec. Campalagian Kab. Polman

(Suatu Tinjauan Manajemen Dakwah), (Skripsi, Fakultas Dakwah dan

Komunikasi, UIN Alaudin Makasar, 2014), h.34. Di sisi lain R. Zainuddin

menulis, bahwa Syekh Hasan Yamani mengajar di Nur al-Iman pada tahun

1930. R. Zainuddin, h.45. 169

R. Zainuddin, h.45 dan Foto guru-guru Madrasah Nur al-Iman. 170

Foto guru-guru Madrasah Nur al-Iman. 171

R. Zainuddin, Sejarah Pendidikan di Daerah Jambi, h.46.

Page 100: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

87

Probolinggo, TG Zainuddin Pancor (w. 1997) dari Lombok, KH

Ali Maksum (w. 1989) dari Rembang, Habib Ali Kwitang dari

Jakarta,172

Syekh „Ali bin „Abd Allah al-Banjar, Guru Mahmud

Zuhdi173

dan tentu saja Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad dan

ke empat kawannya. Syekh Said Yamani dan Syekh Hasan

Yamani juga pernah mengajar dan tinggal di Campalagian,

Sulawesi Barat.174

Syekh Sa‟id Yamani lahir pada 1265 H (1844 M). Dia

juga belajar kepada Syekh Ahmad Zaini Dahlan dan Syekh Bakri

Syatha. Dia dikenal sebagai ulama yang wara‟. Dia selalu

menghabiskan waktunya I‟tikaf di Masjid al-Haram pada

sepertiga akhir malam. Pada pagi harinya dia mengajar beberapa

disiplin ilmu seperti tafsir, hadis dan fikih di halaqah-nya, di

Masjid al-Haram. 175

Pada tahun 1926 dia melakukan perjalanan ke Indonesia

mengunjungi murid-muridnya. Salah satu daerah yang

dikunjunginya adalah Jambi, lebih tepatnya di Pecinan. Ikut serta

dalam perjalanan tersebut kedua anaknya, Syekh Hasan Yamani

dan Syekh Saleh Yamani.176

Guru Hoofd Penghulu lainnya yang tidak kalah populer di

kalangan ulama Nusantara adalah Syekh Muhammad „Ali al-

172

Syamsuddin Arief, “Aktor Pembentuk Jaringan Pesantren di

Sulawesi Selatan 1928-1952, Lentera Pendidikan, Edisi X, No. 2 Desember

2007, h. 188. 173

„Umar „Abd al-Jabbar, Siyar wa Tarajim Ba‟dhi Ulamaina fi al-

Qarn Ar-Rabi‟ „Asyar lil Hijrah, (Jedah, Tihama, 1982), h. 122. 174

Syarifuddin, “Arsyad Maddapungan: Puang Panrita Pencetak Para

Panrita”, Al-Qalam¸ Vol. 20 Nomor 1 Juni 2014, h. 30. 175

Umar „Abd al-Jabbar, Siyar wa Tarajim Ba‟dhi Ulamaina fi al-

Qarn Ar-Rabi‟ „Asyar lil Hijrah, h. 120. 176

Umar „Abd al-Jabbar, h. 122.

Page 101: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Maliki. Nama lengkapnya, Muhammad Ali bin Husein bin

Ibrahim al-Makki al-Maliki lahir pada 1870. Ayah dan

saudaranya merupakan seorang ulama Maliki terkemuka di

Mekah. Kedua kakaknya, Syekh Muhammad bin Husen al-Maliki

(w. 1861 M) dan Syekh „Abid bin Husen al-Maliki (w. 1923)

menjabat sebagai mufti madzhab al-Maliki. Jabatan ini kemudian

dipegang olehnya.177

Syekh Muhammad „Ali al-Maliki telah ditinggal wafat

ayahnya sejak umur lima tahun. Sejak itu dia diasuh oleh

kakaknya, Syekh Muhammad al-Maliki. Namun, beberapa tahun

kemudian kakaknya wafat. Kemudian dia diasuh oleh kakaknya

Syekh Muhammad „Abid al-Maliki.178

Kepada kakaknya yang

satu ini dia menerima banyak sanad keilmuan dari berbagai

disiplin ilmu.179

Syekh Muhammad Ali al-Maliki mempelajari banyak

disiplin ilmu agama di Mekah. Dia tidak hanya belajar kepada

ulama Maliki saja, melainkan juga mempelajari madzhab lainnya

seperti Hanafi, Hanbali dan Syafi‟i. Dia mempelajari madzhab

Hanbali kepada Syekh „Abd al-Haq al-Ilhabadi.180

Sedangkan

madzhab Hanbali dan Syafi‟i kepada Sayid Bakri Syahta.181

177

Azra, menulis di dalam Jaringan-nya bahwa penyerahan jabatan

mufti kepada anggota keluarga merupakan seseuatu yang lumrah terjadi. Lihat,

Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Nusanta dan Timur Tengah Abad XVII dan

XVIII, h. 178

„Umar „Abd al-Jabbar, Siyar wa Tarajim Ba‟dhi Ulamaina fi al-

Qarn Ar-Rabi‟ „Asyar lil Hijrah, h. 160. 179

Yasin al-Fadani, h. 7. 180

Yasin al-Fadani, h. 33-37. 181

Yasin al-Fadani, h. 39-48.

Page 102: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

89

Kepada Sayid Bakri Syatha, dia tidak hanya mengambil

sanad kitab fiqh saja. Sayid Bakri Syatha hampir mengajar setiap

disiplin ilmu yang dimiliki oleh Syekh Muhammad „Ali al-

Maliki. Selain Sayid Bakri Syatha, Syekh Muhammad „Ali al-

Maliki juga menerima banyak sanad keilmuan dari kakaknya,

Syekh Muhammad „Abid al-Maliki dan Syekh „Abd al-Haq al-

Ilhabadi.182

Syekh Muhammad „Ali al-Maliki merupakan ulama yang

produktif. Dia menulis tidak kurang dari dua puluh enam kitab.

Tujuh di antaranya adalah kitab tata bahasa Arab, empat tentang

ushul al-fiqh dan kaidah fikih dan sebagian besar membahas

tentang fikih. Hal ini menunjukkan Syekh Muhammad „Ali al-

Maliki memiliki perhatian lebih terhadap masalah fikih.

Syekh Muhammad „Ali al-Maliki memiliki banyak sekali

murid dari Nusantara. Di antaranya adalah KH Nur „Ali (w.

1994) , TG M. Zainuddin Pancor, Syekh Yasin al-Fadani (w.

1990) dan Sayid Muhsin al-Musawa (w. 1935),183

serta ulama

Pecinan seperti Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad, Guru

Ibrahim bin „Abd al-Majid, Guru Ahmad bin „Abd Asy-Syakur,

Guru Utsman „Ali, Kemas Muhammad Soleh, Sayid Alwi Syihab

dan murid kesayangannya Guru Hasan Anang Yahya.184

Syekh „Umar „Abd al-Jabbar dalam kitabnya Siyar wa

Tarajim Ba‟dhi Ulamaina fi al-Qarn Ar-Rabi‟ Asyar lil hijrah

182

Lihat, Yasin al-Fadani, Maslak al-Jayli fi Asanid Muhammad „Ali

bin Husain bin Ibrahim al-Maliki al-Makki. 183

www.Ibadurraman99.wordpress.com/2013/10/01/manaqib-syaikh-

muhammad-ali-al-maliki/amp/. Diakses pada 15 Maret 2019. 184

Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi,

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, h. 124.

Page 103: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

mengatakan Syekh Muhammad „Ali al-Maliki berkunjung

sebanyak dua kali ke Nusantara, yaitu pada 1925 ke Sumatera –

Jambi - dan kembali berkunjung pada 1926.185

Dua orang murid Syekh Muhammad „Ali al-Maliki asal

Nusantara yang paling terkemuka di Mekah adalah Syekh Yasin

al-Fadani dan Sayid Muhsin al-Musawa. Syekh Yasin al-fadani

merupakan murid Syekh Muhammad‟Ali al-Maliki yang menulis

sanad keilmuannya. Sedangkan Sayid Muhsin al-Musawa adalah

orang yang mengajak gurunya untuk mengajar di madrasah Darul

Ulum yang didirkannya bersama sejumlah ulama asal Nusantara

lainnya.186

Menariknya adalah Sayid Muhsin al-Musawa adalah

anak dari Sayid „Ali bin „Abd Ar-Rahman al-Musawa, ulama

Palembang yang membantu pembangunan Madrasah Nur al-

Iman, Nur al-Islam dan Sa‟adah Ad-Darain. Sebelum mengirim

anaknya ke Mekah, dia terlebih dahulu mengirim anaknya ke

Pecinan, tepatnya ke madrasah Nur al-Islam dan Sa‟adah Ad-

Darain.187

Dari keterangan di atas, dapat dilihat bahwa jaringan

ulama Jambi berada di dalam lingkaran jaringan utama. Nama-

nama yang disebutkan di atas adalah ulama-ulama terkemuka

pada zamannya. Beberapa di antara mereka berada di puncak

jaringan seperti mufti Madzhab Syafi‟i maupun Mufti Madzhab

Maliki. Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad – dan kawan-

185

„Umar „Abd al-Jabbar, Siyar wa Tarajim Ba‟dhi Ulamaina fi al-

Qarn Ar-Rabi‟ „Asyar lil Hijrah, h. 262. 186

„Umar „Abd al-Jabbar, h. 262. 187

„Umar „Abd al-Jabbar, h. 293.

Page 104: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

91

kawannya tentu saja – berhasil mengundang sejumlah ulama

besar untuk mengajar atau sekadar berkunjung di Jambi.

Jaringan ulama ‘Abd Ash-Shomad

Sayid Ahmad bin

Zaini Dahlan

Sayid Abu Bakar

Syatha

Syekh Muhammad ‘Ali

al-Maliki

Syekh ‘Abd al-Majid

Jambi

Hoofd Penghulu ‘Abd

Ash-Shomad dkk

Syekh Ahmad Khatib

Minangkabawi

Tengku Mahmud Zuhdi

Sayid Muhsin al-

Musawa

Keterangan :

: berteman atau mengenal

: hubungan guru murid

Syekh Sa’id al-Yamani

Page 105: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

93

BAB VI

GERAKAN HOOFD PENGHULU ‘ABD ASH-SHOMAD

Pada dekade awal abad 20 para pelajar Nusantara

menemukan cara baru untuk melawan Belanda. Melalui saluran

Politik Etis yang sejatinya Belanda tidak terlalu ikhlas

menerapkannya, para pelajar Bumi Putra berhasil membuka pintu

perlawanan baru yang berwujud organisasi. Takashi Shiraishi,

memberikan gambaran yang cukup jelas tentang bagaimana

situasi pada masa itu.188

Bermula dari gerakan sosial seperti Budi

Utomo, agama seperti Muhammadiyah hingga politik seperti

Indisch Partij. Beberapa di antaranya bergerak secara meluas

melingkupi pulau-pulau tetangga seperti Budi Utomo yang

tersebar di seluruh Jawa dan Madura, Serikat Islam (SI) di pulau

Jawa, Sumatera Sulawesi dan lainnya. Gerakan lainnya berskala

kecil seperti Persatuan Tarbiyah (Perti) di Minangkabau, Al-

Washliyah di Sumatera Utara.

Gerakan serupa bernama Perukunan Tsamaratul Insan

lahir di Jambi pada 1915. Meskipun tidak sepopuler Perti,

gerakan yang dipelopori ulama Jambi ini cukup berperan dalam

membangun pendidikan di Jambi, khususnya Pecinan.

Tidak hanya melalui organisasi, pelajar bumi putra juga

mendirikan sekolah sendiri yang terlepas dari aturan ajar

Belanda. Di antara yang mendirikan sekolah adalah

Muhammadiyah, Perti, al-Washliyah dan Tsamaratul Insan di

188

Lihat, Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak,Radikalisme Rakyat di

Jawa pada 1912-1926, (Jakarta, Grafiti, 1997).

Page 106: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

94

Jambi. Pendirian sekolah ini tidak terlepas dari gerakan

berkelompok sebelumnya. Namun, terdapat juga sekolah yang

didirikan secara mandiri oleh pelajar bumiputra seperti

Musthafawiyah yang didirkan Syekh Musthafa Husein. Kedua

gerakan inilah yang akan penulis bahas pada bab ini. Kemudian

penulis akan sedikit menyinggun pemikiran Hoofd Penghulu

„Abd Ash-Shomad.

1. Perukunan Tsamaratul Insan

Agaknya organisasi Tsamaratul Insan sudah mulai

terbentuk pada 1913, yaitu tidak lama setelah kembali Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad dari Mekah. Hanya saja pada saat

itu belum diresmikan oleh Belanda. Melalui berbagai prosedur

akhirnya Perukunan Tsamaratul Insan diresmikan oleh Belanda

pada 10 September 1915 dengan Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shomad, Guru Ibrahim bin „Abd al-Majid, Guru Ahmad bin „Abd

Asy-Syakur, Guru Utsman bin „Ali, Guru Kemas Muhammad bin

Kemas Saleh dan Habib „Alwi bin Muhammad bin Syihab

sebagai pengurus.189

.

Ketika Tsamaratul Insan berkembang di Kota Jambi,

berkembang pula organisasi SI. Kedua organisasi ini memiliki

berbedaan yang mencolok, baik dari karakter sosial anggota

maupun agama. SI cenderung beranggotakan para pendatang dan

pedagang. SI di Jambi juga identik dengan wadah perkumpulan

para pengikut Sultan Thaha setelah kematiannya. Biasanya

189

Peraturan Tsamaratul Insan.

Page 107: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

95

mereka berada di pedalaman seperti Sarolangun, Tembesi dan

Muaro Bungo.

Sedangkan SI kota, meskipun keberadaannya di kota,

tidak mampu berbaur dengan penduduk asli kota yang ada di

Pecinan, yang dianggap sebagai orang Jambi asli. Pandangan

penduduk Pecinan terhadap mereka justeru tidak terlalu jauh

berbeda terhadap orang Cina. Orang Minangkabau yang

mendominasi keanggotaan SI, meskipun melayu, tetapi dianggap

asing bagi penduduk asli Jambi.190

Pada dasarnya SI juga berharap kepada para haji yang

kembali dari Mekah tersebut. Kembalinya mereka diharapkan

dapat menjadi general dan segmental leader bagi mereka.

Mengingat biasanya para haji yang belajar di Mekah dipercaua

sebagai orang yang sudah memiliki pengetahuan yang lebih luas

ketimbang mereka yang hanya belajar di lokal saja. Hanya saja

perbedaan antara kelompok pendatang yang pedagang dan

pribumi yang petani menjadi pembatas antara keduanya.

Sedangkan para haji tersebut berada di dalam kelompok

penduduk pribumi dan Tsamaratul Insan.191

Sedangkan Belanda sebagaimana terhadap orang

Minangkabau, mencurigai para haji laiknya gerakan perlawanan

haji yang terjadi di Minangkabau pada kasus Paderi. Belanda

juga sedang berusaha menjauhkan penduduk Jambi Kota tidak

bergabung dengan SI, terutama SI uluan terdapat banyak

190

Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi,

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, h. 69. 191

Fauzi Mo Bafadhal, h. 87.

Page 108: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

96

pengikut Sultan Thaha. Sehingga tidak heran jika Belanda

mendukung Tsamaratul Insan dengan meresmikannya pada

1915.192

Diterimanya Tsamaratul Insan oleh Belanda karena

komitmen pengurusnya untuk tidak ikut campur dalam urusan

politik. Tsamaratul Insan hanya fokus pada masalah

kemasyarakatan saja seperti kematian, ekonomi, kesehatan dan

pendidikan. Dalam hal kematian misalkan, Tsamaratul Insan

bertanggungjawab sebagai lembaga yang mengurus masalah harta

waris dan pemakaman. Dalam bidang ekonomi berupa

perkebunan, pendidikan seperti pembangunan madrasah, serta

upaya memakmurkan masjid dan wakaf seperti rumah dan rumah

sakit.193

Penulis tidak menemukan apakah ada perkebunan atau

rumah sakit yang dikembangkan oleh Tsamaratul Insan. Yang

dapat ditemukan hingga sekarang hanyalah empat madrasah yang

bangunannya hingga sekarang masih berfungsi kecuali madrasah

Nur al-Islam.194

Penulis akan membahas tentang madrasah

setelah pembahasan ini.

Dibawah kepengurusan Hoofd Penghulu „Abd Ash-

Shomad Tsamaratul Insan berhasil menjaga konservatisme di

dalam masyarakat. Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad yang

192

Fauzi Mo Bafadhal, h. 87. 193

Peraturan Tsamaratul Insan 194

Madrasah Nur al-Islam didirkan oleh Kemas Muhammad Soleh

pada tahun yang sama dengan madrasah Nur al-Iman dan Sa‟adat Ad-Darain.

Di madrasah inilah Sayid Muhsin al-Musawa pernah belajar. Namun setelah

Jepang menduduki Indonesia, madrasah ini tidak pernah lagi bangkit. Sekarang

madrasah Nur al-Islam yang difungsikan sebagai Madrasah Ibtida‟iyah.

Page 109: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

97

konservatif menjadi dinding yang tebal terhadap masuknya

paham kemodrenan seperti pendidikan sekuler. Akibatnya,

madrasah yang berada di bawah naungan Tsamaratul Insan

sedikit sulit berkembang. Ketika madrasah lainnya, yang

didirikan pada masa yang sama sudah menerima kemodrenan

seperti pendidikan sekuler atau menerima murid perempuan

madrasah di Pecinan tetap bertahan. Sifat konservatif ini

kemudian mengakibatkan perpecahan di antara para guru.

Perpecahan tersebut akhirnya melahirkan madrasah modern

pertama di Jambi pada tahun 1938.

2. Madrasah-Madrasah di Pecinan

Madrasah di Pecinan adalah kontribusi kongkrit

Tsamaratul Insan terhadap perkembangan pendidikan dan sosial

di Jambi. Dari madrasah ini kemudian lahir madrasah-madarash

yang serupa di seluruh Jambi. beberapa diantaranya memisahkan

diri dari madrasah seperti Madrasah Al-Khairiyah didirikan Guru

Hasan Anang Yahya di Kota Jambi dan Madrasah As‟ad yang

didirikan oleh guru „Abd al-Qadir bin Ibrahim bin „Abd al-Majid

Jambi. Kedua madrasah ini memasukkan ilmu umum seperti

bahasa Indonesia dan lainnya.

Adapun madrasah yang dikembang oleh Tsamaratul Insan

adalah Nur al-Iman, Sa‟adat Ad-Darain, Nur-Islam didirkan pada

1915 dan Al-Jauharain didirikan pada 1928. Pendirian madrasah

ini dilakukan secara kolektif berdasarkan bantuan dari

masyarakat dan ulama. Setiap madrasah memiliki satu atau lebih

orang ulama sebagai pengurus. Biasanya beberapa orang ulama

Page 110: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

98

bersama-sama membangun sebuah madrasah. Kemudian

madrasah tersebut diserahkan kepada ulama yang paling berperan

mendirikan madrasah tersebut. Misalnya Madrasah Nur al-Iman.

Madrasah ini didirkan oleh Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad,

Guru Ibrahim bin „Abd al-Majid Jambi, Guru Ahmad bin „Abd

Asy-Syakur, Sayid Ali bin „Abd Ar-Rahman al-Musawa, Guru

Utsman bin „Ali.

Madrasah tersebut dibangun melalui donasi dari para guru

dan kas Tsamaratul Insan. Dalam kepengurusannya, madrasah-

madrasah tersebut melibatkan masyarakat untuk menentukan

kebijakan bahkan dalam menentukan mudir yang akan menjadi

pimpinan. Meskipun terdapat guru yang dinobatkan menjadi

tokoh yang mendirikan madrasah, keturunannya tidak serta merta

berhak menjadi mudir selanjutnya. Ciri khas seperti ini dapat

ditemukan pada tiga madrasah yang didirikan Tsamaratul

Insan.195

Perkembangan madrasah-madrasah tersebut mencapai

puncaknya pada dekade 20 dan 30-an abad ke-20. Keberhasilan

ulama Pecinan mengundang ulama dari Timur Tengah berhasil

mencetak para murid yang berkualitas. Sayid Muhisn al-Musawa

dapat disebut sebagai alumni Pecinan yang paling berhasil,

bahkan melampaui guru-gurunya di Pecinan. Selain Sayid

Muhsin al-Musawa, muncul beberapa ulama yang mumpuni dan

memiliki sejumlah karya. Di antaranya yang paling banyak

adalah Guru „Abd al-Majijd bin „Abd al-Ghaffar Jambi yang

195

Wawancara Guru Sirojuddin pada 22 Desember 2018.

Page 111: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

99

memiliki tiga belas karya dan Guru Hasan bin Anang Yahya

dengan enam karya.

Akan tetapi, keberadaan ulama dari Timur Tengah serta

merta menjadi kemunduran madrasah-madrasah di Pecinan.

Karena keberadaan ulama Timur Tengah tersebut menyebabkan

berkurangnya pelajar Jambiyang menuntut ilmu ke Mekah.196

Keberadaan para ulama tersebut memang berhasil mencetak para

ulama yang berkualitas. Namun, setelah mereka kembali ke

kampung halamannya masing-masing, kualitas Jambi mulai

menurun. Madrasah-madrasah di Pecinan berada pada titik

kemunduran terendahnya ketika pendudukan Jepang pada 1942.

Pemerintah Jepang berhasil menekan ulama Jambi sehingga dari

empat madrasah yang, hanya madrasah Nur al-Iman yang tetap

menjalankan aktivitas belajar-mengajar. Meskipun aktivitas

belajar-mengajar dijalankan secara terseok-seok.197

Keberadaan madrasah Pecinan berhasil menarik murid-

murid dari daerah pedalam seperti Resident Tembesi. Pada tahun

1933, sudah terdapat tiga madrasah di Resident Tembesi.198

Satu

di antaranya berada di Mersam, marga Kembang Paseban.

Nampaknya madrasah ini didirikan oleh murid Mersam yang

belajar di Pecinan. Di antara para Guru di Pecinan dikenal

seorang guru bernama „Abd al-Karim Mersam. Dia merupakan

kenalan dekat Guru „Abd al-Majid bin „Abd al-Ghaffar Jambi dan

196

Wawancara Guru Daud pada 11 Januari 2019. 197

Wawancara Guru „Abd Ar-Rahman pada 25 Desember 2018. 198

Tideman, Djambi, (Amsterdam, Koninklijke Bibliotheek, 1933),

h.114.

Page 112: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

100

Guru Jaddawi. Selain itu, nama madrasah tersebut sama dengan

salah satu madrasah yang ada di Pecinan, yaitu Nur al-Islam.

3. Pemikiran Hoofd Penghulu ‘Abd Ash-Shomad

` Masalah yang cukup serius dihadapi ulama dua dekade

awal abad 20 adalah kelompok gerakan pembaharuan yang

bermula dari gerakan Muhammad Abduh di Mesir. Di Indonesia

kala itu dimulai oleh gerakan Muhammadiyah. Setidaknya dua

kitab karya ulama Jambi terbit membahas masalah ini.

Jeroen Peters, di dalam bukunya Kaum Tuo Kaum Mudo

melihat secara umum pola penyebaran gerakan pembaharuan dan

konservatif di pulau Jawa dan Sumatera. Gerakan pembaharuan

tersebar di kawasan pantai selatan pulau Jawa dan Sumatera

seperti Yogyakarta, Muara Enim (Palembang hulu), Padang

hingga Sibolga. Sedangkan konservatif mencacah kawasan utara

seperti Surabaya, Jakarta, Palembang kota (ilir) dan termasuk

pula Jambi.199

Masih menurut Peeters, gerakan pembaharuan, seperti

Muhammadiyah dan Syamsul Huda cenderung masuk ke dalam

masyarakat pedesaan di pegunungan Bukit Barisan seperti di

Muara Enim, Bengkulu dan Padang. Sedangkan kaum konservatif

berada di kalangan ulama kota.200

Dari tesis di atas penulis dapat

mengira di mana “posisi” ulama Jambi pada masa itu.

Meskipun Hoofd Penghulu „Abd Ash-shomad tidak

menulis karya terhadap penolakan gerakan pembaharuan,

199

Jeroen Peeters, Kaum Tuo – Kaum Mudo, Perubahan Religius di

Palembang 1821-1942, h. xix. 200

Jeroen Peeters, h. xx.

Page 113: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

101

pemikirannya terkait masalah ini tetap dapat diketahui. Hal ini

dapat diketahui melalui dua karya muridnya yang telah dia tashih.

Pertama adalah kitab Nur al-Huda: Buat Menolakan

Perkataan Kaum Muda dan Kaum Syam al-Huda karya Guru

Hasan Anang Yahya. Di dalam buku tersebut diceritakan bahwa

ulama Pecinan kedatangan seorang ulama asal Pulau Pandan,

Jambi bernama Haji „Abd al-Muthalib.201

Haji „Abd al-Muthalib

sepertinya telah terpengaruh oleh pemikiran “kaum mudo” yang

perdebatannya cukup intens di Palembang.

Haji „Abd al-Muthalib memperlihatkan kepada Guru

Hasan anang Yahya kitab Doa Lepas Melimbusi Jenazah

dikuburkan, Sama Ada Laki-Laki Atau Perempuan. Buku tersebut

berisi tentang bantahan-bantahan “kaum mudo” terhadap ritual

pemakaman yang dijalankan di Jambi, seperti larangan men-

talqin-kan mayit dan mendoakannya.202

Menurut Guru Hasan Anang Yahya, baik men-talqin-kan

maupun mendoakan hukumnya sunnah. Dia mengutip sebuah

hadis riwayat Thabrani yang menjelaskan tentang talqin.

Meskipun dia mengetahui hadis ini dha‟if Guru Hasan tetap

menganggapnya tetap bisa dijadikan rujukan. Karena hadis

tersebut termasuk dibawah naungan firman Allah :

وذکز فان الذکزی تنفع لموءمنيه

.

201

Hasan Anang Yahya, Nur al-Huda, (Singapura, Mathba‟at al-

Ahmadiyah, 1929), h. 2. 202

Hasan Anang Yahya, h. 3.

Page 114: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

102

Perdebatan seperti di atas merupakan hal yang normal

terjadi pada dekade 1920-an. Perdebatan ini berbuah positif

dengan munculnya kitab karya ulama Jambi sebagai bantahan

atas kitab yang ditulis kaum mudo. Sehingga pemikiran ulama

Jambi pada masa tersebut masih dapat dilihat pengaruhnya

hingga sekarang.

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad sendiri tidak menulis

kitab tentang permasalahan ini. Karyanya lebih banyak berkaitan

dengan fiqh „ibadah. Mungkin dia menyesuaikan dengan tuntutan

jabatan sebagai Hoofd Penghulu. Museum Siginjei masih

menyimpan karyanya yang lebih kurang setebal tujuh ratus

halaman. Kitab tersebut membahas masalah faraid, pernikahan,

solat dan tafsir al Quran surat al-Baqarah. Dilihat dari naskah-

naskah yang disimpannya pun tidak ditemukan naskah yang

membahas masalah tersebut. Beberapa naskah masih membahas

masalah fiqh dan satu ilmu kalam, satu tarekat dan satu lembar

naskah khutbah jumat.

Namun, dapat dipastikan bahwa pemikiran Hoofd

Penghulu „Abd Ash-Shomad tidak berbeda dari Guru Hasan

Anang Yahya. Karena dia sendiri memberikan kometar,

membenarkan dan mentashihkan isi kitab tersebut.203

Kemudian

dia kembali mentashihkan kitab Bahjat al-Hidayah204

karya Guru

203

Hasan Anang Yahya, h. 18. 204

Guru „Abd al-Majid bin „Abdal-Ghoffar membahas lebih banyak

permasalahan dari pada Guru Hasan Anang Yahya. Kitab tersebut didahuli

dengan penjelasan dasar ushul fiqh dan keutamaan ilmu. Kemudian dibahas

masalah talqin, solat, tawasul dan lain-lain. Sebagaimana kitab Nur al-

Hidayah, kitab ini diakhiri dengan penerimaan dari ulama Pecinan yang

Page 115: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

103

„Abd al-Majid bin „Abd al-Ghofar yang membahas masalah tidak

terlalu berbeda dari kitab Nur al-Huda.

Akan tetapi, Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad tidak

selalu sependapat dengan ulama Jambi lainnya. Terutama dengan

Guru Hasan Anang Yahya. Meskipun pada masalah sebelumnya

mereka mempunyai pandangan yang sama. Antara guru dan

murid di atas pernah berselisih pendapat terkait pengembangan

madrasah Nur al-Iman.

Guru Hasan Anang Yahya menjabat sebagai mudir

Madrasah Nur al-Iman sejak 1928. Selama menjabat sebagai

mudir dia memberikan cukup banyak pembaharuan, seperti sistim

evaluasi yang disebut Imtihan Wakaf.

Memasuki dekade 30-an, Belanda membuat kebijakan

Kupon Karet. Kebijakan ini berhasil meningkatkan taraf ekonomi

rakyat Jambi. Dengan membaiknya ekonomi ini berdampak

kepada peningkatan jumlah murid Nur al-Iman. Guru Hasan

Anang Yahya berpendapat perlu dipungut biaya dari murid untuk

pengembangan madrasah dan upah para guru. Pendapat ini

kemudian ditolak oleh Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad.

Karena meminta upah dianggap mengurangi kesakralan ilmu

agama. Perselisihan tersebut berujung dengan keluarnya Guru

Hasan Anang Yahya dari Madrasah Nur al-Iman.205

Pemikiran Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad masih

terlihat hingga sekarang, terutama pada guru-guru madrasah di

dipercayayi kredibilitas-nya. Lihat, „Abd al-Majid bin „Abd al-Ghaffar al-

Jambi, Bahjat al-Hidayah (Palembang, al-Musawa, 1353 H), 55. 205

Fauzi Mo Bafadhal, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi,

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, h. 122.

Page 116: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

104

Pecinan. Beberapa guru masih belum dapat menerima ide-ide

pembaharuan seperti gerakan Muhamadiyah. Di sisi lain sudah

terdapat perubahan seperti upah untuk guru dan iuran dari murid.

Page 117: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

105

BAB VII

KESIMPULAN

Perkembangan Islam di Jambi bermula dari kedatangan

Ahmas Salim II ke Jambi. Dia berhasil mengislamkan raja Jambi

yang pada saat itu dipimpin oleh Putri Selaro Pinang Masak.

Islam semakin berkembang ketika anaknya, Orang Kayo Itam

menjadi raja Jambi. Pada awal abad 18, Jambi kedatangan Habib

Husen bin Ahmad Baragbah, seorang ulama dari Hadramaut.

Habib Husen menetap di Pecinan dan menyiarkan ajaran Islam di

sana. Setelah Habib Husen wafat pada 1743 M, Islam di Pecinan

terus berkembang. Puncaknya pada pergantian abad 19 dan 20.

Pada paruh kedua abad 19 muncul nama-nama seperti

Abu Bakar al-Jambi, Ketib Mas‟ud, „Abd al-Ghani, Pangeran

Noto Agama Megatsari dan yang paling dikenal Syekh „Abd al-

Majid Jambi. Syekh „Abd al-Majid Jambi memiliki jaringan

ulama di Mekah. Dia belajar Sayid Ahmad Zaini Dahlan dan

Sayid Bakri Syatha. Selain itu, dia juga berteman dengan ulama

nusantara lainnya Syekh Ahmad Khatib Minangkabaw.

Syekh „Abd al-Majid Jambi mengajak murid-muridnya

seperti Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad, Ibrahim (anaknya),

Guru Ahmad bin „Abd Asy-Syakur, Guru Utsman bin „Ali, dan

Kemas Muhammad Soleh. lebih masif. Di antara murid-muridnya

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad termasuk yang paling

berpengaruh. Dia dan kawan-kawanya telah mampu mendirikan

wadah gerakan berupa organisasi Tsamaratul Insan yang

sebelumnya tidak pernah ada. Tidak hanya itu, Tsamaratul Insan

Page 118: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

106

berhasil mendirikan model pendidikan baru di Jambi berupa

madrasah yang lebih modern. Agaknya mereka meniru model

pendidikan Sholatiyah yang ada di Mekah. pada tahap ini para

ulama Jambi telah berhasil menjalin hubungan dengan para

gurunya di Mekah. Antara tahun 1920 dan 1930 madrasah-

mdarasah di Pecinan telah berhasil mengundangan sejumlah

ulama Timur Tengah seperti Syekh Ustman dari Sarawak pada

1919, Syekh Said Yamani mufti mazhab Syafi‟i di Mekah pada

tahun pada 1924, bahkan mereka juga mendatangkan Syekh.

Muhammad Ali Maliki (w. pada 1925, mufti mazhab Maliki di

Mekah. Nama lainya adalah, Syekh Saleh Yamani, Syekh Hasan

Yamani pada 1930, Sayyid Muhammad al Hadi, Mahmud al

Bukhari antara 1913 dan 15., Sayid Abdullah Dahlan mufti

Mazhab Syafi‟i pada tahun 1923, yang semuanya dari Mekah.

Selain mereka, ada pula Syekh „Arif Asy Syami dari Syam, dan

Syekh Tengku Muhammad Zuhdi bin Tengku „Abd Ar Rahman

al-Fatani, Mufti Johor.

J. O. Voll mengatakan imigran tipe ketika adalah seorang

ulama yang berlajar ke Haramayn lalu kembali ke kampungnya

kemudian dia mengajarkan ilmtu yang diperolehnya dari

Haramayn. Pada tahap ini Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad

telah memenuhi kriteria tersebut. Tahap selanjutnya, dia juga

berhasil mengajak atau guru serta kawannya selama belajar di

Mekah untuk membantunya mengembangkan Islam di Jambi.

Page 119: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

107

Daftar Pustaka

A. Primer

1. Arsip dan Manuskrip

Manuskrip : Peraturan Perukunan Tramaratul Insan, Perpustakaan

Madrasah Nur al-Iman.

Muhammad Hasyim, Dur An-Nafis, (Museum Siginjei Jambi, No.

07.32, 1932.

Naskah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiya koleksi Guru

Daud.

Sanad fiqh Guru „Abd al-Qadir bin Guru Ibrahim.

Syehk Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Mu‟in al-Jaizi ila

Tahqiqi Ma‟na al-Jaizi, 1315 H. koleksi GURU Daud.

Transkrip surat Sultan Taha, koleksi Sofhie.

Tanpa judul, Naskah milik pribadi guru Daud.

2. Buku Sezaman

al-Fadani, Yasin, Maslak al-Jayli fi Asanid Fadhilah Asy-Syaikh

Muhammad Ali al-Maliki, Beirut Dar al-Basyair al-

Islamiyah, 1408 H.

al-Jambi, „Abd al-Majid bin „Abd al-Ghaffar, Bahjat al-Hidayah

Palembang, al-Musawa, 1353 H.

Dahlan, Ahmad bin Zaini, Ad Durar As-Saniyah fi Ar-Raddi „Ala

al-Wahabiyah, Riyadh, al-Ahbab, 2003.

Tideman, Djambi, (Amsterdam, Koninklijke Bibliotheek, 1933.

Page 120: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

108

Yahya, Hasan Anang, Nur al-Huda, Singapura, Mathba‟at al-

Ahmadiyah, 1929.

3. Foto

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad milik pribadi Daud.

Daftar guru Madrasah Nur al-Iman.

Kunjungan Belanda ke Madrasah Nur al-Iman milik pribadi „Abd

Ar-Rahman.

B. Sekunder

1. Jurnal

Aliyas, “Meninjau Kembali Sejarah Masuk Islam di Jambi”,

Media Akademika, vol. 28, No. 3, 2013.

Kian, Kwee Hui, “The Expansion of Chinese Inter-insular and

Hindterland Trade in Southeast Asia, c. 1400-1850”, Brill,

chapter 10, 2015.

Arief, Syamsuddin, “Aktor Pembentuk Jaringan Pesantren di

Sulawesi Selatan 1928-1952, Lentera Pendidikan, Edisi

X, No. 2 Desember 2007.

Syarifuddin, “Arsyad Maddapungan: Puang Panrita Pencetak

Para Panrita”, Al-Qalam¸ Vol. 20 Nomor 1 Juni 2014.

2. Jurnal Online

Maksum Malim, “Inovasi Pendidikan Islam Di Jambi Dalam

Sejarah”.

http://e.journal.iainjambi.ac.id/index.php/Innovatio/article/view/5

14/478).

3. Skripsi, Disertasi dan Penelitian lainnya

Page 121: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

109

Alamsah, Perukunan Tsamaratul Insan, Sebagai Pelopor

Pendidikan Islam di Kota Jambi 1915-2013,Skripsi,

UNBARI, 2015.

Bafadhal, Fauzi Mo, Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi,

Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, Disretasi Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Syarf

Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Bakar, Usman Abu, Pendidikan Islam di jambi Corak Madrasah

dari kebudayaan Masyarakat Seberang Kota” Jakarta,

Disertasi UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 1992.

Basri, Hasan dan Dimyati, “Guru H. Jaddawi di Jambi” (Jakarta,

Departement Agama RI, 1987.

Fadhil, Muhammad, Pembaharuan Pendidikan Islam KH. Abdul

Qadir Di Madrasah As‟ad Seberang Kota Jambi, (Jakarta,

Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2009.

Indra, Aktivitas Dakwah Pada Pondok Pesantren Syekh Hasan

Yamani di Kec. Campalagian Kab. Polman (Suatu

Tinjauan Manajemen Dakwah), Skripsi, Fakultas Dakwah

dan Komunikasi, UIN Alaudin Makasar, 2014.

Tim Peneliti IAIN STS Jambi, “Sejarah Perkembangan Islam di

Jambi,” IAIN STS Jambi 1979.

4. Buku

Abbas, Sirojuddin, Sejarah dan Keagungan Mazhab Syafi‟i,

Jakarta, Pustaka Tarbiyah Baru, 2006.

Abdurahman, Dudung, Metode Penelitian Sejarah Yogyakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1999.

Agus, Hasan Basri, Ulama Pejuang, Pejuang Ulama Negeri

Melayu Jambi, Jambi, Pusat Kajian Pengembangan

Sejarah dan Budaya Jambi, 2012.

Page 122: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

110

Aizid, Rizem, Biografi Ulama Nusantara, Yogyakarta, Diva

Press, 2016.

Al Bantani, Rohimuddin Nawawi, Syekh Nawawi al Bantani,

Ulama Indonesia yang Menjadi Imam Besar di Masjidil

Haram, Jawa Barat, Mentari Media, 2017.

al-Jabbar, „Umar „Abd, Siyar wa Tarajim Ba‟dhi Ulamaina fi al-

Qarn Ar-Rabi‟ „Asyar lil Hijrah, Jedah, Tihama, 1982.

Andaya, Barbara Watson, Hidup Bersaudara Sumatera Tenggara

pada XVII dan XVIII, Yogyakarta, Ombak, 2016.

Anonim, Riwayat Hidup Almarhum Syekh Musthafa Husein

Purba Baru (1888-1955), Purba Baru, tanpa penerbit,

1994.

Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Nusantara

Abad XVII dan XVIII, Jakarta, Kencana, 1998.

Bruinessen, Martin Van, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

Bandun, Mizan, 1995.

Chatib, Adrianus, Subhan dkk, Kesultanan Jambi Dalam Konteks

Sejarah Nusantara, Puslitbang Lektur dan Khazanah

Keagamaan Badan Litban dan Diklat Kementrian Agama

RI, 2011.

Chotib, Muchtar Agus, Hukum Adat Kerajaan Islam Melayu

Jambi di Luak XVI, Jambi, Tanpa Penerbit, 2010.

Fadli H. S, Ahmad, Ulama Betawi: Studi Tentang Jaringan

Ulama Betawi dan Kontribusinya Terhadap

Perkembangan Islam abad ke- 19 dan 20, Jakarta,

Manhalun Nasyi-in Press, 2011.

Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah Jakarta: UI Press, 1983.

Page 123: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

111

Masykuri dan Sutrisno, Ed., Sejarah Pendidikan Daerah Jambi,

Jambi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Daerah

Jambi, 1981.

Muzakir, Ali, Pemikiran Islam di Jambi, Memperkuat Kajian

Naskah-naskah di Indonesia melalui Naskah-naskah lokal

di Jambi, Jambi, Sulthan Taha Press 2012.

Noor, Junaidi T., Mencari Jejak Sangkala, (Jambi, Pusat Kajian

Pengembangan Sejarah dan Budaya Jambi, 2012.

Onghokham, Migrasi Cina, Kapitalisme Cina dan Anti Cina,

Depok, Komunitas Bambu, 2017.

Peeters, Jerome, Kaum Tuo – Kaum Mudo, Perubahan Religius di

Palembang 1822-1942, Jakarta, INIS, 1997.

Scholten, Elsbeth Locher-, Kesultanan Sumatra dan Negara

Kolonial, Jakarta, KITLV, 2008.

Saputra, Syahrial De, Kesenian Masyarakat Melayu di Jambi,

Tanjung Pinang, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata,

2008.

Shiraishi, Takashi, Zaman Bergerak,Radikalisme Rakyat di Jawa

pada 1912-1926, Jakarta, Grafiti, 1997.

Tasman, Aulia, Menelusuri Jejak Kerajaan Melayu Jambi dan

Perkembangannya, Jakarta, Gaung Persada Press Group,

2016.

Vansina, Jan, tradisi Lisan Sebagai Sejarah, Yogyakarta, Ombak,

2014.

Yusuf, Abu Ubaidah bin Mukhtar As Sidawi, Catatan Terhadap

Buku 37 Masalah Populer Karya H. Abdul Shomad, Lc,

M.A. Gresik, Media Dakwah al-Furqon, tanpa tahun.

5. Wawancara dan internet

Wawancara, Guru Daud pada 5 Januari 2019.

Page 124: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

112

Wawancara, Guru Ramzi Sulaiman Olak Kemang pada 09

Januari 2019.

Wawancara dengan „Abdul Qadir pada 5 Januari 2019.

Wawancara, Guru „Abd Ar-Rahman bin „Abd al-Qadir pada 25

Desember 2018.

https://melangun.wordpress.com/2001/03/15/pucuk-jambi-

sembilan-lurah/. diakses pada 1 November 2018 pukul

14.45 WIB.

hpps://steemkr.com/history/@boteva/syekh-ali-al-banjari-

authorized-of-this-bible-thalibin-syarah-fathul-muin-

20179256t13331332z, diakses pada 8 Januari 2019.

www.Ibadurraman99.wordpress.com/2013/10/01/manaqib-

syaikh-muhammad-ali-al-maliki/amp/. Diakses pada 15

Maret 2019.

Page 125: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

LAMPIRAN

Daftar Guru yang pernah mengajar di Madrasah Nur al-Iman

Milik Guru „Abd Ar-Rahman

Page 126: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Peta Pecinan dan Kota Jambi. dipoto dari buku Kesultanan

Sumatra dan Negara Kolonial karya Elsbeth Locher-,Scholten

terbitan Jakarta, KITLV, 2008.

Page 127: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad dengan medali pemberian

Belanda. Difoto dari koleksi Guru M. Daud

Page 128: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Halaman pertama kitab Nur al-HudaI karya Guru Hasan Anang

Yahya.

Koleksi pribadi.

Page 129: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Naskah Khotbah Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad. Menurut

cucunya, Guru Daud, ini adalah tulisan asli Hoofd Penghulu „Abd

Ash-Shomad. Difoto dari koleksi Guru M. Daud.

Page 130: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Naskah Tarekat Qadiriyah wa Nasyabandiyah yang ditemukan di

dalam lemari Hoofd Penghulu „Abd Ash-Shomad. Difoto dari

milik Guru M. Daud.

Page 131: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

\

Surat Pengeran Temenggung Perdana Mentri Kesultanan Jambi

kepada bawahannya di Singapura.

Koleksi pribadi.

Page 132: JARINGAN ULAMA JAMBI PADA AKHIR ABAD 19 DAN AWAL …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/... · Ha Kha Dal Dzal Ra Zai Sin Syim Shod Dhad Tha Zha „ain Ghain Fa Qaf

Naskah Perukunan Tsamaratul Insan. Koleksi Perpustakaan

Madrasah Nur al-Iman.