JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR MALAM CIBADAK,...
Transcript of JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR MALAM CIBADAK,...
i
JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR MALAM CIBADAK,
CISAUK, TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
RAKA BELLA RIFKY
1112111000027
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
v
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa mengenai bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam
Cibadak yang berada di Kelurahan Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana bentuk
jaringan sosial pedagang pasar malam serta menjelaskan faktor pendukung dalam
rangka mempertahankan aktifitas perdagangan mereka. Penelitian ini dilakukan melalui
wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis. Metode yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif deskriptif. Kerangka teoritis yang
digunakan dalam skripsi in adalah teori Jaringan yang dikemukakan oleh Marc
Granovetter yang terdiri dari empat point utama yaitu (1) Norma dan Kepadatan
Jaringan, (2) Ikatan Lemah atau Ikatan Kuat Aktor, (3) Peran Lain Yang Menjembatani
Aktor (4) Konsep Keterlekatan.
Dari hasil analisa dengan menggunakan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa
terdapat norma yang mengatur jaringan pedagang yang ada dipasar malam, terdapat
ikatan lemah yang diciptakan para aktor sehingga menimbulkan ikatan kuat, terdapat
peran lain yang menjembatani para aktor ini dalam berinteraksi yaitu peran media
komunikasi serta konsep keterlekatan yang menjelaskan hubungan antar sesama
pedagang maupun pembeli. Selain dengan jaringan sosial yang dibentuk oleh pedagang
bahwa ditemukan juga faktor lain yang merupakan faktor pendukung bagi pedagang
untuk terus tetap bertahan dalam aktifitas perdagangannya.
Kata kunci : jaringan sosial, pedagang, pasar, fungsi jaringan.
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
izin dan kuasanya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “JARINGAN
SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMIS DI PASAR MALAM CIBADAK CISAUK
TANGERANG”, meskipun dalam penulisannya jauh dari kata sempurna. Dalam
memulai penulisan skripsi hingga akhir nya terselesaikan, penulis bertemu dengan
orang-orang hebat yang membantu mengatasi kendala yang penulis alami selama
menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, atas segala bantuannya penulis ucapkan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah memberi
saran dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si, selaku Sekretaris Prodi Sosiologi yang telah
memberi masukan untuk skripsi ini.
5. Kasyfiyullah, M.Si sebagai dosen pembimbing sekaligus orangtua dan teman
yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih
Pak Kesepz atas kesabaran, pengertian, waktu dan ilmunya dalam membimbing
dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan
ilmu pengetahuannya kepada mahasiswa.
7. Kedua orang tua penulis, Bapak Rio dan Ibu Widarsih yang telah setia
mendoakan dan memberikan semangat tenaga dan pikiran kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
8. Ketua pengelola serta para pedagang di Pasar Malam Cibadak yang telah
bersedia membantu penulis dalam rangka pencarian data penelitian skripsi.
vii
9. Keluarga besar Sosiologi A 2012, Ara, Alby, Arif, Reza, Ayurose, Ayufit,
Divya, Nisbel, Rahmi, Aul, dan teman-teman lainnya, terimakasih atas ilmu dan
pembelajaran berharganya.
10. Sahabat Para Pejuang Skripsi, Eni dan Nisbel yang sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi.
11. Teman-teman Translator Epitome, Desi, Ira, Ocha, Melin, Sulis, Agnes, yang
telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman Q-Guava PRJ 2017, Sandra, Icha, Juni, Felice, dan teman-teman
lainnya yang juga memberikan semangat untuk penulis menyelesaikan skripsi
ini.
Demikianlah ucapan terima kasih, semoga segala bantuan dan dukungannya
mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Maka dengan ini penulis
menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat.
Jakarta, 01 Maret 2018
Penulis
Raka Bella Rifky
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………………….iv
KATA PENGANTAR………........................................................................................v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....vii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………ix
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………...ix
BABI PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................................................................................. 1
B. Pertanyaan Penelitian……………………………………………… ....... 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………………………………… ........... 7
D. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8
E. Kerangka Konsep ..................................................................................... 17
1. Jaringan Sosial ............................................................................. 17
2. Pedagang ...................................................................................... 18
3. Pasar ............................................................................................. 19
F. Kerangka Teori ........................................................................................ 20
G. Metode Penelitian .................................................................................... 22
1. Pendekatan Penelitian .................................................................. 22
2. Subjek Penelitian ......................................................................... 23
a. Lokasi Penelitian .................................................................... 25
b. Waktu Penelitian .................................................................... 25
3. Sumber Data Penelitian................................................................ 25
a. Data Primer ............................................................................ 26
b. Data Sekunder ........................................................................ 26
4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 26
a. Observasi ............................................................................... 26
b. Wawancara ............................................................................. 27
5. Metode Analisis Data ................................................................... 29
H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 29
BABII SERBA-SERBI PASAR MALAM CIBADAK
A. Letak Geografis Pasar Malam Cibadak ................................................... 31
B. Kondisi Demografis Kelurahan Suradita ................................................. 33
C. Perkembangan Dan Kondisi Pasar Malam Cibadak ................................ 35
D. Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak .......................................... 45
ix
E. Pendapatan Para Pedagang Pasar Malam Cibadak .................................. 47
BABIII BENTUK JARINGAN SOSIAL PASAR MALAM CIBADAK
A. Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam Cibadak ................................ 50
1. Norma ........................................................................................... 50
2. Ikatan Lemah Dan Kuatnya Aktor ................................................ 53
3. Peran Lain Yang Menjembatani Aktor.......................................... 57
4. Keterlekatan Sosial ........................................................................ 59
B. Faktor Pendukung Kebertahanan Pedagang Pasar Malam
Cibadak………………… .................................................................... 65
1. Peran Sosial Media Sebagai Pemasaran
Produk………………………………………… ........................... 65
2. Lokasi Dan Sarana Prasarana Pasar Malam Cibadak .................... 67
3. Penentuan Harga ............................................................................ 70
BABIV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 72
B. Saran .................................................................................................... 73
Daftar Pustaka………………………………………………………………………… ........ x
Lampiran…………………………………………………………………………… ............ xii
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Terkait Jaringan Sosial…………….12
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Suradita Menurut Jenis Kelamin…………………32
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Tingkat Pendidikan……....32
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Jenis Pekerjaan…………...33
Tabel 2.4 Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan…………….39
Tabel 2.5 Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak………………………..43
Tabel 2.6 Pendapatan Pedagang Pasar Malam Cibadak………………………..46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Lokasi Tempat Pasar Malam………………………………31
Gambar 2.2 Suasana Jalan Raya Serpong-Cisauk……………………………41
Gambar 2.3 Suasana Pasar Malam……………………………………………42
Gambar 2.4 Suasana Parkir Motor Pasar Malam Cibadak……………………..44
Gambar 2.5 Suasana Parkir Mobil Pasar Malam Cibadak……………………44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penyataan Masalah
Pasar dapat disebut juga sebagai pusat perekonomian dan perdagangan
yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat.
Sebagai tempat yang sentral, tentu saja pasar memiliki daya tarik, menurut Alma
(2004:105) pasar terdiri dari beberapa elemen, diantaranya: (1) Lokasi pasar yang
strategis, mencakup aksebilitas dan sarana prasarana (2) Kelengkapan barang
yaitu variasi barang dagang yang ada di pasar (3) Pelayanan yang diberikan
kepada konsumen (4) Kenyamanan dan keamanan yang meliputi aparat keamanan
dan pos keamanan, (5) Fasilitas – fasilitas pendukung meliputi tempat parkir,
tempat ibadah, toilet, bank, dan lain-lain.
Di setiap daerah pastinya memiliki salah satu sarana pra-sarana yang satu
ini. Menurut Fuad (2000: 11), jenis pasar dibagi menjadi dua berdasarkan cara
transaksinya yaitu Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Pasar Tradisional
merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya
transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar
menawar, sedangkan didalam Pasar Modern tidak bertransaksi secara langsung,
melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode).
Jika kita lihat dari jenisnya, pasar malam atau bisa disebut juga sebagai
pasar kaget termasuk kedalam jenis pasar tradisional karena penjual dan pembeli
2
dipertemukan disuatu tempat secara langsung untuk melakukan proses transaksi
jual-beli berupa adanya transaksi tawa-menawar. Tidak seperti pasar kebanyakan,
keberadaan pasar malam ini tidak berlangsung setiap hari melainkan pada hari dan
waktu tertentu saja. Karena letaknya yang berdekatan dengan pemukiman
masyarakat, pembeli yang datang ke pasar malam tersebut pun beraneka ragam
mulai dari anak-anak, remaja sampai dengan dewasa. Begitu beraneka ragamnya
pengunjung pasar malam tersebut, disana juga tidak begitu nampak perbedaan
antara kaum kelas atas (orang kaya) dan kaum kelas bawah (orang miskin),
semuanya dilihat sama saja. Selain sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan
hidup bagi masyarakat, adanya pasar malam ini dijadikan sebagai sarana untuk
sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga seperti membeli makanan,
sekedar jalan-jalan ataupun bermain wahana permainan pada malam hari setelah
seharian melakukan aktifitas. Itulah yang menjadi keunikan sebuah pasar malam.
Situasi dan kondisi di Pasar Malam Cibadak ini cukup ramai karena pasar
ini terhubung langsung ke Jalan Raya Serpong - Cisauk yang merupakan salah
satu jalan akses menuju Kecamatan Serpong. Oleh karenanya ramai oleh
pengunjung yang datang namun segala aktifitas perdagangan di pasar tersebut
berlangsung tertib karena ada pengelola pasar yang bertugas mengawasi situasi
dan kondisi di pasar malam. Selain dari adanya pengelola pasar, terdapat juga
tukang parkir yang tugasnya melakukan penataan parkir dan untuk parkir di Pasar
Malam Cibadak sudah cukup aman karena para pengunjung yang datang
dikenakan sejumlah biaya parkir untuk menjaga kendaraan mereka. Untuk sepeda
3
motor dikenakan biaya seribu rupiah sedangkan untuk mobil dikenakan biaya dua
ribu rupiah. Walaupun dari segi keamanan tidak diragukan lagi namun pemilik
kendaraan tetap harus menjaga barang bawaannya masing-masing dan tidak
meninggalkan barang berharganya pada kendaraan karena itu juga sangat
berbahaya.
Masyarakat tertarik dengan adanya pasar malam ini karena harga barang
yang ditawarkan relatif lebih murah dan dengan adanya pasar malam ini
sekaligus menjadi lapangan pekerjaan para pengangguran. Yang dimana mereka
ini tidak punya pekerjaan tetap, bisa dijadikan peluang bagi mereka untuk
mendapatkan rezeki. Oleh karenanya, disini banyak para pemuda yang
menjajakan apa yang mereka jual disini sembari mengisi kekosongan saat mereka
tidak memiliki pekerjaan. Didalam pasar malam ini juga terdapat beberapa aturan
yang juga harus disepakati bersama seperti halnya para pedagang yang ingin
membuka lapak di pasar malam harus berkoordinasi dengan pengelola (Ketua)
Pasar Malam Cibadak.
Suasananya yang ramai dan juga mendukung bagi para pedagang
menjajakan dagangan serta hubungan yang terjadi antara pedagang dengan
pedagang lainnya atau bahkan dengan pembeli terjalin lebih mudah karena tidak
ada pembatasan bagi mereka untuk berbincang satu sama lain. Perbincangan yang
terjalin diantara mereka dapat menimbulkan suatu jaringan yang menarik.
Interaksi yang terjalin juga tanpa adanya rekayasa dan suasananya begitu hangat.
4
Menurut Kusnadi (2000) keterikatan individu dalam hubungan sosial
merupakan pencerminan diri sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan
bermasyarakat, hubungan sosial yang dilakukan oleh individu merupakan salah
satu upaya untuk mempertahankan keberadaannya. Setiap individu memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam hal kuantitas dan kualitas, juga intensitas
hubungan sosial yang dilakukannya, sekalipun terbuka luas peluang bagi individu
untuk melakukan hubungan sosial secara maksimal. Hubungan tersebut bukan
hanya melibatkan dua individu, melainkan juga banyak individu. Hubungan antar
individu tersebut akan membentuk jaringan sosial yang sekaligus merefleksikan
terjadinya pengelompokkan sosial dalam kehidupan masyarakat. Para pedagang di
pasar malam ini pastinya mempunyai sebuah kepentingan yaitu ingin mencari
rejeki dan kebanyakan dari mereka memang mempertahankan kehidupannya
dengan cara berdagang seperti ini dan membentuk kelompok untuk dapat
mempertahankan keberadaan mereka juga. Dan pastinya dalam membentuk
kelompok itu dibutuhkan sebuah komunikasi.
Dalam berkomunikasi diantara mereka terbentuklah sebuah kelompok-
kelompok tertentu yang terbentuk dalam suatu jaringan. Jaringan menurut Robert
M. Z. Lawang (2004) dalam Damsar menyatakan bahwa :
“Ikatan yang terjadi antara orang atau kelompok yang dihubungkan dengan media
(hubungan sosial). Hubungan ini diikat oleh sebuah kepercayaan. Terdapat ikatan
melalui hubungan sosial menjadi suatu kerjasama, bukan kerja bersama-sama. Jaring ini
tidak dapat berdiri sendiri kalau satu simpul putus keseluruhan jaring tersebut tidak
bisa berfungsi lagi, sampai simpul tersebut diperbaiki.” (2009:157-158).
5
Dengan kata lain jaringan ini merupakan suatu hubungan antar individu
yang dikaitkan dengan simpul dan ikatan. Simpul disini dilihat melalui aktor
individu dalam jaringan sedangkan ikatan merupakan hubungan antar para aktor
tersebut. Hubungan ini kemudian diikat melalui kepercayaan dan keduanya tidak
bisa dipisahkan. Karena jika satu ikatan tersebut putus maka ikatan dalam
jaringan tersebut tidak dapat berfungsi kembali.
Studi tentang jaringan ini dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi
berhubungan antara satu sama lain dan ikatan ini digunakan sebagai pelicin
dalam memperoleh sesuatu, dan juga sebagai jembatan untuk memudahkan
hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya, maupun sebagai perekat yang
memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial. (Powell dan Smith-Doer
1994 dalam Damsar 2009:158-159).
Bisa disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa jaringan memberi
manfaat yang baik untuk saling bertukar informasi diantara para aktor. Selain itu
dengan adanya jaringan, individu akan bisa lebih mudah berhubungan satu sama
lain dan hubungan antara individu dengan individu lainnya ini juga bisa
membawa keuntungan bagi masing-masing pihak. Para pedagang ini
membentuk sebuah jaringan sebagai akibat dari komunikasi yang terjalin
diantara mereka. Salah satu bentuk komunikasi yang terjalin diantara mereka
biasanya akan terdapat perbincangan seperti bagaimana supaya kedepannya
pengembangan pasar malam ini bisa berjalan dengan sukses dan bagaimana
mereka ini bisa terus eksis dalam berdagang.
6
Disisi lain juga jaringan ternyata bisa terbentuk diantara pedagang
dengan pembeli yang mereka tidak saling kenal satu sama lain namun pembeli
cenderung bertambah dikarenakan banyak pembeli yang merekomendasikan
pembeli lainnya untuk datang dan berbelanja di pasar malam tersebut dengan
berbagai alasan seperti karena harganya murah, berkualitas dan sebagainya.
Oleh karena itu jaringan sosial mempunyai peranan penting bagi
pedagang di pasar malam karena ini dapat memudahkan para pedagang dalam
mengais rezeki untuk bertahan hidup di zaman sekarang yang untuk mencari
pekerjaan saja sulit maka dari itu mereka beralih untuk menjadi pedagang. Dan
itu menjadi salah satu ketertarikan penulis untuk mengkaji bagaimana jaringan
sosial yang mereka bentuk bisa berdampak besar bagi para pedagang di pasar
malam tersebut.
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, penulis menjadikan
pedagang pasar malam sebagai subjek dalam penelitian ini yang akan dilihat
sebagai aktor dalam sebuah jaringan dan penulis mengkaji dengan menggunakan
metode deksriptif analisis dengan melihat gambaran yang terjadi secara
langsung di pasar malam lalu kemudian menganalisisnya perihal kontribusi para
pedagang terhadap jaringan sosial di pasar malam Desa Cibadak. Masalah
penelitian ini perlu untuk dikaji khususnya yang mengkaji kaitan antara jaringan
sosial dengan para pedagang.
7
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, rumusan
masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam di Desa
Cibadak Kelurahan Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang?
2. Apa saja faktor pendukung bagi kebertahanan pedagang dalam
melakukan aktifitas perdagangannya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan menggambarkan
bagaimana bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam di Desa
Cibadak Kelurahan Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten
Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
kontribusi positif dalam dunia keilmuan khsusnya tentang jaringan
sosial antar sesama pedagang di pasar malam sebagai acuhan dalam
penelitian yang relevan.
2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan
memperbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang
8
berkaitan dengan jaringan sosial antar sesama pedagang di pasar
malam.
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
siapa saja yang ingin mengetahui tentang jaringan sosial antar sesama
pedagang di pasar malam.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
mayarakat dalam membentuk jaringan sosial antar sesama pedagang
di pasar malam.
D. Tinjauan Pustaka
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian, dibutuhkan perbandingan
dengan penelitian sebelumnya yang relavan dengan penelitian ini. Literatur yang
dikutip merupakan kajian yang relevan dengan fokus bahasan peneliti. Berikut
literaturnya:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ichsan Pramatya pada tahun
2013 yang berjudul “Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Di Jalan Gambir
Tanjung Pinang (Studi PKL Sayur-sayuran)”. Dalam penelitian ini, Ichsan
menggunakan metode deskriptif kualitatis dan data yang diperoleh berupa data
primer yang didapatkan dari wawancara dan data sekunder yang didapatkan dari
studi pustaka. Teori yang digunakan oleh Ichsan yaitu modal sosial dalam
jaringan oleh Robert M.Z Lawang. Hasil penelitiannya adalah adanya nilai
modal sosial yang terbentuk dan terjalin diantara pedagang dari aturan-aturan
9
informal yang menjadi norma-norma tersendiri yang berkembang serta
dilaksanakan secara bersama-sama seperti budaya gotong-royong, tolong
menolong, penempatan lapak usaha, aturan membayar retribusi parkir, sampai
ketertiban tempat usaha dan waktu berjualan adalah norma-norma yang
dibangun ditaati bersama dan menjadi tumbuh dengan baik. Ini mencerminkan
norma informal berlanjut kepada timbulnya kepercayaan (trust) diantara
pedagang PKL
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Mita Permata Sari pada tahun
2016 yang berjudul “Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam (Studi Kasus
Pasar Malam Srengseng Sawah Jakarta Selatan)”. Dalam penelitian ini, Mita
menggunakan metode kualitatif desktiptif dan kemudian data yang diperoleh
berupa data primer dan data sekunder. Teori yang digunakan oleh Mita yaitu
teori jaringan sosial Barry Wellman. Hasil penelitiannya adalah jaringan
terbentuk karena adanya ikatan antar aktor berupa hubungan antara pedagang
dengan pedagang, pedagang dengan kelompok, kelompok dengan kelompok,
dan pedagang dengan pembeli.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Riesti Triyanti, Christina Yuliaty
dan Tenny Apriliani pada tahun 2014 yang berjudul “Peran Jaringan Sosial
Nelayan Pada Pemasaran Tuna, Cakalang, Dan Tongkol: Studi Kasus Di Kota
Kendari”. Dalam penelitian ini, Riesti, Christina dan Tenny menggunakan
metode kualitatif dan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi dan studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
10
adalah teori yang dikemukakan oleh Ruddy (2007) yang mengemukakan bahwa
Jaringan sosial ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang membentuk jaringan
sosial dibagi menjadi tiga jenis yaitu (1) Jaringan kekuasaan (power) yaitu
hubungan sosial yang dibentuk oleh hubungan sosial yang bermuatan kekuasaan,
atau dibentuk dan sengaja diatur oleh kekuasaan. (2) Jaringan kepentingan
(interest) yaitu hubungan yang dibentuk oleh hubungan sosial yang bermuatan
kepentingan, bermakna pada tujuan-tujuan khusus dan (3) Jaringan perasaan
(sentiment) terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan perasaan dan
hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan dan tindakan sosial. Hasil
penelitiannya adalah jaringan sosial antar nelayan dengan bos tidak hanya
terbatas pada jaringan kerja produksi saja, namun atas kehidupan sosial lainnya
dan jaringan sosial ini ternyata membawa manfaat yaitu memberikan
keuntungan meningkatkan efisiensi usaha penangkapan dan pemasaran untuk
dikembangkan di Kota Kendari.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Johan Jatu Wibawa Putra pada
tahun 2010 yang berjudul “Jaringan Sosial Pengusaha Tempe Dalam
Kelangsungan Usaha Di Debegan”. Dalam penelitian ini Johan menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh adalah data primer dan data
sekunder yang merupakan hasil dari wawancara dan observasi. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Teori tindakan sosial Max Weber. Hasil
dari penelitiannya adalah hubungan sosial yang terjadi diantara produser tempe
11
yang didasarkan pada hubungan yang berkaitan dengan keberlangsungan usaha
dari aspek permodalan, sumber daya manusia, produksi serta pemasaran.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Robertus Kennedy pada tahun
2010 yang berjudul “Jaringan Sosial Industri Kecil (Studi Kasus Tentang Modal
Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di Sentra Industri Kerajinan Kulit di
Dusun Manding”. Dalam penelitian ini Robertus menggunakan metode
kualitatif dan data yang diperoleh merupakan hasil dari observasi (pengamatan
langsung) dan wawancara. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori jaringan oleh Robert M.Z Lawang. Hasil penelitiannya bahwa pola jaringan
sosial bersifat informal dengan cakupan internal dan eksternal. Pembentukan
jaringan sosial melalui interaksi dan komunikasi yang mendalam melahirkan
kepercayaan diantara mereka yang merupakan modal sosial jaringan itu sendiri.
Adanya paguyuban Karya Sejahtera sebagai bentuk konkrit jaringan kerjasama
untuk mempertahankan dan mengembangkan kegiatan industri kecil kerajinan
kulit.
12
Tabel 1.1
Penelitian-Penelitian Terdahulu Terkait Jaringan Sosial
No Peneliti dan
Judul Metodologi Teori Temuan Penelitian
1 Ichsan
Pramatya.
2013.
Modal Sosial
Pedagang
Kaki Lima
Di Jalan
Gambir
Tanjung
Pinang (Studi
PKL Sayur-
sayuran)
Deskriptif
kualitatif
Data
primer dan
sekunder.
Wawancar
a dan
kepustakaa
n
Terdapat 6
informan
Modal Sosial dalam
Jaringan (Lawang,
2004)
Adannya nilai
modal sosial
yang terbentuk
dan terjalin
diantara
pedagang dari
aturan-aturan
informal yang
berlaku di
kelompok
pedagang
mampu mereka
patuhi.
Jaringan sosial
yang
berkembang di
kelompok
pedagang
diawali dengan
norma-norma
informal yang
berfungsi
sebagai aturan-
aturan yang
harus dipatuhi
bersama agar
tercipta suatu
kerjasama.
2 Mita Permata
Sari. 2016.
Jaringan
Sosial
Pedagang
Metode
Kualitatif
deskriptif
Data primer
dan sekunder.
Wawancara
Teori Jaringan Barry
Wellman (dalam Ritzer,
2009: 470) yang
membahas jaringan-
jaringan yang saling
menghubungkan antar
Jaringan terbentuk
karena adanya ikatan
antar aktor berupa
hubungan antara
pedagang dengan
pedagang, pedagang
13
Pasar Malam
(Studi Kasus
Pasar Malam
Srengseng
Sawah
Jakarta
Selatan)
mendalam,
Observasi,
Dokumentasi
aktor. dengan kelompok,
kelompok dengan
kelompok, dan
pedagang dengan
pembeli.
3 Riesti
Triyanti,
Christina
Yuliaty dan
Tenny
Apriliani.
2014.
Peran
Jaringan
Sosial
Nelayan
Pada
Pemasaran
Tuna,
Cakalang,
Dan
Tongkol:
Studi Kasus
Di Kota
Kendari
Metode
kualitatif
Teknik simple
random
sampling
Terdapat 16
informan
Observasi,
wawancara,
dokumen,
Studi pustaka.
Jaringan sosial ditinjau
dari tujuan hubungan
sosial yang membentuk
jaringan sosial dibagi
menjadi tiga jenis yaitu
(1) Jaringan kekuasaan
(power) (2) Jaringan
kepentingan (interest)
dan (3) Jaringan
perasaan (sentiment)
(Ruddy, 2007)
Jaringan sosial
antar nelayan
dengan bos
tidak hanya
terbatas pada
jaringan kerja
produksi saja,
namun atas
kehidupan
sosial lainnya.
Jaringan sosial
memberikan
keuntungan
meningkatkan
efisiensi usaha
penangkapan
dan pemasaran
untuk
dikembangkan
di Kota
Kendari
4
Johan Jatu
Wibawa
Putra.
2010.
Jaringan
Sosial
Pengusaha
Tempe
Dalam
Kelangsunga
n Usaha Di
Debegan
Deskriptif
kualitatif
Data
primer dan
data
sekunder
Wawancar
a dan
observasi
Maximum
variation
sampling
Teori tindakan sosial
Max Weber. Ia melihat
bahwa tindakan sosial
individu dalam
merespon suatu hal atau
peristiwa dilakukan
sepanjang tindakan
tersebut memberikan
arti subjektif kepada
tindakan itu.
Hubungan antara
jaringan sosial yang
berdasarkan pada
hubungan individu
sangat berkaitan
dengan
keberlangsungan
usaha dari aspek
permodalan, sumber
daya manusia,
produksi serta
pemasaran.
14
*Sumber: Jurnal, Skripsi, Tesis dan Disertasi penelitian terdahulu terkait Jaringan Sosial
5 Robertus
Kennedy.
2010.
Jaringan
Sosial
Industri
Kecil (Studi
Kasus
Tentang
Modal Sosial
dalam
Pembentukan
Jaringan
Sosial di
Sentra
Industri
Kerajinan
Kulit di
Dusun
Manding
Metode
Kualitatif
Observasi
(pengamat
an
langsung)
dan
wawancara
Jaringan didasarkan
kepada ikatan
kekeluargaan,
pertemanan, atau
persahabatan, memiliki
pola hubungan sosial
yang bersifat kepatuhan
(patron-klien),
kesetiaan. (Lawang,
1994)
Pola jaringan
sosial bersifat
informal
dengan
cakupan
internal dan
eksternal.
Pembentukan
jaringan sosial
melalui
interaksi dan
komunikasi
yang
mendalam
melahirkan
kepercayaan
diantara
mereka yang
merupakan
modal sosial
jaringan itu
sendiri
Adanya
paguyuban
Karya
Sejahtera
sebagai bentuk
konkrit
jaringan
kerjasama
untuk
mempertahank
an dan
mengembangk
an kegiatan
industry kecil
kerajinan kulit
15
Sebagai pembanding, berikut persamaan serta perbedaan antara
literatur sebelumnya dengan penelitian ini:
Literatur pertama oleh Ichsan Pramatya, persamaan ditemukan pada
metodologi penelitian yang dipakai penulis yaitu kualitatif deskriptif.
Perbedaannya, secara mendasar yaitu Ichsan melihat fenomena pedagang ini
untuk menjelaskan modal sosial dari pedagang tersebut sedangkan penulis
disini melihat pedagang untuk menjelaskan jaringan sosialnya. Dari segi
tempat dan lokasi yang dilakukan oleh Ichsan berbeda dengan penulis.
Literatur kedua oleh Mita Permata Sari, persamaan ditemukan pada
fokus penelitian yaitu hubungan antar aktor membentuk pola jaringan sosial
didalam pasar malam Cibadak itu sendiri. perbedaannya adalah bahwa Mita
menggunakan teori jaringan Barry Wellman untuk menjelaskan pola
jaringan sosial sedangkan penulis menggunakan teori jaringan oleh Mark
Granovetter. Selain menjelaskan pola hubungan jaringan sosial penulis juga
menjelaskan faktor pendukung lain bagi para pedagang ini untuk
mempertahankan aktifitas perdagangannya.
Literatur ketiga oleh Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny
Apriliani. Kesamaan terdapat pada melihat permasalahan dari sudut
pandang pola jaringan sosial. Perbedaannya terletak pada studi kasus dan
teori yang digunakan berbeda. Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny
Apriliani menggunakan teroi jaringan sosial oleh Ruddy yaitu jaringan
dibagi menjadi 3: (1) Jaringan kekuasaan (power) (2) Jaringan kepentingan
16
(interest) dan (3) Jaringan perasaan (sentiment). Sedangkan penulis
menggunakan prinsip konheren jaringan sosial Mark Granovetter dalam
memahami hubungan antar aktor yang membentuk pola jaringan sosial.
Literatur keempat oleh Johan Jatu Wibawa Putra., kesamaan terletak
pada metodologi penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Perbedaannya,
secara signifikan ditemukan pada subjek penelitian dan lokasi tempat
penelitian juga berbeda. Demikian pula dengan teori, Johan Jatu Wibawa
Putra menggunakan teori tindakan sosial oleh Max Weber, sedangkan
penulis menggunakan teori Mark Granovetter dalam memahami hubungan
antar aktor yang membentuk pola jaringan sosial.
Terakhir, literatur dari Robert Kennedy. Perbedannya, dari segi tema
dan studi kasus yang diteliti berbeda serta teori yang digunakan juga
berbeda. Teori yang digunakan oleh Robertus adalah teori Robert M.Z
Lawang yang berpendapat bahwa didalam jaringan didasarkan kepada
ikatan kekeluargaan, pertemanan, atau persahabatan, memiliki pola
hubungan sosial yang bersifat kepatuhan (patron-klien), kesetiaan.
Sedangkan penulis menggunakan teori jaringan Marc Granovetter dalam
memahami hubungan antar aktor yang membentuk jaringan sosial.
Berdasarkan 5 penelitian terdahulu yang terkait dengan jaringan
sosial pada umumnya menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
instrument wawancara, observasi, dan kajian pustaka. Namun, dalam
penelitian ini penulis menggunakan Teori Jaringan Sosial menggunakan
17
prinsip jaringan sosial dalam memahami hubungan antar aktor yang
membetuk pola jaringan sosial antar pedagang di pasar malam.
Penelitian ini penting untuk menjelaskan kaitan antara jaringan
sosial dengan pedagang di pasar malam yang dilihat dari hubungan antar
aktor yang kemudian membentuk pola jaringan sosial serta menjelaskan
sampai kepada tahap konflik yang terjadi di pasar malam dan juga faktor
pendukung selain jaringan sosial bagi para pedagang ini dalam
mempertahankan kegiatan perdagangannya.
E. Kerangka Konsep
a. Jaringan Sosial
Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta
antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu
kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi
bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal. Hubungan
sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi
antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat
resiprosikal (Damsar, 2002:157).
Suparlan (1982:1-2) Jaringan sosial merupakan proses
pengelompokkan yang terdiri atas sejumlah orang (sedikitnya tiga orang)
yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan dihubungkan
18
melalui hubungan sosial yang ada. Melalui hubungan sosial tersebut,
mereka dapat dikelompokkan sebagai satu kesatuan sosial.
b. Pedagang
Pedagang adalah seseorang yang memperjual belikan barang
kepada konsumen baik itu secara langsung ataupun tidak langsung
dengan tujuan untuk memperoleh dan mencari keuntungan. Menurut
Sugiharsono, Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli
barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan
tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan
menjualnya dalam partai kecil atau persatuan.
Menurut Geertz dalam Damsar (1997: 107) dapat disimpulkan bahwa
pedagang dibagi atas:
1. Pedagang profesional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas
perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi
keluarga.
2. Pedagang semi profesional adalah pedagang yang mengakui aktivitasnya
untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan
merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga. Derajat tambahan
tersebut berbeda pada setiap orang dan masyarakat.
3. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau
barang dari hasil aktivitas atas substensi untuk memenuhi ekonomi
rumah tangga.
19
4. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan
karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu
luang. Pedagang jenis ini tidak mengharapkan kegiatan perdagangan
sebagai sarana untuk memperoleh uang, malahan mungkin saja
sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang.
c.Pasar
Menurut Damsar (1997: 101) istilah pasar dalam kajian sosiologi
ekonomi diartikan sebagai salah satu lembaga paling penting dalam institusi
ekonomi yang menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi, berfungsinya pasar
tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang. Aspek
yang tidak kalah menarik dalam pasar adalah aspek ruang dan waktu serta tawar-
menawar yang terjadi di pasar.
Secara sederhana pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Transaksi yang terjadi bisa
berupa jual beli produk, baik barang maupun jasa. Namun, semakin
berkembangnya zaman kini penjual dan pembeli tidak harus bertemu di suatu
tempat untuk melakukan transaksi, tetapi cukup melalui sarana elektronik,
seperti telepon, atau melalui internet.
F. Kerangka Teori
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka teori jaringan yang
dikemukakan oleh Mark Granovetter. Granovetter (1985) mengetengahkan
gagasan mengenai pengaruh struktur sosial terutama yang dibentuk berdasarkan
20
jaringan terhadap manfaat ekonomis khususnya menyangkut kualitas informasi.
Menurutnya terdapat empat prinsip utama yang melandasi pemikiran mengenai
adanya hubungan pengaruh antara jaringan sosial dengan manfaat ekonomi
yakni: pertama, norma (norm). Kedua, lemah atau kuatnya ikatan (ties). Ketiga,
peran lain yang menjembatani aktor dan yang terakhir, adanya konsep
keterlekatan (embededness) dalam kaitannya dengan perilaku ekonomi.
Dalam penelitian ini, pendekatan jaringan sosial digunakan untuk
menganalisis keterkaitan hubungan-hubungan sosial dari pedagang di pasar
malam dengan memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dalam rangka
mempertahankan keberadaan aktivitas perdagangannya. Adanya jaringan ini
juga berguna untuk mengetahui informasi yang berhubungan dengan peluang
dagang di pasar malam ataupun peluang dagang di tempat lainnya selain di pasar
malam. Para pedagang di pasar malam dalam menjalankan aktivitas dagangnya
akan membentuk hubungan dengan siapa saja sejauh hubungan yang terjadi
mempunyai arti penting baginya secara sosial maupun ekonomi.
Jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan. Tingkatan jaringan
menurut Damsar (2009) adalah dapat dilihat dari 3 tingkatan yaitu: (1) Jaringan
mikro, adalah jaringan sosial yang terjalin antar individu atau antar pribadi.
Jaringan ini merupakan suatu jaringan yang selalu ditemukan dalam kehidupan
kita sehari-hari. Memiliki 3 fungsi yaitu sebagai pelicin, jembatan, dan sebagai
perekat. Sebagai pelicin, jaringan sosial memberikan kemudahan untuk
mengakses bermacam barang atau sumber daya langka seperti informasi, barang,
21
jasa, kekuasaan, dan sebagainya. Sebagai jembatan, jaringan ini dapat
memudahkan hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dengan
demikian, ikatan yang ada dapat menjembatani pembentukan hubungan sosial
dengan pihak lain, yang dapat pula bermuara pada pembentukan jaringan sosial
baru. Sebagai perekat, jaringan sosial antar individu memberikan tatanan dan
makna pada kehidupan sosial. Dalam hal ini muncul sebuah kepercayaan dan
tingkat keuntungan bersama antara kedua belah pihak dan kemudian terikat satu
sama lain. (2) Jaringan meso, adalah hubungan yang dibangun oleh para aktor di
dalam kelompok sehingga terbentuk suatu ikatan. Jaringan sosial ini dapat
ditemui dalam berbagai kelompok seperti ikatan alumni (pelatihan, sekolah, atau
perguruan tinggi), paguyuban (ikatan keluarga bedasarkan marga), ikatan profesi
(Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Sosiologi Indonesia, dsb). (3). Jaringan makro,
adalah jaringan yang terbentuk antar dua kelompok atau lebih. Dengan demikian
jaringan makro dapat berupa ikatan antar pedagang berupa organisasi, institusi,
atau negara. (Damsar, 2011: 160-166).
Dalam hal ini, pendekatan tentang jaringan sosial digunakan untuk
menganalisis hubungan-hubungan sosial yang terjadi antar pedagang di pasar
malam dan memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki untuk melancarkan
usaha yang dimilikinya.
22
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono (2007) metode penelitian
kualitatif adalah:
“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi. Kriteria dalam metode penelitian
kualitatif ini adalah data yang pasti. Untuk mendapatkan data yang pasti maka
diperlukan sumber data dan berbagai teknik pengumpulan data. Dalam penelitian
kualitatif melakukan analisis data merupakan hal yang penting untuk membangun
hipotesis.” (2007: 1-3).
Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan
tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1998:5). Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan metode kualitatif dimana teori berperan penting dalam
membentuk hasil penelitian. Hasil penelitian ini menggambarkan pola terbentuknya
jaringan sosial pedagang di pasar malam. Penulis menggunakan pendekatan
kualitatif agar lebih mendalami dalam mengeksplorasi permasalahan dan
menekankan makna jaringan sosial sampai kepada tahap konflik.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti didasarkan oleh kriteria-kriteria
tertentu dan bukan dari sembarang informan. Subjek penelitian yang diambil adalah
para pedagang di pasar malam, pengelola pasar malam dan pembeli di tempat pasar
23
malam Desa Cibadak sebanyak 8 orang informan yang menjadi subjek dalam penelitian
ini. 4 orang infoman utama dengan 4 informan pendukung. Dalam menentukan subjek
penelitian ini, penulis memilih informan dengan kriteria-kriteria tertentu yang
dibutuhkan untuk penelitian ini. Berikut merupakan data mengenai informan:
Table 1.2
Profil Informan
No Nama
Informan
Jenis
Kelamin
Jenis Dagangan Usia Pendidikan
Terakhir
Etnis
1. Titi Perempuan Baju Dalam 25th
SMA Sunda
2. Sarimin Laki-laki Dompet Dan
Aksesoris
21th
SMP Lampung
3. Yanti Perempuan Snack
“Kriuk”
27th
SMA Sunda
4. Saripuddin Laki-laki Aksesoris HP 29th
SMP Lampung
5. Rahmat Laki-laki Pengelola dan
pedagang
kaos kaki
49th
SMA Padang
6. Desi Perempuan Pembeli 24th
Karyawan -
7. Melinda Perempuan Pembeli 22th
Mahasiswa -
8. Ulfa Perempuan Pembeli 35th
Ibu Rumah
Tangga
-
Sumber: Data Wawancara Informan, 2017
Pemilihan informan tersebut dipilih atas dasar tiga hal; (1)
mendapatkan data kasus yang terbilang unik dan spesifik, (2) menyeleksi
anggota populasi subjek penelitian guna mendapatkan data yang akurat, (3)
24
mengindentifikasi beragam informasi dengan investigasi yang mendalam
(Neuman, 2007: 143).
Adapun kriteria dari subjek penelitian ini adalah: (1) merupakan
orang yang berpengaruh dalam jalannya aktivitas perdagangan di pasar
malam; (2) subjek merupakan orang yang terlibat langsung dalam aktivitas
yang dilakukan di pasar malam.
Dalam temuan di lapangan, mayoritas para pedagang yang bekerja
sebagai pedagang di pasar malam adalah dari suku Sunda dan Padang. Dari
segi informan, peneliti mengambil bedasarkan usia yang bervariasi mulai
dari 20 Tahun sampai dengan umur 50 Tahun dan dari usia dan jenis
dagangan yang ditawarkan pun berbeda-beda karena setiap pedagang
memiliki kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini berada di Desa Cibadak Kecamatan Cisauk
Kelurahan Suradita dan berada didekat Jalan Raya Cisauk
b. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini mulai dari
mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data yang didapat adalah
dari bulan September 2017 sampai dengan Februari 2018.
25
3. Sumber Data Penelitian
Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2005: 157) sumber data utama
dalam penelitian kualitatif yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ada dua macam, yakni data primer dan data sekunder.
a. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan melalui wawancara dan
observasi (pengamatan langsung) dengan mengamati lingkungan sekitar
di pasar malam dan tanya jawab kepada para pedagang di pasar malam
Desa Cibadak.
b. Data Sekunder yaitu data yang meliputi buku-buku, artikel, dan jurnal
melalui media online yang berhubungan dengan topik dalam penelitian
ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam sebuah penelitian, karena sesuai yang kita tahu bahwa tujuan dari
penelitian itu sendiri adalah untuk mencari data. Dengan melihat dari segi cara
atau pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan
adalah dengan dilakukan observasi serta wawancara.
a. Observasi
Menurut Marshall (1995) dalam Sugiyono menyatakan bahwa
“throught observation, the reseacher learn about behavior and the meaning
26
attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang
perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Dengan melihat berbagai macam pengertian observasi yang telah
dikemukakan diatas maka dalam penelitian ini peneliti ingin melihat
gambaran kegiatan, mengobservasi bagaimana pola pembentukan atau
jaringan sosial antar pedagang di pasar malam. Observasi ini dilakukan
untuk mengetahui seberapa luas jaringan sosial yang dimiliki oleh pedagang
di pasar malam. Dalam melakukan kegiatan observasi, penulis melakukan
beberapa kali observasi, hal ini bertujuan agar mengetahui perilaku dan
interaksi yang terjadi antara beberapa informan dalam lingkungan pasar
malam.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti dan juga peneliti ingin mengetahui hal-
hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau
setidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. (Sugiyono, 2007:
72). Dengan melihat pengertian dari pendapat diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa interview (wawancara) merupakan suatu alat
komunikasi langsung dengan cara mengumpulkan data yang
27
mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara
lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data. Hal ini
merupakan cara penulis berhubungan langsung dengan sumber data.
Wawancara ini suatu alat pengumpulan data dengan menggunakan
metode tanya jawab atau pertanyaan dan jawaban yang dikemas secara
lisan kepada ruang lingkup pedagang pasar malam.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan data-data
mengenai bagaimana jaringan sosial mendorong eksistensi pedagang di pasar
malam dan juga mendapatkan gambaran dari informan yang tidak dapat
ditangkap melalui teknik obeservasi. Dalam proses wawancara, penulis
menggunakan alat bantu berupa perekam suara untuk merekam wawancara
antara peneliti dengan informan. Kemudian data yang telah terkumpul
dianalisis bedasarkan hasil dari penelitian tersebut. Dalam proses wawancara
terdapat hambatan yang penulis hadapi yaitu pertama tertutupnya para
pedagang dengan pihak pengelola pasar malam dengan penulis, sehingga
penulis harus aktif melakukan pendekatan dengan para pedagang dengan
pihak pengelola pasar malam tersebut. Kendala kedua yang dihadapi adalah
wawancara dengan informan dilakukan sampai tiga kali pada beberapa
informan karena kurangnya informasi yang didapatkan sehingga
membutuhkan waktu tambahan untuk mendapatkan data yang diinginkan
serta hambatan ketiga adalah karena waktu. Karena waktu wawancara yang
dilakukan malam hari sehingga membuat penulis terhambat untuk
28
melakukan wawancara secara mendalam kepada informan. Selain itu,
penulis juga harus menyesuaikan waktu dari informan, misalnya ketika
banyak pembeli yang datang maka wawancara dengan informan tersebut pun
ikut terhenti.
5. Metode Analisis Data
Setelah data terkumpul maka teknik selanjutnya adalah pengolahan data.
Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007: 183-184) analisis
data kualitatif dilakukan beberapa tahapan. Pertama, reduksi data seperti
memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Adapun yang
direduksi dalam penelitian ini adalah data mengenai permasalahan penelitian
yang kemudian dilakukan ke dalam yaitu: bentuk jaringan sosial yang terbentuk
di Pasar Malam Cibadak serta faktor pendukung pedagang dalam
mempertahankan aktifitas perdagangannya. Kedua, penyajian data yang
merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian data
ini dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar, keterkaitan serta tabel yang
dilengkapi dengan uraian penjelasan. Ketiga, teknik pengumpulan data untuk
menganalisis data dengan menyusun kata-kata dalam tulisan yang lebih luas
dengan kerangka sosiologi. Keempat, penarikan kesimpulan yang merupakan
kegiatan yang berupa pengambilan intisari dan penyajian data yang merupakan
hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian atau kesimpulan awal yang
29
sifatnya sudah matang, serta merupakan tahap akhir dari keseluruhan hasil
penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun pembahasan menjadi
beberapa bagian dari sistemaika penulisan sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN. Pada bab ini, penulis menguraikan masalah
yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini, perumusan masalah dan tujuan dari
penelitian Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam. Bagian ini, penulis juga
menguraikan teori-teori jaringan sosial – yakni ikatan antar aktor – yang dipakai
sebagai kerangka dari penelitian ini. Juga pada bagian ini, penulis menguraikan
metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini.
Bab II SERBA-SERBI PASAR MALAM CIBADAK. Pada bab ini
berisi sejarah dan perkembangan pedagang di pasar malam, realitas kehidupan
masyarakat di pasar malam – kondisi sarana prasarana, kondisi perdagangan,
dan kondisi perekonomian pedagang pasar malam.
Bab III BENTUK JARINGAN SOSIAL PASAR MALAM CIBADAK.
Pada bab ini merupakan bagian terpenting dari penulisan skripsi, berisikan
tentang pembahasan teori yang dikonversikan kepada data-data yang ditemukan.
30
Bab IV PENUTUP. Pada bab ini berisi kesimpulan skripsi ini sekaligus
menjadi penutup. Juga pada bagian ini berisi masukan atau rekomendasi untuk
para peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang jaringan sosial.
31
BAB II
SERBA-SERBI PASAR MALAM CIBADAK
A. Letak Geografis Kelurahan Suradita
Lokasi penelitian ini terletak di Jalan Raya Cisauk, Desa Cibadak,
Kelurahan Suradita, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang.
Gambar 2.1 Peta Lokasi Tempat Pasar Malam
Lokasi Pasar Malam
32
B. Kondisi Demografis Kelurahan Suradita
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Suradita Menurut Jenis Kelamin Bulan Oktober
2017
NO Jenis Kelamin Jumlah Penduduk
1 Laki-laki 14.594
2 Perempuan 14.103
TOTAL 28.697
(Sumber: Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017)
Berdasarkan hasil data yang diperoleh di kelurahan, jumlah penduduk
Kelurahan Suradita adalah 28.697 jiwa atau Kepala Keluarga (KK), yang
terdiri dari 14.594 Kepala Keluarga (KK) laki-laki dan 14.103 Kepala
Keluarga (KK) perempuan. Jika melihat jumlah penduduk dari segi jenis
kelamin, maka dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki adalah yang
paling banyak yaitu 14.594 jiwa dan jumlah penduduk yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 14.103 jiwa. Jadi dapat disimpulkan bahwa
ternyata perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak beda
jauh selisihnya hanya sekitar 400 jiwa ini artinya keduanya sebenarnya
mempunyai peran yang sama dan tidak terlalu menonjol kesenjangan
gendernya. Kalau dalam persen, bisa dibilang 50 % - 50 %.
33
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Tingkat Pendidikan Bulan
Oktober 2017
NO Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1 Tidak Tamat SD 3.938 4.182
2 Tamat SD 3.407 3.298
3 Tamat SLTP 3.052 2.898
4 Tamat SLTA 2.568 2.681
5 Diploma 591 563
6 S1 429 415
7 S2 321 308
8 S3 0 0
(Sumber: Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017)
Dengan melihat data jumlah penduduk Suradita berdasarkan tingkat
pendidikan, bisa dilihat jumlah penduduk yang tidak sampai tamat SD (Sekolah
Dasar) memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dan bahkan penduduk yang
memiliki tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu S1, S2 dan S3 jumlah
penduduknya yang paling rendah. Ini berarti dengan jumlah penduduk yang tidak
sampai tamat SD menjadi PR bagi pemerintah sekitar mengapa masih ada saja
penduduk yang tidak mengeyam pendidikan yang tinggi padahal saat ini saja
sekolah SD sudah gratis. Dimana kita tahu bahwa tingkat pendidikan menjadi tolak
ukur kualitas penduduk disuatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang
34
dienyam oleh penduduk maka semakin baik pula kualitas SDM yang ada dalam
suatu wilayah. Namun selain tingkat pendidikan, harus dilengkapi dengan berbagai
keterampilan melalui pelatihan-pelatihan.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Jenis Pekerjaan Bulan
Oktober 2017
NO Pekerjaan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
1 PNS 2.912 1.961
2 Karyawan Swasta 4.848 3.333
3 Pedagang 806 1.194
4 Buruh 2.555 2.828
5 Jasa Lain 585 597
6 Pengangguran 3.746 3.286
(Sumber: Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017)
Dengan melihat jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan, bisa dilihat
penduduk wilayah Suradita paling banyak bekerja sebagai karyawan swasta. Dan
mirisnya lagi bisa dilihat kalau penduduk yang tidak bekerja atau pengangguran ini
menempati jumlah penduduk terbanyak kedua. Lagi dan lagi yang menjadi PR
pemerintah setempat mengapa bisa sekian banyak jumlah penduduk yang tidak
bekerja padahal sudah dijabarkan pada data jumlah penduduk berdasarkan rentang
35
usia bahwa usia-usia produktif atau usia bekerja menempati jumlah terbanyak
penduduknya.
Berdasarkan pemaparan penyajian data diatas, bisa ditarik kesimpulan
bahwa permasalahan yang dihadapi pemerintah setempat adalah rendahnya tingkat
pendidikan yang dimiliki usia angkatan kerja dan juga jumlah masyarakat
penganggurannya yang masih banyak dikarenakan lapangan pekerjaan yang tidak
tersedia. Oleh karena itulah masyarakat dengan usia angkatan kerja yang tidak
terdidik dan tidak mempunyai keahlian tertentu, menjadikan berdagang sebagai
salah satu mata pencaharian yang harus mereka jalani untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sebagaimana data diatas bahwa masyarakat yang ada di Kelurahan
Suradita yang pekerjaannya sebagai pedagang memiliki jumlah yang cukup banyak.
C. Perkembangan Dan Kondisi Pasar Malam Cibadak
Pasar malam ini dibangun pada tahun 2007 atau sekitar 10 tahun yang
lalu dan awalnya Pasar Malam Cibadak ini tidak ramai pedagang sebagaimana
sekarang ini. Dulu hanya terdapat 10 pedagang yang berdagang di pasar malam
ini. Pasar Malam Cibadak ini tidak seperti pasar kebanyakan yang mempunyai
lapak permanen seperti kios, namun hanya berbentuk tenda untuk lapaknya.
Namun seiring berjalannya waktu banyak pedagang lain yang tertarik untuk bisa
menjajakan dagangannya disini dan mereka berasal dari daerah lain. Menurut
data terakhir yang diperoleh oleh penulis dari wawancara kepada ketua
pengelola bahwa jumlah lapak disini mengalami peningkatan yaitu saat ini
36
sebanyak 88 lapak. Untuk masalah perizinan dalam membangun pasar ini sudah
mendapatkan izin dari pemerintah setempat yaitu Kelurahan Suradita. Hubungan
yang terjalin diantara Kelurahan Suradita dengan pasar malam ini juga hanya
sebatas masalah perizinan.
Pasar malam ini terbentuk karena adanya inisiatif dari beberapa
pedagang yang ingin membuka pasar malam di wilayah Suradita untuk bisa
meningkatkan pendapatannya dan pada akhirnya ketua dari para pedagang ini
bertemu dengan bapak Suyoto yang mempunyai tanah kosong didaerah Desa
Cibadak yang masuk ke dalam wilayah Suradita. Bapak Suyoto ini mempunyai
hubungan saudara terhadap ketua pengelola di pasar malam ini. Keberadaan
pasar malam ini sebenarnya begitu penting bagi keberadaan jaringan sosial
pedagang pasar malam. Dibentuknya pasar malam ini sebenarnya mempunyai
tujuan yaitu untuk mengembangkan usaha bagi yang berdagang dan juga untuk
mencari rejeki bagi yang tidak punya pekerjaan.
Pasar malam ini hanya buka setiap Rabu malam. Penentuan Rabu malam
ini karena sebelumnya para pedagang sudah membuka pasar malam sejenisnya
di tempat lain seperti di Pasar Malam Cibogo dan Pasar Malam Mekarwangi dan
sudah disepakati kalau di malam tersebut para pedagang tidak ada kegiatan lain.
Kegiatan berdagang yang mereka lakukan di pasar malam ini berlangsung
dimulai dari jam 5 sore sampai dengan jam 10 malam, namun waktunya tidak
tetap. Dari sekian jumlah pedagang dari 88 lapak yang ada, ketua pengelola
pasar malam tersebut membagi pedagang berdasarkan jenis dagangan yang
37
dijual. Seperti kelompok pedagang baju, kelompok pedagang aksesoris HP,
kelompok pedagang mainan, kelompok pedagang sandal dan lain-lain. Namun di
pasar malam ini mayoritas adalah pedagang yang menjual makanan dan pakaian.
Mengapa demikian? Karena memang pembeli disini lebih banyak memenuhi
kebutuhan primer seperti makanan dan pakaian dengan harga yang cukup
terjangkau untuk kalangan masyarakat yang menengah kebawah. Untuk jenis
pedagang lainnya seperti pedagang mainan juga relatif banyak karena
pengunjung anak-anak yang datang juga lumayan banyak. Selain itu untuk jenis
pedagang makanan di pasar malam ini banyak berbagai macam makanan, seperti
pedagang sosis bakar, tahu bulat, pedagang seblak, pedagang buahan-buahan,
dan jenis makanan lainnya yang memang kebanyakan menjual makanan
cemilan.
Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis
ditemukan hal yang menarik yaitu orang yang berdagang di pasar malam ini tak
hanya berasal dari Desa Cibadak itu sendiri melainkan ada yang berasal dari luar
daerah wilayah Cibadak seperti yang sudah dijelaskan ada yang dari daerah
Bogor, Tangerang, bahkan diluar Pulau Jawa seperti Palembang, Lampung dan
juga Padang. Mereka yang berasal dari Pulau Jawa ini merupakan penduduk
yang merantau dan tinggal di Desa Cibadak. Adapun alasan mengapa mereka
jauh-jauh datang ke daerah ini karena memang mereka harus bisa bertahan hidup
ditengah masyarakat dengan bekerja sebagai pedagang karena kebanyakan dari
38
mereka tidak mengeyam pendidikan yang tinggi dan tidak mempunyai keahlian
tertentu selain berdagang.
Jenis dagangan yang ada di pasar malam ini beraneka ragam, seperti
pedagang baju anak-anak maupun dewasa, pedagang makanan, wahana mainan
anak-anak seperti kincir angin dan komidi putar, pedagang aksesoris dan
dompet, perabotan rumah tangga, dan barang kebutuhan hidup lainnya. Didalam
Pasar Malam Cibadak ini, kondisi perdagangannya sudah cukup tertib dan
berjalan dengan baik. Terdapat struktur seperti pemilik lahan, pengelola pasar
malam, dan para pedagang. Pemilik lahan ini bisa dikatakan dia seorang yang
disegani di lingkungan pasar malam oleh pengelola maupun pedagang itu
sendiri. Pengelola Pasar Malam Cibadak atau bisa dikatakan ketua dari para
pedagang disini mempunyai tugas sebagai pemberi keputusan dalam pembagian
lapak dan posisi nya pun disegani oleh pedagang karena dia yang akan mengatur
dalam pembagian lapak juga dengan adanya ketua pengelola ini sebagai
pengatur ketertiban dan keamanan dilingkungan pasar malam yang dibantu oleh
beberapa rekannya.
Dalam kegiatan di pasar malam ini, terdapat beberapa aturan yang mesti
ditaati oleh seluruh pedagang. Di Pasar Malam Cibadak, terdapat pedagang baru
dan pedagang lama. Aturan bagi kedua jenis pedagang ini bahwa pedagang baru
tidak boleh seenaknya menempati lapak untuk berjualan. Mereka harus
mengkonfirmasikan kepada pengelola apakah lapak tersebut sudah ada yang
ditempati terlebih dahulu oleh pedagang lama. Jika belum ada yang menempati,
39
pedagang baru boleh menempati tempat tersebut tetapi jika sudah ditempati,
mereka tidak boleh menempati lapak tersebut. Kecuali ketika pedagang lama
sudah tidak berjualan selama 3 kali dalam 3 minggu, barulah pedagang baru
berhak atas lapak berjualan tersebut.
Bagi para pedagang yang ingin berjualan di pasar malam ini juga
mempunyai kewajiban untuk membayar uang sewa seperti uang listrik dan uang
sewa lapak. Untuk biaya listrik sendiri yaitu berkisar 5.000 rupiah dan untuk
uang sewa lapak berkisar antara 30.000 sampai dengan 35.000 rupiah per hari.
Kewajiban yang mesti dibayarkan oleh setiap pedagang tentunya berbeda satu
sama lain ini dikarenakan setiap pedagang berbeda-beda dalam menggunakan
lapak ataupun menggunakan listrik. Jika penggunaan listrik dan penyewaan
lapaknya lebih banyak tentu akan bertambah biaya sewanya. Setelah pedagang
melakukan beberapa kewajiban yang sudah disebutkan, maka mereka akan
mendapatkan haknya yaitu mendapatkan aliran listrik serta tempat atau lapak
yang layak untuk mereka berdagang. Adapun perbedaan harga lapak itu didasari
dari luas lapak dan jenis barang dagangan yang dijual.
. Untuk mengetahui jumlah pedagang di pasar malam ini baik dari
pedagang lapak maupun pedagang kaki lima dengan berbagai jenis barang
dagangannya dapat dilihat pada tabel berikut:
40
Tabel 2.4
Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan
Di Pasar Malam
NO Jenis Barang
Dagangan
Pedagang
Lapak
Pedagang
Kaki Lima
Jumlah
1 Sepatu/Sandal/Tas/Akseso
ris/HP
8 - 8
2 Pakaian/Baju/Luar/Dalam 10 - 10
3 Makanan Dan Minuman 3 20 23
4 Buah-buahan 5 3 8
5 Ikan 5 1 6
6 Wahana Permainan 3 - 3
7 Mainan 10 - 10
8 Kaos Kaki 10 - 13
9 Buku Anak-anak/Majalah 7 - 7
10 Jam - 3 3
JUMLAH 61 27 88
41
(Sumber: Wawancara dengan Bapak Rahmat, Ketua (Pengelola) Pasar Malam
Cibadak, 2017)
Dari tabel 2.7 diatas dapat dilihat, jumlah pedagang lapak lebih banyak
daripada jumlah pedagangan kaki lima. Memang pada dasarnya pasar malam ini
hanya diperuntukkan untuk pedagang yang memang ingin membangun lapak.
Bisa kita lihat juga kalau pedagang kaki lima itu didominasi oleh pedagang
makanan ataupun minuman ini dikarenakan seiring berjalannya waktu, ketua
pengelola juga ingin ada pedagang yang menjual makanan supaya warga sekitar
juga bisa kulineran dan tak hanya sekedar membeli barang kebutuhan rumah
tangga saja sehingga diberikanlah tempat bagi para pedagang makanan yang
ingin berjualan.
Didalam Pasar Malam Cibadak ini selain ada unsur pedagang dan
pembeli, ditemukan berbagai jenis pedagang dilihat dari jenis dagangannya. Ada
jenis karakteristik anggota pedagang di Pasar Malam Cibadak, yakni:
a. Pedagang Lama; pedagang jenis ini merupakan pedagang yang
berdagang sebagai mata pencaharian utamanya dan memang sudah
berdagang cukup lama di pasar malam sehingga mempunyai lapak
tetap.
b. Pedagang Baru; pedagang jenis ini merupakan pedagang yang baru
memulai berdagang pada waktu yang belum lama dan untuk lapak
42
sendiri mereka harus menunggu pedagang lama sampai tidak
berjualan sementara waktu baru bisa menempati lapak tersebut.
c. Pedagang Kaki Lima; pedagang jenis ini merupakan pedagang yang
memang tidak mempunyai lapak yang tetap seperti pedagang lama
maupun pedagang baru dan kebanyakan mereka hanya menjual
makanan dan minuman saja seperti tukang bakso, tukang somay dan
lain-lain. (Sumber: Wawancara dengan Pengelola (Ketua) Pasar
Malam Desa Cibadak)
Gambar 2.2 Suasana Jalan Raya Serpong-Cisauk Dan Pasar Malam
43
Seperti kita lihat pada Gambar 2.2 diatas, pasar ini letaknya cukup
strategis karena terletak di Jalan Raya Serpong - Cisauk dan dengan adanya
pasar malan yang berada di sisi kanan dan kiri jalan tersebut, ternyata sedikit
menimbulkan kemacetan karena ramainya pengunjung yang melewati jalan
tersebut. Pasar malam ini buka setiap Rabu malam memang banyak
pengunjung yang berkunjung untuk sekedar melepas penat setelah seharian
beraktifitas atau berbelanja barang kebutuhan, makan bersama keluarga dan
lain sebagainya. Pasar malam ini menjual barang kebutuhan harian seperti
pakaian, barang-barang elektronik, makanan tradisional, perabotan rumah
tangga, aksesoris dompet, dan lain sebagainya.
Gambar 2.3 Suasana Pasar Malam
Seperti yang terlihat pada Gambar 2.3, suasana pasar malam yang ramai
dan juga mendukung bagi para pedagang menjajakan dagangan serta hubungan
yang terjadi antara pedagang dengan pedagang lainnya atau bahkan dengan
44
pembeli terjalin lebih mudah karena tidak ada pembatasan bagi mereka untuk
berbincang satu sama lain. Perbincangan yang terjalin diantara mereka dapat
menimbulkan suatu jaringan yang menarik. Interaksi yang terjalin juga tanpa
adanya rekayasa dan suasananya begitu hangat.
Gambar 2.4 Suasana Parkir Motor Pasar Malam Cibadak
Gambar 2.5 Suasana Parkir Mobil Pasar Malam Cibadak
45
Seperti yang sudah dijelaskan pasar malam ini terdapat lahan parkir yang ini
merupakan hal yang penting. Disini para pengunjung dikenakan biaya parkir sebanyak
dua ribu rupiah untuk kendaraan bermotor. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 dan
Gambar 2.5 diatas.
Selain dari segi keuntungan, dengan adanya pasar malam ini bisa dijadikan
tempat hiburan bagi masyarakat juga. Apalagi untuk anak-anak kecil disana juga
terdapat wahana permainan anak dan atas dasar ini juga lah yang membuat keberadaan
pasar malam masih bertahan sampai saat ini.
D. Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak
Menurut data dari ketua pengelola pasar malam cibadak terdapat beberapa
sarana dan prasarana yang disediakan disini. Baik bagi pedagang maupun pengunjung
pasar malam itu sendiri. Adanya sarana dan prasarana ini keberadaannya juga penting
sebagai fasilitas yang disediakan di pasar malam ini. Berikut jumlah sarana dan
prasarana yang disediakan di pasar malam ini dalam bentuk tabel.
46
Tabel 2.8
Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak
No Sarana Prasarana Jumlah
1 Lapak Makanan 37
2 Lapak Aksesoris (HP, Dompet, Sendal,
Mainan Dan Lain-lain)
28
3 Lapak Pakaian 10
4 Lapak Wahana Permainan 3
5 WC Umum 1
6 Parkir 2
Sumber: Hasil Wawancara dengan Ketua Pengelola Pasar Malam
Dari data diatas yang diperoleh penulis dari ketua pengelola pasar malam
bisa dilihat kalau kelompok lapak makanan adalah yang paling terbanyak
lapaknya di Pasar Malam Cibadak dengan jumlahnya sebanyak 37 buah
lapak. Mengapa demikian? Karena memang disini warga sekitar lebih
antusias untuk membeli makanan maka dari itu ketua pengelola lebih
memperbanyak pedagang makanan. Untuk posisi kedua yang terbanyak
lapaknya adalah untuk lapak Aksesoris yaitu sebanyak 28 buah lapak.
47
Selain itu yang lebih disayangkan adalah jumlah WC Umum yang
tersedia hanya satu buah dimana ini sangat kontras jumlahnya dengan
pengunjung pasar malam yang lumayan banyak dan ramai. Dan juga dilokasi
pasar juga masih minim mengenai kebersihannya karena hampir minim
ditemukan tempat sampah, biasanya kebersihan dilakukan setelah pasar malam
tutup oleh beberapa orang dari yang mengurus parkir atau pedagang makanan
disitu yang memang dagangannya mesti menggunakan tempat sampah
tersendiri.
E. Pendapatan Para Pedagang Pasar Malam Cibadak
Tentunya untuk pendapatan yang dimiliki oleh pedagang di pasar malam ini
berbeda-beda satu sama lain. Ini dikarenakan jenis dagangan yang dijajakan oleh
pedagang pun berbeda-beda. Selain itu juga pendapatan mereka pastinya
dipengaruhi oleh suasana pasar dan pengunjung yang datang. Kalau misalkan
pasar sedang ramai pembeli, para pedagang akan mendapatkan pendapatan yang
lebih banyak. Berikut ini adalah data pendapatan beberapa para pedagang di
pasar malam.
48
Tabel 2.9 Pendapatan Pedagang Pasar Malam Cibadak
No Nama
Informan
Jenis
Kelamin
Jenis
Dagangan
Pendapa
tan per
hari
1 TN Perempuan Baju Dalaman 150.000
–
1.000.00
0
2 SP Laki-laki Dompet Aksesoris 200.000
–
500.000
3 YN Perempuan Snack “Kriuk” 300.000
–400.000
4 SZ Laki-laki Aksesoris HP 500.000
–
750.000
Sumber: Data Wawancara Informan, 2017
Berdasarkan tabel diatas, bisa kita lihat pendapatan terendah dimiliki
oleh pedagang snack “kriuk”, karena memang ketika penulis melakukan
observasi, barang dagangan pedagang tersebut tidak banyak dan karena memang
49
barang dagangannya pun hanya makanan kecil saja yang harganya juga murah.
Jumlah pendapatan para pedagang pasar malam Cibadak sebenarnya cukup rata
dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis rata-rata
pendapatan yang diperoleh oleh pedagang pasar malam sekitar 200 ribu sampai
dengan 500 ribu rupiah per hari. Namun dalam hari-hari tertentu seperti bulan
puasa ataupun hari raya Lebaran pendapatan yang didapatkan bisa sampai
sekitar lebih dari 2-5 juta rupiah. Seperti informan Saripuddin mengungkapkan:
“Dulu juga pembelinya ngga seramai sekarang dan lebih laku zaman
sekarang dari yang dulu. jadi ya ada peningkatan gitu.apalagi kalo pas
puasa menjelang Lebaran, saya bisa dapet duit sekitar 4 jutaan. Kalo hari
biasa ya ngga sampe 1 juta juga, cukup buat kebutuhan sehari-hari.
”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017)
Berdasarkan hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan perhari-hari nya bagi para pedagang ini bisa dikatakan tidak tetap
yang berarti bahwa pendapatan ini tidak tentu dan tergantung pada situasi dan
kondisi dan tingkat konsumtif masyarakat sekitar. Misalnya pada hari raya
seperti puasa dan lebaran. Oleh karena itu berbelanja di hari raya memang
sudah seperti kebiasaan masyarakat yang dilakukan secara terus menerus
terutama bagi pembeli di pasar malam ini untuk memenuhi kebutuhan pokok
ataupun kebutuhan sekunder lainnya. Jadi tidak akan heran ketika pasar malam
dikunjungi oleh banyak pembeli dibanding hari biasa. Hal tersebut berdampak
baik bagi para pedagang karena dengan adanya hari raya bisa dimanfaatkan oleh
mereka untuk meningkatkan pendapatan mereka.
50
BAB III
BENTUK JARINGAN SOSIAL PASAR MALAM CIBADAK
Pembahasan pada bab ini berdasarkan keseluruhan data yang berhasil penulis
dapatkan dari penelitian lapangan terkait dengan bentuk jaringan sosial di dalam Pasar
Malam Cibadak, selanjutnya penulis akan lakukan analisa data dengan meminjan kajian
dari Mark Granovetter terkait dengan pembahasannya mengenai jaringan sosial.
1. Norma
Dalam pandangan Doob (1985) norma adalah “a standart of desirable
behavior”. Norma adalah peraturan-peraturan yang dari situ manusia diharapkan
mematuhinya dalam hubungannya dengan orang lain. Norma tidak hanya menyediakan
petunjuk-petunjuk perilaku yang baik dalam situasi tertentu tetapi juga memberikan
ekspetasi mengenai bagaimana orang lain akan merespon perilakunya. Dengan kata lain,
norma sering merujuk pada sekumpulan aturan yang diharapkan dan diikuti oleh
anggota. masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Berkaitan dengan jaringan sosial,
Granovetter menjelaskan tentang norma ini sebagai tata berperilaku. Menurutnya
Norma seperti aturan main yang dapat membawa pengaruh pada penyelenggaraan
jaringan itu sendiri.
Berkaitan dengan norma, di dalam pasar malam Cibadak ini tentunya terdapat
beberapa aturan yang mengatur perilaku-perilaku aktor atau pedagang ini agar aktivitas
perdagangan berjalan dengan baik. Beberapa aturan di pasar malam Cibadak ini lebih
menyangkut kepada aturan pembagian lapak. Seperti informan Titi menuturkan:
51
“palingan gini mas kalo masalah lapak kalo yang udah nempatin ditempat itu
sampe tiga kali ngga masuk (dagang) nanti bakalan jadi milik yang baru. terus
kalo misalnya dia ga dagang, bisa ditempatin gitu.”(Wawancara dengan Titi, 8
November 2017).
Hal menarik yang ditemukan oleh penulis adalah ternyata dalam pembagian
lapak dipasar malam ini bisa sampai menimbulkan sebuah konflik. Seperti yang sudah
dibahas sebelumnya pembagian lapak disini sudah ditentukan oleh ketua pengelola
dengan pedagang dengan adanya harga per lapaknya. Dan di pasar malam ini juga tidak
ada suatu persyaratan khusus untuk mendapatkan wilayah atau lapak yang strategis
karena pada dasarnya perbedaan hanya terletak pada besarnya lapak. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh informan Yanti, menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan
pembagian lapak. “…sama rata sih, soalnya mau dimana ditempatinnya sama aja. Yang
penting ikutin aturan yang dibikin ketua aja sih mas.”(Wawancara dengan Yanti, 8
November 2017)
Dalam pembagian lapak ada perbedaan yang didapatkan pedagang lama dengan
pedagang yang baru. Perbedaannya adalah dari segi kepemilikan lapak.Pedagang baru
tidak bisa seenaknya saja menempati lapak jika lapak tersebut sudah menjadi milik
pedagang lama dan ini harus dikonfirmasikan kepada ketua pengelolanya supaya bisa
diselesaikan, balik lagi bahwa peran adanya ketua pengelola ini bisa dibilang penting
sebagai penengah diantara para pedagang. Seperti informan Saripuddin menuturkan:
“… palingan mungkin yang ngga tahu peraturan disini asal nempatin lapak aja
padahal itu udah tempat pedagang lama. Paling disitu sih masalahnya tp ngga
berlangsung lama karena masing-masing udah ngerti.”(Wawancara dengan
Saripuddin, 15 November 2017).
52
Informan Rahmat sebagai ketua pengelola Pasar Malam memberikan
argumennya:
“paling masalah lapak aja, kadang-kadang pedagang baru belum tahu
aturan main disini, asal nempatin lapak aja padahal itu pemilik pedagang lama,
biasanya kalo udah gitu ya diomongin baik-baik. Secara kekeluargaan. Dan
biasanya juga udah sadar dengan posisinya masing-masing kalo mereka
pedagang lama maupun pedagang baru.” (Wawancara dengan Rahmat, 15
November 2017)
Berdasarkan hasil pemaparan yang sudah disampaikan penulis, bisa ditarik
kesimpulan mengenai norma atau aturan yang berlaku di pasar malam Cibadak ini
membawa pengaruh kepada jaringan pedagang yang ada di pasar malam tersebut yakni
ditemukannya konflik yang terjadi diantara pedagang maupun dengan pengelola
bahwasannya terdapat ketimpangan yang terjadi berupa pembagian lapak yang tidak
merata. Oleh sebab itu melahirkan konflik berupa rasa kecemburuan yang dialami
pedagang atas pendistribusian lapak dan juga sikap senioritasan yang terdapat pada
pedagang lama. Akibatnya menimbulkan semacam kolaborasi dan kompetisi bagi para
pedagang dalam memperebutkan lapak yang sesuai dengan keinginan. Karena di dalam
pasar malam ini tidak ada kelompok yang berkuasa antara satu dengan yang lainnya.
Adanya ketua pengelola sebagai satu-satunya pemilik kekuasaan (power) tertinggi di
pasar malam tersebut, hal tersebut sudah dapat diselesaikan dengan baik oleh para
pedagang di pasar malam atas dasar kesadaran yang dimiliki masing-masing individu.
53
2. Ikatan Lemah Dan Kuat Aktor
Penelitian yang dilakukan oleh Granovetter (1973; 1974; 1983) memperlihatkan
bahwa suatu ikatan, apapun bentuknya; lemah atau kuat, memberikan kemudahan dalam
menjalankan kehidupan. Ikatan yang lemah ditandai dengan waktu dan emosi yang
kurang intensif dan ikatan lemah tersebut bisa menjadi ikatan yang jaringannya kuat
memberikan basis motivasi yang lebih besar untuk saling membantu. Granovetter
melihat bahwa ikatan seperti ini penting dalam kehidupan kita. Ikatan lemah menjadi
kuat antara dua aktor misalnya dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok
yang kuat ikatan internalnya. Tanpa adanya ikatan seperti itu, kedua kelompok mungkin
akan terisolasi secara total. Seorang individu tanpa adanya ikatan akan menemukan
dirinya dalam keadaan terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya kuat dan akan
kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam
masyarakat yang lebih luas dan ini dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam
membangun jaringan sosial.
Jika kita kaitkan mengenai ikatan kuat dan lemah yang terjalin diantara aktor
(pedagang) ini, bisa dijelaskan bahwa ikatan lemah merupakan hubungan perkenalan
yang terjalin diantara para pedagang yang membawa dampak yang baik bagi
keberlangsungan berdagang. Seperti informan Titi menuturkan:
“dulu suami saya emang udah dagang di pasar malam ini, jadi ya itung- itung
bantuin suami juga disini, suami tahu juga dari temannya mas yang suka dagang
di pasar malam yang ada di Cibogo. Saya sama suami selain di pasar malam
Cibadak kadang juga suka ikut juga ke pasar malam yang ada di Cibogo dari
temannya itu. Pokoknya yah semakin banyak kenalan makin banyak aja jalan
buat dagangnya.”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)
54
Selain informan Titi, informan Saripuddin juga menuturkan bahwa mulainya ia
berdagang disini bagaimana ia membangun hubungan perkenalan atau pertemanan
dengan orang lain “..Tau dari temen, kebetulan temen saya disini juga dagang disini,
temen saya ya si ketua pengelola itu. Saya ditawarin dagang disini”(Wawancara
dengan Saripuddin, 15 November 2017).
Setelah terjalin hubungan perkenalan atau pertemanan ini yang terus berjalan
dengan intens dikarenakan mereka yang selalu bertemu setiap minggunya, terjalin
hubungan yang begitu akrab dan ini direalisasikan dengan beberapa kegiatan diluar
pasar malam sebagaimana biasanya. Informan Saripuddin menuturkan: “..palingan
realisasinya dengan ngumpul sama temen-temen disini, kadang ya main bola, atau
sekedar makan-makan sih”(Wawancara dengam Saripuddin, 15 November 2017).
Adanya kegiatan yang terjadi diluar pasar malam ini juga diungkapkan oleh
informan Sarimin: “…paling kalo ketemuan kita suka maen bareng, kayak main bola
dan lain-lain mas. Kalo kumpul seringnya paling dipasar malam ini.”(Wawancara
dengan Sarimin, 8 November 2017).
Setelah ikatan lemah itu terjalin secara terus-menerus dan baik, maka ikatan
lemah ini bisa berubah menjadi sebuah ikatan kuat yang bisa menyebabkan suatu
kualitas hubungan itu menjadi baik. Jadi ketika para pedagang ini sudah menjalin
keakraban, maka hubungan yang terjalin pun seperti layaknya saudara atau keluarga.
Seperti yang dituturkan informan Sarimin: “..beuh! Disini kita udah kayak sodara
sendiri, udah kayak keluarga lah kalo dipasar malam”(Wawancara dengan Sarimin, 8
November 2017). Informan Titi juga mengungkapkan hal yang senada:
55
“hubungannya baik-baik aja. Malah kalo lagi sepi ya suka ngobrol. Obrolin apa
aja lah sambil curhat-curhat gitu, kadang kalo yg udah kenal lama, udah kayak
keluarga, kalo ada acara hajatan ada yang nikahan, misalnya, saya suka bantu-
bantu.”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)
Selain untuk meningkatkan kualitas hubungan, adanya ikatan kuat atau lemah ini
juga bisa membawa manfaat bagi para pedagang untuk bisa membangun jaringan yang
lebih luas. Seperti yang dituturkan oleh informan Saripuddin:
“sejauh ini saya membangun jaringan udah baik, karena saya ikut beberapa
kelompok pedagang dan itu ada manfaatnya juga, jadi kalo saya mau dagang
dimana aja udah banyak kenal, jadi ngga usah ribet-ribet lagi.”(Wawancara
dengan Saripuddin, 15 November 2017)
Informan Titi juga menuturkan bahwa jaringan yang ia bentuk membawa
manfaat ketika ia dan suami ingin berdagang ditempat lain:
“kalo saya sama suami udah keliling mas, kadang satu rombongan ke daerah
sekitaran serpong tangerang dagangnya. Jadi misalnya kalo udah ada temen
didaerah mana gitu gampang masuknya (dagangnya) gitu.”(Wawancara dengan
Titi, 8 November 2017)
Namun disamping ikatan yang terjalin diantara sesama pedagang ini berjalan
dengan baik, penulis juga menemukan gesekan-gesekan berupa konflik yang didasari
dengan kesalahpahaman diantara mereka. Seperti yang dituturkan informan Rahmat
yang merupakan ketua pengelola Pasar Malam Cibadak:
“paling masalah lapak aja, kadang-kadang pedagang baru belum tahu aturan
main disini, asal nempatin lapak aja padahal itu pemilik pedagang lama,
biasanya kalo udah gitu ya diomongin baik-baik. Secara kekeluargaan.”
(Wawancara dengan Rahmat, 8 November 2017)
Sebagaimana informan Rahmat, informan Yanti juga menyampaikan hal yang
sama mengenai konfik yang terjadi.
56
“paling bukan konflik sih, kayak mungkin pedagang yang baru yang belum tahu
aturannya asal nempatin lapak gitu padahal kan itu punya pedagang lama. Tapi
ya masalahnya ngga berlarut-larut, langsung dikasih tahu gitu sama ketuanya.
Udah kelar masalahnya.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).
Konflik yang terjadi tidak lebih dari sekedar persaingan diantara pedagang yang
menjajakan dagangan yang sama. Seperti yang diungkapkan informan Titi:
“paling kalo yang sama-sama dagangannya sama agak gimana gitu ya, agak suka
cemburu ya, wajar. tapi baik-baik aja sih, ngga ada masalah.. ngga pernah yang
berantem-berantem gitu sih masalah saingan.” (Wawancara dengan Titi, 8
November 2017)
Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya kalau beberapa pedagang disini
memiliki dagangan yang sama untuk diperjual-belikan. Namun hal ini bukan menjadi
alasan bagi mereka untuk saling bersaing secara besar-besaran sampai memecah
kekerabatan yang terjalin diantara mereka. Persaingan yang terjadi diantara mereka
masih dalam kategori persaingan yang sehat. Seperti yang diungkapkan informan Titi:
“kalo sama pedagang yang sama-sama jual kolor begini sih ya hubungannya baik-baik
aja, ngga ada sih kayak rebutan pelanggan atau gimana kan rejeki udah ada yang ngatur
juga mas. Kalau yang beda dagangan sih hubungannya biasa aja mas” (Wawancara
dengan Titi, 8 November 2017)
Berdasarkan hasil pemaparan mengenai ikatan lemah dan ikatan kuatnya aktor
yang sudah disampaikan penulis, bisa ditarik kesimpulan bahwa bagaimana ikatan
lemah yang terjalin diantara pedagang ini bisa menjadi sebuah ikatan yang kuat yang
diawali dengan hubungan pertemanan yang terjalin secara intens dan itu membawa
dampak yang nyata salah satunya dengan bagaimana mereka mempertahankan kegiatan
57
perdagangannya dengan cara membangun jaringan yang luas diberbagai tempat yaitu
pasar malam yang ada diwilayah Cisauk.
3. Peran Lain Yang Menjembatani Aktor
Granovetter dalam Damsar (2009) berpendapat bahwa inti penting dari sebuah
ikatan tidak terletak pada kualitas ikatan yang tercipta dalam sebuah kelompok akan
tetapi lebih pada cara yang dilakukan untuk membangun jaringan. Hal ini karena
dengan membangun jaringan seorang individu secara tidak langsung terikat. Selain itu,
ia juga menekankan pada keuntungan strategi yang dapat membuat individu terikat
dengan berbagai jaringan yang berbeda-beda. Implikasinya adalah arus informasi dapat
mengalir dari satu jaringan dengan jaringan lainnya.
Didalam Pasar Malam Cibadak ini terdapat para aktor seperti pedagang,
pembeli dan juga pengelola. Ditemukan juga bahwa terdapat peran lain yang ternyata
keberadaannya juga begitu penting didalam mereka berinteraksi satu sama lain
terutama yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan. Salah satu nya adalah dengan
media komunikasi yaitu telepon dan layanan pesan singkat atau yang kebanyakan orang
menyebutnya SMS. Peran media komunikasi semacam ini ternyata membawa dampak
yang baik bagi para aktor dalam berinterkasi terutama bagi pedagang dan juga pembeli.
Seperti informan Titi mengungkapkan: “… hubungannya baik-baik aja, kadang juga ada
yang suka pesen lewat telepon atau ngga pake whatsapp jadi pas yang beli mau dateng
kesini jadi enak barang pesenannya udah ada gitu. ”(Wawancara dengan Titi, 8
November 2017). Hal yang senada juga disampaikan oleh informan Desi sebagai
58
langganan salah satu pedagang di pasar malam ini bahwa media komunikasi berperan
penting. “kalo sama langganan sampe kenal nama malah, biasanya buat kontek-kontek
lewat telepon barang pesenan saya udah ada apa belum. Sebatas pesenan
aja”(Wawancara dengan Desi, 8 November 2017).
Selain sebagai “jembatan” bagi para pedagang dengan pembeli, adanya peran
media komunikasi ini juga berperan penting bagi para pedagang untuk membuat
hubungan kekerabatan mereka semakin erat. Seperti informan Saripuddin menuturkan:
“realisasinya dengan ngumpul sama temen-temen disini, kadang ya main bola,
atau sekedar makan-makan sih, kadang kita juga suka komunikasi lewat group
whatsapp buat janjian kalo misalnya mau jalan-jalan gitu satu kelompok
dagang.”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017).
Begitu juga dengan informan Titi yang menyampaikan bahwa komunikasi yang
terjalin diantara mereka tidak hanya melalui tatap muka namun juga dengan telepon
ataupun SMS sebagai media komunikasinya walaupun menurutnya komunikasi secara
langsung lebih baik :”biasanya sih kadang lewat chat di Whatsapp sms, atau telepon,
juga tapi seringnya sih sama pedagang disini ngobrol aja langsung gitu lebih
enak”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017).
Berdasarkan hasil pemaparan mengenai peran lain yang menjembatani aktor
yang sudah disampaikan penulis, bisa ditarik kesimpulan bahwa peran lain yang
ditemukan di dalam Pasar Malam Cibadak adalah media komunikasi sebagai sarana
yang menjembatani bagi para aktor untuk berkomunikasi. Media komunikasi yang
ditemukan berupa telepon atau SMS yang menggunakan alat komunikasi HP
(Handphone). Dengan adanya media komunikasi ini memberikan semacam kemudahan
59
bagi para pedagang untuk bisa lebih membangun interaksi yang intens yang melahirkan
hubungan pertemanan dengan pedagang lainnya sehingga terbentuklah jaringan diantara
mereka untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi dalam berdagang.
4. Keterlekatan Sosial
Dalam membahas jaringan, Granovetter menggunakan analisis konsep
keterlekatan. Granovetter memandang bahwa keterlekatan sosial berlangsung pada
realitas relasi sosial antar aktor ekonomi. Keterlekatan sosial terkandung dalam relasi
inter-personal aktor ekonomi dan jaringan sosial. Dengan demikian keterlekatan sosial
diekspresikan dalam interaksi aktor dengan aktor lain. Granovetter (1990) membedakan
dua bentuk keterlekatan, yaitu:
a. Keterlekatan Relasional
Keterlekatan relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara
sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara
para aktor. Konsep dari “disituasikan secara sosial” bermakna tindakan ekonomi yang
berhubungan dengan orang lain atau dikaitkan dengan individu lain. Dalam membahas
ini penulis akan mengkaitkan hubungan antara pedagang di pasar malam Cibadak dan
pembeli yang suka berkunjung ke pasar malam tersebut. Mengenai bagaimana
hubungan yang terjalin diantara pedagang dengan pembeli yang merupakan unsur
paling utama didalam aktifitas ekonomi perdagangan. Menurut beberapa informan
hubungan yang terjalin cukup baik. Sebagaimana informan Titi “…baik-baik aja sih,
60
malah ada yang jadi pelanggan mas, pesen-pesen daleman gitu” (Wawancara dengan
Titi, 8 November 2017).
Hubungan yang tercipta diantara pedagang dengan pembeli ini disebut dengan
hubungan pelanggan untuk menjelaskan keterlekatan relasional. Hubungan pelanggan
ini juga ditemukan oleh penulis bahwa adanya hubungan pertemanan dan juga
keramahan yang membuat proses jual-beli lebih terasa akrab. Seperti yang diungkapkan
oleh informan Yanti:
“…Yang penting kita ramah aja sama pembeli, kalo ada yang pesen disediain,
pokoknya selalu stock barang biar pelanggan ngga kabur. selain itu kalo emamg
pembelinya temen sih biasanya harganya suka saya kurangi. Harga temen lah
gitu istilahnya.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).
Hubungan pertemanan ini bisa mempengaruhi penetapan harga dalam aktifitas
perdagangan bahkan interaksi yang terjain diantara keduanya juga berada diluar pasar
malam tersebut. Seperti yang juga diungkapkan oleh informan Sarimin:
“…Kayak tetangga kontrakan dan siapapun yang saya kenal sih suka saya kasih
harga murah meriah. Kadang juga suka bantuin mereka kalo pelanggan lagi ada
hajatan ataupun acara-acara syukuran gt suka ngundang-ngundang.”(Wawancara
dengan Sarimin, 8 November 2017).
Informan Desi juga menutukan hal yang senada: “.. hubungannya baik aja,
malahan disini ada saya langganan beli makanan. Kalo kesini pasti saya mampir ke
dagangannya mas. Waktu itu sempet juga saya nikahan, saya ngundang juga pedagang
tersebut, udah jadi temen baik juga”(Wawancara dengan Desi, 8 November 2017).
Informan Melinda juga menuturkan hal yang senada: “ hubungannya biasa aja sih mas,
ya ada yang ramah kalo kita nanya-nanya harga doang gitu, ada yang ngerayu juga biar
61
laku dikasih murah lagi gitu asal belinya banyak.”(Wawancara dengan Melinda, 8
November 2017).
b. Keterlekatan Struktural
Keterlekatan Struktural adalah keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan
hubungan yang lebih luas. Jaringan hubungan yang lebih luas, bisa merupakan institusi
atau struktur sosial. Thomas J. Sullivan dan Kendrick S. Thompson (1984)
mengemukakan bahwa struktur sosial merupakan pola interaksi yang terorganisir dalam
suatu kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, ketika individu yang satu dengan
individu yang lain pasti terjadi yang namanya interaksi atau komunikasi yang lambat
laun akan menciptakan sebuah perkumpulan individu atau yang dapat kita sebut dengan
kelompok. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis,
ditemukan beberapa kelompok yang terbentuk baik didalam maupun diluar pasar malam
sebagai akibat dari jaringan sosial yang terbentuk didalamnya. Namun sebelumnya,
penulis akan menjabarkan terlebih dahulu hubungan yang terjalin diantara para
pedagang sampai akhirnya terbentuklah kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis, di pasar
malam Cibadak ini hubungan yang tejalin diantara sesama pedagang berjalan dengan
cukup baik. Seperti yang dituturkan oleh Titi “……hubungannya baik-baik aja. Malah
kalo lagi sepi ya suka ngobrol. Obrolin apa aja lah sambil curhat-curhat.” (Wawancara
dengan Titi, Rabu 8 November 2017).
62
Para pedagang selain melakukan kegiatan perdagangan, ternyata hubungan
mereka terjalin diluar itu. Mereka juga tidak jarang melakukan obrolan yang membuat
hubungan diantara mereka bisa dibilang begitu akrab. Informan Sarimin juga
mengatakan hal yang demikian “….beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah
kayak keluarga lah kalo dipasar malam. kalo diluar pasar malam, biasanya kita juga
ngumpul-ngumpul sih.” (Wawancara dengan Sarimin, Rabu 8 November 2017).
Dari hubungan yang terjalin diantara pedagang dapat disimpulkan bahwa
mereka begitu saling menjaga dan memelihara hubungan baik sehingga menimbulkan
sebuah hubungan pertemanan. Komunikasi yang terjalin diantara para pedagang ini juga
lebih dari sekedar membicarakan hal-hal seperti kondisi pasar malam dan
sebagainya namun juga mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi seperti layaknya
keluarga. Komunikasi yang terjalin secara terus menerus ini diantara sesama
pedagang ini tidak hanya terjadi di lingkungan pasar malam, namun juga terjalin diluar
lingkungan pasar malam sehingga terbentuklah suatu perkumpulan atau kelompok.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan adanya kelompok. Salah satunya
kelompok yang terdapat didalam pasar malam yaitu kelompok Arisan. Seperti yang
diungkapkan informan Titi:
“Ga ada. Palingan ya bayar iuran arisan aja, tapi sistemnya ngga yang kocokan,
mainnya giliran. Yang dapet arisan setiap sebulan sekali. manfaatnya ya sih ya
kalo buat yang baru dagang disini kan bisa lebih kenal, kan ngga mungkin cuma
ngerumpi doang disini kan, nah makanya diadain arisan, biar lebih akrab. Biar
lebih tahu masing-masing gitu mas. Kan ini pedagangnya juga dari berbagai
daerah juga, dengan adanya kelompok arisan kita sih ngerasa lebih disatukan aja
manfaat yang saya rasakan sih lumayan jadi banyak temen trus kalo ada apa-apa
enak jadinya bisa dibantu” (Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)
63
Adanya kelompok arisan ini juga dibenarkan oleh informan Yanti namun
informan tidak mengikuti kelompok tersebut. “… Ada sih, ya kelompok arisan itu,
makan-makan ngumpul-ngumpul, tapi saya mah ngga ngikut. Soalnya saya ngurus anak
juga tapi disini banyak sih yang ngikut. (Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).
Selain kelompok arisan, disini juga terdapat kelompok yang dibentuk
berdasarkan jenis dagangannya. Seperti yang dituturkan oleh informan Sarimin yang
merupakan anggota dari kelompok aksesoris dan dompet. “…. kan disini ada ketua nya,
yang ngatur mana aja kelompok yang dagang daleman, dagang baju anak-anak, dagang
aksesoris dompet, nah saya satu rombongan sama kelompok aksesoris dompet
mas.”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017). Hal yang sama diungkapkan
oleh informan Yanti yang masuk kedalam kelompok makanan. “…Disini ada sih selain
dari kelompok arisan, ada kelompok pedagang makanan nah kebetulan saya ikut yang
kelompok makanan. ”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017)
Untuk masuk kedalam keanggotaan salah satu kelompok yang ada di pasar
malam tersebut tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan bisa dibilang cukup
mudah. Semua pedagang yang ada disana bebas memilih kelompok yang mereka
inginkan. Pastinya para pedagang masuk kedalam kelompok tertentu karena mempunyai
alasan dan kebanyakan dari mereka memang ingin memperkuat hubungan kekerabatan
mereka dengan pedagang lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan Titi “… ya
tahu nya dari sesama pedagang disini aja mas, jadi pas saya tahu ada kelompok arisan
ya saya ikutan gitu dan ingin bisa lebih kenal dengan pedagang lainnya.”(Wawancara
dengan informan Titi, 8 November 2017).
64
Sebagaimana informan Titi yang mengikuti kelompok Arisan, informan Yanti yang
mengikuti salah satu kelompok di pasar malam Cibadak mengatakan:
“… ya saya ikut ya kelompok pasar malam ini saja mas. Sesama pedagang
makanan prosesnya dari jenis dagangan yang kita jual palingan, kalo yang jual
makanan ya ikutkelompok penjual makanan, yang jual baju ikut kelompok
baju.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).
Selain dari kelompok yang terbentuk didalam pasar malam, juga ditemukan
adanya kelompok yang terbentuk diluar Pasar Malam Cibadak. Salah satu pedagang
yang ada di pasar malam ini ada yang ikut turut aktif dalam kelompok diluar pasar
malam yaitu informan Saripuddin. Ia mengatakan bahwa untuk mengikuti organisasi ini
tidak dilandaskan dengan pemaksaan karena memang sifatnya tidak mengikat dan
mewajibkan pedagang lainnya untuk ikut. Sebagaimana yang diungkapkan informan
Saripuddin:
“…kalau saya sendiri sih ikut IPC (Ikatan Pedagang Cisauk) disitu isinya
pedagang semua yang ada di daerah Cisauk yang memang ikut kelompok ini,
jadi kalo ada pasar malam seain di Pasar Maam Cibadak ini kayak di Pasar
Malam Cibogo dan Pasar Malam Mekarwangi ya kita bisa nimbrung jualan tapi
ya ngga semua yang dipasar malam ini ikut keompok itu, disitu ngga ada
paksaan kalo mau ikut apa engga.” Wawancara dengan Saripuddin, 15
November 2017).
Berdasarkan hasil pemaparan mengenai keterlekatan sosial dalam menjelaskan
jaringan sosial pedagang ini dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep ini bisa dikatakan
begitu penting. Bisa kita lihat pada keterlekatan relasional dimana disiniah terjadinya
interaksi antara pedagang dengan pembeli yang ketika interaksi ini berjalan terus
menerus secara intens maka akan menghasilkan hubungan pelanggan atau bahkan lebih
seperti hubungan pertemanan yang baik yang membawa manfaat bagi keduanya.
65
Hubungan sosial yang terjadi juga bukan hanya terjadi pada pembeli dengan pedagang
melainkan dengan sesama pedagang dan disini mereka mengembangkan relasi-relasi
sosialnya diluar pasar malam dengan membentuk berbagai macam kelompok tidak lain
untuk bisa mempertahankan kegiatan berdagangnya.
B.Faktor Pendukung Kebertahanan Pedagang Pasar Malam Cibadak
Dalam sub bab ini penulis akan membahas berbagai macam faktor pendukung
selain jaringan sosial itu sendiri yang merupakan salah satu faktor utama kebertahanan
bagi para pedagang untuk bisa selalu melakukan aktifitas perdagangannya. Faktor
pendukung kebertahanan para pedagang ini adalah bagaimana strategi mereka agar bisa
terus berdagang dimana kita tahu bahwa kegiatan berdagang ini sebagai mata
pencaharian utama bagi mereka. Ada beberapa faktor pendukung yang ditemukan oleh
penulis. Berikut penjelasannya:
1. Peran Media Sosial Sebagai Pemasaran Produk
Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan
secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi
ruang dan waktu. Media sosial dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian dasar
yaitu:
a. Social Networks, media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Seperti
Facebook, Whatsapp, MySpace, LinkedIn, dan lain lain.
b. Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan
obrolan dan diskusi. Seperti Google Talk, Yahoo! M, Skype, dan lain-lain.
66
c. Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file, video,
dan music. Seperti Youtube, Slideshare, Flickr, dan lain-lain.
d. Social Game, media sosial berupa permainan yang dapat dilakukan atau dimainkan
bersama-sama. Seperti Koongregate, Doof, Café.com, dan lain-lain. Keberadaan media
sosial ini memang sudah menjadi hal yang lumrah dan wajar di era perkembangan
teknologi saat ini. Media Sosial memungkinkan manusia untuk bisa saling
berkomunikasi satu sama lain dimanapun mereka berada dan kapanpun, tidak peduli
seberapa jauh jarak mereka, dan tidak peduli siang ataupun malam.
Seiring dengan berjalannya waktu media sosial ini mempunyai peran yang
cukup penting dan membawa dampak yang besar pada kehidupan kita saat ini. Salah
satu manfaat media sosial ini yang berkaitan dengan faktor pendukung kebertahanan
para pedagang ini salah satunya adalah pemasaran. Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi memberikan semacam kemudahan bagi masyarakat terutama yang memang
mata pencahariannya berdagang untuk mempromosikan barang dagangannya. Dengan
adanya media sosial penjual yang sudah dimudahkan dengan adanya “lapak gratis” yang
disediakan di dunia maya tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis, ditemukan
bahwa dalam mempertahankan kegiatan berdagang, para pedagang ini tidak hanya
terpaku kepada satu tempat di Pasar Malam Cibadak ini saja, melainkan juga berdagang
lewat sosial media seiring dengan mengikuti perkembangan zaman. Seperti yang
diungkapkan Saripuddin:
67
“kalo saya dagang ga cuma di pasar malam ini saja sih, sekarang kan teknologi
udah macem-macem saya jualan juga di Whatsapp gitu promoin barang
dagangan saya, di Facebook juga saya sebar. Lumayan ada aja yang nyangkut
(membeli).”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017)
Informan Sarimin mengungkapkan hal yang senada. Ia menuturkan:
“oh saya jualan ngga cuma disini aja, saya juga kadang- kadang suka keliling
komplek gitu nawar-nawarin dompet. Kalo ngikutin jaman sekarang ya saya
juga suka naro gambar dagangan saya di group whatsaap hasilnya ya lumayan,
kalo lagi laku ya laku aja. kalo ngga ya dagangin aja ketemen
sekitar.”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017)
Bisa dikatakan bahwa nampaknya beberapa pedagang yang ada di Pasar
Malam Cibadak ini sudah melek akan teknologi terutama teknologi informasi dan
komunikasi salah satunya adalah koneksi internet yang terhubung kepada media sosial.
Dengan adanya peran media sosial ini sebagai “jalan lain” bagi mereka yang membawa
manfaat dalam meningkatkan pendapatannya selain berdagang di pasar malam.
2. Lokasi Dan Sarana Prasarana Pasar Malam Cibadak
Dalam sub bab berikutnya penulis membahas bagaimana lokasi Pasar Malam Cibadak
ini menjadi salah satu faktor pendukung selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan penulis, memang pasar malam ini dilihat dari aspek aksesibilitas nya terletak
cukup strategis berada di pinggir Jalan Raya Serpong – Cisauk yang merupakan akses
jalan besar yang ada didaerah Cisauk, memungkinkan berbagai kendaraan melintasi
jalan tersebut yang pada akhirnya mampir untuk berbelanja di pasar malam tersebut.
Selain dari aksesibilitas jalan, Pasar Malam Cibadak juga terletak sangat dekat dengan
pemukiman setempat yaitu Komplek Sekretariat Negara (Komplek Sekneg) dan juga
Perumahan Nasional Suradita (Perumnas Suradita) dan ini juga menjadisalah satu
68
keuntungan bagi para pedagang disini dalam kegiatan berdagangnya karena cukup
banyak warga setempat yang memang datang berkunjung kesana. Hal demikian
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan Titi: “ya cukup ramai, ngga
kayak dulu masih sepi. Pasar malam nya kan deket sama Perumnas dan Desa Cibadak.
Lumayan strategis lah gitu buat dagang. Apalagi deket jalan raya juga kan.”(Wawancara
dengan Titi, 8 November 2017).
Hal yang serupa juga dituturkan oleh informan Saripuddin. Ia mengungkapkan
bahwa berdagang di Pasar Malam Cibadak ini ternyata membuat omzet dia lebih
meningkat dibandingkan ketika ia berdagang di tempat lain:
”dibanding pasar malam yang lain yang saya biasa dagang, ini yang emang
paling lumayan dapetin pendapatannya dibandingkan yang lain. Kalo pasar
malam lain kayak di mekarwangi disitu kurang strategis. Kalo disini kan deket
sama perum sama kampong, jadi banyak yang suka mampir kesini.”(Wawancara
dengan Saripuddin, 15 November 2017)
Omzet yang tinggi akan membuat para pedagang lebih banyak memperoleh
keuntungan dan dapat digunakan untuk kebutuhan mereka sehari- hari. Apabila omzet
mereka mengalami penurunan maka pedagang tersebut sudah dipastikan tidak
memperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Arifinal
Chaniago dalam Irmawan (1995: 14) bahwa omzet merupakan jumlah pendapatan yang
di dapat dari hasil penjualan suatu barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu agar
memperoleh keuntungan.
Selain dari lokasi yang menjadi salah satu faktor pendukung kebertahanan para
pedagang ini bertahan di pasar malam ini, adanya sarana prasarana yang disediakan juga
mempengaruhi bagaimana perilaku konsumen. Jika sarana dan prasarana yang
69
disediakan memadai pembeli akan merasa nyaman. Sesuai dengan pendapat Daici
dalam Irmawan (2009:55) bahwa sistem pengelolaan yang baik sebagai pelayanan
sebuah pasar kepada masyarakat luas akan berdampak pada pesatnya kegiatan ekonomi
pada sebuah pasar.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ternyata sarana dan prasarana yang
disediakan di Pasar Malam Cibadak ini kurang begitu memadai. Seperti yang
diungkapkan Informan Desi sebagai pembeli: ”kurang puas. kalo menurut saya kurang
memadai ya, disini lahannya cukup sempit. Apalagi kalo lagi musim ujan tuh, pasti
becek-becek. Kamar kecil juga Cuma satu. tapi ya ngga terlalu masalah, paling kalo
males biasa suka pesen aja”(Wawancara dengan Desi, 8 November 2017)
Selain informan Desi, informan Melinda juga mengungkapkan: “dibilang puas
juga engga ya, kesini juga karena barangnya murah aja. kadang malesnya kesini. kalo
lagi ujan tuh, pasti becek banyak tanah. Kalo bisa sih di semen aja jalannya biar ga
becek.”(Wawancara dengan Melinda, 8 November 2017). Hal yang serupa juga
disampaikan oleh informan Ulfa yang juga sebagai pembeli. Ia mengungkapkan: "cukup
puas sih, walau kadang-kadang suka dempet-dempetan ya mau gimana lagi namanya
juga pasar malem. Yang penting barangnya murah”(Wawancara dengan Ulfa, 8
November 2017).
Ketidakpuasan para pembeli ini terhadap sarana dan prasarana yang disediakan
di pasar malam Cibadak memang begitu nampak, namun mereka tidak begitu
memperhatikan hal tersebut karena memang motivasinya mereka berkunjung hanya
70
mengincar harganya yang murah dan ini pastinya membawa dampak yang baik dengan
pembeli yang selalu datang dan berbelanja bagi pedagang di pasar malam ini.
Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko (2001:225) yang mengatakan bahwa
motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi yang mendorong keinginan individu untuk
melakukan keinginan tertentu guna mencapai tujuan. Jika seseorang tidak memiliki
keinginan untuk membeli, maka frekuensi atau tingkat keseringan pun juga tidak ada.
3. Penentuan Harga
Dalam sub bab berikutnya masih terkait dengan faktor pendukung kebertahanan
pedagang Pasar Malam Cibadak yaitu penentuan harga. Dalam melakukan transaksi jual
beli pastinya terdapat negosiasi mengenai harga barang tersebut. Berdasarkan hasil
wawancara ditemukan bahwa ada beberapa pedagang yang menerapkan “harga teman”.
Harga teman disini diartikan sebagai penetapan harga yang didasarkan hubungan
tertentu antara pedagang dan pembeli seperti hubungan kekerabatan atau pertemanan
dan biasanya harga tersebut dijual lebih murah kepada pembelinya. Informan Sarimin
menuturkan:
“hubungan baik mas, langganan mah ada aja sih. Kalo ada yang mau beli ya
syukur kalo ada yang lewat doang ngga beli, ya ngga apa-apa. Palingan kalo
emang yang beli itu kenal ya harganya dikasih murah sih. Kayak tetangga
kontrakan dan siapapun yang saya kenal sih suka saya kasih harga murah
meriah”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017)
Selain informan Sarimin yang menerapkan “harga teman”, informan Yanti pun
mengungkapkan hal yang kurang lebih sama:
71
“Yang penting kita ramah aja sama pembeli, kalo ada yang pesen disediain,
pokoknya selalu stock batrang biar pelanggan ngga kabur.selain itu kalo emamg
pembelinya temen sih biasanya harganya suka saya kurangi. Harga temen lah
gitu istilahnya.Nanti saya juga suruh promosiin dagangan saya ke teman yg lain,
jadi sama-sama enak.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017)
Berdasarkan hasil pemaparan mengenai penentuan harga yang menjadi salah
satu faktor pendukung kebertahanan pedagang dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya penetapan harga yang didasari hubungan kekerabatan ini membawa dampak
yang baik untuk pedagang itu sendiri. Karena dengan harga yang ditawarkan kepada
pembeli lebih murah membuat pembeli merasa puas akan hal itu dan mempengaruhi
pembeli untuk melakukan pembelian secara berulang dan mempromosikan barang
dagangan si pedagang kepada calon pembeli lainnya.
72
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, pada bab ini
penulis akan menarik kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian
dan merupakan tahap akhir dari keseluruhan hasil penelitian. Berikut uraiannya
secara lebih terperinci guna menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Jaringan sosial sebagai jalan bagi pedagang dalam mempertahankan
eksistensinya dalam berdagang yang dibentuk dari adanya norma, ikatan lemah
– kuat aktor, peran lain yang menjembatani aktor serta adanya konsep
keterlekatan.
1.Adanya norma sebagai aturan yang diberlakukan bagi pedagang sebagai acuan
dalam berperilaku.
2. Adanya ikatan lemah – kuat dibentuk dari interaksi yang terjadi diantara para
pedagang.
3. Adanya peran media komunikasi yang menjembatani para pedagang dalam
berinteraksi satu sama lain.
4. Adanya keterlekatan sosial yang merupakan relasi sosial yang terjadi diantara
sesama pedagang maupun pembeli.
Selain dari jaringan sosial, ditemukan juga faktor pendukung lain bagi
para pedagang ini dalam mempertahankan kegiatan perdagangannya yakni:
73
Pertama, adanya peran media sosial sebagai salah satu strategi untuk
memasarkan barang dagangannya. Kedua, lokasi Pasar Malam Cibadak yang
cukup strategis dan yang terakhir, adanya penentuan harga yang ditetapkan
berdasarkan hubungan pertemanan hingga memunculkan istiah “harga teman”
yang membawa keuntungan baik bagi pembeli maupun pedagang itu sendiri.
B. Saran
Berdasarkan dari pengkajian hasil penelitian di lapangan maka penulis bermaksud
memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah sekitar maupun
bagi penelitian yang selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Setempat
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa keberadaan pasar merupakan salah satu sumber
daya yang penting terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Untuk itu
perlu adanya perhatian dari pemerintah setempat terutama mengenai sarana dan
prasarana yang ada di pasar malam tersebut mengingat antusias warga yang cukup besar
untuk berkunjung namun tidak diiringi dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Salah satu nya adalah mengenai infrastruktur yang ada berupa jalanan yang becek yang
masih berupa rerumputan ketika hujan datang.
2.Bagi Peneliti Selanjutnya
Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya yang memang
tertarik untuk meneliti tentang jaringan sosial pedagang pasar malam adalah:
74
a. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber maupun
referensi yang terkait dengan jaringan sosial pedagang pasar malam agar hasil
penelitiannya dapat lebih baik dan lebih lengkap lagi.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkan diri dalam proses pengambilan
dan pengumpulan data serta ditunjang pula dengan wawancara dengan sumber yang
kompeten dalam kajian jaringan sosial pedagang pasar malam sehingga penelitian dapat
dilaksanakan dengan lebih baik.
x
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Agusyanto, R. 2007. Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Bruner, Edward. 1998, “Jaringan Sosial” dalam Parsudi Suparlan. Pokok-Pokok
Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.
Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia.
Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Geertz, Cliford. 1973. Tafsir Kebudayaan. Terjemahan. Yogyakarta: Kanisius.
Kusnadi. 2000. “Nelayan: Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial”. Bandung:
Humaniora Utama Press.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
M.Fuad, Christine H, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus Y.E.F. 2000. Pengantar Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
CV. Alfabeta.
Nasution, S. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Powell. W. W. and L. Smith-Doer. 1994. Network and Economic Life. New York:
Princeton University Press.
Wellman, Barry and S.D Berkowitz, eds. 1998. Social Structure: A Network
Approach. Cambridge: Cambridge University Press
xi
Sumber Jurnal Dan Skripsi
Ichsan Pramatya. 2013. Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Di Jalan Gambir
Tanjung Pinang (Studi PKL Sayur- sayuran). Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Program Studi Sosiologi. Vol 4 no. 1. 2013. Diunduh 9 November 2017.
(http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/JURNAL-ICHSAN-
PRAMATYA-080569201048-SOSIOLOGI-2013.pdf)
Novitasari, 2015. Jaringan Sosial Buruh didalam Serikat Buruh Pada
Perusahaan PT. Tirta Mahakam Resources TBK. Program Studi Sosiatri. Vol 3
no. 4. diunduh pada 9 November 2017. (http://ejournal.sos.fisip-
unmul.ac.id/site/?p=802)
Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny Apriliani. 2014. Peran
Jaringan Sosial Nelayan Pada Pemasaran Tuna, Cakalang, Dan Tongkol: Studi
Kasus Di Kota Kendari diunduh pada 9 November
2017.(http://ejournal.balitbang.kkp.go.id/index.php/sosek/article/view/1223/112
0)
Johan Jatu Wibawa Putra. 2010. Jaringan Sosial Pengusaha Tempe Dalam
Kelangsungan Usaha Di Debegan. Universitas Sebelas Maret. diunduh pada 9
November 2017 (https://eprints.uns.ac.id/2685/1/175251801201109101.pdf)
Robertus Kennedy. 2010. Jaringan Sosial Industri Kecil (Studi Kasus
Tentang Modal Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di Sentra Industri
Kerajinan Kulit di Dusun Manding. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Diunduh pada 9 November 2017. (http://e-journal.uajy.ac.id/3258/ )
Mita Restu Permata Sari. 2016. Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam( Studi
Kasus di Pasar Malam Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Skripsi
S1, Jurusan Sosiologi UIN Jakarta.
Sumber Tesis
Irmawan, Bimbi. 2009. Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belum
Berfungsinya Pasar Baru Sebagai Pengganti Pasar Lama Muaralabah Kabupaten
Solok Selatan (Tesis). Universitas Negeri Semarang. Diunduh pada 9 November
2017
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/924/40/article.pdf
xii
Artikel
Dede Kosasih, 2010. Pasar Tradisional: Ruang Publik yang Makin Terpinggirkan
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/1963072619900
11-DEDE_KOSASIH/PDF/Artikel/1Pasar_Tradisional.pdf
Sumber Wawancara
Wawancara dengan Titi (Pedagang Baju Dalam) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8
November 2017.
Wawancara dengan Sarimin (Pedagang Dompet Dan Aksesoris) di lokasi Pasar Malam
Cibadak pada 8 November 2017.
Wawancara dengan Yanti (Pedagang Snack “Kriuk”) di lokasi Pasar Malam Cibadak
pada 8 November 2017.
Wawancara dengan Saripudin (Pedagang Aksesoris HP) di lokasi Pasar Malam Cibadak
pada 15 November 2017.
Wawancara dengan Rahmat (Pengelola/Pedagang Kaos Kaki) di lokasi Pasar Malam
Cibadak pada 8 November 2017.
Wawancara dengan Desi (Pembeli) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November
2017.
Wawancara dengan Melinda (Pembeli) di lokasi Pasar Malan Cibadak pada 8
November 2017.
Wawancara dengan Ulfa (Pembeli) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November
2017.
Lain-lain
Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017
xiii
Lampiran I. Transkrip Wawancara
Informan Pedagang Pasar Malam Cibadak
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Titi
Jenis Informan : Pedagang Baju Dalam
Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017
Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak
Usia : 25Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Etnis : Sunda
Tempat Tinggal : Cibadak
Pendapatan : kalo rame bisa sampe 1juta, kalo sepi ya 150-200rb
Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?
Informan : “Kalo dagang sih udah dari masih gadis, tapi juga sambil kerja
dulu, kira-kira udah 10 tahunan lah gitu”
Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama
atau sambilan?
Informan : “ini jadi mata pencaharian utama”
Interviewer : Bagaimana anda bisa tau informasi tentang pasar malam disini?
Informan : “dulu suami saya emang udah dagang di pasar malam ini, jadi ya itung-
itung bantuin suami juga disini, suami tahu juga dari temannya mas yang suka dagang
xiv
di pasar malam yang ada di Cibogo. Saya sama suami selain di pasar malam Cibadak
kadang juga suka ikut juga ke pasar malam yang ada di Cibogo dari temannya itu.
Pokoknya yah semakin banyak kenalan makin banyak aja jalan buat dagangnya.”
Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?
Informan : “ya cukup ramai, ngga kayak dulu masih sepi. Pasar malam nya
kan deket sama perumnas dan desa cibadak. Lumayan strategis lah gitu buat dagang.
Apalagi deket jalan raya juga kan.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang dengan pedagang lainnya?
Informan : “hubungannya baik-baik aja. Malah kalo lagi sepi ya suka
ngobrol. Obrolin apa aja lah sambil curhat-curhat gitu hehe. ”
Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?
Informan : “kadang sih hubungannya suka ketemu gitu diluar pasar”
Interviewer : Jika hubungan tersebut bersifat integrasi, bagaimana realisasinya?
Informan : “biasanya sih kadang lewat chat di whatsapp sms, atau telepon, juga
tapi seringnya sih sama pedagang disini ngobrol aja langsung gitulebih enak”
Interviewer : Pernahkah terdapat konflik yang terjadi antar pedagang? Bagaimana
cara mengatasinya?
Informan : “ngga ada konflik gimana-gimana sih mas, hubungannya baik-baik aja,
fair-fair aja sepengetahuan saya mah”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan
dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang
berbeda?
Informan : “kayaknya kalo sama pedagang yang sama-sama jual kolor begini sih
ya hubungannya baik-baik aja, ngga ada sih kayak rebutan pelanggan atau gimana
kan rejeki udah ada yang ngatur juga mas. Kalau yang beda dagangan sih
hubungannya biasa aja mas”
Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya
dan apa tujuannya?
xv
Informan : “kalo saya sih disini ikutan kelompok arisan khusus pasar malam,
jadi ketemu diluar pasarnya sama pedagag disini ya dari situ mas”
Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam
kelompok tersebut?
Informan : “ya saya ikut kelompok arisan itu”
Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal? Informan
: “dikelompok arisan mah informal saja”
Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?
Informan : “ya tahu nya dari sesama pedagang disini aja mas, jadi pas saya tahu
ada kelompok arisan ya saya ikutan gitu dan ingin bisa lebih kenal dengan
pedagang lainnya.”
Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan kelompok tersebutt
Informan : “Hubungannya antar kelompok sih baik-baik aja”
Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?
Informan : “Ga ada. Palingan ya bayar iuran arisan aja, tapi sistemnya ngga
yang kocokan, mainnya giliran. Yang dapet arisan setiap sebulan sekali.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang
tersebut?
Informan : “baik-baik aja kok mas yang diobrolin juga palingan tentang jualannya
gimana laku apa ngga, yang penting mah asik-asik aja disini.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?
Informan : “kalo kelompok arisan ini dengan kelompok lainnya sih hubungannya
baik-baik saja ya mas. Karena ya masing-masing kelompok kan sendiri-
sendiri aja, beda juga urusannya.”
Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?
Informan : “manfaatnya ya sih ya kalo buat yang baru dagang disini kan bisa lebih
kenal, kan ngga mungkin cuma ngerumpi doang disini kan, nah makanya diadain arisan
xvi
, biar lebih akrab. Kan ini pedagangnya juga dari berbagai daerah juga, dengan adanya
kelompok arisan kita sih ngerasa lebih disatukan aja manfaat yang saya rasakan sih
lumayan jadi banyak temen trus kalo ada apa-apa enak jadinya bisa dibantu ”
Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?
Informan : “paling kalo yang sama-sama dagangannya sama agak gimana
gitu ya,agak suka cemburu ya, wajar. tapi baik-baik aja sih, ngga ada masalah.. ngga
pernah yang berantem-berantem gitu sih masalah saingan. ”
Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama
pedagang? Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?
Informan : “paling yang kelompok arisan itu sama yang rombongan gitu mas. Jadi
yang dagang baju daleman kayak saya satu rombongan gitu satu mobil, yang
dagang baju juga sama kayak gitu sama dagang aksesoris juga satu rombongan.”
Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatf dalam melakukan
hubungan tersebut?
Informan : “semuanya ya sama-sama inisiatif kok, yang ramah-ramah juga
nanti bakalan banyak kawannya disini, jadi jaga hubungan baik aja”
Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli?
Informan : “baik-baik aja sih, malah ada yang jadi pelanggan mas, pesen-
pesen daleman gitu”
Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa
bulan sekali pembeli tetap beli?
Informan : “biasanya sih suka pesen-pesen daleman yang jadi pembeli tetap
mas.
Paling seminggu dua minggu dia suka dateng kesini gitu.”
Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang
dengan pembeli?
Informan : “hubungannya baik-baik aja, kadang juga ada yang suka pesen
lewat telepon atau ngga pake whatsapp jadi pas yang beli mau dateng kesini jadi enak
barang pesenannya udah ada gitu”
Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola?
xvii
Informan : “baik-baik saja, justru kan ketuanya disini, yang ngasih kita lapak, jadi
harus baik.”
Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal
maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?
Informan : “ngga ada pertemuan sama ketua sih, palingan mah diomongin
langsung dilapak disini kayak buat lapak dan sebagainya mas. “
Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?
Informan : “namanya dagang kadang rame kadang sepi, tergantung sikon aja
sih mas. Cuma kalo dulu sih sepi sekarang udah ramean mas”
Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?
Sudah seberapa jauh?
Informan : “kalo saya sama suami udah keliling mas, kadang satu
rombongan ke daerah sekitaran serpong tangerang dagangnya. Jadi misalnya kalo
udah ada temen didaerah mana gitu gampang masuknya (dagangnya) gitu.”
Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah
udah sesuai?
Informan : “udah baik, bagi lapaknya sesuai tempat lapak yang saya tempatin juga
udah lumayan rame”
Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika
iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?
Informan : “palingan gini mas kalo masalah lapak kalo yang udah nempatin
ditempat itu sampe tiga kali ngga masuk (dagang) nanti bakalan jadi milik yang baru.
terus kalo misalnya dia ga dagang, bisa ditempatin gitu.”
Interviewer : Siapa saja yang memperoleh tempat yang strategis? Mengapa?
Informan : “di bedain sih mas. Pedagang lama disini lapaknya biasanya ngga boleh
ditempatin sama yang baru kecuali kalo ada izinnya gitu. Kalo pedagang baru biasanya
nyambung gitu, ngga bisa milih lapak seenaknya.”
Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?
Informan : “puas-puas aja sih mas”
xviii
Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak?
Informan : “ngga sih, karena disini tempatnya udah lumayan strategis kok mas”
Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat
yang strategis?
Informan : “ngga ada persaingan yang gimana-gimana, karena tempatnya
udah lumayan strategis”
Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah
hanya terbatas di pasar malam ini saja?
Informan :”palingan dari rumah kerumah aja sih, kalo emang ada yang mau beli ya
syukur ngga juga ngga apa-apa, tapi ya utamanya di pasar malam sih, keliatan
untungnya soalnya kan mereka (pembeli) kesini emang sengaja buat belanja”
xix
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Sarimin
Jenis Informan : Pedagang Dompet Dan Aksesoris
Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017
Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak
Usia : 21 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Tempat Tinggal : Cisauk Etnis Lampung
Pendapatan : 200-500rb
Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?
Informan : “dagang sih baru kemaren-kemaren, ada sih 3 mingguan”
Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama
atau sambilan?
Informan : “pekerjaan utama, satu-satunya kerjaan, demi menyambung hidup”
Interviewer : Bagaimana anda bisa tau informasi tentang pasar malam disini?
Informan : “ya ikut-ikutan aja, kan ada ketuanya dari temen juga ngasih tahu mas”
Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?
Informan : “cukup ramai, omzet dagang juga selalu ada lebih. Kadang ada sepinya
adanya ramenya juga. Ga tentu sih”
Interviewer : Bagaimana hubungan antara pedagang dengan pedagang yang lainnya?
Informan : “beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah kayak
keluarga lah kalo dipasar malam”
Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?
xx
Informan :”kalo diluar pasar malam, biasanya kita juga ngumpul-ngumpul
gitu.
Biasanya janjian dulu lewat telepon nanti kan banyak yang dateng biasanya”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan
dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang
berbeda?
Informan : “ya kalo kali kalo dagangannya sama mah, rejeki udah ada yang ngatur
mas, santai saja sih mas. Kalo sama dagangan yang beda juga biasa saja sih. Malah
lebih akur”
Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya
dan apa tujuannya?
Informan : “paling kalo ketemuan kita suka maen bareng, kayak main bola dan
lain- lain mas. Kalo kumpul seringnya paling dipasar malam ini.”
Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam
kelompok tersebut?
Informan :”Cuma dipasar malam ini saja mas”
Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal?
Informan : “ngga ada yang formal sih, disini mah yang diutamain ramah aja sama
sesama pedagang, bisa berbaur”
Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?
Informan : “kalo ada pedagang baru mau masuk ke pasar malam ini sih
biasanya bakalan di bilangin ke ketuanya. Biasanya sih nanti bakalan dibilangin
pembayaran lapak dan sebagainya. Gitu mas..”
Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?
Informan : “peraturannya ya kalo sampe tiga kali ngga dagang, nanti lapaknya bisa
diambil sama yang baru.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang
tersebut?
xxi
Informan : “beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah kayak keluarga lah
kalo dipasar malam”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?
Informan : “baik-baik aja sih, selama ngga ngusik ya ngga ada yang mesti
dikhawatirin.”
Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?
Informan : “diluar pasar malem sih biasanya, kita suka makan-makan, nongkrong-
nongkrong bareng, manfaatnya ya nambah temen, sharing-sharing gimana buat
kedepannya nanti”
Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?
Informan : “ngga ada organisasi mas, paling ya suka kumpul diluar, main
futsal bareng”
Interviewer : Bagaimana hubungan komunikasi antar satu kelompok dengan
kelompok lain? Biasanya hubungan tersebut dalam bentuk apa?
Informan : “baik-baik aja sama pedagang disini, kalo lagi sepi biasanya
selalu ngobrol juga sama kelompok pedagang yang lain”
Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?
Informan : “ah kita mah ngga ada saingan-saingan disini, saling support aja sama
pedagang-pedagang yang lain”
Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama
pedagang?
Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?
Informan : “kan disini ada ketua nya, yang ngatur mana aja kelompok yang dagang
daleman, dagang baju anak-anak, dagang asesoris dompet, nah saya satu rombongan
sama kelompok asesoris dompet mas.”
Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatif dalam melakukan
hubungan tersebut?
xxii
Informan : “kita disini mah saling ramah aja, saling sapa, saling ngobrol.
Jangan sombong lah gitu istilahnya mah”
Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli?
Informan : “hubungan baik mas, langganan mah ada aja sih. Kalo ada yang mau
beli ya syukur kalo ada yang lewat doang ngga beli, ya ngga apa-apa. Palingan kalo
emang yang beli itu kenal ya harganya dikasih murah sih. Kayak tetangga
kontrakan dan siapapun yang saya kenal sih suka saya kasih harga murah meriah.
Kadang juga suka bantuin mereka kalo pelanggan lagi ada hajatan ataupun acara-acara
syukuran gt suka ngundang-ngundang”
Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa
bulan sekali pembeli tetap beli?
Informan : “ada sih pelanggan mah. Kadang suka beli dua minggu sekali.”
Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang
dengan pembeli?
Informan : “ya paling saya suka kasih harga murah mentok-mentok. Intinya sih
saya
ramah aja sama pelanggan. Nanti mereka juga beli kok, Insya Allah”
Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola?
Informan : “hubungannya biasa aja sih, palingan kayak ada masalah
mengenai pembayaran iuran listrik yang mesti tepat waktu, kalo ngga tepat waktu ya
bakalan ditegur sama ketua pengelola tapi ngga lama sih. ”
Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal
maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?
Informan : “ngga ada pertemuan, ketemu ya cuma dilapangan aja. Yang diomongin
ya seputar lapak aja. Biasanya kalo ada lapak kosong kita ngomong sama ketua buat isi
lapak kosongnya, lumayan buat nambah barang dagangan.”
Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?
Informan :”pengalamannya sih ya awalnya sih dulu susah banget buat jualan,
masalah tempatnya tapi sekarang pas udah dipasar malam ini, saya bisa punya
tempat buat dagang gitu, jadi ngga bingung. Dulu bingung mau jualan dimana.”
xxiii
Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?
Sudah seberapa jauh?
Informan : “saya sih itungannya masih baru ya dagang disini juga, tapi ya sebagai
pedagang baru disini sebisa mungkin saya baik sama pedagang lainnya, kalo kita
baik kan nanti juga kalo ada pasar malam lagi diajak lagi. Yang penting jangan buat
masalah aja.”
Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah
udah sesuai?
Informan : “sudah sesuai sih mas, karena saya disini pedagang baru ya lapaknya
ikut yang tambahan, ngga boleh buat geser lapak sama pedagang lama.
Untungnya saya disini tempatnya ditengah, lumayan rame sih.”
Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika
iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?
Informan : “main untung-untungan aja sih, kalo pedagang lama kan udah tahu
gimana lapak yang strategis dan bisa milih, kalo pedagang baru kan ngga bisa milih,
disitu ada lapak kosong bisa kita tempatin kalo ngga ada ya palingan gentian sama yang
dagang udah lama. Perasaannya ya kadang suka cemburu tapi ya udah mau gimana lagi”
Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?
Informan : “gimana ya dibilang puas juga engga sih biasa aja”
Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak?
Informan : “pernah sih waktu itu saya kan masih pedagang baru yah mau nempatin
satu lapak yang agak kedepan tapi ternyata ada yang udah nempatin nah otomatis saya
gabisa nempatin harus minta ijin dulu sama ketuanya. Kalo misalkan yang dagang libur
ya saya bisa nempatin”
Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat
yang strategis?
Informan : “Persaingan sih gaada ya mas, kan bisa diomongin baik-baik”
Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah
hanya terbatas di pasar malam ini saja?
xxiv
Informan : oh saya jualan ngga cuma disini aja, saya juga kadang-kadang
suka keliling komplek gitu nawar-nawarin dompet. Kalo ngikutin jaman
sekarang ya saya juga suka naro gambar dagangan saya di group whatsaap hasilnya ya
lumayan, kalo lagi laku ya laku aja. kalo ngga ya dagangin aja ketemen sekitar.
Interviewer : Bagaimana proses transaksinya jika berdagang di sosial media?
Informan : “Kadang kalo ada yang suka pesen di whatsapp kita
datengin kerumahnya sih, nanti ya bayarnya langsung ditempat. Lagian biasanya
sih yang beli juga udah kenal sama saya.”
Interviewer : Apakah terbantu dengan adanya sosial media sebagai media
promosi dagang?
Informan : “terbantu aja. Jadi ga selamanya andelin dari pasar malam aja,
bisa dimanfaatin lah gitu facebook dan whatsapp nya. Disamping buat
chattingan doang”
xxv
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Yanti
Jenis Informan : Pedagang Snack “Kriuk”
Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017
Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak
Usia : 27 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Tempat Tinggal : Cibadak
Etnis : Sunda
Pendapatan : Kalo rame sekitar 300-400rb
Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?
Informan : “belum lama sih, baru 1,5 tahun nan mas”
Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama
atau sambilan?
Informan : “sampingan sih, suami saya soalnya kerja, jadi itung-itung bantuin
suami”
Interviewer : Bagaimana anda bisa tau informasi tentang pasar malam disini?
Informan : “dari temen, disini kan ada ketuanya, nah kebetulan ketuanya itu
temennya suami saya mas”
Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?
xxvi
Informan : “kadang rame kadang sepi, kadang ramenya kalo awal-awal bulan
sih,pada belanja bulanan gitu, hari gajian.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang dengan pedagang lainnya?
Informan : “Baik sih, malahan kalo misalkan saya belanja disini juga
harganya dikurangin, karena kan teman, sesama pedagang gitu.”
Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?
Informan : “katanya sih ada organisasi gitu, tapi saya ngga ikut juga sih.”
Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?
Informan :”diluar pasar malam sih, kita masih ngobrol mas”
Interviewer : Jika hubungan tersebut bersifat integrasi, bagaimana realisasinya?
Informan :”ngga ada ketemuan gimana gitu, paling cuma dipasar malam. kalo
papasan dijalan, ya nyapa gitu mas, nanya nanti dagang ngga gitu sih.”
Interviewer : Pernahkah terdapat konflik yang terjadi antar pedagang? Bagaimana
cara mengatasinya?
Informan : “paling bukan konflik sih, kayak mungkin pedagang yang baru yang
belum tahu aturannya asal nempatin lapak gitu padahal kan itu punya pedagang lama.
Tapi ya masalahnya ngga berlarut-larut, langsung dikasih tahu gitu sama ketuanya.
Udah kelar masalahnya.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan
dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang
berbeda
xxvii
Informan : “kebetulan yang jualan kriuk cuma saya disini, jadi ya ngga merasa ada
saingan gitu. Kalo sama yang beda dagangan sih ya kita berusaha baik aja.kan
masing-masing, dagangannya juga beda”
Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya
dan apa tujuannya?
Informan : “Ada sih, ya kelompok arisan itu, makan-makan ngumpul-ngumpul,
tapi saya mah ngga ngikut. Soalnya saya ngurus anak juga tapi disini Banyak sih yang
ngikut. Disini ada sih selain dari kelompok arisan, ada kelompok pedagang makanan
nah kebetulan saya ikut yang kelompok makanan. ”
Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam
kelompok tersebut?
Informan : “anggota tetap kelompok penjual makanan”
Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal? Informan
: “Engga disini sih lebih kepda informal”
Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?
Informan : ya prosesnya dari jenis dagangan yang kita jual palingan, kalo yang jual
makanan ya ikut kelompok penjual makanan, yang jual baju ikut kelompok
baju.”
Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?
Informan : “biasanya sih kalo pedagang baru lapaknya nungguin kalo
pedagang lama ga dagang, baru boleh ditempatin. Tapi kalo pedagang lama dateng,
xxviii
nanti paling dibilangin sama ketua nya enaknya gimana trus mau ditempatin
dimana.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang
tersebut?
Informan : “Hubungan antar anggota pedagang disini semuanya baik disini jarang
juga ada konflik yang gimana-gimana. Ya pokoknya semaunya ga jauh dari lapak aja
sih”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?
Informan : kalo sesama kelompok yang saya ikut yaitu kelompok makanan dengan
kelompok baju, kelompok aksesoris dan lainnya baik-baik aja ya, lagian juga jenis
dagangannya beda satu sama lain. Jadi ya ngga ada masalah.
Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?
Informan : “Yah kita jadinya kenal sama beberapa pedagang disini dan jadi akrab
karena kebersamaan juga”
Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?
Informan : “ngga ada organisasi yang gimana gimana, disini mah udah kayak
keluarga sendiri aja.”
Interviewer : Bagaimana hubungan komunikasi antar satu kelompok dengan
kelompok lain? Biasanya hubungan tersebut dalam bentuk apa?
Informan : “Hubungan sama kelompok yang lain sih baik-baik semua dan biasanya
sih yang diomongin lapak lagi dan lapak lagi aja gajauh jauh dari lapak dan
seputar situasi pasar malam”
xxix
Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?
Informan : “sebenarnya ada dua sih yang nempatin lapak ini, jadi kalo misalnya
saya dagang, dia ga dagang, begitu sebaliknya. Malah saya sama dia jadinya
kerjasama gitu.”
Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama
pedagang?
Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?
Informan : “yang saya ikut ya kelompok pasar malam ini saja mas. Sesama
pedagang makanan. ”
Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatf dalam melakukan
hubungan tersebut?
Informan : “Ya kita sih disini saling sapa aja kalo kita ga sibuk ya kita saling sapa”
Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli? Informan : “baik kok,
malah ada langganan yang suka pesen.”
Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa
bulan sekali pembeli tetap beli?
Informan : “biasanya yang udah langganan bakalan nanya kriuk yang ini ada
stok ngga gitu. Biasanya pada dateng seminggu sekali.”
Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang
dengan pembeli?
xxx
Informan : “Yang penting kita ramah aja sama pembeli, kalo ada yang pesen
disediain, pokoknya selalu stock batrang biar pelanggan ngga kabur.selain itu kalo
emamg pembelinya temen sih biasanya harganya suka saya kurangi. Harga temen
lah gitu istilahnya.Nanti saya juga suruh promosiin dagangan saya ke teman yg lain, jadi
sama-sama enak.”
Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola?
Informan : “Baik juga emang harus baik sama pengelola. Selama saya disini
juga ngga pernah ada masalah sama dia, kalo punya masalah dan hubunganya ngga
baik nanti kita juga yang sulit, yang ada ntar ngga punya lapak diganti sama
orang baru”
Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal
maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?
Informan : “Gaada pertemuan sih kalo di luar jadi ketemunya di pasar
malam saja.kadang kalo ketuanya suka mampir kesini, yang diomongin gimana
jualannya gitu”
Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?
Informan : “Saya sih enakan tahun tahun dulu kalau tahun sekarang tambah-
tambah susah kayaknya. Jualannya masih enak julannya kalo sekarang kan makin susah
ya jualannya dari segi ekonomi juga agak mahal jadi agak susah, paling enak mah
kalo abis lebaran gitu ramai”
Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?
Sudah seberapa jauh?
xxxi
Informan : “dulu sih jualan lebih enak, soalnya barang-barangnya masih murah,
kalo sekarang kan udah agak mahal. Jadi ya berharap banget kalo rame
jualannya.”
Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah
udah sesuai?
Informan : “sesuai aja, lagian yang dagang kriuk cuma saya. Jadi sebenarnya ngga
ngaruh juga mau ditempatin dimana gitu. Rejeki udah ada yang atur. Yang penting
usaha.”
Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika
iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?
Informan : “sama rata sih, soalnya mau dimana ditempatinnya sama aja. Yang
penting ikutin aturan yang dibikin ketua aja sih mas.”
Interviewer : Siapa saja yang memperoleh tempat yang strategis? Mengapa?
Informan : “kalo yang udah jualan dari dulu sih bisa milih tempat dimana aja
karena emang lapaknya masih banyak yang kosong tapi kalo sekarang kan udah banyak
yang dagang jadi ngga bisa milih, syukur-syukur ada lapak kosong. ”
Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?
Informan : “yah puas kan disini semua disamain”
Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak? Informan
: “Engga sih kan sudah sesuai masing-masing”
Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat
yang strategis?
xxxii
Informan :“Yang jelas kalo pedagang lama biasanya udah punya lapak tetap dan
Pedagang baru bisa masuk kalo pedagang lama ga datang. Jadi boleh diisi sama
pedagang baru kalo pedagang lamanya ga datang.”
Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah
hanya terbatas di pasar mala mini saja?
Informan :”gaada jualan dimana-mana sih paling ya cuma dipasar malam ini aja,
kalo emang lagi ga pengen dagang di pasar malam, biasanya dirumah sih, jualin aja ke
tetangga gitu dirumah”
xxxiii
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Saripudin
Jenis Informan : Pedagang Aksesoris HP
Hari/Tanggal : Rabu, 15 November 2017
Waktu/Tempat : Pukul 18.30 WIB / Pasar Malam Cibadak
Usia : 29 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Tempat Tinggal : Cisauk
Etnis : Lampung
Pendapatan : 500ribu-750ribu
Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?
Informan : “sekitaran 5 tahunan mas”
Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama
atau sambilan?
Informan : “Jadi profesi utama sih di pasar malam ini”
Interviewer : Bagaimana anda bisa tahu informasi tentang pasar malam disini?
Informan : “Tau dari temen, kebetulan temen saya disini juga dagang disini, temen
saya ya si ketua pengelola itu. Saya ditawarin dagang disini”
Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?
xxxiv
Informan :”dibanding pasar malam yang lain yang saya biasa dagang, ini
yang emang paling lumayan dapetin pendapatannya dibandingkan yang lain. Kalo
pasar malam lain kayak di mekarwangi disitu kurang strategis. Kalo disini kan deket
sama perum sama kampong, jadi banyak yang suka mampir kesini.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang dengan pedagang lainnya?
Informan : “Hubungannya ya baik-baik saja sih udah kayak keluarga”
Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?
Informan :”kalo disini kita sih saling kenal dan saling dukung aja satu sama
lain,yang penting ngga ada yang ngusik atau rese lah gitu. ”
Interviewer : Jika hubungan tersebut bersifat integrasi, bagaimana realisasinya?
Informan :“ realisasinya dengan ngumpul sama temen-temen disini, kadang ya
main bola, atau sekedar makan-makan sih, kadang kita juga suka komunikasi
lewat group whatsapp buat janjian kalo misalnya mau jalan-jalan gitu satu kelompok
dagang”
Interviewer : Pernahkah terdapat konflik yang terjadi antar pedagang? Bagaimana
cara mengatasinya?
Informan : “paling konfliknya ya kebanyakan pedagang baru yang ngga tahu
peraturan main nempatin lapak aja sih, biasanya kan harus hubungi pengelola dulu baru
dagang. Cara menyelesaikannya ya dengan hubungi pengelola gimana enaknya gitu
palingan”
xxxv
Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan
dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang
berbeda?
Informan : “kalau saya sendiri sama pedagang yang dagangan sama sama saya
ya biasa aja ya, ngga ada cemburuan yang gimana. Rejeki mah udah ada yang ngatur.
Kalo sama dagangan yang beda hubungannya biasa aja sih, kadang suka ngobrol juga.”
Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya
dan apa tujuannya?
Informan : “kalo saya sendiri sih palingan ikut kelompok yang pedagang aksesoris
HP. Tujuannya ya biar makin akrab aja sama orang-orang sini terusnya biar bisa saling
sharing-sharing aja gitu.”
Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam
kelompok tersebut?
Informan : “anggota tetap”
Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal?
Informan :”informal soalnya ya ngga ada peraturan yang gimana-gimana toh kan
tujuannya buat sekedar berbagi pengalaman dan cerita aja”
Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?
Informan : “saya tahu dari temen aja terus yaudah dimasukin temen akhirnya ikut
kelompok itu deh”
Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?
xxxvi
Informan : “peraturannya ya paling kalo mau jualan harus ngasih tahu
pengelola dulu biar ngga bentrok sama pedagang lama sama ya palingan jangan rese
aja.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang
tersebut?
Informan : “Hubungannya ya baik-baik aja sih, udah kayak temen aja disini. Asik-
asik juga orangnya. Ngga ada slek-slek. Apa aja mah di omongin disini.”
Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?
Informan : “sama anggota kelompok lainnya hubungannya baik-baik aja sih,yang
dibicarakan ya seputar pasar malam, gimana jualannya rame apa engga di lapak pasar
malam itu.pokoknya saling ngasih informasi aja sih.”
Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?
Informan : “manfaatnya ya lumayan sih buat nambah relasi dan kerabat aja,
nambah temen nambah rejeki lah gitu.”
Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?
Informan : “kalau saya sendiri sih ikut IPC (Ikatan Pedagang Cisauk) disitu isinya
pedagang semua yang ada di daerah Cisauk.jadi kalo ada pasar malam didaerah
lain selain di Cibadak kayak di Pasar Malam Cibogo dan Pasar Malam Mekarwangi,
ya kita bisa nimbrung jualan tapi ya ngga semua yang dipasar malam ini ikut itu,
disitu ngga ada paksaan kalau mau ikut apa engga”
Interviewer : Bagaimana hubungan komunikasi antar satu kelompok dengan
kelompok lain? Biasanya hubungan tersebut dalam bentuk apa?
xxxvii
Informan :“hubungannya ya baik dan harus baik dong supaya nanti kalo ada apa-
apa kita bisa minta bantuan, kalo mau jualan kita punya kenalan kan enak”
Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?
Informan : “ngga ada persaingan yang gimana-gimana sih,persaingannya sehat aja,
rejeki udah ada yang ngatur.”
Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama
pedagang? Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?
Informan : “di pasar malam ini sih palingan kelompoknya didasarin sama
jenis dagangan yang dijual pedagangnya. Kalau yang dagang baju ya sama
kelompok pedagang baju, yang jual makanan ya gabungnya sama kelompok
pedagang makanan.”
Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatif dalam melakukan
hubungan tersebut?
Informan : “semuanya sih sesama pedagang ya ramah aja, saling menjaga
hubungan baik.”
Interviewer : Apakah ada pertemuan rutin yang terjalin antar kelompok yang
satu dengan kelompok lain?
Informan : “kalo saya kan ikut IPC ya jadi sama kelompok itu ada aja
pertemuannya kayak ngumpul bareng sharing ya kadang-kadang kalo lagi ada rejeki ya
jalan-jalan”
Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli?
Informan : “harus baik dong biar laku dagangannya.”
xxxviii
Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa
bulan sekali pembeli tetap beli?
Informan : “pembeli tetap sih ada cuma ya ngga banyak palingan sebulan sekali.”
Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang
dengan pembeli?
Informan : “caranya ya baik aja ucapan sama pembelinya palingan kalo
pembelinya nawar ya kita kasih.”
Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola? Informan :
“Baik-baik aja sih.”
Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal
maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?
Informan : “kalo sama pengelola sendiri sih ngga ada pertemuan rutin, palingan ya
ketemunya di pasar malam ini aja. Yang dibicarain juga banyak hal sih, tentang pasar
malam, dagangan, ya kalo ada yang punya acara biasanya dia ngasih tau. Gitu aja
sih..”
Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?
Informan : “saya pertama kali datang kesini tahun 2011 merantau dari
Lampung, terusnya ya sama temen juga disini bertahan hidup dan akhirnya sama
temen kita dagang sampai disini (Cisauk). Dulu juga pembelinya ngga seramai
sekarang dan lebih laku zaman sekarang dari yang dulu. jadi ya ada peningkatan
gitu.apalagi kalo pas puasa menjelang Lebaran, saya bisa dapet duit sekitar 4 jutaan.
Kalo hari biasa ya ngga sampe 1 juta juga, cukup buat kebutuhan sehari-hari. ”
xxxix
Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?
Sudah seberapa jauh?
Informan : “sejauh ini saya membangun jaringan udah baik, karena saya ikut
beberapa kelompok pedagang dan itu ada manfaatnya juga, jadi kalo saya mau dagang
dimana aja udah banyak kenal, jadi ngga usah ribet-ribet lagi.”
Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah
udah sesuai?
Informan : “udah sesuai sih, udah rame juga lapaknya”
Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika
iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?
Informan : “ngga ada tempat strategis atau yang rame gitu, semuanya sama aja.”
Interviewer : Siapa saja yang memperoleh tempat yang strategis? Mengapa?
Informan : “semuanya sih disini dari segala arah rame aja, jadi ngga ada sih
kayaknya tempat strategis.”
Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?
Informan : “puas aja, lagian dimana dimana pembagian lapaknya udah rame”
Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak?
Informan : “ngga ada protes sih kayaknya sejauh ini, biasa aja. Lagian bukan
tempat juga yang ngaruh laku ngganya dagangan.”
Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat
yang strategis?
xl
Informan : “jarang sih kejadian seperti itu, palingan mungkin yang ngga tahu
peraturan disini asal nempatin lapak aja padahal itu udah tempat pedagang lama. Paling
disitu sih masalahnya tp ngga berlangsung lama karena masing-masing udah ngerti.”
Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah
hanya terbatas di pasar mala mini saja?
Informan : “kalo saya dagang ga cuma di pasar malam ini saja sih, sekarang kan
teknologi udah macem-macem saya jualan juga di whatsapp gitu promoin barang
dagangan saya, di facebook juga saya sebar. Lumayan ada aja yang nyangkut
(membeli).”
Interviewer : Bagaimana proses transaksinya jika berdagang di sosial media?
Informan :”langsung datang ketempat yang pesan. Nanti biasanya janjian
dimana sekalian bayar, kalo lebih gampangnya lagi ya transfer nanti saja gojekin
barangnya gitu.”
Interviewer : Apakah terbantu dengan adanya sosial media sebagai media
promosi dagang?
Informan : “lumayan lah terbantu. Kan bisa dipromosiin juga ke orang yang biasa
mesen ke saya, nanti biasanya saya kasih nomor whatsapp saya nanti gimana-
gimana nya harganya bayarnya bisa diomongin disitu”
xli
Informan Pengelola Pasar Malam Cibadak
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Bapak Rahmat
Jenis Informan : Pengelola (Ketua) Pasar Malam Cibadak
Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017
Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak
Usia : 49 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Tempat Tinggal : Cisauk
Etnis : Padang
Interviewer : Bagaimana awal kemunculan pasar malam cibadak sampai
bisa ramai seperti sekarang?
Informan : “Pertama-tama sama temen-temen kan kebetulan yang
sama-sama pedagang, dan kita pada dukung satu sama lain trus akhirnya saya
sama temen-temen pedagang yang lain cari lahan buat pasar malam. setelah itu
ya dapat didaerah cibadak ini yaitu bapak Suyoto yang juga sodara saya.
Pasar malam ini muncul sekitar 10 tahun lalu, dan kira-kira itu tahun 2007.
Bukanya setiap rabu malam dan dulu itu baru ada 10 pedagang aja. Kalo
sekarang udah ramai, banyak yang dagang. Ada orang sunda, Sumatra,
padang, yang memang merantau disini. ”
xlii
Interviewer : Sudah berapa lama mengelola pasar malam di cibadak?
Informan : “Dari 2007 sampai sekarang”
Interviewer : Bagaimana pembagian lapak di pasar malam cibadak ini?
Informan : “dulu kita musyarawah dulu nih sama pedagang, kira-kira
bakalan kena berapa untuk menyewa tanah ini buat jadi pasar malam karena ya
disini kita masih numpang.”
Interviewer : Apakah pernah terjadi konflik antar pedagang karena masalah
lapak?
Informan : “paling masalah lapak aja, kadang-kadang pedagang baru
belum tahu aturan main disini, asal nempatin lapak aja padahal itu pemilik
pedagang lama, biasanya kalo udah gitu ya diomongin baik-baik.
Secara kekeluargaan.”
Interviewer : Apakah ada keuntungan yang diambil oleh pihak pengelola
dengan adanya pasar malam Cibadak?
Informan :”ngga ada keuntungan yang gimana sih. Paling kalo saya
sih ambil untung dari yang masangin listrik disini, kalo dari lapaknya kan kita
bayar ke yang punya tanah.”
Interviewer : Peran apa yang diberikan oleh pengelola terhadap adanya pasar
malam Cibadak?
Informan : “ya sebenarnya sih itung-itung bantuin orang cari rejeki yah.
Selain itu juga disini saya jadi yang menengahkan kalo ada masalah. Dan saya
yang buat aturan juga supaya bisa tertib dalam jalanin pasar malam dibantu
xliii
rekan-rekan juga seperti tukang parkir sama ada yang bantu temen atau rekan lah
gitu yang bantu saya”
Interviewer : bagaimana masalah perizinan di pasar malam ini?
Informan : “sudah dapat izin sih dari lurah Suradita kalo bakalan ada pasar
malam disini, perannya ya cuma minta izin doang, ngga ada bantuan kayak
gimana-gimana”
xliv
Informan Pembeli Pasar Malam Cibadak
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Desi
Jenis Informan : Karyawati
Usia : 24 Tahun
Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017
Waktu/Tempat : Pukul 20.00WIB / Pasar Malam Cibadak
Tempat Tinggal : Komplek Sekneg Suradita
Interviewer : Bagaimana sikap dan pelayanan pedagang disini?
Informan : “baik aja, malahan disini ada saya langganan beli makanan.
Kalo kesini pasti saya mampir ke dagangannya mas. Waktu itu sempet juga saya
nikahan, saya ngundang juga pedagang tersebut, udah jadi temen baik juga”
Interviewer : Bagaimana sikap pedagang kalau ditawar?
Informan : “paling kalo sama langganan mah harga biasa, dia juga udah
tahu kalo saya beli segitu harganya segitu. Paling kalo sama pedagang yang lain
kalo saya nawar kadang dikasih kadang juga engga mas.”
Interviewer : Apakah barang yang ditawar harga pas atau tidak bisa ditawar?
Informan : “kalo langganan saya sih harganya segitu aja, udah sepakat.
Paling kalo ada tulisan kayak manga sekilo 10ribu gitu ya ngga bisa ditawar lagi
itu mas,”
xlv
Interviewer : Apakah kenal dengan sebagian pedagang di pasar malam ini?
Informan : “kalo sama langganan sampe kenal nama malah, biasanya buat
kontek- kontek lewat telepon barang pesenan saya udah ada apa belum. Sebatas
pesenan aja”
Interviewer : Apakah alasan belanja di pasar malam? Apakah rutin setiap hari
datang?
Informan : “harganya ya murah gitu trus juga deket rumah, ngga jauh.
Ngga rutin juga sih, paling sebulan sekali, paling banyak dua minggu sekali”
Interviewer : Biasanya barang dagangan apa saja yang biasa dibeli?
Informan : “ya saya udah langganan makanan kriuk, kalo kesini pasti ngga
pernah lewatin beli itu mas. Yang lain nya ya kalo lagi butuh aja, saya beli.
Kayak dompet, celana”
Interviewer : Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar
malam ini? Apakah merasa puas?
Informan :”kurang puas. kalo menurut saya kurang memadai ya, disini
lahannya cukup sempit. Apalagi kalo lagi musim ujan tuh, pasti becek-
becek. Kamar kecil juga Cuma satu. tapi ya ngga terlalu masalah, paling
kalo males biasa suka pesen aja.”
xlvi
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Melinda
Jenis Informan : Mahasiswa
Usia : 22 Tahun
Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017
Waktu/Tempat : Pukul 20.00 WIB / Pasar Malam Cibadak
Tempat Tinggal : Griya Suradita
Interviewer : Bagaimana sikap dan pelayanan pedagang disini?
Informan : “biasa aja sih mas, ya ada yang ramah kalo kita nanya-nanya
harga doang gitu, ada yang ngerayu juga biar laku dikasih murah lagi gitu asal
belinya banyak.”
Interviewer : Bagaimana sikap pedagang kalau ditawar?
Informan : “kalo yang ada tulisan harganya sih ya ngga bisa ditawar mas,
palingan kalo nawar juga saya ngga jauh-jauh amat paling seribu dua ribu, ya
pasti itu dikasih sih biasanya. Soalnya barang disini kan udah murah”
Interviewer : Apakah barang yang ditawar harga pas atau tidak bisa ditawar?
Informan : “kalo yang ada tulisan harganya sih ya ngga bisa ditawar mas,
palingan kalo nawar juga saya ngga jauh-jauh amat paling seribu dua ribu, ya
pasti itu dikasih sih biasanya. Soalnya barang disini kan udah murah”
xlvii
Interviewer : Apakah kenal dengan sebagian pedagang di pasar malam ini?
Informan : “ngga sih, ngga ada yang kenal. Cuma sebatas muka aja. ”
Interviewer : Apakah alasan belanja di pasar malam? Apakah rutin setiap hari
datang? Informan : “udah pasti karena murah barangnya, jarang juga
sih kesini, palingan sebulan sekali itu juga kalo lagi pengen, kalo ngga ya
ngga.”
Interviewer : Biasanya barang dagangan apa saja yang biasa dibeli?
Informan : “kebanyakan sih makanan, sama buah-buahan, baju atau celana
juga tapi ngga sering”
Interviewer : Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar
malam ini? Apakah merasa puas?
Informan : “dibilang puas juga engga ya, kesini juga karena barangnya
murah aja. kadang malesnya kesini kalo lagi ujan tuh, pasti becek banyak tanah.
Kalo bisa sih di semen aja jalannya biar ga becek.”
xlviii
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Ibu Ulfa
Jenis Informan : Ibu Rumah Tangga
Usia : 35 Tahun
Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017
Waktu/Tempat : Pukul 20.30 WIB / Pasar Malam Cibadak
Tempat Tinggal : Jalan Patuha
Interviewer : Bagaimana sikap dan pelayanan pedagang disini?
Informan : “ah biasa aja, ngga ada yang gimana-gimana. Kalo kita beli ya
dilayanin”
Interviewer : Bagaimana sikap pedagang kalau ditawar?
Informan : “mau nawar juga kadang ragu sih soalnya udah murah, ngga
enak sama pedagangannya mas”
Interviewer : Apakah barang yang ditawar harga pas atau tidak bisa ditawar?
Informan : “harga pas kebanyakan, kadang ada juga harganya yang lebih
mahal dari biasanya”
Interviewer : Apakah kenal dengan sebagian pedagang di pasar malam ini?
Informan : “engga kenal”
Interviewer : Apakah alasan belanja di pasar malam? Apakah rutin setiap hari
datang?
xlix
Informan : “ paling kalo lagi mood aja jalan kesini, ngga rutin-rutin
banget. Kalo ada barang bagus ya kita beli mas”
Interviewer : Biasanya barang dagangan apa saja yang biasa dibeli?
Informan : “paling sering barang kaya baju gitu sih”
Interviewer :Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar
malam ini? Apakah merasa puas?
Informan :”cukup puas sih, walau kadang-kadang suka dempet-
dempetan yam au gimana lagi namanya juga pasar malem. Yang penting
barangnya murah”