JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR MALAM CIBADAK,...

127
i JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR MALAM CIBADAK, CISAUK, TANGERANG Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: RAKA BELLA RIFKY 1112111000027 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Transcript of JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR MALAM CIBADAK,...

i

JARINGAN SOSIAL PEDAGANG DI PASAR MALAM CIBADAK,

CISAUK, TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

RAKA BELLA RIFKY

1112111000027

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2018

ii

iii

iv

v

ABSTRAK

Skripsi ini menganalisa mengenai bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam

Cibadak yang berada di Kelurahan Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten Tangerang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana bentuk

jaringan sosial pedagang pasar malam serta menjelaskan faktor pendukung dalam

rangka mempertahankan aktifitas perdagangan mereka. Penelitian ini dilakukan melalui

wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis. Metode yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif deskriptif. Kerangka teoritis yang

digunakan dalam skripsi in adalah teori Jaringan yang dikemukakan oleh Marc

Granovetter yang terdiri dari empat point utama yaitu (1) Norma dan Kepadatan

Jaringan, (2) Ikatan Lemah atau Ikatan Kuat Aktor, (3) Peran Lain Yang Menjembatani

Aktor (4) Konsep Keterlekatan.

Dari hasil analisa dengan menggunakan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa

terdapat norma yang mengatur jaringan pedagang yang ada dipasar malam, terdapat

ikatan lemah yang diciptakan para aktor sehingga menimbulkan ikatan kuat, terdapat

peran lain yang menjembatani para aktor ini dalam berinteraksi yaitu peran media

komunikasi serta konsep keterlekatan yang menjelaskan hubungan antar sesama

pedagang maupun pembeli. Selain dengan jaringan sosial yang dibentuk oleh pedagang

bahwa ditemukan juga faktor lain yang merupakan faktor pendukung bagi pedagang

untuk terus tetap bertahan dalam aktifitas perdagangannya.

Kata kunci : jaringan sosial, pedagang, pasar, fungsi jaringan.

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

izin dan kuasanya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “JARINGAN

SOSIAL DAN FUNGSI EKONOMIS DI PASAR MALAM CIBADAK CISAUK

TANGERANG”, meskipun dalam penulisannya jauh dari kata sempurna. Dalam

memulai penulisan skripsi hingga akhir nya terselesaikan, penulis bertemu dengan

orang-orang hebat yang membantu mengatasi kendala yang penulis alami selama

menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, atas segala bantuannya penulis ucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Prodi Sosiologi yang telah memberi

saran dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. Joharotul Jamilah, M.Si, selaku Sekretaris Prodi Sosiologi yang telah

memberi masukan untuk skripsi ini.

5. Kasyfiyullah, M.Si sebagai dosen pembimbing sekaligus orangtua dan teman

yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih

Pak Kesepz atas kesabaran, pengertian, waktu dan ilmunya dalam membimbing

dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan

ilmu pengetahuannya kepada mahasiswa.

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Rio dan Ibu Widarsih yang telah setia

mendoakan dan memberikan semangat tenaga dan pikiran kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

8. Ketua pengelola serta para pedagang di Pasar Malam Cibadak yang telah

bersedia membantu penulis dalam rangka pencarian data penelitian skripsi.

vii

9. Keluarga besar Sosiologi A 2012, Ara, Alby, Arif, Reza, Ayurose, Ayufit,

Divya, Nisbel, Rahmi, Aul, dan teman-teman lainnya, terimakasih atas ilmu dan

pembelajaran berharganya.

10. Sahabat Para Pejuang Skripsi, Eni dan Nisbel yang sama-sama berjuang dalam

menyelesaikan tugas akhir skripsi.

11. Teman-teman Translator Epitome, Desi, Ira, Ocha, Melin, Sulis, Agnes, yang

telah membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman Q-Guava PRJ 2017, Sandra, Icha, Juni, Felice, dan teman-teman

lainnya yang juga memberikan semangat untuk penulis menyelesaikan skripsi

ini.

Demikianlah ucapan terima kasih, semoga segala bantuan dan dukungannya

mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Maka dengan ini penulis

menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat.

Jakarta, 01 Maret 2018

Penulis

Raka Bella Rifky

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………………….iv

KATA PENGANTAR………........................................................................................v

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….....vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………………ix

DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………...ix

BABI PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah ................................................................................. 1

B. Pertanyaan Penelitian……………………………………………… ....... 7

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………………………………… ........... 7

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8

E. Kerangka Konsep ..................................................................................... 17

1. Jaringan Sosial ............................................................................. 17

2. Pedagang ...................................................................................... 18

3. Pasar ............................................................................................. 19

F. Kerangka Teori ........................................................................................ 20

G. Metode Penelitian .................................................................................... 22

1. Pendekatan Penelitian .................................................................. 22

2. Subjek Penelitian ......................................................................... 23

a. Lokasi Penelitian .................................................................... 25

b. Waktu Penelitian .................................................................... 25

3. Sumber Data Penelitian................................................................ 25

a. Data Primer ............................................................................ 26

b. Data Sekunder ........................................................................ 26

4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 26

a. Observasi ............................................................................... 26

b. Wawancara ............................................................................. 27

5. Metode Analisis Data ................................................................... 29

H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 29

BABII SERBA-SERBI PASAR MALAM CIBADAK

A. Letak Geografis Pasar Malam Cibadak ................................................... 31

B. Kondisi Demografis Kelurahan Suradita ................................................. 33

C. Perkembangan Dan Kondisi Pasar Malam Cibadak ................................ 35

D. Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak .......................................... 45

ix

E. Pendapatan Para Pedagang Pasar Malam Cibadak .................................. 47

BABIII BENTUK JARINGAN SOSIAL PASAR MALAM CIBADAK

A. Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam Cibadak ................................ 50

1. Norma ........................................................................................... 50

2. Ikatan Lemah Dan Kuatnya Aktor ................................................ 53

3. Peran Lain Yang Menjembatani Aktor.......................................... 57

4. Keterlekatan Sosial ........................................................................ 59

B. Faktor Pendukung Kebertahanan Pedagang Pasar Malam

Cibadak………………… .................................................................... 65

1. Peran Sosial Media Sebagai Pemasaran

Produk………………………………………… ........................... 65

2. Lokasi Dan Sarana Prasarana Pasar Malam Cibadak .................... 67

3. Penentuan Harga ............................................................................ 70

BABIV PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 72

B. Saran .................................................................................................... 73

Daftar Pustaka………………………………………………………………………… ........ x

Lampiran…………………………………………………………………………… ............ xii

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu Terkait Jaringan Sosial…………….12

Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Suradita Menurut Jenis Kelamin…………………32

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Tingkat Pendidikan……....32

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Jenis Pekerjaan…………...33

Tabel 2.4 Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan…………….39

Tabel 2.5 Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak………………………..43

Tabel 2.6 Pendapatan Pedagang Pasar Malam Cibadak………………………..46

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Tempat Pasar Malam………………………………31

Gambar 2.2 Suasana Jalan Raya Serpong-Cisauk……………………………41

Gambar 2.3 Suasana Pasar Malam……………………………………………42

Gambar 2.4 Suasana Parkir Motor Pasar Malam Cibadak……………………..44

Gambar 2.5 Suasana Parkir Mobil Pasar Malam Cibadak……………………44

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penyataan Masalah

Pasar dapat disebut juga sebagai pusat perekonomian dan perdagangan

yang mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat.

Sebagai tempat yang sentral, tentu saja pasar memiliki daya tarik, menurut Alma

(2004:105) pasar terdiri dari beberapa elemen, diantaranya: (1) Lokasi pasar yang

strategis, mencakup aksebilitas dan sarana prasarana (2) Kelengkapan barang

yaitu variasi barang dagang yang ada di pasar (3) Pelayanan yang diberikan

kepada konsumen (4) Kenyamanan dan keamanan yang meliputi aparat keamanan

dan pos keamanan, (5) Fasilitas – fasilitas pendukung meliputi tempat parkir,

tempat ibadah, toilet, bank, dan lain-lain.

Di setiap daerah pastinya memiliki salah satu sarana pra-sarana yang satu

ini. Menurut Fuad (2000: 11), jenis pasar dibagi menjadi dua berdasarkan cara

transaksinya yaitu Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Pasar Tradisional

merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya

transaksi penjual dan pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar

menawar, sedangkan didalam Pasar Modern tidak bertransaksi secara langsung,

melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode).

Jika kita lihat dari jenisnya, pasar malam atau bisa disebut juga sebagai

pasar kaget termasuk kedalam jenis pasar tradisional karena penjual dan pembeli

2

dipertemukan disuatu tempat secara langsung untuk melakukan proses transaksi

jual-beli berupa adanya transaksi tawa-menawar. Tidak seperti pasar kebanyakan,

keberadaan pasar malam ini tidak berlangsung setiap hari melainkan pada hari dan

waktu tertentu saja. Karena letaknya yang berdekatan dengan pemukiman

masyarakat, pembeli yang datang ke pasar malam tersebut pun beraneka ragam

mulai dari anak-anak, remaja sampai dengan dewasa. Begitu beraneka ragamnya

pengunjung pasar malam tersebut, disana juga tidak begitu nampak perbedaan

antara kaum kelas atas (orang kaya) dan kaum kelas bawah (orang miskin),

semuanya dilihat sama saja. Selain sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan

hidup bagi masyarakat, adanya pasar malam ini dijadikan sebagai sarana untuk

sekedar menghabiskan waktu bersama keluarga seperti membeli makanan,

sekedar jalan-jalan ataupun bermain wahana permainan pada malam hari setelah

seharian melakukan aktifitas. Itulah yang menjadi keunikan sebuah pasar malam.

Situasi dan kondisi di Pasar Malam Cibadak ini cukup ramai karena pasar

ini terhubung langsung ke Jalan Raya Serpong - Cisauk yang merupakan salah

satu jalan akses menuju Kecamatan Serpong. Oleh karenanya ramai oleh

pengunjung yang datang namun segala aktifitas perdagangan di pasar tersebut

berlangsung tertib karena ada pengelola pasar yang bertugas mengawasi situasi

dan kondisi di pasar malam. Selain dari adanya pengelola pasar, terdapat juga

tukang parkir yang tugasnya melakukan penataan parkir dan untuk parkir di Pasar

Malam Cibadak sudah cukup aman karena para pengunjung yang datang

dikenakan sejumlah biaya parkir untuk menjaga kendaraan mereka. Untuk sepeda

3

motor dikenakan biaya seribu rupiah sedangkan untuk mobil dikenakan biaya dua

ribu rupiah. Walaupun dari segi keamanan tidak diragukan lagi namun pemilik

kendaraan tetap harus menjaga barang bawaannya masing-masing dan tidak

meninggalkan barang berharganya pada kendaraan karena itu juga sangat

berbahaya.

Masyarakat tertarik dengan adanya pasar malam ini karena harga barang

yang ditawarkan relatif lebih murah dan dengan adanya pasar malam ini

sekaligus menjadi lapangan pekerjaan para pengangguran. Yang dimana mereka

ini tidak punya pekerjaan tetap, bisa dijadikan peluang bagi mereka untuk

mendapatkan rezeki. Oleh karenanya, disini banyak para pemuda yang

menjajakan apa yang mereka jual disini sembari mengisi kekosongan saat mereka

tidak memiliki pekerjaan. Didalam pasar malam ini juga terdapat beberapa aturan

yang juga harus disepakati bersama seperti halnya para pedagang yang ingin

membuka lapak di pasar malam harus berkoordinasi dengan pengelola (Ketua)

Pasar Malam Cibadak.

Suasananya yang ramai dan juga mendukung bagi para pedagang

menjajakan dagangan serta hubungan yang terjadi antara pedagang dengan

pedagang lainnya atau bahkan dengan pembeli terjalin lebih mudah karena tidak

ada pembatasan bagi mereka untuk berbincang satu sama lain. Perbincangan yang

terjalin diantara mereka dapat menimbulkan suatu jaringan yang menarik.

Interaksi yang terjalin juga tanpa adanya rekayasa dan suasananya begitu hangat.

4

Menurut Kusnadi (2000) keterikatan individu dalam hubungan sosial

merupakan pencerminan diri sebagai makhluk sosial. Dalam kehidupan

bermasyarakat, hubungan sosial yang dilakukan oleh individu merupakan salah

satu upaya untuk mempertahankan keberadaannya. Setiap individu memiliki

kemampuan yang berbeda-beda dalam hal kuantitas dan kualitas, juga intensitas

hubungan sosial yang dilakukannya, sekalipun terbuka luas peluang bagi individu

untuk melakukan hubungan sosial secara maksimal. Hubungan tersebut bukan

hanya melibatkan dua individu, melainkan juga banyak individu. Hubungan antar

individu tersebut akan membentuk jaringan sosial yang sekaligus merefleksikan

terjadinya pengelompokkan sosial dalam kehidupan masyarakat. Para pedagang di

pasar malam ini pastinya mempunyai sebuah kepentingan yaitu ingin mencari

rejeki dan kebanyakan dari mereka memang mempertahankan kehidupannya

dengan cara berdagang seperti ini dan membentuk kelompok untuk dapat

mempertahankan keberadaan mereka juga. Dan pastinya dalam membentuk

kelompok itu dibutuhkan sebuah komunikasi.

Dalam berkomunikasi diantara mereka terbentuklah sebuah kelompok-

kelompok tertentu yang terbentuk dalam suatu jaringan. Jaringan menurut Robert

M. Z. Lawang (2004) dalam Damsar menyatakan bahwa :

“Ikatan yang terjadi antara orang atau kelompok yang dihubungkan dengan media

(hubungan sosial). Hubungan ini diikat oleh sebuah kepercayaan. Terdapat ikatan

melalui hubungan sosial menjadi suatu kerjasama, bukan kerja bersama-sama. Jaring ini

tidak dapat berdiri sendiri kalau satu simpul putus keseluruhan jaring tersebut tidak

bisa berfungsi lagi, sampai simpul tersebut diperbaiki.” (2009:157-158).

5

Dengan kata lain jaringan ini merupakan suatu hubungan antar individu

yang dikaitkan dengan simpul dan ikatan. Simpul disini dilihat melalui aktor

individu dalam jaringan sedangkan ikatan merupakan hubungan antar para aktor

tersebut. Hubungan ini kemudian diikat melalui kepercayaan dan keduanya tidak

bisa dipisahkan. Karena jika satu ikatan tersebut putus maka ikatan dalam

jaringan tersebut tidak dapat berfungsi kembali.

Studi tentang jaringan ini dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi

berhubungan antara satu sama lain dan ikatan ini digunakan sebagai pelicin

dalam memperoleh sesuatu, dan juga sebagai jembatan untuk memudahkan

hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya, maupun sebagai perekat yang

memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial. (Powell dan Smith-Doer

1994 dalam Damsar 2009:158-159).

Bisa disimpulkan dari pernyataan diatas bahwa jaringan memberi

manfaat yang baik untuk saling bertukar informasi diantara para aktor. Selain itu

dengan adanya jaringan, individu akan bisa lebih mudah berhubungan satu sama

lain dan hubungan antara individu dengan individu lainnya ini juga bisa

membawa keuntungan bagi masing-masing pihak. Para pedagang ini

membentuk sebuah jaringan sebagai akibat dari komunikasi yang terjalin

diantara mereka. Salah satu bentuk komunikasi yang terjalin diantara mereka

biasanya akan terdapat perbincangan seperti bagaimana supaya kedepannya

pengembangan pasar malam ini bisa berjalan dengan sukses dan bagaimana

mereka ini bisa terus eksis dalam berdagang.

6

Disisi lain juga jaringan ternyata bisa terbentuk diantara pedagang

dengan pembeli yang mereka tidak saling kenal satu sama lain namun pembeli

cenderung bertambah dikarenakan banyak pembeli yang merekomendasikan

pembeli lainnya untuk datang dan berbelanja di pasar malam tersebut dengan

berbagai alasan seperti karena harganya murah, berkualitas dan sebagainya.

Oleh karena itu jaringan sosial mempunyai peranan penting bagi

pedagang di pasar malam karena ini dapat memudahkan para pedagang dalam

mengais rezeki untuk bertahan hidup di zaman sekarang yang untuk mencari

pekerjaan saja sulit maka dari itu mereka beralih untuk menjadi pedagang. Dan

itu menjadi salah satu ketertarikan penulis untuk mengkaji bagaimana jaringan

sosial yang mereka bentuk bisa berdampak besar bagi para pedagang di pasar

malam tersebut.

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, penulis menjadikan

pedagang pasar malam sebagai subjek dalam penelitian ini yang akan dilihat

sebagai aktor dalam sebuah jaringan dan penulis mengkaji dengan menggunakan

metode deksriptif analisis dengan melihat gambaran yang terjadi secara

langsung di pasar malam lalu kemudian menganalisisnya perihal kontribusi para

pedagang terhadap jaringan sosial di pasar malam Desa Cibadak. Masalah

penelitian ini perlu untuk dikaji khususnya yang mengkaji kaitan antara jaringan

sosial dengan para pedagang.

7

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan di atas, rumusan

masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam di Desa

Cibadak Kelurahan Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang?

2. Apa saja faktor pendukung bagi kebertahanan pedagang dalam

melakukan aktifitas perdagangannya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan dan menggambarkan

bagaimana bentuk jaringan sosial pedagang pasar malam di Desa

Cibadak Kelurahan Suradita Kecamatan Cisauk Kabupaten

Tangerang.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan

kontribusi positif dalam dunia keilmuan khsusnya tentang jaringan

sosial antar sesama pedagang di pasar malam sebagai acuhan dalam

penelitian yang relevan.

2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan

memperbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang

8

berkaitan dengan jaringan sosial antar sesama pedagang di pasar

malam.

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

siapa saja yang ingin mengetahui tentang jaringan sosial antar sesama

pedagang di pasar malam.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

mayarakat dalam membentuk jaringan sosial antar sesama pedagang

di pasar malam.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian, dibutuhkan perbandingan

dengan penelitian sebelumnya yang relavan dengan penelitian ini. Literatur yang

dikutip merupakan kajian yang relevan dengan fokus bahasan peneliti. Berikut

literaturnya:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ichsan Pramatya pada tahun

2013 yang berjudul “Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Di Jalan Gambir

Tanjung Pinang (Studi PKL Sayur-sayuran)”. Dalam penelitian ini, Ichsan

menggunakan metode deskriptif kualitatis dan data yang diperoleh berupa data

primer yang didapatkan dari wawancara dan data sekunder yang didapatkan dari

studi pustaka. Teori yang digunakan oleh Ichsan yaitu modal sosial dalam

jaringan oleh Robert M.Z Lawang. Hasil penelitiannya adalah adanya nilai

modal sosial yang terbentuk dan terjalin diantara pedagang dari aturan-aturan

9

informal yang menjadi norma-norma tersendiri yang berkembang serta

dilaksanakan secara bersama-sama seperti budaya gotong-royong, tolong

menolong, penempatan lapak usaha, aturan membayar retribusi parkir, sampai

ketertiban tempat usaha dan waktu berjualan adalah norma-norma yang

dibangun ditaati bersama dan menjadi tumbuh dengan baik. Ini mencerminkan

norma informal berlanjut kepada timbulnya kepercayaan (trust) diantara

pedagang PKL

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Mita Permata Sari pada tahun

2016 yang berjudul “Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam (Studi Kasus

Pasar Malam Srengseng Sawah Jakarta Selatan)”. Dalam penelitian ini, Mita

menggunakan metode kualitatif desktiptif dan kemudian data yang diperoleh

berupa data primer dan data sekunder. Teori yang digunakan oleh Mita yaitu

teori jaringan sosial Barry Wellman. Hasil penelitiannya adalah jaringan

terbentuk karena adanya ikatan antar aktor berupa hubungan antara pedagang

dengan pedagang, pedagang dengan kelompok, kelompok dengan kelompok,

dan pedagang dengan pembeli.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Riesti Triyanti, Christina Yuliaty

dan Tenny Apriliani pada tahun 2014 yang berjudul “Peran Jaringan Sosial

Nelayan Pada Pemasaran Tuna, Cakalang, Dan Tongkol: Studi Kasus Di Kota

Kendari”. Dalam penelitian ini, Riesti, Christina dan Tenny menggunakan

metode kualitatif dan data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara,

dokumentasi dan studi pustaka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

10

adalah teori yang dikemukakan oleh Ruddy (2007) yang mengemukakan bahwa

Jaringan sosial ditinjau dari tujuan hubungan sosial yang membentuk jaringan

sosial dibagi menjadi tiga jenis yaitu (1) Jaringan kekuasaan (power) yaitu

hubungan sosial yang dibentuk oleh hubungan sosial yang bermuatan kekuasaan,

atau dibentuk dan sengaja diatur oleh kekuasaan. (2) Jaringan kepentingan

(interest) yaitu hubungan yang dibentuk oleh hubungan sosial yang bermuatan

kepentingan, bermakna pada tujuan-tujuan khusus dan (3) Jaringan perasaan

(sentiment) terbentuk atas dasar hubungan sosial yang bermuatan perasaan dan

hubungan sosial itu sendiri menjadi tujuan dan tindakan sosial. Hasil

penelitiannya adalah jaringan sosial antar nelayan dengan bos tidak hanya

terbatas pada jaringan kerja produksi saja, namun atas kehidupan sosial lainnya

dan jaringan sosial ini ternyata membawa manfaat yaitu memberikan

keuntungan meningkatkan efisiensi usaha penangkapan dan pemasaran untuk

dikembangkan di Kota Kendari.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Johan Jatu Wibawa Putra pada

tahun 2010 yang berjudul “Jaringan Sosial Pengusaha Tempe Dalam

Kelangsungan Usaha Di Debegan”. Dalam penelitian ini Johan menggunakan

metode deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh adalah data primer dan data

sekunder yang merupakan hasil dari wawancara dan observasi. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Teori tindakan sosial Max Weber. Hasil

dari penelitiannya adalah hubungan sosial yang terjadi diantara produser tempe

11

yang didasarkan pada hubungan yang berkaitan dengan keberlangsungan usaha

dari aspek permodalan, sumber daya manusia, produksi serta pemasaran.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Robertus Kennedy pada tahun

2010 yang berjudul “Jaringan Sosial Industri Kecil (Studi Kasus Tentang Modal

Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di Sentra Industri Kerajinan Kulit di

Dusun Manding”. Dalam penelitian ini Robertus menggunakan metode

kualitatif dan data yang diperoleh merupakan hasil dari observasi (pengamatan

langsung) dan wawancara. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teori jaringan oleh Robert M.Z Lawang. Hasil penelitiannya bahwa pola jaringan

sosial bersifat informal dengan cakupan internal dan eksternal. Pembentukan

jaringan sosial melalui interaksi dan komunikasi yang mendalam melahirkan

kepercayaan diantara mereka yang merupakan modal sosial jaringan itu sendiri.

Adanya paguyuban Karya Sejahtera sebagai bentuk konkrit jaringan kerjasama

untuk mempertahankan dan mengembangkan kegiatan industri kecil kerajinan

kulit.

12

Tabel 1.1

Penelitian-Penelitian Terdahulu Terkait Jaringan Sosial

No Peneliti dan

Judul Metodologi Teori Temuan Penelitian

1 Ichsan

Pramatya.

2013.

Modal Sosial

Pedagang

Kaki Lima

Di Jalan

Gambir

Tanjung

Pinang (Studi

PKL Sayur-

sayuran)

Deskriptif

kualitatif

Data

primer dan

sekunder.

Wawancar

a dan

kepustakaa

n

Terdapat 6

informan

Modal Sosial dalam

Jaringan (Lawang,

2004)

Adannya nilai

modal sosial

yang terbentuk

dan terjalin

diantara

pedagang dari

aturan-aturan

informal yang

berlaku di

kelompok

pedagang

mampu mereka

patuhi.

Jaringan sosial

yang

berkembang di

kelompok

pedagang

diawali dengan

norma-norma

informal yang

berfungsi

sebagai aturan-

aturan yang

harus dipatuhi

bersama agar

tercipta suatu

kerjasama.

2 Mita Permata

Sari. 2016.

Jaringan

Sosial

Pedagang

Metode

Kualitatif

deskriptif

Data primer

dan sekunder.

Wawancara

Teori Jaringan Barry

Wellman (dalam Ritzer,

2009: 470) yang

membahas jaringan-

jaringan yang saling

menghubungkan antar

Jaringan terbentuk

karena adanya ikatan

antar aktor berupa

hubungan antara

pedagang dengan

pedagang, pedagang

13

Pasar Malam

(Studi Kasus

Pasar Malam

Srengseng

Sawah

Jakarta

Selatan)

mendalam,

Observasi,

Dokumentasi

aktor. dengan kelompok,

kelompok dengan

kelompok, dan

pedagang dengan

pembeli.

3 Riesti

Triyanti,

Christina

Yuliaty dan

Tenny

Apriliani.

2014.

Peran

Jaringan

Sosial

Nelayan

Pada

Pemasaran

Tuna,

Cakalang,

Dan

Tongkol:

Studi Kasus

Di Kota

Kendari

Metode

kualitatif

Teknik simple

random

sampling

Terdapat 16

informan

Observasi,

wawancara,

dokumen,

Studi pustaka.

Jaringan sosial ditinjau

dari tujuan hubungan

sosial yang membentuk

jaringan sosial dibagi

menjadi tiga jenis yaitu

(1) Jaringan kekuasaan

(power) (2) Jaringan

kepentingan (interest)

dan (3) Jaringan

perasaan (sentiment)

(Ruddy, 2007)

Jaringan sosial

antar nelayan

dengan bos

tidak hanya

terbatas pada

jaringan kerja

produksi saja,

namun atas

kehidupan

sosial lainnya.

Jaringan sosial

memberikan

keuntungan

meningkatkan

efisiensi usaha

penangkapan

dan pemasaran

untuk

dikembangkan

di Kota

Kendari

4

Johan Jatu

Wibawa

Putra.

2010.

Jaringan

Sosial

Pengusaha

Tempe

Dalam

Kelangsunga

n Usaha Di

Debegan

Deskriptif

kualitatif

Data

primer dan

data

sekunder

Wawancar

a dan

observasi

Maximum

variation

sampling

Teori tindakan sosial

Max Weber. Ia melihat

bahwa tindakan sosial

individu dalam

merespon suatu hal atau

peristiwa dilakukan

sepanjang tindakan

tersebut memberikan

arti subjektif kepada

tindakan itu.

Hubungan antara

jaringan sosial yang

berdasarkan pada

hubungan individu

sangat berkaitan

dengan

keberlangsungan

usaha dari aspek

permodalan, sumber

daya manusia,

produksi serta

pemasaran.

14

*Sumber: Jurnal, Skripsi, Tesis dan Disertasi penelitian terdahulu terkait Jaringan Sosial

5 Robertus

Kennedy.

2010.

Jaringan

Sosial

Industri

Kecil (Studi

Kasus

Tentang

Modal Sosial

dalam

Pembentukan

Jaringan

Sosial di

Sentra

Industri

Kerajinan

Kulit di

Dusun

Manding

Metode

Kualitatif

Observasi

(pengamat

an

langsung)

dan

wawancara

Jaringan didasarkan

kepada ikatan

kekeluargaan,

pertemanan, atau

persahabatan, memiliki

pola hubungan sosial

yang bersifat kepatuhan

(patron-klien),

kesetiaan. (Lawang,

1994)

Pola jaringan

sosial bersifat

informal

dengan

cakupan

internal dan

eksternal.

Pembentukan

jaringan sosial

melalui

interaksi dan

komunikasi

yang

mendalam

melahirkan

kepercayaan

diantara

mereka yang

merupakan

modal sosial

jaringan itu

sendiri

Adanya

paguyuban

Karya

Sejahtera

sebagai bentuk

konkrit

jaringan

kerjasama

untuk

mempertahank

an dan

mengembangk

an kegiatan

industry kecil

kerajinan kulit

15

Sebagai pembanding, berikut persamaan serta perbedaan antara

literatur sebelumnya dengan penelitian ini:

Literatur pertama oleh Ichsan Pramatya, persamaan ditemukan pada

metodologi penelitian yang dipakai penulis yaitu kualitatif deskriptif.

Perbedaannya, secara mendasar yaitu Ichsan melihat fenomena pedagang ini

untuk menjelaskan modal sosial dari pedagang tersebut sedangkan penulis

disini melihat pedagang untuk menjelaskan jaringan sosialnya. Dari segi

tempat dan lokasi yang dilakukan oleh Ichsan berbeda dengan penulis.

Literatur kedua oleh Mita Permata Sari, persamaan ditemukan pada

fokus penelitian yaitu hubungan antar aktor membentuk pola jaringan sosial

didalam pasar malam Cibadak itu sendiri. perbedaannya adalah bahwa Mita

menggunakan teori jaringan Barry Wellman untuk menjelaskan pola

jaringan sosial sedangkan penulis menggunakan teori jaringan oleh Mark

Granovetter. Selain menjelaskan pola hubungan jaringan sosial penulis juga

menjelaskan faktor pendukung lain bagi para pedagang ini untuk

mempertahankan aktifitas perdagangannya.

Literatur ketiga oleh Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny

Apriliani. Kesamaan terdapat pada melihat permasalahan dari sudut

pandang pola jaringan sosial. Perbedaannya terletak pada studi kasus dan

teori yang digunakan berbeda. Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny

Apriliani menggunakan teroi jaringan sosial oleh Ruddy yaitu jaringan

dibagi menjadi 3: (1) Jaringan kekuasaan (power) (2) Jaringan kepentingan

16

(interest) dan (3) Jaringan perasaan (sentiment). Sedangkan penulis

menggunakan prinsip konheren jaringan sosial Mark Granovetter dalam

memahami hubungan antar aktor yang membentuk pola jaringan sosial.

Literatur keempat oleh Johan Jatu Wibawa Putra., kesamaan terletak

pada metodologi penelitiannya yaitu kualitatif deskriptif. Perbedaannya,

secara signifikan ditemukan pada subjek penelitian dan lokasi tempat

penelitian juga berbeda. Demikian pula dengan teori, Johan Jatu Wibawa

Putra menggunakan teori tindakan sosial oleh Max Weber, sedangkan

penulis menggunakan teori Mark Granovetter dalam memahami hubungan

antar aktor yang membentuk pola jaringan sosial.

Terakhir, literatur dari Robert Kennedy. Perbedannya, dari segi tema

dan studi kasus yang diteliti berbeda serta teori yang digunakan juga

berbeda. Teori yang digunakan oleh Robertus adalah teori Robert M.Z

Lawang yang berpendapat bahwa didalam jaringan didasarkan kepada

ikatan kekeluargaan, pertemanan, atau persahabatan, memiliki pola

hubungan sosial yang bersifat kepatuhan (patron-klien), kesetiaan.

Sedangkan penulis menggunakan teori jaringan Marc Granovetter dalam

memahami hubungan antar aktor yang membentuk jaringan sosial.

Berdasarkan 5 penelitian terdahulu yang terkait dengan jaringan

sosial pada umumnya menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

instrument wawancara, observasi, dan kajian pustaka. Namun, dalam

penelitian ini penulis menggunakan Teori Jaringan Sosial menggunakan

17

prinsip jaringan sosial dalam memahami hubungan antar aktor yang

membetuk pola jaringan sosial antar pedagang di pasar malam.

Penelitian ini penting untuk menjelaskan kaitan antara jaringan

sosial dengan pedagang di pasar malam yang dilihat dari hubungan antar

aktor yang kemudian membentuk pola jaringan sosial serta menjelaskan

sampai kepada tahap konflik yang terjadi di pasar malam dan juga faktor

pendukung selain jaringan sosial bagi para pedagang ini dalam

mempertahankan kegiatan perdagangannya.

E. Kerangka Konsep

a. Jaringan Sosial

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta

antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu

kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi

bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal. Hubungan

sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi

antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat

resiprosikal (Damsar, 2002:157).

Suparlan (1982:1-2) Jaringan sosial merupakan proses

pengelompokkan yang terdiri atas sejumlah orang (sedikitnya tiga orang)

yang masing-masing mempunyai identitas tersendiri dan dihubungkan

18

melalui hubungan sosial yang ada. Melalui hubungan sosial tersebut,

mereka dapat dikelompokkan sebagai satu kesatuan sosial.

b. Pedagang

Pedagang adalah seseorang yang memperjual belikan barang

kepada konsumen baik itu secara langsung ataupun tidak langsung

dengan tujuan untuk memperoleh dan mencari keuntungan. Menurut

Sugiharsono, Pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli

barang dan menjualnya kembali tanpa merubah bentuk atas inisiatif dan

tanggung jawab sendiri dengan konsumen untuk membeli dan

menjualnya dalam partai kecil atau persatuan.

Menurut Geertz dalam Damsar (1997: 107) dapat disimpulkan bahwa

pedagang dibagi atas:

1. Pedagang profesional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas

perdagangan merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi

keluarga.

2. Pedagang semi profesional adalah pedagang yang mengakui aktivitasnya

untuk memperoleh uang, tetapi pendapatan dari hasil perdagangan

merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga. Derajat tambahan

tersebut berbeda pada setiap orang dan masyarakat.

3. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk atau

barang dari hasil aktivitas atas substensi untuk memenuhi ekonomi

rumah tangga.

19

4. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan

karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu

luang. Pedagang jenis ini tidak mengharapkan kegiatan perdagangan

sebagai sarana untuk memperoleh uang, malahan mungkin saja

sebaliknya ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang.

c.Pasar

Menurut Damsar (1997: 101) istilah pasar dalam kajian sosiologi

ekonomi diartikan sebagai salah satu lembaga paling penting dalam institusi

ekonomi yang menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi, berfungsinya pasar

tidak terlepas dari aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang. Aspek

yang tidak kalah menarik dalam pasar adalah aspek ruang dan waktu serta tawar-

menawar yang terjadi di pasar.

Secara sederhana pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para

penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Transaksi yang terjadi bisa

berupa jual beli produk, baik barang maupun jasa. Namun, semakin

berkembangnya zaman kini penjual dan pembeli tidak harus bertemu di suatu

tempat untuk melakukan transaksi, tetapi cukup melalui sarana elektronik,

seperti telepon, atau melalui internet.

F. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka teori jaringan yang

dikemukakan oleh Mark Granovetter. Granovetter (1985) mengetengahkan

gagasan mengenai pengaruh struktur sosial terutama yang dibentuk berdasarkan

20

jaringan terhadap manfaat ekonomis khususnya menyangkut kualitas informasi.

Menurutnya terdapat empat prinsip utama yang melandasi pemikiran mengenai

adanya hubungan pengaruh antara jaringan sosial dengan manfaat ekonomi

yakni: pertama, norma (norm). Kedua, lemah atau kuatnya ikatan (ties). Ketiga,

peran lain yang menjembatani aktor dan yang terakhir, adanya konsep

keterlekatan (embededness) dalam kaitannya dengan perilaku ekonomi.

Dalam penelitian ini, pendekatan jaringan sosial digunakan untuk

menganalisis keterkaitan hubungan-hubungan sosial dari pedagang di pasar

malam dengan memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dalam rangka

mempertahankan keberadaan aktivitas perdagangannya. Adanya jaringan ini

juga berguna untuk mengetahui informasi yang berhubungan dengan peluang

dagang di pasar malam ataupun peluang dagang di tempat lainnya selain di pasar

malam. Para pedagang di pasar malam dalam menjalankan aktivitas dagangnya

akan membentuk hubungan dengan siapa saja sejauh hubungan yang terjadi

mempunyai arti penting baginya secara sosial maupun ekonomi.

Jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan. Tingkatan jaringan

menurut Damsar (2009) adalah dapat dilihat dari 3 tingkatan yaitu: (1) Jaringan

mikro, adalah jaringan sosial yang terjalin antar individu atau antar pribadi.

Jaringan ini merupakan suatu jaringan yang selalu ditemukan dalam kehidupan

kita sehari-hari. Memiliki 3 fungsi yaitu sebagai pelicin, jembatan, dan sebagai

perekat. Sebagai pelicin, jaringan sosial memberikan kemudahan untuk

mengakses bermacam barang atau sumber daya langka seperti informasi, barang,

21

jasa, kekuasaan, dan sebagainya. Sebagai jembatan, jaringan ini dapat

memudahkan hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dengan

demikian, ikatan yang ada dapat menjembatani pembentukan hubungan sosial

dengan pihak lain, yang dapat pula bermuara pada pembentukan jaringan sosial

baru. Sebagai perekat, jaringan sosial antar individu memberikan tatanan dan

makna pada kehidupan sosial. Dalam hal ini muncul sebuah kepercayaan dan

tingkat keuntungan bersama antara kedua belah pihak dan kemudian terikat satu

sama lain. (2) Jaringan meso, adalah hubungan yang dibangun oleh para aktor di

dalam kelompok sehingga terbentuk suatu ikatan. Jaringan sosial ini dapat

ditemui dalam berbagai kelompok seperti ikatan alumni (pelatihan, sekolah, atau

perguruan tinggi), paguyuban (ikatan keluarga bedasarkan marga), ikatan profesi

(Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Sosiologi Indonesia, dsb). (3). Jaringan makro,

adalah jaringan yang terbentuk antar dua kelompok atau lebih. Dengan demikian

jaringan makro dapat berupa ikatan antar pedagang berupa organisasi, institusi,

atau negara. (Damsar, 2011: 160-166).

Dalam hal ini, pendekatan tentang jaringan sosial digunakan untuk

menganalisis hubungan-hubungan sosial yang terjadi antar pedagang di pasar

malam dan memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki untuk melancarkan

usaha yang dimilikinya.

22

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan deskriptif. Menurut Sugiyono (2007) metode penelitian

kualitatif adalah:

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada generalisasi. Kriteria dalam metode penelitian

kualitatif ini adalah data yang pasti. Untuk mendapatkan data yang pasti maka

diperlukan sumber data dan berbagai teknik pengumpulan data. Dalam penelitian

kualitatif melakukan analisis data merupakan hal yang penting untuk membangun

hipotesis.” (2007: 1-3).

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan

tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, 1998:5). Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan metode kualitatif dimana teori berperan penting dalam

membentuk hasil penelitian. Hasil penelitian ini menggambarkan pola terbentuknya

jaringan sosial pedagang di pasar malam. Penulis menggunakan pendekatan

kualitatif agar lebih mendalami dalam mengeksplorasi permasalahan dan

menekankan makna jaringan sosial sampai kepada tahap konflik.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dipilih oleh peneliti didasarkan oleh kriteria-kriteria

tertentu dan bukan dari sembarang informan. Subjek penelitian yang diambil adalah

para pedagang di pasar malam, pengelola pasar malam dan pembeli di tempat pasar

23

malam Desa Cibadak sebanyak 8 orang informan yang menjadi subjek dalam penelitian

ini. 4 orang infoman utama dengan 4 informan pendukung. Dalam menentukan subjek

penelitian ini, penulis memilih informan dengan kriteria-kriteria tertentu yang

dibutuhkan untuk penelitian ini. Berikut merupakan data mengenai informan:

Table 1.2

Profil Informan

No Nama

Informan

Jenis

Kelamin

Jenis Dagangan Usia Pendidikan

Terakhir

Etnis

1. Titi Perempuan Baju Dalam 25th

SMA Sunda

2. Sarimin Laki-laki Dompet Dan

Aksesoris

21th

SMP Lampung

3. Yanti Perempuan Snack

“Kriuk”

27th

SMA Sunda

4. Saripuddin Laki-laki Aksesoris HP 29th

SMP Lampung

5. Rahmat Laki-laki Pengelola dan

pedagang

kaos kaki

49th

SMA Padang

6. Desi Perempuan Pembeli 24th

Karyawan -

7. Melinda Perempuan Pembeli 22th

Mahasiswa -

8. Ulfa Perempuan Pembeli 35th

Ibu Rumah

Tangga

-

Sumber: Data Wawancara Informan, 2017

Pemilihan informan tersebut dipilih atas dasar tiga hal; (1)

mendapatkan data kasus yang terbilang unik dan spesifik, (2) menyeleksi

anggota populasi subjek penelitian guna mendapatkan data yang akurat, (3)

24

mengindentifikasi beragam informasi dengan investigasi yang mendalam

(Neuman, 2007: 143).

Adapun kriteria dari subjek penelitian ini adalah: (1) merupakan

orang yang berpengaruh dalam jalannya aktivitas perdagangan di pasar

malam; (2) subjek merupakan orang yang terlibat langsung dalam aktivitas

yang dilakukan di pasar malam.

Dalam temuan di lapangan, mayoritas para pedagang yang bekerja

sebagai pedagang di pasar malam adalah dari suku Sunda dan Padang. Dari

segi informan, peneliti mengambil bedasarkan usia yang bervariasi mulai

dari 20 Tahun sampai dengan umur 50 Tahun dan dari usia dan jenis

dagangan yang ditawarkan pun berbeda-beda karena setiap pedagang

memiliki kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Desa Cibadak Kecamatan Cisauk

Kelurahan Suradita dan berada didekat Jalan Raya Cisauk

b. Waktu Penelitian

Waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan penelitian ini mulai dari

mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data yang didapat adalah

dari bulan September 2017 sampai dengan Februari 2018.

25

3. Sumber Data Penelitian

Menurut Lofland dan Lofland (dalam Moleong, 2005: 157) sumber data utama

dalam penelitian kualitatif yaitu kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ada dua macam, yakni data primer dan data sekunder.

a. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan melalui wawancara dan

observasi (pengamatan langsung) dengan mengamati lingkungan sekitar

di pasar malam dan tanya jawab kepada para pedagang di pasar malam

Desa Cibadak.

b. Data Sekunder yaitu data yang meliputi buku-buku, artikel, dan jurnal

melalui media online yang berhubungan dengan topik dalam penelitian

ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis

dalam sebuah penelitian, karena sesuai yang kita tahu bahwa tujuan dari

penelitian itu sendiri adalah untuk mencari data. Dengan melihat dari segi cara

atau pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan

adalah dengan dilakukan observasi serta wawancara.

a. Observasi

Menurut Marshall (1995) dalam Sugiyono menyatakan bahwa

“throught observation, the reseacher learn about behavior and the meaning

26

attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang

perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Dengan melihat berbagai macam pengertian observasi yang telah

dikemukakan diatas maka dalam penelitian ini peneliti ingin melihat

gambaran kegiatan, mengobservasi bagaimana pola pembentukan atau

jaringan sosial antar pedagang di pasar malam. Observasi ini dilakukan

untuk mengetahui seberapa luas jaringan sosial yang dimiliki oleh pedagang

di pasar malam. Dalam melakukan kegiatan observasi, penulis melakukan

beberapa kali observasi, hal ini bertujuan agar mengetahui perilaku dan

interaksi yang terjadi antara beberapa informan dalam lingkungan pasar

malam.

b. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti dan juga peneliti ingin mengetahui hal-

hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self-report, atau

setidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. (Sugiyono, 2007:

72). Dengan melihat pengertian dari pendapat diatas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa interview (wawancara) merupakan suatu alat

komunikasi langsung dengan cara mengumpulkan data yang

27

mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak langsung secara

lisan atau tatap muka (face to face) dengan sumber data. Hal ini

merupakan cara penulis berhubungan langsung dengan sumber data.

Wawancara ini suatu alat pengumpulan data dengan menggunakan

metode tanya jawab atau pertanyaan dan jawaban yang dikemas secara

lisan kepada ruang lingkup pedagang pasar malam.

Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan data-data

mengenai bagaimana jaringan sosial mendorong eksistensi pedagang di pasar

malam dan juga mendapatkan gambaran dari informan yang tidak dapat

ditangkap melalui teknik obeservasi. Dalam proses wawancara, penulis

menggunakan alat bantu berupa perekam suara untuk merekam wawancara

antara peneliti dengan informan. Kemudian data yang telah terkumpul

dianalisis bedasarkan hasil dari penelitian tersebut. Dalam proses wawancara

terdapat hambatan yang penulis hadapi yaitu pertama tertutupnya para

pedagang dengan pihak pengelola pasar malam dengan penulis, sehingga

penulis harus aktif melakukan pendekatan dengan para pedagang dengan

pihak pengelola pasar malam tersebut. Kendala kedua yang dihadapi adalah

wawancara dengan informan dilakukan sampai tiga kali pada beberapa

informan karena kurangnya informasi yang didapatkan sehingga

membutuhkan waktu tambahan untuk mendapatkan data yang diinginkan

serta hambatan ketiga adalah karena waktu. Karena waktu wawancara yang

dilakukan malam hari sehingga membuat penulis terhambat untuk

28

melakukan wawancara secara mendalam kepada informan. Selain itu,

penulis juga harus menyesuaikan waktu dari informan, misalnya ketika

banyak pembeli yang datang maka wawancara dengan informan tersebut pun

ikut terhenti.

5. Metode Analisis Data

Setelah data terkumpul maka teknik selanjutnya adalah pengolahan data.

Menurut Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2007: 183-184) analisis

data kualitatif dilakukan beberapa tahapan. Pertama, reduksi data seperti

memilih hal-hal yang pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Adapun yang

direduksi dalam penelitian ini adalah data mengenai permasalahan penelitian

yang kemudian dilakukan ke dalam yaitu: bentuk jaringan sosial yang terbentuk

di Pasar Malam Cibadak serta faktor pendukung pedagang dalam

mempertahankan aktifitas perdagangannya. Kedua, penyajian data yang

merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penyajian data

ini dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar, keterkaitan serta tabel yang

dilengkapi dengan uraian penjelasan. Ketiga, teknik pengumpulan data untuk

menganalisis data dengan menyusun kata-kata dalam tulisan yang lebih luas

dengan kerangka sosiologi. Keempat, penarikan kesimpulan yang merupakan

kegiatan yang berupa pengambilan intisari dan penyajian data yang merupakan

hasil dari analisis yang dilakukan dalam penelitian atau kesimpulan awal yang

29

sifatnya sudah matang, serta merupakan tahap akhir dari keseluruhan hasil

penelitian.

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun pembahasan menjadi

beberapa bagian dari sistemaika penulisan sebagai berikut:

Bab I PENDAHULUAN. Pada bab ini, penulis menguraikan masalah

yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini, perumusan masalah dan tujuan dari

penelitian Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam. Bagian ini, penulis juga

menguraikan teori-teori jaringan sosial – yakni ikatan antar aktor – yang dipakai

sebagai kerangka dari penelitian ini. Juga pada bagian ini, penulis menguraikan

metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab II SERBA-SERBI PASAR MALAM CIBADAK. Pada bab ini

berisi sejarah dan perkembangan pedagang di pasar malam, realitas kehidupan

masyarakat di pasar malam – kondisi sarana prasarana, kondisi perdagangan,

dan kondisi perekonomian pedagang pasar malam.

Bab III BENTUK JARINGAN SOSIAL PASAR MALAM CIBADAK.

Pada bab ini merupakan bagian terpenting dari penulisan skripsi, berisikan

tentang pembahasan teori yang dikonversikan kepada data-data yang ditemukan.

30

Bab IV PENUTUP. Pada bab ini berisi kesimpulan skripsi ini sekaligus

menjadi penutup. Juga pada bagian ini berisi masukan atau rekomendasi untuk

para peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang jaringan sosial.

31

BAB II

SERBA-SERBI PASAR MALAM CIBADAK

A. Letak Geografis Kelurahan Suradita

Lokasi penelitian ini terletak di Jalan Raya Cisauk, Desa Cibadak,

Kelurahan Suradita, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Tempat Pasar Malam

Lokasi Pasar Malam

32

B. Kondisi Demografis Kelurahan Suradita

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Suradita Menurut Jenis Kelamin Bulan Oktober

2017

NO Jenis Kelamin Jumlah Penduduk

1 Laki-laki 14.594

2 Perempuan 14.103

TOTAL 28.697

(Sumber: Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017)

Berdasarkan hasil data yang diperoleh di kelurahan, jumlah penduduk

Kelurahan Suradita adalah 28.697 jiwa atau Kepala Keluarga (KK), yang

terdiri dari 14.594 Kepala Keluarga (KK) laki-laki dan 14.103 Kepala

Keluarga (KK) perempuan. Jika melihat jumlah penduduk dari segi jenis

kelamin, maka dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki adalah yang

paling banyak yaitu 14.594 jiwa dan jumlah penduduk yang berjenis

kelamin perempuan sebanyak 14.103 jiwa. Jadi dapat disimpulkan bahwa

ternyata perbedaan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tidak beda

jauh selisihnya hanya sekitar 400 jiwa ini artinya keduanya sebenarnya

mempunyai peran yang sama dan tidak terlalu menonjol kesenjangan

gendernya. Kalau dalam persen, bisa dibilang 50 % - 50 %.

33

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Tingkat Pendidikan Bulan

Oktober 2017

NO Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

1 Tidak Tamat SD 3.938 4.182

2 Tamat SD 3.407 3.298

3 Tamat SLTP 3.052 2.898

4 Tamat SLTA 2.568 2.681

5 Diploma 591 563

6 S1 429 415

7 S2 321 308

8 S3 0 0

(Sumber: Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017)

Dengan melihat data jumlah penduduk Suradita berdasarkan tingkat

pendidikan, bisa dilihat jumlah penduduk yang tidak sampai tamat SD (Sekolah

Dasar) memiliki jumlah penduduk yang paling banyak dan bahkan penduduk yang

memiliki tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu S1, S2 dan S3 jumlah

penduduknya yang paling rendah. Ini berarti dengan jumlah penduduk yang tidak

sampai tamat SD menjadi PR bagi pemerintah sekitar mengapa masih ada saja

penduduk yang tidak mengeyam pendidikan yang tinggi padahal saat ini saja

sekolah SD sudah gratis. Dimana kita tahu bahwa tingkat pendidikan menjadi tolak

ukur kualitas penduduk disuatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang

34

dienyam oleh penduduk maka semakin baik pula kualitas SDM yang ada dalam

suatu wilayah. Namun selain tingkat pendidikan, harus dilengkapi dengan berbagai

keterampilan melalui pelatihan-pelatihan.

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Suradita Berdasarkan Jenis Pekerjaan Bulan

Oktober 2017

NO Pekerjaan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

1 PNS 2.912 1.961

2 Karyawan Swasta 4.848 3.333

3 Pedagang 806 1.194

4 Buruh 2.555 2.828

5 Jasa Lain 585 597

6 Pengangguran 3.746 3.286

(Sumber: Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017)

Dengan melihat jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan, bisa dilihat

penduduk wilayah Suradita paling banyak bekerja sebagai karyawan swasta. Dan

mirisnya lagi bisa dilihat kalau penduduk yang tidak bekerja atau pengangguran ini

menempati jumlah penduduk terbanyak kedua. Lagi dan lagi yang menjadi PR

pemerintah setempat mengapa bisa sekian banyak jumlah penduduk yang tidak

bekerja padahal sudah dijabarkan pada data jumlah penduduk berdasarkan rentang

35

usia bahwa usia-usia produktif atau usia bekerja menempati jumlah terbanyak

penduduknya.

Berdasarkan pemaparan penyajian data diatas, bisa ditarik kesimpulan

bahwa permasalahan yang dihadapi pemerintah setempat adalah rendahnya tingkat

pendidikan yang dimiliki usia angkatan kerja dan juga jumlah masyarakat

penganggurannya yang masih banyak dikarenakan lapangan pekerjaan yang tidak

tersedia. Oleh karena itulah masyarakat dengan usia angkatan kerja yang tidak

terdidik dan tidak mempunyai keahlian tertentu, menjadikan berdagang sebagai

salah satu mata pencaharian yang harus mereka jalani untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sebagaimana data diatas bahwa masyarakat yang ada di Kelurahan

Suradita yang pekerjaannya sebagai pedagang memiliki jumlah yang cukup banyak.

C. Perkembangan Dan Kondisi Pasar Malam Cibadak

Pasar malam ini dibangun pada tahun 2007 atau sekitar 10 tahun yang

lalu dan awalnya Pasar Malam Cibadak ini tidak ramai pedagang sebagaimana

sekarang ini. Dulu hanya terdapat 10 pedagang yang berdagang di pasar malam

ini. Pasar Malam Cibadak ini tidak seperti pasar kebanyakan yang mempunyai

lapak permanen seperti kios, namun hanya berbentuk tenda untuk lapaknya.

Namun seiring berjalannya waktu banyak pedagang lain yang tertarik untuk bisa

menjajakan dagangannya disini dan mereka berasal dari daerah lain. Menurut

data terakhir yang diperoleh oleh penulis dari wawancara kepada ketua

pengelola bahwa jumlah lapak disini mengalami peningkatan yaitu saat ini

36

sebanyak 88 lapak. Untuk masalah perizinan dalam membangun pasar ini sudah

mendapatkan izin dari pemerintah setempat yaitu Kelurahan Suradita. Hubungan

yang terjalin diantara Kelurahan Suradita dengan pasar malam ini juga hanya

sebatas masalah perizinan.

Pasar malam ini terbentuk karena adanya inisiatif dari beberapa

pedagang yang ingin membuka pasar malam di wilayah Suradita untuk bisa

meningkatkan pendapatannya dan pada akhirnya ketua dari para pedagang ini

bertemu dengan bapak Suyoto yang mempunyai tanah kosong didaerah Desa

Cibadak yang masuk ke dalam wilayah Suradita. Bapak Suyoto ini mempunyai

hubungan saudara terhadap ketua pengelola di pasar malam ini. Keberadaan

pasar malam ini sebenarnya begitu penting bagi keberadaan jaringan sosial

pedagang pasar malam. Dibentuknya pasar malam ini sebenarnya mempunyai

tujuan yaitu untuk mengembangkan usaha bagi yang berdagang dan juga untuk

mencari rejeki bagi yang tidak punya pekerjaan.

Pasar malam ini hanya buka setiap Rabu malam. Penentuan Rabu malam

ini karena sebelumnya para pedagang sudah membuka pasar malam sejenisnya

di tempat lain seperti di Pasar Malam Cibogo dan Pasar Malam Mekarwangi dan

sudah disepakati kalau di malam tersebut para pedagang tidak ada kegiatan lain.

Kegiatan berdagang yang mereka lakukan di pasar malam ini berlangsung

dimulai dari jam 5 sore sampai dengan jam 10 malam, namun waktunya tidak

tetap. Dari sekian jumlah pedagang dari 88 lapak yang ada, ketua pengelola

pasar malam tersebut membagi pedagang berdasarkan jenis dagangan yang

37

dijual. Seperti kelompok pedagang baju, kelompok pedagang aksesoris HP,

kelompok pedagang mainan, kelompok pedagang sandal dan lain-lain. Namun di

pasar malam ini mayoritas adalah pedagang yang menjual makanan dan pakaian.

Mengapa demikian? Karena memang pembeli disini lebih banyak memenuhi

kebutuhan primer seperti makanan dan pakaian dengan harga yang cukup

terjangkau untuk kalangan masyarakat yang menengah kebawah. Untuk jenis

pedagang lainnya seperti pedagang mainan juga relatif banyak karena

pengunjung anak-anak yang datang juga lumayan banyak. Selain itu untuk jenis

pedagang makanan di pasar malam ini banyak berbagai macam makanan, seperti

pedagang sosis bakar, tahu bulat, pedagang seblak, pedagang buahan-buahan,

dan jenis makanan lainnya yang memang kebanyakan menjual makanan

cemilan.

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis

ditemukan hal yang menarik yaitu orang yang berdagang di pasar malam ini tak

hanya berasal dari Desa Cibadak itu sendiri melainkan ada yang berasal dari luar

daerah wilayah Cibadak seperti yang sudah dijelaskan ada yang dari daerah

Bogor, Tangerang, bahkan diluar Pulau Jawa seperti Palembang, Lampung dan

juga Padang. Mereka yang berasal dari Pulau Jawa ini merupakan penduduk

yang merantau dan tinggal di Desa Cibadak. Adapun alasan mengapa mereka

jauh-jauh datang ke daerah ini karena memang mereka harus bisa bertahan hidup

ditengah masyarakat dengan bekerja sebagai pedagang karena kebanyakan dari

38

mereka tidak mengeyam pendidikan yang tinggi dan tidak mempunyai keahlian

tertentu selain berdagang.

Jenis dagangan yang ada di pasar malam ini beraneka ragam, seperti

pedagang baju anak-anak maupun dewasa, pedagang makanan, wahana mainan

anak-anak seperti kincir angin dan komidi putar, pedagang aksesoris dan

dompet, perabotan rumah tangga, dan barang kebutuhan hidup lainnya. Didalam

Pasar Malam Cibadak ini, kondisi perdagangannya sudah cukup tertib dan

berjalan dengan baik. Terdapat struktur seperti pemilik lahan, pengelola pasar

malam, dan para pedagang. Pemilik lahan ini bisa dikatakan dia seorang yang

disegani di lingkungan pasar malam oleh pengelola maupun pedagang itu

sendiri. Pengelola Pasar Malam Cibadak atau bisa dikatakan ketua dari para

pedagang disini mempunyai tugas sebagai pemberi keputusan dalam pembagian

lapak dan posisi nya pun disegani oleh pedagang karena dia yang akan mengatur

dalam pembagian lapak juga dengan adanya ketua pengelola ini sebagai

pengatur ketertiban dan keamanan dilingkungan pasar malam yang dibantu oleh

beberapa rekannya.

Dalam kegiatan di pasar malam ini, terdapat beberapa aturan yang mesti

ditaati oleh seluruh pedagang. Di Pasar Malam Cibadak, terdapat pedagang baru

dan pedagang lama. Aturan bagi kedua jenis pedagang ini bahwa pedagang baru

tidak boleh seenaknya menempati lapak untuk berjualan. Mereka harus

mengkonfirmasikan kepada pengelola apakah lapak tersebut sudah ada yang

ditempati terlebih dahulu oleh pedagang lama. Jika belum ada yang menempati,

39

pedagang baru boleh menempati tempat tersebut tetapi jika sudah ditempati,

mereka tidak boleh menempati lapak tersebut. Kecuali ketika pedagang lama

sudah tidak berjualan selama 3 kali dalam 3 minggu, barulah pedagang baru

berhak atas lapak berjualan tersebut.

Bagi para pedagang yang ingin berjualan di pasar malam ini juga

mempunyai kewajiban untuk membayar uang sewa seperti uang listrik dan uang

sewa lapak. Untuk biaya listrik sendiri yaitu berkisar 5.000 rupiah dan untuk

uang sewa lapak berkisar antara 30.000 sampai dengan 35.000 rupiah per hari.

Kewajiban yang mesti dibayarkan oleh setiap pedagang tentunya berbeda satu

sama lain ini dikarenakan setiap pedagang berbeda-beda dalam menggunakan

lapak ataupun menggunakan listrik. Jika penggunaan listrik dan penyewaan

lapaknya lebih banyak tentu akan bertambah biaya sewanya. Setelah pedagang

melakukan beberapa kewajiban yang sudah disebutkan, maka mereka akan

mendapatkan haknya yaitu mendapatkan aliran listrik serta tempat atau lapak

yang layak untuk mereka berdagang. Adapun perbedaan harga lapak itu didasari

dari luas lapak dan jenis barang dagangan yang dijual.

. Untuk mengetahui jumlah pedagang di pasar malam ini baik dari

pedagang lapak maupun pedagang kaki lima dengan berbagai jenis barang

dagangannya dapat dilihat pada tabel berikut:

40

Tabel 2.4

Jumlah Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan

Di Pasar Malam

NO Jenis Barang

Dagangan

Pedagang

Lapak

Pedagang

Kaki Lima

Jumlah

1 Sepatu/Sandal/Tas/Akseso

ris/HP

8 - 8

2 Pakaian/Baju/Luar/Dalam 10 - 10

3 Makanan Dan Minuman 3 20 23

4 Buah-buahan 5 3 8

5 Ikan 5 1 6

6 Wahana Permainan 3 - 3

7 Mainan 10 - 10

8 Kaos Kaki 10 - 13

9 Buku Anak-anak/Majalah 7 - 7

10 Jam - 3 3

JUMLAH 61 27 88

41

(Sumber: Wawancara dengan Bapak Rahmat, Ketua (Pengelola) Pasar Malam

Cibadak, 2017)

Dari tabel 2.7 diatas dapat dilihat, jumlah pedagang lapak lebih banyak

daripada jumlah pedagangan kaki lima. Memang pada dasarnya pasar malam ini

hanya diperuntukkan untuk pedagang yang memang ingin membangun lapak.

Bisa kita lihat juga kalau pedagang kaki lima itu didominasi oleh pedagang

makanan ataupun minuman ini dikarenakan seiring berjalannya waktu, ketua

pengelola juga ingin ada pedagang yang menjual makanan supaya warga sekitar

juga bisa kulineran dan tak hanya sekedar membeli barang kebutuhan rumah

tangga saja sehingga diberikanlah tempat bagi para pedagang makanan yang

ingin berjualan.

Didalam Pasar Malam Cibadak ini selain ada unsur pedagang dan

pembeli, ditemukan berbagai jenis pedagang dilihat dari jenis dagangannya. Ada

jenis karakteristik anggota pedagang di Pasar Malam Cibadak, yakni:

a. Pedagang Lama; pedagang jenis ini merupakan pedagang yang

berdagang sebagai mata pencaharian utamanya dan memang sudah

berdagang cukup lama di pasar malam sehingga mempunyai lapak

tetap.

b. Pedagang Baru; pedagang jenis ini merupakan pedagang yang baru

memulai berdagang pada waktu yang belum lama dan untuk lapak

42

sendiri mereka harus menunggu pedagang lama sampai tidak

berjualan sementara waktu baru bisa menempati lapak tersebut.

c. Pedagang Kaki Lima; pedagang jenis ini merupakan pedagang yang

memang tidak mempunyai lapak yang tetap seperti pedagang lama

maupun pedagang baru dan kebanyakan mereka hanya menjual

makanan dan minuman saja seperti tukang bakso, tukang somay dan

lain-lain. (Sumber: Wawancara dengan Pengelola (Ketua) Pasar

Malam Desa Cibadak)

Gambar 2.2 Suasana Jalan Raya Serpong-Cisauk Dan Pasar Malam

43

Seperti kita lihat pada Gambar 2.2 diatas, pasar ini letaknya cukup

strategis karena terletak di Jalan Raya Serpong - Cisauk dan dengan adanya

pasar malan yang berada di sisi kanan dan kiri jalan tersebut, ternyata sedikit

menimbulkan kemacetan karena ramainya pengunjung yang melewati jalan

tersebut. Pasar malam ini buka setiap Rabu malam memang banyak

pengunjung yang berkunjung untuk sekedar melepas penat setelah seharian

beraktifitas atau berbelanja barang kebutuhan, makan bersama keluarga dan

lain sebagainya. Pasar malam ini menjual barang kebutuhan harian seperti

pakaian, barang-barang elektronik, makanan tradisional, perabotan rumah

tangga, aksesoris dompet, dan lain sebagainya.

Gambar 2.3 Suasana Pasar Malam

Seperti yang terlihat pada Gambar 2.3, suasana pasar malam yang ramai

dan juga mendukung bagi para pedagang menjajakan dagangan serta hubungan

yang terjadi antara pedagang dengan pedagang lainnya atau bahkan dengan

44

pembeli terjalin lebih mudah karena tidak ada pembatasan bagi mereka untuk

berbincang satu sama lain. Perbincangan yang terjalin diantara mereka dapat

menimbulkan suatu jaringan yang menarik. Interaksi yang terjalin juga tanpa

adanya rekayasa dan suasananya begitu hangat.

Gambar 2.4 Suasana Parkir Motor Pasar Malam Cibadak

Gambar 2.5 Suasana Parkir Mobil Pasar Malam Cibadak

45

Seperti yang sudah dijelaskan pasar malam ini terdapat lahan parkir yang ini

merupakan hal yang penting. Disini para pengunjung dikenakan biaya parkir sebanyak

dua ribu rupiah untuk kendaraan bermotor. Seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 dan

Gambar 2.5 diatas.

Selain dari segi keuntungan, dengan adanya pasar malam ini bisa dijadikan

tempat hiburan bagi masyarakat juga. Apalagi untuk anak-anak kecil disana juga

terdapat wahana permainan anak dan atas dasar ini juga lah yang membuat keberadaan

pasar malam masih bertahan sampai saat ini.

D. Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak

Menurut data dari ketua pengelola pasar malam cibadak terdapat beberapa

sarana dan prasarana yang disediakan disini. Baik bagi pedagang maupun pengunjung

pasar malam itu sendiri. Adanya sarana dan prasarana ini keberadaannya juga penting

sebagai fasilitas yang disediakan di pasar malam ini. Berikut jumlah sarana dan

prasarana yang disediakan di pasar malam ini dalam bentuk tabel.

46

Tabel 2.8

Sarana Dan Prasarana Pasar Malam Cibadak

No Sarana Prasarana Jumlah

1 Lapak Makanan 37

2 Lapak Aksesoris (HP, Dompet, Sendal,

Mainan Dan Lain-lain)

28

3 Lapak Pakaian 10

4 Lapak Wahana Permainan 3

5 WC Umum 1

6 Parkir 2

Sumber: Hasil Wawancara dengan Ketua Pengelola Pasar Malam

Dari data diatas yang diperoleh penulis dari ketua pengelola pasar malam

bisa dilihat kalau kelompok lapak makanan adalah yang paling terbanyak

lapaknya di Pasar Malam Cibadak dengan jumlahnya sebanyak 37 buah

lapak. Mengapa demikian? Karena memang disini warga sekitar lebih

antusias untuk membeli makanan maka dari itu ketua pengelola lebih

memperbanyak pedagang makanan. Untuk posisi kedua yang terbanyak

lapaknya adalah untuk lapak Aksesoris yaitu sebanyak 28 buah lapak.

47

Selain itu yang lebih disayangkan adalah jumlah WC Umum yang

tersedia hanya satu buah dimana ini sangat kontras jumlahnya dengan

pengunjung pasar malam yang lumayan banyak dan ramai. Dan juga dilokasi

pasar juga masih minim mengenai kebersihannya karena hampir minim

ditemukan tempat sampah, biasanya kebersihan dilakukan setelah pasar malam

tutup oleh beberapa orang dari yang mengurus parkir atau pedagang makanan

disitu yang memang dagangannya mesti menggunakan tempat sampah

tersendiri.

E. Pendapatan Para Pedagang Pasar Malam Cibadak

Tentunya untuk pendapatan yang dimiliki oleh pedagang di pasar malam ini

berbeda-beda satu sama lain. Ini dikarenakan jenis dagangan yang dijajakan oleh

pedagang pun berbeda-beda. Selain itu juga pendapatan mereka pastinya

dipengaruhi oleh suasana pasar dan pengunjung yang datang. Kalau misalkan

pasar sedang ramai pembeli, para pedagang akan mendapatkan pendapatan yang

lebih banyak. Berikut ini adalah data pendapatan beberapa para pedagang di

pasar malam.

48

Tabel 2.9 Pendapatan Pedagang Pasar Malam Cibadak

No Nama

Informan

Jenis

Kelamin

Jenis

Dagangan

Pendapa

tan per

hari

1 TN Perempuan Baju Dalaman 150.000

1.000.00

0

2 SP Laki-laki Dompet Aksesoris 200.000

500.000

3 YN Perempuan Snack “Kriuk” 300.000

–400.000

4 SZ Laki-laki Aksesoris HP 500.000

750.000

Sumber: Data Wawancara Informan, 2017

Berdasarkan tabel diatas, bisa kita lihat pendapatan terendah dimiliki

oleh pedagang snack “kriuk”, karena memang ketika penulis melakukan

observasi, barang dagangan pedagang tersebut tidak banyak dan karena memang

49

barang dagangannya pun hanya makanan kecil saja yang harganya juga murah.

Jumlah pendapatan para pedagang pasar malam Cibadak sebenarnya cukup rata

dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis rata-rata

pendapatan yang diperoleh oleh pedagang pasar malam sekitar 200 ribu sampai

dengan 500 ribu rupiah per hari. Namun dalam hari-hari tertentu seperti bulan

puasa ataupun hari raya Lebaran pendapatan yang didapatkan bisa sampai

sekitar lebih dari 2-5 juta rupiah. Seperti informan Saripuddin mengungkapkan:

“Dulu juga pembelinya ngga seramai sekarang dan lebih laku zaman

sekarang dari yang dulu. jadi ya ada peningkatan gitu.apalagi kalo pas

puasa menjelang Lebaran, saya bisa dapet duit sekitar 4 jutaan. Kalo hari

biasa ya ngga sampe 1 juta juga, cukup buat kebutuhan sehari-hari.

”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017)

Berdasarkan hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa

pendapatan perhari-hari nya bagi para pedagang ini bisa dikatakan tidak tetap

yang berarti bahwa pendapatan ini tidak tentu dan tergantung pada situasi dan

kondisi dan tingkat konsumtif masyarakat sekitar. Misalnya pada hari raya

seperti puasa dan lebaran. Oleh karena itu berbelanja di hari raya memang

sudah seperti kebiasaan masyarakat yang dilakukan secara terus menerus

terutama bagi pembeli di pasar malam ini untuk memenuhi kebutuhan pokok

ataupun kebutuhan sekunder lainnya. Jadi tidak akan heran ketika pasar malam

dikunjungi oleh banyak pembeli dibanding hari biasa. Hal tersebut berdampak

baik bagi para pedagang karena dengan adanya hari raya bisa dimanfaatkan oleh

mereka untuk meningkatkan pendapatan mereka.

50

BAB III

BENTUK JARINGAN SOSIAL PASAR MALAM CIBADAK

Pembahasan pada bab ini berdasarkan keseluruhan data yang berhasil penulis

dapatkan dari penelitian lapangan terkait dengan bentuk jaringan sosial di dalam Pasar

Malam Cibadak, selanjutnya penulis akan lakukan analisa data dengan meminjan kajian

dari Mark Granovetter terkait dengan pembahasannya mengenai jaringan sosial.

1. Norma

Dalam pandangan Doob (1985) norma adalah “a standart of desirable

behavior”. Norma adalah peraturan-peraturan yang dari situ manusia diharapkan

mematuhinya dalam hubungannya dengan orang lain. Norma tidak hanya menyediakan

petunjuk-petunjuk perilaku yang baik dalam situasi tertentu tetapi juga memberikan

ekspetasi mengenai bagaimana orang lain akan merespon perilakunya. Dengan kata lain,

norma sering merujuk pada sekumpulan aturan yang diharapkan dan diikuti oleh

anggota. masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Berkaitan dengan jaringan sosial,

Granovetter menjelaskan tentang norma ini sebagai tata berperilaku. Menurutnya

Norma seperti aturan main yang dapat membawa pengaruh pada penyelenggaraan

jaringan itu sendiri.

Berkaitan dengan norma, di dalam pasar malam Cibadak ini tentunya terdapat

beberapa aturan yang mengatur perilaku-perilaku aktor atau pedagang ini agar aktivitas

perdagangan berjalan dengan baik. Beberapa aturan di pasar malam Cibadak ini lebih

menyangkut kepada aturan pembagian lapak. Seperti informan Titi menuturkan:

51

“palingan gini mas kalo masalah lapak kalo yang udah nempatin ditempat itu

sampe tiga kali ngga masuk (dagang) nanti bakalan jadi milik yang baru. terus

kalo misalnya dia ga dagang, bisa ditempatin gitu.”(Wawancara dengan Titi, 8

November 2017).

Hal menarik yang ditemukan oleh penulis adalah ternyata dalam pembagian

lapak dipasar malam ini bisa sampai menimbulkan sebuah konflik. Seperti yang sudah

dibahas sebelumnya pembagian lapak disini sudah ditentukan oleh ketua pengelola

dengan pedagang dengan adanya harga per lapaknya. Dan di pasar malam ini juga tidak

ada suatu persyaratan khusus untuk mendapatkan wilayah atau lapak yang strategis

karena pada dasarnya perbedaan hanya terletak pada besarnya lapak. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh informan Yanti, menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan

pembagian lapak. “…sama rata sih, soalnya mau dimana ditempatinnya sama aja. Yang

penting ikutin aturan yang dibikin ketua aja sih mas.”(Wawancara dengan Yanti, 8

November 2017)

Dalam pembagian lapak ada perbedaan yang didapatkan pedagang lama dengan

pedagang yang baru. Perbedaannya adalah dari segi kepemilikan lapak.Pedagang baru

tidak bisa seenaknya saja menempati lapak jika lapak tersebut sudah menjadi milik

pedagang lama dan ini harus dikonfirmasikan kepada ketua pengelolanya supaya bisa

diselesaikan, balik lagi bahwa peran adanya ketua pengelola ini bisa dibilang penting

sebagai penengah diantara para pedagang. Seperti informan Saripuddin menuturkan:

“… palingan mungkin yang ngga tahu peraturan disini asal nempatin lapak aja

padahal itu udah tempat pedagang lama. Paling disitu sih masalahnya tp ngga

berlangsung lama karena masing-masing udah ngerti.”(Wawancara dengan

Saripuddin, 15 November 2017).

52

Informan Rahmat sebagai ketua pengelola Pasar Malam memberikan

argumennya:

“paling masalah lapak aja, kadang-kadang pedagang baru belum tahu

aturan main disini, asal nempatin lapak aja padahal itu pemilik pedagang lama,

biasanya kalo udah gitu ya diomongin baik-baik. Secara kekeluargaan. Dan

biasanya juga udah sadar dengan posisinya masing-masing kalo mereka

pedagang lama maupun pedagang baru.” (Wawancara dengan Rahmat, 15

November 2017)

Berdasarkan hasil pemaparan yang sudah disampaikan penulis, bisa ditarik

kesimpulan mengenai norma atau aturan yang berlaku di pasar malam Cibadak ini

membawa pengaruh kepada jaringan pedagang yang ada di pasar malam tersebut yakni

ditemukannya konflik yang terjadi diantara pedagang maupun dengan pengelola

bahwasannya terdapat ketimpangan yang terjadi berupa pembagian lapak yang tidak

merata. Oleh sebab itu melahirkan konflik berupa rasa kecemburuan yang dialami

pedagang atas pendistribusian lapak dan juga sikap senioritasan yang terdapat pada

pedagang lama. Akibatnya menimbulkan semacam kolaborasi dan kompetisi bagi para

pedagang dalam memperebutkan lapak yang sesuai dengan keinginan. Karena di dalam

pasar malam ini tidak ada kelompok yang berkuasa antara satu dengan yang lainnya.

Adanya ketua pengelola sebagai satu-satunya pemilik kekuasaan (power) tertinggi di

pasar malam tersebut, hal tersebut sudah dapat diselesaikan dengan baik oleh para

pedagang di pasar malam atas dasar kesadaran yang dimiliki masing-masing individu.

53

2. Ikatan Lemah Dan Kuat Aktor

Penelitian yang dilakukan oleh Granovetter (1973; 1974; 1983) memperlihatkan

bahwa suatu ikatan, apapun bentuknya; lemah atau kuat, memberikan kemudahan dalam

menjalankan kehidupan. Ikatan yang lemah ditandai dengan waktu dan emosi yang

kurang intensif dan ikatan lemah tersebut bisa menjadi ikatan yang jaringannya kuat

memberikan basis motivasi yang lebih besar untuk saling membantu. Granovetter

melihat bahwa ikatan seperti ini penting dalam kehidupan kita. Ikatan lemah menjadi

kuat antara dua aktor misalnya dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok

yang kuat ikatan internalnya. Tanpa adanya ikatan seperti itu, kedua kelompok mungkin

akan terisolasi secara total. Seorang individu tanpa adanya ikatan akan menemukan

dirinya dalam keadaan terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya kuat dan akan

kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam

masyarakat yang lebih luas dan ini dapat menjadi kekuatan tersendiri dalam

membangun jaringan sosial.

Jika kita kaitkan mengenai ikatan kuat dan lemah yang terjalin diantara aktor

(pedagang) ini, bisa dijelaskan bahwa ikatan lemah merupakan hubungan perkenalan

yang terjalin diantara para pedagang yang membawa dampak yang baik bagi

keberlangsungan berdagang. Seperti informan Titi menuturkan:

“dulu suami saya emang udah dagang di pasar malam ini, jadi ya itung- itung

bantuin suami juga disini, suami tahu juga dari temannya mas yang suka dagang

di pasar malam yang ada di Cibogo. Saya sama suami selain di pasar malam

Cibadak kadang juga suka ikut juga ke pasar malam yang ada di Cibogo dari

temannya itu. Pokoknya yah semakin banyak kenalan makin banyak aja jalan

buat dagangnya.”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)

54

Selain informan Titi, informan Saripuddin juga menuturkan bahwa mulainya ia

berdagang disini bagaimana ia membangun hubungan perkenalan atau pertemanan

dengan orang lain “..Tau dari temen, kebetulan temen saya disini juga dagang disini,

temen saya ya si ketua pengelola itu. Saya ditawarin dagang disini”(Wawancara

dengan Saripuddin, 15 November 2017).

Setelah terjalin hubungan perkenalan atau pertemanan ini yang terus berjalan

dengan intens dikarenakan mereka yang selalu bertemu setiap minggunya, terjalin

hubungan yang begitu akrab dan ini direalisasikan dengan beberapa kegiatan diluar

pasar malam sebagaimana biasanya. Informan Saripuddin menuturkan: “..palingan

realisasinya dengan ngumpul sama temen-temen disini, kadang ya main bola, atau

sekedar makan-makan sih”(Wawancara dengam Saripuddin, 15 November 2017).

Adanya kegiatan yang terjadi diluar pasar malam ini juga diungkapkan oleh

informan Sarimin: “…paling kalo ketemuan kita suka maen bareng, kayak main bola

dan lain-lain mas. Kalo kumpul seringnya paling dipasar malam ini.”(Wawancara

dengan Sarimin, 8 November 2017).

Setelah ikatan lemah itu terjalin secara terus-menerus dan baik, maka ikatan

lemah ini bisa berubah menjadi sebuah ikatan kuat yang bisa menyebabkan suatu

kualitas hubungan itu menjadi baik. Jadi ketika para pedagang ini sudah menjalin

keakraban, maka hubungan yang terjalin pun seperti layaknya saudara atau keluarga.

Seperti yang dituturkan informan Sarimin: “..beuh! Disini kita udah kayak sodara

sendiri, udah kayak keluarga lah kalo dipasar malam”(Wawancara dengan Sarimin, 8

November 2017). Informan Titi juga mengungkapkan hal yang senada:

55

“hubungannya baik-baik aja. Malah kalo lagi sepi ya suka ngobrol. Obrolin apa

aja lah sambil curhat-curhat gitu, kadang kalo yg udah kenal lama, udah kayak

keluarga, kalo ada acara hajatan ada yang nikahan, misalnya, saya suka bantu-

bantu.”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)

Selain untuk meningkatkan kualitas hubungan, adanya ikatan kuat atau lemah ini

juga bisa membawa manfaat bagi para pedagang untuk bisa membangun jaringan yang

lebih luas. Seperti yang dituturkan oleh informan Saripuddin:

“sejauh ini saya membangun jaringan udah baik, karena saya ikut beberapa

kelompok pedagang dan itu ada manfaatnya juga, jadi kalo saya mau dagang

dimana aja udah banyak kenal, jadi ngga usah ribet-ribet lagi.”(Wawancara

dengan Saripuddin, 15 November 2017)

Informan Titi juga menuturkan bahwa jaringan yang ia bentuk membawa

manfaat ketika ia dan suami ingin berdagang ditempat lain:

“kalo saya sama suami udah keliling mas, kadang satu rombongan ke daerah

sekitaran serpong tangerang dagangnya. Jadi misalnya kalo udah ada temen

didaerah mana gitu gampang masuknya (dagangnya) gitu.”(Wawancara dengan

Titi, 8 November 2017)

Namun disamping ikatan yang terjalin diantara sesama pedagang ini berjalan

dengan baik, penulis juga menemukan gesekan-gesekan berupa konflik yang didasari

dengan kesalahpahaman diantara mereka. Seperti yang dituturkan informan Rahmat

yang merupakan ketua pengelola Pasar Malam Cibadak:

“paling masalah lapak aja, kadang-kadang pedagang baru belum tahu aturan

main disini, asal nempatin lapak aja padahal itu pemilik pedagang lama,

biasanya kalo udah gitu ya diomongin baik-baik. Secara kekeluargaan.”

(Wawancara dengan Rahmat, 8 November 2017)

Sebagaimana informan Rahmat, informan Yanti juga menyampaikan hal yang

sama mengenai konfik yang terjadi.

56

“paling bukan konflik sih, kayak mungkin pedagang yang baru yang belum tahu

aturannya asal nempatin lapak gitu padahal kan itu punya pedagang lama. Tapi

ya masalahnya ngga berlarut-larut, langsung dikasih tahu gitu sama ketuanya.

Udah kelar masalahnya.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).

Konflik yang terjadi tidak lebih dari sekedar persaingan diantara pedagang yang

menjajakan dagangan yang sama. Seperti yang diungkapkan informan Titi:

“paling kalo yang sama-sama dagangannya sama agak gimana gitu ya, agak suka

cemburu ya, wajar. tapi baik-baik aja sih, ngga ada masalah.. ngga pernah yang

berantem-berantem gitu sih masalah saingan.” (Wawancara dengan Titi, 8

November 2017)

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya kalau beberapa pedagang disini

memiliki dagangan yang sama untuk diperjual-belikan. Namun hal ini bukan menjadi

alasan bagi mereka untuk saling bersaing secara besar-besaran sampai memecah

kekerabatan yang terjalin diantara mereka. Persaingan yang terjadi diantara mereka

masih dalam kategori persaingan yang sehat. Seperti yang diungkapkan informan Titi:

“kalo sama pedagang yang sama-sama jual kolor begini sih ya hubungannya baik-baik

aja, ngga ada sih kayak rebutan pelanggan atau gimana kan rejeki udah ada yang ngatur

juga mas. Kalau yang beda dagangan sih hubungannya biasa aja mas” (Wawancara

dengan Titi, 8 November 2017)

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai ikatan lemah dan ikatan kuatnya aktor

yang sudah disampaikan penulis, bisa ditarik kesimpulan bahwa bagaimana ikatan

lemah yang terjalin diantara pedagang ini bisa menjadi sebuah ikatan yang kuat yang

diawali dengan hubungan pertemanan yang terjalin secara intens dan itu membawa

dampak yang nyata salah satunya dengan bagaimana mereka mempertahankan kegiatan

57

perdagangannya dengan cara membangun jaringan yang luas diberbagai tempat yaitu

pasar malam yang ada diwilayah Cisauk.

3. Peran Lain Yang Menjembatani Aktor

Granovetter dalam Damsar (2009) berpendapat bahwa inti penting dari sebuah

ikatan tidak terletak pada kualitas ikatan yang tercipta dalam sebuah kelompok akan

tetapi lebih pada cara yang dilakukan untuk membangun jaringan. Hal ini karena

dengan membangun jaringan seorang individu secara tidak langsung terikat. Selain itu,

ia juga menekankan pada keuntungan strategi yang dapat membuat individu terikat

dengan berbagai jaringan yang berbeda-beda. Implikasinya adalah arus informasi dapat

mengalir dari satu jaringan dengan jaringan lainnya.

Didalam Pasar Malam Cibadak ini terdapat para aktor seperti pedagang,

pembeli dan juga pengelola. Ditemukan juga bahwa terdapat peran lain yang ternyata

keberadaannya juga begitu penting didalam mereka berinteraksi satu sama lain

terutama yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan. Salah satu nya adalah dengan

media komunikasi yaitu telepon dan layanan pesan singkat atau yang kebanyakan orang

menyebutnya SMS. Peran media komunikasi semacam ini ternyata membawa dampak

yang baik bagi para aktor dalam berinterkasi terutama bagi pedagang dan juga pembeli.

Seperti informan Titi mengungkapkan: “… hubungannya baik-baik aja, kadang juga ada

yang suka pesen lewat telepon atau ngga pake whatsapp jadi pas yang beli mau dateng

kesini jadi enak barang pesenannya udah ada gitu. ”(Wawancara dengan Titi, 8

November 2017). Hal yang senada juga disampaikan oleh informan Desi sebagai

58

langganan salah satu pedagang di pasar malam ini bahwa media komunikasi berperan

penting. “kalo sama langganan sampe kenal nama malah, biasanya buat kontek-kontek

lewat telepon barang pesenan saya udah ada apa belum. Sebatas pesenan

aja”(Wawancara dengan Desi, 8 November 2017).

Selain sebagai “jembatan” bagi para pedagang dengan pembeli, adanya peran

media komunikasi ini juga berperan penting bagi para pedagang untuk membuat

hubungan kekerabatan mereka semakin erat. Seperti informan Saripuddin menuturkan:

“realisasinya dengan ngumpul sama temen-temen disini, kadang ya main bola,

atau sekedar makan-makan sih, kadang kita juga suka komunikasi lewat group

whatsapp buat janjian kalo misalnya mau jalan-jalan gitu satu kelompok

dagang.”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017).

Begitu juga dengan informan Titi yang menyampaikan bahwa komunikasi yang

terjalin diantara mereka tidak hanya melalui tatap muka namun juga dengan telepon

ataupun SMS sebagai media komunikasinya walaupun menurutnya komunikasi secara

langsung lebih baik :”biasanya sih kadang lewat chat di Whatsapp sms, atau telepon,

juga tapi seringnya sih sama pedagang disini ngobrol aja langsung gitu lebih

enak”(Wawancara dengan Titi, 8 November 2017).

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai peran lain yang menjembatani aktor

yang sudah disampaikan penulis, bisa ditarik kesimpulan bahwa peran lain yang

ditemukan di dalam Pasar Malam Cibadak adalah media komunikasi sebagai sarana

yang menjembatani bagi para aktor untuk berkomunikasi. Media komunikasi yang

ditemukan berupa telepon atau SMS yang menggunakan alat komunikasi HP

(Handphone). Dengan adanya media komunikasi ini memberikan semacam kemudahan

59

bagi para pedagang untuk bisa lebih membangun interaksi yang intens yang melahirkan

hubungan pertemanan dengan pedagang lainnya sehingga terbentuklah jaringan diantara

mereka untuk menjaga dan mempertahankan eksistensi dalam berdagang.

4. Keterlekatan Sosial

Dalam membahas jaringan, Granovetter menggunakan analisis konsep

keterlekatan. Granovetter memandang bahwa keterlekatan sosial berlangsung pada

realitas relasi sosial antar aktor ekonomi. Keterlekatan sosial terkandung dalam relasi

inter-personal aktor ekonomi dan jaringan sosial. Dengan demikian keterlekatan sosial

diekspresikan dalam interaksi aktor dengan aktor lain. Granovetter (1990) membedakan

dua bentuk keterlekatan, yaitu:

a. Keterlekatan Relasional

Keterlekatan relasional merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara

sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung diantara

para aktor. Konsep dari “disituasikan secara sosial” bermakna tindakan ekonomi yang

berhubungan dengan orang lain atau dikaitkan dengan individu lain. Dalam membahas

ini penulis akan mengkaitkan hubungan antara pedagang di pasar malam Cibadak dan

pembeli yang suka berkunjung ke pasar malam tersebut. Mengenai bagaimana

hubungan yang terjalin diantara pedagang dengan pembeli yang merupakan unsur

paling utama didalam aktifitas ekonomi perdagangan. Menurut beberapa informan

hubungan yang terjalin cukup baik. Sebagaimana informan Titi “…baik-baik aja sih,

60

malah ada yang jadi pelanggan mas, pesen-pesen daleman gitu” (Wawancara dengan

Titi, 8 November 2017).

Hubungan yang tercipta diantara pedagang dengan pembeli ini disebut dengan

hubungan pelanggan untuk menjelaskan keterlekatan relasional. Hubungan pelanggan

ini juga ditemukan oleh penulis bahwa adanya hubungan pertemanan dan juga

keramahan yang membuat proses jual-beli lebih terasa akrab. Seperti yang diungkapkan

oleh informan Yanti:

“…Yang penting kita ramah aja sama pembeli, kalo ada yang pesen disediain,

pokoknya selalu stock barang biar pelanggan ngga kabur. selain itu kalo emamg

pembelinya temen sih biasanya harganya suka saya kurangi. Harga temen lah

gitu istilahnya.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).

Hubungan pertemanan ini bisa mempengaruhi penetapan harga dalam aktifitas

perdagangan bahkan interaksi yang terjain diantara keduanya juga berada diluar pasar

malam tersebut. Seperti yang juga diungkapkan oleh informan Sarimin:

“…Kayak tetangga kontrakan dan siapapun yang saya kenal sih suka saya kasih

harga murah meriah. Kadang juga suka bantuin mereka kalo pelanggan lagi ada

hajatan ataupun acara-acara syukuran gt suka ngundang-ngundang.”(Wawancara

dengan Sarimin, 8 November 2017).

Informan Desi juga menutukan hal yang senada: “.. hubungannya baik aja,

malahan disini ada saya langganan beli makanan. Kalo kesini pasti saya mampir ke

dagangannya mas. Waktu itu sempet juga saya nikahan, saya ngundang juga pedagang

tersebut, udah jadi temen baik juga”(Wawancara dengan Desi, 8 November 2017).

Informan Melinda juga menuturkan hal yang senada: “ hubungannya biasa aja sih mas,

ya ada yang ramah kalo kita nanya-nanya harga doang gitu, ada yang ngerayu juga biar

61

laku dikasih murah lagi gitu asal belinya banyak.”(Wawancara dengan Melinda, 8

November 2017).

b. Keterlekatan Struktural

Keterlekatan Struktural adalah keterlekatan yang terjadi dalam suatu jaringan

hubungan yang lebih luas. Jaringan hubungan yang lebih luas, bisa merupakan institusi

atau struktur sosial. Thomas J. Sullivan dan Kendrick S. Thompson (1984)

mengemukakan bahwa struktur sosial merupakan pola interaksi yang terorganisir dalam

suatu kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, ketika individu yang satu dengan

individu yang lain pasti terjadi yang namanya interaksi atau komunikasi yang lambat

laun akan menciptakan sebuah perkumpulan individu atau yang dapat kita sebut dengan

kelompok. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis,

ditemukan beberapa kelompok yang terbentuk baik didalam maupun diluar pasar malam

sebagai akibat dari jaringan sosial yang terbentuk didalamnya. Namun sebelumnya,

penulis akan menjabarkan terlebih dahulu hubungan yang terjalin diantara para

pedagang sampai akhirnya terbentuklah kelompok tersebut.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis, di pasar

malam Cibadak ini hubungan yang tejalin diantara sesama pedagang berjalan dengan

cukup baik. Seperti yang dituturkan oleh Titi “……hubungannya baik-baik aja. Malah

kalo lagi sepi ya suka ngobrol. Obrolin apa aja lah sambil curhat-curhat.” (Wawancara

dengan Titi, Rabu 8 November 2017).

62

Para pedagang selain melakukan kegiatan perdagangan, ternyata hubungan

mereka terjalin diluar itu. Mereka juga tidak jarang melakukan obrolan yang membuat

hubungan diantara mereka bisa dibilang begitu akrab. Informan Sarimin juga

mengatakan hal yang demikian “….beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah

kayak keluarga lah kalo dipasar malam. kalo diluar pasar malam, biasanya kita juga

ngumpul-ngumpul sih.” (Wawancara dengan Sarimin, Rabu 8 November 2017).

Dari hubungan yang terjalin diantara pedagang dapat disimpulkan bahwa

mereka begitu saling menjaga dan memelihara hubungan baik sehingga menimbulkan

sebuah hubungan pertemanan. Komunikasi yang terjalin diantara para pedagang ini juga

lebih dari sekedar membicarakan hal-hal seperti kondisi pasar malam dan

sebagainya namun juga mengenai hal-hal yang sifatnya pribadi seperti layaknya

keluarga. Komunikasi yang terjalin secara terus menerus ini diantara sesama

pedagang ini tidak hanya terjadi di lingkungan pasar malam, namun juga terjalin diluar

lingkungan pasar malam sehingga terbentuklah suatu perkumpulan atau kelompok.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ditemukan adanya kelompok. Salah satunya

kelompok yang terdapat didalam pasar malam yaitu kelompok Arisan. Seperti yang

diungkapkan informan Titi:

“Ga ada. Palingan ya bayar iuran arisan aja, tapi sistemnya ngga yang kocokan,

mainnya giliran. Yang dapet arisan setiap sebulan sekali. manfaatnya ya sih ya

kalo buat yang baru dagang disini kan bisa lebih kenal, kan ngga mungkin cuma

ngerumpi doang disini kan, nah makanya diadain arisan, biar lebih akrab. Biar

lebih tahu masing-masing gitu mas. Kan ini pedagangnya juga dari berbagai

daerah juga, dengan adanya kelompok arisan kita sih ngerasa lebih disatukan aja

manfaat yang saya rasakan sih lumayan jadi banyak temen trus kalo ada apa-apa

enak jadinya bisa dibantu” (Wawancara dengan Titi, 8 November 2017)

63

Adanya kelompok arisan ini juga dibenarkan oleh informan Yanti namun

informan tidak mengikuti kelompok tersebut. “… Ada sih, ya kelompok arisan itu,

makan-makan ngumpul-ngumpul, tapi saya mah ngga ngikut. Soalnya saya ngurus anak

juga tapi disini banyak sih yang ngikut. (Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).

Selain kelompok arisan, disini juga terdapat kelompok yang dibentuk

berdasarkan jenis dagangannya. Seperti yang dituturkan oleh informan Sarimin yang

merupakan anggota dari kelompok aksesoris dan dompet. “…. kan disini ada ketua nya,

yang ngatur mana aja kelompok yang dagang daleman, dagang baju anak-anak, dagang

aksesoris dompet, nah saya satu rombongan sama kelompok aksesoris dompet

mas.”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017). Hal yang sama diungkapkan

oleh informan Yanti yang masuk kedalam kelompok makanan. “…Disini ada sih selain

dari kelompok arisan, ada kelompok pedagang makanan nah kebetulan saya ikut yang

kelompok makanan. ”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017)

Untuk masuk kedalam keanggotaan salah satu kelompok yang ada di pasar

malam tersebut tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan bisa dibilang cukup

mudah. Semua pedagang yang ada disana bebas memilih kelompok yang mereka

inginkan. Pastinya para pedagang masuk kedalam kelompok tertentu karena mempunyai

alasan dan kebanyakan dari mereka memang ingin memperkuat hubungan kekerabatan

mereka dengan pedagang lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh informan Titi “… ya

tahu nya dari sesama pedagang disini aja mas, jadi pas saya tahu ada kelompok arisan

ya saya ikutan gitu dan ingin bisa lebih kenal dengan pedagang lainnya.”(Wawancara

dengan informan Titi, 8 November 2017).

64

Sebagaimana informan Titi yang mengikuti kelompok Arisan, informan Yanti yang

mengikuti salah satu kelompok di pasar malam Cibadak mengatakan:

“… ya saya ikut ya kelompok pasar malam ini saja mas. Sesama pedagang

makanan prosesnya dari jenis dagangan yang kita jual palingan, kalo yang jual

makanan ya ikutkelompok penjual makanan, yang jual baju ikut kelompok

baju.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017).

Selain dari kelompok yang terbentuk didalam pasar malam, juga ditemukan

adanya kelompok yang terbentuk diluar Pasar Malam Cibadak. Salah satu pedagang

yang ada di pasar malam ini ada yang ikut turut aktif dalam kelompok diluar pasar

malam yaitu informan Saripuddin. Ia mengatakan bahwa untuk mengikuti organisasi ini

tidak dilandaskan dengan pemaksaan karena memang sifatnya tidak mengikat dan

mewajibkan pedagang lainnya untuk ikut. Sebagaimana yang diungkapkan informan

Saripuddin:

“…kalau saya sendiri sih ikut IPC (Ikatan Pedagang Cisauk) disitu isinya

pedagang semua yang ada di daerah Cisauk yang memang ikut kelompok ini,

jadi kalo ada pasar malam seain di Pasar Maam Cibadak ini kayak di Pasar

Malam Cibogo dan Pasar Malam Mekarwangi ya kita bisa nimbrung jualan tapi

ya ngga semua yang dipasar malam ini ikut keompok itu, disitu ngga ada

paksaan kalo mau ikut apa engga.” Wawancara dengan Saripuddin, 15

November 2017).

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai keterlekatan sosial dalam menjelaskan

jaringan sosial pedagang ini dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep ini bisa dikatakan

begitu penting. Bisa kita lihat pada keterlekatan relasional dimana disiniah terjadinya

interaksi antara pedagang dengan pembeli yang ketika interaksi ini berjalan terus

menerus secara intens maka akan menghasilkan hubungan pelanggan atau bahkan lebih

seperti hubungan pertemanan yang baik yang membawa manfaat bagi keduanya.

65

Hubungan sosial yang terjadi juga bukan hanya terjadi pada pembeli dengan pedagang

melainkan dengan sesama pedagang dan disini mereka mengembangkan relasi-relasi

sosialnya diluar pasar malam dengan membentuk berbagai macam kelompok tidak lain

untuk bisa mempertahankan kegiatan berdagangnya.

B.Faktor Pendukung Kebertahanan Pedagang Pasar Malam Cibadak

Dalam sub bab ini penulis akan membahas berbagai macam faktor pendukung

selain jaringan sosial itu sendiri yang merupakan salah satu faktor utama kebertahanan

bagi para pedagang untuk bisa selalu melakukan aktifitas perdagangannya. Faktor

pendukung kebertahanan para pedagang ini adalah bagaimana strategi mereka agar bisa

terus berdagang dimana kita tahu bahwa kegiatan berdagang ini sebagai mata

pencaharian utama bagi mereka. Ada beberapa faktor pendukung yang ditemukan oleh

penulis. Berikut penjelasannya:

1. Peran Media Sosial Sebagai Pemasaran Produk

Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan

secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi

ruang dan waktu. Media sosial dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian dasar

yaitu:

a. Social Networks, media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi. Seperti

Facebook, Whatsapp, MySpace, LinkedIn, dan lain lain.

b. Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan

obrolan dan diskusi. Seperti Google Talk, Yahoo! M, Skype, dan lain-lain.

66

c. Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file, video,

dan music. Seperti Youtube, Slideshare, Flickr, dan lain-lain.

d. Social Game, media sosial berupa permainan yang dapat dilakukan atau dimainkan

bersama-sama. Seperti Koongregate, Doof, Café.com, dan lain-lain. Keberadaan media

sosial ini memang sudah menjadi hal yang lumrah dan wajar di era perkembangan

teknologi saat ini. Media Sosial memungkinkan manusia untuk bisa saling

berkomunikasi satu sama lain dimanapun mereka berada dan kapanpun, tidak peduli

seberapa jauh jarak mereka, dan tidak peduli siang ataupun malam.

Seiring dengan berjalannya waktu media sosial ini mempunyai peran yang

cukup penting dan membawa dampak yang besar pada kehidupan kita saat ini. Salah

satu manfaat media sosial ini yang berkaitan dengan faktor pendukung kebertahanan

para pedagang ini salah satunya adalah pemasaran. Kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi memberikan semacam kemudahan bagi masyarakat terutama yang memang

mata pencahariannya berdagang untuk mempromosikan barang dagangannya. Dengan

adanya media sosial penjual yang sudah dimudahkan dengan adanya “lapak gratis” yang

disediakan di dunia maya tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis, ditemukan

bahwa dalam mempertahankan kegiatan berdagang, para pedagang ini tidak hanya

terpaku kepada satu tempat di Pasar Malam Cibadak ini saja, melainkan juga berdagang

lewat sosial media seiring dengan mengikuti perkembangan zaman. Seperti yang

diungkapkan Saripuddin:

67

“kalo saya dagang ga cuma di pasar malam ini saja sih, sekarang kan teknologi

udah macem-macem saya jualan juga di Whatsapp gitu promoin barang

dagangan saya, di Facebook juga saya sebar. Lumayan ada aja yang nyangkut

(membeli).”(Wawancara dengan Saripuddin, 15 November 2017)

Informan Sarimin mengungkapkan hal yang senada. Ia menuturkan:

“oh saya jualan ngga cuma disini aja, saya juga kadang- kadang suka keliling

komplek gitu nawar-nawarin dompet. Kalo ngikutin jaman sekarang ya saya

juga suka naro gambar dagangan saya di group whatsaap hasilnya ya lumayan,

kalo lagi laku ya laku aja. kalo ngga ya dagangin aja ketemen

sekitar.”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017)

Bisa dikatakan bahwa nampaknya beberapa pedagang yang ada di Pasar

Malam Cibadak ini sudah melek akan teknologi terutama teknologi informasi dan

komunikasi salah satunya adalah koneksi internet yang terhubung kepada media sosial.

Dengan adanya peran media sosial ini sebagai “jalan lain” bagi mereka yang membawa

manfaat dalam meningkatkan pendapatannya selain berdagang di pasar malam.

2. Lokasi Dan Sarana Prasarana Pasar Malam Cibadak

Dalam sub bab berikutnya penulis membahas bagaimana lokasi Pasar Malam Cibadak

ini menjadi salah satu faktor pendukung selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan penulis, memang pasar malam ini dilihat dari aspek aksesibilitas nya terletak

cukup strategis berada di pinggir Jalan Raya Serpong – Cisauk yang merupakan akses

jalan besar yang ada didaerah Cisauk, memungkinkan berbagai kendaraan melintasi

jalan tersebut yang pada akhirnya mampir untuk berbelanja di pasar malam tersebut.

Selain dari aksesibilitas jalan, Pasar Malam Cibadak juga terletak sangat dekat dengan

pemukiman setempat yaitu Komplek Sekretariat Negara (Komplek Sekneg) dan juga

Perumahan Nasional Suradita (Perumnas Suradita) dan ini juga menjadisalah satu

68

keuntungan bagi para pedagang disini dalam kegiatan berdagangnya karena cukup

banyak warga setempat yang memang datang berkunjung kesana. Hal demikian

sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh informan Titi: “ya cukup ramai, ngga

kayak dulu masih sepi. Pasar malam nya kan deket sama Perumnas dan Desa Cibadak.

Lumayan strategis lah gitu buat dagang. Apalagi deket jalan raya juga kan.”(Wawancara

dengan Titi, 8 November 2017).

Hal yang serupa juga dituturkan oleh informan Saripuddin. Ia mengungkapkan

bahwa berdagang di Pasar Malam Cibadak ini ternyata membuat omzet dia lebih

meningkat dibandingkan ketika ia berdagang di tempat lain:

”dibanding pasar malam yang lain yang saya biasa dagang, ini yang emang

paling lumayan dapetin pendapatannya dibandingkan yang lain. Kalo pasar

malam lain kayak di mekarwangi disitu kurang strategis. Kalo disini kan deket

sama perum sama kampong, jadi banyak yang suka mampir kesini.”(Wawancara

dengan Saripuddin, 15 November 2017)

Omzet yang tinggi akan membuat para pedagang lebih banyak memperoleh

keuntungan dan dapat digunakan untuk kebutuhan mereka sehari- hari. Apabila omzet

mereka mengalami penurunan maka pedagang tersebut sudah dipastikan tidak

memperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Arifinal

Chaniago dalam Irmawan (1995: 14) bahwa omzet merupakan jumlah pendapatan yang

di dapat dari hasil penjualan suatu barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu agar

memperoleh keuntungan.

Selain dari lokasi yang menjadi salah satu faktor pendukung kebertahanan para

pedagang ini bertahan di pasar malam ini, adanya sarana prasarana yang disediakan juga

mempengaruhi bagaimana perilaku konsumen. Jika sarana dan prasarana yang

69

disediakan memadai pembeli akan merasa nyaman. Sesuai dengan pendapat Daici

dalam Irmawan (2009:55) bahwa sistem pengelolaan yang baik sebagai pelayanan

sebuah pasar kepada masyarakat luas akan berdampak pada pesatnya kegiatan ekonomi

pada sebuah pasar.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, ternyata sarana dan prasarana yang

disediakan di Pasar Malam Cibadak ini kurang begitu memadai. Seperti yang

diungkapkan Informan Desi sebagai pembeli: ”kurang puas. kalo menurut saya kurang

memadai ya, disini lahannya cukup sempit. Apalagi kalo lagi musim ujan tuh, pasti

becek-becek. Kamar kecil juga Cuma satu. tapi ya ngga terlalu masalah, paling kalo

males biasa suka pesen aja”(Wawancara dengan Desi, 8 November 2017)

Selain informan Desi, informan Melinda juga mengungkapkan: “dibilang puas

juga engga ya, kesini juga karena barangnya murah aja. kadang malesnya kesini. kalo

lagi ujan tuh, pasti becek banyak tanah. Kalo bisa sih di semen aja jalannya biar ga

becek.”(Wawancara dengan Melinda, 8 November 2017). Hal yang serupa juga

disampaikan oleh informan Ulfa yang juga sebagai pembeli. Ia mengungkapkan: "cukup

puas sih, walau kadang-kadang suka dempet-dempetan ya mau gimana lagi namanya

juga pasar malem. Yang penting barangnya murah”(Wawancara dengan Ulfa, 8

November 2017).

Ketidakpuasan para pembeli ini terhadap sarana dan prasarana yang disediakan

di pasar malam Cibadak memang begitu nampak, namun mereka tidak begitu

memperhatikan hal tersebut karena memang motivasinya mereka berkunjung hanya

70

mengincar harganya yang murah dan ini pastinya membawa dampak yang baik dengan

pembeli yang selalu datang dan berbelanja bagi pedagang di pasar malam ini.

Hal ini sesuai dengan pendapat Handoko (2001:225) yang mengatakan bahwa

motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi yang mendorong keinginan individu untuk

melakukan keinginan tertentu guna mencapai tujuan. Jika seseorang tidak memiliki

keinginan untuk membeli, maka frekuensi atau tingkat keseringan pun juga tidak ada.

3. Penentuan Harga

Dalam sub bab berikutnya masih terkait dengan faktor pendukung kebertahanan

pedagang Pasar Malam Cibadak yaitu penentuan harga. Dalam melakukan transaksi jual

beli pastinya terdapat negosiasi mengenai harga barang tersebut. Berdasarkan hasil

wawancara ditemukan bahwa ada beberapa pedagang yang menerapkan “harga teman”.

Harga teman disini diartikan sebagai penetapan harga yang didasarkan hubungan

tertentu antara pedagang dan pembeli seperti hubungan kekerabatan atau pertemanan

dan biasanya harga tersebut dijual lebih murah kepada pembelinya. Informan Sarimin

menuturkan:

“hubungan baik mas, langganan mah ada aja sih. Kalo ada yang mau beli ya

syukur kalo ada yang lewat doang ngga beli, ya ngga apa-apa. Palingan kalo

emang yang beli itu kenal ya harganya dikasih murah sih. Kayak tetangga

kontrakan dan siapapun yang saya kenal sih suka saya kasih harga murah

meriah”(Wawancara dengan Sarimin, 8 November 2017)

Selain informan Sarimin yang menerapkan “harga teman”, informan Yanti pun

mengungkapkan hal yang kurang lebih sama:

71

“Yang penting kita ramah aja sama pembeli, kalo ada yang pesen disediain,

pokoknya selalu stock batrang biar pelanggan ngga kabur.selain itu kalo emamg

pembelinya temen sih biasanya harganya suka saya kurangi. Harga temen lah

gitu istilahnya.Nanti saya juga suruh promosiin dagangan saya ke teman yg lain,

jadi sama-sama enak.”(Wawancara dengan Yanti, 8 November 2017)

Berdasarkan hasil pemaparan mengenai penentuan harga yang menjadi salah

satu faktor pendukung kebertahanan pedagang dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya penetapan harga yang didasari hubungan kekerabatan ini membawa dampak

yang baik untuk pedagang itu sendiri. Karena dengan harga yang ditawarkan kepada

pembeli lebih murah membuat pembeli merasa puas akan hal itu dan mempengaruhi

pembeli untuk melakukan pembelian secara berulang dan mempromosikan barang

dagangan si pedagang kepada calon pembeli lainnya.

72

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, pada bab ini

penulis akan menarik kesimpulan sebagai jawaban atas pertanyaan penelitian

dan merupakan tahap akhir dari keseluruhan hasil penelitian. Berikut uraiannya

secara lebih terperinci guna menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Jaringan sosial sebagai jalan bagi pedagang dalam mempertahankan

eksistensinya dalam berdagang yang dibentuk dari adanya norma, ikatan lemah

– kuat aktor, peran lain yang menjembatani aktor serta adanya konsep

keterlekatan.

1.Adanya norma sebagai aturan yang diberlakukan bagi pedagang sebagai acuan

dalam berperilaku.

2. Adanya ikatan lemah – kuat dibentuk dari interaksi yang terjadi diantara para

pedagang.

3. Adanya peran media komunikasi yang menjembatani para pedagang dalam

berinteraksi satu sama lain.

4. Adanya keterlekatan sosial yang merupakan relasi sosial yang terjadi diantara

sesama pedagang maupun pembeli.

Selain dari jaringan sosial, ditemukan juga faktor pendukung lain bagi

para pedagang ini dalam mempertahankan kegiatan perdagangannya yakni:

73

Pertama, adanya peran media sosial sebagai salah satu strategi untuk

memasarkan barang dagangannya. Kedua, lokasi Pasar Malam Cibadak yang

cukup strategis dan yang terakhir, adanya penentuan harga yang ditetapkan

berdasarkan hubungan pertemanan hingga memunculkan istiah “harga teman”

yang membawa keuntungan baik bagi pembeli maupun pedagang itu sendiri.

B. Saran

Berdasarkan dari pengkajian hasil penelitian di lapangan maka penulis bermaksud

memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah sekitar maupun

bagi penelitian yang selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Setempat

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa keberadaan pasar merupakan salah satu sumber

daya yang penting terutama dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Untuk itu

perlu adanya perhatian dari pemerintah setempat terutama mengenai sarana dan

prasarana yang ada di pasar malam tersebut mengingat antusias warga yang cukup besar

untuk berkunjung namun tidak diiringi dengan sarana dan prasarana yang memadai.

Salah satu nya adalah mengenai infrastruktur yang ada berupa jalanan yang becek yang

masih berupa rerumputan ketika hujan datang.

2.Bagi Peneliti Selanjutnya

Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan bagi peneliti selanjutnya yang memang

tertarik untuk meneliti tentang jaringan sosial pedagang pasar malam adalah:

74

a. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber maupun

referensi yang terkait dengan jaringan sosial pedagang pasar malam agar hasil

penelitiannya dapat lebih baik dan lebih lengkap lagi.

b. Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mempersiapkan diri dalam proses pengambilan

dan pengumpulan data serta ditunjang pula dengan wawancara dengan sumber yang

kompeten dalam kajian jaringan sosial pedagang pasar malam sehingga penelitian dapat

dilaksanakan dengan lebih baik.

x

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Agusyanto, R. 2007. Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Raja Grafindo Persada.

Jakarta

Bruner, Edward. 1998, “Jaringan Sosial” dalam Parsudi Suparlan. Pokok-Pokok

Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia.

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Geertz, Cliford. 1973. Tafsir Kebudayaan. Terjemahan. Yogyakarta: Kanisius.

Kusnadi. 2000. “Nelayan: Strategi Adaptasi Dan Jaringan Sosial”. Bandung:

Humaniora Utama Press.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

M.Fuad, Christine H, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus Y.E.F. 2000. Pengantar Bisnis.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

CV. Alfabeta.

Nasution, S. 2008. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Powell. W. W. and L. Smith-Doer. 1994. Network and Economic Life. New York:

Princeton University Press.

Wellman, Barry and S.D Berkowitz, eds. 1998. Social Structure: A Network

Approach. Cambridge: Cambridge University Press

xi

Sumber Jurnal Dan Skripsi

Ichsan Pramatya. 2013. Modal Sosial Pedagang Kaki Lima Di Jalan Gambir

Tanjung Pinang (Studi PKL Sayur- sayuran). Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Program Studi Sosiologi. Vol 4 no. 1. 2013. Diunduh 9 November 2017.

(http://jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2013/08/JURNAL-ICHSAN-

PRAMATYA-080569201048-SOSIOLOGI-2013.pdf)

Novitasari, 2015. Jaringan Sosial Buruh didalam Serikat Buruh Pada

Perusahaan PT. Tirta Mahakam Resources TBK. Program Studi Sosiatri. Vol 3

no. 4. diunduh pada 9 November 2017. (http://ejournal.sos.fisip-

unmul.ac.id/site/?p=802)

Riesti Triyanti, Christina Yuliaty dan Tenny Apriliani. 2014. Peran

Jaringan Sosial Nelayan Pada Pemasaran Tuna, Cakalang, Dan Tongkol: Studi

Kasus Di Kota Kendari diunduh pada 9 November

2017.(http://ejournal.balitbang.kkp.go.id/index.php/sosek/article/view/1223/112

0)

Johan Jatu Wibawa Putra. 2010. Jaringan Sosial Pengusaha Tempe Dalam

Kelangsungan Usaha Di Debegan. Universitas Sebelas Maret. diunduh pada 9

November 2017 (https://eprints.uns.ac.id/2685/1/175251801201109101.pdf)

Robertus Kennedy. 2010. Jaringan Sosial Industri Kecil (Studi Kasus

Tentang Modal Sosial dalam Pembentukan Jaringan Sosial di Sentra Industri

Kerajinan Kulit di Dusun Manding. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Diunduh pada 9 November 2017. (http://e-journal.uajy.ac.id/3258/ )

Mita Restu Permata Sari. 2016. Jaringan Sosial Pedagang Pasar Malam( Studi

Kasus di Pasar Malam Kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Skripsi

S1, Jurusan Sosiologi UIN Jakarta.

Sumber Tesis

Irmawan, Bimbi. 2009. Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belum

Berfungsinya Pasar Baru Sebagai Pengganti Pasar Lama Muaralabah Kabupaten

Solok Selatan (Tesis). Universitas Negeri Semarang. Diunduh pada 9 November

2017

https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/924/40/article.pdf

xii

Artikel

Dede Kosasih, 2010. Pasar Tradisional: Ruang Publik yang Makin Terpinggirkan

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_DAERAH/1963072619900

11-DEDE_KOSASIH/PDF/Artikel/1Pasar_Tradisional.pdf

Sumber Wawancara

Wawancara dengan Titi (Pedagang Baju Dalam) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8

November 2017.

Wawancara dengan Sarimin (Pedagang Dompet Dan Aksesoris) di lokasi Pasar Malam

Cibadak pada 8 November 2017.

Wawancara dengan Yanti (Pedagang Snack “Kriuk”) di lokasi Pasar Malam Cibadak

pada 8 November 2017.

Wawancara dengan Saripudin (Pedagang Aksesoris HP) di lokasi Pasar Malam Cibadak

pada 15 November 2017.

Wawancara dengan Rahmat (Pengelola/Pedagang Kaos Kaki) di lokasi Pasar Malam

Cibadak pada 8 November 2017.

Wawancara dengan Desi (Pembeli) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November

2017.

Wawancara dengan Melinda (Pembeli) di lokasi Pasar Malan Cibadak pada 8

November 2017.

Wawancara dengan Ulfa (Pembeli) di lokasi Pasar Malam Cibadak pada 8 November

2017.

Lain-lain

Data Jumlah Penduduk Kelurahan Suradita Bulan Oktober 2017

xiii

Lampiran I. Transkrip Wawancara

Informan Pedagang Pasar Malam Cibadak

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Titi

Jenis Informan : Pedagang Baju Dalam

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 25Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Etnis : Sunda

Tempat Tinggal : Cibadak

Pendapatan : kalo rame bisa sampe 1juta, kalo sepi ya 150-200rb

Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?

Informan : “Kalo dagang sih udah dari masih gadis, tapi juga sambil kerja

dulu, kira-kira udah 10 tahunan lah gitu”

Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama

atau sambilan?

Informan : “ini jadi mata pencaharian utama”

Interviewer : Bagaimana anda bisa tau informasi tentang pasar malam disini?

Informan : “dulu suami saya emang udah dagang di pasar malam ini, jadi ya itung-

itung bantuin suami juga disini, suami tahu juga dari temannya mas yang suka dagang

xiv

di pasar malam yang ada di Cibogo. Saya sama suami selain di pasar malam Cibadak

kadang juga suka ikut juga ke pasar malam yang ada di Cibogo dari temannya itu.

Pokoknya yah semakin banyak kenalan makin banyak aja jalan buat dagangnya.”

Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?

Informan : “ya cukup ramai, ngga kayak dulu masih sepi. Pasar malam nya

kan deket sama perumnas dan desa cibadak. Lumayan strategis lah gitu buat dagang.

Apalagi deket jalan raya juga kan.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang dengan pedagang lainnya?

Informan : “hubungannya baik-baik aja. Malah kalo lagi sepi ya suka

ngobrol. Obrolin apa aja lah sambil curhat-curhat gitu hehe. ”

Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?

Informan : “kadang sih hubungannya suka ketemu gitu diluar pasar”

Interviewer : Jika hubungan tersebut bersifat integrasi, bagaimana realisasinya?

Informan : “biasanya sih kadang lewat chat di whatsapp sms, atau telepon, juga

tapi seringnya sih sama pedagang disini ngobrol aja langsung gitulebih enak”

Interviewer : Pernahkah terdapat konflik yang terjadi antar pedagang? Bagaimana

cara mengatasinya?

Informan : “ngga ada konflik gimana-gimana sih mas, hubungannya baik-baik aja,

fair-fair aja sepengetahuan saya mah”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan

dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang

berbeda?

Informan : “kayaknya kalo sama pedagang yang sama-sama jual kolor begini sih

ya hubungannya baik-baik aja, ngga ada sih kayak rebutan pelanggan atau gimana

kan rejeki udah ada yang ngatur juga mas. Kalau yang beda dagangan sih

hubungannya biasa aja mas”

Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya

dan apa tujuannya?

xv

Informan : “kalo saya sih disini ikutan kelompok arisan khusus pasar malam,

jadi ketemu diluar pasarnya sama pedagag disini ya dari situ mas”

Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam

kelompok tersebut?

Informan : “ya saya ikut kelompok arisan itu”

Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal? Informan

: “dikelompok arisan mah informal saja”

Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?

Informan : “ya tahu nya dari sesama pedagang disini aja mas, jadi pas saya tahu

ada kelompok arisan ya saya ikutan gitu dan ingin bisa lebih kenal dengan

pedagang lainnya.”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan kelompok tersebutt

Informan : “Hubungannya antar kelompok sih baik-baik aja”

Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?

Informan : “Ga ada. Palingan ya bayar iuran arisan aja, tapi sistemnya ngga

yang kocokan, mainnya giliran. Yang dapet arisan setiap sebulan sekali.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang

tersebut?

Informan : “baik-baik aja kok mas yang diobrolin juga palingan tentang jualannya

gimana laku apa ngga, yang penting mah asik-asik aja disini.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?

Informan : “kalo kelompok arisan ini dengan kelompok lainnya sih hubungannya

baik-baik saja ya mas. Karena ya masing-masing kelompok kan sendiri-

sendiri aja, beda juga urusannya.”

Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?

Informan : “manfaatnya ya sih ya kalo buat yang baru dagang disini kan bisa lebih

kenal, kan ngga mungkin cuma ngerumpi doang disini kan, nah makanya diadain arisan

xvi

, biar lebih akrab. Kan ini pedagangnya juga dari berbagai daerah juga, dengan adanya

kelompok arisan kita sih ngerasa lebih disatukan aja manfaat yang saya rasakan sih

lumayan jadi banyak temen trus kalo ada apa-apa enak jadinya bisa dibantu ”

Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?

Informan : “paling kalo yang sama-sama dagangannya sama agak gimana

gitu ya,agak suka cemburu ya, wajar. tapi baik-baik aja sih, ngga ada masalah.. ngga

pernah yang berantem-berantem gitu sih masalah saingan. ”

Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama

pedagang? Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?

Informan : “paling yang kelompok arisan itu sama yang rombongan gitu mas. Jadi

yang dagang baju daleman kayak saya satu rombongan gitu satu mobil, yang

dagang baju juga sama kayak gitu sama dagang aksesoris juga satu rombongan.”

Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatf dalam melakukan

hubungan tersebut?

Informan : “semuanya ya sama-sama inisiatif kok, yang ramah-ramah juga

nanti bakalan banyak kawannya disini, jadi jaga hubungan baik aja”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli?

Informan : “baik-baik aja sih, malah ada yang jadi pelanggan mas, pesen-

pesen daleman gitu”

Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa

bulan sekali pembeli tetap beli?

Informan : “biasanya sih suka pesen-pesen daleman yang jadi pembeli tetap

mas.

Paling seminggu dua minggu dia suka dateng kesini gitu.”

Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang

dengan pembeli?

Informan : “hubungannya baik-baik aja, kadang juga ada yang suka pesen

lewat telepon atau ngga pake whatsapp jadi pas yang beli mau dateng kesini jadi enak

barang pesenannya udah ada gitu”

Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola?

xvii

Informan : “baik-baik saja, justru kan ketuanya disini, yang ngasih kita lapak, jadi

harus baik.”

Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal

maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?

Informan : “ngga ada pertemuan sama ketua sih, palingan mah diomongin

langsung dilapak disini kayak buat lapak dan sebagainya mas. “

Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?

Informan : “namanya dagang kadang rame kadang sepi, tergantung sikon aja

sih mas. Cuma kalo dulu sih sepi sekarang udah ramean mas”

Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?

Sudah seberapa jauh?

Informan : “kalo saya sama suami udah keliling mas, kadang satu

rombongan ke daerah sekitaran serpong tangerang dagangnya. Jadi misalnya kalo

udah ada temen didaerah mana gitu gampang masuknya (dagangnya) gitu.”

Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah

udah sesuai?

Informan : “udah baik, bagi lapaknya sesuai tempat lapak yang saya tempatin juga

udah lumayan rame”

Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika

iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?

Informan : “palingan gini mas kalo masalah lapak kalo yang udah nempatin

ditempat itu sampe tiga kali ngga masuk (dagang) nanti bakalan jadi milik yang baru.

terus kalo misalnya dia ga dagang, bisa ditempatin gitu.”

Interviewer : Siapa saja yang memperoleh tempat yang strategis? Mengapa?

Informan : “di bedain sih mas. Pedagang lama disini lapaknya biasanya ngga boleh

ditempatin sama yang baru kecuali kalo ada izinnya gitu. Kalo pedagang baru biasanya

nyambung gitu, ngga bisa milih lapak seenaknya.”

Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?

Informan : “puas-puas aja sih mas”

xviii

Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak?

Informan : “ngga sih, karena disini tempatnya udah lumayan strategis kok mas”

Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat

yang strategis?

Informan : “ngga ada persaingan yang gimana-gimana, karena tempatnya

udah lumayan strategis”

Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah

hanya terbatas di pasar malam ini saja?

Informan :”palingan dari rumah kerumah aja sih, kalo emang ada yang mau beli ya

syukur ngga juga ngga apa-apa, tapi ya utamanya di pasar malam sih, keliatan

untungnya soalnya kan mereka (pembeli) kesini emang sengaja buat belanja”

xix

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Sarimin

Jenis Informan : Pedagang Dompet Dan Aksesoris

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 21 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Tempat Tinggal : Cisauk Etnis Lampung

Pendapatan : 200-500rb

Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?

Informan : “dagang sih baru kemaren-kemaren, ada sih 3 mingguan”

Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama

atau sambilan?

Informan : “pekerjaan utama, satu-satunya kerjaan, demi menyambung hidup”

Interviewer : Bagaimana anda bisa tau informasi tentang pasar malam disini?

Informan : “ya ikut-ikutan aja, kan ada ketuanya dari temen juga ngasih tahu mas”

Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?

Informan : “cukup ramai, omzet dagang juga selalu ada lebih. Kadang ada sepinya

adanya ramenya juga. Ga tentu sih”

Interviewer : Bagaimana hubungan antara pedagang dengan pedagang yang lainnya?

Informan : “beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah kayak

keluarga lah kalo dipasar malam”

Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?

xx

Informan :”kalo diluar pasar malam, biasanya kita juga ngumpul-ngumpul

gitu.

Biasanya janjian dulu lewat telepon nanti kan banyak yang dateng biasanya”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan

dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang

berbeda?

Informan : “ya kalo kali kalo dagangannya sama mah, rejeki udah ada yang ngatur

mas, santai saja sih mas. Kalo sama dagangan yang beda juga biasa saja sih. Malah

lebih akur”

Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya

dan apa tujuannya?

Informan : “paling kalo ketemuan kita suka maen bareng, kayak main bola dan

lain- lain mas. Kalo kumpul seringnya paling dipasar malam ini.”

Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam

kelompok tersebut?

Informan :”Cuma dipasar malam ini saja mas”

Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal?

Informan : “ngga ada yang formal sih, disini mah yang diutamain ramah aja sama

sesama pedagang, bisa berbaur”

Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?

Informan : “kalo ada pedagang baru mau masuk ke pasar malam ini sih

biasanya bakalan di bilangin ke ketuanya. Biasanya sih nanti bakalan dibilangin

pembayaran lapak dan sebagainya. Gitu mas..”

Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?

Informan : “peraturannya ya kalo sampe tiga kali ngga dagang, nanti lapaknya bisa

diambil sama yang baru.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang

tersebut?

xxi

Informan : “beuh! Disini kita udah kayak sodara sendiri, udah kayak keluarga lah

kalo dipasar malam”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?

Informan : “baik-baik aja sih, selama ngga ngusik ya ngga ada yang mesti

dikhawatirin.”

Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?

Informan : “diluar pasar malem sih biasanya, kita suka makan-makan, nongkrong-

nongkrong bareng, manfaatnya ya nambah temen, sharing-sharing gimana buat

kedepannya nanti”

Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?

Informan : “ngga ada organisasi mas, paling ya suka kumpul diluar, main

futsal bareng”

Interviewer : Bagaimana hubungan komunikasi antar satu kelompok dengan

kelompok lain? Biasanya hubungan tersebut dalam bentuk apa?

Informan : “baik-baik aja sama pedagang disini, kalo lagi sepi biasanya

selalu ngobrol juga sama kelompok pedagang yang lain”

Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?

Informan : “ah kita mah ngga ada saingan-saingan disini, saling support aja sama

pedagang-pedagang yang lain”

Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama

pedagang?

Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?

Informan : “kan disini ada ketua nya, yang ngatur mana aja kelompok yang dagang

daleman, dagang baju anak-anak, dagang asesoris dompet, nah saya satu rombongan

sama kelompok asesoris dompet mas.”

Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatif dalam melakukan

hubungan tersebut?

xxii

Informan : “kita disini mah saling ramah aja, saling sapa, saling ngobrol.

Jangan sombong lah gitu istilahnya mah”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli?

Informan : “hubungan baik mas, langganan mah ada aja sih. Kalo ada yang mau

beli ya syukur kalo ada yang lewat doang ngga beli, ya ngga apa-apa. Palingan kalo

emang yang beli itu kenal ya harganya dikasih murah sih. Kayak tetangga

kontrakan dan siapapun yang saya kenal sih suka saya kasih harga murah meriah.

Kadang juga suka bantuin mereka kalo pelanggan lagi ada hajatan ataupun acara-acara

syukuran gt suka ngundang-ngundang”

Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa

bulan sekali pembeli tetap beli?

Informan : “ada sih pelanggan mah. Kadang suka beli dua minggu sekali.”

Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang

dengan pembeli?

Informan : “ya paling saya suka kasih harga murah mentok-mentok. Intinya sih

saya

ramah aja sama pelanggan. Nanti mereka juga beli kok, Insya Allah”

Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola?

Informan : “hubungannya biasa aja sih, palingan kayak ada masalah

mengenai pembayaran iuran listrik yang mesti tepat waktu, kalo ngga tepat waktu ya

bakalan ditegur sama ketua pengelola tapi ngga lama sih. ”

Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal

maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?

Informan : “ngga ada pertemuan, ketemu ya cuma dilapangan aja. Yang diomongin

ya seputar lapak aja. Biasanya kalo ada lapak kosong kita ngomong sama ketua buat isi

lapak kosongnya, lumayan buat nambah barang dagangan.”

Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?

Informan :”pengalamannya sih ya awalnya sih dulu susah banget buat jualan,

masalah tempatnya tapi sekarang pas udah dipasar malam ini, saya bisa punya

tempat buat dagang gitu, jadi ngga bingung. Dulu bingung mau jualan dimana.”

xxiii

Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?

Sudah seberapa jauh?

Informan : “saya sih itungannya masih baru ya dagang disini juga, tapi ya sebagai

pedagang baru disini sebisa mungkin saya baik sama pedagang lainnya, kalo kita

baik kan nanti juga kalo ada pasar malam lagi diajak lagi. Yang penting jangan buat

masalah aja.”

Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah

udah sesuai?

Informan : “sudah sesuai sih mas, karena saya disini pedagang baru ya lapaknya

ikut yang tambahan, ngga boleh buat geser lapak sama pedagang lama.

Untungnya saya disini tempatnya ditengah, lumayan rame sih.”

Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika

iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?

Informan : “main untung-untungan aja sih, kalo pedagang lama kan udah tahu

gimana lapak yang strategis dan bisa milih, kalo pedagang baru kan ngga bisa milih,

disitu ada lapak kosong bisa kita tempatin kalo ngga ada ya palingan gentian sama yang

dagang udah lama. Perasaannya ya kadang suka cemburu tapi ya udah mau gimana lagi”

Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?

Informan : “gimana ya dibilang puas juga engga sih biasa aja”

Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak?

Informan : “pernah sih waktu itu saya kan masih pedagang baru yah mau nempatin

satu lapak yang agak kedepan tapi ternyata ada yang udah nempatin nah otomatis saya

gabisa nempatin harus minta ijin dulu sama ketuanya. Kalo misalkan yang dagang libur

ya saya bisa nempatin”

Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat

yang strategis?

Informan : “Persaingan sih gaada ya mas, kan bisa diomongin baik-baik”

Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah

hanya terbatas di pasar malam ini saja?

xxiv

Informan : oh saya jualan ngga cuma disini aja, saya juga kadang-kadang

suka keliling komplek gitu nawar-nawarin dompet. Kalo ngikutin jaman

sekarang ya saya juga suka naro gambar dagangan saya di group whatsaap hasilnya ya

lumayan, kalo lagi laku ya laku aja. kalo ngga ya dagangin aja ketemen sekitar.

Interviewer : Bagaimana proses transaksinya jika berdagang di sosial media?

Informan : “Kadang kalo ada yang suka pesen di whatsapp kita

datengin kerumahnya sih, nanti ya bayarnya langsung ditempat. Lagian biasanya

sih yang beli juga udah kenal sama saya.”

Interviewer : Apakah terbantu dengan adanya sosial media sebagai media

promosi dagang?

Informan : “terbantu aja. Jadi ga selamanya andelin dari pasar malam aja,

bisa dimanfaatin lah gitu facebook dan whatsapp nya. Disamping buat

chattingan doang”

xxv

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Yanti

Jenis Informan : Pedagang Snack “Kriuk”

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 27 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Tempat Tinggal : Cibadak

Etnis : Sunda

Pendapatan : Kalo rame sekitar 300-400rb

Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?

Informan : “belum lama sih, baru 1,5 tahun nan mas”

Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama

atau sambilan?

Informan : “sampingan sih, suami saya soalnya kerja, jadi itung-itung bantuin

suami”

Interviewer : Bagaimana anda bisa tau informasi tentang pasar malam disini?

Informan : “dari temen, disini kan ada ketuanya, nah kebetulan ketuanya itu

temennya suami saya mas”

Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?

xxvi

Informan : “kadang rame kadang sepi, kadang ramenya kalo awal-awal bulan

sih,pada belanja bulanan gitu, hari gajian.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang dengan pedagang lainnya?

Informan : “Baik sih, malahan kalo misalkan saya belanja disini juga

harganya dikurangin, karena kan teman, sesama pedagang gitu.”

Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?

Informan : “katanya sih ada organisasi gitu, tapi saya ngga ikut juga sih.”

Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?

Informan :”diluar pasar malam sih, kita masih ngobrol mas”

Interviewer : Jika hubungan tersebut bersifat integrasi, bagaimana realisasinya?

Informan :”ngga ada ketemuan gimana gitu, paling cuma dipasar malam. kalo

papasan dijalan, ya nyapa gitu mas, nanya nanti dagang ngga gitu sih.”

Interviewer : Pernahkah terdapat konflik yang terjadi antar pedagang? Bagaimana

cara mengatasinya?

Informan : “paling bukan konflik sih, kayak mungkin pedagang yang baru yang

belum tahu aturannya asal nempatin lapak gitu padahal kan itu punya pedagang lama.

Tapi ya masalahnya ngga berlarut-larut, langsung dikasih tahu gitu sama ketuanya.

Udah kelar masalahnya.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan

dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang

berbeda

xxvii

Informan : “kebetulan yang jualan kriuk cuma saya disini, jadi ya ngga merasa ada

saingan gitu. Kalo sama yang beda dagangan sih ya kita berusaha baik aja.kan

masing-masing, dagangannya juga beda”

Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya

dan apa tujuannya?

Informan : “Ada sih, ya kelompok arisan itu, makan-makan ngumpul-ngumpul,

tapi saya mah ngga ngikut. Soalnya saya ngurus anak juga tapi disini Banyak sih yang

ngikut. Disini ada sih selain dari kelompok arisan, ada kelompok pedagang makanan

nah kebetulan saya ikut yang kelompok makanan. ”

Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam

kelompok tersebut?

Informan : “anggota tetap kelompok penjual makanan”

Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal? Informan

: “Engga disini sih lebih kepda informal”

Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?

Informan : ya prosesnya dari jenis dagangan yang kita jual palingan, kalo yang jual

makanan ya ikut kelompok penjual makanan, yang jual baju ikut kelompok

baju.”

Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?

Informan : “biasanya sih kalo pedagang baru lapaknya nungguin kalo

pedagang lama ga dagang, baru boleh ditempatin. Tapi kalo pedagang lama dateng,

xxviii

nanti paling dibilangin sama ketua nya enaknya gimana trus mau ditempatin

dimana.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang

tersebut?

Informan : “Hubungan antar anggota pedagang disini semuanya baik disini jarang

juga ada konflik yang gimana-gimana. Ya pokoknya semaunya ga jauh dari lapak aja

sih”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?

Informan : kalo sesama kelompok yang saya ikut yaitu kelompok makanan dengan

kelompok baju, kelompok aksesoris dan lainnya baik-baik aja ya, lagian juga jenis

dagangannya beda satu sama lain. Jadi ya ngga ada masalah.

Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?

Informan : “Yah kita jadinya kenal sama beberapa pedagang disini dan jadi akrab

karena kebersamaan juga”

Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?

Informan : “ngga ada organisasi yang gimana gimana, disini mah udah kayak

keluarga sendiri aja.”

Interviewer : Bagaimana hubungan komunikasi antar satu kelompok dengan

kelompok lain? Biasanya hubungan tersebut dalam bentuk apa?

Informan : “Hubungan sama kelompok yang lain sih baik-baik semua dan biasanya

sih yang diomongin lapak lagi dan lapak lagi aja gajauh jauh dari lapak dan

seputar situasi pasar malam”

xxix

Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?

Informan : “sebenarnya ada dua sih yang nempatin lapak ini, jadi kalo misalnya

saya dagang, dia ga dagang, begitu sebaliknya. Malah saya sama dia jadinya

kerjasama gitu.”

Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama

pedagang?

Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?

Informan : “yang saya ikut ya kelompok pasar malam ini saja mas. Sesama

pedagang makanan. ”

Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatf dalam melakukan

hubungan tersebut?

Informan : “Ya kita sih disini saling sapa aja kalo kita ga sibuk ya kita saling sapa”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli? Informan : “baik kok,

malah ada langganan yang suka pesen.”

Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa

bulan sekali pembeli tetap beli?

Informan : “biasanya yang udah langganan bakalan nanya kriuk yang ini ada

stok ngga gitu. Biasanya pada dateng seminggu sekali.”

Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang

dengan pembeli?

xxx

Informan : “Yang penting kita ramah aja sama pembeli, kalo ada yang pesen

disediain, pokoknya selalu stock batrang biar pelanggan ngga kabur.selain itu kalo

emamg pembelinya temen sih biasanya harganya suka saya kurangi. Harga temen

lah gitu istilahnya.Nanti saya juga suruh promosiin dagangan saya ke teman yg lain, jadi

sama-sama enak.”

Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola?

Informan : “Baik juga emang harus baik sama pengelola. Selama saya disini

juga ngga pernah ada masalah sama dia, kalo punya masalah dan hubunganya ngga

baik nanti kita juga yang sulit, yang ada ntar ngga punya lapak diganti sama

orang baru”

Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal

maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?

Informan : “Gaada pertemuan sih kalo di luar jadi ketemunya di pasar

malam saja.kadang kalo ketuanya suka mampir kesini, yang diomongin gimana

jualannya gitu”

Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?

Informan : “Saya sih enakan tahun tahun dulu kalau tahun sekarang tambah-

tambah susah kayaknya. Jualannya masih enak julannya kalo sekarang kan makin susah

ya jualannya dari segi ekonomi juga agak mahal jadi agak susah, paling enak mah

kalo abis lebaran gitu ramai”

Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?

Sudah seberapa jauh?

xxxi

Informan : “dulu sih jualan lebih enak, soalnya barang-barangnya masih murah,

kalo sekarang kan udah agak mahal. Jadi ya berharap banget kalo rame

jualannya.”

Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah

udah sesuai?

Informan : “sesuai aja, lagian yang dagang kriuk cuma saya. Jadi sebenarnya ngga

ngaruh juga mau ditempatin dimana gitu. Rejeki udah ada yang atur. Yang penting

usaha.”

Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika

iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?

Informan : “sama rata sih, soalnya mau dimana ditempatinnya sama aja. Yang

penting ikutin aturan yang dibikin ketua aja sih mas.”

Interviewer : Siapa saja yang memperoleh tempat yang strategis? Mengapa?

Informan : “kalo yang udah jualan dari dulu sih bisa milih tempat dimana aja

karena emang lapaknya masih banyak yang kosong tapi kalo sekarang kan udah banyak

yang dagang jadi ngga bisa milih, syukur-syukur ada lapak kosong. ”

Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?

Informan : “yah puas kan disini semua disamain”

Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak? Informan

: “Engga sih kan sudah sesuai masing-masing”

Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat

yang strategis?

xxxii

Informan :“Yang jelas kalo pedagang lama biasanya udah punya lapak tetap dan

Pedagang baru bisa masuk kalo pedagang lama ga datang. Jadi boleh diisi sama

pedagang baru kalo pedagang lamanya ga datang.”

Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah

hanya terbatas di pasar mala mini saja?

Informan :”gaada jualan dimana-mana sih paling ya cuma dipasar malam ini aja,

kalo emang lagi ga pengen dagang di pasar malam, biasanya dirumah sih, jualin aja ke

tetangga gitu dirumah”

xxxiii

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Saripudin

Jenis Informan : Pedagang Aksesoris HP

Hari/Tanggal : Rabu, 15 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 18.30 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 29 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMP

Pekerjaan : Pedagang

Tempat Tinggal : Cisauk

Etnis : Lampung

Pendapatan : 500ribu-750ribu

Interviewer : Sudah berapa lama menjadi pedagang?

Informan : “sekitaran 5 tahunan mas”

Interviewer : Apakah menjadi pedagang di pasar malam merupakan profesi utama

atau sambilan?

Informan : “Jadi profesi utama sih di pasar malam ini”

Interviewer : Bagaimana anda bisa tahu informasi tentang pasar malam disini?

Informan : “Tau dari temen, kebetulan temen saya disini juga dagang disini, temen

saya ya si ketua pengelola itu. Saya ditawarin dagang disini”

Interviewer : Bagainana situasi dan kondisi perdagang di pasar malam ini?

xxxiv

Informan :”dibanding pasar malam yang lain yang saya biasa dagang, ini

yang emang paling lumayan dapetin pendapatannya dibandingkan yang lain. Kalo

pasar malam lain kayak di mekarwangi disitu kurang strategis. Kalo disini kan deket

sama perum sama kampong, jadi banyak yang suka mampir kesini.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang dengan pedagang lainnya?

Informan : “Hubungannya ya baik-baik saja sih udah kayak keluarga”

Interviewer : Bagaimana bentuk jaringan antar individu?

Informan :”kalo disini kita sih saling kenal dan saling dukung aja satu sama

lain,yang penting ngga ada yang ngusik atau rese lah gitu. ”

Interviewer : Jika hubungan tersebut bersifat integrasi, bagaimana realisasinya?

Informan :“ realisasinya dengan ngumpul sama temen-temen disini, kadang ya

main bola, atau sekedar makan-makan sih, kadang kita juga suka komunikasi

lewat group whatsapp buat janjian kalo misalnya mau jalan-jalan gitu satu kelompok

dagang”

Interviewer : Pernahkah terdapat konflik yang terjadi antar pedagang? Bagaimana

cara mengatasinya?

Informan : “paling konfliknya ya kebanyakan pedagang baru yang ngga tahu

peraturan main nempatin lapak aja sih, biasanya kan harus hubungi pengelola dulu baru

dagang. Cara menyelesaikannya ya dengan hubungi pengelola gimana enaknya gitu

palingan”

xxxv

Interviewer : Bagaimana hubungan antar pedagang yang mempunyai ikatan

dalam jenis dagangan yang sama? Dan bagaimana dengan jenis dagangan yang

berbeda?

Informan : “kalau saya sendiri sama pedagang yang dagangan sama sama saya

ya biasa aja ya, ngga ada cemburuan yang gimana. Rejeki mah udah ada yang ngatur.

Kalo sama dagangan yang beda hubungannya biasa aja sih, kadang suka ngobrol juga.”

Interviewer : Apakah ada kelompok yang mengayomi pedagang? apa namanya

dan apa tujuannya?

Informan : “kalo saya sendiri sih palingan ikut kelompok yang pedagang aksesoris

HP. Tujuannya ya biar makin akrab aja sama orang-orang sini terusnya biar bisa saling

sharing-sharing aja gitu.”

Interviewer : Apakah anda menjadi anggota tetap atau simpatisan dalam

kelompok tersebut?

Informan : “anggota tetap”

Interviewer : Apakah kelompok tersebut berbentuk formal atau informal?

Informan :”informal soalnya ya ngga ada peraturan yang gimana-gimana toh kan

tujuannya buat sekedar berbagi pengalaman dan cerita aja”

Interviewer : Bagaimana proses pembentukan kelompok tersebut?

Informan : “saya tahu dari temen aja terus yaudah dimasukin temen akhirnya ikut

kelompok itu deh”

Interviewer : Apakah ada peraturan yang harus disepakati oleh pedagang?

xxxvi

Informan : “peraturannya ya paling kalo mau jualan harus ngasih tahu

pengelola dulu biar ngga bentrok sama pedagang lama sama ya palingan jangan rese

aja.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar individu dalam kelompok pedagang

tersebut?

Informan : “Hubungannya ya baik-baik aja sih, udah kayak temen aja disini. Asik-

asik juga orangnya. Ngga ada slek-slek. Apa aja mah di omongin disini.”

Interviewer : Bagaimana hubungan antar kelompok satu dengan kelompok lainnya?

Informan : “sama anggota kelompok lainnya hubungannya baik-baik aja sih,yang

dibicarakan ya seputar pasar malam, gimana jualannya rame apa engga di lapak pasar

malam itu.pokoknya saling ngasih informasi aja sih.”

Interviewer : Apa manfaat yang anda rasakan sebagai anggota kelompok tersebut?

Informan : “manfaatnya ya lumayan sih buat nambah relasi dan kerabat aja,

nambah temen nambah rejeki lah gitu.”

Interviewer : Apakah pedagang disini ikut organisasi yang ada di pasar malam?

Informan : “kalau saya sendiri sih ikut IPC (Ikatan Pedagang Cisauk) disitu isinya

pedagang semua yang ada di daerah Cisauk.jadi kalo ada pasar malam didaerah

lain selain di Cibadak kayak di Pasar Malam Cibogo dan Pasar Malam Mekarwangi,

ya kita bisa nimbrung jualan tapi ya ngga semua yang dipasar malam ini ikut itu,

disitu ngga ada paksaan kalau mau ikut apa engga”

Interviewer : Bagaimana hubungan komunikasi antar satu kelompok dengan

kelompok lain? Biasanya hubungan tersebut dalam bentuk apa?

xxxvii

Informan :“hubungannya ya baik dan harus baik dong supaya nanti kalo ada apa-

apa kita bisa minta bantuan, kalo mau jualan kita punya kenalan kan enak”

Interviewer : Bagaimana persaingan antar para pedagang disini?

Informan : “ngga ada persaingan yang gimana-gimana sih,persaingannya sehat aja,

rejeki udah ada yang ngatur.”

Interviewer : Apakah dalam berjualan mempunyai kelompok antar sesama

pedagang? Apakah anda ikut berpartisipasi dalam kelompok tersebut?

Informan : “di pasar malam ini sih palingan kelompoknya didasarin sama

jenis dagangan yang dijual pedagangnya. Kalau yang dagang baju ya sama

kelompok pedagang baju, yang jual makanan ya gabungnya sama kelompok

pedagang makanan.”

Interviewer : Biasanya siapa yang melakukan inisiatif dalam melakukan

hubungan tersebut?

Informan : “semuanya sih sesama pedagang ya ramah aja, saling menjaga

hubungan baik.”

Interviewer : Apakah ada pertemuan rutin yang terjalin antar kelompok yang

satu dengan kelompok lain?

Informan : “kalo saya kan ikut IPC ya jadi sama kelompok itu ada aja

pertemuannya kayak ngumpul bareng sharing ya kadang-kadang kalo lagi ada rejeki ya

jalan-jalan”

Interviewer : Bagaimana hubungan anda dengan pembeli?

Informan : “harus baik dong biar laku dagangannya.”

xxxviii

Interviewer : Sejauh mana pedagang memiliki pembeli tetap? jika ada berapa

bulan sekali pembeli tetap beli?

Informan : “pembeli tetap sih ada cuma ya ngga banyak palingan sebulan sekali.”

Interviewer : Bagaimana cara menjaga hubungan baik antara pedagang

dengan pembeli?

Informan : “caranya ya baik aja ucapan sama pembelinya palingan kalo

pembelinya nawar ya kita kasih.”

Interview : Bagaimana hubungan pedagang dengan pengelola? Informan :

“Baik-baik aja sih.”

Interviewer : Apakah ada kegiatan rutin dalam bentuk pertemuan secara formal

maupun informal dengan pengelola? Kalau ada, hal apa yang dibicarakan?

Informan : “kalo sama pengelola sendiri sih ngga ada pertemuan rutin, palingan ya

ketemunya di pasar malam ini aja. Yang dibicarain juga banyak hal sih, tentang pasar

malam, dagangan, ya kalo ada yang punya acara biasanya dia ngasih tau. Gitu aja

sih..”

Interviewer : Bagaimana pengalaman berjualan dari tahun pertama sampai sekarang?

Informan : “saya pertama kali datang kesini tahun 2011 merantau dari

Lampung, terusnya ya sama temen juga disini bertahan hidup dan akhirnya sama

temen kita dagang sampai disini (Cisauk). Dulu juga pembelinya ngga seramai

sekarang dan lebih laku zaman sekarang dari yang dulu. jadi ya ada peningkatan

gitu.apalagi kalo pas puasa menjelang Lebaran, saya bisa dapet duit sekitar 4 jutaan.

Kalo hari biasa ya ngga sampe 1 juta juga, cukup buat kebutuhan sehari-hari. ”

xxxix

Interviewer : Bagaimana pengalaman anda dalam membangun sebuah jaringan?

Sudah seberapa jauh?

Informan : “sejauh ini saya membangun jaringan udah baik, karena saya ikut

beberapa kelompok pedagang dan itu ada manfaatnya juga, jadi kalo saya mau dagang

dimana aja udah banyak kenal, jadi ngga usah ribet-ribet lagi.”

Interviewer : Pembagian distribusi apakah sudah sesuai? Seperti lapak apakah

udah sesuai?

Informan : “udah sesuai sih, udah rame juga lapaknya”

Interviewer : Adakah persyaratan untuk mendapatkan tempat yang strategis? Jika

iya, apa persyaratannya? Bila tidak mengapa?

Informan : “ngga ada tempat strategis atau yang rame gitu, semuanya sama aja.”

Interviewer : Siapa saja yang memperoleh tempat yang strategis? Mengapa?

Informan : “semuanya sih disini dari segala arah rame aja, jadi ngga ada sih

kayaknya tempat strategis.”

Interviewer : Apakah anda puas dengan pembagian lapak yang ada?

Informan : “puas aja, lagian dimana dimana pembagian lapaknya udah rame”

Interviewer : Pernahkah ada yang protes terkait dengan pembagian lapak?

Informan : “ngga ada protes sih kayaknya sejauh ini, biasa aja. Lagian bukan

tempat juga yang ngaruh laku ngganya dagangan.”

Interviewer : Bagaimana persaingan yang terjadi dalam perebutan tempat

yang strategis?

xl

Informan : “jarang sih kejadian seperti itu, palingan mungkin yang ngga tahu

peraturan disini asal nempatin lapak aja padahal itu udah tempat pedagang lama. Paling

disitu sih masalahnya tp ngga berlangsung lama karena masing-masing udah ngerti.”

Interviewer : Bagaimana mengembangkan bisnis (dagangan) yang dijalani? Apakah

hanya terbatas di pasar mala mini saja?

Informan : “kalo saya dagang ga cuma di pasar malam ini saja sih, sekarang kan

teknologi udah macem-macem saya jualan juga di whatsapp gitu promoin barang

dagangan saya, di facebook juga saya sebar. Lumayan ada aja yang nyangkut

(membeli).”

Interviewer : Bagaimana proses transaksinya jika berdagang di sosial media?

Informan :”langsung datang ketempat yang pesan. Nanti biasanya janjian

dimana sekalian bayar, kalo lebih gampangnya lagi ya transfer nanti saja gojekin

barangnya gitu.”

Interviewer : Apakah terbantu dengan adanya sosial media sebagai media

promosi dagang?

Informan : “lumayan lah terbantu. Kan bisa dipromosiin juga ke orang yang biasa

mesen ke saya, nanti biasanya saya kasih nomor whatsapp saya nanti gimana-

gimana nya harganya bayarnya bisa diomongin disitu”

xli

Informan Pengelola Pasar Malam Cibadak

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Bapak Rahmat

Jenis Informan : Pengelola (Ketua) Pasar Malam Cibadak

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 19.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Usia : 49 Tahun

Pendidikan Terakhir : SMA

Tempat Tinggal : Cisauk

Etnis : Padang

Interviewer : Bagaimana awal kemunculan pasar malam cibadak sampai

bisa ramai seperti sekarang?

Informan : “Pertama-tama sama temen-temen kan kebetulan yang

sama-sama pedagang, dan kita pada dukung satu sama lain trus akhirnya saya

sama temen-temen pedagang yang lain cari lahan buat pasar malam. setelah itu

ya dapat didaerah cibadak ini yaitu bapak Suyoto yang juga sodara saya.

Pasar malam ini muncul sekitar 10 tahun lalu, dan kira-kira itu tahun 2007.

Bukanya setiap rabu malam dan dulu itu baru ada 10 pedagang aja. Kalo

sekarang udah ramai, banyak yang dagang. Ada orang sunda, Sumatra,

padang, yang memang merantau disini. ”

xlii

Interviewer : Sudah berapa lama mengelola pasar malam di cibadak?

Informan : “Dari 2007 sampai sekarang”

Interviewer : Bagaimana pembagian lapak di pasar malam cibadak ini?

Informan : “dulu kita musyarawah dulu nih sama pedagang, kira-kira

bakalan kena berapa untuk menyewa tanah ini buat jadi pasar malam karena ya

disini kita masih numpang.”

Interviewer : Apakah pernah terjadi konflik antar pedagang karena masalah

lapak?

Informan : “paling masalah lapak aja, kadang-kadang pedagang baru

belum tahu aturan main disini, asal nempatin lapak aja padahal itu pemilik

pedagang lama, biasanya kalo udah gitu ya diomongin baik-baik.

Secara kekeluargaan.”

Interviewer : Apakah ada keuntungan yang diambil oleh pihak pengelola

dengan adanya pasar malam Cibadak?

Informan :”ngga ada keuntungan yang gimana sih. Paling kalo saya

sih ambil untung dari yang masangin listrik disini, kalo dari lapaknya kan kita

bayar ke yang punya tanah.”

Interviewer : Peran apa yang diberikan oleh pengelola terhadap adanya pasar

malam Cibadak?

Informan : “ya sebenarnya sih itung-itung bantuin orang cari rejeki yah.

Selain itu juga disini saya jadi yang menengahkan kalo ada masalah. Dan saya

yang buat aturan juga supaya bisa tertib dalam jalanin pasar malam dibantu

xliii

rekan-rekan juga seperti tukang parkir sama ada yang bantu temen atau rekan lah

gitu yang bantu saya”

Interviewer : bagaimana masalah perizinan di pasar malam ini?

Informan : “sudah dapat izin sih dari lurah Suradita kalo bakalan ada pasar

malam disini, perannya ya cuma minta izin doang, ngga ada bantuan kayak

gimana-gimana”

xliv

Informan Pembeli Pasar Malam Cibadak

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Desi

Jenis Informan : Karyawati

Usia : 24 Tahun

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 20.00WIB / Pasar Malam Cibadak

Tempat Tinggal : Komplek Sekneg Suradita

Interviewer : Bagaimana sikap dan pelayanan pedagang disini?

Informan : “baik aja, malahan disini ada saya langganan beli makanan.

Kalo kesini pasti saya mampir ke dagangannya mas. Waktu itu sempet juga saya

nikahan, saya ngundang juga pedagang tersebut, udah jadi temen baik juga”

Interviewer : Bagaimana sikap pedagang kalau ditawar?

Informan : “paling kalo sama langganan mah harga biasa, dia juga udah

tahu kalo saya beli segitu harganya segitu. Paling kalo sama pedagang yang lain

kalo saya nawar kadang dikasih kadang juga engga mas.”

Interviewer : Apakah barang yang ditawar harga pas atau tidak bisa ditawar?

Informan : “kalo langganan saya sih harganya segitu aja, udah sepakat.

Paling kalo ada tulisan kayak manga sekilo 10ribu gitu ya ngga bisa ditawar lagi

itu mas,”

xlv

Interviewer : Apakah kenal dengan sebagian pedagang di pasar malam ini?

Informan : “kalo sama langganan sampe kenal nama malah, biasanya buat

kontek- kontek lewat telepon barang pesenan saya udah ada apa belum. Sebatas

pesenan aja”

Interviewer : Apakah alasan belanja di pasar malam? Apakah rutin setiap hari

datang?

Informan : “harganya ya murah gitu trus juga deket rumah, ngga jauh.

Ngga rutin juga sih, paling sebulan sekali, paling banyak dua minggu sekali”

Interviewer : Biasanya barang dagangan apa saja yang biasa dibeli?

Informan : “ya saya udah langganan makanan kriuk, kalo kesini pasti ngga

pernah lewatin beli itu mas. Yang lain nya ya kalo lagi butuh aja, saya beli.

Kayak dompet, celana”

Interviewer : Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar

malam ini? Apakah merasa puas?

Informan :”kurang puas. kalo menurut saya kurang memadai ya, disini

lahannya cukup sempit. Apalagi kalo lagi musim ujan tuh, pasti becek-

becek. Kamar kecil juga Cuma satu. tapi ya ngga terlalu masalah, paling

kalo males biasa suka pesen aja.”

xlvi

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Melinda

Jenis Informan : Mahasiswa

Usia : 22 Tahun

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 20.00 WIB / Pasar Malam Cibadak

Tempat Tinggal : Griya Suradita

Interviewer : Bagaimana sikap dan pelayanan pedagang disini?

Informan : “biasa aja sih mas, ya ada yang ramah kalo kita nanya-nanya

harga doang gitu, ada yang ngerayu juga biar laku dikasih murah lagi gitu asal

belinya banyak.”

Interviewer : Bagaimana sikap pedagang kalau ditawar?

Informan : “kalo yang ada tulisan harganya sih ya ngga bisa ditawar mas,

palingan kalo nawar juga saya ngga jauh-jauh amat paling seribu dua ribu, ya

pasti itu dikasih sih biasanya. Soalnya barang disini kan udah murah”

Interviewer : Apakah barang yang ditawar harga pas atau tidak bisa ditawar?

Informan : “kalo yang ada tulisan harganya sih ya ngga bisa ditawar mas,

palingan kalo nawar juga saya ngga jauh-jauh amat paling seribu dua ribu, ya

pasti itu dikasih sih biasanya. Soalnya barang disini kan udah murah”

xlvii

Interviewer : Apakah kenal dengan sebagian pedagang di pasar malam ini?

Informan : “ngga sih, ngga ada yang kenal. Cuma sebatas muka aja. ”

Interviewer : Apakah alasan belanja di pasar malam? Apakah rutin setiap hari

datang? Informan : “udah pasti karena murah barangnya, jarang juga

sih kesini, palingan sebulan sekali itu juga kalo lagi pengen, kalo ngga ya

ngga.”

Interviewer : Biasanya barang dagangan apa saja yang biasa dibeli?

Informan : “kebanyakan sih makanan, sama buah-buahan, baju atau celana

juga tapi ngga sering”

Interviewer : Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar

malam ini? Apakah merasa puas?

Informan : “dibilang puas juga engga ya, kesini juga karena barangnya

murah aja. kadang malesnya kesini kalo lagi ujan tuh, pasti becek banyak tanah.

Kalo bisa sih di semen aja jalannya biar ga becek.”

xlviii

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama : Ibu Ulfa

Jenis Informan : Ibu Rumah Tangga

Usia : 35 Tahun

Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017

Waktu/Tempat : Pukul 20.30 WIB / Pasar Malam Cibadak

Tempat Tinggal : Jalan Patuha

Interviewer : Bagaimana sikap dan pelayanan pedagang disini?

Informan : “ah biasa aja, ngga ada yang gimana-gimana. Kalo kita beli ya

dilayanin”

Interviewer : Bagaimana sikap pedagang kalau ditawar?

Informan : “mau nawar juga kadang ragu sih soalnya udah murah, ngga

enak sama pedagangannya mas”

Interviewer : Apakah barang yang ditawar harga pas atau tidak bisa ditawar?

Informan : “harga pas kebanyakan, kadang ada juga harganya yang lebih

mahal dari biasanya”

Interviewer : Apakah kenal dengan sebagian pedagang di pasar malam ini?

Informan : “engga kenal”

Interviewer : Apakah alasan belanja di pasar malam? Apakah rutin setiap hari

datang?

xlix

Informan : “ paling kalo lagi mood aja jalan kesini, ngga rutin-rutin

banget. Kalo ada barang bagus ya kita beli mas”

Interviewer : Biasanya barang dagangan apa saja yang biasa dibeli?

Informan : “paling sering barang kaya baju gitu sih”

Interviewer :Bagaimanakah sarana dan prasarana yang disediakan di pasar

malam ini? Apakah merasa puas?

Informan :”cukup puas sih, walau kadang-kadang suka dempet-

dempetan yam au gimana lagi namanya juga pasar malem. Yang penting

barangnya murah”

l

Lampiran II. Dokumentasi

Suasana Perdagangan Di Pasar Malam Cibadak

li

Suasana Perpakiran Pasar Malam Cibadak

lii

Suasana Jalan Raya Serpong Cisauk