JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G....

137
i JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP 5 PURWOKERTO SKRIPSI Oleh: FERLITA YUNIAR SETYANINGRUM E1A008117 Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012

Transcript of JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G....

Page 1: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

i

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. KERETA API

INDONESIA (PERSERO) DAOP 5 PURWOKERTO

SKRIPSI

Oleh:

FERLITA YUNIAR SETYANINGRUM

E1A008117

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2012

Page 2: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

ii

Lembar Pengesahan Skripsi

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. KERETA API

INDONESIA (PERSERO) DAOP 5 PURWOKERTO

Disusun Oleh :

FERLITA YUNIAR SETYANINGRUM

E1A008117

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disahkan

Pada tanggal Juli 2012

Pembimbing I Pembimbing II Penguji

Sutikno,SH. NIP. 19480704 198003 1 001

Sri Hartini, SH., MH NIP. 19630926 199002 2 001

Hj. Setiadjeng Kadarsih, SH.,MH NIP. 19491003 198203 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Hj. Rochani Urip Salami, SH.,MS NIP.19520603 198003 2 001

Page 3: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : FERLITA YUNIAR SETYANINGRUM

NIM : E1A008117

Judul Skripsi : JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

PADA PT. KERETA API INDONESIA

(PERSERO) DAOP 5 PURWOKERTO

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya saya

sendiri dan tidak menjiplak hasil karya orang lain maupun dibuatkan oleh orang

lain.

Dan apabila ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran sebagaimana tersebut

diatas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari fakultas.

Purwokerto, Juli 2012

Ferlita Yuniar Setyaningrum E1A008117

Page 4: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : JAMINAN PEMELIHARAAN

KESEHATAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP 5

PURWOKERTO. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam memperoleh

gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

Berbagai kesulitan dan hambatan penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini.

Namun berkat bimbingan, bantuan dan moril serta pengarahan dari berbagai pihak,

maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis ingin

menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Hj. Rochani Urip Salami, S.H,.M.S, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

2. Bapak Sutikno, S.H. selaku dosen pembimbing I Skripsi, atas segala bantuan,

arahan, dukungan, waktu, masukan dan kebaikan selama penulisan skripsi ini.

3. Ibu Sri Hartini, S.H., M.H. selaku dosen Pembimbing II Skripsi atas segala

bantuan, arahan, dukungan, masukan, menyediakan waktu dan kebaikan yang

telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

4. Ibu Hj. Setiadjeng Kadarsih, S.H., M.H. selaku dosen penguji Skripsi yang

telah memberi saran dan perbaikan pada skripsi penulis.

5. Bapak Supriyanto, S.H., M.H. selaku Kepala Bagian Hukum Administrasi

Negara atas semua bantuannya.

Page 5: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

v

6. Bapak Waidin, S.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas kebaikannya

kepada penulis selama berproses kuliah di Fakultas Hukum.

7. Seluruh dosen dan staf akademik di Fakultas Hukum Universitas Jenderal

Soedirman.

8. Vice President PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Bapak Sugriyatno selaku Assistant Manager Hiperkes dan Keselamatan Kerja

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto atas bantuan dan

waktunya.

10. Kedua orang tua, kakak, adik dan seluruh keluarga yang telah mendukung dan

selalu memberi semangat kepada penulis.

11. Mohamad Abd. Maulana yang senantiasa mendampingi dalam kondisi

apapun.

12. Tetehku juga sahabatku, Anissa Rahayuningtyas yang selalu mendukung dan

memberi semangat selama ini.

13. Teman-temanku Wiwit, Dian, Cathy, Sasa, Lilis, Dini, Dita, Puput, Desy,

Mimizz, Nina, Bangkit, Tari, dll.

14. Seluruh rekan-rekan Fakultas Hukum Unsoed Angkatan 2008.

15. Semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Page 6: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

vi

Semoga amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari

Allah SWT. Skripsi ini hanya karya manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan

oleh karenanya kritik dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini sangat penulis

harapkan.

Purwokerto, Juli 2012

Ferlita Yuniar Setyaningrum

E1A008117

Page 7: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

vii

ABSTRAK

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP 5 PURWOKERTO

OLEH

FERLITA YUNIAR SETYANINGRUM E1A008117

Jaminan pemeliharaan kesehatan merupakan salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan. Jaminan pemeliharaan kesehatan merupakan satu-satunya program Jamsostek yang dapat diselenggarakan secara mandiri asalkan diselenggarakan dengan manfaat lebih baik. Salah satu perusahaan yang menyelenggarakan sendiri Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi pegawainya adalah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto. Adapun perumusan masalah yang diteliti adalah bagaimanakah penerapan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero) di DAOP 5 Purwokertoserta hambatan normatif apakah yang timbul dari penerapan tersebut.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, dengan spesifikasi penelitian deskriptif normatif. Sumber data yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Berdasarkan hasil penelitian, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto dilaksanakan berdasarkan surat Keputusan Direksi Nomor: KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Jaminan Pemeliharaan Kesehatan berdasarkan keputusan direksi tersebut telah sesuai dengan Pasal 2 ayat (4) PP Nomor 84 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek karena mempunyai manfaat yang lebih baik dari paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero).

Hambatan normatif yang timbul dari penerapan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan tersebut terletak pada Pasal 9 ayat (1) huruf d dan ayat (2) PP Nomor 84 Tahun 2010. Seharusnya besaran dari iuran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan disesuaikan dengan yang ditentukan dalam peraturan pemerintah tersebut dan ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan.

Kata Kunci : Tenaga Kerja, Jamsostek.

Page 8: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

viii

ABSTRACT

THE HEALTH INSURANCE PROGRAM IN PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DAOP 5 PURWOKERTO

BY

FERLITA YUNIAR SETYANINGRUM E1A008117

The Health Insurance Program is one of the social security program that can help workers and their family to solve their healthy problems. This is the only social program that can be conducted independently, but it has to be held to get the better benefits. One of the company that organized the health insurance program for their workers by themselves is PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto. The points of this research are, “How does the implementation of the health insurance program for the workers of PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto?”, and “What does the normative barrier from the implementation of this program?”. This research method was normative judicial approach with normative description as the research’s spesification. The source of this research was primary law material, secondary law material, and tertiary law material. Based on the research’s result, the health insurance program in PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto was held based on Director Decree Number KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 about health insurance facility in PT. Kereta Api Indonesia (Persero)’s region. This has been being suitable with article 2 paragraph (4) PP Number 84 year 2010 about the implementation of the social security program, because it has the better benefits than the basic health insurance package by PT. Jamsostek (Persero). A normative barrier that appears from the implementation of the health insurance program is on Article 9 paragraph (1d) and paragraph (2) PP Number 84 year 2010. The health insurance fee must be appropriate with that government rules and should be covered by the company. Keywords: Manpower, The Social Security Program, Healthy.

Page 9: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................................. 11

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11

D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia ................................................... 13

1. Pengertian dan Sumber Hukum Ketenagakerjaan ............................. 13

1.1 Pengertian Hukum Ketenagakerjaan ............................................. 13

1.2. Sumber Hukum Ketenagakerjaan ................................................ 17

2. Pihak-Pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan ..................................... 18

3. Hubungan Kerja, Perjanjian Kerja dan Perjanjian Kerja Bersama…28

3.1. Hubungan Kerja ............................................................................ 28

Page 10: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

x

3.2. Perjanjian Kerja ............................................................................. 29

3.3. Perjanjian Kerja Bersama .............................................................. 32

B. Jaminan Sosial Tenaga Kerja ................................................................... 35

1. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja ........................................... 35

2. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja ................................... 38

3. Kepesertaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja ........................................ 44

C. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ........................................................... 48

1. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan ............................................................................................. 48

2. Iuran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan............................................. 50

3. Prosedur Pemberian Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan..53

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Mandiri ........................................ 56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ................................................................................. 59

B. Spesifikasi Penelitian .............................................................................. 59

C. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 60

D. Sumber Data ............................................................................................ 60

E. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 63

F. Metode Penyajian Data ............................................................................ 63

G. Metode Analisis Data .............................................................................. 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ........................................................................................ 64

Page 11: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

xi

B. Pembahasan ............................................................................................. 106

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................................. 121

B. Saran ......................................................................................................... 122

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto.

Lampiran 2. Perjanjian Kerja Bersama Periode 2011-2013 antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan Serikat Pekerja Kereta Api (SPKA).

Lampiran 3. Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor

KEP.U/KP.501/XII/2/KA-2010 tentang Pengelolaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pegawai dan Pensiunan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Beserta Keluarga;

Lampiran 4. Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

kep.u/kp.503/II/28/ka-2011 tentang Pengelolaan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pegawai dan Pensiunan Beserta Keluarga Eks PNS Departemen Perhubungan RI di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Lampiran 5. Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero);

Lampiran 6. Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

KEP.U/KP.208/IV/11/KA-2012 tentang Skala Gaji Pokok Pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2012;

Page 13: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara

untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh tanah air dan

tidak hanya untuk suatu golongan atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh

masyarakat, serta benar-benar harus dapat dirasakan seluruh rakyat sebagai perbaikan

tingkat hidup yang berkeadilan sosial, yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan

bangsa Indonesia.

Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam amandemen UUD 1945 tentang Ketenagakerjaan juga disebutkan dalam Pasal 28d ayat (2) UUD 1945.1

Pemerintah dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi warganya telah

berusaha untuk melaksanakan ketentuan dalam UUD 1945 tersebut dengan

1 Adrian Sutedi, 2009, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 1.

Page 14: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

2

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi warga negara untuk memilih

bidang kerja yang diinginkan.

Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan untuk melindungi tenaga kerja serta

pemerataan kesempatan kerja di berbagai bidang. Hal ini disebabkan karena rakyat

Indonesia juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia, sehingga perlu

dilindungi hak-haknya yang salah satunya adalah hak untuk mendapatkan pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi dirinya maupun keluarganya, seperti yang tertuang

dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945.

Tenaga kerja merupakan elemen yang sangat penting, yakni menjadi pilar

penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha untuk

mewujudkan visi, misi dan tujuan perusahaan. Sumber daya ini harus dipastikan

dikelola dengan sebaik mungkin. Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja

agar mampu memberi kontribusi secara optimal pada upaya pencapaian tujuan

perusahaan, maka kepada tenaga kerja dirasakan perlu untuk diberikan perlindungan,

pemeliharaan, dan peningkatan kesejahteraannya.

Pasal 86 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

menyebutkan bahwa:

1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan kerja b. moral dan kesusilaan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-

nilai agama. 2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Page 15: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

3

3. Perlindungan tersebut dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keberadaan tenaga kerja semakin diperhatikan, mengingat besarnya kontribusi

bagi kelangsungan hidup suatu negara. Tenaga kerja dalam menjalankan

pekerjaannya juga mempunyai suatu tanggung jawab yang besar. Tanggung jawab ini

juga akan melahirkan suatu risiko. Risiko tersebut terdapat dalam berbagai bidang,

dan jika dilihat dari sudut “akibatnya” dapat digolongkan dalam dua kelompok utama

yaitu risiko fundamental dan risiko khusus. Risiko fundamental ini sifatnya kolektif

dan dirasakan oleh seluruh masyarakat, seperti risiko politis, ekonomis, sosial,

hankam, dan internasional, sedangkan risiko khusus sifatnya lebih individual karena

dirasakan oleh perorangan, seperti risiko terhadap harta benda, terhadap diri pribadi,

dan terhadap kegagalan usaha.2

Selain itu, dari segi objek yang dapat terkena risiko, menurut Emmy Pangribuan

Simanjuntak, risiko terdiri dari:

a. Risiko perorangan (personal risk);

b. Risiko harta kekayaan (property risk); dan

c. Risiko tanggung jawab (liability risk).3

Ketiga jenis risiko tersebut ada yang mempunyai hubungan dengan jaminan

sosial tenaga kerja, yaitu risiko perorangan. Dikatakan sebagai risiko perorangan

karena risiko jenis ini menyangkut saat kematian atau saat seseorang tidak

2 Zainal Asikin, 2002, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Cet 4, Jakarta: Grafindo Persada, hal.

77. 3 Zaeni Asyhadie, 2008, Aspek-Aspek Hukum Jamsostek. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada ,

hal.24.

Page 16: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

4

mendapatkan penghasilan yang biasa diperoleh. Risiko jenis ini timbul baik karena

seseorang itu sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia.

Upaya-upaya dalam menanggulangi risiko tersebut dapat dilaksanakan dalam

bentuk perlindungan dan perbaikan kesejahteraan tenaga kerja dengan

menyelenggarakan pertanggungan sosial sebagai wujud dari program Jaminan Sosial.

Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan

kewajiban Negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi kepada

masyarakat. Sesuai kondisi kemampuan keuangan Negara, Indonesia

mengembangkan program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu

jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja

di sektor formal.

Jaminan Sosial adalah pembayaran yang diterima pihak buruh dalam hal buruh

di luar kesalahannya tidak dapat melakukan pekerjaan, jadi menjamin kepastian

pendapatan (income security) dalam hal buruh kehilangan upahnya karena alasan di

luar kehendaknya.4 Pada perkembangannya sekarang, jaminan sosial bagi pekerja

atau buruh bukan hanya berupa pembayaran saja, tetapi juga berupa pelayanan,

bantuan, dan lain sebagainya, oleh karena itu dalam Pedoman Pelaksanaan Hubungan

Industrial Pancasila (HIP), dirumuskan pengertian jaminan sosial secara luas:

“Jaminan Sosial adalah jaminan kemungkinan hilangnya atau bertambahnya

4 Iman Soepomo, 1983, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan, hal. 138-139.

Page 17: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

5

pengeluaran karena risiko sakit, kecelakaan, hari tua, meninggal dunia atau risiko

sosial lainnya.”5

Di Indonesia, sistem jaminan sosial diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28H ayat (3) yang menyebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak dasar untuk mendapatkan pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar hidupnya untuk mengembangkan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Pasal 34 ayat (2) UUD 45 menyebutkan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat serta memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Berdasarkan amanat tersebut kemudian disusunlah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.6

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

tersebut merupakan undang-undang “payung” yang akan melandasi penyelenggaraan

program jaminan sosial di Indonesia.

Salah satu bentuk upaya untuk melindungi dan memelihara kesejahteraan

tenaga kerja adalah dengan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992. Program Jamsostek merupakan

pengganti dari program Asuransi Sosial Tenaga Kerja (ASTEK) yang didirikan

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977.7

Jaminan sosial tenaga kerja merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu yang penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sebagai program publik, Jamsostek memberikan hak dan membebani kewajiban secara pasti (compulsory) bagi pengusaha dan tenaga kerja berdasarkan Undang-Undang

5 Zaeni Asyhadie, Op.cit. hal. 35. 6 Kurniawan Triwibowo, 2011, Konsep Pengaturan Jaminan Sosial Dalam Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia, tersedia di website http://www.pengacara_online.com/konsep-pengaturan-jaminan-sosial-dalam-undang-undang-nomor-40-tahun-2004-tentang-sistem-jaminan-sosial-nasional-di-indonesia.htm. diakses tanggal 29 Maret 2012.

7 Abdul Khakim, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Cet. 1, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, hal. 69.

Page 18: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

6

Nomor 3 Tahun 1992, berupa santunan tunai dan pelayanan medis, sedangkan kewajiban peserta adalah tertib administrasi dan membayar iuran.8

Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja ini memberikan kepastian

berlangsungnya atas penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian

atau seluruh penghasilan yang kemungkinan bisa hilang, oleh karena itu jaminan

sosial tenaga kerja ini dikatakan mempunyai beberapa aspek, antara lain:

a. Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi

tenaga kerja beserta keluarganya;

b. Merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga

kerja dan pikirannya kepada perusahaan tempatnya bekerja.

Program Jamsostek ini sangat bermanfaat bagi pekerja maupun bagi pengusaha.

Bagi pekerja, program ini dapat memberikan rasa aman baik bagi pekerja itu sendiri

maupun keluarganya, karena telah terjamin keselamatan, kesehatan, dan

kesejahteraannya sehingga pekerja tidak perlu khawatir apabila mengalami suatu

keadaan yang tidak diinginkannya seperti sakit, mengalami musibah kecelakaan, dan

sebagainya.

Bagi pengusaha, program ini sangat bermanfaat karena pengusaha tersebut

menyadari bahwa keberadaan pekerja sangatlah penting dalam suatu perusahaan

karena perusahaan tidak dapat berjalan tanpa adanya pekerja, sehingga untuk

mencegah terjadinya hal tersebut maka pengusaha yang bersangkutan melaksanakan

8 Adrian Sutedi, Op.cit. hal. 185-186.

Page 19: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

7

program Jamsostek. Jenis-jenis jaminan dalam program Jamsostek yang diatur dalam

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek meliputi:

1. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

2. Jaminan Kematian (JKM)

3. Jaminan Hari Tua (JHT)

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

Pada prinsipnya, modal utama dalam upaya mensejahterakan tenaga kerja

bukan hanya terletak dari tingkat pendapatan (upah) yang diberikan oleh pihak

perusahaan saja, tetapi ada beberapa faktor lainnya. Salah satunya adalah adanya

perhatian dari para pengusaha berkaitan dengan masalah jaminan pemeliharaan

kesehatan tenaga kerja.

Jaminan pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan

produktivitas pekerja, sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan

merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif).9

Di samping itu, pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan pekerja yang meliputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Dengan demikian, diharapkan tercapainya derajat kesehatan pekerja yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan pemeliharaan kesehatan selain untuk pekerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya.10

Tujuan umum program jaminan pemeliharaan kesehatan adalah memberikan

perlindungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi tenaga kerja dan

99 Asri Wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar Grafika,

hal.140. 10 Ibid, hal. 141.

Page 20: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

8

keluarganya, sedangkan tujuan khususnya adalah memberikan perlindungan

kesehatan bagi tenaga kerja guna meningkatkan produktivitas baik kualitas maupun

kuantitasnya.11

Pada kenyataannya masih dijumpai beberapa permasalahan yang antara lain: pelaksanaan law enforcement tidak dijalankan sesuai dengan ketentuan; sosialisasi belum dilaksanakan secara optimal sehingga masih cukup banyak pekerja/buruh belum memahami program jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek; pengelolaannya belum transparan; peserta jaminan pemeliharaan Jamsostek didaftarkan perusahaan hanya sebagian upahnya (tidak sebenarnya); pelayanan masih dilakukan oleh pihak ketiga dengan mutu pelayanannya masih rendah.12

Sudah tentu kesalahan tidak semua terletak pada PT Jamsostek, karena yang

sering dikeluhkan adalah pelayanan dari pelaksana pelayanan kesehatan (PPK), mutu obat, dan pembayaran klaim, karena hal tersebut berkaitan dengan PPK dan main provider yang ditunjuk oleh PT Jamsostek. Walaupun penyebabnya timbul pada tingkat main provider dan PPK, tetapi yang jelas konsekuensinya akan memperburuk citra Jamsostek sebagai satu-satunya perusahaan yang diamanatkan undang-undang menjadi badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja. Pelayanan Jamsostek dianggap kurang baik, sehingga sebagian perusahaan melaksanakan jaminan pemeliharaan kesehatan mandiri.13

Dalam rangka menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan,

perusahaan dapat menyelenggarakannya sesuai dengan ketentuan dasar Jaminan

Sosial Tenaga Kerja atau lebih baik daripada Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, seperti yang tercantum dalam Pasal 2 ayat (4) PP No.

84 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Dengan demikian, pengusaha tidak berkewajiban untuk mengikutsertakan pekerjanya

11Yuli Ratnasari, 2004, Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Pelaksanaan

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pada PT. Nyonya Meneer di Semarang, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, hal. 65.

12 Adrian Sutedi, Op.cit. hal.199. 13 Loc.cit.

Page 21: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

9

dalam program jaminan pemeliharaan kesehatan berdasarkan Undang-Undang Nomor

3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Salah satu perusahaan yang menyelenggarakan secara mandiri program jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi pekerja dan keluarganya adalah PT. Kereta Api

Indonesia (Persero). PT. Kereta Api Indonesia (Persero) khususnya Daerah Operasi 5

Purwokerto merupakan salah satu BUMN terbesar di Indonesia yang memiliki ribuan

tenaga kerja. Sebagai suatu perusahaan yang berhubungan dengan masyarakat dalam

hal jasa angkutan umum, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuan terbesar

yaitu peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kepada pengguna jasa kereta api,

dengan tetap mengutamakan keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan

kenyamanan.

Sebelumnya, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) telah menggunakan Asuransi

Kesehatan (ASKES) sebagai badan penyelenggara program jaminan pemeliharaan

kesehatan. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan BUMN yang berbentuk

perseroan terbatas, maka berdasarkan PP Nomor 64 Tahun 2007 tentang Penyesuaian

Pensiun Eks Pegawai Negeri Sipil Departemen Perhubungan pada PT. Kereta Api

Indonesia (Persero), penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pegawai

dan penerima pensiun beserta keluarganya dilakukan oleh PT. Asuransi Kesehatan

(Persero) dengan iuran dan program yang sama sebagaimana berlaku bagi Pegawai

Negeri Sipil.

Berdasarkan hasil evaluasi oleh Pengurus dan Anggota Serikat Pekerja Kereta

Api (SPKA) dinilai penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) oleh

Page 22: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

10

PT. ASKES (Persero) dalam pelayanannya sangat tidak memuaskan dan tidak efektif.

Jenis pelayanannya yang diterima ternyata lebih rendah dari yang didapat oleh PNS.

Salah satu contohnya adalah pelayanan dalam hal perawatan, di mana kelas

perawatan yang didapat hanya kelas I dan II saja, sedangkan PNS bisa mendapatkan

kelas utama. Selain itu dalam hal mendapat rujukan, pegawai juga mendapat kesulitan

dalam pengurusannya.

Penyelenggaraan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pegawai di PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) pada saat dikelola oleh PT. ASKES (Persero) ternyata

terdapat berbagai kendala, sehingga diusulkan bahwa penyelenggaraan jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi pegawai aktif dan penerima pensiun beserta keluarganya

dikelola sendiri melalui Unit Kesehatan (UK) PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

mengingat bahwa selama ini penyelenggaraan JPK tersebut dibiayai oleh perusahaan,

iuran pegawai dan pensiunan (tidak dibiayai oleh Pemerintah), dan dilakukan revisi

terhadap PP nomor 64 tahun 2007 pasal 14 ayat (2) yang dimaksud.

Berdasarkan usulan dari Serikat Pekerja Kereta Api (SPKA) tersebut, maka

berdasarkan Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor

KEP.U/KP.501/XII/2/KA-2010 tanggal 13 Desember 2010 tentang Pengelolaan

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Pegawai dan Pensiunan PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) beserta Keluarga, untuk jaminan pemeliharaan kesehatan

bagi pekerja dan penerima pensiun beserta keluarganya diselenggarakan sendiri oleh

Unit Usaha Kesehatan PT. Kereta Api Indonesia (Persero), sedangkan pelaksanaan

dari Surat Keputusan tersebut diatur dalam Keputusan Direksi PT. Kereta Api

Page 23: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

11

Indonesia (Persero) Nomor : KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Berdasarkan uraian tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang

berjudul “JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. KERETA

API INDONESIA (PERSERO) DAOP 5 PURWOKERTO”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mengambil pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah penerapan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) di DAOP 5 Purwokerto?

2. Hambatan normatif apakah yang timbul dalam penerapan jaminan pemeliharaan

kesehatan tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) di DAOP 5 Purwokerto.

2. Untuk mengetahui hambatan normatif yang timbul dalam penerapan jaminan

pemeliharaan kesehatan.

Page 24: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

12

D. Kegunaan Penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain :

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan sebagai instrumen pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang Hukum Ketenagakerjaan dan menjadi acuan

ilmiah bagi pengembangan Hukum Ketenagakerjaan di masa mendatang, serta

dapat memberikan atau menambah perbendaharaan wacana bagi pengembangan

ilmu hukum yang berkaitan dengan Hukum Ketenagakerjaan khususnya mengenai

penerapan jaminan pemeliharaan kesehatan dan hambatan normatif yang timbul

dalam penerapan jaminan pemeliharaan kesehatan tersebut.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca,

khususnya bagi mereka yang bergerak di bidang ilmu hukum ketenagakerjaan.

Selain itu untuk bahan kajian dan referensi mengenai penerapan jaminan

pemeliharaan kesehatan dan hambatan normatif yang timbul dalam penerapan

jaminan pemeliharaan kesehatan, khususnya bagi pekerja pada PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto.

Page 25: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia

1. Pengertian dan Sumber Hukum Ketenagakerjaan

1.1. Pengertian Hukum Ketenagakerjaan

Manusia dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam,

untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk bekerja

baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

yang diusahakan sendiri maksudnya adalah bekerja atas usaha modal dan tanggung

jawab sendiri, sedangkan bekerja pada orang lain maksudnya adalah bekerja

dengan bergantung pada orang lain yang memberi perintah dan mengutusnya,

karena harus tunduk dan patuh pada orang lain yang memberikan pekerjaan

tersebut.

Kaitannya dengan Hukum Perburuhan bukanlah orang yang bekerja atas

usaha sendiri, tetapi yang bekerja pada orang atau pihak lain. Ketentuan tersebut

sangat luas sehingga diadakan pembatasan-pembatasan tentang pekerjaan yang

tidak tercakup dalam hukum perburuhan. Menurut G. Karta Sapoetra, pembatasan

tersebut yakni sebagai berikut:

Hukum Perburuhan adalah sebagian dari hukum yang berlaku (segala peraturan-peraturan) yang menjadi dasar dalam mengatur hubungan kerja antara

Page 26: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

14

buruh (pekerja) dengan majikan atau perusahaannya, mengenai tata kehidupan dan tata kerja yang langsung bersangkut paut dengan hubungan kerja tersebut.14

Dalam Hukum Perburuhan atau Hukum Ketenagakerjaan terdapat beberapa

istilah yang beragam, seperti buruh, pekerja, karyawan, pegawai, majikan atau

pengusaha.15 Secara yuridis dalam hubungan antara buruh dan majikan, buruh

adalah bebas karena prinsip negara kita tidak seorangpun dapat diperbudak

maupun diperhamba. Semua bentuk dan jenis perbudakan, peruluran dan

perhambaan dilarang, tetapi kenyataannya buruh itu tidak bebas sebagai orang

yang tidak mempunyai bekal hidup yang lain selain tenaganya. Terkadang buruh

terpaksa untuk menerima hubungan kerja dengan majikan meskipun memberatkan

bagi buruh itu sendiri, lebih-lebih dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang

tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.

Hubungan antara buruh/pekerja dan pengusaha dalam suatu perusahaan

menimbulkan adanya hak dan kewajiban yang timbul secara timbal balik dan

semuanya itu diatur dalam Hukum Ketenagakerjaan. Secara prinsip pengertian

Hukum Perburuhan dan Hukum Ketenagakerjaan jelas berbeda, istilah

Ketenagakerjaan lebih luas pengertiannya daripada Hukum Perburuhan. Hanya

saja keduanya berasal dari kata Arbeidsrecht yang diterjemahkan sebagai hukum

perburuhan.

14 G. Karta Sapoetra dan RG. Widianingsih, 1982, Pokok-Pokok Hukum Perburuhan, Cet.1,

Bandung: Amico, hal. 2. 15 Abdul Khakim, Op.cit. hal. 1.

Page 27: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

15

Para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian

Hukum Perburuhan/Ketenagakerjaan, tetapi pada prinsipnya mempunyai arti yang

sama. Berikut ini pendapat beberapa ahli hukum mengenai pengertian hukum

perburuhan:

a. Molenaar

Arbeidsrecht adalah bagian hukum yang berlaku, yang pokoknya

mengatur hubungan antara buruh dengan majikan, antara buruh dengan buruh

serta antara buruh dengan penguasa.

b. Iman Soepomo

Hukum Perburuhan adalah himpunan peraturan, baik tertulis maupun

tidak yang berkenaan dengan kejadian dimana seseorang bekerja pada orang

lain dengan menerima upah.

c. Soetiksno

Hukum Perburuhan adalah keseluruhan peraturan hukum mengenai

hubungan kerja yang mengakibatkan seseorang secara pribadi ditempatkan di

bawah perintah/pimpinan orang lain dan mengenai keadaan-keadaan

penghidupan yang langsung bersangkutan dengan hubungan kerja tersebut.

Dewasa ini, sesungguhnya penggunaan kata perburuhan, buruh, majikan dan

sebagainya sudah digantikan dengan istilah ketenagakerjaan, sehingga dikenal

istilah hukum ketenagakerjaan untuk menggantikan istilah hukum perburuhan.16

16 Agusmidah, 2010, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Dinamika dan Teori, Bogor: Ghalia

Indonesia, hal. 4.

Page 28: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

16

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah

merumuskan pengertian istilah ketenagakerjaan sebagai segala hal yang

berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa

kerja.17 Berdasarkan pengertian Ketenagakerjaan tersebut dapat dirumuskan

pengertian Hukum Ketenagakerjaan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan

dengan tenaga kerja baik sebelum bekerja, selama atau dalam hubungan kerja, dan

sesudah hubungan kerja.18

Menurut Abdul Khakim, istilah Hukum Ketenagakerjaan lebih tepat

dibanding dengan istilah Hukum Perburuhan, mengingat istilah tenaga kerja

mengandung pengertian yang amat luas dan untuk menghindarkan adanya

kesalahan persepsi terhadap penggunaan istilah lain yang kurang sesuai dengan

tuntutan perkembangan hubungan industrial. Abdul Khakim merumuskan

pengertian hukum ketenagakerjaan dari unsur-unsur yang dimiliki, yaitu:

1) Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis; 2) Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pekerja dan

pengusaha/majikan; 3) Adanya orang yang bekerja pada dan di bawah orang lain, dengan

mendapat upah sebagai balas jasa; 4) Mengatur perlindungan pekerja/buruh, meliputi: masalah keadaan sakit,

haid, hamil, melahirkan keberadaan organisasi pekerja/buruh dan sebagainya.19

17 Ibid, hal. 5. 18 Lalu Husni, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, Cet.10,

Jakarta: Rajawali Pers, hal. 35. 19 Ibid, hal. 5-6.

Page 29: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

17

Hukum ketenagakerjaan menurut Abdul Khakim adalah peraturan hukum

yang mengatur hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha/majikan

dengan segala konsekuensinya. Hal ini jelas bahwa hukum ketenagakerjaan tidak

mencakup pengaturan mengenai:

1) Swapekerja

2) Kerja yang dilakukan untuk orang lain atas dasar kesukarelaan

3) Kerja seorang pengurus atau wakil suatu organisasi/perkumpulan.

1.2. Sumber Hukum Ketenagakerjaan

Sebagaimana halnya dengan sumber hukum pada umumnya, hukum

ketenagakerjaan mempunyai sumber yang tidak jauh berbeda. Sumber hukum

adalah segala apa yang dapat menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai

kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang apabila dilanggar

mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.20 Sumber hukum itu sendiri

dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber hukum formil dan sumber hukum

materiil. Berbicara mengenai sumber hukum ketenagakerjaan maka jelas yang

dimaksudkan adalah sumber hukum formil, sebab sumber hukum ketenagakerjaan

dalam artian materiil adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum.

Adapun sumber-sumber hukum ketenagakerjaan dalam artian formil tersebut

adalah sebagai berikut:

1) Undang-undang

20 CST Kansil, 1984, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PN. Balai

Pustaka, hal. 46.

Page 30: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

18

2) Peraturan lain yang lebih rendah kedudukannya dengan Undang-undang

3) Kebiasaan

4) Putusan

5) Perjanjian

6) Traktat

7) Doktrin / Pendapat Para Ahli

Saat ini yang berlaku sebagai sumber hukum yang digunakan untuk

mengatur sekaligus sebagai pedoman mengenai masalah ketenagakerjaan di

Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

2. Pihak-pihak dalam Hukum Ketenagakerjaan

Dalam hukum ketenagakerjaan, terdapat pihak-pihak yang bersangkutan

bukan hanya buruh/pekerja dengan pengusaha saja, melainkan juga badan-badan

lain seperti organisasi pekerja/buruh, organisasi pengusaha, dan badan-badan

pemerintah.

a. Buruh/pekerja

Istilah buruh digunakan sejak zaman penjajahan Belanda sebelum

berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Pada zaman penjajahan Belanda yang dimaksudkan dengan buruh adalah

pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar

yang disebut sebagai Blue Collar, sedangkan yang melakukan pekerjaan di

Page 31: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

19

kantor pemerintah atau swasta disebut sebagai “karyawan/pegawai” (White

Collar).

Setelah merdeka, semua orang yang bekerja di sektor swasta baik pada

orang maupun badan hukum disebut buruh. Hal ini disebutkan dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan

yakni Buruh adalah “barangsiapa yang bekerja pada majikan dengan menerima

upah” (Pasal 1 ayat 1 a).21 Sampai saat ini, istilah buruh masih sering dipakai

sebagai sebutan untuk kelompok tenaga kerja yang sedang memperjuangkan

program organisasinya.

Seiring dengan perkembangan hukum ketenagakerjaan di Indonesia,

istilah buruh diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja. Alasan

pemerintah mengganti istilah tersebut karena istilah buruh kurang sesuai dengan

kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang

selalu ditekan dan berada di bawah pihak lain yakni majikan.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menetapkan, bahwa penggunaan

istilah pekerja selalu dibarengi dengan istilah buruh yang menandakan bahwa

dalam UU ini dua istilah tersebut memiliki makna yang sama. Dalam Pasal 1

angka 3 dapat dilihat pengertian dari pekerja/buruh yaitu :

Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam

bentuk lain.

21 Lalu Husni, Op.cit. hal. 43-44.

Page 32: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

20

Pengertian ini agak umum namun maknanya lebih luas karena dapat

mencakup semua orang yang bekerja pada siapa saja baik perorangan,

persekutuan, badan hukum atau badan lainnya dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk apapun.22 Di sini jelas pengertiannya terkait dalam

hubungan kerja, bukan di luar hubungan kerja.

Dalam praktek istilah pekerja sering dipakai untuk menunjukkan status

hubungan kerja, seperti pekerja kontrak, pekerja borongan, pekerja harian,

pekerja honorer, pekerja tetap, dan sebagainya. Istilah yang sepadan dengan

pekerja ialah karyawan, yakni orang yang berkarya atau bekerja, yang lebih

diidentikkan pada pekerjaan nonfisik, sifat pekerjaannya halus atau tidak kotor.

Di samping istilah tersebut, masih terdapat istilah tenaga kerja yang

mengandung pengertian yang lebih luas yang meliputi pejabat negara, pegawai

negeri sipil, militer, pengusaha, buruh, swapekerja, penganggur, dan lain-lain.23

Pengertian tenaga kerja menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan adalah:

Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat.

22 Ibid, hal. 45. 23 Abdul Khakim, Op.cit. hal. 2.

Page 33: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

21

Istilah tenaga kerja digunakan baik di luar maupun di dalam hubungan kerja,

sedangkan pekerja khusus di dalam hubungan kerja. Berarti setiap pekerja

sudah pasti tenaga kerja, tetapi setiap tenaga kerja belum tentu pekerja.24

b. Pengusaha

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, istilah majikan sangat dikenal karena perundang-undangan

pada zaman dahulu menggunakan istilah majikan. Namun, sekarang ini istilah

majikan sudah diganti dengan istilah pengusaha.

Sebagaimana halnya dengan istilah buruh, istilah majikan kurang sesuai dengan konsep Hubungan Industrial Pancasila karena istilah majikan berkonotasi sebagai pihak yang selalu berada di atas sebagai kelompok penekan dari buruh, padahal antara buruh dan majikan secara yuridis merupakan mitra kerja yang mempunyai kedudukan yang sama. Karena itu lebih tepat jika disebut dengan istilah pengusaha.25

Hardijan Rusli dalam bukunya Hukum Ketenagakerjaan 2003

memberikan pengertian pengusaha. Menurutnya, secara umum pengertian

pengusaha mencakup orang pribadi, persekutuan, atau badan hukum yang

menjalankan suatu perusahaan.26 Dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003, pengertian pengusaha adalah:

a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

24 Ibid, hal.3. 25 Ibid, hal. 46. 26 Hardijan Rusli, 2004, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal.

17.

Page 34: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

22

c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 juga memberikan pengertian

mengenai pemberi kerja dalam Pasal 1 angka 4 yakni :

Orang perorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya

yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan

dalam bentuk lain.

Selain itu, pengertian perusahaan dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 adalah :

a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan mencari keuntungan atau tidak, milik orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan buruh/pekerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk apapun;

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

c. Organisasi Pekerja/Buruh

Pekerja/buruh sebagai warga negara mempunyai persamaan kedudukan

dalam hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak,

mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam suatu organisasi, serta mendirikan

dan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.27 Hak menjadi anggota

serikat pekerja/serikat buruh merupakan hak asasi pekerja/buruh yang telah

dijamin oleh Pasal 28 UUD 1945.

27 Zaeni Asyhadie, 2007, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, hal. 22.

Page 35: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

23

Dalam rangka menjamin kelangsungan dan menikmati perlindungan hak-

hak pekerja/buruh sejak dahulu telah diupayakan pekerja/buruh memperkuat

kedudukan dengan cara berorganisasi. Kehadiran organisasi pekerja/buruh

merupakan salah satu sarana untuk memperjuangkan hak dan kepentingan

pekerja dan keluarganya serta ikut serta dalam menciptakan hubungan industrial

yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sehingga tidak diperlakukan

sewenang-wenang oleh pihak pengusaha. Terwujudnya hal tersebut sangat

tergantung dari kesadaran para pekerja itu sendiri dalam mengorganisasikan

dirinya, karena itulah kaum pekerja di Indonesia harus menghimpun dirinya

dalam suatu wadah atau organisasi.

Di samping itu, dimaklumi bahwa pekerja/buruh sifatnya lemah, baik dari

segi ekonomi maupun segi kedudukan dan pengaruhnya terhadap pengusaha.

Akibatnya, pekerja/buruh tersebut tidak mungkin bisa memperjuangkan hak-

haknya ataupun tujuannya secara perorangan tanpa mengorganisasi dirinya

dalam suatu wadah untuk mencapai tujuannya. Wadah yang dimaksud itu

sekarang disebut serikat pekerja/serikat buruh.

Hak berserikat bagi pekerja/buruh, diatur dalam Konvensi International Labor Organization (ILO) Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi, serta Konvensi ILO Nomor 98 tentang Berlakunya Dasar-dasar daripada Hak untuk Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama. Kedua konvensi tersebut sudah diratifikasi oleh Indonesia sehingga konsekuensi yuridisnya Indonesia menjadi terikat untuk melakukan isi peraturan internasional tersebut dan diimplementasikan

Page 36: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

24

menjadi bagian dari peraturan perundang-undangan yang berlaku secara nasional.28

Salah satu implementasi dari konsekuensi yuridis tersebut adalah telah

diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh, yang merupakan undang-undang yang secara khusus

mengatur tentang pelaksanaan hak berserikat bagi pekerja/buruh. Kehadiran

undang-undang tersebut diharapkan sebagai sarana pembaruan hukum di bidang

ketenagakerjaan, khususnya organisasi ketenagakerjaan di Indonesia.

Di dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2000, yang mengatur tentang pengertian/konsepsi serikat pekerja/serikat buruh

ditentukan bahwa:

Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk pekerja/buruh, baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

Dengan demikian, jelaslah bahwa keberadaan serikat pekerja/buruh sangat

penting artinya dalam rangka memperjuangkan, membela dan melindungi hak

dan kepentingan pekerja/buruh serta melakukan upaya-upaya untuk

meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.

28 Djumadi, 2005, Sejarah Keberadaan Organisasi Buruh di Indonesia, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, hal. 3.

Page 37: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

25

d. Organisasi Pengusaha

Sama halnya dengan pekerja yang memiliki wadah untuk

memperjuangkan hak-haknya, pengusaha juga memiliki wadah untuk

meningkatkan keikutsertaannya dalam kegiatan pembangunan nasional. Di

Indonesia terdapat dua wadah bagi organisasi pengusaha yakni KADIN dan

APINDO. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 49 Tahun 1973

membentuk Kamar Dagang dan Industri (KADIN).

KADIN adalah wadah bagi pengusaha Indonesia dan bergerak dalam

bidang perekonomian. KADIN merupakan organisasi yang berbentuk

kesatuan, bersifat mandiri, bukan organisasi pemerintah, bukan organisasi

politik dan merupakan bagian yang dalam melakukan kegiatannya mencari

keuntungan material. Untuk mencapai tujuannya Kamar Dagang dan Industri

mempunyai tugas pokok :

1) Membina serta mengembangkan kerjasama yang serasi antara ketiga unsur

pelaku ekonomi antar pengusaha besar, pengusaha menengah, dan

pengusaha kecil.

2) Memupuk dan meningkatkan kesadaran nasional dan patriotisme pengusaha

nasional dalam hal tanggung jawabnya sebagai warga Negara dan tanggung

jawab sosialnya sebagai warga masyarakat.

Organisasi pengusaha yang khusus mengurus masalah yang berkaitan

dengan ketenagakerjaan adalah Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).

Asosiasi Pengusaha Indonesia adalah suatu wadah kesatuan para pengusaha

Page 38: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

26

yang ikut serta untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam sunia usaha

melalui kerja sama yang terpadu dan serasi antar pemerintah, pengusaha, dan

pekerja. Tujuan dibentuknya APINDO ialah untuk:

1) Mempersatukan dan membina pengusaha serta memberikan pelayanan

kepentingannya didalam bidan hubungan industrial.

2) Menciptakan dan memelihara keseimbangan, ketenangan dan

kegairahan kerja serta usaha dalam pembinaan hubungan industrial

dan ketenagakerjaan.29

Eksistensi organisasi pengusaha lebih ditekankan sebagai wadah untuk

mempersatukan para pengusaha Indonesia dalam upaya turut serta memelihara

ketenangan kerja dan berusaha, atau lebih pada hal-hal yang teknis

menyangkut pekerjaan/kepentingannya.

Hal ini juga dikemukakan oleh Iman Soepomo bahwa dasar dan tujuan organisasi pengusaha adalah kerja sama antara anggota-anggotanya dalam soal-soal teknis dan ekonomis belaka tidak juga semata-mata merupakan badan yang mengurus soal-soal perburuhan, baik atas dasar inisiatif sendiri maupun atas desakan dari buruh atau organisasi buruh.30

Meskipun demikian, organisasi pengusaha tetap memberi manfaat dalam

hubungan ketenagakerjaan yakni sebagai anggota tripartit yang berperan sama

dengan serikat pekerja dalam menangani setiap permasalahan yang terjadi,

karena itu seyogyanya perhatian organisasi pengusaha tidak hanya

29 Kurnianingsih, 2010, Bab VI Organisasi Pengusaha, tersedia di website

http://kurnianingsih31207335.wordpress.com/2010/04/18/bab-vi-organisasi-pengusaha/ diakses tanggal 12 Mei 2012.

30 Lalu Husni, Op.cit. hal. 57.

Page 39: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

27

memperjuangkan kepentingannya tetapi juga kepentingan pekerja sebagai

salah satu komponen produksi yang eprlu mendapatkan perlindungan hukum.

e. Pemerintah

Campur tangan pemerintah dalam hukum ketenagakerjaan adalah

meupakan faktor yang sangat penting, karena dengan adanya campur tangan

pemerintah maka hukum ketenagakerjaan akan menjadi adil. Hal tersebut

karena apabila hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang sangat

berbeda secara sosial ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada para pihak,

maka tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hubungan ketenagakerjaan

akan sulit tercapai. Berdasarkan alasan tersebut, pemeritah akhirnya turut

campur tangan melalui peraturan perundang-undangan untuk menjamin

kepastian hak dan kewajiban para pihak.

Pengawasan terhadap peraturan di bidang ketenagakerjaan dilakukan

oleh Departemen Tenaga Kerja yang sekarang namanya diubah menjadi Dinas

Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Secara normatif, pengawasan

perburuhan diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1948 jo. Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang pengawasan perburuhan. Pengawasan

terhadap pelaksanaan ketentuan hukum di bidang ketenagakerjaan akan

menjamin pelaksanaan hak-hak normatif pekerja, yang pada gilirannya

mempunyai dampak terhadap stabilitas usaha. Selain itu, pengawasan

ketenagakerjaan juga akan dapat mendidik pengusaha dan pekerja untuk selalu

Page 40: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

28

taat menjalankan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di bidang

ketenagakerjaan sehingga akan tercipta suasana kerja yang harmonis.

3. Hubungan Kerja, Perjanjian Kerja, dan Perjanjian Kerja Bersama

3.1. Hubungan Kerja

Adanya kedudukan dan kepentingan yang sama antara pekerja dengan

pengusaha maka timbullah hubungan kerja antara keduanya. Hubungan kerja

adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi setelah adanya

perjanjian kerja. Dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hubungan kerja adalah :

Hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan

perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

Hubungan kerja jika ditinjau dari segi hukum dan perundang-undangan

yang berlaku sekarang mempunyai arti sebagai berikut:

Kegiatan-kegiatan pengerahan tenaga/jasa seseorang secara terus

menerus dalam waktu tertentu dan secara teratur demi kepentingan orang

yang memerintahkannya (pengusaha/majikan) sesuai dengan perjanjian

kerja yang disepakati bersama.31

Dengan demikian, jelas bahwa hubungan kerja terjadi karena adanya

perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja/buruh. Substansi perjanjian kerja

yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan perjanjian perburuhan atau

31 G. Karta Sapoetra, Op.cit. hal. 29.

Page 41: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

29

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang ada, demikian halnya dengan peraturan

perusahaan.

Hubungan kerja pada dasarnya meliputi hal-hal mengenai:

1) Pembuatan perjanjian kerja karena merupakan titik tolak adanya suatu hubungan kerja;

2) Kewajiban buruh melakukan pekerjaan pada atau di bawah pimpinan majikan, yang sekaligus merupakan hak majikan atas pekerjaan buruh;

3) Kewajiban majikan membayar upah kepada buruh yang sekaligus merupakan hak buruh atas upah;

4) Berakhirnya hubungan kerja; dan 5) Caranya perselisihan antar pihak-pihak yang bersangkutan

diselesaikan dengan sebaik-baiknya.32

Hubungan kerja menunjukkan kedudukan para pihaknya, yang

menggambakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kedua belah pihak yaitu

hak-hak dan kewajiban pekerja/buruh terhadap pengusaha serta hak-hak dan

kewajiban-kewajiban pengusaha terhadap pekerja/buruh. Hubungan

pekerja/buruh dengan pengusaha bersifat timbal balik, di mana kewajiban

pihak yang satu merupakan hak bagi pihak lain dan begitu pula sebaliknya.

3.2. Perjanjian Kerja

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1

angka 14 memberikan pengertian perjanjian kerja yakni:

Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan

pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan

kewajiban para pihak.

32 Iman Soepomo, 1974, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta:

Djambatan, hal. 9.

Page 42: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

30

Berdasarkan pengertian perjanjian kerja tersebut, dapat ditarik

kesimpulan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam perjanjian kerja adalah

: 1) adanya pekerjaan; 2) adanya perintah/petunjuk dari pengusaha; dan 3)

adanya upah. Jadi, bila seseorang telah mengikatkan diri dalam suatu

perjanjian kerja, berarti ia secara pribadi otomatis harus bersedia bekerja di

bawah perintah orang lain.

Selain itu, pengertian mengenai perjanjian kerja juga diketengahkan oleh

Iman Soepomo. Beliau mengemukakan bahwa:

Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu, buruh,

mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak lainnya,

majikan, yang mengikatkan diri untuk mengerjakan buruh itu dengan

membayar upah.33

Jika dibandingkan dengan kedudukan para pihak dalam perjanjian, maka

kedudukannya akan berlainan, di mana pihak dalam perjanjian kerja tidak

dalam kedudukan yang sama dan seimbang karena pihak yang satu yaitu

pekerja mengikatkan diri dan bekerja di bawah perintah orang lain yaitu

pengusaha. Adanya perbedaan yang prinsip antara perjanjian pada umumnya

dengan perjanjian kerja merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Hal

ini disebabkan jika dalam suatu perjanjian antara para pihak yang membuatnya

mempunyai derajat dan kondisi yang sama serta mempunyai hak dan

kewajiban yang sama dan seimbang.

33 Djumadi, Op.cit, hal. 29-30.

Page 43: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

31

Tidak demikian halnya dengan ketentuan dalam perjanjian kerja, karena

antara para pihak yang mengadakan perjanjian kerja walaupun pada prinsipnya

mempunyai kedudukan dan derajat yang sama dan seimbang, akan tetapi

dikarenakan berbagai aspek yang melingkari di sekelilingnya maka kenyataan

menunjukkan bahwa kedudukan dan derajat para pihak yang mengadakan

perjanjian kerja tersebut menjadi tidak sama dan seimbang.

Dalam Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas dasar:

1) Kesepakatan kedua belah pihak; 2) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum; 3) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan; 4) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan

ketertiban umum, kesusilaan, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Keempat syarat tersebut bersifat komulatif artinya harus dipenuhi semuanya

baru dapat dikatakan bahwa perjanjian tersebut sah.

Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk tertulis

atau lisan. Secara normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan

kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat membantu

proses pembuktian. Ketentuan dalam perjanjian kerja, menyangkut besarnya

upah dan cara pembayarannya serta syarat-syarat kerja yang memuat hak dan

kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh tidak boleh bertentangan dengan

Page 44: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

32

peraturan perundang-undangan yang berlaku, Peraturan Perusahaan atau

Perjanjian Kerja Bersama yang ada dalam perusahaan.

Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

juga diatur mengenai jenis perjanjian kerja untuk waktu tertentu. Pasal 59 ayat

(1) memberikan pengertian mengenai perjanjian kerja waktu tertentu. Menurut

pasal tersebut yang dimaksud dengan perjanjian kerja waktu tertentu adalah:

Perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha yang hanya

dibuat untuk pekerjaan tertentu, menurut jenis dan sifat atau kegiatan

pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu.

Perjanjian kerja waktu tertentu didasarkan atas:

a) Jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu berlakunya perjanjian

kerja tersebut; atau

b) Selesainya suatu pekerjaan tertentu.

Perjanjian kerja waktu tertentu dibuat secara tertulis dengan bahasa

Indonesia dan huruf latin, karena bila perjanjian kerja waktu tertentu ini dibuat

secara tidak tertulis, maka perjanjian kerja tersebut menjadi perjanjian kerja

waktu tidak tertentu. Jangka waktu perjanjian waktu tertentu adalah paling

lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) tahun.

3.3. Perjanjian Kerja Bersama

Istilah Perjanjian Perburuhan dikenal dalam Undang-Undang Nomor 21

Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara serikat buruh dengan

pengusaha/majikan, undang-undang ini merupakan salah satu undang-undang

Page 45: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

33

yang dicabut dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

Perjanjian perburuhan berbeda dengan perjanjian kerja, karena perjanjian

perburuhan mengenai syarat-syarat perburuhan harus diperhatikan dalam

membuat perjanjian kerja serta tak ada unsur wenang perintah, sedangkan

perjanjian kerja mengenai penunaian kerja dengan upah serta ada unsur

wenang perintah.34

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

menggunakan istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) karena substansi PKB

itu sendiri memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak

yang dihasilkan memalui perundingan dan isinya bersifat mengikat. Konsepsi

perjanjian kerja seperti yang ditentukan Pasal 1 angka 14 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan obyeknya akan sama dengan

obyek yang diperjanjikan di dalam Perjanjian Kerja Bersama seperti ditentukan

dalam Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan, yang menentukan bahwa:

Perjanjian kerja bersama adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. 35

34 F.X. Djumialdji dan Wiwoho Soejono, 1985, Perjanjian Perburuhan dan Hubungan

Perburuhan Pancasila, Jakarta: PT Bina Aksara, hal. 11. 35 Djumadi, 2004, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, Cet.5, hal. 123.

Page 46: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

34

PKB disusun oleh pengusaha dan serikat pekerja yang terdaftar dan

dilaksanakan secara musyawarah untuk mencapai mufakat. PKB hanya dapat

dirundingkan dan disusun oleh serikat pekerja yang didukung oleh pekerja di

perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, para pihak yang membuat

PKB adalah dari pihak pekerja diwakili oleh serikat pekerja atau beberapa

serikat pekerja di perusahaan itu dengan pengusaha atau perkumpulan

pengusaha.

Undang-Undang No.13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa dalam hal di satu perusahaan hanya terdapat satu serikat pekerja/serikat buruh, maka serikat pekerja/serikat buruh tersebut berhak mewakili pekerja/buruh dalam perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama dengan pengusaha apabila memiliki jumlah anggota lebih dari 50% dari jumlah seluruh pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan. Jika dalam hal di satu perusahaan terdapat lebih dari satu serikat pekerja/serikat buruh maka yang berhak mewakili pekerja/buruh melakukan perundingan dengan pengusaha yang jumlah keanggotaannya lebih dari 50% dari seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut.36

Masa berlakunya PKB paling lama 2 (dua) tahun dan hanya dapat

diperpanjang satu kali untuk paling lama 1(satu) tahun berdasarkan

kesepakatan tertulis antara serikat pekerja/buruh dengan pengusaha. Pada Pasal

124 ayat (1) Undang-Undang No.13 Tahun 2003 disebutkan bahwa Perjanjian

Kerja Bersama paling sedikit memuat:

a. Hak dan kewajiban pengusaha;

b. Hak dan kewajiban serikat pekerja/serikat buruh serta pekerja/buruh;

c. Jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja bersama;

36 Lalu Husni, Op.cit. hal. 83.

Page 47: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

35

d. Tanda tangan para pihak membuat perjanjian kerja bersama.

B. Jaminan Sosial Tenaga Kerja

1. Pengertian Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Pekerja/buruh merupakan “tulang punggung” dari perusahaan yang

menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan tersebut dalam menunjang

pembangunan nasional, wajar apabila kepada pekerja/buruh diberikan

perlindungan yang layak guna meningkatkan kesejahteraan, keselamatan, dan

kenyamanannya dalam bekerja.

Perlindungan terhadap tenaga kerja tercantum dalam UUD 1945 antara lain

Pasal 28 H ayat 1 yaitu:

Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.

Begitu juga dalam Pasal 28 H ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:

Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

Jaminan sosial merupakan salah satu hak yang melekat pada hakikat dan

keberadaan manusia, oleh karena itu jaminan sosial merupakan program yang

bersifat universal/umum yang harus diselenggarakan oleh semua negara.

Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang,

Page 48: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

36

seperti tercantum pada Perubahan UUD 1945 tahun 2002, dalam Pasal 34 ayat (2)

yang menyebutkan :

Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan

memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan

martabat kemanusiaan.

Jaminan sosial dalam pengertian umum sering diartikan sebagai suatu bentuk

usaha untuk memberikan bantuan kepada masyarakat. Dalam pengertian formal,

ISSA (International Social Security Association) mengartikan jaminan sosial

sebagai perlindungan yang diberikan kepada masyarakat untuk suatu risiko atau

peristiwa tertentu, dengan tujuan menghindari sejauh mungkin terjadinya suatu

peristiwa yang mengakibatkan hilang atau turunnya sebagian besar penghasilan.

Jaminan sosial juga memberikan pelayanan medis, tunjangan keluarga dan anak

atau jaminan keuangan terhadap konsekuensi ekonomi dari suatu peristiwa.

Di sisi lain, Konvensi ILO Nomor 102 Tahun 1952 mendefinisikan jaminan

sosial sebagai usaha pemerintah untuk melindungi masyarakat atau sebagian

anggota masyarakat dari tekanan ekonomi yang dapat menyebabkan hilangnya

penghasilan karena sakit, menganggur, cacat, hari tua, dan kematian. Jaminan

sosial juga menyediakan dana bagi masyarakat serta memberikan bantuan kepada

keluarga dalam pemeliharaan anak. Dari kedua rumusan pengertian di atas terlihat

bahwa esensi dari jaminan sosial adalah semacam pemberian kompensasi atas

suatu peristiwa tertentu yang berakibat berkurang atau hilangnya penghasilan.

Page 49: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

37

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1992 dirumuskan sebagai berikut:

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dalam pelayanan sebagai akibat peristiwa yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.

Pengertian jaminan sosial tenaga kerja menurut Sendjun H. Manulang

adalah:

Jaminan sosial tenaga kerja adalah jaminan yang menjadi hak tenaga kerja berbentuk tunjangan berupa uang, pelayanan, dan pengobatan yang merupakan pengganti penghasilan yang hilang atau berkurang sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, meninggal dunia atau menganggur.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur

mengenai Jamsostek di dalam bagian ketiga Pasal 99 ayat (1) dan (2) yang

berbunyi:

(1) Setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan

sosial tenaga kerja

(2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan pengertian tersebut jelas bahwa program jaminan sosial tenaga

kerja merupakan bentuk perlindungan ekonomi dan perlindungan sosial, karena

program ini memberikan perlindungan dalam bentuk santunan berupa uang

(jaminan kecelakaan kerja, kematian, dan tabungan hari tua) dan perlindungan

dalam bentuk pelayanan kesehatan yakni jaminan pemeliharaan kesehatan.

Page 50: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

38

Semua bentuk manfaat yang diberikan melalui program Jamsostek kepada

pekerja hanya terbatas pada pemenuhan kebutuhan manusia yang bersifat dasar

dan minimal untuk menjaga harkat dan martabatnya. Pemenuhan kebutuhan

pekerja/buruh menjadi tanggung jawab pemberi kerja karena pekerja/buruh relatif

memiliki kedudukan yang lebih lemah dibandingkan pemberi kerja. Perlindungan

kebutuhan tersebut diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh

yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil produksi perusahaan.37

2. Ruang Lingkup Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Penyelenggaraan program Jamsostek menurut Pasal 25 Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek dilakukan oleh Badan Penyelenggara

sebagai BUMN yang dibentuk dengan undang-undang yaitu PT Jamsostek

(Persero).

Pada awalnya, badan penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan oleh Perum ASTEK yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1977. Akan tetapi, mengingat beberapa keunggulan dari badan usaha Perseroan Terbatas maka untuk selanjutnya Perum ASTEK diubah menjadi PT ASTEK (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1990 dan kemudian menjadi PT Jamsostek (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995.38

Kiprah PT. Jamsostek (Persero) yang mengedepankan kepentingan dan hak

normatif tenaga kerja di Indonesia terus berlanjut. Berdasarkan ketentuan Pasal 6

ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek, ruang lingkup

program Jamsostek meliputi:

37 Adrian Sutedi, Op.cit. hal. 186. 38 Zaeni Asyhadie, Op.cit. hal. 89-90.

Page 51: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

39

1) Jaminan Kecelakaan Kerja

Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang

Jamsostek, yang dimaksud kecelakaan kerja adalah:

Kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.

Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang

harus dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risiko-risiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja, baik fisik maupun mental, diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja.39

Jaminan kecelakaan kerja bertujuan untuk melindungi pekerja/buruh dan

keluarganya dari kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Jaminan

kecelakaan kerja (JKK) memberikan kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga

kerja yang mengalami kecelakaan kerja saat dimulai berangkat bekerja sampai

tiba kembali di rumah atau menderita penyakit akibat hubungan kerja. Iuran

untuk program ini sepenuhnya dibayarkan oleh perusahaan.

Kesehatan dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab

pengusaha sehingga pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran

jaminan kecelakaan kerja yang berkisar antara 0,24%-1,74% sesuai jenis

kelompok hasil usaha. Pengelompokkan jenis usaha tersebut diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

39 Asri Wijayanti, Op.cit. Hal. 127.

Page 52: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

40

Jaminan kecelakaan kerja diberikan kepada tenaga kerja yang tertimpa

kecelakaan kerja berupa penggantian biaya, yang meliputi:

1) Biaya pengangkutan kerja yang mengalami kecelakaan kerja ke rumah sakit dan atau ke rumahnya, termasuk biaya pertolongan pertama pada kecelakaan.

2) Biaya pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan selama di rumah sakit, termasuk rawat jalan.

3) Biaya rehabilitasi berupa alat bantu (prothese) bagi tenaga kerja yang anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat kecelakaan kerja.

4) Santunan berupa uang yang meliputi: a) Santunan sementara tidak mampu bekerja b) Santunan cacat sebagian untuk selama-lamanya c) Santunan cacat total untuk selama-lamanya baik fisik maupun

mental d) Santunan kematian.40

2) Jaminan kematian

Jaminan kematian diperuntukkan bagi ahli waris tenaga kerja yang

menjadi peserta Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja.41

Hal tersebut diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992

tentang Jamsostek yang menentukan bahwa tenaga kerja yang meninggal dunia

bukan akibat kecelakaan kerja, maka pihak keluarganya berhak atas jaminan

kematian. Pekerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan

mengakibatkan terputusnya penghasilan dan sangat berpengaruh pada

kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang ditinggalkan, oleh karena itu

diperlukan jaminan kematian dalam upaya meringankan beban keluarga, baik

dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang.

40 Hardijan Rusli, Op.cit. hal. 133-134. 41 Adrian Sutedi, Op.cit. hal. 193.

Page 53: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

41

Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012

tentang perubahan kedelapan atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993

tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, pemerintah

telah meningkatkan jaminan dan manfaat dari program Jaminan Sosial Tenaga

Kerja (Jamsostek) yang merupakan program perlindungan dasar bagi tenaga

kerja dan keluarganya.

Salah satu perubahan penting yang diatur dalam peraturan pemerintah tersebut adalah untuk manfaat jaminan kematian (JKM) yang semula diberikan sebesar Rp.16,8 juta berubah menjadi Rp.21 juta per orang. Dengan rincian yang berubah adalah santunan kematian dari sebelumnya Rp.10 juta menjadi sebesar Rp.14,2 juta, sedangkan untuk biaya pemakaman tetap Rp.2 juta, demikian juga santunan Rp. 200.000,- per bulan selama 24 bulan tidak berubah.42

Penerima santunan kematian dari jaminan kematian menurut tingkatan

atau urutan yang berhak adalah sebagai berikut:

1) Janda atau duda 2) Anak 3) Orang tua 4) Cucu 5) Kakek atau nenek 6) Saudara kandung 7) Mertua.43

3) Jaminan hari tua

Hari tua adalah umur pada saat di mana produktivitas pekerja/buruh telah

dianggap menurun, sehingga perlu diganti dengan pekerja/buruh yang lebih

42 Sucipto, 2012, Terbitkan PP No 53/2012, Pemerintah Tingkatkan Manfaat Jamsostek,

tersedia di website http://www.wartaekonomi.co.id/berita-288589347-terbitkan-pp-no-532012-pemerintah-tingkatkan-manfaat-jamsostek.html diakses tanggal 14 Mei 2012.

43 Hardijan Rusli, Op.cit. hal. 138.

Page 54: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

42

muda termasuk cacat tetap dan total (total and permanent disability) yang dapat

dianggap sebagai hari tua yang dini (cepat).44 Dalam rangka menjamin adanya

keamanan dan kepastian terhadap risiko-risiko sosial ekonomi yang dialami

pekerja/buruh dan keluarganya yang telah mencapai usia tua dan telah berhenti

bekerja, juga untuk pekerja yang terkena PHK, maka dibutuhkan program

perlindungan yang bersifat dasar yaitu Jaminan Hari Tua.

Pada dasarnya jaminan hari tua merupakan komponen pensiun dasar.

Dasar perhitungan jaminan ini adalah besarnya total iuran atau premi yang telah

dibayarkan pemberi kerja dan tenaga kerja. Dengan demikian, kalau tenaga

kerja tersebut membayar premi jaminan hari tuanya sedikit, otomatis akan

mendapat jaminan hari tua yang sedikit pula, begitu juga sebaliknya. Besar

kecilnya iuran atau premi per bulan ditentukan oleh besar kecilnya upah.

Iuran program jaminan hari tua ditanggung oleh perusahaan sebesar 3,7%

dari upah yang diterima sebulan, sedangkan yang ditanggung oleh tenaga kerja

sebesar 2% dari upah yang diterima sebulannya. Kemanfaatan program jaminan

hari tua adalah sebesar akumulasi iuran ditambah hasil pengembangannya.

Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya

penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan

diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua

memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat

tenaga kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.

44 Adrian Sutedi, Op.cit. hal. 190.

Page 55: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

43

Umumnya jaminan hari tua diberikan pada saat tenaga kerja mencapai

usia 55 tahun, tetapi apabila tenaga kerja mengalami cacat sehingga tidak dapat

bekerja lagi maka jaminan ini dapat diberikan. Demikian juga apabila tenaga

kerja meninggal dunia, jaminan hari tua diberikan kepada ahli warisnya. Selain

itu, jaminan hari tua juga dapat diberikan apabila tenaga kerja mengalami PHK

sebelum berusia 55 tahun, setelah yang bersangkutan memiliki masa

kepesertaan sekurang-kurangnya lima tahun dengan masa tunggu enam bulan.

4) Jaminan pemeliharaan kesehatan

Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. Jaminan pemeliharaan

keasehatan adalah salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja

dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan. Pemerintah memberikan suatu

bentuk perlindungan kepada tenaga kerja dengan diselenggarakannya program

Jamsostek, yang pengelolaannya dapat dilaksanakan dengan mekanisme

asuransi.

Mekanisme asuransi yang dimaksud di sini adalah mekanisme asuransi

sosial. A. Hasyimi Ali mengemukakan pendapatnya bahwa:

Bahaya terbesar yang dihadapi seseorang adalah kehilangan atau kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit yang menimpa dirinya atau keluarganya. Penyakit atau kecelakaan yang sering menimpa kita untuk meminta biaya besar yang sulit atau bahkan tidak mungkin untuk dipikul sendiri atau dari tabungan pribadi. Untuk menutup biaya ini dan untuk menghindari kerugian yang lebih besar, maka umumnya msuk asuransi.45

Asuransi kesehatan menurut A. Hasyimi Ali meliputi bidang yang luas

dengan mana seseorang memperoleh penggantian untuk perawatan rumah

45 A. Hasyimi Ali, 1993, Bidang Usaha Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara, hal. 115.

Page 56: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

44

sakit, biaya pengobatan dan penggantian oleh kehilangan penghasilan yang diakibatkan oleh penyakit atau kecelakaan. Asuransi kesehatan biasa disebut asuransi disability (ketidakmampuan bekerja). Asuransi kesehatan ada yang diusahakan oleh swasta dan ada pula yang diadakan oleh pemerintah.46

Beberapa prinsip asuransi kesehatan yang perlu diperhatikan yaitu :

1) Asuransi kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan kesehatan yang berjalan berdasarkan konsep risiko. Masyarakat bersama-sama menjadi anggota asuransi kesehatan dengan dasar bahwa keadaan sakit merupakan suatu kondisi yang mungkin terjadi di masa mendatang sebagai suatu risiko kehidupan, sehingga dalam hal ini orang yang jelas sakit tidak dapat membeli asuransi kesehatan komersial.

2) Dalam sistem asuransi kesehatan, risiko sakit secara bersama-sama ditanggung oleh peserta dengan membayar premi ke suatu perusahaan. dengan kata lain fungsi asuransi adalah: a. Mentransfer risiko dari satu individu ke suatu kelompok; dan b. Membagi bersama jumlah kerugian dengan proporsi yang adil oleh

seluruh anggota kelompok. 3) Usaha asuransi kesehatan harus berdasarkan pada manajemen risiko.47

Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dan

Pasal 33 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012, Tenaga kerja,

suami, atau istri yang sah dan anak sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang berhak

memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan.

3. Kepesertaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Tenaga kerja menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1992 tentang Jamsostek adalah :

46 Loc.cit.

47 Sholichatun Nisa, 2006, Penyelenggaraan Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pada Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Oleh PT Jamsostek (Persero), Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, hal. 52.

Page 57: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

45

Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di

luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat.

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja adalah :

Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat.

Setiap perusahaan wajib melindungi dan memelihara tenaga kerja dengan

mendaftarkan semua tenaga kerjanya pada program Jamsostek. Hal itu merupakan

kewajiban bagi pengusaha, sedangkan jaminan tersebut menjadi hak pekerja

karena Jamsostek mendidik kemandirian pekerja sehingga pekerja tidak harus

meminta belas kasih orang lain jika dalam hubungan kerja terjadi risiko-risiko

akibat hubungan kerja.

Dalam tahap awal Pasal 4 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 membatasi

ruang lingkup kepesertaannya yang berbunyi sebagai berikut:

(1) Program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.

(2) Program jaminan sosial tenaga kerja bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

(3) Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Page 58: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

46

Peraturan pemerintah yang dimaksud dalam ayat (3) di atas adalah Peraturan

Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan

Sosial Tenaga Kerja.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 menentukan bahwa jaminan sosial

tenaga kerja (Jamsostek) merupakan hak bagi setiap tenaga kerja dan merupakan

kewajiban bagi setiap perusahaan.48 Kewajiban mengikutsertakan tenaga kerjanya

dalam program jaminan sosial tenaga kerja bagi setiap perusahaan ini ditetapkan

dengan ketentuan Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010

bahwa :

Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10 (sepuluh) orang

atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp. 1000.000,- (satu juta rupiah)

sebulan, wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial

tenaga kerja.

Penetapan kepesertaan tersebut didasari oleh pertimbangan bahwa perusahaan

yang mempekerjakan pekerja/buruh lebih dari sepuluh orang dianggap telah besar.

Ketentuan Pasal 2 ayat (3) tersebut bersifat alternatif, bisa jadi suatu perusahaan mempekerjakan pekerja kurang dari sepuluh orang tapi total gaji yang dibayarkan lebih dari Rp. 1000.000,- (satu juta rupiah) sebulan, maka perusahaan tersebut wajib menjadi peserta program Jamsostek. Sebaliknya, bisa terjadi total upah yang dibayarkan kurang dari Rp. 1000.000,- (satu juta rupiah) sebulan tapi jumlah pekerjanya lebih dari sepuluh orang, perusahaan tersebut juga wajib menjadi peserta Jamsostek.49

48 Hardijan Rusli, Op.cit. hal. 128. 49 Lalu Husni, Op.cit. hal. 176.

Page 59: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

47

Ketentuan lain yang memberikan pengertian yang sama adalah Pasal 5 ayat

(1) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012, dimana ketentuan tersebut

berbunyi sebagai berikut:

Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) wajib

mendaftarkan perusahaan dan tenaga kerjanya sebagai peserta program jaminan

sosial tenaga kerja pada Badan Penyelenggara dengan mengisi formulir yang

disediakan oleh Badan Penyelenggara.

Pemaparan pasal tersebut di atas menunjukkan bahwa keikutsertaan

pengusaha dalam penyelenggaraan program Jamsostek bersifat wajib sebagai

bentuk perlindungan bagi tenaga kerja dan pendaftaran program Jamsostek ini

dilakukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan oleh Badan

Penyelenggara. Formulir yang telah diisi baik oleh tenaga kerja maupun oleh

pengusaha harus disampaikan kepada Badan Penyelenggara selambat-lambatnya

30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya formulir dari Badan Penyelenggara.

Bentuk kepesertaan ini bersifat wajib sehingga pengusaha harus tetap

berusaha agar tenaga kerja dapat mengisi dan mengikuti program Jamsostek.

Tujuan pengisian dan pendaftaran ini bagi Badan Penyelenggara adalah untuk

memperoleh data tenaga kerja yang akan memperoleh tunjangannya.

Page 60: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

48

C. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pada awalnya di Indonesia kewajiban pengusaha untuk memeriksakan

kesehatan pekerjanya hanya diatur dalam perjanjian secara Bipartit antara

pekerja/buruh dan pengusaha, namun dalam perkembangannya pemerintah

menetapkan kewajiban tersebut dalam peraturan perundangan ketenagakerjaan.

Pemeliharaan kesehatan adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan

agar pekerja/buruh memperoleh kesehatan yang sempurna baik fisik, mental,

maupun sosial sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal, oleh sebab

itu program jaminan sosial tenaga kerja juga memprogramkan jaminan

pemeliharaan kesehatan. Istilah pemeliharaan yang terdapat dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia yaitu proses, cara, perbuatan memeliharakan, penjagaan,

perawatan. Di bidang medis, pemeliharaan berarti interaksi yang terjadi antara

pemberi dan penerima pelayanan kesehatan selama si penerima mengalami

gangguan kesehatan. Pengertian pemeliharaan kesehatan dalam Pasal 1 angka 9

UU Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek adalah:

Upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang

memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan

dan persalinan.

Istilah jaminan dalam kehidupan sehari-hari biasanya merujuk pada

pengertian adanya suatu benda atau barang yang dijadikan sebagai tanggungan

dalam bentuk pinjaman uang terhadap seseorang. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Page 61: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

49

mengartikan jaminan sebagai tanggungan, sedangkan pengertian jaminan yang

diberikan oleh Hartono Hadisoeprapto dalam Pokok-Pokok Hukum Perikatan

dan Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan

keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan

uang yang timbul dari suatu perikatan.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek tidak memberikan

pengertian secara pasti tentang arti kata Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK),

tetapi menurut Pasal 16 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 dan Pasal 33 PP

Nomor 84 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek, Zulaini

Wahab menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan adalah pelayanan yang diberikan kepada tenaga kerja atau istri yang sah

dan anak yang bersifat menyeluruh meliputi pelayanan peningkatan kesehatan,

pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan.50

Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja. Jaminan pemeliharaan kesehatan adalah salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan pengetahuan, dan pengobatan secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti program jaminan pemeliharaan kesehatan akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.51

50 Zulaini Wahab, 2001, Dana Pensiun dan Jamsostek Indonesia, Bandung: Citra Aditya

Bakti, hal. 146. 51 Agusmidah, Op.cit. hal. 143.

Page 62: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

50

Tujuan dari pemeliharaan kesehatan dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan pekerja/buruh yang

setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial sehingga memungkinka dapat bekerja secara optimal.

b. Mencegah dan melindungi pekerja/buruh dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

c. Menyesuaikan pekerja/buruh dengan pekerjaannya. d. Meningkatkan produktivitas kerja.52 Manfaat jaminan pemeliharaan kesehatan bagi perusahaan, yakni

perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat konsentrasi dalam

bekerja sehingga lebih produktif.

2. Iuran dan Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 84 Tahun 2010 tentang Perubahan Ketujuh atas Peraturan Pemerintah

Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek sepenuhnya

ditanggung oleh pengusaha dengan perhitungan 3% dari upah tenaga kerja untuk

tenaga kerja lajang, sedangkan 6% dari upah tenaga kerja untuk tenaga kerja

berkeluarga. Berdasarkan Pasal 9 ayat (4) Peraturan Pemerintah yang terbaru yakni

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program

Jamsostek terdapat perubahan mengenai dasar perhitungan iuran jaminan

pemeliharaan kesehatan, yaitu sebagai berikut :

Dasar perhitungan iuran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dari upah sebulan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, paling tinggi 2 (dua) kali PTKP –

52 Zaeni Asyhadie, Op.cit. hal. 191.

Page 63: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

51

K1 (Pendapatan Tidak Kena Pajak – Tenaga Kerja Kawin dengan Anak 1

(satu)) perbulan.

Biaya pelayanan kesehatan dengan diterbitkannya PP Nomor 53 Tahun

2012 tersebut meningkat cukup signifikan. Semula batas atas upah sebagai dasar

perhitungan jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar Rp1.000.000,- (satu juta

rupiah), namun dasar perhitungan tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi

sekarang. Dengan kenaikan besaran iuran JPK itu maka manfaat jaminan itu akan

mengalami peningkatan, di antaranya mencakup cuci darah, jantung, kanker, dan

HIV/AIDS.53

Selisih biaya sebagai akibat dari penggunaan hak pelayanan di luar standar JPK Jamsostek, dibayar sendiri oleh peserta. Beberapa jenis penyakit tidak ditanggung dalam pelayanan kesehatan JPK Paket Dasar antara lain:

1) penyakit AIDS 2) penyakit kelamin 3) penyakit kanker 4) cuci darah (haemodialisa) 5) akibat alkohol/narkotika 6) pemeriksaan super spesialistik, dan 7) kelainan genetik.54

Jaminan pemeliharaan kesehatan yang merupakan salah satu program dari

jaminan sosial tenaga kerja diselenggarakan secara terstruktur, terpadu dan berkesinambungan, yang bersifat menyeluruh dan meliputi pelayanan peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) dan penyembuhan penyakit (kuratif), serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Yang dimaksud dengan pemeliharaan secara terstruktur adalah pelayanan yang mengikuti pola dan prinsip tertentu baik mengenai jenis maupun proses pembiayaannya.Sementara itu, terpadu dan berkesinambungan maksudnyaadalah pelayanan kesehatan bagi pekerja/buruh, suami atau istri dan anak dijamin kelanjutannya sampai menuju keadaan sehat.55

53 Loc.cit. 54 Agusmidah, Op.cit. hal. 144. 55 Zaeni Asyhadie, Op.cit. hal. 195-196.

Page 64: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

52

Badan penyelenggara dalam menyelenggarakan paket pemeliharaan kesehatan dasar yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja setelah berkonsultasi dengan menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan (Menteri Kesehatan). Paket pemeliharaan kesehatan dasar ini meliputi pelayanan sebagai berikut: 1) Rawat jalan tingkat pertama, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan

perorangan yang dilakukan di pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.

2) Rawat jalan tingkat lanjutan, yaitu semua jenis pemeliharaan kesehatan perorangan yang merupakan rujukan (lanjutan) dari pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama.

3) Rawat inap, yaitu pemeliharaan kesehatan rumah sakit di mana penderita tinggal/mondok sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain. pelaksana pelayanan kesehatan rawat inap adalah (1) rumah sakit pemerintah pusat dan daerah; dan (2) rumah sakit swasta yang ditunjuk.

4) Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan, termasuk pertolongan persalinan tidak normal dan/atau gugur kandungan.

5) Penunjang diagnostik, yaitu semua pemeriksaan dalam rangka diagnosis yang dipandang perlu oleh pelaksana pengobatan lanjutan dan dilaksanakan di bagian diagnostik, rumah sakit atau di fasilitas khusus yang meliputi, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan penunjang diagnosis lain.

6) Pelayanan khusus, maksudnya adalah pemeliharaan kesehatan yang memerlukan perawatan khusus bagi penyakit tertentu serta pemberian alat-alat organ tubuh agar dapat berfungsi seperti semula, yang meliputi: kaca mata, prothese gigi, alat bantu dengar, prothese anggota gerak, dan prothese mata.

7) Gawat darurat. Yang dimaksud dengan keadaan gawat darurat adalah suatu keadaan yang memerlukan pemeriksaaan medis dengan segera, yang apabila tidak dilakukan akan menyebabkan hal fatal bagi penderita.56

Untuk memberikan pelayanan pemeliharaan kesehatan kepada peserta, PT.

Jamsostek (Persero) menunjuk Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK). Pasal 37

Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010 tentang Perubahan Kedelapan atas

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program

Jaminan Sosial Tenaga Kerja, menyebutkan:

56 Ibid, hal.196-197.

Page 65: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

53

(1) Pelaksanaan pemberian pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1), dilakukan oleh Pelaksana Pelayanan Kesehatan berdasarkan perjanjian secara tertulis dengan Badan Penyelenggara.

(2) Badan Penyelenggara melakukan pembayaran kepada Pelaksana Pelayanan Kesehatan secara praupaya dengan sistem kapital.

(3) Pemberian pelayanan oleh Pelaksana Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan sesuai dengan kebutuhan medis yang nyata dan standar pelayanan medis yang berlaku dengan tetap memperhatikan mutu pelayanan.

Program jaminan pemeliharaan kesehatan memberikan manfaat paripurna

meliputi seluruh kebutuhan medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK.

PPK misalnya rumah sakit, klinik bersalin, dokter, laboratorium, klinik, apotik.

Tenaga kerja dapat memilih pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh

badan penyelenggara.

Badan penyelenggara dalam rangka menyelenggarakan paket jaminan

pemeliharaan kesehatan dasar memiliki kewajiban untuk memberikan kartu

pemeliharaan kesehatan kepada setiap peserta dan memberikan keterangan yang

perlu diketahui peserta mengenai paket pemeliharaan kesehatan yang

diselenggarakan.

3. Prosedur Pemberian Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Setiap pekerja/buruh yang menderita sakit selama bekerja, berhak

memperoleh biaya pengobatan, rehabilitasi, pengangkutan dari tempat kerja ke

rumah sakit dan dari rumah sakit atau tempat kerja ke rumahnya, serta santunan

bila pekerja/buruh yang bersangkutan sementara tidak mampu bekerja. Berbeda

dengan program lain dalam jaminan sosial tenaga kerja, program jaminan

Page 66: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

54

pemeliharaan kesehatan tidak memberikan santunan atau bantuan dalam bentuk

uang tunai, namun berbentuk pelayanan kesehatan.

Jenis pelayanan yang diberikan dalam program ini mulai dari dokter umum

dan dokter gigi, obat-obatan, dan penunjang diagnostik, obat-obatan diberikan

sesuai kebutuhan medis, pelayanan kesejahteraan ibu dan anak, pelayanan

imunisasi dasar (BCG, DPT, dan Polio), pelayanan KB (IUD, vasektomi,

tubektomi, suntik), dan pelayanan dokter spesialis.57

Tenaga kerja, suami atau istri maupun anak-anak harus menunjukkan kartu

pemeliharaan kesehatan untuk memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan.

Pemberian pelayanan jaminan kesehatan dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang ditunjuk oleh badan penyelenggara. Dalam hal diperlukan

pemeriksaan tingkat lanjutan, bagi tenaga kerja, suami atau istri atau anak-anak,

maka pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama harus memberikan surat

rujukan kepada pelaksana pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang ditunjuk.

Pelayanan kesehatan tingkat pertama atau tingkat lanjutan memberikan surat

rujukan dalam hal tenaga kerja atau suami/istri atau anak-anak memerlukan

pelayanan penunjang diagnostik atau rawat inap. Tenaga kerja atau suami/istri atau

anak-anak apabila memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung

memperoleh pelayanan dari pelaksana pelayanan kesehatan atau rumah sakit

terdekat dengan menunjukkan kartu pemeliharaan kesehatan.

57 Adrian Sutedi, Op.cit. hal. 195.

Page 67: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

55

Tenaga kerja atau istri tenaga kerja yang memerlukan pemeriksaan

kehamilan dan/atau persalinan akan memperoleh pelayanan pemeliharaan

kesehatan dari rumah bersalin yang ditunjuk. Seandainya terjadi persalinan yang

sulit, maka tenaga kerja atau istri tenaga kerja dapat dirujuk ke rumah sakit.

Setelah melakukan pemeriksaan, tenaga kerja atau suami atau istri atau anak-

anak akan mendapat resep obat yang harus diambil di apotek yang telah ditunjuk

dengan menunjukkan kartu pemeliharaan kesehatan. Apotek tersebut harus

memberikan obat yang diperlukan oleh tenaga kerja atau suami/istri atau anak-

anak sesuai standar obat yang berlaku, sedangkan apabila obat yang dibutuhkan di

luar standar yang berlaku maka selisih biaya obat tersebut ditanggung sendiri oleh

tenaga kerja yang bersangkutan.

Tenaga kerja dan keluarganya sebagai peserta dalam program jaminan

pemeliharaan kesehatan memiliki hak-hak dan kewajiban, yakni sebagai berikut:

a. Hak-hak Peserta 1) Tenaga kerja beserta keluarga (suami/istri dan maksimal tiga anak)

berhak mendapatkan pelayanan kesehatan tingkat I s/d lanjutan, serta pelayanan khusus (hanya diberikan kepada tenaga kerja).

2) Memilih fasilitas kesehatan, diutamakan sesuai dengan tempat tinggal (domisili).

3) Dalam keadaan emergensi (darurat), peserta dapat langsung meminta pertolongan pada PPK 9Pelaksana Pelayanan Kesehatan) yang ditunjuk ataupun tidak.

b. Kewajiban Peserta 1) Memiliki KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan) sebagai bukti diri

untuk mendapatkan pelayanan. 2) Apabila KPK belum selesai diterbitkan, maka dapat menggunakan

formulir daftar susunan keluarga (form 1b warna hijau) sebagai bukti diri KPK sementara.

3) Mengikuti prosedur pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan.

Page 68: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

56

4) Melaporkan kepada PT Jamsostek (Persero) apabila KPK hilang untuk mendapatkan penggantian kartu yang baru.58

4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Mandiri

Berdasarkan pelayanan yang diterima pekerja/buruh dalam penyelenggaraan

jaminan pemeliharaan kesehatan, meski ada pekerja/buruh yang merasa bahwa hak

mereka terhadap pelayanan kesehatan kerja sudah terpenuhi, ternyata masih ada

yang merasa belum terpenuhi. Pekerja/buruh yang menjadi anggota serikat

pekerja/buruh yang mendapat pelayanan tidak memadai ini kemudian meminta

serikat pekerja menuntut agar keluar dari program Jamsostek dan

menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan mandiri. Hal tersebut

menyebabkan rendahnya jumlah peserta program Jaminan Kesehatan PT

Jamsostek.

Selain itu, yang menyebabkan rendahnya jumlah peserta jaminan kesehatan PT Jamsostek adalah adanya sebuah peraturan yang memperbolehkan perusahaan untuk mengikuti program jaminan kesehatan yang diadakan oleh sektor swasta apabila program yang diikuti tersebut memberikan manfaat yang lebih besar daripada manfaat program jaminan kesehatan Jamsostek.59

Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010

tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja terdapat ketentuan

bahwa :

Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) yang telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya dengan manfaat yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar menurut Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam

58 Agusmidah, Op.cit. hal. 145. 59 Adrian Sutedi, Op.cit. hal. 200.

Page 69: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

57

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara.

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor

01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pekerja

dengan Manfaat yang Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja dalam rangka memberikan kepastian hukum

dan satuan pendapat dalam pelaksanaan di lapangan bagi penyelenggaraan jaminan

pemeliharaan kesehatan dengan manfaat yang lebih baik.

Menurut ketentuan peraturan menteri di atas, perusahaan dapat

menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan bagi pekerjanya dengan cara:

a. Menyediakan sendiri atau bekerja sama dengan fasilitas Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK);

b. Bekerja sama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan; dan

c. Bersama beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan.60

Pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan sendiri oleh perusahaan atau

dengan kerja sama tersebut baru dapat dikatakan memberikan manfaat yang lebih

baik, apabila memenuhi ketentuan :

a. Liputan pelayanan yang diberikan sekurang-kurangnya harus memenuhi metode

pelaksanaan jaminan pemeliharaan kesehatan yang diatur dalam Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek.

b. Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus memiliki izin sesuatu

dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.

60 Zaeni Asyhadie, Op.cit. Hal. 214.

Page 70: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

58

c. Pelaksana pelayanan kesehatan yang ditunjuk harus mudah dijangkau oleh

pekerja/buruh dan keluarganya.

Page 71: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

59

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode merupakan cara kerja yang bersistem yang dimaksudkan untuk

memberikan kemudahan dalam pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang telah ditentukan.61 Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan yang menggunakan

konsepsi legis positivis. Konsep ini memandang hukum identik dengan norma-norma

tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau pejabat yang berwenang.

Konsepsi ini memandang hukum sebagai suatu sistem normatif yang bersifat mandiri,

tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang nyata.62 Dalam metode

pendekatan ini, peneliti menggunakan beberapa pendekatan masalah meliputi

pendekatan perundang-undangan (Statute Approach), dan pendekatan analitis

(Analytical Approach).

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif normatif,

yaitu penelitian yang selain menggambarkan keadaan, obyek, atau peristiwa juga

keyakinan tertentu akan diambil kesimpulan-kesimpulan dari obyek persoalan yang

61 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, Jakarta: Balai Pustaka, hal. 652. 62 Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia

Indonesia, hal. 13-14.

Page 72: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

60

dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktik hukum positif yang menyangkut

permasalahannya.63

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi

5 Purwokerto Jalan Jenderal Soedirman Nomor 209 Purwokerto, Pusat Informasi

Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, dan Unit Pelayanan Terpadu

(UPT) Perpustakaan Universitas Jenderal Soedirman.

D. Sumber Data

1. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan dalam penelitian hukum normatif

atau kepustakaan, yaitu data yang diperinci dari bahan-bahan pustaka.64

Data sekunder di bidang hukum (dipandang dari segi keilmuan mengikatnya)

dapat dibedakan menjadi:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat, terdiri

dari:

1) Peraturan Dasar, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek;

3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

63 Ibid, hal. 13. 64 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 1985, Penelitian Hukum Normatif, PT RajaGrafindo

Persada, Jakarta, hal. 12.

Page 73: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

61

4) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010 tentang Perubahan Ketujuh atas

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedelapan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja;

6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. : PER-01/MEN/1998 tentang

Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan

Manfaat Lebih Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar

Jaminan Sosial Tenaga kerja.

7) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 Tahun 2007

tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran,

Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja;

8) Perjanjian Kerja Bersama Periode 2011-2013 antara PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) dengan Serikat Pekerja Kereta Api (SPKA).

9) Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor

KEP.U/KP.501/XII/2/KA-2010 tentang Pengelolaan Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pegawai dan Pensiunan PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Beserta Keluarga;

10) Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

kep.u/kp.503/II/28/ka-2011 tentang Pengelolaan Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pegawai dan Pensiunan Beserta Keluarga Eks

Page 74: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

62

PNS Departemen Perhubungan RI di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia

(Persero).

11) Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan (JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero);

12) Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

KEP.U/KP.208/IV/11/KA-2012 tentang Skala Gaji Pokok Pegawai PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2012.

b. Bahan hukum sekunder, sumbernya adalah buku literatur hukum, jurnal

penelitian hukum, laporan hukum, media cetak, arsip dari PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto, serta sumber lain yang berkaitan

dengan materi penelitian.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang sifatnya melengkapi bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder, berupa kamus hukum, ensiklopedia,

majalah, media massa dan internet.

2. Data Primer

Data primer merupakan penunjang data sekunder yang diperoleh secara

langsung dari objek penelitian yang berupa keterangan-keterangan hasil

wawancara dengan pihak terkait dengan objek penelitian sebagai pelengkap data

sekunder.

Page 75: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

63

E. Metode Pengumpulan Data

1. Data Sekunder

Diperoleh dengan cara inventarisasi terhadap buku kepustakaan, peraturan

perundang-undangan, dan arsip PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto.

2. Data Primer

Data yang diperoleh dengan mengadakan penelitian lapangan langsung pada

objek yang dijadikan masalah, dengan cara mengadakan wawancara dengan pihak

yang terkait pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto untuk

melengkapi data sekunder.

F. Metode Penyajian Data

Data penelitian yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk teks deskriptif

naratif yang disusun secara sistematis sebagai suatu kesatuan yang utuh, yang

didahului dengan pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, tujuan penelitian,

tinjauan pustaka, metode penelitian, dan diteruskan dengan analisa bahan, dan hasil

pembahasan serta diakhiri dengan simpulan.

G. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif, yaitu analisis yang

dilakukan dengan cara memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan dan

disusun secara sistematis dan diuraikan secara bermutu dalam kalimat yang teratur,

runtut, dan logis, kemudian ditarik kesimpulan.

Page 76: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Data Sekunder

1.1. Gambaran Umum PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

1.1.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

a. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Pada zaman Hindia Belanda terdapat dua macam perusahaan kereta

api di Indonesia yaitu perusahaan kereta api negara (Staats Spoorwegen /

SS) dan perusahaan kereta api swasta yang tergabung dalam Verenidge

Spoorwegbedrijf (VS). Perusahaan kereta api negara (Staats Spoorwegen

/ SS) mulai beroperasi sejak tahun 1878 dari Surabaya ke Lamongan dan

akhirnya meliputi wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa

Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera

Selatan, dan Lampung. Perusahaan kereta api negara SS berkantor pusat

di Bandung (sekarang menjadi Kantor Pusat PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) di Jalan Perintis Kemerdekaan No.1 Bandung).

Perusahaan kereta api swasta mulai beroperasi sejak tahun 1867

dari Semarang ke Tanggung oleh N.V. Nederlands Indische

Maatschappij (NIS). Kemudian wilayah operasi NIS meluas ke seluruh

Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Di

Page 77: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

65

Indonesia N.V. Nederlands Indische Maatschappij (NIS) berkantor pusat

di Semarang yang sampai sekarang dikenal dengan Gedung Lawang

Sewu. Melihat keberhasilan N.V. Nederlands Indische Maatschappij

(NIS) maka selanjutnya bermunculan perusahaan-perusahaan kereta api

swasta lainnya yang beroperasi di wilayah Jawa Tengah, Daerah

Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat dan Jawa Timur termasuk Madura.

Jumlah perusahaan kereta api swasta itu ada 12 perusahaan, yaitu:

1) N.V. Nederlands Indische Maatschappij (NIS);

2) N.V. Semarang Joana Stroomtram Maatschappij (SJS);

3) N.V. Semarang Cirebon Stroomtram Maatschappij (SCS);

4) N.V. Seradjoedal Stroomtram Maatschappij (SDS);

5) N.V. Oost Java Stroomtram Maatschappij (OJS);

6) N.V. Pasoeroean Stroomtram Maatschappij (Ps.SM);

7) N.V. Kediri Stroomtram Maatschappij (KSM);

8) N.V. Probolinggo Stroomtram Maatschappij (Pb.SM);

9) N.V. Modjokerto Stroomtram Maatschappij (MSM);

10) N.V. Malang Stroomtram Maatschappij (MS);

11) N.V. Madoera Stroomtram Maatschappij (Mad.SM);

12) N.V. Deli Stroomtram Maatschappij (DSM).

Selanjutnya 12 perusahaan tersebut berhimpun dalam suatu wadah

bernama Vereniging van Nederlands Indische Spoor en Tramweg

Page 78: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

66

Mastchappij atau disebut juga Verenidge Spoorwegbedrijf (VS) yang

berkantor pusat di Bandung.

b. Masa Pemerintahan Jepang

Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Belanda menyerah tanpa

syarat kepada Jepang. Perusahaan kereta api Negara (Staats Spoorwegen /

SS) dan 12 perusahaan kereta api swasta (Verenidge Spoorwegbedrijf /

VS) pengelolaannya disatukan oleh Pemerintah Pendudukan Jepang dan

berkantor pusat di Balai Besar Kereta Api di Jalan Gereja Nomor 1

Bandung (sekarang Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 1 Bandung).

Kereta Api di Jawa dikuasai oleh Angkatan Darat Jepang diberi nama

RIYUKU SOKYOKU dan dibagi dalam tiga daerah eksploitasi yaitu:

1) Seibu Kyoku di Jawa Barat;

2) Chubu Kyoku di Jawa Tengah;

3) Tobu Kyoku di Jawa Timur.

Kereta api di Sumatera dikuasai oleh Angkatan Laut dan dibagi

dalam tiga daerah eksploitasi yaitu:

1) Nanbu Sumatora Tetsudo di Sumatera Selatan termasuk Lampung;

2) Seibu Sumatora Tetsudo di Sumatera Barat;

3) Kita Sumatora Tetsudo di Aceh dan Sumatera Utara.

c. Masa Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia

Setelah proklamasi kemerdekaan, Pemerintah Indonesia harus

segera mengambil alih kekuasaan kereta api dari Jepang. Di Jawa Tengah

Page 79: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

67

dan Daerah Istimewa Yogyakarta pengambil-alihan kekuasaan kereta api

dari Jepang dilakukan pada tanggal 20 Agustus 1945. Di Jakarta dan Jawa

Barat dilakukan tanggal 4 September 1945 dan hasil pengambil-alihan

kekuasaan kereta api di Jakarta dan Jawa Barat ini disebarluaskan dengan

surat kawat ke seluruh Jawa. Pengambil-alihan Balai Besar Kereta Api di

Bandung dilakukan tanggal 28 September 1945, kemudian tanggal 28

September 1945 ini dikukuhkan dan diperingati setiap tahun sebagai

HARI KERETA API INDONESIA. Di Jawa Timur dilakukan tanggal 30

September 1945. Di Aceh dilakukan tanggal 30 September 1945. Di

Sumatera Selatan dan Lampung dilakukan pada tanggal 1 Oktober 1945.

Di Sumatera Barat dilakukan tanggal 1 Oktober 1945. Setelah perusahaan

kereta api Negara (Staats Spoorwegen / SS) dan perusahaan kereta api

swasta (Verenidge Spoorwegbedrijf /VS) diambil alih dari Jepang,

selanjutnya berdasarkan Maklumat Kementerian Perhubungan Republik

Indonesia Nomor 1/KA tanggal 23 Oktober 1946 perusahaan kereta api

dikelola oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI).

Pada masa perjuangan revolusi fisik dengan datangnya Belanda

bersama sekutu, kekuasaan kereta api terpecah dua. Di daerah-daerah

yang dikuasai oleh Republik, kereta api dioperasikan oleh DKARI,

sedangkan di daerah-daerah yang diduduki kembali oleh Belanda, kereta

api dioperasikan oleh Staats Spoorwegen (SS) dan Verenidge

Spoowegbedrijf (VS).

Page 80: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

68

Setelah terjadi pengakuan kedaulatan, maka perusahaan kereta api

dikuasai kembali oleh Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Perhubungan, Tenaga dan Pekerjaan Umum Republik

Indonesia tanggal 6 Januari 1950 Nomor 2 Tahun 1950, terhitung mulai

tanggal 1 Januari 1950 DKARI dan Staats Spoorwegen (SS) serta

Verenidge Spoowegbedrijf (VS) digabung menjadi satu Djawatan dengan

nama Djawatan Kereta Api (DKA). Tempat kedudukan DKA ialah di

Bandung. Semua pekerja dari DKA menjadi tanggungan dari DKA.

Semua kekayaan, hak-hak dan kewajiban dari DKARI dan Staats

Spoorwegen (SS) atau Verenidge Spoowegbedrijf (VS) mulai tanggal 1

Januari 1950 dioper oleh DKA.

Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 1963 Djawatan Kereta Api (DKA) diubah

menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun 1971

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun

1971 Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) diubah menjadi Perusahaan

Jawatan Kereta Api (PJKA).

Pada tahun 1990 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 57 Tahun 1990 Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)

diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA). Sebagai

pengganti peraturan perundang-undangan produk Pemerintah Hindia

Belanda telah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992

Page 81: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

69

tentang Perkereta Apian dan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998

tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api. Pada tahun 1998 berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 Perusahaan Umum Kereta

Api (PERUMKA) diubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak

di bidang jasa transportasi darat yang berada di bawah Menteri Negara

BUMN yang berbentuk perseroan terbatas.

1.1.2. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 5 Purwokerto

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 5 Purwokerto

berkedudukan di Purwokerto. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah

Operasi 5 Purwokerto merupakan salah satu bagian wilayah kerja dari PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) yang bertanggung jawab secara langsung

kepada kantor pusat di Bandung. Wilayah kerja PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) Daerah Operasi 5 Purwokerto terdiri dari:

1) Lintas Operasional, meliputi:

a. Wilayah dari Prupuk sampai dengan Randegan

b. Wilayah dari Kroya sampai dengan Langen

c. Wilayah dari Kemranjen sampai dengan Kutoarjo

d. Wilayah dari Cilacap sampai dengan Kesugihan

e. Wilayah dari Banjaran sampai dengan Margasari

2) Lintas Tidak Operasi, meliputi:

Page 82: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

70

a. Wilayah dari Purwokerto sampai dengan Wonosobo

b. Wilayah dari Kutoarjo sampai dengan Purworejo

Batas-batas wilayah kerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah

Operasi 5 Purwokerto, sebagai berikut:

1) Sebelah Utara, yaitu:

a. Stasiun Prupuk batas dengan Daerah Operasi 3 Cirebon

b. Stasiun Banjaran batas dengan stasiun Daerah Operasi 4 Semarang

2) Sebelah Selatan, yaitu Stasiun Cilacap

3) Sebelah Barat, Stasiun Langen batas dengan Daerah Operasi 2 Bandung

4) Sebelah Timur, yaitu:

a. Stasiun Kutoarjo batas dengan Daerah Operasi 6 Yogyakarta

b. Stasiun Purworejo

c. Stasiun Wonosobo

1.1.3. Visi dan Misi PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dalam jasa transportasi,

maka PT. Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki visi dan misi sebagai

berikut:

Visi : Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada

pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders.

Misi : Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya

melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan

Page 83: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

71

nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan

berdasarkan 4 pilar utama, yakni Keselamatan, Ketepatan Waktu,

Pelayanan dan Kenyamanan.

1.2. Struktur Organisasi dan Bagan Struktur Organisasi PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto

1.2.1. Struktur Organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 5 Purwokerto

adalah suatu organisasi di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

yang dipimpin oleh seorang Vice President (VP) dan bertanggung jawab

kepada Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Berkaitan dengan

efektivitas dan kelancaran penyelenggaraan operasi di wilayah Daerah

Operasi 5 Purwokerto, Vice President (VP) dibantu oleh Deputy Vice

President (DVP) dengan pembagian tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab

diselaraskan dan disesuaikan dengan kebutuhan di Daerah Operasi 5

Purwokerto yang pengaturannya ditetapkan oleh Vice President Director.

Dalam menjalankan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya, Vice

President (VP) / Deputy Vice President (DVP), dibantu oleh beberapa

Manager, yaitu:

a. Manager Hubungan Masyarakat Daerah

b. Manager Hukum

Page 84: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

72

c. Manager Sumber Daya Manusia dan Umum

d. Manager Keuangan

e. Manager Pengadaan Barang dan Jasa

f. Manager Sarana

g. Manager Jalan Rel dan Jembatan

h. Manager Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik

i. Manager Operasi

j. Manager Asset

k. Manager Pemasaran Angkutan

l. Manager Pengusahaan Aset

m. Manager Unit Kesehatan

Tugas pokok dari masing-masing manager adalah sebagai berikut:

a. Manager Hubungan Masyarakat Daerah

Mempunyai tugas mengelola informasi dan komunikasi di dalam

perusahaan dan menjalin hubungan dengan media massa di luar

perusahaan.

b. Manager Hukum

Mempunyai tugas memberikan pertimbangan dan pendampingan/bantuan

hukum di dalam dan di luar pengadilan serta menjadi narasumber informasi

hukum dan peraturan bagi pegawai/pejabat di wilayah Daerah Operasi 5

Purwokerto.

Page 85: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

73

c. Manager Sumber Daya dan Umum

Mempunyai tugas melaksanakan penggajian serta pengendalian biaya

pegawai, mengelola dokumen perusahaan serta melaksanakan perawatan

bangunan dinas di wilayah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Dalam

menjalankan tugasnya dibantu oleh Assistant Manager yang terdiri dari:

1) Assistant Manager Penggajian

2) Assistant Manager Sumber Daya Manusia

3) Assistant Manager Dokumen dan Kerumahtanggaan

d. Manager Keuangan

Mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan,

penagihan atas piutang usaha serta menyusun laporan keuangan Daerah

Operasi 5 Purwokerto. Dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Junior

Manager dan Assistant Manager yang terdiri dari:

1) Junior Manager Penagihan

2) Assistant Manager Akuntansi

3) Assistant Manager Keuangan

4) Assistant Manager Anggaran

e. Manager Pengadaan Barang dan Jasa

Mempunyai tugas menyusun Rencana Kerja dan Syarat pengadaan barang

dan jasa serta menyusun Harga Perkiraan Sendiri dan Kemampuan Dasar.

Page 86: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

74

f. Manager Sarana

Mempunyai tugas melaksanakan pemantauan, pengawasan, pemeriksaan,

pekerjaan teknis, perawatan sarana serta administrasi teknis perawatan

sarana di wilayah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Dalam menjalankan

tugasnya dibantu oleh Junior Manager dan Assistant Manager yang terdiri

dari:

1) Junior Manager Inspector Sarana

2) Assistant Manager Program Anggaran Perawatan Sarana

3) Assistant Manager Perawatan Lokomotif dan KRD

4) Assistant Manager Perawatan Kereta dan Gerbong

g. Manager Jalan Rel dan Jembatan

Manager Jalan Rel dan Jembatan mempunyai tugas untuk melaksanakan

program perawatan, perbaikan, dan pengoperasian fasilitas pemeliharaan

jalan rel dan jembatan di wilayah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Dalam

menjalankan tugasnya, Manager Jalan Rel dan Jembatan dibantu oleh

Junior Manager dan Assistant Manager yang terdiri dari:

1) Junior Manager Inspector JJ

2) Assistant Manager Program Jalan Rel dan Jembatan

3) Assistant Manager Konstruksi Jalan Rel dan Jembatan

4) Assistant Manager Fasilitas Sarana Pemeliharaan JJ dan Evaluasi

h. Manager Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik

Page 87: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

75

Manager Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik mempunyai tugas menyusun

program dan melaksanakan perawatan sinyal, telekomunikasi dan listrik di

wilayah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Dalam menjalankan tugasnya,

Manager Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik dibantu oleh Junior Manager

dan Assistant Manager yang terdiri dari:

1) Junior Manager Inspector Sinyal, Telekomunikasi dan Listrik

2) Assistant Manager Kegiatan dan Pembiayaan

3) Assistant Manager Perencanaan Teknis

4) Assistant Manager Informasi dan Evaluasi

i. Manager Operasi

Mempunyai tugas melaksanakan pengendalian operasi kereta api,menjamin

keamanan, ketertiban dan kelancaran kegiatan angkutan kereta api sserta

melaksanakan pembinaan teknis terhadap UPT yang berada di bawah Seksi

Operasi Daerah Operasi 5 Purwokerto. Dalam menjalankan tugasnya,

Manager Operasi dibantu oleh Junior Manager dan Assistant Manager serta

Senior Supervisor yang terdiri dari:

1) Junior Manager Inspector Operasi

2) Junior Manager Inspector Opsar (Operasi Sarana)

3) Assistant Manager Perjalanan Kereta Api

5) Assistant Manager Operasi Sarana

6) Junior Manager Pusdalopka (Pusat Pengendalian Operasi Kereta Api)

7) Senior Supervisor Rencana, Evaluasi dan Tata Usaha

Page 88: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

76

8) Senior Supervisor Pengendalian Opka (Operasi Kereta Api)

9) Senior Supervisor Operator Radio

10) Senior Supervisor Pengendalian Sarana

j. Manager Asset

Manager Aset mempunyai tugas untuk mengusahakan aset di stasiun dan di

luar stasiun, melakukan rencana evaluasi dan pengendalian aset di wilayah

Daerah Operasi 5 Purwokerto. Dalam menjalankan tugasnya, Manager

Aset dibantu oleh Assistant Manager yang terdiri dari:

1) Assistant Manager Tanah

2) Assistant Manager Bangunan

3) Assistant Manager Program

k. Manager Pemasaran Angkutan

Manager Pemasaran Angkutan mempunyai tugas mengelola jasa angkutan

penumpang dan barang di wilayah Daerah Operasi 5 Purwokerto. Dalam

menjalankan tugasnya Manager Pemasaran Angkutan dibantu oleh

Assistant Manager yang terdiri dari:

1) Assistant Manager Angkutan Penumpang

2) Assistant Manager Angkutan Barang

3) Assistant Manager Customer Care

Page 89: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

77

l. Manager Pengusahaan Aset

Mempunyai tugas untuk mengelola pendapatan dari para debitur yang

mengontrak asset milik Perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya Manager

Pengusahaan Aset dibantu oleh Assistant Manager yang terdiri dari:

1) Assistant Manager Pengusahaan Aset Stasiun dan Row (Right of Way)

2) Assistant Manager Pengusahaan Aset Non-Stasiun dan Row (Right of

Way)

m. Manager Unit Kesehatan

Mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab mengelola jaminan

pemeliharaan kesehatan bagi pegawai, pensiunan dan keluarga serta

mengelola seluruh program hiperkes dan keselamatan kerja di area masing-

masing. Dalam menjalankan tugas pokok dan tanggung jawabnya Manager

Unit Kesehatan dibantu oleh dua Assistant Manager dan beberapa senior

supervisor/ supervisor, yaitu:

1) Assistant Manager Pelayanan Kesehatan;

2) Assistant Manager Hiperkes dan Keselamatan Kerja;

3) Senior Supervisor/Suppervisor Klinik Utama;

4) Senior Supervisor/Supervisor Klinik Pratama.

Page 90: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

78

Page 91: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

79

Page 92: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

80

1.3. Ketenagakerjaan

1.3.1. Jumlah Tenaga Kerja/Pegawai

Jumlah tenaga kerja/pegawai di PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

DAOP 5 Purwokerto untuk posisi 6 Juni 2012 adalah sebanyak 1.812 orang,

yang terdiri dari:

a. Pegawai Eks PNS : 337 orang

b. Pegawai Non Eks PNS yang direkrut

sebelum Agustus 2009 : 1054 orang

c. Pegawai yang direkrut setelah Agustus 2009 : 415 orang

d. Pegawai Kontrak Magang : 6 orang

1.3.2. Hak, Kewajiban dan Larangan Pegawai PT. Kereta Api Indonesia

(Persero)

Dasar hukum pengaturan hak, kewajiban dan larangan bagi pegawai di

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama

(PKB) Periode 2011-2013, sebagai berikut :

a. Hak-hak Pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Hak-hak pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) terdiri dari:

Hak cuti, hak mendapatkan penghasilan dan kesejahteraan, tunjangan-

tunjangan, serta jaminan sosial.

(1) Hak cuti pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) diatur dalam

Pasal 23 PKB, yang terdiri atas:

Page 93: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

81

a. Cuti Tahunan;

b. Cuti Besar;

c. Cuti Sakit;

d. Cuti Haid;

e. Cuti Bersalin (melahirkan atau gugur kandungan);

f. Cuti Karena Alasan Penting;

g. Cuti Menjalankan Ibadah Keagamaan;

h. Cuti di luar Tanggungan Perusahaan.

(2) Penghasilan dan Kesejahteraan

Hak pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) juga berupa

penghasilan dan kesejahteraan. Berdasarkan ketentuan Pasal 24 PKB

Periode 2011-2013 bahwa perusahaan memberikan penghasilan

kepada pegawai berupa:

a. Gaji Pokok

Pengaturan mengenai gaji pokok diatur dalam Keputusan Direksi

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

KEP.U/KP.208/IV/11/KA-2012 tentang Skala Gaji Pokok Pegawai

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2012. Dalam lampiran I

mengenai TDPIP (Tabel Dasar Perhitungan Iuran Pensiun) tahun 2012

pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero), menyebutkan:

Golongan I : Ia (ijazah SD) sebesar Rp.1.386.000,00 (satu juta tiga

ratus delapan puluh enam ribu rupiah)

Page 94: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

82

Ib (ijazah SMP) sebesar Rp.1.510.000,00 (satu juta

lima ratus sepuluh ribu rupiah)

Golongan II : IIa (ijazah SMA) sebesar Rp.1.787.200,00 (satu juta

tujuh ratus delapan puluh tujuh ribu dua ratus rupiah)

IIb (ijazah D3) sebesar Rp.1.947.000,00 (satu juta

sembilan ratus empat puluh tujuh ribu rupiah)

Golongan III : IIIa (ijazah S1) sebesar Rp.2.270.000,00 (dua juta dua

ratus tujuh puluh ribu rupiah)

IIIb (ijazah S2) sebesar Rp.2.366.500,00 (dua juta tiga

ratus enam puluh enam ribu lima ratus rupiah)

b. Tunjangan-tunjangan yang bersifat tetap yang meliputi:

1) Tunjangan istri/suami sebesar 10% dari gaji pokok;

2) Tunjangan anak maksimum 2 (dua) anak yang sah dan diakui

Perusahaan sebesar masing-asing 10% dari gaji pokok;

3) Tunjangan Jabatan Struktural/Fungsional yang besarannya diatur

dalam Keputusan Direksi;

4) Tunjangan Beras diberikan untuk masing-masing orang

berkeluarga yang ditanggung Perusahaan sebanyak 10 kilogram

dengan harga Rp.6.500,00 per kilogram;

5) Tunjangan Perumahan yang besarnya diatur dalam Keputusan

Direksi;

Page 95: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

83

6) Tunjangan Transportasi yang besarannya diatur dalam Keputusan

Direksi;

c. Tunjangan Kinerja adalah tunjangan yang dibayarkan setiap bulan

bersamaan dengan gaji atas dasar kinerja pegawai yang tidak

termasuk dalam komponen penghasilan.

d. Tunjangan-tunjangan yang bersifat tidak tetap, meliputi:

1) Tunjangan Tambahan Perbaikan Penghasilan (TPP) diberikan

apabila PNS mendapatkan gaji ke-13 yang besarannya diatur

dengan Keputusan Direksi;

2) Tunjangan Hari Raya;

3) Tunjangan Pendidikan Awal Tahun Ajaran Baru sebesar

Rp.1.100.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah) per Pegawai

dengan kenaikan 10% per tahun;

4) Tunjangan Rekreasi sebesar Rp.350.000,00 (tiga ratus lima puluh

ribu rupiah) per Pegawai per tahun;

5) Tunjangan Cuti Tahunan sebesar 50% dari Gaji Dasar;

6) Tunjangan Cuti Besar Bersambungan dengan Masa Bebas Tugas

sebesar 100% dari Gaji Dasar.

e. Tunjangan Iuran Perusahaan, terdiri dari:

1) Tunjangan Pajak Penghasilan (PPh) sesuai dengan peraturan

yang berlaku di Perusahaan;

Page 96: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

84

2) Tunjangan Iuran perusahaan untuk program Jaminan Sosial

sesuai ketentuan bagi masing-masing pegawai.

f. Penetapan gaji pokok pegawai sekurang-kurangnya 10% (sepuluh

persen) di atas gaji pokok PNS yang berlaku, yang didasarkan pada

golongan dan masa kerja.

g. Pembayaran penghasilan kepada pegawai dibayarkan oleh

perusahaan pada setiap awal bulan, sedangkan untuk calon pegawai

(Pegawai Kontrak Magang) dibayarkan setiap akhir bulan.

h. Dasar perhitungan pensiun pegawai menngunakan tabel gaji pokok

PNS yang berlaku.

b. Kewajiban dan Larangan Pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Kewajiban dan larangan bagi setiap pegawai PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) sebagaimana diatur dalam Pasal 49 Perjanjian Kerja Bersama

Periode 2011-2013 adalah sebagai berikut:

1) Setiap Pegawai, diwajibkan:

a) Mematuhi kode etik Perusahaan yang berlaku di Perusahaan dan

menjunjung tinggi nilai-nilai budaya perusahaan;

b) Mantaati ketentuan dalam perjanjian ini dan ketentuan perundang-

undangan maupun peraturan lainnya yang berlaku di perusahaan;

c) Memelihara suasana kekeluargaan dan saling menghormati dengan

sesama Pegawai, terhadap Atasan maupun Bawahan;

Page 97: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

85

d) Mewujudkan dan memelihara persatuan dan kesatuan Pegawai,

mendahulukan kepentingan Perusahaan di atas kepentingan pribadi

dan/atau golongan;

e) Mematuhi peraturan-peraturan tentang tata tertib disiplin kerja dan

mengerti serta memahami terhadap larangan-larangan yang berlaku

berikut jenis sanksinya;

f) Melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya dan penuh tanggung jawab;

g) Mematuhi segala instruksi baik lisan maupun tertulis dari Direksi,

Pejabat lain yang berwenang untuk itu, dan Atasan masing-masing demi

kelancaran kerja;

h) Berusaha untuk memajukan, mengamankan dan menjaga ama baik

Perusahaan.

2) Setiap Pegawai, dilarang:

a) Melanggar Perjanjian ini dan peraturan perudang-undangan serta

peraturan lainnya yang berlaku di Perusahaan;

b) Melakukan tindakan dan/atau perbuatan yang melanggar disiplin;

c) Menyalahgunakan wewenang/jabatan dan/atau melakukan tindakan

manipulasi untuk kepentingan pribadi, golongan ataupun pihak lain;

d) Meminjamkan barang dan/atau uang milik Perusahaan secara tidak sah

kepada siapapun yang bukan merupakan bagian tugas, pekerjaan dan

tanggung jawabnya;

Page 98: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

86

e) Meminta dan/atau menerima pemberi berupa uang atau barang yang

besarannya melebihi ketentuan peraturan perudang-undangan yang

berlaku, dari Pegawai maupun orang lain yang dengan pemberian

tersebut patut diketahui atau patut diduga mempengaruhi secara negatif

baik seluruh ataupun sebagian keputusan kedinasan yang menjadi

tanggung jawabnya yang dapat merugikan Perusahaan;

f) Melakukan tindak korupsi, kolusi dan nepotisme.

1.3.3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pasal 35 Perjanjian Kerja Bersama (PKB) PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) menjelaskan tentang kesehatan dan keselamatan kerja yakni sebagai

berikut :

1. Perusahaan merumuskan komitmen K3 (Kesehatan dan Keselamatan

Kerja) dan bersama-sama dengan pegawai melaksanakan yang ada guna

membangun dan memelihara pengertian, bantuan, partisipasi dan sinergi

dari semua lini Manajemen dan pegawai secara teratur dan terus menerus.

2. Pelaksanaan program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

Pekerja mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan jaminan sosial

tenaga kerja sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, oleh

karena itu perusahaan diwajibkan mengikutsertakan pekerjanya dalam program

Page 99: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

87

Jamsostek yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara yang ditentukan

undang-undang. Dalam Bab VII Pasal 30 Perjanjian Kerja Bersama Periode

2011-2013, terdapat program jaminan sosial yang berhak didapatkan pegawai

PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Program jaminan sosial tersebut

diselenggarakan sendiri dan/atau melalui kerjasama dengan instansi/lembaga

yang ditunjuk oleh perusahaan dalam bentuk:

a. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan;

b. Jaminan Kecelakaan Kerja;

c. Jaminan Hari Tua;

d. Jaminan Kematian;

e. Jaminan Pensiun.

Dalam Perjanjian Kerja Bersama Periode 2011-2013 antara PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) dengan Serikat Pekerja Kereta Api, telah diatur

mengenai jaminan sosial yang diperoleh oleh seluruh pegawai PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) dan keluarganya. Selain itu, dalam Keputusan Direksi PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor : KEP.U/KP.208/IV/11/KA-2012

tentang Skala Gaji Pokok Pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun

2012 juga mengatur lebih lanjut mengenai pengelolaan program pensiun dan

program jaminan sosial lainnya.

a) Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pegawai dan pensiunan

beserta keluarga eks PNS Departemen Perhubungan RI serta Pegawai

Page 100: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

88

Kontrak Magang (PKM) di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

diselenggarakan oleh perusahaan secara mandiri sesuai dana yang

dianggarkan per tahun. Hal tersebut diatur dalam Perjanjian Kerja Bersama

Periode 2011-2013 antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan

Serikat Pekerja Kereta Api.

Sebelumnya, jaminan pemeliharaan kesehatan di PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) dikelola oleh PT. ASKES (Persero) berdasarkan

Perjanjian Kerjasama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT.

ASKES (Persero) Nomor: 62/KTR/0310, 20/HK/U/2010 tanggal 2 Maret

2010 dan telah diterbitkan Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Nomor: KEP.U/KP.501/XII/2/KA-2010 tanggal 31

Desember 2010 tentang Pengelolaan Program Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan bagi Pegawai dan Pensiunan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

beserta keluarganya.

Dalam perkembangannya, selama menggunakan ASKES ternyata

didapati berbagai kekurangan dalam hal pelayanan yang diberikan oleh PT.

ASKES (Persero). Berdasarkan hasil evaluasi oleh pengurus dan anggota

Serikat Pekerja Kereta Api (SPKA) dinilai penyelenggaraan Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) oleh PT. ASKES (Persero) dalam

pelayanannya sangat tidak memuaskan dan tidak efektif. Jenis pelayanannya

yang diterima ternyata lebih rendah dari yang didapat oleh PNS. Salah satu

contohnya adalah pelayanan dalam hal perawatan, di mana kelas perawatan

Page 101: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

89

yang didapat hanya kelas I dan II saja, sedangkan PNS bisa mendapatkan

kelas utama. Selain itu dalam hal mendapat rujukan, pegawai juga mendapat

kesulitan dalam pengurusannya.

Akhirnya, berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor:

KEP.U/KP.503/II/28/KA-2011 tentang Pengelolaan Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pegawai dan Pensiunan Beserta Keluarga Eks

PNS Departemen Perhubungan RI di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) diputuskan bahwa pengelolaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(JPK) bagi pegawai dan pensiunan beserta keluarga eks PNS Departemen

Perhubungan RI di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) terhitung

tanggal 1 Januari 2011 dilaksanakan sendiri oleh perusahaan dalam hal ini

oleh Unit Usaha Kesehatan.

Unit Usaha Kesehatan tersebut sekarang istilahnya telah berubah

menjadi Unit Kesehatan berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) Nomor : KEP.U/OT.003/ / /KA-2011 tentang

Perubahan dan Tambahan (P&T) Atas Keputusan Direksi PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Nomor KEP.U/OT.003/XII/7/KA-2009 tentang

Organisasi dan Tata Laksana Unit Kesehatan di Lingkungan PT. Kereta Api

Indonesia (Persero). Unit kesehatan adalah satuan organisasi di lingkungan

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang berada di bawah Managing

Director of Human Capital.

Page 102: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

90

b) Program Jaminan Kecelakaan Kerja

Berdasarkan Pasal 37 ayat (1) Perjanjian Kerja Bersama periode 2011-

2013, Perusahaan memberikan perlindungan kepada pegawai yang menjadi

korban kecelakaan kerja dan penderita penyakit akibat kerja. Badan

penyelenggara yang mengelola program Jaminan Kecelakaan Kerja di PT.

Kereta Api hanya PT. Jamsostek (Persero). Program Jaminan Kecelakaan

Kerja yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero) adalah bagi pegawai Eks

PNS Departemen Perhubungan, pegawai Non Eks PNS Departemen

Perhubungan yang direkrut sebelum tahun 2009, pegawai Non Eks PNS

Departemen Perhubungan yang direkrut mulai tahun 2009 dan seterusnya,

serta pegawai kontrak magang (calon pegawai perusahaan).

Berdasarkan Pasal 37 ayat (7) Perjanjian Kerja Bersama, menyebutkan

bahwa dalam hal pegawai berdasarkan keterangan pihak yang berwenang

mengalami kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, terkena penyakit

endemik (wabah penyakit yang menular secara luas), musibah kekerasan

atau bencana alam dan dirawat di rumah sakit atau di tempat pelayanan

kesehatan yang resmi lainnya, maka:

a. Biaya pengangkutan dari tempat peristiwa terjadi ke tempat perawatan

diganti penuh;

b. Biaya perawatan yang timbul akibat peristiwa tersebut diganti penuh

sampai dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawat.

Page 103: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

91

c) Program Tabungan Hari Tua

Perusahaan mengikutsertakan pegawai pada program Tabungan Hari

Tua berupa uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta

mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Tujuan diselenggarakannya tabungan

hari tua tersebut untuk menjamin agar pegawai mendapat uang tunai pada

saat pegawai tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja.

Program Tabungan Hari Tua (THT) atau yang dalam Undang-Undang

Ketenagakerjaan disebut Jaminan Hari Tua di PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) dikelola oleh dua badan penyelenggara yaitu oleh PT. Taspen

(Persero) dan PT. Jamsostek (Persero). Program THT yang dikelola oleh PT.

Taspen (Persero) adalah bagi pegawai Eks PNS Departemen Perhubungan

dan pegawai Non Eks PNS Departemen Perhubungan yang direkrut sebelum

tahun 2009. Program THT yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero)

adalah pegawai Non Eks PNS Departemen Perhubungan yang direkrut mulai

tahun 2009 dan seterusnya serta Pegawai Kontrak Magang (Calon Pegawai

Perusahaan).

d) Jaminan Kematian

Program Jaminan Kematian di PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

seluruhnya dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero). Baik itu pegawai Eks PNS

Departemen Perhubungan, pegawai Non Eks PNS Departemen Perhubungan

yang direkrut sebelum tahun 2009, pegawai Non Eks PNS Departemen

Page 104: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

92

Perhubungan yang direkrut mulai tahun 2009 dan seterusnya, serta pegawai

kontrak magang (calon pegawai perusahaan).

Bagi pegawai yang wafat, perusahaan memberikan uang duka wafat

sebesar 3 (tiga) kali gaji dasar dan ditambah Rp.6.000.000,00 (enam juta

rupiah) kepada ahli warisnya. Sumbangan biaya pemakaman diberikan

sebagai bantuan untuk pelaksanaan pemakaman jenazah pegawai yang wafat

dan/atau keluarga pegawai, dengan maksud untuk meringankan beban yang

mengalami duka cita sebesar Rp.3.000.000,00 (tiga juta rupiah). Uang duka

wafat dan biaya pemakaman tersebut merupakan bantuan dana yang

diberikan perusahaan di luar hak-hak yang diterima pegawai dari PT.

Jamsostek (Persero).

e) Program Jaminan Pensiun

Berdasarkan Pasal 40 ayat (1) Perjanjian Kerja Bersama periode 2011-

2013 menyebutkan bahwa perusahaan memberikan jaminan pensiun atau

kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja bagi para pegawai. Dalam

Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

KEP.U/KP.208/IV/11/KA-2012 tentang Skala Gaji Pokok Pegawai PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2012 juga diatur lebih lanjut

mengenai pengelolaan program jaminan pensiun yakni pada Pasal 5 bahwa

jaminan pensiun di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dikelola oleh dua

badan penyelenggara yakni oleh PT. Taspen (Persero) dan PT. Asuransi

Jiwasraya.

Page 105: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

93

Program jaminan pensiun yang dikelola oleh PT. Taspen (Persero)

adalah pegawai eks PNS Departemen Perhubungan, sedangkan yang dikelola

oleh PT. Asuransi Jiwasraya adalah pegawai non eks PNS Departemen

Perhubungan yang direkrut sebelum tahun 2009. Jaminan pensiun tersebut

keduanya diberikan setara dengan jaminan pensiun sebagaimana yang diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2007 tentang Penyesuaian

Pensiun Eks Pegawai Negeri Sipil Departemen Perhubungan Pada PT.

Kereta Api Indonesia (Persero).

Bagi pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang direkrut

terhitung mulai bulan Agustus 2009 dan sesudahnya, tidak mendapat

jaminan pensiun melainkan diberikan kompensasi Pemutusan Hubungan

Kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal

ini perusahaan telah mengaturnya dalam Keputusan Direksi Nomor PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor: KEP.U/KP.209/V/25/KA-2012

tentang Kompensasi Pemutusan Hubungan Kerja Bagi Pegawai PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) yang Direkrut Terhitung Mulai Bulan Agustus 2009

dan sesudahnya.

Page 106: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

94

1.5. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

1.5.1. Kepesertaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pegawai dan pensiunan

beserta keluarga eks PNS Departemen Perhubungan RI serta Pegawai Kontrak

Magang (PKM) di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto diselenggarakan oleh perusahaan secara mandiri sesuai dana yang

dianggarkan per tahun. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Perjanjian

Kerja Bersama Periode 2011-2013 antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

dengan Serikat Pekerja Kereta Api.

Perusahaan melaksanakan program jaminan pemeliharaan kesehatan

seluas-luasnya, yang meliputi upaya-upaya pencegahan (preventif),

peningkatan (promotif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif).

Jaminan pemeliharaan kesehatan di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) DAOP 5 Purwokerto ini diberikan kepada :

a. Pegawai aktif beserta istri/suami dan 3 (tiga) anak yang diakui oleh

perusahaan;

b. Pegawai pensiunan, janda/duda pensiunan dengan 2 (dua) anak yang diakui

oleh perusahaan;

c. Pegawai Kontrak Magang (PKM) tanpa keluarga.

Page 107: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

95

1.5.2. Iuran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pengelolaan dana jaminan pemeliharaan kesehatan dilakukan dengan

metode/prinsip Asuransi Kesehatan dengan manfaat minimal sama dengan

Pegawai Negeri Sipil, yang dikelola oleh badan pengelola yang ditunjuk atas

kesepakatan para pihak. Berdasarkan Pasal 7 Surat Keputusan Direksi PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor: KEP.U/KP.208/IV/11/KA-2012

tentang Skala Gaji Pokok Pegawai PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Tahun

2012, besarnya iuran untuk Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah sebagai

berikut:

a. Pegawai Eks PNS Departemen Perhubungan: Tunjangan iuran perusahaan untuk jaminan pemeliharaan kesehatan pegawai sebesar 2% dari TDPIP (Tabel Dasar Perhitungan Iuran Pensiun Pegawai) 2012 sebagaiman tersebut pada lampiran II Keputusan ini ditambah tunjangan istri/suami 10% dan tunjangan anak yang berhak masing-masing 2% dari TDPIP 2012; 1) Iuran perusahaan untuk jaminan pemeliharaan kesehatan pegawai

sebesar 2% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini ditambah tunjangan istri/suami 10% dan tunjangan anak yang berhak masing-masing 2% dari TDPIP 2012.

2) Iuran pegawai untuk jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar 2% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini ditambah tunjangan istri/suami 10% dan tunjangan anak yang berhak masing-masing 2% dari TDPIP 2012.

b. Pegawai Non Eks PNS Departemen Perhubungan yang direkrut sebelum tahun 2009 : 1) Tunjangan iuran perusahaan untuk jaminan pemeliharaan

kesehatan pegawai adalah sebesar 2% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini ditambah istri/suami 10% dan tunjangan anak yang berhak masing-masing 2% dari TDPIP 2012.

2) Iuran perusahaan untuk jaminan pemeliharaan kesehatan pegawai sebesar 2% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini ditambah tunjangan istri/suami 10% dan tunjangan anak yang berhak masing-masing 2% dari TDPIP 2012.

Page 108: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

96

3) Iuran pegawai untuk jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar 2% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini ditambah tunjangan istri/suami 10% dan tunjangan anak yang berhak masing-masing 2% dari TDPIP 2012.

c. Pegawai yang direkrut mulai tahun 2009 dan seterusnya : 1) Tunjangan iuran perusahaan untuk jaminan pemeliharaan

kesehatan pegawai adalah sebesar 2% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini ditambah istri/suami 10% dan tunjangan anak yang berhak masing-masing 2% dari TDPIP 2012.

2) Iuran perusahaan untuk jaminan pemeliharaan kesehatan pegawai sebesar 2% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini ditambah tunjangan istri/suami 10% dan tunjangan anak yang berhak masing-masing 2% dari TDPIP 2012.

3) Iuran pegawai untuk jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar 2% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini ditambah tunjangan istri/suami 10% dan tunjangan anak yang berhak masing-masing 2% dari TDPIP 2012.

d. Pegawai Kontrak Magang (Calon Pegawai Perusahaan) : 1) Tunjangan iuran perusahaan untuk program jaminan pemeliharaan

kesehatan sebesar 3% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini, maksimal Rp.1.000.000,-.

2) Iuran perusahaan untuk program jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar 3% dari TDPIP 2012 sebagaimana tersebut pada lampiran II Keputusan ini, maksimal Rp.1.000.000,-.

1.5.3. Tempat Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi

Pegawai di PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto

Berdasarkan Pasal 32 ayat (1) Perjanjian Kerja Bersama Periode 2011-

2013, pelayanan kesehatan dilakukan di:

a. Balai Pengobatan/Poliklinik Perusahaan/Puskesmas;

b. Rumah Sakit Pemerintah dan/atau Rumah Sakit Swasta Kontraktor;

c. Dokter Umum Kontraktor;

Page 109: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

97

d. Dokter Perusahaan atas Indikasi medis dapat merujuk kepada Dokter Ahli

yang ditunjuk.

Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta, badan

penyelenggara yang dalam hal ini adalah Unit Kesehatan PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) menunjuk Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang

terdiri atas:

a. PPK Perusahaan;

b. PPK Provider Kontrak;

c. PPK di luar perusahaan dan provider.

PPK Perusahaan adalah fasilitas pelayanan kesehatan milik perusahaan

yang memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta JPK perusahaan. PPK

Provider Kontrak adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang bukan milik

perusahaan namun memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta JPK

perusahaan melalui kontak kerjasama dengan perusahaan. Seluruh pelayanan

yang dilaksanakan di PPK perusahaan dan di PPK provider kontrak dibayar

penuh oleh perusahaan tanpa iur biaya (cost sharing) sesuai tarif jenis

pelayanan kesehatan, sedangkan yang dilaksanakan di luar PPK perusahaan

dan di luar PPK provider kontrak dapat direstitusikan kepada perusahaan, dan

akan dilakukan penggantian sesuai prosedur dan tarif jenis pelayanan

kesehatan.

Page 110: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

98

Tabel 1. Data PPK Provider

Unit Kesehatan Area 5 Purwokerto

Tahun 2012

No. Wilayah Nama PPK Alamat

1 Banyumas LABORATORIUM MEDICO LABORA

Jl. Jend. Gatot Subroto Komplek Pertokoan Kebondalem No. 46 Purwokerto

2 Banyumas OPTIK MERDEKA Ruko Permata Hijau Blok II/5 Purwokerto

3 Cilacap OPTIK MANDIRI Jl. S. Parman No. 48 Cilacap

4 Tegal RSU DR SOESELO SLAWI Jl.dr.Sutomo Slawi

5 Brebes RSU SITI ASIYAH BUMIAYU Jl.Pasar Wage Bumiayu

6 Banyumas RSUD AJIBARANG Jl. Raya Pancasan Ajibarang

7 Banyumas RSU WISHNU HUSADA Jl. Raya Notog Mt. 200 Banyumas

8 Banyumas RSUD BANYUMAS Jl. Rumah Sakit No. 1 Banyumas

9 Banyumas RSU WIRADADI HUSADA

Jl. Menteri Supeno No. 25 Banyumas

10 Purwokerto RSU SINAR KASIH Jl. Martadireja II Purwokerto

11 Purwokerto RSI PURWOKERTO -

12 Purwokerto RSUD PROF. Dr. MARGONO SOEKARJO

Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto

13 Purwokerto RS ORTHOPAEDI PURWOKERTO

Jl. Soepardjo Roestam No. 99 Purwokerto

14 Purbalingga RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA

Jl. Tentara Pelajar No. 22 Purbalingga

15 Banjarnegara RSU EMANUEL Jl. A. Yani Purwareja Banjarnegara

Page 111: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

99

16 Cilacap RSI FATIMAH Jl. Ir. H. Juanda No. 20 Cilacap

17 Cilacap RSUD CILACAP Jl. Jend. Gatot Subroto No. 28 Cilacap

18 Kebumen PKU MUH GOMBONG Jl. Yos Sudarso No. 461 Gombong

19 Kebumen PKU MUH SRUWENG Jl. Raya Sruweng No. 5 Kebumen

20 Purworejo PKU MUH TUNAS MEDIKA PURWOREJO

Jl. Brigjend. Katamso No. 144-A Purworejo

21 Purworejo RSU PALANG BIRU Jl. Marditomo No. 17 Kutoarjo

Sumber : Unit Kesehatan Area 5 Purwokerto.

1.5.4. Jenis Pelayanan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Pasal 33 Perjanjian Kerja Bersama menyebutkan jenis pelayanan

mjnkesehatan yang diselenggarakan oleh perusahaan, meliputi:

a. Rawat jalan tingkat pertama; b. Rawat jalan tingkat lanjutan; c. Rawat inap; d. Pemeriksaan kehamilan dan persalinan; e. Pemeriksaan penunjang diagnostik; f. Pelayanan khusus; g. Gawat darurat; h. Restitusi pengobatan.

Dalam Pasal 2 Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) Nomor: KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia

(Persero), diatur lebih lanjut mengenai jenis pelayanan kesehatan bagi peserta

yang meliputi:

Page 112: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

100

a. Pelayanan Rawat Jalan; b. Pelayanan Rawat Inap; c. Pelayanan Rawat Inap Khusus; d. Pelayanan Gawat Darurat; e. Pelayanan Satu Hari (One Day Care); f. Pelayanan Obat; g. Pelayanan Penunjang Diagnostik; h. Pelayanan Tindakan Medis (Operatif dan Radiotherapi); i. Pelayanan Diagnostik dan Tindakan Khusus (Dialisis, Penyakit

Jantung, Persalinan, ESWL, CT, MRI, Transplantasi Organ dan Pelayanan Darah);

j. Pelayanan Kedokteran Forensik; k. Pelayanan Suplemen.

Kelas perawatan untuk rawat inap bagi peserta dan anggota keluarganya

dibedakan berdasarkan tingkat golongan dari pegawai tersebut yang terdiri

dari :

1) Pegawai Golongan I, Golongan II, dan anggota keluarganya di ruang Kelas

II;

2) Pegawai Golongan III dan anggota keluarganya di ruang Kelas I;

3) Pegawai Golongan IV dan anggota keluarganya di ruang Kelas VIP;

4) Penerima pensiun dan anggota keluarganya dengan golongan pada saat

pensiun Golongan I, Golongan II, di ruang Kelas II;

5) Penerima pensiun dan anggota keluarganya dengan golongan pada saat

pensiun Golongan III, Golongan IV, di ruang Kelas I;

6) Pegawai Kontrak Magang di ruang Kelas II.

Dalam hal peserta atas permintaan sendiri ingin mendapatkan kelas

perawatan yang lebih tinggi, maka perusahaan akan membayar sesuai dengan

Page 113: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

101

hak peserta, sedangkan selisih hak peserta dengan kelas perawatan termasuk

jasa pelayanan kesehatan yang ditempati menjadi beban peserta (iur biaya).

1.5.5. Tata Cara Memperoleh Pelayanan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan

Peserta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus memiliki kartu

jaminan pemeliharaan kesehatan sebagai alat bukti kepesertaan. Sebagaimana

telah diatur dalam Pasal 23 ayat (1) Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Nomor: KEP.U/KP.503/XI/4/KA-201 tentang Fasilitas

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api

Indonesia (Persero), bahwa setiap peserta berhak atas kartu JPK sebagai alat

bukti kepesertaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Di dalam kartu

tersebut terdapat identitas peserta, nomor peserta, kelas perawatan dan masa

berlaku. Masa berlaku kartu tersebut maksimal dua tahun.

Bagi peserta yang belum mendapatkan kartu JPK, dapat menunjukkan

KBD (Kartu Bukti Diri) yaitu kartu yang menunjukkan bahwa peserta adalah

pegawai atau pensiunan atau keluarga dari pegawai maupun pensiunan PT.

Kereta Api Indonesia (Persero). Bagi peserta yang usianya kurang dari 10

(sepuluh) tahun agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menunjukkan

Kartu Keluarga.

Tata laksana pelayanan kesehatan bagi peserta di PPK perusahaan dan

PPK provider diatur dalam Pasal 25 Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api

Page 114: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

102

Indonesia (Persero) Nomor: KEP.U/KP.503/XI/4/KA-201 tentang Fasilitas

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api

Indonesia (Persero), sebagai berikut:

1) Peserta wajib datang pertama kali ke pelayanan rawat jalan umum dengan menunjukkan kartu JPK kecuali pada kasus-kasus gawat darurat.

2) Peserta akan mendapat pelayanan rawat jalan umum sesuai prosedur yang ada, dari mulai pendaftaran, pemeriksaan, tindakan medis, dan pemberian obat-obatan.

3) Sesuai indikasi medis peserta dapat dirujuk kepada pelayanan berikutnya baik rawat jalan spesialistik, maupun rawat inap dengan menggunakan surat rujukan yang berfungsi sebagai jaminan perusahaan.

4) Permohonan surat rujukan yang menyimpang dari tata laksana ayat (1) , (2) dan (3) tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan.

5) Peserta wajib meminta jawaban surat rujukan dari pelayanan tingkat lanjut yang ditujukan kepada dokter pemeriksa pelayanan rawat jalan umum untuk dijadikan pedoman apakah perlu dilakukan rujukan ulang atau tidak.

6) Surat rujukan hanya berlaku untuk satu kali pelayanan kesehatan tingkat lanjut.

7) Khusus pelayanan obat-obatan diprioritaskan menggunakan PPK perusahaan.

8) Peserta dapat memilih pelayanan kesehatan rawat jalan umum di PPK perusahaan dan PPK provider di seluruh wilayah Indonesia dengan menunjukkan kartu JPK.

9) Untuk kasus gawat darurat peserta dapat memilih pelayanan kesehatan gawat darurat dan rawat inap di PPK perusahaan dan PPK provider di seluruh wilayah Indonesia dengan menunjukkan kartu JPK tanpa surat rujukan, dan surat rujukan wajib dilengkapi selama maksimal 3 X 24 jam dari PPK perusahaan terdekat.

10) Untuk pelayanan kesehatan tingkat lanjut ditentukan oleh dokter pemeriksa pelayanan kesehatan rawat jalan umum.

11) Atas permintaan sendiri peserta dapat memilih PPK pelayanan kesehatan lanjut di luar rekomendasi dokter pemeriksa pelayanan kesehatan rawat jalan umum sebagamana ayat (9) dengan biaya ditanggung peserta dan dianggap pelayanan di luar PPK perusahaan dan di luar PPK provider kontrak.

Page 115: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

103

Pasal 26 Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Nomor: KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) mengatur tata laksana pelayanan kesehatan bagi peserta di luar PPK

perusahaan dan di luar PPK provider kontrak, yang meliputi:

1) Peserta dapat melaksanakan pelayanan rawat jalan umum, rawat jalan spesialistik dan rawat inap serta pelayanan kesehatan lainnya di luar PPK perusahaan dan di luar PPK provider kontrak.

2) Peserta akan mendapat pelayanan rawat jalan sesuai prosedur yang ada, dari mulai pendaftaran, pemeriksaan, tindakan medis dan pemberian obat-obatan.

3) Sesuai indikasi medis peserta dapat dirujuk kepada pelayanan kesehatan berikutnya dengan surat rujukan.

4) Seluruh biaya yang timbul menjadi tanggung jawab peserta dan dapat direstitusikan kepada perusahaan.

5) Tata cara pengajuan restitusi pengobatan kepada perusahaan sebagaimana ayat (4) dengan menggunakan bentuk G 254 dan dilampiri kuitansi asli dengan perincian biaya jasa medis, tindakan, obat-obatan dan penunjang kesehatan lainnya yang merupakan satu kesatuan pelayanan kesehatan.

6) Masa kadaluarsa kuitansi pengobatan selama 90 hari kalender sejak kuitansi diterbitkan sampai dengan pengajuan G 254 / pengajuan restitusi.

7) Restitusi yang tidak lengkap sebagaimana ayat (5) dan diragukan keaslian dan keabsahan kuitansi tidak dapat disetujui oleh perusahaan.

1.5.6. Hal-hal yang Tidak Menjadi Tanggung Jawab Badan

Penyelenggara

Terdapat pula pelayanan kesehatan yang tidak ditanggung oleh

perusahaan yakni sebagai berikut:

1) Medical check up atas permintaan peserta termasuk papsmear;

Page 116: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

104

2) Pelayanan kesehatan yang tidak mengikuti prosedur pelayanan yang

berlaku;

3) Pelayanan yang bersifat kosmetik (lensa kontak, lasik, kosmetik gigi,

operasi plastik untuk kosmetik beserta efek samping yang ditimbulkannya,

serta pelayanan lain yang sejenis);

4) Penyakit akibat alkohol dan psikotropika, penyakit hubungan seksual dan

AIDS, upaya bunuh diri atau dengan sengaja menyakiti diri sendiri;

5) Pengobatan yang belum diakui secara sah sebagai cara pengobatan yang

resmi;

6) Penyakit akibat hobi/keikutsertaan dalam olahraga yang berbahaya;

7) Pengobatan di luar negeri;

8) Pemeriksaan dan tindakan untuk mendapatkan keturunan, DNA;

9) Tindakan medis yang bertentangan dengan aturan perundang-undangan dan

kesusilaan, misalnya aborsi di luar indikasi medis, ganti kelamin,

vaginoplasti, dll;

10) Kursi roda, tongkat penyangga, tripod dan alat bantu sejenis;

11) Vitamin yang tanpa indikasi medis;

12) Imunisasi di luar imunisasi dasar untuk anak di bawah 1 (satu) tahun dan

imunisasi ibu hamil;

13) Khitan dan tindik;

14) Toiletries, susu, obat gosok, obat kumur, dll;

15) Sakit jiwa lebih dari 2 (dua) tahun;

Page 117: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

105

16) Kelainan congenital / herediter / bawaan yang memerlukan pengobatan

seumur hidup, seperti: debil, embesil, mongoloid, cretinisme, thalasemia,

haemophilia, retardasi mental, autis.

Selain pelayanan kesehatan yang tidak menjadi tanggung jawab badan

penyelenggara seperti yang tertera di atas, maka setiap pelayanan kesehatan

ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan dengan dasar indikasi medis dari

dokter maupun pemberi jasa medis lainnya. Pelayanan kesehatan yang

ditanggung seperti kanker, jantung, dan penyakit dalam lainnya termasuk cuci

darah. Pelayanan kesehatan tersebut diberikan bagi semua peserta dengan

tetap didasarkan pada standar kelas perawatan yang diterima oleh masing-

masing pegawai.

2. Data Primer

2.1. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Sugriyatno selaku Assistant Manager

Hiperkes dan Keselamatan Kerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto, diperoleh data sebagai berikut:

2.1.1. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan tidak dikelola oleh PT.

Jamsostek (Persero) melainkan dikelola secara mandiri oleh

perusahaan melalui Unit Kesehatan PT. Kereta Api Indonesia

(Persero). Hal tersebut karena dari awal PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) tidak pernah menggunakan Jamsostek untuk program JPK

tetapi menggunakan ASKES karena status perusahaan yang

Page 118: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

106

sebelumnya berada di bawah Departemen Perhubungan sekarang

berada di bawah Menteri Negara BUMN.

2.1.2. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dikelola sendiri oleh Unit Kesehatan

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) karena lebih baik dari yang

dikelola oleh PT. ASKES (Persero).

2.1.3. Menurut pendapat beliau, hambatan normatif yang timbul dari

penerapan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan di PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto berkaitan dengan Kartu

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan. Masih ada pegawai maupun

keluarganya yang belum mengetahui apabila datang ke Balai

Pengobatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan harus membawa

kartu JPK.

B. Pembahasan

Tenaga kerja sebagai manusia yang mandiri, di era industrialisasi ini bersaing

untuk menentukan masa depannya sendiri dengan bekerja keras, disiplin dan

bertanggungjawab. Sebaliknya, bagi setiap pengusaha atau pemberi kerja juga

mengharapkan memiliki pekerja yang stabil, sehat, produktif, kreatif dan inovatif.

Tenaga kerja adalah salah satu faktor utama penunjang keberhasilan

pembangunan, maka sudah sewajarnya apabila tenaga kerja menuntut adanya

perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan terhadap kesejahteraannya sesuai

Page 119: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

107

dengan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi, bahwa tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Perlindungan terhadap tenaga kerja tercantum dalam UUD 1945 antara lain

Pasal 28 H ayat 1 yaitu:

Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan.

Begitu juga dalam Pasal 28 H ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:

Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan

dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.

Perlindungan, pemeliharaan dan pengembangan terhadap kesejahteraan tenaga

kerja tersebut merupakan hak yang semestinya telah diatur dalam Perjanjian Kerja

Bersama (PKB) di dalam suatu perusahaan. Perjanjian Kerja Bersama yang ada di

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) disusun bersama-sama antara PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) yang merupakan badan hukum yang berkedudukan di Bandung,

dengan Serikat Pekerja Kereta Api (SPKA) yang tercatat pada Dinas Tenaga Kerja

Kota Bandung Nomor: 249/PP.SPKA/CTT/1/X/9/2002 tanggal 25 September 2002,

dalam hal ini secara sah mewakili seluruh pegawai PT. Kereta Api Indonesia

(Persero).

Perjanjian Kerja Bersama antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan

Serikat Pekerja Kereta Api tersebut mulai berlaku pada tanggal 23 Agustus 2011

sampai dengan 22 Agustus 2013 dan telah terdaftar pada Kementerian Tenaga Kerja

Page 120: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

108

dan Transmigrasi c.q. Direktorat Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan

Jaminan Sosial Tenaga Kerja dengan Nomor: 118/PHIJSK-PKK/PKB/VIII/2011.

Dalam pertimbangan dibuatnya Perjanjian Kerja Bersama PT. Kereta Api

Indonesia (Persero), dimaksudkan untuk mengatur syarat-syarat kerja yang

merupakan hasil perundingan dan kesepakatan antara pengusaha dengan serikat

pekerja/serikat buruh di perusahaan, yang akan digunakan sebagai pedoman oleh

kedua belah pihak dalam melaksanakan hubungan kerja dan sebagai rujukan utama

dalam hal terjadi perselisihan Perjanjian Kerja Bersama.

Selain itu, untuk mengetahui pelaksanaan syarat-syarat kerja yang diatur dalam

Perjanjian Kerja Bersama perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, oleh karena itu

berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal

132 ayat (2) jo. Kepmenakertrans No. Kep.48/MEN/IV/2004 tentang Pembuatan dan

Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama, Perjanjian Kerja Bersama perlu didaftarkan

pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan yang ditetapkan

dengan surat Keputusan Pendaftaran.

Di dalam setiap kehidupan manusia pasti akan menemukan ketidakpastian.

Begitu pula dengan pekerja, dalam melaksanakan pekerjaannya tidak akan lepas dari

ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut dapat berupa spekulasi maupun

ketidakpastian murni yang pasti akan menimbulkan kerugian. Ketidakpastian murni

Page 121: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

109

ini sering disebut dengan risiko. Menurut Lalu Husni risiko dapat digolongkan dalam

dua kelompok utama, yaitu risiko fundamental dan risiko khusus.65

Dalam rangka menanggulangi risiko tersebut pemerintah mewajibkan setiap

perusahaan untuk mengikutsertakan pekerjanya dalam program Jamsostek

sebagaimana diatur dalam Pasal 99 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa:

(1) Setiap pekerja berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja;

(2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1992 tentang Jamsostek.

Pada dasarnya program Jamsostek berfungsi untuk memberikan kepastian arus

penerimaan penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya dari

pendapatan yang hilang. Menurut Pasal 2 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 84

Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

menyebutkan bahwa pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 10

(sepuluh) orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp.1.000.000,- (satu

juta rupiah) sebulan, wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan

sosial tenaga kerja.

Perlu dicermati bahwa PT. Jamsostek (Persero) merupakan instansi resmi yang

ditunjuk oleh pemerintah dalam melaksanakan program Jamsostek. Ditetapkannya

65 Zainal Asikin, dkk,, Op.cit. hal. 98.

Page 122: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

110

PT. Jamsostek (Persero) sebagai badan penyelenggara Jamsostek dapat dilihat dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 yang menyebutkan Perusahaan

Perseroan (PERSERO) PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja yang didirikan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1990 ditetapkan sebagai Badan

Penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)

PT. Asuransi Sosial Tenaga Kerja tersebut diubah namanya menjadi Perusahaan

Perseroan (PERSERO) PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Sesuai dengan ketentuan di atas, suatu perusahaan yang mempekerjakan 10

(sepuluh) orang atau lebih, atau membayar upah paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu

juta rupiah) sebulan, maka wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program

Jamsostek yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero) sebagai satu-satunya

badan resmi yang ditunjuk oleh pemerintah.

Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, menyebutkan

pengertian pengusaha adalah:

a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;

b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;

c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

Perusahaan yang dimaksud dalam ketentuan tersebut adalah setiap bentuk usaha yang

berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik

badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan

pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Page 123: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

111

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto merupakan salah satu

bagian wilayah kerja dari PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yakni perusahaan yang

bergerak di bidang jasa transportasi darat dan merupakan badan usaha milik negara

yang berbentuk perseroan terbatas. Berdasarkan data 1.3.1 dan 1.3.2 diketahui bahwa

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto memiliki jumlah tenaga

kerja sebanyak 1.812 orang dengan gaji pokok untuk golongan paling rendah dalam

sebulan adalah Rp.1.386.000,-. Data tersebut apabila dikaitkan dengan ketentuan di

atas maka dapat disimpulkan bahwa PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto mempunyai kewajiban untuk mengikutsertakan pekerjanya dalam

program Jamsostek.

Mengenai program jaminan sosial tenaga kerja dari hasil penelitian data 1.4

dapat diketahui bahwa PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto telah

mengikutsertakan pegawainya dalam program Jamsostek yang diselenggarakan oleh

PT. Jamsostek (Persero). Program jaminan sosial yang diikuti adalah Jaminan

Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JK) dan Jaminan Hari Tua (JHT) saja.

Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Program Jamsostek, menyebutkan :

Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) yang telah menyelenggarakan

sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya dengan manfaat

yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar menurut

Peraturan Pemerintah ini, tidak wajib ikut dalam Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara.

Page 124: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

112

Berdasarkan data 1.5.1 diketahui bahwa PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

DAOP 5 Purwokerto tidak mengikutsertakan pegawainya dalam program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero), tetapi

menyelenggarakan secara mandiri Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi seluruh

pegawai, pensiunan beserta keluarganya melalui Unit Kesehatan PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) Area 5 Purwokerto. Sistem pengelolaan jaminan pemeliharaan

kesehatan yang dikelola oleh Unit Kesehatan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

dilaksanakan berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama Periode 2011-2013 dan Surat

Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(JPK) di lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Dalam hal ini, PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto telah

menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerjanya

dengan manfaat yang lebih baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang

diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero). Hal tersebut dapat dilihat dari

pemberian standar kelas perawatan rawat inap bagi peserta.

Standar rawat inap yang ditentukan oleh PT. Jamsostek (Persero) untuk setiap

peserta yang memerlukan pelayanan rawat inap adalah :

a. Kelas II (dua) pada rumah sakit pemerintah;

b. Kelas III (tiga) pada rumah sakit swasta.66

66 Zaeni Asyhadie, Op.cit., hal. 205.

Page 125: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

113

Berdasarkan data 1.5.4 diketahui bahwa PT. Kereta Api Indonesia (Persero) telah

menentukan kelas perawatan untuk rawat inap bagi peserta dengan berdasarkan

tingkat golongan dari pegawai. Kepada pegawai dengan golongan terendah yakni

golongan I maupun Pegawai Kontrak Magang saja mendapat hak kelas perawatan di

ruang kelas II.

Jadi, untuk pelayanan rawat inap yang diselenggarakan oleh PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) khususnya DAOP 5 Purwokerto standar yang digunakan adalah

kelas perawatan di ruang kelas II lalu meningkat berdasarkan golongannya dan itu

berlaku pada rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta yang merupakan

PPK Provider maupun bukan PPK Provider, sedangkan dalam Jamsostek standar

yang digunakan masih terdapat ruang perawatan kelas III pada rumah sakit swasta.

Selain itu, berdasarkan data 1.5.6 mengenai hal-hal yang tidak menjadi

tanggung jawab badan penyelenggara diketahui bahwa selain pelayanan kesehatan

yang telah disebutkan dalam data tersebut maka selebihnya merupakan hal-hal yang

menjadi tanggung jawab dari badan penyelenggara. Dalam jaminan pemeliharaan

kesehatan yang dikelola oleh PT. Jamsostek (Persero), penyakit kanker, jantung, cuci

darah, serta pelayanan kesehatan yang menggunakan peralatan canggih seperti MRI

(Magnetic Resonance Immaging) tidak ditanggung oleh badan penyelenggara, tetapi

dalam jaminan pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) hal-hal tersebut dijamin sepenuhnya dengan syarat ada indikasi

medis. Pemberian pelayanan kesehatan tersebut juga tetap didasarkan pada standar

kelas perawatan yang dimiliki oleh masing-masing pegawai.

Page 126: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

114

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun

2010 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek apabila dikaitkan dengan data

1.5.4 dan 1.5.6 dapat disimpulkan bahwa PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang

menyelenggarakan secara mandiri program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi

pegawainya telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku karena lebih baik daripada

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero).

Besarnya iuran jaminan pemeliharaan kesehatan berdasarkan Pasal 9 ayat (1)

huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Program Jamsostek adalah sebagai berikut :

Jaminan pemeliharaan kesehatan, sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga

kerja yang sudah berkeluarga, dan 3% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang

belum berkeluarga.

Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha. Hal

tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 84

Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek.

Berdasarkan hasil penelitian pada data 1.5.2 mengenai iuran jaminan

pemeliharaan kesehatan pada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto diatur dalam Surat Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero)

Nomor : KEP.U/KP.208/IV/11/KA-2012 tentang Skala Gaji Pokok Pegawai PT.

kereta Api Indonesia (Persero) Tahun 2012. Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan

menurut surat keputusan direksi tersebut tidak sepenuhnya ditanggung oleh

perusahaan melainkan kepada pegawai dan pensiunan juga dipotong gaji sebesar 2%

Page 127: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

115

dari gaji dasar, sedangkan bagi pegawai kontak magang dipotong 3% dari gaji dasar

maksimal Rp.1.000.000,-. Iuran perusahaan untuk jaminan pemeliharaan kesehatan

pegawai dan pensiunan sebesar 2% dari gaji dasar, sedangkan bagi pegawai kontrak

magang ialah 3% dari gaji dasar, maksimal Rp.1.000.000,-.

Penjelasan data 1.5.2 mengenai iuran jaminan pemeliharaan kesehatan tersebut

apabila dikaitkan dengan Pasal 9 ayat (1) huruf d dan ayat (2) Peraturan Pemerintah

Nomor 84 Tahun 2010 maka dapat disimpulkan bahwa iuran jaminan pemeliharaan

kesehatan yang dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5

Purwokerto tidak sesuai dengan iuran jaminan pemeliharaan kesehatan yang diatur

dalam peraturan pemerintah tersebut, yaitu:

a. Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan jika dalam peraturan pemerintah sebesar

6% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga dan 3% dari upah

sebulan bagi tenaga kerja lajang. Dalam peraturan perusahaan, iuran JPK sebesar

2% dari gaji dasar berdasarkan TDPIP (Tabel Dasar Perhitungan Iuran Pensiun

Pegawai) tahun 2012 untuk pegawai eks PNS Departemen Perhubungan, pegawai

non eks PNS Departemen Perhubungan yang direkrut sebelum tahun 2009, dan

pegawai yang direkrut setelah tahun 2009 dan sesudahnya.

b. Iuran jaminan pemeliharaan kesehatan jika dalam peraturan pemerintah

sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha, tetapi dalam peraturan perusahaan tidak

hanya ditanggung oleh perusahaan saja melainkan pegawai dikenai potongan juga

sebesar 2% dan itu untuk menambah manfaat layanan pemeliharaan kesehatan

kepada peserta.

Page 128: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

116

Menurut ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01/MEN/1998

tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pekerja dengan Manfaat yang

Lebih Baik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial

Tenaga Kerja, perusahaan dapat menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan

bagi pekerjanya dengan cara:

a. Menyediakan sendiri atau bekerja sama dengan fasilitas Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK);

b. Bekerja sama dengan badan yang menyelenggarakan pemeliharaan kesehatan; dan

c. Bersama beberapa perusahaan menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan.67

Program jaminan pemeliharaan kesehatan memberikan manfaat paripurna meliputi

seluruh kebutuhan medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK. PPK misalnya

rumah sakit, klinik bersalin, dokter, laboratorium, klinik, apotik.

Berdasarkan data 1.5.3 mengenai tempat pelayanan kesehatan bagi pegawai PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto diketahui bahwa PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) telah menunjuk Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) yaitu

PPK Perusahaan yang dalam hal ini adalah Unit Kesehatan PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) Area 5 Purwokerto; PPK Provider Kontrak yaitu Rumah Sakit, Puskesmas,

apotek dan juga laboratorium yang telah bekerja sama dengan PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto; serta PPK di luar perusahaan dan provider

yang nantinya dapat direstitusikan kepada perusahaan.

67 Zaeni Asyhadie, Op.cit. hal. 214.

Page 129: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

117

Data 1.5.3 tersebut apabila dikaitkan dengan ketentuan dalam Peraturan

Menteri Tenaga Kerja Nomor 01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan

Kesehatan Bagi Pekerja dengan Manfaat yang Lebih Baik dari Paket Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja di atas dapat

disimpulkan bahwa PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dalam menyelenggarakan

program jaminan pemeliharaan kesehatan secara mandiri telah sesuai dengan

ketentuan yang berlaku karena PT. Kereta Api Indonesia (Persero) tidak hanya

menyediakan sendiri fasilitas pelayanan kesehatannya, tetapi juga bekerja sama

dengan PPK Provider Kontrak dan PPK yang ada di luar perusahaan.

Pasal 23 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 Tahun

2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran,

Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja menjelaskan

tentang paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar yang diselenggarakan oleh

badan penyelenggara, meliputi:

a. Rawat jalan tingkat pertama ; b. Rawat jalan tingkat lanjutan ; c. Rawat inap ; d. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan ; e. Penunjang diagnostik ; f. Pelayanan Khusus g. Gawat darurat. Dilihat dari hasil penelitian pada data 1.5.4 bahwa PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) DAOP 5 Purwokerto menyelenggarakan jenis pelayanan kesehatan berupa :

a. Pelayanan Rawat Jalan;

b. Pelayanan Rawat Inap;

Page 130: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

118

c. Pelayanan Rawat Inap Khusus;

d. Pelayanan Gawat Darurat;

e. Pelayanan Satu Hari (One Day Care);

f. Pelayanan Obat;

g. Pelayanan Penunjang Diagnostik;

h. Pelayanan Tindakan Medis (Operatif dan Radiotherapi);

i. Pelayanan Diagnostik dan Tindakan Khusus (Dialisis, Penyakit Jantung,

Persalinan, ESWL, CT, MRI, Transplantasi Organ dan Pelayanan Darah);

j. Pelayanan Kedokteran Forensik;

k. Pelayanan Suplemen.

Data hasil penelitian nomor 1.5.4 tersebut apabila dikaitkan dengan ketentuan

yang diatur dalam Pasal 23 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

12 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuran,

Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di atas dapat

disimpulkan bahwa PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto telah

menyelenggarakan paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar yang sesuai dengan

paket jaminan pemeliharaan kesehatan dasar sebagaimana diatur dalam ketentuan

yang berlaku bahkan lebih baik.

Dalam rangka menyelenggarakan paket jaminan pemeliharaan dasar, badan

penyelenggara wajib memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada peserta

sebagai alat bukti kepesertaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Dalam

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 12 Tahun 2007 juga

Page 131: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

119

dijelaskan bahwa setiap kali peserta memerlukan pelayanan kesehatan harus

menunjukkan kartu pemeliharaan kesehatan.

Prosedur pemberian pelayanan kesehatan dimulai dari pelayanan kesehatan

tingkat pertama yang ditunjuk oleh badan penyelenggara. Dalam hal diperlukan

pemeriksaan tingkat lanjutan, maka PPK tingkat pertama harus memberikan surat

rujukan kepada PPK tingkat lanjutan yang ditunjuk. Pelayanan kesehatan tingkat

pertama atau tingkat lanjutan memberikan surat rujukan dalam hal peserta

memerlukan pelayanan penunjang diagnostik atau rawat inap. Peserta yang

memerlukan pelayanan gawat darurat dapat langsung mendapat pelayanan kesehatan

dari PPK atau rumah sakit terdekat dengan menunjukkan kartu pemeliharaan

kesehatan. Bagi peserta yang memerlukan pemeriksaan kehamilan dan/atau

persalinan akan memperoleh pelayanan pemeliharaan kesehatan dari rumah bersalin

yang ditunjuk atau dirujuk ke rumah sakit apabila persalinannya sulit. Setelah

melakukan pemeriksaan, peserta akan mendapatkan resep obat yang harus diambil di

apotek yang telah ditunjuk dengan menunjukkan kartu pemeliharaan kesehatan.

Berdasarkan data 1.5.5 tentang tata cara memperoleh pelayanan kesehatan, PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto dalam hal ini Unit Kesehatan

Area 5 Purwokerto telah memberikan kartu Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

kepada peserta sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 23 surat Keputusan

Direksi Nomor: KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Page 132: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

120

Mengenai tata cara memperoleh pelayanan jaminan pemeliharaan kesehatan,

berdasarkan data hasil penelitian nomor 1.5.5 diketahui bahwa di PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto telah diatur mengenai tata laksana

pelayanan kesehatan bagi peserta di PPK Perusahaan dan PPK Provider Kontrak

dalam Pasal 25 Keputusan Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Nomor:

KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Tata laksana pelayanan

kesehatan bagi peserta di luar PPK Perusahaan dan di luar PPK Provider Kontrak

diatur dalam Pasal 26 surat keputusan direksi tersebut. Tata laksana pelayanan

kesehatan dalam Keputusan Direksi tersebut telah mencakup semua jenis pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan bagi peserta dan dapat disimpulkan sesuai dengan

tata cara yang diatur dalam ketentuan yang berlaku.

Page 133: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

121

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan pada PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto, dapat disimpulkan bahwa

penerapan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi pekerja di lingkungan PT. Kereta

Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto yang diselenggarakan secara mandiri

dilaksanakan berdasarkan ketentuan Surat Keputusan Direksi Nomor :

KEP.U/KP.503/XI/4/KA-2011 tentang Fasilitas Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(JPK) di Lingkungan PT. Kereta Api Indonesia (Persero).

Jaminan pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan berdasarkan surat

keputusan direksi tersebut telah sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (4) Peraturan

Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek.

Dalam Peraturan Pemerintah tersebut terdapat ketentuan bahwa bagi perusahaan yang

telah menyelenggarakan sendiri program pemeliharaan kesehatan harus mempunyai

manfaat yang lebih baik. Perusahaan yang telah melaksanakan program jaminan

pemeliharaan kesehatan secara mandiri tidak wajib ikut serta dalam jaminan

pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero).

Dalam penerapan jaminan pemeliharaan kesehatan di PT. Kereta Api Indonesia

(Persero) DAOP 5 Purwokerto terdapat hambatan normatif yang terdapat pada Pasal

9 ayat (1) huruf d dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010 tentang

Page 134: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

122

Penyelenggaraan Program Jamsostek. Berdasarkan pasal tersebut telah ditentukan

besarnya iuran JPK adalah 6% bagi tenaga kerja berkeluarga, 3% bagi tenaga kerja

lajang, dan sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha. Dalam peraturan perusahaan di

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto, besarnya iuran JPK dari

perusahaan hanya 2%, sedangkan bagi pegawai juga dikenai potongan 2% dari gaji

dasar untuk menambah manfaat pelayanan kesehatan.

B. Saran

Besaran iuran jaminan pemeliharaan kesehatan berdasarkan Pasal 9 ayat (1)

huruf d Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Program Jamsostek adalah 6% bagi tenaga kerja berkeluarga, dan 3% bagi tenaga

kerja yang belum berkeluarga. Iuran tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pengusaha

sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (2). Dalam prakteknya, di PT. Kereta Api

Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto iuran jaminan pemeliharaan kesehatan tidak

sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan tetapi juga dibebankan kepada pekerja.

Berdasarkan hal tersebut, hendaknya iuran jaminan pemeliharaan kesehatan pada PT.

Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 5 Purwokerto sepenuhnya ditanggung oleh

perusahaan dan besarannya disesuaikan dengan peraturan yang berlaku sehingga

memenuhi Pasal 9 ayat (1) huruf d dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 84

Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Program Jamsostek.

Page 135: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

DAFTAR PUSTAKA

Pustaka Buku

Agusmidah, 2010, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ali, A. Hasyimi, 1993, Bidang Usaha Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara. Asikin, Zainal, 2002, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, Cet.4, Jakarta: Grafindo

Persada. Asyhadie, Zaeni, 2008, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada. _____________, 2007, Hukum Kerja Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan

Kerja, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. CST Kansil, 1984, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PN.

Balai Pustaka. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka. Djumadi, 2004, Hukum Perburuhan perjanjian kerja, Cet ke-5, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. _______, 2005, Sejarah Keberadaan Organisasi Buruh di Indonesia, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada. F.X. Djumialdi dan Wiwoho Soejono, 1985, Perjanjian Perburuhan dan Hubungan

Perburuhan Pancasila, Jakarta: PT. Bina Aksara. Hanitijo Sumitro, Ronny, 2009, Metodologi Penilitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta:

Ghalia Indonesia. Husni, Lalu, 2010, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, Cet

ke-10, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Khakim, Abdul, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, Cet. 1, Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Page 136: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

Rusli, Hardijan, 2004, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Jakarta: Ghalia Indonesia. Sapoetra G. Karta dan RG. Widianingsih, 1982, Pokok-Pokok Hukum Perburuhan,

Cet.1, Bandung: Amico. Soepomo, Iman, 1983, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan. ____________, 1974, Hukum Perburuhan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta:

Djambatan. Sutedi, Adrian, 2009, Hukum Perburuhan, Jakarta: Sinar Grafika. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua, Jakarta: Balai Pustaka.

Wahab, Zulaini, 2001, Dana Pensiun dan Jamsostek Indonesia, Bandung: Citra

Aditya Bakti. Wijayanti, Asri, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta: Sinar

Grafika. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor Republik Indonesia Nomor 3468)

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279)

Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2010 Tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedelapan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Page 137: JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN PADA PT. …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/ferlita.pdf · G. Metode Analisis Data ... Pembangunan nasional dilaksanakan secara merata di seluruh

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Pekerja dengan Manfaat yang Lebih Bbaik dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor

12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran, Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Sumber Lain Kurnianingsih, 2010, Bab VI Organisasi Pengusaha, tersedia di website

http://kurnianingsih31207335.wordpress.com/2010/04/18/bab-vi-organisasi-pengusaha/ diakses tanggal 12 Mei 2012.

Kurniawan Triwibowo, 2011, Konsep Pengaturan Jaminan Sosial Dalam Undang-

Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia, tersedia di website http://www.pengacara_online.com/konsep-pengaturan-jaminan-sosial-dalam-undang-undang-nomor-40-tahun-2004-tentang-sistem-jaminan-sosial-nasional-di-indonesia.htm. diakses tanggal 29 Maret 2012.

Nisa, Sholichatun, 2006, Penyelenggaraan Pelayanan Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Pada Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Oleh PT Jamsostek (Persero), Skripsi, Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

Ratnasari, Yuli. 2006. Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh dalam

Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pada PT. Nyonya Meneer Semarang. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Sucipto, 2012, Terbitkan PP No 53/2012, Pemerintah Tingkatkan Manfaat

Jamsostek, tersedia di website http://www.wartaekonomi.co.id/berita-288589347-terbitkan-pp-no-532012-pemerintah-tingkatkan-manfaat-jamsostek.html diakses tanggal 14 Mei 2012.