Jaminan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia
-
Upload
dony-septriana-rosady -
Category
Documents
-
view
7 -
download
5
Transcript of Jaminan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia
-
Jaminan Kesehatan Masyarakat di Indonesia
Disusun oleh:
Dony Septriana Rosady
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2012
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak dan investasi, setiap warga negara berhak atas
kesehatannya termasuk masyarakat miskin, untuk itu diperlukan suatu sistem yang
mengatur pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak warga negara untuk tetap hidup
sehat. Kualitas kesehatan masyarakat Indonesia selama ini tergolong rendah,
selama ini masyarakat terutama masyarakat miskin cenderung kurang
memperhatikan kesehatan mereka. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya
tingkat pemahaman mereka akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan, padahal
kesadaran rakyat tentang pemeliharaan dan perlindungan kesehatan sangatlah
penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Disisi lain,
rendahnya derajat kesehatan masyarakat dapat pula disebabkan oleh
ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena
mahalnya biaya pelayanan yang harus dibayar.
Tingkat kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang tergolong mahal. Jika tidak
segera diatasi, kondisi tersebut akan memperparah kondisi kesehatan masyarakat
Indonesia, karena krisis ekonomi telah meningkatkan jumlah masyarakat miskin
dan mengakibatkan naiknya biaya pelayanan kesehatan, sehingga semakin
menekan akses mereka karena biaya yang semakin tak terjangkau.
Tingkat kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu
memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang tergolong mahal. Jika tidak
segera diatasi, kondisi tersebut akan memperparah kondisi kesehatan masyarakat
Indonesia, karena krisis ekonomi telah meningkatkan jumlah masyarakat miskin
dan mengakibatkan naiknya biaya pelayanan kesehatan, sehingga semakin
menekan akses mereka karena biaya yang semakin tak terjangkau.
Berdasarkan konstitusi dan undang-undang tersebut, pemerintah
melakukan upaya-upaya untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap
pelayanan kesehatan, diantaranya adalah Program Jaringan Pengaman Sosial
-
Kesehatan (JPS-BK) tahun 1998-2000, Program Dampak Pengurangan Subsidi
Energi (PDSE) tahun 2001, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi
Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) tahun 2002-2004. Pada awal tahun 2005,
melalui Keputusan Menteri Kesehatan 1241/Menkes/XI/04 pemerintah
menetapkan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin
(JPKMM) melalui pihak ketiga, yaitu, PT Askes (persero) Program ini lebih
dikenal sebagai program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin).
Program Askeskin merupakan kelanjutan dari PKPS-BBM yang telah
dilaksanakan sebelumnya, dimana pembiayaannya didanai dari subsidi BBM yang
telah dikurangi pemerintah untuk dialihkan menjadi subsidi di bidang kesehatan.
Program Askeskin (2005-2007) kemudian berubah nama menjadi program
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sejak tahun 2008 sampai dengan
sekarang. JPKMM/Askeskin, maupun Jamkesmas kesemuanya memiliki tujuan
yang sama yaitu melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat miskin dan tidak mampu dengan menggunakan prinsip asuransi
kesehatan sosial.
Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip
penyelenggaraan sebagaimana yang diatur dalam UU SJSN, yaitu dikelola secara
nasional, nirlaba, portabilitas, transparan, efisien dan efektif. Pelaksanaan
program Jamkesmas tersebut merupakan upaya untuk menjaga kesinambungan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang merupakan
masa transisi sampai dengan diserahkannya kepada Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial sesuai UU SJSN.
BAB II
-
PEMBAHASAN
Pemerintah menyadari bahwa masyarakat, terutama masyarakat miskin,
sulit untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi tersebut semakin
memburuk karena mahalnya biaya kesehatan, akibatnya pada kelompok
masyarakat tertentu sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Untuk
memenuhi hak rakyat atas kesehatan, pemerintah mengalokasikan dana bantuan
sosial sektor kesehatan yang digunakan sebagai pembiayaan bagi masyarakat,
khususnya masyarakat miskin, bantuan sosial tersebut direalisasikan dalam bentuk
Jamkesmas yang penyelengaraannya dalam skema asuransi sosial.
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Garis Kemiskinan
(GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai
penduduk miskin.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran
kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita
perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi
(padi-padian, umbiumbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-
kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Garis Kemiskinan Non Makanan
(GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan
kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis
komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
-
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Maret 2008
sampai dengan Maret 2009, Garis Kemiskinan naik sebesar 9,65 persen, yaitu dari
Rp182.636,00 per kapita per bulan pada Maret 2008 menjadi Rp200.262,00 per
kapita per bulan pada Maret 2009.
Kemiskinan dapat pula dikatakan sebagai rendahnya kualitas hidup
masyarakat karena tidak terpenuhinya kebutuhan sosial, artinya kesempatan
mereka untuk mendapatkan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah sangat kecil, termasuk akses untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Padahal kesehatan adalah salah satu aspek penting dalam
kehidupan masyarakat yang harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah.
Biaya kesehatan yang mahal menjadi kendala bagi masyarakat miskin untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai.
Dalam rangka memenuhi hak masyarakat miskin sebagaimana
diamanatkan konstitusi dan undang-undang, pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan mengeluarkan kebijakan yang lebih memfokuskan pada pelayanan
kesehatan masyarakat miskin. Masyarakat miskin disini adalah masyarakat yang
berdasarkan kriteria pemerintah ditetapkan dalam kategori miskin. Dasar
pemikirannya adalah selain memenuhi kewajiban pemerintah juga berdasarkan
kajian bahwa indikator-indikator kesehatan akan lebih baik apabila lebih
memperhatikan pelayanan kesehatan yang terkait dengan kemiskinan dan
kesehatan. Melalui Jamkesmas diharapkan segenap lapisan masyarakat miskin
dapat merasakan dan menikmati fasilitas kesehatan sehingga kedepannya dapat
menurunkan angka kematian ibu melahirkan, menurunkan angka kematian bayi,
dan balita serta penurunan angka kelahiran dengan tetap mengedepankan
pelayanan akan kasus-kasus kesehatan masyarakat miskin umumnya.
Jamkesmas adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah,
diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun 2008 dan merupakan
perubahan dari Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat
Miskin/JPKMM atau lebih dikenal dengan program Askeskin yang
diselenggarakan pada tahun 2005 sampai dengan 2007. Program Jamkesmas
-
diselenggarakan untuk memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan
kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan yang melaksanakan program
Jamkesmas, mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar dan
terkendali mutu dan biayanya, dan terselenggaranya pengelolaan keuangan negara
yang transparan dan akuntabel.
Pelaksanaan program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanat UUD 1945
Pasal 28H ayat (1), yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu berdasarkan
UUD 1945 Pasal 34 ayat (3) dinyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak. Pada UUD 1945 Pasal 34 ayat (2) mengamanatkan negara mengembangkan
Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan dimasukkannya
Sistem Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, dan terbitnya Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan
terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyatnya. Karena melalui SJSN sebagai salah satu bentuk
perlindungan sosial pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat
agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Pelaksanaan program Jamkesmas tersebut merupakan upaya untuk
menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu yang merupakan masa transisi sampai dengan diserahkannya kepada
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai UU SJSN.
Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip
penyelenggaraan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, yaitu : dana amanat dan
nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan
masyarakat miskin, menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan
-
medik yang cost effective dan rasional, pelayanan terstruktur, berjenjang dengan
portabilitas dan ekuitas dan efisien, transparan serta akuntabel.
Sasaran jamkesmas diperuntukan bagi seluruh masyarakat miskin,
pelaksanaan program Jamkesmas diharapkan dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat, dengan memberikan akses
masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan, sasaran program Jamkesmas
berjumlah 19,1 juta rumah tangga miskin (RTM) yang setara dengan 76,4 juta
jiwa masyarakat yang terdiri dari masyarakat miskin dan masyarakat tidak
mampu.
Program Jamkesmas memberikan perlindungan sosial di bidang kesehatan
untuk menjamin masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh
pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat terpenuhi. Iuran
bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dalam Program Jamkesmas bersumber
dari Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN) dari mata anggaran
kegiatan belanja bantuan sosial. Pada hakikatnya pelayanan kesehatan terhadap
peserta menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan bersama oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah. Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
berkewajiban memberikan kontribusi sehingga menghasilkan pelayanan yang
optimal.
Program Jamkesmas diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial.
Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk mewujudkan
portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang disediakan
Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah, dan agar
terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh bagi masyarakat miskin.
Penyelenggaraan Program Jamkesmas dibedakan dalam dua kelompok
berdasarkan tingkat pelayanannya yaitu : 1. Jamkesmas untuk pelayanan dasar di
puskesmas termasuk jaringannya, 2. Jamkesmas untuk pelayanan kesehatan
lanjutan di rumah sakit dan balai kesehatan.
Program Jamkesmas 2011 dikembangkan dengan memberikan Jaminan
Persalinan bagi semua kehamilan/persalinan (yg belum memiliki Jaminan
-
Persalinan), Jaminan Persalinan yang memberikan pelayanan kepada seluruh ibu
hamil yang melahirkan di mana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta. Selain Jaminan Persalinan
diselenggarakan pula Jaminan Pelayanan Pengobatan pada penderita
Thalassaemia Mayor. Pemberian pelayanan bagi penderita Thalassaemia Mayor
diberikan kepada pasien yang telah ditegakkan diagnosis secara pasti sebagai
penderita Thalassaemia Mayor.
Program Jamkesmas Tahun 2011 lebih difokuskan pada penyelenggaraan
pelayanan kesehatan lanjutan di rumah sakit dan balai kesehatan yang terdiri dari
penyelenggaraan kepesertaan, penyelenggaraan pelayanan, penyelenggaraan
pendanaan beserta manajemen dan pengorganisasiannya.
Peserta Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan orang yang
tidak mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayar oleh Pemerintah sejumlah
76,4 juta jiwa. Kepesertaan Jamkesmas 2011 mengacu kepada data BPS 2008
yang berjumlah 60,4 juta jiwa, namun jumlah sasaran (kuota) peserta Jamkesmas
tahun 2011 ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan sama dengan tahun 2010
yaitu 76,4 juta jiwa. Baseline data kepesertaan tahun 2011 menggunakan data
BPS ditambah dengan data daerah sesuai dengan updating sampai memenuhi
kuota 2011 yang ditetapkan.
Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan meliputi:
pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap
Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
(RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kelas III dan pelayanan gawat
darurat. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan
kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan
medik sesuai dengan Standar Pelayanan Medik.
Pada keadaan gawat darurat (emergency), seluruh Fasilitas Kesehatan
(Faskes) baik jaringan Jamkesmas atau bukan wajib memberikan pelayanan
penanganan pertama kepada peserta Jamkesmas. Bagi Faskes yang bukan jaringan
Jamkesmas pelayanan tersebut merupakan bagian dari fungsi sosial Faskes,
-
selanjutnya Faskes tersebut dapat merujuk ke Faskes jaringan Faskes Jamkesmas
untuk penanganan lebih lanjut.
Pemberian pelayanan kepada peserta oleh Faskes lanjutan harus dilakukan
secara efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali
mutu, untuk mewujudkannya maka dianjurkan manajemen Faskes lanjutan
melakukan analisis pelayanan dan memberi umpan balik secara internal kepada
instalasi pemberi layanan. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan
pelayanan terstruktur dan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Faskes
lanjutan penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta Jamkesmas disertai
jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah
dapat dilayani di Faskes yang merujuk.
Bagi pengguna jaminan persalinan manfaat yang diberikan meliputi
pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan
bayi baru lahir serta pelayanan KB paska persalinan. Tata laksana mengenai
jaminan persalinan secara rinci diatur dengan juknis tersendiri. Bagi penderita
Thalassaemia Mayor mendapatkan manfaat pelayanan sesuai standar terapi
Thalassaemia. Tata laksana mengenai hal ini diatur dengan juknis tersendiri.
Pemberlakuan INA-CBGs di Faskes lanjutan meliputi berbagai aspek
sebagai satu kesatuan yaitu penyiapan software dan aktivasinya, administrasi
klaim dan proses verifikasi. Agar dapat berjalan dengan baik, dokter harus
menuliskan diagnosis dan tindakan dengan lengkap menurut ICD-10 dan/atau
ICD-9 CM. Koder menerjemahkan diagnosis dan tindakan ke dalam ICD-10 dan
ICD-9 CM. Selanjutnya petugas administrasi klaim Faskes lanjutan memasukkan
data klaim dengan lengkap dan menggunakan software INA-CBGs. Pada kasus
severity level 3 harus dilengkapi dengan pengesahan dari Komite Medik atau
Direktur Pelayanan atau Supervisor.
Status kepesertaan harus ditetapkan sejak awal untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan, peserta Jamkesmas tidak boleh dikenakan urun biaya
dengan alasan apapun.
Fasilitas kesehatan dalam program Jamkesmas meliputi puskesmas dan
jaringannya serta Fasilitas Kesehatan lanjutan (Rumah Sakit dan balkesmas), yang
-
telah bekerja sama dalam program Jamkesmas. Perjanjian Kerja Sama (PKS)
dibuat antara Faskes dengan Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota setempat
yang diketahui oleh Tim Pengelola Provinsi meliputi berbagai aspek
pengaturannya dan diperbaharui setiap tahunnya apabila Faskes lanjutan tersebut
masih berkeinginan menjadi Faskes lanjutan program Jamkesmas.
Faskes lanjutan dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat berdasarkan kebutuhan dengan mempertimbangkan berjalannya proses
pengabsahan peserta oleh petugas PT Askes (Persero) serta verifikasi oleh
Verifikator Independen.
Upaya perbaikan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya hal-hal
yang terkait dengan perizinan RS, kualifikasi RS dan akreditasi RS terus
dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan. dan peningkatan efisiensi baik di
puskesmas maupun di rumah sakit dan Faskes lainnya terus dilakukan. Telaah
pemanfaatan pelayanan (utilisation review) dilakukan untuk menilai kewajaran
pelayanan kesehatan yang dilakukan. Selanjutnya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melaporkan Faskes yang telah melakukan kerja sama kepada
Tim Pengelola Jamkesmas Pusat bersama nomor rekening Faskes lanjutan yang
bersangkutan, untuk didaftarkan sebagai Faskes Jamkesmas dengan keputusan
Ketua Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.
Pendanaan Jamkesmas merupakan jenis belanja bantuan sosial bersumber
dari APBN Kementerian Kesehatan. Dana belanja bantuan sosial adalah dana
yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian program dan peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas serta bukan bagian dari
dana yang ditransfer ke Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga pengaturannya
tidak melalui mekanisme APBD, dan dengan demikian tidak langsung menjadi
pendapatan daerah. Dana Jamkesmas dan Jampersal terintegrasi secara utuh
menjadi satu kesatuan. Dana Jamkesmas dan Jampersal untuk pelayanan
kesehatan dasar disalurkan langsung dari rekening kas negara ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melalui bank. Dana Jamkesmas dan Jampersal untuk pelayanan
kesehatan lanjutan disalurkan langsung dari rekening kas negara ke rumah
sakit/balkesmas melalui bank.
-
Pembayaran biaya pelayanan kesehatan dasar dan jaminan persalinan di
Faskes tingkat pertama dibayar dengan pola klaim. Pertanggungjawaban untuk
seluruh Faskes lanjutan menggunakan pola pembayaran dengan INA-CBGs.
Peserta tidak boleh dikenakan urun biaya dengan alasan apapun.
Pengembangan program jaminan kesehatan di daerah (Jamkesda) dapat
dilakukan dalam upaya menuju pencapaian kepesertaan semesta (universal
coverage) sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Dalam rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota sasaran yang
sudah tercakup dalam program Jamkesmas (Nasional), Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota yang memiliki kemampuan sumber daya memadai dapat
mengelola dan mengembangkan program Jamkesda di daerahnya masing-masing.
-
BAB III
PENUTUP
Kemiskinan menyebabkan masyarakat miskin tidak mampu memenuhi
kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan yang tergolong mahal, hal tersebut akan
mempersempit akses mereka untuk memperoleh pelayanan Kesehatan.
Sebagaimana diamanatkan konstitusi dan undang-undang, pemerintah
berkewajiban mengeluarkan kebijakan untuk memberikan penjaminan pelayanan
kesehatan masyarakat miskin. Penjaminan pelayanan kesehatan akan memberikan
sumbangan yang sangat besar bagi terwujudnya percepatan pencapaian indikator
kesehatan yang lebih baik dan kehidupan yang lebih layak.
Pengelolaan dana pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin bersumber
dari Pemerintah yang merupakan dana bantuan sosial, harus dikelola secara efektif
dan efisien dan dilaksanakan secara terkoordinasi dan terpadu dari berbagai pihak
terkait baik pusat maupun daerah.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan
penjaminan pelayanan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, sejak Tahun 2008
pemerintah telah membentuk program Jamkesmas yang merupakan perubahan
dari penjaminan sosial yang yang sebelumnya telah dilakukan. Program
Jamkesmas diharapkan dapat memberikan kemudahan dan akses pelayanan
kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan, mendorong
peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan
biayanya, dan terselenggaranya pengelolaan keuangan negara yang transparan dan
akuntabel.
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1097/Menkes/Per/VI/2011
tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas.
4. Berita Resmi Statistik No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009, Profil
Kemiskinan di Indonesia Maret 2009.
5. Tinjauan Yuridis Penyelenggaraan Jamkesmas 2008, Sundoyo, SH,
Mkes, MHum dan Siti Maimunah Siregar, SH, pada situs
dinkesbanggai.wordpress.com.
6. Regulasi Jamkesmas, pada situs www.jamsosindonesia.com.
7. Studi Implementasi Strategi Promosi Kesehatan Terhadap Program
Jaminan Kesehatan Masyarakat di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2011.
8. Jaminan Kesehatan Masyarakat Salah Satu Cara Mensejahterakan
Rakyat, pada situs http://sanglahhospitalbali.com.