Jalan pemuda
-
Upload
dwi-nanta-priharto -
Category
Entertainment & Humor
-
view
240 -
download
2
Transcript of Jalan pemuda
Cerpen
JALAN PEMUDA
”Alhamdulillah..., setelah lelah kucari dan kutelusuri, akhirnya ku-
menemukanmu. Ternyata benar dugaanku, di sinilah tempat yang selama ini
kucari-cari. Setelah menempuh jalan yang begitu panjang, menyeberangi lautan,
melintasi pulau, hingga melewati segala hal yang menghalangi perjalananku,
akhirnya aku bisa juga tiba di sini. Tempat yang begitu damai, daerah indah nan
permai, wilayah yang terhampar luas dan masih asing bagiku namun aku merasa
telah mengenalinya.”
”Mari Mas, saya bawakan barang-barangnya! Ayo Mas naik ojek saya saja!”
terdengar suara-suara seperti itu dari arah depan ketika aku turun dari bus dan
membuyarkan perhatianku. Lalu tiba-tiba, aku merasakan ada sesuatu yang aneh
di belakangku. Aku merasa ada yang mencoba mengikutiku setelah turun dari bus
tadi. Tak lama kemudian . . . .
”Yazid, cepat ke sini!” Terdengar suara panggilan dari belakang dan sedikit
mengejutkanku.
”Di sini, di sebelah Timur kamu!”
”Oh ya, saya akan ke sana Paman.” sahutku kepada Pamanku yang ternyata
sudah menunggu kedatanganku sejak tadi di terminal.
”Bagaimana perjalanannya Zid, capek ga?”
”Alhamdulillah cukup menyenangkan meskipun cukup lelah juga di dalam
bus dan kapal seharian.”
* * *
Namaku Yazid, aku datang dari sebuah kota di sebuah pulau yang paling
banyak populasi penduduknya. Konon katanya, kotaku merupakan kota
metropolitan terbesar di negara ini, yang sedang berkembang menuju kota
megapolitan. Wilayah yang padat dan penuh dengan tipu daya dunia, namun
mempesonakan bagi siapa saja yang mengunjunginya.
Hari ini, aku mendatangi suatu tempat yang sangat jauh dari keluargaku.
Rumah, orang tua, dan ketiga saudaraku kutinggalkan demi memenuhi hasratku.
“Perjuangan Untuk Kebangkitan Islam”1
Cerpen
Mencari apa arti keberadaan diriku yang tiada sempurna di hadapanNYA.
Bekalku hanyalah sebuah tekad, yang tak akan habis walau waktu terus berlalu.
Di hari yang hampir selesai, diriku telah tiba di suatu tempat yang akan
kuhuni untuk sementara waktu. Mengingatkanku akan hidupku yang hanya
sementara di dunia yang fana ini dan pasti akan kutinggalkan bila telah tiba
saatnya. Tempat yang akan kudiami ini adalah wilayah yang baru bagiku, daerah
yang masih tampak asing untukku. Namun, aku bisa merasakan bahwa daerah ini
begitu tenang, aman, dan nyaman. Diriku merasakan sesuatu yang tak bisa
kumengerti, bagaikan suatu yang semu yang selama ini kucari.
* * *
”Ya... lumayan capek, tapi bisa terhibur juga karena bisa lihat pemandangan
laut waktu di kapal tadi, jadinya ga’ begitu terasa perjalanannya. O iya, si Fadli
mana, Bulik?” aku berkata kepada bibiku, Zainab.
”Sedang main sama temannya tadi, Zid. ga tau ke mana dia sekarang.”
Jawabnya.
”Di mana rumahnya Bulik Fatimah?” tanyaku sambil membawa masuk
barang-barang bawaanku ke dalam rumah bibi Zainab.
”Itu yang di depan, di pinggir jalan pas sebelah Selatan anak sungai.” sahut
bibiku.
”O.. yang itu ya..., apa Bulik Fatimah sudah tahu kalau saya sudah sampai di
sini?”
”Ya sudah pasti, tadi ’kan saya telpon kamu pakai telponnya dia.
Sebenarnya kamu sudah ditunggu kedatangannya dari kemarin, tapi kamu baru
datangnya sekarang. Bahkan, kamu sudah disiapkan kamar untuk istirahat dan
tinggal di sana.”
”Saya memang berniat jauh-jauh hari ingin cepat ke sini. Tapi, saya tidak
ingin terburu-buru dan merepotkan Bulik juga. Jadi, lebih baik saya berangkat ke
sini menjelang ujian saja, lagipula saya sempat mampir di Surabaya dulu sebelum
menuju ke sini.”
”Ada apa di Surabaya Zid?”
”Ada Mas Iman yang sedang tugas beberapa bulan di sana.”
“Perjuangan Untuk Kebangkitan Islam”2
Cerpen
”Begitu ya... berapa lama kamu di sana?”
”Hanya sehari semalam, sekalian beli oleh-oleh untuk Bulik dan keluarga
Bulik Fatimah juga. Ini buat Fadli juga ada, mas Iman yang belikan kemarin.”
”Wah, kamu ngerepotin diri aja, Zid.”
”Ga apa-apa, alhamdulillah mas Iman ada rezeki lebih.”
* * *
Setelah sekian tahun aku tinggal di sini, belum juga kumengerti apa yang
harus kucari di sini. Belum ada yang bisa kuberikan bagi perjalanan hidupku.
Hari-hariku masih terasa hampa, yang ada hanyalah kesenangan semata. Tiada hal
yang dapat kulakukan dan memberi manfaat, baik kepada diriku maupun orang
lain. Hingga diriku teringat kembali apa tujuanku datang kemari, ke kota ini. . . .
”Zid, ikut yuk!” Ajak seorang temanku.
”Kemana?” sahutku.
”Ayo dah... ikut aja, pokoknya nanti kamu tahu sendiri!”
”Kemana sih, buat penasaran aja kamu...!”
Sejuk, rindang, dan angin semilir bertiup sepoi-sepoi menuju masjid. Ada
halaman luas di pelatarannya tepat di sebelah selatan masjid, ada parkiran panjang
di sebelahnya. Terdapat sebuah bangunan di sana, tepat beberapa meter setelah
tangga pada pintu depan masjid dan di sebelah tempat wudlu. Setelah kulihat
sekelilingnya, lalu mataku tertuju pada tulisan yang terpampang di sebuah papan
pada bagian depan bangunan tersebut, di sana tertulis: Sekretariat Lembaga
Dakwah Kampus (LDK) Baabul Hikmah Universitas Mataram.
Kemudian aku pun masuk, di dalamnya terdapat 3 ruangan yang berukuran
berbeda-beda. Ruang pertama sekitar 3x3 meter yang mungkin difungsikan untuk
ruang kerja para pengurus lembaga ini, dan ruangan kedua yang luasnya sama
dengan ruangan pertama yang sepertinya digunakan untuk tempat tinggal ta’mir
masjid, kemudian ruangan ketiga yang luasnya kira-kira 4x8 meter yang disebut
oleh temanku sebagai “ruang rapat” atau “aula LDK”. Katanya juga sebagai ruang
serba guna tempat semua pertemuan, mulai dari rapat pengurus, pertemuan
pekanan, menempel spanduk, tempat istirahat dari penatnya agenda-agenda LDK,
tempat istirahat di waktu malam, bahkan tempat tamu menginap. Terkadang juga
“Perjuangan Untuk Kebangkitan Islam”3
Cerpen
ditemukan kertas berserakan atau sisa makanan sehabis rapat sebelumnya, bahkan
sepatu dan sandal yang menumpuk di sekitar pintu masuk.
”Mari kita buka syuro ini dengan melafadzkan al-Basmalah...” kata temanku
yang mengajakku tadi dan memang se-angkatan denganku.
”Silahkan salah seorang ikhwan untuk tilawah,” lanjutnya sambil meminta
salah seorang pemuda untuk membaca beberapa ayat suci al-Quran.
”Alhamdulillah, kita dapat berkumpul lagi dalam syuro hari ini. Sekarang
kita akan membahas konsep acara untuk agenda besar kita pekan depan.
Bagaimana, ada yang punya usulan? Tapi tunggu dulu sebentar, kita kedatangan
saudara baru di sini, silahkan antum perkenalkan diri terlebih dahulu!” kata
temanku yang kemudian memintaku untuk memperkenalkan diri dalam jamaah
ini.
* * *
Jalan Pemuda Blok D alamatnya, nama lokasi yang sesuai untuk jiwa para
pemuda khususnya mahasiswa/i yang tinggal dan berjuang di sini, di kampus
‘Seribu Cemara’. Tempat di mana semua agenda-agenda besar dimimpikan, di
mana sekumpulan anak-anak muda memulai cita-cita, mencoba merealisasikan
angan-angannya. Tempat untuk meluangkan sedikit dari waktu-waktu yang ada di
sela-sela kuliahnya dan berusaha menjemput takdir-takdir besar dalam sejarah
hidup para pemuda.
Biasanya ia ramai menjelang waktu Dzuhur ketika para kaum lelaki bersiap-
siap mengambil air wudlu untuk menghadap Sang Khaliq, seusai menuntut ilmu
di bangku-bangku kuliah, sesudah menambah kafa’ah ilmu dunia. Namun tempat
ini akan lebih ramai lagi dengan syuro-syuro setelah Dzuhurnya, biasa disebut
dengan sebutan syuro yang dalam istilah agama Islam atau artinya sama dengan
rapat, ya begitulah karena ia juga nama salah satu dari nama sebuah surat di Al-
Qur’an yg mulia.
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka.” (QS.Asy-Syuura:38)
“Perjuangan Untuk Kebangkitan Islam”4
Cerpen
Bila agenda yang harus dibahas cukup mendesak, halaman rumput pun
digunakan untuk “Syuting” (syuro penting). Yang terasakan justru itu lebih
nyaman karena ditemani kicau burung, bunyi serangga pohon atau gugurnya
dedaunan dan bunga-bunga kuning dari pohon-pohon di areal parkiran dan taman
belakang masjid yang aku pun tak tahu nama pohon-pohon itu namun indah nian
menambah wangi semerbak sekitar pelataran masjid. Membawaku akan gambaran
surga yang tentu tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah tercium oleh hidung, tak
pernah terdengar oleh telinga, bahkan tak pernah terbersit dalam pikiran manusia
tentang indahnya jannah Sang Maha Pencipta, ALLAH ‘Azza wa Jalla.
”Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat
berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian
sutera Halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang
terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.
Sesungguhnya ini adalah Balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri
(diberi balasan).” (QS. Al Insan: 20-22)
* * *
“Baiklah Yazid, kami percayakan kepada antum untuk menjadi MC atau
moderator dalam acara seminar besok, Insya ALLAH. Tolong laksanakan amanah
ini dengan baik, semoga ALLAH SwT senantiasa melancarkan segala agenda
dakwah kita, Amiin... .” ujar sang ketua panitia yang tidak lain adalah temanku
yang dahulu telah mengajakku bergabung dalam jamaah ini, dan saat ini aku pun
telah menjadi bagian di dalamnya.
Akhirnya, kutemukan kembali jalan hidupku di sini. Cita-citaku untuk
meraih impian, memenuhi segala harapan, dengan tekad yang tak ’kan hilang
ditelan zaman. Di sini, di Jalan Pemuda ini, nama tempat yang diisi oleh anak-
anak muda yang sesuai dengan semangatnya, para mahasiswa di kampus seribu
cemara, aku bisa mengabdikan diri di jalanNYA. Berkobar, menyala, dan
membakar jiwa dengan optimisme kepemudaan yang meresonansi segala harapan
dan impian-impian.
Kuharap cita-cita ini, merubah muka dunia, dunia di sekitar jalan Pemuda
yang telah mengisi hari-hariku dalam perjalananku di sini. Akan terus berlanjut
“Perjuangan Untuk Kebangkitan Islam”5
Cerpen
seiring masuknya para pemuda angkatan baru, yang akan mengisi bangunan yang
menjadi pintu gerbang penuh hikmah, dan ikut pula meramaikan jalan ini. Dalam
rangka mengisi dan memenuhi panggilan hati menuju medan perjuangan suci,
dakwah yang tiada henti.
* * *
Catatan:
Bulik : sebutan/panggilan bibi atau adik perempuan ayah/ibu dalam bahasa Jawa
Syuro : rapat, pertemuan
Ikhwan: sebutan/panggilan saudara laki-laki dalam Islam
Antum : kamu, anda
* * * *
“Perjuangan Untuk Kebangkitan Islam”6