Jakfar Syadid Bab II
-
Upload
kautsareka -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
description
Transcript of Jakfar Syadid Bab II
12
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Evaluasi
2.2.1 Model dan Rancangan Evaluasi
Kaufman dan Thomas dalam Arikunto (2009:52) membedakan model evaluasi
menjadi:
1. Goal Oriented Evaluation Model yang dikembangkan oleh Tyler. Pada model
ini menjadi objek pengamatan adalah tujuan program yang ditetapkan sebelum
program dimulai, dimana evaluasi dilakukan secara berkesinambungan untuk
mengecek sejauh mana tujuan itu terlaksana.
2. Goal Free Evaluation Mode yang dikembangkan oleh Scriven tidak
menitikberatkan pada tujuan program melainkan memperhatikan bagaimana
kerjanya program, dengan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang
terjadi baik hal-hal yang positif maupun yang negative. Model ini hanya
mempertimbangkan tujuan umum yang tercapai, bukan secara rinci per
komponen.
3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michale Scriven.
Model ini menunjukkan “apa, kapan dan tujuan” evaluasi dilaksanakan.
Evaluasi dilakukan saat program sedang berjalan (evaluasi formatif) dan
ketika program telah berakhir (evaluasi summit).
13
4. Countenance Evaluation Model yang dikembangkan oleh Stake. Model ini
menekankan pada dua hal pokok yaitu deskripsi (description) dan
pertimbangan (judgment), serta membedakan tiga tahap dalam evaluasi yaitu
antesenden, transasksi (process) dan keluaran (output – outcomes).
5. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.
CSE kepanjangan dari center for study of evaluation dan UCLA dari
University of California Los Angeles, cirri model ini ada lima tahap yang
dilakukan dalam evaluasi yaitu mencakup perencanaan, pengembangan,
implementasi, hasil dan dampak.
6. Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus. Model ini
menitikberatkan pada adanya kesenjangan dalam pelaksanaan program.
Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur kesenjangan yang ada di setiap
komponen antara yang seharusnya dicapai dengan sudah riil dicapai.
7. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model
konteks input proces produk (CIPP) merupakan hasil kerja para tim peneliti,
yang tergabung dalam suatu organisasi komite Phi Delta Kappa USA, yang
ketika itu diketuai oleh Daniel Stuffle – Beam. Model CIPP termasuk model
yang tidak terlalu menekankan pada tujuan suatu program (Sukardi, 2008:62).
CIPP Evaluation Model, merupakan model paling banyak diterapkan dalam
melakukan evaluasi. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan
kawan-kawan pada tahun 1967 di Ohio State University. CIPP meruakan
singkatan dari Context evaluation, input evaluation, Process evaluation,
Product evaluation. Model CIPP adalah model evaluasi yang memandang
14
program yang dievaluasi sebagai suatu sistem, sehingga bila menggunakan
model ini maka harus menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-
komponennya (Arikunto, 2004:25).
Sukardi (2008:62) menjelaskan tentang evaluasi dengan model CIPP ini, pada
prinsipnya mendukung proses pengambilan keputusan dengan mengajukan
pemilihan alternative dan penindaklanjutan konsekuensi dari suatu keputusan.
Evaluasi model CIPP pada garis besarnya melayani empat macam keputusan:1)
perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan
khusus, 2) keputusan pembentukan atau structuring, yang kegiatannya mencakup
pemastian strategi optimal dan disain proses untuk mencapai tujuan yang telah
diturunkan dari keputusan perencanaan, 3) keputusan implementasi, dimana pada
keputusan ini para evaluator mengusahakan sarana-prasarana untuk menghasilkan
dan meningkatkan pengambilan keputusan atau eksekusi, rencana, metode,
strategi yang hendak dipilih, 4) keputusan pemutaran (recyclining) yang
menentukan, jika suatu program itu diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan
atau diberhentikan secara total atas dasar kriteria yang ada.
Sukardi (2008:63) menjelaskan, untuk melaksanakan empat macam keputusan
tersebut, ada empat macam focus evaluasi, yaitu 1) evaluasi konteks,
menghasilkan informasi temtang macam-macam kebutuhan yang telah diatur
prioritasnya, agar tujuan dapat diformulasikan, 2) evaluasi input, menyediakan
informasi tentang masukan yang terpilih, 3) evaluasi proses, menyediakan
informasi untuk para evaluator melakukan prosedur monitoring terpilih yang
15
mungkin baru diimplementasikan sehingga butir yang kuat dapat dimanfaatkan
dan yang lemah dapat dihilangkan, 4) evaluasi produk, mengakomodasikan
informasi untuk meyakinkan dalam kondisi apa tujuan dapat dicapai dan juga
untuk menentukan, jika strategi yang berkaitan dengan prosedur dan metode yang
diterapkan guna mencapai tujuan sebaiknya berhenti, modifikasi atau dilanjutkan
dalam bentuk yang seperti sekarang.
Menurut Stufflebeam pertanyaan yang berkenaan dengan konteks ini adalah
mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya
program yang akan dievaluasi. Evaluasi proses menunjuk pada “apa” kegiatan
yang dilakukan dalam program, “siapa” orang yang ditunjuk sebagai
penanggungjawab program, “kapan” kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP,
evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di
dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Evaluasi produk atau
hasil, diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada
masukan.
Evaluasi produk (product evaluation) merupakan bagian akhir dari model CIPP.
Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian
program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada
input. Dalam proses ini, evaluasi produk menyediakan informasi apakah program
itu akan dilanjutkan, dimodifikasi kembali atua bahkan akan dihentikan.
16
Memperhatikan berbagai model evaluasi yang ada, maka peneliti menggunakna
model CIPP Evaluation dalam penelitian ini yang dikembangkan oleh Stuffle
beam. Penelitian ini lebih memperhatikan terhadap kinerja Guru dalam
menjalankan program pembelajaran. Oleh karenanya evaluasi yang dilakukan
adalah kinerja Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga
penelitian ini mempertimbangkan komponen context, input, process, product.
Stuffle Beam, (2003:46) menerangkan model evaluasi CIPP bertujuan untuk
memperoleh gambaran pelaksanaan suatu program dan memberikan informasi
untuk pengambilan keputusan alternative.
Pendapat lain Stuffle Beam (2003: 26) menyatakan bahwa model evaluasi CIPP
menyediakan empat tipe keputusan, yaitu (1) planning decision, yang
mempengaruhi pemilihan tujuan secara umum maupun secara khusus. (2)
structuring dicision, yang menentukan strategi dan desain procedural yang optimal
dalam rangka mencapai tujuan –tujuan yang telah ditentukan oleh keputusan
perencanaan. (3) Implementing decision, yang memberikan jalan/ cara dalam
menjalankan dan meningkatkan pelaksanaan desain, metode, atau strategi yang
telah dipilih, dan (4) recycling decision, yang menentukan apakah sebuah kegiatan
atau bahkan sebuah program akan dilanjutkan, diperbaiki, atau dihentikan.
Model CIPP melihat kepada empat dimensi, yaitu dimensi konteks, dimensi input,
dimensi proses dan dimensi produk. Keunikan model ini adalah pada setiap tipe
evaluasi terkait pada perangkat pengambilan keputusan (decision) yang
menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model
17
CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan
evaluasi yaitu tahap konteks, input, proses dan produk.
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan
program atau kondisi objektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis
kekuatan dan kelemahan objek tertentu. Stufflebeam menyatakan evalusi konteks
sebagai focus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan.
Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view)
kondisi nyata (reality) dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata
lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan
kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks
memberikan informasi bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan suatu
program. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu
program. Evaluasi konteks juga mendiagnosis suatu kebutuhan yang selayaknya
tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang. (Isaac and
Michael: 1984:8).
Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana
penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternative-altenatif strategi yang harus
dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai
kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi
implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi input bermanfaat untuk
membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan
prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk
18
menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang
mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada
sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam
praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur
baik tatalaksana kejadian dan aktifitas. Setiap aktifitas, perubahan yang terjadi
dimonitor secara jujur dan cermat. Pencatatan aktifitas harian demikian penting
karena berguna bagi pengambilan keputusan untuk menentukan tindaklanjut
penyempurnaan. Evaluasi proses dalam model CIPP menunjukkan pada apa
(what) kegiatan yang dilakukan dalam program, siapa (who) orang yang
ditunjukkan sebagai penangung awa program, kapan (when) keiatan akan selesai.
Dalam model CIPP, evaluasi pros diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang
telah dilaksanakan sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Stuffebeam dalam
arikunto mengusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses antara lain: 1) Apakah
pelaksanaan program sesuai dengan jadwal? 2) Apakah staf yang terlibat dalam
program akan sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung? 3)
Apakah sarana prasrana yang disediakan dimanfaatkan secara optimal? 4)
Hambatan hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program?
Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan
yang terjadi pada masukan/input setelah dilakukan proses. Evaluasi produk
merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi program. Pertanyaan-pertanyaan
yang dapat diajukan, antara lain: 1) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah
19
tercapai? 2) Pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara
rincian proses dengan pencapaian tujuan? 3) Dalam hal apakah berbagai
kebutuhan input sudah dapat dipenuhi? 4) Apakah dampak yang diterima input
setelah dilakukan proses?
Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP merupakan sasaran
evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah kegiatan. Dengan
kata lain,model CIPP adalah evaluasi yang memandang pogram yang dievaluasi
sebagai sebuah sistem.
2.2 Teori Belajar dan Pembelajaran
Membahas mengenai teori pembelajaran tentu pula harus dibicarakan mengenai
teori belajar. Bruner dalam Kwartolo (2009:9) mengemukakan bahwa teori
pembelajaran adalah perskriptif, sedangkan teori belajar adalah deskriptif.
Perskriptif artinya, tujuan teori pembelajaran adalah menetapkan metode/strategi
pembelajaran yang cocok supaya memperoleh hasil optimal.
Manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial, manusia perlu
mengenal diri dan lingkungannya dalam hidup bersama. Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan manusia, ilmu pengetahuan sangat diperlukan dalam hidup
ini, untuk itu semua manusia belajar demi kelangsungan hidup dirinya dan
keluargaatau orang sekitarnya.
Belajar adalah suatu proses perubahan dari belum tahu manjadi tahu. Belajar untuk memperoleh pengetahuan/ pemahaman tentang suatu objek atau cara, yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala
20
belajar. Kemampuan untuk melakukan, semua diperoleh sebagai hasil pengetahuan dan pemahaman, adalah hasil belajar (Wingkel, 1996:50).
Dalam kegiatan sehari hari kita melakukan kegiatan yang sebenarnya merupakan
gejala belajar dalam arti mustahil melakukan kegiatan tertentu, kalau tidak belajar
terlebih dahulu. Misalnya kita mengenakan pakaian, kita makan dengan
menggunakan alat alat makan, kita berkomunikasi satu sama lain, kita bertindak
sopan, kita mengemudikan sepeda motor dan sebagainya.
Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh dari hasil mengingat, mula
mula kemampuan itu belum ada. Maka terjadilah proses perubahan dari belum
mampu kearah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka
waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah menandakan telah
terjadi belajar.
Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi, makin
banyak pula perubahan yang telah dialami seseorang sebagai akibat belajar.
Belajar adalah perubahan mental yang meliputi wawasan, insaits, ide-ide,
harapan, pandangan, dan pola-pola pikir dalam perubahan mental dan
kemampuan yang telah dimilki seseorang yang berupa pengetahuan, pemahaman
dan ketrampilan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dalam
memperoleh pengalaman, sebagai akibat belajar.
Bloom mengembangkan sebuah klasifikasi tingkat prilaku intelektual yang penting dalam pembelajaran. Ini menjadi sebuah taksonomi termasuk tiga domain yang saling berkaitan ; kognitif, psikomotorik, dan afektif. (Mark k. Smith, 2009: 37)
21
Demi mudahnya, kemampuan kemampuan itu digolongkan menjadi kemampuan
yang meliputi pengetahuan dan pemahaman; kemampuan sensorik-motorik yang
meliputi ketrampilan melakukan rangkaian gerak dalam urutan tertentu;
kemampuan dinamik efektif yang meliputi sikap dan nilai, yang meresapi perilaku
dan tindakan.
Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama bahkan sampai pada tahap
tertentu, tidak menghilang lagi. Kemampuan yang telah diperoleh menjadi milik
pribadi yang tidak akan hapus begitu saja. Misalnya seorang yang telah belajar
naik sepeda pada masa anak, masih akan mampu naik sepeda pada masa dewasa,
meskipun sudah lama tidak naik sepeda. Orang yang pernah belajar bahasa inggris
sampai mampu berbicara dengan cukup lancer tidak akan mengalami bahwa suatu
hari kemampuan itu akan hilang begitu saja. Maka para ahli biasanya
merumuskan hasil belajar secara relative bersifat konstan dan berbekas.
Dikatakan secara relative karena ada kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan
atau dihapus dan diganti dengan hasill yang baru; ada kemungkinan pula suatu
hasil terlupakan. Misalnya seorang anak yang telah belajar merasa senang bila
menyiksa seekor anjing dengan menarik-narik ekornya, bersikap tidak tepat.
Sikap itu cenderung bertahan terus, kecuali bila ada usaha dari pihak pendidik
untuk mengganti sikap negative itu dengan siskap saying terhadap binatang
peliharaan. Perubahan semacam itu mungkin saja untuk diusahakan, walaupun
dalam kenyataan cukup sukar. Kalau berhasil berarti bahwa sikap lama diganti
22
dengan sikap yang baru. Hasil yang baru itu kemudian menetap dan menjadi milik
pribadi anak itu.
Hasil belajar adalah hasil belajar yang terarah dan terkontrol secara sistematis dengan mengaplikasikan konsep, kaidah dan atau pengetahuan yang dimilkinya secara efisien dan efektif. Dalam kegiatan kognitifnya terkontrol dalam menghadapi problem (Nana Sujana. 1990: 49)
2.2.1 Pembelajaran sebagai Sebuah Perubahan
Pembelajaran didefinisikan sebagai sebuah perubahan dalam prilaku, dengan kata
lain pembelajaran didekati sebagai sebuah hasil yakni produk akhir dari beberapa
proses, lebih khusus dalam cara-cara yang dengannya orang memahami,atau
mengalami, atau mengonseptualisasi dunia disekitar mereka. Cara orang
memahami,mengalami atau mengonseptualisasi dunia sekitar ini melibatkan apa
yang diistilahkan Gilbert Ryle dengan tahu , tahu bahwa dan tahu bagaimana.
(Mark K. Smith 2009: 39).
Belajar dialami setiap manusia sejalan dengan perkembangan usianya, sejak ia
dilahirkan sampai dengan akhir hayatnya. Pada awal ia belajar dengan
menggunakan indera yang dimilikinya untuk berinteraksi terhadap lingkungan.
Seiring dengan perkembangan usianya ia belajar dengan menggunakan akal dan
indera yang dimiliki, di dalam dirinya ia merasa berewajiban terhadap
pembelajaran dalam hidup ini. Kewajiban belajar bagi setiap manusia harus
dilakukan agar manusia bisa hidup. Melalui belajar ia dapat memperoleh
informasi yang tidak diketahuinya.
23
Dengan demikian yang dimaksud hakikat belajar dalam penelitian ini adalah,
yang berupa informasi dalam bentuk yang menetap dalam dirinya, sehingga ia
dapat atau mampu memecahkan masalah, mampu menunjukkan prilaku yang
sesuai nilai yang dimiliki.
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa mampu mengkontruksi
pengetahuan di benak mereka sendiri. Anak belajar dari mengalami, anak
mencatat mencatat sendiri pola pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan
diberi begitu saja oleh guru. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki
seseorang itu terorganisir dan mencerminkan pemahaman yang mendalam
tentang suatu persoalan. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisah menjadi fakta
fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat
diterapkan. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam mensikapi situasi
baru. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Proses belajar dapat mengubah
struktur kerja otak. Perubahan berjalan terus menerus seiring dengan
perkembangan organisasi pengetahuan dan ketrampilan seseorang.
2.2.2 Pembelajaran sebagai Sebuah Proses Pengaktifan Diri.
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan
pengetahuan dan ketrampilan itu.
Pembelajaran sebagai sebuah proses yakni ada sebuah perhatian dengan apa yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Dengan ini pembelajaran bisa diajarkan sebagai sebuah proses yang dengannya perubahan prilaku terjadi sebagai hasil dari pengalaman. (Merriam dan Caffarel dikutip dari Mark K. Smith 2009:42).
24
Dalam hal ini Roger memperkenalkan dua pendekatan yang berlawanan
pembelajaran Tugas-sadar atau pembelajaran kemahiran dan pembelajaran sadar
atau pembelajaran terformalisasikan.
Pembelajaran terformalisasikan muncul dari proses pembelajaran yang
terfasilitasi. Ia lebih bersifat pembelajaran edukatif daripada akumulasi
pengalaman. Pada tingkat ini ada sebuah kesadaran akan pembelajaran, dalam arti
bahwa orang sadar akan tugas yang mereka emban dalam pembelajaran.
Pembelajaran itu sendiri adalah tugas. Apa yang pembelajaran
tertransformalisasikan lakukan merupakan proses membuat pembelajar menjadi
lebih sadar agar bisa lebih memperluasnya. Ia melibatkan episode bimbingan bagi
pembelajaran. Ketika didekati dengan cara ini, jelas bahwa cara-cara
pembelajaran yang berbeda bisa tampak dalam konteks yang sama. Keduanya
bisa hadir di sekolah-sekolah, juga hadir di dalam keluarga-keluarga.
Pada kondisi khusus, peristiwa-peristiwa pembelajaran yang tidak disengaja dan
biasannya bersifat aksidental terjadi terus menerus ketika menjalani kehidupan.
Pembelajaran insidental yang penting selanjutnya adalah pembelajaran alam
bawah sadar melalui metode kemahiran yang terjadi selama beberapa aktivitas
lain. Kemudian ada beragam aktivitas yang dengannya kita agak menjadi lebih
sadar akan pembelajaran, aktivitas pengalaman yang muncul dari minat spontan
yang berkaitan dengan kehidupan, kemudian datang aktivitas yang lebih
terencana. Melalui pengalaman –pengalaman kita diperkenalkan untuk
25
mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih sitematis dan seringkali
diaktualisasikan dengan sengaja.
Tabel 2.1 Skema Beberapa Konten Orientasi Teori Pembelajaran
Aspek Behavioris Kognitivis Humanis Sosial dan Situasional
Teoritikus Pembelajaran
Thorrndike, Pvlov,Watson,Guthri, Hull, Tholman,Skinner
Koffka, Kohler, Lewin,Piegiet, Ausubel, Bruner, Gagne
Maslow,Rogers
Bandura, Lave dan Wenger, Salomon
Pandangan tentang Proses Pembelajaran
Perubahan dalam prilaku
Proses mental internal (termasuk pandangan, informasi,pemrosesan,memori, persepsi)
Aksi personal untuk mengisi potensi
Interaksi/observasi dalam konteks sosial.Gerakan dari pinggiran menuju pusat komunitas praktis
Lokus Pembelajaran
Stimuli dalam lingkungan eksternal
Penstrukturan kognitif internal
Kebutuhan kebutuhan efektif dan kognitif
Pembelajaran ada dalam hubungan antara orang dan lingkungan
Tujuan Dalam Pendidikan
Menghasilkan perubahan prilaku dalam arah yang akan dicapai
Mengembangkan kapasitas dan ketrampilan untuk belajar lebih baik
Menjadi pribadi yang bias mengaktualisasikan diri, otonom
Partisipasi penuh dalam komunitas praktik dan pemanfaatan sumber daya
Peran Pendidik
Menyusun lingkungan untuk mendapatkan respon yang akan dicapai
Menstrukturkan isi aktivitas pembelajaran
Memfasilitasi perkembangan seluruh orang
Bekerja untuk membentuk komunitas praktik yang dengannya percakapan dan partisipasi bisa terjadi
Manifestasi dalam pembelajaran
Sasaran prilakuPendidikan berbasis kompetensiPerkembangan latihan ketrampilan
Perkembangan kognitifKecerdasan, pembelajaran, dan memori sebagai fungsi usiaPembelajaran bagaimana cara belajar
Pembelajaran berarahkan diri
SosialisasiPartisipasi sosialAsosiasionalismePercakapan
Sumber : Baharudin dan Wahyuni, 2008:23
26
Salah satu persoalan yang paling penting dalam aplikasi teori pembelajaran adalah
rangkaian pengajaran. Urutan dan pengaturan aktifitas pembelajaran
mempengaruhi cara cara pemrosesan dan penguasaan informasi .
Sejumlah teori menunjukkan sebuah rangkaian sederhana menjadi kompleks.
Teori Algo-heuristik dari Landa menentukan sebuah strategi komulatif. Menurut
Condition of learning teorinya gagne, rangkaian didiktekan oleh ketrampilan
prasarat dan tingkat pemrosesan kognitif yang terlibat. Criterion Referenced
Intruktion (Mager) membolehkan sang pembelajar untuk bebas memilih rangkaian
pembelajaran mereka sendiri berdasarkan pada penguasaan terhadap prasarat
pelajaran. Sedangkan teori tampilan Komponennya Merril juga menunjukkan
bahwa sang pembelajar menyeleksi rangkaian pembelajarannya sendiri
berdasarkan pada komponen-komponen pembelajaran yang tersedia.
Teori-teori yang menekankan pada hakekat perilaku yang mengarah pada tujuan
seperti teorinya Tolman atau Newell dan Simon telah menetapkan bahwa
rangkaian pengajaran didasarkan pada tujuan-tujuan antara yang bisa dicapai.
Teori Gestalt, yang menekankan pemahaman akan struktur sebuah domain
subjek, akan menentukan aktvitas-aktivitas yang merupakan hasil dari sebuah
sebuah pengetahuan yang luas dari pada yang terperinci sebuah domain
partikular.
Teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabel yang
spesifik dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. Sednagkan
perskriptif artinya, tujuan teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori
27
belajar menaruh perhatian pada bagaimana seseorang belajar. Dengan demikian
variabel kondisi pembelajaran dan variabel metode embelajaran yang
dikemukakan oleh Reigeluth dan Merril tersebut di atas sebagai givens, dan hasil
pembelajaran sebagai variabel yang diamati.
2.2.3 Konsep Belajar menurut Al-Quran dan Hadits
2.2.3.1 Belajar dalam Pandangan Al-Quran dan Hadits
Salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah
kemampuannya untuk belajar. Allah memberikan akal sebagai alat untuk belajar,
sehingga membuat manusia mampu menjadi pemimpin di bumi ini. Karena itu
kemampuan belajar adalah salah satu di antara sekian banyak nikmat yang
diberikan Allah kepada manusia.
Pendapat bahwa belajar sebagai aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, ternyata bukan hanya berasal dari hasil renungan manusia
semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan
manusia untuk selalu melakukan kegiatan belajar. Kendati tidak ada ajaran agama
yang secara detail membahas tentang belajar, namun setiap ajaran agama, baik
secara eksplisit maupun implisit telah menyinggung bahwa belajar adalah
aktivitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia.
Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat
menekankan terhadap pentingnya ilmu. Al-Quran dan Hadis mengajak kaum
muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan
orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.
Kata al-’ilm dan kata-kata turunannya di dalam Al-Quran digunakan lebih dari
780 kali. Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah,
menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran untuk manusia.
28
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS
Al-‘Alaq [96]: 1-5).
Menurut Quraish Shihab dalam Baharudin (2007: 34), iqra (membaca) berarti
menghimpun. Melalui menghimpun inilah lahir aneka makna seperti
menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan
membaca baik teks tertulis maupun tidak. Berbagai makna yang muncul dari kata
tersebut sebenarnya secara tersirat menunjukkan perintah untuk melakukan
kegiatan belajar, karena dalam belajar juga mengandung kegiatan-kegiatan seperti
mendalami, meneliti, membaca, dan lain sebagainya.
2.2.3.1 Arti Penting Belajar menurut Al-Quran
Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan,
Islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar. Perlu
diketahui bahwa setiap apa yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan, pasti
dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia. Demikian
juga dengan perintah untuk belajar. Beberapa hal penting yang berkaitan dengan
belajar, antara lain adalah:
a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan
berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia
dalam kehidupan. Sehingga dengan ilmu pengetahuan yang didapatkannya itu
manusia akan dapat mempertahankan kehidupan. Karena itu, kita diajak oleh
Allah untuk merenungkan, mengamati dan membandingkan antara orang-
orang yang mengetahui dan yang tidak, sebagaimana firman Allah berikut:
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
29
sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharamkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS Al-Zumar [39]:9).
b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia
lakukan.
Dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang kamu tidak
ketahui, karena sesungguhnya penglihatan, pendengaran, dan daya nalar
pasti akan ditanyai tentang hal itu (QS Al-Isra’ [17]:36).
Perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada
yang memahaminya, kecuali orang-orang yang berilmu (QS Al-Ankabut
[29]:43).
Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang takut kepada Allah:
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama (QS Fathir [35]:28).
c. Melalui ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan
memberikan derajat yang lebih tinggi keapda hambanya:
Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang
beriman dan berilmu (QS Mujadalah [58]:11).
2.2.3.2 Cara Belajar
Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi
adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya
berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau
penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap.
30
Menurut Al-Quran, cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku
tersebut dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, ilmu (atau perubahan) yang
diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu laduni), seperti yang diinformasikan dalam
surat Al-Kahfi ayat 65.
Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari
hamba-hamba Kami, yang telah kami anugerahkan kepadanya rahmat
dari sisi Kami dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (QS
Al-Kahfi [18]:65).
Menurut Quraish Shihab (Baharudin, 2007: 36), manusia dapat memperoleh ilmu
laduni (langsung dari Allah) maupun kasbi (melalui alam dan makhluq hidup),
namun baik ilmu laduni maupun ilmu kasbi tidak dapat dicapai tanpa terlebih
dahulu melakukan qira’at (dalam arti yang luas), aktivitas belajar.
Menurut Najati dalam Baharudin (2007: 39) cara belajar membutuhkan usaha
manusia. Cara belaajar tersebut dapat melalui meniru (imitasi), coba-coba (trial
and error), atau melalui pemikiran dan membuat konklusi logis.
2.2.3.3 Sarana Belajar
Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan, namun Allah
telah membekali manusia dengan sarana-sarana baik fisik maupun psikis agar
manusia dapat mempergunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan
teknologi untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia (Baharudin, 2007 :41).
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu apa pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur (QS Al-Nahl [16]:78).
31
Ayat di atas menyatakan bahwa dalam proses belajar atau mencari ilmu manusia
telah diberi sarana fisik berupa indra eksternal, yaitu mata dan telinga, serta sarana
psikis berupa daya nalar atau intelektual.
a. Sarana Fisik
Menurut Al-Quran, di antara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang
sering disebut. Keduanya merupakan alat-alat utama yang membantu seseorang
untuk melakukan kegiatan belajar. Meskipun demikian, bukan berarti indra
eksternal liannya seperti pencium, peraba, dan perasa tidak mempunyai fungsi
penting dalam kegiatan belajar, karena adakalanya indra-indra tersebut membantu
manusia untuk lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari.
b. Sarana Psikis
1. Akal
Akal dapat diartikan sebagai daya piker atau potensi intelegensi Akal
sebagai sarana psikis belajar, dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 78
dengan kata af’idah. (Baharudin, 2007: 43).
2. Qalb
Qalbu mempunyai dua arti, yakni fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti
fisik adalah jantung (heart), berupa segumpal daging berbentuk lonjong,
terletak dalam rongga dada sebelah kiri. Sedangkan dalam arti metafisik,
qalb dinyatakan sebagai karunia Tuhan yang halus (lathifah), bersifat
ruhaniah dan ketuhanan (rabbani), yang ada hubungannya dengan jantung.
Qalbu yang indah dan halus inilah hakikat kemanusiaan yang mengenal
dan mengetahui segalanya serta menjadi sasaran perintah, cela, hukuman,
dan tuntutan Tuhan. (Baharudin, 2007: 43).
Sementara qalb dapat digunakan sebagai alat untuk memahami realitas
ciptaan Tuhan, dijelaskan dalam QS Al-Araf ayat 179.
32
Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan
mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah).
Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS Al-Araf [7]:179).
Kata qulub (jamak qalb) yang dikaitkan dengan aktivitas memahami ayat-
ayat Allah (yafqah) seperti tersebut dalam arti jantung maupun hati.
Aktivitas memahami terkait dengan aktivitas berpikir kritis yang hanya
dapat dilakukan oleh system memori atau akal manusia yang bersifat
abstrak. Perbedaan antara akal yang ada di otak kepala dengan akal yang
tersembunyi di hati ini dijelaskan dalam istilah tafakkur dan tadzakkur.
Akal yang ada di kepala dilukiskan dengan istilah tafakur, yang
mempunyai fungsi untuk memikirkan segala sesuatu setelah mendapatkan
rangsangan dari pancaindra; sementara akal di hati dijelaskan dengan
tadzakur, yakni berpikir abstrak, yang menggabungkan antara kekuatan
akal dna hati untuk merenungkan realitas ciptaan Tuhan, yang dapat
dilakukan tanpa melalui aktivitas indriawi. (Baharudin, 2007: 44).
2.2.4 Teori Belajar Gagne
Melalui buku yang berjudul “The Condition of Learning” (1965), Gagne
mengidentifikasikan mengenai kondisi mental seseorang agar siap untuk belajar.
Gagne dalam Prawiradilaga (2009:9) mengemukakan apa yang dinamakan dengan
“nine events of instruction” atau sembilan langkah/peristiwa belajar. Sembilan
langkah/peristiwa belajar ini merupakan tahapan-tahapan yang berurutan di dalam
sebuah proses pembelajaran.
33
Tujuannya dari kesembilan tahapan pembelajaran adalah memberikan kondisi
yang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berkalan secara efektif
dan efisien. Agar kesembilan langkah/peristiwa itu berarti dan memberi makna
yang dalam bagi siswa, diperlukan suatu pengalaman yang mengkondisikan
mental siswa itu terjaga untuk kepentingan proses pembelajaran.
Kesembilan tahap pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne adalah:
1. Menarik perhatian siswa
2. Menyampaikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
3. Menstimulir atau memanggil terlebih dahulu informasi atau pengetahuan yang
sudah diperoleh sebelum proses pengajaran
4. Menyajikan isi pembelajaran
5. Menyediakan pedoman atau petunjuk belajar
6. Memberi kesempatan untuk latihan/unjuk performance
7. Memberi umpan balik
8. Melakukan penilaian
9. Mengekalkan dan mengembangkan pengetahuan dan kemahiran siswa
2.2.5 Desain Pembelajaran
Kemampuan guru tidak hanya ditinjau dari bagaimana guru menjelaskan isi
pelajaran. Guru dituntut untuk dapat menghadapi siswa, membantu memecahkan
masalah, mengelola kelas, menyusun bahan ajar, menentukan metode atau media,
bahkan cara menjawab pertanyaan siswa dengan bijaksana adalah hal yang harus
dikuasai oleh seorang Guru. Satu hal yang pasti bahwa seorang Guru harus
34
mempersiapkans atuan pelajaran (satpel) untuk menjalankan tugasnya sebagai
pendidik.
Reigeluth dalam Prawiradilaga (2007:15) menjelaskan desain pembelajaran
merupakan kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk
memfasilitasi proses belajar seseorang. Selanjutnya Gagne dkk, dalam
Prawiradilaga menjelaskan desain pembelajaran membantu individu dalam proses
belajar, dimana proses belajar itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka
panjang. Oleh karenanya desain pembelajaran haruslah disusun secara sistematis,
dan menerapkan konsep pendekatan sistem agar berhasil meningkatkan mutu
kinerja seseorang.
Merrill dalam Prawiradilaga (2007:44) menyusun model pembelajarn yang
dinamai component display theory atau CDT. Model CDT ini adalah model desain
materi ajar yang mana mengembangkan pembinaan aspek kognitif dalam proses
belajar, bagaimana memberi contoh yang tepat dan sesuai untuk setiap kategori.
2.2.6 Skenario Pembelajaran
Istilah skenario pembelajaran yang dimaksud adalah bentuk kegiatan yang
dirancang dalam upaya menghubungkan dan mengangkat materi pembelajaran
dalam satuan bentuk pembelajaran yang tersusun rapi dna terencana atau prosedur
operasional pelaksanaan pemeblajaran dari tahap awal sampai akhir kegiatan.
Secara sitematis skenario pembelajaran dapat dikembangkan dalam tiga tahapan
instruksional sebagai berikut:
35
2.2.6.1 Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan adalah kemampuan menyusun langkah-langkah pembelajaran
yang dikaitkan dengan berbagai hal, mulai dari persiapan materi, strategi, metode
dan pemanfaatan waktu yang terintegrasi dengan cerdas dan cermat. Setidaknya
ada empat tahapan perencanaan yang harus dilakukan yaitu:
1. Pemetaan konsep, yaitu kegiatan Guru dalam mengklasifikasikan konsep atau
pokok bahasan dan subpokok bahasan yang terdapat dalam berbagai bidang
dan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan pebelajar.
2. Memiliki dan menetapkan konsep pokok bahasan yang memiliki kesamaan
atau kerkaitan agar pembelajaran dapat berurutan dan tidak terjadi
pengulangan materi dalam pembelajaran.
3. Menetapkan topic yang akan difungsikan sebagai sentral pokok bahasan yang
sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan.
4. Merumuskan indikator pembelajaran dari setiap konsep yang terintegrasi
dengan menetapkan fokus pembelajaran.
2.2.6.2 Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dimana
terjadi interaksi secara aktif antara Guru dan siswa dan semua komponen yang
menunjang, pelaksanaan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan rambu-
36
rambu yang telah direncanakan sebelumnya. Secara prosedural ada tiga tahap
dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:
a. Tahap Pembukaan
Tahap pembukaan merupakan langkah awal terbangunnya hubungan antara
Guru, siswa, dan lingkungan belajar. Pada tahapan ini perlu dilakukan
pemberian motivasi dan menumbuhkan perhatian siswa kepada substansi
pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.
b. Tahap Kegiatan Inti
Tahap ini merupakan proses pembelajaran yang diawali dengan memunculkan
pokok bahasan yang diabrengi dengan berbagai pendekatan, berbagai metode
dan pemanfaatan media yang relevan. Pokok bahasan dibahas dengan seksama
dan tidak melupakan tingkat pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang
disampaikan.
c. Tahap Penutup
Tahap penutup, guru dapat dengan aktif melakukan pengecekan terhadap
kemampuan penerimaan siswa terhadap pokok bahasan yang telah
disampaikan, atau dapat menindaklanjuti pembelajaran dengan pemberian
tugas kepada siswa pada akhir pembelajaran.
2.2.6.3 Tahap Evaluasi
37
Tahap evaluasi adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat
penguasaan pokok bahasan yang telah dipelajari oleh siswa, dengan evaluasi yang
dilakukan Guru akan dapat mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap pokok
bahasan, sehingga akan mempermudah bagi guru untuk menentukan langkah-
langkah pembelajaran selanjutnya.
Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang
Guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, Guru akan mengetahui
perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan social,
sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik.
Purwanto (1994:108) menyatakan, fungsi evaluasi adalah sebagai 1) alat untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, 2) umpan balik bagi perbaikan
dari proses pembelajaran, 3) dasar menyusun laporan kemajuan belajar peserta
didik kepada orang tua, 4) memperbaiki proses pembelajaran atau memperbaiki
rencana pembelajaran, 5) menentukan angka atau hasil belajar peserta didik dalam
tahap-tahap tertentu, 6) menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran
yang tepat, 7) membantu memecahkan kesulitan belajar peserta didik.
Irinez (2004), dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa
tujuan, antara lain sebagai berikut: 1) untuk mengetahui keajuan belajar siswa
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, 2) untuk
mengetahui efektivitas metode pembelajaran, 3) untuk mengetahui kedudukan
38
siswa dalam kelompoknya, 4) untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi
guru dan siswa dalam rangka perbaikan.
2.2.7 Metode Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran, di dalamnya banyak sekali metode atau pendekatan
yang dapat dilakukan oleh Guru. Penggunaan metode yang efektif harus
memperhatikan unsur waktu, materi pembelajaran dan tingkat penguasaan materu
pembelajaran oleh siswa. Pada materi yang lebih mengedepankan keterampilan
atau skill dapat digunakan beberapa metode pembelajaran, diantaranya:
2.2.7.1 Contectual Teaching and Learning (CTL)
Metode pembelajaran yang mengedepankan proses keterlibatan siswa secara aktif
agar dapat menemukan dan memahami materi yang dipelajari dan
menghubungkannya dengan situasi yang nyata, sehingga mendorong peserta didik
untuk dapat menerapkan dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008:253).
2.2.7.2 Learning by Doing
Belajar mengajarkan, teori jhon Dewey ini berdasarkan pada asumsi bahwa para
peserta didik dapat memperoleh pengalaman lebih banyak dengan cara
keterlibatan aktif dibandingkan hanya memperhatikan secara materi atau konsep
(Hamalik, 2008:212).
39
2.2.7.3 Role Playing
Bermain peran. Metode ini mengajak peserta didik untuk ikut ambil bagian,
menjadi dirinya sendiri atau orang lain berkaitan dengan materi yang sedang
dipelajari. Metode ini akan memunculkan mini drama, sehingga akan banyak
peserta didik secara aktif terlibat dalma pembelajaran.
2.2.8 Pemanfaatan Sarana dan Sumber Belajar
Sarana berfungsi untuk mempermudah terwujudnya proses pembelajaran. Sarana
yang tepat untuk proses pembelajaran harus memiliki ciri-ciri: 1) menarik
perhatian dan minat peserta didik, 2) meletakkan dasar-dasar untuk memahami
sesuatu hal secara konkret yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme,
2.2.9 Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran sebagai sebuah pendekatan, yang dibedakan menjadi dua,
yaitu strategi ekspositori (penjelasan) dan diskoveri (penemuan). Dua strategi
tersebut sangat berlawanan, strategi ekspositori didasarkan pada teori pemrosesan
informasi sedangkan strategi diskoveri didasarkan pada teori pemrosesan
pengalaman atau disebut teori berdasarkan pengalaman (experimental learning)
(Miarso, 2007:531).
Strategi pembelajaran digunakan sebagai acuan langkah dalam rangka
mensukseskan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi dikembangkan
sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan dalam pelaksanaan
40
pembelajaran. Strategi yang tepat akan mengarah pada pembelajaran yang efektif
dan efisien, sebaliknya bila strategi yang digunakan tidak tepat hanya akan
memperpanjang waktu pembelajaran dan memberikan efek penguasaan atau hasil
pembelajaran yang minim.
Penggunaan strategi pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran, akan dapat
diketahui keefektifannya bila guru melakukan pengawasan dan pengawalan
terhadap strategi yang digunakan, serta melakukan evaluasi terhadap penggunaan
strategi yang dijalankan.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan
seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal hal baru.
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru.
Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit strategi belajar itu amat penting. Peran orang
dewasa (guru) membantu menghubungkan antar yang baru dan yang sudah
diketahui. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, member
kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri,
dan menyadarkan siswa untuk menemukan dan menerapkan ide meraka sendiri,
dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari
guru akting di depan kelas, siswa menonton kesiswa acting bekerja dan berkarya
guru mengarahkan. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa
menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih penting
dibandingkan hasilnya. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari
41
proses penilaian yang benar. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk
kelompok itu penting.
Strategi pembelajaran mengacu pada metode-metode yang para siswa gunakan
untuk belajar. Ini berkisar dari teknik-teknik memperbaiki memori agar bias
lebih baik dalam belajar atau memperkirakan strategi-strategi untuk mencapai
optimalisasi hasil evaluasi. Misalnya metode tempat yang merupakan sebuah
teknik perbaikan memori klasik; metode ini berjalan dengan menggunakan
asosiasi-asosiasi antara fakta-fakta untuk diingat dan lokasi-lokasi particular. Agar
bisa mengingat sesuatu kita hanya memvisualisasikan tempat dan
mengasosiasikan fakta-fakta.
Sebagian strategi pembelajaran mencakup perubahan-perubahan pada desain
pengajaran. Misalnya kegunaan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, selama atau
setelah pengajaran yang telah ditunjukkan untuk meningkatkan tingkat
pembelajaran. Metode-metode yang berusaha meningkatkan tingkat pembelajaran
yang terjadi disebut dengan “matemagenik”( Ropthkopf dalam Mark K. Smith,
2009;47)
Sebuah program ketrampilan belajar yang tipikal menunjukkan lima langkah
berikut : (1)Survei materi yang dipelajari (survey), (2) mengembangkan
pertanyaan tentang materi tersebut (question), (3) membaca materi (read), (4)
mengingat-ingat ide-ide kunci (recall), dan mengulas materi (Review).
2.2.10 Penguasaan
42
Sebuah perubahan fundamental dalam pemikiran tentang hakekat pengajaran telah
dipelopori oleh John B. Carroll tahun 1963 dengan ide pembelajaran keunggulan
(masteri learning). Pembelajaran keunggulan menunjukkan bahwa fokus
pengajaran harus pada waktu yang dibutuhkan bagi siswa untuk mempelajari
materi. Ide pembelajaran ini bertumpu pada sebuah pengertian mendasar dalam
tanggung jawab guru yang sering menyalahkan kegagalan siswa karena bersandar
pada pengajaran, yang bukan berarti siswa tersebut kurang mampu. Namun
dialihkan menjadi pemberian waktu yang cukup dan menggunakan strategi-
strategi pengajaran agar semua siswa dapat mencapai tingkat pembelajaran yang
sama. (Bloom dalam Mark K. Smith , 2009;53).
Unsur kunci dalam pembelajaran keunggulan adalah (1) Jelas menghususkan apa
yang telah dipelajari dan bagaimana dia akan dievaluasi, (2) membolehkan siswa
belajar dengan langkahnya sendiri, (3) memperkirakan kemampuan siswa dan
memberikan umpan balik atau pembetulan yang sesuai, dan menguji bahwa
pembelajaran akhir telah tercapai. Pembelajaran keunggulan telah diterapkan
secara luas di sekolah sekolah dan tempat latihan dan penelitian menunjukkan
bahwa metode ini bisa memperbaiki keefektifan pengajaran. Model pembelajaran
keunggulan sangatlah dihubungkan dengan kegunaan sasaran pengajaran dan
desain program pengajaran yang sistematis.
2.2.11 Umpan balik dan Penguatan
43
Umpan balik dan penguatan adalah dua konsep paling utama dalam pembelajaran.
Umpan balik mencakup pemberian pembelajaran dengan informasi tentang
respon-respons, sedangkan penguatan mempengaruhi kecenderungan untuk
membuat sebuah respons spesifik lagi. Umpan balik bias manjadi positif atau
negative. Umpan balik selalu dianggap eksternal dan penguatan bias menjadi
eksternal atau intrinsik (digerakkan oleh individu).
Teori-teori pemrosesan informasi cenderung menekankan pada pentingnya
umpan balik terhadap pembelajaran. Pada sisi lain, teori-teori perilaku
memfokuskan pada peran penguatan dalam memotifasi untuk berprilaku dalam
cara-cara tertentu. Salah satu variable kritis dalam kedua kasus tersebut adalah
lamanya waktu antara respons dan umpan balik atau penguatan. Pada umumnya,
semakin segera umpan balik atau penguatan tersebut diberikan, maka
pemeblajaran tersebut akan semakin terfasilitasi.
Sifat dasar umpan balik atau penguatan yang diberikan merupakan basis bagi
banyak prinsip pengajaran awal, khususnya dalam kontek pengajaran terprogram.
2.2.12 Memori
Memori menjadi slah satu konsep paling penting dalam pembelajaran; jika segala
hal tidak bias diingat, maka tidak akan ada pembelajaran yang bias berlangsung.
Karena itu memori telah bertindak sebagai medan tempur bagi teori-teori dan
paradikma-paradikma pembelajaran yang bertentangan.
44
Menurut teori behavioris awal, mengingat adalah sebuah fungsi pasangan S- R
yang mengarah pada pada penguatan atau hubungan. Teori percontohan stimulus
menjelaskan banyak fenomena memori atas dasar hasil statistika. Disisi lain, teori
kognitif menekankan bahwa makna (yaitu faktor smantik) memainkan sebuah
peran penting dalam proses mengingat. Miller menunjukkan bahwa informasi
disusun kedalam potongan-potongan menurut komponen yang sama.. Memori
selau menjadi sebuah rekontruksi aktif dari pengetahuan yang ada. Sebagian teori
memori telah memfokuskan diri dengan hakekat pemrosesan. (Mark K. Smith ;
2009:41)
2.2.13 Motivasi
Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi
ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan, umpan balik/
penguatan. Misalnya seseorang harus cukup dimotivasi untuk memperhatikan diri
ketika pembelajaran berlangsung.
Kecemasan bisa menurunkan motivasi kita untuk belajar. Menerima sebuah
imbalan atau umpan balik untuk suatu aksi biasanya meningkatkan kemungkinan
bahwa aksi tersebut akan diulang lagi. Teori-teori prilaku cenderung terfokus
pada motifasi ekstrinsik yaitu imbalan, lingkungan belajar/ termasuk strategi di
dalamnya, sedangkan teori kognitif lebih pada pengahadapan motifasi intrinsic
yaitu tujuan-tujuan (Mark K Smith; 2009:43 ).
2.2.14 Pemerosesan Informasi
45
Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan dan pemenggilan kembali
pengetahuan dari otak. Peristiwa peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-
transformasi informasi dari input (stimulus) keoutput (respon). Model pemrosesan
informasi digambarkan sebagai kumpulan kotak-kotak yang dihubungkan dengan
garis-garis. Kotak itu menggambarkan fungsi-fungsi atau keadaan system, dan
garis-garis menggambarkan transformasi yang terjadi dari satu keadaan
kekeadaan yang lain. (Trianto; 2009:33).
Penyimpanan
jangka panjang
Rangkaian
eksternal Atens Belajar
-pengulangan
-hapalan
-pengkodean
-pemecahan masalah
Hilang Hilang
Lupa
Gambar 2.1 Sistem Pemrosesan Informasi
Penyimpanan teks Sementara
Pencatatan pengindraan
Memori jangka pendek
Memori Jangka Panjang
46
Sumber : Aren dalam Trianto, 2009:33
2.2.15 Pentingnya Pengetahuan Awal
sering seorang pelajar mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan
tertentu, yang salah satu penyebabnya karena pengetahuan baru yang diterima
tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan yang sebelumnya. Atau mungkin
pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki. Dalam hal ini pengetahuan awal
menjadi syarat utama dan menjadi sangat penting untuk dimilkinya.
Pengetahuan awal (prior knowlge) adalah sekumpulan pengetahuan dan
pengalaman individu yang diperoleh saepanjang perjalanan hidup mereka dan
mereka bawa kepada suatu penghalaman belajar baru.
2.2.16 Memori Jangka Pendek
Sistem penyimpanan memori jangka pendek, dalam jumlah yang terbatas
beberapa detik. Menurut Miller dalam Trianto (2009:34) memori jangka pendek
mempunyai kapasitas 5-9 bits informasi. Proses mempertahankan suatu butir
informasi dalam memori jangka pendek dengan cara mengulang-ulang,
menghafal. Menghafal sangat penting dalam belajar, karena semakin lama suatu
butir tersimpan dalam memori jangka pendek, semakin besar kesempatan butir itu
akan ditransfer ke memori jangka panjang.
2.2.17 Memori jangka Panjang
47
Memori jangka panjang adalah termpat dimana pengetahuan disimpan secara
permanen untuk dipanggil lagi kemudian apabila ingin digunakan (Arends dalam
Trianto:2009:35). Memori jangka Panjang ini menurut Tulving dikutip dalam
Trianto, membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian . yaitu memori
episodic, memori semantic dan memori prosedural.
Disain pembelajaran menerapkan berbagai macam teori seperti teori belajar,
pembelajaran, komunikasi, psikologi, informasi dan sebagainya. Namun yang
paling menonjol dan mendasar adalah teori komunikasi, belajar dan pembelajaran.
Teori komunikasi berdamapak besar terhadap paradigma pembelajaran, yaitu
pemanfaatna media dan sumber belajar serta peran pengajar di kelas.
Teori belajar mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang, sedangkan teori
pembelajaran adalah faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar. Kedua
teori ini sangatlah banyak. Esensi perbedaan antar terori belajar dan teori
pembelajaran terletak dalam sifat keilmuannya. Teori belajar bersifat preskriptif,
menyarankan bagaiman sebaiknya proses belajar diselenggarakan. Teori belajar
bersifat deskriptif. Atau menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi dalam diri
seseorang. Dengan kata lain, di satu pihak, teori pembelajaran lebih banyak
berbicara mengenai the learning sedangkan teori belajar lebih banyak
menjabarkan the learner. Teori teori tersebut sangat banyak jumlahnya.
Sedangkan dalam teori komunikasi berlo, mengembangkan wawasan KBM pada
kelas konvensional sebagai suatu komunikasi. Menurut teori belo ini dalam suatu
KBM konvensional, maka pengajar adalah pengirim pesan yaitu materi ajar.
48
Saluran digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut bisa saja segala potensi
pengajar, media pembelajaran, serta indra yang dimiliki oleh peserta didik. Lalu
peserta didik sebagai penerima pesan atau topik yang disampaikan oleh pengajar
mencerna materi.
Gangguan timbul pada pesan seperti ketiadan aliran listrik dapat menyebabkan
gangguan pada perangkat elektronik yang seharusnya digunakan. Salah cetak pada
buku bisa pula menimbulkan gangguan. Umpan balik adalah respons peserta didik
terhadap topik yang disampaikan oleh pengajar. Pertanyaan, nilai buruk yang
diperoleh mecerminkan umpan balik.
Baik pengajar maupun peserta didik ternyata dipengaruhi oleh nilai sosial,
pengetahuan, dan minat masing-masing. Pengajar yang memiliki potensi tinggi
dalam disiplin ilmu serta mampu mengolah topik menjadi sajian menarik, diyakini
akan berdampak positif terhadap penerima atau peserta didik. Sebaliknya
kebekuan komunikasi karena perbedaan persepsi yang besar antara pengajar dan
peserta didik berakibat buruk terhadap proses belajar. Untuk itu, sebagai pengirim
dan pengolah pesan, pengajar sebaiknya menganalisis terlebih dahulu penerima
atau peserta didik dengan baik.
Pakar teknologi pendidikan, Gagne (Prawiradilaga,2008: 28) menyatakan bahwa
proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu
sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar
terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan
melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar.
49
Melalui indranya peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajar
mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat
berlangsung lancar.
Menurut Magnesen (Prawiradilaga,2008:24) belajar terjadi dengan membaca
sebanyak 10 %, mendengar 20 % , melihat 30 %, melihat dan mendegar 50 %,
mengatakan 70 %, mengatakan sambil mengerjakan sebanyak 90 %.
Pemberdayaan optimal dari seluruh indra seseorang dalam belajar dapat
menghasilkan kesuksesan bagi seseorang. Melalui media pembelajaran, belajar
paling tinggi sebanyak 50 %. Ternyata, seseorang yang belajar dapat terlibat
langsung dengan suatu kegiatan atau mengerjakan sesuatu dianggap sebagai cara
yang terbaik dan bertahan lama.
Bruner sejak dulu percaya bahwa penyajian materi bisa dimulai dari yang
termudah secara bertahap ke arah materi yang lebih sukar. Dengan kata lain,
materi yang bersifat sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu, sehingga jika diberikan
materi yang lebih rumit peserta didik tidak terlalu kaget. Atau dengan bahasa lain,
materi konkret, nyata diberikan terlebih dahulu karena mudah kemudian disusul
dengan materi abstrak secara bertahap.
Teori pembelajaran Gagne terkenal dengan sebutan events of instruction
(peristiwa pembelajaran) yang terdiri atas sembilan tahapan
(Prawiradilaga,2008:25).
1. Stimulation to gain attention to ensure the reseption of stimuli
50
2. Informing leaners of the learning objective, to estabilish appropriate expectations
3. Reminding learners of previously learned conten for retrieval from LTM
4. Clear and distinctive presentation of material to ensure selective perception
5. Guidence of learning by suitable semantic encoding
6. Eliciting performance, involving response generation
7. Providing feedback about performance
8. Assessing the performance, involving additional response feedback occasions
9. Arranging variety of practice to aid future retrieval and transfer.
Kesembilan langkah diatas dapat disederhanakan menjadi empat kegiatan besar,
yaitu :
Langkah 1 sampai dengan 3 merupakan kegiatan pengajar untuk memotivasi
pelajar dengan berbagai cara. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang akan mereka peroleh dari penyajian meteri nanti sangat diperlukan pebelajar
karena mereka akan belajar lebih terarah. Selain itu, sebaiknya seorang guru
menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dikuasai
sebelumnya. Usahakanlah semua kegiatan awal PBM ini menjadi sesuatu yang
menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu.
Langkah 4 sampai dengan 7 merupakan kegiatan penyajian materi yang dilakukan
oleh pengajar. Sewaktu menyajikan pengajar sebaiknya memberikan kesempatan
kepada para pebelajar untuk merespons atas penyajian dengan melaksanakan
berbagai kegiatan yang mendukung pemahaman materi seperti kerja tim, bertanya,
berdemonstrasi, dan sebagainya. Kalau perlu, cobalah pikirkan suatu teknik agar
51
materi yang disampaikan mudah diingat dan diterapkan. Sebagai contoh, Anda
dapat membuat singkatan tertentu yang tengah dikenal di masyarakat, namun
dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan.
Langkah 8, yaitu tahap menilai hasil belajar sejauh mana kompetensi dapat
dikuasai atau belum. Pada langkah ini apabila pebelajar masih mengalami
kesulitan atau hambatan, cobalah diskusikan materi yang telah dibahas. Kalau
perlu cobalah berikan ringkasan atau pengulangan materi tesebut. Penilaian bisa
diberikan dalam bentuk tes objektif, atau tugas lain (penyusunan makalah, tugas
lab) yang setara tingkat kesulitannya.
Sedangkan langkah 9 merupakan upaya pengajar untuk memberikan tugas terkait
dengan materi yang telah dibahas tadi. Tugas yang diberikan pada langkah
kesembilan ini dapat dianggap sebagai pengayaan agar kompetensi lebih
mengendap lagi dalam pikiran pebelajar. (Prawiradilaga,2008:26)
2.2.18 Komponen Pendidikan
Komponen diartikan sebagai bagian atau sesuatu yang menjadi rangkaian yang
utuh. Jadi komponen pendidikan adalah bagian-bagian atau serangkaian yang utuh
dalam pendidikan. Adapun komponen pendidikan itu adalah peserta didik,
pendidik, interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik, materi / isi
pendidikan, konteks yang mempengaruhi pendidikan. (Ihsan,2003:8)
2.2.19 Kurikulum
52
Menurut Saylor dan Alexander dalam Ihsan (2003:9) merumuskan kurikulum
sebagai segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Secara
tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah.
Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah. Sedangkan dalam pengertian lain, kurikulum diartikan sebagai
keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau
pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya. Pengertian ini
cakupanmya lebih luas daripada pengertian yang pertama, karena dalam
pengertian ini mencakup segala sesuatu yang ada dalam sebuah lembaga
penyelenggara pendidikan.
Menurut B. Othanel smith, W.O, Stanley dan J. Harlan shores . (Ihsan,2003:10)
memandang kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat
diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai
dengan mesyarakatnya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapatlah kita ambil kesimpulan bahwasanya
kurikulum adalah segala sesuatu yang ada dalam sebuah lembaga pendidikan, baik
itu program, sarana dan prasarana, kegiatan, dan lain sebagainya, yang semuanya
itu mendukung dan mempengaruhi terlaksananya proses pendidikan.
Suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponennya, yakni :
Tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar, evaluasi,
53
1. Tujuan
Mengarahkan atau menunjukkan sesuatu yang hendak dituju dalam proses belajar
mengajar. Tujuan yang ditulis dalam proses mengajar itu disebut dengan tujuan
pengajaran, yang sebenarnya adalah tujuan anak belajar. Selanjutnya tujuan itu
mengarahkan perbuatan belajar mengajar yang akan dilakukan oleh siswa dan
guru.
2. Isi
Menunjukkan materi proses belajar mengajar tersebut. Materi atau isi itu harus
relevan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
3. Metode atau proses belajar mengajar
Komponen metode atau proses belajar mengajar ini mempertimbangkan kegiatan
anak dan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar itu, anak
hendaknya tidak dibiarkan sendirian. Karenanya para ahli menyebutkan proses
kegiatan ini dengan proses belajar mengajar, karena proses itu merupakan
gabungan kegiatan anak belajar dan guru mengajar yang tidak terpisahkan.
4. Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan kurikuler berupa penilaian untuk mengetahui berapa
persen tujuan telah dicapai.
Dalam sistem proses pembelajaran, ada 5 komponen proses pembelajaran, yakni :
Tujuan, media, isi/materi,evaluasi,metode.
54
1. Tujuan
Sesuai dengan standar isi, kurikulum yang berlaku untuk setiap pendidikan adalah
kurikulum berbasis kompetensi55. Dalam kurikulum berbasis kompetensi tujuan
yang diharapkan dapat dicapai adalah sejumlah kompetensi yang tergambar baik
dalam kompetensi dasar ataupun standar kompetensi.
2. Isi atau materi
Dalam pembelajarn yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi,
tugas dan tanggung jawab guru bukanlah sebagai sumber belajar. Dengan
demikian materi pelajaran dapat diambil dari berbagai sumber.
3. Metode
Keberhasilan mencapai tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini.
Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain tanpa dapat dilaksanakan
dengan metode dan strategi yang baik, maka komponen-komponen tersebut tidak
akan memiliki makna yang mendalam pada proses kegiatan belajar mengajar.
4. Media
Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan siswa dapat
belajar dari mana saja dan kapam saja dengan memanfaatkan hasil teknologi.
55
5. Evaluasi
Evaluasi bukan hanya melihat keberhasilan proses belajar mengajar, akan tetapi
juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan
pembelajaran.
Dalam implementasi kurikulum, ada beberapa pendekatan, yakni :
Pendekatan Fidelity (implementasi kurikulum sesuai dengan
disain yang telah standar), pendekatan Mutual Adaptive (pelaksanaan kurikulum
mengadakan penyesuaian berdasarkan kondisi, kebutuhan, tuntutan setempat),
Pendekatan Enactment (implementasi kurikulum dengan melakukan
berbagai upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaankurikulum.
2.3 Kurikulum Model Terpadu (Integrited Curriculum).
A. Pengertian kurikulum terpadu
Usaha mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran
menghasilkan kurikulum yang integrated atau terpadu. Integrasi ini tercapai
dengan memusatkan mata pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan
pemecahannya dengan bahan dari segala macam disiplin atau mata pelajaran yang
diperlukan. Bahan mata pelajaran menjadi instrumental dan fungsional untuk
memecahkan masalah. Batas-batas antara mata pelajaran dapat ditiadakan.
56
Kurikulum terpadu di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah adalah
kurikulum yang memadukan antara program pendidikan umum (kurikulum
Diknas), pendidikan agama (Kurikulum khusus KeIslaman) dan kurikulum khas
lainnya. Kurikulum khas disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Sekolah (BPPS) yang mana dalam menyusun kurikulum tersebut mereka
memperhatikan aspek kebutuhan siswa, kebutuhan masyarakat dan lingkungan.
Adapun mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum pendidikan umum adalah
Pendidikan agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika,
Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya Dan
Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Muatan Lokal,
Pengembangan Diri. Mata pelajaran yang dalam tataran kurikulum khusus
Sekolah Dasar Islam Terpadu adalah Bahasa Arab, Bahasa Inggris,
Kemuhammadiyahan, Tahfidz, Tahsin, Doa/Hadist.
Tabel 2.2. Kurikulum Tahfidz Al Qur’an SDIT Muhammadiyah Gunung Terang
Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1Hapal ½ juz 30Hapal suroh suroh pilihan
Surat As Syam – An Nas
2Hapal ½ juz 30Hapal suroh-suroh pilihan
Surat An Naba – Al Thoriq
3Lanjutan juz 30Juz 29
Surat Al A’la – Al FajrSurat Al Mulk; Al Mursalat; Al Qiyamah
4Juz 29Mengenal lagu imam Masjidil Haram dan Nabawi
Al Muzzamil; Al Mudatsir; Al Insan; Nuh; Al Ma’arij; Al Qolam; Al Haqqoh; Jin
5 Hapal ½ Juz 1 Al Baqoroh
6Hapal ½ juz 1Murrojaah juz 30 dan 29
Al baqoroh
Sumber: Data SDIT Muhammadiyah Gunung Terang, 2009
57
Tabel 2.3 Kurikulum Tahfidz Hadits SDIT Muhammadiyah Gunung Terang
Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 Menghapal hadits tentang akhlaq
Niat; muslim bersaudara;berkata baik, jangan marah,memuliakan,Hadis Iman
Menghapal hadits tentang akhlaq
Pergaulan dengan sesama, kewajiban belajar,manusia yang bermanfaat, Hadis Islam, Ilmu; keutamaan Al Qur’an,
2 Menghapal hadits tentang akhlaqIlmu; keutamaan Al Qur’an, hadis ihsan
Memahami dan menghapal sebagain hadits ArbainHadits Arbain Imam Nawai no. 1 s/d 13
3 Memahami dan menghapal sebagain hadits ArbainHadits Arbain Imam Nawawi no. 14 s/d 30
4 Memahami dan menghapal sebagain hadits ArbainHadits Arbain Imam Nawawi no. 30 s/d 42
Sumber : Dokumen SDIT Muhammadiyah Gunung Terang, 2009
Tabel 2.4 Kurikulum Tahfidz Do’a SDIT Muhammadiyah Gunung Terang
Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1 Menghapal doa aktivitas harianTtidur, makan, kifarah majlis, ke kamarmandi , belajar,perlindungan,Orang tua,masjid, ,
2 Menghapal doa di Al Qur’an dan haditsDoa para Nabi dan harian(turun hujan,mendengar petir, menjenguk orang sakit; bepergian)
3 Menghapal doa di Al Qur’an dan hadits Dizkir sebelum tidur
4 Menghapal doa di Al Qur’an dan hadits Dzikir pagi
5 Menghapal doa di Al Qur’an dan hadits Dzikir sore
6 Menghapal doa di Al Qur’an dan hadits Doa para Nabi
Sumber: Data SDIT Muhammadiyah Gunung Terang, 2009
58
2.4 Pembelajaran Tahfidz
Kontek pembelajaran Al Quran dan Hadits dalam terminologi masyarakat yang
bahasa keseharianya selain bahasa arab (lughotul arobiyah) terdapat beberapa
tataran pembelajaran. Diantaranya iqro wa tahsinul Qur’an , tahfidzul Qur’an,
dan tarjimul Qur’an, serta tafsirul qur’an
Tahsinul Qur’an mengandung pengertian proses pembelajaran Al qur’an yang
menitik beratkan pada peningkatan kemampuan dalam membaca Al qur’an.
Tahfidzul Qur an mengandung pengertian proses pembelajaran yang menitik
beratkan pada peningkatan terhadap hapalan ayat ayat Al qur’an.
Tarjimul Quir’an memuat pengertian proses pembelajaran yang menitik
beratkan pada peningkatan kemampuan dalam memahami kandungan Al qur’an
Ketiga proses ini sangat dianjurkan di dalam terminology pendidikan Islam.
Hal ini disinyalir dalam sebuah hadits yang popular dari Nabi S.a.w.
Diriwayatkan dari Abu musa R.A. dia berkata, Nabi S.a.w pernah juga
menyatakan di dalam sabda beliau : perumpamaan petunjuk dan ilmu yang
diberikan oleh Allah kepadaku adalah seperti hujan lebat yang turun ke bumi, lalu
ada tanah yang subur yang menyerap air hujan sehingga bias menumbuhkan
rerumputan dengan subur, dan ada pula tanah yang keras yang bias menyimpan air
hujan yang Allah menjadikannya bermanfaat bagi umat manusia sebagai air
minum dan untuk mengairi tanaman, serta adapula tanah yang tandus yang tidak
bias menyimpan air, juga tidak bias menumbuhkan rerumputan. Itulah (contoh
pertama dan kedua) perumpamaan orang yang memahami Islam yang
59
memperolah keuntungan dari ajaran yang diberikan oleh Allah kepadaku,
kemudian di mempelajari dan mengajarkannya kepada orang lain, swedangkan
(contoh ketiga) adalah perumpamaan orang yang tidak mau memperhatikan
ajaran dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa “ (dalam kitab Bukhori
no hadits 79) “Sebaik baik kamu adalah yang senantiasa mempelajari Al Quran
dan mengajarkannya”
Para ulama berbeda pendapat tentang mana yang lebih utama, membaca atau
menghafal Al qur’an. Sebagian menganggap lebih utama membaca Al Qur’an
dan sebagian lain menganggap menghafal Al qur’an yang lebih utama.
Pada masa generasi sahabat rosul demikian kuat hasratnya membaca dan
menghafal Alqur’an. Bahkan Rosulullah memberikan tempat yang lebih tinggi
seorang diantara mereka dengan hafalan Al qur’annya.
Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rosulullah S.a.w. pernah
mengumpulkan dua orang dari mereka yang terbunuh di Perang uhud, kemudian
beliau bertanya, mana diantara kedua orang ini yang paling banyak hapalan Al
qur’annya. Beliau akan memasukkannya terlebih dahulu keliang lahat
Rosululla S.a.w. juga memberikan panji kepemimpinan dalam jihad kepada orang
yang paling banyak hafalan Al qur’annya. (Sholih bin Fauzan dalam keajaiban
Belajar Al Qur’an 2001
Allah azawajallah memuliakan orang yang menjadi Ahlul qur’an dengan
membaca, menghafal, dan mengamalkannya dengan berbagai keistimewaan di
60
dunia dan akhirat. Rosulullah S.A.W memberikan keistimewaan terhadap para
penghapal Al Qur’an melalui sabda beliau :
“Ahlul Qur’an adalah keluarga dan orang-orang khusus disisi Allah”
Ahlul Qur’an adalah orang yang terdekat dari Allah, karena keagungan atas apa
yang mereka miliki. Bagaimana tidak mereka mempelajari ilmu yang paling
agung, ilmu yang paling mulia dan paling terhormat kedudukannya.
Permasalahn terbesar yang dihadapi dalam dalam program menghafal Al Qur’an
yang tidak diketahui kebanyakan orang adalah bahwa Al Qur’an memiliki
susunan penulisan unik yang tidak terdapat didalam kitab selainnya. Hal ini
merupakan perkara yang sudah menjadi tabiat, karena kalam Allah tidak akan
mungkin menjadi seperti kalam manusia. Kita terbiasa dengan lingkungan yang
kita hidup di dalamnya dengan perkataan orang-orang yang hidup di sekeliling
kita, namun kita harus membiasakan diri dengan susunan bahasa baru ini dengan
sempurna. Maksudnya, akan memerlukan waktu agar terbiasa dengan susunan
bahasa ini sampai setiap sel di dalam tubuh singkron dan bertautan erat dengan
kalam Allah. ( Abdul Ad Daim Al Kahiil ; 2005:45)
Allah telah munurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al qur’an yang serupa
mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang yang takut
kepada robnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu
mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa
yang dikehendaki Nya. Dan siapa disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya
seorang pemimpinpun. (Al Quran Suroh Az Zumar : 23)
61
Sesungguhnya telah kami mudahkan Al qur’an untuk pelajaran, maka adakah
orang yang mengambil pelajaran ? (Al Qur a’n suroh Al Qomar : 17)
Langkah awal menghafal Al Qur’an adalah dengan tekun adalah harus yakin,
bahwa program menghafal Al Qur’an ini adalah program terpenting di dalam
hidup dan tidak akan menyita waktu sedikitpun. Karena Allah akan memberikan
keberkahan waktu dan akan memperoleh bahwa sisi waktu tidak akan sis-sia.
Bahkan akan semakin banyak dan menjadi lebih mudah sebelumnya.
( Abdul Ad Daim Al Kahiil; 2005)
Nabi S.a.w. menyatakan :
Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah pasti akan
menggantikan dengan yang lebih baik.
2.4 Disain Pembelajaran
Menurut Reigeluth, disain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori
belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang.
Rothwell dan Kazanas merumuskan disain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi. Bagi mereka, peningkatan kinerja berarti peningkatan kinerja organisasi. Disain pembelajaran melakukan hal tersebut melalui suatu model kinerja manusia. (Prawiradilaga, 2008:36)
Kinerja mengajar tidak hanya ditinjau dari bagaimana pengajar tersebut
menjelaskan isi pelajaran. Ia herus tahu bagaimana mengahadapi peserta didik,
62
membantu memecahkan masalah , mengelola kelas, menata bahan ajar,
menentukan kegiatan kelas, menyusun asasmen belajar, menentukan metode atau
media; atau bahkan menjawab pertanyaan dengan bijaksana. Satu hal yang jelas
jika seorang pengajar hendak mengajar, maka ia diminta untuk menyiapkan
satuan pelajaran atau lesson plan. Penyusunan satuan pelajaran ini terkait
rencana yang ia harus laksanakan sewaktu ia belajar diruang kelas. Agar satuan
pelajaran tersusun dengan baik, pengajar memerlukan landasan berfikir atau
bekal ilmu yang mendukung penyusunan satuan pelajaran tersebut. Bahkan ia
harus mampu berkomunikasi di kelas dengan baik, memikirkan kegiatan apa
yang harus dilakukan peserta didik agar mereka dapat mencerna, menyerap isi
pelajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian menyusun satuan pelajaran
tak cukup hanya dengan mengikuti struktur atau lembar baku yang telah
disediakan oleh lembaga pendidikan tempat ia ber profesi. Jika seorang pengajar
menyadari dan memahami pentingnya hal ini, kemungkinan besar ia dapat
menghasilkan pembelajaran yang efektif dan menarik.
Gagne, dkk. Mengembangkan konsep disain pembelajaran dengan menyatakan
bahwa disain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, di mana proses
belajar itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Mereka percaya
proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar, internal maupun
eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri pebelajar,
sedangkan kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang didisain inilah
yang disebut mereka sebagai disain pembelajaran. (Prawiradilaga,2008:16).
63
Untuk itu, disain pembelajaran haruslah sitematis, dan menerapkan konsep
pendekatan system agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang.
Dick, Carey & Carey dalam Prawiradilaga (2008:16) menegaskan penggunaan
konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran suatu disain pembelajaran.
Umumnya pendekatan sistem terdiri atas analisis, disain, pengembangan,
implementasi, dan evaluasi. Disain pembelajran mencakup seluruh proses yang
dialaksanakan pada pendekatan sistem. Teori belajar, teori evaluasi, dan teori
pembelajaran merupakan teori-teori yang melandasi disain pembelajaran.
Sebenarnya, esensi disain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen
(siswa, tujuan, metode, dan evaluasi) serta analisis topik.Empat komponen di
bawah dipengaruhi oleh teori belajar dan pembelajaran yang dihasilkan dari
disiplin ilmu tertentu.
Menurut Kemp, Morrison dalam Prawiradilaga (2008:17) esensi disain
pembelajaran mengacu kepada empat komponen inti: siswa, tujuan pembelajaran,
metode dan penilaian.
Rincian komponen inti dibahas berikut :
1. Peserta didik
64
Berbagai istilah yang berkembang di indonesia terkait dengan peserta didik ini
diantaranya siswa, siswa, peserta pelatihan, dan seterusnya. Namun uraian ini
tidak akan membahas mengapa istilah peserta didik berbeda. Ulasan ini
menjelaskan alasan-alasan rasional mengenai hal-hal yang patut dipertimbangkan
tentang praktik belajar.
Apa pun disain pembelajaran dan mata ajaran yang disampaikan, perlu kiranya
diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para disainer adalah
menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses
belajarnya. Peserta didik sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor baik fisik maupun mental. Kelelahan secara fisik, mengantuk,
bosan, atau jenuh yang menghinggapi peserta didik dapat mengurangi konsentrasi.
Sudah tentu akan terjadi reduksi dalam penyerapan materi. Kelelahan mental
karena terlalu banyak belajar dapat mengurangi daya tangkap dia untuk
memahami materi ajar selanjutnya. Beberapa hal dapat mempengaruhi mutu
belajar diantaranya yaitu tampilan materi ajar. Sebagai contoh tampilan buku atau
modul yang menarik dapat menimbulkan minat belajar. Sedangkan pengolahan
secara penyajian isi yang menarik dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang besar.
Pada kelas konvensional , peran guru atau instruktur dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar. Pemaparan materi yang menarik gaya bicara guru bisa pula
mendukung atau menghambat proses belajar mengajar. Masih banyak lagi hal-hal
yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang.
65
2. Tujuan Pembelajaran
Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan
kompetensi atau kinerja yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai
belajar. Seandainya tujuan pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai sesuatu
yang rumit, maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi sub kompetensi
yang dapat mudah dicapai. Dilain pihak disain instruksional memadukan
kebutuhan peseta didik dengan kompetensi yang harus dia kuasai nanti setelah
selesai belajar dengan persyaratan tertentu dalam kondisi yang sudah ditetapkan.
3. Metode
Metode terkait dengan srategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses
belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang dinggap jitu
untuk menyampaikan materi ajar. Dalam disain pembelajaran langkah ini sangat
penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang
sesungguhnya. Di lain pihak kepiawaian seseorang disainer pembelajaran juga
terlihat dalam cara dia menentukan metode ini. Metode sebagai strategi
pembelajaran biasa dikaitkan dengan media dan waktu yang tersedia untuk
belajar. Pada konsep sederhana ini, metode adalah komponen strategi
pembelajaran yang sederhana.
4. Penilaian
Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sangat penting.
Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari
66
penilaian hasil belajar ini.Sering kali penilaian diukur dengan menjawab dengan
benar sejumlah soal-soal objektif. Penilaian juga dapat dilakukan dengan format
non soal, yaitu dengan instrumen pengamatan, wawancara, kuisioner, dan
sebagainya.
Selain dasar pemikiran tadi, Kemp, et al. (Prawiradilaga:2008:19) menyebutkan
pula adanya dasar pemikiran lain selain keempat faktor yang telah dijelaskan
sebelumnya. Disain pembelajaran yang dimaskud merupakan hasil kajian suatu
topik. Ilmu tertentu diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dan
relatif sempit cakupannya. Setelah itu pembelajaran dirancang sesuai dengan sifat
ilmu tersebut.
Komponen model analisis topik ini terdiri atas :
1. Topik
Topik adalah mata ajaran yang akan dijelaskan kepada peserta didik. Disainer
pembalajaran perlu mempelajari karakteristik dan ketegori topik itu sebagai
pengetahuan dan sebagai upaya untuk menentukan alternatif yang harus dipilih
terkait dengan kondisi belajar yang harus dipersiapakan. Model analisis topik ini
menjadi landasan pemikiran untuk mengkaji landasan pengetahuan.
2. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirumuskan sebagai kategori topik selesai dilaksanakan.
Dengan demikian, rumusan tujuan pembelajaran disusun berdasarkan ketegori
topik.
67
3. Pembelajaran
Pembelajaran diartikan sebagai kegiatan dimana guru dan peserta didik langsung
berinteraksi. Dalam hal ini, disain pembelajaran menentukan seluruh aspek
strategi pembelajaran sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.
4. Penilaian
Penilaian dalam model mancakup dua hal, yaitu belajar dan pembelajaran.
Penilaian belajar dilakukan untuk melihat pencapaian tujuan pembelajaran yang
dapat dicapai. Selain itu, penilaian dilakukan pula terhadap proses pembelajaran.
Penilaian ini bertujuan agar faktor penghambat belajar dapat diatasi sehingga
proses belajar yang akan datang akan menjadi lebih mudah serta lancar.
5. Revisi
Setelah hasil penilaian diolah, terkait dengan proses belajar, maka bisa dikaji
ulang rumusan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi; apakah terlalu
mudah atau sebaliknya. Sebagaimana telah dijelaskan tadi, menurut model ini,
penilaian juga dapat dilakukan terhadap pembelajaran. Langkah revisi ini
dimaksud untuk mencari. Alternatif atau pemecahan masalah belajar yang dialami
oleh peserta didik.
2.4.1 Sifat Disain Pembelajaran
Beberapa hal menjadi roh suatu disain pembelajaran dibahas seperti di bawah ini.
68
Disain pembelajaran mengacu pada peserta didik. Setiap individu peserta didik
dipertimbangkan memiliki kekhasan masing-masing. Menurut
Smaldino,(Prawiradilaga:2008:20) setiap peserta didik berbeda satu sama lain
karena :
1. Karakteristik umum
Sifat internal peserta didik yang mempengaruhi penyampaian materi seperti
kemampuan membaca , jenjang pendidikan, usai, atau latar belakang sosial.
2. Kemampuan awal atau pra syarat
Kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum peserta didik akan mempelajari
kemampuan baru. Jika kurang maka kemampuan awal ini yang sebenarnya
menjadi mata rantai penguasaan isi atau materi dan menjadi penghambat bagi
proses belajar mengajar.
3. Gaya belajar
Merupakan berbagai aspek psikologis yang berdampak terhadap penguasaan
kemampuan atau kompetensi. Cara mempersepsikan sesuatu hal, motivasi,
kepercayaan diri, tipe belajar, (verbal, visual, kombinasi, dan sebagainya )
ternasuk gaya belajar.
4. Alur Bepikir Sistem Atau Sistemik
Konsep sistem dan pendekatan sistemik diterapkan secara optimal dalam disain
pembelajaran sebagai kerangka berpikir. Sistem sebagai rangkaian dengan
69
komponen masing-masing fungsi yang berbeda, bekerja sama dan berkoordinasi
dalam melaksanakan suatu tujuan yang telah dirumuskan. Rumusan ini
menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar jika diuraikan terjadi seperti
sebagai suatu sistem. Keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaanya dapat
disebakan oleh salah satu komponen saja. Jadi jika ada perbaikan meka seluruh
komponen perlu ditinjau kembali.
5. Empiris dan Berulang
Setiap model disain pembelajaran bersifat empiris. Model apapun yang diajukan
oleh pakar telah melalui hasil kajian teori serta serangkaian uji coba yang telah
mereka lakukan sendiri sebelum dipublikasikan. Pada pelaksanaannya pengguna
dapat menerapkan dan memperbaiki setiap tahap berulang kali sesuai denga
masukan demi untuk efektifitas pembelajaran.
2..5 Kajian Penelitian yang Relevan
Masfiyatul Asriyah, 2009. Judul Penelitian: Inovasi Pendidikan di Sekolah dasar
Islam Terpadu Muhammadiyah. Hasil penelitian: Tiga bidang inovasi pendidikan
di SekolahDasar Islam Terpadu Muhammadiyah yaitu: bidang kurikulum, strategi
pembelajaran, serta pembiayaan.
Ridwan, 2009. Judul Penelitian: Implementasi Kurikulum di Sekolah Dasar Islam
Terpadu Muhammadiyah. Hasil penelitian: Implementasi kurikulum di Sekolah
Dasar Islam Terpadu efektif.
70