Jakfar Syadid Bab II

59
II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi 2.2.1 Model dan Rancangan Evaluasi Kaufman dan Thomas dalam Arikunto (2009:52) membedakan model evaluasi menjadi: 1. Goal Oriented Evaluation Model yang dikembangkan oleh Tyler. Pada model ini menjadi objek pengamatan adalah tujuan program yang ditetapkan sebelum program dimulai, dimana evaluasi dilakukan secara berkesinambungan untuk mengecek sejauh mana tujuan itu terlaksana. 2. Goal Free Evaluation Mode yang dikembangkan oleh Scriven tidak menitikberatkan pada tujuan program melainkan memperhatikan bagaimana kerjanya program, dengan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang terjadi baik hal-hal yang positif maupun yang negative. Model ini hanya mempertimbangkan tujuan umum yang tercapai, bukan secara rinci per komponen. 3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michale Scriven. Model ini menunjukkan “apa, kapan dan tujuan” evaluasi dilaksanakan. Evaluasi dilakukan saat program sedang berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program telah berakhir (evaluasi summit).

description

pendidikan

Transcript of Jakfar Syadid Bab II

Page 1: Jakfar Syadid Bab II

12

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

2.2.1 Model dan Rancangan Evaluasi

Kaufman dan Thomas dalam Arikunto (2009:52) membedakan model evaluasi

menjadi:

1. Goal Oriented Evaluation Model yang dikembangkan oleh Tyler. Pada model

ini menjadi objek pengamatan adalah tujuan program yang ditetapkan sebelum

program dimulai, dimana evaluasi dilakukan secara berkesinambungan untuk

mengecek sejauh mana tujuan itu terlaksana.

2. Goal Free Evaluation Mode yang dikembangkan oleh Scriven tidak

menitikberatkan pada tujuan program melainkan memperhatikan bagaimana

kerjanya program, dengan mengidentifikasi penampilan-penampilan yang

terjadi baik hal-hal yang positif maupun yang negative. Model ini hanya

mempertimbangkan tujuan umum yang tercapai, bukan secara rinci per

komponen.

3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michale Scriven.

Model ini menunjukkan “apa, kapan dan tujuan” evaluasi dilaksanakan.

Evaluasi dilakukan saat program sedang berjalan (evaluasi formatif) dan

ketika program telah berakhir (evaluasi summit).

Page 2: Jakfar Syadid Bab II

13

4. Countenance Evaluation Model yang dikembangkan oleh Stake. Model ini

menekankan pada dua hal pokok yaitu deskripsi (description) dan

pertimbangan (judgment), serta membedakan tiga tahap dalam evaluasi yaitu

antesenden, transasksi (process) dan keluaran (output – outcomes).

5. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan.

CSE kepanjangan dari center for study of evaluation dan UCLA dari

University of California Los Angeles, cirri model ini ada lima tahap yang

dilakukan dalam evaluasi yaitu mencakup perencanaan, pengembangan,

implementasi, hasil dan dampak.

6. Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus. Model ini

menitikberatkan pada adanya kesenjangan dalam pelaksanaan program.

Evaluasi dilaksanakan untuk mengukur kesenjangan yang ada di setiap

komponen antara yang seharusnya dicapai dengan sudah riil dicapai.

7. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam. Model

konteks input proces produk (CIPP) merupakan hasil kerja para tim peneliti,

yang tergabung dalam suatu organisasi komite Phi Delta Kappa USA, yang

ketika itu diketuai oleh Daniel Stuffle – Beam. Model CIPP termasuk model

yang tidak terlalu menekankan pada tujuan suatu program (Sukardi, 2008:62).

CIPP Evaluation Model, merupakan model paling banyak diterapkan dalam

melakukan evaluasi. Model CIPP ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan

kawan-kawan pada tahun 1967 di Ohio State University. CIPP meruakan

singkatan dari Context evaluation, input evaluation, Process evaluation,

Product evaluation. Model CIPP adalah model evaluasi yang memandang

Page 3: Jakfar Syadid Bab II

14

program yang dievaluasi sebagai suatu sistem, sehingga bila menggunakan

model ini maka harus menganalisis program tersebut berdasarkan komponen-

komponennya (Arikunto, 2004:25).

Sukardi (2008:62) menjelaskan tentang evaluasi dengan model CIPP ini, pada

prinsipnya mendukung proses pengambilan keputusan dengan mengajukan

pemilihan alternative dan penindaklanjutan konsekuensi dari suatu keputusan.

Evaluasi model CIPP pada garis besarnya melayani empat macam keputusan:1)

perencanaan keputusan yang mempengaruhi pemilihan tujuan umum dan tujuan

khusus, 2) keputusan pembentukan atau structuring, yang kegiatannya mencakup

pemastian strategi optimal dan disain proses untuk mencapai tujuan yang telah

diturunkan dari keputusan perencanaan, 3) keputusan implementasi, dimana pada

keputusan ini para evaluator mengusahakan sarana-prasarana untuk menghasilkan

dan meningkatkan pengambilan keputusan atau eksekusi, rencana, metode,

strategi yang hendak dipilih, 4) keputusan pemutaran (recyclining) yang

menentukan, jika suatu program itu diteruskan, diteruskan dengan modifikasi, dan

atau diberhentikan secara total atas dasar kriteria yang ada.

Sukardi (2008:63) menjelaskan, untuk melaksanakan empat macam keputusan

tersebut, ada empat macam focus evaluasi, yaitu 1) evaluasi konteks,

menghasilkan informasi temtang macam-macam kebutuhan yang telah diatur

prioritasnya, agar tujuan dapat diformulasikan, 2) evaluasi input, menyediakan

informasi tentang masukan yang terpilih, 3) evaluasi proses, menyediakan

informasi untuk para evaluator melakukan prosedur monitoring terpilih yang

Page 4: Jakfar Syadid Bab II

15

mungkin baru diimplementasikan sehingga butir yang kuat dapat dimanfaatkan

dan yang lemah dapat dihilangkan, 4) evaluasi produk, mengakomodasikan

informasi untuk meyakinkan dalam kondisi apa tujuan dapat dicapai dan juga

untuk menentukan, jika strategi yang berkaitan dengan prosedur dan metode yang

diterapkan guna mencapai tujuan sebaiknya berhenti, modifikasi atau dilanjutkan

dalam bentuk yang seperti sekarang.

Menurut Stufflebeam pertanyaan yang berkenaan dengan konteks ini adalah

mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya

program yang akan dievaluasi. Evaluasi proses menunjuk pada “apa” kegiatan

yang dilakukan dalam program, “siapa” orang yang ditunjuk sebagai

penanggungjawab program, “kapan” kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP,

evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan di

dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Evaluasi produk atau

hasil, diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada

masukan.

Evaluasi produk (product evaluation) merupakan bagian akhir dari model CIPP.

Evaluasi ini bertujuan mengukur dan menginterpretasikan capaian-capaian

program. Evaluasi produk menunjukkan perubahan-perubahan yang terjadi pada

input. Dalam proses ini, evaluasi produk menyediakan informasi apakah program

itu akan dilanjutkan, dimodifikasi kembali atua bahkan akan dihentikan.

Page 5: Jakfar Syadid Bab II

16

Memperhatikan berbagai model evaluasi yang ada, maka peneliti menggunakna

model CIPP Evaluation dalam penelitian ini yang dikembangkan oleh Stuffle

beam. Penelitian ini lebih memperhatikan terhadap kinerja Guru dalam

menjalankan program pembelajaran. Oleh karenanya evaluasi yang dilakukan

adalah kinerja Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga

penelitian ini mempertimbangkan komponen context, input, process, product.

Stuffle Beam, (2003:46) menerangkan model evaluasi CIPP bertujuan untuk

memperoleh gambaran pelaksanaan suatu program dan memberikan informasi

untuk pengambilan keputusan alternative.

Pendapat lain Stuffle Beam (2003: 26) menyatakan bahwa model evaluasi CIPP

menyediakan empat tipe keputusan, yaitu (1) planning decision, yang

mempengaruhi pemilihan tujuan secara umum maupun secara khusus. (2)

structuring dicision, yang menentukan strategi dan desain procedural yang optimal

dalam rangka mencapai tujuan –tujuan yang telah ditentukan oleh keputusan

perencanaan. (3) Implementing decision, yang memberikan jalan/ cara dalam

menjalankan dan meningkatkan pelaksanaan desain, metode, atau strategi yang

telah dipilih, dan (4) recycling decision, yang menentukan apakah sebuah kegiatan

atau bahkan sebuah program akan dilanjutkan, diperbaiki, atau dihentikan.

Model CIPP melihat kepada empat dimensi, yaitu dimensi konteks, dimensi input,

dimensi proses dan dimensi produk. Keunikan model ini adalah pada setiap tipe

evaluasi terkait pada perangkat pengambilan keputusan (decision) yang

menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model

Page 6: Jakfar Syadid Bab II

17

CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan

evaluasi yaitu tahap konteks, input, proses dan produk.

Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan

program atau kondisi objektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis

kekuatan dan kelemahan objek tertentu. Stufflebeam menyatakan evalusi konteks

sebagai focus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan.

Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view)

kondisi nyata (reality) dengan kondisi yang diharapkan (ideality). Dengan kata

lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan

kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan. Evaluasi konteks

memberikan informasi bagi pengambilan keputusan dalam perencanaan suatu

program. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu

program. Evaluasi konteks juga mendiagnosis suatu kebutuhan yang selayaknya

tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang. (Isaac and

Michael: 1984:8).

Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana

penggunaan sumber-sumber yang tersedia, alternative-altenatif strategi yang harus

dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai

kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi

implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi input bermanfaat untuk

membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan

prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk

Page 7: Jakfar Syadid Bab II

18

menentukan sumber dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang

mendasar adalah bagaimana rencana penggunaan sumber-sumber yang ada

sebagai upaya memperoleh rencana program yang efektif dan efisien.

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam

praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur

baik tatalaksana kejadian dan aktifitas. Setiap aktifitas, perubahan yang terjadi

dimonitor secara jujur dan cermat. Pencatatan aktifitas harian demikian penting

karena berguna bagi pengambilan keputusan untuk menentukan tindaklanjut

penyempurnaan. Evaluasi proses dalam model CIPP menunjukkan pada apa

(what) kegiatan yang dilakukan dalam program, siapa (who) orang yang

ditunjukkan sebagai penangung awa program, kapan (when) keiatan akan selesai.

Dalam model CIPP, evaluasi pros diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang

telah dilaksanakan sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Stuffebeam dalam

arikunto mengusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk proses antara lain: 1) Apakah

pelaksanaan program sesuai dengan jadwal? 2) Apakah staf yang terlibat dalam

program akan sanggup menangani kegiatan selama program berlangsung? 3)

Apakah sarana prasrana yang disediakan dimanfaatkan secara optimal? 4)

Hambatan hambatan apa saja yang dijumpai selama pelaksanaan program?

Evaluasi produk atau hasil diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan

yang terjadi pada masukan/input setelah dilakukan proses. Evaluasi produk

merupakan tahap akhir dari serangkaian evaluasi program. Pertanyaan-pertanyaan

yang dapat diajukan, antara lain: 1) Apakah tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah

Page 8: Jakfar Syadid Bab II

19

tercapai? 2) Pernyataan apakah yang mungkin dirumuskan berkaitan antara

rincian proses dengan pencapaian tujuan? 3) Dalam hal apakah berbagai

kebutuhan input sudah dapat dipenuhi? 4) Apakah dampak yang diterima input

setelah dilakukan proses?

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP merupakan sasaran

evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah kegiatan. Dengan

kata lain,model CIPP adalah evaluasi yang memandang pogram yang dievaluasi

sebagai sebuah sistem.

2.2 Teori Belajar dan Pembelajaran

Membahas mengenai teori pembelajaran tentu pula harus dibicarakan mengenai

teori belajar. Bruner dalam Kwartolo (2009:9) mengemukakan bahwa teori

pembelajaran adalah perskriptif, sedangkan teori belajar adalah deskriptif.

Perskriptif artinya, tujuan teori pembelajaran adalah menetapkan metode/strategi

pembelajaran yang cocok supaya memperoleh hasil optimal.

Manusia sebagai makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial, manusia perlu

mengenal diri dan lingkungannya dalam hidup bersama. Dalam rangka

pemenuhan kebutuhan manusia, ilmu pengetahuan sangat diperlukan dalam hidup

ini, untuk itu semua manusia belajar demi kelangsungan hidup dirinya dan

keluargaatau orang sekitarnya.

Belajar adalah suatu proses perubahan dari belum tahu manjadi tahu. Belajar untuk memperoleh pengetahuan/ pemahaman tentang suatu objek atau cara, yang menjadikan semua kegiatan itu suatu gejala

Page 9: Jakfar Syadid Bab II

20

belajar. Kemampuan untuk melakukan, semua diperoleh sebagai hasil pengetahuan dan pemahaman, adalah hasil belajar (Wingkel, 1996:50).

Dalam kegiatan sehari hari kita melakukan kegiatan yang sebenarnya merupakan

gejala belajar dalam arti mustahil melakukan kegiatan tertentu, kalau tidak belajar

terlebih dahulu. Misalnya kita mengenakan pakaian, kita makan dengan

menggunakan alat alat makan, kita berkomunikasi satu sama lain, kita bertindak

sopan, kita mengemudikan sepeda motor dan sebagainya.

Kemampuan untuk melakukan itu semua diperoleh dari hasil mengingat, mula

mula kemampuan itu belum ada. Maka terjadilah proses perubahan dari belum

mampu kearah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi selama jangka

waktu tertentu. Adanya perubahan dalam pola perilaku inilah menandakan telah

terjadi belajar.

Makin banyak kemampuan yang diperoleh sampai menjadi milik pribadi, makin

banyak pula perubahan yang telah dialami seseorang sebagai akibat belajar.

Belajar adalah perubahan mental yang meliputi wawasan, insaits, ide-ide,

harapan, pandangan, dan pola-pola pikir dalam perubahan mental dan

kemampuan yang telah dimilki seseorang yang berupa pengetahuan, pemahaman

dan ketrampilan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, dalam

memperoleh pengalaman, sebagai akibat belajar.

Bloom mengembangkan sebuah klasifikasi tingkat prilaku intelektual yang penting dalam pembelajaran. Ini menjadi sebuah taksonomi termasuk tiga domain yang saling berkaitan ; kognitif, psikomotorik, dan afektif. (Mark k. Smith, 2009: 37)

Page 10: Jakfar Syadid Bab II

21

Demi mudahnya, kemampuan kemampuan itu digolongkan menjadi kemampuan

yang meliputi pengetahuan dan pemahaman; kemampuan sensorik-motorik yang

meliputi ketrampilan melakukan rangkaian gerak dalam urutan tertentu;

kemampuan dinamik efektif yang meliputi sikap dan nilai, yang meresapi perilaku

dan tindakan.

Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama bahkan sampai pada tahap

tertentu, tidak menghilang lagi. Kemampuan yang telah diperoleh menjadi milik

pribadi yang tidak akan hapus begitu saja. Misalnya seorang yang telah belajar

naik sepeda pada masa anak, masih akan mampu naik sepeda pada masa dewasa,

meskipun sudah lama tidak naik sepeda. Orang yang pernah belajar bahasa inggris

sampai mampu berbicara dengan cukup lancer tidak akan mengalami bahwa suatu

hari kemampuan itu akan hilang begitu saja. Maka para ahli biasanya

merumuskan hasil belajar secara relative bersifat konstan dan berbekas.

Dikatakan secara relative karena ada kemungkinan suatu hasil belajar ditiadakan

atau dihapus dan diganti dengan hasill yang baru; ada kemungkinan pula suatu

hasil terlupakan. Misalnya seorang anak yang telah belajar merasa senang bila

menyiksa seekor anjing dengan menarik-narik ekornya, bersikap tidak tepat.

Sikap itu cenderung bertahan terus, kecuali bila ada usaha dari pihak pendidik

untuk mengganti sikap negative itu dengan siskap saying terhadap binatang

peliharaan. Perubahan semacam itu mungkin saja untuk diusahakan, walaupun

dalam kenyataan cukup sukar. Kalau berhasil berarti bahwa sikap lama diganti

Page 11: Jakfar Syadid Bab II

22

dengan sikap yang baru. Hasil yang baru itu kemudian menetap dan menjadi milik

pribadi anak itu.

Hasil belajar adalah hasil belajar yang terarah dan terkontrol secara sistematis dengan mengaplikasikan konsep, kaidah dan atau pengetahuan yang dimilkinya secara efisien dan efektif. Dalam kegiatan kognitifnya terkontrol dalam menghadapi problem (Nana Sujana. 1990: 49)

2.2.1 Pembelajaran sebagai Sebuah Perubahan

Pembelajaran didefinisikan sebagai sebuah perubahan dalam prilaku, dengan kata

lain pembelajaran didekati sebagai sebuah hasil yakni produk akhir dari beberapa

proses, lebih khusus dalam cara-cara yang dengannya orang memahami,atau

mengalami, atau mengonseptualisasi dunia disekitar mereka. Cara orang

memahami,mengalami atau mengonseptualisasi dunia sekitar ini melibatkan apa

yang diistilahkan Gilbert Ryle dengan tahu , tahu bahwa dan tahu bagaimana.

(Mark K. Smith 2009: 39).

Belajar dialami setiap manusia sejalan dengan perkembangan usianya, sejak ia

dilahirkan sampai dengan akhir hayatnya. Pada awal ia belajar dengan

menggunakan indera yang dimilikinya untuk berinteraksi terhadap lingkungan.

Seiring dengan perkembangan usianya ia belajar dengan menggunakan akal dan

indera yang dimiliki, di dalam dirinya ia merasa berewajiban terhadap

pembelajaran dalam hidup ini. Kewajiban belajar bagi setiap manusia harus

dilakukan agar manusia bisa hidup. Melalui belajar ia dapat memperoleh

informasi yang tidak diketahuinya.

Page 12: Jakfar Syadid Bab II

23

Dengan demikian yang dimaksud hakikat belajar dalam penelitian ini adalah,

yang berupa informasi dalam bentuk yang menetap dalam dirinya, sehingga ia

dapat atau mampu memecahkan masalah, mampu menunjukkan prilaku yang

sesuai nilai yang dimiliki.

Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa mampu mengkontruksi

pengetahuan di benak mereka sendiri. Anak belajar dari mengalami, anak

mencatat mencatat sendiri pola pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan

diberi begitu saja oleh guru. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki

seseorang itu terorganisir dan mencerminkan pemahaman yang mendalam

tentang suatu persoalan. Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisah menjadi fakta

fakta atau proporsi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat

diterapkan. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam mensikapi situasi

baru. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang

berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Proses belajar dapat mengubah

struktur kerja otak. Perubahan berjalan terus menerus seiring dengan

perkembangan organisasi pengetahuan dan ketrampilan seseorang.

2.2.2 Pembelajaran sebagai Sebuah Proses Pengaktifan Diri.

Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan

pengetahuan dan ketrampilan itu.

Pembelajaran sebagai sebuah proses yakni ada sebuah perhatian dengan apa yang terjadi ketika pembelajaran berlangsung. Dengan ini pembelajaran bisa diajarkan sebagai sebuah proses yang dengannya perubahan prilaku terjadi sebagai hasil dari pengalaman. (Merriam dan Caffarel dikutip dari Mark K. Smith 2009:42).

Page 13: Jakfar Syadid Bab II

24

Dalam hal ini Roger memperkenalkan dua pendekatan yang berlawanan

pembelajaran Tugas-sadar atau pembelajaran kemahiran dan pembelajaran sadar

atau pembelajaran terformalisasikan.

Pembelajaran terformalisasikan muncul dari proses pembelajaran yang

terfasilitasi. Ia lebih bersifat pembelajaran edukatif daripada akumulasi

pengalaman. Pada tingkat ini ada sebuah kesadaran akan pembelajaran, dalam arti

bahwa orang sadar akan tugas yang mereka emban dalam pembelajaran.

Pembelajaran itu sendiri adalah tugas. Apa yang pembelajaran

tertransformalisasikan lakukan merupakan proses membuat pembelajar menjadi

lebih sadar agar bisa lebih memperluasnya. Ia melibatkan episode bimbingan bagi

pembelajaran. Ketika didekati dengan cara ini, jelas bahwa cara-cara

pembelajaran yang berbeda bisa tampak dalam konteks yang sama. Keduanya

bisa hadir di sekolah-sekolah, juga hadir di dalam keluarga-keluarga.

Pada kondisi khusus, peristiwa-peristiwa pembelajaran yang tidak disengaja dan

biasannya bersifat aksidental terjadi terus menerus ketika menjalani kehidupan.

Pembelajaran insidental yang penting selanjutnya adalah pembelajaran alam

bawah sadar melalui metode kemahiran yang terjadi selama beberapa aktivitas

lain. Kemudian ada beragam aktivitas yang dengannya kita agak menjadi lebih

sadar akan pembelajaran, aktivitas pengalaman yang muncul dari minat spontan

yang berkaitan dengan kehidupan, kemudian datang aktivitas yang lebih

terencana. Melalui pengalaman –pengalaman kita diperkenalkan untuk

Page 14: Jakfar Syadid Bab II

25

mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih sitematis dan seringkali

diaktualisasikan dengan sengaja.

Tabel 2.1 Skema Beberapa Konten Orientasi Teori Pembelajaran

Aspek Behavioris Kognitivis Humanis Sosial dan Situasional

Teoritikus Pembelajaran

Thorrndike, Pvlov,Watson,Guthri, Hull, Tholman,Skinner

Koffka, Kohler, Lewin,Piegiet, Ausubel, Bruner, Gagne

Maslow,Rogers

Bandura, Lave dan Wenger, Salomon

Pandangan tentang Proses Pembelajaran

Perubahan dalam prilaku

Proses mental internal (termasuk pandangan, informasi,pemrosesan,memori, persepsi)

Aksi personal untuk mengisi potensi

Interaksi/observasi dalam konteks sosial.Gerakan dari pinggiran menuju pusat komunitas praktis

Lokus Pembelajaran

Stimuli dalam lingkungan eksternal

Penstrukturan kognitif internal

Kebutuhan kebutuhan efektif dan kognitif

Pembelajaran ada dalam hubungan antara orang dan lingkungan

Tujuan Dalam Pendidikan

Menghasilkan perubahan prilaku dalam arah yang akan dicapai

Mengembangkan kapasitas dan ketrampilan untuk belajar lebih baik

Menjadi pribadi yang bias mengaktualisasikan diri, otonom

Partisipasi penuh dalam komunitas praktik dan pemanfaatan sumber daya

Peran Pendidik

Menyusun lingkungan untuk mendapatkan respon yang akan dicapai

Menstrukturkan isi aktivitas pembelajaran

Memfasilitasi perkembangan seluruh orang

Bekerja untuk membentuk komunitas praktik yang dengannya percakapan dan partisipasi bisa terjadi

Manifestasi dalam pembelajaran

Sasaran prilakuPendidikan berbasis kompetensiPerkembangan latihan ketrampilan

Perkembangan kognitifKecerdasan, pembelajaran, dan memori sebagai fungsi usiaPembelajaran bagaimana cara belajar

Pembelajaran berarahkan diri

SosialisasiPartisipasi sosialAsosiasionalismePercakapan

Sumber : Baharudin dan Wahyuni, 2008:23

Page 15: Jakfar Syadid Bab II

26

Salah satu persoalan yang paling penting dalam aplikasi teori pembelajaran adalah

rangkaian pengajaran. Urutan dan pengaturan aktifitas pembelajaran

mempengaruhi cara cara pemrosesan dan penguasaan informasi .

Sejumlah teori menunjukkan sebuah rangkaian sederhana menjadi kompleks.

Teori Algo-heuristik dari Landa menentukan sebuah strategi komulatif. Menurut

Condition of learning teorinya gagne, rangkaian didiktekan oleh ketrampilan

prasarat dan tingkat pemrosesan kognitif yang terlibat. Criterion Referenced

Intruktion (Mager) membolehkan sang pembelajar untuk bebas memilih rangkaian

pembelajaran mereka sendiri berdasarkan pada penguasaan terhadap prasarat

pelajaran. Sedangkan teori tampilan Komponennya Merril juga menunjukkan

bahwa sang pembelajar menyeleksi rangkaian pembelajarannya sendiri

berdasarkan pada komponen-komponen pembelajaran yang tersedia.

Teori-teori yang menekankan pada hakekat perilaku yang mengarah pada tujuan

seperti teorinya Tolman atau Newell dan Simon telah menetapkan bahwa

rangkaian pengajaran didasarkan pada tujuan-tujuan antara yang bisa dicapai.

Teori Gestalt, yang menekankan pemahaman akan struktur sebuah domain

subjek, akan menentukan aktvitas-aktivitas yang merupakan hasil dari sebuah

sebuah pengetahuan yang luas dari pada yang terperinci sebuah domain

partikular.

Teori pembelajaran berurusan dengan upaya mengontrol variabel-variabel yang

spesifik dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. Sednagkan

perskriptif artinya, tujuan teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori

Page 16: Jakfar Syadid Bab II

27

belajar menaruh perhatian pada bagaimana seseorang belajar. Dengan demikian

variabel kondisi pembelajaran dan variabel metode embelajaran yang

dikemukakan oleh Reigeluth dan Merril tersebut di atas sebagai givens, dan hasil

pembelajaran sebagai variabel yang diamati.

2.2.3 Konsep Belajar menurut Al-Quran dan Hadits

2.2.3.1 Belajar dalam Pandangan Al-Quran dan Hadits

Salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah

kemampuannya untuk belajar. Allah memberikan akal sebagai alat untuk belajar,

sehingga membuat manusia mampu menjadi pemimpin di bumi ini. Karena itu

kemampuan belajar adalah salah satu di antara sekian banyak nikmat yang

diberikan Allah kepada manusia.

Pendapat bahwa belajar sebagai aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia, ternyata bukan hanya berasal dari hasil renungan manusia

semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan

manusia untuk selalu melakukan kegiatan belajar. Kendati tidak ada ajaran agama

yang secara detail membahas tentang belajar, namun setiap ajaran agama, baik

secara eksplisit maupun implisit telah menyinggung bahwa belajar adalah

aktivitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia.

Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Islam sangat

menekankan terhadap pentingnya ilmu. Al-Quran dan Hadis mengajak kaum

muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan

orang-orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi.

Kata al-’ilm dan kata-kata turunannya di dalam Al-Quran digunakan lebih dari

780 kali. Beberapa ayat pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah,

menyebutkan pentingnya membaca, pena, dan ajaran untuk manusia.

Page 17: Jakfar Syadid Bab II

28

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah

Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan

kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS

Al-‘Alaq [96]: 1-5).

Menurut Quraish Shihab dalam Baharudin (2007: 34), iqra (membaca) berarti

menghimpun. Melalui menghimpun inilah lahir aneka makna seperti

menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-ciri sesuatu, dan

membaca baik teks tertulis maupun tidak. Berbagai makna yang muncul dari kata

tersebut sebenarnya secara tersirat menunjukkan perintah untuk melakukan

kegiatan belajar, karena dalam belajar juga mengandung kegiatan-kegiatan seperti

mendalami, meneliti, membaca, dan lain sebagainya.

2.2.3.1 Arti Penting Belajar menurut Al-Quran

Agama Islam sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan,

Islam mewajibkan kepada setiap orang yang beriman untuk belajar. Perlu

diketahui bahwa setiap apa yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan, pasti

dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia. Demikian

juga dengan perintah untuk belajar. Beberapa hal penting yang berkaitan dengan

belajar, antara lain adalah:

a. Bahwa orang yang belajar akan dapat memiliki ilmu pengetahuan yang akan

berguna untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia

dalam kehidupan. Sehingga dengan ilmu pengetahuan yang didapatkannya itu

manusia akan dapat mempertahankan kehidupan. Karena itu, kita diajak oleh

Allah untuk merenungkan, mengamati dan membandingkan antara orang-

orang yang mengetahui dan yang tidak, sebagaimana firman Allah berikut:

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang

yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,

Page 18: Jakfar Syadid Bab II

29

sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharamkan rahmat

Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui

dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang

berakallah yang dapat menerima pelajaran (QS Al-Zumar [39]:9).

b. Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu yang manusia

lakukan.

Dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang kamu tidak

ketahui, karena sesungguhnya penglihatan, pendengaran, dan daya nalar

pasti akan ditanyai tentang hal itu (QS Al-Isra’ [17]:36).

Perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada

yang memahaminya, kecuali orang-orang yang berilmu (QS Al-Ankabut

[29]:43).

Dan hanya orang-orang yang berilmulah yang takut kepada Allah:

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya,

hanyalah ulama (QS Fathir [35]:28).

c. Melalui ilmu yang dimiliki manusia melalui proses belajar, maka Allah akan

memberikan derajat yang lebih tinggi keapda hambanya:

Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang

beriman dan berilmu (QS Mujadalah [58]:11).

2.2.3.2 Cara Belajar

Salah satu ciri dari aktivitas belajar menurut para ahli pendidikan dan psikologi

adalah adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu biasanya

berupa penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang baru dipelajarinya, atau

penguasaan terhadap keterampilan dan perubahan yang berupa sikap.

Page 19: Jakfar Syadid Bab II

30

Menurut Al-Quran, cara belajar untuk menghasilkan perubahan tingkah laku

tersebut dapat ditempuh dengan dua cara. Pertama, ilmu (atau perubahan) yang

diperoleh tanpa usaha manusia (ilmu laduni), seperti yang diinformasikan dalam

surat Al-Kahfi ayat 65.

Lalu mereka (Musa dan muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari

hamba-hamba Kami, yang telah kami anugerahkan kepadanya rahmat

dari sisi Kami dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami (QS

Al-Kahfi [18]:65).

Menurut Quraish Shihab (Baharudin, 2007: 36), manusia dapat memperoleh ilmu

laduni (langsung dari Allah) maupun kasbi (melalui alam dan makhluq hidup),

namun baik ilmu laduni maupun ilmu kasbi tidak dapat dicapai tanpa terlebih

dahulu melakukan qira’at (dalam arti yang luas), aktivitas belajar.

Menurut Najati dalam Baharudin (2007: 39) cara belajar membutuhkan usaha

manusia. Cara belaajar tersebut dapat melalui meniru (imitasi), coba-coba (trial

and error), atau melalui pemikiran dan membuat konklusi logis.

2.2.3.3 Sarana Belajar

Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan, namun Allah

telah membekali manusia dengan sarana-sarana baik fisik maupun psikis agar

manusia dapat mempergunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan

teknologi untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia (Baharudin, 2007 :41).

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatu apa pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur (QS Al-Nahl [16]:78).

Page 20: Jakfar Syadid Bab II

31

Ayat di atas menyatakan bahwa dalam proses belajar atau mencari ilmu manusia

telah diberi sarana fisik berupa indra eksternal, yaitu mata dan telinga, serta sarana

psikis berupa daya nalar atau intelektual.

a. Sarana Fisik

Menurut Al-Quran, di antara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang

sering disebut. Keduanya merupakan alat-alat utama yang membantu seseorang

untuk melakukan kegiatan belajar. Meskipun demikian, bukan berarti indra

eksternal liannya seperti pencium, peraba, dan perasa tidak mempunyai fungsi

penting dalam kegiatan belajar, karena adakalanya indra-indra tersebut membantu

manusia untuk lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari.

b. Sarana Psikis

1. Akal

Akal dapat diartikan sebagai daya piker atau potensi intelegensi Akal

sebagai sarana psikis belajar, dijelaskan dalam surat An-Nahl ayat 78

dengan kata af’idah. (Baharudin, 2007: 43).

2. Qalb

Qalbu mempunyai dua arti, yakni fisik dan metafisik. Qalbu dalam arti

fisik adalah jantung (heart), berupa segumpal daging berbentuk lonjong,

terletak dalam rongga dada sebelah kiri. Sedangkan dalam arti metafisik,

qalb dinyatakan sebagai karunia Tuhan yang halus (lathifah), bersifat

ruhaniah dan ketuhanan (rabbani), yang ada hubungannya dengan jantung.

Qalbu yang indah dan halus inilah hakikat kemanusiaan yang mengenal

dan mengetahui segalanya serta menjadi sasaran perintah, cela, hukuman,

dan tuntutan Tuhan. (Baharudin, 2007: 43).

Sementara qalb dapat digunakan sebagai alat untuk memahami realitas

ciptaan Tuhan, dijelaskan dalam QS Al-Araf ayat 179.

Page 21: Jakfar Syadid Bab II

32

Sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka Jahanam)

kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi

tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan

mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat

(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga

(tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah).

Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat

lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS Al-Araf [7]:179).

Kata qulub (jamak qalb) yang dikaitkan dengan aktivitas memahami ayat-

ayat Allah (yafqah) seperti tersebut dalam arti jantung maupun hati.

Aktivitas memahami terkait dengan aktivitas berpikir kritis yang hanya

dapat dilakukan oleh system memori atau akal manusia yang bersifat

abstrak. Perbedaan antara akal yang ada di otak kepala dengan akal yang

tersembunyi di hati ini dijelaskan dalam istilah tafakkur dan tadzakkur.

Akal yang ada di kepala dilukiskan dengan istilah tafakur, yang

mempunyai fungsi untuk memikirkan segala sesuatu setelah mendapatkan

rangsangan dari pancaindra; sementara akal di hati dijelaskan dengan

tadzakur, yakni berpikir abstrak, yang menggabungkan antara kekuatan

akal dna hati untuk merenungkan realitas ciptaan Tuhan, yang dapat

dilakukan tanpa melalui aktivitas indriawi. (Baharudin, 2007: 44).

2.2.4 Teori Belajar Gagne

Melalui buku yang berjudul “The Condition of Learning” (1965), Gagne

mengidentifikasikan mengenai kondisi mental seseorang agar siap untuk belajar.

Gagne dalam Prawiradilaga (2009:9) mengemukakan apa yang dinamakan dengan

“nine events of instruction” atau sembilan langkah/peristiwa belajar. Sembilan

langkah/peristiwa belajar ini merupakan tahapan-tahapan yang berurutan di dalam

sebuah proses pembelajaran.

Page 22: Jakfar Syadid Bab II

33

Tujuannya dari kesembilan tahapan pembelajaran adalah memberikan kondisi

yang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berkalan secara efektif

dan efisien. Agar kesembilan langkah/peristiwa itu berarti dan memberi makna

yang dalam bagi siswa, diperlukan suatu pengalaman yang mengkondisikan

mental siswa itu terjaga untuk kepentingan proses pembelajaran.

Kesembilan tahap pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne adalah:

1. Menarik perhatian siswa

2. Menyampaikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran

3. Menstimulir atau memanggil terlebih dahulu informasi atau pengetahuan yang

sudah diperoleh sebelum proses pengajaran

4. Menyajikan isi pembelajaran

5. Menyediakan pedoman atau petunjuk belajar

6. Memberi kesempatan untuk latihan/unjuk performance

7. Memberi umpan balik

8. Melakukan penilaian

9. Mengekalkan dan mengembangkan pengetahuan dan kemahiran siswa

2.2.5 Desain Pembelajaran

Kemampuan guru tidak hanya ditinjau dari bagaimana guru menjelaskan isi

pelajaran. Guru dituntut untuk dapat menghadapi siswa, membantu memecahkan

masalah, mengelola kelas, menyusun bahan ajar, menentukan metode atau media,

bahkan cara menjawab pertanyaan siswa dengan bijaksana adalah hal yang harus

dikuasai oleh seorang Guru. Satu hal yang pasti bahwa seorang Guru harus

Page 23: Jakfar Syadid Bab II

34

mempersiapkans atuan pelajaran (satpel) untuk menjalankan tugasnya sebagai

pendidik.

Reigeluth dalam Prawiradilaga (2007:15) menjelaskan desain pembelajaran

merupakan kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk

memfasilitasi proses belajar seseorang. Selanjutnya Gagne dkk, dalam

Prawiradilaga menjelaskan desain pembelajaran membantu individu dalam proses

belajar, dimana proses belajar itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka

panjang. Oleh karenanya desain pembelajaran haruslah disusun secara sistematis,

dan menerapkan konsep pendekatan sistem agar berhasil meningkatkan mutu

kinerja seseorang.

Merrill dalam Prawiradilaga (2007:44) menyusun model pembelajarn yang

dinamai component display theory atau CDT. Model CDT ini adalah model desain

materi ajar yang mana mengembangkan pembinaan aspek kognitif dalam proses

belajar, bagaimana memberi contoh yang tepat dan sesuai untuk setiap kategori.

2.2.6 Skenario Pembelajaran

Istilah skenario pembelajaran yang dimaksud adalah bentuk kegiatan yang

dirancang dalam upaya menghubungkan dan mengangkat materi pembelajaran

dalam satuan bentuk pembelajaran yang tersusun rapi dna terencana atau prosedur

operasional pelaksanaan pemeblajaran dari tahap awal sampai akhir kegiatan.

Secara sitematis skenario pembelajaran dapat dikembangkan dalam tiga tahapan

instruksional sebagai berikut:

Page 24: Jakfar Syadid Bab II

35

2.2.6.1 Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan adalah kemampuan menyusun langkah-langkah pembelajaran

yang dikaitkan dengan berbagai hal, mulai dari persiapan materi, strategi, metode

dan pemanfaatan waktu yang terintegrasi dengan cerdas dan cermat. Setidaknya

ada empat tahapan perencanaan yang harus dilakukan yaitu:

1. Pemetaan konsep, yaitu kegiatan Guru dalam mengklasifikasikan konsep atau

pokok bahasan dan subpokok bahasan yang terdapat dalam berbagai bidang

dan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan pebelajar.

2. Memiliki dan menetapkan konsep pokok bahasan yang memiliki kesamaan

atau kerkaitan agar pembelajaran dapat berurutan dan tidak terjadi

pengulangan materi dalam pembelajaran.

3. Menetapkan topic yang akan difungsikan sebagai sentral pokok bahasan yang

sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan.

4. Merumuskan indikator pembelajaran dari setiap konsep yang terintegrasi

dengan menetapkan fokus pembelajaran.

2.2.6.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dimana

terjadi interaksi secara aktif antara Guru dan siswa dan semua komponen yang

menunjang, pelaksanaan pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan rambu-

Page 25: Jakfar Syadid Bab II

36

rambu yang telah direncanakan sebelumnya. Secara prosedural ada tiga tahap

dalam pelaksanaan pembelajaran, yaitu:

a. Tahap Pembukaan

Tahap pembukaan merupakan langkah awal terbangunnya hubungan antara

Guru, siswa, dan lingkungan belajar. Pada tahapan ini perlu dilakukan

pemberian motivasi dan menumbuhkan perhatian siswa kepada substansi

pembelajaran yang telah dan akan dipelajari.

b. Tahap Kegiatan Inti

Tahap ini merupakan proses pembelajaran yang diawali dengan memunculkan

pokok bahasan yang diabrengi dengan berbagai pendekatan, berbagai metode

dan pemanfaatan media yang relevan. Pokok bahasan dibahas dengan seksama

dan tidak melupakan tingkat pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang

disampaikan.

c. Tahap Penutup

Tahap penutup, guru dapat dengan aktif melakukan pengecekan terhadap

kemampuan penerimaan siswa terhadap pokok bahasan yang telah

disampaikan, atau dapat menindaklanjuti pembelajaran dengan pemberian

tugas kepada siswa pada akhir pembelajaran.

2.2.6.3 Tahap Evaluasi

Page 26: Jakfar Syadid Bab II

37

Tahap evaluasi adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat

penguasaan pokok bahasan yang telah dipelajari oleh siswa, dengan evaluasi yang

dilakukan Guru akan dapat mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap pokok

bahasan, sehingga akan mempermudah bagi guru untuk menentukan langkah-

langkah pembelajaran selanjutnya.

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang

Guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, Guru akan mengetahui

perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan social,

sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik.

Purwanto (1994:108) menyatakan, fungsi evaluasi adalah sebagai 1) alat untuk

mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, 2) umpan balik bagi perbaikan

dari proses pembelajaran, 3) dasar menyusun laporan kemajuan belajar peserta

didik kepada orang tua, 4) memperbaiki proses pembelajaran atau memperbaiki

rencana pembelajaran, 5) menentukan angka atau hasil belajar peserta didik dalam

tahap-tahap tertentu, 6) menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran

yang tepat, 7) membantu memecahkan kesulitan belajar peserta didik.

Irinez (2004), dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa

tujuan, antara lain sebagai berikut: 1) untuk mengetahui keajuan belajar siswa

setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, 2) untuk

mengetahui efektivitas metode pembelajaran, 3) untuk mengetahui kedudukan

Page 27: Jakfar Syadid Bab II

38

siswa dalam kelompoknya, 4) untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi

guru dan siswa dalam rangka perbaikan.

2.2.7 Metode Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran, di dalamnya banyak sekali metode atau pendekatan

yang dapat dilakukan oleh Guru. Penggunaan metode yang efektif harus

memperhatikan unsur waktu, materi pembelajaran dan tingkat penguasaan materu

pembelajaran oleh siswa. Pada materi yang lebih mengedepankan keterampilan

atau skill dapat digunakan beberapa metode pembelajaran, diantaranya:

2.2.7.1 Contectual Teaching and Learning (CTL)

Metode pembelajaran yang mengedepankan proses keterlibatan siswa secara aktif

agar dapat menemukan dan memahami materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi yang nyata, sehingga mendorong peserta didik

untuk dapat menerapkan dalam kehidupan nyata (Sanjaya, 2008:253).

2.2.7.2 Learning by Doing

Belajar mengajarkan, teori jhon Dewey ini berdasarkan pada asumsi bahwa para

peserta didik dapat memperoleh pengalaman lebih banyak dengan cara

keterlibatan aktif dibandingkan hanya memperhatikan secara materi atau konsep

(Hamalik, 2008:212).

Page 28: Jakfar Syadid Bab II

39

2.2.7.3 Role Playing

Bermain peran. Metode ini mengajak peserta didik untuk ikut ambil bagian,

menjadi dirinya sendiri atau orang lain berkaitan dengan materi yang sedang

dipelajari. Metode ini akan memunculkan mini drama, sehingga akan banyak

peserta didik secara aktif terlibat dalma pembelajaran.

2.2.8 Pemanfaatan Sarana dan Sumber Belajar

Sarana berfungsi untuk mempermudah terwujudnya proses pembelajaran. Sarana

yang tepat untuk proses pembelajaran harus memiliki ciri-ciri: 1) menarik

perhatian dan minat peserta didik, 2) meletakkan dasar-dasar untuk memahami

sesuatu hal secara konkret yang sekaligus mencegah atau mengurangi verbalisme,

2.2.9 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran sebagai sebuah pendekatan, yang dibedakan menjadi dua,

yaitu strategi ekspositori (penjelasan) dan diskoveri (penemuan). Dua strategi

tersebut sangat berlawanan, strategi ekspositori didasarkan pada teori pemrosesan

informasi sedangkan strategi diskoveri didasarkan pada teori pemrosesan

pengalaman atau disebut teori berdasarkan pengalaman (experimental learning)

(Miarso, 2007:531).

Strategi pembelajaran digunakan sebagai acuan langkah dalam rangka

mensukseskan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Strategi dikembangkan

sesuai dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan dalam pelaksanaan

Page 29: Jakfar Syadid Bab II

40

pembelajaran. Strategi yang tepat akan mengarah pada pembelajaran yang efektif

dan efisien, sebaliknya bila strategi yang digunakan tidak tepat hanya akan

memperpanjang waktu pembelajaran dan memberikan efek penguasaan atau hasil

pembelajaran yang minim.

Penggunaan strategi pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran, akan dapat

diketahui keefektifannya bila guru melakukan pengawasan dan pengawalan

terhadap strategi yang digunakan, serta melakukan evaluasi terhadap penggunaan

strategi yang dijalankan.

Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan

seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal hal baru.

Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru.

Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit strategi belajar itu amat penting. Peran orang

dewasa (guru) membantu menghubungkan antar yang baru dan yang sudah

diketahui. Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, member

kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri,

dan menyadarkan siswa untuk menemukan dan menerapkan ide meraka sendiri,

dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.

Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari

guru akting di depan kelas, siswa menonton kesiswa acting bekerja dan berkarya

guru mengarahkan. Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa

menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih penting

dibandingkan hasilnya. Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari

Page 30: Jakfar Syadid Bab II

41

proses penilaian yang benar. Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk

kelompok itu penting.

Strategi pembelajaran mengacu pada metode-metode yang para siswa gunakan

untuk belajar. Ini berkisar dari teknik-teknik memperbaiki memori agar bias

lebih baik dalam belajar atau memperkirakan strategi-strategi untuk mencapai

optimalisasi hasil evaluasi. Misalnya metode tempat yang merupakan sebuah

teknik perbaikan memori klasik; metode ini berjalan dengan menggunakan

asosiasi-asosiasi antara fakta-fakta untuk diingat dan lokasi-lokasi particular. Agar

bisa mengingat sesuatu kita hanya memvisualisasikan tempat dan

mengasosiasikan fakta-fakta.

Sebagian strategi pembelajaran mencakup perubahan-perubahan pada desain

pengajaran. Misalnya kegunaan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, selama atau

setelah pengajaran yang telah ditunjukkan untuk meningkatkan tingkat

pembelajaran. Metode-metode yang berusaha meningkatkan tingkat pembelajaran

yang terjadi disebut dengan “matemagenik”( Ropthkopf dalam Mark K. Smith,

2009;47)

Sebuah program ketrampilan belajar yang tipikal menunjukkan lima langkah

berikut : (1)Survei materi yang dipelajari (survey), (2) mengembangkan

pertanyaan tentang materi tersebut (question), (3) membaca materi (read), (4)

mengingat-ingat ide-ide kunci (recall), dan mengulas materi (Review).

2.2.10 Penguasaan

Page 31: Jakfar Syadid Bab II

42

Sebuah perubahan fundamental dalam pemikiran tentang hakekat pengajaran telah

dipelopori oleh John B. Carroll tahun 1963 dengan ide pembelajaran keunggulan

(masteri learning). Pembelajaran keunggulan menunjukkan bahwa fokus

pengajaran harus pada waktu yang dibutuhkan bagi siswa untuk mempelajari

materi. Ide pembelajaran ini bertumpu pada sebuah pengertian mendasar dalam

tanggung jawab guru yang sering menyalahkan kegagalan siswa karena bersandar

pada pengajaran, yang bukan berarti siswa tersebut kurang mampu. Namun

dialihkan menjadi pemberian waktu yang cukup dan menggunakan strategi-

strategi pengajaran agar semua siswa dapat mencapai tingkat pembelajaran yang

sama. (Bloom dalam Mark K. Smith , 2009;53).

Unsur kunci dalam pembelajaran keunggulan adalah (1) Jelas menghususkan apa

yang telah dipelajari dan bagaimana dia akan dievaluasi, (2) membolehkan siswa

belajar dengan langkahnya sendiri, (3) memperkirakan kemampuan siswa dan

memberikan umpan balik atau pembetulan yang sesuai, dan menguji bahwa

pembelajaran akhir telah tercapai. Pembelajaran keunggulan telah diterapkan

secara luas di sekolah sekolah dan tempat latihan dan penelitian menunjukkan

bahwa metode ini bisa memperbaiki keefektifan pengajaran. Model pembelajaran

keunggulan sangatlah dihubungkan dengan kegunaan sasaran pengajaran dan

desain program pengajaran yang sistematis.

2.2.11 Umpan balik dan Penguatan

Page 32: Jakfar Syadid Bab II

43

Umpan balik dan penguatan adalah dua konsep paling utama dalam pembelajaran.

Umpan balik mencakup pemberian pembelajaran dengan informasi tentang

respon-respons, sedangkan penguatan mempengaruhi kecenderungan untuk

membuat sebuah respons spesifik lagi. Umpan balik bias manjadi positif atau

negative. Umpan balik selalu dianggap eksternal dan penguatan bias menjadi

eksternal atau intrinsik (digerakkan oleh individu).

Teori-teori pemrosesan informasi cenderung menekankan pada pentingnya

umpan balik terhadap pembelajaran. Pada sisi lain, teori-teori perilaku

memfokuskan pada peran penguatan dalam memotifasi untuk berprilaku dalam

cara-cara tertentu. Salah satu variable kritis dalam kedua kasus tersebut adalah

lamanya waktu antara respons dan umpan balik atau penguatan. Pada umumnya,

semakin segera umpan balik atau penguatan tersebut diberikan, maka

pemeblajaran tersebut akan semakin terfasilitasi.

Sifat dasar umpan balik atau penguatan yang diberikan merupakan basis bagi

banyak prinsip pengajaran awal, khususnya dalam kontek pengajaran terprogram.

2.2.12 Memori

Memori menjadi slah satu konsep paling penting dalam pembelajaran; jika segala

hal tidak bias diingat, maka tidak akan ada pembelajaran yang bias berlangsung.

Karena itu memori telah bertindak sebagai medan tempur bagi teori-teori dan

paradikma-paradikma pembelajaran yang bertentangan.

Page 33: Jakfar Syadid Bab II

44

Menurut teori behavioris awal, mengingat adalah sebuah fungsi pasangan S- R

yang mengarah pada pada penguatan atau hubungan. Teori percontohan stimulus

menjelaskan banyak fenomena memori atas dasar hasil statistika. Disisi lain, teori

kognitif menekankan bahwa makna (yaitu faktor smantik) memainkan sebuah

peran penting dalam proses mengingat. Miller menunjukkan bahwa informasi

disusun kedalam potongan-potongan menurut komponen yang sama.. Memori

selau menjadi sebuah rekontruksi aktif dari pengetahuan yang ada. Sebagian teori

memori telah memfokuskan diri dengan hakekat pemrosesan. (Mark K. Smith ;

2009:41)

2.2.13 Motivasi

Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi

ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan, umpan balik/

penguatan. Misalnya seseorang harus cukup dimotivasi untuk memperhatikan diri

ketika pembelajaran berlangsung.

Kecemasan bisa menurunkan motivasi kita untuk belajar. Menerima sebuah

imbalan atau umpan balik untuk suatu aksi biasanya meningkatkan kemungkinan

bahwa aksi tersebut akan diulang lagi. Teori-teori prilaku cenderung terfokus

pada motifasi ekstrinsik yaitu imbalan, lingkungan belajar/ termasuk strategi di

dalamnya, sedangkan teori kognitif lebih pada pengahadapan motifasi intrinsic

yaitu tujuan-tujuan (Mark K Smith; 2009:43 ).

2.2.14 Pemerosesan Informasi

Page 34: Jakfar Syadid Bab II

45

Teori ini menjelaskan pemrosesan, penyimpanan dan pemenggilan kembali

pengetahuan dari otak. Peristiwa peristiwa mental diuraikan sebagai transformasi-

transformasi informasi dari input (stimulus) keoutput (respon). Model pemrosesan

informasi digambarkan sebagai kumpulan kotak-kotak yang dihubungkan dengan

garis-garis. Kotak itu menggambarkan fungsi-fungsi atau keadaan system, dan

garis-garis menggambarkan transformasi yang terjadi dari satu keadaan

kekeadaan yang lain. (Trianto; 2009:33).

Penyimpanan

jangka panjang

Rangkaian

eksternal Atens Belajar

-pengulangan

-hapalan

-pengkodean

-pemecahan masalah

Hilang Hilang

Lupa

Gambar 2.1 Sistem Pemrosesan Informasi

Penyimpanan teks Sementara

Pencatatan pengindraan

Memori jangka pendek

Memori Jangka Panjang

Page 35: Jakfar Syadid Bab II

46

Sumber : Aren dalam Trianto, 2009:33

2.2.15 Pentingnya Pengetahuan Awal

sering seorang pelajar mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan

tertentu, yang salah satu penyebabnya karena pengetahuan baru yang diterima

tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan yang sebelumnya. Atau mungkin

pengetahuan awal sebelumnya belum dimiliki. Dalam hal ini pengetahuan awal

menjadi syarat utama dan menjadi sangat penting untuk dimilkinya.

Pengetahuan awal (prior knowlge) adalah sekumpulan pengetahuan dan

pengalaman individu yang diperoleh saepanjang perjalanan hidup mereka dan

mereka bawa kepada suatu penghalaman belajar baru.

2.2.16 Memori Jangka Pendek

Sistem penyimpanan memori jangka pendek, dalam jumlah yang terbatas

beberapa detik. Menurut Miller dalam Trianto (2009:34) memori jangka pendek

mempunyai kapasitas 5-9 bits informasi. Proses mempertahankan suatu butir

informasi dalam memori jangka pendek dengan cara mengulang-ulang,

menghafal. Menghafal sangat penting dalam belajar, karena semakin lama suatu

butir tersimpan dalam memori jangka pendek, semakin besar kesempatan butir itu

akan ditransfer ke memori jangka panjang.

2.2.17 Memori jangka Panjang

Page 36: Jakfar Syadid Bab II

47

Memori jangka panjang adalah termpat dimana pengetahuan disimpan secara

permanen untuk dipanggil lagi kemudian apabila ingin digunakan (Arends dalam

Trianto:2009:35). Memori jangka Panjang ini menurut Tulving dikutip dalam

Trianto, membagi memori jangka panjang menjadi tiga bagian . yaitu memori

episodic, memori semantic dan memori prosedural.

Disain pembelajaran menerapkan berbagai macam teori seperti teori belajar,

pembelajaran, komunikasi, psikologi, informasi dan sebagainya. Namun yang

paling menonjol dan mendasar adalah teori komunikasi, belajar dan pembelajaran.

Teori komunikasi berdamapak besar terhadap paradigma pembelajaran, yaitu

pemanfaatna media dan sumber belajar serta peran pengajar di kelas.

Teori belajar mengkaji kejadian belajar dalam diri seseorang, sedangkan teori

pembelajaran adalah faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar. Kedua

teori ini sangatlah banyak. Esensi perbedaan antar terori belajar dan teori

pembelajaran terletak dalam sifat keilmuannya. Teori belajar bersifat preskriptif,

menyarankan bagaiman sebaiknya proses belajar diselenggarakan. Teori belajar

bersifat deskriptif. Atau menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi dalam diri

seseorang. Dengan kata lain, di satu pihak, teori pembelajaran lebih banyak

berbicara mengenai the learning sedangkan teori belajar lebih banyak

menjabarkan the learner. Teori teori tersebut sangat banyak jumlahnya.

Sedangkan dalam teori komunikasi berlo, mengembangkan wawasan KBM pada

kelas konvensional sebagai suatu komunikasi. Menurut teori belo ini dalam suatu

KBM konvensional, maka pengajar adalah pengirim pesan yaitu materi ajar.

Page 37: Jakfar Syadid Bab II

48

Saluran digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut bisa saja segala potensi

pengajar, media pembelajaran, serta indra yang dimiliki oleh peserta didik. Lalu

peserta didik sebagai penerima pesan atau topik yang disampaikan oleh pengajar

mencerna materi.

Gangguan timbul pada pesan seperti ketiadan aliran listrik dapat menyebabkan

gangguan pada perangkat elektronik yang seharusnya digunakan. Salah cetak pada

buku bisa pula menimbulkan gangguan. Umpan balik adalah respons peserta didik

terhadap topik yang disampaikan oleh pengajar. Pertanyaan, nilai buruk yang

diperoleh mecerminkan umpan balik.

Baik pengajar maupun peserta didik ternyata dipengaruhi oleh nilai sosial,

pengetahuan, dan minat masing-masing. Pengajar yang memiliki potensi tinggi

dalam disiplin ilmu serta mampu mengolah topik menjadi sajian menarik, diyakini

akan berdampak positif terhadap penerima atau peserta didik. Sebaliknya

kebekuan komunikasi karena perbedaan persepsi yang besar antara pengajar dan

peserta didik berakibat buruk terhadap proses belajar. Untuk itu, sebagai pengirim

dan pengolah pesan, pengajar sebaiknya menganalisis terlebih dahulu penerima

atau peserta didik dengan baik.

Pakar teknologi pendidikan, Gagne (Prawiradilaga,2008: 28) menyatakan bahwa

proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu

sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar

terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan

melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar.

Page 38: Jakfar Syadid Bab II

49

Melalui indranya peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajar

mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat

berlangsung lancar.

Menurut Magnesen (Prawiradilaga,2008:24) belajar terjadi dengan membaca

sebanyak 10 %, mendengar 20 % , melihat 30 %, melihat dan mendegar 50 %,

mengatakan 70 %, mengatakan sambil mengerjakan sebanyak 90 %.

Pemberdayaan optimal dari seluruh indra seseorang dalam belajar dapat

menghasilkan kesuksesan bagi seseorang. Melalui media pembelajaran, belajar

paling tinggi sebanyak 50 %. Ternyata, seseorang yang belajar dapat terlibat

langsung dengan suatu kegiatan atau mengerjakan sesuatu dianggap sebagai cara

yang terbaik dan bertahan lama.

Bruner sejak dulu percaya bahwa penyajian materi bisa dimulai dari yang

termudah secara bertahap ke arah materi yang lebih sukar. Dengan kata lain,

materi yang bersifat sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu, sehingga jika diberikan

materi yang lebih rumit peserta didik tidak terlalu kaget. Atau dengan bahasa lain,

materi konkret, nyata diberikan terlebih dahulu karena mudah kemudian disusul

dengan materi abstrak secara bertahap.

Teori pembelajaran Gagne terkenal dengan sebutan events of instruction

(peristiwa pembelajaran) yang terdiri atas sembilan tahapan

(Prawiradilaga,2008:25).

1. Stimulation to gain attention to ensure the reseption of stimuli

Page 39: Jakfar Syadid Bab II

50

2. Informing leaners of the learning objective, to estabilish appropriate expectations

3. Reminding learners of previously learned conten for retrieval from LTM

4. Clear and distinctive presentation of material to ensure selective perception

5. Guidence of learning by suitable semantic encoding

6. Eliciting performance, involving response generation

7. Providing feedback about performance

8. Assessing the performance, involving additional response feedback occasions

9. Arranging variety of practice to aid future retrieval and transfer.

Kesembilan langkah diatas dapat disederhanakan menjadi empat kegiatan besar,

yaitu :

Langkah 1 sampai dengan 3 merupakan kegiatan pengajar untuk memotivasi

pelajar dengan berbagai cara. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi

yang akan mereka peroleh dari penyajian meteri nanti sangat diperlukan pebelajar

karena mereka akan belajar lebih terarah. Selain itu, sebaiknya seorang guru

menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dikuasai

sebelumnya. Usahakanlah semua kegiatan awal PBM ini menjadi sesuatu yang

menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu.

Langkah 4 sampai dengan 7 merupakan kegiatan penyajian materi yang dilakukan

oleh pengajar. Sewaktu menyajikan pengajar sebaiknya memberikan kesempatan

kepada para pebelajar untuk merespons atas penyajian dengan melaksanakan

berbagai kegiatan yang mendukung pemahaman materi seperti kerja tim, bertanya,

berdemonstrasi, dan sebagainya. Kalau perlu, cobalah pikirkan suatu teknik agar

Page 40: Jakfar Syadid Bab II

51

materi yang disampaikan mudah diingat dan diterapkan. Sebagai contoh, Anda

dapat membuat singkatan tertentu yang tengah dikenal di masyarakat, namun

dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan.

Langkah 8, yaitu tahap menilai hasil belajar sejauh mana kompetensi dapat

dikuasai atau belum. Pada langkah ini apabila pebelajar masih mengalami

kesulitan atau hambatan, cobalah diskusikan materi yang telah dibahas. Kalau

perlu cobalah berikan ringkasan atau pengulangan materi tesebut. Penilaian bisa

diberikan dalam bentuk tes objektif, atau tugas lain (penyusunan makalah, tugas

lab) yang setara tingkat kesulitannya.

Sedangkan langkah 9 merupakan upaya pengajar untuk memberikan tugas terkait

dengan materi yang telah dibahas tadi. Tugas yang diberikan pada langkah

kesembilan ini dapat dianggap sebagai pengayaan agar kompetensi lebih

mengendap lagi dalam pikiran pebelajar. (Prawiradilaga,2008:26)

2.2.18 Komponen Pendidikan

Komponen diartikan sebagai bagian atau sesuatu yang menjadi rangkaian yang

utuh. Jadi komponen pendidikan adalah bagian-bagian atau serangkaian yang utuh

dalam pendidikan. Adapun komponen pendidikan itu adalah peserta didik,

pendidik, interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik, materi / isi

pendidikan, konteks yang mempengaruhi pendidikan. (Ihsan,2003:8)

2.2.19 Kurikulum

Page 41: Jakfar Syadid Bab II

52

Menurut Saylor dan Alexander dalam Ihsan (2003:9) merumuskan kurikulum

sebagai segala usaha sekolah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Secara

tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah.

Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah. Sedangkan dalam pengertian lain, kurikulum diartikan sebagai

keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau

pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya. Pengertian ini

cakupanmya lebih luas daripada pengertian yang pertama, karena dalam

pengertian ini mencakup segala sesuatu yang ada dalam sebuah lembaga

penyelenggara pendidikan.

Menurut B. Othanel smith, W.O, Stanley dan J. Harlan shores . (Ihsan,2003:10)

memandang kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat

diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai

dengan mesyarakatnya.

Dari beberapa pengertian diatas, dapatlah kita ambil kesimpulan bahwasanya

kurikulum adalah segala sesuatu yang ada dalam sebuah lembaga pendidikan, baik

itu program, sarana dan prasarana, kegiatan, dan lain sebagainya, yang semuanya

itu mendukung dan mempengaruhi terlaksananya proses pendidikan.

Suatu kurikulum mengandung atau terdiri atas komponen-komponennya, yakni :

Tujuan, isi, metode atau proses belajar mengajar, evaluasi,

Page 42: Jakfar Syadid Bab II

53

1. Tujuan

Mengarahkan atau menunjukkan sesuatu yang hendak dituju dalam proses belajar

mengajar. Tujuan yang ditulis dalam proses mengajar itu disebut dengan tujuan

pengajaran, yang sebenarnya adalah tujuan anak belajar. Selanjutnya tujuan itu

mengarahkan perbuatan belajar mengajar yang akan dilakukan oleh siswa dan

guru.

2. Isi

Menunjukkan materi proses belajar mengajar tersebut. Materi atau isi itu harus

relevan dengan tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.

3. Metode atau proses belajar mengajar

Komponen metode atau proses belajar mengajar ini mempertimbangkan kegiatan

anak dan guru dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar itu, anak

hendaknya tidak dibiarkan sendirian. Karenanya para ahli menyebutkan proses

kegiatan ini dengan proses belajar mengajar, karena proses itu merupakan

gabungan kegiatan anak belajar dan guru mengajar yang tidak terpisahkan.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan kurikuler berupa penilaian untuk mengetahui berapa

persen tujuan telah dicapai.

Dalam sistem proses pembelajaran, ada 5 komponen proses pembelajaran, yakni :

Tujuan, media, isi/materi,evaluasi,metode.

Page 43: Jakfar Syadid Bab II

54

1. Tujuan

Sesuai dengan standar isi, kurikulum yang berlaku untuk setiap pendidikan adalah

kurikulum berbasis kompetensi55. Dalam kurikulum berbasis kompetensi tujuan

yang diharapkan dapat dicapai adalah sejumlah kompetensi yang tergambar baik

dalam kompetensi dasar ataupun standar kompetensi.

2. Isi atau materi

Dalam pembelajarn yang berorientasi pada pencapaian tujuan atau kompetensi,

tugas dan tanggung jawab guru bukanlah sebagai sumber belajar. Dengan

demikian materi pelajaran dapat diambil dari berbagai sumber.

3. Metode

Keberhasilan mencapai tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini.

Bagaimanapun lengkap dan jelasnya komponen lain tanpa dapat dilaksanakan

dengan metode dan strategi yang baik, maka komponen-komponen tersebut tidak

akan memiliki makna yang mendalam pada proses kegiatan belajar mengajar.

4. Media

Dalam kemajuan teknologi seperti sekarang ini memungkinkan siswa dapat

belajar dari mana saja dan kapam saja dengan memanfaatkan hasil teknologi.

Page 44: Jakfar Syadid Bab II

55

5. Evaluasi

Evaluasi bukan hanya melihat keberhasilan proses belajar mengajar, akan tetapi

juga berfungsi sebagai umpan balik bagi guru atas kinerjanya dalam pengelolaan

pembelajaran.

Dalam implementasi kurikulum, ada beberapa pendekatan, yakni :

Pendekatan Fidelity (implementasi kurikulum sesuai dengan

disain yang telah standar), pendekatan Mutual Adaptive (pelaksanaan kurikulum

mengadakan penyesuaian berdasarkan kondisi, kebutuhan, tuntutan setempat),

Pendekatan Enactment (implementasi kurikulum dengan melakukan

berbagai upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaankurikulum.

2.3 Kurikulum Model Terpadu (Integrited Curriculum).

A. Pengertian kurikulum terpadu

Usaha mengintegrasikan bahan pelajaran dari berbagai mata pelajaran

menghasilkan kurikulum yang integrated atau terpadu. Integrasi ini tercapai

dengan memusatkan mata pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan

pemecahannya dengan bahan dari segala macam disiplin atau mata pelajaran yang

diperlukan. Bahan mata pelajaran menjadi instrumental dan fungsional untuk

memecahkan masalah. Batas-batas antara mata pelajaran dapat ditiadakan.

Page 45: Jakfar Syadid Bab II

56

Kurikulum terpadu di Sekolah Dasar Islam Terpadu Muhammadiyah adalah

kurikulum yang memadukan antara program pendidikan umum (kurikulum

Diknas), pendidikan agama (Kurikulum khusus KeIslaman) dan kurikulum khas

lainnya. Kurikulum khas disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Sekolah (BPPS) yang mana dalam menyusun kurikulum tersebut mereka

memperhatikan aspek kebutuhan siswa, kebutuhan masyarakat dan lingkungan.

Adapun mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum pendidikan umum adalah

Pendidikan agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika,

Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya Dan

Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, Muatan Lokal,

Pengembangan Diri. Mata pelajaran yang dalam tataran kurikulum khusus

Sekolah Dasar Islam Terpadu adalah Bahasa Arab, Bahasa Inggris,

Kemuhammadiyahan, Tahfidz, Tahsin, Doa/Hadist.

Tabel 2.2. Kurikulum Tahfidz Al Qur’an SDIT Muhammadiyah Gunung Terang

Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1Hapal ½ juz 30Hapal suroh suroh pilihan

Surat As Syam – An Nas

2Hapal ½ juz 30Hapal suroh-suroh pilihan

Surat An Naba – Al Thoriq

3Lanjutan juz 30Juz 29

Surat Al A’la – Al FajrSurat Al Mulk; Al Mursalat; Al Qiyamah

4Juz 29Mengenal lagu imam Masjidil Haram dan Nabawi

Al Muzzamil; Al Mudatsir; Al Insan; Nuh; Al Ma’arij; Al Qolam; Al Haqqoh; Jin

5 Hapal ½ Juz 1 Al Baqoroh

6Hapal ½ juz 1Murrojaah juz 30 dan 29

Al baqoroh

Sumber: Data SDIT Muhammadiyah Gunung Terang, 2009

Page 46: Jakfar Syadid Bab II

57

Tabel 2.3 Kurikulum Tahfidz Hadits SDIT Muhammadiyah Gunung Terang

Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1 Menghapal hadits tentang akhlaq

Niat; muslim bersaudara;berkata baik, jangan marah,memuliakan,Hadis Iman

Menghapal hadits tentang akhlaq

Pergaulan dengan sesama, kewajiban belajar,manusia yang bermanfaat, Hadis Islam, Ilmu; keutamaan Al Qur’an,

2 Menghapal hadits tentang akhlaqIlmu; keutamaan Al Qur’an, hadis ihsan

Memahami dan menghapal sebagain hadits ArbainHadits Arbain Imam Nawai no. 1 s/d 13

3 Memahami dan menghapal sebagain hadits ArbainHadits Arbain Imam Nawawi no. 14 s/d 30

4 Memahami dan menghapal sebagain hadits ArbainHadits Arbain Imam Nawawi no. 30 s/d 42

Sumber : Dokumen SDIT Muhammadiyah Gunung Terang, 2009

Tabel 2.4 Kurikulum Tahfidz Do’a SDIT Muhammadiyah Gunung Terang

Kelas Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1 Menghapal doa aktivitas harianTtidur, makan, kifarah majlis, ke kamarmandi , belajar,perlindungan,Orang tua,masjid, ,

2 Menghapal doa di Al Qur’an dan haditsDoa para Nabi dan harian(turun hujan,mendengar petir, menjenguk orang sakit; bepergian)

3 Menghapal doa di Al Qur’an dan hadits Dizkir sebelum tidur

4 Menghapal doa di Al Qur’an dan hadits Dzikir pagi

5 Menghapal doa di Al Qur’an dan hadits Dzikir sore

6 Menghapal doa di Al Qur’an dan hadits Doa para Nabi

Sumber: Data SDIT Muhammadiyah Gunung Terang, 2009

Page 47: Jakfar Syadid Bab II

58

2.4 Pembelajaran Tahfidz

Kontek pembelajaran Al Quran dan Hadits dalam terminologi masyarakat yang

bahasa keseharianya selain bahasa arab (lughotul arobiyah) terdapat beberapa

tataran pembelajaran. Diantaranya iqro wa tahsinul Qur’an , tahfidzul Qur’an,

dan tarjimul Qur’an, serta tafsirul qur’an

Tahsinul Qur’an mengandung pengertian proses pembelajaran Al qur’an yang

menitik beratkan pada peningkatan kemampuan dalam membaca Al qur’an.

Tahfidzul Qur an mengandung pengertian proses pembelajaran yang menitik

beratkan pada peningkatan terhadap hapalan ayat ayat Al qur’an.

Tarjimul Quir’an memuat pengertian proses pembelajaran yang menitik

beratkan pada peningkatan kemampuan dalam memahami kandungan Al qur’an

Ketiga proses ini sangat dianjurkan di dalam terminology pendidikan Islam.

Hal ini disinyalir dalam sebuah hadits yang popular dari Nabi S.a.w.

Diriwayatkan dari Abu musa R.A. dia berkata, Nabi S.a.w pernah juga

menyatakan di dalam sabda beliau : perumpamaan petunjuk dan ilmu yang

diberikan oleh Allah kepadaku adalah seperti hujan lebat yang turun ke bumi, lalu

ada tanah yang subur yang menyerap air hujan sehingga bias menumbuhkan

rerumputan dengan subur, dan ada pula tanah yang keras yang bias menyimpan air

hujan yang Allah menjadikannya bermanfaat bagi umat manusia sebagai air

minum dan untuk mengairi tanaman, serta adapula tanah yang tandus yang tidak

bias menyimpan air, juga tidak bias menumbuhkan rerumputan. Itulah (contoh

pertama dan kedua) perumpamaan orang yang memahami Islam yang

Page 48: Jakfar Syadid Bab II

59

memperolah keuntungan dari ajaran yang diberikan oleh Allah kepadaku,

kemudian di mempelajari dan mengajarkannya kepada orang lain, swedangkan

(contoh ketiga) adalah perumpamaan orang yang tidak mau memperhatikan

ajaran dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa “ (dalam kitab Bukhori

no hadits 79) “Sebaik baik kamu adalah yang senantiasa mempelajari Al Quran

dan mengajarkannya”

Para ulama berbeda pendapat tentang mana yang lebih utama, membaca atau

menghafal Al qur’an. Sebagian menganggap lebih utama membaca Al Qur’an

dan sebagian lain menganggap menghafal Al qur’an yang lebih utama.

Pada masa generasi sahabat rosul demikian kuat hasratnya membaca dan

menghafal Alqur’an. Bahkan Rosulullah memberikan tempat yang lebih tinggi

seorang diantara mereka dengan hafalan Al qur’annya.

Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rosulullah S.a.w. pernah

mengumpulkan dua orang dari mereka yang terbunuh di Perang uhud, kemudian

beliau bertanya, mana diantara kedua orang ini yang paling banyak hapalan Al

qur’annya. Beliau akan memasukkannya terlebih dahulu keliang lahat

Rosululla S.a.w. juga memberikan panji kepemimpinan dalam jihad kepada orang

yang paling banyak hafalan Al qur’annya. (Sholih bin Fauzan dalam keajaiban

Belajar Al Qur’an 2001

Allah azawajallah memuliakan orang yang menjadi Ahlul qur’an dengan

membaca, menghafal, dan mengamalkannya dengan berbagai keistimewaan di

Page 49: Jakfar Syadid Bab II

60

dunia dan akhirat. Rosulullah S.A.W memberikan keistimewaan terhadap para

penghapal Al Qur’an melalui sabda beliau :

“Ahlul Qur’an adalah keluarga dan orang-orang khusus disisi Allah”

Ahlul Qur’an adalah orang yang terdekat dari Allah, karena keagungan atas apa

yang mereka miliki. Bagaimana tidak mereka mempelajari ilmu yang paling

agung, ilmu yang paling mulia dan paling terhormat kedudukannya.

Permasalahn terbesar yang dihadapi dalam dalam program menghafal Al Qur’an

yang tidak diketahui kebanyakan orang adalah bahwa Al Qur’an memiliki

susunan penulisan unik yang tidak terdapat didalam kitab selainnya. Hal ini

merupakan perkara yang sudah menjadi tabiat, karena kalam Allah tidak akan

mungkin menjadi seperti kalam manusia. Kita terbiasa dengan lingkungan yang

kita hidup di dalamnya dengan perkataan orang-orang yang hidup di sekeliling

kita, namun kita harus membiasakan diri dengan susunan bahasa baru ini dengan

sempurna. Maksudnya, akan memerlukan waktu agar terbiasa dengan susunan

bahasa ini sampai setiap sel di dalam tubuh singkron dan bertautan erat dengan

kalam Allah. ( Abdul Ad Daim Al Kahiil ; 2005:45)

Allah telah munurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al qur’an yang serupa

mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang yang takut

kepada robnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu

mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa

yang dikehendaki Nya. Dan siapa disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya

seorang pemimpinpun. (Al Quran Suroh Az Zumar : 23)

Page 50: Jakfar Syadid Bab II

61

Sesungguhnya telah kami mudahkan Al qur’an untuk pelajaran, maka adakah

orang yang mengambil pelajaran ? (Al Qur a’n suroh Al Qomar : 17)

Langkah awal menghafal Al Qur’an adalah dengan tekun adalah harus yakin,

bahwa program menghafal Al Qur’an ini adalah program terpenting di dalam

hidup dan tidak akan menyita waktu sedikitpun. Karena Allah akan memberikan

keberkahan waktu dan akan memperoleh bahwa sisi waktu tidak akan sis-sia.

Bahkan akan semakin banyak dan menjadi lebih mudah sebelumnya.

( Abdul Ad Daim Al Kahiil; 2005)

Nabi S.a.w. menyatakan :

Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah pasti akan

menggantikan dengan yang lebih baik.

2.4 Disain Pembelajaran

Menurut Reigeluth, disain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori

belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar seseorang.

Rothwell dan Kazanas merumuskan disain pembelajaran terkait dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi. Bagi mereka, peningkatan kinerja berarti peningkatan kinerja organisasi. Disain pembelajaran melakukan hal tersebut melalui suatu model kinerja manusia. (Prawiradilaga, 2008:36)

Kinerja mengajar tidak hanya ditinjau dari bagaimana pengajar tersebut

menjelaskan isi pelajaran. Ia herus tahu bagaimana mengahadapi peserta didik,

Page 51: Jakfar Syadid Bab II

62

membantu memecahkan masalah , mengelola kelas, menata bahan ajar,

menentukan kegiatan kelas, menyusun asasmen belajar, menentukan metode atau

media; atau bahkan menjawab pertanyaan dengan bijaksana. Satu hal yang jelas

jika seorang pengajar hendak mengajar, maka ia diminta untuk menyiapkan

satuan pelajaran atau lesson plan. Penyusunan satuan pelajaran ini terkait

rencana yang ia harus laksanakan sewaktu ia belajar diruang kelas. Agar satuan

pelajaran tersusun dengan baik, pengajar memerlukan landasan berfikir atau

bekal ilmu yang mendukung penyusunan satuan pelajaran tersebut. Bahkan ia

harus mampu berkomunikasi di kelas dengan baik, memikirkan kegiatan apa

yang harus dilakukan peserta didik agar mereka dapat mencerna, menyerap isi

pelajaran dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian menyusun satuan pelajaran

tak cukup hanya dengan mengikuti struktur atau lembar baku yang telah

disediakan oleh lembaga pendidikan tempat ia ber profesi. Jika seorang pengajar

menyadari dan memahami pentingnya hal ini, kemungkinan besar ia dapat

menghasilkan pembelajaran yang efektif dan menarik.

Gagne, dkk. Mengembangkan konsep disain pembelajaran dengan menyatakan

bahwa disain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, di mana proses

belajar itu sendiri memiliki tahapan segera dan jangka panjang. Mereka percaya

proses belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar, internal maupun

eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri pebelajar,

sedangkan kondisi eksternal adalah pengaturan lingkungan yang didisain inilah

yang disebut mereka sebagai disain pembelajaran. (Prawiradilaga,2008:16).

Page 52: Jakfar Syadid Bab II

63

Untuk itu, disain pembelajaran haruslah sitematis, dan menerapkan konsep

pendekatan system agar berhasil meningkatkan mutu kinerja seseorang.

Dick, Carey & Carey dalam Prawiradilaga (2008:16) menegaskan penggunaan

konsep pendekatan sistem sebagai landasan pemikiran suatu disain pembelajaran.

Umumnya pendekatan sistem terdiri atas analisis, disain, pengembangan,

implementasi, dan evaluasi. Disain pembelajran mencakup seluruh proses yang

dialaksanakan pada pendekatan sistem. Teori belajar, teori evaluasi, dan teori

pembelajaran merupakan teori-teori yang melandasi disain pembelajaran.

Sebenarnya, esensi disain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen

(siswa, tujuan, metode, dan evaluasi) serta analisis topik.Empat komponen di

bawah dipengaruhi oleh teori belajar dan pembelajaran yang dihasilkan dari

disiplin ilmu tertentu.

Menurut Kemp, Morrison dalam Prawiradilaga (2008:17) esensi disain

pembelajaran mengacu kepada empat komponen inti: siswa, tujuan pembelajaran,

metode dan penilaian.

Rincian komponen inti dibahas berikut :

1. Peserta didik

Page 53: Jakfar Syadid Bab II

64

Berbagai istilah yang berkembang di indonesia terkait dengan peserta didik ini

diantaranya siswa, siswa, peserta pelatihan, dan seterusnya. Namun uraian ini

tidak akan membahas mengapa istilah peserta didik berbeda. Ulasan ini

menjelaskan alasan-alasan rasional mengenai hal-hal yang patut dipertimbangkan

tentang praktik belajar.

Apa pun disain pembelajaran dan mata ajaran yang disampaikan, perlu kiranya

diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para disainer adalah

menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai dan peserta didik merasa nyaman dan termotivasi dalam proses

belajarnya. Peserta didik sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor baik fisik maupun mental. Kelelahan secara fisik, mengantuk,

bosan, atau jenuh yang menghinggapi peserta didik dapat mengurangi konsentrasi.

Sudah tentu akan terjadi reduksi dalam penyerapan materi. Kelelahan mental

karena terlalu banyak belajar dapat mengurangi daya tangkap dia untuk

memahami materi ajar selanjutnya. Beberapa hal dapat mempengaruhi mutu

belajar diantaranya yaitu tampilan materi ajar. Sebagai contoh tampilan buku atau

modul yang menarik dapat menimbulkan minat belajar. Sedangkan pengolahan

secara penyajian isi yang menarik dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang besar.

Pada kelas konvensional , peran guru atau instruktur dapat berpengaruh terhadap

keberhasilan belajar. Pemaparan materi yang menarik gaya bicara guru bisa pula

mendukung atau menghambat proses belajar mengajar. Masih banyak lagi hal-hal

yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang.

Page 54: Jakfar Syadid Bab II

65

2. Tujuan Pembelajaran

Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan

kompetensi atau kinerja yang harus dimiliki oleh peserta didik jika ia selesai

belajar. Seandainya tujuan pembelajaran atau kompetensi dinilai sebagai sesuatu

yang rumit, maka tujuan pembelajaran tersebut dirinci menjadi sub kompetensi

yang dapat mudah dicapai. Dilain pihak disain instruksional memadukan

kebutuhan peseta didik dengan kompetensi yang harus dia kuasai nanti setelah

selesai belajar dengan persyaratan tertentu dalam kondisi yang sudah ditetapkan.

3. Metode

Metode terkait dengan srategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses

belajar berjalan mulus. Metode adalah cara-cara atau teknik yang dinggap jitu

untuk menyampaikan materi ajar. Dalam disain pembelajaran langkah ini sangat

penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang

sesungguhnya. Di lain pihak kepiawaian seseorang disainer pembelajaran juga

terlihat dalam cara dia menentukan metode ini. Metode sebagai strategi

pembelajaran biasa dikaitkan dengan media dan waktu yang tersedia untuk

belajar. Pada konsep sederhana ini, metode adalah komponen strategi

pembelajaran yang sederhana.

4. Penilaian

Konsep ini menganggap menilai hasil belajar peserta didik sangat penting.

Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari

Page 55: Jakfar Syadid Bab II

66

penilaian hasil belajar ini.Sering kali penilaian diukur dengan menjawab dengan

benar sejumlah soal-soal objektif. Penilaian juga dapat dilakukan dengan format

non soal, yaitu dengan instrumen pengamatan, wawancara, kuisioner, dan

sebagainya.

Selain dasar pemikiran tadi, Kemp, et al. (Prawiradilaga:2008:19) menyebutkan

pula adanya dasar pemikiran lain selain keempat faktor yang telah dijelaskan

sebelumnya. Disain pembelajaran yang dimaskud merupakan hasil kajian suatu

topik. Ilmu tertentu diuraikan menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dan

relatif sempit cakupannya. Setelah itu pembelajaran dirancang sesuai dengan sifat

ilmu tersebut.

Komponen model analisis topik ini terdiri atas :

1. Topik

Topik adalah mata ajaran yang akan dijelaskan kepada peserta didik. Disainer

pembalajaran perlu mempelajari karakteristik dan ketegori topik itu sebagai

pengetahuan dan sebagai upaya untuk menentukan alternatif yang harus dipilih

terkait dengan kondisi belajar yang harus dipersiapakan. Model analisis topik ini

menjadi landasan pemikiran untuk mengkaji landasan pengetahuan.

2. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran dirumuskan sebagai kategori topik selesai dilaksanakan.

Dengan demikian, rumusan tujuan pembelajaran disusun berdasarkan ketegori

topik.

Page 56: Jakfar Syadid Bab II

67

3. Pembelajaran

Pembelajaran diartikan sebagai kegiatan dimana guru dan peserta didik langsung

berinteraksi. Dalam hal ini, disain pembelajaran menentukan seluruh aspek

strategi pembelajaran sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

4. Penilaian

Penilaian dalam model mancakup dua hal, yaitu belajar dan pembelajaran.

Penilaian belajar dilakukan untuk melihat pencapaian tujuan pembelajaran yang

dapat dicapai. Selain itu, penilaian dilakukan pula terhadap proses pembelajaran.

Penilaian ini bertujuan agar faktor penghambat belajar dapat diatasi sehingga

proses belajar yang akan datang akan menjadi lebih mudah serta lancar.

5. Revisi

Setelah hasil penilaian diolah, terkait dengan proses belajar, maka bisa dikaji

ulang rumusan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi; apakah terlalu

mudah atau sebaliknya. Sebagaimana telah dijelaskan tadi, menurut model ini,

penilaian juga dapat dilakukan terhadap pembelajaran. Langkah revisi ini

dimaksud untuk mencari. Alternatif atau pemecahan masalah belajar yang dialami

oleh peserta didik.

2.4.1 Sifat Disain Pembelajaran

Beberapa hal menjadi roh suatu disain pembelajaran dibahas seperti di bawah ini.

Page 57: Jakfar Syadid Bab II

68

Disain pembelajaran mengacu pada peserta didik. Setiap individu peserta didik

dipertimbangkan memiliki kekhasan masing-masing. Menurut

Smaldino,(Prawiradilaga:2008:20) setiap peserta didik berbeda satu sama lain

karena :

1. Karakteristik umum

Sifat internal peserta didik yang mempengaruhi penyampaian materi seperti

kemampuan membaca , jenjang pendidikan, usai, atau latar belakang sosial.

2. Kemampuan awal atau pra syarat

Kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum peserta didik akan mempelajari

kemampuan baru. Jika kurang maka kemampuan awal ini yang sebenarnya

menjadi mata rantai penguasaan isi atau materi dan menjadi penghambat bagi

proses belajar mengajar.

3. Gaya belajar

Merupakan berbagai aspek psikologis yang berdampak terhadap penguasaan

kemampuan atau kompetensi. Cara mempersepsikan sesuatu hal, motivasi,

kepercayaan diri, tipe belajar, (verbal, visual, kombinasi, dan sebagainya )

ternasuk gaya belajar.

4. Alur Bepikir Sistem Atau Sistemik

Konsep sistem dan pendekatan sistemik diterapkan secara optimal dalam disain

pembelajaran sebagai kerangka berpikir. Sistem sebagai rangkaian dengan

Page 58: Jakfar Syadid Bab II

69

komponen masing-masing fungsi yang berbeda, bekerja sama dan berkoordinasi

dalam melaksanakan suatu tujuan yang telah dirumuskan. Rumusan ini

menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar jika diuraikan terjadi seperti

sebagai suatu sistem. Keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaanya dapat

disebakan oleh salah satu komponen saja. Jadi jika ada perbaikan meka seluruh

komponen perlu ditinjau kembali.

5. Empiris dan Berulang

Setiap model disain pembelajaran bersifat empiris. Model apapun yang diajukan

oleh pakar telah melalui hasil kajian teori serta serangkaian uji coba yang telah

mereka lakukan sendiri sebelum dipublikasikan. Pada pelaksanaannya pengguna

dapat menerapkan dan memperbaiki setiap tahap berulang kali sesuai denga

masukan demi untuk efektifitas pembelajaran.

2..5 Kajian Penelitian yang Relevan

Masfiyatul Asriyah, 2009. Judul Penelitian: Inovasi Pendidikan di Sekolah dasar

Islam Terpadu Muhammadiyah. Hasil penelitian: Tiga bidang inovasi pendidikan

di SekolahDasar Islam Terpadu Muhammadiyah yaitu: bidang kurikulum, strategi

pembelajaran, serta pembiayaan.

Ridwan, 2009. Judul Penelitian: Implementasi Kurikulum di Sekolah Dasar Islam

Terpadu Muhammadiyah. Hasil penelitian: Implementasi kurikulum di Sekolah

Dasar Islam Terpadu efektif.

Page 59: Jakfar Syadid Bab II

70