JAKA PERDANA KEMBALI: tap Happy Feet Two · kesuksesan besar. Tidak hanya secara komersial, tapi...

1
24 KAMIS, 15 DESEMBER 2011 P OP ESKAPISME JAKA PERDANA S IAPA pun tampaknya tidak akan menyang- ka ketika Warner Bros merilis Happy Feet pada 2006, lm itu bakal mendulang kesuksesan besar. Tidak hanya secara komersial, tapi juga se- cara kualitas. Hentakan kaki tap dance Mumble, karakter utamanya yang penguin, benar-benar menggoyang dunia. Resep yang ditawarkan sama sekali lain, yakni animasi musikal de- ngan cerita mendalam terkait dengan isu lingkungan. Piala Oscar kategori animasi terbaik pun dalam genggaman. Jeda lima tahun tampaknya cukup untuk melihat kembali kisah unik para penguin pe- nyanyi dan pedansa. Tidak ha- nya hadir dalam animasi halus seperti pendahulunya, Happy Feet Two disuntik amunisi baru berupa format tiga dimensi. Hal itu memungkinkan pe- nonton bisa menikmati dansa para penguin dengan sensasi berbeda. Hal lain yang lumrah terjadi pada sekuel, ada karak- ter tambahan dan ada karakter yang hilang. Karakter Norma Jean (sua- ranya diisi Nicole Kidman) dan Memphis (Hugh Jackman) di Happy Feet tidak tampil lagi di Happy Feet Two. Sebagai ganti- nya, muncul beberapa karakter tambahan untuk memeriahkan dinginnya ujung dunia di ku- tub sana. Dengan tetap disutradarai George Miller, para pengisi suara lama kembali muncul seperti Elijah Wood dan Robin Williams. Untuk pengisi su- ara karakter-karakter baru, bintang-bintang Hollywood bergabung, seperti Brad Pitt, Matt Damon, Hank Azaria, serta bintang cilik Ava Acres. Untuk menggantikan Brit- tany Murphy yang meninggal dunia pada 2009, direkrutlah penyanyi Alecia Moore, yang lebih dikenal dengan nama Pink. Kisah dimulai ketika po- pulasi penguin emperor su- dah hidup makmur berkat Mumble (Elijah Wood), si penguin pedansa tap. Ia yang berpasang an dengan Gloria (Alecia Moore) sudah memiliki satu anak bernama Erik (Ava Acres). Ternyata masalah yang menghantui Mumble ketika ia kecil kembali menghantui Erik. Ia merasa berbeda dari anak-anak penguin seusianya dan tidak mewarisi bakat sang ayah sebagai pedansa tap. Erik mengekspresikan ke- muramannya dengan ikut ber- tualang bersama Ramon (Robin Williams), penguin yang doyan pesta. Bersama Ramon, Erik bertemu penguin dewa cinta, Lovelace (disuarakan juga oleh Robin Williams) dan penguin aneh yang bisa terbang, Sven (Hank Azaria). Mumble segera menyusul Erik dan Ramon lalu mem- bawa Erik kembali ke kawanan penguin emperor--Aptenodytes forsteri, atau penguin kaisar, termasuk jenis yang terbesar di antara famili penguin. Ternyata tempat tinggal me- reka sudah tertutup oleh bong- kahan es raksasa yang datang entah dari mana. Para penguin kaisar terjebak, tidak bisa ke- luar dan mencari ikan. Mumble harus memutar otak dan mencari jalan keluar agar populasinya selamat, termasuk meminta pertolongan kepada Lovelace dan Sven, serta se- kumpulan gajah laut kenalan Mumble. Kisah makin meriah dengan kehadiran duo krill--jenis crus- tacea seperti udang. Mereka ialah Will the Krill (Brad Pitt) dan Bill the Krill (Matt Damon), krill-krill petualang gila nan visioner. Duo krill Syarat sebuah animasi bagus dari segi visual terpenuhi da- lam Happy Feet Two. Animasi yang memang sudah paten dalam Happy Feet semakin halus dan lentur dalam sekuel- nya ini. Penggambaran ujung dunia nan dingin tetap hadir dalam warna-warna cerah yang enak dilihat. Sinematografi yang luar biasa di film pertama tetap muncul dan semakin terasa wah. Sinematograatau pengambilan gambar yang dilakukan dari atas seperti menggunakan satelit secara bergerak mirip film-film do- kumenter menjadikan lm ini lain daripada animasi-animasi lainnya. Hal itu pula yang memung- kinkan penonton menyaksikan pergerakan ratusan penguin berdansa bersama secara mas- sal dalam satu layar. Peng- gabungan animasi dan sine- matograitu semakin lengkap dengan digunakannya medium 3D. Sensasi gambar yang mun- cul amat terasa ketika perekam- an kamera dilakukan dalam jarak dekat dan makin asyik ketika para penguin mulai menggerakkan badan dan menghentakkan kaki mereka. Sayang sekali, kisah cerita yang amat mendalam di Happy Feet tidak tampak lagi di Happy Feet Two. Isu lingkungannya kurang bersuara. Penambah- an beberapa karakter untuk menambah konik dan keme- riahan cerita terasa kurang di sana-sini. Akibatnya, penggabungan beberapa konflik yang seha- rusnya menjadi satu keutuhan cerita terkesan kurang enak dan mengganjal. Kisahnya kemudian hanya berputar di sekitaran bagaimana Mumble dapat menyelamatkan kolo- ninya, tidak lebih. Untung saja ada karakter tambahan yang menyelamat- kan lm ini. Kehadiran duo Will the Krill dan Bill the Krill benar- benar segar. Dialog mereka ber- dua yang terdengar ngawur dan keluar jalur justru menambah bumbu tawa. Penggambaran mereka memang mirip udang biasa, berwarna merah dengan banyak kaki, disertai antena- antena di kepala. Yang tidak biasa ialah mata mereka yang tampil bulat besar dan sering ditampilkan dalam jarak dekat. Selain tampak bodoh dan lucu, mata mereka amat terasa keluar dari layar dalam balutan 3D. Walau pada awalnya tampak tidak penting dan kurang be- relasi pada cerita, mereka justru berhasil menjadi penyambung kisah dengan adegan-adegan serbakebetulan yang unik. Dengan serbakekurangan dari kurang sregnya berkisah, Happy Feet Two memenuhi syarat sebagai sebuah hiburan keluarga. Kekurangan terse- but tidak terlalu terasa ketika animasi 3D-nya benar-benar tampil solid. Selain itu, sebagai animasi musikal, banyak lagu-lagu lawas yang kemudian digubah ulang dan dinyanyikan para penguin. Para penonton de- wasa akan merasakannya se- bagai bonus tambahan dan bagi penonton belia, hentakan kaki dan goyangan ekor Mumble akan membuat mereka berjing- krak. (M-3) [email protected] Happy Feet Two SEKALI LAGI SI PENGUIN BERDANSA AP/WARNER BROS. PICTURES KEMBALI: Mumble, penguin pedansa tap, kembali beraksi. Ia berpasangan dengan Gloria dan memiliki anak bernama Erik (atas). Will dan Bill the Krill, dua karakter tambahan dalam Happy Feet Two. Penguin-penguin penyanyi dan penari hadir lagi, kali ini dalam format 3D dengan kualitas animasi melebihi pendahulu mereka. AP/WARNER BROS. PICTURES

Transcript of JAKA PERDANA KEMBALI: tap Happy Feet Two · kesuksesan besar. Tidak hanya secara komersial, tapi...

24 KAMIS, 15 DESEMBER 2011POP ESKAPISME

JAKA PERDANA

SIAPA pun tampaknya tidak akan menyang-ka ketika Warner Bros merilis Happy Feet pada

2006, fi lm itu bakal mendulang kesuksesan besar. Tidak hanya secara komersial, tapi juga se-cara kualitas.

Hentakan kaki tap dance Mumble, karakter utamanya yang penguin, benar-benar menggoyang dunia. Resep yang ditawarkan sama sekali lain, yakni animasi musikal de-ngan cerita mendalam terkait dengan isu lingkungan. Piala Oscar kategori animasi terbaik pun dalam genggaman.

Jeda lima tahun tampaknya cukup untuk melihat kembali kisah unik para penguin pe-nyanyi dan pedansa. Tidak ha-nya hadir dalam animasi halus seperti pendahulunya, Happy Feet Two disuntik amunisi baru berupa format tiga dimensi.

Hal itu memungkinkan pe-nonton bisa menikmati dansa para penguin dengan sensasi berbeda. Hal lain yang lumrah terjadi pada sekuel, ada karak-ter tambahan dan ada karakter

yang hilang.Karakter Norma Jean (sua-

ranya diisi Nicole Kidman) dan Memphis (Hugh Jackman) di Happy Feet tidak tampil lagi di Happy Feet Two. Sebagai ganti-nya, muncul beberapa karakter tambahan untuk memeriahkan dinginnya ujung dunia di ku-tub sana.

Dengan tetap disutradarai George Miller, para pengisi suara lama kembali muncul seperti Elijah Wood dan Robin Williams. Untuk pengisi su-ara karakter-karakter baru, bintang-bintang Hollywood bergabung, seperti Brad Pitt, Matt Damon, Hank Azaria, serta bintang cilik Ava Acres.

Untuk menggantikan Brit-tany Murphy yang meninggal dunia pada 2009, direkrutlah penyanyi Alecia Moore, yang lebih dikenal dengan nama Pink.

Kisah dimulai ketika po-pulasi penguin emperor su-dah hidup makmur berkat Mumble (Elijah Wood), si penguin pedan sa tap. Ia yang berpasang an dengan Gloria (Alecia Moore) sudah memiliki satu anak bernama Erik (Ava

Acres). Ternyata masalah yang menghantui Mumble ketika ia kecil kembali menghantui Erik. Ia merasa berbeda dari anak-anak penguin seusianya dan tidak mewarisi bakat sang ayah sebagai pedansa tap.

Erik mengekspresikan ke-muramannya dengan ikut ber-tualang bersama Ramon (Robin Williams), penguin yang doyan pesta. Bersama Ramon, Erik bertemu pe nguin dewa cinta, Lovelace (disuarakan juga oleh Ro bin Williams) dan penguin aneh yang bisa terbang, Sven (Hank Azaria).

Mumble segera menyusul Erik dan Ramon lalu mem-bawa Erik kembali ke kawanan penguin emperor--Aptenodytes forsteri, atau penguin kaisar, termasuk jenis yang terbesar di antara famili penguin.

Ternyata tempat tinggal me-reka sudah tertutup oleh bong-kahan es raksasa yang datang entah dari mana. Para penguin kaisar terjebak, tidak bisa ke-luar dan mencari ikan.

Mumble harus memutar otak dan mencari jalan keluar agar populasinya selamat, termasuk meminta pertolongan kepada

Lovelace dan Sven, serta se-kumpulan gajah laut kenalan Mumble.

Kisah makin meriah dengan kehadiran duo krill--jenis crus-tacea seperti udang. Mereka ialah Will the Krill (Brad Pitt) dan Bill the Krill (Matt Damon), krill-krill petualang gila nan visioner.

Duo krillSyarat sebuah animasi bagus

dari segi visual terpenuhi da-lam Happy Feet Two. Animasi yang memang sudah paten dalam Happy Feet semakin halus dan lentur dalam sekuel-

nya ini. Penggambaran ujung dunia

nan dingin tetap hadir dalam warna-warna cerah yang enak dilihat. Sinematografi yang luar biasa di film pertama tetap muncul dan semakin terasa wah. Sinematografi atau pengambilan gambar yang dilakukan dari atas seperti menggunakan satelit secara bergerak mirip film-film do-kumenter menjadikan fi lm ini lain daripada animasi-animasi lainnya.

Hal itu pula yang memung-kinkan penonton menyaksikan pergerakan ratusan penguin

berdansa bersama secara mas-sal dalam satu layar. Peng-gabungan animasi dan sine-matografi itu semakin lengkap dengan digunakannya medium 3D. Sensasi gambar yang mun-cul amat terasa ketika perekam-an kamera dilakukan dalam jarak dekat dan makin asyik ketika para penguin mulai menggerakkan badan dan menghentakkan kaki mereka.

Sayang sekali, kisah cerita yang amat mendalam di Happy Feet tidak tampak lagi di Happy Feet Two. Isu lingkungannya kurang bersuara. Penambah-an beberapa karakter untuk

menambah konfl ik dan keme-riahan cerita terasa kurang di sana-sini.

Akibatnya, penggabungan beberapa konflik yang seha-rusnya menjadi satu keutuhan cerita terkesan kurang enak dan mengganjal. Kisahnya kemudian hanya berputar di sekitaran bagaimana Mumble dapat menyelamatkan kolo-ninya, tidak lebih.

Untung saja ada karakter tambahan yang menyelamat-kan fi lm ini. Kehadiran duo Will the Krill dan Bill the Krill benar-benar segar. Dialog mereka ber-dua yang terdengar ngawur dan keluar jalur justru menambah bumbu tawa. Penggambaran mereka memang mirip udang biasa, berwarna merah dengan banyak kaki, disertai antena-antena di kepala. Yang tidak biasa ialah mata mereka yang tampil bulat besar dan sering ditampilkan dalam jarak dekat. Selain tampak bodoh dan lucu, mata mereka amat terasa keluar dari layar dalam balutan 3D.

Walau pada awalnya tampak tidak penting dan kurang be-relasi pada cerita, mereka justru berhasil menjadi penyambung kisah dengan ade gan-adegan serbakebetulan yang unik.

Dengan serbakekurangan dari kurang sregnya berkisah, Happy Feet Two memenuhi syarat sebagai sebuah hiburan keluarga. Kekurangan terse-but tidak terlalu terasa ketika animasi 3D-nya benar-benar tampil solid.

Selain itu, sebagai animasi musikal, banyak lagu-lagu lawas yang kemudian digubah ulang dan dinyanyikan para penguin. Para penonton de-wasa akan merasakannya se-bagai bonus tambahan dan bagi penonton belia, hentakan kaki dan goyangan ekor Mumble akan membuat mereka berjing-krak. (M-3)

[email protected]

H a p p y F e e t Tw o

SEKALI LAGI SI PENGUIN BERDANSA

AP/WARNER BROS. PICTURES

KEMBALI: Mumble, penguin pedansa tap, kembali beraksi. Ia berpasangan dengan Gloria dan memiliki anak bernama Erik (atas). Will dan Bill the Krill, dua karakter tambahan dalam Happy Feet Two.

Penguin-penguin penyanyi dan penari hadir lagi, kali ini dalam format 3D dengan kualitas animasi melebihi pendahulu mereka.

AP/WARNER BROS. PICTURES