jadipropnew

91
Proposal Penelitian “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektifitas, Integritas, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Kantor Akuntan Publik di Kota Palembang)” I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak internal maupun pihak eksternal. Pihak internal menggunakan laporan keuangan untuk melihat besarnya pencapaian yang telah dikerjakan dan pengambilan keputusan, sedangkan pihak eksternal menggunakan laporan keuangan untuk melihat kondisi kesehatan keuangan perusahaan untuk melakukan investasi dan keperluan lainnya. Untuk itu, suatu laporan keuangan harus memiliki suatu informasi yang relevan dan dapat diandalkan. Dalam hal ini, laporan keuangan harus 1

description

Pengauditan

Transcript of jadipropnew

Page 1: jadipropnew

Proposal Penelitian

“Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektifitas, Integritas,

Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit

(Studi Kasus Kantor Akuntan Publik di Kota Palembang)”

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak

internal maupun pihak eksternal. Pihak internal menggunakan laporan

keuangan untuk melihat besarnya pencapaian yang telah dikerjakan dan

pengambilan keputusan, sedangkan pihak eksternal menggunakan laporan

keuangan untuk melihat kondisi kesehatan keuangan perusahaan untuk

melakukan investasi dan keperluan lainnya. Untuk itu, suatu laporan keuangan

harus memiliki suatu informasi yang relevan dan dapat diandalkan. Dalam hal

ini, laporan keuangan harus diperiksa oleh seorang yang independen dan tidak

memiliki kepentingan pada pihak manapun atau dapat disebut pihak ketiga.

Pihak ketiga yang dimaksud adalah akuntan publik ataupun auditor publik.

Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

profesi akuntan publik, masyarakat tentu mengharapkan penilaian yang bebas

dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

perusahaan dalam laporan keuangannya. Akuntan Publik adalah seseorang

yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam

1

Page 2: jadipropnew

Undang- Undang. Kantor Akuntan Publik, yang disingkat KAP, adalah badan

usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ( UU No. 5 Tahun

2011 tentang Akuntan Publik ).

Seorang auditor eksternal atau akuntan publik, bertugas untuk menilai dan

memverifikasi laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pihak manajemen

perusahaan, dan pada akhirnya memberikan opini mereka terhadap laporan

keuangan yang telah mereka audit tersebut. Audit yang dilakukan oleh seorang

auditor terhadap laporan keuangan, tentu saja akan menambah nilai keandalan

terhadap laporan keuangan tersebut..

Menurut De Angelo (1981), kualitas audit adalah probabilitas seorang

auditor mampu menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu

pelanggaran, salah saji material ataupun kecurangan dalam sistem akuntansi

dan laporan keuangan dari kliennya. Sementara probabilitas menemukan suatu

pelanggaran dari seorang auditor tergantung pada kemampuan teknis auditor,

dan kemampuan melaporkan pelanggaran tergantung pada sikap independensi

auditor (Deis dan Groux, 1992 dalam Law Tjun-Tjun, 2012). AAA Fiancial

Accounting Commite (2000) didalam Christiawan (2002) menyatakan bahwa

kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi.

Oleh sebab itu, hal paling penting dari definisi kualitas audit adalah audit

berkualitas dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kompetensi dan

independensi.

2

Page 3: jadipropnew

Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan

teknologi dan pengetahuan akuntansi dan memahami serta melaksanakan

prosedur audit secara tepat. Kompetensi auditor berkaitan dengan kemampuan

auditor dalam mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan.

Auditor memiliki posisi yang penting terkait hasil yang diperoleh ketika

melakukan audit. Posisi inilah yang kemudian menimbulkan sikap dilematis

dalam diri auditor terkait independensi. Standar umum kedua (SA seksi 220

dalam SPAP, 2011) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang

berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus

dipertahankan oleh auditor“. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus

bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi), karena ia melaksanakan

pekerjaannya untuk kepentingan umum. Menurut Arens dan Loebbecke

(1994), sikap mental independen terdiri atas dua hal, yaitu independensi dalam

penampilan (independence in appearance) dan independensi dalam kenyataan

(independence in fact). Auditor yang tidak lagi independen, maka kualitas

auditnya patut dipertanyakan

Ada beberapa kasus yang berhubungan dengan kualitas laporan keuangan

yang telah diaudit oleh KAP. Keruntuhan perusahaan besar seperti Enron dan

WorldCom di Amerika Serikat, telah dikaitkan dengan kualitas audit yang

buruk. Masalah Enron di Amerika Serikat melibatkan kantor akuntan publik

(KAP) internasional Arthur Andersen (AA). KAP AA merupakan KAP Big

Five yang ada di Amerika Serikat pada saat itu. Banyak pihak yang

menempatkan auditor sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap

3

Page 4: jadipropnew

masalah ini. Independensi auditor merupakan salah satu faktor yang diduga

memicu masalah ini (Efraim, 2010). Kegagalan mempertahankan

indepedensinya terhadap klien, Enron, melahirkan The Sarbanes-Oxley Act

(SOX) tahun 2002 sebagai solusi dari skandal perusahaan besar yang terjadi di

Amerika.

Lalu di tanah air sendiri pernah juga terjadi kasus audit yang dialami oleh

PT Telkom, perusahaan penyedian informasi dan telekomunikasi. Dimana

KAP Eddy Pianto (PT Telkom) dan KAP Hadi Susanto (PT Telkomsel, anak

perusahaan) saling tidak mau untuk berafiliasi. KAP Hadi Susanto (KAP HS)

meragukan kelayakan hak praktek KAP Eddy Pianto (KAP EP) di hadapan

BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) Amerika Serikat. Terjadi

persaingan yang tidak sehat antara kedua KAP tersebut. KAP HS tidak

mengijinkan acuannya dipakai oleh KAP EP dan menyembunyikan hasil audit

dan beserta opini audit dari PT Telkom.

Begitu juga dengan dibekukannya ijin akuntan publik dan kantor akuntan

publik yang terjadi pada tahun 2007 oleh Menteri Keuangan (Menkeu), Sri

Mulyani Indrawati. Menkeu memberhentikan ijin Akuntan Publik (AP) Drs.

Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata

dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007. Pelanggaran itu

berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT. Muzatek Jaya

tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu,

Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit

umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek

4

Page 5: jadipropnew

Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku

2001 sampai dengan 2004. Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut sesuai

dengan Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan

Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor

359/KMK.06/2003. Hal ini juga dipertegas dengan dikeluarkannya Undang-

Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik, dimana pemberian jasa

audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan historis

suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka

waktu tertentu serta ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas

informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah. Sebagai

seorang akuntan publik, Petrus seharusnya mematuhi Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan

jasa audit, maka audit yang dilakukan pun harus sesuai dengan Standar

Auditing (SA) dalam SPAP, karena pada akhirnya hal ini tentu saja

berpengaruh terhadap kualitas audit.

Dari beberapa kasus tersebut, dapat kita lihat bahwa ada beberapa kasus

sehubungan dengan kualitas audit. Mulai dari kasus kegagalan KAP Arthur

Anderson mempertahankan independensinya terhadap kliennya Enron, kasus

KAP HS dan Rekan serta KAP EP yang melanggar peraturan BAPEPAM

tentang persaingan yang tidak sehat antara sesama auditor, kasus

dibekukannya akuntan publik maupun kantor akuntan publik yang

dikarenakan tidak sesuai dengan SPAP akan mempengaruhi kualitas audit

yang akan dihasilkan

5

Page 6: jadipropnew

Begitu pentingnya informasi laporan keuangan berkualitas yang telah

diaudit oleh KAP, menjadikan salah satu alasan peneliti tertarik untuk

memahami dan mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas audit.

Berdasarkan peneliti-peneliti terdahulu, banyak faktor yang mempengaruh

kualitas audit, antara lain kompetensi, independensi, workload, besaran fee

audit, spesialisasi auditor, etika profesi, akuntabilitas, du profeessional care,

time budget pressure, risiko kesalahan, integritas auditor, objektifitas auditor,

kompleksitas audit, masa perikatan audit, profesionalisme audit, lamanya

waktu/proses audit, kekayaan dan kesehatan keuangan klien, maupun kualitas

pelaksanaan audit.

Dalam penelitian ini, penulis memilih 5 faktor yang mempengaruhi

kualitas audit, yaitu kompetensi audit, indepedensi audit, objektifitas,

integritas audit, dan akuntabilitas audit. Alasan peneliti memilih kompetensi,

karena kompetensi auditor adalah hal yang mutlak yang harus dimiliki

seorang auditor. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001)

menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang

memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Sedangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)

menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya,

auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama. Kompetensi merupakan standar yang harus dipenuhi oleh seorang

auditor untuk dapat melakukan audit dengan baik. Selain itu, dalam UU No. 5

Tahun 2011 pasal 8 ayat 2 (d) tentang Akuntan Publik menyatakan bahwa

6

Page 7: jadipropnew

untuk memperpanjang izin, Akuntan Publik harus mengajukan permohonan

tertulis kepada Menteri yang salah satu syaratnya yaitu menjaga kompetensi

melalui pelatihan professional berkelanjutan.

Kemudian alasan peneliti memilih independensi, karena independensi

merupakan salah satu karakteristik dari profesi akuntan publik ( Standar

Kedua, SA seksi 220 dalam SPAP, 2011 ). Independensi juga merupakan

salah satu kriteria yang harus ada pada diri seorang auditor. Auditor yang

memiliki kemampuan dan keahlian yang baik, juga harus memiliki sikap

independensi dalam menghadapi tuntutan klien. Jika seorang auditor tidak

memiliki sikap independensi, maka akan berdampak terhadap kualitas audit

yang dihasilkannya.

Faktor ketiga yang menjadi variabel peneliti, yaitu objektifitas.

Objektifitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit.

Objektifitas diperlukan agar auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi

oleh tekanan atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil

audit serta kompetensi auditor didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan

yang diperlukan untuk melaksanakan tugas (Sukriah et al., 2009).

Faktor integritas menjadi variabel keempat yang dipilih peneliti. Alasan

peneliti memilih faktor integritas karena integritas juga merupakan salah satu

komponen profesionalisme auditor. Integritas adalah kepatuhan tanpa

kompromi untuk kode nilai-nilai moral, dan menghindari penipuan,

kemanfaatan, kepalsuan, atau kedangkalan apapun. Dalam kode etik Akuntan

Indonesia pasal 1 ayat (2), dinyatakan bahwa “Setiap anggota harus

7

Page 8: jadipropnew

mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya”

Integritas mempertahankan standar prestasi yang tinggi dan melakukan

kompetensi yang berarti memiliki kecerdasan, pendidikan, dan pelatihan untuk

dapat nilai tambah melalui kinerja (Mutchler, 2003). Hal inilah yang menjadi

alasan peneliti memilih objektifitas dan integritas sebagai penunjang kualitas

audit yang lebih baik.

Faktor yang terakhir yang dipilih peneliti adalah akuntabilitas (rasa

kebertanggungjawaban). Kualitas dari hasil pekerjaan auditor juga

dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki

auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan

dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan

kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya

(Mardisar dan Sari, 2007). Kualitas hasil audit juga dipengaruhi oleh rasa

kebertanggungjawaban seorang auditor. Seorang auditor harus mempunyai

rasa bertanggungjawab terhadap kelangsungan hasil pekerjaannya. Dengan

adanya akuntabilitas dari seorang auditor, maka auditor dapat menyelesaikan

pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Messier dan Quilliam (1992) dalam

Mardisar dan Sari (2007) mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki

auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam mengambil

keputusan.

8

Page 9: jadipropnew

Berdasarkan titik penting dan uraian diatas, maka peneliti bermaksud ingin

menelaah “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektifitas, Integritas,

dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Pada Kantor

Akuntan Publik Kota Palembang) “.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pengaruh kompetensi,

independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas terhadap kualitas hasil

audit. Penelitian ini melibatkan responden auditor yang bekerja di kota

Palembang. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah yang akan dibahas penelitian ini antara lain :

1. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?

2. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?

3. Apakah objektifitas berpengaruh terhadap kualitas audit ?

4. Apakah integritas berpengaruh terhadap kualitas audit ?

5. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit ?

6. Apakah kompetensi, independensi, objektifitas, integritas, dan

akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Menganalisis pengaruh

kompetensi, independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas terhadap

kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di kota Palembang secara parsial

maupun simultan

9

Page 10: jadipropnew

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut :

a. Bagi KAP : Untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh dari

kompetensi auditor, independensi auditor, objektifitas auditor,

integritas auditor dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit dan

memberikan masukan bagi KAP untuk memahami kebijakan yang

paling tepat dalam kaitannya dengan kualitas audit

b. Bagi auditor : Menambah pengetahuan auditor mengenai pengaruh

kompetensi auditor, independensi auditor, objektifitas auditor,

integritas auditor dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit,

sehingga dapat dijadikan sebagai acuan akan pentingnya peningkatan

kualitas audit yang ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan

Publik (SPAP) untuk meningkatkan kualitas audit.

2. Manfaat penelitian secara teoritis :

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam

pengembangan kajian ilmu akuntansi, khususnya mengenai pengaruh

kompetensi auditor, independensi auditor, objektifitas auditor,

integritas auditor dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit.

b. Dapat dijadikan referensi oleh para akademisi dan peneliti lain.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca agar lebih mengerti secara keseluruhan dari

isi skripsi ini, maka sistematika penulisan dan penyajian dalam skripsi ini

dibagi dalam lima bab, yaitu:

10

Page 11: jadipropnew

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan, dimana dalam bab ini dijelaskan tentang

latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas landasan teori yang digunakan sehubungan dengan

judul penelitian, meliputi teori dasar yang digunakan, pengertian kualitas

audit, pengertian kompetensi auditor, pengertian independensi auditor,

pengertian pengertian objektifitas auditor, pengertian integritas auditor, serta

pengertian akuntabilitas auditor. Dalam bab ini juga dijelaskan tinjauan atas

penelitian lain yang relevan, serta kerangka pemikiran beserta hipotesis dari

setiap variabel.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber

data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian serta pembahasan

mengenai pengaruh dari kompetensi auditor, independensi auditor, objektifitas

auditor, integritas auditor, serta akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit

pada Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Kota Palembang yang terdaftar di

Institut Akuntan Publik Indonesia ( IAPI ).

11

Page 12: jadipropnew

BAB V PENUTUP

Bab ini mengungkapkan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil

penelitian serta pembahasan yang telah diperoleh pada bab sebelumnya, serta

saran- saran yang diberikan oleh penulis berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan.

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut

dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori

yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi

dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek

perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan

kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut

teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta

karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (Conflict of Interest).

Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen

dapat menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai

Asymmetric Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang

disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara

prinsipal dan agen. Ketergantungan pihak eksternal pada angka akuntansi,

12

Page 13: jadipropnew

kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri dan tingkat AI

yang tinggi, menyebabkan keinginan besar bagi manajer untuk memanipulasi

kerja yang dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri.

Menurut Scott (2000) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:

1) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam

lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan

prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang

mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh

pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada

pemegang saham.

2) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang

manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun

pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar

pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan

sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah

asumsi yaitu :

a) Asumsi tentang sifat manusia

Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia

memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest),

memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak

menyukai risiko (risk aversion)

b) Asumsi tentang keorganisasian

13

Page 14: jadipropnew

Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota

organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya

Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.

c) Asumsi tentang informasi.

Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang

sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan.

Dalam kaitannya dengan audit, baik pemilik modal ataupun agen memiliki

motivasi tersendiri untuk memuaskan kebutuhannya terlebih dahulu. Agen

sebagai seorang manajer akan mengambil keputusan dan strategi agar dapat

mempertahankan kelangsungan usahanya. Hal inilah yang menjadi dasar agar

adanya pihak ketiga yang melakukan proses pemeriksaan dan pengawasan

terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut. Pihak

ketiga ini haruslah seorang independen.

Auditor sebagai pihak independen tidak dapat memihak kepada siapapun.

Pemilik perusahaan memberikan kewenangan pada auditor untuk

memverifikasi informasi yang diberikan manajemen kepada pihak perusahaan.

Sebaliknya, manajer membutuhkan auditor untuk memberikan legitimasi

terhadap hasil dan kinerja yang telah mereka lakukan (dalam bentuk laporan).

Pengawasan yang dilakukan oleh auditor atau pihak independen pastinya

memerlukan biaya pengawasan (monitoring), dimana dikenal dengan istilah

agency cost. Di dalam Jensen dan Meckling (1976) terdapat tiga macam biaya

keagenan (agency cost), yaitu biaya pengawasan oleh principal, biaya

bonding, dan kerugian residual.

14

Page 15: jadipropnew

2.1.2 Kualitas Audit

Pengertian audit menurut Arens et al. (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

“Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information

to determine and report on the degree of correspondence between the

information and established criteria. Auditing should be done by a competent,

independent person”.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa audit merupakan suatu proses

yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif.

Auditor juga harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang

digunakan dan harus kompeten untuk mengatahui jenis serta jumlah bukti

yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah

memeriksa bukti itu. Audit harus dilakukan oleh orang-orang yang

berkompeten dan independen. Sikap mental independen dan kompetens dalam

melaksanakan audit harus dijaga karena jika auditor tidak dapat

mempertahankan sikap independen maka hasil audit yang dilakukan tidak ada

nilainya.(Arens et al., 2008).

Dalam auditing ada lima konsep dasar yang dikemukakan oleh Mautz dan

Sharaf (1993) yaitu:

1. Bukti (evidence), tujuannya adalah untuk memperoleh

pengertian, sebagai dasar untuk memberi kesimpulan yang

dituangkan dalam pendapat auditor. Bukti harus diperoleh

15

Page 16: jadipropnew

dengan cara-cara tertentu agar dapat mencapai hasil yang

maksimal sesuai yang diinginkan.

2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan, konsep ini berdasarkan issue

yang pokok tingkat kehati-hatian yang diharapkan pada auditor

yang bertanggungjawab. Dalam hal ini yang dimaksud dengan

tanggung jawab adalah tanggung jawab seorang profesional

dalam melaksanakan tugasnya.

3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar, konsep ini menuntut

adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak

memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan,

hasil operasi, dan aliran kas perusahaan yang wajar.

4. Independensi, yaitu suatu sikap yang dimiliki oleh auditor

untuk tidak memihak dalam melakukan audit. Masyarakat

pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan

independen terhadap laporan keuangan yang diperiksanya dari

pembuat dan pemakai laporan-laporan keuangan.

5. Etika perilaku, etika dalam auditing, berkaitan dengan konsep

perilaku yang ideal dari seoarang auditor profesional yang

independen dalam melaksanakan audit.

Dalam melakukan audit, baik pihak internal maupun eksternal

mengaharapkan kualitas audit yang baik. Kualitas audit yang baik, atau

berkualitas, diharapkan memberikan informasi yang akurat mengenai keadaan

keuangan perusahaan, sehingga informasi tersebur dapat diandalkan dalam

16

Page 17: jadipropnew

mengambil keputusan. Kualitas audit didefinisikan sebagai kemungkinan atau

probablitas bahwa auditor akan baik dan benar dalam menemukan laporan

kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalam laporan materi kuangan klien

(De Angelo, 1981).

Probabilitas penemuan suatu penyelewengan terhadap laporan keuangan

tergantung pada teknikal dan kompetensi auditor, sedangkan probabilitas

pelaporan kesalahan tergantung pada independensi auditor. Auditor dituntut

untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi karena auditor

mempunyai tangung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk

masyarakat (Ermayanti, 2009)

M. Nizarul Alim et al. (2007) menyatakan bahwa kualitas audit sebagai

probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang

adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Arisinta (2013), menyatakan bahwa kualitas audit merupakan segala

kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan

keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem

akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana

dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar

auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit

adalah hasil yang diharapkan seorang auditor dalam melaksanakan

pekerjaannya untuk mengevaluasi dan mengawasi dari pelanggaran-

17

Page 18: jadipropnew

pelanggaran yang terjadi dalam laporan keuangan manajemen, yang tidak

terlepas dari independensi maupun kompetensi yang ada pada diri auditor.

Dalam penelitian Yusuf (2014), menyimpulkan bahwa kompetensi,

objektifitas dan integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja

audit. Begitu juga dengan penelitian Prihartini (2015), menyatakan bahwa

kompetensi, independensi, obyektifitas, integritas, dan akuntabilitas secara

simultan berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Dengan

demikian, semakin tinggi tingkat kompetensi, independensi, obyektifitas,

integritas, dan akuntabilitas yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan

semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut.

Berdasarkan penelitian yang terdahulu, menyimpulkan bahwa kualitas

audit laporan keuangan sangatlah diperlukan oleh banyak pihak, mulai dari

debitur, kreditur, pemerintah, masyarakat, maupun pengguna laporan

keuangan lainnya.

2.1.3 Kompetensi Auditor

Dalam Standar umum pertama (IAI, 2011) menyebutkan bahwa audit

harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.

Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk

melaksanakan audit dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu

personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus. Kompetensi berkaitan

dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari

18

Page 19: jadipropnew

pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,

seminar, maupun symposium (Suraida, 2005).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam M. Nizarul

Alim et al. (2007) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor

di Indonesia terdiri atas:

a. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting

dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan

terhadap fakta-fakta, prosedur- prosedur dan pengalaman.

b. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi,

kreativitas, dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain.

Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang

digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti

yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah

memeriksa bukti itu (Arens et al., 2008).

Rai (2008) dalam Sukriah et al. (2009), menyatakan bahwa kompetensi

auditor yaitu kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan

audit dengan benar. Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki

mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus

di bidangnya.

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam

Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor

di Indonesia terdiri dari :

19

Page 20: jadipropnew

1) Kompetensi pengetahuan, ini merupakan salah satu komponen

yang sangat penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini

meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan

pengalaman.

2) Pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan

memberikan kemajuan bagi pengetahuan

3) Kemampuan berkomunikasi, Kreativitas mampu berkerja sama

dengan orang lain, dan lain-lain merupakan salah satu unsur yang

penting bagi kompetensi audit.

Menurut Christiawan (2002), kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan

pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan

akuntansi. Sedangkan menurut Mayangsari (2003) dalam Alim et al. (2007),

kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang

berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk

pekerjaan-pekerjaan non-rutin.

Menurut Yusuf (2014), kompetensi adalah kualitas pribadi yang harus

dimiliki seorang auditor yang dinilai dari latar belakang pendidikan, pelatihan

kerja yang cukup, kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan,

kecerdasan emosional yang baik, keterampilan kerja yang memadai serta daya

juang yang tinggi. Sehingga memungkinkan auditor tersebut mampu

memberikan pelayanan jasa professional yang kompeten serta diiringi dengan

hasil kerja yang berkualitas.

20

Page 21: jadipropnew

Ada 3 persyaratan penting yang harus dipenuhi auditor sebelum dapat

diterima untuk memberikan jasa pembukuan dan audit kepada klien :

1) Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan

keuangan.

2) Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau

manajemen yang mengoperasikan perusahaan.

3) Akuntan publik, dalam melaksanakan audit atas laporan

keuangan yang disusun dari pembukuan dan catatan yang

telah disiapkan sepenuhnya atau sebagian oleh akuntan publik,

harus sesuai dengan GAAS.

Dua persyaratan pertama seringkali sulit dipenuhi oleh perusahaan kecil

yang pemiliknya mungkin memiliki pengetahuan atau minat yang minim atas

akuntansi atau pemrosesan transaksi ( Arens et all, 2008).

2.1.4 Independensi Auditor

Menurut Arens et al. (2008), mengartikan bahwa independensi diambil

dalam sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen

dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi

dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu

mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan

independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil dari

interpretasi lain atas independensi ini.

Supriyono (1988) telah melakukan pnelitian dengan enam faktor yang

mempengaruhi independensi, yaitu: (1) Ikatan kepentingan keuangan dan

21

Page 22: jadipropnew

hubungan usaha dengan klien, (2) Jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3)

Lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien, (4) Persaingan

antar KAP, (5) Ukuran KAP, dan (6) Audit fee.

The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox dalam Badjuri (2011) adalah

suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen

bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh

manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka

opininya tidak akan memberikan tambahan apapun.

Independensi pada penelitian Singgih dan Bawono (2010) menggunakan

tiga indikator yaitu : independensi penyusunan program, independensi

investigatif, independensi pelaporan.

a) Independensi penyusunan program

Penyusunan program audit bebas dari campur tangan klien

untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-

bagian tertentu yang diperiksa. Penyusunan program audit bebas

dari campur tangan atau suatu sikap tidak mau bekerja sama

mengenai penerapan prosedur yang dipilih. Penyusunan program

audit bebas dari usaha-usaha pihak lain terhadap subjek pekerjaan

selain untuk proses pemeriksaan yang disediakan.

b) Independensi investigatif

Pemeriksaan langsung dan bebas mengakses semua buku-

buku, catatan-catatan, pejabat dan karyawan perusahaan serta

sumber informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan,

22

Page 23: jadipropnew

kewajiban-kewajiban dan sumber-sumber bisnis. Pemeriksaan

bebas dari usaha-usaha manajerial untuk menentukan atau

menunjuk kegiatan yang akan diperiksa atau untuk menentukan

dapat diterimanya masalah pembuktian. Pemeriksaan bebas dari

kepentingan pribadi atau hubungan yang membatasi pemeriksaan

pada kegiatan catatan, orang-orang tertentu yang seharusnya

tercakup dalam pemeriksaan.

c) Independensi pelaporan

Pelaporan bebas dari perasaan kewajiban untuk

memodifikasi pengaruh fakta-fakta yang dilaporkan pada pihak

tertentu. Pelaporan menghindari praktek untuk meniadakan

persoalan penting dari laporan formal ke laporan informal bentuk

tertentu yang disenangi. Pelaporan menghindari bahasa atau istilah-

istilah yang mendua arti secara sengaja atau tidak dalam pelaporan

fakta-fakta, pendapat, rekomendasi serta dalam penafsirannya.

Pelaporan bebas dari usaha tertentu untuk mengesampingkan

pertimbangan akuntan pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan,

baik fakta maupun pendapatnya.

Supriyono (1988) membuat kesimpulan mngenai pentingnya independensi

akuntan publik sebagai berikut :

1) Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi

akuntan publik untuk memulai kewajaran informasi yang disajikan

oleh manajemen kepada pemakai informasi.

23

Page 24: jadipropnew

2) Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh

kepercayaan dari klien dan masyarakaat, khususnya para pemakai

laporan keuangan.

3) Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan

keuangan yang disajikan oleh manajemen.

4) Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang dia

berikan tidak mempunyai arti atau tidak mempunyai nilai.

5) Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang

secara berkesinambungan perlu dipertahankan.

2.1.5 Objektifitas Auditor

Obyektivitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi

jasa atau pelayanan auditor serta merupakan salah satu ciri yang membedakan

profesi akuntan dengan profesi lain dan prinsip objektivitas menetapkan suatu

kewajiban bagi auditor untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan

bebas dari konflik kepentingan (Sukriah et al., 2009).

Menurut Mulyadi (2002), menjelaskan bahwa obyektivitas adalah sikap

mental yang harus dipertahankan oleh auditor dalam melakukan audit dan

auditor tidak boleh membiarkan pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh

pihak lain. Seorang auditor harus menjaga obyektivitas dan bebas dari

benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajibannya. Prinsip obyektivitas

mengharuskan anggota memiliki sikap adil, tidak memihak, jujur secara

intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau

berapa di bawah pengaruh pihak lain. (Wayan, 2005).

24

Page 25: jadipropnew

Queena (2012), menyatakan bahwa objektifitas adalah suatu keyakinan,

kualitas yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan auditor. Objektifitas

merupakan salah satu ciri yang membedakan profesi akuntan dengan profesi

yang lain. Sedangkan menurut Kusumah (2008) dalam Queena (2012),

objektifitas merupakan kebebasan sikap mental yang harus dipertahankan oleh

auditor dalam melakukan audit, dan auditor tidak boleh membiarkan

pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh orang lain.

Lebih lanjut Mulyadi (2002) menjelaskan, dalam menghadapi situasi dan

praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan

dengan objektifitas, yang harus cukup dipertimbangkan adalah sebagai berikut

:

a) Adakalanya auditor dihadapkan kepada situasi yang

memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan

kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu objektivitasnya.

b) Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan

semua situasi di mana tekanan-tekanan mungkin terjadi. ukuran

kewajaran harus digunakan dalam menentukan standar untuk

mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat

merusak objektivitas.

c) Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau

pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.

25

Page 26: jadipropnew

d) Memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang

terlibatdalam pemberian jasa professional mematuhi prinsip

objektivitas.

e) Tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment

yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas

terhadap pertimbangan professional mereka atau terhadap orang-

orang yang berhubungan dengan mereka, dan harus menghindari

situasi-situasi yang dapat membuat posisi professional mereka

ternoda.

2.1.6 Integritas Auditor

Menurut Anitaria (2011), integritas merupakan suatu elemen karakter yang

mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas

yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota

dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan

seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa

harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik

tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan

merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya.

Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan,

berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat

unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar

bagi pengambilan keputusan yang andal (Sukriah et al., 2009).

26

Page 27: jadipropnew

Menurut Wibowo (2006) dalam Queena (2012) , menyebutkan integritas

auditor internal menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi

pengandalan atas judgment mereka. Integritas merupakan kualitas yang

melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam

menguji semua keputusannya. Kemudian Sunarto (2003) dalam Ayuningtyas

(2012), menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak

disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima

kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat

meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005).

2.1.7 Akuntabilitas Auditor

Akuntabilitas publik menurut Mardiasmo (2002) terdiri atas dua macam :

1. Akuntabilitas Vertikal (Vertical Accountability)

Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban

atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya

pertanggunjawaban unit-unit kerja (dinas) kepala pemerintah

daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah

pusat.

2. Akuntabilitas Horizontal (Horizontal Accountability)

Pertanggungjawaban horizontal adalah

pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Akuntabilitas publik harus dilakukan oleh organisasi sektor publik yang

terdiri dari beberapa dimensi menurut Mardiasmo (2002) adalah sebagai berikut:

27

Page 28: jadipropnew

1. Akuntabilitas Kejujuran Dan Akuntabilitas Hukum (Accountability

For Probity And Legality).

Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran

penyalahgunaan jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait

dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

2. Akuntabilitas Proses (Process Accountability)

Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang

digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal

kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi

manajamen, dan prosedur administarsi. Akuntabilitas proses

termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,

responsif, dan murah biaya.

3. Akuntabilitas Program (Program Accountability)

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah

tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah

mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil

yang optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas Kebijakan (Policy Accountability)

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban

pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan

yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat

luas.

28

Page 29: jadipropnew

Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki

seseorang untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah mereka

kerjakan kepada lingkungannya atau orang lain (Mardisar dan Sari, 2007).

Akuntabilitas dapat diukur dengan menggunakan tiga dimensi yaitu motivasi,

pengabdian pada profesi dan kewajiban sosial (Singgih dan Icuk, 2010).

2.2 Penelitian Terdahulu

Menurut M. Nizarul Alim et al.. (2007), dalam penelitian yang berjudul

“Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan

Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi” yang dilakukan pada KAP se-Jawa

Timur, membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit, dimana kualitas audit yang baik dapat tercapai jika auditor

memiliki kompetensi yang baik, yaitu dari dimensi pengalaman dan

pengetahuan. Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Independensi juga memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Selanjutnya interaksi

independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor

mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki.

Lauw Tjun-Tjun, Elyzabet Indrawati Marpaung dan Santy Setiawan

(2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kompetensi dan

Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit” dengan menggunakan sampel

yaitu seluruh auditor KAP di wilayah Jakarta Pusat, menyimpulkan bahwa

29

Page 30: jadipropnew

kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan

independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas

audit.

Ika Sukriah, Akram, dan Biana A. Inapty (2009), dalam penelitiannya

yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,

Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan” pada Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di Provinsi Nusa Tenggara Barat,

menyimpulkan bahwa pengalaman kerja, obyektifitas, dan kompetensi

berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan independensi

dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil

pemeriksaan.

M. Taufiq Effendy (2010), dengan penelitian berjudul “Pengaruh

Kompetensi, Independensi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat

Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah” dan studi empiris pada

Pemerintah Kota Gorontalo, menyimpulkan bahwa kompetensi, independensi,

dan motivasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Lebih lanjut lagi, motivasi dan kompetensi berpengaruh positif terhadap

kualitas audit secara parsial. Sedangkan independensi secara parsial tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit

Penelitian Elisa M Singgih dan Icuk R Bawono (2010), yang melakukan

penelitian dengan judul, “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due

Professional Care, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit”, yang

dilakukan pada KAP “Big Four” di Indonesia, mengambil tiga kesimpulan

30

Page 31: jadipropnew

yaitu : (1) independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas

secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. (2) independensi, due

professional care dan akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap

kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas

audit. (3) independensi merupakan variabel yang dominan berpengaruh

terhadap kualitas audit.

Achmad Badjuri (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-

Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit Auditor Independen Pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Jawa Tengah”, mengambil empat variabel

independen, yaitu akuntabilitas, independensi, due profesional care, dan

pengalaman. Dari penelitian yang dilakukannya, ia mengambil kesimpulan

bahwa akuntabilitas dan independensi berpengaruh positif dan signifikan. Ini

berarti semakin tinggi tingkat akuntabilitas dan independensi, semakin tinggi

pula kualitas audit yang dihasilkan. Sedangkan due profesional care dan

pengalaman tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

Ayuningtyas (2012) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh

Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas Dan Kompetensi

Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat

Kota/Kabupaten Di Jawa Tengah)” menyimpulkan bahwa pengalaman kerja

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan

kompetensi, independensi, objektifitas dan integritas berpengaruh siginfikan

terhadap kualitas hasil audit.

31

Page 32: jadipropnew

Carolita (2012) dengan penelitian berjudul “ Pengaruh Pengalaman Kerja,

Independensi, Objektifitas, Integritas, Kompetensi,dan Komitmen Organisasi

Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di

Semarang)” menyimpulkan bahwa independensi, integritas, objektifitas, dan

pengalaman kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.

Sedangkan kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Saripudin, Netty Herawaty, dan Rahayu (2012), dengan judul penelitian

“Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan

Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di

Jambi dan Palembang), membuktikan bahwa secara simultan independensi,

pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kualitas audit. Namun secara parsial, hanya independensi

dan akuntabilitas yang berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit,

sedangkan due professional care dan pengalaman tidak berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkan.

Faizah, Bambang Haryadi dan Rahmat Zuhdi (2013), dengan penelitian

berjudul “Pengaruh Independensi, Objektivitas, Pengalaman Kerja,

Pengetahuan, Integritas, Akuntabilitas, dan Skeptisisme Profesional Pemeriksa

Terhadap Kualitas Pemeriksaan” yang mengambil responden auditor pada

BPK Perwakilan Jawa Timur, menemukan dua kesimpulan, yaitu : 1)

Independensi dan integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas

pemeriksaan, 2) Objektivitas, pengalaman kerja, pengetahuan, akuntabilitas,

32

Page 33: jadipropnew

dan skeptisisme professional tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas

pemeriksaan.

Bella Ariviana dan Haryanto (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “

Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan, Pengalaman, dan Independensi

Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor (Studi Empiris Pada KAP di Kota

Semarang dan Surakarta)”, menyimpulkan bahwa akuntabilitas, pengetahuan,

pengalaman, dan independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil

kerja auditor. Hal ini berarti akuntabilitas yang besar, pengetahuan yang luas,

pengalaman yang lebih banyak, dan independensi yang tinggi akan

memberikan kualitas hasil kerja auditor yang lebih baik.

M. Yusuf (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi,

Objektivitas dan Integritas Auditor Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”

dengan objek penelitian pada Auditor BPKP Provinsi Riau, menyimpulkan

bahwa kompetensi, integritas, dan objektifitas berpengaruh positif pada

kualitas hasil kerja audit.

Silvia C. Dewi (2015), dalam penelitian dengan judul “Pengaruh

Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas, Kompetensi, dan

Etika Auditor Terhadap Kualitas Hasil Audit” pada KAP di kota Semarang,

menyatakan bahwa pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas,

kompetensi dan etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

Ayu Kadek Prihartini, Luh Gede Erni Sulindawati, dan Nyoman AS

Darmawan (2015), dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi,

33

Page 34: jadipropnew

Independensi, Obyektifitas, Integritas, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas

Audit di Pemerintahan Daerah (Studi Empiris Pada 5 Kantor Inspektorat

Provinsi Bali)”, menyimpulkan bahwa secara parsial kompetensi dan

integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit yang

dihasilkan. Sedangkan independensi, obyektifitas, dan akuntabilitas tidak

berpengaruh positif signifikan terhadap hasil audit. Namun secara simultan,

kompetensi, independensi, obyektifitas, integritas, dan akuntabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti jika

seorang auditor memiliki kompetensi, independensi, obyektifitas, integritas,

dan akuntabilitas yang tinggi dalam melaksanakan tugas, maka semakin tinggi

pula kualitas audit yang dihasilkan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Untuk menggambarkan pengaruh antara variabel independen terhadap

variabel dependen dalam penelitian ini, maka digambarkan suatu kerangka

pemikiran teoritis yang menggambarkan pengaruh dari kompetensi,

independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit

baik secara parsial maupun secara simultan yang dilakukan di Kantor Akuntan

Publik (KAP) yang berlokasi di kota Palembang. Adapun kerangka pemikiran

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

34

Page 35: jadipropnew

Kompetensi (X1)

Independensi (X2)

Objektifitas (X3)

Integritas (X4)

Akuntabilitas (X5)

Kualitas Audit (Y)

Secara Simultan (X6)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

2.4 Hipotesis

2.4.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit

Kompetensi seorang auditor ditentukan oleh 3 (tiga) faktor sebagai berikut

(Munawir, 1999) dalam Kisnawati ( 2012) :

a) Pendidikan formal tingkat universitas

b) Latihan teknis dan pengalaman dalam bidang auditin

c) Pendidikan professional yang berkelanjutan sebagai menjalani

karir sebagai auditor.

Penelitian Alim et al. (2007), Ika Sukriah et al. (2009), Taufiq Effendy

(2010), Law Tjun Tjun et al. (2012), dan Ayuningtyas (2012) menyimpulkan

bahwa kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Artinya, semakin tinggi kompetensi yang dimiliki seorang auditor maka

kualitas hasil auditr yang akan dihasilkan semakin berkualitas. Seorang

auditor dapat dikatakan berkompeten apabila dalam melakukan audit memiliki

35

Page 36: jadipropnew

keterampilan untuk mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan

sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Namun lain hal dalam

Penelitian Carolita (2012), kompetensi auditor tidak berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan

adalah :

H1 : Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit

Dalam memberikan opini terhadap hasil pemeriksaan audit, seorang

auditor mengalami dilematis dalam dirinya terkait sikap independensinya.

Auditor ingin menjaga agar kliennya tetap memberikan kepercayaan

terhadapnya. Namun disisi lain, ia harus tetap melaporkan temuan atas

pemeriksaan auditnya. Tandirerung (2001) dalam Pratistha dan Widhiyani

(2014), menyatakan sikap independen sudah melekat pada pribadi setiap

auditor karena hal tersebut merupakan tuntutan profesi akuntan pubik, namun

karena adanya desakan atau “pengaruh” dari klien untuk mendukung

kepentingannya, maka independensi tidak lagi berdefinisikan secara sempurna

dalam pendirian auditor. Begitu juga dengan Singgih dan Bawono (2010),

yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positi signifikan terhadap

kualitas audit. Singgih dan Bawono juga mengungkapkan bahwa independensi

merupakan variabel yang domininan terhadap kualitas audit yang dihasilkan.

36

Page 37: jadipropnew

Dalam penelitian Carolita (2012) dan Badjuri (2011), juga menyatakan

bahwa semakin tinggi tingkat independensi auditor dalam melaksanakan

pemeriksaan maka semakin tinggi pula kualitas hasil audit yang dihasilkan.

Namun Taufik Effendy (2010), menyimpulkan bahwa independensi auditor

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang diperiksa.

Begitu juga dengan M. Nizarul Alim et al. (2007), Law Tjun-Tjun et al.

(2012), dan Priharitini et al. (2015), menyatakan bahwa independensi auditor

tidak berpengaruh secara signifikan terhdap kualitas audit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan

adalah :

H2 : Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.3 Pengaruh Objektifitas Auditor Terhadap Kualitas Audit

Penelitian yang dilakukan oleh Mutcher (2003) menyatakan objektivitas

berpengaruh dalam membuat penilaian dan mengambil sebuah keputusan.

Sedangkan Sari (2011) menyebutkan auditor yang memiliki objektivitas yaitu

auditor yang dapat melakukan penilaian yang seimbang atas semua kondisi

yang relevan dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sendiri maupu

kepentingan orang lain dalam membuat keputusan, dimana semakin tinggi

tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas auditnya.

Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan

prinsip objektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.

Unsur yang dapat menunjang objektifitas antara lain (1) dapat diandalkan dan

37

Page 38: jadipropnew

dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia tender, (3) tidak berangkat

tugas dengan mencari-cari kesalahan orang lain, (4) dapat mempertahankan

kriteria dan kebijaksanaan yang resmi, dan (5) didalam bertindak atau

mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis (Sukriah et al.,

2009 dalam Ayuningtyas, 2012).

Dari penelitian Sukriah et al. (2009), Ayuningtyas (2012), Carolita (2012),

Yusuf (2014), dan Dewi (2015), menyatakan bahwa objektifitas berpengaruh

positif terhadap kualitas audit. Dimana jika seorang auditor melaksanakan

pemeriksaan dengan objektifitas yang tinggi, maka akan menghasilkan

kualitas audit yang tinggi pula. Berbeda dengan Faizah et al..(2013) dan

Prihartini et al. (2015), yang menyatakan bahwa objektifitas tidak

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan

adalah :

H3 : Objektifitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.4 Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit

Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan

merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya.

Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan,

berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit

(Ayuningtyas, 2012). Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat

meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005)

38

Page 39: jadipropnew

Penelitian Ayuningtyas (2012) dan Carolita (2012), Faizah et al.. (2013),

Yusuf (2014), Prihartini et al. (2015), serta Dewi (2015) menyatakan bahwa

integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dimana jika seorang

auditor memiliki tingkat integritas yang tinggi, maka akan menghasilkan

kualitas audit yang tinggi pula. Hal ini berbeda dengan penelitian Sukriah et

al. (2009), yang menyatakan bahwa integritas tidak berpengaruh terhadap

kualitas audit.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan

adalah :

H4 : Integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.5 Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit

Mardisar dan Sari (2007) dalam Wandita et al. (2014), mengemukakan

bahwa kualitas hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh rasa

kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam

menyelesaikan pekerjaan audit, sehingga akuntabilitas adalah hal yang sangat

penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan

pekerjaan auditnya. Penelitian yang dilakukan Tan dan Alison (1999) dalam

Salsabila dan Prayudiawan (2011), membuktikan bahwa suatu pengetahuan

dapat mempengaruhi hubungan akuntabilitas dengan kualitas hasil kerja

auditor jika kompleksitas pekerjaan yang akan dihadapi sedang/menengah.

Sedangkan Dea (2012) yang menyatakan bahwa akuntabilitas auditor tidak

berpengaruh terhadap kualitas audit. Kondisi itu terjadi karena kurang efektif

39

Page 40: jadipropnew

dan efisiennya pelayanan jasa audit terhadap kualitas hasil audit yang

disampaikan.

Dalam penelitian Singgih dan Bawono (2010), Salsabila (2011), Bella A

dan Haryanto (2014), Saripudin et al. (2012), Badjuri (2011), dan Wandita

(2014), menyimpulkan bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit. Jika auditor memiliki rasa kebertanggungjawaban

(akuntabilitas) yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya, maka akan

menghasilkan kualitas audit yang tinggi juga. Namun dalam Dea (2012),

Faizah et al. (2013), Prihartini et al. (2015), dan Febriyanti (2014)

menyatakan bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

kualitas audit..

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan

adalah :

H5 : Akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.6 Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektifitas, Integritas dan

Akuntabilitas Auditor Secara Simultan Terhadap Kualitas Audit.

Hasil peneliian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007), menyatakan bahwa

kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil Penelitian

Faizah et al. (2013), menyimpulkan bahwa independensi berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas audit. Begitu juga dengan pemelitian Ika Sukriah

et al. (2009) yang menyatakan bahwa objektifitas berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit. Dalam penelitian Ayuningtyas (2012), menyimpulkan

40

Page 41: jadipropnew

bahwa integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.

Penelitian Saripudin et al. (2012), menyimpulkan bahwa akuntabilitas

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.

Dalam Penelitian Prihartini et al. (2015), yang mengambil kelima variabel,

yaitu kompetensi, independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas

auditor terhadap kualitas audit, yang dilakukan pada lima kantor Inspektorat

Provinsi Bali, menyatakan bahwa secara simultan variabel kompetensi,

independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas berpengaruh positif

signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan dari penelitian Alim et al. (2007), Faizah et al (2013), Ika

Sukriah et al. (2009), Ayuningtyas (2012), Saripudin et al. (2012), dan

Prihartini et al. (2015), maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H6 : Kompetensi, Independensi, Objektifitas, Integritas, dan

Akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

41

Page 42: jadipropnew

III.METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan sebab akibat

yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu

kompetensi, independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas terhadap

variabel dependen, yaitu kualitas audit. Populasi dalam penelitian ini adalah

akuntan publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di kota

Palembang.

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik pada KAP

(Kantor Akuntan Publik) di kota Palembang, sehingga perlu dilakukan pengujian

terhadap hipotesis yang diajukan dengan cara mengukur variabel-variabel yang

akan diteliti. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit (Y).

Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah kompetensi auditor

(X1), independensi auditor (X2), objektifitas auditor (X3), integritas auditor (X4),

dan akuntabilitas auditor (X5). Dalam penelitian ini, baik variabel dependen

maupun independen, diukur dengan menggunakan skala Likert.

3.2.1 Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

tergantung pada faktor - faktor lain dan variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah kualitas audit. Ada 2 indikator yang digunakan untuk

mengukur variabel ini yaitu kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit dan

42

Page 43: jadipropnew

kualitas laporan hasil audit (Sukriah et al., 2009). Variabel ini diukur dengan

skala Likert. Skala Likert adalah suatu skala yang digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial.

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi kompetensi auditor,

independensi auditor, objektifitas auditor, integritas auditor, dan akuntabilitas

auditor.

3.2.2.1 Kompetensi Auditor

Peneliti menggunakan dua dimensi kompetensi dari Lauw Tjun- Tjun

(2012), yaitu pengalaman dan pengetahuan. Contoh pernyataan untuk kompetensi,

misalnya setiap akuntan publik harus memahami dan melaksanakan jasa

profesionalnya sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar

Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang relevan. Item-item pernyataan di dalam

kuesioner diukur dengan menggunakan skala Likert.

3.2.2.2 Independensi Auditor

Pada variabel ini, peneliti menggunakan tiga indikator independensi

berdasarkan penelitian Putra (2012) yaitu hubungan dengan klien, independensi

pelaksanaan pekerjaan, dan independensi laporan. Contoh item pernyataan untuk

independensi, misalnya pemeriksaan bebas dari segala kepentingan pribadi

maupun kepentingan pihak lain untuk membatasi segala kegiatan pemeriksaan.

Item-item pernyataan di dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala

Likert.

43

Page 44: jadipropnew

3.2.2.3 Objektifitas Auditor

Pada variabel ini, peneliti menggunakan dua indikator objektifitas

berdasarkan penelitian Sukriah et al. (2009), yaitu bebas dari benturan

kepentingan dan pengungkapan sesuai fakta. Contoh dari item pernyataan untuk

objektifitas auditor, misalnya auditor tidak dipengaruhi oleh pandangan subjyektif

pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukakan pendapat

menurut apa adanya. Item-item pernyataan di dalam kuesioner diukur dengan

menggunakan skala Likert.

3.2.2.4 Integritas Auditor

Dalam penelitian ini, variabel integritas auditor menggunakan empat

indikator, yaitu kejujuran auditor, keberanian auditor, sikap bijaksana auditor, dan

tanggung jawab auditor (Sukriah et al., 2009). Contoh dari item pernyataan untuk

integritas, misalnya auditor harus bekerja sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,

tidak menambah maupun mengurangi fakta yang ada. Item-item pernyataan di

dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala Likert.

3.2.2.5 Akuntabilitas Auditor

Ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas

individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk meyelesaikan pekerjaan

tersebut. Kedua, seberapa besar usaha atau daya fikir yang diberikan untuk

menyelesaikan sebuah pekerjaan. Ketiga, seberapa besar keyakinan mereka bahwa

pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan. Dalam penelitian ini menggunakan

daftar pertanyaan dari Singgih dan Bawono (2010) . Contoh dari pernytaan untuk

akuntabilitas, misalnya auditor dapat mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada

44

Page 45: jadipropnew

atasannya. Item-item pernyataan di dalam kuesioner diukur dengan menggunakan

skala Likert.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh akuntan publik yang bekerja pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Palembang. Adapun jumlah KAP yang

ada di Palembang adalah sebanyak 8 KAP.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah akuntan publik / auditor independen

yang bekerja di KAP yang ada di kota Palembang, baik yang menjadi pimpinan

maupun yang menjadi staff. Seperti yang diketahui, Palembang adalah salah satu

kota besar di Indonesia dan merupakan Ibu Kota provinsi Sumatera Selatan.

Banyak sektor usaha yang tumbuh dan berkembang di kota Palembang, mulai dari

sektor jasa dan perhotelan, perdagangan, industri, pertanian serta wisata kuliner.

Begitu juga banyak perusahaan besar yang ada di kota ini, seperti PT. Pertamina,

PT. Bukit Asam, PT. Sosro, dan lain- lain yang tentu saja membutuhkan jasa audit

untuk mengaudit laporan keuangan mereka yaitu jasa akuntan publik yang ada di

KAP kota Palembang . Selain itu, KAP- KAP yang ada di kota Palembang juga

sudah termasuk dalam KAP besar yang ada di Indonesia. Hal inilah yang menjadi

alasan peneliti memilih objek yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di

kota Palembang. Dalam penelitian ini juga digunakan metode survey dimana setiap

KAP didatangi secara langsung dan diberikan kuesioner. Adapun KAP yang ada di

Palembang antara lain :

45

Page 46: jadipropnew

No Nama Kantor Akuntan Publik (KAP)

1 KAP Drs. H. Suparman, Ak

2 KAP Drs. Ahmad Nuroni

3 KAP Drs. Tanzil Djunaidi, Ak

4 KAP Drs. Charles Panggabean & Rekan

5 KAP Drs. Achmad Djunaidi B

6 KAP Drs. Achmad Rifai & Bunyamin

7 KAP Edward L. Tobing, Madillah Bohori

8 KAP Drs. Muhammad Zen & Rekan

Tabel 3.1 Daftar nama KAP di Palembang

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Data sekunder, yaitu dari penelitian-penelitian terdahulu, dalam hal ini

merupakan daftar pertanyaan yang akan diajukan dalam kuesioner

2. Data primer, yang diperoleh dari metode survey dengan menggunakan

kuesioner yang disebarkan ke setiap objek penelitian, yaitu KAP

(Kantor Akuntan Publik) yang berlokasi di Kota Palembang.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data survey dengan

kuesioner yang disebarkan berbentuk pertanyaan sebagai alat pengumpulan data

untuk memperoleh gambaran mengenai variabel penelitian. Sedangkan data yang

digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data yang dianalisa

46

Page 47: jadipropnew

langsung dari sumber. Kuesioner disebarkan secara langsung kepada auditor yang

terdaftar di KAP - KAP yang berlokasi di wilayah Palembang.

3.6 Metode Analisis Data

Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan

menggunakan regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical

Product and Service Solution). Setelah semua data - data dalam penelitian ini

terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data.

3.6.1 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai

karakteristik variabel penelitian dan demografi responden. Statistik deskriptif

menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur dari

minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Disamping itu juga untuk

mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, dan sebagainya (Ghozali, 2011).

3.6.2 Uji Kualitas Data

Pengujian kualitas data yang dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner,

maka kesediaan dan ketelitian dari para responden untuk menjawab setiap

pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian ini.

Keabsahan suatu jawaban sangat ditentukan oleh alat ukur yang ditentukan. Untuk

itu, dalam melakukan uji kualitas data atas data primer ini peneliti melakukan uji

validitas dan uji reabilitas.

47

Page 48: jadipropnew

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut,

jadi uji validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah

kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur (Ghozali, 2011).

Pengujian validitas di sini dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini digunakan

untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk

mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat dipercaya atau

diandalkan. Variabel-variabel tersebut dikatakan cronbach alpha-nya memiliki

nilai lebih besar 0,60 yang berarti bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan

sebagai pengumpul data yang handal, yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika

dilakukan pengukuran ulang. Uji realibilitas ini bertujuan untuk melihat

konsistensi alat ukur yang akan digunakan. (Ghozali, 2011).

3.7 Analisis Data

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

3.7.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian

normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk

48

Page 49: jadipropnew

mengetahui data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Kriteria

pengujian normalitas menggunakan probabilitas yang diperoleh dengan level

signifikan sebesar 0,05. Apabila nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar dari

level signifikansi 0,05, maka data telah terdistribusi normal.

3.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas

digunakan uji Glejser, apabila probabilitas signifikansinya diatas tingkat

kepercayaan 5 persen (0,05), maka dapat disimpulkan model regresi tidak

mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2011 )

3.7.1.3 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam penelitian ini untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dengan menganalisis matrik

korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance dan VIF. Nilai

cutoff untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance≤ 0,10

atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2011 ). Hal ini berarti bahwa tidak

terjadi multikolonieritas.

3.8 Uji Hipotesis

3.8.1 Uji Persamaan Regresi Linier Berganda

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis

regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara

49

Page 50: jadipropnew

satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel

tergantung atau dependen, yang dalam penelitian ini yaitu kualitas audit.

Sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau

independen, yang dalam penelitian ini mencakup kompetensi auditor,

independensi auditor, dan time budget pressure. Model persamaannya dapat

digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

Y : Kualitas Audit

X1 : Kompetensi Auditor

X2 : Independensi Auditor

X3 : Objektivitas Auditor

X4 : Integritas Auditor

X5 : Akuntabilitas Auditor

α : Konstanta

β x : Koefisien regresi

εi : Error

3.8.2 Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai R2

mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Jika nilai R2 bernilai besar

(mendekati 1) berarti variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika Adjusted

50

Y = α + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + εi

Page 51: jadipropnew

R2 bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel

dependen sangat terbatas (Ghozali, 2011).

3.8.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Uji statistik t disebut juga

sebagai uji signifikan individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh

variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Apabila tingkat

signifikansi t < α (0,05) maka secara individual variabel independen mempunyai

pengaruh yang signifikan pada variabel dependennya ( Ghozali, 2011).

3.8.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan melihat nilai

signifikansi pada tabel ANOVA, apabila nilai signifikansi F < α (0,05), maka

model ini dikatakan layak atau variabel independen mampu menjelaskan variabel

dependen (Ghozali, 2011). Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk

tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih

besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh

terhadap variabel dependen.

51

Page 52: jadipropnew

Referensi

Alim, M. Nizarul et al. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap

Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi.

Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar

Arens, Alvin A dan Loebbecke, James K. 1994. Auditing Pendekatan Terpadu.

Buku Dua. (Amir Abadi Jusuf). Jakarta: Salemba Empat

Arens et al.2008. Auditing and Assurance Service, 12th Edition. Diterjemahkan

oleh Herman Wibowo. Auditing dan Jasa Assurance. Jilid 1 Edisi

Keduabelas. Jakarta: Penerbit Erlangga

Arisanti, Dea dkk. 2012. Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, Due

Professional Care, Akuntabilitas, dan Kompetensi terhadap Kualitas Audit.

Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Vol. 1 No.1

Arisinta, Octaviana. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Time Budget

Pressure, Dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan

Publik Di Surabaya. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII, Vol. 1 No. 3

Desember 2013

Ariviana, Bella dan Haryanto. 2014. Pengaruh Akuntabilitas, Pengalaman,

Pengetahuan, dan Independensi Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor

(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang dan

Surakarta). Diponegoro Journal Of Accounting Volume 3, Nomor 2, Tahun

2014, Halaman 1-8 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting

ISSN: 2337-3806

Ayuningtyas, Harvita Y. dan Pamudji, S. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja,

Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas

Hasil Audit. Diponegoro Journal of Accounting, Vol.2, No. 1.

Badjuri, Achmat. 2011. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas

Audit Auditor Independen Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Jawa

52

Page 53: jadipropnew

Tengah. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Nopember 2011, Hal: 183 -

197 Vol. 3, No. 2 ISSN :1979-4878

Carolita, Metha Kartika dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2012. Pengaruh Pengalaman

Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas, Kompetensi dan Komitmen

Organisasi terhadap Kualitas Hasil Audit. Diponegoro Journal Of

Acccounting. Volume 1, Nomor 2, Halaman 1-11.

Christiawan, Y.Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:

Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4,

No. 2, Nopember 2002: 79 . 92

De Angelo, L.E. 1981. “Auditor Size and Audit Quality”. Journal of Accounting

and Economics 3 (1981) 183-199. North-Holland Publishing Company

Dewi, Silvia Chrystiana. 2015. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,

Objektifitas, Integritas, Kompetensi, Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas

Hasil Audit (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang). E-

Journal Universitas Pandanaran Semarang Volume 1 No. 1 Februari

2015

Efendy, M. Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi

Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan

Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo. Semarang. Tesis.

Universitas Diponegoro

Eisenhardt , Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The

Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1 (Jan., 1989), pp. 57-74

Ermayanti, Dwi. 2009. Batas Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi dan Audit dan

Pengalaman pada Kualitas Audit. Jurnal Ekonomi-Audit Keuangan Vol.1

No.1

53

Page 54: jadipropnew

Faizah, Bambang Haryadi, dan Rahmat Zuhdi. 2013. Faktor-Faktor Yang

Memengaruhi Kualitas Pemeriksaan (Studi Pada Auditor BPK Perwakilan

Jawa Timur). Journal of Auditing, Finance & Forensic Accounting

(JAFFA) Volume 1 No 2 Oktober 2013

Febriyanti, Reni. 2014. Pengaruh Independensi, Due Professional Care, dan

Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor

Akuntan Publik Di Kota Padang Dan Pekanbaru). E-Journal Universitas

Negeri Padang Vol 2, No 2. http://ejournal.unp.ac.id

Ferdinan, Efraim. 2010. ”Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan

Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit : Kasus Rotasi Wajib Auditor di

Indonesia.” Simposium Nasional Akuntansi XIII.Purwokerto.

Ghozali, Imam. 2011. Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit UNDIP

Jensen, M. C. and W. H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial

Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Financial

Economics 3. Hal. 305-60.

Kisnawati, Baiq. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Etika Auditor

terhadap Kualitas Audit ( Studi Empiris pada Auditor Pemerintah di

Inspektorat Kabupaten dan Kota Se- Pulau Lombok). Jurnal Bisnis dan

Kewirausahaan Vol. 8 No. 3. Nopember 2012

Koontz, Harold and Heinz Weihrich. 1990. Essentials of Management. McGraw-

Hill College; Fifth Sub edition (January 1990)

Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah.

Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:Andi. Edisi II.

54

Page 55: jadipropnew

Mardiasmo. 2006. Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui

Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal

Akuntansi Pemerintah Vol. 2, No. 1

Mardisar, Diani dan Ria N. Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan

Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X.

Makassar

Mautz, R.K. dan H.A. Sharaf. 1993, The Philosophy of Auditing Sarasota,

American Accounting Association

Mayangsari, S. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap

Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperiman. Jurnal Riset Akuntansi

Indonesia. Vol. 6. No. 1. Januari. p. 1-22., 2003.

Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi Enam, Jakarta : Salemba Empat.

Munawir H.S. 1999. Auditing Modern. Buku I. BPFE. Yogyakarta

Mutchler, J. 2003. “Auditors perceptions of the going concern opinion”.Auditing:

A Journal of Practice & Theory, 5 (Spring): 17-30.

Pratistha, K. Dwiyani dan Ni Luh Sari Widhiyani. 2014. Pengaruh Independensi

Auditor Dan Besaran Fee Audit Terhadap Kualitas Proses Audit. E-

Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3 (2014):419-428 ISSN: 2302-

8556

Putra, Rando Meidiansyah dan Herry Laksito. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Job Satisfaction Auditor Yang Bekerja Pada Kantor

Akuntan Publik Di Jakarta. Jurnal Akuntansi Volume 1, Nomor 1, Tahun

2012, Halaman 1- 13.

Queena, Precilia Prima dan Abdul Rohman. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota/Kabupaten Di

Jawa Tengah. Diponegoro Journal of Accounting Vol. 1 No. 1

55

Page 56: jadipropnew

Salsabila, Ainia Dan Hepi Prayudiawan. Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan

Audit Dan Gender Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Studi

Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi Dki Jakarta). Jurnal Telaah &

Riset Akuntansi Vol. 4. No. 1 Juli 2011 Hal. 155 – 175

Saripuddin, Netty Herawaty dan Rahayu. 2012. Pengaruh Independensi,

Pengalaman, Due Professional Care Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas

Audit (Survei Terhadap Auditor KAP Di Jambi Dan Palembang). E-

Jurnal Binar Akuntansi Vol.1 No. 1, September 2012. ISSN 2303- 1522t

Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Canada :

Prentice Hall

Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi,

Pengalaman, Due Profesional Care Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas

Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia). Jurnal

Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto

Sukriah, Ika, Akram dan Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,

Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas

Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang

Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko

Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan

Pemberian Opini Akuntan Publik. Jurnal Sosiohumaniora Vol. 7 No. 1.

Tjun, T.L, Elyzabet Indrawati Marpaung dan Santy Setiawan. 2012. Pengaruh

Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal

Akuntansi Vol.4 No.1 Mei 2012: 33-56

Wandita, NLP Tri Angga et al.. 2014. Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman Kerja

Audit, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal.

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi

Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

56

Page 57: jadipropnew

Yusuf, Muhammad. 2014. Pengaruh Kompetensi, Objektivitas Dan Integritas

Auditor Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor (Studi Empiris pada

Auditor BPKP Provinsi Riau). Jurnal Riset Akuntansi Universitas Negeri

Padang Vol. 2 No. 3

Undang- Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik

Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik

Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003 tentang Akuntan Publik

www. depkeu. go.id

57