jadipropnew
-
Upload
reynaldo-affandi -
Category
Documents
-
view
41 -
download
1
description
Transcript of jadipropnew
Proposal Penelitian
“Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektifitas, Integritas,
Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit
(Studi Kasus Kantor Akuntan Publik di Kota Palembang)”
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan menyajikan informasi yang akan digunakan oleh pihak
internal maupun pihak eksternal. Pihak internal menggunakan laporan
keuangan untuk melihat besarnya pencapaian yang telah dikerjakan dan
pengambilan keputusan, sedangkan pihak eksternal menggunakan laporan
keuangan untuk melihat kondisi kesehatan keuangan perusahaan untuk
melakukan investasi dan keperluan lainnya. Untuk itu, suatu laporan keuangan
harus memiliki suatu informasi yang relevan dan dapat diandalkan. Dalam hal
ini, laporan keuangan harus diperiksa oleh seorang yang independen dan tidak
memiliki kepentingan pada pihak manapun atau dapat disebut pihak ketiga.
Pihak ketiga yang dimaksud adalah akuntan publik ataupun auditor publik.
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat tentu mengharapkan penilaian yang bebas
dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen
perusahaan dalam laporan keuangannya. Akuntan Publik adalah seseorang
yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam
1
Undang- Undang. Kantor Akuntan Publik, yang disingkat KAP, adalah badan
usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang ( UU No. 5 Tahun
2011 tentang Akuntan Publik ).
Seorang auditor eksternal atau akuntan publik, bertugas untuk menilai dan
memverifikasi laporan keuangan yang dikeluarkan oleh pihak manajemen
perusahaan, dan pada akhirnya memberikan opini mereka terhadap laporan
keuangan yang telah mereka audit tersebut. Audit yang dilakukan oleh seorang
auditor terhadap laporan keuangan, tentu saja akan menambah nilai keandalan
terhadap laporan keuangan tersebut..
Menurut De Angelo (1981), kualitas audit adalah probabilitas seorang
auditor mampu menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu
pelanggaran, salah saji material ataupun kecurangan dalam sistem akuntansi
dan laporan keuangan dari kliennya. Sementara probabilitas menemukan suatu
pelanggaran dari seorang auditor tergantung pada kemampuan teknis auditor,
dan kemampuan melaporkan pelanggaran tergantung pada sikap independensi
auditor (Deis dan Groux, 1992 dalam Law Tjun-Tjun, 2012). AAA Fiancial
Accounting Commite (2000) didalam Christiawan (2002) menyatakan bahwa
kualitas audit ditentukan oleh dua hal, yaitu kompetensi dan independensi.
Oleh sebab itu, hal paling penting dari definisi kualitas audit adalah audit
berkualitas dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kompetensi dan
independensi.
2
Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan
teknologi dan pengetahuan akuntansi dan memahami serta melaksanakan
prosedur audit secara tepat. Kompetensi auditor berkaitan dengan kemampuan
auditor dalam mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan.
Auditor memiliki posisi yang penting terkait hasil yang diperoleh ketika
melakukan audit. Posisi inilah yang kemudian menimbulkan sikap dilematis
dalam diri auditor terkait independensi. Standar umum kedua (SA seksi 220
dalam SPAP, 2011) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus
dipertahankan oleh auditor“. Standar ini mengharuskan bahwa auditor harus
bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi), karena ia melaksanakan
pekerjaannya untuk kepentingan umum. Menurut Arens dan Loebbecke
(1994), sikap mental independen terdiri atas dua hal, yaitu independensi dalam
penampilan (independence in appearance) dan independensi dalam kenyataan
(independence in fact). Auditor yang tidak lagi independen, maka kualitas
auditnya patut dipertanyakan
Ada beberapa kasus yang berhubungan dengan kualitas laporan keuangan
yang telah diaudit oleh KAP. Keruntuhan perusahaan besar seperti Enron dan
WorldCom di Amerika Serikat, telah dikaitkan dengan kualitas audit yang
buruk. Masalah Enron di Amerika Serikat melibatkan kantor akuntan publik
(KAP) internasional Arthur Andersen (AA). KAP AA merupakan KAP Big
Five yang ada di Amerika Serikat pada saat itu. Banyak pihak yang
menempatkan auditor sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap
3
masalah ini. Independensi auditor merupakan salah satu faktor yang diduga
memicu masalah ini (Efraim, 2010). Kegagalan mempertahankan
indepedensinya terhadap klien, Enron, melahirkan The Sarbanes-Oxley Act
(SOX) tahun 2002 sebagai solusi dari skandal perusahaan besar yang terjadi di
Amerika.
Lalu di tanah air sendiri pernah juga terjadi kasus audit yang dialami oleh
PT Telkom, perusahaan penyedian informasi dan telekomunikasi. Dimana
KAP Eddy Pianto (PT Telkom) dan KAP Hadi Susanto (PT Telkomsel, anak
perusahaan) saling tidak mau untuk berafiliasi. KAP Hadi Susanto (KAP HS)
meragukan kelayakan hak praktek KAP Eddy Pianto (KAP EP) di hadapan
BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) Amerika Serikat. Terjadi
persaingan yang tidak sehat antara kedua KAP tersebut. KAP HS tidak
mengijinkan acuannya dipakai oleh KAP EP dan menyembunyikan hasil audit
dan beserta opini audit dari PT Telkom.
Begitu juga dengan dibekukannya ijin akuntan publik dan kantor akuntan
publik yang terjadi pada tahun 2007 oleh Menteri Keuangan (Menkeu), Sri
Mulyani Indrawati. Menkeu memberhentikan ijin Akuntan Publik (AP) Drs.
Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata
dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007. Pelanggaran itu
berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT. Muzatek Jaya
tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu,
Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit
umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek
4
Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku
2001 sampai dengan 2004. Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut sesuai
dengan Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor
359/KMK.06/2003. Hal ini juga dipertegas dengan dikeluarkannya Undang-
Undang No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik, dimana pemberian jasa
audit oleh Akuntan Publik dan/atau KAP atas informasi keuangan historis
suatu klien untuk tahun buku yang berturut-turut dapat dibatasi dalam jangka
waktu tertentu serta ketentuan mengenai pembatasan pemberian jasa audit atas
informasi keuangan historis diatur dalam Peraturan Pemerintah. Sebagai
seorang akuntan publik, Petrus seharusnya mematuhi Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan
jasa audit, maka audit yang dilakukan pun harus sesuai dengan Standar
Auditing (SA) dalam SPAP, karena pada akhirnya hal ini tentu saja
berpengaruh terhadap kualitas audit.
Dari beberapa kasus tersebut, dapat kita lihat bahwa ada beberapa kasus
sehubungan dengan kualitas audit. Mulai dari kasus kegagalan KAP Arthur
Anderson mempertahankan independensinya terhadap kliennya Enron, kasus
KAP HS dan Rekan serta KAP EP yang melanggar peraturan BAPEPAM
tentang persaingan yang tidak sehat antara sesama auditor, kasus
dibekukannya akuntan publik maupun kantor akuntan publik yang
dikarenakan tidak sesuai dengan SPAP akan mempengaruhi kualitas audit
yang akan dihasilkan
5
Begitu pentingnya informasi laporan keuangan berkualitas yang telah
diaudit oleh KAP, menjadikan salah satu alasan peneliti tertarik untuk
memahami dan mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
Berdasarkan peneliti-peneliti terdahulu, banyak faktor yang mempengaruh
kualitas audit, antara lain kompetensi, independensi, workload, besaran fee
audit, spesialisasi auditor, etika profesi, akuntabilitas, du profeessional care,
time budget pressure, risiko kesalahan, integritas auditor, objektifitas auditor,
kompleksitas audit, masa perikatan audit, profesionalisme audit, lamanya
waktu/proses audit, kekayaan dan kesehatan keuangan klien, maupun kualitas
pelaksanaan audit.
Dalam penelitian ini, penulis memilih 5 faktor yang mempengaruhi
kualitas audit, yaitu kompetensi audit, indepedensi audit, objektifitas,
integritas audit, dan akuntabilitas audit. Alasan peneliti memilih kompetensi,
karena kompetensi auditor adalah hal yang mutlak yang harus dimiliki
seorang auditor. Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Sedangkan, standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001)
menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit akan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama. Kompetensi merupakan standar yang harus dipenuhi oleh seorang
auditor untuk dapat melakukan audit dengan baik. Selain itu, dalam UU No. 5
Tahun 2011 pasal 8 ayat 2 (d) tentang Akuntan Publik menyatakan bahwa
6
untuk memperpanjang izin, Akuntan Publik harus mengajukan permohonan
tertulis kepada Menteri yang salah satu syaratnya yaitu menjaga kompetensi
melalui pelatihan professional berkelanjutan.
Kemudian alasan peneliti memilih independensi, karena independensi
merupakan salah satu karakteristik dari profesi akuntan publik ( Standar
Kedua, SA seksi 220 dalam SPAP, 2011 ). Independensi juga merupakan
salah satu kriteria yang harus ada pada diri seorang auditor. Auditor yang
memiliki kemampuan dan keahlian yang baik, juga harus memiliki sikap
independensi dalam menghadapi tuntutan klien. Jika seorang auditor tidak
memiliki sikap independensi, maka akan berdampak terhadap kualitas audit
yang dihasilkannya.
Faktor ketiga yang menjadi variabel peneliti, yaitu objektifitas.
Objektifitas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit.
Objektifitas diperlukan agar auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi
oleh tekanan atau permintaan pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil
audit serta kompetensi auditor didukung oleh pengetahuan, dan kemampuan
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas (Sukriah et al., 2009).
Faktor integritas menjadi variabel keempat yang dipilih peneliti. Alasan
peneliti memilih faktor integritas karena integritas juga merupakan salah satu
komponen profesionalisme auditor. Integritas adalah kepatuhan tanpa
kompromi untuk kode nilai-nilai moral, dan menghindari penipuan,
kemanfaatan, kepalsuan, atau kedangkalan apapun. Dalam kode etik Akuntan
Indonesia pasal 1 ayat (2), dinyatakan bahwa “Setiap anggota harus
7
mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya”
Integritas mempertahankan standar prestasi yang tinggi dan melakukan
kompetensi yang berarti memiliki kecerdasan, pendidikan, dan pelatihan untuk
dapat nilai tambah melalui kinerja (Mutchler, 2003). Hal inilah yang menjadi
alasan peneliti memilih objektifitas dan integritas sebagai penunjang kualitas
audit yang lebih baik.
Faktor yang terakhir yang dipilih peneliti adalah akuntabilitas (rasa
kebertanggungjawaban). Kualitas dari hasil pekerjaan auditor juga
dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki
auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan
dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan
kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya
(Mardisar dan Sari, 2007). Kualitas hasil audit juga dipengaruhi oleh rasa
kebertanggungjawaban seorang auditor. Seorang auditor harus mempunyai
rasa bertanggungjawab terhadap kelangsungan hasil pekerjaannya. Dengan
adanya akuntabilitas dari seorang auditor, maka auditor dapat menyelesaikan
pekerjaannya dengan sungguh-sungguh. Messier dan Quilliam (1992) dalam
Mardisar dan Sari (2007) mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki
auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam mengambil
keputusan.
8
Berdasarkan titik penting dan uraian diatas, maka peneliti bermaksud ingin
menelaah “Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektifitas, Integritas,
dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus Pada Kantor
Akuntan Publik Kota Palembang) “.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada pengaruh kompetensi,
independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas terhadap kualitas hasil
audit. Penelitian ini melibatkan responden auditor yang bekerja di kota
Palembang. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah yang akan dibahas penelitian ini antara lain :
1. Apakah kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?
2. Apakah independensi berpengaruh terhadap kualitas audit ?
3. Apakah objektifitas berpengaruh terhadap kualitas audit ?
4. Apakah integritas berpengaruh terhadap kualitas audit ?
5. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas audit ?
6. Apakah kompetensi, independensi, objektifitas, integritas, dan
akuntabilitas secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Menganalisis pengaruh
kompetensi, independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas terhadap
kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di kota Palembang secara parsial
maupun simultan
9
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut :
a. Bagi KAP : Untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh dari
kompetensi auditor, independensi auditor, objektifitas auditor,
integritas auditor dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit dan
memberikan masukan bagi KAP untuk memahami kebijakan yang
paling tepat dalam kaitannya dengan kualitas audit
b. Bagi auditor : Menambah pengetahuan auditor mengenai pengaruh
kompetensi auditor, independensi auditor, objektifitas auditor,
integritas auditor dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit,
sehingga dapat dijadikan sebagai acuan akan pentingnya peningkatan
kualitas audit yang ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) untuk meningkatkan kualitas audit.
2. Manfaat penelitian secara teoritis :
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam
pengembangan kajian ilmu akuntansi, khususnya mengenai pengaruh
kompetensi auditor, independensi auditor, objektifitas auditor,
integritas auditor dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit.
b. Dapat dijadikan referensi oleh para akademisi dan peneliti lain.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca agar lebih mengerti secara keseluruhan dari
isi skripsi ini, maka sistematika penulisan dan penyajian dalam skripsi ini
dibagi dalam lima bab, yaitu:
10
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan, dimana dalam bab ini dijelaskan tentang
latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas landasan teori yang digunakan sehubungan dengan
judul penelitian, meliputi teori dasar yang digunakan, pengertian kualitas
audit, pengertian kompetensi auditor, pengertian independensi auditor,
pengertian pengertian objektifitas auditor, pengertian integritas auditor, serta
pengertian akuntabilitas auditor. Dalam bab ini juga dijelaskan tinjauan atas
penelitian lain yang relevan, serta kerangka pemikiran beserta hipotesis dari
setiap variabel.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber
data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai hasil penelitian serta pembahasan
mengenai pengaruh dari kompetensi auditor, independensi auditor, objektifitas
auditor, integritas auditor, serta akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit
pada Kantor Akuntan Publik ( KAP ) Kota Palembang yang terdaftar di
Institut Akuntan Publik Indonesia ( IAPI ).
11
BAB V PENUTUP
Bab ini mengungkapkan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil
penelitian serta pembahasan yang telah diperoleh pada bab sebelumnya, serta
saran- saran yang diberikan oleh penulis berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan.
II. Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)
Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut
dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori
yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi
dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek
perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan
kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut
teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta
karena adanya kepentingan yang saling bertentangan (Conflict of Interest).
Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen
dapat menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai
Asymmetric Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang
disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara
prinsipal dan agen. Ketergantungan pihak eksternal pada angka akuntansi,
12
kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan sendiri dan tingkat AI
yang tinggi, menyebabkan keinginan besar bagi manajer untuk memanipulasi
kerja yang dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri.
Menurut Scott (2000) terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1) Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam
lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan
prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang
mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh
pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada
pemegang saham.
2) Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang
manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun
pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar
pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan
sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Menurut Eisenhard (1989), teori keagenan dilandasi oleh 3 (tiga) buah
asumsi yaitu :
a) Asumsi tentang sifat manusia
Asumsi tentang sifat manusia menekankan bahwa manusia
memiliki sifat untuk mementingkan diri sendiri (self interest),
memiliki keterbatasan rasionalitas (bounded rationality), dan tidak
menyukai risiko (risk aversion)
b) Asumsi tentang keorganisasian
13
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota
organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya
Asymmetric Information (AI) antara prinsipal dan agen.
c) Asumsi tentang informasi.
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang
sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan.
Dalam kaitannya dengan audit, baik pemilik modal ataupun agen memiliki
motivasi tersendiri untuk memuaskan kebutuhannya terlebih dahulu. Agen
sebagai seorang manajer akan mengambil keputusan dan strategi agar dapat
mempertahankan kelangsungan usahanya. Hal inilah yang menjadi dasar agar
adanya pihak ketiga yang melakukan proses pemeriksaan dan pengawasan
terhadap segala aktivitas yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut. Pihak
ketiga ini haruslah seorang independen.
Auditor sebagai pihak independen tidak dapat memihak kepada siapapun.
Pemilik perusahaan memberikan kewenangan pada auditor untuk
memverifikasi informasi yang diberikan manajemen kepada pihak perusahaan.
Sebaliknya, manajer membutuhkan auditor untuk memberikan legitimasi
terhadap hasil dan kinerja yang telah mereka lakukan (dalam bentuk laporan).
Pengawasan yang dilakukan oleh auditor atau pihak independen pastinya
memerlukan biaya pengawasan (monitoring), dimana dikenal dengan istilah
agency cost. Di dalam Jensen dan Meckling (1976) terdapat tiga macam biaya
keagenan (agency cost), yaitu biaya pengawasan oleh principal, biaya
bonding, dan kerugian residual.
14
2.1.2 Kualitas Audit
Pengertian audit menurut Arens et al. (2008 : 4) adalah sebagai berikut:
“Auditing is accumulation and evaluation of evidence about information
to determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a competent,
independent person”.
Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa audit merupakan suatu proses
yang sistematis dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif.
Auditor juga harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang
digunakan dan harus kompeten untuk mengatahui jenis serta jumlah bukti
yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah
memeriksa bukti itu. Audit harus dilakukan oleh orang-orang yang
berkompeten dan independen. Sikap mental independen dan kompetens dalam
melaksanakan audit harus dijaga karena jika auditor tidak dapat
mempertahankan sikap independen maka hasil audit yang dilakukan tidak ada
nilainya.(Arens et al., 2008).
Dalam auditing ada lima konsep dasar yang dikemukakan oleh Mautz dan
Sharaf (1993) yaitu:
1. Bukti (evidence), tujuannya adalah untuk memperoleh
pengertian, sebagai dasar untuk memberi kesimpulan yang
dituangkan dalam pendapat auditor. Bukti harus diperoleh
15
dengan cara-cara tertentu agar dapat mencapai hasil yang
maksimal sesuai yang diinginkan.
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan, konsep ini berdasarkan issue
yang pokok tingkat kehati-hatian yang diharapkan pada auditor
yang bertanggungjawab. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
tanggung jawab adalah tanggung jawab seorang profesional
dalam melaksanakan tugasnya.
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar, konsep ini menuntut
adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak
memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan,
hasil operasi, dan aliran kas perusahaan yang wajar.
4. Independensi, yaitu suatu sikap yang dimiliki oleh auditor
untuk tidak memihak dalam melakukan audit. Masyarakat
pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan
independen terhadap laporan keuangan yang diperiksanya dari
pembuat dan pemakai laporan-laporan keuangan.
5. Etika perilaku, etika dalam auditing, berkaitan dengan konsep
perilaku yang ideal dari seoarang auditor profesional yang
independen dalam melaksanakan audit.
Dalam melakukan audit, baik pihak internal maupun eksternal
mengaharapkan kualitas audit yang baik. Kualitas audit yang baik, atau
berkualitas, diharapkan memberikan informasi yang akurat mengenai keadaan
keuangan perusahaan, sehingga informasi tersebur dapat diandalkan dalam
16
mengambil keputusan. Kualitas audit didefinisikan sebagai kemungkinan atau
probablitas bahwa auditor akan baik dan benar dalam menemukan laporan
kesalahan material, keliru, atau kelalaian dalam laporan materi kuangan klien
(De Angelo, 1981).
Probabilitas penemuan suatu penyelewengan terhadap laporan keuangan
tergantung pada teknikal dan kompetensi auditor, sedangkan probabilitas
pelaporan kesalahan tergantung pada independensi auditor. Auditor dituntut
untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan yang tinggi karena auditor
mempunyai tangung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk
masyarakat (Ermayanti, 2009)
M. Nizarul Alim et al. (2007) menyatakan bahwa kualitas audit sebagai
probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang
adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Arisinta (2013), menyatakan bahwa kualitas audit merupakan segala
kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan
keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem
akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana
dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar
auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
adalah hasil yang diharapkan seorang auditor dalam melaksanakan
pekerjaannya untuk mengevaluasi dan mengawasi dari pelanggaran-
17
pelanggaran yang terjadi dalam laporan keuangan manajemen, yang tidak
terlepas dari independensi maupun kompetensi yang ada pada diri auditor.
Dalam penelitian Yusuf (2014), menyimpulkan bahwa kompetensi,
objektifitas dan integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja
audit. Begitu juga dengan penelitian Prihartini (2015), menyatakan bahwa
kompetensi, independensi, obyektifitas, integritas, dan akuntabilitas secara
simultan berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas audit. Dengan
demikian, semakin tinggi tingkat kompetensi, independensi, obyektifitas,
integritas, dan akuntabilitas yang dimiliki oleh seorang auditor maka akan
semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut.
Berdasarkan penelitian yang terdahulu, menyimpulkan bahwa kualitas
audit laporan keuangan sangatlah diperlukan oleh banyak pihak, mulai dari
debitur, kreditur, pemerintah, masyarakat, maupun pengguna laporan
keuangan lainnya.
2.1.3 Kompetensi Auditor
Dalam Standar umum pertama (IAI, 2011) menyebutkan bahwa audit
harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
Kompetensi adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar, yang diukur dengan indikator mutu
personal, pengetahuan umum, dan keahlian khusus. Kompetensi berkaitan
dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari
18
pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,
seminar, maupun symposium (Suraida, 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam M. Nizarul
Alim et al. (2007) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor
di Indonesia terdiri atas:
a. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting
dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan
terhadap fakta-fakta, prosedur- prosedur dan pengalaman.
b. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi,
kreativitas, dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain.
Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang
digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti
yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah
memeriksa bukti itu (Arens et al., 2008).
Rai (2008) dalam Sukriah et al. (2009), menyatakan bahwa kompetensi
auditor yaitu kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk melaksanakan
audit dengan benar. Dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki
mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus
di bidangnya.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam
Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor
di Indonesia terdiri dari :
19
1) Kompetensi pengetahuan, ini merupakan salah satu komponen
yang sangat penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini
meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan
pengalaman.
2) Pengalaman akan memberikan hasil dalam menghimpun dan
memberikan kemajuan bagi pengetahuan
3) Kemampuan berkomunikasi, Kreativitas mampu berkerja sama
dengan orang lain, dan lain-lain merupakan salah satu unsur yang
penting bagi kompetensi audit.
Menurut Christiawan (2002), kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan
pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan
akuntansi. Sedangkan menurut Mayangsari (2003) dalam Alim et al. (2007),
kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang
berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk
pekerjaan-pekerjaan non-rutin.
Menurut Yusuf (2014), kompetensi adalah kualitas pribadi yang harus
dimiliki seorang auditor yang dinilai dari latar belakang pendidikan, pelatihan
kerja yang cukup, kemampuan berfikir kreatif, keluasan pengetahuan,
kecerdasan emosional yang baik, keterampilan kerja yang memadai serta daya
juang yang tinggi. Sehingga memungkinkan auditor tersebut mampu
memberikan pelayanan jasa professional yang kompeten serta diiringi dengan
hasil kerja yang berkualitas.
20
Ada 3 persyaratan penting yang harus dipenuhi auditor sebelum dapat
diterima untuk memberikan jasa pembukuan dan audit kepada klien :
1) Klien harus menerima tanggung jawab penuh atas laporan
keuangan.
2) Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau
manajemen yang mengoperasikan perusahaan.
3) Akuntan publik, dalam melaksanakan audit atas laporan
keuangan yang disusun dari pembukuan dan catatan yang
telah disiapkan sepenuhnya atau sebagian oleh akuntan publik,
harus sesuai dengan GAAS.
Dua persyaratan pertama seringkali sulit dipenuhi oleh perusahaan kecil
yang pemiliknya mungkin memiliki pengetahuan atau minat yang minim atas
akuntansi atau pemrosesan transaksi ( Arens et all, 2008).
2.1.4 Independensi Auditor
Menurut Arens et al. (2008), mengartikan bahwa independensi diambil
dalam sudut pandang yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen
dalam fakta, tetapi juga harus independen dalam penampilan. Independensi
dalam fakta (independence in fact) ada bila auditor benar-benar mampu
mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, sedangkan
independensi dalam penampilan (independent in appearance) adalah hasil dari
interpretasi lain atas independensi ini.
Supriyono (1988) telah melakukan pnelitian dengan enam faktor yang
mempengaruhi independensi, yaitu: (1) Ikatan kepentingan keuangan dan
21
hubungan usaha dengan klien, (2) Jasa-jasa lainnya selain jasa audit, (3)
Lamanya hubungan audit antara akuntan publik dengan klien, (4) Persaingan
antar KAP, (5) Ukuran KAP, dan (6) Audit fee.
The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox dalam Badjuri (2011) adalah
suatu standar auditing yang penting karena opini akuntan independen
bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka
opininya tidak akan memberikan tambahan apapun.
Independensi pada penelitian Singgih dan Bawono (2010) menggunakan
tiga indikator yaitu : independensi penyusunan program, independensi
investigatif, independensi pelaporan.
a) Independensi penyusunan program
Penyusunan program audit bebas dari campur tangan klien
untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-
bagian tertentu yang diperiksa. Penyusunan program audit bebas
dari campur tangan atau suatu sikap tidak mau bekerja sama
mengenai penerapan prosedur yang dipilih. Penyusunan program
audit bebas dari usaha-usaha pihak lain terhadap subjek pekerjaan
selain untuk proses pemeriksaan yang disediakan.
b) Independensi investigatif
Pemeriksaan langsung dan bebas mengakses semua buku-
buku, catatan-catatan, pejabat dan karyawan perusahaan serta
sumber informasi lain yang berhubungan dengan kegiatan,
22
kewajiban-kewajiban dan sumber-sumber bisnis. Pemeriksaan
bebas dari usaha-usaha manajerial untuk menentukan atau
menunjuk kegiatan yang akan diperiksa atau untuk menentukan
dapat diterimanya masalah pembuktian. Pemeriksaan bebas dari
kepentingan pribadi atau hubungan yang membatasi pemeriksaan
pada kegiatan catatan, orang-orang tertentu yang seharusnya
tercakup dalam pemeriksaan.
c) Independensi pelaporan
Pelaporan bebas dari perasaan kewajiban untuk
memodifikasi pengaruh fakta-fakta yang dilaporkan pada pihak
tertentu. Pelaporan menghindari praktek untuk meniadakan
persoalan penting dari laporan formal ke laporan informal bentuk
tertentu yang disenangi. Pelaporan menghindari bahasa atau istilah-
istilah yang mendua arti secara sengaja atau tidak dalam pelaporan
fakta-fakta, pendapat, rekomendasi serta dalam penafsirannya.
Pelaporan bebas dari usaha tertentu untuk mengesampingkan
pertimbangan akuntan pemeriksa terhadap isi laporan pemeriksaan,
baik fakta maupun pendapatnya.
Supriyono (1988) membuat kesimpulan mngenai pentingnya independensi
akuntan publik sebagai berikut :
1) Independensi merupakan syarat yang sangat penting bagi profesi
akuntan publik untuk memulai kewajaran informasi yang disajikan
oleh manajemen kepada pemakai informasi.
23
2) Independensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh
kepercayaan dari klien dan masyarakaat, khususnya para pemakai
laporan keuangan.
3) Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen.
4) Jika akuntan publik tidak independen maka pendapat yang dia
berikan tidak mempunyai arti atau tidak mempunyai nilai.
5) Independensi merupakan martabat penting akuntan publik yang
secara berkesinambungan perlu dipertahankan.
2.1.5 Objektifitas Auditor
Obyektivitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi
jasa atau pelayanan auditor serta merupakan salah satu ciri yang membedakan
profesi akuntan dengan profesi lain dan prinsip objektivitas menetapkan suatu
kewajiban bagi auditor untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan
bebas dari konflik kepentingan (Sukriah et al., 2009).
Menurut Mulyadi (2002), menjelaskan bahwa obyektivitas adalah sikap
mental yang harus dipertahankan oleh auditor dalam melakukan audit dan
auditor tidak boleh membiarkan pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh
pihak lain. Seorang auditor harus menjaga obyektivitas dan bebas dari
benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajibannya. Prinsip obyektivitas
mengharuskan anggota memiliki sikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berapa di bawah pengaruh pihak lain. (Wayan, 2005).
24
Queena (2012), menyatakan bahwa objektifitas adalah suatu keyakinan,
kualitas yang memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan auditor. Objektifitas
merupakan salah satu ciri yang membedakan profesi akuntan dengan profesi
yang lain. Sedangkan menurut Kusumah (2008) dalam Queena (2012),
objektifitas merupakan kebebasan sikap mental yang harus dipertahankan oleh
auditor dalam melakukan audit, dan auditor tidak boleh membiarkan
pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh orang lain.
Lebih lanjut Mulyadi (2002) menjelaskan, dalam menghadapi situasi dan
praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan etika sehubungan
dengan objektifitas, yang harus cukup dipertimbangkan adalah sebagai berikut
:
a) Adakalanya auditor dihadapkan kepada situasi yang
memungkinkan mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan
kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu objektivitasnya.
b) Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan
semua situasi di mana tekanan-tekanan mungkin terjadi. ukuran
kewajaran harus digunakan dalam menentukan standar untuk
mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapat
merusak objektivitas.
c) Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau
pengaruh lainnya untuk melanggar objektivitas harus dihindari.
25
d) Memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang
terlibatdalam pemberian jasa professional mematuhi prinsip
objektivitas.
e) Tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment
yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas
terhadap pertimbangan professional mereka atau terhadap orang-
orang yang berhubungan dengan mereka, dan harus menghindari
situasi-situasi yang dapat membuat posisi professional mereka
ternoda.
2.1.6 Integritas Auditor
Menurut Anitaria (2011), integritas merupakan suatu elemen karakter yang
mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas
yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota
dalam menguji semua keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan
seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan dan kepercayaan publik
tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya.
Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan,
berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat
unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar
bagi pengambilan keputusan yang andal (Sukriah et al., 2009).
26
Menurut Wibowo (2006) dalam Queena (2012) , menyebutkan integritas
auditor internal menguatkan kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi
pengandalan atas judgment mereka. Integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam
menguji semua keputusannya. Kemudian Sunarto (2003) dalam Ayuningtyas
(2012), menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak
disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat
meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005).
2.1.7 Akuntabilitas Auditor
Akuntabilitas publik menurut Mardiasmo (2002) terdiri atas dua macam :
1. Akuntabilitas Vertikal (Vertical Accountability)
Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban
atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggunjawaban unit-unit kerja (dinas) kepala pemerintah
daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah
pusat.
2. Akuntabilitas Horizontal (Horizontal Accountability)
Pertanggungjawaban horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.
Akuntabilitas publik harus dilakukan oleh organisasi sektor publik yang
terdiri dari beberapa dimensi menurut Mardiasmo (2002) adalah sebagai berikut:
27
1. Akuntabilitas Kejujuran Dan Akuntabilitas Hukum (Accountability
For Probity And Legality).
Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait
dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
lain yang diisyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas Proses (Process Accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang
digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal
kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem informasi
manajamen, dan prosedur administarsi. Akuntabilitas proses
termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat,
responsif, dan murah biaya.
3. Akuntabilitas Program (Program Accountability)
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah
tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil
yang optimal dengan biaya yang minimal.
4. Akuntabilitas Kebijakan (Policy Accountability)
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban
pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan
yang diambil pemerintah terhadap DPR/DPRD dan masyarakat
luas.
28
Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki
seseorang untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah mereka
kerjakan kepada lingkungannya atau orang lain (Mardisar dan Sari, 2007).
Akuntabilitas dapat diukur dengan menggunakan tiga dimensi yaitu motivasi,
pengabdian pada profesi dan kewajiban sosial (Singgih dan Icuk, 2010).
2.2 Penelitian Terdahulu
Menurut M. Nizarul Alim et al.. (2007), dalam penelitian yang berjudul
“Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan
Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi” yang dilakukan pada KAP se-Jawa
Timur, membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit, dimana kualitas audit yang baik dapat tercapai jika auditor
memiliki kompetensi yang baik, yaitu dari dimensi pengalaman dan
pengetahuan. Sementara itu, interaksi kompetensi dan etika auditor tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Independensi juga memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Selanjutnya interaksi
independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor
mampu bertahan dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki.
Lauw Tjun-Tjun, Elyzabet Indrawati Marpaung dan Santy Setiawan
(2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kompetensi dan
Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit” dengan menggunakan sampel
yaitu seluruh auditor KAP di wilayah Jakarta Pusat, menyimpulkan bahwa
29
kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan
independensi auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
audit.
Ika Sukriah, Akram, dan Biana A. Inapty (2009), dalam penelitiannya
yang berjudul “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,
Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan” pada Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di Provinsi Nusa Tenggara Barat,
menyimpulkan bahwa pengalaman kerja, obyektifitas, dan kompetensi
berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan independensi
dan integritas tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil
pemeriksaan.
M. Taufiq Effendy (2010), dengan penelitian berjudul “Pengaruh
Kompetensi, Independensi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat
Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah” dan studi empiris pada
Pemerintah Kota Gorontalo, menyimpulkan bahwa kompetensi, independensi,
dan motivasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Lebih lanjut lagi, motivasi dan kompetensi berpengaruh positif terhadap
kualitas audit secara parsial. Sedangkan independensi secara parsial tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit
Penelitian Elisa M Singgih dan Icuk R Bawono (2010), yang melakukan
penelitian dengan judul, “Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Professional Care, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit”, yang
dilakukan pada KAP “Big Four” di Indonesia, mengambil tiga kesimpulan
30
yaitu : (1) independensi, pengalaman, due professional care dan akuntabilitas
secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. (2) independensi, due
professional care dan akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap
kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit. (3) independensi merupakan variabel yang dominan berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Achmad Badjuri (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit Auditor Independen Pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Jawa Tengah”, mengambil empat variabel
independen, yaitu akuntabilitas, independensi, due profesional care, dan
pengalaman. Dari penelitian yang dilakukannya, ia mengambil kesimpulan
bahwa akuntabilitas dan independensi berpengaruh positif dan signifikan. Ini
berarti semakin tinggi tingkat akuntabilitas dan independensi, semakin tinggi
pula kualitas audit yang dihasilkan. Sedangkan due profesional care dan
pengalaman tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
Ayuningtyas (2012) dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas Dan Kompetensi
Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Kasus Pada Auditor Inspektorat
Kota/Kabupaten Di Jawa Tengah)” menyimpulkan bahwa pengalaman kerja
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan
kompetensi, independensi, objektifitas dan integritas berpengaruh siginfikan
terhadap kualitas hasil audit.
31
Carolita (2012) dengan penelitian berjudul “ Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Objektifitas, Integritas, Kompetensi,dan Komitmen Organisasi
Terhadap Kualitas Hasil Audit (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di
Semarang)” menyimpulkan bahwa independensi, integritas, objektifitas, dan
pengalaman kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
Sedangkan kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Saripudin, Netty Herawaty, dan Rahayu (2012), dengan judul penelitian
“Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care, dan
Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Auditor KAP di
Jambi dan Palembang), membuktikan bahwa secara simultan independensi,
pengalaman, due professional care, dan akuntabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas audit. Namun secara parsial, hanya independensi
dan akuntabilitas yang berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit,
sedangkan due professional care dan pengalaman tidak berpengaruh positif
signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
Faizah, Bambang Haryadi dan Rahmat Zuhdi (2013), dengan penelitian
berjudul “Pengaruh Independensi, Objektivitas, Pengalaman Kerja,
Pengetahuan, Integritas, Akuntabilitas, dan Skeptisisme Profesional Pemeriksa
Terhadap Kualitas Pemeriksaan” yang mengambil responden auditor pada
BPK Perwakilan Jawa Timur, menemukan dua kesimpulan, yaitu : 1)
Independensi dan integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas
pemeriksaan, 2) Objektivitas, pengalaman kerja, pengetahuan, akuntabilitas,
32
dan skeptisisme professional tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas
pemeriksaan.
Bella Ariviana dan Haryanto (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “
Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan, Pengalaman, dan Independensi
Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor (Studi Empiris Pada KAP di Kota
Semarang dan Surakarta)”, menyimpulkan bahwa akuntabilitas, pengetahuan,
pengalaman, dan independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil
kerja auditor. Hal ini berarti akuntabilitas yang besar, pengetahuan yang luas,
pengalaman yang lebih banyak, dan independensi yang tinggi akan
memberikan kualitas hasil kerja auditor yang lebih baik.
M. Yusuf (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh Kompetensi,
Objektivitas dan Integritas Auditor Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor”
dengan objek penelitian pada Auditor BPKP Provinsi Riau, menyimpulkan
bahwa kompetensi, integritas, dan objektifitas berpengaruh positif pada
kualitas hasil kerja audit.
Silvia C. Dewi (2015), dalam penelitian dengan judul “Pengaruh
Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas, Kompetensi, dan
Etika Auditor Terhadap Kualitas Hasil Audit” pada KAP di kota Semarang,
menyatakan bahwa pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas,
kompetensi dan etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.
Ayu Kadek Prihartini, Luh Gede Erni Sulindawati, dan Nyoman AS
Darmawan (2015), dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kompetensi,
33
Independensi, Obyektifitas, Integritas, Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit di Pemerintahan Daerah (Studi Empiris Pada 5 Kantor Inspektorat
Provinsi Bali)”, menyimpulkan bahwa secara parsial kompetensi dan
integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit yang
dihasilkan. Sedangkan independensi, obyektifitas, dan akuntabilitas tidak
berpengaruh positif signifikan terhadap hasil audit. Namun secara simultan,
kompetensi, independensi, obyektifitas, integritas, dan akuntabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti jika
seorang auditor memiliki kompetensi, independensi, obyektifitas, integritas,
dan akuntabilitas yang tinggi dalam melaksanakan tugas, maka semakin tinggi
pula kualitas audit yang dihasilkan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Untuk menggambarkan pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen dalam penelitian ini, maka digambarkan suatu kerangka
pemikiran teoritis yang menggambarkan pengaruh dari kompetensi,
independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit
baik secara parsial maupun secara simultan yang dilakukan di Kantor Akuntan
Publik (KAP) yang berlokasi di kota Palembang. Adapun kerangka pemikiran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
34
Kompetensi (X1)
Independensi (X2)
Objektifitas (X3)
Integritas (X4)
Akuntabilitas (X5)
Kualitas Audit (Y)
Secara Simultan (X6)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit
Kompetensi seorang auditor ditentukan oleh 3 (tiga) faktor sebagai berikut
(Munawir, 1999) dalam Kisnawati ( 2012) :
a) Pendidikan formal tingkat universitas
b) Latihan teknis dan pengalaman dalam bidang auditin
c) Pendidikan professional yang berkelanjutan sebagai menjalani
karir sebagai auditor.
Penelitian Alim et al. (2007), Ika Sukriah et al. (2009), Taufiq Effendy
(2010), Law Tjun Tjun et al. (2012), dan Ayuningtyas (2012) menyimpulkan
bahwa kompetensi auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Artinya, semakin tinggi kompetensi yang dimiliki seorang auditor maka
kualitas hasil auditr yang akan dihasilkan semakin berkualitas. Seorang
auditor dapat dikatakan berkompeten apabila dalam melakukan audit memiliki
35
keterampilan untuk mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan
sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Namun lain hal dalam
Penelitian Carolita (2012), kompetensi auditor tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan
adalah :
H1 : Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
2.4.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit
Dalam memberikan opini terhadap hasil pemeriksaan audit, seorang
auditor mengalami dilematis dalam dirinya terkait sikap independensinya.
Auditor ingin menjaga agar kliennya tetap memberikan kepercayaan
terhadapnya. Namun disisi lain, ia harus tetap melaporkan temuan atas
pemeriksaan auditnya. Tandirerung (2001) dalam Pratistha dan Widhiyani
(2014), menyatakan sikap independen sudah melekat pada pribadi setiap
auditor karena hal tersebut merupakan tuntutan profesi akuntan pubik, namun
karena adanya desakan atau “pengaruh” dari klien untuk mendukung
kepentingannya, maka independensi tidak lagi berdefinisikan secara sempurna
dalam pendirian auditor. Begitu juga dengan Singgih dan Bawono (2010),
yang menyatakan bahwa independensi berpengaruh positi signifikan terhadap
kualitas audit. Singgih dan Bawono juga mengungkapkan bahwa independensi
merupakan variabel yang domininan terhadap kualitas audit yang dihasilkan.
36
Dalam penelitian Carolita (2012) dan Badjuri (2011), juga menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat independensi auditor dalam melaksanakan
pemeriksaan maka semakin tinggi pula kualitas hasil audit yang dihasilkan.
Namun Taufik Effendy (2010), menyimpulkan bahwa independensi auditor
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit yang diperiksa.
Begitu juga dengan M. Nizarul Alim et al. (2007), Law Tjun-Tjun et al.
(2012), dan Priharitini et al. (2015), menyatakan bahwa independensi auditor
tidak berpengaruh secara signifikan terhdap kualitas audit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan
adalah :
H2 : Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
2.4.3 Pengaruh Objektifitas Auditor Terhadap Kualitas Audit
Penelitian yang dilakukan oleh Mutcher (2003) menyatakan objektivitas
berpengaruh dalam membuat penilaian dan mengambil sebuah keputusan.
Sedangkan Sari (2011) menyebutkan auditor yang memiliki objektivitas yaitu
auditor yang dapat melakukan penilaian yang seimbang atas semua kondisi
yang relevan dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sendiri maupu
kepentingan orang lain dalam membuat keputusan, dimana semakin tinggi
tingkat objektivitas auditor, maka semakin baik kualitas auditnya.
Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan
prinsip objektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya.
Unsur yang dapat menunjang objektifitas antara lain (1) dapat diandalkan dan
37
dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia tender, (3) tidak berangkat
tugas dengan mencari-cari kesalahan orang lain, (4) dapat mempertahankan
kriteria dan kebijaksanaan yang resmi, dan (5) didalam bertindak atau
mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran yang logis (Sukriah et al.,
2009 dalam Ayuningtyas, 2012).
Dari penelitian Sukriah et al. (2009), Ayuningtyas (2012), Carolita (2012),
Yusuf (2014), dan Dewi (2015), menyatakan bahwa objektifitas berpengaruh
positif terhadap kualitas audit. Dimana jika seorang auditor melaksanakan
pemeriksaan dengan objektifitas yang tinggi, maka akan menghasilkan
kualitas audit yang tinggi pula. Berbeda dengan Faizah et al..(2013) dan
Prihartini et al. (2015), yang menyatakan bahwa objektifitas tidak
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan
adalah :
H3 : Objektifitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
2.4.4 Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Audit
Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan
merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya.
Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan,
berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit
(Ayuningtyas, 2012). Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat
meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005)
38
Penelitian Ayuningtyas (2012) dan Carolita (2012), Faizah et al.. (2013),
Yusuf (2014), Prihartini et al. (2015), serta Dewi (2015) menyatakan bahwa
integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Dimana jika seorang
auditor memiliki tingkat integritas yang tinggi, maka akan menghasilkan
kualitas audit yang tinggi pula. Hal ini berbeda dengan penelitian Sukriah et
al. (2009), yang menyatakan bahwa integritas tidak berpengaruh terhadap
kualitas audit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan
adalah :
H4 : Integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
2.4.5 Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit
Mardisar dan Sari (2007) dalam Wandita et al. (2014), mengemukakan
bahwa kualitas hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh rasa
kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam
menyelesaikan pekerjaan audit, sehingga akuntabilitas adalah hal yang sangat
penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor dalam melaksanakan
pekerjaan auditnya. Penelitian yang dilakukan Tan dan Alison (1999) dalam
Salsabila dan Prayudiawan (2011), membuktikan bahwa suatu pengetahuan
dapat mempengaruhi hubungan akuntabilitas dengan kualitas hasil kerja
auditor jika kompleksitas pekerjaan yang akan dihadapi sedang/menengah.
Sedangkan Dea (2012) yang menyatakan bahwa akuntabilitas auditor tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Kondisi itu terjadi karena kurang efektif
39
dan efisiennya pelayanan jasa audit terhadap kualitas hasil audit yang
disampaikan.
Dalam penelitian Singgih dan Bawono (2010), Salsabila (2011), Bella A
dan Haryanto (2014), Saripudin et al. (2012), Badjuri (2011), dan Wandita
(2014), menyimpulkan bahwa akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Jika auditor memiliki rasa kebertanggungjawaban
(akuntabilitas) yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya, maka akan
menghasilkan kualitas audit yang tinggi juga. Namun dalam Dea (2012),
Faizah et al. (2013), Prihartini et al. (2015), dan Febriyanti (2014)
menyatakan bahwa akuntabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit..
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis yang diajukan
adalah :
H5 : Akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
2.4.6 Pengaruh Kompetensi, Independensi, Objektifitas, Integritas dan
Akuntabilitas Auditor Secara Simultan Terhadap Kualitas Audit.
Hasil peneliian yang dilakukan oleh Alim et al. (2007), menyatakan bahwa
kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hasil Penelitian
Faizah et al. (2013), menyimpulkan bahwa independensi berpengaruh positif
signifikan terhadap kualitas audit. Begitu juga dengan pemelitian Ika Sukriah
et al. (2009) yang menyatakan bahwa objektifitas berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit. Dalam penelitian Ayuningtyas (2012), menyimpulkan
40
bahwa integritas berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian Saripudin et al. (2012), menyimpulkan bahwa akuntabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit.
Dalam Penelitian Prihartini et al. (2015), yang mengambil kelima variabel,
yaitu kompetensi, independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas
auditor terhadap kualitas audit, yang dilakukan pada lima kantor Inspektorat
Provinsi Bali, menyatakan bahwa secara simultan variabel kompetensi,
independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas berpengaruh positif
signifikan terhadap kualitas audit.
Berdasarkan dari penelitian Alim et al. (2007), Faizah et al (2013), Ika
Sukriah et al. (2009), Ayuningtyas (2012), Saripudin et al. (2012), dan
Prihartini et al. (2015), maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H6 : Kompetensi, Independensi, Objektifitas, Integritas, dan
Akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit
41
III.METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa hubungan sebab akibat
yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu
kompetensi, independensi, objektifitas, integritas, dan akuntabilitas terhadap
variabel dependen, yaitu kualitas audit. Populasi dalam penelitian ini adalah
akuntan publik yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di kota
Palembang.
3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik pada KAP
(Kantor Akuntan Publik) di kota Palembang, sehingga perlu dilakukan pengujian
terhadap hipotesis yang diajukan dengan cara mengukur variabel-variabel yang
akan diteliti. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit (Y).
Sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah kompetensi auditor
(X1), independensi auditor (X2), objektifitas auditor (X3), integritas auditor (X4),
dan akuntabilitas auditor (X5). Dalam penelitian ini, baik variabel dependen
maupun independen, diukur dengan menggunakan skala Likert.
3.2.1 Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
tergantung pada faktor - faktor lain dan variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kualitas audit. Ada 2 indikator yang digunakan untuk
mengukur variabel ini yaitu kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit dan
42
kualitas laporan hasil audit (Sukriah et al., 2009). Variabel ini diukur dengan
skala Likert. Skala Likert adalah suatu skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial.
3.2.2 Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini meliputi kompetensi auditor,
independensi auditor, objektifitas auditor, integritas auditor, dan akuntabilitas
auditor.
3.2.2.1 Kompetensi Auditor
Peneliti menggunakan dua dimensi kompetensi dari Lauw Tjun- Tjun
(2012), yaitu pengalaman dan pengetahuan. Contoh pernyataan untuk kompetensi,
misalnya setiap akuntan publik harus memahami dan melaksanakan jasa
profesionalnya sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang relevan. Item-item pernyataan di dalam
kuesioner diukur dengan menggunakan skala Likert.
3.2.2.2 Independensi Auditor
Pada variabel ini, peneliti menggunakan tiga indikator independensi
berdasarkan penelitian Putra (2012) yaitu hubungan dengan klien, independensi
pelaksanaan pekerjaan, dan independensi laporan. Contoh item pernyataan untuk
independensi, misalnya pemeriksaan bebas dari segala kepentingan pribadi
maupun kepentingan pihak lain untuk membatasi segala kegiatan pemeriksaan.
Item-item pernyataan di dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala
Likert.
43
3.2.2.3 Objektifitas Auditor
Pada variabel ini, peneliti menggunakan dua indikator objektifitas
berdasarkan penelitian Sukriah et al. (2009), yaitu bebas dari benturan
kepentingan dan pengungkapan sesuai fakta. Contoh dari item pernyataan untuk
objektifitas auditor, misalnya auditor tidak dipengaruhi oleh pandangan subjyektif
pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat mengemukakan pendapat
menurut apa adanya. Item-item pernyataan di dalam kuesioner diukur dengan
menggunakan skala Likert.
3.2.2.4 Integritas Auditor
Dalam penelitian ini, variabel integritas auditor menggunakan empat
indikator, yaitu kejujuran auditor, keberanian auditor, sikap bijaksana auditor, dan
tanggung jawab auditor (Sukriah et al., 2009). Contoh dari item pernyataan untuk
integritas, misalnya auditor harus bekerja sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
tidak menambah maupun mengurangi fakta yang ada. Item-item pernyataan di
dalam kuesioner diukur dengan menggunakan skala Likert.
3.2.2.5 Akuntabilitas Auditor
Ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas
individu. Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk meyelesaikan pekerjaan
tersebut. Kedua, seberapa besar usaha atau daya fikir yang diberikan untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan. Ketiga, seberapa besar keyakinan mereka bahwa
pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan. Dalam penelitian ini menggunakan
daftar pertanyaan dari Singgih dan Bawono (2010) . Contoh dari pernytaan untuk
akuntabilitas, misalnya auditor dapat mempertanggungjawabkan pekerjaan kepada
44
atasannya. Item-item pernyataan di dalam kuesioner diukur dengan menggunakan
skala Likert.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh akuntan publik yang bekerja pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di Palembang. Adapun jumlah KAP yang
ada di Palembang adalah sebanyak 8 KAP.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah akuntan publik / auditor independen
yang bekerja di KAP yang ada di kota Palembang, baik yang menjadi pimpinan
maupun yang menjadi staff. Seperti yang diketahui, Palembang adalah salah satu
kota besar di Indonesia dan merupakan Ibu Kota provinsi Sumatera Selatan.
Banyak sektor usaha yang tumbuh dan berkembang di kota Palembang, mulai dari
sektor jasa dan perhotelan, perdagangan, industri, pertanian serta wisata kuliner.
Begitu juga banyak perusahaan besar yang ada di kota ini, seperti PT. Pertamina,
PT. Bukit Asam, PT. Sosro, dan lain- lain yang tentu saja membutuhkan jasa audit
untuk mengaudit laporan keuangan mereka yaitu jasa akuntan publik yang ada di
KAP kota Palembang . Selain itu, KAP- KAP yang ada di kota Palembang juga
sudah termasuk dalam KAP besar yang ada di Indonesia. Hal inilah yang menjadi
alasan peneliti memilih objek yaitu Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di
kota Palembang. Dalam penelitian ini juga digunakan metode survey dimana setiap
KAP didatangi secara langsung dan diberikan kuesioner. Adapun KAP yang ada di
Palembang antara lain :
45
No Nama Kantor Akuntan Publik (KAP)
1 KAP Drs. H. Suparman, Ak
2 KAP Drs. Ahmad Nuroni
3 KAP Drs. Tanzil Djunaidi, Ak
4 KAP Drs. Charles Panggabean & Rekan
5 KAP Drs. Achmad Djunaidi B
6 KAP Drs. Achmad Rifai & Bunyamin
7 KAP Edward L. Tobing, Madillah Bohori
8 KAP Drs. Muhammad Zen & Rekan
Tabel 3.1 Daftar nama KAP di Palembang
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Data sekunder, yaitu dari penelitian-penelitian terdahulu, dalam hal ini
merupakan daftar pertanyaan yang akan diajukan dalam kuesioner
2. Data primer, yang diperoleh dari metode survey dengan menggunakan
kuesioner yang disebarkan ke setiap objek penelitian, yaitu KAP
(Kantor Akuntan Publik) yang berlokasi di Kota Palembang.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data survey dengan
kuesioner yang disebarkan berbentuk pertanyaan sebagai alat pengumpulan data
untuk memperoleh gambaran mengenai variabel penelitian. Sedangkan data yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data yang dianalisa
46
langsung dari sumber. Kuesioner disebarkan secara langsung kepada auditor yang
terdaftar di KAP - KAP yang berlokasi di wilayah Palembang.
3.6 Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan
menggunakan regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS (Statistical
Product and Service Solution). Setelah semua data - data dalam penelitian ini
terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data.
3.6.1 Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai
karakteristik variabel penelitian dan demografi responden. Statistik deskriptif
menjelaskan skala jawaban responden pada setiap variabel yang diukur dari
minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Disamping itu juga untuk
mengetahui demografi responden yang terdiri dari kategori, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, dan sebagainya (Ghozali, 2011).
3.6.2 Uji Kualitas Data
Pengujian kualitas data yang dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner,
maka kesediaan dan ketelitian dari para responden untuk menjawab setiap
pertanyaan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian ini.
Keabsahan suatu jawaban sangat ditentukan oleh alat ukur yang ditentukan. Untuk
itu, dalam melakukan uji kualitas data atas data primer ini peneliti melakukan uji
validitas dan uji reabilitas.
47
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut,
jadi uji validitas ingin mengukur apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah
kita buat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur (Ghozali, 2011).
Pengujian validitas di sini dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini digunakan
untuk menguji konsistensi data dalam jangka waktu tertentu, yaitu untuk
mengetahui sejauh mana pengukuran yang digunakan dapat dipercaya atau
diandalkan. Variabel-variabel tersebut dikatakan cronbach alpha-nya memiliki
nilai lebih besar 0,60 yang berarti bahwa instrumen tersebut dapat dipergunakan
sebagai pengumpul data yang handal, yaitu hasil pengukuran relatif koefisien jika
dilakukan pengukuran ulang. Uji realibilitas ini bertujuan untuk melihat
konsistensi alat ukur yang akan digunakan. (Ghozali, 2011).
3.7 Analisis Data
3.7.1 Uji Asumsi Klasik
3.7.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian
normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk
48
mengetahui data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Kriteria
pengujian normalitas menggunakan probabilitas yang diperoleh dengan level
signifikan sebesar 0,05. Apabila nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar dari
level signifikansi 0,05, maka data telah terdistribusi normal.
3.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
digunakan uji Glejser, apabila probabilitas signifikansinya diatas tingkat
kepercayaan 5 persen (0,05), maka dapat disimpulkan model regresi tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2011 )
3.7.1.3 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dalam penelitian ini untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dengan menganalisis matrik
korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance dan VIF. Nilai
cutoff untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance≤ 0,10
atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2011 ). Hal ini berarti bahwa tidak
terjadi multikolonieritas.
3.8 Uji Hipotesis
3.8.1 Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis
regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara
49
satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel
tergantung atau dependen, yang dalam penelitian ini yaitu kualitas audit.
Sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau
independen, yang dalam penelitian ini mencakup kompetensi auditor,
independensi auditor, dan time budget pressure. Model persamaannya dapat
digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
Y : Kualitas Audit
X1 : Kompetensi Auditor
X2 : Independensi Auditor
X3 : Objektivitas Auditor
X4 : Integritas Auditor
X5 : Akuntabilitas Auditor
α : Konstanta
β x : Koefisien regresi
εi : Error
3.8.2 Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai R2
mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Jika nilai R2 bernilai besar
(mendekati 1) berarti variabel bebas dapat memberikan hampir semua informasi
yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika Adjusted
50
Y = α + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β5x5 + εi
R2 bernilai kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel
dependen sangat terbatas (Ghozali, 2011).
3.8.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji t-test. Uji statistik t disebut juga
sebagai uji signifikan individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Apabila tingkat
signifikansi t < α (0,05) maka secara individual variabel independen mempunyai
pengaruh yang signifikan pada variabel dependennya ( Ghozali, 2011).
3.8.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi pada tabel ANOVA, apabila nilai signifikansi F < α (0,05), maka
model ini dikatakan layak atau variabel independen mampu menjelaskan variabel
dependen (Ghozali, 2011). Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05 (untuk
tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai probabilitas lebih
besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara serentak tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
51
Referensi
Alim, M. Nizarul et al. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Terhadap
Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi.
Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar
Arens, Alvin A dan Loebbecke, James K. 1994. Auditing Pendekatan Terpadu.
Buku Dua. (Amir Abadi Jusuf). Jakarta: Salemba Empat
Arens et al.2008. Auditing and Assurance Service, 12th Edition. Diterjemahkan
oleh Herman Wibowo. Auditing dan Jasa Assurance. Jilid 1 Edisi
Keduabelas. Jakarta: Penerbit Erlangga
Arisanti, Dea dkk. 2012. Pengaruh Independensi, Pengalaman Kerja, Due
Professional Care, Akuntabilitas, dan Kompetensi terhadap Kualitas Audit.
Jurnal Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bung Hatta Vol. 1 No.1
Arisinta, Octaviana. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Time Budget
Pressure, Dan Audit Fee Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan
Publik Di Surabaya. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII, Vol. 1 No. 3
Desember 2013
Ariviana, Bella dan Haryanto. 2014. Pengaruh Akuntabilitas, Pengalaman,
Pengetahuan, dan Independensi Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang dan
Surakarta). Diponegoro Journal Of Accounting Volume 3, Nomor 2, Tahun
2014, Halaman 1-8 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/accounting
ISSN: 2337-3806
Ayuningtyas, Harvita Y. dan Pamudji, S. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas
Hasil Audit. Diponegoro Journal of Accounting, Vol.2, No. 1.
Badjuri, Achmat. 2011. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas
Audit Auditor Independen Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) Di Jawa
52
Tengah. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Nopember 2011, Hal: 183 -
197 Vol. 3, No. 2 ISSN :1979-4878
Carolita, Metha Kartika dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2012. Pengaruh Pengalaman
Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas, Kompetensi dan Komitmen
Organisasi terhadap Kualitas Hasil Audit. Diponegoro Journal Of
Acccounting. Volume 1, Nomor 2, Halaman 1-11.
Christiawan, Y.Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:
Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 4,
No. 2, Nopember 2002: 79 . 92
De Angelo, L.E. 1981. “Auditor Size and Audit Quality”. Journal of Accounting
and Economics 3 (1981) 183-199. North-Holland Publishing Company
Dewi, Silvia Chrystiana. 2015. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,
Objektifitas, Integritas, Kompetensi, Dan Etika Auditor Terhadap Kualitas
Hasil Audit (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Semarang). E-
Journal Universitas Pandanaran Semarang Volume 1 No. 1 Februari
2015
Efendy, M. Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi
Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan
Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Kota Gorontalo. Semarang. Tesis.
Universitas Diponegoro
Eisenhardt , Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review. The
Academy of Management Review, Vol. 14, No. 1 (Jan., 1989), pp. 57-74
Ermayanti, Dwi. 2009. Batas Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi dan Audit dan
Pengalaman pada Kualitas Audit. Jurnal Ekonomi-Audit Keuangan Vol.1
No.1
53
Faizah, Bambang Haryadi, dan Rahmat Zuhdi. 2013. Faktor-Faktor Yang
Memengaruhi Kualitas Pemeriksaan (Studi Pada Auditor BPK Perwakilan
Jawa Timur). Journal of Auditing, Finance & Forensic Accounting
(JAFFA) Volume 1 No 2 Oktober 2013
Febriyanti, Reni. 2014. Pengaruh Independensi, Due Professional Care, dan
Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor
Akuntan Publik Di Kota Padang Dan Pekanbaru). E-Journal Universitas
Negeri Padang Vol 2, No 2. http://ejournal.unp.ac.id
Ferdinan, Efraim. 2010. ”Pengaruh Tenur Kantor Akuntan Publik (KAP) dan
Reputasi KAP terhadap Kualitas Audit : Kasus Rotasi Wajib Auditor di
Indonesia.” Simposium Nasional Akuntansi XIII.Purwokerto.
Ghozali, Imam. 2011. Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Jensen, M. C. and W. H. Meckling. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure”. Journal of Financial
Economics 3. Hal. 305-60.
Kisnawati, Baiq. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Etika Auditor
terhadap Kualitas Audit ( Studi Empiris pada Auditor Pemerintah di
Inspektorat Kabupaten dan Kota Se- Pulau Lombok). Jurnal Bisnis dan
Kewirausahaan Vol. 8 No. 3. Nopember 2012
Koontz, Harold and Heinz Weihrich. 1990. Essentials of Management. McGraw-
Hill College; Fifth Sub edition (January 1990)
Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah.
Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta:Andi. Edisi II.
54
Mardiasmo. 2006. Pewujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui
Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal
Akuntansi Pemerintah Vol. 2, No. 1
Mardisar, Diani dan Ria N. Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan Pengetahuan
Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X.
Makassar
Mautz, R.K. dan H.A. Sharaf. 1993, The Philosophy of Auditing Sarasota,
American Accounting Association
Mayangsari, S. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap
Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperiman. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia. Vol. 6. No. 1. Januari. p. 1-22., 2003.
Mulyadi, 2002, Auditing, Edisi Enam, Jakarta : Salemba Empat.
Munawir H.S. 1999. Auditing Modern. Buku I. BPFE. Yogyakarta
Mutchler, J. 2003. “Auditors perceptions of the going concern opinion”.Auditing:
A Journal of Practice & Theory, 5 (Spring): 17-30.
Pratistha, K. Dwiyani dan Ni Luh Sari Widhiyani. 2014. Pengaruh Independensi
Auditor Dan Besaran Fee Audit Terhadap Kualitas Proses Audit. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 6.3 (2014):419-428 ISSN: 2302-
8556
Putra, Rando Meidiansyah dan Herry Laksito. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Job Satisfaction Auditor Yang Bekerja Pada Kantor
Akuntan Publik Di Jakarta. Jurnal Akuntansi Volume 1, Nomor 1, Tahun
2012, Halaman 1- 13.
Queena, Precilia Prima dan Abdul Rohman. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Inspektorat Kota/Kabupaten Di
Jawa Tengah. Diponegoro Journal of Accounting Vol. 1 No. 1
55
Salsabila, Ainia Dan Hepi Prayudiawan. Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan
Audit Dan Gender Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Studi
Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi Dki Jakarta). Jurnal Telaah &
Riset Akuntansi Vol. 4. No. 1 Juli 2011 Hal. 155 – 175
Saripuddin, Netty Herawaty dan Rahayu. 2012. Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit (Survei Terhadap Auditor KAP Di Jambi Dan Palembang). E-
Jurnal Binar Akuntansi Vol.1 No. 1, September 2012. ISSN 2303- 1522t
Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. Second Edition. Canada :
Prentice Hall
Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Profesional Care Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit (Studi pada Auditor di KAP “Big Four” di Indonesia). Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto
Sukriah, Ika, Akram dan Biana Adha Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Objektivitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas
Hasil Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang
Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko
Audit Terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan
Pemberian Opini Akuntan Publik. Jurnal Sosiohumaniora Vol. 7 No. 1.
Tjun, T.L, Elyzabet Indrawati Marpaung dan Santy Setiawan. 2012. Pengaruh
Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal
Akuntansi Vol.4 No.1 Mei 2012: 33-56
Wandita, NLP Tri Angga et al.. 2014. Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman Kerja
Audit, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi
Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)
56
Yusuf, Muhammad. 2014. Pengaruh Kompetensi, Objektivitas Dan Integritas
Auditor Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor (Studi Empiris pada
Auditor BPKP Provinsi Riau). Jurnal Riset Akuntansi Universitas Negeri
Padang Vol. 2 No. 3
Undang- Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik
Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik
Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003 tentang Akuntan Publik
www. depkeu. go.id
57