JADILAH LAPORAN

19
MOBINTA KUSUMA/4001508011/PRODI PEND. IPA/PASCASARJANA UNNES LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN (PENYIAPAN MEDIA KULTUR, STERILISASI, INISIASI BIJI KACANG PANJANG, INISIASI DAN INDUKSI TUNAS PADA UMBI TALAS JEPANG) DOSEN PENGAMPU : DR. ENNI SUWARSI, M.Si

Transcript of JADILAH LAPORAN

Page 1: JADILAH LAPORAN

MOBINTA KUSUMA/4001508011/PRODI PEND. IPA/PASCASARJANA UNNES

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN(PENYIAPAN MEDIA KULTUR, STERILISASI, INISIASI BIJI KACANG PANJANG, INISIASI DAN INDUKSI TUNAS PADA UMBI TALAS JEPANG)

DOSEN PENGAMPU : DR. ENNI SUWARSI, M.Si

Page 2: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

PEMBUATAN MEDIA, STERILISASI DAN

INISIASI KULTUR JARINGAN DARI BIJI KACANG PANJANG

A. PENDAHULUAN

Dalam 20 tahun terakhir ini, Ratusan juta tanaman diperbanyak melalui teknik mikropropagasi

atau untuk lebih spesifik lagi melalui teknik in vitro setiap tahun di seluruh dunia. Karena teknik

ini dipandang sebagai teknik yang dapat dibisniskan dan dibandingkan dengan perbanyakan

tanaman secara konvensional. Perbanyakan tanaman melalui mikropropagasi memiliki banyak

kelebihan. Untuk memperbanyak tanaman tertentu yang sulit atau sangat lambat diperbanyak

secara konvensional, perbanyakan tanaman secara mikropropagasi menawarkan peluang besar

untuk menghasilkan jumlah bibit tanaman yang banyak dalam waktu relatif singkat sehingga

lebih ekonomis. Dalam bidang pertanian sendiri, penggunaan teknik ini sangat berpengaruh

besar dan mengalami banyak kemajuan meliputi hal-hal sbb :

1. Produksi tanaman bebas patogen

2. Produksi bahan-bahan farmasi

3. Pelestarian plasma nutfah

4. Pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika

5. Perbanyakan klonal tanaman dengan cepat.

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, manfaat utama dari teknik ini adalah untuk

perbanyakan vegetatif tanaman yang permintaanya tinggi tetapi pasokannya rendah, karena

laju perkembangannya dianggap lambat. Produsen benih dapat memanfaatkan teknik ini untuk

memperbanyak tanaman tertua dari galur murni tertntu dalam jumlah besar, yang nantinya

digunakan untuk memproduksi benih hibrida. Namun perlu diingat bahwa tanaman yang

diperbanyak melalui teknik ini harus true-to- type, artinya sifat-sifat tanaman baru harus sama

dengan tanaman induk atau tanaman sumber eksplan.Perbanyakan tanaman dengan

mikrorpopagasi dilaksanakan dalam suatu laboratorium yang aseptik. Laboratorium ini

berfungsi untuk mengkondisikan kultur dalam suhu dan pencahayaan terkontrol yang

dilengkapi dengan alat dan bahan untuk pembuatan media, penanaman, serta pemindahan

kultur, yang harus dilakukan dalam keadaan steril. Disamping sebuah laboratorium, juga

memerlukan rumah kaca untuk aklimatisasi planlet dari botol-botol ke lingkungan eksternal.

Hal utama yang harus diperhatikan dalam teknik ini adalah komposisi media bagi pertumbuhan

eksplan. Media tumbuh ini memang sangat berpengaruh besar dalam terhadap pertumbuhan

[2]

Page 3: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

dan perkambangan eksplan serta bibit yang yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam

media telah banyak ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Selain media tumbuh, masih

banyak lagi faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses mikropropagasi .

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Mengetahui cara pembuatan media kultur jaringan, sterilisasi alat dan bahan serta proses

inisiasi kultur khususnya dari biji kacang panjang.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat : Laminar air flow (LAF); Steriliser : autoclave atau pressure cooker, oven; Rak kultur ;

Almari es; Alat-alat gelas : gelas ukur, gelas beker, erlen meyer, tabung reaksi, botol kultur,

pengaduk; Alat tanam (spatula, skalper, pinset); pH-meter; Neraca; Panci; Stirer

Bahan: Desinfektan; Aquades steril; Hara Mikro (Fe,Zn,Cu,B,Zo,Co ) ,Hara Makro (Na,P,K,Mg,S);

Sukrosa; Vitamin : B1,B2,C,B6; Bahan Organik : asam amino ( glutamine,aspartat,glisin ),gula

alohol, kasein ,pepton; Bahan suplemen alami : Jus jeruk,air kelapa , ekstrak ragi; Zat pengatur

tumbuh : sitokini (BA ) ,auksin ( IBA ); Bahan Pemadat media ( agar , gelrite ); Pengatur PH

( HCL , NaOH )

D. CARA KERJA

i. Pembuatan Media Kultur

1) Pembuatan Larutan StokMS sebanyak 1 L.

a. stok larutan A (50 x) NH4NO3 82.5 gL-1

Menimbang 82.5 gram NH4NO3 kemudian melarutkannya dalam beaker glass

100 ml yang telah dibilas dengan aquades.

Memasukkan larutan tersebut dalam labu takar 1 L yang telah dibilas dengan

aquades.

Sedikit demi sedikit dilarutkan dalam beaker glass sampai volume dalam labu

takar sampai batasnya.

Membolak- balikkan labu takar

Memindahkan larutan stok ke dalam botol reagen 1000 ml yang bersih dan kering

lalu ditutup. Dan diberi label.

b. Stok larutan B (50 x) KNO3 95 g L-1

Sama dengan a.i s.d a.v

[3]

Page 4: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

c. Stok C (200 x) H3BO3 1.24 g L-1

KH2PO4 34 g L-1

KI 0.166 g L-1

Na2MoO4.2H2O 0.05 g L-1

COCl2.6H2O 0.005 g L-1

Menimbang masing-masing komponen larutan secara terpisah, mencapurkan

semua komponen dalam beaker glass dengan aquades sampai larut secukupnya.

Selanjutnya sama dengan a.ii s.d a.v

d. Stok D (200 x) CaCl2.2H2O 88 g L-1

Sama dengan a.i s.d a.v

e. Stok E (200 x) MgSO4 74 g L-1

MnSO4.H2O 3.38 g L-1

ZnSO4.7H2O 1.72 g L-1

CuSO4.5H2O 0.005 g L-1

Sama dengan pembuatan larutan stok C.

f. Stok F (10 x) FeEDTA 4.3 mg/ 100 ml

Menimbang FeEDTA 4.3 gram kemudian dilarutan dalam 100 ml Aquades dalam

labu takar 100 ml. kemudian disimpan dalam botol reagen 100 ml.

g. Stok Myoinositol 10 g L-1

menimbang 1 gram myoinositol dan menuangkan dalan beaker glass 50ml.

menuangkan dalam beaker glass 50 ml dan larutkan dengan aquades secukupnya.

memindahkannya ke dalam labu takar 100 ml kemudian menambahkan aquades

sehingga volumenya menjadi 100 ml.

Menuangkan ke dalam botol reagen dan beri label.

h. Stok Vitamin Thiamin HCl 10 mg L-1

Pyridoxin HCl 50 mg L-1

Niacin 50 mg L-1

Glycin 200 mg L-1

Menimbang thiamin 1 mg, pyridoxine 5 mg, niacin 5 mg dan glycin 20 mg secara

terpisah.

Menuangkannya dalam beaker glass 50 ml dan menambahkan aquades

secukupnya sampai larut.

Menuangkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian menambahkan aquades

sampai volumenya tepat menjadi 100 ml.

[4]

Page 5: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

Memindahkan ke dalam botol reagen dan memberi label.

i. Stok hormone: 100 mg L-1

Menimbang BAP, NAA sebanyak 10 mg secara terpisah.

Melarutkan NAA dengan sedikit KOH 1N dan melarutkan BAP dengan sedikit HCl

1 N.

Memindahkan masing-masing hormone ke dalam labu takar 100 ml secara

terpisah

Menambahkan aquades setiap labu takr hingga volumenya tepat 100 ml

Menyimpan hormon tersebut dalam reagen 100 ml, menutup rapat dan memberi

label menyimpan semua stok hormone dalam almari es

2) Pembuatan media kultur.

Stok Bahan Konsentrasi stok ml stok/L medium

Larutan A (NH4NO3 82.500 20); Larutan B (KNO3 95.000 20); Larutan C (H3BO3

34.000; KH2PO4 1240; KI 0.166; Na2MoO4.2H2O 0.05; COCl2.6H2O 0.005 5);

Larutan D (CaCl2.2H2O 88.000 5); Larutan E (MgSO4 74.000; MnSO4.H2O

ZnSO4.7H2O 3.380; CuSO4.5H2O 1.72 0.005 5); Larutan F (FeEDTA 43 43); Myinositol

10.000 10; Vitamin Thiamin HCl; Pyridoxine HCl ; Niacin 0.01; Glycin 0.2 10; Gula 30

g/l; Agar 7 g/l

Cara Pembuatan media kultur:

a. Menyiapkan larutan stok garam mineral MS: A, B, C, D, E, F, Myoinositol, vitamin,

NAA, BAP.

b. Menyiapkan labu takar 1000 ml, pipet berskala 5 ml, 10 ml, dan 25 ml, botol-botol

kecil volume 10 ml, gelas piala 2000 ml, Ph meter, batang pengaduk, dan kertas

pembersih.

c. Menuangkan aquades sebanyak 250 ml ke dalam labu takar.

d. Menuangkan larutan A ke dalam gelas piala kurang lebih sebanyak 22 ml. pipet stok A

dari gelas piala dan kemudian menuangkan ke dalam labu takar. Sisa larutan stok A

yang berada dalam gelas piala tidak boleh dikembalikan ke dalam botol stok A.

e. Poin (d) diulangi untuk pemipetan stok larutan B sampai seterusnya dan secara

berurutan.

f. Menambahkan larutan zat pengatur tumbuh sesuai kebutuhan.

g. Menimbang gula sebanyak 30 gram, melarutkannya dalam aquades. Membiarkannya

sebentar supaya mengendap. Menyaring larutan gula dan filtratnya dituangkan ke

dalam labu takar.

[5]

Page 6: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

h. Menambahkan aquades hingga volumenya tepat 1000 ml.

i. Menuangkan larutan dalam gelas piala 2000 ml kemudian diaduk rata.

j. Mengatur Ph larutan stok hingga Ph 6 dengan menambah KOH 1N atau HCl 1 N.

k. Menimbang agar sebanyak 7 gram. Dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam

gelas piala yang berisi larutan media beberapa saat sampai diperkirakan semua agar

sudah mengikat air.

l. Panaskan media diatas kompor gas sambil diaduk terus menerus sampai homogen

(tidak sampai mendidih).

m. Setelah hmogen larutan stok media dibagikan ke dalam botol-botol kultur. Jumlah

media yang dituangkan sangat tergantung pada volume botol.

n. Botol ditutup dengan aluminium foil atau plastic dengan karet.

ii. Sterilisasi

Sterilisasi medium dan alat ini menggunakan autoklaf.

Menyiapkan media, aquades, botol, dan alat seksi yang semuanya telah ditutup

rapat.

Membuka tutup autoklaf dan mengambil dandang dan siring kemudian dibersihkan.

Memasukkan air 600 ml dalam autoklaf kemudian memasukkan siring lalu dandang.

Memasukkan bahan dan alat yang telah dibungkus rapat dan akan di sterilisasi.

Menutup autoklaf dengan tepat dan rapat.

Memanaskan autoklaf sampai barometer menunjukkan angka 10 kemudian

mengecilkan kompor sampai angka barometer 0.

Kemudian menaikkan kompor sampai barometer menunjukkan angka 15.

Mematikan kompor dan menunggu barometer sampai angka 0.

Membuka tutup autoklaf, dan mengeluarkan bahan dan alat yang telah disterilkan.

Alat yang telah disterilkan dapat disimpan dalam inkubasi. Dan bahan yang telah

disterilkan dapat disimpan di almari.

Medium yang telah disterilkan dapat digunakan setelah 3 hari setelah sterilisasi.

iii. Inisiasi kultur dari biji kacang panjang

1. Pencucian biji dengan deterjen, aduk hingga 15 menit, bilas dengan aquadest steril 3x.

2. Pencucian biji dengan tweens, aduk hingga 5 menit, bilas dengan aquadest steril 3x

3. Biji siap diinisiasi ke dalam media kultur melalui LAF.

[6]

Page 7: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

E. HASIL PRAKTIKUM

F. PEMBAHASAN

Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap inisiasi adalah pembuatan kultur dari eksplan

yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru. Ditambahkan pula bahwa pada

tahap ini mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari

mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan.

Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi

pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya pemilihan bagian tanaman

yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya

(http://www.kultur-jaringan.blogspot.com).

Untuk mendapatkan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi. Sterilisasi

merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang menempel di

permukaan eksplan, beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan

permukaan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.

Pada inisiasi kultur biji kacang panjang yang diamati telah mengalami pertumbuhan dalam

kondisi in vitro setelah 1 minggu perlakuan, namun saat akan diaklimatisasi terdapat

kontaminasi yang disebabkan oleh jamur. Kontaminasi dapat berasal dari beberapa penyebab

sebagai berikut: sterilisasi media yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan pelaksanaan/cara

kerja saat penanaman, eksplan, molekul-molekul atau benda-benda asing berukuran kecil yang

[7]

Page 8: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

jatuh atau masuk ke dalam botol kultur setelah penanaman dan ketika diletakkan di ruang

kultur (http://www.eshaflora.com/).

G. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Tahap inisiasi adalah pembuatan kultur dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta

inisiasi pertumbuhan baru

2. Pada inisiasi kultur biji kacang panjang yang diamati telah mengalami pertumbuhan dalam

kondisi in vitro setelah 1 minggu perlakuan, namun saat akan diaklimatisasi terdapat

kontaminasi yang disebabkan oleh jamur, hal ini dapat disebabkan oleh kurang sterilnya

eksplan.

Saran

Untuk mendapatkan kultur yang bebas dari kontaminasi, eksplan harus disterilisasi. Sterilisasi

merupakan upaya untuk menghilangkan kontaminan mikroorganisme yang menempel di

permukaan eksplan, beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk mensterilkan

permukaan eksplan adalah NaOCl, CaOCl2, etanol, dan HgCl2.

H. RUJUKAN

http://www.eshaflora.com/

http://www.kultur-jaringan.blogspot.com

[8]

Page 9: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

INISIASI DAN INDUKSI TUNAS

PADA UMBI TALAS JEPANG/ SATOIMO (Colocasia esculenta)

A. PENDAHULUAN

Awal keberadaan Talas Jepang Satoimo di Indonesia adalah pada masa pendudukan Jepang.

Talas Jepang dikenal oleh masyarakat di Toraja dengan nama TALAS BITHEK, dan di Buleleng Bali

dikenal dengan KELADI SALAK karena rangkaian umbinya seperti buah salak (www.lipi.go.id).

Konsorsium Satoimo Indonesia-Jepang bekerjasama dengan KADIN Indonesia, telah mulai

melakukan Pengembangan Budidaya Satoimo di Indonesia sejak tahun 2003. Hingga akhirnya

pada 16 Februari 2006 hingga saat ini satoimo dari Indonesia telah diekspor ke Jepang.

POTENSI PASAR

50 % penduduk Jepang yang berjumlah ± 120 juta orang, mengkonsumsi Talas Jepang sebagai

makanan pokok selain beras. Sehingga saat ini kebutuhan Jepang mencapai ± 360.000 ton

pertahun (Otsubo,1996), sedangkan kapasitas produksi di Jepang terus menurun hingga

250.000 ton pertahun, karena keterbatasan lahan dan faktor iklim yang tidak memungkinkan

untuk bertani sepanjang tahun (JETRO, 1994).

Kekurangan pasokan satoimo sebagaian besar diimpor Jepang dari China, yaitu mencapai ±

55.000 ton s/d 60.000 ton (JAPAN IMPORTS/EXPORTS). Oleh karena itu Jepang masih

kekurangan pasokan satoimo sebesar ± 40.000 ton s/d 45.000 ton pertahun. Indonesia

berpotensi untuk memenuhi kekurangan pasokan satoimo ke Jepang, karena merupakan

negara agraris dengan dua musim yang dapat mendukung kegiatan pertanian sepanjang tahun.

MANFAAT

UMBI SEGAR: Sumber Calsium dan Kalori yang tinggi, tetapi kandungan karbonhidratnya rendah

sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan DIET juga baik untuk penderita DIABETES.

PATI/POWDER: sebagai bahan produksi makanan/minuman sehat; seperti pengental (starch),

bubur bayi makanan orang tua, bahan baku kue dan roti, pencampur tepung terigu sebagai

pengganti kentang. Farmasi/obat-obatan: sebagai pengisi kapsul dan tablet.

[9]

Page 10: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

SERAT/FIBRE : Sebagai bahan campuran pembuatan JELLY, Ice Cream biscuit filling, preparat

sup, minuman berserat, pudding, makanan dan minuman diet dan penderita diabetes, dll.

PEMBIBITAN

Secara konvensional bibit tanaman Satoimo adalah berasal dari umbi . Selama ini, umbi untuk

bibit tersebut diimpor dari Negara China, dengan resiko yang ditanggung:

1. Kadang2 umbi yang sudah diterima sudah busuk hinggga 25%

2. Membawa hama penyakit dari China yang berbahaya

3. Umbi gagal disemai

4. Kualitas Umbi beragam, baik ukuran maupun umur

6. Karena hasil impor, harga Umbi lebih mahal.

Lab kultur jaringan SEAMEO BIOTROP Sejak tahun 2006 mulai memproduksi bibit Talas Jepang

melalui teknik kultur jaringan, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan Petani akan

bibit Talas Jepang /Satoimo berkualitas, bebas penyakit dengan harga terjangkau (

http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html).

KLASIFIKASI

Colocasia esculenta

Kingdom: Plantae

(unranked): Angiosperms

(unranked): Monocots

Order: Alismatales

Family: Araceae

Subfamily: Aroideae

Tribe: Colocasieae

Genus: Colocasia

Species: C. esculenta

Binomial name Colocasia esculenta

(L.) Schott

Untuk itulah pada kegiatan praktikum kultur jaringan kali ini, diperkenalkan tentang teknik

inisiasi dan induksi tunas pada umbi talas jepang/satoimo.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

[10]

Page 11: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

Mengetahui proses serta cara inisiasi dan induksi tunas pada umbi talas jepang/Satoimo

(Colocasia esculenta)

C. ALAT DAN BAHAN

Alat : Laminar air flow (LAF); Steriliser : autoclave atau pressure cooker, oven; Rak kultur ;

Almari es; Alat-alat gelas : gelas ukur, gelas beker, erlen meyer, tabung reaksi, botol kultur,

pengaduk; Alat tanam (spatula, skalper, pinset); pH-meter; Neraca; Panci; Stirer

Bahan: Desinfektan; Aquades steril; Hara Mikro (Fe,Zn,Cu,B,Zo,Co ) ,Hara Makro (Na,P,K,Mg,S);

Sukrosa; Vitamin : B1,B2,C,B6; Bahan Organik : asam amino ( glutamine,aspartat,glisin ),gula

alohol, kasein ,pepton; Bahan suplemen alami : Jus jeruk,air kelapa , ekstrak ragi; Zat pengatur

tumbuh : sitokini (BA ) ,auksin ( IBA ); Bahan Pemadat media ( agar , gelrite ); Pengatur PH

( HCL , NaOH )

D. CARA KERJA

Sterilisasi eksplan umbi talas jepang/ Satoimo

1. Direndam betadine 10 menit, bilas dengan aquadest steril 3x

2. Direndam dengan larutan fungisida + 5 tetes tweens selama 60 menit, bilas dengan aquades

3x

3. Direndam dengan larutan bakterisida+ 5 tetes tweens selama 60 menit, bilas aquadest 3x

Di dalam LAF

1. Rendam dengan clorox 40% selama 15 menit, kemudian dibilas aquades steril 3x

2. Rendam dengan alkohol 96 % selama 10 menit kemudian bilas dengan aquades steril 3x

Dikupas menjadi lebih kecil, kemudian ditanam dalam media.

E. HASIL PENGAMATAN

[11]

Page 12: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

Gb 1. Hasil Inisiasi eksplan Gb 2. Hasil Induksi

Gb 3. Pertumbuhan eksplan tunas pada umbi talas jepang (Colocasia esculenta)

F. PEMBAHASAN

Umbi talas jepang / satoimo (Colocasia esculenta) merupakan makanan pokok orang jepang

selain beras. Sehingga saat ini kebutuhan Jepang mencapai ± 360.000 ton pertahun

(Otsubo,1996), sedangkan kapasitas produksi di Jepang terus menurun hingga 250.000 ton

pertahun, karena keterbatasan lahan dan faktor iklim yang tidak memungkinkan untuk bertani

sepanjang tahun (JETRO, 1994). Kekurangan pasokan satoimo sebagaian besar diimpor Jepang

dari China, yaitu mencapai ± 55.000 ton s/d 60.000 ton (JAPAN IMPORTS/EXPORTS). Oleh

karena itu Jepang masih kekurangan pasokan satoimo sebesar ± 40.000 ton s/d 45.000 ton

pertahun. Indonesia berpotensi untuk memenuhi kekurangan pasokan satoimo ke Jepang,

karena merupakan negara agraris dengan dua musim yang dapat mendukung kegiatan

pertanian sepanjang tahun (http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-

satoimo.html).

[12]

Kontaminasi jamur

Page 13: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

Secara konvensional bibit tanaman Satoimo adalah berasal dari umbi . Selama ini, umbi untuk

bibit tersebut diimpor dari Negara China, dengan resiko yang ditanggung:

1. Kadang2 umbi yang sudah diterima sudah busuk hinggga 25%

2. Membawa hama penyakit dari China yang berbahaya

3. Umbi gagal disemai

4. Kualitas Umbi beragam, baik ukuran maupun umur

5. Karena hasil impor, harga Umbi lebih mahal.

Untuk mengendalikan resiko tersebut, maka budidaya talas jepang dilakukan dengan teknik

kultur jaringan. Lab kultur jaringan SEAMEO BIOTROP Sejak tahun 2006 mulai memproduksi

bibit Talas Jepang melalui teknik kultur jaringan, sehingga diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan Petani akan bibit Talas Jepang /Satoimo berkualitas, bebas penyakit dengan harga

terjangkau ( http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html).

Salah satu teknik kultur jaringan yang digunakan untuk budidaya talas jepang adalah kultur

mata tunas. Kultur mata tunas ini merupakan salah satu teknik invitro yang digunakan untuk

perbanyakan tanaman dengan merangsang munculnya tunas-tunas aksilar dari mata tunas yang

dikulturkan. Seperti halnya kultur pucuk, eksplan yang digunakan dalam kultur mata tunas

dapat berasal dari tunas lateral, tunas samping atau bagian dari batang yang mengandung satu

atau lebih mata tunas (mengandung satu atau lebih buku). Dikenal dua teknik kultur mata tunas

yaitu eksplan yang mengandung mata tunas lebih dari satu ditanam secara horisontal di atas

medium padat (teknik invitro layering) atau (2) tiap buku yang mengandung satu mata tunas

dipotong-potong dan ditanam secara terpisah dalam tiap-tiap botol kultur.

Seperti halnya teknik kultur pucuk, pertumbuhan tunas-tunas aksilar juga berdasarkan pada

prinsip pematahan dominasi apikal. Oleh karena itu, pertumbuhan tunas-tunas aksilar ini terjadi

jika eksplan (mata tunas) ditanam pada media yang mengandung sitokinin dalam konsentrasi

cukup tinggi sehingga sitokinin ini dapat menghentikan dominasi pucuk apikal dan

menyebabkan berkembangnya tunas-tunas aksilar http://www.kultur-jaringan.blogspot.com.

Pada praktikum kultur jaringan umbi talas jepang, setelah inisiasi dan induksi eksplan selama 1

pekan ternyata mengalami kontaminasi oleh jamur. Kontaminasi dapat berasal dari beberapa

penyebab sebagai berikut: sterilisasi media yang kurang sempurna, lingkungan kerja dan

[13]

Page 14: JADILAH LAPORAN

Laporan Praktikum Kultur Jaringan

pelaksanaan/cara kerja saat penanaman, eksplan, molekul-molekul atau benda-benda asing

berukuran kecil yang jatuh atau masuk ke dalam botol kultur setelah penanaman dan ketika

diletakkan di ruang kultur (http://www.eshaflora.com/).

Kesesuaian bagian tanaman untuk dijadikan eksplan, dipengaruhi oleh banyak faktor. Tanaman

yang memiliki hubungan kekerabatan dekat pun, belum tentu menunjukkan respon in-vitro

yang sama. Penggunaan eksplan yan tepat merupakan hal penting yang juga harus diperhatikan

pada tahap ini. Umur fisiologis dan ontogenetik tanaman induk, serta ukuran eksplan bagian

tanaman yang digunakan sebagai eksplan, merupakan faktor penting dalam tahap ini. Bagi

kebanyakan tanaman, eksplan yang sering digunakan adalah tunas pucuk (tunas apikal) atau

mata tunas lateral pada potongan batang berbuku. Umur fisiologis dan umur ontogenetik

jaringan tanaman yang dijadikan eksplan juga berpengaruh terhadap potensi morfogenetiknya.

Umumnya, eksplan yang berasal dari tanaman juvenile mempunyai daya regenerasi tinggi untuk

membentuk tunas lebih cepat dibandingakan dengan eksplan yang berasal dari tanaman yang

sudah dewasa.

G. SIMPULAN DAN SARAN

Kultur tunas pada umbi talas jepang pada tahap inisiasi dan induksi setelah 1 pekan mengalami

kontaminasi yang disebabkan oleh jamur hal ini dapat terjadi karena sterilisasi yang dilakukan

kurang sempurna.

H. RUJUKAN

http://www.kultur-jaringan.blogspot.com

http://atanitokyo.blogspot.com/2008/04/talas-jepang-satoimo.html

http://www.lipi.go.id

[14]