J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS...

85
ASPEK SPIRITUAL. PENDIDIKAN ISl,AM (lmplementasi dan Implikasi Pendidika:n Islam terlradap Pengembangan Spiritualitas Kepribadian Muslim) Oleh: Abd. Kadir NIM : 933010/s3 J)ISERTASI Diajttkan kepada.Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Doktor dalam Ilmu Agama Islam YOGYAKARTA 2007 MILIK PERPUSTAKAAN PA 'lCASARJANA···· UIN SUNAN KAI.1._11,:,GA NO.INV. : 0000() -@-10-P>·-' TANGGAL : - J> -

Transcript of J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS...

Page 1: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

ASPEK SPIRITUAL. PENDIDIKAN ISl,AM (lmplementasi dan Implikasi Pendidika:n Islam terlradap

Pengembangan Spiritualitas Kepribadian Muslim)

Oleh: Abd. Kadir

NIM : 933010/s3

J)ISERTASI

Diajttkan kepada.Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Doktor

dalam Ilmu Agama Islam

YOGYAKARTA 2007

MILIK PERPUSTAKAAN PA 'lCASARJANA···· UIN SUNAN KAI.1._11,:,GA

NO.INV. : 0000() ll/9f·~~/--@-10-P>·-' TANGGAL : 2.~ - J> - ~ooa

Page 2: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

NOTADINAS

Assalamu 'alaikum wr. wb.

Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

ASPEK SPIRITUAL PENDIDIKAN ISLAM (lmplementasi dan Implikasi Pendidikan Islam terhadap

Pengembangan Dimensi Spiritualitas Kepribadian Muslim)

yang ditulis oleh:

Nama NIM Program

: Drs. Abel. Kadir, M.Ag. : 933010 I S3 : Doktor

Sebagaimana yang disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada tanggal 29 April 2006, ~ya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Y ogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang llmu Agama Islam.

W assalamu 'alaikum wr. wb.

Vl

~ Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah NIP. 150216071

Page 3: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

NotaDinas

Assalamu' alaikum wr. wb.

Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

ASPEK SPIRITUAL PENDIDIKAN ISLAM (Implementasi Dan Implikasi Pendidikan Islam Terhadap Penganbangan

Spiritualitas Kepribadian Muslim)

yang ditulis oleh:

Nama : Abd. Kadir NIM : 933010 Program : Doktor

sebagaimana disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada hari Sabtu, tanggal 29 April 2006, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Y ogyakarta untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang ilmu Agama Islam.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

viii

Yogyakarta, / Promotor/ Angg~~ / .r-r---

':> ( /. .

Pro[ Dr. H. M. Amin Syukur, MA

Page 4: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

NotaDinas

Assalamu'alaikmn wr. wb.

Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Disampaikan dengan honnat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

ASPEK SPIRITUAL PENDIDIKAN ISLAM (lmplementasi Dan lmplikasi Pendidikan Islam Terhadap Pengembangan

Spiritualitas Kepribadian Muslim)

yang ditulis oleh:

Nama : Abd:- Kadir NIM : 933010 Program : Doktor

sebagaimana disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada bari Sabtu, tanggal 29 April 2006, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Y ogyakarta untuk diujikrul dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang ilmu Agama Islam.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Prot: Suya~ Ph. D.

IX

Page 5: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

Nota Dinas

Assalamu'alaikum wr. wb.

Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Disampaikan dengan honnat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

ASPEK SPIRITUAL PENDIDIKAN ISLAM (lmpJementasi Dan lmplikasi Pendidikan Islam Terhadap Pengembangan

Spiritualitas Kepribadian Muslim)

yang ditulis oleh:

Nama : Abd. Kadir NIM : 933010 Program : Doktor

. sebagaimana disarankan dalam Ujian Pendahuluan (Tertutup) pada bari Sabtu, tanggal 29 April 2006, saya berpendapat bahwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Y ogyakarta uotuk diujikan da1am Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalaJn rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang ilmu Agama Islam.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

x

Y ogyakarta, Anggota Penilai,

_;I

Dr. H. Ahmad Djanan Asifudin, MA

Page 6: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

NotaDinas

Assalamu'alaikwn wr. wb.

Kepada Yth. Direktur Program Pascasarjana UlN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Disampaikan dengan honnat, setelah melakukan koreksi dan penilaian terhadap naskah disertasi berjudul:

ASPEK SPIRITUAL PENDIDIKAN ISLAM (lmplementasi Dan lmplikasi Pendidikan Islam Terhadap Pengembangan

SpirituaJitas Kepribadian ,Muslim)

yang ditulis oleh:

Nama : Abd. Kadir NlM : 933010 Program : Doktor

sebagaimana disarankan dalam Ujian Pendabuluan (Tertutup) pada hari Sabtu, tanggal 29 April 2006, saya berpendapat babwa disertasi tersebut sudah dapat diajukan ke Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Y ogyakarta uotuk diujikan dalam Ujian Terbuka Promosi Doktor (S3) dalam rangka memperoleh gelar Doktor dalam bidang ilmu Agama Islam.

Wassalamu'alaikum wr. wb.

xi

Yogyakarta. Anggota Penilai,

Dr. Syaifan Noer, MA

Page 7: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

ABSTRAK

Asumsi dasar tentang manusia bahwa ia mempunyai kemampuan fisik, psikis, dan spiritual yang bisa dikembangkan melalui pendidikan. Potensialitas ini mampu membangun hubungan ke dalam dan ke luar dirinya dan mengambil pendidikan dari hubungan itu sehingga pendidikan Islam berorientasi pada aspek fisik, psikis, dan spiritual sebagai satu kesatuan yang integral. Membangkitkan aspek spiritual dalarn membangun keimanan adalah sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengalaman keberagamaan. Jika kehidupan tidak disertai nuansa nilai-nilai spiritual maka akan menekan kecerdasan batin dan berbahaya bagi perkembangan moralitas. Hilangnya kekayaan ruhaniah menyebabkan kurangnya apresiasi tentang manusia dan kemanusiaan. Kekeringan spiritualitas sulit ditumbuhkan tanpa membuka akses ke dalarnnya. Pendidikan yang tidak menyentuh pengembangan aspek ini menyalahi kodratnya dan menuju pada ketidakseimbangan kepribadian. Oleh karena itu, perlu diangkat permasalahan tentang deskripsi, kemungkinan. implementasi, dan implikasi pengembangan aspek spiritual melalui pendidikan Islam. Tujuannya adalah untuk memperjelas konsep pendidikan Islam dan mengidentifikasikan peranan. format, implementasi, implikasi, serta intensitas dan kualitas produknya dalam rangka tercapainya tujuan akhir. ,

Dengan bertolak pada epistemologi 'iifanl, yaitu pengenalan yang dicampakkan ke dalam hati dalam bentuk kasyf(ketersingkapan)-bimbingan dari cahaya Ilahi yang menerangi hati seseorang yang suci, sehingga ia mempunyai kemampuan pengenalan secara jelas terhadap sesuatu yang samar bagi orang lain­maka penelitian dengan metode penomenologik ini dilakukan untuk maksud tersebut di atas. ·

Relasi seseorang dengan . alam material dan spiritualnya mewujudkan pengenalan yang bersifat demonstratlt, argumentatif, dan gnosis. Ketiganya menempati level dan validitas berbeda-beda, namun dapat disinergikan untUk mencapai level tertentu dalam relasi interaktif dan inklusif untuk memperoleh keterbukaan terhadap realitas yang tampak pada berbagai aspek kepribadiannya.

Pengalaman spiritual memberikan kualitas pada hasil penginderaan dan penalaran seseorang sehingga pengetahuan dan pengalamannya merupakan akumulasi dari berbagai aspeknya. Seseorailg yang dapat menampilkan komprehensivitas pengalaman dan pengetahuannya secara bulat, menandakan kualitas kepribadiannya. Cerminan pemahaman terhadap diri dan luar dirinya tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan sikap perbuatannya. Orang yang dapat mengemukakan pengalaman spiritualnya secara ilmiah berarti mempunyai kemampuan menggabungkan pengetahuan dengan keimanannya. Di samping itu, pengalaman ini dapat meningkatkan keimanan yang tidak saja dibangun atas kebenaran argumentatif dan demonstratif, tetapi penyaksian terhadap objek yang diimani. Kualitas penyakasian dan pengenalannya menunjukkan kualitas keimanannya; dan keimanannya bukanlah sekedar penjelas terhadap apa yang diimani.

Pendidikan yang didapat dari pengalaman spiritual mampu membebaskan · seseorang untuk mengimplementasikan kemampuan memahami dirinya.

V11

Page 8: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

Iingkungannya, dan Tuhannya sehingga ia bebas memilih dan memberikan makna terhadap semua pengalaman dan pengetahuannya. Pengalaman spiritual dapat menumbuhkan kecerdasannya, menghidupkan kekeringan batin yang tidak bisa dibina hanya dengan rasionalitas semata, tetapi melalui pengalaman yang prasyarat dan syarat pendakiannya memerlukan kebersihan hati, supaya sifat-sifat keilahian terpancar dalam seluruh kehidupannya.

Pendidikan Islam dapat menghasilkan pengalaman spiritual apabila aspek ini lepas landas menapaki sendiri pendakiannya. Dengan demikian, pengalaman spiritual bersifat mandiri dan dialami secara pribadi ketika seseorang menjadi cermin yang menerima pantulan cahaya keilahian. Prosesnya dimulai dengan pendidikan fisik dan psikis sampai mencapai kebersihan hati untuk menyaksikan keindahan-Nya. Implikasinya adalah sikap. pemahaman, dan perbuatannya dituntun cahaya Ilahi.

Pendidikan seperti ini merupakan pendidikan diri sendiri terhadap aspek fisik dan psikis. Tetapi pada batas tertentu fungsi keduanya terhenti ketika fungsi

-spiritual melakukan aktivitasnya. Pada posisi ini, aspek spiritual memperoleh kemandirian untuk menerima, bimbingan-Nya. Pada satu sisi. pengalaman ini merupakan ikhtiyariah dan di sisi lain merupakan pemberian-Nya ketika seseorang tajabbur (fatalis) dalam kehendak:-Nya. Ketika Tuhan menguasai hatinya, ia larut dalam kehendak:-Nya. Akhimya, pendidikan bagi aspek spiritual adalah tuntunan yang datang langsung dari Tuhan yang berupa petunjuk kepada orang yang dikehandaki-Nya sehingga dapat memberikan bimbingan hidup dan kehidupan untuk melegitimasi pengetahuan dan pengalaman yang berada dalam berbagai levelnya.

Xlll

Page 9: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

SISTEM TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

1. Konsonan Tunggal

Huruf Nama Huruf Huruf Nama Huruf Huruf Nama Huruf Arab Latin Arab Latin Arab Latin

I alif - j dzal dz ~ ka:f k

r alif a .J ra' r J Iam I fathah

j zay z ,. mlln m j al if

1 kasrah ' s1n 6 O"' s nun n

r alif ~ sy1n sy .J wawu w dlamm u

ah

""'° shad sh 0 ha' h ~ ha' b

~ dlad di ,, hamzah a

l!a ta' t fathah .L tha' th

~ tsa' ts hamzah J:a dha' dh ,.

kasrah 1

[ fim J • e. ' . ,,

hamzah u run ' c IJ.a' lJ. diam-e ghain gh mah

t kha' kh u fa' f " ya' y

.s da.I d J qaf q

XIV

Page 10: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

2. Vokal

1. Vokal Pendek

a= (al-fathah/~l);i = / (al-kasrahfo~I); u= (al-

dlammah/ ~I)

2. b. Vokal Panjang

a pajang ditulis dengan a, i panjang ditulis dengan i, u panjang ditulis

dengan ii.

3. Pengecualian

a. Ya' nisbah (~I ~411) ditulis panjang, seperti: ~I /al-nasapi

b. Ta' marbuthah (o = ~ .J-;1.;.JI ~till), ditulis dengan huruf h, seperti:

~ .J-;1.;.JI /al-marbiitah.

c. Kata-kata Arab yang sudah dikenal luas, seperti: Arab/Y.JC-; bukan

'Arab/; kitab/ yl:lS, bukan kitab.

d. ' untuk memisahkan antara konsonan dengan vokal yang berdiri sendiri,

seperti: al-Qur'an/wl.ftll, syay'un/~~, bi al-mar'i/ ~yil4

e. Semua huruf Arab ditulis mendekati aslinya, seperti: a/-harf/ J )-1, al-

harkah/"45' )-1 , al-/afdh/ Ml , al-sulain/ 0 µ1

xv

Page 11: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan
Page 12: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

KATA PENGANTAR

~ ~yJI u~l .)c. ~l.J o~l.J ~I Y.J Ji ~I. ~)I ~)I .&I~

~l~.JA..11~.J~

Barangkali hanya dengan kesempatan yang teluang dan tenaga serta

pikiran yang tertuang, penulisan disertasi ini dapat diselesaikan. Dalam

perjalanan panjang penelitian ini, banyak peluang yang didapatkan di samping

hambatan dan kendala yang dihadapi. Dalam bercampur-baumya suka dan duka,

tiada dorongan yang berharga untuk membangkitkan semangat dan optimisme

penulis kecuali datang dari pihak-pihak yang kepadanya patut disampaikan

penghargaan dan terima kasih, terutama kepada para promotor yang telah

memberikan masukan-masukan dan informasi-informasi yang sangat bermanfaat

dan kesediaannya menerima berbagai keluh-kesah penulis dan mencarikan jalan

pemecahannya. Mereka tetap setia menerima kedatangan penulis yang ingin

berkonsultasi dan menerimanya dengan senang hati. Memang penulis belum kenal

malaikat, tapi adakah malaikat dalam bentuk manusia, seperti pikiran mereka

yang dapat diambil manfaatnya dan perilakunya yang dapat diteladani?.,Siapa pun

mereka, tapi penulis terkesan dengan semuanya itu.

Untuk mengungkapkan kebanggaan penulis kepada pihak-pihak yang telah

berjasa mengantarkan penulis menyelesaikan disertasi ini, secara khusus penulis

menyampaikan terima kasih secara terbuka kepada:

xvi

Page 13: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga yang telah berkenan

memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Program

Pascasajana-nya, dan menyediakan berbagai fasilitas untuk kelancaran studi

penulis.

2. Direktur dan para Asisten Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam

Negeri (UIN) Sunan Kalijaga yang telah berkenan memberikan pelayanan

yang cukup memadai unutk keperluan studi penulis dan penulisan disertasi ini.

3. Prof. Dr. H. Noeng Muhadjir, yang dengan kedisiplinan waktunya

memudahkan penulis mengunjunginya untuk berkonsultasi dan selalu

berjumpa.

4. Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A. yang selalu aktif menjawab pertanyaan

penulis walaupun dari jarak jauh dengan mempergunakan berbagai fasilitas

komunikasi.

5. Para penilai dalam Ujian Terbuka disertasi ini yang telah memberikan banyak

koreksi yang sangat signifikan untuk perbaikannya.

6. Semua Guru Besar Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan

Kalijaga yang telah berkenan memberikan arahan dan bimbingan, baik sebagai

bekal ilmu bagi penulis maupun sebagai dasar-dasar penulisan disertasi ini.

7. Rektor IAIN Sunan Ampel dan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel

yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

studi di UIN Sunan Kalijaga sampai selesai, serta semua staf dan karyawan

XVll

Page 14: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

IAIN Sunan Ampel yang turut berpartisipasi dalam menunjang studi penulis

selama beberapa tahun

8. Kedua orang tua yang telah bersemayam di alam sana, semoga Allah

memberikan maghfirah-Nya dan menempatkannya di surga-Nya.

9. Isteri dan anak-anak: Shivanni C, Alvin Nouval, Melly Amalia Vardiya, dan

Hilly Rivdan; dengan do' a-do' a dan kesabarannya menunggu sejak lama

kedatangannya demi selesainya studi seorang ayah.

10. Mas Rudi Hartono yang tidak lelah-lelahnya memberikan support kepada

penulis di samping informasinya yang sangat berguna bagi penyelesaian

disertasi ini.

11. Pihak-pihak lain yang namanya belum sempat penulis pampangkan dalam

halaman ini.

Akhirnya penulis memohonkan kepada Allah semoga mereka

mendapatkan balasan yang setimpal dengan amal-amal yang dilakukannya, dan

semoga tulisan ini bermanfaat kepada siapa saja yang membutuhkanya.; Walaupun

demikian, seandainya ada kepedulian dari pihak-pihak lain untuk sumbang saran

demi kemajuan disertasi ini Insya Allah penulis menerimya dengan senang hati.

Malang, 1 Maret 2007

Penulis

Abd. Kadir NIM : 9330,1 O/S3

xviii

Page 15: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

Page 16: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

DAFTARISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i HALAMAN PERNY AT AAN KEASLIAN DISERTASI ................... ii PENGESAHAN RpKTOR .................................................................... iii DEW AN PENGUil ............................................................................... iv PENGESAHAN PROMOTOR ............................................................. v NOTA DINAS ....................................................................................... vi ABSTRAK ............................................................................................. xii PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ xiv KATA PENGANT AR .......................................................................... xvi DAFTAR ISi ......................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN ......................................................... . A. Latar Belakang dan Fokus ......................................... . B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................... .

1. Tujuan Penelitian .................................................. . 2. Kegunaan Penelitian ............................................ .

C. Kajian Pustaka ........................................................... . D. Kajian Teori ............................................................... . E. Met ode Penelitian ..................................................... . F. Sistematika Pembahasan ........................................... .

BAB II EPISTIMOLOGI 'IRF ANI ································· A. Pengalaman Spiritual : ................................................. . B. Hubungan Berbagai Bentuk-bentuk Pengetahuan dan

Pengalaman .............................................................. . C. Pengembangan Wawasan Empirik dan Rasional

l '. Wawasan Empirik ............................................... . 2. Wawasan Nalar ....................................... .

D. Kemampuan lndera dan Nalar dalam Tindak Pengetahuan ............................................................. .

E. Hermeneutika Bahasa Spiritual ................................. .

1 1

13 13 13 14 20 24 35

39 39

70 98 98

102

105 113

Page 17: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

BAB III

BAB IV

BABV

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMPEROLEH PENGALAMAN SPIRITUAL . . . . . . . . . . . 127

A. Makna Tujuan Pendidikan Islam ............................... 127 B. Tingkat-Tingkat Pendidikan dalam Menuju Pendidikan

Spiritual .. .. . . . .. .. ... ... . . . . .. ... ... . .. . . .. . ... . . . .. . . . . . . . . . . .. . . ... .. . ... . 165 1. Mar}J.alah Ibtidru (t>l~'JI ~yll /Tingkat Dasar) 166 2. Mar}J.alah Mutawassithah (~_;WI ~yll /Tingkat

Menengah) ................ ............ ................................... 170 3. Mar}J.alah Mutaqaddimah (~I ~yll I Tingkat

Lan jut) ... .. . . ... ... .. .. . . . ..... .. .. ... . .. . . . ... ... . ..... .... .. . .... .. ... .. 173 C. Persiapan Mendulang Pengalaman Spiritual .............. 178 D. Disiplin Diri dalam Olah Batin .................................. 227

I. Kontemplasi ............................................................. 237 2. Meditasi ..................................................................... 246 3. Imajinasi .................................................................... 253 4. Tawalcal .................................................................... 259

E. Apresiasi Cinta ........................................................... 268

IMPLIKASIPENGALAMANSPIRITUAL A.Mengakselerasikan Kehidupan Lahir dan Batin ......... .. B. Penetrasi Pengalaman Spiritual terhadap Keluhuran

Akhlak ..................................................... . C. Manifestasi Keimanan yang Monoteistik ............... .. D.Menyaksikan dan Mengenal Realitas Tertinggi E. Pengalaman ~piritual sebagai Hikmah Ra}J.mah dan

Karunia-Nya ............................................................ ..

PENUTUP ······················································ A. Kesimpulan .................................................. B. Rekomendasi ...............................................

285 285

323 335 364

409

417 417 423

DAFTARPUSTAKA .•.......................................................... 425 DAFTARRIWAYATIIlDUP ..................................................... 442

Page 18: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan
Page 19: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Fokus

Pemikiran pendidikan Islam dan implementasinya oleh para ahlinya lebih

banyak yang menonjolkan sifat materialnya, dan menganggapnya sebagai peristiwa

kultural, dengan rumusan-rumusan bersifat ekstemal -datang dari luar pribadi

murid- aksidental, eksis secara mandiri. Bahkan format pendidikan Islam yang telah

dirumuskan sedemikian rupa, belum sepenuhnya direalisasikan. Para ahli itu

cenderung berhenti pada segmen-segmen yang lebih khusus yang dapat dicapai

secara terpenggal-penggal dalam suatu langkah tertentu.1

Selama ini proses pendidikan Islam bergerak dari interaksi antara murid,

guru, materi dan lingkungannya,2 sehingga lebih mengutamakan pengalaman

empirik, pengetahuan rasional, dan perilaku etis yang diperoleh dari persepsi

inderawi dan penalaran rasional terhadap objek terpisah dan temporal. Bila murid

disebut sebagai subjek atau objek, konotasinya lebih cenderung sebagai subjek

terhadap, atau objek oleh dunia ekstemalnya yang berdiri secara saling eksklusif.

Teori-teori pendidikan tidak memberikan peluang secara memadai kepada murid

untuk melihat dirinya sendiri sebagai subjek dan objek, yang dalam hubungan

seperti itu sebenamya terletak nilai-nilai pendidikan.

Konseptualisasi maupun operasionalisasinya lebih banyak menekankan pada

pengembangan fisik dan penalaran dan mengorbankan intuisi. Agar pendidikan Islam

dapat menjalankan fungsinya yang lebih komprehensif dengan mengupayakan

1Abd. Rahman Shaleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur 'an, terj. H.M.

Arifin (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), him. 133. 2Francis de Vesta dan George G. Tompson, Educational Psychology, Instructional and

Behavior Change (New York: Meredith Coorporation, 1970), him. 70.

1

Page 20: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

2

pemberian pengetahuan dan pengalaman "keagamaan", sebagai sesuatu yang

dikehendaki oleh murid, 3 maka pendidikan Islam seharusnya memproyeksikan

produk, mendekati pribadi Nabi Mul}ammad sebagai model, seperti dikehendaki oleh

al-Attas, Abdurrahman Shaleh, Sayyid Quthb, yang penuh dan pengalaman empirik,

pengetahuan rasional, perilaku etis, dan pengalaman spiritual.4

3Nelson B. Henry, (ed.), Modern Philosophies and Education (Chicago: NSSE, 1955), hlm. 343.

4Aspek spiritual adalah sesuatu yang lain dari tubuh dan bentuk-bentuknya berbeda dengan bentuk tubuh. Secara etimologis spiritual berarti jiwa, sesuatu yang immaterial, supramaterial. Homby, AS., Oxford Advancer Dictionary of Current English (New York: Oxford University, 1983), him. 831. Makna etimologis semacam ini meliputi atau mengandung term al-ru1; (c.J)I /spirit, soul), al-nafs (~I /mind, soul, psyche, spirit), al-qalb (ylill /mind, soul, spirit) dan al- 'aql (JWI /reason, insight, mind, intelect, intelegence). Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic (London: McDonald, 1960), hlm. 365, 630, 784, dan 986. Al- 'aql masuk dalam makna spirit atas padanan kata dari istilah al-nafs yang diberikan oleh para filosof. Penggunaan arti spiritual bisa terjadi tumpang tindih atau bergeser dari makna yang satu ke makna yang lain sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, karena ia mewakili banyak term. Aspek spiritual dalam kajian ini merujuk pada bagian dalam dari pandangan dualisme manusia. Kawasan semantik kata ini meliputi beberapa term yang berbeda, walaupun kadang-kadang mengacu pada makna yang sama. Dalam pandangan al-Ghaziifi, aspek spiritual diwakili oleh term al-ru1J (c.J)lfruh) al-qalb (ylillfhati), al-nafs (~I /jiwa), dan al­'aql (Ji.JI /akal) yang semuanya merupakan sinonim (wti..lljWI .l:. W':/1). Abu fiamld MuJ:iammad bin MuJ:iammad al-Ghaziifi, Ma'arij al-Quds ft Madarij Ma'rifah al-Nafs (Kairo: Maktabah al-Jundi, 1970), hlm. 19, Misykan al-Anwar (Kairo: Dar al-Qudsiyah, 1969), him. 43, Harun Nasution, Akal dan Wahyu (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 6, Syed Mul}ammad Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj. Haidar Bagir (Bandung: Mizan, 1994), him. 38. lbn 'Arabi mempergunakan 22 term untuk masalah ini. A. E. 'Afifl, Filsafat Mistis Jbn 'Arabf, terj. Syahrir Mawi dan Nandi Rahman (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1995), him. I 00. Nama-nama itu antara lain, al-HaqTqah al­Muf]ammadiyah (Hakikat Kemul}ammadan/The Reality of Muf]ammad), HaqTqah a/-Haqalq (Esensi dari Hakikz..t/The Reality of Reality), Run Muf]ammad (Jiwa Muhammad/The Spirit of Mu}Jammad), al- 'Aql al-Awwa/ (Akal Perrtamalthe First lntelect), al- 'Arasy (Arsy/The Trone) al-Ru1; al-A 'dham (Ruh Agung!The Most Might Spirit), al-Qalam al-A 'la (Pena yang Tertinggi!The Most Exalted), al­Khallfah (Pengganti!The Vicegerent), al-lnsan al-Kami/ (Maunsia Sempuma/The Perfect Man), 'Azl al- 'Alam (Asal alamThe Origin of Universe), Adam al-lfaqTql (Adam yang Hakiki/The Real Adam), al-Barzakh (Perantara!The Jntermidiary), Falaq al-Hayan (langit kehidupan/The Sphere of Life), al­Haqq a/-Makhhlq bih (Kebenaran yang diciptakannya/The Real who is The Instrument <.?(Creation), a/-Hayu7a (Materi pertamaThe Prime Matter), al-Ru1; (Jiwa!The Spirit), al-Quthb (Pusat/The Pole), 'Abd al-Jami' (Hamba semuanya/The Servant of the Embracing).

Aspek spiritual sebagai lathlfat rabbaniyat ( i.::.iy.;4)1 -:.~I /kelembutan Tuhan ) adalah esensi manusia dan merupakan aspek immaterial, terpisah dari fisik dan mempunyai potensi untuk merigetahui dan mengalami, serta sebagai subjek penerima informasi dari dalam maupun dari luar dirinya. Keberadaannya mengambil tempat -sekedar membedakan dengan aspek fisik yang mengambil ruang dan waktu-· di 'a7am al-barzakh (tJ..r.JI µl/alam perantara) atau di 'a7am al-amr (..>4':11 eJWl/alam perintah) atau 'a7am al-awwal (J_,':/I eJWI /alam pertama).

Wawasan tentang bentuk spiritualitas manusia menggambarkan keberadaan Tuhan -karena sifat manusia merupakan pantulan sifat-sifat Tuhan- tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta terbebas dari kategori jumlah dan kualitas, bentuk, warna, ukuran dan lain sebagainya, sehingga kadang-kadang sulit untuk membentuk konsepsi tentang esensi ini. Murtadlii Muthahharl dan SMH al-Thabiithabal; Menapak Jalan Spiritual, terj. Nasrullah (Bandung: Hidayat, 1995), him. 77. Abii

Page 21: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

3

ijam1d Ml!Qammad bin Ml!Qammad al-Ghazali, Misykan al-Anwar, him. 124. 'Alam ·a/-amr adalah realitas di luar jangkauan indera dan imajinasi, tanpa tempat, arah, dan ruang. Muhammad Yasir Nasution, Manusia Menurut al-Ghaza7T(Jakarta: Raja Grafindo, 1996), him. 68-69. Hal ini berdasar pada ayat al-Qur iin Q.S. al-Isra' [17]: 17 : (i,r..; ->"I.;... c_,)1 Ji c_,JI UC- ~~). "Mereka akan bertanya kepadamu tentang rub. _Katakanlah, Ruh itu sebagian dari urusan Tuhan ('a/am a/-amr)". Dalam wacana filsafat prepatetik, Tuhan sebagai Wa]ib al-Wujua c.~~_,.11 ":-1?1_,.11 /wajib adanya atau wujud-Nya sebagai suatu keharusan), yaitu wujud yang harus ada dan tidak boleh tidak, serta dzat dan wujudnya adalah identik. A. E. 'Afifl, Filsafat, him. 71. Abu ijam1d Ml!Qammad bin Ml!Qammad al-Ghazali, Kimya' a/-Sa'adah (Beiriit: Maktabah al-Sa'diyah, tt ), him. 25.

Penciptaan oleh Tuhan berproses secara emanatif. Ibn Sina mengartikan emanasi (~I) adalah sesuatu yang dengannya sebuah eksistensi dilahirkan dari yang lain, dan bergantung pada eksistensi lain tanpa perantaraan materi, instrumen, ataupun waktu. Mehdi Ha'iri Yazdi, I/mu Hudhtiri, him. 177. Emanasi dari Tuhan sebagai a/-wujud al-awwa/ (J_,y1 .:i~_,11 /wujud pertama)-sebagai akibat berpikirnya Tuhan tentang diri-Nya sendiri- memanifestasikan al-wujua a/-tsam (~I .:i~_,ll /wujud kedua) atau al- 'aql al-awwa/ (J_,y1 Ji.ll /akal pertama) Sebagai emanasi dari Tuhan, ia menyandang sifat wa]ib al-wujud (sesuatu yang tidak boleh tidak harus ada). Wajib a/-wujud dibagi menjadi wti}ib al-wujua Ii dzcitih (~l~~_,11 ytl_,11 /wajib adanya karena dzatnya sendiri) dan wcijib a/-wujua bi a/­ghayr (A .:i~_,11 ~1_,11//wajib adanya karena pihak lain). Tetapi bila dipandang dari hakikat dirinya, ia bersifat mumk[n al-wujua (.:i~_,11 ~I /wujud mungkin), yaitu suatu wujud yang tidak mempunyai alasan secara esensial, karena wujudnya sama kemungkinannya dengan tidak wujudnya. Abii al-ijasan 'Ali bin Ml!Qammad bin' Ali al-Husayn1 Al-ijanafi al-Jurjiini, al-Ta'rifat (Beiriit: Diir al-Kutub, tt), him 244, Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang,1991), him. 28-35.

Ketika al- 'aql ini berpikir tentang Tuhan, timbullah emanasi kedua yang berupa al-wujud al­tsa1its (.!Jilli .:i~_,11/wujud ketiga) atau al- 'aq/ al-tsanT( .;~1 Ji.JI /akal kedua), dan ketika ia berpikir tentang dirinya sebagai a/-mumkTn a/-wujud, maka timbullah al-sama' a/-u1a- (~_,y1 ~w1 /langit pertama). Dan ketika berfikir tentang dirinya sebagai wajib a/-wujud dan sebagai emanasi dari Tuhan, timbullah jiwa semesta. Iqbal Abd. Rouf Saimima, "Sekitar Filsafat Jiwa dan Manusia dari Ibnu Sina".dalam Dawam Rahardjo, (ed.), lnsan Kami/, Konsep Manusia Menurut Islam (Jakarta: Grafetti Press; 1987), him. 62. ufo. r:JI ~)'_, o.Ji:..;... o.:i~_,t ~ 4:J\s,.)' ~l~I ~.lll o_;lijil_, ~_,.:i... uti .l.i ..!..:i:...Jl ul LJS}_, .:i~_,.IJ ":-1?1_, ~l ~II~ ~l~~_,11 ~I Ci~I .JA.J _;ii.. Ji:.~ o.:ip...J ~ ~ ~1.ll ":-1?1_, .y.11 .:i.n.....11 ~Y ·~ 4-/~_, .:i~_,11 ":-1?1_,ll. "Sudah menjadi kenyataan bahwa makhluk adalah dijadikan dan ia

berhajat kepada a/-Khti/iq yang menjadikannya, karena ia hanya mempunyai sifat mumkTn (mungkin ada, mungkin tidak ada), dan dengan demikian, wujudnya bergantung pada yang lain. Dan sesuatu yang lain tempat ia bersandar ini haruslah sesuatu yang pada esensinya mempunyai wujud yang bersifat wajib, berdiri sendiri dan tidak berhajat kepada yang lain dalam wujudnya Bahkan dalam esensinya ia memberikan wujud pada yang dijadikan. Dengan demikian, yang dijadikan mempunyai sifat wajib, tetapi sifat wajib ini bergantung pada sesuatu yang lain, dan tidak pada dirinya sendiri". Harun Nasution, Filsafat, him. 94-95.

Dengan proses yang sama, al- 'aq/ al-tstinT itu beremanasi dan menimbulkan 'aql- 'aql lain, sehingga sampai pada al- 'aql al- 'tisyir (_p..11 J"WI /akal kesepuluh). Di bawah al- 'aq/ ini, -sebagai pengatur dunia- muncul jiwa dan materi pertama sebagai unsur alam. Harun Nasution, Filsafat, him. 27-38, Fazlur Rahman, The Philosophy of Mui/a Sadra (New York: University State Press, 1973), Wm. 1 ~5, Sayyed Hossein Nasr, An Introduction to Islamic Ontological Doctrines (New York: State University, 1993), him. 193.

Dalam jiwa terdapat potensi berpikir yang diperankan oleh al- 'aql, yang secara gradual dari al 'Aql Hayu1anT (.;Y.-""'11 J"WI /akal material), a/-'Aql bi al-Fi'/ (Jdl4 J'WI /akal aktual), sampai pada al- 'Aq/ al-Mustafad (.:itii....ll J"WI /akal perolehan). Jiwa manusia mempunyai dua daya: I. Daya praktis, yaitujiwa yang berhubungan dengan badan 2. Daya teoritis, mempunyai tiga tingkatan:

a. Material lntelect, yaitu akal yang mempunyai potensi untuk berpikir dan belum dilatih. b. lntelectus in Habitu, yaitu akal yang mulai dilatih berpikir tentang hal-hal yang abstrak. c. Actual Intelect, yaitu akal yang telah dapat berpikir secara asbtrak.

Page 22: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

4

d. Acquired lntelect, yaitu akal yang telah sanggup memikirkan hal-hal yang abstrak dengan tidak memerlukan daya upaya. Akal ini sanggup menerima limpahan ilmu pengetahuan dari Akal Aktif(malaikat), karena akal terakhir ini dapat membangun hubungan dengannya yang di dalamnya telah terdapat bentuk-bentuk segala yang ada sejak azall Hubungan itu dapat dimi~alkan hubungan antara matahari dan mata, ia dapat melihat karena ada sinar matahari. Harun Nasution, Filsafat, him. 37; Bachtiar Efendi, "Antara Ruh dan Jasad "Pandangan ar­Raniri, tentang Insan Kamil" dalam Dawam Rahardjo, (ed.), lnsan Kami/, hlm. 96. Akal Mustafad yang mendapat limpahan cahaya dari Akal Aktif memungkinkan ia dapat menerima cahaya, wahyu atau ilham, sehingga ia dapat menangkap arti-arti dan bentuk-bentuk dari Akal Aktif. Harun Nasution, Filsafat, hlm. 39. Dalam proses yang hampir sama seperti di atas, al-Suhrawardi memandang, bahwa posisi

tertinggi dari rentetan cahaya adalah Cahaya segala Cahaya. Dengan proses emanasi Cahaya segala Cahaya itu memanifestasikan cahaya pertama -disebut juga dengan Cahaya Abstrak atau al-Nur a/­Aqrab (y..)ll'IJ_,ill /Cahaya lebih dekat)- jumlahnya satu dan tidak semurni sumbemya, sehingga terdapat sisi kegelapan padanya. Kegelapan ini menimbulkan bayangan pertama (tJ~l/ismus tertinggi). Al-barzakh secara etimologis berarti sepetak tanah yang dikitari air atau galengan. Majid Fakhry, Sejarah Filsajat Islam, terj. Zaimul Am (Bandung: Mizan, 2000), him. 129. Ketika ia memahami kekurangannya, mlincullah cahaya kedua yang menerima pencerahan dari Cahaya segala Cahaya dan cahaya pertama, karena semua cahaya bersifat tembus. Dengan proses yang sama seperti di atas timbullah cahaya-cahaya dan ismus-ismus yang lain dalam rentetan yang tidak terbatas. Manusia secara material berasal dari ismus itu yang mendapatkan pancaran cahaya dari cahaya-cahaya di atasnya Pancaran cahaya itu merupakan aspek spiritual manusia. ·

Dalam wacana sufisme bahwa penciptaan pertama adalah Nur MulJammad ( cahaya MilQammad) atau sering pula disebut dengan al-lfaqlqah al-MulJammadiyah (~~I 4iJi,.ll/ hakikat kemuhammadan), ru1J MulJammad, atau al- 'aql al-awwal, karena ia identik dengan akal pertama. Shahabuddin, Nur Mu!Jammad (Jakarta: Logos, 2002), him. 58. A. E. 'Afifi, Filsafat, him. 110. Sebelum Tuhan menciptakan makhluk ia melihat dirinya sendiri (ol...oill J:JI ~") lebih dahulu. Dalam kesendiriannya terjadi dialog antara Tuhan dengan diri-Nya yang di dalamnya tidak terdapat kata-kata ataupun huruf. Dia melihat kemuliaan dan ketinggian dzat-Nya, dan la pun cinta pada dirinya sendiri, yaitu cinta yang tidak dapat disifatkan. Cinta inilah yang menjadi sebab wujud bagi yang banyak. Karena cinta yang mendalam dari Yang Esa untuk dikenal dan menjadi kenyataan, maka Tuhan mewahyukan dirinya dalam bentuk dunia fenomena. Cinta abadi-Nya untuk memandang kecantikan dan kesempurnaan diri-Nya dimanifestasikan dalam bentuk-bentuk untuk diketahui oleh diri-Nya sendiri di dalam dan melalui diri-Nya sendiri. la mengeluarkan dari tiada (~I) bentuk copy dari diri­Nya (o\.i..oij W.. iJ,-) yang mempunyai segala sifat dan nama-Nya.

Hakikat kemt1Qammadan adalah ketuhanan dalam bentuk tantfrul-nya (Jjll"ill /penurunan) yang pertama kali dan menjadi sumber tantfru/-tantfru/ berikutnya. Dia adalah tempat tajall[ (~l/penampakan diri) Tuhan yang bersifat absulut. Dalam kesendirian-Nya, Dia ingin melihat diri­Nya di luar diri-Nya, sehingga diciptakanlah alam ini sebagai cennin bagi diri-Nya Atau Dia berkehendak unuk diketahui, maka Dia menampakkan dirinya dalam bentuk tajalll Prosesnya terjadi bahwa Dzat-Nya ber-tajalli dalam tiga martabat melalui sifat dan asma-Nya yang paling sempurna, dan ia adalah al- 'ilmu a/-i/an[ ( ~':/I rl-JI /pengetahuan Tuhan) yang meliputi semua hakikat ketuhanan, sehingga ia bisa dikatakan al- 'aq/ ( Ji.,11/akal), al- 'aqil ( JiWI /yang berakal), dan al­ma'qtil (Jji....11/objek yang dipikirkan). Niir Mt1Qammad merupakan wadah tajalll -penampakan Tuhan- karena tidak bertabir (unveiling), penampakan lahir (revelation), atau pencerahan (ilumination)yang paling sempuma Tidak satu pun yang mengatasinya kecuali esensi Yang Absolut. Cahaya Mt1Qammad ini bersifat azafi (~j':/l/ada tanpa permulaan), karena ia merupakan pancaran cahaya-Nya. Mushtafii Kamal, al-Shi/ah bain al-Tashawufwa al-Tasyayyu' (Mesir: Dar al-Ma'anf, tt), him. 450-45 I. Keazaliannya mendahului al- 'adam (~I /ketiadaan), karena ia muncul pertama kali, dan keberadaannya mendahului semua makhluk, sehingga menjadi wajar bilamana posisinya disebut sangat dekat dengan Tuhan dan sebagai al-wasilah (~)I /penghubung) Tuhan yang pertama

kali. Niir Mt1Qammad adalah ciptaan Tuhan yang pertama dari cahaya-Nya yang menjadi sumber makhluk, sebagai perantara antara hamba dengan-Nya. Ia sebagai sebab dari semua penciptaan, rub suci, dan aktivitas penciptaan dari Tuhan. A.E.' Afifl, Filsafat, him. I I 0- I I l. Niir MilQammad sebagai

Page 23: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

5

awal atau permulaan ruh dan sebagai sumber akal pikiran, dan segala sesuatu tercipta darinya. Dia adalah intermedier (tjy,}l/barzakh) antara Tuhan dengan fenomena, suatu untaian antara yang abadi dengan yang temporal, yang wajib dengan yang kontingen dan riel dengan yang fenomenal, yang aktif dengan yang pasif. A. E. 'Afifl, Filsafat, him. 110. Satu pihak ia berhadapan dengan Tuhan dan pihak

yang lain ia berhadapan dengan makhluk. Hari Zamharir, "Insan Kamil: Citra Sufistik al-Jifi tentang Manusia" dalam Dawam Rahardjo, (ed.), Insan Kami/, hlm. 111. N'lir MulJammad merupakan prinsip aktif dari pengetahuan kudus dan esoterik, atau menjadi sumber ilmu dan al- 'irfan (iJ\iyJI I pengenalan kepada Tuhan). A. E. 'Afifl, Filsafat, hlm. 104.

Tuhan sebagai pencipta dunia tidak memerintah langsung karena Ia bersifat transenden mutlak. Fungsi ini diperankan oleh ciptaan yang mewakili arketip Ml!Qammad yang penciptaannya sesuai dengan bayangan Tuhan dan dianggap sebagai daya kosmik tempat bergantung tata susunan dan pemeliharaan alam semesta. Ia sebagai axis (y.bill/pusat) tempat segala sesuatu mengitarinya dari mula hingga akhir. Penampakan Tuhan secara esensial itu dikhususkan kepada Mul].ammad dan bukan kepada selainnya. Shahabuddin, N'lir MulJammad, him. 47, Hari Zamharir, "lnsan Kamil", hlm. 115.

Alam berada dalam hubungan yang paling dekat dengan Tuhan dan diketahui melalui dirinya sendiri, yakni alam adalah kesadaran Tuhan sendiri, merupakan substansi dari pengetahuan, dan yang mengetahui (the knower), yang diketahui (the known) dan pengetahuan (the knowledge) adalah satu. A. E. 'Afifl, Filsafat, him. 103.

Al-nafs (~I) adalah substansi spritual yang berdiri sendiri dan berasal dari alam ketuhanan, sehingga ia mampu mengenal dirinya sendiri dan ia tahu bahwa dirinya tahu. Seperti itu pula pandangan lbn Maskawaih tentang al-nafs, walaupun lbn Rusyd melihatnya sebagai aktivitas dan pengetahuan rasional. Al-nafs ini terdiri dari dua substansi al-qalb dan al-ru1J. Ibrahim Madkiir, Ff Falsafah al-Islamiyah (Mesir: Dir al-Ma'irif, tt), hlm.151-166.'Aisyah AbdUJTalunan, Manusia Sensivitas Hermeneutika al-Qur an, terj. Adib al-Arief(Yogyakarta: LKPSM, 1997), hlm.184.

Al-qalb (ylillfhati) adalah al-lathfjah al-rabbciniyah (~)I ~I I kelembutan Tuhan) sebagai instrumen pencerapan pengertian ruhaniah guna mendapat pengalaman dan pengetahuan esoterik dan sebagai pusat pewahyuan. la dapat menjadi tempat ma'rifah 0-i_,....ll/mengenal Allah), karena memang dipersiapkan untuk memandang keindahan Ilahi. Hati dianggap sebagai batas dan tempat pikiran yang sangat rahasia dan murni. la merupakan dasar yang paling dalam dari sifat pengetahuan. Ibid,. hlm. 151-166, Muhammad Yasir Nasution, Manusia, hlm. 87-99, Syed MuQammad Naquib al-Attas, Konsep, hlm. 38, Abu ijamld Ml!Qammad bin Mu4ammad al-Ghaz&i, Kfmiyah, hlm. 114, dan. Misyk<it al-Anwar, hlm. 124, serta Abu al-Qasim al-Qusyayii, Risa?ah al-Qusyayriyah ft 'Jim al­Tashawwuf (Beiriit: Dar al-Khair, tt), hlm. 48. Arief Mudatsir, "Makhluk Pencari Kebenaran" dalam Dawam Rahardjo, (ed.), Insan Kami/, him. 84.

Al-ru1J dalam pandangan Suhriiwardi sama dengan al-'Aql al-Mustafad, sebagai prinsip rasional dan sebagai mode universal, dan berupa substansi kemalaikatan dan sebagai hakikat manusia, berfungsi mencari pengetahuan sejati. la dipersiapkan untuk mencintai Allah dan menerima cahaya dari-Nya. Cahaya itu dapat memancar ke seluruh bagian manusia bagaikan pelita dalam kamar, tanpa meninggalkan tempatnya, tetapi sinarnya menebar ke seluruh penjuru ruangan, sehingga ia merupakan kelengkapan pengetahuan yang tertinggi, dan bertanggung jawab terhadap cahaya penglihatan murni. Ibrahim Madkiir, Ff Falsafah, hlm. 46, 'Aisyah Abdurrahman, Manusia, hlm. 185-1986, Abu ijamld Ml!Qammad bin Mul].ammad al-Ghaziifi, Kfmya', hlm. 109, Abu al-Qasim al-Qusyayii, Risa?ah, hlm. 47. AriefMudatsir, "Makhluk Pencari", hlm. 84.

Al- 'Aql sebagaimana juga al-qalb merupakan substansi tunggal yang tak dapat dibagi, besifat spiritual, dan sebagai alat pencerapan pengertian ruhaniah yang dapat memahami dan membedakan kebenaran dan kepalsuan. la merupakan bagian yang merasakan pengetahuan. Walaupun terpisah dari materi (tubuh), ia memerlukan materi untuk pergerakannya. Al- 'aql yang merupakan cahaya Ilahi ini mempunyai kemampuan untuk menyerap makna yang tidak dapat ditangkap oleh indera.

Term-term yang dibedakan secara definitif ini seringkali dipergunakan dalam makna yang sama. Syed Mul].ammad al-Naquib al-Attils, Konsep, hlm. 34-37, AriefMudatsir, "Makhluk Pencari", hlm. 84, Sayyed Hossein Nasr, An Introduction, him. 200, Abu ijamld Ml!Qammad bin Ml!Qammad al-Ghaziifi, Cinta dan Bahagia, terj. Abdullah bin Nub (Jakarta: Tinta Mas, 1992), him 8.

Wujud manusia sangat ditentukan oleh wujud spiritualnya yang mempunyai hubungan dengan Akal Aktifatau Cahaya. John Tultill Walbridge, The Philosophy ofQuthb al-Dfn al-Sirazf: a Study in

Page 24: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

6

Pengetahuan dan pengalaman spiritual yang bersifat imanen, -karena berada

dalam diri murid dan dari dirinya- perlu mendapatkan perhatian supaya murid

mendapatkan pengalaman langsung yang bersandar pada aktivitas spiritual, bahkan

sampai pada pengetahuan dan pengalaman supranatural, yailu ''pcngalaman alau

pengetahuan secara perfonnatif dan langsung tanpa perantaraan representasi mental

atau simbolisme kebahasaan apa pun".5 Dengan memerhatikan potensialitas murid

yang mampu membangun hubungan dengan dirinya sendiri dan mengambil

pendidikan dari hubungan itu, maka pendidikan Islam tidak semata berorientasi pada

aspek fisikal dan intelektual, tetapi juga pada aspek spiritual, sebagai satu kesatuan

yang integral dari pribadi murid. Penyerapan dan perenungan murid terhadap dirinya

sendiri sebagai subjek dan sekaligus objek pendidikan, di samping pengetahuan dan

pengalamannya dari dunia supranatural, sebenamya memuat nilai-nilai pendidikan.

Integration oF Islamic Philosophy (Boston: Harvard University, 1983), hlm. 89, Fazlur Rahman, The Philosophy, him. 87. Dengan demikian, aspek ini memegang peran penting dalam kehidupan manusia, sehingga untuk mengetahui wujud manusia dalam hubungannya dengan pendidikan tidak semata dilihat dari aspek meterialnya, tetapi juga dari aspek spiritualnya. Aktivitasnya sebagai instrumen batin -dengan segala unsur yang melingkupinya- mempunyai pengaruh dan memegang kendali terhadap semua aspek jasmaniah dan penalaran. Sebagai aspek kepribadian, ia memerlukan perhatian, pendidikan, dan pembinaan sebagaimana mestinya sesuai dengan sifat dan karakteristiknya. Seseorang yang melupakan pendidikan dan pembinaannya, dapat dipastikan perkembangan dan pertumbuhan kepribadiannya menyalahi hakikat dan kodrat hidupnya. Aspek ini berasal dari alam spiritual, bahkan cenderung kembali ke asalnya bila ia bersih dan suci. Penyuciannya dapat berupa, konsentrasi dalam dzikir, dan .fana'fr Alkih. Aspek ini lebih sempuma daripada aspek jasmani, karena ia mempunyai kemampuan yang diperoleh dari 'ti/am milst.il (J\lJI ~1/alam bentuk) dan dari dunia materi. la dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman melalui dzawq (-3~1/cita rasa), di samping dari penalaran dan pengalaman empirik (penginderaan). Sebagian pengetahuan dan pengalamannya diperoleh dengan belajar atau usaha dan dengan jalan ilham setelah terjadinya mukasyafah. Akibatnya ia mampu mengenal sesuatu dari dua alam, ia pun dapat mengenali dirinya dan di luar dirinya. Oleh karenanya, ia tahu (sadar) bahwa ia tahu. Ia siap menerima ilham, isyraq (pencerahan) atau i/11111 ladunni, jika tercipta kejemihan melalui renungan batin, perjuangan jiwa dan riyaalah spiritual. la merupakan alat untuk mencapai pengetahuan ilhami dan mengenal (ma 'rifah). Ia pula yang mendekat pada-Nya. Mengenal aspek ini dengan segala potensinya menjadi penting sebagai dasar pembinaan dan pengembangannya, dan seseorang yang tidak meng'!nalnya berarti ia tidak akan mampu mengenal sesuatu apa pun yang bersifat spiritual.

5Mehdi Ha'iri Yazdi, I/mu Hudhtiri, terj. Ahsin Muhammad (Bandung: Mizan, 1994), him. 18.

Page 25: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

7

Barangkali tidak diragukan lagi bahwa sebagian orang memerlukan orientasi

yang segar tentang keberagamaan, terutama yang berhubungan dengan keimanan,

dengan cara membangunkan dan membangkitkan aspek spiritualitasnya. Hal

semacam ini sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengalaman

keberagamaan yang bukan semata dari domein psikomotorik maupun kognitif, atau

~al dan ilmu, melainkan juga dari penghayatan yang paling dalam melalui aspek

spiritualnya. Pentingnya nilai spiritual, karena betapa keringnya kehidupan jika tidak

disertai nuansa nilai spiritual. Hilangnya cita rasa itu berarti lenyapnya kebahagiaan,

dan barangkali menekan kecerdasan batin, dan lebih-lebih lagi mungkin berbahaya

bagi perkembangan moralitas, karena hal itu bisa melemahkan aspek terpenting

dalam struktur kepribadian. Bahkan kekeringan spiritual sulit disirami dan

ditumbuhkan tanpa memperbaiki dan membuka akses ke alam spiritual. Hilangnya

kekayaan ruhaniah menyebabkan kurangnya apresiasi tentang manusia dan

kemanusiaan. Berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi materi

pendidikan aspek pisik dan psikis, tidak saling mengenal dan cenderung

mengeksploitasi murid menuju kehidupan material secara berlebihan. Perubahan

orientasi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan manusia banyak yang

membingungkan dan tidak jelas, bahkan mengaburkan konsepsi tentang manusia.

Dengan berkeping-kepingnya ilmu yang dikuasai seseorang -karena ia terpinggirkan

bersamaan spesialisasinya- apabila tanpa ada kendali dan tali pengikat yang kuat, .

memungkinkan kian jauhnya murid dari kearifan, dapat mereduksi kesatuan

panWµigannya dengan alam semesta, dan hanya akan mendatangkan ketidak­

harmonian antara satu sama lain. Salah satu penyebabnya dapat dicari karena murid

Page 26: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

8

hanya mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang terpecah-pecah (fragmented

knowledge and experience) sesuai dengan bidang dan sektor tempat ia berada. Dari

pengalaman dan pengetahuan yang tidak utuh ini tidak bisa diharapkan suatu apa

pun, kecuali seseorang yang kehilangan orientasi masa depan bahkan masa kini.

Untuk mendatangkan kearifan dalam melihat hakikat alam semesta sebagai suatu

kesatuan yang tunggal dan sebagai cermin kemahakuasaan dan kemahaesaan Tuhan,

diperlukan pendidikan yang mengarah dan berasal dari segala sumber yang ada.

Pendidikan yang hanya melingkar pada orbitnya tidak pemah menyentuh hakikat

yang sebenamya tentang manusia dan kemanusian serta segala yang berhubungan

dengannya.

Pendidikan yang bersifat material maupun yang bersifat spiritual bekerja

secara sistemik dan sinergik. Intensitas pendidikan Islam yang hanya ditujukan pada

salah satu aspek saja akan menyebabkan keadaan berat sebelah yang mengandung

resiko terhadap keutuhan hidup, kecuali ada usaha harmonisasi antara aspek-aspek

pribadi6 murid itu dalam formulasi yang tepat, sehingga pendidikan Islam perlu

6Kepribadian dapat berarti, wujud, kualitas, sifat, identitas, watak, keadaan, realitas yang berhubungan dengan seseorang secara khusus, yang berasal dari Tuhan pada masing-masing orang. Atau dapat diartikan pula dengan karakter seseorang secara menyeluruh, berupa keadaanjasmani yang terintegrasi dengan kecenderungan tingkah laku. Kadang-kadang dapat diartikan pula dengan keseluruhan psycho-physical-individuality. William Little, dkk., The Shorter Oxford English Dictionary (Oxford: Oxford University,1960), him. 1469. Di samping itu terdapat term-term yang hampir serupa dengan kepribadian, seperti: 1. Individuality (perseorangan), adalah wujud yang berdiri sendiri yang mempunyai sifat otonom,

unik, khusus pada tiap-tiap orang sebagai susunan yang kompleks yang terdiri dari kebiasaan, pikiran, ekspressi, sikap, sifat, dan minat, serta pandangan hidupnya, sehingga ia berbeda dengan yang lain.

2. Character (watak), adalah keseluruhan atau beberapa fase sifat khusus yang tampak pada perwujudan fisik yang telah terbentuk secara alamiah sesuai dengan disposisi atau struktur tubuh.

3. Mentality (mentalitas), adalah kemampuan intelektual atau kegiatan organisme yang terintegrasi. 4. Identity (ciri-ciri khas), adalah sifat kedirian sebagai satu kesatauan dari sifat-sifat

mempertahankan dirinya terhadap sesuatu dari luar. Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Gramedia, 1996), him. 224.

Page 27: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

9

Kepribadian pada dasamya totalitas seluruh aspek manusia dan kemanusiaan yang terintegrasi antara aspek substansial yang berupa aspek fisik, psikis, dan spiritual yang relatif tetap, dengan aspek instrumental/aksidental yang berupa tingkah laku, pemahaman, penghayatan dan sikap yang relatif berubah. Kolaborasi secara konsisten antara berbagai aspek ini menentukan kualitas seseorang sebagai substansi yang mengandung tindakan secara potensial maupun aktual.

Aspek instrumental yang berupa potensialitas tindakan merentang dari aspek fisik sampai aspek spiritual, sehingga pemaknaan terhadap kepribadian menimbulkan citra yang bermacam­macam. Sebagian orang lebih menekankan pada aspek substansialnya yang ada secara alamiah, dan yang lain menekankan pada aspek instrumentalnya yang timbul sebagai respon terhadap rangsang dan penyesuaian diri terhadap berbagai tuntutan dan harapannya, sehingga menimbulkan perilaku, pemahaman, dan penghayatan sebagai basil interaksi secara terus-menerus antara variabel pribadi dan lingkungannya.

Antara kepribadian dan lingkungannya membangun hubungan interaktif, dalam situasi dan kondisi yang saling mempengaruhi. Antar aspek fisik, psikis, dan spiritual yang terorganisir erat secara bersama-sama memanifestasikan pola perilaku dalam menyesuaikan dengan lingkungannya, melalui proses belajar dan penyesuaian diri. Sedangkan pola-pola tindakan pribadi mempengaruhi pula lingkungannya. Maka kepribadian serupa dengan organisasi dinamis sistem-sistem jasmani dan ruhani yang menentukan penyesuaiannya yang unik dan khusus terhadap lingkunganya, seperti dalam mempertahankan hidup dan memperkembangkan kebiasaan yang integral.

Bandingkan dengan pengertian ego dalam psikoanalisanya Sigmund Freud. Dalam terminologi Frued, ego (das /ch) sebagai salah satu sistem kehidupan psikis di samping id (das Id) dan super ego (das Uber /ch). Id adalah lapisan fisikis paling dasar, di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan yang berupa seksualitas, agresivitas, dan keinginan-keinginan yang diresepsi. Hidup janin sebelum lahir dan bayi yang baru lahir terdiri dari Id saja, dan ia menjadi dasar bagi pembentukan psikis. Id sendiri adalah aspek biologis, dan atau memuat unsur-unsur biologis yang dibawa sejak lahir, termasuk instink-instink, serta merupakan sistem yang asli dalam kepribadian. D.ari aspek inilah muncul aspek yang lain, yaitu ego dan super ego. Id dikuasai oleh sifat kesenangan semata. Dengan prinsip ini, pada awal hidup psikis mempunyai kecenderungan untuk memperoleh kesenangan (kenikmatan) sebanyak mungkin, dan menghindari penderitaan. Penderitaan berhubungan dengan bertambahnya kuantitas ketegangan, dan kesenangan bertalian dengan berkurangnya kuantitas ketegangan. Prinsip ini dapat dianggap sebagai prinsip konstansi (keteguhan), yaitu hidup psikis yang berkecenderungan mempertahankan kuantitas ketegangan psikis serendah mungkin, atau sedapat mungkin pada taraf stabil. Konstansi atau stabilitas itu dihasilkan oleh pelepasan energi psikis di satu pihak, dan di pihak lain dengan menghindari bertambahnya ketegangan. Di samping itu Id juga merupakan persediaan energi psikis yang menggerakkan ego dan super ego. Energi psikis dalam Id dapat meningkat karena adanya perangsang dari luar maupun dari dalam. Apabila energi itu meningkat akan menimbulkan ketegangan-ketegangan, sehingga menimbulkan pengalaman yang tidak enak yang harus dihilangkan, atau mereduksi energi itu untuk menghilangkan rasa penderltaan. Dengan demikian, aspek fungsional Id adalah menghindarkan diri penderitaan dan mengejar kenikmatan. Caranya adalah dengan a). mengadakan reflek-reflek dan reaksi otomatis, seperti bersin, berkedip, berteriak, atau b). mengadakan proses reaksi primer, seperti orang lapar membayangkan makanan.

Das Ich (ego) sebagai perantara antara Id dan dunia luar. Ich mempunyai tiga sifat: sadar, prasadar dan tidak sadar. Kegiatan sadar misalnya, mengambil bentuk pencerapan/tanggapan lahiriah dan proses-proses intelektual. Kegiatan prasadar adalah ingatan, termasuk juga sesuatu yang dilupakan, tetapi dapat diingat kembali tanpa perantaraan psikoanalisa. Kegiatan tidak sadar adalah mekanisme-mekanisme pertahanan ego terhadap sesuatu yang terkena represi. Tugas /ch adalah mempertahankan seseorang terhadap penyesuaiannya dengan dunia sekeliling, di samping untuk memecahkan pertentangan antara kenyataan dan keinginan-keinginan yang tidak sesuai.

Das Uber lch (super ego) adalah instansi piskis yang dibentuk melalui jalan internalaisasi nilai-nilai dari luar, dengan diolah sedemikian rupa, sehingga akhirnya dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari subjek itu sendiri. Uber Ich dianggap sebagai dasar hati nurani dan moral, yang menyatakan diri sebagai oposisi terhadap ego, seperti rasa bersalah, rasa menyesal. Proses batin ini berlangsung karena peranan besar proses Odipus Complex. Situasi ini kemudian diatasi, sehingga pada akhirnya Uber lch dapat disebut sebagai moralitas. K. Bertens, Memperkenalkan Psikoanalisa

Page 28: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

10

(Jakarta: Gramedia, 1987), him. xxii, dan Ali Mudlafir, Kamus Istilah Filsafat (Y ogyakarta: Kanisius, 1994), him. 151.

Orientasi tindakan seseorang bisa bersifat progresif maupun regresif dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan keadaan yang diharapkan. Bersifat progresif bilamana ia memerlukan penyesuaian diri ke dalam keadaan yang perlu dicapai untuk kemajuannanya, tetapi bisa bersifat regresif bilamana ia perlu menahan diri dalam semua tindakan dan perbuatannya. Tindakannya ditentukan oleh pengalaman yang disadari, dan kesadarannya merupakan sebab tingkah­laku yang berpengaruh terhadap pribadinya, sehingga sesuatu yang dicapainya menampilkan hasil­hasil kultural dari evolusi berbagai aspek kepribadian. F. Patty, I/mu Jiwa Umum (Malang: IKIP, tt), him. 125.

Seringkali aspek substansial disifati dengan aspek instrumentalnya, sehingga kepribadian dianggap sebagai sesuatu yang mengejawantah dari aspek substansialnya, berupa perilaku, pemahaman dan penghayatan. Atau berlcat aspek instrumentalnya menyebabkan aspek substansial disifati dengan aspek instrumentalnya. Namun demikian, gejala-gejala yang mengejawantah itu tidak boleh tidak harus dikembalikan atau diasalkan kepada aspek substansialnya, karena aspek instrumental tidak akan terwujud tanpa aspek substansialnya.

Aspek substansial mempunyai potensi tindakan dan hanya teraktualisasi ketika seseorang merespon sesuatu rangsang. Maka kepribadian tidak dapat dipisahkan antara yang substansial dan instrumental, dan kolaborasi keduanya merepsentasikan seseorang sebagai pribadi. Wujud masing­masing aspek substansial maupun instrumental secara mandiri tidak pernah merepresentasikan pribadi, dengan hanya menyebut fisik, psikis, atau perilakunya secara terpisah. Oleh karena kepribadian sebagai m~ifestasi dan representasi dari seluruh aspek manusia dan kemanusiaan berwujud sebagai integrasi dan kebulatan yang utuh dari aspek jasmani, ruhani, dan tindakannya yang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain. Manifestasi kepribadian dapat dilihat kenyataan biologis, psikologis, dan tindakannya.

Pada tataran fisik, kepribadian terwujud dalam bentuk dan struktur tubuh dan susunan berbagai organisme -elemen fisika dan kimianya- mempunyai pengaruh terhadap tindakannya Naluri sebagai bagian dari aspek fisik mempunyai pengaruh untuk mengatur kebutuhan primer, seperti makan, minum, dan seks, yang semuanya bersumber pada kebutuhan jasmaniah dan perwujudan tindakan lahiriah. Sedangkan pada tataran psikis meliputi unsur-unsur ingatan, fantasi, berpikir, intelegensi, perasaan, kemauan, dan semua unsur psikis lainnya. Walaupun aspek-aspek itu dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan. Korelasi fungsionalnya berdasar pada pemetaan fisikis dan psikisnya. Aspek-aspek fisikis dapat diuraikan satu-persatu seacara terpisah dalam biologi, maupun aspek psikis dalam psikologi, tetapi dalam fungsi kepribadian, semuanya terintegrasi dan bekerja secara simultan. Struktur psikis secara substansial relatif bersifat tetap, tetapi gejala-gejalanya bersifat dinamis dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Setiap pribadi berkembang dari masa bayi sampai meninggal dunia, mempergunakan kapasitas psikisnya secara aktif. Dan melalui seluruh perkembangan hidup itulah perubahan-perubahannya berlangsung, walaupun sebagiannya relatif tetap. Irwanto, dkk., Psikologi, him. 225

Dalam tataran spiritual, kepribadian mewujud dalam bentuk theistis, yaitu kepercayaan atau pengakuan terhadap adanya Tuhan, serta kesadaran dan pengalaman keagamaan lainnya Eksistensi dan kemampuan ruhaniah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dan terintegrasi dengan aspek­aspek yang lain. Bahkan pandangan yang ekstrim menyatakan, bahwa aspek ini merupakan esensi manusia, dan hanya dengan aspek ini keberadaannya diakui. Implikasi pengertian ini bahwa kepribadian mengandung perilaku motorik, pemahaman terhadap objek yang bersifat kognitif, penghayatan terhadap nilai-nilai yang bersifat afektif, dan pengalaman esoterik yang bersifat ineffability dan noetic. Noetic secara etimologis berarti bersifat kognitif, tetapi lebih dekat kepada perasaan, sedangkan dalam makna istilahnya adalah pengetahuan yang a). merupakan konsekwensi dari daya-daya kognitit b). merupakan kandungan bawaan daya kognitif, dan biasanya merujuk pada pengetahuan yang tidak tergantung pada penginderaan. Mehdi Ha'iri Yazdi, Dmu Hudhiiri, him. 21. Mohammad Iqbal, The Reconstruction of Islamic Thought In Islam (London: Humprey Milford, 1934), him 18-19.

Dalam tataran sosial, bahwa bentuk fisik, psikis menentukan berbagai macam arah tindakan, yaitu unsur-unsurnya yang bersifat integratif menentukan tindakannya. Maka kepribadian merupakan

Page 29: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

11

susunan yang terintegrasi dari ciri-ciri umum seseorang sebagaimana dinyatakan dalam corak khasnya secara tegas. Unsur-unsur fisik, psikis, dan spiritualnya merupakan persekutuan yang memberikan hidup, penghayatan, pemahaman dan perilaku, sehingga memungkinkan seseorang berbuat efektif dan berpengaruh kepada dirinya sendiri maupun pada pihak lain. Keyakinan mengenai kemampuan diri, status diri dalam keluarga dan masyarakat, serta status sosial berdasarkan keturunan dan historis, turut­pula menentukan tindakan dan perannya dalam masyarakat. F. Patty, I/mu Jiwa Umum, him. 124, Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: Gramedia, 1996), him. 160-162.

Dengan demikian, aspek-aspek yang terintegarasikan ke dalamnya meliputi aspek fisik, psikis -dalarh arti luas- spiritual beserta tindakan masing-masing. Di antara rentangan substansial jasmani dan ruhani terdapat unsur lain yang secara nuansif berafiliasi dengan salah satu kutub dari kutub ekstrim tersebut. Berlandaskan pada dasar-dasar pemikiran seperti ini, maka pemaknaan kepribadian menjadi bermacam-macam sebagai akibat luasnya bidang-bidang yang berhubungan dengannya. Sebagian orang lebih menekankan pada aspek tindakan yang timbuI karena bentuk dan struktur fisik sesuai dengan komposisi elemen-elemen dasar fisika dan kimianya, sedangkan yang lain lebih menekankan pada tindakan yang timbul sebagai akibat integrasi berbagai elemen-elemen fisikis dan psikis. Komposisi dan dominasi berbagai elemen-elemen ini mempengaruhi terhadap tindakan seseorang yang bersifat fisikis maupun psikis. Di pihak Iain ada yang lebih menekan bahwa tindakan seseorang baik secara fisik, psikis maupun spiritual sebagai akibat dari pengaruh aspek spiritualnya. Bentangan dari aspek fisik sampai spiritual dan tindakannya -dengan orientasinya yang bermacam­macam sebagai tindakan yang kompleks- melahirkan beberapa pengertian kepribadian. Oleh karena itu, definisi kepribadian dapat tampil dalam berbagai macam: 1. Kepribadian adalah jumlah dari keseluruhan biologis, dorongan, kecenderungan, keinginan­

keinginan, dan naluri-naluri individu dan disposisi-disposisi (kecondongan) yang berasal dari pengalaman.

2. Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sitem-sistem fisik dan psikis (psycho-physical) yang menentukan penyesuaianya yang unik terhadap lingkungannya.

3. Kepribadian adalah pola-pola reaksi yang dibuat seseorang terhadap rangsang lirigkungannya, baik bersumber dari individu maupun masyarakat.

4. Kepribadian adalah orginisasi dinamis dari sistem psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya.

5. Kepribadian adalah sistem terorganisasi keseluruhan fungsional atau kesatuan kebiasaan disposisi-disposisi dan sistem-sistem yang memberi corak kepada tiap-tiap individu dalam kelompok yang membedakannya dengan individu yang Iain dalam kelompok tersebut.

Kepribadian tidak mengejawantah sebagai unsur-unsur yang terpisah dari seluruh aspeknya. Kepribadian itu mengandung unsur-unsur yang banyak dan tersusun secara hierarkis dari unsur yang berfungsi tinggi ke yang berfungsi rendah. Kepribadian merupakan totalitas seluruh yang terdapat dalam diri seseorang baik aspek materialnya maupun aspek kulturalnya yang. Dengan demikian, kepribadian mengejawantah dalam berfungsinya seluruh organisme yang meliputi seluruh aspek yang secara verbal terpisah-pisah, seperti perawakan jasmani, sifat psikis, intelek, intelegensi, watak, motif, emosi, minat, kemauan, kemampuan, kesan-kesan, keyakinan hidup yang dimiliki.

Manifestasi perilaku atau tindakan seseorang tidak selalu disadari, dan penyebabnya tidak selalu dapat dikendalikan, di samping itu perilaku tidak selamaya mencerminkan keadaan yang sebenarnya, bahkan keadaan tertentu bisa terjadi tindakan yang disesuaikan dengan ketentuan budaya. Oleh karenanya, seseorang kadang-kadang harus menyembunyikan perasan dan perilakunya. Tetapi perilaku merupakan basil lengkap dari proses perkembangan keseluruhan yang telah dilalui oleh individu, sehirigga kepn"badian merupakan perwujudan suatu proses integritas fungsional yang kompleks yang terus berlangsung di dalam antar hubungan aktivitas dan aspek-aspek yang berjenis­jenis dalam kodrat seseorang.

Pribadi tumbuh dari faktor keturunan yang dikembangkan melalui proses belajar dan pengaruh lingkungannya. Ciri-ciri fisik maupun psikis -integritas pola-pola dan minat-minat yang memberikan kecenderungan pada tingkah laku- pengalaman yang dihayati, nilai moral yang menjadi bagian dari diri seseorang, pengalaman unik yang hanya dialami oleh seseorang secara khusus, merupakan pembentuk kepribadian. Dorongan untuk berubah dan kecenderungan untuk mewujudkan setiap potensi yang ada, memungkinkan setiap orang berusaha mengembangkan diri semaksimal mungkin,

Page 30: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

12

diformulasikan sedemikian rupa, dalam rangka membentuk pribadi murid yang

seimbang dan harmonis. Agar pendidikan Islam dapat menghasilkan pribadi muslim

yang seimbang, maka mempertimbangkan pendidikan aspek spritual me~jadi hal

yang tidak kalah pentingnya dan tidak perlu dikesampingkan.

Studi ini mencoba mengungkap konsep dan operasionalisasi pendidikan

Islam yang integral, dengan fokus pada aspek spiritual -yang sebenarnya tidak

merupakan bagian terpisah dari aspek yang lain- dalam hubungannya dengan diri

murid. Implikasi dan siginifikansinya adalah menentukan standar minimal

pendidikan Islam yang tidak hanya memberikan pengetahuan dan pengalaman

empirik sensual, dan logis semata. Oleh karena itu perlu dirumuskan permasalahan-

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah deskripsi aspek spiritual pendidikan Islam?

sehingga tiap tingkat perkembangannya mencapai tujuan tertentu. Namun untuk mengembangkan dirinya secara bebas memerlukan satu kesatuan tindakan yang kompleks. Setiap perkembangan melalui proses yang kompleks, dan tiap perkembangan didahului oleh perkembangan sebelumnya, maka perkembangan kepribadian sebagai akumulasi dari tahap-tahap perkembangan yang dilalui. Secara kultural pembentukan kepribadian dapat dimulai dengan pengenalan dan penanaman nilai-nilai supaya menjadi pedoman dan pegangan hidup yang kemudian dapat terlihat dalam pola tingkah laku dan sikap individu maupun kelompok. Nilai itu memberikan warna pada pandangan hidup, sikap, tingkah laku, pemahaman, dan penghayatannya, tetapi tidak berpengaruh terhadap diri substansial yang bersifat natural.

Hubungan seseorang dengan Tuhan, manusia, dan alam sebagai perwujudan bangunan hubungan antara aspek fisik, psikis, dan spiritualnya yang konsistens, -seperti terdapat pada gejala­gejala yang menampakkan diri dalam cara-cara seseorang melakukan aktivitas- sehingga memungkinkan seseorang mendekati kesempurnaan ideal yang ada pada Tuhan Intemalisasi sifat­sifat ketuhanan dalam kepribadian seseorang sebagai intemalisasi nilai-nilai keagamaan. Sesuatu yang ingin dicapai dalam agama Islam dalam pembentukan kepribadian pemeluknya adalah totalitas seluruh unsur manusia yang berupa sikap, pemahaman dan perilaku yang didasarkan kepada nilai-nilai Isiam yang bersandar pada al- Qur'an dan al-Sunnah sebagai sumber dan dasar ajaran Islam. Manusia religius adalah seseorang yang sikap, pemahaman dan tindakannya secara tetap dibimbing ke arah mencari pengalaman-pengalaman dari nilai-nilai tertinggi yang bersifat mutlak. Maka kepribadian muslim adalah kualitas seluruh perilaku seseorang yang mengintegrasikan seluruh aspeknya. Dengan demikian, pribadi muslim adalah pribadi yang sikap, pemahaman, pemikiran, pengahayatan, dan perilakunya didasarkan pada ajaran-ajaran Islam. Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar (Jakarta: Pustaka Firdaus, I 989), him. 34.

Page 31: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

13

2. Sejauhmana kemungkinan pendidikan Islam dan usaha-usaha yang dapat

dilakukan untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian muslim?

3. Bagaimanakah bentuk pendidikan Islam yang ditujukan pada aspek spiritual

seorang muslim?

4. Hasil-hasil apa saja yang bisa dicapai melalui pendidikan Islam?

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memperjelas konsep pendidikan

Islam terutama penjabarannya dalam aspek spiritualnya.

b. Untuk mengidentifikasikan peranan konsep pendidikan Islam dalam

membentuk kepribadian muslim secara utuh.

c. Untuk mengetahui intensitas dan kualitas produk pendidikan Islam.

d. Untuk mengadakan penilaian terhadap efe~ivitas pendidikan Islam.

e. Mengidentifikasikan format dan bentuk pendidikan Islam yang berorientasi

pada aspek spiritual.

f. Untuk merumuskan konsep pendidikan Islam yang lebih mendorong

tercapainya tujuan akhir.

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai usaha eksplorasi penyusunan konsep pendidikan Islam yang lebih

komprehensif dan sistematik.

b. Sebagai langkah-langkah mensistematisir usaha pendidikan Islam.

c. Sebagai pola dan format untuk telaah pendidikan Islam lebih lanjut.

d. Untuk menetapkan standar hasil usaha pendidikan Islam.

Page 32: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

14

e. Dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam pelaksanaan pendidikan Islam.

C. Kajian Pustaka

Penelitian dan pembahasan pendidikan Islam, baik dari segi teoritik maupun

prakHk, telah banyak dilakukan orang. Dalam kajian disertasinya, Ridlwan Nasir

lebih menyoroti model lembaga pendidikan Islam dengan pokok kajiannya pada

figur pengelola pondok pesantren. Dengan landasan pola-pola kepemimpinan yang

pemah diajukan dalam teori Max Weber maupun August Comte, ia menemukan

bahwa berbagai lembaga pendidikan Islam telah mengadopsi tipe kepemimpinan

secara parsial maupun gabungan di antara kepemimpinan rasional, kharismatik, dan

tradisional. Di samping itu, ia mengemukakan pula tentang berbagai model

pembelajaran di pondok pesantren dengan sistem sorogan, wetonan, dan sitem

klasikal. Analisis perbandingannya tentang berbagai kepemimpinan maupun model

pembelajarannya sudah barang tentu kurang memadai untuk dijadikan rujukan

maupun sumber bagi penelitian ini, kaiena kajiannya sangat jauh dai fokus penelitian

ini. Sedangkan penelitian ini lebih terfokus pada usaha pembelajaran pengembangan

aspek spiritual yang lebih bersifat individual dan secara tidak langsung lepas dari

pengaruh perkembangan lembaga.

Pandangan Hasan Langgulung, 7 bahwa pendidikan Islam bila dilihat dari

murid sebagai pengembangan potensi fisik dan psikis, dan bila dilihat dari

masyarakat sebagai pewarisan budaya. Tesis-tesis seperti itu, belum memberikan

jawaban tentang faktor imanen murid sebagai faktor pendidikan. Dalam konsep

seperti ini, pendidikan berproses dalam hubungan muP.d secara interaktif dengan

dunia ekstemal. Bila tidak ada objek ekstemal, maka tidak terjadi proses pendidikan,

7Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992).

Page 33: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

15

sebagaimana dipertegas oleh Hadari Nawawi, bahwa pendidikan memerlukan pihak

lain, karena tanpa demikian, tidak akan ada relasi atau sentuhan paedagogik. 8

Pendidikan sebagai pewarisan budaya ditunjukkan dengan uraiannya tentang

pentingnya pendidikan yang bertumpu pada asas-asas sejarah, ekonomi, politik,

adminsitrasi, dan psikologi, di samping uraiannya tentang sistem pendidikan Islam

yang lebih terfokus pada kelembagaan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan

Islam yang menjadi perhatiannya adalah pendidikan yang lebih berorientasi pada

pengembangan dan pembentukan aspek fisik dan atau psikis murid. Tulisan ini lebih

bersifat historis dan teoritis filosofis dibandingkan dengan pendidikan praktis.

Namun pola tulisan semacam ini tidak memberikan ruang yang cukup luas bagi

penulisan atau penelitian pendidikan spiritual yang belum dibahas sama sekali dalam

tulisan di atas.

Sebagaimana Hasan _Langgulung, al-Syaybiin1 membahas pendidikan Islam

dari segi filosofisnya. Dimulai dari uraian spesifik tentang filsafat pendidikan Islam,

dilanjutkan dengan pembahasan tentang ontologi, epistemologi dan aksiologinya

sebagaimana pembahasan filsafat pada umumnya. Dalam uraian masing-masing

cabang filsafat itu, fokus pemikirannya pada prinsip-prinsip yang menjadi dasar

pandangan ontologinya, yaitu kepercayaan manusia kepada Tuhannya, eksistensi

dirinya dan alam lingkungannya. Pada sisi lain ia mengembangkan pemikirannya

pada aspek epistemologi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar bangunan

ilmu pendidkan Islam. Di samping itu uraiannya tentang etika yang dijadikan prinsip

aksiologinya menjadi bagian yang terpisahkan dalam sistem pemikirannya. Dengan

8Hadari Nawawi, Pendidikan dalam Islam (Surabaya: al-Ikhlas, tt), hlm. 104.

Page 34: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

16

pola tulisannya yang lebih merupakan pemikiran tentang pendidikan Islam dari

petunjuk praktisnya, memungkinkan penulisan atau penelitian yang lebih operasional

dari sekedar pemikiran pendidikah dan menyediakan tempat yang cukup luas bagi

penel~tian yang bertema pendidikan spiritual.

Al-Syayban19 menganggap al-Qur'an mengandung filsafat pendidikan, dan

melihat pendidikan sebagai suatu usaha yang bisa dilakukan melalui interaksi murid

dengan lingkungan sosial maupun materialnya. Tawaran-tawaran seperti itu berupa

intemalisasi atau indoktrinasi nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam. Pendidikan yang

ditawarkan belum menyertakan kreativitas murid untuk menemukan sendiri

pengetahuan dan pengalaman yang bersifat imanen.

Adalah sangat wajar bilamana al-Syaybfilii menampilkan pemikiran semacam

itu, mengingat ia membangun suatu pemikiran yang holistik dan universal bagi

landasan pemikir8? pendidikan Islam yang bersifat filosofis, dari aspek murid, guru,

kurikulum, sarana, dan prasarana sampai landasan dan dasar penyelenggaraannya.

Walaupun tulisan itu mengesankan sangat normatif, namun dapat dimengerti bahwa

penulisnya ingin menyampaikan gagasan-gagasan yang bersifat Qur'an1 sebagai

sumber ajaran Islam yang bukan hanya berisi pendidikan Islam semata, tetapi juga

aspek ajaran lainnya. Hanyasaja luasnya garapan yang disampaikan menyebabkan

tulisan al-Syaiban1 ini tidak sampai memberikan elaborasi yang memadai untuk

kepentingan pendidikan spiritual, sehingga masih sangat dibutuhkan kembali

penelusuran yang lebih seksama untuk pokok masalah disertasi ini.

9'Umar Muqammad al-Tiim1 al-Syaybam, Falsafah al-Tarbiyah (Mesir: Dar al-Ma'anf, tt), hlm.205.

Page 35: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

17

Al-Abrasy1 ' 0 tokoh pendidikan Islam yang cukup temama, telah memberikan

pemikiran yang cukup berarti tentang bentuk pendidikan Islam. Ia telah

menyampaikan banyak gagasan-gagasan tentang isi pendidikan Islam sebagaimana ia

telah menukilnya dari kandungan al-Qur'an dan al-Sunnah. Dalam beberapa

tulisannya ia membahas pendidikan Islam dari aspek ekstemal murid, baik murid

sebagai subjek maupun objek pendidikan. Murid mengenal dan memahami sumber-

sumber pendidikan Islam yang berasal dari al-Qur'an, al-Sunnah, dan lembaga-

lembaga Islam melalui tanggapan-tanggapan inderawi dan persepsi nalamya.

Tulisan-tulisannya lebih merupakan didaktik pengajaran atau pembelajaran yang

memuat petunjuk-petunjuk teknis tentang asas-asas mengajar dan belajar yang baik

dalam kerangka pendidikan akhlak, karena pendidikan akhlak merupakan tujuan

utama tulisannya. Pokok bahasannya lebih menekankan pada pembentukan aspek

fisik dan psikis kepribadian seorang muslim. Fokus tersebut menjadi kekuatan utama

tulisan itu sebagai suatu bentuk tulisan yang memang banyak mewamai bentuk

tulisan para ahli pendidikan Islam dewasa ini. Pola-pola tulisan semacam itu lebih

populis dibandingkan dengan tulisan-tulisan lainnya, seperti tulisan yang terfokus

pada pendidikan aspek spiritual -semacam penelitian ini- karena menjadi konsumsi

utama para pelaku pendidikan di berbagai kalangan masyarakat. Tulisannya memang

telah banyak mewarnai dan memberi inspirasi bagi para pelaku pendidikan Islam di

berbagai belahan dunia.

Namun sebagaimana para pemikir dan pelaku pendidikan Islam lainnya,

gagasan-gagasan dan tindakan semacam itu belum memberikan indikasi secara

konkrit tentang pentingnya pendidikan spiritual bagi kehidupan seorang muslim~

1°MW,.ammad 'Athiyah al-Abrasy1, al-Tarbiyah al-Islamiyah (Kairo: Midar al-Qawmiyah, 1960), danRUh a/-Tarbiyah wa al-Ta'/'fm (Kairo: Dar Ihyii' al-Kutub al- 'Arabiyah, 1950).

Page 36: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

18

sehingga ia kurang memberikan perhatian terhadap pemikiran maupun tindakan

pendidikan bagi aspek ·spiritual. Apa yang telah ditulisnya perlu dikembangkan lebih

lanjut, bahwa- pendidikan Islam tidak harus berhenti pada pengembangan dan

pembentukan aspek-aspek fisik dan psikis belaka dengan pembentukan al-akhlaq al-

karfmah (~_fo.11 J~'il/budi pekerti mulia), tetapi masih ada capaian pendidikan

yang lebih jauh tetapi perlu dipertimbangkan, yaitu pentingnya pendidikan bagi

aspek spiritual.

Uraian pendidikan Islam dalam konsep seperti itu lebih ditekankan pada

bentuk pemahaman dan perealisasian ajaran-ajaran Islam secara formal daripada

kemungkinan yang bisa dicapai oleh murid untuk memperoleh pengetahuan dan ·

pengalaman dalam komunikasinya dengan dan di alam supranatural melalui aspek

spiritualnya. Pendidikan seperti itu kurang memerhatikan murid sebagai subjek dan

sekaligus objek potensial bagi dirinya sendiri, yang sesungguhnya hal ini menjadi

persoalan pokok dalam peinahaman diri, karena murid sebagai medan terbuka bagi

dirinya sendiri dan dunia luarnya, 11 yang memungkinkan pendidikan membawa

kemajuan material, fisikal, moral, dan spiritual.

Dalam dualisme pandangan tentang manusia bahwa ia sebagai subjek dan

objek pendidikan mempunyai dua dimensi kepribadian yang bersifat jasmaniah dan

ruhaniah. Masing-masing dimensi kepribadian ini sebagai modal potensial yang

memerlukan pengembangan yang optimal dan maksimal agar ia mempunyai peran

yang berarti dalam kehidupannya dan dapat mempertanggungjawabkan eksistensinya

di alam dunia ini. Manusia demikian adalah manusia yang sempurna lahir batin dan

111. Bambang Sugiharto, Post Modernisme Tantangan Bagi Fi/safat (Yogyakarta: Kanisius, 1996), him. 104.

Page 37: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

19

dapat berkembang secara seimbang. Equalibirium ini hanya bisa diwujudkan

bilamana pembentukan aspek spiritualnya tidak diabaikan. Untuk kepentingan seperti

-ini perlu ada usaha-usaha yang mengarah pada tujuan seperti itu, walaupun hasilnya

sang~t ditentukan oleh karunia yang dilimpahkan oleh Tuhan kepadanya.

Naquib al-Attas mencoba mengelaborasi semua konsep pendidikan Islam

secara etimologis untuk membangun terminologi yang dianggap mewakili

pendidikan Islam. Tawaran-tawarannya meliputi term-term al-tarbiyah (~jill), al-

ta 'l[m (~I) dan al-ta 'dlb (~.:i~till). Dia tidak menerima sepenuhnya term tersebut

di atas dan lebih cenderung mempergunakan term al-ta 'dw ('-:.1:!..li.:ill /pendidikan),

berasal dari kata aduba (y..ll/mendidik)12 dengan arti "pengenalan dan pengetahuan

tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam keteraturan penciptaan

sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengetahuan

tempat Tuhan yang tepat dalam tata wujud dan kepriadaannya."13 Kajian yang sangat

teoritis ini hanya memaparkan konsep-konsep kebahasaan tentang pendidikan Islam

dan jauh dari konsep terapannya. Pertimbangannya adalah apa yang harus dikatakan

untuk pendidikan Islam dan bukan apa yang harus diperbuat untuk pendidikan Islam.

Dalam keadaan seperti ini, pendidikan Islam hanya berwujud wacana dalam rangka

mempergunakan istilah yang benar dan bukan untuk berbuat yang benar dan

berfaidah dalam membangun pendidikan yang dapat memberikan sumbangan

terhadap kehidupan aspek fisik, psikis dan spiritual murid.

Untuk melengkapi sesuatu yang telah dipikirkan dan diperbuat oleh para ahli

pendidikan itu, maka sudah sepantasnya untuk dipikirkan kembali tentang

12Hans Wehr, A Dictionary, him. IO 13Syed Mul}.ammad Naquib al-Attas, Konsep, him. 8

Page 38: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

20

pendidikan yang tidak hanya berhubungan degan aspek lahiriah seorang muslim,

tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan Islam yang berhubungan

dengan aspek sprittJalnya. Pendidikan demikian tidak mengikuti pola sebagaimana

dirancang dalam tulisan-tulisan tersebut di atas, karena memang merupakan petunjuk

'

langsung dari Tuhan kepada manusia yang dikehendakinya dalam tingkat atau

derajat (maqam) tertentu. Maka mengungkap fakta-fakta fenomenologis dalam tema

penelitian seperti ini menjadi hal yang sangat wajar bahkan sangat penting di tengah-

tegah belum tersedianya pustaka yang berhubungan dengan tema penelitian ini. 'cl'~'t-(\

.-....o~C D. Kajian Teori ~ ~v" f>."\'<'-\).

Teori pendidikan nativisme -lahir dari pemikiran J.J. Rouseau~ beranggapan

bahwa pertumbuhan dan perkembangan murid ditentukan oleh pembawaan yang

dibawanya sejak lahir, tanpa pengaruh sedikit pun dari pihak lain. Oleh karena itu

usaha pendidikan tidak pernah membawa hasil, bahkan dapat merusak

perkembangan murid secara wajar, karena murid secara alami sudah baik.

Teori empirisme -disebut juga dengan teori tabularasa- lahir dari pemikiran

John Lock, Ikhwan al-Shala, al-Kincfi dan al-Farab1, 14 menganggap bahwa kelahiran

seseorang dalam keadaan bersih, dalam arti tidak mempunyai potensi apa pun,

sehingga perlu diisi dengan pendidikan sebagai satu-satunya usaha yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. "Tak satu pun pengetahuan dan

pengalaman murid diterima tanpa melalui data sensori."15

Teori konvergensi dari William Stern memadukan dua pandangan ekstrim

tersebut dan melihat perkembangan dan pertumbuhan murid ditentukan secara

14'Umar Mul).ammad al-Tum1 al-Syayban1, F alsafah, him. 40. 15

Tenneth T. Ghallagher, Epistemologi, terj. P. Hardono Hadi (Yogyakarta: Kanisius, 1995), him. 95.

Page 39: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

21

bersama-sama oleh pembawaan dan pengaruh ekstemal yang diterimanya. Para ahli

pendidikan Islam memandang seperti pandangan terakhir, dengan bersandar pada

penafsiran Q.S. al-Riim (30): 30 dan hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu

Hurayrah, riwayat al-Bukhan dan Muslim tentang fitrah. 16

Teori pendidikan Islam yang disandarkan kepada al-Qur'an dan al-Sunnah

secara teoritik maupun operasional berada di bawah otoritasnya, sehingga tidak

semata menerima teori ilmiah positivistik maupun rasionalistik, tetapi dibangun

dengan nilai-nilai al-Qur'an dan al-Sunnah. Apabila semata teori ilmiah tersebut

diterima sebagai teori pendidikan Islam, maka bentuk-bentuk fakta metafisika

(ghaybiycit) harus ditinggalkan. 17 Dengan alasan ini teori pendidikan Islam dibangun

secara a priori, walaupun hams diakui pula bahwa ayat-ayat Tuhan tidak sebatas

yang terdapat dalam al-Qur'an, tetapi juga -sebagaimana dikehendaki oleh Noeng

Muhadjir, Izutsu, Herman Landolt dan Canpanella, al-Thabathaba'1, dan Hossein

Nasr-18 kosmos ini. Bila pendapat ini dapat diterima, maka mengindikasikan teori itu

16 <'"' : i"J)l)\.e.:!k '-"'Ull.).i ~I ..!ii o.).i "Ketetapan Allah yang telah menjadikan manusia atasnya" (Q.S.al-Riim [31]: 31). (~ ~) o,;bill .)c.~Jfl_,I.,,,. JS "Setiap anak yang dilahirkan terlahir dalam keadaan suci". H.R: Bukhari Musfun). Al-Ghaz.fili dan al-Jawz1 seperti pendapat naturalisme, melihat fitrah sebagai pembawaan yang bersifat baik, 'Umar Mul}.ammad al-Tiim1 al-Syayban1, Falsafah, him. 204, dan Harl Zamharir, "lnsan Kamil", him. 118. Ahli psikologi daya memandangnya buruk, humanisme memandangnya netral. Morris L. Bigge, Learning Theories for Teacher (New York: Harper Publisher, 1982), him. 10. Abdurrahman Shaleh Abdullah mengartikanfitrah agama, tawhid, bentuk yang diberikan kepada manusia saat penciptaannya, potensi untuk menjadi muslim. Abdurrahman Shaleh Abdullah, Teori-teori, him. 57.

11/bid. him. 23. 18AI-Qur'an adalah wahyu yang diturunkan dengan lambang bahasa lukisan dan kata yang

tehimpun atau the recorded al-Qur 'an ( a/-Qur 'an al-tadwlni). Sesunguhnya hamparan alam ini merupakan wahyu juga atau al-Qur 'an of creation (al-Qur 'an a/-takwinl) yang mempunyai nilai serta sumber sebagaimana a/-Qur'an a/-Tadwin[ Baik wahyu al-Qur'an yang tertulis maupun al-Qur'iin dalam bentuk-bentuk ayat-ayat Tuhan yang terhampar dalam jagad raya ini semuanya mencakup gagasan-gagasan ataupun pola dasar tentang semua kenyataan yang ada. Penggunaan istilah ayat (tanda), yang merujuk pada bagian surat al-Qur'an, menunjuk pada fenomena yang terjadi, baik dalam diri manusia maupun alam semesta. Wahyu Tuhan yang diturunkan kepada manusia adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan wahyu kosmis, tempat ia juga merupakan wahyu Tuhan. Seseorang tidak dapat memahami semua ini sebagai kitab suci dari Tuhan kalau ia tidak berhasil menempatkan diri yang paling dalam pada posisi pusat yang dapat melihat b~wa sesungguhnya alam

Page 40: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

22

tidak semata a priori, tetapi juga a posteriori -dapat menerima verifikasi empirik-

sebagai simbol-simbol yang bekerja dalamjaringan konseptual dengan al-Qur'an dan

al-Sunnah.

Teori seperti ini berangkat dari konsep idealisasi dengan bertolak dari al-

Qur'an dan al-Sunnah, atau secara terbalik dimulai dari konseptualisasi telaah

empirik dengan tata pikir induksi dan deduksi dikonsepsi secara inkonklusif, tentatif,

open ended Referensi al-Qur'an sebagai acuan, petunjuk dan kriteria ditampilkan

relevansinya. Konseptualisasi teori seperti ini dianggap sebagai teori terpadu dan

menyeluruh serta asas al-Qur'an membentuk inti prima, sejauh al-Qur'an

mengandung suatu kesatuan pandangan terhadap manusia dan alam semesta. Maka

teori pendidikan Islam harus terletak pada dasar kesatu-paduan tersebut. 19

Teori demikian mengintegrasikan pengembangan ilmu dengan nash dan

moralitas agama. Kebenaran yang bersifat integratif ini sebagai tempat konsultasi

berbagai masalah keilmuan. Dalam membangun teori pendidikan Islam dapat

mengadopsi kebenaran monistik multifaset Noeng Muhadjir, yang terdiri dari

kebenaran insaniyah yang dibangun di atas landasan rasional dan dikonsultasikan

dengan al-Qur'an.2° Koherensi berbagai kebenaran dimensional menjadi suatu yang

integratif 21 Dengan rumusan teori seperti ini, maka kawasan spiritual bisa diliput

dalam suatu kawasan ilmiah empirik, rasional dan etik. Tampilannya adalah

kebenaran integratif antara ilmu dan wahyu yang dapat memberikan pedoman hidup

raya ini merupakan simbol dan realitas tembus pandang (transparent reality) dan dengan demikian ia mampu mengetahui dan memahami alam raya ini dalam arti yang sebenarnya. Komarudin Hidayat, "Upaya Pembebasan Manusia, Tinjauan Sufistik terhadap Manusia Modem Menurut Hossein Nashr", dalam Dawam Rahardjo, (ed.), Jnsan Kami/, him. 187.

19/bid, hlm. 25. 20 Ibid hlm. 146 21/bid hlm. 147

Page 41: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

23

kepada manusia. al-Qur'an dijadikan sebagai pusat ide dan sebagai sentral.22

Implementasinya adalah al-Qur'an dan al':'Sunnah dijadikan sebagai penuntun,

orientasi, dan tempat konsultasi bagi teori dan praktik pendidikan Islam. "Seorang

tidak mungkin berbicara pendidikan Islam tanpa mengambil al-Qur'an sebagai

rujU.kan,"23 y~g kemudian dikembangkan menurut penafsiran dan penelitian

tertentu. Karena manusia tidak mungkin sampai pada pemahaman hakiki dari

kebenaran dan kebijakan-Nya -intensional theori dalam filsafat hermeneutik- maka

teori itu pun hanya semata penafsiran manusia belaka.24 Teori demikian secara

aksiologis menyelamatkan manusia dari dehumanisasi, dan membantunya untuk

mendapatkan pengawasan ke arah pemenuhan diri sendiri melalui perkembangan

kepribadian yang seimbang. 25

Pembuktian dan telaah teori pendidikan Islam secara empirik hams diartikan

dalam pemaknaan yang variatif dan disesuaikan dengan :

I. Realm I adalah entitas empirik yang dapat ditangkap oleh indera.

2. Realm 2 adalah entitas empirik yang dapat ditangkap oleh indera dengan bantuan

instrumen.

3. Realm 3 adalah entitas empirik yang hanya dapat dilihat basil terapannya.

4. Realm 4 adalah entitas empirik etik yang dapat ditangkap dengan penghayatan

koherensinya perilaku dengan nilai-nilai moral.

216.

22Noeng Muhadjir, Metodologi Pene/itian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1991), him.

23 Abdurrahrnan Shaleh Abdullah, Teori-teori, him. 20.

24:Noeng Muhadjir, Metodo/ogi, him. 221. Hermeneutika al-Qur'an menampilkan berbagai

macam metode, seperti al-mawdlu 'f, dalam Abd al-ijayy al-Farmaw1, al-Bidciyah jT Taftlr al­Mawd/u-'f (Mesir: Dar al-Kutub 1976), atau hermeneutika al-Qur'an dalam Fazlur Rahaman, Islam dan Modernitas, terj. Ahsin Muhamad (Bandung: Pustaka, 1985).

25 Ali Ashraf, Horizon, him. 87.

Page 42: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

24

5. Realm 5 adalah entitas empirik penghayatan transenden yang dapat dihayati

empirinya lewat hasil dari hal-hal transenden.26

Dilihat dari keteraturannya, pengalaman spiritual sebagai pokok telaah tulisan

m1 dapat menjadi objek yang mungkin dapat didekati dari pendekatan tertentu.

Keteraturan itu sebagai gejala yang bisa dibaca dan diamati sebagai realm 5.

E. Metode Penelitian

Fenomenologi naturalistik merupakan pendekatan yang dipergunakan dalam

penelitian ini. Kerangka pikir fenomenologis mengarah untuk mencari esensi, sifat

generatif, kesimpulan ideografis, 27 dengan mempergunakan prinsip epoche dan

eiditic sebagaimana disarankan oleh Husserl. Epoche bermakna bahwa untuk

mendapatkan sesuatu harus ditempatkan dalam tanda kurung terhadap kebenaran

nilai dan eksistensi suatu fenomena. Menunda, meletakkan dalam tanda kurung, atau

kurang memerhatikan objektivitas, mengungkap objektivitas, serta menangkap

makna secara intensional dari data yang dipersepsikan dan dideskripsikan dari

pengalaman, 28 berarti bahwa data yang tidak dapat ditampilkan equivalen-nya atau

kesamaan identitas tidak menjamin untuk dikatakan equivalen atau identik.29

Sedangkan eiditic dimaksudkan untuk mengungkap esensi sesuatu data melalui

empati dan intuisi. Intuisi di sini dimaksudkan untuk dapat menembus apa yang

dianggap rasional sampai yang irrasional dari suatu pengalaman, sehingga

kebenarannya diletakkan dalam suatu perspektif. Pendekatan ini dapat menyediakan

26Noeng Muhadjir, Filsafat I/mu (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2004), him. 150 27 Ibid. , him. 91 28Ursula King, "Debat Metodologis Pasca Perang Dunia II", dalam Ahmad Norma Permata

(ed.), Metodologi Studi Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), him. 303 dan 367. 29Noeng Muhadjir, Filsafat, him. 93.

Page 43: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

25

jalan kepada pemahaman (verstehen) dan usaha unmk mencapai suatu esensi,

sebagaimana pendekatan terhadap ilmu sosial, seperti diungkap oleh Weber hams

disikapi dengan verstehen.30

Pendekatan kualitatif memerlukan pemahaman terhadap tingkah laku

manusia dalam, suatu latar, dengan melakukan komunikasi secara terbuka antara

peneliti dan subjek penelitian dalam ikatan suatu konteks. Dalam pandangan Noeng

Muhadjir, bahwa konteks natural merupakan suatu kebulatan yang menyeluruh dan

tak dapat dipahami dengan memisah-misahkan bagian-bagiannya. Diperlukan

melihat masalah yang substantif, karena terdapat interaksi antara peneliti dengan

subjek lain -objek penelitian- yang beraktivitas.31 Interaksi ini mengandung makna

yang hams dipahami dalam hubungan timbal-balik dalam konteksnya. Interaksi itu

saling mempertajam secara simultan (mutually simultanious sharping) terhadap

pemahaman subjek terhadap data. Bahkan konteks itu dapat berperap. sebagai

determinasi terhadap subjek penelitian.32 Proses timbal-balik yang simultan itu

menjadi suatu kausalitas yang sulit diproyeksikan unmk menetapkan suatu hasil yang

dapat diduga. Karena yang terjadi bukan keadaan yang konstan dan ajeg, melainkan

perubahan yang bersifat simbiosis dan evolusi.

Penelitian ini berangkat dari lapangan, maka langkah-langkah yang perlu

ditempuh adalah membuat design penelitian sementara yang selalu disesuaikan

dengan keadaan lapangan. Data yang diperlukan dibangun secara bersama antara dua

subjek (subjek peneliti dan subjek penelitian) yang saling berperan dalam posisi

30/bid, him. 233. 31

/bid, 126-127, Robert Bogdan dan Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research (New York: John Wiley & Son, 1975), him. 2, Lexy J. Moleong, Metodo/ogi Pene/itian Kua/itatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991 ), him. 34.

32/bid,. him. 4.

Page 44: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

26

kesejajaran. Dengan cara kerja semacam ini memungkinkan penghimpunan data

secara bebas dM terhindar dari pengambilan data secara eksploitatif oleh satu pihak

saja. Dalam kerangka ini, hipotesis tidak perlu dibangun sebelum peneliti terjun ke

lapangan sebagaimana disarankan oleh Glasser dan Strauss, karena peneliti yang

berangkat ke kancah dengan seperangkat hipotesis menyebabkan hasil penelitiannya

hanya sekedar menerima atau menolak hipotesis. Bahkan hipotesis yang dibangun di

kancah pun akan mengalami rekonstruksi dan perbaikan, dan akhirnya hanya

hipotesis yang benar-benar ditopang oleh data yang dijadikan dasar penyimpulan.

Di samping itu, bahwa perolehan data dapat berdiri sebagai hipotesis barn

untuk mencari data yang lain. Dalam rangka menghindari prasangka yang tidak

didasarkan kepada kenyataan, perolehan data diusahakan dari sumber pengalaman

subjek penelitian. Untuk itu diperlukan instrumen manusia yang dapat memahami

keterkaitan suatu fenomena dengan konteksnya, sehingga. ia dapat menjadi

partisipant observer dalam menangkap realitas tunggal maupun ganda -realitas yang

hanya bisa dipahami dengan pendekatan yang holistik- bahkan pengetahuan yang tak

terkatakan diupayakan untuk menjadi eksplisit clan legal, dengan cara observasi,

open-ended interview, dan pembacaan dokumen pribadi. Pertanyaan diajukan

sedemikian rupa sehingga memungkinkan subjek penelitian menjawab sebagaimana

adanya tanpa ada kesan dipaksa clan sekedar mengikuti kehendak peneliti.

Sampel yang diperlukan dalam penelitian ini bersifat purposif, yaitu sampel

dengan unsur-unsur atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berhubungan

dengan fokus,33 karena dengan cara ini memungkinkari terjadinya seleksi peristiwa

33James A. Black, dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, terj. Koswara, dkk. (Bandung: Eresco, 1992), him. 264.

Page 45: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

27

yang diperlukan. Sampel purposif diambil dengan mempertimbangkan ekstrimitas,

keragaman, dan karakteristiknya, yaitu sampel atau informan yang mempunyai

pengalaman spiritual sesuai dengan kepentingan penelitian ini. Pengambilannya

terus dilakukan selama pada sampel baru masih mengandung informasi baru pula.

Model pengambil~ sampel seperti bola salju (snowball sampling) telah dilakukan

kepada banyak orang. Pengambilan sampel semacam ini tidak dimaksudkan untuk

mencari generalisasi, kecuali untuk mencari transferabilitas terhadap subjek yang

sama. Sampel adalah orang-orang yang benar-benar mempunyai pengalaman

spiritual yang secara fenomenologis digali informasi penghayatannya. Sampel seperti

itu kemudian diwawancarai agar secara reflektif menceritakan proses pengalaman

dan penghayatannya. Bila tampak tampilan misterinya atau tampilan manipulatifnya,

maka datanya dikritisi dengan memperdalam pertanyaan yang diajukan, dan hanya

data yang dapat menampilkan proses dan realitas yang jelas saja yang dipakai

sebagai data untuk dianalisis.34 Ada beberapa subjek yang dihubungi peneliti,35 yang

secara kebetulan adalah orang yang mudah diajak berkomunikasi dengan sikap

santun, tawadlu-· (~ljill/rendah diri), jauh dari mementingkan diri sendiri, dan

keinginan untuk publikasi. Dari sikap-sikap demikian mengandung isyarat bagi

peneliti untuk tidak mengeksploitasi dan mengeksposnya sekedar untuk ketenaran

atau popularitas pribadinya. Penuturan pengalaman spiritual yang bersifat pribadi

kepada orang lain dianggap akan mengakibatkan cacat nilai. 36

Penggalian informasi yang diperlukan dengan mendengarkan ceramah dan

pengajian yang disampaikannya, bertanya tentang sesuatu yang berhubungan dengan

34Noeng Muhadjir, llmu Pendidikan dan Perubahan Sosial (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993) hlm.146-166.

35ustadz Aslah, Ustadz Shahih, Ustadz Ahsan, Ustadz Jamad, Ustadz Ibrahim, Ustadz Hafidh, K. Ahsib, P. Fatah, K. Madan, Mas lbn dan lbu Zurn, dan Mas Ali.

36Nurcholis Madjid, Masyarakat Religius (Jakarta: Paramadina, 2004), him. 171.

Page 46: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

28

pengalaman spiritualnya, berdiskusi dengannya, mengobservasi kegiatannya, dan

sumber-sumber lain yang memuat keterangan subjek. Keadaan demikian sangat

membantu ketika -umpamanya- peneliti melihat integritas kepribadiannya, intensitas

ibadahnya, keluhuran budi pekertinya, kesederhanaan hidupnya, perhatiannya

terhadap pengembangan aspek spiritual, dan sikap serta kepeduliannya terhadap

pihak lain. Perilaku semacam ini dilihat latar belakang dan alasannya, apakah

tumbuh dari suatu pandangan atau visi yang bersifat empirik, intelektual, atau

bersifat spiritual. Paling tidak moralitas subjek dan keahlian dalam bidangnya serta

tidak menyalahi akal sehat menjadi pertimbangan utama. 37

Mencari fokus nyatanya tidak dapat dilakukan dengan segera. Dalam

wawancara dengan subjek penelitian, masalah yang disampaikan dan dibahas

meliputi banyak hal, dari masalah keagamaan, sosial, politik, ekonomi dan bahkan

budaya. Menangkap dan memilah banyak persoalan yang disampaikan itu menjadi

sulit untuk mencari persoalan yang menonjo1 dan menarik. Banyak persoalan yang

dikemukakan sangat menonjol dan menarik terutama bidang-bidang keahlian yang

dikuasainya. Luasnya topik yang disampaikan kepada peneliti menyebabkan peneliti

tidak hanya memerhatikan topik-topik yang disampaikan, tetapi juga menyebabkan

peneliti harus mengunjunginya berulang-ulang. Memang pada seorang subjek

penelitian dapat ditentukan fokusnya dari keterangan-keterangan yang disampaikan.

Tetapi pada subjek lain -dengan hanya mendengarkan informasi yang disampaikan­

tidak cukup kuat untuk menentukan fokusnya, sehingga peneliti harus mengamati

perilaku yang mungkin dapat dijadikan bantuan untuk mempertajam penglihatan

37H.M. Amin Syukur dan H. Masyharudin, Intelektualisme Tasawuf (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), him. 88.

Page 47: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

29

terhadap fokus. Sedangkan fungsi fokus adalah sebagai limitasi studi atau daerah

kawasan penelitian.

Pokok masalah yang dibahas dalam penelitian ini bukan studi komparatif

berbagai pengalaman dan pengetahuan spiritual, melainkan dimensi

epistemologisnya yang berupa analisis terhadap pengalaman aspek spiritual dalam

memperkembangkan dan memperkaya wawasan, pengetahuan, dan pengalaman

seseorang. Karena dunia di luar persepsi inderawi dan penalaran sangat menarik

untuk dikaji, maka penelitian ini difokuskan pada artikulasi pengalaman seseorang

yang secara introvertif dapat merekonstruksi pengalamannya. Rekonstruksi terhadap

pengalaman spiritual yang dikonseptualisasi dalam bahasa sendiri, berarti penalaran

terhadap objek pengalaman spiritual. Aspek filosofis pengalaman spiritual hanyalah

menjadi latar belakang objek penelitian dalam membicarakan tentang apa yang telah

diungkapkan dan dibicarakan oleh seseorang dari pengalaman spiritualnya.

Seseorang dirangsang atau didorong dengan bebagai cara untuk merekonstruksi dan

mengungkapkan sesuatu yang pemah dialaminya, sehingga dengan merenunginya

secara reflektif dan introvertif dapat merekapitulasi keadaan dan apa saja yang

dialaminya Objek penelitian ini terfokus pada beberapa spesis pengalaman spiritual

dari bentangan yang terkatakan sampai yang sebenamya tak terkatakan, yaitu

pengalaman yang tidak terkonseptualisasi dalam term pemahaman masyarakat

umum, atau bahasa yang bisa dipahami banyak orang, atau bahasa khas tersendiri38

dengan mengadakan penyelidikan terhadap hal-ihwalnya, mempelajari biografinya,

serta mengobservasi sikap dan perbuatannya. Pengungkapan pengalaman

38Mehdi Ha'iri Y azdi, I/mu Hudhiiri, him. 161.

Page 48: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

30

spiritualnya dalam bahasa modalitasnya memerlukan penjelasan lebih lanjut dengan

menarik pengalaman itu pada nuansa empirik.

Secara historis, pengalaman spiritual seseorang telah menempati otoritasnya

sendiri yang- kebenarannya diterima secara umum. Adalah tidak logis bila

pengalaman spiritual diidentikkan dengan pengalaman yang diperoleh oleh aspek

psikologis, karena terdapatnya keseragaman dan keteraturan pengalaman ini. 39

Penegasan secara empirik logis tidak relevan untuk menjustifikasi pengalaman itu

benar atau salah.40 Secara teoritis pengalaman itu dibedakan dengan yang lainnya,

karena ineffability (tidak terkatakan), bersifat noetic (bersifat kognitif tetapi lebih

dekat kepada perasaan), transiency (sementara) danpasif.41

Sementara bagi Karen Amstrong pengalaman spiritual bagi semua agama

memiliki beberapa karakteristik yang sama. Bersifat subjektif, melibatkan perjalanan

batin, bukan persepsi t~ntang fakta objektif di luar diri, dialami melalui bagian

pikiran yang mencipta citra-sering disebutdengan imajinasi- dari pada melalui daya

yang lebih bemalar dan logis. Pengalaman ini dengan secara sengaja diciptakan oleh

seorang di dalam dirinya sendiri dengan latihan fisik dan mental tertentu, akan

menghasilkan penampakan akhir dan akan selalu hadir ke hadapannya tanpa

di ad . 42 s an.

39/bid 40 Ibid, him. 249 41/nejfability, kualitasnya sebagai pengalaman langsung tidak dapat ditransfer kepada pihak lain

dan lebih merupakan keadaan perasaan daripada keadaan pikiran, dan tidak seorangpun yang dapat menjelaskan secara gamblang sesuatu yang belum pemah dirasakanhya. Noetic, walaupun lebih dekat pada perasaan tetapi ia juga bersifat pengetahuan, dan seseorang dalam keadaan pandangan yang mendalam tentang kebenaran. Transeincy, suatu pandangan yang tidak dapat berlangsung lama. William James, The Varieties of Religious Expiriences (Georgia USA: Amazon Com. tt), him. 159.

42Karen Amstrong, Sejarah Tuhan, terj. Zainul Am (Bandung: Mizan Media Utama, 2002), him. 293.

Page 49: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

31

Langkah operasional yang lain dilakukan dengan mendengar semata-mata

dari pihak subjek penelitian tanpa hams mengajukan pertanyaan. Hal ini dilakukan

untuk melihat konsistensi informasi yang disampaikan. Begitu pula ketika peneliti

mendapatkan informasi yang berhubungan dengan fakta perilaku subjek, maka

peneliti mencoba menghubung-hubungkannya dengan kebiasaan yang dilakukan

subjek penelitian. Dengan menanyakan pada pihak-pihak lain, seperti putera­

puterinya dan keluarga yang lain. Dari kasus ini didapat informasi tentang kebiasaan

yang dilakukan subjek penelitian.

Sedangkan penyusunan laporan melalui rumusan-rumusan deskriptif verbal

yang secara substansial disepakati antara peneliti dan subjek penelitian-guna

mendapatkan veri:fikasi dan kon:firmasi- sebagai upaya untuk tetap mempertahankan

termuatnya esensi, dan untuk meningkatkan kredibilitas dan keterandalan penelitian.

Lebih-lebih bila diingat bahwa persepsi peneliti bersifat perspektif, dan sesuai

dengan pandangan dan nilai yang dipegangi oleh masing-masing subjek, karena

setiap orang dalam pandangan fenomenologi merupakan subjek dari pengalamannya

masing-masing. Pengalaman subjek penelitian menjadi landasan bagi wawasan

peneliti dalam membangun landasan intersubjektif, dan menjadi basis untuk saling

mengurun (sharing) dalam membangun hasil penelitian. Hubungan intersubjektif

yang saling mengurun terhadap data dapat memperkuat kredibilitas hasil penelitian.

Landasan yang esensial adalah menampilkan kerangka pikir dan pemikiran subjek

penelitian, walaupun kadang-kadang peneliti dalam keadaan tertentu membahasakan

kerangka pikir dan pemikiran subjek penelitian, tetapi bukan pola pikir d~

pemikiran peneliti. Maka pengungkapan fakta memerlukan penafsiran dengan

Page 50: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

32

memberikan arti dan mencari hubungan-hubungan di antara dimensi-dimensinya.

ProdUk penafsiran itu merupakan data yang telah mengandung makna, yang

dibangun atas hubungan timbal-balik sebagaimana disebut di atas. Dasar pemaknaan

dan penafsirannya dilandaskan bukan sekedar pengalaman langsung, tetapi semua

pengalaman yang mengimplisitkan penafsiran 43 yang berhubungan dengan

pengalaman spiritual. Dengan demikian, pembacaan data tidak terbatas pada yang

empirik sensual, melainkan berupaya mencari makna di balik yang sensual,44

sehingga pengalaman yang tak terkatakan dan sikap dan penghayatan yang

unobservable (tidak teramati) dapat dieksplisitkan melalui pemaknaannya. Untuk

keperluan ini, kegiatan pengumpulan data dan analisisnya dilakukan secara

serempak, dalam arti data yang diperoleh langsung dianalisis untuk dijadikan

petunjuk arah perolehan data selanjutnya sesuai dengan jenis data yang diperlukan.

Agar komunikasi dengan subjek penelitian tetap terpelihara, tetap berlangsung, dan

agar dapat memaknai arti yang sebenarnya dari bahasa khusus mereka dalam

pengertian bahasa objek, maka perlu mengambil langkah menjalin kontak dengan

subjek penelitian, paling tidak pada tingkat definisi dengan bahasanya sendiri dan

kemudian mencoba memunculkan pertanyaan dan mengemukakan penilaian kritis. 45

Pengalaman spiritual hanya merupakan pencapaian pengetahuan dan pengalaman

yang tidak dicapai oleh indera dan nalar,46 perlu dieksplisitkan dengan pemaknaan

secara logis. Pemaknaan terhadap laporan penelitian bersifat idiografis, mengingat

setiap subjek penelitian dan konteksnya memunculkan warna tersendiri. Untuk

43Noeng Muhadjir, Filsafat //mu, him. 92. 44Ibid, him. 241. 45Mehdi Ha'iri Yazdi, I/mu Hudh'liri, him. 268. 46/bid.

Page 51: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

33

keperluan ini, subjek penelitian tidak perlu dieliminasi dari konteksnya dan dari

subjek lain, kecuali diaksentuasikan kepada fokus, karena keperluannya bukan untuk

generalisasi, melainkan transferbilitas pada kasus-kasus lain dengan beberapa tingkat

kesesuaian, sehingga perlakuannya bersifat khusus. Hal-hal yang esensial dapat

diidentifikasikan dan dipilah dari yang non-esensial dengan telaah holistik.

Analisis penelitian ini dilakukan secara induktif, yang berarti mengkonstruksi

data dalam satuan kategori-kategori. Pertimbangannya adalah bahwa analisis ini

lebih dapat menemukan kenyataan ganda, menampilkan hubungan secara eksplisit

antara kedua subjek, di samping dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat

mengeksplisitkan nilai. Kategorisasi ini menurut Alan Bryman dan Robert. G.

Burgess,47 dilakukan sampru. semua data terakomodasi di dalamnya,

mengorganisasikan dalam suatu pola dan struktur uraian dasar, sehingga secara

formal dapat menformulasikan ungkapan atau tema yang lebih abstrak. Dalam

rangka menghindari prasangka yang tidak benar, diusahakan untuk memperoleh data

dari pengalaman langsung subjek penelitian.

Kategori-kategori baru perlu dibentuk bilamana masih terdapat data-data

yang tidak bisa dimasukkan dalam kategori yang telah ada, dengan proses sebagai

berikut:

1. Memperbandingkan kejadian-kejadian yang cocok dengan kategorinya.

2. Mengintegrasikan kategori dengan ciri-cirinya

3. Merumuskan teori.

4. Menuliskan teori substantif.48

47Alan Bryman dan Robert G. Burgess, Analyzing Qualitative Data (New York: Routledge, 1994), him. 5.

48NoengMuhadjir, Metodologi, him. 210-213.

Page 52: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

34

Glasser, Strauss, Miles, dan Habermas merekomendasikan agar perbandingan

itu perlu terns dilakukan untuk memastikan penempatan suatu data pada suatu

kategori tertentu. 49 Sedangkan integrasi kategori dilakukan bilamana ada akumulasi

pengetahuan dari berbagai kategori yang mempunyai kaitan antara satu sama lain dan

menghasilkan Sl;latu kesatuan secara utuh. Dari kawasan keragaman kategori yang

terintegrasi, direduksi untuk mencapai formulasi konsep abstrak.

Secara metodologis terdapat kendala pelaporan ini, sebagai akibat bahwa

penelitian semacam ini biasanya terfokus pada perilaku dan sikap yang bisa diamati,

tetapi dalam pelaporan ini tidak mengesampingkan untuk mengetengahkan opini dan

pendapat subjek penelitian sebagai bentuk yang lebih dekat dalam menggambarkan

pengalaman spiritual yang tidak kasat mata, bukan rangsang inderawi atau non­

observable object. Perilaku yang non-observable ini hanya dapat dijelaskan secara

logis sampai secara tidak logis, dari yang dapat disampaikan dengan bahasa yang

jelas sampai bahasa yang tidak mengikuti aturan-aturan baku yang berlaku dalam

suatu gramatika bahasa. Berita keimanan tentang sesuatu yang non-observable -

tidak mengikuti pembuktian verifikatif empirik- perlu diverifikasi sesuai dengan

bidangnya, bahwa bagi mereka yang meyakininya adalah suatu pengalaman yang

sama jelasnya dengan pegalaman empirik. Mencari bukti pengalaman spiritual

sebagai bukti hipotesis tentang agama bukanlah pekerjaan yang tidak dapat

dilakukan, kecuali memerlukan prosedur dan metodologi yang disesuaikan dengan

kepentingan objeknya.

49 Alan Bryman dan Robert G. Burgess, Analyzing, him. 4.

Page 53: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

35

G. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan mempresentasikan lima bah yang dimulai dengan bah I

sebagai bab pendahuluan dengan mengetengahkan latar belakang penulisan ini

diangkat, dilanjutkan dengan rumusan-rumusan masalah untuk dicarikan

jawabannya. Berikutnya adalah kajian pustaka untuk mendapatkan gambaran umum

tentang penelitian-penelitian yang pemah dilakukan pihak-pihak lain dalam rangka

menghindari duplikasi. Sedangkan kajian teori sebagai tempat landasan penelitian ini

dibuat. Kemudian metode penelitian menunjukkan langkah-langkah yang ditempuh.

Sistematika pembahasan sebagai uraian terhadap urut-urutan penyajian laporan

penelitian ini.

Pembahasan bah II difokuskan pada masalah yang berhubungan dengan

kebenaran pengetahuan dan pengalaman spiritual, dengan topik epistemologi 'irfanl

(~t.iyJl/pengenalan kepada Allah). Bab ini mengetengahkan basis pengalaman

spiritual untuk mengenali sifat dan karakteristiknya, sehingga memungkinkan

seseorang untuk membedakannya dengan pengetahuan dan pengalaman lainnya.

Perbedaan itu menuntut artikulasi tersendiri dan validitasnya tidak sama dengan

pengetahuan dan pengalaman lainnya.

Sungguhpun pengetahuan ini berbeda dengan lainnya, namun tetap

mempunyai hubungan yang erat dengan pengetahuan dan pengalaman lainnya,

bahkan beberapa pengetahuan dan pengalaman lainnya dapat bersinergi untuk

memperoleh pengetahuan dan pengalaman ini. Walaupun demikian, pengetahuan dan

pengalaman ini dapat diintegrasikan ke dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman

lainnya yang bersifat empirik maupun rasional. Walaupun mempunyai hubungan

Page 54: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

36

erat dengan pengetahuan dan pengalaman lainnya ia masih dapat dibedakan dan

dieliminasi dari yang lainnya sebagai bukti kemandiriannya.

Dengan eliminasi itu memungkinkan seseorang mengenali satu-persatu

pengetahuan dan pengalamannya, dan dapat mengembangkan masing-masing

pengetahuan dan pengalaman itu secara mandiri, termasuk pula pengembangan

modalitas yang berhubungan dengan masing-masing pengetahuan dan pengalaman

itu, yaitu kemampuan indera maupun nalar dalam tindak pengetahuan dan

pengalaman.

Pengalaman spiritual yang personal dan mandiri mempunyai realitasnya

sendiri yang berbeda dengan pengalaman biasa Konseptualisasinya kadang-kadang

menimbulkan ambiguitas (kedwiartian). Oleh karena itu, perlu penjelasan makna

bahasa yang biasa dipergunakan dalam pengalaman spiritual sebagai akibat kesulitan

bahasa yang terjadi ketika seseorang menatap pengalaman spiritual, dan karena tidak

akrabnya pengalaman itu bagi kebanyakan orang. Pengalaman dan pengetahuan

spiritual sehagai wujud pengalaman dan pengetahuan yang mandiri dan tersendiri,

serta sifat-sifat dan kerekteristiknya yang berbeda dengan pengetahuan dan

pengalaman lainnya, sehingga ohjektivikasinya memerlukan hermeneutika secara

khusus. Hermeneutika pengelaman dan pengetahuan spiritual menjadi bagian pula

dari bah ini.

Pemhahasan bah III tentang formulasi nilai-nilai dan dimensi-dimensi

pendidikan dalam kawasan pengalaman spiritual. Bagian-hagian ini mencoha melihat

implementasi pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari seseorang.

Pembahasannya bergerak antara lain tentang makna dan tujuan pendidikan Islam

Page 55: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

37

sebagai akibat bahwa pembahasan pengalaman spiritual harus diletakkan di atas

asas-asas pendidikan Islam, dalam arti setiap usaha pendidikan Islam menyangkut

pula usaha memperoleh pengalaman spiritual. Pembahasan berikutnya tentang

pembebasan aspek spiritual sebagai subjek yang melakukan transformasi pendidikan

dalam dirinya' sendiri, serta fungsi-fungsi yang bisa diperankan oleh pendidikan

Islam dalam mempengaruhi perkembangan aspek jasmani dan ruhani.

Perspektif pengalaman dan pengetahuan spiritual dapat dipandang dari

berbagai arah yang memungkinkan seseorang melihat dan berusaha mencapai

pengalaman dan pengetahuan spiritual dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat

yang tertinggi. Tingkat-tingkat pendidjkan dalam menuju pendidikan spiritual

berlapis-lapis dan seseorang dapat memulainya dari tingkat yang paling rendah

menuju pada tingkat yang lebih tinggi, atau dari lebih dasar menuju level menengah

dan level lanjut, karena pengalaman dan pengetahuan spiritual memang tidak

dicapai secara serta merta, tetapi melalui usaha dan perjuangan yang sungguh­

sungguh dengan persiapan yang memadai. Pokok bahasan seperti itu terdapat dalam

bab ini dalam rangka mengelaborasi sesuatu yang diperlukan dalam memperoleh

pengalaman dan pengetahuan spiritual.

Dalam memperoleh pengalaman dan pengetahuan spiritual diperlukan

disiplin diri yang sangat ketat, melakukan berbagai kegiatan yang berkelanjutan

seperti kontemplasi, tafakur, tadabur, dan meditasi. Hal-hal seperti ini dilakukan

dalam rangka membangun kecintaan kepada-Nya.

Bab IV merupakan implikasi dari hasil-hasil yang mungkin bisa dicapai dari

usaha-usaha setelah dilakukannya tahap-tahap yang terdapat dalam bab sebelumnya.

Fokusnya pada pendidikan spiritual yang dianggap memberikan keseimbangan

Page 56: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

38

antara yang lahir dan batin, yang jasmani dan ruhani. Keseimbangan jasmani dan

ruhani memungkinkan seseorang membangun dan mewujudkan integritas

kepribadian yang utuh.

Di samping itu, pengalaman dan pengetahuan spiritual dapat memberikan

kontribusi terhadap pembinaan akhlak dengan menampilkan sifat-sifat terpuji dan

menghapus sifat-sifat tercela. Akibat lain yang mungkin timbul adalah tewujudnya

keimanan yang monotheistik yang didasarkan pada penyaksian dan pengenalan

setelah mengalami pelenyapan diri dan penyingkapan tabir. Orang yang telah

mencapai tingkat demikian akan menerima segala ketentuan yang ditetapkan oleh

Tuhan dan dapat menerima dan _mendapatkan karunia-Nya.

Bab VI sebagai bab penutup adalah untuk mencari kesimpulan-kesimpulan

atas pembahasan-pembahasan terdahulu dan diikuti dengan saran-saran atau

rekomendasi-rekomendasi yang perlu dilakukan untuk perbaikan pendidikan Islam.

Page 57: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan
Page 58: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

A. Kesimpulan

BABV

PENUTUP

Asumsi dasar tentang manusia terdiri dari aspek jasmani dan ruhani yang

masing-masing menempati titik ekstrim dari suatu bentangan yang bemuansa

jasmani atau ruhani, sehingga ia mempunyai potensi dan kemampuan berupa fisik,

psikis dan spiritual. Aspek jasmani dengan kemampuan penginderaannya untuk

menangkap objek empirik sensual, serta penalaran untuk memikirkan secara logis

yang tampak maupun yang abstrak, sedangkan aspek spiritual dengan kemampuan

dzawq ( cita rasa hati)-nya untuk musyanadah (menyaksikan) dan ma 'rifah

(mengenal) segala yang tidak tampak pada penginderaan dan sulit dinalar. Oleh

karena itu, pendidikan Islam tidak terbatas pada limitasi aspek fisik dan psikis,

tetapi menembus aspek spiritual, dalam rangka mencapai alam tertinggi dan

berhubungan dengan Tuhan sebagai akhir dari perjalanan setiap orang; di samping

agar ia menguasai pengalaman dan pengetahuan objektif dan subjektif sekaligus

yang meliputi bidang fisik, psikis, dan spiritual, sehingga ia dapat

mengembangkan penguasaan dunia pada satu segi dan mentransdensikannya pada

segi yang lain untuk menciptakan nilai-nilai yang sesuai dengan sifat-sifat

kemanusiaan yang terdalam. Beberapa pengalaman dan pengetahuan seseorang

dapat disinergikan, baik dari macamnya maupun arah kedatangannya. Semakin ia

memahami keterkaitan segala yang ada, maka segala sesuatu yang dihadapinya

417

Page 59: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

418

dipahami dengan lebih komprehensif dan lebih integral. Akibatnya seseorang

mempunyai pengetahuan dan pengalaman dari berbagai aspeknya dan dapat

memadukan antara yang terluar dan terdalam.

Pendidikan Islam yang menghasilkan pengalaman spiritual bisa dicapai

ketika aspek ini lepas landas menapaki sendiri pendakiannya, sehingga bersifat

mandiri dan dialami secara pribadi ketika seseorang menj adi cermin yang

menerima pantulan cahaya keilahian, karena semua hubungan dalam pengalaman

itu dipresentasikan dalam bentuk cahaya sebagai wujud yang paling jelas dan

paling tinggi. Tuhan sebagai realitas yang tidak pemah terlintas gambarannya

dalam pikiran kemudian hadir dalam diri seseorang dengan realitas cahaya yang

memancar. Proses memperoleh pengalaman spiritual dimulai dengan pendidikan

fisik dan psikis, sampai mencapai kebersihan hati, menyelami kerpibadiruinya

untuk menyaksikan keindahan yang Maha Indah sehingga berimplikasi terhadap

sikap, pemaham dan perbuatan yang dituntun cahaya Ilahi.

Dari sisi ekstemal, pendidikan spiritual merupakan pendidikan diri sendiri

yang harus dilakukan dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh terhadap aspek

fisik dan psikis yang bersifat antroposentris dan perannya berada pada manusia.

Pendidikan yang datang dari lingkungan material maupun sosial -yang ditujukan

untuk pengembangan aspek fisik dan psikis- mempunyai dukungan positif bagi

perkembangan aspek spiritual, dan sangat berarti dalam rangka lepas landas dan

mencapai tujuannya. Tetapi pada batas-batas tertentu fungsi fisik dan psikis itu

Page 60: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

419

terhenti dan selebihnya fungsi spiritual melakukan aktivitasnya, sehingga pada

akhimya semua dukungan berpusat pada fungsi aspek sipritual dalam

membangun hubungan dengan-Nya. Pada posisi ini, aspek spiritual memperoleh

kemandiriannya. Pendidikan untuk pengembangan aspek spiritual ini datang dari

Tuhan ketika seseorang memperoleh pengalaman dari alam supranatural yang

berupa kmyt: musyahadah, dan ma 'rifah. Maka dari sisi internal pendidikan

spiritual bergantung secara total kepada-Nya baik pada sisi proses maupun pada

sisi hasil, ketika seseorang rnengalami pelenyapan diri dari segala pandangan

penginderaan maupun penalaran dan hasilnya dituntun oleh-Nya. Pendidikan

demikian, bersifat teosentris dan manusia tidak berperan sama sekali dalam

mernilih pendidikan spiritualnya. Dengan dernikian, sisi eksoterik pendidikan

Islam mengembangkan kemampuan fisik dan psikis dan sisi esoteriknya

mengernbangkan kernampuan aspek spritualnya, sehingga pendidikan Islam pada

akhimya bertujuan mengembangkan manusia seutulmya dengan keseimbangan

berbagai aspeknya. Pengalaman yang dicapai dalam pcrjalanan spiritual pada

dasarnya adalah birnbingan langsung dari Tuhan setelah seseorang menapaki

pendakiannya, sehingga pada satu sisi pengalaman spiritual merupakan

ikhtiyariah, dan di sisi lain (mhaniah) merupakan pemberian Tuhan semata ketika

seseorang tajabbur (fatalis) dalam kehendak-Nya, dan ketika Ia menguasai

hatinya, ia larnt dalam kehendak-Nya. Maka yang disebut dengan pendidikan

spiritual pada puncaknya adalah tuntunan yang datang langsung dari Tuhan tanpa

Page 61: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

420

perantara siapa pun, yang berupa petunjuk cahaya sebagai karunia-Nya kepada

orang yang dikehandaki, sehingga dapat memberikan bimbingan hidup -dan

kehidupan untuk dapat melegitimasi pengetahuan dan pengalamannya yang

berada dalam berbagai levelnya. Pendidikan yang merupakan sinergi antara usaha

dan perolehan ini, pada tataran eksternalnya menyebabkan seseorang mempunyai

kebebasan memilih pendidikan yang diinginkannya, tetapi pada tataran

intemalnya kehendak dan usahanya lenyap dan terserap dalam kehendak-Nya.

Pada dasamya semua pengalaman dan pengetahuan adalah keterbukaan

terhadap kenyataan yang tampak pada aspek indera, nalar, dan spiritual dalam

bentuk cahaya dalam intensitas dan kapasitas yang berbeda. Pengetahuan dan

pengalaman yang dikembangkan dari berbagai dimensi keperi~adian seseorang ini

sebagai sarana untuk mengenal Tuhan dan mengetahui berbagai macam benda dan

kekuatan alam agar seseorang mampu menggunakannya untuk kesejahteraan

umat manusia. Dengan pengalaman spiritual terdapat dimensi baru terhadap

wawasan, pandangan, pengetahuan dan pengalaman seseorang. Pengalaman

spiritual mengembangkan diservikasi jenis-jesnis pendidikan dari yang terendah

sampai tertinggi, dari yang terluar sampai terdalam, sehingga pengalaman dan

pengetahuannya terpadu -antara aspek fisik, psikis dan spiritual- dan

perolehannya untuk seluruh aspek kepribadiannya~ dengan implikasinya

memungkinkan terjadinya kesetimbangan yang harmonis -sebagai tujuan

pendidikan.- di antara aspek-aspek kepribadian seseorang. Dengan pengalaman

Page 62: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

421

spiritual seseorang dapat mengembangkan hubungan dirinya dengan penciptanya

·yang membimbingnya ke arah kesempurnaan. Pencarian terhadap pengalaman

spiritual yang berujung ma 'rifah adalah pembelajaran yang tidak berhenti pada

satu aspek saja, dan dapat memberikan suatu pandangan yang menyeluruh tentang

manusia, alam, dan penciptanya, dan pengenalan kepada-Nya sebagai sasaran dan

tujuan pendidikan Islam tertinggi. Dari sebab pengenalan itu, ia mendapatkan

pancaran cahaya sifat-sifat-Nya ke seluruh aspek kepribadiannya sehingga dapat

meningkatkan penghayatan keimanan terhadap-Nya. Pengalaman spiritual

sebagai kondisi yang selalu bergerak dinamis memberikan isi kepada setiap

pengalaman dan pengetahuan secara tidak terbatas. Pengalaman spiritual dapat

meningkatkan kualitas dan kuantitas peribadatan supaya seseorang dapat

menyapa-Nya dalam keadan berhadap-hadapan dan berduaan, dengan penyaksian

dan pengenalan yang jelas. Ketika berhadap-hadapan dan berduan, maka

keimanannya menjadi iman yang monotheistik. Pandangan terhadap wacana

agama dilegitimasi oleh pengalaman spiritual, sehingga dapat mengeliminasi

pandangan antromorphisme terhadap Tuhan -sebagaimana biasa berkembang

dalam diskursus pendidikan fisik dan psikis- karena pemahamannya tidak

didasarkan pad.a pemahaman lateral dan eksoterik terhadap teks-teks keagamaan,

kecuali pada makna esoteriknya dan penyaksiannya terhadap realitas objekti£

Kondisi kepribadian seseorang dengan pengalaman spiritualnya dialami

secara subjektif, sehingga memberikan pengaruh positif bagi perkembangan

Page 63: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

422

kepribadian dalam bentuk tampilan akhlak yang luhur, ibadah yang intensif,

keimanan yang mendalam, cinta kepada Tuhan, dan p~ngetahuan yang luas.

Pengalaman spiritual sebagai kondisi yang mengakibatkan perubahan

penghayatan, sikap, pemahaman, dan perbuatan itu menyebabkan apresiasi cinta

dan rindunya memuncak pada yang Maha lndah, yang secara sirkuler sikap cinta

dan rindu itu mendorong perolehan pengalaman spiritual berikutnya, seperti gaya

sentrifugal yang menyebabkan seseorang yang masuk ke dalamnya semakin

terdorong untuk mendapatkannya kembali, baik karena dorongan cinta yang

mendalam atau karena rindu kepada-Nya. Dengan sebab cinta dan rindu itu,

Tuhan akan memberikan bimbingan spiritual kepada setiap orang yang

dikehendakinya, sehingga ia banyak tahu tentang sesuatu tanpa belajar. Semakin

dalam pengaruh pengalaman spiritual pada seseorang, maka semakin sulit ia

melepaskan diri.

Hasil pendidikan spiritual memberikan kontribusi terhadap pengembangan

aspek fisik dan psikis bahwa sikap, pemikiran dan perbuatannya selalu dan

dituntun oleh perolehan pengalaman spiritualnya. Ketidakmampuan indera dan

nalar dapat dibantu oleh aspek spiritualnya untuk memberikan siraman (justifikasi

dan legitimasi) terhadap pengalaman dan pengetahuan yang dicapai oleh aspek

lainnya.

Page 64: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

423

B. Rekomendasi

1. Pengetahuan, sikap, dan tindakan yang positif sebagai akibat pengalaman

spiritual, bila sejajar dan mengarah serta mendukung pencapaian· tujuan

pendidikan Islam, dapat diposisikan dalam struktur tujuan pendidikan itu, baik

sebagai means (alat) bagi tujuan yang lain atau sebaliknya. Oleh karena itu,

usaha untuk mencapai pengalaman spiritual harus mendapatkan skala prioritas

dan dapat dijadikan tujuan pendidikan.

2. Pendidikan harus didukung oleh sikap, pemahaman, dan perbuatan yang

bersumber pada penginderaan, penalaran dan pengalaman spiritual. Dengan

pengalaman spiritual memungkinkan seseorang melihat sesuatu secara

komprehensif melalui keseimbangan dalam dirinya yang mempunyai

kemampuan penginderaan, penalaran, dan visi spiritul. Karena orang yang

dapat mengembangkan berbagai dimensi kepribadiannya adalah orang yang

sempurna pengetahuan dan pengalamannya.

3. Perlu mengelaborasi secara eksplisit konsep pendidikan Islam dengan

memasukkan pendidikan aspek spiritual sebagai bagian tak terpisahkan dari

semua usaha dan kegiatan pendidikan.

4. Implementasi pendidikan spiritual sebaiknya dapat dilaksanakan pada

berbagai kesempatan dan kegiatan yang mempunyai nilai-nilai pendidikan.

5. Pendidikan Islam perlu mengadopsi dan menyesuaikan diri dengan perubahan­

perubahan yang timbul akibat tuntutan terhadap pentingnya pengalaman

Page 65: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

424

spiritual dalam kehidupan, karena pendidikan Islam harus dipahami sebagai

pengembangan kepribadian seutuhnya.

6. Banyak sekali tenaga, pikiran, dan biaya dipergunakan untuk kepentingan

aspek fisik dan psikis yang seharusnya untuk aspek spiritual mendapat

perhatian yang sama.

7. Perlu penelitian dan pengembangan lebih lanjut tentang operasionalisasi

program-program pendidikan spiritual.

Page 66: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan
Page 67: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

DAFTAR PUSTAKA

'Abd al-'Al, lfasan lbrahll!J., Muqaddimahfi Falsafah al-Tarbiyah al-Islcimiyah, Riyiidl: Dar 'Alam al-Kutub, 1985.

'Abd al-Ralµnan, 'Aisyah, Manusia Sensitivitas Hermeneutika al-Qur 'cin, terj. Adib al-Arief, Yogyakarta: LKPSM, 1997

Abd. Rahman Shaleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan al-Qur 'an, terj. H.M. Arifin, Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Abdul Halim( ed.), Teologi Rasional, Jakarta: Ciputat Press, 2001.

Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual Muslim, Yogyakarta: Sipress, 1993.

'Afifi, A. E., Filsafat Mistis Ibn 'Arabl, terj. Syahrir Mawi dan Nandi Rahman, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1995.

Abdullah, H.M. Amin, The Idea of Universality of Ethical Norm in Kant and Ghaza7f, Ankara: Kutlu Dogu'a, 1993.

Al}mad, Khursid, Pesan Islam, terj. Ahsin Muhamad, Bandung: Pustaka, 1983.

Ahmad, Mudlor, Manusia dan Kebenaran, Surabaya: Usaha Nasional.

Al-Abrasy1, Mul}ammad 'Athiyah, al-Tarbiyah al-Isliimiyah, Kairo: Midar al­Qawmiyah, 1960.

------,Run al-Tarbiyah wa al-Ta'lfm, Kairo: Dar al-Ihyii' al-Kutub al-'Arabiyah, 1950.

Al-Ahwam, Alµnad Fuiid, al-Falsafah al-Islamiyah, Mesir: Maktabah al­Tsaqafah, 1962.

-------, Filsafat Islam, penyutingan Sutardji Calzoum Bachri, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995.

Al-Aqqiid, 'Abbiis Malµnud, al-Insan ff al-Qur 'an, Beirut: Dar al-Kuttiib al­' Arabi, 1969.

Al-Attiis, Syed Mul}ammad Naquib, Konsep Pendidikan dalam Islam, terj. Haidar Bagir, Bandung: Mizan, 1994.

Albach, Philip G. dan Gail P Kelly, New Approaches to Comparative Education, Chicago: University of Chicago Press, 1984.

425

Page 68: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

426

Amstrong, Karen, Sejarah Tuhan, terj. Zainul Am, Bandung: Mizan, 2002.

Arifin, H.M, llmu Pendidikan Islam, Jakarta: Buni Aksara, 1983. ·

-------, llmu Perbandingan Pendidikan, Jakarta: Golden Terayon Press, 2003.

-------, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, Jakarta: Golden Terayon Press, 1991.

Ashraf, Ali, Horison Baru Pendidikan Islam, terj. Sori Siregar, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993.

Azizy, A. Qadri, Pengembangan llmu-ilmu Keislaman, Semarang: Aneka Ilmu, 2004.

Ali, Mukti, Etika Agama dalam Pembentukan Kepribadian Nasional, Y ogyakarta: Nida, 1969.

-------, llmu dan Agama, Yogyakarta: Nida, 1972

------,Modern Islamic Thought in Indonesia, Yogyakarta: Nida, 1971.

------, Pelbagai Persoalan Islam di Indonesia Dewasa lni, Y ogyakarta: Nida, 1970 .

. -------, Religion and Development in Indonesia, Y ogyakarta: Nida, 1973.

-------, Beberapa Masalah Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta: Nida, 1971.

Ali, Attabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlar, Qamus al-Ashri, Y ogyakarta: MultiKarya, 2001

Al-Baghdadi, 'Ala' al-Din 'Ali bin Mul}.ammad bin Ibrahim, Tafsir al-Baghdad[, Beiriit: Dar al-Kutub al-'Ilmiyah, tt.

Al-Baghdadi, Abd al- Ra.Qman, Sistem Pendidikan di Masa Khalifah Islam, terj. Nur Eva, Bangil: Nur Izah, 1966.

Al-Barakat 'Abd al-Rahman Abu Jami, Pancaran llahi Kaum Shufl, terj. Kamran As'ad Irsyadi, Yogyakarta: Pustaka Shufiyah, 2003.

Al-Baysuni, Malµniid, Ushu1 al-Tarbiyah al-Fanniyah, Mesir: Dar al-Ma'anf, 1975.

Al-Biin1, Jamal al-Din Al}mad, Menelusuri Taman-taman Mahabbah Shuflyah, Y ogyakarta: Mitra Pustaka.

Page 69: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

427

-------, Hikmah-hikmah Shufiyah, Jakarta: Mitara Pustaka, 2003.

Barbour, Ian, G., Issues in Science and Religion, New York: Harper, 1966.

Barnadib, Imam, Filsafat Pendidikan Suatu Tinjauan, Jakarta: Departemen . Pendidikan dan Kebudayaan, 1988.

-------, Filsafat Pendidikan Sistem dan Metode, Y ogyakarta: Andi Offset, 1988.

-------, Ke Arah Perspektif Baru Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988.

------, Perbandingan Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset, 1989. _

Barw1, Abd al-Rahman, al-Falsafah al- 'Ushur al-Wustha~ Mesir: al-Nahdliyah, 1969.

Battle, JA., dan RA Shamon, Gagasan Baru dalam Pendidikan, terj. Moein Moesa, Jakarta: Mutiara, 1982.

Beeby, CE., Pendidikan di Indonesia, terj. BP3K, Jakarta: LP3ES, 1982.

Bertens, K., Filsafat Barat dalam Abad XX, Jakarta: Gramedia, 1981.

Bigge, Morris L, Learning Theories for Teacher, New York: Harper Publisher, 1982.

Black, James A. dan Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, terj.: Koswara dkk. Bandung: Eresco, 1992.

Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor, Introduction to Qualitative Research, New York: John Wiley & Son, 1975.

Brinton, Crane, Pembentukan Pemikiran Modern, terj. Samekto dan Pia Ali Sjahbana, Jakarta: Mutiara, 1981.

Brubacher, John S., Modern Philosophies of Education, New York: McGraw-Hill, 1978.

Bryman, Alan dan Robert G. Burgess, Analyzing Qualitative Data, New York: Routledge, 1994.

Butler, J. Donald, Problem Approach to Foundation of Education, New York: John Willey, 1975.

Page 70: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

428

------, Four Philosophies and Their Practice in Education and Religion, New York: Harper & Row, 1957.

Clarizio, Harvey, dkk., Contemporary Issues in Educational Psychology, Boston: Allyn & Bacon, 1977.

-- ---

Dahar, Ratna Wilis, Teori Be/ajar, Jakarta: Erlangga, 1988.

Delfgauw, Bernard, Filsafat Abad.XX, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: 1988.

De Porter, Bobbi dan Mike Hemacki, Quantum Learning, terj.Alwiyah Abdurrahman, Bandung: 2002.

Dho:fier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1982.

Dobbin, Christine, Kebangkitan Islam dalam Ekonomi Petani yang Sedang Berubah, terj. Lilian D. Tejasudhana, Jakarta: INis, 1992.

Drijarkara, Filsafat Dmu dan Cara Kerja Dmu, Jakarta: Gramedia, 1993.

----, Percikan Filsafat, Jakarta: Pembangunan, 1989.

Echols, John dan Hasan Shadily, Kamus Inggeris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1984.

Edward, Paul, Encyclopadea of Philosophy, New York: Collier Mc Millan, 1972.

Edward, David, dkk., Science and Comparative Philosophy, Leiden: BJ.Brill, 1989.

Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Cipta Adi Pustaka, 1989

Ensiklopedi Islam, Jakarta: Thitiar Baru van Jloeve, 2001

Al-Farmaw1, Abd al-Hayy, al-Bid<iyah ft Tafsfr al-Mawdlu'f, Mesir: Dar al­Kutub 1976.

Fahm1, Asma ijasan, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, terj. Ibrahim Husein, Jakarta: Bulan Bintang, 1989.

Fakhii, Ma31d, Sejarah Filsafat Islam, terj. Mulyadi Kartanegara, Jakarta: Pustaka Jaya, 1987.

Fathiyah ijasan Sulaiman, al-Ghaza1f dan Plato, terj. Muchtar Zoerni, Surabaya: Binallmu.

Fazlur Rahman, Islam, terj. Senoaji Salih, Jakarta: Bina Aksara, 1979.

Page 71: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

429

-------,Islam dan Modernitas, terj. Ahsin Muhamad Bandung: Pustaka, 1985.

-------, The Philosophy of Mulla Sadra, New York: University State Press, 1973.

------, Thema Pokok al-Qur 'an, terj. Anas Mahyudin, Bandung: Pustaka, 1983.

Femendes, HJX., Evaluation of Educational Program, Jakarta: National Education Planning, 1984.

Fraenkel, Jack., How to Teach about Values, New Jersey: Practice Hall, 1977.

Francis, de Vesta dan George G. Tompson, Educational Psychology, Instructional and Behavior Change, New York: Meredith Coorporation, 1970.

Fry, George dan John Paul Fry, Aviecina 's Philosophy of Education, Washington DC: Continent Pres, 1990. ·

Fuad Amsyari, Islam dalam Dimensi Pembangunan Nasional, Surabaya: Bina Ilmu.

Al-Ghalayayn, Musthafii, 'ldhah al-Nisy11n, Pekalongan: Rajamurah, tt.

Al-Ghazali, Abii ijam1d Mul}.ammad bin Mul}.ammad, al-Munqidz min al-Dlala1, Beirut: al-Sab'iyah.

-------, Cinta dan Bahagia, terj. Abdullah bin Nuh, Jakarta: Tinta Mas, 1992.

---, Ihya' 'Ulum al-Dfn, Beirut: Dar al-Fikr, 1980.

-----, Kimiya' al-Sa'adah, Kairo: Dar al-Fahm, 1964.

-----, Ma 'arij al-Quds ff Madarij Ma 'rifah al-Nafs, Kairo: Maktabah al-Juncfi, 1970.

------, Misykan al-Anwar, Kairo: Dar al-Fahm, 1964.

----, Tahcifut al-Falasifah, Mesir: Dar al-Ma'anf, 1966.

Al-GhazaTI, Mul}.ammad, Riktiz al-Iman, Kuwait: Maktabah al-' Amal.

Gazalba, Sidi Sistimatika Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

Geertz, Cliffort, Abangan Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin, Jakarta: Pustaka Jaya, 1984.

Gerungan, WA., Psikologi Sosial, Jakarta: Eresco, tt.

Page 72: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

430

Ghallab, Mul}.ammad, lnilah Hakikat Islam, terj. B Hamdani, Jakarta: Bulan Bintang, 1965.

Ghallagher ,Tenneth T., Epistimologi, terj. P. Hardono Hadi, Yogyakarta: Kanisius, 1995.

Goldstein, Arnold P. dan Leonard Krasner, Modern Applied Psychology, New York: Mac Millan, 1989.

Al-Haddad, 'Abdullah bin 'Alwl, Membuka Rahasia llahi, terj. Husin Nabil, Jakarta: Hikmah, 2002.

Hadiwiyono, Harun, Sari Sejarah Filsafat Baral, Yogyakarta: Kanisius, 1991.

Hajime, Tanabe, Phi!Osophy and Metaethic, terj. Takauchi Yoshinori, Berkeley: University of California, 1986.

Hamersma, Harry, Pintu Masuk ke Dunia Filsafat, Yogyakarta: Gramedia, Kanisius 1994.

-------, Tokoh-tokoh Filsafat Baral Modern, Jakarta: Gramedia, 1992.

Hamilton, Edith, dan Huntington Crains, The Collected Dialogues of Plato, Princeton: University Press, 1987.

Hamka, Tasawuf Modern, Jakarta: Matra Print, 1986.

Hanafi, A., Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980.

Hartoko, Dick, Kamus Populer Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo, 1995.

Haryatmoko, Manusia dan Sistem, Y ogyakarta: Kanisius, 1986.

Hatta, Muhammad, Alam Pikiran Yunani, Jakarta: Tintamas, 1964.

Havinghroust, Robert J., Development And Education, New York: Micky, 1992.

-----,Human and Education, New York: Longman, 1953.

Henry, Nelson B., (ed.), Modern Philosophies and Educations, Chicago: NSSE, 1955.

Hidayat, Komarudin, Memahami Bahasa Agama, Jakarta: Para Madina, 1996.

-------,dkk., Agama di Tengah-tengah Kemelut, Jakarta: Media Cipta, 2001.

Page 73: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

431

Hilal, Ibrahim, al-Tashawwuf al-Islam[ bain al-Dfn wa al-Falsafah, Kairo: Diir al­Nahdlah al-'Arab1, 1969.

Hillway, Tyrus, Introduction to Research, Boston: Houghton Miffiin, 1953.

Hoggvelt, Ankie, MM., The World In Global Development, London: Macmillan, 1985.

Homby, AS., Oxford Advancer Dictionary of Current English, New York: Oxford University, 1~83.

Al-Ishfaham, Raghlb, Mu 'jam al-Mufradtit al-Qur' an, Beiriit: Dar al-Fikr.

Iqbal, Mohammad, The Reconstruction Of Islamic Thought In Islam, London: Humprey Milford, 1934.

Irwanto, dkk. Psikologi Umum, Jakarta: Gramedia, 1996.

Ishmat, lbrah1m, Ushu1 al-Tarbiyah, Jiddah: Diir al-Suriiq, 1982

Izutsu, Toshiki, Relasi Tuhan dan Manusia, terj. Agus Fahri Husein, dkk. Y ogyakarta: Tiara W acana, 1997.

Ibrahim dan Benny Karyadi, Pengembangan dan lnnovasi Kurikulum, Jakarta: Universitas Terbuka, 1990.

Al-Jabir1, Mul].ammad 'Abid, Bunyah al-'Aql al-'Arabf, Beiriit: al-Markaz al­Tsaqafah al-'Arab1, 1993.

Al-Jamal, lbr81iim, Penyakit Hati, terj. Amir Hamzah Fachruddin, Pustaka Hidayah, 1985

Al-Jamaii Mul].ammad Fadlil, Menerabas Krisis Dunia Pendidikan Islam, terj. Muzayyin Arifin, Jakarta: Golden Terayon Press, 1992.

-----, Konsep Pendidikan Qur' tini, terj. Judi al-Falasani, Solo: Ramadani, 1993.

Al-Jumbulafi, 'Ali, dan 'Abd al-Futiih al-Tuwams1, Perbandingan Pendidikan Islam, terj.: HM Arifin, Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Jurjam, Abii al-ijasan 'Ali bin Mul].ammad bin' Ali al-Husayn1 Al-ijanafi, al­Ta 'riftit, Beiriit: Dar al-Kutub.

JalaI, Abd al-Fattah, Azas-Azas Pendidikan Islam, Suntingan : HMD. Dahlan dan MI Soelaiman, Bandung: Diponegoro, 1988.

Page 74: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

432

Jalaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Konsep dan Perkembangannya), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.

Jalruudin Rumi, Yang Mengenal Dirinya Yang Mengenal Tuhannya, terj. Anwar Holid, Bandung: Pustaka Hidayah, 2004.

Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: Gramedia, 1996.

James, William, The Varieties of Religious Expiriences, Georgia USA: Amazon Com.

Johnson, Charles E., An Introduction To Teacher Performance Assesment Instrument, Georgia: Teacher Assesment Project, 1980.

Juhaya S. Paraja, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam, Jakarta: Teraju, 2002.

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Jakarta: Sinar Harapan, 2003.

------, Ilmu dalam Perpektif, Jakarta: Obor, 1994.

Al-Kaylam, MaJ1d 'Ursan, Tathawwur Majhum al-Nadhariyah ar-Tarbawiyah al­Islamiyah, Amman: 1978.

Kadir, Muslim A., Ilmu Islam Terapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Kamal, Mushta:fii al-Shi/ah bain al-Tashawuf wa al-Tasyayyu', Mesir: Dar al­Ma'arif.

Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, tt.

Kant, Immanuel, Kritik atas Akal Budi Praktis, terj. Nurhadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Karam, Muhamad Yiisiif, Tarlkh al-Falsafah al-Hadftsah, Mesir: Dar al-Ma'arif,

Kartanegara, Mulyadi, Mozaik Khasanah Islam, Jakarta: Paramadina, 2000.

Kartapraja, Kamil, Aliran Kebatinan dan Kepercayaan, Jakarta: Masagung, 1986.

Kattsoff, Louis 0., Pengantar Filsafat, terj. Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992.

Khourasan, Mehdi, Islam Agama Rasional, terj. M. Hashem, Bandung: al­Ma' arif, 1969.

Page 75: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

433

Killpatrick, William H., Philosophy Of Education, New York: Mcmillan, 1975.

Kurtz, Paul, Sydney Hook, terj. Ignatius dan Avi Mahaningtyas, Jakarta: Obor, 1994.

Al-Liqam, Qarun 'Abd al-ijam1d, Tsaqif al-Thifl, Falsafah wa Ahda]uh wa Mashaairuh, Mesir: Dar al-Ma'8rif, 1976.

Landolt, Herman, ''Pengalaman Mistik", Ulumul Qur 'an, no. 3, 1986.

Langgulung, Hasan, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1992.

-----, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, Bandung: al-Ma'arif, 1979.

------, Kreativitas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, tt.

------, Pendidikan Islam Menghadapi Abad XXJ, Jakarta: Pustaka ~-Husna, 1988.

Lavane, T.Z., Descartes, terj. Andi Iswanto, Yogyakarta: Jendela, 2003.

Leaman, Oliver, Pengantar Filsafat Islam, terj. Amin Abdullah, Jakarta: Rajawali, 1989.

------, Pengantar Filsafat Islam (Sebuah PendekatanTematis), terj. Musa Kazhim dan Arif Mulyadi, Bandung: Mizan, 2002.

Lengrand, Paul, Pengantar Pendidikan Sepanjang Hayat, Jakarta: Haji Masagung, 1989.

Little, William, dkk. The Shorter Oxford English Dictionary, London: Oxford University, 1959

Lodge, Ruper C, Philosophy of Education, New York: Harper and.Brother, 1974.

Louis Lehay, Manusia Sebuah Misteri, Jakarta: Gramedia, 1984.

Lucer, Max, Color Test, London, Ian Scott.

Al-Maududi, Abu al-A'la, Prinsip-prinsip Islam, terj. Abdullah Suhaili, Bandung: al-Ma'arif, 1975.

-----, Prinsip-prinsip Utama dalam Memahami al-Qur 'an, Bandung: al-Ma'arif, 1977.

Page 76: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

434

Al-Muijasib1, Al-Hamid bin Asad, Memelihara Hak Allah, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.

Ma'arif, Syafi'i, dkk., Pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991.

Madjid, Nurckolis, Islam Doktrin dan Peradaban, Jakarta: Paramadina, 2000.

-------, ( ed). Neo Sufisme dan Prospek Kebergamaan, Jakarta : Paramadina, tt.

-------, dkk., Kehampaan Spiritual Masyarakat Modern, Jakarta: Mediacipta, 2000.

-------, Masyarakat Religius, Jakarta: Paramadina, 2004.

Madkiir, lbrahlm, Ff Falsafah al-Islamiyah, Mesir: Dar al-Ma'anf,

Masyhudi, MA, In' amuzzahidin, Wali Sufi Gila, Yogyakarta: Hasanah Pustaka Indonesia, 2003

McDonaough, Shela, Muslim Ethics and Modernity, Ontario: Wilfred Laurier, . 1984.

McNeil, John D., Curriculum : a Comprehensive Introduction, Boston: Scott Poresman, 1990.

Moleong, Lexy J,. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991.

Miisa, M. Yiisiif, al-Qur 'an dan Filsafat, terj. Ahmad Daudi, Jakarta: Bulan Bintang, 1988.

-------,Bain al-Dfn wa al-Falsafah, Mesir: Dar al-Ma'anf.

----, Falsafah al-Akhlaq ff al-Islam, Kairo: al-Khanji, 1963.

Mudhafir, Ali, Kamus /stilah Filsafat, Yogyakarta: Liberty, 1992.

------, Kamus Teori Dan Aliran-Aliran Filsafat, Yogyakarta: Liberty, 1992.

Mudhar, M., Atho, Pendekatan Studi Agama, Y ogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998.

Mueller, Kurt, dan Vollmer, The Hermeneutics Reader, New York: Continum, 1985.

Muhadjir, Noeng, Filsafat Dmu, Yogyakrta: Rake Sarasin, 2003.

Page 77: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

435

Muhadjir, Noeng, Filsafat Islam, (Telaah Fungsional), Yogyakarta: Rake Sarasin, 2002.

------, Dmu Pendidikan dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1993.

-------, Metodologi Penelitian Kualitatf, edisi IV, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003.

------, Pengukuran Kepribadian, Y ogyakarta: Rake Sarasin, 1992.

------, Teknik Pengukuran dan Penilaian, Y ogyakarta: Sarasin, 1981.

------, Metodologi Penelitian Kebijaksanaan, Yogyakarta: Rake Sarasin, 2003.

Muntasir, Shaleh, Mencari Evidensi Islam, Jakarta: Rajawali, 1985.

Mursi, Muhamad Abel al-Alim, Westernisasi dalam Pendidikan Islam, terj. Abdulmajid Khon, Jakarta: Fikahati, 1992.

Muthahhar1, Murtadla dan SMH al-Thabathaba1:, Menapak Jalan Spiritual, terj. Nasrullah, Bandung: Hidayat, 1995.

Al-NaIµaw1, Abd al-Ralµnan, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj. Hery Nur Ali, Bandung: Diponegoro, 1992.

Najafi, Mulµunmad 'Utsman, Jiwa dalam Pandangan Filosa/ Muslim, terj. Gazi Saloom, Bandung: Pustaka Hidayah, 2002.

Nasr, Sayyed Hossein, An Introduction to Islamic Ontological Doctrines, New York: State University, 1993.

------, Islam dan Nestapa Manusia Modern, terj. Anas Mahyudin, Bandung: Pustaka, 1983.

-----,Islamic Studies, Beiriit: Du Liban, 1967.

Nasir, Ridlwan, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Nasution, Harun, Akal dan Wahyu, Jakarta: UI Press, 1986.

------, Filsafat dan Mistisisme, Jakarta: Bulan Bintang,1991.

-----,Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

------, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.

Page 78: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

436

-------, Theologi, Jakarta: UI Press, 1989.

Nasution, Muhammad Y asir, Manusia Menurut al-Ghaza1f, Jakarta: Raja Gra:findo Persada, 1996.

Naufal, Abd al-Razzaq, Jalan Menuju Allah, terj. Jamaludin Katie, Surabaya: Bina Ilmu, 1982.

Nawawi, Hadari, Pendidikan dalam Islam, Surabaya: al-Ikhlas.

------, Pendidikan dalam Islam, Surabaya: al-Ikhlas, tt.

Nicholson, Reynold A. Mistik dalam Islam, terj. Bumi Aksara, Jakarta: Bumi Aksara, 1998.

Odea, Thomas F., Sosilogi Agama, terj. Yosogama, Jakarta: Rajawali, 1987.

Omar, Amin ijusain, Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang.

Othman, Ali Issa, Manusia Menurut al-Ghaza1f, Bandung: Pustaka ITB, 1981.

Patty, F. Ilmu Jiwa Umum, Malang: IKIP.

Penelitian, Pengembangan dan Innovasi Pendidikan Agama, Jakarta: Badan Litbang Departemen Agama, Jakarta: 1984.

Permata, Ahmad Norma (ed.), Metodologi Studi Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Al-Qusyayrl, Abu al-Qasim, Risa1ah al-Qusyayriyahfl'Ilm al-Tashawwuf, Beiriit: Dar al-Khair.

Qadir, CA., Filsafat dan Pengetahuan dalam Islam, Jakarta: Obor, 1989.

QardhaWi, Yiisiif, al-Qur 'an Berbicara tentang Akal dan Ilmu, terj. Abdul Hayyie al-Kattanie, dkk., Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Qutb, Sayyid, Beberapa Studi tentang Islam, terj. Rahman Zfilnudin, Jakarta: Media Dakwah, 1984.

-----,This Religion of Islam, Beiriit: IIFSO, 1975.

Rahadjo, Dawam, Ensik/opedi al-Qur 'an, Jakarta: Paramadina, 2002.

------, Insan Kami!, Konsep Manusia Menurut Islam, Jakarta: Gra:fitipers, 1987.

Page 79: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

437

Rahim, Husni, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Logos, 2001.

Ramadan, Tariq, Teologi Dialog Islam-Barat, terj. Abdullah Ali, Bandung: Mizan, 2002

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994.

--Rasidi, HM., Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1978.

Russel, Betrand, Tarikh al-Falsafah al- 'Arabiyah, Mesir: Wazarah al-Ma'anf, 1967.

Al-Samarqandf, Ab1 al-Lay§, Nashr al-D1n bin Mul}.ammad bin Al}mad bin lbra.Iiim al-Samarqancfi, Tafsir al-Samarqand{, Beiriit: Dar al-Kutub al­'Ilmiyah, 1993.

Al-Syarqawi, Mul}.am:rllad 'Abdullah Sujisme dan Akal, terj. Halid al-Kaf, Bandung: Pustaka Hidayah, 2003.

Al-Syaybam,'Umar Mul}.ammad al-Tiim1, Falsafah al-Tarbiyah, Mesir: Dar al­Ma'arif,.

Al-Sy1b1, Kamil Mushthafii, al-Shi/ah bain al-Tashawufwa al-Tasyayyu', Mesir: Dar al-Ma'anf.

Saikh, Sa'1d, Kamus Filsafat Islam, terj Machnun Husein, Jakarta: Rajawali, 1992.

Saiyidain, K.G., Percikan Filsafat Iqbal Mengenai Pendidikan, terj. M.I. Soelaiman, Bandung: Diponegoro, 1981.

Shah, A.B., Metodologi !!mu Pengetahuan, terj. Hasan Basri, Jakarta: Obor, 1986.

Shahabuddin, Nur Muhammad, Jakarta: Logos, 2002.

Shane, Harorld G., Arti Pendidikan Bagi Masa Depan, terj. M. Ansyar, Jakarta: Rajawali, 1964.

Sharif, M.M,. A History of Muslim Philosophy. Delhi: Law Price Publisher, 1995.

Shihab, M. Quraish, Menyingkap Tahir Ilahi, Jakarta: Lentera Hati, 2003.

------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002

-------,Yang Tersembunyi, Jakarta: Lentera Hati, 2000.

Page 80: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

438

Sholeh, Moh., Tahajud, Manfaat Praktis Ditinjau dari I/mu Kedokteran, Y ogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Sholihin, TasawufTematik, Bandung: Pustaka Setia, 2003.

Simuh, Tasawuf dan Perkembanganya da]am Islam, Jakarta: Radar Jaya, 1997.

Siregar, Rivay, Tasawuf dari Sufisme Klassik ke Neo-Sufisme, Jakarta: Raja Gra:findo Persada, 2002.

Slameto, Teori-teori Be/ajar, Jakarta: Ap.,AA

Soejono, AG., Aliran-aliran Baru dalam Pendidikan, Bandung: Ilnm, 1979.

Stockum, Frank (ed.), Filsafat Ensie, Bandung: Jenmars, 1983.

Suardiman, Psikologi Dalam, Y ogyakarta: Studing.

Sudjana, Nana, Cara Be/ajar Siswa Aktif dalam Proses Be/ajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1989.

Sugiharto, I. Bambang, Post Modemisme Tantangan Bagi Filsafat, Y ogyakarta: Kanisius, 1996.

Sumardi, Mulyanto, Penelitian Agama, Jakarta: Badan Litbang Depertemen Agama, 1982.

Sumaryono, E., Hermeneutik Sebagai Metode Filsafat, Y ogyakarta: Kanisius, 1995.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali, 1988.

----, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1993.

Suseno, Franz Magnis, Etika Dasar, Y ogyakarta: Kanisius, 1987.

--, Filsafat sebagai Rmu Kritis, Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Syam, Mohamad Noor, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

-------, Bukan Dunia Berbeda, Surabaya: Jenggala Pustaka Utama, 2004.

-------, Pembangkangan Kaum Tarekat, Surabaya: Lepkiss, 2004.

Page 81: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

439

Syari'ati, Afi, Humanisme antara Islam dan Mazhab Barat, terj. AfifMuhammad, Bandung: Pustaka Hidayah, 1996.

Syarif, M.M., Para Filosa/ Muslim, Bandung: Mizan, 19930.

Syukur, Menggugat Tasawuf, y ogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002

-------, Tasawuf Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

-------, Zuhud di Abad Modern, Y ogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

-------, Tasawu/Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

-------, Tasawuf dan Krisis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

-------, dan Fathimah Usman, Insan Kami!, Semarang: Al-Muhsinun, 2005.

-------, dan Masyharudin, Intelektua/isme Tasawuf, Semarang: Lembkota, 2002

Al-Thabari, Ab1 Ja'far Mul}.ammad bin Jarir, Jam[' al- Bayan, Beiriit: Dar al­Fikr, tt.

Taba, Hilda, Curriculum Development, New York: Harcourt, 1962 . . Tachau, Frank, (ed.), The Developping Nation, New York: Harper~ 1972.

Tafsir, Ahmad; Filsafat Umum, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003

------, Rmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994.

------, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003.

Tahalele, J.F., Pendidikan Pemerataan dan Peningkatan Mutunya, Malang: Almamater, 1975.

Tamir, Hasan, Tahdzib al-Akhlaq, Beiriit: Mahdavii , 1398H.

The Encyclopedia Americana, USA: Grollier Incorporated, 1984.

Thompson, Keith dan John White, Curriculum Development, Australia: Pitman, 1975.

Titus, Harold, H., dkk., Beberapa Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.

Page 82: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

441

Al-Yasu'1, Louis Ma'liif, al-Munjid, Beiriit: al-Katsiilikiyah, tt.

Yazdi, Mehdi Ha'iri, I/mu Hudluri, terj. Ahsin Muhammad, Bandung: Mizan, 1994.

Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992.

Ziai, Hossein, Suhrawardi dan Filsafat llluminasi, terj. Afif Muhammad dan Munir, Bandung: Zaman Wacana Mulia, 1998.

Page 83: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan
Page 84: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

1. Nama

2. _ Tempat/tgl. lahir

3. Kebangsaan

4. Agama

5. Pekerjaan

6. Pangkat /Jabatan

7. Alamat rumah

8. Alamat kantor

DAFTARRIWAYATIDDUP

: Abd. Kadir.

: Sumenep, 3 Agustus 1953.

: Indonesia.

: Islam.

: Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

: Pembina (IV lb )/Lektor Kepala.

: JI. Banyuputih no. 9 Malang, 65123.

Tip. 085234056199-03417363604.

: JI. Ahmad Yani no. 117 Surabaya, 60237.

9. Riwayat Pendidikan:

a. Sekolah Dasar Negeri 1966.

b. Sekolah Ibtidaiyah 1967.

c. Sekolah Menengah Pertama Islam, 1970.

d. Pendidikan Guru Agama Negeri 6 th. 1972.

e. Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1979.

f. Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1993.

10. Riwayat Pekerjaan:

a. Dosen Luar Biasa Fakultas Keguruan Universitas Sunan Girl Surabaya,

1980-1993.

b. Dosen Luar Biasa Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1984-

1990.

c. Dosen Luar Biasa pada Sekolah Tinggi Agama Islam Darullughah

Wadda'wah, 1996-2006.

d. Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya 1989- sampai

sekarang.

11. Karya Tulis diterbitkan:

a. Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992.

b. Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2000.

c. Khazanah Ilmu-ilmu Keislaman, Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2001.

Page 85: J> - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/14390/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · NOTADINAS Assalamu 'alaikum wr. wb. Kepada Yth., Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan

443

d. Peranan Guru Agama dalam Rekayasa Genetika, Jurnal 1-Jami'ah, Edisi

VI, tahun 1996.

e. Suksesi Khalifah al-Rasyidun, Junal Al-Jami'ah., Edisi VIII, tahun 1997.

f. Transformasi Budaya dalam Menghadapi Hegemoni Teknologi dan

lndustri, Jurnal IAIN Sunan Ampel, Edisi XII, tahun 1997.

g. Menggagas Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa PTAS, Jurnal

Pengabdian, Edisi I, tahun 2001.

h. Implementasi Demokritisasi Pendidikan pada Murid, Jurnal Pengabdian,

Edisi III, tahun, 2002.

1. Studi tentang Intensitas Minat Baca Mahasiswa IAIN Sunan Ampel

Surabaya, Jurnal Qualita Ahsana, Vol. II, No. 2, 2001.

J. Pe~didikan Nasional dalam Perspektif Teknologi Pendidikan Jurnal

Nizamia, Edisi IV, tahun 1998.

k. Dinamika Sarekat Islam dalam Menatap Indonesia Merdeka, Jurnal

Nizamia, Vol. III, No. 5, tahun 2000.

1. Pembelajaran al-Qur'an pada Periode Klasik, Jurnal Nizamia, Vol. IV, No . • 6, 2003.

m. Pendidikan Islam bagi Para Muallaf, Jurnal Nizamia, XIV, tahun 2004.

n. Epistomolgi al-Ghazali, Jurnal Pengabdian, 2006, Vol VI,No. l tahun

2007.

o. Makalah-makalah yang disampaikan pada seminar lokal dan nasional.

Malang, 1 Maret 2007

Abd. Kadir