IV KEADAAN UMUM DAS CILIWUNG HULU · PDF filePeta SubDAS pada DAS Ciliwung Hulu disajikan pada...

34
99 IV KEADAAN UMUM DAS CILIWUNG HULU 4.1 Pendahuluan Keadaan umum DAS Ciliwung Hulu menyajikan karakteristik biofisik wilayah yang mencakup letak dan luas DAS Ciliwung Hulu, topografi lahan, iklim, geologi, jenis tanah, tutupan lahan (land cover), pemanfaatan lahan, produksi budidaya pertanian dan perkebunan, pemanfaatan jasa wisata, tata air sungai Ciliwung Hulu, kualitas air, dan kualitas sumberdaya lahan. Karakteristik sosial ekonomi menyajikan keadaan sosial penduduk, mata pencaharian dan tingkat pendidikan dan sumberdaya sosial lainnya. Karakteristik organisasi masyarakat DAS Ciliwung Hulu menyajikan keadaan organisasi pemerintah dan organisasi petani lokal yang berperan besar dalam pengelolaan DAS. Karakteristik biofisik wilayah dan sosial ekonomi berpengaruh terhadap perilaku masyarakat dalam menentukan perilaku dan pilihan strategi untuk memperoleh tujuan yang diharapkan dalam melakukan interaksi antar komponen masyarakat DAS. 4.2 Karakteristik Biofisik Wilayah 4.2.1 Letak dan Luas DAS Ciliwung seluas 34.700 ha merupakan salah satu DAS yang mencakup dua wilayah provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat dan Provinsi DKI Jakarta dan melintasi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan Kota Jakarta, dan bermuara di teluk Jakarta. Panjang sungai utama Sungai Ciliwung 117 km (Pawitan 2002). Berdasarkan wilayah pengelolaannya DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian hilir, bagian tengah dan bagian hulu. Wilayah bagian hilir sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk dalam wilayah pemerintahan Kota Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, dan kemudian mengarah ke hilir lagi hingga masuk ke saluran buatan Kanal Barat. Di wilayah hilir ini Sungai Ciliwung melintasi wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

Transcript of IV KEADAAN UMUM DAS CILIWUNG HULU · PDF filePeta SubDAS pada DAS Ciliwung Hulu disajikan pada...

99

IV KEADAAN UMUM DAS CILIWUNG HULU

4.1 Pendahuluan

Keadaan umum DAS Ciliwung Hulu menyajikan karakteristik biofisik

wilayah yang mencakup letak dan luas DAS Ciliwung Hulu, topografi lahan,

iklim, geologi, jenis tanah, tutupan lahan (land cover), pemanfaatan lahan,

produksi budidaya pertanian dan perkebunan, pemanfaatan jasa wisata, tata air

sungai Ciliwung Hulu, kualitas air, dan kualitas sumberdaya lahan. Karakteristik

sosial ekonomi menyajikan keadaan sosial penduduk, mata pencaharian dan

tingkat pendidikan dan sumberdaya sosial lainnya. Karakteristik organisasi

masyarakat DAS Ciliwung Hulu menyajikan keadaan organisasi pemerintah dan

organisasi petani lokal yang berperan besar dalam pengelolaan DAS.

Karakteristik biofisik wilayah dan sosial ekonomi berpengaruh terhadap perilaku

masyarakat dalam menentukan perilaku dan pilihan strategi untuk memperoleh

tujuan yang diharapkan dalam melakukan interaksi antar komponen masyarakat

DAS.

4.2 Karakteristik Biofisik Wilayah

4.2.1 Letak dan Luas

DAS Ciliwung seluas 34.700 ha merupakan salah satu DAS yang

mencakup dua wilayah provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat dan Provinsi DKI

Jakarta dan melintasi Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok dan Kota

Jakarta, dan bermuara di teluk Jakarta. Panjang sungai utama Sungai Ciliwung

117 km (Pawitan 2002).

Berdasarkan wilayah pengelolaannya DAS Ciliwung dibagi ke dalam tiga

bagian yaitu bagian hilir, bagian tengah dan bagian hulu. Wilayah bagian hilir

sampai dengan Pintu Air Manggarai termasuk dalam wilayah pemerintahan Kota

Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat, dan kemudian mengarah ke hilir lagi hingga

masuk ke saluran buatan Kanal Barat. Di wilayah hilir ini Sungai Ciliwung

melintasi wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

100

SubDAS bagian tengah, aliran Sungai Ciliwung melintasi wilayah Kabupaten

Bogor (Kecamatan Sukaraja, Cibinong, Bojonggede, dan Cimanggis), Kota Bogor

(Bogor Timur, Bogor Utara, dan Tanah Sereal) dan Kota Depok (Kecamatan

Pancoran Mas, Sukmajaya, dan Beji). Bagian hulu DAS Ciliwung meliputi

sebagian besar wilayah Kabupaten Bogor (Kecamatan Ciawi, Megamendung,

Cisarua, dan Sukaraja), dan Kota Bogor (sebagian kecil Kecamatan Bogor Timur).

DAS Ciliwung Hulu seluas 14.860 ha secara geografis terletak pada 106º

49º 40” – 107º 00’ 15” BT dan 6o

DAS Ciliwung Hulu seluas 14.860 ha terdiri dari 6 sub-DAS yaitu :

38’ 15“ LS – 6º 46’ 05” LS. Secara

administratif DAS Ciliwung Hulu mencakup 30 desa di Kabupaten Bogor yaitu 2

desa (Kecamatan Sukaraja), 7 desa (Kecamatan Ciawi), 10 desa (Kecamatan

Cisarua), 11 desa (Kecamatan Megamendung) dan 1 desa di Kecamatan Kota

Bogor Timur. Lokasi penelitian DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Gambar 13

dan Peta Administrasi Pemerintahan di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada

Lampiran 1.

a. Sub DAS Ciesek seluas 2.504,76 ha (16,86%) terletak di Kecamatan

Megamendung dan Cisarua;

b. Sub DAS Ciliwung Hulu seluas 5.885,78 ha (39,61%) terletak di Kecamatan

Ciawi, Megamendung dan Cisarua;

c. Sub DAS Cibogo seluas 1.375,40 ha (9,26%) terletak di Kecamatan Ciawi,

Megamendung dan Cisarua;

d. Sub DAS Cisarua seluas 2.218,92 ha (14,92%) terletak di Kecamatan Cisarua;

e. Sub DAS Cisukabirus seluas 1.696,91 ha (11,42%) terletak di Kecamatan

Ciawi dan Megemendung;

f. Sub DAS Ciseuseupan seluas 1.178,23 ha (7,93%) terletak di Kecamatan

Ciawi dan Megamendung.

Peta SubDAS pada DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Lampiran 2.

99

Gambar 13 Lokasi penelitian DAS Ciliwung Hulu Kabupaten Bogor

Ciawi

101

100

101

102

Batas DAS Ciliwung Hulu adalah :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan DAS Ciliwung Tengah dan DAS Citarum

Hulu.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan DAS DAS Cisadane Hulu .

c. Sebelah Barat berbatasan dengan DAS Cisadane Hulu.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan DAS Citarum

Bagian hulu mencakup areal seluas 14.860 ha yang merupakan daerah

pegunungan dengan elevasi antara 300 m s/d 3.000 m dpl. Di bagian hulu

umumnya dicirikan oleh sungai pegunungan yang berarus deras terutama pada

musim kemarau. variasi kemiringan lereng yang tinggi. dengan kemiringan 2-15%

(70,5 km2), 15-45% (52,9 km2), dan sisanya 24,6 km2

di atas 45% (BPDAS

Citarum Ciliwung 2003).

4.2.2 Topografi

Keadaan topografi wilayah penelitiandapat diklasifikasikan ke dalam 6

kelompok yaitu topografi datar (0-8%) s/d sangat curam (>45%). DAS Ciliwung

Hulu merupakan dataran tinggi dengan kelerengan yang didominasi datar

(32,95%) dan bergelombang (25,19%), dan sisanya berupa dataran dengan

topografi landai (12,60%), curam (13,14%) dan sangat curam (16,12%).

Topografi datar s/d landai dapat dijumpai di Kecamatan Ciawi, dan landai s/d

sangat curam dapat dijumpai di wilayah Kecamatan Megamendung dan

Kecamatan Cisarua. Batas wilayah Utara, Timur dan Selatan banyak dijumpai

lahan dengan topografi curam s/d sangat curam (>26%). Kondisi demikian

diakibatkan oleh posisi DAS Ciliwung Hulu yang keberadaannya dikelilingi oleh

beberapa gunung yaitu Gunung Gede Pangrango, Gn. Mandalawangi, Gn.

Kencong dan lain-lain. Pengelompokan kelerengan DAS Ciliwung Hulu dapat

dilihat pada peta Lampiran 3 dan sebaran kelerengannya disajikan pada Tabel 8.

103

Tabel 8 Sebaran kelerengan DAS Ciliwung Hulu

No. Kelerengan (%) Luas % Keterangan

1 0-8 4.897,00 32,95 datar

2 9-15 1.872,25 12,60 landai

3 16-25 3.742,50 25,19 bergelombang

4 26-45 1.952,40 13,14 curam

5 >45 2.396,03 16,12 sangat curam

Jumlah 14.860,00 100,00

Sumber : Peta Tanah Semidetil Daerah Aliran Sungai Ciliwung Hulu Skala 1:50.000 diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Tahun 1992.

4.2.3 Iklim

Berdasarkan sistem klasifikasi Smith dan Ferguson yang didasarkan pada

intensitas curah hujan. yaitu bulan basah (>200 mm) dan Bulan Kering (<100

mm) adalah termasuk Tipe Iklim A. Sedangkan berdasarkan klasifikasi Oldeman.

tipe iklim di DAS Ciliwung Hulu termasuk tipe iklim B2 yang mempunyai 7-9

bulan basah berurutan dan 2-4 bulan kering dan tipe iklim C1 yang mempunyai 5-

6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan kering.

Keadaan iklim di DAS Ciliwung Hulu dapat diwakili oleh pengambilan

data pada Stasiun Klimatologi Citeko (920 m dpl). Data pengamatan di stasiun

tersebut diperoleh data rata-rata bahwa suhu udara maksimum 25,9oC, suhu

minimum 17,3oC. Kelembaban udara rata-rata bulanan sebesar 83,7%, bulan

terlembab adalah Pebruari sedangkan bulan Agustus merupakan terkering. Total

evapotranspirasi rata-rata tahunan sebesar 1.298,1 mm. Evapotranspirasi (ETP)

rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Agustus (126,7 mm) dan terendah

terjadi pada bulan Desember (84,8 mm). Data iklim di DAS Ciliwung Hulu

(Stasiun Citeko) tahun 2001-2009 disajikan pada Tabel 9.

104

Tabel 9 Data iklim Stasiun Citeko tahun 2001-2009

Bulan

Suhu Kelembaban Kecepatan Angin Evapotranspirasi Harian

Min Max Rata2 Min Max Rata2 Rata2 Max Min Total Rata2 Max Min

°C °C °C % % % m/s m/s m/s mm mm mm mm

tn Tx tm Un Ux Um Va Vx Vm Etp Etr Etx Etm

Jan 17,6 24,9 20,7 83,1 90,2 88,3 1,8 2,4 1,2 98,3 3,2 4,1 1,4

Peb 17,5 24,2 20,5 85,1 91,6 90,3 2,1 3,2 1,2 91,1 3,3 4,6 2,0

Mar 17,9 25,8 21,4 78,5 87,9 85,9 1,9 3,0 1,0 115,1 3,7 5,0 2,4

Apr 17,9 26,3 21,6 78,0 87,8 85,6 1,8 2,4 1,0 122,9 4,1 5,9 2,6

Mei 17,9 26,4 21,9 75,3 85,1 83,0 1,9 3,2 1,2 120,8 3,9 4,8 2,8

Juni 16,9 26,1 21,3 73,1 84,6 81,1 1,9 4,4 1,0 116,9 3,9 5,2 3,0

Juli 16,4 25,9 21,0 71,7 85,1 80,7 2,0 2,8 1,4 112,6 3,6 4,4 2,7

Agt 16,2 26,3 21,0 66,8 84,3 78,3 2,0 2,8 1,4 126,7 4,1 5,7 3,1

Sept 16,8 26,5 21,3 70,0 85,9 81,3 2,1 2,8 1,4 115,8 3,9 6,2 2,5

Okt 17,2 26,8 21,4 71,4 85,5 82,1 1,8 2,2 1,2 103,6 3,3 5,2 2,2

Nop 17,6 26,2 21,4 76,9 89,3 86,7 1,6 2,4 1,0 89,4 3,0 4,0 1,2

Des 17,5 25,5 21,1 74,5 83,2 81,6 1,9 3,2 1,0 84,8 2,7 5,0 1,2

Rata2 17,3 25,9 21,2 75,4 86,7 83,7 1,9 2,9 1,2 1298,1 42,7 6,2 1,2

Berdasarkan data Stasiun Citeko tersebut bahwa suhu di DAS Ciliwung

Hulu antara 16,2oC – 26,8oC dan rata-rata 21,2oC. Suhu udara tertinggi 26,8 oC

terjadi pada bulan Oktober dan terendah 16,2oC pada bulan Agustus. Kelembaban

udara rata-rata 83,7% dan kelembaban maksimum ulan Oktober dan maksimum

44 m/detik. Kecepatan angin rata-rata 1,9 m/detik, dengan kecepatan minimum

1,2 m/detik. Besarnya evapotranspirasi tahunan 1.298,1 mm dengan rata-rata

bulanan sebesar 42,7 mm dengan nilai maksimum 6,2 mm dan minimum 1,2

mm. Bulan basah berlangsung pada bulan Maret s/d Oktober, dan bulan kering

terjadi pada bulan Nopember s/d Pebruari. Wilayah DAS Ciliwung Hulu

tergolong memiliki curah hujan yang tinggi dengan bulan basah lebih besar

daripada bulan kering. Distribusi curah hujan dan evaporasi DAS Ciliwung Hulu

disajikan pada Gambar 14.

105

0

50

100

150

200

250

300

Jan I Peb I Mar I Apr I Mei I Jun I Jul I Agu I Sept I Okt I Nop I Des I

CH d

an E

TP (

mm

)

Curah hujan Evapotranspirasi

Gambar 14 Distribusi curah hujan dan evapotranspirasi DAS Ciliwung Hulu (Sumber : BPSDA Ciliwung (2010). Sawiyo et al. (2009). data diolah)

Distribusi curah hujan dan hari hujan tahun 1995-2009 sebagaimana

disajikan pada Tabel 10, dari data empat stasiun pengamatan diperoleh bahwa

curah hujan DAS Ciliwung Hulu cenderung tidak merata atau mempunyai curah

hujannya bervariasi. Curah hujan tertinggi berlangsung di wilayah Tugu Utara

(Gunung Mas) sebesar 3.748 mm/th, dan terendah di wilayah Katulampa (wilayah

Ciawi dan sekitarnya) 2.797,8 mm/th. Di wilayah tengah (Megamendung dan

sekitarnya) curah hujannya menengah antara 3.085-3.110 mm/th. Rata-rata curah

hujan bulanan tinggi berlangsung antara bulan Oktober s/d April, curah hujan

menurun dan terendah pada bulan Juli dan Agustus.

106

Tabel 10 Distribusi curah hujan di beberapa wilayah DAS Ciliwung Hulu (1995-2009)

Nama Stasiun

Distribusi curah hujan dan hari hujan rata2 bulanan Jumlah

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des

Katulampa

459,4 420,2 328,6 247,3 183,4 153,2 81,3 77,5 97,7 182,2 258,5 308,6 2.797,8

22,8 20,8 20,5 15,5 10,8 8,8 5,8 6,3 6,5 7,7 12,3 22,5 159,9

Pasir Muncang

474,5 481,3 310,3 368,0 253,5 127,0 103,0 96,8 100,8 142,3 194,8 458,8 3.110,8

23,4 20,7 23,4 15,1 10,7 9,4 7,4 6,9 6,8 11,4 17,7 21,2 174,2

Citeko

481,6 586,9 347,2 307,8 184,1 104,8 64,6 83,3 117,5 209,5 279,5 352,7 3.085,0

19,7 23,2 21,2 16,4 12,9 7,9 4,7 5,2 7,4 12,8 17,3 19,0 165,1

Pos Panjang Tugu

Selatan 467,6 448,0 332,7 321,6 256,9 178,7 167,9 124,1 192,1 323,2 305,9 246,3 3.364,9

Gunung Mas

590,4 658,0 412,6 339,1 225,8 168,1 108,9 75,1 126,1 259,1 382,1 403,5 3.748,7

17,9 16,4 15,3 13,6 9,3 8,4 6,3 3,6 6,8 11,1 13,9 14,6 137,1

Sumber : BPSDA Ciliwung (2010), Sawiyo et al. (2009), data diolah.

4.2.4 Geologi dan Fisiografi

Secara geologis bahan induk tanah berasal dari batuan batuan piroklastik

dan batuab induk tuf andesit yang merupakan rangkaian geologi dari Gunung

Gede Pangrango dan Gunung Salak. Batuan induk pada rangkaian gunung api

Gunung Pangrango dan Gunung Salak ini berumur kuarter zaman Holosen –

Pleistosin berupa bahan endapan lahar, lava basalt andesit, oligoklas-andesin,

laboradorit, olivine, piroksin dan horenblenda (Efendi et al. dalam Sawiyo et al.

2009). Batuan gunung api tersebut merupakan bahan induk yang dominan

sebagai pembentuk tanah di daerah penelitian, dan sebagian kecil lainnya berupa

bahan aluvium yang berupa endapan liat, pasir, kerikil dan batu.

Fisiografi DAS Ciliwung Hulu merupakan sistem Volkan berlapis (V1)

yaitu sistem gunung berapi dengan letusan berulang-ulang sehingga terjadi

pelapisan endapan bahan hasil letusan. Sistem volkan berlapis ini dibedakan

kedalam (1) kerucut volkan, (2)lungur volkan dan (3) aluvial (A) (Marsoedi et al.

107

dalam Sawiyo et al. 2009). Sistem volkan berlapis di daerah penelitian tersebut

secara terinci dapat diuraikan sebagai berikut :

(1) Kerucut Volkan ( V1)

Fisiografi kerucut volkan yang diketemukan berupa lereng volkan yang

mempunyai tingkat kemiringan terjal sampai sangat terjal. Berdasarkan

posisinya lereng volkan dipisahkan menjadi dua unit fisiografi yaitu:

V1.1.2. Lereng tengah yaitu bagian lereng tengah kerucut volkan yang tidak

terlalu curam dengan pola drainase radial

V1.1.3. Lereng bawah bagian kerucut volkan dengan lereng agak melandai,

(2) Lungur Volkan (V7)

Fisiografi lungur volkan merupakan bukit-bukit memanjang dari bahan

volkan dengan lereng > 15 % dan perbedaan tinggi 50-300 m. Lebih lanjut

satuan fisiografi ini dapat dibagi menjadi 2 unit fisiografi yaitu:

V7.1.1. Punggung bukit memanjang; merupakan punggung bukit yang

memanjang dengan lereng melandai

V7.1.2. Lereng sisi punggung yaitu bagian sisi lereng lungur volkan yang

umumnya mempunyai tingkat kemiringan curam.

(3) Aluvial (A)

Merupakan satuan fisiografi yang terbentuk karena proses fluviatil

bahannya berasal dari endapan sungai baru biasanya berlapis dan mempunyai

tekstur beragam dicirikan oleh adanya kerikil/batu yang bentuknya membulat.

Fisiografi aluvial pada daerah sub DAS Ciliwung Hulu termasuk dalam unit jalur

aliran sungai atau anak sungai. Karakteristik wilayah fisiografi aluvial ini

memanjang di kanan-kiri jalur aliran sungai, umumnya sempit dibatasi tebing,

bentuk wilayah datar sampai landai.

108

4.2.5 Jenis Tanah

Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Kabupaten Bogor skala 1:250.000, jenis

tanah di DAS Ciliwung Hulu didominasi oleh tanah latosol cokelat, asosiasi

latosol cokelat kemerahan dan latosol cokelat, dan asosiasi latosol merah, latosol

cokelat kemerahan dan laterik air tanah. Sisanya sebagian kecil berupa tanah

komplek regosol kelabu dan lisosol, tanah latosol cokelat kemerahan, dan tanah

andosol cokelat kekuningan.

Berdasarkan Peta Tanah Semidetail Tahun 1992 yang dikeluarkan oleh

Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, beberapa jenis tanah di DAS

Ciliwung Hulu adalah order Inceptisol (48%), Andosol (38,9%). Ultisol (11%),

dan sisanya Entisol (2,1%).

Tanah Andosol merupakan tanah yang sedang berkembang tetapi belum

matang yang ditandai dengan profil yang lemah dan masih banyak menyerupai

sifat bahan induknya. Andisol berasal dari hasil pelapukan bahan induk volkan

yang menghasilkan bahan amorf. Bahan amorf ini terdiri atas alofan, ferrihidrit,

dan senyawa kompleks humus-aluminium. Tanah ini berwarna hitam kelam,

mempunyai berat jenis (<0,85 g/cm3), dan dikenali seperti terasa berminyak

(smeary)-bila diremas- karena mengandung bahan organik 8-30%. Tanah ini

banyak ditemukan di pegunungan berelevasi tinggi. Tanah andosol umumnya

ditemukan dalam bentuk konsosiasi typic hapludents, dan asosiasi typic tapludents

dan typic tropopsamments.

Ultisol merupakan tanah yang memiliki horison argilik dengan kejenuhan basa yang kurang dari 35%. Tanah Ultisol terbentuk di daerah dengan bahan induk yang berumur lebih tua. Dengan adanya proses liksviasi lebih lanjut sehingga membentuk adanya horison argilik. Tanah Ultisol berada di DAS Ciliwung Hulu dalam konfigurasi lahan dengan landform sangat terjal dalam bentuk asosiasi Typic hapludents, dengan bahan induk abu volkan. Tanah ini rentan terhadap erosi dan dijumpai di daerah bagian Utara DAS Ciliwung Hulu.

Inceptisol merupakan tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang. Tanah ini ditandai dengan perkembangan profil yang lemah dan masih banyak menyerupai sifat bahan induknya. Tanah inceptisol yang ada dalam bentuk

109

Asosiasi andic humitropepts-Typic Dystropepts, konsosiasi typic dystropepts, dan konsosiasi typic eutropepts. Jenis tanah ini berada pada landform bergunung, di wilayah lereng tengah hingga lereng bawah Ciliwung Hulu. Tanah ini bertekstur halus, dengan drainase baik, dan berbahan induk tuf andesit.

Sedangkan tanah Entisol adalah tanah-tanah dengan tingkat perkembangannya yang relatif baru. Tanah jenis ini dijumpai di sepanjang bantaran Sungai Ciliwung Hulu dalam bentuk kompleks Typic troporthents-typic fluvaquents. Peta Jenis Tanah dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2.6 Tutupan Lahan (land cover)

Kondisi penutupan lahan pada tahun 1981, DAS Ciliwung Hulu masih

didominasi dengan penutupan berupa hutan lebat (29,96%), persawahan

(25,69%), kebun teh (19,62%), kebun campuran (7,22%) dan dengan

permukiman masih 4,69%. Hingga tahun 1985 dan 1990, kondisi tersebut terus

mengalami penurunan hingga komposisi penutupan menjadi hutan (21,07%),

kebun teh (25,73%), persawahan berkurang (18,12%) dan kebun campuran

(7,72%). Di lain pihak, telah terjadi perluasan secara massive yaitu permukiman

dan pekarangannya bertambah pesat menjadi 16,64% (Janudianto, 2004).

Berdasarkan data yang lain pada tahun 1992, kondisi penutupan lahan

berupa hutan 41,62%, perkebunan (14,93%), semak belukar (8,64%) dan lahan

tegalan (20%). Secara dinamis telah terjadi perubahan penutupan lahan hingga

tahun 2009 dengan kondisi penutupan lahan berupa hutan 4.318,17 (29,06%), dan

perkebunan 1.910,15 (12,85%). Di sisi lain, telah terjadi peningkatan permukiman

3.356,73 ha (22,59%) dan tegalan 3.884,99 (26,14%). Pada selang tahun 1992 s/d

2009, telah terjadi pengurangan penutupan hutan dengan laju rata-rata per tahun

sebesar 1,95% dan semak belukar 9,96%; sedangkan laju peningkatan

permukiman (lahan terbangun) 12,34 %. Perubahan penutupan lahan tahun 1992

s/d 2009 dapat dilihat pada Tabel 11.

Penutupan lahan sangat terkait dengan konservasi hulu DAS sebagai

wilayah tangkapan air. Sebagai daerah tangkapan air (catchment area), wilayah

hulu sangat diharapkan perannya untuk melakukan infiltrasi dan perkolasi di

dalam lapisan tanah sehingga mampu menambah persediaan air tanah.

110

Kemampuan yang tinggi dalam infiltrasi dan perkolasi ini juga sangat penting

dalam upaya pengendalian banjir di wilayah hilir yang berasal dari wilayah hulu.

Hal demikian penting artinya mengingat bahwa kondisi curah hujan di wilayah

DAS Ciliwung Hulu lebih dari 3.000 mm/th (curah hujan tahun 1995 s/d 2009

mencapai 2.797-3.748 mm/th). Hal ini memberikan pilihan berupa ancaman

banjir bagi wilayah hilir. sekaligus peluang untuk menambah persediaan air tanah

bagi suplai air yang berupa dari aliran bawah tanah (subsurface run-off). Semakin

tinggi ketersediaan air tanah maka diharapkan mampu memberikan pasokan aliran

bawah tanah sehingga debit air sungai dapat dijaga menjadi lebih stabil dan tidak

besar perbedaan debitnya antara aliran pada musim hujan dengan aliran sungai

pada musim kemarau. Peta Penutupan Lahan tahun 2000, 2003, 2006 dan 2009

disajikan pada Lampiran 4.

Tabel 11 Penutupan lahan DAS Ciliwung Hulu tahun 1992-2009 No. Jenis

penutupan lahan

Luas (Ha)

1992 1995 2000 2001 2003 2006 2009 1 Hutan 6.184,73 5.834.04 5.611,13 4.436,50 4.467,46 4.391,13 4.318,17 % 41,62 39,26 37,76 29,86 30,06 29,55 29,06 2 Semak Belukar 1.284,47 827,49 574,25 404,67 336,63 106,35 118,73 % 8,64 5,57 3,86 2,72 2,27 0,72 0,80 3 Perkebunan 2.218,60 1.954,09 1.992,74 2.841,03 2.786,79 1.902,08 1.910,15 % 14,93 13,15 13,41 19,12 18,75 12,80 12,85 4 Lahan Terbuka 326,98 129,24 85,89 250,09 341,75 220,53 240,31 % 2,20 0,87 0,58 1,68 2,30 1,48 2,20 5 Permukiman 588,46 849,99 1.261,62 1.485,93 1.820,18 2.997,26 3.356,73 % 3,96 5,72 8,49 10,00 12,25 20,17 22,59 6 Sawah 297,20 710,31 499,15 815,06 788,96 546,83 550,26 % 2,00 4,78 3,36 5,48 5,31 3,68 3,70 7 Semak/Rumput 987,31 1.113,11 1.080,76 990,96 288,54 540,18 480,12 % 6,64 7,49 7,27 6,67 1,94 3,64 3,23 8 Tegalan 2.972,25 3.441,73 3.754,46 3.635,77 4.029,67 4.155,64 3.884,99 % 20,00 23,16 25,27 24,47 27,12 27,97 26,14

Jumlah 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00 14.860,00

Sumber : 1. Hutapea. T. 2005. 2. BPDAS Citarum-Ciliwung 2010. 3. Badan Planologi Kehutanan 2011 (diolah)

111

4.2.7 Pemanfaatan Lahan

DAS Ciliwung Bagian Hulu seluas 14.860 ha, pemanfaatan lahannya

berupa kawasan hutan seluas 4.274 ha (konservasi Cagar Alam/CA dan Taman

Wisata/TW Telaga Warna 368 ha, kawasan konservasi Taman Nasional Gn. Gede

Pangrango 1.869 ha, dan kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang dikelola

Perum Perhutani seluas 2.037 ha, perkebunan teh 2.979 ha (PTPN VIII Gunung

Mas seluas 2.417 ha dan PT Teh Ciliwung / PT Sumber Sari Bumi Pakuan (PT

SSBP) seluas 562 ha), dan eks perkebunan teh seluas 379 ha (eks HGU-PT

Buana Estate 119 ha dan eks-PT SSBP 260 ha), dan lahan milik seluas + 7.228

ha. Berdasarkan Tabel 11, dari areal perkebunan seluas 2.979 ha tersebut hanya

seluas 1.910 ha (64,11%) berupa tanaman perkebunan sehingga lahan sisa

diantaranya jalan, fasilitas umum dan lahan terbengkalai yang digarap dan

diduduki oleh masyarakat secara illegal. Diantara areal perkebunan yang digarap

masyarakat tersebut juga sudah didirikan bangunan permukiman atau rumah

peristirahatan.

Kawasan konservasi seluas 4.274 ha tersebut dikelola oleh Balai Besar

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango dan Balai Besar Konservasi

Sumberdaya Alam Jawa Barat, sedangkan hutan produksi dan hutan lindung

dikelola oleh Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Rincian pemanfaatan lahan

DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 12 dan secara spasial dapat dilihat

peruntukannya sebagaimana peta Lampiran 5.

Lahan yang dikelola masyarakat seluas + 7.607 ha berasal dari lahan

milik seluas 7.228 ha dan lahan eks perkebunan teh seluas 379 ha. Dari luasan

7.607 ha lahan tersebut, lahan yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat seluas

4.637 ha (60,96%) dipergunakan untuk kegiatan budidaya pertanian 3.221 ha

(42,34%), peternakan 56 ha (0,01%), perikanan 48 ha (0,01%), dan lahan

pekarangan 1.312 ha (17,24%). Lahan sisa seluas 2.970 ha (39,04%) berupa

lahan tidur (gontai) dan lahan kiri-kanan sungai / anak sungai yang pada

umumnya dengan topografi curam s/d sangat curam. Lahan dengan topografi

berat ini tersebar di sepanjang alur dan anak sungai Ciliwung Bagian Hulu (BP3K

2010).

112

Tabel 12 Pemanfaatan kawasan DAS Ciliwung Hulu

No. Pemanfaatan Lahan Luas %

1 Kawasan Hutan - CA dan TW Telaga Warna : 368 ha - TN Gn. Gede Pangrango : 1.869 ha - Hutan Perum Perhutani : 2.037 ha

4.274 ha 28,76

2 Kawasan Perkebunan - PT Gunung Mas : 2.417 ha - PT SSBP (PT Ciliwung) : 562 ha

2.979 ha 20,05

3 Eks Perkebunan - PT Buana Estate 119 ha - Eks-PT SSBP 260 ha

379 ha 2,55

4 Lahan Milik 7.228 ha 48,64

Luas DAS Ciliwung Hulu 14.860 ha 100,00

Sumber : Bogor Dalam Angka 2007-2009. BLH Kabupaten Bogor 2010. BP3K Wilayah Ciawi 2011 (diolah)

Lahan dengan kemiringan curam s/d sangat curam (kemiringan di atas 100%)

menurut kebiasaan masyarakat setempat dialokasikan untuk zona perlindungan

setempat (perlindungan sumber air dan penahan longsor) dan biasanya ditumbuhi

atau ditanami dengan jenis bambu-bambuan, pepohonan Albizzia, pete, kayu

afrika, mindi, jengkol dan tanaman buah2an lainnya. Tegakan bambu-bambu ini

dapat dipetik hasilnya untuk bahan pembuatan rumah, pembuatan pagar, kandang

hewan, bahan pembuatan perabot rumah tangga, pembuatan ajir tanaman

budidaya, tiang penyangga tanaman menjalar (kacang panjang, labu siam dll.),

dan sebagian dapat diperjualbelikan.

4.2.8 Produksi Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Sumberdaya lahan di DAS Ciliwung Hulu tergolong subur dan didukung

oleh kelimpahan sumberdaya air permukaan, tingginya aksesibilitas jalan,

kemudahan akses input saprotan serta luasnya wilayah dan jaringan pemasaran,

telah mendorong masyarakat untuk melakukan aktivitas budidaya pertanian

113

berupa budidaya tanaman pangan, bunga hias, sayur mayur, buah-buahan,

perikanan, peternakan, dan aktivitas budidaya produktif lainnya. Budidaya

pertanian tanaman pangan diantaranya padi, jagung, ketela rambat, ubi kayu, ubi

jalar, dan tanaman pangan lainnya.

Produktivitas tanaman per musim untuk tanaman pangan padi mencapai

5,5 ton/ha, ubi jalar 13 ton/ha, singkong 19 ton/ha, jagung 4 ton/ha, kacang tanah

1,25 ton/ha. Sayur-sayuran yang dibudidayakan oleh masyarakat petani dan

dengan orientasi pasar lokal maupun pasar regional diantaranya bawang daun,

kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang panjang, cabe, tomat, buncis,

mentimun, labu siam, kangkung, bayam, dan kacang merah. Produktivitas sayur-

sayuran di DAS Ciliwung Hulu dan Bogor umumnya disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Rata-rata produktivitas tanaman sayur-sayuran di Kab. Bogor tahun 2008 (dalam ton/ha/musim)

No. Jenis Tanaman Sayuran

2006 2007 2008

1 Bawang Daun 7,82 7,28 7,76 2 Kentang 26,38 17,50 15,88 3 Kubis 24,32 25,70 22,94 4 Petsai/sawi 9,15 10,18 8,65 5 Wortel 13,90 12,97 15,10 6 Kacang Panjang 10,47 10,29 10,00 7 Cabe 7,30 8,82 8,62 8 Tomat 16,03 14,36 16,92 9 Buncis 8,81 9,36 8,47 10 Mentimun 17,04 14,30 14,78 11 Labu Siam 12,38 14,54 14,94 12 Kangkung 5,56 5,66 9,28 13 Bayam 6,18 6,44 7,37 14 Kacang Merah 2,26 2,26 2,24

Sumber : Bogor Dalam Angka 2009.

114

4.2.9 Pemanfaatan Jasa Wisata

Wilayah DAS Ciliwung Hulu, dalam aktivitas wisata biasa disebut dengan

wilayah Puncak atau Puncak Pass karena di wilayah tersebut terdapat puncak

perbukitan yang membelah wilayah Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur.

Kawasan DAS Ciliwung Hulu atau wilayah Puncak memiliki daya tarik

wisatawan yang tinggi diantaranya udara sejuk pegunungan, view perkebunan teh,

view perbukitan Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango, serta obyek wisata

buatan menarik lainnya. Potensi wisata alami dan wisata buatan ini (man made)

menjadi keunggulan komparatif bagi aktivitas wisata di wilayah Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur (Jabodetabekjur). Umumnya aktivitas

wisata ini telah berkembang mulai tahun 1980-an dan hingga saat ini semakin

tidak terkendali pertumbuhannya.

Obyek wisata andalan di wilayah ini sebanyak 12 obyek terdiri dari 10

obyek wisata alam yaitu Telaga Warna, Taman Wisata Riung Gunung, Curug

Cilember, Taman Wilrimba, TW Citamiang, Curug Kembar-Batulayang,

Wanawisata Pulau Cangkir, Curug Cisuren, Wisata Agro Gunung Mas, dan 2

obyek wisata buatan yaitu Taman Wisata Safari dan Taman Wisata Matahari.

Jumlah pengunjung tahun 2008 mencapai 1.257.443 orang (wisatawan nusantara

1.243.314 orang dan wisatawan mancanegara 14.129 orang) atau mencapai

56,39% dari kunjungan wisata di Kabupaten Bogor 2.230.010 orang. Kunjungan

wisatawan di DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 14.

Memperhatikan perkembangan kegiatan wisata tersebut maka membawa

konsekuensi pada kondisi kemacetan lalu lintas terutama pada hari libur nasional.

Menjelang dan setelah hari libur pada hari Jumat sore, Sabtu dan Minggu maka

keadaan lalu lintas dari dan ke wilayah Puncak kondisinya sangat macet. Maka

sistem pengaturan lalu lintas kemudian diatur dengan sistem buka tutup jalur yaitu

satu jalur yang dibuka. Hal ini memperlihatkan bahwa daya dukung transportasi

sudah tidak mampu untuk mendukung aktivitas wisata di wilayah DAS Ciliwung

Hulu tersebut.

115

Tabel 14 Kunjungan wisatawan di DAS Ciliwung Hulu

No

Nama Obyek Wisata

Keca-matan

Jenis Wisatawan (orang)

Jumlah wisatawan

(orang) Nusantara Manca

negara 1 Taman Safari Indonesia Cisarua 613.791 7.463 621.254 Taman Wisata Matahari Cisarua 110.504 0 110.504 2 TW Telaga Warna Cisarua 14.088 505 3 Wisata Agro Gunung

Mas Cisarua 265.139 2.067 267.206

4 TW Riung Gunung Cisarua 18.290 30 18.320 5 Wanawisata Curug

Cilember Cisarua 124.362 4.050 128.412

6 Taman Welrimba Cisarua 60.000 10 60.010 7 Wanawisata Cimameang Cisarua 5.718 4 5.722 8 Wanawisata Pulo

Cangkir Cisarua 11.731 0 11.731

9 Curug Kembar/Batulayang

Cisarua 1.662 0 1.662

10 Curug Cisuren Cisarua 1.485 0 1.485 12 Curug Panjang Megamendung 16.544 0 16.544 Jumlah 1.243.314 14.129 1.257.443 Sumber : Bogor Dalam Angka 2009.

4.2.10 Tata Air Sungai Ciliwung Hulu

Kondisi hidrologi DAS Ciliwung Hulu ditunjukkan oleh parameter

kuantitas air dan kualitas air pada Sungai Ciliwung bagian hulu. Periode 1996-

2009, debit andalan Sungai Ciliwung Hulu menunjukkan peningkatan dari 4,68

m3/detik pada tahun 1996 menjadi 78,47 m3/detik tahun 2009. Keadaan tahun

1989-2009, debit air maksimum Sungai Ciliwung Bagian Hulu rata-rata sebesar

322,08 m3/detik. Tahun 1994-2001, debit air maksimum mencapai 743,33

m3/detik pada tahun 1996 dan 651,75 m3/detik pada tahun 1998. Pada tahun

1998 tersebut merupakan nilai KRS mencapai 534,22.

Pada selang 2001-2009, debit air maksimum terjadi pada tahun 2002

sebesar 525,53 detik dan tahun 2009 sebesar 451,47 m3/detik. Namun demikian

nilai KRS tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 217,69 m3/detik. Hal ini

116

menunjukkan selama 20 tahun terakhir bahwa kondisi biofisik DAS Ciliwung

mengalami perubahan yang tajam sehingga mengakibatkan debit air sungai

Ciliwung Hulu sangat fluktuatif. Memperhatikan nilai KRS selama 20 tahun

maka terlihat bahwa nilai KRS rata-rata sebesar 151,64. Nilai KRS lebih besar

dari nilai 100 maka menunjukkan bahwa DAS Ciliwung Hulu dalam kondisi

buruk. Kondisi DAS pada tahun 2009, dengan nilai KRS sebesar 61,93

menunjukkan bahwa DAS Ciliwung Hulu dalam kondisi sedang. Debit air Sungai

Ciliwung pada 1989-2009 dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Debit air Sungai Ciliwung tahun 1989 -2009

No.

Tahun

Besarnya debit (m3

KRS /det)

(QMaks/QMin

) Q

(m3/detik) andalan

Waktu Kejadian debit

maksimum Maks. Min. 1 1989 144,38 2,74 52,69 tad*) 2 1990 131,47 4,76 27,62 tad*) 3 1991 211,25 2,26 93,47 tad*) 4 1992 378,68 2,18 173,71 tad*) 5 1993 343,2 5,71 60,11 tad*) 6 1994 378,68 1,86 203,59 tad*) 7 1995 411,67 1,71 240,74 tad*) 8 1996 743,33 3,05 243,71 4,68 9 1997 244,2 1,22 200,16 15,38 10 1998 651,75 1,22 534,22 17,89 11 1999 610,5 1,71 357,02 18,98 12 2000 525,53 1,71 307,33 11,71 13 2001 411,68 3,46 118,98 22,12 14 2002 525,53 6,75 77,86 22,83 15 2004 21,14 1,23 17,19 26,73 19/02/2004 16 2005 26,08 1,42 18,87 29,20 18/01/2005 17 2006 44,74 3,13 14,29 38,68 09/02/2006 18 2007 132,79 0,61 217,69 42,11 03/02/2007 19 2008 52,84 4,56 11,59 75,00 18-19/03/2008 20 2009 451,47 7,29 61,93 78,47 13/01/2009

Rata-rata 322,08 2,93 151,64 35,20 Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor 2002, 2) Balai Pendayagunaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane 2010. Keterangan *) tad = tidak ada data.

Debit maksimum selama 1989 s/d 2009 mencapai maksimum pada tahun

1996 sebesar 743,33 m3/detik dan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 26,08

m3/detik. Debit minimum tertinggi berlangsung pada tahun 2009 sebesar 7,29

117

m3/detik dan terendah pada tahun 2007 sebesar 0,61 m3/detik. Hal ini

menunjukkan bahwa selama 20 tahun, debit puncak telah mengalami fluktuasi

yang sangat tajam yaitu pada musim hujan debit maksimum air sungai Ciliwung

Hulu tahun 1996 melebihi dari debit maksimum rata-rata dan pada musim

kemarau debit air hampir mencapai nilai nol pada tahun 2007.

Pada selang tahun 1996-1997 Sungai Ciliwung mengalami penurunan

debit aliran secara tajam dari 743,33 m3/detik menjadi 244,42 m3/detik dan pada

kemudian kembali meningkat pada tahun 1998 menjadi 651,75 m3/detik.

Kemudian selama 5 tahun terakhir 2004-2008, wilayah DAS Ciliwung Hulu

mengalami penurunan debit air yaitu nilai debit air puncak mencapai 21,14

m3/detik dan stabil 52,84 m3/detik hingga pada tahun 2009 meningkat secara

tajam menjadi 451,47 m3. Fluktuasi debit air maksimum sungai dan KRS Sungai

Ciliwung tahun 1989-2009 dapat disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15 Debit maksimum dan koefisien regime sungai (KRS) Ciliwung Hulu tahun 1989-2009

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2004 2006 2008

Tahun

Bes

arny

a de

bit (

m3/

det)

Besarnya debit (m3/det) Maksimum Q Maks/Min (KRS)

118

4.2.11 Kualitas Air Sungai Ciliwung Hulu

Berdasarkan Laporan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor (2010)

bahwa kualitas air Sungai Ciliwung Hulu telah mengalami penurunan. Kualitas

Air Sungai Ciliwung Hulu diperoleh data pengamatan terhadap paremeter fisik,

kimia, dan mirkobiologi. Parameter fisik dan mikrobiologi air umumnya normal,

sedangkan parameter kimia air telah melebihi ambang batas yaitu parameter BOD

13-23 mg/liter (telah melampaui kualitas Baku Mutu I s/d IV) dan COD 132-157

mg/liter (telah melampaui Baku Mutu I dan II). Kandungan colliform telah

mencapai 1.700-8.000 mg/liter (telah melampaui Baku Mutu I dan II). Kondisi

demikian menempatkan kualitas air di Sungai Ciliwung Hulu termasuk kedalam

kualitas air di bawah Kelas I dan II. Standar Air di bawah I dan II artinya air

sungai Ciliwung sudah tercemar berat dan tidak layak kalau langsung digunakan

untuk pasokan air minum sehingga hanya layak untuk kegiatan pertanian dan

perikanan. Air tersebut memerlukan perlakuan (treatment) aerasi jika akan

digunakan untuk air minum.

Keadaan ini tidak terlepas dari tingginya laju permukiman dan aktivitas

masyarakat dan intensitas aktivitas pertanian dan permukiman di wilayah hulu.

Perkembangan permukiman dan berkembangnya kegiatan wisata di wilayah hulu

telah memberikan tambahan volume sampah organik padat dan cair yang dibuang

/ dialirkan ke dalam badan air Sungai Ciliwung. Aktivitas masyarakat Kegiatan

pertanian untuk budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura telah

berjalan sangat intensif. Penggunaan pupuk kimia yang terlampau tinggi dan

pemakaian pestisida (herbisida, insektisida, dan fungisida/algaesida) untuk

meningkatkan produksi dan kualitas sayuran. Penggunaan pupuk kimia di wilayah

hulu tidak menggunakan sesuai dosis yang disarankan. Kuantitas produksi sesuai

permintaan pasar telah mengakibatkan petani menggunakan pupuk kimia melebihi

yang disarankan, disamping itu penggunaan herbisida dan insektisida dalam

budidaya hortikultura (sayur dan buah-buahan) telah memberikan andil yang

cukup besar terhadap pencemaran air dan tanah. Kualitas air Sungai Ciliwung

disajikan pada Tabel 16.

119

Tabel 16 Kualitas air Sungai Ciliwung Hulu tahun 2002, 2009 dan 2010 (pengamatan di 6 titik yaitu Katulampa, Gadog, Cilember, Ciburial, Cisampai, Atta’awun)

No. Parameter

kualitas air

Kualitas air*) Kondisi (pos pengamatan)

I II III IV 2002*1 2008*) 2 2009*) 2)

Parameter Fisika

1 Residu terlarut (TDS) mg/l.

1000 1000 1000 2000 80-1.250

51-59,25 58-132 (82-Katulampa), 132- Gadog, 58-Atta’awun)

2 Residu tersuspensi (TSS) mg/l

50 50 400 400 td 8-39,50 8-12 (12-Katulampa), 8-Gadog, 8-Atta’awun).

3 Kekeruhan - - 5-9 6-27,50 19-22 (22-Katulampa, 21-Gadog, 19-Atta’awun)

Parameter Kimia

1 pH 6-9 6-9 6-9 5-9 6,1-7,28 6,4 -7,19 6,7-7,1 (6,8-Katulampa, 6,7-Gadog, 7,1-Atta’awun).

2 BOD (mg/l) 2 3 6 12 1,6-

80,7*

td 3)

13-23 (23-Katulampa, 16-Gadog, 13-Atta’awun).

3 DO (mg/l) 6 4 3 0 6-8 6-9,96 6,5-7 (7-Katulampa dan Gadog, 6,5-Atta’awun)

4 COD (mg/lt) 10 25 50 100 7,46-

120,5*4

132-157

)

30-47 (47-Katulampa, 42- Gadog), 30-Atta’awun)

Parameter Biologi

1 Fecal coliform (jumlah/100ml)

100 1000 2000 2000

2 Total coliform (jumlah/100 ml)

1.000 5.000 10.000 10.000 110-120,5

200-34.100

1.700-8.100 (8.100-Gadog. 1.700 -Katulampa. 2.100 -Atta’awun)

Sumber : BLH Kabupaten Bogor (2010) Keterangan : *) PP 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air *1

*) Taufik et al. dalam Dewi (2010)

2

* ) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bogor (2010) 3

* ) Tercemar berat

4

) Tercemar sedang.

Perkembangan permukiman dan aktivitas massal wisata di wilayah hulu

termasuk pembangunan vila dan aktivitas perhotelan di wilayah hulu telah

120

memberikan peningkatan kadar total coliform di dalam air (1.700 – 8.100 mg/liter

<10.000 mg/liter untuk Baku Mutu Kelas III) yang berbahaya bagi kesehatan.

Kualitas air Sungai Ciliwung pada tahun 2009 dengan pengamatan di Bendung

Katulampa tergolong tercemar berat. Unsur terberat yang mengakibatkan

pencemaran ini adalah kandungan BOD yang melebihi ambang batas normal (23

mg/lt) di atas kelas IV. Kandungan BOD yang tinggi ini diakibatkan oleh

meningkatnya limbah buangan rumah tangga yang berasal dari permukiman,

restoran dan limbah rumah tangga lainnya. Aktivitas ekonomi dan sosial yang

menghasilkan limbah, semuanya dibuang ke badan air Sungai Ciliwung tanpa ada

perlakuan terlebih dahulu (treatment limbah). Perkembangan permukiman di

sekitar Sungai Ciliwung semakin padat dan tidak terbendung lagi karena memang

lahan tersebut yang masih tersisa bagi masyarakat lokal, sedang lahan sisanya

sudah berpindah kepemilikan atau terbagi diantara ahli waris. Kondisi yang

mendorong demikian adalah wilayah hulu DAS Ciliwung merupakan wilayah

dengan aktivitas wisata yang tergolong over capacity. Hal ini dapat dilihat dari

kunjungan wisata terutama pada hari-hari libur dengan kondisi lalu-lintas yang

sangat padat. Hari biasa jalur Ciawi-Puncak dapat dicapai dalam 30 menit, maka

pada hari-hari libur dapat dicapai dalam 5-6 jam atau lebih. Kadar COD belum

begitu tinggi, tetapi sudah mulai kelihatan meningkatnya kandungan COD

tersebut, sehingga dari sekarang perlu dilakukan pengendaliannya.

4.2.12 Kualitas Sumberdaya Lahan Kualitas sumberdaya lahan dapat didekati melalui tingkat degradasi yang

berlangsung. Tingkat degradasi lahan dihitung dengan tingkat erosi lahan,

semakin tinggi erosi yang terjadi maka akan berpengaruh terhadap produktivitas

lahan secara keseluruhan. Penelitian Zubaidah (2004) menunjukkan bahwa DAS

Ciliwung Hulu mempunyai tingkat sedimentasi pada lahan dengan aktivitas

penggunaan lahan hutan sebesar 0,938 ton/ha/th, penggunaan lahan perkebunan

2,21 ton/ha/th dan penggunaan lahan tegalan 63,68 ton/ha/th. Sedangkan tingkat

erosi untuk penggunaan lahan hutan 4,57 ton/ha/th, penggunaan lahan perkebunan

52,739 ton/ha/th, dan penggunaan lahan tegalan 509,714 ton/ha/th. Nilai ini

121

sudah termasuk ke dalam erosi berat yaitu telah melampaui nilai erosi yang

ditoleransi yaitu 20-43 ton /ha/th (Sinukaban 2007).

Qodariah et al. (2004) menunjukkan bahwa DAS Ciliwung Hulu telah

mengalami degradasi lahan yang sangat tinggi yaitu dengan tingkat erosi tahun

2001 mencapai 44 ton/ha/bulan dan tahun 2002 mencapai 74,7 ton/ha/bulan.

Sedangkan data BRLKT Citarum-Ciliwung menunjukkan tingkat erosi antara

160,32 -334 ton/ha/th. Laju sedimentasi berlangsung di Sungai Ciliwung Hulu

tahun 2001 mencapai 19,70 ton/ha/th dan tahun 2002 mencapai 36,96 ton/ha/th.

Penurunan kualitas sumberdaya lahan dapat dilihat dari luasan lahan kritis

yang tersebar di wilayah DAS Ciliwung Hulu. Kondisi ini menggambarkan

bahwa DAS Ciliwung Hulu memerlukan upaya rehabilitasi dan konservasi lahan

guna meningkatkan fungsinya sebagai lahan pertanian produktif dan sebagai

wilayah resapan bagi wilayah hilir. Kondisi tahun 2005, luas lahan kritis meliput i

lahan agak kritis, kritis s/d sangat kritis) seluas 865,17 ha, tahun 2008 mengalami

peningkatan menjadi 908,90 ha dan kemudian pada tahun 2009 berkurang

menjadi 371,26 ha. Perkembangan lahan kritis disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Lahan kritis di DAS Ciliwung Hulu tahun 2005-2009

No. Tingkat Kekritisan

Lahan

2005 2008 2009

Ha % ha % ha %

1 Tidak kritis 13.766,29

92,64 13.782,29 92,75

14.117,48 95,00

2 Potensial kritis 228,54 1,54 168,81 1,14 371,26 2,50 3 Agak kritis 227,55 1,53 60,90 0,41 213,92 1,44

4 Kritis 382,25 2,57 848,00 5,71 157,34 1,06

5 Sangat Kritis 255,37 1,72 - - - 0,00

Luas DAS 14.860,00 100,00 14.860,00 100,00 14.860,00 100,00 Jumlah 3s/d 5 865,17 5,82 908,90 7,25 371,26 2,50

Sumber : Status Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor (2010).

122

4.3 Sosial Ekonomi Masyarakat

4.3.1 Penduduk

Penduduk di DAS Ciliwung Hulu dan kondisi penduduk di 3 kecamatan Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Pertumbuhan penduduk DAS Ciliwung Hulu tahun 1997 s/d 2008

No. Tahun DAS Ciliwung Hulu Kab. Bogor Kecamatan Ciawi,

Megamendung, Cisarua

Jumlah

penduduk

(jiwa)

Kepadatan

penduduk *)

(jiwa/ha)

Laju

Pertumbuhan

Penduduk*)

(% / tahun)

Rata-rata

penduduk

per KK*)

Jumlah

Penduduk

(jiwa)

Laju

Pertumbuhan*)

( % )

1 1997 188.670 12,70 - 4,67 220.409 -

2 1998 190.594 12,83 1,02 Td 220.430 0,01

3 1999 196.015 13,19 2,84 Td 222.088 0,75

4 2000 200.955 13,52 2,52 4,79 228.746 3,00

5 2001 202.623 13,64 0,83 Td 230.182 0,63

6 2002 208.849 14,05 3,07 4,76 234.911 2,05

7 2003 210.834 14,19 0,95 4,01 236.116 0,51

8 2004 222.212 14,95 5,40 Td 244.727 3,65

9 2005 236.705 15,93 6,52 Td 268.819 9,84

10 2006 249.199 16,77 5,28 4,17 291.258 8,35

11 2007 254.446 17,12 2,61 4,18 293.379 0,73

12 2008 260.180 17,51 3,68 4,20 293.560 0,62

13 2009 295.315 0,60

Rata-

rata

2,98 4,43 2,74

Sumber : - BPS Kabupaten Bogor 2009-2010; Dewi 2010 Bapeda Kab. Bogor. 2009; dan (*) hasil perhitungan.

Berdasarkan data tahun 2000, jumlah penduduk di DAS Ciliwung Hulu berjumlah

200.955 jiwa atau mengalami peningkatan sebesar 2,54%; sedangkan pada tahun

2008 sebanyak 260.180 jiwa dengan laju pertumbuhan yang tinggi yaitu 3,68%

dan dengan rata-rata 4,20 jiwa per-KK. Selama 10 tahun terakhir (1998 s/d 2008)

laju pertumbuhan penduduk tertinggi di DAS Ciliwung hulu terjadi pada 3 tahun

123

berturut-turut yaitu tahun 2004 s/d 2006 yaitu antara 5,28-6,52% per tahun,

sedangkan pada pada periode tahun tersebut untuk wilayah Kecamatan Ciawi,

Megamendung, dan Cisarua dengan laju pertumbuhan yang lebih besar yaitu

antara 3,65 -9,84% per tahun atau dengan rata-rata pertumbuhan penduduk selama

10 tahun terakhir sebesar 2,74%.

4.3.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk di DAS Ciliwung Hulu dikelompokkan ke

dalam 7 sektor ekonomi yaitu sektor pertanian, industri, perdagangan, hotel dan

restoran, angkutan, jasa-jasa, konstruksi dan profesi lainnya (PNS, ABRI, POLRI,

dll.). Sektor yang mendominasi di Ciliwung Hulu adalah sektor pertanian,

perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor jasa. Perkembangan mata pencaharian

penduduk selama tahun 2000-2006, pada sektor pertanian mengalami penurunan

dari 16.406 (26,69%) menjadi 3.937 jiwa (5,78%), sedangkan di kedua sektor

yang mengalami peningkatan tajam adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran

dari 20,04% (2000) menjadi 41,26% (2006) dan sektor jasa dari 38,35% (2000)

menjadi 47,06% (2006), dan sektor lainnya perkembangannya relatif normal.

Rincian mata pencaharian disajikan pada Tabel 19 berikut.

Tabel 19 Mata pencaharian penduduk di DAS Ciliwung Hulu Tahun 2000 dan 2006

No. Mata Pencaharian 2000 2006

KK % KK % 1 Pertanian 16.406 26,69 3.937 5,78 2 Industri 1.580 2,57 434 0,64

3 Perdagangan. hotel dan restoran 12.317

20,04 28.090

41,26

4 Angkutan 2.527 4,11 tad tad 5 Jasa-jasa 23.570 38,35 32.027 47,06 6 Konstruksi 1.554 5,71 3.582 5,26 7 Lainnya 3.507 5,71 3.582 5,26 Jumlah 61.461 100,00 68.070 100,00

Sumber : Kecamatan Ciawi. Megamendung. dan Cisarua dalam Angka 2001 dan 2007; Dewi (2010). diolah

Keterangan : tad = tidak ada data.

124

4.3.3 Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk DAS Ciliwung Hulu yang telah memasuki

usia sekolah ( di atas 7 tahun ke atas), terlihat telah mengalami perkembangan

yang relatif lebih baik. Dari dua seri data tahun 2000 dan 2006, jumlah penduduk

dengan tingkat pendidikan SD dan tidak tamat SD telah mengalami penurunan

jumlahnya dari 123.487 jiwa (70,68%) tahun 2000 menjadi 130.997 (5,65%) pada

tahun 2006. Sedangkan pada tingkat pendidikan SLTP, SLTA, dan Tingkat

Akademi / Perguruan Tinggi telah mengalami kenaikan. Tingkat pendidikan

penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP dan SLTA yaitu sebesar 66.779 jiwa

(32,07%), sedangkan tingkat akademi / perguruan tinggi masih sangat kecil yaitu

5,07%. Hal ini terlihat bahwa penduduk di wilayah Ciliwung Hulu masih

didominasi masyarakat dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD), kemudian disusul

SMP dan SLTA. Perkembangan tingkat pendidikan penduduk disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20 Tingkat Pendidikan Penduduk Ciliwung Hulu Tahun 2000 dan 2006

No. Tingkat Pendidikan Tahun 2000 Tahun 2006

Jumlah % Jumlah %

1 Tidak tamat SD / sederajat 56.051

32,08 11.767 5,65

2 Tamat SD 67.436

38,60 119.230 57,21

3 Tamat SLTP 29.847

17,08 34.367 16,49

4 Tamat SLTA 19.609

11,22 32.412 15,58

5 Tamat Akademi / Perguruan Tinggi

1.757

1,01 10.567 5,07

174.700 100,00 208.393 100,00

Sumber : - Kecamatan Ciawi. Megamendung dan Cisarua Dalam Angka 2001; Dinas

Kependudukan Kabupaten Bogor (2007). Dewi (2010). data diolah

125

4.4 Organisasi DAS Ciliwung Hulu

4.4.1 Organisasi Pemerintah

Organisasi pemerintah yang erat kaitannya dengan pengelolaan DAS

dirinci berdasarkan besarnya peran dan pengaruh langsung penataan ruang, lahan,

air, tutupan lahan (hutan dan non hutan), serta berpengaruh terhadap kualitas

sumberdaya alam. Organisasi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan lokal

yang berperan dalam pengelolaan DAS Ciliwung Hulu disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21 Organisasi pemerintah yang berperan besar dalam pengelolaan DAS Ciliwung Hulu

No. Nama organisasi pemerintah Peran di dalam DAS Ciliwung

I Nasional 1 Departemen Pekerajaan Umum

Kebijakan dan Perencanaan Tata Ruang Sumberdaya Air dan konservasi SDAir.

2 Departemen Pertanian Pengelolaan lahan pertanian 3 Departemen Kehutanan

Pengelolaan Hutan, rehabilitasi hutan dan lahan

II Provinsi 1 Pemprov Jawa Barat Kriteria dan standar lokasi teknis

penataan ruang di kawasan Puncak. 2 Balai Besar Pengelolaan Sungai

Ciliwung-Citarum Pembangunan dan Pemeliharaan Bangunan Air.

3 Dinas Pendayagunaan Sumberdaya Air

Pendayagunaan sumberdaya air Sungai Ciliwung

III Kabupaten 1 Bappeda Koordinasi pembangunan di daerah 2 Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Penataan Tata Ruang dan pertanahan 3 Dinas Pertanian dan Kehutanan Pengelolaan lahan pertanian, monitoring

dan evaluasi kegiatan perkebunan, hortikultura dan perikanan.

4 Dinas Cipta Karya Pengelolaan Sampah. 5 Dinas Tata Bangunan dan

Permukiman Pengendalian perijinan pemanfaatan ruang untuk bangunan dan permukiman.

6 BPN Kab. Bogor Pengendalian lahan HGU dan eks-HGU. 7 BPDAS Ciliwung-Citarum Perencanaan dan Evaluasi Rehabilitasi

Hutan dan Lahan 8 Badan Lingkungan Hidup Pengendalian Kualitas Air, Udara, Tanah

dan Lingkungan Lainnya 9 Badan Penyuluhan Pertanian,

Perkebunan, Perikanan dan Kehutanan (BP4K)

Penyuluhan pembangunan, dan pembentukan kelompok tani.

9 Camat dan Kepala Desa Pelayanan umum masyarakat lokal.

126

4.4.2 Organisasi Petani

a. Pusat Penyuluhan Swadaya

Kelompok tani di wilayah DAS Ciliwung Hulu mencakup wilayah

Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua antara lain kelompok pelatihan

pertanian dan perdesaaan swadaya (P4S), Sentra Penyuluhan Kehutanan Swadaya,

Kelompok / Gabungan Kelompok Tani, Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis,

Kelompok Wanita Tani, dan Kelompok Taruna Tani.

Pusat Penyuluhan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) sebanyak 7

unit yang bergerak dalam bidang jamur tiram, sayuran, tanaman hias, budidaya

lele, konservasi tanah dan air, dan padi sawah. Beberapa lembaga ini (kelompok

tani mitra instansi pertanian dan kehutanan daerah maupun pusat) awalnya dirintis

sejak 1999 oleh almarhum Bp. Badri dari desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua.

Data organisasi penyuluhan swadaya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 22 Pusat pelatihan pertanian swadaya di DAS Ciliwung Hulu

No. Nama P4S/SPKP

Alamat Tahun Berdiri

Nama Ketua Kelompok

Jenis Usaha

1 Kaliwung Kalimuncar

Desa Tugu Utara Kec. Cisarua

1999 Badri (Edi) Jamur Tiram

2 Bunga wortel

Desa Citeko. Kec. Cisarua

2005 Ukar S. Sayuran dataran tinggi

3 Cijulang Asri

Desa Kopo. Kec. Megamendung

2008 Basir D. Bibit tanaman hutan

4 SPKP Desa Citeko Kec. Cisarua

2007 Dadang Tanaman Hias

5 SPKP Desa Tugu Utara Kec. Cisarua

2005 Badri (Edi) Konservasi tanah dan air.

6 Jaya Sentosa Desa Gadog 2008 Nasrudin Budidaya lele Sangkuriang

7 Bina Sejahtera

Desa Cileungsi Kec. Ciawi

2000 Harun Alrasyid

Padi sawah

Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011

b. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

Gabungan kelompok tani (gapoktan) merupakan gabungan dari beberapa

kelompok tani di wilayah Ciliwung Hulu yang merupakan binaan BP3K Wilayah

Ciawi yang mencakup Kecamatan Ciawi. Megamendung. dan Cisarua. Kondisi

gapoktan pada tahun 2010 terdapat sebanyak 19 gapoktan. Beberapa gapoktan

tersebut disajikan pada Tabel 23.

127

Tabel 23 Gapoktan di DAS Ciliwung Hulu

No. Nama gapoktan

Alamat Jumlah anggota poktan

Tahun berdiri

Nama ketua

Jenis usaha

1 Kaliwung Kalimuncar

Desa Tugu Utara Kec. Cisarua

2 2009 Badri (Edi)

Jamur Tiram. konservasi tanah dan air.

2 Bunga Wortel

Desa Citeko Kec. Cisarua

4 2007 Saeful Rahman

Pemasaran sayuran. permodalan

3 Sudi Mukti Desa Kopo 3 2007 Tatang S. Pemasaran jagung. ikan lele

4 Wangsa Kencana

Desa Cibeureum Kec. Cisarua

2 2008 U. Syaeful

Pemeliharaan sapi perah. usaha tani rumput gajah

5 Leuwimalang Desa Leuwimalang Kec. Cisarua

2 2008 Rahmat Padi sawah.

6 Amanah Kel. Cisarua Kec. Cisarua

2 2007 Jujun J. Pemasaran pasi. sarana produksi pertanian.

7 Bina Karya Desa Sukakarya Kec. Megamendung

4 Iwan S. Padi. palawija. sayuran. ternak

8 Flamboyan Desa Sukagalih Kec. Megamendung

5 A. Rahmat

Sayuran organik.

9 Tani Sejahtera

Desa Sukamanah Kec. Megamendung

3 Asep M. Padi. tanaman hias.

10 Tunas Tani Desa Sukaresmi. Kec. Megamendung

2 Dede S. Padi. palawija. sayuran.

11 Harapan Sugih

Desa Sukamahi Kec. Megamendung

3 Muhtadin Padi. palawija. sayuran.

12 Jaya Sentosa Desa Gadog 2 2009 Nasrudin Padi. ikan 13 Tabir

Mandiri Desa Cipayung Kec. Megamendung

2 Saad Padi sawah

14 Berkah Tani Desa Kuta. Kec. Megmendung

3 Nana Palawija. padi. sayuran. ternak.

15 Paseban Asri Desa Mgmendung. Kec. Mgmendung

3 2007 Hoerudin Tanaman hutan. sayuran.

16 SKB Flora Desa Sukamaju. Kec. Megamendung

4 2007 Jajang M. Tanaman hias.

17 Rukun Tani Desa Citapen Kec. Megamendung

5 2008 Misbah Hortikultura. pasi. ternak. palawija.

18 Bina Sejahtera

Desa Cileungsi 5 Harun Alrasyid

Padi. palawija. ternak. ikan.

19 Sadar Tani Desa Bojong Murni Kec. Ciawi

5 Jaka Hortikultura. padi. ternak. palawija. tanaman hutan.

Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011.

128

c. Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LMKA)

Beberapa LMKA yang mengawali usaha simpan pinjam para petani di 3

kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua sebanyak 5 unit dan baru terbentuk

satu tahun terakhir 2009. Modal usaha sebesar Rp. 50 juta s/d Rp. 115 juta,

dengan anggota sebanyak 60 s/d 100 orang. Data LMKA disajikan pada Tabel 24

berikut.

Tabel 24 Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis di DAS Ciliwung Hulu

No. Maka LMKA

Alamat Jumlah anggota

Modal usaha

Tahun berdiri

Jenis usaha Manajer

1 Bunga Wortel

Desa Citeko. Kec. Cisarua

87 Rp. 115 juta

2009 Kredit modal usaha.

Ali

2 SKB Flora

Desa Sukamaju.Kec. Megamendung

60 Rp. 50 juta

Budidaya dan pemasaran tanaman hias.

Jajang

3 Rukun Tani

Kp. Pondoik Menteng. Desa Citapen. Kec. Ciawi

100 Rp.105 juta

2009 Hortikultura. sayuran. padi. palawija.

Cecep

4 Bina Sejahtera

Kp. Ciherang. Desa Cileungsi. Kec. Ciawi

100 Rp. 110 juta

2009 Ternak sapi palawija. ikan.

Usup

5 Mekar Jaya

Kp. Ciawi Desa Ciawi Kec. Ciawi

100 Rp. 100 juta

2009 Tanaman hias. tanaman pangan

Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011.

d. Kelompok Wanita Tani

Kelompok tani di DAS Ciliwung Hulu berjumlah 4 unit dengan kegiatan

berupa keterampilan industri rumah tangga berupa kerupuk wortel, kerupuk

jamur, budidaya ikan disajikan pada Tabel 25.

129

Tabel 25 Kelompok wanita tani

No. Nama Alamat Ketua Jumlah anggota

Tahun dibentuk

Jenis usaha

1 Bunga Mawar

Desa Tugu Utara Dahlia 15 2005 Kerupuk wortel,

kerupuk jamur.

2 KWT Asri

Kp. Jawa Desa Sukamaju, Kec. Megamendung

Patimah 13 2008 Busidaya padi, saprodi.

3 Mawar Kp. Rawadesek, Desa Mgamendung, Kec. Megamendung

Yati 13 2008 Budidaya ikan

4 Umu Khodijah

Desa Cileungsi, Kec. Ciawi

Nurjim 20 2000 Budidaya ikan.

Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011

e. Kelompok Taruna Tani

Taruna tani yang terbentuk sejak 2005 di DAS Ciliwung Hulu sebanyak 4 unit dengan jumlah anggota 78 orang bergerak dalam kegiatan ternak kelinci, pembibitan tanaman, ternak domba dan kelinci disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26 Kelompok Taruna Tani

No. Nama Kelompok

Alamat Jumlah anggota

Ketua Tahun dibentuk

Jenis usaha bersama

1 Bongasna Desa Citeko. Kec. Cisarua

15 Farid 2007 Ternak kelinci

2 Tunas Kaliwung

Desa Tugu Utara Kec. Cisarua

13 Ridwan Wijaya

2007 Pembibitan perkebunan. ternak domba.

3 Raksa Bumi

Desa Sukamaju Kec. Megamendung

25 Falahudin 2008 Pembibitan padi.

4 Bina Sejahtera

Desa Cileungsi Kec. Ciawi

25 Harun A. 2005 Domba. kelinci. padi. lele

Sumber : BP3K Wilayah Ciawi 2011.

130

4.5 Simpulan

Kondisi biofisik wilayah dan sosial ekonomi masyarakat DAS Ciliwung

Hulu adalah sebagai berikut :

a. DAS Ciliwung Hulu merupakan dataran tinggi dengan variasi kelerengan kemiringan kelerengan yang tinggi dan didominasi oleh lahan dengan kemiringan bergelombang s/d sangat curam (>15%) dicirikan oleh sungai pegunungan berarus deras pada musim hujan dengan curah hujan tergolong tinggi > 2.700 mm/tahun.

b. Keadaan tahun 1992-2009, penutupan lahan (land cover) hutan mempunyai kecenderungan penurunan dengan laju 1,95% per tahun dan di lain pihak terdapat peningkatan lahan permukiman (lahan terbangun) dengan laju 12,34%.

c. Pemanfaatan kawasan DAS Ciliwung Hulu berupa kawasan hutan (28,76%), kawasan perkebunan (20,05%), eks-perkebunan 2,55%, dan lahan milik 48,64%. DAS Ciliwung Hulu telah dimanfaatkan untuk kegiatan pemanfaatan jasa wisata dan budidaya pertanian intensif sehingga mendorong terjadinya alih penguasaan lahan. Sebagian kawasan perkebunan dan eks-perkebunan tersebut sudah dirambah dan dikuasai masyarakat dan telah mengalami alih penguasaan lahan sehingga sebagian besar lahan (70-80%) telah dikuasai oleh masyarakat di luar DAS Ciliwung Hulu.

d. Sumberdaya alam DAS Ciliwung Hulu telah mengalami degradasi yang ditunjukkan oleh rendahnya kualitas air Sungai Ciliwung Hulu dan laju erosi lahan melebihi laju erosi yang diijinkan (tolerable erosion).

e. Kondisi sosial dengan laju pertumbuhan penduduk 2,74% per tahun, mata pencaharian penduduk didominasi oleh sektor jasa (47,06%) dan perdagangan, hotel dan restoran (41,25%), sedangkan sektor pertanian sebesar 5,78%, Tingkat pendidikan masyarakat masih rendah didominasi pendidikan SD dan tidak tamat SD sebesar 62,86%.

f. Penguasaan lahan oleh masyarakat lokal berupa lahan milik seluas 0,12 ha dan lahan garapan 0,27 ha. Kepemilikan lahan oleh masyarakat luar DAS Ciliwung Hulu sebesar 70-80%.