IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umun Daerah...
Transcript of IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umun Daerah...
32
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umun Daerah Penelitian
4.1.1. Kondisi Umum Daerah
Desa Sindanggalih termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan
Karangpawitan Kabupaten Garut. Batas-batas wilayah Desa Sindanggalih yaitu
sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sindanglaya dan Desa Jatisari, sebelah
selatan berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah barat berbatasan
dengan Desa Godog, dan bagian timur berbatasan dengan Desa Sindangpalay.
Secara Topografi Desa Sindanggalih termasuk dalam kategori Daerah
dataran tinggi dengan ketinggian ±130 meter di atas permukaan laut (mdpl).
sebagian besar wilayah Desa Sindanggalih adalah perbukitan dengan kemiringan
antara 200-45
0. Desa Sindanggalih terdiri dari 14 RW dan 45 RT, jarak Desa ke
pemerintahan Kabupaten sejauh 15 km. Jumlah penduduk Desa Sindanggalih
tercatat Tahun 2017 sebanyak 7.831 Jiwa dengan rincian Laki-laki 4.006 Jiwa dan
Perempuan 3.825 Jiwa. Desa Sindanggalih mempunyai luas wilayah 436,500 Ha
dengan penggunaanya dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Penggunaan Lahan di Desa Sindanggalih
No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) Presentase (%)
1 Tanah Sawah 120,00 27,49
2 Darat 114,25 26,17
3 Irigasi ½ Teknis 0,30 0,07
4 Tadah Hujan 120,00 27,49
5 Pemukiman 45,00 10,31
6 Kas Desa 36,00 8,25
7 Tegal 0,50 0,11
8 Perkantoran 0,45 0,10
Jumlah 436,50 100,00
Keterangan: Monografi Desa Sindanggalih Tahun 2017
33
Berdasarkan data pada Tabel 1 penggunaan lahan di Desa Sindanggalih
untuk pemukiman warganya hanya 10,31%. Hal ini disebabkan jumlah penduduk
di Desa Sindanggalih terbilang sedikit, sedangkan angka penggunaan lahan
tertinggi yaitu untuk pesawahan seluas 120 Ha. Hal ini sesuai dengan realita di
lapangan, bahwa sebagian besar perekonomian masyarakat desa Sindanggalih
ditopang pertanian.
4.1.2. Keadaan Umum Subsektor Peternakan
Kabupaten Garut dalam bidang peternakan memiliki beberapa komoditas
unggulan peternakan diantaranya adalah domba dan kambing. Kecamatan
Karangpawitan merupakan salah satu daerah yang diakui sebagai basis peternakan
kambing Peranakan Etawah (PE), oleh karena itu pengembangan kambing di
Kecamatan Karangpawitan khususnya di Desa Sindanggalih secara garis besar
ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan populasinya. Kambing PE
dipilih karena ternak tersebut mampu beradaptasi terhadap iklim sub-tropis serta
termasuk ke dalam jenis ternak dwiguna. Namun pada kenyataannya sangat sulit
bagi pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan untuk mengupayakan peternak
agar menjaga stabilitas jumlah ternak yang ada karena lahan yang menyempit dan
kebutuhan peternak untuk menjual ternak mereka tanpa mengembangkan
populasiya.
Tabel 2. Subsektor peternakan di Desa Sindanggalih
No Komoditi Jumlah (ekor)
1 Sapi 30
2 Kerbau 2
3 Ayam kampung 1650
4 Kuda 4
5 Kambing 900
6 Domba 250
Keterangan: Monografi Desa Sindanggalih Tahun 2017
34
Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa di Desa Sindanggalih menempatkan
kambing sebagai komoditas yang diutamakan. Desa ini dijadikan sebagai salah
satu tempat percontohan dalam upaya pengembangan budidaya peternakan
kambing PE karena merupakan salah satu kelompok peternak di Kabupaten Garut
yang telah mendapatkan penghargaan, salah satunya adalah kontes ternak yang
diselenggarakan pada tahun 2013 dan 2015.
4.1.3. Kondisi Kelompok Peternak Lebaksiuh
Kelompok peternak Lebaksiuh berlokasi di Desa Sindanggalih Kecamatan
Karangpawitan Kabupaten Garut, dirintis sejak tahun 2002 tetapi baru diresmikan
menjadi kelompok peternak pada tahun 2012 sejak adanya bantuan pemerintah
berupa kambing PE. Lahan yang digunakan adalah lahan milik anggota kelompok
peternak yang didirikan pada satu hamparan seluas ±0,5 Hektar dengan populasi
ternak ± 370 ekor pada tahun 2017.
Sistem perkandangan yang digunakan adalah sistem panggung, sistem
perkandangan ini mempunyai kelebihan antara lain: umumnya lebih bersih, kering
dan tidak lembab karena kotoran, urine dan sisa pakan jatuh ke bawah kandang
dan tidak menumpuk di lantai kandang. Bahan yang digunakan untuk pembuatan
kandang adalah asbes, kayu, semen, dan batu bata.
Pemeliharaan ternak kambing dilakukan secara (intensif), hal ini
memudahkan dalam pengelolaan ternak, penggunaan waktu dan tenaga lebih
efisien, serta memudahkan dalam pengaturan pemberian pakan. Penanggulangan
penyakit pada umumnya dilakukan oleh peternak sendiri dengan menggunakan
obat-obatan tradisional dan Dinas Peternakan yang melakukan pengecekan
kesehatan kambing secara rutin. Usaha ternak kambing PE pada umumnya
dilakukan dengan tenaga kerja keluarga. Peternak yang tergabung di dalam
35
anggota kelompok dapat menggantikan atau membantu apabila ada peternak atau
anggota yang lain dalam kondisi sakit atau keadaan yang menyebabkan tidak
dapat melakukan pemeliharaan.
Kelompok ini termasuk dalam kelompok unggulan, karena kelompok
sudah dipercaya oleh dinas-dinas Kabupaten Garut seperti Dinas Peternakan,
Dinas Perhutani, dll karena mendapat kepercayaan menerima bantuan dari dinas –
dinas tersebut. Kelompok juga telah berhasil mendapat beberapa prestasi, yakni
prestasi dalam lomba kelompok peternak yaitu sebagai juara ke dua tingkat
kabupaten pada tahun 2014, juara ke dua kontes ternak kambing perah di
Universitas Padjadjaran pada tahun 2013. Di dalam Keorganisasian kelompok
peternak Lebaksiuh ini memiliki kekurangan dan kelebihan, kelebihannya adalah
telah memiliki manajemen organisasi yang baik, memiliki kesekertariatan yang
baik, memiliki sistem manajemen yang baik, dan memiliki hubungan dengan
dinas-dinas di pemerintahan yang baik. Kelemahannya adalah masih kesulitan
dalam mengakses permodalan ke pihak bank serta belum mampu memasarkan
hasil produksi dengan maksimal.
4.2. Identitas Responden
Identitas responden ditinjau dari segi usia, tingkat pendidikan, pengalaman
beternak dan kepemilikan ternak. Hal-hal tersebut dicantumkan dalam identitas
responden dikarenakan hal-hal tersebut dipandang dapat menggambarkan kondisi
peternak kambing perah di Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut.
36
4.2.1 Usia Responden
Usia merupakan salah satu indikator yang mendorong dalam keberhasilan
suatu usaha khususnya usaha petenakan, usia yang produktif untuk beternak ialah
usia-usia muda yang mudah menerima suatu masukan-masukan dalam peternakan
serta masih ada kemauan untuk belajar dalam dunia peternakan. Usia peternak
yang cenderung masih muda membuat peternak memiliki kesempatan untuk lebih
berhasil dengan terus belajar dan mengembangkan usahanya, beda dengan usia tua
peternak cenderung kurang produktif dan kemauan untuk belajarnya rendah.
Tingkat kemauan dalam belajar berpengaruh terhadap keberdayaan karena jika
tingkat kemauan belajarnya tinggi maka peternak cenderung akan meningkatkan
sikap, pengetahuan dan keterampilannya.
Tabel 3. Usia Responden
No Umur
...tahun...
Jumlah
...Orang... ...%...
1 < 20 5 10,64
2 15 – 55 38 80,85
3 > 55 4 8,51
Jumlah 47 100,00
Kelompok peternak Lebaksiuh, sebesar 10,64% anggota berusia < 20
tahun dan 80,85% anggota berusia 15-55 tahun, hal ini menunjukan sebagian
besar anggota dalam kelompok masih berusia produktif. Menurut Chandriyanti
(2000), golongan umur 15 tahun merupakan golongan usia produktif. Pada
umumnya usia tersebut lebih aktif sehingga dapat menjalankan peternakannya
dengan efektif. Menurut pendapat Bakir dan Manning (1984), umur produktif
untuk bekerja di negara-negara berkembang umumnya adalah 15-55 tahun,
37
dengan usia yang produktif peternak bisa lebih bisa mengembangkan suatu usaha
peternakan yang dimilikinya sehingga bisa maju.
Peternak yang produktif diharapkan mampu mengembangkan usaha ternak
kambing perah. Pada umumnya peternak yang masih berusia produktif masih
memiliki pemikiran yang panjang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak
sehingga masih memungkinkan peternak untuk terus berusaha dan tertarik
mengembangkan peternakan kambing perahnya.
4.2.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan indikator yang mempengaruhi kemajuan dalam
beternak, pendidikan mempengaruhi pola pikir dan sikap dalam beternak.
Peternak dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung lebih terbuka dan bisa
menerima informasi-informasi baru yang mereka peroleh.
Tabel 4. Pendidikan Responden
No Pendidikan Jumlah
...Orang... ...%...
1 SD 15 31,91
2 SMP 16 34,04
3 SMA/SMK 10 21,28
4 PERGURUAN TINGGI 6 12,77
Jumlah 47 100,00
Kelompok peternak Lebaksiuh sebesar 31,91% berpendidikan SD, 34,04%
berpendidikan SMP, 21,28% berpendidikan SMA dan SMK, 12,77%
berpendidikan di Perguruan Tinggi, hal ini menunjukan sebagian besar anggota
kelompok masih berada dalam pendidikan menengah ke bawah. Menurut Mosher
38
(1986) Pendidikan merupakan salah satu pelancar pembangunan pertanian, karena
dengan pendidikan orang menjadi tahu dan mengerti untuk melakukan sesuatu.
Rendahnya tingkat kehidupan ekonomi dan kurangnya kesadaran akan
pentingnya pendidikan menjadikan anggota tidak melanjutkan pendidikan ke
tingkat yang lebih tinggi. Hal ini menimbulkan kecilnya kemungkinan responden
dalam menerima inovasi dan melaksanakannya dengan cepat. Oleh karena itu
perlu adanya pendidikan tambahan seperti pelatihan-pelatihan atau kursus
tani/ternak untuk menunjang pengetahuan dalam beternaknya. Selain pendidikan
banyak cara peternak untuk mengadopsi ide-ide baru, pemahaman, dan
keterampilan beternak yaitu dengan pengalaman dalam dunia usahanya. Menurut
Soetiyo (1969) bahwa selain umur dan pendidikan, pengalaman beternak juga
turut menentukan keberhasilan dari suatu usaha peternakan.
4.2.3. Mata Pencaharian
Mata pencaharian di Desa Sindanggalih sangat beragam, karena lokasinya
yang dekat dengan kota tetapi juga dekat dengan hutan dan lahan pertanian.
Tebel 5. Mata pencaharian Responden
No Pekerjaan Jumlah
...Orang... ...%...
1 Tani Ternak 30 63,83
2 Buruh 6 12,77
3 Guru 6 12,77
4 Wiraswasta 5 10,64
Jumlah 47 100,00
Kelompok peternak Lebaksiuh, sebesar 63,83% anggota mata
pencahariannya adalah petani dan peternak, 12,77% bermata pencaharian buruh,
39
12,77% bermata pencaharian guru, 10,64% bermata pencaharian wiraswasta dan
lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar anggota kelompok telah
menjadikan usaha tani sebagai usaha utama dan usaha ternak sebagai
sampingannya karena menurut mereka usaha tani sambil usaha ternak merupakan
usaha yang terintegrasi. Hal ini menjadi peluang untuk mengembangkan suatu
usaha peternakan di desa tersebut.
4.2.4. Pengalaman Beternak
Pengalaman beternak tentu mempengaruhi keterampilan dan pengetahuan
peternak. Dengan pengalaman peternak dapat belajar secara otodidak dan belajar
dari kesalahan.
Tabel 6. Pengalaman Beternak Responden
No ..Tahun.. Jumlah
...Orang... ...%...
1 1 – 5 17 36,17
2 6 – 10 30 63,83
Jumlah 47 100,00
Kelompok peternak Lebaksiuh sebesar 36,17% anggota memiliki
pengalaman beternak 1 sampai dengan 5 tahun, sebesar 63,83% anggota memiliki
pengalaman beternak 6 sampai dengan 10 tahun. Pengalaman beternak yang
berbeda dari para responden, menjadikan adanya tingkat keberhasilan usaha
ternak diantara mereka. Semakin lama pengalaman beternak diharapkan dapat
menjadi pendorong untuk tercapainya suatu usaha peternakan (Soetiyo, 1969).
Orang yang lebih berpengalaman dalam suatu bidang umumnya akan lebih
terampil dan cenderung menghasilkan suatu hasil yang lebih baik.
40
4.2.5. Kepemilikan Ternak Responden
Kepemilikan ternak merupakan indikator besar kecilnya suatu usaha
tani/ternak. Semakin banyak jumlah ternak yang dimiliki maka usaha tani tersebut
akan semakin menguntungkan.
Tabel 7. Kepemilikan Ternak Responden
No Jumlah Ternak
...Ekor...
Jumlah
...Orang... ...%...
1 0 – 10 39 80,85
2 11 – 20 6 14,89
3 > 20 2 4,26
Jumlah 47 100,00
Dari data yang diperoleh menunjukan sebagian besar anggota kelompok
sekitar 80,85% populasi ternaknya masih tergolong rendah, hal ini disebabkan
anggota tidak memilki banyak modal untuk beternak dan kurangnya ketersediaan
lahan untuk kandang. Selain itu sebagian besar responden menganggap bahwa
usaha budidaya kambing perah ini hanya sebagai usaha sampingan.
4.3. Peran Kelompok
Kelompok merupakan unit sosial yang terdiri atas sejumlah individu yang
mempunyai hubungan atau interaksi serta adanya saling ketergantungan, sesuai
dengan status dan peranannya (Soekanto, 1990). Peranan yang harus dilakukan
kelompok adalah peran sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerjasama
(Departemen pertanian, 2007). Kelompok dapat berperan sebagai media pengubah
pola pikiran maupun perilaku bila dijalankan dengan baik.
41
Tabel 8. Peran Kelompok
No Sub variabel
Kategori
Tinggi
...%...
Sedang
...%...
Rendah
...%...
1 Sebagai kelas Belajar 80,85 19,15 0,00
2 Sebagai Unit Produksi 63,83 36,17 0,00
3 Sebagai Wahana Kerjasama 41,00 57,45 2,13
Peran Kelompok 91,49 8,51 0,00
Tabel 8 menunjukan peran kelompok peternak Lebaksiuh menunjukan
bahwa sebesar 91,49% responden menilai peran kelompok tinggi dan sisanya
sebesar 8,51% responden menilai peran kelompok sedang. Sesuai Tabel 5
dijelaskan bahwa peranan kelompok ini termasuk dalam kategori baik karena
sebagian besar sudah berjalannya fungsi sebagai kelas belajar dan unit produksi
meskipun fungsi sebagai wahan kerjasama yang kurang berjalan dengan baik.
Menurut Samsudin (1987) ada beberapa upaya yang harus dilakukan
kelompok dalam menjalankan fungsinya yakni menyediakan sarana produksi yang
diperlukan petani; melakukan perbaikan metode bertani; penyebaran teknologi
baru dengan melakukan dengan diskusi kelompok, penyelenggaraan kursus tani
dan perlombaan usaha tani; melakukan pemupukan modal bersama melalui usaha
simpan pinjam; melakukan pemasaran hasil produksi secara bersama; dan
kegiatan lain yang bersifat gotong – royong. Kelompok telah baik melakukan
perannya terutama sebagai kelas belajar dan unit produksi, namun kurang optimal
dalam melakukan perannya sebagai wahana kerjasama.
42
4.3.1. Sebagai Kelas belajar
Peran Kelompok sebagai kelas belajar, yaitu tingkat peran yang dilakukan
oleh kelompok dalam memfasilitasi anggotanya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilannya (Badan Diklat dan Penyuluhan
Pertanian, 1987). Peran kelompok sebagai kelas belajar dinilai berdasarkan
pertemuan berkala dan berkelanjutan, pengembangan kader kepemimpinan,
fasilitas komunikasi dengan sumber informasi teknologi dan penyelenggaraan
pelatihan.
Tabel 9. Peran Kelompok Sebagai Kelas Belajar
No Uraian
Kategori
Tinggi
...%...
Sedang
...%...
Rendah
...%...
1 Pertemuan Berkala 80,85 19,15 0,00
2 Penyelenggara Pelatihan 89,36 10,64 0,00
3 Fasilitas Komunikasi 82,98 12,77 4,26
4 Pengembangan Kader
Kepemimpinan 6,38 74,47 19,15
Peran Sebagai Kelas Belajar 80,85 19,15 0,00
Tabel 9 menunjukan peran kelompok sebagai kelas belajar sebagian besar
sekitar 80,85% menilai tinggi, hal ini menunjukan bahwa kelompok telah menjadi
sarana dalam wahana pembelajaran untuk para anggotanya dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan cara beternak. Kelompok telah
mampu menjadwal pertemuan yang disepakati anggota sehingga bisa menjadi
wahana bertukar pikiran antar anggota dan sebagai tempat menyampaikan segala
informasi yang didapatkan kelompok ke anggotanya, hal ini sejalan dengan
pendapat Yunasaf (2012) bahwa kelompok menjadi pintu masuknya informasi
43
baru kepada peternak. Pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh kelompok
maupun pihak pemerintah telah mampu mengubah cara-cara dalam beternak.
Indikator pertama bagi kelompok dalam menjalankan fungsinya sebagai
kelas belajar adalah pertemuan berkala dan berkelanjutan. Sebagian besar anggota
yaitu 80,85% menilai tinggi, hal ini menunjukan bahwa kelompok telah
menjalankan pertemuan yang rutin dilaksanakan setiap bulannya minimal 1 kali
dalam satu bulan serta jadwal yang ditentukan sesuai dengan kesepakatan semua
anggota. Pertemuan dilakukan untuk membahas tentang peternakan kambing
perah anggota, jika ada masalah dalam kelompok dan musyawarah dalam
menyelesaikannya, jika ada penyuluhan dari petugas penyuluh dan dinas
peternakan tentang peternakan kambing perah. Kelompok telah memfasilitasi
anggota untuk melakukan pertemuan yaitu sekertariat kelompok, diharapkan
anggota lebih sering berinteraksi dan bertukar pikiran dalam tata cara beternak.
Kelompok peternak Lebaksiuh sering mengadakan penyelenggaraan
pelatihan untuk anggota kelompok sehingga dinilai tinggi oleh anggota yaitu
sebesar 89,36%, hal ini menunjukan bahwa kelompok setiap tahunnya selalu ada
pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan peternakan diantaranya pelatihan
tentang tatacara pemerahan yang baik dan benar, tatacara pemeliharaan kambing
yang baik, tatacara membuat kompos, dll. Melalui kelompok anggota dapat
bersama-sama merumuskan solusi dalam menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi anggotanya. Sebagian kecil anggota menilai kurang dalam mengikuti
pelatihan karena kesibukan mereka di pekerjaan yang lain dan mereka sudah
merasa cukup dengan kemampuan mereka dalam beternak.
Salah satu upaya kelompok yang mendukung kelompok menjadi wadah
untuk belajar bagi anggotanya adalah memfasilitasi komunikasi dengan sumber
44
informasi, sehingga anggota mendapat informasi-informasi baru yang di dapatkan.
Sebagian besar anggota menilai tinggi yakni sebesar 82,98%, hal ini menunjukan
kelompok telah berperan baik dalam memberikan informasi-informasi baru
kepada anggota, karena pengurus kelompok telah menjalin kerjasama yang baik
dengan sumber informasi dan secara rutin berkonsultasi dengan dinas peternakan
maupun jajaran pemerintahan sehingga informasi selalu didapatkan oleh anggota
kelompok.
Hal penting lainnya bagi kelompok dalam fungsinya sebagai kelas
belajar adalah pengembangan kader kepemimpinan, sebagian besar anggota
menilai sedang yaitu 74,47%, hal ini menunjukan kelompok kurang melakukan
kegiatan pengelolaan organisasi kepada anggota dan keterlibatan anggota dalam
kelompok kurang optimal, ini disebabkan ketua yang anggota pilih hanya 1 kali
dan tidak adanya pergantian ketua yang berkala tetapi anggota telah sepakat dalam
memilih ketua tersebut karena sudah berkompeten di bidangnya. Anggota menilai
kelompok telah berperan dalam mencetak kader kepemimpinannya karena telah
melibatkan anggota dalam kepengurusan kelompok sehingga secara tidak
langsung dapat melatih anggota.
4.3.2. Sebagai Unit Produksi
Peran kelompok sebagai unit produksi yaitu tingkat peran yang dilakukan
oleh kelompok dalam mendorong tercapainya skala usaha yang efisien. Peran
yang dilakukan kelompok dalam mengintegrasikan usaha tani yang dimiliki oleh
masing-masing anggota kelompok menjadi satu kesatuan usaha yang dapat
dikembangkan (Departemen Pertanian, 2007).
45
Tabel 10. Peran Kelompok Sebagai Unit Produksi
No Uraian
Kategori
Tinggi
...%...
Sedang
...%...
Rendah
...%...
1 Fasilitas Penyedia Modal 61,70 8,00 29,79
2 Fasilitas Penyedia Input Produksi 90,00 4,26 6,38
3 Fasilitas Pemasaran 82,98 14,89 2,13
Peran Sebagai Unit Produksi 63,83 36,17 0,00
Tabel 10 menunjukan peran kelompok sebagai unit produksi sebagian
besar sekitar 63,83% menilai tinggi, hal ini menunjukan kelompok sudah
memfasilitasi dalam penyediaan modal, input produksi dan pemasaran hasil
ternaknya, begitu juga anggota kelompok telah merasakan fasilitas yang diberikan
kelompok sebagai perannya yaitu unit produksi. Hal ini sejalan dengan pendapat
Dewi (2002) yang mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara
peran sebagai unit produksi dengan pemenuhan kebutuhan saprodi usaha tani,
apabila anggota kelompok tani memandang atau menilai peran kelompok sebagai
unit produksi “baik”, maka tingkat pemenuhan kebutuhan saprodi usaha tani juga
“baik”.
Peran kelompok sebagai unit produksi yaitu sebagai pusat untuk
menintegrasikan suatu usaha anggota menjadi satu kesatuan usaha, hal ini
dimaksudkan agar mendapatkan skala usaha yang efisien sehingga keuntungan
menjadi besar. Kelompok sebagai fasilitas dalam merencanakan suatu pola usaha,
karena kelompok memiliki peran penting dalam melancarkan usaha dari anggota
kelompok.
Aspek peranan kelompok sebagai unit produksi yang pertama ialah
memfasilitasi penyediaan modal bagi anggota sebagai upaya dalam
mengembangkan usaha anggota agar lebih efisien. Pada kelompok peternak
46
Lebaksiuh sebesar 61,70% menilai tinggi, hal ini menunjukan kelompok telah
memfasilitasi dalam penyediaan modal untuk anggotanya. Kelompok
meminjamkan modal untuk beternak kepada anggotanya lewat suatu koperasi
simpan pinjam, mereka yang sudah masuk anggota kelompok dan koperasi boleh
meminjam modal untuk beternak dengan suku bunga dan jangka waktu yang
sudah mereka sepakati bersama. Sebagian anggota tahu bahwa dengan adanya
koperasi simpan pinjam bisa menguntungkan untuk usaha mereka, tetapi sebagian
kecil banyak yang tidak tahu dan tidak mau meminjam dengan alasan malas
mencicil angsurannya.
Aspek peran kelompok sebagai unit produksi yang kedua ialah
memfasilitasi penyediaan input produksi. Kelompok dapat membeli ataupun
meminjam input produksi kepada kelompok dengan sistem “revolving” yaitu
sistem peminjaman ternak secara bergilir. Pada kelompok peternak Lebaksiuh
sebesar 90,00% menilai tinggi, hal ini menunjukan bahwa kelompok sudah
sangat memfasilitasi bila anggota ingin meminjam ternak dengan catatan memakai
sistem “revolving” yaitu sebagai contoh anggota meminjam ternak jantan kepada
kelompok untuk mengawinkan dengan ternak betina anggota dibolehkan tetapi
jika sudah beranak maka ternak jantan tersebut hasrus digulirkan ke anggota yang
lain yang belum punya ternak anak dan biasanya kelompok menggunakan sistem
tersebut rata atau adil kepada semua anggota jadi semua bisa punya ternak
anakan.
Aspek peran kelompok sebagai unit produksi yang ketiga ialah
memfasilitasi dalam pemasaran hasil produksi, hasil penelitian menunjukan
sebesar 82,98% anggota menilai tinggi, hal ini menunjukan bahwa kelompok
memiliki peran yang penting untuk pemasaran hasil produksi ternaknya misalnya
47
kambing perah, susu dan kotoran ternak. Anggota yang ingin menjual ternak
kambingnya selalu lewat kelompok karena dari awal berdiri kelompok, semua
anggota sepakat bahwa menjual ternak diutamakan ke kelompok tetapi kalau
kelompok sudah mengijinkan untuk menjual ke luar kelompok dengan catatan
sudah ditawarkan ke kelompok. Harga yang diberikan kelompok umumnya sesuai
harga pasaran jadi anggota tidak merasa rugi jika menjual ke kelompok. Begitu
juga untuk hasil produksi susu kambing kelompok memberikan harga sesuai
pasaran tetapi anggota masih jarang dalam memeras susu kambing karena
keterbatasan waktu memerah.
4.3.3. Sebagai Wahana Kerjasama
Kelompok sebagai wahana kerjasama yaitu tingkat peranan yang
dilakukan kelompok dalam mendorong kerjasama antar anggota dan diluar
kelompok dengan pihak lain yang saling menguntungkan (Departemen Pertanian,
2007). Peranan kelompok sebagai wahana kerjasama dapat dinilai berdasarkan
kerjasama pengelolaan kelompok, kerjasama permodalan dan kerjasama dengan
pihak luar.
Tabel 11. Peran Kelompok Sebagai Wahana Kerjasama
No Uraian
Kategori
Tinggi
...%...
Sedang
...%...
Rendah
...%...
1 Kerjasama Permodalan 31,91 12,77 55,32
2 Kerjasama Pengelolaan Kelompok 70,21 25,53 4,00
3 Kerjasama dengan Pihak Luar 85,11 4,00 10,64
Peran sebagai Wahana Kerjasama 41,00 57,45 2,13
Tabel 11 menunjukan peran kelompok sebagai wahana kerjasama sebagian
besar anggota yaitu 57,45% menilai sedang, hal ini menunjukan kelompok sudah
48
cukup mewadahi kerjasama yang baik antar anggota dengan antar anggota dengan
pihak luar yang saling menguntungkan, tingkat kepercayaan dan keterbukaan
kelompok dengan anggota terjalin dengan cukup baik. Hal ini sejalan dengan
penelitian Dewi (2002) menunjukan bahwa jika kelompok berperan baik dalam
wahana kerjasama yakni berperan dalam menjadikan adanya suasana keterbukaan
dan rasa saling percaya antar anggota, maka antar anggota kelompok dapat
bekerjasama dalam menyelesaikan masalah usaha taninya secara bersama, yakni
permasalahan seperti penyediaan input produksi dan penambahan modal.
Aspek peran kelompok sebagai wahana kerjasama yang pertama ialah
Wahana kerjasama dalam permodalan, sebagian besar anggota yaitu sekitar
55,32% menilai rendah, hal ini menunjukan kelompok belum mampu
menginformasikan kepada anggotanya tentang permodalan yang dijalin dengan
pihak pemerintah maupun pihak luar, tetapi ada juga sebagian anggota yang tahu
bahwa adanya jalinan kerjasama permodalan dengan instansi pemerintahan dan
mendapatkan bantuan tersebut.
Aspek peranan kelompok sebagai wahana kerjasama yang kedua ialah
kerjasama dalam pengeloalaan kelompok, sebagian besar anggota yaitu sekitar
70,21% menilai tinggi, hal ini menunjukan kelompok telah melakukan kegiatan
musyawarah atau rapat secara baik guna mendapatkan mufakat dalam
memutuskan kepengurusan dan strategi pengelolaan kelompok yang baik,
kelompok bersikap transparan kepada para anggotanya untuk kegiatan apapun
yang diadakan kelompok serta keuangan yang ada di kelompok dibahas setiap
dalam pertemuan. Kelompok telah melakukan pembagian tugas untuk para
anggotanya secara rata sehingga bisa bekerja dalam kelompok.
49
Aspek peranan kelompok sebagai wahana kerjasama yang ketiga ialah
kerjasama dengan pihak luar, sebagian besar anggota yaitu sekitar 85,11% menilai
tinggi. Hal ini menunjukan jaringan kerjasama dalam hal pengadaan input
produksi maupun permodalan terjalin baik antara kelompok dengan pihak luar
yang saling menguntungkan. Anggota kelompok mengaku sudah mendapatkan
bantuan bibit kambing perah dari pemerintah sebanyak dua kali dan sekali
bantuan mereka mendapatkan 1 bibit kambing perah, menurut para anggota
bantuan tersebut sangat menguntungkan karena anggota keterbatasan dalam
membeli bibit kambing perah tersebut.
4.4. Keberdayaan Peternak
Pengertian dari keberdayaan anggota sebagai peternak kambing perah
adalah keadaan yang menunjukan bahwa peternak memiliki kemampuan dalam
mengembangkan potensinya sebagai pemelihara ternak dan sebagai manajer.
Tabel 12. Keberdayaan Peternak
No Uraian
Kategori
Tinggi
...%...
Sedang
...%...
Rendah
...%...
1 Sebagai Pemelihara Ternak 19,00 77,00 4,00
2 Sebagai manajer 10,64 76,60 12,77
Keberdayaan Peternak 6,38 78,72 14,89
Tabel 12 menunjukan kelompok peternak Lebaksiuh sebagian besar
anggota sebesar 78,72% menilai sedang, hal ini menunjukan anggota telah
memiliki keterampilan teknis yang cukup baik dalam beternak, selain itu juga
anggota cukup mampu mengelola usaha ternaknya agar bisa menguntungkan.
Menurut Yunasaf (2008) peternak berdaya dipersonifikasikan sebagai individu
50
yang memiliki keterampilan manajemen yang baik dan sebagai individu yang
otonom.
Peternak berdaya adalah peternak yang bergerak secara dinamis dalam
membudidayakan ternak sehingga tercapai produktifitas yang tinggi, selain itu
peternak berdaya juga harus mampu bergerak secara dinamis dalam menjalankan
usahanya agar dapat maju dan berkembang serta menguntungkan untuk usahanya.
4.4.1. Sebagai Pemelihara ternak
Keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak pembibit, yaitu tingkat
berkembangnya kemampuan peternak di dalam menguasai dan melaksanakan
aspek teknis dalam beternak.
Tabel 13. Keberdayaan Peternak sebagai Pemelihara ternak Pembibit
No Uraian
Kategori
Tinggi
...%...
Sedang
...%...
Rendah
...%...
1 Tatalaksana Pembibitan 63,83 19,15 17,02
2 Tatalaksana Pemerahan 27,66 27,66 44,68
3 Tatalaksana penanganan Pasca
Panen 46,81 19,15 34,04
Keberdayaan sebagai Pemelihara
Ternak Pembibit 19,00 77,00 4,00
Tabel 13 menunjukan kelompok peternak Lebaksiuh untuk keberdayaan
sebagai pemelihara ternak dinilai sedang yaitu sebesar 77,00%, hal ini
menunjukan bahwa anggota telah cukup mampu dalam memelihara ternak
mereka. Aspek tersebut meliputi tentang bagaimana pengetahuan dalam memilih
ternak yang baik dan melaksanakan pemilihan atau menyeleksi bibit yang baik,
pengetahuan tentang tatacara pemerahan kambing perah yang baik dan benar serta
melaksanakan pemerahan yang baik dan benar, pengetahuan tentang penanganan
51
pasca panen dari hasil produksi kambing perah misalnya kambing perah dan susu
kambing.
Aspek pertama dari keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak yaitu
pengetahuan seleksi bibit dan pelaksanaannya. Seleksi bibit ini sangat penting
bagi usaha peternakan rakyat agar kambing yang dipelihara oleh peternak akan
menguntungkan dari segala aspek, baik dari aspek ekonomi maupun aspek
pemeliharaan kambing perah. Aspek tatalaksana pembibitan kelompok peternak
Lebaksiuh menilai tinggi yaitu sebesar 63,83%, hal ini menunjukan bahwa
kelompok sudah tahu dalam memilih bibit – bibit kambing perah yang baik
diantaranya anggota menjawab dalam memilih kambing yang baik yaitu dilihat
dari struktur tubuhnya, kesehatan dari kambing tersebut, serta ciri – ciri khusus
seperti telinga kambing panjang terkulai ke bawah, badan kerempeng dengan kaki
panjang, warna bulu putih hitam yang bagus,dll. Hal ini sesuai dengan pendapat
Atabany (2001), ciri-ciri kambing perah Peranakan Etawa adalah telinga berkulai
ke bawah sekitar 30 cm dengan pangkal telinga kuncup, umumnya bertanduk
pendek pada kambing jantan dan betina, badan kerempeng dengan kaki panjang
serta warna bulu belang hitam putih, coklat putih atau merah totol putih. Anggota
peternak juga melaksanakan pemilihan bibit ternak yang sudah tahu ciri kelompok
dan orang lain.
Aspek kedua dari keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak yaitu
pengetahuan dalam melaksanakan pemerahan dan pelaksanaan pemerahan yang
baik dan benar. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai rendah yaitu sebesar
44,68%, hal ini menunjukan bahwa peternak sebagian kecil sudah tahu
pelaksanaan dan pemerahan terhadap kambingnya tetapi sebagian besar tidak tahu
dan jarang memerah kambingnya dikarenakan banyak anggota yang beralasan
52
waktu mereka banyak dihabiskan untuk diladang sehingga tidak sempat memerah.
Sebagian anggota menjelaskan bagaimana tatacara memerah yang baik yaitu
diantaranya membasuh tangan sebelum memerah, mencuci ambing kambing
dengan air hangat supaya lancar dalam pemerahan, wadah penampung yang
digunakan harus bersih dan membasuh ambing setelah pemerahan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Atabany (2001), sebelum pemerahan ambing harus dibasuh
dengan air hangat (50ºC) agar mengurangi kontaminasi ke dalam susu dan untuk
merangsang pengeluaran susu, ambing dikeringkan dengan handuk kering dan
bersih, tukang perah harus bersih misalnya dengan mencuci tangan sebelum
memerah dan setelah pemerahan harus dicuci dengan cairan khusus supaya
mencegah dari penyakit mastitis.
Aspek ketiga dari keberdayaan peternak sebagai pemelihara ternak yaitu
pengetahuan dan pelaksanaan penanganan pasca panen hasil produksi kambing
perah. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai tinggi yaitu sebesar 46,81%,
hal ini menunjukan bahwa anggota sudah tahu bagaimana alur pemasaran hasil
produksi ternak mereka jika ingin mandiri untuk penjualan ternak, susu maupun
kotorannya dan mereka melaksanakan penjualan tersebut jika ingin mandiri.
Anggota biasanya menjual ternaknya kepada bandar yang ada di desa tersebut jika
penerimaan harga di bandar lebih tinggi daripada harga di kelompok tetapi dengan
catatan anggota bisa menjual ke bandar harus ada persetujuan dari kelompok, hal
ini ditujukan untuk menghindari penjualan betina yang produktif serta jantan dan
bibit yang unggul, dimaksudkan supaya kelompok tersebut bisa terus
memberdayakan ternak yang bagus. Dari hasil produksi susu kelompok
membebaskan mau menjual kemana saja asal harga sesuai dengan standar yang
ditentukan kelompok tetapi kebanyakan kambingnya masih jarang di perah,
53
padahal susu tersebut harganya lumayan mahal tetapi karena alasan waktu
anggota tidak banyak yang memerah kambingnya.
4.4.2. Keberdayaan Peternak sebagai Manajer
Keberdayaan peternak sebagai manajer adalah tingkat berkembangnya
kemampuan peternak di dalam pengambilan keputusan untuk mencapai
keberhasilan dari usahanya. Keberdayaan peternak sebagai manajer dinilai dari
tiga karakteristik yaitu Perincian tujuan usaha, penyusunan prioritas
pengembangan usaha, dan pengembangan belajar.
Tabel 14. Keberdayaan Peternak sebagai Manajer
No Uraian
Kategori
Tinggi
...%...
Sedang
...%...
Rendah
...%...
1 Perincian tujuan usaha 21,28 12,77 65,96
2 Prioritas Pengembangan Usaha 29,79 27,66 42,55
3 Pengembangan Belajar 29,79 21,28 48,94
Keberdayaan sebagai Manajer 10,64 76,80 8,38
Tabel 14 menunjukan kelompok peternak Lebaksiuh untuk keberdayaan
sebagai manajer dalam usaha ternaknya dinilai sedang yaitu sebesar 76,80%, hal
ini menunjukan bahwa peternak cukup mampu mengelola usahanya dengan baik,
anggota cukup mampu merinci tujuan usahanya dengan baik sehingga usaha
peternakan tersebut mempunyai tujuan yang ingin dicapai dan mempunyai
indikator keberhasilan dalam usaha ternaknya. Tetapi anggota belum mampu
memprioritaskan usaha peternakan mereka karena umumnya peternakan dijadikan
usaha sampingan. Anggota belum bisa mencoba hal-hal baru dalam
peternakannya dan anggota tidak melakukan pencatatan dalam usahanya sehingga
usaha yang dijalankan tidak jelas keuntungan dan kerugiannya.
54
Karakteristik pertama dari keberdayaan peternak sebagai manajer yaitu
perincian tujuan usahanya. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai rendah
yaitu sebesar 65,96%, hal ini menunjukan bahwa anggota belum bisa berorientasi
ke depan dalam menjalankan usaha peternakannya, belum dapat
memperhitungkan risiko yang akan muncul di dalam usaha mereka dan kurangnya
pengetahuan dalam mengembangkan usahanya karena sebagian besar anggota
masih menjadikan peternakan kambing perah sebagai usaha sampingan.
Ketergantungan anggota terhadap bantuan pemerintah menjadi salah satu faktor
yang kurang mendukung karena anggota menganggap ternak itu pemberian bukan
membeli jadi anggota kurang bersungguh-sungguh untuk beternak.
Karakteristik kedua dari keberdayaan peternak sebagai manajer yaitu
prioritas pengembangan usahanya. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai
rendah yaitu sebesar 42,55%, hal ini menunjukan bahwa kelompok belum mampu
menyisihkan dari keuntungan peternakannya guna mengembangkan usahanya.
Menurut anggota usaha peternakan kambing perah belum bisa mencukupi
kebutuhan sehari-hari mereka karena penghasilannya yang sedikit, biasanya
ternak tersebut dijadikan sebagai tabungan saja jika ada keperluan mendadak
seperti biaya pengobatan dan untuk bayar sekolah. Hal ini menunjukan peternakan
kambing perah yang mereka jalankan belum sepenuhnya di prioritaskan dan
menjadikan usaha peternakan kambing perah sebagai usaha sampingan.
Karakteristik ketiga dari keberdayaan peternak sebagai manajer yaitu
pengembangan belajar. Pada kelompok peternak Lebaksiuh menilai rendah yaitu
sebesar 48,94%, hal ini menunjukan bahwa anggota kurangnya kesadaran untuk
belajar dalam pengembangan usahanya, melaksanakan pelatihan dan penyuluhan
55
yang diberikan oleh kelompok dan dinas-dinas terkait (Koperasi, Kelompok
peternak, PPL, BPP, Dinas Peternakan,dll).
4.5. Hubungan antara Peranan Kelompok dengan Keberdayaan Peternak
Kelompok Peternak Lebaksiuh
Cara untuk mengetahui hubungan antara peranan kelompok dengan
keberdayaan peternak kelompok Lebaksiuh dilakukan dengan analisis korelasi
Rank Sperman dan hasil analisis tersebut diinterpretasikan dengan aturan
Guilford. Analisis Rank Sperman dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS for
Windows. Nilai korelasi Rank Sperman antara peran kelompok dengan
keberdayaan peternak menunjukan rs = 0,432, dengan hubungan searah/positif
pada taraf ɑ = 0,01, dan hasil interpretasi menggunakan aturan Guilford
menunjukan hubungan yang cukup berarti antara peran kelompok dengan
keberdayaan peternak.
Dari hasil analisis menunjukan bahwa terdapat hubungan yang cukup
berarti antara peran kelompok dengan keberdayaan peternak pada kelompok
Peternak Lebaksiuh Kecamatan Karangpawitan Kabupaten Garut. Pada kelompok
peternak Lebaksiuh kelompok dinilai tinggi dalam menjalankan peranannya
sebagai kelas belajar, hal ini disebabkan kelompok kelompok telah berperan aktif
dalam melakukan pertemuan, penyelenggaraan pelatihan dan menyampaikan
informasi kepada anggota-anggotanya sehingga selalu mendapat informasi baru
untuk peternak. Kelompok juga telah menjadi wadah untuk para anggota belajar
saling berinteraksi dan berkomunikasi bertukar pikiran tentang masalah usaha
peternakan mereka, hal ini mendorong meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan beternak serta mendorong kemajuan usaha peternakan yang mereka
56
jalankan. Anggota dapat saling berbagi informasi mengenai cara mendapatkan
tambahan modal dari koperasi dan informasi mengenai bantuan dari pemerintah
yang saling menguntungkan serta informasi pemasaran hasil produksi peternakan.
Kelompok peternak Lebaksiuh masih belum optimal dalam peranannya sebagai
wahana kerjasama, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan anggota
dalam mengelola usaha peternakannya sehingga belum bisa bisa bekerjasama
secara maksimal dalam pengadaan input maupun modal, menyebabkan usaha
kelompok belum dapat dikembangkan secara maksimal karena keterbatasan
modal untuk beternak.
Terdapat hubungan positif antara peran kelompok dengan keberdayaan
peternak, hal ini berarti jika kelompok menjalankan peranannya secara baik maka
keberdayaan peternak akan baik juga. Keberdayaan kelompok Peternak Lebaksiuh
kecamatan Karangpawitan kabupaten Garut tergolong ke dalam kategori sedang,
keberdayaan peternak ini dilihat dari keberdayaan sebagai pemelihara ternak dan
sebagai manajer. Menurut Saragih (2001) kelompok tani diupayakan agar dapat
mandiri dalam bidang usahanya dengan mengelola usaha dari hulu ke hilir dengan
efisien dan menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian terdapat sebagian
anggota yang belum menguasai dan melaksanakan aspek teknis dalam beternak
serta masih kurangnya kemampuan peternak dalam mengambil keputusan guna
mencapai keberhasilan dari usahanya.