IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek...

22
35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian Demografi data dari objek penelitian dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4.1, yaitu berisi data mengenai jenis kelamin, jenis SKPD, lama bekerja di SKPD, lamanya pengalaman menyusun anggaran responsif gender, jabatan dan pendidikan terakhir. Tabel 4.1 Data Demografi Responden Demografi Responden Jumlah % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 35 55 38,89% 61,11% Unit/ SKPD 1. Bapedda 2. Bapermasper 3. Dinas Kesehatan 4. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga 5. Inpektorat 6. Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan dan Pariwisata 7. Perpustakaan dan Arsip Daerah 8. Sekretariat DPRD 9. Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah 10. Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi 11. Pertanian dan Perikanan 12. Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda 13. Kesatuan Bangsa dan Politik 14. Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda 15. Badan Kepegawaian Daerah 16. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal 17. Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM 18. Lingkungan Hidup 19. Cipta Karya dan Tata Ruang 20. Bagian Administrasi dan Pembangunan Setda 21. Kecamatan Sidorejo 22. Kecamatan Tingkir 23. Kecamatan Sidomukti 24. Kecamatan Argomulyo 25. Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya Air 26. Kependudukan dan Catatan Sipil 5 5 6 2 4 5 5 2 6 5 5 3 2 3 5 2 3 5 1 2 1 2 3 1 4 3 5,55% 5,55% 6,67% 2,22% 4,44% 5,55% 5,55% 2,22% 6,67% 5,55% 5,55% 3,33% 2,22% 3,33% 5,55% 2,22% 3,33% 5,55% 1,11% 2,22% 1,11% 2,22% 3,33% 1,11% 4,44% 3,33%

Transcript of IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek...

Page 1: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

35

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Demografi Objek Penelitian

Demografi data dari objek penelitian dalam

penelitian ini ditampilkan pada Tabel 4.1, yaitu

berisi data mengenai jenis kelamin, jenis SKPD,

lama bekerja di SKPD, lamanya pengalaman

menyusun anggaran responsif gender, jabatan dan

pendidikan terakhir.

Tabel 4.1 Data Demografi Responden

Demografi Responden Jumlah %

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

35 55

38,89% 61,11%

Unit/ SKPD

1. Bapedda 2. Bapermasper 3. Dinas Kesehatan 4. Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga

5. Inpektorat 6. Perhubungan, Komunikasi, Kebudayaan

dan Pariwisata 7. Perpustakaan dan Arsip Daerah 8. Sekretariat DPRD 9. Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah 10. Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi

11. Pertanian dan Perikanan 12. Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda 13. Kesatuan Bangsa dan Politik 14. Bagian Organisasi dan Kepegawaian Setda 15. Badan Kepegawaian Daerah 16. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan

Penanaman Modal 17. Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan

UMKM 18. Lingkungan Hidup 19. Cipta Karya dan Tata Ruang 20. Bagian Administrasi dan Pembangunan

Setda 21. Kecamatan Sidorejo 22. Kecamatan Tingkir 23. Kecamatan Sidomukti 24. Kecamatan Argomulyo 25. Bina Marga dan Pengelolaan Sumber Daya

Air

26. Kependudukan dan Catatan Sipil

5 5 6 2

4 5

5 2 6

5

5 3 2 3 5 2

3

5 1 2

1 2 3 1 4

3

5,55% 5,55% 6,67% 2,22%

4,44% 5,55%

5,55% 2,22% 6,67%

5,55%

5,55% 3,33% 2,22% 3,33% 5,55% 2,22%

3,33%

5,55% 1,11% 2,22%

1,11% 2,22% 3,33% 1,11% 4,44%

3,33%

Page 2: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

36

Sumber: Data Primer yang diolah, Maret 2014.

Berdasarkan Table 4.1 dapat dilihat data demografi

responden menurut jenis kelamin, yang terdiri dari 35

laki-laki dan 55 perempuan. Berdasarkan unit/SKPD,

terdapat 26 unit/SKPD yang diteliti. Penyebaran

kuesioner disesuaikan dengan jumlah pegawai yang

pernah terlibat dalam proses penyusunan ARG.

Berdasarkan lama bekerja di SKPD, sebagian besar

responden (51,11%) merupakan pekerja junior yakni

baru bekerja kurang dari 5 tahun, sementara sekitar

24,44% merupakan pegawai yang telah bekerja 5

sampai 10 tahun, dan 24,44% lainnya merupakan

pegawai senior yang telah bekerja lebih dari 10 tahun.

Berdasarkan pengalaman menyusun ARG, ternyata

sebagian besar responden (67,78%) memiliki

pengalaman kurang dari satu tahun. Hal ini

disebabkan oleh karena penerapan ARG baru berjalan

kurang lebih tiga tahun sejak 2011. Responden

Lama Bekerja di SKPD

< 5 tahun 5-10 tahun > 10 tahun

46 22 22

51,11% 24,44% 24,44%

Pengalaman menyusun

ARG

≤ 1 tahun > 1 tahun

61 29

67,78% 32,22%

Jabatan

Kepala Kantor/Dinas Sekretaris Kepala Bagian (Kabag)

Kepala Sub Bagian (Kasubag) Kepala Bidang (Kabid) Kepala Sub Bidang (Kasubid) Kepala Seksi (Kasi) Staff

1 1 1

6 4 17 18 42

1,11% 1,11% 1,11%

6,67% 4,44%

18,88% 20,00% 46,67%

Pendidikan Terakhir

SLTA

D3

S1

S2

4 12 56 18

4,44% 13,33% 62,22%

20%

Tabel 4.1

Data Demografi Responden(Lanjutan)

Page 3: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

37

terbanyak berasal dari pegawai yang menjabat

sebagai staf di SKPD (46,67%), diikuti oleh Kepala

Seksi (20%), Kepala Sub Bagian (18,88%), Kepala

Sub Bidang (6,67%), Kepala Bidang (4,44%), dan

Kepala Bagian, Sekretaris dan Kepala Kantor

(1,1%). Selanjutnya, terdapat 59,7% responden

lulusan S1, 21,9% responden lulusan S2, 13,4%

dari D3 dan 4,8% merupakan lulusan SLTA.

Statistik Deskriptif Objek Penelitian

Statistik deskriptif dari indikator-indikator

dalam penelitian ini dijelaskan melalui nilai

Minimum, Maximum, Mean (rata-rata), dan Standar

Deviasi dari tiap indikator, seperti terlihat dalam

Tabel 4.2. Melalui Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat

bahwa nilai rata-rata total dari kinerja penyusunan

ARG (KPRG) tergolong sedang. Hal ini menunjukkan

bahwa pegawai pemkot Salatiga memiliki kinerja

yang masih perlu ditingkatkan lagi dalam proses

penyusunan ARG. Kinerja yang dalam kategori

sedang ini dapat disebabkan oleh karena penerapan

proses penyusunan ARG ini baru diterapkan

kurang lebih tiga tahun sehingga ke depannya

diharapkan ke depannya kinerja penyusunan ARG

ini dapat meningkat.

Page 4: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

38

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Indikator-indikator dalam Variabel

Indikator N Min Max Mean Stdev

KARG1 Mengidentifikasi kebutuhan laki-laki dan perempuan sebelum menyusun anggaran.

90 1 4 2,9333 0,4926

KARG2 Menyusun Gender Analysis Pathway, Gender Budget Statement dan Kerangka Acuan Kerja setelah mengidentifikasi kebutuhan.

90 1 4 2,9667 0,4091

KARG3

Menetapkan program dan kegiatan dalam APBD sesuai Gender Analysis Pathway, Gender Budget Statement dan Kerangka Acuan Kerja.

90 2 4 2,9667 0,3807

KARG4 Program dan kegiatan memperhatikan kesetaraan jumlah laki-laki dan perempuan dalam menikmati sumber daya.

90 2 4 3,0111 0,3820

KARG5

Program dan kegiatan memberikan proporsi anggaran yang setara antara laki-laki dan perempuan.

90 2 4 2,9111 0,4144

KARG6 Program dan kegiatan menyediakan kenyamanan fasilitas yang setara bagi kaum laki-laki dan perempuan.

90 2 4 3,0000 0,4971

KARG7 Program dan kegiatan melibatkan keikutsertaan yang merata antara laki-laki dan perempuan.

90 2 4 2,9667 0,4357

KARG8 Anggaran dialokasikan berdasarkan hasil

analisis gender yang telah dilakukan. 90 2 4 2,9000 0,4983

Rata-rata Kinerja Penyusunan ARG 2,2907 0,4387

KO1 Kebanggaan berkerja pada organisasi khususnya sebagai penyusun anggaran.

90 1 4 2,3556 0,7080

KO2 Berusaha keras untuk menyukseskan organisasi.

90 1 4 2,6667 0,5996

KO3 Kesediaan menerima tugas demi organisasi sebagai penyusun anggaran.

90 1 4 2,6889 0,5537

KO4 Kesamaan nilai individu dengan nilai organisasi.

90 1 4 2,9444 0,4334

KO5 Kebanggaan menjadi bagian dari organisasi penyusun anggaran.

90 1 4 2,4111 0,7172

KO6 Senang atas pilihan bekerja di organisasi tersebut.

90 1 4 2,6444 0,5469

Rata-rata Komitmen Organisasi 2,6185 0,5931

TE1 Banyaknya Peraturan Pemsat dan Pemda terkait penyusunan ARG yang sulit dimengerti.

90 1 4 2,6111 0,6481

TE2 Banyaknya Peraturan Pemsat dan Pemda terkait penyusunan ARG yang membuat jenuh.

90 1 4 2,3333 0,5805

TE3 Meningkatnya kritik dari LSM dan 90 1 4 2,3111 0,6115

Page 5: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

39

akademisi membuat saya sangat terbeban.

TE4 Budaya birokrasi di lingkungan pemkot turut membuat saya jenuh dalam penyusunan ARG.

90 1 4 2,3444 0,5641

TE5 Terhambat dalam penyusunan ARG karena banyaknya aturan.

90 1 4 2,4111 0,5976

Rata-rata Tekanan Eksternal 2,4022 0,6003

KL1 Memahami dengan jelas cara menyusun GAP, GBS dan KAK.

90 1 4 2,5444 0,5836

KL2 Memiliki informasi penting untuk membuat keputusan terkait GAP, GBS dan KAK.

90 1 4 2,6556 0,5836

KL3 Sangat mudah untuk mengukurapakah saya telah membuat keputusan yang benar terkait penyusunan GAP, GBS dan KAK.

90 1 4 2,4667 0,5648

KL4 Memahami tindakan untuk menyelesaikan penyusunan GAP, GBS dan KAK yang dibebankan kepada saya

90 1 4 2,6444 0,5865

KL5

Sangat mudah untuk mengetahui apakah cara-cara yang saya tempuh dalam menyusun GAP, GBS dan KAK bisa mencapai sasaran atau tidak.

90 1 4 2,4111 0,6161

Rata-rata Ketidakpastian Lingkungan 2,5444 0,5869 Sumber: Data Primer yang diolah, April 2014.

Interval dari nilai rata-rata (mean) di atas

dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini:

i 1 Dengan demikian, gambaran tinggi rendahnya

ketiga variabel independen di atas dapat

dikategorikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Kategori Variabel Independen

Skor Kategori

3 ≤ x = 4 Tinggi

2 ≤ x < 3 Sedang

1 ≤ x < 2 Rendah

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Indikator-indikator dalam Variabel (Lanjutan)

Page 6: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

40

Nilai rata-rata total kinerja penyusunan ARG

(KPRG) sebesar 2,2907 merupakan angka yang

tergolong sedang. Enam indikator yang membentuk

variabel ini memiliki nilai rata-rata sedang. Sedangkan

dua indikator lainnya memiliki nilai rata-rata tinggi. Hal

ini menunjukkan bahwa kinerja dalam penyusunan

ARG masih perlu ditingkatkan lagi.

Nilai rata-rata total dari komitmen organisasi (KO)

sebesar 2,6185 merupakan angka yang tergolong

sedang. Enam indikator yang membentuk variabel ini

memiliki nilai rata-rata sedang. Hal ini dapat

menunjukkan bahwa rata-rata pegawai pemkot Salatiga

belum memiliki komitmen yang sungguh dalam

penyusunan ARG. Berdasarkan hasil wawancara yang

diperoleh, tampak bahwa ternyata pemahaman pegawai

pemerintah kota terhadap ARG masih sangat rendah,

sehingga berdampak pada komitmen untuk menyusun

ARG. Hal ini dapat menjawab hasil penelitian Nordiana

(2010) bahwa salah satu alasan sebuah anggaran

belum responsif gender adalah karena kurangnya

komitmen pegawai dalam menyusun ARG tersebut.

Nilai rata-rata total dari tekanan eksternal (TE)

dalam proses penyusunan ARG sebesar 2,4022

menunjukkan angka rata-rata sedang. Lima indikator

di dalamnya juga menunjukkan nilai rata-rata sedang.

Hal ini menandakan bahwa rata-rata pegawai

pemerintah kota Salatiga cukup merasakan adanya

Page 7: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

41

tekanan dalam penyusunan ARG. Namun angka

rata-rata tekanan eksternal ini masih berada di

bawah angka rata-rata komitmen organisasi,

sehingga dapat dikatakan bahwa komitmen pegawai

masih lebih tinggi dibandingkan tekanan yang

dirasakan.

Nilai rata-rata total dari ketidakpastian

lingkungan (KL) dalam penyusunan ARG sebesar

2,5444 merupakan angka rata-rata yang tergolong

sedang. Dari lima indikator di dalamnya, semua

indikator menunjukkan angka rata-rata sedang. Hal

ini menyimpulkan bahwa pegawai pemerintah kota

Salatiga cukup merasakan adanya ketidakpastian

lingkungan yang ditunjukkan dengan mutasi

pegawai dalam periode tertentu dan perubahan

peraturan terkait proses penyusunan ARG. Namun

jika dicermati, angka rata-rata ketidakpastian

lingkungan ini lebih kecil dibandingkan dengan

komitmen organisasi. Dengan demikian, komitmen

organisasi masih memiliki angka rata-rata lebih

tinggi dibandingkan ketidakpastian lingkungan.

Rata-rata total dari keempat variabel dalam

penelitian ini tidak ada yang menunjukkan angka

rata-rata rendah. Semua variabel menunjukkan

angka rata-rata sedang. Berdasarkan hal ini maka

dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata dari

Page 8: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

42

keempat variabel cukup mendukung model penelitian.

Standar deviasi dari keempat variabel dalam

penelitian ini juga menunjukkan hasil yang baik karena

dari semua indikator yang membentuk keempat

variabel tersebut, nilai standar deviasinya berada di

bawah nilai rata-rata dari masing-masing indikator.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyebaran

data dalam penelitian ini merata, sebab perbedaan

(varian) data yang satu dengan data yang lain tidak

tergolong tinggi.

Hasil Pengujian

Validitas dan Reliabilitas

Pada metode Structural Equation Model (SEM) sudah

terdapat rumusan untuk menguji validitas dan

reliabilitas. Cara yang sering digunakan oleh peneliti di

bidang SEM untuk melakukan pengukuran melalui

analisis faktor konfirmatori adalah dengan

menggunakan pendekatan MTMM (MultiTrait-

MultiMethod) dengan menguji validitas konvergen dan

diskriminan (Campbell dan Fiske, dalam Latan dan

Ghozali, 2012;78). Uji validitas konvergen indikator

refleksif dengan program SmartPLS 2.0 M3 dapat

dilihat dari total effectsuntuk setiap indikator konstruk.

Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai

validitas konvergen yaitu nilai loading factor harus lebih

dari 0,7 dan nilai average variance extracted (AVE)

harus lebih besar dari 0,5. Namun untuk penelitian

Page 9: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

43

tahap awal dari pengembangan skala pengukuran,

nilai loading factor 0,5-0,6 masih dianggap cukup

(Chin, 1998 dalam Latan dan Ghozali, 2012; 78).

Cara menguji validitas diskriminan dengan

indikator refleksif yaitu dengan melihat nilai cross

loading untuk setiap variabel. Nilai cross loading

harus di atas 0,6. Butir-butir pernyataan yang tidak

memenuhi kriteria valid tersebut tidak dapat

diikutkan dalam pengujian selanjutnya (Wijanto,

2008). Pengujian yang dilakukan dengan SmartPLS

menunjukkan hasil seperti Tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Uji Validitas Indikator (Awal)

Indikator

Load

Factor

> 0,60

Cross

Loading>

0,60

AVE Communality Validitas

KPRG1 0,496 0,496

0,414 0,414

Tidak Valid

KPRG2 0,524 0,523 Tidak Valid

KPRG3 0,584 0,584 Tidak Valid

KPRG4 0,580 0, 580 Tidak Valid

KPRG5 0,799 0,799 Valid

KPRG6 0,688 0,688 Valid

KPRG7 0,666 0,666 Valid

KPRG8 0,808 0,808 Valid

KO1 0,804 0,804

0,490 0,490

Valid

KO2 0,662 0,661 Valid

KO3 0,669 0,669 Valid

KO4 0,549 0,549 Tidak Valid

KO5 0,814 0,813 Valid

KO6 0,669 0,669 Valid

TE1 0,674 0,673

0,520 0,520

Valid

TE2 0,918 0,918 Valid

TE3 0,839 0,838 Valid

TE4 0,434 0,433 Tidak Valid

TE5 0,543 0,542 Tidak Valid

Page 10: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

44

KL1 0,772 0,771

0,682 0,682

Valid

KL2 0,814 0,813 Valid

KL3 0,857 0,857 Valid

KL4 0,873 0,872 Valid

KL5 0,811 0,810 Valid

Sumber: Data output software SmartPLS 2.0 M3, 2014.

Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa terdapat

beberapa indikator yang belum memenuhi syarat

validitas konvergen dan diskriminan. Hal ini dapat

dilihat dari nilai loading factor dan cross loading yang

lebih kecil dari 0,6 dan nilai AVE dari dua konstruk

yang lebih kecil dari 0,5. Melalui uji validitas ini maka

dinyatakan bahwa indikator yang tidak valid menurut

Wijanto (2008) tidak dapat digunakan dalam pengujian

selanjutnya. Indikator yang dikeluarkan dalam

pengujian selanjutnya adalah KPRG1, KPRG2, KPRG3,

KPRG4, KO4, TE4, dan TE5.

Hasil uji validitas dari output SmartPLS 2.0 M3

setelah beberapa indikator tersebut dihilangkan

menunjukkan bahwa semua indikator dinyatakan valid.

Hal ini seperti terlihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Uji Validitas Indikator (Lanjutan)

Indikator

Load Factor

> 0,60

Cross Loading

> 0,60 AVE Communality Validitas

KPRG5 0,830 0,830

0,6059 0,6059

Valid

KPRG6 0,716 0, 716 Valid

KPRG7 0,771 0, 771 Valid

KPRG8 0, 792 0,792 Valid

KO1 0,797 0,797

0,5272 0,5272

Valid

KO2 0, 652 0, 652 Valid

KO3 0,659 0,659 Valid

KO5 0,849 0,849 Valid

KO6 0,647 0,647 Valid

Page 11: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

45

TE1 0,673 0,673

0,6821 0,6821

Valid

TE2 0,928 0,928 Valid

TE3 0,855 0,855 Valid

KL1 0,758 0,758

0,6876 0,6876

Valid

KL2 0,783 0,783 Valid

KL3 0,869 0,869 Valid

KL4 0,885 0,885 Valid

KL5 0,829 0,829 Valid

Sumber: Data output software SmartPLS 2.0 M3, 2014.

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa variabel kinerja

penyusunan ARG sekarang hanya diwakili oleh

empat indikator yang dinilai valid (KPRG5, KPRG6,

KPRG7, dan KPRG8). Variabel komitmen organisasi

diwakili oleh lima indikator yang valid (KO1, KO2,

KO3, KO5, dan KO6). Variabel tekanan eksternal

diwakili oleh tiga indikatornya yang dinilai valid

(TE1, TE2, dan TE3). Sedangkan untuk variabel

ketidakpastian lingkungan tidak ada perubahan

dalam jumlah indikator karena semua indikator di

dalamnya dinilai valid. Selanjutnya, nilai AVE dan

communality menunjukkan angka di atas 0,5 yang

berarti bahwa lebih dari 50% variance indikator

dapat dijelaskan. Dengan demikian, syarat validitas

konvergen dan diskriminan telah terpenuhi.

Kecocokan Model Pengukuran (Outer Model)

Tahapan kedua adalah pengujian model

kecocokan pengukuran yang dilakukan terhadap

masing-masing konstruk laten yang ada di dalam

model. Pemeriksaan terhadap konstruk laten

dilakukan terkait dengan pengukuran konstruk

laten oleh variabel manifest (indikator). Dengan kata

Page 12: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

46

lain, akan dilakukan pengecekan reliabilitas dari

variabel teramati. Pengecekan reliabilitas dilakukan

untuk membuktikan akurasi, konsistensi dan

ketepatan instrument dalam mengukur konstruk.

Dalam PLS-SEM yang menggunakan program

SmartPLS 2.0 M3, pengukuran reliabilitas suatu

konstruk dengan indikator refleksif dapat dilakukan

dengan melihat nilai composite reliability dan cronbach’s

alpha. Nilai composite reliability dan cronbach’s alpha

harus lebih besar dari 0,70 (Latan dan Ghozali, 2012).

Hasil perhitungan yang dilakukan terhadap data

menggunakan SmartPLS 2.0 M3 mendapatkan angka-

angka seperti tampilan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel

Laten

Composite

Reliability ≥ 0,70

Cronbach’s

Alpha Kesimpulan

KPRG 0,8598 0,7924 Reliabel

KO 0,8461 0,7908 Reliabel

TE 0,8635 0,7688 Reliabel

KL 0,9164 0,8923 Reliabel

Sumber: Data output software SmartPLS 2.0 M3, 2014.

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa semua variabel

memiliki nilai composite reliability dan cronbach’s alpha

di atas 0,70, sehingga dinyatakan reliabel.

Kecocokan Model Struktural (Inner Model)

Tahapan ketiga dalam pengukuran SEM adalah

kecocokan model struktural yang digunakan juga

Page 13: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

47

untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini.

Dalam menilai model struktural dengan PLS,

dimulai dengan menilai R-Square untuk setiap

variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi

dari model struktural. Pengaruh nilai R-Square

dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh

variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel

laten endogen apakah mempunyai pengaruh yang

substantif. Nilai R-Square 0,75, 0,50 dan 0,25

menunjukkan bahwa model kuat, moderate dan

lemah yang merepresentasikan besarnya jumlah

variance konstruk yang dijelaskan oleh model.

Evaluasi model dilakukan dengan melihat nilai

signifikansi untuk mengetahui pengaruh antar

variabel. Evaluasi model struktural berkaitan

dengan pengujian hubungan antar variabel yang

sebelumnya dihipotesiskan. Di tahap terakhir ini

akan dilihat pengaruh hubungan antar variabel

laten dan signifikansinya. Pengaruh hubungan

dapat dilihat dari tanda positif (+) atau negatif (-)

yang ditampilkan dari dari output SmartPLS 2.0

M3, sedangkan tingkat signifikansi dapat dilihat

dari nilai t-value ≥ 1,96. Hasil pengujian data

menggunakan SmartPLS 2.0 M3 dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.7 Hasil Uji Kecocokan Model Struktural

Page 14: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

48

Variabel Laten R Square

Kinerja Penyusunan ARG

0,253286 Komitmen Organisasi

Tekanan Eksternal

Ketidakpastian Lingkungan

Sumber: Data output software SmartPLS 2.0 M3, 2014.

Dari hasil yang tampak pada Tabel 4.7 dapat dilihat

nilai R-Square variabel KPRG adalah 0,253286 yang

berarti bahwa model termasuk dalam kategori lemah.

Tabel 4.8 Hasil Kecocokan Model Struktural

Hipotesis Path Total

effects

T-Value ≥

1,96 Kesimpulan

H1 KO KPRG 1,3676 2,886730 Signifikan

H2 KO*KL KPRG -1,6737 2,914740 Signifikan

H3 KO*TE KPRG 0,094 0,330662 Tidak Signifikan

Sumber: Data output software SmartPLS 2.0 M3, 2014.

Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa variabel

komitmen organisasi (KO) memiliki pengaruh positif

sebesar 1,3676 terhadap variabel kinerja penyusunan

ARG. Sementara interaksi antara variabel komitmen

organisasi dengan ketidakpastian lingkungan memiliki

pengaruh negatif sebesar -1,6737 terhadap kinerja

ARG. Selanjutnya interaksi antara komitmen organisasi

dengan tekanan eksternal memiliki pengaruh positif

sebesar 0,094 terhadap kinerja ARG namun angka ini

tidak signifikan karena nilai t-staistic < 1,96.

Pembahasan

Berdasarkan pengujian hipotesis pada bagian

sebelumnya, maka dapat dikonfirmasikan bahwa

Page 15: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

49

komitmen organisasi terbukti berpengaruh positif

terhadap kinerja penyusunan ARG. Hasil ini

memperkuat hasil penelitian Rubin dan Bartle

(2005) yang menyatakan bahwa komitmen

organisasi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kinerja penyusunan ARG. Hasil ini

juga mendukung beberapa penelitian sebelumnya,

yaitu Sawer (2002), Diop-Tine (2002) dan Hewit

(2003). Oleh sebab itu, penelitian ini membuktikan

secara empiris bahwa komitmen organisasi akan

mempengaruhi kinerja penyusunan ARG agar tidak

menyimpang.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan

terhadap beberapa unit/SKPD tampak bahwa rata-

rata komitmen pegawai dalam menyusun ARG

masih berada pada kategori sedang dengan skor

2,6185 (lihat tabel 4.2). Pegawai yang diberikan

tanggung jawab untuk menyusun ARG adalah

pegawai di bagian perencanaan karena ARG

berkaitan dengan perancangan dan perencanaan

program dan kegiatan. Sebagian besar pegawai di

bidang ini mengaku masih belum memahami

dengan jelas bagaimana menyusun ARG, yang

didahului dengan penyusunan GAP, GBS dan KAK.

Penyusunan ARG ini masih sulit dipahami oleh

pegawai teristimewa ketika mengidentifikasi

kegiatan yang harus diresponsifgenderkan.

Page 16: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

50

Sebagian besar pegawai mengakui bahwa penyusunan

ARG dilaksanakan karena didorong oleh regulasi.

Beberapa jawaban responden ketika diwawancarai

adalah seperti di bawah ini:

“Terdapat beberapa pegawai SKPD yang tertarik dengan isu

gender sehingga mereka sangat antusias ketika ada implementasi ARG di Pemkot Salatiga. Namun sebagian besar ikut saja karena ARG merupakan amanat Pemerintah Pusat melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No 15 tahun 2008 dan 67 tahun 2011”.

“Saya sendiri masih belum mengerti dengan baik bagaimana

menyusun atau merancang kegiatan yang responsif gender. Memang pernah diadakan seminar terkait penyusunan ARG ini namun tindak lanjutnya masih kurang sehingga saya merasa ARG ini belum ada manfaatnya”.

“Pengidentifikasian kebutuhan laki-laki dan perempuan belum dilaksanakan oleh semua SKPD. Hal ini karena SKPD belum mempunyai data pilah gender sebagai syarat utama pengidentifikasian kebutuhan”.

Pernyataan-pernyataan di atas dapat menunjukkan

bahwa komitmen sebagian besar pegawai pemerintah

kota dalam menyusun ARG masih perlu ditingkatkan.

Peningkatan komitmen ini dapat dimulai dari

membangun pemahaman dan pengetahuan yang benar

terkait penyusunan ARG. Selain itu, dibutuhkan

pendampingan yang lebih terhadap SKPD/unit dalam

menyusun program kegiatan yang responsif gender

serta mengadakan data pilah gender sebagai syarat

penyusunan ARG.

Senada dengan pengujian sebelumnya, penelitian

ini juga membuktikan bahwa ketidakpastian

lingkungan dapat memoderasi hubungan antara

Page 17: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

51

komitmen organisasi dengan kinerja penyusunan

ARG sebesar -1,6737 dengan nilai t-statistic

2,914740 lebih besar dari 1,96. Diterimanya

hipotesis ini menunjukkan dukungan terhadap

penelitian sebelumnya seperti Govindarajan (1984)

yang menyatakan bahwa ketidakpastian lingkungan

yang dirasakan organisasi dapat mengganggu

hubungan antara komitmen organisasi dengan

kinerja penyusunan ARG. Hal ini membuktikan

secara empiris bahwa komitmen yang dibangun

dalam diri seorang pegawai pemerintah kota dalam

penyusunan ARGsangat menunjang keberhasilan

penyusunan ARG tersebut. Namun jika terjadi

ketidakpastian lingkungan yang tinggi seperti

mutasi pegawai dan perubahan kebijakan yang

terlalu sering maka hal ini akan sangat mengganggu

komitmen pegawai dalam mencapai kinerja

penyusunan ARG yang baik.

Penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen

organisasi memiliki pengaruh yang lebih besar

dibandingkan interaksi antara ketidakpastian

lingkungan dengan komitmen organisasi dalam

mempengaruhi kinerja penyusunan ARG (lihat

Tabel 4.8). Oleh sebab itu, tidak hanya dibutuhkan

kepastian lingkungan yang tinggi (seperti tidak

sering adanya mutasi dan perubahan peraturan),

namun lebih dari itu dibutuhkan komitmen yang

Page 18: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

52

kuat (sense of belong) untuk mendukung penyusunan

dan pelaksanaan ARG. Penelitian-penelitian

sebelumnya (Rubin and Bartle, 2005; Hewitt and

Mukhopadyay (2002) menyatakan bahwa komitmen

organisasi ditemukan sebagai faktor penting yang

mendorong seseorang untuk menyusun ARG.

Hasil wawancara menyatakan bahwa mutasi

pegawai yang sering dilakukan di lingkungan pemkot

turut mengganggu komitmen pegawai dalam menyusun

ARG. Misalnya, seorang pegawai yang telah matang

pemahamannya terkait ARG pada salah satu unit

tertentu namun harus dimutasikan ke unit yang lain

dengan tugas, pokok, fungsi (TUPOKSI) yang berbeda

dari sebelumnya. Hal ini tentu dapat menurunkan

komitmen pegawai tersebut untuk memahami tentang

ARG lagi. Sebaliknya, mutasi yang terjadi

mengakibatkan pegawai yang sebelumnya tidak

memahami tentang gender namun harus

bertanggungjawab menyusun anggaran responsif

gender maka hal ini pun dapat menghasilkan kinerja

yang rendah akibat dikerjakan dengan komitmen yang

rendah pula. Berikut adalah jawaban salah satu

responden yang pernah dimutasikan:

“Awalnya saya ditugaskan pada unit yang bersinggungan langsung dengan ARG sehingga saya sangat antusias dalam penyelenggaraan ARG ini. Namun kemudian saya harus dimutasikan ke unit yang sama sekali tidak bersinggungan langsung dengan ARG. Hal ini terkadang mengganggu niat saya untuk memahami ARG secara berkelanjutan. Namun saya tetap

Page 19: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

53

antusias dengan penyelenggaraan ARG ini, karena penting bagi kesetaraan gender dalam masyarakat”.

“ARG itu bahan baru bagi kami, jadi rasa memilikinya (sense

of belong) masih kurang. Ini baru tahun ketiga penyelenggaraan ARG. Sejak tahun 2012. Sehingga ke depannya diharapkan komitmen dinas-dinas semakin meningkat”.

Adapun alur proses penyelenggaran

penyusunan ARG didahului dengan penyusunan

GAP, GBS dan KAK. Penyusunan GAP, GBS dan

KAK sebagai instrumen ARG diawali dari klinik

PPRG yang dilaksanakan 1 (satu) tahun

sebelumnya. Klinik ini diadakan oleh Bappeda dan

Bapermasper sebagai Ketua dan Sekretaris

Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender (PUG).

Dengan kata lain, ARG untuk tahun 2014 diadakan

melalui Klinik PPRG tahun 2013. Hasil klinik ini

adalah 2 (dua) rencana kegiatan SKPD untuk tahun

2014.

Berkebalikan dengan hasil temuan sebelumnya

(DiMaggio dan Powell, 1983; Frumkin dan

Galaskiewicz, 2004; Asworth et al, 2009) bahwa

tekanan eksternal yang dirasakan dapat

mempengaruhi komitmen organisasi dalam

mencapai kinerja ARG, ternyata penelitian ini

membuktikan secara empiris bahwa tekanan

eksternal tidak mengganggu komitmen organisasi

dalam mencapai kinerja ARG.

Page 20: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

54

Hal ini dapat berarti bahwa tekanan eksternal

berupa kritikan dari akademisi, LSM, dan perubahan

peraturan dari pemerintah pusat tidak mengganggu

komitmen organisasi dalam menyusun ARG untuk

mencapai kinerja ARG yang maksimal.Tidak adanya

pengaruh signifikan dari tekanan eksternal terhadap

hubungan antara komitmen organisasi dan kinerja

penyusunan ARG diduga terjadi karena pemerintah

kota merupakan ranah publik yang harus berkiprah

untuk melayani masyarakat sehingga tekanan-tekanan

dari masyarakat maupun pemerintah pusat telah

menjadi hal biasa dan tidak dianggap sebagai tekanan

lagi sebaliknya sebagai sebuah amanat yang harus

diselesaikan. Selain itu, kritik dan instruksi dari

pemerintah pusat (seperti peraturan terkait ARG:

Inpres Nomor 9 tahun 2008, Permendagri Nomor 67

Tahun 2011) dianggap sebagai tugas pokok dan fungsi

(tupoksi) bagi pegawai pemkot sehingga semua

dijalankan sebagai sebuah tanggung jawab dan bukan

tekanan (beban).

Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang

dilakukan dengan beberapa penyelenggara ARG di

pemerintah kota Salatiga bahwa:

“Peraturan-peraturan dan kritik terkait penyelenggaraan ARG di pemkot Salatiga tidak menjadi tekanan bagi kami namun menjadi sebuah amanat yang harus dilaksanakan, sehingga kami tidak merasa tertekan dengan penyelenggaran ARG ini namun sebaliknya kami mengganggapnya sebagai sesuatu yang baik bagi kesejahteraan masyarakat di kota ini”.

Page 21: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

55

“Tekanan dari pihak eksternal tidak mempengaruhi komitmen kami untuk menyusun ARG karena kami merasa bahwa kami harus menjalankannya. Sudah ada regulasi yang mengatur kami sehingga suka dan tidak suka kami tetap harus melaksanakannya”.

“Penyelenggaran ARG bukan merupakan tekanan tetapi

tugas pokok yang harus dilaksanan”.

Hasil dari penelitian ini kemudian menemukan

bahwa kinerja penyusunan ARG di pemerintah kota

Salatiga lebih cenderung mengarah ke fenomena

isomorfisme normatif (normative isomorphism) yakni

secara profesional pegawai memahami tentang

norma dan regulasi yang ada sehingga walaupun

regulasi tersebut bersifat menekan namun pegawai

tetap mematuhinya sebagai bentuk pengabdiannya

kepada organisasi. Hal ini disebut sebagai komitmen

pegawai dalam unit/SKPD. Kecenderungan ini

dilihat dari besarnya total effect KO sebesar 1,3676

(lihat Tabel 4.8).

Kecenderungan kedua adalah isomorfisme

mimetik (mimetic isomorphism). Kinerja penyusunan

ARG di pemerintah kota Salatiga juga mengarah ke

isomorfisme mimetik (mimetic isomorphism) yakni

pegawai lebih cenderung meniru praktik terbaik dari

organisasi lain akibat lingkungan yang tidak pasti.

Ketidakpastian lingkungan ini dapat ditunjukkan

dengan adanya mutasi pegawai yang terlalu sering

dilakukan dalam unit/SKPD. Hal ini berdampak

pada pemahaman yang belum mapan dari para

Page 22: IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6078/4/T2_932012013_BAB IV.pdf35 IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Demografi Objek Penelitian

56

pegawai sehingga mereka lebih memilih untuk meniru

apa yang dilakukan oleh unit lain yang telah lebih

dahulu memahami ARG, dibandingkan dengan harus

memahami esensi dari penyusunan ARG. Kondisi

seperti ini kemudian mengganggu komitmen pegawai

dalam menyusun ARG.

Namun dalam penelitian ini, pada dasarnya

komitmen organisasi (normative isomorphism) memiliki

pengaruh yang lebih kuat terhadap kinerja penyusunan

ARG dibandingkan ketidakpastian lingkungan(mimetic

isomorphism). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan salah satu responden yang telah terlibat

langsung dalam penyusunan ARG ini.

“Secara keseluruhan penyusunan ARG ini lebih bergantung pada komitmen organisasi. Jika komitmen organisasi terhadap penyusunan ARG ini tinggi maka adanya mutasi ataupun tekanan eskternal itu tidak mengganggu komitmen kita untuk menysusun ARG. Namun faktanya menunjukkan masih banyak pegawai yang bingung, salah persepsi, kurang memahami dan tidak tertarik dengan ARG ini. Mungkin karena ARG masih

menjadi bahan baru bagi kami sehingga komitmen dan rasa memiliki (sense of belong) masih kurang”.