KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

66
1 I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Kepala Keluarga : Tn. D Nama Responden : Sdr. F Alamat lengkap : Ds. Karang Tengah RT1 RW4 Kembaran Bentuk Keluarga : Extended family Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No Nama Status L/ P Usi a Pendidik an Pekerjaa n Ket 1 Ny. K Nenek P 60 SD Ibu Rumah tangga 2. Tn. D KK (paman) L 45 SD Buruh Pasir 3 Ny. S Bibi P 27 3 SMA Karyawan Pabrik 4 Nn. Ku Bibi P 18 SMP Karyawan Pabrik 5 F Keponakan P 21 SMA Karyawan Pabrik Respond en 6 L Keponakan , anak Ny. S P 2,5 - - 7 Tn. A Suami Ny. S L 28 SMP Supir

Transcript of KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Page 1: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

1

I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. D

Nama Responden : Sdr. F

Alamat lengkap : Ds. Karang Tengah RT1 RW4 Kembaran

Bentuk Keluarga : Extended family

Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah

No Nama Status L/

P

Usia Pendidikan Pekerjaan Ket

1 Ny. K Nenek P 60 SD Ibu Rumah

tangga

2. Tn. D KK (paman) L 45 SD Buruh Pasir

3 Ny. S Bibi P 27 3 SMA Karyawan

Pabrik

4 Nn.

Ku

Bibi P 18 SMP Karyawan

Pabrik

5 F Keponakan P 21 SMA Karyawan

Pabrik

Responden

6 L Keponakan,

anak Ny. S

P 2,5 - -

7 Tn. A Suami Ny. S L 28 SMP Supir

Kesimpulan :

Keluarga Sdr. F merupakan keluarga besar atau extended family.

Page 2: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

2

II. STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang

perempuan berusia 21 tahun yang menjalani pengobatan di Puskesmas 1

Sokaraja.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : F

Umur : 21 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Kewarganegaraan : Indonesia

Pekerjaan : Karyawan Pabrik

Pendidikan : SMA

Penghasilan/bulan : ± Rp 750.000,00

Alamat : Desa Karang Tengah Rt 01 Rw 04

Kembaran

Tanggal periksa : 1 November 2012

A. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Panas

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Onset : 4 hari yang lalu sebelum masuk

puskesmas

Kuantitas : semakin lama semakin memberat

Kualitas : Mengganggu aktivitas

Faktor memperberat : Jika beraktivitas

Yang memperingan : Obat-obatan dari dokter

Gejala penyerta : mual, nyeri ulu hati, kembung, lemas,

pusing, tidak nafsu makan

Page 3: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

3

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat penyakit yang sama : disangkal

b. Riwayat penyakit jantung : disangkal

c. Riwayat diabetes mellitus : disangkal

d. Riwayat hipertensi : disangkal

e. Riwayat mondok : disangkal

f. Riwayat alergi obat/makanan : telur

g. Riwayat pengobatan : pengobatan sakit gigi

h. Riwayat trauma : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Keluhan yang sama dengan anggota keluarga lain : disangkal

5. Riwayat Sosial dan Exposure

a. Community : Rumah pasien berada di daerah pemukiman yang

padat penduduk dengan jarak rumah yang satu

dengan rumah yang lainnya berdekatan. Pasien

tinggal tidak bersama dengan kedua orang tuanya,

melainkan dengan keluarga besarnya, yaitu nenek

dari bapak, paman dari bapak, kedua bibi dari bapak,

dan sepupunya.

b. Home : Rumah keluarga Sdr. F terdiri dari 5 ruangan. Terdiri

dari 3 kamar tidur berukuran 2 m x 2 m , 1 ruang

tamu, 1 ruang keluarga berukuran 4 m x 3 m, 1 dapur

berukuran 5 m x 2 m. Sumber air diambil dari sumur

yang terletak dibelakang rumah. Jarak septik tank

dengan sumber air ± 5 m. Tidak semua ruangan

terdapat ventilasi. Di ruang tamu terdapat 3 jendela ,

ruang keluarga terdapat 1 jendela, kamar tidur

terdapat 1 ventilasi, dan dapur tidak terdapat ventilasi

sehingga secara umum rumah ini belum dikatakan

sehat.

c. Hobby : Menonton tv

d. Occupational : Karyawan pabrik

Page 4: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

4

e. Personal habit : Pasien memiliki kebiasaan makan makanan pedas dan

asam serta jajan di pinggir jalan dan memanjangkan

kuku.

f. Diet : Pasien suka makanan yang asam dan pedas

g. Drug : Obat dari dokter gigi

6. Riwayat Gizi :

Pasien dalam kesehariannya tinggal bersama keluarganya. Pasien

makan sebanyak 2-3 kali sehari. Terkadang makan hasil masakan nenek

atau membeli makan diluar. Menu makanan yang biasa dikonsumsi adalah

nasi, lauk pauk seperti tahu, tempe, telur dan sayur-sayuran.

7. Riwayat Psikologi :

Pasien termasuk orang agak pendiam. Pasien relatif lebih sering

menyimpan masalahnya sendiri. Namun, untuk mengantisipasinya, pasien

terkadang menceritakan masalah pribadinya teman dekatnya.

8. Riwayat Ekonomi :

Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah ke bawah.

Pekerjaan nenek sebagai ibu rumah tangga, pekerjaan pamannya sebagai

buruh angkut pasir dan supir, pekerjaan bibinya sebagai karyawan pabrik

sama seperti pasien.

9. Riwayat Demografi :

Hubungan antara pasien dengan keluarganya dapat dikatakan

kurang harmonis. Hal tersebut dapat terlihat dari kurang tebukanya pasien

terhadap keluarganya.

10. Riwayat Sosial :

Penyakit yang diderita pasien dirasakan mengganggu aktivitas

karena pasien menjadi tidak bisa bekerja dan hanya ingin

berbaring/istirahat. Pasien kurang bersosialisasi dengan lingkungan

sekitarnya.

11. Review of System :

a. Keluhan Utama : Pusing

b. Kulit : Warna kuning langsat

c. Kepala : Simetris, ukuran normal

Page 5: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

5

d. Mata : Edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis

(+/+), sklera ikterik (-/-), mata cekung

(-)

e. Hidung : Simetris, nafas cuping hidung (-),

discharge (-)

f. Telinga : Pendengaran jelas, keluar cairan (-)

g. Mulut : Bibir pucat (+), Sariawan (-), mulut

kering (+), thypoid tongue (+)

h. Tenggorokan : sakit menelan (-)

i. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)

j. Sistem Kardiovaskuler : nyeri dada (-)

k. Sistem Gastrointestinal : mual (+), muntah (-), kembung (+), nyeri

perut bagian atas (+), BAB (+) normal,

nafsu makan menurun (+)

l. Sistem Muskuloskeletal : lemas (+),

m. Sistem Genitourinaria : buang air kecil normal

n. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), luka (-)

Bawah : bengkak (-), luka (-)

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak lemah, kesadaran compos mentis, dan status gizi baik.

2. Tanda Vital

a. Tekanan darah : 120/80 mmHg

b. Nadi : 78 x/menit, regular

c. RR : 20 x /menit

d. Suhu : 37O C

3. Status gizi

a. BB : 40 kg

b. TB : 155 cm

c. IMT : 19,55 kg/m2

Kesan status gizi : baik

4. Kulit : sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (< 1 detik),

Page 6: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

6

ikterus (-)

5. Kepala : bentuk kepala normal, pusing (+)

6. Mata : edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (+/+),

sklera ikterik (-/-), air mata (-), mata cekung

(-/-)

7. Telinga : bentuk normal, sekret (-/-)

8. Hidung : napas cuping hidung (-), sekret (-/-)

9. Mulut : bibir pucat (+), mulut kering (+), thypoid tongue

(+)

10. Tenggorokan : hiperemis (-)

11. Leher : deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

12. Thoraks : bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)

Cor

Inspeksi : bentuk dada normal simetris, benjolan (-), jejas (-),

lesi (-)

Auskultasi : bunyi jantung normal (S1>S2), bising (-), denyut

jantung reguler

Palpasi : nyeri tekan (-), thrill (-)

Perkusi : Batas atas kiri : SIC II LMC sinsitra

Batas atas kanan : SIC II LPS dextra

Batas bawah kiri : SIC V LMC sinistra

Batas bawah kanan : SIC IV LPS dextra

Pulmo :

Inspeksi : Dinding dada simetris pada saat statis dan

dinamis, retraksi tidak ada, ketinggalan gerak

tidak ada

Palpasi : Simetris, vokal fremitus kanan sama dengan kiri,

ketinggalan gerak tidak ada

Perkusi : Sonor kedua lapang paru

Auskultasi : Suara dasar: vesikuler kanan dan kiri

Suara tambahan tidak didapatkan

13. Punggung : skoliosis (-), kifosis (-), lordosis (-)

Page 7: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

7

14. Abdomen :

Inspeksi : Perut datar, simetris, venektasi tidak ada, sikatrik

tidak ada, tidak tampak massa.

Auskultasi : Terdengar suara bising usus normal

Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, defans muskular

tidak ada, tidak teraba massa, ballotemen tidak

ada, buli-buli tidak teraba, nyeri tekan

epigastrium (+).

Perkusi : timpani, nyeri ketok costovertebra (-)

15. Genitalia : tidak dilakukan

16. Anorektal : tidak dilakukan

17. Ekstremitas :

Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)

Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)

18. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik :

K 5555 5555 T N N RF + + RP - -

5555 5555 N N + + - -

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Uji Widal : S. typhi O 1/160

S. typhi H 1/160

Disarankan untuk melakukan pemeriksaan penunjang:

Laboratorium (darah lengkap) seperti Hb, Leukosit, Trombosit; kultur darah

pada minggu pertama, feses pada minggu kedua, atau urin pada minggu

ketiga, pemeriksaan darah tepi tebal maupun tipis.

Page 8: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

8

D. RESUME

Penderita F usia 21 tahun datang ke Puskesmas 1 Sokaraja dengan

keluhan panas sudah 4 hari sebelum masuk puskesmas dan disertai mual,

pusing, lemas, nyeri ulu hati, tidak nafsu makan, dan perut kembung. Awalnya

demam hanya gelemeng tetapi lama kelamaan semakin memberat dan

dirasakan terutama pada sore sampai malam hari. Sehari sebelum masuk

puskesmas, pasien pingsan sepulang dari kerja. Pasien merasakan keluhan

setelah mengkonsumsi makanan pedas. Pasien tinggal dalam satu rumah

bersama nenek, paman, kedua bibi, dan sepupunya. Diagnosis pasien adalah

demam tifoid. Kondisi psikologi keluarga kurang baik. Status ekonomi pasien

termasuk kelas menengah ke bawah. Pasien juga mempunyai kebiasaan makan

makanan pedas dan asam serta senang memanjangkan kuku. Rumah pasien

kurang memenuhi kriteria rumah sehat, seperti jarak septic tank dengan

sumber air minum hanya ± 5 m, ventilasi kurang, pencahayaan kurang.

E. DIAGNOSTIK HOLISTIK

1. Aspek Personal

Pasien mengeluh panas yang hilang timbul dan sudah berlangsung selama

4 hari.

Idea : pasien berpendapat bahwa penyakit yang dialaminya dapat

segera disembuhkan.

Concern : pasien mengaku merasa lemas dan pusing dan hanya

mampu berbaring/istirahat, sehingga tidak bisa beraktivitas

(produktivitas menurun).

Expectacy : pasien mempunyai harapan segera sembuh dari

penyakitnya.

Anxiety : Pasien takut akan kondisi kesehatannya. Kedaan ini sangat

mengganggu aktivitas sehari-hari terutama dalam

pekerjannya di pabrik.

2. Aspek Klinis

Diagnosis : Suspek demam tifoid

Page 9: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

9

Diff diagnosis : dengue fever, Infeki Saluran Kemih

Gejala klinis : demam, mual, perut sakit dan kembung, pusing, lemas,

nafsu makan menurun

3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu

a. Kebiasaan pasien senang makan makanan yang pedas dan asam serta

jajan di pinggir jalan.

b. Kebiasaan pasien yang senang memanjangkan kuku menjadi tempat

berkembangnya mikroorganisme.

4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu

a. Sumber air yang digunakan di rumah pasien berdekatan dengan septik

tank, yaitu ± 5 meter.

b. Pendidikan anggota keluarga lain tergolong rendah, yaitu SD dan SMP.

c. Alat memasak di rumah masih menggunakan tungku kayu bakar.

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial

Skala fungsi Sdr. F

Berdasarkan kasus, skala fungsional Sdr. F adalah skala 2.

Skala

Fungsional

Akltivitas Menjalankan

Fungsi

Kemampuan dalam

menjalani kehidupan

untuk tidak

tergantung pada

orang lain

Skala 1 Mampu melakukan pekerjaan

seperti sebelum sakit (tidak

ada kesulitan)

Perawatan diri, bekerja

di dalam dan di luar

rumah (mandiri)

Skala 2 Mampu melakukan pekerjaan

ringan sehari-hari di dalam

dan di luar rumah (sedikit

kesulitan)

Mulai mengurangi

aktivitas kerja

(pekerjaan kantor)

Page 10: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

10

Skala 3 Mampu melakuka perawatan

diri, tetapi mampu melakukan

pekerjaan ringan (beberapa

kesulitan)

Perawatan diri masih

bisa dilakukan, hanya

mampu melakukan

kerja ringan

Skala 4 Dalam keadaan tertentu,

masih mampu merawat diri,

namun sebagian besar

pekerjaan hanya duduk dan

berbaring (banyak kesulitan)

Tidak melakukan

aktivitas kerja,

tergantung pada

keluangan

Skala 5 Perwatan diri dilakukan orang

lain, tidak mampu berbuat

apa-apa, berbaring pasif

Tergantung pada

pelaku rawat

F. PENATALAKSANAAN

1. Personal Care

a. Initial Plan

Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium (darah lengkap) seperti

hemoglobin yang biasanya didapatkan hasil normal atau menurun jika

ada penyulit, leukosit biasanya leukopeni tetapi tidak menutup

kemungkinan normal atau bahkan meningkat, trombosit dapat noemal

atau menurun, LED meningkat, hitung jenis leukosit biasanya

didapatkan hasil neutropenia dengan limfositosis relatif, kultur

bakteriologis darah pada minggu pertama, feses pada minggu kedua,

dan urin pada minggu ketiga; kimia klinik seperti fungsi enzim hati

(AST dan ALT) dimana biasanya terjadi peningkatan, tes

immunoglobulin seperti PCR dan ELISA.

b. Medikamentosa

1) Infus RL 250 cc

2) Tiamfenikol 3x1

3) Paracetamol 3x1

4) Antacyd syrup 3x2 cth

Page 11: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

11

c. Non-medikamentosa

1) Istirahat total

2) Konsumsi makanan rendah serat

3) Kurangi aktifitas fisik yang berat.

4) Diet bubur halus

5) Jaga higeinitas

6) Jaga daya tahan tubuh.

d. KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)

1) Memberikan informasi mengenai penyakit demam tifoid, mulai

dari definisi, penyebab, faktor risiko, patofisiologi,

penatalaksanaan, komplikasi, dan prognosis.

2) Memberikan langkah-langkah dalam mencegah terjadinya demam

tifoid.

2. Family Care

a. Memberikan edukasi pada keluarga untuk ikut mendukung dalam

kontrol dan pengobatan pasien.

b. Adanya dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian penyakit

pasien, terutama dukungan moral.

3. Local Community Care

Memberikan edukasi mengenai penyakit demam tifoid dan cara

mengatasi/mencegahnya kepada masyarakat sekitar.

G. FOLLOW UP

Kamis, 1 November 2012

S : panas, mual, nyeri ulu hati, perut kembung dan sakit, badan terasa

lemas, serta tidak nafsu makan

O : Keadaan umum tampak lemah, mata cekung (-), air mata (+), mulut

kering (+), tidak tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik),

nyeri tekan epigastrium (+), lidah kotor (+)

VS : Tensi : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt, reguler

Page 12: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

12

Nadi : 78 x/mnt Suhu : 37° C

A : Suspek Demam Tifoid

P : IVFD RL 20 tetes per menit

Tiamfenikol 500 mg 3x1

Paracetamol 500 mg 3x1

Antacyd syrup 3x2 cth

Jum’at, 2 November 2012

S : pusing, lemas, dan perut masih sakit, sudah tidak mual, sudah tidak

demam

O : Keadaan umum tampak lemah, mata cekung (-), air mata (+), mulut

kering, tidak tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri

tekan epigastrium (+).

VS : Tensi : 100/70 mmHg RR : 16 x/mnt, reguler

Nadi : 88 x/mnt Suhu : 36° C

A : Suspek Demam Tifoid

P : Habiskan obat yang diberikan, hindari telat makan dan makanan yang

dapat memicu seperti makanan pedas dan asam, penderita dianjurkan

istirahat cukup.

Sabtu, 3 November 2012

S : pusing saat berjalan, lemas, sudah tidak mual, demam, dan sakit perut

O : Keadaan umum tampak baik, mata cekung (-), air mata (+), mulut

kering, tidak tampak haus, turgor kulit kembali cepat (<1 detik), nyeri

tekan epigastrium (+).

VS : Tensi : 100/90 mmHg RR : 16 x/mnt, reguler

Nadi : 74 x/mnt Suhu : 36° C

A : Suspek Demam Tifoid

P : Habiskan obat yang diberikan, hindari telat makan dan makanan yang

dapat memicu seperti makanan pedas dan asam, penderita dianjurkan

istirahat cukup.

Page 13: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

13

Kesimpulan :

Dari follow up yang telah dilakukan pada 1 November 2012, 2 November

2012, dan 3 November 2012 dapat disimpulkan pasien mengalami

perkembangan ke arah yang lebih baik dan keluhan juga sudah berkurang.

H. FLOW SHEET

Nama : Sdr. F

Diagnosis : Suspek Demam Tifoid

Flow Sheet

No Tgl ProblemT

mmHg

N

x/1’

R

x/1’ Planning Target

1. 5

November

2012

Sakit

perut

dan

lemas

110/60 74x/m 20x/m 1. Tiamfenikol

500 mg 3x1

2. Paracetamol

500 mg 3x1

3. Antacyd syrup

3x2 cth

Rasa

mual

hilang

2 11

November

2012

Sudah

tidak

ada

keluhan

110/70 80x/m 20x/m - Sembuh

Page 14: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

14

III. IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

Keluarga terdiri dari penderita (Sdr. F, 21 tahun), nenek (Ny. K,

60 tahun), paman dari bapak (Tn. D, 45 tahun), bibi dari bapak (Ny.S,

27 tahun), bibi dari bapak (Nn. Ku, 18 tahun), Sdr L yang merupakan

anak dari Ny. S (2,5 tahun), dan paman ipar suami dari Ny. S (Tn. A,

28 tahun). Keluarga termasuk keluarga besar (extended family) dimana

Tn. D sebagai kepala keluarga. Kedua orang tua Sdr. F tinggal di

Banjarnegara bersama adiknya. Sdr. F tinggal bersama neneknya sejak

selesai sekolah. Keluarga Sdr. F merupakan keluarga yang cukup

mengerti tentang kesehatan. Saat Sdr. F atau anggota keluarga

mengalami sakit, pasien langsung memeriksakan keadaannya ke dokter

atau ke Puskesmas.

2. Fungsi Psikologis

Hubungan pasien dan keluarga secara umum terjalin cukup baik,

hanya saja kepribadian pasien yang tertutup dan pendiam sehingga jika

ada permasalahan jarang menceritakan kepada keluarganya, tetapi kepada

teman terdekatnya. Pasien dan anggota keluarga lainnya jarang bertemu

karena sibuk bekerja sampai malam, hanya pada hari minggu semuanya

dapat berkumpul.

3. Fungsi Sosial

Sdr. F kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Karena

kesibukannya dalam bekerja, Sdr. F jarang mengikuti perkumpulan dengan

tetangga atau berorganisasi di lingkungan sekitarnya.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan Tn. D yaitu sekitar Rp

500.000,00 sebulan. Penghasilan ini tidak stabil dan dirasa masih kurang

Page 15: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

15

mencukupi untuk keperluan hidup sehari-hari. Oleh karena itu, pasien berseta

anggota keluarga lainnya ikut membantu keuangan keluarga.. Biaya

pengobatan pasien dan keluarga di Puskesmas menggunakan biaya umum

karena tidak memiliki kartu Jamkesmas.

Kesimpulan :

Sdr. F merupakan seorang karyawan pabrik yang bekerja dari jam 7 pagi

sampai jam 7 malam setiap hari senin sampai sabtu. Sdr. F tinggal bersama

neneknya sejak 2 tahun terakhir, setelah lulus dari sekolah. Hubungan

kekeluargaan cukup baik tetapi Sdr. F kurang terbuka kepada keluarga jika

mempunyai masalah. Sdr. F berasal dari kalangan ekonomi menengah ke

bawah. Penghasilan kepala keluarga dirasakan masih kurang untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari.

B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R

SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.

A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota

keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis

keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 =

baik.

ADAPTATION

Dalam menghadapi masalah selama ini penderita selalu jarang

menceritakannya kepada keluarga. Jika penderita menghadapi suatu masalah

selalu menceritakan kepada teman dekatnya.

PARTNERSHIP

Komunikasi terjalin satu sama lain, meskipun waktu kebersamaan dirasa

singkat. Namun, pada hari minggu keluarga semuanya berkumpul.

GROWTH

Pasien merasa bersyukur masih dapat mengurusi kebutuhan rumah

tangganya.

Page 16: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

16

AFFECTION

Pasien merasa hubungan kasih sayang dan interaksi dengan nenek, paman,

bibi, dan sepupunya berjalan dengan baik dan harmonis.

RESOLVE

Rasa kasih sayang yang diberikan kepada pasien cukup, baik dari keluarga

besar maupun dari saudara-saudara.

Nilai APGAR dari pasien

A.P.G.A.R Sdr.F Terhadap

Keluarga

Hampir

selalu

Kadang-

kadang

Hampir tidak

pernah

A Saya puas bahwa saya dapat

kembali ke keluarga saya bila saya

menghadapi masalah

Ö

P Saya puas dengan cara keluarga

saya membahas dan membagi

masalah dengan saya

Ö

G Saya puas dengan cara keluarga

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup

yang baru

Ö

A Saya puas dengan cara keluarga

saya mengekspresikan kasih

sayangnya dan merespon emosi

saya seperti kemarahan, perhatian

dll

Ö

R Saya puas dengan cara keluarga

saya dan saya membagi waktu

bersama-sama

Ö

Total poin = 7

Page 17: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

17

A.P.G.A.R Ny. K Terhadap

Keluarga

Hampir

selalu

Kadang-

kadang

Hampir tidak

pernah

A Saya puas bahwa saya dapat

kembali ke keluarga saya bila saya

menghadapi masalah

Ö

P Saya puas dengan cara keluarga

saya membahas dan membagi

masalah dengan saya

Ö

G Saya puas dengan cara keluarga

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup

yang baru

Ö

A Saya puas dengan cara keluarga

saya mengekspresikan kasih

sayangnya dan merespon emosi

saya seperti kemarahan, perhatian

dll

Ö

R Saya puas dengan cara keluarga

saya dan saya membagi waktu

bersama-sama

Ö

Total Poin =9

A.P.G.A.R Tn. D Terhadap

Keluarga

Hampir

selalu

Kadang-

kadang

Hampir tidak

pernah

A Saya puas bahwa saya dapat

kembali ke keluarga saya bila saya

menghadapi masalah

Ö

P Saya puas dengan cara keluarga

saya membahas dan membagi

masalah dengan saya

Ö

G Saya puas dengan cara keluarga Ö

Page 18: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

18

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup

yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga

saya mengekspresikan kasih

sayangnya dan merespon emosi

saya seperti kemarahan, perhatian

dll

Ö

R Saya puas dengan cara keluarga

saya dan saya membagi waktu

bersama-sama

Ö

Total Poin= 6

A.P.G.A.R Ny. S Terhadap

Keluarga

Hampir

selalu

Kadang-

kadang

Hampir tidak

pernah

A Saya puas bahwa saya dapat

kembali ke keluarga saya bila saya

menghadapi masalah

Ö

P Saya puas dengan cara keluarga

saya membahas dan membagi

masalah dengan saya

Ö

G Saya puas dengan cara keluarga

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup

yang baru

Ö

A Saya puas dengan cara keluarga

saya mengekspresikan kasih

sayangnya dan merespon emosi

saya seperti kemarahan, perhatian

dll

Ö

Page 19: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

19

R Saya puas dengan cara keluarga

saya dan saya membagi waktu

bersama-sama

Ö

Total poin= 9

A.P.G.A.R Nn. Ku Terhadap

Keluarga

Hampir

selalu

Kadang-

kadang

Hampir tidak

pernah

A Saya puas bahwa saya dapat

kembali ke keluarga saya bila saya

menghadapi masalah

Ö

P Saya puas dengan cara keluarga

saya membahas dan membagi

masalah dengan saya

Ö

G Saya puas dengan cara keluarga

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup

yang baru

Ö

A Saya puas dengan cara keluarga

saya mengekspresikan kasih

sayangnya dan merespon emosi

saya seperti kemarahan, perhatian

dll

Ö

R Saya puas dengan cara keluarga

saya dan saya membagi waktu

bersama-sama

Ö

Total poin= 7

A.P.G.A.R Tn. A Terhadap

Keluarga

Hampir

selalu

Kadang-

kadang

Hampir tidak

pernah

A Saya puas bahwa saya dapat

kembali ke keluarga saya bila saya

Ö

Page 20: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

20

menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga

saya membahas dan membagi

masalah dengan saya

Ö

G Saya puas dengan cara keluarga

saya menerima dan mendukung

keinginan saya untuk melakukan

kegiatan baru atau arah hidup

yang baru

Ö

A Saya puas dengan cara keluarga

saya mengekspresikan kasih

sayangnya dan merespon emosi

saya seperti kemarahan, perhatian

dll

Ö

R Saya puas dengan cara keluarga

saya dan saya membagi waktu

bersama-sama

Ö

Total poin= 6

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (7+9+6+9+7+6)/6

= 7,3

Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang

Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah

44, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 7,3. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam

keadaan sedang.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga Sdr. F dinilai dengan menggunakan

S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Page 21: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

21

Nilai SCREEM dari keluarga pasien

SUMBER PATOLOGI KET

Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan

saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan

kurang aktif.

+

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat

dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di

lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti.

Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.

-

Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini

dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan

sholat lima waktu.

-

Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, pendapatan hanya cukup

untuk memenuhi keburuhan primer kebutuhan sekunder masih

belum bisa terpenuhi.

+

Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Pendidikan dan

pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh

dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas.

+

Medical

Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan

pelayanan puskesmas dan tidak menggunakan kartu

Jamkesmas/ASKIN untuk berobat.

-

Keterangan :

a) Social (+) artinya keluarga Sdr. F belum berperan aktif dalam kegiatan

kemasyarakatan.

b) Cultural (-) artinya keluarga Sdr. F masih aktif dalam pergaulan sehari-

hari. Keluarga Sdr. F masih menganut tradisi jawa, hal ini terbukti

keluarga Sdr. F masih menggunakan bahasa jawa, tata krama dan

kesopanan.

c) Religion (-) artinya keluarga Sdr. F sudah memiliki pemahaman agama

yang cukup, hal tersebut dapat dilihat dari pemeliharaan shalat 5

Page 22: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

22

waktu.

d) Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong

rendah, namun untuk memenuhi kebutuhan primer sudah bisa

tercukupi.

e) Education (+) artinya keluarga Sdr. F kurang memiliki pengetahuan

yang cukup, khususnya mengenai permsalahan kesehatan dan

pentingnya pendidikan.

f) Medical (-) artinya dalam mencari pelayanan kesehatan pasien sudah

baik, yaitu dengan langsung mengunjungi Puskesmas terdekat, tidak

berobat ke dukun atau yang semisalnya.

Kesimpulan :

Dalam keluarga Sdr. F fungsi patologis yang positif adalah Fungsi Sosial,

Fungsi Ekonomi, dan Fungsi Edukasi.

D. GENOGRAM

Alamat : Karang Tengah RT/RW : 01/04

Kec : Kembaran

Kab : Banyumas

Prop : Jawa Tengah

Bentuk Keluarga : Extended Family

Page 23: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Tn D

Ny.S

Tn. A

Nn. Ku

23

Genogram Keluarga Sdr. F

Keterangan :

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal dalam satu rumah

Page 24: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Sdr F21 tahun

Ny S27 tahun

Nn. Ku18 tahun

Tn. D45 tahun

Sdr L2,5 tahun

Tn A28 tahun

Ny. K60 tahun

24

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Pola Interaksi Keluarga Sdr. F

Sumber : Data Primer, 5 November 2012

Keterangan : hubungan baik

Kesimpulan :

Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Sdr. F dinilai cukup

harmonis dan saling mendukung.

Page 25: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

25

IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku

Pasien mulai menderita demam 4 hari sebelum masuk Puskesmas.

Saat ini, dikeluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.

Pasien tinggal di daerah pedesaan dengan kepadatan penduduk yang padat.

Rumah pasien memiliki jamban sendiri hanya jarak antara septic tank

dengan sumber air berjarak ± 5 meter.

Pasien mempunyai kebiasaan makan makanan pedas dan asam,

serta senang memanjangkan kuku. Makanan yang dikonsumsi setiap

harinya terkadang membeli di depan tempat kerjanya yang berada di

pinggir jalan tanpa memperhatikan kebersihan makanan tersebut. Sebelum

demam, pasien mengkonsumsi makanan pedas.

Perilaku di dalam keluarga ini sebagian besar dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan pada anggota keluarga, terutama perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan. Keluarga ini menyadari arti penting kesehatan, namun

belum memiliki standar hidup sehat. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan

ekonomi pasien dan keluarga, serta pengetahuan yang ala kadarnya di bidang

kesehatan. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila

mereka sakit, mereka menjadi tidak dapat bekerja lagi sehingga otomatis

pendapatan keluarga akan berkurang. Keluarga ini meyakini bahwa

sakitnya disebabkan oleh kebiasaan telat makan. Pasien juga memiliki sifat

tertutup dan cenderung menyimpan masalahnya sendiri atau bercerita

kepada temannya.

2. Faktor Non Perilaku

Dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga ekonomi bawah.

Kebutuhan ekonomi keluarga sehari-hari dipenuhi oleh Tn. D selaku

kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh angkut pasir tetapi karena

dirasakan kurang maka anggota keluarga lain pun membantu untuk

Page 26: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

26

memenuhi kebutuhan .

Rumah pasien berada di daerah pegunungan. Rumah yang dihuni

keluarga ini tidak termasuk rumah sehat dikarenakan sirkulasi udara

kurang yang menyebabkan udara di dalam rumah lembab. Jarak septic

tank dengan sumber air tidak memenuhi kriteria sehat, yaitu ± 5 meter.

Kemudian, dapur di rumah pasien menggunakan tungku kayu bakar tanpa

cerobong asap. Selain itu jarak antara rumah pasien dengan pelayanan

kesehatan terdekat cukup jauh. Waktu yang ditempuh untuk ke Puskesmas

sekitar 30 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Anggota keluarga dalam satu rumah termasuk pada pendidikan

rendah yaitu SD-SMP. Hal ini menyebabkan pengetahuan dan kesadaran

dari keluarga pasien mengenai kesehatan menjadi kurang. Orang tua

pasien tidak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien dan apa

yang harus dilakukan pada saat pasien sakit.

Page 27: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Keluarga Sdr. F

Pengetahuan :

Keluarga kurang mengetahui penyakit penderita

Lingkungan:

Lingkungan rumah lembab, sumber air dekat dengan septic tank

Pelayanan Kesehatan:

Jika sakit berobat ke dokter dan puskesmas tetapi jarak pelayanan kesehatan dengan rumah cukup jauh

Komunikasi:Pasien adalah anak yang tertutup. Pasien jarang bercerita mengenai masalahnya kepada keluarga

Tindakan:Kebiasaan pasien yang senang memanjangkan kuku serta makan makanan pedas dan asam serta tidak memperhatikan kebersihan makanan tersebut

Sikap:Kesadaran pasien akan kesehatan kurang

27

Faktor Perilaku dan Non Perilaku

: Faktor Perilaku

: Faktor Non Perilaku

Page 28: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

PEKARANGAN

sumurwc

Kamar 1

Kamar 2

Kamar 3

dapurTempat makan

Septic tank

Ruang keluarga+tv

Ruang tamu

28

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 7x5 m2. Rumah

pasien dekat dengan rumah tetangganya. Memiliki pekarangan rumah.

Rumah ini mempunyai 1 lantai dan terdiri dari ruang tamu, 3 kamar tidur,

1 kamar mandi, dapur tempat makan. Atap rumah memakai bambu dan

bagian dalam. Jendela rumah ditutup dengan kaca dan menggunakan

gorden.

2. Denah Rumah

Kolam ikan

PEKARANGAN

Page 29: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Rumah tidak memenuhi kriteria sehat

Rumah Sdr. F jauh dari tempat pelayanan kesehatanKeluarga Sdr. F kurang mengerti akan penyakit demam tifoid

Kebiasaan makan makanan pedas dan asam serta memanjangkan kuku

Sdr. F 21 tahun dengan suspek demam tifoid

Sdr. F cenderung pendiam dan tertutup

Ekonomi keluarga menengah ke bawah

29

V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. Masalah medis :

Suspek Demam Tifoid

B. Masalah non medis :

1. Sdr. F dan keluarga kurang pengetahuan mengenai penyakit demam tifoid.

2. Kondisi rumah Sdr. F ventilasi dan sirkulasi, dapur masih menggunakan

tungku dan jarak sumber air dengan septic tank berdekatan yaitu ± 5 meter.

3. Pasien memiliki sifat cenderung pendiam dan menyimpan masalahnya

sendiri.

4. Masalah kehidupan terutama ekonomi rumah tangga (ekonomi menengah

ke bawah).

5. Rumah pasien jauh dari tempat pelayanan kesehatan.

6. Kebiasaan pasien yang senang dengan makanan pedas dan asa serta senang

memanjangkan kuku yang menjadi tempat berkembangbiaknya kuman.

C. Diagram Permasalahan Pasien

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor risiko yang ada dalam kehidupan pasien).

Diagram Permasalahan Pasien

Page 30: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

30

D. Matrikulasi Masalah

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul,

1996).

Matrikulasi Masalah

No. Daftar Masalah I T R Jumlah

IxTxR

P S SB Mn Mo Ma

1. Sdr. F dan keluarga kurang

pengetahuan mengenai

penyakit demam tifoid.

3 3 4 5 5 4 3 600

2. Rumah tidak memenuhi

kriteria sehat

4 4 4 3 2 1 3 216

3. Pasien memiliki sifat

cenderung pendiam dan

tertutup

2 2 3 2 3 3 2 116

4. Ekonomi rumah tangga

(ekonomi menengah ke

bawah).

2 2 3 3 3 4 3 210

5 Kebiasaan makan makanan

pedas dan asam serta

memanjangkan kuku

4 5 3 5 3 3 4 600

6 Rumah jauh dari tempat

pelayanan kesehatan

2 2 3 3 3 3 3 252

Keterangan :

I : Importancy (pentingnya masalah)

P : Prevalence (besarnya masalah)

S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T : Technology (teknologi yang tersedia)

R : Resources (sumber daya yang tersedia)

Page 31: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

31

Mn: Man (tenaga yang tersedia)

Mo: Money (sarana yang tersedia)

Ma : Material (pentingnya masalah)

Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat penting

E. Prioritas Masalah

Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga

Sdr. F adalah sebagai berikut :

a. Sdr. F dan keluarga kurang pengetahuan mengenai penyakit demam tifoid.

b. Kebiasaan makan makanan pedas dan asam serta memanjangkan kuku

c. Rumah jauh dari tempat pelayanan kesehatan

d. Rumah tidak memenuhi kriteria sehat

e. Ekonomi rumah tangga (ekonomi menengah ke bawah).

f. Pasien memiliki sifat cenderung pendiam dan tertutup

Kesimpulan :

Prioritas masalah yang diambil adalah Sdr. F dan keluarga mempunyai

pengetahuan yang kurang mengenai penyakit demam tifoid.

F. Rencana Pembinaan Keluarga

1. Tujuan

Tujuan Umum

Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita lebih

memahami mengenai pengetahuan keluarga mengenai demam tifoid.

Tujuan Khusus :

Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita

dapat:

Page 32: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

32

a. Mengetahui tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, kegunaan

dan efek samping obat, dan cara mencegah penyakit demam tifoid.

b. Mengetahui tentang pentingnya peran keluarga dalam perjalanan

penyakit demam tifoid dan cara pola hidup sehat.

c. Mengetahui cara perawatan pasien dengan penyakit demam tifoid.

Materi

Materi yang diberikan kepada pasien dan keluarga berupa pengetahuan

mengenai demam tifoid dalam bentuk diskusi dan edukasi mengenai

pengertian, penyebab, tanda dan gejala, kegunaan dan efek samping obat,

dan cara mencegah penyakit demam tifoid . Sasaran dari pembinaan ini

adalah pasien dan keluarganya.

2. Cara Pembinaan

Pembinaan dilakukan di rumah pasien pada tanggal 11 November

2012. Pembinaan dilakukan dengan cara diskusi dan memberikan edukasi

pada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan

yang disampaikan dapat diterima.

3. Sasaran Individu

Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya.

4. Target Waktu

1. Hari : Minggu

2. Tanggal : 11 November 2012

3. Tempat : Desa Karang Tengah RT1 RW4 Kembaran

4. Waktu : 13:00 WIB

5. Cara Evaluasi

Evaluasi dengan melakukan sesi tanya jawab dengan pasien dan keluarga.

Page 33: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

33

VI. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikrobiologi Salmonella Typhi

Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi,

s. Paratyphi A, dan S. Paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang

lain. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cenderung untuk menjadi lebih

berat daripada bentuk infeksi salmonella yang lain (Cleary, 2008).

Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil,

tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Organisme salmonella tumbuh

secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan

spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan

sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit.

Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama

beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam

sampah, bahan makanan kering, dan bahan tinja (Cleary, 2008).

Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella H. Antigen

O adalah komponen lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas

sedangkan antigen H adalah protein labil panas (Rampengan dan Laurent,

1993).

1. Antigen O

Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.

Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap

pemanasan 100°C selama 2–5 jam, alkohol dan asam yang encer

(Rampengan dan Laurent, 1993).

2. Antigen H

Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S.

typhi dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1

tunggal yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak

aktif pada pemanasan di atas suhu 60°C dan pada pemberian alkohol atau

asam (Rampengan dan Laurent, 1993).

B. Patofisiologi Demam Tifoid

Page 34: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

34

HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat

masuknya Salmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp

masuk bersama-sama cairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi

daya hambat terhadap mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya

hambat HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung,

sehingga Salmonella spp lebih mudah masuk ke dalam usus penderita.

Salmonella spp kemudian memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat di

dalam lapisan mukosa atau submukosa usus, bereplikasi dengan cepat untuk

menghasilkan lebih banyak Salmonella spp (Sudoyo dkk, 2006).

Setelah itu, Salmonella spp memasuki saluran limfe dan akhirnya

mencapai aliran darah. Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita.

Dengan melewati kapiler-kapiler yang terdapat dalam dinding empedu atau

secara tidak langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu,

maka bakteria dapat mencapai empedu yang larut disana. Melalui empedu

yang infektif terjadilah invasi ke dalam usus untuk kedua kalinya yang lebih

berat daripada invasi tahap pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi

yang luas pada jaringan limfe usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi

jelas. Demam tifoid merupakan salah satu bekteremia yang disertai oleh

infeksi menyeluruh dan toksemia yang dalam. Berbagai macam organ

mengalami kelainan, contohnya sistem hematopoietik yang membentuk darah,

terutama jaringan limfoid usus kecil, kelenjar limfe abdomen, limpa dan

sumsum tulang (Sudoyo dkk, 2006).

Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosis

superfisial yang disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama

disebabkan oleh sumbatan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia

sel limfoid (disebut sel tifoid). Mukosa yang nekrotik kemudian membentuk

kerak, yang dalam minggu ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang

berbentuk bulat atau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus sejajar

dengan sumbu usus. Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang

jika submukosa terkena, dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus

bahkan dapat mencapai membran serosa (Sudoyo dkk, 2006).

Page 35: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

35

Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk

ulkus, maka perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus.

Kedua komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan

penyebab yang paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam

tifoid. Meskipun demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai

dengan beratnya ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam

tifoid yang berat sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi

menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahan

usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada

serangan demam tifoid yang ringan dapat terjadi baik perdarahan maupun

perforasi (Sudoyo dkk, 2006).

Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih

tetap mengandung kuman Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka

penderita merupakan urinary karier penyakit tersebut (Sudoyo dkk, 2006).

Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung membesar dan

melunak. Anak-anak dapat mengalami perikarditis tetapi jarang terjadi

endokaritis. Tromboflebitis, periostitis dan nekrosis tulang dan juga bronkhitis

serta meningitis kadang-kadang dapat terjadi pada demam tifoid (Sudoyo dkk,

2006).

C. Gejala Klinis Demam Tifoid

Perbedaan antara demam tifoid pada anak dan dewasa adalah

mortalitas (kematian) demam tifoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan

dengan dewasa. Risiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada

anak besar dengan gejala klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa. Demam

tifoid pada anak terbanyak terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan

mempunyai gejala klinis ringan ataupun tanpa gejala (asimptomatik)

(Rampengan dan Laurent, 1993).

Masa inkubasi rata-rata bervariasi 7-20 hari. Inkubasi terpendek 3 hari

dan terlama 60 hari. Lamanya masa inkubasi berkorelasi dengan jumlah

kuman yang ditelan, keadaan umum atau status gizi serta status imunologis

pasien. Walaupun gejala demam tifoid ini bervariasi namun secara garis besar

dapat dikelompokan, antara lain (Rampengan dan Laurent, 1993):

Page 36: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

36

- Demam satu minggu atau lebih;

- Gangguan pencernaan; dan gangguan kesadaran.

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai infeksi akut

pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah,

demam tifoid, dan konstipasi. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu

badan yang meningkat. Setelah minggu kedua maka gejala dan tanda klinis

makin jelas, berupa demam remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa,

perut kembung, mungkin disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai

dengan yang berat (Rampengan dan Laurent, 1993; 1997).

Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti

orang dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa stepwise

pattern, dapat pula mendadak tinggi dan remiten (39-41◦C) serta dapat juga

bersifat ireguler terutama pada bayi dan tifoid kongenital (Rampengan dan

Laurent, 1997).

Lidah tifoid terjadi beberapa hari setelah panas meninggi dengan

tanda-tanda antara lain lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian

belakang tampak lebih pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Bila

penyakit makin progresif akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papila lebih

prominem (Rampengan dan Laurent, 1993).

Roseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal

minggu kedua. Merupakan nodul kecil menonjol dengan diameter 2-4 cm,

berwarna merah pucat, serta hilang pada penekanan. Roseola ini merupakan

emboli kuman dimana di dalamnya mengandug kuman salmonella dan

terutama didapatkan di daerah perut, dada, dan kadang-kadang daerah pantat

maupun bagian flexor lengan atas (Darmowandowo, 2002).

Limpa pada umumnya sering membesar dan sering ditemukan pada

akhir minggu pertama dan harus dibedakan dengan pembesaran oleh karena

malaria. Pembesaran limpa pada tifoid tidak progresif dengan kosistensi lebih

lunak (Darmowandowo, 2002).

D. Penegakan Diagnosis Demam Tifoid

Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis

yang diperkuat oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Pemeriksaan

Page 37: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

37

Laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, urinalis, kimia klinik,

imunoreologi, mikrobiologi, dan biologi molekular. Pemeriksaan ini ditujukan

untuk membantu menegakkan diagnosis, menetapkan prognosis, memantau

perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta timbulnya penyulit (Risky dan

Ismoedijanto, 2008).

1. Hematologi

Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit

perdarahan usus atau perforasi. Hitung leukosit sering rendah

(leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi.

Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.

LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat

Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia) (Risky dan

Ismoedijanto, 2008).

2. Urinalisis

Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)

Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi

penyulit (Risky dan Ismoedijanto, 2008).

3. Kimia Klinik

Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran

peradangan sampai hepatitis Akut (Risky dan Ismoedijanto, 2008).

4. Imunorologi

Tes Widal

Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya

antibodi (di dalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi atau

paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang masih amat popular

dan paling sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis

seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapitd test) hasilnya dapat segera

diketahui. Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu

antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile agglutinin (Puspa dkk, 2005).

Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat

memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat

disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah mendapatkan vaksinasi,

Page 38: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

38

reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi

anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil

negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah

mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1

minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit

imunologik lain (Puspa dkk, 2005).

Diagnosis Demam Tifoid atau Paratifoid dinyatakan bila titer O =

1/160, bahkan mungkin sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi

mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia. Titer O

meningkat setelah akhir minggu 1. Melihat hal-hal di atas maka

permintaan tes widal ini pada penderita yang baru menderita demam

beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif (positif) maka kemungkinan

besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontak

sebelumnya (Puspa dkk, 2005).

Elisa Salmonella typhi atau paratyphi lgG dan lgM

Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang

dianggap lebih sensitif dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk

mendeteksi Demam Tifoid atau Paratifoid. Sebagai tes cepat (Rapid Test)

hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid atau

Paratyphoid dinyatakan apabila lgM positif menandakan infeksi akut dan

jika lgG positif menandakan pernah kontak atau pernah terinfeksi atau

reinfeksi atau daerah endemik (Puspa dkk, 2005).

5. Mikrobiologi

Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)

Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan

Demam Typhoid atau paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif

maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid atau Paratifoid. Sebalikanya

jika hasil negatif, belum tentu bukan Demam Tifoid atau Paratifoid, karena

hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu

antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2mL), darah tidak

segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalam

spuit sehingga kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan

Page 39: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

39

darah masih dalam minggu pertama sakit, sudah mendapatkan terapi

antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi (Risky dan Ismoedijanto,

2008).

Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui

karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2 -

7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari).

Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah darah,

kemudian untuk stadium lanjut atau carrier digunakan urin dan tinja

(Risky dan Ismoedijanto, 2008).

6. Biologi molekular

PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak

dipergunakan. Pada cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman yang

kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji

ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit

(sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen

yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta

jaringan biopsi (Risky dan Ismoedijanto, 2008).

E. Diagnosis Banding

1. Dengue Fever

Dengue fever adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, dan atau nyeri sendi

yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trobositopenia, dan diuresis

hemoragi (Sudoyo dkk, 2006).

Pada umumnya pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari,

yang diikuti dengan fase kritis selama 2-3 hari. Pada waktu fase ini pasien

sudah tidak demam, akan tetapi mempunyai resiko untuk terjadi renjatan

jika mendapat pengobatan tidak adekuat (Sudoyo dkk, 2006).

F. Upaya Pencegahan Demam Tifoid

Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum

dan khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan

higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat

menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan

Page 40: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

40

pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang

masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi.

Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual

(keliling) minuman/makanan (Rampengan dan Laurent, 1993).

Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah

vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi.

Yang kedua adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan

secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan,

vaksin tifoid hanya direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke

tempat-tempat yang demam tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan

penderita karier tifoid dan pekerja laboratorium (Rampengan dan Laurent,

1993).

Vaksin tifoid yang diinaktivasi (per injeksi) tidak boleh diberikan

kepada anak-anak kurang dari dua tahun. Satu dosis sudah menyediakan

proteksi, oleh karena itu haruslah diberikan sekurang-kurangnya 2 minggu

sebelum berpergian supaya memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja.

Dosis ulangan diperlukan setiap dua tahun untuk orang resiko tinggi

(Rampengan dan Laurent, 1993).

Vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) tidak boleh diberikan kepada

anak-anak kurang dari 6 tahun. Empat dosis yang diberikan dua hari secara

terpisah diperlukan untuk proteksi. Dosis terakhir harus diberikan sekurang-

kurangnya satu minggu sebelum bepergian supaya memberikan waktu kepada

vaksin untuk bekerja. Dosis ulangan diperlukan setiap 5 tahun untuk orang-

orang yang masih memiliki resiko terjangkit (Rampengan dan Laurent, 1993).

Ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid atau

harus menunggu. Yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid diinaktivasi

(per injeksi) adalah orang yang memiliki reaksi yang berbahaya saat diberi

dosis vaksin sebelumnya, maka ia tidak boleh mendapatkan vaksin dengan

dosis lainnya. Orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid yang

dilemahkan (per oral) adalah : orang yang mengalami reaksi berbahaya saat

diberi vaksin sebelumnya maka tidak boleh mendapatkan dosis lainnya, orang

yang memiliki sistem imunitas yang lemah maka tidak boleh mendapatkan

Page 41: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

41

vaksin ini, mereka hanya boleh mendapatkan vaksin tifoid yang diinaktifasi,

diantara mereka adalah penderita HIV/AIDS atau penyakit lain yang

menyerang sistem imunitas, orang yang sedang mengalami pengobatan

dengan obat-obatan yang mempengaruhi sistem imunitas tubuh semisal steroid

selama 2 minggu atau lebih, penderita kanker dan orang yang mendapatkan

perawatan kanker dengan sinar X atau obat-obatan. Vaksin tifoid oral tidak

boleh diberikan dalam waktu 24 jam bersamaan dengan pemberian antibiotik.

Suatu vaksin, sebagaimana obat-obatan lainnya, bisa menyebabkan

problem serius seperti reaksi alergi yang parah. Resiko suatu vaksin yang

menyebabkan bahaya serius atau kematian sangatlah jarang terjadi. Problem

serius dari kedua jenis vaksin tifoid sangatlah jarang. Pada vaksin tifoid yang

diinaktivasi, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah : demam (sekitar 1 orang

per 100), sakit kepada (sekitar 3 orang per 100) kemerahan atau

pembengkakan pada lokasi injeksi (sekitar 7 orang per 100). Pada vaksin

tifoid yang dilemahkan, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah demam atau

sakit kepada (5 orang per 100), perut tidak enak, mual, muntah-muntah atau

ruam-ruam (jarang terjadi) (Rampengan dan Laurent, 1993).

G. Managemen Penatalaksanaan Demam Tifoid

1. Pengobatan kausal

a. kloramfenikol/ tiamfenikol 100 mg/ kgBB/ hari dibagi 3-4 dosis

selama 10 hari

b. kotrimoksasol dengan dasar trimetropin 8-10 mg/kgBB/ hari aau

sulfameoksasol 40-50 mg/kgBB/hari selama 7 hari

c. amoksisilin 100mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis selama 14-21

hari

d. sefriakson 80 mg/kgBB/hari selama 7 hari

e. sefiksim 15-20 mg/kgBB/hari selama 10 hari

2. Memperbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit atasi dehidrasi,

hipoglikemi

3. Pengobatan suportif : roboronsia

4. Pengobatan dietetik tergantung kondisi penderita bila perlu makanan

lunak/ cair mudah dicerna tinggi kalori dan protein

Page 42: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

42

5. Tirah baring bila perlu isolasi penderita

6. Pada kasus berat deksametason 1-3 mg/kgBB/ hari dengan antibiotik yang

sesuai

7. Transfusi darah sesuai keperluan (Sudoyo dkk, 2006).

Page 43: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

43

VII. PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Aspek Personal

Pasien mengeluh panas yang hilang timbul dan sudah berlangsung selama

4 hari.

Idea : pasien berpendapat bahwa penyakit yang dialaminya dapat

segera disembuhkan.

Concern : pasien mengaku merasa lemas dan pusing dan hanya

mampu berbaring/istirahat, sehingga tidak bisa beraktivitas

(produktivitas menurun).

Expectacy : pasien mempunyai harapan segera sembuh dari penyakitnya.

Anxiety : Pasien takut akan kondisi kesehatannya. Kedaan ini sangat

mengganggu aktivitas sehari-hari terutama dalam pekerjannya

di pabrik.

2. Aspek Klinis

Diagnosis : Demam tifoid

Diff diagnosis : dengue fever, Infeki Saluran Kemih

Gejala klinis : demam, mual, perut sakit dan kembung, pusing,

lemas, nafsu makan menurun

3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu

a. Kebiasaan pasien senang makan makanan yang pedas dan asam serta

jajan di pinggir jalan.

b. Kebiasaan pasien yang senang memanjangkan kuku menjadi tempat

berkembangnya mikroorganisme.

4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu

a. Sumber air yang digunakan di rumah pasien berdekatan dengan septik

tank, yaitu ± 5 meter.

b. Pendidikan anggota keluarga lain tergolong rendah, yaitu SD dan SMP.

c. Alat memasak di rumah masih menggunakan tungku kayu bakar.

Page 44: KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

44

B. Saran

1. Promotif : Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit demam tifoid.

2. Preventif : meningkatkan higienitas makanan dan sanitasi lingkungan

sekitar

3. Kuratif : pasien minum obat dengan teratur.

4. Rehabilitatif : Penyesuaian aktivitas sehari-hari serta dukungan keluarga

dalam proses kesembuhan pasien.