TUGAS DEMOGRAFI
-
Upload
ranu-stath -
Category
Documents
-
view
287 -
download
7
Transcript of TUGAS DEMOGRAFI
MORTALITAS
5.1 Introduksi
Seperti diketahui tiga abad terakhir ini ditandai dengan peristiea demografis yang sangat
menonjol yaitu pertambahan jumlah penduduk yang belum pernah terjadi pada masa lampau
sebagai akibat turunnya angka kematian yang mencolok. Meskipun demikian penurunan angka
kematian ini masih belum terjadi secara merata pada semua kelompok umur di dunia.
Di Australia mulai tahun 1905 sampai tahun 1961 harapan hidup untuk pria telah
bertambah 13 tahun, yaitu dari 55 menjadi 68 tahun, sedangkan untuk wanita mengalami
kenaikan 15 tahun, yaitu dari 59 tahun menjadi 74 tahun. Hampir semua peningkatan itu terjadi
di bawah umur 45 tahun, dan kenyataannya untuk wanita malah lebih memuaskan
dibandingkan dengan pria. Selama periode itu pula harapan hidup pada umur 60 tahun untuk
wanita telah bertambah 1,2 tahun, yaitu dari 14,4 tahun menjadi 15,6 tahun, sedangkan untuk
pria malah mencapai 3,3 tahun yaitu dari 16,2 tahun menjadi 19,5 tahun. Walaupun mortalitas
menurun dalam jangka panjang, tetapi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir telah terjadi
perkembangan yang penting yaitu meningkatnya mortalitas pria yang berumur 45 tahun ke
atas. Kecenderungan seperti ini berlaku pula di hampir semua kelompok negara yang sedang
berkembang.
Sejak tahun 1940 negara-negara berkembang mengalami penurunan mortalitas yang
cukup menggembirakan. Misalnya di Mauritius mulai tahun 1942 - 1946 sampai tahun 1961 -
1963 harapan hidup untuk pria telah meningkat dari 32 menjadi 59 tahun, dan untuk wanita
dari 34 tahun menjadi 62 tahun. Meskipun pada umumnya mortalitas wanita secara
keseluruhan lebih rendah, tetapi keadaan ini tidak berlaku untuk semua umur di beberapa
Negara. Di beberapa Negara yang sedang berkembang mortalitas wanita malah lebih tinggi
dibandingkan dengan pria yang berumur 1 – 4 tahun, dan juga untuk wanita pada puncak masa
usia melahirkan.
Fakta tersebut memang cukup menarik apabila ditinjau dari segi permasalahan itu
sendiri. Namun kalau dikaji lebih lanjut yang lebih penting lagi ialah karena fakta itu merupakan
pertanda bahwa beberapa kelompok penduduk telah mengalami perubahan. Fakta tersebut
menunjukkan kecenderungan maupun perbedaan dan kesamaan yang dalam jamgka panjang
justru dapat dijadikan bahan pemikiran untuk mencapai sasaran dalam memperpanjang masa
kehidupan manusia di semua Negara. Berdasarkan data itu dapat diketahui secara tepat daerah
mana yang harus segera diteliti dari segi medis dan ilmiah maupun diberikan pelayanan di
bidang kesehatan masyarakat yang lebih baik. Sampai sebegitu jauh terdapat beberapa alasan
mengapa pengukuran mortalitas harus dilakukan secara akurat. Misalnya, para petugas yang
mempunyai taggung jawab untuk mempertimbangkan bahaya yang akan terjadi (actuaries)
selalu memerlukan angka kematian untuk dapat mementukan jumlah premi asuransi jiwa,
demikan pula para ahli demografi memerlukan angka kematian yang tepat sebagai bahan
penyusunan proyeksi kependudukan.
5.2 Studi Sebab Kematian
Salah satu tabulasi yang penting berisi statistik kematian yang disusun oleh hampir
semua Negara ialah tabulasi untuk setiap kelompok kematian menurut umur jenis kelamin yang
diklarisifikasikan berdasarkan sebab kematian. Sebab kematian yang dipergunakan untuk
keperluan statistik harus merupakan suatu kopnsep statistik karena surat keterangan kematian
yang dikeluarkan berdasarkan informasi itu sangat diperlukan untuk menentukan sebab
kematian yang pertama, kedua maupun sebab sebab yang lain, meskipun yang digunakan untuk
keperluan statistik hanya satu sebab saja. Hampir semua negara telah menggunakan suatu
peraturan standar internasional untuk menentukan suatu sebab kematian meskipun kenyataan
menunjukkan bahwa kematian dapat diakibatkan oleh kombinasi beberapa sebab. Tujuan
peraturan standar itu tidak lain ialah untuk mencapai keseragaman serta mempermudah
penyusunan perbandingan internasional. Dalam ranhka membantu tujuan tersebut, oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) telah disusun dan diterbitkan
Internasional Classification mengenai 1000 kelompok penyakit dan sebab kematian. Untuk lebih
menyederhanakan dam meringkas permasalahannya, daftar yang panjang dan lengkap itu
seringkali disingkat menjadi 50 kelompok utama sebab kematian. Daftar tersebut senantiasa
dapat diperbaiki secara teratur, dan revisi yang kedelapan dan terakhir dilakukan pada tahun
1965.
Para ahli disarankan untuk berhati-hati dalam menyusun perbandingan angka kematian
berbagai negara, terutama mengenai perbandingan angka kematian yang terjadi pada saat yang
berbeda. Berubahnya pedoman untuk menentukan penyebab kematian yang diperlukan untuk
kepentingan statistik akan menyebabkan kecenderungan angka kematian yang diakibatkan oleh
suatu sebab tertentu akan mengalami perubahan pula. Di samping itu berbahayanya
kecenderungan dapat juga disebabkan oleh peningkatan di bidang bantuan diagnostik dan
pengetahuan pengobatan. Misalnya, perkembangan radiologi telah dapat membantu
penyelidikan terhadap penyakit gastric dan bisul duodenal, begitu pula bertambahnya
penegetahuan tentang peningkatan mortalitas yang disebabkan oleh penyakit tersebut
merupakan hasil diagnosa yang lebih tepat. Selain itu prosedur pemberian surat keterangan
kematian dan kebiasaan pelayanan medis ,aupun kualitas serta ketepatan data di masing-
masing negara dari waktu ke waktu senantiasa berbeda, semua ini akan banyak membawa
pengaruh terhadap angka kematian yang sedang diselidiki.
5.3 Angka Kematian Dan Rasio Khusus Menurut Sebab Kematian
Apabila jumlah seluruh kematian yang terjadi dalam suatu periode tertentu
diklassifikasikan menurut sebab kematian, proporsi jumlah seluruh kematian yang diakibatkan
oleh sebab khusus dinamakan rasio kematian khusus menurut sebab kematian (cause specific
death ratio). Misalnya, pada tahun 1964 di Australia terjadi 100.594 kematian, dan 3.722 di
antaranya diklasifikasikan menurut sebab penyakit pneumonia. Berdasarkan data rasio tersebut
kematian khusus menurut sebab kematian untuk pneumonia ialah 3.722
100.594 = 0,037. Dengan
demikian rasio tersebut merupakan petunjuk bahwa di suatu negara tertentu terdapat satu
sebab kematian khusus relative. Meskipun di dalam bab 5.2 sudah diberikan beberapa
kualifikasi, tetapi rasio kematian khusus menurut sebab kematian untuk berbagai negara pada
awal tahun 1960 seperti yang disajikan dalamn tabel 5.1 memeberi petunjuk tentang pola
penyakit yang berbeda.
TABEL 5.1
RASIO KEMATIAN KHUSUS DI BEBERAPA NEGARA
Negara
Sebab kematian
Kecelakaan Penyakit
jantung
Neo
plasma Pneumonia Tuberculosis
Australia (1964)
Amerika Serikat (1964)
Inggris dan Wales (1964)
Singapura (1963)
India (1961)
Meksiko (1963)
0,059
0,058
0,035
0,042
0,049
0,042
0,372
0,389
0,325
0,097
0,066
0,037
0,153
0,164
0,199
0,133
0,039
0,037
0,037
0,032
0,055
0,073
0,210
0,131
0,004
0,005
0,004
0,065
0,071
0,023
Sumber : United Nation’s Demographic Year Book, 1965
Meskipun demikian selama ini sudah menjadi kebiasaan untuk menghitung angka
kematian khusus menurut sebab kematian. Dalam hal ini jumlah kematian yang diakibatkan
oleh sebab tertentu selama tahun itu harus dibagi debgan jumlah seluruh penduduk
pertengahan tahun, dan angka yang diperoleh biasanya dinyatakan per 100.000 penduduk.
Misalnya, di Australia pada tahun 1964 terdapat 3.722 kematian yang diakobatkan oleh
pneumonia, dan perkiraan jumlah penduduk pada waktu itu ialah 11.136.000 jiwa, dari
perkiraan jumlah penduduk tersebut dapat disusun angka kematian khusus menurut sebab
penyakit pneumonia, yaitu 3.722
11.136.000= 0,000334 atau 33,4 kematian per 100.000 orang.
Penyebut yang digunakan untuk angka tersebut harus jumlah seluruh penduduk dan tidak
hanya penduduk yang menderita penyakit tertentu. Nilai yang terakhir ini memang dapat
dipandang sebagai perkiraan yang memadai mengenai penduduk yang menghadapi resiko,
tetapi kenyataannya nilai tersebut tidak tersedia. Angka kematian khusus menurut sebab
penyakit per 100.000 orang di beberapa negara selama beberapa tahun diberikan dalam tabel
5.2. Perbedaan yang significant memang tampak jelas, tetapi untuk kesekian kalinya perlu
diingatkan agar nilainya ditafsirkan secara hati-hati.
TABEL 5.2
ANGKA KEMATIAN KHUSUS MENURUT SEBAB KEMATIAN DI BEBERAPA NEGARA
Negara
Sebab kematian
Kecelakaan Penyakit
jantung
Neo
plasma
Pneu
monia TBC
Semua
sebab
Australia (1964)
Amerika Serikat (1964)
Inggris dan Wales (1964)
Singapura (1963)
India (1961)
Meksiko (1963)
53,6
54,2
39,4
24,1
57,6
45,4
336,3
365,5
367,0
55,9
76,9
40,2
137,9
153,9
224,1
76,6
45,0
39,5
33,4
30,2
62,3
42,2
245,5
140,3
3,7
4,3
5,3
37,6
82,7
25,1
903,4
939,6
1128,1
575,4
1166,3
1047,6
Sumber : United Nation’s Demographic Year Book, 1965
Dari hasil analisa mengenai angka kematian khusus menurut sebab kematian dan rasio
kematian khusus menueut sebab kematian tampak jelas bahwa turunnya mortalitas benar-
benar disebabkan oleh turunnya jumlah dan proporsi kematian karena penyakit infeksi dan
parasit. Dengan demikian proporsi kematian karena kanker dan penyakit peredaran darah dan
degenerative lainnya akan juga meningkat.
Dalam hal itu perlu diperhatikan pula bahwa angka kematian khusus menurut sebab
kematian dan rasio kematian khusus menurut sebab kematian biasanya tidak didasarkan atas
umur dan/atau jenis kelamin. Berdasarkan pengertian itu kematian pria dan wanita
dikombinasikan seperti juga kematian orang-orang yang masih muda dan tua. Meskipun dua
angka kematian khusus menurut sebab kematian mungkin sama, tetapi dari sudut pandang
ekonomis akan jauh lebih penting dibandingkan dengan yang lain karena angka pertama
terutama akan mempengaruhi orang-orang yang masih muda. Pengaruh yang disebabkan
karena distribusi umur, jenis kelamin penduduk yang tidak diperhitungkan dapat diketahui
dengan cara membandingkan angka kematian yang disebabkan oleh semua sebab di Singapura
(575 per 100.000 orang) dan Inggris/Wales (1.128 per 100.000 orang). Atas dasar ukuran umur
khusus, angka keamatian di singapura memang lebih tinggi, tetapi karena kelompok penduduk
yang masih muda, akibatnya angka kematian itu rendah apabila masalah umur tidak
diperhitungkan.
5.4 Angka Kematian Menurut Umur Dan Jenis Kelamin
Sebab khusus kematian tidak membawa pengaruh yang sama terhadap pria dan wanita
maupun semua kelompok umur. Sebagai contoh yang ekstrim dapat dikemukakan bahwa cacat
pembawaan biasanya sangat mempengaruhi angka kematian kelompok umur yang masih
sangat muda, sedangkan penyakit jantung kurang mempengaruhi kelompok umur muda, tetapi
malah merupakan sebab keatian yang serius bagi kelompok umur yang lebih tinggi, dan
komplokasi kehamilan dan kelahiran sudah tentu hanya akan berpengaruh kepada wanita.
Sampai begitu banyak perbedaan yang dapat dijadikan dasar untuk menghitung angka
kematian khusus menurut sebab kematian maupun angka kematian menurut “semua sebab”
yang khusus untuk umur dan jenis kelamin.
Untuk semua sebab yang dikombinasikan, di banyak negara mortalitas wanita dalam
masa kanak-kanak dan sepanjang masa kehidupan ternyata lebih rendah bila dibandingkan
dengan mortalitas pria, dan perbedaannya malah semakin menyolok. Pengecualian mengenai
hai ini terjadi di beberapa negara yang sedang berkembang seperti Sri Langka, India dan
Pakistan dimana mortalitas wanita dalam masa usia melahirkan masih sangat tinggi. Dalam
kaitannya dengan masalah umur, angka mortalitas akan akan mulai meningkat pada saat
kelahiran, kemudian menurun cepat sampai tingkat minimum sekitar umur 10 tahun, dan
sesudah itu naik lagi sepanjang masa kehidupan berikutnya. Keadaan ini tidak berlaku
dikelompok negara yang sudah maju dimana puncak kematian yang tidak begitu tinggi terjadi di
sekitar umur 19 tahun yang disebabkan oleh mortalitas karena kecelakaan yang cukup tinggi,
demiian pula di negara yang sedang berkembang dimana puncak kematian yang tidak begitu
tinggi terjadi pada kurva mortalitas wanita di sekitar puncak masa usia melahirkan yang
disebabkan oleh tingginya mortalitas pada saat kelahiran.
Besarnya perbedaan tersebut menyebabkan angka kematian harus dihitung secara
terpisah menurut kelompok jenis kelamin dan umur. Angka tersebut disebut angka kematian
khusus menurut umur – jenis kelamin (age – sex specific death rates). Dengan cara memisahkan
penduduk menurut kelompok jenis kelamin dan umur dapat disusun tabel angka untuk setiap
jenis kelamin dan umur yang tidak terpengaruh oleh distribusi penduduk menurut umur - jenis
kelamin.
5.5 Beberapa Faktor lain Yang Mempengaruhi Mortalitas
Sudah dijelaskan bahwa angka kematian pada intinya sangat berbeda menurut umur
dan jenis kelamin, dengan demikian perlu disusun angka kematian khusus menurut umur dan
jenis kelamin, disamping itu hendaknua dihitung pula angka khusus untuk beberapa factor
lainkarena mortalitas yang disebabkan oleh faktor-faktor itu ternyata banyak berbeda. Faktor
tersebut antara lain, ras (bangsa) dan pekerjaan.
Pada umumnya angka kematian bangsa kulit putih dapat dikatakan lebih rendah
dibandingkan dengan bangsa berkulit hitam, sedangkan untuk bangsa yang berkulit kuning
terlerak diantara kedua angka tersebut. Perbedaan itu tampak baik pada berbagai negara
maupun untuk berbagai bangsa yang terdapat di dalam suatu negara. Walaupun pada
hakekatnya lebih mencerminkan faktor social, ekonomis dan lingkungan dibandingkan dengan
perbedaan biologis atau genetik (keturunan).
Pada abad ke-19 perbedaan mortalitas menurut pekerjan tampak menonjol. Secara
umum angka kematian kelompok professional menurun sampai tingkat terendah, sedangkan
untuk pekerja yang todak memiliki keterampilan tertentu (unskill ed labour) malah mencapai
angka tertinggi. Dalam periode industrialisasi yang sudah maju dewasa ini perbedaan itu sudah
dapat dikurangi meskipun masih juga terdapat jenis pekerjaan yang dapat menimbulkan resiko
kematian yang cukup tinggi, misaknya : tukang penjaga, pekerja tambang, pengemudi mobil
balap, penerbang, petinju professional dan sebagainya.
Analisis mortalitas dari segi pekerjaan biasanya agak kompleks karena sulit untuk
mengaitkan kematian yang terjadi dengan resiko yang tepat. [ergantian pekerjaan sering
dilakukan setelah orang yang bersangkutan menderita penyakit yang parah atau cacat, yaitu
sebelum meniggal. Atas dasar alasan ini para pekerja membuat keranjang anyaman biasanya
dinyatakan sebagai kelompok pekerja yang angka mortalitasnya tertinggi. Hal ini disebabkan
oleh faktor bahwa pekerjaan tersebut seringkali diberikan kepada orang-orang yang baru
sembuh menderita penyakit yang parah (misalnya kerusakan pada otak atau luka berat).
Perbedaan mortalitas memang terjadi juga karena berbagai faktor, tetapi di lain pihak
pada umumnya tidak begitu berarti bila dibandingkan dengan umur, jenis kelamin dan mungin
juga dari segi ras (bangsa), di dalam kategori tersebut antara lain tercakup sebagai berikut :
a. Status perkawinan
Mortalitas kelompok penduduk yang sudah ternyata lebih rendah dibandingkan dengan
yabg belum menikah, dan perbedaan untuk pria lebih besar daripada wanita. Hal ini
disebabkan oleh faktor bahwa perkawinan biasanya mensyaratkan orang-orang yang
sehat, maupun karena perbedaan kebiasaan dan kondisi hidup.
b. Tempat tinggal
Mortalitas di daerah pedesaan pada umumnya lebih rendah dibandingkan di daerah
kota, tetapi sekarang perbedaan tersebut sudah berkurang. Beberapa penyakit
menyerang daerah beriklim panas, dan ada juga yang melanda tempat-tempat yang
dingin, akibatnya perbedaan iklim dapat juga menjadi faktor penyebab kematian. Atas
dasar alasan ini juga di tempat tinggal yang sama dapat terjadi fluktuasi mortalitas
musiman.
c. Cara hidup
Pada umumnya apabila kondisi sosial semakin memuaskan (diukur dari segi kualitas
perumahan, kebersihan, pelayanan kesehatan dan lain-lain), angka kematian akan
menurun. Kebiasaan hidup, misalnya : merokok, makan dan minum, dapat juga
mempengaruhi mortalitas.
d. Faktor genetik
Beberapa penyakit ternyata dapat menular dari generasi yang satu ke generasi yang
lain, dengan demikian terdapat beberapa alasan tertentu mengapa para keluarga harus
berusaha memperpanjang masa kehidupan. Walaupun demikan jumlah penyakit seperti
itu tidak begitu banyak, dan pengaruhnya terhadap mortalitas dirasakan tidak menentu.
Dengan demikan dewasa ini perbedaan keturunan secara komparatif dianggap tidak
berarti.
5.6 Kematian Bayi
Kematian bayi dapat diukur dengan cara membagi jumlah kematian di bawah umur saty
tahun yang terjadi selama tahun yang bersangkutan dengan perkiraan jumlah penduduk
pertengahan tahun yang berumur di bawah satu tahun. Walaupun demikian penduduk
pertengahan tahun ternyata hanya dapat diperoleh dari hasil perhitungan sensus, sedangkan
untuk tahun-tahun lainnya harus diperkirakan dari jumlah kelahiran yang telah terjadi. Dengan
demikian biasanya jumlah kematian penduduk dibawah umur satu tahun yang terjadi selama
satu tahun harus berkaitan dengan jumlah kelahiran-hidup yang terjadi selama tahun tersebut,
alasannya karena jumlah perhitungannya sudah tersedia dan merupakan suatu perkiraan yang
memadai megenai penduduk yang menghadapi resiko kematian.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, kematian bayi didefinisikan sebagai jumlah
kematian bayi yang berumur di bawah satu tahun yang tercatat dalm satu tahun tertentu per
1.000 kelahiran-hidup yang tedaftar selama tahun itu juga, hendaknya diperhatikan bahwa
definisi tersebut memang sudah diterima secara umum walaupun di dalam kelompok yang
benar-benar menghadapi resiko kematian kenyataanya tercakup juga sejumlah kelahiran yang
terjadi dalam tahun tersebut maupun kelahiran dalam tahun yang lampau. Angka kematian
memerlukan perhatian lebih khusus karena di dalam angka tersebut terjadi penurunan
mortalitas yang terbesar sebagai hasil peningkatan pelayanan kesehatan dan penemuan baru di
bidang pengobatan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh John Graunt pada tahun 1662
dapat diketahui bahwa angka kematian bayi di inggris ialah 300 kematian per 1.000 kelahiran-
hidup. Pada tahun 1901 angka tersebut menurun sampai 151 kematian per 1.000 kelahiran-
hidup, sedangkan pada tahun 1971 menurun sampai 18 kematian per 1.000 kelahiran-hidup.
Angka kematian bayi di Australia menurun secara drastis dari 104 kematian pada tahun 1901
per 1.000 kelahiran hidup menjadi 17 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1971.
Angka kematian bayi di dunia sangat berbeda, mulai dari 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup
seperti di swedia sampai lebih dari 1.000 kematian untuk banyak negara yang sedang
berkembang.
Pada umumnya sebab kematian bayi dapat disebabkan dalam dua kelompok yang besar.
Kematian endogen atau kematian yang disebabkan oleh keadaan kelahiran atau kondisi pra-
natal yang disebabkan oleh kesulitan pada saat kelahiran (misalnya : cacat pembawaan, luka-
luka pada saat kelahiran dan kelahiran prematur) biasanya menyebabkan kematian dalam
empat ming gu pertama sesudah kelahiran. Dalam hal ini istilah kematian neo natal digunakan
untuk menggambarkan kematian yang terjadi dalam periode tersebut. Kematian yang
disebabkan oleh eksogen (misalnya : infeksi dan kecelakaan) nerupakan sebab utama kematian.
Untuk menggambarkan kematian yang terjadi sesudah empat minggu, tetapi dalam tahun
pertama kehidupan juga dipergunakan istilah kematian post natal. Dalam tabel 5.3 dapat dilihat
datanya untuk australia pada tahun 1970. Setiap angka dihitung dengan cara membagi jumlah
kematian yang terjadi pada setiap umur pada tahun 1970 dengan jumlah kelahiran selama
tahun 1970, dan kemudian dikalikan dengan 1.000. turunnya angka kematian bayi secara
drastis dalam abad ini pada umumnya lebih disebabkan oleh berkurangnya kematian post-
natal, dan bukan karena kematian neo-natal. Ini disebabkan karena pelayanan kesehatan ibu
dan anak sudah lebih memuaskan, dengan demikian angka kematian bayi digunakan sebagai
indeks kondisi kesehatan masyarakat dan sosial yang cukup dipertanggungjawabkan.
TABEL 5.3
KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN-HIDUP MENURUT JENIS KELAMIN, UMUR DAN SEBAB
KEMATIAN AUSTRALIA TAHUN 1970
Sumber : Cause of death, 1970. Common wealth bureau of census and statistic
Dewasa ini sudah menjadi kebiasaan untuk juga menyusun angka kematian neo natal,
angka ini merupakan jumlah kematian yang terjadi pada minggu pertama sesudah kelahiran per
1.000 kelahiran hidup. Kematian tersebut yang tercampur dengan lahir mati (still birth) atau
kematian janin daripada 28 minggu masa kehamilan atau lebih dinamakan kematian peri natal.
Mortalitas yang disebabkan oleh semua kematian janin, keguguran, dan aborsi serta lahir-mati
sering juga menjadi bahan penelitian, tetapi data statistiknya sangat tidak dapat dipercaya.
S k
e e
b m
a a
b t
i
a
n
J k
e e
n l
i a
s m
i
n
umur Jumlah
seluruh
kematian
bayi
Neo natal Post natal
Di
bawah
1 hari
1 hari
sampai
1
minggu
1
minggu
sampai
4
minggu
4
minggu
sampai
3 bulan
3
minggu
sampai
6 bulan
6
bulan
sampai
1
tahun
Endogen
Eksogen
P
W
P
W
8,12
5,84
0,23
0,17
5,21
3,19
0,27
0,21
0,97
0,88
0,36
0,28
0,67
0,57
1,43
0,88
0,46
0,52
1,46
1,08
0,36
0,30
1,06
1,09
15,79
11,30
4,81
3,71
Jumlah P
W
8,35
6,01
5,84
3,40
1,33
1,16
2,10
1,45
1,92
1,60
1,42
1,39
20,60
15,01
5.7 Kematian Ibu (Maternal Mortality)
Selain itu dapat juga dihitung angka kematian khusus menurut umur, kematian ini
disebabkan oleh lahir-mati dan komplikasi kehamilan. Jumlah wanita yang resiko yang
dipergunakan untuk menghitung angka seperti ini ialah jumlah seluruh wanita pada umur
tertentu yang tercakup di dalam penduduk secara keseluruhan. Meskipun demikian terdapat
juga kemungkinan untuk memperoleh nilai yang tepat mengenai kelompok wanita yang
menghadapi resiko karena kelompok tersebut jelas terdiri dari sejumlah wanita yang hamil
selama tahun yang bersangkutan. Sebaliknya jumlah tersebut dapat dikatakan hampir sama
kematian wanita selama jangka waktu tertentu yang disebabkan oleh kelahiran maupun
komplikasi kehamilan untuk setiap 100.000 kelahiran yang terjadi selama periode tersebut.
Dengan meningkatnya standar perawatan sesudah kelahiran dan kemampuan obstetric
maupun kemajuan lain di bidang ilmu pengetahuan pengobatan, kematian ibu menurun cukup
menyolok terutama di negara yang sudah maju. Di Selandia Baru misalnya, 20 tahun sesudah
tahun 1942 kematian ibu ternyata menurun dari 253 per 100.000 kelahiran menjadi 17 per
100.000. Pada tahun 1968 di Amerika Serikat angka untuk ibu-ibu berkulit non putih mencapai
64 per 100.000. Manfaat angka kematian ibu ternyata melebihi angka kematian biasa yang
disebabkan oleh kematian puerperal (demam panas karena melahirkan), alasannya ialah karena
yang disebutkan pertama dikaitkan dengan jumlah kelahiran sehingga secara otomatis akan
menyesuaikan resiko yang rendah apabila fertilitas menurun.
5.7 Jumlah Kematian Yang Diharapkan
Dalam banyak hal perlu juga membandingkan kematian yang sebenarnya di dalam suatu
jumlah penduduk tertentu dengan kemayian yang diharapkan atas dasar beberapa hipotesa.
Misalnya, suatu perusahaan asuransi jiwa dapat membandingkan jumlah kematian para
pemegang polis yang terjadi selama satu tahun dengan jumlah kematian para pemegang polis
yang diharapkan menurut rumus premi yang berlaku bagi perusahaan itu. dalam kasus biasa
yang lain jumlah kematian yang sebenarnya di dalam salah satu bagian seluruh penduduk harus
dibandingkan dengan jumlah kematian yang diharapkan terjadi dalam bagian tersebut apabila
angka kematian jumlah seluruh penduduk diterapkan untuk keperluan itu. Metode tersebut
digunakan untuk menentukan apakah kematian yang terjadi di dalam satu pekerjaan lebih
tinggi atau malah lebih rendah dibandingkan dengan penduduk rata-rata. Apabila distribusi
umur dan jenis kelamin bagian penduduk itu dianggap sama dengan distribusi umur dan jenis
kelamin jumlah seluruh penduduk, angka kematian kasar (crude death rates) dapat
dipergunakan untuk menghitung jumlah kematian yang diharapkan. Misalnya, pada tahun 1968
di negara bagian N.S.W. terdapat 41.803 kematian. Jumlah penduduk N.S.W. pada pertengahan
tahun 1968 diperkirakan mencapai 4.381.416 jiwa, dan angka kematian kasar di Australia, di
negara bagian N.S.W.. diharapkan akan terjadi 39.871 kematian. Jumlah tersebut ternyata agak
kurang dibandingkan dengan jumlah kematian yang sebenarnya, hal ini menunjukkan bahwa
atas dasar tersebut kematian di negara bagian N.S.W. agak lebih tinggi dibandingkan dengan
kematian di Australia. Meskipun demikian asumsi mengenai distribusi umur dan jenis kelamin
yang sama ternyata jarang sekali meyakinkan, dan perbedaan antara jumlah kematian yang
sebenarnya dengan yang “diharapkan” dapat disebabkan oleh perbedaan distribusi umur dan
jenis kelamin di negara bagian N.S.W. dan Australia.
Distribusi umur penduduk Maori di Selandia Baru ternyata lebih muda dibandingkan
dengan penduduk Australia, akibatnya dalam menghitung jumlah kematian yang diharapkan
terjadi di penduduk Maori atas dasar asumsi bahwa angka kematian Selandia Baru berlaku
untuk itu, hendaknya angka kematian khusus menurut umur (age specific death rates)
diterapkan untuk penduduk Maori menurut klasifikasi umur.
Perhitungannya sebagai berikut :
Umur angka kematian khusus
menurut umur di
Selandia Baru tahun
1966 (per 1.000)
Penduduk Maori
Tahun 1966
Jumlah kematian
yang diharapkan
penduduk Maori
tahun 1966
0 – 4
5 – 14
14 – 24
25 – 44
45 – 64
65+
4,37
0,45
1,02
1,76
10,44
68,74
39.539
61.728
34.725
43.686
17.626
3.885
173
28
35
77
184
265
762
Dengan demikian apabila untuk penduduk Maori harus diperlakukan angka kematian
khusus menurut umur di Australia, jumlah kematian yang terjadi selama tahun 1969 akan
mencapai 762 orang. Jumlah kematian yang sebenarnya mencapai 1.291, hal ini menunjukkan
bahwa mortalitas di Maori pada tahun 1966 lebih tinggi dibandingkan dengan mortalitas jumlah
seluruh penduduk Selandia Baru. Alasan mengapa distribusi umur harus juga diperhitungkan
tidak lain disebabkan oleh fakta bahwa apabila umur diabaikan dan kelahiran kasar
dipergunakan, akan tampak bahwa mortalitas seorang penduduk Maori mencapai 72% dari
mortalitas jumlah seluruh penduduk Selandia Baru.
Populasi pria anggota parlemen merupakan populasi lain distribusi umurnya begitu
berbeda dari distribusi umur penduduk pada umumnya sehingga untuk menghitung jumlah
kematian yang diharapkan harus digunakan angka kematian khusus menurut umur. Dalam hal
ini jumlah populasinya sedemikian kecil sehingga dianjurkan agar perhitungannya mencakup
jangka waktu beberapa tahun. Dengan demikian penduduk yang menghadapi resiko harus
diubah menjadi tahun-kehidupan (person-years) pada setiap umur sebelum angka kematian
khusus menurut umur digunakan. Di bawah ini akan disajikan prosedur perhitungannya dengan
menggunakan data untuk Inggris.
Umur Jumlah person years
yang menghadapi risiko
1946 - 1967
angka kematian
khusus menurut
umur (per 1.000)
Jumlah kematian
yang diharapkan
25 – 34
35 – 44
45 – 54
55 – 64
65 – 74
75 - 84
85+
636
3.473
5.626
5.265
2.731
963
124
1,53
2,74
7,71
22,05
54,12
122,95
250,81
1,0
9,5
43,4
116,1
147,8
118,8
31,1
18.818 467,3
Dengan demikian apabila untuk para anggota parlemen harus diperlakukan angka
kematian khusus menurut umur untuk Inggris, jumlah kematian yang diharapkan selama jangka
waktu tahun 1945 – 1967 akan mencapai 467 orang. Jumlah kematian yang sebenarnya ialah
296 orang, ini menunjukkan bahwa mortalitas anggota parlemen hanya sekitar 63% dari
mortalitas jumlah seluruh penduduk Inggris.
5.9 Standarisasi Langsung
Terdapat pula kemungkinan untuk membandingkan mortalitas dua kelompok penduduk
dengan cara menghitung angka kematian setiap jenis kelamin menurut umur untuk masing-
masing kelompok penduduk tersebut dan kemudian membandingkan angka-angka yang cocok.
Sampai sebegitu kumpulan nilai seperti itu sulit dibandingkan sehingga dalam praktek
hendaknya dihitung satu nilai untuk mengekspresikan mortalitas relative. Dalam paragraph
terakhir dapat dihitung satu nilai, dengan itu dapat diperoleh satu pernyataan yang langsung
mengenai mortalitas anggota parlemen di Inggris. Dalam uraian di bawah ini akan dibahas satu
ukuran nilai mortalitas.
Angka kematian kasar merupakan satu nilai paling sederhana yang dapat dipergunakan.
Angka tersebut benar-benar merupakan nilai angka kematian pada setiap umur, dan ukuran
yang dipergunakan ialah jumlah penduduk pada setiap umur yang tercakup di dalam penduduk
yang sedang diselidiki. Apabila dua penduduk dari distribusi umur yang sangat berbeda
dibandingkan satu dengan yang lain, ukuran yang dipergunakan harus sangat berbeda,
akibatnya dari metode tersebut akan diperoleh hasil yang sangat menyesatkan. Misalnya, angka
kematian kasar bangsa Maori pada tahun 1966 mencapai 6,37 per 1.000 orang, sedangkan
untuk non Maori ialah 9,07 kematian per 1.000 orang. Meskipun demikian dari tabel 5.4 dapat
diketahui bahwa walaupun angka kematian kasar untuk bangsa Maori memang lebih rendah
dibandingkan dengan non Maori, tetapi kenyataannya angka khusus menurut umur bangsa
Maori lebih tinggi untuk semua umur. Penjelasan yang dapat diberikan terhadap penyimpangan
ini ialah karena rendahnya angka kematian sebagian besar proporsi penduduk Maori pada
umur muda. Selain itu jelas pula bahwa apabila struktur umur penduduk banyak berbeda,
angka kematian kasar akan merupakan indicator perbedaan mortalitas yang tidak dapat
dipercaya. Masalh ini sudah diuraikan di bagian 5.3.
Dalam banyak perbandingan mortalitas ternyata distribusi umur senantiasa sama,
sehingga cacat yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan tidak begitu serius. Dalam hal ini
banyak digunakan angka kematian kasar karena perhitungannya tidak rumit. Seringkali struktur
penduduk dan angka kematian khusus menurut umur tidak diketahui (yang tersedia hanya data
mengenai jumlah seluruh penduduk dan jumlah seluruh kematian), dalam keadaan seperti ini
tidak ada alternative lain kecuali menggunakan angka kematian kasar. Walaupun demikian
apabila angka kematian khusus menurut umur sudah diketahui, agaknya akan lebih banyak
apabila digunakan ukuran yang konstan dibandingkan dengan ukuran yang membedakan
penduduk yang satu dengan yang lain. Apabila ukuran yang digunakan ialah jumlah pada setiap
umur dan setiap kelompok umur yang tercakup di dalam satu penduduk standar, angka rata-
rata yang dihasilkan dinamakan angka kematian yang di standarisasi (standardized death rate).
Angka tersebut dapat didefinisikan sebagai seluruh angka kematian yang akan berlaku di dalam
suatu jumlah penduduk standar apabila memepunyai angka kematian penduduk pada setiap
umur yang sedang diselidiki.
Sampai sebegitu jauh tidak terdapat penduduk standar yang benar-benar tepat, dan
setiap peneliti bebas memberikan penilainnya sendiri untuk memilih standar yang lebih cocok.
Pilihan itu kadang-kadang malah dapat mempengaruhi hasil perhitungannya tetapi pada
umumnya pengaruh tersebut tidak begitu berarti. Peneliti biasanya akan lebih mencurahkan
perhatiannya kepada arah dan perkiraan mengenai besarnya perbedaan mortalitas antara
berbagai kelompok penduduk yang berbeda dan bukan kepada nilai yang tepat, arah maupun
besarnya perbedaan itu dapat mudah ditentukan dengan menggunakan setiap penduduk
standar yang memadai. Dengan demikian apabila misalnya disusun perbandingan antara daerah
kota dan pedesaan di N.S.W. pada tahun 1950, standar yang dapat digunakan ialah penduduk
N.S.W. tahun 1950, atupun juga jumlah penduduk hasil perhitungan sensus yang terakhir
maupun nilai-nilai yang cocok untuk Australia. Dilain pihak agaknya tidak akan cocok bila
misalnya penduduk Etiopia tahun 1891 digunakan sebagai standar, alasannya karena jumlah
penduduk tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan penduduk yang sedang diselidiki, baik
dari segi geografis maupiun dari sudut waktunya.
Coba perhatikan lagi angka kematian bangsa Maori dan non Maori di Selandia Baru yabg
dicantumkan di dalam tabel 5.4. Dalam hal ini jumlah seluruh penduduk Selandia Baru dapat
dipergunakan sebagai penduduk standard an apabila angka kematian untuk penduduk Maori
dan non Maori diterapkan terhadap penduduk standar tersebut, jumlah kematian yang
diharapkan terjadi di dalam penduduk standar dapat dihitung apabila angka kematian Maori
dan non Maori sudah diketahui. Berdasarkan pengertian tersebut apabila 306.643 penduduk
yang berumur 0 – 4 tahun yang tercakup di dalam penduduk standar (kolom 2) mengalami
angka kematian khusus menurut umur bangsa Maori untuk kelompok umur tersebut sebesar
7,45 kematian per 1.000 orang (kolom 3), maka jumlah kematian yang diharapkan terjadi ialah
306.643 x 0,00745 = 2.284 (kolom 4). Demikian pula apabila 565.756 yang berumur 5 – 14
tahun di dalm penduduk standar mengalami angka kematian sebesar 0.91 kematian per 1.000
orang, maka jumlah kematian yang diharapkan terjadi ialah 515. Dengan cara mengulangi
semua kelompok umur dan kemudian menambahkannya, di dalam penduduk standar
diharapkan dapat terjadi 37.143 kematian apabila penduduk itu mengalami juga angka
kematian yang sama seperti penduduk Maori. Di lain pihak apabila kita ulangi proses
perhitungannya dengan angka kematian bangsa Maori (kolom 5), di dalam penduduk standar
diharapkan terjadi 23.243 kematian (kolom 6).
TABEL 5.4
STANDARISASI LANGSUNG ANGKA KEMATIAN MENURUT UMUR
Umur
Penduduk
standar
(penduduk
Selandia
Baru, 1966)
Maori Non Maori
Angka
kematian
khusus
menurut umur
tahun 1966
Kematian
yang
diharapkan
kolom(2)x(3)
Angka
kematian
khusus
menurut umur
tahun 1966
Kematian
yang
diharapkan
kolom(2)x(5)
1 2 3 4 5 6
0 – 4
5 – 14
15 – 24
25 – 44
45 – 64
65+
306.643
565.756
436.019
640.711
504.697
223.093
7,45
0,91
1,53
3,52
20,92
93,52
2.284
515
667
2.255
10.558
20.864
3,92
0,39
0,98
1,63
10,04
68,50
1.202
221
427
1.044
5.067
15.282
Total 2.676.919 37.143 22.243
Angka kematian yang distandarisasikan 13,88 8,68
Angka kematian kasar (untuk bahan
perbandingan) 6,37 9,07
Sumber : New Zealand Year Book, 1971
Angka kematian yang distandarisasikan dapar diperoleh apabila jumlah kematian yang
diharapkan dibagi dengan jumlah seluruh penduduk yang tercakup di dalam penduduk standard
an kemudian dikalikan 1.000 . Dengan demikian angka kematian yang distandarisasikan untuk
bangsa Maori dan non Maori masing-masing mencapai 13,88 dan 8,68 kematian per 1.000
orang. Kedua nillai ini sama dengan angka kematian kasar masing-masing 6,37 dan 9,07
kematian per 1.000 orang. Angka kematian khusus menurut umur pada semua umur bangsa
Maori ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan non Maori. Jadi jelas bahwa angka kematian
yang distandarisasikan memeberikan petunjuk yang lebih dapat dipercaya mengenai perbedaan
mortalitas antara dua jumlah penduduk dibandingkan dengan kematian kasar.
Karena penduduk dapat dibedakan menurut jenis kelamin pada setiap umur, dianjurkan
agar jenis kelamin juga distandarisasikan. Prosedur yang ditetapkan untuk standarisasi tersebut
pada hakekatnya sama, dalam hal ini penduduk standar diklasifikasikan menurut umur dan jenis
kelamin, begitupula angka kematian khusus untuk umur dan jenis kelamin. Kematian yang
diharapkan untuk setiap jenis kelamin dan kelompok umur dihitung dengan cara mengalikan
penduduk yang tercakup di dalam jenis kelamin dan kelompok umur dengan angka kematian
khusus untuk umur dan jenis kelamin. Dengan demikian angka kematian yang distandarisasikan
ialah jumlah seluruh kematian yang diharapkan dan kemudian dibagi dengan jumlah penduduk
standar dan dikalikan 1.000. prosedur tersebut akan memudahkan proses standarisasi yang
dilakukan secara sekaligus untuk barbagai variable. Satu-satunya persyaratan khusus yang
harus dipenuhi ialah tersedianya penduduk standard an angka kematian penduduk yang sedang
diselidiki yang kedua-duanya diterapkan khusus untuk setiap variable yang bersangkutan.
5.10 Standarisasi Tidak Langsung
Apabila proses standarisasi langsung pada prinsipnya harus mencakup penerapan
berbagai angka khusus umur terhadap struktur penduduk standar, alternative lain yang dapat
digunakan ialah menerapkan seperangkat standar angka khusus menurut umur terhadap
penduduk yang sedang diselidiki, dan kemudian membandingkan jumlah kematian yang
sebenarnya dengan jumlah yang diharapkan dengan dilandasi oleh asumsi bahwa angka
kematian standar memang berlaku. Prosedur tersebut dinamakan standarisasi tidak langsung.
Perhitungan mengenai jumlah kematian yang diharapkan senantiasa sama dengan prosedur
yang telah diuraikan pada bagian 5.8. Prosedur tersebut masih dapat ditempuh meskipun angka
kematian khusus menurut umur untuk penduduk yang sedang diselidiki tidak diketahui, dengan
syarat bahwa data mengenai jumlah seluruh kematian sudah diketahui.
Perhatikan lagi perbandingan antara mortalitas Maori dan non Maori. Dalam hal ini
dimisalkan bahwa angka kematian khusus menurut umur untuk setiap penduduk tidak
diketahui sehingga prosedur standarisasi langsung tidak mungkin diterapkan. Dari hasil sensus
yang belum lama ini diselenggarakan dapat diketahui distribusi umur penduduk Maori dan non
Maori, sedangkan dari segi mortalitas yang diketahui hanya jumlah seluruh kematian untuk
setiap penduduk dan dikehendaki juga standarisasi untuk pengaruh umur. Dalam hal ini
penduduk Selandia Baru harus dipergunakan sebagi penduduk standar, dan diasumsikan bahwa
angka kematian khusus menurut umur di Selandia Baru sudah diketahui.
Metode perhitungan angka kematian yang distandarisasikan dapat dipelajari di dalam
tabel 5.5. Pertama-tama jumlah kematian yang diharapkan terjadi di dalam penduduk Maori
harus dihitung dengan dilandasi oleh asumsi bahwa angka kematian penduduk standar
(Selandia Baru) benar-benar berlaku. Perhitungan sama dengan perhitungan yang telah
diuraikan di bagian 5.8. Kemudian proses tersebut diulangi untuk pendudk non Maori. Jelas
bahwa menurut asumsi itu dalam penduduk Maori diharapkan terjadi 762 kematian, padahal
apa yang sebenarnya terjadi ialah 1.291 kematian. Di dalam penduduk non Maori diharapkan
terjadi 23.009 kematian, tetapi yang sebenarnya malah hanya 22.487. dengan demikian
mortalitas penduduk Maori melebihi yang diharapkan semula, sedangkan non Maori ternyata
kurang dari harapan yang telah diperhitungkan. Keadaan tersebut dapat diketahui dengan cara
menghitung rasio mortalitas yang distandarisasikan, rasio antara kematian yang sebenarnya
dengan jumlah kematian yang diharapkan yaitu 0,977 untuk non Maori dan 1,694 untuk Maori.
Apabila rasio ini dikalikan dengan angka kematian kasar di dalam penduduk standar,
angka kematian yang distandarisasikan tidak langsung untuk setiap penduduk akan dapat
dihitung. Angka tersebut ternyata mendekati angka yang distandarisasikan secara tidak
langsung, dan keduanya merupakan nilai indeks tunggal mortalitas setiap penduduk yang lebih
baik dibandingkan dengan angka kematian kasar.
TABEL 5.5
STANDARISASI ANGKA KEMATIAN TIDAK LANGSUNG MENURUT UMUR
Umur
Angka
kematian
standar
(angka
kematian
Selandia
Baru, 1966)
Maori Non Maori
penduduk
tahun 1966
Kematian
yang
diharapkan
kolom(2)x(3)
penduduk
tahun 1966
Kematian
yang
diharapkan
kolom(2)x(5)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
0 – 4
5 – 14
15 – 24
25 – 44
45 – 64
65+
4,37
0,45
1,02
1,76
10,44
68,74
39.539
39.728
34.725
43.686
17.626
3.855
173
28
35
77
184
265
267.104
504.028
401.294
597.025
487.071
201.238
1.167
224
409
1.051
5.085
15.070
Total (8,86)* 201.159 762 2.475.760 23.009
Jumlah seluruh kematian yang benar-
benar terdaftar. Rasio kematian yang
distandarisasikan (SMR)
1.291 22.487
Kematian yang diharapkan 1.694 0,977
Angka Rasio kematian yang
distandarisasikan secara tidak langsung
(SMR x CDR)
15,01 8,66
Sumber : New Zealand Year Book, 1971
5.11 Mortalitas Generasi
Angka kematian khusus menurut umur biasanya dihitung setiap tahun dengan cara
membagi jumlah kematian pada setiap umur yang terjadi selama tahun kalender dengan
perkiraan jumlah penduduk pertengahan tahun pada umur tersebut. Dalam tahun sensus. Dan
nilai 𝑞𝑥 yang dihasilkan merupakan dasar bagi life table yang disusun. Dengan menerapkan
prosedur seperti itu dapat diperoleh angka kematian khusus umur yang tepat. Walupun
demikian setiap angka harus didasrkan atas pengalaman kelompok penduduk yang berbeda.
Kematian penduduk yang sudah berumur 70 tahun akan terpengaruh oleh penyakit dan
beberapa faktor lingkungan yang penting beberapa tahun yang lampau, tetapi tidak banyak
mempengaruhi kematian yang akan terjadi pada umur 70 tahun dari mereka sekarang berumur
20 tahun. Namun dalam menggunakan life table yang didasarkan atas nilai 𝑞𝑥 untuk suatu
tahun kalender tertentu pada hakekatnya diasumsikan bahwa setiap oarng pada saat mencapai
setiap umur akan mengalami kematian yang dialami berbagai kelompok penduduk yang
berbeda selama tahun kalender tertentu itu. Metode untuuk meneliti mortalitas yang
diadasarkan atas hasil berbagai kelompok penduduk dalam satu tahun kalender dapat
memberikan hasil yang hasil menyesatkan apabila kondisinya berubah atau bila tahun tertentu
itu tidak nor,al. dengan demikian akan lebih tepat apabika sasaran penelitiannya diarahkan
pada generasi tertentu dan juga menyelidki mortalitasnya tahun demi tahun mulai tahun
kelahiran sampai sekarang. Ini merupakan sistim pendekatan yang sebenarnya terhadap orang-
orang yang masih hidup, dan sistem ini dinamakan metode generasi atau kohor. Sistem
tersebut sangat bermanfaat dalam meneliti kecenderugan mortalitas. Studi seperti itu
dinamakan studi longitudinal.
TABEL 5.6
ANGKA KEMATIAN KHUSUS MENURUT UMUR PER 100.000 DARI TUBERCULOSIS, PRIA DI MASSACHUTTES, TAHUN 1880 – 1940
umur
Tahun
1880 1890 1900 1910 1920 1930 1940
0 – 9 10 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 – 69
70+
803 126 444 378 364 366 475 672
627 115 361 368 256 325 346 396
340 90
288 296 253 267 304 343
230 63
207 253 253 252 246 163
132 49
149 164 175 171 172 127
52 21 81
115 118 127 95 95
13 4
35 51 86 92
109 79
Sumber : Merrel. Time-Specific Life Tables Contasted With Obserted Survisorship Biometric, Volume 3, 1947. Pengukuran mengenai kematian khusus meurut umur yang disebabkan oleh tuberculosis merupakan salah satu contoh konklusi yang menyesatakan sebagi akibat penerapan metode tahun kalender. Dari angka kematian khusus pada puncak angka kematian berada pada umur di atas 60 tahun. Dalam Tabel 5.6 angka kematian mencerminkan kematian yang disebabkan oleh tuberculosis untuk berbagai tahun kalender, pada tahun 1880 puncak mortalitas terdapat pada kelompok umur 20 -29 tahun, dan di dalam tahun-tahun berikutnya pada umur yang jauh lebih tinggi. Akhirnya pada tahun 1940 puncaknya bergeser lagi sampai kelompok umur 60 – 69 tahun. Meskipun demikian apabila kematian khusus menurut umur diteliti engan membaca tabel sacra diagonal ke bawah dari kiri ke kanan akan dapat diketahui bahwa puncak di semua kohor masih terdapat di kelompok umur 20 -29 tahun. Angka generasi tercantum di alam Tabel 5.6 dengan garis diagonal yang sejajar dengan angka yang ditandai untuk generasi berumur 0 – 9 tahun pada tahun 1980. Mortalitas yang disebabkan oleh tuberculosis ternyata menurun tajam setiap tahun maupun di dalam setiap kelompok umur, di dalam keadaan ini sistem tahun pendekatan tahun kalender telah menyebabkan kesimpulannya cukup menyesatkan, yaitu bahhwa puncak mortalitas telah bergeser pada umur yang lebih tinggi padahal sebenarnya masih tetap terdapat di dalam kelompok umur 20 – 29 tahun.