TUGAS DEMOGRAFI

19
MORTALITAS 5.1 Introduksi Seperti diketahui tiga abad terakhir ini ditandai dengan peristiea demografis yang sangat menonjol yaitu pertambahan jumlah penduduk yang belum pernah terjadi pada masa lampau sebagai akibat turunnya angka kematian yang mencolok. Meskipun demikian penurunan angka kematian ini masih belum terjadi secara merata pada semua kelompok umur di dunia. Di Australia mulai tahun 1905 sampai tahun 1961 harapan hidup untuk pria telah bertambah 13 tahun, yaitu dari 55 menjadi 68 tahun, sedangkan untuk wanita mengalami kenaikan 15 tahun, yaitu dari 59 tahun menjadi 74 tahun. Hampir semua peningkatan itu terjadi di bawah umur 45 tahun, dan kenyataannya untuk wanita malah lebih memuaskan dibandingkan dengan pria. Selama periode itu pula harapan hidup pada umur 60 tahun untuk wanita telah bertambah 1,2 tahun, yaitu dari 14,4 tahun menjadi 15,6 tahun, sedangkan untuk pria malah mencapai 3,3 tahun yaitu dari 16,2 tahun menjadi 19,5 tahun. Walaupun mortalitas menurun dalam jangka panjang, tetapi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir telah terjadi perkembangan yang penting yaitu meningkatnya mortalitas pria yang berumur 45 tahun ke atas. Kecenderungan seperti ini berlaku pula di hampir semua kelompok negara yang sedang berkembang. Sejak tahun 1940 negara-negara berkembang mengalami penurunan mortalitas yang cukup menggembirakan. Misalnya di Mauritius mulai tahun 1942 - 1946 sampai tahun 1961 - 1963 harapan hidup untuk pria telah meningkat dari 32 menjadi 59 tahun, dan untuk wanita dari 34 tahun menjadi 62 tahun. Meskipun pada umumnya mortalitas wanita secara keseluruhan lebih rendah, tetapi keadaan ini tidak berlaku untuk semua umur di beberapa Negara. Di beberapa Negara yang sedang berkembang mortalitas wanita malah lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang berumur 1 4 tahun, dan juga untuk wanita pada puncak masa usia melahirkan. Fakta tersebut memang cukup menarik apabila ditinjau dari segi permasalahan itu sendiri. Namun kalau dikaji lebih lanjut yang lebih penting lagi ialah karena fakta itu merupakan pertanda bahwa beberapa kelompok penduduk telah mengalami perubahan. Fakta tersebut menunjukkan kecenderungan maupun perbedaan dan kesamaan yang dalam jamgka panjang justru dapat dijadikan bahan pemikiran untuk mencapai sasaran dalam memperpanjang masa kehidupan manusia di semua Negara. Berdasarkan data itu dapat diketahui secara tepat daerah mana yang harus segera diteliti dari segi medis dan ilmiah maupun diberikan pelayanan di bidang kesehatan masyarakat yang lebih baik. Sampai sebegitu jauh terdapat beberapa alasan mengapa pengukuran mortalitas harus dilakukan secara akurat. Misalnya, para petugas yang

Transcript of TUGAS DEMOGRAFI

Page 1: TUGAS DEMOGRAFI

MORTALITAS

5.1 Introduksi

Seperti diketahui tiga abad terakhir ini ditandai dengan peristiea demografis yang sangat

menonjol yaitu pertambahan jumlah penduduk yang belum pernah terjadi pada masa lampau

sebagai akibat turunnya angka kematian yang mencolok. Meskipun demikian penurunan angka

kematian ini masih belum terjadi secara merata pada semua kelompok umur di dunia.

Di Australia mulai tahun 1905 sampai tahun 1961 harapan hidup untuk pria telah

bertambah 13 tahun, yaitu dari 55 menjadi 68 tahun, sedangkan untuk wanita mengalami

kenaikan 15 tahun, yaitu dari 59 tahun menjadi 74 tahun. Hampir semua peningkatan itu terjadi

di bawah umur 45 tahun, dan kenyataannya untuk wanita malah lebih memuaskan

dibandingkan dengan pria. Selama periode itu pula harapan hidup pada umur 60 tahun untuk

wanita telah bertambah 1,2 tahun, yaitu dari 14,4 tahun menjadi 15,6 tahun, sedangkan untuk

pria malah mencapai 3,3 tahun yaitu dari 16,2 tahun menjadi 19,5 tahun. Walaupun mortalitas

menurun dalam jangka panjang, tetapi dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir telah terjadi

perkembangan yang penting yaitu meningkatnya mortalitas pria yang berumur 45 tahun ke

atas. Kecenderungan seperti ini berlaku pula di hampir semua kelompok negara yang sedang

berkembang.

Sejak tahun 1940 negara-negara berkembang mengalami penurunan mortalitas yang

cukup menggembirakan. Misalnya di Mauritius mulai tahun 1942 - 1946 sampai tahun 1961 -

1963 harapan hidup untuk pria telah meningkat dari 32 menjadi 59 tahun, dan untuk wanita

dari 34 tahun menjadi 62 tahun. Meskipun pada umumnya mortalitas wanita secara

keseluruhan lebih rendah, tetapi keadaan ini tidak berlaku untuk semua umur di beberapa

Negara. Di beberapa Negara yang sedang berkembang mortalitas wanita malah lebih tinggi

dibandingkan dengan pria yang berumur 1 – 4 tahun, dan juga untuk wanita pada puncak masa

usia melahirkan.

Fakta tersebut memang cukup menarik apabila ditinjau dari segi permasalahan itu

sendiri. Namun kalau dikaji lebih lanjut yang lebih penting lagi ialah karena fakta itu merupakan

pertanda bahwa beberapa kelompok penduduk telah mengalami perubahan. Fakta tersebut

menunjukkan kecenderungan maupun perbedaan dan kesamaan yang dalam jamgka panjang

justru dapat dijadikan bahan pemikiran untuk mencapai sasaran dalam memperpanjang masa

kehidupan manusia di semua Negara. Berdasarkan data itu dapat diketahui secara tepat daerah

mana yang harus segera diteliti dari segi medis dan ilmiah maupun diberikan pelayanan di

bidang kesehatan masyarakat yang lebih baik. Sampai sebegitu jauh terdapat beberapa alasan

mengapa pengukuran mortalitas harus dilakukan secara akurat. Misalnya, para petugas yang

Page 2: TUGAS DEMOGRAFI

mempunyai taggung jawab untuk mempertimbangkan bahaya yang akan terjadi (actuaries)

selalu memerlukan angka kematian untuk dapat mementukan jumlah premi asuransi jiwa,

demikan pula para ahli demografi memerlukan angka kematian yang tepat sebagai bahan

penyusunan proyeksi kependudukan.

5.2 Studi Sebab Kematian

Salah satu tabulasi yang penting berisi statistik kematian yang disusun oleh hampir

semua Negara ialah tabulasi untuk setiap kelompok kematian menurut umur jenis kelamin yang

diklarisifikasikan berdasarkan sebab kematian. Sebab kematian yang dipergunakan untuk

keperluan statistik harus merupakan suatu kopnsep statistik karena surat keterangan kematian

yang dikeluarkan berdasarkan informasi itu sangat diperlukan untuk menentukan sebab

kematian yang pertama, kedua maupun sebab sebab yang lain, meskipun yang digunakan untuk

keperluan statistik hanya satu sebab saja. Hampir semua negara telah menggunakan suatu

peraturan standar internasional untuk menentukan suatu sebab kematian meskipun kenyataan

menunjukkan bahwa kematian dapat diakibatkan oleh kombinasi beberapa sebab. Tujuan

peraturan standar itu tidak lain ialah untuk mencapai keseragaman serta mempermudah

penyusunan perbandingan internasional. Dalam ranhka membantu tujuan tersebut, oleh

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) telah disusun dan diterbitkan

Internasional Classification mengenai 1000 kelompok penyakit dan sebab kematian. Untuk lebih

menyederhanakan dam meringkas permasalahannya, daftar yang panjang dan lengkap itu

seringkali disingkat menjadi 50 kelompok utama sebab kematian. Daftar tersebut senantiasa

dapat diperbaiki secara teratur, dan revisi yang kedelapan dan terakhir dilakukan pada tahun

1965.

Para ahli disarankan untuk berhati-hati dalam menyusun perbandingan angka kematian

berbagai negara, terutama mengenai perbandingan angka kematian yang terjadi pada saat yang

berbeda. Berubahnya pedoman untuk menentukan penyebab kematian yang diperlukan untuk

kepentingan statistik akan menyebabkan kecenderungan angka kematian yang diakibatkan oleh

suatu sebab tertentu akan mengalami perubahan pula. Di samping itu berbahayanya

kecenderungan dapat juga disebabkan oleh peningkatan di bidang bantuan diagnostik dan

pengetahuan pengobatan. Misalnya, perkembangan radiologi telah dapat membantu

penyelidikan terhadap penyakit gastric dan bisul duodenal, begitu pula bertambahnya

penegetahuan tentang peningkatan mortalitas yang disebabkan oleh penyakit tersebut

merupakan hasil diagnosa yang lebih tepat. Selain itu prosedur pemberian surat keterangan

kematian dan kebiasaan pelayanan medis ,aupun kualitas serta ketepatan data di masing-

masing negara dari waktu ke waktu senantiasa berbeda, semua ini akan banyak membawa

pengaruh terhadap angka kematian yang sedang diselidiki.

Page 3: TUGAS DEMOGRAFI

5.3 Angka Kematian Dan Rasio Khusus Menurut Sebab Kematian

Apabila jumlah seluruh kematian yang terjadi dalam suatu periode tertentu

diklassifikasikan menurut sebab kematian, proporsi jumlah seluruh kematian yang diakibatkan

oleh sebab khusus dinamakan rasio kematian khusus menurut sebab kematian (cause specific

death ratio). Misalnya, pada tahun 1964 di Australia terjadi 100.594 kematian, dan 3.722 di

antaranya diklasifikasikan menurut sebab penyakit pneumonia. Berdasarkan data rasio tersebut

kematian khusus menurut sebab kematian untuk pneumonia ialah 3.722

100.594 = 0,037. Dengan

demikian rasio tersebut merupakan petunjuk bahwa di suatu negara tertentu terdapat satu

sebab kematian khusus relative. Meskipun di dalam bab 5.2 sudah diberikan beberapa

kualifikasi, tetapi rasio kematian khusus menurut sebab kematian untuk berbagai negara pada

awal tahun 1960 seperti yang disajikan dalamn tabel 5.1 memeberi petunjuk tentang pola

penyakit yang berbeda.

TABEL 5.1

RASIO KEMATIAN KHUSUS DI BEBERAPA NEGARA

Negara

Sebab kematian

Kecelakaan Penyakit

jantung

Neo

plasma Pneumonia Tuberculosis

Australia (1964)

Amerika Serikat (1964)

Inggris dan Wales (1964)

Singapura (1963)

India (1961)

Meksiko (1963)

0,059

0,058

0,035

0,042

0,049

0,042

0,372

0,389

0,325

0,097

0,066

0,037

0,153

0,164

0,199

0,133

0,039

0,037

0,037

0,032

0,055

0,073

0,210

0,131

0,004

0,005

0,004

0,065

0,071

0,023

Sumber : United Nation’s Demographic Year Book, 1965

Meskipun demikian selama ini sudah menjadi kebiasaan untuk menghitung angka

kematian khusus menurut sebab kematian. Dalam hal ini jumlah kematian yang diakibatkan

oleh sebab tertentu selama tahun itu harus dibagi debgan jumlah seluruh penduduk

pertengahan tahun, dan angka yang diperoleh biasanya dinyatakan per 100.000 penduduk.

Misalnya, di Australia pada tahun 1964 terdapat 3.722 kematian yang diakobatkan oleh

Page 4: TUGAS DEMOGRAFI

pneumonia, dan perkiraan jumlah penduduk pada waktu itu ialah 11.136.000 jiwa, dari

perkiraan jumlah penduduk tersebut dapat disusun angka kematian khusus menurut sebab

penyakit pneumonia, yaitu 3.722

11.136.000= 0,000334 atau 33,4 kematian per 100.000 orang.

Penyebut yang digunakan untuk angka tersebut harus jumlah seluruh penduduk dan tidak

hanya penduduk yang menderita penyakit tertentu. Nilai yang terakhir ini memang dapat

dipandang sebagai perkiraan yang memadai mengenai penduduk yang menghadapi resiko,

tetapi kenyataannya nilai tersebut tidak tersedia. Angka kematian khusus menurut sebab

penyakit per 100.000 orang di beberapa negara selama beberapa tahun diberikan dalam tabel

5.2. Perbedaan yang significant memang tampak jelas, tetapi untuk kesekian kalinya perlu

diingatkan agar nilainya ditafsirkan secara hati-hati.

TABEL 5.2

ANGKA KEMATIAN KHUSUS MENURUT SEBAB KEMATIAN DI BEBERAPA NEGARA

Negara

Sebab kematian

Kecelakaan Penyakit

jantung

Neo

plasma

Pneu

monia TBC

Semua

sebab

Australia (1964)

Amerika Serikat (1964)

Inggris dan Wales (1964)

Singapura (1963)

India (1961)

Meksiko (1963)

53,6

54,2

39,4

24,1

57,6

45,4

336,3

365,5

367,0

55,9

76,9

40,2

137,9

153,9

224,1

76,6

45,0

39,5

33,4

30,2

62,3

42,2

245,5

140,3

3,7

4,3

5,3

37,6

82,7

25,1

903,4

939,6

1128,1

575,4

1166,3

1047,6

Sumber : United Nation’s Demographic Year Book, 1965

Dari hasil analisa mengenai angka kematian khusus menurut sebab kematian dan rasio

kematian khusus menueut sebab kematian tampak jelas bahwa turunnya mortalitas benar-

benar disebabkan oleh turunnya jumlah dan proporsi kematian karena penyakit infeksi dan

parasit. Dengan demikian proporsi kematian karena kanker dan penyakit peredaran darah dan

degenerative lainnya akan juga meningkat.

Dalam hal itu perlu diperhatikan pula bahwa angka kematian khusus menurut sebab

kematian dan rasio kematian khusus menurut sebab kematian biasanya tidak didasarkan atas

Page 5: TUGAS DEMOGRAFI

umur dan/atau jenis kelamin. Berdasarkan pengertian itu kematian pria dan wanita

dikombinasikan seperti juga kematian orang-orang yang masih muda dan tua. Meskipun dua

angka kematian khusus menurut sebab kematian mungkin sama, tetapi dari sudut pandang

ekonomis akan jauh lebih penting dibandingkan dengan yang lain karena angka pertama

terutama akan mempengaruhi orang-orang yang masih muda. Pengaruh yang disebabkan

karena distribusi umur, jenis kelamin penduduk yang tidak diperhitungkan dapat diketahui

dengan cara membandingkan angka kematian yang disebabkan oleh semua sebab di Singapura

(575 per 100.000 orang) dan Inggris/Wales (1.128 per 100.000 orang). Atas dasar ukuran umur

khusus, angka keamatian di singapura memang lebih tinggi, tetapi karena kelompok penduduk

yang masih muda, akibatnya angka kematian itu rendah apabila masalah umur tidak

diperhitungkan.

5.4 Angka Kematian Menurut Umur Dan Jenis Kelamin

Sebab khusus kematian tidak membawa pengaruh yang sama terhadap pria dan wanita

maupun semua kelompok umur. Sebagai contoh yang ekstrim dapat dikemukakan bahwa cacat

pembawaan biasanya sangat mempengaruhi angka kematian kelompok umur yang masih

sangat muda, sedangkan penyakit jantung kurang mempengaruhi kelompok umur muda, tetapi

malah merupakan sebab keatian yang serius bagi kelompok umur yang lebih tinggi, dan

komplokasi kehamilan dan kelahiran sudah tentu hanya akan berpengaruh kepada wanita.

Sampai begitu banyak perbedaan yang dapat dijadikan dasar untuk menghitung angka

kematian khusus menurut sebab kematian maupun angka kematian menurut “semua sebab”

yang khusus untuk umur dan jenis kelamin.

Untuk semua sebab yang dikombinasikan, di banyak negara mortalitas wanita dalam

masa kanak-kanak dan sepanjang masa kehidupan ternyata lebih rendah bila dibandingkan

dengan mortalitas pria, dan perbedaannya malah semakin menyolok. Pengecualian mengenai

hai ini terjadi di beberapa negara yang sedang berkembang seperti Sri Langka, India dan

Pakistan dimana mortalitas wanita dalam masa usia melahirkan masih sangat tinggi. Dalam

kaitannya dengan masalah umur, angka mortalitas akan akan mulai meningkat pada saat

kelahiran, kemudian menurun cepat sampai tingkat minimum sekitar umur 10 tahun, dan

sesudah itu naik lagi sepanjang masa kehidupan berikutnya. Keadaan ini tidak berlaku

dikelompok negara yang sudah maju dimana puncak kematian yang tidak begitu tinggi terjadi di

sekitar umur 19 tahun yang disebabkan oleh mortalitas karena kecelakaan yang cukup tinggi,

demiian pula di negara yang sedang berkembang dimana puncak kematian yang tidak begitu

tinggi terjadi pada kurva mortalitas wanita di sekitar puncak masa usia melahirkan yang

disebabkan oleh tingginya mortalitas pada saat kelahiran.

Page 6: TUGAS DEMOGRAFI

Besarnya perbedaan tersebut menyebabkan angka kematian harus dihitung secara

terpisah menurut kelompok jenis kelamin dan umur. Angka tersebut disebut angka kematian

khusus menurut umur – jenis kelamin (age – sex specific death rates). Dengan cara memisahkan

penduduk menurut kelompok jenis kelamin dan umur dapat disusun tabel angka untuk setiap

jenis kelamin dan umur yang tidak terpengaruh oleh distribusi penduduk menurut umur - jenis

kelamin.

5.5 Beberapa Faktor lain Yang Mempengaruhi Mortalitas

Sudah dijelaskan bahwa angka kematian pada intinya sangat berbeda menurut umur

dan jenis kelamin, dengan demikian perlu disusun angka kematian khusus menurut umur dan

jenis kelamin, disamping itu hendaknua dihitung pula angka khusus untuk beberapa factor

lainkarena mortalitas yang disebabkan oleh faktor-faktor itu ternyata banyak berbeda. Faktor

tersebut antara lain, ras (bangsa) dan pekerjaan.

Pada umumnya angka kematian bangsa kulit putih dapat dikatakan lebih rendah

dibandingkan dengan bangsa berkulit hitam, sedangkan untuk bangsa yang berkulit kuning

terlerak diantara kedua angka tersebut. Perbedaan itu tampak baik pada berbagai negara

maupun untuk berbagai bangsa yang terdapat di dalam suatu negara. Walaupun pada

hakekatnya lebih mencerminkan faktor social, ekonomis dan lingkungan dibandingkan dengan

perbedaan biologis atau genetik (keturunan).

Pada abad ke-19 perbedaan mortalitas menurut pekerjan tampak menonjol. Secara

umum angka kematian kelompok professional menurun sampai tingkat terendah, sedangkan

untuk pekerja yang todak memiliki keterampilan tertentu (unskill ed labour) malah mencapai

angka tertinggi. Dalam periode industrialisasi yang sudah maju dewasa ini perbedaan itu sudah

dapat dikurangi meskipun masih juga terdapat jenis pekerjaan yang dapat menimbulkan resiko

kematian yang cukup tinggi, misaknya : tukang penjaga, pekerja tambang, pengemudi mobil

balap, penerbang, petinju professional dan sebagainya.

Analisis mortalitas dari segi pekerjaan biasanya agak kompleks karena sulit untuk

mengaitkan kematian yang terjadi dengan resiko yang tepat. [ergantian pekerjaan sering

dilakukan setelah orang yang bersangkutan menderita penyakit yang parah atau cacat, yaitu

sebelum meniggal. Atas dasar alasan ini para pekerja membuat keranjang anyaman biasanya

dinyatakan sebagai kelompok pekerja yang angka mortalitasnya tertinggi. Hal ini disebabkan

oleh faktor bahwa pekerjaan tersebut seringkali diberikan kepada orang-orang yang baru

sembuh menderita penyakit yang parah (misalnya kerusakan pada otak atau luka berat).

Perbedaan mortalitas memang terjadi juga karena berbagai faktor, tetapi di lain pihak

pada umumnya tidak begitu berarti bila dibandingkan dengan umur, jenis kelamin dan mungin

juga dari segi ras (bangsa), di dalam kategori tersebut antara lain tercakup sebagai berikut :

Page 7: TUGAS DEMOGRAFI

a. Status perkawinan

Mortalitas kelompok penduduk yang sudah ternyata lebih rendah dibandingkan dengan

yabg belum menikah, dan perbedaan untuk pria lebih besar daripada wanita. Hal ini

disebabkan oleh faktor bahwa perkawinan biasanya mensyaratkan orang-orang yang

sehat, maupun karena perbedaan kebiasaan dan kondisi hidup.

b. Tempat tinggal

Mortalitas di daerah pedesaan pada umumnya lebih rendah dibandingkan di daerah

kota, tetapi sekarang perbedaan tersebut sudah berkurang. Beberapa penyakit

menyerang daerah beriklim panas, dan ada juga yang melanda tempat-tempat yang

dingin, akibatnya perbedaan iklim dapat juga menjadi faktor penyebab kematian. Atas

dasar alasan ini juga di tempat tinggal yang sama dapat terjadi fluktuasi mortalitas

musiman.

c. Cara hidup

Pada umumnya apabila kondisi sosial semakin memuaskan (diukur dari segi kualitas

perumahan, kebersihan, pelayanan kesehatan dan lain-lain), angka kematian akan

menurun. Kebiasaan hidup, misalnya : merokok, makan dan minum, dapat juga

mempengaruhi mortalitas.

d. Faktor genetik

Beberapa penyakit ternyata dapat menular dari generasi yang satu ke generasi yang

lain, dengan demikian terdapat beberapa alasan tertentu mengapa para keluarga harus

berusaha memperpanjang masa kehidupan. Walaupun demikan jumlah penyakit seperti

itu tidak begitu banyak, dan pengaruhnya terhadap mortalitas dirasakan tidak menentu.

Dengan demikan dewasa ini perbedaan keturunan secara komparatif dianggap tidak

berarti.

5.6 Kematian Bayi

Kematian bayi dapat diukur dengan cara membagi jumlah kematian di bawah umur saty

tahun yang terjadi selama tahun yang bersangkutan dengan perkiraan jumlah penduduk

pertengahan tahun yang berumur di bawah satu tahun. Walaupun demikian penduduk

pertengahan tahun ternyata hanya dapat diperoleh dari hasil perhitungan sensus, sedangkan

untuk tahun-tahun lainnya harus diperkirakan dari jumlah kelahiran yang telah terjadi. Dengan

demikian biasanya jumlah kematian penduduk dibawah umur satu tahun yang terjadi selama

satu tahun harus berkaitan dengan jumlah kelahiran-hidup yang terjadi selama tahun tersebut,

alasannya karena jumlah perhitungannya sudah tersedia dan merupakan suatu perkiraan yang

memadai megenai penduduk yang menghadapi resiko kematian.

Page 8: TUGAS DEMOGRAFI

Berdasarkan pengertian tersebut diatas, kematian bayi didefinisikan sebagai jumlah

kematian bayi yang berumur di bawah satu tahun yang tercatat dalm satu tahun tertentu per

1.000 kelahiran-hidup yang tedaftar selama tahun itu juga, hendaknya diperhatikan bahwa

definisi tersebut memang sudah diterima secara umum walaupun di dalam kelompok yang

benar-benar menghadapi resiko kematian kenyataanya tercakup juga sejumlah kelahiran yang

terjadi dalam tahun tersebut maupun kelahiran dalam tahun yang lampau. Angka kematian

memerlukan perhatian lebih khusus karena di dalam angka tersebut terjadi penurunan

mortalitas yang terbesar sebagai hasil peningkatan pelayanan kesehatan dan penemuan baru di

bidang pengobatan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh John Graunt pada tahun 1662

dapat diketahui bahwa angka kematian bayi di inggris ialah 300 kematian per 1.000 kelahiran-

hidup. Pada tahun 1901 angka tersebut menurun sampai 151 kematian per 1.000 kelahiran-

hidup, sedangkan pada tahun 1971 menurun sampai 18 kematian per 1.000 kelahiran-hidup.

Angka kematian bayi di Australia menurun secara drastis dari 104 kematian pada tahun 1901

per 1.000 kelahiran hidup menjadi 17 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1971.

Angka kematian bayi di dunia sangat berbeda, mulai dari 12 kematian per 1.000 kelahiran hidup

seperti di swedia sampai lebih dari 1.000 kematian untuk banyak negara yang sedang

berkembang.

Pada umumnya sebab kematian bayi dapat disebabkan dalam dua kelompok yang besar.

Kematian endogen atau kematian yang disebabkan oleh keadaan kelahiran atau kondisi pra-

natal yang disebabkan oleh kesulitan pada saat kelahiran (misalnya : cacat pembawaan, luka-

luka pada saat kelahiran dan kelahiran prematur) biasanya menyebabkan kematian dalam

empat ming gu pertama sesudah kelahiran. Dalam hal ini istilah kematian neo natal digunakan

untuk menggambarkan kematian yang terjadi dalam periode tersebut. Kematian yang

disebabkan oleh eksogen (misalnya : infeksi dan kecelakaan) nerupakan sebab utama kematian.

Untuk menggambarkan kematian yang terjadi sesudah empat minggu, tetapi dalam tahun

pertama kehidupan juga dipergunakan istilah kematian post natal. Dalam tabel 5.3 dapat dilihat

datanya untuk australia pada tahun 1970. Setiap angka dihitung dengan cara membagi jumlah

kematian yang terjadi pada setiap umur pada tahun 1970 dengan jumlah kelahiran selama

tahun 1970, dan kemudian dikalikan dengan 1.000. turunnya angka kematian bayi secara

drastis dalam abad ini pada umumnya lebih disebabkan oleh berkurangnya kematian post-

natal, dan bukan karena kematian neo-natal. Ini disebabkan karena pelayanan kesehatan ibu

dan anak sudah lebih memuaskan, dengan demikian angka kematian bayi digunakan sebagai

indeks kondisi kesehatan masyarakat dan sosial yang cukup dipertanggungjawabkan.

Page 9: TUGAS DEMOGRAFI

TABEL 5.3

KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN-HIDUP MENURUT JENIS KELAMIN, UMUR DAN SEBAB

KEMATIAN AUSTRALIA TAHUN 1970

Sumber : Cause of death, 1970. Common wealth bureau of census and statistic

Dewasa ini sudah menjadi kebiasaan untuk juga menyusun angka kematian neo natal,

angka ini merupakan jumlah kematian yang terjadi pada minggu pertama sesudah kelahiran per

1.000 kelahiran hidup. Kematian tersebut yang tercampur dengan lahir mati (still birth) atau

kematian janin daripada 28 minggu masa kehamilan atau lebih dinamakan kematian peri natal.

Mortalitas yang disebabkan oleh semua kematian janin, keguguran, dan aborsi serta lahir-mati

sering juga menjadi bahan penelitian, tetapi data statistiknya sangat tidak dapat dipercaya.

S k

e e

b m

a a

b t

i

a

n

J k

e e

n l

i a

s m

i

n

umur Jumlah

seluruh

kematian

bayi

Neo natal Post natal

Di

bawah

1 hari

1 hari

sampai

1

minggu

1

minggu

sampai

4

minggu

4

minggu

sampai

3 bulan

3

minggu

sampai

6 bulan

6

bulan

sampai

1

tahun

Endogen

Eksogen

P

W

P

W

8,12

5,84

0,23

0,17

5,21

3,19

0,27

0,21

0,97

0,88

0,36

0,28

0,67

0,57

1,43

0,88

0,46

0,52

1,46

1,08

0,36

0,30

1,06

1,09

15,79

11,30

4,81

3,71

Jumlah P

W

8,35

6,01

5,84

3,40

1,33

1,16

2,10

1,45

1,92

1,60

1,42

1,39

20,60

15,01

Page 10: TUGAS DEMOGRAFI

5.7 Kematian Ibu (Maternal Mortality)

Selain itu dapat juga dihitung angka kematian khusus menurut umur, kematian ini

disebabkan oleh lahir-mati dan komplikasi kehamilan. Jumlah wanita yang resiko yang

dipergunakan untuk menghitung angka seperti ini ialah jumlah seluruh wanita pada umur

tertentu yang tercakup di dalam penduduk secara keseluruhan. Meskipun demikian terdapat

juga kemungkinan untuk memperoleh nilai yang tepat mengenai kelompok wanita yang

menghadapi resiko karena kelompok tersebut jelas terdiri dari sejumlah wanita yang hamil

selama tahun yang bersangkutan. Sebaliknya jumlah tersebut dapat dikatakan hampir sama

kematian wanita selama jangka waktu tertentu yang disebabkan oleh kelahiran maupun

komplikasi kehamilan untuk setiap 100.000 kelahiran yang terjadi selama periode tersebut.

Dengan meningkatnya standar perawatan sesudah kelahiran dan kemampuan obstetric

maupun kemajuan lain di bidang ilmu pengetahuan pengobatan, kematian ibu menurun cukup

menyolok terutama di negara yang sudah maju. Di Selandia Baru misalnya, 20 tahun sesudah

tahun 1942 kematian ibu ternyata menurun dari 253 per 100.000 kelahiran menjadi 17 per

100.000. Pada tahun 1968 di Amerika Serikat angka untuk ibu-ibu berkulit non putih mencapai

64 per 100.000. Manfaat angka kematian ibu ternyata melebihi angka kematian biasa yang

disebabkan oleh kematian puerperal (demam panas karena melahirkan), alasannya ialah karena

yang disebutkan pertama dikaitkan dengan jumlah kelahiran sehingga secara otomatis akan

menyesuaikan resiko yang rendah apabila fertilitas menurun.

5.7 Jumlah Kematian Yang Diharapkan

Dalam banyak hal perlu juga membandingkan kematian yang sebenarnya di dalam suatu

jumlah penduduk tertentu dengan kemayian yang diharapkan atas dasar beberapa hipotesa.

Misalnya, suatu perusahaan asuransi jiwa dapat membandingkan jumlah kematian para

pemegang polis yang terjadi selama satu tahun dengan jumlah kematian para pemegang polis

yang diharapkan menurut rumus premi yang berlaku bagi perusahaan itu. dalam kasus biasa

yang lain jumlah kematian yang sebenarnya di dalam salah satu bagian seluruh penduduk harus

dibandingkan dengan jumlah kematian yang diharapkan terjadi dalam bagian tersebut apabila

angka kematian jumlah seluruh penduduk diterapkan untuk keperluan itu. Metode tersebut

digunakan untuk menentukan apakah kematian yang terjadi di dalam satu pekerjaan lebih

tinggi atau malah lebih rendah dibandingkan dengan penduduk rata-rata. Apabila distribusi

umur dan jenis kelamin bagian penduduk itu dianggap sama dengan distribusi umur dan jenis

kelamin jumlah seluruh penduduk, angka kematian kasar (crude death rates) dapat

dipergunakan untuk menghitung jumlah kematian yang diharapkan. Misalnya, pada tahun 1968

di negara bagian N.S.W. terdapat 41.803 kematian. Jumlah penduduk N.S.W. pada pertengahan

tahun 1968 diperkirakan mencapai 4.381.416 jiwa, dan angka kematian kasar di Australia, di

negara bagian N.S.W.. diharapkan akan terjadi 39.871 kematian. Jumlah tersebut ternyata agak

Page 11: TUGAS DEMOGRAFI

kurang dibandingkan dengan jumlah kematian yang sebenarnya, hal ini menunjukkan bahwa

atas dasar tersebut kematian di negara bagian N.S.W. agak lebih tinggi dibandingkan dengan

kematian di Australia. Meskipun demikian asumsi mengenai distribusi umur dan jenis kelamin

yang sama ternyata jarang sekali meyakinkan, dan perbedaan antara jumlah kematian yang

sebenarnya dengan yang “diharapkan” dapat disebabkan oleh perbedaan distribusi umur dan

jenis kelamin di negara bagian N.S.W. dan Australia.

Distribusi umur penduduk Maori di Selandia Baru ternyata lebih muda dibandingkan

dengan penduduk Australia, akibatnya dalam menghitung jumlah kematian yang diharapkan

terjadi di penduduk Maori atas dasar asumsi bahwa angka kematian Selandia Baru berlaku

untuk itu, hendaknya angka kematian khusus menurut umur (age specific death rates)

diterapkan untuk penduduk Maori menurut klasifikasi umur.

Perhitungannya sebagai berikut :

Umur angka kematian khusus

menurut umur di

Selandia Baru tahun

1966 (per 1.000)

Penduduk Maori

Tahun 1966

Jumlah kematian

yang diharapkan

penduduk Maori

tahun 1966

0 – 4

5 – 14

14 – 24

25 – 44

45 – 64

65+

4,37

0,45

1,02

1,76

10,44

68,74

39.539

61.728

34.725

43.686

17.626

3.885

173

28

35

77

184

265

762

Dengan demikian apabila untuk penduduk Maori harus diperlakukan angka kematian

khusus menurut umur di Australia, jumlah kematian yang terjadi selama tahun 1969 akan

mencapai 762 orang. Jumlah kematian yang sebenarnya mencapai 1.291, hal ini menunjukkan

bahwa mortalitas di Maori pada tahun 1966 lebih tinggi dibandingkan dengan mortalitas jumlah

seluruh penduduk Selandia Baru. Alasan mengapa distribusi umur harus juga diperhitungkan

tidak lain disebabkan oleh fakta bahwa apabila umur diabaikan dan kelahiran kasar

Page 12: TUGAS DEMOGRAFI

dipergunakan, akan tampak bahwa mortalitas seorang penduduk Maori mencapai 72% dari

mortalitas jumlah seluruh penduduk Selandia Baru.

Populasi pria anggota parlemen merupakan populasi lain distribusi umurnya begitu

berbeda dari distribusi umur penduduk pada umumnya sehingga untuk menghitung jumlah

kematian yang diharapkan harus digunakan angka kematian khusus menurut umur. Dalam hal

ini jumlah populasinya sedemikian kecil sehingga dianjurkan agar perhitungannya mencakup

jangka waktu beberapa tahun. Dengan demikian penduduk yang menghadapi resiko harus

diubah menjadi tahun-kehidupan (person-years) pada setiap umur sebelum angka kematian

khusus menurut umur digunakan. Di bawah ini akan disajikan prosedur perhitungannya dengan

menggunakan data untuk Inggris.

Umur Jumlah person years

yang menghadapi risiko

1946 - 1967

angka kematian

khusus menurut

umur (per 1.000)

Jumlah kematian

yang diharapkan

25 – 34

35 – 44

45 – 54

55 – 64

65 – 74

75 - 84

85+

636

3.473

5.626

5.265

2.731

963

124

1,53

2,74

7,71

22,05

54,12

122,95

250,81

1,0

9,5

43,4

116,1

147,8

118,8

31,1

18.818 467,3

Dengan demikian apabila untuk para anggota parlemen harus diperlakukan angka

kematian khusus menurut umur untuk Inggris, jumlah kematian yang diharapkan selama jangka

waktu tahun 1945 – 1967 akan mencapai 467 orang. Jumlah kematian yang sebenarnya ialah

296 orang, ini menunjukkan bahwa mortalitas anggota parlemen hanya sekitar 63% dari

mortalitas jumlah seluruh penduduk Inggris.

Page 13: TUGAS DEMOGRAFI

5.9 Standarisasi Langsung

Terdapat pula kemungkinan untuk membandingkan mortalitas dua kelompok penduduk

dengan cara menghitung angka kematian setiap jenis kelamin menurut umur untuk masing-

masing kelompok penduduk tersebut dan kemudian membandingkan angka-angka yang cocok.

Sampai sebegitu kumpulan nilai seperti itu sulit dibandingkan sehingga dalam praktek

hendaknya dihitung satu nilai untuk mengekspresikan mortalitas relative. Dalam paragraph

terakhir dapat dihitung satu nilai, dengan itu dapat diperoleh satu pernyataan yang langsung

mengenai mortalitas anggota parlemen di Inggris. Dalam uraian di bawah ini akan dibahas satu

ukuran nilai mortalitas.

Angka kematian kasar merupakan satu nilai paling sederhana yang dapat dipergunakan.

Angka tersebut benar-benar merupakan nilai angka kematian pada setiap umur, dan ukuran

yang dipergunakan ialah jumlah penduduk pada setiap umur yang tercakup di dalam penduduk

yang sedang diselidiki. Apabila dua penduduk dari distribusi umur yang sangat berbeda

dibandingkan satu dengan yang lain, ukuran yang dipergunakan harus sangat berbeda,

akibatnya dari metode tersebut akan diperoleh hasil yang sangat menyesatkan. Misalnya, angka

kematian kasar bangsa Maori pada tahun 1966 mencapai 6,37 per 1.000 orang, sedangkan

untuk non Maori ialah 9,07 kematian per 1.000 orang. Meskipun demikian dari tabel 5.4 dapat

diketahui bahwa walaupun angka kematian kasar untuk bangsa Maori memang lebih rendah

dibandingkan dengan non Maori, tetapi kenyataannya angka khusus menurut umur bangsa

Maori lebih tinggi untuk semua umur. Penjelasan yang dapat diberikan terhadap penyimpangan

ini ialah karena rendahnya angka kematian sebagian besar proporsi penduduk Maori pada

umur muda. Selain itu jelas pula bahwa apabila struktur umur penduduk banyak berbeda,

angka kematian kasar akan merupakan indicator perbedaan mortalitas yang tidak dapat

dipercaya. Masalh ini sudah diuraikan di bagian 5.3.

Dalam banyak perbandingan mortalitas ternyata distribusi umur senantiasa sama,

sehingga cacat yang telah disebutkan di atas dapat dikatakan tidak begitu serius. Dalam hal ini

banyak digunakan angka kematian kasar karena perhitungannya tidak rumit. Seringkali struktur

penduduk dan angka kematian khusus menurut umur tidak diketahui (yang tersedia hanya data

mengenai jumlah seluruh penduduk dan jumlah seluruh kematian), dalam keadaan seperti ini

tidak ada alternative lain kecuali menggunakan angka kematian kasar. Walaupun demikian

apabila angka kematian khusus menurut umur sudah diketahui, agaknya akan lebih banyak

apabila digunakan ukuran yang konstan dibandingkan dengan ukuran yang membedakan

penduduk yang satu dengan yang lain. Apabila ukuran yang digunakan ialah jumlah pada setiap

umur dan setiap kelompok umur yang tercakup di dalam satu penduduk standar, angka rata-

rata yang dihasilkan dinamakan angka kematian yang di standarisasi (standardized death rate).

Angka tersebut dapat didefinisikan sebagai seluruh angka kematian yang akan berlaku di dalam

Page 14: TUGAS DEMOGRAFI

suatu jumlah penduduk standar apabila memepunyai angka kematian penduduk pada setiap

umur yang sedang diselidiki.

Sampai sebegitu jauh tidak terdapat penduduk standar yang benar-benar tepat, dan

setiap peneliti bebas memberikan penilainnya sendiri untuk memilih standar yang lebih cocok.

Pilihan itu kadang-kadang malah dapat mempengaruhi hasil perhitungannya tetapi pada

umumnya pengaruh tersebut tidak begitu berarti. Peneliti biasanya akan lebih mencurahkan

perhatiannya kepada arah dan perkiraan mengenai besarnya perbedaan mortalitas antara

berbagai kelompok penduduk yang berbeda dan bukan kepada nilai yang tepat, arah maupun

besarnya perbedaan itu dapat mudah ditentukan dengan menggunakan setiap penduduk

standar yang memadai. Dengan demikian apabila misalnya disusun perbandingan antara daerah

kota dan pedesaan di N.S.W. pada tahun 1950, standar yang dapat digunakan ialah penduduk

N.S.W. tahun 1950, atupun juga jumlah penduduk hasil perhitungan sensus yang terakhir

maupun nilai-nilai yang cocok untuk Australia. Dilain pihak agaknya tidak akan cocok bila

misalnya penduduk Etiopia tahun 1891 digunakan sebagai standar, alasannya karena jumlah

penduduk tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan penduduk yang sedang diselidiki, baik

dari segi geografis maupiun dari sudut waktunya.

Coba perhatikan lagi angka kematian bangsa Maori dan non Maori di Selandia Baru yabg

dicantumkan di dalam tabel 5.4. Dalam hal ini jumlah seluruh penduduk Selandia Baru dapat

dipergunakan sebagai penduduk standard an apabila angka kematian untuk penduduk Maori

dan non Maori diterapkan terhadap penduduk standar tersebut, jumlah kematian yang

diharapkan terjadi di dalam penduduk standar dapat dihitung apabila angka kematian Maori

dan non Maori sudah diketahui. Berdasarkan pengertian tersebut apabila 306.643 penduduk

yang berumur 0 – 4 tahun yang tercakup di dalam penduduk standar (kolom 2) mengalami

angka kematian khusus menurut umur bangsa Maori untuk kelompok umur tersebut sebesar

7,45 kematian per 1.000 orang (kolom 3), maka jumlah kematian yang diharapkan terjadi ialah

306.643 x 0,00745 = 2.284 (kolom 4). Demikian pula apabila 565.756 yang berumur 5 – 14

tahun di dalm penduduk standar mengalami angka kematian sebesar 0.91 kematian per 1.000

orang, maka jumlah kematian yang diharapkan terjadi ialah 515. Dengan cara mengulangi

semua kelompok umur dan kemudian menambahkannya, di dalam penduduk standar

diharapkan dapat terjadi 37.143 kematian apabila penduduk itu mengalami juga angka

kematian yang sama seperti penduduk Maori. Di lain pihak apabila kita ulangi proses

perhitungannya dengan angka kematian bangsa Maori (kolom 5), di dalam penduduk standar

diharapkan terjadi 23.243 kematian (kolom 6).

Page 15: TUGAS DEMOGRAFI

TABEL 5.4

STANDARISASI LANGSUNG ANGKA KEMATIAN MENURUT UMUR

Umur

Penduduk

standar

(penduduk

Selandia

Baru, 1966)

Maori Non Maori

Angka

kematian

khusus

menurut umur

tahun 1966

Kematian

yang

diharapkan

kolom(2)x(3)

Angka

kematian

khusus

menurut umur

tahun 1966

Kematian

yang

diharapkan

kolom(2)x(5)

1 2 3 4 5 6

0 – 4

5 – 14

15 – 24

25 – 44

45 – 64

65+

306.643

565.756

436.019

640.711

504.697

223.093

7,45

0,91

1,53

3,52

20,92

93,52

2.284

515

667

2.255

10.558

20.864

3,92

0,39

0,98

1,63

10,04

68,50

1.202

221

427

1.044

5.067

15.282

Total 2.676.919 37.143 22.243

Angka kematian yang distandarisasikan 13,88 8,68

Angka kematian kasar (untuk bahan

perbandingan) 6,37 9,07

Sumber : New Zealand Year Book, 1971

Angka kematian yang distandarisasikan dapar diperoleh apabila jumlah kematian yang

diharapkan dibagi dengan jumlah seluruh penduduk yang tercakup di dalam penduduk standard

an kemudian dikalikan 1.000 . Dengan demikian angka kematian yang distandarisasikan untuk

bangsa Maori dan non Maori masing-masing mencapai 13,88 dan 8,68 kematian per 1.000

orang. Kedua nillai ini sama dengan angka kematian kasar masing-masing 6,37 dan 9,07

kematian per 1.000 orang. Angka kematian khusus menurut umur pada semua umur bangsa

Maori ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan non Maori. Jadi jelas bahwa angka kematian

Page 16: TUGAS DEMOGRAFI

yang distandarisasikan memeberikan petunjuk yang lebih dapat dipercaya mengenai perbedaan

mortalitas antara dua jumlah penduduk dibandingkan dengan kematian kasar.

Karena penduduk dapat dibedakan menurut jenis kelamin pada setiap umur, dianjurkan

agar jenis kelamin juga distandarisasikan. Prosedur yang ditetapkan untuk standarisasi tersebut

pada hakekatnya sama, dalam hal ini penduduk standar diklasifikasikan menurut umur dan jenis

kelamin, begitupula angka kematian khusus untuk umur dan jenis kelamin. Kematian yang

diharapkan untuk setiap jenis kelamin dan kelompok umur dihitung dengan cara mengalikan

penduduk yang tercakup di dalam jenis kelamin dan kelompok umur dengan angka kematian

khusus untuk umur dan jenis kelamin. Dengan demikian angka kematian yang distandarisasikan

ialah jumlah seluruh kematian yang diharapkan dan kemudian dibagi dengan jumlah penduduk

standar dan dikalikan 1.000. prosedur tersebut akan memudahkan proses standarisasi yang

dilakukan secara sekaligus untuk barbagai variable. Satu-satunya persyaratan khusus yang

harus dipenuhi ialah tersedianya penduduk standard an angka kematian penduduk yang sedang

diselidiki yang kedua-duanya diterapkan khusus untuk setiap variable yang bersangkutan.

5.10 Standarisasi Tidak Langsung

Apabila proses standarisasi langsung pada prinsipnya harus mencakup penerapan

berbagai angka khusus umur terhadap struktur penduduk standar, alternative lain yang dapat

digunakan ialah menerapkan seperangkat standar angka khusus menurut umur terhadap

penduduk yang sedang diselidiki, dan kemudian membandingkan jumlah kematian yang

sebenarnya dengan jumlah yang diharapkan dengan dilandasi oleh asumsi bahwa angka

kematian standar memang berlaku. Prosedur tersebut dinamakan standarisasi tidak langsung.

Perhitungan mengenai jumlah kematian yang diharapkan senantiasa sama dengan prosedur

yang telah diuraikan pada bagian 5.8. Prosedur tersebut masih dapat ditempuh meskipun angka

kematian khusus menurut umur untuk penduduk yang sedang diselidiki tidak diketahui, dengan

syarat bahwa data mengenai jumlah seluruh kematian sudah diketahui.

Perhatikan lagi perbandingan antara mortalitas Maori dan non Maori. Dalam hal ini

dimisalkan bahwa angka kematian khusus menurut umur untuk setiap penduduk tidak

diketahui sehingga prosedur standarisasi langsung tidak mungkin diterapkan. Dari hasil sensus

yang belum lama ini diselenggarakan dapat diketahui distribusi umur penduduk Maori dan non

Maori, sedangkan dari segi mortalitas yang diketahui hanya jumlah seluruh kematian untuk

setiap penduduk dan dikehendaki juga standarisasi untuk pengaruh umur. Dalam hal ini

penduduk Selandia Baru harus dipergunakan sebagi penduduk standar, dan diasumsikan bahwa

angka kematian khusus menurut umur di Selandia Baru sudah diketahui.

Metode perhitungan angka kematian yang distandarisasikan dapat dipelajari di dalam

tabel 5.5. Pertama-tama jumlah kematian yang diharapkan terjadi di dalam penduduk Maori

Page 17: TUGAS DEMOGRAFI

harus dihitung dengan dilandasi oleh asumsi bahwa angka kematian penduduk standar

(Selandia Baru) benar-benar berlaku. Perhitungan sama dengan perhitungan yang telah

diuraikan di bagian 5.8. Kemudian proses tersebut diulangi untuk pendudk non Maori. Jelas

bahwa menurut asumsi itu dalam penduduk Maori diharapkan terjadi 762 kematian, padahal

apa yang sebenarnya terjadi ialah 1.291 kematian. Di dalam penduduk non Maori diharapkan

terjadi 23.009 kematian, tetapi yang sebenarnya malah hanya 22.487. dengan demikian

mortalitas penduduk Maori melebihi yang diharapkan semula, sedangkan non Maori ternyata

kurang dari harapan yang telah diperhitungkan. Keadaan tersebut dapat diketahui dengan cara

menghitung rasio mortalitas yang distandarisasikan, rasio antara kematian yang sebenarnya

dengan jumlah kematian yang diharapkan yaitu 0,977 untuk non Maori dan 1,694 untuk Maori.

Apabila rasio ini dikalikan dengan angka kematian kasar di dalam penduduk standar,

angka kematian yang distandarisasikan tidak langsung untuk setiap penduduk akan dapat

dihitung. Angka tersebut ternyata mendekati angka yang distandarisasikan secara tidak

langsung, dan keduanya merupakan nilai indeks tunggal mortalitas setiap penduduk yang lebih

baik dibandingkan dengan angka kematian kasar.

TABEL 5.5

STANDARISASI ANGKA KEMATIAN TIDAK LANGSUNG MENURUT UMUR

Umur

Angka

kematian

standar

(angka

kematian

Selandia

Baru, 1966)

Maori Non Maori

penduduk

tahun 1966

Kematian

yang

diharapkan

kolom(2)x(3)

penduduk

tahun 1966

Kematian

yang

diharapkan

kolom(2)x(5)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

0 – 4

5 – 14

15 – 24

25 – 44

45 – 64

65+

4,37

0,45

1,02

1,76

10,44

68,74

39.539

39.728

34.725

43.686

17.626

3.855

173

28

35

77

184

265

267.104

504.028

401.294

597.025

487.071

201.238

1.167

224

409

1.051

5.085

15.070

Page 18: TUGAS DEMOGRAFI

Total (8,86)* 201.159 762 2.475.760 23.009

Jumlah seluruh kematian yang benar-

benar terdaftar. Rasio kematian yang

distandarisasikan (SMR)

1.291 22.487

Kematian yang diharapkan 1.694 0,977

Angka Rasio kematian yang

distandarisasikan secara tidak langsung

(SMR x CDR)

15,01 8,66

Sumber : New Zealand Year Book, 1971

5.11 Mortalitas Generasi

Angka kematian khusus menurut umur biasanya dihitung setiap tahun dengan cara

membagi jumlah kematian pada setiap umur yang terjadi selama tahun kalender dengan

perkiraan jumlah penduduk pertengahan tahun pada umur tersebut. Dalam tahun sensus. Dan

nilai 𝑞𝑥 yang dihasilkan merupakan dasar bagi life table yang disusun. Dengan menerapkan

prosedur seperti itu dapat diperoleh angka kematian khusus umur yang tepat. Walupun

demikian setiap angka harus didasrkan atas pengalaman kelompok penduduk yang berbeda.

Kematian penduduk yang sudah berumur 70 tahun akan terpengaruh oleh penyakit dan

beberapa faktor lingkungan yang penting beberapa tahun yang lampau, tetapi tidak banyak

mempengaruhi kematian yang akan terjadi pada umur 70 tahun dari mereka sekarang berumur

20 tahun. Namun dalam menggunakan life table yang didasarkan atas nilai 𝑞𝑥 untuk suatu

tahun kalender tertentu pada hakekatnya diasumsikan bahwa setiap oarng pada saat mencapai

setiap umur akan mengalami kematian yang dialami berbagai kelompok penduduk yang

berbeda selama tahun kalender tertentu itu. Metode untuuk meneliti mortalitas yang

diadasarkan atas hasil berbagai kelompok penduduk dalam satu tahun kalender dapat

memberikan hasil yang hasil menyesatkan apabila kondisinya berubah atau bila tahun tertentu

itu tidak nor,al. dengan demikian akan lebih tepat apabika sasaran penelitiannya diarahkan

pada generasi tertentu dan juga menyelidki mortalitasnya tahun demi tahun mulai tahun

kelahiran sampai sekarang. Ini merupakan sistim pendekatan yang sebenarnya terhadap orang-

orang yang masih hidup, dan sistem ini dinamakan metode generasi atau kohor. Sistem

tersebut sangat bermanfaat dalam meneliti kecenderugan mortalitas. Studi seperti itu

dinamakan studi longitudinal.

Page 19: TUGAS DEMOGRAFI

TABEL 5.6

ANGKA KEMATIAN KHUSUS MENURUT UMUR PER 100.000 DARI TUBERCULOSIS, PRIA DI MASSACHUTTES, TAHUN 1880 – 1940

umur

Tahun

1880 1890 1900 1910 1920 1930 1940

0 – 9 10 – 19 20 – 29 30 – 39 40 – 49 50 – 59 60 – 69

70+

803 126 444 378 364 366 475 672

627 115 361 368 256 325 346 396

340 90

288 296 253 267 304 343

230 63

207 253 253 252 246 163

132 49

149 164 175 171 172 127

52 21 81

115 118 127 95 95

13 4

35 51 86 92

109 79

Sumber : Merrel. Time-Specific Life Tables Contasted With Obserted Survisorship Biometric, Volume 3, 1947. Pengukuran mengenai kematian khusus meurut umur yang disebabkan oleh tuberculosis merupakan salah satu contoh konklusi yang menyesatakan sebagi akibat penerapan metode tahun kalender. Dari angka kematian khusus pada puncak angka kematian berada pada umur di atas 60 tahun. Dalam Tabel 5.6 angka kematian mencerminkan kematian yang disebabkan oleh tuberculosis untuk berbagai tahun kalender, pada tahun 1880 puncak mortalitas terdapat pada kelompok umur 20 -29 tahun, dan di dalam tahun-tahun berikutnya pada umur yang jauh lebih tinggi. Akhirnya pada tahun 1940 puncaknya bergeser lagi sampai kelompok umur 60 – 69 tahun. Meskipun demikian apabila kematian khusus menurut umur diteliti engan membaca tabel sacra diagonal ke bawah dari kiri ke kanan akan dapat diketahui bahwa puncak di semua kohor masih terdapat di kelompok umur 20 -29 tahun. Angka generasi tercantum di alam Tabel 5.6 dengan garis diagonal yang sejajar dengan angka yang ditandai untuk generasi berumur 0 – 9 tahun pada tahun 1980. Mortalitas yang disebabkan oleh tuberculosis ternyata menurun tajam setiap tahun maupun di dalam setiap kelompok umur, di dalam keadaan ini sistem tahun pendekatan tahun kalender telah menyebabkan kesimpulannya cukup menyesatkan, yaitu bahhwa puncak mortalitas telah bergeser pada umur yang lebih tinggi padahal sebenarnya masih tetap terdapat di dalam kelompok umur 20 – 29 tahun.