repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · iv abstrak diaz...
Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · iv abstrak diaz...
iv
ABSTRAK
Diaz Ajeng Khairunnisa, NIM 11150430000018. BUDAYA PEMBUANGAN
SAMPAH SEMBARANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF. Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum, Konsentrasi
Perbandingan Fiqih, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1441 H/2019 M.
Skripsi ini bertujuan untuk membandingkan pendapat Hukum Islam dan Hukum
Positif tentang Membuang Sampah Sembarangan. Pada penelitian ini, penulis
menggunakan metode penelitian hukum normatif tertulis. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah library research atau kajian pustaka yaitu tela’ah yang dilakukan
untuk memecahkan sebuah masalah dengan cara pendekatan melalui bahan-bahan
pustaka dan hasil penelitian lainnya yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas yang
digunakan untuk mengeksplorasi teori-teori yang terkait dengan topik penelitian.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, perilaku masyarakat dalam membuang
sampah sembarangan yang terbagi menjadi konsumen dan produsen masih sering
dilakukan setiap hari. Dalam hukum Islam larangan untuk membuang sampah
sembarangan telah diatur dalam Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Sampah untuk Mencegah Kerusakan Lingkungan dan dalam Fatwa Lembaga Bahtsul
Masail Nahdhatul Ulama tentang Hukum Membuang Sampah Secara Sembarangan.
Kedua hukum tersebut sama-sama mengeluarkan fatwa Haram bagi masyarakat untuk
tidak membuang sampah sembarangan, karena akan menimbulkan kerusakan lingkungan
sekitar masyarakat. Akan tetapi dalam Fatwa Lembaga Bahtsul Masail terdapat hukum
Makruh bagi masyarakat untuk membuang sampah sembarangan apabila memiliki
kemungkinan kecil untuk merusak lingkungan.
Kemudian, dalam hukum positif telah diatur pula mengenai larangan membuang
sampah sembarangan, baik berupa sampah plastik, limbah rumah tangga, limbah industri
dan lain sebagainya. Selain itu, pemerintah juga menetapkan bagi seluruh produsen untuk
mencantumkan lebel pendaur ulangan sampah pada setiap kemasan produksinya. Apabila
produsen tersebut tidak melakukannya, maka akan ada sanksi yang diberikan oleh pihak
berwenang.
Kata Kunci : Sampah, Sembarangan, Konsumen, Produsen, Hukum Islam, Hukum
Positif
Pembimbing : 1. H. Dr. Supriyadi Ahmad, M.A
2. H. Qosim Arsadani, M.A
Daftar Pustaka : 1984-2018
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Hal yang dimaksud dengan transliterasi adalah alih aksara dari tulisan asing (terutama
Arab) ke dalam tulisan Latin. Pedoman ini diperlukan terutama bagi mereka yang dalam
teks karya tulisnya ingin menggunakan beberapa istilah Arab yang belum dapat diakui
sebagai kata bahasa Indonesia atau lingkup masih penggunaannya terbatas.
a. Padanan Aksara
Berikut ini adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara Latin:
Huruf
Arab Huruf Latin
Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h ha dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
vi
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
koma terbalik di atas ع
hadap kanan
gh ge dan ha غ
f ef ف
q Qo ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
ء
apostrop
y ya ي
b. Vokal
Dalam bahasa Arab, vokal sama seperti dalam bahasa Indonesia, memiliki vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal atau
monoftong, ketentuan alih aksaranya sebagai berikut:
vii
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ـــــ ـــــa fathah
i kasrah ــــــــــ
u dammah ــــــــــ
Sementara itu, untuk vokal rangkap atau diftong, ketentuan alih aksaranya sebagai
berikut:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ي ـــــ ـــــai a dan i
ــــ و ــــــ au a dan u
c. Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab
dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal
Arab
Tanda Vokal
Latin
Keterangan
ا â a dengan topi diatas ـــــ
î i dengan topi atas ـــــى
û u dengan topi diatas ـــــو
d. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf alif dan
lamال) ), dialih aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyahatau
huruf qamariyyah. Misalnya: اإلجثهاد = al-ijtihâd ا لرخصة = al-rukhsah, bukan ar-
rukhsah
e. Tasydîd (Syaddah)
viii
Dalam alih aksara, syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah. Tetapi, hal ini tidak berlaku jika
huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya: الشفعة = al-syuî ‘ah, tidak ditulis asy-syuf
‘ah.
f. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri (lihat contoh 1) atau diikuti
oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2), maka huruf ta marbûtah tersebut
dialihaksarakan menjadi huruf “h” (ha). Jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti
dengan kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihasarakan menjadi huruf “t” (te)
(lihat contoh 3).
No Kata Arab Alih Aksara
syarî ‘ah شريعة 1
al- syarî ‘ah al-islâmiyyah اإلسالمية الشريعة 2
Muqâranat al-madzâhib املذاهب مقارنة 3
g. Huruf Kapital
Walau dalam tulisan Arab tidak dikenal adanya huruf kapital, namun dalam
transliterasi, huruf kapital ini tetap digunakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Perlu diperhatikan bahwa jika
nama diri didahului oleh kata sandang, maka huruf yang ditulis dengan huruf
kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Misalnya, البخاري
= al-Bukhâri, tidak ditulis al-Bukhâri.
Beberapa ketentuan lain dalam EYD juga dapat diterapkan dalam alih aksara
ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring atau cetak tebal. Berkaitan
dengan penulisan nama, untuk nama-nama yang berasal dari dunia Nusantara
sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meski akar kara nama tersebut berasal
dari bahasa Arab. Misalnya: Nuruddin al-Raniri, tidak ditulis Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
ix
h. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism) atau huruf (harf), ditulis secara
terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara dengan berpedoman pada
ketentuan-ketentuan di atas:
No Kata Arab Alih Aksara
al-darûrah tubîhu almahzûrât احملظورات تبيح الضرورة 1
al-iqtisâd al-islâmî اإلسالمي اإلقتصاد 2
usûl al-fiqh الفقه أصول 3
al-‘asl fi al-asyyâ’ alibâhah ىف األصل اإلابحة األشياء 4
al-maslahah al-mursalah املرسلة املصلحة 5
x
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas diucapkan selain rasa syukur atas segala nikmat dan karunia
yang telah Allah berikan dalam setiap hembusan nafas setiap hamba-Nya dimuka bumi
ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad
S.A.W yang merupakan suritauladan terbaik seluruh umat muslim di dunia.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi pada jenjang
Strata Satu (S1) Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta. Alhamdulillah, berkat rahmat dan karunia dari Allah S.W.T,
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul BUDAYA PEMBUANGAN
SAMPAH SEMBARANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa telah banyak rintangan
dan hambatan yang harus dilewati. Akan tetapi, berkat dukungan dari berbagai pihak
yang selalu memberikan semangat serta bimbingan maka penulis dapat melewati semua
hambatan serta rintangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh sebab itu, pada kesempatan yang berharga ini penulis ingin mengungkapkan
rasa hormat serta terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis., L.c., M.A, Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
2. Bapak Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H.,M.H.,M.A, Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Ibu Siti Hanna, M.A, Ketua Program Studi Perbandingan Mazhab dan Bapak
Hidayatulloh, M.H, Sekretaris Program Studi Perbandingan Mazhab. 4. Bapak
Dr.H.Ahmad Mukri Aji, M.A Dosen Penasihat Akademik penulis.
5. Bapak Dr. Supriyadi Ahmad, M.A dan Bapak H. Qosim Arsadani, M.A Dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,
memberikan ilmu, saran, masukan dan arahan kepada penulis dengan baik agar
dapat menyelesaikan skripsinya.
6. Seluruh Dosen dan Sivitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum yang telah
mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga penulis dapat
xi
menyelesaikan studinya di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Hardedy dan Ibunda Zainun
Nasichah yang selalu menjaga dan mendoakan yang terbaik untukku.
Dukungan dan semangat yang selalu diberikan dikala diriku sendang merasa
tidak sanggup untuk melewati semua ini, selalu diberikan dengan penuh
keikhlasan disertai dengan iringan doa yang tiada henti hingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini. Terimakasih atas segala doanya, semangatnya,
kesabarannya, serta keikhlasannya untuk selalu membimbingku dan
membantuku agar aku dapat melewati semua ini dengan baik dan lancar.
8. Untuk kedua Adikku, Diaz Fajri Nailul Huda dan Diaz Uwais Abroruz Zahid
yang selalu memberikan semangat serta senyuman terbaiknya untuk
mensupport penulis. Semoga kalian berdua selalu dilindungi Allah S.W.T.
9. Untuk Kakekku tercinta, Alm. Wagiman bin Mangundrono yang selalu
menyemangati dan menemani penulis ketika mengerjakan tugas di malam hari
pada tahun-tahun pertama perkuliahan. Semoga Allah mengampuni segala
dosanya.
10. Sahabat-sahabat terbaikku, Awlia Maulida, Annisa Wulandari, Dian Nuraini,
Ravika Anggraeni dan Adilatul Zahro yang selalu memberikan semangat,
masukan, serta menghibur penulis dikala sedang kesulitan dalam
menyelesaikan skripsi. Semoga persahabatan kita selalu bertahan sampai
kapanpun.
11. Rekan-rekan seperjuangan Perbandingan Mazhab angkatan 2015. Terimakasih
atas segala kenangan serta perjuangan yang dilakukan bersama-sama dalam
menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Semoga Allah meridhai segala ilmu yang telah kita dapatkan.
12. Teman-teman KKN 87 Mahabbata yang selalu memberikan semangatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah
memberikan kesuksekan kepada kita semua.
Akhir kata, semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan dan kebaikan
kepada semuanya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan
xii
akan mendapatkan balasan terbaik dari Allah S.W.T. dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri dan umumnya untuk para pembaca. Amin.
Jakarta, 29 November 2019
Diaz Ajeng Khairunnisa
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................... v
KATA PENGANTAR .......................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................... xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Permasalahan .................................................................... 6
1. Identifikasi Masalah ................................................... 6
2. Pembatasan Masalah .................................................. 6
3. Perumusan Masalah .................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 7
1. Tujuan Penelitian ........................................................ 7
2. Manfaat Penelitian ...................................................... 7
D. Review Kajian Terdahulu yang Relevan .......................... 8
E. Metode dan Teknik Penelitian ........................................ 10
1. Jenis Penelitian ......................................................... 10
2. Jenis dan Sumber Data ............................................. 11
3. Teknik Pengumpulan Data ....................................... 11
4. Analisis Data ............................................................ 12
5. Teknik Penulisan ...................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ..................................................... 12
BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG SAMPAH, PRODUSEN,
DAN KONSUMEN ............................................................ 14
A. Sampah dan Permasalahannya ....................................... 14
1. Pengertian Sampah dan Jenisnya ............................. 14
2. Faktor Penyebab Masyarakat Membuang Sampah
Sembarangan ............................................................ 16
B. Produsen ......................................................................... 22
1. Pengertian Produsen ................................................. 22
2. Macam-macam Produsen ......................................... 23
xiv
3. Fungsi dan Tujuan Produsen .................................... 24
C. Konsumen ....................................................................... 28
1. Pengertian Produsen ................................................. 28
2. Daya Guna Barang ................................................... 29
3. Perilaku Konsumen .................................................. 31
BAB III : MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN OLEH
KONSUMEN SERTA PRODUSEN DALAM
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM
POSITIF ........................................................................... 33
A. Membuang Sampah Sembarangan dalam Hukum
Islam ............................................................................... 33
1. Sejarah Singkat Fatwa MUI ..................................... 33
2. Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 ............................ 34
3. Fatwa Lembaga Bahtsul Masail tentang Hukum
Membuang Sampah Sembarangan ........................... 41
B. Membuang Sampah Sembarangan dalam Hukum
Positif ............................................................................. 43
1. Pengertian Ilmu Perundang-undangan ..................... 43
2. Sumber-sumber Hukum ........................................... 44
3. Hierarki Peraturan Perundang-undangan Indonesia .....
.................................................................................. 45
4. Hukum Positif yang Mengatur Larangan Membuang
Sampah Sembarangan .............................................. 47
BAB IV : ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
TENTANG MEMBUANG SAMPAH
SEMBARANGAN ........................................................... 50
A. Membuang Sampah Sembarangan dalam Perspektif
Hukum Islam .................................................................. 50
1. Maksud dan Tujuan Dikeluarkannya Hukum
Membuang Sampah Sembarangan ........................... 50
2. Hukum Membuang Sampah Secara Sembarangan
dalam Islam .............................................................. 51
B. Membuang Sampah Sembarangan dalam Perspektif Hukum
Positif ............................................................................. 54
1. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Pati nomor 7 tahun
2010 .......................................................................... 54
2. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 3 tahun
2013 .......................................................................... 56
xv
3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun
2008 .......................................................................... 59
C. Analisis Komparatif Hukum Islam dan Hukum Positif
Mengenai Membuang Sampah Sembarangan ................ 61
1. Persamaan Antara hukum Islam dan hukum positif
mengenai hukum membuang sampah sembarangan ....
.................................................................................. 61
2. Perbedaan antara hukum Islam dan hukum positif
mengenai hukum membuang sampah sembarangan ....
.................................................................................. 62
BAB V : PENUTUP .......................................................................... 66
A. Kesimpulan ..................................................................... 66
B. Rekomendasi .................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pencemaran lingkungan terkadang terlihat jelas pada keseharian kita, seperti
timbunan sampah di pasar, pendangkalan sungai akibat penuh dengan kotoran,
ataupun dapat pula pencemaran udara akibat asap yang timbul dari kendaraan
bermotor maupun cerobong asap pabrik. Akan tetapi, ada pula pencemaran
lingkungan yang tidak nampak seperti halnya terlepasnya gas hidrogen sulfida dari
sumber minyak tua. Dan juga ion fosfat dalam limbah pabrik merupakan pencemar,
tetapi hal itu merupakan rabuk yang baik bagi pepohonan.1
Namun, pada zaman modern ini semakin banyak permasalahan yang terjadi
di lingkungan sekitar kita, baik itu tercemarnya udara, rusaknya kualitas tanah,
ataupun tercemarnya air sungai dan lautan. Semua kerusakan alam tersebut
mayoritas diakibatkan oleh perbuatan manusia itu sendiri. Salah satu faktor utama
dalam kerusakan lingkungan yang ada yaitu akibat dari pola hidup masyarakat yang
selalu membuang sampah secara sembarangan dan tidak pada tempat yang telah
ditentukan.
Sampah merupakan suatu permasalahan yang besar khususnya di kota-kota
besar, baik berupa sampah rumah tangga maupun sampah industri merupakan
sumber masalah dari pencemaran lingkungan hidup yang semakin serius. Akibat dari
kemajuan industri dan gaya hidup manusia modern yang lebih banyak
mengkonsumsi barang-barang artifisial buatan industri yang tidak habis dikonsumsi,
mengakibatkan timbulnya banyak limbah padat yang sangat sulit untuk terurai.2
Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahan yang mengandung plastik,
kertas/karton, kaca dan yang lainnya bukanlah hal yang sulit untuk tidak ditemukan
diera seperti saat ini, khususnya bahan yang mengandung plastik lebih mudah
ditemukan dibandingkan dengan bahan yang lainnya. Baik itu yang hanya berupa
bahan plastik dalam bentuk sedotan ataupun dalam bentuk yang besar lainnya seperti
kantong belanjaan dapat kita jumpai dalam aktifitas sehari-hari.
1 Trensa Sastrawijaya,Pencemaran Lingkungan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), Cet2, h.2 2 A. Sonny Keraf, Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global, (Yogyakarta : Kanisius,
2010), h. 46
2
Tidak hanya sampah plastik, namun beberapa sampah lainnya baik dalam
bentuk sampah organik selalu dihasilkan oleh masyarakat Indonesia disetiap harinya.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak pula sampah
yang akan di produksi. Sementara itu, budaya masyarakat yang selalu membuang
sampah sembarangan menjadi faktor tambahan yang semakin memperparah
pencemaran lingkungan akibat sampah ini.3
Sampah menurut KBBI adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak
terpakai lagi dan sebagainya seperti kotoran, daun dan kertas. 4 Kemudian ada
beberapa definisi mengenai sampah dari beberapa ahli5 yaitu sebagai berikut :
1. Kamus Lingkungan : sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau khusus dalam
produksi atau pemakaian, barang rusak atau cacat selama manufaktur,
atau meteri berkelebihan atau buangan.
2. Tanjung : sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh
pemiliknya atau pemakai semula.
3. Basryanta : sampah merupakan barang yang sudah dianggap tidak
terpakai dan dibuang oleh pemilik atau pemakai sebelumnya, tetapi masih
bisa dipakai kalau dikelola dengan prosedur yang benar.
Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas disimpulkan
bahwasanya sampah merupakan segala sesuatu baik itu berupa barang, daun, kertas
atau yang lainnya dan sudah tidak terpakai atau telah dibuang oleh pemiliknya
ataupun pemakai sebelumnya. Sampah-sampah yang telah dibuang, akan berakhir di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang telah disediakan oleh pemerintah
dibeberapa titik atau tempat tertentu. Seperti Tempat Pembuangan Akhir dibeberapa
tempat yang ada di Indonesia, mencerminkan betapa banyaknya sampah yang
diangkut setiap harinya oleh petugas kebersihan.
Menurut Direktur Pengelolaan Sampah Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) RI Dr Novrizal Tahar mengatakan produksi sampah nasional
mencapai sekitar 65,8 juta ton pertahunnya dimana 16 persennya adalah sampah
3 A. Sonny Keraf, Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global,h.47 4 http://kbbi.co.id/arti-kata/sampah diakses pada tanggal 12-12-2018 pukul 20 :50 5 Basriyanta, Memanen Sampah, (Yogyakarta : Kanisius, 2007), Cet.1 h.17-18
3
plastik. 6 Banyaknya sampah yang dihasilakan oleh masyarakat Indonesia
pertahunnya khususnya disampah plastik, mengakibatkan banyaknya penumpukan
sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Selain itu, masih kurangnya kesadaran
masyarakat dalam membuang sampah pada tempat yang seharusnya mengakibatkan
banyak sisi negatif yang timbul akibat perbuatan yang mereka lakukan tersebut.
Permasalahan tentang sampah ini juga dibahas oleh Majelis Ulama Indonesia
yang dikeluarkan dalam fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 dan menjadi salah satu
pembahasan pula dalam Musyawarah Nasional Konbes Nahdhatul Ulama pada
bulan februari lalu yang berlokasi di Pondok Pesantren Miftahul Huda AlAzhar,
Citangkolo Kujangsari, Langen Sari, Kota Banjar, Jawa Barat.7 Dalam fatwa MUI
nomor 47 tahun 2014 didalamnya berisi hukum yang melarang bagi setiap lapisan
masyarakat baik itu konsumen ataupun produsen untuk membuang sampah secara
sembarangan dan wajib untuk mengelolanya terlebih dahulu. 8 Sedangkan dalam
MUNAS Konbes Nahdhatul Ulama permasalahan tentang sampah masuk kedalam
salah satu pembahasan komisi Waqiiyah, yaitu komisi yang membahas tentang
permasalahan kontemporer9. 10Dalam MUNAS tersebut, menghasilkan dua hukum
yang berkaitan dengan pembuangan sampah secara sembarangan. Yang pertama
adalah haram apabila dapat merusak lingkungan dan yang kedua adalah makruh
apabila berkemungkinan kecil membahayakan lingkungan.11
Alasan MUI dan MUNAS NU sama-sama mengeluarkan fatwa tentang
hukum membuang sampah sembarangan, dikarenakan permasalahan tentang
sampah yang terjadi di Indonesia sudah sangatlah buruk dan dampak yang
diakibatkan oleh sampah juga sangat berbahaya bagi masyarakat Indonesia.
Kemudian, kedua lembaga tersebut juga mengeluarkan hukum yang mewajibkan
bagi setiap produsen untuk mengelola sampah mereka terlebih dahulu dan
memperbolehkan bagi masyarakat untuk memboikot produsen yang melanggar
ketentuan tersebut. Selain kedua lembaga Islam yang membahas tentang hukum
6 https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/04/16/p7abz3284-klhk-
produksisampah-nasional-658-juta-ton-per-tahun diakses pada tanggal 02-12-2018 pukul 09:48 7 https://www.nu.or.id/post/read/102963/peserta-dan-panitia-munas-nu-mulai-bertolak-
kelokasi-pagi-ini diakses pada tanggal 11-09-2019 pukul 21:12 8 Fatwa MUI Nomor 47 tahun 2014 tentang “Pengelolaan Sampah Untuk Mencegah
Kerusakan Lingkungan”. 9 http://rri.co.id/post/berita/642499/nasional/rapat_komisi_bahtsul_masail_waqiyyah_mun
as_nu_wacanakan_buang_sampah_sembarangan_hukumnya_haram.html diakses pada tanggal 18 10 -2019 pukul 21:25
11 https://www.nu.or.id/post/read/103151/ini-hukum-tidak-mengelola-dan-membuangsampah-sembarangan diakses pada tanggal 18-08-2019 pukul 21:30
4
membuang sampah sembarangan, di dalam hukum positif juga mengatur tentang
larangan bagi setiap lapisan masyarakat untuk membuang sampah secara
sembarangan.
Mulai dari Peraturan Daerah tingkat Kabupaten/Kota, Peraturan Daerah
tingkat Provinsi, dan yang tertinggi adalah Undang-undang nomor 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Dari semua hirarki hukum positif yang berlaku di
Indonesia, mereka semua mengatur tentang larangan bagi masyarakat dan produsen
untuk membuang sampah secara sembarangan. Adapula beberapa ketentuan yang
berlaku bagi produsen sebelum memasarkan produk mereka kepada masyarakat luas.
Yaitu salah satunya seperti pencantuman lebel dalam kemasan. 12 Agar masyarakat
dapat membuang sampah kemasan sesuai dengan tempat sampah yang telah
disediakan, yaitu di tempat sampah organik apabila sampah itu termasuk sampah
yang mudah terurai dan di tempat sampah non-organik apabila termasuk sampah
yang sulit terurai.
Akan tetapi, masih banyak masyarakat baik konsumen maupun produsen
yang masih membuang sampahnya di sekitar pinggiran sungai, selokan, dan
beberapa tempat yang tidak seharusnya menjadi tempat pembuangan sampah. Serta
kurangnya kesadaran masyarakat untuk memisahkan terlebih dahulu antara sampah
organik dan non organik sebelum akhirnya dibuang ke pembuangan akhir,
mengakibatkan percampuran antara sampah yang mudah terurai dengan yang sulit
teruai sehingga untuk mengelola kembali sangat sulit dan mengakibatkan
penumpukan yang semakin banyak disetiap harinya serta mengganggu lingkungan
hidup di sekitarnya.
Karena pencemaran lingkungan mempunyai dampak yang sangat luas dan
sangat merugikan manusia maka perlu diusahakannya pengurangan pencemaran
lingkungan atau bila mungkin meniadakannya sama sekali. Usaha tersebut terbagi
menjadi dua macam yaitu sebagai berikut13 :
1. Penanggulangan secara Non-Teknis: suatu usaha untuk mengurangi dan
menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara menciptakan
peraturan perundang-undangan yang dapat merencanakan, mengatur dan
12 Undang-undang nomor 18 tahun 2008 pasal 14 13 Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, (Yogyakarta : Andi Offset,
2004), h.160 dan 166
5
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi agar
tidak terjadi pencemaran lingkungan.
2. Penanggulangan secara Teknis : suatu usaha untuk mengurangi dan
menanggulangi pencemaran lingkungan dengan beberapa faktor seperti
mengutamakan keselamatan lingkungan, teknologinya telah dikuasai
dengan baik dan secara teknis dan ekonomis dapat
dipertanggungjawabkan.
Selain itu, telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, baik itu
pemerintah pusat, pemerintah provinsi maupun pemerintah daerah untuk
menanggulangi permasalahan sampah tersebut. Diantaranya yaitu mengeluarkan
aturan mengenai pengelolaan sampah, membatasi penggunaan berbahan plastik dan
menggantinya dengan bahan yang ramah lingkungan, memberikan sanksi kepada
pelaku yang membuang sampah sembarangan, memberikan sanksi kepada produsen
yang tidak mencantumkan lebel pendaurulangan pada produk kemasan, serta
menyediakan tempat sampah organik maupun non organik ditempat-tempat yang
strategis.
Akan tetapi, semua itu masih belum mencapai tingkat yang maskimal dalam
pelaksanaannya. Dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang kurang paham
atau merasa tidak masalah apabila mereka membuang sampah tidak pada tempat
yang seharusnya. Serta, masih banyak pula produsen yang melanggar ketentuan yang
telah diatur dalam hukum islam maupun hukum positif mengenai pembuangan
sampah secara sembarangan dan tidak mengelolanya terlebih dahulu.
Dari uraian yang telah dijabarkan, dapatlah diambil kesimpulan bahwasanya
didalam skripsi ini saya ingin mengajukan judul “BUDAYA PEMBUANGAN
SAMPAH SEMBARANGAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
HUKUM POSITIF”.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan sebelumnya, dapat
diidentifikasikan beberapa masalah mengenai budaya pembuangan sampah
sembarangan dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif sebagai berikut :
a. Sampah yang dibuang sembarangan dapat menimbulkan persoalan di
masyarakat.
6
b. Kurangnya fasilitas Tempat Pembuangan Akhir menjadi persoalan
utama dalam permasalahan mengenai sampah tersebut.
c. Di dalam Hukum Islam juga telah dibahas aturan mengenai larangan
membuang sampah sembarangan yang dimuat dalam Fatwa MUI nomor
47 tahun 2014 dan Fatwa Lembaga Bahstul Masail Nahdhatul Ulama
tahun 2019.
d. Di dalam Hukum positif juga telah dibahas aturan mengenai larangan
membuang sampah sembarangan yang dimuat dalam PERDA Kab/Kota,
PERDA Provinsi, dan Undang-undang Republik Indonesia.
2. Pembatasan Masalah.
Menyadari luasnya ruang lingkup dan banyaknya masalah-masalah
penelitian sebagaimana yang teridentifikasi, penulis membatasi penelitian ini
yaitu mengenai membuang sampah secara sembarangan perspektif hukum Islam
dan hukum positif bagi konsumen dan produsen sebagai berikut :
a. Sampah dibatasi pada suatu barang atau benda yang tidak terpakai lagi
dan telah dibuang oleh pemiliknya.
b. Hukum membuang sampah sembarangan dibatasi pada pandangan
hukum Islam dan hukum positif.
c. Hukum Islam dibatasi pada Hukum menurut Fatwa MUI nomor 47 tahun
2014 dan Fatwa Lembaga Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama.
d. Hukum positif dibatasi pada PERDA Kab/Kota Pati, PERDA
e. Provinsi DKI Jakarta, dan Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, di Kota Pati dan DKI Jakarta peraturan mengenai
larangan membuang sampah telah diatur dengan sangat jelas bagi
seluruh masyarakat dibandingkan dengan Kota dan Provinsi lainnya.
3. Perumusan Masalah
Setelah menelaah identifikasi dan pembatasan masalah tersebut serta
berkaitan dengan kebutuhan pendekatan yang tepat untuk mengurangi objek
penelitian, maka penelitian ini dititikberatkan kajiannya pada masalah yang
dirumuskan sebagai berikut :
Perbandingan antara hukum Islam dan Hukum Positif mengenai hukum
membuang sampah sebarangan. Sebagai rincian dari perumusan masalah di atas,
agar dimunculkan pertanyaan penelitian berikut :
7
a. Bagaimanakah perspektif hukum Islam dan hukum positif mengenai
sampah?
b. Apasajakah hal-hal yang menyebabkan perilaku membuang sampah
sembarangan perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif?
c. Apasajakah persamaan dan perbedaan dalam hukum Islam dan hukum
positif mengenai hukum membuang sampah sembarangan yang
dilakukan oleh konsumen dan produsen?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dari draf proposal skripsi ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui sampah dalam perspektif hukum Islam dan hukum
positif.
b. Untuk mengetahui penyebab perilaku membuang sampah sembarangan
perspektif hukum Islam dan hukum positif.
c. Untuk mengindentifikasi apasajakah persamaan dan perbedaan yang
terdapat pada hukum Islam dan hukum positif tentang ketentuan hukum
bagi konsumen dan produsen yang melakukan pembuangan sampah
sembarangan.
2. Manfaat Penelitian
Dari tujuan-tujuan tersebut diatas, maka diharapkan skripsi ini dapat
memberikan kegunaan atau manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai
bagian yang tak terpisahkan bagi kalangan akademisi hukum yaitu :
a. Manfaat Teoritis
Hasil dari proposal penelitian skripsi ini diharapkan dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya untuk
memperluas pengetahuan dan menambah referensi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan hukum membuang sampah yang diatur bagi konsumen
dan produsen serta cara mengelola sampah yang baik dan benar agar dapat
mencegah kerusakan lingkungan.
b. Manfaat Praktis
8
1) Bagi Mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan
wawasan ilmu pengetahuan syariah dan perundang-undangan
terhadap permasalahan-permasalahan umat islam.
2) Bagi Fakultas Syari’ah dan Hukum, dapat menambah hasil penelitian
yang aktual terhadap permasalahan umat dan menambah pengetahuan
yang lebih mendalam terkait hukum islam dan perundang-undangan
kontemporer.
3) Bagi masyatakat umum, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
reverensi bacaan dan penambahan wawasan mengenai persoalan
kontemporer. Seperti halnya tercemarnya air, tanah dan udara yang
diakibatkan oleh perilaku pembuangan sampah secara sembarangan
yang hingga saat ini masih sulit untuk diatasi.
D. Review Kajian Terdahulu yang Relevan
Dalam pembahasan proposal skripsi ini merujuk pada buku, serta
skripsiskripsi ataupun penelitian yang pernah membahas seputar pengelolaan
sampah. Untuk mengetahui kajian terdahulu yang sudah pernah ditulis dan
dibahas oleh penulis lainnya, maka penulis me-review beberapa skripsi dan karya
tulis terdahulu yang pembahasannya hampir sama dengan pembahasan yang
penulis singkat.
Dalam hal ini, penuis menemukan beberapa skripsi, tesis atau jurnal
terdahulu yaitu sebagai berikut :
1. Skripsi Mikel Armando tahun 2017, mahasiswa Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan
Perbandingan Mazhab dan Hukum yang berjudul : “Sanksi Membuang
Sampah Sembarangan Menurut Hukum Islam dan Perda Kota
Palembang”. Dalam skripsi ini membahas tentang pemberian sanksi
bagi pelaku pembuangan sampah yang diatur dalam hukum islam dan
Perda Kota Palembang. Dalam penelitian ini, hukum islam
mengharamkan bagi pelaku untuk membuang sampah secara
sembarangan. Serta dalam Perda Kota Palembang diancam dengan
hukuman pidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda paling banyak
9
Rp. 50.000.000,-. 14 Persamaan skripsi ini dengan yang penulis teliti
adalah penggunaan fatwa MUI nomor 47 tahun 2014. Adapun
perbedaanya yaitu dalam skripsi ini lebih membahas tentang pemberian
sanksi bagi pelaku pembuangan sampah yang diatur dalam hukum Islam
dan Perda Kota Palembang. Sedangkan penulis membahas tentang
aturan yang berlaku bagi konsumen dan produsen dalam membuang
sampah secara sembarangan menurut hukum Islam dan hukum positif.
2. Skripsi Ahmad Faqih Syaraffadin tahun 2011, mahasiswa Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan
Perbandingan Mazhab dan Hukum yang berjudul : “Sanksi Pidana
Terhadap Pelaku Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup
Menurut Hukum Islam dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2009”.
Dalam skripsi tersebut membahas tentang bagaimanna pemberian sanksi
yang diatur menurut hukum Islam dan Undang-undang nomor 32 tahun
2009 kepada pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan serta apasaja
yang menjadi faktor utama dalam pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup.15 Persamaan skripsi ini dengan yang penulis teliti adalah sama-
sama membahas tentang pemberian sanksi bagi pelaku pencemaran dan
perusakan lingkungan. Adapun perbedaannya yaitu dalam skripsi ini
lebih membahas tentang pemberian sanksi kepada pelaku yang
pencemaran dan perusakan lingkungan dari segi hukum Islam yang
diambil dari segi hukum pidana Islam serta dalam perpsektif Undang-
undang Nomor 32 tahun 2009. Sedangkan penulis membahas tentang
hukum membuang sampah secara sembarangan yang dilakukan oleh
konsumen dan produsen dari segi hukum Islam dan hukum positif.
3. Skripsi Juanda tahun 2013, mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Fakultas Syariah dan Hukum Jurusan Jinayah Siyasah yang
berjudul : “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Kasus
Pencemaran Lingkungan Hidup (Tinjauan Hukum Islam dan Hukum
Pidana Indonesia). Skripsi ini membahas tentang bagaimana hukum
Islam dan hukum pidana Indonesia mengatur hukuman bagi korporasi
14 Mikel Armando, Sanksi Membuang Sampah Sembarangan Menurut Hukum Islam dan
Perda Kota Palembang, (Skripsi-Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, 2017) 15 Ahmad Faqih Syaraffadin, Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Pencemaran dan Perusakan
Lingkungan Hidup Menurut Hukum Isalm dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2009, (Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011)
10
yang melanggar aturan dengan melakukan pencemaran lingkungan
hidup.16 Persamaan skripsi ini dengan yang penulis teliti adalah sama-
sama membahas tentang pemberian hukuman bagi korporasi/produsen
yang melakukan pencemaran lingkungan. Sedangkan perbedaannya
adalah skripsi ini lebih membahas tentang pertanggungjawaban pihak
korporasi yang melakukan pencemaran lingkungan dari segi hukum
Islam yang bersumber dari hukum pidana Islam serta ayat al-qur’an dan
hukum pidana Indonesia. sedangkan penulis membahas tentang
membuang sampah secara yang dilakukan oleh konsumen dan produsen
(korporasi) dari segi hukum islam dan hukum positif.
Berdasarkan literature di atas, penulis melihat hingga saat ini
belum/ditemukan karya ilmiah yang membahas secara khusus mengenai
Membuang Sampah Sembarangan dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum
Positif.
E. Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari
fakta dan prinsip-prinsip, suatu penyelidikan yang sangat cerdik untuk
menetapkan sesuatu. Pencarian yang dimaksud dalam hal ini tentunya pencarian
itu akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu.17
1. Jenis Penelitian
Untuk penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian hukum
normatif tertulis, yaitu metode penelitian hukum terhadap aturan hukum
tertulis. Pada penelitian hukum yuridis normatif, peraturan perundang-
undangan dan teks fatwa yang menjadi objek penelitian menjadi sumber data
primer dalam penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian ini, penulis
melakukan pengumpulan bahanbahan baik yang terpublikasi atau tidak yang
berkenaan dengan bahan-bahan hukum positif yang dikaji.18 Yang menjadi
bahan kajian utama dalam pembahasan ini adalah aturan yang berlaku dalam
16Juanda, “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Kasus Pencemaran Lingkungan
Hidup (Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Pidana Indonesia), (Skripsi-Universitas
Islam Negeri Syarif Kasim, Riau, 2013) 17 Faisar Ananda Arfa dan Watni Marpung, Metode Penelitian Hukum Islam, (Jakarta :
Prenadamedia Group, 2016), h.12 18 Fahmi Muhammad Ahmadi, Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h.38
11
hukum Islam dan hukum positif mengenai konsumen dan produsen yang
membuang sampah sembarangan.
2. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer :
Yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan erat dengan permasalahan
yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi bahan hukum
primernya adalah hukum Islam yang terdiri dari Fatwa MUI Nomor 47
tahun 2014 serta hasil MUNAS Konbes Nahdhatul Ulama dan hukum
positif yang terdiri dari Perda Kabupaten/Kota, Perda Provinsi dan
Undang-undang Nomor 18 tahun 2008.
b. Data Sekunder :
Yaitu semua yang berhubungan langsung dengan objek penelitian. Dalam
hal ini yang menjadi bahan hukum sekunder antara lain : seperti buku-
buku, kitabkitab jurnal dan majalah maupun catatan pribadi.19
c. Data Tersier :
Yaitu data penunjang yang dapat memberi petunjuk dan penjelasan
terhadap sumber data primer dan sekunder, diantaranya kamus-kamus dan
esiklopedia.20
3. Teknik pengumpulan data
Karena jenis penelitian berikut ini yuridis normatif, maka metedo
pengumpulan data dicari dan menggunakan data yang relevan. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan library
research atau kajian pustaka yaitu tela’ah yang dilakukan untuk memecahkan
sebuah masalah dengan cara pendekatan melalui bahan-bahan pustaka dan hasil
penelitian lainnya yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas yang mana
dalam hal ini digunakan untuk mengeksplorasi teori-teori yang ada terkait dengan
topik penelitian.
4. Analisis data
Metode analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan, atau mudah dipahami dan
19 Soerjono Soekanto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-Press,2005) h.5 20 Bambang Sunggono,Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2005), h.144
12
diinformasikan kepada orang lain. 21 Adapun metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode analisis komparatif, yaitu melakukan komparasi
antara hukum Islam dan hukum positif mengenai budaya pembuangan sampah
sembarangan.
5. Teknik penulisan
Dalam penulisan penelitian ini penulis merujuk pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
F. Sistematika Penulisan
Dalam memudahkan penyusunan proposal skripsi ini dan untuk memberikan
gambaran secara rinci mengenai pokok pembahasan maka penulis menyusun
proposal skripsi ini dalam bebeerapa bab dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I Merupakan pendahuluan, yang membahas materi yang terdapat pada
latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metode penelitian, study review terdahulu, dan sistematika pembahasan.
BAB II Membahas tentang tinjauan umum tentang sampah, produsen dan
konsumen. Secara sistematik, penguraian bab ini meliputi pengertian tentang
sampah dan permasalahannya dalam hukum Islam dan hukum positif, serta
pengertian mengenai produsen dan konsumen.
BAB III Berjudul membuang sampah sembarangan oleh konsumen serta
produsen perspektif hukum Islam dan hukum positif. Uraian pada bab ini meliputi
pembahasan dalam hukum Islam dalam hal ini fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 serta
fatwa Lembaga Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama dan hukum positif yaitu Perda
Kabupaten/Kota Pati, Perda Provinsi DKI Jakarta dan Undang-undang nomor 18
tahun 2008 mengenai membuang sampah sembarangan.
BAB IV Berjudul membuang sampah sembarangan oleh konsumen serta
produsen perspektif hukum Islam dan hukum positif. Pada bab ini membahas tentang
pembuangan sampah sembarangan dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif.
Dan yang terakhir analisis penulis mengenai perbandingan hukum yang mengatur
tentang pembuangan sampah sembarangan.
21 Sugiono,Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,(Bandung : Alfabeta, 2004), h.244
13
BAB V merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan yang menjawab
rumusan masalah dan kritik serta saran yang berguna untuk perbaikan di masa yang
akan datang.
14
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG SAMPAH, PRODUSEN DAN
KONSUMEN
A. Sampah dan Permasalahannya
1. Pengertian Sampah dan Jenisnya
Setiap hari masyarakat di Indonesia selalu menghasilkan sampah dalam
berbagai bentuk, dari yang mudah terurai hingga yang sulit untuk terurai. Sampah
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu barang atau benda yang dibuang
karena tidak terpakai lagi dan sebagainya, termasuk kotoran seperti daun dan
kertas.1 Selain itu, ada pengertian lainnya yaitu sampah merupakan sisa-sisa dari
benda atau beberapa kebutuhan manusia lainnya yang sudah tidak terpakai atau
diharuskan untuk dibuang karena sudah habis terpakai untuk kebutuhan sehari-
hari.
Sampah tidak hanya berasal dari sisa-sisa kebutuhan rumah tangga saja,
tetapi juga dapat berasal dari kegiatan lainnya seperti, industri, pertambangan,
pertanian, perternakan, perikanan, transportasi, perdagangan dan lain sebagainya.
2 Beberapa pengertian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwasanya
sampah merupakan sisa-sisa atau hasil akhir dari suatu benda ataupun produk yang
sudah tidak diperlukan dan diharuskan untuk dibuang ke tempat pembuangan
akhir. Sampah dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu sampah organik dan
sampah anorganik.3 Berikut adalah penjelasan mengenai sampah organik dan
sampah anorganik :
a. Sampah Organik : sampah organik merupakan sampah yang berasal
dari bahan-bahan yang mudah terurai oleh mikroba atau memiliki sifat
biodegreble. Biasanya yang termasuk jenis sampah organik berupa
sayuran, sisa makanan, daun kering, dan sesuatu yang mudah
membusuk. Sampah rumah tangga dan sampah pasar tradisional
merupakan penghasil sampah organik terbanyak, dikarenkan sampah
yang berasal dari kedua tempat tersebut merupakan bahan-bahan yang
mudah terurai oleh mikroba.
1 Dendy Sugono, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta :
PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.1215 2 K.E.S. Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup,,(Jakarta : Pranadamedia Group, 2016), h.61
3 M. Natsir Abduh, Ilmu dan Rekayasa Lingkungan, (Makasar : SAH Media, 2018), h.112
15
b. Sampah Anorganik : sampah anorganik merupakan sampah yang
berasal dari bahan-bahan yang berasal dari produk sinetik ataupun
dapat juga berasal dari hasil proses teknologi pengolahan barang
tambang. Biasanya yang termasuk sampah anorganik yaitu sampah
logam, plastik, kertas, kaca, keramik, dan yang terakhir sampah
detergen.
Menurut data yang dilaporkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Ibu Siti Nurbaya Bakar kepada Presiden RI Joko Widodo, pada tahun
2019 Indonesia dapat mengasilkan sampah sebanyak 66-67 juta ton sampah
pertahun 2019. Data ini mengindikasikan bahwasanya sampah yang dihasilkan
oleh masyarakat Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya
berjumlah 64 juta ton menjadi 66-67 juta ton sampah. Sampah ini di dominasi oleh
60% sampah organik dan 15% sampah plastik. Selain itu, menurut data yang
diperoleh dari The World Bank tahun 2018 menyebutkan bahwasanya 87 kota di
pesisir Indonesia membuang sampah ke lautan yang diperkirakan sebanyak 1,27
juta ton sampah dengan kategori 9 juta ton merupakan sampah plastik dan 3,2 juta
ton dari sampah plastik tersebut merupakan sampah sedotan.4
Menurut data EPA USA komponen sampah biasanya terdiri dari kertas
sebanyak 37%, limbah kebun sebanyak 18%, logam sebanyak 10%, gelas 10%,
sisa makanan 8%, plastik 7% dan lain sebagainya sebanyak 10%. Selain itu, jenis-
jenis sampah dapat dikategorikan menjadi 3 bagian menurut zat pembentuknya
yaitu5 :
a. Limbah benda padat (waste) yang dibagi menjadi tiga kategori sebagai
berikut :
1) Limbah Konstruksi : limbah konstruksi merupakan hasil dari
sisasisa pembongkaran rumah, gedung, pembuatan jalan, dan dapat
berasal pula dari limbah pembersihan lingkungan.
2) Limbah Khusus : limbah khusus merupakan sisa-sisa dari
beberapa tempat seperti tempat pemotongan hewan, karkas hewan
sembelihan, asbes, limbah kimia, limbah rumah sakit dan lain
sebagainya.
4 https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/indonesia-hasilkan-67-juta-ton-sampah-pada
5 Soedarto, Lingkungan Dan Kesehatan, (Jakarta : Sagung Seto, 2013), h.147
16
3) Limbah Pemukiman : limbah pemukiman terbagi lagi menjadi 3
bagian yaitu :
a) Limbah domestik : merupakan limbah dari sisa-sisa kegiatan
rumah tangga yang berupa kotoran dan dapat pula dihasilkan
dari sisa-sisa kegiatan dari institusi pemerintah yaitu seperti
pasar, sekolah, dan perkantoran. Serta limbah ini juga dapat
berasal dari perumahan masyarakat.
b) Limbah komersial : limbah komersial biasanya berasal dari
pasar, pertokoan, perhotelan, restoran dan lain sebagainya.
c) Limbah industri : pada jenis limbah ini, limbah konstruksi dan
limbah kimia tidaklah masuk kedalamnya. Jenis limbah ini
lebih kepada jenis limbah yang berukuran besar seperti meja
dan kursi yang tidak bisa langsung ditangani oleh mobil
pengumpul sampah. Dan jenis limbah ini diharuskan untuk
ditangani secara tersendiri, karena mempunyai ukuran yang
besar.
b. Limbah cair atau air bekas (sewage).
c. Kotoran manusia (human waste).
Dari penjabaran mengenai jenis-jenis sampah yang disebutkan diatas,
terlihat jelas bahwasanya lebih banyak sampah yang dihasilkan setiap harinya
adalah sampah hasil dari kegiatan rumah tangga atau biasa disebut dengan limbah
rumah tangga. Selain dari sisa-sisa kegiatan rumah tangga, sampah juga dapat
dihasilkan oleh kegiatan masing-masing masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya. Seperti halnya ketika seseorang membeli sebuah produk makanan
atau minuman yang wadahnya menggunakan bahan dari plastik ataupun
Styrofoam. Dan ketika produk tersebut telah selesai konsumsi, maka akan
menghasilkan sampah yang berasal dari wadah makanan atau minuman tersebut.
2. Faktor Penyebab Masyarakat Membuang Sampah Sembarangan.
Perilaku pembuangan sampah sembarangan tidak mengenal status sosial
masyarakat yang melakukannya, masih banyak masyarakat yang berpendidikan
seperti para mahasiswa yang di kampus dan orang-orang yang berkerja di
perkantoran pun masih cenderung melakukan pembuangan sampah sembarangan.
Bahkan beberapa orang yang berasal dari kalangan ekonomi keatas masih banyak
yang membuang sampahnya secara sembarangan, seperti ketika sedang
17
berkendaraan menggunaan mobil dan membuang sampah melalui jendela mobil
tersebut. Perilaku tersebut harus di hilangkan sedikit demi sedikit agar dapat
menciptakan budaya hidup bersih dan sehat yang dimulai sejak dini.6
Penggunaan kata sembarangan dalam kalimat Membuang Sampah
Sembarangan memiliki arti yang dijelaskan dalam KBBI online yaitu sebagai
berikut tidak dengan pilih-pilih; tidak dengan pandang-memandang atau asal
saja. Selain itu, kata “sembarangan” juga berasal dari kata Sembarang yang
memiliki arti apa (siapa, di mana, bilamana) saja; asal saja 7 Kemudian,
penggunaan kata “sembarangan” dalam pembuangan sampah menurut penulis
dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu :
a. Tidak pada tempatnya : ketika seseorang dengan sengaja membuang
sisa makanan atau kebutuhan sehari-hari disembarang tempat tanpa
memperdulikan aturan yang telah berlaku untuk membuang sampah
ditempat yang seharusnya. Seperti halnya membuang sampah
dipinggir jalan, sungai, ataupun di beberapa lahan kosong.
b. Tidak sesuai kategori : ketika seseorang melakukan pembuangan
sampah tidak pada jenis tempat sampah yang seharusnya. Seperti
halnya, membuang sampah plastik ditempat sampah yang
dikhususkan untuk sampah organik, ataupun sebaliknya membuang
sampah organik ditempat sampah nonorganik.
Oleh karena itu, penggunaan kata sembarangan dalam kalimat tersebut
sangatlah tepat. Dikarenakan menggambarkan kebiasaan masyarakat yang tidak
mengindahkan peraturan yang telah tersedia untuk membuang sampah sesuai
dengan tempatnya yang telah disediakan.
Sejauh ini , pembuangan sampah secara sembarangan yang dilakukan oleh
masyarakat dapat disebabkan oleh dua hal sebagai berikut :
a. Penyederhanaan aplikasi arti iman hanya kepada Ibadah Mahdhah.
Yaitu ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah S.W.T
semata-mata, yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya terbatas pada
6 Arif Fajar .W. dan Piana Dewi, Sosialisasi Bahaya Membuang Sampah Sembarangan dan
Menentukan Lokasi TPA di Dusun Deles Desa Jagonayan Kecamatan Ngablak, Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan, Oktober 2015 – Maret 2016 Vol. 3, No. 1, Januari : 2014, h. 26 7 https://kbbi.web.id/sembarang diakses pada tanggal 5-09-2019 pukul 15:09 WIB
18
ibadah-ibadah khusus. 8 Jadi, apabila seseorang melakukan
pembuangan sampah sembarangan, ia tidak akan merasa bersalah
ataupun berdosa dikarenakan anggapan mengenai keimanan dalam
dirinya hanya sebatas beriman dengan cara Ibadah Mahdhah saja.
Tetapi kalau diperhatikan Hadist Rasulullah S.A.W bersabda mengenai
keimanan seseorang sebagai berikut :
يان بيضع وس عون عن ابي هري رة رضيى هللا عنه قال : قال رسول هللا صلى هللا عليهي وسلم : "اإلي ب
ت ون شعبة, فافضلها , والياء ا نها ايماطة الذى عني ق ول : آلايله ايل هللا, واد أو بيضع وسي لطرييقي". )رواه الرتميذى(9 ياني شعبة مين الي
Artinya : “Dari Abi Hurairah ra ia berkata: Rasulullah S.A.W bersabda:
Iman itu memiliki lebih tujuh puluh atau enam puluh cabang. Yang
paling utama adalah pernyataan “Tiada Tuhan selain Allah dan yang
paling rendah adalah menyingkirkan hal yang menyakitkan dari
jalanan. Dan malu itu termasuk cabang dari iman”. (HR. At-Tirmidzi)
Dalam hadits tersebut telah dijelaskan bahwa keimanan
seseorang tidak hanya sebatas bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah,
melainkan menyingkirkan hal yang menyakiti dari jalanan (dalam hal
ini dapat berupa sampah) dan perbuatan malu termasuk dalam salah
satu cabang iman. Oleh sebab itu, perilaku membuang sampah pada
tempatnya juga merupakan salah satu aplikasi cabang keimanan dari
seseorang.
b. Minimnya kontekstasi iman dalam perspektif sosial juga dapat
mengakibatkan budaya pembuangan sampah sembarangan. Ketika
keimanan seseorangan dalam lingkungan sosial sangatlah kurang,
maka kesadaran akan pentingnya hidup bersih dalam lingkungan
sekitar bersama masyarakat lainnya juga minim dan mengakibatkan
timbulnya budaya membuang sampah sembarangan. Selain itu,
lingkungan yang kotor akibat pembuangan sampah sembarangan yang
dilakukan oleh masyarakat juga sangat tidak disukai oleh Allah,
dikarenakan Allah menyukai lingkungan yang bersih dan sehat sesuai
8 Misbahus Surur, Dahsyatnya Shalat Tasbih, (Jakarta : Qultum Media, 2009), H.27 9 Abu Isa At-Trimdzi, Sunan At-Tirmidzi, (Beirut : Dar Al-Qhorb Al-Islami, 1998 M), Juz 4, h.
306
19
dengan firman-Nya dalam surat al-Baqarah (2) ayat 222 sebagai
berikut :
ب ٱل ... يح رين إن ٱلل تطه بني ويححب ٱلمح ٢٢٢و
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat
dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Q.S. al-Baqarah :
222)
c. Beberapa masyarakat banyak yang menyederhanakan bahwa hukum
hanya sebatas pada hukum agama saja, padahal di Indonesia juga
berlaku Hukum Positif yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Yang apabila seseorang tersebut melanggar aturan
yang telah dibuat oleh pemerintah, maka akan ada sanksi yang
diberikan oleh pihak berwenang. Jadi, tidak hanya sebatas hukum
agama yang telah ditetapkan oleh Allah saja, akan tetapi hukum positif
yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia secara resmi. Seperti
yang difirmankan oleh Allah S.W.T dalam surat an-Nisa (4) ayat 59
sebagai berikut :
م فإن تنزعتحم مر منكحول ٱل
حول وأ وا ٱلرسح طيعح
وأ وا ٱلل طيعح
ين ءامنحوا أ ها ٱل ي
أ ي
ذ وٱلوم ٱألخر نتحم تحؤمنحون بٱلل ول إن كح وٱلرسح دوهح إل ٱلل ء فرح لك خي ف ش
ويلا حسنح تأ
٥٩وأ
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah
Rasul (Nya), dan Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an-Nisa : 59)
Tafsiran surat an-Nisa ayat 59 menurut Prof. Quraish Shihab
yaitu Dalam ayat ini ditetapkan kewajiban atas masyarakat untuk taat
kepada ulil amri, walaupun sekali lagi harus digarisbawahi penegasan
Rasul saw. bahwa: ( ق و ل خ م ل طاعة لي ق الي ال ةي ي صي ع م في ) la tha’ata li makhluqin
fi ma’shiyati al-khaliq atau tidak dibenarkan taat kepada seorang
makhluk dalam kemaksiatan kepada Khaliq. Tetapi, bila ketaatan
kepada ulil amri tidak mengandung atau mengakibatkan kedurhakaan,
maka mereka wajib ditaati, walaupun perintah tersebut tidak berkenan
20
di hati yang diperintah.10 Ayat tersebut sesuai dengan Kaidah Fiqih
yang berbunyi :
المصلحةي 11 مام على الرا عييةي من وط ابي تصرف اإلي
Artinya : “Kebijakan seorang pemimpin terhadap rakyatnya harus
berorientasi kepada kemaslahatannya”
Peraturan yang dibuat oleh pemerintah selalu didasari kepada
kemaslahatan masyarakatnya. Seperti halnya peraturan yang dibuat
oleh pemerintah mengenai larangan membuang sampah sembarangan
yang berlaku bagi setiap masyarakat agar dapat menciptakan
lingkungan.yang bersih dan terhindar dari segala macam penyakit serta
bencana alam seperti banjir, tercemarnya air dan sebagainya.
Ketika seseorang ingin membuang sampah, haruslah terlebih
dahulu untuk memilihanya sebelum dibuang ke tempat pembuangan
akhir. Akan tetapi, beberapa masyrakat tidak melakukan kegiatan
pembuangan sampah yang baik dan benar yaitu dengan cara pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemerosesan akhir.
Masyarakat hanya melakukan pengumpulan akhir pada sampah yang
telah tidak terpakai atau sisa-sisa dari kegiatan mereka sehari-hari
kedalam suatu wadah yang biasanya hanya berupa wadah plastik. Dan
hanya sedikit dari sebagian masyarakat yang telah sadar pentingnya
memilah sampah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat
pembuangan akhir.12
Perilaku pemilihan sampah sembelum dibuang ke tempat
pembuangan akhir merupakan salah satu dari pengurangan kebiasaan
membuang sampah sembarangan. Dikarenakan, pembuangan sampah
tidak pada tempat yang seharusnya, merupakan salah satu perilaku
membuang sampah sembarangan. Sampah yang dibuang tanpa
dilakukan pemilahan terlebih dahulu akan menyulitkan bagi petugas di
10 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an), (Jakarta:
Lentera Hati,2002), Vol ke-2, h.482 11 H.A.Djazuli, Kaidah-kaidah Fiqih : Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah yang Praktis, (Jakarta : Pranadamedia Group, 2019), Cet. Ke-8, h. 15 12 Agus Ramon dan Afriyanto, Karakteristik Penanganan Sampah Rumah Tangga di Kota
Bengkulu, Jurnal Kesahatan Masyarakat Andalas, Vol. 10, No. 1, h.30
21
tempat pembuangan akhir untuk memprosesnya kembali sesuai dengan
unsur atau bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yang telah
menjadi sampah tersebut. Selain itu, alasan masyarakat enggan
melakukan pemilahan sampah terlebih dahulu dikarenakan terlalu lama
memakan waktu sehingga mereka lebih baik untuk membuanganya
dalam satu wadah yang sama.
Kemudian, perilaku membuang sampah tanpa memilahnya ini
telah membudidaya di dalam masyarakat Indonesia. Untuk
mengubahnya membutuhkan waktu yang sangatlah lama dan tidak
mudah seperti membalikkan telapak tangan. Selain tindakan tidak
memilah sampah terlebih dahulu, beberapa dari masyarakat juga masih
banyak yang membuang sampahnya di beberapa lahan kosong, tambak,
selokan dan pinggiran jalan yang mengakibatkan penumpukan sampah
dan pencemaran lingkungan akibat dari sampah yang tidak di proses
dan dibiarkan begitu saja tanpa ada yang mengelolanya.13
Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat selalu
membuang sampah secara sembarangan14 dibagi menjadi dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal sebagai berikut :
1) Faktor Internal : beberapa faktor internal yang
mempengaruhi masyarakat dalam pembuangan sampah
sembarangan adalah pengetahuan, motivasi, persepsi
masyarakat, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pengelolaan sampah, dan yang terakhir yaitu dampak yang
akan ditimbulkan dari sampah-sampah tersebut.
2) Faktor Eksternal : beberapa faktor eksternal yang
memperngaruhi masyarakat dalam pembuangan sampah
sembarangan adalah lingkungan sekitar, baik secara fisik
seperti kurangnya tempat pembuangan sampah dibeberapa
13 M. Zamzami Elamin dkk, Analisis Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa Disanah
Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang, Jurnal Kesahatan Lingkungan, Oktober : 2018 Vol. 10, No.
4, h.374 14 Achmad Norival, Perilaku Masyarakat di Bagian Tengah Batang Ino Terhadap Sampah di
Nagari Salimpaung Kec. Salimpaung Kab. Tanah Datar, Jurnal Buana Vol-2 No-1 tahun 2018,
h.270-271
22
tempat yang strategis dan secara non fisik seperti iklim,
manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan dan lain sebagainya.
Dari penjelasan tersebut, dapatlah dipahami bahwasanya kesadaran
masyarakat tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya masih
sangatlah kurang. Kebiasaan tersebut merupakan salah satu pengaruh yang
sangatlah besar terhadap kerusakan lingkungan akibat pembuangan sampah secara
sembarangan. Selain itu, kurang tersedianya fasilitas pembuangan sampah
menjadi salah satu faktor yang berpengaruh dalam pembuangan sampah
sembarangan. Laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, tidak sebanding
dengan ketersediannya tempat sampah di beberapa titik atau lingkungan yang
strategis agar dapat lebih mudah untuk dijangkau oleh masyarakat. Oleh sebab itu,
permasalahan mengenai sampah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan sulit
untuk tertangani apabila dua faktor utama dari penyebab masyarakat membuang
sampah tersebut belum teratasi.
B. Produsen
1. Pengertian Produsen Istilah kata produksi dapat diartikan sebagai suatu hasil dari sebuah proses
atau sebuah aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input).
Oleh karena itu, kegiatan produksi dapat dikatakan sebagai mengkombinasikan
berbagai input untuk menghasilkan output.15 Selain itu, makna dari kata produksi
tidak terbatas dari pembuatannya saja, akan tetapi juga dapat diartikan sebagai
penyimpanan, distribusi, pengangkutan, pengeceran, pengemasan kembali,
upayaupaya menyiasati lembaga regulator atau mencari celah hukum demi
memperoleh keringanan pajak atau keleluasaan untuk bergerak dengan jasa dari
para akuntan, pengacara dan lain sebagainya. 16 Kegiatan produksi dalam
perspektif hukum islam adalah terkait dengan manusia dan eksistensinya dalam
aktivitas ekonomi, produksi merupakan kegiatan menciptakan kekayaan dengan
pemanfaatan sumber alam oleh manusia.17
15 I Gusti Ngurah Agung dkk, Teori Ekonomi Mikro (Suatu Analisis Produksi Terapan),
(Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2008), h.9 16 Roger Leroy Miller & Roger E. Meiners, Teori Mikroekonomi Intermediate, (Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 1997), h.251 17 Muhammad Turmudi, Produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam, Islamadina, Vol. XVIII,
No. 1, Maret 2017, h.43
23
Dalam teori ekonomi, seorang produsen ataupun pengusaha diwajibkan
untuk memutuskan dua macam keputusan sebagai berikut :
a. Berapa Output yang harus diproduksikan.
b. Berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (atau
input) digunakan.
Selain dua macam keputusan tersebut, ada beberapa kewajiban pula yang
harus dilaksanakan oleh seorang produsen seperti halnya seorang produsen atau
pengusaha selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum,
produsen beroperasi dalam suatu pasar persaingan sempurna, pasar persaingan
tidak sempurna, pasar monopoli dan yang terakhir adalah menentukan harga
outputnya.18 Kemudian, adapula yang disebut dengan Perilaku Produsen yang
memiliki makna sebagai suatu tindakan dari seorang produsen untuk
mendapatkan suatu keuntungan yang semaksimal mungkin dengan
menggunakan beberapa input yang dimiliki olehnya. Ketika seorang produsen
telah mencapai keuntungan yang maksimal, produsen tersebut dapat dikatakan
berada dalam suatu keadaan keseimbangan atau equilibrium produsen.19
2. Macam-macam Produsen.
Produsen tidak hanya sebatas sebuah perusahaan besar saja, tetapi juga
industri kecil-kecilan seperti industri rumahan dapat dikategorikan sebagai
sebuah produsen. Sedangkan di Indonesia, ada berbagai macam bentuk dan sifat
dari perusahaan yang berdiri di Indonesia seperti perusahaan swasta, koperasi,
perusahaan negara dan perusahaan daerah. 20 Perusahaan swasta memiliki
pengertian sebagai perusahaan yang mmodalnya diusahakan oleh pihak swasta,
baik swasta nasional, swasta asing, maupun gabungan antara keduanya. Dari
berbagai cara yang ditempuh oleh seseorang untuk berusaha, dapatlah dibagi
menjadi empat ketegori badan usaha saja yaitu sebagai berikut21 :
a. Perusahan Perseorangan : perusahaan perseorangan ini merupakan
perusahaan yang banyak ditemui di Indonesia. Karena yang termasuk
18 Boediono, Ekonomi Mikro, (Yogyakarta : BPFE, 2017), Edisi Kedua, h.63
19 Syamri Syamsudin dan Detri Karya, Mikroekonomi Untuk Menejemen, (Depok : PT
RajaGrafindo Persada, 2018), h.135 20 Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi (Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro dan Makro), PT RajaGrafindo Persada, Jakarta : 2005, h.61 21 T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, (Yogyakarta : Kanisius, 2003), h. 119
24
dari perusahaan perseorangan ini adalah usaha kecil-kecilan yang
dibuka oleh masyarakat.
b. Perseroan dengan Tanggung Jawab Terbatas : pada bentuk badan
usaha ini, seseorang mengumpulkan dana dari banyak orang dengan
cara menjual semacam surat berharga yang disebut dengan saham,
andil, atau sero.
c. Firma : firma memiliki kesamaan dengan Perseroan terbatas. Namun,
ia memiliki perbedaan dengan tidak mengumpulkan modal melalui
saham melainkan modal yang didapatkan firma diperoleh dari
beberapa orang dalam bentuk uang tunai bukannya saham.
d. Persekutuan Komanditer : ini merupakan kombinasi antara Firma
dengan Perseroan Terbatas. Persekutuan Komanditer digambarkan
sebagai suatu kerjasama antar perorangan dengan dua pembagian
yaitu “sekutu penguasa” atau sekutu pengurus” yang tugasnya
menjalaskan usaha, dan satu lagi yaitu “Sekutu Komanditer” yang
tugasnya adalah bertanggungjawab sebatas penyetoran saja, persis
seperti para persero yang ada di sebuah PT.
Semakin banyak produsen yang terbentuk, maka akan menghasilkan
berbagai macam produk, mulai dari produk kesehatan, kecantikan, kebutuhan
rumah tangga, kebutuhan pangan dan lain sebagainya. Selain dari pada produk
yang dapat dihasilkan, ada beberapa faktor produksi lainnya selain tenaga kerja
manusia yaitu sumber daya alam atau “tanah”, sarana produksi atau “modal” dan
kegiatan “pengusaha”22.
3. Fungsi dan Tujuan Produksi. Hubungan antara input dengan output produksi sering disebut sebagai
Fungsi Produksi. Fungsi produksi memiliki pengertian yaitu suatu fungsi yang
menunjukkan hubungan antara tingkat kombinasi penggunaan input dengan
tingkat output. Dalam ilmu ekonomi dinyatakan bahwa fungsi produksi
merupakan landasan teknis bagi suatu proses produksi. 23 Dalam ekonomi
produksi, bahasan yang paling penting adalah fungsi produksi. Hal ini
disebabkan karena beberapa alasan sebagai berikut24 :
22 T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, h. 220 23 Syamri Syamsudin dan Detri Karya, Mikro Ekonomi Untuk Manajemen, h.136 24 Masyhuri, Ekonomi Mikro, (Malang : UIN Press, 20017), Cet ke- 1, h.130
25
a. Dengan fungsi produksi, maka seorang produsen dan atau peneliti
akan mengetahui seberapa besar kontribusi dari masing-masing
input terhadap output.
b. Dengan fungsi produksi, seorang produsen dan atau peneliti dapat
mengetahui hubungan antara faktor produksi dan produksi secara
langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.
c. Dengan fungsi produksi, maka produsen dan atau peneliti dapat
mengetahui hubungan antara variabel tak bebas dan variabel
bebas dan atau hubungan antara variabel bebas.
Kemudian fungsi produksi juga terbagi menjadi dua bagian yaitu fungsi
produksi jangka pendek dan fungsi produksi jangka panjang sebagai berikut.25
a. Fungsi produksi jangka pendek : fungsi produksi jangka pendek
menjelaskan proses produksi yang menggunakan input tetap dan
variabel. Artinya, jika dalam suatu fungsi produksi terdapat satu
atau lebih input yang bersifat tetap maka fungsi ini dinamakan
fungsi produksi jangka pendek.
b. Fungsi produksi jangka panjang : fungsi produksi jangka
panjang menjelaskan tentang proses produksi yang apabila suatu
perusahaan terus berkembang, maka pengusahanya akan berpikir
bahwa kapital yang tetap tidak memadai lagi untuk produksi yang
berkelanjutan. Dan diperlukan penambahan mesin produksi agar
dapat menunjang produktivitas yang maksimal.
Syaikh Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi dalam kitabnya Al-Fiqh Al-
Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar Ibnu Khatab telah dijabarkan, ada beberapa
tujuan dari produksi yang telah dijelaskan dalam teori mikro eknomi Islam26
yaitu sebagai berikut :
a. Tujuan dari produksi yang pertama yaitu pemenuhan kebutuhan
manusia pada tingkat moderat. Dari tujuan tersebut dapat
mengakibatkan dua implikasi yaitu ketika produsen akan
menghasilkan suatu barang dan jasa yang akan menjadi kebutuhan
25 Arif Hoetoro, Ekonomi Mikro Islam : Pendekatan Integratif, (Malang : UB Press, 2018), h.
170 dan 177 26 Ridwan, dkk, Ekonomi Mikro Islam, (Sumatra Utara : UIN Sumatra Utara, 2017), h.94
26
bagi konsumen, akan tetapi barang dan jasa tersebut tidak
menjamin akan menjadi keinginan dari konsumen itu sendiri.
b. Yang kedua yaitu menemukan kebutuhan manusia dan
pemenuhannya. Pada tujuan yang kedua ini, produsen tidak hanya
bersifat sebagai penyedia sarana kebutuhan manusia saja, akan
tetapi produsen juga harus menjadi sosok yang kreatif dalam
menemukan barang dan jasa apasaja yang memang sangat
dibutuhkan bagi konsumen.
c. Yang ketiga yaitu menyiapkan barang dan jasa di masa depan.
Pada tujuan yang ketiga ini, produsen di tuntut untuk berkreasi dan
menciptkan hasil dari suatu produk yang dikembangkan dan lebih
di kreasikan kembali agar tetap dapat menarik minat konsumen
untuk tetap membelinya.
d. Yang keempat yaitu keperluan generasi yang akan datang. Pada
tujuan yang keempat ini, produsen diwajibkan untuk
memperhatikan pemanfaatan dalam pengelolaan barang dan jasa
agar tidak mengganggu dan menyulitkan keberlangsungan hidup
generasi yang akan datang untuk mengakses sumber yang sama
pula.
Sedangkan dalam perspektif fiqih ekonomi Umar bin Khattab R.A yang
ditulis oleh Syeikh Jaribah bin Ahmad Al-Hartsi dalam bukunya yang berjudul
AlFiqh Al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar Ibnu Khaththab penjelasan
mengenai tujuan terpenting dari produksi27 yaitu sebagai berikut :
a. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin : Dalam ekonomi
Islam, landasan tujuan meraih keuntungan dalam ekonomi
konvensional tidak dapat diterima dan diterapkan dalam ekonomi
Islam. Namun, bukan berarti ekonomi Islam menolak konsep
dasarnya. Dikarenakan tujuan meraih keuntungan sebesar
mungkin yang sesuai batasan dan kaidah syariah merupakan
tuntutan dalam Islam, bahkan merupakan salah satu tujuan yang
27 Jaribah bin Ahmad Al-Hartsi ,Al-Fiqh Al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar Ibnu
Khaththab, Penerjemah : Asmuni Solihan Zamakhsyari, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta : Khalifa, 2010), h.50
27
mendasar bagi produsen yang memberikan andil dalam
merealisasikan tujuan-tujuan yang lain bagi produsen muslim.
b. Merealisasikan kecukupan induvidu dan keluarga : Seorang
muslim wajib melakukan aktifitas yang dapat merealisasikan
kecukupannya dan kecukupan orang yang menjadi kewajiban
nafkahnya.
c. Tidak mengandalkan orang lain : Umar bin Khattab R.A tidak
memperbolehkan seseorang yang mampu bekerja untuk
menadahkan tangannya kepada orang lain meminta-minta, dan
menyerukan kaum muslimin untuk bersandar kepada diri mereka
sendiri, tidak mengharap apa yang di tangan orang lain.:
d. Melindungi harta dan mengembangkannya : Umar bin Khattab
R.A menyerukan kepada manusia untuk memelihara harta dan
mengembangkannya dengan mengeksplorasinya dalam kegiatan-
kegiatan produksi.
e. Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan
mempersiapkannya untuk dimanfaatkan : Sesungguhnya Allah
telah mempersiakan bagi manusia di dunia ini banyak sumber
ekonomi, namun pada umumnya tidak memenuhi hajat insani
bila tidak dieksplorasi oleh manusia dalam kegiatan produksi
yang mempersiapkannya untuk dapat layak dimanfaatkan.
Seperti yang telah dijelaskan dalam surat al-Mulk ayat 15 28
sebagai berikut : Q.S. al-Mulk (67) ayat 15 :
زقهۦ إوله حوا من ر وا ف مناكبها وكح فٱمشححولا رض ذل
مح ٱل ي جعل لكح و ٱل هح
ورح ١ٱلنشح
Artinya : “Dialah yang menjadikab buni untuk kamu yang mudah
dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah
sebagian dari rezeki-Nya. Dan hsnya kepada-Nya lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan”. (Q.S al-Mulk : 15)
28 Jaribah bin Ahmad Al-Hartsi,Al-Fiqh Al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar Ibnu
Khaththab, Asmuni Solihan Zamakhsyari, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, h.59
28
Tafsir dari surat al-Mulk ayat 15 menurut Quraish Shihab
yaitu ayat tersebut merupakan ajakan bahkan dorongan kepada
umat manusia secara umum dan kaum muslimin khususnya agar
memanfaatkan bumi sebaik mungkin dan menggunakannya
untuk kenyamanan hidup mereka tanpa melupakan generasi
sesudahnya. Menurut Prof. Quraish Shihab yang mengutip dari
perkataan Imam Nawawi (w.1277 M) dalam mukaddimah
kitabnya al-Majmu menyatakan bahwa : Umat Islam hendaknya
mampu memenuhi dan memproduksi semua kebutuhannya
walaupun jarum agar mereka tidak mengandalkan pihak lain.29
Kemudian, dalam Kitab Shahih Tafisr Ibnu Katsir
mengenai ayat 15 surat al-Mulk Allah S.W.T menjelaskan
nikmat-Nya kepada makhluk-Nya yang telah menundukkan
bumi untuk mereka. Dia telah menjadikannya terhampar dan
tenang, tidak goncang atau bergerak-gerak, karena Dia telah
menjadikan gunung-gunung (sebagai pasaknya). Dia telah
mengalirkan mata air, membentangkan padanya jalan-jalan,
menyiapkan padanya berbagai manfaat serta tempat-tempat yang
cocok untuk menanam tanaman-tanaman dan buah-buahan.30
Dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwasanya segala
sesuatu yang ada di muka bumi telah Allah siapkan untuk hamba-
Nya agar dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya untuk kebutuhan
sehari-hari. Dan manusia dapat memafaatkan apa yang ada di
bumi ini untuk diolah dan dijadikan sebagai suatu bahan produksi
yang dapat digunakan dalam bentuk barang ataupun jasa yang
digunakan dalam kebutuhan induvidu ataupun kebutuhan rumah
tangga sehari-hari.
29 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an),(Jakarta :
Lentera Hati, 2002), Cet ke-1, Vol ke 14, h.357 30 Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Al-Misbaahul Muniir fii Tahdziibi Tafsiiri Ibni
Katsiir,Penerjemah Tim Pustaka iBnu Katsir, Shahih Ibnu Katsir Jilid 9, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir,
2017), Cet ke-16, h.208
29
C. Konsumen.
1. Pengertian Konsumen.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumen memiliki makna yaitu
seseorang yang memakai barang dari hasil suatu produksi seperti bahan pakaian,
makanan dan sebagainya.31 Sedangkan penjelasan mengenai konsumen dalam
Ekonomi Mikro ialah konsumen merupakan seseorang yang memakai atau
menggunakan suatu barang yang berguna dalam mencukupi kehidupan sehari-
hari. Dalam jurnal Manajemen yang ditulis oleh Okta Nofri dan Andi Hafifah
yang mengutip dari perkataan Engel et al mengenai perilaku konsumen yaitu
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusul
dari tindakan ini. 32Selain dari pengertian tersebut, perilaku dari konsumen juga
dipengaruhi oleh pola kebutuhan, besar kecilnya penghasilan serta cara dari
konsumen terseut dalam membelanjakan uangnya. Dari perilaku konsumen
tersebut, menghasilkan dua teori33 sebagai berikut :
a. Teori Utility : menurut teori ini, seorang konsumen mampu untuk
membagi-bagikan pengeluaran atas berbagai macam kebutuhannya.
Sehingga tambahan kepuasan yang diperoleh perupiah yang
dibelanjkan oleh konsumen itu sebesar mungkin.
b. Teori Indeferensi : menurut teori ini, seorang konsumen mampu
membagi-bagikan pengeluarannya atas berbagai macam barang yang
sedemikian rupa sehingga konsumen tersebut mencapai kepada taraf
pemenuhan kebutuhan yang terbaik dan dicapainya sesuai dengan
kemampuan perekonomian dan harga dari barang yang berlaku.
Dalam fiqih ekonomi Umar bin Khattab R.A sebagaimana dibahas oleh
Ibnu al-Jauzi dalam bukunya Sirah Wa Manaqib Umar Ibn Abdul Aziz, telah
mengisyaratkan bahsawanya tujuan utama dari konsumsi seorang muslim yaitu
sebagai sarana penolong dalam beribadah kepada Allah. Dalam hal ini, Umar bin
Khattab R.A berkata :
31 https://kbbi.web.id/konsumen dikases pada tanggal 31-08-2019 pukul 21:19 wib 32 Okta Nofri dan Andi Hafifah, Analisis perilaku Konsumen dalam Melakukan Online
Shopping di Kota Makassar, Jurnal Manajemen, ide dan isnpirasi Juni, Vol 5 No.1, 2018, h.116 33 T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, h. 91
30
عيبادةي هللاي عا في ي ن البساطة أق رب ايال التحسني ، بعييد عني الدري ، واكث ر ت شجي طعاميك ، لي عا في كن متوواضي
ت عال.34
Artinya :“Hendaklah kamu sederhana dalam makanan kamu, karena
sesungguhnya kesederhanaan lebih dekat kepada perbaikan, lebih jauh dari
pemborosan, dan lebih menguatkan dalam beribadan kepada Allah Ta’ala”.
Kemudian terdapat nash (teks) yang jelas tentang perolehan pahala oleh
seorang muslim dalam setiap nafkahnya yang dikeluarkan dengan tujuan mencari
ridha Allah yaitu bahwa Nabi S.A.W. bersabda kepada Sa’ad R.A sebagai berikut :
ها حت ما تعل في فمي امرأتيك )رواه و مسلم(35 رت علي ا وجه هللاي إيل أجي تغيي بي إينك لن ت نفيق ن فقة ت ب
Artinya : “Sesungguhnya kamu tidak mengeluarkan nafkah sedikitpun dengan
tujuan mencari ridha Allah Ta’ala, melainkan kamu mendapatkan pahala padanya,
hingga sesuatu yang kamu berikan di mulut istrimu” (H.R Muslim).
2. Daya Guna Barang. Daya guna suatu barang atau biasa disebut dengan Utylity memiliki arti
kemampuan dari suatu barang dalam memenuhi kebutuhan manusia secara
objektif. Oleh sebab itu, pengertian dari daya guna dalam perilaku konsumen
dapat diartikan sebagai manfaat yang dirasakan dari konsumsi suatu barang/jasa
atau sebuah kepuasan yang diperoleh dari padanya. Jadi, dapat disimpulkan
bahwasanya daya guna suatu barang merupakan sesuatu yang subjektif,
tergantung dari konsumen tersebut sejauh mana ia merasakan kepuasan atas
kegunaan barang atau jasa yang telah ia beli.36 Daya guna dari suatu barang yang
dibeli oleh konsumen dibagi kedalam beberapa kategori sesuai dengan berbagai
sebabnya. Dan kegunaan dari suatu barang tersebut dapat di ketegorikan37 sebagai
berikut :
a. Form Utility (berguna karena bentuknya) : suatu barang dapat menjadi
berguna bagi manusia dikarenakan bentuknya telah memenuhi syarat,
atau dapat pula menjadi berguna ketika bentuknya telah diubah sesuai
dengan keadaannya.
34 Ibnu al-Jauzi dan Abul Faraj Abdurrahman, Sirah wa Manaqib Umar ibn Abdul Aziz,
(Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1404 H/1984 M), Cet ke-1, h.213-214 35 H.A. Razak dan H. Rais Lathief, Terjemah Hadis Shahih Muslim, (Jakarta : Pustaka al
Husna, 1980), Cet. Ke- 1, Jilid II, hadis no.1628, h. 185 36 T. Gilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, h. 92-93 37 Suherman Rosyidi, Pengantar Teori Ekonomi (Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro dan Makro), h. 45-46
31
b. Time Utility (berguna karena waktu) : suatu barang dapat bermanfaat
bagi seorang manusia apabila digunakan pada saat itu juga ataupun
disimpan terlebih dahulu agar dapat digunakannya dikemudian hari
sesuai dengan waktu yang tepat.
c. Place Utility (berguna karena tempatnya) : suatu barang dapat
bermanfaat bagi manusia apabila tempatya atau karena sudah
dipindahkan kepada tempat yang seharusnya. Seperti halnya sebuah
godam yang lebih bermanfaat digunakan apabila ditempatkan di
bengkel dari pada di kantor kejaksaan.
d. Own Utility (berguna karena pemilikan) : suatu barang dapat berguna
apabila telah dimiliki oleh telah dimiliki oleh seseorang dan biasanya
bersifat subjektif bagi orang-orang tertentu. Kemudian, barang itu
tidak akan kembali berguna jika telah tidak dimiliki.
e. Element Utility (berguna karena unsurnya ) : dalam hal ini dapat
diumpakan seperti halnya tanah di daerah pegunungan Merapi yang
subur yang diakibatkan oleh efek yang timbul dari letusan gunung
tersebut. Oleh karena itu, tanah yang subur dapat digunakan sebagai
lahan pertanian bagi para petani.
Kegunaan suatu barang akan menimbulkan keinginan, dan pada
gilirannya akan membutuhkan permintaan. Sebaliknya, kelangkaan suatu
barang mendorong beberapa orang untuk memanfaatkan kelangkaan itu dengan
cara menjualnya, sehingga kelangkaan menimbulkan penawaran. 38 Diantara
beberapa konsumen ada yang belum menyadari bahwasanya kepentingan
konsumsi terhadap barang dan jasa berhubungan erat dengan suatu manfaat yang
akan diperoleh dari barang dan jasa yang bersangkutan tersebut. Namun, adapula
konsumen yang merasa kecewa terhadap barang yang di konsumsinya
dikarenakan manfaat yang didapatkan dari barang ataupun jasa tersebut tidak
sebanding dengan pengeluaran yang telah mereka berikan untuk membeli suatu
barang tersebut.
Selain itu, pertumbuhan barang dan jasa yang semakin pesat setiap
harinya ditengah-tengah masyarakat mengakibatkan konsumen menginginkan
38 Nur Laily dan Budiyono Pristiyadi, Teori Ekonomi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013),
h.13
32
untuk membeli barang dan jasa tersebut walaupun harus dengan cara hutang
piutang kepada produsen atau penjual. 39 Perilaku masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya terkadang tidak sesuai dengan kebutuhannya. Semakin tinggi
harga suatu barang, maka permintaannya pun akan berkurang. Dan sebaliknya,
semakin rendah harga barang, maka semakin banyak pula permintaan dari barang
tersebut.
3. Perilaku Konsumen
Konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk membelanjakan atas
produk dan menjelaskan keputusan alokasi ini dalam menentukan permintaan
atas produk atau jasa yang diinginkan. Perilaku konsumen tersebut dapat terbagi
menjadi tiga tahapan40 yaitu sebagai berikut :
a. Preferensi konsumen : ini adalah langkah pertama untuk menjelaskan alasan seseorang yang lebih suka suatu jenis produk daripada jenis produk yang lain.
b. Garis anggaran : konsumen juga mempertimbangkan faktor harga dan akan memutuskannya sesuai dengan pendapatan yang dimilikinya.
c. Pilihan konsumen : dengan mengetahui preferensi dan keterbatasan pendapatan yang domiliki, konsumen memilih untuk membeli kombinasi barangbarang yang memaksimalkan kepuasan mereka.
Dalam jurnal Manajemen yang ditulis oleh Okta Nofri dan Andi Hafifah,
mereka mengutip pendapat Kotler dan Keller mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen41 yaitu sebagai berikut :
a. Faktor-faktor kebudayaan : faktor utama yang mempengaruhi
pengambilan keputusan konsumen adalah budaya. Dalam faktor ini,
ruang lingkup budaya lingkungan sehari-hari dari konsumen tersebut
memiliki pengaruh yang kuat dalam pengambilan keputusan seorang
produsen dalam membeli suatu barang ataupun jasa.
b. Faktor-faktor sosial : dalam faktor sosial ini, golongan masyarakat
menjadi pengaruh yang sangat kuat bagi perilaku konsumen. Tiga
golongan masyarakat itu terbagi menjadi golongan atas (pengusaha
kaya dan pejabat tinggi), golongan menengah (kelas
39 Agung Abdul Rasul dkk, Ekonomi Mikro (Dilengkapi Sistim Informasi Permintaan),
(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013), h.91 40 Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi (Suatu Perbandingan Ekonomi
Islam dan Ekonomi Konvensional), (Jakarta : Kencana, 2010), h.109 41 Okta Nofri dan Andi Hafifah, Analisis perilaku Konsumen dalam Melakukan Online
Shopping di Kota Makassar, h.116-117
33
pekerja/karyawan), dan yang terakhir golongan bawah (pekerja
buruh/pegawai rendah). Pembagian tiga golongan masyarakat ini
mempengaruhi tingkah laku pembelian konsumen. Tergantung dari
mana ia sering melakukan interaksi dengan tiga golongan tersebut.
c. Faktor pribadi : faktor pribadi juga dapat mempengaruhi perilaku
konsumen. Faktor pribadi tersebut dipengaruhi oleh lima karakteristik
dari seseorang yaitu sebagai berikut :
1) Umur dan tahapan dalam siklus hidup.
2) Pekerjaan.
3) Keadaan ekonomiGaya hidup.
4) Kepribadian dan konsep diri.
d. Faktor psikologis : pembelian seorang konsumen terhadap suatu
barang atau jasa dapat di pengaruhi oleh faktor psikologis yang terdiri
dari empat faktor utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta
keyakinan dan pendirian.
34
BAB III
MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN OLEH KONSUMEN SERTA
PRODUSEN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM
POSITIF
A. Membuang Sampah Sembarangan dalam Hukum Islam
1. Sejarah Singkat Fatwa MUI
Berdirinya MUI dilatarbelakangi oleh dua hal utama, yaitu yang pertama
adalah respon atas kebangkitan kembali masyarakat Indonesia setelah 30 tahun
merdeka. Dan yang kedua yaitu keprihatinan terhadap sektarianisme yang amat
mendominasi perpolitikan umat Islam di tahun 1970-an, sehingga mulai
mengabaikan kesejahteraan rohani umat. Selain itu, tantangan global yang sangat
berat yang ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi, yang dapat menerobos
sekat-sekat etika dan moral, serta serbuan budaya global yang didominasi oleh alam
pikir Barat, juga pendewaan atas kebendaan dan hawa nafsu yang dapat melunturkan
aspek rohani umat, menjadi titik tolak para ulama untuk memfungsikan kembali
agama sebagai penggerak peradaban kehidupan umat manusia.1
Dalam suatu konferensi para ulama yang dilaksanakan di Jakarta pada
tanggal 30 September hingga 4 Oktober 1970 oleh Pusat Dakwah Islam, telah
diajukan suatu saran untuk memajukan kesatuan kaum muslimin dalam kegiatan
sosial mereka dengan membentuk sebuah majelis bagi para ulama Indonesia, yang
akan diberikan tugas untuk memberikan fatwa-fatwa. Pada masa pemerintahan
Soeharto, desakan untuk membentuk semacam majelis ulama nasional tampak
mudah dan jelas, ketika pada tanggal 1 Juli 1975, pemerintah yang diwakili
Departemen Agama, mengumumkan penunjukkan sebuah panitia persiapan
pembentukan majelis ulama tingkat nasional.2 Empat nama disebut duduk dalam
panitia yaitu H. Sudirman, pensiunan Jendral Angkatan Darat, selaku ketua, dan tiga
orang ulama terkenal sebagai penasihat yaitu Dr Buya Hamka, K.H Abdullah Syafi’I,
dan K.H, Syukri Ghozali. Tiga minggu kemudian suatu muktamar nasional
1 https://www.erlangga.co.id/agama/7237-selayang-pandang-majelis-ulama-
indonesiamui.html diakses pada tanggal 18-09-2019 pukul 13:52 WIB 2 M. Atho Mudzar, Fatwas of The Council of Indonesian Ulama : Astudy of Islamic Legal
Thought in Indonesia, 1975-1988, Penerjemah (Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia : Sebuah
studi tentang pemikiran hukum Islam di Indonesia, 1975-1988), (Jakarta : U.M.I, 1993), h.54 M. Atho
Mudzar, Fatwas of The Council of Indonesian Ulama : Astudy of Islamic Legal Thought in Indonesia,
1975-1988, Penerjemah (Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia : Sebuah studi tentang pemikiran
hukum Islam di Indonesia, 1975-1988), (Jakarta : U.M.I, 1993), h.54
35
dilangsungkan dari tanggal 21 hingga 27 Juli 1975 yang menghasilkan suatu
deklarasi yang ditandatangani oleh 53 orang peserta, yang mengumumkan
terbentuknya Majelis Ulama Indonesia yang diketuai oleh seorang penulis dan alim
terkenal yaitu Dr. Hamka.3
Dalam jurnal ilmiah Syariah yang ditulis oleh Widi Nopiardo, bahwasanya
Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang merupakan wadah musyawarah para ulama,
zu’ama dan cendekiawan Muslim dipandang sebagai lembaga paling berkompeten
dalam pemberian jawaban masalah sosial keagamaan (ifta’) yang senantiasa timbul
dan dihadapi masyarakat Indonesia. 4 Hal ini mengingat bahwa lembaga ini
merupakan wadah bagi semua umat Islam Indonesia yang beraneka ragam
kecenderungan mazhabnya. Oleh karena itu, fatwa yang dikeluarkan oleh MUI
diharapkan dapat diterima oleh seluruh kalangan dan lapisan masyarakat, serta
diharapkan pula dapat menjadi acuan pemerintah dalam pengambilan
kebijaksanaan.5
2. Fatwa MUI Nomor 47 tahun 2014
Dalam fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 yang membahas tentang
Pengelolaan Sampah Untuk Mencegah Kerusakan Lingkungan terdapat pembehasan
mengenai larangan untuk membuang sampah secara sembarangan. Alasan utama
MUI mengeluarkan fatwa tersebut dikarenakan banyaknya pencemaran lingkungan
yang timbul akibat pembuangan sampah secara sembarangan serta permintaan dari
Kementrian Lingkungan Hidup kepada MUI untuk menetapkan suatu hukum tentang
pengelolaan sampah agar dapat mencegah kerusakan lingkungan. 6 Kemudian,
didalam fatwa tersebut juga menjelaskan tentang manusia sebagai khalifah di bumi
untuk melestarikan dan menjaga lingkungan dari kerusakan lingkungan. Seperti
yang di jelaskan dalam al-Qur’an surah Huud ayat 61 sebagai berikut:
3 M. Atho Mudzar, Fatwas of The Council of Indonesian Ulama : Astudy of Islamic Legal
Thought in Indonesia, 1975-1988, Penerjemah Soedarso Soekarno (Fatwa-Fatwa Majelis Ulama
Indonesia : Sebuah studi tentang pemikiran hukum Islam di Indonesia, 1975-1988), h.56 4 Widi Nopiardo, Perkembangan Fatwa MUI tentang Masalah Zakat, Jurnal Ilmiah Syariah,
Vol. 16, No.1, Januari-Juni 2017, h.90 5 Ma’ruf Amin, dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, (Jakarta :
Erlangga, 2011), h.13 6 Fatwa MUI Nomor 47 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dalam Mencegah
Kerusakan Lingkungan,h.1
36
ا قال ي م صلحا خاهحود أ رض ۞إول ثمح
ن ٱل م م كح
نشأ
و أ ۥ هح ه غيحهح ن إل م م ما لكح وا ٱلل قوم ٱعبحدح
يب قريب م م تحوبحوا إله إن رب وهح ثح م فيها فٱستغفرح ٦١وٱستعمركح
Artinya: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepadaNya,
Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya)” (Q.S. Huud ayat 61).
Maksud dari surat Hud ayat 61 dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwasanya
ayat ini memiliki perintah kepada seluruh umat manusia yang secara langsung
maupun tidak langsung untuk membangun dan menjaga bumi dalam kedudukannya
sebagai seorang khalifah, sekaligus menjadi alasan mengapa manusia harus
menyembah hanya kepada Allah semata-mata. Pendapat ini dikemukakan
berdasarkan pemahaman menurut Thabathaba’I dalam memahami kata (ف كم استعمر
ista’marakum fi al-ardh yang memiliki arti mengelolah bumi sehingga (األرض
beralih menjadi suatu tempat dan kondisi yang memungkinkan manfaatnya dapat
dipetik, seperti membangun pemukiman untuk dihuni, masjid untuk tempat ibadah,
tanah untuk pertanian, taman untuk dipetik buahnya dan untuk rekreasi.7
Kemudian, Allah juga melarang kepada setiap hamba-Nya untuk melakukan
perbuatan yang dapat merusak bumi. Karena, apabila manusia melakukan perusakan
dimuka bumi, maka generasi yang akan mendatang tidak dapat merasakan berbagai
macam nikmat yang Allah berikan di bumi ini. Peruskan dibumi ini dapat dilakukan
dengan berbagai macam perbuatan, diantaranya melakukan perbuatan membuang
sampah secara sembarangan atau tidak pada tempat yang telah ditentukan.
Pembahasan tentang larangan untuk tidak merusak bumi terdapat dalam ayat tersebut
terdapat dalam potongan surat ar-Rum ayat 41 sebagai berikut :
م ي عملحوا لعلهح م بعض ٱل يدي ٱنلاس لحذيقهح وٱلحر بما كسبت أ ون ي ظهر ٱلفسادح ف ٱلب رجعح
٤١
7 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah :Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta :
Lentera Hati, 2010), Cet ke-3, Vol. 5, h.666
37
Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S ar-Rum : 41).
Menurut Quraish Shihab, tafsir dari potongan ayat ini memiliki makna
bahwasanya ayat tersebut menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad.
Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan. Misalnya laut tercemar,
sehingga ikan mati dan hasil laut berkurang. Daratan semakin panas sehingga terjadi
kemarau panjang. Alhasil, keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang
mengantar sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat tentang
kerusakan lingkungan.8
Selain dari ayat yang menjelaskan tentang manusia dijadikan sebagai
khalifah dimuka bumi dan larangan untuk melakukan perusakan lingkungan, Allah
juga memberikan larangan untuk melakukan perbuatan tabzir (pemborosan) kepada
setiap hamba-Nya. Salah satu perbuatan tabzir yang dapat dilakukan oleh manusia
yaitu dengan tidak mengelola sampah agar dapat menjadi barang yang dapat
digunakan kembali dan langsung membuanganya tanpa mengelola terlebih dahulu
bahkan membuangnya tidak pada tempat yang seharusnya. Ayat yang menjelaskan
tentang perbuatan tabzir tersebut terdapat dalam surat al-Isra ayat 27 sebagai berikut :
ا ورا يطنح لرب هۦ كفح يطني وكن ٱلش ن ٱلش رين كنحوا إخو بذ ٢٧إن ٱلمح
Artinya : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan
dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Isra : 27).
Dalam tafsir Quraish Shihab, pembahasan mengenai kata (تبذير)
tabzir/pemborosan dipahami oleh para ulama memiliki arti pengeluaran yang bukan
haq, oleh karena itu jika seseorang menafkahkan/membelanjakan semua hartanya
dalam kebaikan atau haq, maka dia bukanlah termasuk kedalam seorang pemboros.
Kemudian, persaudaraam setan dengan pemboros adalah persamaan sifat-sifatnya,
serta keserasian antar keduanya. Pensifatan setan dengan kafur/sangat ingkar
merupakan suatu peringatan keras kepada para pemboros yang menjadi teman setan
itu, bahwa persaudaraan dan kebersamaan mereka dengan setan dapat mengantar
kepada kekufuran, dan sifat kekufuran sangatlah dibenci oleh Allah S.W.T.9
8 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah :Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta :
Lentera Hati, 2010), Cet ke-3, Vol 11, h77. 9 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah :Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta :
Lentera Hati, 2007), Cet ke-7, Vol. 7, h.459-460
38
Selanjutnya, adapula hadis yang digunakan oleh MUI dalam mengeluarkan
fatwa tentang pengelolaan sampah dalam merusak lingkungan. Salah satu hadisnya
yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi tentang keimanan sebagai berikut:
يان بيضع وس ت ون عن ابي هري رة رضيى هللا عنه قال : قال رسول هللا صلى هللا عليهي وسلم : "اإلي عون أو بيضع وسي ب ". )رواه الرت ميذى(10 ياني , والياء شعبة مين الي شعبة, فافضلها ق ول : آلايله ايل هللا, وادنها ايماطة الذى عني الطرييقي
Artinya : “Dari Abi Hurairah ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Imam itu
memiliki lebih tujuh puluh atau enam puluh cabang. Yang paling utama adalah
pernyataan “Tiada Tuhan selain Allah dan yang paling rendah adalah menyingkirkan
hal yang menyakitkan dari jalanan. Dan malu itu termasuk cabang dari iman”. (HR.
At-Tirmidzi).
Dari hadis yang diriwayatkan oleh Tirimidzi telah menjelaskan beberapa
cabang keimanan seseorang yang terbagi menjadi tujuh puluh atau enam puluh
cabang. Dan cabang yang paling utama merupakan pernyataan “Bahwa tiada Tuhan
selain Allah” dan cabang yang paling rendah yaitu menyingkirkan hal yang
menyakitkan dari jalanan. Menyingkirkan hal yang menyakitkan dari jalanan ini
salah satunya dapat berupa membuang sampah pada tempatnya agar tidak merusak
dan menjadi pencemaran lingkungan. Karena ketika kita membuang sampah pada
tempatnya, maka kita telah membantu untuk mengurangi perusakan dan pencemaran
lingkungan yang dapat diakibatkan oleh dampak pembuangan sampah secara
sembarangan. Selain itu, menyingkirkan segala hal yang menyakitkan dijalan seperti
sampah atau kotoran merupakan salah satu sedekah yang sangat mudah dilakukan
oleh umat muslim. Seperti hadis yang telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari sebagai
berikut :
ى هللا عنه : قال رسول هللاي صلى هللا عليهي وسلم : "يييط الذى عني الط رييقي صدقة" )رواه عن أبي هري رة رضي
البخارى(11
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Menyingkirkan gangguan dari jalan merupakan sedekah" (HR. Al Bukhari).
Menyingkirkan segala sesuatu yang terdapat dijalanan dan dapat mengganggu
umat muslim merupakan salah satu perbuatan yang dianjurkan oleh Rasullullah
S.A.W agar dapat melindungi sesama muslim lainnya dari dampak yang akan
10 Abu Isa At-Trimdzi, Sunan At-Tirmidzi, h. 306 11 Muhammad bin Ismail Al-Bukhori, Shahih Bukhari, (Beirut : Dar Thuq An-Najah, 1422
H), Cet ke-1, Juz 3,h. 133
39
membahayakan umat muslim lainnya. Perilaku membuang sampah sembarangan
yang dapat menimbulkan akibat yang buruk bukan hanya untuk diri sendiri, akann
tetapi dapat pula berdampak kepada orang lain. Karena, membuang sampah
sembarangan dapat menimbulkan berbagai macam kerusakan dan pencemaran
lingkungan, diantaranya banjir, tercemarnya air dan tanah, serta terganggunya
ekosistem lingkungan sekitar. Sedangkan, Rasulullah S.A.W telah bersabda dalam
salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah tetang pentingnya kewajiban
untuk tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain sebagai berikut :
رار )رواه ابن ماجة( 12 هما قال : قال رسول هللاي صلى هللا عليهي وسلم : لضرر ول ضي ى هللا عن عن ايبني عباس رضي
Artinya : “Dari Ibn Abbas ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Tidak boleh
membahayakan diri sendiri maupun orang lain” (H.R.Ibnu Majah).
Dalam hadis tersebut, Rasulullah menganjurkan kepada para umatnya untuk
saling menjaga satu sama lain dari suatu bahaya. Salah satunya yaitu dengan tidak
membuang sampah sembarangan yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi diri
sendiri maupun orang lain. Dengan cara membiasakan diri membuang sampah pada
tempatnya, serta saling mengingatkan satu sama lain untuk terbiasa melakukan pola
hidup bersih merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk saling menjaga
satu sama lain dari bahaya yang akan timbul dari perbuatan membuang sampah
sembarangan. Selain itu, menjaga kebersihan merupakan salah satu hal yang sangat
disukai oleh Allah S.W.T. Seperti hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi sebagai
berikut :
اين هللا طي يب ييب الطي يب نظييف ييب النظافة كريي ييب الكرم جواد ييب الود ف نظ يفوا أفنيي ت كم )رواه الرتمذى(13
Artinya : “Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan, bersih (dan)
menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus (dan) menyukai
kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu”. (HR. At-
Tirmidzi).
Hadis tersebut menjelaskan tentang Allah yang sangat menyukai kebersihan,
kebaikan, kemuliaan dan kebagusan. Dan oleh sebab itu, sebagai hamba-Nya yang
beriman wajiblah menjaga kebersihan baik itu dilingkungan sendiri maupun
lingkungan sekitar agar dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Semua
itu dapat dimulai dengan perilaku tidak membuang sampah secara sembarangan
12 Abu Abdillah, Ibnu Majah, (Beirut : Dar Ihya’ Al-Kotb Al- Arabiyah), Juz 2, h. 13 Abu Isa At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, h.409
40
yang dapat memiliki dampak serta akibat yang sangat buruk bagi diri sendiri maupun
orang lain.
Selain menggunakan ayat al-Qur’an dan beberapa hadist, dalam
mengeluarkan fatwanya tentang pengelolaan sampah MUI juga menggunakan
Qawaid Fiqhiyyah dan Qawaid Ushulliyah sebagai berikut :
الضرر ي زال
Artinya : “Kemudharatan itu harus dihilangkan.”14
مكاني الضرر يدفع بيقدريالي
Artinya : “Segala mudharat (bahaya) harus dihindarkan sedapat mungkin.”15
دي مقد م على جلبي المصاليحي درء المفاسي
Artinya : “Menghindarkan mafsadat (kerusakan) didahulukan atas mendatangkan
maslahat.”16
Kemudian, terdapat pula pendapat dari seorang ulama yang bernama Imam
Zakaria Al-Anshari dalam kitabnya yang berjudul Asna al-Mathalib Syarh Raudlatu
al-Thalibin, juz 19 halaman 140.17 Beliau mengutip pendapat dari Imam al-Ghazali
dalam kitab ihya’ulumiddin sebagai berikut:
در المز حياءي لو اغتسل ىفي المامي وت رك الص اب ون و الس ي ىفي اإلي رضي المامي ف )ت نبييه( ، قال الغزا لي زلق بيهي ليقيي بي
نه ف اضمان مت رد يد ب ي التاريكي و از مي ر اليحرتي يث ي ت عذ ع ل يظهر بي نه غضو، وكان في موضي اينسان ف تليف او تليف مي الماميى ي ت نظييف المامي 18
14 Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dalam Mencegah
Keursakan Lingkungan 15 H.A. Djazuli, Kaidah-kaidah Fiqih : Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan
Masalah-masalah, h. 10 16 Ahmad Sudirman Abbas, Qawa’id Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqih, (Jakarta : Radar
Jaya Offset, 2016), h. 45 17 M. Adib Hamzawi, Qawaid Ushuliyyah dan Qawaid Fiqhiyyah (Melacak Konstruksi
Metodologi Istinbath al-Ahkam), Jurnal Inovatif, September 2016, Vol.2, No.2, h.108 18 Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014
41
Artinya : “Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ulumiddin berpendapat, jika seseorang
mandi di kamar mandi dan meninggalkan bekas sabun yang menyebabkan licinnya
lantai, lantas menyebabkan seseorang tergelincir dan mati atau anggota tubuhnya
cedera, sementara hal itu tidak nampak, maka kewajiban menanggung akibat
tersebut dibebankan kepada orang yang meninggalkan bekas serta penjaga,
mengingat kewajiban penjaga untuk membersihkan kamar mandi.”
Dari pendapat Imam Zakaria Al-Anshari yang mengutip perkataan dari Imam
Al-Ghazali, beliau sepakat dengan adanya kewajiban dalam menjaga kebersihan
merupakan suatu hal yang sangatlah penting. Sekalipun hanya berupa hal kecil
seperti membersihkan sisa-sisa sabun yang terdapat di lantai kamar mandi, karena
perilaku seperti itu memiliki dampak yang sangat besar yaitu dapat mencederai
seseorang dengan atau tanpa sengaja. Oleh sebab itu, menjaga kebersihan
lingkungan merupakan suatu hal yang harus selalu diterapkan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah penjelasan mengenai hukum yang digunakan oleh MUI dalam
menetapkan fatwa, dapatlah diambil kesimpulan bahwasanya sampah merupakan
segala sisa-sisa dari kegiatan sehari-hari yang berasal dari manusia ataupun dapat
pula berasal dari proses alami alam yang membutuhkan pengelolaan secara khusus
menurut sifat, konsentrasi serta volumenya. Selain itu, perilaku pengelolaan sampah
merupakan salah satu kegiatan yang sistematis serta berkesinambungan dan juga
didalamnya terdapat perilaku pengurangan, pemanfaatan serta penanganan sampah
sehari-hari.19
Kemudian, MUI juga mewajibkan kepada seluruh lapisan masyarakat baik
itu konsumen ataupun produsen untuk menjaga lingkungan dengan cara menerapkan
perilaku tidak membuang sampah secara sembarangan dan juga melakukan
pengelolaan sampah atau pendaurulangan sampah yang telah dihasilkan dalam
kegiatan sehari-hari. Karena, pendaurulangan sampah hukumnya Fardhu Kifayah
dalam fatwa yang telah dikeluarkan MUI serta memanfaatkan barangbarang agar
dapat digunakan kembali dapat menciptakan lingkungan yang bersih serta
menjauhkan diri dari sifat tabzir dan israf yang merupakan salah satu sifat setan yang
sangat dibenci oleh Allah S.W.T.20
19 Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 20 Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014
42
3. Fatwa Lembaga Bahtsul Masail tentang Hukum Membuang Sampah
Sembarangan.
Pada tanggal 31 Januari 1926 berdirilah sebuah Lembaga Bahtsul Masail
Badan Otonom Nahdhatul Ulama, yang didalamnya terdapat Komisi Bahtsul Masail
Waqi’iyah yang khusus membahas permasalahan kontemporer mengeluarkan
hukum tentang pembuangan sampah secara sembarangan dikarenakan melihat
besarnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh sampah plastik yang selalu
dihasilkan setiap harinya. 21 Permasalahan tersebut dibahas dalam Musyawarah
Nasional Alim Ulama Konbes Nahdhatul Ulama yang dilaksanakan di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat pada
tanggal 27 Februari sampai 1 Maret 2019.
Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah mengeluarkan dua fatwa tentang hukum
membuang sampah secara sembarangan. Dikeluarkannya fatwa ini dilihat dari segi
ilmu fiqih yang menimbulkan dua hukum tentang pembuangan samaph secara
sembarangan. Fatwa yang pertama menyatakan Haram untuk membuang sampah
secara sembarangan apabila secara jelas membuang sampah secara sembaragan
tersebut dapat merusak lingkungan. Sedangkan fatwa yang kedua menyatakan
Makruh apabila memiliki kemungkinan kecil untuk merusak lingkungan.22
Kedua hukum ini dikeluarkan dengan melihat perilaku masyarakat terhadap
sampah yang mereka produksi setiap harinya. Ada berbagai macam perilaku
masyarakat dalam membuang sampah hasil produksinya, yaitu sebanyak tujuh
persen langsung membuangnya tanpa perlu dikelola, lima persen melakukan
pembakaran terhadap sampahnya, tujuh persen melakukan pendauran ulang sampah,
sepuluh persen mengubur sampahnya didalam tanah dan yang terakhir sebanyak
enam puluh sembilan persen sampah yang tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) tanpa adanya penanganan apapun.23
Selain mengeluarkan fatwa haram dan makruh dalam membuang sampah
secara sembarangan, Komisi Bahtsul Waqi’iyah juga mengeluarkan hukum yang
21http://rri.co.id/post/berita/642499/nasional/rapat_komisi_bahtsul_masail_waqiyyah_mun
as_nu_wacanakan_buang_sampah_sembarangan_hukumnya_haram.html diakses pada tanggal 15-
10-2019 pukul 12:30 22 https://www.nu.or.id/post/read/103151/ini-hukum-tidak-mengelola-dan-
membuangsampah-sembarangan diakses pada tanggal 14-10-2019 pukul 12:15 23 https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4448101/munas-ulama-nu-
rekomendasikanbuang-sampah-sembarangan-haram diakses pada tanggal 14-10-2019 pukul 12:27
WIB
43
membolehkan bagi masyarakat untuk memboikot perusahaan yang tidak melakukan
pengelolaan terhadap sampah kemasan serta produksinya. Hukum membolehkan
untuk memboikot perusahaan ini didasarkan kepada hukum asal dari jual beli yang
menyatakan bahwasanya membeli itu bukanlah suatu kewajiban, namun selama
tidak ada unsur pemaksaan.24 Walaupun dalam Undang-undang nomor 18 tahun
2008 telah dibahas mengenai peraturan bagi perusahaan atau industri untuk
melakukan pengelolaan sampah hasil produksinya, namun menurut Komisi Bahtsul
Waqi’iyah peraturan tersebut belum berjalan dengan baik, dkarenakan masih
banyaknya perusahaan atau industri yang tidak menerapkan aturan tersebut dalam
melakukan proses produksinya.
Keluarnya fatwa ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk
mengeluarkan Undang-undang yang membahas secara khusus mengenai
pembuangan sampah secara sembarangan agar dapat menghilangkan madharat yang
diderita oleh masyarakat yang merasakan dampak utama dari pembuangan sampah
secara sembarangan tersebut.
B. Membuang Sampah Sembarangan dalam Hukum Positif
1. Pengertian Ilmu Perundang-Undangan.
Hukum dapat diartikan secara umum sebagai suatu keseluruhan asas-asas
dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antar manusia dalam masyarakat.25
Kata “hukum” itu sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu hakama-hukman wa
hukmatan yang menurut kamus al-Munawwir memiliki arti memimpin,
memerintah, menetapkan, dan memutuskan. Kata al-hukmu dapat diartikan
sebagai putusan, ketetapan, kekuasaan, pemerintahan dan hukum. Kata lain dari
“hukum” yang umum digunakan dalam mempelajari ilmu hukum di antaranya,
ialah kata “Recht” dari kata Rectum (bahasa Latin) yang memiliki arti bimbingan,
tuntutan, atau pemerintahan. Kata “Ius” dari kata lubere (bahasa Latin) yang
memiliki arti mengatur atau memerintah, serta lata “Lex” dari kata Lesere (bahasa
Latin) yang memiliki arti mengumpulkan, perintah atau larangan.26
24 https://bincangsyariah.com/kalam/rekomendasi-munas-nu-membuang-sampah
sembarangan-haram/ diakses pada tanggal 14-10-2019 pukul 12:51 WIB 25 Dijan Widijowati, Pengantar Ilmu Hukum,(Yogyakarta : CV Andi Offset, 2018), h.57 26 Dijan Widijowati, Pengantar Ilmu Hukum, h.59
44
Dari pengertian hukum tersebut, terdapat pula cabang ilmu lainnya yang
yaitu Ilmu Pengetahuan Perundang-Undangan yang merupakan terjemahan dari
Gesetzgebungswissenschaft suatu cabang ilmu baru, yang mula-mula
berkembang di Eropa Barat, terutama di negara-negara yang berbahasa Jerman.
Istiilah lain yang juga sering digunakan adalah Wetgevingswetenscap, atau
Science of Legislation. Kemudian, pengertian dari Ilmu Perundang-undangan
yang dikutip dari Burkhardt Krems yaitu ilmu pengetahuan tentang pembentukan
peraturan negara yang merupakan ilmu yang bersifat interdisipliner.27
2. Sumber-Sumber Hukum. Hukum yang berlaku dan berkembang di masyarakat memiliki suatu
sumber yang dapat dijadikan suatu dasar dalam menilai dan memutuskan suatu
persoalan. Sumber hukum sangatlah penting untuk diketahui dalam menilai dan
memutus suatu persoalan, karena dengan diketahuinya sumber hukum, maka kita
dapat memahami karakteristik-karakteristik ketentuan yang menjiwai suatu
hukum.28 Dalam lapangan ilmu pengetahuan hukum, masalah sumber hukum
merupakan suatu hal yang perlu dipahami, dianalisis serta ditimbulkan problema-
problema dan pemecahannya sehingga dapat diharapkan memiliki keserasian
dengan perkembangan hukum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.29
Menurut sumbernya, hukum dapat dibedakan menjadi dua bagian sebagai
berikut:
a. Sumber hukum formal: sumber hukum formal merupaka tempat
dimana dapat ditemukan atau diperoleh aturan-aturan hukum yang
berlaku yang mempunyai kekuatan mengikat di masyarakat dan
pemerintah sehingga ditaati. Yang termasuk dalam sumber hukum
formal yaitu :
1) Undang-undang: undang-undang memiliki dua pengertian yaitu
pengertian formal dan material. Pengertian undang-undang dalam
arti material adalah setiap keputusan atau peraturan yang dibuat
oleh pemerintah atau penguasa yang berwenang yang isinya
mengikat secara hukum. Dan pengertian dalam arti formal adalah
27 Maria Farida Indarti, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta :Kanisius, 2007), Cet ke
ke-1, h.7-8 28 Dijan Widijowati, Pengantar Ilmu Hukum, h.127 29 Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2010),
h.23
45
keputusan pemerintah yang memperoleh Nama undang-undang
karena bentuk, dalam mana Ia timbul.
2) Kebiasaan perbuatan manusia mengenai hal tertentu yang tetap,
dilakukan berulang-ulang dalam rangkaian perbuatan yang sama
dan dalam waktu yang lama.
3) Yurisprudensi: keputusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap yang diikuti atau dipergunakan oleh hakim
berikutnya sebagai dasar hukum untuk memutus perkara yang
serupa atau Sama
b. Traktat: perjanjian yang diadakan antara subjek hukum internasional
yang menimbulkan akibat hukum, atau perjanjian yang mengatur
hubungan antara negara dan atau lembaga internasional yang bertujuan
menimbulkan akibat hukum tertentu.
c. Doktrin hukum: doktrin atau ajaran-ajaran atau pendapat para ahli
hukum terkemuka dan berpengaruh yang digunakan hakim untuk
menentukan hukumnya dalam memutus suatu perkara.30
d. Sumber hukum material: sumber hukum material adalah faktor-faktor
yang menentukan kaidah hukum, tempat dari mana berasalnya isi
hukum, atau faktor-faktor yang menentukan isi hukum yang berlaku.
Yang termasuk dalam sumber hukum material adalah sebagai berikut :
1) Faktor filosofis : pedoman-pedoman hidup yang tetap mengenai
nilai-nilai etika dan keadilan yang harus dipatuhi oleh para
pembentuk undang-undang ataupun lembaga pelaksana hukum
dalam melaksanakan tugasnya.
2) Faktor historis : tempat hukum dari sejarah kehidupan, tumbuh
dan berkembangnya suatu bangsa di masa lalu.
3) Faktor sosiologis : hal-hal yang nyata hidup dalam masyarakat
yang tunduk pada aturan-aturan tata kehiduppan masyarakat.31
30 Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika,2014), Cet ke-
2, h.42 31 Umar Said Sugiarto, Pengantar Hukum Indonesia, h.40
46
3. Hierarki Peraturan Perundang-undangan Indonesia. Sejak lahirnya negara Republik Indonesia dengan Proklamasi
kemerdekaannya, sampah berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat,
Undang-undang Sementara 1950, Undang-undang Dasar 1945, dan Perubahan
Undang-Undang Dasar 1945 masalah hierarki perundang-undangan tidak pernah
diatur secara tegas. 32 Dalam Memorandum DPR-GR tertanggal 9 Juni 1996
yangtelah dilakukan oleh MPRS dengan Ketetapan MPRS No.
XX/MPRS/1966,MPR dengan ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Lampiran II
tentang “Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia”.
menurut UUD 1945 alam huruf A, disebutkan tata urutan bentuk-bentuk
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia33 sebagai berikut :
a. UUD 1945.
b. Ketetapan MPRS/MPR.
c. UU/Peraturan Perintah Pengganti Undang-undang.
d. Peraturan Pemerintah.
e. Keputusan Presiden.
f. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya seperti Peraturan Menteri,
Instruksi Menteri dan lain-lainnya.
Kemudian, pada tanggal 18 Agustus 2000 telah dilaksanakannya Sidang
Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang
menghasilkan Putusan Rapat Paripurna ke-9 telah menetapkan Ketapan MPR
No.II/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tatat Urutan Peraturan
Perundang-Undangan sebagai pengganti Ketetapan MPRS No.XXMPRS/1966
tentang Memorandum DPRG mengenai Sumber Tertib Hukum Republik
Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik Indonesia. 34
Masalah hierarki peraturan perundangundangan menurut Ketetapan MPR No.
II/MPR/2000 pasal 2 sebagai berikut:
Tata urutan peraturan perundang-undangan merupakan pedoman dalam
pembuatan aturan hukum dibawahnya.
32 Maria Farida Indarti, Ilmu Perundang-Undangan, h.69 33 Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, h.37 34 Maria Farida Indarti, Ilmu Perundang-Undangan, h.86
47
Tata urutan perundang-undangan Republik Indonesia adalah:
a. UUD 1945.
b. Ketetapan Majelis Permusywaratan Rakyat Republik Indonesia.
c. Undang-undang.
d. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (PERPU).
e. Peraturan Pemerintah.
f. Keputusan Presiden.
g. Peraturan Daerah.
Pada tanggal 24 Mei 2004 DPR dan pemerintah telah menyetujui
Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan menjadi Undang-Undang (UU No. 10 Tahun 2004). Pada Undang-
undang ini, diatur mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan
yang tertuang dalam Pasal 7. Sebelumnya, hierarki peraturan perundang-
undangan dituangkan dalam produk hukum Ketetapan MPR/MPRS. Adapun
jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan yang diatur dalam pasl 7
Undang-undang No. 10 tahun 200435 yaitu sebagai berikut:
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UU.
c. Peraturan Pemerintah.
d. Peraturan Presiden.
e. Peraturan Daerah yang terdiri dari :
1) Perda Provinsi.
2) Perda Kabupaten/Kota.
3) Perdes/Peraturan yang Setingkat.
4. Hukum Positif yang Mengatur tentang Larangan Membuang Sampah.
Ada beberapa peraturan yang berlaku di Indonesia serta mengatur tentang
larangan bagi seluruh masyarakat untuk membuang sampah secara sembarangan.
Mulai dari tingkat terendah yaitu Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, Peraturan
Daerah Provinsi, sampai yang tertinggi yaitu Undang-undang Republik Indonesia
yang mengatur secara langsung mengenai sampah. Yang pertama yaitu salah satu
Peraturan Daerah dari Kabupaten/Kota Pati nomor 7 tahun 2010 tentang
35 Ni’Matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, h.60
48
Pengelolaan Sampah. 36 Didalam peraturan tersebut terdapat pembahasan
mengenai larangan bagi setiap lapisan masyarakat yang tercantum dalam BAB
XXI pasal 58 huruf a dan b sebagai berikut :
• Pasal 58 huruf a : “Setiap orang dilarang untuk memasukkan sampah
kedalam wilayah Daerah tanpa izin.”
• Pasal 58 huruf b : “Setiap orang dilarang untuk membuang sampah
dijalan umum, tempat umum, perairan umum dan/atau badan air
penerima, pantai dan laut, selokan parit, taman dan halaman orang lain.”
Kemudian, ada pula salah satu Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
nomor 3 tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah.37 Dalam Peraturan Provinsi
tersebut, terdapat Bab yang membahas mengenai larangan bagi setiap masyarakat
dalam membuang sampah secara sembarangan. Aturan tersebut dibahas dalam
BAB XXI pasal 126 huruf b, c, g, h, k, dan n sebagai berikut :
• Pasal 128 huruf b : “Setiap orang dilarang untuk membuang sampah
ke sungai/kali/kanal, waduk, situ, dan saluran air limbah.”
• Pasal 128 huruf c : “Setiap orang dilarang untuk membuang sampah
dijalan, taman dan tempat umum.”
• Pasal 128 huruf g : “Setiap orang dilarang untuk membuang,
menumpuk, menyimpan sampah atau bangkai binatang di jalan, jalur
hijau, taman, sungai, kali, kanal, saluran air, fasilitas umum, fasilitas
sosial dan tempat lainnya yang sejenis.”
• Pasal 128 huruf h : “Setiap orang dilarang untuk membuang sampah
dari kendaraan.”
• Pasal 128 huruf k : “Setiap orang dilarang untuk membuang sampah
diluar tempat/lokasi pembuangan yang telah ditetapkan.”
• Pasal 128 huruf n : “Setiap orang dilarang untuk menggunakan badan
jalan sebagai TPS.”
Dan yang terakhir Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah. 38 Didalam undang-undang ini terdapat
36 PERDA Kab/Kota Pati Nomor 7 tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah
37 PERDA Provinsi DKI Jakarta nomor 3 tahun 2013 tetang Pengelolaan Sampah 38 Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
49
pembahasan pula tentang larangan bagi setiap masyarakat untuk membuang
sampah secara sembarangan yang tercantum dalam BAB X pasal 29 ayat 1 huruf
a,b,c, dan e sebagai berikut :
• Pasal 29 ayat 1 huruf a : “Setiap orang dilarang memasukkan sampah
kedalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
• Pasal 29 ayat 1 huruf b : “Setiap orang dilarang mengimpor sampah.”
• Pasal 29 ayat 1 huruf c : “Setiap orang dilarang mencampur sampah
dengan limbah berbahaya dan beracun.”
• Pasal 29 ayat 1 huruf e : “Setiap orang dilarang membuang sampah
tidak pada tempat yang telah ditentukan dan disediakan.”
Dari beberapa peraturan yang telah dibahas diatas, semuanya sama-sama
menyepakati bahwasanya seluruh masyarakat dilarang untuk melakukan
pembuangan sampah secara sembarangan, baik itu berupa sampah yang bersifat
tidak membahayakan sampai dengan sampah yang bersifat membahayakan.
Alasan dikeluarkannya peraturan yang memuat tentang larangan untuk
membuang sampah secara sembarangan agar dapat terciptanya lingkungan yang
bersih serta selalu menjaga lingkungan dari kerusakan yang dapat diakibatkan
oleh perilaku membuang sampah secara sembarangan.
50
BAB IV
ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TENTANG
MEMBUANG SAMPAH SEMBARANGAN
A. Membuang Sampah Sembarangan dalam Perspektif Hukum Islam.
Sampah merupakan sisa-sisa hasil dari kegiatan masyarakat sehari-
hari. 1 Berbagai macam sampah dapat dihasilkan oleh masyarakat setiap
waktunya. Mulai dari sampah organik maupun sampah non-organik selalu
menjadi permasalahan yang sangat sulit untuk diatasi. 2 Berbagai macam
peraturan tentang anjuran untuk tidak melakukan pembuangan sampah secara
sembarangan telah dikeluarkan salah satunya terdapat dalam hukum Islam yang
diatur dalam Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 serta dalam Fatwa Lembaga
Bahtsul Masail tentang Hukum Membuang Sampah Secara Sembarangan.
Berikut akan penulis jelaskan mengenai hukum Islam yang mengatur tentang
membuang sampah sembarangan :
1. Maksud dan tujuan dikeluarkannya hukum membuang sampah
sembarangan.
Membuang sampah secara sembarangan merupakan salah satu
perbuatan yang sangat dilarang, baik oleh agama maupun pemerintah.
Dalam hukum islam, terdapat dua hukum yang membahas tentang larangan
bagi masyarakat khususnya masyarakat muslim untuk membuang sampah
secara sembarangan, yaitu Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Sampah dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan dan Fatwa
Lembaga Bahtsul Masail tentang Hukum membuang Sampah secara
sembarangan.
Ditetapkannya fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 yaitu dikarenakan
adanya permintaan langsung dari Kementrian Lingkungan Hidup agar
dapat mengeluarkan hukum yang bekaitan tentang pengelolaan sampah
yang dapat mencegah kerusakan lingkungan. Selain itu, MUI juga alasan
utama dari keluarnya fatwa ini adalah semakin tecemarnya lingkungan
hidup yang memprihatinkan serta makin kurangnya kesadaran masyarakat
1 Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dalam Mencegah
Kerusakan Lingkungan 2 M. Natsir Abduh, Ilmu dan Rekayasa Lingkungan, h.112
51
dalam menciptakan budaya untuk membuang sampah kedalam tempat yang
seharusnya. Dan yang terakhir yaitu sampah telah menjadi suatu
permasalahan nasional yang memiliki dampak yang sangat besar bagi
perekonomian, kehidupan sosial, kesehatan dan lingkungan.3
Sedangkan dikeluarkannya fatwa Lembaga Bahtsul Masail
mengenai fatwa tentang hukum membuang sampah secara sembarangan
dikarenakan banyaknya dampak negatif yang timbul setiap waktunya dan
semua itu diakibatkan oleh perilaku masyarakat yang membuang sampah
secara sembarangan. Oleh sebab itu, Lembaga Bahtsul Masail melalui
Komisi Waqi’iyah melakukan musyawarah untuk mentapkan hukum
mengenai membuang sampah secara sembarangan.4
Dari semua penjabaran mengenai alasan dikeluarkannya fatwa
tentang hukum membuang sampah secara sembarangan memiliki maksud
dan tujuan yang sama yaitu, agar dapat terciptanya lingkungan yang bersih
dan sehat serta menciptakan budaya masyarakat agar terbiasa untuk
melakukan perilaku membuang sampah pada tempatnya. Selain itu,
kelestarian lingkungan serta keseimbangan ekosistem dapat terjaga dengan
baik demi kelangsungan hidup yang akan datang.
2. Hukum membuang sampah secara sembarangan dalam Islam. Dalam hukum Islam, aturan mengenai hukum membuang sampah
sembarangan diatur dalam Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Sampah dalam Mencegah Kerusakan Lingkungan dan dalam
Fatwa Lembaga Bahtsul Masail tentang Hukum Membuang Sampah Secara
Sembarangan. Fatwa MUI mengeluarkan hukum yang menetapkan
bahwasanya perilaku membuang sampah secara sembarangan adalah
Haram hukumnya. Selain itu, setiap masyarakat juga diwajibkan untuk
menjaga kebersihan lingkungannya dan melakukan pengelolaan sampah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir. Terdapat
pula aturan yang diberlukan untuk produsen yaitu setiap pengusaha atau
pemerintah diwajibkan untuk melakukan pengelolaan sampah hasil
3 https://economy.okezone.com/read/2019/06/20/320/2068642/sampah-di-sungai-
danlaut-jadi-masalah-bertahun-tahun-apa-solusinya diakses pada tanggal 28-10-2019 pukul
21:00 WIB 4 http://rri.co.id/post/berita/642499/nasional/rapat_komisi_bahtsul_masail_waqiyya
h_mu nas_nu_wacanakan_buang_sampah_sembarangan_hukumnya_haram.html diakses
pada tanggal 28-10-2019 pukul 21:25
52
produksinya agar dapat terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat bagi
masyarakat.5
Dalam fatwa MUI tersebut telah dijelaskan secara rinci aturan yang
diterapkan bagi masyarkat yang dapat dikategorikan menjadi konsumen
dan produsen dalam perilaku membuang sampah secara sembarangan. MUI
dengan jelas mengeluarkan hukum yang secara tegas melakukan larangan
bagi seluruh lapisan masyarakat agar tidak membuang sampahnya secara
sembarangan serta melakukan budaya untuk mengelola sampahnya terlebih
dahulu sebelum dibuang atau di proses di Tempat Pembuangan Akhir.
Selain itu, melakukan pengelolaan sampah dapat menghindarkan
masyarakat dari perbuatan boros yang termasuk kedalam sifat setan dan
sangat dibenci oleh Allah.
Kemudian dalam fatwa Lembaga Bahtsul Masail, hukum mengenai
membuang sampah secara sembarangan terbagi menjadi dua kategori yaitu
Haram dan Makruh. Haram apabila secara jelas dapat merusak lingkungan
dan menimbulkan berbagai macam penyakit bagi masyarakat, serta makruh
apabila memiliki kemungkinan kecil untuk merusak lingkungan. 6 Dua
hukum ini dikeluarkan berdasarkan kategori sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat setiap harinya. Hukum haram dikeluarkan dikarenakan
banyaknya sampah yang dibuang secara sembarangan dan beberapa
diantaranya merupakan sampah yang dapat merusak lingkungan seperti
halnya limbah atau zat kimia, sampah plastik yang sulit terurai, sisa-sisa
gedung atau bangunan, dan lain sebagainya. Sedangkan hukum makruh
dikeluarkan dengan alasan sampah yang dihasilkan tidak memiliki dampak
yang sangat buruk bagi lingkungan, seperti halnya sampah organik yang
terdiri dari sisa-sisa tumbuhan, organisme, dan bahan-bahan produksi yang
ramah lingkungan.7
Selanjutnya, terdapat pula aturan bagi produsen untuk melakukan
pengelolaan bagi barang-barang atau segala hasil produksi yang dihasilkan
oleh produsen tersebut. Apabila produsen yang dalam hal ini dapat
5 Fatwa MUI nomor 47 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dalam Mencegah
Kerusakan Lingkungan, h.7 6 https://www.nu.or.id/post/read/103151/ini-hukum-tidak-mengelola-dan-
membuangsampah-sembarangan 7 M. Natsir Abduh, Ilmu dan Rekayasa Lingkungan, h.112
53
dikategorikan menjadi perusahaan atau induvidual tidak melakukan
pengelolaan atas segala hasil produksi yang dihasilkan, maka masyarakat
boleh melakukan pemboikotan terhadap perusahaan tersebut. 8 Hal ini
dibolehkan apabila hasil dari produksi yang dihasilkan oleh perusahaan
tersebut tidak diolah terlebih dahulu akan mengakibatkan dampak yang
sangat besar bagi masyarakat sekitar dalam segi kesehatan, lingkungan serta
ekosistem alam yang terdapat di sekitar perusahaan tersebut. karena, pada saat
ini telah banyak perusahaan yang mendirikan bangunannya di sekitar
pemukiman warga dan banyak memberikan dampak atau efek negatif
terhadap masyarakat sekitarnya. Seperti halnya pembuangan limbah secara
sembarangan ke sumber air warga serta tercemarnya tanah dan udara akibat
dari proses produksi yang dilakukan di perusahaan tersebut tanpa memandang
dampak yang akan mengenai masyarakat serta lingkungan sekitarnya.9
Kesimpulan dari kedua hukum tersebut yaitu sama-sama melakukan
pelarangan yang sangat tegas bagi masyarakat yang dalam hal ini terbagi
menjadi konsumen dan produsen untuk tidak melakukan kebiasaan
membuang sampah sembarangan yang akan mengakibatkan kerusakan
lingkungan dan terancamnya kesehatan masyarakat akibat dari dampak
yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut. Dilihat dari perilaku yang
dilakukan oleh konsumen dan produsen tersebut, apabila dikaitkan kedalam
Fiqih Jinayah mengenai Jarimah yang memiliki arti perbuatanperbuatan
yang dilarang oleh Syara’, baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta dan
lain sebagainya, maka kategori jarimah yang tepat untuk perilaku tersebut
adalah Jarimah Ta’zir. Ta’zir adalah jenis uqubat pilihan yang telah
ditentukan dalam qanun yang bentuknya bersifat pilihan dan besarannya
dalam batas tertinggi dan/atau terendah.108
Kategori jarimah ini disesuaikan dengan perilaku membuang sampah
sembarangan yang sesuai dengan jenis pembunuhan karena kesalahan (Qatl
8 https://bincangsyariah.com/kalam/rekomendasi-munas-nu-membuang-
sampahsembarangan-haram/ diakses pada tanggal 28-10-2019 pukul 21:55 WIB 9 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190203004645-20-366029/walhi-
masihtemukan-perusahaan-buang-limbah-b3-ke-das-citarum diakses pada taggal 28-10-2019 pukul 22:15 108 Zulkarnain Lubis dan Bakti Ritonga, Dasar-dasar Hukum Acara Jinayah, (Jakarta : Pranadamedia Group, 2016), Cet. Ke-1, h.2
54
alKhata’) karena dapat memenuhi unsur kategori pembunuhan karena
kesalahan sebagai berikut10 :
a. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian
b. Terjadinya perbuatan itu karena kesalahan.
c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan
dengan kematian korban.
Pelaku pembuang sampah sembarangan tidak dapat dikategorikan
kedalam pembunuhan sengaja dan pembunuhan semi sengaja. Dikarenakan,
perbuatan tersebut tidak dapat memenuhi unsur-unsur yang berkaitan
dengan pembunuhan sengaja maupun pembunuhan semi sengaja. Oleh
sebab itu, perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan dapat
masuk kedalam kategori pembunuhan karena kesalahan yang pemberian
hukumannya berupa ta’zir.
B. Membuang Sampah Sembarangan dalam Perspektif Hukum Positif.
Selain dalam hukum Islam yang mengatur tentang hukum membuang
sampah secara sembarangan, terdapat pula hukum positif yang mengatur
mengenai hukum membuang sampah secara sembarangan. Seperti halnya
yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Pati nomor 7 tahun 2010
tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Provinsi DKI Jakarta nomor 3 tahun
2013 tentang Pengelolaan Sampah, dan yang terakhir Undang-undang
Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dari
semua peraturan tersebut penulis akan menjabarkannya sebagai berikut :
1. Peraturan daerah kabupaten/kota Pati nomor 7 tahun 2010
Dalam peraturan daerah kabupaten/kota Pati terdapat pasal yang
mengatur secara langsung mengenai larangan bagi masyarakat untuk
melakukan pembuangan sampah secara sembarangan. Yaitu terdapat dalam
BAB IV pasal 11 ayat 1 dan pasal 12 ayat 1 dan 2 serta BAB XXI tentang
pasal 58 huruf a dan b sebagai berikut11 :
Pada bab BAB IV Bagian Kedua pasal 11 disebutkan sebagai berikut :
10 H.A. Djazuli, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam
Islam),(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1997), Cet.ke-2, h.134 11 Peraturan Daerah Kabupaten Pati nomor 7 tahun 2010 tentang Pengelolaan
Sampah
55
(1) Setiap produsen harus mencantumkan label pada produk dan/atau
kemasan produk yang menunjukan cara penanganan setelah produk
dan kemasan produk menjadi sampah.
Pada bab BAB IV Bagian Kedua pasal 12 disebutkan sebagai berikut :
(1) Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang
diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.
(2) Produsen dalam mengelola kemasan dan/atau barang yang
diproduksinya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja
sama dengan petugas pengelola sampah yang ada pada masing-
masing kelompok usaha/ atau kegiatan yang menggunakanproduk
yang dihasilkan.
Pada BAB XXI bagian LARANGAN Pasal 58 disebutkan sebagai berikut:
Setiap orang dilarang :
a. Memasukkan sampah kedalam wilayah Daerah tanpa izin.
b. Membuang sampah dijalan umum, tempat umum, perairan umum
dan/atau badan air penerima, pantai dan laut, selokan parit, taman
dan halaman orang lain.
Peraturan tersebut berlaku bagi setiap masyarakat Pati dan
sekitarnya serta tidak boleh dilanggar oleh siapapun. Keluarnya peraturan
ini dikarenakan semakin bertambahnya pertumbuhan penduduk di Kota
Pati, Jawa Tengah. Semakin bertabahnya jumlah penduduk, maka
semakin banyak pula produksi sampah yang dapat dihasilkan setiap
harinya.12 Oleh sebab itu, diperlukannya peraturan mengenai pengelolaan
sampah yang didalamnya mengatur tentang larangan bagi masyarakat
untuk membuang sampah secara sembarangan serta mengelolanya
terlebih dahulu sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir. Selain
pembahasan mengenai larangan bagi masyarakat untuk tidak membuang
sampah secara sembarangan, terdapat pula ketentuan pidana yang akan
dikenakan bagi setiap masyarakat yang melanggar ketentuan tersebut.
sanksi tersebut terdapat dalam BAB XXV pasal 67 ayat 1,2,3, dan 4
12 Peraturan Daerah Kabupaten Pati nomor 7tahun 2010 tentang Pengelolaan
Sampah
56
sebagai berikut 13 : Pada BAB XXV bagian KETENTUAN PIDANA
pasal 67
(1) Setiap orang yang dengan sengaja memasukkan sampah ke dalam
wilayah Daerah tanpa izin dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja membuang sampah di jalan umum,
tempat umum, perairan umum dan/atau badan air penerima, pantai
dan laut, selokan parit, taman dan halaman orang lain dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan sengaja membakar sampah yang tidak
sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(4) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan
ayat (3) adalah pelanggaran.
Ketentuan pidana tersebut berlaku bagi setiap kalangan
masyarakat, baik itu dikategorikan menjadi seorang konsumen ataupun
produsen. Dikarenakan, penetapan hukum ini didasari atas tujuan utama
agar dapat terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat serta terjauh dari
berbagai macam dampak yang sangat merugikan khususnya bagi
masyrakat Kota Pati, Jawa Tengah tersendiri serta dapat melindungi
keseimbangan ekosistem alam wilayah tersebut.
2. Peraturan daerah provinsi DKI Jakarta nomor 3 tahun 2013.
DKI Jakarta mengeluarkan peraturan khusus mengenai pengelolaan
sampah dikarenakan Jakarta merupakan salah satu kota besar yang
menghasilkan sampah terbanyak setiap harinya.14 Selain penghasil sampah
terbanyak, permasalahan yang selalu timbul akibat dari pembuangan
13 Peraturan Daerah Kabupaten Pati nomor 7tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah 14https://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasional/13/11/20/mwjfqoja
karta-timur-penghasil-sampah-terbanyak-di-jakarta diakses pada tanggal 28-10-2019 pukul
22:49 WIB
57
sampah secara sembarangan di Jakarta di antaranya banjir, pencemaran air,
pencemaran tanah serta kurangnya kualitas lingkungan sehat bagi
masyarakat sekitar. 15 Oleh sebab itu, ditetapkanlah Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta nomor 3 tahun 2013 yang didalamnya terdapat
pembahasan mengenai larangan membuang sampah sembarangan yaitu
dalam BAB IV pasal 1, 2 dan 3 serta BAB XXI pasal 126 huruf b dan c
sebagai berikut16 :
Pada BAB IV bagian HAK DAN KEWAJIBAN pasal 16
(1) Produsen wajib mencantumkan label dan tanda yang berhubungan
dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan
dan/atau produk yang dihasilkan dan/atau beredar di daerah.
(2) Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau produk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak dapat atau sulit
terurai oleh proses alam.
(3) Kewajiban produsen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pada BAB XXI bagian LARANGAN pasal
126
Setiap orang dilarang :
• Pasal 128 huruf b : “membuang sampah ke sungai/kali/kanal, waduk,
situ, dan saluran air limbah.”
• Pasal 128 huruf c : “membuang sampah dijalan, taman dan tempat
umum.” Pasal 128 huruf g : “membuang, menumpuk, menyimpan
sampah atau bangkai binatang di jalan, jalur hijau, taman, sungai,
kali, kanal, saluran air, fasilitas umum, fasilitas sosial dan tempat
lainnya yang sejenis.”
• Pasal 128 huruf h : “membuang sampah dari kendaraan.”
• Pasal 128 huruf k : “membuang sampah diluar tempat/lokasi
pembuangan yang telah ditetapkan.”
15 https://news.detik.com/kolom/d-3939006/jakarta-darurat-sampah diakses pada
tanggal 28-10-2019 pukul 23:13 WIB 16 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 3 tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah
58
• Pasal 128 huruf n : “menggunakan badan jalan sebagai TPS.”
Segala larangan yang terdapat dalam pasal 128 merupakan beberapa
macam perilaku membuang sampah secara sembarangan yang dapat
dilakukan oleh masyarakat khususnya masyarakat yang berada di DKI Jakarta.
Semua itu lazim atau selalu kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dan
masyarakat melakukannya tanpa merasa bersalah sedikitpun. Akan tetapi,
apabila terdapat masyarakat yang melanggar ketentuan tersebut maka akan
ada sanksi yang akan dikenakan pemerintah provinsi DKI Jakarta kepada
masyarakat yang bersangkutan. Aturan tersebut terdapat dalam BAB XXII
pasal 129 angka 2 serta pasal 130 ayat 1 huruf b dan c, 17 sebagai berikut :
Pada BAB XXII bagian SANKSI ADMINISTRATIF pasal 129
• Setiap produsen yang lalai atau dengan sengaja dan/atau tidak
mencantumkan label dan tanda yang berhubungan dengan
pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan dan/atau
produk yang dihasilkan dan/atau beredar di daerah dan melakukan
pengelolaan kemasan dan/atau produk yang tidak dapat atau sulit
terurai oleh proses alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1) dan ayat (2), kepada penanggungjawabnya dikenakan sanksi
administratif berupa uang paksa paling sedikit Rp.25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah) dan paling banyak Rp.50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah).
Pada BAB XXII bagian SANKSI ADMINISTRATIF pasal Pasal 130
(1) Gubernur dapat memberikan sanksi administratif berupa uang paksa
kepada:
• Huruf b : setiap orang dengan sengaja atau terbukti membuang,
menumpuk sampah dan/atau bangkai binatang ke
sungai/kali/kanal, waduk, situ, saluran air limbah, di jalan,
taman, atau tempat umum, dikenakan uang paksa paling
banyak Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
17 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 3 tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah
59
• Huruf c : setiap orang dengan sengaja atau terbukti membuang
sampah dari kendaraan, dikenakan uang paksa paling banyak
Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
Peraturan tersebut berlaku bagi setiap masyarakat yang berada di
Jakarta khususnya masyarakat yang berdomisili di DKI Jakarta. Semua
sanksi tersebut dapat diberikan oleh aparatur berwenang apabila terdapat
masyarakat yang dalam hal ini dapat disebut sebagai konsumen dan
produsen melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah provinsi DKI Jakarta. Kemudian, alasan utama dari
pememrintah DKI Jakarta mengeluarkan peraturan mengenai pengelolaan
sampah ini dengan bertujuan untuk mewujudkan kota Jakarta yang sehat
dan bersih. Karena, seiring berjalannya waktu, telah banyak volume dan
berbagai jenis karakteristik sampah yang semakin beragam.18 Oleh sebab
itu, pemerintah DKI Jakarta merasa perlu untuk mengeluarkan peraturan
daerah Provinsi nomor 3 tahun 2013 yang berhubungan langsung dengan
pengelolaan sampah agar dapat menciptakan kota yang bersih dan sehat
bagi masyarakat seikitar.
3. Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008.
Indonesia termasuk kedalam salah satu negara penghasil sampah
terbanyak di dunia.19 Banyak sampah yang dibuang secara sembarangan,
seperti halnya penumpukkan sampah yang terjadi dilautan akibat terbawa
oleh ombak dan berkumpul menjadi tumpukkan sampah yang mengganggu
ekosistem kelautan.20 Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini
yaitu dengan mengeluarkan peraturan yang berkaitan langsung dengan
sampah. Peraturan ini dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia dalam bentuk
Undang-undang nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Pasal
yang mengatur secara tegas mengenai larangan untuk membuang sampah
18 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 3 tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah 19 https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-86420/sebegini-
parahternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia diakses pada tanggal 29-10-2019 pukul
09:18 WIB 20 https://www.mongabay.co.id/2018/07/26/ancaman-sampah-plastik-untuk-
ekosistemlaut-harus-segera-dihentikan-bagaimana-caranya/ diakses pada tanggal 29-10-2019
pukul 09:39
WIB
60
secara sembarangan terdapat dalamBAB IV pasal 14 dan 15 serta BAB X
pasal 29 ayat 1 huruf a, b, c, dan e sebagai berikut.21 :
Pada BAB IV bagian KEWAJIBAN pasal 14
Setiap produsen harus mencantumkan label atau tanda yang
berhubungan dengan pengurangan dan penanganan sampah pada kemasan
dan/atau produknya.
Pada BAB IV bagian KEWAJIBAN pasal 15
Produsen wajib mengelola kemasan dan/atau barang yang
diproduksinya yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam.
Pada BAB X bagian LARANGAN pasal 29
(1) Setiap orang dilarang :
• Huruf a : memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
• Huruf b : mengimpor sampah.
• Huruf c : mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan
beracun.
• Huruf e : Setiap orang dilarang membuang sampah tidak pada
tempat yang telah ditentukan dan disediakan.
Selain mengeluarkan tentang larangan bagi setiap masyarakat
Indonesia untuk membuang sampah secara sembarangan tersebut, terdapat
pula sanksi yang akan diberikan bagi masyarakat yang melanggarnya.
Sanksi tersebut dapat diberikan bagi siapa saja masyarakat Indonesia yang
melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia. Sanksi
tersebut terdapat dalam BAB XV pasal 39 ayat 1 dan 222 sebagai berikut :
Pada BAB XV pasal 39
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan
dan/atau mengimpor sampah rumah tangga dan/atau sampah
sejenis sampah rumah tangga ke dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara
21 Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah 22 Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
61
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan)
tahun dan denda paling sedikit Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar
rupiah).
(2) Setiap orang yang secara melawan hukum memasukkan
dan/atau mengimpor sampah spesifik ke wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia diancam dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas)
tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Denda yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia sesuai dengan
larangan yang telah ditetapkan sebelumnya dalam pasal 29 ayat 1 huruf a,
b, c, dan e. Semua ini diterapkan agar masyarakat dapat meninggalkan
budaya membuang sampah secara sembarang serta Indonesia tidak lagi
menjadi negara terbasa pengimpor sampah plastik ke lautan yang dapat
mengakibatkan rusaknya ekosistem kelautan. Akan tetapi, peraturan ini
tidak hanya berlaku bagi masyarakat Indonesia saja, melainkan bagi warga
negara asing yang diketahui melakukan kerjasama dengan masyarakat
Indonesia untuk melakukan ekspor dan impor sampah kedalam wilayah
negara republik Indonesia.23 Selain itu, perilaku membuang sampah pada
tempatnya dapat menciptakan lingkungan yang sehat serta aman dari
bencana yang dapat diakibatkan oleh sampah.
C. Analisis Komparatif Hukum Islam dan Hukum Positif Mengenai
Membuang Sampah Sembarangan.
Setelah membahas tentang bagaimana hukum Islam dan hukum positif
mengatur mengenai hukum membuang sampah secara sembarangan oleh
masyarakat yang dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai konsumen dan
produsen, maka penulis akan menjelaskan mengenai analisis komparatif
23 https://www.forda-mof.org/berita/post/6495-dua-wna-singapura-ditetapkan-
sebagaitersangka-kasus-impor-limbah-tanpa-izin diakses pada tanggal 29-10-2019 pukul
10:19 WIB
62
antara hukum Islam dan hukum positif mengenai aturan tentang hukum
membuang sampah secara sembarangan sebagai berikut.
1. Persamaan antara hukum Islam dan hukum positif mengenai hukum
membuang sampah sembarangan.
Dalam menetapkan hukum membuang sampah sembarangan oleh
masyarakat, hukum Islam dan hukum positif memiliki beberapa kesamaan,
yaitu diantaranya sebagai berikut :
a. Hukum Islam dan hukum positif memiliki tujuan yang sama
dalam mengeluarkan hukum yang berkaitan dengan sampah,
yaitu agar dapat terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih
serta terjaganya keseimbangan ekosistem agar dapat
digunakan untuk masa yang akan datang.
b. Didalam hukum Islam dan hukum positif, terdapat
pembahasan yang mengatur secara langsung mengenai
larangan bagi masyarakat yang dikategorikan menjadi
konsumen dan produsen agar tidak melakukan pembuangan
sampah secara sembarangan.
c. Hukum Islam dan hukum positif sama-sama mewajibkan bagi
perusahaan ataupun produsen untuk melakukan pengelolaan
sampah hasil dari produksinya.
2. Perbedaan antara hukum Islam dan hukum positif mengenai hukum
membuang sampah sembarangan.
Setelah membahas tentang persamaan antara kedua hukum dalam
menetapkan aturan mengenai larangan membuang sampah secara
sembarangan, selanjutnya akan dibahas mengenai perbedaan antara kedua
hukum tersebut dalam menetapkan aturan mengenai larangan membuang
sampah sebagai berikut :
a. Dalam hukum Islam, telah terdapat perbedaan mengenai aturan
tentang hukum membuang sampah secara sembarangan. Fatwa
MUI menetapkan Haram bagi seluruh masyarakat untuk
membuang sampah secara sembarangan karena dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit serta mengakibatkan
pencemaran lingkungan hidup. Sedangkan dalam fatwa
63
Lembaga Bahtsul Masail terdapat dua hukum yang ditetapkan
yaitu, Haram dan Makruh bagi masyarakat yang melakukan
pembuangan sampah sembarangan. Haram apabila memiliki
akibat yang sengat jelas dapat merusak lingkungan dan
Makruh apabila memiliki kemungkinan kecil untuk merusak
lingkungan.
b. Dalam hukum positif terdapat pula perbedaan yang terdapat
dalam sanksi yang diberikan oleh masing-masing peraturan
sebagai berikut :
Kategori
pemberian
sanksi
PERDA
Kabupaten/Kot
a Pati, Jawa
Tengah
PERDA Provinsi
DKI Jakarta
Undangundang
Republik
Indonesia
Memasukan
sampah ke
wilayah
daerah
Dipidana dengan
pidana kurungan
paling lama 6
(enam) bulan atau
denda paling
banyak Rp.
50.000.000 (lima
puluh juta rupiah)
-
Diancam dengan
pidana penjara
paling singkat 3
(tiga) tahun dan
paling lama 9
(sembilan) tahun
dan denda paling
sedikit
Rp100.000.000
(seratus juta
rupiah) dan
paling banyak
Rp3.000.000.00
0 (tiga miliar
rupiah)
64
Membuang
sampah
spesifik
-
-
Diancam dengan
pidana penjara
paling singkat 4
(empat) tahun
dan paling lama
12 (dua belas)
tahun dan denda
paling sedikit
Rp200.000.000
(dua ratus juta
rupiah) dan
paling banyak
Rp5.000.000.00
0 (lima miliar
rupiah)
Membuang
sampah di
beberapa
tempat yang
dilarang
Dipidana dengan
pidana kurungan
paling lama 6
(enam) bulan atau
denda paling
banyak Rp.
50.000.000 (lima
puluh juta rupiah)
Dikenakan uang
paksa paling
banyak Rp.
500.000 (lima
ratus ribu rupiah)
-
Membakar
sampah
tidak sesuai
dengan
aturan
Dipidana dengan
pidana kurungan
paling lama 6
(enam) bulan atau
denda paling
banyak Rp.
50.000.000 (lima
puluh juta rupiah)
-
-
65
Membuang
sampah dari
kendaraan
-
Dikenakan uang
paksa paling
banyak Rp
500.000 (lima
ratus ribu rupiah)
-
Pencantuma
n lebel
dalam
kemasan
produk
-
Dikenakan sanksi
administratif
berupa uang paksa
paling sedikit
Rp.25.000.000
(dua puluh lima
juta rupiah) dan
paling banyak
Rp.50.000.000( li
ma puluh juta
rupiah)
-
c. Perbedaan selanjutnya ialah dalam pemberian sanksi terhadap
pelanggar ketentuan mengenai larangan membuang sampah
secara sembarangan yaitu dalam hukum Islam pemberian
sanksi terhadap pelaku pembuangan sampah sembarangan
yaitu diberikan sanksi ta’zir dikarenakan perbuatan tersebut
termasuk dalam kategori pembunuhan karena kesalahan dalam
fiqih jinayah. Sedangkan dalam hukum positif, pelaku yang
melanggar ketetapan tersebut dapat diberikan sanksi oleh pihak
yang berwenang berupa pidana penjara atupun dapat berupa
denda dengan ketentuan yang telah ditetapkan sesuai peraturan
yang dilanggarnya.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari semua yang telah penulis paparkan mengenai membuang sampah secara
sembarangan yang diatur dalam Hukum Islam dan Hukum Positif yang berlaku di
Indonesia, yang di fokuskan kepada analisis komporatif penulis terhadap persamaan
serta perbedaan yang terdapat dalam Hukum Islam dan Hukum Positif dalam
menetapkan peraturan mengenai larangan bagi masyarakat dalam hal ini
dikategorikan menjadi konsumen dan produsen untuk melakukan pembuangan
sampah secara sembarangan. Berikut ini adalah beberapa point penting yang menjadi
pembahasan utama penulis dalam skripsi :
1. Sampah dalam Hukum Islam merupakan salah satu penyebab kerusakan
lingkungan yang telah disebutkan dalam al-Qur’an surat ar-Rum ayat 41
dan hadis Nabi Muhammad S.A.W yang menjelaskan bahwa tingkatan
terendah dari iman seseorang adalah menyingkirkan hal yang
menyakitkan dari jalanan (yang dalam hal ini dapat berupa sampah).
Oleh sebab itu, perilku membuang sampah sembarangan dilarang dalam
agama Islam. Sedangkan dalam Hukum positif, sampah merupakan salah
satu permasalahan yang sangat besar dikarenakan banyaknya akibat yang
sangat membahayakan bagi masyarakat yang timbul dari sampah
tersebut. Maka dari itu, terdapat aturan yang mengatur secara langsung
mengenai pengelolaan sampah yang terdapat dalam Perda Kab/Kota Pati,
Perda Provinsi DKI Jakarta dan Undang-undang nomor 18 tahun 2008.
2. Dalam hukum Islam perilaku membuang sampah disebabkan oleh
kurangnya pemahaman masyarakat yang menyederhanakan arti
keimanan hanya sebatas sebagai Ibadah Mahdhah saja, minimnya
kontekstasi iman dalam perspektif sosial, dan yang terakhir beberapa
masyarakat banyak yang menyederhanakan bahwa hukum hanya sebatas
pada hukum agama saja. Sedangkan dalam hukum positif, perilaku
membuang sampah disebabkan oleh masyarakat enggan melakukan
pemilahan sampah terlebih dahulu sebelum dibuang pada tempat yang
sesuai dengan kategori sampahnya, kurangnya kesadaran akan
pentingnya kebersihan dalam lingkungan sehari-hari, dan kurangnya
67
fasilitas tempat pembuangan sampah di beberapa tempat strategis di
lingkungan sekitar tempat tinggal masyarakat.
3. Persamaan yang terdapat dalam hukum Islam dan hukum positif sama-
sama mengeluarkan larangan keras bagi setiap masyarakat agar tidak
melakukan pembuangan sampah yang dapat merusak lingkungan dan
keseimbangan ekosistem alam. Serta berbagai dampak yang akan timbul
akibat dari perilaku pembuangan sampah seperti halnya banyaknya
sumber penyakit yang dapat menyerang masyarakat, hilangnya sumber
kebutuhan hidup masyarakat yang bersumber dari lingkungan, dan lain
sebagainya. Sedangkan peerbedaan yang terdapat dalam kedua hukum
tersebut yaitu dalam hukum Islam,perilaku membuang sampah tersebut
dapat diberikan hukuman sanksi berupa ta’zir dikarenakan termasuk
kedalam kategori pembunuhan karena kesalahan. Kemudian dalam
hukum positif, bagi siapa saja masyarakat yang melanggar aturan
tersebut akan langsung diberikan sanksi oleh pihak yang berwenang
seperti halnya aparatur yang bertugas atau bertanggungjawab untuk
melakukan penindakkan tersebut.
B. Rekomendasi.
Setelah penulis menyelesaikan penulisan dalam karya tulis ini, terdapat
beberapa hal penting yang ingin penulis sampaikan yang berkaitan dengan hukum
Islam dan hukum positif mengenai aturan membuang sampah secara sembarangan,
yang diharapkan saran dari penulis ini dapat menjadi inspirasi bagi penelitian hukum
di masa yang akan datang. Adapun beberapa saran yang akan penulis berikan yaitu
sebagai berikut :
1. Direkomendasikan agar fatwa MUI dan fatwa Lembaga Bahtsul Masail
tentang permasalahan mengenai sampah ini dijadikan sebuah hukum
yang memiliki kekuatan hukum tetap atau mengikat kepada masyarakat
seperti halnya undang-undang Republik Indonesia, PERDA Kabupaten,
PERDA Provinsi tentang pengelolaan sampah. Hal ini demi
menciptakannya budaya masyarakat agar dapat membuang sampah pada
tempatnya serta menghilangkan predikat Indonesia sebagai negara
penyumbang sampah terbesar ke-2 di dunia setelah Cina.
2. Dalam pemberian sanksi bagi produsen yang tidak menempelkan lebel
untuk mengelola kemasannya sebelum dibuang agar lebih ditingkatkan
68
lagi. Selain itu, pemberitahuan kepada masyarakat bagaimana cara
mengelola kemasan yang diproduksi oleh produsen tersebut merupakan
suatu hal yang penting agar seluruh kalangan masyarakat lebih mudah
untuk dapat membiasakan mengelolah sampah kemasannya terlebih
dahulu serta dapat mengurangi volume sampah yang dapat dihasilkan
oleh masyarakat setiap harinya.
70
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Abduh, M. Natsir, Ilmu dan Rekayasa Lingkungan, (Makasar : , SAH Media, 2018)
Abbas, Ahmad Sudirman, Qawa’id Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqih, (Jakarta :
Radar Jaya Offset, 2016), Cet. Ke-2
Abdillah, Abu, Ibnu Majah,(Beirut : Dar Ihya’ Al-Kotb Al- Arabiyah), Juz 2
Agung, I Gusti Ngurah dkk, Teori Ekonomi Mikro (Suatu Analisis Produksi
Terapan), (Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 2008)
Ahmadi, Fahmi Muhammad. dan Jaenal Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah 2010)
Arfa, Faisal Ananda. dan Watni Marpaung, Metode Penelitian Hukum Islam,
(Jakarta : Pranadamedia Grup 2016)
Amando, Mikel Sanksi Membuang Sampah Sembarangan Menurut Hukum Islam
dan Peraturan Daerah, Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum, Fakultas
Syariah dan Hukum, Univeristas Islam Negeri Raden Fatah Palembang pada
tahun 2017.
Amin, Ma’ruf dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, (Jakarta :
Erlangga, 2011)
Al-Hartsi, Jaribah bin Ahmad, Al-Fiqh Al-Iqtishadi Li Amiril Mukminin Umar Ibnu
Khaththab, Asmuni Solihan Zamakhsyari, Fikih Ekonomi Umar bin
AlKhathab, (Jakarta : Khalifa, 2010)
Al Arif, Nur Rianto dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi (Suatu Perbandingan
Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional), (Jakarta : Kencana, 2010)
Al-Bukhori, Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, (Beirut :Dar Thuq An-Najah,
1422 H), Cet ke-1, Juz 3
Al-Jauzi, Ibnu dan Abul Faraj Abdurrahman, Sirah wa Manaqib Umar ibn Abdul
Aziz, (Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1404 H/1984 M), Cet ke-1
Al-Mubarakfuri, Syaikh Shafiyyurrahman, Al-Misbaahul Muniir fii Tahdziibi
Tafsiiri Ibni Katsiir,Penerjemah Tim Pustaka iBnu Katsir, Shahih Ibnu Katsir
Jilid 9, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2017), Cet ke-16
At-Trimdzi, Abu Isa, Sunan At-Tirmidzi, (Beirut : Dar Al-Qhorb Al-Islami, 1998 M)
Basriyanta,Memanen Sampah, (Yogyakarta : Kansius, 2007)
Boediono, Ekonomi Mikro, (Yogyakarta : BPFE, 2017), Edisi Kedua
Djazuli, H.A, Kaidah-kaidah Fiqih : Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam
Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, (Jakarta : Pranadamedia
Group, 2019), Cet. Ke-8
Djazuli, H.A, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam
Islam),(Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1997), Cet.ke-2
71
Faqih Syaraffadin, Ahmad Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan Hidup Menurut Hukum Isalm dan Undang-undang
Nomor 32 tahun 2009, (Skripsi-Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta, 2011)
Fatwa MUI Nomor 47 tahun 2014 tentang “Pengelolaan Sampah Untuk Mencegah
Kerusakan Lingkungan”
Gilarso, T, Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro, (Yogyakarta : Kanisius, 2003)
Juanda, “Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Kasus Pencemaran
Lingkungan Hidup (Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Pidana Indonesia),
(Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Kasim, Riau, 2013)
Hoetoro, Arif, Ekonomi Mikro Islam : Pendekatan Integratif, (Malang : UB Press,
2018)
Huda, Ni’Matul, Hukum Tata Negara Indonesia, (Jakarta : RajaGrafindo Persada,
2010)
Indarti, Maria Farida, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta : Kanisius, 2007)
Laily, Nur dan Budiyono Pristiyadi, Teori Ekonomi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013)
Lubis, Zulkarnain dan Bakti Ritonga, Dasar-dasar Hukum Acara Jinayah, (Jakarta :
Pranadamedia Group, 2016), Cet. Ke-1
Manik,K.E.S, Pengelolaan Lingkungan Hidup, (Jakarta : Pranadamedia Group,2016)
Masyhuri, Ekonomi Mikro, (Malang : UIN Press, 20017), Cet ke- 1
Miller, Roger Leroy & Roger E. Meiners, Teori Mikroekonomi Intermediate,
(Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1997)
Mudzar, M. Atho, Fatwas of The Council of Indonesian Ulama : Astudy of Islamic
Legal Thought in Indonesia, 1975-1988, Penerjemah Soedarso Soekarno
(Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia : Sebuah studi tentang pemikiran
hukum Islam di Indonesia, 1975-1988), (Jakarta : U.M.I., 1993)
Rasul, Agung Abdul dkk, Ekonomi Mikro (Dilengkapi Sistim Informasi Permintaan),
(Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013)
Razak, H.A. dan H. Rais Lathief, Terjemah Hadis Shahih Muslim, (Jakarta : Pustaka
al-Husna, 1980), Cet. Ke- 1, Jilid II, hadis no.1628
Ridwan, dkk, Ekonomi Mikro Islam, UIN Sumatra Utara, Sumatra Utara : 2017
Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi (Pendekatan Kepada Teori Ekonomi
Mikro dan Makro), (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2005)
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah :Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
(Jakarta : Lentera Hati, 2010), Cet ke-3, Vol. 2, 4, 5,7, dan 14
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 2005)
Soedarto, Lingkungan Dan Kesehatan, Sagung Seto, (Jakarta : 2013)
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum,(Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 2005)
72
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Bandung : Alfabeta, 2004)
Sugiarto, Umar Said, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2014),
Cet ke-2
Sugono, Dendy dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat,
(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012)
Surur, Misbahus, Dahsyatnya Shalat Tasbih, (Jakarta : Qultum Media, 2009)
Syamsudin, Syamri dan Detri Karya, Mikroekonomi Untuk Menejemen, PT (Depok :
RajaGrafindo Persada, 2018)
Widijowati, Dijan Pengantar Ilmu Hukum, (Yogyakarta : CV Andi Offset, 2018)
B. Undang-undang
PERDA Kab/Kota Pati Nomor 7 tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah
PERDA Provinsi DKI Jakarta nomor 3 tahun 2013 tetang Pengelolaan Sampah
Undang-undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
C. Jurnal
Elamin,M. Zamzami dkk, Analisis Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat Desa
Disanah Kecamatan Sreseh Kabupaten Sampang, Jurnal Kesahatan
Lingkungan, Oktober : 2018 Vol. 10, No. 4
Hamzawi, M. Adib, Qawaid Ushuliyyah dan Qawaid Fiqhiyyah (Melacak
Konstruksi Metodologi Istinbath al-Ahkam), Jurnal Inovatif, September 2016,
Vol.2, No.2
Norival, Achmad, Perilaku Masyarakat di Bagian Tengah Batang Ino Terhadap
Sampah di Nagari Salimpaung Kec. Salimpaung Kab. Tanah Datar, Jurnal
Buana Vol-2 No-1 tahun 2018
Nofri, Okta dan Andi Hafifah, Analisis perilaku Konsumen dalam Melakukan
Online Shopping di Kota Makassar, Jurnal Manajemen, ide dan isnpirasi Juni,
Vol 5 No.1, 2018
Nopiardo, Widi, Perkembangan Fatwa MUI tentang Masalah Zakat, Jurnal Ilmiah
Syariah, Vol. 16, No.1, Januari-Juni 2017
Ramon, Agus dan Afriyanto, Karakteristik Penanganan Sampah Rumah Tangga di
Kota Bengkulu, Jurnal Kesahatan Masyarakat Andalas, Vol. 10, No. 1
Turmudi, Muhammad, Produksi dalam Perspektif Ekonomi Islam, Islamadina, Vol.
XVIII, No. 1
W. Arif Fajar dan Piana Dewi, Sosialisasi Bahaya Membuang Sampah Sembarangan
dan Menentukan Lokasi TPA di Dusun Deles Desa Jagonayan Kecamatan
Ngablak, Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, Oktober 2015 – Maret 2016 Vol.
3, No. 1, Januari : 2014
73
D. Rujukan Dari Website
http://kbbi.co.id/arti-kata/sampah diakses pada tanggal 12 12-2018
https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/04/16/p7abz3284klhkproduks
isampah-nasional-658-juta-ton-per-tahun diakses pada tanggal 0212-2018.
http://rri.co.id/post/berita/642499/nasional/rapat_komisi_bahtsul_masail_waqiyya
h_munas_nu_wacanakan_buang_sampah_sembarangan_hukumnya_haram
.html diakses pada tanggal 18-08-2019.
https://www.nu.or.id/post/read/103151/ini-hukum-tidak-mengelola-danmembuang-
sampah-sembarangan diakses pada tanggal 18-08-2019.
https://www.aa.com.tr/id/headline-hari/indonesia-hasilkan-67-juta-ton-
sampahpada-2019/1373712 diakses pada tanggal 31-08-2019.
https://kbbi.web.id/sembarang diakses pada tanggal 5-09-2019.
https://kbbi.web.id/konsumen dikases pada tanggal 31-08-2019.
https://www.erlangga.co.id/agama/7237-selayang-pandang-majelis-
ulamaindonesia-mui.html diakses pada tanggal 18-09-2019.
http://rri.co.id/post/berita/642499/nasional/rapat_komisi_bahtsul_masail_waqiyya
h_munas_nu_wacanakan_buang_sampah_sembarangan_hukumnya_haram
.html diakses pada tanggal 15-10-2019.
https://www.nu.or.id/post/read/103151/ini-hukum-tidak-mengelola-
danmembuang-sampah-sembarangan diakses pada tanggal 14-10-2019.
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-4448101/munas-ulama-
nurekomendasikan-buang-sampah-sembarangan-haram diakses pada tanggal
14-10-2019.
https://bincangsyariah.com/kalam/rekomendasi-munas-nu-membuang-
sampahsembarangan-haram/ diakses pada tanggal 14-10-2019.
https://economy.okezone.com/read/2019/06/20/320/2068642/sampah-di-
sungaidan-laut-jadi-masalah-bertahun-tahun-apa-solusinya diakses pada
tanggal 28-10-2019. masih-temukan-perusahaan-buang-limbah-b3-ke-das-
citarum diakses pada taggal 28-10-2019.
https://badilag.mahkamahagung.go.id/artikel/publikasi/artikel/kekuatan-
hukumfatwa-majelis-ulama-indonesia-mui-dari-perspektif-peraturan-
perundangundangan-di-indonesia-oleh-al-fitri-johar-s-ag-s-h-m-h-i-11-1
dikases pada tanggal 28-10-2019.
https://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasional/13/11/20/mwjfqo-
jakarta-timur-penghasil-sampah-terbanyak-dijakarta diakses pada tanggal
28-10-2019.
https://news.detik.com/kolom/d-3939006/jakarta-darurat-sampah diakses
pada tanggal 28-10-2019.
74
https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20190721140139-33-
86420/sebeginiparah-ternyata-masalah-sampah-plastik-di-indonesia diakses
pada tanggal 29-10-2019.
https://www.mongabay.co.id/2018/07/26/ancaman-sampah-plastik-untukekosistem-
laut-harus-segera-dihentikan-bagaimana-caranya/ diakses pada tanggal 29-
10-2019.
https://www.forda-mof.org/berita/post/6495-dua-wna-singapura-ditetapkansebagai-
tersangka-kasus-impor-limbah-tanpa-izin diakses pada tanggal 2910-2019
75
LAMPIRAN-LAMPIRAN
76
FATWA
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Nomor 41 Tahun 2014
Tentang
PENGELOLAAN SAMPAH
UNTUK MENCEGAH KERUSAKAN LINGKUNGAN
Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah :
MENIMBANG : a. bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi (khalifah fi al-ardl) untuk mengemban amanah dan bertanggung jawab memakmurkan bumi;
b. bahwa permasalahan sampah telah menjadi
permasalahan nasional yang berdampak buruk
bagi kehidupan sosial, ekonomi, kesehatan, dan
lingkungan;
c. bahwa telah terjadi peningkatan pencemaran lingkungan hidup yang memprihatinkan, karena rendahnya kesadaran masyarakat dan kalangan industri dalam pengelolaan sampah;
d. bahwa adanya permintaan fatwa dari
Kementerian Lingkungan Hidup kepada MUI
tentang Pengelolaan Sampah untuk mencegah
kerusakan lingkungan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, b,
c, dan d Komisi Fatwa MUI memandang perlu
menetapkan fatwa tentang pengelolaan sampah
guna mencegah kerusakan lingkungan.
Sumber : https://-lplhsda.org/fatwa-majelis-ilama-indonesia-nomor-47-tahun-2014-
tentang-pengelolaan-sampah-untuk-mencegah-kerusakan-lingkungan/
77
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 18 TAHUN 2008
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola
konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya
volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin
beragam;
b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai
dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan;
c. bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional
sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi
masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat
mengubah perilaku masyarakat;
78
SALINAN
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS
IBUKOTA JAKARTA
NOMOR 3 TAHUN 2013
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta yang sehat dan bersih dari sampah yang kecenderungan bertambah
volume dan jenis serta karakteristik yang semakin beragam, sehingga
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan mencemari
lingkungan, maka perlu dilakukan pengelolaan sampah secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir;
b. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum,
kejelasan tugas dan wewenang Pemerintah Daerah serta hak dan kewajiban
masyarakat/pelaku usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan
secara proporsional, efektif dan efisien;
c. bahwa pengelolaan sampah berdasarkan Peraturan Daerah Nomor
5 Tahun 1988 tentang Kebersihan Lingkungan Dalam Wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, sudah tidak sesuai dengan perkembangan situasi
dan kondisi saat ini sehingga perlu dilakukan penggantian;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b dan huruf c serta untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal
47 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3344) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang
79
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI
NOMOR 7 TAHUN 2010
TENTANG
PENGELOLAAN SAMPAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola
konsumsi masyarakat menimbulkan bertambahnya
volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin
beragam;
b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai
dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan sehingga akan menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan;
c. bahwa pengelolaan sampah perlu dilakukan secara
komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi
masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat
mengubah perilaku masyarakat;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Sampah;
80
BIOGRAFI PENULIS
Diaz Ajeng Khairunnisa, lahir di Kota
Jakarta pada tanggal 25 September 1997
yang merupakan putri pertama dari tiga
bersaudara pasangan Bapak Hardedy
dan Ibu Zainun Nasichah. Penulis
menyelesaikan pendidikan
menengahnya di Madrasah Aliyah Al-
Inaayah, yang terletak di Kabupaten
Bogor. Pada saat duduk dibangku Aliyah,
penulis pernah menjabat sebagai sekretaris Organisasi Santri Al-Inaayah selama 1 periode,
yakni pada tahun 2014-2015 dan menyelesaikan pendidikan pada tahun 2015. Kemudian,
penulis melanjutkan studinya pada Program Studi Perbandingan Mazhab angkatan 2015,
dan mengambil Konsentrasi Perbandingan Mazhab, Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun 2019, penulis
berhasil menyelesaikan tugas akhir kuliah Strata Satu (S1). Selanjutnya, dalam waktu
dekat ini InsyaAllah penulis akan melanjutkan studi ke jenjang S2 dan mengikuti kursus
Bahasa Inggris untuk lebih mengasah kemampuan penulis dalam berbahasa asing ketika
bekerja nanti.