IUFD
-
Upload
tisa-meutia-soraya -
Category
Documents
-
view
65 -
download
0
description
Transcript of IUFD
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan suatu kejadian yang selalu ditunggu-tunggu oleh
pasangan suami-istri. Saat ini, pada umumnya seorang ibu sudah mengerti bagaimana
seharusnya ia lebih menjaga kondisi tubuh demi kelancaran kehamilan dan
perkembangan janin dalam kandungannya. Meskipun demikian, hal-hal yang dapat
mengganggu proses kehamilan masih saja tidak dapat dihindari, salah satunya adalah
kematian janin dalam rahim.1
Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim. Di
negara maju dengan sistem kesehatan yang telah mapan, kematian janin dalam rahim
merupakan kasus yang menonjol, sedangkan di negara yang sedang berkembang ada
banyak faktor penyebab yang menonjol seperti infeksi, asuhan antenatal yang tidak
prima, status ekonomi yang rendah, dan masih banyak lagi yang lainnya.1,2
Defenisi kematian janin menurut World Health Organization (WHO) dan
American College of Obtetricians and Gynecologists telah merekomendasikan bahwa
kematian janin adalah kematian pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih dan berat
janin 500 gram atau lebih. Sedangkan menurut WHO Expert Committee on the
Prevention of Perinatal Morbidity and Mortality menganjurkan agar dalam
perhitungan statistik yang dianamakan kematian janin ialah kematian janin yang pada
waktu lahir berat badannya di atas 1000 gram.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kematian janin dalam kandungan atau yang disebut Intra Uterin Fetal Death
(IUFD), yakni kematian yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau
pada trimester kedua dan atau yang beratnya 500 gram. Jika terjadi pada trimester
pertama disebut keguguran atau abortus. Ada juga pendapat lain yang mengatakan
kematian janin dalam kehamilan adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum
proses persalinan berlangsung pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin
1000 gram ke atas.1,2
Menurut WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologist
yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan
500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau
lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin, atau infeksi.3
Kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan, yaitu:2,3
Golongan I : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh;
Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20 hingga 28 minggu;
2
Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late fetal death);
Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.
B. ETIOLOGI
Untuk mengetahui sebab kematian perinatal diperlukan tindakan bedah mayat.
Karena bedah mayat sangat susah dilakukan di Indonesia, sebab kematian janin dan
neonatus hanya didasarkan pada pemeriksaan klinik dan laboratorium. Dengan dasar
pemeriksaan itu sebab utama kematian perinatal di Rumah sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta, ialah: (1) infeksi; (2) asfiksia neonatorum; (3) trauma
kelahiran; (4) cacat bawaan; (5) penyakit yang berhubungan dengan prematuritas dan
dismaturitas; (6) imaturitas; dan (7) lain-lain. Pada 25-60% kasus penyebab kematian
janin tidak jelas.4
Penyebab dari kematian perinatal dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu
yang berasal dari fetal, plasenta dan maternal. Penyebab yang berasal dari fetal
(sekitar 25%-40%) dapat berupa anomali kromosomal, defek nonkromosomal pada
kelahiran, hidrops non imun, dan infeksi baik yang berasal dari bakteri, virus maupun
protozoa. Penyebab yang berasal dari plasenta (25%-35%) yaitu berupa abruptio
plasenta, perdarahan fetal-maternal, insufisiensi plasenta, asfiksia intrapartum,
plasenta previa, twin to twin transfusion, dan korioamnionitis. Sedangkan penyebab
dari maternal (5-10%) adalah antibodi antifosfolipid, diabetes, hipertensi, trauma,
persalinan abnormal, sepsis, asidosis, hipoksia, ruptura uteri, kehamilan posterm serta
3
obat-obatan. Selain ketiga kategori tersebut, terdapat penyebab yang tidak dapat
dijelaskan ( 25%-35%).4,5
Disamping itu, terdapat juga faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kematian perinatal, diantaranya ada faktor dari ibu dan juga dari janin sebagai
berikut:5
1. Faktor ibu (high risk mother)
a. status sosial ekonomi yang rendah
b. tingkat pendidikan ibu yang rendah
c. umur ibu yang melebihi 40 tahun
d. paritas pertama dan paritas kelima dan lebih
e. tinggi badan ibu dan berat badan ibu
f. kehamilan diluar perkawinan
g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h. gangguan gizi dan anemia pada kehamilan
i. ibu dengan anamnesis kehamilan dan persalinan sebelumnya yang tidak baik,
misalnya kehamilan dan persalinan berakhir dengan kematian janin, kematian bayi
yang dini, atau kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah
4
j. riwayat persalinan yang diakhiri dengan tindakan bedah atau yang berlangsung
lama
k. riwayat kehamilan dan persalinan dengan komplikasi medik atau obstetrik
l. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
m.kehamilan dengan riwayat pelayanan kesehatan ibu yang tidak adekuat atau tidak
dapat dinilai.
2. Faktor bayi (high risk infants)
a. bayi yang lahir dari kehamilan yang bersifat high risk
b. bayi yang berat badan lahir kurang dari 2500 gram
c. bayi yang berat badan lahir lebih dari 4000 gram
d. bayi yang dilahirkan dari kehamilan kurang dari 37 minggu dan lebih dari 42
minggu
e. bayi yang berat badan lahir kurang dari berat badan lahir menurut masa
kehamilannya (small for gestasional age)
f. bayi yang nilai Apgarnya kurang dari 7
g. bayi yang lahir dengan infeksi intrapartum, trauma kelahiran, atau kelainan
kongenital
5
h. bayi yang lahir dalam keluarga yang mempunyai problema sosial (perceraian,
perkawinan dengan lebih dari satu istri, perkawinan tidak sah).
Analisis faktor-faktor yang telah disebut di atas menunjukkan bahwa banyak
hal yang dapat mempengaruhi kematian perinatal dapat diramalkan sebelumnya.
Sebagian faktor-faktor itu dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal
yang baik.5
Usaha-usaha yang dapat dilaksanakan untuk memperbaiki angka kematian
perinatal
ialah :4,6
a. perbaikan keadaan sosial ekonomi
b. kerjasama yang erat antara ahli obstetri, ahli kesehatan anak, ahli kesehatan
masyarakat, dokter umum, bidan, dan perawat untuk kesejahteraan ibu dan anak
c. pemeriksaan postmortem terhadap sebab-sebab kematian perinatal
d. pendaftaran kelahiran dan kematian janin serta kematian bayi secara sempurna
e. perbaikan kesehatan ibu dan pengawasan antenatal yang baik, antara lain
memperbaiki keadaan gizi ibu dan menemukan high risk mothers untuk dirawat
dan diobati
6
f. ibu dengan high risk pregnancy hendaknya melahirkan di rumah sakit yang
memiliki fasilitas yang cukup
g. perbaikan teknin diagnosis gawat-janin
h. persediaan tempat perawatan yang khusus untuk berat badan lahir rendah;
i. perbaikan resusitasi bayi yang lahir dengan asfiksia dan perbaikan dalam teknik
perawatan bayi baru lahir terutama bayi prematur;
j. penyelidikan sebab-sebab intrauterine undernutrition;
k. pencegahan infeksi secara sungguh-sungguh
C. DIAGNOSIS
1. Anamnesa
a. Ibu tidak merasakan gerakan jnin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat
berkurang
b. Ibu tidak merasakan perutnya bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau
kehamilan tidak seperti biasanya.
c. Ibu merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau
melahirkan.
2. Inspeksi
7
a. Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada
ibu yang kurus
b. Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu
c. Terhentinya perubahan payudara
3. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan ; tdak teraba
gerakan-gerakan janin
b. Dengan palpasi yang teliti dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala
janin.
4. Auskultasi
Baik memakai stetoskop monoral maupun doptone tidak akan terdengan denyut
jantung janin
5. Rontgen foto abdomen
a. Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin (Robert
sign)
b. Tanda nojoks : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin
c. Tanda spalding : overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin
8
d Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
e. Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat
f. Kepala janin terkulai
Pada pemeriksaan ultrasonografi (usg) tidak terlihat djj dan nafas janin, badan
dan tungkai janin tidak terliaha bergerak, ukuran biparietal janin setelah 30 minggu
terlihat tidak bertambah panjang pada setiap minggu, terlihat kerangka yang
bertumpuk, tidak terlihat struktur janin, terlihat penumpukan tulang tengkorak
(spalding sign), dan reduksi cairan yang abnormal. Pemeriksaan hematologi berupa
pemeriksaan ABO dan Rh, VDRL, gula darah post prandial, HBA1C, ureum,
kreatinin, profil tiroid, skrining TORCH, anti koagulan Lupus, anticardiolipin
antibody. Pemeriksaan urine dilakukan untuk mencari sedimen dan sel-sel pus.
Pemeriksaan langsung pada plasenta, tali pusat termasuk autopsi bayi dapat memberi
petunjuk sebab kematian janin.
D. DETEKSI DINI
Deteksi dini sangat perlu dilakukan selama Antenatal Care yang bertujuan
untuk :7
1. Memastikan diagnosis IUFD secara sonografi atau radiology
2. Memeriksa kadar fibrinogen darah dan masa tromboplastin parsial secara periodik,
terutama bila janin dipertahankan dalam kandungan lebih dari 2 minggu.
9
3. Mencari penyebab kematian janin.
Protokol Pemeriksaan pada janin dengan IUFD menurut Cunningham dan
Hollier:7
1. Deskripsi bayi
- malformasi
- bercak noda
- warna kulit
- maserasi
2. Tali Pusat
- prolaps
- pembengkakan leher, lengan dan kaki
- hematoma atau striktur
- jumlah pembuluh darah
- panjang tali pusat
3. Cairan Amnion
- warna – mekoneum, darah
10
- konsistensi
- volume
4. Plasenta
- berat plasenta
- bekuan darah dan perlengketan
- malformasi struktur – sirkumvalata, lobus aksesorius
- edema – perubahan hidropik
5. Membran amnion
- bercak/noda
- ketebalan
E. Grade Maserasi pada IUFD
1. Grade 0 (durasi < 8 jam) : kulit kemerahan ‘setengah matang’
2. Grade I (durasi > 8 jam) : kulit terdapat bullae dan mulai mengelupas.
3. Grade II (durasi 2-7 hari) : kulit mengelupas luas, efusi cairan serosa di rongga
toraks dan abdomen
11
4. Grade III (durasi >8 hari) hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, Mungkin
terjadi mumifikasi.
F. KOMPLIKASI
Kompilikasi yang dapat terjadi sehubungan dengan IUFD adalah :7
1. Gangguan psikologis ibu dan keluarga
2. Infeksi, apabila ketuban masih intak kemungkinan untuk terjadinya infeksi sangat
kecil, namun bila ketuban sudah pecah infeksi dapat terjadi terutama oleh
mikroorganisme pembentuk gas seperti Clostridium welchii.
3. Kelainan pembekuan darah, bila janin mati dipertahankan melebihi 4 minggu,
dapat terjadi defibrinasi akibat silent Disseminated Intravascular Coagulopathy
(DIC). Walaupun terjadinya DIC terutama pada janin mati akibat inkompatibilitas
Rh yang tetap dipertahankan, kemungkinan kelainan ini terjadi pada kasus lainnya
harus dipikirkan. Kelainan ini terjadi akibat penyerapan bertahap dari
tromboplastin yang dilepaskan dari plasenta dan desidua yang mati ke dalam
sirkulasi maternal.
4. Selama persalinan dapat terjadi inersia uteri, retensio plasenta dan perdarahan post
partum.
12
G. PENCEGAHAN
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah mendekati aterm
adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan janin
terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perlu diperhatikan adanya
solution plasenta.5,6
H. PENATALAKSANAAN
Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, penderita segera diberi
informasi. Diskusikan kemungkinan penyebab dan rencana penatalaksanaannya.
Rekomendasikan untuk segera diintervensi. Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu
kadar fibrinogen menurun dengan kecenderungan terjadinya koagulopati. Masalah
menjadi rumit bila kematian janin terjadi pada salah satu dari bayi kembar. Bila
diagnosis kematian janin telah ditegakkan, dilakukan pemeriksaan tanda vital ibu,
dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan dan gula darah. Diberikan
pengetahuan kepada pasien dan keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian
janin, rencana tindakan, dukungan mental emosional pada penderita dan keluarga,
yakinkan bahwa kemungkinan lahir pervaginam.3,4
Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu,
umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif dengan induksi
persalinan dengan oksitosin maupun misoprostol. Tindakan perabdominam bila janin
letak lintang. Induksi persalinan dapat dikombinasi oksitosin + misoprostol. Hati-hati
13
pada induksi dengan uterus pascaseksio sesarea ataupun miomektomi, bahayanya
terjadi ruptura uteri. Pada kematian janin 24-28 minggu dapat digunakan, misoprostol
secara vaginal (50-100 μg tiap 4-6 jam) dan induksi oksitosin. Pada kehamilan di atas
28 minggu dosis misoprostol 25 μg pervaginam/6jam. Setelah bayi lahir dilakukan
ritual keagamaan merawat mayat bayi bersama keluarga. Idealnya pemeriksaan otopsi
atau patologi plasenta akan membantu mengungkap penyebab kematian janin.
Metode terminasi lainnya berupa embriotomi. Embriotomi adalah suatu persalinan
buatan dengan cara merusak atau memotong bagian-bagian tubuh janin agar dapat
lahir pervaginam, tanpa melukai ibu. Embriotomi diindikasikan kepada janin mati
dimana ibu dalam keadaaan bahaya ataupun janin mati yang tak mungkin lahir
pervaginam.8,9
BAB III
14
KESIMPULAN
Kematian janin dalam kandungan ( Intra Uterine Fetal Death ) berkaitan erat
dengan angka kematian perinatal karena angka kematian perinatal ini merupakan
parameter dini keadaan pelayanan kesehatan dan mencerminkan kemajuan sosial
ekonomi suatu negara. Diagnosis kematian janin dalam kandungan dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Penyebab
kematian janin bersifat multifaktorial baik dari faktor fetal, maternal, plasenta
maupun dengan 25 % – 35 % kasuss tidak diketahui penyebabnya. Pemeriksaan Ante
Natal Care yang teratur dan efektif juga pengetahuan ibu tentang kesejahteraan
janinnya dapat digunakan untuk mendeteksi dini penurunan kesejahteraan janin
yang berakibat pada IUFD dan komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dapat
dihindari. Usaha mengakhiri kehamilan pada IUFD dilakukan untuk
mencegah komplikasi lebih lanjut pada ibu. IUFD sangat mempengaruhi pasien
secara emosional, sehingga dibutuhkan dukungan moril dari keluarga maupun dokter
yang menanganinya.
DAFTAR PUSTAKA
15
1. Achdiat, C.M. 2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
2. Curmingham, F.G. 2001. William Obstetrics (21th edition). United States of America : The McGraw-Hill Companies,Inc
3. Mochtar, R. 1999. Sinopsis Obstetri Patologi, edisi II. Jakarta : EGC
4. Muhaj, Khaidir. 2009. Kematian Janin Dalam Rahim. Jakarta : Bentang Pustaka
5. Nic. 2008. Kehamilan Multiple. Bandung : Jaya Pustaka
6. Wiknjosarto, H. 2001. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
7. Winknjosastro, H. 2005. Kematian Perinatal Dalam Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FK UI
8. Supriyadi, Tedi. 1994. Kapita Elekta Kedokteran Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC
9. Hacker, Neville F. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta :
Hipokrates
16