Istri Sebagai Tulang Punggung Ekonomi Keluarga 2 Kolom

6
ISTRI SEBAGAI TULANG PUNGGUNG EKONOMI KELUARGA Oleh : Joni Nasri, S.Ag, MA Kawin adalah kebutuhan semua makhluk hidup, manusia, hewan sampai tumbuh-tumbuhan. Allah mengatur semua yang berkaitan dengan perkawinan guna memuliakan Manusia itu sendiri dengan suatu aturan yang dinamakan dengan pernikahan. Syariat pernikahan adalah anugerah Allah kepada manusia. Ayat alquran dan hadis yang berkaitan dengan pernikahan sangatlah banyak. Dalam mengkaji hukum alquran dan hadis yang berkaitan dengan pernikahan terdapat hal-hal yang disepakati dan dikhilafiyahkan. Diantara yang menjadi ijma’ ulama adalah suami wajib memberi nafkah terhadap istri-istri dan anak- anaknya. Suami adalah imam dalam rumah tangga. Seiring dengan perjalanan zaman, disaat wanita mulai keluar rumah, bekerja, menjadi wanita karir, memiliki gaji yang besar bahkan penghasilan istri lebih besar dari suami, maka beberapa dampak negatif mulai muncul. Dalam sebagian rumah tangga ditemukan istri menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Padahal sebelumnya wanita diibaratkan tulang rusuk yang bengkok yang perlu dipelihara dan dididik suami. Bagaimanakah Islam melihat permasalahan ini? Kewajiban Nafkah Bagi Suami Pengertian nafkah : ي كن س ل وا وة س ك لم وا عا لط ا ن م ه ون م ي ن م ه ان ف ك ي هYaitu mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggungjawabnya berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal.

Transcript of Istri Sebagai Tulang Punggung Ekonomi Keluarga 2 Kolom

Page 1: Istri Sebagai Tulang Punggung Ekonomi Keluarga 2 Kolom

ISTRI SEBAGAI TULANG PUNGGUNGEKONOMI KELUARGA

Oleh : Joni Nasri, S.Ag, MA

Kawin adalah kebutuhan semua makhluk hidup, manusia, hewan sampai tumbuh-tumbuhan. Allah mengatur semua yang berkaitan dengan perkawinan guna memuliakan Manusia itu sendiri dengan suatu aturan yang dinamakan dengan pernikahan. Syariat pernikahan adalah anugerah Allah kepada manusia. Ayat alquran dan hadis yang berkaitan dengan pernikahan sangatlah banyak.

Dalam mengkaji hukum alquran dan hadis yang berkaitan dengan pernikahan terdapat hal-hal yang disepakati dan dikhilafiyahkan. Diantara yang menjadi ijma’ ulama adalah suami wajib memberi nafkah terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Suami adalah imam dalam rumah tangga.

Seiring dengan perjalanan zaman, disaat wanita mulai keluar rumah, bekerja, menjadi wanita karir, memiliki gaji yang besar bahkan penghasilan istri lebih besar dari suami, maka beberapa dampak negatif mulai muncul. Dalam sebagian rumah tangga ditemukan istri menjadi tulang punggung ekonomi keluarga. Padahal sebelumnya wanita diibaratkan tulang rusuk yang bengkok yang perlu dipelihara dan dididik suami. Bagaimanakah Islam melihat permasalahan ini?

Kewajiban Nafkah Bagi Suami

Pengertian nafkah :والسكني والكسوة الطعام من يمونه من كفاية هي

Yaitu mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggungjawabnya berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal.

Dan para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun. Yaitu bagi yang ingin meyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan pemusyawaratan. Maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain. Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Page 2: Istri Sebagai Tulang Punggung Ekonomi Keluarga 2 Kolom

6. Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.7. Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.

Waktu Mulai Diwajibkan NafkahDalam menetapkan waktu mulai diwajibkan nafkah. Ada dua pendapat Ulama:

1. Sejak aqad nikah, ini merupakan pendapat jumhur.2. Apabila terjadi dukhul/watha’ atau memungkinkan untuk

terjadinya. Ini pendapat mazhab maliki.Ukuran Nafkah Wajib

Jumhur Ulama berpendapat ukuran disesuaikan dengan tradisi. Urf masyarakat. Sebagian ulama memberikan batasan. Seperti mazhab syafi’i, untuk suami yang mampu dua mudm yang tidak mampu

satu mudm. Maka untuk indonesia adalah nasi dan lauk pauknya. Sedangkan masalah pakaian dan tempat tinggal tidak ada ukuran tertentu. Sebagian ulama juga memasukkan kebutuhan pokok yang harus ada di rumah juga diwajibkan seperti air, listrik.

Nafkah BathinMenurut pendapat Syafi’iyah seumur hidup satu kali. Selebihnya disunnahkan empat hari sekali. Menurut Hanafiyah wajib tiap empat bulan sekali. Menurut Hanabilah wajib empat bulan sekali bila tidak ada uzur. Menurut pendapat yang rajih dari Malikiyah wajib tiap empat hari sekali bila ada permintaan istri.

Gugurnya Kewajiban Nafkah1. Apabila Suami Meninggal2. Suami Tidak Mampu3. Nusyuz, yaitu apabila istri membangkang pada suami. Jika

sang istri berbuat durhaka kepada suaminya, seperti menolak untuk tidur bersama, keluar dari rumah suami tanpa seizinnya atau menolak bepergian bersama suaminya. Maka sang istri tidak berhak untuk mendapatkan nafkah serta tempat tinggal. Demikian ini pendapat Ahli Ilmu seperti Asy Sya’bi, Hamad, Malik, Al Auza’i. Syafi’i. serta Abu Tsaur. Ibnu Abdil Barr mensyaratkan nusyuz yang menggugurkan hak isteri untuk mendapat nafkah yaitu apabila isteri tidak dalam keadaan hamil.

4. Bercerai sebelum dukhul.

Hai orang-orang yang beriman apabila kamu menikahi wanita-wanita beriman, kemudian kamu ceraikan mereka

Page 3: Istri Sebagai Tulang Punggung Ekonomi Keluarga 2 Kolom

sebelum kamu mencampurinya. Maka sekali-kali tidak wajib atas mereka Iddah bagimu yang kamu minta untuk menyempurnakannya. (al ahzab: 49)

5. Habisnya masa iddah dalam talaq raj’i.6. Apabila bekerja diluar rumah tanpa seizin suami.

Menyikapi Suami Yang Tidak Mampu

Apabila suami telah berusaha tapi tidak mampu untuk memenuhi kewajiban nafkah terhadap isteri dalam waktu yang lama. Maka sebagian ulama Hanafiyah menganjurkan isteri memberikan hutang terhadap suami. Ibnu Hazm berpendapat wajib bagi isteri yang memiliki harta memberikan nafkah kepada suami apabila suami tidak mampu.

Sedangkan jumhur ulama kalangan Malikiyah, Syfi’iyah dan Hanabilah berpendapat, isteri diberi pilihan untuk tetap bersama suami dalam kemiskinannya itu atau bercerai dari suaminya. Dan suami tidak dibebani kewajiban untuk memberi nafkah selama ia tidak mampu. Ulama berbeda pendapat apakah perceraian ini dengan fasakh atau talak. Jawabannya sangat dipengaruhi oleh kondisi dan diserahkan kepada hakim.

Untuk Indonesia pendapat Ibn Hazm mempunyai kekuatan tersendiri karena undang-undang perkawinan mengakui harta bersama, yaitu semua harta yang didapatkan selama perkawinan berlangsung. Berdasarkan pengakuan ini maka dalam semua harta benda yang didapatkan oleh isteri terdapat hak suami dan sebaliknya. Pendapat ini semakin kuat apabila suami isteri tidak memisahkan harta masing-masing sejak awal pernikahan.

Dan tidak ada perbedaan ulama bahwa apabila suami tidak mampu isteri dianjurkan untuk memberikan sedekah atau bantuan untuk

suami serta anaknya. Terdapat beberapa hadis yang menggambarkan ini.:

ي�ن�ب� ع�ن� ة� أ�م بن�ت ز� ل�م� ة� أ�م ع�ن� س� ل�م� ال�ت� س� ل�ت� ق� ق�ول� ي�ا س� �لي� الل�ه ر� ر� أ ق� أ�ن� أ�ج� �ن�ف بي ب�ني ع�ل�ى أ

� أة� ل�م� ا س� ن�م� ال� ب�ني� ه�م� إ ق� ي ف� ق �ن�ف م� أ ل�ك ع�ل�ي�ه ر� ف� أ�ج�

ا ت م� ق� �ن�ف� م� أ ع�ل�ي�هDari Zainab, Putri Ummu Salamah, Dari Ummu Salamah berkata: Saya telah bertanya kepada Rasul. Apakah saya berpahala kalau saya memberi nafkah kepada anak-anak Abi Salamah? Sesungguhnya mereka anak saya juga? Rasul menjawab: berikanlah nafkah kepada mereka. Untukmu pahala atas apa yang kamu nafkahkan. (HR Bukhari)

ي�ن�ب� ع�ن� أ�ة ز� ر� الل�ه ع�ب�د ام�ت�…. ان�ط�ل�ق� ل�ى الن�بي إل�ى ف� الل�ه� ص�

ل�م� ع�ل�ي�ه د�ت� و�س� و�ج� أ�ة9 ف� ر� ار من� ام� �ن�ص� األ�ا ال�ب�اب ع�ل�ى ت�ه� اج� ث�ل� ح� تي م اج� ر� ح� م� ف�ل� ع�ل�ي�ن�ا ل�ن�ا بال� ق� ل� ف� ل�ى الن�بي� س� الل�ه� ص�ل�م� ع�ل�ي�ه زي و�س� �ي�ج� ق� أ�ن� ع�ن ي أ �ن�ف ع�ل�ى أ

و�جي �ي�ت�امE ز� أ ري في لي و� ج� ل�ن�ا ح� ال� و�ق�بر� ل� بن�ا ت�خ� د�خ� أ�ل�ه� ف� ال� ف�س� ق� ا م�ن� ف� م� ه�ال� ي�ن�ب� ق� ال� ز� يL ق�

ي�انب أ� �ال� الز أ�ة� ق� ر� ام�ال� الل�ه ع�ب�د ا ن�ع�م� ق� ان ل�ه� ر� ر� أ�ج� أ�ج�

اب�ة ر� ر� ال�ق� أ�ج� ة و� د�ق� �الص

Page 4: Istri Sebagai Tulang Punggung Ekonomi Keluarga 2 Kolom

Dari Zainab Isteri Abdullah berkata: Saya menemui Rasul, maka saya bertemu dengan seorang perempuan Anshar yang juga ingin menemui Nabi. Maka lewatlah Bilal, maka kami menyuruhnya bertanya kepada Nabi. Apakah kami berpahala memberi nafkah kepada Suami dan anak yatim yang ada dalam asuhan saya, kami berkata: jangan sampaikan kami, maka Bilal masuk lantas bertanya kepada Rasul. Nabi bertanya kepadanya. Zainab? Zainab yang mana? Isteri Abdullah. Nabi Menjawab: benar dia dapat dua pahala, pahala kerabat dan pahala sedekah.(HR Bukhari)

Dua hadis ini menunjukkah bahwa isteri disunatkan memberikan nafkah kepda suami dan anaknya. Jika suaminya tidak mampu. Dan tidak ditemukan ulama yang mewajibkan isteri mencari nafkah untuk memenuhi kewajiban suami. Pendapat Ibn Hazm hanya mewajibkan isteri menafkahi suami apabila isteri memiliki harta, tapi tidak mewajibkan kasab atau usaha.

Dalam kondisi tidak mampu, ulama menetapkan bahwa nafkah suami dan anaknya menjadi tanggungan kerabat dekat mulai dari ayah, saudara dan seterusnya. Demikian juga nafkah isteri menjadi tanggungan kerabatnya. Kitab-kitab fiqh memberikan rincian terhadap hal ini dengan tema pembahasan nafkah Aqarib.

Dalam membatasi nafkah kerabat ulama terbagi menjadi dua mazhab. Mazhab Syafii dan Maliki. Menetapkan bahwa nafkah aqarib ini wajib hanya pada furu’. (anak dan cucu) dan ushul (ayah dan kakek). Sedangkan Hanabilah dan Hanafiyah menambahkan dengan Hawasyi (saudara, paman, bibi). Baik yang berhak mendapatkan warisan ataupun tidak. Pendapat kedua ini lebih kuat. Permasalah nafkah aqarib sangat pantas untuk disosialisasikan karena banyak umat islam yang melupakannya. Boleh atau tidaknya wanita keluar rumah sangat dipengaruhi oleh fiqh nafkah aqarib.

Catatan Untuk Isteri Yang Bekerja

1. Suami tetap menjadi pemimpin dalam rumah tangga selama pernikahan tetap sah. Meskipun semua kebutuhan keluarga dipenuhi oleh isteri. Isteri tetap dituntut untuk menghormati dan melayani suami.

2. Pada asalnya wanita termasuk isteri, dituntut untuk tetap dirumah, apabila keluar rumah karena ada keperluan maka harus hati-hati dari fitnah yang akan muncul.

3. Sikap Qana’ah (hidup sederhana), Iffah (menjaga fitrah), wara’ (hati-hati dalam hal yang boleh karena khawatir membawa kepada yang haram) adalah ajaran Islam yang suci yang perlu diperhatikan terutama dizaman yang serba materialis dan kemewahan ini.

4. Karena lalai dari tiga hal diatas, maka banyak terjadi perceraian atas permintaan isteri karena masalah ekonomi.