ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

72
urnal urnal urnal Ilmiah Penelitian Ilmiah Penelitian Ilmiah Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi 01 01 01 Hubungan karakteristik Ibu hamil dengan kejadian Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD. Sayang Cianjur Tahun 2017. Siti Rafika Putri, S.ST.,M.Kes Siti Rafika Putri, S.ST.,M.Kes Efektifitas konsumsi wedang jahe terhadap penurunan emesis gravidarum pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kalitanjung Kota Cirebon Tahun 2018 Diyanah Kumalasary. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu Bersalin di RSUD Sayang Cianjur Tahun 2017. Tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap penggunaan obat antihipertensi di Pos Kesehatan Desa Pabuaran Cirebon. Aida Maftuhah, Inda Irliyani, Arsyad Bachtiar. Hubungan karakteristik ibu bersalin dengan kejadian Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian rupture Retensio Plasenta di RSUD. Sayang Cianjur tahun 2017. perineum di RSUD. Sayang Cianjur tahun 2017. Lena Sri Diniyati, S.ST.,M.Kes Lena Sri Diniyati, S.ST.,M.Kes Volume 02 Februari 2019 ISSN 2614-5650 (cetak)

Transcript of ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Page 1: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

urnalurnalurnalIlmiah PenelitianIlmiah PenelitianIlmiah PenelitianKebidanan dan Kesehatan Reproduksi

010101

Hubungan karakteristik Ibu hamil dengan kejadianKehamilan Ektopik Terganggu di RSUD. SayangCianjur Tahun 2017.Siti Rafika Putri, S.ST.,M.Kes

Siti Rafika Putri, S.ST.,M.Kes

Efektifitas konsumsi wedang jahe terhadap penurunanemesis gravidarum pada ibu hamil di wilayah kerjaPuskesmas Kalitanjung Kota Cirebon Tahun 2018Diyanah Kumalasary.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadianketuban pecah dini pada ibu Bersalin di RSUD SayangCianjur Tahun 2017.

Tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadappenggunaan obat antihipertensi di Pos KesehatanDesa Pabuaran Cirebon.Aida Maftuhah, Inda Irliyani, Arsyad Bachtiar.

Hubungan karakteristik ibu bersalin dengan kejadian

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian rupture

Retensio Plasenta di RSUD. Sayang Cianjur tahun 2017.

perineum di RSUD. Sayang Cianjur tahun 2017.

Lena Sri Diniyati, S.ST.,M.Kes

Lena Sri Diniyati, S.ST.,M.Kes

Volume 02Februari 2019

ISSN 2614-5650 (cetak)

Page 2: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

SUSUNAN DEWAN REDAKSI

PIMPINAN UMUMSiti Rafika Putri, SST,M.Kes

PENANGGUNGJAWABLena Sri Diniyati, SST, M.Kes

PEMIMPIN REDAKSIFina Sancaya Rini, SST, M.Kes

DEWAN REDAKSIEngkus Hernayadi,S.E.

ANGGOTA DEWAN REDAKSIDewi Puspitasari, SST,M.Kes

Rahmawati, SST,M.KesLilis Suryati, SST

Dedi Supriyadi, S.E

INSTITUSI PENERBITAkademi Kebidanan AL – Ikhlas Bogor

ALAMAT REDAKSIAkademi Kebidanan AL- Ikhlas

JL. Hankam, Desa Jogjogan, Cisarua, Kab.BogorTelp. (0251) 8251645, Fax (0251) 8251650

http//akbid – alikhlas.ac.id : e-mail : [email protected]

i

Page 3: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

DAFTAR ISI

Judul Jurnal Halaman

Hubungan Karakteristik ibu hamil dengan kejadian kehamilan EktopikTerganggu di RSUD. Sayang Cianjur Tahun 2017.Siti Rafika Putri, SST,M.Kes 1

Efektifitas konsumsi wedang jahe terhadap penurunan Emesis GravidarumPada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kalitanjung Kota CirebonTahun 2018.Diyanah Kumalasary 14

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Ketuban Pecah DiniPada ibu bersalin di RSUD. Sayang Cianjur Tahun 2017.Siti Rafika Putri, SST,M.Kes 28

Tingkat kepatuhan pasien hipertensi terhadap penggunaan obat antihipertensiDi pos kesehatan desa Pabuaran Cirebon.Aida Maftuhah, Inda Irliyani, Arsyad Bachtiar 44

Hubungan karakteristik ibubersalin dengan kejadian retensio plasenta padaIbu bersalin di RSUD. Sayang Cianjur Tahun 2017.Lena Sri Diniyati,S.ST.,M.Kes 50

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Rupture PerineumRSUD. Sayang Cianjur Tahun 2017.Lena Sri Diniyati,S.ST.,M.Kes 61

ii

Page 4: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGANKEJADIAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

DI RSUD SAYANG CIANJUR TAHUN 2017.

Siti Rafika Putri1

1Dosen Tetap Akademi Kebidanan Al-Ikhlas Cisarua Bogor

Abstrak : Kehamilan Ektopik Terganggu adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsiyang berimplantasi, tumbuh dan berkembang di luar endometrium kavum uterimengalami proses pengakhiran abortus. Menurut WHO 2007 KET merupakan penyebab1 dari 200 (5-6%) mortalitas maternal di negara maju, dengan 60.000 kasus setiaptahun (3% dari populasi masyarakat). Terjadi peningkatan jumlah kejadian KET diRSUD Sayang Cianjur, dimana pada tahun 2016 jumlah kejadian KET sebanyak 118kasus, sedangkan tahun 2017 menjadi 154 kasus. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui karakteristik ibu hamil dengan kejadian Kehamilan Ektopik Terganggu(KET) di RSUD Sayang Cianjur tahun 2017. Variabel independen dalam penelitian iniadalah usia ibu, paritas, pendidikan, dan riwayat KET sebelumnya, sedangkan variabeldependennya adalah KET. Penelitian ini dilakukan di RSUD Sayang Cianjur padaperiode 12 November – 07 Desember 2018 dengan jumlah populasi ibu hamil yangmengalami KET 154 orang, dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 154 orang ibuhamil dengan kejadian KET. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalahtotal sampling. Dari hasil penelitian berdasarkan hubungan antara usia ibu dengankejadian KET tertinggi yaitu pada kelompok usia 20 - 35 tahun dengan hasil uji statistikdiperoleh nilai (Pv = 0,983), variabel paritas tertinggi pada kelompok multipara dangrandepara dengan nilai (Pv = 0,076), variabel pendidikan tertinggi pada kelompokpendidikan rendah dengan nilai (Pv = 0,474), variabel riwayat KET tertinggi padakelompok tidak dengan riwayat KET dengan nilai (Pv = 0,324). Jadi, dari hasilpenelitian ini didapatkan nilai tertinggi dari seluruh variabel adalah Ibu hamil dengankelompok usia 20 - 35 tahun dengan nilai (Pv = 0,983) yang artinya tidak adahubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian KET. Diharapkan tenagakesehatan dapat meningkatkan pelayanan bagi ibu hamil terutama ibu hamil yangberesiko.Kata kunci : Kehamilan Ektopik Terganggu, Usia, Paritas, Pendidikan, Riwayat KETSebelumnya

1

Page 5: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Pendahuluan

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)ialah suatu kehamilan yangpertumbuhan sel telurnya telahdibuahi tetapi tidak menempel padadinding endometrium kavum uteri.Lebih dari 95% KET berada di salurantelur (tuba fallopi). Pada kehamilanektopik yang terganggu biasanyaterjadi penyulit berupa abortus sampairuptur pada tuba tempat lokasi nidasi,kehamilan ini akan memberikan tandadan gejala yang khas yaitu timbulnyanyeri pada bagian perut bagian bawahsecara mendadak disertai denganperdarahan yang kemudian akanmenyebabkan penderita pingsansampai masuk kedalam keadaan syok.Penyebab KET belum diketahuisecara pasti, namun berdasarkanpemeriksaan KET diantaranyadisebabkan oleh beberapa faktorseperti faktor tuba, faktorabnormalitas dari zigot, faktorovarium, faktor hormonal, dan faktorlainnya (Prawirohardjo, 2016).

Insiden kehamilan ektopik meningkatpada semua wanita terutama padamereka yang berumur 20 sampai 40tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.Kehamilan ektopik paling seringterjadi di daerah tuba falopi (98%),meskipun begitu kehamilan ektopikjuga dapat terjadi di ovarium (indungtelur), rongga abdomen (perut), atauserviks (leher rahim) (Logor, 2013)

Riset World Health Organization(WHO) 2007 mengemukakan bahwaKET merupakan penyebab 1 dari 200(5-6%) mortalitas maternal di negaramaju, dengan 60.000 kasus setiaptahun atau 3% dari populasimasyarakat, angka kejadian di negaraberkembang insidensnya dipercayalebih tinggi, tetapi data yang lebihspesifik belum diketahui(Kriswedhani, 2016).

2

KET masih menjadi penyebab utamakematian ibu hamil di AmerikaSerikat dan merupakan penyebabtersering mortalitas ibu pada trimesterpertama. Lebih dari 1 ibu hamil dalamsetiap 100 kehamilan di AmerikaSerikat adalah kehamilan ektopik, danlebih dari 95% KET terjadi di tubafalopi (Leveno, 2011).

Angka kejadian KET di Indonesiadiperkirakan tidak jauh berbedadengan negara maju, secara umum diIndonesia kejadian KET berkisar 5-6per seribu kehamilan. Kehamilan parsinsterstisialis tuba hanya 1% darisemua kehamilan tuba. Kehamilanektopik ganda angka kejadiannya 1 diantara 15.000-40.000 persalinan,namun demikian di Indonesia sudahada beberapa kasus kehamilan ektopikganda, kehamilan ovarial primer danservikal tetapi jarang terjadi (Khairani,2017).

Berdasarkan data yang didapatkandari Dinas Kesehatan Provinsi Jawabarat pada tahun 2013 diperkirakansebanyak 2,7% penyebab kematianibu disebabkan oleh perdarahanantepartum yang diantaranyamencakup kehamilan ektopik(Fitriany, 2015).

Dilihat dari angka kejadian KET diRSUD Sayang Cianjur pada tahun2016 yaitu sebanyak 118 kasus,sedangkan pada tahun 2017 angkakejadian KET meningkat yaitumencapai 154 kasus. Namun, padaperiode 1 Januari sampai 30November 2018 angka kejadian KETkembali menunjukkan penurunanyaitu mencapai 46 kasus.

Page 6: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Berdasarkan latar belakang diatas,dapat dilihat bahwa angka kejadianKET di RSUD Sayang Cianjurmengalami penurunan pada periode 1Januari sampai 30 November 2018yaitu sebanyak 46 kasus, namunangka tersebut masih tinggi. Sehinggapenulis tertarik untuk melakukanpenelitian tentang HubunganKarakteristik Ibu Hamil denganKejadian KET di RSUD SayangCianjur Tahun 2017.

Metode

Penelitian ini adalah penelitiananalitik deskriptif dengan cara melihatdata primer. Desain penelitian iniadalah cross sectional. Penelitian inidilakukan di RSUD Sayang Cianjurpada tanggal 12 November – 07Desember 2018. Populasi dalampenelitian ini adalah seluruh ibu hamilyang mengalami KET di RSUDSayang Cianjur tahun 2017 yaitusebanyak 154 orang. Metodepengambilan sampel yang digunakandalam penelitian ini adalah totalsampling yaitu total keseluruhanpopulasi ibu hamil yang mengalamiKET.

Pengumpulan data dilakukan denganmenggunakan data sekunder,menggunakan alat ukur berupa rekammedik rawat inap dan buku register diRSUD Sayang Cianjur tahun 2017.

Instrumen pengumpulan data yangdigunakan penulis dalam penelitian iniadalah daftar checklist dari rekammedik rawat inap dan buku register diRSUD Sayang Cianjur tahun 2017.Analisa data yang dilakukan dalamdua tahap yakni : Analisa Univariatdan Bivariat. Teknik pengolahan datapenelitian ini adalah dengan caramenggunakan SPSS 16.0.

3

Hasil

Berdasarkan hasil penelitian bahwadari seluruh Ibu hamil di RSUDSayang Cianjur tahun 2017didapatkan bahwa jumlah distribusifrekuensi ibu hamil yang tidakmengalami KET sebanyak 1651 orang(91,5%), sedangkan ibu hamil yangmengalami KET sebanyak 154 orang(8,5%).

Dari 154 ibu yang mengalami KETdidapatkan bahwa jumlah distribusifrekuensi berdasarkan klasifikasiKET, ibu hamil yang mengalami KETdengan ruptur tuba sebanyak 114orang (74%), sedangkan ibu hamilyang mengalami KET dengan abortussebanyak 40 orang (26%).

Dari 154 ibu yang mengalami KETberdasarkan usia didapatkan bahwajumlah distribusi frekuensiberdasarkan usia ibu hamil yangberusia 20 sampai 35 tahun sebanyak108 orang (70%), sedangkan ibuhamil yang berusia <20 dan >35sebanyak 46 orang (30%).

Dari 154 ibu yang mengalami KETberdasarkan paritas didapatkan jumlahdistribusi frekuensi berdasarkanparitas, ibu dengan paritas primiparasebanyak 28 orang (18%), sedangkanibu dengan paritas multipara dangrandepara sebanyak 126 orang(82%).

Dari 154 ibu yang mengalami KETberdasarkan pendidikan didapatkanbahwa jumlah distribusi frekuensiberdasarkan pendidikan, ibu hamilyang berpendidikan tinggi sebanyak36 orang (23,4%), sedangkan ibuhamil yang berpendidikan rendahsebanyak 118 orang (76,6%).

Page 7: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Dari 154 ibu yang mengalami KETberdasarkan riwayat KET Sebelumnyadidapatkan jumlah distribusi frekuensiberdasarkan riwayat ibu yangmengalami KET sebelumnya,

responden yang tidak memilikiriwayat KET sebelumnya sebanyak134 orang (87%), sedangkanresponden dengan riwayat KETsebelumnya sebanyak 20 orang (13%).

Adapun hasil penelitian bivariate dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian KET

Tabel 1Distribusi Hubungan Karakteristik Ibu yang Mengalami KET

Berdasarkan Usia di RSUD Sayang Cianjur

Usia Ibu

Kejadian KETTotal

P ValueKET dengan

AbortusKET denganRuptur Tuba

f % f % N %20 – 35tahun

28 25,9 80 74,1 108 70

0,983<20 dan >35tahun

12 26,1 34 73,9 46 30

Jumlah 40 26,0 114 74,0 154 100

Berdasarkan tabel 1 diatas, dapatdiketahui hasil analisis hubunganantara usia ibu dengan kejadian KETdidapatkan bahwa ada sebanyak 108orang (70%) ibu hamil berusia 20 – 35tahun yang mengalami kejadian KETdengan abortus sebanyak 28 orang(25,9%), dan yang mengalami KETdengan ruptur tuba sebanyak 80 orang(74,1%). Kemudian, ada sebanyak 46orang (30%) ibu hamil yang berusia<20 dan >35 tahun yang mengalami

kejadian KET dengan abortussebanyak 12 orang (26,1%), dan yangmengalami KET dengan ruptur tubasebanyak 34 orang (73,9%). Hasil ujistatistik diperoleh nilai Pvalue sebesar(0,983), dapat disimpulkan bahwanilai Pvalue > α (0,05) maka Ho gagalditolak dan Ha gagal diterima,kesimpulannya tidak ada hubunganantara usia ibu hamil dengan kejadianKET.

4

Page 8: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

2. Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian KET

Tabel 2Distribusi Hubungan Karakteristik Ibu yang Mengalami KET

Berdasarkan Paritas di RSUD Sayang Cianjur

Paritas Ibu

Kejadian KETTotal

P ValueKET dengan

AbortusKET denganRuptur Tuba

f % F % N %Primipara 11 39,3 17 60,7 28 18

0,076Multi dan

Grandepara29 23,0 97 77,0 126 82

Jumlah 40 26,0 114 74,0 154 100

Berdasarkan tabel 2 diatas, dapatdiketahui hasil analisis hubunganantara paritas ibu dengan kejadianKET didapatkan bahwa ada sebanyak28 orang (18%) ibu hamil denganparitas primi yang mengalamikejadian KET dengan abortussebanyak 11 orang (39,3%), dan yangmengalami KET dengan ruptur tubasebanyak 17 orang (60,7%).Kemudian, ada sebanyak 126 orang(82%) ibu hamil dengan paritas

multipara dan grandepara yangmengalami kejadian KET denganabortus sebanyak 29 orang (23,0%),dan yang mengalami KET denganruptur tuba sebanyak 97 orang (77%).Hasil uji statistik diperoleh nilaiPvalue sebesar (0,076), dapatdisimpulkan bahwa nilai Pvalue > α(0,05) maka Ho gagal ditolak dan Hagagal diterima, kesimpulannya tidakada hubungan antara paritas ibu hamildengan kejadian KET.

5

Page 9: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian KET

Tabel 3Distribusi Hubungan Karakteristik Ibu yang Mengalami KET

Berdasarkan Pendidikan di RSUD Sayang Cianjur

Pendidikan Ibu

Kejadian KETTotal

P ValueKET dengan

AbortusKET denganRuptur Tuba

f % F % N %Tinggi (SMA-PT) 11 30,6 25 69,4 36 23

0,474Rendah (SD-SMP) 29 24,6 89 75,4 118 77Jumlah 40 26,0 114 74,0 154 100

Berdasarkan tabel 3 diatas, dapatdiketahui hasil analisis hubunganantara pendidikan ibu dengan kejadianKET didapatkan bahwa ada sebanyak36 orang (23%) ibu hamil denganpendidikan tinggi yang mengalamikejadian KET dengan abortussebanyak 11 orang (30,6%), dan yangmengalami KET dengan ruptur tubasebanyak 25 orang (69,4%).Kemudian, ada sebanyak 118 orang(77%) ibu hamil dengan pendidikan

rendah mengalami kejadian KETdengan abortus sebanyak 29 orang(24,6%), dan yang mengalami KETdengan ruptur tuba sebanyak 89 orang(75,4%). Hasil uji statistik diperolehnilai Pvalue sebesar (0,474), dapatdisimpulkan bahwa nilai Pvalue > α(0,05) maka Ho gagal ditolak dan Hagagal diterima, kesimpulannya tidakada hubungan antara pendidikan ibuhamil dengan kejadian KET.

6

Page 10: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

4. Hubungan Antara Riwayat KET Sebelumnya dengan Kejadian KET

Tabel 4Distribusi Hubungan Karakteristik Ibu yang Mengalami KET

Berdasarkan Riwayat KET Sebelumnya di RSUD Sayang Cianjur

Riwayat KET

Kejadian KETTotal

P ValueKET dengan

AbortusKET denganRuptur Tuba

f % F % N %Tidak denganRiwayat KET

33 24,6 101 75,4 134 87

0,324Iya dengan RiwayatKET

7 35,0 13 65,0 20 13

Jumlah 40 26,0 114 74,0 154 100

Berdasarkan tabel 4 diatas, dapatdiketahui hasil analisis hubunganantara riwayat KET sebelumnyadengan kejadian KET berulang,didapatkan bahwa ada sebanyak 134orang (87%) ibu hamil tidak denganriwayat KET sebelumnya mengalamikejadian KET dengan abortussebanyak 33 orang (24,6%), dan yangmengalami KET dengan ruptur tubasebanyak 101 orang(75,4%).Kemudian ada sebanyak 20

orang (13%) ibu hamil dengan riwayatKET sebelumnya yang mengalamikejadian KET dengan abortussebanyak 7 orang (35,0%), dan yangmengalami KET sebanyak 13 orang(65,0%). Hasil uji statistik diperolehnilai Pvalue sebesar (0,324) makadapat disimpulkan bahwa nilai Pvalue> α (0,05) maka Ho gagal ditolak danHa gagal diterima, kesimpulannyatidak ada hubungan antara riwayatKET sebelumnya dengan kejadianKET.

7

Page 11: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Pembahasan

Menurut Sarwono Prawirohardjo(2016), kehamilan ektopik terjadikarena adanya hambatan dalam nidasiembrio yang mengakibatkan embrioberimplantasi ditempat selain uterus.Hambatan tersebut karena beberapafaktor diantaranya yaitu faktor tuba,abnormalitas dari zigot, ovarium,hormonal, serta faktor predisposisilainnya seperti usia, paritas, riwayatpenyakit yang pernah diderita, sertagaya hidup merokok yang sudahmenjadi kebiasaan dari responden.

Dilihat dari klasifikasi KET pada ibuhamil, distribusi frekuensi ibu hamilyang paling banyak mengalami KETberdasarkan klasifikasi KET yaitu ibuhamil yang mengalami KET denganruptur tuba sebanyak 114 orang(74%), sedangkan yang paling sedikitmengalami KET berdasarkanklasifikasi KET yaitu ibu hamil yangmengalami KET dengan abortus yaitusebanyak 40 orang (26%).

Hal ini sesuai dengan teori Fitriany(2015) dalam penelitiannya yangberjudul ‘Hubungan antara usia,paritas, dan riwayat medik denganKET’, ada beberapa kemungkinanyang akan terjadi ketika respondenmengalami KET, diantaranya yaituperdarahan antepartum yang terjadi ditrimester awal kehamilan, yangselanjutnya jika embrio tidakberkembang akan menyebabkankejadian abortus pada responden,namun jika embrio tumbuh danberkembang ditempat selain uterus,besar kemungkinan akan terjadinyaruptura.

8

Dilihat dari faktor usia ibu hamil,distribusi frekuensi ibu hamil yangpaling banyak mengalami kejadianKET berdasarkan kelompok usia ibuyaitu pada usia 20 - 35 tahun sebanyak108 orang (70%), sedangkan usia ibuyang paling sedikit mengalami KETyaitu pada usia < 20 tahun dan > 35tahun sebanyak 46 orang (30%).

Dari distribusi hubungan antara usiaibu dengan kejadian KET didapatkanbahwa ibu hamil yang mengalamikejadian KET lebih banyak terjadipada usia subur yang terbilang matangserta aman untuk hamil danmelahirkan yaitu pada usia antara 20 –35 tahun. Hasil uji statistik Chi-squarediperoleh nilai Pvalue sebesar (0,983> α 0,05) maka dapat disimpulkanbahwa tidak ada hubungan antara usiaibu hamil dengan kejadian KET.

Penelitian ini sesuai dengan teoriNovia (2014) yang mengemukakanbahwa sebagian besar wanita yangmengalami kehamilan ektopik berusiaantara 20-40 tahun dengan usia rata-rata lebih dari 30 tahun. Lebih dari60% kehamilan ektopik terjadi padawanita 20-30 tahun.

Page 12: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Namun hasil penelitian ini tidak sesuaidengan teori Molika (2015) dalambukunya yang berjudul ‘SeputarKehamilan & Melahirkan’, yangmengemukakan bahwa usia < 20tahun adalah usia yang beresikoterhadap kehamilan dan persalinan,karena sistem reproduksi yang belumsempurna dalam menjalankanfungsinya. Sedangkan pada usia > 35tahun juga adalah usia yang beresikoterhadap kehamilan maupunpersalinan, karena di usia tersebuttelah terjadi penurunan fungsi sistemreproduksi. Maka, usia yang palingaman untuk kehamilan dan persalinanialah pada usia antara 20 – 35 tahun.

Menurut penelitian Triana (2018)dalam penelitiannya yang berjudul‘Hubungan umur dan paritas ibu hamildengan kejadian KET di RSUD ArifinAchmad Pekanbaru’, menyatakanbahwa ibu yang mengalami KET lebihbanyak pada ibu yang berumur <20dan >35 tahun yaitu sebanyak 38orang (66,7%). Hasil uji statistik Chi-Square didapat nilai P value sebesar(0,024 < α 0,05) maka terdapathubungan antara umur ibu dengankejadian KET di RSUD ArifinAchmad Pekanbaru.

Kemudian menurut penelitian Fitryani(2015) dalam penelitiannya yangberjudul ‘Hubungan antara usia,paritas, dan riwayat medik denganKET’, yang menyatakan bahwa hasilstatistik didapatkan nilai (Pvalue =0,01) yang memiliki interpretasiditemukannya hubungan yangbermakna antara faktor risiko usia >35tahun dengan kejadian kehamilanektopik terganggu.

9

Sehingga penelitian yang dilakukanoleh peneliti tidak sesuai denganpenelitian yang dilakukan Triana(2018) dan Fitriyani (2015). Hal inidapat terjadi karena perbedaan jumlahsampel yang diambil dalam masing-masing penelitian. Selain itu,perbedaan ini disebabkan karena adabeberapa faktor lain selain usia yangdapat menyebabkan kejadian KET.

Dilihat dari hasil distribusi frekuensiibu berdasarkan kelompok paritas,yang banyak mengalami KET adalahparitas multipara dan grandeparasebanyak 126 orang (82%), dan yangpaling sedikit mengalami KET adalahprimipara sebanyak 28 orang (18%).

Dilihat dari distribusi hubungan antaraparitas ibu dengan kejadian KET,bahwa ibu hamil yang mengalamikejadian KET lebih banyak terjadipada paritas multi dan grandepara.Hasil uji statistik Chi-squarediperoleh nilai Pvalue sebesar (0,076> α 0,05) maka dapat disimpulkanbahwa tidak ada hubungan antaraparitas ibu hamil dengan kejadianKET.

Hal ini sesuai dengan teori Sudoyo(2015) dalam Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam, yang mengemukakanbahwa paritas yang tidak memilikiresiko yang besar ialah padapersalinan pertama sampai ketiga.Selebihnya termasuk kedalam paritasberesiko.

Menurut penelitian Triana (2018)dalam penelitiannya yang berjudul‘Hubungan umur dan paritas ibu hamildengan kejadian KET di RSUD ArifinAchmad Pekanbaru’, mengemukakanbahwa ibu yang mengalami KET lebihbanyak pada paritas ≤1 dan >3 yaitusebanyak 39 orang (68,4%).

Page 13: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Hasil uji statistik Chi-Square didapatnilai Pvalue (0,023 < α 0,05) makaterdapat hubungan antara paritasdengan kejadian KET di RSUD ArifinAchmad Pekanbaru.

Sehingga dapat disimpulkan bahwaparitas dapat mempengaruhi angkakejadian KET karena wanita denganparitas multipara dan grande multiparaakan terfokus pada urusan keluargaseperti anak dan suaminya, makakehamilannya akan jarang dipantaudan diperiksa secara berkala sehinggakomplikasi-komplikasi yang mungkinterjadi tidak dapat dideteksi sedinimungkin.

Dilihat dari hasil distribusi frekuensiibu berdasarkan kelompokpendidikan, yang banyak mengalamiKET adalah responden yangberpendidikan rendah yaitu sebanyak118 orang (76,6%), sedangkanresponden yang berpendidikan tinggiyaitu sebanyak 36 orang (23,4%).

Berdasarkan penelitian diatas penulismenyimpulkan bahwa kejadian ibuhamil yang mengalami KET lebihbanyak terjadi pada ibu yangberpendidikan rendah dibandingkandengan ibu yang berpendidikan tinggi.Hasil uji statistik Chi-squarediperoleh nilai Pvalue sebesar (0,474)maka dapat disimpulkan bahwa tidakada hubungan antara pendidikan ibuhamil dengan kejadian KET.

Hal ini sesuai dengan teori Neolaka(2017) dalam bukunya yang berjudulLandasan Pendidikan DasarPengenalan Diri Sendiri MenujuPerubahan Hidup, yangmengemukakan bahwa pendidikanadalah pengaruh lingkungan terhadapindividu untuk menghasilkanperubahan-perubahan yang tetapdalam kebiasaan perilaku, pikiran dansifatnya.

10

Penelitian ini sesuai dengan hasilpenelitian Lomboan (2015) dalampenelitiannya yang berjudul‘Gambaran KET di RSUP Prof.DR.R.D Kandou Manado’, yangmengemukakan bahwa hasil uji Chi-Square adalah (Pvalue = 0.459),dimana jika nilai Pvalue <0.05, makadikatakan terdapat hubungan yangsignifikan. Oleh karena nilai p padauji Chi-Square >0.05, maka dapatdikatakan bahwa tidak terdapathubungan yang signifikan antarapendidikan ibu dengan kejadian KET.

Maka dapat disimpulkan bahwapendidikan mempengaruhi kejadianKET, karena semakin tinggipendidikan formal seorang wanitadiharapkan semakin meningkatpengetahuan dan kesadarannya dalammengantisipasi kesulitan dalamkehamilan dan persalinannya,sehingga timbul dorongan untukmelakukan pengawasan kehamilansecara berkala dan teratur sehinggakomplikasi dapat segera terdeteksi.Dilihat dari hasil distribusi frekuensiibu berdasarkan kelompok riwayatKET sebelumnya, yang banyakmengalami KET adalah respondenyang tidak memiliki riwayat KETsebelumnya yaitu sebanyak 134 orang(87%), sedangkan responden yangmemiliki riwayat KET sebelumnyasebanyak 20 orang (13%).

Berdasarkan penelitian diatas penulismenyimpulkan bahwa kejadian ibuhamil yang mengalami KET lebihbanyak pada ibu yang tidak memilikiriwayat KET sebelumnya. Hasil ujistatistik Chi-square diperoleh nilaiPvalue sebesar (0,324) maka dapatdisimpulkan bahwa tidak adahubungan antara riwayat KETsebelumnya dengan kejadian KET.

Page 14: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Hal ini tidak sesuai dengan teoriNovia (2014) yang mengemukakanbahwa resiko paling besar untukkehamilan ektopik adalah riwayatkehamilan sebelumnya. Angkakejadian sebesar 15% setelahkehamilan ektopik pertama danmeningkat sebesar 30% setelahkehamilan ektopik kedua.

Menurut penelitian Triana (2018)dalam penelitiannya yang berjudul‘Hubungan umur dan paritas ibu hamildengan kejadian KET di RSUD ArifinAchmad Pekanbaru’, yangmengemukakan bahwa hasil ujistatistik Chi-Square didapat nilai Pvalue (0,323 > α 0,05) maka tidakterdapat hubungan antara riwayatKET sebelumnya dengan kejadianKET di RSUD Arifin AchmadPekanbaru.

Penelitian yang dilakukan olehpeneliti sesuai dengan penelitian yangdilakukan oleh Triana (2018), makadapat disimpulkan bahwa riwayatKET sebelumnya tidak mempengaruhikejadian KET berikutnya. Hal inidikarenakan adanya fakor lain selainriwayat operasi KET yang dapatmenyebabkan KET selanjutnya.

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan dalam penelitian iniadalah tidak ada hubungan antara usiaIbu hamil, pendidikan, paritas, danriwayat kehamilan ektopik terganggudengan kejadian kehamilan ektopikterganggu. Diharapkan penelitian inidapat menjadi bahan evaluasi dalammeningkatkan pelayanan bagi ibuhamil terutama ibu hamil yangberesiko.

11

Page 15: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Daftar Pustaka

1. Aling, dkk. 2014. HubunganPenggunaan Kontrasepsi denganKejadian KET di BLU RSUPKandou Manado. Di akses dari:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/5758diunduh pada tanggal 15november 2018 pukul 20:50WIB

2. Ayu.2012.Hubungan PemakaianAlat Kontrasepsi Dalam RahimDengan Kejadian KehamilanEktopik . Di akses dari:https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/30457/NjQwNzQ=/Hubungan-Pemakaian-Alat-Kontrasepsi-Dalam-Rahim-Dengan-Kejadian-Kehamilan-Ektopik-Rosalina-Pradana-Ayu-G0009193.pdf. Diunduh padatanggal 05 November 2018 pukul17.00 WIB

3. Chrisara.2017.Pengertian Umur.Di akses dari:https://id.m.wikipedia.org/wiki/Umur pada tanggal 29 November2018 pukul 11.32 WIB

4. Fitriany, dkk. 2015. Hubunganantara Usia, Paritas, danRiwayat Medik dengan KET. Diakses dari:http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/4649/05bab1_fitriany_10100111140_skr_2015.pdf Di unduh padatanggal 12 November 2018 pukul15.12 WIB

5. Fitrah, dkk.2017.MetodePenelitian.Sukabumi:CV Jejak.

6. Harini, Tri Wahyu.2017.BukuProfil Kesehatan Bogor. Diakses dari:http://dinkes.bogorkab.go.id/buku-profil/. Di unduh pada tanggal30 November 2018 pukul 12.23WIB

12

7. Hoelman, 2015. Angka KematianIbu di Jawa Tengah. Di aksesdari:http://repository.unimus.ac.id/1313/2/4.%20BAB%20I%20pendahuluan.pdf Diunduh pada tanggal03 Oktober 2018 pukul 11.38WIB

8. Kriswedhani, 2016. PenyebabKematian Ibu Terbanyak. Diakses dari:https://health.detik.com/ibu-hamil/d-2370701/waspada-pendarahan-saat-hamil-penyebab-kematian-ibu-terbanyak. Pada tanggal 11-12-2018 pukul 15.23 WIB

9. Kusmiati, Yuni dkk.2017.Perawatan Ibu Hamil.Yogyakarta: Fitramaya.

10. Leveno, Kenneth dkk. 2009.Obstetri William PanduanRingkas. Jakarta : EGC.

11. Molika, Ewa. 2015. 275 TanyaJawab Seputar Kehamilan &Melahirkan. Jakarta: VicostaPublishing.

12. Logor, Sri Cynthia Ddkk.2013.Tinjauan KasusKehamilan Ektopik di BLURSUP Prof Dr. R.D KandouManado. Di akses dari:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/1159/935. Di unduh pada tanggal 14Desember 2018 pukul 15.00WIB

13. Neolaka, Amos dkk. 2017.Landasan Pendidikan DasarPengenalan Diri Sendiri MenujuPerubahan Hidup. Depok :Kencana.

14. Norma, Nita dan Mustikadwi.2013.Asuhan KebidananPatologi.Yogyakarta:NuhaMedika.

Page 16: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

15. Notoatmodjo. 2015. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

16. Novia, 2014. Kehamilan EktopikTerganggu (KET). di akses dari:http://harian.analisadaily.com/mobile/kesehatan/news/kehamilan-ektopik/57577/2014/08/24Diunduh pada tanggal 15november 2018 pukul 20:15WIB

17. Prawirohardjo, Sarwono.2011.Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT.Bina Pustaka.

18. Prawirohardjo, Sarwono. 2014.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.

19. Prawirohardjo, Sarwono. 2016.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka.

20. Rasjidi, Imam. 2015.PanduanKehamilanMuslimah.Bandung:MizanDigital Publishing.

21. Sani, FathnurK.2016.Metodologi PenelitianFarmasi Komunitas danEksperimental.Yogyakarta :Deepublisher.

22. Sudoyo, Aru dkk. 2015. BukuAjar Ilmu PenyakitDalam.Jakarta:InternaPublishing.

23. Sukmara, Uus.2017.Buku ProfilKesehatan Jawa Barat. Di aksesdari:http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/arsip/categories/MTEz/profile-kesehatan di unduhpada tanggal 27 November 2018pukul 10.06 WIB

24. Swarjana, Ketut. 2015.Metodologi penelitian Kesehatan(Edisi Revisi). Yogyakarta :ANDI.

13

25. Triana, Ani. 2018. HubunganUmur dan Paritas Ibu Hamildengan Kejadian KET di RSUDArifin Achmad Pekan Baru. Diakses dari: https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/viewFile/3986/2696 diunduhpada tanggal 30 November 2018pukul 10.25 WIB

26. Walyani, Elisabeth Siwi,dkk.2015. Asuhan KebidananKegawatdaruratan Maternal danNeonatal.Yogyakarta: PustakaBaru Press.

Page 17: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

EFEKTIFITAS KONSUMSI WEDANG JAHE TERHADAPPENURUNAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALITANJUNG KOTACIREBON TAHUN 2018

Diyanah KumalasarySTIKes Muhammadiyah Cirebone-mail: [email protected]

ABSTRAK

Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa kehamilan salah satunya mualmuntah yang terjadi pada kehamilan trimester I (0-12 minggu ) disebut emesis gravidarum.Jahe merupakan salah satu terapi nonfarmakologi yang murah dan mudah ditemukan diberbagai tempat seperti di pasar, swalayan, dan kebun. Kandungan jahe adalah minyakatsiri yang mempunyai efek menyegarkan dan memblokir reflek muntah, gingerol yangberfungsi melancarkan sirkulasi darah dan membuat saraf-saraf bekerja baik, oleoresismenyebabkan rasa pedas yang menghangatkan tubuh dan mengeluarkan keringat.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental yang bersifat one gruppretest-postest untuk mengidentifikasi efektivitas mengonsumsi wedang jahe sebagaipenurun emesis gravidarum pada ibu hamil

Frekuensi emesis gravidarum pada kelompok eksperimen mengalami penurunan dan adaperbedaan setelah diberikan wedang jahe, sedangkan pada kelompok kontrol adapeningkatan frekuensi emesis gravidarum dan tidak ada perbedaan setelah diamati tanpadiberikan wedang jahe. Kesimpulannya Wedang jahe efektif menurunkan frekuensi emesisgravidarum pada ibu hamil trimester pertama.

Kata Kunci : Efektifitas, wedang jahe, emesis gravidarum, ibu hamil

14

Page 18: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

ABSTRACT

Some health problems that often occur during pregnancy, one of which is nausea andvomiting that occurs in the first trimester of pregnancy (0-12 weeks) is called emesisgravidarum. Ginger is a non-pharmacological therapy that is cheap and easily found invarious places such as markets, supermarkets, and gardens. Ginger is an essential oil thathas a refreshing effect and blocks the vomiting reflex, gingerol which functions to improveblood circulation and make the nerves work well, oleoresis causes a spicy feeling thatwarms the body and sweat.

This study uses an experimental research design that is one group pretest-posttest toidentify the effectiveness of consuming ginger wedang as a decrease in emesis gravidarumin pregnant women.

The frequency of emesis gravidarum in the experimental group decreased and there was adifference after being given ginger wedang, whereas in the control group there was anincrease in the frequency of emesis gravidarum and there was no difference after beingobserved without ginger. In conclusion Wedang ginger is effective in reducing thefrequency of emesis gravidarum in first trimester pregnant women.

Keywords: Effectiveness, ginger wedang, emesis gravidarum, pregnant women

15

Page 19: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

PENDAHULUAN

Kehamilan di Indonesia masih sangatmemprihatinkan dibandingkan kondisikesehatan di negara-negara Asia Tenggaralainnya. Pasalnya, negara yang merupakannegara berkembang ini kurang memilikiperhatian tentang cara menjagakesehatan, terutama pada kesehatanwanita di masa kehamilannya. SurveyDemografi Kesehatan Indonesia (SDKI)tahun 2017, Angka Kematian Ibu (AKI) diIndonesia mencapai 359 per 100.000kelahiran hidup. Menurut BadanKoordinasi Keluarga Berencana Nasional(BKKBN), angka kematian ibu hamil danmelahirkan di Indonesia merupakantertinggi se-Asia Tenggara, terutama diprovinsi Jawa Barat yang tercatatsebanyak 756 kasus kematian ibu. Dariangka tersebut, provinsi Jawa Baratmenyumbangkan 50% jumlah kematianibu.

Beberapa masalah kesehatan yang seringterjadi yaitu pada awal masa kehamilan.Salah satunya mual muntah yang terjadipada kehamilan trimester I (0 -12 minggu) disebut emesis gravidarum. Tetapi mualmuntah dapat terjadi pada bulanberikutnya. Gejala ini ditandai dengan rasamual muntah yang terjadi di pagi hari(morning sickness), bahkan dapat terjadisepanjang hari, disertai tubuh lemas,pucat, nafsu makan berkurang,dehidrasi, hingga depresi. Apabilamasalah tersebut tidak segara diatasi,maka keadaan emesis gravidarum akanmenjadi hebat dan frekuensinya semakinsering.

Pengaruh emesis gravidarum sangat besar.Emesis dalam keadaan normal tidakbanyak menimbulkan efek negatifterhadap kehamilan dan janin. Tetapi jikaberkelanjutan menyebabkan ibu hamilmengalami ketidaknyamanan dalamkegiatan sehari-hari dan menimbulkanmual muntah berat yang disebuthyperemesis gravidarum.

16

Emesis gravidarum dapat diatasi denganmemberikan terapi farmakologi ataunonfarmakologi. Terapi farmakologi biasadiberikan oleh tenaga kesehatan berupaobat antiemetik yang aman bagi ibu hamilseperti prometazine, klopromazine, danondansetrone. Akan tetapi obat tersebutmemiliki efek samping seperti sakitkepala, sedasi (mengantuk), konstipasi,dan sebagainya. Sedangkan terapinonfarmakologi yang diberikan kepadaibu hamil diantaranya akupuntur danakupresur, aromaterapi, hipnoterapi,masase, hingga herbalisme.

Jahe merupakan salah satu terapinonfarmakologi yang murah dan mudahditemukan di berbagai tempat seperti dipasar, swalayan, dan kebun. Kandunganjahe adalah minyak atsiri yangmempunyai efek menyegarkan danmemblokir reflek muntah, gingerol yangberfungsi melancarkan sirkulasi darah danmembuat saraf-saraf bekerja baik,oleoresis menyebabkan rasa pedas yangmenghangatkan tubuh dan mengeluarkankeringat.

Penelitian yang dilakukan oleh UmmiKhasanah dan Mahmudah yang dilakukanpada November tahun 2013 mengatakanbahwa frekuensi emesis gravidarum padakelompok eksperimen mengalamipenurunan dan ada perbedaan setelahdiberikan wedang jahe, sedangkankelompok kontrol ada peningkatan emesisgravidarum dan tidak ada perbedaansetelah diberikan air putih dan gula.Penelitian ini menguatkan bahwa wedangjahe mampu menurunkan frekuensi emesisgravidarum pada ibu hamil.

Page 20: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desainpenelitian eksperimental yang bersifatone grup pretest- postest untukmengidentifikasi efektivitasmengonsumsi wedang jahe sebagaipenurun emesis gravidarum pada ibuhamil. Dalam penelitian ini, penelitimenyediakan wedang jahe yang akandiproduksi sendiri. Instrumen penelitianmenggunakan panduan wawancaraberupa kuesioner, sebelum dan setelahdilakukan pengamatan dan perlakuan,responden akan mengisi kuesioner yangdiberikan peneliti terlebih dahulumelakukan pengamatan langsung danperlakuan (mengonsumsi wedang jahesebanyak 125 mg pada pukul 07.00 WIBdan pemberian kedua pada pukul 19.00WIB selama 4 hari) terhadap kelompokeksperimen (ibu hamil trimester I yangmengalamasi emesis gravidarum).Kemudian keesokan harinya, akandilakukan wawancara untuk mengetahuiinformasi frekuensi emesis gravidarumsetelah mengkonsumsi wedang jahe.

Teknik pengambilan sampel yangdigunakan adalah accidentalsampling. Diperoleh respondensebanyak 20 ibu hamil yang mengalamiemesis gravidarum. Sampel sebanyak 10ibu hamil yang mengalami emesisgravidarum untuk kelompok eksperimendan kelompok kontrol.Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitukonsumsi wedang jahe sebagai variabelindependen dan penurunan emesisgravidarum pada ibu hamil sebagaivariabel dependen. Wedang jahe dibuatdari jahe emprit yang dijadikan sediaanserbuk. Sebanyak 500 mg serbuk jaheemprit diseduh dengan air hangatsebanyak 125cc air hangat dan ditambahdengan gula aren sesuai selera sebagaipemanis minuman.

17

Pengukuran data dilakukandengan menggunakan instrumenkuesioner untukmengidentifikasi frekuensi emesisgravidarum yang dialami ibu hamil.Kuesioner diisi sebelum dilakukanperlakuan dan 4 hari setelah dilakukanperlakuan untuk mengevaluasi efekkonsumsi wedang jahe. Data yangdiperoleh dilakukan uji validasi danpengolahan data dengan menggunakan ujianalisis statistik.

Page 21: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

1. Ibu Hamil berdasarkan Paritas

Dalam penelitian ini penurunan emesis gravidarum pada ibu hamil merupakanvariabel terikat (variabel dependen). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Paritas

di Wilayah Kerja Puskesmas Kalitanjung

Tahun 2018

Paritas n %

Primigravida 5 50

Multigravida (2-5) 4 40

Grandemultigravida

(>5)1 10

Total 10 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh bahwa terdapat ibu hamil primigravida50%, ibu hamil multigravida 40%, dan ibu hamil grandemultigravida 10%.

2. Ibu Hamil Berdasarkan Beban Kerja

Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Beban Kerjadi Wilayah Kerja Puskesmas Kalitanjung

Tahun 2018

Beban Kerja n %

Bekerja 3 30

Tidak bekerja 7 70

Total 10 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh bahwa terdapat ibu hamil yang bekerja30%, ibu hamil yang tidak bekerja 70%.

18

Page 22: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

3. Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pendidikan Terakhirdi Wilayah Kerja Puskesmas Kalitanjung Tahun 2018

Pendidikan Terakhir N %

SD 2 20

SMP 2 20

SMA 5 50

Perguruan Tinggi 1 10

Total 10 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh bahwa terdapat ibu hamil denganpendidikan terakhir SD 20%, SMP 20%, SMA 50%, dan Perguruan tinggi 10%.

4. Ibu hamil berdasarkan Riwayat Emesis Gravidarum

Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Riwayat Emesis Gravidarumdi Wilayah Kerja Puskesmas Kalitanjung Tahun 2018

Riwayat emesis gravidarum N %

Mengalami emesis gravidarum 5 50

Tidak mengalami emesis gravidarum 5 50

Total 10 100

Berdasarkan tabel tersebut dapat diperoleh bahwa terdapat ibu hamil yangmengalami emesis gravidarum 50% dan yang tidak mengalami emesis gravidarum50%.

19

Page 23: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

B. Analisis Bivariat1. Perbedaan Frekuensi Emesis Gravidarum Sebelum dan Sesudah Konsumsi

Wedang Jahe pada Kelompok Eksperimen

Statistics

Sebelum Sesudah

N Valid 10 10

Missing 0 0

Mean 3,60 1,50

Std. Error of Mean ,306 ,269

Median 3,50 1,50

Mode 3 1a

Std. Deviation ,966 ,850

Variance ,933 ,722

Range 3 3

Minimum 2 0

Maximum 5 3

Sum 36 15

Percentiles 25 3,00 1,00

50 3,50 1,50

75 4,25 2,00

a. Multiple modes exist. The smallest value is shownRata-rata frekuensi emesis gravidarum pada ibu hamil sebelum konsumsi wedangjahe sebanyak 3,60 kali/hari dan menurun menjadi 1,50 setelah konsumsi wedang jahe.Frequency Table

Sebelum

F PercentValid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 2 1 10,0 10,0 10,0

3 4 40,0 40,0 50,0

4 3 30,0 30,0 80,0

5 2 20,0 20,0 100,0

Total 10 100,0 100,0

20

Page 24: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Sesudah

F PercentValid

Percent

Cumulative

Percent

Vali 0 1 10,0 10,0 10,0

d1 4 40,0 40,0 50,0

2 4 40,0 40,0 90,0

3 1 10,0 10,0 100,0

Tota l10 100,0 100,0

Diagram Distribusi Frekuensi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil KelompokEksperimen Sebelum Konsumsi Wedang Jahe

Diagram Distribusi Frekuensi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil KelompokEksperimen Sesudah Konsumsi Wedang Jahe

21

Page 25: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

2. Perbedaan Frekuensi Emesis Gravidarum Sebelum dan Sesudah DiobservasiTanpa Konsumsi Wedang Jahe pada Kelompok Kontrol

Statistics

Sebelum Sesudah

N Valid 10 10

Missing 0 0

Mean 4,30 4,80

Std. Error of Mean ,300 ,291

Median 4,00 4,50

Mode 4 4

Std. Deviation ,949 ,919

Variance ,900 ,844

Range 3 2

Minimum 3 4

Maximum 6 6

Sum 43 48

Percentiles 25 3,75 4,00

50 4,00 4,50

75 5,00 6,00

Rata-rata frekuensi emesis gravidarum sebelum diobservasi sebanyak 4,30 menjadi4,80 kali/hari pada kelompok kontrol.Frequency Table

Sebelum

Sesudah

F PercentValid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 4 5 50,0 50,0 50,0

5 2 20,0 20,0 70,0

22

F PercentValid

Percent

Cumulative

Percent

Valid 3 2 20,0 20,0 20,0

4 4 40,0 40,0 60,0

5 3 30,0 30,0 90,0

6 1 10,0 10,0 100,0

Total 10 100,0 100,0

Page 26: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Diagram Distribusi Frekuensi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil KelompokKontrol Sebelum Dilakukan Observasi

Diagram Distribusi Frekuensi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil KelompokKontrol Sesudah Dilakukan Observasi

23

Page 27: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Emesis GravidarumSebelum dan Sesudah KonsumsiWedang Jahe pada KelompokEksperimen

Setelah dilakukan eksperimen danpengolahan data, didapatkan rata-rata emesis gravidarum sebelumkonsumsi wedang jahe pada ibu hamilkelompok eksperimen sebanyak 3,60kali/hari menurun menjadi 1,50kali/hari. Dari data yang diperoleh darieksperimen yang telah dilakukan,diperoleh kesimpulan bahwa adaperbedaan yang signifikan frekuensiemesis gravidarum pada ibu hamilsebelum dan sesudah diberi wedangjahe pada kelompok eksperimendengan selisih rata-rata emesisgravidarum 2,10 kali/hari.

Hasil penelitian ini sesuai dengansalah satu teori Budhawar (2007),wedang jahe merupakan salah satualternatif penurun emesis gravidarumuntuk mengurangi perasaan cemas danketidaknyamanan selama kehamilan.Karena senyawa paling utama dan telahterbukti memiliki aktivitas antiemetik(antimuntah) yang manjur. Senyawaini menyebabkan perut berkontraksimaka otot-otot saluran pencernaan akanmengendor dan melemah sehingga rasamual banyak berkurang.

Menurut Sahelian (2007) dalamAmalia (2004), Jahe sekurangnyamengandung 19 komponen bioaktifyang berguna bagi tubuh. Komponenyang paling utama adalah gingerolyang bersifat antikoagulan, yaitumencegah penggumpalan darah.Diperkirakan juga dapat membantumenurunkan kadar kolesterol. Jahedapat menghambat pertumbuhanserotonin sebagai senyawa kimiapembawa pesan yang menyebabkanperut berkontraksi dan menimbulkanrasa mual.

24

Jahe sangat efektif pada penggunaanantimietik untuk mencegah emesisgravidarum pada kehamilan, keracunanmakanan, kemoterapi, pembedahanpada saluran reproduksi (ginekologi)dan pada keadaan morning sicknessyaitu serangan mual muntah padakehamilan karena perubahankeseimbangan.

Mayoritas masyarakat di wilayah kerjaPuskesmas Kalitanjung adalah bekerjasebagai ibu rumah tangga denganbeban kerja sedang serta sosialekonomi menengah kebawah, sehinggaketika menghadapi keluhan emesisgravidarum pada trimester pertamamembutuhkan alternatif penurunemesis gravidarum yang harganyamurah dan mudah dijangkau. Wedangjahe merupakan salah satu alternatifpenurun emesis gravidarum untukmengurangi perasaan cemas danketidaknyamanan selama kehamilan.Ibu hamil dapat melanjutkan aktifitassehari-hari dengan tenang dan nyamandan berkonsentrasi penuh menjagakehamilan hingga menuju persalinandengan ibu dan bayi yang sehat denganperasaan tenang tanpa dibebani apapunhingga didapatkan calon generasibangsa yang cerdas.

Page 28: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

B. Perbedaan Emesis GravidarumSebelum dan Sesudah KonsumsiWedang Jahe pada KelompokKontrol

Rata-rata emesis gravidarum sebelumdiobservasi tanpa menkonsumsiwedang jahe pada ibu hamil sebanyak4,30 kali/hari menjadi 4,80 kali/haridengan selisih 0,50. Hasil ujieksperimen ini menunjukkan bahwatidak ada perbedaan yang signifikanfrekuensi emesis gravidarum ibuhamil sebelum dan sesudahdiobservasi tanpa mengkonsumsiwedang jahe.

Emesis gravidarum dalam keadaannormal tidak banyak menimbulkanefek negatif terhadap kehamilan danjanin, hanya saja emesis gravidarumini apabila berlanjut dan berubahmenjadi hyperemesis gravidarumyang dapat meningkatkan risikoterjadinya gangguan kehamilan.Wanita hamil dengan gejala emesisgravidarum yang berlebih berpotensibesar mengalami dehidrasi(Wiknjosastro, 2009).

C. Perbedaan Efektivitas PenurunanFrekuensi Emesis Gravidarum padaKelompokEksperimen dan Kelompok Kontrol

Setelah membandingkan data yangdiperoleh dari kelompokeksperimen dan kelompok kontrol,terdapat selisih rata-rata sebelum dansesudah frekuensi emesis gravidarumkelompok eksperimen yaitu -2,10yang artinya ada penurunanfrekuensu emesis gravidarum,sedangkan pada kelompok kontrolsebesar 0,50 yang artinya tidak adapenurunan frekuensi emesisgravidarum.

25

Berdasarkan peneliti Smith (2004),seorang profesor obstetrics dangynecology Universitas AdelaideAustralia, mengatakan dari hasilpenelitiannya bahwa ada efekmenguntungkan dari minum wedangjahe bagi wanita karena jahe dapatmengurangi rasa mual dan muntah,bahwa jahe berkhasiat mengendurkandan melemahkan otot-otot pada saluranpencernaan sehingga mual muntahbanyak berkurang. Hasil penelitianSmith didukung dengan penelitianVutyavanich (2001) bahwa jahe efektifuntuk mengobati gangguan danpencegahan gejala mual muntah.Sebuah survey yang dilakukan olehPower et al (2001) di WashingtonDC dalam buku Tiran (2009)menemukan bahwa dokter obstetrilebih cenderung menyarankanwanita hamil untuk mencobamengkonsumsi jahe sebelummeresepkan obat antimietik.

Penelitian yang dilakukan olehUniversitas Chiang Mai diThailand juga membuktikankeefekttifan khasiat jahe pada ibuhamil dalam mengatasi mual muntah.Dalam penelitian ini melibatkan 32 ibuhamil yang mengalami mual muntahyang diberikan suplemen yangmengandung 1 gram ekstrak jahesetiap harinya, ternyata hasilnyasangat memuaskan dimana terjadipenurunan gejala mual muntah yangsignifikan pada ibu-ibu hamil tersebut(Booth, 2008).

Page 29: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Mual dan muntah selama kehamilanbiasanya disebabkan oleh perubahanhormon- hormon kehamilan, sepertihormon HCG (Hormon ChorionicGonadotropin) yang dihasilkan dalamaliran darah untuk menjaga persediaanestrogen dan progesteron (Tiran,2009). Hormon tersebut akanmencapai kadar tertinggi pada usiakehamilan 12-16minggu dan akan langsungmempengaruhi sistem pencernaanseperti menurunnya daya cerna danperistaltik usus disertai denganpeningkatan asam lambung danpenurunan selera makan(Wiknjosastro, 2009).

Khasiat jahe sebagai antimietikdaoat digunakan para ibu hamiluntuk mengurangimorning sickness. Riset menunjukkanbahwa jahe sangat efektifmenurunkan metoklopamid senyawapenginduksi mual dan muntah. Jaheputih/ jahe emprit mempunyaikandunhan minyak atsirinya lebihbesar dari pada jahe gajah, sehinggarasanya lebih pedas, disampingseratnya tinggi dan seringditemukan di pasaran, sehingga jahedijadikan sebagai obat alternatif untukmengatasi emesis gravidarum sebelummenggunakan obat antimietik.

Untuk menemukan jahe tidak sulitkarena tanaman ini sekarang banyakdigunakan di antaranya sebagaibumbu masak, penyedap dan pemberiaroma makanan dan minuman, sertabahan obat-obatan tradisional.Keistimewaan lain dari konsumsiwedang jahe untuk mengatasi emesisgravidarum yaitu harganya murahjuga mudah dijangkau, mudahdidapatkan di pasaran.

26

Kandungan wedang jahe aman dari bahanberbahaya karena dapat dibuat sendirisehingga ibu hamil tidak perlutakut dan khawatir akan efekmembahayakan kehamilan dan janinnya.

SIMPULAN

Berdasakan penelitian yang dilakukanterhadap 20 responden yang terdiri dari10 kelompok eksperimen dan 10kelompok kontrol tentang efektivitaskonsumsi wedang jahe terhadappenurunan emesis gravidarum pada ibuhamil di wilayah kerja PuskesmasKalitanjung Kota Cirebon tahun 2017.

Frekuensi emesis gravidarum padakelompok eksperimen mengalamipenurunan dan ada perbedaan setelahdiberikan wedang jahe, sedangkan padakelompok kontrol ada peningkatanfrekuensi emesis gravidarum dan tidak adaperbedaan setelah diamati tanpa diberikanwedang jahe. Kesimpulannya Wedangjahe efektif menurunkan frekuensi emesisgravidarum pada ibu hamil trimesterpertama.

Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan, perlu adanya peningkatanprogram kesehatan dalam bidangreproduksi khususnya kehamilan sertaupaya peningkatan pengetahuan bahwawedang jahe sebagai minuman penurunemesis gravidarum pada ibu hamil yaitumelalui KIE (Komunikasi, Informasi danEdukasi) yang berkesinambungan untukmeningkatkan pengetahuan tentang emesisgravidarum dan manfaat wedang jahedalam menurunkan emesis gravidarum.Melanjutkan penelitian ini dengan metodeyang lebih aplikatif maupun jenis sediaanjahe yang digunakan sehingga jahe dapatmenjadi altematif untuk mengurangigejala mual muntah dengan berbagai jenissediaan yang murah dan mudah dijangkau oleh masyarakat.

Page 30: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

DAFTAR RUJUKAN

Agoes, Azwar. 2012. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika.

BKKBN. 2013. Hasil SDKI Angka Kematian Ibu 2012.http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=900 (sitasi 20 november 2013).

Budhwaar, V. 2006. Khasiat Rahasia Jahe dan Kunyit. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Booth, T. 2008. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

Irianti, Bayu, dkk. 2015. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: CV. Sagung Seto

Jordan, Sue. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta : EGC.Manuaba, Ida, B., G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Kedokteran EGC.

Maulana, M. 2008. Penyakit Kehamilan dan Pengobatannya. Jogjakarta: Kata hati.

Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2.Yogyakarta: Nuha Medika.

Tiran, Denise. 2008. Mual & Muntah Kehamilan. Jakarta : EGC.

Ummi Hasanah Alyamaniyah dan Mahmudah. 2013. Efektivitas Pemberian Wedang Jahe(Zingiber Officinale Var. Rubrum) Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum PadaTrimester Pertama. Jurnal Biometrika dan Kependudukan, Vol. 3, No. 1 Juli 2014:81-87.

Wiknjosastro, H. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo.

27

Page 31: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIANKETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

DI RSUD. SAYANG CIANJUR TAHUN 2017.

Siti Rafika Putri

Dosen Tetap Akademi Kebidanan Al-Ikhlas Cisarua Bogor

Abstrak : Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tandapersalinan dan setelah ditunggu satu jam sebelum dimulainya tanda persalinan WorldHealth Organization (WHO) tahun 2015 tercatat sebanyak 303.000 perempuanmeninggal dunia saat melahirkan dan sebanyak 20% disebabkan oleh ketuban pecahdini. Angka kejadian ibu bersalin dengan KPD di RSUD Sayang Cianjur Tahun 2016sebanyak 1151 ibu bersalin dengan KPD dari 6814 ibu bersalin sedangkan pada tahun2017 adalah 1272 ibu bersalin dengan KPD dari 5887 ibu bersalin. Ketuban pecah diniadalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang dari3 cm dan multipara kurang dari 5 cm, indikasi ketuban pecah dini menurut faktor ibuyaitu usia, paritas, pendidikan, dan riwayat KPD, dan faktor janin ketegangan rahim,hidramnion, kehamilan kembar, kelainan letak. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui adanya hubungan antara ketuban pecah dini dengan usia, paritas,pendidikan, dan riwayat KPD. Penelitian dilakukan di RSUD Sayang Cianjur denganwaktu penelitian dilaksanakan pada bulan November – Desember 2018 dengan jumlahpopulasi 5887 orang dengan teknik systematic random sampling, maka dapatdisimpulkan bahwa sampel pada penelitian ini sebanyak 374 orang. Hasil uji statistikdiperoleh bahwa ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan usia dengan nilai Pvalue = 0,008 nilai OR sebesar 0,556. Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubunganantara ketuban pecah dini dengan paritas dengan nilai P value = 0,000 nilai OR sebesar3,336. Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan antara ketuban pecah dinidengan pendidikan dengan nilai P value = 0,001 nilai OR sebesar 2,431. Hasil ujistatistik diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan riwayatKPD dengan nilai P value = 0,949 nilai OR sebesar 2,431. Disarankan untuk tenagakesehatan lebih meningkatkan usaha preventif agar ibu hamil mendapatkan informasiyang jelas tentang ketuban pecah dini dan mengantisipasi masalah yang dapat timbulpada persalinan. Kata kunci : Ketuban Pecah Dini, ibu bersalin

28

Page 32: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Pendahuluan

Ketuban pecah dini (KPD) merupakanmasalah penting dalam obstetrikberkaitan dengan penyulit kelahiranprematur dan komplikasi infeksikorioamnionitis hingga sepsis yangmeningkatkan morbiditas danmortalitas perinatal dan menyebabkaninfeksi ibu. Penanganan KPDmemerlukan pertimbangan usiagestasi, adanya infeksi padakomplikasi ibu dan janin, dan adanyatanda – tanda persalinan (Sunarti,2017).

Menurut World Health Organization(WHO), AKI sangat tinggi. Pada tahun2015 sekitar 830/100.000 KH wanitameninggal karena komplikasikehamilan atau persalinan di seluruhdunia setiap hari. Diperkirakan selamasatu tahun, sekitar 303.000 wanitameninggal selama dan setelahkehamilan dan persalinan (Alkema,2016). Sebagian besar AngkaKematian Ibu disebabkan olehperdarahan 28%, ketuban pecah dini20%, eklamsia 12%, abortus 13%,partus 18% (Aisyah, 2012).

Di Assosiation Of South East AsianNations (ASEAN) KPD masihtergolong tinggi AKI akibat KPDyang tidak nyaman diperkirakan170.000 dan 1,3 juta/tahun sebanyak98% dari seluruh persalinan normalKPD di asia tenggara dan salah satupenyumbang terbanyak yaituIndonesia (Ipink, 2013).

Berdasarkan data KementrianKesehatan (Kemenkes RI), pada tahun2015 di Indonesia tercatat ada 305 ibumeninggal per 100 ribu orang.Menurut Direktur Jenderal KesehatanKeluarga Kemenkes RI, tingginyaangka kematian pada ibu dipengaruhistatus kesehatan dan gizi yang rendah(Humaniora, 2016).

29

Kejadian KPD di Indonesia berkisarantara 4,5% sampai 7,6% dari seluruhkehamilan. Angka tersebut merupakanpermasalahan yang masih belumterselesaikan terutama di Negaraberkembang. Angka kejadian KPDberkisar antara 3-18% yang terjadipada kehamilan preterm, sedangkanpada kehamilan aterm sekitar 8-10%,wanita hamil datang dengan keadaanKPD, dimana 30-40% merupakankehamilan preterm di Rumah SakitUmum Daerah yang merupakantempat rujukan di Indonesia (Fujiyarti,2016). Adapun faktor penyebablangsung kematian ibu adalahperdarahan 40-60 %, preeklamsi 20-30 %, infeksi 20-30 % dan kejadianketuban pecah dini yang tidak segeramendapatkan penanganan. KPDtermasuk komplikasi kebidananselama kehamilan, komplikasikebidanan bisa menyebabkankematian ibu maupun janin (Khadijah,2016).

Menurut laporan rutin ProfilKesehatan Jawa Barat tahun 2016tercatat jumlah AKI yang terlaporkansebanyak 799 orang (84,78/ 100.000KH), dengan proporsi kematian padaibu hamil 227 orang (20,09/ 100.000),pada ibu bersalin 202 orang (21,43/100.000 KH), dan pada ibu nifas 380orang (40,32/ 100.000 KH). (DinkesJabar, 2016). Penyebab langsungkematian ibu yaitu karena perdarahan(31,7%) hipertensi (29,3%), infeksi(5,6%), partus lama (0,64%), abortus(0,12%), lain – lain (32,5%) dan salahsatu penyebab infeksi yaitu ketubanpecah dini (Marina, 2015).

Page 33: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

AKI saat melahirkan dan pascamelahirkan di Cianjur masih tinggi.Periode yang sama dengan tahunsebelumnya, setidaknya ditemukan 30ibu meninggal dunia saat melahirkan.Tingginya AKI dipicu oleh tingginyaangka pernikahan dini serta akibat 3terlambat dan 4 terlalu saatmelahirkan yaitu, Terlalu muda yaituusia dibawah 20 tahun, Terlalu tuayaitu usia diatas 35 tahun, Terlalusering di mana perbedaan usia anakdekat, dan Terlalu banyak yaitumempunyai lebih dari 4 anak (Tika,2016).

KPD merupakan masalah pentingdalam obstetric berkaitan denganpenyulit kelahiran premature danterjadinya infeksi khorioamnionitissampai sepsis, yang meningkatkanmorbiditas dan mortalitas sertamenyebabkan infeksi ibu, dimanaselaput ketuban yang menjadipenghalang masuknya kumanpenyebab infeksi sudah tidak adasehingga dapat membahayakan bagiibu dan janinnya. Ketuban pecah dinidisebabkan oleh karena berkurangnyakekuatan membrane ataumeningkatnya tekanan intrauterineatau oleh kedua faktor tersebut.Berkurangnya kekuatan membrandisebabkan oleh adanya infeksi yangdapat berasal dari vagina dan servik.Ketuban Pecah Dini selainmenyebabkan infeksi yang dapatmeninggikan angka kematian ibu dananak, juga bisa menyebabkan partuslama (Wiraningrum, 2015).

Upaya yang dapat dilakukan untukmencegah terjadinya KPD yaitudengan cara memberikan pendidikankesehatan pada ibu hamil tentangkehamilan, persalinan dan jugamenganjurkan agar ibu hamil secararutin melakukan ANC (Ante NatalCare) ke tempat pelayanan kesehatanselama kehamilan berlangsung,

30

disamping itu ibu perlu berhati – hatidalam beraktifitas sehari – harisehingga persalinannya nanti bisaberjalan lancar dan tidak terjadisesuatu hal yang tidak diinginkan.Sebagai petugas kesehatan harusmengupayakan agar tidak terjadiinfeksi yang membahayakan. Dalampenanganan KPD memerlukanpertimbangan usia gestasi, adanyainfeksi dan komplikasi pada ibu danjanin atau tanda – tanda persalinan(Malihah, 2018).

Berdasarkan data yang diperoleh diRSUD Sayang Cianjur pada tahun2016 terdapat 1151 orang (16,89%)ibu bersalin dengan kejadian ketubanpecah dini dari jumlah persalinansebanyak 6814 orang. Sementara itupada tahun 2017 terdapat 1272 orang(21,60%) ibu bersalin dengan kejadianketuban pecah dini dari jumlahpersalinan sebanyak 5887 orang. Daridata tersebut dapat disimpulkanbahwa kejadian ketuban pecah dini diRSUD Sayang Cianjur tahun 2016-2017 meningkat sebesar (4,71%).

Berdasarkan latar belakang diatasdapat diketahui bahwa masihtingginya angka kejadian KPD diRSUD Sayang Cianjur tahun 2017,oleh karena itu penulis tertarikmenulis Karya Tulis Ilmiah yangberjudul “Faktor – Faktor yangBerhubungan dengan KejadianKetuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalindi RSUD Sayang Cianjur Tahun2017”.

Page 34: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Metode

Jenis penelitian yang digunakanadalah penelitian analitik deskriptifyang bertujuan untuk menjelaskanatau mendeskripsikan karakteristiksetiap variabel penelitian. Metodepenelitian dengan pendekatan CrossSectional. Penelitian ini dilaksanakandi RSUD Sayang Cianjur padaSeptember - Desember 2018. populasidalam penelitian ini adalahkeseluruhan ibu bersalin di RSUDSayang Cianjur Tahun 2017 sebanyak5887 orang. Sampel dari penelitian iniadalah sebagian ibu bersalin di RSUDSayang Cianjur tahun 2017. Teknikpengambilan sampel dalam penelitianini adalah menggunakan teknikrandom sampling dengan carapengumpulan sampel dengan acaknomor. Pada pengumpulan datapenelitian menggunakan datasekunder yaitu pengumpulan datayang diperoleh dari rekam medic.Instrumen pengumpulan data yangdigunakan penulis dalam penelitian iniadalah daftar checklist dari rekammedik rawat inap dan buku register diRSUD Sayang Cianjur tahun 2017.Analisa data yang dilakukan dalamdua tahap yakni : Analisa Univariatdan Bivariat. Teknik pengolahan datapenelitian ini adalah dengan caramenggunakan SPSS 16.0.

Hasil

Berdasarkan hasil penelitian bahwadistribusi frekuensi Ibu Bersalin diRSUD Sayang Cianjur tahun 2017tertinggi terdapat pada ibu Bersalinyang tidak mengalami ketuban pecahdini sebanyak 231 orang (62%) danterendah terdapat pada ibu bersalin

yang mengalami ketuban pecah dinisebanyak 143 orang (38%).

Distribusi frekuensi faktor – faktoryang mempengaruhi KejadianKetuban Pecah Dini Berdasarkan UsiaIbu di RSUD Sayang Cianjur tahun2017 menunjukkan tingkat usia ibutertinggi terdapat pada usia ibu <20tahun atau >35 tahun sebanyak 201orang (54%) dan terendah terdapatpada usia ibu 20-35 tahun sebanyak173 orang (46%).

Distribusi frekuensi faktor – faktoryang mempengaruhi KejadianKetuban Pecah Dini BerdasarkanParitas di RSUD Sayang Cianjurtahun 2017 menunjukkan paritas ibutertinggi terdapat pada Multipara atauGrande Multipara sebanyak 219 orang(59%) dan terendah terdapat padaprimipara sebanyak 155 orang (41%).

Distribusi frekuensi faktor – faktoryang mempengaruhi KejadianKetuban Pecah Dini BerdasarkanPaendidikan di RSUD Sayang Cianjurtahun 2017 menunjukkan pendidikanibu tertinggi terdapat pada tingkatpendidikan rendah sebanyak 274orang (73%) dan terendah terdapatpada pendidikan tinggi sebanyak 100orang (27%).

Distribusi frekuensi faktor – faktoryang mempengaruhi KejadianKetuban Pecah Dini BerdasarkanRiwayat Persalinan di RSUD SayangCianjur tahun 2017 menunjukkanterdapat pada ibu yang memilikiriwayat ketuban pecah dini yaitusebanyak 100 orang (27%) dan yangtidak memiliki riwayat ketuban pecahdini terdapat sebanyak 274 orang(73%).

31

Page 35: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Adapun hasil penelitian bivariate dari penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Usia Ibu

Tabel 1Faktor- Faktor yang Berhubungan

Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu BersalinBerdasarkan Usia Ibu Di RSUD Sayang Cianjur Tahun 2017

Umur Ibu

Ketuban Pecah DiniTotal

OR(95% CI)

PValueTidak dengan

KPDYa dengan KPD

F % F % N % %

0,008

Tidak Beresiko (20-35 tahun)

94 54,3% 79 45,7% 173 1000,556(0,36-0,84)

Beresiko (<20tahun >35 tahun)

137 68,2% 64 31,8% 201 100

Jumlah 231 61,8% 143 38,2% 374 100

Berdasarkan tabel 1 hasil analisishubungan antara ketuban pecahdini dengan usia ibu didapatkanbahwa dari 173 orang ibu bersalindengan usia tidak beresiko (20-35tahun) terdapat 94 orang (54,3%)yang tidak dengan KPD, danterdapat 79 orang (45,7%) ibubersalin yang mengalami kejadianKPD. Sedangkan dari 201 orangibu bersalin dengan usia beresiko(<20 atau >35 tahun) terdapat 137orang (68,2%) yang tidak denganKPD, dan terdapat 64 orang(31,8%) ibu bersalin yangmengalami kejadian KPD.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,008 diketahui bahwa Pvalue < maka ada hubunganantara ketuban pecah dini denganusia ibu.

Dari hasil penelitian di dapatkannilai Odds Ratio (OR) sebesar0,556 artinya responden yang usiaberesiko mempunyai peluang untukmengalami ketuban pecah dini0,556 kali lebih besar,dibandingkan dengan respondenyang usia tidak beresiko.

32

Page 36: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

2. Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Paritas

Tabel 2Distribusi Frekuensi

Faktor- Faktor yang Berhubungan DenganKejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin

Berdasarkan Paritas Di RSUD Sayang Cianjur Tahun 2017

Paritas

Ketuban Pecah DiniTotal

OR(95% CI)

PValueTidak dengan

KPDYa dengan KPD

F % F % N % %

0,000

Primipara 120 77,4% 35 22,6% 155 1003,336

(2,1-5,2)Multipara dan

Grande Multipara111 50,7% 108 49,3% 219 100

Jumlah 231 61,8% 143 38,2% 374 100

Berdasarkan tabel 2 hasil analisishubungan antara ketuban pecahdini dengan paritas didapatkanbahwa dari 155 orang ibu bersalindengan paritas primipara terdapat120 orang (77,4%) yang tidakdengan KPD, dan terdapat 35orang (22,6%) ibu bersalin yangmengalami kejadian KPD.Sedangkan dari 219 orang ibubersalin dengan paritasMultipara/GrandeMultiparaterdapat 111 orang (50,7%) yangtidak dengan KPD, dan terdapat108 orang (49,3%) ibu bersalinyang mengalami kejadian KPD.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,000 diketahui bahwa Pvalue < maka ada hubunganantara ketuban pecah dini denganParitas.

Dari hasil penelitian di dapatkannilai Odds Ratio (OR) sebesar3,336 artinya responden yangmultipara mempunyai peluanguntuk mengalami ketuban pecahdini 3,336 kali lebih besar,dibandingkan dengan respondenyang primipara.

33

Page 37: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

3. Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Pendidikan

Tabel 3Distribusi Frekuensi

Faktor- Faktor yang Berhubungan DenganKejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin

Berdasarkan Pendidikan Di RSUD Sayang Cianjur Tahun 2017

Pendidikan

Ketuban Pecah DiniTotal

OR(95% CI)

PValueTidak dengan

KPDYa dengan KPD

F % F % N % %

0,001

PendidikanTinggi

(PerguruanTinggi)

76 76,0% 24 24,0% 100 100

2,431

(1,44-4,07)

PendidikanRendah (SD-SMP-SMA)

155 56,6% 119 43,4% 274 100

Jumlah 231 61,8% 143 38,2% 374 100

Berdasarkan tabel 3 hasil analisishubungan antara ketuban pecahdini dengan pendidikan didapatkanbahwa dari 100 orang ibu bersalindengan pendidikan tinggi terdapat76 orang (76,0%) yang tidakdengan KPD, dan terdapat 24orang (24,0%) ibu bersalin yangmengalami kejadian KPD.Sedangkan dari 274 orang ibubersalin dengan pendidikan rendahterdapat 155 orang (56,6%) yangtidak dengan KPD, dan terdapat119 orang (43,4%) ibu bersalinyang mengalami kejadian KPD.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,001 diketahui bahwa Pvalue < maka ada hubunganantara ketuban pecah dini denganPendidikan.

Dari hasil penelitian di dapatkannilai Odds Ratio (OR) sebesar2,431 artinya responden yangmultipara mempunyai peluanguntuk mengalami ketuban pecahdini 2,431 kali lebih besar,dibandingkan dengan respondenyang primipara.

34

Page 38: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

4. Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan Riwayat Ketuban Pecah Dini

Tabel 4Distribusi Frekuensi

Faktor- Faktor yang Berhubungan DenganKejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin

Berdasarkan Riwayat KPD Di RSUD Sayang Cianjur Tahun 2017

RiwayatKetuban

Pecah Dini

Ketuban Pecah DiniTotal

PValueTidak dengan

KPDYa dengan KPD

F % F % N %

0,949

Tidak Ada 170 62,0% 104 38,0% 274 100

Ada 61 61,0% 39 39,0% 100 100

Jumlah 231 61,8% 143 38,2% 374 100

Berdasarkan tabel 4 hasil analisishubungan antara ketuban pecahdini dengan riwayat KPDdidapatkan bahwa dari 274 orangibu bersalin dengan Tidak Adariwayat KPD terdapat 170 orang(62,0%) yang tidak dengan KPD,dan terdapat 104 orang (38,0%) ibubersalin yang mengalami kejadianKPD. Sedangkan dari 100 orangibu bersalin dengan Ada riwayatKPD terdapat 61 orang (61,0%)

yang tidak dengan KPD, danterdapat 39 orang (39,0%) ibubersalin yang mengalami kejadianKPD.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,949 diketahui bahwa Pvalue > maka tidak ada hubunganantara ketuban pecah dini denganRiwayat Ketuban Pecah Dini.

35

Page 39: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian iniangka kejadian ibu bersalin denganKetuban Pecah Dini di RSUDSayang Cianjur tahun 2017sebanyak 143 orang (38%),sedangkan ibu bersalin dengantidak mengalami Ketuban PecahDini sebanyak 231 orang (62%).

Menurut teori Manuaba (2010)Ketuban Pecah Dini merupakanpenyebab terbesar persalinanpremature dengan akibatnya.Ketuban Pecah Dini ini adalahpecahnya ketuban sebelum terdapattanda persalinan dan setelahditunggu satu jam belumdimulainya tanda persalinan. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwaketuban pecah dini adalahpenyebab ibu bersalin denganketuban pecah dini disebabkan olehbeberapa faktor yangmempengaruhinya. Untuk menekankejadian ketuban pecah dini adalahdengan melakukan preventif saatkehamilan agar tidak terjadiketuban pecah dini.

Berdasarkan hasil penelitian yangdilakukan Unayah, (2010) tentangibu bersalin yang mengalamiketuban pecah dini yaitu sebanyak60 orang (51,7%), pada ibubersalin yang tidak mengalamiketuban pecah dini sebanyak 45orang (38,8%).

Dari hasil penelitian diatas,didapatkan kesenjangan karenajumlah ibu bersalin yangmengalami ketuban pecah dinilebih rendah dibandingkan ibubersalin yang tidak mengalamiKPD.

36

Hasil analisis hubungan antaraketuban pecah dini dengan usia ibudidapatkan bahwa dari 173 orangibu bersalin dengan usia tidakberesiko (20-35 tahun) terdapat 94orang (54,3%) yang tidak denganKPD, dan terdapat 79 orang(45,7%) ibu bersalin yangmengalami kejadian KPD.Sedangkan dari 201 orang ibubersalin dengan usia beresiko (<20atau >35 tahun) terdapat 137 orang(68,2%) yang tidak dengan KPD,dan terdapat 64 orang (31,8%) ibubersalin yang mengalami kejadianKPD.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,008 diketahui bahwa Pvalue < maka ada hubunganantara ketuban pecah dini denganusia ibu.

Berdasarkan hasi penelitianManggiasih, (2014) Usia Ibubersalin mempengaruhi dengankejadian ketuban pecah dinidengan nilai signifikan 0,021(<0,005). Variabel usia di lihat darinilainya 34,7% dengan kejadianketuban pecah dini. Jadikesimpulannya adalah adahubungan signifikan antara usiadengan ketuban pecah dini berartiterlalu muda atau semakin tua ibumaka akan beresiko terjadi ketubanpecah dini pada ibu bersalin.

Page 40: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Berdasarkan teori Monita, (2016)yang pada dasarnya usia dapat dipengaruhi proses persalinansehingga dapat dikatakan bahwapada usia muda dan tua tidakdianjurkan melahirkan denganalasan menghindari terjadinyakomplikasi. Kehamilan pada usiamuda merupakan faktor resikodisebabkan belum matangnyaorgan reproduksi secarakeseluruhan sedangkan pada umurdiatas 35 tahun endometriumkurang subur dan memperbesarkemungkinan terjadinya kelainandan akan berakibat buruk bagiperkembangan dan pertumbuhanjanin.

Berdasarkan teori Setyaningrum,(2017) usia ibu yang <20 tahuntermasuk usia yang terlalu mudadengan keadaan uterus yangkurang matur untuk melahirkansehingga rentan mengalamiketuban pecah dini. Sedangkan ibudengan usia >35 tahun tergolongusia terlalu tua untuk melahirkankhususnya pada ibu primi (tua) danberesiko tinggi mengalami ketubanpecah dini.

Dari hasil penelitian diatas,didapatkan kesesuaian karenajumlah ibu bersalin yangmengalami KPD lebih tinggidengan usia beresiko (<20 tahunatau >35 tahun).

37

Hasil analisis hubungan antaraketuban pecah dini dengan paritasdidapatkan bahwa dari 155 orangibu bersalin dengan paritasprimipara terdapat 120 orang(77,4%) yang tidak dengan KPD,dan terdapat 35 orang (22,6%) ibubersalin yang mengalami kejadianKPD. Sedangkan dari 219 orangibu bersalin dengan paritasMultipara/Grande Multiparaterdapat 111 orang (50,7%) yangtidak dengan KPD, dan terdapat108 orang (49,3%) ibu bersalinyang mengalami kejadian KPD.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,000 diketahui bahwa Pvalue < maka ada hubunganantara ketuban pecah dini denganParitas.

Berdasarkan hasil penelitian yangdilakukan Ningsih, (2017) diRSUD Dr.H.Soewondo kabupatenKendal bulan januari-desember2016 analisa hubungan antaraparitas dengan kejadian ketubanpecah dini (KPD) pada ibubersalin, dari hasil uji chi squarehasil penelitian didapatkan ibubersalin paritas yang mengalamiketuban pecah dini sebanyak 280(15,9%) lebih sedikit dibandingkandengan ibu yang tidak mengalamiketuban pecah dini sebanyak 1484(84,1%)

Page 41: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Hasil analisis menunjukkan adanyahubungan paritas dengan ketubanpecah dini pada ibu bersalin diRSUD Dr.H.Soewondo kabupatenKendal karena hasil uji chi squaredidapatkan nilai p value = 0,000< = 0,05 yang berarti bahwaterdapat hubungan antara paritasibu bersalin dengan kejadianketuban pecah dini. Berdasarkanhasil penelitian dari 1764 ibubersalin.

Berdasarkan hasil penelitianPurwanti (2014) jumlah kehamilanibu yang beresiko adalah paritas 1dan lebih dari 4. Paritas 2-3 adalahmerupakan paritas yang palingaman ditinjau dari sudut kematianmaternal. Paritas 1 dan paritastinggi (>4) mempunyai angkakematian maternal lebih tinggi,karena pada anak pertama adanyakekuatan dari otot atau serviksyang kaku memberikan tahananyang jauh lebih besar dan dapatmemperpanjang persalinan. Untukibu bersalin multipara yangmengalami KPD yaitu 17responden (16,9%).

Berdasarkan teori yangdiungkapkan oleh Tahir, (2012) ibuyang telah melahirkan beberapakali lebih beresiko mengalamiKPD oleh karena vaskularisasipada uterus mengalami gangguanyang mengakibatkan jaringan ikatselaput ketuban mudah rapuh danakhirnya pecah spontan.

Dari hasil penelitian diatas,didapatkan kesesuaian karenajumlah ibu bersalin dengan paritasprimipara lebih beresikomengalami KPD.

38

Hasil analisis hubungan antaraketuban pecah dini denganpendidikan didapatkan bahwa dari100 orang ibu bersalin denganpendidikan tinggi terdapat 76 orang(76,0%) yang tidak dengan KPD,dan terdapat 24 orang (24,0%) ibubersalin yang mengalami kejadianKPD. Sedangkan dari 274 orangibu bersalin dengan pendidikanrendah terdapat 155 orang (56,6%)yang tidak dengan KPD, danterdapat 119 orang (43,4%) ibubersalin yang mengalami kejadianKPD.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,001 diketahui bahwa Pvalue < maka ada hubunganantara ketuban pecah dini denganPendidikan.

Berdasarkan hasil penelitianSudarto, (2016) penelitian yangdilakukan di RSUD Pontianaktahun 2015 analisa hubunganantara pendidikan dengan kejadianketuban pecah dini (KPD) pada ibubersalin dari hasil uji chi squarehasil penelitian didapatkan ibubersalin pendidikan rendah yangmengalami ketuban pecah dinisebanyak 110,3 (82,4%) lebihbanyak dibandingkan dengan ibupendidikan tinggi yang mengalamiketuban pecah dini sebanyak 9,7(54,9%) hasil analisismenunjukkan adanya hubunganpendidikan dengan ketuban pecahdini pada ibu bersalin di RSUDPontianak tahun 2015 karena hasiluji chi square didapatkan nilai pvalue = 0,03 < =0,05 yang berartibahwa terdapat hubungan antarapendidikan ibu bersalin dengankejadian ketuban pecah dini.Berdasarkan hasil penelitian dari1311 ibu bersalin.

Page 42: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Berdasarkan teori Lee (2008)dalam penelitian Jumirah, (2015),bahwa pendidikan seseorang akanmempengaruhi status ekonomi,dimana tingkat pendidikanberbanding lurus dengan tingkatekonomi seorang ibu yangmengakibatkan seorang ibu tidakbekerja. Ibu tidak bekerja berartiseluruh bebas ekonomi keluargaberada pada suami sehingga padaumumnya ibu kurang secaraekonomi. Hal demikian dapatmenjadikan ibu kurang dalammelakukan Antenatal care karenaketerbatasan biaya, sehinggadeteksi dan penanganan secara dinipada ibu ketika terjadi komplikasikehamilan tidak dapat dilakukan.Ibu yang kurang dalam melakukanantenatal care juga menyebabkanibu kurang memperoleh informasitentang cara menjaga kesehatankehamilan dan persalinan sehinggaberesiko mengalami ketuban pecahdini.

Dari hasil penelitian diatas,didapatkan kesesuaian karenajumlah ibu bersalin yangmengalami KPD lebih tinggiterjadi pada ibu bersalin denganpendidikan rendah.Hasil analisis hubungan antaraketuban pecah dini dengan riwayatKPD didapatkan bahwa dari 274orang ibu bersalin dengan TidakAda riwayat KPD terdapat 170orang (62,0%) yang tidak denganKPD, dan terdapat 104 orang(38,0%) ibu bersalin yangmengalami kejadian KPD.Sedangkan dari 100 orang ibubersalin dengan Ada riwayat KPDterdapat 61 orang (61,0%) yangtidak dengan KPD, dan terdapat 39orang (39,0%) ibu bersalin yangmengalami kejadian KPD.

39

Hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue = 0,949 diketahui bahwa Pvalue > maka tidak ada hubunganantara ketuban pecah dini denganRiwayat Ketuban Pecah Dini.

Berdsarakan hasil penelitianNingsih (2017) faktor yangmempengaruhi angka kejadianKPD adalah Riwayat KPD,pengalaman yang pernah dialamioleh ibu bersalin dengan kejadianKPD dapat berpengaruh besar padaibu jika menghadapi kondisikehamilan. Riwayat KPDsebelumnya beresiko 2-4 kalimengalami KPD kembali.Pathogenesis terjadinya KPDsecara singkat ialah akibatpenurunan kandungan kolagendalam membran sehingga memicuterjadinya KPD. Wanita yangpernah mengalami KPD padakehamilan atau menjelangpersalinan maka pada kehamilanberikutnya akan lebih beresiko daripada wanita yang tidak pernahmengalami KPD sebelumnyakarena komposisinya membranyang menjadi rapuh dan kandungankolagen yang semakin menurunpada kehamilan berikutnya.

Menurut Tahir (2012) mengatakanbahwa ibu yang mengalamiketuban pecah dini pada kehamilanini ternyata pernah mengalaminyapada waktu kehamilan sebelumnya.Pada kehamilan sebelumnya jugamengalami terjadinya pengeluaranair seperti ini tanpa disertai rasasakit pada perut dan pelepasanlendir dan darah sehingga merekadiharuskan istirahat danmemerlukan perawatan lebih lanjut

Page 43: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Dari hasil penelitian diatas,didapatkan kesenjangan karenajumlah ibu bersalin yang memilikiriwayat KPD lebih tinggi denganyang memiliki riwayat KPDsebelumnya.

Kesimpulan dan saran

Kesimpulan dalam penelitian ini adalahada hubungan antara usia Ibu hamil,pendidikan, paritas dengan kejadianketuban pecah dini, Dan tidak adahubungan antara riwayat ketuban pecahdini dengan kejadian ketuban pecah dini.Diharapkan penelitian ini dapatmeningkatkan mutu pelayanan dalammemberikan pendidikan kesehatan danpelayanan serta informasi yang jelas dalammemberikan asuhan pada ibu hamil untukmengurangi resiko kejadian ketuban pecahdini.

40

Page 44: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Daftar Pustaka

1. Aisyah, Siti. 2012. PerbedaanKetuban Pecah Dini.http://journal.unisla.ac.id/pdf/19412012/1.%20perbedaan%20kejadian%20ketuban%20pecah.pdf . diakses padatanggal 05 Oktober 2018 pukul08.48 WIB

2. Aprilian. 2016. Meski Menurunangka kematian bayi diIndonesia masih tinggihttps://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/11/25/meski-menurun-angka-kematian-bayi-di-indonesia-masih-tinggi diakses pada tanggal28 mei 2018 pukul 13.00 WIB

3. Alkema.2016. MaternalMortality.http://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/maternal-mortality diakses pada tanggal 28September 2018 pukul 14.00WIB

4. Dinkes Jabar. 2016. AKI danAKB di Jawa Barat

5. http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/arsip/categories/MTEz/profile-kesehatan diunduh tanggal 02Oktober 2018.

6. Dwi, Mustika. 2013. AsuhanKebidanan Patologi.Yogyakarta : Nuha Medika

7. Elmy, Zainul. 2018. DerajatKesehatan Masyarakat.Diunduh darihttps://dinkes.hulusungaiselatankab.go.id/2018/04/16/derajat-kersehatan-masyarakat/. Diakses pada tanggal26 September 2018 pukul 10.40WIB

8. Firdausya, Rofi’ah. 2015.Hubungan Ketuban Pecah Dini.http://digilib.unisayogya.ac.id/742/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.Diakses pada tanggal 03Oktober 2018 pukul 14.45 WIB

41

9. Fujiyarti, F. 2016. HubunganKetuban Pecah Dini.http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/3021/05bab1_Fujiyarti_10100111111_skr_2016.pdf?sequence=5&isAllowed=y . Diakes padatanggal 29 September 2018pukul 10.50 WIB

10. Humaniora.2016. AngkaKematian Ibu Masih Tinggi.http://www.mediaindonesia.com/read/detail/83701-angka-kematian-ibu-masih-tinggi-1 diakses padatanggal 24 September 2018pukul 09.00 WIB

11. Ipink. 2013. Hubungan ParitasIbu dengan Ketuban PecahDini. Diakses padahttp://harsonite.com tanggal 25September 2018 pukul 10.30WIB

12. Jumirah, J. 2015. HubunganPersalinan Ketuban Pecah DiniDengan Kejadian AsfiksiaNeonatorum.http://opac.unisayogya.ac.id Diaksespada tanggal 07 Desember 2018pukul 07.14 WIB

13. KBBI. Pekerjaan.https://jagokata.com/arti-kata/pekerjaan.html . diakses padatanggal 05 Oktober 2018 pukul10.08 WIB

14. Khadijah, Siti. 2016. FaktorKetuban Pecah Dini.http://ojs.dinamikakesehatan.stikessarimulia.ac.id/index.php/dksm/article/view/55 diakses pada tanggal 02Oktober 2018 pukul 19.35 WIB

Page 45: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

15. Lapau, Buchari. 2015. KerangkaTeori.https://books.google.co.id/books?id=zXMbDAAAQBAJ&pg=PA32&dq=kerangka+teori+menurut+lapau&hl.Diakses pada tanggal 04Oktober pukul 20.11 WIB

16. Maryunani, Anik. 2013. AsuhanKegawatdaruratan Maternal &Neonatal. Jakarta: Trans InfoMedika

17. Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010.Ilmu Kebidanan, PenyakitKandungan, dan KeluargaBerencana. Jakarta: EGC

18. Manggiasih, Vidia. 2014.Hubungan Umur DenganKejadian Ketuban Pecah Dini.https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/40484/Hubungan-Umur-Dengan-Kejadian-Ketuban-Pecah-Dinidiakses pada tanggal 08Desember 2018 pukul 01.12WIB.

19. Marina, Ai. 2015. KetubanPecah Dini.http://ejournal.stikesmucis.ac.id/assets/dokumen/13DB277002.pdf. diaksespada tanggal 05 Oktober 2018pukul 09.50 WIB

20. Malihah, Izzah. 2018. Faktoryang berhubungan denganKejadian Ketuban Pecah Dini.file:///C:/Users/User/Downloads/2-Article%20Text-6-1-10-20180406.pdf.diakses pada tanggal 03 Oktober2018 pukul 14.08

21. Monita, Faradilla. 2016.Hubungan Usia denganKejadian Ketuban Pecah Dini.https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/7199 Diaksespada tanggal 09 Desember 2018pukul 01.38 WIB

22. Ningsih, Fifi. 2017. KetubanPecah Dini.file:///C:/Users/User/Downloads/9.-Fifi-Ria-Ningsih-Safari.pdf. Diaksespada tanggal 03 Oktober 2018pukul 11.30 WIB

42

23. Notoatmodjo, Soekidjo. 2015.Metodologi PenelitianKesehatan. Jakarta : RinekaCipta

24. Purwanti. 2014. Karya Ilmiah.http://perpusnwu.web.id Diaksespada tanggal 09 Desember 2018pukul 02.12 WIB

25. Putri, Dienja. 2018. HubunganKetuban Pecah Dini .https://dispace.umkt.ac.id/handle/463.2017/568 . Diakses pada tanggal03 Oktober 2018 pukul 22.50WIB

26. Prawirohardjo, Sarwono. 2014.Ilmu Kebidanan. Jakarta : BinaPusaka Sarwono Prawirohardjo

27. Prawirohardjo, Sarwono. 2016.Ilmu Kebidanan. Jakarta : BinaPusaka Sarwono Prawirohardjo

28. Rani, Ismha. 2015. PerhitunganUmur.https://www.academia.edu/10527552/LAPORAN_APLIKASI_PERHITUNGAN_UMUR . Diakses padatanggal 03 Oktober 2018 pukul11.25 WIB

29. Sari. 2016. Hubungan paritasdengan KPDhttps://anzdoc.com/bab-i-pendahuluan-sasaran-pembangunan-millenium-development-.html . Diakses padatanggal 02 Oktober 2018 pukul13.40 WIB

30. Setyaningrum, Erna. 2017. BukuAjar KegawatdaruratanMaternal pada ibu hamil,bersalin dan nifas. Yogyakarta:Indo Media Pustaka

31. Sudarto, Tunut. 2016. ResikoTerjadinya Ketuban Pecah Dini. https://ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id/index.php/JVK/article/view/67 Diakses pada tanggal 10Desember 2018 pukul 07.08WIB

Page 46: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

32. Sunarti. 2017. Ketuban PecahDini. Diunduh darihttp://repositori.uin-alauddin.ac.id/6758/1/SUNARTI_opt.pdf. Diakses pada tanggal 26September 2018 pukul 11.10WIB

33. Tahir. 2012. Faktor DeterminanKetuban Pecah Dini .http://faktoryangmempengaruhiKPD.co.id Diakses pada tanggal 11Desember 2018 pukul 02.18WIB

34. Tika. 2016. AKI dan AKB diCianjur. http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/09/19/angka-kematian-ibu-dan-bayi-di-cianjur-tinggi-380217 .diakses pada tanggal 02 Oktober2018 pukul 20.15 WIB

35. Utomo, arie. 2013. HubunganKetuban Pecah Dini.http://eprints.ums.ac.id/26019/.Diakses pada tanggal 02Oktober 2018 pukul 17.30 WIB

36. Uun, Unayah. 2010. GambaranKejadian Ketuban Pecah Dini diRSUD Jampang Kulon.Sukabumi.

37. Walyani, Elisabeth Siwi. 2015.Asuhan Kebidanan Kehamilan.Yogyakarta: Pustaka Baru Press

38. Wiraningrum, dkk. 2015.Ketuban Pecah Dini.file:///C:/Users/User/Downloads/103-114-1-PB.pdf . Diakses padatanggal 02 Oktober 2018 pukul21.18 WIB

39. Yunarti, Eki. 2015. GambaranParitas .http://repository.ump.ac.id/981/3/Eki%20Yuniarti%20BAB%20II.pdf .diakses pada tanggal 03 Oktober2018 pukul 11.45 WIB

43

Page 47: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

TINGKAT KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI TERHADAPPENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI POS KESEHATAN DESA

PABUARAN CIREBON

Aida Maftuhah, Inda Irliyani, Arsyad Bachtiar

Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah CirebonEmail : [email protected]

ABSTRAKHipertensi merupakan faktor risiko utama pada penyakit cardiovaskular dancerebrovascular.Kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi sangat penting karena dengan minum obatantihipertensi secara teratur dapat mengontrol tekanan darah penderita hipertensi sehinggadalam jangka panjang risiko kerusakan organ-organ penting tubuh seperti jantung, ginjal,otak dapat dikurangi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasienhipertensi terhadap penggunaan obat antihipertensi di Poskesdes Pabuaran kabupatenCirebon, jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional, pengambilan data denganmetode prosfektif pada 61 responden menggunakan kuesioner MMAS-8. Penelitiandilakukan pada bulan Mei 2018.Analisis data menggunakan metode analisis univariat untukmengetahui frekuensi dan presentase masing-masing variabel (karakteristik, dan tingkatkepatuhan responden). Hasil penelitian menyatakan 75,40 % responden mempunyai tingkatkepatuhan sedang.

44

Page 48: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan faktor risiko utamapada penyakit cardiovaskular dancerebrovascular.Kerusakan organ targetseperti jantung, otak, ginjal, dan pembuluhdarah dapat terjadi akibat tingginya tekanandarah. Risiko relatif terkena stroke danpenyakit jantung koroner meningkat sesuaidengan meningkatkan tekanan diastolik dantekanan sistolik (Prodjosudjadi, 2000 dalamPusparini, 2015). Menurut WHO tekanandarah yang tidak optimal (tekanan darahsistolik (115 mmHg) dapat menyebabkan 7,1juta kematian per tahun di dunia ( Lawedkk,2004 dalam Pusparini, 2015). Beberapafaktor risiko yang dapat menyebabkanterjadinya tekanan darah tinggi yaitu usialanjut dan adanya riwayat tekanan darahtinggi dalam keluarga, obesitas, kadar garamtinggi dan kebiasaan hidup, sepertimerokok,dan minuman beralkohol. Bagiyang memiliki faktor risiko ini seharusnyalebih waspada dan lebih dini dalammelakukan upaya-upaya preventif, dengancara secara rutin mengontrol tekanan darahtinggi, serta berusaha menghindari faktor-faktor pencetus hipertensi (Hazwan, 2017).

Tingkat kepatuhan pasien terhadappengobatan dapat diukur dengan beberapametode. Salah satu cara untuk identifikasikepatuhan pasien yaitu menggunakaninstrumen kuesioner Morisky MedicationAdherence Scale (MMAS-8) yangdikembangkan oleh Moriskydkk. SkalaMMAS-8 terdiri dari 3 aspek yaitu frekuensikelupaan dalam mengonsumsi obat,kesengajaan berhenti mengonsumsi obattanpa diketahui oleh tim medis, kemampuanmengendalikan diri untuk tetapmengonsumsi obat (Morisky&Munter,2009).

45

PosKesDes merupakan bagian dari wilayahkecamatan Pabuaran dengan pasienhipertensi yang cukup banyak.Diwilayah inibelum pernah dilakukan penelitian terkaitkepatuhan pasien hipertensi.Berdasarkanpermasalahan di atas, maka dilakukanpenelitian dengan tujuan untukmengetahuitingkat kepatuhan penggunaanobat pada pasien hipertensi di pos kesehatandesa pabuaran.

Jenis penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif analitik dengan observationaluntuk mengetahui tingkat kepatuhan pasienhipertensi terhadap penggunaan obatantihipertensi di PosKesDes Pabuaran. Datapenelitian diperoleh dengan pengisiankuesioner MMAS-8 oleh pasien hipertensi diPoskesDesPabuaran yang memenuhi kriteriainklusi.Data dianalisis secara univariatdengan SPSS untuk melihat gambaranfrekuensi dan persentase karakteristik pasiendan tingkat kepatuhan pasienhipertensi.Waktu penelitian dilaksanakanselama bulan Januari - Juni 2018.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitiandeskriptif analitik dengan observasionalyangbertujuan mengetahui tingkat kepatuhanpasien hipertensi terhadap penggunaan obatantihipertensi di PosKesDes Pabuaran.Subjek penelitian ini adalah pasienhipertensi yang berobat diposkesdesPabuaran minimal 3bulan terakhir, diperoleh61 responsen yang bersedia mengikutipenelitian dengan menandatangani informedconsent. Penelitian ini dilakukan selamabulan Januari – Juni 2018 di PosKesDesPabuaran kidul dan desa Pabuaran Lor. Dataprimer pada penelitian ini adalah informasiyang diberikan responden melalui pengisiankuesioner MMAS-8 (MoriskyMedicationAdherence Scale-8).

Page 49: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Tingkat kepatuhan pasien hipertensi dalammenggunakan obat antihipertensi diukurdengan menggunakan kuesioner MMAS-8.Penilaian skor kepatuhan dari kuesionerdidapatkan dari jumlah seluruh skor pasiendari pertanyaan no.1–8Pasien dengan tingkatkepatuhan rendah apabila nilai nya < 6,sedang 6 < 8, tinggi 8.

Jalannya Penelitian

1. Pemberian penjelasan secara lisan dantertulis pada responden mengenai tujuanpenelitian dan jika bersedia menjadiresponden diminta untuk menandatanganiformulir Informed consent.

2. Data diambil secara langsungmenggunakan kuesioner MMAS-8(MoriskyMedication Adherence Scale-8)untuk mengetahui tingkat kepatuhanpasien hipertensi dalam menggunakanobat antihipertensi diPoskesdes Pabuaran.

3. Dilakukan analisis pada jawaban-jawabanresponden terhadap pertanyaan kuesionerMMAS-8 (MoriskyMedication AdherenceScale-8).

Analisis Data

Analisis data pada penelitian inimenggunakan metoda analisis univariat,untuk mengetahui frekuensi dan presentasemasing-masing variabel meliputi :karakteristik pasien (jenis kelamin, usia,pendidikan, dan ada tidaknya penyakitpenyerta) obat anti hipertensi dan tingkatkepatuhan pasien hipertensi. Persentasekepatuhan penggunaan obat antihiperertensidiukur dengan menggunakan kuesionerMMAS 8, dikategorikan menjadi 3 tingkatkepatuhan: tingkat kepatuhan tinggi (nilaiMMAS = 8), tingkat kepatuhan sedang(MMAS 6<8) dan Tingkat kepatuhan rendah(MMAS < 6).

46

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Penelitian

Penelitian menggunakan metode analisisunivariat, untuk mengetahui frekuensi danpresentase dari masing – masing variabelmeliputi: karakteristik pasien (jenis kelamin,usia, pendidikan, dan ada tidaknya penyakitpenyerta) dan tingkat kepatuhanpasien.Penelitian ini didapatkan 61responden yang menderita hipertensi diPoskedes Desa Pabuaran Kidul dan DesaPabuaran Lor.Pengumpulan data dilakukandengan mengisi kuesioner kepatuhan minumobat MMAS-8 (MoriskyMedicationAdherence Scale-8).

Page 50: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Gambaran Karakteristik Responden

Hasil penelitian yang menunjukkan gambaran karakteristik responden meliputi : jeniskelamin, usia, pendidikan, dan ada tidaknya penyakit penyerta.Karakteristik responden dapatdilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel I.Distribusi Karakter Responden yang Dilibatkan dalam Penelitian

Karakteristikresponden

Kategori Jumlah Presentase

Jenis kelamin Laki-lakiPerempuan

1645

26,22%73,77%

Usia 20-30 tahun31-40 tahun41-50 tahun51- 60 tahun>60 tahun

13122718

1,63 %4,91 %19,67 %44,26 %29,50 %

PendidikanSD

SLTPSLTA

Perguruan Tinggi

44692

72,13 %9,83 %14,75 %3,27 %

Ada tidaknyapenyakitpenyerta

Dengan penyakitpenyerta

Jantung (infarkjantung)

Diabetes mellitusTanpa penyakit

penyerta

2

2

57

3,27%

3,27%

93,44%

Pekerjaan PedagangPetani

Ibu rumah tanggaKaryawan

Tidak bekerja

276

1729

44,6%9,8%

27,86%3,7%

14,75%

Berdasarkan hasil penelitian yang terterapada Tabel I, karakteristik respondenberdasarkan jenis kelamin kelompok terbesaradalah perempuan (73,77%).Hal ini sesuaidengan penelitian Anindiya (2012) yangmenemukan bahwa jumlah penderitahipertensi perempuan lebih banyak dari padalaki-laki.Salah satunya dikarenakan

perempuan mengalami menopouse, yangdalam kondisi tersebut terjadi perubahanhormonal, yaitu terjadi penurunanperbandingan estrogen dan androgen yangmenyebabkan peningkatan renin, sehinggadapat memicu peningkatan darah(Azwan,2017).

47

Page 51: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Responden dengan rentang usia 51-60 tahunmemiliki jumlah lebih banyak (44,26%).Semakin tua usia seseorang, kejadiantekanan darah semakin tinggi. Hal inidikarenakan pada usia tua terjadi perubahanstruktural dan fungsional pada jantung dansistem pembuluh darah perifer yangbertanggung jawab pada perubahan tekanandarah yang terjadi pada usia lanjut(Azwan,2017).

Berdasarkan tingkat pendidikan, kelompoktertinggi pada penelitian ini adalah sekolahdasar (72,13%). Tingkat pendidikan baiksecara langsung maupun tidak langsung akanmempengaruhi pola pikir sudut pandang danpenerimaan informasi terhadap pengobatanyang diterima penderita hipertensi. Adapunpenyakit penyerta yang terdapat padaresponden adalah diabetes mellitus danjantung sebanyak 3,27 %.

Berdasarkan jenis pekerjaan mayoritasresponden bekerja sebagai pedagang (44,6%). Notoatmodjo(2005) menjelaskan adaaspek sosial yang mempengaruhi statuskesehatan seseorang, antara lain seperti:umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan sosialekonomi.Artinya keempat aspek sosialtersebut dapat mempengaruhi statuskesehatan responden salah satunyakepatuhan minum obat hipertensi.

Gambaran Kepatuhan Respondenterhadap Penggunaan ObatAntihipertensi

Menilai kepatuhan pasien dalam penggunaanobat hipertensi dilakukan dengan caraprospektif yaitu pengisian kuesionerkepatuhan menggunakan MMAS-8.Kuesioner terdiri dari 8 pertanyaan, setiapjawaban dari masing-masing pertanyaanterdapat nilai, hasil nilai tersebutdikumulatifkan sehingga dapatmenggambarkan tingkat kepatuhan,kepatuhan tinggi dengan nilai kumulatif = 8,kepatuhan sedang dengan nilai kumulatif 6 -< 8, dan kepatuhan rendah dengan nilaikumulatif < 6.

48

Hasil penelitian yang menunjukkangambaran kepatuhan pasien hipertensiterhadap penggunaan obatantihipertensi,dapat dilihat pada Tabelberikut :

Tabel II. Tingkat Kepatuhan MinumObat Penderita Hipertensi

NoKategori

KepatuhanJumlah

pasien (n)Presentase

(%)

1 Rendah 4 6,55%

2 Sedang 46 75,40 %

3 Tinggi 11 18,05%

Total 61 100,00%

Berdasarkan hasil penelitian yang terdapatpada Tabel dan Gambar Diagram Lingkarandiatas, dari 61 responden kategori tingkatkepatuhan terbanyak pada kategori sedangdengan jumlah 46 responden (75,40 %).Hasil penelitian ini berbeda denganpenelitian yang dilakukan oleh Mutmainahtahun 2010 di Rumah Sakit daerah Surakartadimana 69,6 % responden berada padatingkat kepatuhan tinggi.

Tingkat kepatuhan seseorang terdapatpenggunaan obat berpengaruh padakeberhasilan terapi. Tingkat kepatuhanpenggunaan obat dipengaruhi oleh banyakfaktor yaitu faktor sosial-ekonomi, faktorsistem kesehatan, faktor kondisi penyakit,faktor terapi, dan faktor pasien (WHO 2003dalam Mutaminah 2010).

4 Orang= 7%

46Orang =

75%

11Orang =

18%0 0%

Tingkat Kepatuhan MinumObat Penderita Hipertensi

Rendah Sedang Tinggi

Page 52: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapatdisimpulkan bahwa Karakteristik pasienhipertensi di PosKesDes Pabuaran Kidul danPabuaran Lor,berdasarkan jenis kelamin:perempuan (73,07 %), usia: 51 - 60 tahun(44,26 %), pendidikan: SD (73,13 %), adatidaknya penyakit penyerta (3,27 %),pekerjaan: pedagang (44,6 %).Tingkat

kepatuhan pasien hipertensi terhadappenggunaan obat antihipertensi di PoskesDesPabuaran Kidul dan Pabuaran Lor, beradapada tingkat kepatuhan sedang (75,40 %).

Adapun saran untuk penelitianlebih lanjutdapat dilakukan penelitian terkait faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatkepatuhan pasien dalam menggunakan obatantihipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

AlbrechtS.2011. The Pharmacist’s Role inMedication Adherence. JournalUS Phram: Vol.36, No.5,Hal.45-48

Anonim. 2013. Riset Kesehatan Dasar2013. Badan Penelitian danPenegembangan KesehatanKementrian Kesehatan RI.Jakarta.

Azri Hazwan. 2017.GambarankarakteristikPenderita Hipertensi dan tingkatKepatuhan Minum Obat DiWilayah Kerja PuskesmasKintamani.Journal Directory OfOpen Access: Vol.8, No.2,Hal.130-134

Kementrian Kesehatan RI. 2011. PedomanUmum Penggunaan Antibiotik.Jakarta: Kementrian KesehatanRI.

LawesC.M.M.Vander Hoorn, dkk dalamPusparini. 2015. StudiKepatuhan Penggunaan Obatpada Pasien Hipertensi diPoliklinik Rawat Jalan RumahSakit UGM.Skripsi.FakultasFarmasi Universitas GadjahMada Yogyakarta.

Michael, Devita Natalia.,Santa LinMargaretta.,Wurry DevianPutra.,Claudia RoselaGabrielia., 2017. Tata LaksanaTerkini Pada Hipertensi.JurnalKedokteran Meditek: Vol.20,No.5, Hal.36-41

49

Mutmainah,N. Dan Rahmawati,M., 2010.Hubungan kepatuhanpenggunaan obat dankeberhasilan terapi pada pasienhipertensi di rumah sakit daerahSurakarta .Journal pharmacon ,vol.11, No. 2.Hal.51-56.

Morisky, D. & Munter, P.P.2009.NewMedication adherence scaleversus pharmacy fill rates insenior withhipertension,American. JournalOf Managed Care: Vol.15,No.1, Hal.59-66

Morisky, D.E., Ang, A.,Krousel-Wood, M.dan Ward, H., 2008. PredictiveValidity of a MedicationAdherence Measure forHypertension Control. Journalof Clinical Hypertension:Vol.10, No.1, Hal.348-354

Prodjosudjadi.W.2000.Hipertensi:Mekanismedan Penatalaksanaan. JurnalBerkala Neurosains: Vol.1,No.3, Hal.133-139

Taylor, K., dan Harding, G. 2001.Pharmacy Practice, 1/9-180. NewYork: Taylor and Francis.

Page 53: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIANRETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD.SYANG

CIANJUR TAHUN 2017.

Lena sri diniyatiProgram studi kebidanan

Akademi Kebidanan Al-Ikhlas CisaruaTlp : 085718554447. Email: [email protected]

ABSTRAK

Retensio plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta melebihi waktu30 menit setelah bayi lahir Angka kejadian retensio plasenta di Indonesia masih tinggi,dilaporkan sekitar 16-17% kejadian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui HubunganKarakteristik Ibu Bersalin dengan Kejadian Retensio Plasenta pada Ibu Bersalin di RSUDSayang Cianjur tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin denganretensio plasenta sebanyak 109 orang dan sampel yang digunakan sebanyak 86 orang denganteknik pengambilan simple random sampling dengan pendekatan Cross Sectional. Hasilpenelitian, tidak terdapat hubungan antara usia ibu 20-35 tahun, paritas grande/ multipara ,riwayat komplikasi persalinan lalu terhadap kejadian retensio plasenta dengan perdarahan dantanpa perdarahan dengan p value = 1,000, tidak ada hubungan antara jarak kehamilan 2-10tahun terhadap kejadian retensio plasenta dengan p value = 0,653. Diharapkan tenagakesehatan dapat melakukan deteksi dini serta pemantauan pada ibu hamil sehingga dapatmencegah terjadinya retensio plasenta.

Kata Kunci: Retensio Plasenta, Usia, Paritas, Jarak Kehamilan, Riwayat Persalinan

50

Page 54: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

ABSTRACT

Retention of the placenta is the retention of the placenta or the birth of the placenta beyondthe time of 30 minutes after the baby is born The incidence of placental retention in Indonesiais still high, reported around 16-17% of events. The purpose of this study was to determinethe relationship between the characteristics of maternity and retention of placenta inmaternity at Sayang Cianjur Hospital in 2017. The population in this study were all maternalretention patients with 109 people and the sample used was 86 people with a simple randomsampling technique. with the Cross Sectional approach. The results showed that there was norelationship between maternal age 20-35 years, grande / multipara parity, history of laborcomplications and the incidence of retention of the placenta with bleeding and withoutbleeding with p value = 1,000, there was no relationship between 2-10 years gestation toincidence retensio placenta with p value = 0.653. It is expected that health workers can carryout early detection and monitoring of pregnant women so that they can prevent theoccurrence of placental retention.

Keywords: Retention of Placenta, Age, Parity, Pregnancy Distance, Labor His

51

Page 55: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

PENDAHULUAN

Kematian ibu atau kematian maternaladalah kematian seorang ibu sewaktuhamil atau dalam waktu 42 hari sesudahberakhirnya kehamilan, tidak langsungpada tempat atau usia kehamilan(Prawirohardjo, 2016). Penyebabkematian ibu pada proses persalinanadalah perdarahan yang disebabkan antaralain atonia uteri 50-60%, retensio plasenta16-17%, sisa plasenta 23-24%, laserasijalan lahir 4-5%, kelainan darah 0,5-0,8%(Purwanti dkk, 2015).

Perdarahan postpartum adalah perdarahanyang melebihi 500 ml setelah bayi lahir(Prawirohardjo, 2016). Berdasarkanlaporan Profil Kesehatan Jawa Barat tahun2016 tercatat jumlah AKI yangmelaporkan sebanyak 799 orang(84,78/100.000 KH), dengan proporsikematian pada ibu hamil 227 orang(20,09/100.000 KH), pada ibu bersalin 202orang (21,43/100.000 KH), dan pada ibunifas 380 orang (40,32/100.000 KH)(Suhendar, 2016). Menurut bina pelayanankesehatan dinas kesehatan provinsi JawaBarat kematian ibu yang dikarenakan olehkejadian retensio plasenta dan atonia uteriyaitu sebesar 28% kejadian (Lailannisa,2016).

AKI di Kabupaten Cianjur pada tahun2016 terdapat 34 kasus kematian ibu (Yan,2017). Berdasarkan data yang diperoleh diRSUD Sayang Cianjur pada tahun 2016yaitu tercatat sebanyak 6814 orang ibubersalin, dimana ibu yang mengalamikejadian retensio plasenta sebanyak 90orang (1,32%), sedangkan pada tahun2017 yaitu tercatat sebanyak 5887 orangibu bersalin normal, dimana ibu yangmengalami kejadian retensio plasentasebanyak 109 orang (1,82%). Dari datatersebut dapat diketahui angka kejadianretensio plasenta di RSUD Sayang Cianjurmeningkat dari tahun 2016 ke tahun 2017yaitu sebesar 19 kejadian (0,5%).

52

Pada retensio plasenta, sepanjang plasentabelum terlepas, maka tidak akanmenimbulkan perdarahan. Sebagianplasenta yang sudah terlepas dapatmenimbulkan perdarahan yang cukupbanyak (perdarahan kala III) dan harusdiantisipasi dengan segera melakukanplacenta manual (Prawirohardjo, 2016).

Jika plasenta tidak dilahirkan atau hanyalahir sebagian, uterus tidak dapatberkontraksi dengan baik, sehinggapembuluh darah di dalam uterus akanterbuka dan menyebabkan perdarahan(Manuaba, 2014). Faktor predisposisi lainyang memengaruhi terjadinyaperlengketan plasenta adalah umur,paritas, uterus terlalu besar, jarakkehamilan yang pendek, dan sosialekonomi. Literatur lainnya menambahkanpendidikan, riwayat komplikasi persalinan,dan status anemia sebagai faktor-faktoryang turut berhubungan dengan terjadinyakejadian retensio plasenta (Permatasaridkk, 2017).

Upaya yang dilakukan dalam menurunkanangka kejadian retensio plasenta antaralain dengan meningkatkan penerimaankeluarga berencana sehingga memperkecilterjadinya retensio plasenta, meningkatkanpenerimaan pertolongan persalinan olehtenaga kesehatan yang terlatih, pada waktumelakukan pertolongan persalinan kala IIItidak diperkenankan untuk melakukanmasase dengan tujuan mempercepatpersalinan plasenta. Masase yang tidaktepat waktu dapat mengacaukan kontraksiotot rahim dan mengganggu pelepasanplasenta (Manuaba dkk, 2014).

Page 56: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Komplikasi kala III dapat diturunkandengan penanganan yang optimal daritenaga kesehatan. Akan tetapi,menurunkan angka kejadian komplikasipada kala III tidak hanya mengurangiresiko kematian ibu, tetapi jugamenghindarinya dari resiko kesakitan yangberhubungan dengan komplikasi kala IIIseperti tindakan operatif dan infeksi. Jadiyang menjadi titik utama adalahketerampilan dan petugas dalammenangani komplikasi yang terjadi padakala III, oleh karena alasan tersebut, makamanajemen aktif kala III merupakan halyang sangat penting dalam upayamenurunkan angka kesakitan dan kematianibu yang disebabkan perdarahan. Hal inimembuat WHO merekomendasikan agarsemua tenaga kesehatan yang menolongpersalinan baik dokter maupun bidan dapatmelaksanakan penegangan tali pusatterkendali pada manajemen aktif kala III(Sari, 2017).

METODE

Penelitian ini merupakan penelitiandeskritif dengan pengambilan datasekunder. Metode penelitian deskritifdengan pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variabelterikat atau variabel akibat, akandikumpulkan dalam waktu yangbersamaan (Notoatmodjo, 2015).

Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh ibu bersalin yang mengalamiretensio plasenta yang diambil di RSUDSayang pada tahun 2017 sebanyak 109orang. Teknik pengambilan sampel dalampenelitian ini adalah Simple RandomSampling. Simple Random Sampling yaitusetiap populasi itu mempunyai kesempatanyang sama untuk diseleksi sebagai sampel.(Notoatmojo, 2015). Sampel yang diambildalam penelitian ini yaitu sebagian ibubersalin yang mengalami RetensioPlasenta di RSUD Sayang Cianjur tahun2017 yaitu sebanyak 86 orang.

53

Data penelitian ini diambil dengan caramengumpulkan data yang sesuai denganvariabel yang diperlukan dalam penelitianmenggunakan data sekunder yaitu denganmenggunakan alat ukur buku registerdalam pengambilan data.

Metode Analisis yang digunakan adalahanalisa univariat yang bertujuan untukmenjelaskan atau mendeskripsikan setiapvariabel penelitian. Bentuk analisisunivariat tergantung dari jenis datanya.Untuk data numeric digunakan nilai meanatau rata-rata, median dan standardevisiasi.

Pada umumnya dalam analisa ini hanyamenghasilkan distribusi frekuensi danpresentase dari tiap variabel. Setelah telahdilakukan univariat, hasil akan diketahuikarakteristik atau distribusi setiap variabeldan dapat dilanjutkan analisis bivariatyang bertujuan untuk membuktikanhipotesis agar dapat menentukan hubunganantara variabel independen denganvariabel dependen. Apabila hasilperhitungan lebih besar dari α maka Hoditerima, artinya kedua variabel secarastatis tidak terdapat hubungan yangbermakna. Sedangkan apabila hasildihitung < α maka Ho ditolak, artinyavariabel secara statistik terdapat hubunganyang bermakna.

Page 57: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

HASIL

Penyajian hasil penelitian disusunberdasarkan sistematika yang dimulaidengan gambaran analisis univariat yangbertujuan untuk melihat distribusifrekwensi variabel dependen danindependen. Sedangkan analisa bivariatuntuk melihat pengaruh antara variabeleksogen dengan variabel endogen.Jumlah sampel yang diambil dalampenelitian ini yaitu sebagian ibu bersalinyang mengalami Retensio Plasenta diRSUD Sayang Cianjur tahun 2017 yaitusebanyak 86 orang. Pengambilan datalangsung dilakukan di ruang rekam medicdimana data diambil secara serentak daristatus pasien. Penelitian ini dilaksanakanpada bulan 12 November – 07 Desembertahun 2018 di RSUD Sayang Cianjur

Hasil penelitian yaitu Jumlah ibu bersalindengan retensio plasenta sebanyak 109 ibubersalin (1,82%) sedangkan jumlahseluruh ibu bersalin di RSUD SayangCianjur tahun 2017 sebanyak 5887 ibubersalin (98,18%). distribusi frekuensi ibubersalin yang mengalami retensio plasentadengan perdarahan sebanyak 73 orang(84,9%), sedangkan ibu bersalin yangmengalami retensio plasenta tidak denganperdarahan sebanyak 13 orang (15,1%).

Variabel usia ibu dalam penelitian inidikelompokkan menjadi 2 kategori yaituusia beresiko < 20 tahun dan > 35 tahundan usia yang tidak beresiko 20-35 tahun.Dari 86 jumlah kejadian ibu bersalindengan retensio plasenta dengan usia tidakberesiko (20-35 tahun) sebanyak 61 orang(70,9%), sedangkan pada usia beresiko(<20 dan >35 tahun) sebanyak 25 orang(29,1%).

54

Varabel paritas dalam penelitian ini inidikelompokkan menjadi 2 kategori yaituprimipara dan grande/multipara. dari 86jumlah kejadian ibu bersalin yangmengalami retensio plasenta padaprimipara sebanyak 12 orang (14,0%),sedangkan pada Multipara/grandesebanyak 74 orang (86,0%).

Variabel jarak kehamilan dalam penelitianini dikelompokkan menjadi 2 kategoriyaitu jarak kehamilan tidak beresiko (2-10tahun) dan jarak kehamilan beresiko (<2dan >10 tahun). dari 86 jumlah kejadianibu bersalin dengan retensio plasenta padajarak kehamilan 2-10 tahun sebanyak 73orang (84,9 %), sedangkan pada jarakkehamilan <2 dan >10 tahun sebanyaksebanyak 13 orang (15,1%).

Variabel riwayat komplikasi persalinanlalu dalam penelitian ini dikelompokkanmenjadi 2 kategori yaitu tidak ada riwayatkomplikasi persalinan lalu dan ada riwayatkomplikasi persalinan lalu dari 86 jumlahkejadian ibu bersalin dengan retensioplasenta pada ibu yang tidak ada riwayatkomplikasi persalinan lalu sebanyak 63orang (73,3%), sedangkan pada yang adaatau memiliki riwayat kompikasipersalinan lalu sebanyak 23 orang(26,7%).

Hubungan kejadian retensio plasenta pada86 ibu bersalin yang mengalami retensioplasenta tidak dengan perdarahan padausia beresiko (usia 20-35 tahun) sebanyak52 ibu bersalin (85,2%). Sedangkanjumlah kejadian ibu bersalin yangmengalami retensio plasenta denganperdarahan pada usia beresiko (usia <20dan >35 tahun) sebanyak 21 orang(84,0%). Hasil uji statistik diperoleh pvalue = 1,000 diketahui bahwa p value > α(1,000 > α 0,05) maka Ho diterima. Jadi,pada penelitian ini tidak hubungan antarakejadian retensio plasenta dengan usia ibu.

Page 58: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Hubungan kejadian ibu bersalin yangmengalami retensio plasenta denganperdarahan pada primipara sebanyak 10ibu bersalin (83,3%). jumlah ibu bersalinyang mengalami retensio plasenta denganperdarahan pada multipara/grandesebanyak 63 orang (85,1%). Hasil ujistatistik diperoleh p value = 1,000diketahui bahwa p value > α (1,000 > α0,05) maka Ho diterima. Jadi, padapenelitian ini tidak hubungan antarakejadian retensio plasenta dengan paritas.

Hubungan antara kejadian retensioplasenta terhadap jarak kehamilan. ibubersalin yang mengalami retensio plasentadengan perdarahan pada jarak kehamilantidak beresiko (2-10 tahun) sebanyak 63ibu bersalin (86,3%) dan jumlah ibubersalin yang mengalami retensio plasentadengan perdarahan pada jarak kehamilanberesiko (<2 dan >10 tahun) sebanyak 10orang (76,9%). Hasil uji statistik diperolehp value = 0,653 diketahui bahwa p value >α (0,653 > α 0,05) maka Ho diterima.Jadi, pada penelitian ini tidak hubunganantara kejadian retensio plasenta denganjarak kehamilan.

Hubungan antara kejadian retensioplasenta terhadap riwayat komplikasipersalinan lalu. ibu bersalin yangmengalami retensio plasenta denganperdarahan pada tidak adanya riwayatkomplikasi persalinan lalu sebanyak 53ibu bersalin (84,1%) dan jumlah ibubersalin yang mengalami retensio plasentadengan perdarahan pada adanya riwayatkomplikasi persalinan lalu sebanyak 20orang (87,0%). Hasil uji statistik diperolehp value = 1,000 diketahui bahwa p value >α (1,000 > α 0,05) maka Ho diterima. Jadi,pada penelitian ini tidak hubungan antarakejadian retensio plasenta dengan riwayatkomplikasi persalinan lalu.

55

PEMBAHASAN

Hasil uji statistik Chi-square diperolehnilai p value = 1,000 diketahui bahwa pvalue > α ( 1,000 > α 0,05) maka Hoditerima. Jadi, pada penelitian ini tidakhubungan antara kejadian retensio plasentadengan usia ibu. faktor predisposisi yangmempengaruhi terjadinya perlengketanplasenta adalah umur, paritas, uterusterlalu besar, jarak kehamilan yang pendekdan sosial ekonomi. Literatur lainnyamenambahkan pendidikan, riwayatkomplikasi persalinan dan status anemia.

Hasil uji statistik Chi-square diperolehnilai p value = 1,000 diketahui bahwa pvalue > α (1,000> α 0,05) maka Hoditerima. Jadi, pada penelitian ini tidak adahubungan antara kejadian retensio denganparitas. Dan hasil penelitian ini pun tidaksesuai dengan peneliti Ummiati dkk (2013)yang menyatakan bahwa paritasmempunyai pengaruh terhadap kejadianretensio plasenta. Pada ibu yang telahmengalami lebih dari 3 kali melahirkan,maka akan terjadi kemunduran fungsiendometrium.

Sehingga akan mengakibatkan resikotinggi ibu mengalami retensio plasenta,semakin tinggi jumlah paritas ibu makaakan semakin meningkatkan resiko ibumengalami retensio plasenta saatmelahirkan.

Tetapi hasil penelitian ini sesuai denganteori Manuaba (2010) yang dikemukakanoleh Permatasari dkk (2017), faktorpredisposisi yang memengaruhi terjadinyaperlengketan plasenta adalah umur,paritas, uterus terlalu besar, jarakkehamilan yang pendek dan sosialekonomi. Literatur lainnya menambahkanpendidikan, riwayat komplikasi persalinandan status anemia.

Page 59: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Hasil uji statistik Chi-square diperolehnilai p value = 0,653 diketahui bahwa pvalue > α (0,653 > α 0,05) maka Hoditerima. Jadi, pada penelitian ini tidak adahubungan antara kejadian retensio plasentadengan jarak kehamilan. Hasil penelitianyang dilakukan Permatasari dkk (2017) diRumah Sakit Islam Jakarta CempakaPutih, didapatkan hasil yang sama denganpenelitian ini, bahwa tidak adanyahubungan yang bermakna antara kejadianretensio plasenta dengan jarak kehamilan,dari proporsi responden jarak kehamilantidak beresiko yang tidak mengalamiretensio plasenta (69%) lebih banyakdaripada yang mengalami retensio plasenta(57,1%), dengan hasil uji statistikdiperoleh (p value = 0,258).

Hasil penelitian ini dan penelitianpermatasari dkk (2017) terdapatperbedaan dengan teori Notikaratu dkk(2013) yang menyatakan riwayatkehamilan dan persalinan yang dialamioleh seorang ibu merupakan risiko tinggidalam terjadinya perdarahan. Cidera dalamalat kandungan atau jalan lahir dapatditimbulkan oleh proses kehamilanterdahulu dan berakibat buruk padakehamilan sekarang.

Hal ini dapat berupa keguguran, riwayatpersainan berulang dengan jarak pendek,riwayat operasi (sectio caesarea) atauriwayat kuretase. Perbedaan teori denganhasil penelitian karena disebabkan olehbeberapa faktor yang salah satunya karenamayoritas ibu yang mengalami retensioplasenta tidak memiliki riwayatkomplikasi persalinan lalu sehingga hasilyang didapatkan menunjukkan jumlahkejadian tidak ada riwayat persalinan lalulebih tinggi dengan adanya riwayatpersalinan.

56

Hasil uji statistik Chi-square diperolehnilai p value = 1,000 diketahui bahwa pvalue > α ( 1,000 > α 0,05) maka Hoditerima. Jadi, pada penelitian ini tidakhubungan antara kejadian retensio plasentadengan riwayat persalinan. Hasil penelitianini dan penelitian permatasari dkk (2017)terdapat perbedaan dengan teoriNotikaratu dkk (2013) yang menyatakanriwayat kehamilan dan persalinan yangdialami oleh seorang ibu merupakan risikotinggi dalam terjadinya perdarahan. Cideradalam alat kandungan atau jalan lahirdapat ditimbulkan oleh proses kehamilanterdahulu dan berakibat buruk padakehamilan sekarang. Hal ini dapat berupakeguguran, riwayat persainan berulangdengan jarak pendek, riwayat operasi(sectio caesarea) atau riwayat kuretase.Perbedaan teori dengan hasil penelitiankarena disebabkan oleh beberapa faktoryang salah satunya karena mayoritas ibuyang mengalami retensio plasenta tidakmemiliki riwayat komplikasi persalinanlalu sehingga hasil yang didapatkanmenunjukkan jumlah kejadian tidak adariwayat persalinan lalu lebih tinggi denganadanya riwayat persalinan.

Page 60: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

KESIMPULAN

Setelah dilakukan penelitian mengenaiHubungan Karakteristik Ibu BersalinDengan Kejadian Retensio Plasenta diRSUD Sayang Cianjur tahun 2017 penulismengambil kesimpulan :1. Distribusi hubungan karakteristik ibu

bersalin dengan kejadian retensioplasenta yang perdarahan di RSUDSayang Cianjur tahun 2017 didapatkanyang dengan perdarahan lebih banyakterjadi sebanyak 73 ibu bersalin(84,9%).

2. Distribusi hubungan karakteristik ibubersalin dengan kejadian retensioplasenta di RSUD Sayang Cianjurtahun 2017 Berdasarkan Usia lebihbanyak terjadi pada usia tidak beresiko20-35 tahun sebanyak 61 ibu bersalin(70,9%). Hasil analisis hubunganantara kejadian retensio plasentadengan usia ibu diperoleh nilai P =1,000 diketahui bahwa P value > αmaka tidak hubungan antara kejadianretensio plasenta dengan usia ibu.

3. Distribusi hubungan karakteristik ibubersalin dengan kejadian retensioplasenta di RSUD Sayang Cianjurtahun 2017 Berdasarkan Paritas lebihbanyak terjadi pada ibu dengan paritasmultipara/grande sebanyak 74 ibubersalin (86,0%). Hasil analisishubungan antara kejadian retensioplasenta dengan paritas diperoleh nilaiP = 1,000 diketahui bahwa P value > αmaka tidak hubungan antara kejadianretensio plasenta dengan paritas.

57

4. Distribusi hubungan karakteristik ibubersalin dengan kejadian retensioplasenta di RSUD Sayang Cianjurtahun 2017 Berdasarkan JarakKehamilan lebih banyak terjadi padajarak kehamilan tidak beresiko (2-10tahun) sebanyak 73 ibu bersalin(84,9%). Hasil analisis hubunganantara kejadian retensio plasentadengan jarak kehamilan diperoleh nilaiP = 0,653 diketahui bahwa P value > αmaka tidak hubungan antara kejadianretensio plasenta dengan jarakkehamilan.

5. Distribusi hubungan karakteristik ibubersalin dengan kejadian retensioplasenta di RSUD Sayang Cianjurtahun 2017 Berdasarkan RiwayatKomplikasi Persalinan lalu lebihbanyak terjadi pada tidak ada riwayatkomplikasi persalinan lalu sebanyak 63ibu bersalin (73,3%). Hasil analisishubungan antara kejadian retensioplasenta dengan riwayat komplikasipersalinan lalu diperoleh nilai P =1,000 diketahui bahwa P value > αmaka tidak hubungan antara kejadianretensio plasenta dengan riwayatkomplikasi persalinan lalu.

Page 61: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

SARAN

Bagi InstitusiDiharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapatdidapatkan referensi untuk penelitianselanjutnya serta menambah wawasanbahan materi dalam bahaya kehamilan,persalinan, nifas dan bayi baru lahir.

Bagi PenelitiDiharapkan dapat melakukan penelitiandengan menambahkan variabel yangbelum diteliti dan menganalisis lebihspesifik sehingga penyebab retensioplasenta dapat dipastikan secara lengkap.

Bagi mahasiswaPenelitian ini diharapkan mampumemberikan informasi untuk senantiasameningkatkan pengetahuan dalampelayanan dan deteksi dini kejadianretensio plasenta.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2017. MetodePenelitian Kebidnan dan Teknik AnalisisData. Jakarta: Salemba Medika.

JNPK-KR. 2014. Asuhan PersalinanNormal Asuhan Esensial bagi Ibu Bersalindan Bayi Baru Lahir SertaPenatalaksanaan Komplikasi SegeraPasca Persalinan dan Nifas. DepartemenKesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Kusmiyati, Yuni dkk. 2017. PerawatanIbu Hamil. Yogyakarta: FitraMaya.

Manuaba, I. A., Manuaba, I. B., &Manuaba, I. B. 2010. Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:EGC.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk. 2014.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan,dan KB. Jakarta: EGC.

58

Maternity, Dainty. 2016. AsuhanKebidanan Kehamilan. TanggerangSelatan: Binarupa Aksara Publisher.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2015. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta.

Prawirohardjo, Sarwono. 2012. IlmuKebidanan Sarwono Prawirohardjo.Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. IlmuKebidanan Sarwono Prawirohardjo.Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. IlmuKebidanan Sarwono Prawirohardjo.Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Rochjati, Poedji. (2011). SkriningAntenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya:

Page 62: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Pusat penerbitan dan Percetakan Unair(AUP).

Rohani dkk. 2016. Asuhan Kebidananpada Masa Persalinan. Jakarta: SalembaMedika.

Setiyaningrum, Erna dan Sugiarti. 2017.Buku Ajar Kegawatdaruratan Maternitaspada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas.Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Sulistyawati, Ari. 2016. AsuhanKebidanan Pada Masa Kehamilan.Jakarta: Salemba Medika.

Walyani, Elisabeth Siwi dan EndangPurwoastuti. 2015. Asuhan KebidananPersalinan & Bayi Baru Lahir.Yogyakarta: PT. PUSTAKA BARU.

Anita, Wan. 2017. Hubungan Paritas danriwayat Sectio Caesarea Dengan KejadianPlasenta Previa di RSUD Arifin AchmadPekanbaru.http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/download/1673/520diakses tanggal 03 OKtober 2018 pukul14.41 WIB.

Firdawanti, Wahyu Asih Winda danHerlina. 2015. Hubungan Seksio Sesareadan Paritas dengan Postpartum di RSUDAhmad Yani Kota Metro.https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKM/article/view/178/169 diakses tanggal 03 Oktober 2018 pukul14.16 WIB.

Lailannisa, Fitria. 2016. AsuhanKebidanan pada Ibu Bersalin DenganRetensio Plasenta di BPM Dede Asmara,S.ST Kabupaten Ciamis.http://ejournal.stikesmucis.ac.id/assets/dokument/13DB277108.pdf diakses tanggal06 Januari 2019 pukul 09.00 WIB.

59

Mufidati, Diana. 2014. Hubungan Paritasdengan Kejadian Retensio Plasenta padaIbu Bersalin di RSUD Dr. SoewandhieSurabaya.http://digilib.unusa.ac.id/index.php?page=showOff&kode=KT-BD-140064&file=uploads%2Fuploadtamandiri%2F250011107%2F250011107_DIANA_MUFIDATI_KTI_BAB_6.pdf diaksestanggal 03 Oktober 2018 pukul 11.25WIB.

Notikaratu, Mayang. 2013. HubunganFaktor Risiko Ibu Bersalin DenganRetensio Plasenta.https://www.academia.edu/8082696/HUBUNGAN_FAKTOR_RISIKO_IBU_BERSALIN_DENGAN_RETENSIO_PLASENTA diakses tanggal 08 Oktober 2018 pukul09.18 WIB.

Nurseha. 2014. Faktor-faktor yangBerhubungan dengan Pengetahuan BidanDalam Pelaksanaan Kuretase pada Pasiendi Ruang Bersalin Rumah Sakit UmumDaerah TGK. Chik Ditiro KabupatenPidie.http://simtakp.uui.ac.id/docjurnal/NURSEHA-jurnal.pdf diakses tanggal 08 Oktober2018 pukul 08.37 WIB.

Penting. 2013. Angka Kematian Ibu (AKI)Melonjak, Indonesia mundur 15 tahun.http://theprakarsa.org/new/ck_uploads/files/Prakarsa%20Policy_Oktober_Rev3-1.pdfdiunduh 26 September 2018 pukul 10.20Wib.

Permatasari, Fenny Apriana dkk. 2017.Faktor-faktor yang Berhubungan denganKejadian Perlengketan Plasenta (RetensioPlasenta) di Rumah Sakit Islam JakartaCempaka Putih.https://journal.uhamka.ac.id/index.php/arkesmas/article/download/512/261 diaksestanggal 26 September 2018 pukul 11.05Wib.

Page 63: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Purwanti, Sugi dan Yuli Trisnawati. 2015.Determinan Faktor penyebab kejadianperdarahan postpartum karena AtoniUteri.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=377423&val=6633&title=DETERMINAN%20FAKTOR%20PENYEBAB%20KEJADIAN%20PERDARAHAN%20%20%20POST%20PARTUM%20KARENA%20ATONIA%20UTERI diakses 03Oktober 2018 pukul 10.29 WIB.

Ramdhani, Nanda Putri. 2010. HubunganAntara Karakteristik Pasien denganKejadian Retensio Plasenta pada Pasienyang Dirawat di Rumah Sakit Al-IhsanBandung Periode 1 Januari 2010-31Desember 2010.https://id.scribd.com/document/288897221/Retensio-plasenta-Jurnal diakses tanggal28 Desember 2018 pukul 22.34 WIB.

60

Page 64: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIANRUPTURE PERINEUM DI RSUD SAYANG CIANJUR TAHUN 2017

Lena sri diniyatiProgram studi kebidanan

Akademi kebidanan al-ikhlas cisaruaTlp : 085718554447. Email: [email protected]

ABSTRAK

Tinggi kejadian Rupture Perineum di RSUD Sayang Cianjur pada Tahun 2017 terdapat 67ibu bersalin dengan kejadian rupture perinium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuifaktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Rupture Perineum pada ibu bersalin diRSUD Sayang cianjur tahun 2017. Populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu bersalinyang mengalami Rupture Perineum sebanyak 67 orang dan sampel yang digunakan adalahseluruh dari populasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisa datayang digunakan adalah analisa univariat dan Bivariat. Uji statistic hubungan kejadian ruptureperineum terhadap usia ibu di peroleh nilai P.Fisher Exact 2=1.000 diketahui bahwa p.value ≥

maka tidak ada hubungan antara kejadian rupture perineum dengan usia ibu. Ruptureperineum terhadap paritas nilai P.FE 2=1.000, maka tidak ada hubungan antara kejadianrupture perineum dengan paritas. Hasil uji statistik diperoleh nilai P.FE 2=0,635,maka tidakada hubungan antara kejadian rupture perineum dengan malpresentasi. Pada kejadian ruptureperineum terhadap berat badan bayi baru lagir P.FE=0,028 ,maka ada hubungan antarakejadian rupture perineum dengan Berat Badan Bayi lahir. Oleh karena itu, diharapakanuntuk dapat melakukan deteksi dini pada ibu bersalin sehingga dapat mencegah terjadinyarupture perineum.

Kata Kunci : Rupture Perineum, usia, paritas, malpresentasi, berat bayi lahir

61

Page 65: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

ABSTRACT

The high incidence of Rupture Perineum in Sayang Cianjur Hospital in 2017 there were 67mothers giving birth to the incidence of perinium rupture. This study aims to determine thefactors associated with the incidence of Rupture Perineum in mothers giving birth at SayangHospital cianjur in 2017. The population in the study were all mothers who had PerineumRupture as many as 67 people and the sample used was all of the population. The samplingtechnique uses total sampling. Analysis of the data used is univariate and Bivariate analysis.Test the statistical relationship of the incidence of perineal rupture to the age of the motherobtained P. Frisher Exact 2 = 1,000 is known that p.value ≥ then there is no relationshipbetween the incidence of perineal rupture with maternal age. Perineal rupture of P.FE 2 =1,000 parity values, there is no correlation between the incidence of perineal rupture andparity. The results of statistical tests obtained the value of P.FE 2 = 0.635, so there is norelationship between the incidence of perineal rupture and presentation. On the incidence ofperineal rupture of new baby body weight P.FE = 0.028, then there is a relationship betweenthe incidence of perineal rupture with the birth weight of the baby. Therefore, it is expected tobe able to make early detection of maternity so that it can prevent the occurrence of perinealrupture.

Keywords: Rupture Perineum, age, parity, presentation, weight of the baby born

62

Page 66: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

PENDAHULUAN

Robekan jalan lahir adalah trauma yangdiakibatkan oleh kelahiran bayi yangterjadi pada serviks, vagina, atauperineum. Dan robekan yang terjadi bisaringan (lecet,laserasi), luka episiotomi,robekan perineum spontan dari derajatringan sampai rupture perinci totalis(sfingter ani terpatus), robekan padadinding vagina, forniks uteri, servikks,daerah sekitar klitoris dan uretra bahkanyang terberat seperti rupture uteri(Maryunani, 2013).

Menurut penelitian (WHO) pada tahun2010 terjadi 2,7 juta kasus ruptureperineum pada ibu bersalin. Angkadiperkirakan akan meningkat mencapai 6,3juta dan pada tahun 2050 jika tidakmendapat perhatian dan penanganan yanglebih (Fathus, 2014).Di indonesia menurut SDKI tahun 2012sekitar 359 per 100.000 kelahiran hidupsedangkan pada tahun 2007 sekitar 228kematian dan masih tertinggi di Asia. Danmenurut Hasil survei sensus pendudukpada tahun 2012 AKI di indonesia menjadilebih rendah sekitar 359 per 100.000kelahiran hidup (SDKI, 2012).

Robekan Jalan lahir dialami oleh 85%wanita di indonesia tahun 2010 yangmelahirkan pervaginam. pada golonganumur 25-30 tahun yaitu sekitar 24 %sedangkan pada ibu bersalin usia 32 –39tahun sebesar 62 %. Rupture perineumperlu mendapatkan perhatian karena dapatmenyebabkan disfungsi organ reproduksiwanita, sebagai sumber perdarahan, dansumber atau jalan keluar masuknya infeksi,yang kemudian dapat menyebabkankematian karena perdarahan atau sepsis(Manuaba, 2010).

63

Hasil studi dari pusat penelitian dan pengembangan (Puslitbang) bandung telahmelakukan penelitian pada tahun 2009-2010 pada beberapa provinsi di indonesiadan didapatkan bahwa 1 dari 5 ibu bersalinyang mengalami ruptur perienum akanmeninggal dunia dengan persen (21,74%)(Siswono, 2006)

Berdasarkan data yang diperoleh penulis diRSUD Sayang Cianjur didapatkan padatahun 2017 yaitu sebanyak 67 kejadianrupture perineum dengan jumlahpersalinan 5887 orang, oleh karena itumasih tingginya angka kejadian ruptureperineum di RSUD Sayang Cianjur Tahun2016- 2017 (RSUD Sayang,2016).

Penyebab terjadinya rupture perineumdikarenakan perineum tidak cukup kuatmenahan regangan kepala bayi denganberat badan bayi yang besar dan penyebablainnya adalah partus presipitatus,perineum kaku, arcus pubis yang sempit,paritas dan perluasan dengan episiotomi(Novita, 2014). Akibat langsung dariruptur perineum adalah dapat terjadiperdarahan. Kesalahan dalam menjahitakan menimbulkan inkontinensia alvi(proses defekasi yang tidak ditahan)karena sfingter ani tidak terjahit dengansempurna, fistula rektovagina, introitusvagina menjadi longgar sehingga akanmenimbulkan keluhandalam hubunganseksual (Irawati, 2017)

Upaya yang dapat dilakukan dalammenurunkan kejadian rupture perineumantara lain dengan senam hamil danpertolongan persalinan yang aman. Senamhamil dapat dilakukan dari usia kehamilan28 minggu dapat membantu untukmelenturkan otot perineum dan membantuproses pernafasan sehingga diharpakandapat mengurangi kejadian ruptureperineum pada ibu bersalin (Irawati, 2017)

Page 67: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

METODE

Penelitian ini menggunakan metodepenelitian analitik yaitu survei ataupenelitian yang mencoba menggalibagaimana dan mengapa fenomenakesehatan itu terjadi. Kemudianmelakukan analisis dinamika korelasiantara fenomena atau antara faktor resikodengan faktor efek (Notoadmodjo, 2015).Populasi dalam penelitian ini adalahseluruh ibu bersalin dengan ruptureperineum di RSUD Sayang Cianjur yangberjumlah 67 orang. teknik pengambilansampel ini menggunakan total sampling,Sampel yang digunakan oleh peneliti yaituseluruh dari ibu bersalin dengan ruptureperineum di Rumah Sakit Umum DaerahCianjur tahun 2017 yang berjumlahsebanyak 67 orang.

Data yang diambil dari penelitian iniadalah menggunakan data sekunder. Dandata diambil dari rekam medik ibu bersalinyang mengalami rupture perineum selamatahun 2017 di Rumah Sakit Umum DaerahCianjur. instrumen penelitian ini berupachecklist untuk memperoleh data yangsesuai dengan tujuan penelitian.

Analisa data yang digunakan dalampenelitian ini univariat dan analisisbivariate dilakukan uji statistik yaitu kaikuadrat dan fisher exact.

HASILTabel 1 . Distribusi Frekuensi Semua Ibu

Bersalin yang mengalami RupturePerineum di RSUD Sayang Tahun 2017No Ibu bersalin Jumlah %

1 RupturePerineum

67 1,14

2 Tidak denganRupturePerineum

5820 98,86

Jumlah 5887 100

64

frekuensi ibu bersalin yang melahirkannormal di RSUD Sayang tahun 2017sebanyak 5887 (98,86%) orang, sedangkanibu bersalin dengan kejadian ruptureperineum 67 orang (1,14%).

Hubungan antara kejadian ruptureperineum dengan usia ibu didapatkanbahwa sebanyak 48 (82,8%) ibu bersalinyang berusia 20 tahun – 35 tahun yangmengalami rupture perineum denganderajat I & II, sedangkan ada banyak 10(17,2%) ibu bersalin yang berusia 20 - 35tahun yang mengalami kejadian ruptureperineum dengan derajat 3&4. Namun adasebanyak 8 (88,9%) ibu bersalin yangberusia <20 tahun atau >35 tahun yangmengalami kejadian rupture perineumdengan derajat I & II, sedangkan adasebanyak 1 (11,1%) ibu bersalin yangmengalami kejadian ruptur perineumdengan derajat III & IV.Dari HasilPenelitian ini diperoleh nilai pFisher’sExact 2= 1.000 dan pFisher Exact 1=0,543

diketahui bahwa p.Fisher Exact≥ dengandemikian maka H˳ diterima artinya tidakada hubungan antara kejadian rupturePerineum dengan usia ibu.

Hubungan antara kejadian ruptureperineum dengan paritas didapatkan bahwasebanyak 26 (83,9%) ibu bersalin denganparitasnya primipara yang mengalamikejadian robekan jalan lahir dengan derajatI & II, Sedangkan ada sebanyak 5 (16,1%)ibu bersalin yang paritasnya primiparayang mengalami kejadian ruptureperineum dengan derajat III & IV. Namunada sebanyak 30 (83,3%) ibu bersalinyang paritasnya Multigravida / Grandemultipara yang mengalami kejadianrupture perineum dengan derajat I & II,sedangkan ada sebanyak 6 (16,7%) ibubersalin yang paritasnya Multipara /Grande multipara mengalami kejadianrobekan jalan lahir dengan derajat III &IV.

Page 68: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Dari Hasil penelitian ini diperoleh nilaipFisher Exact 2= 1.000 dan pFisher Exact1=0,608diketahui bahwa P.Fisher Exact≥

dengan demikian maka H˳ diterimaartinya tidak ada hubungan antara kejadianrupture perineum dengan paritas.

Hubungan antara kejadian ruptureperineum dengan malpresentasi didapatkanbahwa ada sebanyak 7 (77,8%) ibubersalin yang malpresentasi bokong yangmengalami kejadian rupture perineumdengan derajat I & II, sedangkan adasebanyak 2 (22,2%) ibu bersalin yangmalpresentasi bokong yang mengalamikejadian robekan jalan lahir dengan derajatIII & IV. Namun ada sebanyak 49 (84,5%)ibu bersalin yang persalinannya denganmalpresentasi kepala yang mengalamikejadian rupture perineum dengan derajat I& II, sedangkan ada sebanyak 9 (15,5%)ibu bersalin yang persalinannya denganmalpresentasi kepala yang mengalamikejadian rupture perineum dengan derajatIII & IV. Dari hasil penelitian ini diperolehnilai pFisher’s Exact 2= 0,635 danpFisher’s Exact 1= 0,457 diketahui bahwap.Fisher Exact≥ dengan demikian makaH˳ diterima artinya tidak ada hubunganantara kejadian rupture perineum denganMalpresentasi.

Hubungan antara kejadian robekan jalanlahir dengan berat badan bayi lahirdidapatkan bahwa ada sebanyak 2 (40,0%)ibu bersalin yang melahirkan dengan BeratBadan Bayi lahir <2500 - >4000 gramyang mengalami kejadian ruptureperineum dengan derajat I & II, sedangkanada sebanyak 3 (60,0%) ibu bersalin yangmelahirkan dengan berat badan bayi lahir<2500->4000 gram yang mengalamikejadian rupture perineum dengan derajatIII & IV.

65

Namun ada sebanyak 54 (87,1%) ibubersalin yang melahirkan dengan beratbadan bayi lahir 2500-4000 gram yangmengalami kejadian rupture perineumdengan derajat I & II, sedangkan adasebanyak 8 (12,9%) ibu bersalin yangmelahirkan dengan berat badan bayi lahir2500-4000 gram yang mengalami kejadianrupture perineum dengan derajat III & IV.Dari Hasil penelitian ini diperoleh nilai pFisher’s Exact 2 = 0,28 dan p= Fisher’sExact 1 = 0,028 diketahui bahwa p.Fisher

Exact ≤ dengan demikian maka H˳ditolak dan artinya ada hubungan antarakejadian rupture perineum dengan BeratBadan Bayi lahir.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini diperoleh nilaip.Fisher Exact = 1.000 (p < 0,05) inimenunjukan tidak ada hubungan yangbermakna antara rupture perineum denganpersalinan normal. Hal ini sesuai denganteori karkata (2010), rupture perineumdapat mengakibatkan perdarahan sesuaidengan derajat laserasi yang terjadi padalaserasi I & II jarang terjadi perdarahan,namun pada laserasi perineum derajat III& IV sering menyebabkan perdarahanpostpartum.

Dari hasil penelitian ini diperoleh nilai p-Fisher Exact 2 = 1.000 dan p.Fisher Exact1= 0,543 (p < 0,05) ini menunjukan tidakada hubungan yang bermakna antararupture perineum dengan Usia ibu.Menurut Penelitian Mochtar (2015) yangdikemukakan oleh Eka (2015),menyatakan hasil uji Chi Square yangdiperoleh nilai p-value sebesar 0,434 (p >0,05) yang berarti tidak terdapat hubunganantara ruptur perineum dengan usia ibu.

Page 69: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Meskipun usia ibu normal apabila tidakberolahraga pagi dan rajin bersenggamadapat mengalami rupture perineum.Kelenturan jalan lahir dapat berkurangapabila calon ibu kurang berolahraga ataugenitalia yang sering terkena infeksi.Infeksi akan mempengaruhi jaringan ikatdan otot dibagian bawah dan membuatkelenturan yang hilang (karena infeksidapat membuat jalan lahir menjadi kaku).Hal ini juga dipengaruhi oleh perineumyang sempit dan elastisitas perineumsehingga akan mudah terjadinya robekanjalan lahir, oleh perineum yang sempit danelastisitas perineum sehingga akan mudahterjadinya robekan jalan lahir oleh karenaitu bayi yang mempunyai lingkar kepalamaksimal tidak dapat melewatinyasehingga dapat menyebabkan rupturperineum (Eka, 2015).

Dari hasil penelitian ini diperoleh nilaip.Fisher Exact 2 = 1.000 dan p.FisherExact 1= 0,608 (p < 0,05) ini menunjukan

bahwa P.Fisher Exact ≥ artinya tidak adahubungan antara kejadian ruptureperineum dengan paritas. Hal inidisebabkan tidak selalu ibu dengan paritassedikit (primipara) mengalami robekanjalan lahir dan paritas banyak (multiparadan grande multipara) tidak mengalamirupture perineum, karena setiap ibumempunyai tingkat tingkat keelastisanperineum yang berbeda-beda. Semakinelastis perineum maka kemungkinan tidakmengalami rupture perineum. Sesuaidengan teori yang ditulis oleh (walyani,2015) menyatakan pada paritas tinggi lebihdari 3 mempunyai angka kematianmaternal lebih tinggi.Pada kehamilan yangterlalu sering maka akan menyebabkanalat-alat reproduksi belum pulih dan belumsiap untuk menjalani proses persalinankembali sehingga menyebabkan daerahperineum mudah sekali rupture.

66

Paritas 2-3 merupakan paritas paling amanditinjau dari sudut kematian. Primiparamempunyai resiko rupture lebih tinggi,karena belum pernah mempunyaipengalaman dalam persalinandibandingkan pada multipara ataupungrande multipara.

Dari hasil penelitian ini diperoleh nilaip.Fisher Exact 2= 0,635 dan p.Fisher Exact1= 0,457 (p < 0,05) ini menunjukan bahwa

p.Fisher Exact≥ makaartinya tidak adahubungan antara kejadian ruptureperineum dengan Malpresentasi. MenurutWiknjosastro (2010),apabila terjadikesulitan melahirkan kepala janin dengancara mauriceau, dapat digunakan cunampiper. Ekstrasi cunam adalah tindakanobstetrik yang bertujuan untukmempercepat kala pengeluaran denganjalan menarik bagian terbawah janin(kepala) dengan alat cunam. Komplikasidapat timbul pada janin dan ibu,komplikasi pada janin adalah hematomapada kepala, perdarahan dalam tengkorak(intracranial hemorrhage), fraktur cranium,luka-luka lecet pada kepala. Sedangkankomplikasi yang terjadi pada ibu bersalinadalah rupture uteri, robekan pada portiouteri, vagina dan peritoneum, syok sertaperdarahan postpartum.

Dari hasil penelitian ini diperoleh nilaipFisher Exact 2= 0,28 dan pFisher Exact1= 0,28 (p < 0,05) ini menunjukan bahwa

p.Fisher Exact≥ makaartinya tidak adahubungan antara kejadian ruptureperineum dengan Malpresentasi. Hasilanalisis juga didapatkan nilai Odds Ratio(OR) sebesar 0,099 (0,01-0,68) artinyaberat badan bayi berpeluang untukmengalami rupture perineum 0,099 kalilebih besar dibanding dengan ibu yangtidak memiliki riwayat rupture perineum.

Page 70: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

diketahui bahwa p.Fisher Exact ≤ makaartinya ada hubungan antara kejadianrupture perineum dengan Berat BadanBayi lahir. Saifuddin (2012) menyatakanbahwa berat badan lahir adalah berat badanbayi yang ditimbang 24 jam pertamakelahiran. Semakin besar berat bayi yangdilahirkan meningkatkan risiko terjadinyalaserasi perineum. robekan perineumterjadi pada kelahiran dengan berat badanbayi yang besar. Hal ini terjadi karenasemakin besaar berat badan bayi yangdilahirkan akan meningkatkan risikoterjadinya laserasi perineum karenaperineum tidak cukup menahan regangankepala bayi dengan berat badan bayi yangbesar, sehingga pada proses kelahiran bayidengan berat badan yang lebih besar akanmengakibatkan laserasi perineum.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasantentang faktor-faktor yang berhubungandengan kejadian Rupture Perineum padaibu bersalin di RSUD Sayang CianjurTahun 2017 dapat disimpulkan1. Distribusi frekuensi ibu bersalin yang

mengalami Rupture Perineum diRSUD Sayang Cianjur Tahun 2017yang tertinggi adalah robekan jalanlahir dengan derajat I – II sebanyak 56orang dengan persentase 83,59%.

2. Distribusi frekuensi bersalin yangmengalami Rupture Perineum diRSUD Sayang Cianjur Tahun 2017yang tertinggi adalah rupture perineumdengan usia 20-35 tahun sebanyak 58orang dengan persentase 86,57%. Hasilanalisis hubungan antara kejadianRupture Perineum dengan usia ibudiperoleh nilai pFisher Exact 2= 1.000dan p.Fisher Exact 1= 0,543 diketahuibahwa P.Fisher Exact ≥ maka tidakada hubungan antara kejadian ruptureperineum dengan usia ibu.

67

3. Distribusi frekuensi bersalin yangmengalami Rupture Perineum diRSUD Sayang Cianjur Tahun 2017yang tertinggi adalah rupture perineumdengan paritas multipara/Grandesebanyak 36 orang dengan persentase53,73%. Hasil analisis hubunganantara kejadian rupture perineumdengan paritas diperoleh nilai p.FisherExact 2= 1.000 dan p.Fisher Exact1=0,608 diketahui bahwa P.FisherExact ≥ maka tidak ada hubunganantara kejadian rupture perineumdengan paritas.

4. Distribusi frekuensi bersalin yangmengalami Rupture Perineum diRSUD Sayang Cianjur Tahun 2017yang tertinggi adalah rupture perineumdengan malpresentasi kepala sebanyak57 orang dengan persentase 85,07%.Hasil analisis hubungan antarakejadian rupture perineum denganMalpresentasi diperoleh nilai p.FisherExact 2= 0,635 dan p.Fisher Exact1=0,457 diketahui bahwa P.FisherExact ≥ maka tidak ada hubunganantara kejadian rupture perineumdengan Malpresentasi.

5. Distribusi frekuensi bersalin yangmengalami Rupture Perineum diRSUD Sayang Cianjur Tahun 2017yang tertinggi adalah rupture perineumdengan berat badan bayi 25000-4000sebanyak 62 orang dengan persentase92,53%. Hasil analisis hubunganantara kejadian rupture perineumdengan Berat Badan Bayi lahirdiperoleh nilai p.Fisher Exact 2= 0,028dan p.Fisher Exact 1= 0,028 diketahui

bahwa P.Fisher Exact ≤ makaterdapat ada hubungan antara kejadianrupture perineum dengan Berat BadanBayi Lahir.

Page 71: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

SARAN

Untuk Institusi Pendidikan

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapatdijadikan bahan pustaka, informasi,dokumentasi dan bahan perbandinganuntuk studi kasus selanjutnya.Untuk Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat meningkatkan kualitasdari peneliti dengan meneliti variabel dantempat penelitian yang berbeda mengingatmasih banyak variabel lain yang perluditeliti menggunakan metode lain danmelakukan analisa penelitianBagi mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mampumemberikan informasi untuk senantiasameningkatkan pengetahuan dalampelayanan dan deteksi dini sertapenanganan kejadian rupture perinium.

68

DAFTAR PUSTAKA

Alkema, 2016 . Diunduh darihttps://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/deta/maternal-mortality. diakses pada tanggal 30September 2018 pukul 08.00

Alma, 2015. Diunduh darihttp://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2015/12_Jabar_2015.pdfdiakses pada tanggal 07 oktober2018 pukul 18.00

Fitria Dwi, 2013. Hubungan Berat BayiDengan Robekan Perineum PadaPersalinan Fisiologis Di RB LilikSidoardjo. Diunduh pada tanggal 14Desember jam 20.05http://journal.unusa.ac.id/index.php/jhs/article/download/91/82

Fitriana,2015. Hubungan Umur DanParitas Ibu Bersalin dengankejadian laserasi.http://jurnalkesehatan.unisla.ac.id/index.php/midpro/article/download/28/28

Izza, 2011. Rupture Perineum diunduh darihttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk/117/jtpunimus-gdl-izzatulyaz-5843-2-babii.pdf. Diakses pada tanggal 06oktober 2018 jam 10.00

Karkata MK.2010. Perdarahan Postpartum(PPP) Dalam: Saifuddin, AbdulB,DKK Edisi ke-4 Jakarta: PT BinaPustaka Sarwono Prawirohardjo

Trirestuti Chrisna dan Dewi puspitasari.2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan2. Jakarta: TIM

Manuaba, IAC, Dkk. 2010. IlmuKebidanan, Penyakit Kandungan,dan KB.Jakarta: EGC

Maryunani Anik dan Eka puspita. 2013.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal& Neonatal. Jakarta: TIM

Page 72: ISSN 2614-5650 (cetak) urnal

Mochtar, Rustam.2013. Synopsis ObstetricJilid I. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC

Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri.Jakarta: EGC.

Norma, Nita, dkk.2013. AsuhanKebidanan Patologi Teori danTinjauan Kasus.Yogyakarta: NuhaMedika

Notoadmodjo, S. 2015. MetodologiPenelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.

Prawirohardjo, Sarwono.2013. IlmuKebidanan Edisi Keempat. Jakarta:PT.Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono.2014. IlmuKebidanan Edisi Keempat. Jakarta:

PT.Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo

Rukiyah, AI Yeyeh dan Lia Yulianti.2014. Asuhan Kebidanan 4(patologis) Edisi Revisi. Jakarta:TIM

Rukiyah, AI Yeyeh dan Lia Yulianti.2016. Asuhan KebidananIIPersalinan. Jakarta: TIM

Saifuddin, A.B, 2012. Buku PanduanPraktis Pelayanan Kesehatan MaternalSetiyaningrum Erna dan Sugiarti. 2017.Buku Ajar Kegawatdaruratan MaternitasPada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas.Yogyakarta: Indomedika PustakaWalyani, Elisabeth Siwi dan EndangPurwoastuti. 2015. Asuhan Persalinan danBayi Baru Lahir. Yogyakarta: PustakaBaru Press.

69