ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal...

8
ISSN 2088-3307

Transcript of ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal...

Page 1: ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal Literasi.pdf · Layang tersebut berisi teguran dan keempat seniman itu diminta tegas

ISSN 2088-3307

Page 2: ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal Literasi.pdf · Layang tersebut berisi teguran dan keempat seniman itu diminta tegas

Volume 3 Halaman 93 - 99

ABDI DALEM DAN ABDI NEGARA: IDENTITAS GANDA SENIMAN-PRIYAYI KEMLAYAN SURAKARTA 1950-AN-1970-AN

ROYAL SERVANT AND STATE SERVANT: DOUBLE IDENTITY OF ARTIST-PRIYAYI IN KEMLAYAN, SURAKARTA, 1950s-1970s

Heri PriyatmokoKolumnis Solo Tempo Doeloe di Media Massa

Pos-el: [email protected]

Abstrak

Artikel ini membahas identitas seniman priyayi di Kemlayan, Surakarta pada masaperiode post-kolonial. Keraton Kasunanan tidak mempunyai otoritas untuk mengikatabdi dalem untuk melayani raja sesudah masa kemerdekaan. Raja tidak dapat menjaminkeuangan pangrawit di Kemlayan. Permasalahan yang menarik untuk dikaji adalahstrategi politis kultural yang digunakan komunitas seniman-priyayi di Kemlayan untukmenghadapi era yang berubah? Bagaimanakah identitas mereka setelah kelas sosialdihapus?

Dengankeahlian dalam seni, priyayi-seniman diKemlayan bergabung denganlembagakesenian milik pemerintah Indonesia untuk menjadi abdi negara. Mereka membantuKeraton Kasunanan dengan bergabung dalam acara-acara tradisional. Kemudian merekamendapat identitas baru tanpa kehilangan identitas sebelumnya sebagai abdi dalem. Merekajuga mempertahankan atribut priyayi mereka. Strategi yang digunakan priyayi-senimandi Kemlayan membawa hasil positif. Mereka mempunyai identitas ganda dan peranfungsional sebagai seniman tetap bertahan meskipun hegemoni keraton menghilang.Orientasi kerja mereka tidak lagi melayani raja. Sekarang mereka melayani rakyat dibidang kebudayaan sesuai rencana pemerintah. Identitas mereka sebagai priyayi diakuirakyat dan pemerintah sebagai penghormatan atas sumbangsih mereka.

Kata kunci: seniman, abdi dalem, hegemoni, identitas, priyayi

Abstract

This article explains the identity of artist-priyayi in Kemlayan, Surakarta during thepost-colonial period. Kasunanan court did not have the authority to keep abdi dalem toserve the king after the independence of Indonesia. The king could not guarantee thefinance of pangrawit in Kemlayan. The question to respond the situation is what culturalpolitical strategy was used by the artist-priyayi community in Kemlayan to deal with thechanging era? How was their identity after the social class was omitted?

With expertise in art, the artist-priyayi in Kemlayan joint art institution that belonged tothe Indonesian government to become abdi negara. They were helping Keraton Kasunananby joining in traditional events. Then they got new identity without losing their theprevious one, as abdi dalem. They also kept their priyayi's attributes. Strategy that was usedby the artist-priyayi in Kemlayan brought a positive outcome. They have double identityand the functional role as artists remained although keraton hegemony was gone. Theirwork orientation was not serving the king anymore. Now they serve people in culturesector according the government's plan. Their identity as priyayi was admitted by thepeople and government as respect for their contribution.

Keywords: artists, priyayi, abdi dalem, hegemony, identity

93

Page 3: ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal Literasi.pdf · Layang tersebut berisi teguran dan keempat seniman itu diminta tegas

Vol. 3, No.2, Desember 2013

A. Pendahuluan

Pada masa Paku Buwana XI (1939-1945),Keraton Kasunanan mengalami kesulitan disektor keuangan. Pemerintah Belanda men-dadak mengurangi anggaran belanja kerajaanbesar-besaran, karena terjadi perubahan statusdari vassal (tanah kerajaan) melebur menjadiwilayah Hindia Belanda secara permanen.Pemangkasan budget dikerjakan bertahapdengan mempertimbangkan jumlah pejabattingkat rendah bergaji sedikit yang bakalterkena imbas hematisasi. Sesuai perjanjian,anggaran dipotong sampai sekitar seperempatdalam bulan pertama dan berangsur-angsurakan dipangkas lebih besar di tahun berikutnyahingga separuh (Larson, 1990:300-301).

Bergulirnya kebijakan pahit ini membuat. pihak kerajaan hanya mampu menghidupi

abdi dalem secara pas-pasan. Kaum bangsawanpun terpaksa memasuki fase serba hemat,sederhana, danmeninggalkankebiasaanhidupmewah. Paku Buwana XI tidak sanggup ber-buat banyak dengan situasi tersebut. Akhir-nya, dilakukan pemangkasan jumlah pegawaikeraton secara besar-besaran. Kondisi itumeresahkan kawula dalem, termasuk abdidalem niyaga yang diminta berhenti bekerjasementara waktu (Waridi, 2001:58). Aksipemecatan ini dapat dimaknai sebagai tandamerosotnya kewibawaan Paku Buwana XI,Raja gagal menyelamatkan bawahannya daribadai masalah keuangan. Imbas buruknyaadalah perasaan hormat dan taat, kekaguman,dan pengabdian abdi dalem kepada rajaberkurang.

Badai kedua adalah lahirnya negaraRepublik Indonesia tahun 1945, dan terlebihsetelah pecahnya gerakan antiswapraja tahun1946, Keraton Kasunanan sudah tidak lagimemiliki ruang kekuasaan, baik dalam penger-tian geografis maupun politis. Tinggallahbangunan istana yang merupakan sumberkebudayaan Jawa lahiriah maupun batiniah.Dalam kedudukan yang demikian ini, pewarisdinasti Mataram Islam tersebut tidak punyaotoritas mengontrol abdi dalem, termasuk

94

kelompok abdi dalem niyaga yang bermukim dikampung Kemlayan.Abdi dalem niyaga ini padadasamya masuk dalam kategori kelompoksosial priyayi, sebagai kompensasi atas kese-diaan mereka mengabdi kepada keraton.

Keberadaan seniman-priyayi Kemlayandi tengah melemahnya ko~disi keraton inimenjadi permasalahanmenarik untuk dikupas.Apakah status sosial sebagai priyayi dan peranfungsional mereka sebagai seniman jugaikut tamat bersamaan hancurnya hegemonikeraton? Selain itu, strategi politik kulturalapa yang ditempuh komunitas seniman-priyayi Kemlayan untuk melewati perubahanzaman dan mempertahankan kehidupansosial-ekonominya? Bagaimana juga identitasmereka setelah dihapusnya stratifikasi sosialbangsawan-priyayi-wongcilikseiringtumbang-nya kekuasaan keraton?

Untuk memahami dinamika sejarah komu-nitas seniman-priyayi Kemlayan Surakarta danketerkaitan mereka dengan kekuasaan negaraRepublikIndonesia, dipakailahsumber sejarah.Beberapa sumber primer dalam penelitianini, di antaranya surat keputusan, piagampenghargaan, kekancingan, foto sezaman, danarsip lain yang relevan. Komunitas seniman-priyayi Kemlayan tidak banyak meninggalkandokumen mengenai riwayat hidupnya. Olehkarena itu, diperlukan wawancara mendalamuntuk mendapatkan keterangan lisan dariberbagai pihak terkait.

B. 1/Angkat Kaki" dari Keraton

Pergantian sistem pemerintahan darikerajaan ke Republik Indonesia tahun 1945membawa pengaruh besar dalam kehidupanKeraton Kasunanan, termasuk lingkunganabdi dalem. Keraton yang sebelumnya begitukuat mengontrol kehidupan abdi dalem lambatlaun mengurangi intervensinya. Keraton jugatak sanggup lagi memberi jaminan kehidupanmapan. BerdirinyaRepublikmembuka peluangmasyarakatumum untuk berkembang. Alhasil,kehidupan di luar lingkungan keraton mulaimenawarkan pilihan hidup yang lebih baikbagi para seniman.

Page 4: ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal Literasi.pdf · Layang tersebut berisi teguran dan keempat seniman itu diminta tegas

sedikit pembaruan dan mengubah orientasi.Diketahui bahwa fungsi abdi dalem melayaniraja dalam hubungan atas-bawah yang bersifatkonsentris membuat kedudukan birokrasidalam negara patrimonial hanya merupakankepanjangan tangan dari kekuasaan raja.Birokrasi tidak melayani masyarakatnya,melainkan melayani kepentingan raja (1994:184-193).

Pemerintah nasional Indonesia yang masihberumur muda ini memberi definisi baru padabirokrasi beserta mekanismenya, yaitu abdidalem keraton yang kemudian menjadi abdinegara itu diminta fokus melayani masyarakat,bukan penguasa. Etos pelayanan diperbesarketimbang etos kekuasaan, untuk mencegahterjadinya refeodalisasi. Pengangkatan abdinegara tidak berdasarkan kualifikasi genea-logis, tetapi berdasar kriteria rasional. Halberbeda dengan para abdi dalem yang diangkatkarena kemurahan raja.

Abdi dalem yang berasal dari kampungKemlayan yang direkrut pemerintah pusatmenjadi abdi negara dan diberi kesempatanmenularkan ilmu di lembaga KOKAR,yakni empu karawitan Warsadiningrat,Mlayawidada, Warsapangrawit, Djoyomlaya,Hadipurwoko, Karyopradangga, Gunopang-rawit, Yasapradangga, Martapangrawit,Parsono, Mlayareksaka, dan baru belakanganempu tari S.Ngaliman Tjondropangrawit.

Sebelum berdirinya KOKAR tempatpangrawit Kemlayan bekerja, beberapa darimereka telah membanting tulang membantupemerintah Republik Indonesia. Di satupihak, mereka masih tetap mengabdi kepadaKeraton Kasunanan walau tingkat loyalitasnyamenurun, tidak seperti zaman keemasan PakuBuwana X. Sekitar tahun 1947-1948,merekamasuk di Kantor Karesidenan sebagai stafkarawitan, akan tetapi tidak maksimal dalammencurahkan pikiran serta keahliannyalantaran job deskripsinya belum tertata rapidan iklim bekerja kantoran belum terbangun

Abdi Dalem dan Abdi Negara: Identitas Ganda Seniman-Priyayi Kemlayan Surakarta 1950-an-1970-an

Heri Priyatmoko

Kondisi tersebut memancing abdi dalemniyaga keraton keluar dari lingkungan yangsebelumnya menjadi prioritas hidup mereka.Mereka ingin bebas dari kekangan pihakistana. Selain hendak mencari penghidupanyang lebih layak di luar tembok keraton, parapemusik istana juga berupaya keras mengem-bangkan dan menyebarkan kemampuanyang dimilikinya kepada publik. Mereka ber-kemauan mengajarkan kesenian karawitandan tari gaya Surakarta yang merupakan hasildari patronase penguasa keraton.

Para pangrawit dan seniman tari yang"angkat kaki" dari istana bermaksud meng-ajarkan gending dan tari klasik gaya Surakartakepada masyarakat karena didasari olehkegelisahan bahwa para empu andalan darikeraton makin lama makin habis dikikis usia,selain pertimbangan pragmatis. Jika paraempu tetap di dalam keraton, tidak ada penye-barluasan pengetahuan dan keterampilanperihal gending dan tari klasik. Di titik ini,abdi dalem seniman tidak hanya memaknaikesenian tradisional sebagai kebutuhan, tetapijuga pengajaran sebagai hal yang urgen bagikelestarian gending Jawa dan tarian klasik gayaSurakarta (Tranggono, 1990).1

Bagai gayung bersambut, pemerintahpusat saat mendirikan Konservatori Karawitan(KOKAR) membutuhkan orang-orang yangsudah berpengalaman atau terampil memain-kan alat musik gamelan [awa untuk menjadipengajar. Sementara, orang yang pandaibermusik yang tidak lain adalah abdi dalemniyaga keraton itu mengharapkan sebuahpayung atau lembaga guna merealisasikanmimpi menularkan kepandaian berkeseniankepada publik secara lebih sistematis danterorganisasi.

Kuntowijoyo menjelaskan bahwa padaperiode awal kemerdekaan, pemerintahRepublik Indonesia dalam menjalankan peran-nya sebagai penguasa dan pengelola negara,mengadopsi model birokrasi kerajaan dengan

1 Buku resmi terbitan pernerintah (TVRI) tersebut rnengulas profil senirnan Kernlayan, yakni Mlayawidada danS. Ngalirnan Tjondropangrawit yang sernasa hidupnya sama-sama rnengalami kegelisahan dan berusaharnengenalkan karawitan dan tari pad a rnasyarakat.

_95_J

Page 5: ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal Literasi.pdf · Layang tersebut berisi teguran dan keempat seniman itu diminta tegas

Vol. 3, No.2, Desember 2013

(Wawancara Diyem, Surakarta, 2010).Mafhumbahwa model pemerintahan Karesidenanbelum map an, sebab masih tahap ujicobasebagai pengganti sistem pemerintahan tradi-sional kerajaan di Surakarta yang sedikit mem-peroleh dukungan massa.

C. Kontestasi Memperebutkan SenimanKemlayan

Kisah abdi dalem niyaga mendaftar menjadipegawai diceritakan oleh Mlayawidada. Suatuketika, ia memperoleh informasi dari tetanggasebelah rumahnya, Ndoyopradangga. Dika-barkan bahwa di Kantor Karesidenan Surakartamembutuhkan tenaga pangrawit. Tanpa sepe-ngetahuan pihak Keraton Kasunanan, Mlaya-widada mengajak Martapangrawit, Warso-pangrawit, dan Puspolalito mendaftarkandiri. Karena kantor ini membutuhkan tenagapangrawit dan pihak Karesidenan sudah men-dengar kepiawaian mereka menabuh gamelan,keempatsenimaninilangsungditerimamenjadistaf karawitan tanpa melewati tes wawancaradan uji kemampuan. Selain mempunyaikepandaian menabuh gamelan, mereka ber-empat ditarik sebagai staf karawitan kantorKaresidenan Surakarta agar lebih bebas dalammembantu perjuangan gerilya. Saat revolusifisik, rumah Mlayawidada memang dipakaiuntuk penitipan senjata dan perlengkapangerilya Iainnya,? Sebagai kompensasinya,mereka akan mendapat gaji Rp 250 per bulan.Untuk perbandingan, upah sehari-hari bekerjasebagai abdi dalem niyaga dibayar oleh keraton"hanya" sebesar Rp 10 per bulan. Tanggal 1Mei, Mlayawidada resmi diangkat menjadipegawai kantor Residen Surakarta.'

Berita mereka bekerja di tempat yang baruini sampai juga ke telinga pembesar keraton.Prabuwinoto sebagai pengangeng Amongrarasatau pemimpin niyaga keraton, melayangkan

surat kepada Mlayawidada, Martapangrawit,Warsopangrawit, dan Puspolalito. Layangtersebut berisi teguran dan keempat senimanitu diminta tegas memilih Keraton Kasunananatau Kantor Karesidenan Surakarta. Karenapertimbangan finansial dan faktor ambruknyahegemoni keraton, teguran ini diresponseniman Kemlayan dengan memutuskan tetapmencari sesuap nasi di Kantor KaresidenanSurakarta. Mereka menghadap Prabuwinotodan menyatakan diri ingin berhenti dariprofesi abdi dalem niyaga. Mengingat sulitnyamencari figur pengganti dan orang lamayang paham gending-gending Jawa gayaSurakarta, pengageng parentah keraton memberikelonggaran, yakni tugas mereka di dalamistana tetap dilaksanakan dan pekerjaan diKantor Karesidenan Surakarta dipertahankandemi mencukupi kebutuhan hidup (Saptono,1998:33-35).

Keputusan tersebut disetujui oleh ke-empat pangrawit dari Kemlayan ini dengansenang hati, meski di sisi lain mungkin terasapahit bagi keluarga Keraton Kasunanan sebabmerasa dilecehkan oleh bawahannya yanglancang berbuat demikian. Dalam perspektifkeluarga keraton, mungkin sekali munculpemikiran bahwa bagaimana pun abdi dalemniyaga ini telah bertahun-tahun ngawula dandibesarkan oleh Keraton Kasunanan sejakperiode Paku Buwana Xhingga Paku BuwanaXII. Tentu harapan yang dibangun petinggikeraton adalah aspek loyalitas atau kesetiaanpara abdi dalem semestinya dijaga kendatizaman berubah.

Dari realitas sejarah ini dapat ditafsirkanbahwa selepas kemerdekaan, terjadi suatukontestasi atau ajang adu kekuatan antarapemerintah Republik Indonesia dengan pe-tinggi Keraton Kasunanan demi mendapatkanatau memperebutkan seniman-seniman

2 Selain mempunyai kepandaian menabuh gamelan, mereka berempat ditarik sebagai staf karawitan kantorKaresidenan Surakarta agar lebih bebas dalam membantu perjuangan gerilya. Saat revolusi fisik, rumahMlayawidada memang dipakai untuk penitipan senjata dan perlengkapan gerilya lainnya. BacaMach. Nursjahid,"S. Mlayawidada Pemegang Anugerah Seni 1979", dalam Minggu Ini Suara Merdeka 16September 1979.

3 Surat Keputusan Residen Surakarta No 13/5k/Kar 29 November 1948.TahW1.1970,Mlayawidada resmi pensiundengan golongan I dan menerima gaji sebulan Rp 1.170.Periksa Arsip Surat Pensiun dan Tunjangan Kepala KantorUrusan Pegawai RI 16Maret 1970.

96

Page 6: ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal Literasi.pdf · Layang tersebut berisi teguran dan keempat seniman itu diminta tegas

Abdi Dalem dan Abdi Negara: Identitas Ganda Seniman-Priyayi Kemlayan Surakarta 1950-an-1970-an

Heri Priyatmoko

Kemlayan. Hasil kontestasi antara dua keku-asaan tersebut secara jelas dimenangkan olehpemerintah Republik Indonesia lantaran lebihmampu menjamin kehidupan para senimanKemlayan, baik secara ekonomi maupunsosial.

Dipahami pula bahwa pascakemerdekaan,posisi tawar abdi dalem niyaga relatif tinggisebab memiliki keahlian menabuh gamelanyang mumpuni. Bermodal kemampuan itulah,para pangrawit dapat menentukan pilihansiapa majikannya, karena posisinya memangsangat dibutuhkan oleh penguasa untuk alatlegitimasi kekuasaan di ranah kebudayaan.Dengan mempunyai dua majikan, berartidapat dinyatakan bahwa identitas senimanKemlayan tersebut ganda, yaitu sebagai abdidalem sekaligus abdi negara.

Seniman Kemlayan yang terakhir ditarikoleh pemerintah pusat untuk membagikanilmunya di KOKAR Surakarta, yaitu S.Ngaliman Tjondropangrawit. Tahun 1952,pangkat S. Ngaliman sebagai abdi dalem niyagadi Keraton Kasunanan naik menjadi abdidalem Lurah Miji pengendang dengan namakekancingan Tjondropangrawit. Baru tahun1956, S. Ngaliman diangkat pegawai negeripada KOKAR (Haryono, 1997:55).

Tidak semua seniman Kemlayan ter-wadahi di instansi KOKAR Sebagai contoh,Gunapangrawit dipercaya sebagai pangrawitrebabdikelompokkarawitanRirisRarasIramadibawahnaunganRadioRepublikIndonesia(RRI)Surakarta. Kemudian Turahyo Harjomartono,didapuk (ditunjuk) sebagai pangrawit kendangdi RRI Surakarta dan mengajar di InstitutSeni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan matapelajaran Praktik Karawitan Surakarta 11.4Di Akademi Karawitan Surakarta (ASKI),Turahyo juga diminta untuk membagikanilmunya tentang Tabuh Sendiri Gender ber-sarna Martapangrawit dan Mlayawidada,"Meski telah menerima penghasilan dari luarkeraton, ia masih merangkap sebagai abdi

dalem Keraton Kasunanan seperti layaknyaKRT. Warsadiningrat, Mlayawidada, Warso-pangrawit, Yasapradangga, Djoyomlaya, Hadi-purwoko, Karyopradangga, Martapangrawit,Parsono, dan Mlayareksaka.

D. Kreativitas yang Tak Tumpul

Di tempat kerja baru yang ini, kreativitasseniman tidak tumpul, malah kian ber-kembang. Mlayawidada, misalnya, berhasilmendokumentasikan notasigending Jawa gayaSurakarta 3 jilid. Gending-gending yang dimuatdalam tiga jilid buku itu dikumpulkan daricatatan abdi dalem niyaga Keraton Kasunananyang tinggal di Kemlayan, yaitu KRT.Warsadiningrat, RNg. Purwapangrawit, RNg.Mlayasutedja, dan RNg. Djoyomlaya.

Hasil identifikasi tersebut menunjukkanbahwa sejumlah 1270 komposisi musikal(gending) Jawa gaya Surakarta sebagai warisanbudaya yang begitu berharga berhasil didoku-mentasikan dalam bentuk notasi balungangending. Ketiga jilid buku tersebut sampaisekarang digunakan sebagai acuan utamamasyarakat karawitan [awa gaya-Surakarta,terutama bagi pendidikan formal. Dalamperkembangannya, seiring dengan semakinmeningkatnya lulusan Kokar dan ASKISurakarta yang berasal dari luar daerah danmenyebar ke kota-kota diJawa, sebagiannotasirepertoar gending yang tercatat dalam bukuitu ikut mengalir pula ke berbagai kelompokkarawitan di beberapa kota dan daerah, bahkanhingga ke mancanegara (Waridi, 2008:78).

Berkat keberadaan abdi dalem niyagakeraton yang berkiprah di KOKAR dan ASKI,membawa dampak positif dalam penyebaranpengetahuan karawitan terutama gayaSurakarta. Sebagaimana yang diutarakanSumarsam bahwa semenjak didirikanKOKAR dan ASKI, pelajaran praktik gamelanselalu mendapat ajaran dan bimbingan daripangrawit-pangrawit keraton yang terkenal.Lulusan dari sekolah ini mempunyai catatan-

4 Arsip Surat Keputusan Rektor ISI Yogyakarta tentang Daftar Tenaga Luar Biasa Pada ISI Yogyakarta 1979.5 Arsip Keputusan Pirnpro ASK! No. 0120/PAK-I/K/76-77 Tangga117 Mei 1977.

Page 7: ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal Literasi.pdf · Layang tersebut berisi teguran dan keempat seniman itu diminta tegas

Vol. 3, No.2, Desember 2013

catatan notasi yang diperoleh sewaktu merekabelajar. Sumber timbulnya notasi berasaldari para pangrawit keraton yang mengajardan melayani mereka. Lulusan dari keduasekolah tersebut telah tersebar luas, bahkansampai di luar [awa maupun di luar negeri(termasuk Sumarsam sendiri) yang tugasnyakebanyakan mengajar atau membimbing senikarawitan. Sudah selayaknya kalau merekaakan mengajar berdasarkan catatan atau bukuyang dipunyai (Sumarsam, 1976:1).

Abdi dalem pembuat gamelan dariKemlayan, R.Ng. Yasapradangga juga ditarikoleh pemerintah di KOKAR.Pada permulaanberdirinya KOKAR, pemerintah memangsangat berkepentingan dengan beliau dalamprogram pengembangan kawruh atau teknikmembuat dan merawat gamelan. Tujuanutama Yasapradangga bersedia mengabdidi KOKAR adalah ingin mewariskan ilmuyang dimilikinya kepada generasi mud a,mumpung pemerintah telah memberi jalanyang strategis. Di tempat inilah, kreativitasYasapradangga kian tumbuh dan terdoronguntuk mengembangkan diri. Yasapradanggaresmi pensiun dari tugas mengajar di KOKARpada tahun 1959(Hardjoprasonto, 1997:55-56).

Selain mengajar di kelas, seniman-priyayiKemlayan ditugaskan menjalin hubungandengan masyarakat luar lewat jalur kesenian.Berikut ini rincian tugas dan peran nyata stafpengajar di KOKAR di dunia luar, melaluiberbagai kegiatan berikut.1. Mengadakan pergelaran wayang kulit guna

menunjukkan kepentingan kedudukankarawitan dalam pedalangan.

2. Mendampingi para siswa Konservatorimengadakan siaran karawitan di RRIstudio Surakarta.

3. Dua kali dalam sebulan staf karawitanpada Konservatori melayani siaran danmasyarakat.

4. Bulan Mei 1951 Konservatori membantuHimpunan Budaya Surakarta untukmelayani Himpunan KebudayaanKabupaten di Lumajang.

98

5. BulanMei 1952Konservatori mengirimkanbeberapa orang pegawai keNganjuk untukmembantu Krida Langen Budaya di sana.

6. Sejak [uli 1951hingga kini (1956)Konser-vatori mengirimkan beberapa orangpegawai ke Kediri sebulan sekali dantiga hari berturut-turut melatih kaderpedalangan dan karawitan padaKebudayaan Nasional Pancasila di sana(Departemen Penerangan, 1956:453-454).

E. Simpulan

Dari paparan fakta-fakta di atas, dapatdisimpulkan bahwa meski para abdi dalemniyaga berasal dari kampung Kemlayanadalah produk masa lalu Keraton Kasunanan,mereka dapat bertahan dari terpaan zamankendati kekuatan patron mereka sudah di-nyatakan ambruk dengan lahirnya negaraRepublik Indonesia. Para bangsawan keraton"bertumbangan" dan tidak siap menyongsongzaman baru karena tidak mempunyai strategidan alat (kepandaian) untuk mengikutiperubahan zaman. Kondisi berbeda justrudialami seniman-priyayi Kemlayan. Berbekalkeahlian seni dan setia hidup di jalur kesenian,abdi dalem niyaga tersebut mulai masuk dilingkungan pemerintahan Republik Indonesia.Pemerintah Republik Indonesia dipilih menjadipatron utama oleh komunitas seniman-priyayiKemlayan sebab mampu memberikan jaminanekonomi dan status sosial. Di lain pihak, tugas-tugas di keraton tidak sepenuhnya merekatinggalkan.

Dengan bekerja di lembaga pemerintahRepublik Indonesia dan melayani masyarakat,mereka justru memperoleh identitas barutanpa harus menanggalkan identitas lamasebagai abdi dalem Keraton Kasunanan berikutsimbol kepriyayian yang mereka rruliki (gelar,bahasa, dan rumah). Masyarakat dan peme-rintah tidak menyoal atribut atau simbolyang dikenakan seniman-priyayi Kemlayanberkesinambungan kendati stratifikasi sosialtelah terhapus. Sebaliknya, masyarakat danpemerintah malah segan terhadap mereka

Page 8: ISSN 2088-3307 - repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/10180/1/Artikel Heri Priyatmoko Jurnal Literasi.pdf · Layang tersebut berisi teguran dan keempat seniman itu diminta tegas

Abdi Dalem dan Abdi Negara: Identitas Ganda Seniman-Priyayi Kemlayan Surakarta 1950-an-1970-an

Heri Priyatmoko

karena pelayanan terhadap masyarakat dankerja kulturalnya cukup nyata, serta menjadirujukan publik yang berkeinginan mem-pelajari kesenian tradisional gaya Surakarta.Oleh karena itu, pada akhimya merekapun beridentitas ganda. Hal itu suatu bukti"kemenangan" atau kesuksesan abdi dalemniyaga beradaptasi dengan zaman yang telahberubah.

Keputusan komunitas seniman-priyayiKemlayan memilih menjadi tenaga pengajardi lembaga-Iembaga kesenian pemerintahmerupakan strategi politik kultural yang cerdas.Mereka konsisten menekuni dunia keseniandan membawa dampak positif bagi mereka.Lewat lembaga yang didirikan pemerintahinilah, seniman Kemlayan tetap dapat eksis,berkreasi,danmencarinafkah untukmencukupikebutuhan hidup. Dengan demikian dapatditegaskan bahwa seniman-priyayi kampungKemlayan memberi kontribusi yang besar bagipengaderan lahirnya seniman karawitan yangandal. Selain itu, mereka mengembangkankarawitan yang berkembang di keraton ke luartembok keraton dengan memberi kesempatanmasyarakat luas untuk belajar dan memperolehpengetahuan serta keterampilan menguasaikarawitan gaya Surakarta. Hal itu berarti,peran fungsional mereka sebagai senimantetap berjalan kendati zaman telah berubah.Orientasinya tidak melayani raja lagi,melainkanmelayani masyarakat seperti yang dikehendakipemerintah.

Daftar Pustaka

Aliyah, Istijabatul. 2002. "Landasan KonsepKonservasi Kampung Kemlayan SebagaiKawasan Seni dan Budaya [awa diSurakarta." Tesis. Semarang: ProgramMagister Teknik Arsitektur UniversitasDiponegoro.

Hardjoprasonto, Soemardjo.1997.Bunga RampaiSeni Tari Solo. Jakarta: Taman MiniIndonesia Indah.

Haryono, 1997."5. Ngaliman Tjondropangrawit:Dari Seorang Pengrawit Menjadi Empu

Tari Sebuah Biografi." Tesis. Yogyakarta:ProgramStudiPengkajianSeniPertunjukanUGM.

Kuntowijoyo.1994.Demokrasi & Budaya Birokrasi.Yogyakarta:Bentang.

Larson,George D. 1990.Masa Menjelang Revolusi:Kraton dan Kehidupan Politik di Surakarta,1912-1914. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Nursjahid, Moch. 1979. "5. MlayawidadaPemegang Anugerah Seni 1979," dalamMinggu Ini Suara Merdeka 16September.

Radjiman.1984.SejarahMataram Kartasura SampaiSurakarta Hadiningrat. Surakarta: TokoBukuKrida.

Saptono. 1998. "Mloyowidodo Sebagai SumberSejarah Lisan: Sebuah Biografi." Tesis.Yogyakarta: Program Studi PengkajianSeniPertunjukan UGM.

Sumarsam. 1976.Kendangan Gaya Solo. Surakarta:ASK!.

Tranggono, Indra. dkk. 1990.30 Profil BudayawanIndonesia. Yogyakarta:TVRI.

Waridi. 2001. Martapangrawit Empu KarawitanGaya Surakarta. Yogyakarta:Mahavhira.

Waridi. 2008. Gagasan dan Kekaryaan Tiga EmpuKarawitan: Pilar Kehidupan KarawitanJawa Gaya Surakarta 1950-1970-an (KiMartapengrawit, Ki Tjakrawarsita, KiNartasabda). Bandung:EtnoteaterPublisher,BAAC,Pascasarjana 151Surakarta.

ArsipSurat Keputusan Residen Surakarta No 13/5k/

Kar 29November 1948.Surat Keputusan Pimpro ASK!No. 0120/PAK-

l/K/76-77 Tanggal17 Mei 1977.Surat Pensiun dan Tunjangan Kepala Kantor

Urusan Pegawai RI 16Maret 1970.Surat Keputusan Rektor 151Yogyakarta tentang

Daftar Tenaga Luar Biasa Pada 151Yogyakarta 1979.

Departeman Penerangan RepublikProvinsi Djawa Tengah.Departeman PeneranganIndonesia, 1956

IndonesiaDjakarta:Republik

Wawancara

Wawancara Diyem, Surakarta, tahun 2010.99