ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional...

25
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853- 2265 DAYA SAING INVESTASI DAN PERDAGANGAN KEPULAUAN RIAU SEBAGAI GARDA TERDEPAN PERBATASAN INDONESIA-SINGAPURA Oleh Ade Priangani Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNPAS Bandung Abstrak Istilah daya saing (competitiveness), meskipun setidaknya telah “diawali” oleh konsep keunggulan komparatif (comparative advantage) Ricardo sejak abad 18, kini mendapat perhatian yang semakin besar terutama tiga dekade belakangan ini. Daya saing, satu dari sekian jargon yang sangat populer, tetapi tetap tak sederhana untuk dipahami. Seperti diungkapkan oleh Garelli (2003), konsep yang multidimensi ini sangat memungkinkan beragam definisi dan pengukuran. Tidaklah mengejutkan jika perkembangan pandangan dan diskusi tentang daya saing tak luput dari kritik dan perdebatan yang juga terus berlangsung hingga kini. Kata Kunci: Daya saing, investasi, perdagangan, Kepulauan Riau. Pendahuluan Dalam literatur, istilah “daya saing” (competitiveness) mempunyai interpretasi/tafsiran beragam. Tak satupun yang penulis klaim sebagai “definisi baku” yang diterima semua pihak. Tentang ini, barangkali benar yang disampaikan Michael Porter: “There is no accepted definition of competitiveness. Whichever definition of competitiveness is adopted, an even more serious problem has been there is no generally accepted theory to explain it . . .. “ (Porter, 1990). “Competitiveness remains a concept that is not well understood, despite widespread acceptance of its importance . . . . “(Porter, 1990). Perkembangan terakhir mengindikasikan bahwa perumusan paradigma untuk pengembangan daya saing itu harus memperhatikan faktor-faktor: kompetisi, intervensi minimal dari pemerintah (negara), penemuan ide-ide asli (genuine idea), dan perhitungan secara cermat dampak globalisasi terhadap kehidupan sosial-politik satu bangsa. Dari keempat faktor ini, globalisasi merupakan faktor predator.

Transcript of ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional...

Page 1: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

DAYA SAING INVESTASI DAN PERDAGANGAN KEPULAUAN RIAU SEBAGAI GARDA TERDEPAN PERBATASAN INDONESIA-SINGAPURA

Oleh Ade Priangani Dosen Prodi Ilmu Hubungan Internasional FISIP UNPAS Bandung

Abstrak Istilah daya saing (competitiveness), meskipun setidaknya telah “diawali” oleh konsep keunggulan komparatif (comparative advantage) Ricardo sejak abad 18, kini mendapat perhatian yang semakin besar terutama tiga dekade belakangan ini. Daya saing, satu dari sekian jargon yang sangat populer, tetapi tetap tak sederhana untuk dipahami. Seperti diungkapkan oleh Garelli (2003), konsep yang multidimensi ini sangat memungkinkan beragam definisi dan pengukuran. Tidaklah mengejutkan jika perkembangan pandangan dan diskusi tentang daya saing tak luput dari kritik dan perdebatan yang juga terus berlangsung hingga kini. Kata Kunci: Daya saing, investasi, perdagangan, Kepulauan Riau.

Pendahuluan

Dalam literatur, istilah “daya saing” (competitiveness) mempunyai

interpretasi/tafsiran beragam. Tak satupun yang penulis klaim sebagai

“definisi baku” yang diterima semua pihak. Tentang ini, barangkali benar

yang disampaikan Michael Porter: “There is no accepted definition of

competitiveness. Whichever definition of competitiveness is adopted, an

even more serious problem has been there is no generally accepted theory

to explain it . . .. “ (Porter, 1990). “Competitiveness remains a concept that is

not well understood, despite widespread acceptance of its importance . . . .

“(Porter, 1990).

Perkembangan terakhir mengindikasikan bahwa perumusan

paradigma untuk pengembangan daya saing itu harus memperhatikan

faktor-faktor: kompetisi, intervensi minimal dari pemerintah (negara),

penemuan ide-ide asli (genuine idea), dan perhitungan secara cermat

dampak globalisasi terhadap kehidupan sosial-politik satu bangsa. Dari

keempat faktor ini, globalisasi merupakan faktor predator.

Page 2: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 82

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

Maksudnya rumusan atau

pemahaman terhadap ketiga faktor

yang lain sangat ditentukan oleh

pemahanian kita mengenai "apa

itu globalisasi"

Konsep daya saing, dalam

kamus besar Bahasa Indonesia

adalah kemampuan makhluk hidup

untuk dapat tumbuh (berkembang)

secara normal di antara makhluk

hidup lainnya sebagai pesaing

dalam satu habitat (dalam satu

bidang usaha dsb); sedangkan

menurut Riswanda Imawan dalam

Jurnal Politika, Vol. 6, No.1, Juli

2002, berkaitan dengan aktivitas

perekonomian dan hal itupun

biasanya dipahami dalam

kerangka pikir ekonomik. Konsep

ini pada dasarnya menjelaskan

upaya peningkatan bargaining

position dalam rangka

memaksimalkan pencapaian

tujuan kita berhadapan dengan

posisi dan tujuan pihak lain.

(Riswanda, 2002: 79-80)

Dalam ekonomi, menurut

Farrel, M.J. dalam Journal of the

Royal Statistic Society, Series A,

CXX, Part 3, 253-290, dikatakan

bahwa daya saing pada tingkat

mikro (perusahaan – firm level)

sering diartikan sebagai : satu,

Kemampuan suatu perusahaan

menguasai, meningkatkan dan

mempertahankan suatu posisi

pasar; dua, Kemampuan suatu

perusahaan mengatasi perubahan

dan persaingan pasar dalam

memperbesar dan

mempertahankan keuntungannya

(profitabilitas), pangsa pasar,

dan/atau ukuran bisnisnya (skala

usahanya); dan tiga, Kapasitas

menjual produk secara

menguntungkan (Cockburn, et al.,

1998).

Dalam pandangan Porter

(1990), Konsep keunggulan

kompetitif adalah suatu cara yang

dilakukan oleh perusahaan untuk

memperkuat posisinya dalam

menghadapi pesaing dan mampu

menunjukkan perbedaan-

perbedaan dengan lainnya.

Selanjutnya Porter

menyatakan bahwa pusat

perhatian perusahaan untuk

memelihara dan menciptakan

keunggulan kompetitif adalah

mencapai kinerja yang besar,

sedangkan yag dimaksudkan

kinerja yang baik adalah yang

memenuhi kondisi berikut : satu,

Tujuan yang jelas dan pemenuhan

kebijaksanaan fungsi manajemen

seperti produksi dan pemasaran

selalu secara kolektif

Page 3: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 83

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

memperlihatkan posisi yang kuat

di pasar; dua, Tujuan dan

kebijaksanaan tersebut tumbuh

berdasarkan kekuatan serta

diperbaharui secara terus menerus

sesuai dengan perubahan peluang

dan ancaman lingkungan

eksternal; tiga, Harus memenuhi

eksploitasi dan kompetisi khusus

(distentive competency) sebagai

faktor pendorong (drives factors)

untuk menjalankan sebuah

perusahaan serta dapat dilakukan

dinamis.

Kompetitif dalam hal ini

adalah salah satu cara yang

dilakukan oleh perusahaan untuk

menerapkan cara membedakan

dirinya dengan para pesaingnya.

Di samping itu, Porter melihat

bahwa salah satu faktor yang

paling penting untuk menghadapi

persaingan global adalah

kemampuan kompetitif yang

dimiliki suatu negara. Jika suatu

negara mempunyai keunggulan

dalam hal faktor biaya atau mutu

faktor yang digunakan untuk

menghasilkan suatu produk, maka

negara itu akan menjadi tempat

produksi dan ekspor akan mengalir

ke negara lain. Lebih lanjut

dikatakan bahwa untuk mencapai

keunggulan kompetitif diperlukan 3

(tiga) strategi: (1) strategi

keunggulan biaya; (2) strategi

diferensiasi, dan (3) strategi fokus.

Dalam era globalisasi

ekonomi, keunggulan kompetitif

menjadi faktor yang tidak bisa

diabaikan. Oleh karena dalam era

seperti ini tidak cukup hanya

mengandalkan keunggulan

komparatif yang dimiliki suatu

negara, sebab dalam konteks daya

saing komoditas yang akan

diperdagangkan memiliki

keunggulan komparatif dari segi

kelimpahan faktor, tetapi belum

tentu kompetitif. Oleh karena itu

Thurow (1996) mengungkapkan

bahwa suatu saat konsep

keunggulan komparatif itu akan

bergeser memperhitungkan

teknologi sebagai unsur dinamis,

oleh karena penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi telah

mampu menghasilkan peralatan

canggih untuk menggeser

sebagian besar tenaga kerja

manusia, sehingga ratio

modal/tenaga kerja bukan lagi

menjadi variabel-variabel penting,

walaupun tenaga kerja tetap

dibutuhkan namun peranannya

menjadi sangat kurang dalam

proses produksi.

Page 4: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 84

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

Gunawan (1998)

selanjutnya mengemukakan

bahwa competitive advantage

adalah suatu usaha yang lebih

baik dibandingkan dengan wilayah

lain termasuk kemampuan

penyesuaian teknologi hardware

(mesin produksi). Untuk

memelihara keunggulan kompetitif

yang berkelanjutan (sustainable

competitive advantage) adalah

merupakan tugas yang harus

direalisasikan.

Dalam konteks lainnya,

Tambunan (1996) mengemukakan

bahwa daya saing suatu

komoditas di pasar internasional

juga ditentukan oleh teknologinya.

Di masa depan tuntutan teknologi

merupakan karakteristik dalam

proses pengembangan ekspor

dengan mengambil dasar

pemikiran dan asumsi-asumsi

yang dibangun oleh teori klasik,

oleh karena teori-teori klasik tidak

melihat pentingnya pengaruh

proses teknologi terhadap pola

perdagangan dunia. Pada akhirnya

dikatakan bahwa keunggulan

kompetitif akan lebih menentukan

daya suatu negara atau suatu

komoditas daripada keunggulan

komparatifnya. Paltts dan Gregory

(1991) mengungkapkan bahwa

faktor pemilihan tergantung pada

keunggulan suatu komoditi yang

dihasilkan oleh perusahaan atau

industri tergantung pada

permintaan konsumen terhadap

produk cukup signifikan

mendorong perusahaan untuk

lebih kompetitif.

Berkaitan dengan daya

saing suatu komoditas, pola

perdagangan sekarang ini tidak

serta merta melihat pendekatan

pasar sebagai dasar untuk

melakukan strategi (market based

strategy) di dalam melakukan

perdagangan internasional, tetapi

juga didasarkan pada pentingnya

pendekatan yang disebut dengan

resource based strategy diamana

faktor sumber daya menjadi lebih

penting.

Indeks daya saing menurut

World Economic Forum (WEF)

dibentuk oleh 3 unsur utama, yaitu

persyaratan dasar, penopang

efisiensi, faktor inovasi dan

kecanggihan.

Menurut Porter, suatu

negara memperoleh keunggulan

daya saing / competitive

advantage (CA) jika perusahaan

(yang ada di negara tersebut)

kompetitif. Daya saing suatu

negara ditentukan oleh

Page 5: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 85

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

kemampuan industri melakukan

inovasi dan meningkatkan

kemampuannya. Perusahaan

memperoleh (CA) karena tekanan

dan tantangan. Perusahaan

menerima manfaat dari adanya

persaingan di pasar domestik,

supplier domestik yang agresif,

serta pasar lokal yang memiliki

permintaan tinggi. Perbedaaan

dalam nilai-nilai nasional, budaya,

struktur ekonomi, institusi, dan

sejarah semuanya memberi

kontribusi pada keberhasilan

dalam persaingan. Perusahaan

menjadi kompetitif melalui inovasi

yang dapat meliputi peningkatan

teknis proses produksi atau

kualitas produk. Selanjutnya Porter

mengajukan Diamond Model (DM)

yang terdiri dari empat determinan

(factor-faktor yang menentukan)

National Competitive Advantage

(NCA). Empat atribut ini adalah:

factor conditions, demand

conditions, related and supporting

industries, dan firm strategy,

structure, and rivalry. (Cho dan

Moon, 2003)

Factor conditions mengacu

pada input yang digunakan

sebagai faktor produksi, seperti

tenaga kerja, sumber daya alam,

modal dan infrastruktur. Argumen

Porter, kunci utama faktor produksi

adalah “diciptakan” bukan

diperoleh dari warisan. Lebih jauh,

kelangkaan sumber daya (factor

disadvantage) seringkali

membantu negara menjadi

kompetitif. Terlalu banyak (sumber

daya) memiliki kemungkinan disia-

siakan, ketika langka dapat

mendorong inovasi.

Demand conditions,

mengacu pada tersedianya pasar

domestik yang siap berperan

menjadi elemen penting dalam

menghasilkan daya saing. Pasar

seperti ini ditandai dengan

kemampuan untuk menjual

produk-produk superior, hal ini

didorong oleh adanya permintaan

barang-dan jasa berkualitas serta

adanya kedekatana hubungan

antara perusahan dan pelanggan.

Related and Supporting

Industries, mengacu pada

tersedianya serangkaian dan

adanya keterkaitan kuat antara

industri pendukung dan

perusahaan, hubungan dan

dukungan ini bersifat positif yang

berujung pada penngkatan daya

saing perusahaan. Porter

mengembangkan model dari faktor

kondisi semacam ini dengan

industrial clusters atau

Page 6: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 86

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

agglomeration, yang memberi

manfaat adanya potential

technology knowledge spillover,

kedekatan dengan dengan

konsumer sehingga semakin

meningkatkan market power.

Firm strategy, Structure and

Rivalry, mengacu pada strategi

dan struktur yang ada pada

sebagian besar perusahaan dan

intensitas persaingan pada industri

tertentu. Faktor Strategi dapat

terdiri dari setidaknya dua aspek:

pasar modal dan pilihan karir

individu. Pasar modal domestik

mempengaruhi strategi

perusahaan, sementara individu

seringkali membuat keputusan

karir berdasarkan peluan dan

prestise. Suatu negara akan

memiliki daya saing pada suatu

industri di mana personel kuncinya

dianggap prestisius. Struktur

mengikuti strategi. Struktur

dibangun guna menjalankan

strategi. Intensitas persaingan

(rivalry) yang tinggi mendorong

inovasi. (Cho dan Moon, 2003)

Porter juga menambahkan

faktor lain: peran pemerintah dan

chance, yang dikatakan memiliki

peran penting dalam menciptakan

NCA. Peran dimaksud, bukan

sebagai pemain di industri, namun

melalui kewenangan yang dimiliki

memberikan fasilitasi, katalis, dan

tantanan bagi industri. Pemerintah

menganjurkan dan mendorong

industri agar mencapai level daya

saing tertentu. Hal-hal tersebut

dapat dilakukan pemerintah

melalui kebijakan insentif berupa

subsidi, perpajakan, pendidikan,

fokus pada penciptaan dan

penguatan factor conditions, serta

menegakkan standar industri.

Poin utama dari DM, Porter

mengemukakan model penciptaan

daya saing yang self-reinforcing, di

mana persaingan domestik men-

stimulasi tumbuhnya industri dan

secara bersamaan membentuk

konsumen yang maju

(sophisticated) yang selalu

menghendaki peningkatan dan

inovasi. Lebih jauh DM juga

mempromosikan industrial cluster.

Kontribusi Porter menjelaskan

hubungan antara firm-industry-

country, serta bagaimana

hubungan ini dapat mendukung

negara dan sebaliknya.

Faktor dalam menentukan

daya saing menurut IMD World

Competitiveness Yearbook terbagi

menjadi 4 kategori yaitu, kinerja

ekonomi, efisiensi pemerintah,

efisiensi bisnis, infrastruktur.

Page 7: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 87

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

Setiap kategori memiliki beberapa

kriteria. IMD World

Competitiveness Yearbook (WCY)

memeringkat dan menganalisis

kemampuan suatu negara dalam

menciptakan dan menjaga

lingkungan di mana perusahaan

dapat bersaing. Persaingan akan

membawa suatu negara lebih

kompetitif dibandingkan dengan

negara lain.

Kinerja ekonomi terdiri dari

77 kriteria mengenai evaluasi

makro ekonomi domestik. Kriteria

kinerja ekonomi meliputi ekonomi

domestik, perdagangan

internasional, investasi

internasional, pengangguran dan

harga.

Efisiensi pemerintah terdiri

dari 72 kriteria mengenai kebijakan

pemerintah yang mempengaruhi

iklim kompetitif. Kriteria efisiensi

pemerintah meliputi keuangan

publik, kebijakan fiskal, kerangka

kerja institusi, peraturan bisnis,

dan kerangka kerja sosial.

Efisiensi bisnis terdiri dari

68 kriteria yang mempengaruhi

kinerja perusahaan dalam inovasi,

keuntungan dan tanggung jawab.

Kriteria efisiensi bisnis meliputi

produktivitas dan efisiensi, pasar

tenaga kerja, pembiayaan, perilaku

dan praktik manajemen.

Faktor infrastruktur terdiri

dari 95 kriteria yang berhubungan

dengan segala kebutuhan dasar

untuk bisnis, teknologi, ilmiah, dan

sumber daya manusia. Faktor

infrastruktur meliputi infrastruktur

dasar, infrastruktur teknologi,

infrastruktur ilmiah, kesehatan,

lingkungan dan pendidikan.

Menurut asisten Deputi

Urusan Koordinasi Ekonomi dan

Pembiayaan Regional Kementrian

Koordinator Bidang Perekonomian,

Huda Bahweres, ada empat hal

yang dapat dilakukan dalam

peningkatan daya saing. Pertama,

perbaikan kemudahan berusaha.

Kedua, memperbaiki tata kelola

ekonomi seperti akses lahan,

infrastruktur, kualitas peraturan

daerah, dibiaya transaksi dan

keamanan. Ketiga, identifikasi dan

reformasi peraturan yang tumpang

tindih. Dan, Keempat,

penyederhanaan perizinan

terutama terkait dengan

kemudahan berusaha. (Padang

Ekspres, 29 September 2011)

Parameter daya saing

menurut pandangan Dong-Sung

Cho dan Hwy-Chang Moon, 2003,

terdiri dari sumberdaya alam;

Page 8: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 88

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

lingkungan bisnis; industri terkait

dan pendukung; permintaan

domestik (keseluruhannya

termasuk dalam faktor fisik);

pekerja; politisi dan birokrat;

wirausahawan; manajer dan

insinyur profesional

(keseluruhannya termasuk dalam

faktor manusia); peluang peristiwa.

Kalau kita bandingkan

model Diamond dari Porter dan

Model Sembilan Faktor dari Dong-

Sung Cho dan Hwy-Chang Moon

didapat sebagai berikut:

Perbandingan Model Diamond dan Model Sembilan

Faktor Model Diamond

Model Sembilan Faktor

1. Kondisi Faktor 2. Strategi

Perusahaan, struktur, dan persaingan

3. Industri terkait dan pendukung

4. Kondisi permintaan 5. Pemerintah 6. Peluang

1. Sumberdaya yang dianugrahkan

2. Lingkungan Bisnis 3. Industri terkait dan pendukung 4. Permintaan Domestik 5. Pekerja 6. Politisi dan

Birokrat 7.

Wirausahawan

8. Manajer dan Insinyur yang profesional

9. Peluang,

peristiwa

Faktor fisik Faktor Manusia

Faktor Internal Faktor Eksternal

Sumber: Dong-Sung Cho and Hwy-Chang Moon, 2003. Terjemahan . “From Adam Smith to Michael

Porter, Evolusi Teori Daya Saing” Salemba Empat. Jakarta. Dengan perbaikan

Jika diperbandingkan

secara internasional, kemampuan

antar negara sangat berbeda

dalam dayasaingnya. Hal ini

dimungkinkan karena sejarah

perkembangannyapun memiliki

awal yang berbeda. Kaitannya

dengan siklus hidup daya saing

maka Indonesia perlu

mempertimbangkan beberapa

aspek yang menonjol atas faktor

fisik dan faktor manusia. Seorang

marketer perlu mempertimbangkan

strateginya dengan melihat

keunggulan dan faktor yang

berpengaruh atas situasi

persaingan tersebut. Negara

seperti Indonesia, faktor manusia

yang sangat menonjol adalah

politisi dan birokrat. Politisi dan

birokrat perlu dimobilisasi untuk

mendukung pengembangan

dayasaing ekspor. Dengan begitu,

kemauan politis untuk membangun

national competitiveness sangat

kuat, seperti halnya negara Korea

pada 10 tahun lalu atau Thailand

di masa kini.

Sehingga menurut Ryan

Kiryanto (Kepala Ekonom BNI),

untuk jangka menengah dan

Page 9: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 89

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

panjang, Indonesia tidak bisa lagi

bertumpu pada faktor keunggulan

pasar, namun juga harus

memperbaiki faktor-faktor lainnya

yang selama ini dinilai masih

menjadi kelemahan agar peringkat

daya saingnya melonjak

setidaknya setara dengan sesama

negara-negara di kawasan

ASEAN. (Infobank news.com, 11

Juni 2013)

Pembahasan

Dalam melakukan analisis

daya saing, penulis mengacu pada

parameter daya saing menurut

pandangan Dong-Sung Cho dan

Hwy-Chang Moon, 2003, terdiri

dari sumberdaya alam; lingkungan

bisnis; industri terkait dan

pendukung; permintaan domestik

(keseluruhannya termasuk dalam

faktor fisik); pekerja; politisi dan

birokrat; wirausahawan; manajer

dan insinyur profesional

(keseluruhannya termasuk dalam

faktor manusia); peluang peristiwa.

Sumber Daya Alam

Kepulauan Riau memiliki

berbagai macam sumber daya

alam meliputi: bidang pertanian,

perikanan, perkebunan,

kehutanan, pertambangan, dan

lain-lain. Peranan sektor pertanian

merupakan sektor kontribusi

5,32% terhadap PDRB 2005,

Sektor tersebut belum

berkembang maksimal karena luas

lahan lebih kecil dibandingkan luas

perairan. Di luar itu, tanah merah

di kepulauan ini pun hanya bisa

ditanamin jenis tanaman tertentu

yang memerlukan penelitian dan

pengembangan khusus untuk

meningkatkan produksinya.

Luas lahan sawah di

provinsi ini mencapai 1.792 ha

sedangkan lahan bukan sawah

terdiri atas lahan kering dan lahan

lainnya mencapai 694.924 ha dan

74.607 ha, Luas lahan hortikultura

mencapai 42.728 ha. Lahan sawah

irigasi teknis mencapai 130 ha,

lahan sawah irigasi sederhana

mencapai 104 ha, sementara

lahan sawah dengan irigasi desa

mencapai luas 309 ha dan lahan

sawah tadah hujan seluas 1.249

ha. Luas lahan panen seluruh

kabupaten di Kepulauan Riau

mencapai 94 ha clan dapat

memproduksi padi sebanyak 249

ton dengan rata-rata produksi 5,20

ton/ha.

Hasil palawija adalah

jagung dengan luas lahan panen

585 ha dan produksi 1.267 ton; ubi

Page 10: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 90

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

kayu dengan luas lahan panen 708

ha dan produksi 4,927 ton; ubi

jalar 1.159 ton; dan kacang tanah

dengan lahan panen 124 ha dan

produksi 179 ton.

Produksi sayur-mayur hasil

produksi 723 ton, kacang panjang

dengan hasil produksi 1.295 ton,

bayam dengan hasil produksi

26.715 ton dan kangkung dengan

hasil produksi 842 ton.

Dari sektor perkebunan,

komoditas yang, berpotensi di

provinsi kepulauan Riau adalah

cengkeh dengan luas lahan 14.716

ha perkebunan kelapa seluas

39.491 ha, perkebunan karet

seluas 34.891 ha, perkebunan

lada seluas 449 ha, perkebunan

sagu seluas 3.949 ha, dan

perkebunan gambir seluas 996 ha.

Sektor peternakan

dibedakan menjadi tiga jenis

kelompok, masing-masing ternak

berternak lele dan unggas. Pada

kelompok ternak, kambing adalah

ternak dengan populasi terbanyak

hingga 18.166 ekor, diikuti 9.976

ekor sapi dan 422.655 ekor babi.

Populasi unggas terdiri atas

585.226 ekor ayam buras, 347.800

ekor ayam petelur, 452.510 ekor

ayam pedaging 21.634 ekor itik

26.270 ekor puyuh.

Selain perikanan tangkap,

pengembangan budidaya

perikanan yang meliputi usaha

pembenihan sampai pemanfaatan

teknologi budidaya sangat cocok di

provinsi ini. Di Kabupaten Bintan,

Karimun dan Natuna terdapat

budidaya ikan yang bernilai

ekonomis seperti ikan kerapu,

napoleon dan kakap. Potensi

budidaya ikan air tawar dapat

dikembangkan di Kabupaten

Bintan, Kabupaten Karimun,

Kabupaten Lingga, dan Kabupaten

Natuna. Pada 2006, Total produksi

perikanan tangkap mencapai

217.094,91 ton dan produksi ikan

budidaya 3.475,70 ton.

Wilayah Kepulauan Riau

memiliki potensi ekonomi yang

tinggi karena sebagian dan

kabupaten memiliki potensi hasil

tambang seperti bauksit dan timah,

sementara di bawah laut terdapat

minyak dan gas. Cadangan

minyak bumi mencapai 298,81

million meter barrel oil (MMBO),

sementara cadangan gas alam

sebanyak 55,3 triliun square cubic

feet (TSCF) terdapat di Kabupaten

Natuna. Timah dengan jumlah

cadangan, mencapai 11.360.500

m3 terdapat di Pulau Karimun.

Bauksit dengan total cadangan

Page 11: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 91

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

15.880,000 ton terdapat di Pulau

Bintan dan Tanjong Pinang. Granit

dengan total cadangan mencapai

858.384.000 m3 terdapat di Pulau

Karimun dan Pulau Bintan.

Sementara pasir darat dengan

total cadangan mencapai

39.826.400 ton terdapat di Putau

Karimun dan Pulau Bintan.

Kepulauan Riau memiliki

potensi sumber daya alam mineral

dan energi yang relatif cukup

besar dan bervariasi baik berupa

bahan galian A (strategis) seperti

minyak bumi dan gas alam, bahan

galian B (vital) seperti timah,

bauksit dan pasir besi, maupun

bahan galian golongan C seperti

granit, pasir dan kuarsa.

Lingkungan Bisnis

Iklim menjalankan bisnis di

Indonesia semakin membaik,

dilihat dari daftar Doing Business

Report 2013 yang dilansir oleh

International Finance Corporation

(IFC), berada di peringkat 128 dari

185 negara. Posisi Indonesia

dalam daftar tersebut diapit oleh

Ethiopia dan Bangladesh.

Perbaikan iklim

menjalankan bisnis di Indonesia

disebabkan oleh semakin

mudahnya proses mendapatkan

sambungan listrik untuk bisnis.

Disamping itu, Kepulauan Riau,

khususnya Pulau Batam adalah

daerah yang strategis dengan

letak geografis yang berada dekat

Singapura dan Malaysia,

merupakan daerah yang cukup

baik untuk berinvestasi. Dengan

tersedianya sarana dan prasarana

yang mendukung sepenuhnya

kebutuhan usaha seperti

pelabuhan bingkar muat

berstandar international,

ketersediaan kawasan industrial

baik elektronik, perkapalan, pipa

dan lainnya. Didukung dengan

Free Trade Zone area menjadikan

Batam sebagai lokasi yang

strategis sehingga pengembangan

usaha di Batam mampu

menawarkan iklim investasi yang

berbeda dengan daerah lainnya.

Dari data yang dikeluarkan

Otorita Batam (OB) diperoleh

gambaran jumlah realisasi

investasi asing di kawasan bebas

Batam terus membaik. Pada 2011

untuk penanaman

Data Badan Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM)

menyebutkan pada 2011 nilai

investasi Singapura mencapai US$

5,1 miliar. Pada tahun 2012 nilai

investasi Singapura di Indonesia

Page 12: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 92

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

mengalami penurunan menjadi

sekitar US$ 4,9 miliar. Sedangkan

pada semester I tahun 2013

sekitar US$ 1,9 miliar.

Masa depan Batam masih

tergantung situasi Singapura,

sebab . 71,4% investasi di Batam

adalah dari Singapura. Minat

investor Singapura sangat besar

atas Provinsi ini karena alasan

tenaga kerja, teknologi dasar,

sumberdaya alam dan

ketersediaan lahan (Heng, 2006).

Singapura juga merupakan

mitra dagang terbesar dan

warganya merupakan wisatawan

mancanegara terbanyak ke Kepri.

(Media Indonesia.com, 6 Oktober

2012). Meski trend investasi

menggembirakan, neraca

perdagangan Kepulauan Riau

(Batam/Bintan) masih terlihat

sangat kecil dibandingkan dengan

potensi yang dimilikinya, namun

Singapura tetap menjadi negara

tujuan ekspor dan impor terbesar

Provinsi Kepulauan Riau.

Singapura menjadi negara tujuan

utama Kepri karena secara

geografis berdekatan. Dari struktur

ekspor, Singapura mendominasi

hingga 63,06 persen dari total

ekspor Kepri rata-rata US$ 6,82

miliar setiap tahun. Sedangkan

struktur impor Kepri untuk

Singapura sebesar 62,32 persen

dari total impor rata-rata US$ 19,7

miliar per tahun.

Berdasarkan data BPS, laju

pertumbuhan ekspor Kepri 10,95

persen tiap tahun. Sementara laju

impor Kepri terus meningkat sejak

pemerintah menetapkan Kawasan

Perdagangan Bebas di Batam,

Bintan dan Karimun. Jika sebelum

FTZ, pada 2006-2007 impor lebih

rendah dibanding ekspor yaitu

sebesar US$ 1,97 miliar dan US$

6,49 miliar, maka setelah FTZ

tahun 2008 berlaku, impor

meningkat tajam menjadi US$

12,17 miliar dibanding ekspor US$

7,47 miliar. Tahun 2008 terjadi

defisit neraca perdagangan US$

4,7 miliar. (AntaraNews, 22

Januari 2011)

Ekspor Batam tahun 2008

mencapai US$ 6,49 miliar. Lima

komoditas utamanya ekspor yakni

mesin/peralatan listrik, mesin-

mesin/pesawat mekanik, produk

besi dan baja, kapal laut dan

perangkat optik. Sementara impor

tahun 2008 US$ 10.061 juta.

Komoditas impor utama impor

yakni mesin/peralatan listrik,

bahan bakar mineral, mesin

Page 13: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 93

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

pesawat mekanik, produk besi dan

baja, serta besi dan baja.

Industri pengolahan di

Batam umumnya industri substitusi

impor yang tergantung pada bahan

baku impor cukup besar

jumlahnya. Industri ini merupakan

model yang paling kompetetitif

dilihat dari biaya produksi tiap

negara. Terkait teori lokasi

Industri, saat ini Indonesia

bersaing dengan China, Vietnam

dan India. Seperti yang

diungkapkan Paul Krugman

(2008), peraih Nobel Ekonomi

2008, dalam bukunya Ekonomi

Internasional: Teori dan kebijakan,

tentang pola perdagangan dan

lokasi aktivitas ekonomi. Selain itu,

sebagian besar hasil produksi

Batam juga dikirim ke daerah lain

di Indonesia, baik bahan setengah

jadi maupun produk akhir. Ini tentu

menguntungkan Batam sebagai

basis produksi, namun Batam

perlu juga hati-hati terkait "pintu

masuk" impor nasional yang masih

terlihat juga barang illegal.

Nilai ekspor Provinsi

Kepulauan Riau tahun 2009

mencapai US$ 8.268,81 juta.

Ekspor ke Singapura selama tahun

2009 mencapai US$ 4.773,24 juta

dengan konstribusi 57,73 persen.

Sedangkan nilai impor Provinsi

Kepulauan Riau mencapai US$

9,16 miliar. Negara pemasok

barang impor Provinsi Kepulauan

Riau Desember 2009 terbesar

ditempati oleh Singapura dengan

nilai US$ 415,73 juta dengan

pangsa 53,56 persen.

Industri Terkait dan Pendukung

Batam sebagai salah satu

daerah industri yang cukup

strategis, membuat keberadaan

industri berkembang cukup pesat.

Dengan letak yang geografis yakni

berbatasan dengan Singapura dan

Malaysia serta terletak di Selat

Melaka yang merupakan jalur

pelayaran sibuk di dunia,

menjadikan Batam mempunyai

nilai jual lebih serta tenaga kerja

yang cukup dengan jumlah

perusahaan mencapai ribuan

perusahaan.

Keberadaan industri di

Batam di letakan pada suatu

kawasan industri yang dibagi

kepada tingkat industri itu sendiri.

Adapun macam industri di Batam

khususnya Industri ringan yang

meliputi industri manufacturing,

industri elektronika, industri

garment, industri plastik dan

lainnya.

Page 14: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 94

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

Industri terkait dan

pendukung di Kepulauan Riau

sudah cukup memadai hal ini

ditandai dengan adanya kawasan-

kawasan industri ringan dan berat

yang telah berdiri di Batam dan

sekitarnya. Diantaranya Kawasan

Industri ringan sebagai berikut:

Kawasan Industri Ringan

Batam

Batamindo Invesment Cakrawala

Bintang Industrial Park I

Citra Buana Centre Park III

Indah Industrial Park

Batamindo Invesment Cakrawala 1

Bintang Industrial Park II

Citra Buana Industrial I

Kara Industrial Park

Batu Ampar Industrial Park

Cammo Industrial Park

Executive Industrial Park

Latrade Industri

Batu Merah Industrial Complex

Citra Buana Centre Park II

Hijrah Industrial Park

Sumber: http://www.batamfast.com

Disamping kawasan industri ringan,

di Batam telah berdiri kawasan industri berat

di daerah berikut:

Kawasan Industri Berat Batam

1 Kabil Industrial Park

2 Seafront Industrial City

3 Sekupang Makmur Abadi

Sumber:http://www.batamfast.com

Dalam upaya

pengembangan kawasan industri,

Badan Pengusahaan (BP) Batam

mulai fokus mengembangkan

"Batam Techno Park" untuk

mendukung industri berbasis

teknologi di kawasan pelabuhan

dan perdagangan bebas (FTZ).

Saat ini pembangunan "Batam

Techno Park" digunakan untuk

memfasilitasi industri teknologi dan

juga memfasilitasi startup UKM

yang berbasiskan IT.

Disamping itu, kawasan

Industri Batamindo, menjadi

kawasan industri terbaik di luar

pulau Jawa. Dari 74 kawasan

industri di Indonesia yang lolos

seleksi, Batamindo sukses

memborong tiga penghargaan

sekaligus pada Penganugerahan

Kawasan Industri yang digelar oleh

Kementerian Perindustrian pada

24 Oktober 2013. Gelar pertama

yang direbut Batamindo yakni

sebagai kawasan industri terbaik di

Luar Pulau Jawa. Lalu kedua

sebagai kawasan industri terbaik

ke-3 se Indonesia dan ketiga

sebagai kawasan industri yang

memiliki pengelola lingkungan

terbaik peringkat ke-2 seluruh

Indonesia.

Permintaan Domestik

Permintaan Domestik

Kepulauan Riau pada hakekatnya

sejalan dengan permintaan

domestik Indonesia secara

Page 15: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 95

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

nasional. Permintaan Domestik

Kepulauan Riau dinilai oleh Dana

Moneter Internasional (IMF)

tumbuh kuat dan berkelanjutan.

Indonesia memiliki posisi yang

kuat di tengah situasi global yang

tidak menentu. Pertumbuhan

ekonomi Indonesia yang mencapai

6 persen pada tahun 2012 dan 6,3

persen pada tahun 2013.

Meskipun demikian, IMF menilai

pertumbuhan Indonesia

membutuhkan reformasi lebih

lanjut.

IMF mencatat langkah

reformasi kebijakan dan struktur

makro ekonomi selama lebih dari

satu dekade terakhir telah

membuat Indonesia memiliki posisi

yang kuat di tengah krisis global.

Keseimbangan sektor keuangan

dan korporasi Indonesia cukup

sehat. Turunnya utang

memberikan kelonggaran bagi

pemerintah untuk lebih leluasa

mengeluarkan stimulus.

IMF memprediksi

permintaan domestik Indonesia

yang kuat akan mendorong

tumbuhnya kredit dan

mengakibatkan inflasi di angka 5

persen pada akhir tahun 2013. IMF

memperkirakan transaksi berjalan

Indonesia akan menyentuh level

defisit tahun 2013 akibat

pelemahan permintaan global.

Dalam jangka menengah,

defisit masih akan terjadi akibat

tingginya impor barang modal

yang dibiayai oleh investasi asing

langsung. Defisit terjadi bukan

karena pelemahan fundamental

ekonomi Indonesia, tapi lebih

karena upaya pemerintah

mendorong peningkatan investasi

asing langsung.

Pekerja/Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan

faktor utama dalam pembangunan

nasional, regional dan sektoral.

Provinsi Kepulauan Riau memiliki

letak geografis yang strategis

berbatasan langsung dengan 5

(lima) negara tetangga, memiliki

keunggulan investasi internasional

dan menjadi lokomotif

perekonomian nasional di bidang

industri dan perdagangan.

Sampai saat ini masalah

ketenagakerjaan masih cukup

kompleks, seperti besarnya jumlah

penganggur seiring jumlah

angkatan kerja yang kian

meningkat. Sumber Sakernas

Agustus 2012 jumlah penganggur

terbuka di Provinsi Kepulauan

Riau sebanyak 46.798 orang atau

Page 16: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 96

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

5,37 persen dan jumlah angkatan

kerja 871.365 orang.

Selain itu kualitas tenaga

kerja yang masih rendah serta

informasi pasar kerja yang relatif

masih terbatas, permasalahan

menyangkut pengupahan pekerja

yang masih rendah baik yang

diakibatkan produktivitas pekerja

yang masih rendah maupun akibat

penerapan upah yang diterapkan

oleh perusahaan.

Masalah utama

ketenagakerjaan diantaranya

adalah besarnya pengangguran

terbuka, jumlah setengah

penganggur yang sangat besar,

serta masalah lain seperti

rendahnya kualitas angkatan kerja,

rendahnya produktivitas kerja, dan

rendahnya kesejahteraan pekerja,

sehingga bersifat multi

dimensional antara berbagai faktor

ekonomi, faktor sosial, dan faktor

lainnya. Oleh karena itu diperlukan

kebijakan yang komprehensif dan

multi dimensi. Untuk itu maka

diperlukan suatu perencanaan

tenaga kerja yang dapat dijadikan

acuan oleh seluruh pemangku

kepentingan di Provinsi Kepulauan

Riau.

Politisi dan Birokrat

Politik blok birokrasi atau

(bahasa Inggris: building blocks)

dalam administrasi publik adalah

menyangkut umumnya dilakukan

oleh para politisi hasil dari sebuah

pemilu dan para birokrat dalam

kriteria normatif kebijakan untuk

mengalokasikan tugas pembuat

kebijakan oleh politisi non birokrat

dalam pendelegasian dan

menunjukkan bidang kerja

birokrasi yang bersinambung

bahwa keduanya umumnya dapat

berbeda secara umum disebut

jabatan karier dan non karier

dalam bentuk dan tatanan yang

mengandung struktur dan kultur,

struktur yang mengetengahkan

sebuah susunan dari suatu

tatanan dan kultur yang

mengandung nilai (values), sistem

kebiasaan yang dilakukan oleh

para pelakunya yang dapat

mencerminkan perilaku dari

sumberdaya manusianya.

Hubungan antara pejabat

politik (political leadership) dan

birokrasi yang akan menjadikan

suatu hubungan yang konstan

(bersinambung) antara fungsi

kontrol dan dominasi dalam

hubungan seperti ini maka akan

senantiasa timbul persoalan, siapa

Page 17: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 97

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

mengontrol siapa dan siapa pula

yang menguasi, memimpin dan

mendominasi siapa, persoalan ini

sebenarnya merupakan persoalan

klasik sebagai perwujudan

dikotomi politik dan administrasi

kemudian timbul dua pertanyaan

yakni apakah birokrasi sebagai

subordinasi dari politik (executive

ascendancy) atau birokrasi sejajar

dengan politik (bureaucratic

sublation).

Gangguan politikus

terhadap birokrasi kerap terjadi di

semua daerah, termasuk

Kepulauan Riau. Sedangkan

birokrasinya sendiri masih menjadi

hambatan bagi investor untuk

mengembangkan investasinya di

Indonesia, khususnya di

Kepulauan Riau. Reformasi

birokrasi yang sudah terus-

menerus diupayakan dan

digulirkan oleh pemerintah, tidak

serta-merta bisa memenuhi

harapan para pengusaha.

Birokrasi masih saja dianggap

rumit dan berbelit-belit.

Pemerintah pun berupaya

memberikan kenyamanan dan

pelayanan kepada investor. Tidak

hanya dengan menjaga kondisi

keamanan wilayah, tetapi terus-

menerus berupaya menciptakan

dan menjaga iklim berinvestasi

dalam bentuk kelancaran birokrasi.

Sebagai salah satu realisasi

konkret dari upaya itu, Sejak bulan

Juli 2013, dari pemerintah pusat

melalui BKPM (Badan Koordinasi

Penanaman Modal) telah

dilakukan perbaikan Tata Cara

Perizinan dan Non Perizinan

Penanaman Modal. Perbaikan itu

melalui Peraturan Kepala Badan

Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) Nomor 5 Tahun 2013,

terkait Tata Cara Perizinan dan

Non Perizinan Penanaman Modal,

yang merevisi Peraturan Kepala

BKPM sebelumnya, yaitu Perka

BKPM Nomor 12 Tahun 2009.

Hal itu dilakukan dalam

rangka penyerderhanaan norma,

standar, prosedur, dan kriteria

Perizinan dan Non Perizinan

Penanaman Modal. Sebagai

panduan pelaksanaan pelayanan

penanaman modal terkait prosedur

pengajuan dan persyaratan

permohonan perizinan dan non

perizinan di instansi

penyelenggaraan PTSP

(Pelayanan Terpadu Satu Pintu) di

bidang Penanaman Modal, para

pelaku dan usaha, serta

masyarakat umum lainnya.

Page 18: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 98

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

Pedoman dan Tata Cara

Perizinan dan Nonperizinan

Penanaman Modal tersebut

bertujuan untuk mewujudkan

kesamaan dan keseragaman

prosedur pengajuan dan

persyaratan tata cara Perizinan

dan Non perizinan Penanaman

Modal di Instansi penyelenggaraan

PTSP di bidang Penanaman

Modal di seluruh Indonesia. Di

samping itu akan memberikan

informasi kepastian waktu

penyelesaian permohonan

Perizinan dan Nonperizinan

Penanaman Modal dan akhirnya

diharapkan dapat tercapainya

pelayanan yang mudah, cepat,

tepat, akurat, transparan, dan

akuntabel. Yang, tentu saja sesuai

dengan kewenangan masing-

masing kabupaten/kota maupun

provinsi sendiri.

Kemajuan berarti dari Perka

BKPM No 5 Tahun 2013 itu, yaitu,

untuk memulai usaha, investor

sudah tidak perlu lagi melakukan

pendaftaran penanaman modal.

Tetapi, investor bisa langsung

mengajukan permohonan untuk

mendapatkan Izin Prinsip

Penanaman Modal.

Maka, sesuai

kewenangannya, pemerintah

provinsi hanya akan mengeluarkan

izin sesuai urusan dan

kewenangan yang menjadi

kewenangan provinsi. Akan tetapi

khusus kewenangan perizinan di

kawasan bebas Batam Bintan

Karimun diatur tersendiri, yaitu

para pengusaha dapat

mengajukan permohonan

perizinan ke Badan Pengusahaan

Batam Bintan Karimun.

Khusus untuk wilayah Kepri,

maka urusan Pemerintah di

Bidang Penanaman Modal yang

diberikan pelimpahan wewenang

kepada Gubernur dan urusan-

urusan pemerintah Provinsi yang

ditetapkan berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Sedangkan

untuk wilayah Natuna Anambas

Lingga (NAL) dan Tanjungpinang

masih dikeluarkan oleh Badan

Penanaman Modal dan Promosi

Daerah (BPMPD), dan pada akhir

tahun 2013 akan dikeluarkan oleh

Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PTSP) Provinsi Kepri. Perda

PTSP-nya sendiri sedang dalam

proses penyelesaian pada triwulan

IV ini.

Adapun jenis-jenis layanan

Perizinan dan Non-perizinan

dimaksud terdiri dari:

Page 19: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 99

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

1. Layanaan Perizinan

Penanaman Modal: Izin

Prinsip Penanaman Modal;

Izin Usaha untuk berbagai

sektor usaha; Izin Prinsip

Perluasan Penanaman

Modal; Izin Usaha

Perluasan untuk berbagai

sektor usaha; Izin Prinsip

Perubahan Penanaman

Modal; Izin Usaha

Perubahan untuk berbagai

sektor usaha; Izin Prinsip

Penggabungan Perusahaan

Penanaman Modal; Izin

Usaha Penggabungan

Perusahaan Penanaman

Modal untuk berbagai

sektor usaha; Izin

Pembukaan Kantor

Cabang; Izin Kantor

Perwakilan Perusahaan

Asing (KPPA) dan, Surat

Izin Usaha Perwakilan

Perusahaan Perdagangan

Asing (SIUP3A).

2. Layanan Nonperizinan:

Fasilitas bea masuk atas

import mesin; Fasilitas bea

masuk atas import barang

dan bahan; Usulan fasilitas

Pajak Penghasilan (PPh)

Badan untuk Penanam

Modal di bidang- bidang

usaha tertentu dan/atau di

daerah-daerah tertentu;

Angka Pengenal Importir

Produsen (APIP) Angka

Pengenal Importir Umum

(API-U); Rencana

Penggunaan Tenaga Kerja

Asing (RPTKA);

Rekomendasi Visa untuk

Bekerja (TA.01); Izin

Memperkerjakan Tenaga

Asing (IMTA).

Proses perizinan dan

legalitas usaha di Provinsi Kepri,

bisa dikatakan unik karena daerah

ini memiliki karakter yang berbeda

dengan wilayah lain di Indonesia.

Provinsi Kepri memiliki, Kawasan

Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas (Free Trade

Zone/FTZ). Masing-masing

wilayah ini sudah mengantongi

ketentuan-ketentuan dalam

prosedur legalitas usaha.

Semuanya telah diatur dalam

undang-undang, sehingga

diharapkan tidak terjadi tumpang

tindih produk hukum, yang

akhirnya dapat membingungkan

bagi investor.

Untuk itu, Pemerintah

Provinsi Kepri telah membuat

ranperda tentang perubahan atas

Page 20: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 100

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

Perda No 5 tahun 2011, Tentang

Organisasi dan Tata Kerja

Inspektorat dan Badan

Perencanaan Pembangunan

Daerah, Lembaga Teknis Daerah,

Satuan Polisi Pamong Praja, dan

lembaga lain Provinsi Kepri.

Tujuan pembuatan Ranperda

tersebut adalah untuk

merumuskan upaya peningkatan

pelayanan publik, khususnya

pelayanan perizinan terpadu satu

pintu bidang penanaman modal

dan non penanaman modal,

dengan pembentukan organisasi

perangkat daerah yang sesuai

dengan kaidah pembentukan

organisasi perangkat daerah

sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Wirausahawan

Berkembangnya kewira

usahaan di Kepulauan Riau saat

ini, adalah salah satu keuntungan

dari letak strategisnya. Dimana

Kepri bertetangga dengan 2

negara, yaitu Singapura dan

Malaysia. Sehingga, perdagangan

ekspor impor menjadi mata

pencaharian hampir seluruh

masyarakat di Kepri, khususnya

kota Batam.

Kewirausahaan di

Kepulauan Riau diawali dengan

adanya industrial park di berbagai

pulau, salah satunya adalah Pulau

Batam yang dahulunya menjadi

tempat penyimpanan minyak. Di

Kepulauan Riau salah satu tempat

perdagangan bebas tepatnya di

Batam, banyak investor yang

membuka perusahaan di Batam

karena mudahnya mengimpor

bahan-bahan baku yang di

butuhkan mereka.

Untuk meningkatkan animo

masyarakat menjadi wiusahawan,

Kadin Kota Batam menyediakan

uang bantuan wirausaha bagi

mahasiswa di Batam sebesar

Rp160 juta dalam program

pembinaan kewirausahaan

mahasiswa. Mahasiswa yang

memiliki usaha cukup mengirimkan

proposal ke Kadin Batam. Usaha

yang dijalankan bisa sendiri atau

kelompok. Dan nantinya akan

diberikan bimbingan dalam usaha

yang akan dilaksanakan.

Manajer dan Insinyur

Profesional

SDM merupakan faktor

utama dan strategis bagi

tercapainya keberhasilan

pembangunan suatu bangsa. SDM

Page 21: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 101

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

yang kuat dan berdaya saing tinggi

dalam berbagai aspek akan

mendukung peningkatan

pembangunan, baik di bidang

ekonomi maupun di bidang sosial

dan budaya. SDM yang berdaya

saing tinggi merupakan salah satu

faktor kunci keberhasilan di era

globalisasi yang diwarnai dengan

semakin ketatnya persaingan serta

tiadanya batas antar negara

(borderless nation) dalam interaksi

hidup dan kehidupan manusia.

Oleh karena itu, untuk

memenangkan dan menangkap

peluang yang ada, pengembangan

SDM harus ditekankan pada

penguasaan kompetensi yang

fokus pada suatu bidang tertentu

yang pada gilirannya akan mampu

meningkatkan daya saing di

tingkat nasional maupun

internasional.

SDM yang berkualitas akan

mendorong terciptanya

produktivitas yang tinggi yang

akan menjadi modal dasar bagi

keberhasilan pembangunan

perekonomian secara nasional.

Selain itu, dalam menjawab

berbagai tantangan dan peluang

ke depan, dibutuhkan pula SDM

yang berjiwa wirausaha, yang

dapat memanfaatkan keunggulan

sumber daya (comparative

advantage) menjadi keunggulan

daya saing (competitive

advantage) dengan proses

transformasi nilai tambah (added

value) dan tranformasi teknologi

sebagai acuan. Dengan

tumbuhnya masyarakat yang

berjiwa wirausaha diharapkan

akan mampu menjadi modal dasar

dalam membangun perekonomian

nasional untuk mensejahterakan

kehidupan bangsa dan pada

akhirnya akan memperkuat

Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI). Dalam

mewujudkan SDM seperti yang

dicita-citakan tersebut diperlukan

kerja keras untuk menghadapi

berbagai kendala dan tantangan

yang berat.

Peluang Peristiwa

Peristiwa yang sedang

berlangsung di kepulauan Riau

yang diyakini akan memberikan

kontribusi pada peningkatan daya

saing adalah FTZ. Sejak

diterbitkan UU 44/2007 Tentang

Perubahan atas UU 36/2000

Tentang Penetapan Peraturan

Pemerintah Pengganti UU 1/2000

Tentang Kawasan Perdagangan

Bebas dan Pelabuhan Bebas, era

Page 22: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 102

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

baru dalam pengelolaan

pertumbuhan ekonomi makin

bebas dan terbuka. implementasi

UU ini melalui PP 46/2007, PP

47/2007, dan PP 48/2007 sebagai

Kawasan Perdagangan Bebas dan

Pelabuhan Bebas Batam, Bintan,

dan Karimun.

Berbagai insentif di

kawasan bebas ini diharapkan

menjadi magnet bagi investor.

Aglomerasi ekonomi menjadikan

Batam sebagai salah satu yang

termasuk kawasan bebas (free

trade zone). Letaknya yang 15 km

dari Singapura menjadikan Batam

kawasan andalan Indonesia,

sebagai kawasan industri maupun

lalu lintas perdagangan

internasional.

Otonomi daerah juga

menentukan keberhasilan

pembangunan di Kepulauan Riau

terutama di wilayah Batam, Bintan,

dan Karimun (BBK). Dengan FTZ,

peluang daerah dalam

pengembangan industri dengan

investasi terbuka luas. Keuntungan

BBK dari segi geografis

(geographical advantage)

meningkatkan volume distribusi

barang dan jasa dan economies of

scale dan akhirnya penciptaan

lapangan kejra baru yang menjadi

ekspektasi masyarakat. Kini, FTZ

BBK belum signifikan mendorong

kinerja ekonomi Kepri karena

masih belum optimalnya peran

FTZ BBK. Secara teori, FTZ akan

menjadikan Kepri sebagai pusat

pertumbuhan regional ke pasar

internasional seperti Singapura-

Malaysia dan Thailand.

Optimalisasi peran FTZ

perlu terus didorong agar cita-cita

sebagai pusat poertumbuhan

ekonomi regional menjadi

kenyataan. Untuk lebih

mengotimalkan peran FTZ BBK,

kebijakan lanjutan adalah:

Pertama adalah mengembangkan

komponen barang-barang modal

dengan kemampuan dalam negeri.

Daya dukung sumberdaya

(endowment) Indonesia sangat

besar, sumber daya alam dan

manusia. Dalam jangka panjang,

efek substitusi (substitution effect)

dan efek income (income effect)

akan terjadi akibat pengurangan

komponen biaya produksi.

Kedua, perlu kembangkan

infrastruktur maritim dengan

regulasi pendukung sehingga

menunjang pelayaran dalam

negeri.

Ketiga, Perlu perbaikan

infrastruktur darat dan pelabuhan

Page 23: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 103

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

agar konsentrasi industri di

kawasan BBK menyebar.

Dukungan pemerintah pusat

diperlukan seluruh kawasan FTZ.

Keempat, pemerintah pusat

dan daerah harus makin terbuka

dan profesional sehingga checklist

masalah dan key strategy harus

dijelaskan dengan transparan.

Regulasi harus konsisten dengan

perilaku birokrasi agar tercipta

kepastian hukum.

Dilihat dari 9 (sembilan)

parameter yang dikemukakan oleh

Dong-Sung Cho dan Hwy-Chang

Moon, maka kondisi kepulauan

Riau, terutama Batam dan

sekitarnya memiliki peluang daya

saing yang tinggi, tinggal sekarang

adalah bagaimana memanfaatkan

semua potensi yang ada untuk

ditingkatkan.

Kalau kita berkaca pada

The Toyota Ways, perlu adanya

sustainable innovation, sehingga

memiliki peluang sustainable of

success. Toyota Way Menjelaskan

bagaimana sistem produksi Toyota

berkembang sebagai sebuah

paradigma baru dari keunggulan

manufaktur, dan perusahaan-

perusahaan dalam industri yang

menggambarkan beragam seperti

kesehatan, teknik, farmasi dan

konstruksi, yang menggunakan

metode Toyota secara dramatis

meningkatkan kinerja mereka.

Sistem Manajemen Operasi

untuk mencapai sasaran yaitu:

kualitas terbaik, biaya terendah,

dan lead time terpendek dengan

cara mendorong orang menuju ke

sasaran. Dengan berpedoman

kepada 14 (empat belas) prinsip,

yaitu: Prinsip 1: Dasarkan

keputusan manajemen anda pada

filosofi jangka panjang, bahkan bila

harus mengorbankan tujuan

keuangan jangka pendek. Prinsip

2: Buat alur proses yang kontinyu

untuk mengangkat permasalahan

ke permukaan. Prinsip 3:

Gunakan sistem "tarik" (pull) untuk

menghindari produksi yang

berlebihan. Prinsip 4: Ratakan

beban kerja (heijunka). (Bekerjalah

seperti kura-kura, bukan seperti

kelinci). Prinsip 5: Bangun budaya

agar berhenti untuk memperbaiki

masalah, sehingga kualitas yang

tepat diperoleh sejak pertama kali.

Prinsip 6: Tugas dan proses yang

terstandar merupakan dasar untuk

perbaikan secara terus-menerus

dan pemberdayaan karyawan.

Prinsip 7: Gunakan pengendalian

visual agar tidak ada masalah

yang tersembunyi. Prinsip 8:

Page 24: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 104

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

Gunakan hanya teknologi yang

dapat dipercaya dan benar-benar

teruji untuk melayani orang-orang

dan proses. Prinsip 9:

Kembangkan pemimpin yang

benar-benar memahami

pekerjaannya, menjiwai filosofinya,

dan mengajarkannya kepada

orang lain. Prinsip 10:

Kembangkan orang-orang dan tim

yang luar biasa, yang bersedia

mengikuti filosofi perusahaan

Anda. Prinsip 11: Hormati jaringan

mitra dan pemasok dengan cara

terus menantang mereka dan

membantu mereka memperbaiki

diri. Prinsip 12: Pergi dan melihat

sendiri untuk dapat benar-benar

memahami situasi (genchi

genbutsu). Prinsip 13: Ambil

keputusan secara perlahan-lahan

dengan konsensus, seksama

dalam mempertimbangkan semua

pilihan; mengimplementasikan

keputusan dengan cepat

(nemawashi). Prinsip 14: Menjadi

organisasi pembelajar melalui

refleksi yang terus-menerus

(hansei) dan perbaikan yang

berkesinambungan (kaizen).

(Jeffrey K. Liker)

Penutup

Belajar dari 14 prinsip the

toyota ways, bahwa pada

hakekatnya untuk menjadi yang

terbaik (memiliki daya saing),

sebuah perusahaan atau

organisasi perlu terus

mengupayakan inovasi. Dalam

konteks ini adalah penerapan IBM

merupakan sebuah inovasi untuk

meningkatkan derajat keberhasilan

dalam meningkatkan daya saing

Indonesia terutama di investasi

dan perdagangan.

Untuk mewujudkan

sustanable inovations tadi, maka

pemerintah perlu mencoba

beberapa alternatif pengelolaan

perbatasan, manakala model yang

selama ini telah diterapkan seperti

SIJORI atau FTZ belum optimal

meningkatkan daya saing

Indonesia di wilayah perbatasan

Indonesia-Singapura.

Page 25: ISSN 0853- JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 … fileProgram Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 81 JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP-UNPAS Page 105

JURNAL ONLINE WESTPHALIA, VOL.13,NO.1 (JANUARI-JUNI 2014) ISSN 0853-2265

Daftar Pustaka Bob S. Hadiwinata. 2002. Politik

Bisnis Internasional. Jogjakarta: Kanasius.

Bruton, G., Ahlstrom, D. and Wan,

J. (2004). Turnaround in East Asian firms. Strategic Management Journal, Vol. 24.

Burhan Tsani. 1990. Hukum dan

hubungan internasional. Yogyakarta: Liberty.

Cho, Dong-Sung dan Hwy-Chang

Moon. 2003. From Adam Smith to Michael Porter: Evolusi Teori Daya Saing. Jakarta: Salemba Empat.

C.S. George Jr. 1972. The History

or Management Thought, ed. 2nd. Upper Saddle River, NJ. Prentice Hall.

Coulter, Mary. 2002. Strategic

Management in Action. 2nd ed. New Jersey: Prentice Hall.

Cobing, EJ., 1992, The granite of

the South-Easth Asian Tin Belt. London: British Geological Survei.

David, Fred R. 2004. Manajemen

Strategis: Konsep-konsep (Edisi Kesembilan). PT Indeks Kelompok Gramedia. ISBN 979-683-700-5.

Darma A.S.I. 2006. Menghadapi

Singapura di Masa Depan. Makalah Diskusi di Lab. Pertahanan “Defensia” UPN Yogyakarta, 3 Oktober 2006.

Dahuri. Rokhmin. 2009.

Enhanching Sustainable Ocean Development. Jakarta: Penerbit Anada.

Garelli, Stephane.2003. Menjadi

Nomor 1 Diabad Ke-21. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Paul A. Samuelson dan William D.

Nordhaus. 1991. Ekonomi. diterjemahkan oleh A. Jaka Wasana. Ed. ke-12. Jakarta: Erlangga.

Porter, Michael E. 1980.

CompetitiveStrategy: Techniques for Analizing Industries and Competitors. New York: The Free Press.

Porter, Michael E. 1990. The

Competitive Advantage of Nations. 6th ed. London & Basingstoke: Macmillan Press.

Porter, Michael E. 1998a. “Clusters

and the New Economics of Competitions”. Harvard Business Review, November-Desember.

Robert Gilpin. 1987. The Political

Economy of International Relations, New Jersey: Princeton University Press, Princeton.

Robbins, Stephen P and Coulter,

Mary. 2009. Manajemen. Penterjemah Bob Sobran dan Devri Barnadi Putri. Jilid 1, Edisi 10. Jakarta: Erlangga.