ISSN 0216-9169 - · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI...

12

Transcript of ISSN 0216-9169 - · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI...

Page 1: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI
Page 2: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

Fauna Indonesia merupakan Majalah llmiah Populer yang diterbitkan oleh

Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI). Majalah ini memuat hasil pengamatan

ataupun kajian yang berkaitan dengan fauna asli Indonesia,

diterbitkan secara berkala dua kali setahun

ISSN 0216-9169

Redaksi

Mohammad Irham

Pungki Lupiyaningdyah

Nur Rohmatin Isnaningsih

Conni Margaretha Sidabalok

Sekretariatan

Yulianto

Yuni Apriyanti

Alamat Redaksi

Bidang Zoologi Puslit Biologi - LIPI

Gd. Widyasatwaloka, Cibinong Science Center

JI. Raya Jakarta-Bogor Km. 46 Cibinong 16911

TeIp. (021) 8765056-64

Fax. (021) 8765068

E-mail: [email protected]

Foto sampul depan :

Meloidogyne incognita - Foto: Kartika Dewi

Page 3: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

PEDOMAN PENULISAN

Redaksi FAUNA INDONESIA menerima sumbangan naskah yang belum pernah diterbitkan, dapat

berupa hasil pengamatan di lapangan/ laboratorium atau studi pustaka yang terkait dengan fau-

na asli Indonesia yang bersifat ilmiah popular.

Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia dengan summary Bahasa Inggris maksimum 200 kata

dengan jarak baris tunggal.

Huruf menggunakan tipe Times New Roman 12, jarak baris 1.5 dalam format kertas A4 dengan uku-

ran margin atas dan bawah 2.5 cm, kanan dan kiri 3 cm.

Sistematika penulisan:

a. Judul: ditulis huruf besar, kecuali nama ilmiah spesies, dengan ukuran huruf 14.

b. Nama pengarang dan instansi/ organisasi.

c. Summary

d. Pendahuluan

e. Isi:

i. Jika tulisan berdasarkan pengamatan lapangan/ laboratorium maka dapat

dicantumkan cara kerja/ metoda, lokasi dan waktu, hasil, pembahasan.

ii. Studi pustaka dapat mencantumkan taksonomi, deskripsi morfologi, habitat

perilaku, konservasi, potensi pemanfaatan dan lain-lain tergantung topik tulisan.

f. Kesimpulan dan saran (jika ada).

g. Ucapan terima kasih (jika ada).

h. Daftar pustaka.

5. Acuan daftar pustaka:

Daftar pustaka ditulis berdasarkan urutan abjad nama belakang penulis pertama atau tunggal.

a. Jurnal

Chamberlain. C.P., J.D. BIum, R.T. Holmes, X. Feng, T.W. Sherry & G.R. Graves. 1997. The use

of isotope tracers for identifying populations of migratory birds. Oecologia 9:132-141.

b. Buku

Flannery, T. 1990. Mammals of New Guinea. Robert Brown & Associates. New York. 439 pp.

Koford, R.R., B.S. Bowen, J.T. Lokemoen & A.D. Kruse. 2000. Cowbird parasitism in

grasslands and croplands in the Northern Great Plains. Pages 229-235 in Ecology and

Management of Cowbirds (J. N.M. Smith, T. L. Cook, S. I. Rothstein, S. K. Robinson, and

S. G. Sealy, Eds.). University of Texas Press, Austin.

c. Koran

Bachtiar, I. 2009. Berawal dari hobi , kini jadi jutawan. Radar Bogor 28 November 2009.

Hal.20

d. internet

NY Times Online . 2007.”Fossil &nd challenges man’s timeline”. Accessed on 10 July 2007

(http://www.nytimes.com/nytonline/NYTO-Fossil-Challenges-Timeline.html).

Page 4: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

6. Tata nama fauna:

a. Nama ilmiah mengacu pada ICZN (zoologi) dan ICBN (botani), contoh Glossolepis incisus, na-

ma jenis dengan author Glossolepis incisus Weber, 1907.

b. Nama Inggris yang menunjuk nama jenis diawali dengan huruf besar dan italic, contoh Red

Rainbow&sh. Nama Indonesia yang menunjuk pada nama jenis diawali dengan huruf besar,

contoh Ikan Pelangi Merah.

c. Nama Indonesia dan Inggris yang menunjuk nama kelompok fauna ditulis dengan huruf

kecil, kecuali diawal kalimat, contoh ikan pelangi/ rainbowHsh.

7. Naskah dikirim secara elektronik ke alamat: [email protected]

Page 5: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

i

KATA PENGANTAR

Fauna Indonesia edisi pertama di tahun 2013 menyambangi anda kembali dengan suatu perubahan, yaitu

majalah ini bersatu dengan induknya, Masyarakat Zoologi Indonesia (MZI), bersama dengan majalah ilmiah

Zoo Indonesia di website baru Masyarakat Zoologi Indonesia (www.MZI.or.id). Adanya publikasi Fauna

Indonesia di dalam MZI berarti majalah ini kembali kepada akar organisasi yang akan menggeliat menggaungkan

potensi dan konservasi fauna di Indonesia. Pembaca pun tidak hanya akan membaca artikel-artikel menarik

dalam edisi ini namun akan mengetahui juga organisasi dan aktifitas MZI.

Pada edisi ini ada tujuh artikel yang kami persembahkan kepada pembaca yang meliputi dunia

herpetofauna, moluska, serangga dan cacing endoparasit. Hal yang menarik untuk diperhatikan pada sajian ini

adalah sebagian memaparkan segi potensi pemanfaatan dari fauna lokal Indonesia. Artikel-artikel tentu saja akan

membuka wacana yang baik bagi kita untuk menguak lebih jauh lagi tentang besarnya manfaat fauna yang berada

di sekitar kita. Nilai-nilai ekonomis yang belum banyak terungkap dapat terinisiasi dari tulisan tersebut. Kita

berharap bahwa semakin banyak tulisan yang dapat membuka potensi-potensi tersembunyi dari fauna Indonesia.

Tentu saja ini akan memperkuat pemikiran bahwa mengapa konservasi satwa perlu dilakukan karena potensi

pemanfaatannya baik untuk pangan, kesenangan dan servis ekologi sangat dibutuhkan manusia.

Selamat membaca.

Redaksi

Page 6: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

ii

DAFTAR ISI

PENGANTAR REDAKSI ...................................................................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii VOKALISASI ANAK BUAYA MUARA Crocodylus porosus ........................................................... 1 Hellen Kurniati INFORMASI BIOLOGI DAN PEMANFAATAN KERANG KEREK (Gafrarium tumidum) ................................................................................................................................. 5 Muhammad Masrur Islami MOLUSKA BAKAU SEBAGAI SUMBER PANGAN ................................................................... 12 Nova Mujiono PELUANG EKSPLORASI KERAGAMAN KEONG DARAT DARI PULAU-PULAU KECIL DI INDONESIA ............................................................................ 17 Heryanto MELOIDOGYNE INCOGNITA PADA KENTANG HITAM (SOLENOSTEMON ROTUNDIFOLIUS) ........................................................................................... 22 Kartika dewi & Yuni Apriyanti KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA) DI INDONESIA ....................................................................................................................................... 29 Erniwati JENIS-JENIS KURA-KURA AIR TAWAR YANG DIPERDAGANGKAN DI BANTEN .............................................................................................................................................. 35 Dadang Rahadian Subasli

Page 7: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

29

KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT

(APIDAE : TRIGONA) DI INDONESIA

Erniwati

Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

Summary

Stingless bees are small bees with many benefits, but not familiar to most people. !ere are only few research has been done

on the bees. Stingless bees are distributed in both subtropic and tropic regions, with 50 species occur in Southeast Asia.

One common species is Trigona laeviceps Smith. !ey nest on the woods and some even in the residents at 0-1000 m asl.

!ey eat pollen and flower’s honey and use resin as their nest material. !is paper will discuss the general information about

this interesting stingless bee and also revealing their behavior and way of life.

PENDAHULUAN

Lebah tak bersengat (Stingless) merupakan salah

satu marga lebah sosial yang termasuk suku Apidae

(Gambar 1). Di Indonesia lebah tak bersengat dikenal

dengan beberapa nama tergantung daerahnya, antara

lain Teuwel (Jawa Barat) dan Klanceng (Jawa Tengah

dan Jawa Timur). Sementara itu di Sumatra Barat,

kelompok lebah ini disebut dengan Galo-galo.

Penyebaran lebah tak bersengat terdapat di

daerah tropik dan subtropik atau wilayah yang dilalui

Gambar 1. Lebah tak bersengat dari suku Apidae

garis khatulistiwa (Hubbel & Johnson 1977, Free

1993). Diperkirakan sekitar 200 jenis lebah tak

bersengat yang sudah diketahui terdapat di wilayah

tropik dan subtropik (Inoue et al. 1984), di kawasan

Asia Tenggara diketahui kira – kira terdapat 50 jenis

lebah tak bersengat (Sakagami 1982; Inoue et al.

1985). Sementara itu, di Indonesia masih belum

diketahui secara pasti berapa jumlah jenisnya.

Menurut Schwarz (1937) terdapat 31 jenis di

Kalimantan, 41 jenis di pulau Sumatra, dan 9 jenis di

pulau Jawa. Menurut ahli lebah tak bersengat

Sakagami, pada tahun 1987 jumlah jenis yang terdapat

di pulau Jawa sudah berkurang menjadi 6 yaitu

Trigona laeviceps, T. itama, T. drescheri, T. apicalis, T.

thoracica, dan T. terminata. (Sakagami et al. 1990).

Lebah tak bersengat berperan penting dalam

proses penyerbukan tanaman bunga. Proses

penyerbukan terjadi bila serbuk sari menempel pada

kepala putik. Serbuk sari yang menempel pada kepala

putik bisa jadi berasal dari bunga itu sendiri atau dari

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 29-34

Page 8: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

30

bunga lain dari tanaman tersebut, bisa juga dari bunga

tanaman lain yang sejenis. Akan tetapi tidak semua

tanaman berbunga mampu melakukan penyerbukan

sendiri, oleh karena itu diperlukan perantara yang

dapat membantu terjadinya proses penyerbukan. Ada

beberapa perantara yang mampu membantu proses

penyerbukan yaitu : air, angin, serangga, burung dan

kelelawar (Crene & Walker 1984). Organisme

penyerbuk yang sering dijumpai di alam adalah

kelompok serangga, umumnya kelompok serangga

berbulu lebat yaitu kelompok lebah (Apidae).

Lebah tak bersengat merupakan salah satu

marga dari suku Apidae yang berperan sebagai

penyerbuk pada banyak jenis tanaman seperti

rambutan, mangga, durian, dan lainnya. Seiring

dengan lingkungan yang semakin rusak maka populasi

lebah ini semakin tertekan. Di sisi lain informasi

mengenai perbanyakan koloni masih sangat kurang

dan belum ada laporan pengelolaan penyerbukan

untuk intensifikasi pertanian dan penghasil madu.

Oleh sebab itu, informasi mengenai aspek-aspek

biologi lebah tak bersengat perlu dipahami sebagai

pengetahuan dasar pengembangan dan

pelestariannya .

Gambar 2. Morfologi lebah tak bersengat (Sakagami et al.

1990)

PENGENALAN MARGA TRIGONA

Secara umum lebah tak bersengat bertubuh

kecil, lebih kecil dari lalat rumah dan lebah madu atau

berkisar 2 mm – 8 mm, berwarna hitam, coklat muda

atau kekuningan (Eckert & Shaw 1977). Menurut

Salmah (1983), morfologi lebah tak bersengat adalah

kepala membesar kearah depan, matanya sempit ke

arah mandibula, mata majemuk (ocelli) membentuk

garis lurus pada vertek, antena filiform, toraks agak

membulat, abdomen pendek berbentuk oval, stigma

kecil, kakinya kuat dengan bagian ujung melebar dan

pipih serta berbulu. Badan dan kaki - kakinya

berbulu, bulu - bulu tersebut sangat bermanfaat untuk

membawa polen dan berpindah ke kepala putik dalam

proses penyerbukan pada tanaman.

Salah satu jenis lebah tak bersengat yang

umum dan dapat dijumpai diseluruh pelosok

Indonesia adalah Trigona laeviceps. Ciri cirinya

(Gambar 2) adalah tubuh berukuran kecil, ramping,

panjangnya 2,5 mm – 3,25 mm. Tubuh berwarna

coklat kehitaman, permukaan ventral abdomen

memiliki bulu – bulu berwarna keputihan. Bagian

vertek, mesonotum serta scutellum berbulu – bulu

berwarna hitam, terutama di pinggir bagian belakang

scutellum. Tarsusnya berbulu warna pucat, tetapi

permukaan basitarsi bagian belakang berwarna

kehitaman (Schwarz 1937)

Klasifikasi lebah tak bersengat T. laeviceps

menurut Michener (1974) adalah

Kelas : Insecta

Bangsa : Hymenoptera

Suku : Apidae

Anak suku : Apinae

Tribus : Meliponini

Marga : Trigona

Jenis : T. laeviceps Smith

SARANG DAN HABITAT

Lebah tak bersengat adalah makhluk sosial yang

hidup secara berkoloni. Di dalam satu sarang di

kepalai oleh ratu yang jumlahnya hanya satu dan

mempunyai pekerja yang membantu sang ratu dalam

mengerjakan dan memenuhi kebutuhan kehidupan

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 29-34

Page 9: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

31

koloni. Lebah pekerja jumlahnya sangat banyak 300 –

80.000 individu, tergantung pada jenis dan umur

koloninya (Free 1982). Masing-masing individu

mempunyai tugas dan saling berhubungan. Ratu

bertugas hanya untuk bertelur, yang nantinya akan

menjadi lebah baru, untuk melanjutkan keturunannya,

menjadi pekerja yang bertugas mencari makanan, dan

lain-lain. Makanan berupa nektar dan polen

tumbuhan, serta resin dikumpulkan oleh lebah pekerja

secara gotong royong.

Gambar 3. Bentuk pintu sarang

Sarang terbuat dari material resin yang juga

berasal dari tumbuhan. Pintu sarangnya hanya ada

satu untuk masuk dan keluar-nya anggota koloni.

Pintu ini dihiasi dengan corong yang terbuat dari resin

dan memiliki bentuk yang bermacam-macam, ada

yang pendek dan ada yang panjang, tergantung

jenisnya (Gambar 3). Struktur sarang lebah tak

bersengat berbeda-beda bergantung pada tingkat

evolusinya. Menurut Salmah (1983), sarang terbagi

tiga bagian, yaitu bagian tempat anakan, tempat

nektar atau madu, dan tempat polen yang disebut sel.

Susunan sel di dalam sarang terdiri dari 2 tipe yaitu

Cluster (susunan sel tidak teratur) (Gambar 4.) dan

Gambar 3. Komposisi sarang Trigona laeviceps dari Sukabumi

susunan sel berbentuk Comb (susunan sel yang teratur

seperti sisir).

Menurut Michener (1974) tipe sarang T.

laeviceps adalah antara bentuk Cluster dan bentuk

Comb. Umumnya lebah tak bersengat banyak dijumpai

hidup di hutan – hutan, namun beberapa jenis telah

beradaptasi di daerah hutan terbuka, padang rumput,

dan bahkan sudah banyak dijumpai di pemukiman

(Inoue et al. 1984). Lebah tak bersengat bersarang

pada rongga batang pohon yang sudah mati atau pada

sarang rayap dan semut yang sudah tidak terpakai

(Michener 1974, Sakagami 1982). Selain itu sarang T.

laeviceps sering dijumpai di daerah pemukiman

penduduk di Jawa, menempati rongga – rongga bambu

penyangga atap atau dinding rumah, rongga – rongga

pada celah pintu, tepi – tepi lantai, tepi jendela, pada

tembok batu, dan rongga di bawah pot bunga

(Hambali 1979 ; Erniwati & Ubaidillah 2012).

KEGUNAAN DAN POTENSI

Di beberapa negara, pengelolaan lebah sosial

untuk tujuan komersil telah lama dilakukan.

Pembudidayaan lebah ada yang bertujuan untuk

mendapatkan madu yang dihasilkannya, ada juga yang

bertujuan untuk membantu penyerbukan pada suatu

tanaman perkebunan, atau untuk keduanya.

Banyaknya jenis dan luasnya sebaran lebah tak

bersengat membuatnya banyak dimanfaatkan sebagai

penyerbuk tanaman yang mempunyai nilai ekonomi.

Di Australia bagian Utara, lebah tak bersengat

digunakan untuk penyerbukan tanaman mangga

(Mangifera indica) (Anderson et al. 1982). Schwarz

(1948) melaporkan di Mexico, Amerika Tengah dan

Guiana Prancis sudah lama memanfaatkan lebah tak

bersengat sebagai peningkatan hasil panen vanila

(Vanilla planifolia). Di Brasil, Brantjes (1981)

melaporkan tentang peranan lebah tak bersengat

sebagai penyerbuk kluwih (Arthocarpus artilis). Di

Indonesia, budidaya lebah madu sudah populer dan

banyak yang melakukannya. Tetapi untuk lebah tak

bersengat masih terbatas pemanfaatannya karena

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 29-34

Page 10: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

32

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang lebah ini.

Di beberapa negara, eksplorasi, penelitian, dan

studi terhadap lebah tak bersengat cukup

mendapatkan ruang dan perhatian penting, hal itu

terlihat dari banyaknya publikasi ilmiah baik berupa

jurnal, buletin, artikel maupun buku. Hasil dari

eksplorasi tersebut kemudian dijadikan rujukan oleh

seluruh masyarakat dunia dalam melestarikan dan

mengusahakan lebah tak bersengat sebagai salah satu

hewan yang layak diternakkan

Selain sebagai penyerbuk penting bagi

tanaman bernilai ekonomi seperti buah-buahan, lebah

tak bersengat juga berperan penting dalam

penyerbukan tumbuh-tumbuhan yang terdapat di

hutan sehingga membantu dalam regenerasi hutan

tersebut. Lebah tak bersengat juga penghasil polen,

madu, dan propolis. Menurut informasi yang

diperoleh bahwa propolis lebah tak bersengat adalah

yang terbaik. Di tingkat peternak harga per kg propolis

mencapai Rp. 700.000 dan polen Rp 50.000 (Trubus

2010).

KESIMPULAN

Lebah tak bersengat merupakan salah satu

jenis lebah sosial yang banyak manfaatnya, antara lain

sebagai : agen penyerbukan untuk berbagai jenis

tanaman, penghasil madu dan propolis. Usaha

manajemen penyerbukan yang memerlukan

pengembangan lebah tak bersengat di Indonesia masih

sangat kurang. Oleh karenanya dukungan dan

perhatian dari lembaga pemerintah sangat diperlukan

untuk mengembangkan penelitian tentang lebah tak

bersengat secara menyeluruh, terutama tentang

perilaku, metode budidaya yang disesuaikan dengan

kondisi lingkungan serta pemilihan jenis yang cocok

untuk diternakkan.

PUSTAKA

Anderson, D.L., M.Sedgley., J.R.T. Short & A.J.

Allwood.1982. Insect pollination of

manggo in Northern Australia. Aust. J. Res.

33:541 – 548.

Brantjes, N.B.M. 1981. Nectar and pollination of

bread fruit Artocarpus altilis Moraceae).

Acta. Bot. Neerl. (4): 345-352.

Crane, E & P. Walker. 1984. Pollination directory for

world crops. International Bee Research

Association. London: 183 pp.

Eckert, J.E. & F.R. Shaw. 1977. Beekeeping. Mac

Millan Publishing Co Inc, New York: ix + 536

pp.

Erniwati dan R. Ubaidillah. 2012. Pola distribusi

serangga berguna untuk tanaman pertanian di

kawasan penyangga Gede Pangrango, Jawa

Barat. Prosiding Kongres

Entomologi Indonesia VIII. Bogor, PEI pusat (In

Press).

Free, J.B. 1982. Bees and mankind. George Allen &

Unwin, London: xi + 455 pp.

Free, J.B. 1993. Insect pollination of crops. Academic

Press, London: 544 pp

Hambali, G.G. 1979. Potensi lebah getah Trigona.

Dalam Kongres Nasional Biologi IV.

Perhimpunan Biologi, Indonesia Bandung : 1

– 10

Hubbel, S.P. & L.K. Johnson. 1977. Competition and

nest spacing in a tropical stingless bees

community. Ecology (58): 949 – 963.

Inoue, T., S.F. Sakagami., S. Salmah & S. Yamane.

1984. !e process of colony multiplication in

the Sumatran stingless bees Trigona

(Tetragonula) laeviceps.

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 29-34

Page 11: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

33

Biotropica 16(2): 100 – 111.

Inoue, T., S.salmah, I. Abbas & Erniwati Y. 1985.

Foraging behaviour of individu workers and

foraging dynamic of colonies of three

Sumatran stingless bees. Res. Popul.Ecol. 27

(2): 373 – 392.

Michener, C.D. 1974. -e social behavior of the bees : A

comperative study. !e Belknap Press

Of Havard University Press, Cambridge: xii

+ 312pp.

Sakagami, S.F., T. Inoue, S. Salmah. 1990. Stingless

bees of Central Sumatra. In: Ohgushi R.,

Sakagami, S.F. and Roubik, D. W. (Eds).

Natural History of Social bees in Equatorial

Sumatra. Hokaido University Press, Japan.

125 – 137 p

Sakagami, S.F. 1982. Stingless bees. In: H.R. Herman

(ed). 1982. Social Insects. Academic Press,

New York.

Salmah, S. 1983. Aspek morfologi dan ekologi lebah

tak bersengat Trigona (Tetragonula) laeviceps

Smith di Sumatra Barat. In: Prosiding

Kongres Entomologi II, Jakarta.

Schwarz, H.F. 1937. !e Indo-Malayan species of

Trigona. Bull. Am. Mus. Nat. Hist (76):

83 – 141.

Schwarz, H.F. 1948. Stingless bees (Meliponinae) of

the Western Hemisphere. Bull. Am. Mus.

Nat. Hist. 90: xviii + 546 pp

Majalah Trubus No.490 tahun 2010.

Erniwati

Museum Zoologicum Bogoriense

Bidang Zoologi, Puslit Biologi – LIPI

Gd. Widyasatwaloka, Jl. Raya Jakarta – Bogor KM. 46

Cibinong 16911

Email: [email protected]

Fauna Indonesia Vol 12 (1) Juni 2013: 29-34

Page 12: ISSN 0216-9169 -   · PDF file29 KAJIAN BIOLOGI LEBAH TAK BERSENGAT (APIDAE : TRIGONA ) DI INDONESIA Erniwati Museum Zoologicum Bogoriense, Bidang Zoologi,Puslit Biologi—LIPI

34

Tabel 1. Jenis - jenis lebah tak bersengat yang terdapat di Indonesia

No.

Spesies

Sulawesi Kalimantan Jawa Sumatra

1 Trigona (Heterotrigona) iridipennis Frederick Smith X X X

2 Trigona laeviceps Frederick Smith X X X X

3 Trigona (Geniotrigona) thoracica Frederick Smith X X X

4 Trigona borneensis Friese X

5 Trigona collina Frederick Smith X X

6 Trigona (Heterotrigona) apicalis Frederick Smith X X X

7 Trigona canifrons Frederick Smith X X

8 Trigona (Tetragonula) atripes Frederick Smith X X

9 Trigona nitidiventris Frederick Smith X X X

10 Trigona (Lepidotrigona) ventralis Frederick Smith X X

11 Trigona (Lepidotrigona) terminata Frederick Smith X X

12 Trigona peninsularis Cockerell X

13 Trigona apicalis var binghami Herbert F Schwarz X

14 Trigona (Sundatrigona) moorei Herbert F Schwarz X X

15 Trigona melina Gribodo X X

17 Trigona fuscobalteata Cameron X X X

18 Trigona sapiens Cockerell X

19 Trigona (Heterotrigona) itama Cockerell X X X X

20 Trigona reepeni Friese X

21 Trigona (Tetragonula) geissleri Cockerell X

22 Trigona (Heterotrigona) melanoleuca Cockerell X

24 Trigona sarawakensis Herbert F Schwarz X

25 Trigona (Tetragona) fuscobalteata var pagdeni Herbert F Schwarz X

25 Trigona (Tetragonula) minangkabau Sakagami and Inoue X

26 Trigona (Heterotrigona) incisa Sakagami and Inoue X X

27 Trigona (Lepidotrigona) trochanterica X

28 Trigona drescheri Schwarz X X

29 Trigona (Homotrigona) fimbriata Smith X X

30 Trigona (Trigonella) lieftincki Sakagami & Inoue X

31 Trigona fuscibasis Cockerell X X

32 Trigona rufibasalis Cockerell X

33 Trigona melanocephala Cribodo X

34 Hypotrigona (Pariotrigona) pendleburyi Schwarz X X

35 Trigona scintillans Cockerell X X

36 Trigona erythrogastra Cameron X

37 Trigona (Odontotrigona) haematoptera Cockerell X

38 Trigona (Platytrigona) hobbyi Schwarz X

(Sumber: dari Koleksi Museum Bogoriense ; Sakagami et al. 1990)