ispa.doc

19
WASPADAI ISPA & PNEUMONIA Kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Berarti, akibat pneumonia, sebanyak 150.000 bayi/balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban per bulan atau 416 kasus sehari atau 17 anak per jam atau seorang bayi/balita tiap lima menit. Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract) Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. Pengertian Pneumonia Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia. Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Penanggulangan penyakit Pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia: usia dibawah 2 bulan (Pneumonia Berat dan Bukan Pneumonia usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pneumonia, Pneumonia Berat dan Bukan Pneumonia Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.

description

infeksi saluran nafas

Transcript of ispa.doc

Page 1: ispa.doc

WASPADAI ISPA & PNEUMONIA

Kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) di Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Berarti, akibat pneumonia, sebanyak 150.000 bayi/balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban per bulan atau 416 kasus sehari atau 17 anak per jam atau seorang bayi/balita tiap lima menit.

Pengertian ISPAISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisma ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)

Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

Pengertian Pneumonia Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.

Pneumonia Berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.

Penanggulangan penyakit Pneumonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia.

Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia:

usia dibawah 2 bulan (Pneumonia Berat dan Bukan Pneumonia usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan - Pneumonia, Pneumonia Berat dan Bukan

Pneumonia

Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.

ETIOLOGI ISPA & PNEMONIA

Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium. Virus

Page 2: ispa.doc

penyebabnya antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.

Etiologi Pneumonia Diagnosis etiologi Pneumonia pada balita sulit untuk ditegakkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Hanya biakan spesimen fungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkan diagnosis etiologi pneumonia. Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan dan menentukan jenis bakteri penyebab pnemonia pada balita, namun disisi lain dianggap prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika –terutama jika semata untuk tujuan penelitian-. Dengan pertimbangan tersebut, diagnosa bakteri penyebab pnemonia bagi balita di Indonesia mendasarkan pada hasil penelitian asing (melalui publikasi WHO), bahwa Streptococcus, Pnemonia dan Hemophylus influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian etiologi di negara berkembang. Di negara maju pneumonia pada balita disebabkan oleh virus.

Faktor Resiko Pneumonia Berikut ini adalah faktor-faktor yang meningkatkan resiko berjangkitnya Pneumonia:

Umur dibawah 2 bulan Jenis kelamin laki-laki  Gizi kurang  Berat badan lahir rendah  Tidak mendapat ASI memadai  Polusi udara  Kepadatan tempat tinggal  Imunisasi yang tidak memadai   Membedong bayi  Defisiensi vitamin A

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia 

Umur dibawah 2 bulan  Tingkat sosio ekonomi rendah  Gizi kurang  Berat badan lahir rendah  Tingkat pendidikan ibu rendah  Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah  Kepadatan tempat tinggal  Imunisasi yang tidak memadai  Menderita penyakit kronis

Kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia pada akhir tahun 2000 sebanyak lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Berarti, akibat pneumonia, sebanyak 150.000 bayi/balita meninggal tiap tahun atau 12.500 korban per bulan atau 416 kasus sehari atau 17 anak per jam atau seorang bayi/balita tiap lima menit.

Pencegahan lewat imunisasi itu BCG (antituberkulosis), DPT ( Dipteri (antiinfeksi saluran pernapasan), pertusis (antibatuk rejan), Tetanus) cukup esensial untuk menyiapkan balita menghadapi lingkungan yang tidak selalu bisa dijamin kebersihan udaranya. Selain itu, asupan makanan yang kaya gizi tent akan memertahankan stamina balita sendiri. Waspadai ISPA, terutama saat merebaknya virus Avian (Flu Burung) belakangan ini.

****

(Sumber: Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pnemonia pada Balita - Info Penyakit Menular Departemen Kesehatan RI)

Koran Tempo

Kamis, 6 January 2005

Page 3: ispa.doc

Wabah Penyakit Mulai Menyerang Pengungsi

BANDA ACEH -- Kematian kembali mengancam para pengungsi Aceh. Penyebab utamanyaadalah berjangkitnyawabah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). "(Saat ini) sekitar 25 persenpasien yang berobatadalah penderita ISPA," kata Dokter Doti Indrasanto, Kepala Pusat PenanggulanganBencana DepartemenKesehatan, kemarin. Doti memperkirakan, jumlah pengidap ISPA akan bertambahdalam beberapa hari kedepan.

ISPA adalah satu dari sepuluh pembunuh utama di dunia. Menurut OrganisasiKesehatan Dunia (WHO),ISPA penyebab kematian utama di tempat pengungsian dan di wilayah bencana.Bersama penyakit infeksisaluran pencernaan, ISPA dapat membunuh seperempat dari jumlah total pengungsi.Wabah ISPA terakhirdi Indonesia terjadi pada pertengahan Desember 2004, menewaskan 108 anak balitadi pedalaman Paniai,Papua.

Menurut ahli ISPA dan Direktur Medik Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, DokterTjandra Yoga Aditama,di tempat pengungsian, ISPA lebih sulit ditangkal dibanding penyakit pencernaanseperti kolera. ISPAmenular melalui udara, padahal "orang harus bernapas dan mengisap udara disekitarnya, setercemarapa pun udara itu".

ISPA menjadi momok di wilayah bencana karena rendahnya daya tahan tubuh danburuknya kualitaslingkungan. Penyakit ini terutama mematikan untuk orang lanjut usia dananak-anak. Berdasarkan dataKomnas HAM Anak, di Aceh ada sekitar 150 ribu anak korban bencana.

Menurut Doti, penyakit pernapasan di Aceh tak cuma disebabkan oleh bibitpenyakit yang biasa memicuISPA. "Banyak di antaranya menderita pneumonia (radang paru-paru) aspirasikarena kemasukan airkotor saat diterjang tsunami. "Air laut yang kotor itu mengandung kuman-kumanberbahaya danmenyebabkan radang pada paru-paru," ujarnya.

Menurut Aditama, pneumonia aspirasi merupakan penyakit pernapasan yang amatberbahaya dan sukardiobati. Karena itu, Usman, warga Teunayong yang mengungsi di Desa Mata Ie,merasa sesak ditenggorokan dan paru-parunya dari hari ke hari makin berat. "(Saya) tersedak airkotor saat digulunggelombang tsunami," katanya. Usman kini terus berobat ke posko kesehatan TNI AUdi Bandara IskandarMuda.

Dokter memberi Usman antibiotik generasi IV, jenis antibiotik paling kuat danampuh. Doktermenyuntikkan obat itu langsung ke pembuluh darah balik Usman, khawatir infeksidi paru-parunyamenyebar ke seluruh tubuh.

Sehari sebelumnya, Rahmat Suhada, anak balita korban tsunami yang menderitapneumonia aspirasi danditerbangkan ke Jakarta untuk diobati, meninggal di Rumah Sakit Anak danBersalin Harapan Kita,Jakarta Barat.

Menurut Doti, untuk mengobati pneumonia aspirasi, paru-paru juga harusdibersihkan. Dia mengatakan,Departemen Kesehatan sudah mendatangkan dokter ahli paru-paru yang membawa

Page 4: ispa.doc

bronkoskopi--alatpengisap kotoran yang menyangkut di saluran pernapasan--dari Jakarta.

Aditama membenarkan, beberapa dokter ahli paru-paru telah diterbangkan ke Acehkemarin. "Merekamembawa bronkoskopi untuk orang dewasa dan anak-anak, masing-masing satu unit,berikut alat dan obatpendukungnya, yang disumbangkan RS Persahabatan," katanya.

RSUD Zainal Abidin, rumah sakit terbesar di Banda Aceh, dua bulan lalu sudahmemiliki unitbronkoskopi. Tapi, sebelum dokter-dokternya dikirim untuk mendapat pelatihan diJakarta, rumah sakitdan segala peralatannya keburu direndam air yang dibawa tsunami.Bronkoskopi--seharga Rp 150juta--itu pun lenyap.

Berdasarkan pantauan Tempo, hingga pekan kedua, para pengungsi juga terancamkematian karenaluka-luka yang mulai membusuk. Dokter Dino Gagah, anggota tim dokter sukarelawandi Meulaboh,mengungkapkan banyak pengungsi yang terserang tetanus. "Di Meulaboh, 500-anorang terserang tetanus,selain hampir seluruhnya terserang ISPA dan diare," katanya.

Gagah dan beberapa dokter di Meulaboh mengungkapkan, mereka belum memiliki serumantitetanus,satu-satunya penangkal penyakit itu. Gagah selama ini hanya bisa memberipengobatan jangka pendek,dengan membersihkan luka yang sudah membusuk dengan alkohol, Betadine, dan salepantibiotik. alianwar/sunariyah/bambang soen

groups.yahoo.com/group/indonesian-studies/message/3484?l=1 - Cachedwww.freewebs.com/nieva_free/ispa.htm - Cached

Penderita ISPA Ditemukan Banyak di Lampung

Jumat, 28 April, 2006 oleh: SiswonoPenderita ISPA Ditemukan Banyak di LampungGizi.net - Dari berbagai jenis penyakit yang ada dalam kurun waktu satu tahun, penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) banyak diderita masyarakat di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.

Kepala Puskesmas Kecamatan Krui, Budi Muslich, di Bandar Lampung, Rabu (26/4) mengingatkan masyarakat agar mewaspadai penyebaran penyakit ISPA. Selain ISPA yang jumlahnya penderitanya mencapai 405 kasus, penyakit lain juga banyak diderita masyarakat Kecamatan Krui, hipertensi 109 kasus, malaria 96 kasus, gasteris 88 kasus dan diare 76 kasus.

Peningkatan jumlah penderita dari Januari hingga Maret 2005, persentase penderita ISPA mencapai 21,5 persen dari 132 kasus yang ada. Sedangkan untuk periode Juli-Desember 2005 meningkat menjadi 22,1 persen.

"Kendati jenis Penyakit ISPA tidak membahayakan manusia, tetapi bila

melihat tren yang selalu meningkat kita perlu mewaspadainya," katanya.

Apalagi kata Budi, jika sudah terserang penyakit ini bisa membuat kondisi tubuh menjadi lemah sehingga ada kemungkinan terjangkit penyakit lain, khususnya bila anak-anak yang terserang penyakit ini.

Peningkatan jumlah penderita ISPA juga terjadi pada dua Puskesmas lain, yakni Puskesmas Kecamatan Batubrak dan Belalau. Di Puskesmas Batubrak, berdasarkan data yang ada, pada periode Januari-Maret 2005, penderita penyakit ISPA mencapai 258. November-Desember 2005 mengalami peningkatan yakni sebanyak 314 kasus.

Page 5: ispa.doc

Di Puskesmas Belalau, penderita ISPA juga menempati urutan teratas yakni 270 kasus, disusul diare 154 kasus, malaria 75 kasus, influenza 62 kasus. Rabies 59 kasus, penyakit kulit 54 kasus dan rematik 37 kasus.

Kepala Puskesmas Belalau, Hotbin Purba menambahkan, secara umum ekologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan rikestia. Jenis bakteri dan virus tersebut memang mudah menyerang anak-anak dengan gejala batuk pilek pada balita.

"Untuk mencegah agar tidak terkena penyakit ini, kepada ibu yang mempunyai balita bisa menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan pola hidup sehat. Misalnya jangan membeli makanan sembarangan pada saat musim kemarau," tambahnya.

Sumber: http://www.mediaindo.co.id (Dikutip tgl 27 April 2006)

Sensitivitas Kuman Tonsilo Faringitis Akut HASIL PENELITIAN Pola Sensitivitas Kuman dari Isolat Hasil Usap Tenggorok Penderita Tonsilo-Faringitis Akut di Puskesmas Jakarta Pusat terhadap Beberapa Antimikroba Betalaktam Retno Gitawati, Ani Isnawati Pusat Penelitian Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta ABSTRAK Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di Indonesia, terutama infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) baik infeksi saluran pernafasan atas maupun infeksi saluran pernafasan bawah. Terapi antimikroba digunakan bila infeksi disebabkan oleh bakteri (kuman). Salah satu antimikroba terpilih untuk pengobatan ISPA adalah antimikroba golongan betalaktam. Untuk mengetahui sensitivitas kuman isolat usap tenggorok terhadap antimikroba betalaktam, dilakukan penelitian ini. Metoda penelitian cross-sectional terhadap 83 pasien tonsilo-faringitis akut pengunjung dua puskesmas di Jakarta Pusat pada bulan September 1999 sampai bulan Nopember 1999. Pemeriksaan isolat dan sensitivitas kuman terhadap antimikroba dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FK-UI. Hasil penelitian menemukan 132 kuman dari 12 spesies. Lima spesies kuman terbanyak adalah : Streptococcus viridans 54,2%, Branhamella catarrhalis 22,9 %, Streptococcus -hemolyticus 6,11%, Streptococcus pneumoniae 3,82% dan Streptococcus nonhemolyticus 3,82%. Penurunan sensitivitas Streptococcus viridans, Branhamella catarrhalis, Streptococcus -hemolyticus, Streptococcus pneumoniae dan Streptococcus nonhemolyticus terbesar terhadap antimikroba Cephradin berturutturut adalah 73,3 %; 53,52%; 87,5%; 40% dan 80%. Penurunan sensitivitas Branhamella catarrhalis terhadap Penisilin G adalah 30%, sedangkan kuman Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella pneumoniae terhadap Ceftriaxone 20%. Total resistensi tertinggi kuman-kuman usap tenggorok adalah terhadap Cephradin, yakni sebesar 68.04%. Kata kunci : Tonsilo-faringitis, Betalaktam, Streptococcus sp, B.catarrhalis PENDAHULUAN Penyakit infeksi masih merupakan penyakit utama di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia. Jenis penyakit infeksi di Indonesia yang banyak diderita oleh masyarakat adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), baik infeksi saluran pernapasan atas maupun bagian bawah. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1997 menunjukkan bahwa prevalensi ISPA untuk usia 0-4 tahun Cermin Dunia Kedokteran No. 155, 2007 73

Sensitivitas Kuman Tonsilo Faringitis Akut 47,1 %, usia 5-15 tahun 29,5 % dan dewasa 23,8 %; lebih dari 50% penyebabnya adalah virus(1). Infeksi sekunder bakterial pada ISPA dapat terjadi akibat komplikasi terutama pada anak dan usia lanjut, dan memerlukan terapi antimikroba. Beberapa

Page 6: ispa.doc

kuman penyebab komplikasi infeksi ISPA yang pernah diisolasi dari usap tenggorok antara lain Streptococcus, Staphylococcus, Klebsiella, Branhamella, Pseudomonas, Escherichia, Proteus, dan Haemophilus(2), dan untuk mengatasinya seringkali digunakan antimikroba golongan betalaktam, makrolida, dan kotrimoksazol(3). Antimikroba golongan betalaktam, yakni golongan penisilin dan sefalosporin, termasuk jenis antimikroba yang diperkirakan paling banyak digunakan untuk infeksi saluran napas; sejauh ini belum banyak diketahui status sensitivitas golongan tersebut, khususnya terhadap kuman penyebab ISPA. Untuk mengetahui hal tersebut, telah dilakukan uji sensitivitas kuman yang diisolasi dari usap tenggorok penderita ISPA, terhadap antimikroba golongan betalaktam. BAHAN DAN CARA Desain uji adalah studi kasus cross sectional, dengan sampel usap tenggorok penderita infeksi tonsilofaringitis yang berobat di dua puskesmas di wilayah Jakarta Pusat, yang memiliki angka kesakitan ISPA tertinggi di wilayah tersebut pada triwulan pertama tahun 1999. Jumlah subyek sebanyak 83 penderita, dengan rentang usia antara 5 65 tahun, dan memenuhi kriteria inklusi sebagai penderita tonsilofaringitis akut dengan gejala klinik: demam tinggi sampai 400C, sakit menelan, tonsil membesar dan merah dengan tanda-tanda detritus, batuk, hiperemis, kadang-kadang disertai folikel bereksudat. Semua subyek bersedia mengikuti penelitian ini dengan menandatangani informed consent, dan belum pernah mendapatkan antibiotika selama sakit. Spesimen usap tenggorok dikumpulkan dalam media transport dan dilakukan uji sensitivitas di Laboratorium Mikrobiologi FKUI. Kultur dan isolasi kuman menggunakan media perbenihan agar darah dan agar coklat pada suhu 370C selama 24 jam. Identifikasi dilakukan berdasarkan morfologi koloni, sifat hemolisis agar darah, fermentasi karbohidrat, dan uji-uji khusus lainnya. Kuman hasil isolasi diuji sensitivitasnya dengan metoda cakram Kirby-Bauer pada media Mueller-Hinton, terhadap beberapa antimikroba golongan betalaktam, yakni dengan mengukur zona hambatan. HASIL Sejumlah 132 kuman terdiri atas 12 spesies Gram positif dan Gram negatif berhasil diisolasi dan diidentifikasi dari 83 sampel usap tenggorok penderita tonsilofaringistis (Tabel 1). Enam jenis kuman terbanyak yang berhasil diisolasi dari spesimen usap tenggorok berturut-turut adalah: Streptococcus viridans (54.2%), Branhamella catarrhalis (22.9%), Streptococcus -haemolyticus (6.11%), Streptococcus pneumoniae (3.82%), Streptococcus non-haemolyticus (3.82%) dan Klebsiella pneumoniae (3.05%). Isolat-isolat kuman tersebut kemudian diuji sensitivitasnya terhadap antimikroba betalaktam, dan hasilnya menunjukkan profil resistensi seperti pada Tabel 2. Sebagian besar kuman Gram positif dan negatif dari isolat usap tenggorok tersebut masih cukup sensitif terhadap antimikroba betalaktam, kecuali terhadap Cefradin. Terhadap hasil uji sensitivitas berbagai spesies kuman terhadap antimikroba betalaktam di atas dilakukan penghitungan total resistensi antimikroba (Soebandrio 2000), dengan cara atau rumus sebagai berikut:

Page 7: ispa.doc

% R total antimikroba "A" = (% kuman "X" x % R antimikroba "A" terhadap kuman "X")/100 + (% kuman "Y" x % R antimikroba "A" terhadap kuman "Y")/100 + (% kuman "Z" x % R antimikroba "A" terhadap kuman "Z")/100. (R = resistensi) Hasilnya tertera pada Tabel 3. Tabel 1. Frekuensi distribusi jenis kuman dari 83 spesimen usap tenggorok No. Jenis (spesies) kuman Jumlah % 1. Streptococcus viridans 71 54.2 2. Branhamella catarrhalis 30 22.9 3. Streptococcus -haemolyticus 8 6.11 4. Streptococcus pneumoniae 5 3.82 5. Streptococcus non-haemolyticus 5 3.82 6. Klebsiella pneumoniae 4 3.05 7. Acinobacter spp. 2 1.53 8. Yeast (ragi) 2 1.53 9. Staphylococcus aureus 2 1.53 10. Alkaligenes dispar 1 0.76 11. Pseudomonas aeruginosa 1 0.76 12. Staphylococcus epidermidis 1 0.76 Jumlah 132 100 Total resistensi tertinggi kuman-kuman usap tenggorok

Page 8: ispa.doc

adalah terhadap antimikroba Cefradin, yakni sebesar 68.04%, sedangkan terhadap Penisilin-G dan amoksisilin total resistensi kuman relatif rendah, berurut-turut 9.93% dan 5.35%. DISKUSI Hasil usap tenggorok menemukan 12 jenis kuman Gram negatif dan kuman Gram positif. Kuman yang terbanyak ditemukan S. viridans (54.2 %), berbeda dengan yang dilaporkan Sugito(4)yaitu 25 % dan Hartono(5)yaitu 31,43 %. Untuk kuman S. hemolyticus diperoleh 6,4 % , hampir sama dengan yang ditemukan Suprihati dkk(6) sebanyak 4,46 %, tetapi berbeda dengan yang ditemukan oleh Sugito(4)sebanyak 25 % dan mirip dengan yang ditemukan Hartono(5)25,71 %. Kuman ini merupakan kuman yang dicurigai sebagai Cermin Dunia Kedokteran No. 155, 2007 74

Sensitivitas Kuman Tonsilo Faringitis Akut penyebab endokarditis.Tabel 2. Profil resistensi isolat kuman usap tenggorok terhadap antimikroba betalaktam % resistensi antimikrobaIsolat kuman % isolat Kuman PeG Amx Sulb Cefo Ceftr Cefta Cefpi Cefe Cefrd S. viridans 54.2 2.82 2.82 0 1.41 4.23 4.23 0 0 73.33 B. catarrhalis 22.9 30.0 0 0 0 3.33 3.33 3.33 0 53.52 S. -haemolyticus 6.11 0 0 0 0 0 0 0 0 87.5 S. pneumoniae 3.82 0 0 0 0 20.0 20.0 0 0 40.0 S. non-haemolyticus 3.82 0 0 0 0 0 0 0 0 80.0 K. pneumoniae 3.05 0 0 0 0 20 0 0 0 100 Acinobacter spp. 1.53 0 0 0 0 50 0 0 0 0 Yeast (ragi) 1.53 100 100 100 100 100 100 100 100 100 S. aureus 1.53 0 50 0 0 0 0 0 0 0 Alkaligenes spp. 0.76 0 100 100 0 0 0 0 0 100

Page 9: ispa.doc

P. aeruginosa 0.76 0 100 0 100 0 0 0 0 100 S. epidermidis 0.76 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Keterangan: PeG= Penisilin-G; Amx = Amoksisilin; ; Sulb = Sulbenisilin; Cefo = Cefotiam; Ceftr= Ceftriakson; Cefta = Cefotaksim; Cefpi = Cefpirome;Cefe = Cefepime; Cefd = Cefradin. Tabel 3. Total resistensi isolat kuman usap tenggorok terhadap antimikroba betalaktam No. Antimikroba % Total resistensi 1. Cefradin 68.04 2. Penisilin-G 9.93 3. Ceftriakson 6.87 4. Cefotaksim 5.57 5. Amoksisilin 5.35 6. Cefotiam 3.05 7. Cefpirome 2.52 8. Sulbenisilin 2.29 9. Cefepime 1.53 Total resistensi tertinggi berbagai kuman isolat tenggorok adalah terhadap antimikroba Cefradin sebesar 68,04 %, diikuti oleh Penicillin G dan Ceftriakson. Antimikroba Cefradin merupakan antimikroba generasi I dari golongan sefalosporin dan banyak digunakan secara oral untuk penderita infeksi saluran pernafasan sehingga mungkin sudah banyak terjadi resistensi. Penulisan resep oleh dokter umum di United Kingdom (UK) thn 1998(7)untuk infeksi saluran pernafasan adalah antimikroba broadspectrum penisilin sebanyak 53,2 %, makrolid 15 % dan medium serta narrow spectrum penisilin 13,0 %, sefalosporin 7,7 %. Tahun 1997 pasar dunia antibiotik mencapai US $ 12 miliar dengan jumlah peresepan 818 juta untuk infeksi saluran pernafasan akut dan sebagian besar antibiotik yang digunakan di rumah sakit berturut - turut adalah Golongan beta laktam, makrolid dan fluorokuinolin. Di Indonesia untuk infeksi pernafasan akut (tonsilitis dan faringitis ) sebagai standar pengobatan di puskesmas penisilin G masih merupakan obat pilihan keempat setelah eritromisin, amoksisilin dan ampisilin(2). Data resistensi kuman S.viridans dan S. aureus terhadap Penisilin G dari hasil penelitian Josodiwondo (1996) 3,7 % dan 96,8 % sedangkan dari penelitian Trihendrokesowo, dkk ( 1986 ) sebesar 3,2 % dan 66,7 % tidak jauh berbeda dengan resistensi kuman S.viridans yang diperoleh dari penelitian ini yaitu 2,82 %, namun berbeda dengan hasil resistensi kuman S. aureus 0 %. Golongan penisilin masih cukup ampuh untuk mengatasi bakteri gram positif, tetapi akhir-kakhir ini banyak dilaporkan bakteri yang resisten terhadap antimikroba golongan penisilin bahkan juga pada golongan sefalosporin, karena bakteri ini mampu menghasilkan enzim betalaktamase. Untuk mengatasi bakteri gram negatif tampaknya penisilin, bahkan sefalosporin sudah berkurang kemampuannya kecuali sefalosporin generasi ketiga

Page 10: ispa.doc

(8,9). Penggunaan tidak rasional akan mempercepat resistensi, selain hal itu dapat terjadi resistensi silang antar golongan maupun dalam satu golongan. Test kepekaan tidak selalu akurat untuk memprediksi kesembuhan dan sering terjadi tidak ada korelasi antara minimum inhibitor concentration (MIC) kuman dan kesembuhan. Observasi pada penderita infeksi menunjukkan bahwa 81 % penderita sembuh jika terinfeksi dengan bakteri yang sensitif, 9 % penderita meninggal. Bila terinfeksi bakteri yang resisten dapat menaikkan rata-rata kematian sebesar 17 % (p< 0,05 )(10 ). KESIMPULAN Ditemukan 132 kuman terdiri dari 12 spesies kuman, lima kuman terbanyak yang ditemukan adalah : Streptococcus viridans 54,2%, Branhamella catarrhalis 22,9 %, Streptococcus -hemolyticus 6,11%, Streptococcus pneumoniae 3,82% dan Streptococcus nonhemolyticus 3,82%. Penurunan sensitivitas kuman-kuman Streptococcus terjadi terhadap antimikroba cephradin berturutturut adalah 46,48%; 26,67%; 12,5%; 60% dan 20%. Penurunan sensitivitas kuman Branhamella catarrhalis terhadap antimikroba penisilin G adalah 70%, sedangkan kuman Streptococcus pneumoniae Cermin Dunia Kedokteran No. 155, 2007 Sensitivitas Kuman Tonsilo Faringitis Akut terhadap antimikroba ceftriakson 80%. Total resistensi tertinggi kuman-kuman usap tenggorok adalah terhadap cephradin, yakni sebesar 68.04%. KEPUSTAKAAN 1. Abdoerachman H, Fachrudin D, Infeksi Campuran Aerob dan Anaerob di Bidang THT. MKI 1989; 4 (2/3):56-60. 2. Dirjen Binkesmas Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Berdasarkan Gejala, 1996. 3. Dwiprahasta I. Inappropriate use of antibiotics in treatment of acute respiratory infections for the under five children among general practitioners, Berkala Ilmu Kedokteran 1997. 4. Sugito, Tarigan HMM, Nukman R, Epidemiologi dan Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut . Dalam buku Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Konperensi Kerja Nasional V IDPI, Surakarta, 1988. 5. Hartono TE, Wibisono MY, Rai IB, Idajadi A. Pola bakteriologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Orang Dewasa. Dalam Buku Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Konperensi Kerja Nasional V IDPI , Surakarta 1988. 6. Suprihati. Faktor Resiko Streptococcus Hemolitikus Beta Grup A pada Penderita Saluran Nafas Atas di RSUP Dr. Kariadi Semarang, Bag Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran UNDIP. Laporan penelitian, 1998. 7. Jones A. Antimicrobial Pharmacodynamics in Respiratory Tract Infection : New Approach in Determining Patient Response to Antibiotic Therapy, Medical Progress, January. 2003. 8. Herman MJ. Antibiotik Beta Laktam. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, 1994. 9. Sirot S, Sirot J, Saulnier P. Resistance to Betalactams in Enterobacteriaceae. Distribution of Phenotypes related to Beta lactamase Production, J Int. Med Res. 1986;14:193-199 10. Josodiwondo S, Perkembangan Kepekaan Kuman Terhadap Antimikroba Saat Ini, MKI 1996; 46(9): 467-476 11. Trihendrokesowo dkk, Macam Kuman (Dari Pelbagai Bahan Pemeriksaan di Yogyakarta) dan Pola Kepekaannya terhadap Beberapa Antibiotik, MKI 1987; 2 (1): 6-12. 12. Slombe B. Beta Lactamase, Occurrence and Classsification. In : Rolinson GN, Watson A, eds. Augmentin Clavulanate Pontetiated Amoxycillin. Amsterdam: Excerpta Medica 1980; 6-17

Page 11: ispa.doc

KALENDER KEGIATAN ILMIAH PERIODE APRIL MEI 2007 Bulan Tanggal Kegiatan Tempat dan Informasi 13 15 International Symposium on Congenital Anomaly (ISOCA) Hotel Borobudur Jakarta Ph. : 021-31909382/3921587 ; Fax. : 31909382 E-mail : [email protected] 18 21 The 16th Asean Congress of Cardiology: Challenges and opportunities in prevention and management of heart disease in Asean Bali Intercontinental Convention Center The Westin Resort, Nusa Dua, Bali Ph. : 021-5681149, 5684220, 5684093 Fax. : 021-5684220 E-mail : [email protected] http://www.6thacc.org APRIL 28 29 JADE 2007: Polimicrobial Infection and Multidrugs Resistance: Between Evidence and Reality Hotel Borobudur Jakarta Ph. : 021-3929106, 3920185, 3908157 Fax. : 012-3911873, 3929106 E-mail : [email protected] , [email protected] 02 - 05 4th Congress Asia-Pacific Society for the Aging Male (4th Congress APSSAM Bali 2007) Grand Hyatt, Nusa Dua, Bali Ph. : 021-30041026 E-mail : [email protected] http://www.apssam2007.urologi.or.id 06 - 09 PIT Ilmu Kesehatan Anak III (IKA) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Graha Sabha, Yogyakarta Ph. : 021-55960180 / 0274-550045 Fax. : 021-55960179 E-mail : [email protected] 24 27 The 6th Annual Geriatric Scientific Meeting/ Temu Ilmiah Geriatri 2007: "The Truth About Aging and Anti Aging: Scientific Perspective" Hotel Borobudur Jakarta Ph. : 021-30041026, 31900275 Fax. : 021-30041027, 31900275 E-mail : [email protected] / [email protected] MEI 29 01/06 ESC : European Stroke Conference Glasgow, United Kingdom Ph. : ++41 61 6867711 , Fax. : ++41 61 6867788 E-mail : [email protected] Informasi terkini, detail dan lengkap (jadual acara/pembicara) bisa diakses di http://www.kalbefarma.com/calendar Cermin Dunia Kedokteran No. 155, 2007 76

 

Page 12: ispa.doc

Jakarta Makin Panas

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1055749998,78770,

Rabu , 15 Oktober 2008 , 20:26:46 wib Waspadai ISPA dan DiareSiti Fatimah

BANDUNG, TRIBUN Masa pancaroba atau pergantian cuaca identik dengan beberapa penyakit yang

selalu mengiringi. Di masa pancaroba dari kemarau ke musim hujan, penyakit yang kerap muncul adalah

gangguang pernafasan atau Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan diare.

 

Kedua penyakit ini akan muncul pada masa pancaroba dan cenderung meningkat pada musim hujan.

Menurut Kepala Instalasi Gawat Darurat RS Hasan Sadikin Bandung, dr Tri Wahyu Murni, penyakit ISPA dan

diare kerap ditemukan pada masa pancaroba. Dan ketika musim hujan mulai intens, kedua penyakit ini

cenderung meningkat. Dari catatan pasien yang masuk ke IGD RSHS pada masa pergantian musim atau

cuaca ini, jumlah penderita pasien ISPA maupun diare bisa mencapai 2-10 pasien.

"Sekarang masih masa pergantian cuaca, jadi pasien ISPA dan diare yang ditangani IGD RSHS masih

antara 2 sampai 10 pasien setiap harinya. Jumlah ini biasanya akan meningkat bila sudah memasuki

musim hujan," kata dr Tri, Rabu (15/10).

Dari pasien-pasien yang datang ke IGD RSHS, kata dr Tri, kebanyakan adalah pasien anak-anak. Hal ini

dikarenakan daya tahan tubuh anak-anak memang lebih rendah dibanding orang dewasa. Meski begitu,

bukan berarti orang dewasa tidak bisa terjangkit dua penyakit ini.

"Sebenarnya tergantung daya tahan tubuh seseorang. Hanya saja memang daya tahan tubuh anak-anak

lebih rendah, jadi rentan juga terserang penyakit," katanya.

Untuk itulah, lanjut dr Tri, ia menghimbau masyarakat untuk tetap waspadai memasuki masa pancaroba

ini. Upaya pencegahan kedua penyakit ini bisa dilakukan dengan cara menjaga lingkungan tempat

tinggalnya. Kebersihan juga bukan sekedar rumah yang bersih, tapi juga harus waspada terhadap segala

jenis panganan yang dimakan.

Dicontohkan dr Tri, penyakit diare selain akibat tidak bersihnya lingkungan, juga bisa disebabkan makanan

yang dikonsumsi tidak memenuhi syarat kebersihan. "Jadi selain lingkungan yang bersih, makanan yang

dikonsumsi juga harus bersih," lanjutnya.

Ia juga menambahkan, hal lain yang harus ditingkatkan oleh masyarakat adalah menjaga kondisi tubuh

tetap sehat agar daya tahan tubuh juga lebih baik sehingga penyakit tidak mudah menyerang. "Makan

makanan yang sehat dan bersih dan pola hidup sehat salah satu cara mudah menjaga daya tahan tubuh,"

tambahnya. (pin)

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1055749998,78770,

Anak adalah buah kasih sayang dan tumpuan harapan besar dari kedua orang tua. Berbagai cara dilakukan dan ditempuh agar anak dapat tumbuh berkembang dengan baik, sesuai yang diharapkan. Proses penting pembentukan harapan tersebut dimulai dari dalam kandungan, setelah kelahiran sampai anak berusia remaja. http://www.babiestherapy.com/index.htm

Rabu 22 Oktober 2008, Jam: 9:36:00

JAKARTA (Pos Kota)- Tingginya suhu udara rata-rata di Jakarta dalam dua minggu terakhir, ternyata membuat tubuh banyak orang terutama anak-anak drop (menurun). Akibatnya tidak sedikit dari mereka terutama anak-anak yang langsung jatuh sakit.

“Dua minggu terakhir jumlah pengunjung puskesmas mencapai lebih dari 2.700 orang. Terutama anak-anak yang terserang ISPA (Infeksi, saluran Pernapasan Atas), seperti batuk, flu, demam, serta DBD dan diare,” kata Kepala Puskesmas Kecamatan Cilincing, dr. Bambang Sugiri, Selasa (21/10).

Dia meminta orang tua agar benar-benar memperhatikan kesehatan anak-anak. Misalnya, dengan lebih banyak memberi minum air putih atau sari buah. “Jangan terlalu banyak memberi makanan ringan dalam bentuk kemasan, yang bisa merangsang timbulnya batuk,” tambahnya.

Peningkatan jumlah penderita ISPA juga terpantau di Puskesmas Gambir, Jakarta Pusat. Menurut Kepala Puskesmas dr. Erda tiap hari penderita ISPA yang datang berobat rata-rata sekitar 20 orang untuk orang dewasa. “Sedangkan anak-anak lebih banyak lagi, yakni sekitar 20 hingga 30 orang.”

Di Jakarta Selatan penyakit DBD sejak awal Oktober lalu terlihat agak menonjol. Menurut Kasudin Kesehatan Masyarakat dr.Togi warga yang berobat ke puskesmas dan rumah sakit umum sekitar 110 orang.

Sementara itu di RSU Pasar Rebo pasien yang dirawat sebanyak 21 orang yang terdiri atas penderita DBD dan diare. Staf Humas rumah sakit tersebut Dedy Setiady mengatakan sebagain besar pasien yang dirawat merupakan keluarga miskin.

Kondisi yang tidak jauh berbeda juga terjadi di Jakarta Barat. Sejumlah puskesmas melaporkan meningkatnya jumlah penderita ISPA dalam 2 minggu terakhir.

5 MACAM PENYAKIT Gubernur Fauzi Bowo meminta warganya mewaspadai penyakit tersebut. Cara hidup sehat merupakan jalan untuk menghindari berbagai serangan penyakit. “Kewaspadaan mutlak dilakukan.”

Lima macam penyakit yang banyak diderita warga Jakarta pada musim pancaroba terutama DBD, ISPA dan diare. Sampai September 2008, angka DBD di Jakarta cukup tinggi. Sejak Januari terdapat 23 korban meninggal dari 26 ribu kasus. Sedangkan ISPA tercatat sekitar 6 ribu warga. Sedangkan diare juga menduduki angka tertinggi. Namun penderita diare sulit di catat karena penanganannya lebih mudah dan cepat.

(tim pk)

Page 13: ispa.doc

Anak-anak adalah permata hati ibubapa, pengikat kasih, penghibur lara, penawar sepi serta pengubat luka. Anak-anak juga adalah generasi penyambung warisan tamadun negara dalam segala bidang dan peranan. Justeru itu, asas pendidikan yang mampan, kukuh, kreatif, dinamik dan Islamik merupakan resepi mantap kearah perkembangan mereka secara positif.http://www.harian-global.com/news.php?item.46659

ISPA, PENYAKIT PALING NGETREN DI KOTA MEDANPenyakit Ispa (gangguan pernapasan) menempati urutan pertama dalam 10 besar penyakit yang paling banyak diderita warga Kota Medan.

Data Dinas Kesehatan Kota Medan menyebutkan, Januari hingga Juli 2008, jumlah penderita Ispa di Kota Medan mencapai 68.746 kasus. Jumlah ini mengalami peningkatan dari Juli 2007 yang hanya sebanyak 62.898 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dr Umar Zein mengatakan, Ispa sangat erat kaitannya dengan cuaca yang selalu berubah. Penyakit ini, katanya, rentan bagi ibu hamil, usia lanjut dan balita serta orang yang berpenyakit kronis.

"Gejalanya dapat dilihat dari munculnya demam, batuk dan filek," sebut Umar kepada wartawan, Rabu (20/8) di Medan.

Meski menempati urutan pertama dari berbangai penyakit yang paling banyak diderita masyarakat, menurut Umar, Ispa masih dalam hal yang wajar dan masih bisa ditangani.

Kepada masyarakat, Umar menganjurkan agar menghindari ekspos langsung dengan cuaca, bisa dengan memakai masker atau mencuci tangan sebelum makan.

Kasubdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Rumondang Pulungan menambahkan, dari 10 penyakit terbesar di Kota Medan, urutan berikutnya ditempati penyakit pada sistem otot dan jaringan kulit, hipertensi, penyakit kulit infeksi, penyakit lain pada saluran napas, penyakit kulit alergi, tonsilitas, diare, penyakit kulit jamur dan penyakit vulfa serta jaringan verafhal.

Insan Sitorus | Global | Medan

Data Kejadian Penyakit Pneumokkous di Asia

 

IPD pneumonia dan meningitis (radang otak) menyerang anak dan dewasa baik di negara berkembang maupun di negara maju.Filipina, Research Institute of Tropical Medicine (RITM) pada akhir 1990-an melaporkan bahwa 35% bayi dan anak yang terkena infeksi pneumokokus meninggal dunia.Hong Kong, Dr. Susan Chiu meneliti 1.978 anak usia 2-6 tahun di 79 tempat penitipan anak, sebesar 19,4% (383) membawa bakteri pneumokokus(carrier) di dalam saluran pernapasan mereka.Singapura, Chong CY pada tahun 2003 mengonfirmasikan bahwa bakteri pneumokokus menyebabkan infeksi pada anak usia di bawah 5 tahun. Tingkat kesakitan (morbiditas) meningkat dari 0 pada tahun 1988 menjadi 10,5% pada tahun 1999.Malaysia, National Morbidity Survey kedua pada tahun 1996 menunjukkan bahwa Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah penyakit utama yang diderita balita dengan tingkat fatalitas sebesar 3,1%.Setidaknya 1/3 dari kasus ISPA dan 2/3 kasus ISPA yang berakibat kematian disebabkan oleh infeksi bakteri pneumokokus. Sementara tingkat insiden bacteremia (infeksi darah) adalah 30 per 100.000 balita dan untuk -meningitis 750 kasus per tahun dengan angka kematian 15-20 anak per tahun.(berbagai sumber/sulung prasetyo)

Kebakaran lahan dan hutan yang saat ini banyak terjadi di Indonesia akan semakin sering lagi terjadi. Asap yang dihasilkan akan mengurangi besarnya paparan matahari langsung pada tumbuhan sehingga juga akan mengurangi kemampuan tanaman untuk menghasilkan biji dan buah. Partikel yang dihasilkan dari pembakaran ini juga akan berakibat buruk pada kesehatan manusia. Bisa diprediksi bahwa angka kesakitan akibat Asma, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), dan penyakit yang lebih jangka panjang sifatnya seperti kanker paru akan semakin tinggi.

Kalimantan dan Sumatera Kembali Diganggu Asap      _________________________________________________________________

Page 14: ispa.doc

       PALEMBANG (Media): Kabut asap dalam tiga hari terakhir ini 'mengamuk'    kembali di Palembang. Sementara gangguan asap yang melanda Sumatera    Barat sejak dua bulan terakhir telah mengakibatkan 16.112 orang di    daerah itu terserang infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), sementara    68 orang lainnya pingsan akibat kekurangan oksigen.        Akibat 'amukan' asap, jalur penerbangan di Bandara Sultan Mahmud    Badaruddin II (SMB) dan alur pelayaran di Sungai Musi dan Boom Baru    yang sudah mulai lancar, kini kembali terganggu.        Beberapa penerbangan dari dan ke Palembang dua hari terakhir tidak    dapat mendarat, karena terbatasnya jarak pandang. Puluhan kapal laut    belum bisa masuk ke Boom Baru karena alur pelayaran Sungai Musi    terhalang asap.        Munculnya kabut asap dua hari terakhir disebabkan curah hujan belum    juga turun. Sedangkan kebakaran hutan meski tidak separah pada    minggu-minggu sebelumnya, masih tetap terjadi. Terutama kebakaran pada    lahan gambut, posisi api berada satu meter di bawah tanah.        Laporan Badan Metereologi dan Geofisika Cabang SMB menyebutkan jarak    pandang akibat kabut asap sangat buruk pada pukul 07.00 WIB, baru    membaik pada pukul 11.00 dan memburuk kembali pada pukul 15.00.    Sementara, jarak pandang hanya berkisar 30 hingga 50 meter.        Kacab PT (Persero) Angkasa Pura II Palembang Asman Sucipto mengatakan    Bandara SMB terpaksa ditutup total karena cuaca yang sangat buruk    akibat kabut asap yang kian menebal.        Akibat terhalang kabut asap di sepanjang alur Sungai Musi, beberapa    kapal cepat jurusan Palembang Mentok (Bangka) terpaksa menunda waktu    keberangkatan. Menurut Adpel Palembang, Jusni Ramli ditundanya    keberangkatan kapal cepat itu untuk menghindari hal-hal yang tidak    diinginkan akibat terhalangnya pandangan nakhoda karena asap. Apalagi,    kapal cepat itu tidak punya radar, dikhawatirkan terjadi kecelakaan di    tengah laut ataupun di alur sungai.        Sementara Karo Humas Pemda Sumbar, Drs Yohannes Dahlan, kepada Antara    di Padang, Jumat, menyebutkan jumlah penderita ISPA yang telah    terhimpun di Satkorlak PB Sumbar itu belum termasuk penderita di tiga    kabupaten lainnya di daerah itu, yakni Agam, Padang Pariaman, dan    Pesisir Selatan. "Jumlah penderita ISPA yang laporannya telah sampai    ke Satkorlak meliputi 11 dati II se-Sumatera Barat, sedangkan dari    tiga dati II lainnya hingga kini belum lengkap diterima," tambahnya.        Kakanwil Depkes Sumbar, Dr Rasyidah Rasyid MPH, pada kesempatan    terpisah menyebutkan hingga saat ini Sumbar telah menerima bantuan    150.000 masker dari berbagai pihak.        Sementara Posko Tim Koordinasi Nasional Pengendalian Kebakaran Lahan    dalam siaran persnya kemarin mengemukakan berdasarkan pemantauan citra    satelit NOAA 14 sebaran asap mencakup Sumsel, Jambi, Sumbar, Riau, dan    Lampung, sementara di Kalimantan tersebar di Kalbar, Kalsel, dan    Kalteng.        Jarak pandang kota-kota di Sumatera tertinggi 2,0 km (di Bengkulu),    dan terendah 100 m (Rengat, Riau). Di Kalimantan Sintang 700 m,    Pangkalan Bun 100 m, Sulawesi di Posko 6,0 km, di Panakukang 100 m. Di    Irian Jaya Sentani 5,0 km dan Sorong 700 m. (TO/GT/RO/N-2) MENCOBA    MASKER: Menko Kesra Azwar Anas (kanan) ketika sedang mencoba masker    bantuan dari Taiwan sebanyak 100.000 buah. Masker tersebut    diperuntukkan bagi masyarakat Sumatera dan Kalimantan. Menko Kesra    didampingi Dr Fao Sunlu (kiri).        MEDIA/SAYUTI ashttp://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1997/10/19/0016.html

Page 15: ispa.doc

 Departemen Kesehatan segera menurunkan tim ke lokasi yang terkena    serangan wabah infeksi saluran pernapasan atas, atau ISPA. Dilaporkan,    Menteri Kesehatan Suyudi telah memberi petunjuk tentang penanganan    wabah penyakit tersebut. Bupati Jayawijaya, JB Wenas, akhir pekan lalu    menyatakan, penduduk yang terserang penyakit saluran pernapasan itu    tersebar di Kecamatan Wamena, Okbibab dan Kecamatan Tiom. Sejauh ini    sudah 229 orang meninggal dunia. Jumlah ini dua kali lipat lebih    dibandingkan korban gempa Biak dua pekan lalu, yang mencapai sekitar    100 orang meninggal.    http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/03/04/0027.htmlTimbulnya beberapa wabah penyakit ketika musim penghujan tiba berkaitan erat dengan kerusakan kualitas lingkungan. Oleh karena itu, disamping menjaga kebersihan diri, masyarakat diminta saling peduli terhadap kondisi lingkungan sekitar.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Hany Rono Sulistyo, Selasa (4/11) di Bandung, beberapa penyakit yang banyak ditemui saat tiba musim hujan antara lain demam berdarah, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), dan diare.

Hany mengatakan, kerusakan lingkungan membuat daerah resapan air di beberapa daerah hilang. Akibatnya, air hujan mengalir tanpa tersaring ke dalam tanah. Akibatnya, air menggenang dan menjadi tempat pembiakan bagi nyamuk atau bakteri penyakit lainnya. Hal ini tidak hanya terjadi di daerah kota tapi juga di pedesaan.

Berdasarkan data Dinkes Jabar, hingga Juni 2008, terdapat tercatat 12.146 penderita dengan 103 diantaranya meninggal dunia. Jumlah penderita terbanyak terjadi pada bulan Februari dengan 2.5 42 orang dengan 25 orang meninggal dunia. Penderita DBD paling banyak ditemukan di Kota Bandung dengan 2. 430 orang dan diikuti Kota Bekasi dengan 2.082 orang.

Kerusakan lingkungan juga rentan membuat banyak orang t erganggu saluran pernafasannya. Minimnya daerah hijau membuat polusi udara meningkat di beberapa daerah Jabar. Hal ini menyebabkan jumlah pasien penderita ISPA, yang mayoritas balita, tinggi. 

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jabar tahun 2007, dari 3.923.864 anak balita, jumlah penderita ISPA mencapai 1.004.638 anak. Sebanyak 116.784 anak balita di antaranya digolongkan penderita pneumonia dengan jumlah terbanyak (65.729 anak) berusia 1-4 tahun. Sebanyak 887.854 anak lainnya tergolong penderita bukan pneumonia dengan jumlah terbesar (593.835 anak) berusia 1-4 tahun.

Disebutkan juga, penderita ISPA banyak ditemui di daerah dengan tingkat polusi tinggi. Kabupaten Bandung merupakan wilayah dengan penderita ISPA terbanyak (132.878 orang), diikuti Kabupaten Cirebon (101.959 orang), dan Kabupaten Karawang (66.832 orang).

Diare juga tidak luput dari buruknya kondisi lingkungan. Menurut Fita Rosemary, Kepala Subdinas Penyehatan Lingkungan Dinkes Jabar , mengemukakan, kebersihan dan gaya hidup masyarakatlah yang menentukan. 

"Selain itu, masyarakat juga dituntut menjaga lingkungannya. Masing-masing individu diharapkan bertanggungjawab sehingga penyebaran wabah penyakit bisa diminimalkan," katanya.

Pada evaluasi periode Januari-Juni 2008, kasus diare di Jabar dialami 355.867 orang. Jumlah terbesar datang dari Kabupaten Bandung (52.114 orang) dan Kabupaten Cirebon (56.229 orang). Saat itu, dalam dua semester jumlah penderita mencapai 1.093.941 orang. Penderita terbanyak berasal dari Kabupaten Bandung dengan 148.282 orang, Kabupaten Bogor (136.682 orang), dan Kabupaten Cirebon (98.799 orang).

BARABAI, BPOST -

Sebanyak 210 Bayi di Garut Meninggal Akibat Pneumonia

Garut, 20 Januari 2006 13:02Selama tahun 2005, dari sepuluh jenis penyakit yang terdeteksi di Kabupaten Garut Jawa Barat, penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menduduki peringkat pertama dengan jumlah penderita mencapai 219.542 orang (21,4 persen).

"Bahkan selama tahun 2005 sebanyak 210 bayi di Kabupaten Garut meninggal dunia akibat ISPA, khususnya pneumonia atau infeksi paru-paru," kata Kepala Bagian Tata Usaha Dinas Kesehatan setempat, dr Hendy Budiman MKes kepada pers di Garut, Jum`at.

Page 16: ispa.doc

Menurut Hendy, di luar data yang ada, kemungkinan masih banyak bayi, anak-anak atau orang dewasa di Garut yang menjadi korban pneumonia.

Masih tidak terlaporkannya korban yang meninggal akibat radang paru-paru itu terutama disebabkan jumlah tenaga kesehatan, khususnya bidan belum menyentuh seluruh desa.

Dari sebanyak 412 desa di Kabupaten Garut, hingga kini hanya ada 228 orang bidan desa atau baru terpenuhi 53,4 persen, padahal pneumonia merupakan penyebab kematian nomor satu, terutama bagi anak bawah lima tahun (balita).

Dikatakan, tingginya penderita ISPA adalah karena radang paru-paru mudah menular melalui udara (inhasi) yang diperparah oleh perilaku yang tidak sehat, kondisi lingkungan yang kotor serta daya tahan tubuh rendah akibat gizi buruk dan pengaruh cuaca.

"Bayi penderita pneumonia sebenarnya bisa segera disembuhkan untuk diselamatkan jiwanya jika petugas kesehatan mengetahuinya sedini mungkin untuk selanjutnya melakukan terapi pengobatan secara langsung atau kuratif," ujarnya.

Ia menjelaskan, peringkat kedua jenis penyakit terbanyak di daerahnya yakni gastritis (radang lambung) yang mencapai 151.833 pasien (14,8 persen), terutama disebabkan pola makan yang buruk akibat rendahnya daya beli atau akibat stress dan perilaku yang emosional.

Peringkat ketiga adalah hipertensi (tekanan darah tinggi) yang mencapai 117.979 pasien (11,5 persen), keempat diare 99.512 orang (9,7 persen), dan kelima penyakit kulit 73.863 orang (7,2 persen).

Berikutnya secara berturut-turut adalah penyakit otot dan tulang 71.813 orang (7,0 persen), jantung dan pembuluh darah 59.502 orang (5,8 persen), TBC dan saluran nafas bagian bawah 57.450 orang (5,6 persen), dan penyakit mata 45.140 orang (4,4 persen) serta penyakit lainnya (penyakit jiwa atau infeksi lain) sebanyak 129.264 orang (12,6 persen). [TMA, Ant]

URL: http://www.gatra.com/2006-01-20/versi_cetak.php?id=91611