ISPA Gendeng Soka

21
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) 1.) Pengertian ISPA : Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan, perilaku masyarakat yang kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik, serta kurangnya gizi dan nutrisi (Depkes, 2007). Tingkat kematian ISPA sangat besar pada bayi, anak dan geriatri terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Secara umum infeksi saluran nafas terbagi menjadi infeksi saluran nafas atas dan infeksi saluran nafas bawah. Pneumonia merupakan salah satu contoh infeksi saluran nafas bawah (WHO, 2007).

description

is

Transcript of ISPA Gendeng Soka

Page 1: ISPA Gendeng Soka

ISPA(Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

1.) Pengertian ISPA :

Infeksi pada Saluran Nafas Akut (ISPA) merupakan penyakit yang

umum terjadi pada masyarakat. Adapun penyebab terjadinya infeksi pada

saluran nafas adalah mikroorganisme, faktor lingkungan, perilaku

masyarakat yang kurang baik terhadap kesehatan diri maupun publik,

serta kurangnya gizi dan nutrisi (Depkes, 2007). Tingkat kematian ISPA

sangat besar pada bayi, anak dan geriatri terutama di negara-negara

dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Secara umum

infeksi saluran nafas terbagi menjadi infeksi saluran nafas atas dan

infeksi saluran nafas bawah. Pneumonia merupakan salah satu contoh

infeksi saluran nafas bawah (WHO, 2007).

Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi

menjadi infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi

saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis,

tonsilitis, otitis. Sedangkan infeksi saluran napas bawah meliputi infeksi pada

bronkhus, alveoli seperti bronkhitis, bronkhiolitis, pneumonia. Infeksi saluran

napas atas bila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan

infeksi saluran nafas bawah. Infeksi saluran nafas atas yang paling banyak

terjadi serta perlunya penanganan dengan baik karena dampak komplikasinya

yang membahayakan adalah otitis, sinusitis, dan faringitis. (Depkes RI, 2005).

2.) Etiologi :

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang

komplek dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi

ISPA terdiri dari 300 lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus

penyebab ISPA antara lain golongan mikrovirus (termasuk di dalamnya

virus influenza, virus pra-influensa dan virus campak), dan adenovirus.

Bakteri penyebab ISPA misalnya: streptokokus hemolitikus, stafilokokus,

pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan karinebakterium

diffteria (Achmadi, dkk., 2004 dalam Arifin, 2009). Bakteri tersebut di

udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian

atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang

anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah.

Page 2: ISPA Gendeng Soka

Golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus

(termasuk di dalamnya virus para-influenza, virus influenza, dan virus

campak) dan adenovirus. Virus para-influenza merupakan penyebab

terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam

saluran nafas bagian atas. Untuk virus influenza bukan penyebab terbesar

terjadinya sidroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja.

Pada bayi dan anak-anak, virus influenza merupakan penyebab terjadinya

lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada saluran nafas

bagian bawah (Siregar dan Maulany, 1995 dalam Arifin, 2009).

Jumlah penderita infeksi pernapasan akut sebagian besar terjadi pada

anak. Infeksi pernapasan akut mempengaruhi umur anak, musim, kondisi

tempat tinggal, dan masalah kesehatan yang ada (R.Haryono-Dwi

Rahmawati H, 2012).

3.) Klasifikasi ISPA :

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) diklasifikasikan atas

infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan infeksi saluran

pernapasan akut bagian bawah.

a) Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas Adalah

infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas di

sebelah atas laring. Kebanyakan penyakit saluran nafas mengenai bagian

atas dan bawah secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa di

antaranya adalah Nasofaringitis akut (salesma), Faringitis akut (termasuk

Tonsilitis dan Faringotositilitis) dan rhinitis (Fuad, 2008).

b) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah Adalah

infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas

bagian bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli. Penyakit-penyakit

yang tergolong Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian bawah :

Laringitis, Asma Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho

Pneumonia atau Pneumonia (Suatu peradangan tidak saja pada jaringan

paru tetapi juga pada brokioli (Fuad, 2008).

Klasifikasi berdasarkan kelompok umur :

1. Kelompok Pada Anak Umur kurang dari 2 Bulan, Dibagi Atas :

Pneumonia Berat

Page 3: ISPA Gendeng Soka

Pada kelompok umur ini gambaran klinis pneumonia, sepsis dan

meningitis dapat disertai gejala klinis pernapasan yang tidak spesifik

untuk masing-masing infeksi, maka gejala klinis yang tampak dapat saja

diduga salah satu dari tiga infeksi serius tersebut, yaitu berhenti

menyusu, kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau rasa sulit bangun,

stidor pada anak yang tenang, mengi (wheezing), demam (38°C) atau

suhu tubuh yang rendah (dibawah 35,5 °C), pernapasan cepat, penarikan

dinding dada, sianosis sentral, serangan apnea, distensi abdomen dan

abdomen tegang.

Bukan Pneumonia

Jika bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali permenit dan tidak

terdapat tanda pneumonia.

2. Kelompok Pada Anak Umur 2 Bulan Hingga 5 Tahun, Dibagi Atas :

Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas, tarikan dinding dada, tanpa disertai

sianosis dan tidak dapat minum.

Pneumonia Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa

disertai penarikan dinding dada.

Bukan Pneumonia Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat

atau penarikan dinding dada (WHO, 2002).

4.) Tanda dan Gejala :

Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa

batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit

kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat

ringan seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam

dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun

sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi paru

ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan kematian (Fuad,

2008).

5.) Patofisiologi :

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas.

Infeksi oleh bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi

bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi

udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis,

Page 4: ISPA Gendeng Soka

pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan

tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem

pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerahdaerah saluran

pernafasan atas maupun bawah (Fuad, 2008).

6.) Penatalaksaan :

Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana panderita ISPA pada

anak adalah anak dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas yaitu:

1. Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada pada

penderita.

2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya

Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak bisa

minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor, Wheezing, Demam atau

dingin. Tanda bahaya pada umur 2 bulan sampai < 5 tahun adalah

tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, Stridor dan gizi buruk.

3. Tindakan dan Pengobatan

Pada penderita umur < 2 bulan yang terdiagnosa pneumonia berat,

harus segera dibawah ke sarana rujukan dan diberi antibiotik 1 dosis.

Pada penderita umur 2 bulan sampai < 5 tahun yang terdiagnosa

pneumonia dapat dilakukan perawatan rumah, pemberian antibiotik

selama 5 hari, pengontrolan dalam 2 hari atau lebih cepat bila

penderita memburuk, serta pengobatan demam dan yang ada.

Penderita di rumah untuk penderita Pneumonia umur 2 bulan

sampai kurang dari 5 tahun, meliputi :

1. Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah

jumlahnya setelah sembuh.

2. Pemberian cairan dengan minum lebih banyak dan meningkatkan

pemberian ASI.

3. Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan, yang aman dan

sederhana. Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang

terdiagnosa pneumonia berat segera dikirim ke rujukan, diberi

antibiotik 1dosis serta analgetik sebagai penurun demam dan

wheezing yang ada.

Penderita yang diberi antibiotik, pemeriksaan harus kembali

Page 5: ISPA Gendeng Soka

dilakukan 2 hari. Jika keadaan penderita membaik, pemberian antibiotik

dapat diteruskan. Jika keadaan penderita tidak berubah, antibiotik harus

diganti atau penderita dikirim ke sarana rujukan. Obat yang digunakan

untuk penderita pneumonia adalah tablet kotrimoksasol 480 mg,

kotrimoksasol 120 mg, tablet parasetamol 500 mg dan sablet

parasetamol 100 mg (R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).

KAJIAN TERKAIT TERAPI OBAT

Jenis ISPA dan Terapinya :

1. Sinusitis

Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus pranasal.

Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya

didahului oleh infeksi saluran nafas atas. Sinusitis dibedakan menjadi

sinusitis akut yaitu infeksi pada sinus pranasal sampai dengan selama

30 hari baik dengan gejala yang menetap maupun berat. Gejala

menetap yang dimaksud adalah gejala seperti adanya cairan dari

hidung, batuk siang hari yang akan bertambah parah pada malam hari

yang bertahan selama 10-14 hari, sedangkan yang dimaksud dengan

gejala yang berat adalah disamping adanya sekret hidung yang pirulen

juga disertai demam (bisa sampai 39˚C) selama 30-90 hari (Depkes,

2005).

Terapi pokok sinusitis meliputi pemberian antibiotik dengan lama terapi

10-14 hari (Depkes, 2005). Tujuan dari terapi sinusitis adalah

mengurangi tanda dan gejala, perawatan yang menguntungkan untuk

antimikroba, dan mencegah terjadinya penyakit kronik dan akut (Khaliq

et al., 2005).

2. Faringitis

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke

jaringan sekitarnya.Faringitis banyak diderita anak-anak usia 5-15 tahun

di daerah dengan iklim panas. Faringitis yang paling umum disebabkan

oleh bakteri Streptococcus pyogenes yang merupakan Streptococci

Grup A hemolitik. Streptococci hemolitik Grup A hanya dijumpai pada

15-30% dari kasus faringitis pada anak-anak dan 5-10% pada faringitis

dewasa (Depkes, 2005).

Sejumlah antibiotik terbukti efektif pada terapi faringitis oleh

Streptococci grup A, yaitu mulai dari Penicillin dan derivatnya,

sefalosporin maupun makrolida. Penicillin tetap menjadi pilihan karena

Page 6: ISPA Gendeng Soka

efektivitas dan keamanannya sudah terbukti, spektrum sempit serta

harga yang terjangkau. Amoksisilin menempati tempat yang sama

dengan penicilin, khususnya pada anak-anak dan menunjukkan

efektifitas yang setara. Lama terapi dengan antibiotik oral rata-rata

selama 10 hari untuk memastikan eradikasi Streptococcus (Depkes,

2005).

3. Bronkhitis

Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial.

Peradangan tidak meluas sampai alveoli. Bronkhitis seringkali

diklasifikasikan sebagai akut atau kronik. Bronkhitis akut umumnya

terjadi pada musim dingin, hujan, kehadiran polutan yang mengiritasi

seperti rhinovirus, influenza A dan B, coronavirus, parainfluenza dan

respiratory synctial virus (RSV) (Depkes, 2005).

Terapi antibiotika pada bronkhitis akut tidak dianjurkan kecuali bila

disertai demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena

dicurigai adanya keterlibatan bakteri saluran napas seperti S.

pneumoniae, H. influenzae. Untuk batuk yang menetap > 10 hari

diduga adanya keterlibatan Mycobacterium pneumoniae sehingga

penggunaan antibiotika disarankan. Lama terapi dengan antibiotik

selama 5-14 hari sedangkan untuk bronkhitis kronik optimalnya selama

14 hari (Depkes, 2005).

4. Pneumonia

Pneumonia merupakan infeksi di ujung bronkial dan alveoli yang dapat

disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus dan

parasit (Anonim, 2005). Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya

berubah sesuai dengan distribusi umur pasien. Namun secara umum

bakteri yang berperan penting dalam pneumonia adalah Streptococcus

pneumonia, Haemophillus influenza, Stapillococcus aureus,

Streptococcus grup B, serta kuman atipik klamidia, dan mikoplasma.

Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti

infeksi pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai

secara empiris dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil

kultur. Setelah bakteri patogen diketahui, antibiotika diubah menjadi

antibiotika berspektrum sempit sesuai jenis patogennya (Depkes, 2005).

TERAPI ANTIBIOTIK BERDASARKAN GUIDELINES

Page 7: ISPA Gendeng Soka
Page 8: ISPA Gendeng Soka
Page 9: ISPA Gendeng Soka

TINJAUAN FARMAKOLOGIS MENURUT GUIDELINES

Terapi infeksi saluran napas memang tidak hanya tergantung pada antibiotika.

Beberapa kasus infeksi saluran napas atas akut disebabkan oleh virus yang tidak

memerlukan terapi antibiotika, cukup dengan terapi suportif. Terapi suportif

berperan besar dalam mendukung sukses terapi antibiotika, karena berdampak

mengurangi gejala, meningkatkan performa pasien.

Obat yang digunakan dalam terapi suportif sebagian besar merupakan obat bebas

yang dapat dijumpai dengan mudah, dengan pilihan bervariasi. Apoteker dapat pula

berperan dalam pemilihan obat suportif tersebut. Berikut ini akan ditinjau obat-obat

yang digunakan dalam terapi pokok maupun terapi suportif.

DETAIL TERAPI ANTIBIOTIK PADA TIAP JENIS ISPA DAPAT DILIHAT DI GUIDELINES

MENGENAI PERTIMBANGAN TERAPI ANTIBIOTIKA ATAU SUPORTIF BESERTA

PROFIL OBATNYA DAPAT DILIHAT DI GUIDELINESGUIDELINES

GUIDELINES : PHARMACEUTICAL CARE ISPA (BINFAR ALKES, DEPKES 2005)

DAFTAR PUSTAKA