ISOLASI MIKROBA PENGHASIL ANTIBIOTIKA DARI AIR LIMBAH...
Transcript of ISOLASI MIKROBA PENGHASIL ANTIBIOTIKA DARI AIR LIMBAH...
ISOLASI MIKROBA PENGHASIL ANTIBIOTIKA DARI AIR
LIMBAH PASAR DAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA
MAKASSAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih
Gelar Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
OlehSAPTARIA UTAMINIM. 70100109077
FAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan
bahwa skripsi yang berjudul “Isolasi Mikroba Penghasil Antibiotika Dari Air
Limbah Pasar Daya Kecamatan Biringkanaya Makassar” ini benar adalah hasil
karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa merupakan duplikat, tiruan,
plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan
gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar, 23 Agustus 2013
Penyusun,
Saptaria UtamiNIM: 70100109077
iii
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Isolasi Mikroba Penghasil Antibiotika dari Air Limbah
Pasar Baru Daya Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar” yang disusun oleh
Saptaria Utami, NIM: 70100109077, mahasiswa Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam Ujian
Sidang Skripsi yang diselenggarakan pada hari rabu tanggal 28 agustus 2013
dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana dalam Fakultas Ilmu Kesehatan, Jurusan Farmasi.
Makassar, 28 Agustus 2013 M
DEWAN PENGUJI:
Ketua : Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A (…………….)
Sekretaris : Drs. Wahyuddin G, M.Ag. (…….………)
Pembimbing I : Dra. Hj. Faridha Yenny Nonci, M.Si., Apt. (…….………)
Pembimbing II : Hj. Gemy Nastity Handayani, S.si., M.Si., Apt. (…….………)
Penguji I : Haeria , S.Si.,M.Si (…….………)
Penguji II : Dr.Darsul S. Puyu,M.Ag (…….………)
Diketahui oleh:Dekan Fakultas Ilmu KesehatanUIN Alauddin Makassar
Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.ANIP. 19520811 198203 1 001
iv
KATA PENGANTAR
Alhamduliilah rabbil alamin, segala puji hanya milik Allah swt., Tuhan
semesta alam yang telah memberi banyak berkah kepada penyusun, diantaranya
keimanan dan kesehatan serta kesabaran sehingga penyusun dapat menyelesaikan
skripsi ini. Hanya kepada-Nyalah penyusun menyerahkan diri dan menumpahkan
harapan, semoga segala aktivitas dan produktivitas penyusun mendapatkan
limpahan rahmat dari Allah swt.
Salam dan salawat kepada Nabiullah Muhammad saw., keluarga, para
sahabat yang telah memperjuangkan agama Islam dan Ummat yang mengikuti
ajaran-Nya hingga akhir zaman.
Puji dan syukur penulis haturkan atas segala limpahan rahmat dan
hidayah yang telah diberikan Allah swt kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana di Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar. Tak lupa pula salawat dan salam yang selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad swt yang telah membawa ummatnya dari alam yang
gelap ke alam yang terang benderang.
Rasa terima kasih penulis kepada semua pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa
banyak sekali hambatan dan rintangan dalam menyelesaikan skripsi ini, dan tanpa
v
bantuan dari semua pihak-pihak pendukung, penulis tidak akan mampu untuk
menyelesaikannya.
Terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta, Ayahanda
Sukatno dan Ibunda Sunarsi serta saudaraku Roviana Febriani, yang tak putus-
putus memberikan doa restu, kasih sayang, nasehat dan bantuan moril maupun
materi selama menempuh pendidikan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih senantiasa penulis haturkan kepada segenap Civitas
Akademik UIN Alauddin Makassar antara lain :
1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing HT, MS selaku Pimpinan Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
2. Dekan dan para Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Alauddin
Makassar.
3. Dra. Hj. Faridha Yenny Nonci, M.Si., Apt., selaku pembimbing I yang
senantiasa menyempatkan diri membimbing penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
4. Hj. Gemy Nastity Handayany, S.Si., M.Si., Apt., selaku pembimbing II yang
senantiasa menyempatkan diri membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Dr. Darsul S. Puyu,M.Ag selaku Dewan Penguji Agama yang banyak
memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ibu Haeria, S.Si., M.Si., sebagai penguji kompetensi atas saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
vi
7. Kepada segenap Dosen dan staf Farmasi UIN Alauddin Makassar atas curahan
ilmu pengetahuan dan segala bantuan yang diberikan kepada penyusun sejak
menempuh pendidikan farmasi, melaksanakan penelitian hingga selesainya
skripsi ini.
8. Segenap Laboran Farmasi UIN Alauddin Makassar atas bantuan dan
kerjasamanya selama penyusun melaksanakan pendidikan.
9. Teman - teman angkatan 2009 Hidr09enasi, yang menjadi teman seperjuangan
selama penulis melaksanakan pendidikan di Jurusan Farmasi UIN Alauddin
Makassar
10. Teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala
bantuannya hingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT., oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya,
dan memohon saran dan kritik yang membangun dari segala pihak guna untuk
kesempurnaan skripsi dan penelitian selanjutnya.
Akhirnya, penulis sangat berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu di bidang farmasi pada umumnya dan semoga Allah swt
selalu melimpahkan rahmat dan hidayah di dalamnya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin
Makassar, 23 Agustus 2013Penulis,
SAPTARIA UTAMINIM. 70100109077
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5
A. Antibiotika .............................................................................. 5
B. Teknik Isolasi Mikroba ............................................................ 8
C. Uji Aktivitas Antibiotika........................................................... 10
D. Pengecatan Gram ...................................................................... 11
E. PengertianAirLimbah................................................................ 12
F. Sumber Air Limbah................................................................... 13
G. Dampak Buruk Air Limbah ...................................................... 13
x
H. Uraian BakteriUji…………………………………………………… 14
I. Tinjauan Islam Mengenai Mikroba Penghasil Antiotika………. 21
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 27
A. Alat dan Bahan yang Digunakan............................................... 27
B. Cara Kerja ................................................................................. 27
C. Penyiapan Mikroba Uji ............................................................. 29
D. Pengujian Aktivitas Antibiotika................................................ 30
E. Identifikasi Morfologi secara Mikroskopik Dengan Pewarnaan
Gram………………………………………………………….... 30
F. Identifikasi Morfologi secara Makroskopik…………………... 30
G. Pengujian Aktivitas Biokimia ………………………………… 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 37
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 37
B. Pembahasan............................................................................... 39
BAB V PENUTUP........................................................................................ 51
A. Kesimpulan ............................................................................. 51
B. Saran ....................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 55
BIOGRAFI ......................................................................................................... 81
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skema Kerja ........................................................................................ 55
2. Gambar Hasil Pengamatan.................................................................. 56
3.Pembuatan Medium ............................................................................. 74
4.Pembuatan Pereaksi ............................................................................. 78
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Pemurnian Isolat Mikroba .......................................................... 37
2. Hasil Uji Aktivitas Antibiotik dari Fermentat Isolat Mikroba……… 37
3. Hasil Pengecatan Gram Mikroba ......................................................... 38
4. Hasil Pengamatan Morfologi Bakteri secara Makroskopik ................. 38
5. Hasil Pengamatan Morfologi Jamur secara Makroskopik ................... 38
6. Hasil Pengamatan Uji Aktivitas Biokimia .......................................... 39
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Foto Hasil Isolat Bakteri dari Air limbah pada Media Agar.............. 56
2. Foto Hasil Isolat Jamur dari Air limbah pada Media Agar ................ 57
3. Foto Hasil Pemurnian Isolat Bakteri dari Air limbah denganMetode Kuadran pada Medium GNA ............................................... 58
4. Foto Hasil Pemurnian Isolat Jamur dari Air limbah denganMetode Kuadran pada Medium PDA................................................. 59
5. Foto Hasil Isolat Murni Bakteri dari Air limbah padaMedium GNA Miring ........................................................................ 59
6. Foto Hasil Isolat Murni Jamur dari Air limbah pada MediumPDA Miring........................................................................................ 60
7. Foto Hasil Pengujian Penghambatan Fermentat Isolatterhadap Mikroba Uji ......................................................................... 61
8. Foto Hasil Pengecatan Gram Isolat Bakteri Murni ........................... 63
9. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Bakteri padaMedium Agar Miring................. ........................................................ 64
10. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Bakteri padaMedium Agar Tegak .......................................................................... 65
11. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Bakteri padaMedium Cair ...................................................................................... 66
12. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Bakteri padaMedium Agar Lempengan ................................................................ 67
13. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Jamur padaMedium Agar Miring.................. ....................................................... 68
14. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Jamur padaMedium Agar Tegak .......................................................................... 69
15. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Jamur padaMedium Cair ...................................................................................... 70
xiv
16. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Jamur padaMetode Agar Cawan .......................................................................... 70
17. Foto Blank Disk yang Digunakan ..................................................... 70
18. Foto Tempat Pengambilan Sampel ................................................... 71
19. Foto Uji Biokimia Pada Isolat Bakteri .............................................. 72
vii
ABSTRAK
Nama Penyusun : SAPTARIA UTAMI
NIM : 70100109077
Judul Skripsi : Isolasi Mikroba Penghasil Antibiotik dari air limbah pasar
daya kecamatan biringkanaya, Makassar
Telah dilakukan penelitian isolasi mikroba penghasil antibiotik dari airlimbah pasar daya kecamatan biringkanaya. Penelitian ini bertujuan untukmemperoleh isolat mikroba penghasil antibiotik yang dapat menghambat mikrobauji dari air limbah. Tahap pertama isolasi mikroba dilakukan pengenceran 10-1
hingga 10-5 dengan menggunakan metode tuang pada medium Glukosa NutrientAgar (GNA) dan Potato Dextrosa Agar (PDA), kemudian difermentasimenggunakan medium Maltosa Yeast Broth (MYB). Aktivitasnya diujikanmenggunakan metode difusi agar dalam medium Glukosa Nutrient Agar (GNA)terhadap mikroba uji. Tahap selanjutnya dilakukan pengamatan morfologi, secaramakroskopik dengan melihat pertumbuhan bakteri pada medium GNA tegak,GNA miring, dan medium GNB, sedangkan secara mikroskopik dilakukanpengecatan Gram. Kemudian dilakukan pengujian aktivitas biokimia yangmeliputi uji motilitas, uji katalase, uji sitrat, uji gelatin, uji indol, uji produksi H2S,uji pertumbuhan variasi suhu dan pH.
Hasil isolasi didapatkan 5 isolat bakteri dan 3 isolat jamur dan semua isolatmemberikan aktivitas : untuk bakteri uji Escherichia coli dihambat oleh isolatAG, BG, CG, DG, FG, AP dan GP. Untuk bakteri uji Staphylococcus aureusdihambat oleh isolat AG, CG, AP dan GP. Untuk bakteri uji Streptococcus mutansdihambat oleh isolat AG, BG, CG, FG, AP, dan FP. Untuk bakteri uji Vibrio spdihambat oleh isolat AG, BG, CG, DG, FG, dan FP. Untuk bakteri uji Bacillussubtilis dihambat oleh isolat AG, BG, CG, dan DG. Staphylococcus epidermidisdihambat oleh isolat AG, BG, CG, DG. Untuk bakteri uji Pseudomonasauroginosa dihambat oleh isolat AG, CG, DG, AP dan GP. Untuk bakteri ujiSalmonella typhi dihambat oleh isolat AG, BG, CG, DG, FG dan GP. Untukjamur uji Candida albicans dihambat oleh isolat AG, CG, DG, dan AP. Hasil daripengujian mikroskopik yaitu isolat AG, BG, dan CG termasuk bakteri GramPositif sedangkan DG dan FG termasuk Gram Negatif dan untuk uji aktivitasbiokimia diketahui bahwa semua isolat bersifat motil (bergerak), isolat CG, DGdan FG mengandung enzim katalase, dan termasuk dalam mikroba mesofilik(mesotermik).
viii
ABSTRACK
Author : SAPTARIA UTAMI
Student Reg. Number : 70100109077
Title : Isolation of Microbes Producing Antibiotic from
wastewater of Pasar Daya at Kecamatan Biringkanaya,
Makassar
A research about isolation of microbe producing antibiotic fromwastewater of Daya Market at Kecamatan Biringkanaya. This research aims to getmicrobes from wastewater. In first step, isolation of microbe was done by dilutingat concentration 10-1 to 10-7 by using pour method on Glukosa Nutrient Agar(GNA) medium and Potato Dextrose Agar (PDA) medium, then fermented byusing Maltosa Yeast Broth (MYB) medium. Their activity was tested by usingagar diffusion method on Glukosa Nutrient Agar (GNA) medium to testedmicrobe. Next step, observation of morphologi was done in a macroscopic mannerby looking growing of upright GNA medium, sloping GNA medium, and GNBmedium and in a microscopic manner by gram painting. Next, biochemistryactivity testing was done that include motility test, catalase test, citrate test, andgrowing at variant temperature and pH test.
The result of isolation was 5 bacteria isolat and 3 fungus and all isolateswhich gives the activity : for bacteria test Escherichia coli inhibited by isolateAG, BG, CG, DG, FG, AP dan GP. For bacteria test Staphylococcus aureusinhibited by isolate AG, CG, AP dan GP. For bacteria test Streptococcus mutansinhibited by isolate AG, BG, CG, FG, AP, dan FP. For bacteria test Vibrio spinhibited by isolate isolat AG, BG, CG, DG, FG, dan FP. For bacteria test Bacillussubtilis inhibited by isolate AG, BG, CG, dan DG and Staphylococcus epidermidisinhibited by isolate AG, BG, CG, DG. For bacteria test Pseudomonas auroginosainhibited by isolate AG, CG, DG, AP dan GP. For bacteria test Salmonella typhiinhibited by isolate AG, BG, CG, DG, FG dan GP. For fungus test Candidaalbicans inhibited by isolate AG, CG, DG, dan AP. The result observation ofmorphologi that isolates AG and BG were included gram Negative whereasCG,DG, and FG were included gram positive bacteria and result of biochemistryactivity testing that all isolates are motile (moving), isolate CG, DG and FGcontain enzyme catalase, and included mesophilic (mesothermic) microbies.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroorganisme adalah jasad hidup yang mempunyai ukuran yang
sangat kecil, sehingga sukar diamati tanpa alat pembesar (Djide, 2008:3).
Kebiasaan hidup mikroba pada umumnya hidup di air dan di tanah.
Mikroorganisme sangat berperan dalam proses degradasi bahan
buangan dari kegiatan industri yang dibuang ke air lingkungan, baik sungai,
danau maupun laut. Kalau bahan buangan yang harus didegradasi cukup
banyak, berarti mikroorganisme akan ikut berkembang biak (Wardhana,
2004:77). Dengan demikian semakin banyak bahan buangan yang dapat
terdegradasi oleh mikroorganisme maka semakin tinggi perkembangbiakan
mikroorganisme.
Banyak antibiotik yang berasal dari mikroorganisme, beberapa
dihasilkan oleh spesies fungi biasa, misalnya penisilin. Tetapi kebanyakan
diperoleh dari bermacam-macam bakteri yang menyerupai fungi (mold like).
Sedikit sekali yang dihasilkan oleh bakteri asli, kecuali yang berasal dari
spesies Bacillus (Irianto,2002:91).
Untuk mempertahankan hidupnya mikroba dapat membuat
pertahanan sedikit dengan berbagai cara, salah satunya dengan menghasilkan
produk metabolit sekunder. Produk metabolit sekunder dapat berupa bahan
toksik yang dapat mempengaruhi metabolisme mikroba lain sehingga tidak
dapat tumbuh dan berkembang biak. Bahan-bahan toksik yang dihasilkan
oleh mikroba tersebut disebut antibiotika (Salle, 1961:139).
2
Sumber mikroorganisme penghasil antibiotika antara lain dari tanah,
air laut, lumpur, kompos, limbah domestik, bahan makanan busuk dan lain-
lain (Suwandi, 1989:20).
Mikroorganisme di alam dapat diperoleh dalam bentuk tunggal,
tetapi pada umumnya selalu dalam bentuk campuran, baik yang mempunyai
hubungan kerabat maupun tidak. Sehingga untuk memperoleh
mikroorganisme yang akan digunakan sebagai bahan dalam penelitian
dibutuhkan isolasi mikroorganisme yang akan digunakan pada lokasi yang
diperkirakan menjadi habitat dari mikroorganisme tersebut dan mempunyai
peranan yang cukup penting pada lingkungan (Natsir, 2008:299).
Antibiotika merupakan substansi yang sangat efektif untuk
mengurangi penyakit infeksi. Namun organisme hidup selalu berusaha
beradaptasi terhadap lingkungannya untuk mempertahankan hidup
kelangsungan hidupnya, demikian juga mikroorganisme atau kuman
penyebab infeksi akan berusaha beradaptasi terhadap toksisitas antimikroba.
Fleksibilitas dan kemampuan populasi bakteri beradaptasi dengan
lingkungannya dapat menimbulkan masalah resistensi tersebut dapat
diturunkan dari generasi ke generasi (Suwandi, 1992:1).
Oleh karena itu kebutuhan antibiotika baru masih sangat diperlukan,
terutama yang efektif melawan bakteri resisten, virus, protozoa, fungi atau
jamur. Untuk mendapatkan antibiotika baru, para peneliti banyak melakukan
berbagai cara seperti biotransformasi senyawa-senyawa tertentu dengan
bantuan mikroba atau membuat derivat antibiotika baru dari mikroba yang
ada di alam (Naid, 1999 : 5).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mencari adanya mikroba dari air
limbah pasar daya kecamatan biringkanaya yang dapat menghasilkan
3
antibiotik. Cara yang digunakan adalah dengan mengisolasi mikroba dari air
limbah pasar yang selanjutnya akan ditentukan karakternya. Diharapkan
antibiotik yang diperoleh dari mikroba nantinya dapat menambah koleksi
mikroba penghasil antibiotik, sebagai bahan olahan untuk memproduksi obat
antibiotika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Apakah mikroba yang terdapat pada air limbah pasar baru kecamatan
biringkanaya memiliki potensi sebagai penghasil antibiotika?
2. Bagaimana aktivitas antibiotika yang dihasilkan masing-masing isolat
terhadap mikroba uji?
3. Bagaimana tinjauan Islam mengenai pemanfaatan mikroba sebagai
penghasil senyawa antibiotik?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk memperoleh isolat mikroba penghasil antibiotik dari air limbah
pasar daya kecamatan biringkanaya.
2. Untuk mengetahui aktivitas antibiotika dari masing-masing isolat terhadap
mikroba uji Escherichia coli, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa,
Salmonella thypi, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus mutans, candida albicans dan Vibrio sp
3. Mengetahui tentang tinjauan Islam mengenai pemanfaatan mikroba
sebagai penghasil senyawa antibiotik.
4
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian yang diharapkan adalah:
1. Dapat dijadikan rujukan bagi peneliti untuk penelitian lanjutan tentang
antibiotika yang dihasilkan mikroorganisme pada air limbah pasar baru
daya kecamatan biringkanaya.
2. Dapat menambah data ilmiah bagi mahasiswa atau peneliti lainnya
tentang mikroba pada air limbah pasar baru daya kecamatan biringkanaya
sebagai penghasil antibiotika.
3. Dapat dijadikan acuan dalam pengembangan produksi antibiotika baru
yang dihasilkan mikroba pada air limbah pasar baru daya kecamatan
biringkanaya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Antibiotika
Metabolit sekunder adalah suatu molekul atau produk metabolik yang
dihasilkan oleh proses metabolisme sekunder mikroorganisme di mana
produk metabolik tersebut bukan merupakan kebutuhan pokok
mikroorganisme untuk hidup dan tumbuh. Meskipun tidak dibutuhkan untuk
pertumbuhan, namun metabolit sekunder dapat juga berfungsi sebagai nutrisi
darurat untuk bertahan hidup. Fungsi metabolit sekunder bagi
mikroorganisme penghasil itu sendiri sebagian besar belum jelas. Metabolit
sekunder dibuat dan disimpan secara ekstraseluler. Metabolit sekunder
banyak bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lain karena banyak di
antaranya bersifat sebagai obat, pigmen, vitamin, ataupun hormon. Metabolit
sekunder tidak diproduksi pada saat pertumbuhan sel secara cepat (fase
logaritmik), tetapi biasanya disintesis pada akhir siklus pertumbuhan sel,
yaitu pada fase stasioner saat populasi sel tetap karena jumlah sel yang
tumbuh sama dengan jumlah sel yang mati. Pada fase ini sel mikroorganisme
lebih tahan terhadap keadaan ekstrem, misalnya suhu yang lebih panas atau
dingin, radiasi, bahan-bahan kimia, dan metabolit yang dihasilkannya sendiri
(Pratiwi, 2008:130).
Fase-fase pertumbuhan mikroorganisme:
1. Fase permulaan, pada fase tersebut mikroorganisme melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungannya yang baru. Berbagai
macam enzim dibentuk pada fase ini, sehingga memungkinkan
terjadi pertumbuhan lebih lanjut.
6
2. Fase pertumbuhan logaritma, pada fase pertumbuhan ini kecepatan
pertumbuhan paling cepat dan konstan. Selama fase ini
metabolism paling cepat dan pesat, jadi sintesa bahan sel sangat
cepat dan konstan,
3. Fase stasioner, karena adanya penurunan kadar nutrient dan
adanya penimbunan zat-zat yang bersifat racun, maka kecepatan
pertumbuhan dan perbanyakan mikroorganisme akan terhambat.
Selain itu jumlah mikroorganisme yang mati semakin meningkat,
sehingga jumlah mikroorganisme yang mati sama dengan yang
hidup.
4. Fase kematian, pada fase ini kecepatan kematian mencapai
maksimum. Dan pada akhirnya jumlah tersebut akan mencapai
keadaan yang minimum. Secara teoritis keadaan ini dapat bertahan
untuk waktu yang sangat lama dalam medium tersebut. Sebagai
contoh adalah E.coli dapat bertahan sampai beberapa bulan,
sedangkan pnemonococcus sp hanya 2 sampai 3 hari, jadi sangat
tergantung pada spesies mikroorganismenya (Djide, 2008:208).
Antibiotika yang ideal sebagai obat harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
1. Mempunyai kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic).
2. Tidak menimbulkan terjadinya resistensi dari mikroorganisme patogen.
3. Tidak menimbulkan pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host,
seperti: reaksi alergi, kerusakan syaraf, iritasi lambung dan sebagainya.
4. Tidak mengganggu keseimbangan flora yang normal dari host seperti flora
usus atau flora kulit (Entjang, 2003:54).
7
Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan oleh
suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau
menghambat mikroorganisme lain. Dengan perkataan lain, antibiotik
merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang
menghambat mikroorganisme lain (Pelczar, 1988 : 511).
Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum atau kisaran
kerja, mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan
struktur biokimianya. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik
dapat dibedakan menjadi antibiotik berspektrum sempit (narrow spectrum)
dan antibiotik berspektrum luas (broad spectrum). Antibiotik berspektrum
sempit hanya mampu menghambat segolongan bakteri saja, contohnya hanya
mampu menghambat atau membunuh bakteri gram negatif saja atau gram
positif saja. Sedangkan antibiotik berspektrum luas dapat menghambat atau
membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram negatif
(Pratiwi, 2008:154).
Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima,
yaitu antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel,
perusakan membran plasma, penghambatan sintesis protein, penghambatan
sintesis asam nukleat, dan penghambatan sintesis metabolit esensial (Pratiwi,
2008:154).
Penemuan sumber-sumber antibiotik baru di alam dilakukan
dengan cara penapisan atau skrining (screening) untuk menemukan
mikroorganisme penghasil antibiotik. Sampel dari berbagai macam
sumber, termasuk tanah, air dari berbagai tempat diuji kemampuan
potensialnya dalam menghasilkan antibiotik. Proses penapisan ini terdiri
8
dari dua tahap, yaitu skrining primer dan skrining sekunder. Tahap-
tahap skrining primer meliputi:
1. Mencari sumber penghasil
2. Menumbuhkan mikroorganisme yang didapat
3. Mengisolasi dan mengoleksi mikroorganisme
4. Uji kemampuan isolat
Tahap skrining sekunder meliputi:
1. Mendapatkan koloni mikroorganisme terpilih
2. Mencari kondisi optimal untuk pertumbuhan (temperature, pH, lama
inkubasi, media)
3. Identifikasi mikroorganisme (secara morfologi, kimiawi, ataupun genetik)
4. Identifikasi substansi (Pratiwi, 2008:153)
Penggolongan antibiotika berdasarkan atas spektrum aktivitasnya
dapat dibagi atas beberapa golongan (Djide, 2008).
1. Antibiotika dengan spektrum luas, efektif baik terhadap gram positif dan
gram negatif. Sebagai contoh adalah turunan tetrasiklin, turunan
amfenikol, turunan aminoglikosida, turunan mikrolida, rifampisin,
beberapa turunan penisilin (ampisilin, amoksisilin, bakampisin, karbenisin
dan lain-lain).
2. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram positif.
Sebagai contoh adalah basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan
penisilin seperti benzyl penisilin, kloksasilin dan lain-lain.
3. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram
negatif. Sebagai contoh adalah kolistin, polimiksin B sulfat dan
sulfomisin.
9
4. Antibiotika yang aktivitasnya dominan pada mycobacteriae. Sebagai
contoh adalah streptomisin, kanamisin, sikloserin, fimisin dan lain-lain.
5. Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (antikanker). Contohnya adalah
aktinomisin, deomisin, mitisin, midramisin dan lain-lain.
B. Teknik Isolasi Mikroba
Teknik isolasi mikroba adalah suatu usaha untuk menumbuhkan
mikroba di luar dari lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroba dari
lingkungan ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah
tidak tercampur lagi dengan bakteri lainnya dan ini disebut dengan
biakan murni.
Mikroba dapat diperoleh dari lingkungan air, tanah, udara, substrat
yang berupa bahan pangan, tanaman dan hewan. Jenis mikrobanya dapat
berupa bakteri, khamir, kapang dan lain-lain. Populasi mikroba di lingkungan
sangat beranekaragam sehingga dalam mengisolasi diperlukan beberapa
tahap penanaman sehingga berhasil diperoleh koloni tungggal. Koloni
tunggal ini kemudian diperbanyak untuk suatu tujuan penelitian misalnya
untuk mengisolasi DNA mikroba yang dapat mendeteksi mikroba yang telah
resisten terhadap suatu antibiotika (Zaraswati, 2008:83-84).
Ada 3 cara untuk mendapatkan biakan murni yaitu:
1. Teknik penggoresan agar, teknik ini memerlukan keterampilan
dalam menggores, karena penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah. Ada beberapa jenis goresan
yaitu goresan T, kuadran, dan sinambung.
2. Teknik agar tuang, pada cara agar tuang, dilakukan pengenceran
satu mata lup suspense bakteri dalam beberapa tabung agar tuang,
sehingga akan diperoleh lempengan dengan jumlah bakteri yang
10
optimum untuk isolasi. Teknik ini lebih mudah karena untuk
mendapatka koloni yang terpisah tidak diperlukan keterampilan
seperti teknik penggoresan.
3. Teknik agar sebar, pada teknik ini dilakukan penyebaran sampel
pada permukaan agar. Contoh penyebaran cairan adalah dengan
memutar agar lempengan (Bibiana, 1994:38)
Pemahaman mengenai bakteri yang di inokulasikan merupakan hal
yang wajib. Inokulasi bakteri termasuk pula di dalamnya dalah prinsip untuk
membuat lingkungan medium menjadi semirip mungkin sengan medium
aslinya ( Suharni, 1999 ). Pemahaman ini meliputi : (Soetarto, 2010 )
1. Sifat dan jenis mikrobia yang akan diisolasi
2. Tempat hidup / atau asal mikrobia tersebut.
3. Medium yang sesuai untuk pertumbuhan.
4. Cara inkubasi mikrobia.
5. Cara menanam mikrobia.
Teknik dalam mengisolasi bakteri memiliki beberapa variasi metode
misalnya, metode goresan ( streak plate ), metode taburan / sebar ( pour
plate), dan metode apusan ( surface plate ). Pemilihan teknik ini didasarkan
pada tujuan penelitian / percobaan ( Pelczar, 1986 ).
C. Uji Aktivitas Antibiotika
Difusi adalah proses perpindahan molekul dari satu posisi ke posisi
lain. Pada metode ini didasarkan atas perbandingan antara luas daerah difusi
silinder pipih, difusi dengan mangkuk pipih, difusi dengan kertas saring,
difusi Kirby-Bauer, dan difusi agar berlapis (Djide 2003 : 105).
1. Cara difusi pipih. Cara ini didasarkan atas perbandingan antara luas daerah
hambatan yang dibentuk larutan contoh pada pertumbuhan mikroba
11
dengan daerah hambatan yang dibentuk oleh larutan pembanding. Pada
cara ini digunakan plat silinder yang diletakan pada media, kemudian
larutan dimasukan ke dalamnya.
2. Cara difusi dengan mangkuk pipih. Cara ini sama dengan silinder pipih
namun perbedaannya menggunakan lubang yang dibuat langsung pada
medium.
3. Cara difusi kertas saring. Cara ini menggunakan kertas saring dengan
bentuk ukuran tertentu, biasanya dengan garis tengah 0,7-1 cm, yang
nantinya akan dicelupkan ke dalam larutan contoh dan pembanding.
Pengamatan dilakukan setelah masa inkubasi dengan melihat daerah
hambatan yang terbentuk.
4. Cara difusi Kirby-Bauer. Cara ini menggunakan alat ukur meletakan kertas
saring dan cawan yang digunakan berukuraan 15x15 mm sehingga
langsung dapat diuji dengan berbagai larutan.
5. Cara difusi agar berlapis. Cara ini merupakan modifikasi dari Kriby-Bauer.
Perbedaannya pada cara ini menggunakan dua lapis agar. Lapis pertama
(based layer), tidak mengandung mikroba, sedangkan lapis ke dua (seed
layer) mengandung mikroba.
D. Pengecatan Gram
Pengecatan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat penting,
ditemukan oleh Cristian Gram pada tahun 1884. Pada umumnya bakteri
bersifat tembus cahaya, ini akan mempersulit untuk dilihat atau diteliti
sekalipun di bawah mikroskop. Hal tersebut disebabkan karena banyak
mikroba yang tidak mempunyai zat warna, seperti umumnya yang didapatkan
pada bakteri. Berbeda dengan mikroalga yang jelas mempunyai butir-butir
atau serta warna dalam selnya. Bakteri yang masih hidup tidak tampak jelas
12
bentuk maupun sifat-sifat morfologi lainnya. Bakteri tunggal yaitu yang
berupa satu sel saja, walaupun bakteri itu diambilkan dari suatu koloni
tertentu. Oleh karena itu untuk memperlihatkan bagian-bagian sel diperlukan
pewarnaan (Waluyo, 2004 : 150).
Metode pengecatan tersebut pertama kali ditemukan oleh Cristian
Gram pada tahun 1884. Dengan metode pengecatan Gram, bakteri dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif
berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat
bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya, Oleh karena itu,
pengecatan Gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak
mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp.(Septa M A, 2009 : 23)
Ada kalanya, setelah suatu preparat yang sudah meresap suatu zat
warna, kemudian dicuci dengan asam encer, maka semua zat warna akan
terhapus. Suatu bakteri perlu diwarnai dua kali, setelah zat warna yang
pertama (ungu) terserap, maka bakteri dicuci dengan alkohol, kemudian
ditumpangi dengan zat warna yang berlainan, yaitu dengan zat yang berwarna
merah. Jika sediaan itu dicuci dengan air, lalu dengan alkohol maka dua
kemungkinan dapat terjadi. Pertama, zat warna tambahan terhapus, sehingga
yang tampak ialah zat warna yang asli (ungu). Dalam hal ini bakteri itu
disebut Gram positif. Kedua zat warna tambahan warna (merah) bertahan
hingga zat warna asli tidak tampak dalam hal ini bakteri itu disebut Gram
negatif.
Zat warna adalah senyawa kimia garam-garam yang salah satu ionnya
berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif.
Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri
karena reaksinya dengan sel bakteri akan memberikan warna berbeda.
13
Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri (Sutedjo,
1991 : 124).
Mikroorganisme merupakan populasi makhluk hidup di alam yang
jumlahnya sangat besar namun, semua mikroorganisme mempunyai
morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, sama halnya dengan bakteri.
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air.
Pengecatan dan pewarnaan merupakan salah satu cara untuk mengamati sel-
sel bakteri (Sutedjo, 1991 : 121).
E. Pengertian Air Limbah
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan
bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan
terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik
(perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri dan pada
saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan.
Air tanah, air permukaan dan air hujan pada kondisi tertentu masuk
sebagai komponen limbah cair, karena pada keadaan sistem saluran
pengumpulan limbah cair sudah rusak atau retak, air alam itu dapat
menyatu dengan komponen limbah cair lainnya dan harus
diperhitungkan penanganannya. (Suparmin, 2001:12)
F. Sumber Air Limbah
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah
yang dibuang tanpa pengolahan kedalam suatu badan air. Menurut
peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 82 tahun 2001, air
limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud
cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestic) maupun
14
industri (industry). Berbeda dengan air limbah rumah tangga, zat-zat
yang terkandung di dalam air limbah industri sangat bervariasi sesuai
dengan pemakaiannya masing-masing industri (Mulia, 2005:67-68).
G. Dampak Buruk Air Limbah
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa
dampak buruk tersebut adalah sebagai berikut:
1. Gangguan kesehatan, air limbah dapat mengandung bibit penyakit
yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air. Selain itu di dalam
air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup.
2. Penurunan kualitas hidup, air limbah yang dibuang langsung ke air
permukaan dapat mengakibatkan pencemaran air permukaan tersebut.
Dan akan menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut.
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke air tanah, sehingga
menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka
kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai
peruntukkannya.
3. Gangguan terhadap keindahan, adakalanya air limbah mengandung
polutan yang tidak mengganggu kesehatan dan ekosistem, tetapi
mengganggu keindahan. Contohnya adalah air limbah yang
mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan perubahan
warna pada badan air penerima.
4. Gangguan terhadap kerusakan benda, adakalanya air limbah
mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh bakteri anaerobic
menjadi gas yang agresif seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat
15
proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi dan bangunan air
kotor lainnya, sehingga akan menimbulkan kerugian material (Mulia,
2005:69).
I. Uraian Bakteri Uji
1. Escherichia coli (Garrity 2004 : 24-141)
a. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Bangsa : Enterobacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga : Escherichia
Jenis : Escherichia coli
b. Sifat dan morfologi
Escherichia coli merupakan bakteri Gram negatif berbentuk
batang lurus, 1, 1-1, 5 µm x 2, 0-6,0 µm, motil dengan flagelum
peritrikus atau non motil. Tumbuh dengan mudah pada medium
nutrien sederhana. Laktosa difermentasi oleh sebagian besar galur
dengan produksi asam dan gas ( Pelczar, 2008 : 949 )
2. Staphylococcus aureus ( Garrity, 2004 : 24-187 )
a. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : Firimicutes
Kelas : Bocilli
Bangsa : Bacillales
16
Suku : Staphylococcaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus aureus
b. Sifat dan morfologi
Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif, sel-sel
berbentuk bola, berdia meter 0,5-1,5 µm, terdapat tunggal dan
berpasangan, dan secara khas membelah diri lebih dari satu bidang
sehingga membentuk kolom yang tidak teratur. Dinding sel
mengandung dua komponen utama; peptidoglikan dan asam teikoat.
Metabolisme secara respiratif dan fermentatif. Tumbuh lebih cepat
dan lebih banyak dalam keadaan aerob. Suhu optimum 35-400C.
Terutama berasosiasi dengan kulit, dan selaput lendir hewan berdarah
panas. Kisaran inangnya luas, dan banyak galur merupakan patogen
potensial (Pelczar, 2008 : 954-955).
3. Candida albicans (Kill, 1995 : 136)
a. Klasifikasi
Domain : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Saccharomycetes
Bangsa : Saccharomycetales
Suku : Saccharomycetaceae
Marga : Candida
Jenis : Candida albicans
17
b. Sifat dan morfologi.
Candida albicans mempunyai bentuk sel bermacam-macam.
Menghasilkan banyak pseudomiselum, dapat dijimpai pada posisi
yang khas menurut pengucapan multilateral. Disimilasi mungkin
oksidatif, tetapi pada banyak spesies juga sangat fermentatif. Di
dalam medium cair dapat berbentuk endapan, cincin dan pelikel
(Pelczar, 2008 : 957).
4. Pseudomonas aeruginosa ( Garrity, 2004 : 24-95 )
a. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Bangsa : Pseudomonadales
Suku : Pseudomonadaceae
Marga : Pseudomonas
Jenis : Pseudomonas aeruginosa
b. Sifat dan morfologi.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri Gram negatif
dengan berbentuk sel tunggal, batang lurus atau melengkung, namun
tidak berbentuk heliks. Pada umumnya berukuran 0,5-1,0 µm. Motil
dengan flagelum polar; monotrikus atau multitrikus. Tidak
menghasilkan selongsong prosteka. Metabolisme dengan respirasi,
beberapa merupakan kemolitotrof fakultatif, dapat menggunakan H2
atau CO2 sebagai sumber energi. Oksigen molekuler merupakan
18
penerima elektron universal, dapat melakukan denitrifikasi dengan
menggunakan nitrat sebagai penerima pilihan ( Pelczar, 2008 : 952).
5. Vibrio sp ( Garrity, 2004 : 24-109)
a. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Bangsa : Vibrionales
Suku : Vibrionaceae
Marga : Vibrio
Jenis : Vibrio sp
b. Sifat dan morfologi
Vibrio sp adalah bakteri Gram negatif berbentuk batang
pendek, tidak membentuk spora, sumbunya melengkung atau lurus
0,5 µm, terdapat tunggal atau kadang-kadang bersatu dalam bentuk S
atau spiral. Motil dengan satu flagelum polar atau pada beberapa
spesies dengan dua atau lebih flgelum dalam satu berkas polar.
Mempunyai sferoplas, biasanya dibentuk dalam keadaan lingkungan
yang kurang menguntungkan, tidak tahan asam, dan tidak
membentuk kapsul. Tumbuh baik dan cepat pada medium nutrien
baku.metabolisme dengan respirasi dan fermentasi. Suhu optimum
berkisar dari 18 sampai 370C (Pelczar, 2008 : 956).
19
6. Bacillus subtilis (Garrity 2004 : 24-172)
a. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Bangsa : Bacillales
Suku : Bacillaceae
Marga : Bacillus
Jenis : Bacillus subtilis
b. Sifat dan morfologi
Bacillus subtilis memiliki sel berbentuk batang 0,3-2,2 µm x
1,27-7,0 µm, sebagian besar motil; flagelum khas lateral.
Membentuk endospora; tidak lebih satu sel sporangium. Termasuk
bakteri Gram positif, bersifat kemoorganotrof. Metabolisme dengan
respirasi sejati, fermentasi sejati, atau kedua-duanya, yaitu respirasi
dan fermentasi. Aerobik sejati atau anerobik fakultatif. (Pelczar,
2008 : 947).
7. Streptococcus mutans (Garrity, 2004 : 24-203)
a. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Bangsa : Lactobacillales
Suku : Streptococcaceae
20
Marga : Streptococcus
Jenis : Streptoccus mutans
b. Sifat dan morfologi
Streptococcus mutans bentuk bulat, termak bakteri Gram
positif dan biasanya tidak berpigmen. Berdiameter 0,5-1,5µm, koloni
bulat cembung dengan permukaan licin atau sedikit kasar dan tepi
seluruhnya atau sebagian tidak beraturan. Koloni buram berwarna
biru terang, bersifat fakultatif aerob, dapat tumbuh pada suhu 4500C
dan suhu optimumnya. Dinding sel terdiri dari 4 komponen antigenik
yaitu peptidoglikan, polisakarida, protein dan asam lipokoat
(Pelczar, 2008 : 955).
8. Salmonella typhi (Garrity, 2004 : 24-203)
a. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria
Bangsa : Enterobacteriales
Suku : Enterobacteriaceae
Marga : Salmonella
Jenis : Salmonella typhi
b. Sifat dan morfologi
Salmonella typhi adalah bakteri Gram negatif berbentuk
batang lurus dengan ukuran 0,7-1,5 µm, biasanya tunggal dan
kadang-kadang membentuk rantai pendek, jenis yang bergerak
21
berflagela peritrik, hidup secara aerobik fakultatif, meragikan
glukosa dengan menghasilkan asam kadang-kadang gas. Tumbuh
optimal pada suhu 370C dan berkembang baik pada suhu kamar,
bakteri ini dapat ditemukan di saluran pencernaan manusia dan
hewan. Bakteri ini merupakan penyebab demam tifoid karena adanya
infeksi akut pada usus halus manusia dan hewan (Pelczar, 1958 :
948).
9. Staphylococcus epidermidis (Garrity, 2004 : 24-178)
a. Klasifikasi
Domain : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Bangsa : Bacillales
Suku : Staphylococcaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus epidermidis
b. Sifat dan morfologi
Staphylococcus epidermidis sel-selnya berbentuk bola,
berdiameter 0,5 µm-1,5 µm, terdapat tunggal atau brpasangan dan
secara khas membelah diri pada lebih dari satu bidang, sehingga
membentuk gerombol yang tidak teratur. Merupakan bakteri Gram
positif, tidak ditemukan adanya protein A, sedangkan ribitol
digantikan oleh gliseril (Pelczar, 2008 : 954).
22
J. Tinjauan Islam Mengenai Mikroba Penghasil Antibiotika
Air merupakan komponen esensial bagi kehidupan jasad hidup. Tidak
hanya penting bagi manusia Air merupakan bagian yang penting bagi
makhluk hidup baik hewan dan tumbuhan. Tanpa air kemungkinan tidak ada
kehidupan di dunia ini karena semua makhluk hidup sangat memerlukan air
untuk bertahan hidup, terlebih air sangat penting dalam proses metabolisme
makhluk hidup. hal ini terkandung dalam beberapa ayat didalam Al-Quran
diantaranya dalam Surah al-An’am ayat 99:
Terjemahnya :Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kamitumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Makakami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau.kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak;dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dankebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delimayang serupa dan yang tidak serupa. perhatikanlah buahnya di waktupohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya.Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaanAllah) bagi orang-orang yang beriman. (Departemen Agama RI,2009: 140)
Ayat ini masih merupakan lanjutan bukti-bukti kemahakuasaan Allah
SWT. Ayat-ayat yang lalu mengarahkan manusia agar memandang sekelilingnya
supaya dia dapat sampai pada kesimpulan bahwa Allah SWT Maha Esa dan
kehadiran hari kiamat adalah keniscayaan. Lebih dari itu, ayat ini menerangkan
bahwa air hujan adalah sumber air bersih satu-satunya bagi tanah. Sedangkan
matahari adalah sumber semua kehidupan. Tetapi hanya tumbuh-tumbuhan yang
23
dapat menyimpan daya matahari itu dengan perantaraan klorofil untuk kemudian
menyerahkannya kepada manusia dan hewan dalam bentuk bahan makanan
organik yang dibentuknya (Shihab,2007:574).
Dalam Surah al-Hajj ayat 63:
Terjemahnya :Apakah kamu tiada melihat, bahwasanya Allah menurunkan air darilangit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah Maha halus lagiMaha Mengetahui.(Departemen Agama RI, 2009: 339)
Mikroorganisme merupakan salah satu makhluk yang memerlukan air
untuk tetap hidup, dimana mikroorganisme yang autotrof merupakan
penghuni pertama dalam air yang mengandung zat-zat anorganik. Adanya
mikroorganisme juga dapat menyebabkan lingkungan tercemar, ini terlihat
dari warna air yang terlihat gelap yang menandakan adanya kehidupan di
tempat tersebut.Kandungan mikroorganisme dalam air sangat berbeda
tergantung lokasi dan waktu.
Adanya mikroorganisme dalam air ini terkandung dalam beberapa
ayat didalam Al-Quran diantaranya dalam Surah An-Nur ayat 45:
Terjemahnya:Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Makasebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dansebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain)berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yangdikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segalasesuatu. (Departemen Agama RI, 2009: 356)
24
Ayat di atas menegaskan bahwa: Dan, disamping bukti-bukti
kekuasaan dan limpahan anugerah-Nya yang telah dikemukakan sebelum ini,
Allah juga telah menciptakan semua jenis hewan dari air yang memancar
sebagaimana Dia menciptakan tumbuhan dari air yang tercurah. Lalu, Allah
menjadikan hewan-hewan itu beraneka jenis, potensi dan fungsi, maka
sebagian dari mereka, yakni hewan itu, ada yang berjalan di atas perutnya,
sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian yang lain berjalan dengan
empat kaki, dan ada juga yang berjalan dengan menggunakan lebih dari
empat kaki dan lain-lain. Memang Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana
karena itu Allah secara terus-menerus menciptakan apa dan dengan cara serta
bahan yang dikehendaki-Nya, sebagian bukti kekuasaan-Nya sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Betapa penciptaan binatang
menunjukkan kekuasaan Allah, sekaligus kehendak-Nya yang mutlak. Dari
satu sisi, bahan penciptaan-Nya sama yaitu air, tetapi air dijadikannya
berbeda-beda, lalu dengan perbedaan itu Dia mencipta makhluk yang
memiliki potensi dan fungsi yang berbeda-beda pula yang sungguh berbeda
dengan substansi serta kadar air yang merupakan bahan kejadiannya
(Shihab,2007:45).
Allah SWT telah menjelaskan didalam Al-Quran bahwa pengaruh
lingkungan sangat penting bagi kehidupan makhluk yang Ia ciptakan
termasuk mikroba yang juga merupakan salah satu contoh makhluk hidup
ciptaan Allah SWT, hal ini terkandung dalam beberapa ayat didalam Al-
Quran diantaranya:
Dalam Al-Qur’an di Surah Thaahaa/20; 6
25
Terjemahnya:
Kepunyaan-Nyalah semua yang ada di langit, semua yang ada dibumi, semua yang ada di antara keduanya, dan semua ada yang dibawah tanah. (Departemen Agama RI, 2009: 312)
Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa semua yang ada di langit, di
bumi, di antara langit dan di bumi, begitu juga semua yang ada di dalam air,
baik yang sudah diketahui maupun yang belum diketahui adalah kepunyaan
Allah. Dialah yang menguasai segalanya, dan mengatur sekehendak-Nya.
Dialah yang mengetahui segala yang ada, baik yang gaib maupun yang nyata.
Tidak ada sesuatu yang bergerak, diam, berubah, tetap, dan lain-lain
sebagainya kecuali dengan izin-Nya, sesuai dengan kodrat iradat-Nya. Hal ini
berkaitan dengan penelitian ini yang akan mengisolasi mikroba dari air
limbah yang terdapat di bumi. Sehingga dengan izin dari Allah SWT, segala
sesuatu yang sebelumnya kita tidak ketahui ternyata memberikan manfaat
dan faedah yang besar bagi kita seperti di dalam limbah yang terdapat
mikroba yang akan diisolasi sebagai penghasil antibiotika.
Al-Qur’an merupakan kitab yang memberikan petunjuk kepada umat
manusia. Al;Qur’an mendorong manusia untuk menggunakan akal pikirannya
dalam melakukan observasi alam semesta sehingga diperoleh penemuan baru
yang selaras dengan Al-Qur’an (Shihab:1999). Al-Qur’an juga menegaskan
kepada kita bahwa Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di langit dan
di bumi tidak ada yang sia-sia. Semua yang ada dalam wujud kecil, sedang
maupun besar diciptakan sesuai dengan manfaat dan kapasitasnya untuk
mencapai keseimbangan yang ada dalam alam semesta ini (Khalid:1987).
Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat al-Mulk (67) ayat 3:
26
Terjemahnya:Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kalitidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yangtidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihatsesuatu yang tidak seimbang?. (Departemen Agama RI, 2009: 562)
Ayat di atas menjelaskan bahwa keseimbangan tidak mengharuskan
persamaan kadar dan syarat bagi semua bagian unit agar seimbang. Bisa saja
satu bagian berukuran kecil atau besar, sedangkan besar dan kecilnya
ditentukan oleh fungsi yang diharapkan darinya. Allah menciptakan segala
yang ada di alam semesta ini dan Allah juga yang menentukan kadar ciptaan-
Nya. Dengan ketentuan kadar masing-masing inilah Allah membuat variasi
atas ciptaan-Nya sehingga tercipta makhluk dengan keadaan, karakter dan
fungsi masing-masing. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah al-Qamar
(54) ayat 49 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.(Departemen Agama RI, 2009:530)
Islam sangat menghargai bentuk-bentuk pengobatan yang didasari
oleh ilmu pengetahuan, penelitian, dan eksperimen ilmiah. Oleh karena itu
setiap pengobatan hendaklah ditangani oleh para ahlinya. Dan tidak ada
ciptaan Tuhan yang sia-sia.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, cawan
petri, gelas erlenmeyer, gelas piala, gelas ukur, laminar air flow (LAF),
lemari pendingin, mikroskop, ose, oven, rak tabung, sentrifuge, shaker,
spektrofotometer, tabung reaksi dan timbangan analitik.
2. Bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan adalah sampel air limbah pasar daya
kecamatan biringkanaya, biakan murni mikroba Escherichia coli, Bacillus
subtillis, Streptococcus mutans, Pseudomonas aeruginosa, Vibrio sp,
Salmonella thyphi, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus
epidermidis, medium Nutrien Agar, medium Nutrien Broth (NB),
medium Potato Dekstrosa Agar (PDA), medium Maltosa Yeast
Ekstrak Broth (MYB), medium Semi Indol Motility (SIM), medium
Tripton, medium Metil Merah, medium Simon Citrate Agar (SCA),
medium Triple Sugar Iron Agar (TSIA), dan medium Gelatin.
B. Prosuder Kerja
1. Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan dicuci dengan deterjen lalu dibilas dengan air
suling, kemudian alat-alat gelas disterilkan dengan menggunakan oven
pada suhu 1800C selama 2 jam. Alat-alat logam disterilkan dengan cara
dipijarkan dengan menggunakan bunsen.
28
2. Pengambilan sampel
Diambil sampel dari 3 titik air limbah pasar daya kecamatan
biringkanya dengan menggunakan botol kaca steril kemudian dibawa ke
laboratorium.
3. Pembuatan suspensi sampel
Sampel air sebanyak 1 ml dimasukkan dalam botol pengencer dan
dicukupkan dengan air suling steril hingga 10 ml (pengenceran 10-1).
Kemudian ampel dari pengenceran 10-1 dibuat pengenceran lagi hingga
10-5.
4. Pembiakan mikroba air limbah
Suspensi sampel dari setiap pengenceran diambil 1 ml secara
aseptis, kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri, lalu ditambahkan
medium Nutrien Agar (NA) untuk bakteri dan medium Potato Dekstrosa
Agar (PDA) untuk jamur dan dihomogenkan. Kemudian diinkubasi kurang
lebih 7 hari pada suhu 370C.
5. Seleksi dan isolasi mikroba penghasil antibiotika pada air limbah
Setelah diinkubasi dilakukan pengamatan terhadap koloni yang
memperlihatkan adanya hambatan berupa daerah bening. Koloni ini
selanjutnya diisolasi dan dipindahkan pada medium yang sesuai. Isolasi
dilakukan berulang-ulang hingga diperoleh biakan murni yang hanya
terdiri dari satu macam koloni. Biakan murni tersebut lalu dipindahkan
29
pada agar miring sebagai stok. Isolat bakteri yang diperoleh dimurnikan
dan diinokulasikan dengan metode kuadran.
6. Fermentasi biakan murni
Koloni biakan murni diambil 1 ose, diinokulasikan dalam medium
NA miring lalu diinkubasikan pada suhu 370C selama 1x24 jam, kemudian
disuspensikan dengan 2 ml larutan NaCl fisiologis dan diinokulasikan
dalam 10 ml medium pembenihan cair MY-Broth, inokulum sebanyak 2
ml dipipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml
medium MY-Broth, diinkubasikan pada suhu kamar selama 1x24 jam dan
dikocok menggunakan shaker dengan kecepatan 170 rpm. Kemudian hasil
fermentasi di ujikan pada mikroba uji dengan menggunakan paper disk.
C. Penyiapan mikroba uji
1. Peremajaan mikroba uji
Mikroba uji yaitu Escherichia coli, Bacillus subtillis,
Streptococcus mutans, Pseudomonas aeruginosa, Vibrio sp, Salmonella
thyphi, Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis, masing-
masing diambil 1 ose lalu diinokulasikan dengan cara digoreskan
pada medium NA lalu diinkubasikan pada suhu 370 C selama 1x24
jam.
2. Pembuatan suspensi mikroba uji
Mikroba yaitu untuk uji bakteri yang telah diremajakan
disuspensikan dengan larutan NaCl fisiologis steril lalu diukur
transmitannya pada 25%T dengan menggunakan spektrofotometer,
sebagai blanko digunakan larutan NaCl fisiologis, sedangkan untuk
30
khamir dibuat suspensi dengan cara yang sama tetapi dengan
pengukuran transmitan pada 75%T.
D. Pengujian aktivitas antibiotika
Suspensi mikroba uji sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam 15 ml
medium NA untuk bakteri dan medium PDA untuk jamur kemudian
dihomogenkan, kemudian dibiarkan hingga setengah memadat. Setelah itu
diletakkan disk yang sudah direndam dengan filtrat hasil fermentasi secara
aseptis. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1x24 jam. Daerah hambatan
berupa zona bening disekitar disk yang berisi hasil fermentasi, setelah itu
diukur dan dicatat.
E. Identifikasi morfologi secara mikroskopik dengan pewarnaan gram
Gelas objek dibersihkan dengan alkohol 96% kemudian difiksasi di
atas api bunsen, selanjutnya isolat aktif diambil secara aseptik dan diletakkan
di atas gelas objek lalu diratakan. Difiksasi kembali di atas api bunsen,
setelah dingin diteteskan cat A (krystal violet) 2-3 tetes selama 1 menit,
dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan diudara. Kemudian ditetesi
dengan gram C (alkohol 96%) selama 30 detik, dengan air mengalir dan
dikeringkan. Terakhir ditetesi dengan gram D (safranin) selama 45 detik,
lalu dicuci dengan air mengalir dan kelebihan air dihilangkan dengan kertas
serap. Pengamatan ini dilakukan dengan melihat bentuk dan warna sel di
bawah mikroskop dengan pembesaran tertentu.
F. Identifikasi morfologi secara makroskopik
a. Medium Nutrien Agar (NA) dituang kedalam cawan petri steril sebanyak
10 ml, kemudian ditambahkan 1 ml isolat mikroba, dibiarkan memadat,
setelah memadat kemudian di inkubasikan pada suhu 37ºC, selama 1x24
31
jam. Pengamatan dilakukan dengan melihat bentuk koloni. Dilakukan hal
yang sama pada isolat lainnya.
b. Medium Nutrien Agar (NA) dipipet 10 ml dibiarkan memadat dalam
tabung reaksi dengan posisi tegak. setelah memadat kemudian
diinokulasikan isolat mikroba secara tusukan dengan ose lurus,
selanjutnya diinkubasikan pada suhu 37ºC, selama 1x24 jam.
Pengamatan dilakukan dengan melihat bentuk koloninya. Dilakukan hal
yang sama pada isolat lainnya.
c. Medium Nutrien Agar (NA) dipipet 7 ml dalam tabung reaksi kemudian
dimiringkan, dibiarkan memadat kemudian diinokulasikan isolat mikroba
dengan cara digores dengan ose bulat. Setelah memadat diinkubasikan
pada suhu 37 ºC, selama 1x24 jam. Pengamatan dilakukan dengan
melihat bentuk koloninya. Dilakukan hal yang sama pada isolat lainnya.
d. Medium Nutrien Broth (NB) dipipet 10 ml dalam tabung reaksi,
kemudian diinokulasikan isolat mikroba dengan ose bulat. Setelah
memadat diinkubasikan pada autoklaf suhu 37 ºC, selama 1x24 jam.
Pengamatan dilakukan dengan melihat bentuk koloni, warna dan keadaan
permukaannya. Dilakukan hal yang sama pada isolat lainnya.
e. Dilakukan identifikasi seperti di atas terhadap isolat jamur menggunakan
medium PDA dengan masa inkubasi selama 3x24 jam pada suhu kamar.
G. Pengujian Aktivitas Biokimia
a. Uji Motilitas
Medium SIM dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-
masing sebanyak 10 ml, tabung pertama diisi dengan isolat murni biakan
mikroba dengan cara ditusukkan dan tabung yang kedua sebagai kontrol,
diinkubasikan selama 1 x 24 jam, pada suhu 37ºC, bila terdapat
32
pertumbuhan di sekitar daerah tusukan berarti motilitas positif, dan hasil
yang diperoleh dibandingkan dengan kontrol, dilakukan hal yang sama
pada masing-masing isolat lainnya .
b. Uji Katalase
Dibersihkan objek glass, diteteskan beberapa tetes larutan H2O2
3% di atas gelas objek tersebut. Diambil sedikit biakan isolat murni
biakan mikroba dengan ose, diletakkan dalam tetesan H2O2 diamati
adanya gelembung-gelembung O2 di dalam tetesan H2O2 di bawah
mikroskop. Dilakukan hal yang sama pada masing-masing isolat lainnya.
c. Uji Indol
Medium cair tripton 1% dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi
masing-masing sebanyak 10 ml, tabung pertama diisi dengan isolat murni
biakan mikroba, tabung kedua sebagai kontrol, diinkubasi selama 48 jam,
pada suhu 370C, diamati terjadinya indol dengan menambahkan 0,2-0,3
ml reagen erlich atau kovac ke dalam setiap tabung. Dikocok perlahan-
lahan dan dibiarkan tabung berada dalam posisi tegak supaya larutan
reagen dapat terkumpul di permukaan medium. Adanya indol dapat
diketahui dengan timbulnya warna merah tua pada lapisan atas
permukaan medium, dibandingkan hasil ini dengan tabung kontrol.
Dilakukan hal yang sama pada masing-masing isolat lainnya.
d. Uji Metil merah
Medium metil merah dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi
masing-masing sebanyak 10 ml, tabung pertama diisi dengan isolat murni
biakan mikroba, tabung kedua sebagai kontrol, diinkubasi selama 5-7
hari pada suhu 370C, ditambahkan 5 tetes pereaksi metil merah, diamati
perubahan yang terjadi. Bila terjadi warna merah berarti mikroba tersebut
33
memproduksi asam, dan hasil yang diperoleh dibandingkan dengan
kontrol, dilakukan hal yang sama pada masing-masing isolat lainnya.
e. Uji Voges Proskauer
Medium MR-VP dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-
masing sebanyak 10 ml, tabung reaksi pertama diisi dengan isolat murni
biakan mikroba, tabung kedua sebagai kontrol, diinkubasi selama 1x24
jam pada suhu 370C, ditambahkan 0,6 ml alfa-naftol dan 0,2 ml KOH
40% diamati perubahan yang terjadi. Bila terjadi warna merah berarti
mikroba tersebut memproduksi asam dan hasil yang diperoleh
dibandingkan dengan kontrol dilakukan hal yang sama pada masing-
masing isolat lainnya.
f. Uji Sitrat
Medium SCA dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing
sebanyak 10 ml, dibiarkan memadat, tabung reaksi pertama diisi dengan
isolat murni biakan mikroba, tabung kedua sebagai kontrol,
diinkubasikan selama 1 x 24 jam pada suhu 37ºC, diamati perubahan
yang terjadi. Bila hasilnya positif medium berubah warna menjadi biru
dan hasil yang diperoleh dibandingkan dengan kontrol dilakukan hal
yanng sama pada masing-masing isolat lainnya.
g. Produksi H2S
Medium miring TSIA atau KIA, dimasukkan ke dalam 2 tabung
reaksi masing-masing sebanyak 10 ml, dibiarkan memadat, tabung reaksi
pertama diisi dengan isolat murni biakan mikroba dengan cara ditusuk
lurus dan digores,tabung kedua sebagai kontrol, diinkubasi selama 1x24
jam pada suhu 370C, diamati terjadinya H2S yang ditunjukkan oleh
adanya warna hitam disepanjang tusukan pada medium dan hasil yang
34
diperoleh dibandingkan dengan kontrol dilakukan hal yang sama pada
masing-masing isolat lainnya.
h. Uji Fenilalanin Deaminase
Medium phenilalanin dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi
masing-masing sebanyak 10 ml, dibiarkan memadat, tabung reaksi
pertama diisi dengan isolat murni biakan mikroba, tabung kedua sebagai
kontrol, diinkubasikan selama 1x24 jam pada suhu 370C, ditambahkan
0,2 ml FeCl3 10%, diamati perubahan yang terjadi. Bila terjadi warna
hijau berarti hasilnya positif dan hasil yang diperoleh dibandingkan
dengan kontrol dilakukan hal yang sama pada masing-masing isolat
lainnya.
i. Hidrolisis urea
Medium urea broth, dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-
masing sebanyak 10 ml, tabung pertama diinokulasikan dengan isolat
murni biakan mikroba, tabung kedua sebagai kontrol, diinkubasi selama
5 hari pada suhu 370C, diamati perubahan yang terjadi. Bila positif
menghidrolisi urea maka terjadi perubahan yang terjadi perubahan warna
merah dan hasil yang diperoleh dibandingkan dengan kontrol dilakukan
hal yang sama pada masing-masing isolat lainnya.
j. Uji Pencairan Gelatin
Medium gelatin dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-
masing sebanyak 10 ml, tabung pertama diinokulasikan dengan isolat
murni biakan mikroba, tabung kedua sebagai kontrol, diinkubasikan
selama 1x24 jam pada suhu 37ºC, dimasukkan semua tabung ke dalam
lemari es selama 30 menit. Bila positif terjadi hidrolisis gelatin, maka
35
medium menjadi cair dibandingkan hasil ini dengan tabung kontrol.
Dilakukan hal yang sama pada masing-masing isolat lainnya.
k. Uji Fermentasi Karbohidrat
Diinokulasikan satu seri medium Glukosa Phenol Red (GPR),
Laktosa Phenol Red (LPR), dan Sukrosa Phenol Red (SPR) dengan isolat
murni biakan mikroba. Satu seri medium tidak diinokulasikan dan
digunakan sebagai kontrol. Dimasukkan tabung durham ke dalam
medium tersebut. Diinkubasi tabung-tabung tersebut selama 48 jam pada
suhu 37ºC. Diamati terjadinya reaksi dan dibandingkan dengan kontrol A
= asam, G= gas, AG= asam dan gas. Dilakukan hal yang sama pada
masing-masing isolat lainnya.
l. Uji Pertumbuhan pada Beberapa Variasi Suhu
Medium NB dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi masing-masing
sebanyak 10 ml, tabung pertama diinokulasikan dengan isolat murni
biakan mikroba, tabung kedua sebagai kontrol, diinkubasikan selama
1x24 jam, di dalam lemari es untuk 4ºC, dilakukan hal yang sama untuk
suhu inkubasi 25ºC dan 37ºC di dalam inkubator, dan pada masing-
masing isolat lainnya. Diamati perubahan yang terjadi. Bila hasil positif
terjadi kekeruhan dibandingkan dengan kontrol.
36
m. Uji Pertumbuhan pada Beberapa variasi pH
Medium NB dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan
asam asetat hingga pH 3, tabung reaksi pertama diisi dengan isolat murni
biakan mikroba, tabung kedua sebagai kontrol, diinkubasi selama 1x24
jam dalam inkubator, dilakukan hal yang sama dengan penambahan
amonium hidroksida hingga pH 10 dan masing-masing isolat lainnya,
diamati perubahan yang terjadi. Bila hasil positif terjadi kekeruhan pada
medium dan dibandingkan dengan kontrol.
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Dari hasil penelitian sampel limbah yang telah diamati diperoleh 5 isolat
bakteri yang menunjukkan hambatan berupa daerah bening dan 3 isolat jamur yang
menunjukkan hanbatan berupa adanya daerah bening.
Tabel 1. hasil pemurnian isolat mikroba
No. Kode isolat Keterangan
1 AG Isolat bakteri2 BG Isolat bakteri3 CG Isolat bakteri4 DG Isolat bakteri5 FG Isolat bakteri6 AP Isolat jamur7 FP Isolat jamur8 GP Isolat jamur
Tabel 2. hasil uji aktivitas antibiotik dari fermentat isolat mikroba
No.
KodeIsolat
Rata-rata Diameter Penghambatan Mikroorganisme uji (mm)
EC SA SM Vsp BS PA SE ST CA
1 AG 7,75 6,75 8,25 8,25 8,25 8,25 8,75 10 7,75
2 BG 8 - 9,5 9 7,25 - 8 8 -
3 CG 8,75 8,5 8,75 8,75 8,5 8,5 9 9 8
4 DG 8,75 - - 8,5 8,25 9 7,5 9,5 7,75
38
5 FG 8,25 - 7,75 8,25 - - -10,7
5-
6 AP 8 7,25 7,75 - - 8,25 - - 8,25
7 FP - - 7,5 8 - - - - -
8 GP 7,75 8 - - - 7,25 - 6,75 -
Tabel 3. Hasil pengecatan gram mikroba
No Kode isolat Pengamatan warna keterangan1 AG Ungu Gram positif2 BG Ungu Gram positif3 CG Ungu Gram positif4 DG Merah Gram negatif5 FG Merah Gram negatif
Tabel 4. Hasil pengamatan morfologi bakteri secara makroskopik
No. Kode isolat PengamatanGNA tegak GNA miring GNB
1 AG Plumose Sedikit/spreading Felikel, keruh, sedimen2 BG Beaded Sedikit/spreading Keruh, sedimen3 CG Echinulate Subur/affuse Keruh, sedimen4 DG Papiliate Subur/echinulate Keruh, sedimen5 FG Beaded Sedikit/spreading Keruh, sedimen
Tabel 5. Hasil pengamatan morfologi jamur secara makroskopik
No. Kode isolat PengamatanPDA tegak PDA miring GNB
1 AP Filiform Echinulate Felikel, keruh, sedimen2 FP Papiliate Beaded Felikel, jernih3 GP Papiliate Plumose Felikel, jernih
39
Tabel 6. Hasil pengamatan uji biokimia
No. Uji biokimia AG BG CG DG FG1 Uji motilitas + + + + +2 Uji sitrat + + + + +3 Uji katalase - - + + +4 Variasi suhu (40C) - - - - -
(250C) + + + + +(370C) + + + + +
5 Variasi pH (4) - - - - -(7) + + + + +(12) - - - - -
6 Produksi H2S + + - - -7 Gelatin + + + + +8 Uji Indol + + + + +
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan mengisolasi mikroba dari air limbah pasar
Daya Kecamatan Biringkanaya. Kemudian dilanjutkan dengan pemurnian, fermentasi
isolat bakteri, pengujian aktivitas antibiotika. Pengambilan sampel air dilakukan pada
tiga titik di limbah pasar daya, hal bertujuan untuk mendapatkan jenis
mikroorganisme yang beragam sehingga bisa mendapatkan isolat murni yang lebih
baik.
Dalam mengisolasi mikroorganisme dengan menggunakan metode tuang
dimana dibuat pengenceran dari 10-1 sampai 10-5 untuk menurunkan jumlah
mikroorganisme sehingga tidak terjadi penumpukan yang akan mempermudah dalam
proses pengisolasian. Selain itu juga untuk mempermudah proses pengamatan pula.
Adapun koloni-koloni mikroorganisme yang diisolasi hanya yang memberikan daerah
bening di sekitarnya yang membentuk fase stasioner, karena menurut Sermonti
40
(1969) pembentukan antibiotika umumnya terjadi pada fase stasioner yaitu
mikroorganisme tersebut akan berusaha mempertahankan hidupnya dengan cara
menghasilkan metabolit sekunder yang berupa bahan-bahan toksik yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Wattimena (1989) bahwa mikroba-mikroba penghasil antibiotika
membentuk suatu zat yang dapat mempertahankan hidupnya dari kompetisi nutrient
pada medium tempat tumbuhnya.
Adapun media yang digunakan untuk mengisolasi mikroba adalah media
GNA untuk bakteri dan media PDA untuk jamur. Karena kedua media tersebut
mengandung nutrien untuk kehidupan dan pertumbuhan mikroba, yaitu ekstrak beef
sebagai sumber protein, pepton sebagai sumber asam amino, ekstrak kentang sebagai
sumber karbohidrat, dan dekstrosa sebagai sumber karbon.
Mikroba yang diperoleh ditunjukkan dengan adanya koloni bakteri yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri di sekitarnya. Pada media GNA diperoleh 5 isolat
bakteri yang diambil pada pengenceran 10-1,10-2,10-3, 10-5 yang kemudian diberi kode
isolat AG,BG,CG,DG, dan FG, sedangkan pada media PDA diperoleh 3 isolat yang
diisolasi dari pengenceran 10-1,10-2, 10-5 dan diberi kode isolat AP,FP, dan GP.
Selanjutnya hasil isolat dimurnikan dengan metode kuadran pada medium
GNA pada bakteri dan medium PDA pada jamur, sehingga diperoleh koloni mikroba
yang murni. Pada metode kuadran cawan petri dibagi menjadi 4 bagian, dengan
metode kuadran diperoleh goresan yang berbeda pada 4 daerah goresan, daerah
41
pertama merupakan goresan awal yang masih banyak mengandung banyak sel
mikroorganisme. Goresan selanjutnya dipotongkan dari goresan sebelumnya sehingga
jumlahnya semakin sedikit setiap goresan dan akhirnya terpisah menjadi koloni
tunggal. Kemudian isolat yang diperoleh dibuat menjadi kultur dalam media agar
miring sebagai stok. Media agar yang dimaksud adalah medium GNA untuk isolat
bakteri dan medium PDA untuk isolat jamur.
Setelah diperoleh isolat murni, kemudian dilanjutkan dengan fermentasi
dalam medium Maltosa Yeast Broth (MYB) selama 1x 24 jam, sambil dishaker
dengan kecepatan 170 rpm agar selama fermentasi bakteri akan mencapai fase
stasioner dan menghasilkan metabolit sekunder, hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Salle A.J (1961) bahwa untuk mempertahankan hidup
mikroorganisme dapat membuat pertahanan sendiri dengan menghasilkan metabolit
sekunder yang mempengaruhi mikroorganisme lain sehingga mikroorganisme lain itu
tidak dapat tumbuh dan berkembang biak. Bahan-bahan toksik yang dihasilkan
mikroorganisme itu disebut antibiotika. Sehingga untuk melihat potensi dari hasil
metabolisme sekunder maka dilakukan pengujian aktivitas antibiotika. Media
fermentasi yang digunakan adalah Maltosa Yeast Broth, karena media ini merupakan
media cair yang mengandung ekstrak yeast sebagai sumber protein, maltose dan
dekstrosa sebagai sumber karbon dan pepton sebagai sumber asam amino, yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme
mikroorganisme.
42
Dalam pengujian aktivitas antibiotika digunakan metode dengan
menggunakan metode difusi agar dengan menggunakan disc blank. Metode ini efektif
dan efisien. Karena tidak membutuhkan sampel yang banyak pada saat di ujikan.
Paper disk akan menyerap sampel yang kemudian diletakkan pada medium sehingga
berdifusi ke medium padat (agar) lalu diukur zona bening di sekitar paper disk. Selain
itu dalam satu kali pembenihan mikroba dapat diujikan lebih dari satu isolat macam
isolat antibiotik sekaligus dengan meletakkan paper disk yang telah direndam pada
larutan isolat kedalam satu cawan petri bersamaan. Uji aktivitas antibiotika dilakukan
dengan menggunakan mikroba uji Bacillus subtilis, staphylococcus aureus,
streptococcus mutans, pseudomonas aeruginosa, salmonella thypi, Escherichia coli,
vibrio sp, staphylococcus epidermidis, dan jamur candida albicans. Adapun alasan
pemilihan mikroba uji tersebut karena sifat-sifatnya yang patogenik. Bacillus subtilis
penyebab bisul, Staphylococcus aureus penyebab infeksi kulit dan bisul, sedangkan
Streptococcus mutans dapat menyebabkan karies pada gigi. Escherichia coli
penyebab utama diare, Salmonella typhi penyebab demam tifoid dan infeksi saluran
kemih. Pseudomonas aeruginosa yang bersifat invasive dan toksigenik dapat
menimbulkan kebutaan, Vibrio sp merupakan bakteri enterotoksin dan penyebab
kolera, Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat puru dan candida albicans
penyebab vaginitis atau keputihan(Brooks, 1996).
Hasil pengujian aktivitas antibiotik menunjukkan tidak semua isolat
memberikan aktivitas terhadap mikroba uji, hal ini ditunjukkan dengan tidak
43
terdapatnya zona hambatan. Adapun isolat yang menunjukkan aktivitas terhadap
terhadap mikroba uji adalah isolat AG yang memberikan daya hambat terhadap
bakteri mikroba uji Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans,
Salmonella typhi, Vibrio sp, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus epidermidis dan Candida albicans. Isolat BG terhadap bakteri uji
Escherichia coli, Streptococcus mutans, Vibrio sp, Bacillus subtilis, Staphylococcus
epidermidis dan Salmonella typhi. Isolat CG terhadap bakteri uji Escherichia coli,
Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans, Salmonella typhi, Vibrio sp, Bacillus
subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis dan Candida
albicans. Isolate DG terhadap bakteri uji Escherichia coli, Vibrio sp, Bacillus
subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, Salmonella typhi dan
Candida albicans. Isolat FG terhadap bakteri uji Escherichia coli, Streptococcus
mutans, Vibrio sp dan Salmonella typhi.
Sedangkan hasil pengujian aktivitas antibiotika untuk isolat jamur yakni isolat
AP yang memiliki aktivitas yang dapat menghambat 5 mikroba uji yaitu Escherichia
coli, Staphylococcus aureus, Vibrio sp, Streptococcus mutans, Pseudomonas
aureginosa dan Candida albicans sedangkan isolat FP dapat menghambat 3 mikroba
uji yaitu Streptococcus mutans, Vibrio sp. Untuk isolat GP dapat menghambat 2
mikroba uji yaitu Pseudomonas aeruginosa dan Salmonella typhi.
Selanjutnya dilakukan dua tahap identifikasi yaitu pengamatan secara
morfologi makroskopik maupun mikroskopik dan pengujian aktivitas biokimia
44
mikroba. Berikut beberapa uji yang dapat dilakukan dalam penelitian untuk
mengidentifikasi isolat bakteri yang diperoleh dan dilihat dari hasil penelitian bentuk
koloni bakteri penghasil antibiotik pada medium na tegak, untuk isolat AG berbentuk
plumose, BG berbentuk beaded, CG berbentuk echinulate, DG berbentuk papiliate
dan FG berbentuk beaded.
Adapun bentuk koloni jamur pada medium PDA tegak untuk isolat AP
berbentuk filiform dan isolat FP dan GP berbentuk papiliate.
Selanjutnya dilakukan pengamatan secara mikroskopik, yaitu dengan
pengecatan gram dimana pengecatan gram isolat bakteri dilakukan untuk
mengidentifikasi bakteri yang diperoleh agar dapat diklasifikasikan sebagai bakteri
gram positif atau bakteri gram negatif. Bakteri yang berwarna ungu pada pewarnaan
gram disebut bakteri positif, sedangkan yang berwarna merah disebut bakteri gram
negatif. Namun sebelum dilakukan pengecatan gram, terlebih dahulu dilakukan
fiksasi pada objek glass yang di atasnya telah diletakkan bakteri. Hal ini dilakukan
untuk melekatkan bakteri pada objek gelas.
Cat-cat yang digunakan dalam pengecatan gram adalah cat A (Kristal violet),
cat B (larutan iodium), cat C (alcohol), dan cat D (safranin). Cat-cat yang digunakan
merupakan senyawa organik yang mengandung gugus kromofor dan gugus ausokrom
yang terikat dalam cincin benzen.
Pada pengecatan gram, digunakan cat A sebagai cat bersifat basa. Dimana zat
warna basa yang bermuatan positif ini akan berikatan dengan dinding sel, membran
45
sel, sitoplasma yang bermuatan negatif pada sel sehingga berubah warna menjadi
ungu.
Penambahan cat B yang merupakan larutan membran yang berfungsi untuk
meningkatkan afinitas pengikatan zat warna pada bakteri agar lebih kuat. Pewarna cat
B menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks Kristal violet di dalam sel
bakteri.
Penambahan cat C sebagai dekolorisasi atau zat peluntur zat warna. Dimana
bakteri gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang lebih tebal sehingga dinding
sel mengalami dehidrasi. Pori-pori pada lapisan tersebut akan menyusut dan merapat,
daya rembes dinding sel dan membran menurun, kompleks Kristal violet-iodium
tidak dapat keluar dari sel, sehingga warna sel tetap ungu sedangkan untuk bakteri
gram negatif mempunyai kandungan lipid yang tinggi dan senyawa ini mudah luntur
dengan dengan zat peluntur alcohol. Dan hal inilah yang memungkinkan terjadinya
pelunturan zat warna awal.
Penambahan cat D, untuk memberikan warna kontras pada sel-sel bakteri.
Penambahan cat ini yang membedakan bakteri gram negatif dan bakteri positif yang
akan diamati pada mikroskop. Jika pada penggunaan tetap warna ungu maka
dinyatakan sebagai bakteri gram positif, sedangkan jika terjadi perubahan warna
merah dinyatakan sebagai gram negatif.
Pengamatan selanjutnya secara mikroskopik dilakukan terhadap isolat bakteri,
yaitu dengan pengecatan Gram. Pengecatan Gram pada isolat bakteri dilakukan untuk
46
mengidentifikasi bakteri yang diperoleh agar dapat dikelompokkan sebagai bakteri
Gram positif atau bakteri Gram negatif (Bibiana,1994). Isolat AG ,BG dan CG hasil
penelitian termasuk ke dalam bakteri Gram positif, dimana bakteri Gram positif
mempunyai kadar lipid dan protein yang rendah sehingga mengalami denaturasi
protein pada dinding selnya oleh pencucian dengan alkohol sehingga protein menjadi
keras dan beku, pori-pori mengecil sehingga kompleks kristal violet dan Iodium
dipertahankan karenanya sel bakteri berwarna biru atau ungu.
Sedangkan isolat, DG dan FG termasuk ke dalam bakteri Gram negatif,
dimana Gram negatif memiliki dinding sel yang tipis sehingga pada pemberian cat
penutup (Safranin) dapat terwarnai.
Selanjutnya diadakan beberapa pengujian aktivitas biokimia untuk isolat
bakteri yakni uji motilitas, uji katalase, uji sitrat, uji pencairan gelatin, uji indol , uji
produksi H2S, uji pengaruh suhu, dan uji pengaruh pH. Menurut Djide (2003),
diagnose mikroskopik hanya merupakan dugaan untuk itu agar diperoleh diagnose
yang konklusif, sifat-sifat biokimia merupakan keharusan yang harus dilakukan. Uji
aktivitas biokimia dilakukan setelah diperoleh koloni yang terpisah atau biasa
disebut isolat murni.
Uji motilitas digunakan untuk memeriksa kemampuan bakteri untuk bergerak.
Dimana gerakan bakteri tersebut dipengaruhi oleh adanya flagella. Bakteri di
inokulasikan secara tusukan ke medium SIM (Semisolid Indol Motility), bila positif
bersifat motil (bergerak), maka bakteri akan tumbuh menyebar di sepanjang garis
47
tusukan inokulasi. Pada uji motilitas, ke 5 isolat pada medium SIM menyebar di
dalam tusukan, hal ini menunjukkan bahwa keempat isolat bersifat motil (bergerak).
Uji katalase, dengan banyak oksigen bebas di lingkungannya, kebanyakan
bakteri akan memproduksi H2O2 yang bersifat toksis terhadap bakteri yang masih
hidup. Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, enzim katalase yang memecah H2O2
menjadi molekul air dan oksigen, sehingga sifat toksiknya hilang. Pada uji katalase, 3
isolat yakni CG,DG, dan FG memperlihatkan adanya gelembung gas di permukaan
objek gelas pada saat penambahan H2O2.
Uji sitrat digunakan untuk mengetahui apakah senyawa sitrat dapat dipakai
sebagai satu-satunya sumber karbon bagi organisme. Pada uji sitrat pada media SCA,
ke 5 isolat menunjukkan hasil positif dimana mengalami perubahan dari warna hijau
menjadi biru. Media SCA merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon, NH4+ sebagai sumber N dan brom thymol blue sebagai
indicator pH, bila mikroorganisme mampu menggunakan sitrat, maka asam akan
dihilangkan dari medium biakan, sehingga menyebabkan peningkatan pH dan
mengubah warna medium dari hijau menjadi biru
Uji pencairan gelatin digunakan untuk mengetahui apakah bakteri dapat
mencerna protein gelatin. Karena untuk mencerna gelatin, bakteri memerlukan enzim
gelatinase. Pada uji pencairan gelatin ke 5 isolat menunjukkan hasil positif dimana
medium yang berupa gelatin tetap cair. Protein gelatin ini bila didinginkan akan
membentuk gel. Dimana hidrolisis gelatin oleh mikroorganisme tersebut
48
dikatalisasikan oleh eksoenzim yang disebut gelatinase. Gelatin yang telah dicerna
tidak mampu membentuk gel dan bersifat cair.
Uji indol digunakan untuk melihat kemampuan bakteri dalam mendegradasi
asam amino triptofan secara enzimatis. Pada uji indol ke 5 isolat menunjukkan hasil
positif dimana timbulnya warna merah pada lapisan atas permukaan. Suatu bakteri
yang memiliki enzim triptofanase akan mampu menghidrolisis triptofan menjadi
produk metabolic seperti indol, asam piruvat, dan ammonia. Dimana keberadaan
gugus indol dapat dideteksi dengan menggunakan reagen erlich, dimana gugus indol
akan bereaksi dengan reagen erlich dan akan menghasilkan cincin warna merah pada
permukaan medium.
Uji produksi H2S digunakan untuk membedakan organisme enterik
berdasarkan kemampuannya memfermentasikan glukosa, sukrosa dan laktosa pada
medium. Pada uji ini isolat AG dan BG menunjukkan hasil positif dimana terdapat
warna hitam pada medium. Produksi H2S dapat terlihat dengan menggunakan media
mengandung polipeptida dan kaya akan asam amino yang mengandung sulfur dan ion
Fe2+. Isolat ditumbuhkan pada media TSIA, uji positif ditandai dengan terjadinya
reaksi Fe menjadi FeS yang berwarna hitam.
Untuk uji pertumbuhan pH, dari hasil pengamatan yang dilakukan, ke 5 isolat
tumbuh dengan baik pada pH 7, sedangkan pada pH asam dan basa ke 5 isolat
menunjukkan hasil negatif. Hasil tersebut terjadi karena enzim yang mengkatalisis
berbagai reaksi metabolisme sel dipengaruhi oleh tingkat pH. Sesuai dengan pendapat
49
pelczar (1986), daya kerja enzim sangat dipengaruhi oleh pH. Jika pH diatas atau
dibawah pH optimum maka kerja enzim akan terhambat. Terhambatnya kerja enzim
menyebabkan terhambatnya pula metabolisme sel sehingga sel terhambat untuk
tumbuh dan berkembang.
Untuk uji pertumbuhan suhu, ke 5 isolat pada suhu 370C dan 250C mengalami
kekeruhan pada tabung yang menandakan terjadinya pertumbuhan, sedangkan pada
suhu 40C ke 5 isolat tidak mengalami pertumbuhan, sehingga ke 5 isolat tersebut
termasuk dalam mikroba mesofilik (mesotermik). Masih terdapat beberapa uji yang
belum dilakukan dikarenakan tidak adanya reagen yang tersedia di Makassar.
Allah menciptakan alam semesta ini untuk kesejahteraan umat manusia.
Manusia diperintahkan untuk mengelola alam ini agar dapat dimanfaatkan guna
keperluan hidup mereka. Untuk mengelola alam ini tentu saja diperlukan akal (ilmu).
Allah menyuruh manusia untuk menggunakan akalnya dalam memanfaatkan segala
yang diciptakan-Nya. Kehidupan manusia punya hubungan dan erat dan langsung
dengan air. Materi ini merupakan sumber kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Allah SWT dalam ayat ke 30 Surah al-Anbiya berfirman
50
Terjemahnya :
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman? (Departemen Agama RI,2009:324)
Secara transparan dalam ayat ini menyebut air sebagai sumber kehidupan dan
tanpa air kehidupan menjadi tidak bermakna. Dalam dunia kesehatan air memiliki
peranan penting dan utama dalam proses pembentukan sel yang merupakan satuan
organisme terkecil makhluk hidup. Tanpa air reaksi-reaksi kimiawi di dalam tubuh
tidak akan terjadi. Air juga menjadi prasyarat utama bagi rgan-organ tubuh agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, manusia memerlukan ilmu
pengetahuan serta ilmu agama dalam mengolah seluruh yang ada di alam,
menciptakan hal-hal baru dari alam tapi tetap tidak melanggar syariat islam.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1. Air Limbah Pasar Daya Kecamatan Biringkanaya mengandung mikroba penghasil
antibiotik yang terdiri dari 5 isolat bakteri dan 3 isolat jamur.
2. Isolat bakteri dari air limbah pasar dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli, Bacillus subtilis, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella thypi,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans,
candida albicans dan Vibrio sp (AG,CG), kecuali pada isolat BG tidak aktif
terhadap Staphylococcus aureus, Paeudomonas aeruginosa, candida albicans dan
isolat DG yang tidak aktif terhadap Staphylococcus aureus, serta isolat FG yang
tidak aktif terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Pseudomonas
aeruginosa dan staphylococcus epidermidis dan isolat jamur AP menghambat
pertumbuhan, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Streptococcus mutans,
Pseudomonas aeruginosa dan Candida albicans. Isolat FP menghambat
pertumbuhan Streptococcus mutans, Vibrio sp, untuk isolat GP menghambat
pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa
dan Salmonella thypi.
52
3. Islam sangat menghargai bentuk-bentuk pengobatan yang didasari oleh ilmu
pengetahuan, penelitian, dan eksperimen ilmiah. Begitupun dengan senyawa
(antibiotik) yang dihasilkan oleh mikroba yang dapat digunakan sebagai salah satu
obat yang digunakan dalam pengobatan.
B. Saran
Disarankan agar dapat melakukan dan melengkapi penelitian identifikasi lebih
lanjut terhadap koloni mikroba air limbah pasar daya kecamatan biringkanaya
sehingga dapat diketahui spesiesnya.
53
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahannya 2009. Departemen Agama Republik Indonesia.PT.Syamil Cipta Media. Bandung
Djide,M, N., 2003. “Mikrobiologi Farmasi Terapan, Laboratorium MikrobiologiFarmasi Dan Bioteknologi Farmasi”, Jurusan Farmasi Fakultas MIFA,Lembaga Penerbit UNHAS, Makassa r.
Djide,M, N.,dan Sartini, 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi,Lembaga Penerbit UNHAS. Makassar.
Djide,M, N., dan Sartini, 2009, Penuntun Praktikum Analisis Mikrobiologi FarmasiLembaga Penerbit UNHAS, Makassar.
Entjang. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan.Bandung: PT Citra Aditya Bekti.
Garrity. G. M., Bell. J. A. and Lilburn. T.G, Taxonomic Outlineof The ProkaryotesBergey’s Manual of Systematic Bacteriologi, 2th Edition, United States ofAmerica, Springer, New York Berlin Hendelberg. 2004.
Iranto, Koes, 2006, “Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme”, CV YramaWidya.Bandung.
Kill,M,A.. 1995. “Candida Pracital Hand Book for Book for Suffereers,Boomsburry”,
Mulia Ricki M, 2005, “Kesehatan Lingkungan”, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Pelczar, Jr, M, J, 1988, “Dasar-dasar Mikrobiologi”, penerjemah R,S.Hadiotomodkk, Jakarta.
Pelczar, Jr, M, J,. 1986, “Dasar-dasar Mikrobiologi”, UI, Jakarta.
Pratiwi T. Sylvia,2008, ‘’Mikrobiologi Farmasi’’ Penerbit Erlangga PT GeloraAksara Pratama.
Shihab M. Quraisy. 2002, “Tafsir Al-mishbah’’ volume 1, Penerbit Lentera HatiJakarta.
Shihab M. Quraisy. 2002, “Tafsir Al-mishbah’’ volume 3, Penerbit Lentera HatiJakarta.
54
Shihab M. Quraisy. 2002, “Tafsir Al-mishbah’’ volume 8, Penerbit Lentera HatiJakarta.
Sugiarto, 2005, “Pengolahan Air Limbah”, Universitas Indonesia, Jakarta.
Sutedjo, M. 1991. Mikrobiologi tanah. Rineka Cipta. Jakarta
Soetarto, E.S.,dkk, 2010. Petunjuk praktikum Mikrobiologi. LaboratoriumMikrobiologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta. Hal 4-11.
Suharni, T.T, S.J. Nastiti, dan A.E.S. Soetarto, 1999. Mikrobiologi Umum aLecture Notes.Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Jogjakarta, hal. 92.
Waluyo, L. 2004. “Mikrobiologi umum”, Malang: Penerbit UniversitasMuhammadiyah Malang.
Zaraswati, D, 2006, “Mikrobiologi Farmasi”, Lembaga Penerbit UNHASLaboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas MIPA.
55
Lampiran 1. Skema Kerja
Dipipet I ml lalu dibuat pengenceran
Peremajaan bakteridan jamur
Diinokulasikan pada cawan petri steril disuspensikan NaClfisiologis dan diukur transmittan
Di inkubasi
Di ambil 1 ose
Di murnikan
Fermentasi medium MYB
1X24 jam sambil di shaker
Pengujian aktivitas antibiotik
Air bunging Barania
10-1,10-2,10-3
Hasil fermentasi
Pengolahan data
Koloni biakan murni Dilakukan uji morfologi
kesimpulan
Hasil dan pembahasan
Zona hambatan
1. Mikroskopikpengecatan gram
2. Uji Makroskopik3. Uji aktivitas biokimia
Suspensi sampel
Medium NA dan PDA
Koloni yang menunjukkan zona hambat
Isolat aktif
Stok mikroba uji
Mikroba yangtelah diremajakan
Mikroba uji
56
Lampiran 2. Gambar Hasil Pengamatan
A B C
D E
Gambar 1. Foto Hasil Isolat Bakteri dari Air Limbah pada Media Agar
Keterangan :
A = GNA bakteri pengenceran 10-1
B = GNA bakteri pengenceran 10-2
C = GNA bakteri pengenceran 10-3
D = GNA bakteri pengenceran 10-4
E = GNA bakteri pengenceran 10-5
57
A B C
D E
Gambar 2. Foto Hasil Isolat Jamur dari Air Limbah pada Media Agar
Keterangan :
A = PDA jamur pengenceran 10-1
B = PDA jamur pengenceran 10-2
C = PDA jamur pengenceran 10-3
D = PDA jamur pengenceran 10-4
E = PDA jamur pengenceran 10-5
58
A B C D
E
Gambar 3. Foto Hasil Pemurnian Isolat Bakteri dari Air Limbah dengan MetodeKuadran pada Medium GNA
Keterangan :
A = Koloni Pemurnian Isolat Bakteri AG
B = Koloni Pemurnian Isolat Bakteri BG
C = Koloni Pemurnian Isolat Bakteri CG
D = Koloni Pemurnian Isolat Bakteri DG
E = Koloni Pemurnian Isolat Bakteri FG
59
A B C
Gambar 4. Foto Hasil Pemurnian Isolat Jamur dari Air Limbah dengan MetodeKuadran pada Medium PDA
Keterangan :
A = Koloni Pemurnian Isolat Jamur AP
B = Koloni Pemurnian Isolat Jamur FP
C = Koloni Pemurnian Isolat Jamur GP
A B C D
Gambar 5. Foto Hasil Isolat Murni Bakteri dari Air Limbah pada Medium NAMiring
60
Keterangan :
A = Koloni Isolat Murni Bakteri AG
B = Koloni Isolat Murni Bakteri BG
C = Koloni Isolat Murni Bakteri CG
D = Koloni Isolat Murni Bakteri DG
E = Koloni Isolat Murni Bakteri FG
A B C
Gambar 6. Foto Hasil Isolat Murni Jamur dari Air Limbah pada Medium PDAMiring
Keterangan :
A = Koloni Isolat Murni Jamur AP
B = Koloni Isolat Murni Jamur FP
C = Koloni Isolat Murni Jamur GP
62
M N O
Gambar 7. Foto Hasil Pengujian Penghambatan Fermentat Isolat Bakteriterhadap Mikroba Uji
Keterangan :AB = Streptococcus mutansCD = Staphylococcus epidermidisEF = Escherichia coliG = Staphylococcus aureusH = Pseudomonas aeruginosaIJ = Salmonella typhiKL = Vibrio spMN= Bacillus subtilis0 = Candida albicans
BS BS CA
63
A B
C D
E
Gambar 8. Foto Hasil Pengecatan Gram Isolat Bakteri Murni.
Keterangan :
A = Koloni Bakteri AG
B = Koloni Bakteri BG
64
C = Koloni Bakteri CG
D = Koloni Bakteri DG
E = Koloni Bakteri FG
A B C D E
Gambar 9. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Bakteri padaMedium Agar Miring.
Keterangan :
A = Koloni Bakteri AG
B = Koloni Bakteri BG
C = Koloni Bakteri CG
D = Koloni Bakteri DG
E = Koloni Bakteri FG
65
A B C D E
Gambar 10. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Bakteri padaMedium Agar Tegak.
Keterangan :
A = Koloni Bakteri AG
B = Koloni Bakteri BG
C = Koloni Bakteri CG
D = Koloni Bakteri DG
E = Koloni Bakteri FG
67
A B C D
E
Gambar 12. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Bakteri padaMedium Agar Lempengan.
Keterangan :
A = Koloni Bakteri AG
B = Koloni Bakteri BG
C = Koloni Bakteri CG
D = Koloni Bakteri DG
E = Koloni Bakteri FG
68
A B C
Gambar 13. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Jamur padaMedium Agar Miring.
Keterangan :
A = Koloni Jamur AP
B = Koloni Jamur FP
C = Koloni Jamur GP
69
A B C
Gambar 14. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Jamur padaMedium Agar Tegak.
Keterangan :
A = Koloni Jamur AP
B = Koloni Jamur FP
C = Koloni Jamur GP
70
A B C
Gambar 15. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Jamur padaMedium Cair.
Keterangan :
A = Koloni Jamur AP
B = Koloni Jamur FP
C = Koloni Jamur GP
A B C
Gambar 16. Foto Hasil Pengujian Makroskopik Fermentat Jamur pada MetodeAgar Cawan.
Keterangan :
A = Koloni Jamur AP
B = Koloni Jamur FP
C = Koloni Jamur GP
73
F
Gambar 19. Foto Uji Biokimia Pada Hasil Isolat
Keterangan:
A = Uji Produksi H2S
B = Uji Motilitas
C = Uji Sitrat
D = Uji Pertumbuhan Pada Beberapa Variasi Suhu
E = Uji Pencairan Gelatin
F = Uji indol
74
Lampiran 3. Pembuatan Medium
a. Glukosa Nutrient Agar (GNA)
Komposisi :
Ekstrak Beef 3,0 g
Pepton 5,0 g
Agar 15,0 g
Glukosa 10,0 g
Air suling hingga 1000 ml
Pembuatan :
Semua bahan tersebut dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer dan
dilarutkan dalam aquadest kemudian dipanaskan sampai mendidih hingga
semua larut. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121º C selama 15 menit
dengan tekanan 2 atm.
b. Maltosa Yeast Broth (MYB)
Komposisi :
Maltosa 10 g
Yeast Extract 3 g
Pepton 5 g
Dekstrosa 10 g
Aquadest hingga 1000 ml
Pembuatan :
Semua bahan tersebut dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer dan
dilarutkan dalam aquadest kemudian dipanaskan sampai mendidih hingga
75
semua larut. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit
dengan tekanan 2 atm.
c. Nutrient Agar (NA)
Komposisi :
Ekstrak Beef 3,0 g
Pepton 5,0 g
Agar 15,0 g
Air suling hingga 1000 ml
Pembuatan :
Ditimbang bahan sebanyak 23,0 g dilarutkan dalam 1000 ml sampai
larut, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit.
d. Nutrient Broth (NB)
Komposisi :
Ekstrak Beef 3,0 g
Pepton 5,0 g
Air suling hingga 1000 ml
Pembuatan :
Semua bahan di masukkan ke dalam erlemeyer dilarutkan dalam air
suling hingga 800 ml, dipanaskan sampai larut, dicukupkan sampai 1000 ml
aquadest, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C selama 15m
menit.
76
e. Potato Dextrosa Agar (PDA)
Komposisi :
Potato 200 g
Dextrosa 10 g
Agar 15 g
Air suling hingga 1000 ml
Pembuatan :
Semua bahan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer dilarutkan dalam
air suling hingga 800 ml, dipanaskan sampai larut, dicukupkan sampai 1000 ml
air suling, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121o C selama 15
menit.
f. Semisolid Indol Motiliti (SIM)
Komposisi :
Pepton dari Casein 20,0 g
Peptic dari daging 6,1 g
Ferri Amonium sulfat 0,2 g
Natrium thiosulfat 0,2 g
Agar 3,5 g
Air suling hingga 1000 ml
Pembuatan :
Ditimbang medium SIM sebanyak 3 g, dilarutkan dalam 100 ml
dipanaskan diatas penangas air hingga melarut. Disterilkan pada suhu 121°C
selama 15 menit.
77
g. Simon’s Citrat Agar (SCA)
Komposisi :
Natrium Citrat 2,0 g
NaCl 5,0 g
Dikalium Hidrogen Pospat 1,0 g
Ammonium Dihidrogen pospat 1,0 g
Magnesium Sulfat 0,2 g
Brom timol biru 0,08 g
Agar 15,0 g
Air suling hingga 1000 ml
Pembuatan :
Ditimbang medium Simon’S Citrat Agar sebanyak 3,5 g, dilarutkan
dalam 100 ml dipanaskan diatas penangas air hingga melarut. Disterilkan pada
suhu 121°C selama 15 menit.
78
Lampiran 4. Pembuatan Pereaksi
a. Cat A
- Larutan pokok kristal violet
Komposisi :
Kristal violet 20,0 g
Etanol 95% 100,0 ml
- Larutan oksalat
Ammonium oksalat 1,0 g
Air suling 100,0 ml
Larutan yang digunakan dilaboratorium :
Larutan pokok Kristal violet 1 bagian
Air suling 10 bagian
Larutan pokok ammonium oksalat 4 bagian
Pembuatan :
Dicampur larutan (1) dan (2), kemudian disimpan dalam wadah
tertutup gelas.
b. Cat B
- Larutan Iodium
Komposisi :
Kristal iodium 1,0 g
Kalium Iodida 2,0 g
Air suling 5,0 g
79
Pembuatan :
Setelah kedua bahan tersebut larut, ditambahkan air suling 240 ml
dan 60 ml cairan Natrium bikarbonat 5%.
c. Cat C
- Larutan pemucat
Komposisi :
Etanol 95% 250 ml
Aseton 250 ml
Pembuatan :
Dicampurkan kedua bahan tersebut, kemudian disimpan dalam
wadah tertutup gelas.
d. Cat D
- Larutan pokok safranin
Komposisi :
Safranin O 2,5 g
Etanol 95% 100,0 ml
Larutan yang digunakan dilaboratorium
Diencerkan dengan safranin,
Larutan pokok safranin 1 bagian
Air suling 5 bagian
Pembuatan :
Dicampurkan kedua bahan tersebut, kemudian disimpan dalam botol
tertutup gelas.
80
e. Larutan HCl 0,1 %
Komposisi :
HCl pekat 12 % 0,83 ml
Aquadest 100 ml
Pembuatan :
Dipipet 0,83 ml HCl pekat 12 % lalu dimasukkan ke dalam
gelas ukur yang berisi aquadest. Dita m b a h k a n a q u a d e s t s a m p a i
t a n d a 1 0 0 m l . L a r u t a n d i s i m p a n d i d a l a m b o t o l c o k l a t
t e r t u t u p pada suhu ruang.
f. Larutan H2O2 3 %
Komposisi :
H2O2 0,3 ml
Aquadest 10 ml
Pembuatan :
Sebanyak 0,3 ml H2O2 diencerkan dengan aqudest 10 ml.
L a r u t a n d i s i m p a n d i d a l a m b o t o l g e l a p t e r t u t u p pada suhu
ruang.
81
Biografi Penulis
Saptaria Utami, lahir di Jawa Tengah Kab. Sragen,
tanggal 09 September 1990 merupakan anak pertama
dari dua bersaudara pasangan Ayahanda Sukatno,
dengan Ibunda Sunarsi. Jenjang pendidikannya
ditempuh mulai dari SD Negeri Daya 2 Makassar
pada Tahun 1998 kemudian melanjutkannya pada
tingkat selanjutnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada SMP Negeri 12
Makassar pada tahun 2003, lalu kemudian melanjutkan pada jenjang Sekolah
Menengah Atas (SMA) pada SMA Negeri 6 Makassar pada Tahun 2006, hingga
pada tahun 2009 ia melanjutkan pada jenjang Strata satu (S1) pada Universitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Jurusan Farmasi.