Isolasi

25
DINAS KESEHATAN ANGKATAN UDARA RSAU dr. M. SALAMUN KEPUTUSAN KEPALA RSAU dr. M. SALAMUN Nomor Kep / 45 J / VI / 2014 tentang KEBIJAKAN KAMAR ISOLASI RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. M. SALAMUN KEPALA RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. M. SALAMUN Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSAU dr. M. Salamun, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu. 2. Bahwa agar pelayanan yang bermutu di RSAU dr. M. Salamun dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Kebijakan Kamar Isolasi RSAU dr.M.Salamun sebagai landasan bagi seluruh penyelenggaraan pelayanan di RSAU dr. M. Salamun yang ditetapkan dalam keputusan Ka RSAU dr. M. Salamun. Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 3. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

description

isolasi

Transcript of Isolasi

Page 1: Isolasi

DINAS KESEHATAN ANGKATAN UDARA RSAU dr. M. SALAMUN

KEPUTUSAN KEPALA RSAU dr. M. SALAMUNNomor Kep / 45 J / VI / 2014

tentang

KEBIJAKAN KAMAR ISOLASIRUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. M. SALAMUN

KEPALA RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. M. SALAMUN

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSAU dr. M. Salamun, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu.

2. Bahwa agar pelayanan yang bermutu di RSAU dr. M. Salamun dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Kebijakan Kamar Isolasi RSAU dr.M.Salamun sebagai landasan bagi seluruh penyelenggaraan pelayanan di RSAU dr. M. Salamun yang ditetapkan dalam keputusan Ka RSAU dr. M. Salamun.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

3. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32/Menkes/2007 tentang Pedoman Infeksi di Rumah Sakit.

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit

6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.04/I/2790/11 tanggal 1 Januari 2012 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit.

7. Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara nomor Kep/21-PKS/VII/2013 tanggal 29Juli 2013 tentang Pemberhentian dari

Page 2: Isolasi

Ditetapkan di Bandungpada tanggal 03 Juni 2014

Kepala RSAU dr. M. Salamun,

dr. Didik Kestito, SpBUKolonel Kes NRP 512677

dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan TNI Angkatan Udara.

2

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun tentang Kebijakan Kamar Isolasi RSAU dr. M. Salamun.

2. Kebijakan Kamar Isolasi RSAU dr. M. Salamun harus dijadikan acuan dalam menyelenggarakan pelayanan di lingkungan RSAU dr.M.Salamun sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini.

3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Page 3: Isolasi

DINAS KESEHATAN ANGKATAN UDARA Lamp. Kep. Ka RSAU dr. M. Salamun RSAU dr. M. SALAMUN Nomor Kep / 45.j / VI / 2014

Tanggal 03 Juni 2014

KEBIJAKAN KAMAR ISOLASI

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr.M. SALAMUN

1. Kebijakan Umum.

a. Ruang Isolasi merupakan ruang di rumah sakit yang khusus menjaga pasien dengan kondisi medis tertentu yang terpisah dari pasien lain saat mereka menerima perawatan medis (Sabra L. Katz-Wise, 2006), Ruang isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit resiko yang dapat ditularkan pada orang lain seperti penyakit-penyakit infeksi antara lain HIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan lain-lain (DepKes RI).

b. Ruang Isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan.

c. Ruang isolasi adalah Suatu ruangan perawatan yang mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.

2. Kebijakan Khusus.

a. Pengertian

1) Airborne transmission merupakan penyebaran partikel udara dan debu yang mengandung agen infeksius / mikroorganisme, penanganan udara dan ventilasi dibutuhkan untuk pencegahan transmisi udara ini,

2) Droplet transmission merupakan penyebaran titik cairan tubuh – khususnya yang dihasilkan dari proses batuk, bersin, dan berbicara dalam jarak yang relative dekat ;sehingga tidak memerlukan ventilasi khusus untuk mencegah penyebaran.

3) Contact transmission merupakan penyebaran yang paling penting dan paling sering dijumpai, meliputi kontak langsung antar dua individu maupun kontak tidak langsung melalui obyek atau benda yang terkontaminasi.

Page 4: Isolasi

4) Blood-borne transmission merupakan penyebaran melalui kontak dengan darah yang dapat dicegah dengan kebijakan pencegahan umum maupun standar.

2

b. Kriteria Pasien yang masuk Kamar Isolasi Airborne transmission .

Pasien dengan penyakit :

1) Diptheri untuk anak maupun dewasa.

2) Faricella: Herpes Zooster, Morbili.

3) Tuberculosis Paru.

c. Ruang Isolasi.

1) Dipasang pembuangan udara keluar dengan exhaust fan.

2) Jaga pintu tetap tertutup dan pasien tetap dalam ruangan.

3) Satu tempat tidur untuk satu kamar isolasi.

4) Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan dengan pasien lain yang terinfeksi mikroorganisme yang sama, dan tidak ada infeksi lain.

d. Proteksi Bagi Petugas, Pasien dan Pengunjung.

1) Petugas (Dokter, Perawat dan Petugas lainnya yang kontak/ masuk Ruang Isolasi).

(a) Setiap masuk ruangan isolasi harus memakai APD yang sesuai.

(b) Cuci tangan sesudah dan sebelum tindakan dan saat meninggalkan ruangan.

2) Pasien/ Pengunjung.

(a) Pengunjung bila masuk ruang isolasi harus memakai APD yang sesuai.

(b) Sebelum dan sesudah masuk ruang isolasi pengunjung harus cuci tangan pada tempat yang sudah disediakan.

Page 5: Isolasi

Bandung, 03 Juni 2014Kepala RSAU dr. M. Salamun,

dr. Didik Kestito, SpBUKolonel Kes NRP 512677

3

(c) Pengunjung hanya bisa masuk saat jam kunjungan ( hanya 1 orang).

(d) Anak umur di bawah 12 tahun tidak boleh masuk ruang isolasi.

Page 6: Isolasi

DINAS KESEHATAN ANGKATAN UDARA RSAU dr. M. SALAMUN

KEPUTUSAN KEPALA RSAU dr. M. SALAMUNNomor Kep / 45 P / VI / 2014

tentang

PANDUAN KAMAR ISOLASIRUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. M. SALAMUN

KEPALA RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. M. SALAMUN

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RSAU dr. M. Salamun, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan yang bermutu.

2. Bahwa agar pelayanan yang bermutu di RSAU dr. M. Salamun dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Panduan Kamar Isolasi RSAU dr. M. Salamun sebagai landasan bagi seluruh penyelenggaraan pelayanan di RSAU dr. M. Salamun yang ditetapkan dalam keputusan Ka RSAU dr. M. Salamun.

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

3. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32/Menkes/2007 tentang Pedoman Infeksi di Rumah Sakit.

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit

Page 7: Isolasi

Ditetapkan di Bandungpada tanggal 03 Juni 2014

Kepala RSAU dr. M. Salamun,

dr. Didik Kestito, SpBUKolonel Kes NRP 512677

6. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.04/I/2790/11 tanggal 1 Januari 2012 tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit.

7. Keputusan Kepala Staf TNI Angkatan Udara nomor Kep/21-PKS/VII/2013 tanggal 29Juli 2013 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan TNI Angkatan Udara.

2

MEMUTUSKAN

Menetapkan : 1. Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun tentang Panduan Kamar Isolasi RSAU dr. M. Salamun.

2. Panduan Kamar Isolasi RSAU dr. M. Salamun harus dijadikan acuan dalam menyelenggarakan pelayanan di lingkungan RSAU dr.M.Salamun sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini.

3. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Page 8: Isolasi

DINAS KESEHATAN ANGKATAN UDARA Lamp. Kep. Ka RSAU dr. M. Salamun RSAU dr. M. SALAMUN Nomor Kep / / VI / 2014

Tanggal Juni 2014

PANDUAN KAMAR ISOLASI

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr.M. SALAMUN

BAB I

DEFINISI

1. Ruang Isolasi merupakan ruang di rumah sakit yang khusus menjaga pasien dengan kondisi medis tertentu yang terpisah dari pasien lain saat mereka menerima perawatan medis (Sabra L. Katz-Wise, 2006), Ruang isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit resiko yang dapat ditularkan pada orang lain seperti penyakit-penyakit infeksi antara lain HIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan lain-lain (DepKes RI).

2. Ruang Isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan.

3. Ruang isolasi adalah Suatu ruangan perawatan yang mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan.

BAB II

RUANG LINGKUP

4. Ruang Lingkup Kegiatan. Ruang lingkup panduan ruang isolasi ini adalah untuk memberikan panduan Perawat di ruang isolasi guna berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial (baik dari pasien ke petugas maupun dari pasien ke pasien lainnya) dan infeksi oportunistik dengan penerapan universal precaution.

Page 9: Isolasi

Ruang Lingkup Kegiatan Ruang Isolasi meliputi :

a. Cara Penularan.

1) Airborne transmission.

2) Droplet transmission.

2

3) Contact transmission.

4) Blood-borne transmission.

b. Kriteria Pasien.

Pasien dengan penyakit.

1) Diptheri untuk anak maupun dewasa.

2) Faricella: Herpes Zooster, Morbili.

3) Tuberculosis Paru.

c. Persyaratan Ruang Isolasi.

d. Proteksi Respirasi.

e. Pengangkutan Pasien.

f. Perawatan lingkungan.

BAB III

TATA LAKSANA

5. Tata Laksana Ruang Isolasi. Pasien – pasien yang memerlukan perawatan Isolasi di RSAU dr. M. Salamun, harus memenuhi ketentuan – ketentuan yang telah ditentukan.

Ruang Isolasi diadakan (disiapkan) bertujuan untuk pencegahan infeksi (baik dari pasien ke petugas maupun dari pasien ke pasien lain) dan infeksi oportunitis dengan penerapan Universal Precaution.

6. Cara Penularan. Infeksi dapat menyebar dengan beberapa cara :airborne (melalui udara), droplet (titik cairan tubuh), contact (kontak langsung), dan blood-borne spread (melalui darah).

Page 10: Isolasi

a. Airborne transmission merupakan penyebaran partikel udara dan debu yang mengandung agen infeksius / mikroorganisme ;penanganan udara dan ventilasi dibutuhkan untuk pencegahan transmisi udara ini.

b. Droplet transmission merupakan penyebaran titik cairan tubuh – khususnya yang dihasilkan dari proses batuk, bersin, dan berbicara dalam jarak yang relative dekat sehingga tidak memerlukan ventilasi khusus untuk mencegah penyebaran.

3

c. Contact transmission merupakan penyebaran yang paling penting dan paling sering dijumpai, meliputi kontak langsung antar dua individu maupun kontak tidak langsung melalui obyek atau benda yang terkontaminasi.

d. Blood-borne transmission merupakan penyebaran melalui kontak dengan darah yang dapat dicegah dengan kebijakan pencegahan umum maupun standar.

7. Kriteria Pasien. Pasien dengan penyakit.

a. Diptheri untuk anak maupun dewasa.

b. Faricella: Herpes Zooster, Morbili.

c. Tuberculosis Paru.

8. Persyaratan Ruang Isolasi.

a. Ruangan khusus/ aliran udara secara mekanik.

b. Minimal pergantian udara dua belas kali setiap jam.

c. Pembuangan (exhaust) udara keluar yang memadai

d. Jagalah agar pintu tetap tertutup dan pasien tetap dalam ruangan.

e. Bila tidak ada tempat tersendiri, tempatkan pasien dalam ruangan dengan pasien lain yang terinfeksi mikroorganisme yang sama, dan tidak ada infeksi lain.

9. Proteksi Bagi Petugas, Pasien dan Pengunjung.

a. Petugas (Dokter, Perawat dan Petugas lainnya yang kontak/ masuk Ruang Isolasi).

1) Setiap masuk ruangan isolasi harus memakai skort dan alas kaki khusus (yang ada di ruang isolasi).

2) Cuci tangan sesudah dan sebelum tindakan dan saat meninggalkan ruangan.

Page 11: Isolasi

3) Pemakaian hand scoen dalam melakukan tindakan perawatan terhadap pasien.

b. Pasien/ Pengunjung.

1) Pengunjung bila masuk ruang isolasi harus memakai baju (skort) pengunjung dan lepas sepatu/alas kaki, menggunakan alas kaki yang tersedia.

4

2) Sebelum dan sesudah masuk ruang isolasi pengunjung harus cuci tangan pada tempat yang sudah disediakan.

3) Pengunjung hanya bisa masuk saat jam kunjungan ( hanya 1 orang).

4) Anak umur di bawah 12 tahun tidak boleh masuk ruang isolasi.

10. Pengangkutan Pasien. Batasi pemindahan atau pengangkatan pasien hanya untuk hal-hal yang penting saja.Bila pemindahan / pengangkutan pasien memang diperlukan, hindari penyebaran droplet nucleus dengan memberi pasien masker.

Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal yang penting. Bila terpaksa harus memindahkan keluar kamar, usahakan tetap melaksanakan precautions.

11. Perawatan lingkungan. Usahakan yang sering tersentuh dibersihkan setiap hari dengan air sabun atau Clorin 1 %.di ruang perawatan pasien, peralatan disekitar tempat tidur pasien dan permukaan.

12. Fasilitas Isolasi.

a. Akomodasi.

1) Tempat tidur tunggal dengan fasilitas cuci tangan.

2) Fasilitas toilet.

3) Cek kebersihan ruangan sebelum pasien dimasukkan.

4) Minimalisasi mebeler dan peralatan yang tidak diperlukan.

5) Terpasang ex- house fan.

b. Kelengkapan Ruang Isolasi:

1) Sabun cuci tangan.

2) Gel alcohol untuk tangan di depan kamar dan di tempat tidur.

Page 12: Isolasi

3) Apron plastic bila diperlukan.

4) Sarung tangansekali pakai.

5) Masker / goggles(kaca mata) bila diperlukan.

6) Kantong sampah plastik kuning (medis) dan hitam (non medis).

c. Standard Precaution.5

1) Pintu harus dalam keadaan selalu tertutup.

2) Pemakaian gel sesuai lima moment.

3) Cuci tangan sebelum dan sesudah memasuki ruangan isolasi.

4) Bila melakukan prosedur invasive, lakukan tindakan antiseptic .

13. Ruang Perawatan Isolasi yang berlaku di RSAU dr. M. Salamun.

a. Ada penetapan ruang Isolasi yang ditetapkan di RSAU dr. M. Salamun.

b. Ruangan ruang Isolasi di dasarkan kebutuhan dan sarana yang ada.

14. Alur Pasien Ruang Isolasi.

Pasien masuk Dari IGD/ Poliklinik

6

Pasien di Rawat Inap Pasien Pulang

R. Isolasi (sesuai Kriteria)

R. Biasa

Page 13: Isolasi

Bandung, Juni 2014Kepala RSAU dr. M. Salamun,

dr. Didik Kestito, SpBUKolonel Kes NRP 512677

6

BAB IV

DOKUMENTASI

15. Pendokumentasian yang dilakukan pada Ruang Isolasi, sesuai dokumentasi Pasien Rawat Inap yang lainnya dalam Rekam Medis Pasien.

Pasien Sembuh/ pulang

Page 14: Isolasi

RSAU dr. M. SALAMUNJl. Ciumbuleuit No.203

BANDUNG

ALAT PELINDUNG DIRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman1 dari 1

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

Tanggal TerbitDitetapkan oleh,

Kepala RSAU dr. M. Salamun,

dr. Didik Kestito,SpBUKolonel Kes NRP 512677

PENGERTIAN

APD adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari adanya kemungkinan potensi bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).

TUJUANSebagai acuan bagi tenaga kerja RSAU dr. M. Salamun agar semua pegawai dapat terlindungi dari bahaya akibat kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja

KEBIJAKANSurat Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun No kep/ /X/2014 tentang Kebijakan Alat Pelindung Diri di RSAU dr. M. Salamun

Page 15: Isolasi

PROSEDUR

1. Ganti baju petugas dengan baju kerja pada saat akan memulai pekerjaan di tempat ganti yang telah disediakan.2. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah cuci tangan. 3. Ambil alat pelindung diri (sepatu boot, masker, sarung tangan dll) dan gunakan APD tersebut secara baik dan benar.4. Apabila aktifitas telah selesai bersihkan kembali APD yang telah digunakan dan simpan pada tempat yang telah disediakan.5. Cuci tangan dengan prosedur

UNIT TERKAIT Seluruh Unit pelayanan di RSAU dr. M. Salamun

RSAU dr. M. SALAMUNJl. Ciumbuleuit No.203

BANDUNG

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman1 dari 2

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

Tanggal TerbitDitetapkan oleh,

Kepala RSAU dr. M. Salamun,

dr. Didik Kestito,SpBUKolonel Kes NRP 512677

PENGERTIAN

Memakai seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari adanya kemungkinan potensi bahaya atau kecelakaan kerja

TUJUANSebagai acuan bagi tenaga kerja RSAU dr. M. Salamun agar semua pegawai dapat terlindungi dari bahaya akibat kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja

KEBIJAKAN

Tata laksana penggunaan APD sesuai Surat Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun No kep/ /X/2014 tentang Kebijakan Alat Pelindung Diri di RSAU dr. M. Salamun

Page 16: Isolasi

PROSEDUR

1. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah cuci tangan. 2. Pakai pelindung kaki :

a. Buka alas kaki yang dipakaib. Ambil pelindung kaki dengan memegang bagian atas.c. Pasang pelindung kaki sepatu boot atau sandal yang sepenuhnya menutupi bagian kaki

3. Pakai penutup kepala :a. Ambil penutup kepala dengan memegang bagian sisi yang bertali atau bagian belakang penutup kepalab. Pakaikan penutup kepala sampai semua rambut tertutup,c. Ikat penutup kepala yang bertali atau pastikan karet penutup kepala tidak longgar.d. Gunakan penutup kepala yang bersih dan menutupi seluruh rambut

4. Pakai gaun pelindung / apron :a. Ambil gaun pelindung / apron dengan memegang bagian atas atau bagian leher.

RSAU dr. M. SALAMUNJl. Ciumbuleuit No.203

BANDUNG

MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman2 dari 2

Page 17: Isolasi

PROSEDUR

b. Kalungkan tali apron bagian atas atau talikan tali apron untuk apron yang bertali ke belakang leherc. Ikat tali apron bagian samping ke belakang pinggang dan pastikan bagian depan dan samping menutupi badan tidak terlipat.

5. Pakai masker :a. Ambil masker bersih dengan memegang bagian sisi yang bertalib. Tempelkan pada bagian mulut dan hidung.c. Bagian sisi atas menutupi hidung dan lekukan kawat sesuai bentuk hidung.d. Bagian bawah harus menutup sampai dagu.e. Ikatkan tali masker pada bagian belakang kepala senyaman mungkin tidak terlalu ketat dan tidak terlalu kendur.

6. Pakai kaca mata pelindung sesuai prosedura. Ambil kaca mata pelindung dengan memegang bagian sisi bertali atau tangkainyab. Bersihkan kaca dengan tissue bila buram atau kotorc. Pakaikan kaca mata senyaman mungkin.

7. Pakai sarung tangan :a. Ambil sarung tangan bagian kanan tangan dengan tangan kiri dengan cara memegang bagian dalam sisi lengannya dan masukan tangan kanan sampai lengan tertutup dan semua bagian sarung tangan tidak ada yang terlipat.b. Ambil sarung tangan bagian kiri tangan dengan tangan kanan dengan cara memegang bagian dalam sisi lengannya dan masukan tangan kiri sampai lengan tertutup dan semua bagian sarung tangan tidak ada yang terlipat.

UNIT TERKAIT Seluruh Unit Pelayanan RSAU dr. M. Salamun

MELEPASKAN ALAT PELINDUNG DIRI

Page 18: Isolasi

RSAU dr. M. SALAMUNJl. Ciumbuleuit No.203

BANDUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman1 dari 3

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,Kepala RSAU dr. M. Salamun,

dr. Didik Kestito,SpBUKolonel Kes NRP 512677

PENGERTIAN Melepas seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya.

TUJUANSebagai acuan bagi tenaga kerja RSAU dr. M. Salamun dalam cara melepas Alat Pelindung Diri supaya terhindar dari paparan bakteri atau cairan tubuh pasien.

KEBIJAKAN

Tata laksana Penggunaan APD sesuai Surat Keputusan Kepala RSAU dr. M. Salamun No kep/ /X/2014 tentang Kebijakan Alat Pelindung Diri di RSAU dr. M. Salamun

PROSEDUR

1. Tuangkan alcohol 70 % + 2 -3 cc ketelapak tangan dan ratakan keseluruh bagian Pelindung kaki (desinfeksi).2. Buka dan lepaskan pelindung kaki :

a. Pegang alas kaki kanan bagian atas kemudian angkat kaki kanan ke atas sampai terlepas dari alas kakib. Pegang alas kaki kiri bagian atas kemudian angkat kaki kiri sampai terlepas dari alas kaki

3. Tuangkan alcohol 70 % + 2 -3 cc ketelapak tangan dan ratakan keseluruh bagian sarung tangan (desinfeksi)4. Buka / lepaskan sarung tangan :

a. Tarik sarung tangan kiri dengan tangan kanan dari bagian atas sarung tangan sisi luarnya sampai terlepas dari tangan dan genggam oleh tangan kanan.b. Tarik sarung tangan kanan dengan tangan kiri dari bagian atas sarung tangan sisi dalamnya sampai terlepas dari tangan. c. Buang atau masukan sarung tangan ke tempat sampah Infeksius.d. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah.

MELEPASKAN ALAT PELINDUNG DIRI

Page 19: Isolasi

RSAU dr. M. SALAMUNJl. Ciumbuleuit No.203

BANDUNG

No. Dokumen No. Revisi Halaman2 dari 3

PROSEDUR

5. Buka / lepaskan kaca mata pelindung :a. Pegang tangkai kaca mata dan tarik kearah depan.b. Lap kaca menggunakan tissue dengan dibasahi alcohol 70 %.c. Buang tissue ke tempat sampah infeksius.d. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah.

6. Buka / lepas masker :a. Lepaskan ikatan simpul dibagian belakang kepala atau karet yang melingkar di telinga..dengan kedua tangan. b. Pegang ujung tali atau ujung karet dengan cara dibalik yang sebelumnya bagian sisi dalam masker menjadi diluar dan satukan dengan tangan kanan sementara tangan kiri memegang bagian sisi masker yang sudah terlipat kemudian tali masker digulung di tengah masker yang terlipat.c. Buang masker ke tempat sampah infeksius.d. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah.

7. Buka / lepaskan baju pelindung / apron :a. Buka ikatan / simpul apron dari bagian belakang pinggang dengan kedua tangan.b. Pegang tali kanan dengan tangan kanan dan tali kiri dengan tangan kiri kemudian satukan dengan membalikan bagian apron yang setadinya diluar menjadi didalam dan pegang tali apron dengan tangan kiri.c. Lepaskan kalung tali apron dari leher dengan tangan kanan dan kemudian lipat apron yang sudah terbalik d. Simpan di tempat cucian kotor infeksius untuk di cuci sesuai prosedure. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah

8. Buka / lepaskan penutup kepala :a. Buka ikatan / simpul penutup kepala dari bagian belakang kepala dengan kedua tangan.b. Pegang sis penutup kepala dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang bagian dalam penutup kepala kemudian tarik bagian dalam penutup kepala sehingga terbalik dan lipat penutup kepala.

Page 20: Isolasi

RSAU dr. M. SALAMUNJl. Ciumbuleuit No.203

BANDUNG

MELEPASKAN ALAT PELINDUNG DIRI

No. Dokumen No. Revisi Halaman3 dari 3

PROSEDUR

c. Gulung tali dibagian tengah lipatan penutup kepalad. Buang atau simpan di tempat cucian infeksius untuk penutup kepala dari kain untuk di cuci sesuai dengan prosedur.e. Cuci tangan dengan prosedur 6 langkah.

UNIT TERKAIT Seluruh Unit Pelayanan RSAU dr. M. Salamun