ISLAM DAN SAINS MODERN
description
Transcript of ISLAM DAN SAINS MODERN
1
ISLAM DAN SAINS MODERN
Nacep Suryana, M.Sc. (Peneliti dari PUSPITEK)
Pengantar
Dewasa ini ada pandangan bahwa sains natural (ilmu pengetahuan
Kealaman) bukanlah bagian dari islam. Pemahaman keislaman dan pemahaman
sains natural seolah-olah tidak punya hubungan, bahkan sains natural dianggap
sesuatu yang berasal dari orang kafir dan hanya berkaitan dengan masalah
keduniaan, sehingga ada pihak yang memusuhi sains natural, karena
keberadannya akan mengganggu keimanan kita.
Sesungguhnya semua ilmu itu berasal dari Dzat Yang Maha Mengetahui
(Al ‘Alim) Allah SWT, Dia menurunkan Ilmu-Nya melalui 2 Jalan:
1. Jalan Formal
Turun melalui Wahyu kepada para Nabi & Rasul, kebenarannya yang
dibawanya bersifat mutlak, biasanya disebut Ayat-Ayat Qouliyah (Al Qur’an).
Keberadaan ilmu ini fungsinya sebagai way of life, cara hidup/pegangan hidup
yang benar, menunjang misi Ibadah manusia kepada Sang Kholiq.
2. Jalan Non-Formal
Turun melalui Ilham kepada semua manusia yang mau berfikir, kebenarannya
yang dibawanya bersifat relative/empiric, biasanya disebut Ayat-Ayat
Kauniyah. Keberadaan ilmu ini fungsinya untuk menunjang Sarana hidup,
menunjang fungsi kekholifahan manusia di muka bumi. Ilmu inilah yang
sering juga disebut SAINS NATURAL (Ilmu pengetahuan Kealaman).
Alqur’an sebenarnya sudah mengisyaratkan tentang kedudukan sains natural dan
perintah untuk selalu mengembangkannya, Bagian pertama dari ayat 101 surah
Yunus memerintahkan:
2
“Katakanlah (hai Muhammad): Perhatikanlah dengan intizhar/nazhar apa-apa yang ada di langit dan di bumi.” (QS Yunus:101). Bahkan dalam ayat-ayat 17 sampai dengan 20 surah al-Ghasyiyah dipertanyakan:
“Maka apakah mereka tidak melakukan intizhar dan memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan. Dan langit bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana mereka didirikan. Dan bumi bagaimana ia dibentangkan. Maka berikanlah peringatan karena engkaulah pemberi peringatan.” (QS Al Gosyiyah:17-20)
“Dia menumbuhkan bagimu, dengan air hujan itu, tanam-tanaman zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu merupakan Ayat-Ayat Allah (tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berfikir.” (QS An-Nahl : 11)
Sesungguhnya keunggulan manusia atas seluruh makhluk dialam ini dan
bahkan malaikat disuruh bersujud (penghormatan) kepada manusia adalah
disebabkan oleh kemampuan manusia berfikir abstrak dan menggunakan akal,
dengan kemampuan ini ia dapat mengasosiasikan benda dengan kata atau
symbol, dan oleh karenanya ia dapat mengadakan komunikasi dengan kata.
Dengan kemampuan abstraksi inilah, manusia dapat mengembangkan matematik,
3
dapat mengembangkan sains dan juga teknologi sehingga ia pantas diberi
tanggung jawab untuk mengelola bumi, menjadi kholifah di Bumi. Firman Allah:
“Dan ingatlah ketika Tuhan-Mu berfirman kepada pada malaikat: ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.’ Mereka berkata: ‘Apakah Engkan hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu’. Dia berfirman sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’. Dan Dia ajarkan kepada Adam nama-nama benda semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, ‘Sebutkan kepada- Ku nama semua (benda) ini jika kamu yang benar. Mereka menjawab. “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sunggah, engkaulah Yang Maha Mengetahui, Maha bijaksana. Dia (Allah) berfirman, ‘Wahai Adam! Beri tahukanlah kepada mereka nama-nama itu’. Setelah dia (Adam) menyebutkan nama-nama nya, Dia berfirman, ‘Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu snmbunyikan’. (QS Albaqoroh: 30-33)
4
“Dan sungguh kami telah memulyakan anak cucu adam, dan kami angkut mereka didarat dan di laut, dan kami beri mereka rizqi dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka diatas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna” (QS al isro: 70). Ayat 70 surat Al Isro berbicara tentang kemulyaan manusia dan ketinggian
derajatnya atas segala makhluk ciptaan Allah. Menurut ayat ini manusia
dimulyakan Allah karena mereka memiliki 2 anugerah:
1. Karena mereka diangkut di darat dan di laut
Maksud diangkut disini adalah mereka menaiki kapal, pesawat dan kendaraan-
kendaraan sehingga manusia mampu bergerak dengan cepat dan nyaman di
segala medan, darat, laut dan udara. Artinya manusia dengan anugerah akal
dari Allah mampu membuat berbagai peralatan, menciptakan teknologi
sehingga mereka bisa diangkut dengan kendaraan2 itu dan bergerak melebihi
batas kekuatan tubuhnya. Makhluk lain tidak ada bisa seperti itu.
2. Rizqi yang baik-baik, karena rizqi manusia memang berbeda dengan segala
makhluk dialam ini,. Manusia diberi kemampuan olah cita rasa makanan
sehingga makanan mereka Enak, bersih dan bergizi. makhluk lain
mendapatkan rizqi apa adanya yang diberikan alam, kadang-kadang bangkai,
sampah, kotoran, darah dll.
2. Metodologi pengembangan Ilmu Pengetahuan (sains natural)
Ilmu pengetahuan atau sains, secara singkat dapat dirumuskan sebagai:
himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses
pengkajian dan dapat diterima oleh rasio, artinya dapat dinalar. Jadi, kita dapat
mengatakan bahwa sains adalah himpunan rasionalitas kolektif insani. Dalam
ilmu pengetahuan kealaman atau sains natural, orang mengumpulkan pengetahuan
itu dengan mengadakan pengamatan atau observasi, peng ukuran atau
pengumpulan data pada alam sekitar kita, baik yang hidup seperti manusia,
binatang, dan tumbuhan, maupun yang tak bernyawa seperti bintang, matahari,
gunung, lautan, dan benda-benda yang mengelilingi kita.
Data yang dikumpulkan dari berbagai observasi dan pengukuran pada
gejala alamiah itu dianalisa, kemudian diambil kesimpulannya yang dapat di
5
terima dalam penalaran. Semu proses mulai dari pengamatan dan pengukuran
sampai dengan analisa dan pengambilan kesimpulan ini untuk mudahnya dapat
diberi istilah intizhar; suatu kata yang ada hubungannya dengan nazhar, yang
bunyinya dekat dengan nalar.’ Cir khas ilmu pengetahuan kealaman ialah bahwa
ia disusun atas dasar intizhar pada gejala-gejala alamiah yang dapat kita periksa
berulang-ulang dan dapat diperiksa orang lain seperti perjalanan atau perubahan
posisi bintang-bintang, matahari, dan bulan, atau dapat kita timbulkan berulang-
ulang dengan kondisi yang sarana dan kita teliti dalam eksperimen
laboratorium, dan dapat diulangi serta diteliti oleh orang lain. Karena sifat
keterbukaannya itu, maka sains natural merupakan konsensus atau mufakat dari
seluruh masyarakat ilmuwan yang bersangkutan. Ia merupakan milik kolektif
manusia.
Jadi di dalam sains tidak ada orang yang bersitegang tanpa bukti bahwa
hanya pendapatnya sendiri tentang masalah ilmiah tertentu yang benar sedang
masyarakat ilmiah lain di bidang yang bersangkutan yang tidak dapat menerima
pendapatnya itu yang salah. Orang yang berpikiran kerdil semacam itu tidak
bersikap ilmuwan karena ia tidak mematuhi aturan permainan dalam
pengembangan sains. Paling ia akan dianggap seorang sombong yang tak tahu diri
atau seorang ilmuwan gadungan.
Bila gejala-gejala yang diteliti serupa, maka biasanya dapat ditarik
kesimpulan yang umum mengenai fenomena-fenomena alamiah itu dan
kesimpulan yang menyatakan sifat serta kelakuan alam pada kondisi tertentu itu
dinamakan orang hukum alam, Hukum alam ini melukiskan bagaimana alam
bertingkah laku pada kondisi tertentu. Karena dalam penelitian dilakukan
pengukuran-pengukuran terhadap besaran-besaran fisik misalnya jarak, kecepatan,
suhu, arus listrik dan sebagainya, maka ilmu yang dihasilkannya bersifat obyektif
kuantitatif, dan hukum-hukumnya dapat dirumuskan secara matematis.
Sebagai contoh dapat dikemukakan misalnya sifat benda yang jatuh. Bila
sebutir kelereng kita lepaskan dari ketinggian tertentu dan mengukur waktu yang
diperlukannya untuk sampai ke tanah, berkali-kali, kemudian mengulanginya dan
berbagai ketinggian maka kita akan menemukan bahwa kuadrat waktu terukur
6
sebanding dengan tinggi tempat pelepasan benda tersebut dari permukaan tanah.
Hubungan antara tinggi tempat (h) dengan waktu jatuh (t) dapat ditulis: h = ct2 , di
dalam rumus matematis ini c merupakan konstante kesebandingan. Andaikan
kelereng itu tidak kita biarkan jatuh bebas, melainkan kita biarkan menggelinding
melalui permukaan bidang yang miring, maka rumus yang sama akan kita
temukan meskipun harga c-nya akan berbeda.
Dalam berbagai pengukuran pada percobaan atau eksperimen semacam itu
dapat diketahui bahwa benda-benda itu bergerak dengan kecepatan yang tidak
konstan, mula-mula pada saat dilepaskan kelajuannya kecil, kemudian tambah
lama bertambah besar. Mereka mengalami percepatan. Dan berbagai gejala yang
serupa itu dapat diambil kesimpulan bahwa bumi menarik benda-benda yang
bersangkutan dengan kekuatan (gaya) yang menimbulkan percepatan. ini adalah
sifat alamiah atau kelakuan alam.
Kalau sifat ini kita hubungkan dengan sifat berat benda-benda, yang
bergantung pada massanya atau banyak materinya, maka akhirnya dapat kita
simpulkan bahwa besar gaya tarik bumi terhadap benda benda itu sebanding
dengan massanya. Kebetulan saja benda-benda itu kecil dibandingkan bumi.
Andaikan sebaliknya, maka kita akan mengatakan bahwa bumilah yang ditarik
benda itu dengan gaya yang sebanding dengan massa bumi. Kenyataannya ialah
bahwa mereka timbal balik tarik menarik dengan gaya yang sebanding dengan
massa mereka masing-masing; kecuali itu gaya tersebut sebanding dengan
kebalikan kuadrat jarak mereka yang satu terhadap yang lain. Inilah yang kita
namakan hukum alam tentang gravitasi yang dapat dirumuskan secara matematis
sebagai berikut: C = f m1 m2 / r2 (f adalah konstante kesebandingan dan r adalah
jarak).
Dengan bertambah banyaknya pengetahuan kita mengenai sifat dan
kelakuan alam, gejala-gejala alamiah yang kompleks atau musykil dapat kita
terangkan dengan menguraikannya menjadi gejala gejala yang lebih sederhana
yang telah kita ketahui. Timbul suatu teori untuk menerangkan suatu gejala. Teori
dapat juga disusun untuk meramalkan gejala yang akan tenjadi bila diadakan suatu
percobaan tertentu dalam laboratorium. Kemudian, eksperimen dapat dilakukan
7
untuk menguji kebenaran suatu teori. Begitu selanjutnya; sains natural tumbuh
dan maju dari hasil serangkaian kegiatan kaji-mengkaji secara silih berganti
seperti itu.
Kalau semula ilmu pengetahuan kealaman berkembang secara induktif dan
intizhar, maka dengan semakin dewasanya sains natural itu sendiri dan
matematika, Ia dapat berkembang secara deduktif. Dengan matematika dapat
dirumuskan model-model alam atau gejala alamiah yang sifat serta kelakuannya
dapat dijabarkan secara matematis. Namun dari sekian banyak model yang dapat
dikarang, hanya mereka yang konsekuensinya sesuai dengan gejala alamiah yang
teramatilah yang dapat diterima oleh masyarakat ilmuwan yang bersangkutan.
Kadang kadang dalam suatu teori dimasukkan suatu hipotesis atau patokan duga
yang didasarkan atas dugaan saja, yang apabila ternyata salah akan dihilangkan,
tetapi bila berhasil akan digunakan terus dan dianggap sebagai suatu kebenaran.
Adapun yang dimaksud dengan teknologi ialah penerapan sains secara
sistematis untuk mempengaruhi alam di sekeliling kita dalam suatu proses
produktif ekonomis untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi ummat
manusia. Teknologi pembuat mesin, pembuatan obat-obatan, pembuatan beraneka
ragam bahan, termasuk bahan makanan, dan sebagainya adalah hasil penerapan
ilmu fisika, kimia, biologi, dan lain-lain ilmu ke alaman yang sesuai.
Demikianlah telah kita ikuti proses bagaimana himpunan rasionalitas
kolektif insani yang kita namakan ilmu pengetahuan itu terbentuk dan
berkembang sepanjang zaman. Para cendekiawan Barat mengakui bahwa Jabir
ibnu Hayyan (721-815) adalah orang pertama yang menggunakan metode ilmiah
dalam kegiatan penelitiannya dalam bidang alkemi yang kemudian oleh ilmuwan
Barat diambil alih serta dikembangkan menjadi apa yang kita kenal sekarang
sebagai ilmu kimia. Sebab, Jabir yang namanya di latinkan menjadi Geber adalah
orang pertama yang mendirikan suatu bengkel dan mempergunakan tungku untuk
mengolah mineral-mineral dan meng-ekstraksi dan mineral-mineral itu zat-zat
kimiawi serta mengklasifikasikannya. Ia melakukan intizhar.
Di dalam sejarah ilmu pengetahuan yang ditulis oleh para sarjana Eropa
disebutkan bahwa Muhammad ibnu Zakaria ar-Rozi (865—925) telah
8
menggunakan alat-alat khusus untuk melakukan proses proses yang lazim
dilakukan ahli kimia seperti distilasi, kristalisasi, kalsinasi, dan sebagainya. Buku
ar-Rozi, yang nainanya dilatinkan menjadi Razes, dianggap sebagai manual atau
buku pegangan 1aboratoria kimia yang pertama di dunia, dan dipergunakan oleh
para sarjana Barat yang baru berabad kemudian mempelajari sains, yang telah
dikembangkan ummat Islam, di universitas Islam di Toledo dan Kordoba.
Sekitar tahun 1231 ketika Hendrick Harpestraeng, orang yang kemudian
menjadi dokter istana raja Eric IV Waldemarsson, berusaha menulis risalah
kedokterannya dalam ilmu bedah di Salerno, (naskah itu kini tersimpan sebanyak
tujuh jilid dalam Per pustakaan Nasional di Stockholm) ia meminta bantuan
Michael the Scott, bekas mahasiswa dari Uni versitas Islam di Toledo, untuk
dapat menggunakan buku-buku standar ar-Rozi dan Ibnu Sina yang berbahasa
Arab tersebut sebagai sumber.
Terlalu banyak ilmuwan Islam dan karya mereka untuk disebutkan pada
kesempatan ini, dan begitu dalam pula pengaruh karya tokoh-tokoh ilmiah itu
hingga masih dirasakan berabad-abad kemudian di dalam perkembangan ilmu
pengetahuan di Eropa. Apakah sebabnya bahwa di masa dahulu ummat islam giat
sekali mengembangkan sains, hingga dapat dikatakan hahwa sampai abad ketiga
belas sehingga selama 5 abad secara terus-menerus ilmu pengetahuan adalah milik
ummat Islam? Da]am ayat-ayat berikut ini kita akan menemukan jawabannya.
9
Kecuali diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk dicari, kapan saja dari
sejak lahir hingga mati, di mana saja sekalipun di Cina, dan dinyatakan bahwa
pencarian ilmu wajib bagi tiap pribadi Muslim, ayat ayat yang pertama-tama
diturunkan kepada Rasulullah menyangkut penintah untuk membaca; unsur
pertama dalam pengambil-alihan ilmu.
Periksalah ayat 1 sampai dengan 5 surah al-’Alaq:
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari ‘alaq (gumpal-isap). Bacalah! dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah. Yang telah mengajar manusia dengan perantaraan pena. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”