Islam dan keluarga berencana

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak keturunan, yang tentunya keturunan yang banyak tersebut betul-betul diharapkan kebermanfaatannya, bukan justru mengacaukan dan memperburuk wajah Islam dan umat Islam. Seperti banyak umat Islam yang berada pada kebodohan, kemiskinan dan kemelaratan. Diantara penyebabnya adalah jumlah populasi manusia yang semakin banyak tanpa diiringi dengan kualitas. Sehingga negara tidak mampu memberikan fasilitas kehidupan yang layak bagi pendidikan, pekerjaan dan kesehatan masyarakatnya. Menghadapi pertumbuhan penduduk yang sulit dibendung dapat menyebabkan masalah sosial yang sangat komplek, maka ditemukan identifikasi masalah bahwa pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan lapangan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan kesengsaraan hidup yang berkepanjangan. Kebijakan Program Keluarga Berancana merupakan langkah pilihan agar laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan untuk diseimbangkan dengan lapangan pekerjaan. Namun yang menjadi pertayaan saat ini adalah apakah agama Islam memperbolehkannya atau justru 1

Transcript of Islam dan keluarga berencana

Page 1: Islam dan keluarga berencana

BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Islam sangat menganjurkan umatnya untuk memiliki banyak keturunan,

yang tentunya keturunan yang banyak tersebut betul-betul diharapkan

kebermanfaatannya, bukan justru mengacaukan dan memperburuk wajah Islam

dan umat Islam. Seperti banyak umat Islam yang berada pada kebodohan,

kemiskinan dan kemelaratan. Diantara penyebabnya adalah jumlah populasi

manusia yang semakin banyak tanpa diiringi dengan kualitas. Sehingga negara

tidak mampu memberikan fasilitas kehidupan yang layak bagi pendidikan,

pekerjaan dan kesehatan masyarakatnya.

Menghadapi pertumbuhan penduduk yang sulit dibendung dapat

menyebabkan masalah sosial yang sangat komplek, maka ditemukan identifikasi

masalah bahwa pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan lapangan

pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan kesengsaraan hidup yang berkepanjangan.

Kebijakan Program Keluarga Berancana merupakan langkah pilihan agar laju

pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan untuk diseimbangkan dengan

lapangan pekerjaan.

Namun yang menjadi pertayaan saat ini adalah apakah agama Islam

memperbolehkannya atau justru mengharamkannya. Banyak terdapat perbedaan

pendapat dalam hal ini.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana

pandangan Islam tentang Keluarga Berencana.

B.    Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Keluarga Berencana ?

2. Bagaimana pandangan Islam tentang Keluarga Berencana ?

1

Page 2: Islam dan keluarga berencana

BAB II

PEMBAHASAN

Pandangan Islam Tentang Keluarga Berencana

A. Pengertian Keluarga Berencana

Istilah Keluarga Berencana mempunyai arti yang sama dengan istilah yang

umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned

parenthood. Yaitu suatu perencanaan yang kongkrit mengenai kapan anak-

anaknya diharapkan lahir agar setiap anaknya lahir disambut dengan rasa gembira

dan syukur. Juga merencanakan berapa anak yang dicita-citakan yang sesuai

dengan kemampuannya sendiri dan situasi-kondisi masyarakat dan negaranya.

Dalam istilah Arab, KB juga memiliki arti yang sama dengan tanzhim al-

nasl, yaitu pengaturan keturunan/kelahiran. Bukan tahdid al-nasl, birth control

atau pembatasan kelahiran. Menurut Muhammad Syaltut, jika program KB itu

dimaksudkan sebagai usaha pembatasan anak dalam jumlah tertentu, misalnya

hanya 3 anak untuk setiap keluarga dalam segala situasi dan kondisi tanpa kecuali,

maka hal tersebut bertentangan dengan syariat Islam, hukum alam, dan hikmah

Allah menciptakan manusia agar berkembang biak dan dapat memanfaatkan

karunia Allah untuk kesejahteraan hidupnya.

Dapat penulis simpulkan bahwa keluarga berencana dapat diartikan sebagai

suatu usaha yang mengatur banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga

berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak

akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.

Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang kehamilan

merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar

dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.

Macam-macam jenis KB antara lain, yaitu :

a.  Pil KB atau kontrasepsi

Pil KB atau kontrasepsi oral berisi bentuk sintetis dua hormon yang

diproduksi secara alami dalam tubuh: estrogen dan progesteron. Kedua hormon

2

Page 3: Islam dan keluarga berencana

tersebut mengatur siklus menstruasi wanita. Pil KB bekerja dengan dua cara.

Pertama, menghentikan ovulasi (mencegah ovarium mengeluarkan sel telur).

Kedua, mengentalkan cairan (mucus) serviks sehingga menghambat pergerakan

sperma ke rahim.

b.   Diafragma

Diafragma adalah topi karet lunak yang dipakai di dalam vagina untuk

menutupi leher rahim (pintu masuk ke rahim). Fungsinya adalah mencegah

sperma memasuki rahim. Agar diafragma bekerja dengan benar, penempatan

diafragma harus tepat.

c.   Susuk (Implan)

Susuk KB adalah batang kecil berisi hormon yang ditempatkan di bawah

kulit di bagian lengan wanita. Batang itu terbuat dari plastik lentur dan hanya

seukuran korek api. Susuk KB terus-menerus melepaskan sejumlah kecil hormon

seperti pada pil KB selama tiga tahun. Selama jangka waktu itu Anda tidak perlu

memikirkan kontrasepsi. Bila Anda menginginkan anak, susuk KB dapat dicopot

kapan pun dan Anda pun akan kembali subur setelah satu bulan.

d.  Kontrasepsi suntik

Kontrasepsi suntik atau injeksi adalah suntikan hormon yang mencegah

kehamilan. Setiap tiga bulan sekali Anda mendapatkan suntikan baru. Selama

periode tersebut, menstruasi Anda normal.

e.   AKDR (IUD)

ADKR (alat kontrasepsi dalam rahim/Intrauterine divice) atau dalam

bahasa populernya disebut spiral adalah alat kontrasepsi kecil yang ditempatkan

dalam rahim wanita. Ada dua jenis AKDR: AKDR tembaga yang terbuat dari

plastik kecil dengan tembaga meliliti batangnya dan AKDR progestogen yang

berbentuk T kecil dengan silinder berisi progestogen di sekeliling batangnya.

f.    Sterilisasi

Sterilisasi adalah kontrasepsi yang paling efektif. Pada sterilisasi pria

(vasektomi), vas deferens ditutup sehingga tidak ada sperma yang keluar,

meskipun tetap ejakulasi. Pada sterilisasi wanita (tubektomi), saluran tuba falopi

ditutup sehingga sel telur tidak keluar.

3

Page 4: Islam dan keluarga berencana

B.    Pandangan Islam tentang Keluarga Berencana

Ber-KB dalam pengertian untuk mencegah kehamilan akibat hubungan

badan suami-istri dikenal sejak masa Nabi yaitu dengan perbuatan ‘azal yang

sekarang dikenal dengan coitus-interuptus, yaitu jimak terputus, yaitu melakukan

ejakulasi (inzal al-mani) diluar vagina (Faraj) sehingga sperma tidak bertemu

dengan indung telur isteri. Dengan demikian tidak mungkin terjadi kehamilan

karena indung telur tidak dapat dibuahi sperma suami.

Diriwayatkan dari Jabir bahwasannya ada seorang yang datang menghadap

Rasulullah SAW., lalu ia berkata: “ Sesungguhnya aku mempunyai seorang jariah,

yang menjadi pembantu kami, pelayan minum kami, sedang aku sendiri

menggaulinya, akan tetapi aku kawatir dia hamil”. Maka Rasulullah

memerintahkan “Lakukan ‘azl jika engkau menghendaki dengan begitu hanya

akan masuk sekedarnya”. Atas dasar itu orang tersebut melakukan ‘azal.

Kemudian Rasulullah mendatanginya, dan orang itu berkata bahwa jariah itu

hamil. Maka Rasulullah SAW., menjawab: “Aku telah beritahu kamu

bahwasannya sperma akan masuk sekadarnya (kerahimnya) dan akan membuahi”

Hadits di atas meruapakan hadits taqriri yang menunjukkan bahwa

perbuatan ‘azal yang dilakukan dalam upaya menghindari kehamilan dapat

dibenarkan (tidak ada larangan). Jika ‘azal  dilarang pasti ditegaskan dalam ayat-

ayat al-Qur’an yang masih turun pada waktu itu atau sekedar ikhtiar manusia

untuk menghindari kehamilan, sedangkan kepastiannya di tangan Tuhan.

Demikian Pula alat-alat kontrasepsi atau cara-cara lainnya, tidak dapat menjamin

sepenuhnya berhasil.

Secara esensial dan sarih, hadits di atas dapat dijadikan hukum (nash)

tentang dibolehkannya ber-KB menurut hukum Islam, sekaligus sebagai dalil

untuk mengqiyaskan penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom dan sejenisnya.

Ditinjau dari segi tujuannya, KB memilki dua tujuan antara lain :

a.     النسل Tahdidun nasl / membatasi kelahiran تحديد

Jelas hukumnya terlarang karena bertentangan ajaran Islam. Baik dengan

alasan tidak bisa mencari rezeki ataupun susah dan tidak mau repot mengurus

anak. Allah Ta’ala berfirman,

4

Page 5: Islam dan keluarga berencana

نفيرا أكثر وجعلناكمDan Kami jadikan kelompok yang lebih besar. [Al-Isra’: 6]

Dan jumlah yang banyak adalah karunia semua kaum. Kaum Nabi Syu’aib

‘alaihissalam diperingati tentang karunia mereka,

فكثركم قليال كنتم إذ واذكرواDan ingatlah di waktu dahulunya kamu berjumlah sedikit, lalu Allah

memperbanyak jumlah kamu. [Al-A’raf: 86]

بالباءة يأمر وسلم عليه الله صلى الله رسول كان قال مالك أنسبن عن

مكاثر فإني الولود الودود جوا تزو ويقول شديدا نهيا التبتل عن وينهى

القيامة يوم األنبياءAnas bin Malik berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam

memerintahkan untuk menikah dan melarang keras untuk membujang dan

berkata, “Nikahilah wanita yang sangat penyayang dan yang mudah beranak

banyak karena aku akan berbangga dengan kalian dihadapan para nabi pada

hari kiamat ”

b.      النسل tandzimun nasl/mengatur jarak kelahiran تنظيم

Hal ini boleh jika dengan alasan kesehatan dan berdasarkan saran dari

dokter yang terpercaya, karena jika sudah jelas berdasarkan fakta dan penelitian

bahwa itu berbahaya maka tidak boleh dilakukan. Allah Ta’ala berfirman,

المحسنين يحب الله إن وأحسنوا التهلكة إلى بأيديكم تلقوا وال“Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat

baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”

[Al-Baqarah: 195]

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa jika KB bertujuan untuk membatasi

keturunan tanpa ada alasan yang dibenarkan, maka tidak dibenarkan menurut

syariat Islam. Oleh karena itu niat untuk menggunakan alat kontrasepsi KB harus

terlebih dahulu diluruskan. KB bukan untuk membatasi kelahiran tetapi dititik

beratkan kepada perencanaan, pengaturan dan pertanggungjawaban orang

terhadap anggota-anggota keluarganya. Dengan demikian, hukum menggunakan

alat kontrasepsi KB dibolehkan. Hal ini didasarkan kepada firman Allah Swt:

5

Page 6: Islam dan keluarga berencana

وليقولوا الله فليتقوا عليهم خافوا ضعافا ذرية خلفهم من تركوا لو الذين وليخش

سديدا قوال

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya

meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir

terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa

kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS.

Al-Nisa:9)

Hukum asal menggunakan alat kontrasepsi KB adalah mubah, karena tidak

ada nash sharih yang melarang ataupun memerintahkannya. Hal ini diisyaratkan

dalam sebuah kaidah :

“Pada dasarnya segala sesuatu/perbuatan itu boleh, kecuali ada dalil yang

menunjukkan keharamannya.”

Menurut Masjfuk Zuhdi bahwa hukum menggunakan alat kontrasepsi bisa

berubah dari mubah (boleh) menjadi sunnah, wajib, makruh atau haram.

Perubahan tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi individu muslim yang

bersangkutan dan juga memperhatikan perubahan zaman, tempat dan keadaan

masyarakat/negara. Hal ini sesuai dengan kaidah hukum Islam:

“Hukum-hukum itu bisa berubah sesuai dengan perubahan zaman, tempat

dan keadaan.”

Hukum mubah jika seseorang menggunakan alat kontrasepsi KB dengan

motivasi yang bersifat pribadi, seperti menjarangkan kehamilan/kelahiran, atau

untuk menjaga kesehatan/kesegaran dan kelangsingan badan si ibu, tetapi jika ber-

KB disamping punya motivasi pribadi juga motivasi yang bersifat kolektif dan

nasional seperti kesejahteraan masyarakat/negara, maka hukumnya bisa sunah

atau wajib, tergantung pada keadaan masyarakat dan negara, misalnya kepadatan

penduduk, sehingga tidak mampu mendukung kebutuhan hidup penduduknya

secara normal.

Hukum KB bisa makruh jika pasangan suami isteri tidak menghendaki

kehamilan si isteri, padahal suami tersebut tidak ada hambatan/kelainan untuk

mempunyai keturunan. Bahkan hukum ber-KB juga bisa haram jika melaksanakan

6

Page 7: Islam dan keluarga berencana

KB dengan cara yang bertentangan dengan norma agama. Misalnya dengan cara

vasektomi atau tubektomi (sterilisasi).

Hukum KB Menurut Al-Qur’an dan Hadits

Sebenarnya dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ada nas yang shoreh yang

melarang atau memerintahkan KB secara eksplisit, karena hukum ber-KB harus

dikembalikan kepada kaidah hukum Islam, yaitu:

تحريمها على الدليل على يدل حتى االباحة األشياء فى صل االTetapi dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang berindikasi tentang

diperbolehkannya mengikuti program KB, yakni karena hal-hal berikut:

a.       Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai

dengan firman Allah:

البقرة ( : التهلكة إلى بأيديكم تلقوا )195وال

“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.

b.      Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini

sesuai dengan hadits Nabi:

كفرا تكون أن الفقر كادا“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.

c.       Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran

anak terlalu dekat sebagai mana hadits Nabi:

ضرار وال ضرر وال“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.

Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dalil pembenaran ber-KB

antara lain adalah sebagai berikut:

a.       Firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat 9

“ Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap

(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah

dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar ”.

7

Page 8: Islam dan keluarga berencana

Ayat ini memberi petunjuk kepada kita bahwa Allah mengehendaki jangan

sampai kita meninggalkan keturunan yang kalau kita sudah meninggalkan dunia

fana ini, menjadi umat dan bangsa yang lemah. Karena itu, kita harus bertaqwa

kepada Allah dan menyesuaikan perbuatan kita dengan ucapan yang telah kita

ikrarkan. Kita telah ikrar bahwa kita akan membangun masyarakat dan negara

dalam segala bidang materiil dan spiritual untuk mewujudkan suatu masyarakat

yang dalil dan makmur yang diridai oleh Allah SWT. dan salah satunya untuk

mencapai tujuan pembangunan itu adalah dengan melaksanakan KB.

b.       Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 233:

Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,

yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi

makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak

dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu

menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan

warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua

tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa

atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang

patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha

melihat apa yang kamu kerjakan.

c.       Firman Allah dalam Surat Luqman ayat 14:

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-

bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-

tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada

dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.

d.      Firman Allah dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15:

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang

ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya

dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga

puluh bulan, sehingga apabila dia Telah dewasa dan umurnya sampai empat

puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah Aku untuk mensyukuri nikmat

8

Page 9: Islam dan keluarga berencana

Engkau yang Telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan

supaya Aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan

kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya Aku

bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang

berserah diri".

Ayat-ayat tersebut di atas memberi petunjuk kepada kita bahwa kita perlu

melaksanakan perencanaan keluarga atas dasar mencapai keseimbangan antara

mendapatkan keturunan dengan :

a. Terpelihara kesehatan ibu anak, terjaminnya keselamatan jiwa ibu karena

beban jasmani dan rohani selama hamil, melahirkan, menyususi, dan

memelihara anak serta timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diinginkan

dalam keluarga.

b. Terpeliharanya kesehatan jiwa, kesehatan jasmani dan rohani anak serta

tersedianya pendidikan bagi anak.

c. Terjaminnya keselamatan agama orang tua yang dibebani kewajiban

mencukupkan kebutuhan hidup keluarga.

KB Menurut Pandangan Para Ulama’

1.      Ulama’ yang memperbolehkan KB

a.       Imam Ghazali

KB dibolehkan dengan motif yang dibenarkan, seperti: untuk menjaga

kesehatan si ibu, untuk menghindari kesulitan hidup, karena banyak anak dan

untuk menjaga kecantikan si ibu.

b.      Jumhur fuqaha dari mazhab Hanafi

Berpendapat bahwa melakukan pencegahan kehamilan (Al –Azl) terhadap

istri di perbolehkan. Namun imam hanafi terdahulu mensyaratkan harus dengan

seizin istri.

c.       Jumhur ulama Mazhab Maliki

Berpendapat boleh melakukan ( Al –Azl ) untuk mencegah kehamilan

dengan syarat mendapatkan izin dari istri.

d.      Syekh al-Hariri (Mufti besar Mesir).

9

Page 10: Islam dan keluarga berencana

Sama halnya dengan Imam Ghazali, Syekh al-Hariri juga memberikan

alasan-alasan dibolehkan KB, yaitu : untuk menjarangkan anak, untuk

menghindari suatu penyakit bila ia mengandung, untuk menghindari

kemudharatan bila ia mengandung dan melahirkan dapat membawa kematiannya,

untuk menjaga kesehatan si ibu, karena setiap hamil selalu menderita suatu

penyakit dan untuk menghindari anak dari cacat fisik bila suami atau isteri

mengidap penyakit kotor.

e.       Syekh Mahmud Syaltut

Dibolehkan KB dengan motif bukan pembatasan kelahiran tetapi untuk

mengatur kelahiran.

f.       Imam Al – Haramain

Mengatakan bahwa jika seorang suami melakukan pencegahan kehamilan

dengan tujuan karena enggan dan tidak mau memiliki anak, maka hukumnya

adalah haram. Namun jika melakukannya bukan dengan tujuan tersebut maka

hukumnya menjadi tidak haram.

g.      Imam Syibra Malisi

Beliau membedakan antara yang mencegah kehamilan secara total dan yang

mencegahnya secara kontemporer saja. Dimana yang pertama (permanen)

dihukumi haram, sedangkan yang kedua (kontemporer) mubāh. Sama halnya

dengan ‘azal yang hukumnya mubah.

2.      Ulama’ yang tidak memperbolehkan KB

a.       Abu A’la al-Maududi

Abu A’la al-Maududi adalah salah seorang ulama yang menentang pendapat

orang yang membolehkan KB. Karena pada hakikatnya KB adalah untuk

menghindari dari ketentuan kehamilan dan kelahiran seorang anak manusia.

Larangan ini didasarkan kepada firman Allah Swt: نحن إمالق من أوالدكم تقتلوا وال

وإياهم dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut ...“ نرزقكم

kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.... “(QS.

al-An’am:151).

Ayat ini dikuatkan dengan firman Allah yang lain:

10

Page 11: Islam dan keluarga berencana

كان قتلهم إن وإياكم نرزقهم نحن إمالق خشية أوالدكم تقتلوا وال

كبيرا خطأ

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.

Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu.

Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. al-

Israa:31)

b.      Ibrahim al-Bajuri

Haram menggunakan alat kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan

secara permanen. Adapaun alat kontrasepsi yang bersifat temporer (sementara)

maka hukumnya boleh tetapi makruh.

c.       Syaikh ‘Izzuddin bin Abdussalam

Pernah menjawab sebuah pertanyaan mengenai hukum penggunaan obat

untuk mencegah kehamilan, yaitu tidak boleh dan haram hukumnya.

Meskipun ada berbagai perbedaan pendapat mengenai hukum KB, namun

dapat disimpulkan bahwa hukum KB dalam Islam adalah mubah, selama motif

pelaksanaannya tepat, seperti untuk menjaga kesehatan si ibu, untuk menghindari

kesulitan hidup, karena banyak anak dan untuk menjaga kecantikan si ibu, untuk

menghindari suatu penyakit bila ia mengandung, untuk menghindari

kemudharatan bila ia mengandung dan melahirkan dapat membawa kematiannya,

atau yang lainnya.

11

Page 12: Islam dan keluarga berencana

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga berencana dapat diartikan sebagai suatu usaha yang mengatur

banyaknya kehamilan sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi,

ayah serta keluarganya yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian

sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut.

Macam-macam jenis KB antara lain, yaitu : Pil KB atau kontrasepsi,

diafragma, susuk (Implan), kontrasepsi suntik, AKDR (IUD), sterilisasi, dan

lainnya.

Meskipun ada berbagai perbedaan pendapat mengenai hukum KB, namun

dapat disimpulkan bahwa hukum KB dalam Islam adalah mubah, selama motif

pelaksanaannya tepat, seperti untuk menjaga kesehatan si ibu, untuk menghindari

kesulitan hidup, karena banyak anak dan untuk menjaga kecantikan si ibu, untuk

menghindari suatu penyakit bila ia mengandung, untuk menghindari

kemudharatan bila ia mengandung dan melahirkan dapat membawa kematiannya,

atau yang lainnya.

12

Page 13: Islam dan keluarga berencana

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Umran, Islam dan KB, Jakarta: PT Lentera Basritama.1997

Ahmad Ramli, Memelihara Kesehatan dalam Hukum Islam, Jakarta: Balai

Pustaka, 1996

Chuzainah, T Yanggo & H. A. Hafiz Anshary A.Z, Problematika Hukum Islam

Kontemporer, PT Pustaka Firdaus, Jakarta, 1994

Dr. Thariq At – Thawari “ KB cara islam “.Aqwam Jembatan Ilmu.

Drs. Musthafa Kamal, Fiqih Islam, Citra Karsa Mandiri, Yogyakarta, 2002

HR Ibnu Hibban 9/338, Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ no 1784

Mahjuddin, M.PdI, Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus yang dihadapi Hukum

Islam masa Kini, Kalam Mulia, Jakarta:2005.

Mohsin Ebrahim, Abul Fadl. (1997). Aborsi, Kontrasepsi dan Mengatasi

Kemandulan. Bandung: Mizan.

Imam Ramli, Nihāyatul Muhtāj ila syarhi al-minhāj, Jld VIII, Bairut : Dar al-

kutub al-‘ilmiyah, 2003

Ibrahim al-Bajurῑ, Hasyiyah al-Bajurῑ, Jld.II (Indonesia: Haramain, tt ), hal. 92

13