ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

101
ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh Ahmad Syafiq NIM: 1111032100007 JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H./2016 M.

Transcript of ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

Page 1: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh

Ahmad Syafiq

NIM: 1111032100007

JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H./2016 M.

Page 2: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi
Page 3: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi
Page 4: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi
Page 5: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

ii

ABSTRAK

Ahmad Syafiq, Islam Dalam Pandangan Olaf Herbert Schumann

Olaf Herbert Schumann adalah seorang Islamolog dari Jerman, sejak

kuliah semester 9 di Hamburg ia telah tertarik untuk mendalami agama-agama

lain salah satunya adalah agama Islam, setelah menyelesaikan kuliah di

Universitas Kiel, Tubingen, ia kemudian melanjutkan studinya di Kairo dari

sisnilah ia mulai mendalami agama Islam, dengan kegigihannya mempelajari

bahasa Arab iapun mampu mempelajari beberapa buku dengan literatur bahasa

Arab, hingga setelah menyelesaikan studinya ia menjadi Dosen bahasa Jeman di

Universitas Asiut Kairo, dan menjadi dosen terbang di beberapa Universitas Asia.

Menurut Schumann din Al-Islam adalah suatu agama yang mempunyai

kemiripan dalam konsep ketuhanan dengan Yahudi dan Krsiten, yaitu menyembah

Allah. Kata Islam adalah bahasa Arab yang berasal dari kata salam dan

mempunyai makna penyerahan diri untuk mendapatkan kedamaian, makna kata

Islam masih sama dengan kata aslinya yaitu umat Islam menyerahkan diri kepada

Allah dengan mentaati aturannya maka Allah membalas dengan memberikan

kedamaian serta perlindungan. Menurut Schuamnn kata din mempunyai makna

tertutup untuk suatu agama, namun Nabi Muhammad juga mengakui bahwa kata

din bukan hanya Islam tetapi juga untuk Yahudi dan Kristen, seperti yang dikatan

oleh Nabi Muhammad dalam Perjanjian Madinah kepada kaum Yahudi din

mereka. Menurut Schumann dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa, banyak nabi-

nabi sebelum Muhammad diutus oleh Allah untuk menuntun umat dengan

mendirikan komunitas agama masing-masing, oleh karena itu banyaknya agama

yang ada hampir sama banyaknya dengan nabi-nabi.

Setelah membahas kandungan ayat Al-Qur’an yang menerangkan agama-

agama serta nabi-nabi sebelum adanya Islam, kemudian ia menjelskan pemikiran

Nabi Muhammad tentang Perjanjian Madinah, ia menjelaskan bahwa Nabi

Muhammad adalah manusia yang mempunyai pemikiran sangat maju, hingga

konsep Perjanjian Madinah sering menjadi acuan oleh para pemikir Islam

Modern, dan ciri masyarakat modern adalah masyarakat majemuk yang identik

hidup bersama dalam perbedaan tanpa ada yang ditinggikan dan direndahkan,

Perjanjian Madinah adalah contoh Nabi Muhammad untuk umatnya bisa hidup

bersama dengan agama lain. Sebaliknya ia menjelaskan bahwa kekerasan yang

terjadi dalam setiap agama khususnya agama Islam pada hakikatnya bukan ajaran

dari agama itu sendiri, melainkan agama telah menjadi alat politik, karena agama

dan kekerasan sama sekali tidak ada hubungannya.

Page 6: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabb al-alamin, Segala puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian seru alam, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu tugas suci

dalam pengembangan keilmuan penulis.

Salawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabatnya yang telah memperkenalkan kita dinul Islam

sehingga terpancar cahaya-cahaya kebenaran yang mengantarkan manusia untuk

meneladani akhlaknya sehingga menjadi insan kamil.

Penulis sadar karya ini terjadi berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karenanya segala bantuan secara materi maupun moril penulis ucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Ismatu Ropi, selaku pembimbing skripsi ini dengan kesabaran dan

kesungguhan hati dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Hamid Nasuhi, selaku penasihat akademik yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam proses penulisan.

3. Bapak Media Zainul Bahri, selaku ketua Jurusan Perbandingan Agama, yang

telah membantu penulis dalam memberikan pengarahan dan bimbingan dalam

proses penulisan proposal skripsi ini.

Page 7: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

iv

4. Ibu Halimah dan Bapak Hakim, selaku Sekertaris dan Staf Jurusan yang telah

banyak membantu mengurusi korespondensi hingga penulis dapat melakukan

Munaqosah.

5. Bapak Prof. Dr. Masri Mansur, selaku dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Segenap jajaran Dosen dan guru besar Perbandingan Agama, Ibu Siti Nadroh,

M.A., Ibu Dra. Hermawati, M.A., Bapak Prof. Dr. Kutsar Azhari Noer, Bapak

Prof. Dr. Ridhwan Lubis, Bapak Drs. M. Nuh Hasan, M. A., Bapak Prof. Dr.

Amin Nurdin, dan lain-lain, yang senantiasa memberikan ilmu serta

wejangan yang tiada tara manfaatnya.

8. Staf dan karyawan perpustakaan Fakultas Ushuluddin, dan perpustakaan

utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Atmajaya, yang banyak

membantu dalam menyediakan referensi yang dibutuhkan penulis.

9. Keluarga penulis Bapak Muslimin dan Ibu Marfuah, yang telah membiayai

dan menyanyangi penulis sehingga sampai pada penyelesaian tugas akhir ini.

10. Sahabat penulis, Diana Puspasari dan Fahmi Zilfiqri atas segala bantuan dan

informasi yang sudah kalian berikan, terima kasih atas segala masukan dan

bimbingan yang senantiasa kamu berikan.

Page 8: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

v

11. Teman-teman seperjuangan PA 2011, yang memberikan keceriaan dan

kebahagiaan selama menimba ilmu di jurusan Perbandingan Agama.

12. Teman-teman KKN “BIMA SAKTI” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

banyak memberikan pelajaran berharga tentang makna hidup.

13. Teman-teman Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) cabang ciputat yang

telah banyak memberikan wawasan tentang keorganisasian serta keilmuan.

14. Teman teman Forum Silaturahmi Santri Darunnajat (FOSILSADAR)

terutama Ust Zainal Arifin yang telah memberikan ilmu keislaman serta

nasihat-nasihat yang insyaAllah bermanfaat bagi penulis.

Penulis menyadari dalam karya skripsi ini masih banyak kekurangan dan

masih jauh dari kesempurnaan. Kekurangan tersebut adalah hal yang wajar karena

penulis hanyalah insan biasa yang tidak lepas dari salah dan lupa. Hanya saran

dan kritikan yang bersifat konstruktif dari pembaca yang penulis harapkan.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya

dan bagi penulis khususnya.

Amien.......

Ciputat, 25 April 2016

Penulis

Page 9: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan transliterasi ini mengikuti buku Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh Center for Quality

Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.

Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا

Tidak dilambangkan

b be ب

T te ت

ts te dan es ث

J ˋje ج

h dengan garis bawah ح

Kh ka dan ha خ

D de د

Dz de dan zet ذ

R Er ر

Z zet ز

S Es س

sy es dan ye ش

es dengan garis di bawah ص

de dengan garis di bawah ض

te dengan garis di bawah ط

zet dengan garis di bawah ظ

koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع

gh ge dan ha غ

f Ef ف

q Ki ق

k Ka ك

Page 10: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

vii

L el ل

m em م

n En ن

w We و

h Ha هـ

apostrof ˋ ء

y Ye ي

Page 11: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ i

ABSTRAK ................................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................................ vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 8

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................ 9

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 9

E. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 10

F. Metodologi Penelitian ............................................................................. 10

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11

BAB II MENGENAL LEBIH DEKAT OLAF HERBERT SCHUMANN

A. Riwayat Hidup Olaf Herbert Schumann ................................................. 13

B. Karir Akademik ...................................................................................... 13

C. Menjadi Pendeta dan Guru Besar ........................................................... 14

D. Pemikiran ................................................................................................ 15

BAB III ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN

A. Konsep Ketuhanan dalam Islam ............................................................. 20

B. Tasawuf Islam ......................................................................................... 28

C. Hukum Islam ........................................................................................... 38

D. Perkembangan Islam Kontemporer ........................................................ 43

Page 12: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

ix

1. Islam dan Pluralisme ........................................................................... 43

2. Islam dan Radikalisme ........................................................................ 47

BAB IV ISLAM DI INDONESIA MENURUT OLAF HERBERT

SCHUMANN

A. Islam di Indonesia ................................................................................... 55

1. Agama Islam di Sumatra dan Tanah Melayu ...................................... 57

2. Agama Islam di Jawa .......................................................................... 59

3. Agama Islam di Sulawesi .................................................................... 61

4. Agama Islam di Kalimantan ................................................................ 65

B. Misi dan Evangelisasi ............................................................................. 68

C. Organisasi Islam di Indonesia ................................................................. 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 84

B. Saran ....................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 86

Page 13: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai agama Kristen,1 terdapat banyak hal yang

dipertanyakan terutama kurang pahamnya orang Islam tentang ajaran-ajaran

Kristen yang sebenarnya. Oleh karena itu, ada semacam tuduhan yang

menyudutkan ajaran Kristen sehingga lama-kelamaan terjadilah salah paham.

Berangkat dari pengalaman yang terdahulu bahwa tiga agama yaitu (Yahudi,

Kristen dan Islam) masing-masing mempunyai argumen kebenaran sesuai dengan

apa yang dibawa oleh nabi-nabi. Di samping itu, pandangan orang Islam

mengenai agama Kristen itu sendiri pada dasarnya juga kurang objektif.

Permasalahan yang sering terjadi yaitu ketika Al-Qur‟an diposisikan sebagai

pengoreksi agama Kristen, misalnya pandangan mengenai ketuhanan Kristen yang

selama ini dianggap telah banyak menyimpang dari ajaran terdahulunya. Sehingga

ada kesan bahwa ajaran Kristen sudah tidak benar lagi.2

Tendensi semacam ini sebenarnya lebih dikarenakan oleh adanya faktor

ketidaktahuan orang Islam mengenai agama Kristen yang sebenarnya, sehingga

mereka lebih banyak menyalahkan daripada membenarkan. Menurut Waryono

1Kata Kristen berasal dari kata Kristus, gelar kehormatan bagi Yesus dari Nazareth.

Kristus berasal dari bahasa Yunani (Khristos) yang berarti yang diurapi. Selain itu, agama ini

dinamakan juga agama Masehi, yang artinya sama dengan yang berasal dari bahasa Yunani. Nama

ini sama dengan yang diberikan Al-Qur‟an terhadap pembawa agama ini, yaitu al-Masih Isa ibn

Maryam (QS. 3:45, 4:157, 171, 172, 5: 17, 72, 75, 9: 30-31). Berdasarkan ini, pengikut agama

tersebut dinamakan an-Nashara (QS. 2: 72, 111, 113, 120, 135, 140, 5: 14, 18, 54, 69, 82, 9: 20,

22: 17). Maka, Agama Kristen sering disebut juga Agama Nasrani. Waryono, “Beberapa Problem

Teologis Antara Islam dan Kristen”, Yayasan Al-Hasanain, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2011) Vol. 1, h. 98. 2Waryono, “Beberapa Problem Teologis,” h. 98.

Page 14: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

2

agama yang sudah menyejarah mempunyai watak menyimpang, termasuk Krsiten

dan Islam.3

Selain itu nilai-nilai kemanusiaan juga terdapat dalam agama Islam,4 fakta

itu diperkuat oleh ajaran Nabi Muhammad tentang penghormatan terhadap hak-

hak manusia seperti larangan untuk mengganggu orang yang berbeda agama dan

menumpahkan darah. Islam tidak pernah mengajarkan terhadap umatnya untuk

berbuat jahat meskipun terhadap musuh sekalipun. Salah satu ajaran Islam yang

dicontohkan oleh Nabi Muhammad terkait penghormatan terhadap hak-hak kaum

non Muslim adalah adanya Piagam Madinah.5 Ketika Nabi Muhammad masih

hidup, peristiwa Piagam Madinah merupakan sebuah fakta yang harus dijalani

oleh semua pemeluk agama. Kondisi semacam itu berlangsung dengan damai

tanpa ada permusuhan. Tapi jika melihat realitas sekarang berbeda dengan kondisi

pada masa Nabi Muhammad masih hidup. Di zaman sekarang ini banyak

pemahaman yang kurang tepat terkait ajaran Islam yang sebenarnya, hal itu

3Waryono, “Beberapa Problem Teologis,” h. 99.

4Islam (Arab.‟penyerahan‟ kepada kehendak Allah). Agama yang mengakui Muhammad

(570-632) sebagai nabi Allah yang terakhir dalam garis yang berawal dari Abraham dan berlanjut

melalui Yesus. Muhammad mencela orang-orang Yahudi yang tidak mau menerima Yesus dan

mencela orang-orang Kristen karena jatuh kedalam Politeisme dengan ajaran mengenai Tritunggal.

Monoteisme mutlak dalam Islam menolak bahwa Allah mempunyai Putra. Yesus dihormati

sebagai Nabi; kematiannya di tiang salib ditolak dan dianggap hanya tampaknya demikian.

Dilarang secara mutlak untuk mempersentasikan Allah dalam gambar-gambar. Kesenian Islam

pada umumnya tidak menggambar manusia, karena manusia diciptakan menurut gambar Allah.

Orang Islam percaya bahwa Muhammad menerima pewahyuan yang selanjutnya dituliskan dalam

Qur’an, yang memuat beberapa tradisi PL dan PB. Gerald O‟ Collins, SJ & Edward G. Farrugia

SJ, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius anggota IKAPI 1991), h. 121. 5Piagam Madinah adalah suatu inisiatif dan usaha Nabi Muhammad mengorganisir dan

mempersatukan pengikutnya dan golongan lain di Madinah, upaya ini dilakukan agar masyarakat

Madinah menjadi masayarakat yang teratur, berdiri sendiri, dan beradulat yang akhirnya menjadi

suatu negara dibawah pimpinan Ia sendiri. Suyuthi Pulungan, Prinsip pinsip Pemerintahan dalam

Piagam Madinah Ditinjau dari Pandangan Al-Qur’an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994),

h. 5.

Page 15: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

3

diperkuat dengan adanya fakta mengenai kekerasan dengan mengatasnamakan

agama.

Olaf Herbert Schumann ialah seorang Islamolog dari Jerman, ia

menjelaskan bahwa Islam dikenal sebagai agama yang memiliki spiritualitas dan

tasawuf yang mendalam tentang Allah. Dalam agama Islam nama Allah

ditasbihkan dengan penyebutan sembilan puluh sembilan nama (al-asma al-

husna). Nama-nama Allah ini disebut sesuai dengan sifatnya, kemudian nama-

nama itu dihafal dan ditasbihkan dalam meditasi umat Islam.6

Lebih lanjut Schumann menjelaskan bahwa Muhammad menerangkan

tentang Tuhan Allah yang ia sembah berbeda dengan Tuhan atau Dewa yang lain.

Demi membedakan Tuhan Allah dengan Tuhan atau Dewa dalam agama lain,

cukuplah Dia disebut sebagai Allah yang tunggal, karena menurut Muhammad

ketika Allah itu disebut dengan nama-nama lain, hal itu menimbulkan asumsi

bahwa makna Tuhan dalam setiap agama yang berbeda adalah sama, hanya saja

berbeda penyebutannya.7

Setelah menjelaskan tentang Tuhan Allah dalam pandangan Muhammad,

lalu Schumann menjelaskan tentang hakikat agama, yaitu agama pada dasarnya

mengajarkan kebaikan hanya saja persepsi manusia yang kurang tepat dalam

memahami agama. Sehingga pemahaman konsep tentang Allah juga lebih

subyektif dan berasumsi keyakinannya yang paling benar, seperti kejadian Islam

di masa sekarang yang menimbulkan argumen hanya Islamlah yang berhak

6Schumann, Pendekatan Pada Ilmu Agama-Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), h.

292. 7Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 296.

Page 16: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

4

menyebut Tuhannya dengan nama Allah, dan agama lain ketika menyebut

Tuhannya dengan nama Allah tidaklah tepat.8

Menurut Schumann, ulama Muslim berpendapat bahwa Tuhan yang

disembah dalam agama lain berbeda dengan Tuhan Allah yang mereka yakini.

Perbedaan itu nampak ketika dalam ajaran Kristen, Tuhan dianggap mempunyai

tiga pribadi yaitu Bapa, Roh Kudus, dan Anak. Suatu ajaran yang sulit dimengerti

oleh Islam, karena konsep ajaran dalam Islam Allah adalah Esa, akibat dari

perbedaan ini orang Islam melarang orang Kristen menyebut Tuhannya dengan

nama Allah.9 Polemik ini terjadi di Malaysia pada tahun 1980, hingga pada tahun

1982 pemerintah Federal menyetujui pelarangan baik lisan maupun tertulis

terhadap umat Kristen di Malaysia untuk meyebut Tuhannya dengan nama

Allah.10

Dari polemik Islam dan Kristen Schumann lalu menjelaskan tentang kata

Allah: “Allah adalah kata dalam bentuk tunggal: Dewa itu. Apabila bentuk jamak

hendak dibuat, pertama-tama kata Allah harus dikembalikan kepada asalnya,

yakni al-ilah. Dari kata ini bisa juga dibentuk jamaknya yang berbunyi aliha

(dewa-dewa), sebuah bentuk jamak yang tidak teratur” atau” jam‟ mukassar”.

Apabila kata itu ditentukan, ia menjadi (al aliha, dewa dewa itu).

Menyebutkannya sebagai “allah-allah” sebagaimana ia juga pernah dibuat dalam

terjemahan Al-Kitab bahasa Indonesia berarti mengingkari makna kata Allah itu

sendiri, yang dalam bentuk tersebut hanya dapat digunakan dalam bentuk tunggal

yang ditentukan oleh alif-lam. Kalau ia ditentukan oleh kata lain, misalnya suatu

mudhaf ilaihi, ia kembali menjadi „ilah”‟ ilah ibrahim.”11

Menurut Schumann, sejak zaman pra Islam kata Allah sebenarnya sudah

digunakan dalam agama lain seperti dalam bangsa Arab. Kata Allah ini

dilambangkan untuk Dewa yang maha agung. Karena keagungannya, Dewa ini

8Schumann, Menghadapi Tantangan Memperjuangkan Kerukunan (Jakarta: BPK Gunung

Mulia 2014), h. 296. 9Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 296.

10Yongky Karman, “Problem Terjemahan Nama Tuhan dalam Alkitab,” Jurnal Teologi dan

Pelayanan V, no 7/1 (April 2006): h. 1. 11

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 297.

Page 17: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

5

tak pernah ikut campur dalam mengatur bangsa Arab saat itu, namun masyarakat

Arab percaya bahwa Dewa ini memantau kehidupan masyarakat Arab dari

kejauhan, dan Dewa inipun dipuja dan dipercaya sebagai pelindung orang-orang

Musafir.12

Menurut Schumann, siapa saja yang mengkaji konsep ketuhanan dalam

Islam yang termaktub dalam Al-Qur‟an akan menemukan kemiripan dengan

konsep ketuhanan dalam agama Kristen.13

Dalam agama Islam ajaran tentang

Tuhan telah banyak diterangkan dalam kitab Al-Qur‟an mengenai agama

terdahulu, yang menceritakan kisah nabi mencari Tuhan hingga memberikan

kabar tentang ajaran dari Tuhan.14

Setelah Schumann menjelaskan tentang agama Islam, kemudian ia

menjelaskan Islam dan Pluralitas. Menurut Schumann Islam pernah berada di

tempat yang majemuk, yaitu di Madinah kaum Muslimin hidup berdampingan

dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani, dan telah dicetuskan perjanjian Madinah

yang secara garis besar perjanjian itu untuk semua yang hidup di Madinah agar

hidup rukun dalam kehidupan yang majemuk.15

Dijelaskan oleh Nurcholish

Madjid seorang pemikir dari Indonesia bahwa Nabi Muhammad adalah sosok

yang sangat toleran terhadap agama lain. Ajaran Islam sangat mengecam sentimen

rasialisme, berikut penjelasan tentang pluralitas agama:

“Baik dalam Al-Qur‟an maupun Hadits, ditegaskan bahwa Islam sangat

membenci kezaliman, dan sebaliknya, mewajibkan pada kita untuk menegakan

keadilan. Bahkan ditegaskan bahwa tindakan adil adalah jalan terdekat untuk

meraih martabat takwa (QS al-Maidah 5:8). Diantara tindakan zalim yang

dikutuk tuhan ialah sikap senang atau benci semata berdasarkan hawa nafsu, yang

salah satu manifestasinya ialah sentimen dan sikap rasialisme. dinyatakan dalam

12

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 297. 13

Schumann, Keluar Dari Benteng Pertahanan (Jakarta: PT Grasindo, 1996), h. 73. 14

Schumann, Sepuluh Ulama Berbicara Isa al-Masih Beserta Ajarannya (Jakarta: PT Elex

Media Komputindo, 2013), h. Xiii. 15

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 172.

Page 18: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

6

Al-Qur‟an bahwa pluralitas etnis, bahasa, dan agama itu merupakan kehendak

dan desain Tuhan (QS al-Maidah5; 48, al-Rum/ 30:22). Siapa yang

mengingkarinya sama halnya dengan mengingkari sunnatullah. Yang dituntut

oleh Tuhan bukannya menciptakan keseragaman dengan cara menafikan atau

memusnahkan etnis, agama, dan budaya yang berbeda dari kita, melainkan

hendaknya masing-masing berpartisipasi berlomba berbuat kebaikan, sehingga

pluralitas itu merupakan aset bagi tumbuhnya sebuah sinergi sosial dalam rangka

menciptakan kehidupan yang lebih beradab dan penuh rahmat.”16

Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa dari segi historis maupun

doktrinnya, Islam digambarkan sebagai agama toleran terhadap agama lain. Hal

itu menjadi tolok ukur dari polemik yang pernah terjadi dalam dunia Islam saat

ini. Sehingga fenomena kekerasan yang mengatasnamakan agama adalah ajaran

yang dikecam. Menurut Amstrong, peperangan yang pernah terjadi di dunia Islam

pada zaman Nabi Muhammad merupakan sebuah pertahanan untuk membela diri

dan melawan ketidakadilan.17

Schumann juga menjelaskan bahwa Muhammad adalah seorang yang

demokratis, hal itu dapat diketahui ketika Muhammad menyelesaikan

permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sosial, Muhammad

menyelesaikannya berunding dengan masyarakat tetapi jika permasalahan itu

berkaitan dengan keagamaan maka beliau yang menentukan dan Al-Qur‟an yang

jadi sumbernya.18

Setelah menjelaskan hubungan Islam dengan pluralitas, Schumann lalu

menjelaskan konsep ketuhanan Kristen dalam pandangan Islam. Menurut

Schumann, Muhammad sebelum menjadi nabi ia telah bertemu orang Kristen di

Makkah, ada kemungkinan Muhammad mengenal orang Kristen dari Syiria, yaitu

Muhammad mengenal orang Kristen awam dan tahu konsep ketuhanan orang

16

New life options: Pluralitas Agama, Kerukunan dalam Keragaman (Jakarta: Kompas

2001), h. 204. 17

Amstrong, Srjarah Tuhan (Bandung: Mizan, 2014), h. 246. 18

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 173.

Page 19: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

7

Kristen khususnya tentang Yesus.19

Kemudian menurut Schumann, setelah

Muhammad hijrah ke Madinah ia lebih mengutamakan memahami Yesus di

banding Ibrahim, karena keadaan di Madinah Muhammad menyaksikan konflik

antara Islam dan Yahudi terjadi besifat politis, tetapi kesulitan antara Islam dan

Kristen bersifat dogmatis. Inti dari peselisihan antara Islam dan Kristen yaitu

tentang Allah dan Trinitas, dan pemahaman itu bertentangan dengan keesaan

Allah.20

Menurut Syahrastani, Nabi Muhammad menolak ajaran trinitas dalam

Kristen, karena ajaran trinitas dianggap menyimpang, hingga Al-Qur‟an

menjelaskan dalam Firman-Nya:

م ي ر م ه ب إح ي س لم ا و ه للا ن إاو ل اق ه ي ذ ل ا ر ف ك د ق ل

“Sesungguhnya kafilrlah orang-orang yang mengatakan bahwasannya Allah

salah satu dari yang tiga”(al-Maidah:73).21

Lebih lanjut Schumann menjelaskan tentang Yesus dalam pandangan

Islam. Diterangkan dalam Al-Qur‟an Nabi Isa adalah putra Maryam bukan lahir

dari Roh Kudus. Kehadiran Isa adalah sebagai utusan Tuhan, dia adalah hamba

Allah (abdullah) yang membawa risalah untuk menuntun manusia menjadi lebih

baik.22

Dijelaskan juga oleh Oddbjorn Leirvik bahawa dalam literatur Islam,

Yesus dianggap sebagai utusan (rasul) sebagaimana utusan sebelumnya,

keterangan itu ada pada surat Maryam ayat 19 Yesus untuk pertamakalinya

disebut.23

19

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 467. 20

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-masih, h. 4. 21

Asy-Syahrastani, Al-Milal wa Al-Nihal (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset), h. 203. 22

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 467. 23

Oddbjorn Leirvik, Yesus dalam Literatur Islam (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002),

h. 161.

Page 20: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, agar sebuah

penelitian ini terfokus pada satu tujuan, maka penulis hanya membatasi pada tema

Islam dalam Pandangan Olaf Herbert Schumann. Alasan penulis meneliti

tokoh Olaf Schumann untuk mewakili sarjana Barat yang berbicara tentang Islam

yaitu: Pertama, Schumann sebagai seorang sarjana memungkinkan untuk bersikap

lebih objektif dalam mengkaji agama Islam, di mana ia menyatakan bahwa

kebenaran suatu agama akan terlihat ketika diajarkan dengan tulus dan

kerendahan bukan dengan cercaan ataupun hinaan terhadap agama lain, ungkapan

ini untuk semua agama khususnya misionaris Kirsten ataupun mubaligh Muslim,24

Kedua, Schumann punya pengalaman belajar Islamologi di Tubingen dan Kairo

selama dua Tahun,25

ia juga seorang yang berusaha menghormati orang Islam baik

pribadi dan imannya,26

maka pandangan keislaman Schumann menarik untuk

dikaji. Ketiga, Ia sering mengadakan dialog kerukunan agama dengan orang Islam

diberbagai negara, sehingga Schumann mengetahaui bagaimana orang-orang

Islam menilai Kristen. Keempat, sala satu kelebihaan Schumann yaitu mengetahui

agama Islam yang mendalam,27

dalam karya-karyanya ia banyak menulis tentang

agama Islam yang dikaji secara historis.

Kemudian penulis merencanakan rumusan masalah dalam penelitian ini,

yaitu:

24

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 300. 25

Schumann, Sepuluh Ulama Berbicara Isa Al-Masih. 26

Schumann, Menghadapi Tantangan Memperjuangkan Kerukunan (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2006), h. 161. 27

Schumann, Agama-Agama Kekerasan,h. Vii.

Page 21: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

9

1. Bagaimana pandangan Schumann tentang agama Islam?

2. Bagaimana pandangan Schumann tentang agama Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pandangan Olaf Schumann tentang agama Islam.

2. Menambah literatur bahan bacaan tentang kajian Islamolog

3. Memberikan nilai positif bagi perkembangan bahan pustaka tentang agama

Islam.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan

pengetahuan empiris mengenai Islam dalam pandangan Schumann.

2. Memberikan sumbangan bagi khazanah Intelektual Ilmiah tentang agama

Islam sebagai realitas sosial yang memberikan ciri khas dan pemahaman

beragama.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan skripsi antara lain:

a. Manfaat teoritis, skripsi ini bermanfaat mengembangkan kajian dalam

agama Islam, khususnya tentang Islam dalam pandangan Schumann.

b. Manfaat bagi penulis, skripsi ini akan berguna untuk memperluas dan

menambah wawasan tentang masalah yang diteliti.

Page 22: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

10

E. Tinjauan Pustaka

Beberapa karya tulis Ilmiah yang telah membahas pemikiran Schumann

antara lain:

1. Skripsi yang ditulis oleh Shalihing yang berjudul, Membangun Dialog Agama

Dalam Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama (telaah atas pemikiran Olaf

Herbert Schumann) Pada tahun 2014. Isi dari skripsi tersebut bahwa

membangun dialog agama setiap umat beragama dituntut untuk

mengembangkan teologi agama masing-masing, dengan demikian kesadaran

akan pluralisme dan kerukunan antar umat beragama dapat tercapai. Dalam

skripsi ini saya mengambil tentang Islam dalam pandangan Schumann dari segi

historis.

F. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan saya antara lain:

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam skripsi ini, penulis menggunakan studi kepustakaan (library

research),28

yaitu dengan cara mengambil data-data kepustakaan meliputi:

dokumen berupa buku dan jurnal Ilmiah yang relevan dalam penelitian ini.

Dan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.

2. Sumber Penelitian

28

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008),

h. 2.

Page 23: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

11

Sumber dari penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer adalah sumber informasi yang secara

langsung berkaitan dengan tema dalam penelitian. Dalam hal ini yang

menjadi data primer adalah buku-buku yang ditulis oleh Olaf Herbert

Schumann yang berbahasa Indonesia yaitu: Olaf H. Schumann, Agama-

Agama Kekerasan dan Perdamaian (2015), Olaf H. Schumann, Pendekatan

Pada Ilmu Agama-Agama (2013), Olaf H. Schumann, Sepuluh Ulama

Berbicara Isa al-Masih Serta Ajarannya (2013), Olaf H. Schumann,

Menghadapi Tantangan Memperjuangkan Kerukunan (2009), Olaf H.

Schumann, Meninjau Agama Islam di Indonesia (1978).

3. Metode penulisan

Metode penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh

CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan ini, maka perlu disusun

sistematika pembahasan, agar nantinya saya dapat menunjukkan totalitas yang

utuh dari sebuah penulisan skripsi. Dalam penelitian ini, pembahasan akan

disusun dalam sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I, pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, batasan

dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitiaan, tinjauan pustaka,

kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

Page 24: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

12

Bab II, mengenal lebih dekat Olaf Schumann yang meliputi,

Drseden, Jerman Perang Dunia II, Masa Remaja dan Karir Akademik,

Menjadi Pendeta dan Guru Besar.

Bab III, Islam dalam pandangan Olaf Schumann yang meliputi,

konsep ketuhanan dalam Islam, Tasawuf Islam, Hukum Islam,

Perkembangan Islam Kontemporer yang meliputi Islam dan Pluralitas,

kemudian Islam dan Radikalisme.

Bab IV, Islam di Indonesia menurut Olaf Herbert Schumann, yang

meliputi Islam di Indonesia, Misi dan Evangelisasi, kemudian Organisasi

Islam di Indonesia.

Bab V, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 25: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

13

BAB II

MENGENAL LEBIH DEKAT OLAF HERBERT SCHUMANN

A. Riwayat Hidup

Olaf Herbert Schumann lahir di Dresden, Jerman 5 November 1938, ia

terlahir dari orang tua yang memeluk agama Kristen Protestan, ia mengenyam

pendidikan dasar dan menengah di sekolah Oldensworts U/Husun dan Tonning,

kemudian ia melanjutkan pendidikan menengah keatas disekolah Staat

Nordseegymnasium di Bad St. Peter Ording.

Semasa mudanya ia menghabiskan waktu untuk mempelajari ilmu agama

lain, dimana ia terpengaruh oleh gurunya Walter Freytag yang mengatakan

bahwa, seorang yang hanya mengetahui satu agama yaitu agama yang dia imani

maka sesungguhnya ia tak mengetahui agama apapun. Oleh karena itu iapun fokus

untuk studi agama-agama salah satunya agama Islam.1

B. Karir Akademik

Schumaan memulai karir akademiknya di Fakultas Teologi Univeritas Kiel,

Tubingen, Basel tahun 1959-1964.2 Sebagai seorang Protestan, Schumann tidak

hanya menekuni bidang teologi Protestan saja akan tetapi perhatiannya terhadap

hubungan antar agama, khususnya Islam dan Kristen.3

1Panitia Penerbitan Buku Kenangan Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann, Balitbang PGI,

Agama Dalam Dialog: Pencerahan, Perdamaian dan Masa Depan Punjung Tulis 60 Tahun Prof.

Dr. Olaf Herbert Schumann (Jakarta: BPK Gunung Mulia 2003), h. 522. 2Panitia Penerbitan Buku Kenangan Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann, Agama Dalam

Dialog, h. 522. 3Shalihing, “Membangun Dialog Agama Dalam Mewujudkan Kerukunan Umat

Beragama: Telaah Atas Pemikiran Olaf Herbert Schumann” (Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin,

Universitas Islam Negri Jakarta, 2014), h. 12.

Page 26: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

14

Setelah menyelesaikan kuliahnya di Kiel iapun melanjutkan studinya di

Universitas Al-Azhar dengan beasiswa yang diperolehnya dari Deutscher

Akademischer Austauschdients. Studinya di Universitas inilah ia baru benar-benar

menggeluti Islam sebagai bidang studinya.4 Selama empat tahun belajar di Mesir

ia mendalami bahasa Arab, berkat kegigihannya mempelajari bahasa Arab dan

tentang keislaman halitu memudahkannya untuk mengkaji litertur Islam dari

buku-buku primer.5

Pada tahun 1966-1968 Schumann menjadi guru bahasa Jerman pada

Fakultas Ilmu Alam, Universitas Assiut di Mesir Selatan. Kemudian pada tahun

1969-1970 Schumann bekerja membantu pada lembaga penelitian dan Dewan

Gereja-Gereja di Indonesia.6 Pada waktu yang sama dia mengajar di Sekolah

Tinggi Teologi di Jakarta sampai dengan tahun 1981, setelah itu Schumann

dipanggil oleh Universitas Hamburg Jerman sebagai profesor Ilmu Agama dan

Missiologi.7

C. Menjadi Pendeta dan Guru Besar

Ketika Schumann merampungkan kuliahnya di Mesir lalu ia melanjutkan

kuliahnya di Jerman dan di sana ia menjadi guru besar, setelah selama beberapa

tahun menjadi guru besar ia kemudian ditahbiskan menjadi pendeta pada salah

satu gereja Lutheran di Jerman, kemudian setelah itu schumann aktif dalam dialog

tentang kerukunan umat beragama di berbagai negara terutama di Asia khususnya

di Indonesia. Pada suatu ketika ada tawaran dari orang Indonesia bahwa ia

4Shalihing, “Membangun Dialog Agama Dalam Mewujudkan Kerukunan Umat

Beragama”, h. 12. 5Komaruddin Hidayat, “Kata Pengantar”, dalam Schumann, Menghadapi Tantangan, h.

ix. 6Schumann, Pemikiran Keagamaan dalam Tantangan (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), h.

325. 7Panitia Penerbitan Buku Kenangan Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann, Balitbang PGI,

Agama Dalam Dialog, h. 521.

Page 27: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

15

menjadi anggota DGI di Indonesia hingga akhrirnya meskipun ia hidup di Jerman

sebagai Dosen tetapi ia dimudahkan cuti dan sering berkunjung ke Indonesia.

Nama Olaf Schumann di Indonesia tidak begitu asing, seperti Komarudin Hidayat

mantan rektor UIN, ia sering bertemu dengan Olaf Schumann guna berdialog

agama dengannya, pemahaman keislaman Olaf Schumann sangat mendalam

beberapa tulisannya yang kemudian dibukukan ialah yang berjudul Menghadapi

Tantangan Memperjuangkan Kerukunan.8

Olaf Schumann ketika pergi ke Indonesia, ia juga berkunjung ke negara-

negara tetangga guna mengadakan dialog tentang kerukunan agama. Meskipun ia

adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi kerukunan antar umat beragama,

namun disisi lain ia menolak paham pluralisme dalam agama. Ia pernah menolak

tentang pembentukan agama-agama seluruh dunia, karena menurutnya agama

pada hakikatnya berbeda meskipun ada juga suatu agama yang menyembah Tuhan

yang sama tetapi dalam setiap agama sudah ada cirikhas masing-masing, dan

ketika setiap agama disatukan itu akan menghilangkan nilai-nilai yang terkandung

dalam setiap agama.9

D. Pemikiran

Schumann dalam bukunya menghadapi tantangan memperjuangkan

kerukunan, ia menjelaskan bahwa Islam pernah dianggap sebagai agama yang

keluar dari agama Krsiten dan dianggap sebagai agama Bidat, anggapan itu

dibukukan oleh Yohanes dari Damsyik seorang ahli dogmatika dalam agama

Kristen, jutifikasi itu nampaknya berlangsung lama hingga pada saat muncul

8Komaruddin Hidayat “Kata Pengantar”,Schumann, Menghadapi Tantangan,h. ix.

9Panitia Penerbitan Buku Kenangan Prof. Dr. Olaf Herbert Schumann, Balitbang PGI,

Agama Dalam Dialog, h. 4.

Page 28: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

16

gerkan agama Kristen di Jerman oleh Martin Luther10

Islam dianggap sebagai

agama Independent dan bukan agama Bidat ataupun keluar dari agama Kristen.11

Schumann sendiri adalah seorang pendeta dari gereja Lutehran, oleh karenaitu

iapun mempunyai pandangan senada dengan Martin Luther tentang agama Islam.

Schumann dalam pembahasannya mengenai agama-agama senantiasa

menekankan pendekatan dialogis. Yakni bersama-sama dengan pemeluk agama

yang bersangkutan untuk mengadakan dialog serta mencari titik temu akar

persoalan dengan memahami agama secara mendalam. Oleh karena itu, dalam

bukunya Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, ia ingin membangun kesadaran

hubungan Islam dan Kristen, dengan mempelajari para pemikiran Islam tentang

Isa al-Masih.12

Salasatunya tentang pemahaman Nabi Muhammad tentang Isa al- Masih,

permasalahan yang sering muncul dalam dialog Islam dan Kristen yaitu darimana

Muhammad mengetahui tentang agama Kristen?13

Tentunya hal ini harus dijawab

lewat pendekatan historis. Schumann menjelaskan bahwa pengetahuan

Muhammad tentang agama Kristen bisa terjadi atas tiga hal: Pertama iya melihat

para saudagar Kristen di Makkah dan disana ia sering duduk bersama dan

berbicara tentang keagamaan, Kedua yaitu adanya orang Kristen yang menjadi

budak dan menjadi pelayan Muhammad dan sahabat-sahabatnya, dan Ketiga yaitu

10

Menurut Schumann Martin Luther adalah seorang yang pada masa mudanya mengalami

musibah yaitu menghadapi angin taufan yang hebat, dalam ketakutannya ia berjanji bahwa jika ia

selamat ia akan mengabdikan dirinya kepada Tuhan dan menjadi rohaniawan, ketika selamat ia

pun menepati janjinya. Schumann menjelaskan bahwa tatkala Luther bertemu dengan rohaniawan

Katolik ia menemukan beberapa kejanggalan, dalam aturan maupun ajaran agama Katolik. Hingga

ia pun menentang aturan-aturan yang menyimpang dalam al-Kitab, seperti penghapusan dosa

menurutnya keselamatan hanya dapa dicapai dengan keimanan bukan dengan pengakuan di

hadapan Pastur, hingga iapun menjadi pelopor lahirnya Kristen Protestan yang menolak tirani

gereja Katolik. Lihat Schumann, Agama Kekerasan, h. 346. 11

Schumann, Menghadapi Tantangan, h. 138. 12

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa al-Masih, h. Xxviii. 13

Schumann, Pemikiran Keagamaan, h. 191.

Page 29: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

17

Muhammad pernah bepergian dengan khafilah ke Syiria. Disana Muhammad bisa

menyaksikan langsung kehidupan masyarakat Kristen Syiria.14

Kemudian dalam pembahasan yang lain, Schumann menjelaskan bahwa

salasatu cara untuk menyelesaikan masalah teologis dalam agama khususnya

Kristen dan Islam yaitu dilepasnya semua pemikiran tradisional dan langsung

merujuk pada Al-Kitab dan Al-Qur’an,15

dan salasatu pembahasan tentang

penyaliban Isa yang tertera dalam Al-Qur’an yaitu:

لفى وقىلهم اواقتلىاالمسيح عيسى ابه مزيم رسىل للا وماقتل لهم وان الذيه اختلفىافي ىي وماصلبىي ولكه شب

اتباع الظه وماقتلىي يقيىا مه علم ال شك مى مالهم ب

“Dan oleh karena perkataan mereka: “sesungguhnya kami telah

membunuh Isa Ibn Maryam Rasul Allah, pada hal mereka sebenarnya tidak

membunuh Isa dan tidak menyalibnya, akan tetapi di samarkan Isa itu kepada

mereka. Dan sesungguhnya mereka yang berselisih tentang Isa, sungguh dalam

keraguan, bukanlah dengan pengetahuan yakin, melainkan menurut dugaan-

dugaan saja. Mereka bukan membunuh Isa dengan yakin. (Q.S. 4: 157).16

Dalam penjelasan ini menurut Schumann kaum Yahudi tidak menyalibkan-

Nya, “ لهم adalah orang lain yang diserupakan dengan-Nya, dan orang ”ولكه شب

Yahudi keliru menyalibkan Yesus, pemahaman seperti ini sering ditafsiri oleh

para penafsir Al-Qur’an seperti Ibn Jarir at Tabari bahwa yang disalibkan adalah

Yudas Iskaryat sahabat Yesus yang ingkar, menurut Schumann:

Jika dikaji secara bahasa terlihat bahwa Allah ditulis (Menyerupakan) شب

dalam bentuk pasif, dan pasif dalam tatabahasa Arab disebut fi’il majhul, kata kerja

di mana subyeknya tidak dikenal. Namun tafsiran itu memberikan kesan seolah-

olah subyek dikenal (Yudas Iskaryat); jadi dalam hal ini fi’il majhul tidak boleh

dipakai melainkan harus menjadi fi’il ma’ruf yakni aktif. Bahwa fi’il majhul di sini

membuktikan bahwa Al-Qur’an tidak mau menyebutkannya, maka ia bertentangan

dengan Al-Qur’an tidak menyebutkan subyek, dan seandainya ada penafsiran yang

menyebutkannya, maka ia bertentangan dengan Al-Qur’an. Tambah lagi: andaikata

yang dimaksudkan Al-Qur’an adalah bahwa seorang lain (yang tidak dikenal)

14

Schumann, Pemikiran Keagamaan, h. 192. 15

Schumann, Pemikiran Keagamaan, h. 237. 16

Moh.Rifa’i dan Rosihin Abdulghoni, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang: CV

Wicaksana, 1991), h. 94.

Page 30: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

18

diserupakan dengan Yesus, maka nats Arabnya harus berbunyi: lakin syubbiha

lahu bukan lahum) “Tapi diserupakan Dia”. Inipun tidak ditulis dalam Al-Qur’an.

Jadi tinggal kesimpulan bahwa apa yang “diserupakan bagi mereka” atau dalam hal

mana mereka ragu-ragu tidaklah jelas.17

Kemudian pandangan Schumann sendiri tentang agama Islam ia

menjelaskan bahwa, pada mulanya pemikiran tauhid Nabi Muhammad belum

mendalam, ia hanya menyerukan kepada seluruh manusia bahwa tiada Ilah yang

patut disembah selain Allah, namun ajaran itu bertentangan dengan orang Arab di

mana saat itu memiliki tradisi menyembah tiga Dewi yaitu al-Lat, al-Uzza, dan

Manat. Oleh karenaitu, Nabi Muhammadpun dimusuhi oleh masyarakat Arab,

namun masyarakat Makkah mengusulkan kompromi bahwa ia tidak akan

memusuhi Nabi Muhammad bahkan siap menjadi orang Mu’min dengan syarat

mereka (masyarakat Makkah) boleh menghortmati tiga Dewi itu. Pada mulanya

Muhammadpun menerima usulan mereka sebagai kesempatan untuk mengakhiri

permusuhan, namun diceritakan bahwa pada malam harinya ia ditegur oleh

malaikat Jibril yang meminta pertanggung jawaban. Disitu Muhammad menyadari

bahwa menghormati ketiga Dewi itu adalah menggambarkan pengakuan bahwa

Dewi itu ada dan dapat memberi syafaat terhadap masyarakat Makkah, oleh

karena itu usulan itupun ditarik kembali.

Dari uraian diatas Schumann menjelaskan bahwa ajaran tauhid dalam Islam

dirumuskan secara definitif dalam polemik dengan lawan-lawannya. Maka bukan

kebetulan jika setelah terjadi suatu polemik kemudian turun surat al-Ikhlas. Hal

itu membuktikan bahwa dalam ajaran Islam mengandung unsur apologetik

(pembelaan iman), dua ilmu yang saling berkaitan mengandung apologetik yaitu

ilmu kalam dan Ilmu fikih, sedangkan ilmu lain seperti filsafat dan tasawuf Islam

17

Schumann, Pemikiran Keagamaan, h. 208.

Page 31: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

19

memilki sifat lain. Schumann menjelaskan bahwa Ilmu kalam dan Ilmu fikih

mengandung unsur dialogis yang sangat kuat. Para mazhab dalam fikih

mempunyai pendapat yang berbeda-beda dan berkembang tanpa mencapai kata

sepakat dalam segala hal, namun karena mereka mengakui tentang empat sumber

atau usul fikih maka mereka dapat saling menerima meskipun hanya dalam hal-

hal tertentu.18

Menurut Schumann titik temu membangun hubungan Islam dan Kristen

tidak akan ditemukan dalam ilmu syariat, jika melihat hukum tentang tiada Ilah

selain Allah, tentu Islam memandang Kristen sebagai agama syirik dan sesat

karena mempertuhankan Yesus.19

Namun jika dilihat dari kacamata tasawuf

Yesus adalah sosok yang diteladani oleh kaum sufi20

, dalam suatu bukunya

Schumann menjelaskan bahwa derajat Yesus lebih tinggi daripada Muhammad di

mana Yesus adalah seorang wali bagi para kaum sufi, sedangkan Muhammad

adalah nabi bagi kaum muslimin.21

18

Schumann, Pemikiran Keagamaan, h. 252. 19

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa al Masih, h. 10. 20

Yesus dipandang oleh kaum sufi sebagai seseorang yang terbebas dari ikatan-ikatan

duniawi, selama duapuluh tahun Yesus mengenakan Jubah dari bulu domba, dalam

pengembaraanya ia tidak mempunyai harta apapun kecuali sisir dan cankir, namun ketika ia

melihat orang menyisir dengan tangan iapun memberikan sisir itu, begitu juga dengan cangkirnya

ia berikan kepada orang yang minum dengan tangan, Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa al

Masih, h. 152. 21

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa al Masih, h. 153.

Page 32: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

20

BAB III

ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN

A. Konsep Ketuhanan dalam Islam

Sejak kedatangannya 15 abad yang lalu Islam telah menjadi warna baru

dalam memperbaiki moral manusia, Nabi Muhammad adalah sosok paling sentral

untuk menjadi suri tauladan yang baik. Islam berkembang cukup cepat jika

dibandingkan dengan agama lainnya, sekitar 20 tahun da’wah Muhammad di

Makkah dan Madinah ia mendapat banyak pengikut yang memeluk Islam,

peradaban jahiliyah (kebodohan) diubah menjadi masyarakat beragama Islam

yang bermoral dan menganjurkan untuk menyembah Allah, karena dalam ajaran

Islam Dialah Allah satu-stunya Tuhan yang wajib disembah.

Yunasril Ali menjelaskan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang Esa,

dan segala sesuatu selain-Nya adalah serba ganda. Oleh karena itu, segala sesuatu

selain Allah tidak pernah berada dalam ketunggalan, sebegitu kecilnya suatu

makhluk tidak akan terlepas dari keserbagandaan.1 Menurut Schumann din Al-

Islam2, adalah suatu agama yang mempunyai kemiripan dalam konsep ketuhanan

dengan Yahudi dan Krsiten, yaitu menyembah Allah,3 seperti yang dijelaskan oleh

Amstrong bahwa Nabi Muhammad meyakini Allah adalah Dewa tertinggi dalam

1Yunasril Ali, Sufisme dan Pluralisme Memahami Hakikat Agama dan Relasi Agama-

Agama (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012), h. 21.

2Kata din berasal dari bahasa Arab yang mencakup tentang hukum peradilan, seperti yang

dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa yaumaddin adalah hari penghakiman, dalam keterangan lain

bahwa menurut ajaran Islam agama yang benar di hadapan Allah adalah Islam (Qs 3:19).

Kata Islam adalah bahasa Arab yang berasal dari kata salam dan mempunyai makna

penyerahan diri untuk mendapatkan kedamaian, makna kata Islam masih sama dengan kata aslinya

yaitu umat Islam menyerahkan diri kepada Allah dengan mentaati aturannya maka Allah

membalas dengan memberikan kedamaian serta perlindungan. Menurut Schuamnn kata din

mempunyai makna tertutup untuk suatu agama, namun Nabi Muhammad juga mengakui bahwa

kata din bukan hanya Islam tetapi juga untuk Yahudi dan Kristen, seperti yang dikatan oleh Nabi

Muhammad dalam penjanjian Madina kepada kaum Yahudi din mereka. Lihat pada Schumann,

Ilmu Agama-Agama, h. 98. 3Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 147.

Page 33: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

21

keyakinan masyarakat Arab kuno, dan identik dengan Tuhan yang disembah oleh

umat Yahudi dan Krsiten.4 Hal senada juga dikatakan oleh Schumann bahwa

Allah adalah Dewa yang telah lama dikenal oleh orang Arab pra Islam, dengan

pendekatan sejarah ia menelusuri makna kata Allah dari perkembangan

keagamaan masyarakat Arab pra Islam. Pada zaman pra Islam masyarakat Arab

telah mengenal banyak Dewa-Dewi, seperti Dewi al-Uzzah yang kuat, atau Dewi

Manat yang menentukan nasib namun dari beberapa Dewa-Dewi yang diyakini,

Masyarakat Arab meyakini ada satu Dewa yang di hormati karena telah

menciptakan langit dan bumi, Dewa itu adalah Al-Ilah yang kemudian disebut

Allah (Dewa itu).5

Dari penjelasan di atas Schumann menyamakan pribadi Tuhan Allah dalam

ajaran Islam dengan kepercayaan orang Arab pra Islam yang menganggap sebagai

Dewa, namun keterangan lain mengungkapkan bahwa Tuhan Allah dalam ajaran

Islam tidaklah disebut debagai Dewa melainkan sebagai Tuhan, menurut

Herlianto sejarah telah menunjukkan bahwa Tuhan Allah telah dikenal oleh

masyarakat Arab jauh sebelum Islam ada, namun Allah di pahami untuk

menyebut Dewa, seperti Dewa air maupun Dewa bulan, hal ini nampaknya

berbeda dengan keyakinan umat Islam ataupun keyakinan semitik lainnya, seperti

kata Abdullah yaitu nama bapak Nabi Muhammad, tentunya di pahami sebagai

hamba Allah bukan hamba Dewa.6 Oleh karena itu Tuhan Allah tidak identik

dengan Dewa yang diyakini oleh orang Arab pra Islam.

4Amstrong, Sejarah Tuhan, h. 215.

5Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 297.

6Herlianto, Gerakan Nama Suci, Nama Allah Yang Dipermasalahkan (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2002), h. 126.

Page 34: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

22

Schumann menjelaskan bahwa pengalaman Nabi Muhammad ketika

mendapatkan wahyu pertama adalah kesadaran bahwa Allah adalah pencipta alam

semesta:

Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan, Menciptakan manusia

dari segumpal darah, Bacalah! Tuhanmulah Yang paling Mulia! Yang

mengajarkan dengan Kalam, Mengajara manusia apa yang tiada ia tahu!.7

Menurut Schumann pemahaman Muhammad tentang Allah sebenarnya

tidak jauh berbeda dengan ketuhanan masyarakat Arab pra Islam, seperti yang

telah disinggung di pendahuluan, bahwa Allah telah dikenal sebagai Dewa yang

telah menarik dirinya ke surga. Namun ada yang berbeda dari ajaran Nabi

Muhammad, yaitu Allah telah menyampaikan ajaran kepada manusia berbentuk

kalam yang kemudian dicatat, hingga Muhammad mengabarkan kepada orang

Arab bahwa ajaran yang ia bawa adalah hal-hal yang berkaitan dengan urusan

duniawi dan kepentingan masyarakat, dan menjadi jelas pula ketika kalam itu

mengandung makna yang mendalam dan bahasa yang indah hingga masayarakat

Arabpun takjub oleh kalam tersebut.8

Oleh karena itu, Nabi Muhammad tidak membawa ajaran baru terhadap

kaum Quraisy, seperti yang dijelaskan oleh Amstrong bahwa turunnya Al-Qur’an

adalah sebagai “pengingat” terhadap apa yang sudah diketahui oleh mereka. Hal

itu diperkuat oleh ayat-ayat Al-Qur’an yang berbunyi: “Apakah kalian tidak

melihat?”, “atau apakah kalian tidak berfikir?” Firman Allah tidak serta merta

memerintah terhadap kaum Quraisy untuk taat kepada-Nya, tetapi juga mengajak

berdialog.9

7Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 147.

8Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 148.

9Amstrong, Sejarah Tuhan, h. 225.

Page 35: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

23

Menurut Schumann Nabi Muhammad mengajarkan kepada pengikutnya

bahwa Allah adalah Esa, tidak ada Tuhan selain-Nya dan kepada-Nya kita

menyembah, dan ajaran Muhammad adalah untuk orang-orang yang belum

beriman terhadap Allah, tetapi bagi yang telah mengimani-Nya Muhammad

menekankan untuk menampakan ibadah terhadap Allah.10

Setelah Nabi Muhammad wafat, ajaran teologi Islam semakin berkembang

dan melahirkan beberapa sekte ilmu kalam. Secara historis perkembangan ilmu

kalam berawal dari perpecahan umat yang ditimbulkan oleh permasalahan politik,

kemudian berkembang menjadi sekte yang berbeda-beda.11

Seperti yang

dijelaskan oleh Ignaz Goldziher bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad, umat

Islam mengalami perpecahan yang disebabkan oleh permasalahan politik, lalu

agama dicampurkan ke permasalahan itu, hingga melahirkan sekte-sekte dalam

Islam,12

beberapa sekte itu diantaranya: Syi’ah13

, Mu’tazilah14

, Qadariyah,

Jabariyah15

dan As’ariyah16

.

10

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 304. 11

Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam Teologi Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada),

h. 72. 12

Ignaz Goldziher, Pengantar Teologi dan Hukum Islam (Jakarta: Inis, 1991), h. 164. 13

Syi’ah adalah golongan Islam yang hanya mengikuti Ali dan berpendapat bahwa

Khilafah dan Imamah harus ditetapkan secara demokrasi, lihat Al-Syahrastani, Al Milal wa Al

Nihal (Bandung: Mizhan, 2004), 225.

14Mu’tazilah adalah kaum rasionalis Islam yang memahami setiap ajaran Islam dengan

akal. Sejarah kemunculan aliran ini berawal dari seseorang yang bernama Wasil Ibn Atto yang

selalu bersama dengan sahabatnya yaitu Amr Ibn Ubaid suatu ketika ia berfikir tentang orang yang

melakukan dosa besar kelak di akhirat akan ditempatkan di surga atau neraka, kemudian Wasil

bearanggapan orang yang melakukan dosa besar tidak di neraka ataupun surga melainkan di antara

keduanya, setelah kejadian itu wasil selalu memisah (i’tazala’anna), dari situlah meurut

Syahrastani orang-orang sezamannya menganggap bahwa Wasil adalah Mu’tazilah lihat pada

Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Jakarta: UI-PRESS,

2011), h. 40. 15

Qadariyah adalah paham tentang kebebasan, manusia mempunyai kebebasan dan

kekuatan sendiri untuk melakukan segala sesuatu, paham ini berasal dari kata Qadar bahwa

manusia harus tunduk pada Qadar Tuhan, sedangkan Jabariyah sebaliknya yaitu paham bahwa

manusia tidakbisa berbuat sesukanya, dalam paham ini manusia terikat dengan kehendak Tuhan

dan perbuatan manusia sudah ditentukan dari semula oleh Qada dan Qadar Tuhan, lihat pada

Nasution, Teologi Islam, h.33.

Page 36: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

24

Menurut Schumann sekte Syi’ah Imamiyah pernah melahirkan teolog yang

berpendapat bahwa Allah menciptakan Adam sesuai dengan citra-Nya,

penampakan Allah mirip dengan penampakan manusia, Allah juga mempunyai

panca indra seperti manusia, namun dijelaskan bahwa Allah tak berbentuk dari

daging dan darah layaknya mausia, melainkan ia adalah pancaran cahaya, teolog

ini yaitu Hisyam bin Salim al-Jawaliqi hidup pada (150 H/ 767 M), kemudian

pemikiran yang mirip dengannya yaitu, Hisyam bin al-Hakam hidup pada (179 H/

759 M), ia berpendapat bahwa:

Allah memiliki suatu tubuh tertentu, tiga dimensi, yang bergerak, “yang

ukurannya tujuh jengkal-Nya sendiri”, namun ia juga menganggap bahwa ada

“kemiripan” (tasyabuh) antara Allah dengan tubuh yang kasatmata, karena ia

menyatakan bahwa Allah adalah suatu tubuh “tetapi tidak serperti tubuh-tubuh

yang lain”, Hisyam b. al-Hakam berpendapat bahwa Allah adalah suatu tubuh

karena, menurut definisinya, hanya tubuh-tubuh saja yang ada (maujud), padahal

Allah juga ada dan hidup.17

Pemahaman Hisyam al-Hakam menjadi banyak pembicaraan para teolog

sesudahnya, dan menuai banyak komentar baik itu secara halus maupun kasar.

Dijelaskan oleh al-Qasim bahwa Menurut Ibn Taimiyah Hisyam al-Hakam adalah

teolog pertama yang memahami Tuhan mempunyai sifat jism (badan) seperti

manusia, ia hidup sezaman dengan Ja’far al-Shadiq dan Musa al-Kazhim,

penjelasannya tentang jism Tuhan telah banyak dijelaskan oleh beberapa teolog,

seperti al-Asy’ari yang menjelaskan bahwa menurut Hisyam al-Hakam sifat tuhan

bukanlah bentuk tetapi Tuhan adalah jism yang berbeda dengan jism yang lain.18

16As’ariyah, atau paham Ahlusunnah wal Jama’ah, yaitu paham yang dibawa oleh Abu

Musa al-As’ari, dalam sejarahnya As’ari adalah seorang Mu’tazilah namun ia tidak puas dengan

ajaran Mu’tazila hingga akhirnya ia memisahkan diri dan pahamnya dikenal dengan Ahlusunnah

wal Jama’ah, dan ajarannya sampai sekarang masih ada dan dikenal dengan Islam Sunni. lihat

pada Nasution, Teologi Islam, h. 11. 17

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h. 114. 18

Al-Qasim Ibn Ibrahim, Bukti Keberadaan Allah (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

2002), h. 200.

Page 37: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

25

Menurut Schumann pemahaman teolog Syi’ah tantang Allah yang mirip

dengan ciptaan-Nya ditentang oleh beberapa teolog Islam yaitu: Abu Utsman Amr

b. Bhr al-Jahiz, Abu al-Hassan Ali b. Sahl Rabban al-Tabari, Jahm Ibn Safwan,

dan Abu al-Hudzayl.

1. Al-Jahizz adalah tokoh yang menolak antropomorfisme (pemahaman tentang

Allah yang mirip dengan manusia), menurutnya Allah tidak bisa di analogikan

dengan ciptaan-Nya, dan bagi siapa saja yang menjelaskan Allah dengan

menyerupakan cipataan-Nya maka ia telah syirik, berikut penjelasan penolakan

al-Jahizz terhadap paham antropomorfisme:

Orang yang mengenakan sifat-sifat manusia kepada Allah, yang mengatakan

Allah mirip dengan ciptaan-Nya, atau mendekati hamba-hamba-Nya, maka ia tidak

berhormat kepada Allah dan tidak pula memahami Ilahiyyat-Nya.19

2. Abu al-Hassan Ali b. Sahl Rabban al-Tabari, ia terlahir dari orang tua yang

beragama Kristen Nestorian, ketika berumur 70 tahun ia masuk Islam dan

bermazhab Hanafi.20

Alasan at-Tabari memeluk Islam yaitu kesederhanaan

syahadat Islam yang tetap menjaga kemutlakan Allah sebagai tuhan yang Esa,

dan ia menemukan solusi permasalahan Kristen Nestorian di dalam syahadat

Islam, yaitu bagaimana mungkin Allah yang kekal pernah hadir pada manusia

(Yesus).21

Oleh sebab itu, at-Tabari adalah salah satu teolog yang menolak

paham hulul (Allah hadir pada pribadi manusia), derajat manusia adalah

sebagai makhluk yang pada saatnya akan mengalami kehancuran, sedangkan

Allah adalah keabadian yang tiada awal dan tiada akhir.

Berikut penjelasan at-Tabari tentang syariat Islam:

19

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h. 115. 20

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h. 85. 21

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h. 83.

Page 38: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

26

Islam adalah percaya kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak akan mati, Yang

Satu, Yang Sendiri, Raja Yang Suci, Yang Baik Hati, Yang Adil, Ilah Ibrahim,

Islamil, Ishak, Yaqub, Isa, dan Para nabi yang lain, dan Ilah semua ciptaan;

Tiada permulaan kepada-Nya dan tiada berakhirnya, tiada setara dan tiada

anak-anak, tiada rekan, tiada penyebab-Nya, dan Dialah Pencipta segala sesuatu

dari yang tidak ada, dengan tiada batas (pada-Nya), dan tiada contoh (bagi-Nya),

melainkan sebagaimana Ia menghendakinya (saja), yakni bahwa Ia berkata Jadilah,

dan jadilah dia berdasarkan penetapan kekuasaan-Nya; Yang Berkuasa, Yang

Memberi kebaikan, yang tidak membuat kelaliman biar sebiji besarnya, dan tiada

sesuatu yang serupa dengan Dia di bumi maupun di surga. Dialah Yang Menang

Yang tidak akan dikalahkan, Pemurah Hati yang tiada pelit padanya, Yang Maha

Tahu dan tiada apa yang Ia tidak mengetahui, tiada ketidakadilan seorang jahat

yang luput dari pada-Nya, tiada yang bersembunyi di hadapan-Nya. Ia mengetahui

apa yang bersembunyi di dalam bumi, apa yang keluar dari padanya, dan apa yang

turun dari langit dan yang naik kepadanya: semua taat kepada-Nya. Dan bahwa

Muhammad doa dan damai di atasnya! Adalah nabi-Nya dan utusan-Nya, demikian

pula Musa dan Isa doa Allah diatas mereka dan semua nabi yang lain dan kita tidak

membedakan di antara satupun dari antara utusan-Nya, dan bahwa saat itu akan

datang tanpa syak apapun, dan bahwa Allah akan bangkit mereka yang ada dalam

kuburan, bahwa orang-orang benar akan peroleh nikmat, dan bahwa yang jahat

akan peroleh siksaan.22

3. Jahm Ibn Safwan, ia menjelaskan bahwa sifat Allah diluar definisi manusia,

Allah yang menciptakan alam ini dan manusia, Ia tidak bisa serupa dengan

ciptaan-Nya, jika Ia bisa menyerupai ciptaan-Nya maka Ia mirip dengan yang

diciptakan, sedangkan menurut Jahm Allah tidak tercipta hanya Allah yang

tahu diri-Nya, Ia immateri, Ia tak bisa diserupakan dengan sifat manapun yang

ada pada ciptaan-Nya. Allah aktif menciptakan sesuatu yang hidup.23

Jahm Ibn Safwan menjelaskan bahwa, Allah adalah yang menciptakan

pengetahuan, ketika Allah akan menciptakan alam ini maka sebenarnya alam

ini telah ada, perlu dijelaskan bahwa pengetahuan akan selalu berubah karena

ia baru dan tidak mungkin sesuatu yang baru menyatu dengan Allah yang

kekal, oleh karena itu pengetahuan adalah suatu perantara di luar Allah.

Menurut Jahm, Allah adalah maha kuasa dan maha pencipta, namun

kemahakuasaan Allah bukan sifat-Nya, melainkan tindakan-Nya yang menyatu

22Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h. 83.

23Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h. 102.

Page 39: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

27

dengan aktivitas Allah. Jadi Jahm menerima pemahaman keterikatan Allah

dengan aktivitasnya sebagai pencipta namun menolak sifat Allah yang

berkaitan dengan hakikat Allah sendiri.24

4. Kemudian Abu al-Hudzayl hidup pada tahun (80/700-131/749), ia menjelaskan

barang siapa yang memahami Sifat Allah itu Qadim, maka ia telah mengakui

dua Tuhan, yaitu sifat yang Qadim dan Allah yang Qadim. Schumann

menjelaskan bahwa Syahrastani berpendapat bahwa penolakan al-Hudzayl

terhadap sifat Allah tidaklah semuanya, tetapi yang perlu di ketahui bahwa

seluruh teolog Mu’tazilah menolak paham Allah terikat dengan sifatnya.

Pemikiran al-Hudzayl tentang pemisahan antara Allah dan sifat-Nya

bukan berarti Dia bodoh ataupun lemah, oleh karena itu ia menjelaskan:

Allah dengan pengetahuan-Nya, dengan kekuasaan-Nya, dengan

kemelihatan-Nya, dan kemendengaran-Nya, dengan bijaksana-Nya, dengan sifat-

sifat zat-Nya, tidak berarti bahwa Allah adalah pengetahuan, kekuasaan dan lain-

lain. Melainkan al-Hudzayl ingin menunjukan, bahwa zat Allah secara aktif

mengetahui, berkuasa, hidup, melihat, mendengar dan lain-lain, pada akhirnya

semua akan kembali kepada kekuasaan Allah, dan dengan sifat-sifat lain itu

identik. Fakta bahwa mereka di beda-bedakan bukan disebabkan substansi

mereka, tetapi disebabkan objek yang dikaitkan dengan-Nya.25

Jadi setiap sekte dalam Islam memiliki paham atau konsep teologi yang

berbeda-beda, semuanya menjelaskan bahwa Allah adalah Tuhan tertinggi dan

maha kuasa, adapun pemahaman yang paling berbeda yaitu teolog Syi’ah

imamiyah yang menjelaskan Tuhan mirip dengan pribadi manusia, namun jika

diteliti lebih dalam aliran ini begitu terbatas oleh beberapa faktor yaitu sedikitnya

tafsir-tafsir yang menjelaskan tentang ilmu tauhid hingga menimbulkan paham

antropomorfisme.26

24

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al Masih, h. 104. 25

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al Masih, h. 108. 26

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al Masih, h. 109.

Page 40: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

28

Paham antropomorfisme terjadi juga pada sekte agama lain khususnya

agama-agama Yunani pra Kristen yang menggambarkan Dewa mirip dengan

manusia, oleh karena itu pemahaman seperti itu adalah paham paling primitif

dalam sejarah manusia mencari Tuhannya, seperti yang dijelaskan oleh

Xenophanes bahwa jika binatang seperti kuda, kerbau, dan singa mereka

mempunyai tangan untuk melukis, mereka akan melukis wujud para dewa seperti

tubuhnya sendiri.27

B. Tasawuf Islam

Dalam sejarah manusia memeluk agama, terdapat ajaran kehidupan serba

saleh dan sederhana, di Yunani ajaran itu dikenalkan dalam filsafat Phytagoras,

dikalangan bangsa Persia, ajaran itu mewujud dalam filsafat Mani dan Zaroaster

dan di India ajaran itu dikenalkan oleh Hindu dan Buddha. Semuanya

mengajarkan kedamaian untuk menuntun manusia menjadi lebih baik. Begitujuga

dalam agama Islam, ajaran hidup serba saleh dan sederhana itu mewujud dalam

tasawuf, oleh karena itu berbagai pemikir Islam menyimpulkan bahwa tasawuf

adalah ajaran universal.28

Menurut Schumann secara bahasa kata tasawuf berasal dari kata suf yaitu

bulu domba, yaitu bahan dari bulu domba yang dipakai oleh sufi zaman dahulu

dan untuk menunjukkan mereka adalah orang yang menolak kehidupan mewah,29

istilah sufi berasal dari direndahkan mereka oleh orang-orang kaya.30

Namun

definisi lain menjelaskan bahwa sufi berasal dari kata Yunani yang berasal dari

27

Mohammad Adib, Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 27. 28

Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam & Akhlak (Jakarta: Amzah, 2011), h. 3. 29

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h.148. 30

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 369.

Page 41: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

29

kata sophos yang bermakna bijaksana, dan ajaran sufi terpengaruh oleh tradisi

Neo-Platonis yang ada dalam filsafat Yunani.31

Dalam ajaran Islam, tasawuf dikenal dengan aliran mistik dan identik

dengan kehidupan asketis terhadap dunia. Kemudian secara definisi tasawuf

mempunyai keragaman makna yang berbeda-beda. Menurut Ibnu Khaldun

tasawuf adalah menjaga hubungan baik dengan Allah dengan mentaati perintah-

Nya, serta berhati-hati dalam setiap berprilaku agar mendapatkan kebersihan hati.

Pendapat kedua yaitu oleh Ath-Thusi, ia menjelaskan tasawuf atau sufi ialah

mereka orang-orang yang alim yang menganal Allah dan mengenal hukum-

hukum Allah, mengamalkan apa yang diajarkan Allah dan mentaati perintah

Allah.32

Berbagai pendapat tentang definisi tasawuf telah penulis deskripsikan

dengan berkesimpulan bahwa tasawuf ialah ajaran untuk mendekatkan diri

terhadap Allah dengan menjalankan aturan-aturan-Nya yang telah ditetapkan

dalam Al-Qur’an. Schumann menjelaskan bahwa dalam ajaran Islam sebenarnya

ada pelarangan atau batasan untuk manusia hidup yang tidak sewajarnya, seperti

meninggalkan hal-hal yang berhubungan dengan duniawi dan memilih hidup

asketis.33

Menjalani kehidupan aksetis sebenarnya dianjurkan oleh ajaran Islam,

dimana manusia harus melakukan perenungan menyendiri dan menjauhkan diri

dari duniawi, namun perenungan itu haruslah untuk orang banyak bukan hanya

untuk dirinya saja.

31

Julian Baldick, Islam Mistik Mengantar Anda ke Dunia Tasawuf Jakarta: PT Serambi

Ilmu Semesta), h. 46. 32

Hajjaj, Tasawuf Islam, h. 4. 33

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 369.

Page 42: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

30

Dijelaskan oleh Abuddin Nata bahwa contoh kehidupan asketis untuk

memikirkan orang banyak adalah Nabi Muhammad, ia menyendiri di dalam gua

hira berpikir mencari solusi tentang masyarakat Arab yang saat itu masih dalam

keadaan bodoh, ia ingin menjadikan masyarkat Arab menjadi orang-orang yang

beradab dan lepas keterikatan dari dewa-dewa patung, oleh karena itu menurut

Abuddin Nata tasawuf seperti itulah yang dianjurkan oleh syariat Islam.34

Schumann menjelaskan bahwa ajaran tasawuf mencakup tiga tuntunan

yang harus ditaati, yaitu Syari’ah, Tariqah, dan Haqiqah. Syari’ah ialah ajaran

untuk menyucikan batin dari larangan-larangan Allah, dan Tariqah ialah jalan

mistis tasawuf, dan Haqiqah, ialah menggambarkan manusia sudah

mencerminkan sifat Allah dengan mentaati aturan-aturan Allah yang telah

ditetapkan.35

Schumann menjelaskan bahwa ajaran tasawuf sebenarnya sudah ada sejak

masa kehidupan Nabi Muhammad, ajaran tasawuf mengajarkan hubungan yang

tak terpisahkan antara Islam dan Iman, Islam yaitu penyerahan terhadap ketentuan

Allah dan Iman percaya terhadap kekuasaan Allah. Kemudian ajaran tasawuf

berkembang dalam diri umat Islam, salah satu tokoh yang mengamalkan ajaran

tasawuf yaitu:

1. Hasan Al-Basri, ia menjelaskan contoh orang yang saleh dan sederhana

adalah Nabi Isa al-Masih, ia meninggalkan hal duniawi yang tidak diperlukan dan

pakaiannya yaitu yang melekat pada tubuhnya. Nabi Isa percaya bahwa kekayaan

yang sesungguhnya yaitu milik Allah yang telah memberikan banyak kenikmatan

34

Abuddi Nata, Studi Islam Komperhensif (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 318. 35

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h. 150.

Page 43: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

31

terhadap manusia, dan sifat zuhud Isa menjadi contoh oleh para sufi.36

Dalam

keterangan lain ia menjelaskan bahwa dunia ini ibarat ular halus dalam

genggaman tangan yang mempunyai bisa mematikan,37

oleh karena itu keindahan

dunia terkadang menidurkan manusia, hingga secara perlahan ia tidak sadar

bahwa hatinya telah mati dan melupakan akhirat.

Menurut Schumann dalam kurun waktu 50 tahun setelah kematian Nabi

Muhammad, ajaran tasawuf meluas di dareah Basrah, Kufa, hingga muncullah

ideologi baru dalam ajaran tasawuf yaitu sifat Zuhud yang dilakukan oleh orang-

orang Zahid.38

2. Salah satu tokoh tasawuf yang Zuhud adalah Abu Yazid, ia berpendapat

bahwa cintanya hamba terhadap Allah akan menjadi kekal dan segala yang fana

akan hancur dan ditinggalkan.39

Dalam keterangan yang lain Abu Yazid

menjelaskan tentang ajarannya dengan menggambarkan dirinya adalah seekor

burung dengan pohon tauhid, kemudian ia melihat tanah, akar, daun dan buah ia

tolak karena menurutnya semuanya adalah tipuan,40

penjelasannya tentang cinta

terhadap Allah telah membuat dirinya tidak membutuhkan sesuatu apapun, karena

kesalehan dan cinta terhadap sang Khaliq akan menjadi kekal sampai manusia

menemukan jati diri yang sesungguhnya, seperti yang dikatakan oleh Jalaludin

36

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 371. 37

Abuddin Nata, Studi Islam, h. 312. 38

Para Zahid ialah orang-orang yang memandang segala hal yang berkaitan dengan

duniawi dipandang negatif, dan tujuan utama mereka adalah fokus untuk cinta terhadap Allah,

karena bagi orang Zahid Allah dipandang bukan saja sebagai sang pencipta dan pembuat hukum,

tetapi Allah adalah salasatu tujuan utama untuk di sembah dan di cintai dengan jalan keimanan,

lihat Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 372. 39

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 373. 40

Baldick, Islam Mistik, h. 52.

Page 44: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

32

Rumi bahwa, anda akan mengenal Tuhan anda setelah anda mengenal diri anda

sendiri.41

3. Schumann menjelaskan bahwa ajaran asketis Abu Yazid dikembangkan

oleh muridnya yang bernama al-Junaid.42

Al-Junaid adalah tokoh tasawuf yang

menaruh perhatian besar terhadap rambu-rambu jalan menuju Allah, ia

menjelaskan bahwa jalan kedekatan seorang hamba terhadap Tuhannya harus

dimulai dengan taubat secara sungguh-sungguh dan komitmen tidak

mengulanginya, dengan hati yang bersih serta terlepas dari belenggu duniawi

menjadi perjalanan awal para sufi untuk menaiki tangga-tangga tasawuf hingga

jenjang-jenjang irfani43

, dengan begitu manusia bisa melupakan maksiat yang

pernah dilakukannya karena dalam pikirannya terpenuhi cinta terhadap Allah.44

Schumann menjelaskan bahwa menurut al-Junaid dalam diri manusia ada

sifat individual dan kolektif, individual adalah keinginan manusia yang muncul

dari dalam hati agar selalu dekat dengan Tuhannya, dan kolektif yaitu manusia

ingin dekat dengan manusia lain, gambaran tentang unsur manusia ini telah

diramalkan oleh Allah, dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa ketika manusia

belum diciptakan dan masih dalam alam ruh, ia ditanya oleh Allah: “apakah aku

adalah Tuhanmu?” dan ruh ini mengatakan aku bersaksi bahwa engkau adalah

Tuhanku dan Muhammad adalah utusan-Mu. Oleh kerena itu, dalam pemahaman

41

M.Muhsin, Tarekat dan Dinamika Sosial Politik Tafsir Sosial Sufi Nusantara

(Yogyakata: Pustaka Belajar, 2015), h. 59. 42

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 372. 43

Irfani adalah memperoleh sesuatu ma’rifat dari Tuhan dan itu tidak berdasarkan

mengkaji atau menganalisa teks-teks dari buku, melainkan Ilmu yang datang pada manusia dari

Tuhan, lihat pada A Khudori Soleh, Model-Model Epistimologi Islam, h. 196. article diakes pada 9

Februari 2016 dari, http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/Model-Model-

Epistemologi-Islam.pdf 44

Hajjaj, Tasawuf Islam, h. 79.

Page 45: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

33

Islam dari sebelum lahir di dunia manusia sebenarnya sudah punya kedekatan

dengan Allah.45

4. Setelah membahas tasawuf al-Junaid Schumann menjelaskan tasawuf Abu

Mansur al-Hallaj, ia menjelaskan bahwa Abu mansur al-Hallaj meminjam teologi

aliran Nestorian46

tentang paham hulul, dalam sejarahnya ia tidak bisa

membedakan lagi mana dirinya dan mana Tuhannya, jadi antara jiwa telah

menyatu dengan Tuhan. Dalam kisahnya al-Hallaj mengatakan bahwa "ana

alhaq”47

yang artinya akulah kebenaran.48

Para kaum sufi tidak semua sepaham

dengan ajaran hulul al-Hallaj, salah satu sufi yang menolak paham hulul yaitu al-

Junaid, ia menjelaskan bahwa Allah tersucikan dari segala kesalahan, Dia tidak

hulul atau masuk dalam wujud makhluk-Nya, setinggi apapun derajat manusia ia

tetaplah hamba dan tidak akan sederajat dengan Allah.49

5. Tokoh sufi selanjutnya yang mengamalkan ajaran tasawuf yaitu imam al

Ghazali, ia menjelaskan bahwa sebuah kesalehan sejati tidak terlepas dari cinta

terhadap Allah dan manusia, cinta terhadap manusia akan tercapai dengan diawali

cinta terhadap Allah, dan dengan cinta terhadap Allah manusia akan menemukan

sumber kekuatannya.50

Schumann menjelaskan bahwa menurut al-Ghazli ajaran tasawuf

mempunyai dua golangan: pertama ilmu tasawuf menjadi bagian dari ilmu agama,

yaitu yang tetap membedakan antara hakikat Allah dan hakikat manusia, manusia

45

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 373. 46

Aliran Kritsten Nestorian adalah memahami tuhan Allah hadir pada pribadi Isa Al-

Masih (Yesus), lihat Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h. 73. 47

Perkataan al-Hallaj tentang ana alhaq bukan bermakna bahwa dia adalah tuhan Allah

tetapi ana alhaq adalah salasatu nama Allah, namun oleh orang yang tidak sependapat dengan al-

Hallaj, ia beranggapan bahwa dirinya adalah Allah, dan kerena perkataannya iapun dihukm mati

dengan alasan membahayakan aqidah Islam, lihat Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 374. 48

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 374. 49

Hajjaj, Tasawuf Islam, h. 112. 50

Schumann, Sepuluh Ulama Bicara Isa Al-Masih, h. 145.

Page 46: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

34

merasakan kehadiran Allah namun tetap dibedakan dengan dirinya, jadi manusia

merasakan kehadiran Allah pada dirinya sendiri. Kedua yaitu yang menyamakan

hakikat Allah dan hakikat manusia, golongan kedua ini berpendapat bahwa Allah

dan manusia bisa mencapai kesatuan jiwa (wahdat al-Wujud), pemahaman seperti

ini berlandaskan bahwa wujud adalah salahsatu sifat Allah, dan Allah hanya

mempunyai satu wujud jika membedakan antara wujud Allah dan wujud manusia

berarti percaya ada dua wujud.51

Dari keduanya al-Ghazali membenarkan ide yang pertama, dimana ajaran

tasawuf dianggap sebagai unsur ketiga dalam pedoman agama Islam setelah

teologi dan ilmu fiqih, namun pemahaman yang kedua, al-Ghazali menolak karena

hanya Allah yang mempunyai sifat wajibul wujud sedangkan manusia adalah

ciptaan-Nya yang memupuyai sifat mumkinul wujud.52

6. Setelah membahas tentang ajaran tasawuf al-Ghazali, Schumann

membahas ajaran tasawuf Muhyi ad-din Ibn al-Arabi 1165-1240. Ia menjelaskan

bahwa ketika manusia masih di alam ide, kewujudan manusia sudah tampak

namun belum berdiri sendiri. Jadi dalam paham wujud antara Allah dan manusia

Ibn al-Arabi tidak memisahkan atau mengidentikan keduanya.53

Pemahamannya

tentang wujud Ibn al-Arabi berlandaskan al Qur’an(QS. Al-A’raaf: 172).

يت ن رس س إرأخزسبك هي ب ءآدم هي ظ بل ن ألست بشبكن قبل فس أشذن عل أ ن

م القيوة إبكبعي زاغبفليي لا ي ذبأى تق ش

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu melahirkan keturunanmu dari para anak

Adam dari tulang rusuknya dan menyuruh mereka bersaksi terhadap dirinya

sendiri, atas pertanyaan: Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul

51

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 375. 52

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 375. 53

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 376.

Page 47: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

35

(Engkau Tuhan Kami). Kami menjadi saksi. (Kami lakukan yang demikian itu)

agar dihari kiamat nanti kamu tidak berkata: Kami tidak mengetahui hal itu.54

Ibn al-Arabi berpendapat bahwa manusia pada hakikatnya berada dalam

Ma’rifat (pengetahuan) Allah, jika manusia sebagai yang kedua mempunyai

hakikat berada diluar pengetahuan Allah, seharusnya manusia mempunyai

pengetahuan tentang Allah sebagai dirinya yang keluar dan berwujud. Oleh karena

itu menurut Ibn al-Arabi mustahil manusia menjadi kedua yang mengetahui

hakikat Allah.55

Dalam keterangan lain Ibn Arabi menjelaskan bahwa segala yang

materi ialah eksistensi terbatas yang berasal dari eksistensi absolut, dan setiap

yang terbatas akan hancur dan kembali kepada yang absolut, penggambaran

tentang eksistensi absolut adalah Allah yang tidak mempunyai sifat lahiriah.56

7. Menurut Schumann pemikiran Ibn al-Arabi diteruskan oleh Abd al-Karim

al-Jili dari Persia, ia menulis buku tentang al-Insan al-Kamil (Manusia

Sempurna). Dijelaskan oleh al-Jili bahwa manusia sempurna adalah yang belum

diciptakan atau belum keluar menjadi wujud, dan setelah manusia telah berwujud

ia kelihatan terpisah dari Allah, namun menurut al-Jili adajuga manusia yang telah

berwujud namun tetap menjadi manusia yang sempurna yaitu para nabi yang

tauhidnya tetap sempurna, contoh nabi yang menjadi gambaran sebagai manusia

sempurna oleh al-Jili yaitu nabi Muhammad.

Al-Jili berpendapat pada dasarnya manusia berada dalam bayangan Allah,

kemudian Ia menciptakan bakal manusia pertama yang masih berbentuk nur yang

kemudian nur itu menjadi wujud Nabi Muhammad, menurut al-Jili Nabi

Muhammad secara wujud terpisah dari Allah tetapi secara hakikat ia tidak terlepas

54

Moh. Rifa’i dan Rosihin Abdulghoni, Al-Qur’an, h. 156. 55

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 376. 56

Affifi, Filsafat Mistis Ibnu Arabi (Jakarta: PT Gaya Media Pratama, 1995), h. 17.

Page 48: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

36

dari-Nya. Menurut al-Jili segala keturunan manusia pada hakikatnya terbentuk

lewat karunia Allah melalui nur Muhammad,57

Khaja Khan menjelaskan bahwa

dari nur Muhammad segala eksistensi mewujud secara lenkap, hal itu diperkuat

oleh perkataan Nabi Muhammad bahwa “Ana nabiyyuna wa Adamu bainal maa-i

wat-tiin” yang artinya “Aku sudah menjadi nabi ketika Adam masih diantara air

dan tanah liat”.58

8. Menurut Schumann paham al-Jili ini dipakai oleh seorang tasawuf

Nusantara yaitu Hamzah Fansuri,59

dalam falsafah wujud Fansuri menjelaskan

bahwa Allah menampakan sifat-Nya lewat penciptaan alam semesta, penciptaan

manusia menurun secara teratur kedalam lima martabat, yaitu dari yang universal

(umum) ke khusus, dari yang luas ke sempit, dari yang tinggi ke rendah, dari yang

atas turun ke bawah, sedangkan Allah sendiri menurutnya sebagai sosok la

ta’ayyun atau Dia yang tidak nyata, dengan alasan akal manusia tidak akan

mampu memahami Allah, ia hanya dapat di kagumi dengan keagungan ciptaan-

Nya, seperti yang di katakan oleh nabi Muhammd bahwa “Pikirkan saja apa yang

diciptakan Allah, tetapi jangan pikirkan tentang Dzat-Nya”.60

Menurut Schumann konsep tasawuf Fansuri dibagi dua: pertama

menjelaskan tentang eksistensi Tuhan yang kemudian menciptakan makhluk-Nya

melalui proses emanasi, dan proses emansasi itu terbagi menjadi tiga yaitu

Ahad61

, wahda62

dan Wahidiyya63

. Kedua alam ini dipandang oleh Fansuri sebagai

57

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 377. 58

Khan Sahib Khaja Khan, Cakrawala Tasawuf (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h. 81. 59

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 377. 60

Abdul Hadi, Hamzah Fansuri, Risalah Tasawuf dan Puisi-puisinya (Bandung: Mizan,

1995), h. 38. 61

Ahad: atau yang Esa adalah proses penciptaan belum ada, hanya Allah dengan

sendirinya dan tanpa ada yang memikirkan (Ahadiya), karena pada proses pertama ini Allah belum

menciptakan apapun, yaitu kosong dan tenang dianalogikan seperti laut yang tenang dan tanpa

ombak sekecil apapun. Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 379.

Page 49: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

37

alam bayangan yang sebenarnya tidak nyata, karena semua itu akan kembali

kepada Allah melalui jalan tanazul. Alam ini dan manusia diciptakan melalui ide

Allah dan akan kembali kepada-Nya, seperti air dari laut yang dihisap oleh awan

dan turun menjadi hujan kecil-kecil dan berkumpul kemudian mengalir kesungai

dan kembali kelaut lagi, bagitu juga manusia yang diciptakan oleh Allah dengan

proses tanazul dan pada akhirnya akan kembali kepada Allah dan prosesnya

melalui alam Arwah64

, kemudian alam Mithal65

dan alam Ajsam66

.

Schumann menjelaskan bahwa menurut Fansuri, setelah manusia keluar

menjadi wujud, mereka terlena terhadap ikatan duniawi, akibatnya manusia lupa

terhada Allah yang telah menciptakannya,67

hal itu diperkuat oleh tabiat manusia

itu sendiri, ada salah satu pendapat bahwa dalam bahasa Arab manusia bermakna

insan dan berasal dari kata “nas” yang bermakna lupa, karena manusia hidup di

62

Wahda: yaitu yang satu, perbedaan dengan ahad, jika ahad belum mengenal sesuatu

masih kosong tetapi wahda sudah mengenal menyatu, dan wahda telah mengenal empat unsur

yang menyatu yaitu ilmu, wujud, syhud, dan nur, (pengetahuan, eksistensi, kesaksian dan cahaya).

Semuanya saling berkaitan dan mempunyai ketergantungan, seperti Ilmu sebuah pengetahuan

harus ada pasanganya yaitu yang mengetahui, dan dalam proses penciptaan manusia disini belum

terwujud namun manusia sudah ada dalam bayangan Allah atau dalam alam ide, jadi penciptaan

adam beserta keturunannya sudah ada dalam alam ide, dan tahap ini juga yang mulai muncul ide

tentang penciptaan tumbuhan dan penciptaan hewan, hingga kemudian terciptanya Adam yang

mempunyai wujud yaitu ketika sudah bersaksi terhadap Allah dan kerasulan Muhaammad,

disitulah menurut Hamzah, Adam adalah orang pertama yang mengetahui insan al kamil lewat nur

Muhammad. Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 379. 63

Wahidiyya: yaitu penampakan atau kenyataan, materi yang sebelumnya masih dalam

alam ide mulai tampak namun masih belum terpisah dengan Allah, hanya saja proses penciptaan

alam dan seisinya semakin jelas, tetapi perlu di garis bawahi keadaan ini masih bersifat logis

bukan ontologi. Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 379. 64

Alam Arwah, secara individu roh sudah terpisah dengan individu lain dan siap berpisah

atau keluar menjadi wujud, dianalogikan seperti air yang sudah terhisap oleh awan dan siap turun

menjadi rintikan hujan, bentuk-bentuk yang nyata sudah siap keluar menjadi wujud. Schumann,

Ilmu Agama-Agama, h. 380. 65

Alam Mithal atau disebut sebagai alam penciptaan yaitu alam individu yang sudah

diberikan bentuk dan bisa membedakan dengan individu yang lain, tahap ini disebut juga sebagai

kun fayakun, yaitu terjadi penciptaan dan kemudian menuju tahap selajutnya. Schumann, Ilmu

Agama-Agama, h. 380. 66

Alam Ajsam adalah alam bentuk, individu yang telah tercipta kemudian ia keluar

manjadi materi dan dalam tahap ini individu-individu telah menjadi wujud, seolah-olah wujud ini

sudah terpisah dengan alam arwah dan Mithal, hingga dalam tahap ini manusia banyak yang lupa

dan tak mengenal dirinya. Lihat Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 380. 67

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 380.

Page 50: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

38

dunia ini diawali dari terlupa dan akan berakhir dengan kelupaan.68

Oleh karena

itu, ajaran taswuf adalah untuk menuntun menusia untuk taat terhadap allah

sekaligus menyadarkan bahwa mereka adalah individu-individu yang tercipta oleh

Allah dan kelak akan kembali kepada-Nya.69

C. Hukum Islam

Manusia sejak awal penciptaannya secara invidu sudah beragam, dan antara

individu dengan individu lainnya saling membutuhkan, karena perkembangan

kemampuan manusia adalah hasil dari pergaulannya dengan yang lain, telah

dikenal sejak dulu bahwa kehidupan manusia berkelmpok-kelompok, hal itu

menandakan bahwa kehidupan manusia membutuhkan yang lainnya.

Namun ada naluri egois pada diri manusia yang bisa menimbulkan

kerusakan, kerusakan itu bisa terjadi pada dirinya ataupun pada manusia lain,

telah banyak dijelaskan dalam sejarah manusia, dimana banyak terjadi suatu

golongan atau suku tidak menerima individu dari suku lain, hingga manusia

merasa nyaman dengan kehidupannya, ia akan mudah menindas orang lain yang

lemah.70

Oleh karenaitu, dibentuklah suatu hukum untuk mengatur manusia agar

tidak mendzalimi dirinya maupun orang lain, dalam ajaran Islam hukum terbagi

menjadi dua: Pertama hukum wadh’i, yaitu hukum yang dibentuk oleh suatu

pemimpin dalam kelompok dan bersifat duniawi seperti mengatur manusia hidup

rukun dengan yang lainnya, namun hukum ini tidak menjamin kepuasan untuk

68

Khaja Khan, Cakrawala Tasawuf, h. 80. 69

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 380. 70

Syekh Muhammad Ali As-Sayis, Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Hukum

Islam (Jakarta: Akademia Presindo, 1996), h. 5.

Page 51: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

39

semua orang, oleh karena itu hukum ini bisa digugat. Kedua hukum langit yaitu

hukum yang bersumber dari Allah, hukum ini berguna untuk menuntun manusia

agar menjadi manusia yang bermoral dan taat terhadap Allah.71

Berbicara tentang hukum Wadh’i, hukum ini terkadang terasa tidak adil

ketika dipegang oleh pemimpin yang zhalim, dalam sejarah Islam sendiri tentang

ketidakadilan hukum sering dirasakan. Hal senada dengan apa yang dijelaskan

oleh Schumann bahwa dalam sejarah Islam, pemikiran tentang hukum yang dibuat

oleh petinggi negara terkadang hanya menguntungkan untuk mereka saja,

sedangkan untuk masyarakat justru terkadang menjadi tekanan, dan yang lebih

parah lagi bahwa hukum negara terasa tidak adil ketika para petinggi negara

banyak yang dzalim dan melakukan penyalahgunaan hukum.

Kasus penyalahgunaan hukum yang banyak terjadi yaitu pada masa khalifah

Muawiya, yaitu diawali perpecahan yang terjadi karena proses kepemimpinan

yang tidak demokrasi, ketika Muawiyah memerangi Ali dan mengangkat dirinya

sendiri sebagai khalifah yang kelima, kekuatan militer Mu’awiya sangat besar

dalam kepemimpinannya banyak masyarakat Islam yang merasa terasing, dan

kecewa hingga menolak kerjasama dengan Khalifah.72

Kemudian hukum langit adalah suatu hukum yang bersumber dari Allah,

menurut Syekh Muhammad Ali As-Sayis hukum Allah dinamakan “agama” atau

“Millah” atau “syariat”. Ia disebut agama karena disembah dan dipercayai, ia

disebut Millah karena diperkenalkan kepada manusia dan disebut syariat karena ia

merupakan hukum-hukum yang disyariatkan dan sebagai jalan yang jelas.73

71

Ali As-Syais, Perkembangan Hukum Islam, h. 6. 72

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 451. 73

Ali As-Syais, Perkembangan Hukum Islam, h. 6.

Page 52: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

40

Dalam ajaran Islam hukum mencakup tiga aspek yaitu “aqidah, syariah, dan

akhlak”, pada aspek syariah dan akhlak yaitu berkaitan dengan ibadah muamalah

dan sikap-sikap yang berkaitan dengan Allah dan makhluk, sedangkan aqidah

berkaitan dengan keimanan terhadap Allah dan para nabi serta rasul-Nya.74

Hal

itu senada dengan pendapat Schumann, ia menjelaskan dalam ajaran Islam

mengandung hukum yang mengatur manusia yang terkait dengan ibadah dan

hubungan langsung antara manusia terhadap Allah, hukum ini dikenal dengan

lima macam hukum yaitu “wajib, sunah, mubah, makruh dan haram”, dan hukum

ini bisa menggugat manusia ketika ia melakukan hal-hal yang wajib dan yang

haram.75

Schumann menjelaskan bahwa dalam Islam tidak dikenal ajaran bahwa

Iblis mencoba menghancurkan Tuhan layaknya dalam ajaran Kristen bahwa

didunia ini dipahami sebagai medan perang antara Allah dan Iblis,76

tetapi tujuan

Iblis dalam pemahaman Islam adalah untuk menggoda manusia.77

Dalam pandangan Islam manusia akan celaka oleh dua hal: pertama karena

manusia tergoda oleh Iblis hingga akhirnya terpedaya dan menjadi pengikutnya,

kedua yaitu karena kelalaian manusia itu sendiri karena lupa. Oleh karena

itu,menurut ajaran Islam dunia ini sebagai tempat ujian manusia.78

Ajaran hukum

dalam Islam disebut sebagai fiqh yang bersumber pada Al-Qur’an, ajaran hukum

ini menjadi ajaran kedua setelah ilmu kalam, oleh karena itu hukum Islam masih

74

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009), h. 32. 75

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 462. 76

Dalam ajaran Krsiten dijelaskan bahwa tuhan memiliki dua kerajaan, Pertama yaitu

kerajaan duniawi dikenal dengan Civitas Terena atau regnum, (Babel), Kedua yaitu kerajaan langit

atau kerajaan Gereja, (Jerusalem) dikenal dengan Civitas Dey atau Sacerdotium. Menurut Luther

kerajaan dunia ini telah diperangi oleh iblis, dimana ia ingin menguasai kerajaan dunia ini, namun

pada akhirnya iblis akan kalah, tetapi dunia ini masih dalam perebutan antara Allah dan iblis

hingga keadaan ini masih campuran atau disebut Civitas Parmixta lihat Schumann, Ilmu Agama-

Agama, h. 387-486. 77

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 448. 78

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 450.

Page 53: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

41

termasuk Ulum ad-din (ilmu agama), dan Ilmu hukum juga ikut menentukan

kedudukan orang mukmin dihadapan Allah. Menurut Schumann orang yang biasa

menetapkan hukum dalam Islam disebut Fuqaha (Ahli hukum), para ahli hukum

ini adalah bagian dari para ulama yang menjadi panutan masyarakat Islam.79

Dalam ajaran Islam hukum Allah telah berlaku sejak awal adanya manusia,

ketika Nabi Adam melakukan kesalahan hingga kemudian ia diturunkan kedunia,

namun tidak mengajarkan dosa waris dari Nabi Adam hingga kemudian Yesus

menjadi penebus dosa tersebut, setelah Nabi Adam diturunkan kedunia ini, ia

memohon ampun terhadap Allah dan mengakui kesalahannya, dan setelah itu

Nabi Adam dapat berhubungan baik dengan Allah.80

Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa fitrah manusia padahakikatnya suci,

meskipun ia melakukan dosa manusia tetap suci dan masih bisa berhubungan baik

dengan Allah, tetapi manusia terkadang lupa akan kenikmatan yang Allah berikan

dan hukum Allah bagi orang yang tidak menyukuri nikmat Allah disebut kafir.

Namun manusia bisa menutupi dosanya dengan perbuatan yang baik, seperti amal

saleh membantu orang lain dan sebagainya, karena selamat atau tidaknya manusia

di dunia maupun di akhirat adalah kehendak Allah, karena Allah menyukai

hambanya yang bertakwa.81

Schumann menjelaskan bahwa dalam hukum Islam ada dosa besar yang

tidak akan dimaafkan oleh Allah yaitu menyembah selain Allah (Syirik),

dijelaskan dalam ajaran Islam bahwa Allah tidak akan mengampuni dan akan

menutup pintu surga untuk selama-lamanya bagi hamba-Nya yang melakukan

kemusyrikan. Oleh karena itu, dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa manusia

79

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 463. 80

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 447. 81

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 449.

Page 54: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

42

hidup didunia ini adalah untuk taat terhadap Allah, namun manusia terlihat

sebagai makhluk yang lemah dan mudah tergoda oleh Iblis yang akan selalu

menjebak, tetapi manusia menurut fitrahnya akan tetap mampu mentaati hukum

Allah.82

Oleh karena itu, dibentuknya suatu hukum baik dalam tatanan negara

maupun agama, ialah untuk membimbing manusia menjadi pribadi yang lebih

baik, seperti yang dijelaskan oleh Abuddin Nata bahwa kegunaan ilmu fiqh atau

hukum Islam adalah sebagai solusi untuk manusia dari berbagai permasalahan

kehidupan serta untuk menjelaskan fungsi manusia sebagai makhluk

bermasyarakat, agar dalam kehidupan masyarakat berjalan tertib, damai, dan

harmonis.83

D. Perkembangan Islam Kontemporer

1. Islam dan Pluralitas

Pada era sekarang ini kehidupan majemuk tidak bisa dihindari dimana

semakin bertambahnya umat manusia dan mengalami perpindahan dari tempat

satu ketempat lainnya, akibatnya manusia harus beradaptasi dengan lingkungan

baru, tetapi terkadang seserorang yang memeluk suatu tradisi dan agama tertentu

tidak mau menerima kemajemukan, seperti yang dijelaskan oleh Harun Nasution

bahwa dalam agama tertentu ajaran dogmatis bisa mempengaruhi manusia

menjadi pribadi yang tertutup dan menolak terhadap hal-hal yang bertentangan

82

Schumann, Ilmu Agama-Agama, h. 450. 83

Abuddin Nata, Study Islam, h. 239.

Page 55: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

43

dengan dogmanya. Sikap dogmatis membuat manusia menjadi orang yang

bersikap tradisional, emosional, dan tidak rasional.84

Namun pemahaman tertutup, ataupun tradisional tidak sesuai dengan ajaran

Islam seperti yang dijelaskan oleh Yunasril Ali bahwa dalam ajaran Islam terdapat

larangan untuk memaksakan suatu agama terhadap orang lain, oleh karena itu

keberagamaan seseoran harus tulus dari dalam hati, larangan itu termaktub dalam

ayat Al-Qur’an yang berbunyi,

“Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya semua manusia yang ada di bumi beriman

seluruhnya. Hendak kau paksa jugakah orang supaya beriman” (QS. Yunus

10:99).85

Kehidupan Manusia secara global tidak terlepas dari pluralitas, baik itu

pluralitas Ras, Etnic dan Agama, hal itu dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an:

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan dan mejadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku”

(QS. Hujurat 49, 13) “Dan diantara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah

menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu”

(QS. Ar-Rum 30:22).86

Oleh karenaitu, kehidupan pluralitas sebenarnya telah diramalkan dalam Al-

Qur’an, hal itu seharusnya sebagai bukti bahwa Islam adalah agama yang

menerima pluralitas bukan sebaliknya sebagai agama eksklusif yang tak

menerima perbedaan, Schumann menjelaskan bahwa dalam era modern ini Barat

memahami orang Islam sebagai golongan yang sulit untuk membuka diri dalam

hidup bersama dengan masyarakat lain yang beda agama.87

Di dunia Barat sendiri

banyak orientalis memandang orang Islam negatif, seperti yang dijelaskan oleh

84

Nasution, Perkembangan Modern dalam Islam (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1985), h. 2. 85

Ali, Sufisme dan Pluralisme, h. 22. 86

Ali, Sufisme dan Pluralisme, h. 22. 87

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 172.

Page 56: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

44

Imam Yahya bahwa salah satu orientalis yaitu Edmund Bosworth yang

menyatakan bahwa Islam adalah agama yang disebarkan dengan pedang,

pernyataan itu tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar karena pada

sejarahnya sejak abad 8 samapai abad 17 umat Islam dihiasi dengan peperangan.88

Namun ada juga para Ilmuwan yang memandang Islam secara postiif, seperti

Wiliam Montgomery Watt dimana pandangan keislamannya menjadi rujukan

Schumann dalam mempelajari agama Islam.89

Schumann menjelaskan bahwa sejak awal, Islam sudah hidup dalam

kemajemukan, yaitu ketika nabi Muhammad hijrah ke Madinah ia menyatukan

masyarakat yang berbeda suku dan agama lewat perjanjian Madinah.90

Seperti

yang dijelaskan oleh Al-Hamid bahwa dalam perjanjian Madinah, Nabi

Muhammad membuat aturan untuk hidup damai dan tidak membeda-bedakan

antara kabilah Yahudi dan Arab, kepada mereka Muhammad memperlakukan hal

yang sama, begitu juga umat Yahudi, ia berhak mendapat pertolongan dan

perlakuan baik serta bebas untuk menjalankan agamanya.91

Perjanjian Madinah

sering dijadikan acuan oleh para pemikir Islam modern bahwa umat Islam bisa

hidup bersama dalam kemajemukan.92

Menurut Schumann Nabi Muhammad adalah orang pertama sebagai

penafsir Al-Quran, dalam sejarah hidupnya ia sering mengadakan musyawarah

guna menemukan tatanan hidup yang lebih baik, dalam hal keagamaan

Muhammad menjadi panutan umat Islam, namun dalam hal sosial nasihat Nabi

88

Imam Yahya, Jihad dan Perang dalam Literatur Muslim, dalam buku Islam dan

Urusan Kemanusiaan (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2015), h. 134. 89

Schumann, Menghadapi Tantangan, h. 92. 90

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 420. 91

Al-Hamid Al-Husaini, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw (Bandung:

Pustaka Hidayah, 2011), h. 540. 92

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 178.

Page 57: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

45

Muhammad tidak semuanya dituruti, Nabi Muhammad juga adalah seorang yang

menerima perbedaan dalam memahami atau menafsirkan Al-Qur’an, Nabi

Muhammad menjelaskan bahwa perbedaan pemikiran adalah anugrah, jadi

perbedaan pendapat tidak ditolak selagi tidak mempengaruhi penyembahan

terhadap Allah dan ajaran tauhid tetap terlindungi.93

Schumann menjelaskan bahwa Muhammad memandang umat Yahudi

sebagai satu golongan yang berbeda dalam din namun tetap sebagai penyembah

Tuhan yang sama yaitu Allah, diterangkan dalam surat Al-Kafirun untuk kamu din

kamu dan untuk aku din aku, Oleh karena itu Muhammad melihat status agama

Yahudi dan agama Islam sejajar.94

Begitu juga dengan agama Kristen, Muhammad memandang agama Kristen

sebagai suatu agama dimana masih dalam satu umat dengan Islam, meskipun pada

saat pembuatan piagam Madinah umat Ksriten tidak ada namun pada tahun 727

M, ada utusan Nasara dari Najran yang bertemu dengan Nabi Muhammad untuk

berdiskusi tentang perbedaan pemahaman tentang konsep ketuhanan dan

kepribadian Isa Al-Masih, Nabi Muhammad juga dengan suka cita membolehkan

mereka melaksanakan Ibadahnya di dekat mushalah umat Islam.95

Dijelaskan oleh

Ibn Ishaq bahwa utusan dari Najran yang bertemu dengan nabi Muhammad

dipimpin oleh tiga orang yaitu aqib (pemimpin rakyat), sayyid (administratur) dan

seorang Imam, kedatangan mereka bertemu dengan Nabi Muhammad adalah

untuk merundingkan perjanjian dengan Muhammad.96

93

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 173. 94

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 179. 95

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 180. 96

Hugh Goddard, Sejarah Perjumpaan Islam Kristen (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,

2013), h. 50.

Page 58: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

46

Schumann menjelaskan bahwa dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa banyak

nabi-nabi sebelum Muhammad diutus oleh Allah untuk menuntun umat dengan

mendirikan komunitas agama masing-masing, oleh karena itu banyaknya agama

yang ada hampir sama banyaknya dengan nabi-nabi. Dijelaskan oleh Madjid

bahwa nabi-nabi yang diutus oleh Allah ialah untuk memberikan kabar kepada

umat manusia untuk hidup dijalan yang benar, perintah Allah yang dikabarkan

kepada para nabi menjelaskan bahwa manusia harus percaya dan tunduk tehadap

kekuasaan Allah.97

Menurut Schumann Nabi Muhammad adalah manusia yang mempunyai

pemikiran sangat maju, hingga konsep perjanjian Madinah sering menjadi acuan

oleh para pemikir Islam Modern,98

dan ciri masyarakat modern adalah masyarakat

majemuk yang identik hidup bersama dalam perbedaan tanpa ada yang

ditinggikan dan direndahkan, perjanjian Madinah adalah contoh Nabi

Muhammad untuk umatnya bisa hidup bersama dengan agama lain. Oleh karena

itu, semakin membuktikan bahwa Islam adalah agama yang menerima perbedaan

baik itu dalam pemikiran keagamaan maupun secara sosial untuk hidup dalam

kemajemukan.99

2. Islam dan Radikalisme

Radikalisme merupakan hasil labelisasi tentang gerakan-gerakan keagamaan

yang memiliki ciri pembeda dengan gerakan Islam yang menjadi maenstreem

yang bertujuan untuk menegakkan Islam sesuai dengan masa lalu (Salaf al-

Shahih). Dan mempunyai visi dan misi untuk menegakkan Islam sesuai dengan

97

Madjid, Islam Agama Kemanusiaan, h. x. 98

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 182. 99

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 182.

Page 59: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

47

tatanan masyarakat Islam di zaman Rasulullah sesuai dengan Al-Quran dan

Sunnah. Pelabelan sepihak oleh beberapa orang yang menganggap Islam sebagai

agama radikal patut menjadi perhatian. Karena pada dasarnya, sejarah mencatat

hampir di semua negara yang dihuni oleh masyarakat yang menganut agama

tertentu bisa melakukan radikalisme.100

Radikalisme atau fenomena kekerasan yang mengatasnamakan agama

sering kali dipicu oleh berbagai faktor. Pada masa kontemporer misalnya,

kekerasan berbau agama atau atas nama agama lebih sering disebabkan oleh

faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang memberikan lahan cukup

subur bagi tumbuhnya “culture of violence” (budaya kekerasan).101

Mulai dari

penerapan syariah secara kaffah di dalam negara, keinginan memberantas segala

kemaksiatan, pluralisme dan interaksi antar agama, protes terhadap kedatangan

artis manca yang berbau porno, penolakan ajang Miss World yang

diselenggarakan di Indonesia, protes campur tangan asing seperti kapitalisme

yang merebak dan lain sebagainya. Respon ini biasanya berakhir dengan anarkis

dan banyak pihak, khususnya umat Islam sendiri menilai kontra-produktif

terhadap yang dilakukan kelompok ini.102

Schumann dalam bukunya Agama-agama Kekerasan dan perdamaian

mengatakan bahwa radikalisme sudah muncul sejak awal abad ke 19 sebagai

jawaban atas berbagai pengalaman politik yang dialami banyak komunitas Islam

di seluruh dunia. Faktor utamanya adalah konfrontasi dengan kolonialisme Barat

100

Muh. Fajar Shodiq, “Radikalisme Dalam Islam Antara Pelabelan dan Konstruksi

Sosiologi,” article Diakses pada 25 Januari 2016 dari

http://journal.uniba.ac.id/index.php/GM/article/download/90/89. 101

Azyumardi Azra “Kata Pengantar” dalam Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. ix 102

Fajar Shodiq, “Radikalisme Dalam Islam.”

Page 60: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

48

dan setelah Kongres Wina 1815103

, kekuatan besar imperialisme Eropa, terutama

Inggris, Rusia, dan Prancis. Tandingan mereka di pihak Muslim yang masih ada

pada waktu itu adalah Kesultanan Moghul di India, Kesultanan Ottoman (Turki),

dan kemaharajaan Persia yang sejak tahun 1501 menetapkan Shi’a

ithna’ashariyya sebagai agama resmi.104

Menurut Schumann Kesultanan Ottoman memiliki keistimewaan dari

kesultanan lainnya karena ia memegang gelar “Khalifah”. Dan gelar ini yang

menandainya sebagai pemimpin seluruh umat Islam105

. Sementara kerajaan-

kerajaan Islam yang disebutkan di atas sanggup memelihara kedaulatan mereka,

paling tidak selama paruh pertama abad ke-19 hampir semua daerah lainnya

dihuni oleh mayoritas orang Muslim.106

Isu-isu Politisi yang terjadi pada masa demi masa yang dibahas oleh

Schumann ini berkaitan dengan tiga hal, yakni Khalifah, Ukhuwah Islamiyah dan

Jihad. Pada masa Kesultanan Ottoman Khilafat dipahami sebagai lembaga politis

dan militer yang juga mempunyai wibawa dalam bidang hukum sebagai bagian

tugas pemerintahannya. Sultan terakhir yang menggunakan gelar ini secara

103

Wina adalah ibu kota kekaisaran Habsburg yang meliputi sebagaian besar Italia,

Australia, Jerman, Netherland, dan Spanyol, dan hampir dapat dikatakan bahwa kota itu sebagai

ibu kota Eropa Barat kecuali Perancis dan Swiss. Kota itu terus menerus dibela dari segala

serangan pihak Osmani, maka tidak heran ketika propaganda mereka (negara-negara Eropa)

menempel sifat jelek, lihat Schumann, Pemikiran Keagamaan, h. 233. 104

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 189. 105

Sultan Ottoman dikenal oleh umat Islam sebagai pemimpin yang punya wibawa dan

mengatur hukum, namun keadaan Sultan Ottoman yang pada realitanya sudah jauh dari harapan

umat Islam, sejak kepemimpinan bani Abbas Sultan Ottoman mengalami penurunan, dijelaskan

oleh Schumann bahwa khalifah Abbazid yang terakhir melarikan diri ke Kairo karena kota

Baghdad dan kerajaannya dihancurkan oleh tentara Mongol pada tahun 1258, iapun menjadi

khalifah bayangan di kairo Mesir. Lebih lanjut lihat Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 195. 106

Daerah tersebut seperti Aljazair (1830) dan daerah lainnya di Afrika Utara (Kecuali

Libya yang baru pada awal abad ke-20 dikuasai Italia), Asia Tenggara, Asia Tengah, beberapa

daerah di Timur dan Barat Afrika, dan terakhir India Utara (1857), jatuh kedalam Imperialisme

Barat. Lebih lanjut lihat Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 190.

Page 61: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

49

demonstratif dalam politiknya ialah Sulaiman al-Kanuni (memerintah 1520-1566,

yang di Barat dikenal sebagai Sulaiman yang Mulia).107

Sultan-sultan setelah Sulaiman al-Kanuni tidak banyak peduli pada gelar

Khalifah. Bukan gelar itu yang menarik, meskipun ia mula-mula menandai fungsi

ketentaraan (sebagai amir al-mu’minin). Namun ingatan pada fungsi itu sudah

lama lenyap sedangkan kekuatan Kesultanan Ottoman yang hendak bangkit

sekarang terpusat pada kekuatan tentaranya sendiri, entah dengan gelar itu atau

tidak. Pendirian ini baru mulai berubah sejak akhir abad ke-18. Di Eropa

Tenggara, Kesultanan sudah mulai mengalami beberapa kekalahan, dan salah satu

pihak yang turut mengalahkan mereka ialah Kekaisaran Rusia.108

Pada abad ke-19, khususnya pada masa Sultan Hamid II (memerintah tahun

1876-1909), melihat kekuatan politisi mereka berangsur-angsur surut.

Menghadapi masalah itu, Abdulhamid II berusaha untuk meningkatkan

otoritasnya dengan mengangkat kembali gelar khalifah.109

Selanjutnya terkait Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) Schumann

mengatakan tujuan utama dari ideologi itu ialah membangkitkan kembali perasaan

persaudaraan sebagaimana pernah menjiwai umat Islam pada permulaan

sejarahnya ketika ia sangat cepat dapat meluas dan mendirikan kerajaan yang

kuat. Kekuatan itu yang perlu dibangkitkan kembali, dan usaha itu hanya dapat

berhasil apabila perasaan kesamaan, atau persaudaraan, dikukuhkan kembali.

Hal ini terjadi pada masa Kesultanan Abdulhamid II setelah ia mengangkat

kembali gelar khilafah, akan tetapi politisi realis dari kesultanannya bertentangan

dengan khilafah. Sehingga pada saat itu posisi politiknya melemah, Ekonomi

107

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 195. 108

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 196. 109

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 197.

Page 62: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

50

merosot akibat korupsi dimana-mana, dan kerajaan hanya bisa bertahan berkat

bantuan negara-negara kapitalis yang menanam modal mereka dan mengharapkan

bunga yang lumayan, sekaligus menguasai ekonomi kesultanan melalui

pengawasan ketat.110

Schumann dengan pandangannya terkait tujuan dari ideologi Ukhuwah

Islamiyahnya, menyatakan bahwa, semangat dari rasa persaudaraan tersebut

biasanya dihubungkan dengan konsep ide jihad.111

Jihad merupakan salah satu asas agama yang diwajibkan bagi setiap

mukallaf, kewajiban tersebut banyak menimbulkan kesalah fahaman baik bagi

non Islam maupun orang-orang Islam sendiri.112

Dan saat ini Istilah jihad telah

banyak mengalami perubahan makna serta pemutarbalikan gagasan.113

Schumann

mengatakan dalam bukunya, dulu yang pertama-tama dibela dalam jihad adalah

“membela diri” serta hormat kepada Tuhan, akan tetapi selama beberapa abad lalu

dan khususnya pada abad ke-19, maka “membela diri” semakin kehilangan

dimensi keagamaannya dan semakin memperoleh pemahaman politisi.114

Dan

menurut Schumann saat ini jihad sebagai perang semakin lebih digemari

dikalangkan bukan Islam daripada dalam umat Islam sendiri, di mana hal itu

semakin menjadi pegangan kelompok-kelompok radikal yang sektarian di

pinggiran umat.115

110

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 199. 111

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 199. 112

Ali Yasir, Jihad Masa Kini (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2015), h. 29. 113

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 200. 114

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 200. 115

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 231.

Page 63: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

51

Jika melihat fenomena pada era modern ini nampaknya jihad telah

mengalami miskonsepsi116

yang memakanai jihad sebagai perang atau qital,

Hasan al-Banna menjelaskan bahwa ajaran jihad dalam Islam bertujuan untuk

menjamin keamanan dan kedamaian dengan mengamalkan ataupun mengajarkan

risalah yang telah Allah amanatkan terhadap kaum Muslimin, bukan sebaliknya

yaitu mencari permusuhan dintara sesama manusia dan bukan juga untuk

membukan jalan ke dalam ketamakan terhadap duniawi.117

Schumann menjelaskan bahwa bila pada waktu Perang Dunia I, jihad yang

diajak oleh Sultan Ottoman dicap sebagai “jihad Madein Germany”, dan pada

perang dunia II, atau perang pasifik, Jepang di identifikasi sebagai pendorong

jihad sehingga menjadi “jihad Madein Japan”, maka tinggal diteliti siapa yang

menjadi produsen jihad-jihad yang sekarang hendak diproklamasikan di mana-

mana.

Siapa yang menggunakan mujahidun sebagai kuda tarik dari depan kereta

yang memuat kepentingan mereka? Kebanyakan mereka yang tertarik dengan

seruan jihad adalah para pemuda yang kurang memahami sejarah dan ajaran

Islam, yang mengisap indoktrinitas saja. Jadi, apa yang mereka perjuangkan?

Kepentingan siapa yang mereka layani dengan rezim dan tindakan mereka yang

kejam, yang tidak hanya menuntut korban jiwa manusia dikalangan orang

sebangsa yang bukan Islam, melainkan juga dikalangkan yang seagama dengan

mereka sendiri?118

116

Idris, Fundamentalisme Islam: Analisis Pemikiran Politik Bassam Tibi, (Skripsi S1,

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negri Jakarta, 2007), h. 55. 117

Al-Imam Ash-Shaid Hasan Al-Banna, Risalah Jihad (I.I.F.S.O) h. 39. 118

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 231.

Page 64: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

52

Politisasi agama-agama mengikutsertakannya ke dalam konflik-konflik

politis juga, dari sana ke radikalisasi, dan sering lebih lanjut ke fanatisme, bahkan

terorisme. Hal itu hanya menambah masalah dan tidak mampu memecahkan

masalah-masalah. Persoalan yang bersifat politis memerlukan juga pemecahan

secara politis.

Pada era sekarang ini sering terjadi gerakan radikal dengan

mengatasnamakan agama, di Indonesia sendiri kasus yang paling baru yaitu

pengeboman yang terjadi di jalan Thamrin Sarinah pada tanggal 14 januari,119

kemudian dalam isu internasional yaitu gerakan Isis di Irak dan Syuriah yang

semakin membawa kabar negatif terhadap agama Islam. Seorang warga

berkembangsaan Amerika Donald Trump yang saat itu sebagai kandidat Presiden

dari partai republik, dengan tegas mengatakan bahwa orang Islam harus keluar

dari negara Amerika, ia menjelaskan bahwa orang Islam benci tehadap warga

Amerika, gerakan jihad dalam Islam harus secepatnya di atasi karena menurutnya

mereka tidak punya rasa hormat terhadap nyawa manusia.120

Schumann menegaskan bahwa kekerasan dengan mengatas namakan agama

dalam Islam sering terjadi, bahkan terorisme dalam Islam akhir-akhir ini makin

menyeramkan, namun orang yang melakukan kekerasan dengan

mengatasnamakan agama menurutnya terjadi tidak hanya dalam Islam saja, tetapi

kekerasan tersebut terjadi pula dalam umat agama lain.121

Lebih lanjut ia

menjelaskan bahwa kekerasan yang terjadi dalam setiap agama pada hakikatnya

119

Bom dan Ledakan di Sarinah Jakarta, Polisi Sudah Mendapat Peringatan Sebelumnya

dari NIIS. “Kompas,” 12 Februari 2016, h. 1. 120

Donald Trump Minta Kaum Muslimin dilarang Masuk AS. “BBC Indonesia,” 8

Desember 2015, h. 1. 121

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 230.

Page 65: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

53

bukan ajaran dari agama itu sendiri, melainkan agama telah menjadi alat politik,

karena agama dan kekerasan sama sekali tidak ada hubungannya.122

Dari pemaparan Schumann diatas nampaknya ia melihat agama Islam selalu

mengajarkan kedamaian yang sama sekali tidak mengandung penegasan dalam

beberapa hal, menurut penulis radikalisme atau paham kekerasan dalam agama

Islam terjadi bukan hanya karena politik saja melainkan Islam mempunyai hukum

sangat kompleks dan tegas, seperti ayat Al-Qur’an berikut ini:

ي اه ظ ف ح ت باس و ب بس ب ح ال ى ي ب ب الش ا بد ي ي ز ل ال و ل س ا ي ي ز ال ى ي ب ال ب ب ن ك ح ي س بذ ي ف ىة س ت ل با ل ز با ا

اب ش ت ش ت ل ى ش اخ بس اال ش خ ت ل ف اء ذ ش ي ل اع ب ك للا ب ت ك ل ي ل بق و ي ث ت ي ب للا ل ز ا بو ب ن ك ح ي ن ل ي ه ,

ى ش ف ك بل و ك ئ ل ب ف

Sesungguhnya kami telah menurunkan Taurat, berisi petunjuk dan cahaya

yang terang; dengan (Taurat) itulah para Nabi dahulu yang tunduk dan menyerah

diri kepada Allah menghukum orang-orang Yahudi. Begitu pula ulama-ulama dan

pendeta-pendeta mereka menetapkan hukum dengannya, karena mereka telah

diperintah memelihara kitab-kitab Allah; dan adalah mereka menjadi penjaga

dan pengawas kitab itu. Karena itu janganlah engkau takut akan manusia dan

takutlah engkau akan daku dan janganlah kamu tukar ayat-ayat Ku dengan harga

yang sedikit. Barangsiapa yang tiada memutuskan dengan apa yang diturunkan

Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir. (Al-Maidah: 44).123

Dalam keterangan lain Hassan al-Banna menjelaskan bahwa, dalam ajaran

Islam jihad adalah suatu kewajiban yang sangat di anjurkan, dan tidak boleh

dipandang sebagai suatu perbuatan yang ringan. Jihad mencakup malawan hawa

nafsu ataupun memerangi kaum kafir, ia mengutip ayat Al-Qur’an, yaitu:

كش عس كتب عليكن القتبل ئ ي ا ش ش ك ت ى أ لكن , لكن ب خيش ئ ي اش ب ح ت ى أ س ع , , ن ك ل ش ش ب

ى و ل ع ت ل ن ت أ ن ل ع ي لل

Di wajibkan di atas kamu berperang, sedang berperang itu kamu benci,

tetapi boleh jadi kamu benci kekpada sesuatu benda, sedang benda itu lebih baik

bagi-mu, dan kamu kasihi sesuatu benda, sedang benda itu mendatangkan

122

Schumann, Agama-Agama Kekerasan, h. 231. 123

Rifa’i, Al-Qur’an, h. 105.

Page 66: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

54

kejahatan (mudharrat) bagi kamu. Allah yang mengetahui, tetapi kamu tidak

mematuhinya.124

Oleh karenaitu penulis berkesimpulan bahwa fenomena kekerasan yang

terjadi pada masyarakat Islam, disebabkan oleh ajaran hukum yang sudah

selayaknya ditegakan, dan hal itu yang menimbulkan asumsi oleh orang-orang

non Islam khususnya Barat bahwa Islam identik dengan kekerasan.

124

Al Banna, Jihad, h. 3.

Page 67: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

55

BAB IV

ISLAM DI INDONESIA MENURUT OLAF HERBERT SCHUMANN

A. Islam di Indonesia

Berbagai catatan sejarah tentang proses masuknya agama Islam ke

Indonesia banyak pendapat yang berbeda-beda, namun beberapa sumber

menjelaskan bahwa kemungkinan paling kuat tentang awal masuknya agama

Islam ke Indonesia yaitu oleh orang India. Di India sendiri agama Islam

dikenalkan oleh orang-orang Arab, di sana orang Arab banyak yang menetap dan

menyebarkan Islam madzhab Syafi’i. Setelah Islam tersebar di India kemudian

agama Islam di sebarkan ke Nusantara lewat jalur perdagangan.1

Tentang masuknya Islam ke Indonesia nampaknya masih banyak berbagai

pendapat seperti yang dijelaskan oleh Nur Huda, ia mengumpulkan beberapa teori

tentang masuknya Islam ke Indonesia yaitu berasal dari negara India2, Persia

3,

Tiongkok4 dan Arab

5, semua teori itu berdasarkan para tokohnya masing-masing.

1Nor Huda, Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2007), h. 32. 2Teori India yaitu di jelaskan oleh Snouck Hurgronje, ia berpendapat bahwa Islam yang

disebarkan ke Indonesia berasal dari India selatan, tepatnya dari wilayah Malabar dan

Coromandel, dalam sejarahnya banyak saudagar dari wilayah tersebut hijrah ke Indonesia, dalam

jumlah yang cukup banyak orang-orang yang berasal dari India menetap ke beberapa wilyah

Indonesia dan menyebarkan agama Islam. Huda, Islam Nusantara, h. 32. 3Teori dari Persia yaitu dijelaskan oleh Djajadiningrat, ia berpendapat bahwa ajaran

mistik yang berkembang di Indonesia, banyak di pengaruhi oleh ajaran mistik dari persia seperti

paham Manunggaling Kawulo Gusti Syeikh Siti Jenar, banyak di pengaruhi oleh paham Wahdat

al-Wujud al-Hallaj dari Persia. Lebih lengkap baca Huda, Islam Nusantara, h. 37. 4Teori dari Arab yaitu dijelaskan oleh Keyzer, ia berpendapat bahwa Islam di Indonesia

yaitu berasal dari Arab, hal itu didasarkan banyaknya madzhab Syafi’i yang berkembang di

Indonesia selain itu islam di Indonesia di sebarkan lewat jalur perdagangan dan pernikahan, di

jelaskan oleh P.J Veth bahwa dalam sejarah penyebaran agama Islam di Indoneaia salasatunya

yaitu lewat jalur pernikahan, dan dari sekian saudagar asing yang hijrah ke Indonesi saudagar Arab

adalah orang-orang yang gemar menikah dengan masyarakat pribumi. Lihat Huda, Islam

Nusantara, h. 36. 5Teori Cina yaitu dijelaskan oleh H.J. de Graff ia berpendapat bahwa Islam yang

berkembang di Indonesia banyak di pengaruhi oleh orang-orang Cina halitu berdasarkan literartur

Jawa klasik yang memperlihatkan pengaruh orang Cina terhadap penyebaran agama Islam di

Indonesia, kemudian seperti di tanah Jawa menurutnya tokoh keturunan Cina yang berperan besar

Page 68: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

56

Menurut Schumann pada mulanya agama Islam dikenalkan ke Indonesia

oleh para pedagang dari Arab, India dan Persia. Namun penyebaran agama Islam

mulai berpengaruh saat mereka (orang-orang Arab) melakukan perjalanan di

daerah pelabuhan yang menghubungkan negeri mereka dengan negara Tiongkok

dan daerah yang menanam banyak rempah-rempah khususnya di Maluku. Sejak

abad satu masehi Jalur perdagangan antara Indonesia dengan negara lainnya telah

terbentuk, karena masyarakat Indonesia dikenal telah melakukan hubungan

diplomatik, baik itu kepentingan kerajaan maupun penyebaran agama, dan India

adalah negara pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Indonesia

kemudian mengenalkan pemikiran keagamaan yang mereka anut.6 Hubungan baik

antara tanah melayu dengan negara India mencapai pekembangan besar saat

Sriwijaya mencapai kejayaan yaitu abad 7-12 Masehi, kemungkinan besar

kerajaan Sriwiaya mengawasi langsung hubungan perdagangan antara India dan

Tiongkok pada abad 10 masehi.7

Menurut Niemann dan de Hollander orang Arab yang menyebarkan agama

Islam berasal dari Hadramaut,8 hal itu diperkuat oleh peninggalan berupa catatan

biografis yang ditulis oleh orang Arab atau Persi dalam ukiran batu nisan,

Schumann menjelaskan bahwa peninggalan tertua orang-orang Arab Muslim di

Asia tenggara yaitu pada abad 9 Masehi, kemudian pada tahun-tahun berikutnya

pengaruh mereka semakin bertambah. 9

dalam menyebarkan agama Islam seperti Sunan Ampel dan muridnya yaitu Raden Patah. Lihat

Huda, Islam Nusantara, h. 38. 6Schumann, “Meninjau Agama Islam di Indonesia,” Naskah Terbatas Tidak di

Publikasikan (April 1978), h. 1. 7Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 1.

8Huda, Islam Nusantara, h. 36.

9Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 2.

Page 69: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

57

1. Agama Islam di Sumatra dan Tanah Melayu

Daerah Aceh adalah tempat pertama-tama agama Islam tumbuh dan

berkembang di Indonesia, pada tahun 1202 orang Barat yaitu Jehan Syah menikah

dengan seorang putri bangsawan di Pasai kemudian menyebarkan agama Islam

dan mendirikan wangsa yang kemudian menjadi wangsa terhormat di Aceh. Pada

tahun 1285 aliran Syi’ah menjadi aliran resmi di Pasai. Menurut suatu sumber

sejarah di Tingkok pada tahun 1282, kerajaan pasai mengutus dua orang bernama

Husain dan Sulaiman dan kemudian di terima oleh kasiar di ibu kota Tiongkok

untuk menyebarkan agama Islam. Ketika raja Pasai al-Malik as-Saleh meninggal

dunia pada tahun 1297, tulisan yang terukir pada batu nisannya banyak

mengandung ajaran tasawuf, salah satu ukirannya menjelaskan bahwa “dunia ini

adalah fana, barang siapa yang telah masuk dalam dunia ini harus meninggalkan

kembali.”10

Dalam keterangan yang lain orang-orang Arab (Hadramaut) telah

datang ke Indonesia sejak abad ke-tiga Hijriyah, seperti yang di jelaskan oleh

Muhyidin Al Alusi kemungkinan besar orang-orang Hadramaut itulah yang

pertama-tama menyebarkan agama Islam di Indonesia,11

mereka adalah para

saudagar yang mendapat sambutan bagus oleh masyarakat pribumi, faktor

pendukungnya yaitu proses perdagangan yang sebagian besar masih dengan cara

barter.12

10

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 3. 11

Adil Muhyid Din Al Allusi, Arab Islam di Indonesia dan India (Jakarta: Gema Insani

Press,1992), h. 23. 12

Al-Allusi, Arab Islam di Indonesia, h. 24.

Page 70: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

58

Schumann menjelaskan bahwa Menurut Marcopolo13

seorang perantau dari

Italia ia menjelajahi 6 dari 8 kerajaan yang ada di Sumatra, ia menjelaskan bahwa

pada tahun 1292 di Indonesia kota yang penduduknya menganut agama Islam

yaitu hanya di kota Perlak, agama Islam di sebarkan oleh Sarasen sebutan bagi

para sodagar Arab oleh bangsa Eropa, yang mengintegrasikan dirinya melalui

perkawinan.14

Dalam penjelasan yang lain menurut Marcopolo penyebaran agama

Islam disebarkan oleh orang Arab melalui jalur perdagangan.15

Kemudian pada abad 14 paham Sunni mulai dominan di Sumatra, yaitu

penganut paham Hanafi yang mulai berkurang dan berganti dengan madzhab

Syafi’i, meskipun pengaruh bangsa Persia masih dirasakan sampai pertengahan

abad 14. Schumann menjelaskan bahwa seorang perantau dari Arab bernama Ibnu

Batuta berkunjung ke Samudra Pasai tahun 746 H, Ia mencatat bahwa madzhab

Syafi’i menjadi paham yang banyak diikuti.

Dari daerah Pasai agama Islam disyi’arkan sampai ke Semenanjung Malaya,

dan ketika pelabuhan Malaka di bangun kembali yaitu pada tahun 1403, disana

agama Islam dijadikan agama resmi, pendiri Malaka sendiri yaitu Bhre

Parameshwara Aji Ratna Pangkaya (Iskandar Syah)16

. Sebagai seorang raja,

13

Menurut Rahayu Permana, Marcopolo adalah orang Eropa pertama yang hijrah ke

Indonesia. Pada mulanya Marcopolo hijrah ke negri Cina, kemudian ia diutus oleh kaisar Cina

untuk mengantarkan putrinya yang di persembahkan untuk kaisar Romawi, namun dalam

perjalanannya ia berlabuh ke Indonesia tepatnya di Sumatra Utara, di sana ia menyaksikan ada

kerajaan Islam yaitu kerajaan Samudera dengan ibukotanya yaitu Pasai. Lihat pada Rahayu

Permana, “Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia,” artikel diakses pada 24 Febuari 1016 dari

http://pensa-sb.info/wp-content/uploads/2011/03/SEJARAH-MASUKNYA-ISLAM-KE-

INDONESIA.pdf 14

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 3. 15

Permana, “Sejarah Masuknya Islam”. 16

Bhre Parameshwara Aji Ratna Pangkaya beasal dari Palembang (Sriwijaya). Dalam

sejarahnya ia pernah menentang pengaruh dari Majapahit yang mulai menguasai daerah-daerah

Kerajaan Sriwijaya, hingga akhirnya ia harus melarikan diri dan menetap di Malaka dan

membangun kembali pelabuhan itu, dan pada tahun 1414 ia menikah dengan putri Sultan dari

Page 71: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

59

Iskandar Syah melihat ancaman agama Islam dari dua arah: Pertama dari daerah

Thailand yang meayoritas memeluk agama Buddha, Kedua yaitu dari Kerajaan

Majapahit yang beragama Hindu, oleh karena itu ia pun mencari sekutu

diantaranya ia mulai dekat dengan raja Tiongkok yaitu Wangsa Ming yang

simpati dengan agama Islam dan juga yang membantu mendirikan pelabuhan

Malaka serta berhasil menaklukan beberapa pusat perdagangan di tanah Melayu

dan Sumatra, tempat-tempat itu kemudian mejadi pusat pendidikan agama

Islam.17

Di Aceh sendiri agama Islam bertambah kuat yaitu setelah dipersatukannya

dua kerajaan (Almari-dan dar al-Kamal) dan menjadi Dar as-Salam sekitar awal

abad 16. Kejayaan Aceh bertepatan dengan takluknya jalur perdagangan Malaka

ketangan Portugis yaitu pada tahun 1511 M, akibatnya para saudagar Islam pindah

jalur perdagangannya ke Pulau Sumatra dan memilih Aceh sebagai jalur

perdagangannya, oleh karena itu Aceh adalah daerah yang mewarisi jalur

perdagangan Islam di Indonesia.18

2. Agama Islam di Jawa

Pada mulanya pulau Jawa adalah tempat yang dikuasai oleh kerajaan

Majapahit yang beragama Hindu, namun pada tahun 1451 banyak perantau

Muslim dari Tionkok yang hijrah ke pulau Jawa, selain berdagang tujuan mereka

hijrah ke Indonesia adalah menyebarkan agama Islam, pusat penyebaran agama

Islam ke pulau Jawa yaitu di Surabaya tepatnya di Ngampel Delta, disana terdapat

Kerajaan Pasai dan sekaligus memeluk agama Islam, setelah itu ia lebih dikenal dengan panggilan

Iskandar Syah. Lihat pada Schumann “Islam di Indonesia,” h. 4. 17

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 5. 18

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 5.

Page 72: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

60

tokoh Islam yang sangat berpengaruh dia adalah Raden Rahmat19

, ia banyak

menarik murid-murid dari Jawa untuk mngikuti tarekat sufi, dan mebuka tempat

zawiya yaitu semacam sanggar agar para muridnya dapat menginap.20

Dijelaskan oleh Agus Sunyoto bahwa demi menyebarkan agama Islam

Raden Rahmat mengikat hubungan kekerabatan lewat pernikahan, ia menikahkan

putrinya yang bernama Mas Murtosiyah dinikahkan dengan santrinya yaitu Raden

Paku dan putri satunya lagi yang bernama Mas Murtosiman dinikahkan dengan

santrinya yang bernama Raden Patah,21

sedangkan cucu perempuannya yang

bernama Nyai Wilis dinikahkan dengan adik Raden Patah, dalam sejarahnya

Raden Patah kemudian menjadi Adipati Demak.22

Schumann menjelaskan bahwa

Raden Rahmat dan Raden Patah adalah orang yang membangun perkampungan di

daerah Demak,23

beberapa tahun berikutnya Raden Patah membangun Kerajaan

Islam di daerah itu.24

Setelah memiliki prajurit cukup kuat Raden Patah

menyerang kerajaan Majapahit, pada tahun 1478 iapun dapat menaklukan

kerajaan Majapahit dan menyebarkan ajaran Islam terhadap orang-orang Hindu.25

Agama Islam mencapai kejayaan di tanah Jawa ketika kerajaan Demak

dipimpin oleh sultan Trenggana yaitu anak dari Raden Patah, saat itu ia di bantu

oleh Maualana Makdum yang berasal dari pasai namun setelah berangkat Haji ia

pulang ke tanah Jawa dan menikah dengan putri dari saudara Sultan Trenggana,

19

Raden Rahmat atau dikenal dengan sunan Ampel adalah salasatu dari sembilan wali

yang paling tua, ia memiliki peranan besar dalam perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Lihat

Agus Sunyoto, Wali Songo (Jakarta: Transhop Printing, 2011), h. 109. 20

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 17. 21

Raden Patah adalah keturunan dari Raja Majapahit Brawijaya, dan Istrinya yaitu Tan

Go What yaitu seorang pedagang yang beragama Islam. Lihat Schumann, “Meninjau Agama Islam

di Indonesia,” h. 17. 22

Sunyoto, Wali Songo, h. 114. 23

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 17. 24

Teguh Panji, Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit (Jakarta: Laksana 2015), h. 291. 25

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 17.

Page 73: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

61

kemudian ia diutus untuk menetap di Jawa Barat guna menyebarkan agama Islam

serta membendung pengaruh Hindu Buddha di daerah Sunda. Pada tahun 1525 ia

berhasil menguasai jalur perdagangan lada, dengan pencapaiannya yang gemilang

ia pun disebut Fatahillah26

sekaligus diberikan nama baru daerah Sunda kelapa

menjadi Jayakarta.27

Menurut Schumann Islam di Jawa Barat adalah aliran yang paling ortodoks

di banding dengan Islam di Jawa Tengah dan Jawa Timur, karena di Jawa Barat

mereka pemuka agama Islam mendatangkan langsung para pengajar Islam dari

Aceh dan Arab, ajarannya kental dengan paham Syattariyah Abdurauf28

dari

Singgkil.29

Dijelaskan oleh Damanhuri bahwa tarikat Syattariyah berkembang

dari Aceh kemudian ke Sumatra Barat dan sampai ke Cirebon oleh murid

Abdurrauf yaitu Abdul Muhyi.30

3. Agama Islam di Maluku dan Sulawesi

Menurut Schumann sejak zaman dahulu daerah Maluku terkenal banyak

menanam rempah-rempah, oleh karena itu banyak saudagar yang hijrah di daerah

itu, salah satunya yaitu para pedagang Asia, sedangkan penyebaran Islam sendiri

yaitu oleh para pedagang Jawa sambil mencari rempah-rempah ke daerah Maluku

26

Raden Fatahillah adalah seorang yang giat menyebarkan agama Islam di Cirebon hingga

meluas ke daerah Banten, ia pun akhirnya menetap di daerah Cirebon dan meninggal pada tahun

1570, ia dimakamkan di gunug jati dan ia terkenal dengan nama sunan Gunung Jati yaitu salasatu

dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Lihat Schumann, “Islam di

Indonesia,” h. 19. 27

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 19. 28

Syattariya Abu ar-Rauf adalah seorang yang berasal dari Aceh, ia belajar agama Islam

khususnya ajaran tasawuf di Madinah, ia pernah berguru kepada ahmad Al-Qhasashi, dari gurunya

Abdurrauf mendapat ajaran sufi tarekat batiniyah, sepulangnya ke Nusantara ia mendirikan tarikat

Syattiriya yang didapatinya ketika belajar di Madinah. Lihat Damanhuri, “Umdah Al-Muhtajan:

Rujukan Tarekat Syattariyah Nusantara,” article di akses pada 4 Maret 2016 dari

http://oaji.net/articles/2015/1792-1440647039.pdf. 29

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 20. 30

Damanhuri, “Umdah Al-Muhtajan.”

Page 74: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

62

dan Sulawesi, sekaligus para saudagar Jawa sebagai pengurus kapal yang akan

mengimpor rempah-rempah ke Barat maupun ke Tiongkok. Terlebih setelah

Malaka ditaklukan oleh Portugis, setelah kejadian itu para saudagar Jawa ingin

memperkuat kekuatan di daerah Maluku dan Sulawesi dari pengaruh Portugis.

Namun sumber lain mengatakan bahwa pada mulanya agama Islam

dikenalkan ke daerah Maluku oleh para saudagar Timur Tengah, seperti yang

dijelaskan oleh Jan. S. Aritonang bahwa mereka penyebar agama Islam ke

Maluku adalah para Saudagar dari Timur tengah (Arab, Mesir dan Persia), setelah

agama Islam dikenalkan kepada beberapa kerajaan di Maluku dalam waktu

singkat agama Islam menjadi agama kerajaan, beberapa sultan kerajaan yang

memeluk agama Islam yaitu kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo.31

Schumann menjelaskan bahwa salah satu cara untuk menentang pengaruh

Portugis di Maluku yaitu disebarkannya agama Islam yang bertentangan dengan

agama orang Portugis yang mayoritas memeluk agama Kristen Katolik, dan

beberapa putri bangsawan daerah itu dinikahkan dengan para saudagar Jawa,

setelah hubungan bangsawan Maluku dan saudagar Jawa cukup dekat, kemudian

dibangunlah sebuah markas pertahanan oleh orang Jawa di Ambon.32

Pada masa awal Islam menjadi agama kerajaan para sultan kerajaan di

Ternate selain sebagai pemimpin kerajaan, ia juga penyebar agama Islam yang

cukup giat, dijelaskan oleh Aritonang bahwa dalam memperluas jaringan Para

Sultan di Maluku membiarkan kerajaan-kerajaan yang ditaklukannya untuk

berdiri sendiri, namun ia menekan baik raja maupun masyarakat kerajaan tersebut

31

Jan. S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2006) h.15. 32

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 33.

Page 75: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

63

untuk memeluk Islam, sultan ternate juga menjalin hubungan dengan kerajaan

Islam di Jawa, seperti kerajaan Gresik.33

Schumann menjelaskan bahwa pada abad 16 para sultan Ternate menjalin

hubungan dengan tentara Portugis hingga dari hubungan itu, pada tahun 1522

tentara Portugis diizinkan untuk membangun Markas di Ternate, namun hubungan

itu menjadi dingin ketika terbunuhnya sultan Hairun oleh tentara Portugis pada

tahun 1570.34

Dijelaskan oleh Aritonang bahwa hubungan buruk antara para

Sultan Ternate dengan tentara Portugis dimuali pada awal 1523, dimana tentara

Portugis melakukan tindakan tidak bermoral, dari perbuatan itu hubungan antara

portugis dengan masyarakat Hitu menjadi rusak, terlebih setelah Protugis

menyerang armada Jawa pada tahun 1538. Dan masih banyak kerusuhan-

kerusuhan lain yang ditimbulkan oleh pertikaian antara Portugis dengan

masyarakat Maluku, hingga pada tahun 1570 telah terbentuk perjanjian damai

antara Portugis dengan masyarakat Maluku dengan mengundang Sultan Hairun

namun pada keesokan harinya Sultan dibunuh oleh orang portugis bernama

Martin Alfonso Pimenta, hal itu disebabkan sebagai balas dendam atas

penganiayaan Sultan terhadap orang Kristen.35

Schumann menjelaskan bahwa setelah terbunuhnya sultan Hairun

kepemimpinan di ganti dengan Sultan Babullah, dalam kepemimpinannya sebagai

Sultan ia membalas kematian Sultan Hairun dengan memerangi tentara Portugis

dan berhasil menghacurkan marakas tentara Portugis di Ternate, dari kejadian itu

33

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h.16. 34

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 34. 35

Aritonang. Kristen dan Islam di Indonesia, h.16.

Page 76: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

64

pengaruh agama Islam di daerah Ternate semakin kuat.36

Pada tahun 1580, Sultan

Babullah berkunjung ke Gowa, di sana ia melihat agama Islam telah tersebar luas

di beberapa pusat pesisir pantai Sulawesi Selatan. Dijelaskan oleh Ahmad Sewang

bahwa Islamisasi di daerah Sulawesi Selatan tidak jauh berbeda dengan daerah

Indonesia yang lainnya, pertama-tama agama Islam diperkenalkan oleh para

saudagar kemudian beberapa masyarakat pribumi masuk Islam hingga kemudian

tersebar luas.37

Faktor pendukung tersebarnya agama Islam di Sulawesi Selatan

yaitu di awali sultan dari daerah Tallo dan Gowa yang memeluk Islam, Schumann

menjelaskan bahwa pada tanggal 22 September 1605 raja Tallo I Mallingkaang

Daen Nyori mengucapkan Syahadat Islam di depan umum, setelah masuk Islam ia

terkenal dengan nama Sultan Abdullah Awwalul Islam (Hamba Allah dan Muslim

yang pertama), julukan itu adalah untuk Raja pertama di Sulawesi Selatan yang

memeluk agama Islam.

Raja Gowa yaitu I Mangu rangi Daeng Nanra’bia mengikuti jejak Sultan

Abdullah yaitu memeluk agama Islam, sebagai Sultan ia sangat giat menyebarkan

agama Islam kepada rakyatnya, hingga pada tahun 1607 tepatnya ketika sedang

salat Jum’at, agama Islam diikrarkan sebagai agama mayoritas daerah Goa dan

Tallo. Salah satu tokoh Islam berpengaruh di Makasar yaitu Abdul Ma’mur, ia

berasal dari kota Minangkabau dan pernah berguru kepada Sunan Giri,

pemahaman keislamannya banyak dipengaruhi oleh mistisisme pribumi.38

Selain

Abdul Ma’mur orang-orang Islam yang giat menyebarkan agama Islam yaitu,

Sulaiman, Khatib Sulung (Datuk Patimang) dan Abdul Jawad (Datuk ri Tiro),

36

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 34. 37

Ahmad M. Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), h.

80. 38

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 35.

Page 77: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

65

mereka bertiga adalah para Mubaligh yang di datangkan secara khusus untuk

membendung kristenisasi di daerah Makasar.39

4. Islam di Kalimantan

Sejak zaman Sriwijaya dan Majapahit orang-orang Islam Melayu dan

Tionghoa sudah banyak yang hijrah ke Kalimantan, pada mulanya agama Islam di

Kalimantan hanya menyebar di pesisir pantai dan tidak sampai ke pedalaman,

karena saat itu suku pedalaman Kalimantan di huni oleh orang-orang Dayak yang

sudah mempunyai tradisi dan agama sendiri yaitu agama Kaharingan, suku ini

sangat tertutup terhadap tradisi maupun agama dari daerah lain. Kemudian pada

tahun 1514 seorang Sultan Islam yang berasal dari keturunan Johore membangun

kesultanan di daerah Sambas Kalimantan Barat, dan pada tahun 1771, seorang

perantau dari Arab membangun kesultanan di Pontianak.40

Menurut keterangan

yang lain Islam masuk ke daerah Sambas pada tahun 1407 yaitu disebarkan oleh

orang Cina, kemudian pada tahun 1463 laksamana Cheng Ho atas perintah kaisar

Cheng Tsu ia beberapakali datang ke Kalimantan Barat, dan beberapa anak

buahnya menetap di daerah tersebut dan membaur dengan masyarakat pribumi.41

Schumann menjelaskan bahwa sejak abad 6 Kalimantan telah menjadi pusat

kebudayaan orang-orang Budhis, bahkan jauh sebelum agama Islam sampai ke

sana daerah Kalimantan Barat telah didatangi oleh orang-orang asing, karena di

Kalimantan banyak ditemukan batu intan.42

Menurut Irwin sejak tahun 600

39

Sewang, Kerajaan Gowa, h. 89. 40

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 37. 41

Moh Haitami Salim dkk, Sejarah Kesultanan Sambas Kalimantan Barat (Puslitbang

Lektur dan Khazanah Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama, 2011), h. 27. 42

Schumann, “Meninjau Agama Islam di Indonesia,” h. 37.

Page 78: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

66

samapi 1500 Masehi masyarakat Cina secara turun temurun telah mukim di

daerah Sambas.43

Setelah membahas Islam di Kalimantan Barat Schumann membahas

penyebaran Islam di Kalimantan Selatan tepatnya di daerah Banjar. Ia

menjelaskan bahwa suku Banjar adalah suku pertama yang memeluk Islam di

Kalimantan Selatan yaitu pada tahun 1520. Dalam sejarahnya ada dua penuntut

tahta kerajaan Banjar yaitu pangeran Samudera dan pangeran Tumenggung,

keduanya berperang hingga pangeran Samudera meminta bantuan kepada

kerajaan Demak, kerajaan Demakpun membantunya namun dengan syarat setelah

kemenangannya pangeran Samudera dan pengikutnya harus memeluk agama

Islam, kemenangan pun akhirnya di peroleh dan mereka akhirnya menjadi suku

Muslim pertama yang ada di Kalimantan Selatan.44

Setelah itu agama Islam

tersebar di Kalimantan Barat kemudian Islam dikenalkan ke Banjarmasin oleh

para da’i dari Palembang, kemudian datang juga para penda’i sukarela dari

Demak, sehingga agama Islam tersebar di wilayah Kalimantan.45

Setelah penduduk Banjar banyak yang menjadi Muslim, agama Islam mulai

meluas ke daerah lainnya yaitu Sampit, Waringin dan Lawei. Agama Islam yang

ada di Kalimantan adalah pengaruh dari Demak yang kental dengan adat Jawa,

terlebih lagi banyak orang-orang Kalimantan yang menikah dengan bangsawan

Jawa, hal itu semakin manambah eratnya hubungan Jawa dan Kalimantan.46

43

Moh Haitami Salim dkk, Sejarah Kesultanan Sambas, h. 72. 44

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 39. 45

Abdul Muhyid Din Al Allusi, Arab Islam di Indonesia (Jakarta: Gema Insani Press,

1992), h. 33. 46

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 39.

Page 79: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

67

Menurut Schumann Islam di Pulau Kutai (Kaliman Timur) yaitu berasal dari

Makasar dan Bugis, dalam sejarahnya masyarakat Bugis mendirikan jajahan di

daerah Kutai dan Pasir, selain menjajah mereka juga mengajarkan agama Islam

terhadap penduduk daerah tersebut. Di Pulau Pasir sendiri Islam diajarkan dengan

mengundang langsung guru dari Arab, sedangkan di Kutai agama Islam diajarkan

oleh guru yang berasal dari Makasar. Schumann menjelaskan bahwa demi

mengajar agama Islam sorang guru Islam bernama Dato dari Bandang sering

berkunjung ke Kutai, namun tokoh yang paling berpengaruh dalam menyebarkan

agama Islam yaitu tuan di Parangan yang sering menunjukkan ajaran mistis47

.

Begitulah gambaran masuknya agama Islam ke Indonesia di mana diawali

dari Aceh kemudian ke pulau Jawa hingga sampai kepulauan Maluku dan

Kalimantan adalah dengan jalur perdagangan yang kemudian disusul oleh para

da’i yang selalu giat membangun kader-kader Islam guna menyebarkan agama

Islam keseluruh pulau yang ada di Indonesia.48

Sedangkan kesulitan masuknya agama Islam di Indonesia yaitu disebabkan

oleh faktor bahasa, pada mulanya saudagar Arab yang pergi ke Nusantara

menyebarkan agama Islam dengan praktik ritual yang berbahasa Arab namun

agama Islam dapat dipahami oleh masyarakat Indonesia dengan bahasa Melayu,

seperti di daerah Jawa Islam berkembang dengan ciri khas Jawa dan banyak

tercampur dengan aliran kejawen.49

Namun yang perlu digarisbawahi bahwa

sesungguhnya penyebaran agama Islam ke Indonesia bukan dengan kekerasan

47

Meskipun Raja Islam pertama di Kutai yaitu Raja Mahkota sangat keras dalam

menyebarkan agama Islam, namun hanya sedikit yang memeluk agama Islam di Kutai, bahkan di

lungkunga keraton yitu Tenggarong banyak kebiasaan Pra-Islam yang masih digunakan. Lihat

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 40. 48

Al Allusi, Arab Islam di Indonesia, h. 35. 49

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 17.

Page 80: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

68

serta tidak terkonsep secara rapih, dan kekerasan yang pernah terjadi adalah akibat

dari serangan-serangan misionaris Kristen yang datang dari Eropa.50

B. Misi dan Evangelisasi

Sejak zaman dahulu negara Indonesia sudah sering disinggahi oleh orang-

orang asing, seperti yang dijelaskan sebelumnya baik itu dari negara Asia seperti

Cina atau daerah Arab seperti Yaman dan Mesir maupun orang Eropa seperti

Portugis dan Belanda, mereka semua hijrah ke Indonesia dengan tujuannya

masing-masing, baik itu berdagang maupun mencari rempah-rempah, namun dari

berbagai tujuan mereka salah satunya adalah memperkenalkan agama. Seperti

peneyabar agama Kristen dari Barat yang dikenal dengan zendeling,51

ataupun

para penyebar Islam dari Arab yang dikenal dengan sarasen.52

Mereka para misioner agama baik itu kalangan Islam maupun Kristen

sangat giat dalam menyebarkan agama, namun dari keduanya Islam adalah agama

yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia. Schumann menjelaskan bahwa

penyebab banyaknya masyarakat Indonesia lebih memilih Islam yaitu mereka para

penyebar agama Islam pandai berbaur dengan mudah, terlebih para saudagar Arab

yang hijrah ke Indonesia banyak yang akhirnya menikah dengan masyarakat

pribumi, pada beberapa tahun berikutnya agama Islam berkembang luas di

Indonesia.53

Sedangkan agama Kristen pada mulanya diperkenalkan ke Indonesia

oleh orang Nestorian yaitu pada abad 10. Selain orang Nestorian agama Kristen

50

Al Allusi, Arab Islam di Indonesia, h. 36. 51

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 110. 52

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 3. 53

Schumann, Kehidupan Berasama Umat Kristen dan Umat Muslim di Indonesia di Masa

Depan, artikel diakses pada 27 Februari 2016 dari http://www.oaseonline.org/artikel/06.html

Page 81: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

69

juga dikenalkan oleh tentara Portugis.54

Dijelaskan oleh Aritonang bahwa sekitar

abad ke 7 orang Nestorian dari (Khaldea/Syiria dan Persia) telah hadir ke

Indonesia tepatnya di pantai Barat Sumatra Utara, namun orang Nestorian tidak

meninggalkan jejak yang sampai sekarang bisa terpelihara, oleh karena itu data

yang benar-benar kuat tentang masuknya orang Kristen ke Indonesia yaitu diawali

oleh Portugis.55

Jan Bank dalam bukunya menjelaskan bahwa para Misionaris yang datang

ke Indonesia adalah mereka yang mengikuti jejak tentara Portugis dan Spanyol

yang melakukan ekspansi besar-besaran dari daratan Eropa menuju daerah Timur

Asia, sekitar tahun 1500 mereka menjajaki kepulauan Nusantara yaitu Ambon,

Halmahera Ternate dan Tidore, salah satu zendeling katolik di kawasan itu adalah

Franciscus Xaverius dari Ordo Yesuit.56

Schumann menjelaskan bahwa

kedatangan tentara Portugis ke Indonesia adalah untuk menjajah, pertama-tama

mereka merebut pelabuhan Malaka pada tahun 1511 kemudian berlanjut dengan

mengusir sultan Mahmud dan menetap dengan para bangsawan pribumi. Akibat

dari penjajahan itu, masyarakat Indonesia bersikap dingin terhadap tentara

Portugis, dan faktor itu juga yang menyebabkan sulitnya orang Portugis berbaur

dengan masyarakat Indonesia,57

di mana dirasakan pula oleh para Pastur yang

berusaha menybarkan agama Kristen, mereka seakan-akan terasa asing dan

terisolasi oleh rakyat Indonesia yang memandang orang Eropa sebagai penjajah.58

54

Schumann, “Kehidupan Berasama Umat Kristen dan Umat Muslim.” 55

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 13. 56

Jan Bank, Katolik di Masa Revolusi Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, 1999), h. 1. 57

Schumann, “Umat Kristen dan Umat Muslim di Indonesia.” 58

Schumann, “Umat Kristen dan Umat Muslim di Indonesia.”

Page 82: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

70

Permasalahan di atas nampaknya berakibat pula terhadap citra agama Kristen

yang diperkenalkan oleh para Portugis.59

Schumann menjelaskan bahwa pada mulanya tujuan orang Portugis datang

ke Indonesia adalah untuk mencari rempah-rempah yang diperlukan sebagai

bumbu makanan, saat itu perdagangan Indonesia dikuasai oleh orang-orang Islam,

mereka mengatur pengiriman rempah-rempah ke Eropa, oleh karena itu mereka

ingin merebut monopoli perdagangan. Selain untuk menjajah, datangnya orang

Portugis ke Indonesia bersamaan membawa misi, di mana telah diberi mandat

oleh Paus untuk menyebarkan Injil dan Iman Kristen kepada orang yang mereka

jumpai.60

Menurut Jan Bank peperangan yang terjadi di Nusantara antara orang

Portugis dengan sudagar Islam dari Arab adalah sebagai lanjutan peperangan di

Jazirah Iberia. Oleh karena itu, tujuan perluasan daerah yang dilakukan oleh orang

Portugis adalah untuk membendung Islamisasi di Nusantara, namun kedatangan

mereka telah didahului oleh saudagar Islam hingga kemudian mereka tentara

Portugis memeranginya dengan tujuan mengambil keuntungan serta menyebarkan

agama.61

Setelah membahas tentang perjumpaan Kristen dan Islam pada era portugis

Schumann menjelaskan pertikain antara Kristen dan Islam pada era modern. Ia

menjelaskan bahwa di Indonesia kehidupan beragama dijamin oleh Pancasila,

salah satu aturan Pancasila yaitu melarang untuk menyebarkan agama terhadap

orang yang telah memeluk agama. Karena dalam sejarahnya sebuah misi dalam

setiap agama banyak menimbulkan permasalahan. Namun orang Islam

nampaknya menyadari tentang permasalahan itu, oleh karena itu para pendakwah

59

Schumann, Menghadapi Tantangan, h. 71. 60

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 20. 61

Jan Bank, Katolik di Masa Revolusi, h. 2.

Page 83: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

71

membatasi dirinya untuk tidak menyebarkan agama terhadap suatu masyarakat

yang telah memeluk agama lain.62

Etika itu seharusnya menjadi contoh baik

sebagai negara yang menjujung tinggi kerukunan umat beragama serta menerima

perbedaan, Schumann menjelaskan bahwa negara Indonesia memiliki moto

Bhineka Tunggal Ika yang mengandung makna sebagai kesatuan dalam

perbedaan, di mana didalamnya mencakup agama, ras etnik dan bahasa. Namun

moto itu nampaknya perlu dipertanyakan, karena dalam kehidupan modern saat

ini masih selaraskah moto itu dengan keadaan sekarang? Setidaknya warga

Indonesia harus menjaga filosofi Bhineka Tunggal Ika seperti yang dijelaskan

oleh punjangga Jawa Empu Tantular, bahwa meskipun kita Bhineka namun kita

satu.63

Schumann menjelaskan bahwa dalam ajaran Islam ada suatu pelajaran yang

bisa menjadi tuntunan untuk menyikapi agama lain di mana Nabi Muhammad

pernah mengajak orang Kristen untuk beribadah di masjidnya, ini membuktikan

bahwa meskipun terdapat perbedaan dalam konsep ketuhanan tetapi mereka saling

jujur dalam keimanan, dan menyadari bahwa keduanya menyembah tuhan yang

sama, hal itulah yang akan menentukan kerukunan bukan malah mengoreksi cara

atau pemahaman keagamaan yang berbeda.64

Menurut Schumann dalam sejarahnya permasalahan misi dan dakwah telah

menimbulkan polemik yang tidak bermanfaat,65

agama yang seharusnya menjadi

tuntunan manusia menjadi pribadi yang baik sebaliknya malah menjadi doktrin

yang tidak mempunyai nilai-nilai keagamaan, akibatnya para pemeluk agama

62

Schumann “Islam Di Indonesia,” h. 62. 63

Schumann, “Peran Umat Beragama Dalam Membangun Masyarakat Pluralis.” 64

Schumann, “Tranformasi Agama dan Budaya ditengah-tengah Kekerasan Sosial,”

article diakses pada 4 Maret 2116 dari http://www.oaseonline.org/artikel/kt3.htm 65

Schumann “Islam Di Indonesia,” h. 63.

Page 84: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

72

seakan di bawa kembali ke zaman jahiliyah.66

Kasus kericuhan yang telah terjadi

di Indonesia seperti konflik di Ambon penyebab utamanya adalah rencana jahat

para politisi dan penguasa yang menggunakan agama sebagai alat politik.67

Schumann menjelaskan bahwa pada tahun 1967 Presiden Soeharto

mengadakan musyawarah untuk merespon permasalahan agama (Kristen dan

Islam) di Indonesia, saat itu diundang para pemimpin agama-agama agar mereka

merundingkan soal toleransi dan membangun sikap saling menghormati dalam

pidatonya Suharto mengatakan:

“Jiwa yang terkandung dalam Pancasila ini, kemudian di tegaskan dalam

pasal 29 Undang-undang Dasar 1945, yaitu:

Petama: Negara berdasarkan atas ke Tuhanan Yang Maha Esa

Kedua: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing, dan untuk beribadat menurut agamanya dan

kepercayaannya”.

Dalam rangka penyebaran dan penyiaran agama ini hendaknya setiap

pemimpin keagamaan yang bertanggungjawab dalam penyebaran dan penyiaran

agama itu benar-benar menyadari dan melaksanakan jiwa dan semangat yang

terkandung dalam pancasila seperti yang saya sebutkan diatas. Setiap agama di

turunkan oleh Tuhan Yang Maha Esa justru untuk perbaikan tata kehidupan umat

manusia di dunia maupun di akhirat nanti. Oleh karena itu, akan bertentangan

dengan ajaran-ajaran agama itu sendiri, apabila dalam melaksanakan penyebaran

dan penyiaran agama justru akan menimbulkan perpecahan di antara umat

manusia”.68

Musyawarah yang diadakan oleh presiden Suharto nampaknya tidak

menemukan hasil yang mufakat dari para pemuka agama-agama yang berbeda,

seperti yang diungkapkan oleh wakil dari orang Islam yaitu Prof. Dr. H.M. Rasjidi

yang mengatakan:

“Toleransi yang sekarang didengung-dengungkan oleh pihak Kristen berarti

bahwa umat Islam dikristenkan di mana-mana dengan segala macam usaha dah

bujukan materiil. Hal ini tak dapat diterima.”69

66

Schumann, Menghadapi Tantangan, h. 126. 67

Schumann, Menghadapi Tantangan, h. 126. 68

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 63. 69

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 64.

Page 85: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

73

Schumann menjelaskan bahwa menurut Rasjidi inti dari masalahnya adalah

soal missio yang dilakukan oleh pihak Kristen, dan inilah yang harus dihentikan.

Setelah terjadinya musyawarah yang dilakukan oleh Soeharto salah satu

pembahasan yang tidak menemukan kata sepakat yaitu: “masyarakat harus

membantu pemerintah pusat untuk menciptakan saling pengertian antar semua

umat beragama,” dalam kata lain setiap orang yang telah memeluk suatu agama

dilarang untuk menjadi sasaran penyebaran agama.70

Schumann menjelaskan bahwa pada tahun 1973 hubungan antara Umat

Islam dan Krsiten baik itu (Protestan maupun Katolik) mengalami ketegangan

yang disebabkan oleh beberapa peristiwa, salah satunya adalah rancangan hukum

perkawinan yang di rencanakan oleh pemerintah. Saat itu hukum pernikahan yang

ada di Indonesia adalah warisan Belanda yang masih memberlakukan hukum

pernikahan golongan-golongan agama atau suku tertentu, oleh karena itu

pemerintah Indonesia merencanakan hukum pernikahan nasional yang tidak

membeda-bedakan dan urusan perkawinan menjadi urusan negara.

Namun rancangan ini mendapat penolakan oleh politisi Islam, hal itu

dianggap sebagai usaha sekulerisasi, negara dianggap telah merampas hukum

yang seharusnya menjadi bidang agama. Adapun anggapan lain yang menjelaskan

bahwa rancangan hukum dibuat tanpa terlebih dahulu dikonsultasikan dengan

masyarakat Muslim maupun dengan departemen agama,71

oleh karena itu

rancangan hukum perkawinan dicurigai. Salah satu pemuka Islam yang

mengamati rancangan itu adalah H.M Rasjidi, ia menganggap bahwa Rancangan

Undan-Undang (RUU) adalah salah satu cara untuk mengkristenkan Indonesia,

70

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 64. 71

Aritonang Kristen dan Islam Di Indonesia, h. 406.

Page 86: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

74

dan saat itu orang Kristen sangat mendukung tentang rancangan pernikahan

negara.72

Dalam penjelasan lain Rasjidi mengaitakan dugaan ini dengan

pernikahan sunan solo, BRA Kus Supiah, dengan seorang Kristen bernama

Sylvanus, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Kalimantan Tengah pada tahun

1973.73

Peristiwa lainnya yang menyebabkan ketegangan antara umat Islam dan

Kriten adalah kasus “Yusuf Roni”, yaitu seorang muslim yang kemudian

memeluk agama Kristen, ia meninggalkan agama Islam dengan merujuk terhadap

beberapa ayat Al-Qur’an yang di tafsirkan berbeda dengan umat Islam pada

umumnya, bahkan ia menyalahkan orang-orang Islam dalam menafsirkan Al-

Qur’an, kesaksiannya kemudian direkam dan kasetnnya disebarluaskan ke semua

orang Kristen, akibatnya ia dituduh oleh orang Islam sebagai penghasut dan

menhina agama Islam, pada akhirnya ia pun di tangkap kemudian ditahan dan

tidak diajukan ke pengadilan.74

Peristiwa yang terakhir yaitu terbunuhnya Pendeta Anglikan oleh tiga orang

Islam dari Jakarta, saat itu di Jakarta akan diadakan sidang raya yang kelima oleh

Dewan Gereja se-Dunia (DGD) pada tahun 1975.75

Berbagai tokoh Islam menolak

diadakannya sidang raya itu salah satu orang Islam bernama Hasyim berniat ingin

menggagalkan sidang raya itu oleh karenanya ia pun membunuh salah satu

Pastur.76

Akibat terjadinya pembunuhan itu sidang raya dipindahkan ke ibukota

72

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 65. 73

Aritonang Kristen dan Islam Di Indonesia, h. 407. 74

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 66. 75

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 68. 76

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 417.

Page 87: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

75

Kenya, keputusan ini disambut baik oleh orang Islam di Indonesia terutama

mereka yang tahu peran DGD.77

Setelah terjadinya beberapa ketegangan yang diakibatkan oleh polemik

antara misi Kristen dan dakwah Islam, kemudian pada tahun 1976 diadakanlah

sebuah konfrensi oleh international Review of Mission di Chambesy (Swiss),

guna membahas akibat-akibat misioner yang dilakukan oleh orang Kristen dan

Islam.78

saat itu di undanglah kelompok-kelompok Islam politis yang menolak

keras keputusan Dewan Gereja-geraja se-Dunia untuk menyelenggarakan sidang

raya pada tahun 1975 di Jakarta. Mereka para kelompok Islam berdialog dengan

orang Kristen serta menjelaskan pengertian misi dan dakwah supaya tercipta

kerukunan umat beragama saat itu Schumann adalah perwakilan dari agama

Kristen guna menjelaskan tentang misi dalam agama Kristen, sedangkan

perwakilan Islam oleh Ismail al-Faruqi. Di mana menurutnya ajaran Islam adalah

sebagai pengingat, atas pangakuan dasar manusia terhadap Allah sebagai pencipta,

pengakuan ini sudah jadi milik manusia sebelum terlahir di dunia.79

Mengenai misi sendiri Schumann menjelaskan bahwa sebagai seorang

Kristiani kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk menjadi Kristen, karena

tugas itu adalah milik Roh Kudus, oleh karena itu sebaiknya masalah setrategi-

setrategi misi diserahkan kepada Roh Kudus.80

Begitujuga dengan dakwah dalam

ajaran Islam yang dimaknai sebagai panggilan untuk mengikuti jalan yang lurus,

yaitu jalan yang telah di tetapkan oleh Allah untuk menuntun manusia melalui

wahyu yang disampaikan kepada utusan-Nya, di mana menyampaikan ajaran

77

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 68. 78

Schumann, Mengahadapi Tantangan, h. 61. 79

Schumann, Mengahadapi Tantangan, h. 68-69. 80

Schumann, Menghadapi Tantangan, h. 67.

Page 88: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

76

agama terhadap orang-orang yang sudah percaya maupun yang belum percaya

terhadap Allah adalah hal yang wajib81

, namun pemakasaan untuk memeluk suatu

agama tidaklah dianjurkan, karena iman tidak menuntun ke dalam isolasi tetapi

menjadi teladan dalam melakukan kebaikan dan menolak hal yang buruk.82

Permasalahan misi dan dakwah yang dilakukan oleh kedua agama (Kristen

dan Islam) telah menimbulkan beberapakali ketegangan dan konflik, di mana rasa

takut masyarakat Indonesia terhadap misioner menjadi alat para politisi untuk

menghacurkan hubungan baik antar agama Kristen dan Islam di Indonesia.83

Jan

Bank menjelaskan bawa proses Kristenisasi yang dilakukan oleh tentara Portugis

pernah menjadi boomerang sendiri ketika mereka melakukan perluasan daerah

jajahan kemudian menyebarkan agama terhadap orang Indonesia yang telah

memeluk agama Islam.84

Kemudian dalam era modern respon umat Islam yang

takut terhadap Kristenisasi terselubung nampkanya tidak semuanya salah, seperti

yang dijelaskan oleh Aritonan dalam pembahasannya mengenai peristiwa di

Makasar pada 1967 bahwa terjadi perusakan gedung Gereja oleh orang Islam

adalah akibat dari usaha mereka (orang Kristen) memurtadkan umat Islam dari

agamanya.85

Oleh karena itu hemat penulis mengatakan kerukunan antar umat

agama di Indonesia tidak akan terwujud jika mereka para misoner tidak

menampakan etika yang baik, yaitu sikap tidak jujur dalam menyebarkan agama

serta kecurigaan terhadap orang lain yang beda agama.

81

Nabi Muhammad menekankan untuk berdakwah kedua Arah yaitu kedalam umat Islam,

ataupun terhadap orang-orang non Islam. Berdakwah terhadap orang Islam adalah untuk

penguatan keimanan ataupun untuk memperdalam keisalaman, sedangkan berdakwah terhadap

orang yang belum masuk Islam yaitu untuk memberikan jalan kesadaran dengan menunjukan

ajaran Tauhid bahwa tiada Tuhan selain Allah. Schumann, Menghadapi Tantangan, h. 69. 82

Schumann, Menghadapi Tantangan, h. 68. 83

Schumann, Menghadapi Tantangan, h. 126. 84

Bank, Revolusi Indonesia, h. 2. 85

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 385.

Page 89: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

77

C. Organisasi Islam di Indoensia.

Ketika Islam telah berkembang luas di Indonesia yaitu tepatnya pada abad

20, kemudian muncullah gagasan untuk membetuk suatu organisasi Islam guna

menjadi suatu pergerakan untuk mengembalikan kejayaan Islam, seperti yang

dijelaskan oleh Sugijanto Padmo bahwa munculnya organisasi Islam di Indonesia

adalah untuk merealisasikan cita-cita umat Islam, dan tidak dipungkiri bahwa

peran organisasi Islam adalah salah satunya menghasilkan kemerdekaan

Indonesia.86

Berbagai oragnisasi Islam yang lahir di Indonesia diantaranya yaitu

organisasi politik seperti Serikat Islam dan Nahdlatul Ulama, maupun organisasi

yang berafiliasi sosial dan pendidikan seperti Muhammadiyah dan Persis.

Shumann menjelaskan bahwa latar belakang lahirnya serikat Islam yaitu berasal

dari organisasi serikat dagang Islam yang didirikan oleh Samanhudi di Solo pada

tahun 1905. Tujuan dibentuknya organisasi ini adalah untuk menentang pengaruh

yang semakin meningkat dari para pedagang batik keturunan Cina.87

Menurut

Aritonang para pedagang Cina yang hijrah ke Indonesia memiliki kekuatan

Ekonomi yang kuat, saat itu para pedagan batik Indonesia bergantung terhadap

pedegang Cina yang menguasai perdagangan kain mori dan lilin, akibatnya para

penjual batik di Indonesia merasa dirugikan.88

Kemudian pada tahun 1911

Organisasi SDI direvisi oleh Omar Said Cokroaminoto89

menjadi Serikat Islam

86

Soegijanto Padmo, “Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia dari Masa ke Masa: Sebuah

Pengantar,” (Humaniora, 2007) Vol. 19, h. 151. 87

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 43. 88

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 153. 89

Omar Said Tjokroaminoto adalah keturunan ningrat, ia adalah seorang yang menentang

Kolonial Belanda, Belanda adalah negri penjajah Indonesia, ia menolak semua kerjasama dengan

kolonial Belanda dan lebih meilih membangun kerjasama dengan Paratai Komunis. Lebih lanjut

lihat Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 44.

Page 90: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

78

(SI) dan menjadi organisasi politik pertama di Indonesia.90

Cokroaminoto

menggeluti organisasi Serikat Islam sampai akhir hidupnya yaitu pada tahun

1934, dengan organisasi Serikat Islam ia berkeinginan Islam dijadikan inspirasi

baru dalam bidang politik untuk membentuk sebuah kepemerintahan yang

demokratis,91

tidak dipungkiri bahwa tujuan organisasi ini tidak hanya sebagai

organisasi Islam, melainkan sebagai organisasi yang menolak penjajahan Belanda

karena pada mulanya organisasi ini juga mengumpulkan orang-orang non Muslim

untuk berdiri dibawah bendera Serikat Islam.92

Schumann menjelaskan bahwa demi mencapai cita-cita organisasi Serikat

Islam, Cokroaminoto bekerjasama dengan organisasi Marxis, hal itu disebabkan

ada persamaan cita-cita organisasi Marxis dengan Serikat Islam yaitu menentang

deskriminasi serta menuntut agar hak-hak kebebasan semua warga khususnya

mereka yang lemah dan miskin. Dengan kerjasama itu Cokroaminoto

menginginkan Indonesia merdeka dari jajahan kolonialime Belanda. Namun

gagasan ini menuai kecaman dari tokoh tokoh Islam yang lain, hal itu disebabkan

Marxis dianggap sebagai organisiasi Atheis sedangkan Islam adalah organisasi

yang mempunyai nilai-nila ajaran tentang ketauhidan. Salah satu tokoh Islam

yang mengecam itu adalah Agus Salim, hingga pada tahun 1921 ia membebaskan

organisasi SI dari kerja sama komunis.93

Oraganisasi SI pada perkembangannya mengalami krisis yang disebabkan

oleh dua faktor yaitu Eksternal dan Internal. Faktor eksternal yaitu oraganisasi

Serikat Islam mendapat saingan dari partai nasional Indonesia yang di pimpin

90

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 43. 91

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 44. 92

Schumann, “Kehidupan Bersama Umat Kristen dan Umat Muslim.” 93

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 45.

Page 91: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

79

oleh Soekarno dengan nama PNI pada tahun 1927, Soekarno sendiri pernah

menjadi murid Cokroaminoto. Dalam sikap keagamaan PNI lebih memilih netral

terhadap semua agama, hal itu disebabkan anggota PNI banyak yang mengeyam

pendidikan di Barat. Oleh karena itu PNI bercita-cita ingin Indonesia menjadi

negara yang merdeka dengan ide-ide Modern dan sekuler. Dengan demikian PNI

sebagai lawan dari organisasi serikat Islam yang ingin membentuk negara

Indoneisa menjadi negara Islam.94

Sedangkan faktor internal yaitu disebabkan kebingungan dengan tujuan

serikat Islam itu sendiri, dari problem ini banyak anggota yang keluar dari SI dan

membentuk organisasi baru yaitu Nahdlatul Ulama (NU), NU adalah organisasi

Islam yang sangat menekankan madzhab Syafi’i sebagai ajarannya. Pada awalnya

organisasi NU berkembang di Jawa Timur dan Kalimantan, dan munculnya

organisasi ini berdampak semakin krisisnya organisasi SI yang banyak

pengikutnya pindah kepada organisasi NU terutama di dua daerah tersebut.95

Ketika organisasi ini di pimpin oleh Abdurrahman Wahid yaitu pada tahun1984,

mereka berusaha untuk menguatkan ekonomi dan pendidikan khususnya bagi

masyarakat lemah.96

Schumann menjelaskan bahwa selain adanya oraganisasi Serikat Islam dan

Nahdlatul Ulama, di Indonesia juga ada organisasi Muhammadiyah yang lahir di

Yogyakarta yang didirikan oleh Ahmad Dahlan97

. Organisasi Muhammadiyah

94

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 48. 95

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 47 96

Schumann, Mengahadapi Tantangan, h. 242. 97

Ahmad Dahlan lahir di Kauman Yogyakarta pada tahun 1868, sejak kecil ia dikenal

dengan panggilan Muhammad Darwis, ia terlahir dari seorang Ayah bernama K.H Abu Bakar dan

ibunya bernama Aminah, lihat pada Majelis Diktilitbang dan LPI PP Muhammadiyah, 1 Abad

Muhammadiyah (Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010), h. 16.

Page 92: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

80

mempunyai kemiripan dengan cita-cita Buditomo yaitu meningkatkan pelayanan

sosial dan pendidikan pada rakyat banyak. Sedangkan dalam bidang keagamaan

organisasi ini mirip dengan paham salafiyah yaitu ingin memurnikan ajara Islam

dengan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Muhammadiyah sendiri tidak

mengaggap sebagai organisasi politik melainkan sebagai organisasi keagamaan

yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan,98

meskipun organisasi ini

mempunyai hubungan baik dengan serikat Islam namun Muhammadiyah

menghindari aktivitas politiknya.99

Dalam penjelasan yang lain tujuan berdirinya Muhammadiyah yaitu:

pertama untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia khususnya di daerah

Yogyakarta, kedua berusaha untuk menyejahterakan orang-orang Islam. Beberapa

puluh tahun berikutnya tujuan organisasi Muhammadiyah mengalami perbaikan

seiring tersebarnya Muhammadiyah ke Jawa, Sumatra, Sulawesi dan kota-kota

lainnya.100

Setelah membahas organisasi Muhammadiyah Schumann menjelaskan

organisasi Persatuan Islam (Persis), ia menjelaskan bahwa organisasi Persis

didirikan oleh saudagar dan guru-guru dari Minangkabau di Bandung. Menurut

Aritonang Persis didirkan pada tanggal 12 September 1923 oleh umat Islam yang

berminat dalam belajar keagamaan dan di pimpin oleh Zamzam dan Muhammad

Yunus.101

Organisasi ini fokus pada tabligh, yaitu pengajaran dan penyebaran

agama Islam, selain itu persis juga mendirikan taman kanak-kanak dan sekolah-

98

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 48. 99

Robert Van Niel, Munculnya Elit Modern Indonesia (Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,

2009), h. 215. 100

Majlis Diktilitbang, 1 Abad Muhammadiyah, h. 28. 101

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 176,

Page 93: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

81

sekolah, dari kegiatannya pengaruh persis terkenal di Minang Kabau dan

Kalimantan Selatan.102

Menurut Aritonang Persis adalah salah satu organisasi

Islam yang semangat menyebarkan gagasan pembaharuan Islam, beberpa

tokohnya mengecam kebijakan Belanda yang dirasa merugikan masyarakat

pribumi.103

Dalam proses perkembangannya hubungan organisasi-organisasi Islam di

Indonesia sering mengalami ketegangan namun pada akhirnya mereka menyadari

bahwa perbedaan pemikiran yang sering terjadi adalah paham tradisional dan

modernis. Untuk meminimalisir perbedaan tersebut di bentuklah Majelis Islam

A’laa Indonesia (MIAI). Dengan terbentuknya MIAI anggota organisasi terbebut

mempunyai cita-cita bahwa negara Indonesia dituntut untuk setiap presiden

Indonesia harus dari orang Islam, dan menuntut adanya sebuah kementiran khusus

untuk mengurusi agama Islam serta mempunyai program kerja untuk membangun

Masjid dan Musholah serta madrasah dan sekolah-sekoalah.104

Menurut Aritonang beberapa organisasi yang terlibat dalam MIAI

diantaranya: NU, Muhammadiyah, PSII, Persatuan Umat Islam, Al-Islam dan Al-

Irsyad.105

Dengan terbentuknya MIAI para pemuka Islam bercita-cita menciptakan

hubungan baik antar umat Islam di Indonesia dengan umat Islam di luar

Indonesia. Namun organisasi ini diubah secara menyeluruh tepatnya sejak

kedatangan Jepang pada tahun 1942. Organisasi MIAI diganti dengan nama

102

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 49. 103

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 176. 104

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 49. 105

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 187.

Page 94: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

82

Majlis Syuro Muslim Indonesia atau Masyumi. Dalam organisasi ini para anggota

terbesar yaitu dari NU dan Muhammadiyah. 106

Schumann menjelaskan bahwa dibanding dengan organisasi nasional dan

organisasi Islam lainya, masyumi adalah organisasi Islam yang banyak mendapat

dukungan oleh tentara Jepang, dengan demikian organisasi Masyumi menjadi

salah satu saluran hubungan diplomatis dengan tentara Jepang. Namun pada

beberapa tahun berikutnya organisasi Masyumi merasa tertekan oleh tentara

Jepang, dan hubungan itu kemudian menjadi dingin, kemudian pada awal tahun

1945 terjadi pergerakan pada masyarakat Indonesia untuk melawan tentara

Jepang, dan dibentuklah badan kabinet persiapan kemerdekaan Indonesia.107

Schumann menjelaskan bahwa salah satu organisasi Islam lain yang

berkembang di Indonesia yaitu Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI),

organisasi ini didirikan tepatnya pada tahun 1990 oleh B.J. Habiebie di

(Malang).108

Menurut Aritonang secara formal ICMI lahir pada tanggal 7

Desember 1990 di Universitas Brawijaya dan dipelopori oleh 5 mahasiswa

Unibraw.109

Pada awalnya ICMI di pimpin oleh Amin Rais dan tujuan

debentuknya ICMI adalah untuk menjadi pusat perkumpulan para cendekiawan

Muslim serta memberdayakannya.110

Menurut Huda meskipun organisasi ini

berdampak besar terhadap politik masa orde baru namun ICMI bukan organisasi

politik melainkan hanya gerakan akidah yang didalangi oleh kelas menengah dan

106

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 50. 107

Schumann, “Islam di Indonesia,” h. 50. 108

Schumann, “Prospek Hubungan-Hubungan Masadepan Antara Umat Islam dan Kristen

di Indonesia,” article diakse pada 4 Maret 2016 dari http://www.oaseonline.org/artikel/schum.html 109

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 457. 110

Schumann, Mengahadapi Tantangan, h. 247.

Page 95: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

83

usahawan.111

Pada awal pembetukannya ICMI ditugaskan untuk mengganti fungsi

(CSIS)112

untuk mengatur perancanaan sosial.113

Hal senada juga dikatakan oleh

Aritonang bahwa setelah ICMI bekerjasama dengan Centre for Information and

Development Studies (CIDES), ICMI berhasil menjadi pemikiran baru dan

mengganti peranan CSIS.114

Itulah beberapa organisasi Islam yang ada di Indonesia, secara garis besar

organisasi Islam lahir bersamaan dengan awal terjadinya pergerakan di Indonesia

oleh Karena itu setiap organisasi Islam baik itu yang bertujuan politik maupun

yang sosialis, keduanya mempunyai kesamaan yaitu ingin membangun negara

Indonesia lebih maju baik itu keilmuannya maupun perekonomiannya serta tujuan

paling utama adalah menciptakan kader Islam yang lebih baik.

111

Huda, Islam Nusantara, h. 137. 112

CSIS atau (Center for Strategic and International Studies) adalah organisasi yang

didirikan oleh Ali Murtopo dan Sudjono Humardani, keduanya adalah teman seperjalanan presiden

Suharto. Lihat Schumann, Mengahadapi Tantangan, h. 245. 113

Schumann, Mengahadapi Tantangan, h. 247. 114

Aritonang, Kristen dan Islam di Indonesia, h. 462.

Page 96: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan dan analisa di atas mengenai Islam dalam

pandangan Teolog Kristen studi atas pemikiran Olaf Herbert Schumann, maka

saya mengambil beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan

masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Olaf Schumann adalah seorang yang mempunyai pandangan agama Islam

cukup mendalam, hal itu tertera dalam buku-bukunya yang telah panjang lebar

membahas agama Islam dari zaman Nabi Muhammad sampai isu-isu

kontemporer, ia sebenarnya adalah tokoh yang rajin dalam dialog agama demi

menciptakan kerukunan umat beragama, oleh karena itu setiap pembahasannya

tentang agama-agama ia ingin menciptakan hubungan yang baik antar agama,

begitujuga pandangan keislamannya, setiap pembahasan dari konsep ketuhanan,

ajaran tasawuf, hukum serta isu kontemporer seperti pluralitas dan radikal ia

bahas secara objektif.

Mengenai pembahasan Islam di Indonesia Schumann mengupas agama

Islam dari awal masuknya serta proses penyebarannya, hingga perjumpaanya

dengan agama-agama lain yang dihiasi dengan ketegangan maupun kerja sama, ia

nampaknya tidak memihak dalam suatu agama manapun, seperti pembahasan

tentang ketidakjujuran antara misi orang Kristen dan dakwah orang Islam, hingga

menimbulkan ketegangan yang berujung konflik. Begitu juga dengan

pembahasannya tentang organisasi Islam di Indonesia, beserta kontribusinya

Page 97: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

85

untuk kemajuan masyarakat Indonesia, dengan analisa dari beberapa buku saya

menemukan penjelasan yang senada.

B. Saran

Dari semua penjelasan ini, hemat penulis ada beberapa hal yang pantas

dijadikan saran konstruktif adalah sebagai berikut:

1. Sebagai seorang akademisi kita dituntut untuk mencari pengetahuan yang

sebenar-benarnya dalam artian seobjektif mungkin, seperti penelitian dalam

sekripsi ini yaitu mempelajari agama Islam menurut teolog Kristen, mempelajari

agama Islam lewat pandang pemeluk agama lain tentulah sangat penting guna

menjadi analisis serta banyak kritikan yang dapat diambil pelajaran.

2. Kepada pemerintah diharapkan untuk mengantisipasi segala macam bentuk

ketegangang agama, sebelum terjadinya konflik dan peperangan, karena di

Indonesia telah banyak terjadi konflik yang berujung dengan kematian seseorang,

oleh karenaitu saya juga mengaharapkan agar pemerintah menfasilitasi peraturan

penyiaran agama untuk semua kepentingan umat agama yang telah di akui oleh

negara Indonesia.

Page 98: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

86

DAFTAR PUSTAKA

Al Allusi, Adil Muhyid Din. Arab Islam di Indonesia dan India. Jakarta: Gema

Insani Press, 1992.

Al-Husaini, Al-Hamid. Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad Saw.

Bandung: Pustaka Hidayah, 2011.

Ali As-Sayis, Syekh Muhammad. Sejarah Pembentukan dan Perkembangan

Hukum Islam. Jakarta: Akademia Presindo, 1996.

Adib, Mohammad. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

Affifi. Filsafat Mistis Ibnu Arabi. Jakarta: PT Gaya Media Pratama, 1995.

Al-Banna, Al-Imam Ash-Shaid Hasan. Risalah Jihad (I.I.F.S.O)

Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2009.

Ali, Yunasril. Sufisme dan Pluralisme Memahami Hakikat Agama dan Relasi

Agama-Agama. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012.

Al-Syharastani. Al Milal wa Al Nihal. Bandung: Mizan, 2004.

Amstrong, Karen.Sejarah Tuhan, Kisah 4000 Tahun Pencarian Tuhan dalam

Agama-Agama Manusia.Bandung: Mizan, 2013.

Aritonang, Jan. S. Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2006.

Baldick, Julian. Islam Mistik Mengantar Anda ke Dunia Tasawuf. Jakarta: PT

Serambi Ilmu Semesta.

Collins, Gerald O, & Farrugia, Edward G. Kamus Teologi. Yogyakarta: Kanisius

Anggota IKAPI, 1991.

Majelis Diktilitbang dan LPI PP Muhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah.

Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010.

Fauqi Hajjaj, Muhammad. Tasawuf Islam & Akhlak. Jakarta: Amzah, 2011.

Goddard, Hugh. Sejarah Perjumpaan Islam Kristen. Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, 2013.

Goldziher, Ignaz. Pengantar Teologi dan Hukum Islam. Jakarta: Inis, 1991.

Hadi, Abdul. Hamzah Fansuri, Risalah Tasawuf dan Puisi-puisinya. Bandung:

Mizan, 1995.

Page 99: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

87

Herlianto. Gerakan Nama Suci, Nama Allah Yang Dipermasalahkan. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2002.

Huda, Nor. Islam Nusantara, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007.

Ibn Ibrahim, Al-Qasim. Bukti Keberadaan Allah. Jakarta: PT Serambi Ilmu

Semesta, 2002.

Idris, Fundamentalisme Islam: Analisis Pemikiran Politik Bassam Tibi, Skripsi

S1, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negri Jakarta,

2007.

Khaja Khan, Khan Sahib. Cakrawala Tasawuf. Jakarta: CV Rajawali, 1987.

Leirvik, Oddbjorn. Yesus Dalam Literatur Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru,

2002.

Madjid, Nurcholish. Islam Agama Kemanusiaan. Jakarta: Paramadina, 2003.

Muhsin, M. Tarekat dan Dinamika Sosial Politik Tafsir Sosial Sufi Nusantara.

Yogyakata: Pustaka Belajar, 2015.

Nasir, Sahilun A. Pemikiran Kalam Teologi dan Hukum Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Nasution, Harun. Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan.

Jakarta: UI-PRESS, 2011.

Nasution, Harun. Perkembangan Modern dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1985.

Nata, Abuddi. Studi Islam Komperhensif. Jakarta: Prenada Media Group, 2011.

New life options: Pluralitas Agama, Kerukunan dalam Keragaman. Jakarta:

Kompas, 2001.

Teguh Panji. Kitab Sejarah Terlengkap Majapahit. Jakarta: Laksana 2015.

Panitia Penerbitan Buku Kenangan Prof. Dr Olaf Herbert Schumann, Balitbang

PGI. Agama Dalam Dialog: Pencerahan dan Masa Depan Punjung Tulis

60 Tahun Prof Dr. Olaf Herbert Schumann. Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2003.

Pulungan, Suyuthi. Prinsip Pinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah

Ditinjau Dari Pandangan Al-Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

1994.

Page 100: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

88

Shalihing. Membangun Dialog Agama Dalam Mewujudkan Kerukunan Umat

Beragama: Telaah Atas Pemikiran Olaf Herbert Schumann. Skripsi S1,

Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negri Jakarta, 2014.

Schumann, Olaf Herbert. Agama-Agama Kekerasan dan Perdamaian. Jakarta:

BPK Gunung Mulia, 2014.

__________. Pendekatan Pada Ilmu Agama-Agama. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2015.

__________. Menghadapi Tantangan Memperjuangkan Kerukunan. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2013.

__________. Sepuluh Ulama Berbicara Isa al Masih Serta Ajarannya. Jakarta:

PT Elex Media Komputindo, 2013.

__________. Pemikiran Keagamaan Dalam Tantangan. Jakarta: PT Grasindo,

1993.

__________. Keluar Dari Benteng Pertahanan. Jakarta: PT Grasindo, 1996.

__________. “Meninjau Agama Islam di Indonesia,” Naskah Terbatas Tidak di

Publikasikan, April 1978.

Syahrastani. Al-Milal wa Al-Nihal. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset.

Sunyoto, Agus. Wali Songo, Reskontruksi Sejarah Yang Disingkirkan. Jakarta:

Transhop Printing, 2011.

Van Niel, Robert. Munculnya Elite Modern Indonesia. Jakarta: PT Dunia Pustaka

Jaya, 2009.

Yahya, Imam. Jihad dan Perang dalam Literatur Muslim, dalam buku Islam dan

Urusan Kemanusiaan. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2015.

Yasir, Ali. Jihad Masa Kini. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2015.

Sumbert Internet

BBC Indonesia, Donald Trump Minta Kaum Muslimin dilarang Masuk AS, h. 1.

di akses pada 2 Februari 2016 dari

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/12/151208_dunia_amerika_tru

mp_muslim

Damanhuri, “Umdah Al-Muhtajan: Rujukan Tarekat Syattariyah Nusantara,”

article di akses pada 4 Maret 2016 dari http://oaji.net/articles/2015/1792-

1440647039.pdf.

Page 101: ISLAM DALAM PANDANGAN OLAF HERBERT SCHUMANN Skripsi

89

Karman, Yongky. “Problem Terjemahan Nama Tuhan Dalam Alkitab.” Article

Dikases pada 8 Februari 2016 dari http://www.seabs.ac.id/journal/april2006/Problem%20Terjemahan%20Nama%20

Tuhan%20di%20Alkitab.pdf

Kompas Bom dan Ledakan di Sarinah Jakarta, Polisi Sudah Mendapat Peringatan

Sebelumnya dari NIIS Jakarta 14 Januari, 2016., diakses pada 2 Februari,

2016 dari http://print.kompas.com/baca/2016/01/14/Bom-dan-Ledakan-di-

Sarinah-Jakarta%2c-Polisi-Sudah-M

Permana, Rahayu. “Sejarah Masuknya Islam Ke Indonesia,” artikel diakses pada

24 Febuari 1016 dari http://pensa-sb.info/wp-

content/uploads/2011/03/SEJARAH-MASUKNYA-ISLAM-KE-

INDONESIA.pdf

Schumann, “Kehidupan Berasama Umat Kristen dan Umat Muslim di Indonesia

di Masa Depan”, artikel diakses pada 27 Februari 2016 dari

http://www.oaseonline.org/artikel/06.html

_________, “Peran Umat Beragama Dalam Membangun Masyarakat Pluralis

Yang Harmonis Di Maluku Utara Dalam Perspektif Kristiani,” Article di

akses pada 4 Maret 2016 dari http://www.oaseonline.org/olafschumann/

_________, “Prospek Hubungan-Hubungan Masadepan Antara Umat Islam dan

Kristen di Indonesia,” article diakse pada 4 Maret 2016 dari

http://www.oaseonline.org/artikel/schum.html

_________, “Tranformasi Agama dan Budaya ditengah-tengah Kekerasan

Sosial,” article diakses pada 4 Maret 2116 dari

http://www.oaseonline.org/artikel/kt3.htm

Shodiq, Muh. Fajar. “Radikalisme Dalam Islam Antara Pelabelan dan Konstruksi

Sosiologi,” article Diakses pada 25 Januari 2016 dari

http://journal.uniba.ac.id/index.php/GM/article/download/90/89

Soleh, A Khudori. “Model-Model Epistimologi Islam, h. 196. article diakes pada 9

Februari 2016 dari, http://psikologi.uin-malang.ac.id/wp-

content/uploads/2014/03/Model-Model-Epistemologi-Islam.pdf

Soegijanto Padmo, “Gerakan Pembaharuan Islam Indonesia dari Masa ke Masa:

Sebuah Pengantar,” article diakses pada 2016 dari,

Waryono. “Beberapa Problem Teologis Antara Islam dan Kristen.” Article

diakses pada 8 Februari 2016 dari

http://www.seabs.ac.id/journal/april2006/Problem%20Terjemahan%20Na

ma%20Tuhan%20di%20Alkitab.pdf