Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsistensi Islam sebagai agama samawi termodern dari sekian banyak agama samawi lainnya, ikut tertantang menghadapi berbagai perubahan peradaban manusia dari zaman jahiliah sebagai era teologi masyarakat penyembah berhala sampai zaman sekarang suatu era teknologi globalisasi dunia yang serba rasional. Seiring dengan perkembagan zaman itulah yang datang dan pergi setiap hari dengan membawa berbagai peradaban baru yang jauh berbeda dari situasi dan kondisi masa lalu itu Islam menampilkan ajaran-ajarannya yang bersifat tetap dari sang pencerah Rosulullah sampai dekade zaman dikatakan modern atau past modern dan konsep itu tidak akan pernah berubah dari zaman ke zaman sampai dunia ini tinggal nama belaka. Disisi lain zaman merupakan sesuatu yang senantiasa menuntun perubahan 1

Transcript of Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

Page 1: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsistensi Islam sebagai agama samawi termodern dari sekian

banyak agama samawi lainnya, ikut tertantang menghadapi berbagai

perubahan peradaban manusia dari zaman jahiliah sebagai era teologi

masyarakat penyembah berhala sampai zaman sekarang suatu era teknologi

globalisasi dunia yang serba rasional. Seiring dengan perkembagan zaman

itulah yang datang dan pergi setiap hari dengan membawa berbagai peradaban

baru yang jauh berbeda dari situasi dan kondisi masa lalu itu Islam

menampilkan ajaran-ajarannya yang bersifat tetap dari sang pencerah

Rosulullah sampai dekade zaman dikatakan modern atau past modern dan

konsep itu tidak akan pernah berubah dari zaman ke zaman sampai dunia ini

tinggal nama belaka. Disisi lain zaman merupakan sesuatu yang senantiasa

menuntun perubahan dan pembaharuan dari pola piker, pola sikap dan pola

hidup masyarakat dunia dan tidak ketinggalan di dalamnya masyarakat

muslim sebagai kaum yang berserah diri keharibaan Sang Maha Pencipta.

Kita manusia penikmat peradaban teknologi dunia barat akan

merasakan betul perbedaan dan perubahan dari waktu ke waktu, dikala zaman

belum tersentuh oleh berbagai produk teknologi dan elektronik yang serba

otomatis dan instant itu dengan peradaban tempo dulu yang operasional

kinerjanya selalu butuh banyak waktu. Dengan kenyataan zaman modern

1

Page 2: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

seperti itulah pergeseran pola piker dari yang sifatnya kultur menjadi pola

piker yang sifatnya rasional, cenderung kebendaan (materialistis) semakin

tumbuh subur pada pola hidup masyarakat dengan sedikit menggeser pola

tradisional yang serba kerjasama dan saling menghormati dan perhatian

diantara sesame menjadi apriori kurang kepedulian terhadap gejolak social dan

cenderung egois dengan mementingkan diri sendiri. Dan juga kita mengalami

betul masa dimana/anak menjadi tidak berpengaruh, pokoknya serba praktis

dan banyak hal yang dimasa orang tua apalagi kakek kita dulu belum pernah

ada, hari ini dengan segala kecanggihannya hadir di depan mata, tiap hari ilmu

pengetahuan membawa sesuatu yang baru dan informasi yang aktual bagi

peradaban manusia.

Islam sebagai agama yang diridoi Allah SWT, seperti yang

difirmankan pada surat Ali Imron ayat 19.

Yang artinya : sesungguhnya agama yang dioridoi Allah SWT adalah

agama Islam. (H. Salim Bahreis, 1984:33).

Dengan keyakinan penuh jika kita mengikuti dan mengamalkan

ajarannya kita akan senantiasa mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sebagai dasar konsep teologi satu-satunya, Islam harus senantiasa

berada selalu didada kita, sekalipun perubahan dan pergerakan dunia semakin

hari semakin sulit untuk dibendung, tidak hanya dalam ranah teknologi,

namun juga merambah masuk ke dalam sisi-sisi kehidupan lainnya. Seperti

politik, hokum, social dan budaya, semuanya secara serta merta terkena

2

Page 3: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

dampak dari derasnya laju perubahan dunia kontemporer ini. Akibatnya para

penganut agama secara keseluruhan mulai mempertanyakan bagaimana posisi

agama dalam kancah perubahan global ini. Masihkah Islam sanggup

menjalankan perannya dalam menjawab segala tantangan zaman yang selalu

menghendaki perubahan dan pembaharuan di berbagai sector kehidupan

manusia ?

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah seperti itu, maka tersusunlah

rumusan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah konsep ajaran Islam memandang

perubahan zaman itu ?

2. Bagaimanakah tantangan zaman dan perubahan

Modernitas dunia itu ?

3. Bagaimanakah Islam menjawab tantangan zaman

yang banyak memberikan perubahan pada tatanan social itu ?

C. Tujuan Penulisan

1. Ingin mengetahui konsep ajaran Islam memandang perubahan zaman.

2. Ingin mengetahui ruang lingkup tantangan zaman dan perubahan

modernitas dunia.

3. Ingin mengetahui jawaban Islam terhadap tantangan zaman yang banyak

memberikan perubahan pada tatanan social masyarakat dunia.

3

Page 4: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam

Agama Islam adalah wahyu yang diturunkan oleh AllAh SWT, kepada

Rasul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa

dan setiap persawa (Endang Saifuddin Anshari, 1993:19). Sedangkan definisi

lain pernah disampaikan oleh salah seorang ulama Mesir yang pernah menjadi

Rektor Universitas Al Azhar Kairo yaitu Syaikh Mahmud Syaltut : Islam itu

adalah Agama Allah yang diperintahkannya untuk mengajarkan tentang

pokok-pokok serta peraturan-peraturannya kepada Nabi Muhammad SAW

dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh

manusia dan mengajak mereka untuk memeluknya (Endang Saifuddin

Anshari, 1992:20).

Islam atau Al Islam menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW berpedoman kepada kitab

suci Al Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SSWT.

Menurut ensiklopedia Indonesia, Islam adalah berserah diri kepada Tuhan,

yaitu agama yang percaya adanya satu Tuhan. Namun menurut Abu A’la Al

Mauduni, Islam bukanlah nama dari suatu keyakinan yang unik yang untuk

pertama kalinya oleh Muhammad SAW. Oleh karena itu, Muhammad SAW

tidak dapat disebut sebagai pendiri agama Islam. Al Qur’an telah menyatakan

4

Page 5: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

secara sangat jelas bahwa Islam adalah pemasrahan diri yang sempurna

kepada Allah SWT sebagi satu-satunya keyakinan yang terus diwahyukan

sejak awal kejadiannya, Nuh, Ibrohim, Musa dan Isa, para Nabi tampil dimasa

dan tempat yang berbeda semuanya menyampaikan hal yang sama. Mereka

bukanlah para pendiri dari keyakinan yang berbeda. Masing-masing dari

mereka mengulangi kembali keyakinan yang telah disampaikan oleh

pendahulunya.

Dari berbagai pendapat di atas kita mendapatkan gambaran bahwa

Islam merupakan agama yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia agar

dapat hidup sesuai perintah Allah sehingga tugas manusia sebagai kholifah di

muka bumi dapat tercapai.

Ketika zaman perubahan bergulir cepat, perkembangan ilmu dan

teknologi semakin dahsyat. Sebagian pemikiran Islam tiba-tiba terperanjat

harus menghadapinya. Terperanjat karena kemajuan it uterus saja bergerak

maju tanpa kompromi, sementara mereka yakin bahwa Islam harus memiliki

jawaban untuk semuanya itu. Hegemoni barat dan takluknya banyak wilayah

Islam secara politis maupun budaya justru semakin memperparah

keterperanjatan mereka saaat renaissance “meledak” di barat, harus diakui

bahwa putaran roda umat Islam sedang berada di bawah, untuk tidak

menyatakannya takluk kepada barat dengan kondisi yang seperti itu Tesis Ibnu

Kholdun dalam Muqaddimah-nya, menyatakan bahwa bangsa yang takluk

hampir bisa dipastikan akan mengekor setidaknya secara psikologis pada

bangsa pemenang. Hal ini kemudian banyak pemikir Islam yang hingga kini

5

Page 6: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

berusaha keras untuk membuktikan bahwa Islampun sejalan dengan

perkembangan zaman itu. Mereka ingin menunjukkan bahwa Islam tidak

ketinggalan zaman, suara-suara yang menggunakan isu pembaharuan terhadap

Islam menggema diberbagai wilayah kaum muslimin. Sayangnya, niat baik

dan usaha keras itu seringkali berdampak negative, tanpa disadari upaya

peruabahan yang mereka lakukan justru membaratkan Islam dan bukan

mengislamkan nilai-nilai barat. Akibatnya banyak nilai-nilai Islam yang

bersifat prinsipil dinafikan bahkan karena dianggap mengganggu kemajuan

peradaban modern harus dibuang. Ide-ide seperti sekularisme, liberalisme dan

pluralisme yang marak belakang ini.

B. Zaman Modern

Modern berarti baru, saat ini, up to date. Ini adalah makna obyektif

modern. Secara subyektif makna modern terkait erat dengan konteks ruang

waktu terjadinya proses modernisasi. Nurcholis Majid melihat zaman modern

merupakan kelanjutan yang wajar pada sejarah manusia. Setelah melalui

zaman pra-sejarah dan zaman agrarian di Lembah Mesopotamia (bangsa

Sumeria) sekitar 5000 tahun yang lalu, umat manusia memasuki tahapan

zaman baru, zaman modern, yang dimulai oleh bangsa Eropa Barat lautsekitar

dua abad yang lalu (Majid, 2000:450) Zaman baru ini menurut Arnold

Toynbee seperti yang dikutip oleh Majid, dimulai sejak menjelang akhir abad

ke 15 M ketika orang Barat berterim kasih tidak kepada Tuhan tetapi kepada

dirinya sendiri karena telah berhasil mengatasi kungkungan Kristen abad

6

Page 7: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

pertengahan. Zaman modern merupakan hasil dari kemajuan yang dicapai

masyarakat Eropa dalam sains dan teknologi. Pencapaian tersebut berimbas

pada terbukanya selubung kesalahan dogma gereja setelah manusia berhasil

mengenal hukum-hukum alam dan menguasainya. Pengetahuan tersebut

menjadi kritik terhadap gereja dan berujung pada sikap anti gereja. Maka, di

era ini, manusia menjadi penguasa atas diri dan hidupnya sendiri. Doktrin

teosentris (kekuasaan Tuan) yang dihegemonikan gereja selama abad

pertengahan diganti dengan doktrin manusia sebagai pusat kehidupan

(antroposentrisme). Sebagai kritik atas masa lalu, zaman modern banyak

memutus nilai-nilai dan jalan hidup tradisional dan digantikan dengan nilai-

nilai baru berdasar sains yang dicapai manusia. Di era ini manusia mencipta

pola hidup baru yang berbeda dengan era sebelumnya. Tentang hal ini David

Kolb menyatakan “we are developing something new in history” (Kolb,

1986:2). Kepercayaan diri manusia modern membuat banyak dari mereka

yang mengasumsikan zaman modern sebagai puncak perkembangan sejarah

kemanusiaan. August Comte, salah seorang ilmuan positivis, mengakui bahwa

sejarah peradaban manusia mengalami tiga tahap perkembangan;

1) Teologis, dimana manusia memahami alam sebagai hasil campur tangan

Tuhan. Tahap ini terbagi dalam tiga sub: animisme, politeisme, dan

monoteisme.

2) Metafisika. Pada tahap ini peran Tuhan di alam digantikan oleh prinsip-

prinsip metafisika, seperti kodrat.

7

Page 8: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

3) Adalah positif. Tahap ini diwarnai oleh keyakinan yang cukup besar pada

kemampuan sains dan teknologi. Manusia tidak lagi mencari sebab absolut

ilahiah dan berpaling pada pemahaman hukum-hukum yang menguasai

alam.(Donny Gahral Adian, 2002:65-66).

Penguasaan atas sains dan teknologi membawa bangsa-bangsa Eropa

ke arah kemajuan luar biasa hingga mampu menandingi dan menguasai

bangsa-bangsa Islam. Kolonialisasi menjadi pilihan yang diambil bangsa-

bangsa penguasa baru tersebut. Kolonialisme dilakukan bukan hanya dengan

senjata mesin, tetapi juga tata nilai, ideologi dan kultur. Maka, terjadilah

pergesekan antara nilai baru yang dibawa oleh bangsa kolonial dengan kultur

asli bangsa muslim.

1. Modernisme

Modern bukanlah sekadar suatu periode, melainkan pandangan-dunia

atau prinsip metafisis (ontologis). oleh karena itu, dunia modern diartikan

dalam makalah ini adalah dunia yang didominasi oleh pandangan-dunia

modern. Dalam kata lain, dunia modern merupakan pengejawantahan prinsip-

prinsip modern dalam kehidupan manusia atau masyarakat. Menurut ahli

sejarah peristwa modern awal kali terjadi ditandai dengan pergeseran

teosentris ke antroposentris dalam kehidupan masyarakat. Sekali lagi,

pergeseran tersebut merupakan suatu hal khas Barat atau dunia Kristiani. Oleh

karena itu, pergeseran tersebut sama saja dengan mengatakan terjadi

pergeseran otoritas yang awalnya dimonopoli oleh Gereja kemudian ke

8

Page 9: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

individu. Tapi, secara umum, pergeseran tersebut bisa dimaknai, jika

menggunakan sudut pandang kalangan perenialis, lepas atau tercerabutnya

dimensi spiritual dalam kehidupan masyarakat. Hal yang disebut di atas adalah

ciri dari dimensi metafisis dan filosofis modern. Sedangkan dari karakter sains

modern, pergeseran terjadi dari pelacakan jejak Tuhan (vestigia Dei) di alam

ke penaklukkan alam. Sains modern pada prinsipnya merupakan narasi

penaklukkan atau penundukkan. Alam dilihat sebagai suatu yang kacau dan

tidak tertala serta irasional. Oleh karena itu, alam dan juga perempuan harus

ditundukkan atau ditaklukkan. Sebelum pandangan-dunia modern muncul

sebagai fenomena mainstream, sejak zaman neolitikum, masyarakat

melakukan domestifikasi alam hanya untuk keperluan tempat tinggal dan

konsumsi. Ketika pandangan-dunia modern hadir sebagai suatu hal niscaya di

tengah masyarakat, domestifikasi alam tidak hanya sekadar untuk memenuhi

keperluan tempat tinggal menetap dan konsumsi, melainkan alam secara

substansial pun didomestifikasi. Dari sinilah muncul gagasan civilized dan

uncivilized. Persoalan domestifikasi alam ini pun turut menjadi suatu penanda

progresifitas. Masyarakat prasejarah yang hidup penuh harmonis dengan alam

disebut uncivilized karena tidak melakukan domestifikasi penuh terhadap

substansi alam. Penanda modern lain di antaranya ialah:

1) Munculnya kolonialisme atas nama civilization;

2) Revolusi Prancis;

3) Revolusi Industri;

4) Kapitalisme;

9

Page 10: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

5) Komodifikasi;

6) Mediasi dalam relasi sosial (ie. negara); dan

7) Mekanisasi kehidupan.

Karakter-karakter tersebut pada akhirnya turut memengaruhi

bagaimana teologi dalam Islam diperbincangkan dan dimaknai. Misalnya,

gagasan konflik antara sains dan agama merupakan fenomena Barat. Dalam

Islam sains dan agama tidak pernah dipertentangkan sebagai hal mainstream.

Ketika teologi Islam memasuki diskursus ini, maka mau tidak mau telah

muncul asumsi (hidden assumption) bahwa sains dan agama, dalam hal ini

Islam, bertentangan. Konsep teologi secara historis merupakan term khas

Kristen atau perspektif Barat (Western worldview). Dalam Islam, dikenal

konsep atau disiplin kalam yang biasanya dipadankan dengan theology. Secara

historis, theology dengan kalam memiliki perbedaan.

2. Relevansi Teologi Islam dalam Dunia Modern

Pertanyaan apakah teologi Islam dapat menjawab

tantangan dunia modern atau dalam kata lain apakah teologi

Islam relevan dalam menjawab tantangan zaman, menjadi

kompleks dengan latar belakang yang sudah disebutkan di

bagian-bagian sebelumnya. Untuk menjawab tantangan dunia

modern, teologi Islam tidak hanya berurusan dengan

pemikiran atau penalaran saja, melainkan juga dengan

tindakan hegemonik dan penaklukkan. Untuk menjawab

10

Page 11: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

tantangan tersebut, teologi Islam harus menggunakan

banyak kacamata, mulai dari kacamata politis, geografis,

kultural, dll.. Ketika kacamata-kacamata tersebut diabaikan,

jelas teologi Islam menjadi tidak relevan. Tapi, irelevansi

tersebut dikarenakan teologi Islam tidak dapat melihat

persoalannya secara menyeluruh. Dunia modern dibangun

dengan banyak dimensi, sedangkan teologi adalah salahsatu

dimensi. Dunia modern hadir tidak hanya dengan dimensi

teologis, melainkan kompleks. Untuk relevan, teologi Islam

harus dapat memahami ekomplesitasan permasalahan dunia

modern. Dan, tentu saja, teologi Islam harus

mengembangkan dirinya dalam sinaran integralistik dan

holistik. Relasi sosial dan infrastruktur-suprastruktur 100

tahun lalu dengan sekarang jelas berbeda. Dan itu mau tidak

mau mengandaikan perubahan dan pengembangan dalam

teologi Islam itu sendiri. Naturalisasi diskursus yang selama

ini teologi Islam terlibat di dalamnya, harus disadari oleh

teologi Islam. Jika tidak, teologi Islam menjadi salah arah

dalam menyambut tantangan tersebut. Teologi Islam menjadi

terhegemoni. Dan, pada akhirnya, persoalan atau pertanyaan

relevansi/irelevansi bagi teologi Islam menjadi salah arah dan

keliru. Dunia modern beserta tantangan dan krisisnya hadir

tidak hanya dengan satu wajah, dalam hal ini teologis,

11

Page 12: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

melainkan banyak wajah. Teologi merupakan satu wajah atau

dimensi. Ketika teologi Islam hendak menyambut dunia

modern, menjadi suatu hal yang tidak tepat. Tapi, lain lagi

soalnya jika prinsip-prinsip Islam dihadapkan dengan

persoalan dunia modern. Sebagaimana dunia modern yang

memiliki banyak wajah atau dimensi, prinsip-prinsip Islam

pun serupa: ia menjelma dalam pelbagai wajah atau dimensi.

Krisis atau tantangan modern pada kenyataanya lebih pada

persoalan prinsip metafisis atau ontologis. Oleh karena itu,

hanya prinsip-prinsip metafisis yang dapat menjawabnya

secara menyeluruh. Kertas kerja (working paper) mengenai

permasalahan naturalisasi diskursus atau historisitas evolutif

dari teologi belumlah banyak dilakukan. Untuk kelanjutan

hipotesa makalah ini bahwa teologi Islam diperbincangkan

dalam konteks hegemonik, maka kertas kerja yang spesifik

membahas naturalisasi diskursus akan sangat bermanfaat.

Kemudian, pada sisi kultur, Richard Dawkins mengenalkan

gagasan meme untuk membaca evolusi kultur. Kiranya, salah

satu kerja mendatang mengenai pokok permasalahan

(subject-matter) yang diangkat dalam makalah ini bisa

menggunakan konsep meme Dawkins tersebut. Karena

teologi merupakan suatu peristiwa yang dilakukan oleh

manusia dan teologi itu sendiri mengalami perkembangan

12

Page 13: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

sejalan dengan perubahan relasi sosial dan infrastruktur-

suprastruktur yang terjadi di dalam masyarakat, pembacaan

masalah tersebut dengan teori meme menjadi cukup penting

untuk masukan. Kemudian, kertas kerja yang memetakan

peristiwa historis diskursus teologis secara geografis

belumlah dilakukan. Jika kertas kerja mendatang dapat

melakukan pemetaan tersebut, hal itu dapat lebih

menjelaskan soalan naturalisasi diskursus dan juga dapat

memperlihatkan apakah persebaran pokok permasalahan

teologis pada satu tempat itu berbeda di tempat lain dan

bagaimana factor relasi sosial dan infrastruktur-

suprastruktur itu di tiap tempat memengaruhi pokok

permasalahan yang dibincangkan dalam teologi.

C. Islam dan Tantangan Modernitas

Secara teologis, Islam merupakan sistem nilai dan ajaran yang

bersifat ilahiah (transenden). Pada posisi ini Islam adalah pandangan dunia

(weltanschaung) yang memberikan kacamata pada manusia dalam memahami

realitas. Meski demikian, secara sosiologis, Iislam merupakan fenomena

peradaban, realitas sosial kemanusiaan. Pada wilayah ini nilai-nilai Islam

bertemu dan berdialog secara intens dengan kenyataan hidup duniawi yang

selalu berubah dalam partikularitas konteksnya. Dialog antara universalitas

nilai dan partikularitas konteks menjadi penting dan harus selalu dilakukan

13

Page 14: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

agar misi Islam sebagai rahmat semesta alam dapat diwujudkan.

Ketidakmampuan berdialog dapat menjebak agama pada posisi keusangan

(kehilangan relevansi) atau pada posisi lain kehilangan otentitasnya sebagai

pedoman hidup.

Pergulatan modernitas dan tradisi dalam dunia Islam melahirkan

upaya-upaya pembaharuan terhadap tradisi yang ada. Harun Nasution

menyebut upaya tersebut sebagai gerakan pembaruan Islam, bukan

gerakan modernisme Islam. Menurutnya, modernisme memiliki konteksnya

sebagai gerakan yang berawal dari dunia Barat bertujuan menggantikan ajaran

agama Katolik dengan sains dan filsafat modern. Gerakan ini berpuncak pada

proses sekularisasi dunia Barat (Nasution, 1975:11). Berbeda dengan

Nasution, Azyumardi Azra lebih suka memakai istilah modern dari pada

pembaruan. Azra beralasan penggunaan istilah pembaruan Islam tidak selalu

sesuai dengan kenyataan sejarah. Pembaruan dalam dunia Islam modern tidak

selalu mengarah pada reaffirmasi Islam dalam kehidupan muslim. Sebaliknya,

yang sering terjadi adalah westernisasi dan sekularisasi seperti pada kasus

Turki. Apa yang disampaikan Azra adalah kenyataan modernisme dalam

makna subyektifnya, sedangkan Nasution mencoba melihat modern dengan

makna obyektif. Memang harus diakui, ekspansi gagasan modern oleh bangsa

Barat tidak hanya membawa sains dan teknologi, tetapi juga tata nilai dan pola

hidup mereka yang sering kali berbeda dengan tradisi yang dianut masyarakat

obyek ekspansi. Baik dalam makna obyektif atau subyektifnya, modernitas

yang diimpor dari bangsa Barat membuat perubahan dalam masyarakat

14

Page 15: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

muslim, di segala bidang. Pada titik ini umat Islam dipaksa memikirkan

kembali tradisi yang pegangnya berkaitan dengan perubahan yang sedang

terjadi. Respons ini kemudian melahirkan gerakan-gerakan pembaruan.

Tetapi, pembaruan Islam bukan sekedar reaksi muslim atas perubahan

tersebut. Degradasi kehidupan keagamaan masyarakat muslim juga menjadi

faktor penting terjadinya gerakan pembaruan. Banyak tokoh-tokoh umat yang

menyerukan revitalisasi kehidupan keagamaan dan membersihkan praktek-

praktek keagamaan dari tradisi-tradisi yang dianggap tidak islami.

1. Islam Dan Perubahan

Muara yang diharapkan dari proses dialektika nilai-nilai Islam dengan

modernitas adalah keberlakuan Islam di era modern. Ini terjadi jika upaya

tersebut berhsil dengan baik. Sebaliknya, ketidakberhasilan proses tersebut

dapat membuat agama kehilangan relevansinya di zaman modern. Peristiwa

penolakan terhadap geraja di awal zaman modern di Eropa dapat terulang

kembali dalam konteks yang berbeda, dunia Islam. Islam memiliki potensi

kuat untuk menjawab tantangan tersebut. Ernest Gellner, seperti yang dikutip

Majid, menyatakan bahwa di antara tiga agama monoteis; Yahudi, Kristen dan

Islam, hanya Islamlah yang paling dekat dengan modernitas. Ini karena ajaran

Islam tentang universalisme, skripturalisme (ajaran bahwa kitab suci dapat

dibaca dan dipahami oleh siapa saja, tidak ada kelas tertentu yang

memonopoli pemahaman kitab suci dalam hierarki keagamaan), ajaran tentang

partisipasi masyarakat secara luas (Islam mendukung participatory

15

Page 16: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

democracy), egalitarianisme spiritual (tidak ada sistem kerahiban-

kependetaan), dan mengajarkan sistematisasi rasional kehidupan sosial (Majid,

467).

Yusuf Qardhawi menilai kemampuan Islam berdialog secara harmoni

dengan perubahan terdapat dalam jati diri Islam itu sendiri. Potensi

tersebut terlihat dari karakteristik Islam sebagai agama rabbaniyah

(bersumber dari Tuhan dan terjaga otentitasnya), insaniyah (sesuai dengan

fitrah dan demi kepentingan manusia), wasthiyyah (moderat-mengambil jalan

tengah), waqiiyah (kontekstual), jelas dan harmoni antara perubahan dan

ketetapan (Qardhawi, 1995).

2. Pembaruan Islam

Meski Islam potensial menghadapi perubahan, tetapi aktualitas

potensi tersebut membutuhkan peran pemeluknya. Ketidakmampuan pemeluk

Islam dapat berimbas pada tidak berkembangnya potensi yang ada. Ungkapan

yang sering dipakai para pembaru Islam untuk menggambarkan hal ini adalah

“al-Islam mahjub bi al-muslimin”. Dalam mengaktualisasikan potensi

tersebut, pemeluk Islam difasilitasi dengan intitusi tajdid (pembaruan,

modernisasi). Ada dua model tajdid yang dilakukan kaum muslim: seruan

kembali kepada fundamen agama (al-Qur’an dan hadith), dan menggalakkan

aktivitas ijtihad. Dua model ini merupakan respons terhadap kondisi internal

umat Islam dan tantangan perubahan zaman akibat modernitas. Model pertama

disebut purifikasi, upaya pemurnian akidah dan ajaran Islam dari percampuran

16

Page 17: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan Islam. Sedang model kedua disebut

dengan pembaruan Islam atau modernisme Islam (Achmad Jainuri, 1995:38).

Di sini, Tajdid memiliki peranan yang signifikan. Ketiadaan rasul pasca

Muhammad SAW. bukan berarti tiadanya pihak-pihak yang akan menjaga

otentitas dan melestarikan risalah Islam. Jika sebelum Muhammad SAW.

peranan menjaga dan melestarikan risalah kerasulan selalu dilaksanakan oleh

nabi atau rasul baru, pasca Muhammad SAW. peran tersebut diambil alih oleh

umat Islam sendiri. Rasul Muhammad SAW. pernah menyatakan bahwa

ulama merupakan pewarisnya, dan di lain kesempatan ia menyatakan akan

hadirnya mujaddid di setiap seratus tahun. Dalam proses tersebut, setiap ajaran

Islam mengalami pembaruan yang berbeda-beda, bahkan ada yang tidak boleh

disentuh sama sekali. Aqidah dan ibadah merupakan domain yang sangat tabu

tersentuh proses perubahan. Yang bisa dilakukan dalam kedua wilayah

tersebut adalah pembersihan dari aspek-aspek luar yang tidak berasal dari

doktrin Islam. Di sini berlaku kaidah "semua dilarang kecuali yang

diperintah".

Berbeda dengan itu, aspek muamalah (interaksi sosial) merupakan

wilayah gerak tajdid dengan sedikit tabu di dalamnya. Pada aspek ini nilai-

nilai Islam mewujudkan dirinya berupa paradigma (cara pandang) kehidupan.

Ajaran Islam menyediakan pedoman-pedoman dasar yang harus

diterjemahkan pemeluknya sesuai dengan konteks ruang waktu yang

melingkupinya. Pada wilayah ini yang berlaku adalah kaidah "semua

dibolehkan kecuali yang dilarang". Menurut Kuntowijoyo (Kuntowijoyo,

17

Page 18: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

1997:170) penerjemahan nilai-nilai tersebut bisa dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung. Yang pertama berangkat dari nilai ajaran langsung ke

wilayah praktis. Ilmu fiqh merupakan salah satu perwujudan yang pertama ini.

Sementara yang kedua berangkat dari nilai ke wilayah praktis dengan melalui

proses filsafat sosial dan teori sosial terlebih dahulu (nilai-filsafat sosial-teori

sosial). Sebagai contoh adalah ayat yang menjelaskan Allah tidak akan

merubah suatu kaum jika mereka tidak merubah dirinya sendiri. Nilai

perubahan ini harus diterjemahkan menjadi filsafat perubahan sosial,

kemudian menjadi teori perubahan dan baru melangkah di wilayah perubahan

sosial.

Keberadaan tajdid menjadi bukti penting penghargaan Islam terhadaap

kemampuan manusia. Batas-batas yang ada dalam proses tajdid bukan

merupakan pengekangan terhadap kemampuan manusia, tetapi sebagai media

mempertahankan otentisitas risalah kenabian. Ketika agama hanya

menghadirkan aspek-aspek yang tetap, abadi, tidak bisa berubah maka yang

terjadi adalah ketidakmampuan agama mempertahankan diri menghadapi

zaman. Akibatnya, agama akan kehilangan relevansinya. Ini seperti yang

terjadi pada gereja di abad pertengahan. Sebaliknya, jika aspek-aspek yang

tetap, abadi dan tidak berubah tersebut tidak ada dalam agama, maka agama

akan kehilangan otentitasnya sebagai pedoman hidup manusia. Di sinilah,

kekhasan Islam seperti yang disebut Qardhawi di atas berperan. Islam berdiri

di tengah-tengah. Islam mengandungi ketetapan-ketetapan di satu sisi, dan

keluwesan-keluwesan di sisi lainnya. Dengan sikap terebut Islam bisa tetap

18

Page 19: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

eksis di tengah perubahan zaman tanpa kehilangan otentitasnya sebagai agama

ilahiah. Gagasan pembaharuan Islam dapat dilacak di era pra-modern pada

pemikiran Ibn Taymiyah (abad 7-8 H/13-14 M). Taymiyah banyak mengkritik

praktek-praktek islam populer yang tidak sesuai dengan ajaran Islam dan

menyerukan kembali kepada syariat. Gerakan lain dilakukan oleh Muhammad

Abdul Wahab di Arabia pada abad ke 18 M yang menolak dengan keras tradisi

yang tidak Islami (Jainuri, 2002:15-17).

Jika pembaharuan pra-modern dilakukan sebagai otokritik praktek

keagamaan populer masyarakat muslim, pembaruan era modern merupakan

respons umat Islam terhadap tantangan yang ditawarkan oleh modernitas

Barat. Di era ini tercatat beberapa tokoh yang cukup populer seperti al-

Afghani, Abduh, Rasyid Ridha, Sayyid Sabiq, Muhammad Iqbal, dll.

Proses pembaharuan era modern mengalami dinamikaa yang cukup

kompleks. Keinginan harmonisasi Islam dengan modernitas melahirkan

banyak pemikir dengan karakteristik yang berbedaa-beda. Sebagian pemikir

tampak wajah puritanismenya, dan sebagian yang lain condong pada

modernitas, bahkan, terjebak pada pengagungan nilai-nilai modern (seperti

sekularisme).

Modernitas yang melanda dunia Islam, dengan segala efek positif-

negatifnya, menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam di tengah

kondisi keterpurukannya. Umat Islam dituntut bekerja ekstra keras

mengembangkan seagala potensinya untuk menyelesaikan permasalahannya.

Tajdid sebagai upaya menjaga dan melsetarikan ajaran Islam menjadi

19

Page 20: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

pilihan yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh umat Islam. Upaya

tajdid harus terus dilakukan, tidak boleh berhenti meski memerlukan cost

yang besar. Wallahu a`lam

BAB III

20

Page 21: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Islam merupakan agama yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta Allah

SWT kepada manusia agar dapat hidup sesuai perintah-Nya sehingga

tugas manusia sebagai kholifah di muka bumi dapat terlaksana setelah

melakukan kerja keras menghadapi perubahan dan pembaharuan zaman

sebagai dampak modernitas.

2. Islam mampu menjawab berbagai tantangan zaman jika umatnya mampu

memandang secara menyeluruh konsep ajaran didalamnya sebagai teologi

satu-satunya yang harus dipatuhi dan dilaksanakan dalam menghadapi

perubahan peradaban dunia.

3. Islam tidak menolak perubahan dan pembaharuan zaman, sepanjang

perubahan dan pembaharuan itu tidak mengurangi nilai-nilai syari’at yang

baku sebagai jalan yang lurus untuk menuju kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.

B. Saran-Saran

Dari kesimpulan di atas, maka kebijakan berikutnya saran pemikiran

sebagai berikut :

1. Untuk menghadapi perubahan dan pembaharuan peradaban dunia sebagai

efek arus globalisasi modern, umat Islam harus senantiasa meningkatkan

usaha dan kerja kerasnya dalam memberikan sumbangan publik dengan

21

Page 22: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

karya monumental dalam bentuk teknologi baru yang sesuai syariat teologi

Islam.

2. Memandang Islam secara kafah (menyeluruh) merupakan harga mati yang

harus dilakukan oleh umat dalam menghadapi perubahan dan peradaban

dunia untuk mengejar ketertinggalan dari bangsa barat yang jauh lebih

maju dalam memberikan kontribusi terhadap dunia.

3. Untuk menerima hasil perubahan dan peradaban dunia sebagai tantangan

zaman, umat Islam harus mampu memilah untuk memilih struktur

komponen produk publik dengan barometer teologi Islam.

22

Page 23: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 3

C. Tujuan penyusunan ........................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4

A. Pengertian Islam ............................................................................ 4

B. Zaman Modern ............................................................................... 6

1. Modernisme ............................................................................. 8

2. Revolusi Teologi Islam Dalam Dunia Modern ........................ 10

C. Tantangan Modernitas ................................................................... 12

1. Islam dan Perubahan ................................................................ 14

2. Pembaharuan Islam .................................................................. 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 20

A. Kesimpulan .................................................................................... 20

B. Saran-Saran .................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

23i

Page 24: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan keharibaan Sang Maha Kuasa

pencipta alam semesta Allah Ajawajala. Rohmat dan Salam semoga tercurah

kehadapan Baginda Rosulullah SAW, shahabat, keluarga dan umatnya.

Atas Rahmat dan Ridho-Nya lah Makalah ini bisa diselesaikan dengan

judul “ISLAM DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu

Kalam Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, Fakultas Agama Islam Universitas

Majalengka Tahun Akademik 2009-2010.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat :

1. Bapak Rektor Universitas Majalengka.

2. Bapak Dekan Fakultas Agama Islam.

3. Bapak Drs. H. Ibrohim, M.Si (Dosen Ilmu Kalam)

4. Semua pihak yang telah membantu selesainya makalah ini.

Dengan kesadaran penuh penyusunan makalah ini masih jauh dari

sempurna, untuk hal itulah saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan.

Majalengka, September 2010

Penyusun,

24ii

Page 25: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan keharibaan Sang Maha Kuasa

pencipta alam semesta Allah Ajawajala. Rohmat dan Salam semoga tercurah

kehadapan Baginda Rosulullah SAW, shahabat, keluarga dan umatnya.

Atas Rahmat dan Ridho-Nya lah Makalah ini bisa diselesaikan dengan

judul “ISLAM ADALAH MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu

Kalam Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, Fakultas Agama Islam Universitas

Majalengka Tahun Akademik 2009-2010.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat :

5. Bapak Rektor Universitas Majalengka.

6. Bapak Dekan Fakultas Agama Islam.

7. Bapak Drs. H. Ibrohim, M.Si (Dosen Ilmu Kalam)

8. Semua pihak yang telah membantu selesainya makalah ini.

Dengan kesadaran penuh penyusunan makalah ini masih jauh dari

sempurna, untuk hal itulah saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat

penulis harapkan.

Majalengka, September 2010

Penyusun,

25ii

Page 26: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Saifuddin, Endang H. Wawasan Islam. 1993. CV. Rajawali. Jakarta.

Nasution, Harun. Pembaruan Dalam Islam.Bulan Bintang : 1975. Jakarta

Madjid, Nurcholis. Modernisasi ialah Rasionalisasi Bukan Westernisasi. Mimbar Demokrasi. Bandung. 2000.

Kuntowijoyo.Paradigma Islam. PT. Mizan Publika.1997.Jakarta.

26

Page 27: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

ISLAM ADALAH MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Ilmu Kalam

Disusun Oleh :

NURWANTI

NPM : 08.12.3.099

PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFALFAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MAJALENGKA

27

Page 28: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

2010ISLAM DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Ilmu Kalam

Disusun Oleh :

NURWANTI

NPM : 08.12.3.099

PENDIDIKAN GURU RAUDHATUL ATHFALFAKULTAS AGAMA ISLAM

28

Page 29: Islam Dalam Menjawab Tantangan Zaman

UNIVERSITAS MAJALENGKA2010

29