isinyad
-
Upload
alrinal-oktafiandi -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
description
Transcript of isinyad
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Makalah
Proses yang menyebabkan sekumpulan sel menjadi berbeda-beda dalam dalam struktur,
fungsi dan prilaku. Diferensiasi berlangsung waktu embrio.Berkat diferensiasi suatu indifidu
bentuk definitif jadi terdiri atas berbagi macam jaringan. Jaringan adalah sekumpulan sel yang
memiliki bentuk, struktur, fungsi dan prilaku sama. Jaringan berasosiasi membantuk
sistem.Seluruh sistem berhimpun membina tubuh suatu organisme.
Diferensiasi terjadi pada seluruh mahluk hidup. Dengan diferensiasi terjadilah
pembagian aktifitas tubuh, sehingga menjadi efektif. Pada makalah ini, kita akan membahas
tentang sifat dasar diferensiasi sel, tempat diferensiasi, faktor diferensiasi, dan apa saja yang
mempengaruhi proses diferensiasi sel.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan diferensiasi sel?
2. Bagaimana tahapan-tahapan dalam proses diferensiasi sel?
3. Apakah gaktor-faktor yang mempengaruhi proses difernsiasi sel?
4. Apakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi?
5. Apakah yang dimaksut Sitoskletom?
6. Apa Pengertian Filamen Antara Atau Filamen Intermediet?
7. Apa Fungsi Filamen Intermediet?
8. Apa Pengertian Mikrofilamen?
9. Bagaimana Struktur Mikrofilamen?
10. Apa Fungsi Mikrofilamen?
11. Bagaimana Pertumbuhan Dan Perkembangan Sel?
1.3 Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui tentang diferensiasi sel
2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan tahapan-tahapan diferensiasi
1
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses diferensiasi sel
4. Untuk mengetahui Apakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi?
5. Untuk mengetahui yang dimaksut Sitoskletom
6. Untuk mengetahui Pengertian Filamen Antara Atau Filamen Intermediet
7. Untuk mengetahui Fungsi Filamen Intermediet
8. Untuk mengetahui Pengertian Mikrofilamen
9. Untuk mengetahui Struktur Mikrofilamen
10. Untuk mengetahui Fungsi Mikrofilamen
11. Untuk mengetahui Pertumbuhan Dan Perkembangan Sel
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sifat Dasar Diferensiasi
Diferensiasi merupakan proses tumbuh dan berkembangnya sel ke arah fungsi khusus
yang tidak dimiliki oleh sel asal. Diferensiasi berlangsung sewaktu embrio, berkat diferensiasi
suatu individu bentuk definitive jadi terdiri atas berbagai macam jaringan. Jaringan adalah
kumpulan sel yang memiliki bentuk, struktur, fungsi, dan prilaku sama.Jaringan berasosiasi
membentuk alat, dan alat berasosiasi pula membentuk sistem.Seluruh sistem berhimpun
membina tubuh suatu organisme.Proses diferensiasi adalah proses terbentuknya sifat-sifat yang
baru atau menghilangnya sifat yang tidak ada sehingga sel mendapat sifat dan struktur yang
baru. Jadi diferensiasi menekankan pada perubahan kualitatif.Dengan adanya diferensiasi
perbedaan struktur dan sifat-sifat pada sel, jaringan dan organ.
Diferensisasi dikatakan dapat terjadi jika ada perubahan nyata pada morfologi sel
(misalnya pembentukan sel epitel kulit dari sel ektodermal) atau perubahan fungsi yang khusus
dari sel. Sel-sel yang mempunyai berbagai variasi diferensiasi dapat mempunyai karakteristik
pertumbuhan yang berbeda.Variasi diferensiasi juga mempengaruhi kemampuan beberapa sel
untuk berpindah dengan memperhatikan yang lainnya. Jadi, perkembangan embriologis yang
normal memerlukan kordinasi yang tinggi dari proses diferensiasi, tumbuhan, dan perpindahan
sel yang secarakeseluruhan membentuk morfogenesis (proses pembentukan/perkembangan
struktur, ukuran, dan bentuk organ.
Diferensiasi mutlak perlu bagi mahluk multiseluler komplek dengan diferensiasi itu
akan terjadi pembagian pekerjaan atau aktivitas tubuh, sehingga menjadi efektif. Sebenarnya
diferensiasi ada pada seluruh mahluk, bahkan pada mahluk uniseluler seperti pada amoeba,
dalam selnya sudah ada pembagian tugas dan sudah memiliki organel.Contoh organel pada
amoeba ialah seperti vakuola makanan untuk tugas mencerna makanan, vakuola berdenyut
untuk tugas membuang ampas metabolisme atau osmoregulator, pseudopodia untuk pergerakan
pindah, dan inti untuk control aktifitas sel.
Selama diferensiasi, sel mendapat sifat-sifat dari, misalnya terbentuk aktin dan miosin
pada sel otot atau terjadinya perubahan pada susunan kimianya.Misalnya, dengan adanya
enzim.Pada diferensiasi juga ada struktur atau sifat yang menghilang, misalnya pada
3
diferensiasi sel darah mamalia.Mula-mula bakal sel darah merah mengandung nukleus tetapi
setelah mengalami diferensiasi terbentuk sel darah merah yang tidak mengandungnukleus.
Hasil proses diferensiasi secara internal, yaitu pertumbuhan anda terbentuknya macam-macam
jaringan dan organ yang dipengaruhi faktor lingkungan. Membentuk suatu struktur tubuh yang
baru disebut morfogenesis.Perkembangan dan diferensiasi dikontrol oleh DNA (gen) pada
nucleolus.
Sel induk bersifat totipotent atau pluripotent.Artinya memiliki sel-sel anak potensi yang
lengkap dan banyak bermitosis terus dan berdiferensiasi ke segala arah untuk aktfitas
kehidupan.Dengan diferensiasi potensi sel anak menciut dan khas untuk suatu aktifitas khusus,
disebut unipoten. Artinya potensi sel itu hanya tunggal: untuk bernafas, atau untuk mencerna,
sekresi zat A, pergerakan dan sebagainya.
Dengan diferensiasi terjadilah spesialisasi bagi berbagai populasi sel anak.Spesialisasi
itu terjadi baik intra maupun ekstraseseluler. Spesialisasi intra ialah:
1. Sel otot mengandung mikrofilamen aktin dan myosin yang banyak dan tersusun berjajar
rapat, disertai dengan banyaknya mitokondria yang perlu untuk sumber energi bagi proses
berkerut-kerut.
2. Sel kelenjar penghasil enzim mengandung retikulum endoplasma kasar yang banyak dan
alat golgi yang besar.
3. Sel epitel kulit mengandung retikulum endoplasma banyak dan giat memeroduksi serat
keratin.
4. Sel saraf memiliki bentuk khas, yaitu panjang halus seperti serat dan mampu mengalirkan
rangsangan listrik maupun kimia, pada ujung serabut dihasilkan cairan kimia. Pada ujung
serabut dihasilkan cairan kimia yang disebut neurotransmitter.
Sepesialisasi ekstra ialah seperti pembentukan serat ekstraseluler oleh sel-sel fibroblast pada
jaringan pengikat dan menunjang, lalu pembentukan bahan matriks (kandung), yang bagi
sejenis jaringan dan populasi sel adalah khas.
2.2 Tahap diferensiasi
Dalam diferensiasi terjadi kedalam beberapa tahapan yaitu pada tingkat pertumbuhan
embrio.Seperti zigot, blastula, grastula, tubulasi, organogenesis.
1. Zigot
Zigot adalah ovum yang fertilisasi dibuahi spermatozon. Bagian atas ovum
Amphioxus, disebut kutub animal terdapat daerah ooplas (sitoplasma ovum) yang nantinya
4
akan menjadi bakal ektoderm. Bagian bawah kutub ovum disebut kutub vegetal ooplas yang
akan menjadi bakal mesoderm. Sedangkan bagian samping antara kedua kutub akan
menjadi bakal endoderm. Eksoderm bakal tumbuh menjadi epidermis dan saraf.Endoderm
bakal menjadi lapisan lendir saluran pencernaan bersama kelnjar dan paru, mesoderm bakal
menjadi jaringan pengikat, penunjang, otot, alat dalam.
2. Blastula
Terjadi pada tingkat pertumbuhan embrio, terbentuk daerah kelompok sel yang akan
menjadi jaringan utama tubuh. Setelah berdiferensiasi, pupolasi sel menjadi epidermis,
saraf, notokord (sumbu penyokong primer), mesoderm.Diferensiasi mulai terjadi pada
kelompok sel. Blastomer (sel blastula) sebelah bakal jadi endoderm, sebelah atas bakal jadi
ektoderm, dan bagian tengah bakal menjadi mesoderm.
3. Gastrula
Pada tingkat gastrula, embrio sudah mengandung 3 lapis benih yang terdiri dari sel-
sel yang tersusun di daerah tertuntu tubuh, yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.Pada
tingkat grastula, baru berupa daerah sel sedangkan pada tingkat gastrula sudah membentuk
lapisan yang sangat jelas.Diferensiasi berlanjut dengan terbentuknya 3 lapis benih yaitu
ektoderm sebelah luar, endoderm sebelah dalam dan mesoderm di tengah.
4. Tubulasi
Pada tingkat tubulasi, ketiga lapis benih, sudah berupa bumbung sehingga
merupakan bumbung epidermis yang melingkup seluruh permukaan tubuh. Bumbung saraf
bagian depan, bakal jadi otak dan yang belakang bakal bakal jadi batang saraf punggung.
Bumbung endoderm menjadi lapisan lendir saluran pencernaan, dan bumbung mesoderm
akan membentuk otot, alat dalam dan rongga tubuh. Diferensiasi makin rinci pada tingkat
tabulasi.Lapisan ektoderm membentuk bumbung epidermis/kulit dan bumbung saraf,
lapisan endoderm membentuk bumbung saluran pencernaan, dan lapisan mesoderm
membentuk berbagi bumbung dan saluran pada berbagi alat dalam.
5. Organogenesis
Pada tingkat organogenesis, diferensiasi lebih rinci lagi, di sini sudah terbentuk
seluruh macam jaringan dan alat tubuh secara lengkap, sehingga pada saat kelahiran anak
sudah dalam bentuk yang tetap.Pada beberapa Vertebrata rendah, seperti ikan dan amfibi
masih ada tingkat berudu, sebagai bentuk tetap.
Bumbung mengalalami diferensiasi lagi berbentuk berbagai alat.Bumbung saraf
5
membentuk bagian-bagian otak dengan kuncup indera.Bumbung endoterm berdiferensiasi
membentuk saluran pencernaan dan saluran pernapasaan termasuk kelenjar hati dan
pankreas. Bumbung mesoderm berdiferensiasi membentuk otot , tulang, ginjal, gonad,
jaringan pengikat, serta darah bersama pembuluh dan jantung.
2.3 Tempat terjadinya diferensiasi
Diferensiasi terjadi pada tiga tempat, yaitu intra dan ekstrasel, populasi sel serta jaringan
dan alat.
1. Diferensiasi intrasel dan ekstrasel
Diferensiasi intrasel terjadi pada organel.Untuk menjadi sel otot terjadi spesialisasi
pada mikrotubul dan mikrofilamen, juga makin banyak terbentuknya mitokondria
dibandingkan dengan sel alin. Pada sel kelenjar penggetah enzim dan lendir terjadi
spesialisasi pada retikulum endoplasma, ribosom dan badan golgi, akan sangat aktif dan
banyak mengisi sel.
2. Diferensiasi populasi sel, diferensiasi jaringan dan alat.
Diferensiasi populasi sel terjadi pada bahan interseluler dan pertautan sel atau
komunikasi sesama sel sepopulasi.Semua sel sepopulasi mengandung junction yang khas
dan lewatnya dapat dilakukan komunikasi dan distribusi bahan secara merata.Antara sel
tetangga dibentuk semen(cement) untuk merekatkan sel di sebelahnya.Sel sepopulasi atau
sejaringan, biasanya memiliki pertautan/sambungan/junction.Agar kerukunan dan
keharmonisan dapat dipelihara.Pada keadaan biasa, populasi sel dicegah agar tidak terjadi
pergerakan pindah meninggalkan populasinya, yaitu dengan adanya sifat contact inhibition
antara selnya.Sementara itu sel sepopulasi dicegah untuk membelah terus yaitu dengan
adanya zat khalon. Khalon adalah substansi yang sukar diekstrak (glikoprotein dengan berat
molekul lebih kecil dari protein pada umumnya dan dapat merembes masuk sel sacara difusi
terikat, bertindak sebagai koresepsor dalam pengaturan sintesa protein), terdapat dalam
jaringan mamalia dan mempunyai pengaruh anti mitosis dari suatu pengaturan diri yang
bergantung pada ketebalan jaringan yang memproduksinya. Hal ini perlu, agar suatu
jaringan tidak terjadi over populasi atau mengalami hyperplasia (pembelahan berlebihan
pada sel dewasa). Khalon akan terlepas dari jaringan jika terjadi luka sehingga sel di sekitar
luka dapat terdediferansiasi lalu bermitosis sehingga terjadi penyembuhan sel. Sel kanaker
tidak mengandung sifat contact inhibition maupun zat khalon. Oleh sebab itu sel kanker
berkeliaran, tidak diam dan rukun dengan sel tetangga, namun terus bermitosis.Khalon terus
6
bekerja mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi sel pada organogenesis, sehingga
terbentuk berbagai jenis jaringan dan organ. Adanya zat khalon, suatu alat/organ akan
tumbuh seimbang dengan alat/organ lain.
Sel embrio dan sel induk mampu berdifernsiasi.Sel embrio artinya masih pluripoten, sel
dewasa unipoten.Sel induk selalu bersifat muda dan umurnya yang terbatas diperbaharui pada
sel anak.Sel embrio yang terdapat pada seluruh bagian tubuh embrio, sel induk terkandung
dalam berbagai jaringan atau alat/organ sejak embrio sampai dewasa.Pada tumbuhan, sel induk
terdapat pada jaringan meristem, yaitu pada pucuk akar, pucuk batang, cambium.Pada hewan
terdapat dalam gonad, disebut epitel germinal, lapisna benih epidermis/kulit luar, sumsum
tulang kelenjar, lapisan lender saluran pencernaan, saluran pernapasan, kelamin dan saluran
kemih; juga tersebar pada jaringan pengikat di berbagai daerah tubuh.
Sel yang sudah berdiferensiasi tidak mampu lagi bermitosis, namun akan menua. Hal ini
disebabkan Karena sifat kehidupan memiliki umur terbatas, fana, tidak kekal. Pada suatu ketika
sel menua pun akan mati.
2.4 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi
Faktor yang menyebabkan terjadinya diferensiasi sel ada dua yaitu ekstrinsik dan intrinsik.
1. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar sel. Faktor ekstrinsik terdiri
dari supali bahan metabolis dan elektrolit, gas pernapasan, gravitasi, suhu, sinar matahari,
pH, letak sel dan kadar zat induktor dan mesoderm.
Protoplasma, merupakan bahan sel anak, sebagian besar terdiri dari protein dan
lemak.Lemak membina membran bersama protein, sedangkan protein sendiri membina
sebagian besar organel dan bahan produksi.Oleh sebab itu dalam pertumbuhan dan
diferensiasi, sintesa protein memegang peran utama.Arah diferensiasi ditentukan pada
arah atau bentuk sintesa protein.Factor intrinsic dan ekstrinsik diferensiasi di atas
berpengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap sintesa protein.
Contoh diferensiasi sel embrio jadi sel pigmen melanosit.Sel pigmen mengandung
pigmen melamin.Melanin dibentuk dari bahan mentah asam amino fenilalanin, maka
diperlukan enzim tironase. Enzim ini disintesa dalam reticulum endoplasma, lalu disekresi
berupa granula berisi pigmen melanin oleh badan golgi. Enzim tersebut disintesa melalui
proses transkripsi (pencetakan ARN) dan tranlasi (menerjemahkan informasi genetis yang
dibawa ARN-m menjadi untaian asam amino dalam ribosom). Transkripsi dan translasi
7
ditentukan oleh kromatin dalam inti.Kadar fenilalanin dalam sitoplasma juga ikut
menentukan diferensiasi sel induk menjadi melanosit.
Diferensiasi sel embrio menjadi sel otot dipengaruhi oleh banyak factor dan
melalui proses yang panjang serta menempuh sintesa protein. Mikrofilamen aktin dan
myosin adalah protein.Untuk terbentuknya mikrofilamen diperlukan enzim dan enzim
terbentuk melaluisintesa protein.Pada sel otot banyak mengandung mitokondria yang
terdiri dari lemak dan protein.Diferensiasi sel embrio menjadi sel epidermis melalui
tahapan sintesa protein karena serat keratin yang membina sel tersebut adalah protein.
Diferensiasi untuk menjadi sel kelenjar akan menghasilkan lender, enzim, hormone
dan antibody harus melewati sintesa protein. Bahan-bahan sel yang telah berdifernsiasi
mengandung gabungan protein, lemak atau karbohidrat, diproses dalam mitokondria dan
badan golgi.
Jika berbeda jumlah, komposisi dan keisomeran asam amino, maka proteinnya pun
akan berbeda pula. Untuk terbentuknya sejenis protein yang dibina atas beratus-ratus asam
amino, walaupun jenis asam amino hanya sekitar 20 macam, diperlukan banyak
enzim.Setiap tingkat reaksi sssskimia dalam sel, memerlukan enzim khusus. Jenis protein
atau bahan protoplasma yang terbentuk dalam diferensiasi dapat beribu-ribu jenis, maka
jenis enzim yang diperlukan untuk pembentukannya pun berlipat ganda banyaknya,
mungkin sampai ratusan ribu jenis.
Setiap enzim dikode oleh sejenis gen. jika suatu protein atau bahan protoplasma
disintesa dengan memerlukan lima tahap reaksi, berarti lima jenis enzim maka untuk satu
jenis protein itu perlu ada lima jenis gen.
Pada faktor ekstrinsik kadar dan komposisi bahan yang masuk sel melalui
membrane dapat menjadi faktor difernsiasi. Sampai saat ini belum dapat ditelusuri bentuk
kadar dan komposisi bahan yang tepat untuk mengarahkan pertumbuhan suatu sel.
Misalnya pada sel otot dapat menerima dan mengalirkan rangsang berupa arus listrik serta
zat cairan, terutama karena membrane selnya peka akan perubahan konsentrasinya ion
Na+ dan K+ semua itu hanya faktor genetislah yang memprogram.
Dalam diferensiasi, O2 menentukan arah dan jalan diferensiasi. Sel yang berada di
sebelah luar akan mendapat lebih banyak gas pernafasan daripada sel yang berada di
sebelah dalam tubuh embrio. Oleh sebab itu terjadi perbedaan dalam kadar ATP juga
segala aktivitas sel.
8
Gravitasi berpengaruh pada distribusi bahan dalam sitosol, terutama berpengaruh
pada ovum yang mengandung banyak makanan cadangan yagn disebut deutoplasma atau
yolk. Deutoplasma menumpuk di daerah kutub vegetal, sedangkan di daerah kutub animal
sedikit sekali.Hal ini berakibat pada daerah kutub animal lebih mudah dan lebih sering
membelah diri; sedangkan di daerah kutub vegetal lebih besar-besar selnya dan lebih
banyak mengandung deutoplasma. Dengan adanya dua perbedaan tersebut, maka
terjadilah diferensiasi sel. Sel-sel daerah kutub animal, ovum biasanya akan menjadi
jaringan epidermis dan saraf, sedangkan daerah kutub vegetal akan menjadi lapisan
lender, saluran pencernaan yang banyak mengandung kelenjar sedngkan daerah antara
kutub animal dan vegetal akan menjadi sel-sel membina lapisan mesoderm yang akan
menjadi jaringan penunjang, jaringan pengikat dan jaringan otot.
Suhu dapat mempengaruhi arah dan jalan diferensiasi. Diferensiasi bias terjadi
melalui difernsiasi dalam sintesa protein. Proses sintesa protein memerlukan banyak
enzim dan enzim memerlukan suhu media yang optimum, maka mudah dimengerti bahwa
variasi pada suhu lingkugan dapat mempengaruhi arah dan jalan difernsiasi. Faktor pH
juga mempengaruhi diferensiasi. Enzim bekerja optimal pada pH media yang cocok, jika
pH naik-turun akan menyebabkan difernsiasi.
Sinar terutama berpengaruh pada pertumbuhan sel berpigmen, baik pada hewan
maupun tumbuhan. Jika sinar matahari kurang atau tidak ada, pertumbuhan sel pigmen
akan tertahan. Letak sel dalam tubuh embrio dapat menjadi factor difernsiasi. Sel yang
letaknya sebelah luar akan lebih banyak mendapat O2 , namun akan lebih banyak
menerima tekanan fisik dan perubahan suasana lingkungan. Embrio yang sudah
menempuh tahap gastrula dan tubulasi mengandung zat inductor, yang dihasilkan oleh sel-
sel lapisan mesoderm.Zat ini menginduksi pertumbuhan dan difernsiasi jaringan
sekitarnya, termasuk jaringan mesoderm sendiri.Jika lapisan ectoderm yang bakal jadi
jaringan saraf dilepaskan dari lapisan mesoderm yang berada di bawahnya, ternyata
ectoderm itu tidak berdiferensiasi jadi jaringan saraf.
2. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam sel. Faktor intrinsik berada
dalam inti dan sitoplasma.Faktor dalam inti adalah kromatin. Faktor dalam sitoplasma
sangat kompleks, terutama berupa enzim, kadar metabolit dan elektrolit, serta komposisi
suatu organel.
9
Hormon menjadi faktor diferensiasi ketika embrio sudah menempuh tahap
organogenesis.Hormon mungkin dihasilkan oleh tubuh embrio sendiri, atau dihasilkan
oleh tubuh induk, yang mengalirkannya ke tubuh embrio melalui plasenta (pada mamalia).
Hormon steroid dapat merembes masuk sel, terus ke dalam inti dan merangsang ADN
untuk melakukan transkripsi atau replikasi untuk persiapan bermitosis. Hormon non-
steroid merangsang zat reseptor pada plasmalemma, dan secara estafet menyampaikan
rangsangan kepada ADN inti untuk aktif bertranskripsi atau replikasi.
Disini pengaruh hormon jelas sekali tampak pada perubahan yang terjadi di daerah
gembungan pada kromatin. Gembungan merupakan daerah gen yang aktif melakukan
transkripsi, mengandung banyak ARN-m dan protein non-histon. Jika gen di daerah
gembungan sedang aktif, berarti ADN-nya dalam keadaan longgar dan pilihannya terbuka
(despiralisasi). Ternyata jika ke dalam sel dimasukkan hormon tertentu maka gembungan
itu muncul dan besar.Terbentuknya gembungan pada daerah tertentu kromatin bergantung
pada jenis hormone yang merembes masuk sel.
Pada keluarga lalat buah (Drosophila) terkenal adanya kromosom raksasa, yang
panjangnya beberapa mm, di bawah mikroskop cahaya tampak jelas mengandung pita-pia
vertical pada kromatin. Pita-pita tersebut merupakan daerah gen. Apabila gen sedang aktif
bertranskripsi maka pada suatu daerah pita-pita tersebut akan menjadi gembungan.
Apabila ulat serangga diberi suntikan hormon pertumbuhan tingkat larva (juvenile
hormone), makaakan tampak gembungan pada daerah tertentu kromatin.
Timbulnya gembungan pada beberapa tempat kromatin sel ulat lalat buah,
disebabkan adanya rangsang dari hormon pertumbuhan ulat.
Faktor intrinsik beroperasi dalam tingkat transkripsi dan translasi.Dalam tingkat
transkripsi diferensiasi terjadi oleh pembedaan pada jenis daerah kromatin yang sedang
melakukan transkripsi.Saat interfase kromatin inti berada dalam 2 fase heterokromatin dan
eukromatin.Jika dalam fase hetero, pilinan ADN rapat dan padat , dan non-aktif. Jika
dalam fase eu-pilinan ADN longgar lepas, maka aktif melakukan transkripsi. Menurut
pengamatan hanya sekitar 5% And kromatin dalam suatu sel yang eu pada suatu
pertumbuhan. 95% lagi dalam status hetero. Walau semua sel dalam tubuh embrio
mengandung bahan genetis dan susunan gen yang sama, namun dapat terjadi diferensiasi
pada daerah kromatin atau ADN mana yang yang sedang bertranskripsi.
10
Dalam proses transkripsi diperlukan enzim ARN-polimerase, nukleosida, fosfat,
ATP dan beberapa elektrolit seperti Na+, Ca+2 dan Mg+2. Difernsiasi dalam tingkat
transkripsi mungkin terjadi karena pembedaan dalam salah satu atau beberapa bahan.
Diferensiasi terjadi pula pada transkripsi karena pembedaan dalam enzim
proteinsae yang melepaskan protein histon dan non-histon dari belitan ADN. Supaya
pilinan ADN longgar dan kedua molekul yang sepasang merenggang, maka perlu kiranya
terlebih dahulu histon dan non-histon yang dililit serta tempatnya membenam terurai.
Wilayah mana kromatin dan pada kromatin mana yang menjadi onggar dapat
nerdiferensiasi menurut perbedaan pada penguraian histon non-histon tadi. Perbedaan
supali bahan yang masuk ke dalam inti terutama enzim-enzim, maka akan berbeda pula
kodon pada ARN-m dan pada translasi akan berbeda pula asam amino yang diuntaikan
untuk jadi peptide. Pada suatu protain, beda satu asam amino saja akan beda pula perilaku
dan sifatnya.
Contoh dalam sintesa hemoglobin yang mengandung protein globulin.Hb normal
yang umum pada orang disebut Hb A. dalam Hb terjadi variasi orang yang memiliki Hb C,
Hb S, Hb 0.Masing-masing Hb hanya mempunyai perbedaan satu asam amino dari Hb A.,
lihat tabel 5.1 Hb abnormal. Artinya hanya berbeda pada satu kodogen pada ADN
eukromatin, dari ratusan kodogen lain yang melakukan transkripsi pada bagian
eukromatin tersebut. Perbedaan pada kodogen umumnya terjadi karena mutasi. Mutasi
adalah perubahan pada susunan nukleotida AND terjadi karena gangguan pada suasana
lingkungan sel, intra maupun interseluler.
Gen dan ADN banyak yang rangkap dalam sel suatu organism. Artinya ganda
dalam komponen nukleotida maupun dalam transkripsi dan translasi. Jadi gen A yang akan
mensintesa protein A, banyak terdapat dalam suatu inti sel. Hal ini perlu jika suatu ketika
sel harus memproduksi protein yang banyak dalam waktu singkat. Seperti pada sel
plasma, harus menghasilkan anti bodi (imunoglobulin) yang banyak, diperlukan untuk
menyerang benda asing yang masuk tubuh. Gen ganda ini berfungsi sebagai tindakan
pengamanan, jika suatu ketika gen A rusak atau bermutasi dan mutant (hasil mutasi) itu
berakibat sangat buruk sehingga dapat mematikan sel. Jika masih ada cadangan
duplikatnya maka transkripsi akan berlangsung normal.
Pembagian kerja antara gen rangkap, sampai saat ini belum diketahui, namun dapat
dibayangkan bahwa perubahan dalam komposisi bahan yang masuk ke dalam inti dapat
11
membuat diferensiasi dalam transkripsi. Hal ini mungkin jumlah ARN-m dari berbagai
gen yang berbeda, mungkin pula dalam jumlah ARN-m dari atu gen. eksperimen
menemukan bahwa jika sel diberi ARN-polimerase yang diambil dari kromatin sel dewasa
yang sudah berdifernsiasi, maka sel itu hanya mampu mensintesa enzim tertentu, sesuai
dengan jenis enzim yang diproduksi oleh sel dari mana enzim itu diambil.
Transkripsi harus bekerja sama dan berinteraksi antara sitoplasma dan
inti/kromatin. Makin dewasa umur sel makin terspesialisasi bentuk transkripsi untuk
sintesa sejenis protein. Namun potnsi kromatin tetap pluripoten. Oleh sebab itu potensi
kromatin untuk diferensiasi dipengaruhi oleh umur sitoplasma sel bersangkutan.
Jika dilakukan pencangkokan inti blastomer atau inti sel epitel lapisan lender usus
ke ovum yang intinya sudah diangkat atau dibunuh dengan sinar ultraviolet, maka akan
tumbuh embrio normal. Hal ini menunjukkan bahwa kromatin aktif, berarti pluripoten.
Namun jika yang dicangkokkan ke dalam ovum adalah inti gastromer (sel gastrula), maka
terjadi berbagai macam embrio yang abnormal dan tidak dapat melanjutkan pertumbuhan
(mati)
Tabel 2.1 Hb Abnormal
No. Nama Hb Abnormal Perubahan asam amino dari I ke
1. Hb J Toronto Alanin à aspartat
2. Hb I Texas Lisin à glutamate
3. Hb G Honolulu Glutamate à glutamine
4. Hb M boston Histidin à tirosin
5. Hb M Indonesia Glutamate à lisin (rantai)
6. Hb S Glutamate à valin
7. Hb C Glutamate à lisin (rantai)
Antara gen terjadi interaksi dalam transkripsi suatu jenis protein atau suatu jenis
karakter anatomi-fisiologi. Ada karakter yang ditumbuhkan oleh 1 gen, namun banyak
pula karakter yang ditumbuhkan oleh banyak gen, namun banyak pula karakter yang
ditumbuhkan oleh banyak gen yang bekerja sama dan berinteraksi. Tinggi tubuh, warna
kulit/bulu adalah contoh karakter yang ditumbuhkan oleh banyak gen. jika salah satu
gen tidak bekerja atau bermutasi maka karakter yang mereka tumbuhkan akan beda dari
asal, sehingga menyebabkan difernsiasi.
12
Hetero- atau eu-kromatinnnya bahan genetis dalam sel berdiferensiasi menurut
umur embrio. Embrio orang mengandung Hb F (f= fetus, janin) dan setelah alhir
digantikan oleh Hb A. berarti gen Hb berubah keaktifannya setelah embrio lahir. Alat
tubuh masa embrio banyak perbedaannya dengan masa anak dan dewasa. Katak, waktu
berudu bernafas dengan insang, berekor dan tidak berkaki, ampas metabolisme protein
berupa NH4OH2 pemakan tumbuhan vegetarian, sedangkan saat dewasa bernafa dengan
paru dan kulit, tak berekor, berkaki, ampas metabolisme (eksresi) berupa urea dan
karnivora. Maka dengan melihat kenyataan, anatomi tubuhnya berbeda saat berudu dan
dewasa. Artinya gen yang aktif saat embrio berbeda dengan yang aktif saat dewasa. Jadi,
diferensiasi transkripsi terjadi sesuai dengan umur sel.
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya diferensiasi
Diferensiasi embrionik sel dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kontrol gen,
hormon sistemik, letaknya, pertumbuhan pertumbuhan lokal, dan matriks protein.
Pengaturan tahap diferensiasi tergantung pada faktor-faktor tersebut. Selain itu,
growth factors juga mempengaruhi proses diferensiasi sel.
1. Kontrol gen
Seperti pada kebanyakan sel yang berdiferensiasi, perbedaan yang terdapat
diantara sel-sel lain bukan disebabkan oleh peningkatan atau pembuangan gen. Perbedaan
sel tersebut disebabkan sel mengekspresikan gen yang berbeda. Gen diaktifkan dan
dimatikan untuk mengatur sintesis produk gen. Fakta mengatakan bahwa banyak tahap
“keputusan” penting diferensiasi dalam embriogenesis di bawah kontrol transkripsional
(pengontrolan pembentukan mRNA).1
2. Asam retinoat
Salah satu yang berperan dalam diferensiasi sel antara lain adalah asam retinoat
yang berasal dari vitamin A. Asam retinoat berfungsi untuk mendorong pertumbuhan dan
diferensiasi normal jaringan epitel.2
3. Growth factor
Growth factor yang mempengaruhi proses diferensiasi sel adalah BMP-4 (Bone
Morphogenic Protein). BMP-4 memiliki peran penting dalam pembentukan tulang.Pada
amfibi, BMP-4 aktif pada sel yang berada pada ventral gastrula. 3
Pada saat pertumbuhan embrio, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tersebut, antara lain:
13
a) Faktor genetic
b) Faktor nutrisi
c) Faktor lingkungan
Pada saat proses diferensiasi sel telah tercapai, kondisi sel harus dijaga. Hal
tersebut dilakukan melalui kombinasi berbagai faktor, yaitu:
a) Cell memory yang terdapat dalam genome.
b) Interaksi dengan sel-sel terdekat, melalui faktor parakrin.
c) Sekresi berbagai faktor (faktor autokrin), termasuk faktor tumbuh.
2.6 Sitoskletom
Istilah dan konsep dari sitoskeleton atau cytosquelette (bahasa Perancis) pertama kali
diperkenalkan oleh Paulus Wintrebert pada tahun 1931. Sitoskeleton (kerangka sel) adalah
jaring berkas-berkas protein yang terdapat di dalam sitosol dan mengelilingi inti sel (nukleus)
yang menyusun sitoplasma eukariota. Sitoskeleton memiliki peranan penting dalam
pengorganisasian struktur dan aktivitas sel.
Fungsi yang jelas dari sitoskeleton adalah untuk memberikan dukungan mekanis pada
sel dan mempertahankan bentuknya. Sitoskeleton merupakan tempat bergantung banyak organel
bahkan molekul enzim sitosol. Sitoskeleton lebih dinamis dari pada rangka hewan.
Sitoskeleton juga terlibat dalam beberapa jenis motilitas (gerak) sel. Motilitas sel di sini
mencakup perubahan tempat sel maupun pergerakan bagian sel yang lebih terbatas. Motilitas
membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan protein yang disebut motor. Molekul motor
sitoskeleton menggoyangkan silia dan flagela. Molekul ini juga menyebabkan semua otot
14
berkontraksi. Vesikula mungkin berjalan ke tujuannya dalam sel disepanjang mono-rel yang
disediakan oleh sitoskeleton, dan sitoskeleton memanipulasi membran plasma untuk
membentuk vakuola makanan selama fagositosis. Aliran sitoplasma yang mensirkulasi materi
dalam banyak sel tumbuhan besar merupakan jenis lain gerak seluler yang disebabkan oleh
komponen sitoskeleton. Sitoskeleton eukariota dibagi atas tiga jenis bagian serabut yang
berbeda, yaitu: mikrotubulus, filamen intermediet, dan mikrofilamen.
MIKROTUBULUSFILAMEN
INTERMEDIETMIKROFILAMEN
STRUKTUR Tabung berongga
yang kaku dan tidak
dapat diregangkan
Filamen liat yang
fleksibel dan dapat
diregangkan
Filamen fleksibel
yang tidak dapat
diregangkan
DIAMETER 25 nm 10–12 nm 8 nm
SUBUNIT Tubulin, dimer dari α-
tubulin dan β-tubulin
~70 jenis protein Aktin
FUNGSI
UTAMA
Pendukung, transpor
intraselular, organisasi
sel
Pendukung Motilitas dan
kontraksi
DITEMUKAN
PADA
Semua eukariota Hewan Semua eukariota
LOKASI Sitoplasma Sitoplasma dan Sitoplasma
15
SELULAR nukleus
2.7 Pengertian Filamen Antara Atau Filamen Intermediet
Filamen antara (Filamen Intermediet) merupakan serabut penyusun sitoskeleton
berupa rantai molekul protein yang berbentuk untaian yang saling melilit. Disebut serabut
antara karena berukuran diantara ukuran mikrotubulus dan mikrofilamen Melintang membentuk
tubulus dan setiap tubulus di bangun oleh 4 atau 5 protofilamen.
Pada sel epidermis disebut tonofilamen, dan pada sel saraf disebut neurofilamen filamen
antara berukuran 8-12 nm, yang dapat berbentuk tunggal / kelompok. Filamen antara tersusun
atas protein yang disebut fimentin.
Filamen merupakan peralatan sel yang lebih permanen daripada mikrotubulus dan
mikrofilamen yang sering dibongkar pasang dalam berbagai macam keadaan sel. Perlakuan
kimiawi yang memindahkan mikrotubulus dan mikrofilamen dari sitoplasma meninggalkan
jalinan filamen intermediet dalam bentuk aslinya.
Filament inermediet sangat resisten terhadap peregangan dan tidak terlalu sensitive
terhadap agen kimia serta lebih sulit untuk dilarutkan. Karena sifat tidak larutnya inilah filament
intermedia dianggap memiliki struktur yang cenderung permanen dan tidak berubah-ubah.
Bagaimanapun juga sebuah penemuan menyatakan bahwa ketika sub unit keratin disuntikkan
dalam kultur sel kulit, ternyata sub unit tersebut tidak bergabung di ujung filament akan tetapi
sub unit tersebut berada di interior filament.
Beberapa tipe dari Filamen Intermediet :
Protein Filamen
IntermedietJenis
Rata-rata
massa molekul
(*10-3)
Perkiraan
jumlah
polypeptida
Di distribusikan ke
jaringan
16
Keratin (acidic) I 40-64 >25 Epitel
Keratin (basic) II 53-67 >25 Epitel
Vimentin III 54 1 Mesenchymal cell
Desmin III 53 1 Otot
GFAP III 50 1 Glial cell, astrocytes
Peripherin III 57 1 Peripheral neurons
Neurofilament
protein
Saraf pusat dan
peripheral nerves
NF-L IV 62 1
NF-M IV 102 1
NF-H IV 110 1
Lamin protein Semua sel
Lamin A V 70 1
Lamin B V 67 1
Lamin C V 60 1
Nestin VI 240 1 Heterogeneus
2.8 Fungsi Filamen Intermediet
1. Memperkuat bentuk sel dan posisi organel tertentu.
Misalnya nukleus yang umunya terletak dalam suatu tempat yang terbuat dari
filamen antara, tetap berada ditempatnya karena adanya cabang- cabang filamen yang
membentang ke dalam sitoplasma.
2. Pembentukan laminan nukleus
Filamen antara yang lain membentuk lamina nukleus yang melapisi bagian dalam
selubung nukleus.
3. Filamen antara mendukung sel
Uluran panjang ( akson ) dari sel saraf yang menghantarkan impuls diperkuat
oleh satu kelas filamen antara.
2.9 Pengertian Mikrofilamen
Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis, terdiri dari
protein yang disebut aktin. Mikrofilamen berdiameter antara 5-9 nm dan diameter dirancang
17
untuk menanggung sejumlah besar ketegangan. Dalam asosiasi dengan myosin, mikrofilamen
membantu untuk menghasilkan kekuatan yang digunakan dalam kontraksi sel dan gerakan sel
dasar. Filamen juga memungkinkan sebuah sel membagi untuk menggentas menjadi dua sel
dan terlibat dalam gerakan amoeboid jenis tertentu dari sel.
Tidak seperti mikrotubulus yang biasanya memperpanjang keluar dari sentrosom di sel,
mikrofilamen biasanya berinti pada membran plasma. Oleh karena itu, pinggiran (tepi) dari sel
umumnya mengandung konsentrasi tertinggi mikrofilamen. Sejumlah faktor eksternal dan
sekelompok protein khusus mempengaruhi karakteristik microfilament, sehingga
memungkinkan mereka untuk membuat perubahan yang cepat jika diperlukan, bahkan jika
filamen harus benar-benar dibongkar di satu wilayah sel dan dipasang kembali di tempat lain.
Ketika ditemukan langsung di bawah membran plasma, mikrofilamen dianggap sebagai
bagian dari korteks sel, yang mengatur bentuk dan gerakan permukaan sel. Akibatnya,
mikrofilamen memainkan peran kunci dalam pengembangan berbagai proyeksi permukaan sel.
2.10 Struktur Mikrofilamen
Rantai-rantai filamen ini tersusun atas bola-bola molekul protein yang disebut aktin.
Aktin dibangun oleh suatu protein struktural aktin yang mempunyai dua bentuk, yakni :
1. Protein globuler monomer (G-aktin) BM 43.000 Dal
2. Protein serabut atau filamen aktin (F-aktin)
18
Mikrofilamen tersusun dari elemen fibrosa dengan diameter 60 Angstrom terdiri
dari protein aktin dan juga mikrofilamen miosin dan tropomiosin yang banyak di sel
otot. Aktin adalah protein globuler dengan BM 42.000 Dalton. Merupakan protein
terbanyak yang terdapat dalam sel eukariota hampir 5% dari seluruh protein sel. Dalam
bentuk monomer disebut aktin G, jika terkait dalam bentuk filamen disebut aktin F.
Aktin sifatnya labil artinya mudah terkait dan mudah terurai. Aktin diketahui merupakan
protein kontraktil yang terlibat dalam proses-proses yang terjadi di dalam sel antara lain
sitokinesis, aliran plasma, gerakan sel, gerakan mikrofili intestinal.
2.11Fungsi Mikrofilamen
Mikrofilamen mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
1) Menahan tegangan (gaya tarik).
2) Mempertahankan bentuk sel
3) Berperan dalam perubahan bentuk sel kontraksi otot.
4) Mikrofilamen biasanya membentuk jaringan sub membran plasma untuk
mendukung bentuk sel.
5) Kontraksi otot (filamen aktin bergantian dengan serat yang lebih tebal dari miosin,
membentuk protein motor, dalam jaringan otot).
6) Siklosis (pergerakan komponen sitoplasma di dalam sel).
7) Pergerakan ‘amuboid’ dan fagositosis.
8) Bertanggung jawab untuk pemutusan galur pada sitokinesis.
Secara keseluruhan, adapun fungsi-fungsi dari sitoskeleton adalah :
1) Memberikan dukungan mekanis pada sel dan mempertahankan bentuknya.
2) Mengatur distribusi dan tingkah laku dinamis dari filamen.
3) Sitoskeleton menjaga bentuk sel (binatang) dengan desain arsitekturalnya dan
sebagai tempat berlabuh bagi organela di dalam sitosol.
4) Sitoskeleton bertanggung jawab atas motilitas di dalam sel, seperti kontraksi otot dan
siklosis, pergerakan internal dari sitoplasma.
19
5) Selama siklosis, organela dipindahkan di sepanjang saluran sitoskeletal di dalam
sitosol.
6) Sitoskeleton bertanggung jawab atas pergerakan sel dan pergerakan eksternal seperti
pergerakan amuboid dari sel darah putih dan migrasi sel selama perkembangan.
7) Sitoskeleton juga berperan dalam pembelahan sel.
Penjelasan dengan gambar.
2.12 Pertumbuhan Dan Perkembangan Sel
Pertumbuhan dan perkembangan umumnya terjadi pada organisme multiseluler
yang hidup.
20
1. Siklus sel
Siklus sel adalah proses duplikasi secara akurat untuk menghasilkan jumlah
DNA kromosom yang cukup banyak dan mendukung segregasi untuk menghasilkan
dua sel anakan yang identik secara genetik. Proses ini berlangsung terus-menerus
dan berulang (siklik).
Pertumbuhan dan perkembangan sel tidak lepas dari siklus kehidupan yang
dialami sel untuk tetap bertahan hidup. Siklus ini mengatur pertumbuhan sel dengan
meregulasi waktu pembelahan dan mengatur perkembangan sel dengan mengatur
jumlah ekspresi atau translasi gen pada masing-masing sel yang menentukan
diferensiasinya.
2. Fase pada siklus sel
Fase S (sintesis): Tahap terjadinya replikasi DNA
Fase M (mitosis): Tahap terjadinya pembelahan sel (baik pembelahan biner atau
pembentukan tunas)
Fase G (gap): Tahap pertumbuhan bagi sel.
o Fase G0, sel yang baru saja mengalami pembelahan berada dalam keadaan
diam atau sel tidak melakukan pertumbuhan maupun perkembangan.
Kondisi ini sangat bergantung pada sinyal atau rangsangan baik dari luar
atau dalam sel. Umum terjadi dan beberapa tidak melanjutkan
pertumbuhan (dorman) dan mati.
o Fase G1, sel eukariot mendapatkan sinyal untuk tumbuh, antara
sitokinesis dan sintesis.
o Fase G2, pertumbuhan sel eukariot antara sintesis dan mitosis.
Fase tersebut berlangsung dengan urutan S > G2 > M > G0 > G1 > kembali ke S.
Dalam konteks Mitosis, fase G dan S disebut sebagai Interfase.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diferensiasi adalah proses yang menyebabkan sekumpulan sel menjadi berbeda-
beda dalam struktur, fungsi dan prilaku. Diferensiasi berlangsung waktu embrio.Karena
diferensiasi suatu individu bentuk definitif dan menjadi berbagai macam
jaringan.Dengan diferensiasi terjadi pembagian aktivitas tubuh, sehingga menjadi
efektif.Pada seluruh mahluk individu mengalami diferensiasi, bahkan termasuk mahluk
uniseluler.Diferensiasi terjadi dalam beberapa tahapan.
Istilah dan konsep dari sitoskeleton atau cytosquelette (bahasa Perancis) pertama
kali diperkenalkan oleh Paulus Wintrebert pada tahun 1931.
Sitoskeleton (kerangka sel) adalah jaring berkas-berkas protein yang terdapat di
dalam sitosol dan mengelilingi inti sel (nukleus) yang menyusun sitoplasma eukariota.
Sitoskeleton memiliki peranan penting dalam pengorganisasian struktur dan aktivitas sel.
Sitoskeleton terdiri dari mikrotubulus, filamen intermediet, dan mikrofilamen.
3.2 Saran
Demikian makalah ini disusun diharapkan menjadi sumber informasi bagi
mahasiswa maupun semua kalangan masyarakat. Kami menyadari bahwa penyusunan
makalah ini kurang baik dan masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini
22
DAFTAR PUSTAKA
Mustamir.(2010). Nukleus dan diferensiasi sel [online]
Tersedia : http//zaifbio.com/category/diferensiasi-sel[20 maret 2012]
Yatim, wildan: Biologi sel. Tarsito, Bandung 1996
Karp, G. (2009). Cell and Molecular Biology: Concepts and Experiments (edisi ke-6)
Alberts B, et.al.. 2002. Molecular Biology of the Cell
Campbell, N.A. 1993. Biologi. California : The Benjamin Commings Publishing Company.
Karp, Gerald. 2004. Cell and Molecular Biology.
Sumadi dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wolfe, S.L. 1993. Molecular and Cellular Biology. California : Wadsworth Publishing Company
Melmont.
http://id.wikipedia.org/w/index.php
23