Isi

14
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pendididikan dan kesehatan merupakan tujuan dari pembangunan yang mendasar. Kesehatan merupakan kesejahteraan, sedangkan pendidikan merupakan hal yang pokok untuk menggapai kehiduapan yang memuaskan dan berharga, keduanya merupakan hal yang penting unuk membentuk kapabilias manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan. Pembangunan kesehatan merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (Depkes RI, 2009), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007). Indikator PHBS di sekolah salah satunya adalah mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun. Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup, dibutuhkan sabun untuk menghilangkan kuman yang tidak tampak seperti minyak,lemak,kotoran di permukaan kulit, serta menimbulkan wangi (kemenkes RI,2010)

description

pkm gt

Transcript of Isi

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendididikan dan kesehatan merupakan tujuan dari pembangunan yang

mendasar. Kesehatan merupakan kesejahteraan, sedangkan pendidikan merupakan hal

yang pokok untuk menggapai kehiduapan yang memuaskan dan berharga, keduanya

merupakan hal yang penting unuk membentuk kapabilias manusia yang lebih luas

yang berada pada inti makna pembangunan. Pembangunan kesehatan merupakan

upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,

agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

terwujud (Depkes RI, 2009),

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang

dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan

berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. PHBS di sekolah

adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah

agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam

mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan

sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat

lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara

mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan

aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

Indikator PHBS di sekolah salah satunya adalah mencuci tangan dengan air

bersih mengalir dan sabun. Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling

penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Mencuci

tangan dengan air saja tidak cukup, dibutuhkan sabun untuk menghilangkan kuman

yang tidak tampak seperti minyak,lemak,kotoran di permukaan kulit, serta

menimbulkan wangi (kemenkes RI,2010)

2

Perilaku cuci tangan yang benar adalah cuci tanga pakai sabun (CTPS)

(panduan HTCPS 2012) dan cuci tangan enam langkah sesuai standar WHO

(keterampilan keperawatan paket 1). WHO mengeluarkan panduan mencuci tangan

yang dapat kita ikuti untuk mendapatkan hasil yang optimal dari mencuci tangan

(Soetomenggolo, 2012). The center for disease control (CDC) dan Public health

center mencatat paling sedikit 1-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme

transien paling banyak dari kulit menurut Garner dan Favero(1986 dikutip dari Potter

& Perry,2005). Penelitian terbaru dalam Journal of Environmental Research and

Public Health menemukan, saat seseorang mencuci tangannya dengan sabun dan air

menghilangkan 92% organisme (penyebab penyakit infeksi) di tangan. Cuci Tangan

Pakai Sabun (CTPS) merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah

dapat mencegah penyebaran penyakit-penyakit menular seperti kecacingan, diare,

ISPA dan Flu Burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan virus H1N1

(Buku Panduan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) tahun 2012).

Di sini jelas cuci tangan adalah hal yang sangat penting untuk menjaga

kesehatan kita seutuhnya. Namun fenomena yang ada dalam masyarakat belum

mengaplikasikan kebiasaan mencuci tangan dengan benar dalan kehidupan sehari-

hari. Masyarakat hanya mencuci tangan sekedarnya dan ala kadarnya. Penelitian

Afrina (2009) mengenai praktik cuci tangan menurut standard WHO

mengungkapkan bahwa ternyata dari 27 responden (100%) tidak melakukan praktik

cuci tangan tersebut dengan benar

Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis untuk

mempromosikan kesehatan, sekolah juga merupakan institusi yang efektif untuk

mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat diajarkan tentang

maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya (Sarafino, 2004).

Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar

perilaku untuk kehidupan anak selanjutnya, termasuk perilaku kesehatan

(Notoatmodjo, 2010). Peserta didik dengan umur 6-12 tahun merupakan kelompok

usia sekolah dasar (Wong,2009). Pembentukan perilaku kesehatan pada umur tersebut

3

pendidikan lebih mudah pelaksanaannya daripada setelah anak menginjak usia

dewasa. Murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau setara dengan murid Sekolah Dasar

(SD) adalah sumberdaya manusia yang kelak akan menjadi generasi penerus

perjuangan bangsa.

Untuk itu disini penulis ingin memberikan gagasan yang strategis dan solutif

untuk meningkatkan pendidikan PHBS kepada anak sekolah. Dalam hal ini dapat

memaksimalkan mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes),

dengan penambahan satu buah kompetensi dasar yang berisikan pendidikan kesehatan

tentang berupa praktik cuci tangan pakai sabun dan teknik cuci tangan yang benar

sesuai Standar WHO. Metode yang digunakan adalah metode bernyanyi, menari

(senam),poster,multimedia dan demonstrasi peragaan. Metode ini adalah metode yang

paling disukai oleh anak-anak di sekolah dasar karena dapat membuar rasa

aman,nyaman, senang, riang dan gembira. Sehingga, anak-anak dapat berpartisipasi

aktif dalam mengikuti pembelajaran, merangsang kreatifitas, dan mengembangkan

kemampuan motoric. Jika program ini dapat berjalan dengan baik maka akan

meningkatkan taraf kesehatan anak bangsa, sehingga pembangunan Millenium

(MDGs) untuk menurunkan 2/3 kasus kematian anak pada tahun 2015 yang akan

datang pun akan terealisasi.

Tujuan dan manfaat

Tujuan penyusunan gagasan adalah

1. Inovasi dalam mensukseskan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan teknik

cuci tangan enam benar standar WHO di kalangan anak sekolah

2. Meningkatkan pengetahuan dan menanamkan kesadaran perilaku hidup bersih

sehari-hari.

3. Memberikan metode pembelajaran dengan mengunakan metode yang menarik

dan menyenangkan, sehingga benar-benar akan diimplementasikan.

4

Manfaat penulisan ;

Manfaat gagasan ini bagi masyarakat adalah Menambah pengetahuan anak-anak

mengenai pentingnya perilaku cuci tangan dengan benar dalam keseharian untuk

meningkatkan perilaku hidup bersih, sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Manfaat bagi sekolah itu sendiri adalah sebagai alternative penanganan

masalah PHBS di lingkungan sekolah dan solusi cerdas dan kreatif dalam mencapai

pembelajaran pendidikan kesehatan. Dan bagi pemerintah yaitunya dapat

mensukseskan dalam pengimplementasian program kesehatan untuk menuju visi

Indonesia Sehat 2015.

GAGASAN

Kondisi terkini

Dari hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) depkes tahun 2013, rerata

proporsi perilaku cuci tangan secara benar hanya (45,0%). Hasil penelitian Afrina

(2009) mengenai praktik cuci tangan menurut standard WHO mengungkapkan

bahwa ternyata dari 27 responden (100%) tidak melakukan praktik cuci tangan

tersebut dengan benar. Menurut standard Depkes mengungkapkan bahwa ternyata

dari 27 responden (100%) tidak melakukan praktik cuci tangan tersebut sesuai

standar. Hal ini disebabkan karena responden tidak melakukan langkah-langkah

praktik cuci tangan secara urut dan benar, sebanyak 25 responden (92,6%) positif

terdapat bakteri Staphylococcus sp pada tangannya. Sebanyak 22 responden (88,0%)

yang telapak tangannya mengandung bakteri jenis Staphylococcus albus dan

sebanyak 3 responden (12,0%) pada telapak tangannya mengandung jenis bakteri

patogen yaitu Staphylococcus aureus. Fenomena tersebut menunjukan rendahnya

pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat

terutama dalam tindakan cuci tangan. Padahal cuci tangan yang benar merupakan

perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran

penyakit-penyakit menular seperti kecacingan, diare, ISPA dan Flu Burung, bahkan

5

disarankan untuk mencegah penularan virus H1N1 (Buku Panduan Hari Cuci Tangan

Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) tahun 2012).

RISKESDAS tahun 2013 menunjukan penderita ISPA 25 %, diare 7% dengan

responden. Hasil survei kecacingan oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan tahun 2009 menyebutkan

31,8 persen siswa sekolah dasar mengalami kecacingan. Data Dinas Kesehatan

(DinKes) Kota Padang tahun 2011, mengatakan penyakit diare termasuk sepuluh

penyakit terbanyak di kota Padang. Data menunjukkan bahwa di antara 20 puskesmas

yang ada, penyakit diare terbanyak didapatkan di puskesmas Lubuk Buaya, yaitu

pada kelompok usia >5 tahun sebesar 943 (8,09%) kasus, kelompok usia 1-4 tahun

sebesar 493 (4.23%) kasus (DinKes Padang, 2010). Studi pendahuluan pada

penelitian

“Studi Komparasi Pendidikan Kesehatan Multimedia Pembelajaran Dan Metode

Demonstrasi Terhadap Tindakan Mencuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Kelas V

Sd Negeri 20 Dadok Tunggul Hitam Dan Sd Negeri 23 Pasir Sebelah Padang Tahun

2012" oleh intan tahun 2012, dilakukan ke enam sekolah dasar negeri (SDN) pada

tanggal 29 Februari 2012 yang berada di kawasan wilayah kerja puskesmas Lubuk

Buaya yang memiliki sanitasi lingkungan kurang bersih dengan cara menyebarkan

kuesioner. Pada SDN 20 Dadok Tunggul Hitam didapatkan penyakit diare sebanyak

25 kasus (13,73%) dan penyakit cacingan sebanyak 20 kasus (10,98%). Sekolah ini

menempati urutan kedua yang mengalami penyakit diare dan cacingan terbanyak

setelah SDN 23 Pasir Sebelah, yaitu didapatkan penyakit diare sebanyak 87 kasus

(44,84%) dan penyakit cacingan sebanyak 60 kasus (30,92%). Hasil wawancara

dengan Kepala Sekolah SDN 20 Dadok Tunggul Hitam dan SDN 23 Pasir Sebelah

Padang pada tanggal 20 Februari 2012 didapatkan bahwa informasi mengenai

perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) khususnya materi pelajaran tentang CTPS

yang diperoleh siswa-siswi di sekolah belum maksimal. Informasi yang diperoleh

dari guru hanya sebatas menyuruh siswa untuk mencuci tangan, misalnya setelah

pelajaran olahraga tangan jadi kotor karena bermain di halaman sekolah. Program

dari puskesmas belum ada penyuluhan perihal cuci tangan pakai sabun di sekolah

6

tersebut. Ini membuktikan materi pelajaran cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang

diperoleh siswa-siswi d7i sekolah belum maksimal.

Kurangnya pendidikan kesehatan di sekolah menyebabkan anak-anak tidak

terbiasa cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih dari orang tua di rumah

pun jarang dalam memberikan pendidikan kesehatan pada anak. Sehingga kesadaran

hidup bersih pada Anak-anak tidak tertanan dalam dirinya. Padahal Perilaku cuci

tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif

dibandingkan dengan hasil intervensi kesehatan dengan cara lainnya.

Solusi terdahulu

Solusi yang pernah ada dalam mensuksekan cuci tangan dengan benar ini

adalah penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu dengan mendia pamphlet

dan leaflet. Hanya saja upaya tersebut hanya masih sebatas tugas kuliah, pengabdian

masyarakat, serta penelitian dalam rangka pembuatan skripsi dan belum terealisasi

secara intensif. Jika dari pemerintah dilakukan perlombaan cuci tangan yang hanya

dilakukan sekali setahun dalam rangka merayakah Hari Cuci Tangan Pakai Sabun

(HTCPS).

Prediksi hasil

Program Kretivitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini memberikan suatu

inovasi dalam pemberian pembelajaran cara cuci tangan dengan benar yang di

intervensi melalui suatu kompetensi dasar yang baru melalui mata pelajaran

Penjaskes pada anak SD.

Dari penelitian zil fadillah 2012,efektifitas pendidikan kesehatan melalui

metode bernyanyi dan media gambar terhadap cuci tangan yang benar pada siswa

kelas III SD negeri 33 kalumbuk dan sd negeri 28 korong gadang tahun 2012

menyebutkan terdapat pengaruh yang bermakna pemberian pendidikan kesehatan

melalui metode bernyanyi dan media gambar dengan tindakan sisiwa mencuci tangan

yang benar.

7

Menurut Honig, dalam Murdiono (2011) menyatakan bahwa bernyanyi

memiliki banyak manfaat dalam praktik pembelajaran anak, pengembangan pribadi

secara luas. Sebab bernyanyi dapat: menyenangkan, menghilangkan kecemasan,

mengungkapkan ekspresi,membantu rasa percaya diri,membantu daya ingat anak,

mengembangkan rasa humor, mengembangkan keterampilan berpikir dan

kemampuan motoric anak. Bernyanyi juga bermanfaat untuk menimbulkan motivasi

yang tinggi pada anak serta mampu meningkatkan daya focus yang optimal.

Melalui bernyanyi pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan dapat

disampaikan dan anak menjadi senang serta serta lebih mudah memahami materi ajar

yang disampaikan. Penelitian di Northrumbia University dan Youth music

mengungkapkan aktivitas bernyanyi aktivitas bernyanyi juga dapat meningkatkan

kemampuan menghafal kata da kalimat pada anak-anak.

Nyanyian akan disertai dengan gerakan yang dibuat dalam bentuk tarian atau

senam dimana akan mengikuti makna dari lagu tersebut. Gerakan tangan

mengajarkan langkah-langkah cuci tangan yang benar dan dikuti oleh gerakan tubuh

sesuai music lagu tersebut sehingga akan menambah semanagat pada anak. Dengan

gerakan tersebut anak dapat menghayati makna dari dari setiap kata yang terdapat

dalam lirik lagu tersebut dan dapat menerapkan pesan-pesan yang disampaikan.

Meode pembelajaran selanjutnya menggunakan multimedia terdiri dari

kombinasi atau gambaran teks, gambar, grafik, suara dan video. Istilah multimedia

didiskripsikan sebagai penerapan untuk gambar. Multimedia yang digunakan kali ini

yang menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan

teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video mengenai praktik cuci tangan yang

benar. Dalam hal ini dapat meningkatkan daya Tarik, perhatian, dan minat siswa

untuk belajar. Siswa menjadi mengerti secara jelas jalanya proses cuci tangan yang

benar. Metode demonstarsi ataupun penggunaan multimerisnadia pembelajaran dirasa

tepat bila melihat sasaran pendidikan kesehatan yaitu siswa sekolah dasar yang

berumur 6-12 tahun. Notoatmodjo (2007) mengatakan menurut penelitian para ahli,

indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah mata.

8

Kurang lebih 75% sampai 87% dari penegtahuan manusia diperoleh/disalurkan

melalui mata. Sedangkan 13-25%lainnya tarsalur melalui indra yang lain.

Metode simulasi merupakan metode yang dilakukan dengan praktik langsung

dalam situasi yang sebenarnya. Simulasi diawali dengan demonstrasi oleh guru dan

selanjutnya di praktikan langsung oleh siswa. Guru dalam ahal ini penting sekali

untuk dapat memperhatikan siswanya apakah sudah benar atau belum.

Penelitian yang dilakukan intan tahun 2012 tentang, Studi komparasi

pendidikan kesehatan multimedia Pembelajaran dan metode demonstrasi terhadap

Tindakan mencuci tangan pakai sabun pada siswa Kelas v sd negeri 20 dadok tunggul

hitam dan Sd negeri 23 pasir sebelah padang tahun 2012, menyebutkan didapatkan

pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tindakan siswa mencuci tangan

pakai sabun.

Metode gambar dapat dilakukan dengan menggunakan poster-poster yang

akan di temple di kelas, toilet, kantin dan ruangan-ruangan lainnya yang sering

dikunjungi oleh siswa. Dengan gambar kita dapat menyampaikan pesan yang

dituangkan dalm bentuk simbol-simbol komunikasi visual.selain itu dengan media

gambar kita dapat memperjelah sajian ide, mengilustrasikan fakta dan akan menarik

perhatian. Secara umum fungsi media gamabar menurut basuki dan farida (2001)

Sutrisna (2008 diacu dalam Mardiya 2010) mengatakan bahwa tujuan

Penjaskes merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan adalah untuk

mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir

kritis, keterampilan social, penalaran, stabilitas, emosisonal, tindakan moral, aspek

pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,

olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan nasional. Jika selama ini Penjaskes yang diterapkan

hanya sebatas aktivitas fisik (olahraga) dan belum menyentuh pengetahuan tentang

penerapan perilaku hidup bersih. Oleh karena itu, kami memberikan gagasan untuk

menambah satu buah kurikulum pemebelajaran mengenai PHBS yang berfokus pada

cara cuci tangan yang benar. Dimana proses pembelajaran dilakukan modifikasi

9

sedemikian rupa dengan cara menggunakan metode pembelajaran, bernnyanyi,

menari, senam, multimedia dan demonstrasi.

Pembelajaran biasa dilakukan dengan menerangkan kemudian mencontohkan

dan selanjutnya melakukan gerakannya bersama-sama. Pembelajaran seperti ini

disebut dengan metode audio, visual, kinestetik. Siswa akan berusaha mengahafal,

berlatih kemudiang mengulang-ulang. Lagu gerak cuci tangan dengan sabun dan air

dan juga posternya, merupakan salah satu pembelajaran dengan menggunakan otak

kanan selain otak kiri. Adanya poster berwarna, musik, lirik, dan juga gerakan yang

mudah diikuti merupakan merupakan penggunaan teknik visual, fantasi

(membayangkan mencuci tangan), bahasa evoratif (bahasa berkesan), pengalaman

langsung (mempraktekkan gerak), pembelajaran multisensoris (audiovisual

kinestetik), dan musik. Hasilnya tentu saja akan lebih optimal membuat siswa

menghafalkan 6 langkah cuci tangan dari WHO. Dengan demikian semoga dengan

inovasi ini akan membuat siswa tertarik untuk menerapkan perilaku hidup bersihdan

mempunyai ketsadaran untuk melakukan cuci tangan setiap hari dimanapun berada.

Dan siswa akan senantiasa cuci tangan setiap melakukan kegiatan seperti sebelum

dan sesudah makan, sesudah dari buang air atau ke toilet, setelah bermain,setelah

bersin, batuk, membuang ingus, setelah bepergian, setelah memegang hewan

peliharaan dan lain lain.

Pihak-pihak yang terkait

Peran beberapa pihak sangat diperlukan guna terlaksananya program ini,

antara lain pemerintah, dinas kesehatan, dinas pendidikan, pihak sekolah, guru, orang

tua dan masyarakat. Pemerintah diharapkan dapat ikut serta dalam memfasilitasi

pelaksanaan metode-metode pembelajaran dan penyedia media kesekolah-sekolah..

Bekerja secara sinergis antara Dinas pendidikan dan dinas Kesehatan untuk

memberikan dukungan kebijakan dalam pengimplementasian program ini, dan

sebagai upaya dalam penambahahan kompetensi dasar mata pelajaran penjaskes.

Pihak sekolah berperan sebagai penyelenggara dan pendukung program ini. Orang tua

dan masyarakat diharapkan juga dapat membantu proses pembelajaran ini di luar

sekolah.

10

Langkah strategis

Pemerintah memutuskan kebijakan untuk penambahan kompetensi dasar

teknik cuci tangan dalam mata pelajaran Penjaskes. Selanjutnya pemerintah

mendiskusikan dengan dinas pendidikan dan dinas kesehatan sub bab yang akan

diajarkan. Pemerintah juga memfasilitasi metode pembelajaran seperti metode

bernyanyi pemerintah memilih lagu dengan music dan lirik yang terbaik untuk

diajarkan. Metode tarian atau senam pemerintah juga akan memutuskan gerakan-

gerakan yang tepat. Disini bertujuan agar ilmu yang diterima dari satu sekolah dengan

dsekolah lain sama. Metode multimedia, poster pun pemerintah juga harus

memfasiliasi itu semua, dapat dilakukan dengan cara lomba poster atau video

mengenai cuci tangan antar mahasiswa auatu umum. Di sini diharapkan pemerintah

dapat terus memperbarui atau menginovasi setiap metode tersebut tiap tahunnya.

Selanjutnya pihak sekolah pun akan menerapkan pembelajarn tersebut, para guru-

guru diharapakan dapat memiliki kreativitas dalam mengajarkanny kepada anak-anak.

Untuk hasil yang maksimal guru penjaskes akan diberikan pelatihan khusu dalam

menyiapkan kompetensi dasa ini. Pihak sekolah tidk lupa untuk selalu mengimgatkan

siswa nya untuk senantiasa mengaplikasikanny dalam kehidupan sehari-hari baik itu

dalam bentuk poster-poster yang ditempel pada setiap ruangan maupun para selau

mengingatkannya di dalam kelas.

KESIMPULAN

Gagasan yang diajukan

Penambahan satu buah kompetesi dasar dalam mata pelajaran Penjaskes di

sekolah dasar adalah upaya dalam mensukseskan gerakan Cuci tangan dengan benar.

Gagasan ini dilakukan dalam upaya pendidikan kesehatan pada anak-anak usia enam

sampai sepuluh tahun, dengan metode-metode pembelajaran yang menarik dalam

program ini maka anak-anak akan tumbuh kesadaran untuk berprilaku hidup bersih

dan selalu cuci tangan setiap melakukan kegiatan seperti sebelum dan sesudah

makan, sesudah dari buang air atau ke toilet, setelah bermain,setelah bersin, batuk,

11

membuang ingus, setelah bepergian, setelah memegang hewan peliharaan dan lain

lain. Semua ini dapat tidak akan terealisasi jika hanya diharapkan penyuluhan dari

puskesmas ataupun mahasiswa yang pelaksanaanya tidak rutin dan intensif.

Teknik implementasi yang dilakukan adalah mengadvokasi pemerintah

khususnya dinas pendidikan untuk memasukkan teknik cuci tangan yang

benarsebagai satu buah kompetensi dasar dalam mata pelajaran Penjaskes. Dinas

kesehatan dan pikah sekolah diharapkan untuk dapat mensukseskan program ini.

Prediksi hasil

Apabila terlaksana dengan baik, diharapkan cara ini dapat membantu

pemerintah dalam mengajak anak bangasa untuk dapat mempunyai prilaku hidup

bersih dalam kesehariannya . Dengan metode-metode pembelajaran yang disukai oleh

anak-anak selanjutnya akan dapat meningkatkan sikap kritis dan kreativitas siswa.

Dampak positif dari program ini adalah pengembangan kreativitas, kognitif, Bahasa,

dan pengembangan nilai sikap dan perilaku pada anak. Siswa menjadi terbiasa hidup

bersih, dan terbiasa untuk melakukan teknik cuci tangan yang benar. Siswa akan

menganggap bahwa cuci tangan itu tdak sulit, tetapi menyenangkan. Dengan

demikian jika Gagasan ini dapat di laksanakan dengan baik maka kita dapat

menciptakan lingkungan sekolah sebagai “ Kawasan Rutin Cuci Tangan dengan

Benar”. Sehingga hasil akhir dari gagasan ini adalah meningkatkan taraf kesehatan

anak bangsa, yang mana pembangunan Millenium (MDGs) untuk menurunkan 2/3

kasus kematian anak pada tahun 2015 yang akan datang pun akan terealisasi.

12

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan R.I. 2009. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2009. Tentang Kesehatan, (online) http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU36- 2009

Kesehatan.pdf (diakses 1 maret 2014).

Departemen Kesehatan RI.(2011). Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat Mencegah

Berbagai Penyakit.From http://www.depkes.go.id. Diakses 5 maret 2014.

Dinas Kesehatan Kota pAdang (2011). Data 10 Penyakit Terbanyak Pada Balita Per

Puskesmas Tahun 2010

Dinas Kesehatan Kota Padang. (2010). Data 10 Penyakit Terbanyak Pada Balita Per

Puskesmas tahun 2010

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Penuntun Hidup Sehat

Luthfianti. Faktor factor yang mempengaruhi kecacingan [Skripsi]. Depok: Fakultas

Kesehatan Mayarakat Universitas Indonesia; 2008.

Notoatmodjo,S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta

Notoatmodjo,S.(2005). Ilmu Keshatan Masyarakat.Jakarta : Rineke Cipta

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. (2010).

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dapat Menurunkan Insiden Diare.

Potter & Perry .(2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik

(Edisi 4).Jakarta: EGC

PPTK TK dan PLB. (2010). Aplikasi Multimedia Dalam Desain Pembelajaran. Diakses

tanggal 11 Maret 2014 dari http://ebookbrowse.com/5- aplikasi multimedia-desain-

pembelajaran-pdf-d33787829

Putri, I. (2012). Studi Komparasi Pendidikan kesehatan Multimedia Pembelajaran Mencuci

tangan pakai Sabun Dan metode Demonstrasi Terhadap Tindakan Mencuci Tangan Pakai

Sabun Pada Siswa Kelas V SD Negeri Dadok tunggul Hitam dan SD Negeri 23 Pasir Sebelah

Padang Tahun 2012. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas (skripsi)

13

SUSISTI,m (2008) Keterampilan Keperawatan Dasar Paket 1. Jakarta: Erlangga

Umar Z. Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada murid SD di Kabupaten

Pesisir Selatan Sumatera. Kesmas. J Kesehatan Masyarakat Nasional. 2008;2(6):249-54.

Wdhianawati, N.(2011).Pengaruh Pembelajaran Gerak dan Lagu Dalam Meningkatkan

Kecerdasan Misikal dan kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini (Studi Kuasi I Eksperimen

Pada Anak Kelompok Bermain Mandiri. Jurnal Pendidikan teknologi kejuruan Edisi Khusus

No 2.

WHO. WHO guidelines on hand hygiene in health care. 2009.

14