Isi Makalah Transkultural Budaya Papua

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Irian jaya (Papua) dikenal memiliki keanekaragaman biologi yang tnggi dari jenis-jenis flora. Diketahui keanekaragaman flora irian jaya berkisar antara 16.000 sampai dengan 20.000 spesies tumbuhan (Womersley, 1978). Paling sedikit 124 marga tanaman berbunga ternyata endemis di Irian Jaya, dibanding 59 marga endemis dikalimantan, 17 di Sumatera dan 10 di Jawa (FAO 1981 dalam Petocz 1987). Moi adalah nama suku dari kelompok masyarakat yang bermukim di daerah kepala burung Irian Jaya. Diet, nutrisi dan gaya hidup sehat secara umum diketahui sebagai prasyarat bagi kesehatan, yang didefinisikan sebagai usaha memajukan kualitas hidup, atau kesejahteraan dan pencegahan terhadap penyakit terkait gizi. Office of Minority Health (OMH) (n.d) menggambarkan budaya sebagai ide-ide, komunikasi, tindakan, kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai, dan adat istiadat dari kelompok ras, etnik, agama, atau sosial. Menurut Purnell dan Paulanka (2003), budaya merupakan penyebaran secara sosial dari pengetahuan, bentuk tingkah laku, nilai-nilai, kepercayaan, norma, dan gaya hidup dari kelompok tertentu yang menunjukkan pandangan mereka dengan cara pengambilan keputusan. Kesehatan, penyakit, dan caring dari tiap budaya mempunyai ciri khas sendiri. Budaya merupakan konteks di mana kelompok individu menafsirkan dan mendefinisikan pengalaman mereka yang berkaitan dengan transisi kehidupan. Hal ini 1

description

bvbn

Transcript of Isi Makalah Transkultural Budaya Papua

Page 1: Isi Makalah Transkultural Budaya Papua

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Irian jaya (Papua) dikenal memiliki keanekaragaman biologi yang tnggi dari jenis-

jenis flora. Diketahui keanekaragaman flora irian jaya berkisar antara 16.000 sampai dengan

20.000 spesies tumbuhan (Womersley, 1978). Paling sedikit 124 marga tanaman berbunga

ternyata endemis di Irian Jaya, dibanding 59 marga endemis dikalimantan, 17 di Sumatera

dan 10 di Jawa (FAO 1981 dalam Petocz 1987). Moi adalah nama suku dari kelompok

masyarakat yang bermukim di daerah kepala burung Irian Jaya. Diet, nutrisi dan gaya hidup

sehat secara umum diketahui sebagai prasyarat bagi kesehatan, yang didefinisikan sebagai

usaha memajukan kualitas hidup, atau kesejahteraan dan pencegahan terhadap penyakit

terkait gizi.

Office of Minority Health (OMH) (n.d) menggambarkan budaya sebagai ide-ide,

komunikasi, tindakan, kebiasaan, kepercayaan, nilai-nilai, dan adat istiadat dari kelompok

ras, etnik, agama, atau sosial. Menurut Purnell dan Paulanka (2003), budaya merupakan

penyebaran secara sosial dari pengetahuan, bentuk tingkah laku, nilai-nilai, kepercayaan,

norma, dan gaya hidup dari kelompok tertentu yang menunjukkan pandangan mereka dengan

cara pengambilan keputusan.

Kesehatan, penyakit, dan caring dari tiap budaya mempunyai ciri khas sendiri.

Budaya merupakan konteks di mana kelompok individu menafsirkan dan mendefinisikan

pengalaman mereka yang berkaitan dengan transisi kehidupan. Hal ini termasuk kejadian-

kejadian seperti kesehatan, kelahiran, penyakit, dan kematian. Tujuan keperawatan

transkultural adalah bentuk pelayanan yang sama secara budaya atau pelayanan yang sesuai

pola nilai kehidupan individu dan arti yang sebenarnya.

1.2 Tujuan

a. Untuk mengetahui pola makan salah satu suku (suku moi) yang ada di papua

b. Untuk mengetahui pandangan kesehatan suku moi yang ada di papua

c. Untuk mengetahui transkultural nutrisi dari aspek budaya papua

1

Page 2: Isi Makalah Transkultural Budaya Papua

BAB II

ISI

2.1 Pola Makan Suku Moi

Moi adalah nama suku dari kelompok masyarakat yang bermukim di daerah kepala

burung Irian Jaya. Hidup secara terpisah-pisah menurut klen-klen yang ada. Mereka

menempati Sungai Klagele berasal dari klen Kaibin dan Mubalen yang hidup rukun dan

bekerja sama. Makanan merupakan kebutuhan pokok yang sangat penting bagi kehidupan

manusia, begitu pula dengan masyarakat Moi yang ada di dusun Maibo.

Sagu merupakan makanan pokok Suku Moi di dusun Maibo selain makanan pengganti

seperti pisang dan keladi. Namun dengan terbukanya daerah ini dapat dijangkau dengan  alat

transportasi serta berada pada lokasi areal HPH. PT.Intipura,  maka masyarakat menjadikan

beras yang merupakan introduksi sebagai bahan makanan pokok. Cara masyarakat

memperoleh sagu adalah dengan cara menokok atau mengambil isi bagian dalam dari batang

pohon (Waa) Metroxylon sp. Fam. Arecaceae. Hasilnya berupa tepung yang banyak

mengandung karbohidrat sebagai penghasil energi.

Kaya manfaat dan cocok untuk diet. Manfaat sagu diantaranya yaitu sebagai sumber

karbohidrat yang digunakan untuk mengganti beras, dapat mengatasi pengerasan pada

pembuluh darah, mengatasi sakit pada ulu hati serta membantu mengatasi perut kembung.

Selain itu penganan yang berasal dari sari pati umbian ini juga bermanfaat untuk menekan

kecepatan kadar glukosa dalam darah sehingga bagi mereka yang menderita diabetes melitus

sangat aman mengkonsumsinya. Serat yang terdapat didalamnya berperan untuk pre-biotik,

menjaga mikroflora usus, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi resiko terjadinya

kanker usus, mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru, mengurangi kegemukan atau

obesitas serta memperlancar BAB (Buang Air Besar).

Tepung sagu kaya dengan karbohidrat (pati) namun sangat miskin gizi lainnya. 100 gram

sagu kering setara dengan 355 kalori. Di dalamnya rata-rata terkandung 94 gram karbohidrat,

0,2 gram protein, 0,5 gram serat, 10 mg kalsium, 1,2 mg besi, dan lemak, karoten, tiamin, dan

asam askorbat dalam jumlah kecil. Walaupun gizi yang dikandung tidak tinggi, sagu juga

mempunyai beberapa manfaat yang baik bagi tubuh. Diantaranya adalah tidak cepat

meningkatkan kadar glukosa dalam darah sehingga cukup aman dikonsumsi oleh penderita

diabetes melitus. Serat pangan pada sagu memiliki zat yang bisa berfungsi sebagai pre-biotik,

2

Page 3: Isi Makalah Transkultural Budaya Papua

menjaga mikroflora usus, meningkatkan kekebalan tubuh, mengurangi resiko terjadinya

kanker usus, mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru, mengurangi kegemukan,

mempermudah buang air besar. Sagu juga sering dikonsumsi bagi yang sedang diet karena

dapat memberikan efek mengenyangkan, tetapi tidak menyebabkan gemuk. Untuk

mengimbangi kandungan gizinya yang tidak terlalu tinggi, ada baiknya olahan sagu ditambah

bahan-bahan kaya protein dan sayur mayur.

2.2 Kesehatan Wanita Suku Moi

Mitos-mitos dan pantangan bagi ibu hamil itu dikenakan pada beberapa jenis makanan,

dan kebiasaan-kebiasaan lain yang membuat perempuan Moi betul-betul terkunkung dalam

adat. Diketahui bersama bahwa seorang perempuan hamil, membutuhkan waktu untuk

istirahat, makanan yang bergizi dan akses akan informasi yang berhubungan dengan

kesehatan ibu dan anak. Dalam survey cepat yang dilakukan tersebut menujukkan

bahwa;Hamil bagi orang Moi adalah sesuatu yang biasa, sehingga perempuan hamil tetap 

bekerja sebagai mana biasanya,mulai dari menimba air di kali, menokok sagu dan berkebun,

mencari ikan di laut dan mencari kayu bakar dihutan, akibatnya rata-rata ibu hamil 

perempouan Moi menderita anemia, kurang kalori karena hanya memakan 64 % kalori dari

seharusnya 84% protein. Perempuan hamil tidak boleh makan ikan sembilan dan kepiting

serta daging babi, alasannya jika makan ikan ini akan mengalami perdarahan, hal ini juga

berlaku pada daging babi, karena daging diburu dengan menggunakan magig maka dilarang

untuk dimakan, nanti melahirkan akan mengalami kesukaran, akibatnya rata-rata perempuan

Moi yang hamil kekurangan gizi, anak yang lahir mengalami kekurangan berat badan

sehingga mempunyai harapan hidup yang tipis.  Jika pada saat melahirkan maka sibu hamil

mengalami kesulitan ia harus menunggu keputusan dari mertuanya baru boleh dibawa ke

dukun atau klinik.Hal ini sering membuat  prose persalinan terlambat ditolong disampaing itu

karena mereka tidak mengenal tanda-tanda kelahiran. Seorang perempuan yang telah

melahirkan dilarang keluar dari rumah selama empat puluh hari, rata-rata perempuan Moi

yang melahirkan mati, akibatnya  infeksi dan perdarahan atau dari 1000 perempuan Moi yang

hamil, 8 meninggal karena perdarahan dan infeksi waktu melahirkan (2 kali lipat lebih tinggi

dari angka nasional).  Karena ibu hamil sibuk dengan rutinitasnya sepanjang hari, maka

jarang memeriksakan kehamilannya ke klinik, akibatnya hanya 1 dari 3 perempuan Moi yang

memeriksakan kehamilannya secara lengkap, hanya 1 dari 3 perempuan Moi yang melahirkan

pada tenaga bidan dan minum tablet besi (tambah darah), mendapatkan imunisasi tetanus

yang lengkap.

3

Page 4: Isi Makalah Transkultural Budaya Papua

Pada suku Moi kebisaan ini merupakan tradisi yang selalu digunakan selama turun

temurun, dan perempuan sebagai pendukung kebudayaan Moi sendiri tidak merasa bahwa hal

ini adalah praktek-praktek ini merupakan pelanggran terhadap hak-hak asasinya sebagai

perempuan. Disamping itu praktek-praktek ini sangat membatasi hakpeempuan hamil untuk

memperoleh kesehatan yang layak.

2.3 Transkultural Nutrisi pada Suku Papua

Leininger (2002a) mendefinisikan keperawatan transkultural sebagai penelitian

perbandingan budaya untuk memahami persamaan (budaya universal) dan perbedaan

(budaya-tertentu) di antara kelompok manusia. Tujuan keperawatan transkultural adalah

bentuk pelayanan yang sama secara budaya atau pelayanan yang sesuai pola nilai kehidupan

individu dan arti yang sebenarnya. Pelayanan kompeten secara budaya adalah kemampuan

perawat menghilangkan perbedaan dalam pelayanan, bekerja sama dengan budaya yang

berbeda, serta membuat klien dan keluarganya mencapai pelayanan yang penuh arti dan

suportif. Berikut adalah penerapan konsep keperawatan terhadap perbedaan budaya, antara

lain sebagai berikut :

Cara I : Mempertahankan budaya

Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan

kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai

yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau

mempertahankan status kesehatannya. Dengan cara,

1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang

proses melahirkan dan perawatan bayi

2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien

3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

Cara II : Negosiasi budaya

Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu

klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat

membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung

peningkatan kesehatan. Dengan cara,

4

Page 5: Isi Makalah Transkultural Budaya Papua

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan

3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana

kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien

dan standar etik

c. Cara III : Restrukturisasi budaya

Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status

kesehatan. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai

dengan keyakinan yang dianut.

1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan

melaksanakannya

2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok

3) Gunakan pihak ketiga bila perlu

4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat

dipahami oleh klien dan orang tua

5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Dari ketiga cara ini, kelompok kami berpendapat bahwa untuk mengatasi kesehatan

wanita hamil pada suku moi yang kesehariannya masih tetap bekerja keras walaupun sedang

hamil, dan biasanya mengonsumsi sagu yang mengandung banyak karbohidrat untuk

menghasilkan sumber energi, namun memiliki pantangan memakan ikan sembilan. Kami

berpendapat bahwa, cara transkultural atau menangi perbedaan budaya yang ada adalah

dengan cara I dan cara II yaitu dengan cara mempertahankan budaya dan negosiasi.

Mempertahankan budaya memakan sagu yang dapat menghasilkan energi dan bernegoisasi

dengan keluarga bahwa ibu hamil boleh memakan ikan namun bukan ikan sembilan

melainkan jenis ikan laut lain karena ikan mengandung tinggi protein yang dapat berperan

penting bagi pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak pada janin ibu hamil serta protein

juga berfungsi sebagai imun untuk mencegah terjadinya infeksi.

5

Page 6: Isi Makalah Transkultural Budaya Papua

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diet, nutrisi dan gaya hidup sehat secara umum diketahui sebagai prasyarat bagi

kesehatan, yang didefinisikan sebagai usaha memajukan kualitas hidup, atau kesejahteraan

dan pencegahan terhadap penyakit terkait gizi. Leininger (2002a) mendefinisikan

keperawatan transkultural sebagai penelitian perbandingan budaya untuk memahami

persamaan (budaya universal) dan perbedaan (budaya-tertentu) di antara kelompok manusia.

Tujuan keperawatan transkultural adalah bentuk pelayanan yang sama secara budaya atau

pelayanan yang sesuai pola nilai kehidupan individu dan arti yang sebenarnya. Pelayanan

kompeten secara budaya adalah kemampuan perawat menghilangkan perbedaan dalam

pelayanan, bekerja sama dengan budaya yang berbeda, serta membuat klien dan keluarganya

mencapai pelayanan yang penuh arti dan suportif.

3.2 Saran

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui

proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang

akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya

klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat

dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas

keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

6

Page 7: Isi Makalah Transkultural Budaya Papua

DAFTAR PUSTAKA

Potter, Patricia A. and Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC

: Jakarta

Potter, Patricia A. & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta

Barasi, Mary. 2009. At a Glance ILMU GIZI. Erlangga : Jakarta

http://nutrisiuntukbangsa.org/papeda-makanan-khas-serba-unik-dari-bumi

cendrawasih/#sthash.lKCyHEFo.dpuf

http://www.kesehatan123.com/3643/sagu-bahan-makanan-yang-sehat-untuk-tubuh/http://

www.papuaweb.org/unipa/dlib-s123/attamimi-fauzi/s1.PDF

7