isi makalah cairan berpikir kritis.docx

80

Click here to load reader

Transcript of isi makalah cairan berpikir kritis.docx

BAB IPENDAHULUANA.Latar Belakang Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan homeostasis.Untuk mempertahankan keadaan dibutuhkan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa didalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan komponen-komponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan, salah satunya karena penyakit. Oleh karena itu, asuhan keperawatan untuk beragam klien meliputi pengkajian dan perbaikan ketidakseimbangan atau upaya mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.Orang dewasa yang sehat, aktif bergerak, dan memiliki orientasi yang baik biasanya dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa yang normal karena mekanisme adaptif tubuhnya. Namun bayi, orang dewasa yang menderita penyakit berat, klien dengan gangguan orientasi atau klien yang immobile, serta lansia yang sering kali tidak mampu berespon secara mandiri; dan seiring dengan waktu, kapasitas adaptif tubuh mereka tidak lagi dapat mempertahankan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa tanpa adanya bantuan.

B.Tujuan 1. Tujuan UmumMahasiswa /mahasiswi dapat memahami konsep keseimbangan cairan, elektrolit, anatomi fisiologi yang berhubungan dengan cairan tubuh,dan asam-basa didalam tubuh.2. Tujuan Khususa. Mengetahui pengertian cairan tubuhb. Mengetahui Anatomi fisiologi cairan tubuhc. Mengetahui pergerakan cairan tubuhd. Mengetahui Komposisi dan Kompartemen cairan tubuhe. Mengetahui gangguan cairan, elektrolit dan asam basaf. Mengetahui proses keperawatan dan Ketidakseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basag. Memahami pemecahan masalah tentang asupan dan haluaran normal dari seseorang, status normal cairan dan elektrolit pada pasien dehidrasi dan hypovolemik.

C.ManfaatMenambah pengetahuan tentang konsep kebutuhan cairan dan elektrolit,tanda gejala dan penyelesaian kasus pasien dehidrasi dan hypovolemik.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian cairan tubuh

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan homeostasis. Cairan tubuh didistribusi dalam dua kompartemen yang berbeda, yakni :cairan ekstrasel(CES) dan cairan intrasel(CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan intravaskular.Cairan interstisial mengisi ruangan yang berbeda di antara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sejumlah besar cairan tubuh.Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan interstisial.Cairan intervaskular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air dan tidak bewarna ,dan darah yang mengandung suspensi leukosit, eritrosit,dan trombosit.Plasma menyusun 5% berat tubuh.Cairan intrasel adalah cairan di dalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan atau elektrolit serta untuk metabolisme.Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solut (zat terlalu) yang sama dengan cairan yang berada di ruang ekstrasel. Namun,proporsi subtansi-subtansi tersebut berbeda.Misalnya , proporsi kalium lebih besar di dalam cairan intrasel daripada cairan ekstrasel.

B. Anatomi Fisiologi a. DarahDarah termasuk pula jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsure-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perduabelas berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang berkisar 40 sampai 47.Susunan darah terbagi menjadi serum darah atau plasma darah yang terdiri atas Air: 91,0 %protein: 8,0 % (albumin, globulin, protrombin, dan fibrinogen) mineral: 0,9 % (natrium khlorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, magnesium dan besi dan seterusnyaSisanya diisi oleh sejumlah bahan organic, yaitu: glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, cholesterol, dan asam aminoFungsi jantung sebagai pompa, pada tiap siklus jantung terjadi systole dan diastole secara berurutan dan teratur dengan adanya katup jantung yang terbuka dan tertutup. Pada saat jantung dapat bekerja sebagai suatu pompa sehingga darah dapat beredar keseluruh tubuh. Selama satu siklus kerja jantung terjadi perubahan tekanan didalam rongga jantung sehingga terdapat perbedaan tekanan. Perbedaan ini menyebabkan darah mengalir dari rongga yang tekanannya lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Fungsi atrium sebagai pompa, dimana dalam keadaan normal darah mengalir terus dari vena-vena besar kedalam atrium. Kira-kira 70% aliran ini langsung mengalir dari atrium ke ventrikel walaupun atrium belum berkontraksi. Kemudian kontraksi atrium mengadakan pengisian tambahan 30% karena atrium berfungsi hanya sebagai pompa primer yang meningkatkan keefektifan ventrikel. Jantung terus dapat bekerja dengan sangat memuaskan dalam keadaan istirahat normal.Fungsi ventrikel sebagai pompa a. Pengisian ventrikel Selama systole ventrikel, sejumlah darah tertimbun dalam atrium karena katup atrium ke ventrikel tertutup. Tepat setelah sistolik berakhir tekanan ventrikel turun kembali sampai ketekanan diastolic yang rendah. Tekanan pada atrium yang tinggi dengan segera mendorong katup antara atrium dan ventrikel membuka dan memungkinkan darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel. Ini dinamakan periode pengisian cepat ventrikel. Pengisian periode ini berlangsung kira-kira 1/3 pertama diastolic kemudian darah sedikit mengalir ke ventrikel, ini adalah darah yang terus masuk kedalam atrium dari vena-vena dan berjalan melalui atrium langsung ke ventrikelb. Pengosongan ventrikel selama systoleBila kontraksi ventrikel mulai, tekanan ventrikel meningkat dengan cepat yang menyebabkan katup atrium dan veentrikel menutup. Diperlukan penambahan oksigen -0,03 detik bagi ventrikel untuk meningkatkan tekanan yang cukup untuk mendorong katup semilunaris (aorta dan pulmonalis) membuka melawan tekanan dalam aorta dan arteri pulmonalis. Selama periode ini terjadi kontraksi pada ventrikel tetapi tidak terjadi pengosongan. Periode ini dinamakan periode kontraksi istemik (isovolemik = seluruh tubuh)c. Periode ejeksiBila tekanan ventrikel kiri meningkat sedikit di atas 80 mmHg, tekanan ventrikel kanan sedikit diatas 8 mmHg. Tekanan ventrikel sekarang mendorong membuka katup semilunaris segera darah mulai dikeluarkan dari ventrikel, sekitar 60% terjadi pengosongan selama pertama systole dan sebagian besar 40% sisanya dikeluarkan selama 2/4 berikutnya, bagian systole ini dinamakan periode ejeksi.d. Perode diastoleSelama terakhir systole, ventrikel hampir tidak ada aliran darah dari ventrikel yang masuk ke arteri besar walaupun otot ventrikel tetap berkontraksi.e. Periode relaksasi isometric (isovolemik)Pada akhir systole relaksasi ventrikel mulai dengan tiba-tiba, mungkin tekanan dalam ventrikel turun dengan cepat. Peningkatan tekanan dalam arteri besar tiba-tiba mendorong darah kembali kearah ventrikel menimbulkan bunyi penutupan katup aorta dan pulmonal dengan keras selama 0,03-0,06 detik. Selanjutnya otot ventrikel relaksasi dan tekanan dalam ventrikel turun dengan cepat kembali ke tekanan diastole yang sangat rendah, kemudian katup atrium dan ventrikel membuka mengawali siklus pompa ventrikel yang baru.

b. JantungJantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa, karena kalau dilihat dari bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang tetapi cara bekerjanya menyerupai otot polos.

1) BentukMenyerupai jantung pisang, bagian atasnya tumpul dan disebut juga basis kordis. Di sebelah bawah agak runcing disebut apeks kordis.2) LetakDi dalam rongga dada sebelah depan (kavum mediastinum anterior), sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada.3) UkuranLebih kurang sebesar genggaman tangan kanan, beratnya kira-kira 250-300 gr.4) Lapisan-lapisannyaLapisannya terdiri dari endokardium, meokardium, perikardium. Peredaran darah jantungVena kava suferior dan inferior, mengalirkan darah ke atrium dekstra yang datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis, membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke paru-paru. Vena pulmonalis, membawa darah dari paru-paru masuk ke atrium sinistra. Aorta, membawa darah dari ventrikel sinistra ke seluruh tubuh. Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus, dindingnya terdiri dari satu lapisan endotel. Pergerakan jantung Dalam kerjanya jantung mempunyai tiga periode :1) Periode konstriksi (periode sistole). Suatu keadaan dimana jantung bagian ventrikel dalam keadaan menguncup, katup bikus dan trikuspidalis dalam keadaan tertutup, valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari ventrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-paru kiri dan kanan, sedangkan darah dari ventrikel sinistra mengalir ke aorta kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.2) Periode dilatasi (periode diastole). Suatu keadaan dimana jantung mengembang, katup bikus dan trikuspidalis terbuka sehingga darah dari atrium sinistra masuk ke ventrikel sinistra dan darah dari atrium dekstra masuk ke ventrikel dekstra, selanjutnya darah yang ada di paru-paru melalui vena pulmonalis masuk ke atrium sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena kava masuk ke atrium dekstra.3). Periode istirahat yaitu waktu antara periode konstriksi dan dilatasi dimana jantung berhenti kira-kira 1/10 detik.

c. GinjalFungsi utama ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan yaitu sebagai berikut: Pengaturan volume dan osmolitas cairan CES melalui retensi dan ekskresi selektif cairan tubuh. Pengaturan kadar elektrolit dalam CES dengan retensi selektif substansi yang dibutuhkan. Pengaturan pH CES melalui retensi ion-ion hidorgen. Eksresi sampah metabolik dan substansi toksik.Oleh karena itu gagal ginjal jelas mempengaruhi keseimbangan cairan karena ginjal tidak dapat berfungsi.d. Paru- ParuMelalui ekhalasi paru-paru mengeluarkan air sebanyak +300L setiap hari pada orang dewasa,kondisi yang abnormal seperti hiperpnea atau batuk yang terus-menerus akan memperbanyak kehilangan air,ventilasi mekanik dengan air yang berlebihan menurunkan kehilangan air ini.

e. Kelenjar PituitariHipotalamus mengahsilkan suatu subtansi yaitu ADH yang disebut juga hormon penyimpan air karena fungsinya mempertahankan tekanan osmotik sel dengan mengendalikan retensi atau eksresi air oleh ginjal dan mengatur volume darah.

f. Kelenjar adrenal Aldosteron yang dihasilkan/disekresikan oleh korteks adrenal (zona glomerulus),peningkatan aldosteron ini mengakibatkan retensi natrium sehingga air juga di tahan dan kehilngan kalor.sedangkan apabila aldosteron kurang maka air akan banyak keluar karena natrium hilang,kortisol juga menyebabkan retensi natrium.

g. Kelenjar paratiroidMengatur keseimbangan kalsium dan fosfat melalui hormon paratiroid (PTH) sehingga dengan PTH dapat mereabsorbsikan tulang absorbsi kalsium dari usu reabsorbsi kalsium dan ginjal.

h. KulitKulit Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke permukaan yang lebih dingin),Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.

i. ProstaglandinMerupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang, mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

j. GlukokortikoidBerfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.Mekanisme rasa haus. Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus untuk rasa haus.Cara Perpindahan Cairan Tubuh terdiri dari Cairan tubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompertemen ke kompertemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam-basa, dan respon terhadap terapi obat. Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, transpor aktif, atau filtrasi. Perpindahan tersebut tergantung pada permeabilitas membran sel atau kemampuan membran untuk ditembus cairan dan elektrolit1. Difusi. Merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau zat padat secara bebas dan acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercampur dalam sel membrane. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit dan zat-zat lain terjadi melalui membrane kapiler yang permeable.kecepatan proses difusi bervariasi, bergantung pada factor ukuran molekul, konsentrasi cairan dan temperature cairan. Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding molekul kecil. Molekul kecil akan lebih mudah berpindah dari larutan dengan konsentrasi tinggi ke larutan dengan konsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. OsmosisProses perpindahan zat ke larutan lain melalui membrane semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solute adalah zat pelarut, sedang solven adalah larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solute. Proses osmosis penting dalam mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intra.3. Osmolaritas Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan satuan nol. Natrium dalam NaCl berperan penting mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila terdapat tiga jenis larutan garam dengan kepekatan berbeda dan didalamnya dimasukkan sel darah merah, maka larutan yang mempunyai kepekatan yang sama akan seimbang dan berdifusi. Larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang isotonic karena larutan NaCl mempunyai kepekatan yang sama dengan larutan dalam system vascular. Larutan isotonic merupakan larutan yang mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. Larutan hipotonik mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding larutan intrasel. Pada proses osmosis dapat terjadi perpindahan dari larutan dengan kepekatan rendah ke larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui membrane semipermeabel, sehingga larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedang larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

4. Transport aktif. Merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini terutama penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel. Proses pengaturan cairan dapat dipengaruhi oleh dua factor, yaitu: Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan. Proses osmotic juga menggunakan tekanan osmotic, yang merupakan kemampuan pastikel pelarut untuk menarik larutan melalui membrane. Bila dua larutan dengan perbedaan konsentrasi dan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat molekulnya tidak dapat bergabung (larutan disebut koloid). Sedangkan larutan yang mempunyai kepekatan sama dan dapat bergabung (disebut kristaloid). Contoh larutan kristaloid adalah larutan garam, tetapi dapat menjadi koloid apabila protein bercampur dengan plasma. Secara normal, perpindahan cairan menembus membrane sel permeable tidak terjadi. Prinsip tekanan osmotic ini sangat penting dalam proses pemberian cairan intravena. Biasanya, larutan yang sering digunakan dalam pemberian infuse intravena bersifat isotonic karena mempunyai konsentrasi sama dengan plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke dalam intrasel. Larutan intravena bersifat hipotonik, yaitu larutan yang konsentrasinya kurang pekat dibanding konsentrasi plasma darah. Tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibanding tekanan tekanan osmotic cairan interstisial karena konsentrasi protein dalam plasma dan molekul protein lebih besar dibanding cairan interstisial, sehingga membentuk larutan koloid dan sulit menembud membrane semipermeabel. Tekanan hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang tertutup. Hal ini penting guna mengatur keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.Membran semipermeable Merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar tidak tergabung. Membran semipermeable terdapat pada dinding kapiler pembuluh darah, yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain tidak berpindah ke jaringan. Berbeda dari difusi dan osmosis, traspor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energy

Jenis larutanDefinisiContoh

IsotonikLarutan dengan osmolalitas yang sama dengan plasmaSalin normal 0,9% atau ringer laktat

HipotonikLarutan dengan konsentrasi solut lebih rendah dari plasmaSalin 0,45%Salin 0,33%Dektrosa 2,5%

HipertonikLarutan dengan konsentrasi solut lebih tinggi dari plasmaDektrosa 5% di dalam salin 0,45%Dekstrosa 5% di dalam salin normalDekstrosa 5% di dalam laktat ringer salin 3%

Untuk menggerakan berbagai materi guna menembus membran sel. Hal ini memungkinkan sel menerima molekul yang lebih besar dari sel tersebut, selain itu, sel dapat menerima atau memindahkan molekul dari daerah berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.contoh transpor aktif adalah pompa natrium dan kalium. Natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk kedalam sel, melawan gradien konsentrasi.Transpor aktif ditingkatkan oleh molekul-pembawa (carrier molecule) yang berada diantara sel, yang akan mengikat diri mereka sendiri dengan molekul yang masuk kedalam sel. Misalnya, glukosa mampu memasuki sel setelah glukosa berikatan dengan insulin, yang merupakan alat transpornya. Transpor aktif merupakan suatu mekanisme mengenai sel-sel yang mengabsorbsi glukosa dan substansi-substansi lain untuk melakukan aktivitas metabolik. C. Komposisi dan Kompartemen Cairan Tubuh

Cairan yang bersirkulasi di seluruh tubuh di dalam ruang cairan intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral, dan sel. Elektrolit merupakan sebuah unsur atau senyawa yang jika melebur atau larut di dalam air atau pelarut lain,akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.Elektrolit yang memiliki muatan positif disebut kation.Sedangkan elektrolit yang memiliki muatan negatif disebut anion. Kosentrasi setiap elektrolit di dalam cairan intrasel dan ekstrasel berbeda . Namun jumlah total anion dan kation di dalam setiap kompartemen caiaran harus sama. Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Elektrolit umumnya diukur dalam miliekuivalen perliter (mEq/L), yang digunakan untuk mengukur aktivitas kimiawi yang mencerminkan jumlah kation dan anion lain yang diberikan (weldy 1992). Mineral, yang dicerna sebagai senyawa, biasanya dikenal dengan nama logam, non-logam, radikal, atau fosfat, bukan dengan nama senyawa, yang mana mineral tersebut menjadi bagian didalamnya. Mineral merupakan unsur semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam mempertahankan proses fisiologis. Mineral juga bekerja sebagaikatalis dalam respons saraf, kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi yang terdapat dalam makanan. Selain itu, mineral mengatur keseimbangan elektroit danproduksi hormon serta menguatkan struktur tulang. Contoh mineral adalah zat besi dan zink. Sel merupakan unit fung sional dasar dari semua jaringan hidup.contoh sel yang berada di dalam cairan tubuh adalah sel darah merah (sdm) dan sel darah putih (sdp). Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton & Hall, 1997)1. Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.2. Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB totalAdalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi menjadi :a. Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.b. Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah.Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%) terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup:-pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan-transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru-pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi-transpor hormon ke tempat aksinya- sirkulasi panas tubuh3.Cairan Transelular (CTS)

Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

PRESENTASE TOTAL CAIRAN TUBUH DIBANDINGKAN BERAT BADAN

DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH

Keterangan : Untuk laki-laki, BB = 70 Kg Catatan : Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan transeluler. Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura, intraokuler, dll.NILAI RATA-RATA CAIRAN EKSTRASELULER (CES) DAN CAIRAN INTRASELULER (CIS) PADA DEWASA NORMAL TERHADAP BB

Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th ed. McGraw Hill, 1987.D. Pengeluaran Cairan Tubuh1. Asupan CairanAsupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus. Pusat pengendalian rasa haus berada di dalam hipotalamus diotak. Stimulus fisiologis utama terhadap pusat rasa haus adalah peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah. Sel-sel reseptor yang disebut osmoreseptor secara terus-menerus memantau osmolalitas. Apabila kehilangan cairan terlalu banyak, osmo reseptor akan mendeteksi kehilangan tersebut dan mengaktifkan pusat rasa haus. Akibatnya seseorang akan merasa haus kemudian mencari air. Faktor lain yang mempengaruhi pusat rasa haus adalah keringnya membran.

Tabel 45.2Rata-rata haluaran cairan setiap hari pada orang dewasa dengan berat badan 70 kg

Organ atau sistem Jumlah (ML)

Ginjal1500

Kulit

Kehilangan tak kasat mata600-900

Kehilangan kasat mata600

Paru-paru400

Saluran pencerna100

Jumlah total3200-3500

Mukosa faring dan mulut, angiotensin II, kehilangan kalium, dan faktor-faktor psikologis.Air dapat juga diperoleh dari asupan makanan, seperti buah-buahan, sayuran dan daging, serta dari oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan. Sekitar 220 ml air juga diproduksi setiap hari selama metabolisme karbohidrat, protein dan lemak berlangsung. Asupan cairan melalui mulut (oral) dimungkinkan jika kondisi individu sadar.bayi, klien yang mengalami kerusakan neurologis atau psikologis, beberapa lansia, dan klien restrained tidak dapat merasakan atau merespon mekanisme rasa haus yang terjadi pada diri mereka. Akibatnya, mereka berisiko mengalami dehidrasi.2. Haluaran Cairan Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Rata-rata hilangnya cairan setiap hari terangkum dalam tabel 45-2.Pada orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring dan memproduksi urine sekitar 60 ml (40-80 ml) dalam setiap jam atau totalnya sekitar 60 ml (40 sampai 80 ml) dalam setiap jam atau totalnya sekitar 1,5 L dalam satu hari (horne et al, 1991). Jumlah urin yang diproduksi ginjal dipengaruhi oleh hormon antidierutik (antidiuretic hormon, ADH) dan aldosteron. Hormon-hormon ini mempengaruhi ekskresi air dan natrium serta distimulasi oleh perubahan volume darah. Kehilangan air melalui kulit terutama diatur oleh sistem saraf simpatis, yang mengaktifkan kelenjar keringat. stimulasi kelenjar keringat dapat dihasilkan dari olahraga otot, peningkatan suhu lingkungan, dan peningkatan aktivitas metabolik seperti yang terjadi pada saat seseorang mengalami demam (febris). Kehilangan air tak kasat mata (insensible water loss, IWL) terjadi terus menerus dan tidak dapat dirasakan oleh individu. Rata-rata hilangnya air yang tidak terasa dari kulit orang yang dewasa ini sekitar 6 ml/kg/24 jam . kehilangan air kasat mata (sensible water loss, SWL) terjadi melalui keringat yang berlebihan dan dapat dirasakan oleh individu. Jumlah pengeluaran keringat yang dapat dirasakan ini berhubungan langsung dengan banyaknya olahraga, suhu lingkungan, dan aktivitas metabolik. Seiring dengan peningkatan faktor-faktor tersebut, produksi keringat dan kehilangan air melalui kulit juga meningkat. SWL dapat mencapai 1000 ml atau lebih dalam 24 jam, bergantung pada latihan fisik dan suhu tubuh serta suhu lingkungan. Paru-paru juga mengalami kehilangan air yang tidak dapat dirasakan dengan jumlah rata-rata 400 ml setiap hari. Kehilangan cairan dapat meningkat sebagai respon terhadap adanya perubahan frekuensi dan kedalaman pernafasan, seperti yang terjadi pada seseorang yang melakukan olahraga berat atau seseorang yang sedang demam. Selain itu, alat untuk memberikan oksigen dapat meningkatkan kehilangan air yang tidak dirasakan dari paru-paru. Hal ini dapat terjadi karena oksigen lebih kering daripada udara diruangan. Rata-rata kehilangan cairan dari saluran pencernaan adalah sekitar 100 ml/hari. Muntah atau diare akan meningkatkan kehilangan cairan karena hal tersebut mencegah absorbsi normal air dan elektrolit yang telah disekresi melalui proses pencernaan.

3. Pengaturan ElektrolitPengaturan elektrolit terdiri dari :a. Kation Kation utama, yakni natrium ( , kalium (), kalsium (), dan magnesium (), terdapat didalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja ion-ion ini mempengaruhi tranmisi neurokimia dan tranmisi neuromuskular, yang mempengaruhi fungsi otot, irama dan kontrktilitas jantung, alam perasaan (mood) dan perilaku, serta fungsi saluran pencernaan, juga proses-proses yang lain.

b. Pengaturan natriumNatrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan ekstrasel. Ion natrium terlibat dalam mempertahankan keseimbangan air, mentranmisi impuls saraf, dan melakukan kontraksi otot. Nilai laboratorium normal untuk natrium serum adalah 135 sampai 145 mEq/L. air mengikuti natrium dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Misalnya, jika ginjal menahan natrium, maka cairan juga ditahan. Sebaliknya, jika ginjal mengekskresikan natrium, maka air juga diekskresi. Alasan pemberian banyak obat berdasarkan pada prinsip ini. Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron dan haluaran urin. Sumber utama natrium adalah garam dapur, daging yang telah diolah, makanan ringan dan makanan kaleng. Individu yang memiliki fungsi renal yang normal, dapat meningkatkan ekskresi natrium dalam urinnya guna mempertahankan kadar natrium serum tetap berada dalam batas normal.

c. Pengaturan KaliumPengaturan kalium merupakan kation intrasel utama, yang mengatur eksitabilitas (rangsangan) neuromuskular dan kontraksi otot. Sumber kalium terdapat pada gandum utuh, daging, polong-polongan, buah-buahan, sayur-mayur. Kalium dibutuhkan untuk pembentukan glikogen, sintesisi protein dan upaya memperbaiki keseimbangan asam-basa. Nilai laboratorium normal kalium serum adalah 3,5 sampai 5,3 mEq/L. kalium membantu pengaturan keseimbangan asam-basa karena ion kalium dapat ditukar dengan ion hidrogen (). Kalium terutama diatur oleh ginjal. Suatu kondisi yang menurunkan haluaran urin akan menurunkan ekskresi kalium. Seiring dengan peningkatan sekresi aldosteron, kalium yang diekskresikan melalui urin akan lebih banyak sehingga kadar kalium serum menurun. Mekanisme pengaturan lain adalah dengan pertukaran ion kalium dengan ion natrium ditubulus ginjal. Apabila natrium dipertahankan, kalium akan diekskresi.

d. Pengaturan KalsiumTerdapat banyak kalsium didalam tubuh. Tubuh membutuhkan kalsium untuk integritas dan struktur membran sel, konduksi jantung yang adekuat, koagulasi (pembekuan) darah, pertumbuhan dan pembentukan tulang, dan relaksasi otot. Berikut adalah bentuk-bentuk kalsium yang terdapat di dalam cairan tubuh :1. Terionisasi (4,5 mg/100 ml)2. Tidak dapat berdifusi, yang merupakan kalsium kompleks terhadap anion protein (5 mg/100 ml)3. Garam kalsium, seperti kalsium sitrat dan kalsium fosfat (1 mg/100 ml)Nilai laboratorium normal kalsium serum yang terionisasi dalam tubuh adalah 4 sampai 5 mEq/L. kalsium yang berada didalam cairan tubuh memiliki persentase yang kecil dari total kalsium tubuh. Sebagian besar kalsium terdapat di dalam tulang dan gigi. Kalsium di dalam cairan ekstrasel diatur melalui kerja kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid (PTH). Mengontrol keseimbangan kalsium tulang, absorbsi kalsium di gastrointestinal, dan ekskresi kalsium di ginjal. Tirokalsitonin dari kelenjar tiroid juga memiliki peranan kecil dalam menentukan kadar kalsium dalam serum, yakni dengan menghambat pelepasan kalsium dari tulang.e. Pengaturan MagnesiumMagnesium merupakan kation terpenting kedua didalam cairan intrasel dan sangat penting untuk aktivitas enzim, neurokimia, dan ekstabilitas otot. Nilai laboratorium normal magnesium serum adalah 1,5 sampai 2,5 mEq/L. magnesium terutama diekskresi melalui mekanisme ginjal. Perubahan kadar magnesium sering dihubungkan dengan penyakit yang serius dan menghasilkan gejala-gejala yang mencerminkan adanya perubahan fungsi neuromuskular dan kardiovaskular.f. Anion Anion utama adalah klorida (), bikarbonat () dan fosfat (). Seperti halnya kation, anion juga ditemukan diruang intrasel dan ekstrasel. Anion memengaruhi keseimbangan dan fungsi cairan, elektrolit dan asam-basa. Pengaturan klorida . klorida ditemukan didalam cairan ekstrasel dan intrasel, keseimbangan klorida dipertahankan melalui asupan makanan dan ekskresi serta arbdorbsi renal. Nilai laboratorium normal untuk klorida serum adalah 100 sampai 106 mEq/L. klorida diatur melalui ginjal. Jumlah yang diekskresikan berhubungan dengan asupan makanan. Seseorang yang memiliki ginjal normal yang mengosumsi klorida dalam jumlah besar, akan mengekskresikan klorida yang lebih tinggi di dalam urin. Pengaturan bikarbonat. Bikarbonat adalah bufer dasar kimia yang utama didalam tubuh. Ion bikarbonat ditemukan dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai laboratorium normal dari bikarbonat arteri berkisar antara 22 sampai 26 mEq/L. didalam darah vena, bikarbonat diukur melalui kandungan karbon dioksida dan nilai normal bikarbonat untuk orang dewasa adalah sampai 24 sampai 30 mEq/L. bikarbonat diatur oleh ginjal. Apabila tubuh memerlukan lebih banyak basa, ginjal akan mereabsorbsi bikarbonat dalam jumlah yang lebih besar dan bikarbonat tersebut akan dikembalikan kedalam cairan ekstrasel. Ion bikarbonat merupakan komponen paling penting dalam sistem bufer asam karbonat-bikarbonat yang sangat penting berperan dalam keseimbangan asam-basa.Pengaturan fosfat. Fosfat merupakan anion bufer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Fosfat dan kalsium membantu mengembangkan dan memelihara tulang dan gigi. Fosfat juga meningkatkan kerja neuromuskular normal, berpartisipasi dalam metabolisme karbohidrat, dan membantu pengaturan asam-basa. Nilai laboratorium normal fosfatserum adalah 2,5 sampai 4,5 mg/100 ml. konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon paratiroid dan vitamin D teraktivasi. Fosfat secara normal diabsorbsi melalui saluran gastrointestinal. Kalsium dan fosfat berbanding berbalik secara proporsional. Jika salah satunya meningkat, makayang lainnya akan turun.

g. Keseimbangan Asam BasaKeseimbangan asam-basa tercapai jika kecepatan total tubuh yang memproduksi asam atau basa sama dengan kecepatan tubuh mengekresikan asam atau basa tersebut. Keseimbangan ini menghasilkan stabilnya konsentrasi ion hidrogen di dalam cairan tubuh. Konsentrasi ion hidrogen didalam cairan tubuh dinyatakan sebagai nilai pH. pH merupakan skala untuk mengukur keasaman atau alkalinitas ( bersifat basa) suatu cairan. Nilai pH 7 berarti netral. Nilai dibawah 7 berarti asam, dan nilai di atas 7 berarti basa. Peningkatan jumlah ion hidrogen didalam aliran darah akan meningkatkan komponen asam, sehingga nilai pH menurun. Rentang nilai laboratorium pH arteri normal adalah 7,35 sampai 7,45.Tubuh manusia memiliki mekanisme pengatur untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa dan untuk beradaptasi terhadap perubahan konsentrasi ion hidrogen jangka pendek. Perubahan tersebut terjadi selama melakukan olahraga fisi, mengalami tingkat kecemasan yang berat dan gangguan saluran cerna minor. Tubuh dapat membuat penyesuaian untuk perubahan pH yang bersifat sementara. Namun, adanya trauma berat, diabetes melitus yang tidak terkontrol, atau syok, menyebabkan mekanisme kompensasi normal tubuh tidak mampu mempertahankan pH didalam rentang fisiologis. Jenis-jenis regulator asam basa didalam tubuh merupakan sistem bufer kimia, biologis dan fisiologis. Bufer adalah suatu substansi atau sekelompok substansi yang dapat mengabsorpsi atau melepaskan ion-ion hidrogen untuk memperbaiki adanya ketidakseimbangan asam-basa.

h. Pengaturan Kimiawi Bufer kimia yang paling banyak didalam cairan ekstrasel adalah sistem bufer asam karbonat-bikarbonat. sistem ini berespon dalam beberapa detik untuk mengubah pH, sehingga sistem tersebut menjadi sistem bufer tercepat. Sistem ini merupakan sistem yang adaptif dan memiliki efek yang relatif singkat. Ekskresi karbon dioksida yang dihasilkan dari proses metabolisme ,terutama dikendalikan oleh paru-paru. Ekskresi ion hidrogen dan bikarbonat dikendalikan oleh ginjal. Reaksi dari substansi hidrogen dan bikarbonat ini akan menjadi bufer asam yang kuat atau basa yang kuat untuk mempertahankan pH yang secara relatif konstan. Sistem bufer kimia yang kedua melibatkan protein plasma (albumin, fibrinogen,dan protombin) dan gama globulin yang membentuk sekitar 6%-7% plasma darah. Protein ini dapat melepaskan atau berikatan dengan ion hidrogen untuk memperbaiki asidosis dan alkaliosis. Namun, kapasitas protein plasma untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa cairan ekstrasel terbatas, dan protein tidak mampu memperbaiki ketidakseimbangan asam-basa yang berlangsung dalam jangka panjang.

i. Pengaturan Biologis Bufer biologis terjadi jika ion hidrogen diabsorbsi atau dilepaskan oleh sel-sel tubuh. Ion hidrogen memiliki muatan positif dan harus ditukar dengan ion lain yang bermuatan positif, sering kali ion yang digunakan adalah kalium. Pada kondisi kelebihan asam, ion hidrogen memasuki sel, dan ion kalium meninggalkan sel kemudian memasuki cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel kemudian menjadi kurang asam karena ion hidrogen berkurang. Walaupun begitu, pertukaran ini menyebabkan tingginya kandungan kalium dalam serum. Setelah asidosis diperbaiki, kalium kembali memasuki sel, dan kadar kalium kembali normal bufer biologis ini terjadi setelah bufer kimiawi jangka pendek dan berlangsung selama dua sampai empat jam.Tipe bufer biologis yang kedua adalah sistem hemoglobin-oksihemoglobin. Karbon dioksida berdifusi kedalam SDM dan membentuk asam karbonat. Asam karbonat membelah menjadi ion hidrogen dan bikarbonat. Ion hidrogen terikat pada hemoglobin, dan ion bikarbonat dapat digunakan untuk melakukan bufer dengan cara menukarnya dengan klorida yang berada diekstrasel.

j. Pengaturan Fisiologis Paru-paru Bufer fisiologis di dalam tubuh adalah paru-paru dan ginjal. Paru-paru dapat beradaptasi dengan cepat terhadap adanya ketidakseimbangan asam-basa. Pada kenyataannya, paru-paru dapat melakukan upaya untuk mengembalikan pH ke nilai normal sebelum bufer biologis dapat melakukannya.Ion hidrogen dan karbon dioksida biasanya memberikan stimulus untuk pernafasan. Apabila konsentrasi ion hidrogen berubah, paru-paru bereaksi untuk memperbaiki ketidakseimbangan tersebut dengan mengubah frekuensi dan kedalaman pernapasan. Pada alkaliosis, frekuensi pernafasan diturunkan sehingga individu dapat mempertahankan karbon dioksida. Karbon dioksida berkombinasi dengan air didalam darah untuk membentuk asam karbonat, yang membantu meningkatkan komponen asam dan menyeimbangkan kelebihan basa. Dengan demikian, karbon dioksida yang tersedia untuk berkombinasi dengan air dan menghasilkan asam karbonat menjadi lebih sedikit.Ginjal Ginjal dapat membutuhkan beberapa jam sampai beberapa hari untuk mengatur gangguan asam-basa. Ginjal menggunakan tiga mekanisme untuk mengatur konsentrasi ion hidrogen. Ginjal dapat mengabsorpsi bikarbonat selama terjadi kelebihan asam dan mengekskresikannya selama terjadi kekurangan asam. Ginjal menggunakan ion fosfat untuk membawa ion hidrogen dengan mengekskresikan asam fosfat dan membentuk asam basa. Ginjal juga mengubah amonia menjadi amonium dengan mengikatkannya pada sebuah ion hidrogen.

E. Gangguan Cairan, Elektrolit dan Asam Basa

Gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa jarang terjadi secara tunggal dan dapat mengganggu proses normal tubuh. Klien yang mengalami kehilangan cairan tubuh akibat luka bakar, penyakit atau trauma, berisiko mengalami ketidakseimbangan elektrolit. Selain itu, ketidak seimbangan elektrolit yang tidak diatasi (misal, kehilangan kalium) akan mengakibatkan gangguan asam-basa.

1. Gangguan Cairan Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah isotonik, dan osmolar. Kekurangan dan kelebihan isotonik terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam proporsi yang sama. Sebaliknya, ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan air saja sehingga konsentrasi (osmolalitas) serum dipengaruhi. Tipe ketidakseimbangan yang lain, yakni sindrom ruang ketiga, terjadi jika cairan terperangkap di dalam suatu ruangan dan cairan di ruangan tersebut tidak mudah di tukar dengan cairan ekstrasel.Tabel 45-3 memuat penyebab dan gejala gangguan yang umum terjadi.

2. Ketidakseimbangan IsotonikKekurangan volume cairan terjadi pada saat air dan elektrolit yang hilang berada di dalam proporsi isotonic.Kadar elektrolit dalam serum tetap tidak berubah,kecuali jika terjadi ketidakseimbangan lain.Klien yang berisiko mengalami kekurangan volume cairan ini adalah klien yang mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal,misalnya akibat muntah,pengisap lambung,diare,atau fistula.Bayi dan lansia paling cepat terkena pengaruh akibat kehilangan cairan dan elektrolit ini (Weldy,1992)(lihat kotak di bawah).Penyebab lain dapat meliputi perdarahan ,pemberian obat-obatan diuretic,keringat yang banyak,demam ,dan penurunan asupan per oral .Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonic sehingga menyebabkan hipervolimia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit serum.Klien yang berisiko mengalami kelebihan volume cairan ini meliputi klien yang menderita gagal jantung kongestif,gagal ginjal dan sirosis(Weldy 1992).

BAB IIIKONSEP KEPERAWATAN PADA PASIEN DEHIDRASI

1. Pengertian Berikut adalah beberapa pengertian tentang dehidrasi :a. Dehidrasi adalah keadaan dimana seseorang invididu yang tidak menjalani puasa mengalmai atau beresikMI mengalmai dehidrasi vaskuler, interstitial atau intra vaskuler (Lynda Jual Carpenito, 2000 : 139).b. Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh karena jumlah cairan yang keluar lebih banyak dari pada jumlah cairan yang masuk (Sri Ayu Ambarwati, 2003).c. Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai dengan output yang melebihi intaks sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang (Drs. Syaifuddin, 1992 : 3).d. Dehidrasi adalah kehilangan cairan tubuh isotik yang disertai kehilangan antrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. (Sylvia A. Price, 1994 : 303) Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dehidrasi adalah kekurangan cairan ekstra selular yang mengakibatkan berpindahnya cairan atau hilang dari tubuh. Klasifikasidehidrasi menurut Donna D. Ignatavicus ada 3 jenis: a. Dehidrasi IsotonikDehidrasi isotonik adalah air yang hilang diikuti dengan elektrolit sehingga kepekatannya tetap normal, maka jenis dehidrasi ini biasnaya tidak mengakibatkan cairan ECF berpindah ke ICF. b. Dehidrasi Hipotonik Dehidrasi hipotonik adalah kehilangan pelarut dari ECF melebihi kehilangancairan, sehingga dipembuluh darah menjadi lebih pekat. Tekanan osmotik ECF menurun mengakibatkan cairan bergerak dari EFC ke ICF. Volume vaskuler jugamenurunsertaterjadipembengkakansel.c. Dehidrasi HipertonikDehidrasi hipertonik adalah kehilangan cairan ECF melebihi pelarut pada dehidrasi ini non osmotik ECF menurun, mengakibatkan cairan bergerak dari ICF ke ECF.

B. Etiologi

Bermacam-macam penyebab dehidrasi menentukan tipe / jenis-jenis dehidrasi (Menurut Donna D. Ignatavicus, 1991 : 253).1. Dehidrasia. Perdarahanb. Muntahc. Diared. Hipersalivasie. Fistulaf. Ileustomy(pemotonganusus)g. Diaporesis (keringat berlebihan)h. Luka bakari. Puasaj. Terapi hipotonikk. Suction gastrointestinal (cuci lambung)

2. Dehidrasi hipotonika. PenyakitDMb. Rehidrasi cairan berlebihc. Mal nutrisi berat dan kronis

3. Dehidrasi hipertonik a. Hiperventilasib. Diarec. Diabetes Insipedus ( hormon ADH menurun )d. Rehidrasi cairan berlebihane. Disfagiaf. Gangguan rasa hausg. Gangguan kesadaran h. Infeksi sistemik : suhu tubuh meningkat.

C.Patofisiologi

Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi pada berbagai keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal atau di luar ginjal. Penyebab tersering kekurangan volume cairan yang juga sering terjadi adalah tersimpannya cairan pada cidera jaringan luna, luka bakar berat, peritonitis / obstruksi saluran cerna. Terkumpulnya cairan di adlam ruang non ECF dan non ECF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkapdan tidak dapat dipakai oleh tubuh. Penumpulkan volume cairan yang cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari volume ECF sehinggadapat mengurangi volume sirkulasi darah efektif. Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik yang terdiri dari ari, Na (30-70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilagnan 1 L keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan volume jika asupannya tidak mencukupi. Jumlah besar cairan dapat hilang melalui kulit karna penguapan jika luka bakar dirawat denganmetodeterbuka. Kehilangan Na dan air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3 keadaan yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai yang kuat seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan tinggi protein secara enternal atau parenteral dapat terbentuk urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen osmotik. Apapun penyebab dari kekurangan volume cairan, berkurangnya volume ECF menganggu curah jantung dengan mengurangi alir balik vene ke jantung sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung. Karena tekanan arteri rata-rata = curah x tahanan perifer total maka penurunan curah jantung mengakibatkan hipotensi. Penurunan tekanan darah dideteksi oleh baroreseptor pada jantung dan arteri karotis dan diteruskan ke pusat vasomotor di batang otak, yang kemudian menginduksi respon simpatis. Respon berupa vasokonstriksi perifer, peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung bertujuan untuk mengembalikan curah jantung dan perfusi jarignan yang normal. Penurunan perfusi ginjal merangsang mekanisme renin-angiotensin-aldosteron. Angiotensin merangsang vasokonstriksi sistemik dan aldosteron meningkatkan reabsorbsi natrium oleh ginjal. Jika terjadi hipovolemi yang lebih berat (1000 ml) maka vasokontriksi dan vasokonstriksi yang diperantai oleh angiotensin II yang meningkat. Terjadi penahanan aliran darah yang menuju ginjal, saluran cerna, otot dan kulit, sedangkan aliran yang menuju koroner dan otak relatif dipertahankan.

D.Manifestasi Klinis

Berikut ini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya (Nelson, 2000) : 1. Dehidrasi ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula) a. Haus, gelisah b. Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas normal c. Turgor kulit normal d. Pengeluaran urine (1300 ml/hari) e. Kesadaran baik f. Denyut jantung meningkat

2. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula) a. Haus meningkat b. Nadi cepat dan lemah c. Turgor kulit kering, membran mukosa kering d. Pengeluaran urien berkurang e. Suhu tubuh meningkat3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula) a. Penurunan kesadaran b. Lemah, lesu c. Takikardi d. Mata cekung e. Pengeluaran urine tidak ada f. Hipotensi g. Nadi cepat dan halus h. Ekstremitas dingin

E. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita dehidrasi (Doenges & Sylvia Anderson):1. Obat-obatan Antiemetik ( Untuk mengatasi muntah )2. Obat-obatan anti diare Pengeluaran feces yang berlebihan dapat diberikan obat obat anti diare serta dapatdiberikan oralit Pemberian air minum Pemberian air minum yang mengandung natrium cukup memadai untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi. Pemberiancairanintravena Pada kekurangan cairan yang berat, maka diperlukan pemberian cairan intravena.Larutan garam isotonik (0,9%) merupakan cairan infus terpilih untuk kasus-kasus dengan kadar natrium mendekati normal, karena akan menambah volume plasma. Segera setelah pasien mencapai normotensi, separuh dari larutan garam normal (0,45%) diberikan untuk menyediakan air bagi sel-sel dan membantu pembuangan produk-produk sisa metabolisme. 3. Pemberian bolus cairan IV Pemberian bolus cairan IV awal dalam suatu uji beban cairan, untuk mengetahui apakah aliran kemih akan meningkat, yang menunjukkan fungsi ginjal normal.

F. Pengkajian Fokus

1. Demografi Jenis kelamin : dehidrasi rentan terjadi pada wanita dari pada pria. Umur : sering terjadi pada usia di atas 65 tahun. 2. Riwayat Kesehatana. Riwayat penyakit dahulu 1) Fistula 2) Ileustomy 3) Suction gastrointestinal 4) DM 5) Diabetes insipedus 6) Perdarahan

b. Pemeliharaan kesehatan 1) Diet rendah garam 2) Pemasukan cairan kurang terpenuhi

c. Pola cairan Gejala : haus berkurang, cairan kurang Tanda : BB menurun melebihi 2-8% dari BB semula, membran mukosa kering.

d. Pemeriksaan fisik 1) Kesadaran : apatis-coma 2) Tekanan darah menurun a. Nadi meningkat b. Pernafasan cepat dan dalam c. Suhu meningkat pada waktu awal 3) BB meningkat 4) Turgor menurun 5) Membran mukosa mulut kering 6) CVP menurun

e. Pemeriksaan penunjang Laboratorium 1) Urine a) Osmolalilas kemih > 450 m osmol / kg b) Natrium urine < 10 meg / L (penyebab di luar ginjal) c) Natirum urine > 10 meg / L (penyebab pada ginjal / adrenal) d) OJ urine meningkat e) Jumlah urine menurun (30-50 cc / jam) 2) Darah a) Ht meningkat b) Kadar protein serum meningkat c) Na+ seruim normal d) Rasio buru / kreatin serum > 20 : 1 (N = 10 : 1) e) Glukosa serum : normal / meningkat f) Hb menurun.

G. Konsep Keperawatan

1. Diangosa Keperawatan a. Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan intake yang kurang. b. Resiko penurunan perfusi jaringan b,d penurunan aliran darah. c. Resiko gangguan integritas kulit b.d turgor kulit menurun. d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik. e. Resiko penurunan COPD b.d penurunan tahanan vaskuler sistemik.

2. Fokus Intervensi dan Rasional a. Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan intake yang kurang(Doenges,1999) Tujuan : Volume cairan adekuat sehingga kekurangan volume cairan dapat teratasi. Kriteria hasil : 1) Mempertahankan keseimbangan cairan 2) Tanda vital (N = 80 100 x/menit, S = 36-37oC3) Capillary refill < 3 detik 4) Akral hangat 5) Urine output 1-2 cc/kg BB/jam Intervensi : 1) Awasi tanda vital, pengisian kapiler, status membran mukosa 22) Diskusikan strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan jaksatif/diuratik 3) Identifikasi rencana untuk meningkatkan keseimbangan cairan optimal. 4) Kaji hasil tes fungsi elektrolit / ginjal 5) Berikan / awasi pemberian cairan IV 6) Tambahan kalium, oral atau N sesuai indikasi

b. Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran darah. Tujuan : Mempertahankan / memperbaiki perfusi jaringan. Kriteria hasil : 1) Tanda-tanda vital stabil TD = 120/80, Nadi = 80-100 h, kulit tidak pucat.2) Kulit hangat 3) Nadi perifer teraba 4) Keluaran urine adekuat 0,5 1,5 cc / kg / BB 5) CRT < 2 detik. 6) Kesadaran composmentis 7) Tidak ada nyeri dada Intervensi : 1) Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing. 2) Auskultasi nadi apikal, awasi kecepatan jantung / irama. 3) Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat. 4) Catat haluran urine dan BJ 5) Observasi kulit pucat, kemerahan, ubah posisi dengan sering. 6) Awasi nadi oksimetri 7) Berikan cairan IV sesuai indikasi

c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit menurun. Tujuan : Mengindentifikasi dan mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh. Kriteria hasil : 1) Turgor kulit baik, kulit utuh, tidak ada lecet, tidak ada kemerahan. Intervensi : 1) Observasi kemerahan, pucat. 2) Dorong mandi tiap 2 hari 1 x 3) Gunakan krim kulit 2 x sehari 4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi, perlu untuk mempertahankanaktifitas. 5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi / cairan adekuat.

3. Fokus a. Defisit volume cairan b.d output yang berlebihan intake yang kurang(Doenges,1999) 1) Mengawasi tanda vital pasien 2) Berdiskusi mengenai strategi untuk menghentikan muntah dan penggunaan jaksatif/diuratik3) Mengidentifikasi rencana untuk meningkatkan keseimbangan cairan optimal. 4) Mengkaji hasil tes fungsi elektrolit / ginjal 5) Memberikan dan mengawasi pemberian cairan IV 6) Tambahan kalium, oral atau N sesuai indikasi

b. Resiko penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan aliran darah.1) Mengobservasi perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing.2) Auskultasi nadi apikal, mengawasi kecepatan jantung / irama. 3) Mengkaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat. 4) Catat haluran urine dan BJ 5) Observasi kulit pucat, kemerahan, ubah posisi dengan sering. 6) Mengawasi nadi oksimetri 7) memberikan cairan IV sesuai indikasi

c. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit menurun. 1) mengobservasi kemerahan, pucat. 2) Menasehati pasien untuk mandi tiap 2 hari 1 x 3) Berikan pasien Pengetahuan agar menggunakan krim kulit 2 x sehari 4) Diskusikandengn pasien pentingnya perubahan posisi, perlu untuk mempertahankanaktifitas. 5) Beri pengetahuan bahwa pentingnya masukan nutrisi / cairan adekuat.

BAB IVSTUDY KASUS

I. PENGKAJIAN

A.Biodata

a. Biodata Pasien

Nama : Tn.RSUmur : 33 Tahun Agama : HinduJenis Kelamin : Laki-LakiStatus : MenikahPendidikan : SMAPekerjaan : SwastaSuku Bangsa : IndonesiaAlamat : Br. Satria BlahbatuhTanggal Masuk : 30 Juli 2012Tanggal Pengkajian : 02 Agustus 2012No. Register : 029477Diagnosa Medis : Diare Akut

b. Biodata Penanggung Jawab

Nama : Ny.AUmur : 36 TahunHub. Dengan Pasien : IstriPekerjaan : SwastaAlamat : Br. Satria Blahbatuh

B.Riwayat Keperawatan

1) Keluhan Utama a.Saat Masuk Pada saat masuk rumah sakit pasien mengeluh lemas di seluruh badannya.b.Saat MengkajiPasien mengatakan masih merasa lemas

2) Riwayat Penyakit SekarangSekitar 2 bulan yang lalu pasien mengalami diare dan dibawa ke dokter lalu diberi obat dan injeksi, namun tidak sembuh-sembuh. Kemudian keluarga mencoba pengobatan non-medis, dan dikatanya pasien terkena penyakit magic, namun tidak sembuh juga. Setelah beberapa minggu kondisi pasien semakin memburuk, sehingga istri pasien membawa pasien ke RS.Ganesha pada tanggal 30 juli 2012, pada pukul 20.00 Wita. Sesampainya di RS pasien langsung dirujuk ke IGD, keadaan pasien saat itu lemas, pusing, dan enek di bagian ulu hati, sehinggga perawat memberikan tindakan medis seperti memasang infus, mengukur TTV dan akhirnya dibawa ke ruang rawat inap lantai 2 RS.Ganesha. Pada saat pengkajian pasien mengeluh masih sedikit pusing, enek di ulu hati serta saat BAB fesesnya masih encer dan bercampur darah. Sehingga upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Hal yang pertama dilakukan keluarga pasien adalah membawa pasien berobat ke dokter.

3)Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mengatakan bahwa ia pernah mengalami penyakit seperti batuk, pilek, dan demam. Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Pasien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan

4) Riwayat Penyakit KeluargaPasien mengatakan bahwa ia maupun keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga ataupun keturunan, seperti DM, asma, penyakit jantung, maupun hipertensi.

C.Data Psiko Sosial-Ekonomi1. PsikologisKlien mengatakan ingin cepat sembuh, agar dapat berkumpul kembali dengan keluarga2.SosialKlien terlihat didampingi ibunya dan keluarga klien terlihat datang berkunjung secara bergantian3.EkonomiSehari-hari klien bekerja swasta, klien menggunakan JAMKESDA untuk pembayaran rumah sakit

D.Data SpiritualKlien mengatakan selalu berdoa untuk dapat kembali sehat.

E.POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI1. Pola Nutrisi-Metabolik Sebelum SakitPasien mengatakan bahwa ia biasa makan 4x sehari dengan 1 porsi. Menunya seperti nasi, daging, sayur, dan makanan habis dalam 1 porsi. Pasien biasa minum air putih 9 gelas/hari dan sering minum-minumanan yang beralkohol. Berat badannya 55kg dan tinggi badannya 165cm. Saat Sakit Pasien mengatakan bahwa nafsu makannnya menurun, ia makan 3x sehari 1 porsi dengan menu bubur dan sayur bening, tetapi masih bersisa, dan biasa minum air putih 5 gelas/hari. Berat badannya 50kg dan tinggi badannya 165cm.

2.Pola Eliminasia.BAB Sebelum Sakit Pasien mengatakan bahwa ia biasa BAB setiap pagi hari dengan bentuk faces padat, warna feses kuning, bau khas feses, dan feses tidak bercampur darah.

Saat SakitPasien mengatakan bahwa ia BAB 5x/hari dengan bentuk fases encer, feses berwarna kuning, feses bercampur darah,terdapat sedikit lendir dan berbau obat. b. BAK Sebelum sakit Pasien mengatakan bahwa ia biasa BAK secara normal dengan karakteristik urin cair, warnanya kuning, bau khas urine, serta tidak bercampur darah. Saat sakit Pasien mengatakan bahwa ia BAK 4 x/hari, dengan karakter urinenya kuning pekat dan berbau obat.

3.Pola Tidur dan Istirahat Sebelum sakitPasien mengatakan bahwa ia sering tidur larut malam, biasanya tidur 8 jam sekitar dari pukul 01.00 Wita sampai dengan 09.00 Wita, ia tidur dengan nyenyak. Saat sakit Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, biasanya ia tidur pukul 20.00 Wita dan sering terbangun.

4. Pola aktivitas dan latihana. Aktivitas

Kemampuan Perawatan Diri01234

Makan dan minum

Mandi

Toileting

Berpakaian

Berpindah

0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total

b. Latihan Sebelum sakit Pasien mengatakan bahwa ia biasa melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja Saat sakit Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.

5.Personal Hygienea.DirumahKlien mengatakan biasa mandi 2x sehari dan sikat gigi 2x seharib.Dirumah Sakit Klien mengatakan mandi 1x sehari dan sikat gigi 2x sehari

F.Pengkajian Fisik1.Keadaan umum a.Tingkat kesadaran : E4, V5, M6 (Composmetis) b.Tinggi Badan:150 Cmc.Berat Badan:58 Kg

2. Tanda-tanda Vital a.Nadi: 60 x/menitb.Suhu :37 C c.TD :110/80 mmHg d.RR: 20x/menit 3. Kepala a.Rambuttidak terlihat adanya alopesia, warna rambut hitam, b.Kulit Kepalakebersihan cukup, tidak terdapat luka pada kulit kepala dan tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa.

c.WajahEkspresi wajah lesu, wajah tampak anemis, wajah klien simetris, tidak terdapat lesi, tidak terdapat edema.d.MataAlis dan mata terlihat simetris, tidak terdapat udim palpebra, sklera aninterik, pupil isokor miosis, konjungtiva anemis. e.MulutMulut bersih, tidak ada pendarahan ataupun peradanganf.BibirSimetris, mukosa bibir kering, tidak ada luka dibibir maupun disudut bibir, tidak ada stomatitisg.Hidung Simetris, tidak terlihat adanya serumen, penyebaran silia merata, tidak teraba massa dan nyeri tekan pada sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus masilaris. h.Telinga Simetris, tidak terlihat adanya serumen dan discart, tidak terlihat adanya betelsains, tidak teraba massa dan nyeri tekan pada tragus, cartilago, dan aurikul. 4.Leher Terlihat simetris, tidak terlihat adanya hiperpigmentasi, tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat peningkatan JVP, tidak teraba massa pada kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.

5.Dada Inspeksi:Dada simetris, pernafasan 20x/menit, tidak ada lecet atau jejasPalpasi:Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, ada retraksi dindingPerkusi:Sonor pada semua lapang paruAuskultasi:Semua nafas vesikuler

6.Abdomen Tidak terlihat adanya hiperpigmentasi,tidak terlihat adanya lesi pada abdomen. Terdengar gerakan peristaltik 37 kali/menit. Terdapat nyeri tekan pada abdomen. Terdengar suara pekak.

7.Genetalia Tidak terkaji

8.Ekstremitas : Atas Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi refleks bisep, dan kekuatan otot 4. Bawah Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi refleks babinskyn, terjadi refleks patela, dan kekuatan otot 4.

9.PunggungSimetris, tidak ada lecet, tidak ada tanda-tanda dekubitus, bersih

10.LenganTidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, tidak teraba massa dan nyeri tekan.

11.Integumen :Tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto di bagian tangan, kaki, dada dan punggung, kulit terlihat kering dan turgor kulit tidak elastis.

G. Pemeriksaan Penunjang1. Data laboratorium yang berhubunganHematologi rutin pada tanggal 30 Juli 2012JUMLAH SEL DARAHHASILSATUANNILAI RUJUKAN

Hemoglobin (HGB)-10,5g/dl13,0-18,0

Hematokrit (HTC)-31,8%40-52

Lekosit (WBC)7,8010^3/UL3,8-10,6

Trombosit (PLT)34610^3/UL150-440

Eritrosit (RBC)-3,6410^3/UL4,5-6,5

RDW12,9%10-16

MPV-7,1fL7,2-11,1

PCT0,2%0,2-0,5

MCV87,4fL80-100

MCH28,8Pg26-34

MCHC33,0Pg32-36

Limfosit %10,7%20-35

Monosit %3,3%2-8

Gran %86,0%50-80

Lymp #0,8010^3/UL1-5

Monosit #0,3010^3/UL0,1-1

Gran #6,5010^3/UL2-8

Pemeriksaan pada tanggal 1 Agustus 2012NAMA PEMERIKSAANHASILNILAI RUJUKANSATUANKET.

FUNGSI HATIAlbumin 2,6*3,4-4,8g/dl

ELEKTROLITNatrium (Na)Kalium (K)Chloride (Cl)1382,2*9,8135-1473,5-5,098-106mmol/Lmmol/Lmmol/L

2. Pemeriksaan radiologi : -3. Hasil konsultasi : -4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain :-

IIDATA FOKUSA. Data Subyektif-Pasien mengatakan biasa minum air putih 5 gelas/hari. -Pasien mengatakan bahwa ia BAK 4 x/hari, dengan karakter urinenya kuning

B.Data Objektif Kulit pasien terlihat kering dan turgor kulit tidak elastis konjungtiva anemis mukosa bibir kering TD = 110/80mmHg

IIIANALISA DATA

NO.

DATAETIOLOGIMASALAH

1.DS :Pasien mengatakan biasa minum air putih 5 gelas/hari. Pasien mengatakan bahwa ia BAK 4 x/hari, dengan karakter urinenya kuning pekat dan berbau obat. DO : Kulit pasien terlihat kering dan turgor kulit tidak elastis konjungtiva anemis mukosa bibir keringTD = 110/80 mmHgKondisi menurun

Kekurangan volume cairan

2.DS : Pasien mengatakan bahwa nafsu makannnya menurun, ia makan 3x sehari 1 porsi dengan menu bubur dan sayur bening, tetapi masih bersisa Pasien mengatakan bahwa ia BAB 5x/hari dengan bentuk fases encer, feses berwarna kuning, feses bercampur darah,terdapat sedikit lendir dan berbau obat. Pasien mengatakan berat badannya 50kg dan tinggi badannya 165cm Pasien mengatakan sedikit pusingDO: Konjungtiva anemis Wajah pasien terlihat pucat Pasien terlihat lemas Mukosa bibir keringKondisi menurun

Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh

3.DS : Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, biasanya ia tidur pukul 20.00 Wita dan sering terbangun.DO: Wajah pasien terlihat pucat Terlihat adanya lingkaran hitam pada sekitar mata pasien Nyeri abdomen Insomnia

IV. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas

NOTANGGAL / JAM DITEMUKAN

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.2-8-2012Pkl. 11.00Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan ditandai dengan pasien mengatakan biasa minum air putih 5 gelas/hari, pasien mengatakan bahwa ia BAK 4 x/hari, dengan karakter urinenya kuning pekat dan berbau obat, kulit pasien terlihat kering dan turgor kulit tidak elastis, konjungtiva anemis, mukosa bibir kering, dan TD: 110/80mmHg

2.2-8-2012Pkl. 11.00Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrien ditandai dengan pasien mengatakan bahwa nafsu makannnya menurun, ia makan 3x sehari 1 porsi dengan menu bubur dan sayur bening, tetapi masih bersisa, pasien mengatakan bahwa ia BAB 5x/hari dengan bentuk fases encer, feses berwarna kuning, feses bercampur darah,terdapat sedikit lendir dan berbau obat, pasien mengatakan berat badannya 50kg dan tinggi badannya 165cm, pasien mengatakan sedikit pusing, konjungtiva terlihat anemis, wajah pasien terlihat pucat, pasien terlihat lemas dan mukosa bibir kering

3.2-8-2012Pkl. 11.00Insomnia berhubungan dengan tidur terputus ditandai dengan pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, biasanya ia tidur pukul 20.00 Wita dan sering terbangun, wajah pasien terlihat pucat, dan terlihat adanya lingkaran hitam pada sekitar mata pasien.

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Hari/TglNo DxRencana Perawatan

Tujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasional

Kamis, 2-8-2012

1Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan volume cairan pasien dapat kembali normal, dengan KH : Turgor kulit dapat kembali elastic kembali dalam 3 detik Mukosa bibir lembab Tidak terjadi dehidrasi TTV :TD =S = 36-37 CN = 60-90 RR = 12-20 Kaji tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi, dan suhu (kesamaan dan volume Catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi, membrane mukosa, dan karaktersputumUkur/hitung masukan, pengeluaran, dan keseimbangan cairan. Catat kehilangan tak tampak. Timbang berat badanKaji tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi, dan suhu Berikan cairan IV dalam observasi ketat dengan alat control sesuai indikasi

Awasi/ganti elektrolit sesuai indikasi Kekurangan / perpindahan cairan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan TD, dan mengurangi volume nadi. Penurunan curah jantung mempengaruhi perfusi/ fungsi serebral. Kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, dan viskositas secret kental. Memberikan informasi tentang status cairan umum. Kecenderungan keseimbangan cairan negatifdapat menunjukan terjadinya deficit. Perubahan cepat menunjukkan gangguan dalam air tubuh total Untuk membedakan TTV normal klien dengan keadaan pada saat sakit.Memperbaiki/mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotic. Catatan meskipun kekurangan cairan, pemberian dapat mengakibatkan peningkatan kongesti paru, pengaruh negative fungsi pernafasan Elektrolit khususnya kalium dan natrium mungkin menurun sebagai akibat terapi diuretic

Kamis,2-8-2012

2.

Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan asupan makanan pasien dapat kembali normal, dengan KH : Nafsu makan kembali normal Karakteristik feses dapat kembali normal Tubuh pasien dapat kembali sehat BB pasien dari 50kg menjadi 53kg.

Buat jadwal masukan tiap jam. Anjurkan mengukur cairan/ makanan dan minuman sedikit demi sedikit atau makan dengan perlahan Timbang berat badan Tekankan pentingnya menyadari kenyang dan menghentikan masukan Beritahu pasien untuk duduk saat makan/ minumDiskusikan yang disukai pasien dan masukan dalam diet murni Kaji tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi, dan suhu Rujuk ke ahli gizi Berikan tambahan vitamin B12 injeksi, folat, dan kalsium sesuai indikasi Setelah tindakan pembagian, kapasitas gaster menurun kurang lebih 50 ml, sehingga perlu makan sering

Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi/ keefektifan terapi Makan berlebihan dapat menyebabkan mual/muntah atau kerusakan operasi pembagian Menurunkan kemungkinan aspirasi

Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ control

Untuk membedakan TTV normal klien dengan keadaan pada saat sakit. Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi Tambahan dapat diperlukan untuk mencegah anemia karena gangguan absorpsi. Peningkatan motilitas usus setelah prosedur bypass merendahkan kadar kalsium dan meningkatkan absorpsi oksalat, dimana dapat menimbulkan pembentukan batu urine.

Kamis,2-8-2012

3.

Setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan pola tidur pasien dapat kembali normal, dengan KH: Pasien dapat tidur dengan nyenyak Tidak terlihat lingkaran hitam pada mata Pasien tidak terjaga

Batasi masukan makanan/ minuman mengandung kafein Dukung kelanjutan kebiasaan ritual sebelum tidur Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya. Tinjau ulang pola diet dan jumlah/ tipe masukan cairan

Libatkan pasien dalam perawatan ostomi secara bertahap

Berikan analgesic, sedative saat tidur sesuai indikasi Kafein dapat memperlambat pasien untuk tidur dan mempengaruhi tidur tahap REM, mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat bangun. Meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur

Membantu dalam pembentukkan jadwal irigasi efekttif untuk pasien kolostomi Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar memberikan bulk, dan cairan adalah factor penting dalam penentuankriteria feses. Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorongpasien mandiri dan terkontrol Nyeri mempengaruhi pasien untuk jatuh/tertidur

VI.Implementasi Keperawatan

Hari/ Tgl/JamNo. DxTindakan KeperawatanEvaluasi proses

Kamis, 02-08-2012 Pkl. 07.00Wita

Pkl. 08.15Wita

Pkl. 08.15Wita

Pkl.08.15Wita

Pkl.11.00Wita

Pkl.16.10Wita

Pkl.16.10Wita

Pkl.22.00Wita3Mengganti alat tenunDS : pasien mengatakan bersedia diganti alat tenunnyaDO : tempat tidur pasien terlihat lebih bersih

1,2Menimbang berat badan pasien DS: Pasien mengatakan bersedia diukur berat badannyaDO: BB pasien 50kg

1,2Memberikan cairan IV RL

DS: Pasien mengatakan bersedia dipakaikan infusDO: obat dimasukkan melalui injeksi dan tidak terlihat adanya reaksi alergi.

1,2Memberikan obat oral tri mexol forte, trans fector, govasolDS: pasien bersedia diberikan obatDO: obat diberikan secara oral

1,2Mengkaji TTVDS : pasien mengatakan lemas dan nyeri saat menelanDO: Nadi = 80 Suhu = 37 CTD =mmHg, RR = 20

1,2Menanyakan asupan makanan/ minumanDS : pasien mengatakan tidak nafsu makanDO : makanan pasien terlihat masih tersisa

1,2Memberikan obat oral DS: pasien bersedia diberikan obatDO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2Memberikan obat oralDS: pasien bersedia diberikan obatDO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

Jumat, 03-08-2012 Pkl. 05.00Wita

Pkl. 05.15Wita

Pkl. 07.05Wita

Pkl. 08.15Wita

Pkl. 08.15Wita

Pkl. 11.00Wita

Pkl. 16.05Wita

Pkl. 17.05Wita

Pkl. 17.05Wita

Pkl.22.05Wita1,2Mengkaji TTVDS : pasien mengatakan lemas, nafsu makan menurunDO: Nadi = 80 Suhu = 38,3 CTD =mmHg RR = 20

3Memandikan pasien DS : pasien menolak untuk dimandikanDO: pasien dimandikan oleh keluarganya

3Mengganti alat tenunDS : pasien mengatakan lebih nyamanDO : tempat tidur pasien terlihat lebih bersih

1,2Mengganti cairan infuseDS : pasien bersedia diganti infusnyaDO : Infus berjalan dengan lancar

1,2Memberikan obat tri mexol forte, trans fector, govasol, ripal buminDS: pasien bersedia diberikan obatDO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2Mengkaji TTVDS : pasien mengatakan lemasDO: Nadi = 80 Suhu = 37,3 CTD = 120/80 mmhgmmHg RR = 20

1,2Mengkaji TTVDS : pasien mengatakan pusing dan enek di ulu hatiDO: Nadi = 80 Suhu = 36,7 CTD =120mmHg RR = 20

1,2Memberikan obat oral tri mexol forteDS: pasien bersedia diberikan obatDO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2Mengganti cairan infuseDS : pasien bersedia diganti infusnyaDO : Infus berjalan dengan lancer

1,2Memberikan obat oral tri mexol forte, trans fector, , ripal buminDS: pasien bersedia diberikan obatDO: obat diberikan secara oral

Sabtu, 04-08-2012 Pkl. 05.00Wita

Pkl. 05.20Wita

Pkl. 07.15Wita

Pkl. 10.15Wita

Pkl. 10.15Wita

Pkl. 11.15Wita

Pkl. 16.15Wita

Pkl. 17.15Wita

Pkl. 17.15Wita

Pkl. 17.15Wita

Pkl. 22.15Wita1,2Mengkaji TTV

DS: pasien mengatakan masih lemasDO:Nadi = 80 Suhu = 36,7 CTD =mmHg RR = 20

3Memandikan pasien DS : pasien menolak untuk dimandikanDO: pasien dimandikan oleh keluarganya

3Mengganti alat tenunDS : pasien mengatakan lebih nyaman dan dapat tidur dengan nyenyakDO : tempat tidur pasien terlihat lebih bersih dan lingkaran hitam pada mata terlihat berkurang

1,2Mengganti cairan infuseDS : pasien bersedia diganti infusnyaDO : Infus berjalan dengan lancer

1,2Memberikan obat oral tri mexol forte, trans fector, , ripal bumin, govasolDS: pasien bersedia diberikan obatDO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2Mengkaji TTV

DS : pasien mengatakan sudah tidak pusingDO: Nadi = 80 Suhu = 37, CTD =mmHg RR = 20

1,2Mengkaji TTVDS : Pasien mengatakan minumnya 7 gelas /hari DO : mukosa bibir terlihat kering, turgor kulit tidak elastic, TTV-nya : Nadi = 80 Suhu = 36,7 CTD =120/80 mmHg RR = 20

1,2Memberikan obat oral tri mexol forte, trans fector, , ripal buminDS: pasien bersedia diberikan obatDO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2Menanyakan asupan makanan/ minumanDS : pasien mengatakan nafsu makan menurunDO : makanan pasien terlihat masih bersisa

1,2Mengganti cairan infuseDS : pasien bersedia diganti infusnyaDO : Infus berjalan dengan lancer

1,2Memberikan obat oral tri mexol forteDS: pasien bersedia diberikan obatDO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

VII. Evaluasi Keperawatan

NoHari/TglJamNo DxEvaluasi

1.Minggu,5-8-2012Pkl 16.15 Wita1.S = Pasien mengatakan minumnya 7 gelas /hari O = mukosa bibir terlihat kering, turgor kulit tidak elastic, TTV :Nadi = 80 Suhu = 36,7 CTD = 120/80 mmHg RR = 20 A = masalah teratasi sebagianP = lanjutkan intervensi Memberikan minum seperti air putih Mengkaji TTV

2.Minggu,5-8-2012Pkl 17.15 Wita2.S = Pasien mengatakan nafsu makannya menurunO = makanan pasien terlihat masih bersisaA = Masalah teratasi sebagian P = lanjutkan intervensi Menganjurkan makan dengan perlahan Mengkaji karakteristik feses pasien Menimbang berat badan pasien

3.Minggu,5-8-2012Pkl 07.15 Wita3.S = pasien mengatakan lebih nyaman dan dapat tidur dengan nyenyakO = tempat tidur pasien terlihat lebih bersih dan lingkaran hitam pada mata terlihat berkurangA = Masalah sudah teratasi P = Pertahankan kondisi

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan

1. Distribusi cairan tubuh yaitu cairan tubuh didistribusi dalam dua kompartemen yang berbeda, yakni :cairan ekstrasel(CES) dan cairan intrasel(CIS)2. Komposisi cairan tubuh yaitu cairan yang bersirkulasi di seluruh tubuh di dalam ruang cairan intrasel dan ekstrasel mengandung elektrolit, mineral, dan sel.3. Pergerakan cairan tubuh yaitu cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompertemen ke kompertemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam-basa, dan respon terhadap terapi obat.4. Pengeluaran cairan tubuh yaitu dari asupan cairan dan haluaran cairan5. Gangguan cairan, elektrolit dan asam basa yaitu gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa jarang terjadi secra tunggal dan dapat mengganggu proses normal tubuh. Klien yang mengalami kehilangan cairan tubuh akibat luka bakar, penyakit atau trauma, berisiko mengalami ketidakseimbangan elektrolit.6. Variabel yang Mempengaruhi Keseimbanagan Normal Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa yaitu Status cairan,elektrolit,dan asam-basa bukan berada dalam keadaan statis atau dalam kesatuan fisiologis yang tunggal. Pemecahan masalah pada kasus 1 asupan dan haluaran dilihat spesifikasi dalam hal asupan cairan yaitu berkaitan dengan mekanisme rasa haus. Apabila asupan cairan 1300 ml dalam periode 24 jam, maka disesuaikan dengan haluaran cairan dalam periode 24 jam 1500. Jadi tidak seimbang. Kasus 2 Dari data-data yang ada, masalah yang ada adalah Adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ( dehidrasi) dan hypovolemik. Kasus 3 yaitu terjadi kelebihan kalium sehingga terjadi hiperkalemia.

B. SaranUntuk mahasiswa/mahasiswi keperawatan diharapkan betul-betul dapat menganalisa masalah keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Dikarenakan keseimbangan dcairan, elektrolit dan sam basa sangat berpegaruh dalam sistem tubuh.Untuk seorang pemula, mahasiswa/mahasiswi sewajibnya mengerti benar cara penanggulangan gangguan keseimbangan cairan, karena berakibat fatal dalam hal pengobatan.DAFTAR PUSTAKA

Gamble JL. 1942. Chemical Anatomy, Physiology and Phatology of Extracelluler Fluid. The Harvard Medical School

John C. Vanatta. 1998. Moyer Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Binarupa Aksara : JakartaPotter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta

Kowalak, William welsh, brenna mayer.2011.buku ajar patofisiologi.EGC.jakartaDrs. H. Syaifuddin,AMK.2006.Anatomi Fisiologi.EGC.Jakartahttp://www.asuhan keperawata diare/htmlhttp://www.makalahcairantubuh/patofisiologi.html

34