Isi (latar belakang) revisi

32
PROPOSAL SKRIPSI A. Latar belakang permasalahan Dalam pembangunan ekonomi suatu negara diperlukan adanya pengaturan mengenai pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan, perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut, maka pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian, keselarasan, dan 1

Transcript of Isi (latar belakang) revisi

Page 1: Isi (latar belakang) revisi

PROPOSAL SKRIPSI

A. Latar belakang permasalahan

Dalam pembangunan ekonomi suatu negara diperlukan adanya pengaturan

mengenai pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan

terpadu serta dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan kesejahteraan

rakyat. Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, kesinambungan dan

peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan,

perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut, maka

pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian,

keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan,

pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.

Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam menyerasikan dan

menyeimbangkan masing-masing unsur dari Trilogi Pembangunan adalah

perbankan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama

bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi

ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

1

Page 2: Isi (latar belakang) revisi

2

meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan

ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam memainkan perannya tersebut, perbankan dituntut untuk mampu

mewujudkan tujuan perbankan nasional sebagaimana terkandung dalam pasal 4

Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan

ekonomi, dan stabilitas nsional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.1

Pengertian bank menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998

adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau

bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2

Dalam menjalankan usahanya, penghimpunan dana merupakan jasa utama yang

ditawarkan oleh bank yang salah satunya berupa tabungan atau simpanan

tabungan. Tabungan dapat diartikan sebagai “simpanan pihak ketiga pada bank

yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu”.3 Pada

ketentuan pasal 1 angka 9 Undang-Undang N0. 10 Tahun 1998 menyatakan

bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan

1 Indonesia, Undang-Undang Perbankan, UU No. 10, LN. No. 182 Tahun 1998, T.LN. No. 3790, ps. 4.

2 Ibid, ps. 1 angka 2.3 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi, Jakarta : Kencana

Prenada Media Group, 2008, Cet. ke-4, hal 48.

Page 3: Isi (latar belakang) revisi

3

menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,

bilyet giro, dan/atau yang dipersamakan dengan itu.4

Salah satu hal yang sangat berkaitan erat dengan jasa tabungan pada masa

sekarang ini adalah layanan ATM (automatic teller machine) atau yang lebih

dikenal dengan istilah anjungan tunai mandiri di Indonesia. ATM adalah “sebuah

alat elektronik yang mengijinkan nasabah bank untuk mengambil uang dan

mengecek rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang “teller”

manusia”.5 Banyak ATM juga mengijinkan penyimpanan uang atau cek dan

transfer uang. Dengan ATM ini, banyak sekali kemudahan yang dapat diperoleh

nasabah sebagai pengguna layanan jasa bank, diantaranya pembayaran tagihan

listrik maupun telepon dan mengirim uang lewat ATM (transfer), dan jasa

lainnya.6

Namun segala kemudahan layanan jasa perbankan tersebut dapat

menimbulkan suatu hal yang bisa berakibat buruk bagi diri nasabah sendiri.

Seperti halnya kasus-kasus pembobolan tabungan nasabah yang kembali marak

terjadi pada awal tahun lalu di daerah Bali yang korbannya mencapai lebih dari

22 orang7 dan total kerugian dana nasabah diperkirakan mencapai Rp. 4,2

4 Indonesia, Undang-Undang Perbankan, op. cit., ps. 1 angka 9.5 http://id.wikipedia.org/wiki/ATM, diakses pada hari jumat tanggal 3 desember 2010 pukul

04:25 wib.6 http://putracenter.net/2009/09/23/definisi fungsi dan peranan bank umum dalam

perekonomian, diakses pada hari jumat 3 desember 2010 pukul 17:46 wib.7 http://news.okezone.com/read/2010/01/22/337/296555/korban-pembobolan-atm-di-bali-22-

orang, diakses pada hari senin 6 desember 2010 pukul 21:27 wib.

Page 4: Isi (latar belakang) revisi

4

Milyar,8 namun hal tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi, tercatat pada

tahun 2007 hal yang serupa menimpa tujuh nasabah Bank Central Asia (BCA) di

kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.9

Bila hal demikian sudah terjadi, siapakah yang bertanggungjawab atas

kerugian yang dialami oleh para nasabah tersebut?, memang terdapat bentuk

penggantian dana nasabah yang dibobol tabungannya, seperti yang dialami oleh

Ny M, warga Grogol, Jakarta Barat, nasabah Bank Central Asia (BCA) yang

kehilangan uang sebesar Rp. 20 juta dari tabungannya, dan kemudian diganti

secara penuh oleh pihak bank tersebut.10 Namun, banyak pula nasabah yang tidak

mendapat penggantian atas kehilangan uang atau dana tabungannya, salah satunya

dialami oleh Ny U, warga Tanah Abang, Jakarta Pusat, nasabah BCA yang uang

dalam tabungannya hilang sebesar Rp. 2,4 juta, dimana pihak bank dalam surat

resminya kepada Ny U mengklaim hal tersebut sebagai kelalaian

pelanggan/nasabah.11

Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini yang semakin menyatu dengan

ekonomi regional dan internasional yang ditunjang dengan kemajuan teknologi

telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi

melintasi batas-batas wilayah suatu negara. Kondisi yang demikian pada satu

8 http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2010/01/100121_atmstolen.shtml, diakses pada hari jumat 3 desember 2010 pukul 04:54 wib.

9 http://regional.kompas.com/tabungan bca bobol di bali pernah terjadi di jakarta, diakses pada hari selasa tanggal 30 november 2010 pukul 21:24 wib.

10 http://bisniskeuangan.kompas.com/pengalaman kebobolan ATM Rp 20 juta kembali, diakses pada hari jumat 3 desember 2010 pukul 03:40 wib.

11 http://bisniskeuangan.kompas.com/ATM kebobolan Rp 2,4 juta uang tak kembali, diakses pada hari jumat 3 desember 2010 pukul 15:35 wib.

Page 5: Isi (latar belakang) revisi

5

pihak mempunyai manfaat bagi nasabah sebagai konsumen, namun di sisi lain,

kondisi dan fenomena tersebut di atas dapat mengakibatkan kedudukan bank

selaku pelaku usaha dan nasabah menjadi tidak seimbang dan nasabah berada

pada posisi yang lemah. Faktor utama yang menjadi kelemahan nasabah adalah

tingkat kesadaran nasabah akan haknya masih rendah. Hal ini terutama

disebabkan oleh rendahnya pendidikan nasabah. Oleh karena itu, perlu dilakukan

upaya pemberdayaan nasabah sebagai konsumen melalui pembinaan dan

pendidikan konsumen. Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah

mengharapkan kesadaran pelaku usaha/bank yang pada dasarnya prinsip ekonomi

pelaku usaha adalah mendapat keuntungan yang semaksimal mungkin dengan

modal seminim mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan kepentingan

nasabah, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa konsumen atau nasabah tidak

mempunyai suatu kekuatan memaksa atas pelaku usaha atau penyedia jasa

perbankan karena konsumen selalu berada dalam posisi yang lebih rendah dari

pelaku usaha. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan

yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha, yang pada umumnya “berlindung

dibalik Standard Contract atau Perjanjian Baku yang telah ditandatangani oleh

kedua belah pihak (antara pelaku usaha dan konsumen), ataupun melalui berbagai

informasi semu yang diberikan oleh pelaku usaha kepada konsumen”.12 Bertitik

12 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000, hal 1.

Page 6: Isi (latar belakang) revisi

6

tolak dari uraian permasalahan di atas, penulis akan membahasnya lebih lanjut

dalam sebuah skripsi dengan tema : “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI

NASABAH SEBAGAI KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA

BANK”.

B. Perumusan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan yang akan diteliti, maka penulis membatasi

permasalahan hanya pada perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai

konsumen pengguna layanan jasa perbankan yang ditinjau dari Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Nasabah Bank yang kehilangan

uang atau dana yang disimpan di dalam tabungannya?

2. Bagaimana modus operasi atau cara kerja dalam melakukan pembobolan

tabungan milik Nasabah Bank?

3. Apa kendala bagi Nasabah Bank dalam meminta perlindungan hukum dalam

hal pembobolan tabungan milik Nasabah?

Page 7: Isi (latar belakang) revisi

7

C. Ruang Lingkup Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka jelaslah

bahwa masalah yang dibahas sangat kompleks dan luas, serta untuk menghindari

terjadinya pembahasan yang menyimpang. Oleh karena itu, penulis membatasi

mengenai masalah hanya pada ruang lingkup mengenai perlindungan hukum

terhadap nasabah yang kehilangan uang atau dana didalam tabungannya secara

perdata dengan menggunakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-

Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen agar dapat menutupi

atau mengganti kerugian yang dialami oleh nasabah.

D. Maksud Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulisan skripsi ini

bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui lebih jauh tentang jasa-jasa layanan apa saja yang

ditawarkan oleh bank yang terkait dengan jasa tabungan perbankan.

b. Untuk mengetahui resiko-resiko apa saja yang dihadapi oleh nasabah

berkaitan dengan jasa layanan perbankan yang berhubungan dengan

tabungan yang dimiliki oleh nasabah.

c. Untuk mengetahui perlindungan hukum apa yang bisa didapatkan oleh

nasabah yang kehilangan uang yang berada dalam tabungannya karena

pembobolan tabungan.

Page 8: Isi (latar belakang) revisi

8

Selain itu dalam penelitian atau penulisan skripsi ini, ada hal yang menjadi

dasar tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai tugas akhir mahasiswa Fakultas

Hukum Universitas Pemabangunan Nasional “Veteran” Jakarta, untuk

memenuhi sebagai syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum,

pada Program Kekhususan Perdata Fakultas Hukum Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.

2. Manfaat Penelitian

Bagi penulis manfaat yang diharapkan adalah bertambahnya wawasan

maupun pengetahuan tentang perlindungan hukum khususnya secara

keperdataan terhadap nasabah dalam hal ia kehilangan uangnya akibat

pembobolan tabungan.

Bagi pihak lain, terutama pihak akademisi, penelitian ini bisa menjadi

bahan tambahan dan referensi untuk menunjang penelitian yang selanjutnya

yang akan bermanfaat untuk perbandingan penelitian yang lain.

Untuk masyarakat, sebagai sumbangan terhadap ilmu pengetahuan hukum

perdata yang berkenaan dengan perbankan terutama hal-hal yang menyangkut

tentang jasa tabungan yang ditawarkan oleh bank serta memberikan

sumbangan pemikiran dalam upaya penyelesaian apabila terjadi pembobolan

tabungan.

E. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual

Page 9: Isi (latar belakang) revisi

9

1. Kerangka Teori

Kerangka teori dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran atau butir-butir

pendapat, teori, penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan

(problem), yang menjadi bahan perbandingan, pegangan yang mungkin atau

tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian ini.

Kehidupan dunia modern saat ini tidak dapat dilepaskan, dan sangat

bergantung pada aktivitas dan jasa perbankan. Berbagai kegiatan/kepentingan,

baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan umum di berbagai sektor

kehidupan sangat memerlukan jasa perbankan. Khususnya yang terkait

dengan dana (uang tunai atau uang yang tersimpan dalam rekening pada suatu

bank). Oleh karena itu kegiatan transfer dana (pemindahan/ pengiriman/

pembayaran uang) merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam

kehidupan modern saat ini.13 Dengan perkembangan teknologi sekarang ini,

nasabah dapat memindahkan uang dari tabungannya tanpa harus datang

langsung ke bank, serta dapat melakukan pembayaran secara langsung dengan

dana yang berasal dari tabungannya. Selain itu nasabah juga dapat

memindahkan uang atau dana yang berada dalam tabungannya dengan cepat

berkat adanya EFT (electronic funds transfer).

Semua jasa perbankan tersebut dilakukan dengan dasar perjanjian baku.

Tidak jarang, bahkan hampir semua perjanjian antara pihak bank dengan para

13 Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber Crime di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 51.

Page 10: Isi (latar belakang) revisi

10

nasabahnya dibuat dalam bentuk yang baku sebagaimana sudah ditentukan

oleh pihak bank.14 Perjanjian atau klausula baku menurut pasal 1 angka 10

Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah “setiap aturan atau

ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih

dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu

dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh

konsumen”.15 Sedangkan menurut pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian adalah

“suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih”.16

Kontrak antara bank dengan para nasabahnya merupakan kontrak yang

disusun sepihak. Oleh pihak bank. Suatu Kontrak Adhesie. Suatu Standard

Contract. Kontrak sejenis itu memuat persyaratan-persyaratan baku. Syarat-

syarat itu bersifat tetap dan standar, sebagaimana ditentukan oleh pihak

bank.17 Di satu sisi, bentuk perjanjian seperti ini sangat menguntungkan, jika

dilihat dari berapa banyak waktu, tenaga dan biaya yang dapat dihemat. Akan

tetapi, di sisi yang lain bentuk perjanjian seperti ini tentu saja menempatkan

pihak yang tidak ikut membuat klausul-klausul di dalam perjanjian itu sebagai

pihak yang baik langsung maupun tidak sebagai pihak yang dirugikan, yakni

14 Setiawan, Aneka Masalah Hukum Dan Hukum Acara Perdata, Bandung : PT Alumni, 2008, hal. 231.

15 Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8, LN. No. 42 Tahun 1999, T.LN. No. 3821., ps. 1 angka 10.

16 Mariam Darus Badrulzaman, K.U.H. Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Jakarta : Alumni, 1996, cet. 2, hal. 89.

17 Setiawan, op. cit., hal. 232.

Page 11: Isi (latar belakang) revisi

11

di satu sisi ia sebagai salah satu pihak dalam perjanjian itu memiliki hak untuk

memperoleh kedudukan seimbang dalam menjalankan perjanjian tersebut, di

sisi yang lain ia harus menurut terhadap isi pejanjian yang disodorkan

kepadanya.18 Hal tersebut menyebabkan kedudukan antara bank sebagai

pelaku usaha dengan nasabah sabagai konsumen menjadi tidak seimbang,

dimana nasabah sebagai konsumen selalu berada dalam posisi yang lebih

lemah dibandingkan dengan bank sebagai pelaku usaha.

Perlindungan konsumen menjadi suatu hal yang tidak hanya memberikan

bargaining position atau daya tawar yang lebih kuat pada konsumen/nasabah

untuk menegakkan hak-haknya, melainkan juga agar dapat tercipta aturan

main yang lebih fair bagi semua pihak. Dasar pijakan dalam perlindungan

terhadap nasabah yang masih dipakai sampai saat ini adalah Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berasaskan manfaat,

keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan, serta kepastian hukum.19

Secara garis besar Undang-Undang perlindungan konsumen tersebut

bertujuan untuk menyeimbangkan daya tawar konsumen terhadap pelaku

usaha dan mendorong pelaku usaha untuk bersifat jujur dan

bertanggungjawab dalam menjalankan kegiatannya.20

18 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, cet. 2, hal. 139.

19 Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, op. cit. 20 Az. Nasution, “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Tinjauan Singkat UU Nomor 8

Tahun 1999-LN. 1999 No. 42”, (Makalah diambil dari www.pemantaukeadilan.com).

Page 12: Isi (latar belakang) revisi

12

Penyeimbangan daya tawar konsumen terhadap pelaku usaha, sejalan

dengan sikap jujur dan bertanggung jawab pelaku usaha tersebut. Berbagai

praktek usaha yang tidak jujur dan mengabaikan tanggung jawab merupakan

pengalaman umum dimana pun di muka bumi ini.21

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep mengandung makna adanya stimulasi dan dorongan

konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsep baginya atau memperkuat

keyakinan akan konsepnya sendiri mengenai suatu permasalahan.

Sesuai judul penulis ajukan, yaitu tentang Perlindungan Hukum Bagi

Nasabah Sebagai Konsumen Pengguna Layanan Jasa Bank, maka penulis

akan memberikan istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu

sebagai berikut :

a. Bank adalah usaha dibidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan

uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang.22

b. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, baik itu untuk

keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak

lain.23

21 Ibid22 Hermansyah, loc. cit., hal 723 http://id.wikipedia.org/wiki/Nasabah, diakses pada hari kamis 9 desember 2010 pukul

03:44 wib.

Page 13: Isi (latar belakang) revisi

13

c. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya

dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.24

d. ATM (automatic teller machine/anjungan tunai mandiri) adalah alat

elektronik yang diberikan oleh bank kepada pemilik rekening yang dapat

digunakan untuk bertransaksi secara elektronis seperti mengecek saldo,

mentransfer uang dan juga mengambil uang dari mesin ATM tanpa perlu

dilayani seorang teller.25

e. Kartu ATM adalah kartu khusus yang diberikan oleh bank kepada pemilik

rekening, yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara elektronis atas

rekening tersebut. Pada saat kart digunakan bertransaksi, akan langsung

mengurangi dana yang tersedia pada rekening.26

f. EFT (electronic funds transfer) adalah sistem pengiriman uang antar

rekening pada sistem perbankan dengan menggunakan perangkat

elektronik atau komputer.27

g. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya

kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.28

24 Hermansyah, loc. cit., hal 4825 http://ridwanaz.com/umum/pengertian-kartu-atm-dan-kartu-debit/, diakses pada hari kamis

9 desember 2010 pukul 04:09 wib.26 http://dhinipratiwi.blogspot.com/2009/12/pengertian-atm.htm, diakses pada hari kamis 9

desember 2010 pukul 04:13 wib27 http://www.total.or.id/info.php?kk=ElectronicFundsTransfer, diakses pada hari kamis

tanggal 9 desember 2010 pukul 04:46 wib.28 Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, op. cit. ps. 1 angka 1.

Page 14: Isi (latar belakang) revisi

14

h. Konsumen adalah setiap orang/badan hukum yang memperoleh dan/atau

memakai barang/jasa yang berasal dari pelaku usaha dan tidak untuk

diperdagangkan.29

i. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha; berbentuk

badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan

berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara

Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.30

j. Jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi dengan

konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan

transfer kepemilikan.31

k. Perjanjian Baku adalah perjanjian yang telah ditentukan dan telah

dituangkan dalam bentuk formulir.32

F. Metode Penelitian

29 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen Edisi 1, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008, hal 7.

30 http://pkditjenpdn.depdag.go.id/index.php?page=pelaku, diakses pada hari kamis 16 desember 2010 pukul 05:22.

31 http://id.wikipedia.org/wiki/Jasa, diakses pada hari kamis 16 desember 2010 pukul 05:30.32 H. Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUH Perdata Buku Satu, Jakarta : PT

Raja Grafindo Persada, 2007, hal 145.

Page 15: Isi (latar belakang) revisi

15

Di dalam mengungkapkan segala permasalahan yang berkaitan dengan materi

penulisan, data-data atau informasi yang akurat sangat dibutuhkan. Untuk itu

perlu digunakan sarana penelitian berupa kegiatan ilmiah yang mendasarkan pada

metode sistematika, dan pemikiran tertentu agar dapat mempelajari serta

menjelaskan setiap gejala atau faktor yang menjadi fakta di dalam penulisan

skripsi ini. Sebagaimana diketahui di dalam kegiatan penelitian dan penulisan

hukum, tidak dapat dipisahkan dari metodologi yang lazim disebut dengan

Metodologi Penelitian Hukum, seperti dikatakan Soerjono Soekanto dan Sri

Mamudji, ’’Oleh karena penelitian merupakan sesuatu sarana (ilmiah) bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metodologi penelitian

yang diterapkan harus senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang

menjadi induknya’’.33

Penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah :

1. Jenis penelitian kepustakaan (library research)

Riset kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca

buku, majalah, karya ilmiah, dll, yang mengandung informasi berkaitan

dengan masalah yang dibahas yang dihimpun dari berbagai tempat mulai dari

perpustakaan sampai situs internet.

2. Jenis Data

33 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat Edisi Ke-1, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004, Cet. ke-8, hal. 1.

Page 16: Isi (latar belakang) revisi

16

a. Data Primer, yaitu yang digunakan berupa Undang-Undang No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No. 10 Tahun

1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik, dan KUH Perdata. Selain itu penulis juga akan

menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan topik yang dikaji.

b. Data Sekunder, yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu

bahan-bahan, majalah, makalah, Koran, artikel-artikel dan berbagai

macam referensi yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi

ini.

3. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan skrpsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman

Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jakarta tahun 2010.

G. Sistematika Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum Bagi

Nasabah Sebagai Konsumen Pengguna Layanan Jasa Bank ini, penulis

membaginya ke dalam lima bab. Sitematika tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Page 17: Isi (latar belakang) revisi

17

Penulis akan menguraikan latar belakang yang nantinya akan

dibahas di dalam skripsi ini, selanjutnya dimuat mengenai

perumusan masalah skripsi ini, ruang lingkup penulisan, tujuan

dan manfaat penulisan, kerangka teori dan kerangka konseptual.

BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI JASA TABUNGAN BANK

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang hal-hal yang

berkaitan jasa tabungan yang diberikan oleh bank serta layanan

lainnya yang sangat berhubungan dengan tabungan, antara lain

ATM, EFT, dan e-banking atau Internet Banking.

BAB III : MODUS OPERASI ATAU CARA KERJA YANG

DIGUNAKAN DALAM MELAKUKAN PEMBOBOLAN

TABUNGAN MILIK NASABAH

Dalam bab ini penulis membahas mengenai modus operasi dan

cara-cara yang digunakan untuk membobol tabungan milik

nasabah, baik yang dilakukan melalui pembobolan ATM, Illegal

Electronic Transfer Fund, maupun cara-cara lain yang digunakan

yang menggunakan layanan jasa yang diberikan oleh bank yang

berkaitan dengan jasa tabungan yang diberikan oleh bank.

BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH SEBAGAI

KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA BANK

Page 18: Isi (latar belakang) revisi

18

Dalam bab ini penulis membahas mengenai aspek perlindungan

hukum bagi nasabah dikaitkan dengan Undang-Undang No. 8

Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta peraturan

perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan pokok

pembahasan, seperti Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang

ITE, serta KUHPer. Selain itu penulis akan menguraikan tentang

kendala dan hambatan yang dihadapi oleh nasabah bank dalam

mendapatkan perlindungan hukum dikaitan dengan hukum perdata

yang ada di Indonesia serta Undang-Undang yang berkaitan

dengan pokok pembahasan tersebut.

BAB V : PENUTUP

Dalam bagian akhir penulisan ini, penulis berusaha untuk

menyimpulkan pembahasan-pembahasan pada bab-bab terdahulu

dan juga penulis akan memberikan saran-saran mengenai segala

sesuatu tentang apa yang telah dibahas di dalam skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA

Page 19: Isi (latar belakang) revisi

19

A. Buku-buku

Arief, Barda Nawawi, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber

Crime di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Badrulzaman, Mariam Darus, K.U.H. Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan

Penjelasannya, Jakarta : Alumni, 1996.

H. Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUH Perdata Buku Satu,

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007.

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi, Jakarta :

Kencana Prenada Media Group, 2008.

Kristiyanti, Celina Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Sinar

Grafika, 2009.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen Edisi 1,

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.

Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Bandung : PT

Alumni, 2008.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat Edisi Ke-1, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,

Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.

B. Artikel-artikel

http://bisniskeuangan.kompas.com/ATM kebobolan Rp 2,4 juta uang tak kembali.

Page 20: Isi (latar belakang) revisi

20

http://bisniskeuangan.kompas.com/pengalaman kebobolan ATM Rp 20 juta

kembali.

http://dhinipratiwi.blogspot.com/2009/12/pengertian-atm.htm.

http://id.wikipedia.org/wiki/ATM.

http://id.wikipedia.org/wiki/Jasa.

http://id.wikipedia.org/wiki/Nasabah.

http://news.okezone.com/read/2010/01/22/337/296555/korban-pembobolan-atm-

di-bali-22-orang.

http://pkditjenpdn.depdag.go.id/index.php?page=pelaku.

http://putracenter.net/2009/09/23/definisi fungsi dan peranan bank umum dalam

perekonomian.

http://ridwanaz.com/umum/pengertian-kartu-atm-dan-kartu-debit/.

http://regional.kompas.com/tabungan bca bobol di bali pernah terjadi di jakarta.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/

2010/01/100121_atmstolen.shtml.

http://www.pemantauperadilan.com.

http://www.total.or.id/info.php?kk=ElectronicFundsTransfer.

C. Perundang-undangan

Page 21: Isi (latar belakang) revisi

21

Indonesia, Undang-Undang Perbankan, UU No. 10, LN. No. 182 Tahun 1998,

T.LN. No. 3790.

, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8, LN. No. 42

Tahun 1999, T.LN. No. 3821.