Isi (latar belakang) revisi
Transcript of Isi (latar belakang) revisi
PROPOSAL SKRIPSI
A. Latar belakang permasalahan
Dalam pembangunan ekonomi suatu negara diperlukan adanya pengaturan
mengenai pengelolaan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan
terpadu serta dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan kesejahteraan
rakyat. Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, kesinambungan dan
peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan kekeluargaan,
perlu senantiasa dipelihara dengan baik. Guna mencapai tujuan tersebut, maka
pelaksanaan pembangunan ekonomi harus lebih memperhatikan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan unsur-unsur pemerataan pembangunan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.
Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis dalam menyerasikan dan
menyeimbangkan masing-masing unsur dari Trilogi Pembangunan adalah
perbankan. Peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama
bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana
masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi
ekonomi mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
1
2
meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan
ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.
Dalam memainkan perannya tersebut, perbankan dituntut untuk mampu
mewujudkan tujuan perbankan nasional sebagaimana terkandung dalam pasal 4
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan
ekonomi, dan stabilitas nsional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.1
Pengertian bank menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2
Dalam menjalankan usahanya, penghimpunan dana merupakan jasa utama yang
ditawarkan oleh bank yang salah satunya berupa tabungan atau simpanan
tabungan. Tabungan dapat diartikan sebagai “simpanan pihak ketiga pada bank
yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu”.3 Pada
ketentuan pasal 1 angka 9 Undang-Undang N0. 10 Tahun 1998 menyatakan
bahwa tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
1 Indonesia, Undang-Undang Perbankan, UU No. 10, LN. No. 182 Tahun 1998, T.LN. No. 3790, ps. 4.
2 Ibid, ps. 1 angka 2.3 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi, Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2008, Cet. ke-4, hal 48.
3
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan/atau yang dipersamakan dengan itu.4
Salah satu hal yang sangat berkaitan erat dengan jasa tabungan pada masa
sekarang ini adalah layanan ATM (automatic teller machine) atau yang lebih
dikenal dengan istilah anjungan tunai mandiri di Indonesia. ATM adalah “sebuah
alat elektronik yang mengijinkan nasabah bank untuk mengambil uang dan
mengecek rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang “teller”
manusia”.5 Banyak ATM juga mengijinkan penyimpanan uang atau cek dan
transfer uang. Dengan ATM ini, banyak sekali kemudahan yang dapat diperoleh
nasabah sebagai pengguna layanan jasa bank, diantaranya pembayaran tagihan
listrik maupun telepon dan mengirim uang lewat ATM (transfer), dan jasa
lainnya.6
Namun segala kemudahan layanan jasa perbankan tersebut dapat
menimbulkan suatu hal yang bisa berakibat buruk bagi diri nasabah sendiri.
Seperti halnya kasus-kasus pembobolan tabungan nasabah yang kembali marak
terjadi pada awal tahun lalu di daerah Bali yang korbannya mencapai lebih dari
22 orang7 dan total kerugian dana nasabah diperkirakan mencapai Rp. 4,2
4 Indonesia, Undang-Undang Perbankan, op. cit., ps. 1 angka 9.5 http://id.wikipedia.org/wiki/ATM, diakses pada hari jumat tanggal 3 desember 2010 pukul
04:25 wib.6 http://putracenter.net/2009/09/23/definisi fungsi dan peranan bank umum dalam
perekonomian, diakses pada hari jumat 3 desember 2010 pukul 17:46 wib.7 http://news.okezone.com/read/2010/01/22/337/296555/korban-pembobolan-atm-di-bali-22-
orang, diakses pada hari senin 6 desember 2010 pukul 21:27 wib.
4
Milyar,8 namun hal tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi, tercatat pada
tahun 2007 hal yang serupa menimpa tujuh nasabah Bank Central Asia (BCA) di
kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.9
Bila hal demikian sudah terjadi, siapakah yang bertanggungjawab atas
kerugian yang dialami oleh para nasabah tersebut?, memang terdapat bentuk
penggantian dana nasabah yang dibobol tabungannya, seperti yang dialami oleh
Ny M, warga Grogol, Jakarta Barat, nasabah Bank Central Asia (BCA) yang
kehilangan uang sebesar Rp. 20 juta dari tabungannya, dan kemudian diganti
secara penuh oleh pihak bank tersebut.10 Namun, banyak pula nasabah yang tidak
mendapat penggantian atas kehilangan uang atau dana tabungannya, salah satunya
dialami oleh Ny U, warga Tanah Abang, Jakarta Pusat, nasabah BCA yang uang
dalam tabungannya hilang sebesar Rp. 2,4 juta, dimana pihak bank dalam surat
resminya kepada Ny U mengklaim hal tersebut sebagai kelalaian
pelanggan/nasabah.11
Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini yang semakin menyatu dengan
ekonomi regional dan internasional yang ditunjang dengan kemajuan teknologi
telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi
melintasi batas-batas wilayah suatu negara. Kondisi yang demikian pada satu
8 http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2010/01/100121_atmstolen.shtml, diakses pada hari jumat 3 desember 2010 pukul 04:54 wib.
9 http://regional.kompas.com/tabungan bca bobol di bali pernah terjadi di jakarta, diakses pada hari selasa tanggal 30 november 2010 pukul 21:24 wib.
10 http://bisniskeuangan.kompas.com/pengalaman kebobolan ATM Rp 20 juta kembali, diakses pada hari jumat 3 desember 2010 pukul 03:40 wib.
11 http://bisniskeuangan.kompas.com/ATM kebobolan Rp 2,4 juta uang tak kembali, diakses pada hari jumat 3 desember 2010 pukul 15:35 wib.
5
pihak mempunyai manfaat bagi nasabah sebagai konsumen, namun di sisi lain,
kondisi dan fenomena tersebut di atas dapat mengakibatkan kedudukan bank
selaku pelaku usaha dan nasabah menjadi tidak seimbang dan nasabah berada
pada posisi yang lemah. Faktor utama yang menjadi kelemahan nasabah adalah
tingkat kesadaran nasabah akan haknya masih rendah. Hal ini terutama
disebabkan oleh rendahnya pendidikan nasabah. Oleh karena itu, perlu dilakukan
upaya pemberdayaan nasabah sebagai konsumen melalui pembinaan dan
pendidikan konsumen. Upaya pemberdayaan ini penting karena tidak mudah
mengharapkan kesadaran pelaku usaha/bank yang pada dasarnya prinsip ekonomi
pelaku usaha adalah mendapat keuntungan yang semaksimal mungkin dengan
modal seminim mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan kepentingan
nasabah, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa konsumen atau nasabah tidak
mempunyai suatu kekuatan memaksa atas pelaku usaha atau penyedia jasa
perbankan karena konsumen selalu berada dalam posisi yang lebih rendah dari
pelaku usaha. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan
yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha, yang pada umumnya “berlindung
dibalik Standard Contract atau Perjanjian Baku yang telah ditandatangani oleh
kedua belah pihak (antara pelaku usaha dan konsumen), ataupun melalui berbagai
informasi semu yang diberikan oleh pelaku usaha kepada konsumen”.12 Bertitik
12 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000, hal 1.
6
tolak dari uraian permasalahan di atas, penulis akan membahasnya lebih lanjut
dalam sebuah skripsi dengan tema : “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI
NASABAH SEBAGAI KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA
BANK”.
B. Perumusan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan yang akan diteliti, maka penulis membatasi
permasalahan hanya pada perlindungan hukum terhadap nasabah sebagai
konsumen pengguna layanan jasa perbankan yang ditinjau dari Undang-Undang
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Adapun pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Nasabah Bank yang kehilangan
uang atau dana yang disimpan di dalam tabungannya?
2. Bagaimana modus operasi atau cara kerja dalam melakukan pembobolan
tabungan milik Nasabah Bank?
3. Apa kendala bagi Nasabah Bank dalam meminta perlindungan hukum dalam
hal pembobolan tabungan milik Nasabah?
7
C. Ruang Lingkup Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka jelaslah
bahwa masalah yang dibahas sangat kompleks dan luas, serta untuk menghindari
terjadinya pembahasan yang menyimpang. Oleh karena itu, penulis membatasi
mengenai masalah hanya pada ruang lingkup mengenai perlindungan hukum
terhadap nasabah yang kehilangan uang atau dana didalam tabungannya secara
perdata dengan menggunakan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Undang-
Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen agar dapat menutupi
atau mengganti kerugian yang dialami oleh nasabah.
D. Maksud Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulisan skripsi ini
bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui lebih jauh tentang jasa-jasa layanan apa saja yang
ditawarkan oleh bank yang terkait dengan jasa tabungan perbankan.
b. Untuk mengetahui resiko-resiko apa saja yang dihadapi oleh nasabah
berkaitan dengan jasa layanan perbankan yang berhubungan dengan
tabungan yang dimiliki oleh nasabah.
c. Untuk mengetahui perlindungan hukum apa yang bisa didapatkan oleh
nasabah yang kehilangan uang yang berada dalam tabungannya karena
pembobolan tabungan.
8
Selain itu dalam penelitian atau penulisan skripsi ini, ada hal yang menjadi
dasar tujuan yang ingin dicapai yaitu sebagai tugas akhir mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Pemabangunan Nasional “Veteran” Jakarta, untuk
memenuhi sebagai syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum,
pada Program Kekhususan Perdata Fakultas Hukum Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta.
2. Manfaat Penelitian
Bagi penulis manfaat yang diharapkan adalah bertambahnya wawasan
maupun pengetahuan tentang perlindungan hukum khususnya secara
keperdataan terhadap nasabah dalam hal ia kehilangan uangnya akibat
pembobolan tabungan.
Bagi pihak lain, terutama pihak akademisi, penelitian ini bisa menjadi
bahan tambahan dan referensi untuk menunjang penelitian yang selanjutnya
yang akan bermanfaat untuk perbandingan penelitian yang lain.
Untuk masyarakat, sebagai sumbangan terhadap ilmu pengetahuan hukum
perdata yang berkenaan dengan perbankan terutama hal-hal yang menyangkut
tentang jasa tabungan yang ditawarkan oleh bank serta memberikan
sumbangan pemikiran dalam upaya penyelesaian apabila terjadi pembobolan
tabungan.
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual
9
1. Kerangka Teori
Kerangka teori dapat diartikan sebagai kerangka pemikiran atau butir-butir
pendapat, teori, penulis mengenai sesuatu kasus ataupun permasalahan
(problem), yang menjadi bahan perbandingan, pegangan yang mungkin atau
tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian ini.
Kehidupan dunia modern saat ini tidak dapat dilepaskan, dan sangat
bergantung pada aktivitas dan jasa perbankan. Berbagai kegiatan/kepentingan,
baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan umum di berbagai sektor
kehidupan sangat memerlukan jasa perbankan. Khususnya yang terkait
dengan dana (uang tunai atau uang yang tersimpan dalam rekening pada suatu
bank). Oleh karena itu kegiatan transfer dana (pemindahan/ pengiriman/
pembayaran uang) merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
kehidupan modern saat ini.13 Dengan perkembangan teknologi sekarang ini,
nasabah dapat memindahkan uang dari tabungannya tanpa harus datang
langsung ke bank, serta dapat melakukan pembayaran secara langsung dengan
dana yang berasal dari tabungannya. Selain itu nasabah juga dapat
memindahkan uang atau dana yang berada dalam tabungannya dengan cepat
berkat adanya EFT (electronic funds transfer).
Semua jasa perbankan tersebut dilakukan dengan dasar perjanjian baku.
Tidak jarang, bahkan hampir semua perjanjian antara pihak bank dengan para
13 Barda Nawawi Arief, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber Crime di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 51.
10
nasabahnya dibuat dalam bentuk yang baku sebagaimana sudah ditentukan
oleh pihak bank.14 Perjanjian atau klausula baku menurut pasal 1 angka 10
Undang-Undang Perlindungan Konsumen adalah “setiap aturan atau
ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih
dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu
dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh
konsumen”.15 Sedangkan menurut pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian adalah
“suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih”.16
Kontrak antara bank dengan para nasabahnya merupakan kontrak yang
disusun sepihak. Oleh pihak bank. Suatu Kontrak Adhesie. Suatu Standard
Contract. Kontrak sejenis itu memuat persyaratan-persyaratan baku. Syarat-
syarat itu bersifat tetap dan standar, sebagaimana ditentukan oleh pihak
bank.17 Di satu sisi, bentuk perjanjian seperti ini sangat menguntungkan, jika
dilihat dari berapa banyak waktu, tenaga dan biaya yang dapat dihemat. Akan
tetapi, di sisi yang lain bentuk perjanjian seperti ini tentu saja menempatkan
pihak yang tidak ikut membuat klausul-klausul di dalam perjanjian itu sebagai
pihak yang baik langsung maupun tidak sebagai pihak yang dirugikan, yakni
14 Setiawan, Aneka Masalah Hukum Dan Hukum Acara Perdata, Bandung : PT Alumni, 2008, hal. 231.
15 Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8, LN. No. 42 Tahun 1999, T.LN. No. 3821., ps. 1 angka 10.
16 Mariam Darus Badrulzaman, K.U.H. Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Jakarta : Alumni, 1996, cet. 2, hal. 89.
17 Setiawan, op. cit., hal. 232.
11
di satu sisi ia sebagai salah satu pihak dalam perjanjian itu memiliki hak untuk
memperoleh kedudukan seimbang dalam menjalankan perjanjian tersebut, di
sisi yang lain ia harus menurut terhadap isi pejanjian yang disodorkan
kepadanya.18 Hal tersebut menyebabkan kedudukan antara bank sebagai
pelaku usaha dengan nasabah sabagai konsumen menjadi tidak seimbang,
dimana nasabah sebagai konsumen selalu berada dalam posisi yang lebih
lemah dibandingkan dengan bank sebagai pelaku usaha.
Perlindungan konsumen menjadi suatu hal yang tidak hanya memberikan
bargaining position atau daya tawar yang lebih kuat pada konsumen/nasabah
untuk menegakkan hak-haknya, melainkan juga agar dapat tercipta aturan
main yang lebih fair bagi semua pihak. Dasar pijakan dalam perlindungan
terhadap nasabah yang masih dipakai sampai saat ini adalah Undang-Undang
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang berasaskan manfaat,
keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan, serta kepastian hukum.19
Secara garis besar Undang-Undang perlindungan konsumen tersebut
bertujuan untuk menyeimbangkan daya tawar konsumen terhadap pelaku
usaha dan mendorong pelaku usaha untuk bersifat jujur dan
bertanggungjawab dalam menjalankan kegiatannya.20
18 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Sinar Grafika, 2009, cet. 2, hal. 139.
19 Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, op. cit. 20 Az. Nasution, “Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Tinjauan Singkat UU Nomor 8
Tahun 1999-LN. 1999 No. 42”, (Makalah diambil dari www.pemantaukeadilan.com).
12
Penyeimbangan daya tawar konsumen terhadap pelaku usaha, sejalan
dengan sikap jujur dan bertanggung jawab pelaku usaha tersebut. Berbagai
praktek usaha yang tidak jujur dan mengabaikan tanggung jawab merupakan
pengalaman umum dimana pun di muka bumi ini.21
2. Kerangka Konseptual
Kerangka konsep mengandung makna adanya stimulasi dan dorongan
konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsep baginya atau memperkuat
keyakinan akan konsepnya sendiri mengenai suatu permasalahan.
Sesuai judul penulis ajukan, yaitu tentang Perlindungan Hukum Bagi
Nasabah Sebagai Konsumen Pengguna Layanan Jasa Bank, maka penulis
akan memberikan istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut :
a. Bank adalah usaha dibidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan
uang di masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa di lalu lintas
pembayaran dan peredaran uang.22
b. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, baik itu untuk
keperluannya sendiri maupun sebagai perantara bagi keperluan pihak
lain.23
21 Ibid22 Hermansyah, loc. cit., hal 723 http://id.wikipedia.org/wiki/Nasabah, diakses pada hari kamis 9 desember 2010 pukul
03:44 wib.
13
c. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya
dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.24
d. ATM (automatic teller machine/anjungan tunai mandiri) adalah alat
elektronik yang diberikan oleh bank kepada pemilik rekening yang dapat
digunakan untuk bertransaksi secara elektronis seperti mengecek saldo,
mentransfer uang dan juga mengambil uang dari mesin ATM tanpa perlu
dilayani seorang teller.25
e. Kartu ATM adalah kartu khusus yang diberikan oleh bank kepada pemilik
rekening, yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara elektronis atas
rekening tersebut. Pada saat kart digunakan bertransaksi, akan langsung
mengurangi dana yang tersedia pada rekening.26
f. EFT (electronic funds transfer) adalah sistem pengiriman uang antar
rekening pada sistem perbankan dengan menggunakan perangkat
elektronik atau komputer.27
g. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.28
24 Hermansyah, loc. cit., hal 4825 http://ridwanaz.com/umum/pengertian-kartu-atm-dan-kartu-debit/, diakses pada hari kamis
9 desember 2010 pukul 04:09 wib.26 http://dhinipratiwi.blogspot.com/2009/12/pengertian-atm.htm, diakses pada hari kamis 9
desember 2010 pukul 04:13 wib27 http://www.total.or.id/info.php?kk=ElectronicFundsTransfer, diakses pada hari kamis
tanggal 9 desember 2010 pukul 04:46 wib.28 Indonesia, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, op. cit. ps. 1 angka 1.
14
h. Konsumen adalah setiap orang/badan hukum yang memperoleh dan/atau
memakai barang/jasa yang berasal dari pelaku usaha dan tidak untuk
diperdagangkan.29
i. Pelaku Usaha adalah setiap orang perorangan atau badan usaha; berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.30
j. Jasa adalah aktivitas ekonomi yang melibatkan sejumlah interaksi dengan
konsumen atau dengan barang-barang milik, tetapi tidak menghasilkan
transfer kepemilikan.31
k. Perjanjian Baku adalah perjanjian yang telah ditentukan dan telah
dituangkan dalam bentuk formulir.32
F. Metode Penelitian
29 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen Edisi 1, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008, hal 7.
30 http://pkditjenpdn.depdag.go.id/index.php?page=pelaku, diakses pada hari kamis 16 desember 2010 pukul 05:22.
31 http://id.wikipedia.org/wiki/Jasa, diakses pada hari kamis 16 desember 2010 pukul 05:30.32 H. Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUH Perdata Buku Satu, Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada, 2007, hal 145.
15
Di dalam mengungkapkan segala permasalahan yang berkaitan dengan materi
penulisan, data-data atau informasi yang akurat sangat dibutuhkan. Untuk itu
perlu digunakan sarana penelitian berupa kegiatan ilmiah yang mendasarkan pada
metode sistematika, dan pemikiran tertentu agar dapat mempelajari serta
menjelaskan setiap gejala atau faktor yang menjadi fakta di dalam penulisan
skripsi ini. Sebagaimana diketahui di dalam kegiatan penelitian dan penulisan
hukum, tidak dapat dipisahkan dari metodologi yang lazim disebut dengan
Metodologi Penelitian Hukum, seperti dikatakan Soerjono Soekanto dan Sri
Mamudji, ’’Oleh karena penelitian merupakan sesuatu sarana (ilmiah) bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka metodologi penelitian
yang diterapkan harus senantiasa disesuaikan dengan ilmu pengetahuan yang
menjadi induknya’’.33
Penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah :
1. Jenis penelitian kepustakaan (library research)
Riset kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membaca
buku, majalah, karya ilmiah, dll, yang mengandung informasi berkaitan
dengan masalah yang dibahas yang dihimpun dari berbagai tempat mulai dari
perpustakaan sampai situs internet.
2. Jenis Data
33 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat Edisi Ke-1, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004, Cet. ke-8, hal. 1.
16
a. Data Primer, yaitu yang digunakan berupa Undang-Undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang No. 10 Tahun
1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik, dan KUH Perdata. Selain itu penulis juga akan
menggunakan buku-buku yang berhubungan dengan topik yang dikaji.
b. Data Sekunder, yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu
bahan-bahan, majalah, makalah, Koran, artikel-artikel dan berbagai
macam referensi yang relevan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi
ini.
3. Teknik penulisan
Adapun teknik penulisan skrpsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman
Penulisan Skripsi Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta tahun 2010.
G. Sistematika Penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi yang berjudul Perlindungan Hukum Bagi
Nasabah Sebagai Konsumen Pengguna Layanan Jasa Bank ini, penulis
membaginya ke dalam lima bab. Sitematika tersebut adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
17
Penulis akan menguraikan latar belakang yang nantinya akan
dibahas di dalam skripsi ini, selanjutnya dimuat mengenai
perumusan masalah skripsi ini, ruang lingkup penulisan, tujuan
dan manfaat penulisan, kerangka teori dan kerangka konseptual.
BAB II : TINJAUAN UMUM MENGENAI JASA TABUNGAN BANK
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang hal-hal yang
berkaitan jasa tabungan yang diberikan oleh bank serta layanan
lainnya yang sangat berhubungan dengan tabungan, antara lain
ATM, EFT, dan e-banking atau Internet Banking.
BAB III : MODUS OPERASI ATAU CARA KERJA YANG
DIGUNAKAN DALAM MELAKUKAN PEMBOBOLAN
TABUNGAN MILIK NASABAH
Dalam bab ini penulis membahas mengenai modus operasi dan
cara-cara yang digunakan untuk membobol tabungan milik
nasabah, baik yang dilakukan melalui pembobolan ATM, Illegal
Electronic Transfer Fund, maupun cara-cara lain yang digunakan
yang menggunakan layanan jasa yang diberikan oleh bank yang
berkaitan dengan jasa tabungan yang diberikan oleh bank.
BAB IV : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH SEBAGAI
KONSUMEN PENGGUNA LAYANAN JASA BANK
18
Dalam bab ini penulis membahas mengenai aspek perlindungan
hukum bagi nasabah dikaitkan dengan Undang-Undang No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen serta peraturan
perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan pokok
pembahasan, seperti Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang
ITE, serta KUHPer. Selain itu penulis akan menguraikan tentang
kendala dan hambatan yang dihadapi oleh nasabah bank dalam
mendapatkan perlindungan hukum dikaitan dengan hukum perdata
yang ada di Indonesia serta Undang-Undang yang berkaitan
dengan pokok pembahasan tersebut.
BAB V : PENUTUP
Dalam bagian akhir penulisan ini, penulis berusaha untuk
menyimpulkan pembahasan-pembahasan pada bab-bab terdahulu
dan juga penulis akan memberikan saran-saran mengenai segala
sesuatu tentang apa yang telah dibahas di dalam skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
19
A. Buku-buku
Arief, Barda Nawawi, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber
Crime di Indonesia, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2006.
Badrulzaman, Mariam Darus, K.U.H. Perdata Buku III Hukum Perikatan Dengan
Penjelasannya, Jakarta : Alumni, 1996.
H. Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di luar KUH Perdata Buku Satu,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi, Jakarta :
Kencana Prenada Media Group, 2008.
Kristiyanti, Celina Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Sinar
Grafika, 2009.
Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen Edisi 1,
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Bandung : PT
Alumni, 2008.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat Edisi Ke-1, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.
B. Artikel-artikel
http://bisniskeuangan.kompas.com/ATM kebobolan Rp 2,4 juta uang tak kembali.
20
http://bisniskeuangan.kompas.com/pengalaman kebobolan ATM Rp 20 juta
kembali.
http://dhinipratiwi.blogspot.com/2009/12/pengertian-atm.htm.
http://id.wikipedia.org/wiki/ATM.
http://id.wikipedia.org/wiki/Jasa.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nasabah.
http://news.okezone.com/read/2010/01/22/337/296555/korban-pembobolan-atm-
di-bali-22-orang.
http://pkditjenpdn.depdag.go.id/index.php?page=pelaku.
http://putracenter.net/2009/09/23/definisi fungsi dan peranan bank umum dalam
perekonomian.
http://ridwanaz.com/umum/pengertian-kartu-atm-dan-kartu-debit/.
http://regional.kompas.com/tabungan bca bobol di bali pernah terjadi di jakarta.
http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/
2010/01/100121_atmstolen.shtml.
http://www.pemantauperadilan.com.
http://www.total.or.id/info.php?kk=ElectronicFundsTransfer.
C. Perundang-undangan
21
Indonesia, Undang-Undang Perbankan, UU No. 10, LN. No. 182 Tahun 1998,
T.LN. No. 3790.
, Undang-Undang Perlindungan Konsumen, UU No. 8, LN. No. 42
Tahun 1999, T.LN. No. 3821.