Isi Ekologi Hewan

57
1 BAB I PENDAHULUAN Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati. Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan : 1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan. Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil. 2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll. 3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat Ekologi Hewan | Komunitas

description

TUGAS

Transcript of Isi Ekologi Hewan

36

BAB IPENDAHULUAN

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Nama komunitas harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat-sifat komunitas tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi nama itu dengan menggunakan kata-kata yang dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati. Cara yang paling baik untuk menamakan komunitas itu adalah dengan mengambil beberapa sifat yang jelas dan mantap, baik hidup maupun tidak. Ringkasannya pemberian nama komunitas dapat berdasarkan :1. Bentuk atau struktur utama seperti jenis dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan. Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas lautan,dll.3. Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.Di alam terdapat bermacam-macam komunitas yang secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu (1) Komunitas akuatik, komunitas ini misalnya yang terdapat di laut, di danau, di sungai, di parit atau di kolam, (2) Komunitas terrestrial, yaitu kelompok organisme yang terdapat di pekarangan, di hutan, di padang rumput, di padang pasir, dll.

BAB IIISI2.1. DEFINISI KOMUNITASKomunitas atau dalam kepustakaan Eropa biasa disebut biocoenase atau biocenosis adalah kelompok populasi makhluk hidup dalam suatu daerah atau habitat tertentu. Ukuran besarnya komunitas dapat bermacam-macam. Ada komunitas hewan dan fungu yang hanya tinggal pada sebatang yang telah busuk, atau ada komunitas tumbuhan di hutan yang luasnya sampai mencapai suatu benua.1. Keragaman (diversity) spesies :Dapat di bahas mengenai spesies hewan dan tumbuhan yang hidup dalam suatu komunitas tertentu. Daftar spesies merupaka ukuran sederhana bagi kekayaan spesies atau keragaman spesies atau dapat juga disebut diversitas spesies.2. Bentuk dan struktur pertumbuhan :Tipe komunitas dapat ditafsirkan dengan kategori utama bentuk pertumbuhan, misalnya pohon, perdu, atau lumut. Kemudian dapat diperinci kedalam kategori pertumbuhan yang lebih kecil, misalnya pohon berdaun lebar, pohon berdaun jarum. Bentuk pertumbuhan tersebut dapat menentukan stratifikasi komunitas. 3. Dominansi :Dapat diamati bahwa tidak semua spesies dalam komunitas sama pentingnya dalam menentukan sifat komunitas. Dari beratus spesies yang mungkin ada dalam komunitas, hanya beberapa saja yang berpengaruh dan dapat mengendalikan komunitasbaik mengenai ukuran besarnya, cacah, atau dari aktivitasnya. Spesias dominan adalah spesies yang secara ekologi sangat berhasil dan yang mampu menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhannya.4. Kelimpahan nisbi :Proporsi spesies yang berbeda dalam komunitas dapat ditentukan.5. Struktur trofik:Hubungan makan dalam komunitas akan menentukan arus energi dan bahan dari tumbuhan dari herbivor ke karnivor

2.2. DOMINANSISebuah komunitas paling sedikit terdiri dari komponen utama yaitu produsen, makro dan mikro konsumen. Spesies dominan secara ekologi adalah species yang berhasil dan mampu menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhanya. Dominansi adalah pengendalian nisbi yang diterapkan oleh makhluk atas komposisi spesies dalam komuntas.Tumbuhan lebih sering dominan dalam komunitas terestrial hewan. Dalam komunitas akuatik hewan secara nisbi lebih penting, walaupun dominansinya tidak berkembang. Kriteria lain untuk evaluasi spesies adalah dengan kerapatan atau cacah individu yang ada persatuan luas. Rumus indek dominansi menurut Simpson (1949) sebagai berikut:

C= (ni/N)2

Keterangan :C = index diversitas

ni = nilai kepentingan tiap-tiap spesies (misal cacah individu, biomassa, produksi, dsb)

N = jumlah nilai kepentingan

2.3. STUKTUR DAN KERAGAMAN KOMUNITASPada habitat yang berbeda dan satuan lingkungan yang berbeda, maka akan didapatkan komunitas yang berbeda pula. Pada kenyataannya komposisi dan sifat komunitas dapat dijadikan indikator yang paling baik untuk komunitas yang berada pada habitat maupun satuan lingkungan tertentu.Karakter komunitas1. Kualitatif, seperti komposisi, bentuk hidup, fenologi dan vitalitas. Vitalitas menggambarkan kapasitas pertumbuhan dan perkembangbiakan organisme.2. Kuantitatif, seperti Frekuensi, densitas dan densitas relatif. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Densitas (kepadatan) dinyatakan sebagai jumlah atau biomassa per unit contoh, atau persatuan luas/volume, atau persatuan penangkapan.3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas. Dalam tingkat ini komunitas sudah mengalami homoestosis. Menurut konsep mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih mantap yang sangat sesuai dengan lingkungannya.

Komunitas dapat dibedakan menjadi komunitas mayor dan komunitas minor. a. Komunitas mayor adalah komunitas yang bersama dengan habitatnya merupakan satu kesatuan sehingga dapat melengkapi maupun melestarikan komunitas tersebut (kecuali energi matahari yang merupakan faktor yang harus ada).b. Komunitas minor juga sering disebut societas merupakan agregasi (kelompok) sekunder yang terdapat di dalam komunitas mayor. Jadi bukan merupakan satu satuan yang bebas dalam hal sirkulasi energi.Untuk menentukan nilai kepentingan (importance value) makhluk dalam struktur komunitas dan peranannya dalam dinamika komunitas sebenarnya merupakan masalah terpenting walaupun sulit untuk ditentukan. Kepentingan nisbi pada tiap-tiap spesies dari bermacam-macam spesies dalam komunitas dapat dievaluasi berdasarkan fidelitas, kepanggahan, kelimpahan, suatu aktivitas, pengelompokan sekunder, dan pengaruhnya. Index keragaman spesiesdapat dinyatakan dari adanya struktur komunitas secara kuantitatif kaitannya dengan cacah spesies dan sagian taxonomi individu. Reproduksi dan pertumbuhan dapat menimbulkan produksi bahan organik, laju pembentukan bahan organik, serta energi, yang kesemuanya dinamakan produktivitas.Struktur komunitas dapat dibedakan menjadi struktur fisik dan biologi. Struktur fisik komunitas dapat diamati jika habitat tempat komunitas tersebut dikunjungi. Misalnya pada hutan deciduosa, akan terlihat suatu struktur primer yaitu adanya pohon-pohon yang besar yang gugur daunnya secara musiman, dan struktur sekunder yang berupa perdu maupun semak di lantai hutan. Tanah hutan tersebut merupakan matrik interaksi perakaran semua tumbuhan, dan hewan-hewan hidup dalam struktur komunitas yang dibatasi oleh tumbuhan dan tanah. Aspek struktur biologi komunitas meliputi komposisi perubahan temporal dalam komunitas, hubungan antara spesies dalam suatu komunitas. Struktur biologik komunitas sebagian bergantung pada struktur fisik komunitas. Kedua aspek struktur komunitas berpengaruh kuat pada fungsi suatu komunitas. Yang dimaksud fungsi komunitas adalah kerja suatu komunitas sebagai suatu pemproses energi dan zat hara. Komunitas berfungsi dengan jaringan yang rumit interaksi spesies.Di dalam kerangka ekologi harus diingat bahwa komunitas terpadu oleh koevolusi kelompok spesies yang berinteraksi. Baik struktur maupun fungsi komunitas telah dimodifikasi oleh seleksi alam yang bertindak pada individu penyusun komunitas.Ada tiga komponen penyusun struktur fisik komunitas. Tumbuhan membentuk matrik dasar bagi seua komunitas, dan bentuk pertumbuhan dari tumbuhan adalah komponen penting untuk struktur komunitas. Sistem akuatik dan sistem daratan sangat berbed pada strukturnya, tetapi banyak aspek pola ruang cacak menjadi milik bersama kedua sistem tersebut. Termasuk dalam hal ini adalah migrasi vertikal zooplankton didanau maupun dilautan.dengan kemampuan zooplankton tersebut berenang maka again cacaknya tidak panggah. Musim mengubah struktur semua komunitas didaerah tropik, dan peristiwa musiman berbahaya untuk berfungsinya komunitas alami.Dasar untuk klasifikasi spesies adalah fidelitas mereka untuk komunitas, jadi suatu spesies dapat dikatakan eksklusif bila spesies tersebut adanya di suatu daerah tunggal, habitat tunggal atau komunitas tunggal. Suatu spesies disebut karakteristik jika spesies tersebut melimpah dalam sutu daerah atau komunitas tapi juga ada dalam jumlah kecil diseberang tempat lainya. Spesies disebut ubiquitous bila spesies tersebut terdapat dengan agian yang kurang lebih sama dalam berbagai jenis komunitas. Fidelitas sendiri merupakan derajat keterbatasan suatu spesies untuk situasi tertentu. Spesies yang eksklusif sering bersifat langka, dan tidak penting dalam dinamika komunitas. Tapi jika menyolok sering spesies tersebut merupakan spesies indikator yang berguna untuk identifikasi dan mengenali satuan-satuan komunitas. Satuan spesies dengan fidelisme tinggi adalah spesies dengan preferensi kuat untuk komunitas tertentu atau terbatas pada komunitas tertentu tersebut.Pengenalan spesies yang krakteristik merupakan suatu kesukaran khusus, karena harus ditentukan seberapa melimpah suatu spesies seharusnya dalam suatu komunitas sebagai suatu preferensi pasti terhadap yang lainnya. Suatu spesies dikatakan karakteristik jika memiliki kepanggahan dalam komunitas, yaitu terdapat dalam 50% dari semua cuplikan yang diambil. Induktor ekologik biasanya bukan spesies yang dominat dan bukan yang melimpah. Namun umumnya ditekankan pda banyak spesies yang langka dalam suatu komunitas.Waktu yang dibutuhkan spesies berada dalam komunitas menentukan jumlah pengaruh yang ditimbulkan oleh spesies tersebut. Pada umumnya makin lama periode tahunan suatu spesies aktif makin menjadi penting peranan yang dimainkannya. Berdasarkan waktunya, maka spesies dapat digolongkn menjadi : Perennial, ialah yang aktif dalam suatu komunitas sepanjang tahun, dari tahun ke tahun berikutnya Musiman, yang ada atau aktif dalam bagian-bagian tahun Mendaur, ialah spesies yang penting dalam beberapa tahun, kemudian dapat diabaikan pada tahun berikutnya, dengan fluktuasi dalam cacah yang sangat luas.Walaupun suatu spesies terdapat dalam suatu komunitas, tetapi akan dianggap inaktif bila sedang dalam keadaan hibernasi atau sedang tidur (dormansi) atau bila diwakili oleh sebuah telur, spora, atau kista dalam daur hidupnya.Komunitas pada lingkungan yang berlainan akan mengandung cacah spesies yang berbeda. Pada tahun-tahun terakhir ini telah dikembangkan petunjuk-petunjuk kuatitatif untuk menerangkan hubungan antara struktur komunitas yang tidak hanya (1) dalam cacah spesies, tetapi juga (2) dalam cacah individu secara nisbi pada tiap-tiap spesies. Diantara sejumlah petunjuk yang berlainan mengenai keragaman spesies yang telah disusun, yang sering digunakan adalah yang berdasarkan teori informasi dalam communication engineers. Aplikasi teori informasi untuk analisis komunitas ekologik pertama kali dilakukan oleh MARGALEF pada fitoplankton dalam tahun 1957 dan oleh Mac ARTHUR untuk burung dalam tahun 1961. Index keragaman menurut Pielou (1966) adalah sebagai berikut:Hi = - (pi log pi)Keterangan : s = jumlah cacah spesies dalam suatu cuplikan Pi = bilangan pecahan cacah individu dalam suatu spesies (i) dibagi jumlah individu dalam populasi (jadi pi = ni/N, artinya ni= nilai kepentingan tiap-tiap spesies (cacah individu, biomassa, produksi dan sebagainya), dan N= jumlah nilai kepentingan).Makin tinggi nilai Hi makin besar diversitas spesies dalam komunitas, mungkin ada cacah spesies yang besar atau again individu yang merata dalam komunitas atau keduanya. Misalnya jika digunakan loge atau ln dan diandaikan ada 100 individu dalam suatu populasi, sehingga:1. Jika hanya ada 1 spesies, maka Hi = 0.2. Jika ada 5 spesies dengan 20 individu dalam masing-masing spesies, maka Hi = 1,61.3. Jika ada 10 spesies dengan 10 individu dalam masing-masing spesies, maka Hi = 2,30.4. Jika ada 100 spesies dengan 1 individu dalam masing-masing spesies, maka Hi = 4, 61. Sesungguhnya, jika terjadi akan sangat langka bahwa tiap-tiap spesies sama cacah individunya, biasanya spesies dapat disusun menurut beberapa spesies dengan cacah individu yang besar, diikuti oleh spesies yang cacah individunya makin kecil. Misalnya :5. Jika ada 5 spesies dengan masing-masing bercacah individu 50, 20, 15, 8, dan 2, maka Hi = 1,26, yang ternyata memberi index keragaman lebih rendah dari pada no 2.6. Jika ada 10 spesies yang masing-masing dengan individu 45, 25, 15, 8, dan 2, maka Hi = 1,50. Dalam nomor 6 ternyata index keragaman tidak sebesar dalam nomor 3 karena again individu kurang beragam, tetapi masih lebih besar dari pada nomor 5 karena cacah spesies lebih besar dan susunan individu berbeda walaupun hanya menyangkut 5 individu. Index diversitas telah dipergunakan sedemikian jauh, terutama untuk membandingkan komposisi, dalam komunitas berbeda, kelompok taxsonomik yang sama bentuk kehidupannya.Spesies yang terdapat dalam suatu komunitas dengan komunitas lainnya berbeda. Perbedaan tersebut dalam jumlah spesiesnya atau dapat pila taxonnya, atau keduanya. Demikian setiap komunitas mempunyai nilai kerapatan spesies da keanekaragaman spesies. Index keanekaragaman spesies adalah suatu ratio antara jumlah spesies dan nilai kepentingan.Keanekaragaman spesies cenderung menjadi rendah dalam suatu ekosistem yang dikendalikan oleh faktor fisik dan cenderung tinggi dalam ekosistem yang terkendali secara biologis. Keaekaragaman spesies dapat berbeda kerena beberapa hal:1. Besarnya sumber daya hidup yang dapat dimanfaatkan2. Luasnya relung ekologi yang dapat dimanfaatkan oleh spesies penyusunnya3. Dua komunitas yang relungnya berbeda dapat berdeda keanekaragaman spesiesnya bila tingkat tumpang tindihnya berbeda, makin besar tumpang tindihnya, makin banyak spesies yang dapat memanfaatkan sumberdaya tersebut4. Komunitas yang belum jenuh dengan spesies, keanekaragamannya dapat bervariasi dengan banyaknya sumberdaya yang dapat dimanfaatkan oleh sebanyak-banyaknya spesies.Dalam memperbandingkan dua atau lebih komunitas dengan index diversitas yang berbeda, cacah spesies yang ada dan cacah individu dalam tiap-tiap spesies biasanya tampak, tetapi derajat kesamaan dalam again individu antara spesies tidak tampak. Kesamaan tersebut, atau tidak adanya kesamaan tersebut, dapat dievaluasi dengan suatu index equitabilitas (J = H/Hmax). Yang dimaksud dengan Hmax adalah keanekaragaman maximum yang mungkin untuk komunitas jika semua spesies sama melimpah seperti pada contoh 2, 3, dan 4 di atas. Jadi index equibilitas pada contoh nomor 5 adalah 1,26/1,61 atau 0,78, dan untuk nomor 6 adalah 1,50/2,30 = 0,63. Index diversitas yang tinggi pada komunitas 6 adalah karena memiliki dua kali cacah spesies pada komunitas 5, hal tersebut dapat menutupi index equibilitas yang rendah.Struktur yang diakibatkan dari agian makhluk internal, dan interaksi dengan lingkungannya disebut sebagai pola (patterns). Banyak jenis susunan yang berbeda mengenai makhluk yang mengambil bagian dalam keragaman pola dalam komunitas, sebagai misal adalah:1. Pola stratifikasi (pelapisan cacak)2. Pola pemintakadan (zonation pattern)3. Pola aktivitas (periodisitas)4. Pola jaringan makanan (food web)5. Pola reproduktif6. Pola sosial (kelompok burung dan kelompok hewan besar)7. Pola koatif (akibat persaingan, antibiosis, mutualisme, dan sebagainya)8. Pola stokastik (akibat kekuatan acak).

2.4. KONSEP KERAGAMAN DAN KONSEP SPESIES KEPULAUANUkuran yang paling sederhana mengenai keragaman spesies adalah menghitung cacah spesies. Dalam penghitungan yang demikian tersebut yang dilibatkan hanyalah spesies yang penghuni tetap, bukan imigran yang kebetulan ataupun yang sementara. Cacah spesies adalah konsep yang pertama dan tertua sebagai konsep keragaman spesies dan disebut kekayaan spesies.Konsep yang kedua tentang keragaman spesies adalah konsep heterogenitas. Salah satu masalah dalam penghitungan cacah spesies sebagai suatu ukuran keragaman adalah bahwa penghitungan tersebut memperlakukan spesies langka dan spesies biasa sebagai sesuatu yang sama. Suatu komunitas dengan dua spesies dapat dibagi dalam dua cara ekstrim :Komunitas 1Komunitas 2Spesies A9950Spesies B150Komunitas yang kedua tampak lebih beragam dari pada yang pertama PEEL menyarankan penggabungan konsep cacah spesies dengan konsep kelimpahan nisbi menjadi suatu konsep tunggal heterogenitas. Heterogenitas lebih tinggi dalam suatu komunitas bilamana terdapat lebih banyak spesies dan bilamana spesies tersebut sama melimpahnya.Suatu masalah yang sulit, timbul dalam menentukan cacah spesies dalam suatu komunitas biologik : hitungan tergantung pada ukuran besarnya cuplikan. Pencuplikan yang cukup biasanya dapat mengatasi masalah tersebut, terutama dengan spesies vertebrata, tetapi tidak demikian dengan insecta dan arthropoda, sebab pada keduanya hitungan spesies tidak dapat lengkap.Dua strategi berbeda telah dipergunakan dalam menangani masalah tersebut. Yang pertama berbagai agian statistik dapat dicocokan pada kelimpahan nisbi spesies. Suatu gambaran sangat karakteristik tentang komunitas adalah bahwa mereka berisi secara komparatif sedikit spesies yang biasa dan secara komparatif sejumlah besar cacah spesies untuk area tertentu yang manapun dan cacah individu dalam tiap-tiap spesies. Dalam banyak cuplikan faunal, cacah spesies yang diwakili oleh suatu spesimen tunggal adalah sangat banyak, spesies diwakili oleh dua spesimen kurang banyak, dan demikian seterusnya sampai hanya beberapa spesies yang diwakili oleh banyak spesimen. Pendekatan kedua mengenai keragaman spesies meliputi ukuran heterogenitas suatu komunitas. Ukuran heterogenitas yang paling populer adalah yang berdasarkan teori informasi. Tujuan utama teori informasi adalah mencoba mengukur jumlah keteraturan atau ketidakteraturan yang terdapat di dalam suatu sistem. Empat tipe informasi yang berkaitan dengan keteraturan dalam komunitas :1. Cacah spesies2. Cacah individu dalam tiap-tiap spesies3. Tempat yang didiami oleh individu masing-masing spesies4. Tempat yang didiami oleh individu sebagai individu yang terpisahJika ditinjau komunitas 1 dan komunitas 2 maka dengan menggunakan rumus index keragaman.Hi =( Pi log pi )Untuk dua spesies dengan 99 dan 1 individu akan diperoleh :H = - {( Pi) (log2Pi) + (P2) (log2P2)}= - {0,99 (log 20.99) + (0,01) (log 20,01) }= 0,081Sedangkan untuk cuplikan dengan 2 spesies masing-masing 50 individu akan diperoleh :H= -{ (0,50 ( log 20.50 ) + 0,50 (log 20.50)= 1,00Tampak bahwa cuplikan kedua lebih beragam dari pada cuplikan pertama.Kepulauan adalah suatu jenis perangkap istimewa spesies yang mampu mencapainya dalam menyebar ke kepulauan tersebut dan berhasil berkoloni.Cacah spesies pada suatu pulau sebanding dengan luas pulau tersebut dan dapat digambarkan dengan persamaan sederhana sebagai berikut :S = c AzYang jika ditulis dalam bentuk logaritma menjadiLog S = (log c) + z(log A)Dengan pejelasan :S = cacah spesiesc = suatu tetapan mengukur cacah spesies pada suatu pulau seluas 1 mil persegiA = luas pulau (dalam mil)z = suatu tetapan mengukur miringnya garis yang menghubungkan S dan A.Untuk tanaman daratan di kepulauan Galapagosm makaS = 28,6 A0,32Kurva cacah spesies luas wilayah termasuk suatu hal yang azasi bagi tumbuhan dan hewan. Untuk fauna amfibia dan reptilia di Hindia Barat terdapat :S = 3,3 A0,30Preston menunujukkan bahwa miringnya garis kurva cacah spesies luas wilayah ( z ) cenderung sebesar sekitar 0,30 untuk berbagai pulau, dari kutu vertebrata di Hindia Barat, semut di Melanesia, dan vertebrata di pulau di Michigan, sampai tumbuhan daratan di Galapagos. Cacah spesies bertambah besar dengan bertambah besarnyalah luas wilayah di benua seperti halnya pada pulau-pulau. Ada kisaran antara 10 acres sampai kira-kira 1000000 acres ( 1 hektar = 2,4 acres ) yang garis lurus kurva tersebut berbentuk S = 40 A0,17Untuk burung-burung di Amerika Utara.Jumlah spesies di suatu tempat pada dasarnya bergantung pada tingkat imigrasi dan tingkat kepunahan. Tingkat imigrasi spesies ke suatu pulau akan sama dengan nol bila jumlah spesiesnya sudah sama dengan jumlah spesies di benua induknya.Pada umumnya tingkat imigrasi dipengaruhi oleh jarak pulau dari benua. Makin jauh makin rendah tingkat imigrasinya. Sedang tingkat kepunahan dipengaruhi terutama oleh luas pulaunya. Makin luas pulau makin rendah tingkat kepunahannya. Oleh karena itu jumlah spesies di suatu pulau juga dipengaruhi oleh jaraknya dari benua dan luas atau sempitnya pulau. Teori keseimbangan spesies dan teori kuantitatifnya banyak dibicarakan dalam biogeografi, terutama island biogeography.

3.5. SUKSESIPerubahan komunitas yang terjadi disebut suksesi ekologi. Proses yang terjadi berupa urutan-urutan yang lambat, pada umumnya perubahannya dapat diramalkan yakni dalam hal jumlah dan jenis mahkluk organisme yang ada di suatu tempat . Perbedaan intensitas sinar matahari, perlindungan dari angin, dan perubahan tanah dapat merubah jenis-jenis organisme yang hidup di suatu wilayah. Perubahan-perubahan ini dapat juga merubah populasi yang membentuk komunitas. Selanjutnya karena jumlah dan jenis spesies berubah, maka karakteristik fisik dan kimia dari wilayah mengalami perubahan lebih lanjut. Wilayah tersebut bisa mencapai kondisi yang relatip stabil atau disebut komunitas klimaks, yang bisa berakhir hingga ratusan bahkan ribuan tahunBerubahnya komunitas karena adanya reaksi ataupun koaksi dari makhuk itu sendiri, atau juga dapat disebabkan adanya perubahan lingkungan karena malapetaka (misalnya banjir atau musim kemarau panjang,evolusi organik ,iklim dan sebagainya)maupun yang berasal dari manusia misalnya penebangan hutan secara liar,pencemaran dan sebagainya sesuai pendapat Clement dalam Krebs (1980). Jika suatu habitat mengalami perubahan, maka spesies lama akan meninggalkan area tersebut dan diganti spesies baru yang masuk ke area tersebut. Didalam komunitas terdapat spesies dominan artinya dia berperan dalam komposisi maupun struktur komunitas secara keseluruhan. Penggantian komunitas satu dengan lainya atau ekosistem satu dengan lainnya disebut suksesi. Suksesi ini berlangsung terus menerus secara kontinyu mencapai titik akhir (klimaks). Didalam proses suksesi terjadi deretan komunitas yang menyusun urutan suksesional menuju klimaks, urutan tersebut dinamakan sere. Terjadinya sere tersebut merupakan akibat kekuatan predominan misalnya : kekuatan biotik, iklim, fisiogeografik biosere, klisere, eusere dan geosere. Dua tipe perubahan temporal dapat terjadi pada komunitas , yaitu:1. Suksesi yakni perubahan yang berarah (bertujuan) kearah klimaks pada saat-saat tertentu .2. Cyclic yaitu perubahan yang tak berarah kearah klimaks pada saat-saat tertentu, sehingga perubahan tersebut berfluktuasi disekitar rata-rata.Konsep suksesi oleh Krebs (1978) dikatakan bahwa suksesi dapat ditunjukan pada tingkat perkembangan tumbuhan pada gundukan pasir dipantai perairan. Sedang Miller (1982) menyebutkan bahwa ekosistem bersifat dinamis , oleh karena itu memungkinkan terjadinya suksesi. Dalam ekositem, salah satu komponennya adalah makhluk hidup yang dapat mengubah kondisi lokal (tempat hidupnya). Perubahan lingkungan tersebut dapat diakibatkan karena malapetaka (banjir, kemarau panjang dan sebagainya) maupun hasil ulah makluk hidup tersebut terutama manusia misalnya : dampak industrialisasi, pencemaran dan lainnya. Kondisi yang demikian akan memaksa komunitas yang berada diarea tersebut mengubah untuk adaptasi atau justru mengalami kematian karena tidak dapat menyesuuaikan dirinya dengan perubahan lingkungan . walaupun demikian, sebenarnya ekosistem memiliki sifat atau naluri untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem yang stabil, setelah mendapatkan gangguan dari luar. Contohnya adanya organisme perintis (lichenes) yang akan mengawali untuk mengembalikan ekosistem yang seimbang. Kemudian digantian spesies lain untuk melanjutkan sampai terjadi keseimbangan kembali. Penggantian spesies tersebut terjadi berulang-ulang tersebut dinamakan suksesi ekologi. Begon (1990) menjelaskan tentang konsep suksesi , bahwa kepentingan spesies relatif berbeda dalam ruang yang satu dengan ruang yang lain , demikian pula tipe kemelimpahan spesies mungkin akan berubah dengan berubahnya waktu tertentu. Proses suksesi ditakrifkan sebagai suatu pola kolonialisasi dan pola kepunahan secara kontinu, berarah dan tidak bermusim. Suksesi ekologi oleh odum dikatakan bahwa suksesi ekologi merupakan perkembangan ekosistem yang menyangkut tiga parameter, diantaranya adalah :1. Suksesi ekologi yang dapat diperkirakan , karena proses perkembangan cukup teratur termasuk perubahan struktur spesies dan proses komunitas berkenaan dengan waktu, proses suksesi ekologi ini berarah.2. Suksesi ekologi yang terkendali oleh komunitas , suksesi ini terjadi akibat modifikasi lingkungan hasil perlakuan komunitas.3. Suksesi ekologi berkulminasi dalam ekosistem yang stabil. Didalam ekosistem tersebut biomassa maksimum dan fungsi simbiotik antar makhluk terjamin menurut arus ekologi yang tersedia. Macam macam suksesi ekologik antara lain : Suksesi autotrofik Suksesi heterotrofik Suksesi primer Suksesi sekunder Sukesi alogenik, merupakan suksesi yang dipengaruhi oleh kekuatan dari luar seperti bahan dan energi yang berasal dari luar misalnya : dari geologik, angin topan, ganguan oleh manusia yang dapat merubah proses. Suksesi autogenik yaitu suksesi biotik dalam ekosistem.Pada bendungan atau kolam maupun danau buatan manusia, jika terjadi suksesi alogenik secara konsisten melebihi suksesi autogenik maka akan terjadi perubahan ekosistem yang lebih mentap yaitu dari air menjadi daratan.Menurut Odum (1971) suksesi ekologik sebagai suatu perkembangan ekosistem , mempunyai tiga parameter yaitu :1. Suksesi ekologik yang berarah (bertujuan) sebagai proses perkembangan komunitas yang teratur menyangkut perubahan dalam struktur spesies. 2. Suksesi ekologik karena modifikai oleh lingkungan, jadi suksesi ekologik ini terkendali oleh komunitas, walaupun sebenarnya lingkungan fisik dapat menentukan batas-batas sberapa jauh perkembangan ekosistem dapat berlangsung.3. Suksesi ekologik berkulminasi dalam ekosistem yang stabil, maksudnya didalam ekosistem yang stabil terdapat biomassa yang maksimum dan memiliki fungsi simbiotik antar makhluk yang ada, berjalan dengan baik sesuai arus energi yang tersedia.

A. Definsi SuksesiSuksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Pengertian suksesi adalah proses perubahan ekosistem dalam kurun waktu tertentu menuju ke arah lingkungan yang lebih teratur dan stabil. Proses suksesi akan berakhir apabila lingkungan tersebut telah mencapai keadaan yang stabil atau telah mencapai klimaks. Ekosistem yang klimaks dapat dikatakan telah memiliki homeostatis, sehingga mampu mempertahankan kestabilan internalnya.B. Konsep Suksesi SereSeluruh seri komunitas yang terbentuk pada keadaan/waktu tertentu Suksesi Suatu seri perubahan berurutan dan bertahap dari komunitas pada suatu wilayah ekosistem tertentu Klimaks Suatu keadaan seimbang-dinamis dari populasi yang menentukan dalam perjalanan suksesi ekologis yang optimum.Pada prinsipnya semua bentuk ekosistem akan mngalami perubahan baik struktur maupun fungsinya dalam perjalanan waktu.Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi local kecil sifatnya,sehingga tidak memberikan arti yang penting.Perubahan lainnya mungkin sangat besar atau kuat sehingga mempengaruhi system secara keseluruhan.Kajian perubahan ekosistem dan stabilitasnya memerlukan perhatian yang tidak sederhana,ini meliputi aspek-aspek yang sangat luas seperti siklus materi / nutrisi ,produktivitas,konsep energy,kaitannya dengan masalah pertanian dan juga dengan masalah konservasi.Perubahan ekosistem ini pada dasarnya dapat di sebabkan berbagai penyebab utama yaitu:a. Akibat perubahan iklimPerubahan atau fluktuasi iklim dalam skala dunia yang meliputi ribuan tahun telah memberikan reaksi penyusuaian dari ekosistem di dunia ini.Bentuk perubahan ini meliputi perubahan dalamperioda waktu yang lama dari penyebaran tumbuhan dan juga hewan.yang akhirnya sampai pada bentuk-bentuk ekosistem sekarang.b. Suksesi allogenik ( karena pengaruh dari luar) Faktor luar seperti api,penginjakan,atau polusi dapat menginduksi perubahan ekosistem baik untuk sementara maupun waktu yang relative lama.c. Suksesi autogenik (karena pengaruh dari dalam)Ini merupakan suksesi ekologi,yang dapat di artikan sebagai perubahan dalam ekosistem yang berkembang kearah pemasakan atau pematangan atau Steady state .Seperti yang di pahami bahwa ekosistem merupakan system yang terbuka,mempunyai kapasitas untuk pengaturan diri oleh system umpan balik negative.artinya ekosistem mengarah pada keseimbangannya,berupa ekosistem yang stabil.

Gambar 2.1 : Proses suksesiC. Pengertian dasar dari suksesiSudah di ketahui secara meluas bahwa apabila suatu kebun tidak di pelihara ,atau lapangan rumput yang tidak pernah di potong secara teratur maka vegetasinya akan mengalami perubahan yang tidak tetap terus menerus. Berbagai tumbuhan liar akan hidup atau tumbuh dan mengubah sama sekali karakteristika dari vegetasi asalnya.Demikian juga suatu lahan pertanian yang tidak di garap,maka herba,perdu dan pohon liar akan tumbuh menguasai daerah atau lahan tersebut, dan apabila kondisi tanahnya memungkinkan vegetasi akan berkembang membentuk komunitas hutan.Perubahan yang sama akan terjadi pula pada lahan lahan yang terbentuk secara alami,seperti delta,bukit pasir,daerah aliran lahar atau lava, pada permulaannya tanah belum matang, nutrisi organik belum ada, permukaan sangat terbuka dan kondisinya belum menunjang kehidupan di atasnya.Akan tetapi apabila di ber waktu yang cukup lama, lahan lama kelamaan akan tertutup koloni-koloni tumbuhan yang kemudian ekosistem ini berkembang.Suatu komunitas tumbuhan akibat adanya longsor, banjir, letusan gunung berapi dan atau pengaruh kegiatan manusia akan mengalami gangguan atau kerusakan yang parah. Hancurnya komunitas tumbuhan ini akan menimbulkan situasi terbukanya permukaan tanah, yang tadinya rimbun tertutup lapisan vegetasi / komunitas tumbuhan.keadaan ini merupakan habitat baru yang bias di gunakan sebagai tempat hidup tumbuhan liar baik cepat maupun lambat.Yang pertama kali masuk biasanya berupa tumbuhan pelopor atau pionir yaitu tumbuhan yang berkemampuan tinggi untuk hidup pada keadaan lingkungan yang serba ke atas atau mempunyai berbagai factor pembatas, seperti kesuburan tanah yang rendah sekali.Kekurangan atau ketiadaan air dalam tanah intensitas cahaya yang terlalu berlebihan / tinggi dan sebagainya.Kehadiran kelompok pionir ini akan menciptakan kondisi lingkungan tertentu yang memberikan kemungkinan untuk hidup tumbuhan lainnya. Koloni tumbuhan pionir ini akan menghasilkan proses pembentukan lapisan tanah. memecah batuan dengan akarnya dan membebaskan materi organik ketika terjadi pelapukan dari tumbuhan yang mati.Proses akan berkembang sesuai dengan perubahan waktu dan akan menciptakan komunitas tumbuhan yang semakin lama semakin padat dan kompleks, mengarah pada pematangan bentuk komunitas tumbuhannya.proses pematangan bentuk komunitas atau ekosistem ini di sebut suksesi.

Skema : Tanaman PionerTansley (1920) mendefinisikan suksesi sebagai berikut : suksesi adalah perubahan yang perlahan lahan dari komunitas tumbuhan dalam suatu dareah tertentu di mana terjadi pengalihan dari satu jenis tumbuhan olehjenis tumbuhan lainnya pada tingkat populasi.Pengertian dan definisi Suksesi menurut Barbour dkk. (1980), menyebutkan bahwa suksesi merupakan suatu perubahan komposisi jenis tumbuhan yang kumulatif dan searah dan terjadi pada suatu wilayah tertentu. Pengertian suksesi seperti itu segera dinyatakan memenuhi syarat bila dikaitkan dengan batas waktu, karena bisa jadi perubahan jenis tumbuhan terjadi secara musiman sepanjang tahun. Contoh: suatu padang rumput mungkin pada musim tertentu (musim semi) didominasi oleh jenis herba Dikotiledon (kelompok jenis tumbuhan dengan biji berkeping dua), kemudian pada akhir musim kering mungkin jenis tumbuhan rumput tinggi (kelompok tumbuhan Monokotil) menggantikan posisinya sebagai jenis yang dominan.Pengertian suksesi vegetasi dimulai dari pendapat Clements (1916, dikutip oleh Park, 1980), yang menunjukkan perkembangan vegetasi sebagai suatu urutan yang teratur dan dapat diprediksi/diduga yang terjadi sepanjang alur perkembangan yang terbatas menuju pada situasi akhir yang dapat diduga.Clements (1916) menuliskan pendapat-pendapatnya yang sangat persuasive,ia menyatakan bahwa vegetasi dapat di sejalankan dengan organism super mampu memperbaiki atau mengelola dirinya sendiri bila terjadi gangguan atau kerusakan,ia juga mengenalkan adanya enam unsur yang akan terjadi sehubungan dengan proses suksesi yaitu: Penggundulan yang mengakibatkan terjadinya substrat baru Migrasi kehadiran migrula atau organ pembiak tumbuhan. Eksesis perkecambahan,pertumbuhan,reproduksi,dan penyebaran Kompetisi ,persaingan sehingga pengusiran satu spesies oleh species lainnya Reaksi,perubahan pada ciri dan sifat habitat oleh jenis tumbuhan Stabilisasi,Yang menghasilkan komunitas tumbuhan pada tingkatan yang matang.Perubahan komunitas tumbuhan atau vegetasi yang di kemukakan atas dasar menggambarkan bertambah kayanya suatu daerah oleh berbagai jenis tumbuhan yang hidup di atasnya, proses perubahan ini di sebut suksesi progresesif.Perubahan vegetasi dapat pula mengarah pada penurunan jumlah jenis tumbuhan, penurunan kompleksitas struktur komunitas tumbuhan. Hal ini terjadi biasanya akibat penurunan kadar zat hara dari tanah, misalnya akibat degradasi habitat.Perubahan komunitas tumbuhan mengarah ke yang lebih sederhana ini di sebut suksesi retrogresif atau suksesi regresif.Dalam hal suksesi retrogresif ini seluruh unsur perubahan yang di kemukakan oleh Clements tetap berlaku,tetapi dengan arah yang berlawanan.Gams (1918) mengemukakan bahwa suksesi bisa terjadi secara alami ,tetapi bisa juga timbul karena perbuatan manusia.keduanya tidak berbeda secara mendasar. Hutan yang yang hancur karena di tebang oleh manusia,atau di hancurkan akibat longsor atau angin topan , proses suksesi yang terjadi akan relative sama.Gams mengkategorikan suksesi ini dalam tiga keadaan yaitu 1. Suksesi dengan urutan normal,yang berasal dari adanya pengaruh terhadap vegetasi yang terus menerus dan cepat.misalnya vegetasi rumput yang selalu terinjak-injak ternak,dimamah biak,di jadikan tempat beristirahat ternak ,atau tempat guling-gulingan ternak.kondisi vegetasi akan mengalami fasa perubahan masa ternak tetap berada di tempat itu.2. Suksesi dengan urutan berirama yang berasal dari gangguan berulang-ulang ,mugkin siklis tetapi mempunyai interval waktu satu gangguan dengan gangguan berikutnya.misalnya terjadi perubahan vegetasi karena adanya proses rotasi dalampemanfaatan lahan pertanian.3. Suksesi denga urutan katastrofik,yang terjadi secara hebat dan tiba-tiba, tidak berirama, seperti meletusnya gunung merapi, gempa bumi, kebakaran, penebangan, pengerinhan habitat akuatika,yang kesemuanya ini bisa menimbulkan dampak katastrofik pada komunitas tumbuhan,yang kemudian cepat atau lambat akan diikuti oleh suatu proses suksesi tumbuhan.Perubahan vegetasi di alam sebenarnya bisa di bedakan dalam tiga bentuk umum yaitu:a. Perubahan fenologis yang tidak saja terjadi karena adanya masa-masa berbunga,berubah biji,berumbi,gugur daun dan sebagainya,tetapi juga terjadi pertumbuhan jenis-jenis tumbuhan tertentu dalam perjalanan waktu atau musim yang memperkaya komunitas tumbuhan itu.misalnya pada habitat padang pasir dengan hadirnya tumbuhan setahun dan geofita setelah hujan turun,dan ini terjadi satu kali untuk beberapa tahun.b. Perubahan suksesi sekunder yakni perubahan yang vegetasi yang non fenologis dan terjadi dalam ekosistem yang telah matang.ini termasuk suksesi normal ,berirama dan katastrofik seperti yang di klasifikasikan oleh gams.suatu suksesi sekunder berasal hanya dari suatu kerusakan ekosistem secara tidak menyeluruh atau tidak total kerusakannya.Misalnya pada daerah pertanian setelah terjadi panenan.juga pada daerah hutan akiubat terjadinya pohon tumbang.Pada suksesi sekunder ini dapat bersifat satu arah atau siklik.c. Perubahan suksesi primer, berlainan dengan suksesi sekunder,pembentukan komunitas tumbuhan pada suksesi primer ini berasal dari suatu substrat yang sebelumnya tidak pernah mendukung komunitas tumbuhan.Substrat baru yang terbentuk bisa berasal dari system air sebagai hasil dari proses pendangkalan ,suksesi yang terjadi di sebut suksesi hidroseres(clements)atau hidrark (cooper).bila substrat baru berasal dari system darat ,batuan,pasir,dan sebagainya maka suksesinya di sebut suksesi xeroseres atau xerark.

D. Tahapan tahapan suksesiProses suksesi dapat terjadi melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :a. KolonisasiTahap awal dari suksesi adalah kolonisasi, selama tahap tersebut habitat yang kosong dipenuhi oleh oragisme organisme. Kolonisasi ini memerlukan : pertama, bahwa organisme tersebut sampai dilokasi dan kedua, organisme tersebut menjadi mantap disana. Kemampuan organisme untuk sampai pada suatu tempat tergantung pada kemampuan dispersal individu tersebut dan isolasi yang ada pada daerah tersebut.b. Modifikasi TempatDari tahap kolonisasi, organisme organisme yang berdiam didaerah itu akan mengubah sifat sifat tempat tersebut. Koloni awal dari suksesi primer pada daerah terestial biasanya adalah mikroorganisme mikroorganisme tanah seperti misalnya lichens (lumut kerak) yang meruakan kolonis permulaan dari bebatuan vulkanik. Organisme ini akan mempengaruhi sifat sifat batuan yang didiami.Merupakan pengubahan sifat-sifat tempat (habitat) yang dilakukan oleh koloni makhluk hidup.c. Variabilitas RuangTahap berikut dari modifikasi ruang adalah peningkatan variablitas ruang (spasial) habitat. Contohnya adalah Dryas drummndii adalah tanaman pembentuk hutan yang terpentingpada suksesi awal di Alaska. Tumbuhan ini menghasilkan gradient sifat tanah. Bahan organik tanah brvriasi pada bagian tengah hutandan pada bagian tepi hutan.Penutupan vegetasi umumnya berpengaruh pada perbaikan temperature, cahaya dan evaporasi. Oleh karena transpirasi hutan akan cenderung menciptakan kelembapan internal yang tinggi, kehilangan air dari organisme yang ada dihutan mungkin akan berkurang. Temperature udara akan lebih rendah dalam tegakan suksesi suksesi yang lebih tua.

E. Pembagian SuksesiPada Suksesi terdapat dua jenis yaitu yang dikenal dengan suksesi primer dan suksesi sekunder, yang membedakan antara suksesi primter dan suksesi sekunder terletak pada kondisi habitat pada awal proses suksesi terjadi, dibawah ini penjelasan mengenai suksesi primer dan suksesi sekunder :1. Suksesi PrimerSuksesi primer terjadi ketika komunitas awal terganggu dan mengakibatkan hilangnya komunitas awal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas asal tersebut akan terbentuk substrat dan habitat baru. a. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai.b. Gangguan dapat pula karena perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883.Di daerah bekas letusan gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan.Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka akan mengundang datangnya pengurai. Zat yang terbentuk karna aktivitas penguraian bercampur dengan hasil pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya.Dengan adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur.Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh.Bersamaan dengan itu tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan menaunginya.Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh.Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi. Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.

Gambar : Suksesi primer pada Pulau Anak KrakatauPerubahan yang terjadi selam proses suksesi :1. Perkembangan sifat substrat/tanah2. Pertambahan kepadatan komunitas3. Peningkatan pemanfaatan SDL4. Perubahan iklim mikro5. Komunitas menjadi lebih kompleks

Skema : Proses suksesi primer2. Suksesi SekunderApabila dalam suatu ekosistem alami mengalami gangguan, baik secara alami ataupun buatan (karena manusia), dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme yang ada sehingga dalam ekosistem tersebut substrat lama dan kehidupan lama masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput dengan sengaja. Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang ditinggalkan tak terurus.

Gambar : Suksesi sekunder karena penebangan hutan

Gambar : Suksesi sekunder karena kebakaran hutanKebakaran sering kali terjadi seiring dengan datangnya musim kering atau yang dikenal juga dengan musim kemarau. Kebakaran dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor baik yang disebabakan oleh kesalahan manusia maupun faktor kondisi alam, kebakaran yang terjadi karena gejala alam sering terjadi di musim kemarau dengan suhu panas yang tinggi memudahkan bahan organik kering mudah terbakar jika tersulut dengan api, bencana kebakaran pun lebih banyak menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi setelahnya dan bahkan menimbulkan kerugian material. Kebakaran tidak hanya terjadi di pemukinaan masyarakat, kebakaran hutan juga sering kali terjadi di sebagian wilayah Indonesia, bencana ini dapat melenyapkan ekosistem didalamnya. Tidak hanya hilangnya vegetasi hutan, kerusakan habitat satwa dan sumber pakannnya juga mengakibatkan mereka harus bergerak ke habitat lain.Kebakaran pada tahun 2006 yang terjadi kawasan Taman Nasional Tanjung Puting menghabiskan hampir 1/5 kawasan SPTN III, Resort Tanjung Harapan daerah Beguruh yang sebagian besar vegetasinya hutan rawa gambut. Selain didaerah Beguruh kebakaran sering terjadi di SPTN I, Resort Pondok Ambung yang berbatasan dengan perkebunan sawit. Kebakaran yang terjadi dibelakang Stasiun Penelitian Pondok Ambung satu tahun yang lalu, tepatnya tanggal 20 Februari 2008 menyebabkan hilangnya vegetasi yang ada di sana, bencana yang menyebabkan hilangnya vegetasi seluas 6,6 ha yang terjadi akibat dari kelalaian manusia yang didukung dengan kondisi cuaca.Kebakaran yang terjadi dapat dikendalikan dan api berhasil dipadamkan dengan kerjasama oleh berbagai pihak yang terkait dalam kurun waktu 5 jam, dalam proses pemadaman kendala yang dihadapi terkait dengan peralatan yang digunakan untuk pemadaman api. Dengan berjalannya waktu, hutan yang telah habis terbakar tersebut secara perlahan akan terjadi proses suksesi sekunder dimana jenis-jenis vegetasi pioneer akan tumbuh menggantikan vegetasi sebelumnya yang telah musnah, seiring dengan tumbuhnya vegetasi pioner ini menggundang satwaliar seperti rusa untuk datang dan memakan daun muda dan rumput yang terdapat disana. Proses suksesi akan terjadi bertahun-tahun untuk mengembalikankondisi hutan dengan tumbuh jenis-jenis yang toleran terhadap cahaya.Pada tanggal 20 Feb 2009, Tepat satu tahun kebakaran staf Pondok Ambung melakukan kegiatan analisis dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan yang dapat tumbuh kembali di hutan yang telah terbakar, dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis vegetasi yang tumbuh dalam proses suksesi, struktrur dan komposisi jenis sehingga dapat menggambarkan kondisi hutan. Tidak hanya untuk jenis tumbuhan tingkat tinggi, data yang diambil meliputi jenis paku-pakuan, semak dan jenis rumput-rumputan.Dari hasil kegiatan yang dilakukan didapatkan data keragaman jenis di lahan terbakar, jenis yang dapat tumbuh diantaranya beberapa jenis pohon, paku-pakuan, tumbuhan semak, rumput-rumputan dan kantung semar.Kantung semar yang tumbuh dilahan terbakar adalah jenis Nepenthes rafflesiana yang memiliki ciri bentuk kantong bawah oval dengan warna merah marun dan memiliki dua sayap yang cukup lebar.Jenis paku-pakuan yang mendominasi tumbuh pada lahan terbakar ialah jenis Gleichenia linearis dan Lycopodium cernuum.Pada tingkat vegetasi semak jenis yang dapat tumbuh adalah Melastoma malabathricum, Ochthocharis bornensis,Achasma coccineum Val. Blumea balsamifera dan Sesaraian.Dari suku rumput-rumputan dapat ditemukan dua koloni suku poaceae dan Cyperaceae. Darisuku poaceae ditemukan tiga jenis yaitu Digitaria ischaemum, Sorghum halepensedan Pennistrum purpureum, sedangkan dari suku Cyperaceae ditemukan 4 jenis yaitu Eleocharis parvula, Cyperus kyllingia, Cyperus distans dan Cyperus paniceus.

Gambar : Tanaman Lycopodium cernuumUntuk vegetasi pohon, jenis-jenis yang dapat tumbuh adalah jenis Schima wallichii korth, Garcinia sp, Rhodamina cinerea, Eugenia sp dan jenis lainnya.Dari beberapa jenis pohon yang tumbuh, jenis Schima wallichii korth lebih mendominasi tumbuh.Saat melakukan kegiatan analisis dan identifikasi di hutan bekas kebakaran sering ditemukan jejak, kotoran dan tumbuhan yang telah dimakan rusa, daun muda dari jenis sesaraian menjadi sumber pakan rusa.Walaupun sumber pakannnya terdapat di lahan terbakar tetapi intensitas bertemu dengan rusanya sangat jarang.

F. Faktor yang memengaruhi proses suksesi, yaitu:1. Luasnya habitat asal yang mengalami kerusakan.2. Jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu.3. Kecepatan pemencaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut.4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora. dan benih lain serta curah hujan yang sangat berpengaruh dalam proses perkecambahan.5. Jenis substrat baru yang terbentuk.6. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji, sporam dan benih serta curah hujan.7. Sifat sifat jenis tumbuhanSuksesi tidak hanya terjadi di daratan, tetapi terjadi pula di perairan misalnya di danau dan rawa. Danau dan rawa yang telah tua akan mengalami pendangkalan oleh tanah yang terbawa oleh air. Danau yang telah tua ini disebut eutrofik.Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau3. xeroser yaitu suksesi yang terbentuk di daerah gurun.G. Suksesi dalam Komunitas Hewan

Keanekaragaman jenis dalam suatu tipe fungsional mungkin mempertinggi efisiensi pemanfaatan sumberdaya hutan dan proses penyimpanan dalam ekosistem. Dengan berubahnya struktur ekosistem hutan yaitu akibat adanya perubahan komposisi jenis penyusun maka akan menimbulkan perubahan kondisi lingkungan, yang memungkinkan terjadinya perubahan komposisi komunitas hewan penyusun dalam habitat yang bersangkutan.Suatu perubahan yang nyata adalah terhadap populasi hewan tanah yang berperan sebagai organisme pengurai (decomposer). Apabila kondisi tempat hidup semakin cocok maka reproduksi dan kehadiran jenis baru tentu akan terjadi. Sebagai contoh adalah jenis cacing tanah yang akan meningkat jumlahnya bila kelembaban tanah semakin tinggi. Perubahan kelembaban tanah terjadi bila tumbuhan penutup permukaan tanah juga semakin meningkat. Demikian juga untuk jenis hewan tanah lainnya.Bila suatu ekosistem hutan mengalami gangguan yang drastic, misalnya pembukaan lahan yang menyebabkan cahaya matahari langsung menerpa permukaan tanah, maka suhu tanah akan meningkat dan semakin tinggi. Hal ini akan berakibat beberapa jenis hewan tanah tidak mampu beradaptasi dan mati. Akibatnya perubahan keanekaragaman hewan di dalam tanah akan berubah menjadi lebih sedikit. Hal ini tentunya akan sangat merugikan dalam proses pembangunan hutan selanjutnya, yaitu proses penguraian sisa-sisa bahan organis maupun guguran lain yang ada di lantai hutan. Dengan adanya populasi hewan tanah tentunya akan sangat membantu dalam menghancurkan seresah dll. menjadi bahan atau unsure kimia yang lebih tersedia bagi tumbuhan.

2.6. KLIMAKS1. Pengertian klimaksTingkat terakhir dari proses suksesi dicapai ketika komunitas tersebut stabil. Komunitas terakhir ini biasanya relatif stabil, tahan lama, jenis makhluk hidupnya lebih banyak dan lebih kompleks, dan di dalamnya berlangsung berbagai interaksi antar anggota komunitas. Komunitas demikian disebutkomunitas klimaks.Komunitas klimaks merupakan akhir dari serangkaian proses suksesi. Artinya, komunitas demikian dapat dicapai setelah melalui beberapa tahap suksesi.Komunitas klimaksadalah komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya keseimbangan yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai perubahan dalam system secara keseluruhan. Tiap-tiap tahap suksesi tersebut disebuttahap suksesional,sedangkan seluruh rangkaian tahapan suksesi dikenal dengan istilahsere.Beberapa ciri komunitas klimaksantaralain adalah sebagai berikut :1. Mampu menyokong kehidupan seluruh spesies yang hidup di dalamnya.2. Mengandung lebih banyak makhluk hidup dan macam macam bentuk interaksi dibandingkan komunitas suksesional.Setelah melalui beberapa tahapan perkembangan ekosistem atau sere, suatu ekosistem dapat mencapai tahapan akhir klimaks atau dapat pula dianggap sebagaipuncakperkembangan ekosistem. Salah satu ciri pada komunitas klimaks yaitu dengan tidak terdapatnya penumpukan zat organik netto tahunan. Hal ini disebabkan karena produksi tahunan komunitas seimbang dengan konsumsi tahunan.Banyak ahli berpendapat bahwa iklim klimaks pada suatu wilayah belum tentu dapat dicapai walau komunitas yang sudah mantap sekalipun, karena masih menunjukkan adanya perubahan, penyesuaian dan pembusukan. Hal ini didasari oleh kenyataan bahwa perubahan suatu komunitas dipengaruhi oleh kejadian-kejadian yang terdapat dalam komunitas tersebut. Berdasarkan hal tersebut telah dipakai kesepakatan bahwa hampir tidak mungkin pada suatu wilayah mencapai iklim klimaks, sehingga iklim klimaks tunggal merupakan komunitas teoritis yang dituju semua suksesi dalam perkembangan pada suatu daerah, asalkan keadaan lingkungan fisik secara umum tidak terlalu ekstrem sehingga dapat mampu mempengaruhi iklim lingkungan. Umumnya suksesi berakhir padaklimaks edaphik, dengan hanya terkait pada masing-masing pengaruhfaktorpembatas fisik pada wilayah setempat.Meskipun suksesi pada suatu ekosistem untuk dapat mencapai klimaks membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun cepat lambatnya masih tergantung pula oleh tingkatan suksesi yang terjadi kepadanya. secara umum terdapat dua macam ekosistem suksesi yaitu, ekosistem suksesiprimerdan ekosistem suksesi sekunder. Ekosistem suksesi primer lebih dinyatakan pada berkembangnya ekosistem tersebut melalui substrat yang baru. Artinya kehidupan yang ada pada ekosistem tersebut setelah perlakuan benar-benar dimulai dari nol, dan harus dimulai dari kerja organisme pionir dengan segala perlakuan dari faktor pembatas fisik yang ada. Sedangkan ekosistem suksesi sekunder berkembang setelah ekosistem alami rusaktotaltetapi dimulai dengan tidak terbentuk substrat yang baru, atau dapat dianggap sebagai dimulainya kehidupan baru setelah adanya gangguan pada ekosistem alami.Contoh suksesi sekunder salah satunya yaitu kebakaran hutan tahun 1994 yang terjadi di BukitPohonCagar Alam Batukahu telah menyisakan kerusakan sebagian areal kawasan konservasi. Restorasi ekologi dipertimbangkan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi pemulihan kerusakan kawasan tersebut. Dalam upaya menyusun model restorasi yang sesuai untuk kawasanPohon, telah dilakukan survey dilapangan mengenai kondisi vegetasinya. Hasil survey lapangan menunjukkan bahwa sedang terjadi suksesi sekunder di kawasan ini dengan kehadiran beberapa jenis indikator sepertiEupatorium,MelastomadanHomalathus.Spesies lokal penting sepertiDacrycarpus imbricatusjuga ditemukan di bekas areal yang terbakar dan mulai ber-regenerasi. Di dalam makalah ini juga didiskusikan usulan konsep restorasi yang terintegrasi untuk membantu memulai perbaikan ekosistem di kawasan ini.(Sutomo, 2009.JurnalBiologiXIII (2) : 45)Di dalam kondisi klimaks ini spesies-spesies itu dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat mengolahhabitatsedemikian rupa sehingga cenderung untuk melawan inovasi baru. Di dalam konsep klimaks iniClementsberpendapat :1. Suksesi dimulai dari kondisi lingkungan yang berbeda, tetapi akhirnya punya klimaks yang sama.2. Klimaks hanya dapat dicapai dengan kondisi iklim tertentu, sehingga klimaks dengan iklim itusalingberhubungan. Dan kemudian klimaks ini disebutklimaks klimatik.3. Setiap kelompok vegetasi masing-masing mempunyai klimaks.Karena iklim sendiri menentukan pembentukan klimaks maka dapat dikatakan bahwa klimaks klimatik dicapai pada saat kondisi fisik di substratumtidak begitu ekstrem untuk mengadakan perubahan terhadap kebiasaan iklim di suatu wilayah. Kadang-kadang klimaks dimodifikasi begitu besar oleh kondisi fisik tanah seperti topografi dan kandunganair. Klimaks seperti ini disebutklimaks edafik. Secara relatif vegetasi dapat mencapai kestabilan lain dari klimatik atau klimaks yang sebenarnya di suatu wilayah. Hal ini disebabkan adanya tanah habitat yang mempunyai karakteristik yang tersendiri. Jadi, di dalam wilayah tertentu dapat dikenali adanya:1. Klimaks tunggal yang klimatiks, yaitu yang bersifat berkeseimbangan dengan iklim secara umum2. Klimaks edafik yang cacahnya berbeda-beda, yang termodifikasi oleh kondisi substratlokal.Klimaks klimatik ialah komunitas teoretik yang merupakan kecenderungan tujuan semua perkembangan suksesional di wilayah manapun, komunitas klimatik ini akan dapat terjadi jika kondisi fisik substrat tidak terlalu ekstrem. Suksesi akan berakhir pada suatu klimaks yang edafik pada topografi, tanah, air,api, atau gangguan lain sehingga klimaks klimatik tak dapat berkembang. Bila komuitas stabil, tetapi bkan klimaks klimatik atau klimkas edafik, dipelihara oleh manusia dan hewan ternaknya maka dapat dinamakandisklimaks(klimaks gangguan) atausubklimaks anthropogenik.(Soetjipta, 1993 :192)Adakalanya vegetasi terhalang untuk mencapai klimaks, oleh karena beberapa faktor selain iklim. Misalnya adanya penebangan, dipakai untuk penggembalaan hewan, tergenang dan lain-lain. Dengan demikian vegetasi dalam tahap perkembangan yang tidak sempurna (tahap sebelum klimaks yang sebenarnya) baik oleh faktor alam atau buatan. Keadaan ini disebutsub klimaks. Komunitas tanaman sub klimaks akan cenderung untuk mencapai klimaks sebenarnya jika faktor-faktor penghalang/penghambat dihilangkan.Telah dijelaskan bahwa akhir suksesi adalah terbentuknya suatu komunitas klimaks. Berdasarkan tempat terbentuknya, terdapat tiga jenis komunitas klimaks sebagai berikut :1. Hidroser yaitu sukses yang terbentuk di ekosistem air tawar.2. Haloser yaitu suksesi yang terbentuk di ekosistem air payau3. Xeroser yaitu sukses yang terbentuk di daerah gurun.Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominan.Suksesi meliputi pengorganisasian sendiri dan perubahan dimana ekosistem - ekosistem menjadi mantap dan kadang-kadang kembali ke awal (retrogress). Suksesi dipertimbangkan berakhir apabila suatu pola ke suatu kondisi yang kurang terorganisir memulai melakukansuksesi lagi. Klimaks adalah merupakan puncak pertumbuhan. Meskipun klimaks adalah relatif stabil dan bertahan lama sebagaimana kalau dibandingkan dengan tahap permulaannya, hal ini tidak diketahui bila suatu komunitas adalah komplit self pertuating dan permanen. Catastrophes seperti kilat, kebakaran, dan periode yang panjang dari kekeringan dapat memperpendek jangka hidup dari suatu komunitas. Sebagai contoh, bila suatu padang rumput menunjukkan menunjukkan suatu seri dari tahun kekeringan, ia akan kembali ke belakang pada tahap suksesi awalnya mengandung lebih dari tahunannya dan perenial kehidupan yang pendek. Di sana beberapa kejadian yang menunjukkan bahwa suatu proses umur kemungkinan mengambil tempat pada hutan yang telah lama. Jadi, pohon-pohon muda mungkin tidak menggantikan pohon yang lebih dewasa yang mati, daur mineral dan aliran energi rata-rata akan menjadi turun secara lambat. Beberapa ahli ekologi menyatakan bahwa pada klimaks yang lama dapat menjadi mati dan dapat digantikan oleh komunitas yang muda, kemungkinannya berbeda dalam peningkatan spesiesnya. Karena itu, tidak banyak diketahui tentang pada waktu sekarang dan lebih banyak studi perlu banyak dilakukan.Contoh vegetasi yang mengalami gangguan berupa kebakaran adalah pada hutanBukit Pohen yang merupakan salah satu situs dariBatukahupada tahun 1994 mengalami kebakaran hutan dan mengakibatkan pengurangan luasan hutan sebesar 30,4 Ha. Untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi vegetasinya dilakukan survei pada titik pengamatan di lokasi yang terkena kebakaran. Seperti terlihat pada gambar, pada lokasi ini terdapat rumpang ataugapyang cukup luas akibat kehilangan penutupan tajuk hutan oleh api. Kondisi terbuka ini menyebabkan perubahan iklim mikro dan komposisi serta struktur vegetasinya. Hutan ini adalah hutan sekunder yang tengah berproses ke arah komunitas klimaks setelah terjadinya kebakaran hebat pada tahun 1994.

2. TEORI KLIMAKSGangguan dapat menyebabkan modifikasi klimaks yang sebenarnya dan ini menyebabkan terbentuknya sub klimaks yang berubah (termodifikasi). Keadaan seperti ini disebutdisklimaks(Ashby, 1971). Sebagai contoh vegetasi terbakar menyebabkan tumbuh dan berkembangnya vegetasi yang sesuai dengan tanah bekas terbakar tersebut. Odum (1961) mengistilahkan klimaks tersebut denganpyrix klimaks.Tumbuh-tumbuhan yang dominan pada pyrix klimaks antara lain:Melastoma polyanthum, Melaleuca leucadendrondanMacarangasp. Contohnyadi Bukit Pohen, suksesi sekunder pada tahapfallow stagetengah berjalan, yang ditandai dari dominansikehadiran jenis-jenis sepertiEupatorium odoratum,Melastoma malabathricum LantanadanRubus. Van Steenis, (1972) juga melaporkan adanya dominasi jenisEupatoriumpada hutan sekunder muda bekas perkebunan teh diCibodas. Demikan pula halnya di petak tujuh hutan lindungYogyakartayang bekas terbakar dijumpai pulaEupatoriumsebagai dominansi jenis tumbuhan bawahnya (Sutomo, 2004). Demikian pulaMelastomayang memang kerap dijumpai hidup di lokasi-lokasi alami yang terganggu karena pembukaan lahan pada ketinggian tempat hingga 3000 m d.p.l . Selain terna, pada tingkat pohon juga banyak terdapat jenis pohonHomalanthus giganteusdi bekas lahan kebakaran hutan diPohen.Jika pergantian iklim secara temporer menghentikan perkembangan vegetasi sebelum mencapai klimaks yang diharapkan disebutpra klimaks(pre klimaks). Berhubungan dengan berbagai klimaks maka terdapat kekaburan arti klimaks. Oleh karena terjadi ketidak sepakatan kemudian berkembang tiga teori klimaks dengan argumentasi masing-masing, yaitu sebagai berikut:1) Teori MonoklimaksDalam teorinya pada tahun 1916 Clements menyatakan bahwa komunitas klimaks untuk suatu kawasan semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Dia memperkirakan bahwa pada waktu yang cukup dan bebas dari berbagai pengaruh gangguan luar, suatu bentuk umum vegetasi klimaks yang sama akan terbentuk untuk setiap daerah iklim yang sama. Dengan demikian iklim sangat menentukan batas dari formasi klimaks. Pemikiran ini dipahami sebagaiteori monoklimaksdan diterima secara luas oleh pakar botani pada pertengahan awal dari abad ini.Clements dan para pendukungnya dari teori monoklimaks ini tidak melihat kenyatan bahwa banyak sekali variasi lokal dalam suatu daerah iklim tertentu. Variasi-variasi ini oleh Clements dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan yang stabil. Clements menganut teori klimaks ini didasarkan pada keyakinan akan waktu yang panjang, dimana perbedaan-perbedaan local dari suatu vegetasi akibat kondisi tanahnya akan tetap berubah menjadi bentuk vegetasi regionalnya apabila diberi waktu yang cukup lama. Penamaan-penamaan khusus diberikan untuk menggambarkan perbedaan-perbedaan vegetasi local ini. Istilahsubklimaksdipergunakan untuk suatu fasa seral akhir yang berkepanjangan yang akhirnya akan berkembang juga ke bentuk klimaksnya. Sedangkan istilahdisklimaksdipakai untukkomunitas tumbuhanyang menggantikan bentuk klimaks setelah terjadi kerusakan.Teori monoklimaks menyebutkan bahwa tiap-tiap wilayah hanya memilikisatu komunitas klimaks dan semua komunitas akan menuju ke arah komunitas klimaks tersebut. Asumsi fundamental yang dicetuskan Clements, jikalau diberi waktu dan keterbatasan dari gangguan, maka akan dihasilkan suatu vegetasi klimaks yang tergolong ke dalam tipe umum yang samadan akan dimantapkan tanpa mengingat kondisi tenpat sebelumnya. Iklim, menurut Clements adalah faktor penentu untuk vegetasi dan klimaks di area manapun adalah suatu fungsi dari iklim di daerah itu.Tetapi di area tertentu yang manapun akan didapati dan ada saja komunitas yang bukan klimaks seperti yang dimaksudkan olehClements, komunitas yang non-klimaks dan komunitas yang klimaks dalam keadaan ekuilibrium. Kedua jenis komunitas tersebut ditentukan oleh faktor topografi, edafik, dan biotik.oleh karena banyaknya pengecualian dan anyaknya peristilahan di dalam teoriCelemntsmengenai monoklimaks ditentang oleh kebanyakan ekologiwan.2) Teori PoliklimaksBeberapa pakar ekologi berpendapat bahwa teori monoklimaks terlalu kaku. Tidak memberikan kemungkinan untuk mengangkat variasi lokal dalam suatu komunitas tumbuhan. Dalam tahun 1939 Tansley, seorang pakar botani dari Inggris mengusulkan suatu alternatif yaitu teori poliklimaks, dengan teori ini memungkinkan untuk mendapat mosaik dari bentuk klimaks dari setiap daerah iklim. Dia menyadari bahwa komunitas klimaks erat hubungannya dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya yaitu meliputi tanah;drainage ; dan berbagai faktor lainnya. Teori poliklimaks mengenal kepentingan dari iklim, tetapi faktor-faktor lain hendaknya jangan dipandang sebagai suatu faktor yang bersifat temporal. Teori poliklimaks mempunyai keuntungan yang besar, dalam memandang semua komunitas tumbuhan yang sifatnya stabil bisa dianggap sebagai bentuk klimaks. Teori poliklimaks ini ternyata pendekatannya tidak bersifat kaku, sehingga dapat diterima dikalangan pakar secara luas.Teori poliklimaks menyebutkan bahwa banyak komunitas klimaks yang berbeda dapat dikenali dalam suatu area tertentu dan klimaks yang demikian itu dikendalikan oleh lengas dalam tanah, zat hara di dalam tanah, aktivitas makhluk hewan, dan faktor lainnyaPerbedaan mendasar dari teori monoklimaks dan poliklimaks adalah terletak dalam faktor waktu di dalam pengukuran nisbi. Penganut monoklimaks mengatakan bahwa jika diberi waktu secukupnya, suatu komunitas tunggal akan berkembang bahkan dapat menguasai klimaks edafik. Pertanyaannya adalah waktu yang digunakan apakah skala geologik atau skala ekologik. Butir penting di sini adalah bahwa iklim berfluktuasi dan tidak pernah konstan. Jadi kondisi ekuilibrium tidak pernah tercapai sebab vegetasi tidak di dalam iklim yang konstan tetapi di dalam iklim yang berubah. Iklim berubah pada skala waktu ekologik dan pada skala waktu geologik. Suksesi terjadi secara kontinu dalam vegetasi yang berubah dan dalam iklim yang berubah.3) Teori Potensi Biotik atau Pola Klimaks HipotesisDalam tiga decade terakhir para pakar menyadari bahwa komunitas klimaks tidak ditentukan oleh hanya satu ataulebih faktor lingkungan yang berinteraksi terhadapnya, seperti iklim tanah; topografi; dan sebagainya. Dengandemikian sekian banyak bentuk klimaks akan terjadi sebagai akibat kombinasi dari kondisi-kondisi tadi. Perhatikankonsep faktor holosinotik atau holismal.Pemikiran ini pertama-tama diformulasikan oleh R.H. Whittaker pada tahun 1950-an. Ia menekankan bahwa komunitas alami teradaptasi terhadap seluruh pola dari faktor lingkungan, dan komunitas klimaks itu akan bervariasi secara teratur meliputi suatu region dan merefleksikan perubahan faktor-faktor (suhu, tanah, bentuk lahan, dansebagainya), secara gradual. Klimaks dari setiap daerah merefleksikan potensi perkembangan ekosistem di lokasi itu.Pemikiran ini dikenal sebagai pola klimaks hipotesis atau teori potensial biotik.Pendekatan ini sedikit lebih abstrak daripada teori monoklimaks dan poliklimaks. Pendekatan ini memberikemungkinan untuk penelaahan yang lebih realistik dari komunitas klimaks.Pada dewasa ini timbul tantangan-tantangan baru terhadap konsep-konsep klimaks ini. Berbagai ahli percaya bahwasuksesi berkecendrungan membentuk ekosistem yang kompleks dan lebih stabil. Tetapi mereka merasakan bahwakarakteristika dari hasil akhir perlu untuk dikaji kembali. Ini merupakan tantangan untukkemajuan ekologi, dimanapada dewasa ini telah masuk dalam kajian yang modern dan tidak terbelenggu dalam pola pemikiran yang bersifatfilosofis serta deskriptif lagi.Sejalan dengan perkembangan dari ekologi umumnya maka dalam kajian suksesi inipun mengalami perkembangan,dan dapat dibagi dalam dua perioda pendekatan, yaitu pendekatan secara lama atau tradisional disatu pihak danpendekatan yang ditujukan untuk melengkapi atau mengoreksi pendekatan lama berdasarkan konsep-konsepekosistem yang mendasarinya di fihak lain.Komunitas alami beradaptasi dengan keseluruhan pola faktor lingkungan yang merupakantempat komunitas itu ada. Pada teori ini memperbolehkan banyak suatu kontinuitas tipe klimaks yang berbeda secara gradualsepanjang gradien lingkungan yang tidak mungkin untuk dipisahkan menjadi tipe klimaks yang terpisah. Jadi teoripola klimaks hipotesis ini adalah suatu perluasan ide kontinu dan hampiran analisis gradien untuk vegetasi.

BAB IIIPENUTUP

3.1. KESIMPULAN1. Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Komunitas berfungsi untuk memproses energi dan zat hara.2. Komunitas menurut botaniwan adalah merupakan hubungan taksonomi, sedang komunitas menurut zoologiwan adalah merupakan hubungan fungsional.3. Dominansi adalah pengendalian nisbi yang diterapkan oleh makhluk atas komposisi spesies dalam komuntas.4. Penggantian komunitas satu dengan lainya atau ekosistem satu dengan lainnya disebut suksesi.5. Komunitas klimaksadalah komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai dengan tercapainya keseimbangan yaitu suatu komunitas yang mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dari berbagai perubahan dalam system secara keseluruhan.

3.2. SARANDari uraian yang telah dijelaskan diatas dapat diambil refleksi yang ditujukan pada pembaca agar mengaplikasi konsep untuk diterapkan pada kehidupan kita sehari-hari agar dapat meminimalisir dampak kerusakan alam.

Ekologi Hewan | Komunitas