Proposal KP Geoteknik PT.kideco jaya agung (Word 97 - 2003) - Copy.doc
isi - Copy.doc
-
Upload
arief-fizz -
Category
Documents
-
view
19 -
download
0
Transcript of isi - Copy.doc
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang pendidikan di Indonesia tentu tidak lepas dengan
adanya kurikulum, dari kurikulum 1968 sampai yang paling baru yakni
kurikulum 2013 yang mengalami perubahan-perubahan. Berkaitan degan
perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya
diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis
karakter(competency and character based curriculum), yang dapat membekali
peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal tersebut penting,
guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan
masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai
perubahan. Kurikulum berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu
memecahkan berbagai persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan,
dengan mempersiapkan peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan berhasil guna.
Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif ketika pemerintah
(Mendikbud) merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan
jenjang pendidikan, termasuk dalam pengembangan Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter, terutama pada
tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya.1
Untuk mencapai tujuan mulia dari pembelajaran tersebut, maka para
pengembang kurikulum terus berbenah dan melakukan evaluasi terhadap
kurikulum yang diberlakukan. Sebagaimana yang akan dibahas di mkalah ini,
kurikulum 2013 merupakan hasil pengembangan dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan. Kurikulum ini bertujuan tidak lain untuk lebih
1 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Rosda Karya, 2014), Hlm. 6-7
17
2
memperbaiki lagi kualitas pendidikan yang ada saat ini. Akan tetapi seiring
berjalannya waktu, ditemukan beberapa problematika tentang implementasi
kurikulum 2013 yang akan kami bahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat di tarik pertanyaan.
1. Apa yang dimaksud dengan Kurikulum 2013?
2. Bagaimana implementasi Kurikulum 2013?
3. Mengapa terjadi beberapa problematika pada implementasi Kurikulum
2013?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui serta memahami maksud dari Kurikulum 2013.
2. Untuk mengetahui implementasi Kurikulum 2013.
3. Untuk mengetahui problematika pada implementasi Kurikulum 2013.
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kurikulum 2013
Dalam kamus besar bahasa indonesia kurikulum berarti perangkat
mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan atau perangkat mata
kuliah mengenai bidang keahlian khusus.2 Dalam Undang-Undang
SISDIKNAS tahun 2003 kurikulum berarti seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai pendidikan tertentu.3
Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna
mencapai tujuan pendidikan. Apa yang direncanakan biasanya bersifat idea,
suatu cita-cita tentang manusia atau warga negara yang akan dibentuk.4
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi
belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rumusannya
berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dengan kurikulum berbasis
materi, sehingga sangat dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi tentang
bagaimana kurikulum seharusnya dirancang.5
2 Sutan Rajasa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Mitra Cendikia, 2003), Hlm. 2703 UU R.I. nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas (bandung: Citraumbara, 2012), cet ke IV Hlm. 44 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Hlm. 8 5 M. Nuh, Kurikulum 2013, diakses dari http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013 pada tanggal 26 september 2014 pukul 08:17 WIB
17
4
B. Implementasi Kurikulum 2013
Pendidikan karaketer kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada pembentukan budi
pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang,
sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi dan
sekaligus berbasis karakter, dengan secara mandiri meningkatkan dan
menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud
dalam prilaku sehari-hari.6
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep,
kebijakan, atau inovasi dalam bentuk tindakan praktis sehingga
membentuk dampak, baik berupa perbuahan pengetahuan,
keterampilan, maupun nilai sikap.7
Dengan demikian, implementasi kurikulum adalah penerapan
atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan dalam
tahap sebelumnya, kemudian diujicobakan dengan pealaksanaan
dengan pengelolaan, sambil sementara dilaksanakan penyesuaian
terhadap ortuasi lapangan dan karakteristik peserta didik, baik
perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.8
Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter
dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang
studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pembelajaran yang
6 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Rosda Karya, 2014), Hlm. 77 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), Hlm 2378 Ibid., Hlm. 238
5
berkaitan degan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi yang
perlu dikembangkan, dieksplisit, dihubungkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai, dan
pembentukan karaktertidak hanya dilakukan pada tataran kognitif,
tetapi menyentuh internalisasi, dan pengalaman nyata dalam
kehidupan sehari-hari.9
C. Problematika Kurikulum 2013
Di satu sisi, perubahan kurikulum merupakan tuntutan, namun di sisi
lain, perubahan kurikulum juga membutuhkan kesiapan dalam banyak aspek,
seperti masalah kemampuan guru, buku pelajaran baru, mekanisme
pembelajaran, dan lain sebagainya.10
Menurut Mendikbud, perubahan buku pelajaran merupakan
konsekuensi perubahan kurikulum. Namun yang penting adalah: 1) Buku
tidak dibebankan kepada siswa/orang tua; 2) Pengadaan buku harus
transparan. Buku master disiapkan oleh Pemerintah, lalu ditenderkan secara
terbuka. Siapapun bisa mengawasi, dan dana bisa dari alokasi khusus (DAK)
atau anggaran Kemendikbud sendiri.11
Kurikulum 2013 mengutamakan kepentingan agar siswa menguasai
teknologi. Hal ini didasari perkembangan dunia, kemajuan teknologi
informasi, masalah lingkungan hidup, serta kebangkitan industri kreatif dan
budaya. Kurikulum 2013 diharapkan mampu menghasilkan generasi emas
yang mempunyai sifat produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Target
kurikulum ini agar siswa mampu mengamati, menyimak, melihat, membaca,
mendengar, bertanya, bernalar, mencoba, dan mengkomunikasikannya.
9 E. Mulayasa, Op. Cit., Hlm. 710 Harti Retnaningsih, “Masalah Kurikulum Baru 2013”, Info Singkat Kesejahteraan Sosial, Vol. IV, No. 24/II/P3DI/Desember/2012. Hlm. 1011 Ibid., Hlm. 10-11.
6
Kurikulum 2013 berisi basis kompetensi dengan pemikiran kompetensi
berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam hal ini guru dituntut
banyak mencari tahu agar siswa bisa dengan mudah mencari informasi dengan
bebas melalui perkembangan teknologi. Selain itu, siswa juga didorong
memiliki tanggung jawab lingkungan, kemampuan berkomunikasi, serta
kemampuan berfikir kritis agar terbentuk generasi yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif. Kurikulum baru akan berdampak pada tuntutan
kompetensi guru, di mana guru dituntut memiliki kemampuan yang relevan
dengan karakteristik kurikulum. Karenanya, diharapkan Uji Kompetensi Guru
(UKG) dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pekerjaanya.
Meningkatnya kemampuan guru, diharapkan dapat mendukung pelaksanaan
Kurikulum 2013.12
Menurut Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim,
perubahan kurikulum tidak akan berjalan baik tanpa didukung guru yang
mumpuni. Untuk itu, UKG dilakukan sebelum kurikulum baru selesai dibahas.
Selain untuk memetakan kemampuan dan kualitas guru, UKG juga
bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi guru mata pelajaran sekaligus
pengajarannya. Dengan begitu, guru dapat mengukur kemampuannya dalam
mengajar dan penguasaan materi.Rencana implementasi Teknologi Informasi
dan Komputer (TIK) pada semua mata pelajaran di SMP pada kurikulum
2013, dinilai akan terkendala pada masalah fasilitas. Pasalnya sampai saat ini
masih banyak sekolah yang belum memiliki perangkat TIK secara lengkap.13
Ada beberapa faktor yang mengakibatkan lemahnya kurikulum 2013,14
yakni:
1. Rendahnya Kesadaran Guru sebagai Pendidik
12 Ibid., Hlm. 11.13 Ibid., Hlm. 11.14 Dicko Zenid, Kelemahan Kurikulum 2013, diakses pada http://dickozenid.blogspot.com/2013/05/ kelamahan-kurikulum-2013.html pada tanggal 23 september 2014 pukul 11:50 WIB
7
Rendahnya kesadaran guru meliputi rendahnya kualitas guru,
kurangnya kesiapan guru mengajar, kepekaan guru dalam menanggapi
hal-hal baru termasuk implementasi proses pembelajaran yang sering
terabaikan oleh guru, karena pada realitanya banyak guru yang mengajar
hanya sekedar mengajar tidak ada timbale balik apa-apa antara
pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku serta kreativitas peserta didik
terkait pelajaran yang sedang dipelajari. Pada dasarnya guru belum siap
melaksanakan kurikulum 2013.
Seorang guru seharusnya menjadi promotor untuk mengembangkan
pemikiran, kreativitas, keterampilan dan yang paling penting adalah
potensi dari peserta didik.
2. Banyaknya Pro Dan Kontra Di Masyarakat
Sampai saat ini masih sangat banyak pendapat pro dan kontra terkait
penerapan kurikulum 2013. Hal ini harus mampu dimanfaatkan dengan
baik untuk terus mengevaluasi kurkulum 2013, mana yang perlu direvisi
dan mana yang sudah padu, sehingga pelaksnaannya tidak terkesan
dadakan dan dipaksakan.
Pro dan kontra adalah salah satu hambatan yang perlu menjadi
perhatian, karena dari sinilah tergerak pemikiran solusi untuk
memecahkan permasalahan terkait penerapan kurikulum 2013.
3. Penambahan Jam Pembelajaran
Penambahan jam pelajaran ini dikhawatirkan akan mengesampingkan
kebutuhan siswa untuk mendapatkan pendidikan di lingkungan keluarga
dan sosial sekitarnya. Pertimbangan ini mengingat siswa harus didorong
mengembangkan banyak ragam kecerdasan, mulai dari kecerdasan
kognitif, emosional, sosial, hingga spiritual.
4. Belum Adanya Evaluasi dari Kurikulum Sebelumnya
8
Perubahan Kurikulum 2013 juga tidak didasarkan pada evaluasi dari
pelaksanaan kurikulum sebelumnya (KTSP) 2006 sehingga dapat
membingungkan guru dan pemangku pendidikan dalam pelaksanaannya.
5. Guru Dipandang Memiliki Kemampuan Sama
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tidak
pernah secara langsung melibatkan guru dalam merumuskan kurikulum
2013. Kemendikbud seolah melihat semua guru dan peserta didik
memiliki kemampuan yang sama.
BAB III
PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS
A. Problematika Kurikulum 2013
Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan
keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Hal
itu sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 sebagai mana tersurat dalam
penjelasan pasal 35: “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan
standar yang telah disepakati”.15 Hal ini sejalan pula dengan pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan
mencangkup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu.
Akan tetapi proses implementasi memiliki beberapa kendala yang banyak
disesalkan guru-guru SMP Muhammadiyah 4 Gempol yakni kendala
ketersediaan buku. “implementasi kurikulum 2013 masih terkenda dengan
buku guru dan silabus yang tidak sesuai dengan buku guru dan siswa,” tutur
Rina Rimawati selaku guru mata pelajaran Matematika.16
Selain karena buku pelajaran yang terbatas, kendala lainnya adalah belum
siapnya seluruh guru dalam menerapkan kurikulum baru. Kepala SMA Negeri
2 Palu, Syarifudin mengatakan sebagian guru masih kesulitan mencari buku
untuk digunakan pada kurikulum 2013. Itu karena mereka hanya
mengandalkan silabus yang diberikan pemerintah. Sedangkan belum semua
buku pelajaran mereka terima.
“Secara jujur kami mengatakan penerapan kurikulum ini masih banyak
mengalami kendala. Terutama pemahaman guru tentang konten kurikulum ini.
15 UU R.I. nomor 20 tahun 2003 tentang sisdiknas (bandung: Citraumbara, 2012), cet ke IV Hlm. 4916Rini Rahmawati, SMP Muhammadiyah 4 Gempol, Wawancara dan kueisoner, Pada 22 September 2014
17
10
Hal itu karena pada kurikulum ini metode pembelajarannya agak berbeda
dengan kurikulum sebelumnya, yang mengharuskan siswa untuk berfikir kritis
dalam menanggapi pelajaran. Fugsi guru di kurikulum ini hanya sebagai
fasilitator,” ujar Syarifudin, Senin (23/9).
Sekolah yang dipimpin Syarifudin menjadi koordinator bagi tujuh sekolah
tingkat SMA/sederajat di Sulteng yang menjadi percontohan penerapan
kurikulum 2013.
Diakui, selama penerapan kurikulum 2013, pelatihan yang dilaksanakan
pemerintah baru meliputi tiga mata pelajaran yakni, matematika, Bahasa
Indonesia dan sejarah.
Sedangkan pelatihan untuk mata pelajaran lainnya belum dilaksanakan.
“Pelatihan itu memang sangat besar manfaatnya bagi guru untuk penyamaan
persepsi dalam penerapan kurikulum 2013,” jelasnya.17
Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang
produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreatifitas, anak-anak
bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa
depan yang semakin rumit dan kompleks. Meskipun demikian, keberhasilan
Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif dan
inovatif, serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk
membentuk watak dan peradapan bangsa yang bermatabat sangat ditentukan
oleh berbagai faktor ( Kunci sukses ). Kunci sukses tersebut antara lain
berkaitan dengan kepemimpinan kepala sekolah, kreatifitas guru, aktivitas
peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan sumber belajar, lingkungan yang
kondusif akademik dan partisipasi warga sekolah.18
17 Penerapan Kurikulum 2013Masih Mengalami Kendala, diakses pada http://www.suarapembaruan.com/home/penerapan-kurikulum-2013-masih-alami-kendala/42349 pada tanggal 23 september 2014 pukul 11:50 WIB18 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Rosda Karya, 2014), Hlm. 39
11
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kunci sukses pertama yang menentukan keberhasilan implementasi
Kurikulum 2013 adalah kepemimpinan kepala sekolah, terutama dalam
mengkoordinasikan, menggerakkan dan menyelaraskan semua sumber
daya pendidikan yang tersedia. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan
salah satu faktor penentu yang dapat menggerakkan semua sumber daya
sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah
melalui program-program yang dilaksanakan secara terencana dan
bertahap. Oleh karena itu, dalam menyukseskan implementasi Kurikulum
2013 diperlukan kepala sekolah yang mandiri dan professional dengan
kemampuan manajemen serta kepemimpinan yang tangguh, agar mampu
mengambil keputusan dan prakarsa untuk meningkatkan mutu sekolah.
Kepemimpinan kepala sekolah diperlukan, terutama untuk memobilisasi
sumber daya sekolah dalam kaitannya dengan perencanaan dan evaluasi
program sekolah, pembelajran pengelolaan ketenagaan, sarana dan sumber
belajar, keuangan, pelayanan siswa, serta hubungan sekolah dengan
masyarakat.19
2. Kreativitas guru
Kunci sukses kedua yang menentukan kebehasilan implementasi
Kurikulum 2013 adalah kreatifitas guru, karena guru merupakan faktor
penting yang besar pengaruhnya, bahkan sangat menentukan berhasil
tidaknya peserta didik dalam belajar. Kurikulum 2013 akan sulit
dilaksanakan di berbagai daerah karena sebagian besar guru belum siap.
Ketidaksiapan guru itu tidak hanya terkait dengan urusan kompetensinya,
tetapi berkaitan dengan masalah kreativitasnya, yang juga disebabkan oleh
rumusan kurikulum yang lambat disosialisasikan oleh Pemerintah. Dalam
hal ini, guru-guru yang bertugas di daerah dan di pedalaman akan sulit
19 Ibid., Hlm. 39-40.
12
mengikuti hal-hal baru dalam waktu singkat, apalagi dengan pendekatan
tematik integrative yang memerlukan waktu untuk memahaminya.20
Dalam rangka menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 dan
menyiapkan guru yang siap menjadi fasilitator pembelajaran sebagaimana
diuraikan di atas, hendaknya diadakan musyawarah antara kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan, pengawas sekolah dan komite sekolah.
Musyawarah tersebut diperlukan, terutama untuk menganalisis,
mendiskusikan dan memahami buku pedoman dan berbagai hal yang
terkait dengan implementasi Kurikulum 2013.21
3. Aktifitas Peserta Didik
Kunci sukses ketiga yang menetukan keberhasilan implementasi
Kurikulum 2013 adalah aktifitas peserta didik. Dalam rangka mendorong
dan mengembangkan aktifitas peserta didik, guru harus mendisiplinkan
peserta didik, terutama disiplin diri ( self-disciplin ). Guru harus mampu
membantu peserta didik mengembangkan pola perilakunya, meningkatkan
standar perilakunya dan melaksanakan aturan sebagai alat untuk
menegakkan disiplin dalam setiap aktifitasnya. Untuk mendisiplinkan
peserta didik perlu dimulai dengan prinsip yang sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional, yakni sikap demokratis, sehingga peraturan disiplin
perlu berpedoman pada hal tersebut yakni dari, oleh dan untuk peserta
didik sedangkan guru tut wuri handayani. Dalam hal ini, guru harus
mampu memerankan diri sebagai pengemban ketertiban, yang patut
digugu, ditiru dan diteladani, tetapi tidak bersikap otoriter.22
4. Sosialisasi Kurikulum 2013
Kunci sukses yang yang keempat ialah Sosialisasi. Sosialisasi dalam
implementasi kurikulum sangat penting dilakukan, agar semua pihak yang
terlibat dalam implementasi di lapangan paham dengan perubahan yang
20 Ibid., Hlm. 41.21 Ibid., Hlm. 44.22 Ibid., Hlm. 45-46.
13
harus dilakukan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing,
sehingga mereka memberikan dukungan terhadap perubahan kurikulum
yang dilakukan.23
Sosialisasi kurikulum perlu dilakukan terhadap berbagi pihak yang
terkait dalam implementasinya, serta terhadap seluruh warga sekolah,
bahkan terhadap masyarakat dan orang tua peserta didik. Sosialisasi ini
penting, terutama agar seluruh warga sekolah mengenal dan memahami
visi dan misi sekolah, serta kurikulum yang akan diimplementasikan.
Sosialisasi bias dilakukan oleh jajaran pendidikan di pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah yang bergerak dalam bidang pendidikan
( Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ) secara proposional dan professional.
Sosialisasi perlu dilakukan secara matang kepada berbagai pihak agar
kurikulum baru yang ditawarkan dapat dipahami dan diterapkan secara
optimal, karena sosialisasi merupakan langkah penting akan menunjang
dan menentukan keberhasilan perubahan kurikulum. Setelah sosialisasi,
kemudian mengadakan musyawarah antara kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan dan komite sekolah untuk mendapatkan persetujuan dan
pengesahan dari berbagai pihak dalam rangka menyuseskan implementasi
Kurikulum 2013.24
5. Fasilitas dan Sumber Belajar
Kunci sukses kelima adalah fasilitas dan sumber belajar yang
memadai, agar kurikulum yang sudah dirancang dapat dilaksanakan secara
optimal. Fasilitas dan sumber belajar yang perlu dikembangkan dalam
mendukung suksesnya implementasi kurikulum antara lain : laboratorium,
pusat sumber belajar dan perpustakaan serta tenaga pengelola dan
peningkatan kemampuan pengelolaannya yang dilakukan secara optimal
dan maksimal serta dipelihara dan disimpan sebaik-baiknya. Dalam hal ini
23 Ibid., Hlm. 48.24 Ibid., Hlm. 48-49
14
guru juga dituntut agar memiliki kreatifitas, improvisasi, inisiatif, dan
inovatif yang dimilikinya.
Dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar, guru disamping
harus mampu membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga, juga
harus berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai
sumber belajar, misalnya memanfaatkan batu-batuan, tanah, tumbuh-
tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi social, ekonomi dan budaya
kehidupan yang berkembang dimasyarakat.25
6. Lingkungan yang Kondusif Akademik
Kunci sukses keenam yang menentukan keberhasilan implementasi
Kurikulum 2013 adalah lingkungan yang kundusif-akademik, baik secara
fisik maupun non fisik. Lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan
tertib, optimism dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah,
kesehatan sekolah serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik
( student-centered activities ) merupakan iklim yang dapat
membangkitkan nafsuh, gairah dan semangat belajar. Iklim belajar yang
kondusif merupakan tulang punggung dan faktor pendorong yang dapat
memberikan daya tarik tersendiri bagi proses belajar, sebaliknya iklim
belajar yang kurang menyenangkan akan menimbulkan kejenuhan dan
rasa bosan.
Iklim belajar yang kondusif-akademik harus ditunjang oleh berbagai
fasilitas belajar yang menyenangkan : seperti sarana, laboratorium,
pengaturan lingkungan, penampilan dan sikap guru, hubungan yang
harmonis antara peserta didik itu sendiri, serta penantaan organisasi dan
bahan pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kemampuandan
perkembangan peserta didik. Iklim belajar yang menyenangkan akan
membangkitkan semangat dan menumbuhkan aktifitas serta kreatifitas
peserta didik. Hal ini diakui oleh Soedomo ( dalam mulyasa 2004 ).26
25 Ibid., Hlm. 49-50.26 Ibid., Hlm. 53-54.
15
Semakin menyenangkan tatanan lingkungan fisik, akan memberikan
dampak positif bagi proses belajar. Para pakar psikologis aliran
ekologik telah mendapatkan temuan-temuan penelitian bahwa tata
warna secara langsung mempengaruhi suasana jiwa, warna-warna
cerah scenderung menyiratkan kecerian dan suasana jiwa yang
optimistic, sedangkan penggunaan warna-warna suram akan
menberikan pengaruh yang sebaliknya.
7. Partisipasi Warga Sekolah
Kunci sukses ketujuh yang turut menentukan keberhasilan Kurikulum
2013 adalah partisipasi warga sekolah, khususnya tenaga kependidikan.
Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan
kepala sekolah dalam memperdayakan seluruh warga sekolah, khususnya
tenaga kependidikan yang tersedia. Dalam hal ini, peningkatan
produktifitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan
perilaku tenaga kependidikan di sekolah melalui aplikasi berbagai konsep
dan teknik mananjemen personalia modern.27
Manajemen tenaga kependidikan di sekolah harus ditunjukkan untuk
memperdayakan tenaga-tenaga kependidikan secara efektif dan efisien
untuk mencapai hasil optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi manajemen tenaga
kependidikan di sekolah yang harus dilaksanakan kepala sekolah adalah
menarik, mengembangkan, menggaji dan memotivasi tenaga kependidikan
guna mencapai tujuan pendidikan secara optimal, membantu tenaga
kependidkan mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan
perkembangan karier serta menyelaraskan tujuan individu, kelompok dan
lembaga. Pelaksanaan manajemen tenaga kependidikan di Indonesia
sedikitnya mencakup tujuh kegiatan utama yaitu perencanaan tenaga
kependidikan, pengadaan tenaga kependidikan, pembinaan dan
27 Ibid., Hlm. 55.
16
pengembangan tenaga kependidikan, promosi dan mutasi, pemberhentian
tenaga kependidikan, kompensasi dan penilaian tenaga kependidikan.
Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar yang apa
diharapkan tercapai, yakni tersedianya tenaga-tenaga kependidikan yang
diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai, serta dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkuailitas.28
Dalam rangka menyukseskan implementasi kurikulum 2013 secara
utuh dan menyeluruh, hendaknya setiap sekolah mampu mengembangkan
berbagai potensi peserta didik secara optimal, terutama dalam kaitannya
dengan pengembangan karakter, akhlak dan moral peserta didik. Dalam
hal ini, Mendikbud mengungkapkan tiga hal yang tidak boleh lepas dari
Kurikulum 2013, yakni pengembangan skill, attitude dan knowledge.
Lebih lanjut dikatakan bahwa desain Kurikulum 2013 tidak hanya
menekankan pada aspek ilmiah saja. Justru kurikulum baru ini akan lebih
kaya dengan nilai-nilai seni budaya dan moral. Hal ini penting karena …
There is no excellent performance without high morale. No Morale, no
excellence. Excellence can be experienced at every level and in every
serios kind of education ( Gardener ).29
28 Ibid., Hlm. 56.29 Ibid., Hlm. 56.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan:
1. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas
dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum
terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
2. Implementasi kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi harus
melibatkan semua komponen (stakeholders), termasuk komponen-komponen
yang ada dalam sistem pendidikan itu sendiri. Komponen-komponen tersebut
antara lain kurikulum, rencana pembelajaran, proses pembelajaran,
mekanisme penilaian, kualitas hubungan, pengelolaan pembelajaran,
pengelolaan sekolah atau madrasah, pelaksanaan pengembangan diri peserta
didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, serta etos kerja seluruh
warga dan lingkungan seklolah atau madrasah.
3. Minimnya pedoman yang disiapkan, menjadi pekerjaan rumah tersendiri
bagi pemerintah. Pemerintah harus segera menyiapkan kekurangan
tersebut. Masalah ketidaksesuaian buku juga harus segera ditindak lanjuti,
guru harus ikut aktif dalam menyaring substansi yang ada dalam buku
terutama yang diberikan kepada siswa sehingga tidak ada kesalahan
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Bagi pemerintah, perlu
dilakukan pengkajian lebih dalam mengenai pengembangan kurikulum
yang lebih luas, dengan mempertimbangkan pada kondisi geografis
Indonesia. Jangan sampai kurikulum baru hanya dapat diterapkan di kota-
kota besar saja tetapi harus dapat merangkul seluruh wilayah Indonesia,
mengingat sekarang uji coba hanya dilakukan di kota-kota besar.
17