ISEI BANDUNG BAPPEDA PROVINSI JAWA BARATbappeda.jabarprov.go.id/wp-content/uploads/old_doc/...5.3...

179
Laporan Akhir Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016 BAPPEDA PROVINSI JAWA BARAT ISEI BANDUNG JAWA BARAT

Transcript of ISEI BANDUNG BAPPEDA PROVINSI JAWA BARATbappeda.jabarprov.go.id/wp-content/uploads/old_doc/...5.3...

Laporan Akhir Rencana Kebutuhan Investasi

Metropolitan BODEBEKKARPUR2016

BAPPEDA PROVINSIJAWA BARAT

ISEI BANDUNGJAWA BARAT

i

DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian 10

1.3 Tujuan dan Saran 11

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan 11

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN 12

2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 12

2.2 Investasi 14

2.2.1 Proses Investasi 17

2.2.2 Daya Tarik Investasi 19

2.2.3 Pendekatan Investasi 21

2.3 Pengertian Output dan Nilai Tambah 26

2.4 Rasio Modal Output (COR) dan Rasio Modal Output

Marginal (ICOR)

27

2.5 Penelitian Terdahulu 30

BAB III METODE PENELITIAN 32

3.1 Kerangka Penelitian 32

3.2 Objek Penelitian 34

3.3 Metode Penelitian 34

3.3.1 Metode Pengumpulan Data 34

3.3.2 Metode Analisis Data 35

3.4 Metode Perhitungan 37

3.5 Metode Analisis ICOR (Incremental Capital Output

Ratio)

37

3.5.1 ICOR (Incremental Capital Output Ratio) 37

3.5.2 Formula Menghitung Rencana Kebutuhan Investasi 38

ii

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 39

4.1 Kondisi Fisik dan Geografis 39

4.2 Rencana Pengembangan wilayah Metropolitan 42

4.2.1 Isu Pengembangan Wilayah 47

4.2.2 Isu Investasi 50

4.3 Kondisi Sosial – Kependudukan 52

4.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk

Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025

52

4.3.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bodebekkarpur

Tahun 2010 – 2015

53

4.3.3 Kondisi Perekonomian 54

4.3.4 Analisis SWOT Kabupaten/Kota di Metropolitan

Bodebekkarpur

58

4.4 Kajian Komparatif Metropolitan Mebidangro,

Gerbangkertosusilo, Dan Sarbagita

72

4.4.1 Metropolitan Mebidangro 72

4.4.2 Analisis SWOT Metropolitan Mebidangro 82

4.4.3 Metropolitan Gerbangkertasusilo 84

4.4.4 Analisis SWOT Metropolitan Gerbangkertosusilo 91

4.4.5 Metropolitan Sarbagita 95

4.4.6 Analisis SWOT Metropolitan Sarbagita 103

BAB V KEBUTUHAN INVESTASI DI WILAYAH

BODEBEKKARPUR

106

5.1 Analisis Investasi Jawa Barat dan Kawasan Metropolitan 106

5.1.1 Analisis Investasi Jawa Barat 106

5.1.2 Analisis Investasi Wilayah Bodebekkarpur 114

5.1.3 Analisis Komparatif Pertumbuhan Investasi Jawa Barat

dengan Wilayah Bodebekkarpur

124

5.1.4 Analisis ICOR Kabupaten/Kota Metropolitan

Bodebekkarpur

127

5.2 Analisis SWOT Investasi Bodebekkarpur 133

iii

5.2.1 Strengths (Kekuatan) 134

5.2.2 Weaknesses (Kelemahan) 136

5.2.3 Opportunities (Kesempatan) 137

5.2.4 Threats (Hambatan) 141

5.2.5 Matriks IFAS EFAS 142

5.3 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan

Bodebekkarpur

148

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 151

6.1 Kesimpulan 151

6.2 Rekomendasi Kebijakan 152

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kaitan Investasi dalam Pertumbuhan Wilayah 6

2.1 Faktor Penarik Investasi 20

2.2 Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa

Barat

23

2.3 Bentuk Kerjasama Pemerintah-Swasta (Kemitraan) 24

3.1 Kerangka Pemikiran 33

3.2 Proses Penelitian Analisa Deskriptif 36

3.3 Analisa Data Deskriptif 36

4.1 Peta Metropolitan Bodebekkarpur 2010 41

4.2 Tiga Metropolitan di Jawa Barat 43

4.3 Potensi Bodebekkarpur 48

5.1 Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2020 116

5.2 Posisi Strategis Bodebekkarpur sebagai penghubung

DKI Jakarta dan Metropolitan Bandung Raya

134

5.3 Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur 137

5.4 Jalur Kereta Cepat : Jakarta Sura Baya 138

5.5 Jumlah Perjalanan Harian Komuter dari Bodebekkarpur

ke Jakarta

140

5.6 Jumlah Orang Melakukan Perjalanan dari Bodetabek ke

DKI Jakarta (Tahun 2011)

140

5.7 Matrix SWOT Bodebekkarpur 146

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Metropolitan

BodebekkarpurMenurut LapanganUsaha Tahun 2011 – 2015

55

4.2 Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Bodebekkarpur Menurut

LapanganUsaha Tahun 2011 (%)

56

5.1 Pertumbuhan Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Tahun

2011-2015

119

5.2 Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur

Tahun 2011-2015

120

5.3 Pertumbuhan PMDN di Wilayah Bodebekkarpur

Tahun 2011 - 2015

121

5.4 Distribusi PMDN di Bodebekkarpur 122

5.5 Pertumbuhan PMA di Bodebekkarpur 123

5.6 Distribusi PMA di Bodebekkarpur 123

5.7 ICOR Bodebekkarpur 128

5.8 Distribusi Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur

130

vi

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan IPM DKI

Jakarta dan Bodebekkarpur Tahun 2012-2015

4

1.3 Kondisi Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja Terbesar di

Jawa Barat (Triwulan I Tahun 2016)

8

4.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk

Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025

52

4.2 IPM Bodebekkarpur Tahun 2010-2015 53

4.3 PDRB Bodebekkarpur Tahun 2010-2015 54

5.1 Realisasi Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2011 –

2015 (Dalam Juta Rupiah)

108

5.2 Jumlah Proyek Investasi dan Tenaga Kerja di Jawa Barat

Periode Tahun 2011 – 2015

111

5.3 Sektor Usaha Proyek Investasi di Jawa Barat Periode Tahun

2011 - 2015

112

5.4 Pertumbuhan dan Distribusi Investasi di Wilayah

Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015

119

5.5 Pertumbuhan dan Distribusi PMDN di Wilayah

BodebekkarpurSelama Periode Tahun 2011 – 2015

120

5.6 Pertumbuhan dan Distribusi PMA di Wilayah

Bodebekkarpur Selama Periode Tahun 2011 – 2015

122

5.7 Perbandingan Pertumbuhan dan Share Investasi Jawa Barat

dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015

125

5.8 Perbandingan Perkembangan PMDN dan PMA Jawa Barat

dengan Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015

126

5.9 ICOR Kabupaten /Kota di Metropolitan Bodebekkarpur

Periode Tahun 2012-2015

127

5.10 Rencana Kebutuhan Investasi Kabupaten/Kota Metropolitan 129

vii

Bodebekkarpur Periode Tahun 2016-2020

5.11 Rencana Kebutuhan Investasi Kabupaten/Kota Metropolitan

Bodebekkarpur Periode Tahun 2021-2025

130

5.12 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) 143

5.13 External Factor Analysis Summary (EFAS) 144

5.14 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan

Bodebekkarpur

149

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

1

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatkan kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan akhir

pembangunan ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah pusat hingga

daerah diarahkan untuk menggunakan semua sumberdaya yang dimilikinya untuk

mencapai tujuan tersebut yang diskenariokan dalam beragam bentuk serta bauran

skenario kebijakan serta program pembangunan ekonomi. Dalam

perkembangannya, skenario kebijakan serta program yang digagas oleh satu

pemerintah daerah serta pemerintah daerah lainnya memungkinkan adanya

perbedaan. Perbedaan tersebut terjadi karena permasalahan satu daerah dengan

daerah lainnya juga berbeda, selain adanya faktor inovasi atau kreativitas masing-

masing daerah dalam menyelesaikan permasalahan pembangunannya. Sebagai

bentuk implementasi dari kreativitas kebijakan serta mencermati permasalahan

yang ada, Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Bappeda Provinsi Jawa Barat

berusaha merancang strategi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui

inovasi-inovasi dalam rencana-rencana teknis bidang perencanaan.

Kesejahteraan penduduk dipengaruhi oleh berbagai indikator seperti

pertumbuhan ekonomi, investasi, inflasi, dan indikator makro ekonomi lainnya.

Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama yang

dapat merepresentasikan perubahan tingkat kesejahteraan penduduk. Oleh karena

itu, tujuan dari pembangunan ekonomi di semua daerah berorientasi pada faktor-

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

2

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Namun pada

kenyataannya dalam implementasi perencanaan pembangunan daerah dihadapkan

pada sumber daya yang terbatas, baik itu anggaran pemerintah maupun

ketersediaan sumber daya yang lain seperti: lahan, tenaga kerja, teknologi,

wirausaha, dan modal. Dengan anggaran negara yang terbatas seharusnya mampu

dioptimalkan guna mencapai laju pertumbuhan ekonomi sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan yang relatif tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang

tinggi ini diperlukan untuk mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan,

namun demikian hal tersebut tidak selalu berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga harus didukung oleh infrastruktur

yang memadai serta kebijakan terkait yang dibuat daerah masing-masing,

sedangkan salah satu syarat agar wilayah tersebut memiliki kondisi infrastruktur

dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah dengan adanya peningkatan jumlah

investasi yang ditanamkan. Dalam konteks Jawa Barat ada tiga wilayah

metropolitan (Bodebekkarpur, Cirebon Raya dan Bandung Raya) yang akan

didisain dalam pengembangan investasi. Wilayah Metropolitan didefinisikan

merupakan wilayah cepat tumbuh penuh persaingan yang mempunyai peran

penting dalam membangun ekonomi wilayah, mensejahterakan masyarakat,

modernisasi, dan keberlanjutan pembangunan, sehingga perlu dikelola dengan

baik dan dikembangkan sebagai penggerak percepatan pembangunan di daerah.

Fenomena perkembangan metropolitan di Jawa Barat ditandai oleh aglomerasi

ekonomi, aglomerasi penduduk, serta peningkatan intensitas lahan terbangun dan

aktivitas sosial masyarakat.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

3

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Metropolitan dan Pusat

Pertumbuhan di Jawa Barat, dijelaskan bahwa wilayah Kabupaten Bogor, Kota

Bogor, Kota Depok, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi, Kabupaten Karawang, dan

Kabupaten Purwakarta yang selanjutnya disebut Metropolitan Bodebekkarpur

adalah kesatuan wilayah perkotaan yang terbentuk karena aglomerasi kegiatan

ekonomi, aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi lahan terbangun, dan

aglomerasi penduduk mencapai 11,6 juta jiwa terletak di 82 kecamatan dalam 7

Kabupaten/Kota yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor, sebagian wilayah

Kabupaten Bekasi, sebagian wilayah Kabupaten Bogor, sebagian wilayah

Kabupaten Karawang dan sebagian wilayah Kabupaten Purwakarta dengan total

luas 314.840 Ha (Sumber: BPS Jawa Barat, 2011).

Metropolitan Bodebekkarpur berlokasi tepat bersebelahan dengan

Metropolitan DKI Jakarta. Kedudukan Bodebekkarpur saat ini cenderung lebih

bersifat sebagai metropolitan level kedua (2nd tier) dan (hinterland) bagi DKI

Jakarta. Bodebekkarpur saat ini juga cenderung sering dikonotasikan sebagai kota

kediaman (dormitory town), sedangkan berbagai kegiatan yang memberikan nilai

tambah berlokasi di DKI Jakarta. Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur dan

DKI Jakarta yaitu mengembangkan Bodebekkarpur sebagai metropolitan tingkat

pertama (1st tier) berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga berperan sebagai

kota metropolitan tingkat pertama (1st tier). Kedepan wilayah Metropolitan

Bodebekkarpur dikembangkan sebagai metropolitan mandiri dengan sektor

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

4

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

unggulan industri manufaktur, jasa, keuangan, serta perdagangan, hotel, dan

restoran.

Berikut ini kita dapat melihat data laju pertumbuhan ekonomi dan

IndeksPembangunan Manusia (IPM) antara DKI Jakarta dan Metropolitan

Bodebekkarpur. Berdasarkan tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa laju pertumbuhan

ekonomi Metropolitan Bodebekkarpur memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi

di atas DKI Jakarta. Dimulai pada tahun 2013 sampai pada tahun 2015

Metropolitan Bodebekkarpur selalu tumbuh melebihi pertumbuhan ekonomi DKI

Jakarta. Sementara kalau dilihat dari perbandingan IPM, DKI Jakarta masih lebih

tinggi dibandingkan Metropolitan Bodebekkarpur. Angka IPM ini dapat mewakili

kondisi sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut.

Tabel 1.1 Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi dan IPM

DKI Jakarta dan Bodebekkarpur Tahun 2012-2015

Tahun

Pertumbuhan Ekonomi (%) IPM

DKI Jakarta Rata-rata

Bodebekkarpur

DKI Jakarta Rata-rata

Bodebekkarpur

2012 6,53 6,49 77,53 70,65

2013 6,11 6,63 78,08 71,47

2014 5,95 5,98 78,39 71,83

2015 5,11 5,45 78,99 72,41

Sumber: BPS Tahun 2015 DKI Jakarta dan Jawa Barat (data diolah)

Konsep Twin Metropolitan antara DKI Jakarta dan Bodebekkarpur dapat

direalisasikan salah satunya dengan cara meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

sehingga tingkat kesejahteraan dan IPM di wilayah tersebut dapat meningkat.

Salah satu penentu pertumbuhan ekonomi adalah investasi, maka agar target itu

dapat ditentukan secara realistis diperlukan suatu indikator yang berkaitan dengan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

5

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

investasi. Indikator yang diperlukan itu adalah Incremental Capital Output Ratio

(ICOR) atau rasio antara tambahan output dan tambahan modal. Jika sebuah

daerah mempunyai angka ICOR, maka daerah tidak akan menemui kesulitan lagi

menentukan berapa besarnya investasi yang diperlukan untuk mengejar target

pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Semakin kecil nilai ICOR semakin besar

produktivitas dan efisiensi dari investasi yang ditanamkan.

Dengan melihat ICOR suatu wilayah, lembaga yang melakukan

perencanaan ekonomi dapat memperkirakan berapa kebutuhan investasi yang

diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Apabila dari

APBD setempat tidak dapat menunjang besarnya investasi yang diperlukan, maka

sektor swasta harus dipacu untuk melengkapi. Agar pelaksanaan pembangunan

dapat lebih operasional, maka target pertumbuhan harus dibuat lebih dahulu,

sebagai akibatnya maka koefisien ICOR tiap-tiap sektor harus ditentukan,

sehingga kebutuhan investasi di tiap-tiap sektor dapat ditentukan. Selain dampak

Invetasi terhadap ekonomi juga perlu dilihat bagaimana penyerapannya terhadap

tenaga kerja di wilayah Bodebekkarpur. Dengan demikian, ICOR memberikan

gambaran tentang efisiensi dalam penggunaan modal (capital), memberikan

gambaran tentang efisiensi penggunaan model produksi (capital intensive atau

labour intensive), dan merupakan alat perencanaan untuk memperkirakan

kebutuhan investasi. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya

pertumbuhan ekonomi, yakni melalui investasi yang didukung oleh produktivitas

yang tinggi dan penyerapan tenaga kerja. Investasi akan memperkuat

pertumbuhan ekonomi dengan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

6

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

produksi. Oleh karena itu memperbaiki iklim investasi merupakan suatu tugas

yang penting bagi pemerintah daerah mengingat investasi pemerintah hanya

merupakan bagian kecil dari total investasi.

Gambar 1.1

Kaitan Investasi dalam Pertumbuhan Wilayah

Dari gambar 1.1 diatas kita dapat melihat bagaimana pengaruh investasi

terhadap pertumbuhan wilayah dapat menyebabkan peningkatan lapangan kerja

dan juga pendapatan pemerintah. Akan tetapi hal ini juga sangat ditentukan oleh

kondisi infrastruktur dan juga daya saing wilayah itu sendiri. Oleh karena itulah

kebijakan pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan berapa

Daya Saing

Wilayah

Infrastruktur

X = Ekspor

Investasi

C = Konsumsi

Lapangan Kerja Pendapatan

Pemerintah

G = Pembiayaan

Pemerintah

Pertumbuhan Wilayah

PDRB = C + I + G + (X-M)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

7

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

besarnya investasi yang tertanam di wilayah tersebut. Perbaikan iklim investasi

bukan hanya tanggungjawab pemerintah pusat, namun merupakan tanggung

jawab seluruh jajaran pemerintahan dan masyarakat secara umum. Kebijakan

desentralisasi pemerintahan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2001

telah mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk turut berperan besar dalam

upaya penciptaan iklim investasi yang kondusif di daerahnya. Dengan

kewenangan di bidang pemerintahan yang telah diserahkan kepada pemerintah

daerah untuk lebih leluasa dalam menciptakan iklim investasi di daerahnya

masing-masing. Proses pengambilan kebijakan pembangunan yang sebelumnya

lebih banyak dikendalikan oleh pemerintah pusat, selanjutnya menjadi lebih dekat

dengan masyarakat di daerah. Kesiapan dan kemampuan daerah dalam berkreasi,

merupakan salah satu penentu keberhasilan pembangunan di daerah termasuk

dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif. Untuk menjawab tantangan

tersebut, langkah awal yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat

adalah menghitung besarnya perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai

target pertumbuhan yang akan ditetapkan.

Investasi akan memperkuat pertumbuhan ekonomi dengan mendatangkan

lebih banyak input ke dalam proses produksi. Oleh karena memperbaiki iklim

investasi merupakan suatu tugas yang penting bagi setiap pemerintah, terutama

negara-negara yang memiliki daya saing investasi yang rendah seperti Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi iklim investasi di Indonesia dinilai masih

memprihatinkan. Beberapa hasil survei lembaga internasional, memperlihatkan

bahwa posisi peringkat daya saing investasi Indonesia masih berada pada

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

8

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

kelompok peringkat bawah dan selalu berada di bawah negara-negara di sekitar

kita, seperti Thailand dan Malaysia. Peringkat ini juga cenderung mengalami

penurunan secara signifikan.

Hal ini menunjukkan seriusnya persoalan iklim investasi di Indonesia yang

harus segera disikapi oleh semua pihak. Di era globalisasi yang bercirikan

liberalisasi perdagangan dan persaingan antar bangsa yang semakin sengit,

segenap sektor ekonomi harus mampu menghasilkan barang dan jasa berdaya

saing tinggi. Wilayah Bodebekkarpur memiliki potensi pembangunan yang besar

dan beragam. Pengelolaan yang baik terhadap sektor-sektor tersebut dapat

mengembangkan produk-produk unggulan. Berdasarkan paparan diatas investasi

merupakan salah satu prasyarat untuk mendukung pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi di wilayah Bodebekarpur agar dapat meningkatkan

produktivitasnya dan dapat menjadi metropolitan mandiri dan menjadi Twin

Metropolitan dari DKI Jakarta.

Tabel 1.2

Kondisi Investasi dan Penyerapan Tenaga Kerja

Terbesar di Jawa Barat (Triwulan I Tahun 2016)

No. Kab./Kota Investasi Tenaga Kerja

Jumlah (Rp Juta) Ratio (%) Jumlah (Orang) Ratio (%)

1 Kab Bekasi 18.615.241 52,41 28.485 38,00

2 Kab Karawang 4.470.202 12,59 7.803 10,41

3 Kab Bogor 3.184.189 8,97 7.567 10,10

Sumber: BPMPT Jawa Barat

Berdasarkan data tabel 1.2 kita dapat melihat tingginya realisasi investasi

yang ada di wilayah Bodebekkarpur. Peringkat pertama yang tertinggi adalah di

Kabupaten Bekasi sebesar Rp.18,615 triliun dengan penyerapan tenaga kerja

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

9

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

sebesar 28.485 orang. Hal ini menandakan adanya korelasi antara investasi

dengan penyerapan tenaga kerja yang ada, karena dengan adanya tambahan

investasi maka akan dapat menaikan produktivitas barang dan jasa di daerah

tersebut yang ditandai dengan kenaikan PDRB di daerah tersebut. Berdasarkan

hasil studi diperoleh bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Jawa Barat sebesar 1 % maka akan mampu menyerap tenaga kerja sebesar 89.772

orang.

Rencana teknis pengembangan metropolitan Bodebekkarpur sampai

dengan tahap implementasinya, selain sudah dilengkapi dengan aturan hukum

perundang-undangan dalam bentuk Perda, pada tahap selanjutnya diharapkan

dapat didukung dengan adanya rencana kerja teknis maupun pentahapan

implementasi kebijakan yang terstruktur dan terukur. Untuk itu, dalam kerangka

tersebut salah satunya dibutuhkan desain perencanaan kebutuhan investasi di

kawasan Bodebekkarpur. Perencanaan kebutuhan investasi di kawasan

Bodebekkarpur diantaranya didasari pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi

dan finansial dengan memperhatikan bahwa kawasan Bodebekkarpur merupakan

bagian dari pusat penggerak perekonomian Jawa Barat, terutama dilihat dari

indikator perkembangan investasi langsung (direct investment) di Jawa Barat.

Dengan adanya fenomena dan latar belakang tersebut perlu kiranya

penyusunan kebutuhan investasi yang ada di wilayah Bodebekkarpur untuk

meningkatkan pembangunan ekonomi, kesejahteraan, modernitas, peningkatan

daya saing, dan keberlanjutan masyarakat melalui pengembangan metropolitan

mandiri berbasis industri manufaktur, industri keuangan, jasa, perdagangan, hotel,

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

10

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

dan restauran di wilayah Bodebekkarpur dalam menghadapi dinamika regional

dan global.

1.2 Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Sebagai wilayah yang berkembang cepat dan menuju status metropolitan

kembar bersama DKI Jakarta, Metropolitan Bodebekkarpur akan memerlukan

investasi yang berfungsi untuk mendukung status tersebut. Kebutuhan investasi

ini masih memerlukan kalkulasi seberapa besar dan upaya yang dilakukan agar

kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. Oleh karena itu kajian ini dilaksanakan

berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a) Bagaimana kondisi dan perkembangan investasi di Bodebekkarpur

selama lima tahun terakhir dari tahun 2011 – 2015. .

b) Bagaimana model penghitungan ekonomi khususnya besarnya kebutuhan

investasi di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur.

c) Bagaimana kesiapan Metropolitan Bodebekkarpur dan secara khusus

strategi apa yang harus dilakukan untuk menarik investasi.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

11

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

1.3 Tujuan dan Sasaran

Secara umum tujuan kajian ini adalah memperkirakan kebutuhan investasi

secara makro untuk wilayah Bodebekkarpur dalam mencapai target pertumbuhan

ekonomi yang ditetapkan. Adapun secara khusus sasaran penyusunan analisis

kebutuhan investasi wilayah Bodebekkarpur adalah sebagai berikut:

1) Teridentifikasinya gambaran perkembangan investasi selama lima tahun

terakhir dari tahun 2011 – 2015 di Bodebekkarpur.

2) Tersedianya model penghitungan ekonomi khususnya besarnya kebutuhan

investasi di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur.

3) Teridentifikasinya kebijakan pemerintah terkait peran dan peluang

Metropolitan Bodebekkarpur dalam posisinya sebagai Twin Metropolitan

dengan DKI Jakarta.

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan

a) Penyusunan dokumen berupa kajian Rencana Kebutuhan Investasi

Metropolitan Bodebekkarpur.

b) Koordinasi dan sinergi antar stakeholders terkait perencanaan kebutuhan

investasi Metropolitan Bodebekkarpur

c) Melakukan pengumpulan data berupa data sekunder dan primer, serta

menghimpun informasi dari berbagai stakeholder terkait kajian melalui

survey lapangan.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

12

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode

tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB

pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit

usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan

jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedang PDRB atas

dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun

dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan

sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah.

Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak

dipengaruhi oleh faktor harga. PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui

perubahan harga dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit).

Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga berlaku dan

PDRB menurut harga konstan.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

13

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara konseptual menggunakan

tiga macam pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan

pendekatan pendapatan.

1) Pendekatan Produksi

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas

barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah

suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit

produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan usaha

(sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2)

pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan

air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7)

pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa

perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).

2) Pendekatan Pengeluaran

Produk Domestik Regional Bruto adalah semua komponen

permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran konsumsi rumah

tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3)

pembentukan modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5)

ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).

3) Pendekatan Pendapatan

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa

yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses

produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

14

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal

dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak

langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak

tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

PDRB perkapita sebagai proxy dari pendapatan perkapita merupakan

gambaran nilai tambah yang dapat diciptakan oleh masing-masing penduduk

akibat dan adanya aktivitas produksi. Sedangkan PDRN perkapita merupakan

gambaran pendapatan yang diterima oleh masing-masing penduduk sebagai keikut

sertaannya dalam proses produksi. Kedua indikator tersebut biasanya digunakan

untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah. Apabila data

tersebut disajikan secara berkala akan menunjukkan adanya perubahan

kemakmuran.

2.2 Investasi

Dalam konsep ekonomi investasi merupakan tambahan terhadap stok

kapital. Pengertian kapital secara fisik adalah seluruh barang modal yang

digunakan dalam proses produksi seperti mesin, bangunan, kendaraan dan

peralatan serta lainnya. Dalam sistem pembukuan neraca perusahaan, yang

dimaksud kapital adalah harta tetap (fixed assets) suatu badan usaha. Secara

umum kapital sering disebut sebagai Gross Capital Stocks merupakan

akumulasi/penumpukan pembentukan modal bruto dari tahun ke tahun yang

digunakan untuk menghasilkan produk baru.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

15

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Menurut konsep ekonomi mikro, penambahan asset perusahaan untuk

meningkatkan skala operasi diartikan sebagai investasi. Asset yang dimaksud

mencakup asset seperti bangunan, mesin, peralatan, dan sejenisnya dan asset

lancar seperti uang serta asset lain yang dapat segera diuangkan. Sedangkan dalam

konsep ekonomi makro, investasi dapat diartikan sebagai penambahan fisik atas

barang-barang modal tetap dan perubahan stok (sesuai konsep penghitungan

produk Domestik Bruto/PDB atau PDRB Pengertian lain investasi sebagaimana

dijelaskan dalam System ofNational Accounts (SNA) adalah bahwa Pembentukan

Modal Tetap Bruto (PMTB) identik dengan besarnya investasi fisik (real

investment) yang direalisasikan di suatu Negara/wilayah pada suatu waktu tertentu

(physical domestic investment). Disebut PMTB karena di dalamnya tidak

termasuk perubahan stok (inventory). Sedangkan yang disebut sebagai

pembentukan Modal Bruto (PMB) adalah bahwa apabila didalamnya termasuk

perubahan stok. Selanjutnya dalam tulisan ini akan lebih difokuskan pada

komponen PMTB.

Pembentukan barang-barang modal atau sering disebut dengan istilah

PMTB, meliputi pembuatan dan pembelian barang modal baru baik dari dalam

negeri/wilayah dan barang modal baru atau bekas dari luar negeri/wilayah. Untuk

lebih jelasnya, cakupan pembentukan modal tetap secara ringkas dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi, mesin-mesin, alat pengangkutan

dan perlengkapan yang mempunyai umur satu tahun atau lebih;

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

16

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

b. Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang akan

meningkatkan produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian;

c. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, perluasan areal hutan

dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman keras;

d. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu,

pengangkutan dan sebagainya, tidak termasuk untuk dipotong;

e. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan transaksi

jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak paten,hak cipta dan

barang-barang modal bekas.

Sedangkan stok (inventory) dapat diartikan sebagai penjumlahan dari

barang-barang jadi yang belum terjual, barang-barang setengah jadi serta bahan-

bahan yang belum terpakai/digunakan. Stok akhir tahun dikurangi stok awal tahun

merupakan perubahan stok, yang merupakan bagian dari investasi sebagaimana

dimaksud di atas.

Pada hakikatnya investasi merupakan penempatan sejumlah dana yang

digunakan untuk membei barang – barang modal dan perlengkapan produksi guna

menambah kemampuan produksi barang dan jasa saat ini dengan harapan

memperoleh keuntungan di masa mendatang. Umumnya investasi dibedakan

menjadi dua, yaitu :

a. Investasi pada financial assets, biasanya dilakukan di pasar uang, contohnya

berupa sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, commercial paper, dan

sebagainya. Atau dapat juga dilalukan di pasar modal, seperti misalnya berupa

obligasi, saham, waran, opsi, dan sebagainya.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

17

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

b. Investasi pada real assets, dilakukan dalam bentuk pendirian pabrik, pembelian

assets produktif, pembukaan perkebunan dan pembukaan tambang.

2.2.1 Proses Investasi

Proses investasi dilakukan melalui beberapa tahapan, proses ini

menunjukkan bagaimana seharusnya seorang investor membuat keputusan

investasi. Berikut tahapan proses investasi :

a. Menentukan tujuan investasi

Sebelum melakukan proses investasi, ada tiga hal yang perlu

dipertimbangkan dalam hal ini, yaitu : tingkat resiko (rate of risk), tingkat

pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), dan ketersediaan

jumlah dana yang diinvestasikan. Umumnya hubungan antara return dan risk

bersifat linier, artinya semakin besar tingkat risiko (rate of risk), maka semakin

besar pula tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return).

b. Melakukan Analisis

Investor harus melakukan analisis terhadap suatu efek atau sekelompok

efek. Penilaian ini bertujuan salah satunya adalah untuk mengidentifikasi efek

yang salah harga (mispriced), dengan kata lain apakah harganya terlalu tinggi

atau terlalu rendah. Oleh karena itu ada dua pendekatan yang digunakan untuk

mengetahuinya, yaitu:

1) Pendekatan Fundamental

Pendekatan fundamental didasarkan pada informasi - informasi yang

dikeluarkan oleh administrator bursa efek maupun oleh emiten.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

18

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

2) Pendekatan Teknikal

Pendekatan teknikal didasari pada data perubahan harga saham yang

terjadi di masa lalu untuk memperkirakan harga saham di masa

mendatang. Dengan kata lain para analis akan memperkirakan pergeseran

demand dan supply dalam jangka pendek, serta berusaha untuk

cenderung mengabaikan risiko dan pertumbuhan earning dalam

menetapkan barometer dari supply dan demand.

c. Melakukan Pembentukan Portofolio

Pada tahap ini akan dilakukan proses identifikasi terhadap efek – efek

mana yang akan dipilih serta berapa proporsi dana yang akan diinvestasikan

pada masing – masing efek. Efek yang dipilih dalam pembentukan portofolio

adalah efek yang memiliki koefisien korelasi negatif (hubungan berlawanan).

Hal ini untuk memperkecil risiko.

d. Melakukan Evaluasi Kinerja Portofolio

Setelah portofolio terbentuk, selanjutnya melakukan evaluasi atas kinerja

portofolio, baik pada tingkat keuntungan yang diharapakan maupun pada risiko

yang ditanggung. Sebagai tolok ukurnya dapat menggunakan du acara, yaitu :

1) Measurement Assets, yaitu penilaian kerja portofolio atas dasar aset yang

telah ditanamkan dalam portofolio, contohnya dengan menggunakan rate

of return.

2) Comparison, yaitu penilaian atas dasar pembandingan dua set portofolio

yang memiliki risiko yang sama besar.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

19

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

e. Melakukan Revisi Kinerja Portofolio

Tahap revisi kinerja portofolio merupakan tindak lanjut dari sebelumnya

yaitu tahap evaluasi kinerja portofolio. Dari hasil evaluasi selanjutnya akan

dilakukan revisi terhadap efek – efek yangmembnagun portofolio tersebut jika

komposisi portofolio yang sudah dibentuk tidak sesuai dengan tujuan investasi,

misalkan rate of return-nya lebih rendah dari yang diinginkan. Revisi tersebut

dapat dilakukan secara total maksdunya melakukan likuidasi atas portofolio yang

ada, kemudian membentuk portofolio yang baru. Atau dapat dilakukan secara

terbatas, yaitu melakukan perubahan atas komposisi dana yang dialokasikan pada

masing – masing efek yang membentuk portofolio tersebut.

2.2.2 Daya Tarik Investasi

Melihat bagaimana investasi itu ditanamkan, maka perlu adanya

daya tarik investasi dalam suatu daerah guna meningkatkan nilai investasi

itu sendiri. Berikut ini adalah daya tarik investasi bagi para investor :

1. Kelembagaan

a. Kepastian hukum

b. Aparatur dan pelayanan

c. Kebijakan daerah

d. Kepemimpinan lokal

2. Keamanan, Politik, Sosial Budaya

a . Keamanan

b. Politik dan Budaya

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

20

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

3. Ekonomi Daerah

a. Potensi dan Ekonomi

b. Struktur ekonomi

4. Tenaga Kerja

a. Ketersediaan tenaga kerja

b. Kualitas tenaga kerja

c. Biaya tenaga kerja

5. Infrastruktur Fisik

a. Ketersediaan infrastruktur fisik

b. Kualitas infrastruktur fisik

Gambar 2.1

Faktor penarik investasi

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

21

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

2.2.3 Pendekatan Investasi

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong laju

pertumbuhan ekonomi dengan tetap mengedepankan aspek pemerataan adalah

melalui percepatan investasi baik yang dilakukan oleh investor demestik maupun

investor asing. Upaya untuk memberikan kepastian hukum terkandung di dalam

undang-undang tersebut bertujuan untuk:

1) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

2) Menciptakan lapangan kerja;

3) Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

4) Meningkatkan daya saing usaha;

5) Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

6) Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan

7) Mengolah ekonomi potensial menjadi ekonomi riil;

8) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, dalam Undang-Undang tersebut juga

memuat kewenangan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan pembangunan di

wilayah masing-masing yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Investasi dalam hal ini bertujuan untuk mendorong terciptanya iklim usaha yang

kondusif, penguatan daya saing perekonomian baik secara lokal, nasional dan

internasional. Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut, terdapat empat hal

pendekatan investasi, diantaranya:

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

22

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

A. Pendekatan Tata Ruang / Wilayah

Berdasarkan RTRW Kota Bekasi, pengembangan kawasan dapat terbagi

menjadi kawasan permukiman, industri, perdagangan dan jasa, ruang terbuka

hijau dan gas – energi. Pembagian kawasan berdasarkan kondisi potensial

demografis dan geografis akan menjadi daya dukung investasi atau penanaman

modal. Pada akhirnya, akan lebih mudah mendeskripsikan fasilitas penanaman

modal, ketenagakerjaan, serta kemudahan lainnya untuk melaksanakan kemitraan

antara pemerintah daerah dan swasta.

B. Pendekatan Pembangunan Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Jawa Barat merupakan

pedoman dari penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renstra SKPD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan

kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta

bersifat indikatif. Selain dari itu, RPJMD berfungsi sebagai dokumen publik yang

merangkum rencana pembangunan daerah lima tahunan dibidang pelayanan

umum pemerintahan.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

23

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Gambar 2.2

Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa Barat

C. Pendekatan Publik-Private Partnership

Kerjasama (cooperation) telah lama dikenal dan dikonsepsikan sebagai

suatu sumber efisiensi dalam kerangka perbaikan kualitas pelayanan. Kerjasama

telah dikenal sebagai cara yang jitu untuk mengambil manfaat dari skala ekonomi

(economies of scales). Dalam area praksis ekonomi, kerjasama dalam bentuk

pembelanjaan atau pembeliaan, misalnya, telah membuktikan manfaat dimana

pembelian dalam skala besar – melebihi “threshold points” akan lebih

menguntungkan daripada dalam skala kecil. Dengan kerjasama tersebut biaya

overhead ( overhead cost ) akan teratasi meskipun dalam skala yang kecil. Lebih

lanjut, dalam konteks kerjasama, sharing dalam investasi, misalnya, akan

memberikan hasil akhir yang lebih memuaskan seperti dalam penyediaan fasilitas

dan peralatan, serta pengangkatan spesialis dan administrator.

Pedoman Rancangan Rencana Investasi Provinsi Jawa Barat

RPJM Nasional

Acu

an

Acu

an

RPJPD Provinsi

Jawa Barat

RPJMD Provinsi

Jawa Barat

Pedo

man

Rencana

Investasi

Provinsi

Jawa Barat

RPJP Nasional

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

24

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Berkaitan dengan public service, kerjasama juga dapat meningkatkan

kualitas pelayanan, misalnya dalam pemberian atau pengadaan fasilitas dimana

masing-masing pihat tidak dapat membelinya sendiri. Dengan kerjasama, fasilitas

pelayanan yang mahal harganyadapat dibeli dan dinikmati bersama, seperti pusat

rekreasi, pendidikan orang dewasa, transportasi, dan sebagainya.

Gambar 2.3

Bentuk Kerjasama Pemerintah-Swasta (Kemitraan)

Pemda

Swasta

Kerjasama

Masyarakat

Keterbatasan SDM

Keterbatasan Anggaran

Keterbatasan Teknologi

Kuantitas & Kualitas

Pelayanan

Consortia : sharing sumber daya

Joint Purchasing

Equipment Sharing

Cooperative Construction

Contract Service

Efisiensi

Perbaikan

Kualitas

Pelayanan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

25

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Bentuk pengaturan kerjasama (forms of cooperation arrangements) antara lain :

1) Consortia; yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing sumber daya, karena

lebih mahal bila ditanggung sendiri – sendiri; misalnya pendirian

perpustakaan dimana sumber daya seperti buku – buku, dan pelayanan

lainnya dapat digunakan bersama – sama oleh mahasiswa, pelajar dan

masyarakat public daripada masing – masing pihak mendirikan sendiri

karena lebih mahal.

2) Joint Purchasing; yaitu pengaturan kerjasama dalam melakukan pembelian

barang agar dapat menekan biaya karena skala pembelian lebih besar.

3) Equipment Sharing; yaitu pengaturan kerjasama dalam sharing peralatan

yang mahal, atau yang tidak setiap hari digunakan.

4) Cooperative Construction; yaitu pengaturan kerjasama dalam mendirikan

bangunan, seperti pusat rekreasi, gedung perpusatakaan, lokasi parkir,

gedung pertunjukan, dan sebagainya.

5) Joint Service; yaitu pengaturan kerjasama dalam memberikan pelayanan

publik, seperti pusat pelayanan satu atap yang dimiliki bersama, dimana

setiap pihak mengirim aparatnya untuk bekerja dalam pusat pelayanan

tersebut.

6) Contract Service; yaitu pengaturan kerjasama dimana pihak yang satu

mengontrak pihak yang lain untuk memberikan pelayanan tertentu,

misalnya pelayanan air minum, persampahan, dan sebagainya. Jenis

pengaturan ini lebih mudah dibuat dan dihentikan, atau ditransfer ke pihak

lain.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

26

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

7) Pengaturan kerjasama lain dapat dilakukan selama dapat menekan biaya,

misalnya membuat pusat pendidikan dan pelatihan (DIKLAT), fasilitas

pergudangan dan sebagainya.

D. Pendekatan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi

Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah dan kesejahteraan

masyarakat karena usaha ini merupakan upaya strategis dalam rangka

mewujudkan bagian terbesar dari aktivitas masyarakat Indonesia. UMKM

memiliki peran sangat penting dalam menyerap tenaga kerja yang dimana tidak

semua sektor formal dapat menampungnya.

2.3 Pengertian Output dan Nilai Tambah

Output adalah hasil yang diperoleh baik berbentuk barang atau jasa dari

pemanfaatan seluruh faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, kapital dan

kewirausahaan. Output ini merupakan seluruh nilai tambah neto atas dasar biaya

faktor produksi yang dihasilkan dari seluruh kegiatan usaha, atau dari sudut

produksi barang/jasa yang diminta disebut sebagai permintaan akhir. Dari segi

ekonomi nasional, output merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang

dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dalam negeri dalam suatu periode tertentu.

Output nasional ini biasa disebut Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan pada

tingkat wilayah regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Yang

dimaksud output dalam pengertian ICOR adalah tambahan (flow) produk dari

hasil kegiatan ekonomi dalam suatu periode tertentu. Dilihat dari sudut pandang

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

27

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

perusahaan, output mencakup nilai komoditi yang dihasilkan selama suatu periode

dan nilai perubahan stok komoditi yang masih dalam proses.

Output dinilai atas dasar harga produsen dan nilainya bersifat bruto karena

masih mengandung nilai penyusutan. Konsep nilai tambah berkaitan erat dengan

konsep penghitungan output. Keduanya merupakan konsep penghitungan neraca

ekonomi yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Nilai tambah adalah suatu

tambahan nilai pada nilai input antara yang digunakan dalam proses menghasilkan

barang dan jasa. Nilai input antara tersebut bertambah karena mengalami proses

produksi yang mengubahnya menjadi barang yang nilainya lebih tinggi.

Sedangkan input antara mencakup seluruh komoditi yang habis atau dianggap

habis dalam suatu proses produksi, seperti bahan baku, bahan penolong, bahan

bakar, listrik dan lain sebagainya. Penghitungan nilai tambah bruto atas dasar

harga pasar dari suatu unit produksi adalah output bruto atas dasar harga produsen

dikurangi input antara atas dasar harga pasar. Nilai tambah bruto inilah yang

dipakai dalam penghitungan ICOR.

2.4 Rasio Modal Output (COR) dan Rasio Modal Output Marginal (ICOR)

Pengertian ICOR sebenarnya didasarkan pada konsep rasio modal

terhadap Output atau Capital Output Ratio (COR), dimana konsep yang sama

dikenal sebagai koefisien nilai modal (pembentukan modal) dengan nilai output.

Koefisien modal output menunjukkan jumlah modal yang diperlukan untuk

memproduksi satu unit output. Konsep ini mendasari pemikiran tentang tambahan

modal (investasi) yang diperlukan untuk meningkatkan output sebanyak satu unit

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

28

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

atau satuan. Dalam ilmu ekonomi secara umum dikenal dua konsep rasio modal

output, yaitu :

a. Rasio modal-output atau Capital Output Ratio (COR).

Rasio yang menunjukkan hubungan antara persediaan modal yang ada dengan

output yang dihasilkan, yang sering dikenal dengan Average Capital Output

Ratio(ACOR). Nilai COR diperoleh dengan cara membandingkan antara

akumulasi modal yang digunakan dengan jumlah output yang dihasilkan pada

suatu periode tertentu.

b. Rasio Modal-Output Marginal atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR).

Rasio yang menunjukkan besarnya tambahan kapasitas (investasi) baru yang

dibutuhkan untuk menaikkan atau menambah satu unit output.

Perbedaan antara rasio modal dan rasio marginal adalah rasio modal

bersifat statis, sedangkan rasio marginal bersifat dinamis karena menunjukkan

tambahan atau kenaikan. Maka konsep yang sering digunakan untuk melihat

perilaku investasi (efisiensi) dan kebutuhan investasi yang akan datang adalah

konsep ICOR. Rasio modal output marginal mengacu kepada teori Harrod-

Domard yaitu menunjukkan hubungan antara peningkatan stok kapasitas produksi

dan kemampuan masyarakat untuk manghasilkan output. Semakin tinggi

peningkatan stok kapasitas produksi (ΔK), semakin tinggi pula kemampuan

masyarakat untuk menghasilkan output atau tambahan output yang dihasilkan

(ΔY).

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

29

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Memperkirakan koefisien COR atau ICOR untuk mendapatkan gambaran

tentang kebutuhan investasi pada masa yang akan datang, bukan merupakan suatu

hal yang mudah karena keadaan koefisien tidak hanya ditentukan oleh investasi

yang ditanamkan saja tetapi akan dipengaruhi oleh tingkat penerapan dan

perkembangan teknologi dalam proses produksi yang digunakan. Oleh sebab itu

dalam pencapaiannya ICOR hanya digunakan untuk mengestimasi kebutuhan

investasi dalam jangka yang tidak terlalu panjang. Secara matematis ICOR

dinyatakan sebagai rasio antara pertumbuhan modal (investasi) terhadap tambahan

output, atau dinotasikan sebagai berikut :

Keterangan :

ΔK = Investasi atau penambahan kapasitas

ΔY = Pertumbuhan atau penambahan Output

Secara teoritis ICOR dapat diukur melalui bentuk fisik atau nilai. Namun

untuk memudahkan penghitungan ICOR selalu dilakukan dalam bentuk nilai.

Sebenarnya ICOR dapat dibagi ke dalam Net ICOR (ICOR bersih) dan Adjusted

ICOR (ICOR yang disesuaikan). Net ICOR menginterprestasikan ICOR telah

bersih dari perubahan-perubahan yang terjadi pada faktor-faktor lain, seperti

tambahan tenaga kerja, kemampuan teknologi dan lain sebagainya. Konsep ini

mempertimbangkan ICOR dengan suatu asumsi Ceteris Paribus, yaitu bahwa

pasokan faktor-faktor lain dianggap konstan. Sedangkan Adjusted ICOR

mengasumsikan bahwa investasi diikuti oleh perubahan-perubahan dalam faktor –

faktor lain. Yang digunakan dalam tulisan ini adalah konsep Net ICOR karena

secara metodologis lebih mudah dan data dasar bagi penyusunan ICOR cukup

ICOR = ΔK / ΔY

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

30

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

tersedia. Namun demikian, itu akan menyesatkan apabila kita menduga bahwa

kenaikan output semata-mata disebabkan oleh akumulasi modal.

2.5 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Made Antara (2007) dengan penelitiannya yang

berjudul Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Basis Dan Non Basis Dalam

Perekonomian Regional Bali, Adapun kesimpulan dari penelitian tersebut

bahwa terindikasi 4 sektor basis yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan,

hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa.

Dalam menentukan pertumbuhan ekonomi digunakan duaskenario yaitu

berdasarkan trend linear dan target optimistik dimana semakintinggi

pertumbuhan maka kebutuhan investasi semakin besar.

2. Nuhfil Hanani dan Iwan Nugroho (2004) dalam penelitiaanya yang berjudul

Kebutuhan Investasi untuk Pengembangan Sektor Pertanian: Suatu

pendekatan input-output, disimpulkan bahwa Nilai ICOR sub sektor tanaman

pangan berkisar dari 1.309 hingga 0.57; sub sektor peternakan berkisar

dari1.338 hingga 1.149; sub sektor perkebunan berkisar dari 1.59 hingga

1.405;dan sub sektor perikanan berkisar 4.798 hingga 3.98. Proyeksi kebutuhan

investasi sektor pertanian selama 1999 hingga 2004 berkisar dari 2127 hingga

2386 triliun rupiah. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

nilai ICOR maka kebutuhan investasi semakin besar.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Nugroho (2007) dengan penelitiannya

yang berjudul Pengembangan Dan Kebutuhan Investasi SektorAir Bersih Di

Provinsi Jawa Timur, Adapun kesimpulan dari penelitiantersebut bahwa

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

31

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

peningkatan investasi dari 1.286 triliun menjadi 1.582 triliunmeningkatkan

kapasitas produksi dari 31.0 menjadi 43.7 m3. Partisipasiswasta dalam sektor

Air Bersih adalah kunci penting untuk memperbaiki manajemen dan efisiensi,

menurunkan tingkat kebocoran, meningkatkan pelayanan, menarik investasi

dan untuk kepentingan pembangunan sektor air bersih dalam jangka panjang.

4. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iwan Nugroho dan Nuhfil Hanani (2007)

yang berjudul Studi Investasi untuk Pengembangan Komoditi Pertanian di

Provinsi Lampung: Pendekatan input-output, disimpulkan bahwa ICOR

subsektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan kehutanan di

Lampung masing-masing sebesar 0.66, 0.25, 3.04, dan 0.16. Nilai ICOR

tanaman pangan dan perkebunan kurang dari satu menunjukkan bahwa sector

tersebut relatif efisien sehingga memungkinkan diusahakan oleh sebagian besar

petani. ICOR rendah menunjukkan bahwa untuk menghasilkan output

membutuhkan investasi yang relatif sedikit.

5. Putu Ayu (2009) dalam penelitiaanya yang berjudul Analisis Kesempatan

Kerja Sektoral di Kabupaten Bangli Dengan Pendekatan Pertumbuhan

Berbasis Ekspor disimpulkan bahwa Sektor basis kesempatan kerja di

Kabupaten Bangli pada tahun awal penelitian adalah sektor pertanian dan

sektor industri pengolahan. Sepuluh tahun kemudian sector basis bertambah

menjadi tiga sektor yaitu masuknya sektor pertambangan dan penggalian.

Sektor-sektor ini adalah sector yang mampu menyerap tenagakerja lebih dari

cukup sehingga dapat menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan lokal

(Kabupaten Bangli) dan juga untuk daerah lain.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

32

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Analisis investasi di suatu daerah, sangat diperlukan untuk dapat

menyusun strategi guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan.

Analisis investasi baik secara makro ataupun mikro harus dilakukan berdasarkan

visi dan misi yang dimiliki oleh setiap kota/kabupaten. Hal ini diperlukan supaya

analisis investasi dapat menjadi dasar yang tepat bagi penyusunan strategi

investasi di kota/kabupaten untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan

ekonomi daerah.

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara tambahan

output dan tambahan modal akan menjadi alat untuk menentukan produktivitas

dan efisiensi investasi disuatu daerah. Angka ini akan membantu pengambil

keputusan di suatu daerah dalam membuat strategi investasi yang mendukung

pertumbuhan ekonomi yang diharapkan karena ICOR akan memberikan perkiraan

mengenai kebutuhan investasi pada tingkat pertumbuhan tertentu. Dengan begitu,

maka penyerapan tenaga kerja di tiap daerah akan dapat di perkirakan dan dapat

digunakan dalam penyusunan strategi ketenagakerjaan.

Analisis kebutuhan investasi harus diakukan baik dalam konteks makro

maupun sektoral. Karena konteks sektoral akan mampu mendukung kebutuhan

investasi dalam konteks yang lebh besar. Untuk dapat menyusun hal tersebut

maka sangat diperlukan sekali pemahaman atas potensi wilayah metropolitan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

33

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Bodebekkarpur agar dapat diketahui kekuatan dan bahkan kelemahan apa yang

dimilki daerah sehingga dapat disusun strategi investasi yang sesuai dengan

peluang dan ancaman yang ada. Hal ini juga perlu didukung dengan pemahaman

konsep dan teori yang kuat agar apa yang direncanakan lebih terarah dan terukur.

Daerah juga harus membandingkan dengan apa yang sudah dilakukan dan apa

yang akan dilakukan di daerah lain, sehingga dapat mengambil hal-hal positif

yang dapat mendukung strategi investasi yang lebih baik. Dengan begitu

diharapkan analisis kebutuhan investasi yang dilakukan dapat lebih dapat menjadi

dasar yang kuat bagi pelaksanaan strategi investasi guna mendukung pencapaian

target pertumbuhan ekonomi daerah. Gambar 3.1 menjelaskan mengenai

rangkaian antara banyak hal tersebut.

Gambar 3.1

Kerangka Pemikiran

Analisis

Kebutuhan

Investasi :

1. Makro

2. Strategi

investasi

Kesimpulan

dan

Rekomendasi Visi & Misi

Konteks

Mikro:

Peluang

dan

Tantangan

SWOT

Konteks

Makro

Potensi

wilayah

Metropolitan

Bodebekkarpur

Referensi

Komparasi

Konsep

&

Teori

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

34

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

3.2 Objek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitian-nya adalah wilayah Metropolitan

Bodebekkarpur, sedangkan objek penelitian dalam penelitian ini adalah Investasi

baik itu PMA maupun PMDN di Bodebekkarpur.

3.3 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian Deskriptif Kualitatif

karena bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui kebutuhan investasi di

Bodebekkarpur. Penelitian ini mencatat, menuturkan, mengklasifikasikan, dan

menganalisis serta mendeskripsikan data dan informasi-informasi yang ada

mengenai kenyataan yang terjadi mengenai kebutuhan investasi di

Bodebekkarpur. Data utama yang digunakan adalah data sekunder, tentang

investasi, Infrastruktur, dan PDRB. Disamping data sekunder juga dilakukan

pengumpulan data melalui data primer dengan pendekatan observasi dan dengan

menggunakan kuosioner.

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Ada dua macam teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam

pengkajian ini, yaitu:

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

tempat objek penelitian dilakukan. Metode pengumpulan data yang

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

35

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

dilakukan dengan menggunakan data primer ini ialah dengan cara surveike

beberapa Provinsi yang juga memiliki kawasan metropolitan seperti

Provinsi Sumatera Utara dengan Kawasan Medan, Binjai, dan Deli

Serdang (Mebidangro) serta Provinsi Jawa Timur dengan Kawasan Gresik,

Bangkalan, Kertosono, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan

(Gerbangkertosusilo), dan Sarbagita (Denapsar, Badung, Giayanyar,

Tabanan) di Bali.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh

studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi lain.

Biasanya sumber tidak langsung berupa data dokumentasi dan arsip-arsip

resmi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari BPS, maupun

instansi-instansi lainnya.

3.3.2 Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

pendekatan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif memaparkan

semua data dan informasi berdasarkan data yang bersumber pada data sekunder,

jurnal, artikel, studi literatur, hasil survei, dan hasil-hasil penelitian sebelumnya

yang berkaitan dengan objek penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini

berupa data kuantitatif investasi, data PDRB, serta data infrastruktur di

Bodebekkarpur.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

36

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Proses Penelitian Analisa Deskriptif

Gambar 3.2

Proses Penelitian Analisa Deskriptif

Analisis Data Deskriptif

Dikembangkan oleh Miles & Rubermas

Gambar 3.3

Analisa Data Deskriptif

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan

Pengumpulan Data Analisis Data

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

37

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

3.4 Metode Perhitungan

3.4.1 Metode Perhitungan Aspek Ekonomi

a) Analisis Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

b) Analisis Pendapatan Perkapita

3.5 Metode Analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio)dan Rencana

Kebutuhan Investasi

3.5.1 ICOR (Incremental Capital Output Ratio)

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) adalah suatu besaran yang

menunjukkan besarnya tambahan kapital (investasi) baru yang dibutuhkan untuk

menaikkan/ menambah satu unit output. ICOR juga digunakanuntuk mengukur

berapa investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Jenis Icor :

a) Icor Tanpa Tenggat Waktu

Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi

tahun itu juga.

Rumus :

it

it

it

itg

Y

I

ICOR

1001

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

38

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

b) Icor Tenggat Waktu Satu Tahun

Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi

tahun berikutnya.

Rumus :

c) Icor Tenggat Waktu Lebih Dari Satu Tahun

Investasi yang diberikan tahun itu akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih

dari satu tahun misalkan tahun ke 2, ke 3, ke 4 dst.

Rumus :

Keterangan :

3.5.2 Formula Menghitung Rencana Kebutuhan Investasi

it

it

it

itg

Y

I

ICOR

1001

1

it

it

it

itg

Y

I

ICOR

1001

2

tahun tisektor PDRBn Pertumbuha g

tahun tt

i aktivitas i

Investasi I

tahun tisektor ICOR

it

itICOR

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

39

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

BAB IV

GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.1 Kondisi Fisik dan Geografis

Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5̊ 50’ - 7̊ 50’

Lintang Selatan dan 104 ̊ 48’ – 108 ̊ 48’ Bujur Timur, dengan batas-batas

wilayah:

Sebelah Utara, dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta ;

Sebelah Timur, dengan Provinsi Jawa Tengah ;

Sebelah Selatan, dengan Samudra Indonesia ;

Sebelah Barat, dengan Provinsi Banten.

Provinsi Jawa Barat memiliki kondisi alam dengan struktur geologi yang

kompleks dengan wilayah pegunungan berada di bagian tengah dan selatan serta

dataran rendah di wilayah utara. Memiliki kawasan hutan dengan fungsi hutan

konservasi, hutan lindung dan hutan produksi yang proporsinya mencapai 22,10%

dari luas Jawa Barat; curah hujan berkisar antara 2000-4000 mm/th dengan

tingkat intensitas hujan tinggi; memiliki 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan

debit air permukaan 81 milyar m3/tahun dan air tanah 150 juta m3/th.

Secara administratif pemerintahan, wilayah Jawa Barat terbagi kedalam

27 kabupaten/kota, meliputi 18 kabupaten yaitu Kabupaten Bogor,

Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut,

Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Pangandaran, Kabupaten

Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang,

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

40

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten

Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung Barat dan 9 kota yaitu Kota

Bogor, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cirebon, Kota Bekasi, Kota Depok,

Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar serta terdiri dari 626

kecamatan, 641 kelurahan, dan 5.321 desa.

Metropolitan adalah kesatuan wilayah perkotaan yang terbentuk karena

aglomerasi kegiatan ekonomi, aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi

lahan terbangun dan aglomerasi penduduk minimal satu juta jiwa. Wilayah

Metropolitan terdiri atas kawasan perkotaan dan kawasan pinggiran perkotaan

yang saling memiliki keterkaitan fungsional.

Karakteristik kawasan Metropolitan kependudukan merupakan pusat

konsentrasi penduduk (Goheen, 1971; Yeates dan Garner, 1980; Goodman, 1980)

Standar Jumlah Penduduk

a. Standard Metropolitan Statistical Area (SMSA) : satu kota berpenduduk min.

50.000 jiwa; ataudua kota atau lebih yang berintegrasi dengan jumlah

penduduk kota induk min. 50.000 jiwa dan kota kecil min. 15.000 jiwa

b. National Urban Development Strategy (NUDS) : satu kota berpenduduk min.

1 juta jiwa c. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan No.15 thn

2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruangkawasan perkotaan terkait

secara fungsional dan terintegrasi berpenduduk min. 1 juta jiwa .

Karakteristik kawasan Metropolitan berdasarkan ekonomi merupakan

pusat pertumbuhan wilayah, berperan menggerakan perekonomian, dan umumnya

bersifat non pertanian ditandai dengan proporsi lahan terbangun yang lebih tinggi.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

41

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Karakteristik kawasan Metropolitan berdasarkan mobilitas penduduk merupakan

tingginya pergerakan antara kota inti dengan wilayah pendukung di sekitarnya.

Struktur Kawasan, mempunyai satu pusat (monocentric) ataupun lebih dari satu

(polycentric) dengan ketepaduan infrastruktur sehingga membentuk satu kesatuan

fungsional

Metropolitan Bodebekkarpur meliputi Bogor, Depok, Bekasi, Karawang

dan Purwakarta adalah kesatuan wilayah perkotaan yang terbentuk karena

aglomerasi kegiatan ekonomi, aglomerasi aktivitas sosial masyarakat, aglomerasi

lahan terbangun, dan aglomerasi penduduk mencapai 11,6 juta jiwa terletak di 82

kecamatan dalam 7 Kabupaten/Kota yaitu Kota Bekasi, Kota Depok, Kota Bogor,

sebagian wilayah Kabupaten Bekasi, sebagian wilayah Kabupaten Bogor,

sebagian wilayah Kabupaten Karawang dan sebagian wilayah Kabupaten

Purwakarta dengan total luas 314.840 Ha (Sumber : BPS Jawa Barat, 2011).

Gambar 4.1 Peta Metropolitan Bodebekkarpur 2010

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

42

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4.2 Rencana Pengembangan Wilayah Metropolitan

Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan

sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antarwilayah, dan menjaga kelestarian

lingkungan hidup pada suatu wilayah. Kebijakan pengembangan wilayah sangat

diperlukan karena kondisi fisik geografis, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat

yang sangat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya sehingga

penerapan kebijakan pengembangan wilayah itu sendiri harus disesuaikan dengan

kondisi, potensi, dan isu permasalahan di wilayah bersangkutan. Pengembangan

wilayah sangat berorientasi pada isu dan permasalahan pokok wilayah yang saling

berkaitan.

Wilayah Metropolitan terdiri atas kawasan perkotaan dan kawasan

pinggiran perkotaan yang saling memiliki keterkaitan fungsional.Maksud

pengelolaan pembangunan dan pengembangan Metropolitan dan Pusat

Pertumbuhan di Daerah adalah untuk mencapai pembangunan yang terintegrasi,

efektif, efisien, dan berkesinambungan dalam konteks pembangunan

berkelanjutan untuk seluruh masyarakat Jawa Barat.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

43

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Gambar 4.2 Tiga Metropolitan di Jawa Barat

Rencana pembangunan dan peningkatan infrastruktur wilayah strategis di Kawasan

Metropolitan Bodebekkarpur, terdiri atas:

a) pembangunan dan peningkatan infrastruktur transportasi jalan, antara lain:

1. Jalan Tol Depok-Antasari;

2. Jalan Tol Cinere-Jagorawi;

3. Jalan Tol Tanjung Priok-Cikarang;

4. Jalan Tol Bogor Ring Road Tahap 2 dan Tahap 3;

5. Jalan Tol Bekasi-Cikarang-Kampung Melayu;

6. Jalan Tol Serpong-Cinere;

7. Jalan Tol Cimanggis-Cibitung;

8. Fly Over Cibitung, fly over Tegalgede, serta overpass Tegal Danasdi

Kabupaten Bekasi;

9. Jalan Vertikal Bogor-Depok-Jakarta, yang merupakan bagian dari jalan vertikal

Palabuhanratu-Jakarta;

10. Jalan Poros Timur Puncak-Sentul-Kota Bunga dan Simpang Sukamakmur- Cariu;

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

44

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

11. Jalan Sentul-Bojong Gede-Parung;

12. Jalan horizontal Poros Tengah Purwakarta (Jatiluhur)Jonggol (Cariu)-Simpang

Sukamakmur;

13. Jalan lintas jalur pantai Utara Subang-Karawang-BekasiTanjung Priok;

14. Jalan lintas cepat Karawang;

15. Jalan lintas cepat Leuwiliang Kabupaten Bogor; dan

16. Pembangunan jalan strategis lainnya atas dasar kesepakatan Pemerintah Daerah

dengan Pemerintah dan/ atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang diatur dengan Peraturan

Gubernur.

b. Pembangunan infrastruktur transportasi perhubungan, antara lain:

Jalur kereta api cepat Jakarta-Bandung-Kertajati– Cirebon;

Jalur kereta api Bogor-Sukabumi-Cianjur-Padalarang;

Elektrifikasi rel ganda KA antar kota Cikarang-Cikampek

Rel ganda kereta api Perkotaan Manggarai-Cikarang (lintas Manggarai-Jatinegara-

Bekasi);

Rel ganda kereta api Perkotaan Parung Panjang-Tenjo, rel ganda parsial Purwakarta-

Ciganea;

Pelabuhan Laut Cilamaya di Kabupaten Karawang;

Pelabuhan Muara Gembong dan Tarumajaya di Kabupaten Bekasi; dan

Infrastruktur perhubungan strategis lainnya atas dasar kesepakatan Pemerintah Daerah

dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang diatur dengan Peraturan

Gubernur.

c. Pembangunan infrastruktur permukiman, antara lain:

TPPAS Regional Nambo di Kabupaten Bogor;

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional;

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

45

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Instalasi pengolahan/penampungan air limbah komunal;

Sistem drainase metropolitan;

Hunian vertikal; dan

Pembangunan Infrastruktur permukiman strategis lainnya atas dasar kesepakatan

Pemerintah Daerah dengan Pemerintah dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota yang diatur

dengan Peraturan Gubernur.

Metropolitan Bodebekkarpur sebagai Metropolitan Mandiri, maka

pengembangan Metropolitan Bodebekkarpur memerlukan perhatian dan

penanganan secara serius. Dalam prosesnya, perlu diupayakan untuk mendorong

percepatan pertumbuhan Metropolitan Bodebekkarpur agar dapat menjadi

metropolitan level 1, setara dengan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang

juga merupakan metropolitan level 1. Pemerintah Daerah menamakan pendekatan

tersebut sebagai pendekatan Metropolitan Kembar (Twin Metropolitan)

Bodebekkarpur – DKI Jakarta. Sebagai Metropolitan berbasis industri

manufaktur, berbagai upaya perlu dilakukan untuk mendorong kegiatan industri

manufaktur di Metropolitan Bodebekkarpur, salah satunya dengan

mengembangkan kawasan industri yang terintegrasi dengan sistem angkutan

barang (logistik) terutama untuk memenuhi kebutuhan distribusi dan produksi

kegiatan industri manufaktur dalam skala besar. Dalam hal ini, perlu dilakukan

pembangunan sistem perkeretaapian barang yang mengakses ke lokasi pelabuhan-

pelabuhan skala regional di wilayah ini. Selain itu, perlu dibangun pusat-pusat

kegiatan riset dan inovasi teknologi yang dapat mengakselerasi pemanfaatan

teknologi tinggi dalam kegiatan industri manufaktur di Metropolitan

Bobebekkarpur.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

46

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Sebagai Metropolitan berbasis jasa dan keuangan, pembangunan cluster

kantor pusat perusahaan, perdagangan, perbankan, jasa pelayanan, asuransi,

hukum, penelitian dan pemerintahan perlu segera dikembangkan di Metropolitan

Bodebekkarpur. Pembangunan ini tidak dapat terlepas dari pembangunan Sistem

Angkutan Umum Massal (SAUM) cepat yang terintegrasi menghubungkan pusat-

pusat kegiatan ekonomi (CBD dan pusat kegiatan lainnya), perumahan, serta

simpul-simpul transportasi regional seperti Bandara Internasional. Hal ini penting

karena kegiatan ekonomi berbagai perusahaan multinasional perlu ditunjang oleh

kemudahan akses menuju Bandar Udara Internasional. Sebagai Metropolitan

berbasis perdagangan, hotel, restoran serta pariwisata, berbagai kawasan komersil

yang terintegrasi dengan pusatpusat kegiatan ekonomi (CBD, kawasan industri,

dsb) perlu dikembangkan untuk menunjang kebutuhan penduduk Metropolitan

Bodebekkarpur. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang berskala global harus ditunjang

oleh ketersediaan fasilitas perdagangan, hotel, restoran, serta pariwisata yang

berkelas metropolitan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

47

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4.2.1 Isu Pengembangan Wilayah

Metropolitan dan pusat pertumbuhan memiliki isu dan permasalahan serta

potensi dan keunggulan berbeda-beda, apabila dikelola dan dikembangkan secara

efektif dan efisien mampu menghela pembangunan ekonomi, kesejahteraan,

modernitas, dan keberkelanjutannya bagi seluruh masyarakat Jawa Barat.

Potensi pengembangan wilayah yang dimiliki Metropolitan

Bodebekkarpur antara lain

1. Merupakan kawasan industry terbesar dan kawasan cepat tumbuh (saat ini

metropolitan Bodebekkarpur memilki klaster klaster industry manufakur

yang berekembang pesat (terdapatnya tujuh klaster industry yang berada di

Cikarang – bekasi )

2. Memiliki letak yang strategis karena berada pada jalur strategis Jakarta –

Bandung yang memiliki aksesibiltas tinggi dan kedekatan lokasi dengan

DKI Jakarta sebagai pusat modal, potensi pasar dan outlet pelabuhan dan

Bandara berskala Internasional

3. Ketersediaan lahan yang relatif luas dan ditunjang oleh kedaaan

infrastruktur

4. Kawasan Bodebekkarpur memiliki beragam potensi investasi yang dapat

diekembangkan antara lain disektor industry, sector perdagangan, sector

pariwisata dan sector jasa

5. Kawasan Bodebekkarpur berkembang dengan dukungan pertumbuhan

berbagai sector industry, perdagangan dan jasa

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

48

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

6. Kawasan Bodebekkarpur memiliki keanekaragaman objek wisata, baik

wisata alam, wisata buatan dan wisata kuliner

7. Menjadi bagian dari kawasan global dan pintu gerbang penting dalam

persaingan antar Negara.

Gambar 4.3 Potensi Bodebekkarpur

Selain potensi pengembangan wilayah yang dimiliki Bodebekkarpur terdapat

juga permasalahan dalam pengembangan wilayah tersebut antara lain :

1. Kawasan Bodebekkarpur saat ini masih sebagai hinterland bagi DKI Jakarta

sehingga cenderung sering di konotasikan sebagai dormitory town

2. Disparitas dan ketimpangan perkembangan Bodebekkarpur dengan DKI

Jakarta dan ketimpangan perkembangan antar wilayah yang berada dalam

lingkup kawasan Bodebekkarpur

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

49

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

3. Aglomerasi ekonomi dan aktivitas social (menumpuknya pertumbuhan

kegiatan ekonomi disepanjang koridor jalan jalan utama kota dan

pertumbuhan ekspansif suburbanisasi yang memuat sepanjang koridor jalan)

4. Ketersediaan perumahan, jaringan air bersih, jaringan pengelolaan

persampahan, jaringan pengelolaan air limbah yang memadai dan tumbuhnya

kawasan kumuh di Metropolitan Bodebekkarpur juga masih menjadi

persoalan

5. Salah satu permasalahan transportasi di wilayah metropolitan Bodebek adalah

kemacetan dan masih terbatas sarana transportasi massal

6. Kawasan Bodebekkarpur belum memiliki infrastruktur pendukung kegiatan

jasa, keuangan serta perdagangan, hotel dan restoran yang berskala

metropolitan

7. Adanya Alih Fungsi Lahan (Pergeseran pemanfaatan lahan pertanian menjadi

non pertanian mengancam posisi Bodebekkarpur)

Isu isu strategis Pengembangan infrastruktur nasional yang berdampak pada

pengembangan Metropolitan Bodebekkarpur, yaitu :

1. Rencana nasional system pendulum nusantara atau Tol laut berpotensi

meningkatkan kapasitas pelabuhan Tanjung Priok sebagai Outlet utama

Bodebekkarpur

2. Rencana dan Implementasi (Aerocity or AeroTropolis) BIJB Kertajati,

Kualanamu dan SHIA sebagai Pusat Kegiatan Ekonomi berskala Global

3. Pembangunan LRT di kawasan Bodebek

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

50

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4. Pembangunan jalan jalan Tol yang menghubungkan Bodebekkarpur dengan

pusat pertumbuhan lain di Jawa Barat

5. Pembangunan Pelabuhan Laut Internasional di Kabupaten Subang

6. Reklamasi Pantura

7. Pembangunan Bandar Udara Di Karawang

8. Jalur Kereta Api Cepat Jakarta – Bandung – Kertajati – Cirebon

9. Jalur Kereta Api cepat DKI Jakarta –Surabaya

10. Pembangunan Tol Cikarang – Tanjung Priok

11. Pembangunan MRT

4.2.2 Isu Investasi

Provinsi Jawa Barat masih merupakan lokasi yang paling diminati calon

investor selain karena selain dukungan jarak tempuh ke Ibu Kota juga memiliki

potensi sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang

kompeten didukung pula dengan kondisi infrastruktur yang baik. Sebagai tujuan

investasi, Jawa Barat juga memiliki berbagai sarana dan prasarana penunjang

diantaranya kawasan industri Gobel yang terletak di Cibitung, Bekasi, Bekasi

International Industrial Estate di Cikarang, East Jakarta Industrial Park di

Lemahabang, Bekasi, dan Jababeka Industrial Estate-Cikarang di Cikarang,

Bekasi, serta memiliki Pelabuhan Astanajayapura, Pelabuhan Pangandaran,

Pelabuhan Gebang, Pelabuhan Astanajayapura, Pelabuhan Khusus Pertamina

Balongan dan Pelabuhan Indramayu. Kekuatan investasi PMA dan PMDN ke

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

51

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Jawa Barat terus meningkat dan bahkan dapat melebihi DKI Jakarta dan Jawa

Timur.

Dibalik semua potensi dan prospek investasi yang dimiliki oleh Jawa Barat

ada permasalahan utama yang dihadapi oleh investor di Jawa Barat yaitu :

1. Masalah pembebasan tanah

2. Kebijakan perizinan penanaman modal yang belum sejalan/sinergi antara

Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

3. Kebijakan yang berkaitan dengan masalah perburuhan yaitu belum

adanya sinergi positif antara pengusaha dengan organisasi buruh atau

pekerja terkait dengan persoalan upah, outsourcing, dan kebebasan

berorganisasi. Hal itu telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan

investor untuk menanamkan modalnya atau paling tidak menunda realisasi

dari rencana investasinya. .

4. Kurang kondusifnya pasar tenaga kerja. Dengan produktivitas yang masih

rendah, masalah kompetensi dan upah yang sulit diperkirakan secara pasti

serta ketidakpastian hubungan industrial antara perusahaan dan tenaga

kerja, daya tarik investasi dari sisi ketenagakerjaan akan terus menurun.

Semua masalah ini merupakan masalah yang paling dominan mempengaruhi

investasi Jawa Barat terutama di Kawasan Industri Bekasi.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

52

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4.3 Kondisi Sosial-Kependudukan

4.3.1 Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk Metropolitan

Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025

Tabel 4.1

Ruang Lingkup Wilayah Dan Jumlah Penduduk Metropolitan

Bodebekkarpur Tahun 2010 Dan 2025

Kabupaten/

Kota

Lingkup Kecamatan

(kecamatan)

Luas Area

(Ha)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Hasil

Sensus

Penduduk

2010

Proyeksi

2025

Hasil

Sensus

Penduduk

2010

Proyeksi

2025

Hasil

Sensus

Penduduk

2010

Proyeksi

2025

Kota Bekasi 12 12 21.565 21.565 2.336.489 4.061.625

Kabupaten

Bekasi

19 23 92.160 126.471 2.358.569 4.479.335

Kota Bogor 6 6 11.771 11.771 949,066 1.649.804

Kabupaten

Bogor

17 25 88.004 138.488 2,704,623 5.933.750

Kota Depok 11 11 20.309 20.308 1.736.565 3.018.750

Kabupaten

Purwakarta

6 14 21.238 79.793 439.583 1.296.950

Kabupaten

Karawang

11 20 45.799 105.238 1.084.637 2.720.472

Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2011

Berdasarkan tabel 4.1 kita dapat melihat jumlah penduduk di wilayah

Metrpolitan Bodebekkarpur pada tahun 2010. Jumlah penduduk terbanyak berada

di Kabupaten Bogor dengan jumlah penduduk sebesar 2,704,623. Hal ini

sebenarnya dapat menjadi masalah maupun keunggulan, tergantung bagaimana

langkah pemerintah setempat mengatasinya. Jumlah penduduk yang banyak tetapi

jika tidak dibarengi dengan produktivutas yang tinggi makan hal tersebut dapat

menyebabkan masalah yakni jumlah pengangguran yang tinggi, akan tetapi jika

jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dioptimalkan dengan baik maka hal

tersebut dapat menjadi suatu keunggulan dan potensi. Jumlah penduduk yang

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

53

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

tinggi jika dibarengi dengan produktivitas yang tinggi maka hal tersebut dapat

menyebabkan PDRB di wilayah tersebut juga tinggi, sehingga pertumbuhan

ekonomi di wilayah tersebut dapat tumbuh. Akan tetapi hal tersebut tentunya jika

harus didukung oleh faktor-faktor lainnya seperti infrastruktur dan tambahan

modal.

4.3.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Bodebekkarpur Tahun 2010 –

2015

Tabel 4.2

IPM Bodebekkarpur Tahun 2010 – 2015

Kab/Kota

IPM

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Kab Bogor 64.35 64.78 65.66 66.74 67.36 67.77

Kab Purwakarta 64.93 65.51 66.30 67.09 67.32 67.84

Kab Karawang 64.58 65.21 65.97 66.61 67.08 67.66

Kab Bekasi 67.58 68.66 69.38 70.09 70.51 71.19

Kota Bogor 71.25 71.72 72.25 72.86 73.10 73.65

Kota Bekasi 76.77 77.48 77.71 78.63 78.84 79.63

Kota Depok 76.66 76.96 77.28 78.27 78.58 79.11

Sumber: BPS Jawa Barat 2016

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator penting untuk

mengetahui seberapa besar pembangunan manusia dalam suatu wilayah tersebut,

semakin tinggi IPM di wilayah tersebut berarti menandakan bahwa di wilayah

tersebut pembangunan manusianya semakin bagus. Adapun komponen dari IPM

tersebut adalah angka harapan hidup, angka melek huruf, rata – rata lama sekolah,

dan pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan. Berdasarkan tabel 4.2 diatas kita

dapat melihat ada beberapa kabupaten yang memiliki IPM terendah, yaitu

Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Karawang yang rata-

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

54

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

rata meiliki nilai 67. Sedangkan wilayah lainnya yaitu wilayah Kota Bogor, Kota

Depok, dan Kota Bekasi memiliki IPM diatas 70. Hal ini menandakan bahwa

pembangunan manusia di wilayah perkotaan jauh lebih baik di bandingkan

dengan di wilayah kabupaten. Faktor – faktor penentunya ialah dari segi

infrastruktur, pendanaan, dan pembangunan ekonomi di wilayah tersebut. Hal ini

juga menjadi pekerjaan rumah yang harus di selesaikan oleh pemerintah, baik itu

pemerintah pusat, Provinsi, maupun pemerintah daerah.

4.3.3 Kondisi Perekonomian

Tabel 4.3

PDRB Bodebekkarpur Tahun 2012 – 2015

No. Kabupaten/Kota

PDRB atas Dasar Harga Konstan (Dalam Juta Rupiah)

2012 2013 2014 2015

1 Kota Bogor 21.203.570 22.474.658 23.815.329 25.295.565

2 Kab Bogor 104.286.980 110.607.295 117.259.360 124.642.378

3 Kota Depok 30.700.000 32.810.000 35.192.762 37.525.108

4 Kota Bekasi 46.907.333 49.739.926 52.532.660 55.462.727

5 Kab Bekasi 175.279.802 186.479.889 197.018.595 205.956.352

6 Kab Karawang 111.424.083 120.294.864 126.748.692 132.445.998

7 Kab Purwakarta 31.934.340 34.186.400 36.081.980 37.892.413

Bodebekkarpur 521.736.108 556.593.033 588.649.378 619.220.541

Sumber: BPS Kab/Kota di Jawa Barat

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

55

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Grafik 4.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur

Menurut LapanganUsaha Tahun 2011 - 2015

Sumber: BPS Jawa Barat (Data Diolah)

6,46 6,49 6,63

5,98

5,45

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

2011 2012 2013 2014 2015

Kota Bogor Kabupaten Bogor Kota Bekasi Kota Depok

Kab Purwakarta Kab Karawang Kab Bekasi Bodebekkarpur

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

56

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Grafik 4.2

Struktur Ekonomi Kabupaten/Kota di Bodebekkarpur

Menurut LapanganUsaha Tahun 2011 (%)

Sumber: BPS Jawa Barat (Data Diolah)

Berdasarkan tabel 4.3 diatas kita dapat melihat PDRB di masing – masing

wilayah Metropolitan Bodebekkarpur. PDRB terbesar di wilayah metropolitan ini

dipegang oleh tiga daerah, yakni Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan

Kabupaten Bogor. Sementara wilayah lainnya masih jauh dibandingkan

pencapaian dari ketiga wilayah tersebut. Kabupaten Bekasi dan Karawang sangat

unggul dikarenakan industri manufaktur yang ada di wilayah tersebut, tidak heran

jika wilayah tersebut memiliki PDRB terbesar di Metropolitan Bodebekkarpur.

Selain itu luas area untuk daerah – daerah tersebut juga memiliki area yang besar

3,74 9,10 8,61 2,33 0,17 0,80 1,96

59,59

44,27

53,27

78,02

27,51

42,23

35,30

19,34

27,64

18,62

10,05

36,23

31,14

37,68

17,33 18,9919,49

9,56

36,08

25,82 25,86

0,00

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

70,00

80,00

90,00K

ab. B

ogo

r

Kab

. Pu

rwak

arta

Kab

. Kar

awan

g

Kab

. Be

kasi

Ko

ta B

ogo

r

Ko

ta B

eka

si

Ko

ta D

ep

ok

Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel dan Restoran Lainnya

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

57

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

dibandingkan wilayah lainnya, serta adanya dukungan infrastruktur yang

memadai. Sementara itu berdasarkan tabel 4.4 dapat kita lihat pertumbuhan

ekonomi terbesar di tahun 2015 di dominasi oleh Kota Depok, Kota Bogor dan

Kabupaten Bogor, yakni diatas 6 persen pertumbuhannya, sedangkan jika dilihat

dari struktur ekonominya, sumbangan terbesar PDRB di wilayah Metropolitan

Bodebekkarpur sebagian besar di dominasi oleh industri pengolahan, terutama

untuk wilayah Kabupaten Bogor, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang dan

Kabupaten Purwakarta. Sementara untuk sumbangsih terkecil di wilayah

metropolitan ini yaitu dari sektor pertanian. Diharapkan dengan terbentuknya

wilayah Metropolian inidapat membuat wilayah – wilayah di metropolitan ini

dapat cepat berkembang sehingga konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur

dengan DKI Jakarta juga dapat terealisasi.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

58

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4.3.4 Analisis SWOT Kabupaten/Kota di Metropolitan Bodebekkarpur

1. Analisis SWOT Kota Depok

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Mempunyai

lokasi yang

strategis dengan

Ibukota negara

RI

Semakin

menyusutnya

proporsi lahan

Menjadi wilayah

yang bisa

berdampingan

dengan Jakarta

Laju

pertumbuhan

penduduk yang

tinggi

Infrastruktur

yang memadai

Wilayah yang

tidak terlalu luas

Prospek investasi

yang baik bagi

para investor

lemahnya

pemantapan

kawasan

lindung

Laju

Pertumbuhan

Ekonomi (LPE)

maupun

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Kota Depok

dalam 5

tahun terakhir

menunjukkan

perkembangan

yang terus

meningkat

demikian halnya

dengan nilai

pendapatan

perkapita

penduduknya.

Pengangguran

terbuka masih

cukup tinggi

Kota Satelit dan

mempunyai

fungsi sebagai

PKN (Pusat

Kegiatan

Nasional)

bersama-sama

dengan Kota

Bogor

Migrasi

penduduk yang

tinggi

Daerah tujuan

investasi

Tingkat

kemiskinan

cukup besar

Sebagai simpul

utama

transportasi skala

nasional atau

melayani

beberapa

provinsi

Melonjaknya

jumlah

kendaraan

bermotor

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

59

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Transportasi

massal yang

memadai

sarana

kesehatan

masyarakat

belum

proporsional

dan memadai

jika

dibandingkan

dengan jumlah

dan kepadatan

penduduk

pintu gerbang

menuju kawasan

internasional

Masih

rendahnya

kualitas dan

kuantitas

infrastruktur

wilayah

IKM yang

terkategori baik

sarana

pemukiman

belum dapat

mengimbangi

pertumbuhan

penduduk

pusat kegiatan

industri dan jasa

skala nasional

atau yang

melayani

beberapa

provinsi

Memiliki IPM

yang unggul

Kota Depok merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang berbatasan

langsung dengan ibu kota Jakarta dan menjadi kota pendukung Jakarta. Kota ini

sangat berkembang dari berbagai aspek seperti bidang pendidikan, ekonomi dan

penataan kota. Hal tersebut membuat kota Depok menghadapi banyaknya migrasi

penduduk dari daerah lain sehingga membuat kota depok kewalahan dengan

melonjaknya pertumbuhan penduduk. Selain itu, kesenjangan sosial yang cukup

tinggi, polusi udara serta kemacetan masih menjadi hal yang perlu dibenahi.

Selain itu sarana kesehatan masyarakat yang belum proporsional dan memadai

jika dibandingkan dengan jumlah dan kepadatan penduduk juga menjadi

kelemahan yang harus segera diselesaikan.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

60

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

2. Analisis SWOT Kota Bogor

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Posisi

strategis

Kota Bogor

sebagai mitra

Ibukota

Jakarta

Keterbatasan lahan Daerah yang

menjadi salah satu

tujuan investasi

Ledakan

penduduk yang

tidak terkendali

baik

dikarenakan

faktor alamiah

maupun migrasi

Pusat

orientasi

pelayanan

bagi wilayah

belakang

(hinterland)

Keterbatasan

pembiayaan

pembangunan yang

berasal dari PAD

Tujuan wisata

belanja dan

kuliner serta

tempat

persinggahan

Bencana alam

dan degradasi

lingkungan

Relatif

lengkapnya

fasilitas

umum

Ketidakseimbangan

antara pertumbuhan

kapasitas jalan

dengan jumlah

kendaraan

Potensi Kebun

Raya sebagai

salah satu world

heritage

Meningkatnya

jumlah

penduduk

miskin

Potensi

penduduk

produktif dan

terdidik

Ketidaktersediaan

infrastruktur

Tempat

Pembuangan

Akhir sampah

Pendanaan pusat

melalui Program-

program yang

selaras dengan

program Kota

Bogor

Perubahan Iklim

dan Pemanasan

Global

Pusat

pendidikan

dan

penelitian

Kondisi

kemantapan jalan

yang belum optimal

Sister City dan

Kerjasama antar

daerah

Bertambahnya

jumlah

kendaraan

bermotor

Struktur

Birokrasi

yang mapan

Menjadi salah satu

Pusat Kegiatan

Nasional (PKN)

dalam struktur tata

-ruang Nasional

dan Jawa Barat

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

61

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Kota Bogor merupakan salah satu kota di Jawa barat yang menjadi mitra

Ibu kota Jakarta. Walaupun kota ini tidak terlalu luas jika dibandingkan kota-kota

lainnya, namun letaknya yang berada di dataran tinggi dan banyak terdapat

pepohonan membuat kota ini menjadi potensial untuk menjadi kota wisata alam.

Selain itu, kreativitas para penduduknya membuat industri kuliner menjadi

semakin maju. Walaupun terbatasnya lahan, namun kota ini masih terus dapat

dikembangkan. Selain itu, masih banyak aspek yang perlu dibenahi yaitu dari

aspek transportasi antara lain kemacetan lalu lintas, infrastuktur yang belum

memadai, integrasi angkutan umum massal. Dari aspek sosial yakni kesenjangan

sosial yang cukup tinggi, mutu pendidikan, sanitasi, kesehatan masyarakat. Dari

aspek lainnya yaitu kurangnya supply air bersih yang memadai, penataan ruang

dan tempat pembuangan sampah serta tata kelola pemerintahan.

3. Analisis SWOT Kota Bekasi

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Posisi strategis

Kota Bekasi

sebagai mitra

Ibukota Jakarta

Angka

pengangguran

dan

kemiskinan

yang relatif

tinggi

Pasar bebas

ASEAN

Kualitas

lingkungan

perairan sungai

yang tercemar

Tingkat

pendidikan

yang tinggi

Kekuatan

ekonomi rakyat

belum

berkembang

Hegemoni pasar

lokal dan

regional

Kerjasama

regional belum

berkembang

secara optimal

Relatif

lengkapnya

fasilitas umum

Daya beli

masyarakat

masih rendah

Daerah dengan

PAD yang besar

Angka migrasi

penduduk yang

tidak terampil

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

62

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Sumberdaya

finansial yang

memadai

Migrasi jumlah

penduduk yang

tinggi

Letak yang

strategis dengan

Ibukota negara

Wilayah

tetangga lebih

kompetitif

Pusat orientasi

pelayanan bagi

wilayah

belakang

(hinterland)

Manajemen

pemerintahan

belum optimal

Kota bekasi merupakan kota yang berkembang karena dekat dengan Ibu

kota Jakarta. Kota ini tidak terlalu luas namun pembangunan kota sangat agresif

seperti pembangunan apartemen, pemukiman, pusat perbelanjaan serta gedung-

gedung tinggi. Kota ini strategis karena dilalui oleh jalan tol jakarta-cikampek dan

rel kereta api menuju Surabaya. Kemacetan dan kepadatan penduduk menjadi hal

yang perlu diberikan perhatian lebih. Dari aspek geografis, Ruang terbuka hijau

masih kurang dari 30% yakni hanya 24%. Kota Bekasi juga sering dilanda

bencana banjir. Dari aspek demografis, Laju pertumbuhan penduduk sangat tinggi

sehingga menuntut penyediaan fasilitas dasar yang semakin besar. Dari aspek

sosial kemasyarakatan, angka IPM yang masih dibawah angka 80 belum dapat

membuat kualitas sumber daya manusia Kota Bekasi dapat bersaing di tingkat

global, jumlah penduduk miskin dan pengangguran masih tinggi, serta jumlah

penyandang masalah penyakit sosial masih relatif tinggi.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

63

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4. Analisis SWOT Kabupaten Bekasi

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Lokasi yang

strategis dekat

dengan Ibu kota

Sumberdaya

air yang

rentan

Menjadi pusat

industri di

Provinsi Jawa

Barat

Kerusakan

Kritis pada

kapasitas

sumber daya air

dan krisis

pasokan air

pada kegiatan

pertanian,

industri dan

aktivitas

perkotaan

Masih banyak

lahan yang

dapat

dikembangkan

Dampak

lingkungan

dari pabrik

yang ada di

sekitar

Menjadi area

terdepan untuk

perkembangan

industri di

Provinsi Jawa

Barat

Pertumbuhan

penduduk yang

baik

dikarenakan

faktor alamiah

maupun migrasi

Dilihat dari

karakteristik

topografinya,

sebagian besar

Kabupaten

Bekasi masih

memungkinkan

untuk

dikembangkan

untuk kegiatan

budidaya,Teruta

ma untuk

budidaya ikan

di tambak

ataupun untuk

budidaya hewan

domestik

seperti ayam

dan kambing

Hanya

terhubung

dengan jalur

darat sebagai

jalur keluar

masuk

barang

( Jalan tol

dan jalur

kereta api)

Banyak investor

asing yang

mencari lahan

investasi

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

64

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Ketersediaan

SDM yang ter-

edukasi dan

tenaga kerja

yang terampil

Secara

keseluruhan,

air tanah

terdegradasi

dikarenakan

kurangnya

sistem

pembuangan

limbah

Pembangunan

jaringan rel

kereta api lintas

cabang

menghubungkan

Cikarang Timur–

Cikarang Pusat–

Serang Baru–

Cibarusah–

Kabupaten

Bogor

Kemacetan

dan

kesenjangan

pembanguna

n di wilayah

kota dengan

wilayah desa

Dilintasi ruas

jalan tol Jakarta-

Cikampek dan

jalur kereta api

Jakarta-Surabaya

Keunggulan lokasi yang strategis terhadap pusat pertumbuhan, sehingga

memberikan peluang terjadinya keterkaitan ekonomi (backward, forward, and

regional linkage) dengan pusat pertumbuhan. Aksesibilitas yang cukup baik

dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai baik untuk mendatangkan

bahan baku, maupun untuk memasarkan hasilnya ke pasar domestik dan

nternasional, terutama dengan berkembangnya jaringan jalan Tol Jakarta -

Cikampek, sehingga produk wilayah Kabupaten Bekasi memiliki daya saing

cukup kuat. Selain itu, tersedianya lahan pertanian 82.552.Ha dan lahan pesisir

yang luas sebagai basis perkembangan agribisnis membuat kabupaten Bekasi

masih dapat terus berkembang ditambah lagi dengan ketersediaan SDM yang ter-

edukasi dan tenaga kerja yang terampil.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

65

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Sumber daya air yang layak, baik untuk air bersih, pertanian dan industri

semakin terbatas, yang disebabkan meningkatnya penggunaan, menurunnya

kualitas air permukaan dan debit yang tidak merata sepanjang tahun, terutama

untuk kawasan Utara. Dari sisi aksesibilitas, hanya terhubung dengan jalur darat

sebagai jalur keluar masuk barang ( Jalan tol dan jalur kereta api). Dari aspek

penggunaan teknologi informasi belum optimal untuk melayani masyarakat dan

aktivitas lainnya.

5. Analisis SWOT Kabupaten Bogor

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Pertumbuhan

ekonomi yang

baik

Jumlah

penduduk yang

tinggi

Tersedianya

lembaga dan

aparatur yang

dapat menjaga

keberlangsungan

stabilitas

keamanan

Migrasi dan

laju

pertumbuhan

penduduk yang

tinggi

Tersedianya

sarana dan

prasarana publik

Kurangnya

konsistensi dan

ketegasan

dalam

penegakan

hukum/aturan

Dukungan

wilayah yang

sangat luas

Bencana alam

dan degradasi

lingkungan

Tersedianya

fasilitas

pelayanan

kesehatan

Belum

optimalnya

sosialisasi

terkait

mendapatkan

akses modal

usaha bagi

masyarakat

Daerah dengan

tujuan investasi

yang tinggi

Meningkatnya

jumlah

penduduk

miskin

Tersedianya

perangkat

aparatur

pemerintah

Keterbatasan

pembiayaan

pembangunan

yang berasal

Sumberdaya

manusia yang

tinggi

Perubahan

Iklim dan

Pemanasan

Global

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

66

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

daerah yang

berkompetensi

dari PAD

Tersedianya

dokumen

perencanaan

Kurangnya

kesadaran dan

partispasi

masyarakat

dalam

pengelolaan

sampah

Infiltrasi

budaya asing

yang negatif

Hubungan

bilateral yang

harmonis dengan

tetangga wilayah

(Kota Bogor)

Belum

optimalnya

pemanfaatan

teknologi

informasi di

pemerintahan

dan UMKM

Kurangnya

minat generasi

muda untuk

menjadi petani

Suasana politik

yang damai dan

kedewasaan

demokrasi

masyarakat

Terdapat

kesenjangan

pembangunan

antar kawasan

kota dengan

wilayah

pedesaan

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Metropolitan

Bodebekkarpur yang memiliki lokasi yang sangat luas dibandingkan wilayah

lainnya. Hal ini juga didukung dengan hubungan bilateral yang harmonis dengan

tetangga wilayah (Kota Bogor). Aspek positif lain yang bisa menjadi kekuatan di

Kabupaten Bogor yaitu pertumbuhan ekonomi yang baik, sumberdaya manusia

yang tinggi, dan sebagai salah satu daerah dengan tujuan investasi. Akan tetapi

terdapat beberapa kelemahan dan hambatan yang sering muncul di wilayah ini.

Kelemahan di Kabupaten Bogor diantaranya ialah pertumbuhan jumlah penduduk

yang tinggi, kurangnya konsistensi dan ketegasan dalam penegakan

hukum/aturan, kurangnya konsistensi dan ketegasan dalam penegakan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

67

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

hukum/aturan, keterbatasan pembiayaan pembangunan yang berasal dari PAD,

serta terdapatnya kesenjangan pembangunan antar kawasan kota dengan wilayah

pedesaan. Sementara itu untuk hambatan yang terjadi ialah adanya bencana alam

dan degradasi lingkungan, migrasi yang besar, menigkatnya jumlah penduduk

miskin, serta infiltrasi budaya asing yang negatif.

6. Analisis SWOT Kabupaten Karawang

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Kondisi

keamanan yang

kondusif

Persentase

penduduk

miskin di

Kabupaten

Karawang pada

tahun 2014

sebesar 10,15%

Potensi ekonomi

daerah sebagai

daerah industri

dapat

mendukung

perekonomian

daerah

Masuk dalam

kategori rawan

bencana banjir,

longsor, dan

puting beliung

Letak geografis

yang strategis

Persentase

kemandirian

fiskal daerah di

Kabupaten

Karawang pada

tahun 2015

sebesar 29,23%

Perpres Nomor

32 Tahun 2011

tentang MP3EI

dan Peraturan

Presiden nomor

3 tahun 2016

tentang

Percepatan

Pelaksanaan

Proyek Strategis

Nasional

Kerusakan

lingkungan

hidup

Memiliki potensi

basis dalam

perekonomian

Persentase

pengangguran

di Kabupaten

Karawang pada

tahun 2015

sebesar 11,88%

dari jumlah

angkatan kerja

Adanya

permintaan yang

cukup tinggi dari

pasar domestik

dan internasional

terhadap hasil

pertanian,

perikanan dan

Kerjasama

ekonomi dan

kawasan

perdagangan

bebas

Masyarakat

Ekonomi

ASEAN dan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

68

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

peternakan untuk

dapat dipenuhi

oleh para pelaku

ekonomi lokal

ASEAN-China

Free Trade

Area (ACFTA)

Memiliki potensi

sumberdaya

alam

Belum

optimalnya

pemanfaatan

teknologi

informasi di

pemerintahan

dan UMKM

Tersedianya

lembaga dan

aparatur yang

dapat menjaga

keberlangsungan

stabilitas

keamanan.

Persaingan

sumberdaya

manusia secara

global

Memiliki faktor

produksi

unggulan (tenaga

kerja, SDA)

Belum

tersedianya

sarana/moda

transportasi

publik yang

memadai;

Kompetensi

lulusan

pendidikan

tidak

memenuhi

kebutuhan

tuntutan dunia

kerja

Tersedianya

lahan budidaya

(pertanian dan

industri)

Kurangnya

kesadaran

masyarakat

dalam

memelihara

fasilitas

pelayanan

publik;

Di dominasi

penduduk usia

produktif

Pertumbuhan

ekonomi yang

baik

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

69

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Kabupaten Karawang memiliki lokasi yang strategis yang didukung oleh

Perpres Nomor 32 Tahun 2011 tentang MP3EI dan Peraturan Presiden nomor 3

tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Selain itu

wilayah ini juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, didominasi penduduk

usia produktif, dan memiliki potensi basis dalam perekonomian. Potensi lain yang

bisa dikembangkan ialah sebagai daerah industri yang bisa mendukung

perekonomian daerah, serta adanya permintaan yang cukup tinggi dari pasar

domestik dan internasional terhadap hasil pertanian, perikanan dan peternakan

yang dihasilkan oleh masyarakat setempat.

Akan tetapi seperti daerah-daerah lainnya, Kabupaten Karawang juga tidak

luput dari beberapa kelemahan dan hambatan yang terjadi. Persentase penduduk

miskin di Kabupaten Karawang yang mencapai 10,15% pada tahun 2014 juga

salah satu kelemahannya, selain itu persentase pengangguran di Kabupaten

Karawang juga pada tahun 2015 sebesar 11,88% dari jumlah angkatan kerja. Hal

ini mengindikasikan betapa seriusnya permasalahan yang terjadi di Kabupaten

Karawang. Disamping itu kurang kompetitifnya persaingan sumberdaya manusia

di tingkat global dan kompetensi lulusan pendidikan yang tidak memenuhi

kebutuhan tuntutan dunia kerja juga menjadi beberapa penghambat.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

70

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

7. Analisis SWOT Kabupaten Purwakarta

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Menjadi daerah

sebagai salah

satu tujuan

investasi

terbesar di Jawa

Barat

Kurangnya

SDM dalam

bidang SI/TI

Letak geografis

Kabupaten

Purwakarta

yang

merupakan

gerbang

menuju

Ibukota Negara

RI dan Ibukota

Provinsi Jawa

Barat

Ancaman

datang dari

sesama

pemerintah

daerah untuk

menarik

investor asing

dan investor

dalam negeri

masuk

kedaerahnya

Tupoksi SKPD

yang selaras

dengan visi dan

misi serta

tujuan

pemerintah

daerah

Koordinasi

SKPD kurang

intensif

Peluang

investasi

dibidang

industri,

peternakan dan

perikanan,

pertanian, dan

pariwisata

Kondisi politik

daerah yang

kadang tidak

stabil

Penggunaan

SI/TI pada

tingkat

operasional

disetiap SKPD

Masalah sosial

ekonomi

seperti

pengangguran

dan

kemiskinan.

Bargaining

power

substitute

produk yang

rendah

Kondisi

ekonomi

daerah yang

masih belum

kuat

Legalisasi

pemerintah

daerah

Kurangnya

infrastruktur

yang memadai

bagi para

investor

Daerah dengan

tingkat

pertumbuhan

ekonpmi yang

tinggi

Kondisi sosial

daerah yang

masih rentan

Sumber daya

lokal yang

berlimpah

Bargaining

power

pendatang

baru yang

tinggi

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

71

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Kabupaten Purwakarta merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa

Barat dengan sumberdaya lokal yang melimpah yang disertai dengan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Letak geografis Kabupaten Purwakarta juga

sangat strategis karena dilalui oleh jalan menuju Ibukota Negara RI dan Ibukota

Provinsi Jawa Barat. Selain itu Kabupaten ini juga menjadi salah satu daerah

tujuan investasi terbesar di Jawa Barat. Peluang investasi dibidang industri,

peternakan dan perikanan, pertanian, dan pariwisata juga sangat potensial untuk

dikembangkan di wilayah Kabupaten Purwakarta.

Masalah kesenjangan sosial seperti pengangguran dan kemiskinan

merupakan pekerjaan rumah yang harus dituntaskan di wilayah ini. Selain itu

kurangnya infrastruktur yang memadai bagi para investor juga bisa menghambat

pembangunan ekonomi yang ada. Terdapat beberapa hambatan lain seperti

ancaman dari sesama pemerintah daerah untuk menarik investor asing dan

investor dalam negeri untuk masuk kedaerahnya, bargaining power pendatang

baru yang tinggi, serta kondisi ekonomi daerah yang masih belum kuat merupakan

sesuatu yang harus diatasi.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

72

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4.4 Kajian Komparatif Metropolitan Mebidangro, Gerbangkertosusilo, Dan

Sarbagita

4.4.1 Metropolitan Mebidangro

Berdasarkan studi banding yang dilakukan ke Provinsi Sumatera Utara

terkait dengan pengembangan Kawasan Metropolitan Medan, Binjai, Deli

Serdang, dan Karo (Mebidangro), maka dapat diperoleh beberapa informasi antara

lain:

Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memiliki landasan aturan berupa

Peraturan Presiden yang menaungi keberadaan Kawasan Mebidangro dimana

penguatan dari sisi regulasi ini bersifat strategis mengingat proses pembangunan

sebaiknya melibatkan seluruh pihak dimana salah satunya adalah peran serta

Pemerintah Pusat. Salah satu bentuk dukungan Pemerintah Pusat adalah berupan

Peraturan Presiden yang akan mengikat lebih dalam ke seluruh pemangku

kepentingan yang terlibat dalam pengembangan kawasan metropolitan. Perlunya

keterlibatan pusat mengingat kondisi di beberapa daerah strategis yang ada di

Kawasan Mebidangro telah diatur juga oleh Peraturan Pemerintah Pusat seperti

halnya keberadaan Bandara Udara Polonia yang merupakan bandar udara militer.

Keberadaan bandar udara militer ini juga sebenarnya telah diatur oleh Peraturan

Pemerintah Pusat. Sehingga jika pengaturan Kawasan Metropolitan yang beririsan

dengan kawasan lain yang telah diatur oleh pusat, maka diperlukan juga Peraturan

dari Pemerintah Pusat yang paling tidak memiliki kesamaan level atau lebih tinggi

agar dapat diberlakukan secara efektif. Selain itu permasalahan yang masih ada

adalah terkait dengan keberadaan hutan lindung yang melingkupi Kawasan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

73

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Metropolitan. Sekali daya dorong yang dibutuhkan dalam penentuan lokasi adalah

melalui keberadaan Peraturan Pemerintah Pusat yang dalam hal ini adalah

Peraturan Presiden.

Peraturan Pemerintah Pusat yang menaungi Kawasan Mebidangro ini

adalah Peraturan Presiden Nomor 62 Tahin 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo. Adapun ruang

lingkup dari Peraturan Presiden ini antara lain:

a. Peran dan fungsi rencana tata ruang serta cakupan Kawasan Perkotaan

Mebidangro;

b. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Kawasan Perkotaan

Mebidangro;

c. Rencana struktur ruang, rencana pola ruang, arahan pemanfaatan ruang, dan

arahan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro;

d. Pengelolaan Kawasan Perkotaan Mebidangro; dan

e. Peran masyarakat dalam penataan ruang di Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Adapun Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro ini berperan

sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan sebagai

alat koordinasi pelaksanaan pembangunan di Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Selain itu, Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro berfungsi

sebagai pedoman untuk:

a. Penyusunan rencanan pembangunan di Kawasan Perkotaan Mebidangro;

b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di Kawasan

Perkotaan Mebidangro;

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

74

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar

wilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antar sekotr di Kawasan Perkotaan

Mebidangro;

d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan Perkotaan

Mebidangro;

e. Penataan ruang wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kawasan Perkotaan

Mebidangro;

f. Pengelolaaan Kawasan Perkotaan Mebidangro; dan

g. Perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan Perkotaan

Mebidangro dengan kawasan sekitarnya.

Lebih lanjut lagi, kebijakan penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro

meliputi:

a. Pengembangan dan pemantapan fungsi Kawasan Perkotaan Mebidangro

sebagai pusat perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu

bersaing secara internasional terutama dalam kerja sama ekonomi subregional

Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand;

b. Peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan Mebidangro

sebagao pembentuk struktur ruang perkotaan dan penggerak utama

pengembangan wilayah Sumatera bagian utara;

c. Peningkatan keterpaduan dan jangkauan pelayanan Jaringan prasarana

transportasi, energy, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasarana

perkotaan Kawasan Perkotaan Mebidangro yang merata dan terpadu secara

internasional, nasional, dan regional;

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

75

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

d. Peningkatan keterpaduan antar kegiatan budi daya serta keseimbangan antara

perkotaan dan pedesaan sesuai dengan daya dukung dan daya tamping

lingkunngan;

e. Peningkatan fungsi, kuantitas, dan kualitas RTH dan kawasan lindung lainnya

di Kawasan Permotaan Mebidangro;

f. Peningkatan funsgi dan fasilitas pertahanan dan keamanan negara di Kawasan

Perkotaan Mebidangro;

g. Peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pembangunan Kawasan

Perkotaan Mebidangro melalui kerja sama antar daerah, kemitraan pemangku

kepentingan, dan penguatan peran masyarakat.

Adapun strategi penataan ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai pusat

perekonomian nasional yang produktif dan efisien serta mampu bersaing secara

internasional terutama dalam kerja sama ekonomi sub regional Segitiga

Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand antara lain:

a. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternal

yang memadai dan mudah terjangkai dari kawasan permukiman;

b. Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa secara terpadu pada pusat-

puast kegiatan, simpul-simpul transportasi, serta koridor-koridor jalan arteri;

c. Mengembangkan kawasan industry yang tersebar di sepanjang Jaringan jalan

Lintas Timur Sumatera dan sekitar pelabuhan serta bandar udara sebagai

bagian dari Koridor Ekonomi Sumatera dengan tetap memperhatikan daya

dukung dan daya tamping lingkungan hidup serta fungsi ekosistem;

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

76

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

d. Mengembangkan sebagian Kawasan Perkotaan Mebidangro yang

menyelenggarakan fungsi pereknomian bersifat khusus yang terdiri atas satu

atau beberapa zona pengolahan eksporm logistik, industry, pengembangan

teknologi, pariwisata, energy, dan/atau ekonomi lainnya; dan

e. Mengarahkan pengembangan perkotaan pada arah timur dan barat, dan

mengendalikan pengembangan di kawasan pesisir dan perbukitan di bagian

selatan Kawasan Perkotaan Mebidangro.

Selain itu, strategi peningkatan akses pelayanan pusat-pusat kegiatan perkotaan

Mebidangro sebagai pemebnetuk strukutr ruang perkotaan dan penggerak utama

pengembangan wilayah Sumatera bagian utara terdiri antara lain:

a. Menetapkan pusat kegiatan yang tersebar dan seimbang di Kawasan

Perkotaan Mebidangro;

b. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternal

yang memadai dan didukung oleh Jaringan prasarana yang terpadu;

c. Mengembangkan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas internal

yang memadai dari pemukiman;

d. Mengembangkan lokasi kegiatan sektor informal terpadu dengan pusat-puat

kegiatan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan kenyamanan

lingkungan;

e. Memingkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan Mebidangro dengan kawasan

perkotaan dan pedesaaan di sekitanrnya; dan

f. Mengembangkan pusat-pusat pelayanan pedesaan yang memiliki aksesibilitas

internal.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

77

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Dari aspek peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan Jaringan parsarana

transportasi, energy, telekomunikasi, sumber daya air, serta prasaran perkotaan

Kawasan Perkoitaan Mebidangro yang merata secara internasional, nasional, dan

regional terdapat beberapa strategi antara lain:

a. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan Jaringan transportasi

perkotaan yang seimbang dan terpadu antara Jaringan jalan, jalur pedestrian,

jalur sepeda, jalur evakuasi bencana, angkutan massal yang berbasis moda

jalan, Jaringan jalur kereta api, transportasi laut, dan transportasu udara yang

tidak mengganggu keutuhan kawasan lindung dan ekosistem yang bersifat unik

atau bernilai konservasi tinggi;

b. Meningkatkanm kualitas dan jangkauan pelayanan jarimgan energy listrik,

minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kawasan

Perkotaan Mebidangro;

c. Meningkatkan kuailtas dan jangkauan pelayanan Jaringan telekomunikasi yang

mencapai seluruh pusat kegiatan dan pemukiman di kawasan Perkotaan

Mebidangro;

d. Meningkatkan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,

dan pengendalian daya rusak air dengan berbasis pengolelolaan wilayah sungai

secara terpadu; dan

e. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan air minum, air limbah,

drainase, dan persampahan secara terpadu untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat di Kawasan Perkotaan Mebidangro.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

78

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Strategi peningkatan keterpaduan antar kegiatan budi daya serta keseimbangan

antara perkotaan dan pedesaan sesuain dengan daya dukukng dan daya tampupng

lingkungan terdiri dari:

a. Menetapkan lokasi dan kegiatan budi daya yang meliputi pemukiman,

pertanian, kelautan dan perikanan, transportasi,sosial, budaya, pertahanan, dan

keamanan negara, pariwisata, pertambangan, industry, dan hutan produksi

dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungna;

b. Mengembangkan kegiatan perkotaan yang meliputi pemukiman, perdagangan

dan jasa, serta industry secara terpadu sesuai dengan daya dukung dan daya

tamping lingkungan;

c. Menyeimbangkan pengembangan kegiatan dengan penyediaan pemukiman

serta prasarana dan sarana, untuk mewujudkan pelayanan optimal serta

lingkungan yang bersif dan sehat;

d. Mengembnagkan kegiatan perdagangan dan jasa skala internasional, nasional,

regional dan local secara merata;

e. Mengembangkan kegiatan industry yang memiliki keterkaitan dengan sumber

bahan baku di kawasan sekitarnya dan keterkaitan dengan pasar internasional,

nasional, dan regional;

f. Mempertahankan kegiatan pertanian produktif dan spesifik di pedesaan dengan

memperhatikan dampak perkembangan kota dan konservasi air dan tanah;

g. Menwajibkan pemerintah daerah menetapkan dan mempertahankan lahan

pertanian berkelanjutan;

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

79

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam tak terbarukan sesuai daya

dukung lingkungan secara berkelanjutan dan mengutamakan masyarakat lokal;

i. Mengendalikan pemanfaatan kawasan hutan produksi untuk menjaga fungsi

hidrogeologis daerah tangkapan air;

j. Memanfaatkan wilayah pesisir serta perairan pantai untuk kegiatan

transportasi, pariwisatam perikanan, dan pertambangan secara terpadu;

k. Mengembangkan kegiatan budi daya darat dan laut yang berbasis mitigasi

bencana dan adaptasi perubahan ilkim global; dan

l. Mewajibkan instansi Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis dalam rangka penyusunan dan evaluasi kebijakan,

rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau

risiko kingkungan hidup di Kawasan Perkotaan Mebidangro sesuai dengan

keterntuan peraturan perundang-undangan.

Selain itu, strategi peningkatan fungsi, kualitas, dan kualitas RTH dan kawasan

lindung lainhya di Kawasan Perkotaaan Mebidangro antara lain:

a. Mewujudkan RTH paling sedikit 30% dari kawasan fungsional perkotaan dan

mewujudkan hutan paling sedikit 30% dari setiap DAS dengan sebaran yang

proporsional yang berada di Kawasan Perkotaan Mebidangro;

b. Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup

berbasis wilayah sungai dan DAS; dan

c. Merehabilitasi dan merevitalisasi kawasan lindung yang telah mengalami

kerusakan fungsi lindung.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

80

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Strategi peningkatan fungsi dan fasilitas pertahanan dan keamanan negara di

Kawasan Perkotaan Mebidangro antara lain:

a. Menyediakan ruang untuk kawasan pertahanan dan keamanan negara;

b. Mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar

kawasan pertahanan dan keamanan negara; dan

c. Mengembangkan zona penyangga yang memisahkan antara kawasan

pertahanana dan keamanan negrara dan kawasan budi daya terbangun di

sekitarnya.

Lebih kanjut lagi, strategi peningkatan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi

pembangunan Kawasan Perkotaan Mebidangro melalui kerjasama antar daerah,

kemitraan pemangku kepentingan, dan penguatan peran masyarakat antara lain:

a. Mengembangkan lembaga kerja sama antar daerah yang berfungsi untuk

melakukan koordinasi, fasilitasi kerja sama, dan kemitraan dalama

pemanfaatan ruang dan pengendalian pembangunan Kawasan Perkotaan

Mebidangro;

b. Meningkatkan integrasi dan sinkronisasi pembangunan antara pemerintah,

pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota di Kawasan Perkotaaan

Mebidangro;

c. Meningkatkan promosi investasi di dalam dan luar negeri serta memanfaatkan

kerja sama ekonomi sub regional Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-

Thailand; dan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

81

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

d. Mendorong penguatan peran masyarakat dalam proses perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan Kawasan Perkotaan Mebidangro

melalui berbagai forum dan lembaga pendukung pengembangan Kawasan

Perkotaan Mebidangro.

Berdasarkan pada apa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara, maka dapat diambil kesimpulan yang relevan dengan rencana

pengembangan Kawasan Metropolitan Bodebekkarpur adalah berupa penguatan

regulasi yang tidak saja terbatas pada Peraturan Daerah, namun juga hingga

Peraturan Presiden yang memiliki hierarki lebih tinggi. Selain itu, strategi yang

diharapkan muncul dari rencana pengembangan Kawasan Metropolitan

Bodebekkarpur seperti halnya apa yang telah tercakup, namun tidak menutup

kemungkinan lebih dari apa yang telah ditetapkan di Kawasan Perkotaan

Mebidangro yang meliputi penetapan pusat kegiatan yang tersebar dan seimbang,

pengembangan pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas eksternal yang

memadai dan didukung oleh jaringan prasarana yang terpadu, pengembangan

pusat-pusat kegiatan yang memiliki aksesibilitas internal yang memadai dari

pemukiman, pengembangan lokasi kegiatan sektor informal terpadu dengan pusat-

pusat kegiatan yang tidak mengganggu kelancaran lalu lintas dan kenyamanan

lingkungan, peningkatan keterkaitan antar pusat kegiatan antara kawasan

perkotaan dan pedesaaan di sekitanrnya, dan pengembangan pusat-pusat

pelayanan yang memiliki aksesibilitas internal.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

82

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4.4.2 Analisis SWOT Metropolitan Mebidangro

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Menjadi

kawasan

strategis dalam

perekonomian

nasional

Terdapatnya

kesenjangan

pembangunan

antar daerah

Menjadi

kawasan

ekonomi

terpadu yang

komplit

Bisa

menyebabkan

Perubahan

fungsi lahan

yang cepat

Kawasan

Strategis

Nasional (KSN)

Mebidangro

telah ditetapkan

melalui

PERPRES No

62 Tahun 2011

Pertumbuhan

penduduk yang

tinggi

Tersedianya

kekayaan

sumberdaya

alam dan

ketersediaan

lahan

Migrasi yang

besar dapat

terjadi ke

Metropolitan

Mebidangro

Laju

pertumbuhan

ekonomi yang

baik

Banyaknya

kantung-

kantung

kemiskinan,

terutama di

wilayah pesisir

Menjadi pusat

kegiatan

perdagangan

dan jasa,

kawasan cagar

budaya, dan

kegiatan

pariwisata

budaya dan

buatan

Kurang

optimalnya

penggunaan

sumberdaya

yang ada

Sumberdaya

alam dan

sumberdaya

manusia yang

memadai

Menjadi

kawasan yang

aman,

nyaman,

produktif dan

berkelanjutan

sehingga

memberikan

manfaat

ekonomi bagi

masyarakat

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

83

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Infrastruktur

yang memadai

menjadi pusat

pelayanan

ekonomi

skala nasional

yang mampu

bersaing

dengan pusat

pelayanan

ekonomi

Regional

IMT-GT

Metropolitan Mebidangro merupakan salah satu metropolitan yang

menjadi kawasan strategis dalam perekonomian nasional, hal ini diperkuat dengan

PERPRES No 62 Tahun 2011. Kawasan ini memiliki laju pertumbuhan ekonomi

dan infrastruktur yang baik, serta sumberdaya alam dan sumberdaya manusia

yang memadai. Kedepan wilayah metropolitan ini memiliki kesempatan untuk

menjadi kawasan ekonomi terpadu yang komplit, menjadi pusat kegiatan

perdagangan dan jasa, kawasan cagar budaya, dan kegiatan pariwisata budaya dan

buatan, menjadi kawasan yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan

sehingga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, serta menjadi pusat

pelayanan ekonomi skala nasional yang mampu bersaing dengan pusat pelayanan

ekonomi Regional IMT-GT.

Namun dengan semua kelebihan yang ada di Metropolitan Mebidangro

tersebut masih terdapat beberapa kelemahan dan hambatan yang ada. Kelemahan

ini diantaranya ialah terdapatnya kesenjangan pembangunan antar daerah,

banyaknya kantung-kantung kemiskinan, terutama di wilayah pesisir, serta

pertumbuhan penduduk yang tinggi. Sementara itu untuk hambatan yang mungkin

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

84

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

akan terjadi ialah adanya perubahan fungsi lahan yang cepat, migrasi yang besar,

serta kurang optimalnya penggunaan sumberdaya yang ada.

4.4.3 Metropolitan Gerbangkertasusilo

Metropolitan Gerbang Kertosusilo merupakan Metropolitan yang patut

dikaji karena perkembangannya sudah mulai dilakukan dan sudah meulai terlihat

dampak pengembangan metropolitannya tersebut sehingga dapat ditarik beberapa

pelajaran untuk pengembangan 3 Metropolitan di Jawa Barat ini. Jawa Timur

memiliki Luas Wilayah 47.154 Km2 dengan kepadatan penduduk 807 jiwa/km2,

Memiliki 38 Kab/Kota, 664 Kecamatan, 8.501 Desa/Kel. Jawa Timur merupakan

salah satu Provinsi yang terpadat di Indonesia dengan jumlah penduduk sebesar

38.847.561, Laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,610%.

Jawa Timur merupakan Center of Gravity Indonesia dengan posisi yang

strategis karena berada di tengah-tengah nusantara, hal ini merupakan keuntungan

bagi Jawa Timur. Tanjung Perak sebagai akses kapal-kapal petikemas untuk

pendistribusian barang atau sebagai jalur dagang ke Pulau Sulawesi maupun

Papua. Konektivitas antar wilayah yang baik juga cluster-cluster yang terbagi atas

cluster industri pengeolahan gelang utara, cluster industri pengolahan Moker,

cluster industri gempol dan cluster industri kalibaru. Perluasan Pusat Pertumbuhan

di Jawa Timur adalah Segitiga Pertumbuhan Bonjonegoro Tuban Lamongan yang

fokus pertumbuhannya berbasis kegiatan non pertanian, Perluasan Pertumbuhan

maduraa sebagai pusat pertumbuan yang berbasis Agribisnis dan Minabisnis,

kemudian terdapat 3 Perluasan pertumbuhan yaitu Perluasan pertumbuhan bagian

barat, Perluasan pertumbuhan bagian tengah, dan perluasan pertumbuhan wilayah

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

85

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

bagian timur yang ketiga perluasan tersebut terfokus pada pertumbuhan berbasis

Agribisnis.

Makro Ekonomi Jawa Timur dilihat dari segi LPE tahun terakhir sebesar

5,44 % berada di atas LPE nasional dan LPE Jawa Barat. Dengan nilai ekspor

yang didominasi oleh ekspor antar daerah sebesar 452,954 triliun rupiah dan

249,078 triliun rupiah.

Gerbang Kertosusila adalah akronim dari Gersik, Bangkalan, Mojokerto,

Surabaya, Sidoarjo, Lamongan. Pembentukan Suatu wilayah Pembangunan

(SWP) Gerbangkertosusila sendiri, menurut Perda Provinsi Jawa Timur No.

4/1996 Tentang RTRW Provinsi Jawa Timur dan PP No. 47/1996 tentang RTRW

nasional, bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan antar daerah.

Wilayah Gerbang Kertosusila merupakan metropolitan terbesar kedua di

Indonesia yang berpusat di Surabaya. Gerbangkertosusilo juga mempunyai

penduduk paling banyak kedua setelah Jabodetabek.

Secara nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah memang sudah ditetapkan

Megapolitan Gerbangkertasusila, namun untuk Rencana Tata Wilayah Jawa

Timur, Gerbangkertasusila yang ditambah hingga ke Malang, Probolinggo dan

Tuban. Akses dan aktifitas Gerbangkertasusilaa terbagi ke dalam beberapa macam

Pusat Urban Metropolitan dan GKS. Pusat Urban Metropolitan Utara dengan

industri, pertdagangan dan pendidikan, kesehatan dan pariwisata, dengan

hubungan yang kuat kawasan ekonomi Surabaya, Lamongan, dan

Pacitan/Brondong. Pusat Urban Metropolitan dari Pulau Madura untuk

mengakomodasi kegiatan ekonominya, dengan aktivitas utama untuk agroindustri,

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

86

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

perdagangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata dan pemerintahan berada di

Bangkalan. Surabaya sebagai Pusat Urban Utama, Pintu gerbang dan citgra

kawasan untuk luar GKS.

Pusat Regional untuk kegiatan politik, administratif, ekonomi dan sosial,

dengan fungsi utama untuk bisnis, jasa, pendidikan, kesehatan, perdagangan,

administrasi dan wisata-budaya. Lamongan sebagai Pusat Urban GKS untuk

mengakomodasi kegiatan ekonomi berbasis agrikultur, dengan hubungan kuat

dengan Surabaya Pacitan/Brondong, Babat, Bonjonegoro, dengan dukungan

kegiatan untuk perdagangan dan jasa, industri, kesehatan dan pariwisata.

Mojokerto sebagai Pusat Urban GKS. Untuk mengakomodasi kawasan Mojokerto

dan Jombang dengan hubungan kuat dengan Jombang dan Surabaya melalui jalan

arteri, dengan kegiatan industri dan perdagangan yang didukung kegiatan

pendidikan, pariwisata dan kesehatan. Terakhir, Gempol sebagai Pusat

Metropolitan Urban dengan fungsi utama untuk industri dan perdagangan jasa,

pendidkan, kesehatan dan pariwisata, dengan hubungan kuat dengan Surabaya dan

Pasuruan untuk meningkatkan Ekonomi.

Perkotaan Metropolitan Gerbangkertasusila merupakan kawasan perkotaan

yang terdiri dari dua/lebih daerah otonom, terdiri dari 1 kota otonom (inti) dan

kawasan perkotaan sekitarnya yang membentuk sistem fungsional dan kawasan

perkotaan dengan jumlah penduduk agregat melebihi 1 juta jiwa.

Visi Pengembangan GKS adalah mewujudkan GKS sebagai Pusat

Perkembangan Berkelanjutan bertaraf Global melalui pengembangan Gerbang

Ekonomi dan Logistik Dunia, serta menciptakan kawasan metropolitan yang

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

87

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Pintar dan Hijau. Skenario Perkembangan Ekonomi (GRDP/PDRB) dibagi

menjadi 2 sekenario yakni :

- Skenario A: Tidak ada perubahan posisi ekonomis GKS dalam negeri

- Skenario B: Pertumbuhan ekonomis GKS akan meningkat sehingga

menjadi ekonomi unggulan dalam negeri dengan dasar GKS akan menuju

perkembangan nasional yang lebih adil dan merata dan GKS dilengkapi potensi

pertumbuhan yang memadai serta sumber daya yang dapat menjadi penggerak

pertumbuhan ekonomi.

Skenario dan Strategi Urbanisasi salah satunya Compact Eco-City

merupakan salah satu konsep yang harus diterapkan karena tidak hanya

megapolitan yang padat tapi juga mempertimbangkan hal-hal ekologis dan

ekonomisnya, sehingga pada konten yang seperti itu ruang tata kota masih terasa

nyaman, mobilitas juga masih tinggi kemudian industri yang ada di sekitarnya

yang mendukung pusat industri sekarang masih ada perkembangannya.

Ada beberapa upaya dalam menciptakan Compact Eco-City yakni dengan :

- Urbanisasi Intensif dalam radius 20 km area metropolitan serta pusat-pusat

pemukiman yang potensial.

- Pengembangan Sub-Pusat dengan Sistem Transportasi Berbasis Rel: Sub-pusat

perkotaan yang multi-fungsi dengan sistem kereta komuter metropolitan (akan

dikembangkan)

- Sistem Transit Umum: Jaringan Transportasi perkotaan yang komprehensif

(Rail,MRT dan BRT)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

88

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Faktor-faktor yang dianalisis dalam evaluasi tata guna lahan dengan

mengurangi faktor penghambat dengan faktor potensial dimana yang termasuk

sebagai faktor penghambat adalah area konservasi, area tangkap air, hutan

lindung, hutan produksi, stabilitas lahan, dan perairan/rawa/kolam ikan sedangkan

yang termasuk sebagai faktor potensial adalah akses terhadap transportasi berbasis

rel, akses terhadap pusat-pusat perkotaan, akses terhadap jalan, akses terhadap

bus, akses terhadap pelabuhan/lapangan udara dan proyek proyek.

Dasar rancangan penggunaan lahan yakni :

a. Hutan lindung : Hendaknya tetap dilindungi dengan penegakan hukum

b. Area Rawan Lingkungan (ESAs) akan diidentifikasi dan dikelola dengan

kebijakan-kebijakan khusus.

c. Area Konservasi: termasuk wilayah-wilayah rawa, rawan-banjir, pesisir,

tambang garam dan wilayah semburan lumpur Lapindo, harus dilindungi dari

kegiatan-kegiatan pembangunan kota.

d. Konversi lahan dari Area Irigasi : menjadi laha utnuk keperluan kota harus

diminimalisir untuk mengurangi desakan urbanisasi.

e. Lahan Agrikultur: Untuk kegiatan-kegiatan yang lebih variatif dan multi-guna,

termasuk peternakan di daerah bangkalan dan mojokerto.

f. Pola Penggunaan Lahan yang akan dihijaukan : hendaknya lebih digalakan

dibanding pola urbanisasi.

Strategi dalam Pengembangan ekonomi adalah dengan pemasaran yang

efektif, salah satunya dengan mengoptimalkan pasar domestik dengan

menggunakan Kantor Perwakilan Dagang sebagai fasilitatior. Dengan harapan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

89

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

menambang para wirausaha untuk memiliki akses ke luar pasar Jawa Timur,

ketika ekspor harga perjalanan dapat di bagi dua dengan Pewakilan Dagang.

Disamping melalui hubungan bilateral, lingkage hubungan perdagangan

komoditas jatim yang terdistribusi ke KPD Papua dan KPD NTT diekspor ke

Australia seperti palm oil, australia dapat pula mengekspor langsung ke jatim

seperti Sapi.

Pengembangan kawasan metropolitan berbasis Ekologi : kawasan hutan

lindung di Jawa Timur ditetapkan dengan luas sekurang-kurangnya 344.742 Ha.

Hutan lindung di Gerbangkertasusila beada di bangkalan, lamongan dan

mojokerto, Tahura R. Soerjo dengan luas total sekurang-kurangnya 27.868 Ha.

Selain itu Tahura R. Soerjo merupakan kawasan rawan bencana kebaran hutan.

Kawasan sekitar Gunung arjuno-welirang. Selain itu Gunung Arjuna merupakan

kawasan Rawan Bencana kebakaran Hutan.

Pengawalan terhadap penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan dan

RTH perkotaan. Rencana LP2B terhutang dalam Perda RTRW Kab/Kota

Pemerintah Kab/Kota memiliki wewenan dalam menetapkan LP2B dengan

menetapkan lokasi pada Rencana Rinci Tata Ruang. Keriteria lahan yang

ditetapkan sebagai LP2B yaitu seluruh hamparan lahan penghasil tanaman pangan

(tidak hanya sawah padi) Ladang, Sawah Pasang Surut, Sawah Lahan

Basah/Kering. Upaya pemerintah Provinsi Jawa Timur yaitu fasilitasi dan

koordinasi penetapan LP2B dalam Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah

(BKPRD) Provinsi, Penyusunan SOP Penyelenggaraan LP2B di Jawa Timur,

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

90

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Fasilitasi Penyediaan Peta dasar 1 : 5.000 sebagai basis penetapan LP2B dan

dukungan kebijakan insentif pendukung LP2B.

Pemantapan fungsi-fungsi perdagangan jasa skala nasional dan

internasional dengan pemantapan kawasan perdagangan dan jasa yang telah secara

terintegratif dan upaya percepatan pengembangan kawasan kaki jembatan

suramadu sisi madura sebagai titik pertumbuhan perekonomian pulau madura

khususnya dan jawa timur pada umumnya melalui pengembangan kawasan

perdagangan dan jasa serta industri.

Konsep Pengembangan Struktur Ruang di Gerbangkertasusila dengan

rancangan konsep pendekatan pemerataan pertumbuhan melalui penyebaran pusat

kegiatan guna mengurangi kepadatan di satu wilayah, maka perlu dilakukan

penyebaran pusat kegiatan dilokasi lain. Pendekatan penyebaran pusat kegiatan

selanjutnya dapat diaplikasikan di wilayah Gerbangkertasusila dengan

menghubungkan pusat kegiatan antar kabupaten/kota di wilayah

Gerbangkertasusila.

Konsep Pengembangan Kawasan Perkotaan Gerbangkertosusila adalah

pengembangan kawasan permukiman dan kegiatan perkotaan pada koridor

transportasi serta pengendalian kawasan hijau)zona pertanian/perkebunan/sawah

irigasi/hutan) dan pembangunan koridor hijau pendukung infrastruktur perkotaan.

Jatim sedang mengoptimalkan modal sosial sama seperti Jawa Barat dengan

penduduk yang sangat banyak yaitu bagaimana mengendalikan arus – arus

migrasi. Dan Jawa Barat baru dalam pengembangan Metropolitannya sementara

Jawa Timur sudah secara rinci dalam perhitungannya hingga tahun 2030.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

91

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Dalam investasi Industri-Industri Besar Kepala Daerah memiliki 4 jaminan

yakni adalah ketersediaan lahan disana tersediaa kepastian rencana tata ruangnya,

Buruh yang demokratis, perizinan yang cepat/mudah. singapura sebagai tolak

ukur bagaimana kemudahan perizinan investasi itu ditindak lanjut dan tidak boleh

ada pungutan biaya dalam perizinannya, Jawa Timur memiliki unit reaksi cepat

dalam melayani perizinan. terakhir merupakan jaminan ketersediaan jaringan

listrik karena faktor ini merupakan faktor kendala yang paling besar.Jawa Timur

memiliki peta produk sehingga jika ada investor yang masuk sudah tau dimana

daerah yang tepat melakukan investasi tersebut. Dalam perizinan mimiliki standar

paling lama 3 hari dan dari luar negeri maximal 1 minggu, tidak untuk menutup

akses bila mana investor hanya mengirimkan blangko-blangko.

4.4.4 Analisis SWOT Metropolitan Gerbangkertosusilo

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Aglomerasi

ekonomi

terbesar ke-dua

di Indonesia

Sumberdaya air

yang rentan

Menjadi pusat

perdagangan,

industri dan

logistik yang

dikenal dunia

dan menarik

investor baik

dalam maupun

luar negeri

Konversi lahan

illegal dari

hutan dan lahan

agrikultur

menjadi

perumahan dan

penggunaan

lahan perkotaan

Memiliki

potensi yang

tinggi di bidang

agrikultur dan

perikanan

dengan irigasi

yang luas

Masalah

kekurangan air

yang cukup

kronis pada

musim kemarau

Menjadi area

terdepan untuk

industry supply

makanan,

agribisnis, dan

pengolahan

produk

Kerusakan

Kritis pada

kapasitas

sumber daya air

dan krisis

pasokan air pada

kegiatan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

92

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

pertanian. pertanian,

industri dan

aktivitas

perkotaan

Memiliki

pelabuhan dan

bandara yang

terhubung

dengan pasar

dunia

Kemacetan di

Surabaya dan

sekitarnya,

sehingga

menyebabkan

kerugian

ekonomi setiap

hari yang cukup

besar

Menjadi pusat

SDM untuk

mendukung

nilai tambah

ekonomi

melalui layanan

perdagangan,

keuangan, dan

pariwisata

Laju urbanisasi

yang cepat,

menyebabkan

ketidakmerataan

distribusi

penduduk,

perumahan

kumuh, dan

kekurangan

fasilitas

pelyanan publik

Terdapat

jembatan

Suramadu

sebagai

gerbang utama

menuju Pulau

Madura

Fungsi

pelabuhan

logistik sebagai

penunjang

ekonomi

Surabaya telah

mencapai

kapasitas

maksimum dan

pasokan listrik

yang tidak

stabil

Menjadi salah

satu pelabuhan

Asia, sebagai

pelabuhan laut

dalam yang

berfungsi

dengan baik

untuk terminal

peti kemas.

Meningkatnya

disekonomis

"aglomerasi",

karena

kemacetan dan

kerusakan

lingkungan,

dengan

demikian

menyebabkan

kehilangan

kesempatan

pertumbuhan.

Ketersediaan

SDM yang ter-

edukasi dan

tenaga kerja

yang terampil

pada industri

cottage

Terdapat

banyak daerah

rawan bencana

alam seperti

banjir dan tanah

longsor

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

93

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Kebijakan

khusus dari

pemerintah

untuk

ketentuan

infrastruktur

Secara

keseluruhan, air

tanah

terdegradasi

dikarenakan

kurangnya

sistem

pembuangan

limbah

Lemahnya

peran

pemerintah

dalam

penegakan

hukum dan

administrasi

investasi

Sebagai metropolitan dengan aglomerasi ekonomi terbesar ke-dua di

Indonesia, Metropolitan Gerbangkertosusilo merupakan wilayah yang memiliki

kekuatan yang tinggi di bidang agrikultur dan perikanan dengan irigasi yang luas.

Faktor lain yang menjadikan kekuatan dari metropolitan ini adalah ketersediaan

SDM yang ter-edukasi dan tenaga kerja yang terampil pada industri cottage, dan

adanya kebijakan khusus dari pemerintah untuk ketentuan infrastruktur.

Potensi lain yang bisa dikembangkan dari Metropolitan

Gerbangkertosusilo ini adalah menjadi pusat perdagangan, industri dan logistik

yang dikenal dunia dan menarik investor baik dalam maupun luar negeri, menjadi

area terdepan untuk industry supply makanan, agrobisnis, dan pengolahan produk

pertanian, menjadi pusat SDM untuk mendukung nilai tambah ekonomi melalui

layanan perdagangan, keuangan, dan pariwisata, serta menjadi salah satu

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

94

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

pelabuhan Asia, sebagai pelabuhan laut dalam yang berfungsi dengan baik untuk

terminal peti kemas.

Akan tetapi dengan besarnya kekuatan dan potensi yang ada di

Metropolitan Gerbangkertosusilo, tidak semata-mata menjadikan mertopolitan ini

tanpa kelemahan dan hambatan. Kelemahan yang terdapat di wilayah ini

diantaranya ialah sumberdaya air yang rentan, banyak daerah rawan bencana alam

seperti banjir dan tanah longsor, kemacetan di Surabaya dan sekitarnya yang

menyebabkan kerugian ekonomi setiap hari yang cukup besar, fungsi pelabuhan

logistik sebagai penunjang ekonomi Surabaya telah mencapai kapasitas

maksimum dan pasokan listrik yang tidak stabil, serta lemahnya peran pemerintah

dalam penegakan hukum dan administrasi investasi.

Sementara itu untuk hambatan yang terdapat di Metropolitan

Gerbangkertosusilo ini diantaranya ialah terjadinya kerusakan kritis pada

kapasitas sumber daya air dan krisis pasokan air pada kegiatan pertanian, industri

dan aktivitas perkotaan, konversi lahan illegal dari hutan dan lahan agrikultur

menjadi perumahan dan penggunaan lahan perkotaan, laju urbanisasi yang cepat

sehingga menyebabkan ketidakmerataan distribusi penduduk, perumahan kumuh,

dan kekurangan fasilitas pelyanan publik, serta meningkatnya disekonomis

"aglomerasi".

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

95

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4.4.5 Metropolitan Sarbagita

Dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Metropolitan Sarbagita,

tulang punggung perekonomian Provinsi Bali adalah Sarbagita. Selain itu

Sarbagita juga merupakan salah satu pusat perkembangan nasional dengan 3

sektor utama yaitu pariwisata, pertanian, dan industri pendukung pariwisata.

Struktur sosial budaya masyarakat yang dipengaruhi tata kehidupan agama Hindu

(Tri Hita Kirana) telah membentuk Sarbagita menjadi metropolitan dengan

karakteristik tersendiri. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Menetapkan

Kawasan Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan (Sarbagita) sebagai Pusat

Kegiatan Nasional (PKN) dan juga sebagai Kawasan Strategis Nasional. Dalam

kaitannya dengan fungsi kawasan sebagai PKN, maka berdasarkan pasal 14 PP

RTRWN, terkait dengan penetapan kriteria PKN, maka kawasan berpotensi

sebagai pintu gerbang internasional kepariwisataan. Dengan demikian, simpul

utama skala transportasi nasional menjadi aspek yang mendukung penetapan

tersebut.

Metropolitan yang kini disandang oleh Sarbagita (Denpasar,

Badung,Gianyar, Tabanan) masih menjadi polemik. Namun perkembangan saat

ini yang terjadi di ProvinsiBali telah menunjukkan gejala terbentuknya

metropolitan. Perkembangan kota-kota yang menyatu dengan jumlah penduduk

mencapai 1 juta jiwa, merupakan gejala yang paling signifikan terjadi

Dalam mengembangkan Metropolitan Sarbagita Pemerintah Provinsi Bali

masih mempertahankan sektor pertanian sebesar 60 persen, yang dimobilasasi

oleh subak yaitu organisasi kemasyarakatan yang secara khusus mengatur sistem

perairan sawah. Selain itu, sektor perekonomian Kawasan Sarbagita lebih

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

96

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

kompetitif dibandingkan dengan Provinsi Bali, yaitu tercatat sekitar 38,69 persen

lebih tinggi atau sekitar Rp788 miliar.

Sarbagita sebagai pusat kegiatan nasional (PKN) dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), tidak secara otomatis membuat masing-

masing kota yang ada di dalamnya menjadi PKN, Berdasarkan Peraturan Daerah

(Perda) No. 3 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Bali, terdapat

aturan yang menyebutkan bahwa bangunan yang terdapat di Bali tidak boleh lebih

tinggi dari pohon kelapa, yang dalam hal ini diasumsikan menjadi 15 meter.

Peningkatan pelaksanaan penataan ruang kawasan metropolitan Sarbagita,

mempertimbangkan adanya aspek-aspek lokal yang terdapat di Provinsi Bali.

Seperti kawasan perlindungan setempat, kawasan tempat suci yaitu mencakup

danau, gunung, dan sungai, dan tempat suci yang mencakup tempat ibadah agama

Hindu. Selain itu harus ada strategi yang tegas dalam peningkatan pelaksanaan

penataan ruang kawasan metropolitan Sarbagita khususnya aspek budaya yang

sangat kental di Bali.Role Sharing swasta dan masyarakat dalam mengisi ruang

sangat dipertimbangkan oleh pemerintah, karena Kawasan Sarbagita merupakan

KSN.

Terbentuknya wujud fisik Kawasan Perkotaan Sarbagita disebabkan oleh

adanya kegiatan perkotaan yang secara fisik menyatu akibat kedekatan pusat-

pusat perkotaan di Denpasar, Gianyar dengan pusat perkotaan Gianyar dan Ubud,

Badung dengan kawasan Kuta dan Kota Semarapura yang akan dikembangkan,

juga Tabanan dengan pusat perkotaan Kediri. Tampilan fisik dan aktivitas

perkotaan sangat menyatu, terutama pada jalan-jalan utama yang menghubungkan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

97

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

pusat-pusat kegiatan tersebut. Hubungan ini ditandai dengan makin maraknya

perkembangan kegiatan pemukiman, kegiatan perdagangan dan jasa, kegiatan

pariwisata dan penunjangnya, serta kegiatan penunjang kegiatan perkotaan

lainnya.Kedekatan antar pusat kegiatan tersebut menyebabkan kecenderungan

pola penglaju (commuter) antara Kota Denpasar dengan kawasan sekitarnya

(Kuta, Nusa Dua, Tabanan, Gianyar, Ubud).

Tujuan Penataan Ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita adalah mewujudkan

kawasan yang aman, nyaman, produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan,

sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional berbasis kegiatan pariwisata bertaraf

internasional, yang berjati diri budaya Bali dan berlandaskan Tri Hita Karana.

Terdapat empat kebijakan utama dalam penataan ruang Kawasan Perkotaan

Sarbagita, yaitu: satu, Pengembangan keterpaduan sistem pusat-pusat kegiatan

yang mendukung fungsi kawasan sebagai pusat kegiatan ekonomi nasional

berbasis kegiatan pariwisata yang bertaraf internasional; dua, Peningkatan kualitas

dan jangkauan pelayanan sistem prasarana; tiga, Peningkatan fungsi dan

perlindungan fasilitas pertahanan dan keamanan Negara; empat, Pelestarian alam

dan sosial-budaya di Kawasan Perkotaan Sarbagita sebagai pusat pariwisata

bertaraf internasional yang berjati diri budaya Bali.

Mengingat karakteristik budaya Bali yang yang sangat kuat, maka ada hal-

hal non-teknis yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kawasan ini. Karena

itu, diperlukan dibentuknya arahan peraturan zonasi, yang merupakan ketentuan

umum untuk mempertahankan dan melestarikan kawasan berjati diri budaya Bali.

Arahan peraturan zonasi ini meliputi:

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

98

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

a. Penerapan konsep cathus patha, hulu – teben, tri mandala, sebagai dasar

penetapan struktur ruang utama dan arah orientasi ruang kota.

b. Perlindungan terhadap kawasan-kawasan yang telah ditetapkan sebagai

kawasan suci dan kawasan tempat suci.

c. Penerapan konsep karang bengang atau ruang terbuka berupa lahan pertanian

yang dikelola subak sebagai mpenyangga.

d. Pengintegrasian dan harmonisasi pemanfaatan jalur-jalur jalan utama kawasan

perkotaan untuk kegiatan prosesi ritual keagamaan dan budaya.

e. Penerapan ketentuan umum ketinggian bangunan setinggi-tingginya 15 meter.

f. Penerapan wujud lansekap dan tata bangunan yang bercirikan arsitektur

tradisional Bali.

Indikasi Program Utama Tahunan :

a. Jalan Bebas Hambatan Benoa – Bandar Udara Ngurah Rai

b. Pelabuhan Internasional Benoa – Pengembangan, peningkatan, dan

pemantapan Pelabuhan

c. Banda Udara International Ngurah Rai – Pengembangan, Peningkatan, Bandar

Udara International Ngurah Rai.

d. Bandar Udara International Ngurah Rai – Pengembangan, Peningkatan, dan

Pemantapan Pembangkit Tenaga Listrik

Terwujudnya rencana tata ruang Kawasan Perkotaan Sarbagita tentu saja

tak luput dari pengelolaan Kawasan Perkotaan Sarbagita itu sendiri. Pengelolaan

Kawasan Perkotaan Sarbagita dilaksanakan oleh Menteri, Gubernur, dan Bupati

atau Walikota sesuai dengan kewenangannya. Pengelolaan Kawasan Perkotaan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

99

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Sarbagita oleh Menteri dapat dilaksanakan oleh Gubernur melalui dekonsentrasi

dan/atau tugas pembantuan. Dalam rangka pengelolaan Kawasan Perkotaan

Sarbagita, Gubernur dapat membentuk suatu badan dan/atau lembaga pengelola,

sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, yang disetujui oleh Menteri.

Pembentukan tugas, susunan organisasi, dan tata kerja, serta pembiayaan badan

pengelola diatur oleh Gubernur.

Arahan Perizinan Arahan Insentif dan Disinsentif Arahan Sanksi Arahan

Perizinan merupakan acuan dalam pemberian Izin pemanfaatan ruang Setiap

pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin pemanfaatan ruang dari pemerintah,

pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten atau kota sesuai peraturan

zonasinya yang didasarkan pada rencana tata ruang kawasan perkotaan Serbagita

sebagaimana diatur dalam peraturan Presiden Ini.

Setiap pemanfaatan lahan atau ruang di wilayah metropolitan harus

mendapatkan izin sesuai dengan ketentuan masing-masing sector/bidang yang

mengatur jenis kegiatan pemanfaatan ruang yang bersangkutan sesuai dengan

ketentuan peraturan perudang-undangan sector/bidang terkait. Arahan insentif dan

disinsentif merupakan acuan bagi pemerintah dan pemerintah daerah sebagai

upaya pengendalian pemanfaatan ruang dalam rangka mewujudkan rencana tata

ruang kawasan perkotaan Serbagita. Insentif dan disinsentif di wilayah sarbagita

dapat diberikan oleh:

e. Pemerintah kepada pemerintah daerah;

f. Pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya

g. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada masyarakat

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

100

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Bentuk, nilai, dan tata cara pemberian insentif dan disinsentif ditetapkan

berdasarkan keputusan bersama dalam kerangka kerjasama antar daerah Arahan

sanksi diberikan dalam bentuk sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bidang penataan

ruang.Pengenaan sanksi diberikan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang

tidak sesuai dengan peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah

kabupaten/kota beserta rinci tata ruang dan peraturan zonasinya yang didasarkan

pada RTR Kawasan Sarbagita.

Pesatnya pembangunan pariwisata di Bali tidak hanya menimbulkan

dampak positif seperti peningkatan pendapatan daerah, penciptaan lapangan

kerja, dan peningkatan kesejasteraan tetapi juga menimbulkan dampak negatif

seperti pencemaran, kemacetan lalu lintas, kerusakan lingkungan dan pengalihan

fungsilahan terutama lahan pertanian yang dijadikan sebagai tempat

pengembanganfasilitas dan sarana pariwisata seperti hotel, restoran, objek wisata

dan lain-lain.

Pengembangan pariwisata di Bali telah berkontribusi banyak terhadap

kerusakandan keseimbangan lingkungan khususnya pembangunan pariwisata

yangmemanfaatkan lahan pertanian baik lahan basah maupun kering. Di

KawasanSeminyak-Kabupaten Badung, banyak lahan pertanian sawah telah

dialihkanfungsinya untuk pembangunan fasilitas pariwisata seperti hotel, villa,

bungalowart shop dan lain-lain.

Pembangunan sarana-sarana di wilayah metropolitan serbagita secara

otomatis meningkatkan sistem penyaluran atau distribusi air terhalangi oleh

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

101

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

beton-beton yang melintang dengan kokoh di wilayah tersebut yang

mengakibatkan air tidak dapat mengalir dengan baik ke seluruh areal persawahan.

terhambatnya saluran air di daerah tersebut juga telah mengakibatkan masalah

baru banjir khususnya pada musim hujan.

Pemanfaatan lahan pertanian untuk kepentingan pariwisata juga telah

mengakibatkan kesenjangan antara industri pariwisata dengan

pertanian.Permasalahan ini dilatarbelakangi oleh tidak seimbangnya pembagian

hasil pemanfaatan pertanian untuk kepentingan pariwisata. Kasus pemasangan

sengagar nampak berkilau di areal persawahan warga yang terjadi di (eking-

Kabupaten gianyar merupakan bukti nyata yang menggambarkan

ketidakharmonisan hubungan antara petani dan industri pariwisata. Sawah

wargayang elok dan indah dijadikan pemandangan bagi sejumlah restoran, cafe

danhotel, tetapi petani yang memiliki sawah yang indah tersebut tidak

mendapatkankeuntungan sehubungan dengan pemanfaatan sawah dan aktivitas

pertaniannyasebagai atraksi wisata. Kekesalan petani pemilik sawah tersebut

berujung pada pemasangan seng di sawahnya yang mengakibatkan wisatawan

mengeluh karenatidak dapat melihat pemandangan yang indah sebagaimana yang

dijanjikan.

World Tourism Organisation telah menggariskan kebijakan

pengembangan pariwisata berkelanjutan yang menitik beratkan pada tiga hal

yaitukeberlanjutan alam, sosial dan budaya, dan ekonomi. Konsep ini secara

jelasmenjabarkan bahwa pengembangan pariwisata tidak boleh merusak

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

102

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

alam,lingkungan, dan lahan terutama lahan pertanian. agrotourism merupakan

mode yang akan di kembangkan.

Dalam mengembangkan bali tahun 2016 kami juga akan merencanakan

untuk melaksanakan pembangunan stadion internasional di bali yang akan di

biaya oleh investor dari jepang, yang akan mengahbiskan biaya sekitar 2-3 triliun,

dalam mekanisme nya pemerintah harus memberikan jaminan dari APBN,

setadion ini nantinya akan meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar

stadion.

Untuk meningkatkan ekonomi dan untuk mengurangi aglomerasi

penduduk di kawasan metropolitan pemerintah bali berencana akan melaksanakan

reklamasi teluk benoa, Project Nusa Benoa berlokasi di sisi selatan Bali, yang

berada pada posisi strategis di zona pemanfaatan dengan dikelilingi hutan

mangrove dan salah satu pusat wisata bahari terpopuler di Bali menjadikan

Reklamasi di Teluk Benoa seluas 700 ha dari luas wilayah keseluruhan

Revitalisasi 2800 ha menjadi suatu terobosan bagi kemajuan di Bali.

Dalam mendukung kemudahan aksesibiltas dikawasan metropolitan

sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan) pemerintah provinsi bali

membuat saranan transportasi bus trans sarbagita selain itu akan membuat akses

kereta api yang menghubungkan kawasan metropolitan.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

103

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

4.4.6 Analisis SWOT Metropolitan Sarbagita

Strengths

(Kekuatan)

Weaknesses

(Kelemahan)

Opportunities

(Kesempatan)

Threats

(Hambatan)

Sektor

perekonomian

Kawasan

Sarbagita lebih

kompetitif

dibandingkan

dengan Provinsi

Bali

Belum adanya

transportasi

massal yang

memadai dan

modern

Jaringan

transportasi

umum

terluas di

Propinsi Bali

dan juga

menjadi

kawasan yang

jauh lebih

berkembang

dari pada

wilayah

lainnya

Pertumbuhan

penduduk yang

tinggi

Metropolitan

Sarbagita

merupakan

salah satu pusat

perkembangan

nasional dengan

3 sektor utama

yaitu

pariwisata,

pertanian, dan

industri

pendukung

pariwisata

Sering

terjadinya

kemacetan di

wilayah

Kabupaten

Badung dan

Kota Denpasar

Metropolitan

Sarbagita

sebagai pusat

kegiatan

nasional

(PKN)

Perubahan

fungsi lahan

yang cepat

Potensi industri

pariwisata dan

investasi yang

berkembang

dengan pesat

Melonjaknya

jumlah

penduduk

Menjadi kota

satelit untuk

Kota Denpasar

dan kota

lainnya

Dapat

meningkatkan

jumlah migrasi

yang besar ke

Metropolitan

Sarbagita

Bertambah

majunya tingkat

sosial ekonomi

masyarakat

setempat

Menjadi

metropolitan

dengan

karakteristik

tersendiri

sesuai kondisi

sosial budaya

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

104

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

masyarakat

setempat

Kegiatan

pariwisata

bertaraf

internasional

dan pertanian

yang berjati diri

Budaya Bali

Metropolitan Sarbagita terletak di wilayah kepulauan Bali, hal ini

merupakan sisi positif yang bisa dimanfaatkan dari Metropolitan Sarbagita. Selain

itu sektor perekonomian di Kawasan Sarbagita lebih kompetitif dibandingkan

dengan Provinsi Bali. Metropolitan Sarbagita juga menjadi salah satu pusat

perkembangan nasional di tiga sektor utama yaitu pariwisata, pertanian, dan

industri pendukung pariwisata. Potensi industri pariwisata dan investasi di

wilayah metropolitan ini berkembang dengan pesat sehingga berdampak terhadap

majunya tingkat sosial ekonomi masyarakat setempat. Kegiatan pariwisata

bertaraf internasional dan pertanian yang berjati diri budaya Bali juga merupakan

salah satu kekuatan yang ada di wilayah metropolitan ini. Selain itu potensi lain

yang dapat mendukung juga adalah sebagai kota satelit untuk Kota Denpasar dan

kota lainnya.

Kelemahan yang terdapat di Metropolitan Sarbagita diantaranya ialah

belum adanya transportasi massal yang memadai dan modern, sering terjadinya

kemacetan di wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, serta melonjaknya

jumlah penduduk di metropolitan ini. Sebagai wilayah metropolitan tentunya

sarana transportasi massal merupakan hal yang pokok yang harus ada. Sementara

itu untuk hambatan yang mungkin akan terjadi di Metropolitan Sarbagita ialah

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

105

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

terjadinya perubahan fungsi lahan yang cepat, serta dapat meningkatkan jumlah

migrasi yang besar ke Metropolitan Sarbagita.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

106

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

BAB V

KEBUTUHAN INVESTASI DI WILAYAH BODEBEKKARPUR

5.1 Analisis Investasi Jawa Barat dan Kawasan Metropolitan

Bodebekkarpur

5.1.1 Analisis Investasi Jawa Barat

Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat

pendapatan suatu daerah. Dengan adanya kegiatan investasi di suatu daerah

memungkinkan kegiatan masyarakat dalam perekonomian akan terus meningkat.

Adanya investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru

sehingga akan menyerap faktor produksi baru, yaitu menciptakan lapangan kerja

baru atau kesempatan kerja yang akan menyerap tenaga yang pada gilirannya akan

mengurangi pengangguran. Dengan demikian, Investasi merupakan bagian

terpenting dalam pembentukan modal daerah. Investasi domestik akan

menentukan optimal tidaknya pengelolaan sumber daya yang dimiliki daerah.

Oleh sebab itu, setiap daerah harus selalu mengoptimalkan pengelolaan sumber

daya ekonomi yang dimilikinya.

Pengembangan investasi daerah merupakan kebijakan yang membawa

dampak ekonomi cukup luas, yaitu terjadinya peningkatan jumlah barang dan

jasa, penciptaan nilai tambah, peggunaan tenaga kerja, dan sumber daya ekonomi

lainnya, peningkatan pendapatan masyarakat, serta sebagai sumber pendapatan

daerah berupa pajak dan retribusi daerah. Peningkatan investasi di daerah, selain

untuk meningkatkan kapasitas ekonomi daerah secara langsung akan

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

107

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum, juga akan berdampak

positif bagi peningkatan kapasitas fiskal daerah.

Provinsi Jawa Barat masih merupakan lokasi yang paling diminati calon

investor asing maupun domestik, selain karena dukungan jarak tempuh ke Ibu

Kota juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya

manusia yang kompeten didukung pula dengan kondisi infrastruktur yang cukup

baik. Kontribusi investasi di Jawa Barat sangat besar terhadap perkembangan

investasi nasional, hal ini dapat dilihat dari besarnya rasio perkembangan investasi

di Jawa Barat baik dilihat dari besarnya PMA maupun PMDN terhadap total PMA

dan PMDN Indonesia.

Bila dilihat dari Tabel 5.1, nilai komulatif realisasi investasi selama

periode 2011 – 2015 yang bersumber dari PMDN dan PMA yang direalisasikan

oleh para investor di 27 Kabupaten/Kota dengan jumlah investasi sebesar

425.361.573 juta rupiah yang terdiri dari realisasi PMDN sebesar 137.038.167

juta rupiah dan realisasi PMA sebesar 288.323.406 juta rupiah. Dilihat dari rata-

rata porsi pertahun, porsi PMA terhadap total investasi sebesar 66,5% sementara

porsi PMDN hanya 33,5%. Besarnya porsi PMA terhadap total investasi di Jawa

Barat memposisikan minat investasi PMA Jawa Barat merupakan yang tertinggi

di Indonesia.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

108

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Peringkat 5 besar Kapupaten/Kota, yang paling diminati oleh para investor

PMA/PMDN dalam merealisasikan kegiatan usaha atau proyeknya adalah

Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kota bandung, Kabupaten Bogor dan

Kabupaten Purwakarta. Lokasi yang paling besar jumlah investasi PMA dan

PMDN di Jawa Barat selama 5 tahun terakhir terpusat di Kabupaten Bekasi

dengan realisasi PMA sebesar 96.076.061 juta rupiah dan PMDN sebesar

24.505.671 juta rupiah.

Struktur perkembangan nilai realisasi investasi di Jawa Barat selama

periode 2011 – 2015 mengalami perekembangan yang berpluaktuatif. Dalam

periode tersebut pertumbuhan realisasi investasi terbesar terjadi pada tahun 2013

dengan total investasi 67.500.904 juta rupiah atau meningkat sebesar 77,52% dari

tahun sebelumnya. Pertumbuhan investasi tersebut di dorong oleh pertumbuhan

PMA sebesar 84, 14% dan pertumbuhan PMDN 62,37%. Sementara pertumbuhan

investasi terkecil terjadi pada tahun 2012 yaitu hanya sebesar 8,06%. Rendahnya

pertumbuhan tersebut diakibatkan oleh turunnya pertumbuhan PMA sebesar -

11,56%.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

109

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Tabel 5.1

Realisasi Investasi di Jawa Barat Periode Tahun 2011 – 2015

(Dalam Juta Rupiah)

Tahun Total

Investasi PMDN PMA

Pertumbuhan Proporsi

(%) (%)

Total

Investasi

PMDN PMA Total

Investasi

PMDN PMA

2011 48.751.177 7.305.546 41.445.631

100,00 14,99 85,01

2012 52.680.541 16.023.987 36.656.554 8,06 119,34 11,56 100,00 30,42 69,58

2013 93.518.910 26.018.005 67.500.905 77,52 62,37 84,14 100,00 27,82 72,18

2014 108.893.993 37.907.605 70.986.388 16,44 45,70 5,16 100,00 34,81 65,19

2015 121.516.953 49.783.024 71.733.929 11,59 31,33 1,05 100,00 40,97 59,03

Total 425.361.573 137.038.167 288.323.406

Rata-

rata 85.072.315 27.407.633 57.664.681 28,40 64,68 19,70 100,00 33,50 66,50

Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah)

Meskipun sebagian besar nilai investasi dalam bentuk PMA, namun dilihat

dari jumlah proyek investasi di Jawa Barat lebih banyak pada proyek PMDN

dibandingkan dengan PMA. Seperti dilihat pada tabel 5.2, selama periode tahun

2011 – 2015 jumlah proyek investasi dan tenaga kerja pada investasi PMDN

sebanyak 85.046 proyek dan 491.584 tenaga kerja sedangkan jumlah proyek

investasi dan tenaga kerja pada investasi PMA sebanyak 10.449 proyek dan

1.477.702 tenaga kerja. Artinya nilai investasi dari setiap proyek PMDN lebih

kecil dari nilai investasi dari setiap proyek PMA. Oleh karena rata-rata nilai

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

110

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

investasi proyek PMA lebih besar dari rata-rata nilai investasi proyek PMDN

maka jumlah tenaga kerja yang terserap di proyek PMA lebih besar dari tenaga

kerja yang terserap di proyek PMDN.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan investasi adalah

meningkatkan kegiatan perekonomian diantaranya meningkatkan kesempatan

kerja bagi masyarakat. Bila dilihat dari korelasi atau hubungan antara besarnya

perkembangan nilai investasi dengan dengan jumlah proyek yang tercipta

mempunyai hubungan yang linier, tetapi bila dilihat dari perkembangan nilai

investasi dengan penyerapan tenaga kerja tidak memiliki hubungan yang linier.

Sebagai ilustrasi dapat dilihat dari fakta yang ada menunjukkan bahwa pada tahun

2012 pertumbuhan investasi hanya 8,06% dengan nilai total investasi sebesar

52.680.540 juta rupiah dengan jumlah tenaga kerja yang terserap sebanyak

448.619 orang, sementara pada tahun 2013 pertumbuhan investasi tertinggi yaitu

77,52% dengan total investasi 93.518.909 juta rupiah hanya hanya menyerap

tenaga kerja sebanyak 379.130 orang.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

111

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Tabel 5.2

Jumlah Proyek Investasi dan Tenaga Kerja di Jawa Barat

Periode Tahun 2011 – 2015

Tahun

Total Investasi PMDN PMA

Proyek Tenaga

Kerja Proyek

Tenaga

Kerja Proyek

Tenaga

Kerja

2011 767 396.710 150 115.997 617 280.713

2012 1.018 448.619 227 93.238 791 355.381

2013 31.709 379.130 30.169 88.223 1.540 290.907

2014 24.788 395.450 22.395 84.797 2.393 310.653

2015 37.213 349.377 32.105 109.329 5.108 240.048

Total 95.495 1.969.286 85.046 491.584 10.449 1.477.702

Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah)

Jenis usaha yang paling diminati investor baik PMA maupun PMDN di

Jawa Barat adalah sektor sekunder. Dari tabel 5.3 menunjukkan pada tahun 2015

saja porsi investasi sektor sekunder mencapai 53,75%, sektor tersier 44,42% dan

sektor primer hanya 1,83%. Investasi terbesar pada sektor sekunder adalah

investasi pada jenis sektor atau lapangan usaha industri kertas dan percetakan

serta industri makanan.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

112

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Tabel 5.3

Sektor Usaha Proyek Investasi di Jawa Barat

Periode Tahun 2011 - 2015

Sektor

(%) 2011 2012 2013 2014 2015

Primer 0.39 0.63 0.34 0.97 1.83

Sekunder 52.46 84.88 77.48 55.20 53.75

Tersier 47.15 14.49 22.17 43.83 44.42

Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah)

Jumlah PMA dan PMDN terbesar pada sektor sekunder setiap tahunnya

terjadi perubahan. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah realisasi investasi terbesar

dan jumlah tenaga kerja terbanyak berada pada sektor industri logam, mesin dan

elektronik, selanjutnya pada tahun 2013 dan 2014 jumlah realisasi investasi

terbesar dan jumlah tenaga yang terserap paling banyak pada sektor industri

kendaraan bermotor dan industri logam, mesin dan elektronik. Pada tahun 2015

terjadi perubahan komposisi besarnya investasi, yang biasanya didominasi oleh

sektor industri logam, mesin, elektronik dan sektor industri kendaraan bermotor,

investasi dan jumlah tenaga kerja terbesar pada tahun 2015 terjadi pada sektor

industri makanan dan dan industri kertas.

Banyak faktor internal dan eksternal yang mengakibatkan rendahnya atau

tidak menentukan pertumbuhan PMA. Faktor yang bersifat eksternal biasanya

pemerintah sering kesulitan untuk mengendalikannya, berbeda dengan

pengendalian faktor internal pemerintah akan lebih mudah untuk memaksimalkan

peran dan posisinya sebagai penentu kemana arah pembangunan ekonomi

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

113

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

diarahkan dengan kewenangan regulatorynya dan fasilitasinya. Iklim usaha dan

investasi yang kondusif merupakan faktor terpenting dalam menyelenggarakan

kegiatan usaha. Pola optimum investasi sebagian besar tergantung pada iklim

investasi yang tersedia di daerah tersebut dan pada produktivitas marginal sosial

dari berbagai jenis investasi, sehingga jenis investasi apapun yang masuk harus

mengacu kepada perencanaan dan kebijakan yang sudah dibuat, dan sedapat

mungkin diarahkan kepada penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan sarana

produksi.

Ada sejumlah faktor yang sangat berpengaruh pada baik-tidaknya iklim

berinvestasi di Jawa Barat. Faktor-faktor tersebut tidak hanya menyangkut

stabilitas politik dan sosial, tetapi juga stabilitas ekonomi, kondisi infrastruktur

dasar (listrik, telekomunikasi dan prasarana jalan dan pelabuhan), berfungsinya

sektor pembiayaan dan pasar tenaga kerja (termasuk isu-isu perburuhan), regulasi

dan perpajakan, birokrasi (dalam waktu dan biaya yang diciptakan), masalah good

governance termasuk korupsi, konsistensi dan kepastian dalam kebijakan

pemerintah yang langsung maupun tidak langsung mempengaruhi keuntungan

neto atas biaya resiko jangka panjang dari kegiatan investasi.

Menurut Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD,

2005) terdapat lima indikator yang menentukan daya tarik investor untuk masuk

ke dalam suatu daerah, diantaranya sebagai berikut ; Kelembagaan, Keamanan

Politik Sosial Budaya, Ekonomi Daerah, Tenaga Kerja, dan Infrastruktur Fisik.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

114

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Selain indikator-indikator menurut KPPOD yang telah disebutkan

sebelumnya, terdapat pula pandangan mengenai kemudahan berbisnis di

Indonesia menurut World Bank yang terbagi dalam sepuluh kriteria, yaitu sebagai

berikut ; Kemudahan memulai usaha, Izin Pembangunan, Kemudahan mendapat

Energi Listrik, Pendaftaran Properti, Kemudahan Mendapatkan Pinjaman Bank,

Perlindungan bagi Para Investor, Membayar Pajak, Perdagangan Lintas Negara,

Pemenuhan Kontrak, dan Penyelesaian Kepailitan. Kesepuluh kategori tersebut

merupakan salah satu tolok ukur para pengusaha khususnya pengusaha dunia

dalam memutuskan untuk berinvestasi di suatu negara atau suatu daerah.

5.1.2 Analisis Investasi Wilayah Bodebekkarpur

Sebagaimana yang tercantum dalam RPJMD Jawa Barat, Kawasan

Strategis Nasional (KSN) Metropolitan Bodebekkarpur akan dikembangkan

sebagai Metropolitan Mandiri dengan sektor unggulan industri manufaktur, jasa,

keuangan, serta perdagangan, hotel dan restoran. Secara spesifik, upaya

pengembangan Metropolitan Bodebekkarpur sebagai Metropolitan Mandiri ini

akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan Twin Metropolitan

Bodebekkarpur – DKI Jakarta. Dengan menggunakan pendekatan Twin

Metropolitan ini, Wilayah Bodebekkarpur akan dikembangkan sebagai 1st tier

metropolitan, berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga merupakan 1st tier

metropolitan. Sebagai mitra pembangunan yang sejajar dengan DKI Jakarta, di

Wilayah Bodebekkarpur nantinya juga akan dikembangkan cluster-cluster untuk

kantor pusat perusahaan, perdagangan, perbankan, jasa pelayanan, asuransi,

hukum, penelitian dan pemerintahan.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

115

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Kota metropolitan biasanya menggabungkan sebuah aglomerasi (daerah

pemukiman lanjutan) dengan zona lingkaran urban dan memang dekat dengan

pusat perkantoran atau perdagangan. Zona-zona ini juga dikenal sebagai lingkaran

komuter, dan dapat meluas melewati lingkaran urban tergantung definisi yang

digunakan. Hal itu dapat dilakukan antara lain dengan memperkuat kawasan

kerjasama antara daerah kabupaten dan kota yang berbatasan di wilayah

metropolitan tersebut.

Metropolitan Bodebekkarpur yang berlokasi persis bersebelahan dengan

dengan metropolitan DKI Jakarta diperkirakan akan berekembang sangat cepat

dan tentunya akan diikuti oleh perkembangan aktivitas ekonomi, luas lahan dan

infrastruktur yang terbangun serta jumlah penduduk yang semakin meningkat.

Menurut hasil analisis tim West Java Province Metropolitan Development

Manajemen (WJPMDM), diperkirakan hingga tahun 2020 luas kawasan

Metropolitan Bodebekkarpur akan berkembang menjadi 450.924 hektar dan

jumlah penduduk diproyeksikan sekitar 18,36 juta jiwa. Berdasarkan proyeksi

jumlah penduduk tersebut maka beberapa daerah di wilayah metropolitan

Bodebekkarpur akan memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

116

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Gambar 5.1 Metropolitan Bodebekkarpur Tahun 2020

Dimasa yang akan datang perkembangan Metropolitan Bodebekkarpur

tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh perkembangan DKI Jakarta, tetapi juga

sangat ditentukan oleh berbagai kebijakan sektoral yang terdapat di wilayah

metropolitan itu sendiri. Berbagai isu dan persoalan Metropolitan Bodebekkarpur

yang terkait dengan perkembangan ekonomi wilayah, sosial kependudukan,

transportasi, perumahan, infrastruktur prasarana wilayah, dan lingkungan,

tentunya harus diantisipasi sejak dini. Untuk antisipasi isu-isu tersebut diperlukan

perencanaan dan kebijakan serta anggaran yang memadai oleh para provider baik

dari swasta maupun pemerintah.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

117

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Meskipun menghadapi berbagai isu dan permasalahan, tetapi

pengembangan wilayah metropolitan Bodebekkarpur memiliki berbagai

keunggulan, diantaranya keunggulan dalam hal lokasi geografis yang memiliki

area yang sangat luas dengan kontur yang relative datar serta berdekatan dengan

daerah khusus ibu kota, serta memiliki lokasi yang relative dekat pelabuhan

uadara maupun laut. Posisi ini tentunya memberikan dampak yang positif bagi

kegiatan ekonomi wilayah Bodebekkarpur.

Dengan adanya berbagai keunggulan yang dimiliki Metropolitan

Bodebekkarpur yang dapat memacu tumbuh kembangnya kegiatan perdagangan,

keuangan dan jasa. Oleh karena itu untuk mendukung terwujudnya konsep

pengembangan Metropolitan Bodebekkarpur, maka kawasan ini perlu ditunjang

oleh investasi untuk membangun infrastruktur pendukung kegiatan jasa, keuangan

serta perdagangan, hotel, dan restoran yang memiliki skala metropolitan.

Secara internal untuk mewujudkan kota metropolitan wilayah

Bodebekkarpur relative akan lebih mudah, karena secara umum infrastruktur di

setiap daerah kabupaten/kota yang ada di wilayah Bodebekkarpur sudah memadai.

Infrastruktruk yang baik merupakan salah satu factor penentu minat investor

untuk menanamkan modalnya baik PMDN maupun PMA di wilayah

Bodebekkarpur. Melalui investasi tersebut akan membuka lapangan pekerjaan dan

peluang-peluang ekonomi lainnya bagi masyarakat di wilayah Bodebekkarpur

pada khususnya dan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Dengan semakin

terbukanya investasi pada akhirnya akan dapat menekan jumlah pengangguran

serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

118

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Pembahasana mengenai investasi di wilayah Bodebekkarpur, pola dan

dinamikanya akan sama seperti membahas perkembangan investasi Jawa barat

serta kontribusinya terhadap investasi nasional, karena realisasi investasi di Jawa

Barat sebagian besar berada di wilayah Bodebekkarpur.

Seperti yang telah diuraikan di atas, pendorong utama bagi pertumbuhan

ekonomi Kawasan Bodebekkarpur salah satunya adalah investasi yang bersumber

dari dunia usaha, termasuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman

Modal Dalam Negeri (PMDN).

Seperti yang disajikan dalam tabel 5.4, total realisasi investasi selama lima

tahun dalam periode waktu tahun 2011 - 2015, total investasi di wilayah

Bodebekkarpur sebesar Rp 326,100 trilyun, yang terdiri dari PMDN sebesar

87,117 trilyun dan PMA sebesar 238,983 trilyun. Total investasi terbesar,

ditanamkan di Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Karawang masing-masing

sebesar Rp 120,581 trilyun dan Rp 111,823 trilyun. Bila dilihat dari besaran

distribusi investasi, sebesar 36,98% ditanamkan di Kabupaten Bekasi dan 34,29%

ditanamkan Kabupaten Karawang.

Dilihat dari perkembangannya tampak bahwa realisasi investasi di wilayah

Bodebekkarpur, baik PMA maupun PMDN menunjukkan pertumbuhan yang

fluktuatif dan tren yang menurun, walaupun dari sisi nilai investasi menunjukkan

peningkatan. Dalam periode tersebut pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 yaitu

sebesar 75,58% sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2015 yaitu

sebesar 0,78%. Rendahnya pertumbuhan investasi pada tahun 2015 diakibatkan

oleh turunnya pertumbuhan PMA yakni sebesar -14,95%.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

119

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Dampak positif dari besarnya investasi di wilayah Bodebekkarpur selama

periode tersebut dapat menciptakan proyek investasi sebanyak 42.764 proyek dan

menyerap tenaga kerja sebanyak 1.282.267 orang. Konsisten dengan besaran

investasi disetiap kaputen dan kota, jumlah tenaga kerja yang terserap paling

tinggi di kabupaten Bekasi dan kabupaten Karawang masing-masing sebanyak

542.356 dan 281.907 orang.

Tabel 5.4

Pertumbuhan dan Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur

Selama Periode Tahun 2011 – 2015

No. Kabupaten/Kota Investasi (dalam juta Rp) Total Distribusi

2011 2012 2013 2014 2015

1 Kota Bogor 304.319 832.230 110.531 152.087 3.104.314 4.503.481 1,38%

2 Kabupaten Bogor 4.113.607 1.995.887 2.660.938 7.037.162 9.782.250 25.589.844 7,85%

3 Kota Depok 4.647.097 1.948.374 1.698.926 4.296.777 2.552.310 15.143.485 4,64%

4 Kota Bekasi 869.555 2.365.780 2.392.114 5.353.083 6.703.612 17.684.145 5,42%

5 Kabupaten Bekasi 13.205.148 18.695.748 22.198.438 31.356.360 35.126.038 120.581.732 36,98%

6 Kabupaten Karawang 5.332.613 14.253.793 41.073.102 25.710.487 25.453.641 111.823.636 34,29%

7 Kabupaten Purwakarta 1.267.366 3.692.093 6.739.910 13.605.011 5.470.279 30.774.659 9,44%

Total 29.739.705 43.783.905 76.873.959 87.510.968 88.192.445 326.100.982 100,00%

Pertumbuhan (%)

47,22% 75,58% 13,84% 0,78% 269,76%

Sumber: BPMPT Jawa Barat

Sumber: BPMPT Jawa Barat

Grafik 5.1 Pertumbuhan Investasi di Wilayah Bodebekkarpur

Tahun 2011 - 2015

47,22%

75,58%

13,84%

0,78%

0,00%

50,00%

100,00%

2011 2012 2013 2014 2015

Per

sen

tase

Tahun

Pertumbuhan Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 - 2015

Pertumbuhan Investasi per Tahun

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

120

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Sumber: BPMPT Jawa Barat

Grafik 5.2

Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur

Periode Tahun 2011 – 2015

Ada perbedaan antara pola pertumbuhan investasi PMDN dengan

pertumbuhan investasi total di wilayah Bodebekkarpur. Dalam investasi total

pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 75,58%, sementara

pertumbuhan investasi PMDN terbesar terjadi pada tahun 2012 yakni sebesar

110,5%. Sedangkan bila dilihat dari pola distribusinya anatara total investasi

dengan PMDN tidak ada perbedaan, dimana distribusi terbesar didominasi oleh

Kabupaten Bekasi. Sedangkan distribusi atau share PMDN terendah terhadap total

investasi wilayah Bodebekkarpur terjadi di Kabupaten Purwakarta dan Kota

Bogor, dimana distribusinya masing-masing hanya sebesar 1,80% dan 3,30%.

1,38% 7,85%

4,64%

5,42%

36,98%

34,29%

9,44%

Distribusi Investasi di Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011-2015

Kota Bogor

Kabupaten Bogor

Kota Depok

Kota Bekasi

Kabupaten Bekasi

Kabupaten Karawang

Kabupaten Purwakarta

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

121

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Tabel 5.5

Pertumbuhan dan Distribusi PMDN di Wilayah Bodebekkarpur

Selama Periode Tahun 2011 – 2015

No. Kabupaten/Kota

PMDN (dalam juta Rp) Total Distribusi

2011 2012 2013 2014 2015

1 Kota Bogor - 7.895 27.500 - 2.839.435 2.874.829 3,30%

2 Kabupaten Bogor 2.082.001 434.754 1.034.268 3.709.660 7.725.341 14.986.024 17,20%

3 Kota Depok - 174 1.253.694 1.881.009 2.001.782 5.136.659 5,90%

4 Kota Bekasi 784.984 1.913.342 627.002 4.964.019 5.882.396 14.171.744 16,27%

5 Kabupaten Bekasi 2.578.158 3.454.709 4.416.639 6.969.566 7.086.600 24.505.671 28,13%

6 Kabupaten Karawang 94.909 5.845.096 4.800.649 5.496.955 7.639.803 23.877.413 27,41%

7 Kabupaten Purwakarta

5.580 603.262 425.737 531.004 1.565.584 1,80%

Total 5.540.051 11.661.551 12.763.014 23.446.947 33.706.361 87.117.924 100,00%

Pertumbuhan (%)

110,50% 9,45% 83,71% 43,76% 269,76%

Sumber: BPMPT Jawa Barat

Sumber: BPMPT Jawa Barat

Grafik 5.3 Pertumbuhan PMDN di Wilayah Bodebekkarpur

Tahun 2011 - 2015

110,50%

9,45%

83,71%

43,76%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

2011 2012 2013 2014 2015

Per

sen

tase

Tahun

Pertumbuhan PMDN di Wilayah BodebekkarpurPeriode Tahun 2011 - 2015

Pertumbuhan PMDN per Tahun

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

122

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Sumber: BPMPT Jawa Barat

Grafik 5.4

Distribusi PMDN di Bodebekkarpur

Tabel 5.6

Pertumbuhan dan Distribusi PMA di Wilayah Bodebekkarpur

Selama Periode Tahun 2011 – 2015

No. Kabupaten/Kota

PMA (dalam juta Rp) Total Distribusi

2011 2012 2013 2014 2015

1 Kota Bogor 304.319 824.335 83.032 152.087 264.879 1.628.652 0,68%

2 Kabupaten Bogor 2.031.606 1.561.133 1.626.670 3.327.502 2.056.909 10.603.820 4,44%

3 Kota Depok 4.647.097 1.948.200 445.232 2.415.768 550.529 10.006.826 4,19%

4 Kota Bekasi 84.571 452.439 1.765.112 389.064 821.216 3.512.402 1,47%

5 Kabupaten Bekasi 10.626.990 15.241.039 17.781.799 24.386.795 28.039.439 96.076.061 40,20%

6 Kabupaten Karawang 5.237.704 8.408.696 36.272.454 20.213.531 17.813.838 87.946.223 36,80%

7 Kabupaten Purwakarta 1.267.366 3.686.513 6.136.648 13.179.274 4.939.275 29.209.075 12,22%

Total 24.199.654 32.122.355 64.110.946 64.064.021 54.486.084 238.983.058 100,00%

Pertumbuhan (%)

32,74% 99,58% -0,07% -14,95% 269,76%

Sumber: BPMPT Jawa Barat

3,30%

17,20%

5,90%

16,27%

28,13%

27,41%

1,80%

Distribusi PMDN Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011-2015

Kota Bogor

Kabupaten Bogor

Kota Depok

Kota Bekasi

Kabupaten Bekasi

Kabupaten Karawang

Kabupaten Purwakarta

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

123

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Sumber: BPMPT Jawa Barat

Grafik 5.5

Pertumbuhan PMA di Bodebekkarpur

Sumber: BPMPT Jawa Barat

Grafik 5.6

Distribusi PMA di Bodebekkarpur

32,74%

99,58%

-0,07%-14,95%

-40,00%

-20,00%

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

2011 2012 2013 2014 2015

Per

sen

tase

Tahun

Pertumbuhan PMA di Wilayah BodebekkarpurPeriode Tahun 2011 - 2015

Pertumbuhan PMA per Tahun

0,68% 4,44% 4,19%

1,47%

40,20%36,80%

12,22%

Distribusi PMA Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2011-2015

Kota Bogor

Kabupaten Bogor

Kota Depok

Kota Bekasi

Kabupaten Bekasi

Kabupaten Karawang

Kabupaten Purwakarta

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

124

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

5.1.3 Analisis Komparatif Pertumbuhan Investasi Jawa Barat dengan

Wilayah Bodebekkarpur

Secara umum pertumbuhan realisasi investasi selama periode 2011 – 2015

wilayah Bodebekkarpur lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan realisasi

ivestasi Jawa Barat. Tingginya pertumbuhan investasi wilayah Bodebekkarpur

dikarenakan hampir seluruh Kabupaten dan Kota di wilayah Bodebekkarpur

merupakan daerah yang diminati para investor domestic (PMDN) maupun asing

(PMA) di Provinsi Jawa Barat. Artinya pertumbuhan investasi Bodebekkarpur

merupakan pusat pertumbuhan investasi Jawa Barat.

Selama peride 2011 – 2015 rata-rata pertumbuhan Investasi per tahun di

Wilayah Bodebekkarpur sebesar 34,36%, pertumbuhan tertinggi terjadi pada

tahun 2013 sebesar 75,58%, dan pertumbuhan terrendah terjadi pada tahun 2015

yaitu hanya sebesar 0,78%. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Barat mengalami

rata-rata pertumbuhan Investasi per tahun sebesar 28,40%, pertumbuhan tertinggi

terjadi pada tahun 2013 sebesar 77,52%, dan pertumbuhan terrendah terjadi pada

tahun 2015 yaitu hanya sebesar 11,59%. Dengan demikian pola atau fluktuasi

pertumbuhan investasi Jawa Barat sama dengan pola atau fluktuasi pertumbuhan

investasi Bodebekkarpur, artinya pertumbuhan investasi wilyah Bodebekkarpur

merupakan representasi pertumbuhan investasi Jawa Barat.

Bila dilihat dari rata-rata porsinya, nilai investasi Bodebekkarpur terhadap

investasi Jawa Barat memberikan kontribusi sebesar 72,58%. Porsi terbesar terjadi

pada tahun 2013 dengan besaran kontribusinya sebesar 83,11%. Sedangkan rata-

rata porsi investasi Jawa Barat terhadap nasional hanya sebesar 21,58%. Porsi

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

125

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

terbesar terjadi pada tahun 2014 yakni sebesar 23,53%. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada table 5.7

Tabel 5.7

Perbandingan Pertumbuhan dan Share Investasi Jawa Barat dengan

Bodebekkarpur Periode Tahun 2011 – 2015

Tahun

Investasi Jabar Investasi Bodebekkarpur

Pertumbuhan

(%)

Share thd

Investasi

Indonesia (%)

Pertumbuhan

(%)

Share thd

Investasi

Jabar (%)

2011 - 19,38 - -

2012 8,06 16,85 47,22 61,00

2013 77,52 23,47 75,58 83,11

2014 16,44 23,53 13,84 82,20

2015 11,59 22,27 0,78 80,36

Rata-rata 28,40 21,58 34,36 72,58

Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah)

Bila dilihat dari besarnya total investasi dari tahun 2011 sampai dengan

tahun 2015 total investasi PMDN Jawa Barat sebesar 137.038 milyar rupiah, dari

jumlah tersebut sebesar 87.117 milyar rupiah di investasikan di wilayah

Bodebekkarpur. Jumlah tenaga kerja yang terserap 491.584 orang, dari jumlah

tersebut tenaga kerja yang terserap di wilayah Bodebekkarpur sebanyak 208.893

orang. Dilihat secara sektoral, bidang usaha yang paling diminati oleh investor

PMDN baik di wilayah Provinsi maupun Bodebekkarpur sama yaitu bidang

perdagangan dan reparasi.

Total investasi PMA Jawa Barat dari tahun 2011 sampai dengan tahun

2015 jauh lebih besar total investasi PMDN yaitu sebesar 288.323milyar rupiah,

dari total PMA tersebut sebesar 238.983 milyar rupiah di investasikan di wilayah

Bodebekkarpur. Adapun Jumlah tenaga kerja yang terserap 1.477.702orang, dari

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

126

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

jumlah tersebut tenaga kerja yang terserap di wilayah Bodebekkarpur sebanyak

1.073.374 orang. Dilihat secara sektoral, bidang usaha yang paling diminati oleh

investor asing (PMA) baik di wilayah Provinsi maupun Bodebekkarpur tidak

berbeda yaitu sub sektor industri logam, mesin dan elektronik.

Berdasarkan data empirik yang sudah diuraikan diatas dapat disimpulkan

bahwa total realisasi investasi maupun jumlah proyek dan tenaga yang terserap,

wilayah Bodebekkarpur menempati porsi yang sangat besar di bandingkan

wilayah lain baik dalam ruang lingkup Provinsi maupun nasional. Untuk lebih

jelasnya mengenai perbandingan nilai investasi, jumlah proyek dan tenaga kerja

yang terserap di wilayah Jawa Barat dan wilayah Bodebekkarpur dapat dilihat

dalam tabel 5.8 dibawah ini.

Tabel 5.8

Perbandingan Perkembangan PMDN dan PMA Jawa Barat dengan Bodebekkarpur

Periode Tahun 2011 – 2015

No

Uraian

Jawa Barat Bodebekkarpur

Nilai

(dalam juta

rupiah)

Proyek Tenaga

Kerja

Nilai

(dalam juta

rupiah)

Proyek Tenaga

kerja

1 PMDN 137.038.167 85.046 491.584 87.117.923 34.059 208.893

2 PMA 288.323.406 10.449 1.477.702 238.983.058 8.705 1.073.374

3 Sektor Usaha yang

paling diminati

PMDN

Perdagangan

&Reparasi

Perdagangan

&Reparasi

Perdagangan

&Reparasi

Perdagangan

&Reparasi

Perdagangan

&Reparasi

Perdagangan

& Reparasi

4 Sektor usaha

Lain yang

diminati PMA

Industri

Logam,

Mesin &

Elektronik

Industri

Logam,

Mesin &

Elektronik

Industri

Logam,

Mesin &

Elektronik

Industri

Logam,

Mesin &

Elektronik

Industri

Logam,

Mesin &

Elektronik

Industri

Logam,

Mesin &

Elektronik

Sumber: BPMPT Jawa Barat (data diolah)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

127

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

5.1.4 Analisis ICOR Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur

Investasi merupakan komponen yang sangat penting untuk memacu

pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu daerah. Untuk melihat berapa besarnya

investasi yang harus ditanamkan dalam rangka mencapai suatu tingkat

pertumbuhan ekonomi tertentu di Metropolitan Bodebekkarpur maka dibutuhkan

perhitungan ICOR (Incremental Capital Output Ratio). Besaran ICOR ini

menunjukkan hubungan antara jumlah kenaikan PDRB (∆Y) yang disebabkan

oleh penambahan investasi (∆K). Dengan kata lain, nilai ICOR menunjukkan

seberapa besar ekonomi daerah dapat tumbuh dengan penambahan investasi yang

telah dan akan ditanamkan. Berikut ini adalah nilai ICOR di Metropolitan

Bodebekkarpur pada tahun 2012-2015.

Tabel 5.9

ICOR Kabupaten/Kota di Metropolitan Bodebekkarpur

Periode Tahun 2012-2015

No. Kabupaten/Kota ICOR

2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

1 Kota Bogor 0,66 0,09 0,11 2,10 0,74

2 Kabupaten Bogor 0,34 0,42 1,06 1,32 0,79

3 Kota Bekasi 0,80 0,84 1,92 2,29 1,46

4 Kota Depok 0,85 0,81 1,80 1,09 1,14

5 Kab Purwakarta 1,81 2,99 7,18 3,02 3,75

6 Kab Karawang 2,72 4,63 3,98 4,47 3,95

7 Kab Bekasi 1,74 1,98 2,98 3,93 2,66

8 Bodebekkarpur 1,44 2,21 2,73 2,88 2,31

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

128

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Sumber: hasil pengolahan data

Grafik 5.7

ICOR Bodebekkarpur

Nilai ICOR di Metropolitan Bodebekkarpur selalu mengalami peningkatan

sejak tahun 2012 sampai tahun 2015. Pada tahun 2012 nilai ICOR di

Bodebekkarpur adalah sebesar 1,44. Angka ini menunjukkan bahwa untuk

menghasilkan tambahan output sebesar 1 unit diperlukan tambahan modal

(investasi) sebesar 1,44 unit atau untuk meningkatkan tambahan output sebesar

Rp 1.000,- diperlukan tambahan modal sebesar Rp. 1.400,-. Pada tahun 2013 nilai

ICOR di Bodebekkarpur meningkat sebanyak 0,77 persen menjadi 2,21

dibandingkan tahun 2012. Selanjutnya pada tahun 2014 dan 2015 nilai ICOR

kembali naik menjadi 2,73 dan 2,88.

1,44

2,21

2,732,88

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

2012 2013 2014 2015

ICOR Bodebekkarpur Tahun 2012-2015

ICOR

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

129

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Perkembangan nilai ICOR di Metropolitan Bodebekkarpur sejak tahun

2012 - 2015 diperoleh nilai rata-rata sebesar 2,31. Nilai ICOR Metropolitan

Bodebekkarpur yang relatif rendah ini menunjukkan bahwa penggunaan investasi

yang ditanamkan di Metropolitan Bodebekkarpur cukup efisien. Secara umum,

nilai ICOR yang menunjukkan produktivitas investasi yang baik antara 3–4,

semakin tinggi ICOR memberikan Indikasi kemungkinan terjadinya inefisiensi

dalam penggunaan investasi (Widodo, 1990:28). Jadi berdasarkan nilai ICOR

Metropolitan Bodebekkarpur yang sebesar 2,31 dapat kita simpulkan bahwa

secara keseluruhan produktivitas investasi di metropolitan ini sudah cukup baik.

Tabel 5.10

Rencana Kebutuhan Investasi

Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur

Periode Tahun 2016-2020

No. Kabupaten/Kota Kebutuhan Investasi (Juta Rupiah)

2016 2017 2018 2019 2020 Total

1 Kota Bogor 1.189.862 1.261.253 1.336.928 1.417.144 1.502.173 6.707.360

2 Kabupaten Bogor 6.226.232 6.599.806 6.995.795 7.415.543 7.860.475 35.097.851

3 Kota Bekasi 5.157.162 5.466.592 5.794.588 6.142.263 6.510.799 29.071.404

4 Kota Depok 2.716.892 2.879.905 3.052.699 3.235.861 3.430.013 15.315.370

5 Kab Purwakarta 9.037.464 9.579.711 10.154.494 10.763.764 11.409.590 50.945.023

6 Kab Karawang 33.266.535 35.262.527 37.378.279 39.620.975 41.998.234 187.526.550

7 Kab Bekasi 34.803.628 36.891.845 39.105.356 41.451.677 43.938.778 196.191.284

8 BODEBEKKARPUR 91.150.788 96.619.835 102.417.025 108.562.046 115.075.769 513.825.463

Sumber: hasil pengolahan data

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

130

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Tabel 5.11

Rencana Kebutuhan Investasi

Kabupaten/Kota Metropolitan Bodebekkarpur

Periode Tahun 2021-2025

Sumber: hasil pengolahan data

Sumber: hasil pengolahan data

Grafik 5.8

Distribusi Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur

1%7%6%

3%

10%

36%

38%

Distribusi Kebutuhan Investasi Wilayah Bodebekkarpur Periode Tahun 2016-2025

Kota Bogor

Kabupaten Bogor

Kota Bekasi

Kota Depok

Kab Purwakarta

Kab Karawang

Kab Bekasi

No. Kabupaten/Kota Kebutuhan Investasi (Juta Rupiah)

2021 2022 2023 2024 2025 Total

1 Kota Bogor 1.592.303 1.687.841 1.789.112 1.896.459 2.010.246 8.975.961

2 Kabupaten Bogor 8.332.104 8.832.030 9.361.952 9.923.669 10.519.089 46.968.844

3 Kota Bekasi 6.901.446 7.315.533 7.754.465 8.219.733 8.712.917 38.904.094

4 Kota Depok 3.635.814 3.853.963 4.085.200 4.330.312 4.590.131 20.495.420

5 Kab Purwakarta 12.094.165 12.819.815 13.589.004 14.404.344 15.268.605 68.175.933

6 Kab Karawang 44.518.128 47.189.216 50.020.569 53.021.803 56.203.111 250.952.827

7 Kab Bekasi 46.575.105 49.369.611 52.331.787 55.471.695 58.799.996 262.548.194

8 BODEBEKKARPUR 121.980.315 129.299.134 137.057.082 145.280.507 153.997.338 687.614.376

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

131

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Nilai ICOR dan indikator PDRB merupakan salah satu data dan informasi

penting dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah. Bagi para

pengambil keputusan di pemerintahan, indikator-indikator ini bermanfaat untuk

memperkirakan kebutuhan riil investasi di suatu wilayah dalam mencapai target

tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu. Dengan menetapkan target tingkat

pertumbuhan ekonomi dan inflasi dengan besaran tertentu, maka dengan dasar

nilai rata-rata ICOR yang ada, kebutuhan investasi pada tahun-tahun mendatang

dapat ditentukan. Berdasarkan data tabel 5.10 dan 5.11 diatas kita dapat melihat

kebutuhan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur untuk tahun 2016 – 2025.

Sebagai upaya untuk memacu pembangunan di Metropolitan

Bodebekkarpur di masa-masa mendatang, maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat

harus memiliki target atau sasaran tingkat pertumbuhan ekonomi dengan suatu

besaran tertentu. Mengingat pertumbuhan ekonomi di wilayah Metropolitan

Bodebekkarpur pada tahun 2015 sebesar 5,45 persen, maka jika target rata-rata

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 – 2025 ditetapkan 6 persen setiap tahun

dan dengan asumsi inflasi di wilayah Metropolitan Bodebekkarpur sebesar 4

persen dan nilai ICOR konstan, maka pada tahun 2016 kebutuhan riil investasi di

Metropolitan Bodebekkarpur mencapai Rp. 91,150 triliun. Selanjutnya dengan

asumsi–asumsi yang sama, maka pada tahun 2017 investasi yang dibutuhkan

mencapai Rp. 96,619 triliun. Hingga pada tahun 2020 nanti, tingkat kebutuhan

investasi di Metropolitan Bodebekkarpur harus mencapai Rp. 115,075 triliun

dengan asumsi pertumbuhan 6 persen dan tingkat inflasi 4 persen. Dengan asumsi

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

132

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan nilai ICOR yang sama kita juga

dapat mengetahui kebutuhan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur pada tahun

2025 yaitu sebesar Rp 153,997 triliun rupiah. Dengan demikian jika kita

jumlahkan total kebutuhan investasi dari tahun 2016 sampai tahun 2025 dengan

asumsi yang sama, maka dibutuhkan investasi sebesar Rp 1.201,439 triliun rupiah.

Berdasarkan tabel 5.10 dan 5.11 diatas kita juga dapat melihat bahwa

rencana kebutuhan investasi di metropolitan Bodebekkarpur dari tahun 2016-2025

selalu mengalami peningkatan. hal ini juga mengindikasikan bahwa wilayah

Bodebekkarpur merupakan wilayah yang potensial yang sangat disukai oleh

investor untuk menanamkan modalnya di wilayah ini. Sementara untuk

kabupaten/kota yang nilai investasinya mengalami penurunan dari 2015 ke 2016,

itu dikarenakan adanya perbedaan asumsi pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten/Kota tersebut. Sebagai contoh investasi di Kabupaten Bogor pada

tahun 2015 sebesar Rp 9,782 triliun, dan pada tahun 2016 sebesar Rp 6,226

triliun. Dimana pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor

sebesar 6,09 persen dan tingkat inflasi sebesar 2,70. Sementara asumsi

pertumbuhan ekonomi yang dipakai di Kabupaten Bogor pada tahun 2016 sebesar

6 persen, dan tingkat inflasi sebesar 4 persen. Jadi wajar seandainya nilai

investasinya mengalami penurunan dibanding pada tahun 2015. Sementara itu

untuk wilayah yang kebutuhan investasinya mengalami kenaikan dari tahun 2015

ke tahun 2016 yaitu Kota Depok, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten

Purwakarta.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

133

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Berkaca dari konsep Metropolitan Bodebekkarpur yang ingin menjadi twin

Metropolitan dari DKI Jakarta, maka rencana kebutuhan investasi merupakan hal

yang sangat penting untuk dikaji agar konsep metropolitan mandiri yang berbasis

pada industri manufaktur, jasa keuangan, perdagangan, hotel, restoran serta

pariwisata dapat terealisasi.

5.2 Analisis SWOT Investasi Bodebekkarpur

Analisis strategi investasi berdasarkan Strengths, Weaknesses,

Opportunities dan Threats (SWOT) Analysis, meliputi dua bentuk matriks, yaitu

Internal Factor Analysis Summary (IFAS) untuk mengetahui faktor internal yang

berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan; dan External Factor Analysis

Summary (EFAS)untuk menganalisis faktor eksternal yang menyangkut aspek

makro ekonomi, kondisi sosial budaya, kebijakan pemerintah, perkembangan

teknologi, hingga perkembangan industri, situasi pasar dan tingkat kompetisi.

Berdasarkan data yang dikumpulkan berikut disajikan hasil identifikasi analisis

SWOT untuk investasi Bodebekkarpur. Secara umum investasi di Bodebekkarpur

terfokus kepada infrastruktur transportasi dan infrastruktur pendukungnya.

Berikut disajikan faktor internal dan ekstrnal dari Bodebekkarpur.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

134

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

5.2.1 Strengths (Kekuatan)

1. Posisi Metropolitan Bodebekkarpur yang strategis

Metropolitan Bodebekkarpur berada pada jalur strategis Jakarta – Bandung

yang memiliki aksesibiltas tinggi dan kedekatan lokasi dengan DKI Jakarta

sebagai pusat modal, potensi pasar dan outlet pelabuhan dan Bandara berskala

Internasional.

Gambar 5.2

Posisi Strategis Bodebekkarpur sebagai penghubung DKI Jakarta dan

Metropolitan Bandung Raya

2. Sumberdaya produksi yang lebih banyak dibandingkan yang dimiliki wilayah

lain

Bodebekkarpur merupakan lokasi konsentrasi kegiatan industri manufaktur

terbesar di Indonesia. Hal ini didukung keberadaan Waduk sebagai

sumberdaya PLTA yang mampu menghasilkan energi untuk pasokan energi

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

135

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

wilayah Pulau Jawa dan Bali. Selain itu, Bodebekkarpur memiliki

Keanekaragaman obyek wisata, mulai dari wisata alam sampai wisata kuliner

dan belanja

3. Kualitas sumberdaya produksi yang kompetitif

Daya tarik Bodebek karpur sebagai berbagai kegiatan investasi: industri,

perdagangan, pariwisata, perumahan dsb. Dari segi SDM keberadaan

Universitas kelas dunia seperti UI dan IPB menghasilkan SDM unggul di

bidang IPTEK. Di samping itu metropolitan Bodebekkarpur adalah lumbung

padi nasional yang mempunyai produktivitas tinggi.

4. Kualitas sumber daya yang lebih baik

Memiliki jumlah penduduk yang besar dengan kualitas sumberdaya manusia

yang relatif lebih baik dibandingkan kawasan metropolitan lainnya di Jawa

Barat

5. Masyarakat kota-kota Bodebekkarpur yang sudah berkarakter perkotaan

Metropolitan Bodebekkarpur sudah berkarakter perkotaan, dimana orang-

orangnya itu hidup di Jakarta, lalu bermalam di wilayahnya masing-masing

dan sehingga secara tidak langsung wilayah ini sudah berkarakter kota. Hal ini

menjadikan kota-kota Bodebekkarpur bukan lagi sebagai tempat transit dan

tempat tinggal tetapi mampu untuk memiliki pusat pertumbuhan ekonomi

sendiri

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

136

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

5.2.2 Weaknesses (Kelemahan)

1. Ketimpangan perkembangan Bodebek Karpur dengan DKI Jakarta dan

ketimpangan perkembangan antar wilayah yang berada dalam lingkup

kawasan Bodebek Karpur

PDRB di masing – masing wilayah Metropolitan BODEBEK KARPUR.

PDRB terbesar di wilayah metropolitan ini dipegang oleh tiga daerah, yakni

Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bogor. Sementara

wilayah lainnya masih jauh dibandingkan pencapaian dari ketiga wilayah

tersebut. Ketimpangan pendapatan tercermin dalamIndeks Gini (IG) selama

periode tahun 2012-2013. Pada tahun 2012 dan 2013 Indeks Gini mencapai

0,41. Kondisi secara umum distribusi pendapatan semakin tidak merata dalam

lima tahun terakhir. Fakta ketimpangan pendapatan yang memburuk terkait

erat dengan akses masyarakat marjinal terhadap sumberdaya ekonomi

produktif yang masih terbatas.

2. Ekonomi Biaya Tinggi

Pemasaran hasil industri sangat bergantung kepada DKI Jakarta karena tidak

memiliki outlet (pelabuhan dan Bandara) sendiri.

3. Industri yang ada relatif bersifat footloose

Industri yang ada di Bodebekkarpur tidak memiliki keterkaitan yang erat

dengan usaha yang dikerjakan oleh masyarakat setempat.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

137

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

5.2.3 Opportunities (Kesempatan)

1. Konsep twin metropolitan Bodebek karpur – DKI Jakarta

Bodebek Karpur sebagai 1st tier berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga

1st tier. Metropolitan Bodebek Karpur dikembangkan sebagai metropolitan

mandiri dengan sektor unggulan industri manufaktur, jasa, keuangan, serta

perdagangan, hotel, dan restoran

Gambar 5.3

Konsep Twin Metropolitan Bodebekkarpur

2. Rencana dan Implementasi Pendulum Nusantara dan Tol Laut

Pengembangan Hub dan Spoke nasional melalui program Pendulum

Nusantara guna menurunkan biaya logistik nasional yang relatif mahal

terutama pada negara-negara ASEAN. Peningkatan kapasitas sea-ports

(perluasan pelabuhan dan pengerukan -12m). Rencana nasional system

DKI Jakarta sebagai 1 st

tier

Wilayah BODETABEK

sebagai 2 nd

tier

Bodebek Karpur sebagai 1st

tier Berdampingan dengan DKI

Jakarta yang juga 1st

tier

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

138

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

pendulum nusantara atau Tol laut berpotensi meningkatkan kapasitas

pelabuhan Tanjung Priok sebagai Outlet utama Bodebek Karpur.

3. Pengembangan pembangunan KA super-cepat: Jakarta-Surabaya

Pembangunan kereta api super cepat Jakarta-Surabaya \masuk dalam Rencana

Induk Perkeretapian Nasional (Ripnas). Pembangunan sarana dan

prasarananya rencananya akan dimulai pada tahun 2020 dengan masa

pengerjaan sekitar 7 tahun. Proyek kereta cepat didesain hingga Surabaya

dalam tiga tahap yaitu Jakarta-Bandung, Bandung-Semarang, dan Semarang-

Surabaya.

Gambar 5.4.

Jalur Kereta Cepat : Jakarta-Surabaya

Untuk tahap pertama, rencana jalur Jakarta-Bandung telah dilkeluarkan

Peraturan Presiden No. 107/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan

Prasarana dan Sarana Kereta Api Cepat antara Jakarta dan Bandung.Kereta

Api Cepat Jakarta Bandung akan melewati beberapa kawasan industri :

- Kawasan Industri MM2100

- Bekasi International Industrial Estate

- East Jakarta Industrial Estate

- Greenland International Industrial Center

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

139

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

- Karawang International Industrial City

- Kota Industri Suryacipta

- Kawasan Industri Bukit Indah

4. Perkiraan peningkatan comuter traffic menuju Jakarta dari Bogor, Depok,

Bekasi dan Tangerang

Sejalan dengan antisipasi pertumbuhan penduduk dan kepemilikan kendaraan

dalam dua puluh tahun mendatang, total perjalanan diperkirakan akan tumbuh

secara lebih cepat. Total perjalanan yang akan dilakukan di Jabodetabek pada

tahun 2020 akan meningkat 40 persen dibanding tahun 2002. Kinerja sistem

transportasi akan sangat memburuk di masa datang bila tidak dilakukan

investasi dalam waktu 20 tahun ke depan. Rata-rata kecepatan perjalanan di

seluruh wilayah Jabodetabek akan turun dari 34,8 km per jam pada tahun 2002

menjadi 24,6 km per jam pada tahun 2020. Berdasarkan data JAPTraPIS

Study Team pada tahun 2011 jumlah perjalanan dari Bodetabek ke DKI

Jakarta mencapai 6.962.000 perjalan per hari dengan jumlah comuter

mencapai 3.674.433 orang hari.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

140

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Gambar 5.5

Jumlah Perjalanan Harian Komuter dari Bodetabek ke Jakarta Tahun 2011

Gambar 5.6

Jumlah Orang Melakukan Perjalanan dari Bodetabek ke DKI Jakarta (Tahun 2011)

(sumber: JAPtraPIS study team)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

141

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

5.2.4 Threat (Hambatan)

1. Kurang kondusifnya pasar tenaga kerja

Dengan produktivitas yang masih rendah, masalah kompetensi dan upah yang

sulit diperkirakan secara pasti serta ketidakpastian hubungan industrial antara

perusahaan dan tenaga kerja, daya tarik investasi dari sisi ketenagakerjaan

akan terus menurun. Permasalahan yang mendasar adalah masih tingginya

angka pengangguran yang disebabkan antara lain tidak sebandingnya jumlah

pertumbuhan angkatan kerja dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja, serta

rendahnya kompetensi tenaga kerja dan tingkat pendidikan tenaga kerja.

Hambatan bagi investasi PMA/PMDN ditandai dengan sering munculnya

aspirasi buruh dengan menggelar aksi/demo buruh

2. Ketergantungan yang kuat dari Kegiatan Sosial Ekonomi Kawasan

Metropolitan pada DKI Jakarta

Ketergantungan pada Pekerjaan, Sarana Prasarana Sosial, Sarana Prasarana

Ekonomi yang berakibat pada terjadinya hambatan pergerakan barang

manusia

3. Luas lahan pertanian yang berkurang

Lahan pertanian sawah di Jawa Barat terus menurun. ada 2015 luasan lahan

sawah sekitar 23,49 persen, menurun dari 26 persen pada 2010 dari total

luasan Jawa Barat. Pada 2010, dari olahan data berbagai sumber, lahan sawah

masih 961.833,48 hekktare. Pada 2015 menjadi 868 ribu hektare lebih.

Penurunan luas lahan sawah itu seiring dengan berkurangnya produksi padi

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

142

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

juga disebabkan alih fungsi lahan untuk perindustrian dan perumahan. Hal ini

akan menjadi hambatan bagi Bodebekkarpur sebagai metropolitan mandiri.

5.2.5 Matriks IFAS EFAS

Analisis data faktor lingkungan internal dan eksternal yang dimiliki Metropolitan

Bodebekkarpur dilakukan melalui beberapa tahapan kerja berikut:

- Menuliskan daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sebagai

faktor internal dan eksternal pada masing-masing matriks (IFAS dan

EFAS).

- Memberikan bobot tingkat urgensitas atributatribut kekuatan dan

kelemahan maupun peluang dan ancaman tersebut dengan interval nilai

0,0 hingga 1,0 (tidak penting hingga sangat penting) pada kolom kedua,

masingmasing total bobot yang diberikan harus sama dengan satu

- Memberikan rating atau peringkat berdasarkan skala 1-4 masing-masing

atribut kekuatan dan kelemahan maupun peluang dan ancaman tersebut

pada kolom ketiga. Rating atau peringkat berdasarkan skala 1-4 tersebut

ditentukan dengan cara membandingkan fakta yang ada (kondisi obyektif)

dengan kinerja ideal maupun kondisi ideal yang diharapkan.

- Mengalikan bobot dengan rating atau peringkat untuk memperoleh skor

terbobot. Skor yang diperoleh selanjutnya dijumlahkan untuk

menggambarkan total skor terbobot di masing-masing matriks (IFAS dan

EFAS).

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

143

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Hasil dari perhitungan analisa faktor internal dan eksternal dari kajian investasi

Metropolitan Bodebekkarpur dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.12 Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

IFAS

Internal

Factors

Weight Rating Value

Strengths

S1 Letak yang strategis 0.22 4 0.889

S2 Sumberdaya produksi yang lebih

banyak dibandingkan yang dimiliki

wilayah lain 0.19

4

0.778

S3 Kualitas sumberdaya produksi yang

kompetitif 0.14

2

0.278

S4 Kualitas sumber daya yang lebih baik 0.11 2 0.222

S5 Masyarakat kota-kota Bodebekkarpur

yang sudah berkarakter perkotaan 0.03

3

0.083

Weakness

W1 Ketimpangan perkembangan Bodebek

Karpur dengan DKI Jakarta dan

ketimpangan perkembangan antar

wilayah yang berada dalam lingkup

kawasan Bodebek Karpur 0.06

2

0.111

W2 Ekonomi Biaya Tinggi 0.17 3 0.500

W3 Industri yang ada relatif bersifat

footloose 0.08

2

0.167

Total 1.000 3.028

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

144

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Faktor Eksternal

Tabel 5.13 External Factor Analysis Summary (EFAS)

EFAS

External

Factors

Weight Rating Value

Opportunity

O1 Konsep twin metropolitan bodebek

karpur – dki jakarta 0.25

4

1.000

O2 Rencana dan Implementasi

Pendulum Nusantara dan Tol Laut 0.07

4

0.286

O4 Pengembangan pembangunan KA

super-cepat: Jakarta-Surabaya 0.14

2

0.286

O5 Perkiraan peningkatan comuter

traffic menuju Jakarta dari

Bodebekkarpur tahun 2020 0.21

3

0.643

Threat

T1 Kurang kondusifnya pasar tenaga

kerja 0.04

4

0.143

T2 Ketergantungan yang kuat dari

Kegiatan Sosial Ekonomi Kawasan

Metropolitan pada DKI Jakarta 0.18

4

0.714

T3 Luas lahan pertanian yang

berkurang 0.11

3

0.321

Total 1.0 3.393

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

145

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Analisis berdasarkan Matrik Internal Eksternal (IE)

Hasil gabungan total skor terbobot dari faktor-faktor internal dan eksternal

menggambarkan 9 kuadran alternatif bentuk pengembangan strategi atas tiga

bentuk strategi dasar, yaitu:

1. Strategi Pertumbuhan (Growth Strategy). Kuadran ini merupakan kondisi

pertumbuhan perusahaan (kuadran 1, 2, 3, dan 5) atau upaya melakukan

diversifikasi (kuadran 7 dan 8).

2. Strategi Stabilitas (Stability Strategy) adalah suatu bentuk strategi yang

diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang sedang berjalan atau sedang

diterapkan (kuadran 4 dan 5).

3. Strategi Penciutan (retrenchment strategy) adalah usaha memperkecil atau

mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan (kuadran 3, 6 dan 9).

Nilai yang diperoleh dari hasil analisis terhadap faktor strategi internal dan

faktor eksternal dalam kajian investasi Bodebekkarpur, akan dianalisis

menggunakan matrik internal eksternal (IE) sebagai berikut, nilai IFAS yang

diperoleh adalah 3,028 dan nilai EFAS 3,393, sehingga strategi investasi

Metropolitan Bodebekkarpur berada pada kuadran 1.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

146

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Gambar 5.7

Matrix SWOT Bodebekkarpur

Kebijakan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur masuk pada strategi

Growth yang konsentrasi melalui integrasi investasi vertikal. Berdasarkan analisis

SWOT, percepatan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur dapat dicapai dengan

cara Backward Integration (mengambil alih fungsi supplier) dan Forward

Integration (mengambil alih fungsi distributor). Hal ini merupakan strategi utama

untuk daerah yang memiliki posisi kompetitif pasar yang kuat (high market share)

dalam industri yang berdaya tarik tinggi. Metropolitan Bodebekkarpur dapat

meningkatkan kekuatan bisnisnya atau posisi kompetitifnya melalui integrasi

vertikal yang dapat dicapai dengan dukungan sumber daya internal maupun

eksternal melalui dua cara yaitu dengan:

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

147

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

No Keputusan Investasi Keterangan

1 Investasi infrastruktur jalur

transportasi perhubungan untuk

menekan biaya distribusi

Meminimalkan biaya dan operasi yang

tidak efisien untuk mengontrol kualitas

serta distribusi produk

2 Investasi infrastruktur pendukung

kegiatan jasa, keuangan serta

perdagangan, hotel, dan restoran

yang memiliki skala metropolitan

Investasi yang dilakukan dapat

menggunakan sumber daya internal

untuk membangun infrastruktur

pendukung di luar daerah,

mengintegrasikan proses manufaktur,

mulai dari input (masukan) sampai

kepada produk jadi (output).

Beberapa keuntungan dari integrasi vertikal ini adalah turunnya biaya serta

meningkatnya koordinasi dan kontrol. Hal ini merupakan cara terbaik bagi

Metropolitan Bodebekkarpur dalam rangka meningkatkan competitive advantage.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

148

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

5.3 Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitin Bodebekkarpur

Pengembangan investasi kawasan Bodebekkarpur ke depan diupayakan

dapat mengkolaborasikan peran investasi yang dikelola pemerintah melalui

belanja modal APBD bidang infrastruktur serta melalui kekayaan negara yang

dipisahkan (penempatan modal pemerintah di BUMD) dengan investasi yang

dikembangkan oleh swasta (private investment). Oleh karena itu, pengembangan

investasi yang dikelola oleh pemerintah daerah diharapkan dapat sejalan dengan

pengembangan investasi yang dikelola oleh swasta atau bentuk-bentuk kerjasama

investasi yang dikolaborasikan secara berasama-sama antara BUMD dengan

investor swasta. Untuk mencapai ke arah tujuan strategis tersebut dibutuhkan

serangkaian proses dalam bentuk kegiatan dan program perencanaan

pengembangan investasi kawasan metropolitan Bodebekkarpur. Prakondisi

investasi kawasan Metropolitan Bodebekkarpur dalam hal ini dituangkan dalam

program dan kegiatan yang termuat dalam peta jalan (road map) kebutuhan

investasi kawasan metropolitan Bodebekkarpur. Peta jalan tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut (Tabel 5.14).

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

149

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

Tabel 5.14

Road Map Kebutuhan Investasi Metropolitan Bodebekkarpur

NO SASARAN

INDIKATOR

KINERJA

SASARAN

ARAH

KEBIJAKAN PROGRAM

INDIKATOR

KINERJA PROGAM KEGIATAN

DESKRIPSI

OUTPUT

KEGIATAN

1 Perencanaan

Pengembangan Investasi

di Kawasan Metropolitan

Bodebekkarpur (2016 –

2020)

Terpetakannya

Detail Kawasan

(Lokasi)

Pengembangan

Investasi

Metropolitan

Bodebekkarpur

Menyediakan

Rencana Kawasan

atau Lokasi

Pengembangan

Investasi

Metropolitan

Bodebekkarpur

Program

Pengembangan

Kawasan

Investasi

Bodebekkarpur

Tersedianya Lahan

Untuk Kebutuhan

Investasi

Bodebekkarpur

Pembangunan

Infrastruktur

Kawasan dan

Pendukung

Transportasi

Kawasan Investasi

Tersedianya Kawasan

Pengembangan

Investasi dan

Meningkatnya Kualitas

Jalan dan Infrastruktur

Pendukung

Transportasi Kawasan

Investasi

Terpetakannya

Insentif

Kemudahan

Perijinan Kawasan

Investasi

Bodebekkarpur

Menyediakan SOP

Proses Pengurusan

Ijin Investasi

Kawasan

Metropolitan

Program

Promosi

Kemudahan

Investasi

Bodebekkarpur

Meningkatnya Jumlah

dan Nilai Investasi

Kawasan

Bodebekkarpur

Penyederhanaan

Ijin dan Percepatan

Proses Perijinan

Kejelasan SOP

Perijinan serta Insentif

Yang Diberikan

Pemerintah Daerah dan

Pusat

Meningkatnya

Kerjasama

Investasi Swasta,

Antar Pelaku

Investasi Maupun

Dengan Investor

Swasta Dengan

BUMD

Mempertemukan

Calon Investor

Kawasan

Metropolitan

Bodebekkarpur

Program

Bodebekkarpur

Investment

Expo

Meningkatnyanya

Jumlah Investor di

Kawasan

Bodebekkarpur

Workshop dan

Pameran Peluang

Investasi Kawasan

Metropolitan

Bodebekkarpur

Adanya Kerjasma Antar

Investor di Kawasan

Metropolitan

Bodebekkarpur

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

150

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

2 Pengembangan

Infrastruktur Mobilitas

dan Eksesibilitas

Kawasan Metropolitan

Bodebekkarpur (2016 –

2025)

Tercapainya

Parameter

Infrastruktur

Pendukung

Investasi

Metropolitan

Bodebekkarpur

Menyediakan

Sarana Infrastruktur

Bongkar Muat dan

Logistik Kawasan

Bodebekkarpur

Program

Pembangunan

Infrastruktur

Bongkar Muat

dan Logistik

Bodebekkarpur

Tersedianya Kawasan

Bongkar Muat dan

Infrastruktur Logistik

Kawasan Metropolitan

Bodebekkarpur

Terbangunnya

Kawasan Bongkar

Muat dan Logistik

Bodebekkarpur

Meningkatnya

Kecepatan Bongkar

Muat Barang serta

Logistik Kawasan

Metropolitan

Bodebekkarpur

3 Monitoring Percepatan

Investasi Kawasan

Bodebekkarpur (2020 –

2030)

Terpetakannya

Indiator Kinerja

Perkembangan

Investasi

Bodebekkarpur

Menyediakan

Indikator

Monitoring

Perkembangan

Investasi

Bodebekkarpur

Program Kajian

Monitoring

Perkembangan

Investasi

Bodebekkarpur

Tersedianya Laporan

Perkembangan

Investasi Kawasan

Bodebekkarpur

Dimilikinya Hasil

Kajian Monitoring

Perkembangan

Investasi

Bodebekkarpur

Adanya Informasi

Mengenai

Perkembangan Kinerja

Investasi di Kawasan

Metropolitan

Bodebekkarpur

Sumber: Hasil FGD Tim Analisis Kebutuhan Investasi Bodebekkarpur (2016)

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

151

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis di Bab V ternyata wilayah Jawa Barat

menyumbang 21,58 persen dari total investasi di Indonesia, sedangkan

wilayah Bodebekkarpur menyumbangkan 72,58 persen dari total investasi

di Jawa Barat.

2. Icor Rata-rata di Metropolitan Bodebekkarpur dari tahun 2012-2015

sebesar 2,31, dengan nilai ICOR terkecil pada tahun 2012 yaitu sebesar

1,44.

3. Rencana Kebutuhan investasi di Metropolitan Bodebekkarpur di tahun

2016 sebesar RP 91,150 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp 88,192

triliun.

4. Rencana kebutuhan investasi Metropolitan Bodebekkarpur pada tahun

2020 sebesar RP 115.075.769 dan pada tahun 2025 sebesar Rp 115,075

triliun dengan asumsi tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen dan

tingkat inflasi sebesar 4 persen pertahun.

5. Secara keseluruhan rencana kebutuhan investasi dari tahun 2016- 2025 di

Metropolitan Bodebekkarpur sebesar Rp 1.201,439 triliun rupiah.

R e n c a n a K e b u t u h a n I n v e s t a s i M e t r o p o l i t a n B O D E B E K K A R P U R

152

Rencana Kebutuhan Investasi Metropolitan BODEBEKKARPUR 2016

6. Rencana kebutuhan investasi terbesar di Metropolitan Bodebekkarpur

berada di Kabupaten Bekasi sebesar 38 persen, dan Kabupaten Karawang

sebesar 36 persen.

7. Berdasarkan analisis SWOT, percepatan investasi di Metropolitan

Bodebekkarpur dapat dicapai dengan cara Backward Integration

(mengambil alih fungsi supplier) dan Forward Integration (mengambil

alih fungsi distributor).

6.2 Rekomendasi Kebijakan

1. Sebagai wilayah penarik investasi terbesar di Jawa Barat metropolitan

Bodebekkarpur perlu dijaga agar momentum investasi tetap terjaga di

wilayah ini.

2. Denganr rata-rata ICOR mendekati 2,5 masih mengindikasikan perlunya

upaya efisiensi sehingga angaka ICOR dapat ditekan lebih rendah.

3. Kebutuhan investasi yang besar membutuhkan upaya khusus agar dapat

terpenuhi secara konsisten per-periode. Konstelasi dan momen

pertumbuhan ekonomi perlu dicermati pada setiap rentang waktu dalam

rangka menjaga momentum investasi.

4. Upaya menjaga momentum investasi antara lain perlu diupayakan dengan

perbaikan dari aspek institusi dan regulasi yang memadai dengan

mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan

sehingga dapat disususn strategi yang tepat dalam menarik dan

mempertahankan investasi.

DAFTAR PUSTAKA

----------, Perda No. 12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pembangunan dan

Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat.

RPJMD Jawa Barat.

RPJMD Kota Bogor.

RPJMD Kota Depok.

RPJMD Kota Bekasi.

RPJMD Kabupaten Bogor.

RPJMD Kabupaten Bekasi.

RPJMD Kabupaten Karawang.

RPJMD Kabupaten Purwakarta.

BPS. Provinsi Jawa Barat 2011

BPS. Provinsi Jawa Barat 2016

BPS. Kota Bogor 2016

BPS. Kota Bekasi 2016

BPS. Kota Depok 2016

BPS. Kabupaten Bogor 2016

BPS. Kabupaten Bekasi 2016

BPS. Kabupaten Karawang 2016

BPS. Kabupaten Purwakarta 2016

BPS. Provinsi Jawa Barat 2016. PDRB menurut lapangan usaha Provinsi Jawa

Barat. Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.

BPMPT Jawa Barat

Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan edisi ke-4. Yogyakarta: Bagian Penerbit

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Antara, Made. 2007. “Analisis Kebutuhan Investasi Sektor Basis Dan Non Basis

Dalam Perekonomian Regional Bali”.

Ayu, Putu. 2007. “Analisis Kesempatan Kerja Sektoral di Kabupaten Bangli

Dengan Pendekatan Pertumbuhan Berbasis Ekspor”.

Hanani Nuhfil dan Nugroho Iwan. 2004. “Kebutuhan Investasi untuk

Pengembangan Sektor Pertanian: Suatu pendekatan input-output”.

Hanani Nuhfil dan Nugroho Iwan. 2007. “Studi Investasi untuk Pengembangan

Komoditi Pertanian di Provinsi Lampung: Pendekatan input-output”.

Nugroho, Iwan. 2007. “Pengembangan Dan Kebutuhan Investasi SektorAir

Bersih Di Provinsi Jawa Timur”.

Harry W. Richardson, Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan oleh

Paul Sitohang, Lembaga Penerbit FE UI, 1991.

Jhingan M.L. 2004. Ekonomi pembangunan dan perencanaan. Divisi buku

perguruan tinggi PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Kuncoro, Mudrajad, Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan,

UPPAMPYKPN, Yogyakarta.

Mankiw, N. Gregory. 2000. Teori Makro Ekonomi. Ed.4, Jakarta: Penerbit

Erlangga.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Sukirno, Sadono. 2012. Makroekonomi Teori Pengantar. Penerbit Rajawali Pers,

Jakarta.

Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga

Edisi Kedelapan.

PPSK – BI, Daya Saing Daerah, Konsep dan Pengukurannya di Indonesia, BPFE

Yogyakarta, 2002

Tarigan, R. 2012. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

LAMPIRAN

Perhitungan ICOR

Perhitungan ICOR Bodebekkarpur

2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

Investasi (Juta Rp.) 29.739.705 43.783.905 76.873.959 87.510.968 88.192.445

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 491.285.504 521.736.108 556.593.032 588.649.378 619.220.541

∆ Investasi (Juta Rp.) 14.044.200 33.090.054 10.637.009 681.477

∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 30.450.604 34.856.924 32.056.346 30.571.163

ICOR 1,44 2,21 2,73 2,88 2,31

Perhitungan ICOR Kota Bogor

2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

Investasi (Juta Rp.) 304.318 832.230 110.531 152.087 3.104.313

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 19.944.167 21.203.569 22.474.658 23.815.328 25.295.564

∆ Investasi (Juta Rp.) 527.912 -721.699 41.556 2.952.226

∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 1.259.402 1.271.089 1.340.670 1.480.236

ICOR 0,66 0,09 0,11 2,10 0,74

Perhitungan ICOR Kabupaten Bogor

2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

Investasi (Juta Rp.) 4.113.606 1.995.887 2.660.937 7.037.161 9.782.249

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 98.378.723 104.286.980 110.607.295 117.259.360 124.642.378

∆ Investasi (Juta Rp.) -2.117.719 665.050 4.376.224 2.745.088

∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 5.908.257 6.320.315 6.652.065 7.383.018

ICOR 0,34 0,42 1,06 1,32 0,79

Perhitungan ICOR Kota Depok

2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

Investasi (Juta Rp.) 4.647.097 1.948.374 1.698.926 4.296.777 2.552.310

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 28.410.000 30.700.000 32.810.000 35.192.761 37.525.108

∆ Investasi (Juta Rp.) -2.698.723 -249.448 2.597.851 -1.744.467

∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 2.290.000 2.110.000 2.382.761 2.332.347

ICOR 0,85 0,81 1,80 1,09 1,14

Perhitungan ICOR Kota Bekasi

2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

Investasi (Juta Rp.) 869.554 2.365.780 2.392.114 5.353.083 6.703.612

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 43.946.084 46.907.332 49.739.925 52.532.659 55.462.726

∆ Investasi (Juta Rp.) 1.496.226 26.334 2.960.969 1.350.529

∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 2.961.248 2.832.593 2.792.734 2.930.067

ICOR 0,80 0,84 1,92 2,29 1,46

Perhitungan ICOR Kabupaten Bekasi

2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

Investasi (Juta Rp.) 13.205.148 18.695.747 22.198.437 31.356.360 35.126.038

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 164.538.842 175.279.801 186.479.889 197.018.595 205.956.352

∆ Investasi (Juta Rp.) 5.490.599 3.502.690 9.157.923 3.769.678

∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 10.740.959 11.200.088 10.538.706 8.937.757

ICOR 1,74 1,98 2,98 3,93 2,66

Perhitungan ICOR Kabupaten Karawang

2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

Investasi (Juta Rp.) 5.332.612 14.253.792 41.073.102 25.710.486 25.453.640

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 106.174.675 111.424.083 120.294.863 126.748.692 132.445.998

∆ Investasi (Juta Rp.) 8.921.180 26.819.310 -15.362.616 -256.846

∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 5.249.408 8.870.780 6.453.829 5.697.306

ICOR 2,72 4,63 3,98 4,47 3,95

Perhitungan ICOR Kabupaten Purwakarta

2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata

Investasi (Juta Rp.) 1.267.366 3.692.093 6.739.909 13.605.010 5.470.279

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 29.893.010 31.934.340 34.186.400 36.081.980 37.892.413

∆ Investasi (Juta Rp.) 2.424.727 3.047.816 6.865.101 -8.134.731

∆ PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 2.041.330 2.252.060 1.895.580 1.810.433

ICOR 1,81 2,99 7,18 3,02 3,75

Perhitungan Rencana Kebutuhan Investasi

Metropolitan Bodebekkarpur Periode Tahun 2016 - 2025

Kebutuhan Investasi Bodebekkarpur Tahun 2016-2020

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 656.373.773 695.756.200 737.501.572 781.751.666 828.656.766

ICOR 2,31 2,31 2,31 2,31 2,31

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 91.150.788 96.619.835 102.417.025 108.562.046 115.075.769

Kebutuhan Investasi Bodebekkarpur Tahun 2021-2025

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2021 2022 2023 2024 2025

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 878.376.172 931.078.742 986.943.467 1.046.160.075 1.108.929.680

ICOR 2,31 2,31 2,31 2,31 2,31

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 121.980.315 129.299.134 137.057.082 145.280.507 153.997.338

Kebutuhan Investasi di Kota Bogor Tahun 2016-2020

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 26.813.298 28.422.096 30.127.421 31.935.067 33.851.171

ICOR 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 1.189.862 1.261.253 1.336.928 1.417.144 1.502.173

Kebutuhan Investasi di Kota Bogor Tahun 2021-2025

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2021 2022 2023 2024 2025

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 35.882.241 38.035.175 40.317.286 42.736.323 45.300.503

ICOR 0,74 0,74 0,74 0,74 0,74

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 1.592.303 1.687.841 1.789.112 1.896.459 2.010.246

Kebutuhan Investasi di Kabupaten Bogor Tahun 2016-2020

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 132.120.921 140.048.176 148.451.066 157.358.130 166.799.618

ICOR 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 6.226.232 6.599.806 6.995.795 7.415.543 7.860.475

Kebutuhan Investasi di Kabupaten Bogor Tahun 2021-2025

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2021 2022 2023 2024 2025

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 176.807.595 187.416.051 198.661.014 210.580.675 223.215.516

ICOR 0,79 0,79 0,79 0,79 0,79

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 8.332.104 8.832.030 9.361.952 9.923.669 10.519.089

Kebutuhan Investasi di Kota Depok Tahun 2016-2020

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 39.776.614 42.163.211 44.693.004 47.374.584 50.217.059

ICOR 1,14 1,14 1,14 1,14 1,14

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 2.716.892 2.879.905 3.052.699 3.235.861 3.430.013

Kebutuhan Investasi di Kota Depok Tahun 2021-2025

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2021 2022 2023 2024 2025

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 53.230.083 56.423.888 59.809.321 63.397.880 67.201.753

ICOR 1,14 1,14 1,14 1,14 1,14

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 3.635.814 3.853.963 4.085.200 4.330.312 4.590.131

Kebutuhan Investasi di Kota Bekasi Tahun 2016-2020

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 58.790.490 62.317.919 66.056.994 70.020.414 74.221.639

ICOR 1,46 1,46 1,46 1,46 1,46

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 5.157.162 5.466.592 5.794.588 6.142.263 6.510.799

Kebutuhan Investasi di Kota Bekasi Tahun 2021-2025

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %) Tahun 2021 2022 2023 2024 2025

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 78.674.937 83.395.433 88.399.159 93.703.109 99.325.295

ICOR 1,46 1,46 1,46 1,46 1,46

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 6.901.446 7.315.533 7.754.465 8.219.733 8.712.917

Kebutuhan Investasi di Kabupaten Bekasi Tahun 2016-2020

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 218.313.733 231.412.557 245.297.311 260.015.149 275.616.058

ICOR 2,66 2,66 2,66 2,66 2,66

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 34.803.628 36.891.845 39.105.356 41.451.677 43.938.778

Kebutuhan Investasi di Kabupaten Bekasi Tahun 2021-2025

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2021 2022 2023 2024 2025

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 292.153.022 309.682.203 328.263.135 347.958.923 368.836.459

ICOR 2,66 2,66 2,66 2,66 2,66

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 46.575.105 49.369.611 52.331.787 55.471.695 58.799.996

Kebutuhan Investasi di Kabupaten Karawang Tahun 2016-2020

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 140.392.758 148.816.323 157.745.303 167.210.021 177.242.622

ICOR 3,95 3,95 3,95 3,95 3,95

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 33.266.535 35.262.527 37.378.279 39.620.975 41.998.234

Kebutuhan Investasi di Kabupaten Karawang Tahun 2021-2025

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2021 2022 2023 2024 2025

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 187.877.180 199.149.810 211.098.799 223.764.727 237.190.610

ICOR 3,95 3,95 3,95 3,95 3,95

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 44.518.128 47.189.216 50.020.569 53.021.803 56.203.111

Kebutuhan Investasi di Kabupaten Purwakarta Tahun 2016-2020

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 40.165.958 42.575.915 45.130.470 47.838.298 50.708.596

ICOR 3,75 3,75 3,75 3,75 3,75

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 9.037.464 9.579.711 10.154.494 10.763.764 11.409.590

Kebutuhan Investasi di Kabupaten Purwakarta Tahun 2021-2025

(Asumsi Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi 6 % dan Tingkat Inflasi 4 %)

Tahun 2016 2017 2018 2019 2020

Pertumbuhan Ekonomi (%) 6 6 6 6 6

Tingkat Inflasi (%) 4 4 4 4 4

PDRB ADHK 2010 (Juta Rp.) 53.751.112 56.976.179 60.394.749 64.018.434 67.859.541

ICOR 3,75 3,75 3,75 3,75 3,75

Kebutuhan Investasi (Juta Rp.) 12.094.165 12.819.815 13.589.004 14.404.344 15.268.605

LAMPIRAN FOTO

BAPPEDA PROVINSIJAWA BARAT