Irianne Sakinah NIM : 1112086000004 -...
Transcript of Irianne Sakinah NIM : 1112086000004 -...
PENGARUH INFLASI, JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII), DAN
SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP
SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN)
(JANUARI 2012 – OKTOBER 2017)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Irianne Sakinah
NIM : 1112086000004
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
i
PENGARUH INFLASI, JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII), SERTIFIKAT
BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP SURAT BERHARGA
SYARIAH NEGARA (SBSN)
(JANUARI 2012 – OKTOBER 2017)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Irianne Sakinah
NIM : 1112086000004
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, MM
NIDN. 02025067001
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 09 Agustus 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Irianne Sakinah
2. NIM : 1112-086-0000-04
3. Jurusan : Ekonomi Syariah
4. Judul Skripsi : Pengaruh Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) Periode Januari 2012 –
Oktober 2017.
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Selasa 09 Agustus 2016
1. Dr. Ir. H. Roikhan, MA.MM ( _____________________ )
NIDN. 02025067001 Penguji I
2. RR. Tini Anggraeni, M.Si ( _____________________ )
NIDN. 2010088001 Penguji II
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Irianne Sakinah
NIM : 1112086000004
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dalam penulisan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas
karya ini.
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Irianne Sakinah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 29 November 1994
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi/Berat : 168 cm/65 kg
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTA/MAN
Alamat : Jalan Bulak Raya 2 No.9A RT 002 RW 002 Kel.
Cempaka Putih Kec. Ciputat Timur – Tangerang
Selatan
No. HP : 082112224821
E-mail : [email protected]
Pendidikan Formal
2000 – 2006 : SDN Cempaka Baru I
2006 – 2009 : MTsN 3 Pondok Pinang
2009 – 2012 : MAN 4 Jakarta
2012 – 2017 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Koordinator Departemen Keagamaan HMJ Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis periode 2012-2013.
2. Bendahara Umum HMJ Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
periode 2014-2015.
3. Kapten SEISDANCE (Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis) tahun 2014-2015.
4. Ketua Acara Festival Ratoeh Jaroe “SEISMOGRAF” tahun 2015.
vi
Seminar dan Workshop
1. Seminar Nasional Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) “Penyiapan
SDM Berbasis Kompetensi Syariah Dalam Pengembangan Perbankan Syariah
Era MEA 2015”, Tahun 2014.
2. Company Visit dan Seminar Bank Indonesia “Peran Bank Indonesia di Bidang
Moneter”, Tahun 2014.
3. Seminar Internasional Ekonomi Islam “Building Strategic Alliance In Islamic
Economic, Finance, and Business Policies”, Tahun 2015.
vii
ABSTRACT
This research aimed to determinated the effect of the Inflation, Jakarta
Islamic Index (JII), and Bank Indonesia Certificates Syariah (SBIS) of Sukuk
(SBSN) period January 2012 - October 2017. This research used the monthly data
of each variable. In this research used the method of Ordinary Least Square
(OLS) by using Microsoft Excel 2010 and SPSS version 20.
When Inflation has increased, the publishing of Sukuk will decrease, and
then that will happen purchasing power of society which in the end domestic
financial market conditions will get worse. When the stock price of the company
at JII has increased, it will affect publishing of Sukuk. When SBIS decrease,
corporate and government issuers will use this to publishing of Sukuk.
The results of this study indicate of Sukuk (SBSN) is influenced the Inflation,
JII, and SBIS by 67,8%. The Partial or individual, the inflation variable is not
significant or has no effect on Sukuk (SBSN). The variable of JII and SBIS have a
significant positive on Sukuk (SBSN). While the Simultan or the same, variable of
Inflation, JII, and SBSN have a significant on Sukuk (SBSN).
Keywords: Inflation, Jakarta Islamic Index (JII), Bank Indonesia Certificates
Syariah (SBIS), Sukuk (SBSN)
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Inflasi, Jakarta
Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) periode Januari 2012 – Oktober 2017. Data
yang digunakan merupakan data bulanan dari masing-masing variabel. Alat
analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Berganda dengan menggunakan
Microsoft Excel 2010 dan SPSS versi 20.
Ketika inflasi mengalami kenaikan, maka penerbitan sukuk akan
mengalami penurunan, maka yang akan terjadi daya beli masyarakat yang pada
akhirnya kondisi pasar keuangan domestik akan memburuk. Ketika harga saham
dari perusahaan yang ada di JII mengalami kenaikan, maka akan berpengaruh
terhadap penerbitan obligasi syariah. Karena para emiten akan menginvestasikan
dananya pada sukuk. Ketika terjadi penurunan SBIS maka para emiten korporasi
maupun pemerintah akan memanfaatkan hal ini untuk menerbitkan sukuk. Hal ini
dikarenakan dengan turunnya SBIS maka dana yang dikeluarkan untuk membayar
return sukuk akan lebih rendah sehingga sukuk yang diterbitkan menjadi
bertambah.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sukuk Negara (SBSN)
dipengaruhi oleh Inflasi, JII, dan SBIS sebesar 67,8%. Secara parsial variabel
Inflasi tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap SBSN.
Sedangkan JII dan SBIS berpengaruh signifikan positif terhadap SBSN.
Sedangkan secara simultan didapatkan hasil bahwa variabel Inflasi, JII, dan SBIS
berpengaruh signifikan terhadap Sukuk Negara (SBSN).
Kata kunci: Inflasi, JII, SBIS, SBSN
ix
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Pengaruh Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII),
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) Januari 2012 – Oktober 2017”. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta
pengetahuan bagi pembaca.
Proses penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari doa, bimbingan,
bantuan, dukungan dan motivasi dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling
penulis. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua, pembimbing sepanjang masa. Bapak Abdul Gani
Irianto dan Mama Zuhairiah. Terima kasih telah mencintai, mendidik,
memberikan pelajaran dan motivasi serta do‟a tanpa henti kepada
penulis. Serta, kakakku tercinta Titah Dhiarini Rizki yang selalu
menjadi penyemangat, penghibur, dan menghapus segala kejenuhan
dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc,M.Si selaku Dekan FEB, Bapak
Dr.Amilin, SE., Ak.,M.Si., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid.
Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil
Dekan II Bid Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin
M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah
memberikan jalan bagi saya dalam mengerjakan skripsi ini.
x
3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Syariah dan Ibu RR.Tini Anggraeni, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Ekonomi Syariah.
4. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M.A selaku Pembimbing Akademik.
5. Bapak DR.IR.H. Roikhan Mochamad Aziz MM,HAH.SLM,. selaku
penemu teori h dan sebagai dosen pembimbing penguji serta
penggagas Refleksivitas Islam Dan Pengetahuan dalam rumus Quran
Surat Al-Hijr 15.87 yang berhasil menginvensi metodologi ekonomi
Islam H=ah(slm) dengan formula 4=72(319) terima kasih atas
masukan dan bimbingannya.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas
curahan ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami. Semoga
amalmu mendapat keberkahan dari Allah SWT.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
8. Rizky Apryansyah. Terima kasih atas segala waktu untuk selalu
memberikan motivasi dan saran, selalu mendukung dan menjadi
penyemangat penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
9. Kepada seluruh anggota keluarga besar Kakek Tabrani yang terus
memberikan motivasi terbaik kepada penulis. Serta sepupu-sepupu
kesayangan, Ninis dan Berli. Terima kasih telah menjadi pendengar
yang baik.
10. Sahabat tersayang, Hanifa Haddad. Terima kasih telah memberikan
motivasi, arahan, semua canda tawa dan senda gurau kita bersama
selama ini.
11. Sahabat-sahabat hebat, “FF”. Ulfa Rianti, Ulul Albab Badru Zaman,
Annisa Daud, Suci Nuraini, Aditya Mulawarman, Ari Pramana,
Fitriyani, Mubasysyir Jamili, Ahmad Zacky, Anggardito, Dorojatyas
yang telah dan terus bersama-sama dalam suka maupun duka
menjalani perkuliahan atau bersenda gurau sekalipun.
xi
12. Kawan-kawan KKN; Syafirah, Dini Anggraini, dan Asti Maulita yang
terus bersama-sama dari pengalaman sebulan penuh hingga kini. Dan
anggota KKN PEKAT 2015 lainnya.
13. Adik-adik tersayang, Tania Diana dan Rani Rahmawati. Terima kasih
telah memberikan motivasi, bantuan tenaga dan fikiran serta
kebahagiaan bersama selama ini.
14. Kepada Mba Ririn, terima kasih atas pertemanan baik selama ini,
sekaligus menjadi pendengar, pemberi saran dan motivasi yang baik.
15. Teman sekaligus adik-adik Ekonomi Syariah, yaitu Intan, Raka, Nico,
dan adik-adik Eksyar lainnya. Terima kasih dan terus semangat dalam
menjalani perkuliahan hingga akhir nanti.
16. Terakhir, teman-teman seperjuangan skripsi, Aulia Dara dan Nina
Astriana. Serta teman-teman seperjuangan dari awal. Ekonomi
Syariah FEB UIN 2012. Terima kasih kebersamaannya selama ini,
semoga kita mendapat keberkahan atas ilmu yang kita dapat dan yang
kita beri.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan, maupun kritikan yang konstruktif dengan penyempurnaan hasil penelitian
ini.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik
manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi dan para pembaca, yang tertarik
dengan dunia pasar modal syariah.
Jakarta, Januari 2018
(Irianne Sakinah)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ...................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 12
E. Sistematika Penulisan .................................................................... 13
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori .............................................................................. 15
1. Sukuk ........................................................................................ 15
a. Pengertian Sukuk ............................................................... 15
xiii
b. Jenis-Jenis Sukuk ............................................................... 19
c. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Sukuk .......... 27
d. Sukuk Negara/yang telah diterbitkan Pemerintah .............. 28
2. Inflasi......................................................................................... 29
3. Jakarta Islamic Index (JII) ......................................................... 36
4. Sertifikat Bank Syariah (SBIS) ................................................. 38
B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dan Variabel Terikat ................. 42
1. Hubungan antara Inflasi dengan Sukuk Negara (SBSN) ............ 42
2. Hubumgan antara Jakarta Islamic Index (JII) dengan Sukuk
Negara (SBSN)............................................................................ 43
3. Hubungan antara SBIS terhadap Sukuk Negara (SBSN) ............ 44
C. Penelitian terdahulu .......................................................................... 44
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 51
E. Hipotesis ........................................................................................... 54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 55
B. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 55
C. Metode Analisis Data ....................................................................... 57
1. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 57
a. Uji Normalitas .................................................................... 58
b. Uji Multikolinieritas ........................................................... 58
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................ 62
d. Uji Autokorelasi ................................................................. 63
2. Uji Hipotesis ............................................................................. 64
xiv
a. Uji Parsial (Uji – t) ............................................................. 64
b. Uji Simultan (Uji – F) ........................................................ 65
c. Uji Koefisien Determinasi (R Square) ............................... 65
3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................. 66
D. Operasional Variabel Penelitian ....................................................... 68
1. Variabel Dependen (Y) ............................................................. 68
2. Variabel Independen (X) ........................................................... 69
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................. 72
1. Perkembangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) .......... 72
2. Perkembangan Inflasi ................................................................ 75
3. Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII) .............................. 76
4. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ........ 78
B. Analisis Uji Ekonometrik .................................................................. 79
1. Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 79
a. Uji Normalitas .................................................................... 79
b. Uji Multikolinieritas ........................................................... 81
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................ 82
d. Uji Autokorelasi ................................................................. 83
2. Uji Hipotesis ............................................................................. 84
a. Uji t (Parsial) ...................................................................... 84
b. Uji F (Simultan) ................................................................. 86
c. Uji Adjusted R Square ....................................................... 87
3. Analisis Regresi Berganda ........................................................ 89
xv
C. Interpretasi ........................................................................................ 91
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 95
B. Implikasi ........................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 97
LAMPIRAN ....................................................................................................... 100
xvi
DAFTAR TABEL
No. Keterangan Halaman
1.1 Sukuk Negara (SBSN), Inflasi, Jakarta Islamic Index
(JII), dan Surat Berharga Syariah Indonesia (SBIS)
Terhadap Sukuk Negara (SBSN) periode Januari 2012-
2017
4
2.1 Perbedaan Sukuk dan Obligasi Konvensional 27
2.2
2.3
Sukuk Negara/SBSN yang diterbitkan Pemerintah
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
28
44
3.1 Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap
Koefisien Korelasi
65
4.1 Hasil Uji Normalitas (Uji Kolmogorov-Smirnov) 78
4.2 Hasil Uji Multikolinearitas 79
4.3 Hasil Uji Autokorelasi 81
4.4 Hasil Uji t (Parsial) 82
4.5 Hasil Uji F (Simultan) 84
4.6 Uji Adjusted R Square (R2) 86
4.7 Analisis Regresi Berganda 87
xvii
DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Halaman
2.1 Skema Sukuk Ijarah 21
2.2 Skema Sukuk Istishna
24
2.3 Kerangka Pemikiran 52
4.1 Perkembangan Surat berharga Syariah Negara (SBSN)
Periode Januari 2012- Oktober 2017
72
4.2 Perkembangan Inflasi Periode Januari 2012 – Oktober
2017
73
4.3 Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII) Periode
Januari 2012 – Oktober 2017
74
4.4 Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Periode Januari 2012 – Oktober 2017
76
4.5 Grafik Histogram Uji Normalitas 77
4.6 Grafik P-P Plot Uji Normalitas 78
4.7 Grafik Scatterplot Uji Heteroskedastisitas 80
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1. Data Penelitian 97
2. Hasil Uji Normalitas 99
3. Hasil Uji Multikolinieritas 101
4. Hasil Uji Heterokedastisitas 102
5. Hasil Uji Autokorelasi 103
6. Hasil Uji Hipotesis 104
7. Hasil Analisis Regresi Berganda 106
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sangat potensial untuk menjadi
pusat keuangan Islam. Selain memiliki mayoritas penduduk yang muslim,
Indonesia sebagai negara berkembang masih membutuhkan banyak dana
untuk membangun dan meningkatkan infrastruktur negara. Salah satu
bentuk dukungan Indonesia dengan perkembangan keuangan Islam adalah
dengan munculnya pasar modal syariah.
Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar financial yang
menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan. Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki
kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini
perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan
investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return)
bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih
(Darmadji dan Fakhruddin: 2011).
Pasar modal syariah (Islamic stock exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang
2
berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme
operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat
islam. Pasar modal syariah dapat juga diartikan sebagai pasar modal yang
menerapkan prinsip-prinsip syariah (Rodoni,2009:62).
Pasar modal syariah secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret
2003 bersamaan dengan penandatanganan MOU antara BAPEPAM
dengan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Istilah obligasi syariah atau sukuk berasal dari bahasa Arab “Sakk”
yang berarti setifikat. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-
MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah (sukuk) adalah suatu surat berharga
berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa
bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo.
Manfaat yang diperoleh dari penerbitan sukuk yaitu untuk mendorong
perkembangan industri pasar modal syariah, sebagai diversifikasi sumber
pendanaan untuk membiayai pembangunan infrastruktur bagi negara dan
perluasan usaha bagi perusahaan atau korporasi serta sebagai diversifikasi
berbasis investor. Sukuk dipandang sebagai alternatif yang lebih baik dari
pada berutang karena antara lain mengandung unsur kerja sama investasi,
berbagai risiko dan keterlibatan aset (proyek-riil) yang juga mendasari
penerbitan sukuk.
3
Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih merupakan
penyerta dana (investasi) yang didasarkan pada prinsip bagi hasil jika
menggunakan akad mudharabah dan musyarakah. Transaksinya bukan
akad hutang piutang melainkan penyertaan. Dalam bentuk sederhana
obligasi syariah diterbitkan oleh sebuah perusahaan atau emiten sebagai
pengelola atau mudharib, dan dibeli oleh investor atau shahibul maal.
Sedangkan untuk obligasi syariah yang menggunakan akad murabahah,
salam dan istishna investor akan memberikan return berupa margin dan
obligasi syariah yang menggunakan akad ijarah memberikan return fee
(Abdul Hamid, 2009:59).
Model obligasi syariah modern tentu saja belum tercermin secara
keseluruhan pada shak (sukuk), karena obligasi syariah modern benar-
benar bertujuan untuk investasi atau pengelolaan dana para investor yang
dikombinasikan dengan skim mudharabah, musyarakah, ijarah, murabahah
dan lain sebagainya. Obligasi syariah (sukuk) pada prinsipnya adalah
pendanaan jangka panjang yang berarti modal atau principal dari sukuk itu
harus kembali kepada para investor disamping tambahan keuntungan yang
diharapkan.
Latar belakang kemunculan sukuk modern cukup sederhana yaitu
menghindari diri dari praktek riba yang dilarang dalam Islam sebagaimana
yang terjadi pada obligasi konvensional. Keperluan para pemakai dana
(fund users) kaum muslimin khususnya untuk obligasi yang terbebas dari
praktek bunga tidak dapat dilengahkan begitu saja.
4
Definisi tersebut sudah mencakup berbagai macam bentuk sukuk, yaitu
sukuk mudharabah, musyarakah, ijarah, murabahah, salam, dan istishna.
Secara umum, sukuk adalah obligasi yang dijamin oleh adanya aset,
mempunyai pengembalian yang stabil, dapat diperjual belikan, dan sesuai
dengan aturan syariah. Syarat utama penerbitan sukuk adalah adanya suatu
aset atau sekumpulan aset pada neraca keuangan pemerintah, otoritas
moneter, perusahaan korporat, bank, institusi keuangan, atau badan apapun
yang ingin memobilisasi sumber-sumber keuangan (Hamid, 2009: 70).
Tabel 1.1
Sukuk Negara (SBSN), Inflasi, Jakarta Islamic Index
(JII), dan Surat Berharga Syariah Indonesia (SBIS) Terhadap Sukuk
Negara (SBSN) periode Tahun 2012-2017
Tahun Sukuk Negara
(Miliar) Inflasi
JII
(Miliar)
SBIS
(Miliar)
2012 89.160 4.28 % 575.418 4.491
2013 113.456 6.97 % 625.969 5.176
2014 135.290 6.42 % 661.941 6.321
2015 184.066 6.38 % 645.202 8.065
2016 194.941 3.53 % 686.139 8.459
2017 334.795 3.88 % 728.469 11.509
Sumber: Data diolah, 2017
Pada tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa perkembangan sukuk
mengalami tren yang meningkat. Hal ini dikarenakan pada tahun 2012
sampai dengan tahun 2017 penerbitan sukuk selalu mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012, jumlah Sukuk Negara
(SBSN) sebesar 89.160,0 miliar, Inflasi 4,28%, total keseluruhan saham
yang ada di JII sebesar 625.969,25 miliar, dan total SBIS sebesar 4.491,75
miliar.
5
Pada tahun 2013 jumlah Sukuk Negara (SBSN) mengalami
peningkatan sebesar 24.296,08 miliar dari tahun sebelumnya menjadi
113.456,08 miliar. Dengan laju Inflasi yang naik yaitu 6,97 %, dengan
naiknya total keseluruhan saham yang ada di JII yaitu sebesar 625.969,25
miliar serta naiknya total SBIS yaitu sebesar 5.176,08 miliar.
Pada tahun 2014 jumlah Sukuk Negara (SBSN) yang terus mengalami
peningkatan dengan jumlah kenaikan sebesar 21.834,34 miliar dari tahun
sebelumnya menjadi 135.290,42 miliar. Inflasi mengalami penurunan dari
tahun sebelumnya menjadi 6,42%, dan total keseluruhan saham yang ada
di JII mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar 661.941,25 miliar serta
naiknya total SBIS dari tahun sebelumnya yaitu 6.321,75 miliar.
Pada tahun 2015 jumlah Sukuk Negara (SBSN) terus mengalami
peningkatan dengan jumlah kenaikan yaitu sebesar 48.776,16 miliar dari
tahun sebelumnya menjadi 184.066,58 miliar. Terjadinya penurunan
Inflasi 6,38% dari tahun sebelumnya, dan JII mengalami penurunan yaitu
sebesar 16.739,08 dari tahun sebelumnya menjadi 645.202,17 miliar serta
naiknya total SBIS sebesar 8.065,1 miliar dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2016 jumlah Sukuk Negara (SBSN) yang terus mengalami
peningkatan yaitu sebesar 194.941,25 miliar. Inflasi mengalami tren yang
sangat menurun dari beberapa tahun sebelumnya menjadi 3,53%.
Sedangkan data JII mengalami sedikit kenaikan sebesar 686.139,33 miliar
dari tahun sebelumnya serta total SBIS yang mengalami kenaikan sebesar
8.459,92 miliar.
6
Di tahun terakhir yaitu tahun 2017 dimana tahun ini hanya terdapat
data mulai dari bulan Januari sampai bulan Oktober 2017, dengan jumlah
Sukuk Negara (SBSN) yang terus mengalami peningkatan yang cukup
tinggi yaitu sebesar 139.853,85 miliar dari tahun sebelumnya menjadi
334.795,10 miliar. Pada data Inflasi di tahun ini hanya mengalami sedikit
kenaikan sebesar 0.35% yang menjadi 3.88% dari tahun sebelumnya. Data
JII juga mengalami kenaikan yaitu sebesar 728.469,90 miliar serta total
SBIS yang mengalami kenaikan yang pesat sebesar 3.049,78 miliar dari
tahun sebelumnya menjadi 11.509,70 miliar.
Penerbitan perdana sukuk negara terjadi ketika dampak krisis ekonomi
global mulai terus di negara ini sehingga kehadirannya benar-benar
mendapat respon yang luar biasa dari masyarakat dan investor. Pertama
kalinya sukuk negara (SBSN) diterbitkan pada tanggal 26 Agustus 2008.
Yang diterbitkan adalah seri IFR001 dan IFR002. Pemerintah kembali
menerbitkan SBSN pada tanggal 25 Februari 2009 dengan seri SR001 dan
disusul dengan penerbitan seri lainnya. Secara umum penerbitan sukuk di
Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ini juga tidak terlepas
dari peran pemerintah yang telah membuat Undang-Undang No.19 Tahun
2008 tentang SBSN, sehingga mampu mendorong pertumbuhan penerbitan
sukuk di Indonesia.
Pasar sukuk muncul pertama kali di bursa saham Malaysia dan terus
berkembang pesat di Asia, Timur Tengah, dan Eropa. Di pasar modal
Indonesia, pasca dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008
7
tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), maka obligasi syariah
semakin dikenal. Tidak hanya pemerintah yang mengeluarkan produk
tersebut sebagai salah satu alternatif pembiayaan negara, tetapi perusahaan
nasional atau korporasi pun juga ikut menerbitkan produk yang sama
untuk pembiayaan perusahaan.
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang juga biasa disebut Sukuk
Negara merupakan salah satu instrumen pembiayaan APBN yang
sekaligus juga merupakan instrumen investasi bagi masyarakat. Sebagai
instrumen fiskal, SBSN memiliki beberapa karakterisik penting. Di
antaranya berbentuk surat berharga negara, menggunakan prinsip syariah
seperti keharusan ada underlying asset baik berupa Barang Milik Negara
(BMN) ataupun proyek/kegiatan APBN, menggunakan akad-akad syariah,
serta memerlukan fatwa dan opini syariah dari pihak yang berwenang,
dalam hal ini Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN
MUI).
Sementara itu, sebagai instrumen investasi, SBSN merupakan produk
investasi yang diterbitkan oleh pemerintah bagi investor institusi maupun
individu yang aman dan menguntungkan. Aman karena sebagai produk
investasi yang diterbitkan oleh pemerintah, pembayaran imbalan dan
pokoknya dijamin oleh negara untuk dibayarkan secara tepat waktu dan
tepat jumlah, yang setiap tahunnya dialokasikan dalam APBN hingga jatuh
tempo atau dengan kata lain bebas dari risiko gagal bayar (default risk).
Kemudian menguntungkan, dalam pengertian SBSN memberikan imbalan
8
yang kompetitif, dan sebagian besar SBSN bersifat tradable (dapat
diperdagangkan di pasar sekunder) sehingga tidak saja liquid, tetapi juga
memungkinkan diperolehnya capital gain.
Penerbitan SBSN merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk terus
mengembangkan instrumen pembiayaan APBN, terutama dengan tujuan
meningkatkan kemandirian pembiayaan APBN dengan menggali dan
mengoptimalkan sumber-sumber pembiayaan dari domestik. Selain itu,
penerbitan SBSN juga merupakan wujud komitmen yang kuat dari
pemerintah untuk turut mengembangkan pasr keuangan syariah dalam
negeri. Penerbitan SBSN diharapkan mendorong perkembangan industri
keuangan syariah di Tanah Air seperti perbankan, asuransi, dana pensiun,
dan reksa dana. Di samping itu, penerbitan SBSN oleh pemerintah juga
berguna sebagai benchmark (acuan) bagi penerbitan sukuk oleh sektor
korporasi.
Sejak 2009 pemerintah secara rutin menerbitkan sukuk ritel dan
mendapatkan penerimaan yang sangat baik dari masyarakat. Sukuk ritel
yang ditujukan bagi investor individu warga negara Indonesia ini
diterbitkan dengan berbagai tujuan di antaranya, diversifikasi sumber
pembiayaan APBN, memperluas basis investor di pasar domestik,
memberikan kesempatan kepada investor kecil untuk berinvestasi di
instrumen pasar modal. Dalam hal ini, SBSN memperkuat pasar modal
Indonesia dengan mendorong transformasi dari saving-oriented society
menjadi investment-oriented society, memberikan alternatif instrumen ritel
9
yang berbasis syariah bagi investor, dan mendukung perkembangan
keuangan syariah secara luas. Meski sukuk ritel masih didominasi investor
di wilayah Indonesia bagian barat, partisipasi investor di Indonesia bagian
tengah dan timur terus berkembang. Yang juga menarik adalah kalau lihat
profil investor sukuk ritel, di mana ibu rumah tangga partisipasinya sangat
besar. Ini menunjukkan bahwa masyarakat luas termasuk ibu rumah
tangga, sudah semakin familier dengan produk investasi pasar modal
seperti SBSN.
Investasi melalui pasar modal yaitu pada Sukuk selain memberikan
hasil, juga mengandung risiko. Besar kecilnya risiko di pasar modal sangat
dipengaruhi oleh keadaan Negara khususnya di bidang ekonomi, politik
daan sosial. Investasi di pasar modal terutama pada Sukuk Negara (SBSN),
dipengarhi oleh beberapa faktor baik faktor ekonomi maupun faktor non
ekonomi yang mempengaruhi kegiatan investasi di pasar modal adalah
kondisi makro ekonomi yaitu diantaranya Inflasi, Jakarta Islamic Index
(JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan variabel-variabel
lainnya.
Sukuk bisa dijadikan sebagai instrumen keuangan sebagai investasi
yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Begitu juga dengan
tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan
kondisi ekonomi yang terlalu panas. Artinya, kondisi ekonomi mengalami
permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya,
10
sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu
tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang.
Menurut Tandelilin (2001:47) Perkembangan ekonomi kenaikan dan
penurunan tingkat Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dapat
mempengaruhi kegiatan investasi di pasar modal. Penurunan tingkat
Sertifikat Bank Indonesia Syariah memberikan dampak yang positif
terhadap perkembangan pasar modal, karena dapat meningkatkan daya
tarik bagi masyarakat untuk kembali melakukan investasi di pasar modal.
Apabila ada kenaikan tingkat bunga bank maka akan terjadi penurunan
pada harga suatu saham. Begitu juga sebaliknya, dengan teori tersebut
akan dipakai untuk meneliti bagaimana pola interaksi antara tingkat
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan sukuk.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) merupakan tolak ukur
stabilitas moneter yang digunakan sebagai sasaran antara akan menetapkan
tingkat Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang ideal untuk mendorong
kegiatan investasi dalam negeri. Sertifikat Bank Indonesia Syariah menjadi
alat moneter pemerintah dalam mengatur inflasi. Meningkatkan tingkat
suku bunga dilakukan pemerintah untuk menurunkan tingkat inflasi,
karena investor tidak menyukai inflasi yang tinggi. Percepatan inflasi akan
membatasi peningkatan harga saham riil meskipun profit perusahaan
meningkat.
Sedangkan pada variabel terakhir dalam penelitian ini adalah Jakarta
Islamic Index (JII). Sebagai salah satu tempat investor mengetahui jenis-
11
jenis saham apa saja yang diperbolehkan secara syariah dan tidak
mengandung unsur-unsur yang dilarang, maka Jakarta Islamic Index
menjadi index yang dapat diperhitungkan oleh investor dalam memilih
saham yang akan dipilih dan sesuai dengan syariah. JII berisi 30 saham
syariah yang sudah melewati beberapa proses oleh BAPEPAM.
Meningkatnya saham di JII akan memacu peningkatan yang menyebabkan
Sukuk Negara (SBSN) yang didapatkan pun meningkat.
Dari fenomena uraian latar belakang tersebut, maka penulis
memberikan judul pada penelitian skripsi ini dengan judul: “Pengaruh
Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
periode Januari 2012 – Oktober 2017”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) secara simultan?
2. Apakah Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) secara parsial?
12
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Inflasi, Jakarta Islamic
Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) secara simultan
b. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Inflasi, Jakarta Islamic
Index (JII), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) secara parsial
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi
penulis tentang pengaruh Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) yang terjadi pada tahun 2012 sampai dengan
2017.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi
mengenai obligasi syariah (sukuk) bagi penulis maupun bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang obligasi syariah
(sukuk) juga dapat dijadikan bahan referensi tambahan.
13
3. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang akan
menambah wawasan dan pengetahuan bagi investor pasar modal
syariah terutama terkait dengan produk obligasi syariah (sukuk).
Sehingga dapat dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan
terkait dengan investasi dalam bentuk sukuk.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk masyarakat memilih
instrumen investasi di pasar modal syariah serta memperkenalkan
sukuk sebagai salah satu instrumen.
E. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab. Pada
tiap-tiap bab terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi
ini penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan terkait alasan pemilihan
judul atau latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan
landasan teori yang dilengkapi Definisi Obligasi Syariah
(Sukuk), Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Surat Berharga Syariah Negara
14
(SBSN) penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan menguraikan dan menjelaskan ruang
lingkup penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis
data dan operasional variabel penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai hasil penelitian:
sekilas gambaran umum objek penelitian, analisis data dan
pembahasan terdiri dari: hasil uji asumsi klasik (uji normalitas,
multikolinieritas, heterokedastisitas dan autokorelasi), hasil uji
hipotesis (uji-t, uji-f dan uji adjusted r square), hasil analisis
regresi linier berganda dan interpretasi.
BAB V PENUTUP
Penutup yang didalamnya mencangkup kesimpulan dari
keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya serta implikasi yang dapat penulis sampaikan dalam
penulisan skripsi ini.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Sukuk
a. Pengertian Sukuk
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:16) Obligasi (bond)
adalah surat berharga yang menunjukkan bahwa penerbit obligasi
meminjam sejumlah dana kepada masyarakat dan memiliki
kewajiban untuk membayar bunga secara berkala, dan kewajiban
melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada
pihak pembeli obligasi tersebut.
Menurut Huda dan Mustafa Edwin (2007:81) Secara umum
dapat juga diartikan obligasi adalah surat utang jangka panjang
yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal dan
waktu jatuh tempo tertentu serta tingkat bunga tetap (fixed).
Obligasi syariah berbeda dengan obligasi konvensional. Semenjak
ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka
instrumen-instrumen yang punya komponen bunga ini keluar dari
daftar investasi halal. Karena itu dimunculkan alternatif yang
dinamakan obligasi syariah (sukuk). Obligasi sudah menjadi kata
yang tak lepas dari bunga sehingga tidak memungkinkan untuk di
syariahkan.
16
Menurut Rodoni (2009:107) Karakteristik dan istilah „sukuk‟
merupakan pengganti dari istilah sebelumnya yang menggunakan
istilah „bond‟, dimana istilah bond mempunyai makna loan
(hutang), dengan menambahkan „Islamic‟ (loan) adalah interest,
sedangkian dalam Islam interest termasuk riba yang diharamkan.
Untuk itu, sejak tahun 2007 istilah bond ditukar dengan istilah
„sukuk‟ sebagaimana disebutkan dalam perturan di Bapepam LK.
Sukuk bukan merupakan utang berbunga tetap, tetapi lebih
merupakan penyertaan dana (investasi) yang didasarkan pada
prinsip bagi hasil jika menggunakan akad mudharabah dan
musyarakah. Transaksinya bukan akad hutang piutang melainkan
penyertaan.
Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-
MUI/IX/2002, “Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten
kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa
bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada
saat jatuh tempo.
Dalam Shari‟a Standard No. 17 tentang Invesment Sukuk yang
diterbitkan oleh Accounting and Auditing Organizing for Islamic
Financial Institutions (AAOIFI) mendefinisikan sukuk sebagai
berikut: “Investment Sukuk are certificates of equal value
17
representing undivided share in ownership of tangible assets,
usufructs and services, or (in the ownership of) the assets of
particular projects or special investment activity, however, this is
true after receipt of the value of the sukuk, the closing of
subscription and the employment of funds received for the purpose
for which the sukuk were issued”. Dari definisi tersebut dapat
dipahami bahwa sukuk merupakan sertifikat bernilai sama yang
mewakili bagian tak terpisahkan dalam suatu aset berwujud,
manfaat atau jasa, atau kepemillikan dari aset suatu proyek atau
aktivitas investasi tertentu, yang terjadi setelah adanya penerimaan
dana sukuk, penutupan pemesanan dan dana yang diterima
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan penerbitan sukuk.
Menurut Rodoni (2009:108) Secara terminologi shak (sukuk)
adalah sebuah kertas (buku) atau catatan yang padanya terdapat
perintah dari seseorang untuk pembayaran uang dengan jumlah
tertentu pada orang lain yang namanya tertera pada kertas tersebut.
Menurut Rodoni (2009:109) Obligasi syariah (sukuk) pada
prinsipnya adalah pendanaan jangka panjang yang berarti modal
atau principal dari sukuk itu harus kembali kepada para investor,
disamping tambahan keuntungan yang diharapkan. Pada prinsipnya
terdapat tiga pelaku pokok dalam sistem sukuk, yaitu perusahaan
yang memerlukan dana, Investor yang kelebihaan dana
menginginkan agar dananya produktif, dan pihak yang mengatur
18
pelaksanaan sistem sukuk ini, yaitu yang bertindak sebagai
mediator (Special Purpose Vehicle/SPV) dan Lembaga Pasar
Modal Syariah.
Menurut Sutedi (2011:110) Obligasi syariah di dunia
internasional dikenal dengan sukuk. Sukuk berasal dari bahasa
Arab „sak‟ (tunggal) dan „sukuk‟ (jamak) yang memiliki arti
sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk
merupakan bukti (claim) kepemilikan. Sebuah sukuk mewakili
kepentingan, baik penuh maupun proporsional dalam sebuah atau
sekumpulan aset. Sukuk juga dapat dilihat sebagai sebuah
persamaan dari obligasi islami.
Menurut International Islamic Financial Market (IIFM), sukuk
didefinisikan sebagai surat berharga yang memberikan investor hak
kepemilikan atas suatu aset yang menjadi underlying penerbitan
sukuk. Surat tersebut merupakan sertifikat beragun aset yang
membuktikan kepemilikan atas suatu aset atau hak manfaat. Surat
tersebut memberikan pendapatan tetap dan telah memenuhi prinsip-
prinsip syariah. Berbeda dengan obligasi konvensional, sukuk
didasari oleh transaksi aset berwujud baik dalam bentuk pengalihan
kepemilikan maupun perjanjian sewa.
Menurut Islamic Financial Service Board (IFSB), sukuk
(bentuk jamak sakk), atau sering disebut „obligasi syariah‟,
merupakan sertifikat yang mewakili bagian kepemilikan yang tak
19
terpisahkan atas suatu aset nyata, atau sekumpulan aset yang
sebagian besar termasuk aset nyata, atau proyek bisnis (seperti
mudharabah). Aset ini dapat berbentuk suatu proyek spesifik atau
aktivitas investasi tertentu yang sesuai dengan prinsip dan aturan
syariah.
b. Jenis-Jenis Sukuk
Menurut Rodoni (2009:116) terdapat berbagai macam sukuk
yang diterbitkan pada masa kontemporer, diantaranya:
1) Sukuk Ijarah
Sukuk Ijarah adalah suatu sertifikat yang memuat nama
pemiliknya dan melambangkan kepemilikan terhadap aset
yang bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikan manfaat,
dan atau kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli
dengan harapan mendapatkan keuntungan dari hasil sewa yang
berhasil direalisasikan berdasarkan transaksi ijarah. Suatu
kontrak sewa menyewa akan memberikan return yang lebih
besar jika terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Harta
yang diinvestasikan dalam akad ijarah tidak mudah
dikembalikan karena bisa mengakibatkan berkurang
pendapatan, namun masalah likuiditas ini dapat diatasi dengan
memakai akad ijarah melalui mekanisme modern. Jika
pemegang efek sukuk memerlukan dana tunai, ia dapat
menjual efek tersebut pada orang lain dalam kerangka
20
penjualan manfaat karena manfaat dapat diperjualbelikan.
Sedangkan secara hukum, keadaan kepemilikan aset secara
bersama tidak akan menghalangi perpindahan kepemilikan
secara individu atau sebagian investor.
Sukuk ijarah dianggap instrumen investasi jangka panjang
yang ideal karena ia lebih mudah dipasarkan pada pasar
sekunder dan memberikan return yang diketahui oleh investor.
Terdapat dua macam bentuk sukuk ijarah, yaitu:
a. Sukuk Ijarah dengan pendapatan tetap (fixed rate ijarah
certificate), dimana sewa yang didapatkan bersifat tetap
selama masa kontrak.
b. Sukuk Ijarah dengan pendapatan tidak tetap (floating rate
ijarah certificate), dimana tingkat sewa bersifat tidak tetap
karena ia kembali ditetapkan (diperbaharui) secara periodik
sesuai dengan gerakan tingkat sewa pasar yang dipatok
berdasarkan kontrak persetujuan akad ijarah.
Dari segi objek akad sukuk ijarah terdapat tiga macam bentuk
sukuk ijarah yaitu:
a. Sukuk Ijarah yang melambangkan kepemilikan atas
manfaat dari aset (bukan wujud aset itu sendiri). Sukuk
jenis ini disebut dengan sukuk Ijarah Manafi‟ al-A‟yan al
Musta‟jarah atau Certificates of ownership of usufruct of
existing assets.
21
b. Sukuk Ijarah yang melambangkan kepemilikan atas asset
yang bertujuan untuk disewakan (investor adalah pemilik
atas aset dan tentu saja berikut manfaatnya). Sukuk jenis
ini disebut dengan sukuk Ijarah Milkiyah al-A‟yan al
Mu‟jarah atau Certificates of ownership in leased assets.
c. Sukuk Ijarah yang melambangkan kepemilikan atas jasa
pelayanan (bukan wujud itu sendiri). Sukuk ini disebut
sukuk Ijarah Milkiyah al-A‟mal al-Mu‟jarah atau
Certificates of ownership of services of a specifield
supplier.
Gambar 2.1
Skema Sukuk Ijarah
Sumber: Direktorat Jenderal Pembiayaan Utang, 2012 (diolah)
Keterangan:
1. SPV dan Obligor melakukan transaksi jual-beli aset,
disertai dengan Purchase and Sale Undertaking dimana
obligor menjamin untuk membeli kembali aset dari SPV,
dan SPV wajib menjual kembali aset kepada obligor, pada
saat sukuk jatuh tempo atau dalam hal terjadi default.
Emiten/Obligor SPV (Penerbit) Investor
Penyewaan kembali asset
3
Penjualan aset
1
Penerbitan Sukuk
2
Purchase and Sale Undertaking
4 5
22
2. SPV mendistribusikan penerbitan sukuk kepada investor
untuk membiayai pembelian aset.
3. Pemerintah menyewa kembali aset dengan melakukan
perjanjian sewa (Ijara agreement) dengan SPV untuk
periode yang sama dengan tenor sukuk yang diterbitkan.
Berdasarkan servicing agency agreement, obligor ditunjuk
sebagai agen yang bertanggung jawab atas perawatan aset.
4. Obligor membayar sewa (imbalan) secara periodik kepada
SPV selama masa sewa.
5. SPV melalui agen yang ditunjuk akan mendistribusikan
imbalan kepada investor.
6. Pada saat jatuh tempo, SPV melakukan penjualan kembali
aset kepada obligor senilai nominal sukuk. Kemudian hasil
penjualan aset tersebut digunakan SPV untuk melunasi
sukuk kepada investor.
2) Sukuk al-Musyarakah
Sukuk Musyarakah mempunyai persamaan dengan sukuk
mudharabah, namun berbeda dari segi hubungan antara
investor dengan pengelola. Pada sukuk mudharabah, investor
tidak ikut campur dengan kebijakan perusahaan (kecuali dalam
bidang pengawasan) karena modal biasanya hanya berasal dari
satu pihak (investor), sedangkan praktek sukuk musyarakah,
investor ikut campur dalam hal pengelolaan karena modal
23
berasal dari kedua belah pihak. Oleh karena itu, secara umum
semua kriteria usaha yang diisyaratkan dalam praktek sukuk
mudharabah juga diisyaratkan pada sukuk musyarakah.
3) Sukuk Murabahah
Murabahah adalah menjual barang sesuai dengan harga
pembelian ditambah dengan harga tambahan yang disepakati
oleh kedua belah pihak. Sedangkan sukuk murabahah yaitu
suatu sertifikat yang melambangkan kepemilikan terhadap
hutang yang berakibat dari pembiayaan murabahah. Ciri utama
sukuk murabahah adalah bahwa ia tidak boleh diperjualbelikan
pada pasar sekunder dan harga serta keuntungannya sudah
bersifat tetap (fixed) sehingga tidak dapat dilakukan re-pricing
atau merujuk pada fluktuasi standar bunga LIBOR
sebagaimana yang dilakukan oleh berbagai sistem sukuk
internasional.
4) Sukuk Istishna‟
Sukuk Istishna‟ adalah suatu sertifikat yang
melambangkan kepemilikan terhadap hutang yang diakibatkan
dari pembiayaan istishna‟. Sukuk istishna‟ melambangkan
suatu jual beli dari suatu komoditi dengan basis selisih antara
penyerahan komoditi yang ditangguhkan dengan pembayaran
24
tunai. Komoditi yang ditangguhkan tersebut adalah hutang atas
penyedia (supplier) sesuai pesan dari pemesan (pedagang,
ataupun konsumen). Pemegang sukuk istishna‟ tidak dapat
diperjualbelikan pada pasar sekunder, karena hutang tidak
boleh diperjualbelikan dalam syariat Islam dan dapat
diperjualbelikan pada saat jatuh tempo.
Gambar 2.2
Skema Sukuk Istishna
Sumber: DR Mugiyati,MEI 2016
Keterangan:
1 Membeli Sukuk Istishna‟
2 Memproses Sukuk Istishna‟
3 Hak atas aset
4a Jual/Sewa
4b Proses penjualan/pembayaran sewa
4c Pendapatan margin/fee sewa
Sukuk Istishna‟ dapat berawal dari pihak yang
membutuhkan aset, sedangkan aset yang dibutuhkan itu harus
dibuat oleh produsen atau kontraktor (builder) sesuai dengan
Perusahaan
Kontraktor
(builder)
SPV/KIK Pemakai
(End buyer)
Investor
(Sukuk Holder)
2
3 4a
4b
4c 1
25
spesifikasi yang dibutuhkan pemakai (end user). Sukuk
istishna‟ lebih sesuai untuk industri properti dan infrastruktur.
Untuk memproduksi aset tersebut produsen membutuhkan
dana yang umumnya dibayarkan secara periodik sesuai dengan
penyelesaian pekerjaan (pertermin). Produsen menerbitkan
sukuk untuk membiayai proyek tersebut. Basis pendapatannya
adalah marjin keuntungan dari penjualan aset atau marjin
pendapatan dari penyewaan aset.
Dengan atau tanpa keterlibatan SPV, produsen
menerbitkan sukuk (pada struktur di atas produsen melibatkan
SPV), kemudian menjualnya kepada investor (sukuk holder).
Para pembeli sukuk istishna‟ akan mendapatkan pendapatan
bagi hasil dari marjin keuntungan penjualan aset secara kontan
atau secara periodik sesuai dengan nisbah yang telah disepakati
dan pokok sukuk akan dibayarkan pada saat jatuh tempo.
Apabila basis pendapatannya adalah pendapatan sewa maka
sukuknya bukan sukuk istishna‟, melainkan ijarah.
Dana yang telah terkumpul dari penjualan sertifikat sukuk
istishna‟ kemudian diproses oleh SPV untuk memesan dan
membeli aset kepada produsen. Pembayaran proyeknya dapat
dibayarkan secara kontan setelah aset selesai diproduksi atau
dibayarkan pertermin sesuai dengan penyelesaian produksinya
dan disepakati di awal akad. Aset yang telah selesai diproduksi
26
akan diterima oleh penerbit sukuk istishna‟ – pihak SPV –
kemudian dijual kepada pembeli berikutnya atau end user
dengan marjin keuntungan tertentu. Keuntungan yang
diperoleh akan didistribusikan kepada para investor secara
proporsional sesuai dengan nisbah yang disepakati dalam akad
sukuk istishna‟.
5) Sukuk Salam
Sukuk salam adalah sukuk yang mengandung nilai sama
yang diterbitkan untuk mobilisasi modal saham dan barang
yang akan diserahkan berdasarkan akad salam adalah milik
dari pemegang sukuk salam. Dana yang sudah terkumpul dari
para investor dibayarkan secara tunai kepada pengusaha,
sedangkan komoditi yang menjadi objek akad masih bersifat
hutang dan ia dapat diserahkan secara berangsur-angsur. Oleh
karena itu, sertifikat sukuk salam yang dipegang oleh investor
mencerminkan hutang atas perusahaan. Dalam sukuk salam,
investor berharap bahwa komoditi salam akan mengalami
kenaikan harga pada saat tanggal jatuh tempo, yang akan
menjadi keuntungan efek. Sukuk salam ini tidak dapat
diperdagangkan selama aset yang mendasarinya merupakan
hutang. Hutang tersebut hanya dapat diubah menjadi aset nyata
pada saat jatuh tempo ketika subjek salam diserahkan.
27
Sukuk merupakan instrumen investasi yang sering
disetarakan dengan obligasi. Sehingga, banyak pula yang
menyebutkan sukuk sebagai obligasi syariah. Meskipun begitu,
sukuk dan obligasi konvensional memiliki karakteristik yang
berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel
perbandingan antara sukuk dan obligasi dibawah ini:
Tabel 2.1
Perbedaan Sukuk dan Obligasi Konvensional
Karakteristik Sukuk Obligasi Konvensional
Penerbit Pemerintah, Korporasi,
SPV.
Pemerintah, Korporasi
Obligor Pemerintah, Korporasi Pemerintah, Korporasi
Sifat Instrument Penyertaan atas suatu
asset
Instrument utang
Jenis Penghasilan Imbalan, bagi hasil,
margin, capital gain.
Bunga/kupon, capital gain.
Underlying Asset Perlu. Tidak Perlu.
Jangka Waktu Pendek, Menengah Pendek, Menengah
Harga Market price Market price
Investor Syariah, Konvensional Konvensional
Penggunaan Hasil
Penerbitan
Harus sesuai dengan
prinsip syariah
Bebas
Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Kementerian
Keuangan Republik Indonesia
c. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Sukuk
Menurut Hadi dan Mujiburrahman (2011:244), pihak-pihak
yang terlibat pada penerbitan sukuk terdiri dari:
1) Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas
pembayaran imbalan dan nominal sukuk yang diterbitkan
sampai dengan sukuk jatuh tempo. Dalam hal sovereign sukuk,
28
obligornya adalah pemerintah. Sedangkan dalam sukuk
korporasi, obligornya adalah perusahaan.
2) Special Purpose Vehicle (SPV), adalah badan hukum yang
didirikan khusus untuk penerbitan sukuk dengan fungsi: (i)
sebagai penerbit sukuk, (ii) menjadi counterpart pemerintah
dalam transaksi pengalihan aset, dan (iii) bertindak sebagai
wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.
3) Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas
imbalan, margin, dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi
masing-masing.
d. Sukuk Negara/SBSN yang telah diterbitkan Pemerintah
Pemerintah menerbitkan Sukuk Negara/SBSN yang pertama
pada bulan Agustus 2008, disusul pada bulan Februari, April, Mei,
dan Juni 2009. Adapun rinciannya dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel 2.2
Sukuk Negara/SBSN yang diterbitkan Pemerintah
No. Jenis
SBSN/Seri Terbit/Tenor
Volume
Penerbitan
(triliun
rupiah)
Ketentuan
Perdagangan
1. SBSN IFR
IFR0001
IFR0002
IFR0003
26 Agustus 2008/7 Thn
26 Agustus 2008/ 10Thn
27 Oktober 2009/6 Thn
2,715
1,985
0,200
Tradable
Tradable
Tradable
2. SBSN Ritel
SR001
25 Februari 2009/3 Thn 5,556 Tradable
3. Global Sukuk
SNI 14
23 April 2009/5 Thn 7,032 Tradable
29
4. SBSN Dana
Haji
SDHI 2010 A
SDHI 2010 B
SDHI 2010 C
7 Mei 2009/1 Thn
24 Juni 2009/11 Bulan
24 Juni 2009/13 Bulan
1,500
0,850
0,336
Non-Tradable
Non-Tradable
Non-Tradable
TOTAL 19,974
Catatan:
Volume Penerbitan Global Sukuk sebesar USD650 juta, kurs pada saat
setelmen 1 USD = Rp 10,818
Sumber: Direktorat Pembiayaan Syariah dan Jenderal Pengelolaan
Utang, Kementerian Keuangan Republik Indonesia
2. Inflasi
Menurut Adiwarman (2008:135), secara umum inflasi berarti
kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai
fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit penghitungan
moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah
penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang-
barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation).
Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut
tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Adiwarman, 2008:137):
a. Moderate Inflation Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga
yang lambat. Umumnya disebut sebagai “inflasi satu digit‟. Pada
tingkat inflasi seperti ini orangorang masih mau untuk memegang
uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada
dalam bentuk aset riil.
b. Galloping Inflation Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan
20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti
ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan
30
kekayaan disimpan dalam bentuk asetaset riil. Orang akan
menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang
akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan
melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan
memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat
tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami tingkat inflasi
seperti ini tetap berhasil “selamat‟ walaupun sistem harganya
berlaku sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung
mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan besar pada
perekonomian karena orangorang akan cenderung mengirimkan
dananya untuk berinvestasi di luar negeri daripada berinvestasi di
dalam negeri (capital outflow).
c. Hyper Inflation Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat
tinggi yaitu jutaan sampai triliunan persen per tahun. Walaupun
sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat
bertahan menghadapi galloping inflation, akan tetapi tidak pernah
ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis
ketiga yang amat “mematikan‟ ini.
Dari segi penyebabnya menurut Adiwarman (2007:138), inflasi
dapat digolongkan menjadi:
1. Natural inflation dan Human Error inflation. Natural inflation
adalah inflasi yang terjadi karena sebab alamiah yang tidak dapat
31
dicegah oleh manusia, sedangkan human error inflation adalah
inflasi yang terjadi karena kesalahan manusia.
2. Actual/anticipated/expected inflation dan unaticipated/unexpected
inflation. Pada expected inflation, tingkat suku bunga pinjaman riil
sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi
inflasi. Sedangkan pada unexpected inflation, tingkat suku bunga
pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi
terhadap efek inflasi.
3. Demand pull dan cost pust inflation. Demand pull inflation
diakibatkan oleh perubahan yang terjadi pada sisi permintaan
aggregat (AD) barang dan jasa pada suatu perekonomian,
sedangkan cost push inflation terjadi karena adanya perubahan-
perubahan pada sisi penawaran agregatif (AS) barang dan jasa pada
suatu perekonomian.
4. Spiralling inflation, yaitu inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang
terjadi sebelumnya, sementara inflasi yang sebelumnya itu terjadi
sebagai akibat inflasi terdahulu, demikian seterusnya.
5. Imported inflation dan domestic inflation. Imported inflation adalah
inflasi yang dialami oleh suatu negara karena posisinya sebagai
price taker dalam pasar perdagangan internasional. Sedangkan
domestic inflation hanya terjadi di suatu negara yang tidak begitu
mempengaruhi negara-negara lainnya.
32
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu, yaitu sebagai
berikut (Rahardja dan Manurung, 2004:164):
a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang
dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu.
Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan
jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu.
Masing- masing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot
(weighted) berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang
dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar.
Di Indonesia, penghitungan IHK dilakukan dengan
mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk
lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, penghitungan IHK
dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu
dengan mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar,
terutama ibukota propinsi-propinsi di Indonesia. Angka inflasi
diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan di bawah ini.
Keterangan :
INF = Inflasi
IHKt = Indeks Harga Konsumen pada periode t
INF = (IHKt – IHKt-1) x 100
IHKt-1
33
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t
a. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh
karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga
produsen (producer price index). IHPB menunjukkan tingkat harga
yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi. Prinsip
menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara
berdasarkan IHK:
Keterangan:
INF = Inflasi
IHPBt = Indeks Harga Perdagangan Besar pada priode t
IHPBt-1 = Indeks Harga Perdagangan Besar pada periode sebelum t
b. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan
gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode
penghitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi
beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang jasa, di beberapa
puluh kota saja. Padahal dalam kenyataan, jenis barang dan jasa yang
diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat
mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis.
INF = (IHPBt – IHPBt-1) x 100
IHPBt-1
34
Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak hanya di beberapa kota saja,
melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran
inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom
menggunakan indeks harga implisit (GDP Deflator), disingkat IHI.
Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, penghitungan inflasi
berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka
indeks.
Keterangan:
IHIt = Indeks Harga Implisit Besar pada priode t
IHIt-1 = Indeks Harga Implisit pada periode sebelum t
Kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus-menerus bukan saja
menimbulkan beberapa efek buruk ke atas kegiatan ekonomi, tetapi
juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat, diantaranya
(Sukirno, 2006:339):
a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah
secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan
menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan
tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang.
35
Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-
institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai
riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.
c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa
penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam
nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan
mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi
pemilik harta-harta tetap (tanah, bangunan, dan rumah) dapat
mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga
sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil
pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian
pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan
pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi
semakin tidak merata.
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi
di suatu negara mendorong kenaikan suku bunga, mendorong
penanaman modal yang bersifat spekulatif kegagalan pelaksanaan
pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,
dan merosotnya tingkat kesejahteraan masyarakat.
Menurut Sukirno (2006:354), bentuk kebijakan pemerintah perlu
dilakukan secara serentak untuk meningkatkan keefektifannya. Bentuk
masing-masing kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah inflasi
adalah sebagai berikut:
36
a. Kebijakan fiskal; menambah pajak dan mengurangi
pengeluaran pemerintah.
b. Kebijakan moneter; mengurangi, menaikkan suku bunga
dan membatasi kredit.
c. Dari segi penawaran; melakukan langkah-langkah yang
dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti
mengurangi pajak impor dan pajak ke atas bahan mentah,
melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi
dan menggalakkan perkembangan teknologi.
3. Jakarta Islamic Index (JII)
Indeks syariah atau JII (Jakarta Islamic Index) merupakan indeks
yang terdiri dari 30 saham mengakomodasi syariat investasi dalam
islam atau indeks yang berdasarkan syariah islam. Dengan kata lain,
dalam indeks ini dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria
investasi dalam syariat Islam (Martalena dan Malinda, 2011:100).
Menurut Rodoni (2009:72) Jakarta Islamic Index (JII) merupakan
indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ yang bekerjasama
dengan Danareksa Invesment Management untuk merespons
kebutuhan informasi yang berkaitan dengan investasi syariah. Jakarta
Islamic Index (JII) merupakan subset dari Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) yang diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan
menggunakan tahun 1 Januari 1995 sebagai base date (dengan nilai
100). JII melakukan penyaringan (filter) terhadap saham yang listing.
37
Rujukan dalam penyaringannya adalah fatwa syariah yang dikeluarkan
oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan fatwa inilah BEJ
memilah emiten yang unit usahanya sesuai dengan syariah.
Adapun kriteria yang ditetapkan untuk indeks islam berdasarkan
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.20 adalah:
a. Usaha emiten bukan usaha perjudian dan permainan yang
tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
b. Bukan merupakan lembaga keuangan ribawi, termasuk bank
dan asuransi konvensional.
c. Bukan termasuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan
serta memperdagangkan makanan dan minuman yang haram.
d. Bukan termasuk usaha yang memproduksi, mendistribusikan
dan atau menyediakan barang-barang atau jasa yang merusak
moral dan bersifat mudarat.
Emiten dilihat dari rasio keuangannya yaitu kriteria investasi Islami
berdasarkan fatwa DSN adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan yang mendapatkan dana pembiayaan atau sumber
dana dari utang tidak lebih dari 30% dari rasio modalnya.
b. Pendapatan bunga yang diperoleh perusahaan tidak lebih dari
15%.
c. Perusahaan yang memiliki aktiva kas atau piutang yang jumlah
piutang dagangnya aatau total piutangnya tidak lebih dari 50%.
38
Dari beberapa penilaian tersebut, maka saham-saham yang dipilih
untuk dapat masuk ke dalam indeks syariah adalah sebagai berikut:
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis utama yang tidak
bertentangan dengan syariah dan sudah tercatat minimum tiga
bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk dalam 10 besar
kapitalisasi.
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau
tengah tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap
aktiva maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-
rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun.
Pengkajian ulang dilakukan enam bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Juli setiap tahunnya. Sedangkan
perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus-
menerus berdasarkan data publik dan media. Indeks harga saham
setiap hari dihitung menggunakan harga saham terakhir yang terjadi di
bursa.
4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Menurut Arifin (2008;198), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti
penitipan dana jangka pendek. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
39
merupakan piranti moneter yang sesuai dengan prinsip pada bank
syariah yang diciptakan dalam rangka pelaksanaan pengendalian
moneter. Bank Indonesia menerbitkan instrumen moneter berdasarkan
prinsip syariah dan dapat dimanfaatkan oleh bank syariah untuk
mengatasi bila terjadi kesalahan pada tingkat likuiditas.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI tentang SBIS berlaku per 31 Maret
2008 sebagai pengganti SWBI. SBIS adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata
uanng rupiah yang diterbitkan oleh BI.
Ketentuan tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah ini diterbitkan
dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah melalui operasi pasar terbuka
syariah dalam upaya mendukung tugas Bank Indonesia dalam
menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter yang bermuara pada
terpenuhinya tujuan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah (Frequently Asked Question (FAQS)) atas
Pertauran Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat
Bank Indonesia Syariah.
Penerbitan Peraturan Bank Indonesia ini mempunyai dasar pada
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor
63/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
40
Nomor 64/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) berdasarkan akad Ju‟alah. Hal ini ditegaskan kembali
pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/12/PBI/2014 tentang
Operasi Moneter Syariah pada Pasal 4 ayat (2) yang menerangkan
bahwa: “Pemenuhan prinsip syariah sebagaimana pada ayat (1)
dinyatakan dalam bentuk pemberian fatwa dan atau opini syariah oleh
otoritas fatwa yang berwenang”. Dengan akad tersebut, maka bank
syariah yang menempatkan dana pada SBIS berhak mendapatkan upah
atas jasa membantu pemeliharaan keseimbangan moneter Indonesia.
Tujuan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia tentang Sertifikat
Bank Indonesia Syariah ini ditujukan sebagai salah satu instrumen
operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah (Pasal 2 Peraturan Bank
Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia
Syariah).
Dalam kegiatannya Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Menggunakan akad Ju‟alah (Berdasarkan Fatwa DSN-MUI, SBIS
juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad mudharabah,
musyarakah, wadi‟ah, qardh dan wakalah).
2. Satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah).
3. Berjangka waktu paling kurang 1 bulan dan paling lama 12 bulan.
4. Diterbitkan tanpa warkat (scripless).
41
5. Dapat digunakan kepada Bank Indonesia, dan
6. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Mekanisme penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
melalui mekanisme lelang dengan melibatkan:
1. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS, dan
2. BUS atau UUS sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dapat
memiliki SBIS melalui pengajuan pembelian secara langsung
dan/atau melalui perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta
asing, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio
(FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dapat mengajukan repo
kepada Bank Indonesia. Repo SBIS berdasarkan prinsip qardh yang
diikuti dengan rahn. BUS atau UUS yang mengajukan repo harus
menandatangani Perjanjian Pengagungan SBIS dalam rangka Repo
SBIS serta menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan
kepada Bank Indonesia. Bank Indonesia menetapkan dan mengenakan
biaya atas Repo SBIS. Dengan dikeluarkannya instrumen SBIS ini,
maka:
1. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang telah diterbitkan sebelum
Peraturan Bank Indonesia ini diberlakukan, tetap berlaku dan
tunduk pada ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Sertifikat Wadiah
42
Bank Indonesia sampai Sertifikat Wadiah Bank Indonesia tersebut
jatuh masa waktu tempo.
2. Dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini, Peraturan
Bank Indonesia Nomor : 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004
tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
3. Semua istilah Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang selama ini
digunakan dalam ketentuan Bank Indonesia yang masih berlaku,
harus dibaca sebagai Sertifikat Bank Indonesia Syariah.
B. Keterkaitan Antar Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara variabel-variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini dengan variabel
dependen:
1. Hubungan antara Inflasi dengan Sukuk Negara (SBSN)
Inflasi mempunyai dampak negatif terhadap Sukuk Negara
(SBSN), apabila tingkat inflasi naik maka berdampak pada tingkat
suku bunga dan harga-harga barang. Dengan adanya inflasi yang tinggi
akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat
sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan
menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan akan
menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan yang
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga obligasi. Akhirnya
berdampak pada pasar modal, karena dengan inflasi yang tinggi maka
43
tingkat suku bunga di perbankan akan naik sehingga akan menurunkan
permintaan terhadap obligasi negara yaitu salah satunya Sukuk.
Bukti empiris pernyataan Milton Friedman, “kapan pun inflasi
suatu negara sangat tinggi untuk suatu periode waktu yang terus
menerus, laju pertumbuhan uang beredarnya juga sangat tinggi maka
dari itu dengan tingginya jumlah uang beredar maka akan menaikkan
tingkat inflasi”. Terjadinya naik dan turunnya tingkat inflasi
disebabkan salah satunya oleh jumlah uang beredar. Maka dari itu,
tingkat inflasi mempunyai hubungan negatif terhadap Surat Utang
Negara (SUN) di Indonesia, sehingga peningkatan inflasi akan
menurunkan Surat Utang Negara di Indonesia.
2. Hubungan antara Jakarta Islamic Index (JII) dengan Sukuk
Negara (SBSN)
Jakarta Islamic Index (JII) sebagai salah satu tempat yang investor
mengetahui jenis-jenis saham apa saja yang diperbolehkan secara
syariah dan tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang, maka
Jakarta Islamic Index menjadi indeks yang dapat diperhitungkan oleh
investor dalam memilih saham yang akan dipilih sesuai syariah. JII
berisikan 30 saham syariah yang sudah melewati beberapa proses oleh
BAPEPAM. Peningkatan JII mencerminkan kinerja perusahaan yang
meningkat sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang
lebih besar. Pendapatan perusahaan yang meningkat akan
menyebabkan kenaikan return sukuk negara. Oleh karena itu
44
masyarakat menginvestasikan dananya melalui Sukuk Negara dengan
harapan memperoleh return yang lebih besar. Dengan kata lain,
meningkatnya kinerja saham di JII akan memacu peningkatan pada
total Sukuk Negara yang didapatkan.
3. Hubungan antara SBIS terhadap Sukuk Negara (SBSN)
Faktor penentu obligasi menarik atau tidak adalah tingkat suku
bunga yang diberikan kepada investor obligasi, secara umum atau
lebih dikenal dengan istilah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia atau
SBI (Puspita dan Haryono, 2012). Kenaikan tingkat suku bunga akan
menyebabkan harga obligasi turun, sebaliknya ketika tingkat suku
bunga menurun maka harga obligasi akan naik. Risiko tingkat suku
bunga merupakan salah satu risiko yang membuat harga obligasi
meningkat atau menurun. Harga obligasi akan berubah dengan arah
yang berbeda dari pergerakan tingkat suku bunga (Adhitia dan
Manurung, 2009). Sebagai suatu instrumen investasi perubahan yield
(tingkat hasil obligasi yang diperoleh investor akan mengalami
perubahan seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan yield tersebut
berpengaruh pada tingkat harga pasar obligasi itu sendiri.
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama tetapi karena variabel, objek dan periode
waktu yang digunakan berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama
45
sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi.
Berikut ringkasan beberapa penelitian:
Tabel. 2.3
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil
Penelitian
1. Mustika Rini
(2011)/Jurnal
Keuangan
Obligasi
Syariah
(Sukuk) dan
Indikator
Makroekonomi
Indonesia
Analisis
Vector
Error
Correction
Models
(VECM)
Penerbitan Sukuk
di Indonesia
dipengaruhi oleh
indikator
makroekonomi,
yaitu pertumbuhan
ekonomi dan JUB
dengan hubungan
yang positif, serta
pengangguran
terbuka dan inflasi
dengan hubungan
yang negatif.
Selain ini
penerbitan sukuk
dalam jangka
panjang juga
dipengaruhi oleh
bonus Sertifikat
Bank Indonesia
Syariah (SBIS).
2. Arum
Shepteoreni
Anjani
(2014)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Penerbitan
Sukuk Negara
(SBSN) di
Indonesia Dari
Tahun 2009 –
2013
Analisis
Vector
Error
Correction
Models
(VECM)
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa dalam
jangka pendek
Sukuk Negara
(SBSN) tidak
dipengaruhi oleh
tingkat
pembiayaan
APBN, Produk
Domestik Bruto
(PDB), inflasi
46
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil
Penelitian
maupun tingkat
sukuk bunga BI
Rate. Sedangkan,
dalam jangka
panjang penerbitan
Sukuk Negara
(SBSN)
dipengaruhi oleh
Tingkat
Pembiayaan
APBN, Produk
Domestik Bruto
(PDB) dan tingkat
suku bunga BI
Rate, dan inflasi
tidak berpengaruh
juga terhadap
penerbitan sukuk
negara dalam
jangka panjang.
3. Inneke
Selvianty
(2015)/Jurnal
Keuangan
Indikator
Ekonomi yang
Mempengaruhi
Penerbitan
Sukuk di
Indonesia
Analisis
Vector
Error
Correction
Models
(VECM)
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa dalam
hubungan jangka
pendek, hanya
PDB yang
memiliki pengaruh
secara signifikan
positif. Sedangkan
Inflasi, Kurs,
Jumlah Uang
Beredar tidak
memiliki pengaruh
terhadap
pertumbuhan
sukuk korporasi di
Indonesia. Dalam
jangka panjang
indikator
makroekonomi
yang memiliki
47
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil
Penelitian
hubugan yang
positif adalah
PDB, Inflasi, dan
Jumlah Uang
Beredar.
Sedangkan
variabel makro
ekonomi yang
memiliki pengaruh
dominan terhadap
pertumbuhan
sukuk adalah PDB.
Hal ini terlihat dari
adanya hubungan
secara jangka
pendek dan jangka
panjang yang
dimiliki oleh
pertumbuhan PDB.
4. Muhammad
Adam
Camubar
(2015)
Analisis
Faktor-faktor
Makro
Ekonomi yang
Mempengaruhi
Penerbitan
Sukuk Negara
(SBSN) di
Indonesia
Periode 2009 –
2014.
Analisis
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Hasil dari
penelitian ini
adalah inflasi dan
BI Rate tidak
memiliki hubungan
kausalitas dengan
variabel Sukuk
Negara (SBSN)
karena nilai
probabilitasnya
lebih besar dari
5%. PDB dan SBIS
memiliki hubungan
kausalitas dengan
Sukuk Negara
(SBSN). SBIS
memiliki hubungan
kausalitas yang
paling besar
terhadap Sukuk
Negara (SBSN).
PDB dan SBIS
memiliki pola
dinamis yang
paling besar
48
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil
Penelitian
terhadap variabel
Sukuk Negara
(SBSN)
dibandingkan
variabel lainnya.
SBIS memiliki
guncangan yang
paling besar
terhadap variabel
Sukuk Negara
(SBSN)
dibandingkan
variabel lainnya
yaitu sebesar
46,5%.
5. Aan
Nasrullah,
Umar
Burhan, dan
Multifah
(2013)/Jurnal
Studi
Kepatuhan
Syariah dan
Manfaat
Ekonomi
Terhadap
Minat Investor
dalam
Pembelian
Sukuk Negara
Regresi
Linier
Berganda
(OLS)
Hasilnya
menunjukkan
bahwa kesesuaian
syariah dan
manfaat ekonomi
mempengaruhi
keputusan investor
membeli Sukuk
Negara secara
signifikan
meskipun yang
paling berpengaruh
adalah suku bunga.
Temuan ini juga
menunjukkan
bahwa tingginya
pembelian Sukuk
Negara lebih
banyak dipengaruhi
oleh variabel
spekulatif.
6. Ichsan,
Ghozali
Syamni dan
Nurlela
(2013)/Jurnal
Keuangan
dan
Perbankan
Dampak BI
Rate, Tingkat
Suku Bunga,
Nilai Tukar,
dan Inflasi
Terhadap Nilai
Obligasi
Pemerintah
Regresi
Linier
Berganda
(OLS)
Hasil analisis data
menunjukkan
variabel BI Rate,
Tingkat Suku Bunga
SBI, Inflasi, dan
Nilai Tukar
berpengaruh
signifikan terhadap
49
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil
Penelitian
nilai Obligasi
pemerintah di Bursa
Efek Indonesia
Periode Januari
2007 – Oktober
2012. Variabel nilai
tukar rupiah yang
tidak mempengaruhi
nilai obligasi
pemerintah secara
parsial. Sedangkan
Variabel BI Rate,
Tingkat SBI dan
Inflasi berpengaruh
terhadap nilai
obligasi pemerintah.
7. Ali Said dan
Rihab Grassa
(2013)/Jurnal
The
Determinants
of Sukuk
Market
Development:
Does
Macroeconomi
cs Factors
Influence the
Construction
of Certain
Structure of
Sukuk?
Data Panel Hasil Penelitian
menunjukkan
bahwa faktor-
faktor ekonomi
makro seperti PDB
per kapita, ukuran
ekonomi,
keterbukaan
perdagangan, dan
persentase umat
islam memiliki
pengaruh positif
bagi perkembangan
pasar sukuk. Krisis
keuangan memiliki
efek negative yang
signifikan pada
perkembangan
pasar sukuk karena
jumlah sukuk yang
diterbitkan pada
tahun-tahun telah
menurun jauh.
Kualitas regulasi,
memiliki dampak
yang signifikan
terhadap
perkembangan
50
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil
Penelitian
pasar sukuk. Ini
berarti bahwa
Negara-negara
peringkat yang
lebih tinggi dalam
kualitas regulasi
memiliki pasar
sukuk yang lebih
besar. Hal ini dapat
diartikan sebagai
efisiensi dan
keandalan
peraturan.
8. Nursalih
Ahmad, Siti
Nurazira
Mohd Daud
dan Zurina
Kafeli
(2012)/Jurnal
Economic
Forces and the
Sukuk Market
Analisis
Vector
Autoregre
ssive
(VAR)
Hasil memiliki
implikasi kebijakan
penting bagi
pengambil
keputusan. Sejak
sukuk penerbit
Granger-
menyebabkan
PDB, pembuat
kebijakan harus
merancang
kebijakan baru
untuk
memodernisasi
fungsional aspek
pasar modal
syariah. Implikasi
lebih lanjut untuk
investor institusi
internasional
adalah bahwa
sukuk memiliki
keunggulan
kompetitif karena
menargetkan
segmen pasar
global yang belum
ditembus oleh rival
lainnya.
51
No. Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Alat
Analisis
Hasil
Penelitian
9. Wahida
Ahmad dan
Rafisah Mat
Radzi
(2011)/Jurnal
Sustainability
Of Sukuk and
Conventional
Bond during
Financial
Crisis:
Malaysia‟s
Capital Market
Ordinary
Least
Square
(OLS)
Hasil jurnal ini
membahas 3
variabel mengenai
keberlanjutan
sukuk dan obligasi
konvensional yaitu
GDP, valuta asing,
dan likuiditas
pasar. Dan hasilnya
menunjukkan
bahwa penerbitan
sukuk dipengaruhi
oleh PDB dan
likuiditas pasar.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada
bagaimana pengaruh Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah terhadap Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
periode Januari 2012 sampai Oktober 2017. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependen adalah Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
sedangkan variabel independen adalah Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII),
dan Serifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen maka penulis menggukan model persamaan regresi linear
berganda atau yang lebih dikenal dengan Ordinary Least Square (OLS).
Regresi linear berganda membutuhkan beberapa asumsi agar model dapat
digunakan sebagai alat untuk memprediksi.
52
Langkah awal yang harus dilakukan adalah melakukan uji asumsi
klasik dimana terdapat uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah dalam satu model regresi linear terdapat korelasi antar
kesalahan pengganggu (residual).
Jika model lolos dari uji asumsi klasik, maka dilakukan interprestasi
atas model regresi berganda yang terdiri dari persamaan regresi, uji t
statistik (parsial), uji F statistik (simultan) dan uji koefisien determinasi.
Uji t statistik pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara parsial (individual) dalam menerangkan
variabel dependen. Uji F statistik unutk melihat pengaruh seluruh variabel
independen secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen.
Sedangkan koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar
variabel dependen dapat diterangkan oleh variabel independen.
53
Gambar kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Terhadap Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Variabel Dependen
Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN) (Y)
Variabel Independen
Inflasi (X1)
Jakarta Islamic Index (JII) (X2)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
(X3)
Uji Analisis Regresi
Berganda
Uji Asumsi Klasik:
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinieritas
3. Uji Autokorelasi
4. Uji Heterokedastisitas
Uji t dan Uji F
Interpretasi dan Kesimpulan
54
E. Hipotesis
Hipotesis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Ho : Tidak terdapat pengaruh secara simultan dan signifikan antara
variabel Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN).
Ha : Terdapat pengaruh secara simultan dan signifikan antara variabel
Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
2. Ho : Tidak terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan antara
variabel Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN).
Ha : Terdapat pengaruh secara parsial dan signifikan antara variabel
Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
55
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini akan membahas mengenai Pengaruh
Variabel Makro Ekonomi terhadap Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Januari 2012 – Oktober 2017. Oleh karena itu, ruang lingkup penelitian ini
terdiri atas variabel Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII) dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) variabel bebas (independent) dan Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) yang merupakan variabel terikat (dependent).
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
publikasi Internet, buku-buku, dan jurnal ilmiah yang membahas pengaruh
variabel makro ekonomi terhadap Sukuk Negara (SBSN).
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada
penelitian ini adalah data sekunder dengan skala bulanan yaitu dari Januari
2012 sampai Oktober 2017. Data-data sekunder yang digunakan penulis
adalah data-data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang
dilaksanakan dan bersumber dari Bank Indonesia dan Statistik Perbankan
Syariah. Data-data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang
56
berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya memperoleh data
yang valid.
2. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau pinjam
di perpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadaluarsa, karena
ilmu selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan teknologi yang juga berkembang yaitu internet. Sehingga
data yang diperoleh merupakan data yang sesuai dengan perkembangan
zaman.
a. Data Sukuk Negara (SBSN) dan Inflasi setiap bulannya selama
periode Januari 2012 sampai dengan Oktober 2017 diperoleh dari
laporan bulanan statistik keuangan syariah di website Bank Indonesia
(www.bi.go.id)
b. Data Jakarta Islamic Index (JII) setiap bulannya selama periode
Januari 2012 sampai dengan Oktober 2017 diperoleh dari laporan
bulanan di website Bursa Efek Indonesia (www.duniainvestasi.com)
c. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) setiap bulannya selama
periode Januari 2012 sampai dengan Oktober 2017 diperoleh dari
laporan bulanan Statistik Perbankan Syariah (SPS) di website Otoritas
Jasa Keuangan (www.ojk.go.id)
57
C. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu dimana data
yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dan penelitian ini
menganalisis bagaimana pengaruh : Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN). Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier
berganda dengan menggunakan program computer (software) SPSS versi 20
dan Microsoft Excel 2010. Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam
menganalisis data pada penelitian ini:
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi. Uji Asumsi Klasik
penting dilakukan untuk menghasilkan estimator linier tidak bisa dengan
varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator = BLUE), yang
berarti model regresi tidak mengandung masalah Menurut (Gujarati, 1995 :
72-73) teorama Gauss-Markow memperkirakan bahwa OLS harus
memenuhi kriteria BLUE, yaitu:
a. Best, yang terbaik. Hasil regresi dikatakan Best apabila garis regresi
yang dihasilkan guna melakukan estimasi atau peramalan dari sebaran
data, menghasilkan error yang terkecil.
b. Linier, merupakan kombinasi dari data sampel. Linier dalam model
artinya model yang digunakan dalam analisis regresi telah sesuai
dengan kaidah model OLS dimana variabel-variabel penduganya
58
hanya berpangku satu.
c. Urbiased, rata-rata nilai harapan (E/b) harus sama dengan nilai
sebenarnya (b1).
d. Estimator, memiliki varians yang minimal diantara pemerkira lain
yang tidak bisa.
Untuk itu diperlukan pendeteksian lebih lanjut diantaranya:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengansumsikan
bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel kecil (Ghozali, 2013 : 160). Nilai residual dikatakan
berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut
sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Untuk mendeteksi
apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak,
maka dapat digunakan metode analisis grafik dan metode statistik.
Salah satu cara mudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan
antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi
normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini
dapat menyesatkan khususnya jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot
59
yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan
ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data residual normal maka garis yang menggambarkan
data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan bila data tidak
normal, diantaranya adalah:
1. Jika jumlah sampel besar, kita perlu menghilangkan nilai
outliner dari data. Kita bisa membuang nilai-nilai yang ekstrem,
baik atas atau bawah. Nilai ekstrem ini disebut outliers.
Pertama kita perlu membuat grafik, dengan sumbu x sebagai
frekuensi dan y sebagai semua nilai yang ada dalam data kita.
Dari sini kita akan bisa melihat nilai mana yang sangat jauh
dari kelompoknya. Nilai inilah yang kemudian perlu dibuang
dari data kita, dengan asumsi nilai ini muncul akibat situasi
yang tidak biasanya.
2. Melakukan transformasi data, ada banyak cara untuk
mentransformasi data kita, misalnya dengan mencari akar
kuadrar dari data kita, dll.
3. Menggunakan alat analisis nonparametric, analisis ini disebut
juga analisis yang distribusi free. Sayangnya analisis ini
seringkali mengubah data menjadi lebih rendah dari tingkatnya.
Misal kalau sebelum data kita termasuk data interval dengan
60
analisis ini akan diubah menjadi data ordinal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau
sempurna diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model
regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna
diantara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan
mengandung gejala multikolinier (Suliyanto, 2011:81).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi,
nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena
VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance >
0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak
terdapat gejala multikolinieritas (Ghozali, 2012 : 105).
Jika model mengandung multikolinieritas yang serius yakni
61
korelasi yang tinggi antar variabel independen, maka ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk menyembuhkannya:
1) Menghilangkan Variabel Independen
Salah satu metode sederhana yang bisa dilakukan adalah
dengan menghilangkan salah satu variabel independen yang
mempunyai hubungan linier kuat. Namun menghilangkan
variabel independen di dalam suatu model akan menimbulkan
bias spesifikasi model regresi.
2) Transformasi Variabel
Transformasi variabel dapat dilakukan dengan cara melakukan
transformasi ke dalam bentuk diferensi pertama (first
difference). Bentuk difference pertama ini akan mengurangi
masalah multikolinieritas. Transformasi variabel ini akan tetap
menimbulkan maslaah berkaitan dengan masalah variabel
gangguan. Kesalahan pengganggu Vt mungkin tidak memenuhi
salah satu asumsi dari pada model regresi linier kalsik yang
mengatakan bahwa kesalahan pengganggu tidak berkorelasi
antara yang satu dengan yang lainnya, akan tetapi
kemungkinan besar berkorelasi serial (serially correlated).
3) Penambahan Data
Masalah multikolinieritas ada dasarnya merupakan persoalan
sampel. Oleh karena itu, masalah multikolinieritas seringkali
diatasi jika kita menambah jumlah data. Ketika menambah
62
jumlah data karena ada masalah multikolinieritas antara X1
maka akan menyebabkan variansi β1 akan mengalami
penurunan. Jika varian mengalami penurunan maka otomatis
standar error juga akan mengalami penurunan. Dengan kata
lain, jika multikolinieritas variabel independen tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen melalui uji t, maka dengan
penambahan jumlah data maka sekarang variabel independen
menjadi signifikanm mempengaruhi variabel dependen (Agus
Widarjono, 2010).
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah
variasi residual absolut sama atau tidak sama untuk semua
pengamatan. Gejala heterokedastisitas ditunjukan oleh koefisien
regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut
residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig.
> α), maka dapat dipastikan model tidak mengandung gejala
heterokedastisitas (Sudarmanto, 2005).
Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas, yaitu melihat grafik plot antara lain nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Dasar analisis: (1) Jika ada pola tertentu,
seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
63
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas; (2) Jika tidak ada
pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas
(Ghozali, 2012).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menguji model linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-sebelumnya. Adanya autokorelasi dapat
mengakibatkan penaksir mempunyai varians tidak minimum dan
uji-t tidak dapat digunakan, karena akan memberikan kesimpulan
yang salah. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada-tidaknya
masalah autokorelasi, yaitu menggunakan metode Durbin-Watson
dan metode Run Test sebagai salah satu uji statistic non-parametik.
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer
untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model
empiris yang diestimasi (Sudarmanto, 2005).
Menurut Oramahi (2007), untuk mendeteksi terjadi
autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin-Watson
(DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil keputusan
adalah :
1) Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi positif.
2) Bila nilai D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak
terjadi autokorelasi.
64
3) Bila nilai D-W +2, berarti ada autokorelasi negatif.
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang
seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikannya), menjadi
tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatas dengan
berbagai cara antara lain dengan melakukan transformasi data dan
menambah data observasi.
2. Uji Hipotesis
Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-
variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan software
Microsoft Excel 2010 dan SPSS 20. Dalam pengujian ini menggunakan Uji
Statistik meliputi Uji-t dan Uji-F.
a. Uji Parsial (Uji - t)
Uji t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel
(Independen) secara masing-masing parsial atau individual memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada
tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan menganggap variabel bebas
bernilai konstan. Langlah-langkah yang harus dilakukan dengan uji-t
yaitu dengan pengujian yaitu: (Nachrowi dan Usman, 2006 : 17).
Hipotesis:
Ho : βi = 0 artinya masing-masing variabel bebas tidak ada pengaruh
yang signifikan dari variabel terikat.
Ha : βi ≠ 0 artinya masing-masing variabel bebas ada pengaruh yang
signifikan dari variabel terikat.
65
Bila probabilitas > α 5% variabel bebas tidak signifikan atau
tidak mampu mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho
terima, Ha tolak).
Bila probabilitas < α 5% variabel bebas signifikan atau
mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat (Ho tolak, Ha terima).
b. Uji Simultan (Uji – F)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketetapan model
(goodness of fit). Uji F ini juga sering disebut uji simultan, untuk
menguji apakah variabel bebas yang digunkan dalam model mampu
menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau tidak. Adapun cara
pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu variabel
yang disebut dengan tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan
melihat nilai signifikan (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikan >
0,05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikan < 0,05 maka H1
diterima.
c. Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto,
2011 : 55)
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bisa terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, dimana
66
setiap penambahan satu variabel bebas dan pengamatan dalam model
akan meningkatkan R2 meskipun variabel yang dimasukkan itu tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2 adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien
tersebut telah dikorelasi dengan memasukkan unsur jumlah variabel
dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan, maka nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat adanya penambahan
variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011 : 43).
Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi
yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat digunakan
kriteria sebagai berikut (Sugiono, 2009: 231):
Tabel 3.1
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiono, 2009
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Umi Narimawati (2008), analisis regresi linier berganda
67
adalah suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk
meneliti pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel
tergantung dengan skala interval. Pada analisis regresi linier berganda
bahwa regresi berganda variabel tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua
atau lebih variabel bebas sehingga hubungan fungsional antara variabel
terikat (Y) dengan variabel bebas (X1, X2, Xn). Kemudian dapat ditulis
sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, ……… , Xn)
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat (dependent)
X1, X2,...., Xn = Variabel bebas (independent)
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat dipengaruhi dua
atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat pengaruh regresi
linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ……… + bnXn + e
Keterangan :
Y = Variabel tergantung atau terikat (niali yang diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta)
b1 = Koefisien regresi untuk X1
b2 = Koefisien regresi untuk X2
bn = Koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
68
Xn = Variabel bebas ke n
e = Nilai residu
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis
regresi inier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Keterangan:
Ln_Y = Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
a = Intercept (Konstanta)
b = Koefisien regresi dari variabel independen
X1 = Inflasi
Ln_X2 = Jakarta Islamic Index (JII)
Ln_X3 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
e = Nilai residu
D. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan peneliti
dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan pada
dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel peneliti yang diperoleh
melalui pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah salah satu instrumen
pasar modal syariah yaitu obligasi syariah (sukuk). Obligasi syariah
(sukuk) pada prinsipnya adalah pendanaan jangka panjang yang berarti
modal atau principal dari sukuk itu harus kembali kepada para investor,
Ln_SBSN = a + b1 INFLASI + b2 Ln_JII + b3 Ln_SBIS + e
69
disamping tambahan keuntungan yang diharapkan. Latar belakang
kemunculan sukuk modern cukup sederhana yaitu menghindari diri dari
praktek riba yang dilarang dalam Islam sebagaimana yang terjadi pada
obligasi konvensional (Rodoni, 2009:109). Data Sukuk Negara (SBSN)
diperoleh langsung dari www.bi.go.id. Data yang digunakan adalah data
tiap akhir bulan selama periode pengamatan antara Januari 2012 sampai
Oktober 2017.
2. Variabel Independen (X)
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel independen antara
lain sebagai berikut:
a. Inflasi (X1)
Menurut Putong (2000:181) inflasi adalah proses kenaikan
harga umum secara terus menerus. Menurut Sukirno (2004:27)
inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam
suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya,
sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga
pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.
Indikator inflasi yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen
(IHK) Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan daya
beli Rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari
bulan ke bulan. Rumus perhitungan inflasi adalah sebagai berikut:
INF = (IHKt – IHKt-1) x 100
IHKt-1
70
Keterangan :
INF = Inflasi
IHKt = Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t
Penelitian ini akan menggunakan data inflasi yang
dipublikasikan di www.bi.go.id. dengan periode data Januari 2012
sampai dengan Oktober 2017.
a. Jakarta Islamic Index (JII) (X2)
Menurut Martalena dan Malinda (2011:100) Indeks syariah atau
JII (Jakarta Islamic Index) merupakan Indeks yang terdiri dari 30
saham mengakomodasi syariat investasi dalam Islam atau indeks
yang berdasarkan syariat Islam. Dengan kata lain, dalam indeks ini
dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam
syariat Islam. Data JII diperoleh langsung melalui website
www.duniainvestasi.com. Data yang digunakan adalah data tiap
akhir bulan selama periode pengamatan antara Januari 2012 sampai
Oktober 2017.
b. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X3)
Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia dibuat dalam rangka pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah dan merupakan salah satu upaya
untuk mengatasi bila terjadi kelebihan likuiditas pada bank syariah
(Arifin,2009:198). Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
71
diperoleh langsung dari data Statistik Perbankan Syariah dalam
www.ojk.go.id. Data yang digunakan adalah data tiap akhir bulan
selama periode pengamatan antara Januari 2012 sampai Oktober
2017.
72
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat disebut juga
Sukuk Negara adalah surat berharga (obligasi) yang diterbitkan oleh
pemerintah Republik Indonesia berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan
yang akan menerbitkan SBSN ini adalah perusahaan yang secara khusus
dibentuk guna kepentingan penerbitan SBSN ini (special purpose vehicle-
SPV). SBSN atau sukuk negara ini adalah suatu instrumen utang piutang
tanpa riba sebagaimana dalam obligasi, di mana sukuk ini diterbitkan
berdasarkan suatu aset acuan yang sesuai dengan prinsip syariah.
Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 31/DSN-MUI/IX/2002
sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemgang obligasi syariah. Sukuk
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang
obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sedangkan menurut Keputusan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-130/BL/2006
tahun 2006 Peraturan No.IX.A.13, sukuk adalah efek syariah berupa
sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas kepemilikan aset
berwujud tertentu nilai manfaat dan jasa atas aset proyek tertentu atau
73
aktivitas investasi tertentu, dan kepemilikan atas aset proyek tertentu atau
aktivitas investasi tertentu.
Rancangan Undang-Undang (RUU) Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN) disahkan menjadi Undang-Undang pada rapat paripurna Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia di Gedung DPR Jakarta pada
tanggal 09 April 2008. Pembahasan RUU SBSN ini telah berlangsung
sejak tahun 2005.
Adapun Undang-Undang tersebut adalah UU RI No.19 Tahun 2008
tentang Surat Berharga Syariah Negara, bentuk dan jenis SBSN dalam UU
tersebut berbentuk:
a. SBSN diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat.
b. SBSN sebagaimana yang dimaksud diatas dapat diperdagangkan atau
tidak diperdagangkan di pasar sekunder.
c. SBSN Ijarah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah
(akad sewa menyewa atas suatu aset).
d. SBSN Mudharabah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad
mudharabah (akad kerjasama dimana salah satu pihak menyediakan
modal dan pihak lainnya menyediakan tenaga dan keahlian).
e. SBSN Musyarakah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan
musyarakah (akad kerjasama).
f. SBSN Istishna, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan Istishna.
g. SBSN berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
74
h. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih jenis
akad.
Gambar 4.1
Perkembangan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Periode Januari 2012 – Oktober 2017
0
50.000
100.000
150.000
200.000
250.000
300.000
350.000
400.000
Jan
-12
Jun
-12
No
v-1
2
Ap
r-1
3
Sep
-13
Feb
-14
Jul-
14
De
s-1
4
Me
i-1
5
Okt
-15
Mar
-16
Agu
-16
Jan
-17
Jun
-17
SBSN
Sumber: Bank Indonesia (BI)
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, nilai Sukuk Negara (SBSN)
tertinggi pada tahun 2012 terjadi pada bulan November sampai Januari
2013 dengan jumlah yang sama sebesar 98.818 miliar. Pada tahun 2013
dari bulan Februari sampai Desember Sukuk Negara (SBSN) tertinggi
terjadi pada bulan November sebesar 119.697 miliar. Memasuki tahun
2016 Sukuk mengalami nilai yang naik turun. Pada bulan Januari 2016
nilai Sukuk sebesar 207.732 miliar, kemudian bulan Februari mengalami
penurunan sebesar 198.544 miliar dan di bulan Maret mengalami kenaikan
yang sangat pesat dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 302.747 miliar.
75
2. Perkembangan Inflasi
Salah satu peristiwa yang sangat penting dan dijumpai di hampir
semua negara di dunia adalah inflasi. Dalam perekonomian ada kekuatan
tertentu yang menyebabkan tingkat harga melonjak sekaligus, tetapi ada
kekuatan lain yang menyebabkan kenaikan tingkat harga berlangsung
terus menerus secara perlahan. Secara sederhana inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat
disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan
kenaikan kepada barang lainnya di suatu wilayah pada periode tertentu.
Laju inflasi merupakan indikator yang sangat menentukan dalam
perekonomian makro suatu negara. Inflasi merupakan suatu masalah bagi
ekonomi makro jika pemerintah tidak segera menangani masalah inflasi
akan menyebabkan ketidakstabilan suatu perekonomian yang akhirnya
akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara.
Gambar 4.2
Perkembangan Inflasi Periode Januari 2012 – Oktober 2017
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
Jan
-12
Jun
-12
No
v-1
2
Ap
r-1
3
Sep
-13
Feb
-14
Jul-
14
De
s-1
4
Me
i-1
5
Okt
-15
Mar
-16
Agu
-16
Jan
-17
Jun
-17
Inflasi
Sumber: Bank Indonesia (BI)
76
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada awal periode tahun 2012
tingkat inflasi Indonesia tercatat 3,97%. Sampai pada bulan September di
tahun 2013 inflasi kembali mengalami kenaikan hingga sebesar 8,40%
meskipun beberapa bulan sempat mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan
karena kenaikan harga BBM bersubsidi diikuti kenaikan harga pangan
memasuki bulan suci Ramadhan pada pertengahan tahun 2013, sehingga
inflasi tercatat lebih tinggi dari target yang ditetapkan. Tingkat Inflasi pada
bulan Desember 2014 berada ditengah-tengah dengan nilai tertinggi
hingga 8,36% dibandingkan pada bulan November 2014 sebesar 6,23%
dan Februari 2015 sebesar 6,96%. Selanjutnya, sampai pada akhir periode
penelitian ini tingkat inflasi tersebut terus mengalami fluktuasi.
3. Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII)
Menurut Martalena dan Malinda (2011:100) Indeks syariah atau JII
(Jakarta Islamic Index) merupakan indeks yang terdiri dari 30 saham
mengakomodasi syarat investasi dalam islam atau indeks yang berdasarkan
syariat Islam. Dengan kata lain, Jakarta Islamic Index dalam indeks ini
dimasukkan saham-saham yang memenuhi kriteria investasi dalam syariat
Islam. Dapat dilihat grafik perkembangan Jakarta Islamic Index di
Indonesia Tahun 2012 – 2017 pada Gambar 4.3 berikut ini:
77
Gambar 4.3
Perkembangan Jakarta Islamic Index (JII)
Periode Januari 2012 – Oktober 2017
0100.000200.000300.000400.000500.000600.000700.000800.000
Jan
-12
Jun
-12
No
v-1
2
Ap
r-1
3
Sep
-13
Feb
-14
Jul-
14
De
s-1
4
Me
i-1
5
Okt
-15
Mar
-16
Agu
-16
Jan
-17
Jun
-17
JII
Sumber: Bursa Efek Indonesia (www.duniainvestasi.com)
Berdasarkan gambar 4.3 di atas, nilai JII tertinggi pada tahun 2012
terjadi pada bulan Oktober sebesar 619.270 miliar dan terendah pada bulan
Mei sebesar 525.052 miliar. Pada tahun 2013 nilai JII tertinggi pada bulan
April sebesar 682.691 miliar dan terendah pada bulan November 579.868
miliar. Tahun 2014 nilai JII berada di kisaran antara 600.000 miliar sampai
mendekati 700.000 miliar. Di tahun 2015, nilai JII tertinggi berada pada
bulan Maret yaitu sebesar 728.204 miliar dan kemudian terus mengalami
fluktuasi sehingga titik terendah pada tahun ini berada di bulan September
sebesar 556.088 miliar. Tahun 2016 dan 2017, nilai JII terus mengalami
kenaikan dan penurunan (fluktuasi) sehingga nilai yang tertinggi berada
pada bulan Juni 2017 sebesar 749.603 miliar, sedangkan nilai terendah
berada di bulan Januari 2016 dengan nilai sebesar 612.750 miliar.
78
4. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sertifikat Bank Indonesia syariah (SBIS) adalah sertifikat yang
diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah dan merupakan salah satu upaya
untuk mengatasi bila terjadi kelebihan likuiditas pada bank syariah
(Arifin,2009:198). Berdasarkan data yang diperoleh, perkembangan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) untuk periode tahun 2012 – 2017
dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini.
Gambar 4.4
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Periode Januari 2012 – Oktober 2017
02.0004.0006.0008.000
10.00012.00014.000
SBIS
Sumber : Statistik Perbankan Syariah (SPS), dalam Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Pada awal tahun 2012 di bulan Januari, nilai SBIS tinggi yaitu
sebesar 10.633 miliar. Kemudian pada bulan Februari mengalami
penurunan yang jauh dari bulan sebelumnya yaitu sebesar 4.243 miliar. Di
bulan Maret masih ditahun yang sama SBIS mengalami kenaikan yaitu
sebesar 6.668 miliar. Pada tahun 2013, 2014, dan 2015 nilai SBIS masih
mengalami fluktuasi yang tidak terlalu jauh masih berkisar diantara 3.000 -
79
8.000 miliar nilainya. Selanjutnya, di tahun 2016 nilai terendah SBIS
berada pada bulan Januari yaitu sebesar 6.275 miliar, sedangkan nilai
tertinggi di bulan November sebesar 11.042 miliar. Pada tahun terakhir
yaitu tahun 2017 nilai SBIS terus mengalami fluktuasi dengan nilai
tertinggi berada pada bulan Februari 12.683 miliar, dan kemudian
mengalami penurunan yang cukup rendah berada di bulan Juni dengan
nilai sebesar 9.421 miliar.
B. Analisis Uji Ekonometrik
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Data berdistribusi normal jika data akan mengikuti arah garis
diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai residual
dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji
Kolmogorov-Smirnov.
Berikut adalah hasil dari uji normalitas:
1) Analisis Grafik Histogram
80
Gambar 4.5
Grafik Histogram
Sumber: data diolah, 2017
Berdasarkan gambar di atas, histogram Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Gambar 4.6
Grafik P-P Plot
Sumber: data diolah, 2017
Berdasarkan Gambar 4.6, terlihat bahwa penyebaran data
(titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
81
diagonal yang berarti bahwa data berdistriusi normal atau model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.1
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Predicted Value
Asymp. Sig. (2-tailed) .672
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: data diolah, 2017
Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa Sig. (2-tailed)
sebesar 0,672 > 0,05 (Sig > α). Hal ini berarti nilai residual
terstandarisasi dikatakan menyebar secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna
diantara variabel bebas atau tidak bebas. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi
dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF
< 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinieritas.
Dari uji multikolinieritas yang dilakukan penulis, tidak ditemukannya
data tidak terdapat gejala multikolinieritas terlihat pada tabel berikut:
82
Sumber: data diolah, 2017
Berdasarkan output pada Coefficients dalam Tabel di atas terlihat
bahwa dari nilai Tolerance Inflasi sebesar 0,927 (0,927 > 0,10), nilai
Tolerance JII sebesar 0,486 (0,486 > 0,10), dan nilai Tolerance SBIS
sebesar 0,503 (0,503 > 0,10). Berdasarkan tabel di atas untuk nilai
VIF Inflasi sebesar 1,078 (1,078 < 10,00), nilai VIF sebesar JII
sebesar 2,057 (2,057 < 10,00), dan nilai VIF SBIS sebesar 1,988
(1,988 < 10,00). Kesimpulan dari hasil nilai Tolerance menunjukkan >
0,10 dan nilai VIF sebesar < 10,00 berarti menunjukkan bahwa
variabel Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) tidak terdapat Multikolinieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada
model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut
dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi
Tabel 4.2
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 INFLASI .927 1.078
LN_JII .486 2.057
LN_SBIS .503 1.988
a. Dependent Variable: LN_SBSN
83
adalah yang homokedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji
heterokedastisitas menggunakan Analisis Grafik dengan Scatterplot:
Gambar 4.7
Grafik Scatterplot
Sumber: data diolah, 2017
Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar di atas,
terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh karena
itu maka berdasarkan uji heterokedastisitas menggunakan metode
analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak
terjadi gejala heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (time-series) atau ruang (cross section). Beberapa penyebab
munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data time-series dalam
analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya data
observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang,
84
kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan
(interdependence).
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer
untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris
yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi:
Tabel 4.3
Model Summaryb
Model
Durbin-
Watson
1 .303
a. Predictors: (Constant), LN_SBIS, INFLASI, LN_JII
b. Dependent Variable: LN_SBSN
Sumber: data diolah, 2017
Berdasarkan tabel di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 0,303. Uji
Autokorelasi dilihat dari nilai Durbin Watson dengan nilai diantara -2
< Nilai Durbin Watson < 2. Berdasarkan hasil tabel di atas
menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 0,303. Hal ini
menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi gejala atau autokerelasi.
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
Setelah melaksanakan uji koefisien regresi secara keseluruhan,
maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara
individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
(parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikan
85
0,05, maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.4
Sumber: data diolah, 2017
1) Uji t terhadap Variabel Inflasi
Hasil yang didapat pada Tabel diatas, variabel Inflasi secara
statistik menunjukan hasil tidak signifikan pada nilai lebih besar
dari α (0,062 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = -1,896 dan
tabel t sebesar 1,668 (df (n-k-1) 70-3-1 = 66, α = 0,05), sehingga
t hitung > t tabel (-1,896 > 1,668) Maka H0 diterima dan Ha
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi secara
parsial tidak signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap
Sukuk Negara (SBSN).
2) Uji t terhadap Variabel Jakarta Islamic Index (JII)
Hasil yang didapat pada Tabel diatas, variabel Jakarta
Islamic Index (JII) secara statistik menunjukan hasil yang
Coefficientsa
Model
t Sig.
1 (Constant) -2.020 .047
INFLASI -1.896 .062
LN_JII 3.322 .001
LN_SBIS 5.444 .000
a. Dependent Variable: LN_SBSN
86
signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,001 < 0,05). Sedangkan
nilai t hitung X2 = 3,322 dan tabel t sebesar 1,668 (df (n-k-1) 70-
3-1 = 66, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (3,322 > 1,668)
Maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Jakarta Islamic Index (JII) secara parsial
mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Sukuk Negara
(SBSN).
3) Uji t terhadap Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Hasil yang didapat pada Tabel diatas, variabel Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) secara statistik menunjukan hasil yang
signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan
nilai t hitung X3 = 5,444 dan tabel t sebesar 1,668 (df (n-k-1) 70-
3-1 = 66, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (5,444 > 1,668)
Maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara
parsial mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap Sukuk
Negara (SBSN).
b. Uji F (Simultan)
Nilai F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
variabel bebas terhadap variabel berikutnya atau untuk menguji
ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki
pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat
maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.
87
Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk
dalam kategori tidak cocok atau non fit.
Adapun pengujian dalam uji F ini yaitu dengan menggunakan
suatu tabel yang disebut dengan tabel ANNOVA (Analysis of
Variance) dengan melihat nilai signifikan (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika
nilai signifikan > 0,05 maka Ha diterima. Berikut adalah hasil uji F:
Tabel 4.5
ANOVAb
Model F Sig.
1 Regression 49.390 .000a
Residual
Total
a. Predictors: (Constant), LN_SBIS, INFLASI, LN_JII
b. Dependent Variable: LN_SBSN
Sumber: data diolah, 2017
Berdasarkan tabel diatas nilai F-hitung sebesar 49,390 dengan
nilai tingkat signifikan 0,000. Karena nilai signifikan lebih kecil dari
0,000 < 0,05, dan nilai hitung F hitung > F tabel (49,390 > 2,74)
dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (70-4) = 2,74.
Maka H0 ditolak atau Ha diterima dan dapat disimpulkan bahwa
Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank Indonesia
syariah (SBIS) berpengaruh secara simultan terhadap Sukuk Negara
(SBSN).
c. Uji Adjusted R Square
Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi
88
koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas
dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya.
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah
variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap
penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model
akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan
tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2
adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah
variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan
koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien
determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya
penambahan variabel baru dalam model. Berikut adalah hasil uji
Adjusted R Square:
Tabel 4.6
Model Summaryb
Model
Adjusted
R Square
1 .678
a. Predictors: (Constant), LN_SBIS, INFLASI, LN_JII
b. Dependent Variable: LN_SBSN
Sumber: data diolah,2017
89
Besarnya Adjusted R Square adalah 0,678 atau sebesar 67,8%.
Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Inflasi, Jakarta Islamic Index
(JII), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah 67,8%.
Sedangkan sisanya 32,2% (100% - 67,8%) dipengaruhi variabel-
variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini, misalnya
seperti APBN, BI Rate, Kurs, Jumlah Uang Beredar dan lain-lain.
Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,678
yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat adalah karena memiliki nilai lebih dari 0,5 ( R > 0,5) atau 0,678
> 0,5.
3. Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, selanjutnya
akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 20 untuk mengetahui
besarnya pengaruh Inflasi, Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS). Hasil pengelolaan data dengan SPSS dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini:
Tabel 4.7
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error t Sig.
1 (Constant) -2.289 1.133 -2.020 .047
INFLASI -.007 .004 -1.896 .062
LN_JII 2.039 .614 3.322 .001
LN_SBIS .222 .041 5.444 .000
90
Tabel 4.7
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error t Sig.
1 (Constant) -2.289 1.133 -2.020 .047
INFLASI -.007 .004 -1.896 .062
LN_JII 2.039 .614 3.322 .001
LN_SBIS .222 .041 5.444 .000
a. Dependent Variable: LN_SBSN
Sumber: data diolah, 2017
Berdasarkan Tabel di atas, diperoleh model persamaan regresi sebagai
berikut:
-2,289LnY = a -0,007 X1 +2,039 LnX2 +0,222 LnX3
Keterangan :
LnY = Logaritma natural Nilai Sukuk Negara (SBSN)
X1 = Nilai INFLASI
LnX2 = Logaritma natural Nilai Jakarta Islamic Index (JII)
LnX3 = Logaritma natural Nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Adapun interpretasi satistik penulis pada model persamaan regresi di
atas adalah sebagai berikut :
Dari persamaan di atas, nilai koefisien INFLASI (X1) adalah sebesar -
0,007 yang menunjukkan bahwa jika nilai INFLASI meningkat 1% maka
akan menurunkan jumlah Sukuk Negara (SBSN) sebesar -0,007 dengan
asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap. Nilai koefisien
Jakarta Islamic Index (JII) (X2) adalah sebesar 2,039 yang menunjukkan
91
bahwa jika nilai Jakarta Islamic Index (JII) meningkat 1% maka akan
meningkatkan jumlah Sukuk Negara (SBSN) sebesar 2,039 dengan asumsi
bahwa variabel lain bernilai konstan atau tetap. Nilai koefisien Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X3) adalah sebesar 0,222 yang
menunjukkan bahwa jika nilai Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
meningkat 1% maka akan meningkatkan jumlah Sukuk Negara (SBSN)
sebesar 0,222 dengan asumsi bahwa variabel lain bernilai konstan atau
tetap.
C. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh Inflasi terhadap Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk
Negara (SBSN)
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, variabel Inflasi mempunyai nilai
signifikan 0,062 > 0,05. Hal ini berarti menolak Ha atau menerima H0
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi secara parsial tidak
signifikan atau tidak mempunyai pengaruh terhadap Sukuk Negara
(SBSN). Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan
oleh Rini (2012) menyatakan bahwa dalam jangka pendek Inflasi tidak
signifikan atau tidak mempunyai pengaruh. Sedangkan dalam jangka
panjang, Inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap penerbitan Sukuk.
Inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya konsumsi riil
masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat atas barang yang
92
dihasilkan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat
pendapatan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga obligasi
(Surat Utang Negara). Karena pada umumnya kenaikan upah tidaklah
secepat kenaikan harga–harga (Sukirno, 2006:339). Berbeda dengan
penelitian yang diamati oleh Selvianty (2015) yang menyatakan bahwa
indikator makroekonomi yang memiliki hubungan signifikan negatif
dalam jangka panjang terhadap pertumbuhan sukuk salah satunya adalah
Inflasi. Inflasi yang tinggi bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang
diperoleh investor dari investasinya. Sebaliknya jika tingkat inflasi suatu
negara mengalami penurunan, maka hal ini akan merupakan sinyal yang
positif bagi investor seiring dengan turunnya risiko daya beli uang dan
risiko penurunan pendapatan riil. Dengan melonjaknya harga dan
menurunnya daya beli masyarakat maka inflasi juga berimbas pada
perusahaan. Karena harga yang terus melambung namun pendapatan
masyarakat yang tetap. Inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi
hingga pada akhirnya merugikan perusahaan (Tandelilin 2001:212).
2. Pengaruh Jakarta Islamic Index (JII) terhadap Surat Berharga Syariah
Negara atau Sukuk Negara (SBSN)
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, variabel Jakarta Islamic Index (JII)
mempunyai nilai signifikan 0,001 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha atau
menolak H0 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Jakarta Islamic
Index (JII) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap atau Sukuk
Negara (SBSN). Jakarta Islamic Index (JII) sebagai salah satu tempat yang
93
investor mengetahui jenis-jenis saham apa saja yang diperbolehkan secara
syariah dan tidak mengandung unsur-unsur yang dilarang, maka Jakarta
Islamic Index menjadi indeks yang dapat diperhitungkan oleh investor
dalam memilih saham yang akan dipilih sesuai syariah. JII berisikan 30
saham syariah yang sudah melewati beberapa proses oleh BAPEPAM.
Peningkatan JII mencerminkan kinerja perusahaan yang meningkat
sehingga berpotensi untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar.
Pendapatan perusahaan yang meningkat akan menyebabkan kenaikan pada
penerbitan sukuk. Oleh karena itu masyarakat menginvestasikan dananya
melalui sukuk dengan harapan memperoleh return yang lebih besar.
Dengan kata lain, meningkatnya kinerja saham di JII akan memacu
peningkatan pada sukuk yang didapatkan.
3. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Surat
Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara (SBSN)
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, variabel Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) mempunyai nilai signifikan 0,000 < 0,05. Hal ini berarti
menerima Ha atau menolak H0 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara parsial berpengaruh
signifikan positif terhadap Sukuk Negara (SBSN). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Rini (2012) dalam jangka pendek, bonus SBIS tidak
ada pengaruh terhadap sukuk negara. Tetapi dalam jangka panjang,
variabel bonus SBIS mempengaruhi secara negatif. Ketika terjadi
penurunan bonus SBIS maka para emiten baik korporasi maupun
94
pemerintah akan memanfaatkan hal ini untuk menerbitkan obligasi
syariah. Hal ini dikarenakan dengan turunnya bonus SBIS maka dana yang
dikeluarkan untuk membayar return obligasi syariah akan lebih rendah
sehingga obligasi syariah yang diterbitkan menjadi bertambah.
Di indonesia investasi adalah salah satu cara untuk menambah
pendapatan nasional. Disamping itu, SBIS yang memiliki fungsi sebagai
salah satu kebijakan moneter memiliki peran yang cukup besar dalam
mengendalikan laju inflasi tentu ini akan menjadi salah satu alasan cukup
besar bagi para investor untuk menyimpan kekayaannya dalam bentuk
surat berharga. Jika dilihat dari kebijaksanaan moneter, investasi lebih
banyak dipengaruhi oleh suku bunga riil. Dan suku bunga riil dipengaruhi
oleh suku bunga SBI maupun SBIS. Bila tingkat suku bunga SBI maupun
SBIS tinggi maka tingkat suku bunga riil juga akan tinggi sehingga
masyarakat memilih untuk menyimpan uangnya di bank daripada
melakukan investasi dan begitu juga sebaliknya. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Camubar (2015) bahwa SBIS berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Sukuk Negara.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi pengaruh
dari faktor-faktor makroekonomi (Inflasi, JII, dan SBIS) yang
mempengaruhi Sukuk Negara (SBSN) Januari 2012 – Oktober 2017.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa variabel independen Inflasi dengan
tingkat signifikan sebesar 0,062 secara parsial tidak signifikan atau
tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel Sukuk Negara (SBSN).
Sedangkan variabel Jakarta Islamic Index (JII) dengan tingkat
signifikan sebesar 0,001, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 secara parsial atau
individual berpengaruh signifikan positif terhadap variabel dependen
Surat Berharga Syariah Negara atau Sukuk Negara (SBSN).
2. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa variabel independen Inflasi,
Jakarta Islamic Index (JII), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 secara simultan atau
bersama-sama berpengaruh terhadap Surat Berharga Syariah Negara
atau Sukuk Negara (SBSN).
B. Implikasi
Beberapa saran yang diajukan bagi pemerintah dan pelaku pasar
96
dalam menjalankan kegiatan investasi baik di pasar uang atau pasar modal
serta saran bagi peneliti dan akademisi dengan maksud dapat
meningkatkan penelitian di bidang investasi pasar uang dan pasar modal
antara lain:
1. Bagi pemerintah untuk mengevaluasi dan lebih mengembangkan
Sukuk Negara (SBSN), sukuk korporasi, dan sukuk lain-lainnya agar
lebih berkembang di negara kita Indonesia maupun di negara luar
yang sudah banyak menerapkan Sukuk.
2. Karena variabel makroekonomi terbukti berpengaruh terhadap
pergerakan harga Sukuk Negara. Walaupun pengaruhnya tidak begitu
besar karena adanya beberapa faktor lain yang mempengaruhinya
selain variabel ekonomi, tetapi pemerintah dan otoritas moneter harus
memperhatikan kestabilan ekonomi agar penyerapan dan pergerakan
terhadap Sukuk Negara dapat terkendali dengan baik. Sehingga dapat
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat serta Sukuk Negara ini
dapat dijadikan instrumen moneter oleh pemerintah dan dapat
dijadikan pembiayaan pemerintah ketika sedang mengalami defisit
anggaran.
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian yang lebih
luas agar menggunakan data yang lebih banyak lagi dengan
penambahan variabel lain dan mencoba obyek penelitian yang lain
sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat dan
baik.
97
DAFTAR PUSTAKA
Adhitia, R. Manurung, A.H. 2009. “Analysis of Indonesia Bond‟s Duration:
Corporate Versus Governance Bond”. Journal of Applied Finance and
Accounting.
Ahmad N, Siti Nurazira M.D, dan Kafeli Z. 2012. “Economic Forces and The
Sukuk Market”. Negeri Sembilan, Malaysia: Universiti Sains Islam
Malaysia.
Ahmad, Wahida dan Rafisah M.R. 2011. “Sustainability of Sukuk and
Conventional Bond during Financial Crisis: Malaysia‟s Capital Market”.
Global Economy and Financial Journal.
Anjani, Arum S. 2014. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerbitan Sukuk
Negara (SBSN) di Indonesia dari Tahun 2009 – 2013”. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Arifin, Zainal. 2008. “Metodelogi Penelitian Pendidikan”. Surabaya: Lentera
Cendikia.
Camubar, Muhammad A. 2015. “Analisis Faktor-faktor Makroekonomi yang
Mempengaruhi Penerbitan Sukuk Negara (SBSN) di Indonesia Periode
2009 – 2014”. Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Darmadji, Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M. 2001. “Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab”, Edisi pertama, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
Mugiyati, 2016. “Sukuk di Pasar Modal, Tinjauan Bisnis Investasi dan Fiqh”.
UIN Sunan Ampel Press, Surabaya.
Ghozali, Imam. 2012. “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS”.
Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 2007. “Dasar-Dasar Ekonometrika”. Jakarta: Erlangga.
Hamid, Abdul. 2009. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
Jakarta.
Hamid, Abdul. 2010. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta,
Jakarta.
Hamja, Yahya. 2014. “Ekonometri”. Global Future Institute. Jakarta.
Huda, Nurul, Mustafa Edwin N, dkk. 2007. “Ekonomi Makro Islam: Pendekatan
Teoritis”. Kencana Persada Media Group: Jakarta.
98
Ichsan, Ghazali S, dan Nurlela. 2013. “Dampak BI Rate, Tingkat Suku Bunga,
Nilai Tukar, dan Inflasi Terhadap Nilai Obligasi Pemerintah”. Jurnal
Keuangan dan Perbankan. Vol.17. No.2.
Karim, Adiwarman A. 2007. “Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua”. PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta.
Karim, Adiwarman A. 2008. “Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro”.
IIIt Indonesia.
Manurung, Mandala, dan Pratama R. 2004. “Uang, Perbankan, dam Ekonomi
Moneter (Kajian Konstekstual Indonesia)”. Lembaga Penerbit FEUI.
Jakarta.
Martalena, dan Maya Malinda. 2011. “Pengantar Pasar Modal”. Andi,
Yogyakarta.
Nachrowi, Nachrowi Djalal, Hardius Usman. 2006. “Penerbitan Populer dan
Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Jakarta:
Lembaga Penerbit Universitas Indonesia.
Nasrullah A, Burhan U, dan Multifah. 2013. “Studi Kepatuhan Syariah dan
Manfaat Ekonomi Terhadap Minat Investor dalam Pembelian Sukuk
Negara”. Jurnal Ekonomi Islam. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Oramahi, H.A. 2007. “Perancangan Percobaan (Aplikasi dengan SPSS dan
SAS)”. Yogyakarta: Gava Media.
Puspita, W.A. dan Haryono, A. 2012. “Analisis Pengaruh Suku Bunga SBI
terhadap Nilai emisi Obligasi baik dalam Jangka Pendek maupun Jangka
Panjang di Pasar Modal Indonesia Periode Tahun 2007-2009”. Jurnal
Ekonomi dan Studi Pembangunan.
Putong, Iskandar. 2000. “Pengantar Ekonomi Mikro & Makro”. Ghalia
Indonesia: Jakarta.
Rini, Mustika. 2012. “Obligasi Syariah (Sukuk) Dan Indikator Makroekonomi
Indonesia: Sebuah Analisis Vector Error Correction Model (VECM)”.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Rodoni, Ahmad. 2009. “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
Jakarta.
Said A, dan Grassa R. 2013. “The Determinants of Sukuk Market Development:
Does Macroeconomic Factors Influence the Construction of Certain
Structure of Sukuk?”. Journal of Applied Finance and Banking, Vol.3,
No.5.
99
Selvianti, Inneke. 2015. “Analisa Indikator Makro Ekonomi Terhadap
Pertumbuhan Sukuk di Indonesia: Sebuah Analisa dengan Metode Error
Correction Model (ECM)”. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. “Analisis Linier Berganda dengan SPSS”.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiono. 2009. “Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Alfabeta:
Bandung.
Sukirno, Sadono. 2006. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Suliyanto. 2011. “Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS”.
Yogyakarta: ANDI
Sutedi, Adrian. 2011. “Pasar Modal Syariah Sarana Investasi Keuangan
Berdasarkan Prinsip Syariah”. Sinar Grafika: Jakarta.
Tandelilin, Eduardus. 2001. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi
Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Umi Narimawati. 2008. “Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori
dan Aplikasi”. Bandung: Agung Media.
100
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian
Miliar Rupiah
Periode SBSN INFLASI JII SBIS
Jan-12 62.772 3.65 562.535 10.663
Feb-12 61.287 3.56 566.754 4.243
Mar-12 81.916 3.97 584.060 6.668
Apr-12 87.716 4.50 575.088 3.825
Mei-12 92.536 4.45 525.052 3.644
Jun-12 95.991 4.53 544.190 3.936
Jul-12 96.451 4.56 573.731 3.036
Agu-12 96.991 4.58 569.935 2.918
Sep-12 97.814 4.31 600.840 3.412
Okt-12 98.810 4.61 619.270 3.321
Nov-12 98.818 4.32 588.776 3.242
Des-12 98.818 4.30 594.789 4.993
Jan-13 98.818 4.57 604.610 4.709
Feb-13 108.303 5.31 645.219 5.103
Mar-13 109.968 5.90 660.337 5.611
Apr-13 111.638 5.57 682.691 5.343
Mei-13 109.693 5.47 676.583 5.423
Jun-13 111.283 5.90 660.165 5.443
Jul-13 116.948 8.61 623.747 4.640
Agu-13 117.788 8.79 592.002 4.299
Sep-13 119.223 8.40 585.593 4.523
Okt-13 119.407 8.32 615.706 5.213
Nov-13 119.697 8.37 579.868 5.107
Des-13 118.707 8.38 585.110 6.699
Jan-14 117.668 8.22 602.873 5.253
Feb-14 111.687 7.75 626.864 5.331
Mar-14 132.296 7.32 640.411 5.843
Apr-14 134.436 7.25 647.674 6.234
Mei-14 135.786 7.32 656.830 6.234
Jun-14 136.861 6.70 654.999 6.782
Jul-14 138.266 4.53 690.396 5.880
Agu-14 138.815 3.99 691.132 6.514
Sep-14 144.640 4.53 687.619 6.450
Okt-14 144.705 4.83 670.443 6.680
Nov-14 144.425 6.23 683.015 6.530
101
Periode SBSN INFLASI JII SBIS
Des-14 143.900 8.36 691.039 8.130
Jan-15 152.091 6.96 706.676 8.050
Feb-15 154.196 6.29 722.098 9.040
Mar-15 178.426 6.38 728.204 8.810
Apr-15 180.556 6.79 664.803 9.130
Mei-15 185.026 7.15 698.069 8.858
Jun-15 189.406 7.26 656.991 8.458
Jul-15 195.501 7.26 641.971 8.163
Agu-15 197.876 7.18 598.284 8.585
Sep-15 185.630 6.83 556.088 7.720
Okt-15 189.110 6.25 586.096 7.192
Nov-15 199.964 4.89 579.797 6.495
Des-15 201.017 3.35 603.349 6.280
Jan-16 207.732 4.14 612.750 6.275
Feb-16 198.544 4.42 641.860 7.188
Mar-16 302.747 4.45 652.687 6.994
Apr-16 250.989 3.60 653.258 7.683
Mei-16 260.259 3.33 648.852 7.225
Jun-16 255.645 3.45 694.344 7.470
Jul-16 261.600 3.21 726.610 8.130
Agu-16 270.850 2.79 746.872 8.947
Sep-16 284.270 3.07 739.690 9.442
Okt-16 286.305 3.31 739.911 10.335
Nov-16 288.545 3.58 682.711 11.042
Des-16 284.990 3.02 694.127 10.788
Jan-17 295.502 3.49 690.593 11.878
Feb-17 307.089 3.83 698.083 12.683
Mar-17 313.773 3.61 718.350 12.273
Apr-17 319.203 4.17 738.193 11.533
Mei-17 329.296 4.33 733.692 10.446
Jun-17 336.706 4.37 749.603 9.421
Jul-17 342.041 3.88 748.371 10.966
Agu-17 357.821 3.82 746.258 11.716
Sep-17 368.260 3.72 733.296 12.626
Okt-17 378.260 3.58 728.260 11.555
102
Lampiran 2: Hasil Uji Normalitas
Analisis Grafik Histogram
Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
103
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Predicted Value
N 70
Normal Parametersa,,b Mean 1.6216490
Std. Deviation .07508323
Most Extreme Differences Absolute .086
Positive .059
Negative -.086
Kolmogorov-Smirnov Z .724
Asymp. Sig. (2-tailed) .672
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
104
Lampiran 3: Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 INFLASI .927 1.078
Ln_JII .486 2.057
Ln_SBIS .503 1.988
a. Dependent Variable: Ln_SBSN
105
Lampiran 4: Hasil Uji Heterokedastisitas
106
Lampiran 5: Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .832a .692 .678 .05124 .303
a. Predictors: (Constant), Ln_SBIS, INFLASI, Ln_JII
b. Dependent Variable: Ln_SBSN
107
Lampiran 6: Hasil Uji Hipotesis
Uji t (Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -2.289 1.133 -2.020 .047
INFLASI -.007 .004 -.135 -1.896 .062
Ln_JII 2.039 .614 .326 3.322 .001
Ln_SBIS .222 .041 .525 5.444 .000
a. Dependent Variable: Ln_SBSN
Uji F (Simultan)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .389 3 .130 49.390 .000a
Residual .173 66 .003
Total .562 69
a. Predictors: (Constant), Ln_SBIS, INFLASI, Ln_JII
b. Dependent Variable: Ln_SBSN
108
Uji Adjusted R Square (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .832a .692 .678 .05124 .303
a. Predictors: (Constant), Ln_SBIS, INFLASI, Ln_JII
b. Dependent Variable: Ln_SBSN
109
Lampiran 7: Hasil Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -2.289 1.133 -2.020 .047
INFLASI -.007 .004 -.135 -1.896 .062
Ln_JII 2.039 .614 .326 3.322 .001
Ln_SBIS .222 .041 .525 5.444 .000
a. Dependent Variable: Ln_SBSN