(I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai,...

287
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintah perlu mengadakan pembangunan dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka pembangunan nasional adalah pembangunan umum, seperti pembangunan jalan raya, pemukiman rakyat, pembangunan pasar tradisional, pembangunan gedung-sekolah dan sebagainya. Pembangunan nasional untuk kepentingan umum seperti ini diperlukan lahan yang luas dan pemiliknya sangat banyak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tanah tersebut dilakukan pembebasan tanah yang pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip yang terkandung di dalam Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan hukum tanah nasional 1 . Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan, bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung 1 Penjelasan Umum Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. 1

Transcript of (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai,...

Page 1: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, pemerintah perlu mengadakan pembangunan dalam segala aspek

kehidupan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka

pembangunan nasional adalah pembangunan umum, seperti pembangunan

jalan raya, pemukiman rakyat, pembangunan pasar tradisional, pembangunan

gedung-sekolah dan sebagainya.

Pembangunan nasional untuk kepentingan umum seperti ini

diperlukan lahan yang luas dan pemiliknya sangat banyak. Dalam rangka

memenuhi kebutuhan tanah tersebut dilakukan pembebasan tanah yang

pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip yang terkandung

di dalam Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

hukum tanah nasional1. Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan, bahwa bumi, air dan kekayaan

alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat2. Hak menguasai negara tersebut,

memberikan wewenang kepaa negara, diantaranya untuk mengatur dan

menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan

bumi, air dan ruang angkasa3.

Untuk melaksanakan wewenang tersebut, hal yang sudah disadari oleh

pembentuk Undang-Undang Pokok Agraria, bahwa hukum tanah yang

dibangun itu harus didasarkan pada nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat

1Penjelasan Umum Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

2Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 333Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Pasal

3 ayat (2) huruf a.

1

Page 2: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Indonesia sendiri, yaitu hukum adat, secara teoretik, hukum tanah yang

dibangun berdasarkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat4, dan

pencabutan hak atas tanah oleh negara untuk kepentingan umum harus

dilakukan dengan pemberian ganti rugi yang layak dan sebaiknya harus

diperoleh melalui musyawarah, maka pengambilan hak atas tanah untuk

kepentingan umum, seharusnya akan diterima dan dipatuhi oleh masyarakat,5

sehingga sengketa akan relatif jarang terjadi. Akan tetapi kenyataannya,

pengadaan tanah untuk kepentingan umum, ternyata banyak menimbulkan

sengketa6, antara pemerintah dengan pemilik tanah baik sebagai perseorangan

maupun badan hukum yang terkena proyek pembebasan tanah.

Tanah memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

yaitu karena kehidupan manusia sama sekali tidak dapat dipisahkan dari

tanah. Manusia hidup di atas tanah (bermukim) dan memperoleh bahan

pangan dengan cara mendayagunakan tanah. Manusia akan hidup senang

serba kecukupan kalau mereka dapat menggunakan tanah yang dimilikinya

sesuai dengan hukum alam yang berlaku, dan manusia akan dapat hidup

tenteram dan damai kalau mereka dapat menggunakan hak-hak dan

kewajibannya sesuai dengan batas-batas tertentu dalam hukum yang berlaku

untuk mengatur kehidupan manusia itu dalam masyarakat.

Tanah memiliki hukumnya sendiri yaitu keberadaannya tak dapat di

tambah namun sebaliknya kebutuhan atas tanah selalu meningkat seiring

dengan jumlah penduduk. Betapa pentingnya arti sebuah tanah sehingga

sesuai dengan falsafah atau kultur masyarakat Jawa ”Sedumuk bathuk senyari

bumi”.Tersedianya tanah merupakan kunci eksistensi manusia dan

4Freiderich Carl Von Savigny, menyatakan bahwa hukum itu bukan hanya dikeluarkan oleh penguasa publik dalam bentuk perundang, namun hukum adalah jiwa bangsa (volgeist). Satjipto Rahardjo, “Membedah Hukum Progresif”, Jakarta, Kompas Media Nusantara, 2006,hlm. 164.

5Harbermas mengatakan bahwa validitas hukum ditentukan oleh konsensus yang dibuat oleh elemen-elemen masyarakat. ia tidak melihat nilai-nilai kemanusiaan yang menjadi acuan validitas hukum itu sebagai nilai- nilai obyektif, karena itu, maka nilai-nilai itu harus ditemukan melalui concencus bersama, Rezaa A.A Wattimena, Melampaoi Negara hukum Klasik, Locke Rausseau Harbermas, Yogyakarta: Kanisius, 2007, hlm. xvi-xvii.

6 Darwin Ginting, Kapita Selekta Hukum Agraria, Jakarta: Fokussindo Mandiri, 2013, hlm. 122

2

Page 3: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pengaturan serta penggunaannya merupakan kebutuhan yang sangat penting.

Tanah dalam pembangunan nasional merupakan salah satu modal dasar yang

strategis. Hal ini untuk menopang tujuan nasional sesuai yang termaktub

dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yaitu memajukan

kesejahteraan umum, sehingga akan terwujud suatu masyarakat adil dan

makmur baik dalam materiil maupun spirituil berdasarkan Pancasila dalam

ruang lingkup Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan

berkedaulatan rakyat serta kehidupan berbangsa bernegara yang tertib, aman

dan dinamis untuk mewujudkan kesejahteraan yang adil dan merata bagi

segenap rakyat Indonesia. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan tersebut

maka dilaksanakan suatu program pembangunan yang terpadu dan

menyeluruh dan berkelanjutan termasuk dalam bidang pertanahan.

Di satu sisi tanah dipergunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara lahir, batin, dan merata,

di sisi lain perlu dijaga kelestariaannya. Tanah merupakan karunia Tuhan

yang dapat digunakan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat bangsa Indonesia, maka perlu adanya campur tangan pemerintah untuk

mewujudkan hal tersebut. Hal ini sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (selanjutnya ditulis Undang-

UndangDasar 1945) yang berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-

besarnya untuk kemakmuran rakyat “. Dari bunyi Pasal tersebut dapat

diketahui bahwa penggunaan bumi (tanah), air dan kekayaan alam yang

terkandung didalam harus dikuasai oleh negara untuk dipergunakan bagi

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat yaitu untuk mewujudkan

kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Seluruh batang tubuh Undang-UndangDasar 1945 merupakan suatu

penjabaran dari Pancasila, maka dengan sendirinya kesejahteraan yang

dimaksud adalah kesejahteraan lahir batin, adil, dan merata bagi seluruh

rakyat Indonesia. Melihat materi dari Pasal 33 ayat (3) Undang-UndangDasar

1945 di atas maka tujuan negara di sini merupakan tujuan dari negara

3

Page 4: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Republik Indonesia yang bersifat mendasar dan abadi, juga bersifat filosofi

dan keadilan7. Dengan demikian, antara dikuasai negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat adalah dua hal yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Artinya, dikuasainya bumi (tanah), air, dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya oleh negara, semata-mata

dimaksudkan untuk dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan elit tertentu dari instansi

pemerintah yang memerlukan tanah tersebut.8

Betapa pentingnya tanah bagi kehidupan manusia sehingga diatur

dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-UndangDasar 1945 yang menyatakan “Bumi

air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Berdasarkan ketentuan

tersebut kita mengetahui bahwa kemakmuran masyarakat adalah tujuan utama

dalam pemanfaatan sumber daya alam di Indonesia.

Sebagai implementasi dari Pasal 33 ayat (3) Undang-UndangDasar

1945, pada tanggal 24 September 1960 pemerintah mengundangkan Undang-

Undang No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang

lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria yang termuat dalam

Lembaran Negara No.104 tahun 1960.

Menurut Herma Yulis dalam Achmad Rubaeie, tanah mempunyai arti

penting karena mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai social asset dan

capital asset. Sebagai social asset, tanah merupakan sarana pengikat kesatuan

sosial di kalangan masyarakat Indonesia untuk hidup dan kehidupan,

sedangkan sebagai capital asset tanah merupakan faktor modal dalam

pembangunan dan tanah telah tumbuh sebagai benda ekonomi yang sangat

penting sekaligus sebagai bahan perniagaan dan objek spekulasi9.

7Mohammad Hatta, Hukum Tanah Nasional dalam Perspektif Negara Kesatuan. Media Abadi. Yogyakarta, 2005, hlm.1

8Achmad Rubaeie, Hukum Pengadaan Tanah Untuk KepentinganUmum , Bayumedia Publishing, Malang, 2007, hlm. 2

9Ibid, hlm. 1

4

Page 5: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Menurut hukum adat, manusia dengan tanah mempunyai hubungan

magis religius selain hubungan hukum. Hubungan itu tidak hanya antara

individu dengan tanah tetapi juga antar kelompok anggota masyarakat suatu

persekutuan hukum adat (Rechtgemeenschap) di dalam hubungan dengan hak

ulayat10.Di satu sisi tanah dipergunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara lahir, batin, dan merata,

di sisi lain perlu dijaga kelestariaannya. Tanah merupakan karunia Tuhan

yang dapat digunakan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan

rakyat bangsa Indonesia, maka perlu adanya campur tangan pemerintah untuk

mewujudkan hal tersebut. Hal ini sesuai dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia 1945 (selanjutnya ditulis UUD 1945) yang

berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran

rakyat “. Dari bunyi Pasal tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan bumi

(tanah), air dan kekayaan alam yang terkandung didalam harus dikuasai oleh

negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat

yaitu untuk mewujudkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

Seluruh batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 merupakan suatu

penjabaran dari Pancasila, maka dengan sendirinya kesejahteraan yang

dimaksud adalah kesejahteraan lahir batin, adil, dan merata bagi seluruh

rakyat Indonesia. Melihat materi dari Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar

1945 di atas maka tujuan negara di sini merupakan tujuan dari negara

Republik Indonesia yang bersifat mendasar dan abadi, juga bersifat filosofi

dan keadilan11. Dengan demikian, antara dikuasai negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat adalah dua hal yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Artinya, dikuasainya bumi (tanah), air, dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya oleh negara, semata-mata

dimaksudkan untuk dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

10Ibid, hlm.4011Ibid, hlm.1

5

Page 6: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

bukan untuk kepentingan kelompok atau golongan elit tertentu dari instansi

pemerintah yang memerlukan tanah tersebut12.

Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun1960 Tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya ditulis UUPA)

menegaskan, bahwa kewenangan negara terkait hak menguasai tanah dalam

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 adalah :

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan

atau pemeliharaannya;

2. Menentukan dan mengatur hak-hak yang dapat dipunyai atas bagian

(bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu; dan

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang

angkasa, segala sesuatunya dengan tujuan untuk mencapai sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat dalam masyarakat adil dan makmur.

Dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dalam

Pasal 2 ayat (3) UUPA diartikan sebagai kebahagiaan, kesejahteraan, dan

kemerdekaan dalam masyarakat dan negara hukum Indonesia yang merdeka

berdaulat, adil, dan makmur. Sehubungan dengan ketentuan tersebut, maka

penggunaan tanah tidak hanya untuk kepentingan individu saja tetapi juga

kepentingan masyarakat luas di Indonesia. Bunyi Pasal tersebut tersirat

bahwa penggunaan tanah juga harus memperhatikan dan mempertimbangkan

kepentingan sosial.

Hak-hak atas tanah yang individual dan bersifat pribadi dalam

konsepsi hukum tanah nasional mengandung unsur kebersamaan13. Unsur

kebersamaan atau unsur kemasyarakatan tersebut ada pada tiap hak atas

tanah, karena semua hak atas tanah secara langsung ataupun tidak langsung

bersumber pada hak bangsa, yang merupakan hak bersama. Pasal 6 UUPA,

menyatakan : “Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial.” Dari

ketentuan tersebut berarti penggunaan tanah tidak hanya menyangkut

12Achmad Rubaei, Op. Cit. hlm. 213 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-Undang

Agraria, Isi dan Pelaksanaannya edisi Revisi).Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 231

6

Page 7: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

kepentingan individu atau golongan pemegang hak atas tanah tersebut,

melainkan juga harus memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebab,

kepentingan pribadi sudah termasuk juga di dalam kepentingan masyarakat.

Jadi harus ada keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan

umum (masyarakat) dalam pemanfaatan serta penggunaan tanah.

Menurut Ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945

Juncto Pasal 2 ayat (3) Juncto Pasal 6 UUPA, maka terkait hak atas tanah

mempunyai fungsi sosial, negara perlu melakukan berbagai ragam kebijakan

dan kegiatan yang memerlukan berbagai macam ketrampilan dan keahlian,

termasuk mengatur penggunan tanah bagi kepentingan umum dalam

pengadaan tanah untuk pembangunan, di mana tujuan utamanya tetap harus

untuk kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Sebagaimana dalam Pasal

18 UUPA dinyatakan bahwa untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan

bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah

dapat dicabut, dengan memberikan ganti kerugian yang layak dan menurut

cara yang diatur dengan Undang-Undang.

Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah yang membutuhkan

tanah dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam pelaksanaanya

harus mempertimbangkan banyak hal. Argumentasinya, menurut Imam

Koeswahyono yang mengutip pendapat Soemarjono dan Oloan Sitorus,

bahwa pengadaan tanah harus berdasarkan atau mencangkup prinsip14:

1. Penguasaan dan penggunaan tanah oleh siapapun dan untuk keperluan

apapun harus ada landasan haknya;

2. Semua hak atas tanah secara langsung maupun tidak langsung bersumber

pada hak bangsa (ini kaitannya dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang

Dasar 1945 Juncto Pasal 1 dan 2 UUPA);

3. Cara untuk memperoleh tanah yang sudah dimiki haknya oleh seseorang

atau badan hukum harus melalui kata sepakat antar pihak yang bersangkutan

14 Imam Koeswahyono, Melacak Dasar Konstitusional Pengadaan Tanah untuk KepentinganPembangunan Bagi Umum”, dimuat dalam Artikel Jurnal Konstitusi. Vol.1 Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2008. Hlm. 5

7

Page 8: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

(kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak

Asasi Manusia ( selanjutnya ditulis UU HAM));dan

4. Dalam keadaan yang memaksa artinya jalan lain yang ditempuh gagal, maka

presiden memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan hak tanpa

persetujuan subyek hak menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961

Tentang Pencabutan Hak-Hak Tanah dan Benda-Benda yang Ada di

Atasnya (selanjutnya ditulis UU No 20 Tahun 1961).

Pemilikan tanah oleh individu sebagaimana diuraikan dalam Pasal 9

ayat (2) UUPA sewaktu-waktu dapat digugurkan karena berhadapan dengan

pembangunan bagi kepentingan umum. Adapun di lain pihak sebagian dari

masyarakat memerlukan tanah sebagai tempat pemukiman dan tempat mata

pencahariannya. Bilamana hal tersebut diambil begitu saja dan dipergunakan

untuk keperluan pembangunan, maka dapat berdampak mengesampingkan

kepentingan perseorangan yang dikhawatirkan akan menghilangkan hak

perseorangan untuk hidup secara layak. Secara tegas Hak Milik telah

mendapatkan perlindungan yang kuat dalam pasal 28H Undang-Undang Dasar

1945, dinyatakan “Setiap orang berhak mempunyai milik pribadi dan Hak

Milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh

siapapun”. Pasal 36 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Hak Asasi Manausia,

menyatakan: “(1) Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun

bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, keluarga,

bangsa, dan masyarakat dengan cara yang tidak melanggar hukum. (2) Tidak

seorangpun boleh dirampas miliknya dengan sewenang-wenang dan secara

melawan hukum”.

Salah satu persoalan yang masih dihadapi sehubungan dengan

pelaksanaan kepentingan umum adalah menentukan keseimbangan antara

kepentingan umum dan kepentingan pribadi pemegang hak atas tanah.

Pembangunan yang tengah dilaksanakan oleh pemerintah seringkali

berbenturan berbagai masalah pengadaan tanah yang mengabaikan hak atas

tanah yang dimiliki masyarakat. Permasalahan ini muncul baik dalam tahap

awal, pelaksanaan maupun pemberian ganti rugi yang kurang layak yang tanpa

8

Page 9: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

melibatkan masyarakat pemegang hak atas tanah

(http://sosiologipertanahan.blogspot.com/2014/04/hambatan-fungsi-sosial.html ,

3 April 2014, jam 16.00 WIB), sehingga pengadaan tanah yang berdalih untuk

kepentingan umum sering kali melanggar hak asasi manusia.

Selain itu, persoalan yang paling disorot adalah kriteria pembatasan

“kepentingan umum” yang membuka kemungkinan pengadaan tanah oleh

swasta difasilitasi oleh Pemerintah. Pengertian kepentingan umum

dikhawatirkan akan diartikan secara luas sehingga dapat melanggar hak milik

atas tanah di Indonesia yang belum sepenuhnya dilindungi sistem hukum15.

Demikian juga selain perangkat aturan yang ada saat ini dilihat belum

mengakomodasi keperluan kepentingan pembangunan. Wadahnya pun disorot

tidak layak, lantaran persoalan tanah yang terkait hak asasi manusia tidak

dihimpun dalam Undang-Undang.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang diadakan oleh

Pemerintah, apabila melalui pembebasan tanah tidak bisa tercapai maka

melalui pencabutan hak milik. Hal demikian diatur dalam Pasal 1 Undang-

Undang No 20 Tahun 1961, menyatakan bahwa: “Untuk kepentingan umum,

termasuk kepentingan Bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari

rakyat, sedemikian pula kepentingan pembangunan, maka Presiden dalam

keadaan yang memaksa setelah mendengar Menteri Agraria, Menteri

Kehakiman dan Menteri yang bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah

dan benda-benda yang ada diatasnya”.

Terkait dengan pelaksanaan pencabutan hak atas tanah, terkadang organ

Pemerintah melakukan perbuatan yang melanggar hukum (onrechmatige

overheidsdaad) publik, seperti dalam hal pelaksanaan pencabutan Hak Milik.

Pelanggaran hukum tersebut seperti dalam hal16:

1. Penetapan ganti rugi oleh panitia penaksir telah ditetapkan dengan tidak

mengindahkan dasar-dasar pertimbangan yang layak, sehingga dirasa sangat

mustahil untuk diterima oleh yang bersangkutan;dan/atau

15 Mohammad Hatta, Op. Cit, hlm 15716 Marmin M.Roosadijo. Tinjauan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda

yang Ada di Atasnya. Ghalia Indonesia, Jakarta,1979, hlm. 31

9

Page 10: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

2. Daerah penampungan yang ditunjuk Pemerintah ternyata tidak memenuhi

persyaratan hidup untuk dihuni berhubung tiada sumber air atau air yang

terdapat di daerah itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena adanya

pencemaran lingkungan.

Apabila kita ikuti kasus-kasus seputar pengadaan tanah untuk

kepentingan umum, yang kebanyakan pemicunya terkait dengan pemberian

ganti rugi, baik dalam bentuk, pelaksanaan pembayarannya maupun

besarnya ganti rugi. Pembayarannya terkadang tidak langsung tunai dan

diundur-undur dan besarnya ganti rugi tidak layak. Guna menghindari

konflik terkait pemberian ganti rugi baik mengenai bentuk maupun besarnya

harus ditetapkan berdasarkan musyawarah antara kedua belah pihak yang

mempunyai kedudukan sama dan sederajad, sehingga antara pihak

pemerintah dengan pemegang hak atas tanah terjadi keseimbangan.

Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang dilaksanakan

dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah harus memperhatikan

peran tanah dalam kehidupan manusia dan dilakukan berdasarkan prinsip

penghormatan terhadap hak atas tanah. Pemerintah tidak boleh mengambil

atau mencabut hak atas tanah sewenang-wenang dengan berdalih untuk

kepentingan umum tanpa mempertimbangkan prinsip penghormatan hak

atas tanah. Termasuk pengadaan tanah untuk kepentinganm umum yang

terjadi di Wilayah Hukum Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo yaitu

pengadaan tanah untuk sarana pendidikan yang dipergunakan untuk

pendirian Kampus yang memerlukan lahan seluas 90 hektar.

Berdasarkan uraian di atas, maka menarik penulis untuk mempelajari

dan mengakaji lebih dalam terkait hal tersebut dalam sebuah penulisan

penelitian hukum dengan judul : IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG

NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI

PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DITINJAU

DARI TEORI HUKUM PEMBANGUNAN. (Studi Kasus di Kantor

Pertanahan Kabupaten Wonosobo).

10

Page 11: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Pasal 18 Undang-Undang Pokok Agraria, maka dalam

pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

harus berdasarkan prinsip penghormatan hak atas tanah, yang mencangkup

untuk kepentingan umum, ganti rugi yang layak dan tata caranya yang diatur

dengan Undang-Undang. Adapun permasalahan yang dikaji dalam penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan

untuk kepentingan umum yang dapat memberikan perlindungan hukum

bagi pemegang hak atas tanah?

2. BagaimanaPengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan?

3. Permasalahan apakah yang dihadapi Kantor Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Wonosobo dalam Pengimplementasian Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah hal-hal tertentu yang hendak dicapai dalam

suatu penelitian. Tujuan penelitian akan memberikan arah dalam pelaksanaan

penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Tujuan Objektif

Tujuan Objektif dari penelitian ini adalah:

a. Mengetahui tata cara pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan

untuk kepentingan umum yang dapat memberikan perlindungan

hukum bagi pemegang hak atas tanah.

b. MengetahuiPengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan.

11

Page 12: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

c. Untuk Mengetahui Permasalahan yang dihadapi Kantor Badan

Pertanahan NasionalKabupaten Wonosobo dalam

Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan.

2. Tujuan Subjektif

Tujuan Subjektif penelitian ini adalah :

a. Menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan analitis penulis

mengenai Hukum Agraria, terutama menyangkut prinsip

penghormatan hak atas tanah dalam pengadaan tanah untuk

Pembangunan demi kepentingan umum;

b. Melatih kemampuan penulis dalam menerapkan teori ilmu hukum,

mengembangkan, dan memperluas wacana pemikiran serta

pengetahuan yang didapat selama perkuliahan guna menganalisis

permasalahan-permasalahan yang muncul dalam hal prinsip

penghormatan hak atas tanah dalam pengadaan tanah untuk

kepentingan umum; di lihat dari sisi teeori hukum pembangunan.

c. Memperoleh bahan dan informasi secara lebih jelas dan lengkap

sebagai bahan untuk menyusun Tesis, guna memenuhi persyaratan

akademis dalam mencapai Magister Hukum Konsentrasi Hukum

Kebijakan Publik di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan mempunyai manfaat bukan hanya

bagi penulis saja, tapi diharapkan juga dapat berguna bagi pihak-pihak lain.

Adapun manfaat dalam penelitian ini, yaitu :

12

Page 13: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

1. Manfaat Teoretis

Manfaat Teoretis dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menambah pengetahuan mengenai ilmu hukum agraria terutama

mengenai masalah Pengadaan Tanah untuk pembangunan demi kepentingan

umum.

b. Untuk mengembangkan wawasan ilmiah yang dapat digunakan dalam

penulisan ilmiah di bidang hukum terutama hukum agraria.

a. Memperkaya referensi dan literatur kepustakaan hukum Hukum Agraria

tentang prinsip penghormatan hak atas tanah dalam pengadaan tanah

untuk Pembangunan demi kepentingan umum.

2. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis dari penelitian ini adalah:

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan

pola pikir ilmiah, serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam

menerapkan ilmu yang diperoleh;dan

b. Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis pada tahap selanjutnya dan berguna bagi

para pihak yang pada kesempatan lain mempunyai minat untuk

mengkaji permasalahan yang sejenis.

13

Page 14: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Tinjauan Tentang Hak Atas Tanah

a. Pengertian Hak Atas Tanah

Menurut Boedi Harsono, hak atas tanah merupakan hak

penguasaan atas tanah yang berisikan serangkaian wewenang,

kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat

sesuatu mengenai tanah yang dihaki. Sesuatu yang boleh, wajib atau

dilarang untuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan itulah

yang menjadi kriteria atau tolok pembeda di antara hak-hak penguasaan

atas tanah yang diatur dalam hukum tanah17.

Menurut Urip Santosa yang mengutip pendapat Soedikno

Mertokusumo yang dimaksud hak atas tanah adalah hak yang memberi

wewenang kepada yang mempunyai hak untuk menggunakan atau

mengambil manfaat dari tanah yang dihakinya. Kata “menggunakan”

mengandung pengertian bahwa hak atas tanah digunakan untuk

kepentingan pembangunan, misalnya rumah, toko, hotel, kantor, dan

pabrik. Kata “ mengambil manfaat” mengandung pengertian bahwa hak

atas tanah digunakan untuk kepentingan pertanian, perikanan,

peternakaan, perkebunan18.

b. Macam Hak Atas Tanah

Pasal 4 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Pokok

Agrariadinyatakan bahwa atas dasar menguasai dari negara ditentukan

adanya macam-macam hak atas tanah, yang dapat diberikan kepada dan

dipunyai baik sendirian maupun secara bersama-sama dengan orang lain

17Boedi Harsono, Op. Cit. hlm. 28318 Urip Santosa, Pendaftaran dan Perolehan Hak Atas Tanah. Kencana, Jakarta, 2010,

hlm. 49

14

Page 15: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

serta badan-badan hukum di mana hak atas tanah ini memberi

wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan sedemikian

rupa, begitu pula bumi dan air serta ruang udara diatasnya sekedar

diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan

penggunaan tanah itu, dalam batas-batas menurut Undang-Undang

Pokok Agrariadan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Macam-macam hak atas tanah yang disebutkan dalam Pasal 16

Undang-Undang Pokok Agrariadan Pasal 53 Undang-Undang Pokok

Agrariadikelompokkan menjadi 3 bidang, yaitu:

1) Hak atas tanah yang bersifat tetap

Yaitu hak-hak atas tanah ini akan tetap ada atau berlaku selama

Undang-Undang Pokok Agrariamasih berlaku atau belum dicabut

dengan Undang-Undang yang baru. Macam hak atas tanah ini

adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai,

hak sewa untuk bangunan, hak membuka tanah, dan hak memungut

hasil hutan.

2) Hak atas tanah yang akan ditetapkan dengan Undang-Undang

Yaitu hak atas tanah yang akan lahir kemudian yang akan ditetapkan

dengan Undang-Undang. Hak macam tanah ini belum ada.

Berkaitan dengan hak atas tanah ini, menurut Emelan Ramelan

dalam Urip Santosa menyatakan bahwa pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria menyadari bahwa dalam perkembangannya

nanti akan sangat dimungkinkan timbulnya hak atas tanah yang baru

sebagai konsekuensi dari adanya perkembangan masyarakat, hanya

saja pengaturannya harus dalam bentuk Undang-Undang.

3) Hak atas tanah yang bersifat sementara

Yaitu hak atas tanah yang sifatnya sementara, dalam waktu yang

singkat akan dihapuskan dikarenakan mengandung sifat-sifat

pemerasan, mengandung sifat feodal, dan bertentangan dengan jiwa

Undang-Undang Pokok Agraria. Macam hak atas tanah ini adalah

15

Page 16: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Hak Gadai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Menumpang, dan Sewa

Tanah Pertanian.

Berdasarkan asal tanahnya, hak atas tanah dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu:19

1) Hak atas tanah yang bersifat primer.

Yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah negara. Macam-macam

hak atas tanah ini adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna

bangunan atas tanah negara, dan hak pakai atas tanah negara.

2) Hak atas tanah yang bersifat sekunder.

Yaitu hak atas tanah yang berasal dari tanah pihak lain. Macam-

macam hak atas tanah ini adalah hak guna bangunan atas tanah hak

pengelolaan, hak guna bangunan atas tanah hak milik, hak pakai

atas tanah hak milik, hak sewa untuk bangunan, hak gadai, hak

usaha bagi hasil, hak menumpang, dan hak sewa tanah Pertanian.

Berdasarkan macam hak atas tanah di atas, lebih jelasnya

sebagai berikut :

1) Hak milik

Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh

yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan tetap mengingat

ketentuan tentang hak atas tanah untuk fungsi sosial (Pasal 20 ayat

(2) Undang-Undang Pokok Agraria). Hak milik merupakan hak yang

paling kuat atas tanah, yang memberikan kewenangan kepada

pemiliknya untuk memberikan kembali suatu hak lain di atas bidang

tanah hak milik yang dimilikinya tersebut (dapat berupa hak guna

bangunan atau hak pakai, dengan pengecualian hak guna usaha),

yang hampir sama kewenangan negara (sebagai penguasa) untuk

memberi hak atas tanah kepada warganya20.

Hak milik berjangka waktu selama-lamanya (tidak dibatasi

oleh jangka waktu). Selama pemegang haknya masih memenuhi

syarat sebagai subyek hak milik, maka hak milik tersebut tetap 19Ibid, hlm. 52-5320 Kartini Muljadi,dkk., . Hak-Hak Atas Tanah. Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm.30

16

Page 17: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

berlaku. Sebaliknya, kalau pemegang haknya tidak lagi memmenuhi

syarat sebagai subyek hak milik, maka hak milik tersebut menjadi

hapus.

Sifat khas dari hak milik yaitu turun temurun, terkuat, dan

terpenuh. Turun-temurun artinya hak milik tidak hanya berlangsung

selama hidupnya orang yang mempunyai, tetapi dapat dilanjutkan

oleh ahli warisnya apabila pemiliknya meninggal dunia. Terkuat

menunjukkan:

a) Jangka waktu hak milik tidak terbatas. Jadi berlainan dengan

hak guna usaha atau hak guna bangunan, jangka waktunya

tertentu.

b) Hak yang terdaftar dan adanya “tanda bukti hak”. Hak milik

juga hak yang terkuat, karena terdaftar dan yang mempunyai

diberi “tanda hak milik”.

Terpenuh artinya:

a) Hak milik itu memberikan wewenang kepada yang empunya,

yang paling luas jika dibandingkan dengan hak lain.

b) Hak milik bisa merupakan induk daripada hak-hak lainnya.

Artinya seseorang pemilik tanah bisa memberikan tanah kepada

pihak lain dengan hak-hak yang kurang daripada hak milik:

menyewakan, membagi hasilkan, menggadaikan, menyerahkan

tanah itu kepada orang lain dengan hak guna bangunan atau hak

pakai.

c) Hak milik tidak berinduk kepada hak atas tanah lain.

d) Dilihat dari peruntukannya, hak milik juga tak terbatas. Hak

guna bangunan untuk keperluan bangunan saja, hak guna usaha

terbatas hanya untuk pertanian sedangkan hak milik dapat

digunakan untuk usaha pertanian maupun untuk bangunan.21

Subyek hak milik atas tanah yaitu WNI dan badan hukum.

Hal demikian, sesuai dengan Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang

21 Effendi Perangin, Hukum Agraria Indonesia, Alumni, Bandung, 1989, hlm. 236-237

17

Page 18: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Pokok Agrariayang menyatakan bahwa oleh pemerintah ditetapkan

badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik dengan

syarat-syarat. Pemberian landasan hukum yang terkuat kepada

badan-badan hukum untuk medapatkan hak milik atas tanah,

Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

1963 tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum yang dapat

mempunyai hak milik atas tanah22. Pasal 1 Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 1963 menyatakan bahwa Badan-badan hukum

yang dapat mempunyai hak milik atas tanah, masing-masing dengan

pembatasan yang disebut pada Pasal 1,2, dan 4 peraturan ini :

a) Bank-bank yang didirikan oleh negara (selanjutnya disebut bank

negara);

b) Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian yang didirikan

berdasarkan Undang-Undang No. 79 Tahun 1958;

c) Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri

Pertanian/Agraria setelah mendengar Menteri Agama; dan

d) Badan-badan sosial, yang ditunjuk oleh Menteri

Pertanian/Agraria setelah mendengar Menteri Kesejahteraan

Sosial.

Hapusnya hak milik diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang

Pokok Agrariayang menyatakan bahwa Hak Milik Hapus apabila:

a) Tanahnya jatuh kepada negara :

(1) Karena pencabutan hak berdasarkan Pasal 18 Undang-

Undang Pokok Agraria;

(2) Karena penyerahan sukarela oleh pihak pemiliknya;

(3) Karena ditelantarkan; dan

(4) Karena ketentuan Pasal 21 ayat (3) (hilangnya

kewarganegaraan) dan Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang

Pokok Agraria.

b) Tanahnya musna.

22Supriyadi,Hukum Agraria. Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 66

18

Page 19: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

2) Hak Guna Usaha (HGU)

Hak guna usaha (selanjutnya disebut HGU) adalah hak untuk

mengusahakan tanah yang dikuasasi langsung oleh Negara, dalam

jangka waktu tertentu guna perusahaan pertanian, perikanan atau

peternakan (Pasal 28 Undang-Undang Pokok Agraria). HGU

merupakan hak atas tanah yang bersifat primer yang memiliki

spesifikasi. Spesifikasi HGU tidak bersifat terkuat dan terpenuh,

dalam artian bahwa HGU ini terbatas daya berlakunya walaupun

dapat beralih dan dialihkan pada pihak lain23. Penjelasan Undang-

Undang Pokok Agraria telah diakui dengan sendirinya bahwa HGU

ini sebagai hak-hak baru guna memenuhi kebutuhan masyarakat

modern dan hanya diberikan terhadap tanah-tanah yang dikuasai

langsung oleh negara. Jadi, tidak dapat terjadi atas suatu perjanjian

antara pemilik suatu hak milik dengan orang lain.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996

Pasal 8 ayat (1), HGU diberikan untuk jangka waktu 35 tahun dan

dapat diperpanjang 25 tahun, dan diperbarui untuk jangka waktu 35

tahun atas permintaan pemegang hak dengan mengingat keadaan

perusahannya.

HGU diberikan atas tanah yang paling sedikit 5 hektar,

dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus

memakai investasi modal yang layak dan tehnik perusahaan yang

baik, sesuai dengan perkembangan zaman. HGU dapat beralih dan

dialihkan kepada pihak lain, dengan cara: jual beli, tukar-menukar,

penyertaan dalam modal, hibah, dan pewarisan (Pasal 16 ayat (2) PP

No.40 tahun 1996).

Subyek HGU diatur dalam Pasal 2 PP No. 40 Tahun 1996,

dinyatakan bahwa yang dapat mempunyai HGU adalah:

a) Warga Negara Indonesia;

23Ibid, hlm 110

19

Page 20: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

b) Badan Hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia.

Berkaitan dengan subyek HGU di atas, maka bagaimana

kalau subyek pemegang HGU tersebut beralih menjadi warga negara

lain atau status badan hukum tersebut berubah, yaitu yang tadinya

nasional Indonesia menjadi berstatus asing atau pemilikan sebuah

Perseroan Terbatas (PT) telah beralih ke tangan pihak asing.

Bagaimana status HGU-nya tersebut. Menurut Supriadi yang

mengutip pendapat Sudargo Gautama, berlaku teori ketiga tentang

status badan hukum yaitu teori tentang siapa yang memegang

managing control, pengawasan atau manajemen dan kontrol atas PT

bersangkutan. Dengan demikian, lebih lanjut dikatakan24:

Jika jatuh semua dalam tangan asing, maka dipandang Perseroan Terbatas bersangkutan ini sebagai sudah berstatus asing. Dengan demikian, maka harus dilepaskan HGU yang telah dimilikinya semula sesuai ketentuan Pasal 3 PP Nomor 40 Tahun 1996. Jika tidak dilakukan pelepasan ini dalam waktu 1 tahun setelah perubahan status dari pemegangnya, maka karena hukum HGU bersangkutan menjadi hapus dan tanh menjadi tanah negara (ayat (2) dari Pasal 3).

HGU mempunyai batas waktu berlakunya. Hal ini sesuai

dengan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Pokok

Agrariadinyatakan bahwa, HGU hapus karena:

a) Jangka waktunya berakhir;

b) Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuai

syarat tidak dipenuhi;

c) Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu

berakhir;

d) Dicabut untuk kepentingan umum;

e) Ditelantarkan;

f) Tanahnya musnah;

24Ibid, hlm. 111

20

Page 21: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

g) Ketentuan dalam Pasal 30 ayat (2).

Ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Pokok Agrariaini diatur

kembali dalam Pasal 17 PP Nomor 40 Tahun 1996, HGU Hapus

karena:

a) Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam

keputusan pemberian atau perpanjangannya;

b) Dibatalkan hanya oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka

waktunya berakhir karena: (1) tidak terpenuhinya kewajiban-

kewajiban pemegang hak dan atau dilanggarnya ketentuan-

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Pasal 13

dan/atau 14; (2) putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap;

c) Dicabut berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 1961;

d) Ditelantarkan;

e) Tanahnya musnah; dan

f) Ketetapan Pasal 3 ayat (2), yaitu apabila dalam jangka waktu

satu tahun HGU itu tidak dilepaskan atau dialihkan.

3) Hak Guna Usaha (HGB)

Hak Guna Bangunan (HGB) adalah hak untuk mendirikan

dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan

miliknya sendiri (Pasal 35 Undang-Undang Pokok Agraria), dengan

jangka waktu paling lama 30 tahun yang dapat diperpanjang dengan

waktu paling lama 20 tahun atas permintaan pemegang haknya

dengan mengingat keadaan keperluan dan keadaan bangunannya.

HGB atas tanah hak milik tidak dapat diperpanjang jangka

waktunya, akan tetapi atas kesepakatan dengan pemilik tanah dapat

diperbaharui haknya.

Subyek yang dapat menjadi pemegang HGB adalah: warga

negara indonesia, badan hukum yang didirikan menurut hukum

Indonesia dan berkedudukan di Indonesia (Pasal 19 PP No. 40

21

Page 22: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Tahun 1996). HGB dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain,

peralihan HGB terjadi karena: jual beli, tukar menukar, penyertaan

modal, hibah, dan pewarisan. (Pasal 34 ayat (1) dan (2) No. 40

Tahun 1996).

HGB mempunyai batas waktu berlakunya. Hal ini sesuai

dengan ketentuan Pasal 35 PP No. 40 tahun 1996 dinyatakan bahwa,

HGB hapus karena:

a) Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam

keputusan pemberian atau perpanjangannya atau dalam

perjanjian pemberiannya;

b) Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang, pemegang hak

pengelolaan atau hak milik, sebelum jangka waktunya berakhir,

karena: (1) tidak terpenuhinya kewajiban pemegang hak

dan/atau dilanggarnya ketentuan-ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30, dan Pasal 32; atau (2) tidak

dipenuhinya syarat-syarat atau kewajiban-kewajiban yang

tertuang dalam pemberian HGB antara pemegang HGB dan Hak

milik atau perjanjian penggunaan tanah hak pengelolaan; atau

(3) putusan pengadilan yang telah mempunyai kekeuatan hukum

yang tetap;

c) Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum

janghka waktu berakhir;

d) Dicabut berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 1961;

e) Ditelantarkan;

f) Tanahnya musnah;

g) Ketentuan Pasal 20 ayat (2) (pemegang HGB yang tidak lagi

memnuhi syaratdalam satu tahun yang tidak melepaskan atau

mengalihkan haknya).

4) Hak Pakai

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau

memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau

22

Page 23: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

tanah milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban

yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang

berwenang memberikannya atau perjanjian sewa-menyewa atau

perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan

dengan jiwa dan ketentuan Undang-Undang. Hak pakai diatur dalam

Pasal 39-58 Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1996.

Hak pakai berjangka waktu untuk pertama kalinya paling

lama 25 tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama

20 tahun, dan dapat diperbaharui haknya untuk jangka waktu paling

lama 25 tahun. Untuk perpanjangan jangka waktu dan pembaharuan

hak pakai atas tanah hak pengelolaan harus ada persetujuan tertulis

terlebih dahulu pemegang hak pengelolaan. Hak pakai atas tanah

hak milik tidak dapat diperpanjang jangka waktunya, akan tetapi

atas kesepakatan dengan pemilik tanah dapat diperbabaharui haknya.

5) Hak Sewa

Hak sewa adalah hak yang memberi wewenang untuk

mempergunakan tanah milik orang lain dengan membayar kepada

pemiliknya sejumlah uang sebagai sewanya. Jangka waktu Hak

Sewa untuk bangunan berdasarkan kesepakatan dengan pemilik

tanah. Hapusnya hak ini sesuai dalam ketentuan perjanjian sewa-

menyewa dalam Kitap Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata).

2. Tinjauan Tentang Fungsi Sosial Hak Atas Tanah

Konsep fungsi sosial baru timbul sekitar abad ke-19 sebagai reaksi

daripada penerapan dan penggunaan hak milik secara mutlak dan formalistis

di dalam masa puncak perkembangan kapitalis (Hoch kapitalismus) dan

industrialisme di Eropa. Menurut Wolfgang Friedman yang dikutip

Sunarjati Hartono, menyatakan bahwa di dalam masyarakat yang sederhana

(pra-industri) hak milik mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan seseorang,

23

Page 24: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

sesuai dengan pekerjaannya dalam rangka pencarian nafkah. Di dalam

masyarakat pra-industri yang sederhana, seperti di dalam hukum adat

Indonesia, apabila orang berbicara tentang hak milik atau kepunyaan, maka

yang dimaksud olehnya adalah barang yang dikuasai sepenuhnya dan yang

dapat dinikmati sepenuhnya pula25.

Sebagai makhluk sosial yang merdeka, setiap orang mempunyai

berbagai macam hak untuk menjamin dan mempertahankan kehidupannya

di tengah-tengah masyarakat, dimana salah satunya adalah hak atas tanah.

Hak atas tanah merupakan hak yang dipunyai seseorang yang menurut

sifatnya termasuk hak yang secara wajar boleh dimiliki oleh suatu pihak

karena hubungannya yang khusus dengan orang atau pihak lain pada suatu

tempat dan waktu tertentu serta situasi dan kondisi yang dianggap tepat.

Hak ini masih dapat dikesampingkan dari kehidupan seseorang karena

adanya suatu atau beberapa kepentingan yang memaksa26. Artinya hak atas

tanah dapat diperoleh berdasarkan hukum tetapi masih dapat diganggu gugat

melalui hukum itu sendiri bila ada satu atau beberapa kepentingan sebagai

sebabnya yang lebih memaksa, yang antara lain adalah kepentingan umum.

Bangsa Indonesia yang sejak semula hidup dalam suasana

kekeluargaan dan hukum adat tidak pernah memberi tekanan kepada

kepentingan perseorangan, manusia Indonesia selamanya hanya berarti

dalam lingkungan suatu kelompok masyarakat yaitu sebagai warga

masyarakat. Boedi Harsono merumuskan bahwa konsepsi hukum adat

adalah komunalistik-religius, yang juga memungkinkan penguasaan tanah

secara individual sekaligus mengandung unsur kebersamaan27. Ini berarti

bahwa hak atas tanah yang dikuasai secara individual tidak dibenarkan

penggunaan tanah tersebut untuk kepentingan pribadi, melainkan

penggunaannya harus disesuaikan dengan manfaat bagi masyarakat dan

negara. Hak milik atas tanah dalam hukum adat yang berkembang sebelum 25 Sunarjati Hartono, Beberapa Pemikiran Kearah Pembaharuan Hukum Tanah. Alumni,

Bandung, 1978, hlm. 16-1726 Purnadi Purbacaraka dan A.Ridwan, 1982. Hak Milik Keadilan dan Kemakmuran

Tinjauan Falsafah Hukum. Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hlm. 7-827Boedi Harsono, OP. Cit, hlm. 79

24

Page 25: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

bangsa barat datang adalah hukum adat yang merupakan hukum asli

golongan pribumi, yang merupakan hukum yang hidup dalam bentuk tidak

tertulis dan mengandung unsur-unsur nasional yang asli yaitu sifat

kemasyarakatan dan kekeluargaan yang berasaskan keseimbangan serta

diliputi oleh suasana keagamaan.

Pasal 6 Undang-Undang Pokok Agrariamenyebutkan bahwa “semua

hak tanah mempunyai fungsi sosial”. Di dalam penjelasan umum fungsi

sosial hak-hak atas tanah tersebut dinyatakan bahwa:

ini berarti, bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu merugikan masyarakat. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada haknya, sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyai maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Tetapi dalam pada itu, ketentuan tersebut tidak berarti, bahwa kepentingan seseorang akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum (masyarakat). Undang-Undang Pokok Agraria memperhatikan pula kepentingan-kepentingan perseorangan. Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan haruslah saling mengimbangi, hingga pada akhirnya akan tercapai tujuan pokok: kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya. (Penjelasan Pasal 2 ayat 3 Undang-Undang Pokok Agraria).

Dari ketentuan di atas berarti hak atas tanah bukanlah bersifat pribadi

semata-mata. Penggunaannya juga harus memperhatikan kepentingan

bersama yaitu kepentingan umum, karena bidang tanah yang dikuasai itu

adalah sebagian dari tanah bersama.

Dalam konsep hukum barat, pengertian fungsi sosial pada

hakikatnya berupa pengurangan atau pembatasan kebebasan individu bagi

kepentingan bersama. Sebaliknya konsep fungsi sosial dalam hukum adat

dan hukum tanah nasional merupakan bagian dari alam pikiran asli orang

Indonesia. Bahwa manusia Indonesia adalah manusia pribadi yang

sekaligus makhluk sosial, yang mengusahakan terwujudnya keseimbangan,

25

Page 26: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

keserasian, dan keselarasan antara kepentingan pribadi dan kepentingan

bersama, kepentingan masyarakatnya28.

Fungsi sosial hak atas tanah adalah salah satu dari tiga kewajiban

dalam Undang-Undang Pokok Agrariayang bersifat umum yang

dibebankan pada setiap pemegang hak atas tanah, yakni:

a. Kewajiban menjalankan fungsi sosial hak atas tanah (Pasal 6);

b. Kewajiban memelihara tanah (Pasal 52 ayat (1));dan

c. Kewajiban untuk mengerjakan sendiri secara aktif tanah pertanian

(Pasal 10)29.

Fungsi sosial hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 6 Undang-Undang Pokok Agrariamengandung beberapa prinsip

keutamaan antara lain30:

a. Merupakan suatu pernyataan penting mengenai hak-hak atas tanah yang

merumuskan secara singkat sifat kebersamaan atau kemasyarakatan hak-

hak atas tanah menurut konsepsi hukum tanah nasional;

b. Tanah seseorang tidak mempunyai fungsi sosial bagi yang punya hak itu

saja, tetapi juga bagi bangsa Indonesia. Sebagai konsekuensinya, dalam

mempergunakan tanah yang bersangkutan tidak hanya kepentingan

individu saja yang dijadikan pedoman, tetapi juga kepentingan

masyarakat; dan

c. Fungsi sosial hak-hak atas tanah mewajibkan hak untuk mempergunakan

tanah yang bersangkutan sesuai dengan keadaannya, artinya keadaan

tanahnya, sifatnya, dan tujuan pemberian haknya. Hal tersebut

dimaksudkan agar tanah harus dipelihara dengan baik dan dijaga

kualitas, kesuburan serta kondisi tanah sehingga dapat dinikmati tidak

hanya pemilik tanah saja tetapi juga masyarakat lainnya. Oleh karena itu

kewajiban memelihara tanah tidak saja dibebankan kepada pemiliknya

atau pemegang hak yang bersangkutan, melainkan juga beban dari setiap

28Ibid, hlm. 30229Ibid, hlm. 42-4330Ibid, hal. 299

26

Page 27: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai suatu hubungan

hukum dengan tanah.

Maria S.W. Soemardjono yang mengemukakan bahwa interpretasi

asas fungsi sosial hak atas tanah, di samping mengandung makna bahwa

hak atas itu harus digunakan sesuai dengan sifat dan tujuan haknya,

sehingga bermanfaat bagi si pemegang hak dan bagi masyarakat, juga

berarti bahwa harus terdapat keseimbangan antara kepentingan

perseorangan dan kepentingan umum, dan bahwa kepentingan

perseorangan diakui dan dihormati dalam rangka pelaksanaan kepentingan

masyarakat secara keseluruhan31. Maka jika kepentingan umum

menghendaki didesaknya kepentingan individu, hingga yang terakhir ini

mengalami kerugian, maka kepadanya harus diberikan ganti rugi32.

3. Tinjauan Tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

a. Pengertian Pengadaan Tanah

Menurut John Salindeho pengadaan tanah adalah menyediakan

tanah atau mengadakan tanah untuk kepentingan atau keperluan

pemerintah, dalam rangka pembangunan proyek atau pembangunan

sesuatu sesuai program pemerintah yang telah ditetapkan33.

Pada dasarnya pengertian di atas dimaksudkan untuk

menyediakan atau mengadakan tanah untuk kepentingan atau keperluan

Pemerintah, dalam rangka proyek atau pembangunan infrastruktur

negara sesuai program pemerintah yang telah ditentukan. Bukan tidak

ada tanah yang tersedia, tetapi tanah bebas dari hak orang atau badan

hukum yang justru dibutuhkan oleh pemerintah untuk kepentingan

pembangunan sesuai strategi pembangunan nasional, diperlukan (tanah)

demi terlaksananya program bertalian dengan proyek yang telah

direncanakan34.31 Maria S.W. Soemardjono, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implentasi

(Edisi Revisi +). PT.Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2009, hlm. 7932Boedi Harsono,Op. Cit. hlm. 298-29933 John Salindeho, Masalah Tanah dalam Pembangunan. Sinar Grafika, Jakarta, 1993,

hlm. 3134Ibid, hal. 31-32

27

Page 28: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Sementara menurut Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993

dikatakan bahwa Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk

mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada

yang berhak atas tanah tesebut”.

Pasal 1 angka (3) Peraturan Presiden No 36 Tahun 2005

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden No 65 Tahun

2006, menyebutkan bahwa Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan

untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada

yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan

benda-benda yang berkaitan dengan tanah.

Menurut Ketentuan Pasal 1 ayat (2)Undang-Undang No. 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum, menyebutkan bahwa Pengadaan adalah kegiatanh

menyediakan tanah dengan cara memberi ganti rugi yang layak adan

adil kepada pihak yang berhak. Dalam Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum dengan mendasarkan pada

asas: Kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan,

kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan serta

kesetaraan.

b. Kepentingan Umum dalam Pengadaan Tanah

1) Pengertian Kepentingan Umum :

Istilah kepentingan umum, pertama kali bermula dari

ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Pokok Agraria, “...kepentingan

umum, termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan

bersama dari rakyat,,,,”. Selanjutnya Pasal 1 Undang-Undang No. 20

Tahun 1961 sebagai pelaksana Pasal 18 Undang-Undang Pokok

Agraria, menyatakan “ ,,,kepentingan umum, termasuk kepentingan

bangsa dan negara serta kepentingan bersamadari rakyat, sedemikian

pula kepentingan pembangunan,,,”. Pasal 1 butir 5 Peraturan

Presiden No 36 tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah bagi

28

Page 29: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Perpres No 36 Tahun

2005), menyatakan, “ Kepentingan umum adalah kepentingan

sebagian besar lapisan masyarakat”. Hakikat Kepentingan Umum

dapat dikatakan untuk keperluan, kebutuhan, atau kepentingan orang

banyak atau tujuan sosial yang luas. John Salindeho telah

merumuskan bahwa kepentingan umum sebagai kepentingan bangsa

dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, dengan

memperhatikan segi-segi sosial, politik, psikologis, dan hankamnas

atas dasar asas-asas pembangunan nasional dengan mengindahkan

ketahanan nasional serta wawasan nusantara35.

Menurut Ketentuan Pasal 1 ayat (6)Undang-Undang No. 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum, yang dimaksud kepentingan umum dalah

kepentingan bangsa, negara dan masyarakat yang harus diwujudkan

oleh Pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan

rakyat.

Ketentuan Pasal 1 Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1973

(sudah tidak berlaku), menyebutkan apa yang dimaksud dengan

kepentingan umum, yakni :

a) Suatu kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembangunan

mempunyai sifat kepentingan umum apabila kegiatan tersebut

menyangkut kepentingan bangsa dan negara, dan/atau

kepentingan masyarakat luas dan/atau kepentingan rakyat

banyak/bersama dan/atau, kepentingan pembangunan.

b) Bentuk-bentuk kegiatan pembangunan yang mempunyai sifat

kepentingan umum meliputi bidang-bidang pertahanan,

pekerjaan umum, jasa umum, keagamaan, ilmu pengetahuan

dan seni budaya, kesejahteraan olahraga, keselamatan umum

terhadap bencana alam, kesejahteraan sosisal, makam/kuburan,

35Ibid, hal. 40

29

Page 30: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pariwisata dan rekreasi, usaha-isaha ekonomi yang bermanfaat

bagi kesejahteraan umum.

Pasal 5 Perpres No 65 tahun 2006, menyatakan bahwa

pembangunan untuk kepentingan umum yang dilaksanakan

Pemerintah atau pemerintah daerah, yang selanjutnya dimiliki atau

akan dimiliki oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, meliputi :

a) jalan umum dan jalan tol, rel kereta api (di atas tanah, di ruang

atas tanah, ataupun di ruang bawah tanah), saluran air minum/

air bersih, saluran pembuangan air dan sanitasi;

b) waduk, bendungan, bendungan irigasi dan bangunan pengairan

lainnya;

c) pelabuhan, bandar udara, stasiun kereta api, dan terminal;

d) fasilitas keselamatan umum, seperti tanggul penanggulangan

bahaya banjir, lahar, dan lain-lain bencana;

e) tempat pembuangan sampah;

f) cagar alam dan cagar budaya; atau

g) pembangkit, transmisi, distribusi tenaga listrik.

2) Karakteristik Kepentingan Umum ;

Menurut Adrian Suteji, ada tiga prinsip suatu kegiatan benar-

benar untuk kepentingan umum, yaitu :

a) Kegiatan tersebut benar-benar dimiliki oleh pemerintah.

Bahwa kegiatan kepentingan umum tidak dapat dimiliki oleh

perorangan atau swasta. Dengan kata lain, swasta dan

perorangan tidak dapat memiliki jenis-jenis kegiatan kepentingan

umum yang membutuhkan pembebasan tanah-tanah hak maupun

negara.

b) Kegiatan pembangunan terkait dilakukan oleh pemerintah.

30

Page 31: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Bahwa proses pelaksanaan dan pengelolaan suatu kegiatan untuk

kepentingan umum hanya dapat diperankan oleh pemerintah.

c) Tidak mencari keuntungan.

Bahwa Fungsi suatu kegiatan untuk kepentingan umum sehingga

benar-benar berbeda dengan kepentingan swasta yang bertujuan

untuk mencari keuntungan sehingga terkualifikasi bahwa

kegiatan untuk kepentingan umum sama sekali tidak boleh

mencari keuntungan.

Adrian Suteji, juga berpendapat bahwa kriteria sifat, kriteria

bentuk, dan kriteria karakteristik dari kegiatan untuk kepentingan

umum, yaitu :36

a) Penerapan untuk kriteria sifat suatu kegiatan untuk kepentingan

umum agar memiliki kualifikasi untuk kepentingan umum harus

memenuhi salah satu sifat dari beberapa sifat yang telah

ditentukan dalam daftar sifat kepentingan sebagaimana tercantum

dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961, yaitu

untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan Bangsa dan

Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, sedemikian pula

kepentingan pembangunan, maka Presiden dalam keadaan yang

memaksa setelah mendengar Menteri Agraria, Menteri

Kehakiman dan Menteri yang bersangkutan dapat mencabut

hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada di atasnya;

b) Penerapan untuk kriteria bentuk suatu kegiatan untuk kepentingan

umum agar mempunyai kualifikasi sebagai kegiatan untuk

kepentingan umum harus memenuhi syarat bentuk kepentingan

umum sebagaimana Pasal 2 lampiran Instruksi Presiden 1973

(bahwa sebelumnya proyek tersebut sudah termasuk dalam

rencana pembangunan yang telah diberitahukan kepada

masyarakat yang bersangkutan, sudah termasuk dalam rencana

36 Adrian Suteji, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan. Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 75

31

Page 32: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

induk pembangunan dari daerah yang bersangkutan dan yang telah

mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

setempat) dan Pasal 5 Perpres No. 36 Tahun 2005; dan

c) Penerapan untuk kriteria ciri-ciri suatu kegiatan untuk kepentingan

umum sehingga benar-benar berbeda dengan bukan kepentingan

umum, maka harus memasukkan ciri-ciri kepentingan umum,

yaitu bahwa kegiatan tersebut benar-benar dimiliki pemerintah,

dikelola oleh pemerintah dan tidak untuk mencari keuntungan.

c. Tata Cara Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

Menurut peraturan perUndang-Undangan yang berlaku,

pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan

umum oleh pemerintah atau pemerintah daerah dilaksanakan dengan

cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, atau pencabutan hak

atas tanah. Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan

untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau pemerintah daerah

dilakukan dengan cara jual beli, tukar-menukar, atau cara lain yang

disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

Pasal 2 ayat (1) dan (2) Perpres No. 65 tahun 2006 mengatakan

bahwa cara pengadaan tanah ada 2 (tiga ) macam, yakni: Pertama,

pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Kedua, jual-beli, tukar-

menukar, atau cara lain yang disepakati secara suka rela oleh pihak-

pihak yang bersangkutan.

Pengadaan tanah yang dilakukan dengan yang pertama dan

kedua di atas masuk dalam katagori pengadaan tanah secara sukarela

(voluntary land acquisition). Dalam klasifikasi teoritis cara pengadaan

dengan jual-beli, tukar-menukar, atau cara lain yang disepakati secara

suka rela oleh pihak-pihak yang bersangkutan ini disebut sebagai

pemindahan hak, dengan cara pemindahan hak tersebut, hak atas tanah

langsung berpindah dari pihak yang empunya kepada pihak yang

membutuhkan. Jika yang ditempuh adalah cara pelepasan atau

32

Page 33: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

penyerahan hak, maka setelah tanah “dilepaskan” atau “diserahkan”

status tanah menjadi tanah negara, yang selanjunya dilakukan

permohonan hak oleh pihak yang membutuhkan tanah37. Cara

pengadaan yang dilakukan dengan pencabutan hak atas tanah, yang

telah diatur sebelumnya dalam Undanag-Undang No. 20 tahun 1961

merupakan pengadaan tanah yang dilakukan tanpa persetujuan yang

empunya tanah (compulsory acquisition of land).

Jelaslah bahwa hukum tanah di negara Republik Indonesia

sesungguhnya sudah mengatur berbagai cara pengadaan tanah, baik

untuk kepentingan umum, usaha maupun pribadi. Cara yang digunakan

tergantung pada (Boedi Harsono, 2005: 5):38

1) Status hukum tanah yang diperlukan;

2) Status hukum pihak yang memerlukan tanah;

3) Peruntukan tanah yang diperlukan;

4) Ada atau tidaknya kesediaan pemilik tanah untuk menyerahkan

tanah yang bersangkutan.

Meskipun ada 4 (empat) faktor yang harus diperhatikan dalam

menentukan cara pengadaan tanah, namun untuk menetapkan sistem

tata cara pengadaan tanah sekarang ini cukup jika sudah diketahui39:

1) Status (hukum) tanah yang tersedia, apakah merupakan tanah

negara, tanah ulayat masyarakat hukum adat atau tanah hak;

2) Ada-tidaknya kesediaan yang empunya tanah. Artinya, kalau yang

tersedia tanah hak, apakah yang empunya tanah:

a) Bersedia menyerahkan tanah atau melepaskan hak atas tanah

yang dipunyainya,atau

b) Tidak bersedia menyerahkan tanah atau melepaskan hak atas

tanah yang dipunyainya;

3) Status hukum yang memerlukan tanah

37 Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum. Mitra Kebijakan Tanah Indonesia. Yogyakarta, 2004, hlm. 14

38Boedi Harsono, Op. Cit. hlm. 539Ibid, hal. 5-6

33

Page 34: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

kalau yang tersedia tanah hak dan pihak yang mempunyai bersedia

menyerahkan atau melepaskan hak atas tanah yang dipunyainya,

apakah yang memerlukannya:

a) Memenuhi syarat sebagai pemegang hak atas tanah yang

diterimanya, atau

b) Tidak memenuhi syarat sebagai subyek hak yang akan

diperolehnya.

Berdasar kreteria di atas, maka cara pengadaan tanah dapat

disusun dalam suatu sistem sebagai berikut40:

1) Jika tanah yang tersedia/diperlukan berstatus tanah negara, maka

tanah yang harus digunakan adalah acara permohonan dan

pemberian hak atas tanah;

2) Jika tanah yang tersedia berstatus tanah ulayat, maka acaranya

adalah meminta kesediaan Penguasa Masyarakat Hukum Adat yang

bersangkutan untuk melepaskan hak ulayatnya, dengan pemberian

ganti-rugi atas tanam tumbuh rakyat yang ada diatasnya.

Tanah tersebut kemudian dimohonkan hak atas tanh sesuai dengan

status pihak yang akan menggunakannya melalui cara permohonan

pemberian hak tersebut di atas.

3) Jika tanah yang dimohon berstatus tanah hak, maka acara yang

digunakan, tergantung pada ada atau tidaknya kesediaan yang

empunya tanah untuk menyerahkan kepada yang memerlukan,

dengan ketentuan:

a) Jika ada kesediaan untuk menyerahkan secara suka rela, maka

ditempuh:

(1)Acara perpemindahan hak, melalui jual-beli, tukar-menukar

atau hibah, yaitu jika yang memerlukan memenuhi syarat

sebagai subyek hak tanah yang dipindahkan itu;

(2)Acara penyerahan atau pelepasan hak, diikuti dengan

permohonan hak baru yang sesuai, yaitu jika pihak yang

40Ibid, hlm. 6-7

34

Page 35: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

memerlukan tidak memenuhi syarat sebagagi subyek hak

yang semula menentukan status tanah tersebut.

b) Jika yang empunya tanah tidak bersedia menyerahkannya

dengan suka rela, apabila syarat-syarat telah terpenuhi, maka

dapat ditempuh acara pencabutan hak, sebagai cara

pengambilan tanah secara paksa41.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan oleh

Panitia Pengadaan Tanah sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 6 Perpres

No. 36 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Perpres No 65

Tahun 2006, bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum di

wilayah Daerah Istimewa/kota dilakukan dengan bantuan panitia

pengadaan tanah Daerah Istimewa/kota yang dibentuk oleh

Bupati/Walikota, sedangkan untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta dibentuk oleh Gubernur. Panitia pengadaan tanah bertugas

(Pasal 7):

1) Mengadakan penelitian dan inventarisasi atas tanah, bangunan,

tanaman dan benda –benda lain yang ada kaitannya dengan tanah

yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan;

2) Mengadakan penelitian mengenai status hukum tanah yang haknya

akan dilepaskan atau diserahkan, dan dokumen yang

mendukungnya;

3) Menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan

dilepaskan atau diserahkan;

4) Memberikan penjelasan atau penyuluhan kepada masyarakat yang

terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang hak atas tanah

mengenai rencana dan tujuan pengadaan tanah tersebut dalam

bentuk konsultasi publik baik melalui tatap muka, media cetak

maupun media elektronik agar dapat diketahui oleh seluruh

masyarakat yang terkena rencana pembangunan dan/atau pemegang

hak atas tanah;

41 Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Op. Cit, hlm. 14

35

Page 36: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

5) Mengadakan musyawarah dengan para pemegang hak atas tanah

dan instansi Pemerintah dan/atau pemerintah daerah yang

memerlukan tanah dalam rangka menetapkan bentuk dan/atau

besarnya ganti rugi;

6) Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para

pemegang hak atas tanah,bangunan, tanaman, dan benda-benda lain

yang ada di atas tanah;

7) Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah;

dan

8) Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua berkas

pengadaan tanah dan menyerahkan kepada pihak yang

berkompeten.

Pelaksanaan pengadaan tanah dilakukan dengan musyawarah,

sehingga didapat kesepakatan baik mengenai pelaksanaan

pembangunannya dan juga mengenai ganti ruginya. Berdasarkan Pasal

12, ganti rugi diberikan untuk: hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan

benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.

Pasal 20 mengatur mengenai pengadaan tanah skala kecil,

pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan

tanah yang luasnya tidak lebih dari 1 (satu) hektar, dapat dilakukan

langsung oleh instansi pemerintah yang memerlukan tanah dengan para

pemegang hak atas tanah, dengan cara jual beli atau tukar menukar atau

cara lain yang disepakati kedua belah pihak.

Berkaitan dengan prosedur, peraturan presiden ini telah

memperkenalkan perusahaan penilai (appraisal) yang secara

independen akan menetapkan harga tanah, yang selanjutnya akan

digunakan sebagai acuan oleh Panitia Pengadaan Tanah. Sementara itu

berkaitan dengan waktu, peraturan presiden ini telah memperkenalkan

pembatasan waktu (120 hari) dan konsepsi konsinyasi (penitipan uang

di Pengadilan Negeri setempat). Perpaduan antara kinerja perusahaan

penilai, batasan waktu, dan konsepsi konsinyasi akan dapat

36

Page 37: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

menghindarkan berlarut-larutnya pengadaan tanah, yang sekaligus

untuk menghindari pencabutan hak atas tanah sebagaimana dimaksud

Undang-Undang Nomor 20 tahun 1961.

Secara garis besar dikenal 2 (dua) jenis pengadaan tanah, yaitu:

pengadaan tanah untuk kepentingan Pemerintah dan pengadaan tanah

untuk kepentingan swasta. Pengadaan tanah yang dilakukan Pemerintah

dibagi atas pengadaan tanah bagi kepentingan umum dan pengadaan

tanah bukan untuk kepentingan umum (misalnya: kepentingan

komersial). Selanjutnya pengadaan tanah bagi kepentingan swasta bisa

pula digolongkan menjadi kepentingan komersial dan bukan komersial,

yakni yang bersifat menunjang kepentingan umum termasuk

pembangunan sarana umum dan fasilitas sosial lainnya42.

d. Prinsip Penghormatan Hak Atas Tanah dan Ganti Kerugian dalam

Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum.

Di dalam diktum pertimbangan Perpres No. 36 tahun 2005

sebagaimana telah diubah dengan Perpres No. 65 Tahun 2006,

menyatakan “bahwa dengan meningkatnya pembangunan untuk

kepentingan umum yang memerlukan tanah, maka pengadaannya perlu

dilakukan secara cepat dan transparan dengan tetap memperhatikan

prinsip penghormatan terhadap hak-hak yang sah atas tanah”. Pasal 4

menyatakan “Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan

terhadap hak atas tanah.”.Maria S.W. Soemardjono berpendapat prinsip

penghormatan ini diberikan kepada pemegang hak atas tanah (subyek),

karena konstitusi menjamin hak seseorang atas tanah yang merupakan

hak ekonominya.

Kebijakan pengambilalihan tanah dalam pengadaan tanah untuk

kepentingan umum harus bertumpu pada prinsip demokrasi dan

42Ibid, hlm. 5

37

Page 38: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

menjunjung tinggi hak asasi manusia, di mana perlu memperhatikan

hal-hal sebagai berikut43:

1) Pengambilalihan tanah merupakan perbuatan hukum yang

berakibat terhadap hilangnya hak-hak seseorang yang bersifat fisik

maupun non-fisik, dan hilangnya harta benda untuk sementara

waktu atau selama-lamanya, tanpa membedakan bahwa mereka

yang tergusur tetap tinggal di tempat semula atau pindah ke lokasi

lain;

2) Ganti kerugian sebagai upaya mewujudkan penghormatan kepada

hak-hak dan kepentingan perseorangan yang telah dikorbankan

untuk kepentingan umum44, maka ganti kerugian yang diberikan

harus memperhitungkan:

(3) Hilangnya hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-

benda lain yang berkaitan dengan tanah;

(4) Hilangnya pendapatan dan sumber kehidupan lainnya;

(5) Bantuan untuk pindah ke lokasi lain, dengan memberikan

alternatif lokasi baru yang dilengkapai dengan fasilitas dan

pelayanan yang layak; dan

(6) Bantuan pemulihan pendapatan agar tercapai keadaan yang

setara dengan keadaan sebelum terjadi pengambil alaihan.

Besarnya ganti kerugian untuk tanah dan bangunan

seyogyanya didasarkan pada biaya pengggantian nyata. Bila

diperlukan dapat diminta jasa penilai independent untuk

melakukan taksiran ganti kerugian.

3) Mereka yang tergusur karena mengambilalihan tanah dan harus

diperhitungkan dalam pemberian ganti kerugian harus diperluas,

mencangkup:

a) Pemegang hak atas tanah yang bersertifikat;

b) Mereka yang menguasai tanah tanpa sertifikat dan bukti

pemilikan lain; 43 S.W. Soemardjono, Op. Cit. hlm. 90-9144Ibid, hlm. 80

38

Page 39: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

c) Penyewa bangunan;

d) Buruh tani atau tunawisma yang akan kehilanagan pekerjaan;

e) Pemakai tanah tanpa hak yang akan kehilangan lapangan kerja

atau penghasilan; dan

f) Masyarakat hukum adat/masyarakat tradisional yang akan

kehilangan tanah dan sumber penghidupannya.

4) Untuk memperoleh data yang akurat tentang mereka yang terkena

penggusuran dan besarnya ganti kerugian, mutlak dilaksanakan

survei dasar dan survei sosial ekonomi;

5) Perlu ditetapkan instansi yang bertanggung jawab untuk

pelaksanaan pengambilalihan tanah dana permukiman kembali,

dengan catatan bahwa keikutsertaan masyarakat dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan sungguh-sungguh

terjamin;

6) Cara musyawarah untuk mencapai kesepakatan harus

ditumbuhkembangkan dalam hal terjadi pemukiman kembali,

integrasi dengan masyarakat setempat perlu disiapkan semenjak

awal untuk menghindari hal-hal yang diharapkan oleh kedua belah

pihak;dan

7) Perlu adanya sarana untuk menampung keluhan dan

menyelesaiakan perselisihan yang timbul dalam proses

pengambilalihan tanah dan permukiman kembali, beserta tatacara

penyampaiannya.

Ganti kerugian merupakan bukti terhadap pengakuan,

penghormatan, dan perlindungan hak asasi manusia. Keadilan dalam

memberi ganti kerugian diterjemahkan sebagai mewujudkan

penghormatan kepada seorang yang haknya dikurangi dengan

memberikan imbalan berupa sesuatu yang setara dengan keadaannya

sebelum hak tersebut dikurangi atau diambil, sehingga yang

39

Page 40: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

bersangkutan tidak mengalami degradasi kesejahteraan. Karena

setidaknya kerugian yang akan terjadi itu meliputi45 :

1) Kehilangan tanah (tanah pertanian, pekarangan, akses ke hutan dan

sumber-sumber alam lain, kehilangan tanah kepunyaan bersama);

2) Kehilangan bangunan (untuk rumah atau bangunan fisik lain);

3) Kehilangan penghasilan dan sumber penghidupan (karena

ketergantungannya kepada hutan dan sumber-sumber alam lainnya);

dan

4) Kehilangan pusat-pusat kehidupan dan budaya masyarakat (tempat-

tempat religius, tempat ibadah, kuburan, hak atas sumber daya

alam).

Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat

fisik dan/atau nonfisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang

mempunyai tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang

berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup

yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena

pengadaan tanah. Bentuk ganti rugi dapat berupa (Pasal 13 Perpres No

65 tahun 2006) :

1) Uang; dan/atau

2) Tanah pengganti; dan/atau

3) Pemukiman kembali; dan/atau

4) Gabungan dari dua atau lebih bentuk ganti kerugian sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c;

5) Bentuk lain yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

Dasar perhitungan besarnya ganti rugi didasarkan atas (Pasal 15

ayat (1) Perpres No.65 tahun 2006):

1) Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) atau nilai nyata/sebenarnya dengan

memperhatikan Nilai Jual Obyek Pajak tahun berjalan berdasarkan

penilaian Lembaga/Tim Penilai Harga Tanah yang ditunjuk oleh

panitia;

45 Oloan Sitorus dan Dayat Limbong, Op. Cit, hlm. 33

40

Page 41: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

2) Nilai jual bangunan yang ditaksir oleh perangkat daerah yang

bertanggung jawab di bidang bangunan;dan

3) Nilai jual tanaman yang ditaksir oleh perangkat daerah yang

bertanggungjawab di bidang pertanian.

4. Tinjauan tentang Kebijakan

a. Kebijakan Publik

Dalam kehidupan modern seperti sekarang ini dengan segala

kegiatan pemerintahan tidak dapat lepas dari apa yang disebut sebagai

kebijakan publik. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat ditemukan dalam

bidang antara lain kesejahteraan sosial (social welfare), di bidang

kesehatan, perumahan rakyat, pertanian, pembangunan ekonomi,

hubungan luar negeri, pendidikan nasional dan lain sebagainya.

Menurut Carl Fredrich, kebijakan sebagai suatu arah tindakan

yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu

lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan

kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk

menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan,

atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu46 .

Harold D. Laswell memberikan definisi kebijakan publik

sebagai berikut :47

1) Kebijakan Publik adalah suatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktek-praktek yang terarah.

2) Kebijakan publik adalah apa saja yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh pemerintah.

Lebih lanjut James Anderson menyatakan 4 (empat) aspek

kebijakan publik mempunyai beberapa implikasi : 48

46 Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Media Pressindo, Yogyakarta, 2002, hlm.1647 Setiono, Materi Matrikulasi Hukum dan Kebijakan Publik, Pascasarjana UNS, Surakarta, 2004, hlm. 448 Budi Winarno, Loc. Cit. hlm. 18

41

Page 42: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

1) Kebijakan publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan perilaku secara serampangan.

2) Kebijakan publik merupakan pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan-keputusan yang tersendiri. Suatu kebijakan mencakup tidak hanya keputusan untuk menetapkan Undang-Undang mengenai suatu hal, tetapi juga keputusan-keputusan beserta dengan pelaksanaannya.

3) Kebijakan publik adalah apa yang sebenarnya dilakukan pemerintah dan bukan apa yang diinginkan pemerintah.

4) Kebijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif dan negatif. Positif : kebijakan mungkin mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk mempengaruhi suatu masalah tertentu. Negatif : kebijakan mungkin mencakup suatu keputusan oleh pejabat-pejabat pemerintah, tetapi tidak untuk mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah.

b. Implementasi Kebijakan

1) Definisi Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas

merupakan alat administrasi hukum dan berbagai aktor, organisasi,

prosedur dan teknik untuk bekerja sama menjalankan kebijakan guna

meraih dampak atau tujuan yang diinginkan49. Menurut Masmanian

bahwa implementasi kebijakan adalah pelaksanaan putusan kebijakan

dasar, dalam bentuk Undang-Undang atau keputusan-keputusan

eksekutif. Keputusan tersebut mengidentifikasi masalah yang ingin

diatasi, menyebut secara tegas tujuannya dari berbagai cara untuk

mengatur proses implementasinya.

Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier menjelaskan makna

implementasi ini dengan mengatakan bahwa : “memahami apa yang

senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau

dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan yakni

kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan timbul sesudah disahkannya

pedoman-pedoman kebijakan Negara, mencakup baik usaha-usaha

untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan

49 Budi Winarno, Op. Cit. hlm. 101

42

Page 43: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

akibat/dampak nyata pada masyarakat/kejadian-kejadian”50

2) Konsep atau Model Implementasi Kebijakan

a) Model Meter dan Horn

Implementasi merupakan proses yang dinamis, Van Meter

dan Van Horn membuat ikatan (linkages) yang dibentuk antara

sumber-sumber kebijakan dan tiga komponen lainnya. Menurut

mereka tipe dan tingkatan sumber daya yang disediakan oleh

keputusan kebijakan akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan

komunikasi dan pelaksanaan. Pada sisi lain, kecenderungan para

pelaksana dapat dipengaruhi secara langsung oleh tersedianya

sumber daya.51

b) Model Grindle

Implementasi kebijakan menurut Grindle didasarkan oleh isi

kebijakan dan konteksnya. Ide dasar Grindle muncul setelah

kebijakan ditransformasikan menjadi program aksi maupun proyek

individual dan biaya telah disediakan maka implementasi

kebijakan dilaksanakan52

c) Model Sabatier dan Mazmanian

Menurut Sabatier dan Mazmanian implementasi kebijakan

mempunyai fungsi dari tiga variabel yaitu (1) karakteristik

masalah, (2) struktur manajemen program tercermin dalam

berbagai macam peraturan yang mengoperasionalkan kebijakan

dan (3) faktor-faktor diluar aturan. Implementasi akan efektif

apabila dalam pelaksanaannya mematuhi apa yang sudah

digariskan oleh peraturan atau petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis.53

Konsep yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah Model

50Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebiajkan Publik, Alumni, Bandung, 2004. hlm. 6551Budi Winarno, Loc. Cit. hlm. 11952Ibid, hlm. 11353 Ibid, hlm. 114

43

Page 44: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Grindle. Dalam pengimplementasian kebijakan tentang pengadaan

tanah untuk pembangunan demi kepentingan umum (Studi kasus di

Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo).

3) Pendekatan Implementasi

Menurut Solichin Abdul Wahab ada empat pendekatan dalam

implementasi kebijakan untuk meningkatkan efektivitas implementasi

yaitu :

1. Pendekatan StrukturalPendekatan ini ada dua bentuk yaitu struktur yang bersifat organis dan pendekatan struktur matrik.

2. Pendekatan Prosedural dan Manajerial Perlu dibedakan antara merencanakan perubahan dan merencanakan untuk melakukan perubahan. Dalam hal pertama, implementasi dipandang sebagai semata-mata masalah teknis atau masalah manajerial, prosedur-prosedur yang dimaksud termasuk diantaranya menyangkut penjadwalan (scheduling), perenacanaan (planning) dan pengawasan (control). Teknik manajerial merupakan perwujudan dari pendekatan ini ialah perencanaan jaringan kerja dan pengawasan (network planning and control-MPC) yang menyajikan suatu kerangka kerja, proyek dapat dilaksanakan dan implementasinya dapat diawasi dengan cara identifikasi tugas-tugas dan urutan-urutan logis, sehingga tugas tersebut dapat dilaksanakan.

3. Pendekatan KeperilakuanAda dua bentuk dalam pendekatan ini : Pertama, OD (organisitional development/pengembangan organisasi). OD adalah suatu proses untuk menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan dalam suatu organisasi melalui penerapan dalam ilmu-ilmu kepribadian; Kedua, bentuk management by objectives (MBO). MBO adalah suatu pendekatan penggabungan unsur-unsur yang terdapat dalam pendekatan prosedural/manajerial dengan unsur-unsur yang termuat dalam analisis keperilakuan. Jelasnya MBO berusaha menjembatani antara tujuan yang telah dirumuskan secara spesifik dengan implementasinya.

4. Pendekatan PolitikPendekatan politik secara fundamental menentang asumsi yang diketengahkan oleh ketiga pendekatan terdahulu khususnya pendekatan perilaku. Keberhasilan suatu kebijakan pada akhirnya akan tergantung pada kesediaan dan kemampuan kelompok-kelompok dominan/berpengaruh. Situasi tertentu distribusi kekuasaan kemungkinan dapat pula menimbulkan kemacetan pada

44

Page 45: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

saat implementasi kebijakan, walaupun sebenarnya kebijakan tersebut secara formal telah disahkan 54

c. Hubungan Hukum dan Kebijakan Publik

Hubungan hukum dan kebijakan publik dapat dilihat dari :55

1) Formulasi Hukum dan Kebijakan Publik

Hubungan pembentukan hukum dan kebijakan public saling

memperkuat satu dengan yang lain. Sebuah produk hukum tanpa ada

proses kebijakan publik di dalamnya maka produk hukum itu akan

kehilangan makna substansinya. Sebaliknya sebuah proses kebijakan

publik tanpa ada legalisasi hukum, akan lemah pada tatanan

operasionalnya.

2) Penerapan/implementasi hukum dan kebijakan public.

Menurut Setiono56 pada dasarnya di dalam penerapan hukum

tergantung pada 4 unsur :

a) Unsur hukum

Unsur hukum disini oleh Setiono diartikan sebagai produk atau

kalimat, aturan-aturan hukum. Kalimat-kalimat hukum harus ditata

sedemikian rupa hingga maksud yang diinginkan oleh pembentuk

hukum dapat terealisasikan di lapangan yang luas dengan tetap

mengacu kepada satu pemaknaan hukum. Namun bukan berarti

pemaknaan yang diberikan oleh pembentuk hukum harus

dipaksanakan sedemikian rupa, sehingga di semua tempat harus

direalisasikan sama persis dengan apa yang dimaksud oleh para

pembentuk hukum. Modifikasi-modifikasi oleh penerap hukum

dilapangan diperlukan sebatas semua itu dilakukan untuk menuju

pemaknaan ideal dari aturan hukum yang dimaksud.

54Solichin Abdul Wahab, Loc. Cit, hal 11055 Setiono, Loc. Cit. hal 5 56 Ibid, hal. 4

45

Page 46: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

b) Unsur Struktural

Unsur struktural adalah berkaitan dengan lembaga-lembaga atau

organisasi-organisasi yang diperlukan dalam penerapan hukum.

Pentingnya unsur struktural pada penerapan hukum ada dua :

(1) Organisasi atau institusi seperti apa yang tepat untuk

melaksanakan Undang-Undang tertentu.

(2) Bagaimana organisasi itu dapat menjalankan tugasnya

dengan baik.

Berkaitan dengan aspek pemilihan organisasi atau institusi

maka pengambilan keputusan harus ekstra hati-hati untuk memilih

organisasi atau institusi mana yang dianggap relevan dengan

produk hukum yang hendak diterapkan itu. Kemudian berkaitan

dengan aspek bagaimana organisasi yang telah ditunjuk mampu

optimal dalam menjalankan tugasnya, ini berkaitan dengan

manajemen yang ada pada perusahaan. Tidak jarang terjadi

organisasi yang ditunjuk sudah tepat namun kinerja organisasi

sangat lemah dan tidak professional, sehingga tugas-tugas yang

dibebankan tidak dapat dijalankan dengan baik. Kebijakan publik

dalam hal ini lebih berperan dalam bagaimana organisasi atau

instansi pelaksana itu seharusnya ditata dan bertindak agar tugas-

tugas yang dibebankan hukum kepadanya dapat dijalankan dengan

baik. Menunjuk orang yang dipercaya untuk mengendalikan

organisasi tersebut harus dipilih yang mempunyai kemampuan

dalam unsur structural ini lebih dominant berposisi sebagai sebuah

seni, yaitu bagaimana ia mampu melaksanakan kreasi sedemikian

rupa sehingga organisasi dapat tampil dengan baik.

c) Unsur Masyarakat

Unsur ini berkaitan dengan kondisi sosial politik dan sosial

ekonomi dari masyarakat yang akan terkena dampak atas

diterapkannya sebuah aturan hukum. Kondisi masyarakat yang ada

46

Page 47: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

harus diselesaikan lebih dahulu demi terselenggara dan lancarnya

penerapan hukum.

d) Unsur budaya

Dalam unsur ini ada dua hal. Pertama : sedapat mungkin

diupayakan bagaimana agar produk hukum atau Undang-Undang

yang dibuat itu dapat sesuai dengan budaya yang ada dalam

masyarakat. Kedua : bagaimana produk hukum yang tidak sesuai

dengan budaya dalam masyarakat dapat diterima masyarakat.

Disinilah kebijakan publik akan sangat berperan. Namun harus

diingat bahwa kebijakan publik yang diambil harus berdasar

hukum dibutuhkan improvisasi dan kreasi.

3) Evaluasi Kebijakan Publik

Evaluasi kebijakan publik adalah suatu evaluasi yang akan

menilai apakah kebijakan publik sudah sesuai dengan yang diharapkan

atau belum. Evaluasi kebijakan publik adalah sebagai hakim yang

menentukan kebijakan yang ada telah sukses atau telah gagal mencapai

tujuan. Evaluasi publik juga sebagai dasar apakah kebijakan yang ada

layak diteruskan, direvisi, atau bahkan dihentikan sama sekali.

Evaluasi kebijakan dibedakan dalam 3 (tiga) macam:

a) Evaluasi AdministratifEvaluasi administrative adalah evaluasi kebijakan publik yang dilakukan di dalam lingkup pemerintahan atau instansi-instansi yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah yang terkait dengan program tertentu.

b) Evaluasi yudisialEvaluasi terhadap kebijakan publik yang berkaitan dengan obyek-obyek hukum: apa ada pelanggaran hukum atau tidak dari kebijakan yang dievaluasi tersebut. Yang melakukan evaluasi

47

Page 48: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

yudicial adalah lembaga-lembaga hukum seperti pengacara, pengadilan, kejaksaan, PTUN dan sebagainya.

c) Evaluasi PolitikEvaluasi politik pada umumnya dilakukan oleh lembaga-lembaga politik, baik parlemen maupun parpol. Namun sesungguhnya evaluasi politik bisa juga dilakukan oleh masyarakat scara umum.57

Penelitian ini dapat dikatakan mengkaji Implementasi Undang-

Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk pembangunan

demi kepentingan umum. Mengingat evaluasi yang dipergunakan lebih

kepada apa yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo

terkait dalam pengimplementasian Undang-Undang No. 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan tanah Untuk pembangunan demi kepentingan umum

oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo. Seperti halnya pemikiran

Thomas R. DYE tentang kebijakan. Teori Thomas R.DYE dalam

penelitian ini dapat dikatakan menyangkut kepentingan orang banyak.

Sehingga apa yang diperbuat oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Wonsobo

sehubungan dengan kebijakan di bidang pengadaan tanah untuk

pembangunan sudah meupakan suatu kebijakan, Sehingga relevan dengan

pemikiran atau Teori Thomas R. DYE.

Berbicara tentang perspektif kebijakan publik mengarahkan

perhatian, untuk mengkaji proses pembuatan kebijakan (policy making

process) oleh pemerintah (government) atau pemegang kekuasaan dan

dampaknya terhadap masyarakat luas (public). Thomas R. Dye

mendefinisikan kebijakan publik sebagai “ is whatever government choose

to do or not to do” (Thomas R. Dye dalam Esmi Warasih

Pujirahayu) .secara sederhana pengertian kebijakan publik dirumuskan

dalam kalimat sebagai berikut:58

a. Apa yang dilakukan oleh pemerintah (What government do?)b. Mengapa dilakukan tindakan itu (Why government do?)

57Ibid, hal.. 658 Esmi Warassih Pujirahayu, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Suryandaru Utama, Semarang, 2005, hlm. 8

48

Page 49: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

c. Dan apa terjadi kesenjangan antara apa yang ingin diperbuat dengan kenyatan (what defference it makes?)

Sistem kebijakan publik adalah produk manusia yang subjektif

yang diciptakan melalui pilihan-pilihan yang sadar oleh para pelaku

kebijakan sekaligus realitas objektif yang diwujudkan dalam tindakan-

tindakan yang dapat diamati akibat-akibat yang ditimbulkannya, setidak-

tidaknya menyangkut tiga hal penting dalam menyusun agenda kebijakan

yaitu :

(1) Membangun persepsi di kalangan stakeholder bahwa sebuah fenomena benar-benar dianggap sebagai masalah. Sebab bisa jadi suatu gejala oleh sekelompok masyarakat tertentu dianggap masalah, tetapi oleh sebagian masyarakat yang lain atau elite politik bukan dianggap sebagai masalah;

(2) Membuat batasan masalah;

(3) Mobilisasi dukungan agar masalah tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah. 59

Ketertiban antara hukum dan kebijakan publik akan semakin

relevan pada saat hukum diimplementasikan. Proses implementasi selalu

melibatkan lingkungan dan kondisi yang berbeda di tiap tempat, karena

memiliki ciri-ciri struktur sosial yang tidak sama. Demikian pula

keterlibatan lembaga di dalam proses implementasi selalu akan bekerja di

dalam konteks sosial tertentu sehingga terjadi hubungan timbal balik yang

dapat saling mempengaruhi.

d. Kebijakan Yuridis Undang-Undang No. 2 Tahun 2012

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum merupakan Undang-

Undang yang ditunggu tunggu, peraturan perUndang-Undangan

59 A.G Subarsomo, Evaluasi kebijakan Publik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hlm.11

49

Page 50: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

sebelumnya dianggap belum memenuhi rasa keadilan bagi pihak yang

kehilangan tanahnya. Undang-Undang ini diharapankan pelaksanaannya

dapat memenuhi rasa keadilan setiap orang yang tanahnya direlakan atau

wajib diserahkan bagi pembangunan. Bagi pemerintah yang memerlukan

tanah, peraturan perUndang-Undangan sebelumnya dipandang masih

menghambat atau kurang untuk memenuhi kelancaran pelaksanaan

pembangunan sesuai rencana.

Ada beberapa Pasal yang perlu mendapat perhatian antara lain:

Bunyi Ketentuan umum Pasal 1 angka  2 Undang-Undang ini: “Pengadaan

tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti

kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak”. Pasal 1 angka 10

menegaskan lagi: “Ganti Kerugian adalah penggantian layak dan adil

kepada yang berhak  dalam proses pengadaan tanah”. memang indah

terdengarnya apabila dapat dilaksanakan demikian.

Asas pengadaan tanah yang diatur Pasal 2 lebih indah lagi

menyatakan  bahwa pengadaan tanah untuk kepentingan umum

dilaksanakan  berdasarkan asas kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan,

kepastian, keterbukaan, kesepakatan, keikutsertaan, kesejahteraan,

keberlanjutan, dan keselarasan. Dari sekian banyak asas haruslah asas

keadilan diutamakan karena asas ini telah ditegaskan dua kali pada

Ketentuan Umum angka 2 dan angka 10 Undang-Undang ini. Kalimat: 

“Ganti kerugian adalah penggantian layak dan adil” belum pernah muncul

pada peraturan perUndang-Undangan yang mengatur tentang pengadaan

tanah sebelumnya.

Pasal 5 menegaskan pihak yang berhak wajib melepaskan

tanahnya pada saat pelaksanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan

Umum setelah pemberian Ganti Kerugian atau berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. kata wajib

ditegaskan pada Undang-Undang ini. Seharusnya ada keseimbangan

hukum yaitu bahwa wajib setelah pemberian ganti kerugian dirasakan adil

dan layak oleh pihak yang berhak.

50

Page 51: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh Penilai tanah

dilakukan bidang per bidang tanah. Penilaian bidang per bidang tanah ini

dimaksudkan untuk dapatnya memenuhi rasa keadilan, oleh karena pada

bidang tanah yang berdampingan dalam keadaan tertentu yang satu harus

dinilai lebih tinggi sedang yang lain lebih rendah. Dimungkinkan dalam

pelaksanaan suatu bidang setelah pelebaran jalan nilainya akan naik, tetapi

di lain pihak ada suatu bidang tanah habis tidak tersisa atau tersisa sedikit.

Bidang tanah yang karena pelebaran jalan nilainya  akan naik, oleh karena

itu nilai ganti ruginya harus lebih rendah daripada  bidang tanah yang

tergusur habis.

Diatur pada Pasal 35, apabila dalam hal bidang tanah tertentu

yang terkena Pengadaan Tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat

difungsikan sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya, Pihak yang

Berhak dapat meminta penggantian secara utuh atas bidang tanahnya.

Bunyi pasal ini belum pernah muncul di peraturan peraturan sebelumnya.

Pasal ini muncul dalam rangka mewujudkan pengadaan tanah yang adil.

Setelah penetapan lokasi pembangunan Pihak yang Berhak hanya

dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada Instansi yang memerlukan

tanah melalui Lembaga Pertanahan. Hal ini untuk menghindari “calo” dan

spekulan tanah, pembatasan ini belum pernah muncul pada peraturan

perUndang-Undangan sebelumnya.

Selanjutnya bila kita perhatikan Pasal 41:

Pasal 41

1)   Ganti Kerugian diberikan kepada Pihak yang Berhak berdasarkan

hasil penilaian yang ditetapkan dalam  musyawarah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2) dan/atau putusan pengadilan

negeri/Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

ayat (5).

2)   Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak yang Berhak menerima

Ganti Kerugian wajib:

a. melakukan pelepasan hak; dan

51

Page 52: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

b. menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek

Pengadaan Tanah kepada instansi yang memerlukan tanah

melalui Lembaga Pertanahan.

3)  Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan

satu-satunya alat bukti yang sah menurut hukum dan tidak dapat

diganggu gugat di kemudian  hari.

4)    Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian bertanggung jawab

atas Kebenaran  dan keabsahan bukti penguasaan atau kepemilikan

yang diserahkan.

Pasal 41 ayat (2) dan ayat (3) tersebut di atas yang menyatakan

bahwa Pihak yang Berhak harus menyerahkan bukti penguasaan atau

kepemilikan yang merupakan satu-satunya bukti yang sah menurut

hukum dan tidak dapat diganggu gugat di kemudian hari hal ini

mencerminkan Undang-Undang ini represif.  Kalimat “tidak dapat

diganggu gugat di kemudian hari “ ini bertentangan dengan fakta

hukum yang sedang berlangsung di Indonesia dalam hal ini Pasal 19

ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-pokok Agraria sebagai berikut:

Pasal 19 Undang-Undang Pokok Agraria

(1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan

pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:

a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;

b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai

alat pembuktian yang kuat.

Bahwa Pasal 19 ayat (2) huruf c. Undang-Undang Pokok

Agrariamenegaskan surat-surat tanda bukti hak  sebagai alat

pembuktian yang kuat, dalam hal ini belum sebagai alat pembuktian

yang mutlak. Alat bukti kepemilikan tanah di Indonesia yang sudah

52

Page 53: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

berupa Sertipikat Hak Atas Tanah  saja setiap saat atau di kemudian

hari masih dapat diganggu gugat.

 Terhadap kalimat Pasal 41 ayat (3) ini perlu dilakukan

“yudicial review”, dengan menghapus kalimat  “tidak dapat diganggu

gugat di kemudian hari “. Pemerintah sendiri yang menerbitkan

sertipikat hak atas tanah tidak pernah menjamin bahwa sertipikat itu

tidak dapat digugat di kemudian hari, bagaimana mungkin pemilik

tanah yang tanahnya wajib diserahkan bagi pembangunan untuk

kepentingan umum menjamin sertipikat itu tidak dapat diganggu gugat

di kemudian hari.

Pasal Pasal 43 Undang-Undang ini menyatakan:  Pada saat

pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (2) huruf a telah

dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di

pengadilan negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1),

kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari Pihak yang Berhak menjadi

hapus dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlakudan tanahnya

menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh negara.

 Hapusnya kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari pihak yang

berhak yang menolak hasil musyawarah tetapi tidak mengajukan

keberatan sebagaimana diatur Pasal 43 di atas, menunjukkan

represifnya Undang-Undang ini yang sengaja ditabrakkan dengan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-hak

Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya.  Pasal 43 ini jelas tidak

sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam diktum Menimbang,

Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 dan angka 10 serta Pasal 2 Undang-

Undang ini sendiri.

5. Teori Hukum Pembangunan

53

Page 54: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Teori hukum pembangunan yang berkembang di Indonesia tak bisa

dilepaskan dari nama Mochtar Kusuma Atmadja. Pengadiannya di kampus

dan di birokrat telah ikut membantu penyebaran pandangan-pandangannya

tentang hukum. Dikenal sebagai pakar hukum internasional, Mochtar

pernah diangkat menjadi Menteri Kehakiman (1974-1978) dan Menteri

Luar Negeri (1978-1988).Gagasan-gagasan Mochtar telah dimasukkan

sebagai materi hukum dalam Pelita I (1970-1975). Pada intinya teori

hukum pembangunan menegaskan hukum harus bisa didayagunakan untuk

kepentingan pembangunan. Pemikiran Mochtar sedikit banyak

mengenalkan mahasiswa hukum di Indonesia dengan sebutan law is a tool

of social engineering.

Pokok-pokok pikiran Mochtar terkait dengan fase kedua dari Teori

Hukum Pembangunan dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Filsafat Pancasila digunakan sebagai landasan fundamental untuk

menggantikan posisi teori-teori dari pemikir asing, seperti Northrop,

Pound, Lassswell, dan McDougal yang sebelumnya diakui Mochtar

sempat mempengaruhi pandangannya. Ia mulai menulis dan

menggunakan istilah cita hukum Pancasila, filsafat hukum Pancasila,

dan Negara hukum Pancasila.

b. Mochtar tetap setuju bahwa tujuan utama hukum pada umumnya adalah

ketertiban dan keadilan. Tujuan keadilan ini dikaitkan Mochtar dengan

tujuan hukum dalam suatu Negara hukum Pancasila. Dalam setiap

Negara hukum, kekuasaan diatur dan oleh karena itu, harus pula tunduk

pada hukum. Tujuan keadilan ini mencakup di dalamnya keadilan social

(sila kelima dari Pancasila)

c. Selain itu keadilan sebagai tujuan hukum juga berkaitan dengan

kedudukan dan hak yang sama bagi semua orang di dalam hukum. Hal

ini dapat dihubungkan dengan sila kerakyatan dalam Pancasila (asas

persamaan). Apabila tujuan hukum dalam Negara pancasila pada

54

Page 55: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

analisis di atas adalah keadilan social, maka fungsi hukum jadinya

adalah untuk mewujudkan tujuan atau cita-cita dalam kenyataan.

d. Hukum suatu Negara, bagaimanapun baiknya tujuannya, tidak akan

bermanfaat bagi kehidupan masyarakat kalau tidak ditegakkan.

Penegakkan hukum dilakukan dalam hal terjadi pelanggaran hukum,

yaitu ketika hukum yang mengatur tidak berhasil atau terganggu dalam

menjalankan fungsinya. Instansi terakhir dalam penegakkan hukum ini

dijalankan oleh hakim. Hakim memeriksa perkara dan memberi

keputusannya berdasarkan hukum dan demi keadilan.

e. Penegakkan hukum tidak hanya menjadi urusan aparat penegak hukum

(polisi, jaksa, atau advokat) melainkan pada instansi terkait terakhir

juga bergantung pada pencari keadilan itu sendiri. Untuk itulah perlu

ditumbuhkan kesadaran bahwa berpekara itu adalah demi menegakkan

hukum dan keadilan, tidak semata-mata demi memenangan perkara.

f. Dalam menumbuhkan kesadaran ini, ada peran etika di dalamnya. Etika

dan hukum sama-sama merupakan kaidah yang mengatur kehidupan

manusia di dalam masyarakat. Etika mengatur tindakan manusia dari

dalam diri manusia tersebut, sedangkan hukum mengatur aspek

tindapan lahiriah manusia dalam masyarakat. Khusus bagi aparat

penegak hukum, etika ini berhubungan dengan etika profesi, yang

dijalankan demi penegakkan Undang-Undang dan hukum, demi

melindungi/membela kepentingan terdakwa atau klien, dan demi

memegang kerahasiaan profesi.

g. Mochtar mengakui ada penekanan tahap pertama pembangunan yang

diberikan pada upaya pelembagaan (institutionalization) pada usaha-

usaha besar pembinaan bangsa (a great nation building effort). Pada

tahap pertama memang tekanan diberikan pada pelembagaan usaha-

usaha atau proses ini, sehingga orang perorangan mungkin terdesak,

namun hal ini tidak berarti individualitas dari orang perorangan tersebut

tidak boleh diberi kesempatan untuk berkembang, mengingat analisis

55

Page 56: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

terakhir terhadap satua-satuan masyarakat itu akan berujung pada

individu juga.

h. Persoalan manusia di dalam pembangunan Indonesia tersebut

didasarkan pada asumsi penerimaan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara republik Indonesia Tahun 1945 sebagai suatu kenyataan

dan landasan berpikir dan bertindak manusia Indonesia.

i. Pembangunan manusia Indonesia harus dilakukan dengan prinsip-

prinsip sebagi berikut:

1) Selain percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, juga harus percaya

pada kemampuan diri sendiri dan pada hari dpan Indonesia yang

lebih baik;

2) Sebagai insan politik, harus committed pada sistem politik Negara

yang pada titik puncaknya telah menerima pancasila sebagai asas

tunggal yang cocok bagi bangsa Indonesia; dan

3) Sadar pada hak dan kewajiban, baik sebagai orang perorangan

maupun sebagai anggota masyarakat, sehingga pengertian individu

tidak bisa dilepaskan dari pengertian masyarakat tempat individu

itu mendapat kesempatan berkembang sepenuhnya.

j. Manusia Indonesia “masa kini” yang terlibat dalam pembangunan

tersebut diupayakan agar memiliki karakter sebagai insan modern, yang

mencakup sifat-sifat ideal sebagai berikut:

1) Cermat, sebagai lawan dari kecerobohan dan “asal saja”;

2) Hemat, dalam arti dapat mengatur kekayaannya (termasuk Negara,

pikiran, dan waktu) untuk tujuan-tujuan produktif;

3) Rajin, dalam arti suka bekerja untuk memenangkan persaingan;

4) Jujur, sebagai sifat terpuji yang menjadi keharusan untuk

mendapatkan kepercayaan sebagai modal dalam berusaha, terlepas

dari apakah ada tidaknya anjuran sifat jujur ini dalam agama atau

norma-norma etika;

56

Page 57: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

5) Tepat waktu (tepat janji), sebagai sifat untuk menghormati rekan

pergaulan dan hal ini juga menjadi modal dasar yang penting dalam

usaha dana perdagangan;

6) Tegas tetapi bijaksaja, mengingat tegas penting untuk

menghilangkan keragu-raguan pada pihak ketiga dalam

berhubungan dengan kita dan bijaksana perlu karena terkait dengan

pihak ketiga yang menjadi sasaran ketegasan tersebut;

7) Berani tetapi berhati-hati, dalam arti siap menghadapi resiko demi

perubahan dan perbaikan serta berhati-hati agar resiko tersebut

dilandasi perhitungan yang matang;

8) Teguh memegang prinsip (prinsipiil), yakni sifat untuk tidak mudah

goyah atau tergoda melakukan hal-hal yang kurang baik dan

menjerumuskan.60

Mochtar memang belum sempat menuliskan secara detail

perkembangan dari fase pertama pemikirannya tentang Teori Hukum

Pembangunan ini. Cukup banyak prinsip-prinsip pokok dari fase

pertama pemikiran tersbeut yang masih dipertahankan, misalnya,

konsep tentang fungsi hukum sebagai law as a tool of social

engineering, tetap dipertahankan.61

Perhatian Mochtar terhadap hukum kebiasaan juga masih cukup

menonjol. Tampaknya ia melihat hukum kebiasaan ini lebih cocok

dengan kondisi Indonesia dalam iklim globalisasi dewasa ini. Mochtar

memang tidak lari kea rah penekanan hukum adat gaya lama, tetapi

lebih ke konsep hukum adat dalam masyarakat modern Indonesia

sebagaimana dapat di baca dalam tulisan-tulisan M.B.Hooker.62

Dalam pandangan penulis, apa yang disampaikan oleh Mochtar

ini selayaknya direspons secara positif oleh para ahli hukum Indonesia.

Harus diakui bahwa apa yang dulu dikenal sebagai ciri-ciri hukum adat

60 Shidarta, dkk, Mochtar Kusuma Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan: Eksistensi dan Implikasi. HuMa, Jakarta, 2012, hlm. 124-128

61Ibid, hlm. 29-3062Ibid, hlm. 30

57

Page 58: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

di Indonesia, yakni kongkret, kontan, dan komunal, seiring dengan

perjalanan zaman telah mengalami pergeseran-pergeseran tajam. Saat

ini, misalnya, di desa-desa jual beli sepeda motor telah dilakukan

dengan sistem kredit. Sikap-sikap individualistic juga terlihat makin

menonjol. Artinya, temuan-temuan tokoh-tokoh hukum adat tradisional

tersebut perlu dikaji ulang, kendati teori-teori lama ini tetap berguna

sebagai hipotesis.63

Teori Hukum Pembangunan pada fase kedua pemikiran Mochtar

dapat dikatakan telah memberi inspirasi bagi para ahli hukum Indonesia

agar mau menukik kepada pencarian teori dan filsafat hukum Indonesia

yang lebih membumi. Pada fase kedua ini Mochtar telah beranjak dari

seorang pemikir teoretikan menuju pemikir filosofikal. Apabila

seseorang ilmuwan mengambil dasar-dasar filsafat, maka sesungguhnya

ia sedang bergerak menjadi filsuf. Dalam posisi demikian, semua

pikirannya tentang berbagai persoalan (hukum, ekonomi, politik, dan

sebagainya) telah dipengaruhi sudut pandang dari dasar-dasar

filsafatnya itu. Jadi, untuk mendalami filsafat Pancasila versi Mochtar,

sebenarnya tidak cukup hanya menganalisisnya dari sudut filsafat

hukum saja, tetapi juga pandangan-pandangan yang menyeluruh tentang

aspek kehidupan lainnya. Dari sudut ini, maka filsafat Pancasila

(termasuk filsafat hukum Pancasila) ala Mochtar akan berbeda dengan

filsafat Pancasila dari tokoh-tokoh hukum lainnya. Dalam konteks ini,

Teori Hukum Pembangunan dari Mochtar Kusuma Atmadja bias

didekati pada fase kedua ini dengan menggunakan kerangka berfikir

filsafat Pancasila, sehinggan hasil analisis kita terhadap Teori Hukum

Pembangunan ini bukan tidak mungkin suatu saat akan berkembang

menjadi kajian Filsafat Hukum Pembangunan.64

5. Teori Implementasi

63Ibid, hlm. 3064Ibid, hlm. 30-31

58

Page 59: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, implementasi berarti :65

a. Pelaksanaan yaitu Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan

oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna

mencapai tujuan yang diharapkan.

b. Penerapan, Kamus Webster merumuskan secara pendek bahwa to

implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for

carrying out (menimbulkan dampak/ akibat terhadap sesuatu). Kalau

pandangan ini diikuti, maka implementasi kebijaksanaan keputusan

dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanaan keputusan

kebijaksanaan (biasanya dalam bentuk Undang-Undang, peraturan

pemerintah, keputusan peradilan, pemerintah eksekutif atau dekrit

persiden).

Dalam hubungannya dengan penulisan ini, implementasi diberi

batasan : berlakunya suatu hukum atau peraturan perUndang-

Undangan di dalam masyarakat.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses implementasi adalah

keputusan dasar biasanya dalam bentuk Undang-Undang namun dapat

pula berbentuk perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang

penting atau keputusan badan peradilan. Pada umumnya, keputusan

tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi dengan

menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan

berbagai cara untuk menstruktur atau mengatur proses

implementasinya. Proses ini berlangsung setelah melalui beberapa

tahapan tertentu, yang biasanya diawali dengan kebijakan dalam

bentuk kebijakan bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan

pelaksananya.

Memperhatikan pendapat tersebut di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa pengertian implementasi adalah suatu proses yang

melibatkan sejumlah sumber-sumber didalamnya termasuk manusia, 65Kanus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2003, hlm 319

59

Page 60: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

dana, kemampuan organisional, baik oleh pemerintah maupun oleh

swasta (individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya oleh pembuat kebijakan).

Sebagai suatu pendekatan untuk pengambilan keputusan, yang

memperhitungkan baik keputusan yang fundamental maupun

keputusan yang inkramental dan memberikan urutan teratas bagi

proses pembuatan kebijakan fundamental yang memberikan arahan

dasar dan proses-proses pembuatan kebijaksanaan dan inkramental

yang melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan itu tercapai.66

6. Penelitian yang Relevan.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah :

a. Penelitian skripsi (2008) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, oleh Malikhah Rusdiyati dengan judul Pelaksanaan Pengadaan

tanah untuk Pembangunan Pelebaran jalan Perintis Kemerdekaan Jakarta

Utara. Penelitian tersebut membahas masalah hukum yang dihadapi oleh

masyarakat Jakarta Utara sehubungan denganPembangunan Pelebaran jalan

Perintis Kemerdekaan Jakarta Utara.

b. Penelitian Skripsi (2011) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret, Oleh

Ahmad Akbar Risantyo tentang Prinsip Penghormatan Hakk Atas tanah dalam

Pengadaan Tanah untuk Pembangunan Jalan Tol Solo – Ngawi di Kabupaten

Karanganyar.

Kedua Penelitian tersebut lebih mengarah pada proses pemberian ganti rugi

dalam melindungi Masyarakatnya terhadap masalah hukum yang dihadapi

terkait Pembebasan Tanah.

c. Penelitian Tesis Wahyu Candra Alam (2010), Program Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro tentang

Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Kurang dari satu hektar

dan penetapan ganti kerugiannya (Studi Kasus Pelebaran Jalan Gatot

Subroto di Kota Tangerang). Penelitian ini meneliti tentang pelaksanaan

66Ibid, hlm. 193

60

Page 61: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum yang Luasnya Kurang

Dari Satu Hektar dan Penetapan Ganti Kerugiannya dalam

pembangunan Pelebaran Jalan Gatot Subroto dan pembuatan Over Pass

di Kota Tangerang apakah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku

dan memenuhi rasa keadilan masyarakat yang terkena pembangunan

tersebut.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian tesis ini meneliti

tentang Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum ditinjau

dari Teori Hukum Pembangunan dan jugauntuk Mengetahui Permasalahan

yang dihadapi Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Wonosobo dalam

Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum ditinjau

dari Teori Hukum Pembangunan.

E. Kerangka Pemikiran

Betapa pentingnya tanah bagi kehidupan manusia sehingga diatur dalam

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945

yang manyatakan “Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.” Melalui

hak menguasai dari negara ini maka negara akan dapat senantiasa mengendalikan

atau mengarahkan pengelolaan fungsi tanah sesuai dengan peraturan dan kebijakan

yang ada. Hal ini memberikan hak bagi negara untuk campur tangan, dengan

pengertian bahwa setiap pemegang hak atas tanah tidak akan terlepas dari hak

menguasai negara tersebut, karena kepentingan nasional diatas kepentingan individu

atau kelompok. Atau dengan kata lain, setiap pemegang hak atas tanah tidak boleh

mengabaikan fungsi sosial dari tanah tersebut (Pasal 6 Undang-Undang Pokok

Agraria).

Alur pemikiran Penulis tentang Implementasi Undang-Undang No. 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum di tinjau

dari Teori Hukum Pembangunan yang terjadia di kantor Pertanahan

61

Page 62: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Kabupaten Wonosobo dapat digambarkan bahwa pengadaan tanah untuk

Pembangunan demi kepentingan umum bermula dari konsep dalam Undang-

Undang Pokok Agrariadan konsep fungsi sosial hak atas tanah. Pasal 6 Undang-

Undang Pokok Agrariamenyatakan bahwa semua hak atas tanah mempunyai

fungsi sosial. Dari ketentuan tersebut, penggunaan hak tanah tidak hanya

menyangkut kepentingan individu atau golongan pemegang hak atas tanah

tersebut, melainkan harus memperhatikan kepentingan masyarakat luas

(kepentingan umum). Interpretasi asas fungsi sosial hak atas tanah, disamping

mengandung makna bahwa hak atas itu harus digunakan sesuai dengan sifat

dan tujuan haknya, sehingga bermanfaat bagi si pemegang hak dan bagi

masyarakat, juga berarti bahwa harus terdapat keseimbangan antara

kepentingan perseorangan dan kepentingan umum dengan berdasarkan asas

kemanusiaan, keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan,

keikutsertaan,kesejahteraan, keberlanjutans serta asas keselarasan.

Dalam hal ini penulis menganalisis penjabaran prinsip penghormatan

hak atas tanah dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum dengan

ajaran teori Theo Hujbers, ajaran Michael G. Kitay, pengiterpretasikan

peraturan perUndang-Undangan yang terkait, dan putusan pengadilan serta

mengkaitkan dengan teori-teori, doktrin-doktrin maupun asas-asas yang

berkaitan dengan prinsip penghormatan hak atas tanah dalam pengadaan

tanah untuk kepentingan umum. Prinsip penghormatan hak atas tanah tersebut

dapat tercemin melalui interpretasi konsep kepentingan umum, musyawarah

dalam pelaksanaannya, dan ganti kerugian bagi pemegang hak atas tanah.

Konsep kepentingan umum dalam peraturan perUndang-Undangan di

Indonesia harus dapat menyeimbangkan antara kepentingan umum

(Pemerintah) dengan kepentingan pribadi pemegang hak atas tanah.

Musyawarah dilakukan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan

besarnya ganti kerugian maupun masalah lain yang timbul dari kegiatan

pengadaan tanah tersebut, atas dasar kedudukan yang setara dan sederajad

antara pihak yang membutuhkan tanah dalam hal ini pemerintah dengan

62

Page 63: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pemegang hak atas tanah. Pemberian ganti rugi sebagai penghormatan dari

segi ekonomi dari pemegang hak atas tanah supaya tidak mengalami

kemunduran kondisi ekonomi maupun sosialnya.

Dari analisis konsep kepentingan umum, musyawarah dan pemberian

ganti kerugian pengadaan tanah dalam peraturan perUndang-Undangan di

Indonesia maka dapat ditarik kesimpulan mengenai konstruksi hukum prinsip

penghormatan hak atas tanah dalam pengadaan tanah untuk kepentingan

umum.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat membuat suatu

kerangka pemikiran yang diwujudkan dalam skema sebagai berikut :

63

1. Konsep fungsi sosial hak atas tanah

2. Kepentingan umum menurut

3. UUPA (Undang-Undang No.5 Th 1960)

4. Undang-Undang No. 20 Th 1961

5. Undang-UndangNo 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Page 64: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Teori Hukum Pembangunan

Teori Implementasi Hukum

Bagan 1. Kerangka Pemikiran

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

64

Prinsip Penghormatan hak atas tanah :

1. Konsep Kepentingan Umum

2. Musyawarah3. Ganti kerugian

Fakta Hukum:Prinsip penghormatan hak atas tanah dalam pengadaan tanah untuk Pembangunan demi kepentingan umum:

Prinsip penghormatan hak atas tanah dalam pengadaan untuk Pembangunan demi kepentingan umum

1. Konsep fungsi sosial hak atas tanah

2. Kepentingan umum menurut

3. UUPA (Undang-Undang No.5 Th 1960)

4. Undang-Undang No. 20 Th 1961

5. Undang-UndangNo 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

Page 65: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Ilmu hukum mengarahkan refleksinya kepada norma dasar yang diberi

bentuk konkret dalam norma-norma yang ditentukan dalam bidang-bidang

tertentu. Metode Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan

aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna

menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk

menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapi67.Penelitian hukum dilakukan untuk

mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul dan hasil yang dicapai adalah

untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu hukum

yang diajukan68.Sebelum penulis mengemukakan jenis penelitian yang akan

digunakan, maka terlebih dahulu perlu diuraikan secara singkat mengenai

metode, demikian pula penelitian.

Metode menurut Setiono69 adalah suatu alat untuk mencari jawaban

dari pemecahan masalah, oleh karena itu suatu metode atau alatnya harus

jelas terlebih dahulu apa yang akan dicari. Penelitian dalam penulisan ini

termasuk jenis penelitian hukum sosiologis atau non doktrinal serta di dukung

dengan data sekunder, sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk penelitian

yang deskriptif kualitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan

mendeskripsikan tentang Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan

Umum ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan di Kantor Pertanahan

Kabupaten Wonosobo .

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif, yaitu suatu

tata cara penelitian yang menghasilkan data diskriptif-analitis. Data diskriptif

yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga

67 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 35

68Ibid, hlm. 4169Setiono, Pemahaman terhadap Metode Penelitian Hukum, (Diktad). Surakarta: Program

Studi Ilmu Hukum Pascasarjana UNS, 2002, hlm. 1

65

Page 66: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

perilakunya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang

utuh70.

Metode penelitian kualitatif dikembangkan untuk mengkaji kehidupan

manusia dalam kasus-kasus terbatas, kasuistis sifatnya, namun mendalam,

total menyeluruh, dalam arti tidak mengenal pemilihan-pemilihan gejala

secara konseptual ke dalam aspek-aspeknya yang eksklusif (disebut variabel).

Metode kualitatif dikembangkan untuk mengungkap gejala-gejala kehidupan

masyarakat itu sendiri dan diberi kondisi mereka tanpa diintervensi oleh

peneliti atau naturlistik71

Dalam mempelajari hukum, tentunya tidak boleh lepas dari 5 (lima)

konsep hukum yang menurut Soetandyo Wignjosoebroto seperti

dikembangkan oleh Setiono adalah sebagai berikut:72

1. Hukum adalah asas-asas moral atau kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku universal (yang menurut bahasa Setiono disebut sebagai hukum alam)

2. Hukum merupakan norma atau kaidah yang bersifat positif di dalam sistem perUndang-Undangan;

3. Hukum adalah keputusan-keputusan badan peradilan dalam penyelesaian kasus atau perkara (in concreto) atau apa yang diputuskan oleh hakim;

4. Pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai variable sosial yang empiric ;

5. Manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi mereka (yang menurut bahasa Setiono disebut sebagai hukum yang ada dalam benak manusia).

Penelitian ini mendasarkan pada konsep hukum yang ke-5, yang

menurut Soetandyo Wignjosoebroto, seperti yang dikembangkan oleh

Setiono73 yaitu hukum yang ada dalam benak manusia. Penelitian ini akan

70Soerjono Soekanto, Op.Cit. hlm. 250

71 Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Kualitatif, Gramedia, Jakarta, 2001, hlm. 54

72Setiono. OP. Cit. hlm. 373 Setiono, Metode Penelitian Hukum. Surakarta : Program Pascasarjana UNS. 2005, hlm.

7

66

Page 67: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

menggali pendapat-pendapat, ide-ide, pikiran-pikiran dari pelaku peristiwa

secara langsung dan mendalam sehingga diperoleh informasi dan data-data

yang akurat, yang penulis perlukan dalam penulisan ini.

Apabila dilihat dari bentuknya, penelitian ini termasuk ke dalam

bentuk penelitian evaluatif. Menurut Setiono74, yang dimaksud dengan

penelitian yang berbentuk evaluatif adalah penelitian yang dimaksudkan

untuk menilai program-program yang dijalankan. Penelitian hukum empiris

ini dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam (in depth

interview) dengan para responden dan narasumber yang berkompeten dan

terkait dengan masalah yang diteliti (objek yang diteliti), untuk mendapatkan

data primer dan akan dilakukan pula dengan studi kasus.

B. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat preskriptif yaitu penelitian yang mempelajari

ilmu hukum yang preskriptif yang mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai

keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma

hukum75. Tujuan dari penelitian ini untuk mencapai hasil yang memberikan

preskripsi mengenai apa yang seyogyanya mengenai prinsip penghormatan hak

atas tanah dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis adalah :

a. Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo.

b. Perpustakaan Pascasarjana UNS

c. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret

d. Perpustakaan Fakultas Hukum UNS

74Ibid, hlm. 675 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media, Jakarta, 2005,

hlm. 22

67

Page 68: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Alasan pemilihan lokasi adalah:

a. Kasus yang diteliti relatif baru

b. Data tersedia Lengkap dan layak untuk diteliti.

c. Tersedia akses internet

d. Mudah membandingkan literatur yang satu dengan literatur lainnya

D. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Data yang dikumpulkan terutama merupakan data pokok yaitu data yang

paling relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti. Namun untuk

kelengkapan dan keutuhan dari masalah yang diteliti, maka akan disempurnakan

dengan penggunaan data pelengkap yang berguna untuk melengkapi data pokok

dan data pelengkap tersebut adalah sebagai berikut:

a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat atau data

dasar76. Adapun yang termasuk dalam data primer dalam penelitian ini adalah

pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan tentang Pengimplementasian

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum ditinjau dari Teori Hukum

Pembangunandi Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo.

b. Data sekunder, adalah data yang berasal dari data-data yang sudah tersedia

misalnya, dokumen resmi, surat perjanjian atau buku-buku. Data Sekunder

dapat berupa bahan hukum Primer, Sekunder maupun Tertier77. Adapun yang

termasuk Bahan Hukum Primer dalam penelitian ini meliputi :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Undang-Undang No. 5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria;

3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah

Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

4) Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

76 Soerjono Soekanto, Op. Cit. hlm. 1277 Setioo, Op. Cit. hlm. .6

68

Page 69: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

5) Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah

6) Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan

Nasional

7) Perpres No. 71 Tahun 2012

8) Per.Ka. BPN No. 5 Tahun 2012

9) Permendagri No. 72 Tahun 2012

10) Per.Menkeu No. 13 Tahun 2013

11) Per.Gub. Jateng No. 18 Tahun 2013

12) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 3 Tahun 1997, Tentang Ketentuan Pelaksanaam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah

13) Keputusan Presiden No. 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional

di Bidang Pertanahan

14) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan

pertanahan

2. Sumber Data

Sumber data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Sumber Data Primer

Sumber Data Primer adalah sumber data yang diperoleh secara

langsung dari lapangan yang meliputi keterangan atau data hasil

wawancara kepada pejabat yang berwenang dalam hal

Pengimplementasian Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2

Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum ditinjau dari Teori Hukum Pembangunandi Kantor

Pertanahan Kabupaten Wonosobo. Sumber data primer adalah data atau

keterangan yang diperoleh semua pihak terkait langsung dengan

permasalahan yang menjadi objek penelitian. Dalam hal ini, bertindak

69

Page 70: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

sebagai informan adalah pejabat dan staf di lingkungan Kantor

Pertanahan Kabupaten Wonosobo.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder merupakan sumber data yang didapatkan

secara langsung berupa keterangan yang mendukung data primer.

Sumber data sekunder merupakan pendapat para ahli, dokumen-

dokumen, tulisan-tulisan dalam buku ilmiah, dan literatur-literatur yang

mendukung data. Data sekunder dalam penelitian ini meliputi :

1) Bahan-bahan hukum Primer :

a) Undang-Undang Dasar 1945;

b) Undang-Undang No. 5 tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria;

c) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

d) Peraturan pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah

e) Peraturan presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Badan

Pertanahan Nasional

f) Keputusan Presaiden No. 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan

Nasional di Bidang Pertanahan

g) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 3 Tahun 1997, Tentang Ketentuan

Pelaksanaam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Tentang Pendaftaran Tanah

h) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia No. 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan dan

Pengaturan Pertanahan

i) Perpres No. 71 Tahun 2012

j) Per.Ka. BPN No. 5 Tahun 2012

k) Permendagri No. 72 Tahun 2012

l) Per.Menkeu No. 13 Tahun 2013

70

Page 71: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

m) Per.Gub. Jateng No. 18 Tahun 2013

2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat hubungannya

dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan

memahami bahan hukum primer adalah :

a) Hasil Penelitian yang berkaitan dengan Kewenangan Pertanahan

di Indonesia;

b) Buku-buku terkait dengan Hukum Agraria

3) Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan

informasi tentang bahan hukum primer dan bahan sekunder,

misalnya :

a) Kamus Besar Bahasa Indonesia

b) Kamus Umum Lengkap Inggris –Indonesia, Indonesia- Inggris

c) Kamus Hukum

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik Pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Dalam studi lapangan ini penulis melaksanakan kegiatan wawancara, yaitu

suatu metode pengumpulan data dengan cara mendapatkan keterangan secara lisan

dari seorang responden dengan bercakap-cakap secara langsung. Wawancara ini

bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia serta

pendapat-pendapat mereka78. Secara umum ada dua jenis teknik wawancara, yaitu

wawancara terpimpin (terstruktur) dan wawancara dengan teknik bebasa (tidak

terstruktur) yang disebut wawancara mendalam (in-depth interviewing)79. Dalama

wawancara ini dilakukan dengan cara mengadakan komunikasi langsung dengan

pihak-pihak yang dapat mendukung diperolehnya data yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti guna memperoleh data baik lisan maupun tulisan atas

sejumlah data yang diperlukan.

78 Burhan Ashofa, Op. Cit. hlm. 9579 HB. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif. UNS Press. Surakarta, 2002, hlm. . 58

71

Page 72: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

campuran, dengan menggabungkan metode terpimpin (terstruktur) dengan metode

bebas (tidak terstruktur) dengan cara, penulis membuat pedoman wawancara

dengan pengembagan secara bebas sebanyak mungkin sesuai kebutuhan data yang

ingin diperoleh. Metode wawancara ini dilakukan dalam rangka memperoleh data

primer serta pendapat-pendapat dari para pihak yang berkaitan dengan

Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum ditinjau

dari Teori Hukum Pembangunandi Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo.

Selain itu juga mempergunakan metode Observasi yaitu dengan cara mengamati

suatu obyek yang diteliti, setelah itu mencatat dan mencocokkan dengan teori agar

tercapai sasaran penelitian. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan

adanya beberapa hal yang tidak sempat poneliti tanyakan ataupun tidak

terjawabnya pertanyaan pada saat wawancara dilakukan, sehingga peneliti bisa

mendapatkan data yang lengkap. Wawancara dilakaukan kepada Karjono, APtnh

selaku Kepala Seksi Survei Pengukuran dan Pemetaan Tanah Kantor Pertanahan

Kabupaten Wonosobo serta Santosa, SH. MKn selaku Kepala seksi Hak Tanah dan

Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo.

2. Studi Pustaka

Dalam studi ini penulis mengumpulkan data dengan cara membaca,

memahami dan mengumpulkan bahan-bahan Hukum yang akan diteliti, yaitu

dengan membuat lembar dokumen yang berfungsi untuk mencatat informasi atau

data dari bahan-bahan Hukum yang diteliti yang berkaitan dengan masalah

penelitian yang sudah dirumuskan terhadap:

a. Buku-buku literatur.

b. Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang ada hubungannya dengan penelitian

ini.

c. Dokumen

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul dengan lengkap dari lapangan harus dianalisis.

Dalam tahap analisis data, data yang telah terkumpul diolah dan dimanfaatkan

sehingga dapat dipergunakan untuk menjawab persoalan penelitian. Analisis data yang

72

Page 73: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif karena data yang diperoleh bukan

angka atau yang akan di-angkakan secara statistik. Menurut Soerjono Soekanto,

analisis data kualitatif adalah suatu cara analisis yang menghasilkan data diskriptif

analitis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga

perilaku yang nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh80.

Dalam operasionalisasinya, peneliti membatasi permasalahan yang diteliti dan

juga membatasi pada pertanyaan-pertanyaan pokok yang perlu dijawab dalam

penelitian. Dari hasil penelitian tersebut data yang sudah diperoleh disusun sesuai

dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian data tersebut diolah dalam bentuk

sajian data. Setelah pengumpulan data selesai, peneliti melakukan penarikan

kesimpulan atau verifikasi berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi data

maupun sajian datanya. Misalnya untuk mengetahui jawaban, tentang bagaimana

Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum ditinjau dari

Teori Hukum Pembangunan di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo, maka

penulis menanyakan langsung ke pokok permasalahannya. Kemudian dari jawaban

yang diperoleh tersebut diolah menjadi sajian data untuk kemudian dianalisis. Setelah

data tersebut selesai dianalisis kemudian disimpulkan. Apabila di dalam

kesimpulannya dirasa kurang mantap, maka penulis kembali melakukan kegiatan

pengumpulan data yang sudah terfokus dan juga pendalaman data.

Model analisis kualitatif yang digunakan adalah model analisis interaktif yaitu

model analaisis data yang dilaksanakan dengan menggunakan tiga tahap/komponen

berupa reduksi data, sajian data serta penarikan kesimpulan/verivikasi dalam suatu proses

siklus antara tahap-tahap tersebut sehingga data terkumpul akan berhuibungan satu dengan

lainnya secara oromatis81.

Dalam penelitian ini proses analisis sudah dilakukan sejak proses pengumpulan

data masih berlangsung. Peneliti terus bergerak di antara tiga komponen analisis dengan

proses pengumpulan data selama proses data terus berlangsung. Setelah proses

pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan

menggunakan waktu penelitian yang masih tersisa..

80Soerjono Soekanto, Op. Cit. hal. 15481 HB. Sutopo, Op. Cit. hlm. 86

73

Page 74: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Agar lebih jelas proses/siklus kegiatan dari analisis tersebut dapat digambarkan

sebagai berikut:82

Gambar : 2

Bagan model analisis data interaktif (Interactive Model Of Analysis)

Ketiga Komponen tersebut dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

a. Reduksi data

Diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus

bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sampai sesudah penelitian

lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data bukanlah

merupakan suatu hal yang terpisah dari analisis dan merupakan bagian dari

analisis.

b. Penyajian Data

Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi82Ibid, hlm. 87

74

Pengumpulan Data

( II )

Sajian Data

(I)

Reduksi Data

(III ) Penarikan KKesimpulan/Verifikasi

Page 75: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Dari permulaan pengumpulan data, seorang analis kualitatif mulai

mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,

konfigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat dan proposisi. Kesimpulan-

kesimpulan itu akan ditangani dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis,

tetapi kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas meningkat lebih

terperinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan juga di

verifikasi selama penelitian berlangsung. Singkatnya makna-makna yang

muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan

kecocokannya yakni merupakan validitasnya83

Model analisis ini merupakan proses siklus dan interaktif. Seorang

peneliti harus bergerak diantara empat sumbu kumparan itu selama

pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak-balik diantara kegiatan

reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi selama sisa waktu

penelitiannya. Kemudian komponen-komponen yang diperoleh adalah

komponen-komponen yang benar-benar mewakili dan sesuai dengan

permasalahan yang diteliti. Setelah analisis data selesai, maka hasilnya akan

disajikan secara deskriptif yaitu secara apa adanya sesuai dengan

permasalahan yang diteliti dan data-data yang diperoleh.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

83Soerjono Soekanto,, Op. Cit. hal. 18-19

75

Page 76: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

1. Tata Cara Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum yang dapat memberikan Perlindungan Hukum

bagi Pemegang Hak Atas Tanah.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum di Kantor Pertanahan

Kabupaten Wonosobo, tentu saja berbeda dengan pengadaan barang dan

jasa. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengadaan Tanah Untuk

pembangunan di Kabupaten Wonosobo mengacu pada ketentuan atau

tata cara yang berlaku. Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan demi

Kepentingan Umum di Kabupaten Wonosobo, salah satunya adalah

Pengadaan tanah Pemerintah daerah untuk Pembangunan sarana

Pendidikan di Wonosobo, berupa kawasan kampus sarana pendidikan di

Kabupaten Wonosobo. Tujuannya adalah :

a. Mendukung peningkatan status sarana pendidikan menjadi Universitas

Negeri.

b. Dengan statusnya yang merupakan Perguruan Tinggi Negeri

diharapkan biayanya relatif lebih murah sehingga terjangkau

masyarakat menengah ke bawah.

Lokasi Pembangunan Sarana Pendidikan di Kabupaten Wonosobo ini

berada di Desa Sidorejo, Kecamatan Selomarto, Kabupaten Wonosobo,

Provinsi Jawa Tengah dengan luas 9 (sembilan) hektar.

Tabel. 1

Luas Penggunaan lahan untuk pembangunan sarana pendidikan di

Kabupaten Wonosobo

KODE UNSUR PENUNJANG LUAS ( M2)

A Ruang kantor Administrasi FTP 500

76

Page 77: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

B Gedung Multimedia FTP 1.500

C Rauang Laboratorium FTP 10.000

D Gedung perkuliahan FTP 2.000

E Gedung Serbaguna untuk FTP dan FPT 2.000

F Kebun Praktek/ Percobaan FTP 17.000

G Gedung Perpustakaan untuk FTP dan FPT 1.000

H Ruang Dosen FTP 500

I Sarana Olah Raga Untuk FTP dan FPT 2.000

J Ruang Komputer FTP 500

K Masjid 500

L Lahan parkir untuk FTP dan FPT 10.000

M Jalan dan drainase 12.500

N Ruang Kantor Administrasi FPT 500

O Gedung Multimedia FPT 1.500

P Lahan Laboratorium FPT 10.000

Q Lahan terbuka (Kandang dan Kolam) 15.000

R Gedung Perkuliahan FPT 2.000

S Ruang Dosen FPT 500

T Ruang komputer FPT 500

Jumlah lahan yang dibutuhkan 90.000

Sumber : Dokumen Pelaksanaan Pengadaan Tanah oleh Pemerintah

Kabupaten Wonosobo untuk pembangunan Prasarana

Pendidikan di Desa Sidorejo, Kecamatan Selomerto,

Kabuypaten Wonosobo Tahun 2013.

Tata cara pengadaan tanah untuk pembangunan demi kepentingan

umum di Kabupaten Wonosobo berdasarkan Undang-UndangNomor 2

Tahun 2012. Kita ketahui bahwa pada tahun 2012 awal bulan Januari,

Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Semula pengadaan tanah untuk kepentingan umum diatur oleh strata

77

Page 78: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

perundangan yang lebih rendah yaitu, Keppres 55 tahun 1994, Perpres 36

thn 2005 dan perubahannya, Perpres No. 65 tahn 2006. Terdapat

perbedaan yang cukup mendasar antara ketentuan perundangan yang

lama dan yang baru (Undang-Undang). Perbedaan paling nyata terdapat

pada proses penetapan lokasi hingga pemberian ganti kerugian. Untuk

jelasnya saya uraikan sebagai berikut :

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum di

Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo, khususnya pengadaan tanah

untuk pendidikan (kampus) yang terletak di Desa Sidorejo, Kecamatan

Selomarto, Kabupaten Wonosobo terdiri dari tahapan :

a. Perencanaan

Instansi yang memerlukan tanah membuat perencanaan

Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum menurut ketentuan

peraturan perUndang-Undangan. Perencanaan Pengadaan Tanah untuk

Kepentingan Umum  didasarkan atas Rencana Tata Ruang Wilayah

dan prioritas pembangunan yang tercantum dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, Rencana Kerja

Pemerintah Instansi yang bersangkutan (yang memerlukan tanah).

Perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

disusun dalam bentuk dokumen perencanaan Pengadaan Tanah, yang

paling sedikit memuat: maksud dan tujuan rencana pembangunan,

kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana

Pembangunan Nasional dan Daerah, letak tanah, luas tanah yang

dibutuhkan, gambaran umum status tanah, perkiraan waktu

pelaksanaan Pengadaan Tanah, perkiraan jangka waktu pelaksanaan

pembangunan, perkiraan nilai tanah; dan rencana

penganggaran. Dokumen perencanaan Pengadaan Tanah disusun

berdasarkan studi kelayakan yang dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perUndang-Undangan, ditetapkan oleh Instansi

yang memerlukan tanah.diserahkan kepada pemerintah provinsi.

78

Page 79: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

b. Persiapan

Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi,

berdasarkan dokumen perencanaan Pengadaan Tanah melaksanakan:

1) pemberitahuan rencana pembangunan

Pemberitahuan rencana pembangunan disampaikan kepada

masyarakat pada rencana lokasi pembangunan untuk Kepentingan

Umum, baik langsung maupun tidak langsung.

2) pendataan awal lokasi rencana pembangunan

Pendataan awal lokasi rencana pembangunan meliputi kegiatan

pengumpulan data awal Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan

Tanah dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. Hasil pendataan

awal lokasi rencana pembangunan  digunakan sebagai data untuk

pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan.

3) Konsultasi publik rencana pembangunan.

Konsultasi publik rencana pembangunan, dilaksanakan

untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari

pihak yang berhak. Konsultasi publik dilakukan dengan melibatkan

pihak yang berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta

dilaksanakan di tempat rencana pembangunan kepentingan umum

atau di tempat yang disepakati. Pelibatan pihak yang berhak dapat

dilakukan melalui perwakilan dengan surat kuasa dari dan oleh

pihak yang berhak atas lokasi rencana pembangunan. Kesepakatan

dituangkan dalam bentuk berita acara kesepakatan. Atas dasar

kesepakatan , instansi yang memerlukan tanah mengajukan

permohonan penetapan lokasi kepada gubernur. Gubernur

menetapkan lokasi dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari

kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan permohonan

penetapan oleh Instansi yang memerlukan tanah.

79

Page 80: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan

dalam waktu paling lama 60 (enam puluh) hari kerja. Apabila

sampai dengan jangka waktu 60 (enam puluh) hari kerja

pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan terdapat

pihak yang keberatan mengenai rencana lokasi pembangunan,

dilaksanakan Konsultasi publik ulang dengan pihak yang keberatan

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.Apabila dalam konsultasi

publik ulang masih terdapat pihak yang keberatan mengenai

rencana lokasi pembangunan, instansi yang memerlukan tanah

melaporkan keberatan kepada gubernur setempat. Gubernur

membentuk tim untuk melakukan kajian atas keberatan rencana

lokasi pembangunan.

Tim  terdiri atas:

(a) Sekretaris Daerah Provinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai

ketua merangkap anggota;

(b) Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai

sekretaris merangkap anggota;

(c) Instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan

pembangunan daerah sebagai anggota;

(d) Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia sebagai anggota;

(e) Bupati/wali kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota;

dan

(f) Akademisi sebagai anggota.

Hasil kajian tim berupa rekomendasi diterima atau

ditolaknya keberatan rencana lokasi pembangunan dalam waktu

paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya

permohonan oleh gubernur. Gubernur, berdasarkan rekomendasi

tim mengeluarkan surat diterima atau ditolaknya keberatan atas

rencana lokasi pembangunan. Dalam hal ditolaknya keberatan atas

rencana lokasi pembangunan, gubernur menetapkan lokasi

80

Page 81: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pembangunan. Dalam hal diterimanya keberatan atas rencana

lokasi pembangunan, gubernur memberitahukan kepada Instansi

yang memerlukan tanah untuk mengajukan rencana lokasi

pembangunan di tempat lain.

Setelah penetapan lokasi pembangunan masih terdapat

keberatan, pihak yang berhak terhadap penetapan lokasi dapat

mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara setempat

paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dikeluarkannya

penetapan lokasi. Pengadilan Tata Usaha Negara memutus diterima

atau ditolaknya gugatan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh)

hari kerja sejak diterimanya gugatan. Pihak yang keberatan

terhadap putusan Pengadilan Tata Usaha Negara dalam waktu

paling lama 14 (empat belas) hari kerja dapat mengajukan kasasi

kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam waktu

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan kasasi

diterima. Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum tetap menjadi dasar diteruskan atau tidaknya pengadaan

tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Penetapan

lokasi pembangunan untuk kepentingan umum diberikan dalam

waktu 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu)

tahun. Jika dalam jangka waktu penetapan lokasi pembangunan

untuk kepentingan umum  tidak terpenuhi, maka penetapan lokasi

pembangunan untuk kepentingan umum dilaksanakan proses ulang

terhadap sisa tanah yang belum selesai pengadaannya.

Setelah penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan

umum ditetapkan, Gubernur bersama instansi yang memerlukan

tanah mengumumkan penetapan lokasi pembangunan untuk

kepentingan umum. Pengumuman dimaksudkan untuk

81

Page 82: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pemberitahuan kepada masyarakat bahwa di lokasi tersebut akan

dilaksanakan pembangunan untuk kepentingan umum. Bersamaan

dengan telah diumumkannya penetapan lokasi pembangunan untuk

kepentingan umum, Pihak yang berhak hanya dapat mengalihkan

hak atas tanahnya kepada instansi yang memerlukan tanah melalui

lembaga pertanahan. Beralihnya hak dilakukan dengan

memberikan ganti kerugian yang nilainya ditetapkan saat nilai

pengumuman penetapan lokasi

c. Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Berdasarkan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan

umum yang telah ditetapkan,, instansi yang memerlukan tanah

mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada lembaga

pertanahan. 

Berdasarkan wawancara dengan Santosa, SH. MKn selaku Kepala

seksi Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten

Wonosobo pada tanggal 6 Januari 2015, menyatakan bahwa Pelaksanaan

pengadaan tanah meliputi:

1) inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;

2) penilaian ganti kerugian;3) musyawarah penetapan ganti kerugian;4) pemberian ganti kerugian; dan5) pelepasan tanah Instansi.

Kelima hal tersebut di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Inventarisasi dan Identifikasi Penguasaan, Pemilikan,

Penggunaan, serta Pemanfaatan Tanah

Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,

penggunaan, dan pemanfaatan tanah dilaksanakan dalam waktu

paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja yang meliputi kegiatan:

(1) Pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tana.

82

Page 83: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

(2) Pengumpulan data Pihak yang Berhak dan objek pengadaan

tanah.

Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan,

penggunaan, dan pemanfaatan tanah wajib diumumkan di kantor

desa/kelurahan, kantor kecamata, dan tempat pengadaan tanah

dilakukan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja

yang dilakukan secara bertahap, parsial, atau keseluruhan.

Pengumuman hasil inventarisasi dan identifikasi meliputi subjek

hak, luas, letak, dan peta bidang tanah objek pengadaan tanah.

Dalam hal tidak menerima hasil inventarisasi, pihak yang

berhak dapat mengajukan keberatan kepada Lembaga Pertanahan

dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung

sejak diumumkan hasil inventarisasi. Apabila keberatan atas hasil

inventarisasi dilakukan verifikasi dan perbaikan dalam waktu

paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak

diterimanya pengajuan. Dalam hal masih juga terdapat keberatan

atas hasil inventarisasi inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan. Hasil

pengumuman atau verifikasi dan perbaikan ditetapkan oleh

Lembaga Pertanahan dan selanjutnya menjadi dasar penentuan

pihak yang berhak dalam pemberian ganti kerugian.

b)      Penilaian Ganti Kerugian

Lembaga Pertanahan menetapkan penilai sesuai dengan

ketentuan peraturan perUndang-Undangan. Lembaga Pertanahan

mengumumkan penilai yang telah ditetapkan untuk melaksanakan

penilaian objek pengadaan tanah. Penilai yang ditetapkan wajib

bertanggung jawab terhadap penilaian yang telah dilaksanakan dan

apabila terdapat pelanggaran dikenakan sanksi administratif

dan/atau pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-

Undangan.

83

Page 84: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh penilai dilakukan

bidang per bidang tanah, meliputi:

(1)   Tanah

(2)   Ruang atas tanah dan bawah tanah

(3)   Bangunan

(4)   Tanaman

(5)   Benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau

(6)   Kerugian lain yang dapat dinilai.

Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai merupakan

nilai pada saat pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk

kepentingan umum. Besarnya nilai ganti kerugian berdasarkan

hasil penilaian Penilai disampaikan kepada Lembaga Pertanahan

dengan berita acara dan menjadi dasar musyawarah penetapan

ganti kerugian. Dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena

Pengadaan Tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan

sesuai dengan peruntukan dan penggunaannya, pihak yang berhak

dapat meminta penggantian secara utuh atas bidang tanahnya.

Pemberian ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

(a) Uang

(b) Tanah pengganti

(c) Permukiman kembali

(d) kepemilikan saham, atau

(e)   bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

c)      Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian

Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan pihak

yang berhak dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja

sejak hasil penilaian dari penilai disampaikan kepada Lembaga

Pertanahan untuk menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti

kerugian. Berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian. Hasil

kesepakatan dalam musyawarah menjadi dasar pemberian ganti

84

Page 85: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

kerugian kepada pihak yang berhak yang dimuat dalam berita

acara kesepakatan.

Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk

dan/atau besarnya ganti kerugian, pihak yang berhak dapat

mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri setempat dalam

waktu paling lama 14(empat belas) hari kerja setelah musyawarah

penetapan ganti kerugian. Pengadilan Negeri memutus bentuk

dan/atau besarnya ganti kerugian dalam waktu paling lama 30

(tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya pengajuan keberatan.

Pihak yang keberatan terhadap putusan pengadilan negeri dalam

waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja dapat mengajukan

kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia. Mahkamah

Agung wajib memberikan putusan dalam waktu paling lama 30

(tiga puluh) hari kerja sejak permohonan kasasi diterima. Putusan

Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung yang telah memperoleh

kekuatan hukum tetap menjadi dasar pembayaran Ganti Kerugian

kepada pihak yang mengajukan keberatan. Dalam hal Pihak yang

Berhak menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian, tetapi

tidak mengajukan keberatan dalam waktu tersebut, pihak yang

berhak dianggap menerima bentuk dan besarnya ganti kerugian.

d)     Pemberian Ganti Kerugian

Pemberian ganti kerugian atas objek pengadaan tanah

diberikan langsung kepada pihak yang perhak. Ganti kerugian

diberikan kepada pihak yang berhak berdasarkan hasil penilaian

yang ditetapkan dalam musyawarah dan/atau putusan Pengadilan

Negeri/Mahkamah Agung. Pada saat pemberian Ganti Kerugian

Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian wajib:

(1) Melakukan pelepasan hak dan

85

Page 86: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

(2) Menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan objek

pengadaan tanah kepada instansi yang memerlukan tanah

melalui Lembaga Pertanahan.

Bukti yang dimaksud merupakan satu-satunya alat bukti yang

sah menurut hukum dan tidak dapat diganggu gugat dikemudian

hari. Pihak yang berhak menerima ganti kerugian bertanggung

jawab atas kebenaran dan keabsahan bukti penguasaan atau

kepemilikan yang diserahkan.Tuntutan pihak lain atas objek

pengadaan tanah yang telah diserahkan kepada Instansi yang

memerlukan tanah menjadi tanggung jawab pihak yang berhak

menerima ganti kerugian.

Dalam hal pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau

besarnya ganti kerugian berdasarkan hasil musyawarah atau

putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung, Ganti Kerugian

dititipkan di Pengadilan Negeri setempat.

Penitipan ganti kerugian Di Pengadilan Negeri juga dapat

dilakukan terhadap:

(1) Pihak yang berhak menerima ganti kerugian tidak diketahui

keberadaannya, atau

(2)   Objek pengadaan tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian:

(a) Sedang menjadi objek perkara di pengadilan

(b)   Masih dipersengketakan kepemilikannya

(c)   diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang, atau

(d)   menjadi jaminan di bank.

Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan

Hak telah dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah

dititipkan di Pengadilan Negeri, kepemilikan atau Hak Atas Tanah

dari pihak yang berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya

dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang

dikuasai langsung oleh negara.

86

Page 87: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

e)      Pelepasan Tanah Instansi

Pelepasan objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum

yang dimiliki pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuan

peraturan perUndang-Undangan yang mengatur pengelolaan

barang milik negara/daerah. Pelepasan objek pengadaan tanah

untuk kepentingan umum yang dikuasai oleh pemerintah atau

dikuasai/dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha

Milik Daerah dilakukan berdasarkan Undang-Undang NO. 2

Tahun 2012.

Pelepasan Objek Pengadaan Tanah dilakukan oleh pejabat

yang berwenang atau pejabat yang diberi pelimpahan kewenangan

untuk itu. Pelepasan objek pengadaan tanah tidak diberikan Ganti

Kerugian, kecuali:

a) Objek pengadaan tanah yang telah berdiri bangunan yang

dipergunakan secara aktif untuk penyelenggaraan tugas

pemerintahan;

b) Objek pengadaan tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Badan

Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau

c) Objek pengadaan tanah kas desa.

Ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan dalam

bentuk tanah dan/atau bangunan atau relokasi. Pelepasan objek

pengadaan tanah dilaksanakan paling lama 60 (enam puluh) hari

kerja sejak penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan

umum. Apabila pelepasan objek pengadaan tanah belum selesai

dalam waktu tersebut, dinyatakan telah dilepaskan dan menjadi

tanah negara dan dapat langsung digunakan untuk pembangunan

bagi kepentingan umum.

d. Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah

Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil pengadaan tanah kepada

Instansi yang memerlukan tanah setelah:

87

Page 88: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

1)    Pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak dan

pelepasan hak dilaksanakan; dan/atau

2)      Pemberian ganti kerugian telah dititipkan di Pengadilan

Negeri.

Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan

kegiatan pembangunan setelah dilakukan serah terima hasil

pengadaan tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum

karena keadaan mendesak akibat bencana alam, perang, konflik

sosial yang meluas, dan wabah penyakit dapat langsung

dilaksanakan pembangunannya setelah dilakukan penetapan lokasi

pembangunan untuk kepentingan umum.Sebelum penetapan lokasi

pembangunan untuk kepentingan umum terlebih dahulu

disampaikan pemberitahuan kepada pihak yang berhak. Dalam hal

terdapat keberatan atau gugatan atas pelaksanaan pengadaan tanah,

Instansi yang memerlukan tanah tetap dapat melaksanakan

kegiatan pembangunan. Instansi yang memperoleh tanah wajib

mendaftarkan tanah yang telah diperoleh sesuai dengan ketentuan

peraturan perUndang-Undangan.

e. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum dilakukan oleh Pemerintah. Pemantauan dan

evaluasi hasil penyerahan pengadaan tanah untuk kepentingan

umum yang telah diperoleh, dilakukan oleh Lembaga Pertanahan.

Kesemuanya tersebut juga diatur dalam Peraturan Presiden

Nomor 72 Tahun 2012. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012.

Perpres ini mengatur tata cara pengadaan tanah untuk kepentingan

umum dari tahapan perencanaan, tahapan persiapan, tahapan

pelaksanaan, sampai dengan penyerahan hasil. Hal ini merupakan

amanat dari pelaksanaan amanat Pasal 53 dan Pasal 59 Undang-

88

Page 89: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

UndangNomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Hal-hal pokok yang diatur dalam Perpres tersebut, antara

lain:

Keharusan setiap instansi yang memerlukan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum, untuk menyusun dokumen

perencanaan pengadaan tanah, yang antara lain memuat tujuan rencana

pembangunan, kesesuaian dengan Rancangan Tata Ruang Wilayah

(RTRW), letak tanah, luas tanah yang dibutuhkan, gambaran umum

status tanah, dan perkiraan nilai tanah, dan untuk selanjutnya diserahkan

kepada Gubernur yang melingkupi wilayah dimana letak tanah berada;

1) Pembentukan Tim Persiapan oleh Gubernur, yang

beranggotakan Bupati/Walikota, SKPD Provinsi terkait,

instansi yang memerlukan tanah dan instansi terkait lainnya,

untuk antara lain melaksanakan pemberitahuan rencana

pembangunan, melakukan pendataan awal lokasi rencana

pembangunan, dan melaksanakan konsultasi publik rencana

pembangunan;

2) Ketentuan dan tata cara pelaksanaan konsultasi publik oleh

Tim Persiapan dengan melibatkan pihak yang berhak dan

masyarakat yang terkena dampak pembangunan secara

langsung, untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana

pembangunan;

3) Keharusan bagi Gubernur untuk membentuk Tim Kajian

Keberatan sebelum mengeluarkan penetapan lokasi

pembangunan, dalam hal masih terdapat pihak yang tidak

sepakat atau keberatan atas lokasi rencana pembangunan;

4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pengadaan tanah oleh

Kepala BPN, yang pelaksanaannya dilaksanakan oleh Kepala

Kantor Wilayah BPN selaku Ketua Pelaksana Pengadaan

Tanah (dengan pertimbangan efisiensi, efektifitas, kondisi

89

Page 90: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

geografis dan sumber daya manusia, dapat didelegasikan

kepada Kepala Kantor Pertanahan);

5) Ketentuan dan tata cara pelaksanaan pengadaan tanah oleh

pelaksana pengadaan tanah, meliputi antara lain inventarisasi

dan identifikasi data fisik penguasaan, pemilikan, penggunaan,

dan pemanfaatan tanah serta data pihak yang berhak termasuk

obyek pengadaan tanah; penyusunan Peta Bidang Tanah dan

daftar nominatif; penetapan besarnya nilai ganti kerugian yang

didasarkan pada hasil penilaian jasa penilai atau penilai publik;

pelaksanaan musyawarah; dan pemberian ganti kerugian;

pelepasan hak obyek pengadaan tanah; serta penyerahan hasil

pengadaan tanah kepada instansi yang memerlukan tanah;

6) Pengaturan pemberian ganti kerugian yang dapat diberikan

dalam bentuk uang, tanah pengganti, permukiman kembali,

kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disetujui kedua

belah pihak, baik berdiri sendiri maupun gabungan dari

beberapa bentuk ganti kerugian tersebut (namun demikian

dalam musyawarah, pelaksana pengadaan tanah

mengutamakan pemberian ganti kerugian dalam bentuk uang);

7) Pengaturan ganti kerugian dalam keadaan khusus, yaitu

meliputi pengaturan dimana sejak ditetapkannya lokasi

pembangunan untuk kepentingan umum, Pihak yang berhak

hanya dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada pelaksana

pengadaan tanah; dan ketentuan bahwa pelaksana pengadaan

tanah dapat memprioritaskan atau mendahulukan pemberian

ganti kerugian kepada pihak yang berhak yang membutuhkan

pemberian ganti kerugian dalam keadaan mendesak, maksimal

25% dari perkiraan ganti kerugian berdasarkan NJOP tahun

sebelumnya;

8) Syarat dan ketentuan penitipan ganti kerugian di pengadilan

negeri, yaitu dalam hal adanya penolakan dari pihak yang

90

Page 91: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

berhak, padahal hasil musyawarah yang telah dilaksanakan,

tidak ada keberatan sebelumnya; pihak yang berhak tidak

diketahui keberadaannya; dan obyek pengadaan tanah menjadi

obyek perkara di Pengadilan, masih disengketakan

kepemilikannya, diletakkan sita, atau menjadi jaminan bank;

9) Penegasan bahwa obyek pengadaan tanah yang telah dititipkan

di Pengadilan Negeri dan obyek tanah yang telah diberikan

ganti kerugian, maka hubungan hukum antara pihak yang

berhak dengan tanahnya menjadi putus;

10) Pengaturan sumber pendanaan pengadaan tanah yang berasal

dari APBN dan/atau APBD;

11) Ketentuan yang memungkinkan pemberian insentif perpajakan

kepada pihak yang berhak, yang mendukung penyelenggaraan

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum,

dan tidak melakukan gugatan atas putusan penetapan lokasi

dan putusan bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian.

12) Pengaturan kembali bahwa pengadaan tanah untuk

kepentingan umum yang luasnya tidak lebih dari 1 hektar,

dapat dilakukan langsung oleh instansi yang memerlukan tanah

dengan pihak yang berhak, dengan cara jual beli atau tukar

menukar atau cara lain yang disepakati kedua belah pihak.

Selain pengaturan pokok di atas, Perpres ini juga mengatur

durasi waktu setiap tahapan dalam proses pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum secara tegas dan konkrit.

Dalam Perpres itu ditegaskan, bahwa durasi waktu keseluruhan

penyelenggaraan pembebasan tanah untuk kepentingan umum

paling lama (maksimal) 583 hari.

f. Sumber dana Pengadaan Tanah

91

Page 92: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Dalam hal pengadaan tanah untuk pembangunan demi

kepentingan umum di Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo

tidak terlepas adanya pendanaan. Berdassaarkan wawancara

dengan Santosa, SH. MKn selaku Kepala seksi Hak Tanah dan

Pendaftaran Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo. Pada

tanggal 12 Januari 2015 menyatakan bahwa :

“Pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bersumber

dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)”.

Dana pengadaan tanah yang dimaksud meliputi dana:

1)      Perencanaa

2)      Persiapan

3)      Pelaksanaan

4)     Penyerahan hasil

5)      Administrasi dan pengelolaan; dan

6)       Sosialisasi.

Pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan

oleh Instansi dan dituangkan dalam dokumen penganggaran

sesuai dengan ketentuan peraturan perUndang-Undangan.

g. Perlindungan Hukum

Dalam hal pemberina perlindungan hukum kepada pemegang hak

atas tanah ada beberapa hak yang diberikan kepada memegang hak

atas tanah, khususnya masyarakat yang tekena pembebasan lahan

yang diperuntukkan bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

Hal ini penting agar masyarakat yang terkena penggusuran

mengetahui dan mendapatkan hak-haknya serta perlindungan

hukumnya. Dalam penyelenggaraan pengadaan tanah, pihak yang

berhak mempunyai hak:

1)      Mengetahui rencana penyelenggaraan pengadaan tanah; dan

2)      Memperoleh informasi mengenai pengadaan tanah.

Dalam penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan

umum, setiap orang wajib mematuhi ketentuan pengadaan tanah

92

Page 93: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Dalam

penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum,

masyarakat dapat berperan serta, antara lain:

(a) Memberikan masukan secara lisan atau tertulis mengenai

pengadaan tanah; dan

(b) Memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pengadaan

tanah.

Dengan demikian Proses pengadaan Tanmah demi

kepentingan umum terkait pembangunan sarana pendidikan

(kampus) dapat berjalan dengan baik dan masyarakat merasa

terlindungi hak-haknya secara hukum.

.

2. Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan.

Dalam hal Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan

Umum ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan dari hasil penelitian

dapat dijelaskan bahwa :

Teori Hukum Pembangunan tidak terlepas adanya fungsi dan peranan

hukum dalam pembangunan nasional, semua masyarakat yang sedang

membangun selalu dicirikan oleh perubahan dan hukum berfungsi agar

dapat menjamin bahwa perubahan itu terjadi secara teratur yang dapat

dibantu oleh perUndang-Undangan atau keputusan pengadilan atau

kombinasi keduanya. Hukum menjadi suatu sarana (bukan alat) yang

tidak dapat diabaikan dalam proses pembangunan. Hukum yang baik

adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law)

dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan

pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat itu. Sungguh

ideal, akan tetapi Teori Hukum Pembangunan justru dalam praktik

pembentukan hukum dan penegakan hukum masih mengalami hambatan-

93

Page 94: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

hambatan yang dikarenakan sukarnya menentukan tujuan dari

perkembangan hukum (pembaruan), sedikitnya data empiris yang dapat

digunakan untuk mengadakan suatu analisis deskriptif dan prediktif, dan

sukarnya mengadakan ukuran yang objektif untuk mengukur

berhasil/tidaknya usaha pembaharuan hukum. Yang lebih parah lagi,

adanya upaya destruktif pengambil kebijakan yang kerap memanfaatkan

celah untuk menggunakan hukum sekedar sebagai alat dengan tujuan

memperkuat dan mendahulukan kepentingan kekuasaan daripada

kepentingan dan manfaat bagi masyarakat.

Pengadaan tanah Untuk Pembangunan demi kepentingan Umum

dalam pengadaan tanah untuk sarana pendidikan di Kabupaten

Wonosobo mengacu pada Undang-Undang No. 2 tahun 2012 Usaha

kegiatan yang dilakukan yang menimbulkan dampak besar dan penting

adalah pada tahap sosialisasi dan pembebasan lahan. Usaha yang

dilakukan antara lain :

a. Sosialisasi.

Sosialisasi merupakan upaya pengenalan kepada masyarakat tentang

kegiatan pengadaan tanah Pemerintah daerah untuk pembangunan

Sarana Pendidikan di Kabupaten Wonosobo. hal ii penting dilakukan

agar supaya secara dini masyarakat telah mengetahuinya, sehingga

kegiatan-keegiatan yang hendak dilakukan oleh proyek mendapat

respon yang positif dari masyarakat serta dapat berjalan dengan wajar

dan lancar. Sosialisasi yang dilakuan dalam pengadaan tanah untuk

sarana pendidikan di Kabupaten Wonosobo dengan cara :

1) Pemasaangan papan pengumuman di lokasi calon kampus.

2) Pemasangan pengumuman melalui spanduk, ditempatkan pada ruas

jalan yang relatif banyak dilewati orang

3) tatap muka langsung dengan masyarakat dengan cara

mengumpulkan warga masyarakat, khususnya mereka yang

lahannya dibutuhkan untuk pembangunan

94

Page 95: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

4) Menginformsikan melalui perangkat desa untuk disampaikan

kepada warga masyarakat.

Sasaran sosialisasi pada kegiatan pengadaan tanah pemerintah

Daerah untuk pembangunan Sarana Pendidikan di Kabupaten

Wonosobo adalah masyarakat di Desa Sidorejo Kecamatan Selomarto.

Kegioatan sosialisasi ini akan menimbulkan damapak terjadinya

persepsi dan sikap masyarakat yang terpolarisasi di desa tersebut.

Tentu ada sebagaian warga masyarakat yang sangat antusias terhadap

kegiatan ini, sementara ada juga yang merasa khawatir.

Antusias masyarakat timbul karena adanya harapan bisa

memperoleh manfaat dari adanya kegiatan pengadaan tanah

Pemerintah daerah untuk pembangunan saran Pendidikan di

Wonosobo, seperti mendapatkan pekerjaan di kampus, atau adanya

dampak pembangunan kampus yang meningkatkan pendapatan

melalui penyediaan kos, mendirikan kantin, membuka usaha fotocopy.

Adapun kekhawatiran bisa timbul karena takut ada penggusuran, ada

pemaksaan jual tanah dengan harga rendah, atau pengaruh khodupan

mahasiswa yang dinilai negatif.

b. Pembebasan Lahan

Pembebasan lahan pada kegiatan pengadaan tanah pemerintah Daerah

untuk pembangunan Sarana Pendidikan di kabupaten Wonosobo

digunakan untuk pembangunan kampus yang memerlukan lahan

seluas 90.000 m2 atau 9 Ha.

Pembebasan lahan berdampak pada alih fungsi lahan serta

kemungkinan timbul gangguan ketertiban dan keamanan. Alih fungsi

lahan terjadi dari lahan tegalan menjadi kawasan kampus sarana

pendidian di Kabupaten Wonosobo. Selain alih fungsi lahan dampak

selanjutnya adalah pengurangan luas lahan untuk usaha tani yang

bersifat permanen.

Sementara uang ganti lahan yang dibebaskan sering kali

digunakan untuk membeli barang-barang konsumtif maupun barang

95

Page 96: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

mewah yang dapat mengakibatkan rasa irihati orang-orang

disekitarnya. Bahkan tidak jarang mereka menjadi sasaran pencurian,

perampokan, sehingga ketertiban dan keamanan yang semula tenang

menjadi terusik.

c. Pemasangan Patok Batas Lokasi Kampus

Luas lahan yang dibebaskan untuk pembangunan kampus Sarana

Pendidikan di Kabupaten Wonosobo mencapai 9 Ha. Pada lahan

peruntukan kampus ini perlu dibuat batas lokasi dengan lahan milik

pihak lain. Dengan membuat pagar keliling disamping dengan

membuat patok batas lokasi kampus.

d. Pengaturan Pemanfaatan lahan

Lahan peruntukan pembangunan sarana pendidkan di Wonosobo

mencapai ( Ha. Lahan seluas itu tidak serta merta dibangun kampus

sekaligus, sehingga masih tersisa lahan yang belum dibangun. Agar

terhindar dari lahana tidur, lahan tersebut tetap digarap dengan model

kemitraan yaitu melibatkan petani di sekitar lokasi kampus.

3. Permasalahan yang dihadapi Kantor Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Wonosobo dalam Pengimplementasian Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

untuk Kepentingan Umum ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan.

Sekarang ini tanah menjadi suatu barang yang mempunyai

nilai ekonomi tinggi, khususnya yang berada dikawasan strategis.

Mengetahui hal itu seseorang akan rela mempertahankan tanahnya secara

mati-matian jika hak kepemilikan tanahnya direbut oleh orang lain.

Berbagai macam cara akan ditempuh sebagian orang untuk

mempertahankan kepemilikan tanahnya. Padahal sesuai dengan Undang-

Undang Pokok Agraria tanah mempunyai fungsi sosial. Ini berarti, bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-mata

96

Page 97: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

untuk kepentinggan pribadinya, apalagi jika hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat

Pembangunan  infrastruktur  seperti : jalan, pembangkit tenaga listrik berperan sangat penting dalam menunjang berkembangnya perekonomian suatu bangsa. Tanpa adanya fasilitas tersebut gerakan ekonomi akan sangat lambat. Akan tetapi, tanah yang merupakan suatu wadah bagi pembangunan telah banyak dilekati dengan hak (tanah hak) ,sementara tanah negara sudah sangat terbatas persediaannya. Untuk itu, sebagai salah satu solusi dari masalah tersebut adalah dengan mengambil tanah-tanah hak. Kegiatan “mengambil” (oleh pemerintah dalam rangka pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum) inilah yang kemudian disebut dengan pengadaan tanah.

Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Sedangkan kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum seringkali terhambat pada proses pengadaan tanah.

Menurut Karjono, APtnh selaku Kepala Seksi Survei Pengukuran

dan Pemetaan Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo dalam wawancara tanggal 12 Januari 2015 menyatakan bahwa :

“ada 2 (dua) kendala yang terdapat dalam pelaksanaan pengadaan tanah yaitu faktor psikologis masyarakat dan faktor dana, selama ini sering menjadi masalah dalam pelaksanaan pelepasan atau penyerahan hak lebih dikarenakan oleh faktor dana daripada faktor psikologis masyarakat. Ini terbukti bahwa selama ini yang menjadi

97

Page 98: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

permasalahan dalam pengadaan tanah bukan mengenai ada-tidaknya kesediaan pemilik tanah untuk menyerahkan tanahnya untuk kepentingan umum, melainkan karena para pemilik tanah menganggap bahwa ganti-rugi yang ditawarkan tidak sesuai dengan harga pasar setempat”.

Selama ini terhambatnya pelaksanaan pengadaan tanah pada

umumnya disebabkan oleh  ketidaksesuaian harga yang ditetapkan

pemerintah dengan harga yang dikehendaki oleh masyarakat. Masyarakat

selaku pemilik tanah biasanya menolak harga dari pemerintah yang

menurut mereka terlalu murah. Mereka akan mematok harga lebih tinggi

dari harga pasar atau paling tidak sesuai dengan harga pasar, bahkan ada

masyarakat yang menetapkan harga ganti rugi itu didasarkan pada harga

sekian tahun kedepan atau setelah tanahnya dibebaskan dan telah

dijadikan sarana umum.

Pemerintah dalam menetapkan besarnya ganti rugi selama ini

hanya menghitung pada aspek fisik saja. Besarnya ganti rugi seharusnya

juga memperhitungkan aspek non fisik terhadap warga yang terkena

dampak dari pembangunan tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 65 Tahun 2006 Pasal 1 ayat (11).

Karjono, APtnh selaku Kepala Seksi Survei Pengukuran dan

Pemetaan Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo Boedi Harsono

menambahkan bahwa :

“kebijakan mengenai pemberian ganti rugi sebenarnya tidaklah terbatas pada penggantian nilai tanah, bangunan, dan tanam-tanaman, tetapi juga meliputi penilaian kerugian yang bersifat immaterial dan kerugian yang timbul, seperti kegiatan usahanya, akibat perpindahan ke tempat lain, jumlah pelanggan dan keuntungan yang berkurang”.

Sering juga memperkeruh masalah dalam proses pengadaan

tanah adalah adanya campur tangan pihak-pihak tertentu yang ingin

mendapatkan keuntungan pribadi dengan memanas-manasi masyarakat

untuk meminta harga yang sangat tinggi/ tidak wajar, yang

mengakibatkan pembangunan terhambat karena penyelesaian menjadi

berlarut-larut dan berkepanjangan. Pihak ini bisa saja dari warga yang

tidak mau diganti rugi dan mempengaruhi warga yang lain agar menolak

98

Page 99: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

harga ganti rugi dari pemerintah. Dan tak jarang pula kondisi tersebut

memicu suatu benturan antar warga.

Sejak berlakunya Keppres Nomor 34 tahun 2003 maka

penanganan permasalahan pengadaan tanah termasuk kegiatan

pengadaan tanah lebih banyak dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.

Dari 10 Kota/Kab yang menjadi sample, hanya kota Surabaya dan

Sidoarjo yang masih tetap eksis melaksanakan kegiatan tersebut dengan

adanya surat dari Walikota/Bupati yang isinya tetap menyerahkan

pelaksanaannya pada BPN terutama dari segi administrasi.

Peran Pemda dalam kegiatan Pengadaan Tanah cukup tinggi, seperti :

a. melakukan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat sebelum

kegiatan dilaksanakan,

b. melakukan inventarisasi tanah yang akan terkena kegiatan,

c. memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya

kegiatan pengadaan tanah tersebut untuk dilaksanakan melalui

pertemuan dengan masyarakat,

d. mengadakan rapat dikecamatan, dan

e. menfasilitasi rapat koordinasi dengan instansi terkait pelaksanaan

pengadaan tanah tersebut.

Akibat adanya Keppres tersebut maka segala administrasi yang

berkaitan dengan pengadaan tanah dilaksanakan oleh Pemda, BPN sama

sekali tidak memiliki arsip mengenai kegiatan pengadaan tanah yang ada

di wilayahnya karena semua arsip ada di Pemerintah Daerah.

Kelemahannya jika terjadi permasalahan BPN kesulitan untuk membantu

menanganinya.

Peran BPN saat ini dalam kegiatan pengadaan tanah dapat

dikatakan hanya membantu Pemda melaksanakan berbagai kegiatan

pengadaan tanah seperti sosialisasi, penyuluhan dan mediasi dengan para

pihak jika terjadi permsalahan, BPN hanya memberikan saran atau

masukan dalam pelaksanaan atau dalam rapat koordinasi.

BPN tetap berperan terutama dalam penelitian data administrasi dan

99

Page 100: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

peninjauan lapangan, dan dalam kepanitiaan Wakil Ketua II dipegang

Kakan Pertanahan dan Sekretaris II ada pada BPN.

Selain itu keberhasilan suatu kegiatan pengadaan tanah juga

ditentukan oleh penyuluhan yang dilakukan apakah dapat memberikan

pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya pembangunan

yang akan dilaksanakan.

Pelaksanaan penyuluhan sebelum dilaksanakannya kegiatan

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

frekwensinya berkisar rata-rata 3 x di setiap daerah, yang menjadi

pelaksana dari setiap kegiatan penyuluhan adalah Pemerintah daerah dan

instansi yang terkait dan masuk dalam kepanitiaan Pengadaan Tanah.

Dan lokasi penyuluhan pada umumnya dilakukan dilokasi pengadaan

tanah atau di kantor Desa tempat dilaksanakannya kegiatan pengadaan

tanah.

Pengumuman dilaksanakan di Kantor Pertanahan Kabupaten/kota,

kantor camat dan kantor Kelurahan/Desa setempat selama 1 bulan. Jika

ada keberatan yang diajukan dalam tenggang waktu 1 (satu) bulan itu,

yang oleh Panitia dianggap beralasan, maka Panitia mengadakan

perubahan terhadap daftar dan peta tersebut.

Dari hasil penelitian ini diperoleh data penentuan bentuk dan

besarnya ganti rugi melalui musyawarah antara instansi pengguna tanah

dan masyarakat pemilik tanah yang difasilitasi oleh panitia dilakukan

secara langsung kepada pemilik tanah dengan frekwensi pada umumnya

berjalan 1-3 x pertemuan, bahkan ada yang 2 x musyawarah sudah

tercapai kesepakatan.

Hanya saja proses musyawarah yang terjadi tidak ada komunikasi

dua arah, Pemerintah sudah menetapkan harga atau biaya ganti rugi yang

akan diberikan, dan masyarakat harus bisa menerima harga ganti rugi

yang ditawarkan itu. Sehingga musyawarah yang dilaksanakan selama ini

terkesan hanya merupakan mekanisme formal saja, dilaksanakan namun

100

Page 101: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

kurang memperhatikan aspirasi pemilik tanah sehingga akhirnya setelah

kegiatan berjalan muncul keberatan dari pemilik tanah.

Adapun Jangka waktu musyawarah dalam Keppres Nomor 55

tahun 1993 tidak ditetapkan, hal ini berbeda dengan Peraturan Presiden

Nomor 36 tahun 2005 yang menetapkan jangka waktu 90 hari dan

Peraturan Presiden Nomor 65 tahun 2006 yang menetapkan jangka waktu

musyawarah lebih lama yaitu 120 hari.

Selain itu mekanisme pembayaran ganti rugi kepada pemilik tanah

yang diperoleh dalam penelitian ini bervariasi, sebagian besar responden

(60 %) menyatakan pembayaran ganti rugi selama ini melalui

bank/panitia, sisanya menggunakan pembayaran langsung dengan

menerima cek cash dari pimpro. Dalam penetapan ganti rugi selama ini

yang menjadi dasar penetapan adalah Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP)

tahun berjalan dan harga pasar, hal ini sejalan dengan peraturan yang

digunakan pada waktu pelaksanaan kegiatan pengadaan tanah yaitu

Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1993 dan peraturan pelaksananya

PMNA Nomor 1 tahun 1994.

Yang sering menjadi persoalan manakala pemegang hak atas tanah

menuntut besarnya ganti rugi atas berdasarkan harga pasar karena hal ini

dinilai layak olehnya, sedangkan Pemerintah atau pemerintah daerah

yang memerlukan tanah menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah

berdasarkan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) Pajak Bumi Dan Bangunan

(PBB) tahun terakhir karena hal ini sesuai dengan pasal 15 ayat 1 Perpres

Nomor 36 tahun 2005. Kalau dasar perhitungan ganti rugi atas tanah

didasarkan atas NJOP PBB tahun terakhir, maka hal ini kurang

memberikan penghargaan terhadap hak atas tanah karena NJOP PBB

sangat jauh dari harga pasar.

Ada perangkat baru yang tugasnya membantu Panitia Pengadaan

Tanah dalam menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah yaitu

Lembaga/Tim Penilai harga tanah. Dalam pasal 1 angka 12 Perpres

Nomor 36 tahun 2005 dinyatakan bahwa Lembaga/Tim Penilai harga

101

Page 102: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

tanah adalah lembaga/tim yang profesional dan independen untuk

menentukan nilai/harga tanah yang akan digunakan sebagai dasar guna

mencapai kesepakatan atas jumlah/besarnya ganti rugi.

Panitia Pengadaan Tanah dalam kegiatan pengadaan tanah jika

terjadi permasalahan antara para pihak mengenai besaran ganti rugi kalau

diperlukan menjadi mediator para pihak yang bersengketa (50 %),

sisanya menyatakan selalu menjadi mediator jika terjadi permasalahan.

Sebagai mediator, keputusan yang ditetapkannya adalah keputusan

sebagai pihak ketiga yang sifatnya hanya membantu terwujudnya

kesepakatan diantara para pihak. Bagi mediator tidak ada kewenangan

untuk memaksakan keputusannya agar dipatuhi oleh para pihak yang

dibantunya.

Adapun yang menjadi Kendala Panitia Pengadaan Tanah dalam

pelaksanaan tugas, adalah :

a. Norma/peraturan :

1) petunjuk pelaksanaan kurang lengkap

2) berbenturan dengan hak ulayat

b. Personil :kurang memadai, kurang keahlian

c. Sarana/Prasarana/peta: tidak memadai

d. Pembiayaan : tidak memadai, belum mendukung, terbentur anggaran

belanja daerah

B. Pembahasan

1. Tata Cara Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum yang dapat Memberikan Perlindungan Hukum

bagi Pemegang Hak Atas Tanah.

Prosedur pengadaan tanah yang ada pada Undang-Undang ini

adalah hanya untuk pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Hal

tersebut sudah disebutkan secara limitatif dalam Undang-Undangini.

Diluar dari yang disebutkan oleh Undang-Undangini tidak dapat

102

Page 103: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

dilaksanakan menurut Undang-Undangini, namun dilaksanakan menurut

peraturan perUndang-Undangan lainnya.

Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum di

Kabupaten Wonosobodiketuai oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten

yang diangkat oleh Kepala Kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional

Provinsi Jawa tengah dengan mempertimbangkan efisiensi, efektifitas,

kondisi geografis dan sumber daya manusia. Kepala Kantor pertanahan

Kabupaten sebagai ketua Pelaksana Pengadaan Tanah betugas

melaksanakan tahapan pelaksanaan pengadaan tanah sebagaimana

dimaksud dalam ketentuan :

1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum;

2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 tentang

penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk

kepentingan umum;

3. Peraturan kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 5 tahun 2012 tentang petunjuk teknis pelaksanaan pengadaan

tanah;

4. Dokumen pengadaan tanah berdasarkan kepada keputusan Gubernur

Jawa tengah tentang penetapan lokasi pengadaan tanah untuk

pembangunan;

5. Ketentuan lain yang terkait dengan pengadaan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum.

Dokumen tanahapan pelaksanaan pengadaan tanah dalam pembangunan

Kampus di Kabupaten Wonosobo antara lain meliputi :

a. Penyiapan pelaksanaan;

b. Inventarisasi dan identifikasi;

c. Penetapan penilai;

d. Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian;

e. Pemberian ganti kerugian;

f. Pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus;

103

Page 104: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

g. Penitipan ganti kerugian;

h. Pelepasan obyek pengadaan tanah;

i. Pemutusan hubungan hokum antara pihak yang berhak dengan objek

pengadaan tanah;

j. Pendokumentasi peta bidang, daftar nominative dan data administrasi

pengadaan tanah; dan

k. Penyerahan hasil pengadaan tanah.

Kepala kantor pertanahan kabupaten sebagai Ketua Pelaksana

Pengadaan Tanah akan melaporka pelaksanaan pengadaan tanah kepada

Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia melalui kepala

kantor wilayah badan pertanahan nasional profinsi Jawa Tengah.

Menyangkut biaya pelaksanaan pengadaan tanah dibebankan pada

anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) kabupaten.

Instansi yang terlibat dalam penyediaan tanah serta kapasitas

kewenangan dalam menentukan kebijakan antara lain adalah :

a. Prasjatakim/Bapeda berwenang dalam hal tata ruang.

b. Instansi yang memerlukan tanah berwewenang dalam hal penyiapan

dokumen.

c. Kehutanan berwenang dalam kawasan hutan

d. BPN berwewenang dalam pertimbangan teknis pertanahan dalam

pelaksanaan pengadaan tanah.

e. Gubernur berwewenang dalam penetapan lokasi.

f. Bupati/walikota terkait apabila penetapan lokasi didelegasikn oleh

Gubernur.

Penetapan lokasi adalah penetapan atas lokasi pembangunan

untuk kepentingan umum yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur,

yang dipergunakan sebagai izin untuk pengadaan tanah, perubahan

penggunaan tanah, dan peralihan hak atas tanah dalam pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

Persyaratan dalam permohonan penetapan lokasi pembangunan:

1. Surat permohonan dari instansi yang memerlukan tanah

104

Page 105: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

2. Dokumen perencanaan

3. Surat rekomendasi dari instansi yang berwewenang atas kesesuaian

RT,RW

Pelaksanaan pengadaan tanah di Kabupaten Wonosobo saat ini

terhadap program pengadaan tanah yang sedang berjalan atau belum

selesai setelah lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 masih

menggunakan aturan lama yaituPerpres No.36 Tahun 2005 jo Perpres

No.65 Tahun 2006 jo Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007, yang

berlaku sampai tahun 2014, tapi bagi program pengadaan tanah yang

dibuat sejak Januari 2012 telah menggunakan ketentuan baru.

Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam pelaksanaan

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum selama ini

belum semuanya sesuai dengan konsep ideal, seperti dalam penentuan

ganti kerugian yang bersifat nonfisik belum reakomodasi sepenuhnya,

dalam hal ini harus ada keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan

pengadaan tanah tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam proses

pengadaan tanah sangat menetukan sekali demi kelancaran pelaksanaan

pengadaan tanah. Sebaliknya sudah ada kebijakan yang dilakukan oleh

pemerintah yang mendukung masyarakat seperti pembebasan lahan yaitu

sebelum dilakukan pembebasan lahan dalam tahap konstruksi telah

dilakukan survey, penetapan lokasi dan perijinan. Pada tahap

prakonstruksi terlebih dahulu telah dilakukan :

1. Survey, penetapan lokasi dan perijinan dengan memperhatikan

a. Keresahan masyarakat

b. Sikap dan persepsi masyarakat

2. Pembebasan lahan dengan memperhatikan :

a. Keresahan masyarakat

b. Sikap dan persepsi masyarakat

Pada saat survey, penetapan lokasi dan perijinan diperkirakan

menimbulkan dampak terhadap keresahan masyarakat. Penetuan

batas lahan yang akan dipergunakan telah selesai pelepasan hak

105

Page 106: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

kepemilikan lama kepada pemilikan baru. Suvey didampingi

aparat setempat yang benar-benar mengetahui kepemilikan dan

luasnya.

Apabila terjadi suatu dampak negative dari suatu kejadian, maka

masyarakat terdekat dengan kegiatan tersebut yang pertama kali

kena imbasnya, karena itu dampak terhadap keresahan

masyarakat perlu dikelola.Begitupun pada kegiatan pembebasan

lahan diperkirakan menimbulkan dampak pada keresahan

masyarakat, terutama pada masyarakat yang lahannya terkena

pembebasan lahan. Walaupun cara pembebasan lahan dilakukan

tanpa perantara dan sesuai dengan kesepakatan bersama, namun

dampak terhadap keresahan masyarakat saat pembebasan lahan

perlu dikelola.

Prosedur untuk pengadaan tanah demi kepentingan umum ini

sangatlah rumit dan sulit bagi instansi yang memerlukan tanah. Untuk

Instansi ang memerlukan pengadaan tanah butuh waktu yang lama untuk

bisa mencapai kesepakatan dengan banyak keberatan dari pihak yang

berhak. Selain itu juga terlalu banyak izin dari lembaga – lembaga lain.

Selain waktu yang lama, dana yang habis untuk mendapatkan pengadaan

atas tanah menurut Undang-Undang ini juga sangat besar. Prosedur yang

ada di dalam Undang-Undang ini sangat rentan akan terjadi perselisihan

antara pihak yang berhak dengan instansi yang memerlukan, maupun

dengan pemerintah. Prosedur yang rumit dan sulit ini yang dapat

menghambat pembangunan nasional untuk semakin maju.

Terlalu banyak izin yang dilakukan dalam Undang-Undangini,

sangat rentan terjadi gratifikasi atau hal – hal melanggar hukum lainnya.

Jika sudah terjadi hal tersebut, maka yang akan dirugikan adalah pihak

yang berhak. Namun, tidak juga harus dengan mudah bagi instansi

melakukan pengadaan tanah, hal tersebut akan mengorbankan pihak yang

berhak juga.

106

Page 107: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Sebagaimana yang akan dibangun adalah demi kepentingan umum,

seharusnya dapat dilaksanakan dengan mudah dan cepat. Apabila

dilaksanakan dengan mudah dan cepat maka akan langsung dapat

dirasakan hasilnya. Namun, perlulah dilakukan ganti kerugian yang adil

dan layak bagi para pihak yang berhak. Agar dapat dilakukan dengan

mudah dan cepat serta adil bagi para pihak yang berhak, maka diperlukan

pengawasan dari masyarakat agar tidak dihambat – hambat oleh pihak-

pihak yang memberikan izin untuk pengadaan tanah.

.Pembangunan untuk kepentingan umum memerlukan tanah yang

pengadaannya dilaksanakan dengan mengedepankan prinsip yang

terkandung di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dan hukum tanah nasional, antara lain prinsip kemanusiaan,

keadilan, kemanfaatan, kepastian, keterbukaan, kesepakatan,

keikutsertaan, kesejahteraan, keberlanjutan dan keselarasan sesuai dengan

nilai-nilai berbangsa dan bernegara. Hukum tanah nasional mengakui dan

menghormati hak masyarakat atas tanah dan benda yang berkaitan dengan

tanah, serta memberikan wewenang yang bersifat publik kepada Negara

berupa kewenangan untuk mengadakan pengaturan, membuat kebijakan,

mengadakan pengelolaan, serta menyelenggarakan dan mengadakan

pengawasan yang tertuang dalam pokok-pokok pengadaan tanah sebagai

berikut:

1.Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin tersedianya tanah untuk

kepentingan umum dan pendanaannya.

2.Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan sesuai

dengan:

a.Rencana tata ruang wilayah

b.Rencana pembangunan nasional/daerah

c.Rencana strategis

d.Rencana kerja setiap instansi yang memerlukan tanah

3.Pengadaan tanah diselenggarakan melalui perencanaandengan

melibatkan semua pemangku dan pengampu kepentingan.

107

Page 108: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

4.Penyelenggaraan pengadaan tanah memperhatikan keseimbangan antara

kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat.

5.Pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilaksanakandengan

pemberian ganti kerugian yang layak dan adil. (vide Penjelasan Umum

UU 2/2012)

Dilhat dari kriteria pembangunan Untuk Kepentingan Umum,

Tanah untuk kepentingan umum yang digunakan untuk pembangunan,

antara lain:

a. Pertahanan dan keamanan nasional

b. Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api,stasiun kereta

api,dan fasilitas operasi kereta api.

c. Waduk, bendungan, bending, irigasi, saluran air minum, saluran

pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya.

d. Pelabuhan, bandar udara, dan terminal.

e. Infrastrusktur minyak, gas dan panas bumi

f. Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan dan distribusi tenaga listrik

g. Jaringan telekomunikasi dan informatika pemerintah

h. Tempat pembuangan dan pengolahan sampah

i. Rumah sakit pemerintah/pemerintah daerah

j. Fasilitas keselamatan umum

k. Tempat pemakaman umum pemerintah/pemerintah daerah.

l. Fasilitas sosial, fasilitas umum dan ruang terbukahijau publik

m. Cagar alam dan cagar budaya

n. Kantor pemerintah/pemerintah daerah/desa

o. Penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah,

serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status

sewa

p. Prasarana pendidikan atau sekolah pemerintah/pemerintah daerah

q. Prasarana olahraga pemerintah/pemerintah daerah, dan

r. Pasar umum dan lapangan parkir umum (vide Pasal 10 UU 2/2012)

108

Page 109: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Dari kriteria tersebeut diatas, Pembebasan lahan di Kabupaten

Wonosobo, termasuak dalam kriteria pembangunan u ntuk kepentingan

umum. Penyelenggara pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah

Pemerintah. Tanahnya selanjutnya dimiliki oleh Pemerintah atau

Pemerintah daerah.

Tahapan dalam Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum

diselenggarakan melalui 4 tahapan, yaitu:

a.Perencanaan

b.Persiapan

c.Pelaksanaan

d.Penyerahan hasil (videPasal 13 UU 2/2012)

Perencanaan Pengadaan Tanah Perencanaan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum didasarkan atas rencana tata ruang wilayah dan

prioritaspembangunan yang tercantum dalam rencana pembangunan

jangka menengah, rencana strategis, rencana kerja pemerintah instansi

yang bersangkutan (vide Pasal 14 UU 2/2012).

Perencanaan tersebut disusun dalam bentuk dokumen perencanaan

pengadaan tanah yang paling sedikit memuat:

a.Maksud dan tujuan rencana pembangunan

b.Kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan rencana

pembangunan nasional dan daerah.

c.Letak tanah

d.Luas tanah yang dibutuhkan

e.Gambaran umum status tanah

f.Perkiraaan waktu pelaksanaan pengadaan tanah

g.Perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan

h.Perkiraaan nilai tanah

i.Rencana penganggaran Penyusunan dokumen perencanaan pengadaan

tanah dapat dilakukan secara bersama-sama oleh instansi yang

memerlukan tanah bersama dengan instansi teknis terkait atau dapat

109

Page 110: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

dibantu oleh lembaga professional yang ditunjuk oleh instansi yang

memerlukan tanah.

Dokumen perencanaan pengadaan tanah disusun berdasarkan studi

kelayakan yang ditetapkan oleh instansi yang memerlukan tanah dan

mencakup: diserahkan kepada pemerintah provinsi.

Studi kelayakan

a.Survey sosial ekonomi

b.Kelayakan lokasi

c.Analisis biaya dan manfaat pembangunan bagi wilayah dan masyarakat

d. Perkiraan nilai tanah

e. Dampak lingkungan dan dampak sosial yang mungkin timbul akibat

dari pengadaan tanah dan pembangunan, dan

f.Studi lain yang diperlukan (videPasal 15 UU 2/2012)

Persiapan Pengadaan Tanah, Instansi yang memerlukan tanah

bersama pemerintah provinsi berdasarkan dokumen perencanaan

pengadaan tanah melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan,

pendataan awal lokasi rencana pembangunan dan konsultasi publik

rencana pembangunan. (videPasal 16 UU 2/2012).

Pemberitahuan rencana pembangunan disampaikan

kepadamasyarakat pada rencana lokasi pembangunan untuk kepentingan

umum, baik langsung (sosialisasi, tatapmuka atau surat pemberitahuan)

maupun tidak langsung (melalui media cetak atau media elektronik).

(videPasal 17 UU 2/2012)

Pendataan awal lokasi rencana pembangunan meliputi kegiatan

pengumpulan data awal pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah.

Pendataan awal tersebut dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 hari

kerja sejak pemberitahuan rencana pembangunan. Hasil pendataan awal

lokasi rencana pembangunan digunakan sebagai data untuk pelaksanaan

konsultasi publik rencana pembangunan. (vide Pasal 18 UU 2/2012)

Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan untuk

mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang

110

Page 111: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

berhak. Dalam konsultasi publik, instansi yang memerlukan tanah

menjelaskan anatara lain menegenai rencana pembangunan dan cara

penghitungan ganti kerugian yang akan dilakukan oleh penilai. Konsultasi

publik tersebut dilakukan dengan melibatkan pihak yang berhak dan

masyarakat yang terkena dampak serta dilaksanakan di tempat rencana

pembangunan kepentingan umum atau ditempat yang disepakati.

Keterlibatan pihak yang berhak dapat dilakukan melalui perwakilan

dengan surat kuasa dari dan oleh pihak yang berhak atas lokasi rencana

pembangunan. Kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang

berhak dituangkankedalam bentuk berita acara kesepakatan. atas dasar

kesepakatan, instansi yang memerlukan tanah mengajukan permohonan

penetapan lokasi kepada gubernur. Gubernur menetapkan lokasi dalam

waktu paling lama 14 hari terhitung sejak diterimanya pengajuan

permohonan penetapan oleh instansi yang memerlukan tanah. (vide Pasal

19 UU 2/2012).

Perlu diketahui bahwa konsultasi publik ialah proses komunikasi

dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna mencapai

kesepahaman dan kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum. (videPasal 1 ayat (8) UU

2/2012). Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan dalam

waktu paling lama 60 hari kerja. (vide Pasal 20 ayat (1) UU 2/2012).

Apabila sampai dengan jangka waktu 60 hari kerja pelaksanaan

konsultasi publik recana pembangunan terdapat pihak yang keberatan

mengenai rencana lokasi pembangunan, dilaksanakan konsultasi publik

ulang dengan pihak yang keberatanpaling lama 30 hari kerja. (vide Pasal

20 UU 2/2012).

Dalam hal konsultasi ulang masih terdapat pihak yang keberatan

mengenai rencana lokasi pembangunan, instansi yang memerlukan tanah

melaporkan keberatan dimaksud kepada gubernur setempat. Untuk

menanggapi keberatan rencana lokasi pembangunan tersebut, Gubernur

membentuk tim yang terdiri atas:

111

Page 112: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

a.Sekretaris daerah propinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai ketua

merangkap anggota

b.Kepala kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai sekretaris

merangkap anggota

c.Instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan pembangunan

sebagai anggota

d.Kepala kantor wilayah Kementrian Hukum dan HAM sebagai anggota

e.Bupati/wali kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota

f.Akademisi sebagai anggota Tim yang dibentuk oleh gubernur tersebut

mempunyai tugas menginventarisasi masalah yang menjadi keberatan

dan melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang keberatan,

serta membuat rekomendasi diterima atau di tolaknya keberatan. Hasil

dari kajian tim berupa rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan

rencana lokasi pembangunan dalam waktu 14 hari kerja terhitung sejak

diterimanya permohonan oleh gubernur. Gubernur dengan berdasar

rekomendasi tersebut, mengeluarkan surat diterima atau ditolaknya

keberatan atas rencana lokasi pembangunan. (vide Pasal 21 UU 2/2012).

Dalam hal gubernur mengeluarkan keputusan menolak

keberatanatas rencana lokasi pembangunan maka gubernur menetapkan

lokasi pembangunan. Sebaliknya apabila diterima, gubernur

memberitahukan kepada instansi yang memerlukan tanah untuk

mengajukan rencana lokasi pembangunan di tempat lain. (videPasal 22 UU

2/2012).

Penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umumdiberikan

dalam waktu diberikan dalam waktu 2 tahun dan dapat diperpanjang paling

lama 1 tahun. Dalam hal jangka waktu penetapan lokasi tersebut tidak

terpenuhi, penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum

dilaksanakan proses ulang terhadap sisa tanah (tanah yang belum

dilepaskan haknya dari pihak yang berhak sampai jangka waktu penetapan

berakhir) yang belum selesai pengadaannya. Terhadap sisa tanah, apabila

instansi yang memerlukan tanah tetap membutuhkan tanah tersebut, proses

112

Page 113: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pengadaan tanah harus diajukan dari awal. Hal tersebut dimaksudkan

untuk menjamin keabsahan pengadaan tanah sisa. (videPasal 25 UU

2/2012).

Gubernur bersama dengan instansi yang memerlukan tanah

mengumumkan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum.

Hal ini dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada masyarakat bahwa di

lokasi tersebut akan dilaksanakan pembanguna untuk kepentingan umum.

(videPasal 26 UU 2/2012).

Pelaksanaan Pengadaan Tanah berdasarkan penetapan lokasi

pembangunan untuk kepentingan umum, instansi yang memerlukan tanah

mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada lembaga pertanahan.

Pengajuan pelaksanaan pengadaan tanah tersebut meliputi:

(1) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah

(2) Penilaian ganti kerugian

(3) Musyawarah penetapan ganti kerugian

(4) Pemberian ganti kerugian

(5) Pelepasan tanah instansi

Setelah penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum,

pihak yang berhak hanya dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada

instansi yang memerlukan tanah melalui lembaga pertanahan. Beralihnya

hak tersebut dilakukan dengan memberikan ganti kerugian yang nilainya

ditetapkan saat nilai pengumuman penetapan lokasi. Yang dimaksud

dengan nilai pengumuman penetapan lokasi ialah bahwa penilai dalam

menentukan ganti kerugian didasarkan nilai objek pengadaan tanah pada

tanggal pengumuman penetapan lokasi. (vide Pasal 27 UU 2/2012).

Inventarisasi dan Identifikasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan

dan Pemanfaatan Tanah Inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan untuk

mengetahui pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah. Inventarisasi

dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan

tanah meliputi kegiatan:

113

Page 114: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

a) Pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah, dan

b) Pengumpulan data pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah

Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 hari kerja.

(Vide Pasal 28 UU 2/2012)

Hasil inventarisasi dan identifikasi memuat daftar nominasi pihak

yang berhak dan objek pengadaan tanah. Pihak yang berhak meliputi

nama, alamat, dan pekerjaan pihak yang menguasai/memiliki tanah. Objek

pengadaan tanah meliputi letak, luas, status serta jenis pengguanaan dan

pemanfaatan tanah. Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah wajib diumumkan di

kantor desa/kelurahan, kantor kecamatan dan tempat pengadaan tanah

dilakukan dalam waktu paling lama 14 hari kerja. Hasil inventarisasi dan

identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

wajib diumumkan secara bertahap, parsial atau keseluruhan meliputi

subjek hak, luas, letak dan peta bidang tanah objek pengadaan tanah.

(Pasal 29 ayat (1), (2) dan (3) UU 2/2012).

Penilaian Ganti Kerugian, dalam hal ini Lembaga pertanahan

menetapkan penilai sesuai denganketentuan mengenai pengadaan

barang/jasa instansi pemerintah dan mengumumkan penilai yang telah

ditetapkan untuk melaksanakan penilaian objek pengadaan tanah. (vide

Pasal 31 UU 2/2012).

Penilaian besarnya nilai ganti kerugian oleh penilai dilakukan

bidang per bidang tanah, meliputi:

a) Tanah

b) Ruang atas tanah dan bawah tanah

c) Bangunan

d) Tanaman

e) Benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau

f) Kerugian lain yang dapat dinilai (kerugian non fisik yang dapat

disetarakan dengan nilai uang, misalnya kerugian karena kehilangan

114

Page 115: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

usaha atau pekerjaan, biaya pemindahan tempat, biaya alih profesi dan

nilai atasproperti sisa). (videPasal 33 UU 2/2012)

Pemberian ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

a.Uang

b.Tanah Pengganti

c. Permukiman kembali (Proses kegiatan penyediaan tanah pengganti

kepada pihak yang berhak ke lokasi lain sesuai dengan kesepakatan

dalam proses pengadaan tanah)

d.Kepemilikan saham (penyertaan saham dalam kegiatan pembangunan

untuk kepentingan umum terkait dan/atau pengelolaannya yang

didasari kesepakatan antar pihak)

e. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak (videPasal 36 UU

2/2012)

Selain itu Lembaga pertanahan melakukan musyawarah dengan

pihak yang berhak dalam waktu paling lama 30 haru kerja sejak hasil

penilaian dari penilai disampaikan kepada lembaga pertanahan untuk

menetapkan bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian. Hasil kesepakatan

dalam musyawarah tersebut, menjadi dasar pemberian ganti kerugian

kepada pihak yang berhak dalam berita acara kesepakatan. (vide Pasal 37

UU 2/2012)

Pemberian ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan

langsung kepada pihak yang berhak. Pemberian ganti kerugian pada

prinsipnya harus diserahkan langsung kepada pihak yang berhak atas ganti

kerugian. Apabila berhalangan, pihak yang berhak karena hukum dapat

memberikan kuasa kepada pihak lain atau ahli waris.

Penerima kuasa hanya dapat menerima kuasa dari satu orang yang

berhak atas ganti kerugian. Yang berhak antara lain:

a)Pemegang hak atas tanah

b)Pemegang hak pengelolaan

c)Nadzir, untuk tanah wakaf

d)Pemilik tanah bekas milik adat

115

Page 116: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

e)Masyarakat hukum adat

f)Pihak yang menguasai tanah Negara dengan itikad baik

g)Pemilik bangunan, tanaman atau benda lain yang berkaitan

dengan tanah.

Ganti kerugian diberikan kepada pihak yang berhak berdasarkan

hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah penetapan ganti

kerugian dan/atau putusanPengadilan Negeri/Mahkamah Agung.

(videPasal 40 jo. Pasal 41 ayat (1) UU 2/2012). Pada saat pemberian ganti

kerugian, pihak yang berhak menerima ganti kerugian wajib:

a) Melakukan pelepasan hak

b) Menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan

tanah kepada instansi yang memerlukan tanah melalui lembaga

pertanahan.

Bukti penguasaan merupakan satu-satunya alat bukti yang sah

menurut hukum dan tidak dapat diganggu gugat. Apabila terdapat pihak

lain menuntut atas objek pengadaan tanah yang telah diserahkan kepada

instansi yang memerlukan tanah, maka hal tersebut menjadi tanggung

jawab pihak yang berhak. (vide Pasal 41 ayat (3) & (5) UU No. 12 Tahun

2012).

Pihak yang berhak menerima ganti kerugian bertanggung jawab

atas kebenaran dan keabsahan bukti penguasaan atau kepemilikan yang

diserahkan. Dan bagi ada yang melanggar hal tersebut, akan dikenai sanksi

pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(videPasal 41 ayat (4) & (6) UU 2/2012).

Dalam hal pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya

ganti kerugian berdasarkan hasil musyawarah atau putusan Pengadilan

Negeri/Mahkamah Agung, maka ganti kerugian dititipkan di Pengadilan

Negeri setempat. Penitipan ganti kerugian juga dilakukan terhadap:

a) Pihak yang berhak menerima ganti kerugian tidak diketahui

keberadaannya, atau

b) Objek pengadaan tanah yang akan diberikan ganti kerugian:

116

Page 117: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

- Sedang menjadi objek perkara di pengadilan

- Masih dipersengketakan kepemilikannya

- Diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang, atau

- Menjadi jaminan di bank

(vide Pasal 42 UU 2/2012)

Pada saat pelaksanaan pemberian ganti kerugian dan pelepasan hak

telah dilaksanakan atau pemberian ganti kerugian sudah dititipkan di

Pengadilan Negeri, kepemilikan atau hak atas tanah dari pihak yang

berhak menjadi hapus dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan

tanahnya menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. (vide Pasal

43 UU 2/2012).

Selanjutnya Lembaga pertanahan menyerahkan hasil pengadaan

tanahkepada instansi yang memerlukan tanah setelah:

a) Pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak danpelepasan hak

serta menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan

tanah kepada instansi yang memerlukan tanah melalui lembaga

pertanahan telah dilaksanakan. Dan/atau

b) Pemberian ganti rugi yang telah dititpkan di pengadilan negeri. Instansi

yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan kegiatan

pembangunan setelah dilakukan serah terima hasil pengadaan tanah

sebagaimana dimaksud diatas.(videPasal 48 UU 2/2012) .

Instansi yang memperoleh tanah wajib mendaftarkan tanah yang

telah diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(vide Pasal 50 UU 2/2012)

Pada tahap akhirnya adalah Pemantauan dan evaluasi

penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan

oleh pemerintah. Pemantauan dan evaluasi hasil penyerahan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum yang telah diperoleh dilakukan oleh

lembaga pertanahan. (vide Pasal 51 UU 2/2012).

Hal tersebut diatas merupakan tata cara pengadaan Tanah Untuk

Pembangunan demi kepentingan Umum berupa tempat Pendidikan

117

Page 118: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

(Kampus) di Kabupaten Wonosobo, tepatnya di desa Sidorejo, Kecamatan

Selomerto, Kabupaten Wonosobo yang menghabiskan lahan seluas 90 Ha.

2. Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan.

Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk kepentingan umum berupa

sarana pendidikan yang terletak di Desa Sidorejo, Kecamatan Selomerto

Kabupaten Wonosobo Provoinsi Jawa Tengah, dalam pelaksanaannya

tidak terlepas dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Dalam Pengimplementasiannya Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan ada beberapa tahapa,

sebagaimana dalam ketentuan pengadaan tanah untuk pembangunan pada

umumnya. Tahapan pengimplementasiannya dalah meliputi:

a. Sosialisasi.

Sosialisasi merupakan upaya pengenalan kepada masyarakat tentang

kegiatan pengadaan tanah Pemerintah daerah untuk pembangunan

Sarana Pendidikan di Kabupaten Wonosobo. Sosialisasi yang dilakuan

dalam pengadaan tanah untuk sarana pendidikan di Kabupaten

Wonosobo dengan cara :

1) Pemasaangan papan pengumuman di lokasi calon kampus.

2) Pemasangan pengumuman melalui spanduk, ditempatkan pada

ruas jalan yang relatif banyak dilewati orang

3) tatap muka langsung dengan masyarakat dengan cara

mengumpulkan warga masyarakat, khususnya mereka yang

lahannya dibutuhkan untuk pembangunan

4) Menginformsikan melalui perangkat desa untuk disampaikan

kepada warga masyarakat.

118

Page 119: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Sasaran sosialisasi pada kegiatan pengadaan tanah pemerintah

Daerah untuk pembangunan Sarana Pendidikan di Kabupaten

Wonosobo adalah masyarakat di Desa Sidorejo Kecamatan Selomarto.

Kegioatan sosialisasi ini akan menimbulkan damapak terjadinya

persepsi dan sikap masyarakat yang terpolarisasi di desa tersebut.

Tentu ada sebagaian warga masyarakat yang sangat antusias terhadap

kegiatan ini, sementara ada juga yang merasa khawatir.

b. Pembebasan Lahan

Pembebasan lahan pada kegiatan pengadaan tanah pemerintah Daerah

untuk pembangunan Sarana Pendidikan di kabupaten Wonosobo

digunakan untuk pembangunan kampus yang memerlukan lahan

seluas 90.000 m2 atau 9 Ha.

Pembebasan lahan ini tentunya juga selalu mengacu pada ketentuan

hukum yang berlaku sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Masyarakat diberi pengertian serfta ganti rugi sesuai dengan

kesepakatan serta ketentuan yang berlaku.

e. Pemasangan Patok Batas Lokasi Kampus

Luas lahan yang dibebaskan untuk pembangunan kampus Sarana

Pendidikan di Kabupaten Wonosobo mencapai 9 Ha. Pada lahan

peruntukan kampus ini perlu dibuat batas lokasi dengan lahan milik

pihak lain. Dengan membuat pagar keliling disamping dengan

membuat patok batas lokasi kampus.

f. Pengaturan Pemanfaatan lahan

Lahan peruntukan pembangunan sarana pendidkan di Wonosobo

mencapai ( Ha. Lahan seluas itu tidak serta merta dibangun kampus

sekaligus, sehingga masih tersisa lahan yang belum dibangun. Agar

terhindar dari lahana tidur, lahan tersebut tetap digarap dengan model

kemitraan yaitu melibatkan petani di sekitar lokasi kampus.

Pada Prinsipnya pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan

tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada

pihak yang berhak. Dalam Undang-Undang ini pengadaan tanah adalah

119

Page 120: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

untuk kepentingan Umum, artinya menyediakan tanah bagi pelaksanaan

pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran

bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan

hukum pihak yang berhak. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum

diselenggarakan oleh Pemerintah.Pihak yang berhak wajib melepaskan

tanahnya pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan

umum setelah pemberian ganti kerugian yang layak dan adil atau

berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum

tetap. Tanah yang selanjutnya dibangun sesuatu untuk kepentingan

umum akan menjadi milik Pemerintah/Pemerintah Daerah atau menjadi

mili BUMN apabila dipergunakan untuk kepentingannya.

Sehubungan dengan teori hukum pembangunan, bahwa hakikat

pembangunan dalam arti seluas-luasnya yaitu meliputi segala segi dari

kehidupan masyarakat dan tidak terbatas pada satu segi kehidupan.

Masyarakat yang sedang membangun dicirikan oleh perubahan sehingga

peranan hukum dalam pembangunan adalah untuk menjamin bahwa

perubahan itu terjadi dengan cara yang teratur. Perubahan yang teratur

demikian dapat dibantu oleh perundang-undangan atau keputusan

pengadilan atau bahkan kombinasi dari kedua-duanya, sehingga dapat

dikatakan bahwa hukum menjadi suatu alat yang tidak dapat diabaikan

dalam proses pembangunan. Adapun masalah-masalah dalam suatu

masyarakat yang sedang membangun yang harus diatur oleh hukum

secara garis besar dapat dibagi dalam dua golongan besar yaitu : Pertama,

masalah-masalah yang langsung mengenai kehidupan pribadi seseorang

dan erat hubungannya dengan kehidupan budaya dan spritual masyarakat,

Kedua, masalah-masalah yang bertalian dengan masyarakat dan

kemajuan pada umumnya dikaitkan dengan faktor-faktor lain dalam

masyarakat terutama faktor ekonomi, sosial dan kebudayaan, serta

bertambah pentingnya peranan teknologi dalam kehidupan masyarakat

moderen.

120

Page 121: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Jika dikaji secara substansial, maka teori hukum pembangunan

merupakan hasil modifikasi dari Teori Roscoe Pound Law as a tool of

social enginering yang di negara Barat yang dikenal sebagai aliran

Pragmatig legal realism yang kemudian diubah menjadi hukum sebagai

sarana pembangunan. Hukum sebagai sarana pembangunan adalah

bahwa hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum berfungsi sebagai

alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah

kegiatan manusia kearah yang dikehendaki oleh pembangunan disamping

fungsi hukum untuk menjamin adanya kepastian dan ketertiban (order).

Pengembangan teori hukum sebagai sarana pembangunan

masyarakat di Indonesia memiliki jangkauan dan ruang lingkup yang

lebih lebih luas jika dibandingkan dari tempat asalnya sendiri karena

beberapa alasan, yaitu: Pertama, bahwa dalam proses pembaruan hukum

di Indonesia lebih menonjolkan pada perundang-undangan walaupun

yurisprudensi juga memegang peranan, berbeda dengan keadaan di

Amerika dimana teori Roscoe Pound ditujukan pada pembaruan dari

keputusan-keputusan pengadilan khususya Supreme Court sebagai

mahkamah tertinggi. Kedua, bahwa dalam pengembangan di Indonesia,

masyarakat menolak pandangan aplikasi mechanistis yang teradapat pada

konsepsi Law as a tool of social engineering yang digambarkan dengan

kata tool yang akan mengakibatkan hasil yang tidak banyak berbeda

dengan penerapan legisme dalam sejarah hukum yang dahulu pernah

diterapkan oleh Hindia Belanda, namun masyarakat Indonesia lebih

memaknai hukum sebagai sarana pembangunan serta dipengaruhi pula

oleh pendekatan-pendekatan filasafat budaya dari Northrop dan

pendekatan Policy oriented. Ketiga, bahwa bangsa Indonesia sebenarnya

telah menjalankan asas hukum sebagai alat pembaruan, sehingga pada

hakikatnya konsepsi tersebut lahir dari masyarakat Indonesia sendiri

berdasarkan kebutuhan yang mendesak dan dipengaruhi faktor-faktor

yang berakar dalam sejarah masyarakat bangsa Indonesia.

121

Page 122: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Berdasarkan pokok-pokok pemikiran dari teori hukum

pembangunan yang telah diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa teori

hukum pembangunan didukung oleh aliran-aliran filsafat hukum mulai

sejak era Yunani hingga sekarang yaitu : hukum itu berlaku universal dan

abadi, aliran hukum positif (Positivisme hukum) yang berarti hukum

sebagai perintah penguasa, hukum itu tidak dibuat melainkan tumbuh dan

berkembang bersama masyarakat (living law), hukum harus memberikan

perlindungan bagi masyarakat golongan rendah serta hukum dapat

mencerminkan nilai sosial budaya masyarakat dan mengadung sistem

nilai. Namun ada hambatan-hambatan yang dihadapi teori hukum

pembangunan adalah sebagai berikut :

a. Sukarnya menentukan tujuan dari pembangungan hukum

(pembaruan);

b.   Sedikitnya data empiris yang dapat digunakan untuk mengadakan

suatu analisis dekriptif dan        prediktif;

c. Sukarnya mengadakan ukuran yang obyektif untuk mengukur

berhasil/tidaknya usaha  pembaharuan hukum.

3. Permasalahan yang dihadapi Kantor Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Wonosobo dalam Pengimplementasian Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

untuk Kepentingan Umum ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan

Permasalahan atau hambatan Dalam Proses Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum berdasarkan penelitian yang tim

lakukan di Kabupaten Wonosobo dengan berlakunya Undang-undang No.

2 Tahun 2012, saat ini program pengdaan tanah belum tersosialisasikan

secara lebih baik, mengingat Undang-Undang tersebut masih baru. Oleh

karena itu dirasa perlu kajian dan penyamaan persepsi dalam menafsirkan

amanat Undang-Undang dan pemahaman yang sama dalam pelaksanaan

Undang-Undang tersebut. Hambatan lainnya berkaitan dengan penetapan

lokasi oleh Gubernur melalui proses relative panjang, begitupun proses

122

Page 123: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pembebasan tanah dihadapkan dengan kepentingan masyarakat dari proses

penilaian ganti kerugian serta musyawarah penetapan ganti kerugian

dengan warga masyarakat relative sulit untuk titik temu dan kesepakatan.

Praktek penggantian kerugian selama ini ada kecenderungan ganti

kerugian ini ditekankan sedemikian rupa sehingga menyulitkan bagi

pelaksana kegiatan atau panitia menyepakati ganti kerugian dengan

pemilik tanah, tidak jarang hal ini memicu sengketa bahkan cenderung

menjadi momok bagi panitia atas tuduhan korupsi.

Sebetulnya pada saat proses pembebasan tanah dihadapkan dengan

kepentingan warga masyarakat hambatannya ada seperti :

a. Prokontra masyarakat dalam pengadaan tanah tetap ada.

b. Sulitnya menentukan harga setempat sesuai dengan lokasi.

c. faktor psikologis masyarakat dan faktor dana, selama ini sering menjadi

masalah dalam pelaksanaan pelepasan atau penyerahan hak lebih

dikarenakan oleh faktor dana daripada faktor psikologis masyarakat. Ini

terbukti bahwa selama ini yang menjadi permasalahan dalam pengadaan

tanah bukan mengenai ada-tidaknya kesediaan pemilik tanah untuk

menyerahkan tanahnya untuk kepentingan umum, melainkan karena

para pemilik tanah menganggap bahwa ganti-rugi yang ditawarkan

tidak sesuai dengan harga pasar setempat.

d. Selama ini terhambatnya pelaksanaan pengadaan tanah pada umumnya

disebabkan oleh  ketidaksesuaian harga yang ditetapkan pemerintah

dengan harga yang dikehendaki oleh masyarakat. Masyarakat selaku

pemilik tanah biasanya menolak harga dari pemerintah yang menurut

mereka terlalu murah. Mereka akan mematok harga lebih tinggi dari

harga pasar atau paling tidak sesuai dengan harga pasar, bahkan ada

masyarakat yang menetapkan harga ganti rugi itu didasarkan pada harga

sekian tahun kedepan atau setelah tanahnya dibebaskan dan telah

dijadikan sarana umum.

e. Adanya campur tangan pihak-pihak tertentu yang ingin mendapatkan

keuntungan pribadi dengan memanas-manasi masyarakat untuk

123

Page 124: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

meminta harga yang sangat tinggi/ tidak wajar, yang mengakibatkan

pembangunan terhambat karena penyelesaian menjadi berlarut-larut dan

berkepanjangan. Pihak ini bisa saja dari warga yang tidak mau diganti

rugi dan mempengaruhi warga yang lain agar menolak harga ganti rugi

dari pemerintah. Dan tak jarang pula kondisi tersebut memicu suatu

benturan antar warga.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Presiden No.

71 Tahun 2012 pelaksanaannya di daerah lebih lanjut diatur dengan

peraturan Gubernur bukan dengan Peraturan Daerah.

Adanya kelemahan terhadap undang-undang ini, dimana Undang-Undang

No.2 Tahun 2012 tidak membedakan antara pengadaan tanah dan

pencabutan hak atas tanah, akibatnya Undang-Undang No. 20 Tahun 1961

seakan tidak Berfungsi lagi, pada hal undang-undang tersebut tidak

dicabut oleh Undang-Undang No. 2 Tahun 2012. Lainnya undang-undang

ini menggunakan pengadilan sebagai tempat legitimasi pemaksaan dalam

pengadaan tanah.

Dilihat dari teori Hukum Pembangunan, Teori hukum

pembangunan memiliki pokok-pokok pikiran tentang hukum yaitu fungsi

hukum dalam masyarakat direduksi pada satu hal yakni ketertiban (order)

yang merupakan tujuan pokok dan pertama dari segala hukum. Kebutuhan

terhadap ketertiban ini merupakan syarat pokok (fundamental) bagi adanya

suatu masyarakat yang teratur dan merupakan fakta objektif yang berlaku

bagi segala masyarakat manusia dalam segala bentuknya. Untuk mencapai

ketertiban dalam masyarakat maka diperlukan adanya kepastian dalam

pergaulan antar manusia dalam masyarakat. Disamping itu, tujuan lain dari

hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya,

menurut masyarakat dan zamannya, serta sebagai kaidah sosial, tidak

berarti pergaulan antara manusia dalam masyarakat hanya diatur oleh

hukum, namun juga ditentukan oleh agama, kaidah-kaidah susila,

kesopanan, adat kebiasaan dan kaidah-kaidah sosial lainya. Oleh

karenanya, antara hukum dan kaidah-kaidah sosial lainnya terdapat jalinan

124

Page 125: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

hubungan yang erat antara yang satu dan lainnya. Namun jika ada

ketidaksesuaian antara kaidah hukum dan kaidah sosial, maka dalam

penataan kembali ketentuan-ketentuan hukum dilakukan dengan cara yang

teratur, baik mengenai bentuk, cara maupun alat pelaksanaannya. Selian

itu bahwa hukum dan kekuasaan mempunyai hubungan timbal balik,

dimana hukum memerlukan kekuasaan bagi pelaksanaanya karena tanpa

kekuasaan hukum itu tidak lain akan merupakan kaidah sosial yag

berisikan anjuran belaka. Sebaliknya kekuasaan ditentukan batas-batasnya

oleh hukum. Secara populer dikatakan bahwa hukum tanpa kekuasaan

adalah angan-angan, kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman, dan juga

hukum sebagai kaidah sosial tidak terlepas dari nilai (values) yang berlaku

di suatu masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu merupakan

pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga

dapat dikatakan bahwa hukum yang baik adalah hukum yang sesuai

dengan hukum yang hidup (The living law) dalam masyarakat yang

tentunya merupakan pencerminan nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat itu sendiri.

Hukum sebagai alat pembaharuan masyarakat artinya hukum

merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat.

Fungsi hukum tidak hanya memelihara dan mempertahankan dari apa

yang telah tercapai, namun fungsi hukum tentunya harus dapat  membantu

proses perubahan masyarakat itu sendiri. Penggunaan hukum sebagai alat

untuk melakukan perubahan-perubahan kemasyarakatan harus sangat

berhati-hati agar tidak timbul kerugian dalam masyarakat sehingga harus

mempertimbangkan segi sosiologi, antroplogi kebudayaan masyarakat.

Dengan adanya aturan Hukum berupa Undang-Undang No. 2

Tahun 2012, maka aturan ini dapat dikatakan :

1. Hukum tidak dipandang sebagai seperangkat norma yang harus di

patuhi oleh masyarakat       melainan juga harus dipandang sebagai

sarana hukum yang membatasi wewenang dan perilaku aparat hukum

dan pejabat publik;

125

Page 126: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

2. Hukum bukan hanya diakui sebagai sarana pembaharuan masyarakat

semata-mata, akan tetapi juga sebagai sarana pembaharuan birokrasi.

3. Kegunaan dan kemanfaatan hukum tidak hanya dilihat dari kacamata

kepentingan pemengan     kekuasaan (negara) melainkan juga harus

dilihat dari kacamata kepentingan-kepentingan pemangku kepentingan

(stakeholder), dan kepentingan korban-korban (victims);

4. Fungsi hukum dalam kondisi masyarakat yang rentan (vulnerable) dan

dalam masa peralihan     (transisional), baik dalam bidang sosial,

ekonomi dan politik, tidak dapat dilaksanakan secara optimal hanya

dengan menggunakan pendekatan preventif dan represif semata,

melainkan juga diperlukan pendekatan restoratif dan rehabilitatif;

5. Agar fungsi dan peranan hukum dapat dilaksanakan secara optimal

dalam pembangunan nasional, maka hukum tidak semata-mata

dipandang sebagai wujud dari komitmen politik melainkan harus

dipandang sebagai sarana untuk mengubah sikap dan cara berpikir

(mindset) dan perilaku (behavior) aparatur birokrasi dan masyarakat

bersama-sama.

126

Page 127: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan1. Tata cara Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk

Kepentingan Umum yang dapat memberikan Perlindungan Hukum

bagi Pemegang Hak Atas Tanah.

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum di

Kantor Pertanahan Kabupaten Wonosobo, khususnya pengadaan tanah

untuk pendidikan yang terletak di Desa Sidorejo, Kecamatan Selomarto,

Kabupaten Wonosoboterdiri dari tahapan yaitu Perencanaan, Persiapan

meliputi pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan awal lokasi

rencana pembangunan, Konsultasi publik rencana pembangunan serta

Pelaksanaan Pengadaan Tanah meliputi Inventarisasi dan Identifikasi

Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, serta Pemanfaatan Tanah, Penilaian

Ganti Kerugian, Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian, Pemberian

Ganti Kerugian serta Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah.

Serta Mengacu Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum; Peraturan

Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 tentang

penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum; Peraturan kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 5 tahun 2012 tentang petunjuk teknis pelaksanaan pengadaan

tanah; Dokumen pengadaan tanah berdasarkan kepada keputusan

Gubernur Jawa tengah tentang penetapan lokasi pengadaan tanah untuk

pembangunan; Ketentuan lain yang terkait dengan pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum.

Dokumen tanahapan pelaksanaan pengadaan tanah antara lain meliputi :

127

Page 128: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

g. Penyiapan pelaksanaan;

h. Inventarisasi dan identifikasi;

i. Penetapan penilai;

j. Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian;

k. Pemberian ganti kerugian;

l. Pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus;

m. Penitipan ganti kerugian;

n. Pelepasan obyek pengadaan tanah;

o. Pemutusan hubungan hokum antara pihak yang berhak dengan objek

pengadaan tanah;

p. Pendokumentasi peta bidang, daftar nominative dan data administrasi

pengadaan tanah; dan

q. Penyerahan hasil pengadaan tanah.

2. Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan.

Pengimplementasian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan diawali dengan :

a. Sosialisasi.

Sosialisasi yang dilakuan dalam pengadaan tanah untuk sarana

pendidikan di Kabupaten Wonosobo dengan cara :

1) Pemasaangan papan pengumuman di lokasi calon kampus.

2) Pemasangan pengumuman melalui spanduk, ditempatkan pada ruas

jalan yang relatif banyak dilewati orang

3) tatap muka langsung dengan masyarakat dengan cara

mengumpulkan warga masyarakat, khususnya mereka yang

lahannya dibutuhkan untuk pembangunan

4) Menginformsikan melalui perangkat desa untuk disampaikan

kepada warga masyarakat.

128

Page 129: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

b. Pembebasan Lahan

Pembebasan lahan pada kegiatan pengadaan tanah pemerintah Daerah

untuk pembangunan Sarana Pendidikan di kabupaten Wonosobo

digunakan untuk pembangunan kampus yang memerlukan lahan

seluas 90.000 m2 atau 9 Ha.

c. Pemasangan Patok Batas Lokasi Kampus

Luas lahan yang dibebaskan untuk pembangunan kampus Sarana

Pendidikan di Kabupaten Wonosobo mencapai 9 Ha, dibuat batas

lokasi dengan lahan milik pihak lain. Dengan membuat pagar keliling

disamping dengan membuat patok batas lokasi kampus.

d. Pengaturan Pemanfaatan lahan

Agar terhindar dari lahana tidur, lahan yang belum dipergunakan

tetap digarap dengan model kemitraan yaitu melibatkan petani di

sekitar lokasi kampus.

3. Permasalahan yang dihadapi Kantor Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Wonosobo dalam Pengimplementasian Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan

untuk Kepentingan Umum ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan.

Permasalahan yang dihadapi Kantor Badan Pertanahan Nasional

Kabupaten Wonosobo dalam Pengimplementasian Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum ditinjau dari Teori Hukum Pembangunan antara lain :

Prokontra masyarakat dalam pengadaan tanah tetap ada serta sulitnya

menentukan harga setempat sesuai dengan lokasi.

129

Page 130: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

B. Implikasi

Konsekuensi logis dari kesimpulan yang diperoleh khususnya menyangkut

Pengadaan Tanah untuk Pembangunan demi kepentingan Umum di Kabupaten

Wonosobo maka mengandung implikasi, yaitu:

1. Dengan Tata Berlandaskan Undang-Undang No.2 Tahun 2012 dapat

memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah, telah

mengacu pada Peraturan Hukum yang berlaku.

2. Dengan diimplementasikan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum ditinjau

dari Teori Hukum Pembangunan maka Pengadaan Tanah yang

diperuntukkan bagi kepentingan umum berupa sarana pendidikan di

Kabupaten Wonosobo dapat berjalan dengan lancar.

3. Dengan adanya Permasalahan yang dihadapi Kantor Badan Pertanahan

Nasional Kabupaten Wonosobo dalam Pengimplementasian Undang-

Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi

Pembangunan untuk Kepentingan Umum ditinjau dari Teori Hukum

Pembangunan, pengadaan Tanah Untuk Pembangunan di Kabupaten

Wonosobo mengalami kendala namun dapat diselesaikan sehingga

masyarakat merasa terlin dungi dari sisi hukum.

C. Saran

Saran yang dapat disampaikan antara lain adalah :

1. Perlu dilakukan sosialisasi secara maksimal tentang Undang-Undang No.

2 Tahun 2012, baik terhadap panitia pelaksanan maupun terhadap

masyarakat, sehingga terdapat suatu persamaan persepsi mengenai

pengertian, makna, tujuan, dan prosedur pengadaan tanah untuk

pembangunan demi kepentingan umum.

130

Page 131: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

2. Pemerintah Hendaknya memberikan kesempatan kepada masyarakat yang

terkena lahan pembebasan tanah, untuk turut mengembangkan Kampus

yang ada, misalnya menjadi tenaga kerja baik tenaga tetap maupun

honorer.

3. Perlu ada Pelatihan bagi Pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN)

terkait dengan Proses Penanganan Kasus-kasus pembebasn tanah yang

berpijak pada Hak Asasi Manusia.

131

Page 132: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Adi Sulistiyono. 2006. Krisis Lembaga Peradilan di Indonesia. Surakarta: UNS Press.

Adrian Suteji. 2007. Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan. Jakarta : Sinar Grafika.

Achmad Rubaie. 2007. Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum. Malang : Bayumedia Publishing.

Ari Purwadi. “Implikasi Pencabutan Hak Atas Tanah terhadap Perlindungan Hak Asasi Manusia”Dimuat dalam Jurnal Legality.http://ejournal.umm.ac.id/index.php/legality/article/view/295

Bambang Sadono. 3 April 2014. Hambatan Fungsi Sosial. Sosiologi Pertanahan. http://sosiologipertanahan.blogspot.com/2014/04/hambatan-fungsi-sosial.html. [26 Februari 2014 pukul 12:17 WIB].

Bernard L. Tanya, dkk. 2010. Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi. Yogyakarta: Genta Publising.

Burhan Ashofa, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Gramedia, Jakarta

Boedi Harsono. 2005. Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan Undang-Undang Agraria, Isi dan Pelaksanaannya edisi Revisi). Jakarta : Djambatan.

Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Media Pressindo

Citorejo Waciman dan Kawan-Kawan v. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah, Menteri Pekerjaan Umum, Putusan Kasasi Mahkamah Agung RI No. 2263 K/Pdt/1991 tanggal 20 Juli 1991 (Perkara Kedungombo).

Esmi Warassih Pujirahayu,2005. Pranata Hukum sebuah Telaah Sosiologis, Semarang: Suryandaru Utama

H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

132

Page 133: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Hadjon, Philipus M.. 1988. “Hak-Hak dan Kewajiban Dasar” Yuridika. No. 5 Th. III November 1988

Harry Stephan, dkk. 2014. “Land Acquisitions in Africa: A Return to Franz Fanon?”. Tawarikh: International Journal for Historical Studies. 2(1) 2014. http://www.tawarikh-journal.com/files/File/Harry.pdf

Imam Koeswahyono. “Melacak Dasar Konstitusional Pengadaan Tanah untuk KepentinganPembangunan Bagi Umum”, dimuat dalam Artikel Jurnal Konstitusi. Vol.1 Halm 5. Jakarta:Mahkamah Konstitusi RI.

John Salindeho. 1993. Masalah Tanah dalam Pembangunan. Jakarta : Sinar Grafika.

Johny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (edisi Revisi). Malang : Bayumedia Publishing.

John Rawls. 2006. Teori Keadilan (Dasar-Dasar Filsafat Politik untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maria S.W. Sumardjono. “Perpres No 36/2005, Langkah Maju atau Mundur?” Kompas, 11 Mei 2005.

. . 2008. Tanah dalam Perspektif Ekonomi, Sosial dan Budaya. Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara.

. 2009. Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implentasi (Edisi Revisi +). Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara.

Marmin M. Roosadijo. 1979. Tinjauan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Mohamad Hatta. 2005. Hukum Tanah Nasional dalam Perspektif Negara Kesatuan. Yogyakarta : Media Abadi.

Kartini Muljadi,dkk. 2004. Hak-Hak Atas Tanah. Jakarta : Prenada Media.

Kitap Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek).

Lili Rasjidi. 1988. Filsafat Hukum Apakah Hukum Itu?. Bandung: Remaja Karya.

Oloan sitorus dan Dayat Limbong. 2004. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum. Yogyakarta: Mitra Kebijakan Tanah Indonesia.

133

Page 134: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Purnadi Purbacaraka dan A.Ridwan Halim. 1982. Hak Milik Keadilan dan Kemakmuran Tinjauan Falsafah Hukum. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Satjipto Raharjo. 1991. Ilmu Hukum. Bandung: PT.Citra Adtya Bakti.

Setiono. 2002. Pemahaman terhadap Metode Penelitian Hukum, (Diktad). Surakarta: Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana UNS.

________. 2005. Metode Penelitian Hukum. Surakarta : Program Pascasarjana UNS.

Shidarta, dkk, 2012, Mochtar Kusuma Atmadja dan Teori Hukum Pembangunan: Eksistensi dan Implikasi. Jakarta: HuMa.

Soedikno Mertokusumo. 1988. Hukum Dan Politik Agraria. Jakarta: Karunia-Universitas Terbuka.

Soetandyo Wognjosoebroto. 2002. Hukum. Paradigma dan Dinamika Masalahnya. Jakarta: Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM) dan Perklumpulan untuk Pembaharuan Hukum Berbasis Masyarakat dan Ekologi (HuMa)

Subekti. 1979. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Intermedia.

Sunarjati Hartono. 1978. Beberapa Pemikiran Kearah Pembaharuan Hukum Tanah. Bandung: Alumni.

Supriadi. 2007. Hukum Agraria. Jakarta: Sinar Grafika.

Supriadi S,. 2005. “Pembaharuan Pengaturan Pertanahan Nasioanal sebagai Wujud Gerakan Sosial”., Jurnal Reformasi Hukum. Vol.VII No. 1. Jakarta: Jurnal Mimbar Universitas Islam Jakarta.

Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.

Solichin Abdul Wahab, 2004. Analisis Kebiajkan Publik, Bandung, Alumni

_______.2005. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.

Thomas R. DYE, 1981, Understanding Public Policy. Florida: State University

Tukgalii, Lieke Lianadevi. 2010. Fungsi Sosial Hak Atas Tanah Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum. Jakarta: Kertas Putih Communication.

134

Page 135: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Yusriyadi. 2010. Industrialisasi dan Perubahan Fungsi Sosial Hak Atas Tanah. Yogyakarta: Genta Publishing.

Urip Santosa. 2010. Pendaftaran dan Perolehan Hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana.

Undang-Undang Dasar Republik Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang Ada di Atasnya.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-Undangan Beserta Peraturan Pelaksananya.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1973 Tentang Tentang Acara Penetapan Ganti Kerugian oleh Pengadilan Tinggi sehubungan dengan Pencabutan Hak Atas Tanah dan Benda-Benda di Atasnya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 1963 Tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum yang dapat memiliki hak milik atas tanah.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

135

Page 136: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1973 Tentang Pelaksanaan Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah dan Benda-Benda yang Diatasnya.

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1975 Tentang Ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah.

136

Page 137: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

\

LAMPIRAN

137

Page 138: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum di Kabupaten

Wonosobo

Pada saat ini pengadaan tanah untuk daerah kabupaten yang ada di kabupaten

Wonosobo diketuai oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten yang diangkat oleh

Kepala Kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa tengah dengan

mempertimbangkan efisiensi, efektifitas, kondisi geografis dan sumber daya

manusia. Kepala kantor pertanahan Kabupaten sebagai ketua Pelaksana

Pengadaan Tanah betugas melaksanakan tahapan pelaksanaan pengadaan tanah

sebagaimana dimaksud dalam ketentuan :

6. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum;

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2012 tentang

penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum;

8. Peraturan kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5

tahun 2012 tentang petunjuk teknis pelaksanaan pengadaan tanah;

9. Dokumen pengadaan tanah berdasarkan kepada keputusan Gubernur Jawa

tengah tentang penetapan lokasi pengadaan tanah untuk pembangunan;

10. Ketentuan lain yang terkait dengan pengadaan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum.

Dokumen tanahapan pelaksanaan pengadaan tanah antara lain meliputi :

5) Penyiapan pelaksanaan;

6) Inventarisasi dan identifikasi;

7) Penetapan penilai;

8) Musyawarah penetapan bentuk ganti kerugian;

9) Pemberian ganti kerugian;

10) Pemberian ganti kerugian dalam keadaan khusus;

138

Page 139: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

11) Penitipan ganti kerugian;

12) Pelepasan obyek pengadaan tanah;

13) Pemutusan hubungan hokum antara pihak yang berhak dengan

objek pengadaan tanah;

14) Pendokumentasi peta bidang, daftar nominative dan data

administrasi pengadaan tanah; dan

15) Penyerahan hasil pengadaan tanah.

Kepala kantor pertanahan kabupaten sebagai Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah

akan melaporka pelaksanaan pengadaan tanah kepada Kepala Badan Pertanahan

Nasional Republik Indonesia melalui kepala kantor wilayah badan pertanahan

nasional profinsi Jawa Tengah. Menyangkut biaya pelaksanaan pengadaan tanah

dibebankan pada anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) kabupaten.

Instansi yang terlibat dalam penyediaan tanah serta kapasitas kewenangan dalam

menentukan kebijakan antara lain adalah :

c. Prasjatakim/Bapeda berwenang dalam hal tata ruang.

d. Instansi yang memerlukan tanah berwewenang dalam hal penyiapan

dokumen.

e. Kehutanan berwenang dalam kawasan hutan

f. BPN berwewenang dalam pertimbangan teknis pertanahan dalam

pelaksanaan pengadaan tanah.

g. Gubernur berwewenang dalam penetapan lokasi.

h. Bupati/walikota terkait apabila penetapan lokasi didelegasikn oleh

Gubernur.

Penetapan lokasi adalah penetapan atas lokasi pembangunan untuk

kepentingan umum yang ditetapkan dengan keputusan Gubernur, yang

dipergunakan sebagai izin untuk pengadaan tanah, perubahan penggunaan

tanah, dan peralihan hak atas tanah dalam pengadaan tanah bagi pembangunan

untuk kepentingan umum.

Persyaratan dalam permohonan penetapan lokasi pembangunan:

4. Surat permohonan dari instansi yang memerlukan tanah

5. Dokumen perencanaan

139

Page 140: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

6. Surat rekomendasi dari instansi yang berwewenang atas kesesuaian

RT,RW

Pelaksanaan pengadaan tanah di kabupaten Wonosobo saat ini terhadap

program pengadaan tanah yang sedang berjalan atau belum selesai setelah

lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 masih menggunakan aturan

lama yaituPerpres No.36 Tahun 2005 jo Perpres No.65 Tahun 2006 jo

Peraturan Kepala BPN No. 3 Tahun 2007, yang berlaku sampai tahun

2014, tapi bagi program pengadaan tanah yang dibuat sejak Januari 2012

telah menggunakan ketentuan baru.

Kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam pelaksanaan pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum selama ini belum semuanya

sesuai dengan konsep ideal, seperti dalam penentuan ganti kerugian yang

bersifat nonfisik belum reakomodasi sepenuhnya, dalam hal ini harus ada

keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pengadaan tanah tersebut.

Keterlibatan masyarakat dalam proses pengadaan tanah sangat menetukan

sekali demi kelancaran pelaksanaan pengadaan tanah.

Sebaliknya sudah ada kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang

mendukung masyarakat seperti pembebasan lahan yaitu sebelum dilakukan

pembebasan lahan dalam tahap konstruksi telah dilakukan survey,

penetapan lokasi dan perijinan. Pada tahap prakonstruksi terlebih dahulu

telah dilakukan :

3. Survey, penetapan lokasi dan perijinan dengan memperhatikan

c. Keresahan masyarakat

d. Sikap dan persepsi masyarakat

4. Pembebasan lahan dengan memperhatikan :

c. Keresahan masyarakat

d. Sikap dan persepsi masyarakat

Pada saat survey, penetapan lokasi dan perijinan diperkirakan

menimbulkan dampak terhadap keresahan masyarakat. Penetuan

batas lahan yang akan dipergunakan TPST telah selesai

pelepasan hak kepemilikan lama kepada pemilikan baru. Suvey

140

Page 141: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

didampingi aparat setempat yang benar-benar mengetahui

kepemilikan dan luasnya.

Apabila terjadi suatu dampak negative dari suatu kejadian, maka

masyarakat terdekat dengan kegiatan tersebut yang pertama kali

kena imbasnya, karena itu dampak terhadap keresahan

masyarakat perlu dikelola.

Begitupun pada kegiatan pembebasan lahan diperkirakan

menimbulkan dampak pada keresahan masyarakat, terutama pada

masyarakat yang lahannya terkena pembebasan lahan. Walaupun

cara pembebasan lahan dilakukan tanpa perantara dan sesuai

dengan kesepakatan bersama, namun dampak terhadap keresahan

masyarakat saat pembebasan lahan perlu dikelola.

Provinsi Jawa Barat

Siapapun pasti merasa keberatan ketika tanah dan bangunan

tempat tinggalnya harus dipindahkan secara paksa. Apalagi

dengan berpindah, para korban langsung harus memulai menata

kehidupannya dari nol ditempat yang baru. Itulah yang

diungkapkan oleh Bowie Tarigan, aktivis dan pendamping

masyarakat yang tergabung dalam Konsorsium Pembaruan

Agraria (KPA). Sehari-hari, pria 35 tahun ini banyak melakukan

pendampingan dalam kasus-kasus penggusuran masyarakat

askibat proyek kepentingan umum di Jawa Barat.

Istilah ganti kerugian kemudian banyak berubah menjadi diganti

tetapi tetap rugi. Pada waktu awal-awal kemerdekaan hingga

awal Orde Baru masyarakat masih menerima hal tersebut. Sebab,

tidak ada prasangka bahwa tanah-tanah masyarakat korban

gusuran akan diselewengkan menjadi proyek bukanuntuk

kepentingan umum. Bowie mengungkapkan bahwa pada waktu

itu mungkin masyarakat merasa bahwa menyerahkan tanah

141

Page 142: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

dengan harga yang kurang pantas dianggap sebagai kontribusi

warga Negara terhadap pembangunan. Namun sekarang keadaan

sudah lain, masyarakat telah melihat berbagai bentuk

penyelewengan pengadaan tanah atas nama hokum, atas nama

pembangunan dan atas nama kepentingan umum. Sehingga,

masyarakat kerap melawan dan menolak penggusuran atas nama

kepentingan umum.

Masalah yang kerap dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat

dalam proses pengadaan tanah telah dimulai sejak dari definisi

kepentingan umum yang dianggap longgar dan multi intreprestasi

dan tersebar dalam beberapa UU.

Masalah definisi kepentingan umum, menurut UUPA

kepentingan umum terkait dengan fungsi social hak atas tanah

seperti disebut di dalam pasal 6 UUPA : Semua hak atas tanah

mempunyai fungsi social.

Dalam penjelasan pasal ini diuraikan :

Ini berarti, bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada

seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, baha tanahnya itu akan

dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk

kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan

kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah harus disesuaikan

dengan keadaannya dan sifat daripada haknya, hingga bermanfaat

baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya

maupun bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.

Tetapi dalam pada itu ketentuan tersebut tidak berarti, bahwa

kepentinga perseorangan akan terdesak sama sekali oleh

kepentingan umum (masyarakat). Undang-Undang Pokok

Agraria memperhatika pula kepentingan-kepentingan

perseorangan. Kepentingan masyarakat dan kepentingan

perseorangan haruslah saling mengimbangi, hingga pada

142

Page 143: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

akhirnya akan tercapailah tujuan pokok : kemakmuran, keadilan

dan kebahagiaan bagi rakyat seluruhnya (pasal 2 ayat 3).

Selanjutnya, kepentingan umum seara eksplisit juga disebutkan di dalam UUPA:

Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah

yang melampaui batas tidak diperkenankan dalam pasal 7. Pasal ini dijabarkan ke

dalam pasal 17 :

(1) Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7 maka untuk mencapai tujuan

yang dimaksud dalam pasal 2 ayat 3 diatur luas maksimum dan/atau

minimum tanah yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam

pasal 16 oleh satu keluarga atau badan hokum.

(2) Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan

dengan peraturan perundangan didalam waktu yang singkat,

(3) Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud

dalam ayat (2) pasal ini diambil oleh pemerintah dengan ganti kerugian,

untuk selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut

ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah.

(4) Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini, yang akan

ditetapkan dengan peraturan perundangan, dilaksanakan secara berangsur-

angsur.

Penjelasan pasal 17:

Ketentuan pasal ini merupakan pelaksanaan dari apa yang ditentukan dalam

pasal 7 . penetapan, batas luas maksimum akan dilakukan didalam waktu yang

singkat dengan peraturan perundangan. Tanah-tanah yang merupakan

kelebihan dari batas maksimum itu tidak akan disita, tetapi akan diambil oleh

pemerintah dengan ganti kerugian. Tanah-tanah tersebut selanjutnya akan

dibagi-bagikan kepada rakyat yang membutuhkannya. Ganti kerugian kepada

bekas pemilik tersebut diatas pada asasnya harus dibayar oleh mereka yang

memperoleh bagian tanah itu. Tetapi oleh karena mereka itu umumnya tidak

mampu untuk membayar harga tanahnya didalam waktu yang singkat, maka

oleh pemerintah akan disediakan kredit dan usaha-usaha lain supaya para

143

Page 144: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

bekas pemilik tidak terlalu lama menunggu uang ganti kerugian yang

dimaksudkan itu.

Ditetapkannya batas minimum tidaklah berarti bahwa orang-orang yang

mempunyai, tanah kurang dari itu akan dipaksa untuk melepaskan tanahnya.

Penetapan batas minimum itu pertama-tama dimaksudkan untuk mencegah

pemecah belaha (“versplintering”) tanah lebih lanjut. Disamping itu akan

diadakan usaha-usaha misalnya : transmigrasi, pembukaan tanah besar-

besaran di luar Jawa dan industrialisasi, supaya batas minimum tersebut dapat

dicapai secara berangsur-angsur. Yang dimaksud dengan “keluarga” ialah

suami, istri serta anak-anaknya yang belum kawin dan menjadi tanggungannya

dan yang jumlahnya berkisar sekitar 7 orang. Baik laki-laki maupun waita

dapat menjadi kepala keluarga.

Pelaksanaan pasal 7 dan pasal 17 ini kemudian melahirkan peraturan-

peraturan yang terkait dengan pelaksanan land reform. Jadi, fungsi social

dalam kerangka kepentingan umum ats tanah

dimaksudkan untuk menciptakan keadilan social melalui pelaksanaan reforma

agrarian.

Selanjutnya, kepentingan umum juga secara eksplisit disebutkan di dalam

pasal 18 :

Untuk kepentingan umum, termasuk kepentngan bangsa san Negara serta

kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan

member ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan

undang-undang.

Penjelasan :

Pasal ini merupakan jaminan bagi rakyat mengenai hak-haknya atas tanah.

Pencabutan hak dimungkinkan, tetapi diikat dengan syarat-syarat, misalnya

harus disertai pemberian ganti kerugian yang layak.

Pelaksanaan dari pasal ini melahirkan UU No. 20/1961 tentang pencabutan

hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya.

Dengan mengacu kepada UUPA No.5 /1960, kita dapat menarik kesimpulan

bahwa pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum mempunyai

144

Page 145: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

dua hal pokok yaitu dalam rngka menciptakan keadilan social bagi rakyat dan

sudah tentu bukan untuk kepentingan komersial dan dalam pelaksanaannya

harus memberikan jaminan ganti kerugian yang layak bagi rakyat yang

tanahnya diambil demi kepentingan umum.

Rambu-rambu yang diberikan oleh UUPA 1960 di atas dalam praktiknya

banyak mengalami penyelewengan dimasa orde baru hingga sekarang,

sehingga proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum banyak

menimbulkan masalah khususnya konflik dan sengketa pertanahan yang

berkepanjangan.

Dalam perkembangannya menurut Gunawan Wiradi, pakar politik agrarian

dari IPB, mengutip dari Idham Arsyad (2009) mengatakan bahwa proyek

untuk kepentingan umum adalah sebuah proyek yang kegunaannya lintas

batas batas segmen social, dibiayai dan dijalankan oleh anggaran pemerintah

dan dalam penggunaannya bukan untuk kepentingan komersial.

Pengertian tersebut berubah di dalam UU No. 2Tahun 2012 tentang

Pengadaan Tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum dimana

proyek-proyek komersial seperti jalan tol dikategorikan sebagai kepentingan

umum.

Selain dari masalah definisi kepentingan umum sebagaimana di uraikan di atas

juga dalam proses pengadaan tanah dilpangan yang kerap dihadapi oleh

pemerintah dan masyarakat adalah masalah pengadaan tanah.

Dalam kasus pembangunan waduk yang merupakan bagian dari untuk

kepentingan umum di dalam kasus ini mencermnkan beberapa masalah dalam

proses pengadaan tanah :

1. Proses sosialisasi dan penetapan ganti kerugian atas tanah garapan

masyarakat tidak dijalankan dengan benar sehingga memicu perlawanan

masyarakat petani yang tanahnya akan terpakai. Lokasi tanah yang akan

dipakai oleh pemerintah dalam pembangunan waduk adalah lokasi

sengketa antara masyarakat penggarap dengan perum perhutani.

145

Page 146: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

2. Masyarakat mencurigai bahwa pendekatan yang dipakai pemerintah

daerah dalam pembangunan waduk adalah pendekatan proyek semata.

Sebab, masyarakat melihat bahwa terdapat waduk lama yang sudah tidak

terawatt tidak direvitalisasi dan didekatnya akan dibangun waduk baru

yang akan menggusur tanah-tanah garapan masyarakat.

3. Pro-kontra masyarakat yang setuju dan menolak pembangunan waduk

tidak dijembatani dengan baik sehingga menimbulkan konflik terbuka.

4. Terdapat ketidaksesuaian dalam fungsi waduk selama ini yang

mengakibatkan adanya mafia air yang mengatur distribusi air dan tidak

ditindak oleh pemerintah.

Rendahnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam sebuah

proyek yang secara definisibegitu lekat dengan kepentingan umum yaitu

pembangunan waduk untuk pengairan pertanian telah menjadikan proyek

ini mendapatkan perawanan dari masyarakat. Ini mencerminkan bahwa

kebudayaan hokum, kepatuhan masyarakat sangat ditentukan oleh rekam

jejak proyek-proyek yang selama ini diklaim sebagai proyek kepentingan

umum berbeda dari tujuan awalnya.

146

Page 147: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Prosedur Kompensasi atau Ganti Rugi Pembebasan Hak, Pelepasan Hak

dan Pencabutan Hak terhadap Tanah untuk Kepentintan Umum

Kabupaten Wonosobo

Sebagian dari tokoh masyarakat maupun instansi pemerintah menyebutkan

bahwa sepanjang yang mereka ketehui selama ini pada beberapa daerah

Kabupaten, pembebasan hak (tanah) untuk pembangunan bagi kepentingan

umum tidak ada yang diganti rugi selama tanah mereka tidak diambil

seluruhnya, seperti untuk jalan, sekolah, masjid, puskesmas dan lain-lain,

mereka merasa tidak rugi kalau sebagian dari harta (tanah) mereka

diserahkan untuk kepentingan umum.

Konsep ganti kerugian Pembebasan Hak, Pelepasan Hak dan Pencabutan

Hak terhadap Tanah untuk Kepentingan Umum di Kabupaten Wonosobo

pada saat ini sudah disesuaikan dengan amanat yang termuat dalam

Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 yaitu : nilai ganti kerugian ditetapkan

oleh Lembaga Independen melalui jasa Penilai Tanah aau Penilai Publik,

BPN hanya memusyawarahkan bentuk dari kompensasi / ganti kerugian.

Persepsi masyarakat selama ini terhadap prosedur penggantian kerugian

atau kompensasi terhadap pembebasan tanah untuk kepentingan umum

adalah menginginkan ganti kerugian yang layak dan adil. Standar yang

digunakan daerah ini dalam pemberian ganti kerugian atau kompensasi

terhadap pembebasan tanah untuk kepentingan umum adalah Lembaga

Independen Penilai Tanah menggunakan standar NJOP PBB dan aau harga

pasar. Sedangkan menurut Martias Wanto standar yang digunakan dalam

pemberian ganti kerugian terhadap pelepasan tanah untuk kepentingan

umum berkaitan dengan pelebaran jalan untuk kepentingan umum

berpedoman kepada Peraturan Kepala BPN No.3 Tahun 2007, SK Bupati

khusus tanaman dan bangunan berpedoman kepaa HSBGN dan HSPK

yang dikeluarkan oleh Dinas PU.

Pembebasan hak terhadap tanah di Kabupaten Wonosobo Tim Pengadaan

Tanah selalu memperhatikan keharifan local yang dimiliki yaitu dengan

adanya keberadaan tanah ulayat yang dimiliki oleh masyarakat adat untuk

147

Page 148: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pembebasannya sesuai dengan kesepakatan dan persetujuan penguasa dan

ninik mamak selaku penguasa tanah ulayat sesuai dengan adat istiadat

Wonosobo.

Prosedur yang dialami masyarakat sebelum pembebasan tanah adalah

adanya kesepakatan bersama antara pemerintah/BUMN/Badan Milik

swasta sebagai pihak yang berkepentingan atas tanah membentuk tim

pembebasan tanah yang terdiri dari berbagai unsure dan melibatkan

masyarakat adat dengan mengadakan pendekatan kepada mereka yang

puya tanah oleh tokoh masyarakat. Tim pembebasan tanah kemudian

mensosialisasikan rencana pembebasan tanah kepada pemilik tanah dan

menetapkan besaran ganti kerugian/pembayaran ganti kerugian yang

disepakati bersama. Namun dalam beberapa kasus pembebasan tanah

masyarakat pemilik tanah tidak dilibatkan dalam menentukan besaran

ganti kerugian dan prosedur kompensasi sering tidak transpaan terutama

menyangkut tanah ulayat serta sering terjadi izin penggunaan tanah dari

Lembaga pemerintah yang berwenang sudah terbut sementara proses ganti

kerugian di Lapangan belum tuntas dan tak jarang masih dalam sengketa.

Melihat kepada jawaban koesioner yang disampaikan kepada SPI (SErikat

Petani Indonesia Wonosobo) disitu disebutkan bahwa pembebasan hak

terhadap tanah di Wonosobo sering menimbulkan konflik pertanahan

antara masyarakat dengan pemerintah, seperti diketahui kepemilikan tanah

di Kabupaten Wonosobo terdiri dari milik individu dan tanah ulayat

(ulayat kaum dan ulayat nagari), konflik pertanahan timbul ketika

pembebasan hak menyangkut tanah ulayat atau tanah kaum tidak

transparan. Misalnya satu hamparan tanah yang dikelola oleh banyak

orang dalam satu komunitas persukuan, tiba-tiba ketika pelepasan hak atas

tanah pemerintah melalui tim pembebasan tanah tidak melihat seluruh

anggota komunitas tapi hanya melihat kepala suku atau kepala kaum saja.

Belum tentu kepala suku bisa bertindak adil kepada anggota kaumnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembebasan tanah ulayat dalam

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum perlu

148

Page 149: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

melibatkan seluruh anggota kaum yang mengelola tanah yang akan

dibebaskan haknya, dan tim pembebasan tanah perlu melibatkan beberapa

orang perwakilan anggota suku/kaum.

Mengingat kurang jelasnya batas administrasi tanah ulayat suatu kaum

dengan tanah kaum lainnya, batas nagari dengan nagari lainnya yang

ditemukan pada beberapa kasus, perlu dilakukan pemetaan batas-batas

tanah ulayat dan nagari, agar ketika terjadi pelepasan hak tidak berhadapan

dengan tanah yang sedang bersengketa.

Dalam menentukan standar ganti kerugin terhadap pelepasan hak dari

tanah untuk kepentingan umum pemerintah selalu mendasarkan pada

harga sesuai Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Masalahnya disini adalah

Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak selalu

menetapkan nilai NJOP di bawah harga jual objek yang sesungguhnya

sesuai harga pasar ketika pelepasan hak sedang berlangsung, selisih harga

ini menjadi persoalan antara pemilik tanah dengan pemerintah. Dengan

masalah ini apakah sesuai dengan yang dirasakan adil bagi masyarakat

tentu hal tersebut oleh masyarakat akan dijawab bahwa kompensasi tidak

memenuhi rasa keadilan masyarakat. Untuk pembangunan fasilitas

pemerintah dan fasilitas yang benar-benar menyangkut hajat orang banyak

hendaknya besarnya ganti kerugian disesuaikan dengan harga pasar ketika

proses pelepasan hak sedang berlangsung.

Ketua Walhi Wonosobo menyarankan agar dalam menentukan standar

ganti rugi terhadap pelepasan hak dari tanah untuk kepentingan umum

hendaknya memperhatikan : pertama, efisiensi kedua belah pihak pemilik

dan pemakai lahan tersebut. Kedua, keadilan yang bisa dilihat dari

efisiensi atau tidaknya ganti rugi yang diberikan oleh pemakai pada

penguaa ulayat.

Menurut masyarakat yang dirasakan adil itu ada yang sesuai dan yang

tidak, adil yang tidak sesuai seperti untuk beberapa kasus masyarakat

sering mengeluhkan besaran ganti rugi tidak sesuai dengan keadilan sebab

beberapa waktu terkadang penentuan ganti rugi hanya dilakukan oleh

149

Page 150: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

sepihak dan kurang dari harga yang telah ditetapkan oleh Tim penilai

harga yang ditetapkan pemerintah daerah.

Ganti kerugian atau kompensasi dalam setiap pelepasan hak atas tanah

belum tentu dapat memenuhi rasa keadilan masyarakat. Rasa keadilan

rakyat akan terpenuhi jika fasilitas umum yang akan dibangun benar-benar

untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan Negara. Rasa keadilan

masyarakat akan ternodai jika fasilitas yang dibangun justru untuk

mendukung kepentingan swasta yang berujung pada penggusuran tanah-

tanah rakyat dengan dalih kepentingan umum. Disaat penguasaan tanah di

Indonesia yang timpang saat ini, dimana penguasaan tanah terkonsentrasi

pada segelintir orang (modal swasta nasional dan modal asing), sementara

jutaan petani kekuarangan tanah.

Penentuan besarnya ganti rugi sebaiknya lebih memperhatikan masyarakat

sebagai pemilik lahan dan pemerinta lebih memperhatikan lagi bagaimana

sebelumnya masyarakat memanfaatkan lahan tersebut, sebab selama ini

kebanyakan pembebasan lahan berada pada tempat pemanfaatan

masyarakat yang semula adalah lahan mata pencarian masyarakat tersebut.

Jika lahan tersebut harus dibebaskan juga sebaiknya memperhatikan ganti

rugi yang layak dan adil.

Kemudian realisasi pengganti kerugian seharusnya dibayarkan langsung

oleh instansi pemerintah yang membutuhkan tanah kepada pemilik atau

kuasanya, dan setiap instansi pemerintah yang merencanakan

pembangunan kepentingan umum harus sekaligus menyediakan anggaran

untuk ganti kerugian dengan tidak membebankan keinstansi lain.

Persepsi masyarakat terhadap penentuan ganti kerugian atau kompensasi

dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai atau tidak dengan

rasa keadilan relative ada masyarakat yang merasa sudah cukup dengan

ganti rugi yang diberikan. Ada juga yang memperhatikan bagaimana

kedepannya sebab ketika lahan mata pencaharian masyarakat yang

digunakan tentu ganti rugi yang diberikan harus sesuai, misalnya

masyarakat pertanian yang jika lahan pertanian mereka dibebaskan untuk

150

Page 151: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

berbagai kepentingan umum dengan tentunya ganti rugi tersebut harus

sesuai dengan pendapatan ataupun pengelolaan oleh masyarakat yang

sebelumnya mereka dapatkan.

Penentuan ganti kerugian disarankan untuk mengadakan kompensasi

sebab biasanya seperti di daerah Kabupaten Wonosobo mereka tidak mau

menghilangkan harta pusakany, sebab kalau adanya penggantian kerugian

maka gantinya itu tetap akan menjadi harta pusaka yang akan

dipergunakan secara turun temurun sampai akhir zaman.

Dalam kompensasi yang telah ditentukan juga memperhitungkan

kepentingan-kepentingan warga masyarakat yang kehidupannya

tergantung pada tanah yang dibebaskan tersebut, sebagian besar

masyarakat meski sudah mendapatkan kompensasi tetap mengeluhkan

ganti rugi dan kompensasi yang mereka dapatkan sebab terkadang

masyarakat terpaksa memberkan lahan mereka untuk diberikan pada pihak

lain. Ada yang memperhatikan kepentingan masyarakat akan tetapi

terkadang perealisasian kompensasi yang terkendala padahal masyarakat

sudah merelakan lahan mata mencaharian mereka digarap oleh pihak lain.

Keluhan masyarakat diantaranya adalah proses ganti rugi tidak sesuai

dengan kesepakatan yang telah ditentukan. Seperti pelepasan tanah

pembangunan jalan Bypass di Wonosobo sistim konsolidasi kelalaian

pemerintah yang sudah klear, tidak betul-betul diselesaikan sehingga

menimbulkan konflik, yang tadinya tanahnya untuk kepentingan umum

besoknya sudah menjadi milik orang lain, dang anti kerugian tanah

nilainya tidak sebanding dengan penggantiannya. Ketika sawah lading

petani dilepaska bahwa sementara si petani tidak mendapatkan lagi tanah

sebagai tempat berusaha, tidak semua petani mampu bertahan ketika

mencoba alih profesi.

151

Page 152: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Hambatan Dalam Proses Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk

Kepentingan Umum

Berdasarkan penelitian yang tim lakukan di Kabupaten Wonosobo dengan

berlakunya Undang-undang No. 2 Tahun 2012, saat ini program pengdaan

tanah belum tersosialisasikan secara lebih baik, mengingat UU tersebut

masih baru. Oleh karena itu dirasa perlu kajian dan penyamaan persepsi

dalam menafsirkan amanat UU dan pemahaman yang sama dalam

pelaksanaan UU tersebut. Hambatan lainnya berkaitan dengan penetapan

lokasi oleh Gubernur melalui proses relative panjang, begitupun proses

pembebasan tanah dihadapkan dengan kepentingan masyarakat dari proses

penilaian ganti kerugian serta musyawarah penetapan ganti kerugian

dengan warga masyarakat relative sulit untuk titik temu dan kesepakatan.

Praktek penggantian kerugian selama ini ada kecenderungan ganti

kerugian ini ditekankan sedemikian rupa sehingga menyulitkan bagi

pelaksana kegiatan atau panitia menyepakati ganti kerugian dengan

pemilik tanah, tidak jarang hal ini memicu sengketa bahkan cenderung

menjadi momok bagi panitia atas tuduhan korupsi.

Sebetulnya pada saat proses pembebasan tanah dihadapkan dengan

kepentingan warga masyarakat hambatannya ada seperti :

i. Prokontra masyarakat dalam pengadaan tanah tetap ada.

j. Sulitnya menentukan harga setempat sesuai dengan lokasi.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dan Peraturan Presiden No. 71

Tahun 2012 pelaksanaannya di daerah lebih lanjut diatur dengan

peraturan Gubernur bukan dengan Peraturan Daerah.

Adanya kelemahan terhadap undang-undang ini, dimana Undang-Undang

No.2 Tahun 2012 tidak membedakan antara pengadaan tanah dan

pencabutan hak atas tanah, akibatnya Undang-Undang No. 20 Tahun 1961

seakan tidak Berfungsi lagi, pada hal undang-undang tersebut tidak

dicabut oleh Undang-Undang No. 2 Tahun 2012. Lainnya undang-undang

ini menggunakan pengadilan sebagai tempat legitimasi pemaksaan dalam

pengadaan tanah.

152

Page 153: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

BAB V

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH BAGI

PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Secara yuridis kewenangan pemerintah untuk mengatur pelaksanaan pengadaan

tanah untuk kepentingan umum harus didasarkan kepada aturan yang berlaku.

Landasan hokum yang sekarang berlaku sebagai hokum positif masih peralihan

aturan hokum lama terhadap aturan hokum yang baru, secara formal aturan

hokum yang berlaku sekarang ini adalah UU No.2 Tahun 2012 tetapi untuk

pelepasan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yang

telah dilakukan menjelang berlakunya undang-undang tersebut masih memakai

ketentuan aturan lama dan hal ini terbukti dilapangan selain itu banyak hal-hl

yang menjadi kendala didalam pelaksanaan hokum karena dihadapkan pada

aspek-aspek non hokum yang terjadi di lapangan, untuk jelasnya seperti terurai di

bawah ini:

Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan

Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 saat ini.

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 dinyatakan bahwa pemerintah tidak

bisa lagi sewenang-wenang mengambil tanah warga untuk proyek pembangunan.

Undang-undang ini merupakan peraturan pertama yang mengatur secara detail

tentang masalah pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Sebelumnya,

pengaturan pengadaan tanah untuk kepentingan umum hanya didasarkan pada

Pasal 6 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-

Pokok Agraria.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi kepentingan

umum ini juga mengakomodasi kepentingan pembangunan sekaligus melindungi

hak-hak masyarakat akan tanah mereka. Dengan peraturan baru ini, pemerintah

tidak bisa mencabut hak tanah warga secara sewenang-wenang, namun sebaliknya

warga juga tidak bisa memikirkan kepentingan sendiri. Jika tanah warga

153

Page 154: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

dibutuhkan oleh Negara untuk kepentingan umum, warga wajib menyerahkannya.

Tentu saja dalam prosesnya pemerintah tidak boleh sewenang-wenang.

Masyarakat dilibatkn dari mulai perencanaan, penetapan hingga pembebasan

lahan. Bahkan jika masih ada yang keberatan, warga juga bisa mengajukan

gagutan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN). Hak mengajukan gugatan

diatur dalam pasal 23 ayat 1 undang-undang ini. Selain itu, warga juga dilibatkan

dalam penetapan ganti kerugian. Penetapan dilakuka melalui proses musyawarah

yang dilakukan paling lama 30 hari sejak penyampaian hasil penelitian (pasal 37

ayat 1)

Kemudian, warga juga bisa memilih bentuk ganti rugi tanah, tidak hanya berupa

uang tapi bisa juga berupa tanah pengganti, pemukiman kembali, kepemilikan

saham atau kombinasi lain yang disetujui oleh kedua belah pihak (pasal 36).

Undang-undang tidak mengenal istilah pemegang hak, tetapi yang berhak atas

tanah, termasuk tanah akan diatur di situ.

Dalam penjelasan pasal 40 disebutkan, pemberian ganti rugi harus diserahkan

langsung kepada pihak yang berhak atas ganti rugi. Undang-undang Pengadaan

Tanah ini pada akhirnya akan memberikan kepastian dan keadilan bagi semua

pihak. Jika ada rencana proyek, pemerintah akan mengumumkan kepada

masyarakat, pemilik lahan akan diajak bicara. Warga bisa menyaakan tidak setuju

lalu dibicarakan. Harganya ditentukan melalui appraisal yang independent.

Undang-undang ini dapat memperjelas implementasi pembangunan infrastruktur

umum, sehingga tidak ada lagi alas an tidak mampu untuk membebaskan tanah.

Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, pihak yang melepaskasn

hak atas tanahnya karena digunakan untuk kegiatan pembangunan, hanya dibatasi

pada orang atau badan hokum yang mempunyai hubungan hokum yang konkrit

dengan tanah haknya. Batasan ini dinilai kurang memberikan perlindungan

kepada warga masyarakat bukan pemegang hak atas tanah, tetapi menggunakan

tanah tersebut seperti penyewa, penggarap, pihak yang menguasai dan menempati

tanah serta pemilik bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan

dengan tanah.

154

Page 155: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Peran serta masyarakat, hendaknya dilakukan tidak hanya pada saat akan

menetapkan besarnya ganti rugi, tetapi juga pada tahap-tahap sebelumnya, seperti

inventarisasi, penyuluhan dan konsultasi dan lain-lain.

Musywarah harus sungguh-sungguh dijadikan sarana untuk mempertemukan

perbedaan kepentingan dan keinginan dari pihak yang memerlukan tanah dengan

pihak yang tanahnya diperlukan untuk kepentingan umum.

Oleh karena itu musyawarah dalam pengertian sebagai kegiatan yang

mengandung proses saling mendengar, saling member, menerima pendapat serta

keinginan atas dasar sukarela dan kesetaraan antara pihak yang mempunyai tanah

bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah, dengan

pihak yang memerlukan tanah, dilaksanakan dengan sukarela dan menjauhkan

kondisi psikologis yang menghalangi terjadinya proses tersebut.

Jenis ganti rugi harus memperhatikan factor-faktor yang bersifat fisik, seperti

tanah, bangunan, tanaman, benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah, da

yang bersifat non fisik. Bentuk ganti rugi harus sesuai dengan kesepakatan yang

dicapai dalam musyawarah, bentuk ganti rugi juga harus komprehensif. Ganti

kerugian seyogjanya idak bertumpu hanya pada bentuk uang, tetapi juga bentuk-

bentuk lain yang dibutuhkan pemegang hak seperti tanah pengganti, pemukiman

kembali, gabungan dari kedua atau ketiganya dan bentuk lain yang disepakati.

Setelah itu baru ditentukan besarnya ganti kerugian berdasarkan bentuk-bentuk

yang disepakati. Jika dalam bentuk uang berapa jumlahnya, dalam bentuk tanah

penggantinya berapa luasnya, dalam bentuk pemukiman kembali seperti apa

kualitas lokasi dan sebagainya.

Dengan diterimanya ganti rugi tersebut, maka kehidupan pihak yang melepaskan

tanah, menjadi lebih baik, atau minimal setara dengan tingkat kehidupan social

ekomoni sebelum tanahnya dilepaskan untuk kepentingan umum.

Kepentingan umum

Pasal 18 UUPA menyebutkan bahwa “Untuk kepentingan umum, termasuk

kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak

atas tanah dapat dicabut, dengan member ganti kerugian yang layak dan menurut

cara yang diatur dengan Undang-undang”. Pelaksanaan pasal 18 ini diatur dalam

155

Page 156: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas Tanah dan

Benda-benda yang ada diatasnya dan oeprasionalnya berdasarkan pada instruksi

Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1973 tentang Pelaksanaan

pencabutan hak-hak atas tanah dan benda-benda yang ada diatasnya.

Pasal 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 1961 menyebutkan bahwa : Untuk

kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta kepentingan

bersama dari rakyat, demikian pula kepentingan pembangunan, maka PResiden

dalam keadaan memaksa setelah mendengar Menteri Agraria, Menteri Kehakiman

dan Menteri yang bersangkutan dapat mencabut hak-hak atas tanah dan benda-

benda yang ada diatasnya.”

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat dinyatakan bahwa kepentingan umum

menurut UUPA dan Undang-undang No. 20 Tahun 1961 adalah dalam arti

peruntukannya, yaitu untuk kepentingan bersama dari rakyat dan kepentingan

pembangunan. Dengan kata lain kepentingan umum adalah kepentingan yang

harus memenuhi peruntukannya dan harus dirasakan kemanfaatanyya, dalam arti

dapat dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan baik langsung maupun tidak

langsung.

Dalam penjelasan pasal 49 UU No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha

Negara disebutkan bahwa kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan

Negara atau kepentingan masyarakat bersama dan atau kepentingan

pembangunan. Kemudian UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik

Indonesia dalam penjelasan huruf c menyebutkan pula bahwa kepentingan umum

adalah kepentingan bangsa dan Negara dan atau kepentingan masyarakat luas.

Meurut Arie Sukanti, kepentingan umum adalah kepentingan yang menyangkut

hajat hidup orang banyak, berfungsi melayani dan memenuhi kebutuhan

masyarakat.

Karena pengadaan tanah merupakan perbuatan hokum public maka kegiatan

pengadaan tanah pada prinsipnya ditujukan untuk kepentingan umum, bukan

kepentingan swasta. Oleh karena itu, setiap hokum pengadaan tanah selalu

berjudul tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

156

Page 157: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Pengertian kepentingan umum merupakan salah satu isu sentral dalam pengadaan

tanah, karenanya hokum harus memberikan batasan yang tegas supaya tidak

ditafsirkan oleh pemerintah untuk kepentingan lain.pada masa lalu baik Orde lama

maupun orde baru, istilah kepentingan umum sering dijadikan tameng bagi

pengusaha dengan menggunakan corong pemerintah agar kepentingannya dalam

perolehan tanah lancer. Hal inilah yang pertama kali diterobos oleh Keppres No.

55 Tahun 1993 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum.

Keppres no. 55 Tahun 1993 memberikan garisan yang tegas terhadap kepentingan

umum. Kepentingan umum adalah seluruh kepentingan lapisan masyarakat.

Keppres ini memberi criteria setiap pembangunan dapat dikatakan sebagai

kepentingan umum. Ada 3 (tiga) criteria pembangunan sebagai kepentingan

umum : (1) pembangunan itu dilakukan oleh pemerintah, (2) selanjutnya dimiliki

oleh pemerintah; serta (3) tidak digunakan untuk mencari keuntungan. Dalam

Keppres ini disebutkan ada 14 (empat belas) bentuk kegiatan pembangunan untuk

kepentingan umum. Keppres ini memberikan solusi jika kemudian terdapat

pembangunan yang secara substansi sebagai kepentingan umum tetapi tidak

tercantum ke dalam daftar yang 14 tersebut, Presiden dapat mengeluarkan

keputusan (beschikking) yang menyatakan pembangunan tersebut adalah

kepentingan umum. Jika pemerintah menganggap perlu ada kegiatan

pembangunan yang sangat penting (kepentingan umum) tetapi tidak terdapat di

dalam daftar yang 14 tersebut, seperti jalan tol, maka tidak perlu dengan cara

mengganti Keppres No. 55 Tahun 1993. Namun tawaran ini tidak ditempuh oleh

pemerintah, sehingga untuk mengakomodasi jalan tol saja misalnya pemerintah

harus mengeluarkan Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 dengan mencabut

Keppres No. 55 Tahun 1993.

Penentuan kepentingan umum di dalam Keppres ini sejalan dengan metode

temuan Michael G. Kitay, yang menyatakan ada 2 (dua) cara untuk penentuan

kepentingan umum : pertama General guidelines, yaitu dengan cara memberikan

ketentuan umum terhadap kepentingan umum seperti kepentingan social,

kepentingan umum, kepentingan kolektif atau bersama. General guidelines ini

157

Page 158: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

diberikan oleh legislative, lalu dalam pelaksanaannya eksekutiflah yang

menentukan apa saja bentuk kepentingan umum dimaksud seperti rumah sakit.

Kedu, List provisions yaitu penetunan kepentingan umum secara eksplisit,.

Namun Katay menyatakan selanjutnya bahwa kebanyakan Negara-negara

sekarang menggabungkan kedua cara tersebut dalam pengaturan pengadaan tanah.

Disamping membuat pernyataan umum kepentingan umum juga sudah diturunkan

ke dalam daftar kegiatan secara limitative.

Dalam penentuan pengertian kepentingan umum Perpres No. 36 Tahun 2005,

sebagai pengganti Keppres No. 55 Tahun 1993, memakai metode yang sama

dengan Keppres. Perbedaan di antara keduanya adalah isi ketentuan tersebut.

Kepentingan umum adalah kepentingan sebagian besar lapisan masyarakat.

Perpres ini tetap menentukan criteria kepentingan umum, walaupun hanya satu,

yaitu pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

Perpres tersebut juga menentukan daftar kegiatan kepentingan umum. Perpres no.

36 diubah dengan Perpres No. 65 Tahun 2006 termasuk yang salah satu diubah

adalah tentang penentuan kepentingan umum. Adapun perubahan tentang

kepentingan umum dalam Perpres ini meliputi criteria dan daftar kegiatan

kepentingan umum. Pembangunn kepentingan umum ada 2 (dua) criteria yaitu (1)

yang dilaksanakan pemerintah atau pemerintah daerah ; (2) yang selanjutnya

dimiliki atau “akan dimiliki” oleh pemerintah atau pemerintah daerah. Perpres No.

65 Tahun 2006 juga memuat daftar kegiatan pembangunan kepentingan umum

yang terbagi atas 7 (tujuh) kegiatan, termasuk juga jalan umum dan jalan tol.

Pengertian kepentingan umum tersebut relative lebih tegas dan berkepastian

hokum sebagaimana ditegaskan lebih lanjut pada pasal 1 angka 6 UU No. 2 Tahun

2012 dan Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 pasal 1 angka 6 yaitu

kepentingan umum adalah kepentingan bangsa, Negara dan masyarakat yang

harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat. UU tersebut juga mengubah pengertian dan ruang lingkup

kepentingan umum, pembangunan kepentingan umum meliputi 18 (delapan belas)

kegiatan. Criteria kepentingan umum ditentuan : (1) diselenggarakan oleh

158

Page 159: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pemerintah dan (2) tanahnya selanjutnya dimiliki pemerintah atau pemerintah

daerah.

Melihat kepada beberapa kali perubahan pengertian, criteria dan kegiatan

pembangunan kepentingan umum tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengertian kepentingan umum menjadi isu sentral dalam pengadaan tanah.

Ganti kerugian

Undang-undang No. 2 Tahun 2012 pada pasal 1 angka 10 telah merumuskan ganti

kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam

proses pengadaan tanah.

Ganti kerugian sebagai suatu upaya mewujudkan penghormatan kepada hak-hak

dan kepentingan perseorangan yang telah dikorbankan untuk kepentingan umum,

dapat disebut adil, apabila hal tersebut tidak membuat seseorang menjadi lebih

kaya, atau sebaliknya menjadi lebih miskin dari keadaan semula. Agar terasa adil

bagi pemegang hak. Seyogyanya berbagai criteria tertentu itu diterapkan secara

obyektif, dengan standar yang telah ditentukan dicapai secara musyawarah antara

pemegang hak dan instansi yang memerlukan tanah tersebut. Untuk bangunan,

taksiran ganti kerugian hendaknya dengan memperhitungkan biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk perbaikan seperlunya, setelah diumumkannya pengadaan tanah

tersebut.

Kebijakan mengenai pemberian ganti rugi sebenarnya tidaklah terbatas pada

penggantian nilai tanah bangunan dan tanam-tanaman, tetapi juga seharusnya

meliputi penilaian kerugian yang bersifat immaterial dan kerugian yang timbul,

seperti kegiatan usahanya, akibat perpindahan ketempat lain, jumlah pelanggan

dan keuntungan yang berkurang.

Hak pemegang hak atas tanah

Undang-undang relative membatasi hak para pemegang hak yang tanahnya

diperlukan untuk pembangunan. Pasal 55 UU No. 2 Tahun 2012 menyebutkan

bahwa yang berhak atas tanah mempunyai hak untuk mengetahui rencana

penyelenggaraan pengadaan tanah, dan memperoleh informasi mengenai

pengadaan tanah. Diatur lebih lanjut Perpres No. 71 Tahun 2012.

159

Page 160: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Mengingat bahwa musyawarah untuk mencapai kesepakatan dipengaruhi oleh

keterbukaan informasi terkait hal yang paling hakiki bagi pemegang hak, yakni

kesejahteraan social ekonominya pasca tanahnya dilepaskan untuk kepentingan

umum, maka seyogjanya dalam tahap konsultasi public, dibutuhkan dialog terkait

informasi penting mengenai antara lain:

a. Cara penilaian besarnya ganti kerugian terhadap tanah yang meliputi :

1) Tanah

2) Ruang atas dan bawah tanah

3) Bangunan

4) Tanaman

5) Benda yang terkait dengan tanah, dan/atau

6) Kerugian lain yang dapat dinilai (pasal 33 UU ), diatur dalam Perpres

No. 71 tahun 2012

b. Ganti kerugian dapat berbentuk :

1) Uang

2) Tanah pengganti

3) Permukiman kembali

4) Kepemilikan saham; atau

5) Bentuk lain yan disepakati oleh kedua belah pihak

c. Hak untuk mengajukan keberatan, tata cara dan jangka waktunya

1) Keberatan terhadap rencana lokasi pengadaan tanah

2) Keberatan terhadap penawaran ganti kerugian

Sesuai dengan UU No. 14/2008 tentang keterbukaan informasi public,

maka informasi terkait dengan 3 (tiga) hal tersebut di atas wajib

disampaikan kepada masyarakat, utamanya karena kebijakan

pengadaan tanah berpengaruh terhadap masyarakat yang terkena

dampak. Disisi lain, keterbukaan informasi akan mendorong partisipasi

masyarakat dalam proses pengadaan tanah. Oleh karena itu, hasil

penilaian penilai (laporan penilai) terkait besarnya nilai ganti kerugian

(pasal 34) di samping disampaikan kepada Lembaga Pertanahan, wajib

disampaikan kepada masyarakat.

160

Page 161: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Konsultasi public

Konsultasi public merupakan proses komunikasi dialogis atau

musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna mencapai

kesepahaman dan kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah

bagi pembangunan untuk kepentingan umum

Dasar hokum pengadaan tanah untuk kepentingan umum

Berdasarkan Hak menguasai Negara sebagaimana ditegaskan dalam

pasal 33 ayat (3) UUD 1945 pemerintah dapat melakukan perolehan

tanah. Pasal 28 H ayat (4) UUD 1945 perubahan kedua menyebutkan

bahwa : “setiap orang yang berhak mempunyai hak milik pribadi dan

hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang

oleh siapapun”. Kemudian pasal 28 J ayat (2) UUD 1945 pada

perubahan kedua menegaskan bahwa “ dalam menjalankan hak dan

kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang

ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk

menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan

orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan

pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban

hokum dalam suatu masyarakat demokratis.”

Pasal 6 UUPA pasal 18 UUPA dan UU No. 20 Tahun 1961, Peraturan

Pelaksanaan secara berturut-turut atau landasan yuridis yang

digunakan dalam pengadaan tanah adalah :

1. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 15/1975 tentang Ketentuan-

ketentuan Mengenai Tata Cara Pembebasan Tanah

2. Peraturan Menteri dalam Negeri No. 2/1976 tentang Penggunaan

Acara Pembebasan Tanah untuk kepentingan Pemerintah bagi

pembebasan tanah oleh pihak swasta

161

Page 162: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.2/1985 tentang tata cara

pengadaan tanah untuk keperluan proyek pembangunan di wilayah

kecamatan. Ketiga peraturan diatas dicabut dengan :

4. Keppres No. 55/1993 tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan

pembangunan untuk kepentingan umum. Keppres ini juga telah

dicabut

5. Perpres No. 36/2005 tentang Pengadaan tanah bagi pelaksanaan

pembangunan untuk kepentingan umum Perpres ini mencabu

Keppres No.55/1993

6. Perpres No. 65/2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan untuk kepentingan umum Perpres ini mencabut

Perpres No. 36/2005

7. Peraturan Kepala BPN No 3 Tahun 2007 tentang Petunjuk teknis

pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk

kepentingan umum

8. Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum

9. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

10. Peraturan kepala badan pertahanan nasional nomor 5 tahun 2012

tentang Petunjuk teknis pelaksanaan pengadaan tanah bagi

pembangunan untuk kepentingan umum

Konsepsi hokum tanah nasional diambil dari hokum adat, yakni

berupa konsepsi yang komunalistik religious yang memungkinkan

penguasaan tanah secara individual, dengan hak-hak atas tanah

yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsure kebersamaan.

Sebagaimana disebutkan dalam pasal 6 UUPA bahwa, “hak atas

tanah mempunyai fungsi social kemudian dalam penjelasan UUPA

II.4 dijelaskan : “hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang,

tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan

(atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan

162

Page 163: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi

masyarakat. Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan

keadaannya dan sifat dari haknya, hingga bermanfaat bagi

kebahagiaan dan kesejahteraan yang mempunyainya maupun

bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.

Melihat kepada penjelasan UUPA tersebut menurut aturan hokum

Agraria tanah itu mempunyai fungsi social untuk kepentingan

individu dan kepentingan umum. Semua hak atas tanah

mempunyai fungsi social maksudnya bukan hak milik saja tetapi

semua hak atas tanah yang dimaksud dalam pasal 16 UUPA.

Sehubungan denga hal tersebut bahwa :

Seyogjanya pasal 6 itu semua “hak” agrarian mempunyai fungsi

social. Dalam hal ini tidak hanya tanah saja tetapi hak-hak agrarian

selain tanah yang mencakup bumi, air, ruang angkasa serta

kekayaan alam yang terkandung didalamnya mempunyai fungsi

social.

Dasar hokum fungsi social tersebut didasarkan pada pasal 33 ayat 3

UUD 1945 yang menyebutkan bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Melihat pada pasal

tersebut, maka tanah yang dimiliki seseorang bukan hanya

memiliki fungsi social da diperutukan bagi pemiliknya saja, tetapi

juga harus bermanfaat bagi bangsa Indonesia seluruhnya dan

sebaliknya setiap tanah tersebut dibutuhkan untuk kepentingan

umum, maka pemilik dengan sukarela harus menyerahkan

tanahnya.

163

Page 164: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Penetapan Harga Kendala Pengadaan Tanah di IndonesiaWednesday 0 comments

Penetapan Harga Menjadi Kendala Utama Pengadaan Tanah di Indonesia

164

Page 165: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

sumber gambar : google.com

Sekarang ini tanah menjadi suatu barang yang mempunyai nilai ekonomi tinggi,

khususnya yang berada dikawasan strategis. Mengetahui hal itu seseorang akan

rela mempertahankan tanahnya secara mati-matian jika hak kepemilikan tanahnya

direbut oleh orang lain. Berbagai macam cara akan ditempuh sebagian orang

untuk mempertahankan kepemilikan tanahnya. Padahal sesuai dengan UUPA

tanah mempunyai fungsi sosial. Ini berarti, bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk kepentinggan pribadinya, apalagi jika hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat.[1]

Pembangunan  infrastruktur  seperti : waduk, jalan, pembangkit tenaga listrik berperan sangat penting dalam menunjang berkembangnya perekonomian suatu bangsa. Tanpa adanya fasilitas tersebut gerakan ekonomi akan sangat lambat. Akan tetapi, tanah yang merupakan suatu wadah bagi pembangunan telah banyak dilekati dengan hak (tanah hak) ,sementara tanah negara sudah sangat terbatas persediaannya.[2] Untuk itu, sebagai salah satu solusi dari masalah tersebut adalah dengan mengambil tanah-tanah hak. Kegiatan “mengambil” (oleh pemerintahrangka pelaksanaan pembangunan untuk

165

Page 166: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

kepentingan umum) inilah yang kemudian disebut dengan pengadaan tanah.[3]                                                      Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Sedangkan kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.[4] Pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum seringkali terhambat pada proses pengadaan tanah.

Menurut Ahmad Husein Hasibuan ada 2 (dua) kendala yang terdapat dalam

pelaksanaan pengadaan tanah : faktor psikologis masyarakat dan faktor dana

( Ahmad Husein Hasibuan, 1986 : 6-7). Yang selama ini sering menjadi masalah

dalam pelaksanaan pelepasan atau penyerahan hak lebih dikarenakan oleh faktor

dana daripada faktor psikologis masyarakat.[5] Ini terbukti bahwa selama ini yang

menjadi permasalahan dalam pengadaan tanah bukan mengenai ada-tidaknya

kesediaan pemilik tanah untuk menyerahkan tanahnya untuk kepentingan umum,

melainkan karena para pemilik tanah menganggap bahwa ganti-rugi yang

ditawarkan tidak sesuai dengan harga pasar setempat.

Selama ini terhambatnya pelaksanaan pengadaan tanah pada umumnya

disebabkan oleh  ketidaksesuaian harga yang ditetapkan pemerintah dengan harga

yang dikehendaki oleh masyarakat. Masyarakat selaku pemilik tanah biasanya

menolak harga dari pemerintah yang menurut mereka terlalu murah. Mereka akan

mematok harga lebih tinggi dari harga pasar atau paling tidak sesuai dengan harga

pasar, bahkan ada masyarakat yang menetapkan harga ganti rugi itu didasarkan

pada harga sekian tahun kedepan atau setelah tanahnya dibebaskan dan telah

dijadikan sarana umum.[6]

166

Page 167: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Pemerintah dalam menetapkan besarnya ganti rugi selama ini hanya menghitung

pada aspek fisik saja. Besarnya ganti rugi seharusnya juga memperhitungkan

aspek non fisik terhadap warga yang terkena dampak dari pembangunan tersebut

sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2006 pasal 1 ayat 11. Boedi

Harsono juga berpendapat bahwa yang kebijakan mengenai pemberian ganti rugi

sebenarnya tidaklah terbatas pada penggantian nilai tanah, bangunan, dan tanam-

tanaman, tetapi juga seharusnya meliputi penilaian kerugian yang bersifat

immaterial dan kerugian yang timbul, seperti kegiatan usahanya, akibat

perpindahan ke tempat lain, jumlah pelanggan dan keuntungan yang berkurang.[7]

Yang sering juga memperkeruh masalah dalam proses pengadaan tanah adalah

adanya campur tangan pihak-pihak tertentu yang ingin mendapatkan keuntungan

pribadi dengan memanas-manasi masyarakat untuk meminta harga yang sangat

tinggi/ tidak wajar, yang mengakibatkan pembangunan terhambat karena

penyelesaian menjadi berlarut-larut dan berkepanjangan.[8] Pihak ini bisa saja

dari warga yang tidak mau diganti rugi dan mempengaruhi warga yang lain agar

menolak harga ganti rugi dari pemerintah. Dan tak jarang pula kondisi tersebut

memicu suatu benturan antar warga.

 [1] Lihat Penjelasan Umum Undang Undang Pokok Agraria Bab II angka 4

167

Page 168: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

[2] http://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2011/03/PengadaanTanah.pdf,

Pengadaaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Diakses tanggal 19 Januari 2013

pukul 21.04.

[3] Lihat Pasal 1, Keppres 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Untuk

Kepentingan Umum Demi

Pembangunan.

[4] Lihat Pasal 1 Undang Undang Nomor 2 Tahun 2012.

[5] Oloan Sitorus, Pelepasan atau Penyerahan Hak Sebagai Cara Pengadaan Tanah

(Jakarta: Dasamedia Utama, 1995), hlm. 49

[6] Adrian Sutedi, S.H., M.H., Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 355

[7] Boedi Harsono, : “Masalah Kerangka Persoalan dan Pokok-pokok

Kebijaksanaan Pertanahan Nasional, dalam BF Sihombing, Pergeseran Kebijakan

Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Pemerintah dan Swasta (Studi Kasus

Pengaturan Pemilikan, Penguasaan Tanah di Provinsi DKI Jakarta)”, Disertasi,

Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.

[8] Adrian Sutedi, S.H., M.H., Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Dalam

Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 354

168

Page 169: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

PROSEDUR PENGADAAN TANAH MENURUT UNDANG – UNDANG

NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI

PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara

memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Dalam

UU ini pengadaan tanah adalah untuk kepentingan Umum, artinya menyediakan

tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan

hukum pihak yang berhak. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum

diselenggarakan oleh Pemerintah.Pihak yang berhak wajib melepaskan tanahnya

pada saat pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum setelah

pemberian ganti kerugian yang layak dan adil atau berdasarkan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Tanah yang

selanjutnya dibangun sesuatu untuk kepentingan umum akan menjadi milik

Pemerintah/Pemerintah Daerah atau menjadi milik BUMN apabila dipergunakan

untuk kepentingannya.

Tanah untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud adalah untuk

pembangunan:

a)      pertahanan dan keamanan nasional;

b)      jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan

fasilitas operasi kereta api;

c)      waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan

air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;

d)     pelabuhan, bandar udara, dan terminal;

e)      infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

f)       pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;

g)      jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;

169

Page 170: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

h)      tempat pembuangan dan pengolahan sampah;

i)        rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;

j)        fasilitas keselamatan umum;

k)      tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;

l)        fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;

m)    cagar alam dan cagar budaya;

n)      kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;

o)      penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta

perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;

p)      prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;

q)      prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan

r)       pasar umum dan lapangan parkir umum.

Untuk mengerjakan pembangunan seperti di atas, kecuali untuk pertahanan dan

keamanan nasional yang diatur oleh perundang – undangan, maka hal tersebut

diselenggarakan oleh Pemerintah yang dapat bekerja sama dengan BUMN,

BUMD, dan Badan Usaha Swasta.

Yang harus diperhatikan dalam membangun untuk kepentingan umum adalah :

a.       Rencana Tata Ruang Wilayah;

b.      Rencana Pembangunan Nasional/Daerah;

c.       Rencana Strategis; dan

d.      Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum diselenggarakan melalui 4 tahapan:

170

Page 171: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

1.      Perencanaan;

2.      Persiapan;

3.      Pelaksanaan; dan

4.      Penyerahan hasil.

1.    Perencanaan Pengadaan Tanah

Perencanaan pengadaan tanah untuk Kepentingan umum didasarkan atas

Rencana Tata Ruang Wilayah dan prioritas pembangunan yang tercantum

dalamRencana Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Strategis, Rencana

Kerja Pemerintah Instansi yangbersangkutan.Perencanaan pengadaan tanah untuk

kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam disusun dalam bentuk dokumen

perencanaan pengadaan tanah, yang paling sedikit memuat:

  maksud dan tujuan rencana pembangunan;

  kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Pembangunan

Nasional dan Daerah;

  letak tanah;

  luas tanah yang dibutuhkan;

  gambaran umum status tanah;

  perkiraan waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah;

  perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan;

  perkiraan nilai tanah; dan

  rencana penganggaran.

Dokumen perencanaan pengadaan tanah disusun berdasarkan studi kelayakan

yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dokumen perencanaan tersebut dibuat dan ditetapkan oleh Instansi yang

memerlukan tanah kemudian diserahkan kepada pemerintah provinsi.

171

Page 172: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

2.    Persiapan Pengadaan Tanah

Instansi yang memerlukan tanah bersama pemerintah provinsi berdasarkan

dokumen perencanaan pengadaan tanah :

a)        Pemberitahuan rencana pembangunan

Pemberitahuan rencana pembangunan disampaikan kepada masyarakat pada

rencana lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, baik langsung maupun

tidak langsung.

b)        Pendataan awal lokasi rencana pembangunan

Pendataan awal lokasi rencana pembangunan meliputi kegiatan pengumpulan

data awal pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah.Pendataan awal

dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak

pemberitahuan rencana pembangunan. Hasil pendataan awal lokasi rencana

pembangunan digunakan sebagai data untuk pelaksanaan konsultasi publik

rencana pembangunan.

c)        Konsultasi publik rencana pembangunan

Konsultasi publik adalah proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar

pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan dalam

perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan untuk mendapatkan

kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak dengan

melibatkan pihak yang berhak dan masyarakat yang terkena dampak serta

dilaksanakan di tempat rencana pembangunan kepentingan umum atau di tempat

yang disepakati. Pelibatan pihak yang berhak dapat dilakukan melalui perwakilan

dengan surat kuasa dari dan oleh pihak yang berhak atas lokasi rencana

pembangunan. Setelah mencapai kesepakatan, maka dituangkan dalam bentuk

berita acara kesepakatan. Kemudian Instansi yang memerlukan tanah dapat

172

Page 173: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada Gubernur sesuai dengan

kesepakatan tersebut. Gubernur menetapkan lokasi dalam waktu paling lama 14

(empat belas) hari kerja terhitung sejak di terimanya pengajuan permohonan

penetapan oleh Instansi yang memerlukan tanah.

Konsultasi publik rencana pembangunan dilaksanakan dalam waktu paling

lama 60 (enam puluh) hari kerja. Apabila sampai dengan jangka waktu 60 (enam

puluh) hari kerja pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan terdapat

pihak yang keberatan mengenai rencana lokasi pembangunan, dilaksanakan

konsultasi publik ulang dengan pihak yang keberatan paling lama 30 (tiga puluh)

hari kerja. Apabila masih terdapat pihak yang keberatan mengenai rencana lokasi

pembangunan, Instansi yang memerlukan tanah melaporkan keberatan dimaksud

kepada gubernur setempat. Gubernur akan membentuk tim untuk melakukan atas

keberatan rencana lokasi pembangunan. Tim sebagaimana dimaksud terdiri atas:

  Sekretaris Daerah provinsi atau pejabat yang ditunjuk sebagai ketua merangkap

anggota;

  Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional sebagai sekretaris merangkap

anggota;

  Instansi yang menangani urusan di bidang perencanaan pembangunan daerah

sebagai anggota;

  Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai

anggota;

  Bupati/Wali Kota atau pejabat yang ditunjuk sebagai anggota; dan

  Akademisi sebagai anggota.

Tim bentukan Gubernur tersebut bertugas sebagai berikut :

  Menginventarisasi masalah yang menjadi alasan keberatan

  Melakukan pertemuan atau klarifikasi dengan pihak yang keberatan

  Membuat rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan

173

Page 174: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Hasil kajian tim berupa rekomendasi diterima atau ditolaknya keberatan rencana

lokasi pembangunan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja

terhitung sejak diterimanya permohonan oleh gubernur. Gubernur berdasarkan

rekomendasi mengeluarkan surat diterima atau ditolaknya keberatan atas rencana

lokasi pembangunan.

Dalam hal ditolaknya keberatan atas rencana lokasi pembangunan, Gubernur

menetapkan lokasi pembangunan. Dalam hal diterimanya keberatan atas rencana

lokasi pembangunan, Gubernur memberitahukan kepada Instansi yang

memerlukan tanah untuk mengajukan rencana lokasi pembangunan di tempat lain.

Dalam hal setelah penetapan lokasi pembangunan masih terdapat keberatan, pihak

yang berhak terhadap penetapan lokasi dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan

Tata Usaha Negara setempat paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak

dikeluarkannya penetapan lokasi. Pengadilan Tata Usaha Negara memutuskan

diterima atau ditolaknya gugatan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

kerja sejak diterimanya gugatan. Pihak yang keberatan terhadap putusan

Pengadilan Tata Usaha Negara dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari

kerja dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam waktu paling lama 30 (tiga

puluh) hari kerja sejak permohonan kasasi diterima. Putusan pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap menjadi dasar diteruskan atau tidaknya

pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Gubernur bersama

Instansi yang memerlukan tanah mengumumkan penetapan lokasi pembangunan

untuk kepentingan umum dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada masyarakat

bahwa di lokasi tersebut akan dilaksanakan pembangunan untuk kepentingan

umum.

3. Pelaksanaan Pengadaan Tanah

174

Page 175: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Berdasarkan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum,

Instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah

kepada Lembaga Pertanahan. Pelaksanaan pengadaan tanah meliputi:

a)      Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan

pemanfaatan tanah

b)      Penilaian ganti kerugian

c)      Musyawarah penetapan ganti kerugian

d)     Pemberian ganti kerugian, dan

e)      Pelepasan tanah Instansi.

Setelah penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, pihak yang

berhak hanya dapat mengalihkan hak atas tanahnya kepada Instansi yang

memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan. Beralihnya hak dilakukan

dengan memberikan ganti kerugian yang nilainya ditetapkan saat nilai

pengumuman penetapan lokasi.

a)      Inventarisasi dan Identifikasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan, serta

Pemanfaatan Tanah

Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan

pemanfaatan tanah dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

kerja yang meliputi kegiatan:

(1)   Pengukuran dan pemetaan bidang per bidang tanah

(2)   Pengumpulan data Pihak yang Berhak dan objek pengadaan tanah.

Hasil inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan

pemanfaatan tanah wajib diumumkan di kantor desa/kelurahan, kantor kecamata,

dan tempat pengadaan tanah dilakukan dalam waktu paling lama 14 (empat belas)

hari kerja yang dilakukan secara bertahap, parsial, atau keseluruhan. Pengumuman

175

Page 176: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

hasil inventarisasi dan identifikasi meliputi subjek hak, luas, letak, dan peta

bidang tanah objek pengadaan tanah.

Dalam hal tidak menerima hasil inventarisasi, pihak yang berhak dapat

mengajukan keberatan kepada Lembaga Pertanahan dalam waktu paling lama 14

(empat belas) hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil inventarisasi. Apabila

keberatan atas hasil inventarisasi dilakukan verifikasi dan perbaikan dalam waktu

paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan.

Dalam hal masih juga terdapat keberatan atas hasil inventarisasi inventarisasi dan

identifikasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hasil pengumuman atau verifikasi dan perbaikan ditetapkan oleh Lembaga

Pertanahan dan selanjutnya menjadi dasar penentuan pihak yang berhak dalam

pemberian ganti kerugian.

b)      Penilaian Ganti Kerugian

Lembaga Pertanahan menetapkan penilai sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Lembaga Pertanahan mengumumkan penilai yang telah

ditetapkan untuk melaksanakan penilaian objek pengadaan tanah. Penilai yang

ditetapkan wajib bertanggung jawab terhadap penilaian yang telah dilaksanakan

dan apabila terdapat pelanggaran dikenakan sanksi administratif dan/atau pidana

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penilaian besarnya nilai Ganti Kerugian oleh penilai dilakukan bidang per bidang

tanah, meliputi:

(1)   Tanah

(2)   Ruang atas tanah dan bawah tanah

(3)   Bangunan

(4)   Tanaman

176

Page 177: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

(5)   Benda yang berkaitan dengan tanah, dan/atau

(6)   Kerugian lain yang dapat dinilai.

Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai merupakan nilai pada saat

pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum. Besarnya

nilai ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian Penilai disampaikan kepada

Lembaga Pertanahan dengan berita acara dan menjadi dasar musyawarah

penetapan ganti kerugian. Dalam hal bidang tanah tertentu yang terkena

Pengadaan Tanah terdapat sisa yang tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan

peruntukan dan penggunaannya, pihak yang berhak dapat meminta penggantian

secara utuh atas bidang tanahnya.

Pemberian ganti kerugian dapat diberikan dalam bentuk:

  Uang

  Tanah pengganti

  Permukiman kembali

  kepemilikan saham, atau

  bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

.com

c)      Musyawarah Penetapan Ganti Kerugian

Lembaga Pertanahan melakukan musyawarah dengan pihak yang berhak

dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak hasil penilaian dari

penilai disampaikan kepada Lembaga Pertanahan untuk menetapkan bentuk

dan/atau besarnya ganti kerugian. Berdasarkan hasil penilaian ganti kerugian.

Hasil kesepakatan dalam musyawarah menjadi dasar pemberian ganti kerugian

kepada pihak yang berhak yang dimuat dalam berita acara kesepakatan.

177

Page 178: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Dalam hal tidak terjadi kesepakatan mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti

kerugian, pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan

negeri setempat dalam waktu paling lama 14(empat belas) hari kerja setelah

musyawarah penetapan ganti kerugian. Pengadilan Negeri memutus bentuk

dan/atau besarnya ganti kerugian dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari

kerja sejak diterimanya pengajuan keberatan. Pihak yang keberatan terhadap

putusan pengadilan negeri dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja

dapat mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung Republik Indonesia.

Mahkamah Agung wajib memberikan putusan dalam waktu paling lama 30 (tiga

puluh) hari kerja sejak permohonan kasasi diterima. Putusan Pengadilan

Negeri/Mahkamah Agung yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap menjadi

dasar pembayaran Ganti Kerugian kepada pihak yang mengajukan keberatan.

Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk dan/atau besarnya Ganti Kerugian,

tetapi tidak mengajukan keberatan dalam waktu tersebut, pihak yang berhak

dianggap menerima bentuk dan besarnya ganti kerugian.

d)     Pemberian Ganti Kerugian

Pemberian ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan langsung

kepada pihak yang perhak. Ganti kerugian diberikan kepada pihak yang berhak

berdasarkan hasil penilaian yang ditetapkan dalam musyawarah dan/atau putusan

Pengadilan Negeri/Mahkamah Agung. Pada saat pemberian Ganti Kerugian Pihak

yang Berhak menerima Ganti Kerugian wajib:

  Melakukan pelepasan hak dan

  Menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan objek pengadaan tanah kepada

instansi yang memerlukan tanah melalui Lembaga Pertanahan.

Bukti yang dimaksud merupakan satu-satunya alat bukti yang sah menurut hukum

dan tidak dapat diganggu gugat dikemudian hari. Pihak yang berhak menerima

178

Page 179: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

ganti kerugian bertanggung jawab atas kebenaran dan keabsahan bukti

penguasaan atau kepemilikan yang diserahkan.Tuntutan pihak lain atas objek

pengadaan tanah yang telah diserahkan kepada Instansi yang memerlukan tanah

menjadi tanggung jawab pihak yang berhak menerima ganti kerugian.

Dalam hal pihak yang berhak menolak bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian

berdasarkan hasil musyawarah atau putusan Pengadilan Negeri/Mahkamah

Agung, Ganti Kerugian dititipkan di Pengadilan Negeri setempat.

Penitipan ganti kerugian DI Pengadilan Negeri juga dapat dilakukan terhadap:

         Pihak yang berhak menerima ganti kerugian tidak diketahui keberadaannya,

atau

         Objek pengadaan tanah yang akan diberikan Ganti Kerugian:

  Sedang menjadi objek perkara di pengadilan

  Masih dipersengketakan kepemilikannya

  diletakkan sita oleh pejabat yang berwenang, atau

  menjadi jaminan di bank.

Pada saat pelaksanaan pemberian Ganti Kerugian dan Pelepasan Hak telah

dilaksanakan atau pemberian Ganti Kerugian sudah dititipkan di Pengadilan

Negeri, kepemilikan atau Hak Atas Tanah dari pihak yang berhak menjadi hapus

dan alat bukti haknya dinyatakan tidak berlaku dan tanahnya menjadi tanah yang

dikuasai langsung oleh negara.

e)      Pelepasan Tanah Instansi

Pelepasan objek pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dimiliki

pemerintah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

179

Page 180: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

yang mengatur pengelolaan barang milik negara/daerah. Pelepasan objek

pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang dikuasai oleh pemerintah atau

dikuasai/dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah

dilakukan berdasarkan UU NO. 2 Tahun 2012.

Pelepasan Objek Pengadaan Tanah dilakukan oleh pejabat yang berwenang atau

pejabat yang diberi pelimpahan kewenangan untuk itu. Pelepasan objek

pengadaan tanah tidak diberikan Ganti Kerugian, kecuali:

  Objek pengadaan tanah yang telah berdiri bangunan yang dipergunakan secara

aktif untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan;

  Objek pengadaan tanah yang dimiliki/dikuasai oleh Badan Usaha Milik

Negara/Badan Usaha Milik Daerah; dan/atau

  Objek pengadaan tanah kas desa.

Ganti kerugian atas objek pengadaan tanah diberikan dalam bentuk tanah dan/atau

bangunan atau relokasi. Pelepasan objek pengadaan tanah dilaksanakan paling

lama 60 (enam puluh) hari kerja sejak penetapan lokasi pembangunan untuk

kepentingan umum. Apabila pelepasan objek pengadaan tanah belum selesai

dalam waktu tersebut, dinyatakan telah dilepaskan dan menjadi tanah negara dan

dapat langsung digunakan untuk pembangunan bagi kepentingan umum.

Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah

Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil pengadaan tanah kepada Instansi

yang memerlukan tanah setelah:

a)      Pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak dan pelepasan hak

dilaksanakan; dan/atau

180

Page 181: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

b)      Pemberian ganti kerugian telah dititipkan di Pengadilan Negeri.

Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai melaksanakan kegiatan

pembangunan setelah dilakukan serah terima hasil pengadaan tanah. Pengadaan

tanah untuk kepentingan umum karena keadaan mendesak akibat bencana alam,

perang, konflik sosial yang meluas, dan wabah penyakit dapat langsung

dilaksanakan pembangunannya setelah dilakukan penetapan lokasi pembangunan

untuk kepentingan umum.Sebelum penetapan lokasi pembangunan untuk

kepentingan umum terlebih dahulu disampaikan pemberitahuan kepada pihak

yang berhak. Dalam hal terdapat keberatan atau gugatan atas pelaksanaan

pengadaan tanah, Instansi yang memerlukan tanah tetap dapat melaksanakan

kegiatan pembangunan. Instansi yang memperoleh tanah wajib mendaftarkan

tanah yang telah diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan

umum dilakukan oleh Pemerintah. Pemantauan dan evaluasi hasil penyerahan

pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang telah diperoleh, dilakukan oleh

Lembaga Pertanahan.

SUMBER DANA PENGADAAN TANAH

181

Page 182: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD). Dalam hal Instansi yang memerlukan tanah Badan

Hukum Milik Negara/Badan Usaha Milik Negara yang

mendapatkan penugasan khusus, pendanaan bersumber dari internal perusahaan

atau sumber lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penugasan khusus sesuai

dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Dana pengadaan tanah yang dimaksud meliputi dana:

a)      Perencanaan

b)      Persiapan

c)      Pelaksanaan

d)     Penyerahan hasil

e)      Administrasi dan pengelolaan; dan

f)       Sosialisasi.

Pendanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dilakukan oleh Instansi dan

dituangkan dalam dokumen penganggaran sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Dalam penyelenggaraan pengadaan tanah, pihak yang berhak mempunyai hak:

a)      Mengetahui rencana penyelenggaraan pengadaan tanah; dan

b)      Memperoleh informasi mengenai pengadaan tanah.

182

Page 183: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

Dalam penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, setiap orang

wajib mematuhi ketentuan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan

umum. Dalam penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum,

masyarakat dapat berperan serta, antara lain:

  Memberikan masukan secara lisan atau tertulis mengenai pengadaan tanah; dan

  Memberikan dukungan dalam penyelenggaraan pengadaan tanah.

TANGGAPAN MENGENAI PROSEDUR PENGADAAN TANAH

MENURUT UNDANG – UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

UMUM

Prosedur pengadaan tanah yang ada pada UU ini adalah hanya untuk pengadaan

tanah untuk kepentingan umum. Hal tersebut sudah disebutkan secara limitatif

dalam UU ini. Diluar dari yang disebutkan oleh UU ini tidak dapat dilaksanakan

menurut UU ini, namun dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan

lainnya.

Prosedur untuk pengadaan tanah demi kepentingan umum ini sangatlah rumit dan

sulit bagi instansi yang memerlukan tanah. Untuk Instansi yang memerlukan

pengadaan tanah butuh waktu yang lama untuk bisa mencapai kesepakatan dengan

banyak keberatan dari pihak yang berhak. Selain itu juga terlalu banyak izin dari

lembaga – lembaga lain. Selain waktu yang lama, dana yang habis untuk

mendapatkan pengadaan atas tanah menurut UU ini juga sangat besar. Prosedur

yang ada di dalam UU ini sangat rentan akan terjadi perselisihan antara pihak

183

Page 184: (I)Reduksi Data( II )Sajian Data file/Data... · Web viewSetelah proses pengumpulan data selesai, peneliti bergerak diantara tiga komponen analisis dengan menggunakan waktu penelitian

yang berhak dengan instansi yang memerlukan, maupun dengan pemerintah.

Prosedur yang rumit dan sulit ini yang dapat menghambat pembangunan nasional

untuk semakin maju.

Terlalu banyak izin yang dilakukan dalam UU ini, sangat rentan terjadi gratifikasi

atau hal – hal melanggar hukum lainnya. Jika sudah terjadi hal tersebut, maka

yang akan dirugikan adalah pihak yang berhak. Namun, tidak juga harus dengan

mudah bagi instansi melakukan pengadaan tanah, hal tersebut akan mengorbankan

pihak yang berhak juga.

Sebagaimana yang akan dibangun adalah demi kepentingan umum, seharusnya

dapat dilaksanakan dengan mudah dan cepat. Apabila dilaksanakan dengan mudah

dan cepat maka akan langsung dapat dirasakan hasilnya. Namun, perlulah

dilakukan ganti kerugian yang adil dan layak bagi para pihak yang berhak. Agar

dapat dilakukan dengan mudah dan cepat serta adil bagi para pihak yang berhak,

maka diperlukan pengawasan dari masyarakat agar tidak dihambat – hambat oleh

pihak-pihak yang memberikan izin untuk pengadaan tanah.

Diposkan oleh M Hanafiah Harahap di 07.51

184