ipi352593

download ipi352593

of 9

Transcript of ipi352593

  • 7/25/2019 ipi352593

    1/9

    Jurnal INTEKNA, Tahun XIV, No. 1, Mei 2014 : 1 - 101

    1

    PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI KADAR ASPALALAT CENTRIFUGE EXTRACTORDENGAN REFLUX

    Surat (1)

    (1)

    Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin

    RingkasanPelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan dengan campuran beraspal pada Laston maupunLataston . Bahan campuran terdiri dari agregat dan aspal sebagai bahan pengikat.Pengujian kadar aspal dalam campuran beraspal dengan metode ekstraksi sebagai controlkandungan aspal dan gradasi agregat pada saat produksi di asphalt mixing plant (AMP)pada masa konstruksi. Metode ekstraksi dengan alat centrifuge extractor dan reflux.Sample dalam kondisi curah dari AMP dan core drill dari lapangan pada kondisi yang telahdipadatkan.Hasil pengujian ekstraksi didapatkan perbandingan kadar aspal antara di AMP dengancore drill yang yang dilakukan dengan dua metode yang berbeda, untuk hasil rata-ratakadar aspal untuk sampel campuran beraspal kondisi curah dari AMP sebesar 6,12 %dengan alat Centrifuge extractor dan 6,19 % dengan alat Reflux. Untuk campuran beraspaldari core drill lapangan sebesar 6,01 % dengan alat centrifuge extractor dan 6,15 %dengan alat reflux, hal ini menunjukan persentase kadar aspal yang hilang antara duametode dan dua sampel yang berbeda sebesar 0,11 % dan 0,05 %.Hasil rata-rata ekstraksi sampel kondisi curah dari AMP dengan kadar aspal rencana

    sebesar 6,3 % mengalami perbedaan 0,18 % pada alat centrifugal dan 0,11 % pada alatrefluks, sedangkan dari sampel core drill mengalami perbedaan 0,29 % pada alatcentrifuge extractor dan 0,15 % pada alat reflux.Analisa saringan hasil ekstraksi sample dari core drill diperoleh gradasi agregat denganpersen lolos saringan lebih besar bearti gradasi lebih halus dibanding sample kondisicurah dari AMP. Hasil analisa saringan menunjukan bahwa persen lolos gradasi agregatdari campuran beraspal kondisi curah dari AMP dan core drill telah memenuhi spesifikasiyang telah disyaratkan.Kata Kunci: Campuran beraspal, metode ektraksi, kadar aspal

    1. PENDAHULUAN

    Latar BelakangPerkerasan jalan lentur dengan campuran

    beraspal terdiri dari dua macam yaitu Lastondan Lataston. Lapis tipis aspal beton (Lataston)merupakan salah satu jenis perkerasan lentur.Jenis pekerasan ini merupakan campuranhomogen antara agregat dan aspal sebagaipengikat pada suhu tertentu. Latastondigunakan sebagai lapis permukaan disebutHot Rollet Sheet Wearing Course (HRS-WC)dan sebagai lapis pondasi disebut Hot RolletSheet Wearing Course- Base (HRS-Base).Lataston sifatnya harus tahan terhadap air dankedap air karena berfungsi sebagai lapispenutup.

    Pengujian kadar aspal panas dalam cam-puran dengan cara ekstraksi yang penulisangkat dalam penelitian ini dimaksud untukmendapatkan perbandingan dari kadar aspalcampuran beraspal panas ketika di AMP padakondisi curah dengan setelah dipadatkandilapangan dari hasil core drill. Pengujian kadaraspal campuran aspal panas cara ekstraksimenggunakan alat centrifuge extractor dan alatreflux, sehingga diperoleh hasil dengan tingkatketelitian yang tinggi. Pengujian kadar aspaldilakukan untuk pengendalian kadar aspal padaproduksi campuran aspal panas di AMPsehingga kadar aspal dalam campuran yangterpasang di lapangan sesuai dengan kadaraspal optimum yang telah direncanakan. Danagregat hasil ekstraksi dilakukan analisis saring-

  • 7/25/2019 ipi352593

    2/9

    Jurnal INTEKNA, Tahun XIV, No. 1, Mei 2014 : 1 - 101

    2

    an untuk control gradasi agregat gabunganpada waktu produksi campuran di AMP. Dalampengendalian biaya pelaksanaan pekerjaancampuran beraspal kadar aspal menjadi itemmata pembayaran perlu makadata ataupeng-ukuran kadar aspal harus tepat dan akurat agarbiaya yang dikeluarkan sesuai mutu pekerjaanseperti disyaratkan dalam spesifikasi umum.

    Rumusan MasalahPermasalahan yang akan dibahas adalah

    sebagai berikut:

    1. Berapa persentase kehilangan pada kadaraspal dari campuran beraspal di AMP dan dilapangan ?

    2. Berapa persen perbedaan kadar aspal hasilekstraksi dengan alat sentrifugal dan refluks.

    3. Bagaimana gradasi agregat dari campuranberaspal tersebut ?

    Tujuan PenelitianTujuan dari Pengujian campuran beraspal

    panas dengan metode ekstraksi sentrifugal danrefluks pada kondisi curah dan setelah pemadat-an adalah:1. Membandingkan kadar aspal pada campuran

    beraspal ketika di AMP dengan setelahdipadatkan di lapangan sehingga dapat diketa-hui persen kadar aspalnya.

    2. Membandingkan hasil kadar aspal dengan

    sentrifugal dan refluks.Mendapatkan gradasi agregat gabungan dari

    campuran beraspal dan membandingkan denganspesifikasi.

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    AspalAspal atau bitumen merupakan material yang

    berwarna hitam kecoklatan yang bersifat visko-elastis sehingga akan melunak dan mencair bilamendapat cukup pemanasan dan sebaliknya. Si-fat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapatmenyelimuti dan menahan agregat tetap padatempatnya selama proses produksi dan masapelayanannya. Umumnya aspal dihasilkan daripenyulingan minyak bumi, sehingga disebut aspalkeras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada

    tahapan proses penyulingan akan meghasilkanaspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocokuntuk pemakaian yang khusus pula.

    Kadar aspal yaitu persentase berat aspalterhadap campuran yang berkisar antara 4,5sampai 7,5 persen. Kadar aspal yang tepat harusditentukan berdasarkan pengujian cara Marsallsehingga didapatkan campuran yang memenuhipersyaratan.

    Hydrocarbon adalah bahan dasar dari aspalyang umum disebut bitumen. Aspal yang di guna-kan saat ini terutama berasal dari salah satu hasil

    proses penyulingan atau destilasi minyak bumidan disamping itu mulai banyak pula diperguna-kan aspal alam yang berasal dari pulaubuton.Aspal yang digunakan pada konstruksiperkeras-an jalan berfungsi sebagai:1. Bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat

    antara aspal dengan agregat (sifat kohesif)dan antar aspal itu sendiri (sifat adesif).

    2. Bahan pengisi rongga antara butir-butir agre-gat dan pori-pori yang ada pada agregat itusendiri.

    3. Memberikan sifat elastic yang baikTerdapat berrmacam-macam tipe campuran

    aspal dan agregat, yang paling umum adalahcampuran aspal beton (Asphaltic Concrete) yanglebih dikenal dengan AC, atau lataston dancampuran HRS (Hot Rolled Sheet). Perbedaanmendasar dari kedua tipe campuran ini adalahpada gradasi agregat pembentuknya. Campurantipe AC menggunakan, agregat begradasi mene-rus (Continius graded) sedangkan campuran tipeHRA menggunakan agregat bergradasi senjang(gap graded).

    Aspal merupakan suatu produk berbasis mi-nyak yang merupakan turunan dari proses penyu-lingan minyak bumi, dan dikenal dengan namaaspal keras. Selain itu, aspal juga terdapat di a-lam secara alamiah, aspal ini disebut aspal alam.Aspal modifikasi saat ini juga telah dikenal luas.

    Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahantambahan kedalam aspal yang bertujuan untukmemperbaiki atau memodifikasi sifat untuk Latas-ton (HRS) Gradasi Senjangrheologinya sehinggamenghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspalmodifikasi.Aspal keras atau asphalt cement (AC)yang digunakan sebagai bahan pengikat dalamcampuran aspal panas di Indonesia harus meme-nuhi syarat-syarat spesifikasi umum jalan danjembatan edisi 2010, Direktorat Jenderal BinaMarga.

    Sifat-sifat kimia aspal adalah susunan strukturinternal aspal sangat ditentukan oleh susunankimia molekul-molekul yang terdapat dalam aspaltersebut. Susunan molekul aspal sangat kom-pleks dan didominasi (90-95% dari berat aspal)oleh unsur karbon dan hidrogen. Oleh sebab itu,senyawa aspal seringkali disebut sebagai senya-

    wa hidrokarbon. Sebagian kecil, sisanya (5-10%),dari dua jenis atom yaitu: heteroatom dan logam.Unsur utama kimia aspal adalah aspalten danmalten. Aspalten merupakan unsur kimia aspalyang padat dan tidak larut dalam n-penten. Unsurkimia malten dibagi lagi menjadi resin, aromatikdan saturated.

    Sifat-sifat fisik aspal yang sangat mempenga-ruhi perencanaan, produksi dan kinerja campuranberaspal antara lain adalah sebagai berikut:

  • 7/25/2019 ipi352593

    3/9

  • 7/25/2019 ipi352593

    4/9

    Jurnal INTEKNA, Tahun XIV, No. 1, Mei 2014 : 1 - 101

    4

    W2adalah berat (gram), W3 adalah beratkertas filter sebelum ekstraksi (gram), W4adalah berat kertas filter sesudah ekstraksi(gram).

    2. Rumus perhitungan analisa saringandigunakan dalam menghitung persen terahandan persen lolos pada tiap-tiap saringan yaitu

    a. 455

    (2)

    b. 4 (3)

    di mana Wiadalah berat tertahan komulatif tiapsaringan, Wt adalah berat total, P1 adalah per-sen tertahan komulatif, P2 adalah persen lolos

    3. METODE PENELITIAN

    Untuk menentukan kadar aspal dengan me-lakukan pemisahan bahan aspal melalui perco-baan ekstraksi terhadap butir-butir mineralnyaselanjutnya diadakan analisa saringan untukmengetahui distribusi ukuran butirannya (grada-si).Tahapan penelitian seperti gambar 1.

    Gambar.1 Bagan Alir Penelitian

    Maksud PengujianUji beban tiang dilakukan dengan maksud

    sebagai berikut :a. Untuk menentukan grafik hubungan beban

    dan penurunan, terutama pada pembebanandi sekitar beban rencana diharapkan.

    b. Sebagai pengujian guna meyakinkan bahwa

    keruntuhan fondasi tidak akan terjadic. Sebelum beban yang ditentukan tercapai.

    Beban ini nilainya beberapa kali dari bebankerja yang dipilih dalam perancangan. Nilaipengali tersebut, kemudian dipakai sebagaifaktor aman.

    d. Untuk menentukan kapasitas dukung ultimittiang yang sebenarnya, yaitu untuk menge-cek data hasil hitungan kapasitas dukungtiang yang diperoleh dari rumusrumus statisdan dinamis.

    Uji beban tiang umumnya dilakukan untukmaksud yang diterangkan dalam butir (a) dia-tas. Setelah itu, pembebanan lanjutan dapat di-lakukan dengan menambah beban yang ber-tujuan untuk maksud pada butir (b) dan butir (c)

    Uji beban tiang memberikan hasil yang da-pat dipercaya bila tiang terletak dalam tanah

    granuler. Bila tanah berbutir halus (lanau, lem-pung atau tanah yang banyak mengandunglempung dan lanau) uji beban tiang hanya ber-tujuan untuk menentukan kapasitas dukung ul-timit. Akan tetapi, hasilnya tidak menunjukkandata hubungan beban dan penurunan yang be-nar, karena hasil uji beban yang umumnya be-lum menunjukkan pengaruh konsolidasi jangkapanjang. Tenggang waktu pembebanan yangdiberikan pada saat uji tiang umumnya masihterlalu singkat untuk menunjukkan pengaruhpenurunan akibat konsolidasi.

    Uji beban tiang untuk tipe tiang dukung u-jungyang dipancang dalam tanah lanau ataulempung harus dilakukan dengan perhatiankhusus. Karena beban yang diujikan hanya se-bagian saja didukung oleh tahanan ujungnya,sedangkan sebagian yang lain didukung oleh

    tahan gesek dinding tiang.Umumnya bangunan didukung oleh kelom-pok tiang. Perlu diperhatikan bahwa hasil ujitiang tunggal tidak dapat diekstrapolasi secaralangsung untuk memprediksi kelakuan kelom-pok tiang. Hal ini, karena pada tiang tunggal,volume tanah yang tertekan sangat lebih kecildibandingkan dengan volume tanah yang terte-kan oleh kelompok tiang. Pengaruh lapisan ta-nah lunak dibawah tiang mungkin tidak tampakpengaruhnya pada hasil uji tiang tunggal, na-mun dapat sangat berpengaruh pada penurun-

    DMF/J

    Mulai

    Produksi

    Campuran

    Pelaksanaan di

    Lapangan

    1. Pengangkutan2. Penghamparan

    3.Pemadatan

    Pengambilan Sample di

    Lapangan Dengan Core Drill

    Pengambilan

    Sample di AMP

    Pengujian Kadar Aspal

    Metode Ekstraksi

    1. AlatCentrifugeExtractor

    2. AlatReflux

    Pengujian Gradasi

    Pembahasan Hasil

    PengolahanD

    Kesimpulan dan Saran

    Selesai

  • 7/25/2019 ipi352593

    5/9

    5

    an kelompok tiang. Karena itu, uji beban tiangsebaiknya diikuti oleh penyelidikan tanah yangdetail supaya profil tanah secara keseluruhandapat dipelajari dengan teliti

    Letak Titik Titik PengujianTiang uji sebaiknya dipilih pada lokasi di

    dekat titik bor penyelidikan tanah, dimana sifattanah pada lokasi ini dapat mewakili kondisitanah paling jelek dilokasi rencana banguan. U-kuran tiang yang dicoba sebaiknya sama de-

    ngan tiang yang akan digunakan untuk mendu-kung bangunan. Selain itu, tiang harus dipa-sang dengan cara dan alat yang sama denganalat yang akan digunakan dalam pelaksanaan.Pencatatan penetrasi tiang sebaiknya dilakukandalam tiaptiap 30cm, disepanjang tiang. Catat-an ini berguna sebagai petunjuk pemancanganselanjutnya pada proyek tersebut,

    Pengukuran PenurunanPenurunan kepala tiang dapat diukur dari

    penurunnya terhadap sebuah titik referensi yangtetap atau dari arloji pengukur yang dihu-bungkan dengan tiang. Arloji pengukur ini dapatdipasang pada sebuah gelagar yang didukungoleh dua angker (fondasi) yang kokoh, yang ti-dak dipengaruhi oleh penurunan tiang.:

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Data Sondir rata rata dan Klasifikasi TanahDari pemeriksaan uji sondir di lapangan se-

    banyak 5 (lima) titik dan di rata-ratakan makahasilnya adalah seperti Gambar 3.yaitu padakedalaman 0,00 sampai pada kedalaman 22,4m menunjukan jenis tanah lempung masih me-ngandung organik, lalu pada kedalaman 22,6sampai 36,6 m jenis tanah yang mendominasi

    masih tanah lempung berlanau yang lunak, ha-nya berbeda klasifikasinya. Hal ini menunjukanbahwa sampai dengan elevasi itu tanah terse-but memiliki daya dukung yang sangat rendah.Dari kedalaman 36,8 m sampai kedalaman 40,8tanah sudah memiliki daya dukung yang tinggiyaitu jenis tanah pasir padat.

    Dilihat dari tabel dan grafik maka diketahuibahwa semakin kecil nilai FR dan semakin be-sar nilai conus maka semakin besar daya du-kung tanah tanah tersebut berarti tanah sudahdidominasih oleh tanah jenis pasir padat, dansebaliknya bila semakin besar nilai FR dan se-makin besar nilai conus berarti tanah memiliki

    Tabel 3. Klasifikasi tanah menurut schmertmann

    daya dukung yang tinggi yang jenis tanahnyadidominasi oleh tanah lempung berlanau yanglunak.

    Maka dapat disimpulkan bahwa tanah yangditeliti di lapangan dari kedalaman 0,0 m hinggakedalaman 36 m masih didominasi tanah jenislempung berlanau yang lunak. Lapisan tanahpasir padat ditemukan mulai kedalaman 36,8 m

    Daya Dukung Tiang Berdasarkan MetodeLangsung ( Direct Cone Method )

    Dari grafik dalam gambar 4, menyatakanbahwa kedalaman 27m terjadi peningkatan Qultimit yakni di kedalaman 27 m Q ult nya141,72 ton, di kedalaman 28 m 170,11 ton, dankedalaman 29 m 231,22 ton. Kemudian Q ul-timit kembali turun pada kedalaman 30m yaitu151,96 ton, dan pada kedalaman 37m Q ultimitmencapai lebih dari 200 ton sampai di kedalam-an 40 m yang merupakan titik akhir pemerik-saan sondir.

    DEPTH MANOMETER 1 MANOMETER 2 HP JHP CLEEF FR Klasifikasi

    ( m ) ( Kg/Cm2 ) ( Kg/Cm2 ) ( Kg/Cm ) ( Kg/Cm ) ( Kg/Cm2 ) (%)

    2 32 4 5536 7378 93A8 63A5 B8635B 2357 C368 D EF

    553A 4 553C B932 5732 BA322 9693A2 239 935A D

    5732 4 5735 5392 7A3A2 BC352 9C5322 238B 73C2 D

    5736 4 5632 7B369 78362 B9382 A5382 23C2 53AB

    5635 4 5C3A 6732 953A8 B38 CAA365 2382 6329 D

    5C3C C9322 8A359 55392 BB9C322 B3B7 7355

    5832 BB392 B5C39 55392 BBC2392 B3B7 7359 F

    5835 4 5836 683B 9C377 BC377 BB59322 2385 6369 D

    583A 4 7236 673B7 97322 B837 BB8732 2388 A32C D F

    723A 4 7B32 93C8 A83C8 56322 B5C23A B352 39C D EF

    7B35 4 793C 7537A 6939A 5A378 BA58322 B375 932 D F

    7A32 4 7A3A 7C377 96359 7B3C7 52B63A B398 63B7 D

    7A3C 4 7 32 385 8C39 6B3A 5296392 532C 53CC

    735 4 623C A2375 B37 553BB 597A3AC B3BB B3CC

    S/C

  • 7/25/2019 ipi352593

    6/9

    Kedalamanningkatatan Q ulterdapat lensa lan grafik sondirbar 3. Di kedalapenurunan karegrafik sondir mconus yang berultimit, dan kedmiliki Q ultimit lkedalaman ters

    pada tabel 1, adngan pasir pada

    J

    27 m, 28 m, 29 m, terjadi pe-timit karena kedalaman tersebutpisan tanah keras sesuai deng-

    yang diperlihatkan pada Gam-man 30 m Q ultimit mengalamina pada kedalaman ter-sebutemperlihatkan penurunan nilaiakibat pada penurunan nilai Qlaman 37 m sampai 40m me-

    ebih dari 200 ton karena padabut menurut klasifikasi tanah

    alah tanah lempung sampai de-.

    rnal INTEKNA, Tahun XIV, No. 1,

    Gambar 3.Grafik SondiGambar 4. Grafik daya duku

    metode langsung

    Nilai Q ultimit yang mengdan penurunan disebabkan olconus pada lapisan tanah yabatang sondir pada pemerikskatan nilai yang drastis disebtanah keras yang sulit atau tioleh batang sondir yang berdi

    Daya Dukung Tiang TeoriMetode Schmertmann Notti

    Dilihat dari Gambar 5, Dtiang ( Q ult ) didapat dari pQp dan Qs, dimana Qp adalajung tiang ultimit dan Qs adselimut tiang ultimit. Menunjudukung tiang tipe square decm pada kedalaman 0,0 m s30 m terus naik hingga Q100,64 ton, dan kemudian turan 31 m yaitu 99,96 ton samlaman 35 m yaitu 93,47 tkembali naik dari kedalamantimit 110,40 ton sampai kedaltimit nya 142,40 ton.

    Naik turunnya angka day

    rena perbedaan jenis tanahcangan. Di kedalaman 0 m stanah yang mendominasi adlempung organic, lempung kngat kaku lempung berlanaupasir, sesuai dengan tabel klnurunan daya dukung tiang pm sampai kedalaman 35 mtanah dikedalaman tersebut knah organic yang lunak. Daytinggi terdapat kedalaman 40kasi tanah di kedalaman itu ad

    Mei 2014 : 1 - 101

    6

    r Rata Ratang tiang dengan(DCM)

    alami peningkatanh penurunan nilai

    ng di tembus olehan tanah. Pening-bkan oleh lapisanak bisa ditembusmeter kecil.

    itis Berdasarkanghamya dukung ultimitnjumlahan antara

    h daya dukung u-lah daya dukung

    kkan bahwa dayangan diameter 30ampai kedalamanultimit mencapaiun pada kedalam-pai dengan keda-n. Daya dukung6 m dengan Q ul-man 40,8 m Q ul-

    dukung tiang ka-

    ada saat peman- ampai 30 m jenis

    lah lempung, dariaku, lempung sa-

    dan lempung ber-sifikasi tanah. Pe-

    da kedalaman 31arena jenis tanahembali kejenis ta-dukung tiang ter-,8 m yang klasifi-alah pasir padat.

  • 7/25/2019 ipi352593

    7/9

    7

    Gambar 5. GraMetode

    Daya dukunpeningkatan daklasifikasi tanahkedalaman tertenah keras yangtanah lunak.

    Daya Dukung

    TestPada proses

    ing test) pada tiadalah dari 40 tngan penuruna103 beban mulaiton dengan penJenis pengujiantiang ialah ujistandart loadingquick loading pa

    .

    Gambar 6. Graf

    ik Daya Dukung Tiang Denganchmertmann Nottingham

    g ultimit tiang yang mengalamin penurunan disebabkan oleh

    yang berbeda sifatnya. Padantu terdapat lensa lapisan ta-

    dibawahnya masih ada lapisan

    Tiang Berdasarkan Loading

    pengujian tiang pancang (load- ng nomor 232 beban tiangnya

    on sampai dengan 160 ton de- akhir -149,35 mm dan tiang

    i dari 12 ton sampai dengan 160urunan akhir yaitu 255,44 mm.

    yang dilakukan pada ke-duaeban vertikal dengan meto-depada tiang 232 dan metode

    da tiang 103.

    ik Daya Dukung Tiang 232 danTiang 103

    Berdasarkan Gambar 6.dibuat grafik uji beban tertahML ( Maintaned Load )yangD daya dukung tiang yang ddari pengujian tiang (loadington pada tiang 232 dan 167 tPerbedaan daya dukung padsebabkan oleh jenis tanah yama, metode yang digunakandalaman tiangnya juga berbed

    Dengan menggunakan

    maka didapat daya dukungadalah 171 dan tiang 103 adnurunan, beban dan kedalangaruhi daya dukung ultimit tiEvaluasi Daya Dukung Teorkung Aktual Tiang

    Gambar 7. Grafik Gaya DukAktual Tiang

    Dilihat dari Gambar 7. g

    bahwa daya dukung tiang teDCM dan metode Schmertmaan 36 m adalah 189,30 ton dhadap daya dukung aktual betest yaitu 167 ton. Tingkat akdari persentase daya dukunglaman 36 m, pada metodemetode Schmertmann 151,3an 38 m daya dukung tiang tton untuk metode DCM danmetode schmertmann dengakat akurasi 48,9 % untuk metuntuk metode schmertmann

    Tabel 4. Persentase Daya DuAktual Tiang

    yang sebelumnyan dengan metodeda pada lampiranidapat pada hasiltest) adalah 171n pada tiang 103.a kedua tiang di-ng tidak persis sa- berbeda, dan ke-a.metode Davisson

    ultimit tiang 232alah 167 ton. Pe-an tiang mempe-ng yang didapat

    itis dan Daya Du-

    ung Teoritis dan

    rafik menunjukkanoritis dari metodenn pada kedalam-

    an 110,40 ton ter-rdasarkan loading

    urasi dapat dilihatyang pada keda-

    CM 88,2 % dan. Pada kedalam-

    oritis ialah 349,44130,87 ton pada

    n persentase ting-de DCM, 130,7 %

    kung Teoritis Dan

  • 7/25/2019 ipi352593

    8/9

    Jurnal INTEKNA, Tahun XIV, No. 1, Mei 2014 : 1 - 101

    8

    Pada kedalaman 36 m persentase daya du-kung teoritis terhadap daya dukung aktual ada-lah 88,2 % untuk metode DCM dan 151,3 % un-tuk metode schmertmann, dan pada kedalaman38 m 48, 9 % untuk metode DCM dan 130,7 %untuk metode schmertmann. Dilihat dari persen-tasenya perhitungan daya dukung tiang teoritisdengan metode schmertmann yang paling men-dekati angka daya dukung tiang aktual berda-sarkan loading test yang dilakukan dilapangan.

    Perhitungan metode DCM dengan menggu-

    nakan alat test sondir sebagai referensi. Dataperhitungannya menunjukkan nilai peningkatanqc yang besar bila dilapisan tanah multilayerterdapat lapisan pasir sehingga metode DCM pada tanah lunak atau desain pondasi friction pile.

    5. PENUTUP

    KesimpulanBerdasarkan hasil dan pembahasan terse-

    but, menghasilkan beberapa kesimpulan :1. Berdasarkan klasifikasi tanah yang dilaku-

    kan di lapangan pada kedalaman 0,00 msampai pada kedalaman 22,4 m menunjuk-an jenis tanah lempung yang masih meng-andung organic, kedalaman 36 m tanah yangmendominasi ialah tanah jenis lempung ver-lanau lunak. Lapisan tanah pasiran terdapat

    pada kedalaman 36,8 m sampai kedalaman40,8 m.

    2. Berdasarkan metode DCM daya dukung ul-timate tiang pada kedalaman 36 m adalah189,30 ton dan kedalaman 38 m daya du-kung ultimit nya 349,44 ton.

    3. Berdasarkan metode Schmertmann Notting-hamm pada kedalaman 36 m Q ultimit nya110,40 ton dan kedalaman 38 m Q ultimitnya 130,87 ton.

    4. Daya dukung ultimate tiang dengan metodeDavisson berdasarkan hasil loading test pa-da tiang 232 dengan kedalaman 38 m ialah171 ton dan tiang 103 dengan kedalaman 36m ialah 167 ton.

    5. Perbedaan Q ultimit untuk metode DCM ter-hadap loading test ialah 22,3 ton untuk ke-dalaman 36 m dan 178,44 ton untuk keda-

    laman 38 m. Perbedaan yang ada untukmetode Schmertmann terhadap loading testialah 56,6 ton untuk kedalaman 36 m danuntuk kedalaman 38 m ialah 40,13 ton

    6. .Daya dukung tiang teoritis dengan metodeschmertmann yang paling mendekati angkadaya dukung tiang aktual berdasarkan load-ing test.

    7. Perhitungan daya dukung ultimit tiang de-ngan metode Schmertmann Nottinghammbaik digunakan pada tanah yang jenis pa-siran dan pada tanah jenis lempung lunak

    baik menggunakan perhitungan dari metodelangsung (Direct Cone Method).

    SaranDari hasil penelitian dilapangan disarankan

    untuk:1. Memperbanyak Titik Penyelidikan Tanah

    agar perhitungan teoritis mempunyai data

    perhitungan yang bervariasi.

    2. Memperbanyak titik Loading test agar

    mendapatkan data pembanding yang

    memadai sebagai validasi perhitungan

    teoritis.

    3. Melakukan Test PDA dan Tes PIT sebagai

    pembanding data loading tes dan

    perhitungan teoritis.

    6. DAFTAR PUSTAKA

    1. ..........., (t.t.), Manual Pondasi Tiang. Pro-

    gram Pascasarjana Universitas Katolik Pa-rahyangan. Bandung.

    2. Djuwadi, (t.t.), Petunjuk praktikum MekanikaTanah,Jakarta

    3. Hary, Cristady Hardiatmo, (1992), MekanikaTanah 1, PT. Gramedia Pustaka Utama.

    4. Hary, Cristady Hardiatmo, (2002), TeknikPondasi 1, Beta Offset

    5. Hardiyatmo, H. Christady. (2010). Analisisdan Perancangan Fondasi bagian II. GajahMada University Press. Yogyakarta.

    6. Rahardjo, P. Paulus. (2008).PenyelidikanGeoteknikdenganUji In-Situ.GeotechnicalEngineering CenterUniversitasKatolikPa-rahayangan. Bandung.

    7. Mochtar, B. Indrasurya. (t.t.), PenggunaanDataMekanikaTanahUntukPerhitunganPerhi-

    tunganDayaDukungTiangPancang.

    1INT 20141

  • 7/25/2019 ipi352593

    9/9

    9